Ceritasilat Novel Online

Raja Barbar Momok Romawi 1

Attila Raja Barbar Momok Romawi Attila: The Barbarian King Who Challenged Rome Karya John Man Bagian 1


BAGIAN I: ANCAMAN 1. Badai Sebelum Angin Puyuh 3
2. Di Luar Wilayah Asia 29 3. Kembalinya si Pemanah Berkuda 97
BAGIAN II: MUSUH 4. Benua yang Kacau Balau 135
5. Langkah Pertama Menuju Kekaisaran 157
6. Di Istana Raja Attila 206 7. Si Barbar dan sang Putri 250
viii BAGIAN III: KEMATIAN DAN TRANSFIGURASI
8. Keadaan Genting di Daratan Catalaunia 275
9. Kota yang Sangat Jauh 320
10. Kematian Mendadak, Makam Rahasia 340
11. Jejak Mereka yang Hilang 359 12. Setelah Tiada: Hun yang Baik, Buruk, dan Keji 377
Tentang Penulis 408 DAFTAR PETA DAN GAMBAR PETA Perjalanan Suku Hun 38-39 Suku Hun dan Kaum Balkan, 435-451 190 Serangan Hun ke Barat 302-303
GAMBAR Bagian Pertama Lajos Kassai menunggang kuda. Atas kebaikan Lajos Kassai.
Tekstil Xiongnu: foto penulis; gambar penggalian Kozlov: dari S.I. Rudenko, Die Kultur der Hsiung-Nu und die H"gelgr"ber von Noin Ula, 1969; penulis di dekat makam Xiongnu/sepasang sanggurdi: foto penulis; anting dari hiasan kepala seorang perempuan bangsawan Xiongnu, abad ke-4 hingga ke-2 SM: Museum Mongolia Dalam, Huhehaote; kain dengan wajah laki-laki: S.I. Rudenko, op. cit.
Arkhip Ivanovich Kuindzhi Morning on the Dnieper, 1881: " State Tretyakov Gallery, Moskow; Parit Setan : foto penulis; tengkorak seorang perempuan bangsawan Hun, pertengahan abad ke-5 M, ditemukan di Ladenburg (Baden), atas pinjaman dari Museum Kurpf"lzisches, Heidelberg, Ladenburg, Lobdengaumuseum/akg-images; ketel besar kaum Hun: foto A. Dabasi/Museum Nasional Hongaria.
Tembok kota, Istanbul: " Adam Woolfitt/CORBIS; relief bergambar orang barbar sedang bertempur dengan pasukan Romawi, abad ke-2 M/Louvre, Paris, Lauros/Giraudon/Bridgeman Art Library; medali Valens dan Gratian: " Museum Kunsthistorisches, Wina; koin bergambar potret Theodosius II: Museum Inggris, Bagian Koin dan Medali.
Fibula dan kalung: foto A. Dabasi/Museum Nasional Hongaria; dua pedang dari Pannonhalma: foto Nicola Sautner " Universitas Wina; Peter Tomka: foto penulis; mahkota suku Hun, abad ke-5: Museum R"misch- Germanisches Museum/Rheinisches Bildarchiv der Stadt K"ln.
Bagian Kedua Lajos Kassai menunggang kuda/gambar: foto penulis; Pettra Engel"nder: Caro Photoagentur.
Porta Nigra, Trier: David Peevers/Lonely Planet; Honoria, meneliti koin, abad ke-5 SM: Museum Inggris, Bagian Koin dan Medali; Aetius dari sebuah panel gading, abad ke-5 M: Perbendaharaan katedral Monza; Kesyahidan St Nicasius di ambang pintu gerbang utama katedral Reims: " Archivio Iconografico, S.A./CORBIS; prajurit
Frankish, detail dari missorium Theodosius, 388 M: Arsip Werner Forman/Acedemia de la Historia, Madrid; perbendaharaan Pouan: Mus"es d Art etnografis d Histoire, Troyes.
Buku karangan Raphael, The Meeting of Leo the Great with Attila, 1511-1514: Museum dan Galeri Vatican, Bridgeman Art Library/Alinari; Attila di luar Aquileia dari Saxon Chronicle of the World, Gotha: akg-images. Masih dari buku Nibelungen karya Fritz Lang, Bagian II: bfi; Attila dari kaca berwarna, 1883, Lesparre-M"doc: akg-images/Jean Paul Dumontier; Hun or Home" , poster Perang Dunia Pertama: koleksi pribadi Barbara Singer/Bridgeman Art Library.
Kematian Attila dari sebuah manuskrip abad ke-14 dari Saxon Chronicle of the World, kuman penyakit MS 129F, 53: Berlin, Staatbibliothek.
xiii UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Todd Delle, Arizona; Bors" B"la, Ilona, dan Dori, Sz"r; Yuliy Drobyshev, Institut Ilmu Masyarakat Asia dan Institut Masalah Ekologi dan Evolusi, Moskow; Pettra Engel"nder, Seeburg, Berlin; Gelegdorj Eregzen, Museum Nasional Sejarah Mongolia, Ulan-Bator; Peter Heather, Worcester College, Oxford; Barry Groves, ahli memanah; Kassai Lajos, Kaposm"r", Kaposv"r; Kurti Bela, Szeged; Tserendorj Odbaatar, Museum Nasional Sejarah Mongolia, Ulan-Bator; Szegedi Andrea, atas kemurahan hati meng - antar dan menerjemahkan; Dr Peter Stadler, Museum Naturhistorisches, Wina; Graham Taylor, Ekspedisi Karakorum, Ulan-Bator; Peter Tomka, X"ntus J"nos Muze"m, Gy"r; Karin Wiltschke, Museum Naturhistoris - ches, Wina; Doug Young, Simon Thorogood dan rekanrekan mereka di Transworld; dan, seperti biasanya terima kasihku untuk Felicity Bryan.
PENDAHULUAN: SI KEJI YANG TERSUDUT
A TTILA DIKENAL SEBAGAI BENCANA SEJARAH , MOMOK T UHAN , simbol pengrusakan yang kejam, bentuk klise haluan kanan yang ekstrem. Di luar itu, sosoknya hanya diketahui oleh mereka yang mempelajari kehancuran kekaisaran Romawi pada abad ke-5. Bahkan bagi mereka sekalipun, sosok Attila dikenal tak lebih daripada seorang predator, orang biadab paling kejam yang membantai penduduk Romawi, menyiksa mereka dalam penderitaan mendalam menuju kematian.
Namun masih banyak lagi hal lain tentang Attila selain kebiadabannya yang klise. Ini merupakan kisah tentang ambisi mengagumkan seorang laki-laki, yang melancarkan kekuatan yang belum pernah dilihat oleh siapa pun sebelumnya. Dengan prajurit berkuda suku Hun, diperkuat puluhan suku sekutu dan barisan mesinmesin perang, Attila sementara waktu menjadi Jenghis Khan dari Eropa. Dari markas besarnya yang sekarang dikenal dengan nama Hongaria, Attila membentuk sebuah kekaisaran yang membentang dari Baltik hingga Balkan,
dari Rhine hingga Laut Hitam. Ia menyerang kekaisaran Romawi begitu dalam, mengancam fondasinya. Prajurit Hun yang pernah melintasi Balkan dalam perjalanan mereka menuju Konstantinopel bisa memandikan kuda mereka di Loire, yang berada di tengah-tengah Roman Gaul, tiga hari menunggang kuda dari Atlantik, dan kemudian tahun depan memandikan mereka di Po, dalam sebuah serangan yang mungkin akan mengarah ke Romawi itu sendiri. Konstantinopel dan Romawi tak berhasil dikalahkan. Namun pencapaian Attila memastikan bahwa namanya akan terus dikenang, sampai sekarang, bukan sebagai orang yang sangat keji, tetapi sebagai seorang pahlawan.
Inilah upaya yang dilakukan penulis untuk menjelaskan kebangkitan Attila, kemenangannya yang singkat, dan kemudian tiba-tiba menghilang, serta mengapa ia menjadi pribadi yang abadi.
B UTUH WAKTU untuk membangun sosok Attila secara keseluruhan, karena ia muncul dan aktif di beberapa wilayah, semuanya melebur dalam cara yang rumit.
Wilayah pertama adalah tempat di mana Attila muncul, sebuah tempat dengan cara hidup yang mendominasi sebagian besar wilayah Asia selama 2.000 tahun. Beginilah bagaimana penggembala dan penggembalaan nomaden mendapatkan nama resminya; khususnya dari aspek tempur mereka, pemanah berkuda. Dari China hingga Eropa, kebudayaan di luar wilayah pedalaman Eurasia berisiko diserang secara tiba-tiba oleh orang-orang yang menyerupai sentaurus (manusia setengah kuda) ini. Mereka mampu menembak dengan kekuatan dan keakuratan luar biasa saat menunggang kuda dengan
xvi kecepatan penuh. Buku ini, sebagian memotret keberadaan mereka yang merusak sebelum munculnya bangsa Mongolia 800 tahun kemudian.
Namun, suku Hun di bawah kepemimpinan Attila bukanlah kaum penggembala nomaden pemanah berkuda seperti nenek-moyang mereka dulu. Saat keberadaan mereka terkenal di wilayah Barat, suku Hun sudah menjadi korban dari kesuksesan mereka sendiri. Sebagian besar penyerangan yang dilakukan orang-orang nomaden ini sifatnya terbatas. Hal ini terjadi karena ketika berpindah atau dalam keadaan perang, mereka tidak bisa memproduksi peralatan perang yang mereka butuhkan saat memperluas kekaisaran, atau membangun infrastruktur administratif dan keterampilan untuk memerintah wilayah-wilayah yang sudah mereka taklukkan. Ini terjadi di China, dan juga di Barat: bagi suku pengembara, setelah penaklukan selesai maka hal yang terjadi selanjutnya adalah stabilitas dan kehidupan yang lebih nyaman, atau mundur dan menghilang.
Dan itulah yang terjadi dengan suku Hun. Mereka menyapu bersih seperti gelombang pasang dari samudra hijau, padang rumput Asia, menuju daratan Hongaria, dan menghancurkan benteng-benteng perbatasan hutan dan kota di belahan dunia lainnya Romawi; wilayah bagian barat, Konstantinopel; dan puluhan suku lainnya, yang semuanya bersekutu dan bersaing. Suku Hun menjadi pengganggu baru di wilayah tersebut, dan bersamaan dengan itu mereka mendapatkan kekuasaan. Namun, seperti halnya kelompok-kelompok pengembara sebelumnya, mereka terus mengalami kontradiksi, pemenuhan kebutuhan pangan yang belum mapan, sedikitnya penduduk yang bertani, tetapi mereka justru menghancurkan, tangan-tangan orang yang memenuhi
xvii kebutuhan pangan mereka. Dilema yang dihadapi Attila menjadi sebuah tema yang berkali-kali muncul dalam buku ini. Attila adalah pemimpin sebuah kaum yang berada pada puncak perubahan. Nenek-moyang mereka adalah penggembala nomaden; mereka sendiri dalam keadaan yang tidak menentu: setengah nomaden, dan setengah menetap, tidak sanggup kembali pada asal-usul mereka dan tidak mampu mempertahankan cara hidup yang lama. Anak keturunan mereka menghadapi satu pilihan yang sangat berat: menjadi rekan atau menjadi penakluk dari kekuatan militer terbesar yang pernah ada Roma atau punah.
Masalah Attila adalah mencari tempat bagi suku Hun dalam kekaisaran Romawi yang sedang runtuh. Kecuali kalau ia sepenuhnya mengulang membuat kebudayaan bangsanya, berkelakuan baik, membangun kota-kota, dan bergabung dengan dunia barat, maka kekaisaran Attila tidak akan pernah aman dari ancaman perang dan kemungkinan justru mengalami kekalahan. Itulah yang dilakukan penerusnya, bangsa Hongaria, hampir 500 tahun kemudian. Lebih mudah bagi mereka melakukan hal tersebut, karena ketika itu keadaan Eropa sudah sedikit mapan; tetapi, meskipun demikian, butuh waktu satu abad bagi mereka untuk melakukannya. Attila bukan lah seorang pemimpin yang melakukan perubahanperubahan semacam itu. Pada akhirnya, Attila lebih me - milih menjadi seorang bangsawan perampok daripada pembangun kekaisaran.
Oleh karena itulah, Attila menjadi mimpi paling buruk bagi kita, yang dalam ingatan masyarakat hanya sepadan dengan Jenghis Khan. Sebenarnya, bagi bangsa Eropa, Attila jauh lebih buruk dilihat jika dari dua hal
xviii berikut: Jenghis tidak pernah mencapai wilayah Eropa, meskipun penerusnya melakukan hal itu, dan bahkan pencapaiannya sendiri tidak lebih jauh daripada bagian barat tanah air Attila; sedangkan Attila memimpin pasukannya memasuki dua pertiga wilayah Perancis dan juga masuk ke Italia. Dan Attila memang seorang perusak, tetapi tidak begitu unik: banyak pemimpin dari berbagai era yang menjadi bangsawan perampok dan pembunuh. Dan mereka masih ada hingga saat ini seperti Amin dan Saddam. Dorongan membunuh yang ada dalam diri mereka, secara konstan mengancam keretakan, hingga pada batasan-batasan budaya kita, seperti yang terjadi pada Nazi Jerman, di Rwanda, di Balkan; dan di daerahdaerah yang kurang disorot seperti Vietnam, Irlandia Utara di daerah mana saja di mana kebencian karena ketakutan atau penghinaan terhadap bangsa lain menjadi alasan yang dominan. Kebencian yang membunuh ini merupakan kekuatan yang dicontohkan Attila dalam pikiran kita. Sosok Attila adalah bagian kelam dari diri kita sendiri, si raksasa, Mr Hyde, Beowulf ciptaan Grendel yang menunggu waktu muncul dari rawa alam bawah sadar dan menghancurkan kita semua. Itulah prasangka yang diekspresikan para penulis Kristen yang mencatat serangan-serangan Attila terhadap dunia mereka, dan semenjak itu sebagian besar kita menerima prasangka tersebut.
