"Nab, sekarang kita bisa duduk tenang," kata Nyonya GrafLidiya Ivanovna cepat sambil tersenyum penuh haru melenggang di antara meja dan d ipan. "Mari kita bicara sambil minum teh."
Sesudah mengucapkan kata pendahuluan, Nyonya Graf Lidiya Ivanovna, sambil menarik napas berat dan dengan wajah memerah, menyerabkan kepada Aleksei Aleksandrovich surat yang telah diterimanya.
Usai membaca surat itu Aleksei Aleksandrovich lama terdiam. "Saya pikir, saya tak punya hak untuk menolaknya," katanya takut-takut sambil mengangkatkan pandangan matanya.
LEOTOLSTOI "Kawanku! Anda ini rupanya tak melihat kejahatan dalam siapapun!"
"Sebaliknya, saya melihat semua di dunia ini kejahatan belaka. Tapi apakah itu adil?"
Dan di wajahnya pun tampak sikap tak menentu, sikap meminta nasihat, dukungan, dan bimbingan dalam urusan yang tak dimengertinya itu.
"Tidak," tukas Nyonya Graf Lidiya Ivanovna. "Segalanya punya batas. Saya masih bisa menenggang amoralisme," katanya tak sepenuhnya tulus, karena ia tak pernah mengerti apa yang menyebabkan para perempuan "menyeleweng". "Tapi saya tak bisa menenggang kekejaman. Dan kepada siapa ditujukan kekejaman itu" Kepada Anda! Bagaimana mungkin ia hadir di kota tern pat Anda berada ini" Tidak, makin kita berumur, makin banyak yang harus kita pelajari. Dan saya mulai belajar memahami tingginya akhlak Anda, dan hinanya akhlak dia."
"Ta pi siapa yang akan melemparkan batu ?" kata Aleksei Aleksandrovich yang jelas tampak puas dengan peran yang dimainkannya. "Saya bisa memaatkan segalanya. Karena itu saya tak bisa mencabut dari dia apa yang menjadi kebutuhan cintanya, yaitu cinta kepada k " ana ....
"Tapi apakah ini bisa dinamakan cinta, kawanku" Apakah ini jujur" Taruhlah Anda telah memaatkan, dan sekarang pun Anda memaatkan ... tapi punyakah kita hak untuk mengusik jiwa bidadari kita" Ia sudah menganggap ibunya meninggal. Ia berdoa demi ibunya dan mohon kepada Tuhan untuk mengampuni dosa-dosa ibunya .... Dan itu lebih baik. Kalau begini, apa pendapatnya nanti?"
"Saya tadi tak memikirkan hal itu," kata Aleksei Aleksandrovich, yang jelas setuju dengan pendapat temannya itu.
Nyonya Graf Lidiya Ivanovna menutup wajah dengan kedua belah tangannya, dan terdiam. Ia berdoa.
"Kalau Anda menghendaki nasihat saya," katanya sesudah selesai berdoa dan membuka wajah, "saya tidak menasihatkan kepada Anda untuk melakukan hal itu. Apakah saya tak melihat bahwa Anda menderita, bahwa soal ini membuka kembali lukaluka Anda" Taruhlah, seperti biasa, Anda melupakan diri sendiri.
155 156 ANNA KAR"N!NA Tapi apakah yang bisa didapat dari itu" Selain penderitaan di pibak Anda, dan siksaan di pibak anak itu" Kalau dalam diri perempuan itu masih tersisa sesuatu yang bersifat kemanusiaan, ia sendiri seharusnya t idak akan menghendaki hal itu. Tidak, tanpa ragu bisa mengatakan bahwa saya tak menasihatkan Anda melakukan itu, dan kalau Anda mengizinkan, saya akan menulis padanya."
Aleksei Aleksandrovich setuju dengan pendapat itu, dan Nyonya Graf Lidiya Ivanovna pun menulis surat berikut dalam bahasa Prancis:
"Nyonya yang baik, Mengenang Anda, bagi anak Anda, bisa menimbulkan persoalan yang baginya tak bisa dipertanggungjawabkan dan akan men imbulkan dalam jiwa anak itu sikap mencela atas apa yang baginya sekarang seharusnya merupakan hal yang suci. Karena itu saya harap Anda bisa memahami penolakan suami Anda dalam semangat kasib Kristus. Saya mohon kepada Tuhan agar dia menganugrahkan belas kasihan kepada Anda.
Nyonya Graf Li diya"
Surat itu berhasil mencapai tu juan rahasia Nyonya Graf Lidiya Ivanovna. Dan surat itu telah menyinggung perasaaan Anna sedalam-dalamnya.
Aleksei Aleksandrovich, sepulang dari rumah Lidiya Ivanovna hari itu, tak bisa lagi melakukan pekerjaan rutin yang biasanya memberi dia ketenangan jiwa sebagai orang yang beriman dan yang telah diselamatkan, seperti pemah dirasakan sebelumnya.
Ingatan kepada sang istri yang telah melakukan banyak kesalahan kepadanya dan telah mendapat perlakuan demikian suci dari pibaknya (demikian menurut kata-kata Nyonya Graf Lidiya Ivanovna) seharusnya tak merisaukan dia; tapi kenyataannya ia memang tak tenang; ia tak mampu memahami isi buku-buku yang dibacanya, tak mampu mengusir kenang-kenangan menyiksa tentang sikapnya terhadap sang istri, tentang kesalahan-kesalahan yang menurut penglihatannya sekarang telah ia lakukan terhadap sang istri. Ingatan mengenai cara dia menerima pengakuan
LEOTOLSTOI perselingkuhan sang istri ketika mereka pulang dari pacuan dulu (terutama ketika ia hanya menuntut dipenuhinya sopan-santun formal, dan bukan menantang duel), semua itu kini menyiksanya sebagai suatu penyesalan. Yang juga menyiksanya adalah kenangan tentang surat yang telah ia tulis kepada sang istri; dan maaf yang telah diberikannya, walaupun tidak dibutuhkan oleh siapapun, k ini membakar hatinya dengan rasa malu dan sesal.
Dan rasa malu dan sesal seperti itu pula yang ia alami sekarang ketika membalik-balik masa lalunya dengan sang istri, dan ketika ia teringat kata-kata kikuk yang ia gunakan sewaktu melamar istrinya sesudah lama bimbang.
"Tapi apakah salahku?" katanya kepada diri sendiri. Dan pertanyaan itu selalu menimbulkan pe an lain dalam dirinya, yaitu pertanyaan apakah orang-orang lain itu, Vronskii-Vronskii, Oblonskii-Oblonskii itu, lain perasaannya, lain caranya mencinta, lain caranya kawin ... begitu juga para ajudan yang berotot-otot besar itu. Dan terbayanglah di depan matanya sebarisan orang yang gempal, kuat, dan tidak bimbang serta ragu, yang tanpa dikehendakinya selalu menimbulkan rasa ingin tahu baginya. Ia selalu mengusir pikiran-pi k iran itu, berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia h idup bukan demi kehidupan sementara di dunia ini, melainkan demi kehidupan yang kekal, dan bahwa dalam jiwanya bersemayam kedamaian dan kasih. Tapi apa yang dilakukannya dalam kehidupan sementara dan tak ada artinya ini, yang menurut perasaannya merupakan sejurnlah kesalahan yang tak berarti, kini menyiksanya sedemikian rupa sehingga seakan-akan tak ada keselamatan abadi yang dipercayainya. Tapi godaan itu tak berlangsung lama, dan segera saja dalam jiwa Aleksei Aleksandrovich kembali bertakhta ketenangan dan keagungan, dan be ketenangan dan keagungan itu ia bisa melupakan apa yang tak ingin diingatnya.
