Ceritasilat Novel Online

House Of Dreams 2

Annes House Of Dreams Buku 5 Karya Lucy Maud Montgomery Bagian 2


selama bertahun-tahun. Dia yakin jika dia sudah meninggal dan biasanya
murka terhadap istrinya, karena istrinya tidak menguburnya. Aku muak
karenanya." Miss Cornelia tampak sangat serius dan muram sehingga Anne nyaris
bisa membayangkannya dengan sebuah sekop di tangannya.
"Apakah Anda mengetahui Adanya suami-suami yang baik, Miss
Bryant?" "Oh, ya, banyak di antara mereka di seberang sana," kata Miss
Cornelia, melambaikan tangannya melalui jendela terbuka, ke arah lahan
pemakaman kecil di gereja, di seberang pelabuhan alam.
"Tapi yang hidup yang masih memiliki daging?" Anne mendesak.
"Oh, memang ada sedikit, hanya untuk menunjukkan bahwa jika Tuhan
berkehendak, semua hal mungkin terjadi," jawab Miss Cornelia dengan
ragu. "Aku tidak menyangkal, jika ada seorang lelaki ganjil di berbagai
tempat yang dididik sedari muda dan dilatih dengan baik, dan jika ibunya
memukulnya saat masih kecil, mungkin ia akan menjadi seorang lelaki
yang cukup baik. Nah, suamiMU, tidak terlalu buruk, daripada para lelaki
kebanyakan, dari yang kudengar. Kupikir" Miss Cornelia menatap Anne
dengan tajam dari atas kacamatanya "kau pasti berpikir tidak ada lelaki
seperti dirinya di dunia ini."
"Memang tidak ada," sahut Anne singkat.
"Ah, baiklah, aku pernah mendengar seorang pengantin baru lain
mengatakannya," desah Miss Cornelia. "Saat menikah, Jennie Dean
berpikir bahwa tidak ada lelaki seperti suaminya di dunia ini. Dan dia
benar memang tidak ada! Dan itu memang bagus, percayalah Padaku!
Suaminya memberi Jennie kehidupan yang mengerikan dan dia mendekati
istri keduanya saat Jennie sekarat.
"Khas lelaki, bukan" Namun, kuharap kepercayaan dirimu akan
beralasan, Sayang. Dokter muda tampaknya benar-benar baik. Aku
awalnya khawatir dia tidak begitu, karena orang-orang di sekitar sini
selama ini berpikir bahwa Dokter Dave tua adalah satu-satunya dokter di
dunia ini. Dokter Dave tidak terlalu bisa menghadapi orang banyak,
sebenarnya dia selalu berbicara terlalu jujur tentang kebiasaan orang-orang
di sini. Tapi, orang-orang melupakan perasaan mereka yang terluka jika
mereka sakit perut. Jika dia seorang pendeta, bukan dokter, mereka pasti
tidak akan pernah memaafkannya. Hati yang sakit tidak membuat orangorang sekhawatir sakit perut. Karena kita sama-sama Presbyterian dan
tidak ada kaum Methodis di sekitar kita, apakah kau mau memberi tahu
pendapat jujurmu tentang pendeta Kita?"
"Yah sebenarnya aku yah," Anne ragu-ragu.
Miss Cornelia mengangguk. "Seperti itulah. Aku setuju denganmu,
Sayang. kami membuat kesalahan saat kami memanggilnya. Wajahnya
sangat mirip salah satu batu nisan panjang dan ramping di pemakaman,
bukan" "Damai dalam kenangan" seharusnya tertulis di keningnya. Aku
tidak akan pernah melupakan khotbah pertamanya setelah dia datang.
Topiknya tentang semua orang seharusnya melakukan tugas masingmasing dengan sebaik-baiknya suatu topik yang sangat bagus, tentu saja;
tapi kau harus dengar perumpamaan yang dia gunakan!
"Dia berkata, "Jika Anda memiliki seekor sapi dan sebatang pohon
apel, dan jika Anda, mengikat pohon apel di kandang dan menanam sapi di
kebun buah Anda, dengan kaki-kaki terangkat ke atas, berapa banyak susu
yang akan Anda dapatkan dari pohon apel, atau berapa banyak buah apel
dari sapi itu?" Apakah kau pernah mendengar hal seperti itu sejak kau
lahir, Sayang" Aku sangat bersyukur karena tidak ada kaum Methodis di
sana pada hari itu mereka pasti akan meledeknya. Tapi, yang paling tidak
kusukai darinya adalah kebiasaannya setuju dengan semua orang, tak
peduli apa pun yang mereka katakan. Jika kau berkata kepadanya,
"Kauseorang bajingan," dia akan mengatakan, dengan senyum manisnya,
"Ya, memang begitu."
"Seorang pendeta seharusnya memiliki hati yang lebih kuat.
Pendeknya, aku menganggapnya sebagai seorang pendeta yang payah.
Tapi, tentu saja, ini hanya antara kau dan aku. Jika ada kaum Methodis
yang mendengar, aku akan memujinya setinggi langit. Beberapa orang
berpikir jika istrinya berpakaian terlalu mewah, tapi aku berkata, jika harus
hidup dengan wajah seperti itu, dia membutuhkan sesuatu untuk
membuatnya ceria. Kau tidak akan pernah mendengar Aku mengkritik
seorang perempuan karena gaunnya. Aku hanya sangat bersyukur karena
suaminya tidak terlalu kejam dan pelit untuk mengizinkannya membeli
baju-baju itu. Bukan karena aku sendiri terlalu peduli dengan gaun-gaun.
Para perempuan hanya berpakaian untuk menyenangkan para lelaki, dan
aku tidak akan pernah merendahkan diriku seperti Itu. Aku memiliki
kehidupan yang benar-benar tenang dan nyaman, Sayang, dan itu karena
aku tidak pernah sedikit pun memedulikan pikiran para lelaki."
"Mengapa Anda sangat membenci lelaki, Miss Bryant?"
"Ya Tuhan, Sayang, aku tidak membenci mereka. Mereka tidak
seberharga itu. Aku hanya tidak menyukai mereka. Kupikir aku akan
menyukai suamimu jika dia terus seperti ini. Tapi, selain dia, segelintir
lelaki di dunia ini yang bisa kumaklumi adalah Dokter tua dan Kapten
Jim." "Kapten Jim benar-benar menyenangkan," Anne menyetujui dengan
ceria. "Kapten Jim adalah lelaki yang baik, tapi dia agak mengkhawatirkan
dalam suatu hal. Kau Tidak Bisa membuatnya marah. Aku telah
mencobanya selama dua puluh tahun, dan dia selalu tenang. Itu sangat
membuatku kesal. Dan kurasa perempuan yang seharusnya dia nikahi
mendapatkan seorang lelaki yang mengamuk dua kali sehari."
"Siapa perempuan itu?"
"Oh, aku tak tahu, Sayang. Aku tidak pernah ingat Kapten Jim
menyebut-nyebutnya kepada siapa pun. Dia sudah setua itu sejak aku bisa
mengingat. Umurnya tujuh puluh enam, kau tahu. Aku tidak pernah
mendengar alasan apa pun, mengapa dia tetap menjadi seorang bujangan,
tapi pasti ada satu alasan, percayalah padaku. Dia berlayar sepanjang
hidupnya hingga lima tahun yang lalu, dan tidak ada satu sudut di dunia ini
yang belum pernah dia kunjungi. Dia dan Elizabeth Russell adalah teman
baik, sepanjang hidup mereka, tapi mereka tidak pernah terlibat dalam
kisah asmara. Elizabeth juga tidak pernah menikah, meskipun dia memiliki
banyak kesempatan. Dia sangat cantik saat masih muda.
"Pada saat Pangeran Wales datang ke Pulau, dia sedang mengunjungi
pamannya di Charlottetown dan pamannya adalah pegawai pemerintahan,
jadi dia diundang ke pesta dansa besar. Dia adalah gadis tercantik di sana,
dan Pangeran berdansa dengannya, dan seluruh perempuan lain yang tidak
sempat berdansa dengannya marah karenanya, karena kedudukan sosial
mereka lebih tinggi daripada Elizabeth dan mereka bilang, seharusnya
Pangeran tidak mengabaikan mereka. Elizabeth selalu merasa sangat
bangga dengan acara dansa itu.
"Orang-orang jahat berkata, itulah alasan dia tidak pernah menikah dia
tidak bisa menerima lelaki biasa mana pun setelah berdansa dengan
seorang pangeran. Tapi, bukan itu sebenarnya. Dia pernah memberi tahu
alasannya itu karena dia memiliki suatu temperamen tertentu hingga dia
takut tidak bisa hidup bersama lelaki mana pun dengan nyaman. Dia
Memiliki suatu temperamen yang sangat buruk dia biasa naik ke lantai atas
dan menggigiti kepingan demi kepingan lemari bajunya untuk menahan
diri. Tapi, aku berkata kepadamu jika itu bukan alasan untuk tidak
menikah jika dia ingin. Tidak ada alasan kita membiarkan para lelaki
memiliki memonopoli temperamen, bukankah begitu, Mrs. Blythe,
Sayang?" "Aku sendiri pun memiliki temperamen buruk," desah Anne.
"Tidak apa-apa kalau kau memilikinya, Sayang. Kau pasti sama sekali
tak mau diinjak-injak, percaya padaku! Astaga, betapa indahnya kilauan
emas tanaman-tanamanmu! Tamanmu sangat indah. Elizabeth yang
malang selalu mengurusnya."
"Aku sangat menyukainya," kata Anne. "Aku senang taman ini begitu
penuh dengan bunga-bunga yang sudah lama. Omong-omong soal taman,
kami ingin mencari seorang lelaki untuk menggaru tanah kecil di balik
gerumbul pohon cemara dan menanaminya dengan stroberi untuk kami.
Gilbert sangat sibuk sehingga dia tidak pernah memiliki waktu untuk itu
musim gugur ini. Apakah Anda tahu siapa yang bisa kami pekerjakan?"
"Yah, Henry Hammond di Glen sana biasa melakukan pekerjaan
seperti itu. Dia mau melakukannya, mungkin. Dia selalu jauh lebih tertarik
terhadap upahnya daripada pekerjaannya, seperti lelaki pada umumnya,
dan dia sangat lambat bergerak sehingga sering diam mematung selama
lima menit sebelum mulai menyadari bahwa dia berhenti bergerak.
Ayahnya melemparkan sebatang tunggul kepadanya saat dia masih kecil.
"Kasar sekali, bukan" Khas lelaki pada umumnya! Tentu saja, Henry
tak pernah sama setelah itu. Tapi, dia satu-satunya orang yang bisa
kurekomendasikan. Dia mengecat rumahku musim semi lalu. Menurutmu,
kelihatannya benar-benar bagus, bukan?"
Anne terselamatkan oleh jam yang berdentang lima kali.
"Astaga, sudah sesore itu?" seru Miss Cornelia. "Betapa waktu begitu
cepat berlalu jika kita mengalami waktu yang menyenangkan! Yah, aku
harus membawa diriku untuk pulang."
"Tidak, tentu saja! Anda akan tinggal dan minum teh bersama kami,"
kata Anne dengan berani. "Apakah kau bertanya kepadaku karena kau pikir kau harus
melakukannya, atau karena kau benar-benar menginginkannya?" tanya
Miss Cornelia. "Karena aku benar-benar menginginkannya."
"Kalau begitu, aku akan tinggal. Kau termasuk ke dalam golongan
manusia yang mengenal Yusuf."
"Aku tahu kita akan berteman," kata Anne, dengan senyuman yang
hanya pernah dilihat oleh orang-orang terdekatnya.
"Ya, memang begitu, Sayang. Untunglah, kita bisa memilih teman kita.
Kita harus menerima keluarga kita sebagaimana adanya, dan bersyukur
jika tidak ada benih yang buruk di antara mereka. Bukannya aku memiliki
banyak kerabat tidak ada yang lebih dekat daripada sepupu kedua. Aku ini
sesosok jiwa yang kesepian, Mrs. Blythe." Ada nada pedih dalam suara
Miss Cornelia. "Kuharap Anda mau memanggilku Anne," seru Anne dengan impulsif.
"Itu akan berkesan lebih Akrab. Semua orang di Four Winds, kecuali
suamiku, memanggilku Mrs. Blythe, dan itu membuatku merasa seperti
orang asing. Apakah Anda tahu jika nama Anda sangat mendekati nama
yang ingin sekali kumiliki saat masih kecil" Aku membenci "Anne" dan
aku menyebut diriku sendiri "Cordelia" dalam khayalanku."
"Aku suka Anne. Itu adalah nama ibuku. Nama-nama kuno adalah yang
terbaik dan termanis menurut pendapatku. Jika kau mau menyiapkan
hidangan minum teh, kau bisa mengirim Dokter muda untuk berbicara
denganku. Dia berbaring di sofa di ruang kerjanya sejak aku datang,
tertawa geli mendengar semua yang kukatakan."
"Bagaimana Anda tahu?" pekik Anne, terlalu kaget sehingga tak
terpikir untuk berbasa-basi menyangkal.
"Aku melihatnya duduk di sebelahmu saat aku menyusuri jalan kecil,
dan aku tahu siasat para lelaki," tukas Miss Cornelia. "Nah, aku telah
menyelesaikan gaun mungilku, Sayang, dan bayi kedelapan itu bisa lahir
sesegera mungkin." 9 SUATU MALAM DI FOUR WINDS POINT Bulan September hampir berakhir saat Anne dan Gilbert bisa mengunjungi
mercusuar Four Winds seperti yang mereka janjikan. Mereka sering
berencana pergi ke sana, tetapi sesuatu selalu terjadi untuk mencegah
mereka. Kapten Jim pernah "mampir" beberapa kali ke rumah kecil itu.
"Aku tidak bisa bersikap resmi, Mistress Blythe," dia berkata kepada
Anne. "Aku sungguh senang bisa datang kemari, dan aku tidak akan
menyangkalnya hanya karena kau tidak bersedia temui aku. Di antara
golongan manusia yang mengenal Yusuf, tak perlu ada basa-basi. Aku
akan datang kalau aku bisa, dan kau bisa datang jika kau bisa, dan selama
kita bisa mengobrol hal remeh dengan menyenangkan, aku sama sekali tak
peduli atap mana yang ada di atas kepala kita."
Kapten Jim sangat mengagumi Gog dan Magog, yang selalu bertengger
di samping perapian rumah kecil itu dengan martabat dan kepercayaan diri
yang begitu tinggi, seperti yang mereka lakukan di Patty"s Place.
"Bukankah mereka makhluk-makhluk kecil yang paling lucu?" dia
akan berkata senang, dan dia memberi mereka salam jika datang dan
berpamitan dengan sikap sesopan yang dia tunjukkan kepada tuan dan
nyonya rumahnya. Kapten Jim tidak akan mengecewakan para dewa
perabotan rumah tangga karena tidak memiliki kekaguman dan sopan
santun. "Kau telah membuat rumah kecil ini nyaris sempurna," dia berkata
kepada Anne. "Rumah kecil ini belum pernah seindah sekarang
sebelumnya. Mistress Selwyn punya selera sepertimu dan dia bikin banyak
keajaiban; tapi orang-orang saat ini tak punya tirai-tirai mungil yang indah,
gambar-gambar, serta benda-benda mungil yang kau punya. Dan
Elizabeth, dia hidup dalam masa lalu. Kau bisa bawa masa depan ke rumah
ini, begitulah. Aku akan benar-benar senang bahkan jika kita tidak
berbicara sama sekali, saat aku datang kemari hanya untuk duduk,
melihatmu dengan gambar-gambar dan bunga-bungamu, itu sudah cukup
bagiku. Sungguh cantik-cantik."
Kapten Jim adalah pemuja kecantikan yang sangat bergairah. Setiap hal
indah yang dia dengar atau lihat memberinya kebahagiaan sejati yang
dalam dan samar, yang menerangi kehidupannya. Dia cukup menyadari
kekurangan penampilan luarnya dan menyesalinya.