Untungnya, ada dorongan manusia yang sama dan bertolak belakang: menginginkan perdamaian, stabilitas, dan kerukunan. Attila juga memiliki dorongan ini dengan cara mempekerjakan para sekretaris untuk berkores - pondensi dalam bahasa Yunani dan Latin, mengirim dan menerima banyak duta besar. Suku Hun tidak memiliki tradisi diplomasi, tetapi Attila bisa berperan dalam
xix perdamaian dan politik sebagaimana halnya dalam perang.
Jadi, saat informasi-informasi mulai didapat, ketidak - tahuan pun mulai tersibak, dan akhirnya prasangka tersebut mulai ditinggalkan. Attila tidak sepenuhnya seorang laki-laki yang menakutkan. Bahkan, bagi bangsa Hongaria ia merupakan sosok pahlawan. Seluruh masyarakat Hongaria tahu bahwa bangsa mereka dibentuk oleh "rp"d, yang memimpin orang-orang Magyar menguasai Carpathia pada 896. Peristiwa ini terkenal dan ada dalam setiap buku sejarah di sekolah Hongaria. Namun, jauh dalam jiwa bangsa Hongaria, tersembunyi kecurigaan-kecurigaan tajam bahwa "rp"d hanya memperoleh kembali wilayah yang diincar Attila 450 tahun sebelumnya. Ini merupakan mitos dasar, sebagai - mana yang diceritakan dalam catatan paling mengesankan tentang sejarah Hongaria pada zaman pertengahan. Hingga baru-baru ini, sejarah Hongaria secara rutin me - reproduksi satu silsilah keluarga palsu berdasarkan Alkitab, yang menyatakan bahwa Attila memiliki empat generasi, yang keturunan terakhirnya melahirkan "rp"d meskipun silsilah ini memaksakan setiap kepala keluarga melahirkan keturunannya saat berusia 100 tahun. Jauh di lubuk hati, penduduk Hongaria merasa bahwa Attila pada dasarnya mencintai Hongaria, dan mereka menghormatinya karena hal itu. Attila penekanan bahasa Hongaria terletak pada huruf pertama, yang dibulatkan hingga hampir menjadi O, Ottila merupakan nama umum bagi anak laki-laki di sana. Pujangga Hongaria yang paling terkenal pada abad terakhir adalah Attila J"zsef (1905-1937) atau lebih dikenal dengan nama J"zsef Attila, karena bangsa Hongaria meletakkan nama asli di belakang. Banyak kota yang memiliki nama
jalan Attila atau J"zsef Attila. Bagi orang yang berasal dari Eropa barat, tentu sangat aneh rasanya jika memberi nama anak laki-laki, nama jalan, dan alun-alun kota dengan nama Hitler. Tentu saja ini menjadi pertanyaan dari pemenang yang mendapatkan segalanya: pahlawan penakluk kami adalah penindas brutal kalian. Kini, Jenghis Khan, pahlawan nasional Mongolia, yang selama 70 tahun mengalami persona non grata di bawah komunisme, telah direhabilitasi, sehingga bangsa Mongolia memberi nama Jenghis pada anak laki-laki mereka. Sementara itu bangsa Hongaria, yang sangat menderita di bawah kekuasaan prajurit Mongolia pada 1241, tidak melakukan hal ini.
Di wilayah lain, Attila tidak akan pernah menikmati penghormatan yang disepakati untuk dirinya seperti yang terjadi di Hongaria, tetapi sosoknya pantas untuk diteliti lebih mendalam. Penulis tidak bisa melakukan hal ini dengan cara biasa yang dilakukan para ahli sejarah, yaitu dengan meneliti bukti tertulis, karena bukti tertulis ini sulit didapatkan. Ammianus Marcellinus, seorang ahli sejarah Yunani pada abad keempat yang berasal dari wilayah yang sekarang dijuluki Suriah, memiliki latar belakang yang cukup baik; Jordanes, seorang suku Goth tidak terdidik yang kemudian menjadi seorang Kristen, memberikan catatan sejarah acak-acakan dan sangat memerlukan pemeriksaan kembali; Priscus, lebih merupakan seorang birokrat daripada sejarawan, meninggalkan satu-satunya catatan tentang Attila di kediamannya. Dan, kita hanya memiliki beberapa penulis kronik Kristen, yang lebih tertarik melihat cara-cara Tuhan dalam kehidupan manusia daripada mencatat peristiwa secara objektif. Dari suku Hun sendiri sama sekali tidak ada bukti tertulis. Suku Hun tidak menulis,
xxi dan semua bukti tertulis yang berasal dari pihak luar, tidak satu pun menggunakan bahasa Hun, sedikit di antara mereka yang mengenal orang-orang Hun secara langsung, dan hampir semuanya begitu saksama hanya menggambarkan sisi paling buruk dari objek perhatian mereka. Hal terbaik yang bisa penulis lakukan adalah merekrut para arkeolog, sejarawan, antropolog, dan seorang olahragawan terkemuka untuk menambahkan sumber-sumber primer yang tidak bisa dipercaya. Meski begitu, melihat sosok Attila seperti sedang mengamati potret kuno kotor dengan diterangi cahaya beberapa lilin.
Meskipun demikian, kita pantas mencoba meneliti sosok Attila lebih dalam, karena sedikitnya informasi yang ada ini mengungkapkan pengetahuan baru dan beberapa drama penting yang membantu kita melampaui mitos dan hal klise. Attila, dengan tepat, tetap menjadi contoh sempurna akan penindasan dan penjarahan, dan memiliki banyak sifat yang saat ini secara umum dikenal sebagai pseudo-Attila: ia juga sulit dimengerti, kejam, kadang memesona tetapi tidak bisa dipercaya, pintar mendapatkan orang-orang yang patuh untuk melaksanakan tawarannya, memperdaya diri sendiri dan beruntung, pada akhirnya Attila adalah seorang yang ahli dalam penghancuran dirinya sendiri. Namun dalam berbagai hal lain, Attila adalah salah satu sosok orisinal terkenal dalam sejarah. Sebelumnya tidak pernah ada kekuatan besar muncul di wilayah Barat dari kelompok penunggang kuda nomaden. Sebelumnya tidak pernah ada ancaman yang muncul dari seorang pemimpin tunggal, yang dikagumi oleh bangsanya sendiri dan sangat ahli membuat musuh menjadi sekutu; dan tidak akan ada sosok seperti dirinya hingga kebangkitan ahli strategi dan pembangun
xxii kekaisaran, Jenghis Khan, 750 tahun kemudian.
Pada akhirnya, pencapaiannya dengan cepat melampaui kemampuannya. Ia tak pernah benar-benar bisa mengambil alih kekaisaran Romawi. Hal inilah yang menjadi kegagalannya di mata para ahli sejarah, yang cenderung melihat sosok Attila tidak lebih sebagai penjarah dalam skala sangat luas, ekspresi paling ekstrem akan kebiadaban anti-Romawi. Namun ada cara-cara lain dalam menaksir manfaat yang dihadirkan Attila dalam sejarah. Meskipun suku Hun hilang dari peradaban dunia, kemusnahan mereka seperti serbuk mesiu dalam ledakan sosial dan politik yang mengakibatkan munculnya negara-negara bagian Eropa. Semua ini terjadi dalam gerakan yang sangat lambat, berabad-abad, dan bagaimana pun sebagian besarnya akan tetap terjadi. Namun, dari kekacauan pasca-Romawi, muncul satu dunia baru yang jarang meninggalkan jejak dari penyebab utama terjadinya peristiwa besar, kecuali hanya dalam ingatan. Sesuatu yang luar biasa telah lenyap, kehancuran terjadi secara menyeluruh; dan semenjak itu, masyarakat mencari titik fokus untuk menyederhanakan, menjelaskan, dan mendramatisasi peristiwa menggemparkan tersebut. Sosok Attila sangat sempurna, memenuhi beberapa peran sekaligus: kekuatan untuk melakukan perubahan sejarah; pribadi yang pernah melintasi sebagian besar wilayah Eropa dengan kudanya; seorang perusak luar biasa; momok luar biasa bagi orang-orang Kristen yang berdosa dan ia selalu, bagi sebagian orang, menjadi pahlawan.
xxiii BAGIAN I: ANCAMAN BADAI SEBELUM ANGIN PUYUH
P ADA 376, BERITA TIDAK MENYENANGKAN SAMPAI DI TELINGA Kaisar Valens di Konstantinopel. Valens, yang bekerja sama dengan adiknya menjalankan kekaisaran Romawi, cukup akrab dengan masalah-masalah yang terjadi di daerah-daerah perbatasannya, tetapi tidak pernah mendengar masalah seperti ini. Jauh di wilayah utara, melewati daerah Balkan, di pinggiran rawa bagian utara Sungai Danube, berkumpul ribuan pengungsi, miskin, dan kelaparan. Para pengungsi itu lebih memilih meninggalkan lahan-lahan pertanian dan perkampungan mereka karena ketakutan, daripada menghadapi apa" Mereka hampir tidak tahu; hanya itu. Dalam penuturan sejarawan Ammianus, Ras manusia yang sampai saat ini tidak diketahui, muncul dari beberapa sudut dunia terpencil, menghancurkan dan merusak apa saja yang menghalangi mereka seperti angin puyuh yang turun dari pegunungan tinggi .
Mereka sosok manusia tangkas. Manusia-manusia
asing ini adalah pemanah berkuda yang bergerak berputar dalam perang, menunggang kuda dengan kencang, melingkar masuk melepaskan hujan panah sebelum berbelok menjauh menyelamatkan diri. Mereka adalah para penunggang kuda dan tidak pernah ada seorang pun yang pernah melihat manusia semacam itu, seolah terpaku pada kuda dan melekat pada sadel mereka para penulis berusaha keras menemukan sosok yang pas sehingga mereka dan tunggangannya terlihat menyatu, seperti sentaurus (manusia setengah kuda) zaman kuno yang hidup kembali. Mereka datang dari wilayah Asia Tengah yang kosong, menggiring para penduduk ketakutan yang ada di depan mereka seperti ternak gembala. Butuh waktu beberapa tahun bagi ras yang tidak diketahui ini muncul dalam jumlah besar, di bawah pimpinan mereka yang paling efektif dan menghancurkan. Namun kemunculan mereka dalam jumlah besar di sepanjang padang rumput luas yang sekarang adalah Rusia selatan dan Ukraina, telah memecah berbagai suku, di mana suku terakhir itu sekarang beramai-ramai mengungsi di pinggiran Sungai Danube. Sesuatu harus dilakukan.
Valens tidak langsung ingin menghajar kelompok asing itu, melainkan memperhatikan kumpulan pengungsi. Mereka orang-orang Goth, anggota suku besar dari Jerman yang sudah menyebar ke Eropa barat dan Rusia selatan dua abad sebelumnya, dan sekarang sudah dibagi menjadi Goth barat dan timur. Pengungsi pertama ini adalah Goth barat, yang dikenal sebagai Visi ( bijak ) Goth, yang sepertinya bertentangan dengan Ostro ( Timur ) Goth, yang, kemudian akan diketahui Valens, bersikap sangat keras kepada saudara jauh mereka. Valens, yang usianya mencapai 50 tahun dan sudah
dua belas tahun memimpin kekaisaran, tahu benar kebanggaan dan independensi Visigoth, dan punya alasan untuk mengkhawatirkan mereka dan pemimpin mereka yang bernama Athanaric. Tidak lagi hidup berpindah, suku ini menetap di wilayah yang sekarang menjadi Rumania dan mengubah diri mereka yang sebelumnya nomaden menjadi petani, dari perampok menjadi musuh yang disiplin. Tiga puluh tahun sebelumnya, menurut dugaan, mereka menjadi sekutu kekaisaran, disuap untuk menyediakan prajurit bagi pasukan Romawi dan Konstan - tinopel. Namun mereka tidak diam begitu saja, dan sepuluh tahun sebelumnya Valens berperang dengan tujuan mengurung mereka di wilayah asalnya. Rencana tidak berjalan sebagaimana mestinya. Suku Goth bisa dikalahkan dalam perang, tetapi mereka memiliki kebiasaan yang mengganggu, melakukan gerakan bawah tanah di pegunungan Transylvania, dan saat bergerilya mereka tidak terkalahkan. Tiga tahun berperang, Valens berkaki bengkok, perut besar, dan mata menyorotkan kemalasan perlu mendukung kekuasaannya yang goyah dengan menunjukkan kekuatan. Namun Athanaric mengatakan bahwa ia telah mengucapkan sumpah mengerikan kepada ayahnya bahwa dirinya tidak akan pernah menginjakkan kaki di wilayah Romawi; jadi, bukannya memanggil musuhnya untuk mendiskusikan syarat-syarat perdamaian, Valens justru harus mem - bicarakan perjanjian damai itu di sebuah kapal di tengah Sungai Danube, seolah sang kaisar dan si pemimpin barbar itu memiliki posisi yang sama. Mereka sepakat akan adanya pagar pembatas yang akan menjadikan mereka tetangga yang baik, dan bahwa Danube merupakan pagar alami, dan tidak ada satu pihak pun yang akan melintasinya.
Apa yang terjadi tujuh tahun kemudian sungguh berbeda sekali. Sekarang di sinilah orang-orang Visigoth, di luar wilayah mereka, dalam keadaan sakit dan tidak memiliki apa-apa, yang akan melanggar kesepakatan bukan sebagai pejuang tetapi sebagai satu bangsa secara keseluruhan, pencari suaka: keluarga, anak-anak, orang sakit dan renta, dengan kereta-kereta kuda bermuatan penuh. Bagaimana jika Valens mengambil langkah keras, memaksa pengungsi tetap di tempat mereka dan bersenangsenang melihat Athanaric yang putus asa" Tidak semudah itu, karena ini bukan tindakan Athanaric. Rumor tentang ancaman suku asing telah memicu pemberontakan antara suku Visigoth yang terancam, dan Athanaric tidak lagi berkuasa. Fritigern, pemimpin baru merekalah yang sekarang mohon izin pada kekaisaran untuk menyeberangi Sungai Danube yang pasang karena air hujan, memimpikan kehidupan baru bagi masyarakatnya di lembah-lembah Thrace yang subur dan menyambut mereka dengan tangan terbuka.