XXVI "Nab, bagaimana, Kapitonich?" kata Seryozha dengan wajah merah gembira sepulang dari jalan-jalan menjelang hari ulang tahunnya, sambil menyerahkan jaket kepada penjaga pin tu tua yang berbadan
157 158 ANNA KAR"NINA tinggi itu. Penjaga pintu tersenyum dari ketinggian badannya kepada anak kecil itu. "Bagaimana, tadi pegawai berbalut itu datang tidak" Dan Papa mener ima tidak"n
"Menerima. Begitu tuan besar muncul, saya laporkan," kata penjaga pintu sambil mengedip gembira. "Nah, izinkan saya melepaskan itu. n
"Seryozha ! "kata orang Slavia si pendidik yang waktu itu berhenti di pintu menuju ruangan dalam. "Lepas sendiri."
Tapi Seryozha tak memerhatikannya, sekalipun samar-samar ia mendengar suara pendidik itu. Ia berdiri memegang sabuk penjaga pintu sambil menatap wajahnya.
"Lalu, apa Papa kasih yang dia minta?" Penjaga pintu mengangguk mengiyakan.
Pegawai berbalut itu sudah tujuh kali datang memohon sesuatu kepada Aleksei Aleksandrovich seh ingga menarik perhatian Seryozha dan penjaga pintu. Satu Seryozha menjumpainya di ruang depan, dan i a mendengar orang itu minta dengan sangat kepada penjaga pintu agar melaporkan kedatangannya dan bahwa i a serta anak-anaknya terancam bahaya kelaparan.
Sesudah sekali lagi bertemu pegawai itu di ruang depan, Seryozha menaruh minat besar kepadanya.
"Lalu, apa dia senang sekali?" tanya Seryozha. "Tentu! Hampir saja dia meloncat pulang dari sini. n "Ada yang bawa sesuatu"n tanya Seryozha sesudah diam sebentar.
"Ya, Tuan,n kata penjaga pintu berbisik sambil menggoyangkan kepala, "dari Nyonya Graf."
Seketika itu Seryozha mengerti bahwa yang dimaksud penjaga pintu adalah hadiah dari Nyonya Graf Lidiya Ivanovna untuk hari ulang tahunnya.
"Ah, masa" Di mana sekarang?"
"Oleh Kornei diserahkan kepada Papa. Tentunya barang bagus!"
"Berapa besar" Segini?" "Lebih kecil, tapi bagus. n "Bukur
LEOTOLSTOI "Bukan, barang Iain. Sana, sana, Vasilii Lukich memanggiI," kata penjaga pintu yang waktu itu mendengar Iangkah kaki pendidik mendekat; dengan peian-peian dilepaskannya tangan yang memegang sabuk Seryozha. Penjaga pintu menunjuk Vasilii Lukich dengan kepaianya.
"Sebentar, Vasilii Luk ich!" jawab Seryozha disertai senyum gembira bercampur mencinta, yang seiaiu bisa menundukkan Vasilii Lukich yang bersungguh-sungguh itu.
Seryozha amat gembira dan bahagia, sehingga tidak bisa ia tidak membagi kegembiraan yang baru diketahuinya itu, ketika ia berjalan-jaian di Taman Musim Panas sepulang dari kemenakan Nyonya Graf Lidiya lvanovna, dengan sahabatnya si penjaga pintu. Kegembiraan itu terasa sangat penting baginya, karena sejaian dengan kegembiraan pegawai itu, dan juga sejaian dengan kegembiraannya sendiri karena mendapat mainan. Seryozha merasa bahwa hari ini adalah hari untuk bergembira dan bersenang-senang bagi semua orang.
"Kamu tahu tidak, hari ini Papa dapat bintang Aleksandr Nevskii?"
"Tentu saja tahu! Orang-orang datang mengucapkan seiamat." "Laiu, Papa senang tidak?"
"Tentu senang dengan kemurahan tsar! Itu berarti memang pantas," kata penjaga pintu sungguh-sungguh.
Seryozha merenung sambiI menatap wajah penjaga pintu yang sudah diamatinya sampai sekeciI-kec ilnya, terutama dagunya yang bergantung di antara kedua cambang yang beruban, yang tak seorang pun pernah melihatnya kecuali Seryozha, karena i a tak pernah melihat dari arah Iain kecuali dari bawah.
"Laiu, apa anak perempuanmu datang menengok?" Anak perempuan penjaga pintu itu penari baiet.
"Bagaimana mungkin jaian siang" Mereka juga mesti belajar. Anda juga mesti belajar, Tuan, sana sekarang."
Sesampai di kamar Seryozha bukannya duduk beiajar, melainkan menyampaikan dugaannya kepada g ya bahwa yang dibawa untuknya tentunya mobil. "Bagaimana pendapat Anda?" tanyanya. Tapi yang terpikir oieh Vasilii Lukich waktu itu hanya bagai159 160 ANNA KAR"N!NA mana menyiapkan pelajaran tata bahasa untuk guru yang akan datang pukul dua nanti.
"Tidak, katakan
"Dan yang lebih tinggi lagi?"
"Yang paling t inggi Andrei Pervozvannii." "Dan yang lebih tinggi dari Andrei?" "Saya tak tahu."
"Lo,jad i Anda tak tahu?" dan sambil bertelekan tangan, Seryozha pun merenung dalam-dalam.
Yang direnungkannya hal-hal yang sangat rumit dan beraneka. la membayangkan ayahnya tiba-tiba juga mendapat bintang Vladimir dan Andrei, sehingga sikap ayahnya nanti akan jauh lebih baik, sedangkan ia sendiri kelak kalau sudah besar akan mendapat semua bintang dan juga bintang yang nanti diciptakan orang, lebih tinggi daripada bintang Andrei. Begitu ditemukan bintang itu, ia pun pantas menerimanya. Dan kalau mereka menc iptakan yang Iebih tinggi lagi, ia pun seketika pantas menerimanya.
Begitulah waktu ia habiskan dengan merenung, dan ketika guru datang, pelajaran tentang keterangan waktu, keterangan tempat, dan keterangan cara itu belum siap, dan sang guru bukan hanya tak puas, tapi juga kecewa. Kekecewaan gurunya itu menyentuh hati Seryozha. Ia merasa tak bisa disalahkan karena tidak menekuni pelajaran itu; tapi bagaimanapun i a berusaha, ia memang tak bisa melakukannya; ketika guru menerangkan kepadanya, i a memang percaya dan seakan mengerti, tapi begitu tinggal sendirian, ia samasekali tak bisa mengingat atau memahami bahwa kata "tiba-tiba" yang begitu singkat dan mudah dimengert i itu adalah keterangan cara. Tapi bagaimanapun ia merasa menyesal telah mengecewakan sang guru, dan ia ingin menyenangkan hatinya.
Ia pun memilih saat ketika sang guru memerhatikan buku tanpa berkata-kata.
