Ceritasilat Novel Online

The Ring Of Solomon 5

Bartimaeus 4 The Ring Of Solomon Karya Jonathan Stroud Bagian 5


Si pemuda mengangkat bahu. "Aku mengerti rasa sakitmu, sungguh," katanya. "Tapi rasa sakit
tidak mengubah apapun. Jadi Sheba punya beberapa tumbuhan dan kota indah, begitu" Well,
Uruk tidak berbeda dari Sheba, dan Uruk dihancurkan oleh orang-orang Babylonia tanpa
mendapat kesempatan kedua. Air-air mancur tempat anak-anak kecil bermain remuk, dan
airnya lenyap ke dalam bumi. Tembok-temboknya runtuh, menara-menaranya rata dengan
tanah, kebun-kebunnya terbakar, dan reruntuhannya tertimbun pasir gurun. Lima puluh tahun
kemudian semuanya hilang. Seperti itulah. Hal ini terus terjadi di dunia kecilmu yang malang.
Sekarang adalah giliran Sheba; suatu hari nanti mungkin Jerusalem. Lihatlah jangka
panjangnya, seperti aku, dan renungkanlah. Tidak bisa, maka lanjutkanlah dan matilah. Hanya
saja bebaskan aku dari semua ini, pertengkaran bodoh ini tidak ada urusan apa-apa denganku."
"Karena itu," Asmira berkata licik. "Karena itulah sekarang aku memang-gilmu."
"Jadi panggil seseorang lain!" suara si jin mulai mendesak. "Kenapa me-milihku" Itu bukan
alasan bagus." "Kau benar. Tidak cuma satu, tapi banyak. Kau kenal istana Solomon, kau tahu tataruang dan
kebiasaanya, kau tau nama dan apa para penjaganya. Kau makhluk halus yang sangat kuat.
Dan kau cukup bodoh untuk mengatakan namamu padaku beberapa jam lalu. Bagaimana?"
"Oh, ringkas sekali." Si jin menggertak, dan di matanya terdapat segaris tipis api sewarna
almond. "Terutama di bagian nama. Semua hal-hal remeh seperti mendorong Khaba untuk
membebaskan aku " semuanya itu sudah kau rencanakan, bukan" Kau mendapatkan
namaku, dan menginginkanku bisa dipakai dengan bebas!"
Asmira menggelengkan kepalanya. "Itu tidak benar."
"Tidak" Faquarl benar. Kau memang pembohong. Aku seharusnya membunuhmu ketika ada
kesempatan." "Aku berniat melakukannya sendiri," Asmira berteriak. "Tapi aku kehabisan waktu. Aku tak bisa
mendekati Solomon. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat dia kecuali di rapat dewan.
Dalam dua hari Sheba akan lenyap! Aku membutuhkan bantuan, Bartimaeus, dan aku
membutuhkannya sekarang. Saat penyihir menjijikkan itu menunjukkan apa yang dia lakukan
padamu, aku mengambil keputusan. Aku membebaskanmu, jangan lupa! Aku berbuat baik
padamu! Hanya jadilah pelayanku untuk menyelesaikan ini " lalu aku akan membiarkankau
pergi." "Oh, hanya yang satu ini" Pekerjaan kecil yang mustahil ini" Membunuh Solomon" Mencuri
cincinnya" Apakah kau belum pernah mendengar tentang Philocretes?"
"Dengar." "Azul?" "Tahu." "Atau makhluk halus bodoh lainnya yang berusaha menghancurkan sang raja?" si pemuda
berbicara sungguh-sungguh. "Dengarkan aku: Khaba punya satu marid sebagai pelayannya "
itu bayangannya, omong-omong: perhatikan kali berikutnya dia menyiksamu, aku bertemu
dengannya beberapa jam yang lalu: aku tidak punya kesempatan melawan. Dia akan
memakaiku untuk mengepel lantai. Kalau dia cukup berbaik hati, dia akan menjadikan aku
saputangan. Itu hanya satu marid. Dan dia bukan apa-apa bila dibandingkan dengan apa yang
akan keluar dari cincin itu!"
"Karena itulah," Asmira berkata, "Kita membunuh Solomon malam ini. Sekarang " jangan bicara
lagi. Waktu mepet dan banyak yang harus kita lakukan."
Si jin menatap Asmira jengkel. "Itu keputusan finalmu?"
"Tepat, bergeraklah."
"Baik." Dan seketika si pria muda melangkah keluar dari pentacle ke arah-nya. Tiba-tiba dia
sudah berada di sisi kanan Asmira. Asmira berteriak sambil berjuang meraih ikat pinggangnya,
tapi si jin terlalu cepat. Si pemuda menangkap tangannya saat tangannya sudah sangat dekat
dengan belati. Cengkramannya lembut, sentuhan jemarinya sedikit dingin. Asmira tak dapat
membebaskan diri. Si pria muda menundukkan kepalanya dekat ke arah Asmira. Cahaya lilin beringsut disepanjang
kulit-bakmanusianya; aroma jeruk dan rosewood menggantung disekitarnya. Dibalik rambut
hitam ikal yang menggantung di dahi, cahaya membara di matanya yang keemasan. Bibirnya
mengeluarkan segaris senyuman. "Tidak perlu gemetar," katanya. "Kau tahu aku akan
membunuhmu kalau aku memang bisa."
Asmira berupaya membebaskan diri. "Menyingkirlah dariku."
"Oh, tapi aku harus selalu dekat denganmu kalau ingin menjagamu tetap hidup. Jangan takut
begitu, sekarang. Tunjukkan punggung tanganmu."
Si pemuda mengangkat pergelangan tangan Asmira, memeriksa kulitnya sekilas, Asmira
menggeliat-geliat marah. "Apa yang kau lakukan?"
"Hanya mencari beberapa garis silang. Ada sekte assassin yang selalu mencari masalah di sini
selama bertahun-tahun. Itu tandanya. Tapi kulihat kau bukan salah satu dari mereka." Si
pemuda menjatuhkan tangan Asmira dan menyeringai lebar saat Asmira melangkah mundur.
"Sedikit terlambat untuk mencabut belati sekarang, bukan" Berarti kau harus sangat cepat."
Suara Asmira dalam. "Cukup. Bawa aku pada Solomon."
"Kita berdua tahu kau akan membuat kesalahan cepat atau lambat," kata si jin. "Dan kita berdua
tahu aku akan selalu menunggu." Dia berbalik dan melangkah perlahan melintasi Asmira ke
arah pintu. "Untuk saat ini, akan menyenangkan sekali berjalan bersama. Dimana kita
sekarang" Sayap tamu?"
"Kupikir begitu."
"Well, apartemen kerajaan ada di sisi lain istana dari sini. Itu artinya melintasi taman. Ada
sangat banyak penjaga ditempatkan di seluruh taman."
"Bagus," kata Asmira.
"Itu termasuk semua afrit dan horla, kusarikku dan manusia kalajengking, para pembawa
cambuk dan pencuri kulit, para penjaga api dan tanah dan perambat kematian, dan banyak
varian lain budak-budak supranatural yang berkeliaran di sekitar rumah tangga Solomon tugas
utamanya adalah mencari pembunuh-pembunuh idiot seperti kita," Bartimaeus berkata. "Jadi,
berusaha masuk ke apartemen itu pasti akan sangat menarik." Dia membuka pintu dan
mengamati bayangan di jalan di luar. "Setelah itu, tentu saja, kesenangan sesungguhnya
dimulai " Well, tidak ada yang ingin membunuh kita dalam sepuluh yard dari sini. Sensasi ini
tidak akan pernah berakhir, percayalah, jadi nikmatilah selagi masih bisa."
Si jin menyelinap ke luar ruangan tanpa menoleh ke belakang. Asmira mengikutinya. Bersama,
mereka lenyap dalam kegelapan.
Beginilah keadaannya. Sinting seperti tampaknya memang benar, tapi gadis Sheba itu benar
dalam satu hal. Aku memang tahu jalan jalan-jalan yang harus dilalui untuk menerobos istana
dengan cukup baik. Contohnya aku tahu, lebih baik dari lainnya, bola lampu imp di sepanjang jalan dan batu-batu
aneh di taman; aku tahu jalan-jalan pintas kilauan sihir yang mengapung di ketinggian
bervariasi di antara pohon-pohon cemara cyclamen dan cypress. Aku tahu dimana tempat yang
dijaga penjaga manusia; aku tahu rute keliling malam mereka; aku tahu kapan mereka siaga,
dan kapan mereka berain permainan anjing dan serigala 1) dan secara sembunyi sembunyi
menyesap bir gandum mereka. Aku juga tahu dimana akan menemui makhluk halus pengamat
dan mata-mata terdalam yang menunggu tinggi di atas sudut gang dan di dalam bayangbayang retakan batu besar pelapis trotoar. Aku dapat mendeteksi mereka melayang"layang
menggantung di tembok, di dalam gulungan tersembunyi di antara karpet, di antara suara
hembusan angin yang melintasi ubin lantai.
1) Anjing dan serigala: permainan yang umum, sering dimainkan dengan batang gading, dan terkadang
saat firaun-firaun kembali ke Thebes permainan itu dilakukan dalam sekala besar, dengan jin-jin yang
mengambil wujud anjing yang relavan diikat di sekeliling panggung halaman yang dibatasi tembok. Kau
boleh menjatuhkan lawanmu ke tanah saat kau mendarat di area berbentuk persegi, dan semuanya
dilakukan di tengah hari bolong yang panas, jadi semua orang menjadi lumayan lengket dan harum, dan
ban lehermu tidak cuma jadi setengah gatal. Bukannya aku tahu tentang semua itu sungguh, aku jauh
terlalu penting untuk ikut ambil bagian dalam aksi gerak badan yang memalukan itu.
Semuanya berbahaya, mungkin, aku bisa mengntisipasi dan menghindarinya.
Tapi membunuh Solomon dan mengambil cincinnya" Oh tidak, aku tidak tahu bagaimana
caranya. Pilihanku sederhana dan dingin, dan kedua pilihan itu menimbulkan rasa sakit yang sama.
Lidah api kesedihan menungguku, kalau aku menentang gadis itu. Itu pasti: aku melihatnya di
mata gadis itu. Mengabaikan semua kehati-hatianku, menakar pendapat " yang bisa menjadi
panglima tertinggi perang paling keras mengepak pisau-pisau scimitarnya dan menjahitnya "
mata gadis itu menyimpan kilauan kaca milik manusia saat mereka menjadi agen yang ditunjuk
diri mereka sendiri dengan alasan tinggi dan kepribadian yang dimilikinya (seperti ini misalnya)
telah sepenuhnya padam. Berbicara mengenai siapa yang masih punya kepribadian yang
tersisa tetap tidak peduli seperti apa penampilan luarku, aku selalu menemukan hal seperti ini
yang menganggu: segala sesuatunya terbalik, dengan suatu cara. Tapi apa yang terjadi adalah
ini: gadis itu terlihat bermaksud mengorbankan diri sendiri " dan yang paling penting aku " dan
tidak ada yang bisa membujuknya berubah pikiran.
Yang berarti, sampai dia membuat kesalahan, aku harus berusaha melaksanakan perintahnya
dan mencuri cincin Solomon.
Tentang itu, seperti yang sudah kukatakan pada gadis itu, artinya kematian yang mengerikan,
seperti cerita azul, Philocrates, dan yang lain yang ternyata terlalu baik. Mereka semua makhluk
hidup yang jauh lebih kuat daripada aku, dan mereka semua berakhir tragis, dengan Solomon
masih berlenggak lenggok riang seperti biasa. Kesempatan suksesku dimana mereka gagal
sama sekali tidak besar. Tapi hei, aku masih Bartimaeus dari Uruk, dengan lebih banyak akal bulus dan tipu muslihat 2)
di kuku jariku daripada tiga afrit berotak bubur itu dijadikan satu. Aku masih belum mau
menyerahkan hidupku sekarang.
2) Tidak termasuk optimisme tanpa pikir panjang.
Lagi pula, kalau kau ingin mati mengenaskan, kau mungkin bisa mencoba caraku ini.
Pada jam-jam malam seperti ini koridor-koridor di sayap tamu lumayan sepi, kecuali dari satu
atau dua imp penjaga tersesat yang melakukan serangan mendadak di antara lantai. Aku bisa
menelan mereka dengan cukup mudah, tapi aku lebih menyukai tetap tersembunyi di tahap
operasi ini. Kapan saja aku mendengar suara kepakan sayap kelelawar mendekat, aku
membuat mantra Pelapis Perlindungan untuk diriku dan gadis itu. Dan tetap berdiri di belakang
jaring pengaman kami tanpa bergerak sementara si imp melintas menyeret peluit alarm mereka,
berbantah-bantahan mengenai penyihir; saat semuanya kembali tenang, aku menarik kembali
mantraku dan kami pun kembali berjingkat-jingkat.
Disepanjang jalan perlintasan taman agak berliku yang kami lewati, kami melewati pintu-pintu
yang tak habis-habisnya " hal terbaik yang bisa kukatakan pada tahap awal ini adalah bahwa
gadis itu sangat tenang, dan yang kumaksud tenang di sini adalah bahwa dia tidak berbicara
apapun. Seperti kebanyakan pembunuh terlatih dia secara alamiah ringan kaki dan melakukan
semua gerakannya secara ekonomis, tapi sampai sekarang dia juga sepemalu dan sesegan
seekor monyet howler yang terdampar di atas pohon. Pikiran jernih tahu seperti apa situasi
yang sedang dihadapinya tadi membuat dirinya meradang dan banyak bicara; sekarang saat
kami baru benar-benar melakukan sesuatu membuat dia tampak sangat jauh lebih bahagia, dan
dia meluncur sepanjang jalan di belakangku dengan semacam terimakasih dalam kebisuannya.
Aku juga berterimakasih. Ini membuatku mendapatkan kedamaian sesaat yang menjadikanku
bisa membayangkan langkah-langkah yang akan kuambil berikutnya.
Membawa diri kami menuju apartemen Solomon menghindari semua perangkap dan
melakukan pengintaian adalah pekerjaan pertama yang harus kuhadapi, sebuah tugas yang
bagi kebanyakan pengamat berpengalaman sangatlah mustahil untuk dilakukan. Aku mengakui
aku menemukan hal ini setimpal memang. Segala pikiran itu membuatku memerlukan waktu
kira-kira tiga lantai, dua kali terbang menuruni tangga dan lewat sepanjang lorong lantai dasar
sebelum aku mendapatkan surat rencana.3)
3) Dapatkah kau mendefinisikan "rencana" disini sebagai "sederetan terpisah pengamatan tidak lengkap
hal-hal yang sudah jelas ditambah berbagai terkaan, perkiraan, dugaan, taksiran yang dihubungkan
bersama oleh kepanikan, kebimbangan, kebingungungan, keraguan, dan ketidakpedulian?" Meski begitu,
ini adalah rencana yang sangat bagus.
Aku mendorong gadis itu ke bawah bayangan pelengkung dan berbicara padanya dengan
cepat dan singkat: "Baiklah, bagian yang berbahaya dimulai dari sini. Pertama disini kita berada
pada bagian utama istana, tempat segala sesuatu terjadi. Makhluk halus yang berpatroli di sini
tak bisa dibandingkan dengan imp-imp remah tak berarti yang baru saja kita lewati " lebih besar
dan lebih lapar. Mereka tidak mengikuti cara seperti yang berlaku di blok tamu dalam kasus tak
terduga, kalau kau mengerti apa yang kumaksudkan. Jadi: kita harus ekstra hati-hati mulai saat
ini. Lakukan dengan tepat apa yang kukatakan kepadamu saat kukatakan padamu, dan jangan
menanyakan pertanyaan apapun. Percayalah padaku, kau tidak akan punya waktu untuk itu."