Bagaimana pun kesempatan mereka akan datang; jadi Valens memutuskan, lebih baik mengubah krisis ini menjadi sedikit bermanfaat. Fritigern, cukup pintar untuk menggabungkan penduduknya yang putus asa dan menjaga mereka tetap berada di wilayah kanan Romawi, tidak mengancam; bahkan, ia tidak hanya menjanjikan akan hidup damai, tetapi juga menyediakan lebih banyak pemuda untuk menjadi pasukan kekaisaran. Kedua pemimpin tahu bahwa ada satu hal yang patut dijadikan teladan: beberapa tahun sebelumnya, sekumpulan suku Goth diizinkan melintasi Sungai Danube, 150 mil ke arah selatan, untuk menetap di Adrianopolis, yang sekarang menjadi Edirne, dan sudah terbukti menjadi warga negara yang patut dicontoh. Para penasehat
meminta Valens melihat bekas musuhnya bukan sebagai pengungsi melainkan sebagai calon pasukan kekaisaran yang tak terbatas. Valens setuju, menetapkan suku Goth agar menyumbangkan pemuda mereka sebagai bala tentara. Para pejabat kekaisaran melaksanakan perjalanan ke utara, bukan untuk menentang, melainkan memberikan bala bantuan dengan membawa makanan dan membagi wilayah di beberapa provinsi perbatasan.
Jadi, saat musim semi tahun 376 berubah menjadi musim panas, suku Visigoth yang miskin perlahan-lahan bergerak ke dataran rendah pinggiran sungai bagian utara, melewati danau-danau dan rawa dangkal, menyeberangi sungai menggunakan perahu dan sampan yang dibuat dari batang-batang pohon yang bagian tengahnya dilubangi, menarik rakit-rakit yang membawa kuda dan kereta barang mereka. Beginilah keadaan sungainya, bersih dari jeram Pagar Besi yang memotong pegunungan Carpathia dan Balkan, luas dan mengalir pelan sejauh 400 kilometer sebelum membelah sampai ke deltanya yang penuh dengan alang-alang. Tantangan yang dihadapi para pengungsi bukanlah kuatnya arus sungai, tetapi lebar sungai yang mencapai 2 atau 3 kilometer saat hujan lebat. Banyak pengungsi yang tenggelam karena tertipu dengan bukit di seberang yang terlihat rendah, lalu mereka berusaha berenang, dan perlahan-lahan terbawa arus ke hilir sungai menuju kematian mereka dalam hamparan air bah.
Berapa banyak yang pindah" Para pejabat kekaisaran ingin tahu jumlahnya agar bisa menghitung persediaan makanan dan jaminan lahan bagi mereka. Namun siasia. Ammianus mengutip Virgil:
Berusaha mencari tahu jumlah mereka sama saja sia-sia Seperti menghitung pasir Libya yang tersapu angin.
Mungkin mereka tidak berusaha terlalu keras. Para pejabat yang memerintah bukanlah orang-orang terbaik dari kekaisaran. Menurut Ammianus, mereka punya kekurangan, menakutkan, dan sembrono; mereka memaksakan rencana agar mendapatkan keuntungan dari para pengungsi yang tidak bersenjata ini. Salah satunya dengan mengumpulkan anjing-anjing, yang mereka tawarkan sebagai makanan jika mendapat ganti seorang Visigoth untuk dijadikan budak: wujud perlakuan yang mempersulit usaha agar hubungan pertemanan bertahan lama.
Di samping itu, tanah yang dijanjikan pun tidak ada. Begitu banyak orang pada satu waktu akan memadati daerah pedalaman Thrace. Mereka harus dibuat tetap berada di tempatnya. Pinggiran Sungai Danube bagian selatan berubah menjadi daerah perkemahan yang sangat luas bagi para pengungsi yang berbalut jubah dan tampak kumal. Bagi para Visigoth, rasanya mereka seperti keluar dari mulut singa masuk ke mulut buaya. Mereka meng - gerutu, bagaimana caranya agar bisa melakukan tindakan nyata untuk mendapatkan lahan yang mereka pikir sudah dijanjikan itu. Lupicinus, seorang pimpinan wilayah yang buruk, jahat, dan sembrono, memerintahkan tambahan tentara dari Gaul untuk mengatasi kekacauan ini.
Namun waktu semakin sempit. Saudara suku Visigoth di bagian barat, suku Ostrogoth, juga melarikan diri ke arah barat dari ancaman yang tidak diketahui, tiba di Sungai Danube, dan karena melihat pertahanan daerah itu lemah, mereka lalu menyeberanginya tanpa terlebih dahulu menunggu izin. Didorong dan diperkuat adanya gelombang pengungsi baru ini, Fritigern memimpin bangsanya sendiri bergerak 100 kilometer ke selatan, menuju ibu kota provinsi daerah setempat, Marcianopolis
(wilayah reruntuhan yang setengahnya tampak di dekat wilayah Devnya, 25 kilometer di pedalaman resor Vanna, Laut Hitam Bulgaria). Di wilayah ini Lupicinus, yang sepertinya setiap tindakannya menimbulkan malapetaka, mengundang para pemimpin Visigoth pada sebuah jamuan makan malam mewah, pura-pura akan merunding - kan bantuan, sementara penduduk mereka yang berada dalam jebakan ribuan tentara Romawi di luar tembok sana, sangat marah karena dendam dan rumor yang beredar. Menganggap bahwa pemimpin mereka termakan bujuk rayu dan menjadi tidak berdaya, orang-orang Visigoth menyerang serombongan orang Romawi dan me rebut senjata mereka. Ketika berita perampasan ini terdengar olehnya, Lupicinus membunuh beberapa orangorang Fritigern yang hadir sebagai aksi balas dendam, dan mungkin sudah berencana membunuh mereka semua. Namun aksi itu sama saja dengan bunuh diri. Para pemberontak sekarang sudah menjadi pasukan bersenjata. Fritigern dengan kepala dingin menyatakan bahwa satusatunya cara untuk mengembalikan perdamaian adalah mengembalikan dirinya pada masyarakat dalam keadaan selamat, sehat, dan bebas. Lupicinus melihat dirinya tidak punya pilihan lain lagi, dan membebaskan tamunya yang pada saat itu juga, seperti yang dikatakan Ammianus, menunggang kuda dan bergegas pergi untuk mengobar - kan api perang .
Di seberang Moesia Bawah sekarang Bulgaria utara orang-orang Visigoth yang sakit hati merampok, membakar, dan merampas lebih banyak senjata. Sebuah perang yang dilakukan dengan persiapan matang, berakhir dengan kematian lebih banyak pasukan Romawi, lebih banyak senjata dirampas, dan Lupicinus gemetar ketakutan di jalanan Marcianopolis yang sudah dikepung. Seperti
yang diingat Ammianus, kekaisaran berhasil mengatasi malapetaka serupa tapi itu sebelum semangat lama akan tingginya moral dan pengorbanan diri dirusak dengan satu permohonan jamuan-jamuan sok pamer dan keuntungan tidak halal.
Dan, Ammianus mungkin telah menambahkan, sedikit kebodohan: Valens takut kedua suku Goth bersatu, dan langsung memerintahkan masyarakat Visigoth yang tenang dan sudah lama menetap di Adrianopolis untuk pergi. Adrianopolis, yang meliputi jalan keluar bagian utara pegunungan Balkan yang menuju Konstantinopel, bukanlah sebuah kota yang berisiko. Valens berniat menyelamatkan kota itu, dan mendapatkan hasil yang sama sekali bertolak belakang. Saat orang-orang Goth meminta waktu penundaan selama dua hari untuk berkemas, komandan setempat menolak, mendorong penduduk setempat untuk mengusir mereka dengan melempar batu. Orang-orang Visigoth kehilangan kesabaran karena diperlakukan seperti ini dan mereka meninggalkan kota itu lalu bergabung dengan rekan Goth mereka yang bersenjata.
Pada musim gugur tahun 377, pasukan musuh ini menemui jalan buntu, kekuatan utama suku Goth men - cari selamat di lembah-lembah curam barisan pe gunungan Balkan dan pasukan Romawi berada di lapangan rumput terbuka di Dobruja, yang sekarang terletak di belakang pantai Laut Hitam di Rumania dan Bulgaria. Orangorang Goth terus menjarah satu-satunya cara yang bisa dilakukan pengungsi untuk memberi makan keluarganya kemudian menembus blokade Romawi menuju bagian selatan lalu masuk ke wilayah yang sekarang adalah Turki. Ammianus menggambarkan suasana anarkis mengantisipasi kengerian masa depan Balkan: bayi-bayi
dibunuh saat sedang menyusu di gendongan ibunya, perempuan diperkosa, laki-laki dijadikan budak, berteriak bahwa mereka sudah hidup terlalu lama dan menangisi rumah-rumah mereka yang sudah menjadi abu .
Sementara itu, harapan apa yang didapat dari semua tindakan ini" Tidak ada. Meski kekaisaran mungkin memiliki 500.000 pasukan bersenjata, sebagian dari mereka adalah pasukan perbatasan yang siap sedia mengatasi kebiadaban, sementara hanya setengah yang menjadi pasukan lapangan aktif. Di samping itu, banyak di antara mereka bukanlah prajurit sewaan Romawi, dan perintah apa pun untuk bergerak bisa membangkitkan pembelotan. Pasukan hanya bisa didatangkan dari perbatasan Gaul, di bawah komando keponakan Valens yang masih muda, Gratian, yang sudah ikut berkuasa dan menjadi kaisar Barat selama dua tahun terakhir. Umur Gratian masih delapan belas tahun, ia memiliki reputasi baik sebagai seorang pemimpin, tetapi hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menjaga perdamaian di sepanjang wilayah Rhine dan Danube. Rencana untuk memindahkan pasukan dari Gaul ke Balkan bocor di daerah perbatasan, dan membangkitkan serangan Jerman yang membutuhkan perhatian Gratian sepanjang musim dingin tahun itu. Hingga pada 378, barulah ia bisa memberikan bantuan kepada pamannya.
J IKA SAAT INI Anda bertanya kepada seorang warga Roma atau Yunani apa yang menjadi taruhan pada saat itu, Anda mungkin akan mendapat jawaban bahwa dua dunia sedang berhadapan: bangsa barbar dan bangsa beradab. Faktanya, di wilayah barat, Eropa tengah dan selatan, kita berhadapan dengan banyak dunia. Kekaisaran
Romawi, Gaul, dan Konstantinopel; suku-suku barbar bertikai satu sama lain dan juga dengan kekaisaran; dan daerah-daerah hutan berbatasan yang masih liar di bagian timur laut.
Bagi penduduknya, wilayah kekuasaan Romawi adalah dunia mereka, fondasi mereka, kebanggaan mereka, kehidupan mereka yang sesungguhnya. Sebagai republik dan kemudian sebagai kekaisaran, Romawi sudah ada selama 700 tahun, seperti yang kita ketahui dari penelitian sejarah bahkan lebih lama bagi orang-orang Romawi, yang sejarahnya berakar pada permulaan legenda: bagi mereka 377 SM adalah 113 AUC, ab urbe condita, dari awal pembentukan kota . Akar-akar kebudayaan Romawi masih lebih dalam lagi, karena merupakan warisan dari bangsa Yunani kuno. Ini adalah nasib nyata bangsa Romawi, sebagai fondasi peradaban dan pemerintahan yang baik, memerintah daratan Mediterania, menjangkau bagian selatan menuju Nil dan bagian utara melintasi pegunungan Alpen, hingga Gaul, Rhine, Laut Utara dan wilayah di luar itu, bahkan hingga mencapai wilayah utara yang terpencil yaitu pulau-pulau di lepas pantai Eropa, di mana Hadrian berhasil menyelesaikan pem - bangunan bentengnya melawan orang-orang barbar pegunungan pada 127. Pada abad ketiga bahkan telah terjadi sedikit peningkatan di sepanjang Sungai Danube, yang sekarang menjadi Rumania, yang tampaknya untuk sesaat daerah perbatasan Eropa bagian barat itu adalah wilayah Carpathia.
Namun ekspansi ada batasnya, dikuasai oleh peme - rintah an non-Romawi dan oleh geografi. Wilayah timur laut memiliki perbatasan hutan yang sangat lebat. Rimba raya. Untuk merasakan kengerian yang ditimbulkan oleh kata tersebut menuntut imajinasi untuk mengingat masa
lampau saat di mana banyak wilayah Eropa di luar Rhine masih merupakan daerah liar, hutan sangat luas dan gelap yang sangat jarang disentuh manusia. Bagi orang-orang yang tidak pernah masuk hutan, ini merupakan tanda bahaya, tempat tinggal roh-roh jahat yang suram dan terlarang. Bagi bangsa Romawi, hutanhutan Ciminian di wilayah Etruria cukup mengerikan; tetapi hutan di bagian utara pegunungan Alpen adalah wilayah yang paling barbar. Pada 98 SM Tacitus meng - gambarkan wilayah itu dalam bukunya yang berjudul Germania. Ia mengatakan bahwa, di luar Rhine, wilayah - nya diberitahukan tidak menentu, mengerikan, suram: yang menggambarkan kengerian akan wilayah itu. Hutan Hercynian, dinamai sesuai hutan kuno dalam sejarah Yunani untuk menyebut hutan Bohemia yang sekarang menjadi Republik Czechnya, dengan perluasan wilayah hutan yang membentang dari Rhine hingga Elbe. Pliny mengklaim pohon-pohon ek besar di hutan itu tidak pernah ditebang atau dipotong semenjak awal dunia. Orang-orang mengatakan butuh waktu 9 hari untuk melintas dari wilayah utara ke selatan, dan 60 hari untuk menempuh 500 kilometer perjalanan dari timur ke barat tidak sama dengan ucapan Julius Caesar, Siapa pun di Jerman bisa berkata bahwa ia pernah mendengar tentang ujung hutan. Di hutan ini hidup binatang buas yang tidak dikenal di mana pun, beberapa di antaranya berbahaya rusa besar bertanduk seperti cabang-cabang pohon, beruang cokelat, serigala, dan auroch, bison Eropa. Romawi dan Yunani melihat kembali legenda hutan kecil Arcadian, mengingat masa saat Yunani masih hutan belantara; tetapi tidak pada hutan menyeramkan dan tidak bisa dimasuki seperti hutan ini.