LEOTOLSTOI "Mikhail Ivanich, kapan hari nama Anda?" tanyanya tiba-tiba. "Anda lebih baik memikirkan pelajaran Anda. Hari nama tidak ada artinya samasekali buat makhluk yang berpikir. Itu sama dengan hari-hari lain buat bekerja."
Seryozha menatap gurunya dengan saksama, menatap jenggotnya yang jarang, kacamatanya yang turun lebih rendah daripada lekuk hidungnya, dan ia pun sudah tak mendengar apa yang diterangkan gurunya. Ia mengerti bahwa sang guru juga tak memikirkan apa yang dikatakannya, dan itu ia rasakan dari nada bicaranya. "Lalu buat apa mereka semua berkomplot bicara hal sama dan mengatakan hal-hal yang paling membosankan dan t idak perlu itu" Kenapa dia tolak diriku dan dirinya sendiri, dan kenapa dia tak menyayang i diriku?" tanyanya kepada diri sendiri dengan sedih, namun ia tak bisa menemukan jawabannya.
XX VII Sesudah pelajaran dari sang , menyusul pelajaran dari ayah. Selagi ayahnya belum datang, Seryozha duduk di dekat meja sambil bermain pisau kecil dan mulai berpikir. Di antara kegiatan yang disenangi Seryozha adalah mencari ibunya sewaktu berjalanjalan. Secara umum ia tak percaya kepada kematian, terutama kematian ibunya, meskipun Lidiya Ivan mengatakan kepadanya bahwa sang ayah membenarkan hal itu; karena itu, sesudah orang mengatakan kepadanya bahwa ibunya telah meninggal, ia tetap mencarinya u berjalan-jalan. Perempuan manapun yang sintal, anggun, dan berambut hitam adalah ibunya. Melihat perempuan seperti itu dalam jiwanya timbul perasaan lembut, perasaan yang menyebabkan dia menarik napas panjang dan meneteskan airmata. Dan i a menanti sekarang, siapa tahu ibunya akan datang kepadanya, dan membuka kain pualnya. Seluruh wajah ibunya akan terlihat, ibunya akan tersenyum dan memeluknya, dan ia akan mencium bau ibunya, merasakan kemesraan tangannya dan menangis bahagia, seperti pada suatu malam dulu ketika ia membaringkan d iri di kaki ibunya, lalu ibunya menggelitiknya dan ia ketawa terbahak-bahak dan menggigit tangan ibunya yang puti h mengenakan beberapa
161 162 ANNA KAR"N!NA bentuk cincin. Kemudian ketika secara kebetulan ia tahu dari bibinya bahwa ibunya tidak meninggal, sedangkan sang ayah dan Lidiya Ivanovna menjelaskan lagi kepadanya bahwa ibunya telah meninggal khusus untuk dia karena ibunya adalah orang yang tidak baik (dan ini samasekali tak bisa ia percayai, karena ia cinta kepada ibunya), tetap saja ia mencari dan menantikan ibunya. Tadi di Taman Musim Panas ada seorang perempuan mengenakan kain pual lila, dan dengan harapan bahwa itu ibunya, denganjantung berhenti berdetak ia mengamat-amati perempuan itu, ketika perempuan itu mendekati mereka di jalan kecil itu. Perempuan itu tak sampai mendekati mereka, tapi bersembunyi entah ke mana. Maka sekarang, lebih daripada sebelumnya, Seryozha merasakan c inta kepada ibunya, dan ketika ia menantikan kedatangan ayahnya, ia telah mengiris-iris seluruh pinggiran meja itu dengan pisau kecilnya, dan dengan mata berkilauan i a menerawang memikirkan ibunya.
"Papa datang!" kata Vasilii Lukich mengalihkan perhatiannya. Seryozha melompat mendekati ayahnya, dan sesudah mencium tangan sang ayah, dengan saksama ia mengamati wajah ayahnya untuk mencari tanda-tanda kegembiraan karena telah menerima bintang Aleksandr Nevsk ii.
"Baik-baik saja kamu jalan-jalan?" kata Aleksei Aleksandrovich seraya duduk di kursi besar, lalu mendekatkan kitab Perjanjian Lama ke dir inya dan membukanya. Aleksei Aleksandrovich sering mengatakan kepada Seryozha bahwa tiap orang Kristen harus mengenal dengan baik sejarah suci, dan ia sendiri di tengah pelajaran sering membuka kitab Perjanjian Lama, dan Seryozha melihat itu.
"Ya, senang sekali, Papa," kata Seryozha sambil duduk di kursi dan mengguncang-guncangkan kursi itu, satu hal yang menjadi larangan. "Saya bertemu Nadenka (Nadenka adalah kemenakan Lidiya Ivanovna yang dididik di rumah perempuan itu juga). Dia mengatakan, Papa mendapat bintang baru. Anda senang, Papa?"
"Pertama, jangan guncang-guncangkan kursi itu," kata Aleksei Aleksandrovich. "Kedua, yang berharga bukan bintang, tapi kerja. Dan Papa ingin kamu mengerti ini. Kalau kamu mau bekerja dan belajar cuma untuk mendapatkan bintang, kerja akan terasa berat olehmu, tapi kalau kamu bekerja dan mencintai kerja,"
LEOTOLSTOI kata Aleksei Aleksandrovich yang ketika itu teringat betapa ia terpaksa memacu dengan kesadaran akan kewajibannya, ketika pagi itu i a melaksanakan pekerjaan yang membosankan, yakni menandatangani seratus delapanpuluh kertas, "dalam kerja itu kamu akan menemukan bintang untuk d irimu."
Sorot mata Seryozha yang berseri karena rasa sayang dan senang itu langsung padam, lalu tertunduk oleh tatapan mata ayahnya. Itulah sikap sang ayah yang sudah lama dikenalnya, sikap yang selalu ditunjukkan kepadanya, dan sikap itu sudah sempat pula dipelajari Seryozha. Menurut perasaan Seryozha, ayahnya selalu bicara seakan ia bicara dengan seorang anak buatan, seorang anak di antara anakanak yang sering direka dan ditulis dalam buku, tapi samasekali tak mirip dengan Seryozha. Dan dengan ayahnya, Seryozha selalu berusaha pura-pura menjadi anak yang ada di dalam buku itu. "Papa harap kamu mengerti itu," kata ayahnya.
"Ya, Papa," jawab Seryozha berpura-pura menjadi anak buatan ta di.
Pelajaran itu terdiri atas hafalan beberapa ayat Kitab Suci dan pengulangan bagian awal Perjanjian Lama. Ayat-ayat Kitab Suci dikenal cukup baik oleh Seryozha, tapi ketika ia melafalkan ayatayat itu, ia memerhatikan tulang dahi ayahnya d i bagian pelipis yang membelok amat tajam sehingga ia bingung, dan akhir ayat yang satu i a letakkan pada awal ayat yang lain, karena bunyinya sama. Bagi Aleksei Aleksandrovich jelas bahwa Seryozha tak mengerti apa yang diucapkannya, dan ini membuatnya naik darah.