Gadis itu menarik bibirnya kuat-kuat. "Kalau kau pikir aku tiba-tiba akan percaya padamu,
Bartimaeus?" "Oh, jangan percaya padaku, terserah apapun yang ingin kau lakukan. Percayalah pada
makhluk yang kau panggil: aku diperintahkan untuk menjaga-mu tetap aman pada posisi ini,
bukan begitu?" aku mengedipkan mata ke depan ke arah bayang-bayang. "Bagus, kita akan
mengambil jalan pintas yang paling cepat dan tenang menuju taman. Setelah itu " akan kita
lihat nanti. Ikuti aku dekat-dekat."
Aku maju duluan, sehalus sutra, dari bawah pelengkung turun dengan langkah-langkah panjang
menuju pinggiran aula panjang yang super besar. Solomon membangunnya pada "periode
Babilonia"-nya; dinding bangunannya dibuat dari batu bata berlapiskan kaca biru dan didekorasi
gambar singa-singa dan naga-naga buas yang meliuk-liuk. Berselang-seling pada sisi lainnya
membubung tinggi dasar alas tiang yang ditumpangi oleh patung-patung rampasan dari
kebudayaan kuno. Cahaya datang dari tungku pemanas yang ditempelkan tinggi di atas kepala
kami. Aku memeriksa seluruh plane " semuanya, untuk saat ini, aman.
Di sepanjang aula dengan telapak kakiku yang setangkas dan secepat gazelle berusaha untuk
tetap berada di bawah bayang-bayang. Aku dapat men-dengar gadis itu bernafas di telingaku;
kakinya tidak bersuara tak kalah pelan.
Aku berhenti mendadak; dan segera ditabrak dari belakang.
"Aw! Awas! Perhatikan langkahmu."
"Katamu tadi "ikuti aku dekat-dekat"."
"Apa", apa kau ini sedang memainkan permainan sandiwara buatan sendiri atau apa" Kau
bilang kau berniat jadi seorang assassin."
"Aku bukan assassin, aku ini pengawal istana turun-temurun. "
"Lebih mirip idiot turun-temurun. Bersembunyilah dibalik benda itu; kurasa ada seseorang yang
datang." Kami merunduk dibelakang dasar alas tiang terdekat, membenamkan diri dalam-dalam pada
bayangannya. Gadis itu cemberut, ia tak merasakan apapun, tapi aku merasakan adanya
kerdam pada seluruh plane.
Semua plane mendadak bergetar hebat. Sesuatu memasuki aula dari ujungnya yang terjauh.
Yang mana tepat pada saat yang sama gadis baik hati ini memilih untuk mencoba bicara. Aku
membungkam mulutnya dengan tanganku, memberi isyarat perintah tegas agar diam. Kami
bersembunyi dengan punggung menempel di batu.
Untuk beberapa detak jantung yang terasa menyakitkan berikutnya belum ada yang terjadi. Si
gadis bertingkah; ia menggeliat-geliat sedikit dibawah tanganku yang besar. Tanpa bicara, aku
menunjuk ke atas ke arah dinding berpilar, dimana siluet lebar perlahan melintas, suatu
bermassa monster dan bentuk berbongol, dengan kaki tangan bergoyang-goyang dan sesuatu
berbahan seperti benang berkedut-kedut terseret di jalurnya " gadis itu terdiam karenanya "
bahkan kaku. Aku hanya bisa menyangganya seperti sapu lidi ke dinding. Kami berdiam diri tak
bergerak saat si pengunjung lewat. Akhirnya dia pergi; dan sebentar kemudian hanya terdengar
satu bunyi. "Apa sebenarnya itu tadi?" gadis itu mendesis saat aku melepaskannya.
"Dari caranya plane-plane terbengkokkan?" kataku, "Menurutku marid. Pelayan Khaba adalah
satu dari jenisnya. Mereka biasanya lumayan jarang terlihat, tapi beginilah jadinya kalau kau
punya Cincin Solomon di tanganmu: bahkan entitas terkuat cuma sekedar remeh dihadapanmu
4) Apakah kau senang aku tidak membiarkanmu bicara tadi?"
4) Itu benar bahwa pada waktu mereka menjadi budak terdapat devaluasi serius yang terjadi di
Jerusalem pada waktu itu. Pada tempat normal yang biasa kami para jin akan cukup dekat dengan
puncak gundukan, diperlakukan sebagai segala-galanya dengan segenap kekaguman dan
penghormatan yang memang sudah semestinya kami dapatkan. Tapi berterimakasihlah pada Cincin itu,
dan konsentrasi penyihir-penyihir papan atas yang mengorbitinya, yang membawa akibat kau tidak bisa
asal melempar batu melalui belakang kepalamu tanpa mengenai seorang afrit di tempat tempurung
lututnya berada. Konsekuensinya adalah bahwa entitas baik hati sepertiku didesak ke bawah dalam
urutan susunan, dikumpulkan bersama foliot, imp dan makhluk-makhluk tak diinginkan lainnya.
Gadis itu menggigil. "Aku senang karena aku tidak benar-benar melihat sesuatu."
"Ow, kalau kau bisa melihatnya," kataku, "kau akan berpikir dia hanyalah seorang bocah kecil
budak dengan mata biru mungilnya yang manis tertatih munuju aula. Kau masih akan terbahakbahak menertawakan rambut kertung kecil-kecil dan dagunya yang gemuk saat ekortombaknya mendapatkanmu tepat di tenggorokan. Well, sekarang tidak ada waktu untuk mimpi
indah di siang bolong. Kita sebaiknya men" tunggu ?"
Dari lorong samping, setengah jalan dari aula, sebercak cahaya mengapung di udara. Sosok
cebol terbalut jubah putih berjalan di tengahnya terpincang sedikit. Dan menggantung seperti
kabut tak berbentuk di atas bahunya"
"Kembali!" aku mendorong kami berdua kembali ke belakang alas patung.
"Apa lagi sekarang?" gadis itu mendesis. "Kupikir ini kau sebut sebagai jalan pintas yang
tenang." "Normalnya iya. Tempat ini seperti pasar-kota Thebes malam ini. Ini vizier Solomon.
"Hiram?" gadis itu mengerutkan wajah. "Dia punya seekor tikus?"
"Dia bukan tikus sama sekali di plane-plane yang lebih tinggi, percayalah kau padaku. Dengan
benda itu menggelantung terus di punggungnya, tak heran dia jadi pincang. Diam jangan
bergerak." Tidak seperti marid tadi, langkah kaki Hiram kali ini cukup keras untuk bisa didengar, dan pada
mulanya mereka tampak melangkah menjauhi kami yang memang sangat memuaskan. Lalu,
seketika, aku mendengar si tikus bercicit waspada dan langkah kaki pun berhenti. Terdengar
suara lembut, suara yang basah, dan beberapa saat kemudian, bau telur busuk melayang
menuju aula. Aku tahu apa artinya itu. Gezeri si foliot.
"Well," suara Hiram jelas; dia pastinya hanya berjalak dua belas langkah dari tempat kami
bersembunyi. "Apa maumu, makhluk?"
"Percakapan singkat, Wahai Hiram yang agung," Gezeri berkata, suaranya entah kenapa terasa
menghancurkan dengan sempurna maksud asli kata-kata itu. "Masterku, Khaba yang maha
sempurna, belakangan ini sedikit tidak enak badan."
"Aku melihatnya makan malam tadi." Ketidaksukaan Hiram tampak jelas. "Dia mabuk."
"Yeah, well, dia sudah kembali pulih sekarang, dan dia kehilangan sesuatu. Botol kecil. Salah
taruh, tidak bisa ditemukan. Mungkin terguling dari meja, mungkin ikut dibersihkan bersama
sampah dan sisa-sisa makanan. Kami sedang mencarinya di sekitar sini, tidak ketemu sampai


Bartimaeus 4 The Ring Of Solomon Karya Jonathan Stroud di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang. Misterius sekali."
Hiram mendengus. "Pemberiannya untuk Solomon" Itu tidak menimbulkan apa-apa padaku.
Aku baru terpikir kau harusnya selalu menaruh matamu pada benda itu, karena kau yang
budaknya; kau, atau bayangannya yang hina itu."
"Ah tidak, kami sedang di menaranya, membersihkan beberapa kekacauan ruang makan" Oh,
itu tidak penting. Dengar" " Gezeri bicara acuh tak acuh; aku bisa membayangkannya duduk di
atas awannya, memutar-mutar ekor dengan tangannya yang biasa " kau apa tidak melihat
gadis Arab itu di sekitar sini, ya?"
"Nona pendeta Cyrine" Dia sudah pergi ke kamarnya."
"Yeah, kamar yang mana ya, kalau kau tak keberatan mengatakannya" Mengerti, Khaba ingin
tahu?" "Sebenarnya, aku memang keberatan." Langkah kaki hiram dengan seketika kembali terdengar.
Dia sedang berjalan meninggalkan Gezeri sekarang, berbicara melalui punggungnya. "Biar
Khaba memilah ruang makannya sendiri besok pagi. Dia tidak diizinkan mengganggu tamutamu kita yang manapun saat ini."
"Tapi lihat, kita bisa?" mengikuti kemudian suara-suara komat-kamit si penyihir, decitan perang
seekor tikus dan sumpahan melengking Gezeri. "Ow!" jeritnya. "Jauhkan dia! Baiklah, baiklah,
aku pergi!" setelah itu terdengar suara yang tak pelak lagi berasal dari kabut lilac melesak.
Langkah kaki si penyihir berketepuk perlahan menjauh dari aula.
Aku bersut ke gadis di belakangku. "Nah itu baru namanya cepat. Kita menginjak si Khaba itu di
bawah telapak kaki kita. Kita lebih baik bergegas dan segera terbunuhlah oleh sesuatu yang
lain sebelum dia menemukan dimana kita sekarang."
Agak melegakan bagiku karena tidak lagi ada makhluk demonik terlantar dan tersesat apapun
yang berkeliaran di sepanjang Aula Babilonia, dan akhirnya kami pun sampai di ujung keadaan
bebas gangguan. Setelah semua yang terjadi adalah hal yang mudah untuk merunduk melewati
ruangan Hittite, berbelok ke Annexe Sumeria, ambil jalan kiri di samping Kabinet Celtic 5) dan,
tepat sebelum kami mencapai Aula Mesir yang melintang (dan dijaga), melangkah melintasi
lorong sempit memasuki beranda selatan di sisi taman.
5) Cabinet Celtic: rak pakaian yang berisi sejumlah kecil pot berisi tanaman woad dikeringkan dan
rumput-rumput berjumbai, yang dibawa kesini dari kepulauan Breton. Jin-jin Solomon telah menjelajahi
dunia ke berbagai jurusan, berburu kajaiban budaya untuk menstimulir nafsu makannya. Beberapa
perjalanan membawa hasil keuntungan lebih baik dari perjalanan lainnya.
"Oke" aku menarik nafas. "Sekarang kita berhenti sebentar dan melakukan pengintaian. Apa
yang kau lihat di sini?"
Langit di luar serambi adalah yang terdalam, terhitam dan paling misterius. Udaranya jernih;
angin malam masih membawa kehangatan dari gurun. Aku mengamati bintang-bintang: menilai
kecemerlangan Arcturus, dan berkurangnya Osiris, kami punya empat atau lima jam tersisa
sebelum fajar. Taman-taman membentang dari kami berada menuju utara dan selatan. Berwarna sekelam
tinta, kecuali tempat dimana cahaya kotak dari jendela-jendela istana memelintir pada belikar
dan patung-patung, air mancur, pohon palem, bunga-bunga oleander. Pada jarak yang tak
terjangkau mata di utara terdapat dinding hitam menara raja yang berdiri gembira tidak jauh
samping bangunan harem, tapi terpisah jarak dari bangunan utama istana. Di selatan dimana
banyak aula-aula publik, termasuk kamar para pengunjung, ruangan dimana para pelayan
manusia Solomon tinggal dan bekerja, dan " agak berjarak dari bangunan-bangunan lainnya "
ruangan hartanya, dipenuhi emas.
Gadis itu sudah menamati semua ini. "Itukan taman-tamannya" Kelihatan cukup tenang?"
"Yang menunjukkan sejauh mana kau tahu," kataku. "Kalian manusia benar-benar tak berguna,
benarkan" Semua ada disini. Lihat patung yang ditutupi rhododendron itu" dia afrit. Kalau kau
bisa melihat jelas plane-plane yang lebih tinggi, kau lihat " well, mungkin akan lebih baik kalau
kau tidak bisa melihat yang dilakukannya. Dia satu di antara kapten giliran jaga malam. Semua
penjaga di area istana ini akan melapor padanya secara berkala; mereka saling menjaga antar
sesamanya juga, cuma untuk memastikan tidak ada sesuatu yang tidak baik terjadi. Aku melihat
lima " tidak, enam " jin yang kalau tidak bersembunyi di semak samun, bergelantungan di
pohon, ada juga sejumlah makhluk kunang-kunang menggumpal yang tidak ingin kulihat sama
sekali. Di tengah tempat jalan kaki itu ada benang perangkap yang akan memicu sesuatu yang
sangat tak menyenangkan, dan di atas di langit sana ada kubah plane ke lima yang tinggi dan
besar sekali menutupi taman; makhluk halus apapun yang terbang melewatinya akan
mengaktifkan alarm. Jadi, dengan mempertimbangkan semua itu masak-masak, bagian istana
ini diisolasi dengan cukup baik."
Aku akan menerima menyeberang?" perkataanmu." Kata gadis itu.
"Lantas bagaimana kita akan "Kita tidak bisa," kataku. "Tidak sekarang. Kita harus membuat suatu pengalih perhatian. Kupikir
aku bisa mengaturnya, tapi sebelumnya, aku punya satu pertanyaan untukmu. Mengapa?"
"Kenapa apa?" "Kenapa kita melakukan ini" mengapa kita harus mati?"
Gadis itu mengerutkan wajahnya. Dipikir dulu! Betapa hal itu membebani hatinya. "Kukatakan
ya. Solomon mengancam Sheba."
"Dan bagaiman tepatnya"
"Dia menuntut Dupa frankincense kami! Upeti tahunan dalam jumlah besar! Kalau kami tidak
memberikan, dia akan menghancurkan kami! Begitulah yang dia katakan pada ratu."
"Dia datang sendiri, pastinya?"
"Bukan. Dia mengirim pembawa pesan. Memang apa ada bedanya?"
"Mungkin tidak ada. Maka bayarlah upetinya."
Ekspresi wajahnya seperti kalau aku menyuruhnya mencium mayat. marah, tidak percaya,
sesuatu yang mendadak muncul berdesakan mengambil tempat di wajahnya yang terguncang.
"Ratuku tak akan pernah menyetujui hal semacam itu," dia mendesis. "Yang seperti itu akan
menjadi kejahatan bagi kehormatanya!"
"Ya-aa-a-a," kataku. "Dan kita berdua akan mati."
Selama sedetik kau dapat merasakan kesadarannya berputar; kemudian ekspresi wajahnya
seketika berubah kosong. "Aku melayani ratuku, sama seperti yang dilakukan ibuku, dan neneknenekku, dan ibu-ibu mereka sebelumnya. Untuk itulah kami semua ada. Sekarang, kita terlalu
banyak membuang-buang waktu. Ayo pergi."