"Orang-orang bilang aku baik," dia berkata dengan penuh canda pada
suatu kesempatan, "tapi kadang-kadang aku berharap Tuhan menciptakan
aku dengan hanya setengah kebaikanku dan mewujudkannya dalam
penampilanku. Tapi begitulah, kupikir Dia tahu apa yang Dia kehendaki,
seperti seorang kapten kapal yang hebat. Beberapa di antara kita harus
berpenampilan sederhana, jika tidak, orang-orang cantik seperti Mistress
Blythe di sini tak akan tampak secantik ini."
Pada suatu malam, Anne dan Gilbert akhirnya berjalan ke mercusuar
Four Winds. Hari itu bermula dalam balutan awan kelabu dan kabut, tetapi
berakhir dalam semburat lembayung merah dan keemasan. Di atas bukitbukit sebelah barat di seberang bukit, langit berwarna merah tua dan
berkilau bagaikan kristal, dengan cahaya matahari terbenam yang
membara di bawahnya. Langit utara berwarna biru kehijauan, dengan
sedikit awan keemasan yang terang. Cahaya merah memantul di layarlayar putih sebuah kapal yang melaju menyusuri selat, menuju ke sebuah
dermaga di sebelah selatan, sebuah daerah penuh pohon palem.
Di balik kapal itu, cahaya merah menyorot dan membuat bukit-bukit
pasir yang putih, tidak ditumbuhi rumput, berkilauan menjadi kemerahan.
Di sebelah kanan, cahaya merah jatuh ke sebuah rumah tua di antara
pohon-pohon dedalu di hulu anak sungai, dan membuat jendela-jendelanya
tampak lebih indah daripada jendela-jendela sebuah katedral tua. Jendelajendela itu berkilauan di antara keheningan dan kesuraman rumah tua,
bagaikan pikiran-pikiran berdenyut yang berwarna merah darah, milik
sesosok jiwa terang yang terpenjara di sebuah lingkungan bernuansa
suram. "Rumah tua di hulu anak sungai itu selalu tampak begitu kesepian,"
kata Anne. "Aku belum pernah melihat ada tamu ke sana. Tentu saja, pintu
gerbangnya terbuka ke jalan atas"tapi kupikir tidak banyak yang datang
dan pergi. Rasanya ganjil karena kita belum pernah bertemu dengan
anggota Keluarga Moore, meskipun mereka hanya tinggal di tempat yang
berjarak lima belas menit berjalan kaki dari rumah kita. Aku mungkin
pernah melihat mereka di gereja, tentu saja, tapi jika benar, aku tidak
mengenal mereka. Aku menyesal karena mereka tidak suka bersosialisasi,
karena mereka satu-satunya tetangga kita yang terdekat."
"Ternyata mereka bukan termasuk golongan manusia yang mengenal
Yusuf," Gilbert tertawa. "Apakah kau sudah mengetahui siapa gadis yang
kau pikir sangat cantik itu?"
"Belum. Entah mengapa, aku tidak pernah ingat untuk menanyakan


Annes House Of Dreams Buku 5 Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tentangnya. Tapi, aku tidak pernah lagi melihatnya di mana-mana, jadi
kupikir dia pasti orang asing. Oh, matahari sudah menghilang dan itu dia
mercusuarnya." Saat malam semakin kelam, sebuah menara besar memancarkan cahaya
membelah kegelapan, menyapu ladangladang dan pelabuhan alam, bukitbukit pasir dan teluk dalam sebuah bentuk lingkaran.
"Aku merasa bagaikan cahaya itu menyambarku dan melemparkanku
berliga-liga ke tengah laut," kata Anne, saat salah satu cahaya
membanjirinya dengan kecerlangannya; dan dia merasa sedikit lega saat
mereka sudah sangat dekat ke Point sehingga mereka berada di dalam
daerah cahaya yang menyilaukan dan berulang-ulang.
Saat mereka berbelok ke sebuah jalan kecil yang melintasi ladangladang menuju ke Point, mereka bertemu dengan seorang lelaki yang
keluar dari sana seorang lelaki dengan penampilan yang sangat luar biasa,
sehingga untuk sesaat, mereka berdua terpana. Dia adalah seorang lelaki
yang sangat tampan dan bertubuh tinggi, berbahu bidang, berpenampilan
baik, dengan hidung seperti orang Romawi dan mata kelabu yang
menyorotkan kejujuran. Dia mengenakan setelan hari Minggu seorang
petani kaya; Kemungkinan besar dia adalah penduduk Four Winds atau
Glen. Namun, janggut ikal kecokelatan terjulur hingga dadanya dan nyaris
ke lutut, bagaikan sungai; dan di belakang punggungnya, di balik topi
beludrunya yang biasa, ada rambut cokelat tebal dan bergelombang yang
sama panjang dengan janggutnya.
"Anne," gumam Gilbert, saat mereka sudah berada di luar jangkauan
pendengaran, "kau tidak memasukkan sesuatu yang Kakek Dave sebut
sebagai "sedikit Aksi orang Skotlandia" ke dalam limun yang kau berikan
kepadaku tepat sebelum kita meninggalkan rumah, kan?"
"Tidak, aku tidak melakukannya," jawab Anne, menahan tawanya,
mencegah agar sosok misterius itu tidak bisa mendengarnya. "Siapa dia
sebenarnya?" "Aku tidak tahu, tapi jika Kapten Jim memelihara hantu-hantu di Point,
aku akan membawa besi dingin di sakuku jika aku datang kemari. Dia
bukan seorang kelasi, jika iya, orang-orang mungkin akan memaklumi
penampilannya yang eksentrik; dia pasti berasal dari klan-klan di seberang
pelabuhan. Paman Dave bilang, ada beberapa orang aneh di sana."
"Paman Dave sedikit berprasangka, kupikir. Kau tahu, semua orang di
atas pelabuhan yang datang ke Gereja Glen tampaknya sangat baik. Oh,
Gilbert, bukankah ini indah?"
Mercusuar Four Winds dibangun di atas sebuah puncak tebing batu
paras merah yang terjulur keluar menuju teluk. Di salah satu sisinya, di
seberang selat, terbentang pantai pasir keperakan; di sisi lain, terbentang
pantai panjang melengkung dari tebing-tebing merah, menjulang dengan
curam dari cekungan-cekungan berkerikil. Itu adalah sebuah pantai yang
mengetahui keajaiban dan misteri tentang badai dan bintang. Ada suatu
keheningan menyeluruh tentang pantai itu. Hutan-hutan tidak pernah sepi
selalu dipenuhi bisikan, panggilan, dan kehidupan yang ramah. Tetapi, laut
adalah suatu jiwa yang kuat, selamanya mengerang dalam suatu kepedihan
dahsyat yang tidak dapat dibagi, yang menyimpannya sendirian untuk
selamanya. Kita tidak pernah bisa menembus misterinya yang tak terbatas
kita hanya bisa menjelajahinya, merasa takjub dan terpana, di tepiannya
yang terluar. Hutan memanggil-manggil kita dengan ratusan suara, tetapi
lautan hanya memiliki satu suara suara dahsyat yang menenggelamkan
jiwa kita dalam musiknya yang megah. Hutan-hutan mirip manusia, tetapi
lautan adalah teman para malaikat tertinggi.
Anne dan Gilbert menemukan Kapten Jim duduk di sebuah bangku di
luar mercusuar, sedang memberikan sentuhan akhir kepada sebuah mainan
kapal layar yang mengagumkan. Dia bangkit dan menyambut mereka di
kediamannya dengan sikap lembut dan spontan, yang sudah menjadi ciri
khasnya. "Ini adalah satu hari yang cukup menyenangkan, Mistress Blythe, dan
sekarang, tepat di pengujung hari, terjadilah hal yang paling
menyenangkan. Apakah kau ingin duduk di luar sini sebentar, mengamati
cahaya memudar" Aku baru saja selesaikan mainan ini untuk
cucukeponakanku yang masih kecil, Joe, di Glen sana. Setelah berjanji
bikinkan ini untuknya, aku sedikit menyesal, karena ibunya kesal. Ibunya
khawatir kalau dia akan ingin pergi melaut jika sudah besar, dan ibunya
tak ingin mainan itu mendorongnya. Tapi, apa yang bisa kulakukan,
Mistress Blythe" Aku Berjanji kepadanya, dan kupikir sungguh kejam jika
mengingkari janji yang telah kita buat kepada seorang anak kecil. Ayo,
silakan duduk. Keindahan ini tak akan bertahan lebih lama dari satu jam."
Angin bertiup dari laut, dan hanya memecah permukaan air laut
menjadi ombak-ombak panjang yang keperakan, mengirimkan bayanganbayangan berkilauan terbang di atasnya, dari setiap titik dan tanjung,
tempat camar-camar berkumpul. Langit samar-samar bagaikan berlapis
selubung uap air laksana sutra. Sekelompok awan bergantung rendah di
sepanjang cakrawala. Sebuah bintang malam mengamati di atas mereka.
"Bukankah itu adalah pemandangan yang berharga untuk dilihat?"
tanya Kapten Jim, dengan kebanggaan penuh kasih dan rasa memiliki yang
jelas terdengar. "Indah dan sama sekali tak mirip dengan pasar, bukan
begitu" Tidak ada yang menjual dan mendapatkan keuntungan. Kita tak
perlu bayar apa-apa seluruh pemandangan lautan dan langit gratis "tanpa
uang dan tanpa harga". Bulan pun akan segera terbit aku tak pernah bosan
tunggu-tunggu bulan terbit seperti apa di atas bebatuan, lautan, dan
pelabuhan alam di sana. Selalu ada kejutan setiap waktu."
Mereka menikmati bulan terbit itu, serta mengamati kejutan dan
keajaibannya dalam suatu keheningan yang tidak menuntut apa pun dari
dunia atau sebaliknya. Kemudian, mereka naik ke atas menara. Kapten Jim
menunjukkan dan menjelaskan mekanisme lampu besar itu. Akhirnya,
mereka berkumpul di ruang makan, dengan api yang melambai-lambaikan
nyala bergetar, bernuansa warna laut, dan misterius, di perapian yang
terbuka. "Aku pasang perapian ini sendiri," kata Kapten Jim. "Pemerintah tak
berikan kemewahan seperti ini kepada para penjaga mercusuar. Lihatlah
warna yang diciptakan kayu-kayu itu. Jika kau mau kayu-kayu-ombak
untuk perapianmu, Mistress Blythe, aku akan membawakanmu suatu hari.
Duduklah. Aku akan membuatkan secangkir teh untuk kalian masingmasing." Yang dimaksud dengan kayu-kayu ombak oleh Kapten Jim
adalah kayu-kayu yang hanyut terbawa ombak, hingga terdampar ke
pantai. Kapten Jim menyediakan sebuah kursi bagi Anne, setelah sebelumnya
mengusir seekor kucing raksasa berbulu jingga dan sebuah surat kabar.
"Turunlah, Sobat. Sofa adalah tempatmu. Aku harus simpan surat kabar
ini dengan aman hingga aku bisa cari waktu untuk menamatkan cerita di
dalamnya. Judulnya Cinta yang Gila. Itu bukan jenis fiksi favoritku, tapi
aku baca hanya untuk lihat berapa lama si pengarang bisa panjangpanjangkan ceritanya. Sekarang sudah bab keenam puluh dua, dan
pernikahannya sama sekali jauh dari kemungkinan terjadi, sejauh yang
kuketahui. Jika Joe kecil datang, aku harus bacakan cerita bersambung
tentang bajak laut kepadanya. Bukankah aneh betapa makhluk kecil tak
berdosa seperti anak-anak suka kisah-kisah yang paling mengerikan?"
"Seperti sahabatku Davy di rumah," kata Anne. "Dia ingin kisah-kisah
yang beraroma darah."
Teh Kapten Jim terbukti seperti nektar para dewa. Dia merasa senang
bagaikan anak-anak mendengar pujian-pujian Anne, tetapi dia
menampilkan sikap acuh tak acuh yang menyenangkan.
"Rahasianya adalah aku tidak pelit dengan krim," dia berkata dengan
sikap tak peduli. Kapten Jim belum pernah mendengar Oliver Wendell
Holmes, tetapi ternyata dia setuju dengan pernyataan sang penulis bahwa
"hati yang besar tidak pernah menyukai poci krim yang kecil."
"Kami bertemu dengan orang yang berpenampilan ganjil keluar dari
jalan tempat tinggalmu," kata Gilbert saat mereka menyesap teh. "Siapa
dia?" Kapten Jim menyeringai. "Itu Marshall Elliott seorang lelaki yang
sangat baik dengan hanya satu kekonyolan pada dirinya. Kupikir kalian
bertanya-tanya, apa tujuannya meng- ubah dirinya menjadi semacam orang
aneh yang tampil di sirkus."
"Apakah dia seorang Nazarite modern atau nabi Yahudi yang tertinggal
dari masa lampau?" tanya Anne.
"Bukan keduanya. Politiklah yang jadi dasar keanehannya. Seluruh
anggota Keluarga Elliott, Crawford, dan MacAllister adalah politisi
fanatik. Mereka terlahir sebagai Grit atau Tory, tergantung siapa mereka,
dan mereka hidup sebagai Grit atau Tory, dan mereka meninggal sebagai
Grit atau Tory. Dan yang akan mereka lakukan di surga, di tempat yang
mungkin tidak ada politik, sama sekali tak kutahu. Marshall Elliott ini
terlahir sebagai seorang Grit. Aku sendiri seorang Grit yang moderat, tapi
pada diri Marshall sama sekali tak ada jiwa moderat. Marshall berjuang
untuk partainya habis-habisan. Dia sangat yakin kalau Liberal akan
menang begitu yakin sehingga dia muncul di sebuah pertemuan umum dan
bersumpah tak akan cukur wajahnya atau potong rambutnya hingga Grit
berkuasa. Yah, mereka tak menang dan mereka belum pernah menang dan
kau melihat sendiri hasilnya hari ini. Marshall terjebak kata-katanya
sendiri." Di Kanada, Grit adalah sebutan bagi para pendukung Partai
Liberal, sementara Tory adalah sebutan bagi para pendukung Partai
Konservatif. "Bagaimana pikiran istrinya tentang itu?" tanya Anne.
"Dia adalah seorang bujangan. Tapi, jika dia punya seorang istri,
kupikir istrinya pun tak bisa bikin dia melanggar sumpah. Keluarga Elliott
selalu lebih keras kepala daripada orang lain. Saudara lelaki Marshall,
Alexander, memiliki seekor anjing yang sangat dia sayangi, dan saat
anjing itu mati, dia benar-benar ingin menguburkannya di pemakaman,
"bersama para penganut Kristen lainnya," dia bilang. Tentu saja, dia tak
diizinkan lakukan itu; jadi dia menguburnya tepat di luar pagar
pemakaman, dan tak pernah muncul di pintu gereja lagi. Tapi, tiap hari
Minggu, dia antarkan keluarganya ke gereja dan duduk di dekat makam
anjing itu untuk bacakan ayat-ayat Alkitab selama peribadatan
berlangsung. "Mereka bilang, saat dia sekarat, dia minta istrinya untuk menguburnya
di sebelah si anjing; istrinya adalah seorang perempuan mungil yang
lemah, tapi dia marah karena Itu. Istrinya berkata, Dia tak akan dikubur di
samping kuburan anjing, dan jika Alexander memilih tempat peristirahatan
terakhirnya di sebelah si anjing daripada di sebelahnya, silakan saja.
Alexander Elliott adalah keledai yang keras kepala, tapi dia sangat sayang
istrinya, jadi dia menyerah dan berkata, "Baiklah, tak apa-apa, kuburkan
aku di mana pun kau suka. Tapi, jika sangkakala Jibril bertiup, aku
berharap anjingku akan bangkit bersama kita semua, karena ia memiliki
jiwa semulia seorang Elliott atau Crawford atau MacAllister yang pernah
berjalan tegak." Itu adalah kata-kata terakhirnya.
"Dan tentang Marshall, kami semua sudah terbiasa dengannya, tapi dia
pasti kejutkan orang-orang asing dengan penampilannya yang ganjil. Aku
telah kenal dia sejak umurnya sepuluh tahun usianya sekitar lima puluh
tahun sekarang dan aku suka dia. Dia dan aku pergi memancing ikan cod
hari ini. Itulah yang biasa kulakukan sekarang kadang-kadang menangkap
ikan trout dan ikan cod. Tapi, tidak selalu begitu bukan berarti itu menjadi
kebiasaanku. Aku biasa melakukan hal-hal lain, seperti yang akan kalian
akui jika melihat buku-kehidupanku."