Ia mengerutkan kening dan mulai menjelaskan apa yang sudah sering didengar Seryozha namun tak bisa diingatnya-yah, semacam penjelasan bahwa "t iba-tiba" adalah keterangan cara itu. Dengan mata ketakutan Seryozha memandang ayahnya, sedangkan yang terpikir olehnya hanya satu hal saja: apakah sang ayah akan memaksa dia mengulang yang dikatakannya itu atau tidak, seperti kadang-kadang dilakukannya. Dan pikiran seperti itu amat menakutkannya, sehingga ia tak bisa memahami apapun lagi. Tapi ternyata ayahnya tak memaksanya mengulang, dan ia pun beralih pada pelajaran Perjan jian Lama. Seryozha bisa menceritakan dengan baik peristiwa-peristiwa dalam kitab itu, tapi ketika tiba saatnya
163 164 ANNA KAR"N!NA menjawab pe an-pertanyaan mengenai hal-hal yang telah diakibatkan sejumlah peristiwa tertentu, ia tak mengerti apa-apa, meskipun untuk pelajaran itu ia sudah mendapat hukuman. Yang samasekali tak bisa dikemukakannya dan menjadikan pikirannya kusut, dan mendorongnya mengiris-iris meja dan mengguncangguncangkan kursi, adalah mengenai nabi-nabi sebelum Air Bah. Tak seorang pun dari mereka ia kenal kecuali Henokh, yang diangkat hidup-hidup ke langit. Oulu ia ingat nama-nama itu, tapi sekarang ia sudah lupa samasekali. la ingat Henokh karena tokoh ini paling ia c intai dari seluruh Perjanjian Lama, dan pengangkatan Henokh hidup-hidup ke langit itu menyebabkan lahi jalan pikiran, yang sekarang membuat dia asyik dan dengan mata tak berkedip menyebabkan dia menatap rantai arloji sang ayah dan kancing rompinya yang setengah tertutup.
Seryozha samasekali tak percaya kematian, seperti dikatakan orang kepadanya. la tak percaya bahwa orang-orang yang dic intainya bisa mati, dan lebih tak percaya lagi bahwa ia sendir i akan mati. Baginya mati samasekali tak mungkin dan tidak bisa dimengerti. Tapi orang mengatakan kepadanya bahwa semua orang bakal mati; ia bahkan pernah bertanya kepada orang-orang yang percaya hal itu, dan orang-orang itu pun membenarkannya; bibinya pun mengatakan demikian, meskipun dengan sikap ogah-ogahan. Tapi Henokh tidak mati, sehingga tak semua orang mati. "Dan kenapa tiap orang tak mungkin berkenan di mata Tuhan, dan bisa diangkat hidup-hidup ke langit?" pikir Seryozha. Orang-orang jahat, orang-orang yang tak di sukai Seryozha, mereka itu bisa mati, tapi orang-orang baik semua bisa seperti Henokh.
"Nah, siapa saja nabi-nabi itu?" "Henokh, Enos."
"Itu sudah kamu sebutkan. 0, buruk, Seryozha, buruk sekali. Kalau kamu tak berusaha mengetahui apa yang paling penting buat seorang Kristen," kata ayahnya sambil berdiri, "lalu apa yang bisa menarik perhatianmu" Papa tak puas dengan kamu, dan Pyotr Ignatich juga (dia adalah pendidik utama) tak puas dengan kamu .... Papa harus menghukum kamu.''
Ayah dan pendidik tak puas dengan Seryozha, dan ia memang
LEOTOLSTOI belajar buruk sekali. Tapi samasekali tak bisa dikatakan bahwa ia anak yang tak berbakat. Sebaliknya, ia jauh lebih berbakat daripada anak-anak yang oleh pendidik di jadikan contoh untuk Seryozha. Dari sudut pandang ayahnya, ia hanya tak mau mempelajari apa yang diajarkan kepadanya. Padahal pada hakikatnya ia tak bisa mempelajarinya. Ia tak bisa mempelajarinya karena dalam jiwanya terdapat tuntutan yang baginya lebi h mutlak daripada yang dinyatakan sang ayah dan pendidiknya. Tuntutan itu bertentangan dengan kehendak sang ayah dan pendidiknya, dan ia betul-betul berjuang melawan para pendidiknya itu.
Ia barn berusia sembilan tahun, ia masih anak-anak, tapi ia kenal jiwanya; ia sayang kepada jiwanya; ia menjaganya seperti pelupuk mata menjaga mata, dan tanpa kunci cinta tak seorang pun diizinkan memasuki jiwanya. Para pendidiknya mengeluh ia tak mau belajar, padahal jiwanya penuh sesak dengan rasa haus akan pengetahuan. Dan ia belajar kepada Kapitonich, kepada sang bibi, kepada Nadenka, kepada Vasilii Lukich, dan bukan kepada guru-guru. Air yang oleh ayah dan pendidiknya diharapkan akan menggerakkan roda-roda kinc irnya ternyata sudah bocor dan jalan di tempat lain.
Sang ayah menghukum seryozha dengan melarang dia bertemu dengan Nadenka, kemenakan Lidiya Ivanovna; tapi hukuman itu ternyata kebetulan sekali bagi Seryozha. Vasilii Lukich kebetulan ingin mengajarinya membuat kincir angin. Sepanjang petang itu dihabiskannya waktu untuk bekerja dan berkhayal tentang bagaimana membuat k incir tempat ia memutar tubuhnya sendiri: berpegangan pada sayap-sayap kincir, atau mengikatkan diri di dalamnya. Sepanjang petang itu Seryozha tak memikirkan ibunya, tapi ketika ia sudah membaringkan badan di tempat tidur, tiba-tiba i a ter ingat kembali kepada ibunya, dan dengan kata-kata sendiri ia pun berdoa agar ibunya besok pada hari ulang tahunnya tidak bersembunyi lagi dan mau menemuinya.
"Vasilii Lukich, Anda tahu tidak, doa tambahan apa yang saya ucapkan?"
"Supaya bisa belajar lebih baik?" "Tidak."
165 166 ANNA KAR"N!NA "Tentang mainan?"
"Tidak. Anda tak bisa menerka. Bagus sekali, tapi rahasia! Kalau terlaksana, nanti saya beritahu. Bisa Anda menerka?"
"Tidak, saya tak bisa menerka. Katakan sajalah," kata Vasilii Lukicb tersenyum, satu hal yang jarang terjadi dengannya. "Nab, pergilah tidur, lilin akan saya matikan."
"Tanpa Jilin lebih jelas saya bisa melihat, dan lebih terlihat yang saya doakan tadi. Uh, hampir saja saya membuka rahasia!" kata Seryozha sambil ketawa gembira.
Ketika Jilin sudah dibawa pergi, Seryozha pun mendengar dan merasakan kehadiran ibunya. Ibunya berdiri di atas dia dan membelainya dengan tatapan mata mencinta. Tapi kemudian muncul kincir-kincir, pisau, dan semua bercampur-aduk, dan i a pun tertidur.
XXVIII Setiba di Petersburg Vronskii dan Anna menginap di salah satu hotel terbaik. Vronskii di tingkat bawah, sedangkan Anna di atas bersama anak, penyusu dan pembantu perempuan di flat besar yang terdiri atas empat kamar.