"Bukan kau," kataku singkat. "Kau harus tetap tak terlihat disini sebentar, dan jangan bicara
pada imp aneh manapun saat kutinggalkan. Sori " tak ada komentar!" gadis itu baru saja akan
menyemburkan pertanyaan dan tuntutan berkepanjangan. "Semakin lama kita disini, maka
Khaba akan cepat menemukan kita. Maridnya Ammet mungkin sudah mulai melacak jejak
auramu. Apa yang perlu kita lakukan adalah menemukan subuah tempat yang tepat untukmu
bersembunyi " Aha!"
"Aha" barusan adalah aku yang melihat segerumbul semak mawar lebat tidak jauh dari jendela
luar serambi. Semak-semak itu berdaun kemilau, ada beberapa bunga yang agak layu dan
banyak sekali onak berduri yang sangat mengerikan. Semuanya dalam satu paket, aku merasa
tempat itu sempurna untuk kepentingan kami. Serobotan cepat, angkatan dan gelantungan
singkat, dan gadis itupun tercebur, masuk ke dalam bagian, yang paling lebat dan berduri dari
semak mawar itu. Aku mendengarkan dengan penuh harap " tidak terdengar apa-apa bahkan pekikan kecil pun
tidak. Gadis itu sudah dilatih dengan sangat baik.
Dengan keterjaminan keamanannya, aku berubah menjadi seekor jangkrik kecil, kelabu dan
agak tampak tidak penting, setelah itu mengudara melintas sepanjang pinggiran taman, tetap
rendah di antara bunga-bunga.
Kau mungkin sudah mencermati bahwa setelah semua kemarahan dan kemurunganku pada
awalnya, kini aku telah menemukan kembali sejumlah besar s"mangatku yang biasanya.
Kenyataannya adalah suatu keriangan yang aneh, fatalistik mulai menancapkan kuku-kukunya
padaku. Kenekatan tipis, sedikit mati rasa yang menyertai apa yang sedang berusaha
kulakukan saat ini sudah mulai menyeruakan seruannya sendiri. Oke, memang ada bagianbagian kematian tertentu, yang mana bukan hal baru, tapi katakanlah aku tidak punya pilihan
lain dalam hal itu, aku menemukan diriku agak menyukai tantangan pekerjaan malamku ini.
memperdayakan tempat penuh makhluk halus" memusnahkan penyihir paling kenamaan yang
pernah hidup" Mencuri artefak sihir paling kuat yang pernah ada" Semuanya adalah sasaran
tujuan yang layak bagi Bartimaeus dari Uruk yang melegenda dan penggunaan waktu yang
sangat jauh lebih baik dibandingkan membawa-bawa sekantung penuh artichoke ke istana,
atau menjilat-jilat didepan master seperti si Mesir keji itu. aku agak itulah yang akan dikatakan
Faquarl kalau dia dapat melihatku saat ini.
Omong-omong soal master, si gadis Arab mungkin memang obsesif, sinting, dan agak tidak
berselera humor, tapi mengabaikan kemarahanku pada kekurangajaran pemanggilannya
terhadapku, aku tidak mampu sepenuhnya mengabaikan dirinya. Keteguhan hati yang
menerangi personalitasnya; juga,fakta bahwa dirinya siap berkorbankan nyawa bersamaku.
Si jangkrik yang tidak penting mengarah ke selatan di tepian taman, pada arah yang
berlawanan dari apartemen raja. Saat aku terbang, aku mencermati posisi banyak sekali
penjaga yang dapat kulihat, meneliti ukuran, cara dan bagaimana auranya bergetar.
Kebanyakan adalah jin berkemampuan menengah, dan mereka cukup banyak di sekitar sini,
sekalipun lebih sedikit dari bagian utara taman.
Karena kebanyakan dari kami mampu mengadopsi wujud apapun, cara yang paling bisa
diandalkan untuk menaksir kekuatan relatif kami dengan singkat adalah dari aura kami, yang
membesar atau menyusut (menyusut biasanya) selama kami berada di bumi.
Kupikir akan ada ruang untuk membuat mereka lebih sedikit dari ini.
Aku terutama tertarik pada bagian yang agak menyendiri terpisah dari bagian taman lainnya tak
jauh dari ruangan harta Solomon: kau akan melihat atapnya membubung tak jauh di balik
pepohonan. Sebelumnya aku akan berhadapan satu lawan satu dengan jin yang ditempatkan
disini, yang berdiri di atas seluruh tubuhnya disisi barang antik Solomon, di sebuah piringan
besar batu yang dimakan cuaca yang berdiri tegak lurus di atas rumput.
Aku sangat gembira saat mengetahui bahwa aku bisa mengingatnya tanpa masalah. Dia tidak
lain dan tidak bukan adalah Bosquo, si penghitung biji kecil belagu yang memeriksaku saat aku
membawa artichoke dengan "terlambat" dua minggu penuh sebelumnya. Dia berdiri dengan
lengan terlipat dipenuhi rumput, perut buncitnya menonjol, dan seraut ekspresi melamun yang
jelek sekali di wajahya yang tampak muram.
Tempat apa lagi yang lebih baik untuk memulainya"
Sayap si jangkrik mulai mengepak sedikit lebih cepat, dengan tempo sedikit lebih menakutkan.
Dia membuat serangkaian putaran dan belokan hati-hati di udara memastikan tidak ada orang
lain di dekat-dekat sini, lalu mendarat pada batu leher Bosquo. Aku menepuk bahunya dengan
kaki depanku. Bosquo menggerutu keheranan, dan menolehkan kepalanya.
Dengan ini, malam pembantaian besar-besaran pun dimulai.
Rasanya suasana sangat tenang saat aku memulai aksi pembantaian besar-besaranku ini,
sungguh, sebenarnya, aku tidak ingin mengganggu siapapun.
Mengurus si Bosquo menghabiskan waktu kira-kira lima belas detik. Itu sudah lebih lama dari
yang kuharapkan. Soalnya dia punya sepasang gading canggung neh di mulutnya.
Empat menit selanjutnya kuhabiskan untuk melakukan beberapa kunjungan kecil ke penjaga
lain di areal sekitar taman itu. Setiap pertemuan sama singkatnya, tajam dan relatif tanpa rasa
sakit " setidak-tidaknya untukku.1)
1) Aku tidak akan menjelaskan detailnya disini, untuk menjaga perasaan para pembacaku yang terlalu
pemilih. Cukup dikatakan bahwa pemandangan tidak enak di sekitar sini sudah dimeriahkan oleh
humorku yang pedas, plus beberapa perubahan wujud agak pandai, yang memberikan efek menghibur
pada" Well, kau akan segera tahu.
Setelah semuanya beres, aku kembali menjadi jangkrik dan " sementara agak kekenyangan
dan lembam " beringsut kembali ke arah si gadis berada. Tapi aku tidak akan membawa gadis
itu, tidak sekarang; aku lebih tertarik pada kapten penjaga shift malam yang berdiri dekat
semak-semak rhododendron. Aku mendekatinya sedekat mungkin namun tetap aman;
kemudian, menyunggingkan senyum berseri-seriku pada sebuah lagi pahatan Solomon yang
tidak biasa, merangkak perlahan dibawah lekukan pahanya untuk melihat perkembangan
situasi terakhir. Mereka tidak butuh waktu lama sebelum mulai berdatangan.
Si afrit menyamarkan diri sebagai patung dirinya sendiri pada plane pertama " sesosok gadis
pemerah susu "atau tokoh cerita fiksi serupa itu" yang sok sopan. Di sisi lain ia adalah
gergasi kelabu bermata melotot dengan lutut menonjol, dengan ban lengan perunggu di
tangannya dan cawat bulu burung unta di bagian bawah tubuhnya; atau dengan kata lain dia
adalah benar-benar jenis makhluk halus yang aku tidak ingin dekat-dekat dengannya saat aku
dan gadis itu melintasi taman. Di ikat pinggangnya tersandang terompet yang luar biasa besar
dari gading dan perunggu.
Tidak lama lagi sesuatu akan terjadi. Keluar dari rimbun semak-semak dengan berlari tergesagesa seekor kera berpenampilan canggung, dengan moncongnya yang berwarna pink terang
dan rambut kuning bergoncang-goncang. Ia meluncur kemudian berhenti di hadapan si afrit,
duduk dengan pahanya dan melakukan salam singkat. "Zahzeel, aku membutuhkan perintah!"
"Well, Kibbet?"
"Aku sudah menjalankan patroliku di taman bagian selatan. Bosquo menghilang dari posnya."
Si afrit mengerutkan dahinya. "Bosquo" Yang berjaga dibawah ruang harta" Dia meninggalkan
tempatnya untuk melakukan patroli di Rose Glade dan seluruh arbour daerah timur. Tak salah
lagi kau akan menemukannya di sana."
"Aku sudah mencarinya di bawah setiap daun dan ranting," si kera men-jawab. "Bosquo tidak
tampak dimanapun." Si raksasa menunjuk ke kubah berkilauan jauh di atas taman. "Nexus terluar belum ditembus,
artinya serangan tidak datang dari luar. Bosquo sedang pergi jalan-jalan dan akan mendapat
Mantra Tindik keras-keras saat dia memilih untuk kembali, kembalilah pada tugasmu Kibbet,
dan laporkan padaku saat matahari terbit."
Si kera angkat kaki. Aman di tempat persembunyiannya, si jangkrik mengerik puas.
Berdiri di dasaran patung selama berjam-jam adalah ideku untuk bersenang-senang, tapi
Zahleel sang raksasa tampak senang akan nasibnya. Satu atau dua menit berikutnya dia
berayun ke belakang sedikit dengan tumitnya, meregangkan lututnya satu atau dua kali dan
membuat berbagai variasi bunyi decitan dengan mulutya. mungkin dia akan menghabiskan
sepanjang malam melakukan hal ini bila diberi kesempatan.
Tapi sepertinya tidak. Diiringi hujan daun dan empat dahan tumbang, si kera menyembur keluar
dari semak-semak sekalli lagi. Penampilannya lebih kusut daripada kemunculan sebelumnya;
giginya terlihat dan matanya melotot keluar dari rongganya.
"Zahzeel! Aku melaporkan keanehan lainnya."
"Bukan Bosquo lagi kan?"
"Lokasi Bosquo masih belum diketahui, Sir. Tapi sekarang Susu dan Trimble juga hilang."
Si raksasa berhenti mendadak. "Apa" Dimana pos mereka?"
"Di perbatasan zona peringatan perjuangan harta. Seligi Susu ditemukan di taman tak jauh dari
posnya, mencuat dari taman bunga. Beberapa sisik Trimble juga berserakan disana sini, tapi
tidak ada tanda-tanda kedua jin itu di plane manapun."
"Dan nexus terluar masih tidak rusak?"
"Benar, sir." Zahzeel meninju telapak tangannya. "Kalau begitu tidak ada yang menyusup dari luar! Kalau
memang ini serangan makhluk halus Negara musuh, dia pasti diselundupkan seseorang masuk
ke istana. Kita harus memanggil balabantuan dan menuju tempat kejadian." Setelah
menyelesaikan perkataannya, si raksasa meraih terompet yang digantung di sisi tubuuhnya,
dan baru saja akan meletakkan salah satu ujungnya di mulutnya saat, dengan kilasan cahaya,
makhluk halus kecil lain termaterialisasi di udara.
Yang satu ini berwujud manekin duduk di atas cangkang tiram. "Aku membawa kabar, Master!"
decitnya. "Penjaga Hiqquus ditemukan tergencet dalam tempayan air, dia agak lumat, belum
lagi basah " tapi masih hidup. Katanya dia telah diserang?"
Si afrit mengumpat. "Oleh siapa?" 2)
2) Dia adalah satu dari hanya sedikit afrit kualitas terbaik yang bisa kau temukan, Zahzeel. Bahkan pada
saat-saat genting dia tetap menjaga bahasanya terkendali penuh
"Dia hanya sempat melihatnya sekilas, tapi " itu Bosquo! Hiqquus ingat perutnya dan
moncongnya!" Si raksasa nyaris jatuh dari tumpuannya berdiri akibat terguncang. Dia baru saja akan berbicara
saat, dalam semburan hujan tanah basah, muncul seraut wajah gazelle, muncul dari tanah
berumput dibawah si raksasa. "Master, Balaam si penjaga melesak dalam onggokan pupuk
dengan patung kelas berat menindihnya! aku mendengar rintihan teredamnya, dan dengan
bergulat pada ujung galah panjang aku baru berhasil menyentaknya bebas. Balaam yang
malang " dia tidak akan mau mencium bau belerang lagi untuk beberapa waktu yang sangat
lama. Segera setelah dia bisa bicara lagi dia menyebutkan nama si penyergap yang keji "
penyerangnya adalah si jin Trimble!"
"Zahzeel" " yang bicara Kibbet, si informan pertama " "jelas Trimble dan Bosquo sudah gelap
mata! Kita harus melacak mereka dengan kekuatan penuh."
Si raksasa mengangguk menyetujui. "Kita melihat pola disini. Penyerang mereka terfokus pada
area di sekitar harta. Emas raja terkumpul disana dan banyak harta berharga lainnya. Jelas
mereka " atau penyihir yang menjadi master mereka " bermaksud merampok atau tindakan
buruk lainnya. Kita harus bertindak cepat! Kibbet dan kalian sisanya, pergilah secepaatnya ke
blok harta. Aku akan memanggil pertolongan lebih banyak dan kita akan bertemu disana.
Dengan cepat pasukan kita akan terbentuk bila kita memperingatkan sang vizier Hiram. Biar dia
yang memutuskan untuk mengganggu tidur raja atau tidak."
Si imp bermuka gazelle membungkuk ke tanah; si manekin menghela cangkang tiramnya dan
berpusing di udara; si kera kuning melompat cepat ke udara dan, dengan mengeluarkan suara
dengkuran, berganti menjadi percikan api orange yang melayang lenyap dari pandangan.
Segala penjuru taman istana Solomon dipenuhi dipenuhi suara raungan dan bergetar saat
semua anak buah Zahzeel dipanggil ke hadapannya. Cahaya-cahaya terang berpijar di tempattempat tak terduga di antara pavilion-pavilion dan punjung-punjung; berpasang-pasang mata
terbuka di belukar dan paku-pakuan dalam pot. Pahatan-pahatan patung beringsut kemudian
berlompatan dari dudukannya. Tanaman-tanaman yang tampak tak bersalah bengkok dan
bergelung; bangku-bangku taman gemerlapan, tiba-tiba tidak berwujud seperti sebelumnya lagi.
Diseluruh penjuru taman-taman utara para penjaga tersembunyi melakukan sesuatu pada
dirinya sendiri: dan di sini mereka muncul " bertanduk, berkuku, bermata merah, dan berbusa,
makhluk dengan ekor tulang berputar-putar, dan sayap berserabut, dan perut bergoyanggoyang; dengan lubang dan tanpa lubang tubuh; ber- dan tanpa kaki; para mite yang gesit dan
para ghul yang lamban, berbagai wisp dan implet, para foliot dan jin, semuanya tanpa suara
meluncur di halaman berumput dan puncak-puncak pohon dari seluruh penjuru taman untuk
berkumpul di sekitar Zahzeel.