Anne baru saja akan bertanya tentang buku-kehidupan Kapten Jim
ketika si Kelasi Pertama mengalihkan perhatian dengan melompat ke lutut
Kapten Jim. Ia adalah seekor hewan yang cantik, dengan wajah sebundar
bulan purnama, mata hijau yang cemerlang, dan kaki-kaki besar berwarna
putih. Kapten Jim membelai punggungnya yang sehalus beludru dengan
lembut. "Aku tak pernah terlalu suka kucing hingga temukan si Kelasi
Pertama," dia berkata, diiringi oleh dengkuran si Kelasi yang keras. "Aku
telah selamatkan hidupnya, dan jika kita selamatkan nyawa satu makhluk
hidup, kita akan terikat untuk sayangi ia. Itu sama saja dengan
memberikan kehidupan. Ada beberapa orang jahat yang tak punya otak di
dunia ini, Mistress Blythe. Beberapa penduduk kota yang punya rumahrumah musim panas di sepanjang pelabuhan alam sama sekali tak sadar
kalau mereka kejam. Itu kekejaman yang paling parah karena tak berpikir
panjang. Kita tak akan dapat maklumi itu. Mereka pelihara kucing-kucing
di sana pada musim panas, beri makan dan belai-belai mereka, hiasi
mereka dengan pita-pita dan kalung-kalung leher. Kemudian, pada musim
gugur mereka pergi dan tinggalkan kucing-kucing itu kelaparan atau beku.
Itu bikin darahku mendidih, Mistress Blythe.
"Suatu hari, pada musim dingin lalu, aku temukan seekor induk kucing
tua mati di pantai, terbaring di samping tiga anak kucingnya yang sangat
kurus. Si induk kucing mati dengan coba melindungi mereka. Kaki-kaki
malangnya yang kaku lingkari mereka. Demi Tuhan, aku menangis.
Kemudian aku mengumpat. Lalu, aku bawa anak-anak kucing malang itu
pulang dan beri makan mereka, dan carikan rumah yang baik untuk
mereka. Aku kenal perempuan yang tinggalkan kucing itu, dan saat dia
kembali musim panas ini, aku pergi ke rumahnya di pelabuhan alam dan
beri tahu pendapatku tentang dirinya. Aku memang ikut campur
urusannya, tapi aku benar-benar suka ikut campur dalam hal-hal yang
baik." "Bagaimana reaksinya?" tanya Gilbert.
"Dia menangis dan bilang dia "tak berpikir." Aku bilang kepadanya,
begini, "Apakah kau pikir itu akan jadi suatu alasan yang bagus pada Hari
Pengadilan, saat kau harus bertanggung jawab atas kehidupan induk tua
malang itu" Tuhan akan bertanya kepadamu untuk apa Dia memberimu
otak jika bukan untuk berpikir, menurutku." Aku tidak ingin dia
meninggalkan kucing-kucing hingga kelaparan lain kali."
"Apakah si Kelasi Pertama adalah salah satu kucing yang selamat?"
tanya Anne, berusaha mengorek cerita Kapten Jim, yang segera direspons
dengan baik, tetapi tidak berkesan menyombongkan diri.
"Ya. Aku temukan Ia pada salah satu malam musim dingin yang kelam,
terperangkap di dahan-dahan sebuah pohon karena kalung pita konyolnya
tersangkut. Ia nyaris kelaparan. Jika kau dulu lihat matanya, Mistress
Blythe! Ia hanya seekor kucing kecil, dan ia pasti akan mati entah
bagaimana, karena ditinggalkan hingga tergantung seperti itu. Saat aku
melepaskannya, ia memberikan sapuan mengibakan di tanganku dengan
lidah mungilnya yang berwarna merah. Ia bukan seorang kelasi tangguh
yang kau lihat sekarang. Dia pemalu seperti Musa. Itu sembilan tahun
yang lalu. Umurnya panjang bagi seekor kucing. Ia adalah teman lama
yang baik, si Kelasi Pertama ini."
"Aku tadinya mengira kau memiliki seekor anjing," kata Gilbert.
Kapten Jim menggelengkan kepala.
"Aku pernah punya seekor anjing. Aku sangat sayangi ia, sehingga saat
ia mati, aku tidak berpikir ingin punya penggantinya. Ia adalah seorang
Sahabat kau mengerti, Mistress Blythe" Si Kelasi hanya teman. Aku
menyayangi si Kelasi tak peduli sifat-sifat menyebalkan dalam dirinya
seperti yang ada pada semua kucing. Tapi aku Mencintai anjingku. Aku
selalu punya suatu simpati tersembunyi terhadap Alexander Elliott tentang
anjingnya. Sama sekali tidak ada sifat menyebalkan dalam jiwa seekor
anjing yang baik. Karena itulah mereka selalu lebih mudah disayangi
daripada kucing, kupikir. Tapi, aku mengakui kalau mereka sama
menariknya. Nah, beginilah, aku sudah bicara terlalu banyak. Jika kalian
sudah habiskan teh, aku punya beberapa benda kecil yang mungkin ingin
kalian lihat aku temukan mereka di sudut-sudut ganjil yang biasa
kudatangi." "Beberapa benda kecil" milik Kapten Jim ternyata adalah suatu koleksi
yang paling menarik dari benda-benda langka, menakutkan, aneh,
sekaligus indah. Dan hampir setiap benda memiliki suatu kisah yang
mengesankan. Anne tidak pernah melupakan rasa senangnya saat mendengarkan
kisah-kisah lama itu pada malam terang bulan di dekat api memesona dari
kayu-kayu-ombak, sementara laut keperakan memanggil-manggil mereka
melalui jendela terbuka dan terisak-isak di bebatuan di bawah mereka.
Kapten Jim tidak pernah berbicara melebih-lebihkan, tetapi sungguh sulit
untuk tidak melihat bahwa ada seorang pahlawan pada diri lelaki itu


Annes House Of Dreams Buku 5 Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berani, jujur, lihai, tidak egois. Dia duduk di sana, di ruangan kecilnya, dan
membuat kisah-kisah itu hidup kembali bagi para pendengarnya. Dengan
menaikkan alis, kedutan di bibir, suatu gerakan, satu kata, dia melukiskan
seluruh keadaan atau karakter sehingga mereka merasa bagaikan
mengalaminya sendiri. Beberapa petualangan Kapten Jim memiliki bagian-bagian
menakjubkan sehingga diam-diam Anne dan Gilbert bertanya-tanya
apakah dia tidak melebih-lebihkan karena mereka sangat memercayainya.
Namun, dalam hal ini, mereka nanti menemukan bahwa mereka
berprasangka buruk kepadanya. Seluruh kisahnya benar-benar nyata.
Kapten Jim memiliki suatu bakat untuk terlahir sebagai seorang
pendongeng, dengan "kisah-kisah pedih masa lampau" yang bisa
diungkapkan dengan jelas di hadapan pendengarnya, membuat mereka saat
itu juga merasa sedih. Anne dan Gilbert tertawa dan bergidik mendengar
kisahkisahnya, dan sekali waktu, Anne menyadari bahwa dia menangis.
Kapten Jim mengamati air mata Anne dengan kepuasan yang berbinarbinar di wajahnya. "Aku suka lihat orang-orang menangis seperti itu," dia berkata. "Itu
adalah sebuah pujian. Tapi, aku tak bisa berbuat adil bagi semua hal yang
pernah kulihat atau kutolong. Aku tuliskan semuanya di dalam buku
kehidupanku, tapi aku tak punya kemampuan untuk tuliskan itu dengan
benar. Jika aku bisa pilih kata yang tepat dan susun itu dengan baik di atas
kertas, aku pasti bisa tulis sebuah buku yang hebat. Pasti akan kalahkan
keseruan Cinta yang Gila, dan aku yakin Joe akan suka bukunya, seperti
dia suka kisah-kisah bajak laut. Ya, aku memang punya beberapa
petualangan masa laluku; dan apakah kau tahu, Mistress Blythe, aku masih
berhasrat menikmatinya. Ya, biarpun tua dan tak lagi berguna, ada suatu
kerinduan untuk kembali berlayar yang kadang-kadang menyapuku ke
sana jauh ke sana untuk selama-lamanya."
"Seperti Ulysses, kau akan b erlayar di bawah sinar mentari dan
bermandikan seluruh bintang di langit barat hingga kau mati"," Anne
berkata dengan tatapan menerawang.
"Ulysses" Aku pernah baca itu. Ya, tepat seperti itulah yang kurasakan
tepat seperti itulah yang dirasakan kami, para pelaut tua, kupikir. Tapi,
kupikir aku akan mati di daratan. Yah, apa pun yang akan terjadi,
terjadilah. Ada William Ford di Glen yang belum pernah pergi ke laut
seumur hidupnya, karena dia takut tenggelam. Seorang peramal
mengatakan dia akan tenggelam. Dan suatu hari, dia pingsan lalu jatuh di
kandangnya dengan wajah masuk ke dalam tempat air, lalu tenggelam.
Apakah kalian harus pergi" Kalau begitu, datanglah segera dan sesering
mungkin. Dokter yang harus berbicara lain kali. Dia tahu banyak hal yang
ingin kuketahui. Aku kadang-kadang agak kesepian di sini. Jauh lebih
buruk sejak kematian Elizabeth Russell. Dia dan aku dulu benar-benar
teman akrab." Kapten Jim berbicara dengan sikap mengesankan seorang tua, yang
sudah menyaksikan teman-temannya pergi satu per satu teman-teman yang
tempatnya tidak akan pernah bisa digantikan oleh para generasi muda,
bahkan oleh golongan manusia yang mengenal Yusuf. Anne dan Gilbert
berjanji akan datang kembali sesegera mungkin dan sering berkunjung.
"Dia adalah pria tua yang langka, bukan?" tanya Gilbert, saat mereka
berjalan pulang. "Entah bagaimana aku bisa menghubungkan kepribadiannya yang luhur
dan sederhana dengan kehidupan liar penuh petualangan yang dia jalani,"
gumam Anne. "Kau tidak akan merasa begitu jika melihatnya kemarin di desa
nelayan. Salah satu anak buah kapal milik Peter Gautier melontarkan suatu
ucapan nakal kepada seorang gadis di pantai. Kapten Jim langsung
menatap marah lelaki kurang ajar itu dengan kilatan matanya. Tampaknya
dia berubah. Dia tidak banyak berbicara tapi cara dia berbicara! Kau pasti
akan berpikir jika kata-katanya akan mengiris daging dari tulang si lelaki.
Aku mengerti jika Kapten Jim tidak akan pernah mengizinkan kata-kata
kurang ajar dilontarkan kepada perempuan mana pun di depan matanya."
"Aku ingin tahu mengapa dia tak pernah menikah," kata Anne. "Dia
mungkin bisa mendapatkan anak-anak lelaki yang melayarkan kapalnya di
laut sekarang, dan para cucu yang memanjat tubuhnya untuk mendengar
ceritanya dia tipe lelaki seperti itu. Malahan, dia tidak memiliki apa-apa
selain seekor kucing besar."
Tetapi, Anne salah. Kapten Jim memiliki lebih banyak daripada itu. Dia
memiliki kenangan. 10 LESLIE MOORE Aku akan berjalan-jalan ke luar di sepanjang pantai malam ini," Anne
berkata kepada Gog dan Magog pada salah satu malam bulan Oktober.
Tidak ada orang lain yang bisa diajak berbicara, karena Gilbert pergi ke
pelabuhan alam. Anne sudah selesai menata rumah mungilnya bersih tak
bernoda, seperti yang pasti dilakukan seseorang yang telah dibesarkan oleh
Marilla Cuthbert. Kini, dia merasa bisa berjalan-jalan ke pantai dengan
pikiran jernih. Dia sering menjelajahi pantai dengan riang, kadang-kadang
bersama Gilbert, kadang-kadang bersama Kapten Jim, kadang-kadang
sendirian, hanya bersama pikiran-pikirannya sendiri dan impian-impian
barunya yang manis dan syahdu, yang mulai mewarnai kehidupannya
dengan nuansa pelangi. Anne sangat menyukai pantai pelabuhan alam yang lembut dan
berkabut, serta pantai berpasir keperakan yang selalu dihantui angin.
Namun, yang paling dia sukai adalah pantai batu karang, dengan tebingtebing, gua-gua, dan tumpukan batu-batu karang yang terkikis ombak, dan
teluk kecil tempat kerikil-kerikil berkilauan di bawah kolam-kolam; dan ke
pantai inilah dia pergi malam ini.
Sebelumnya, telah terjadi badai musim gugur yang penuh angin dan
hujan, selama tiga hari. Badai itu telah menghancurkan batu-batu menjadi
serbuk-serbuk kecil, melontarkan percikan air dan buih putih bertiup di
atas ombak, bergerak kacau, berkabut, dan mengamuk di tengah
kedamaian biru Four Winds Harbor. Sekarang, kekacauan sudah selesai,
dan pantainya terbentang bagaikan dicuci bersih setelah badai; tak ada
angin yang bertiup, tetapi masih ada ombak yang cukup besar, menerpa
pasir dan batu dalam suatu empasan putih yang keras satu-satunya hal
yang tak pernah berakhir dalam kebekuan dan kedamaian dahsyat yang
menyebar luas. "Oh, ini adalah saat yang paling layak dinikmati setelah bermingguminggu serangan badai dan merasa tertekan," Anne berseru, dengan
senang melayangkan pandangannya jauh-jauh ke arah air yang bergolak
dari atas tebing tempat dia berdiri. Saat itu, dia sedang merayap menuruni
jalan setapak curam menuju teluk kecil di bawah. Di sana, dia bagaikan
terperangkap di dalam bebatuan, dibatasi lautan dan angkasa.
"Aku akan menari dan bernyanyi," dia berkata. "Tidak ada orang yang
melihatku di sini burung-burung camar tidak akan memedulikan aku. Aku
bisa segila yang kuinginkan."
Dia mengangkat roknya dan berputar dengan satu kaki di bentangan
pasir yang keras tepat di luar jangkauan ombak yang nyaris
menenggelamkan kakinya dengan buih yang terbentuk. Sambil berputarputar, tertawa seperti anak-anak, dia mencapai tanjung kecil yang
membentang ke sebelah timur teluk kecil, kemudian tiba-tiba berhenti,
dengan wajah merah padam; dia tidak sendirian, ada seorang saksi yang
melihat tarian dan tawanya.
Gadis dengan rambut keemasan dan mata biru bagaikan laut sedang
duduk di atas sebuah batu karang di tanjung kecil, setengah tersembunyi
oleh sebuah batu yang menonjol. Dia menatap tajam Anne dengan ekspresi
aneh setengah heran, setengah bersimpati, setengah benarkah demikian"
iri. Dia tidak memakai topi, dan rambutnya yang indah, lebih indah
daripada "ular cantik" Browning, terikat di atas kepalanya dengan sehelai
pita merah tua. Dia memakai sebuah gaun dengan bahan berwarna gelap,
yang dibuat dengan sangat sederhana, tetapi sekeliling pinggulnya terbalut
erat-erat dengan sabuk sutra merah yang mencolok, menampakkan lekuk
tubuh yang indah. Kedua tangannya, terkatup di atas lutut, tampak cokelat
dan menunjukkan bahwa dia pekerja keras; tetapi kulit leher dan pipinya
seputih krim. Seberkas sinar matahari menyorot menembus awan rendah di
barat, dan menyinari rambutnya. Selama sesaat, dia bagaikan ruh laut yang
mengejawantah dengan seluruh misteri, hasrat, dan pesonanya yang
misterius. "Kau kau pasti berpikir aku ini gila," Anne tergagap, berusaha
mengembalikan keyakinan dirinya. Dilihat oleh gadis anggun ini dengan
suatu sikap ketidakpedulian yang kekanak-kanakan dia, Mrs. Dr. Blythe,
dengan seluruh martabat seorang ibu rumah tangga yang harus dijaga
sungguh sangat buruk! "Tidak," bantah si gadis, "aku tidak begitu."