Hari pertama itu pula, sesudah datang, Vronskii pergi ke rumah abangnya. Di sana i a temui sang ibu telah datang dari Moskwa untuk beberapa urusan. Sang ibu dan iparnya menyambut dia seperti biasa; mereka bertanya kepadanya tentang perjalanan ke luar negeri, bicara tentang kenalan-kenalan mereka, tapi tak satu kata pun mereka sebut tentang hubungan Vronskii dengan Anna. Abangnyalah yang pada hari berikutnya datang pagi-pagi menemui Vronskii dan bertanya kepada dia tentang Anna, dan Aleksei Vronskii mengatakan dengan terus-terang bahwa ia menganggap hubungannya dengan Karenina sebagai hubungan perkawinan; ia pun mengharapkan bisa menyelesaikan soal perceraian, dan kemudian akan kawin dengan Anna; sampai waktu itu ia menganggap Anna sebagai i strinya, seperti istri yang lain, dan ia minta abangnya menyampaikan kepada sang ibu dan istr i abangnya seperti itu.
"Kalau kalangan bangsawan tak membenarkan, itu sama saja
LEOTOLSTOI buatku," kata Vronskii, "tapi kalau keluargaku ingin punya hubungan persaudaraan denganku, mereka harus menjalin hubungan yang sama dengan istriku."
Si abang, yang selalu menghormati pendapat adiknya, tak begitu tahu apakah adiknya benar atau tidak, karena kalangan bangsawan masih belum memutuskan soal itu; dar i pihaknya sendiri ia merasa tak keberatan, dan bersama Aleksei ia pun pergi menemui Anna.
Seperti di depan semua orang, di depan abangnya Vronskii menggunakan kata Anda kepada Anna, dan terhadap Anna ia mengambil sikap seperti terhadap kenalan dekat, namun bisa dimengerti bahwa sang abang sudah tahu hubungan mereka, dan dikatakan bahwa Anna sedang bepergian ke tanah milik Vronskii.
Walaupun punya banyak pengalaman di kalangan bangsawan, namun akibat kead aann ya yang baru itu Vronskii seperti mengalami sesat yang aneh. Terasa olehnya ia perlu memaklumi tertutupnya kalangan bangsawan bagi dirinya dan Anna; tapi sekarang dalam kepalanya mun cul anggapan lain yang belum jelas, bahwa itulah yang berlaku dulu, sedangkan sekarang, di zaman kemajuan ini (tanpa disadarinya, sekarang ini ia jadi pendukung kemajuan apapun), pandangan umum telah berubah, dan persoalan apakah mereka bakal diterima masyarakat belum lagi diputuskan. "Tentu saja," demikian pikirnya, "kalangan istana tak bakal menerimanya, tapi orang-orang dekat bisa dan harus memahami hal ini sebagaimana mestinya."
Orang bisa berjongkok berjam-jam tanpa mengubah posisi kalau ia tahu tak ada suatu pun yang menghalanginya untuk melakukan posisi itu; tapi kalau orang tahu bahwa ia d ipaksa berjongkok seperti itu, maka akan terjadi kekejangan, kaki akan menyentak-nyentak dan mendesak-desak ke arah yang dikehendaki orang. Hal seperti
yang dialami Vronskii dalam berhubungan dengan kalangan bang n. Walaupun di dasar jiwanya ia tahu bahwa kalangan bangsawan tertutup bagi mereka berdua, ia tetap mencoba, tidakkah sekarang ini kalangan bangsawan akan mengubah sikap, dan apakah mereka semua t idak akan menerima mereka berdua. Tapi dengan segera ia pun melihat bahwa meski kalangan bangsawan terbuka bagi dirinya, kalangan itu tertutup bagi Anna. Seperti dalam permainan
167 168 ANNA KAR"NINA kucing dan tikus, tangan-tangan yang dinaikkan untuk meloloskan dirinya tiba-tlba diturunkan untuk menghalangi Anna.
Perempuan pertama dari kalangan bangsawan Petersburg yang di jumpai Vronskii adalah saudara sepupunya, Betsy.
"Akhirnya!" sambut perempuan itu gembira. "Mana Anna" Betul-betul saya senang! Di mana kalian menginap" Saya bisa membayangkan, alangkah brengseknya Petersburg buat kalian berdua sesudah kali an melakukan perjalanan yang memikat itu; saya bisa membayangkan bulan madu kali an di Roma. Lalu bagaimana dengan perceraian" Sudah kali an selesaikan?"
Vronskii melihat bahwa kekaguman Betsy berkurang ketika dia tahu bahwa belum terjadi perceraian.
"Orang melemparkan batu ke arah saya, itu saya tahu," kata Betsy, "tapi saya akan datang menemui Anna; ya, pasti saya akan menemui d ia. Kalian tak akan lama tinggal di sini?"
Dan memang betul, Betsy hari itu juga mengunjungi Anna; tapi nada bicaranya sudah tidak seperti dulu. Ia agaknya bangga akan keberaniannya. Ia tinggal tak lebih daripada sepuluh menit, dan sempat berbicara tentang berita-berita sekitar kalangan bangsawan, dan ketika pergi ia mengatakan:
"Anda belum mengatakan kepada saya kapan perceraiannya. Taruhlah saya bisa membaik-baikkan keterangan saya, tapi orang akan menyerang Anda, sementara Anda berdua belum kawin. Itu gampang sekali terjadi sekarang ini. Qa se fait.11 Jadi, hari Jumat Anda berangkat" Sayang kita tak bisa bertemu lag i."
Dari nada bicara Betsy kiranya Vronskii mengerti bahwa tak ada yang bisa diharapkannya dari kalangan bang n; tapi ia masih melakukan usaha di kalangan keluarga sendiri. Ia memang tak mengharapkan ibunya. Ia tahu ibunya, yang begitu kagum kepada Anna waktu pertama kali berkenalan dengannya, sekarang bersikap amat keras terhadap Anna, karena Anna menjadi penyebab hancurnya karir sang anak. Tapi Vronskii menaruh harapan lebih besar kepada Varya, istri abangnya. Ia merasa, Varya tak akan bikin gara-gara, dan dengan penuh kesederhanaan dan kemantapan,
11 <;a se Fait (Pr): ltu biasa.
LEOTOLSTOI ipamya itu mau pergi menemui Anna dan menerimanya.
Hari kedua sesudah kedatangannya, Vronskii langsung menemui ipamya itu, dan karena sang ipar ditemuinya sedang sendirian, langsung saja ia sampaikan harapannya.
"Kamu tahu, Alekse i," kata Varya sesudah mendengarkan katakata Vronskii, "aku sangat mencintaimu dan bersedia melakukan apapun untukmu; tapi aku menutup mulut karena tahu tak bisa berbuat apa-apa untuk kamu dan Anna Arkadyevna," katanya, dan mengucapkan "Anna Arka na" dengan sungguh-sungguh. ''Tapi jangan kamu kira aku mencela. Itu samasekali tak benar; barangkali kalau aku dalam kedudukan seperti dia, aku akan melakukan hal yang sama. Di sini aku tak memasuki dan tak bisa memasuki rincian persoalannya," katanya sambil takut-takut menatap wajah Vronskii yang m g. "Tapi kita perlu menyebut barang-barang menurut namanya. Kamu menghendaki aku pergi menemui Anna, menerimanya, dan dengan demikian merehabilitasi kedudukannya dalam masyarakat; tapi kamu mesti mengerti, tak bisa aku melakukan itu. Anak-anak perempuanku sudah besar, dan aku harus hidup di kalangan bangsawan demi suamiku. Baiklah, aku akan datang menemui Anna Arkadyevna; i a akan mengerti bahwa aku tak bisa mengundang dia datang; atau, ia harus melakukannya sedemikian rupa sehingga ia tak berjumpa orang-orang yang lain pendapatnya; dan ini akan menyinggung perasaannya. Tak bisa aku mengangkatnya .... "
"Ah, menurut pendapat saya, Anna tak lebih dalam terperosok daripada beratus perempuan lain yang Anda terima d i rumah!" tukas Vronskii lebih murung lagi, lalu berdiri tanpa mengucapkan sesuatu karena tahu bahwa keputusan ipamya tak bisa diubah lagi.