Si afrit mengeluarkan perintah-perintah singkat dan menepukkan tangannya. Udara menjadi
dingin; es terbentuk di pedestal dan berkilau di ujung-ujung daun rhododendron. Si raksasa
menghilang, di puncak pedestal membubung menara asap yang berdesak-desakan dan jilatan


Bartimaeus 4 The Ring Of Solomon Karya Jonathan Stroud di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sulur-sulur, dimana dari ujungnya muncul seraut mata sedih yang berkilat oleh kebuasan
suram.3) 3) Bukan efek kemunculan yang buruk, dipandang dari segi manapun. Aku mungkin akan memakainya
suatu hari nanti. Dangan asumsi aku bisa keluar dari kekacauan ini hidup-hidup.
Membelit-belit seperti pegas, si tiang asap melesat ke atas ke udara dan hilang dari pandangan
diatas semak shrubbery. Kemudian mengikuti dibelakangnya ledakan pergerakan gerombolan
Zahzeel yang mengudara, atau, yang berderap di tanah. Dalam beberapa detik saja
keseluruhan arak-arakan itu bergemuruh mengguntur menuju ke arah selatan ke arah tempat
penyimpanan harta berada " yang tepatnya aku tidak ada di sana, dan tidak ingin kesana.
Ke arah utara, bagaimanapun, seisi taman tenang dan damai.
Di tempat pahatan eksotis berada, si jangkrik meloncat-loncat gembira sesaat sambil tersenyum
nakal riang gembira. Skor sejauh ini dapat diringkas sebagai berikut: Bartimaeus dari Uruk = 1,
rombongan makhluk halus Solomon = 0. Lumayan juga untuk kerja dua belas menit, kukira kau
pasti sepakat denganku. Tapi aku tidak berlama-lama merayakan. Aku tidak bisa mengatakan
berapa lama hal ini berlangsung sebelum Zahzeel & Co. kembali.
Untuk menjaga perasaan mendesak ini tidak mengendur, aku mengeluarkan gadis itu dari
semak mawar dalam dua jentikan jari dan membawanya berlari di sampingku ke utara melintasi
halaman rumput. Saat kami bergerak, aku memberinya kisah kemenanganku dengan rendah
hati dan s"ksama " hanya kerangka cerita utamanya saja, menjaganya tetap singkat padat dan
tidak kelihatan pamer, seperti kebiasaanku, membatasi bandingan historis-nya menjadi
minimum dan hanya mengikutsertakan didalamnya tiga buah lagu puji-pujian pribadi bersajak.
Saat aku selesai, aku menunggu penuh harap, tapi gadis itu tidak berkata apa-apa; dia masih
sangat disibukan mencabuti duri dan onak dari pakaian dalamnya.
Akhirnya dia menyelesaikannya. "Bagus," katanya. "Kerja bagus."
Aku melotot pada gadis itu. "Kerja bagus" Cuma itu yang bisa kau kata-kan?" aku menunjuk
pohon-pohon dan punjung-punjung desa yang ada di sekitar kami. "Lihat " tidak ada apapun
tersisa di plane manapun! Aku baru membersihkan jalan langsung menuju pintu Solomon. Satu
marid tidak mungkin melakukannya lebih baik dari ini dalam waktu yang tersedia. Kerja bagus?"
aku memandanginya dengan marah. "Balasan macam apa itu?"
"Kalau begitu terima-kasih," katanya. "Akankah mastermu yang lain mengucapkannya lebih
baik?" "Tidak." "Bagus, kalau begitu."
"Hanya saja kukira kau mungkin melihat hal-hal dengan cara yang berbeda," kataku dengan
malas. "Kau tahu, dalam penilaian kau yang menjadi budak diri sendiri."
Hening disini; di depan mata kami, di antara rimbun pepohonan, apartemen raja sekarang
sudah dapat dilihat, suatu massa gelap berkubah menjulang tinggi menggapai cahaya bak susu
bintang-bintang di langit.
Gadis itu melompati kanal kecil berubin yang menandai awal dimulainya taman-taman air.
Katanya: "Aku bukan budak."
"Tentu." Aku sudah berwujud manusia lagi: pemuda tampan Sumeria, aku mengekor malas di
belakangnya, seperti seekor serigala, dengan langkah-langkah ringan. "Aku ingat. Kau adalah
"pengawal istana turun-temurun". Salah satu yang terbaik. Sama sekali berbeda. Bagian kecil
"turun-temurun" ini, kebetulan " apa maksudnya itu?"
"Apa belum jelas, Bartimaeus" Aku mengikuti ibuku, dan ibu ibuku, dan seterusnya sejak dulu
sekali. Aku, seperti mereka, memikul peran suci melindungi hidup sang ratu. Tidak ada
panggilan yang lebih tinggi lagi dari itu. kemana sekarang?"
"Ke kiri menyusur danau itu " ada titian yang bisa kita lewati di sana. Jadi kau sudah disiapkan
untuk hal-hal seperti ini sedari lahir?"
"Well, dari awal masa kanak-kanak. Saat bayi aku tidak bisa memegang pisau."
Aku melirik gadis itu. "Apa tadi itu lelucon, atau sekedar pikiran jujur yang sangat tersiksa"
Kutebak yang terakhir."
Gadis itu berkata datar: "Jangan pernah mencoba merendahkanku, demon. Posisiku mulia. Ada
altar spesial di Kuil Matahari yang didedikasikan untuk para pengawal sepertiku. Para pendeta
memberkati kami secara pribadi satu per satu pada setiap festifal. Sang ratu menyapa kami
dengan nama masing-masing."
"Oh, betapa menggetarkan hati," kataku. "Tunggu, hati-hati di jembatan " ada benang
perangkap kejut di plane ke dua " dia akan memicu alarm. Saat kau sampai ke tengah, lakukan
lompatan kecil sepertiku. Itu dia; kau sudah melewatinya " sekarang, sedikit pertanyaan.
Apakah kau, setiap saat, punya pilihan akan apa yang akan kau lakukan" Dapatkah kau
menjadi apapun yang kau suka selain dari menjadi pengawal?"
"Tidak. Dan aku juga tidak menginginkannya. Aku mengikuti ibuku."
"Tidak punya pilihan," kataku. "Nasib ditentukan sejak lahir. Diperintahkan untuk mengorbankan
dirimu sendiri untuk seorang, master tak berperasaan. Kau itu budak."
"Ratu bukan orang tak berperasaan," gadis itu menjerit. "Dia nyata-nyata bercucuran air mata
saat dia mengirimku?"
"kesini untuk mati," aku menyelesaikan ucapannya. "Kau tidak punya kemampuan melihat apa
yang sudah sangat jelas di depan batang hidungmu, iya" Omong-omong tentang itu, ada
jebakan lain di depan sana, digantung di antara dua pohon itu. Jongkok ke bawah dua kali,
seperti ini, baik-baik dan serendah mungkin. Itu dia, kau berhasil melewatinya. Contohlah aku,"
aku melanjutkan saat kami mulai melangkah kembali. "Kau punya angan-angan akan gelar dan
pandai sekali dalam persenjataan, tapi kau sama diperbudaknya seperti kalau lehermu
dipasangi rantai. Aku kasihan padamu."
Gadis itu dalam keadaan cukup buruk sekarang. "Diaam!"
"Sori, jangan pernah diam. Satu-satunya perbedaan di antara kau dan aku adalah aku
mendapatkan pengetahuan diri. Aku tahu aku diperbudak, dan itu menjadikannya pemicu. Itu
memberiku sekedar seiris tipis bayangan remang-remang tentang kebebasan. Kau bahkan tak
pernah mendapatkannya. Ratumu pasti sedang tertawa sampai mahkotanya copot, kau itu
begitu berhasrat untuk patuh setiap dia bertingkah ."
Sesuatu berkilat dalam cahaya bintang; satu belati berada di tangannya. "Jangan pernah berani
melontarkan kata-kata nistamu pada ratu, demon!" salak gadis itu. "Kau tak akan bisa
membayangkan tanggung jawab yang diembannya. Dia percaya penuh padaku, dan aku juga
percaya padanya. Aku tidak akan pernah mempertanyakan apapun perintah yang
diberikannya." "Kelihatannya memang tidak," kataku kering. "Baik, hati-hati disitu: kita butuh tiga kali loncat,
satu mengikuti yang sebelumnya, setinggi yang kau bisa. Itu dia. Sekarang merunduklah
melewati empat " bergelayut ke depan " coba dan usahakan bokongmu lebih rendah sedikit
" kebawah lagi " OK, kau boleh berdiri sekarang."
Gadis itu melotot padaku disepanjang halaman rumput kosong dengan ragu. "Berapa banyak
benang perangkap yang tersembunyi disini?"
Aku melenggang ke arahnya, menyeringai. "Sama sekali tidak ada. Yang barusan adalah
sedikit ilustrasi dariku pada apa yang ratumu lakukan padamu " pun dengan sangat terhibur
menontonya. Kau pastinya tidak mempertanyakan perintah apapun, bukan" "kepatuhan buta
untuk tujuan yang tidak baik" " itu bisa kau jadikan motomu."
Gadis itu megap-megap dalam mata gelap; pisau di tangannya seketika diseimbangkan dengan
apik pada jempol dan telunjuk. "Aku harus membunuhmu untuk itu."
"Yeah, yeah, tapi kau tidak bisa." Aku berpaling dari hadapannya dan mulai meneliti blok-blok
batu besar pada bangunan yang menjulang di depan kepalaku. "Kenapa" Karena itu tidak akan
membantu ratumu yang berharga itu. disamping itu, aku sedang tidak berada di lingkaran
sekarang. Aku bisa mengelak darinya dengan cukup baik, bahkan saat aku sedang
menghadapkan bokongku ke mukamu. Tapi demi segalanya, cobalah, kalau kau suka."
Untuk beberapa saat kemudian tidak terdengar suara apapun dari belakangku, kemudian aku
mendengar kaki melangkah menginjak rumput. Saat gadis itu menghampir ke sisiku, pisaunya
sudah ada di ikat pinggang.
Dia merengutkan wajah ke hamparan batu bangunan. Pada kakinya yang dimiringkan sebelah
sisa-sisa terakhir taman-taman utara habis ditelan pahatan berantakan kuntum-kuntum pohon
melati. Bunga-bunganya yang putih pucat mungkin akan tampak lumayan indah saat siang, tapi
dibawah spektrum cahaya bintang-bintang malam itu justru membawa pikiran kita pada
tumpukan tulang-belulang.
"Itu dia, kalau begitu?" gadis itu berkata.
Aku mengangguk. "Yep, mungkin dalam segala pengertian. Itu adalah menara Solomon.
Terdapat nok berbalkon di suatu tempat di ketinggian sana, yang mana kuusulkan sebaiknya
kita mencoba masuk lewat sana. Tapi aku punya pertanyaan terakhir sebelum kita
melakukannya." "Baik?" "Apa yang akan ibumu pikirkan tentang tindakanmu ini" tentang kedatanganmu kesini, semua
yang kau lakukan hingga kini. Apakah dia akan sesenang kau?"
Tak seperti pertanyaan penyelidikku yang lainnya, gadis itu tampaknya menemukan jawaban
yang ini dengan sangat mudah. "Ibuku meninggal dalam pelayanan pada ratu yang terakhir,"
katanya ringan. "Saat dia melihatku dari kerajaan Dewi Matahari, aku yakin dia menghargai
semua yang kulakukan sampai sekarang."
"Aku paham," adalah satu-satunya yang kukatakan. Dan pun aku memang mengerti.
Beberapa hal selalu sama, kuharap saat itu aku sudah berubah menjadi burung roc, phoenix,
atau burung hebat lainnya, menangkap gadis itu pada kakinya dan mengereknya naik dengan
tidak sopan ke balkon. Sedihnya, aku terhalang melakukannya oleh bahaya nyata di atas sana:
banyak sekali Denyar berpendar pencari hijau muda, bergerak-gerak di ketinggian berbeda di
sekeliling dinding menara. Lampu-lampu sorot itu tidak bergerak terlalu cepat, tapi juga sangat
tebal dan pun arah geraknya tidak menentu, kadang-kadang bertambah cepat untuk alasan
yang tidak jelas. Benda terbang apapun tak pelak akan bertabrakan dengan setidaknya satu
dari mereka, yang mendatangkan akibat yang tidak menyenangkan.
Mereka terlihat di plane pertama juga, jadi gadis itu pun bisa melihatnya. "Apa yang bisa kita
lakukan sekarang?" "Kita membutuhkan," kataku, "wujud yang tepat " apa yang nempel ke dinding?"
"Laba-laba," gadis itu berkata. "Mungkin siput."
"Aku tidak mau laba-laba. Terlalu banyak kaki yang harus dioperasikan; aku jadi bingung. Aku
bisa jadi siput, tapi kita akan disini bergelantungan sampai pagi, dan, lalu bagaimana caraku
memegangimu?" aku menjentikkan jariku. "Aku tahu! Seekor kadal besar yang manis."
Sambil mengatakannya, si pemuda tampan tidak tampak lagi, dan di tempat dia tadinya berdiri
muncul seekor geko raksasa dengan tampang yang tidak terlalu menawan, lengkap dengan
sepasang alat semacam tanduk meruncing dan saling bersentuhan satu sama lain di
kepalanya, jemari kaki menghadap ke samping dengan penghisap di ujungnya, dan mata
berbonggol tanggung melesak di ujung kedua sisi mulutnya yang lengket, dan menyeringai.
"Halow," si kadal berkata, menjulurkan lidahnya yang berbuih. "Ayo berpelukan!"
Gadis itu memekik, yang mungkin akan menjadi pekikan paling nyaring melengking yang
pernah ada bahkan pada pasukan pengawal turun-temurun Sheba, kalau tidak teredam oleh
ujung melengkung ekorku yang panjang dan berotot, yang membelit menyelubungi gadis itu
dan mengangkatnya ke atas tanah. Kemudian si kadal menjejakkan kakinya di tembok dan
mulai berjalan, memanjat batunya dengan spatula lengket yang ada pada kakinya yang lebar.
Dengan satu mata tatapanku tertuju pada jalan di depan; sedang yang satunya berputar kirakira sembilan puluh derajat melewati bahuku yang bersisik, dengan tepat dan seksama
mengawasi denyut cahaya kalau-kalau ada yang mengapung terlalu dekat. Sayang sekali aku
tidak punya cukup mata untuk menonton gadis itu terjuntai pada saat bersamaan, tapi beragam
sumpah dari kedalaman gurun Arabia cukup menenteramkan hatiku yang kulihat pada caranya
memandangku. Kemajuanku pesat, dan perjalanan kami relatif tanpa rintangan. Hanya sekali Denyar berpendar
datang entah dari mana, dan aku bergoyang ke samping untuk menghindarinya " aku merasa
udara sesaat terasa lebih dingin saat benda itu memantul di batu dinding di samping kepalaku.
Semuanya tampak sangat baik-baik saja, singkatnya; sampai, yaitu, saat gadis itu meneriakkan
sesuatu dari bawahku. "Apa katamu barusan?" kataku, memutar mataku yang mendongkol ke arahnya. "Kuberitahu ya,
aku gak bisa jadi laba-laba. Dia itu makhluk penuh kaki. Anggap saja dirimu beruntung aku gak
jadi siput." Wajahnya memutih, yang mungkin karena mabuk kendaraan, tapi gadis itu juga menunjuk ke
atas dan ke samping pada saat yang sama. "Bukan." Kaoknya. "Satu laba-laba " disana."