Bagi orang-orang Romawi, penghuni hutan liar ini adalah makhluk liar, manusia keturunan dewa penting, Tuisco, yang muncul dari tanah seperti pohon. Mereka mengenakan jubah dijepit tanduk-tanduk dan hidup berburu, memakan buah-buahan, dan olahan susu. Mereka mengatakan bahwa dalam wilayah yang sangat luas ini, tidak ada satu pun kota di sana. Dusun-dusun dengan rumah dari kayu dihubungkan dengan jalan setapak. Tentu saja, tidak semua gambaran tentang wilayah ini buruk. Tacitus ingin menunjukkan bahwa, berkebalikan dengan kesederhanaan yang kuat dari orang-orang yang tinggal di hutan ini, Romawi menjadi lunak dan korup. Tetapi, akan lebih baik bagi penduduk kota untuk berlaku bersih; mereka yang berani diperiksa berisiko mengalami nasib mengerikan. Pada abad ke 9 SM, Publius Quintillius Varus memimpin 25.000 orang pasukan menuju hutan Teutoburg, di bagian utara Jerman antara wilayah Rhine dan Weser, di mana mereka diserang dan dibantai oleh orang-orang Cheruscan bersenjatakan tombak yang muncul dari rawa-rawa dan pepohonan. Varus melihat kehancuran di depan matanya dan menyerah kalah.
Tentu saja, dalam 300 tahun telah terjadi perubahan. Kaum pejuang pada masa Tacitus dilambangkan sebagai sosok dengan panah berdarah, berambut pirang, bertubuh besar, dan peminum bir, yang sudah lama musnah atau digabungkan menjadi unit-unit yang lebih besar, pasukan Saxon, Frank, dan Alemanni yang kemudian akan menjadi cikal bakal negara masa depan. Wilayah hutan sudah dibagi-bagi dengan dilakukan pembersihan dan lahanlahan pertanian dari puluhan suku; tetapi, dengan perbandingan pada masa sekarang, wilayah hutan ini masih terlihat utuh. Ini merupakan awal dunia sihir dan
kekuatan, sumber kehidupan dan kematian, dunia para pemangsa dan buruannya, di mana anak-anak hilang dan ada para penyihir, serta roh-roh yang mendiami pepohonan. Hal ini diingatkan kembali dalam buku Little Red Riding Hood dan Hansel and Gretel serta kisah-kisah dongeng yang dikumpulkan oleh Grimm Bersaudara pada abad kesembilan belas, dan kemudian muncul lagi dalam hutan Mirkwood seperti pada kisah Lord of the Rings karya Tolkien.
Jika hutan merupakan batas-batas paling luar ke - kaisaran, pergerakan mundur dari luar wilayah Danube telah menandakan awal kehancuran kekaisaran. Pada akhir abad keempat, tidak ada pemikiran untuk mengambil kembali lintasan Sungai Danube Dacia dan menaklukkan hutan-hutan Jerman. Tidak lama kemudian Britania akan ditinggalkan, dinding perbatasan Hadrian menyisakan monumen kosong yang menandakan kebesaran bekas penghuninya. Pada satu masa semua wilayah ini pernah diperintah oleh Romawi, oleh kaisar dan Senat. Sekarang Senat tidak berarti, dan kekuatan yang sebenarnya di - kuasai oleh angkatan perang, sementara kaisar melakukan beberapa serangan terbaiknya dari Markas Besar, atau dari kediamannya di Tr"ves dan Milan serta Ravenna.
Kanker mematikan dalam tubuh kekaisaran yang sangat luas ini adalah perpecahan. Saat Konstantin membentuk Romawi Baru pada 330, kota ini menjadi pusat dari agama barunya, Kristen, dan merupakan simbol kesatuan baru. Pada kenyataannya, semenjak itu kekaisaran barat yang menggunakan bahasa Latin ini mulai berpihak dengan wilayah sayap kanan yang meng - gunakan bahasa Yunani (meski sering kali meng gunakan dua bahasa). Kemunduran Romawi dicerminkan dengan bangkitnya Konstantinopel.
Konstantin membuat pilihan bagus saat ia memutuskan mengembangkan sebuah kota kuno kecil di daerah semenanjung berbatu di Laut Hitam menjadi Romawi versi baru. Tentu saja, dikatakan bahwa Tuhan telah menuntun nya melakukan hal itu, meski tidak diperlukan pengetahuan yang luar biasa untuk melihat bahwa semenanjung itu merupakan basis yang jauh lebih baik daripada Romawi, untuk menyelamatkan daerah perbatasan kekaisaran di bagian timur yang goyah. Kota kecil Byzantium kuno ini terletak di ujung semenanjung yang berbatu. Konstantin menutup wilayah itu lima kali hingga berada di belakang tembok sepanjang 2 kilometer, dan untuk merayakan ibu kota barunya, dia membangun gereja besar Kristen pertama dan sebuah majelis dengan ubin marmer, dengan tiang-tiang porfiria setinggi 30 meter dari batuan pe gunungan Mesir yang bagian puncaknya menampilkan patung Apollo dengan kepala Konstantin sendiri. Sebuah hipodrom, arena yang digunakan untuk prosesi dan pacuan yang dihubungkan melalui tangga spiral menuju aula-aula resepsi, perkantoran, wilayah permukiman, pemandian, dan barak-barak istana kekaisaran. Dalam waktu satu abad, di wilayah ini terdapat sebuah sekolah, sirkus, 2 bangunan teater, 8 pemandian umum dan 153 pemandian pribadi, 52 serambi bertiang, 5 lumbung, 8 terowongan air dan waduk, 4 aula pertemuan pengadilan dan senator, 14 gereja, 14 istana, dan 4.388 rumah di samping rumah penduduk biasa. Pada saat itu, wilayah ini hampir sepenuhnya dikelilingi tembok, yang juga mengarah ke laut, kecuali di sepanjang sungai Golden Horn, yang dilindungi dengan rantai yang sangat besar (hanya diputus satu kali pada 1203 oleh pasukan Perang Salib Keempat, yang memuat kapal dengan batu-batu, menyiapkan gunting besar pada haluan
kapal, melaju ke arah rantai dan mengguntingnya).
Keindahan dan laju pembangunannya menjadikan ibu kota yang dibangun Konstantin ini mencapai kejayaan. Namun dalam satu generasi kota ini sudah meraih hasil yang bertolak belakang dengan yang diinginkan pendirinya dahulu: bukan mencapai persatuan tetapi menghasilkan perpecahan, yang ditegaskan oleh Kaisar Valentinian. Ia memiliki karakter yang impresif juara gulat, prajurit tangguh, energik, sangat teliti dalam mempertahankan kekaisaran; dan ia memutuskan kepentingan kekaisaran akan lebih baik dilakukan dengan pembentukan dua sub-kekaisaran, yang akan mempertahankan wilayahnya masing-masing. Pada 364 ia menjadikan adiknya yang bernama Valens sebagai kaisar pertama wilayah timur, sementara Valentinian sendiri tetap mengendalikan kekaisaran wilayah barat. Cara ini mungkin akan berhasil, jika ada ancaman-ancaman terhadap kesatuan wilayah. Namun ternyata tidak. Kekaisaran ini, meski berdasarkan perhitungan masih disatukan oleh sejarah dan garis keluarga, mulai pecah: dua ibu kota, dua dunia, dua bahasa, dan dua keyakinan (masing-masingnya memper - juangkan keyakinan mereka akan pemujaan berhala dan ajaran sesat).
Ini bukanlah dasar kuat untuk melawan musuh, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar kekaisaran. Di bagian timur terdapat kekaisaran musuh besar, Persia; di Afrika, kaum Moor melakukan pemberontakan; dan tepat di seberang utara Eropa dan wilayah perbatasan Asia Dalam, ada orang-orang liar, penduduk yang tidak menggunakan bahasa Yunani atau Latin. Dengan terus berlangsungnya serbuan orang-orang barbar yang melintasi wilayah Rhine dan Danube, Romawi istilah yang kadang mencakup wilayah Konstantinopel dan kadang tidak,
tergantung konteks berusaha mempertahankan diri dengan serangkaian strategi, mulai dari menggunakan kekuatan yang sama sekali palsu hingga melakukan negosiasi, penyuapan, kawin campur, perdagangan, dan akhirnya mengendalikan imigrasi. Usaha terakhir inilah yang pada akhirnya merupakan satu-satunya cara yang memungkinkan untuk menghancurkan serangan, sekaligus memicu kerusakan yang tidak bisa dielakkan pada masa yang akan datang. Orang-orang barbar adalah para petarung tangguh; jadi masuk akal untuk mempekerjakan mereka, dengan konsekuensi membingungkan bagi kedua belah pihak. Musuh menjadi sekutu, yang pada akhirnya sering menentang saudaranya sendiri. Perdamaian selalu berhasil diraih setelah terjadi serangkaian kehancuran: pasukan diperkuat dengan gelombang besar orang-orang barbar, tetapi pajak melambung tinggi untuk membayar gaji mereka; kepercayaan terhadap pemerintah menurun, dan korupsi merajalela. Pada akhir abad keempat batasbatas kekaisaran terlihat seperti sistem pertahanan yang lemah, dan dengan mudah orang-orang barbar bergerak pelan, melakukan serangan langsung atau persekutuan temporal, sementara militer penengah akhir dari otoritas politik dan para penjaga wilayah perbatasan seperti sel-sel darah dari tubuh kekaisaran yang semakin menua ini, selalu sibuk menyelesaikan masalah baru, dan jumlahnya tidak pernah cukup.
Tidak semua musuh-musuh kekaisaran berada di atau jauh dari wilayah perbatasan. Sejak keputusan Konstantin untuk mengadopsi ajaran Kristen pada awal abad itu, ibu kota barunya sudah menjadi pusat perpecahan ter - hadap dan atas pertikaian politik pada umumnya yakni tentang pergantian kepemimpinan. Orang-orang Kristen pada dasarnya menentang penyembahan terhadap berhala,
yang terbukti sangat ulet dalam hal ini. Di samping itu, orang-orang Kristen juga bertikai satu sama lain, karena ini merupakan masa-masa awal doktrin gereja, di mana para musuh dengan sengit menentang keberadaan satu tuhan, konsep trinitas, yang sama-sama merupakan manusia dan memiliki sifat ketuhanan. Tidak seorang pun bisa memahami misteri ini, tetapi hal itu tidak meng hentikan musuh para pemeluk Kristen untuk menyatakan opini-opini tegas, menentang paham ortodoks baru, dan menandai lawan mereka tidak ortodoks dan menganut ajaran yang salah.
Ajaran salah yang paling menantang adalah ajaran Arius, yang dibawa oleh seorang Pendeta Alexandria yang bernama sama, yang menyatakan bahwa Yesus sepenuhnya adalah manusia anak angkat Tuhan dan oleh karena itu tidak memiliki sifat ketuhanan, dan karenanya lebih rendah daripada ayahnya sendiri. Gagasan ini dianggap menarik oleh kaisar wilayah timur, khususnya Valens, mungkin hal ini sama sekali tidak menarik bagi kaisar wilayah barat. Dalam bentuk inilah, ajaran Kristen pertama kalinya sampai kepada orang-orang Goth, yang kemudian berpindah agama memeluk Kristen, yang kemudian menjadi kaum Arian yang keras kepala.
Inilah yang kemudian menjadi bangsa yang gemilang, dengan jumlah sangat banyak dan menimbulkan masalah sehingga sekali lagi Valens bersiap mempertahankan wilayahnya saat ia bergerak ke utara dari Konstantinopel pada awal musim panas tahun 378, berencana meng - gabung kan diri dengan sesama kaisar pembantu dan musuh nya, Gratian, keponakannya yang ambisius.
S EKARANG EGO yang ada dalam diri Valens memegang kendali. Valens, yang sudah meminta bantuan Gratian, iri akan kesuksesan keponakannya itu, dan ingin mendapatkan kemenangan itu untuk dirinya sendiri. Pada Juli ia bergerak ke utara menuju Adrianopolis, para pengintainya melaporkan bahwa pasukan Goth datang mendekat, tetapi jumlahnya hanya 10.000 orang prajurit, jumlah yang lebih sedikit ketimbang pasukannya yang berjumlah 15.000 orang. Di luar wilayah Adriano - polis, Valens membuat pangkalan di dekat persimpangan Sungai Maritsa dan Tundzha, dan selama beberapa hari memagari pangkalannya dengan parit dan pagar kayu runcing. Tepat sesudah itu seorang perwira datang dari hulu Sungai Danube membawa sepucuk surat dari Gratian yang meminta pamannya untuk tidak melakukan tindakan gegabah hingga bala bantuan datang. Valens mengadakan rapat dengan dewan perang. Beberapa anggota setuju dengan Gratian, sementara lainnya berbisik bahwa Gratian hanya ingin ikut merasakan kemenangan yang seharusnya milik Valens sendiri. Dan Valens sependapat dengan gagasan yang kedua. Persiapan perang pun terus dilanjutkan.