"Aleksei! Jangan marah padaku. Hendaknya kamu mengerti, aku tak bersalah," ujar Varya sambil menatap Vronskii dengan senyum takut-takut.
" tak marah padamu," kata Vronskii yang masih murung, "tapi aku sedih dua kali lipat. Dan aku akan lebih sedih lagi, karena ini berar t i memutuskan persahabatan kita. Kalau bukan memutuskan, paling tidak melemahkan. Kamu tentu mengerti, bagiku hal i n i tak mungkin lain."
169 170 ANNA KAR"N!NA Dan dengan kata-kata itu ia pun meninggalkan Varya. Vronskii mengerti, usaha lebih lanjut bakal sia-sia, dan perlu sekarang ini, dalam beberapa hari itu, ia tinggal di Petersburg seperti tinggal di kota asing dengan menghindari hubungan apapun dengan kalangan bangsawan yang pernah dikenalnya. Ini perlu agar ia tak memperoleh perasaan tak senang dan hinaan yang baginya sangat menyiksa. Satu di antara hal yang paling tak menyenangkan selama tinggal di Petersburg itu adalah bahwa berita kedatangannya sudah tersebar. Hendak memulai bicara tentang apa saja, percakapan selalu akan beralih kepada Aleksei Aleksandrovich; ke mana pun, tak mungkin lagi pergi tanpa mendengar tentang namanya. Demikian setidak-tidaknya menurut perasaan Vronskii, seperti dirasakan orang yang sakit jarinya, yang seakan dengan sengaja menyentuh semua barang dengan jarinya yang sakit itu.
Tinggal di Petersburg dirasakan Vronskii lebih berat lagi, karena selama itu tampak olehnya semacam sikap baru yang tak dimengertinya pada diri Anna. Kadang terasa Anna jatuh c inta kepadanya, kadangjadi dingin, naik darah, dan tak bisa dimengerti. Tampak Anna seperti sedang tersiksa sesuatu dan menyembunyikan sesuatu itu dari dia, dan seakan Anna tak melihat hinaan-hi naan yang sedang meracuni hidupnya sebagai Ielaki, yang bagi Anna sebagai orang yang sangat halus perasaannya tentu lebih menyiksa lagi.
XXIX Bagi Anna, salah satu tujuan perjalanan mereka ke Rusia adalah bertemu dengan anak lelakinya. Sejak ia meninggalkan Italia, pikiran tentang pertemuan itu tak pernah berhenti menggelisahkannya. Dan makin dekat ia ke Petersburg, makin bertambah kegembiraan dan makna perjumpaan itu terasa. Ia bahkan tak bertanya kepada diri sendiri bagaimana cara melakukan pertemuan itu. la merasa, bertemu dengan sang anak adalah hal wajar dan biasa saja; tapi setiba di Petersburg, sekonyong-konyong tampak dengan jelas posisinya sekarang di dalam masyarakat, dan mengertilah ia bahwa melakukan pertemuan itu sukar.
Sudah dua hari ia tinggal di Petersburg. Sedetik pun tak lepas
LEOTOLSTOI dari kepalanya pikiran tentang anak lelakinya, tapi ia belum juga bertemu dengan sang anak. Untuk langsung pergi ke rumah supaya ia bisa bertemu dengan Aleksei Aleksandrovich, menurut perasaannya, ia tak punya hak. Ia bisa dilarang masuk dan dihina. Menulis dan berhubungan dengan sang suami berat sekali baginya: ia memang hanya bisa tenang kalau tidak memikirkan suaminya. Menjumpai sang anak sewaktu berjalan-jalan, karena i a tahu kapan dan ke mana anaknya itu keluar, buatnya tidak cukup; ia sudah menyiapkan benar untuk bertemu dengan sang anak, dan begitu banyak yang hendak ia katakan kepada dia, dan ia begitu ingin memeluk dan menciumnya. Bibi Seryozha yang tua bisa memberikan pertolongan dan petunjuk kepadanya. Tapi bibi itu sudah tak ada di rumah Alekse i Aleksandrovich. Dua hari telah lewat untuk berbimbang dan ragu serta untuk mencari si bibi.
Ketika diketahuinya Aleksei Aleksandrovich punya hubungan akrab dengan Nyonya Graf Lidiya Ivanovna, maka pada hari ketiga Anna pun memutuskan untuk menulis surat yang menguras tenaganya itu, di mana dengan sengaja ia mengatakan bahwa izin untuk bertemu dengan sang anak bergantung pada kebesaran hati suaminya. Ia tahu, kalau surat itu ditunjukkan kepada suaminya, maka sang suami akan bersikap seperti orang yang berhati besar dan tak bakal menolaknya.
Komisioner yang membawa surat itu kemudian menyampaikan jawaban paling kejam yang tak diduganya, bahwa tidak akan ada balasan. Tak pernah ia merasa beg itu terhina seperti waktu ia memanggil komisioner dan mendengar dari dia cerita lengkap tentang bagaimana komisioner itu telah menanti dan kemudian kepadanya dikatakan: "Tak akan ada balasan." Ia merasa dirinya dihina dan direndahkan, namun ia melihat, menurut pendapatnya sendiri, Nyonya Graf Lidiya Ivanovna memang benar. Kesedihan yang ia derita terasa lebih hebat lagi, karena kesedihan itu ia tanggung seorang diri. Ia tak bisa dan tak mau menyampaikan soal itu kepada Vronsk ii. Ia tahu, bagi Vronskii, sekalipun Vronskii adalah penyebab utama penderitaannya, masalah pertemuannya dengan sang anak akan dianggap sebagai hal yang paling tidak penting. la tahu, Vronskii tak bakal mampu memahami beratnya
171 172 ANNA KAR"N!NA penderitaan yang dialam inya; ia tahu, kalau dirinya melihat nada dingin yang ditunjukkan Vronskii ketika menyinggung soal itu, ia akan membenci Vronskii. Dan ia takut akan hal itu lebih dari apapun di dunia. Karena itu disemb nya saja dari Vronskii segala mengenai anaknya itu.
Sepanjang hari ia tinggal di rumah, merencanakan cara untuk bertemu dengan anaknya, dan akhirnya diputuskan untuk menulis surat kepada suaminya. Ia telah mengarang surat itu ketika kepadanya dibawakan surat dari Lidiya Ivanovna. Sikap nyonya itu merendahkan dan mengalahkannya, dan segala yang tersirat dalam suratnya telah membuat dia demikian naik darah; kemurkaan itu terasa olehnya begitu membangkitkan amarah di bandingkan rasa kasih yang menjadi haknya terhadap sang anak, sehingga ia bang k it memberontak terhadap orang-orang lain dan tak lagi menyalahkan dirinya sendiri.