Si kadal mengarahkan kedua matanya ke jurusan itu kemudian, tepat waktu untuk mendapati jin
laba-laba besar, gemuk, mendesak keluar dari bukaan terembunyi di dinding. Dia bertubuh
tarantula, besar mengembung seperti mayat sapi yang hanyut terbawa banjir. Masing-masing
kakinya beruas-ruas seperti bambu dan berujung meruncing seperti sengat. Wajahnya,
meskipun begitu, adalah manusia, dengan janggut kecilnya yang dicukur rapi dan bertopi
kerucut. Jelas, sebagai pengawal Solomon, dia tidak berada di bawah perintah Zehzeel; kalau
bukan, kalau tidak, dia pasti tuli. Yang manapun, dia bereaksi lumayan cepat sekarang.
Pancaran jemaring kuning ditembakkan dari bagian bawah perutnya yang seperti kantung dan
menghantamku dengan kekuatan penuh, melepaskan cengkeramanku pada tembok. Aku
terjatuh beberapa kaki, menggapai-gapai putus asa dan akhirnya bergelantungan dengan satu
kaki, diselubungi jaring, berayun maju-mundur di atas ketinggian.
Di suatu tempat di bawahku, aku mendengar gadis itu menjerit, tapi aku tidak punya waktu
memperhatikannya. Salah satu kaki si laba-laba terangkat, bersiap melancarkan Mantra
kobaran api dari ketinggian di atas taman; segera semua budak Solomon akan melihatnya dan
berdatangan ke tempat kejadian.
Tapi si kadal bertindak, dengan satu kakiku yang bebas aku melepaskan Mantra selubung
untuk membungkus si laba-laba. Mantraku berkelip muncul bertepatan dengan saat Mantra
kobaran api dilepaskan: bola energi menghantam sisi dalam selubung, memantul dan memantul
menghantam perutnya yang seperti balon. Pada waktu yang bersamaan, si kadal melepaskan
diri dari kekangannya dengan sekali tebasan cakar depan.
Badan si laba-laba beruap di tempat dimana Mantra kobaran api menghantamnya, dia
menghancurkan selubungnya menjadi kepingan-kepingan dengan rapalan singkat mantra
pembalik, lalu menekuk lututnya dan melompat lurus ke bawah ke arahku. Aku berayun ke
samping, mengelak dari sapuan lengan-lengannya dan, menjebaknya dengan kaki belakangku
yang berdiri mengeras, memuntirnya berputar dan berputar sekuat tenaga yang mampu
kukerahkan, sebelum membantingnya dengan seluruh kekuatan yang bisa kukumpulkan, lurus
ke arah Denyar berpendar yang bergerak-gerak tiga puluh kaki atau lebih di arah seberang.
Kilasan; medan pita cahaya hitam dan kuning menelan si jin, ketat, dan semakin ketat "
memerasnya hingga binasa.
Pancaran-pancaran sihir tadi sangat disesalkan, karena mungkin saja dapat terlihat dari
selatan, tapi dalam keadaan seperti tadi, pikiran seperti itu tidak benar-benar bisa membantu. Si
kadal melihat ke bawah ke gadis yang berayun-ayun menjuntai dan memberinya kedipan mata
lebar. "Kau suka teknikku melempar tadi" Aku menyeringai. "Aku mempelajarinya dari teknik
lontar-bajing bersama orang mongol nomaden.4) Pada suatu malam yang tenang kami" Oh!
Tidak! Apa yang kau lakukan?"
4) Pada suatu malam yang tenang kami berangkat ke danau Baikal dengan membawa sekeranjang
bajing gemuk dan meluncurkan mereka melawan arus ombaknya. Rekorku adalah delapan kali
memantul, tujuh kali mendecit.
Gadis itu sekali lagi memperseimbangkan belati perak itu di tangannya; tangannya sudah ditarik
mundur, matanya melotot liar.
"Jangan!" teriakku. "Kau akan membunuh kita berdua! Kau akan?"
Kisaran cepat; pisau itu meninggalkan tangannya, melesat pesat melewati moncong hidungku
dan melesak pada sesuatu yang dekat di belakangku dengan suara lembut, basah dan percikan
yang sangat meyakinkan. Mata si kadal sekali lagi berputar, hanya untuk menemukan seekor jin laba-laba gemuk, besar
kedua yang memandang keheranan belati perak yang tertanam di pusat perutnya. Kaki-kakinya
yang sudah diperseimbangkannya di atas kepalaku, kini menggelepar lemah ke arah lukanya
yang beracun. Rohnya menjadi kelabu dan memudar; seperti jamur beracun yang sudah sangat
jompo dia menusukkan pisau itu sampai hilang masuk dalam tubuhnya, membiarkan semburan
halus debu kelabu keluar. Dia pun tumbang, jatuh dari tempatnya bertengger seperti batu,
kemudian lenyap. Malam hari sekali lagi menjadi sunyi.
Aku menatap gadis di bawahku, masih menjuntai di ekorku yang melengkung. "Bagus," kataku
pada akhirnya. "Kerja bagus."
"Kerja bagus?" mungkin karena cahaya bintang-bintang, atau mungkin disebabkan kemiringan
sisi wajahnya yang tampak olehku, tapi aku berani bersumpah melihat seulas senyum ringan
dibuat-buat pada wajahnya. "Kerja bagus" Balasan macam apa itu?"
"Baiklah," aku menggeram. "Terimakasih."
"Paham?" katanya. "Sulit, kan?"
Si kadal tidak menjawab, tapi dengan kibasan kecil ekor agak marah dia melanjutkan pendakian
dindingnya. Beberapa saat kemudian kami pun mencapai balkon.
Pendakian tembok ini membuktikan sesuatu yang menjadi pelajaran bagi Asmira. Rasa mabukudara yang dideritanya sudah cukup buruk " Asmira mempunyai dugaan kuat bahwa si jin
menggoyangkan ekornya kesana-kemari dengan semangat dan kekuatan yang lebih besar
daripada yang dibutuhkan " terlebih dari itu ia sama sekali tidak menyukai ketidakberdayaan
ekstrim yang dirasakannya. Terbelit di ekor, dan tergantung tinggi di atas tanah, hanya bisa
menonton saat si kadal bertarung dengan sangat putus asa melawan si penjaga laba-laba
pertama yang menjijikkan, Asmira menyadari untuk pertama kalinya bahwa betapa sangat
bergantung dirinya pada budaknya. Asmira berusaha menyangkalnya kalau bisa,
ketergantungannya benar-benar total. Tanpa Bartimaeus, ia tidak akan bisa sampai sejauh ini;
tanpa Bartimaeus, ia tidak punya harapan sama sekali untuk bisa mendekati sasarannya
barang sejengkalpun. Tentu saja, adalah dirinya yang dengan kecepatan berpikir dan kekuatan akalnya yang mampu
membuat si jin mau datang sebagai pelayannya " ia telah menciptakan kesempatan terbaik
yang bisa diperoleh. Tapi semuanya itu, senyatanya " didapat karana keberuntungan. Selain
penyamarannya di istana tadi, semua keterampilan dan tahun demi tahun yang ia jalani, sama
sekali tak berarti, dan kepercayaan yang ditunjukkan sang ratu padanya sudah terbukti salah
tempat. Sendirian, Asmira niscaya akan gagal.
Pengetahuan akan keterbatasannya, kelemahan dirinya, dengan segera membungkus Asmira
dan mengambil wujud yang biasa. Dalam mata batinnya Asmira menyaksikan kembali
bagaimana ibunya berdiri di atas kereta tempur di sisi singgasana, dengan para pembunuh
maju dari berbagai arah. Asmira menyaksikan pisau-pisau berkilat ditimpa cahaya matahari.
Dan kini ia dapat merasakan kembali terror akibat kelemahan dirinya waktu itu " kelemahan
dari tubuh anak enam tahun " terlampau lamban, terlampau lemah, dan terlampau jauh untuk
memberikan bantuan. Lebih parah dari kibasan ekor yang dia rasakan, adalah sensasinya akan kelemahan diri yang
membuat rasa sakitnya menusuk sampai ke hati, dan hal itu baru benar-benar menjadi
pembebasan diri bagi Asmira saat si penjaga kedua keluar tergesa-gesa dari lubang jaganya,


Bartimaeus 4 The Ring Of Solomon Karya Jonathan Stroud di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan saat dimana Asmira berhasil mencabut keluar belati dari ikat pinggangnya dan
menjatuhkan sang musuh. Seperti yang senantiasa terjadi, aksinya yang mengalir membawa
asmira pada kelegaan " kegalauan hatinya dihaluskan oleh kebanggaan akan kemampuan
yang ia miliki. Dalam sekelebatan tebasan pisau, ingatan Asmira tentang ibunya, untuk
sementara ini, hilang, dan Asmira terfokuskan kembali pada tugas didepan mata. Bahkan pada
saat-saat terakhir momen pendakian itu, dimana si jin tampaknya melontarkan Asmira ke
samping lebih kasar dari sebelum-sebelumnya, tidak memadamkan perasaannya itu, dan ia
pada akhirnya menempatkan dirinya di balkon dalam suasana hati yang lebih baik dari
sebelumnya. Asmira berada di suatu halaman santai samping berpilar, dengan pandangan terbuka menuju
bintang-bintang. Di antara pilar tampak siluet-siluet patung berdiri di atas dudukannya; disanasini berhamburan banyak meja dan kursi. Di atas, dan sekarang terlihat sangat dekat, kubang
menara membubung tinggi ke langit malam. Di dasar kubahnya, yang mana dapat dicapai
dengan jalan perlintasan beratap dari balkon, berdiri diam sebuah bubungan hitam lorong
masuk. Asmira memutar tubuhnya agar dapat melihat jalan yang sudah dilaluinya. Jauh dibawah,
tampak keperakan karena cahaya bintang, taman-taman luas bertebaran menuju ke bagian
utara istana, dimana titik-titik warna di kejauhan dapat terlihat, mondar-mandir datang dan pergi.
Seekor kucing gurun dengan telinga panjangnya yang tirus, tubuhnya rapi dan bersih dengan
ekor belang-belang berbulu lembut tegak yang melingkar di sekitar kaki dapannya, duduk di
atas pagar pembatas menonton pergerakan cahaya di bawah.
"Masih sibuk menyisir ruang, mencari bayang-bayang kosong," ujar si kucing. "Dasar
sekumpulan dungu." Si kucing menggelengkan kepala dengan kasihan, kemudian dia menoleh
ke arah Asmira dengan matanya yang besar dan berwarna hijau lilac. "Coba renungkan ini, kau
bisa saja memanggil salah satu dari mereka. Apakah kau tidak merasa beruntung mendapatkan
aku?" Asmira meniup seuntai rambut dari wajahnya, sakit hati karena si jin baru saja mengucapkan isi
benaknya. "Kau cuma beruntung." Katanya keras kepala. "Lihatlah dari sisi akulah yang telah
mengeluarkanmu dari botol itu, dan akulah yang barusan membunuh makhluk laba-laba itu
untukmu." Ia memeriksa ikat pinggangnya. Dua pisau lagi tersisa. Well, itu mungkin cukup.
"Katamu kita berdua beruntung bisa bertahan hidup sampai sejauh ini." Kata si kucing gurun. Ia
melompat tanpa suara ke lantai. "Mari kita lihat sejauh mana keberuntungan masih memihak
kita." Dengan ekor berdiri dan sungut ditegakkan, dia berjingkat-jingkat kecil, masuk keluar naungan
bayang-bayang. "Tidak ada kutukan yang nyata, tidak ada benang jebakan, tidak sulur-sulur
menjuntai ?" si kucing bergumam. "Tempat ini bersih. Solomon harusnya sudah
mempercayakan semuanya pada makhluk-makhluk barusan. Kalau begitu, lorong ini " tak ada
pintu, hanya kerai tebal. Sedikit terlalu mudah, yang membuat siapapun berpikiran demikian "
dan mungkin memang benar, karena ada nexus di plane ke tujuh." Si kucing menoleh melewati
punggungnya yang halus berbulu saat Asmira mendekat. "Untuk kau ketahui, benda ini mirip
jaring laba-laba berkilau mutiara yang dirangkaikan menutupi semua jalan kita. Sungguh benarbenar cantik, terutama kalau terpicu."
Asmira mengerutkan dahinya. "Apa yang bisa kita lakukan?"
"Kau, seperti biasa, tidak bisa melakukan apapun kecuali berdiri di sekitarnya dan melihat-lihat.
Aku, di pihak lain, punya pilihan. Sekarang, berhentilah bicara sebentar. Aku harus
berkonsentrasi untuk yang satu ini."
Si kucing melakukannya dengan sangat tenang. Dia duduk di depan bukaan lorong,
memperhatikannya dengan seksama. Kemudian ia mulai bersiul dengan suara yang sangat
lirih, hampir tak bisa didengar telinga. Sekali dua kali dia mengangkat kaki depannya,
menggerakkan kakinya dari satu sisi ke sisi lainnya, tapi selain itu tampaknya dia tidak
melakukan apa-apa. Asmira menontonnya dengna sedikit frustrasi, kemarahannya muncul
kembali akibat kepercayaan buta pada budaknya. Dan dia memang seorang budak " tak ada
keraguan mengenai hal itu. Tak peduli apapun yang Bartimaeus nyatakan sebelumnya, tak ada
kesamaan antara dia dan dirinya. Sama sekali tidak ada. Kalimat-kalimat pemanggilan yang
diucapkannya menegaskan status budak Bartimaeus sejelas hitam dan putih. Yang sama sekali
berbeda bila dibandingkan dengan kerelaan Asmira untuk patuh pada ratunya.
Asmira memikirkan Sang Ratu Balqis, menunggunya kembali di Marib " berharap, berdoa untuk
kesuksesan pengawal kerajaan-nya. Hanya tersisa satu hari sebelum tenggat waktu! Mulai
sekarang mereka semua mungkin sudah berasumsi bahwa Asmira telah gagal dan mulai
mengambil langkah selanjutnya mengantisipasi datangnya seragan. Asmira bertanya-tanya
dalam hati sihir pelindung macam apa yang sedang digagas para pendeta putri untuk
menyelubungi kota saat ini, demon-demon seperti apa yang pada akhirnya mereka kerahkan,
pertahanan mati-mati"
Bibirnya merapat. Asmira sudah sangat dekat sekarang. Ia tidak akan gagal.
Si kucing tiba-tiba tertawa-tawa sendiri dan menyentakkan ekornya den-gan gembira. "Ini dia!
Lihatlah keindahannya! Nafas Penakluk memang pemecah yang hebat kan" Selalu berfungsi
kapan saja." Asmira memelototinya. "Aku tak bisa melihat bedannya."
"Well, tentu saja kau tidak bisa. Kau manusia dan oleh sebab itu, demi hukum alam yang abadi,
sepenuhnya tanpa harapan. Aku tadi menggunakan Mantra Tiupan Nafas untuk mendorong
nexusnya ke samping, lihat, dan memberinya Mantra Segel untuk menjaganya tetap terbuka.
Ada lubang yang bagus di tengah sini. Tidak terlalu besar " aku tidak mau mengambil resiko
benang-benangnya bersentuhan satu sama lain. Jadi yang harus kita lakukan adalah melompat
melalui lubangnya. Ya, aku tahu kau tidak bisa melihatnya. Lakukan saja apa yang kulakukan."