Dia tidak mengatakan apa-apa lagi; suaranya tanpa ekspresi; sikapnya
sedikit tidak menyenangkan; namun ada sesuatu dalam tatapannya berani
tetapi malu, menantang tetapi memohon yang mengubah keinginan Anne
untuk beranjak pergi. Jadi, dia malah duduk di batu karang, di samping
gadis itu. "Ayo kita memperkenalkan diri masing-masing," dia berkata, dengan
senyuman yang belum pernah gagal mendapatkan kepercayaan dan
keramahan. "Aku Mrs. Blythe dan aku tinggal di rumah kecil putih di atas
pantai pelabuhan alam itu."
"Ya, aku tahu," kata si gadis. "Aku Leslie Moore Mrs. Dick Moore,"
dia menambahkan dengan kaku.
Anne terdiam sesaat karena sangat terkejut. Sungguh tak terbayangkan
olehnya bahwa gadis ini sudah menikah sama sekali tidak tampak sikap
seorang istri pada dirinya. Dan dia adalah tetangga yang Anne bayangkan
sebagai seorang ibu rumah tangga Four Winds yang biasa! Anne tidak bisa
menyesuaikan fokus pikirannya dengan cepat terhadap perubahan
mencengangkan ini. "Kalau begitu kalau begitu, kau tinggal di rumah kelabu di atas anak
sungai itu," dia tergagap.
"Ya. Aku seharusnya pergi untuk menyambutmu lama sebelum ini,"
jawab gadis itu. Dia tidak memberikan penjelasan atau alasan apa pun
karena tidak mengunjungi Anne.
"Aku berharap kau MAU datang," kata Anne, akhirnya berhasil
menguasai diri lagi. "Kita para tetangga dekat seharusnya bisa berteman.
Itu adalah kekurangan Four Winds yang paling besar tidak ada cukup
banyak tetangga. Selain itu, Four Winds ini sempurna."
"Kau menyukainya?"
"MENYUKAINYA! Aku mencintainya. Ini adalah tempat paling indah
yang pernah kulihat."
"Aku belum pernah melihat banyak tempat," kata Leslie Moore,
perlahan, "tapi aku selalu berpikir bahwa tempat ini sangat indah. Aku aku
juga mencintainya." Dia berbicara sambil memandang, dengan malu-malu, tetapi sekaligus
penuh keberanian. Anne memiliki kesan ganjil bahwa gadis aneh ini kata
"gadis" tetap melekat pada dirinya bisa mengungkapkan banyak hal jika
dia mau. "Aku sering datang ke pantai," dia menambahkan.
"Aku juga begitu," kata Anne. "Sungguh aneh kita belum pernah
bertemu di sini sebelumnya."
"Mungkin kau datang lebih awal pada malam hari sebelum aku.
Biasanya aku datang kemari sudah cukup larut nyaris gelap. Dan aku
sangat senang bisa datang tepat setelah badai seperti ini. Aku tidak begitu
menyukai laut jika sedang tenang dan hening. Aku senang pergolakannya
dan deburannya dan suara gaduhnya."
"Aku menyukainya dalam setiap keadaan," Anne berkata. "Laut di
Four Winds bagiku bagaikan Kanopi Kekasih di rumahku. Malam ini, laut
tampak begitu bebas begitu liar sesuatu yang melepaskan kelegaan dalam
diriku juga, karena aku bersimpati kepadanya. Karena itulah aku menari di
sepanjang pantai dengan liar. Aku tidak mengira ada orang yang melihat,
tentu saja. Jika Miss Cornelia Bryant melihatku, dia pasti meramalkan
masa depan yang suram bagi Dr. Blythe muda yang malang."
"Kau mengenal Miss Cornelia?" tanya Leslie sambil tertawa. Dia
memiliki tawa yang memikat; terdengar tiba-tiba dan tanpa diduga, dengan
suatu kualitas kenikmatan pada diri seorang bayi. Anne juga tertawa.
"Oh, ya. Dia beberapa kali datang ke rumah impianku."
"Rumah impianmu?"
"Oh, itu hanya nama julukan konyol yang menggelikan, yang Gilbert
dan aku ciptakan untuk rumah kami. Kami hanya menyebutnya seperti itu
di antara kami berdua. Aku kelepasan berbicara sebelum aku berpikir."
"Jadi rumah kecil putih Miss Russell adalah rumah impianmu," kata
Leslie sambil menerawang. "Aku pernah memiliki sebuah rumah impian
tapi itu adalah sebuah istana," dia menambahkan, dengan tawa, suatu
lantunan manis yang ternoda oleh sedikit nada kepedihan.
"Oh, aku pernah mengimpikan sebuah istana juga," kata Anne.
"Kupikir seluruh gadis mengimpikannya. Kemudian, kita akan bertekad
untuk mendapatkan rumah berkamar delapan, yang tampaknya bisa
memenuhi seluruh hasrat hati kita karena pangeran kita ada di sana. Tapi,
Kau pasti memiliki istanamu yang sebenarnya kau sangat cantik. Kau
adalah makhluk paling elok yang pernah kulihat, Mrs. Moore."
"Jika kita akan berteman, kau harus memanggilku Leslie," kata gadis
itu penuh emosi. "Tentu saja aku akan memanggilmu begitu. Dan teman-temanku
memanggilku Anne." "Kupikir aku memang cantik," Leslie melanjutkan, menatap laut
dengan tajam. "Aku benci kecantikanku. Aku berharap aku selalu menjadi
gadis yang berkulit cokelat dan sederhana, seperti gadis berkulit paling
cokelat dan paling sederhana di desa nelayan sana. Nah, bagaimana
pendapatmu tentang Miss Cornelia?"
Perubahan subjek yang tiba-tiba itu menutup pintu perkenalan yang
lebih lanjut. "Miss Cornelia menyenangkan, bukan?" tanya Anne. "Gilbert dan aku
diundang ke rumahnya untuk minum teh secara resmi minggu lalu. Kau
pernah mendengar meja-meja yang mengerang?"
"Aku sepertinya ingat pernah membaca ungkapan itu di laporan surat
kabar tentang pernikahan," kata Leslie sambil tersenyum.
"Yah, meja Miss Cornelia memang mengerang setidaknya, mejanya
berderit karena terlalu banyak menyangga beban. Kau tidak akan percaya
betapa banyak yang dia masak untuk dua orang yang biasa-biasa saja. Dia
memasak setiap macam pai yang bisa kita kenali, kupikir kecuali pai
lemon. Dia bilang, dia telah mendapatkan penghargaan untuk pai
lemonnya di Pameran Charlottetown sepuluh tahun yang lalu, dan sejak
saat itu tidak pernah lagi membuatnya karena takut kehilangan reputasi
akan paipainya." "Apakah kau mampu makan cukup banyak pai untuk membuatnya
senang?" "Aku tak bisa. Gilbert yang menyenangkan hatinya dengan makan
banyak aku tak akan memberi tahu berapa banyaknya. Miss Cornelia
bilang, dia tidak pernah mengenal seorang lelaki yang lebih menyukai
Alkitabnya dibandingkan dengan pai. Kau tahu, aku menyayangi Miss
Cornelia." "Aku juga begitu," kata Leslie. "Dia adalah sahabat terbaikku di
seluruh dunia." Anne diam-diam bertanya-tanya alasannya, karena jika memang begitu,
Miss Cornelia belum pernah menyebutnyebut Mrs. Dick Moore
kepadanya. Miss Cornelia biasanya berbicara dengan bebas tentang semua
orang lain di Four Winds atau sekitarnya.
"Bukankah itu indah?" tanya Leslie, setelah keheningan sesaat,
menunjuk ke efek menakjubkan dari selarik cahaya yang menembus
sebuah celah di batu di belakang mereka, ke arah kolam hijau gelap di
dasarnya. "Jika aku datang kemari dan tidak melihat apa-apa selain itu aku
akan pulang dengan merasa puas."
"Efek cahaya dan bayangan di sepanjang pantai ini benar-benar hebat,"
Anne setuju. "Ruang menjahitku yang kecil menghadap ke arah pelabuhan
alam, dan aku duduk di depan jendelanya untuk memuaskan mataku.
Warna-warna dan bayangan-bayangannya tidak pernah sama dalam dua
menit saja."

Annes House Of Dreams Buku 5 Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dan kau tidak pernah kesepian?" tanya Leslie tiba-tiba. "Tidak pernah
saat kau sendirian?"
"Tidak. Kupikir aku belum pernah benar-benar kesepian dalam
hidupku," jawab Anne. "Bahkan saat aku sendirian, aku memiliki teman
yang benar-benar baik mimpi-mimpi, imajinasi, dan khayalanku. Aku
SENANG sendirian kadang-kadang, hanya untuk memikirkan berbagai hal
dan MERASAKAN mereka. Tapi, aku sangat menyukai persahabatan dan
saat-saat bahagia yang menyenangkan bersama orang lain. Oh, Maukah
kau datang menemuiku sering-sering" Kumohon, datanglah. Aku yakin,"
Anne menambahkan sambil tertawa, "kau akan menyukaiku jika kau
mengenalku." "Aku bertanya-tanya apakah Kau akan menyukai Aku," kata Leslie
dengan serius. Dia tidak memancing pujian. Dia menatap ke arah ombak
yang mulai dihiasi timbulnya buih-buih yang disinari cahaya bulan, dan
matanya penuh bayangan duka.
"Aku yakin aku akan begitu," sahut Anne. "Dan tolong, jangan pikir
aku sangat tidak bertanggung jawab karena kau melihatku menari di pantai
saat matahari terbenam. Tidak diragukan lagi, aku akan bersikap dewasa
suatu saat. Kau tahu, aku belum terlalu lama menikah. Aku masih merasa
bagaikan seorang gadis, dan kadang-kadang malah seperti anak-anak."
"Aku telah menikah selama dua belas tahun," kata Leslie.
Ini adalah hal lain yang tidak dapat dipercaya.
"Wow, kau tidak mungkin setua aku!" seru Anne. "Kau pasti masih
anak-anak saat menikah."
"Aku menikah pada umur enam belas tahun," kata Leslie sambil
berdiri, mengambil topi dan jaket yang tergeletak di sampingnya.
"Sekarang aku dua puluh delapan tahun. Nah, aku harus kembali."
"Aku pun begitu. Gilbert mungkin sudah pulang. Tapi aku sangat
senang kita berdua datang ke pantai malam ini dan bertemu."
Leslie tidak mengatakan apa-apa, dan Anne sedikit kecewa. Dia telah
menawarkan persahabatan dengan tulus, tetapi tidak diterima dengan
tangan terbuka, jika bisa dibilang ditolak mentah-mentah. Dalam
keheningan, mereka mendaki tebing dan berjalan menyeberangi padang
penggembalaan yang dipenuhi rumput liar lembut dan berwarna pudar,
bagaikan sebuah karpet beludru berwarna krem di bawah sinar bulan. Saat
mereka mencapai jalan kecil di tepi pantai, Leslie berbalik.
"Aku berbelok di sini, Mrs. Blythe. Kau akan datang dan menemuiku
suatu saat, bukan?" Anne merasa bagaikan suatu undangan dilemparkan kepadanya. Dia
mendapatkan kesan jika Leslie Moore menawarkannya dengan ragu-ragu.
"Aku akan datang jika kau benar-benar menginginkannya," dia berkata
dengan agak dingin. "Oh, aku menginginkannya benar," seru Leslie, dengan keberanian
yang tampaknya meledak dan mengalahkan sikap menahan diri yang
menyelubunginya. "Kalau begitu aku akan datang. Selamat malam Leslie."
"Selamat malam, Mrs. Blythe."
Anne berjalan pulang, dan di dalam ruang kerja berwarna cokelat,
menceritakan pengalamannya kepada Gilbert. "Jadi, Mrs. Dick Moore
bukan termasuk golongan manusia yang mengenal Yusuf?" tanya Gilbert
menggoda. "Bukaan, tidak seperti itu. tapi kupikir dia DULU pernah termasuk ke
dalamnya, tapi telah berubah atau terasing," jawab Anne setelah berpikir.
"Dia benar-benar sangat berbeda dengan para perempuan lain di sekitar
sini. Kita tidak dapat berbicara tentang telur dan mentega kepadanya. Bisabisanya aku berpikir jika dia adalah Mrs. Rachel Lynde kedua! Pernahkah
kau bertemu dengan Dick Moore, Gilbert?"
"Belum. Aku pernah bertemu beberapa orang lelaki yang bekerja di
ladang-ladang pertanian, tapi aku tidak tahu yang mana yang namanya
Moore." "Dia tidak pernah menyebut-nyebut suaminya. Aku TAHU dia tidak
bahagia." "Dari ceritamu, kupikir dia telah menikah sebelum dia cukup dewasa
untuk mengenali pikiran atau hatinya sendiri, dan terlambat menyadari
bahwa dia membuat kesalahan. Itu adalah suatu tragedi yang umum
terjadi, Anne. Seorang perempuan yang baik pasti akan bisa mengambil
hikmahnya. Mrs. Moore terbukti membiarkan itu membuatnya merasa
pahit dan marah." "Jangan hakimi dia hingga kita mengetahui yang sebenarnya terjadi,"
Anne memohon. "Aku tidak yakin jika kasusnya sangat umum. Kau akan
mengerti betapa menariknya dia saat kau bertemu dengannya, Gilbert. Aku
merasa dia memiliki suatu sifat yang kaya, yang bisa dimasuki seorang
teman bagaikan memasuki suatu kerajaan; tapi entah mengapa, dia
menahan semua orang di luar dan menutup seluruh kemungkinan untuk
membuka diri, jadi persahabatannya tidak bisa tumbuh dan berkembang.
Nah, aku sudah berusaha untuk mengerti dirinya sejak aku
meninggalkannya, dan itulah usaha terbaik yang bisa kulakukan. Aku akan
bertanya kepada Miss Cornelia tentangnya."
11 KISAH TENTANG LESLIE MOORE "Ya, bayi kedelapan telah lahir dua minggu lalu," kata Miss Cornelia, dari
sebuah kursi goyang di depan perapian rumah mungil Anne, pada suatu
sore bulan Oktober yang dingin. "Bayinya perempuan. Fred sangat murka
dia bilang, dia ingin anak lelaki karena sebenarnya dia sama sekali tidak
menginginkannya. Jika bayi itu laki-laki, dia pasti akan murka karena
bukan perempuan. Mereka sudah memiliki empat anak perempuan dan tiga
anak lelaki, jadi aku tidak melihat apa bedanya anak kedelapan ini, tapi
tentu saja, dia harus marah-marah, dasar lelaki. Bayinya benar-benar
cantik, begitu manis dengan baju-baju mungilnya yang indah. Bayi itu
memiliki mata hitam dan tangan-tangan mungil yang lucu."
"Aku harus pergi dan melihatnya. Aku sangat menyukai bayi-bayi,"
kata Anne, tersenyum sendiri mengingat suatu pikiran yang terlalu indah
dan sakral untuk diungkapkan ke dalam kata-kata.
"Aku tidak mau mengakuinya, tapi mereka memang menyenangkan,"
Miss Cornelia mengaku. "Tapi, beberapa orang tampaknya memiliki lebih
banyak anak daripada yang benar-benar mereka butuhkan, percayalah
padaku. Sepupuku Flora yang malang di Glen sana memiliki sebelas anak,
dan betapa miripnya dia dengan seorang budak! Suaminya bunuh diri tiga
tahun yang lalu. Seperti lelaki pada umumnya!"
"Apa yang membuatnya melakukan itu?" tanya Anne, sedikit terkejut.
"Dia tidak dapat menerima sesuatu, jadi dia melompat ke dalam sumur.
Syukurlah dia melakukannya! Dia terlahir sebagai seorang tiran. Tapi,
tentu saja sifat itu tidak bisa mengalahkan sumur. Flora tidak pernah bisa
menggunakan sumurnya lagi, sungguh kasihan! Jadi, dia menggali sebuah
sumur lain dan meskipun sudah menghabiskan biaya banyak, mendapatkan
air sesulit mencari jarum di tumpukan jerami. Mengapa suaminya Harus
menenggelamkan diri di sana, padahal ada banyak air di pelabuhan alam,
bukan" Aku tidak memiliki kesabaran dengan seorang lelaki seperti itu.