Fritigern, dalam kemah pertahanan yang dikelilingi kereta-kereta kuda berjarak 13 kilometer di atas Tundzha, mengambil sikap hati-hati untuk melakukan perang. Di sekelilingnya tidak hanya ada pasukannya sendiri, tetapi juga seluruh penduduk mereka: yang jumlahnya mungkin 30.000 orang, dengan rombongan kereta kuda dengan beban berat, semuanya diatur dalam susunan keluarga, sehingga tidak mungkin mengubah susunan rombongannya dalam waktu kurang dari satu hari. Untuk berperang secara efektif jauh dari iring-iringan kereta maka ia akan membutuhkan bantuan; dan ia perlu mendapat
bantuan pasukan berkuda Ostrogoth yang berlapis baja. Sementara menunggu, ia mengirim para pengintai untuk membakar hangus ladang-ladang gandum yang terletak antara perkemahannya dan perkemahan pasukan Romawi dan seorang pembawa pesan tiba di perkemahan ke kaisaran, membawa sepucuk surat: ya, para pimpinan barbar cukup piawai menggunakan sekretaris yang lancar menggunakan bahasa Latin untuk berkomunikasi dengan orang Romawi. Surat resmi ini dibawa oleh seorang pendeta Kristen, mungkin ajudan Visigoth yang berharap bisa membuatnya memeluk Kristen. Surat itu merupakan permohonan resmi untuk kembali pada status quo: perdamaian, untuk mendapatkan wilayah dan per - lindungan dari serangan membabi buta yang mendekat dari arah timur.
Valens tidak akan menerima permohonan itu. Ia meng inginkan kemenangan penuh: Fritigern ditangkap atau dibunuh, orang-orang Goth ketakutan. Valens menolak membalas surat itu dan menyuruh pendeta itu pergi dengan menyampaikan penghinaan bahwa dirinya tidak cukup penting untuk ditanggapi serius.
Keesokan harinya, pada tanggal 9 Agustus, pasukan Romawi sudah siap tempur. Semua peralatan yang tidak penting tenda-tenda cadangan, pelindung dada, dan jubah kekaisaran dikirim kembali ke Adrianopolis untuk disimpan, dan pasukan berkuda serta pasukan infanteri diberangkatkan menuju perkemahan Visigoth dan rombongan kereta kuda mereka menempuh jarak 13 kilometer. Meskipun perjalanannya cukup pendek, tetapi sangat melelahkan, melalui ladang-ladang yang terbakar, di bawah terik matahari, tanpa adanya sungai untuk menyegarkan pasukan bersenjata berat tersebut.
Setelah beberapa jam pasukan berkuda dan infanteri Romawi tiba di perkemahan Visigoth dan rombongan kereta kuda mereka, lalu tercetuslah perang sengit diiringi lagu-lagu pujian terhadap nenek-moyang suku Goth. Serangan cepat ini membuat pasukan Romawi berpencar, dengan satu sayap pasukan berkuda jauh di depan, sementara pasukan infanteri berada di belakang, memblokir jalan keluar kedua. Perlahan keduanya menjadi satu barisan, menodongkan senjata mereka dan membuat suasana gaduh dengan membentur-benturkan tameng mereka satu sama lain mengalahkan teriakan orangorang barbar itu.
Bagi Fritigern, yang saat itu masih menunggu bala bantuan, ini merupakan pemandangan dan suara yang membuatnya tidak berdaya. Ia kembali mengulur waktu, mengirim sebuah permintaan perdamaian; dan lagi-lagi, Valens mengusir utusan sekaligus menghinanya. Dan masih tidak terlihat tanda-tanda kedatangan pasukan kavaleri Ostrogoth. Saatnya bagi Fritigern kembali mengirim pesan, usulan perdamaian lainnya, menaikkan taruhan, menyarankan bahwa jika Valens mengirim seorang wakil berpangkat tinggi, maka ia sendiri yang akan datang untuk bernegosiasi. Kali ini Valens setuju, dan seorang sukarelawan yang sesuai sedang dalam perjalanan, ketika sekelompok pengendara kuda terdepan pasukan Romawi yang haus akan kemenangan, mungkin, melakukan serangan mendadak ke sisi perkemahan pasukan Visigoth. Diplomat sukarela itu bergegas mundur tepat pada waktunya, karena pada saat itulah pasukan kavaleri Ostrogoth melaju kencang di sepanjang lembah. Pasukan kavaleri Romawi bergerak maju menghadang ancaman baru di hadapan mereka.
Momen inilah yang dinanti-nantikan Fritigern. Pasukan
infanterinya tiba-tiba menyerbu dari iring-iringan kereta kuda, menembakkan panah, melempar tombak, hingga kedua barisan itu melakukan baku tembak dan terkepung dalam gelombang tameng, pedang, dan tombak-tombak patah, ruang gerak mereka begitu sempit sehingga para prajurit kesulitan mengangkat tangan mereka untuk melakukan serangan atau, jika melakukannya, mereka akan menurunkan tangannya lagi. Debu beterbangan, menutupi medan pertempuran dalam kabut tebal yang menyesakkan napas dan membutakan mata. Di luar arena pertempuran itu, pasukan pemanah dan pelempar tombak Visigoth tidak perlu membidik: setiap tembakan dilancarkan secara acak, melesat dan menembus kabut yang mengaburkan pandangan, dan mereka kesulitan untuk menentukan satu titik sasaran.
Kemudian datanglah pasukan kavaleri dalam jumlah besar, tanpa ada pasukan kavaleri Romawi untuk meng - hentikan mereka, menginjak-injak korban yang sekarat, kapak-kapak perang mereka membelah pelindung kepala dan dada para prajurit infanteri yang dilemahkan oleh cuaca panas, diperberat oleh pakaian lapis baja dan ter - gelincir di atas tanah yang basah oleh darah. Dalam waktu satu jam, barisan pasukan Romawi yang masih hidup tewas terbunuh. Sebagian mati tanpa tahu siapa yang menyerangnya, tulis Ammianus. Sebagian lagi tewas hanya karena terimpit, sebagian lagi dibunuh oleh rekan seperjuangannya sendiri.
Saat matahari tenggelam, kebisingan perang mereda, berubah hening menjadi malam tanpa bulan. Dua pertiga pasukan Romawi mungkin 10.000 prajurit tergeletak tewas, bercampur dengan mayat kuda. Sekarang lapanganlapangan gelap dipenuhi dengan suara-suara lain, saat jeritan, isak tangis, dan rintihan dari mereka yang terluka
diikuti dengan suara mereka yang selamat yang ada di seberang ladang-ladang yang hangus terbakar dan di sepanjang jalan pulang menuju Adrianopolis.
Tidak seorang pun tahu apa yang terjadi pada Valens. Pada satu waktu selama perang terjadi, ia kehilangan atau ditinggalkan oleh pengawalnya dan kembali pada pasukannya yang paling disiplin dan berpengalaman, untuk melakukan pertahanan terakhir. Seorang jenderal menunggang kuda memanggil pasukan cadangan, dan mendapati mereka semua sudah melarikan diri. Setelah itu, tidak ada yang tahu. Beberapa orang mengatakan bahwa sang kaisar tewas terkena tembakan panah, tidak lama setelah malam tiba. Atau mungkin ia mengungsi ke sebuah rumah petani besar di dekat sana, yang dikepung dan kemudian dibakar habis, bersama dengan mereka yang ada di dalamnya kecuali seorang laki-laki yang berhasil menyelamatkan diri dari sebuah jendela untuk mengatakan apa yang telah terjadi. Kisah itu berasal dari Ammianus. Tidak ada cara untuk membuktikannya, karena jasad kaisar tidak pernah ditemukan.
Kekerasan terus berlangsung, dan kekaisaran tidak bisa menanggulanginya. Dari para pembelot dan tahanan, pemerintahan Visigoth tahu apa yang disembunyikan di Adrianopolis. Saat fajar menyingsing mereka bergerak maju melewati medan pertempuran, tidak lama setelah para prajurit yang selamat mencari perlindungan. Namun tidak ada tempat yang aman; karena para pengawal, berjuang keras mempersiapkan pengepungan yang tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya, takut akan melemah - kan pertahanan, menolak membukakan gerbang bagi rekan-rekan mereka yang melarikan diri dari musuh. Pada tengah hari pasukan Visigoth sudah mengepung dinding perbatasan, menjerat para prajurit Romawi yang
selamat di sana. Dalam keputusasaan, sekitar 300 orang menyerahkan diri, hanya untuk mengantarkan nyawa dan kemudian langsung dibantai di tempat.
Untungnya bagi kota Adrianopolis, hujan badai serta petir menyapu bersih serangan, yang membuat pasukan Visigoth terpaksa kembali ke iring-iringan kereta kuda mereka dan membuat pasukan penjaga bisa menopang gerbang-gerbang kota dengan batu dan menyiapkan trebuset/alat pelontar dan busur-busur pengepung. Saat pasukan Visigoth menyerang keesokan harinya, mereka kehilangan ratusan pasukan yang tewas terkena lemparan batu, menjadi sasaran anak panah sebesar tombak, dan terkubur bebatuan yang dijatuhkan dari atas.
Menyerah atas serangan itu, mereka beralih pada target-target yang lebih mudah di daerah luar kota, menguasai jalan sejauh 200 kilometer menuju gerbanggerbang utama Konstantinopel. Di sanalah serangan terhenti, dilumpuhkan oleh tembok pertahanan yang luar biasa, dan kemudian oleh sebuah peristiwa menakut - kan. Saat kota meningkatkan pertahanannya, pasukan Saracen tiba-tiba muncul dari gerbang. Salah satu prajurit yang ditakuti ini, membawa sebilah pedang dan hanya mengenakan cawat pinggang, menyerbu sumber keributan, menebas leher seorang prajurit Goth, menangkap mayatnya dan meneguk darah yang mengalir. Pemandangan itu saja sudah bisa menghilangkan sisa semangat pasukan Goth dan membuat mereka terpaksa mundur ke arah utara.
Perang berlangsung selama empat tahun ke depan, yang berakhir dalam sebuah kesepakatan yang memberikan orang-orang Goth apa yang sejak semula sudah disetujui: wilayah bagian selatan Sungai Danube dan kondisi
setengah merdeka, dengan prajurit mereka berjuang untuk Romawi di bawah pimpinan mereka sendiri. Kesepakatan ini tidak bertahan lama, karena suku Goth adalah suku yang bergerak maju, migrasi orang-orang barbar paling banyak yang akan merusak kekaisaran. Seorang Visigoth yang berjuang dalam perang di Adriano - polis bisa saja terus hidup melalui revolusi berikut nya, yakni sebuah langkah maju yang perlahan bergerak semakin dalam ke jantung pertahanan kekaisaran, perebutan kekuasaan Romawi secara singkat yang terjadi pada 410, pergerakan melintasi Pyreness dan kembali untuk terakhir kalinya melintasi pegunungan yang sama guna memperoleh perdamaian yang akhirnya didapat di Perancis barat daya.
D AN SEMUA kekacauan ini krisis para pengungsi, pemberontakan, malapetaka yang terjadi di Adrianopolis, serangan di Konstantinopel, perdamaian yang tidak mungkin terjadi, pengikisan secara berangsur-angsur oleh orang-orang barbar dilepaskan oleh ras yang tidak dikenal di wilayah timur. Masih tidak ada seorang pun di kekaisaran atau di wilayah yang lebih dekat dari kebiadaban ini yang tahu mengenai mereka.
Mungkin mereka sudah tahu. Karena, seperti yang sepintas disebutkan Ammianus, di antara pasukan kavaleri yang datang menyelamatkan Fritigern adalah sebuah pasukan pemanah berkuda bersenjata ringan, yang jumlahnya hanya ratusan, yang mungkin berfungsi sebagai pasukan kuda barisan terdepan bagi pasukan utama Goth. Kedatangan mereka pada sebelumnya itulah yang membuat pasukan Romawi terpaksa mundur, sehingga pasukan Goth bisa menembus wilayah Thrace. Tidak
diragukan lagi mereka sudah menjadi penjarah dan matamata yang baik, mengusik sisi-sisi pertahanan musuh. Jika mereka terlibat pertempuran di luar wilayah Adrianopolis, tidak seorang pun yang menaruh perhatian terhadap sosok-sosok yang agak kasar dalam balutan baju besi seadanya; tetapi kemudian, saat terjadi perampas - an, keberadaan mereka terlihat. Lalu mereka lenyap, karena beberapa kota sudah hancur, dan barang-barang yang bisa dirampas pun tidak mencukupi. Tetapi, mereka pergi dengan membawa sejumlah harta rampasan, yakni: informasi. Mereka telah melihat apa yang harus ditawarkan pada wilayah barat. Mereka telah menyaksikan hari terburuk Romawi sejak dikalahkan Hannibal di Cannae 160 tahun yang lalu. Mereka mungkin bahkan sudah menduga bahwa Romawi akan banyak bergantung pada pasukan kavaleri, yang, seperti yang mereka tahu, tidak sesuai dengan tipe perang mereka sendiri. Mereka sudah melihat masalah-masalah Romawi yang lebih luas: sulitnya mengamankan wilayah-wilayah perbatasan yang bisa ditembus, kemustahilan untuk mengumpulkan dan menggerakkan pasukan dalam jumlah besar dalam per - tarungan melawan pasukan gerilya yang bergerak cepat, keangkuhan bangsa beradab saat menghadapi orangorang barbar . Sementara terjadi kerusuhan di seluruh wilayah Balkan kekaisaran itu, para pasukan pemanah berkuda ini bergegas kembali ke wilayah utara dan timur dengan membawa sedikit harta rampasan mereka, dan informasi intelijen penting yang mereka miliki: kekaisaran ini kaya dan mudah diserang.
Para penunggang kuda bersenjata ringan dan mampu bergerak kencang ini adalah orang-orang Hun pertama yang mencapai wilayah Eropa tengah. Kerabat-kerabat merekalah yang mencetuskan keributan yang telah
menyerang orang-orang Goth di sepanjang Sungai Danube. Tidak lama kemudian, di bawah para pemimpin yang paling bengis, mereka juga akan menyeberangi sungai itu, dengan konsekuensi mendatangkan kehancuran yang lebih buruk terhadap kekaisaran yang diakibatkan orang-orang Goth ini.