Si kucing gurun melontarkan tubuh dengan penuh semangat melalui bagian tengah antara
lantai dan langit-langit lorong lengkung itu, dan mendarat dengan ringan hanya sedikit di depan
tirai yang menggantung. Asmira tidak meneluh; membayangkan lintasan si kucing dalam
pikirannya, ia mundur sejauh dua langkah, berlari ke depan dan bersalto di udara dengan
putaran-putaran yang rapat. Pada puncak tertinggi lompatannya ia merasakan adanya sesuatu
yang dingin dan dekat; benda itu tidak bersentuhan dengannya dan terlewati. Asmira
menjentikkan kepalanya melewati kaki, mendarat tepat di samping si kucing gurun dan, karena
sisa momentum yang dihasilkan gerakanya tadi, mendorong kepalanya lebih dahulu masuk
menembus kerai. Asmira berhenti saat seluruh anggota tubuhnya sudah masuk, setengah melintang ke dalam
ruangan di balik kerai. Ruangan itu dirancang dengan perbandingan megah, panjang dan tinggi, dengan pilar putih
persegi menonjol dari dinding bercat putih.
Di antara setiap pilar"
Asmira bersin. Kaki kecil menyambar bahunya, menariknya kembali menuju persembunyian di antara tirai-tirai.
Asmira bersin lagi. Udaranya hangat dan tertutup, dan diliputi dengan semacam bau bungabungaan tajam yang kelewat berlimpah yang membuat hidungnya tersengat. Asmira mengubur
wajahnya pada lengan bajunya.
Saat dia sembuh dari bersin-bersinnya, si kucing gurun sudah meman-danginya. Dia
memegangi hidungnya dengan kaki. "Parfumnya bisa kau rasakan?" dia berbisik. "Aku juga. Ini
milik si raja." Asmira menyeka matanya. "Baunya terlalu kuat! Dia pasti baru saja lewat sini!"
"Gak, mungkin sudah berjam-jam yang lalu. Tapi akan bagus bagi kita kalau dia tidak lagi ada di
sekitar sini sekarang, yang akan memberikan jalan bagimu untuk berkoak-koak seperti seekor
gajah marah. Kita bermaksud mengassassinasi seseorang, ingat" Sedikit perhatian dan
kecerdikan akan diperlukan mulai dari sini sampai seterusnya."
Sambil bicara, si kucing meluncur maju dan menghilang di antara tirai-tirai. Mengekang erat
kemarahannya, Asmira mengumpulkan keberanian, mengambil nafas dalam-dalam, lalu
melangkah menyeberang menuju kamar pribadi milik Raja Solomon.
Saat Asmira melihatnya sekilas beberapa waktu lalu, ruangan itu berlangit-langit tinggi dengan
ukuran yang menakjubkan. Lantainya, yang dari batu marmer berura-urat pink, ditebari dengan
karpet-karpet berornamen yang penuh diliputi simbol-simbol sihir. Di tengah ruangan terdapat
sebuah, kolam berendam berundak terisi oleh air yang mengepul lembut; disekelilingnya
terdapat kursi-kursi, dipan-dipan dan bantal-bantal berumbai. Sebuah bola orb kristal besar
diletakkan di atas meja onyx, dimana disekitarnya terdapat berpot-pot pohon palm dalam pot,
dan talaman dari perak berdiri di atas kaki-kaki emas, menahan buah-buahan dan dagingdagingan di dalamnya, ada juga tumpukan makanan laut, roti pastry dan berkendi-kendi anggur
beserta piala minum dari gelas yang digosok halus.
Mulut Asmira ternganga oleh kemuliaan kasual yang terpancar dari semua benda itu. Matanya
berpindah pindah dari satu barang mewah ke barang mewah lainnya. Seketika kemendesakkan
misi yang diembannya surut. Ia berdiri berlama-lama agar bisa menerap kemegahannya "
kemudian duduk di dipannya, mungkin juga, merasakan anggurnya, atau mengenyahkan
kelelahannya dengan mencelupkan kakinya dalam kehangatan kolam yang memanjakan.
Asmira mengambil satu langkah perlahan kedepan "
"Aku tidak akan melakukannya," si kucing gurun berbicara, meletakkan kaki kucingnya sebagai
peringatan di lutut Asmira.
"Ini semua bagus sekali ?"
"Itu karena dia melumuri mereka dengan Mantra pemikat, yang terbaik untuk menjerat mereka
yang kurang waspada. Mengambil secuil salah satu makanan itu, mengintip hanya sesaat ke
dalam bola orb-nya, mencelupkan dalam-dalam sedalam kelingking kaki kecilmu kedalam air
itu, dan kau masih akan menempel di tempat ini saat fajar tiba saat Solomon bergegas ke sini
untuk menemuimu. Yang terbaik adalah tidak mengarahkan matamu pada semua itu sama
sekali." Asmira mengunyah bibirnya. "Tapi semua ini bagus sekali ?"
"Kalau aku dirimu," si kucing melanjutkan, "aku akan memeriksa lukisan di dinding sana. Lihat,
itu si Rameses di keretanya dan Hammurabi di taman bersusunnya yang menyenangkan; yang
itu bukanlah penggambaran Gilgamesh yang paling akurat " dimana hidungnya yang patah,
aku ingin tahu" Ah, ya," kata si kucing gurun. "Semua yang terbesar ada di sini. Tipikal yang
kalem atau tipikal yang lalim, terobsesi menjadi lebih besar dan lebih baik lagi dari seseorang
yang berkuasa sebelum dirinya. Disinilah tempat Solomon merencanakan penaklukannya atas
tempat-tempat semacam Sheba, aku akan melambung tinggi."
Asmira masih saja menatap pusaran uap semerbak yang mengepul lembut dari kolam, tapi saat
mendengar kata-kata si jin ia terkejut, sementara jemarinya terkepal pada belati di pinggang.
Asmira mengoyak dirinya sendiri sampai terbebas dari pemandangan yang mempesonakan itu
dan melotot kepada si kucing dengan mata bingung nyalang.
"Itu lebih baik," Bartimaeus berkata. "Ini apa yang bisa kuusulkan. Disana ada empat lorong
keluar dari sini, dua ke kanan, dua mengarah ke kiri. Semua tampak serupa. Kataku kita akan
mencobanya satu per satu. Aku jalan duluan. Kau menyusul. Tatap dan perhatikan aku selalu
sepanjang waktu. Jangan yang lain-lain, ingat, atau Mantra pemikat akan mendapatkanmu.
Pikiranmu bisa mengerti itu, atau haruskah aku mengatakannya lagi?"
Wajah Asmira mengerut marah. "Tentu saja aku bisa mengerti itu. aku bukan idiot."
"Dan sekarang ini, dalam banyak sekali hal, kau memang idiot." Sambil mengatakan itu si
kucing melaju, melesat di antara dipan-dipan dan meja-meja emas. Asmira, mengutuk,
bergegas mengikuti di belakangnya. Di sudut pengelihatannya bujukan daya tarik yang
bergemerlapan itu berkedip kemudian berhamburan menjadi pecahan-pecahan bercahaya
seperti ingatan dari sebuah mimpi yang sangat elok, tapi Asmira tidak mengacuhkan mereka, ia
tetap menjaga matanya dengan mantap mengarah pada"
"Bisakah kau sukarela menurunkan ekormu sedikit?" desisnya.
"Ini bisa menjauhkan pikiranmu dari Mantranya, bukan?" kata si kucing. "Teruslah mengeluh.
Baiklah, ini dia lorong pertama kita. Aku akan mencoba mengintip barang se " Oh!" si kucing
membungkuk kembali dalam kebingungan dengan bulu-bulu ekor meremang. "Dia disini!"
bisiknya. "Cobalah tengok " tapi lakukanlah dengan hati-hati."
Jantung memukul-mukul dadanya, Asmira mengamati diseputaran pilar terdekat di lorong itu. di
belakangnya terdapat ruangan melingkar, polos dan tanpa hiasan, dengan lajur-lajur pualam
dilekatkan ke dindingnya. Di tengah ruangan itu terdapat podium yang ditinggikan; tinggi di
atasnya menggantung sebuah kubah kaca,
mempertontonkan cahaya indahnya ke dalam.
tembus pandang dimana konstelasi Berdiri di atas podium adalah seorang pria.
Punggungnyalah yang menghadap ke lorong sehingga wajahnya tersembunyi, tapi Asmira tahu
siapa dia dari lukisan yang pernah dilihatnya terpajang di dinding Aula Penyihir. Dia
mengenakan jubah sutra yang tergerai sampai menyentuh lantai; jubahnya didekorasi dengan
desain spiral emas berombak. rambut hitamnya menggantung lemas di bahunya. Kepalanya
ditegakkan, dan dia sedang melihat ke atas termenung diam menatap bintang-bintang.
Tangannya terlipat longgar di punggungnya.
Di salah satu jarinya terpasang sebuah cincin.
Asmira sudah berhenti bernafas. Tanpa mengalihkan matanya dari raja yang berdiam diri itu, ia
menarik belati dari ikat pinggangnya. Dia lima belas kaki jauhnya, pastinya tidak lebih.
Waktunya telah tiba. Ia akan melancarkan serangan menembus jantungnya dengan sekali
tiupan, dan Sheba akan terselamatkan. Sheba akan terselamatkan. Setitik keringat berkilau
mengalir turun dari keningnya dan menetes di sepanjang kontur hidungnya.
Asmira menjentikkan pisaunya ke udara, menangkapnya pada ujungnya yang terbalik.
Asmira menarik tangannya ke belakang.
Masih saja sang raja menatap damai bintang-bintang yang tak berbatas.
Sesuatu menarik tuniknya. Asmira melihat ke bawah. Si kucing gurun ada disitu, memberi
isyarat-isyarat mendesak menuju ruangan satunya. Asmira menggeleng dan mengangkat
pisaunya. Tarikan itu terasa lagi, kali ini cukup kuat untuk mengusik bidikannya. mengucapkan pekikan
jengkel tanpa suara, Asmira mengizinkan dirinya untuk minggir kembali ke sudut lorong, lalu
kembali ke ruangan luar. Dia membungkuk rendah dan membelalak pada si kucing.
"Apa?" engahnya.
"Ada yang tidak benar."
"Apa maksudmu, "tidak benar?" Bukankah itu Solomon?"
"Aku " aku tidak tahu. Kalau itu ilusi, itu bukan salah satu yang dapat ditembus mataku. Hanya
saja ?" "Hanya apa?" "Aku tidak tahu. Aku tidak mungkin menaruh jariku di dadanya, kan."
Asmira memelototi si kucing. Ia menegakkan tubuhkan. "Aku akan mela-kukannya."
"Jangan! Tunggu."
"Sst " dia akan mendengar kita! Aku tidak akan mendapatkan kesempa-tan ini lagi. Akankah
menghentikan tarikanmu itu?"
"Kukatakan padamu " jangan lakukan! Ini terlalu mudah. Ini terlalu ?"
Asmira sudah memutar tubuhnya. Ia melihat wajah tenang, memelas Balqis dan kesuraman
para pendeta wanita yang berbaris di alun-alun; ia membayangkan menara-menara Marib
terbakar. Ia melihat ibunya terjatuh, rambut-nya bergulung lemas seperti air di pangkuan sang
ratu tua. "Menjauhlah dariku," Asmira mendesis. Si kucing memegang lengannya erat-erat. "Akankah
kau menyingkir" Aku bisa melakukannya! Bisa kuselesaikan semuanya sekarang?"
"Ini perangkap, aku yakin sekali. Cuma aku" Ah!"
Asmira melayangkan belati peraknya, ia tidak berniat menyakiti, tapi untuk mengusir si jin. Si
kucing melepaskan lengan bajunya dan melompat menjauh, bulu kucingnya berdiri.
Sekali lagi Asmira merunduk melewati lorong. Raja itu masih berdiri seperti sebelumya
Tanpa berhenti Asmira mengangkat tangannya, menariknya hingga sejajar bahu dan, dengan
sentakan singkat, efisien pergelangan tangannya, melempar pisau itu dengan kekuatan penuh.
Pisaunya menancap sedikit di bawah jantung Solomon dan terkubur di tubuhnya sedalam
pangkal pisau. Raja itu jatuh tanpa suara.
Saat itulah Asmira mendengar suara si kucing memanggilnya, "Aku tahu! Cincinnya! " tidak
cukup cemerlang! Auranya seharusnya membuatku buta! Jangan"! Oh. Terlambat. Sudah kau
lakukan." Tubuh raja Solomon roboh ke lantai, tapi tidak berhenti di lantai. Mayatnya menembus
permukan padat lantai, seperti batu jatuh ke air. Dalam sekedipan mata tubuh itu hilang, dan
hanya gagang belatinya saja yang kelihatan, muncul dari dalam marmer.
Peristiwanya terjadi begitu cepat dan Asmira masih berdiri terpaku, dengan tangan yang masih
terulur, saat podium meledak berkeping-keping dan demon maha besar mendorong dirinya
keluar dari lantai, melenguh dan meraung dengan tiga mulutnya yang bertaring gading. Tinggi
setinggi atap berkubah itu, massa besar terbelit dari pita-pita dan tangan-tangan, masingmasing dengan mata tembus cahayanya sendiri. Semua mata itu menoleh ke arah Asmira, dan
tentakel-tentakelnya copot dan bergetar penuh antisipasi.
Asmira jatuh membentur dinding, pikiran dan kaki tangannya terpaku tak bergerak. Di suatu
tempat yang dekat ia mendengar si kucing gurun memanggilnya, tapi Asmira tidak sanggup
mengeluarkan respon, ataupun memanggil kekuatannya kembali untuk menjangkau belati
terakhir yang terselip di pinggangnya. Yang bisa dilakukannya hanyalah mengeluarkan teriakan
melengking mengerikan. Asmira merasakan kaki-kakinya menyerah, merasakan dirinya
merosot perlahan di dinding " lalu demon itu ada di atasnya, menjangkau lehernya.
Pada saat seperti sekarang ini jin jujur manapun akan bertahan dan bertempur. Saat dimana
kau bertemu muka dengan musuhmu. Waktu dimana, tidak peduli berapa anehnya, tidak peduli
betapa mengerikan bahaya yang datang mengancam, kau cukup meludahi tanganmu,
menegakkan punggungmu, mengusap rambutmu dan (mungkin dengan senyuman miring kecil
di bibirmu) melangkah menyambut bahaya dengan tangan terbuka.
Tapi sekarang ini sungguh bukan waktu yang tepat untuk melakukan sesuatu seperti itu.
Melakukan konfrontasi dengan entitas yang begitu kuat, contohnya seperti satu yang menjulang
dari lantai kamar itu hanya akan jadi perbuatan yang sia-sia dan paling kacau balau.1) Hanya si
idiot yang akan mencobanya. Atau sesorang yang terikat perjanjian, tentu saja. Kalau aku
dipaksa melakukannya oleh penyihir yang kompeten, aku bisa memilih bertahan di tempatku
atau dengan segera dilumat oleh Api Kepedihan. Tapi masterku tidaklah kompeten, seperti
yang dia tunjukkan pada saat pemanggilanku " dan sekarang, akhirnya, setelah secara
mengejutkan kami berhasil bertahan hidup dalam waktu yang lama, dia akan segera membayar
akibatnya. 1) Aku tidak tidak cukup lama berada di sana untuk mendapatkan pandangan yang cukup baik, selain
sempat melihat skala dan ukurannya, tidak termasuk segala potongan-potongan bagian tubuh lengket
dan liat seperti ubur-ubur yang berterbangan di seputaran tempat itu, katakanlah itu adalah sesuatu yang
datang dari bagian terdalam dunia lain. Entitas semacam dia jarang-jarang yang sejinak binatang
rumahan, kebanyakannya selalu berperangai buruk.