Kami hanya mengalami dua peristiwa bunuh diri di Four Winds seingatku.
Yang lain adalah Frank West ayah Leslie Moore. Omong-omong, apakah
Leslie sudah datang untuk menyambutmu?"
"Belum, tapi aku bertemu dengannya di pantai beberapa malam lalu
dan kami akhirnya berkenalan," kata Anne, menyiapkan telinganya.
Miss Cornelia mengangguk. "Aku senang, Sayang. Aku berharap kau
mau bergaul dengannya. Bagaimana dia menurut pendapatmu?"
"Kupikir dia sangat cantik."
"Oh, tentu saja. Tidak pernah ada orang di Four Winds yang bisa
menyamai penampilannya. Apakah kau pernah melihat rambutnya"
Rambutnya tumbuh hingga ke kaki jika dia mengurainya. Tapi, aku serius,
apakah kau menyukainya?"
"Kupikir aku bisa sangat menyukainya jika dia membiarkan aku
begitu," jawab Anne pelan.
"Tapi, dia tidak akan membiarkanmu menyukainya dia akan
mendorongmu menjauh dan menjaga jarak denganmu. Leslie yang
malang! Kau tidak akan terlalu terkejut jika kau tahu bagaimana
kehidupannya di masa lalu. Sungguh suatu tragedi suatu tragedi!" ulang
Miss Cornelia dengan penuh empati.
"Aku berharap Anda mau menceritakan semua tentangnya tapi, hanya
jika Anda bisa melakukannya tanpa mengkhianati kepercayaannya."
"Astaga, Sayang, semua orang di Four Winds mengetahui kisah Leslie
yang malang. Itu bukan rahasia setidaknya begitulah yang terlihat di Luar.
Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya dia rasakan DALAM hati
kecuali Leslie sendiri, dan dia tidak mau memercayai orang lain. Aku
nyaris menjadi sahabat terbaik yang dia miliki di dunia ini, kupikir, dan dia
tidak pernah mengungkapkan sepatah kata keluhan pun kepadaku. Apakah
kau pernah melihat Dick Moore?"
"Belum." "Nah, kalau begitu aku bisa mulai dari awal dan menceritakan
kepadamu segalanya, agar kau mengerti. Seperti yang kukatakan tadi, ayah
Leslie adalah Frank West. Dia lihai dan malas seperti lelaki kebanyakan.
Oh, dia memiliki otak cemerlang dan hal itu sangat berguna baginya! Dia
pergi ke perguruan tinggi, dan belajar selama dua tahun, kemudian
kesehatannya menurun. Semua Keluarga West cenderung terkena TBC.
Jadi, Frank pulang dan mulai bertani. Dia menikahi Rose Elliott dari atas
pelabuhan. Rose dikenal sebagai gadis tercantik di Four Winds Leslie
mewarisi penampilan ibunya, tapi memiliki semangat sepuluh kali lebih
tinggi daripada yang Rose miliki, dan sosok yang jauh lebih baik.
"Sekarang kau tahu, Anne, aku selalu percaya jika kita, para perempuan
ini, harus membela satu sama lain. Tuhan tahu, kita sudah cukup banyak
memiliki masalah dengan para lelaki, jadi aku yakin jika kita seharusnya
tidak saling mencakar, dan kau jarang menemukan aku bertengkar dengan
perempuan lain. Tapi, aku tidak pernah bisa terbiasa dengan Rose Elliott.
Sejak awal dia manja, percayalah padaku, dan dia bukan apa-apa selain
makhluk malas, egois, yang selalu merengek. Frank tidak mampu bekerja,
jadi mereka semiskin kalkun milik Nabi Ayub. Miskin! Mereka hidup
mengandalkan kentang semata, percayalah padaku.
"Mereka memiliki dua anak Leslie dan Kenneth. Leslie mewarisi
penampilan ibunya dan otak ayahnya, dan sesuatu yang tidak dia dapatkan
dari mereka berdua. Dia mewarisinya dari Nenek West-nya seorang
perempuan tua yang mengagumkan. Leslie adalah makhluk paling cerdas,
ramah, dan menyenangkan saat masih kecil, Anne. Semua orang
menyukainya. Dia adalah favorit ayahnya dan dia sangat dekat dengan
ayahnya. Mereka berdua "sobat kental", begitu yang sering dia katakan.
Dia tidak bisa melihat apa pun kekurangan pada diri ayahnya dan ayahnya
Adalah lelaki semacam itu dalam beberapa hal.
"Nah, saat Leslie berusia dua belas tahun, hal ngeri yang pertama
terjadi. Dia memuja Kenneth kecil empat tahun lebih muda daripada
Leslie, dan Merupakan seorang anak lelaki kecil yang menyenangkan. Dan
Kenneth tewas suatu hari terjatuh dari tumpukan besar jerami yang akan
diangkut ke kandang, roda menggilas tubuhnya, langsung merenggut
jiwanya. Dan maaf saja Anne, Leslie melihatnya. Dia sedang memandang
ke bawah dari loteng. Dia memekik lelaki pekerja berkata, dia belum
pernah mendengar suara seperti itu sepanjang hidupnya dia berkata, jeritan
itu selalu berdering di telinganya hingga sangkakala Jibril
menenggelamkannya. Tapi, Leslie tidak pernah lagi memekik atau
menangisinya. Dia melompat dari loteng ke muatan jerami itu, dan dari
atas jerami ke tanah, lalu meraup tubuh mungil kaku berdarah yang masih
hangat itu Anne mereka harus merenggut tubuh itu darinya sebelum dia
melepaskannya. Mereka memanggilku aku tidak bisa membicarakannya."
Miss Cornelia menyeka air mata dari mata cokelatnya yang ramah dan
tenggelam dalam kebisuan yang pahit selama beberapa menit.
"Nah," dia melanjutkan, "semua sudah selesai mereka mengubur
Kenneth kecil di pemakaman di seberang pelabuhan alam, dan beberapa
saat kemudian Leslie kembali ke sekolah dan belajar. Dia tidak pernah
menyebut-nyebut nama Kenneth aku tidak pernah mendengarnya terlontar
dari mulutnya sejak hari itu, karena kupikir luka lama itu masih sakit dan
membara kadang-kadang, tapi dia hanya seorang anak kecil dan waktu
benar-benar obat terbaik bagi anak-anak, Anne. Setelah beberapa saat, dia
mulai tertawa lagi dia memiliki tawa yang paling menyenangkan. Kita
tidak lagi sering mendengarnya sekarang."
"Aku pernah mendengarnya sekali tadi malam," kata Anne. "Sungguh
tawa yang indah." "Frank West mulai rapuh setelah kematian Kenneth. Dia bukan orang
yang kuat dan peristiwa itu membuatnya sangat terkejut, karena dia sangat
menyayangi anak itu, meskipun seperti yang kukatakan, Leslie adalah
favoritnya. Frank menjadi pemurung dan melankolis, dan tidak bisa atau
tidak mau bekerja. Dan pada suatu hari, saat Leslie berumur empat belas
tahun, dia menggantung dirinya sendiri di ruang duduk, bisa kau
bayangkan Anne, tepat di tengah ruang duduk, di tempat lampu tergantung
dari langit-langit. Tidakkah itu sangat khas lelaki" Dan di hari ulang tahun
pernikahannya lagi. Frank memilih waktu yang menyenangkan dan tepat
untuk itu, bukan" Dan, tentu saja, Leslie yang malanglah yang harus
menemukannya. Dia pergi ke ruang duduk pagi itu, sambil menyanyi,
dengan beberapa bunga segar untuk disimpan di vas, dan di sana, dia
melihat ayahnya tergantung di langit-langit, dengan wajah sehitam arang.
Itu adalah sesuatu yang menakutkan, percayalah padaku!"
"Oh, betapa mengerikan!" seru Anne, bergidik. "Anak yang malang,
sungguh malang!" "Leslie tidak menangis lebih hebat di pemakaman ayahnya daripada di
pemakaman Kenneth. Tapi, Rose meratap dan melolong cukup keras untuk
mereka berdua, dan Leslie melakukan segalanya yang dia bisa untuk
berusaha menenangkan dan menghibur ibunya. Aku jijik terhadap Rose,
begitu juga orang lain, tapi Leslie tidak pernah kehilangan kesabaran. Dia
mencintai ibunya. Leslie benar-benar setia pada keluarganya anggota
keluarganya sendiri tidak akan pernah salah di matanya. Nah, mereka
mengubur Frank West di samping Kenneth, dan Rose memasang sebuah
monumen yang sangat besar baginya. Monumen ini lebih besar daripada
karakter Frank sendiri, percayalah padaku! Lagi pula, monumen ini lebih
mahal daripada kemampuan Rose, karena pertaniannya dijadikan jaminan.
"Namun, tak lama setelah itu Nenek West tua, nenek Leslie,
meninggal, dan dia mewariskan sedikit uang cukup untuk biaya setahun
pelajarannya di Akademi Queen. Leslie telah menetapkan tekad untuk
mengambil ijazah guru jika dia bisa, kemudian akan mencari uang sendiri
agar cukup untuk biaya ke Perguruan Tinggi Redmond. Itulah rencana
kecil ayahnya dulu Frank ingin Leslie mencapai sesuatu yang tidak dia
mampu. Leslie begitu penuh ambisi dan kepalanya berotak cemerlang. Dia
pergi ke Akademi Queen, dan dia bisa menyelesaikan dua tahun pelajaran
dalam waktu setahun dan mendapatkan Ijazah Pertamanya; kemudian saat
pulang, dia mengajar di Sekolah Glen. Dia sangat gembira dan penuh
harap, penuh kehidupan dan keberanian. Saat aku memikirkan dia saat itu
dan bagaimana keadaannya sekarang, aku akan bilang lelaki sialan!"
Miss Cornelia mengucapkan kata-kata terakhirnya dengan tajam,
bagaikan Kaisar Nero yang memerintahkan eksekusi musuh-musuhnya.
"Dick Moore datang ke dalam kehidupan Leslie musim panas itu.
Ayahnya, Abner Moore, mengelola toko di Glen, tapi Dick memiliki jiwa
pelaut dalam dirinya dari garis ibu; dia biasa berlayar pada musim panas
dan membantu mengelola toko ayahnya pada musim dingin. Dia adalah
lelaki yang besar dan tampan, dengan sifat yang sedikit buruk. Dia selalu
menginginkan sesuatu hingga dia mendapatkannya, kemudian dia berhenti
menginginkannya seperti lelaki pada umumnya.
"Oh, dia tidak menggerutu jika cuaca bagus, dan dia benar-benar sangat
menyenangkan dan murah hati jika segalanya berjalan lancar. Namun, dia
banyak minum, dan ada beberapa cerita buruk yang beredar tentangnya
dan seorang gadis di desa nelayan sana. Dia sama sekali tidak layak untuk
Leslie, pendeknya begitu. Dan dia adalah seorang Methodis! Tapi, dia
benar-benar tergila-gila terhadap Leslie pertama karena kecantikannya,
dan kedua karena Leslie tidak akan mengatakan apa-apa kepadanya. Dia
bersumpah akan memiliki Leslie dan dia mendapatkannya!"
"Bagaimana dia bisa berhasil?"


Annes House Of Dreams Buku 5 Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oh, itu adalah suatu siasat yang sangat rendah! Aku tidak akan pernah
memaafkan Rose West. Kau tahu, Sayang, Abner Moore yang memegang
jaminan tanah pertanian Keluarga West, dan bunganya sudah ditunggak
selama beberapa tahun. Dick menemui Mrs. West dan berkata, jika Leslie
tidak mau menikah dengannya, dia akan menyuruh ayahnya untuk menyita
jaminan itu. Rose bereaksi dengan sangat buruk pingsan dan meratap, lalu
memohon kepada Leslie agar dia tidak diusir dari rumahnya. Dia bilang,
hatinya akan hancur jika dia harus meninggalkan rumah yang dia huni
sejak pengantin baru. Aku tidak akan menyalahkannya karena merasa
sangat sedih karenanya tapi kau pasti berpikir dia begitu egois karena
mengorbankan darah dagingnya sendiri, bukan" Yah, memang begitu.
"Dan Leslie menyerah dia sangat menyayangi ibunya sehingga rela
melakukan apa saja untuk menyembuhkan rasa sakit sang ibu. Dia
menikahi Dick Moore. Tidak seorang pun di antara kami yang tahu
alasannya pada saat itu. Tidak berapa lama, aku baru tahu bahwa ibunya
yang membuat Leslie melakukan itu karena ketakutan. Tapi, aku dulu
yakin bahwa ada sesuatu yang salah, karena aku tahu bahwa Leslie
menolak Dick berkali-kali, dan bukan sifat seorang Leslie untuk menyerah
begitu saja seperti itu. Selain itu, aku tahu bahwa Dick Moore bukan jenis
lelaki yang akan bisa Leslie sukai, meskipun wajahnya tampan dan
sikapnya memikat. Tentu saja, tidak ada resepsi pernikahan, tapi Rose
memintaku datang dan menyaksikan mereka menikah. Aku datang, tapi
aku menyesal karenanya. Aku pernah melihat wajah Leslie di pemakaman
adiknya dan ayahnya dan saat itu, sepertinya aku melihat wajah itu lagi, di
pemakamannya sendiri. Tapi, Rose tersenyum bagaikan sekeranjang
keripik, percayalah padaku!
"Leslie dan Dick tinggal di rumah Keluarga West Rose tidak tahan
berpisah dengan putrinya tersayang! Dan mereka tinggal di sana selama
musim dingin. Pada musim semi, Rose terjangkit radang paru-paru dan
meninggal terlambat setahun! Leslie sudah cukup patah hati menerima
kenyataan itu. Bukankah buruk, karena beberapa orang yang tidak layak
menerima kasih sayang ternyata disayangi sedemikian rupa, sementara
orang-orang lain yang lebih layak menerimanya, kau akan setuju, tidak
pernah menerima kasih sayang yang cukup"
"Sementara itu, Dick sudah bosan dengan kehidupan pernikahan yang
tenang seperti lelaki umumnya tiba-tiba memutuskan pergi. Dia pergi ke
Nova Scotia untuk mengunjungi kerabatnya ayahnya berasal dari Nova
Scotia dan dia menulis surat kepada Leslie bahwa sepupunya, George
Moore, akan pergi berlayar ke Havana dan dia akan ikut. Nama kapalnya
adalah Four Sisters dan mereka akan pergi sekitar sembilan minggu.
"Itu pasti melegakan bagi Leslie. Tapi, dia tidak pernah mengucapkan
apa-apa. Sejak hari pernikahannya, dia tetap seperti ini dingin dan angkuh,
selalu menjaga jarak dengan siapa pun kecuali denganku. Dia tidak Akan
bisa menjaga jarak denganku, percayalah padaku! Aku sangat dekat
dengan Leslie hingga aku tahu segalanya yang terjadi."
"Dia berkata padaku, Anda adalah satu-satunya sahabat terbaiknya,"
kata Anne. "Benarkah?" seru Miss Cornelia senang. "Yah, aku benar-benar
bersyukur mendengarnya. Kau pasti lebih memikatnya daripada yang kau
sadari. Jika tidak, dia tidak akan mengatakan itu kepadamu. Oh, gadis
malang yang patah hati itu! Setiap kali melihat Dick Moore, aku ingin
menusuknya dengan pisau."
Miss Cornelia menyeka matanya lagi dan setelah memuaskan
kekesalannya, dia meneruskan ceritanya.
"Nah, Leslie ditinggalkan sendirian. Dick telah menanam benih
sebelum dia pergi, dan Abner tua yang merawatnya. Musim panas berlalu
dan Four Sisters tidak kembali. Keluarga Moore di Nova Scotia
menyelidikinya, dan menemukan bahwa kapal itu sudah sampai di
Havana, menurunkan muatannya, mengambil muatan lain, lalu berlayar
pulang; dan hanya itulah berita yang mereka ketahui tentang kapal itu.