DI LUAR WILAYAH ASIA T IDAK SEORANG PUN TAHU DARI MANA ORANG ORANG A TTILA ini berasal. Orang-orang mengatakan bahwa mereka pernah hidup di sekitar tepian perbatasan wilayah yang sudah dikenal, bagian timur rawa Maeotic Laut Azov yang dangkal dan berawa sisi lain Selat Kerch yang menghubungkan laut pedalaman ini dengan induknya, Laut Hitam. Mengapa dan kapan mereka sampai di sana" Mengapa dan kapan mereka mulai bergerak ke barat" Tidak ada keterangan, hanya diisi oleh ceritacerita rakyat.
Pada suatu masa, suku Goth dan Hun hidup ber - dampingan, dipisahkan oleh Selat Kerch. Karena mereka hidup terpisah, suku Goth di Crimea yang terletak di sebelah barat dan suku Hun di dataran bagian utara pegunungan Kaukasus, mereka tidak menyadari ke ber - adaan satu sama lain. Suatu hari seekor sapi muda milik suku Hun dipukul seorang pengganggu dan lari melintasi rawa selat itu. Penggembala sapi, mengejar hewan
gembalanya melintasi rawa, menemukan lahan baru, kembali, dan menceritakan hal itu kepada seluruh anggota sukunya, yang segera siap berangkat perang menuju wilayah barat. Kisah ini tidak menjelaskan apa pun, karena banyak suku dan budaya menggambarkan asalusul mereka dalam kaitannya dengan seorang peng - gembala. Kisah mencurigakan serupa sudah lama men - cerita kan tentang Io, seorang pendeta perempuan yang diubah menjadi seorang sapi betina oleh kekasihnya, Zeus. Io, sebagai seekor sapi betina, diusir ke luar Asia karena diserang seorang pengganggu, menyeberangi selat ini, berenang melintasi laut, melalui wilayah Yunani, di mana pulau-pulau Ionian diberi nama sesuai namanya, hingga akhirnya ia sampai di Mesir; dan Zeus membawa keturunan Io keluar wilayah Eropa, sebagai sapi jantan untuk membentuk peradaban di benua yang diberi nama sama dengannya. Jadi kisah-kisah dongeng tentang suku Hun tidak membuat seorang pun puas. Untuk mengisi kekosongan itu, para penulis Barat muncul dengan se - rangkaian spekulasi sembarangan. Suku Hun dikirim Tuhan sebagai bentuk hukuman. Mereka sudah bertarung bersama Achilles dalam perang Troya. Para penulis kuno menyebut mereka merupakan salah satu suku Asia, Scythia menjadi pilihan yang paling populer, karena julukan tersebut digunakan secara luas terhadap suku barbar. Faktanya, tidak seorang pun tahu tetapi tidak seorang pun ingin mengakui ketidaktahuannya. Hal ini penting juga bagi para penulis untuk menunjukkan pengetahuan mereka tentang literatur Romawi dan Yunani kuno, karena, seperti yang diketahui setiap orang ter pelajar, literatur klasik itulah yang membedakan orang beradab dari orang-orang barbar. Jika sebagai seorang penduduk Roma Anda menyebut Scythia atau Massegetae,
setidaknya Anda tahu tentang Herodotus, bahkan jika keberadaan Hun tidak diketahui.
Juga tidak diketahui lebih banyak tentang korban suku Hun. Menurut ahli sejarah Goth yang bernama Jordanes, seorang Raja Goth menangkap beberapa orang ahli sihir, yang ia usir ke pedalaman Asia. Di sana mereka berpasangan dengan roh-roh jahat, menghasilkan satu suku bertubuh kerdil, lemah, dan kotor, hampir tidak menyerupai manusia dan tidak memiliki bahasa sendiri untuk berkomunikasi, tetapi memiliki sedikit kemiripan dengan bahasa manusia . Mereka mulai mengamuk saat para pemburu mengejar seekor kijang betina tidak ada sapi betina, pengganggu, atau peng - gembala sapi dalam versi ini menyeberangi Selat Kerch, dan hingga, sialnya, sampai di wilayah Goth.
Para ilmuwan tidak suka dengan adanya celah kosong dalam sejarah seperti ini, dan muncullah pencerahan dari seorang Sinolog (Ahli dalam ilmu kebudayaan China) berkebangsaan Perancis yang bernama Joseph de Guignes, yang berusaha mengisi kekosongan itu. De Guignes seperti tertulis dalam sebagian besar katalognya; atau Deguines, begitu ia menyebut namanya sendiri adalah sebuah nama yang biasanya muncul dalam catatan kaki buku-buku akademis, di mana saja. De Guignes pantas mendapatkan lebih dari itu, karena teorinya tentang asal-muasal suku Hun sudah menjadi kontroversi sejak saat itu. Kini, kontroversi itu kembali muncul. Dan mungkin teorinya memang benar.
Lahir pada 1721, de Guignes masih berusia dua puluh tahunan saat ia ditunjuk menjadi penerjemah bahasa bangsa Asia di Perpustakaan Kerajaan di Paris, dan bahasa China menjadi keahlian khususnya. Dengan
karya monumental yang ia hadirkan, namanya langsung menjadi terkenal. Kabar tentang anak muda cerdas dengan banyak kepandaian ini menyebar hingga seluruh Terusan. Pada 1751, pada usia 29 tahun, de Guignes dipilih menjadi bagian dari kelompok Bangsawan Kerajaan di London anggota termuda yang pernah ada, sekaligus orang asing. Ia menerima kehormatan ini dengan menunjukkan sebuah rancangan karya, sebagaimana sebuah kutipan menerangkan bahwa, Segala hal yang diharapkan orang ada dalam sebuah buku yang sangat lengkap, dan de Guignes siap mencetaknya. Namun, tidak sepenuhnya demikian. Butuh waktu lima tahun baginya untuk mencetak karyanya ini menjadi buku, dan dua tahun tambahan untuk menyelesaikannya; karyanya yang berjudul Histoire g"n"rale des Huns, des Turcs des Mogols diterbitkan dalam lima seri antara tahun 1756 dan 1758. Orang-orang terhormat dalam lingkungan Bangsawan Kerajaan akan memaafkan ke - terlambatan ini, karena de Guignes sepertinya baru saja akan tampil sebagai contoh akademisi zaman Pencerahan yang bersinar. Ia akan menjadi kontributor utama untuk pertukaran pengetahuan dan kritik lintas-Terusan yang mengarah pada terjemahan Cyclopedia karya Ephraim Chambers pada 1740-an dan perluasannya menjadi Encyclop"die yang luar biasa di bawah jabatan redaktur yang dipegang oleh Denis Diderot, seri pertamanya diterbitkan pada tahun pemilihan de Guignes menjadi anggota Bangsawan Kerajaan. Pada kenyataannya, de Guignes tidak pernah keluar dari perpustakaan tempatnya bekerja, sama sekali tidak memiliki semangat kritis seperti orang-orang yang sezaman dengannya. Gagasan besarnya adalah untuk membuktikan bahwa semua bangsa timur China, Turki, Mongolia, Hun sebenarnya adalah anak
keturunan Nuh, yang sudah berkelana ke wilayah timur setelah peristiwa Banjir Besar. Hal ini menjadi obsesi dan tema utama untuk buku de Guignes berikutnya, yang mencetuskan tindakan balasan dari orang-orang skeptis, diikuti dengan satu anti-tindakan balasan dari de Guignes yang bergeming. Ia tetap bergeming hingga ajal menjemputnya sekitar 50 tahun kemudian. Sejarah tentang dirinya tidak pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Namun, satu aspek dari teorinya, menjadi dasar dan kemudian berkembang. Menurutnya, Attila dari suku Hun merupakan keturunan suku yang dikenal dengan sebutan Hiong-nou atau Hsiung-Nu, yang sekarang dieja Xiongnu, atau satu suku non-China, atau mungkin keturunan bangsa Turki. Setelah serangan kecil-kecil selama berabad-abad yang tidak tercatat dalam sejarah, orang-orang ini mendirikan sebuah kekaisaran nomaden yang berpusat di wilayah yang sekarang adalah Mongolia pada 209 SM (jauh sebelum bangsa Mongolia ada). De Guignes tidak memperdebatkan alasannya, hanya menyatakan sebagai sebuah fakta bahwa Hiong-nou adalah suku Hun. Dalam satu temuan yang tidak terbukti, ia memperluas cakupan penelitiannya hingga beberapa abad dan ribuan kilometer.
Ini merupakan sebuah teori menarik, karena sesuatu tentang orang-orang pada abad kedelapan belas ini akhirnya diketahui, di mana semenjak itu beberapa informasi baru sudah ditambahkan; dan memang sangat perlu melihat lebih dalam pada sejarah Xiongnu untuk mengetahui apa yang tidak dimiliki suku Hun dan mungkin berharap mendapatkannya kembali saat mereka melakukan perjalanan ke arah barat menuju sumber kekayaan baru.
X IONGNU adalah suku pertama yang membangun sebuah kekaisaran di luar perbatasan wilayah Asia Tengah China, suku pertama yang mengeksploitasi cara hidup yang lebih luas yang relatif baru dalam sejarah umat manusia. 90 persen dari 100.000 tahun kehidupannya, manusia hidup sebagai pengumpul hasil buruan, mengatur lingkup kehidupan dalam perbedaan musim, mengikuti pergerakan hewan dan siklus tumbuh tanaman secara alami. Kemudian, sekitar 10.000 tahun yang lalu, lapisanlapisan es besar terakhir meleleh dan kehidupan sosial mulai berubah, secara relatif berlangsung sangat cepat, menimbulkan perkembangan dua sistem. Yang pertama adalah sistem pertanian, yang dari sana menurunkan hubungan yang kita kenal pada zaman sekarang populasi, pertumbuhan, kesehatan, kesenangan, kota, seni, literatur, industri, perang berskala besar, pemerintah - an: sebagian besar hal yang bersifat statis, masyarakat kota menyamakan diri dengan peradaban. Namun pertanian juga menghasilkan hewan peliharaan jinak, yang dengan itu orang-orang bukan petani bisa me - ngembangkan cara hidup lain yang sepenuhnya berbeda, yang disebut penggembala pengembara penggembala nomaden. Bagi para penggembala ini, dunia baru diisyaratkan dengan adanya: ladang rumput, atau padang rumput yang sangat luas, yang membentang di wilayah Eurasia lebih dari 6.000 kilometer dari Manchuria hingga Hongaria. Para penggembala harus mempelajari cara terbaik memanfaatkan padang rumput tersebut, menuntun unta-unta dan domba menjauhi areal yang lebih basah, mencari padang dengan tanah berkapur untuk kudakuda, memastikan sapi dan kuda lebih dulu mendapat rumput yang lebih tinggi daripada domba dan kambing, yang memakannya hingga ke akar.
Kunci kekayaan padang rumput adalah kuda, yang dijinakkan dan dikembangbiakkan selama 1.000 tahun untuk menghasilkan berbagai sub-spesies baru hewan bertubuh pendek gemuk, berbulu kasar, tangguh, dan penurut yang tidak terhingga nilainya untuk transportasi, menggembala, berburu, dan perang. Para penggembala sekarang bebas menjelajahi padang rumput dan memanfaatkannya dengan mengembangkan binatang peliharaan domba, kambing, unta, lembu, sapi jenis yak. Dari pemeliharaan itu dihasilkan daging, bulu, kulit, kotoran hewan untuk bahan bakar, bulu wol untuk pakaian dan tenda, dan 150 jenis produk olahan susu, termasuk minuman utama penggembala, bir dari susu kuda betina yang sedikit difermentasi. Dengan dasar inilah, secara teori para penggembala nomaden bisa menjalani hidup mandiri tanpa batas, tidak berkelana ke sana kemari, seperti anggapan orang luas, tetapi dari musim ke musim memanfaatkan padang rumput yang sudah akrab dengan mereka.
Para penggembala nomaden juga merupakan pejuang yang dilengkapi dengan senjata lengkap. Gabungan busur berlekuk dua, desainnya mirip dengan semua busur yang ada di sepanjang wilayah Eurasia, setingkat dengan pedang khas Romawi dan senapan mesin sebagai senjata yang mengubah dunia. Para penghuni padang rumput ini memiliki semua elemen yang mereka butuhkan tanduk, kayu, urat daging, lem (meski kadang mereka membuat busur yang sepenuhnya terbuat dari tanduk), dan dari waktu ke waktu mereka belajar bagaimana menggabungkan kesemuanya itu agar bisa mencapai nilai efektif yang optimal. Seorang pembuat busur akan menggunakan alas kayu untuk membelah tanduk, yang berfungsi menahan tekanan, dan membentuk bagian
dalam busur. Urat-urat daging menahan sambungan, dan dipasang di bagian luar. Ketiga elemen itu dijadikan satu dengan lem yang terbuat dari urat daging atau ikan yang dididihkan. Resep cepat ini tidak memberi petunjuk akan keahlian yang dibutuhkan untuk membuat busur yang bagus. Butuh waktu bertahun-tahun untuk menguasai bahannya, lebarnya, panjangnya, waktu untuk membentuk - nya, dan berbagai penyesuaian kecil yang tidak terhitung jumlahnya. Saat keahlian ini diterapkan dengan benar bersama keahlian dan kesabaran butuh waktu satu tahun atau lebih untuk membuat sebuah busur gabungan hasilnya adalah sebuah objek dengan kualitas luar biasa.
Ketika menarik tali dari lengkungannya yang terbalik itu, sebuah busur menyimpan energi yang menakjubkan. Prasasti pertama bangsa Mongolia pada 1225, mencatat bahwa seorang keponakan Jenghis Khan menembak beberapa target yang tidak ditentukan dan mengenai sasaran dalam jarak sekitar 500 meter; dan, dengan bahan-bahan modern dan panah-panah karbon yang didesain khusus, busur tangan yang ada saat ini bisa menembak sasaran dengan jarak hampir tiga perempat mil. Tentu saja, dengan jarak lebih dari itu, sebuah busur melesat menikung di udara melepaskan sebagian besar kekuatannya. Pada jarak dekat, katakanlah 50-100 meter, kepala anak panah tertentu yang dilepaskan dari busur berat bisa mengungguli banyak tipe peluru dalam hal kekuatan penetrasinya, yang bisa menembus kayu atau pelindung dada dari besi hingga setengah inci.