Bawalah aku dengan aman pada Raja Solomon: adalah tepatnya kata-kata gadis itu saat
memberikan perintah padaku. Dan (Bartimaeus dari Uruk adalah contoh makhluk halus yang
menjalankan tugasnya hingga akhir) tepatnya hal itu telah berhasil kucapai. Memang benar, tak
dapat disangkal ada semacam keraguan dalam diriku bahwa sosok di ruangan itu adalah benar


Bartimaeus 4 The Ring Of Solomon Karya Jonathan Stroud di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Solomon, tapi itu karena wujud itu sama persis seperti dia, terlihat seperti dia, baunya juga
seperti dia, dan berdiri sama hidupnya di apartemen ini, aku membayangkannya memang
cukup mirip. Gadis itu pun pasti berkeyakinan seperti itu sama, yang menjelaskan alasan dia
menghunuskan pisaunya. Tentang perjanjiannya, aku sudah menyelesaikan bagianku. Aku
tidak perlu lagi menjaganya.
Terlebih lagi, dengan adanya makhluk jelek mengerikan meraung-raung di luar sana, sekarang
waktunya bagiku beristirahat.
Si kucing gurun berlari. Keluar dari ruangan beratap kubah, menuju aula berpilar, bulu berguguran, ekor yang berbulu
halus meremang. Aku bisa medengar teriakan melengking tinggi " Cepat, seketika, dan
berhenti hampir secara mendadak, seperti suara orang sedang berkumur. Bagus. well, buruk
untuk gadis itu, tentu saja, tapi bagus untukku, yang tidak berarti apa-apa. Tergantung berapa
lama si pendatang memainkan gadis itu sebelum mengakhirinya, aku berharap bisa
berdematerialisasi sesegera mungkin.
Untuk sekarang ini, aku meyakinkan diriku untuk segera menyingkir. Si kucing melesat melintasi
aula, melompati kolam cuci-tangan, menggelincir diagonal sepanjang permukaan lantai pualam,
dengan berputar cepat ala Roda Kereta Pengelak, melemparkan diriku dari pandangan ke
belokan lorong berikutnya.
Selamat! Sekali lagi perpaduan unik kemampuan berpikir cepat dan kecerdasanku telah
menyelamatkan kulitku yang berharga!
Kecuali didepanku adalah jalan buntu.
Jalan buntu yang lumayan menarik, seperti pada umumnya jalan buntu, tapi berpotensi fatal
seperti umumnya juga jalan buntu. Ruangan ini jelas tempat dimana Solomon menyimpan
kebanyakan harta berharganya " bilik kecil tak berjendela, diterangi lampu minyak, diisi di
setiap arah dengan rak-rak kayu dan peti mayat.
Tidak ada waktu untuk melihat-lihat. Si kucing melemaskan ekornya, membentuknya menjadi
lengkungan " hanya untuk dibuat tegak kembali oleh suara mengerikan dari luar ruangan yang
membuat darah membeku. Entitas buas diluar sana sepertinya adalah tipe yang berisik, aku mulai yakin, kalau itulah yang
membuat pekerjaannya berjalan lambat begini, mengecewakan. Aku ingin dia menelan gadis itu
sekarang juga. Tapi mungkin, mencopot kaki atau sesuatu yang lain, kemudian gadis itu
disimpan untuk nanti. Mungkin juga dia tiba-tiba muncul di belakangku. Jelas aku membutuhkan
suatu tempat yang aman untuk bersembunyi.
Aku berputar lagi untuk melihat sekeliling ruang penyimpanan. Apa yang kulihat" Banyak
perhiasan, boneka, topeng, pedang, helm, gulungan, tablet, perisai dan artefak-artefak lainnya
yang berdesain sihir, tidak perlu dikatakan ada beberapa tambahan ekstra benda mengerikan
lain seperti satu set sarung tangan kulit buaya, sebuah tengkorak dengan mata dari kerang, dan
boneka jerami dilapisi kulit manusia yang kelihatan canggung.2) Aku juga melihat teman lamaku
" naga air emas yang kucuri tempo hari dari Eridu. Tapi apa yang sebenarnya sangat
kuinginkan " disebut jalan keluar " sama sekali tidak ada.
2) Kau dapat mengatakan bahwa benda itu asli dari rambut ketiak berdiri yang tumbuh seperti brokoli
hitam dari kulit kepalanya. Biar kukatakan, kau bisa saja menambahkan bola-bola mata yang bercahaya
dan mulut sehalus kapas yang kau inginkan, tapi kalau aku punya seorang anak yang akan kuberikan
boneka itu itu padanya untuk meimangnya pada saat menjelang waktu tidur, kurasa beberapa hal perlu
diubah. Kaki kucingku berkeringat karena rasa gelisah, si kucing menoleh ke kanan, si kucig menoleh
ke kiri, memeriksa rak-rak. Hampir semua item di ruangan kecil ini berkekuatan sihir " aura
mereka terjalin di semua plane, membuatku bermandikan cahaya bak pelangi. Kalau si entitas
benar-benar muncul di belakangku, pasti ada sesuatu di sini yang bisa kugunakan pada
akhirnya, bertahan mati-matian"
Gak, kecuali aku ingin memukulkan tinggi-tinggi boneka itu padanya. Bermasalah memang, aku
tidak tahu apa yang bisa dilakukan satupun dari artefak-artefak ini.3) Tapi lalu, aku melihat,
setengah tersembunyi oleh timbunan barang berharga di belakang, ada sebuah pot tembaga
besar, mencuat dari balik leher sampai ke bahu lebar seorang pria. Di atasnya ditutup oleh
penutup sirkular, dimana padanya menempel beberapa lapisan debu, yang menunjukkan
bahwa tidak ada seorangpun, termasuk Solomon, yang pernah mengecek isinya.
3) Masterku yang terakhir hanyalah salah satunya, dia tidak pernah berusaha mencoba menggunakan
artefak sihir yang tidak diketahui asal-usulnya. Ratusan penyihir telah membahayakan diri selama
bertahun-tahun mencoba hal tersebut dan hanya satu atau dua yang berhasil selamat untuk menyesali
perbuatan mereka. Kebanyakan darinya terkenal, untuk jin dengan antikuitas setara denganku, si
pendeta wanita tua dari Uruk bisa dijadikan teladan, yang sangat diinginkannya adalah memperoleh
keabadian. Yang menyebabkan dia selama berpuluh-puluh tahun mempekerjakan lusinan penyihirpenyihirnya sampai mati, memaksa mereka menciptakan gelang perak cantik yang mampu
menganugerahinya dengan hidup yang kekal. Akhirnya para penyihirnya berhasil menyelesaikan benda
itu; diiringi jeritan kemenangan, si wanita gaek mengambil gelang itu dan meletakkannya di kepala. Tapi
entitas-entitas yang terjebak dalam gelang itu memilih untuk tidak merapalkan mantra sihir hebat yang
sebenarnya mereka minta. Si Pendeta wanita selamat, memang, tapi tidak dalam keadaan
menyenangkan seperti yang dia rencanakan.
Dalam sekejap si kucing berubah menjadi gulungan kabut, melingkar dan bergulung-gulung di
lantai lalu naik menuju tutupnya, yang kudorong sedikit ke satu sisi. Dengan secepat angin yang
menyembur dari seekor gajah, aku melesat ke dalamnya dan (masih dalam wujudku yang
seperti gas) menjentikkan tutupnya kembali ke posisi semula. Kegelapan menyelimutiku.
Gulungan kabut mengambang diam, menunggu.
Bisakah aku bergerak dalam saat-saat seperti ini"
Aku membayangkan entitas di luar sana meretas rata sepanjang lorong. Aku membayangkan
matanya yang mencari-cari memeriksa ke dalam ruangan ini, menelaah harta berharga di
dalamnya dari sisi yang satu ke sisi lainnya. Aku membayangkan salah satu kaki majemuknya
tergelung melebar, berkibas-kibas sepanjang permukaan pot "
Tertekan berat karena tegang, si gulungan kabut mengapung tanpa suara naik dan turun.
Tidak ada yang terjadi. Si pot tetap di tempatnya tanpa terganggu.
Waktu berlalu. Sebentar kemudian aku rileks. Entitas di luar sana tak diragukan lagi su-dah pergi, akan sangat
membantu kalau dia bersegera menelan gadis itu. Aku berdebat dengan diriku sendiri untuk
menentukan kapan saat yang tepat untuk mendorong tutupnya sedikit dan mengintip ke luar
dari tempatku bersembunyi, atau mungkin lebih bijaksana untuk tetap bersembunyi, ketika aku
menyadari keinginanku untuk menonton.
Aku melihat sekelilingku. Bagian dalam pot kosong. Apapun yang tadinya ada disini kini telah
tiada; sekarang ini si pot terisi oleh tidak lain hanyalah kerahasiaannya, keheningan yang
berdebu. Entah bagaimana aku merasakan keanehan pada atmosfirnya, rasa udaranya yang
pengap dan kuno membuat rohku tergelitik oleh sensasi gaib.
Aku menunggu " dan segalanya secara bersamaan, dari suatu tempat yang dekat, yang kini
terasa jauh tak terhingga, muncul suara bisikan pelan, gema dari gema, sebuah ingatan akan
suara yang terdengar sedih.
Bartimaeus " Memanggilku melewati kewaspadaanku, tapi suara aneh di dalam pot selalu membuatku
semakin meningkatkan kehati-hatianku. Wujud gulungan kabutku seketika berkumpul menjadi
seekor ngengat putih kecil, bingung dan awas pada keluasa kegelapan pot yang hitam. Aku
mengirim Denyar sihir ke depan dan belakang, mengecek semua plane. Tapi tetap tidak ada
apa-apa disini, tidak ada apapun kecuali debu dan bayang-bayang.
Bartimaeus " Dan kemudian, tiba-tiba, muncul dugaan di pikiranku. Aku mengingat-ingat tiga afrit termashur
yang berani berhadapan dengan Solomon. Aku mengingat-ingat desas-desus nasib terakhir
yang menimpa mereka. Salah satu dari mereka " atau gosip tentang mereka yang dibicarakan
orang pada obrolan api unggun sambil lalu " telah diturunkan derajatnya, oleh perubahan
mendadak pikiran sang raja dan kekuatan cincinnya, menjadi gema gaung suara sedih di dalam
pot. Yang mana ya ?"
Antena si ngengat mengigil. Aku berdehem, berbicara sehati-hati mung-kin: "Philocretes?"
Suara sehalus kepakan sayap burung hantu terdengar: Nama yang kupakai dulu itu kini telah
hilang. Aku hanyalah desah terakhir, sebuah kesan yang tertinggal di udara. Saat kau
mengepakkan sayapmu, sehingga udara bergelombang dan jejak terakhirku itu akan lenyap.
Kau mengincar Cincin itu"
Tanpa mengindahkan sopan santun. Aku berbicara dengan hati-hati, karena aku merasakan
kedengkian seperti juga melankoli pada suara itu. "Tidak, tidak."
Ah. sangat bijaksana. Aku mengincar Cincin itu "
"Begitukah" Ehm " bagaimana kau mendapatkannya?"
Bagaimana kau pikir aku bisa mendapatkannya" Aku gaung suara dalam pot berdarah.
"Benar juga." Si suara merintih penuh penyesalan dan keinginan tanpa diduga. Sekarang aku bukanlah apaapa kecuali hanya sisa-sisa sedikit roh terakhir. Dia bergumam, aku akan menelanmu bulatbulat jin kecil, mengganyangnmu dalam sekali telan. Sialan, aku tak bisa! Karena Solomon
menghukumku dan kini aku tidak lebih baik dari bukan-apa-apa.
"Betapa sedihnya," kataku penuh perasaan. "Rasa malu yang sungguh mengerikan. Well, ini
memang percakapan yang sangat menyenangkan, tapi kelihatannya sudah tenang sekali di luar
sana, jadi mungkin lebih baik aku pergi?"
Seandainya aku juga bisa meninggalkan penjara ini. Bisik si suara. Aku akan melemparkan si
Solomon ke dalam kegelapan abadi! Ah ya, aku tahu rahasianya sekarang. Aku bisa
mendapatkan Cincin itu. Tapi pengetahuanku datang sangat terlambat! Hanya satu kesempatan
yang diberikan padaku. Aku menyia-nyiakannya, dan disinilah aku harus bertempat tinggal
selamanya, menjadi sebuah susurasi lemah, sebuah desau kekanak-kanakan, sebuah"
"Tak kukira," kataku, berhenti dengan rasa ketertarikan baru,"itu menunjukkan kau berusaha
mengatakan akan melakukan metode pencurian-cincin yang pasti berhasil ini, bukan" Itu tidak
membuatku tertarik, tentu saja, tapi seseorang lain mungkin akan bisa membalas dendam atas
namamu ?" Apa peduliku pada balas dendam" Suara itu begitu lemah sehingga setiap kepakan sayap si
ngengat pada udara yang tidak bergerak akan menghancurkannya berkeping-keping. Aku
adalah sebuah bisikan dukacita tak terungkapkan, adalah sebuah"
"Kau akan dapat membantu makhluk halus lain mencapai kejayaaan."
Aku sama sekali tak peduli pada akhir nasib yang lainnya. Aku menghendaki kematian
menimpa segala sesuatu di kedua dunia yang masih mempunyai energy dan kehidupan "
"Sentimen yang mulia, yakinlah," si ngengat berkata kering, di arahkan pada tutup pot. "Sampai
kini, pandanganku pada Solomon adalah bahwa dia tak terkalahkan. Semua orang tahu bahwa
Cincinnya tak mungkin dicuri."
Si suara dalam pot mengeluh. Apa ini" Kau tak percaya padaku"
"Tentu saja tidak. Tapi hey, apalah artinya itu" Silakan kau boleh terus menggemakan diri pada
dirimu sendiri asal bisa membuatmu senang. Aku punya pekerjaan yang harus dilakukan untuk
raja, jadi aku tak bisa terus mengomel di sini. Selamat tinggal."
Kau tolol! Lemah dan rapuh seperti sebelumnya, emosi gelap suara itu membuat sayapku
mengigil; aku sungguh sangat berterima kasih karena seluruh kekuatan philocretes sudah
terampas untuk bisa mencelakaiku. Betapa butanya kau kembali pada perbudakanmu gema
suaranya berbisik, ketika kau saat ini juga dapat mengalahkan Solomon dan merampas
Cincinnya! "Seakan kau tahu saja," aku tersenyum mengejek.
Aku memang tahu hal itu! "Yeah" Kata siapa?"
Kataku! "Melihatnya dari sini" Kau hanya sehembus udara berbisik."
Ah, tapi aku memang tidak selalu berada di sisi ruangan ini. Awalnya si raja terkutuk itu
menempatkanku di kamarnya, dan menunjukkanku pada semua istrinya. Jadi aku dapat
mendengarkan obrolannya, mendengarnya memberikan instruksi pada para pelayannya; dan di
atas semuanya, aku mendengarnya berbicara pada sosok mengerikan yang dikendalikan
Cincin itu. Aku tahu kelemahannya! Aku tahu bagaimana dia melindungi kelemahannya ini dari
seluruh isi dunia! Katakan padaku, jin, sekarang ini malam atau siang hari"
"Kita berada pada tengah malam yang paling bolong."