Lama-lama, orang-orang mulai membicarakan Dick Moore sebagai salah
satu korban tewas. Nyaris semua orang percaya bahwa dia sudah
meninggal, meskipun tak ada seorang pun yang merasa yakin, karena ada
orang yang pernah muncul kembali di pelabuhan sini setelah mereka pergi
selama bertahun-tahun. Leslie tidak pernah percaya Dick sudah meninggal
dan dia benar. "Dan sayang seribu sayang! Musim panas berikutnya, Kapten Jim
berada di Havana itu sebelum dia berhenti melaut, tentu saja. Dia berpikir
ingin menyelidikinya sedikit Kapten Jim selalu senang bisa terlibat dalam
masalah orang, sifat khas lelaki umumnya dan dia berjalan-jalan ke rumahrumah penginapan para pelaut dan tempat-tempat seperti itu, untuk melihat
apakah dia bisa mencari berita apa pun tentang kru Four Sisters. Menurut
pendapatku, sebaiknya dia tidak membangunkan macan yang sedang tidur!
Nah, di pergi ke salah satu tempat terpencil, dan di sana dia menemukan
seorang lelaki yang dia kenali pada pandangan pertama sebagai Dick
Moore, meskipun janggutnya sangat lebat. Kapten Jim menyuruhnya
bercukur dan tidak diragukan lagi itu adalah Dick Moore paling tidak,
fisiknya. Pikirannya tidak di sana dan entah di mana jiwanya, meskipun
menurutku dia tidak pernah memiliki jiwa!"
"Apa yang terjadi kepadanya?"
"Tidak ada yang mengetahui secara pasti. Semua orang yang mengelola
rumah penginapan itu hanya bisa menceritakan bahwa setahun yang lalu,
mereka menemukannya terbaring di tangga suatu pagi dalam kondisi yang
sangat buruk kepalanya nyaris hancur. Mereka mengira dia terluka dalam
suatu perkelahian orang mabuk, dan sepertinya itulah yang sebenarnya
terjadi. Mereka membawanya masuk, tidak pernah berpikir bahwa dia bisa
hidup. Tapi, dia bertahan hidup dan dia seperti seorang anak kecil saat
sudah pulih. Dia tidak memiliki ingatan, intelektual, ataupun alasan
keberadaan dia di sana. Mereka berusaha mencari tahu siapa dia, tapi tidak
pernah bisa. Dia bahkan tidak bisa mengatakan siapa namanya kepada
mereka dia hanya bisa mengatakan beberapa kata sederhana. Ada sepucuk
surat di sakunya yang dimulai dengan kata "Dear Dick" dan ditandatangani
dengan nama "Leslie", tapi tidak ada alamat di sana dan amplopnya sudah
hilang. Mereka membiarkannya tinggal dia belajar melakukan beberapa
tugas remeh untuk penginapan itu dan di sanalah Kapten Jim
menemukannya. "Kapten Jim membawanya pulang aku selalu berpendapat bahwa itu
adalah keputusan yang salah, meskipun kupikir tidak ada hal lain yang bisa
dia lakukan. Kapten Jim berpikir, mungkin jika Dick pulang dan melihat
lingkungan lamanya serta wajah-wajah yang sudah akrab, ingatannya akan
kembali. Tapi, ternyata tidak ada pengaruhnya. Di sanalah dia sekarang, di
rumah di hulu sungai sejak saat itu. Dia hanya seperti seorang anak kecil,
tidak lebih. Dia kadang-kadang mengumpat, tapi kebanyakan dia hanya
melongo, senang bercanda, dan tidak berbahaya. Dia sering kabur jika
tidak diawasi. Itu adalah beban yang harus Leslie tanggung selama sebelas
tahun dan sendirian. Abner Moore tua meninggal tepat setelah Dick
dibawa pulang, dan ternyata dia nyaris bangkrut.
"Saat semuanya dibereskan, ternyata tidak ada apa-apa yang diwariskan
kepada Leslie dan Dick kecuali pertanian lama Keluarga West. Leslie
menyewakannya kepada John Ward, dan dari uang sewanya dia hidup.
Kadang-kadang, pada musim panas, dia menerima orang yang menginap
untuk menambah pemasukan. Tapi, kebanyakan pengunjung lebih
menyukai sisi lain pelabuhan, tempat hotel-hotel dan pondok-pondok
musim panas berada. Rumah Leslie terlalu jauh dari pantai tempat
berenang. Dia mengurus Dick dan tidak pernah jauh darinya selama
sebelas tahun dia terikat kepada si pandir itu seumur hidup. Dan pikirkan
seluruh impian dan harapan yang pernah dia miliki! Kau bisa
membayangkan bagaimana rasanya menjadi dia, Anne, Sayang dengan
kecantikan, semangat, kepercayaan diri, dan kecerdasannya. Itu bagaikan
hidup dalam kematian."
"Gadis yang malang, sangat malang!" Anne berkomentar lagi.
Kebahagiaannya sendiri sepertinya sudah menguap. Mengapa dia berhak
begitu bahagia sementara jiwa seorang manusia lain begitu merana"
"Maukah kau menceritakan padaku apa yang Leslie katakan dan
bagaimana dia bersikap pada malam pertemuan denganmu di pantai?"
tanya Miss Cornelia. Dia mendengarkan Anne dengan saksama dan mengangguk-angguk
puas. "Kau berpikir dia kaku dan dingin, Anne, Sayang, tapi aku bisa
menyimpulkan jika dia sangat terpikat padamu. Dia pasti menganggapmu
benar-benar kuat. Aku sangat senang. Kau mungkin bisa banyak
membantunya. Aku bersyukur saat mendengar pasangan muda datang ke
rumah ini, karena aku berharap mereka akan menjadi teman bagi Leslie;
terutama jika kalian termasuk ke dalam orang-orang yang mengenal
Yusuf. Kau Akan menjadi temannya, bukan, Anne, Sayang?"
"Memang aku mau, jika dia mengizinkan," jawab Anne, dengan
kejujurannya yang manis dan impulsif.
"Tidak, kau harus menjadi temannya, tak peduli dia mengizinkanmu
atau tidak," kata Miss Cornelia dengan tegas. "Jangan kesal jika dia
kadang-kadang kaku tak perlu memedulikannya. Ingat saja bagaimana
kehidupannya dulu dan sekarang dan akan selalu, kupikir, karena setahuku
makhluk-makhluk seperti Dick Moore akan hidup selamanya. Kau harus
melihat betapa gemuknya Dick sejak dia pulang. Dia biasanya cukup
langsing. Buatlah dia menjadi temanmu kau bisa melakukannya kau adalah
salah satu dari orang-orang yang memiliki keahlian itu. Hanya saja, kau
tidak boleh sensitif. "Dan jangan kesal jika dia kelihatannya tidak ingin kau mampir terlalu
sering. Dia tahu, beberapa perempuan tidak menyukai berada di dekat
Dick mereka mengeluh Dick membuat mereka ketakutan. Buatlah dia
untuk datang kemari sesering yang dia bisa. Dia tidak bisa pergi terlalu
jauh dia tidak bisa meninggalkan Dick lama-lama, karena hanya Tuhan
yang tahu apa yang akan Dick lakukan membakar rumah atau semacam
itu. Malam hari, setelah Dick berbaring dan tidur, adalah saat-saat dia
bebas. Dick selalu naik ke tempat tidur agak sore dan tidur bagaikan mayat
hingga keesokan paginya. Mungkin karena itu kau bisa berjumpa
dengannya di pantai. Dia sering berjalan-jalan ke sana."
"Aku akan melakukan segalanya yang aku bisa untuknya," kata Anne.
Ketertarikannya kepada Leslie Moore, yang muncul sejak dia melihat
Leslie menggiring angsa-angsanya menuruni bukit, menjadi seribu kali
lebih besar karena kisah Miss Cornelia. Kecantikan, kepedihan, dan
kesepian gadis itu memikat Anne dalam suatu keingintahuan yang tidak
tertahankan. Dia belum pernah mengenal seseorang seperti Leslie; semua
temannya hingga saat ini adalah gadis-gadis bahagia, normal, dan ceria
seperti dirinya sendiri, dengan hanya beberapa cobaan yang biasa bagi
umat manusia dan beberapa kematian yang meredupkan impian seorang
gadis yang mereka miliki. Leslie Moore benar-benar berbeda sosok tragis
segelintir kaum perempuan yang menarik. Anne bertekad bahwa dia harus
bisa menemukan jalan masuk ke dalam kerajaan jiwa yang sepi itu dan
menemukan persahabatan yang bisa memberikan banyak hal di dalamnya,
dan memutuskan rantai yang membelenggu di dalam suatu penjara yang
dibangun oleh Leslie sendiri.
"Dan mudah-mudahan kau tidak kesal karena ini, Anne, Sayang," kata
Miss Cornelia, yang belum juga puas mengungkapkan isi pikirannya, "kau
tidak boleh menganggap Leslie seorang kafir karena dia jarang datang ke
gereja atau bahkan meskipun dia seorang Methodis. Dia tidak bisa
membawa Dick ke gereja, tentu bukan saja karena Dick sudah banyak
menyulitkan gereja pada saat dia sehat. Tapi, ingatlah saja bahwa Leslie
adalah seorang Presbyterian taat yang sejati di dalam hatinya, Anne,
Sayang." 12 LESLIE BERKUNJUNG Leslie berkunjung ke rumah impian pada suatu malam Oktober yang
dingin, saat kabut yang disinari bulan bergantung di atas pelabuhan alam
dan bergulung-gulung laksana pita-pita perak di sepanjang jurang-jurang
dalam ke arah laut. Dia tampak seperti menyesali kedatangannya saat
Gilbert membukakan pintu, tetapi Anne langsung menyusul Gilbert,
menyapa Leslie, lalu menyuruhnya masuk.
"Aku sangat senang kau memilih malam ini untuk berkunjung," Anne
berkata dengan ceria. "Aku membuat banyak gula-gula tambahan sore ini
dan kami ingin seseorang membantu kami memakannya di depan perapian
sambil bertukar cerita. Mungkin Kapten Jim pun akan mampir. Biasanya
malam ini dia berkunjung."
"Tidak. Kapten Jim ada di rumahnya," kata Leslie. "Dia dia
menyuruhku datang kemari," dia menambahkan, setengah ragu-ragu.
"Aku akan mengucapkan terima kasih kepadanya untuk itu jika aku
berjumpa dengannya," kata Anne, menarik kursi-kursi ke depan perapian.
"Oh, aku tidak bermaksud tidak ingin datang," Leslie memprotes,
sedikit tersipu. "Aku aku sudah berpikir-pikir akan datang tapi tidak selalu
mudah bagiku untuk bisa keluar."
"Tentu saja pasti berat bagimu meninggalkan Mr. Moore," kata Anne,
dengan nada biasa-biasa. Dia telah memutuskan bahwa sebaiknya dia
kadang-kadang menyinggung tentang Dick Moore sebagai fakta yang
biasa saja, dan tidak menunjukkan keprihatinan terhadap masalah itu
dengan menghindarinya. Dia benar, karena sikap kaku Leslie segera
menghilang. Ternyata Leslie bertanya-tanya seberapa jauh Anne
mengetahui kondisi kehidupannya, dan merasa lega karena tidak perlu
menjelaskan apa-apa. Dia membiarkan topi dan jaketnya diambil, lalu
duduk dengan sikap feminin di kursi berlengan besar di dekat Magog. Dia
berpakaian indah dan hati-hati, dengan sentuhan warnanya yang biasa,
bunga-bunga geranium merah tua, di lehernya yang putih. Rambutnya
yang indah berkilauan bagaikan emas cair di dalam kehangatan cahaya
perapian. Matanya yang sebiru laut penuh dengan tawa lembut dan hasrat.
Selama sesaat, di bawah pengaruh rumah impian kecil itu, dia kembali
menjadi seorang gadis seorang gadis yang melupakan masa lalu dan
kepedihannya. Atmosfer penuh cinta yang melingkupi rumah kecil itu
begitu memengaruhinya; persahabatan dari dua orang muda yang sehat
dan bahagia serta sebaya dengannya membuatnya merasa hangat; dia
merasa dan menikmati keajaiban lingkungan di sekelilingnya Miss
Cornelia dan Kapten Jim pasti akan sulit mengenalinya; Anne merasa sulit
memercayai bahwa ini adalah perempuan dingin dan acuh tak acuh yang
dia temui di pantai gadis lincah ini, yang berbicara dan mendengarkan
dengan semangat sesosok jiwa yang haus. Dan betapa laparnya tatapan
Leslie ketika melihat rak-rak buku di antara jendela-jendela!
"Isi perpustakaan kami tidak terlalu beragam," kata Anne, "tapi setiap
buku di dalamnya adalah TEMAN. Kami mengumpulkan buku-buku kami
selama bertahun-tahun, di sana-sini, tidak pernah membelinya hingga kami
membacanya terlebih dahulu dan mengetahui bahwa buku itu termasuk
golongan yang mengenal Yusuf."
Leslie tertawa tawa indah yang tampaknya selaras dengan seluruh
kebahagiaan yang bergema di seluruh penjuru rumah mungil itu pada
tahun-tahun silam. "Aku memiliki beberapa buku dari ayahku tidak banyak," dia berkata.
"Aku telah membacanya hingga aku nyaris hafal isinya. Aku tidak
100 memiliki banyak buku. Ada sebuah perpustakaan keliling di toko Glen tapi
kupikir komite yang memilih buku-buku untuk Mr. Parker tidak tahu buku
mana yang termasuk dalam golongan yang mengenal Yusuf atau mungkin
mereka tak peduli. Sungguh jarang aku mendapatkan buku yang benarbenar kusukai sehingga aku menyerah untuk mencarinya."
"Kuharap kau menganggap rak buku kami sebagai rak bukumu
sendiri," kata Anne. "Kami sepenuh hati mempersilakanmu untuk
meminjam buku yang mana saja."
"Kalian menyediakan sajian terhebat untukku," kata Leslie gembira.
Kemudian, saat jam berdentang sepuluh kali, dengan enggan dia bangkit.
"Aku harus pergi. Aku tidak menyadari sudah selarut ini. Kapten Jim
selalu berkata, tinggal selama satu jam tidaklah lama. Tapi, aku sudah
tinggal selama dua jam"dan oh, tapi aku menikmatinya," dia
menambahkan dengan jujur.
"Datanglah sering-sering," kata Anne dan Gilbert. Mereka bangkit dan
berdiri bersama-sama di dalam cahaya perapian. Leslie menatap mereka
begitu muda, penuh harapan, dan bahagia perwujudan semua yang sudah


Annes House Of Dreams Buku 5 Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hilang darinya dan untuk selamanya tak pernah akan dia dapatkan lagi.
Cahaya memudar dari wajah dan matanya; sosok gadis muda itu
menghilang; hanya ada perempuan sedih dan bernasib buruk, yang
menyambut undangan itu nyaris dengan dingin, dan langsung pergi dengan
terburu-buru karena kesal. Anne mengamati hingga Leslie menghilang di
dalam kegelapan malam yang dingin dan berkabut. Kemudian, dia
perlahan-lahan kembali ke dalam cahaya perapian batunya sendiri yang
terang. "Bukankah dia cantik, Gilbert" Rambutnya membuatku kagum. Miss
Cornelia bilang, panjangnya hingga ke kaki. Ruby Gillis memiliki rambut
yang indah tapi rambut Leslie begitu HIDUP setiap helainya laksana emas
yang berkilauan." "Dia sangat cantik," Gilbert setuju, begitu serius sehingga Anne nyaris
berharap bahwa Gilbert Sedikit tidak seantusias itu.
"Gilbert, apakah kau akan lebih menyukai rambutku jika seperti rambut
Leslie?" dia bertanya dengan sedih.
"Aku tidak akan mengizinkan warna rambutmu diubah, biarkan saja
seperti apa adanya," kata Gilbert, dengan nada yang meyakinkan. "Kau
bukan ANNE jika kau memiliki rambut keemasan atau warna lainnya
selain " " Merah," ujar Anne, dengan kepuasan yang muram.
101 "Ya, merah untuk memberi kehangatan kepada kulit seputih susu dan
mata kelabu kehijauanmu yang berbinar-binar. Rambut keemasan sama
sekali tidak akan cocok bagimu, Ratu Anne Ratu Anne-KU ratu dalam
hatiku, hidupku, dan rumahku."