Ujung-ujung panah memiliki sub-teknologi tersendiri. Ujung panah dari tulang dianggap cukup untuk digunakan saat berburu, tetapi peperangan membutuhkan ujung panah dari logam perunggu atau besi dengan dua atau tiga sirip, yang akan dipasang pada panah. Metode
produksi massal untuk ujung panah perunggu yang dibuat dari cetakan batu yang bisa digunakan kembali ter sebut mungkin ditemukan di padang rumput ini sekitar 1000 SM, yang memungkinkan seorang pe - nunggang kuda membawa puluhan panah berukuran standar berujung logam. Untuk memproduksi ujung panah logam, kelompok-kelompok penggembala nomaden memiliki ahli-ahli logam, yang tahu bagaimana melebur logam dari besi, dan tukang besi dengan peralatan dan keahlian untuk mencetak dan menempanya. Keduanya merupakan spesialis yang akan melakukan yang terbaik dari basis tetap mereka dan, selama migrasi, membutuhkan kereta kuda untuk membawa peralatan mereka.
Oleh karena itu, hingga akhir milenium pertama SM, penggembala nomaden padang rumput terlibat dalam cara hidup baru yang rumit, para penggembala tambahan, yang sebagian di antaranya berperan ganda sebagai tukang tukang kayu, ahli tenun, dan juga pandai besi dan sebagian besarnya, termasuk kaum perempuan, berperan ganda sebagai pejuang. Berbeda dengan mereka yang hidup menetap, kelompok petani di wilayah selatan dan timur gurun pasir luas di wilayah Asia Tengah, orang-orang ini tetap hidup berpindah. Memiliki keahlian berkuda, menggembala hewan, busur, dan metalurgi memunculkan para pemimpin tipe baru yang bisa mengendalikan iring-iringan ternak dan akses ke padangpadang rumput baru, sehingga hal itu menjadi sumber daya untuk melakukan penaklukan. Saat nilai ekonomis padang rumput meningkat, para pemimpin ini menggalang persekutuan antarsuku, pasukan, dan akhirnya, kirakira semenjak 300 SM, hadirlah beberapa kekaisaran. Namun evolusi ini menghasilkan bentuk kehidupan sosial yang berbeda. Kekaisaran mengumpulkan kekayaan dan
Akar Suku Hun Kekaisaran Motun, 174 SM
Perjalanan Suku Hun harus dikelola. Dan kekaisaran membutuhkan pusatpusat kota sebuah ibu kota dan kota-kota kecil lainnya, semuanya membentuk sebuah lapisan kota di atas akar tradisi mereka yang nomaden. Di antara kekaisaran yang ada ini, Xiongnu merupakan kekaisaran pertama dan mungkin merupakan kekaisaran terbesar yang berkembang sebelum munculnya kekaisaran Mongolia.
B ANGSA Xiongnu mulanya hidup di wilayah utara Sungai Kuning yang sangat memesona, di daerah yang sekarang dikenal sebagai Ordos, di wilayah provinsi Mongolia Dalam, China. Mereka mungkin saja tidak lebih daripada satu dari sekian banyak kekaisaran barbar yang me - nyusah kan dan keberadaannya tidak lama, yang ber - kembang dan hancur di wilayah Asia Dalam, seandainya saja tidak ada seseorang yang kejam dan ganjil, sosok proto-Attila, yang bernama Motun (juga dieja Modun, orang-orang Mao-dun), yang kemunculannya pada 209 SM dicatat oleh sejarawan besar pertama China, Ssu-ma Ch ien. Motun diserahkan sebagai sandera untuk suku tetangga oleh ayahnya, Tumen (sebuah nama, yang kebetulan dalam bahasa Mongolia berarti sepuluh ribu , dalam sebuah unit khusus terdiri dari 10.000 prajurit: tampaknya orang Xiongnu menggunakan bahasa proto- Mongol-Turki yang serupa, sebelum kedua bahasa itu mulai berkembang secara terpisah). Ssu-ma Ch ien, yang menulis catatan pada abad berikutnya, menceritakan kisah selanjutnya, yang menyimpang dari gayanya yang biasanya bersemangat, serius, dan menarik; mungkin, dengan beberapa epik dasar orang Xiongnu yang di - nyanyikan para penyair untuk menjelaskan perkembangan kaum mereka. Tumen mendukung ahli waris takhta lain dan berharap Motun meninggal. Oleh karena itu ia
menyerang suku tetangga tersebut, berharap Motun akan tewas terbunuh. Namun pangeran Motun melakukan penyelamatan diri yang dramatis, mencuri seekor kuda dan memacunya dengan kencang kembali ke ayahnya, yang menyambut kedatangannya dengan senyum purapura dan memberikan kepadanya pasukan, disesuaikan dengan statusnya. Inilah kesempatan Motun melakukan balas dendam terhadap ayahnya. Berencana membuat semua prajuritnya merasa bersalah karena membunuh raja, Motun melatih mereka untuk sepenuhnya patuh kepada dirinya. Tembak ke mana pun panahku meng - arah! perintahnya. Siapa saja yang gagal melepaskan tembakan, akan dibunuh! Kemudian ia membawa pasukan nya berburu. Setiap binatang yang ia bidik menjadi target sasaran pasukannya. Kemudian Motun membidik salah satu kuda terbaiknya. Kuda itu pun mati dalam hujan anak panah; tetapi sebagian pasukannya ragu, dan mereka kemudian dibunuh. Selanjutnya ia membidik istri kesayangannya. Dan perempuan itu pun tewas, begitu juga dengan pasukannya yang bimbang. Kemudian Motun mengarahkan panahnya pada kuda terbaik milik ayahnya. Sekarang Motun tahu semua pasukannya bisa dipercaya. Akhirnya, dalam sebuah ekspedisi perburuan, ia menembakkan panahnya ke arah ayahnya dan setiap pengikutnya mengarahkan anak panah mereka ke arah yang sama dan menembak mati pimpinan suku itu, memenuhi tubuhnya dengan anak panah sehingga tidak ada ruang yang tersisa. Sasaran selanjutnya adalah pemimpin suku tetangga, yang tengkoraknya dijadikan gelas minum Motun, simbol kekuatan yang lazim bagi para pemimpin nomaden.
Sekarang Xiongnu memiliki pangkalan yang solid untuk membangun sebuah kekaisaran di padang rumput
luas yang akhirnya membentang 1.000 kilometer ke arah utara hingga Danau Baikal dan hampir 4.000 kilometer ke arah barat menuju Laut Aral. Pakaian dari bulu binatang datang dari Siberia, logam untuk ujung anak panah dan baju besi berasal dari pegunungan Altai, dan tentu saja kain sutra, anggur dan padi-padian berasal dari pimpinan Han di China bagian utara, yang senang melakukan transaksi perdagangan dan memberikan hadiah jika hal itulah yang dibutuhkan untuk menjaga perdamaian. Dengan kuatnya fondasi pemerintahan Motun yang berusia 35 tahun, kaum elite Xiongnu membangun kehidupan mewah dan berbeda di lembahlembah Mongolia bagian utara dan Siberia bagian selatan. Ivolga yang terletak tepat di bagian barat daya Ulan- Ude, kemudian menjadi kota Xiongnu yang diperkuat benteng pertahanan yang baik, dengan tukang kayu, tukang batu, petani, pandai besi, dan ahli perhiasan menjadi penduduknya. Beberapa rumah ini memiliki pemanas di bawah lantai ala Romawi. Di bagian barat, yang sekarang merupakan daerah Kansu dan Sinkiang, kekaisaran Xiongnu mengontrol kira-kira lebih dari 30 kota negara bertembok, yang salah satunya berpenduduk 80.000 orang. Perdagangan, upeti, perbudakan dan sandera semuanya mengalir ke pusat, ibu kota Motun, Ulan-Bator bagian barat, tidak jauh dari ibu kota Mongolia kuno, Karakorum. Di sinilah datang wakil dan pimpinan suku, dalam tiga upacara tahunan, lengkap dengan permainan seperti yang diselenggarakan pada festival nasional yang saat ini diselenggarakan di Mongolia.
Untuk mengatur semua ini, Motun mempekerjakan para pejabat yang bisa menulis bahasa China. Pan Ku, seorang sejarawan China, mencatat beberapa surat Motun. Dalam salah satu surat tersebut, Motun tampaknya
benar-benar mengusulkan pernikahan demi kepentingan politik dengan ibu kaisar Han, L". Aku seorang duda penguasa yang kesepian, lahir di tengah-tengah rawa dan dibesarkan di padang rumput liar, keluh Motun dengan gaya pura-pura sedih. Yang mulia juga seorang janda penguasa yang hidup dalam kesepian. Kita berdua tidak bahagia dan tidak punya cara untuk menghibur diri sendiri. Aku berharap kita bisa menukar apa yang kita punya dengan kekurangan yang kita miliki. L", sang kaisar perempuan, berkata bahwa Motun pastilah bercanda. Usiaku sudah lanjut dan vitalitasku melemah. Rambutku rontok dan gigiku sudah tidak utuh, dan aku bahkan tidak bisa berjalan dengan mantap. Shan-y" [begitulah kaisar Xiongnu dikenal] pasti sudah mendengar laporan yang dilebih-lebihkan. Motun mengirim wakilnya untuk meminta maaf. Dan kekaisaran Xiongnu hanya dianggap sebagai kekaisaran barbar yang kasar.
Keberhasilan Motun merupakan hal baru dalam sejarah panjang hubungan China dengan orang-orang barbar dari utara. Sebagai responsnya, kaisar pertama Dinasti Jin, yang memerintah dari 221-206 SM, menggabungkan beberapa dinding perbatasan wilayah setempat untuk membuat Tembok Besar China yang pertama, sama sekali tidak bertujuan sebagai pertahanan dari serbuan, melainkan boleh dikatakan untuk me - nentukan wilayah kontrol pemerintahan China terhadap para petani, pedagang, dan prajurit. Ini merupakan tanda nyata akan pembagian yang dibangun antara penggembala dan petani, penduduk berpindah dan menetap, masyarakat beradab dan barbar. Bahkan semenjak itu, Tembok ini akan menetapkan nilai inti budaya masyarakat China di mata penduduk China itu sendiri. Sekarang, peninggalannya masih tampak di
sepanjang wilayah China bagian utara, mencapai padang pasir atau membelah ladang-ladang gandum, sebagian besarnya adalah tunggul-tunggul yang sudah longsor kecuali Tembok Besar China saat ini, yang dibuat dari batu pada abad keenam belas, pernyataan tegas terakhir dari prasangka zaman kuno. Dalam tulisan Ssu-ma Ch ien, di dalam Tembok tinggal orang-orang yang mengenakan pakaian dan korset, sementara di luar adalah orang-orang barbar . Orang-orang nomaden secara harfiah di luar batas , pada sisi yang salah dari batas peradaban.
P ADA 1912, seorang insinyur pertambangan Mongolia bernama Ballod meninjau perbukitan Noyan Uul yang ditumbuhi pohon pinus 100 kilometer dari utara ibu kota Mongolia, Ulan-Bator atau disebut juga Urga, pada masa-masa pra-revolusi. Ia melewati penggalian yang sudah dibuka pada beberapa waktu sebelumnya. Beranggapan bahwa ini bekas tambang emas, ia menggali lebih dalam, dan menemukan beberapa logam, kayu, dan kain. Ballod menyadari bahwa dirinya tidaklah menemukan sebuah tambang, melainkan sebuah kurgan, tumpukan tanah pekuburan. Ia mengirim beberapa temuannya ke sebuah museum di Irkutsk dan tidak ada perkembangan lanjutan selama dua belas tahun, hal ini tidak mengejutkan, karena saat itu terjadi Perang Dunia Pertama dan revolusi di Rusia dan Mongolia. Ballod meninggal dunia; temuannya tetap berada di tempat orang-orang yang terlupakan. Kemudian, pada awal tahun 1924, seorang penjelajah terkenal Rusia yang bernama Petr Kozlov tiba di Ulan-Bator sekembalinya dari ekspedisi di Tibet. Dalam keadaan sulit, janda Ballod menjual sedikit sisa harta temuan suaminya kepada
Kozlov. Kozlov yang merasa tertarik kemudian mengirim seorang koleganya, S.A. Kondratiev, untuk memeriksa situs tersebut. Saat itu bulan Februari dan tanah tertutup salju, tetapi para pekerja Kondratiev menggali gundukan tanah pekuburan tempat Ballod mendapatkan temuannya itu dan menemukan sebuah terowongan dengan barisan pasak kayu. Kozlov mengubah rencananya. Pada bulan Maret, ia menyadari bahwa dirinya memiliki sebuah penemuan besar: perbukitan ini merupakan sebuah situs makam sangat besar milik kaum Xiongnu yang mencapai 10 kilometer persegi, dengan 212 tumulus/gundukan tanah pekuburan. Beberapa terowongan percobaan menunjukkan bahwa makam itu sudah pernah dijarah, tetapi kemudian penuh dengan air dan membeku yang tentu saja menguntungkan, karena semua benda yang tidak diambil para perampok makam juga ikut membeku di sana. Tim Kozlov menggali delapan gundukan makam. Setelah memindahkan bongkahan batu dan tanah yang menutupinya sedalam 9 meter, mereka menemukan jalan yang mengarah ke ruangan-ruangan setinggi 2 meter dibuat dari kayu pinus, dilapisi dengan permadani dari bahan wol atau felt. Di dalam tiap ruangan tersebut terdapat sebuah makam dari kayu pinus, yang di dalamnya terdapat sebuah peti mati, dari pohon pinus berdaun runcing, yang berlapis sutra. Konstruksi ruangan tersebut luar biasa, dengan tiang-tiang penyangga berlapis sutra yang tersusun rapi pada sisi dinding dan penyangga yang tertanam pada pijakan yang dibuat dengan rapi. Sebuah tembikar hias dari kurgan no. 6 menunjukkan sedikit informasi kapan makam tersebut dibuat: yang bertuliskan nama pembuat dan pelukisnya, yang bertanggal September tahun kelima Chien-ping (sama dengan tahun 2 SM).