Ah! Pasti kau melihat raja, mungkin, waktu kau berkeliling di kamar-kamarnya"
Disini yang kubutuhkan adalah sedikit kenaifan kecil. "Aku melihatnya di ruang observatory,
berdiri melihat bintang-bintang."
Kau tolol! Terlalu mudah ditipu oleh permukan! Itu bukan Solomon!
"Apa kalau begitu?"
Sihir yang dilakukan makhluk halus dari dalam Cincin. Rapalan penutup pada sebuah boneka
tanah liat. Boneka itu menjadi sang raja, saat raja yang asli kembali ke kamar pribadinya tak
jauh dari situ untuk beristirahat. Boneka itu ilusi yang sangat kuat, dan merupakan perangkap
bagi musuh-musuhnya. Saat aku menyerang tipuannya, mengira Solomon tanpa pertahanan,
raja yang sesungguhnya mendapat tanda, dan menjeratku seketika. Ah, seandainya aku
mengabaikannya, aku tak mungkin berakhir disini!
Aku bingung. "Bagaimana tepatnya kau tertangkap?"
Ilusi lainnya. Orang itu sangat ahli dalam hal ini. Ilusi itu tampak sebagai entitas hebat yang
muncul dari lantai, sesosok wujud yang dengan mudah membuatku membisu karena rasa ngeri
yang amat sangat. Saat aku memutuskan berjuang bertarung melawannya, mengirimkan
Detonasi demi Detonasi padanya yang hanya menggulung dan menggeliat, Solomon muncul di
belakangku dan memutar Cincinnya. Sekarang, disinilah aku.
Si ngengat mempertimbangkan informasi yang tak diharapkan ini. Begitu, rupa-rupanya, adalah
alasan aku masih berada di bumi. Gadis itu ditangkap, bukannya ditelan. Akibatnya padaku
jelas tidak menyenangkan, setidaknya karena Solomon pasti akan amat ingin bertemu dengan
budak yang mampu membawa gadis itu sebegitu jauh. Aku harus melakukan sesuatu, dan
cepat, tapi pertama-tama aku harus belajar lebih banyak dari Philocretes dulu.
"Semuanya bagus sekali," kataku dibuat-buat, "Tapi andaikan dulu kau mengabaikan ilusi itu
dan berhasil mendekat lebih jauh pada Solomon yang asli. Dia masih mengenakan Cincinnya.
Kau tak akan pernah punya kesempatan melepaskannya."
Dari suatu tempat muncul auman yang pada saat yang sama sangat ganas sekaligus juga
lemah, seperti gemuruh badai petir yang datang dari suatu tempat jauh di tengah samudera
sana. Udara bergelombang oleh hembusan dan pusaran arus yang aneh, membuat si ngengat
terayun-ayun lembut kesana-kemari. Wahai, ya ampun betapa dangkal dan dungunya
kepalamu itu Bartimaeus, betapa inginnya aku mematahkan sayapmu dan menjadikannya
secarik tissue! Solomon tidaklah tidak-terkalahkan! Saat dia tidur, dia melepaskan Cincinnya!
Saat itu nada tenor suaraku berubah menjadi suara bernada skeptic ramah yang dibuat-buat.
"Mengapa dia harus melakukan itu" Semua cerita mengatakan kalau dia tak pernah
melepaskannya. Salah satu istrinya mencoba?"
Cerita-cerita itu keliru! Cerita itu dibuat agar mereka percaya! Itulah sebabnya dia menyebarkan
semua cerita seperti itu. Di antara tengah malam dan suara kokok ayam, raja harus tidur. Untuk
bisa tidur dia harus melepaskan Cincinnya!
"Tapi dia praktis tidak mungkin melakukannya," kataku. "Itu jauh terlalu beresiko baginya.
Semua kekuatannya?" Degukan mengerikan, seperti aliran kedengkian tertentu yang tersumbat mendadak, gemanya
memantul di sekelilingku. Philocretes tertawa. Ya, ya, kekuatannya adalah masalahya! Cincin
itu mengandung terlalu banyak. Energinya membakar siapapun yang memakainya! Hal
demikan, pada siang hari, adalah sesuatu yang dapat diatasi Solomon, meski ia harus
menyembunyikan rasa sakitnya dari dunia. Malam harinya, dalam sepi, dia harus mendapat
istirahat. Cincin itu ditempatkannya dalam sebuah wadah perak disamping kasurnya " cukup
dekat untuk dicapai, tentu saja. Ah, tapi dia itu gampang diserang!
"Membakarnya ?" aku bergumam. "Aku kira benda seperti itu memang sudah sewajarnya
dapat melakukan itu. Aku tahu beberapa hal seperti itu sebelumnya."4)
4) Gelang Pengerusak, singkatnya, benda itu ditempelkan pada dahi si Tua Pendeta wanita dari Uruk
Sungguh hebat suara pekikannya! Tapi dengan itu sudah sangat terlambat baginya.
Itu bukanlah satu-satunya efek samping penggunaan cincin itu, si suara melanjutkan. Mengapa
kau pikir Solomon menggunakannya dengan begitu jarang" Mengapa kau pikir dia begitu erat
bergantung pada para penyihir yang bergerombol di sekitar kakinya seperti anjing penjilat"
Si ngengat mengangkat bahu.5)
5) Oke, mungkin mengangkat bahu bukan istilah yang tepat disini. Dalam wujudku ini aku tidak sama
punya bahu sekali. Tepatnya adalah: aku membuat sayapku mengejang penuh minat bergaya nonkomentarial yang cukup bagus.
Tidak juga! Kapanpun dia digunakan, Cincin itu menarik keluar kekuatan hidup si pemakainya,
dan pria atau wanita pemakainya akan terus semakin melemah setiap kali mereka
melakukannya. Energy dunia lain berdampak buruk pada tubuh makhluk hidup, kalau kau
menerimanya dalam jangka waktu yang terlalu panjang. Solomon sendiri, dengan semua hasil
karya agung yang telah disempurnakanya, sudah menua jauh melampaui usia aslinya.
Si ngengat mengerutkan dahi.6) "Dia kelihatan baik-baik saja bagiku."
6) Baiklah, baiklah. Bagian mengerutkan dahi disini maksudnya "membuat matamu yang multifaset itu
miring ke satu arah dan menjuntaikan sebelah antenamu dengan gaya lucu ke depan". Secara anatomis
diskripsi ini lebih akurat, tapi tidak praktis untuk diucapkan, ya kan" Aku harap kau sudah cukup puas
sekarang. Lihatlah lebih dekat lagi. Sedikit demi sedikit Cincin itu membunuhnya, Bartimaeus. Orang lain
pasti akan membuangnya sekarang juga, tapi si bodoh ini mempunyai rasa tanggung jawab
yang kuat. Dia takut seandainya seseorang yang kurang bijaksana dari dia menemukan dan
menggunakan Cincin itu. Yang konsekuensinya adalah "
Si ngengat mengangguk.7) "Mungkin akan mengerikan ?" betapa pot yang informatif sekali dia
ini. Tentu saja, Philocretes mungkin sudah gila, dan pastinya beberapa hal yang dikatakannya
tidak cocok dengan penuturan gadis itu padaku. Singkatnya, betapa berbudiluhurnya kau yang
mengancam akan menghancurkan Sheba jika kau tidak mendapatkan onggokan besar dupa
frankincense yang kau inginkan" Sekali lagi, Solomon adalah manusia. Dan itu artinya dia
bercacat.8) 7) Jangan lagi. 8) Cobalah, lihat dirimu sendiri dalam cermin. Lihat dan cermati baik-baik, jangan berkedip kalau kau bisa
tahan. Lihat" Ada sedikit cacat, ya kan"
Tapi tetap saja, tak ada cara untuk mengetahui sebenarannya tanpa melihat sendiri hal itu.
"Terimakasih untuk semuanya, Philocretes," kataku. "Aku harus mengakui kalau
kedengarannya kau mengatakan hal yang benar. Solomon juga punya kelemahan. Dia memang
mudah diserang." Ah ya, tapi dia aman " karena tak seorangpun tahu fakta-fakta ini selain aku.
"Ehm, dan aku sekarang," aku berkata dengan riang. "Dan aku ingin melihat sendiri celah kecil
ini. Mungkin bahkan aku bisa mencopet Cincin itu bila mendapat kesempatan. Kukatakan
padamu apa " yang kaupikirkan aku melakukan semua ini, mengejar sedikit pembalasan
dendam dan kejayaan tanpa akhir, sementara kau tetap berada di pot tua membosankan ini
sampai lumutan. Kalau kau sopan padaku mungkin aku akan memecahkan benda ini untukmu,
yang sekaligus akan mengeluarkanmu dari kesengsaraanmu ini, tapi kau tidak, dan aku tidak


Bartimaeus 4 The Ring Of Solomon Karya Jonathan Stroud di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mau. Kalau aku ingat, saat aku berada di sekitar sini aku mungkin akan mengunjungimu dalam
satu milinium atau dua lagi. Sampai saat itu tiba, selamat tinggal."
Sambil berbicara si ngengat membuka tutup, terasa seakan ada lolongan dari tempat yang jauh
yang membuat sayapku berdesir dengan rasa khawatir. Olakan kecil udara menimpaku,
melontarkanku seketika hingga aku terhuyung dari tempatku melayang. Kemudian aku
meluruskan tubuh lalu terbang menuju tutup pot dan, sesaat kemudian, mendorong diriku keluar
dari debu dan kegelapan, kembali ke dunia kehidupan.
Aku menjadi kucing lagi, berdiri dalam bayang-bayang. Menoleh kembali ke arah pot. Apakah
aku mendengar teriakan, kutukan, suara dari kejauhan menyemburkan namaku" Aku
memasang telinga. Tidak. Tak terdengar apapun.
Berbalik, aku meninggalkan ruang penyimpanan menuju aula tengah. Semuanya masih seperti
sebelumnya; keglamouran ruangan menggantung di udara seperti uap emas diatas kolam yang
membisu dan dipan-dipannya. Tidak ada entitas perusak ataupun gadis arab. Tapi kemudian
aku mencermati, dibalik jalan lengkung di seberang, terlihat pancaran cahaya jauh sebuah
lampu minyak yang tergantung di dinding kamar, dan terdengar dua suara meninggi yang
sedang terlibat dalam sebuah diskusi tajam. Yang satu bernada tinggi, familiar; suara satunya
lagi rendah. Mata serupa lilac berkilat, dibaliknya rencana jahat beringsut seperti jubah panjang seseorang
yang sedang berlari. Si kucing pun berjalan mengentakkan kaki dengan gagah dan lenyap dari
aula itu. Keadaan sangat tenang ketika Asmira terbangun. Ia terbaring terlentang menatap langit-langit "
menatap retakan tipis memanjang yang berkelok-kelok disepanjang plester langit-langit menuju
sudut dinding. Retakannya sendiri tidaklah terlalu kentara, tapi retakan itu menimbulkan tekateki bagi Asmira karena ia tidak melihatnya memperhatikan hal itu di situ sebelumnya.
Kamarnya mungilnya mempunyai banyak sekali retakan dimana-mana, di tempat-tempat
dimana batu bata lumpur tuanya hanya terpasang setengah rata, dan tanda-tanda yang telah
pudar dimana dulu para pengawal terlupakan sebelum dirinya menorehkan nama-nama mereka
" Asmira akan langsung tahu semua fitur kamarnya itu, tetapi yang ini baru baginya.
Asmira menatap langit-langit beberapa waktu lebih lama lagi, mulut terbuka, tangan dan kaki
dilemaskan dan kemudian, dengan kesadaran yang semakin menjelas dengan cepat di
benaknya, menyadari kalau plester langit-langitnya dicat putih, sampai bagian lebih jauh yang
bisa dilihatnya juga demikian. Dan dindingnya berada di sisi yang salah. Cahaya yang
meneranginya terasa aneh. Ranjang tempatnya berbaring lembut. Ini bukanlah kamar Asmira.
Ia tidak lagi berada di Marib.
Memori datang membanjiri benaknya dengan serbuan mengerikan. Jeritan, Asmira tersentak
bangun dari tempat tidur, meraba-raba ikat pinggang.
Sesosok pria duduk menontonnya dari seberang ruangan. "Kalau-kalau kau mencari ini," katanya. "Aku khawatir aku baru saja memindahkannya dari
sana." Dia menunjukkan belati peraknya dengan singkat, dan meletakkannya kembali di
seberang lututnya. Tubuh Asmira gemetar mengikuti jantungnya yang berdentam-dentaman seperti palu. Asmira
melotot, jemarinya terkunci pada sprai putih yang dingin. "Demonnya?" ia terengah.
"Sudah pergi atas perintahku," kata si pria, tersenyum. "Aku menyelamatkanmu dari cakarcakarnya. Harus kukatakan kau sembuh dengan cepat. Aku kenal beberapa pengacau, jantung
mereka langsung berhenti."
Kepanikan mencekam menyelimut Asmira; dengan gerakan seketika, ia melayangkan kakinya
ke sudut tempat tidur, berusaha berdiri " tapi gerakan isyarat dari si pria membuatnya berhenti.
"Kau boleh duduk, kalau kau suka," katanya tenang. "Tapi jangan sekali-sekali mencoba berdiri,
aku akan menganggap itu sebagai tindakakan agresif."
Suaranya sangat halus dan lembut, bahkan melodik, tapi nada keras dalam suaranya sangatlah
jelas. Asmira bertahan dalam posisinya sesaat lebih lama, lalu perlahan, perlahan, melanjutkan
gerakannya sampai kakinya tergantung dari tempat tidur ke lantai, dan lututnya bersandar di
sudut tempat tidur. Sekarang Asmira duduk berhadap-hadapan dengan si pria.
"Siapa kau ini?" kata si pria.
Si pria tinggi dan langsing, dan mengenakan jubah yang menyembunyikan bagian bawah
kakinya dari pandangan. Wajahnya panjang dan ramping, dengan garis dagu tegas dan hidung
yang berbentuk indah, mata hitamnya berkilau, seperti permata, tertimpa cahaya lentera saat
dia memperhatikan Asmira. Dia tampan " atau mungkin dulunya begitu, karena sekarang
tampang kelabu letihlah yang terasa dari dirinya, dan kerutan-kerutan kecil yang memenuhi
sekujur wajahnya, terutama di sekitar mata dan mulutya. Sangat sulit dikatakan berapa usia pria
itu. Kerutan itu, pergerlangan tangan dan tangannya yang kurus kering dan keriput, rambut
panjang hitamnya kini hampir sepenuhnya bergaris-garis kelabu " semua itu menyatakan
usianya yang telah lanjut, tapi wajahnya tegas dan gerakannya kelihatan muda, matanya juga
masih sangat terang. "Katakan padaku namamu, hei gadis," katanya, kemudian saat Asmira tidak memberikan
jawaban, "kau akan mengatakannya cepat atau lambat, kalau kau ingin tahu."
Asmira menempelkan kedua bibirnya erat-erat, bernafas dalam-dalam, berusaha menenangkan
jantungnya yang mengepak-epak tidak beraturan. Ruangan tempatnya berada, tidaklah kecil,
sedikit lebih megah daripada bagian lain istana yang sudah dilihatnya. Disamping itu, kamar ini
Pendekar Panji Sakti 3 Animorphs - 18 Petualangan Di Planet Leera Hijaunya Lembah Hijaunya 7

Cari Blog Ini