"Kalau begitu, kau boleh mengagumi rambut Leslie sesukamu," kata
Anne murah hati. 102 13 MALAM MENCEKAM Pada suatu malam, seminggu kemudian, Anne memutuskan untuk
menyeberangi ladang-ladang menuju rumah di hulu sungai untuk
berkunjung. Malam itu adalah malam dengan kabut kelabu yang merayap
dari teluk, menyelimuti pelabuhan alam, memenuhi jurang-jurang dan
lembah-lembah, dan tergantung dengan berat di padang-padang rumput
musim gugur. Di antara kabut, laut terisak dan tersedu. Anne melihat suatu
aspek baru dari Four Winds, dan merasa bahwa itu aneh, misterius,
sekaligus menakjubkan; tetapi juga memberinya sedikit perasaan kesepian.
Gilbert sedang pergi dan tidak akan pulang hingga besok, menghadiri
suatu pertemuan medis di Charlottetown. Anne merindukan satu jam
bersama seorang teman perempuan yang sebaya. Kapten Jim dan Miss
Cornelia memang adalah "teman baik", dengan cara mereka masingmasing, tetapi seorang manusia muda menginginkan jiwa muda lainnya.
"Jika saja Diana atau Phil atau Pris atau Stella bisa mampir untuk
mengobrol," dia berkata sendirian, "betapa menyenangkannya itu!Ini
103 adalah malam yang MENCEKAM. Aku yakin semua kapal yang pernah
berlayar dari Four Winds menuju pelabuhan terakhir mereka di alam kubur
pasti akan terlihat malam ini, berlayar di pelabuhan alam, dengan para kru
yang sudah tenggelam di dek-deknya, jika kabut yang menyelubungi tibatiba bisa disibakkan ke samping. Aku merasa kabut itu menyelimuti
misteri yang tak terhingga banyaknya bagaikan aku dikelilingi oleh ruhruh generasi tua penduduk Four Winds yang menatapku melalui selubung
kelabu itu. "Jika pernah ada perempuan di rumah mungil ini yang meninggal dan
kembali, mereka pasti akan memilih malam seperti ini. Jika aku duduk di
sini lebih lama lagi, aku akan melihat salah satu dari mereka di sana, di
seberangku, duduk di atas kursi Gilbert. Rumah ini benar-benar seram
malam ini. Bahkan Gog dan Magog pun sepertinya menggerakkan telinga
mereka untuk mendengar suara langkah atau tamu-tamu yang tak
kasatmata. Aku akan berlari untuk menjumpai Leslie sebelum aku
membuat diriku ketakutan sendiri karena khayalan-khayalanku sendiri;
seperti yang pernah kulakukan dengan Hutan Berhantu. Aku akan
meninggalkan rumah impianku agar ia bisa menyambut kembali para
penghuni lamanya. Perapianku akan menyampaikan kepada mereka niat
baik dan sambutanku mereka akan pergi sebelum aku kembali, dan
rumahku akan kembali menjadi milikku sekali lagi. Malam ini, aku yakin
rumah ini berhubungan dengan masa lalu."
Sambil tertawa kecil karena khayalannya, tetapi dengan suatu sensasi
seram yang membuatnya merinding, Anne memberikan ciuman jauh
kepada Gog dan Magog, lalu menyelinap ke dalam kabut, dengan beberapa
majalah baru yang terkepit di bawah lengannya untuk Leslie.
"Leslie sangat tergila-gila buku dan majalah," Miss Cornelia
memberitahunya, "dan dia jarang melihatnya. Dia tidak mampu membeli
atau berlangganan. Dia benar-benar miskin, Anne. Aku tidak tahu
bagaimana dia bisa bertahan hidup dengan uang sewa pertanian yang kecil.
Dia tidak pernah sedikit pun mengeluh karena kemiskinannya, tapi aku
tahu pasti dia begitu. Dia benar-benar menderita karenanya seumur hidup.
Dia tidak keberatan saat dia masih bebas dan ambisius, tapi pasti dia
merasa pahit saat ini, percayalah padaku. Aku senang dia tampaknya
begitu ceria dan gembira saat menghabiskan malam dengan kalian. Kapten
Jim bercerita kepadaku, dia nyaris saja memakaikan topi dan mantel Leslie
dan mendorongnya keluar dari pintu.
"Jangan terlalu lama menunda untuk balas mengunjunginya. Jika
104 begitu, dia akan berpikir itu karena kau tidak suka melihat Dick, dan dia
akan merayap ke dalam cangkangnya lagi. Dick adalah seorang bayi yang
baik, besar, dan tidak berbahaya, tapi seringai dan tawa konyolnya bisa
mengganggu saraf beberapa orang. Syukurlah, aku sendiri tidak
mengalaminya. Aku lebih menyukai Dick Moore sekarang daripada
sebelumnya, saat dia masih berpikiran waras meskipun Tuhan tahu, itu
tidak mengungkapkan segalanya. Aku pernah berada di sana suatu hari,
pada waktu membersihkan rumah, dan membantu Leslie sedikit. Aku
sedang menggoreng donat. Dick berada di dekatku untuk meminta sebuah
donat, seperti biasa, dan tiba-tiba dia mengambil sebuah donat panas yang
baru saja kuangkat, lalu menjatuhkannya di belakang leherku saat aku
membungkuk. Kemudian, dia tertawa dan tertawa. Percayalah padaku,
Anne, butuh seluruh kemurahan Tuhan di dalam hatiku untuk mencegahku
melemparkan wajan penggorengan berisi lemak yang mendidih dan
mengguyurkan isinya ke wajah Dick."
Anne tertawa mengingat kata-kata Miss Cornelia itu saat dia
mempercepat langkahnya dalam kegelapan. Namun, tawa sama sekali
tidak sesuai dengan malam itu. Anne sadar benar saat dia mencapai rumah
di antara pohon-pohon dedalu itu. Segalanya begitu hening. Bagian depan
rumah itu tampak gelap dan sepi, jadi Anne pergi ke pintu samping, yang
terbuka dari beranda menuju sebuah ruang duduk kecil. Di sana, dia
berhenti tanpa suara. Pintunya terbuka. Di baliknya, di dalam sebuah ruangan bercahaya
redup, Leslie Moore duduk, dengan lengan yang terlipat di atas meja dan
kepala yang tertunduk di atasnya. Dia sedang meratap pedih dengan isakan
pelan, tajam, dan seperti tersedak, bagaikan suatu penderitaan dalam
jiwanya berusaha berontak dan memisahkan diri. Seekor anjing tua
berbulu hitam duduk di sebelahnya, moncong anjing itu ada di atas
pangkuan Leslie, matanya yang besar penuh dengan curahan simpati dan
kasih sayang dalam kebisuan. Anne mundur dengan kecewa. Dia merasa
tidak akan mampu mengatasi kepahitan ini. Hatinya begitu sakit dengan
simpati yang tak bisa dia ungkapkan. Jika dia masuk sekarang, mungkin
untuk selamanya pintu persahabatan akan tertutup. Suatu insting
memperingatkan Anne bahwa gadis yang angkuh dan pahit itu tidak akan
pernah memaafkan orang yang mengejutkannya saat sedang tenggelam
dalam kesedihan. Anne pergi tanpa suara dari beranda dan menemukan jalannya
menyeberangi halaman. Dari luar halaman, dia mendengar suara-suara dari
105 kegelapan dan melihat kilatan cahaya redup. Di gerbang, dia bertemu dua
lelaki Kapten Jim yang membawa sebuah lentera, dan seorang lelaki lain
yang dia ketahui pasti adalah Dick Moore seorang lelaki besar, bisa
dibilang gemuk, dengan wajah merah yang lebar dan bundar, serta mata
kosong. Bahkan dalam keremangan cahaya, Anne mendapatkan kesan
bahwa ada sesuatu yang tak biasa pada matanya.
"Apakah itu kau, Mistress Blythe?" tanya Kapten Jim. "Nah, nah, kau
seharusnya tak berkeliaran sendirian pada malam seperti ini. Kau bisa
tersesat di dalam kabut ini. Tunggulah hingga aku yakin Dick selamat
sampai di dalam rumah. Lalu, aku akan kembali dan antar kau dengan
cahaya lentera ini seberangi ladang. Aku tidak mau Dr. Blythe pulang ke
rumah dan menemukan bahwa kau terjatuh di tebing Tanjung Leforce
dalam kabut seperti ini. Seorang perempuan pernah alami hal itu, empat
puluh tahun yang lalu. "Jadi, kau datang untuk menemui Leslie," dia berkata, saat kembali
menemani Anne. "Aku tidak masuk," kata Anne, dan menceritakan keadaan yang dia
lihat. Kapten Jim mendesah.
"Gadis kecil yang malang, sangat malang! Dia tak sering menangis,
Mistress Blythe dia terlalu tabah untuk itu. Perasaannya pasti sangat buruk
jika dia menangis. Malam seperti ini berat bagi seorang perempuan malang
yang memiliki kepedihan. Ada sesuatu tentang malam ini, yang ingatkan
kita tentang semua penderitaan yang kita alami atau takuti."
"Malam ini penuh hantu," kata Anne sambil bergidik. "Karena itulah
aku datang aku ingin menggenggam tangan dan mendengar suara seorang
manusia. Tampaknya begitu banyak kehadiran sosok-sosok yang BUKAN
MANUSIA pada malam ini. Bahkan rumahku sendiri yang menyenangkan
penuh dengan kehadiran mereka. Mereka mendesakku keluar. Jadi, aku
pergi ke sini untuk mencari seorang teman dari kaumku."
"Keputusanmu tepat karena tak masuk, Mistress Blythe. Leslie pasti tak
akan suka. Dia pun tak akan suka kalau aku masuk bersama Dick, seperti
yang akan kulakukan kalau aku tidak bertemu dengan kau. Aku bersama
Dick sepanjang hari. Aku biarkan dia bersamaku sesering mungkin untuk
sedikit membantu Leslie."
"Ada sesuatu yang ganjil dengan matanya, ya?" kata Anne.
"Kau menyadarinya, ya" Ya, sebelah matanya biru, dan yang lain
cokelat ayahnya punya warna mata yang sama. Itulah keganjilan Keluarga
Moore. Itulah yang bikin aku tahu bahwa dia adalah Dick Moore saat aku
106 melihatnya di Kuba. Kalau bukan karena matanya, aku pasti tak akan
kenali dia, dengan janggut dan tubuhnya yang gemuk. Kau tahu, akulah
yang temukan dan bawa dia pulang. Miss Cornelia selalu bilang, harusnya
aku tak lakukan itu, tapi aku tidak sepakat dengannya. Itu adalah hal yang
Benar untuk dilakukan dan satusatunya yang bisa dilakukan. Tak ada
keraguan dalam benakku tentang Itu. Tapi, hatiku yang tua ini ikut sedih
untuk Leslie. Umurnya baru dua puluh delapan tahun dan dia sudah telan
lebih banyak kesedihan daripada kebanyakan perempuan dalam delapan
puluh tahun hidup mereka."
Mereka berjalan dalam keheningan beberapa saat kemudian. Akhirnya,
Anne berkata, "Apakah kau tahu, Kapten Jim, aku tidak pernah suka
berjalan dengan sebuah lentera" Aku selalu memiliki perasaan aneh bahwa
tepat di luar lingkaran cahaya, tepat di perbatasan dengan kegelapan, aku
dikelilingi oleh suatu lingkaran makhluk-makhluk yang licik dan jahat,
mengawasiku dari dalam kegelapan dengan mata-mata yang kejam. Aku
mengalami perasaan itu sejak kecil. Apa alasannya" Aku tidak pernah
merasakan itu saat aku benar-benar berada dalam kegelapan saat
kegelapan menyelimutiku aku tidak setakut itu."
"Aku sendiri pun alami perasaan seperti itu," Kapten Jim mengakui.
"Kupikir, saat kegelapan dekat dengan kita, ia adalah sahabat. Tapi, jika
kita dorong ia menjauh dari kita pisahkan diri kita darinya, misalnya
dengan cahaya lentera kegelapan akan jadi musuh. Tapi, kabut ini
menyesatkan. Ada angin barat yang bertiup semakin kencang, jika kau
perhatikan. Bintang-bintang akan terlihat kalau kau sudah pulang."
Mereka sudah tiba; dan saat Anne memasuki kembali rumah
impiannya, kayu bakar yang berwarna merah masih menyala di perapian,
dan seluruh hantu yang hadir sebelumnya sudah menghilang.
107 14 HARI-HARI BULAN NOVEMBER Warna megah yang berkilauan selama berminggu-minggu di sepanjang
pantai Four Winds Harbor telah memudar menjadi bukit-bukit bernuansa
biru-kelabu lembut pada akhir musim gugur. Kemudian, datanglah harihari saat padang-padang rumput dan pantai begitu suram dengan hujan
yang berkabut, atau bergetar diterpa embusan angin laut yang melankolis
malam-malamnya juga, penuh badai dan topan, saat Anne kadang-kadang
terbangun untuk berdoa agar tidak ada kapal karam di pantai utara yang
suram, karena jika tidak ada cahaya besar yang selalu setia berputar
menembus kegelapan tanpa rasa takut, pasti kapal itu gagal menuju tempat
peristirahatan yang aman.
"Pada bulan November, kadang-kadang aku merasa bagaikan musim
semi tidak akan pernah kembali lagi," desahnya, meratapi pemandangan
petak-petak bunganya yang membeku, basah, dan tidak memiliki harapan.
108 Taman kecil yang indah milik mempelai sang kepala sekolah itu sekarang
mirip sebuah tempat yang sepi, dan pohon-pohon Lombardy serta birch
nyaris seperti tiang polos, kata Kapten Jim. Tetapi, hutan cemara di
belakang rumah kecil itu selalu hijau dan kukuh; bahkan pada bulan
November dan Desember, ada beberapa hari cerah dengan lembayung
keunguan, ketika pelabuhan alam bagaikan menari dan berkilauan
secemerlang pertengahan musim panas, dan teluk berwarna sangat biru
lembut dan nyaman, sehingga badai dan angin ribut bagaikan berasal dari
impian masa lalu. Anne dan Gilbert menghabiskan banyak malam musim gugur mereka
di mercusuar. Tempat itu selalu ceria. Bahkan ketika angin timur
meniupkan nada minor dan laut begitu mati dan kelabu, secercah sinar
matahari tampaknya mengintip di atasnya. Mungkin ini karena si Kelasi
Pertama selalu berkeliaran dengan tubuh besarnya yang keemasan. Kucing
itu sangat besar dan cemerlang sehingga tidak ada seorang pun yang
merasa kehilangan matahari, dan dengkurannya yang terus terdengar
menjadi iringan yang menyenangkan bagi tawa dan percakapan yang
berlangsung di sekitar perapian Kapten Jim. Kapten Jim dan Gilbert
melakukan banyak diskusi panjang dan percakapan rumit tentang masalahmasalah yang tidak akan dimengerti seekor kucing atau raja.
"Aku senang memikirkan masalah apa pun, meskipun aku tidak bisa
memecahkannya," kata Kapten Jim. "Ayahku berpendapat jika kita
seharusnya tidak boleh membicarakan halhal yang tidak dapat kita
mengerti, tapi jika tidak, Dokter, subjek-subjek pembicaraan akan sangat
sedikit. Kupikir para dewa sering tertawa jika mendengar kita, tapi tidak
masalah, selama kita ingat bahwa kita hanya manusia dan tidak
menganggap bahwa kita sendiri adalah dewa, sungguh, karena tahu mana
yang baik dan mana yang buruk. Kupikir diskusi kita ini tidak akan
merugikan siapa pun, jadi ayo kita membahas halhal remeh itu malam ini,
Dokter." Sementara mereka "membahas hal remeh", Anne mendengarkan atau
melamun. Kadang-kadang, Leslie ikut ke mercusuar bersama mereka, lalu
dia dan Anne berjalan-jalan di sepanjang pantai dalam cahaya yang redup,
atau duduk di bebatuan di bawah mercusuar hingga kegelapan menarik
mereka kembali ke dalam keceriaan api dari kayu-kayu yang hanyut
terbawa ombak. Kemudian, Kapten Jim akan menyeduh teh dan bercerita
kepada mereka semua tentang,
"Kisah-kisah daratan dan lautan
109 Dan apa pun yang terjadi di,
Dunia luas yang terlupakan di luar sana."