"Sikap dingin itu cuma pura-pura," katanya kepada diri sendiri. "Yang mereka perlukan cuma menghina dan menyiksa anak itu, dan supaya aku tunduk pada mereka! Tak bakal! Perempuan itu lebih buruk dari diriku. Aku setidak-tidaknya tak membohong." Dan seketika itu ia memutuskan, besok, pada hari ulang tahun Seryozha, ia akan langsung perg i ke rumah suami nya, menyogok orang-orang, membohong, dan dengan jalan apapun akan bertemu dengan anaknya dan menghancurkan kebohongan brengsek yang dipakai untuk memagari anak yang malang itu.
Pergilah ia ke toko mainan, dibelinya beberapa mainan dan kemudian dipikirkannya rencana untuk bertindak. Ia akan datang pagipagi, pukul delapan, ketika Aleksei Aleksandrovich masih belum bangun. Ia akan membawa uang yang akan diberikan kepada penjaga pintu dan pelayan agar mereka mengizinkan dia masuk, dan tanpa membuka kain pualnya ia akan mengatakan bahwa ia datang sebagai suruhan dan ayah baptis Seryozha untuk mengucapkan selamat, dan bahwa ia diminta meletakkan mainan-mainan yang dibawanya ke dekat tempat tidur anak itu. Ia hanya belum menyiapkan kata-kata yang hendak diucapkan untuk anaknya. Betapapun i a memikirkan kata-kata itu, takjuga ia bisa merumuskannya.
Hari berikutnya, pukul delapan pagi, sendirian ia keluar dari
LEOTOLSTOI kereta sewa, dan menarik Ionceng di pintu-masuk besar bekas rumahnya.
"Coba lihat sana, apa perlunya. Ada seorang nyonya rupanya," kata Kapitonich yang belum selesai berpakaian, mengenakan mantel dan sepatu luar, setelah menengok ke jendela dan melihat seorang perempuan yang mengenakan kain pual berdiri di pintu besar.
Pembantu penjaga pintu, seorang muda yang tak dikenal Anna, baru saja membuka pintu ketika Anna masuk; dikeluarkannya matauang kertas tiga rube) dari selubung lengannya dan dengan buru-buru dimasukkannya ke tangan pembantu itu.
"Seryozha .... Sergei Alekseich," ucapnya, lalu melangkah maju. Melihat uang kertas itu, pembantu penjaga pintu menghentikan Anna di pintu kaca kedua.
"Nyonya perlu dengan si apa?" tanyanya.
"Anna tak mendengar kata-katanya dan tak memberikan jawaban apa-apa.
Melihat kegugupan perempuan tak dikenal itu, Kapitonich pun keluar sendiri menemui dan mempersilakannya masuk ke pintu, dan bertanya apa yang diperlukannya.
"Dari Pangeran Skorodumov, ingin bertemu dengan Serge i Alekseich," ujar Anna.
"Beliau belum lagi bangun," kata penjaga pintu sambil dengan teliti mengamatinya.
Anna samasekali tidak menduga bahwa suasana ruangan depan rumah yang samasekali tak berubah dan sudah ditinggalinya sembilan tahun itu amat kuat pengaruhnya terhadap dirinya. Satu demi satu kenangan gembira maupun menyiksa muncul dalam jiwanya, dan untuk sesaat Iamanya i a pun lupa buat apa ia berada di situ.
"Apa Nyonya hendak menunggu?" kata Kapitonich sambil melepaskan mantel bulu Anna.
Ketika mantel dilepasnya, Kapitonich menatap wajah Anna, dan ia pun mengenalinya, lalu tanpa kata-kata membungkukkan badan rendah-rendah kepadanya.
"Kami persilakan, Yang Mulia," katanya kepada Anna. Anna hendak mengatakan sesuatu, tapi suaranya menolak
173 174 ANNA KAR"N!NA mengeluarkan sesuatu; maka sambil menatap orang tua itu dengan nada memohon, dengan l -langkah cepat dan ringan, naiklah Anna ke tangga. Kapitonich dengan badan membungkuk dan sepatu te t-sangkut anaktangga berlari mengikutinya dan berusaha mengejar.
"Guru ada di sana, dan barangkali belum berpakaian. Akan saya laporkan dulu."
Anna terus saja berjalan di atas tangga yang dikenalnya, tak mengerti apa yang dikatakan orang tua itu.
"Silakan belok ke kiri sini. Maaf, keadaannya tak bersih. Beliau tidur di ranjang yang
"Minggir, minggir, pergi dulu!" ujar Anna, lalu masuk ke pintu yang tinggi itu. Di kanan berdiri tempat tidur, dan di atas tempat tidur itu anak lelakinya yang sudah bangun, yang mengenakan kemeja dengan kancing terbuka, sedang menguap sambil meregangkan badan yang dicondongkan ke depan. Begitu kedua bibi mengatup kembali, tersungging senyum kantuk yang manis, dan dengan senyum itu pula ia kembali berguling ke belakang dengan pelan dan nikmat.
"Seryozha!" bisik Anna sambil mendekatinya tanpa terdengar. Selama berpisah dengan anaknya dan dalam banjir cinta yang ia rasakan terhadap anaknya di waktu yang terakhir ini, Anna selalu membayangkan anaknya itu masih seorang anak berusia empat tahun, masa yang paling berkesan baginya. Tapi sekarang Seryozha bahkan sudah tak mirip lagi dengan sewaktu i a tinggalkan; ia lebih besar daripada anak usia empat tahun, lebih berkembang lagi, dan lebih kurus. Kenapa pula ini! Alangkah tirus wajahnya, alangkah pendek rambutnya! Al panjang tangannya! Alangkah berubah dia
LEOTOLSTOI sejak i a tinggalkan! Tapi bagaimanapun itu adalah Seryozha, dengan bentuk kepala, bibir, leher yang lembut, dan bahu yang bidang. "Seryozha!" ulangnya di atas telinga anaknya.
Seryozha kembali bangkit bertelekan siku, menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan seakan mencari sesuatu, lalu membuka mata. Dengan diam dan nada bertanya selama beberapa detik, i a menatap ibunya yang berdiri tak bergerak di hadapannya, kemudian tibatiba dengan rasa bahagia ia pun tersenyum, dan sambil menutup matanya yang lengket ia merebahkan diri kembali, bukan ke belakang, melainkan ke arah ibunya, ke dalam pelukan ibunya.
"Seryozha! Anakku sayang!" ujar Anna dengan napas tercekik sambil memeluk tubuh anaknya yang sintal.
"Mama!" ujar Seryozha sambil menggerakkan badan yang sedang dipeluk agar bagian-bagian tubuhnya dapat menyentuh tangan ibunya.
Sambil tersenyum mengantuk dan tetap dengan mata terpe jam, Seryozha melepaskan pegangan pada punggung tempat tidur, dan merangkul bahu ib , merebahkan diri kepadanya, dan memberikan kepada Anna bau dan kehangatan tidur yang manis itu, yang hanya ada pada anak-anak, dan m h ia menggeser-geserkan wajah ke leher dan bahu ibunya.
"Saya sudah tahu," kata Seryozha membuka mata. "Hari ini ulang tahun saya. Saya sudah tahu Mama akan datang. Sebentar saya akan bangun."
Dan sambil mengatakan itu ia pun tertidur lagi.