Keadaan setiap makam tampak kacau dan berantakan, dengan barang-barang harta temuan, jumlah semuanya lebih dari 500 (sekarang sebagian besarnya berada di St Petersburg), dibuat berserakan di antara tulang manusia dan binatang oleh para penjarah makam: tidak ada satu pun rangka manusianya yang masih utuh. Yang tersisa tidak sesuai dengan standar Tutankhamen, karena hampir semua emas yang ada sudah dicuri, tetapi yang tersisa cukup untuk menunjukkan bahwa mereka yang dikubur di sini adalah orang-orang kaya, dengan kecerdasan lebih daripada memikirkan perang dan musim gembala berikutnya. Mereka suka dengan hasil kerajinan tangan, yang mudah dibawa dan cukup tahan lama, dan komunitas mereka punya waktu dan keahlian untuk memproduksinya. Berikut beberapa hal yang mereka kagumi: kain felt berpola, botol kayu berlapis pernis, belanga perunggu, sendok dari tanduk, celana dalam sepanjang lutut dari wol dan sutra, kaus kaki sutra, selendang ala China dan Mongolia yang dipakai untuk melilit jubah, gesper, tutup kepala dari sutra, topi bulu, hiasan permata, hiasan berlapis perunggu, cambuk kuda, penutup poros roda, tongkat api (mereka membuat api dengan gesekan, menggosok satu tongkat bulat pada sebuah papan), belanga tanah liat, alu atau alat penumbuk dari perunggu, hiasan kuda, ujung tongkat dari perunggu, perhiasan emas, segel, piring perak dengan hiasan gambar timbul sapi jenis yak dan kijang pada bagian dasarnya, karpet dari bahan felt yang disulam dengan motif hewan (sebagian dijalin dengan sutra), bendera sutra, dan banyak permadani dinding yang disulam dengan motif kurakura, burung dan ikan, dan gambar-gambar manusia, penunggang kuda serta singa-singa China. Kaum perempuan menjalin rambut mereka yang diikat ke
atas saat dipotong lalu dibuang ke lantai dan koridor landai pintu masuk dalam ritual perkabungan.
Tentu saja, banyak produk-produk yang dihasilkan dari waktu luang dan menunjukkan kekayaan mereka ini didapat dengan paksaan, atau ancaman. Kekuatan didapat dari keahlian memanah dan menunggang kuda. Ssu-ma Ch ien bercerita tentang seorang kasim China yang melarikan diri dan kemudian bergabung dengan kaum Xiongnu, secara terang-terangan mengatakan kepada bekas orang-orang senegaranya: Pastikan ukuran dan kualitas sutra dan padi-padiannya tepat, itu saja & Jika terdapat kekurangan atau kualitasnya tidak baik, maka saat masa panen pada musim gugur datang kami akan membawa kuda kami dan menginjak-injak semua tanaman kalian. Namun pengiriman tidak berlangsung secara keseluruhan. Xiongnu mungkin sudah lihai mengeruk keuntungan, tetapi mereka tetap berhati-hati agar tidak mematikan sumbernya. Perdagangan ber - kembang pesat. Bangsa China membutuhkan kuda dan unta dari padang rumput, bulu musang dan rubah dari hutan-hutan Siberia, permata dan logam dari pegunungan Altai. Terlebih lagi, perdagangan merupakan satu-satunya cara untuk memastikan perdamaian: bangsa China juga berusaha melakukan cara lain. Motun dinikahkan dengan pengantin perempuan kerajaan dengan harapan ia akan menghasilkan anak keturunan yang selalu tunduk. Siapa yang pernah mendengar seorang cucu berusaha meng - ancam kakeknya sebagai lawan sebanding" Demikian pendapat salah seorang pejabat kepada kaisar. Jadi Xiongnu perlahan-lahan akan menjadi wilayah kekuasaan - mu. Dan anak-anak perempuan, bahkan dengan mas kawin dalam jumlah banyak, dinilai jauh lebih murah dibandingkan bala tentara. (Meski bagi anak perempuan
miskin, keadaan menjadi lebih sulit. Seorang putri menulis sebuah puisi sedih tentang nasibnya: Rumah kecil penuh malapetaka adalah kediamanku, dengan dinding dari kain felt. Daging adalah makananku, dengan susu fermentasi sebagai minumanku. Aku hidup terus memikirkan rumah - ku, hatiku dipenuhi kesedihan. Aku berharap menjadi seekor angsa emas, kembali ke negara asalku. )
Daerah perbatasan, pernikahan, perdagangan dan hadiah. Pada 50 SM, dewan kekaisaran China, dalam sebuah kunjungan kepada raja Xiongnu, dianugerahi sebuah topi, sabuk pinggang, baju dan pakaian dalam, segel emas dengan kawat berwarna kuning, satu set pedang bertatahkan batu mulia, sebilah pisau yang dipasangkan di sabuk pinggang, sebuah busur dan empat set anak panah (tiap set berjumlah 12 buah), 10 tongkat kebesaran dalam satu kotak, satu kereta tempur, satu tali kekang, 15 ekor kuda, 20 ghin dari emas, 200.000 koin tembaga, 77 setel pakaian, 8.000 barang-barang lain, dan 6.000 ghin dari wol katun . Semua ini sepadan dengan pajak Danegeled 1 yang dibayarkan oleh Inggris kepada para penjarah Viking; tetapi ini juga ber fungsi sebagai kemewahan yang dirancang untuk melemah kan kekuatan kaum nomaden, sebagaimana peringatan seorang pejabat China kepada bos-bos barunya: China harus memberikan sepersepuluh harta bendanya agar Xiongnu sepenuhnya berpihak kepada Dinasti Han. Robek kain sutra dan pakaian katun yang kalian dapat dari China dengan berlari menembus semak berduri hanya untuk menunjukkan bahwa kain-kain itu jauh lebih buruk daripada pakaian kulit dan wol!
1 Pajak yang dibayarkan kepada para penjarah suku Viking demi menghindari penyerangan sekaligus pembunuhan terhadap suatu wilayah.
N OYAN U UL , Gunung Raja: nama itu membuatku tertarik. Pada sebuah perjalanan di musim panas tahun 2004, aku berkesempatan ke sana. Seratus kilometer dari Ulan- Bator" Saat menyiapkan mobil dan supir, aku beranggapan ini akan menjadi perjalanan yang mudah. Pastinya siapa saja yang bekerja dalam bisnis perjalanan tahu bagaimana menemukan sebuah situs penting seperti itu. Dan ternyata tidak demikian. Ingatan sudah memudar, dan Noyan Uul tidak ada dalam situs pariwisata. Anda mungkin me nemukan referensi alakadarnya dalam buku panduan, tetapi tidak ditunjukkan bagaimana caranya agar sampai ke sana.
Aku mendapatkan bantuan di Museum Sejarah Bangsa Mongolia di Ulan-Bator, dalam bentuk yang agak ganjil. Ahli permukiman Xiongnu terdengar ganjil, karena memang itulah namanya: Od. Nama sebenarnya adalah Odbaatar, tetapi orang-orang Mongolia umumnya me - mendekkan nama mereka hingga menjadi suku kata pertama. Pada pandangan pertama aku beranggapan dia juga tampak aneh: tubuhnya kurus tidak biasa, dengan wajah lembut dan halus, seperti hewan berbulu lembut yang ditangkap jauh dari kandangnya. Jabat tangannya terlalu nyaman, kemudian mengatupkan kedua tangannya seolah memberikan penghormatan. Salah lagi. Kesopanan - nya bukan hanya menyembunyikan keahlian yang jarang ada tetapi juga keteguhan yang luar biasa. Ia sedang mengalami luka yang sangat parah: sewaktu membantu seorang teman melakukan pekerjaan bangunan, lengannya terluka terkena pecahan kaca, yang hampir memotong urat dagingnya. Dan aku hampir membuat lukanya ter - buka lagi.
Noyan Uul hanya salah satu dari beberapa penemuan Xiongnu, ujarnya. Para arkeolog sudah menemukan
enam belas pemakaman Xiongnu, yang pada salah satunya (Gol Mod, 450 kilometer sebelah barat UB) satu tim Perancis-Mongolia sudah melakukan penelitian sejak tahun 2000. Namun, di bawah petunjuk Od, pemakaman kerajaan Noyan Uul yang muncul ke permukaan, karena museum menunjukkan foto-foto situs tersebut, gambar makam, sedikit temuan dan potongan-potongan yang dibiarkan tertinggal dari galian rampasan yang dilakukan Kozlov, ujung-ujung busur yang terbuat dari tanduk, sebuah permadani sutra dengan gambar seekor sapi yak melawan seekor macan tutul salju, dan sebuah sanggurdi dari besi (kita akan membahas hal ini nanti), sebuah payung, dan tiga kuncir rambut.
Ah, ya. Aku mengingat buku yang pernah kubaca. Bukankah orang-orang ini memotong rambut mereka dalam ritual perkabungan"
Kupikir bukan dalam ritual perkabungan. Mungkin dalam ritual pembunuhan. Satu kuncir, satu orang. Sulit mengatakannya karena korban biasanya tidak dikubur dengan raja. Tidak banyak tulang. Tapi aku melihat sebuah tengkorak di dalam Gol Mod dengan satu lubang di dalamnya, seolah, seperti&
Beliung" Ya, beliung. Od, ujarku merasa berinisiatif, aku akan ke Noyan Uul besok. Bisakah kau ikut denganku"
Od tertarik. Ia tidak pernah ke sana, dan tidak yakin kalau kami bisa sampai ke sana. Atasan Od menambah anggota lain untuk ekspedisi ini: Erigste, seorang mahasiswa sarjana yang disertasinya membahas tentang Noyan Uul. Ia terlihat seperti Indiana Jones berkebangsaan Mongolia: tubuhnya besar dan tegap, dengan wajah
lebar dan dimakan cuaca serta potongan rambut sangat pendek.
Keesokan harinya kami berangkat, mengarah ke utara menggunakan mobil UAZ 4 X 4 yang kukuh buatan Rusia. Kami berangkat berenam: supir, dua orang perempuan Australia tangguh yang terlibat dalam penelitian, dua mahasiswa Mongolia, dan aku. Setelah dua jam, kami keluar dari jalan beraspal dan melintasi jalan kecil, mengarah ke lembah Sungai Sujekht, berputar seperti sampan kecil dalam gelombang besar di daerah punggung pegunungan Noyan Uul yang berhutan.
Jalan bekas roda dan berlumpur terus melewati deretan pepohonan dan semak belukar setinggi lutut, rerumputan, dan bunga-bunga berwarna kuning. Aku pikir, jalan ini banyak dipakai oleh para pemburu, pikirku. Para penggali emas! teriak Erigtse, mengalahkan suara mesin. Tentu saja orang yang menemukan makammakam itu adalah seorang penggali emas. Tidak hanya mereka. Jalan kecil itu berubah datar dan di sana terdapat satu truk berisi para peneliti Rusia dan Mongolia, kendaraan mereka diparkir di areal semak belukar se - tinggi roda. Tim ini merupakan sebuah ekspedisi yang datang untuk mempelajari taksonomi tumbuhan. Di daerah perbatasan ini, mereka ingin tahu: apakah padang rumput luas ini pindah ke bagian utara, atau wilayah hutan yang pindah ke selatan. Jawabannya mungkin mengungkap hal-hal menarik mengenai perubahan iklim tetapi juga perubahan masa lalu, dan juga mengapa tempat ini dipilih sebagai situs makam raja, jika mereka bisa mengumpulkan beberapa sampel tanah lapukan tumbuhan dari lapisan yang jauh lebih dalam.
Di mana kuburannya, gundukan tanahnya" Erigtse menunjuk sebuah hutan kecil yang ditumbuhi pohon birch.
Aku tidak bisa melihat apa pun selain pepohonan. Seolah-olah aku berusaha mengenali seseorang yang bersembunyi di balik selimut.
Sebelumnya, daerah ini tidak ditumbuhi pohon, ujar Erigtse. Pohon-pohon ini mungkin usianya tiga puluh tahun. Sering terjadi kebakaran hutan, dan orangorang menebang pohon.
Mengejutkan bagiku, terlihat dalam sebuah tindakan yang berulang-ulang selama beberapa dekade, hutan belantara ini sama sekali bukan hutan. Hanya daerah hutan biasa dan lapangan-lapangan yang luas di tengah rimba, pertumbuhan dan penebangan pohon di sini diatur oleh para pemburu, penebang kayu, perampok, dan sekarang para arkeolog dan ahli tumbuhan, dan mungkin tidak lama lagi, oleh turis yang sesekali datang. Pohon-pohon tua jarang ada hanya ada satu, sebatang pohon cemara berbonggol dan yang hitam karena kebakaran, tidak ada yang aneh. Pohon itu diberi penghormatan dengan kain sutra biru, seolah pohon berusia seratus tahun lebih ini adalah hutan Methuselah.
Tersembunyi oleh pepohonan berbatang kecil dan hamparan semak belukar, terdapat sebuah gundukan tanah bundar, dan di sisi lainnya terdapat sebuah lubang. Ini Makam temuan Kozlov no. 1 tampak seperti sumur tua dan ditinggalkan begitu saja, satu terowongan persegi dengan kayu-kayu lapuk. Tidak seorang pun kecuali Erigtse yang bisa melihat melalui lapisan tumbuhan untuk menunjukkan di mana orang-orang Kozlov sudah menggali gundukan dan menemukan jalan masuk, di
Dewi Bunga Asmara 2 Joko Sableng 27 Nyai Tandak Kembang Hantu Wanita Berambut Putih 7

Cari Blog Ini