Annes House Of Dreams Buku 5 Karya Lucy Maud Montgomery di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Leslie sepertinya selalu sangat menikmati kunjungan ke mercusuar itu,
dan sekali-sekali mewarnai kesempatan itu dengan lelucon cerdas dan
tawanya yang indah, atau membisu dengan mata berbinar-binar. Ada suatu
perasaan dan kenikmatan tertentu dalam percakapan jika Leslie hadir, yang
mereka rindukan jika dia tidak ada. Bahkan, saat dia tidak sedang
berbicara, tampaknya dia memberi inspirasi bagi yang lain untuk
mengungkapkan sesuatu yang cemerlang. Kapten Jim menceritakan
kisahnya dengan lebih baik, Gilbert lebih cepat berargumen dan
berkomentar, Anne merasakan sedikit aliran fantasi dan imajinasi
menggelegak di bibirnya di bawah pengaruh kepribadian Leslie.
"Gadis itu terlahir untuk menjadi seorang pemimpin dalam lingkaran
sosial dan intelektual, jauh dari Four Winds," dia berkata kepada Gilbert
saat mereka berjalan pulang suatu malam. "Dia tersia-sia di sini benarbenar tersia-sia." "Tidakkah kau mendengarkan Kapten Jim dan pujaanmu tadi malam
saat kita mendiskusikan masalah itu secara umum" Kami mendapatkan
kesimpulan yang membuat kami nyaman, bahwa sang Pencipta mungkin
tahu bagaimana mengatur alam semestanya seperti kita mengatur alam
semesta kita sendiri; dan karena itu, sama sekali tidak ada kehidupan yang
"tersia-sia", kecuali saat seseorang dengan sengaja mengabaikan dan
menyia-nyiakan kehidupannya sendiri yang sama sekali tidak dilakukan
oleh Leslie Moore. Dan beberapa orang mungkin berpikir bahwa seorang
sarjana lulusan Redmond, yang baru saja mulai dihargai oleh para editor,
"tersia-sia" sebagai istri seorang dokter desa yang
sedang berusaha keras di komunitas jelata Four Winds."
"Gilbert!" "Nah, jika kau menikahi Roy Gardner, sekarang," Gilbert melanjutkan
tanpa ampun, "KAU pasti menjadi "seorang pemimpin dalam lingkaranlingkaran sosial dan intelektual jauh dari Four Winds"."
"Gilbert BLYTHE!"
"Kau TAHU, kau pernah mencintainya, Anne."
"Gilbert, itu kejam "sangat kejam, khas lelaki umumnya," seperti yang
biasa Miss Cornelia katakan. Aku TIDAK PERNAH mencintainya. Aku
hanya membayangkan begitu. Kau tahu itu. Kau TAHU aku lebih memilih
menjadi istrimu dan tinggal di rumah impian dan kebahagiaan, daripada
menjadi seorang ratu di istana."
110 Jawaban Gilbert tidak diungkapkan dalam kata-kata, tetapi aku
khawatir mereka berdua melupakan Leslie malang yang berjalan cepat
dalam kesepiannya melintasi padang-padang rumput menuju sebuah
rumah yang bukan istana maupun rumah penuh impian. Bulan terbit di atas
laut gelap yang sendu di belakang mereka dan membuatnya terlihat
semakin cemerlang. Cahaya bulan belum mencapai pelabuhan alam, sisi
terjauhnya masih berbayang dan mengundang, dengan teluk-teluk kecil
yang suram, kegelapan pekat, dan cahaya yang berkelap-kelip.
"Betapa indahnya lampul-ampu rumah yang menyala malam ini di
dalam kegelapan!" seru Anne. "Barisan lampu-lampu di pelabuhan sana
tampak seperti seuntai kalung. Dan kerlap-kerlip cahaya di Glen sana! Oh,
lihat, Gilbert, itu rumah kita. Aku senang kita membiarkan lampunya
menyala. Aku benci pulang ke sebuah rumah yang gelap. Lampu rumah
KITA, Gilbert! Bukankah indah untuk dilihat?"
"Hanya satu di antara jutaan rumah, Anne di dunia Gadisku tapi rumah
kita rumah KITA mercusuar penyelamat kita di dalam "dunia yang kejam".
Saat seorang lelaki telah memiliki sebuah rumah dan seorang istri mungil
tersayang yang berambut merah, apa lagi yang dia butuhkan dalam
kehidupannya?" "Yah, dia mungkin akan meminta SATU hal lagi," bisik Anne dengan
gembira. "Oh, Gilbert, sepertinya aku TIDAK BISA menunggu hingga
musim semi." 111 15 NATAL DI FOUR WINDS Awalnya, Anne dan Gilbert merencanakan pulang ke Avonlea untuk
merayakan Natal, tetapi akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal di
Four Winds. "Aku ingin merayakan Natal pertama dalam kehidupan kita
bersama di rumah kita sendiri," Anne memutuskan.
Jadi, diputuskan bahwa Marilla dan Mrs. Rachel Lynde bersama si
kembar yang datang ke Four Winds pada hari Natal. Marilla terpaksa harus
menjadi seorang perempuan yang akan menjelajahi dunia. Dia belum
pernah pergi sejauh sembilan puluh kilometer dari rumah sebelumnya; dan
dia belum pernah menyantap makan siang Natalnya di tempat lain selain di
Green Gables. Mrs. Rachel telah membuat dan membawa puding plum
yang sangat besar. Tidak ada yang dapat meyakinkan Mrs. Rachel bahwa
seorang lulusan perguruan tinggi dari generasi yang lebih muda bisa
membuat puding plum Natal dengan tepat; tetapi dia memberikan
pujiannya terhadap rumah Anne.
"Anne adalah seorang ibu rumah tangga yang baik," dia berkata kepada
112 Marilla di kamar tamu pada malam kedatangan mereka. "Aku telah
melihat kotak roti dan tempat sampahnya. Aku selalu menilai seorang ibu
rumah tangga dari halhal itu, begitulah. Tidak ada apa pun di dalam tempat
sampah itu yang tidak seharusnya dibuang, dan tidak ada irisan yang sudah
basi di kotak rotinya. Tentu saja, dia sudah dilatih olehmu tapi, kemudian
dia pergi ke perguruan tinggi. Aku melihat bahwa dia memasang selimut
perca garis-garisku di tempat tidur di sini, dan permadani anyam bundar
besar hasil karyamu di depan perapian ruang keluarga. Itu membuatku
merasa seperti di rumah."
Natal pertama Anne dirumahnya sendiri menyenangkan seperti yang
dia harapkan. Hari itu cerah dan terang; butiran salju pertama telah jatuh
pada Malam Natal dan membuat dunia tampak indah; pelabuhan alam
masih terbuka dan berkilauan. Kapten Jim dan Miss Cornelia datang untuk
makan siang. Leslie dan Dick juga diundang, tetapi Leslie membuat
alasan; mereka selalu pergi ke Paman Isaac Westnya pada Natal, katanya.
"Lebih baik dia pergi ke sana," Miss Cornelia berkata kepada Anne.
"Dia tidak tahan membawa Dick ke tempat yang juga didatangi oleh
orang-orang asing. Natal selalu berat bagi Leslie. Dia dan ayahnya biasa
mempersiapkannya dengan baik."
Miss Cornelia dan Mrs. Rachel tidak begitu menyukai satu sama lain.
"Dua matahari tidak bisa beredar di satu orbit." Namun, mereka sama
sekali tidak bertengkar, karena Mrs. Rachel berada di dapur untuk
membantu Anne dan Marilla menyiapkan makan siang, dan Gilbert yang
bertugas menemani Kapten Jim dan Miss Cornelia atau lebih tepat lagi
mereka yang menghibur Gilbert, karena dialog antara dua teman lama
yang sering bertengkar pasti tidak akan pernah membosankan.
"Sudah lama sekali tak pernah ada makan siang hari Natal di sini,
Mistress Blythe," kata Kapten Jim. "Miss Russell selalu pergi ke rumah
teman-temannya di kota setiap hari Natal. Tapi, aku ada di sini saat makan
siang Natal pertama yang pernah terjadi di rumah ini dan mempelai sang
kepala sekolah yang memasaknya. Sudah enam puluh tahun berlalu,
Mistress Blythe dan hari itu benar-benar seperti ini sedikit salju yang
cukup bikin bukit-bukit berwarna putih, dan pelabuhan alam yang sebiru
laut bulan Juni. Aku masih anak-anak, dan aku belum pernah diundang
untuk makan siang sebelumnya, dan aku terlalu malu untuk makan banyak.
Tapi aku sudah melewati fase Itu."
"Kebanyakan lelaki begitu," kata Miss Cornelia, sambil menjahit
dengan penuh semangat. Miss Cornelia tidak mau duduk berpangku
113 tangan, bahkan pada hari Natal.
Bayi-bayi lahir tanpa memedulikan hari-hari raya, dan ada seorang bayi
yang akan lahir di perumahan kumuh di Glen St. Mary. Miss Cornelia
telah mengirimkan hidangan makan siang yang banyak bagi para
penduduk kecilnya, dan hasilnya dia bisa menyantap makan siangnya
sendiri dengan nurani tak terbebani.
"Yah, kau tahu, cara untuk merebut hati seorang lelaki adalah melalui
perutnya, Cornelia," Kapten Jim menjelaskan.
"Aku percaya padamu jika lelaki itu MEMILIKI hati," tukas Miss
Cornelia. "Kupikir itulah alasan begitu banyak perempuan yang memasak
mati-matian tepat seperti yang dilakukan Amelia Baxter yang malang. Dia
meninggal pagi-pagi pada hari Natal lalu, dan dia berkata itu adalah Natal
pertama tanpa dia harus memasak hidangan makan siang yang besar,
sebanyak dua puluh porsi, sejak dia menikah. Pasti itu adalah suatu
perubahan yang menyenangkan untuknya. Yah, dia baru saja meninggal
setahun yang lalu, dan kau sudah mendengar Horace Baxter mendekati
seseorang." "Kudengar dia memang sudah mendekati seseorang," kata Kapten Jim,
sambil mengedip ke arah Gilbert. "Bukankah dia pergi ke rumahmu hari
Minggu akhir-akhir ini, dengan setelan pemakaman hitamnya, dan kerah
yang kaku?" "Tidak, dia tidak datang. Dan dia juga tak perlu datang. Aku bisa
menerimanya dulu sekali saat dia masih segar. Aku tidak ingin barangbarang bekas, percayalah padaku. Dan tentang Horace Baxter, dia
mengalami kesulitan finansial setahun yang lalu pada musim panas, dan
dia berdoa kepada Tuhan untuk meminta pertolongan; dan ketika istrinya
meninggal dan dia mendapatkan uang dari asuransi jiwa istrinya, dia
bilang dia percaya bahwa itu adalah jawaban doanya. Khas lelaki sekali,
bukan?" "Apakah kau benar-benar memiliki bukti dia mengatakan itu,
Cornelia?" "Aku mendengarnya dari si pendeta Methodis jika kau menyebut Itu
sebagai bukti. Robert Baxter pun mengatakan hal yang sama, tapi kuakui
bahwa Itu bukan bukti. Robert Baxter dikenal sering tidak berkata jujur."
"Ayolah, ayolah, Cornelia, kupikir biasanya dia mengatakan kejujuran,
tapi dia begitu sering berubah pendapat sehingga kadang-kadang
kedengarannya dia tidak jujur."
"Kedengarannya cukup sering, percayalah padaku. Tapi, memercayai
114 seorang lelaki untuk memaklumi lelaki lainnya! Aku tidak membutuhkan
Robert Baxter. Dia beralih menjadi Methodis hanya karena paduan suara
Presbyterian kebetulan menyanyikan "Lihatlah sang Pengantin Pria
Datang" dalam rangkaian lagu saat dia dan Margaret berjalan ke altar hari
Minggu setelah mereka menikah. Benar-benar tepat karena dia terlambat!
Dia selalu bersikeras jika paduan suara sengaja menyanyikannya untuk
meledeknya, memangnya siapa dia"! Tapi, keluarga itu selalu berpikir
bahwa mereka lebih tinggi daripada diri mereka sebenarnya. Adiknya
Eliphalet membayangkan iblis selalu berada di sikunya tapi aku tidak
pernah percaya iblis membuang-buang waktu menempel padanya."
"Aku tak tahu," kata Kapten Jim sambil berpikir keras. "Eliphalet
Baxter terlalu lama hidup sendirian bahkan tak seekor kucing atau anjing
pun yang bisa bikin dia tetap menjadi manusia. Saat seorang manusia
sendirian, ia mungkin bisa menyerupai iblis jika ia tak bersama Tuhan. Ia
harus pilih mana pendamping yang ia inginkan, kupikir. Jika iblis selalu
berada di siku Life Baxter, itu mungkin karena Life senang iblis tinggal di
sana." "Sungguh khas lelaki," kata Miss Cornelia, kemudian tenggelam dalam
kebisuan sambil mengerjakan jahitan lipit yang rumit hingga Kapten Jim
dengan sengaja menggodanya lagi dengan berkata dengan nada ringan:
"Aku pergi ke gereja Methodis Minggu pagi lalu."
"Lebih baik kau tinggal di rumah dan membaca Alkitabmu," itu adalah
reaksi Miss Cornelia. "Ayolah, Cornelia, aku tak lihat kerugian apa pun untuk datang ke
gereja Methodis jika mereka tidak pengaruhi keyakinan kita. Aku sendiri
adalah seorang Presbyterian selama tujuh puluh enam tahun, dan
sepertinya teologiku tak akan goyah sekarang."
"Itu adalah suatu contoh yang buruk," kata Miss Cornelia dengan
muram. "Selain itu," lanjut Kapten Jim nakal, "aku ingin dengar beberapa
nyanyian bagus. Gereja Methodis punya paduan suara yang bagus; dan kau
tak bisa sangkal itu, Cornelia, bahwa nyanyian di gereja kita buruk sejak
ada perpecahan dalam paduan suara."
"Memang kenapa jika nyanyiannya tidak bagus" Mereka berupaya
sebaik mungkin,dan Tuhan tidak melihat perbedaan antara suara seekor
gagak dengan suara seekor burung bulbul."
"Ayolah, ayolah, Cornelia," kata Kapten Jim ringan, "aku punya
pendapat yang lebih baik tentang telinga Tuhan yang pasti ingin
115 mendengar musik yang labih baik daripada Itu."
"Apa yang menyebabkan masalah di paduan suara kita?" tanya Gilbert,
berjuang menahan tawa. "Mula-mulanya terjadi pada saat gereja baru mulai digunakan, tiga
tahun yang lalu," jawab Kapten Jim. "Kami habiskan waktu lama untuk
bangun gereja itu karena selalu debat tentang lokasi baru. Dua lokasinya
terpisah tidak lebih dari dua ratus meter, tapi kau pasti akan pikir jaraknya
seribu meter karena hebohnya pertengkaran itu.
"Kami terbagi jadi tiga faksi satu faksi ingin gereja didirikan di sebelah
barat dan satu faksi di sebelah selatan, dan satu faksi lagi bertahan di
tempat lama. Hal itu dipertengkarkan di tempat tidur dan di kapal, di
gereja dan di pasar. Seluruh skandal lama dari tiga generasi diseret keluar
dari makam-makam mereka dan dibahas kembali. Tiga pasangan berpisah
gara-gara itu. Dan pertemuan-pertemuan yang harus kami lakukan untuk
berusaha pecahkan masalahnya! Cornelia, apakah kau bisa lupa saat
Luther Burns tua berdiri dan berpidato" Dia begitu memaksakan pendapatpendapatnya." "Bicaralah apa adanya, Kapten. Maksudmu, dia jadi murka dan
memarahi mereka semua, tak ada kecuali. Mereka juga layak
mendapatkannya dasar sekelompok orang yang tidak punya kemampuan.
Tapi, apa yang bisa kita harapkan dari suatu komite yang beranggotakan
para lelaki" Komite pembangunan itu melakukan dua puluh tujuh
Musuh Dalam Selimut 2 Bayi Pinjaman Baby On Loan Karya Liz Fielding Bentrok Rimba Persilatan 3

Cari Blog Ini