Anna menatapnya dengan lahap. Ia melihat betapa Seryozha telah tumbuh dan berubah sejak ia tinggalkan. Ia mengenal kakinya yang telanjang dan sekarang demikian besar menyembul dari balik selimut, mengenal pipinya yang kurus, mengenal ikal rambutnya yang terpotong pendek di tengkuk, tempat yang sering diciuminya dulu. Ia meraba semuanya, dan ia tak sanggup mengatakan apa-apa; airmata telah mencekiknya.
"Kenapa menangis, Mama?" kata Seryozha yang kini benarbenar telah bangun. "Mama, kenapa menangis?" teriaknya lagi dengan suara cengeng.
"Aku" Yah, Mama tak akan menangis .... Mama menangis
175 176 ANNA KAR"N!NA karena gembira. Begitu lama Mama tak meli hat kamu. Tidak, tidak, Mama tak akan menangis," kata Anna sambil menelan airmata dan membalikkan badan. "Nah, sudah waktunya sekarang kamu berpakaian," tambahnya sesudah ia bisa menguasai kembali, lain terdiam sebentar, dan tanpa melepaskan tangan anaknya ia duduk di atas kursi di dekat tempat tidur, tempat disiapkannya pakaian.
"Bagaimana kamu berpakaian tanpa Mama" Bagaimana ... ," ia ingin mulai bicara biasa dan gembira, tapi tak bisa, dan kembali ia membalikkan badan.
"Saya tidak mandi air dingin; Papa tak membolehkan. Mama belum bertemu Vasilii Lukich" Sebentar lagi ia datang. Mama menduduki pakaian saya!" Dan Seryozha pun tertawa terbahak. Anna memandang anaknya dan tersenyum.
"Mama sayang, Mama manis!" teriak Seryozha Iagi sambil melontarkan diri kepada sang ibu dan memeluknya. Seakan barn sekarang, sesudah melihat senyum ibunya, ia mengerti dengan jelas apa yang telah terjadi. "Ini tak perlu," katanya il melepaskan topi ibunya. Dan seolah barn melihat ibunya tanpa topi ia kembali mencium sang ibu.
"Tapi apa pendapatmu tentang Mama" Apa kamu tak percaya Mama meninggal?"
"Tak pernah saya percaya." "Tak percaya, ya?"
"Saya sudah tahu, saya sudah tahu!" katanya mengulang kalimat yang disenanginya itu, Ialu ditangkapnya tangan sang ibu yang sedang membelai rambutnya, dan mulailah telapak sang ibu ia lekapkan ke mulut dan diciumnya.
xxx Vasilii Lukich semula tak mengerti siapa perempuan itu, dan sesudah mengetahui dari percakapan ibu dan anak, bahwa itulah si ibu yang telah meninggalkan suaminya, tapi belum pernah dikenalnya karena ia barn masuk kerja di rumah itu sesudah perempuan itu tidak ada, ia pun ragu-ragu akan masuk atau tidak. Atau akan disampaikannya hal itu kepada Aleksei Aleksandrovich. Akhimya ia mempertimbangkan
LEOTOLSTOI bahwa tugasnya adalah membangunkan Seryozha pada jam yang telah ditentukan. Karena merasa bukan urusannya siapa yang ada di situ, si ibu atau orang lain, ia perlu melaksanakan kewajibannya; maka ia pun berpakaian, mendekat ke pintu dan membukanya.
Namun kemesraan antara ibu dan anak, bunyi suara mereka dan kata-kata mereka, semua itu memaksa dia mengubah niat. Ia menggeleng-gelengkan kepala, dan sambil menarik napas ia pun menutup pintu kembali. "Akan kutunggu sepuluh menit lagi," katanya kepada sendir i sambil batuk-batuk dan menghapus airmata. D i antara para pelayan di rumah itu, waktu itu pula timbul keri butan. Semua sudah tahu bahwa nyonya telah datang. Kapitonich membiarkannya masuk, dan nyonya itu sekarang ada di kamar anakanak; sementara itu tuan pada pukul sembilan biasanya masuk ke kamar anak-anak, dan semua mengerti bahwa pertemuan antara suami dan istri itu tak mungkin terjadi. Karena itu Anna harus ditegur. Kornei, sebagai pelayan kamar, turun ke kamar penjaga pintu dan bertanya apa dan bagaimana bisa nyonya itu diizinkan masuk. Dan ketika tahu bahwa Kapitonich yang menerima dan mengantarkannya, i a pun memberi peringatan kepada orang tua itu. Penjaga pintu bungkam seribu bahasa, tapi ketika Korne i mengatakan kepadanya bahwa karena perbuatan itu ia bisa diusir, Kapitonich pun melompat ke arah Kornei, dan sambil mengayunayunkan tangan di depan muka Kornei ia pun berkata keras:
"Oh, mestinya kamu yang tak dibiarkan masuk! Sepuluh tahun aku kerja di sini, selain kebaikan tak ada ha! lain yang aku lihat dari d ia; sekarang mestinya kamu temui d ia: Silakan pergi dari sini! Kamu anak pintar, kan" Ya, tentu! Uruslah diri sendiri, cukur Tuan, dan urus mantel bulunya!"
"Goblok!" kata Kornei benci, lalu menoleh ke arah si bibi yang baru saja masuk. "Coba pikir ini, Maria Yefimovna: ia izinkan masuk tanpa bilang siapa-siapa," kata Kornei kepada si bibi. "Aleksei Aleksandrovich sebentar lagi keluar dan masuk ke kamar anak-anak."
"Ya, susah ini, susah!" kata si bibi. "Bagaimana kalau Anda, Kome i Vasilyevich, coba menahan beliau, menahan , dan saya sendiri coba mengajak nyonya keluar" Ya, susah i ni, susah!" Ketika si bibi masuk ke kamar anak-anak, Seryozha sedang
177 178 ANNA KAR"NINA bercerita kepada ibunya tentang bagaimana ia jatuh bersama Nadenka, ketika mereka meluncur dari atas bukit, dan tiga kali terjungkir-balik. Anna mendengarkan anaknya, menatap wajah dan ekspresinya, meraba tangannya, tapi ia tak mengerti apa yang dibicarakan sang anak. Ia juga sudah mendengar langkah kaki Vasilii Lukich mendekati pintu dan batuk-batuk, dan mendengar pula langkah-langkah si bibi; tapi tetap saja ia duduk seperti sudah membatu, tak mampu bicara ataupun berdiri.
"Nyonya sayang!" ujar si bibi sambil mendekati Anna dan mencium tangan dan bahunya. "Saya lihat Tuhan menganugrahi anak yang baru lahir dengan kegembiraan. Dan Nyonya samasekali tidak berubah."
"Oh, bibi manis, saya tak tahu Anda ada di rumah ini," kata Anna, sekejap tersadar kembali.
"Saya tak tinggal di sini, Nyonya, saya tinggal dengan anak perempuan saya; ini saya datang untuk mengucapkan selamat, Anna Arkadyevna sayang."
Bibi itu sekonyong-konyong menangis dan kembali mencium tangan Anna.
Seryozha, dengan mata dan senyumnya yang cerah, sambil memegang ibunya dengan tangan sebelah dan si bibi dengan tangan yang lain, menginjak-injak permadani dengan kaki telanjangnya yang gemuk. Kemesraan sikap si bibi kesayangan ibunya itu membuatnya merasa kagum.
"Mama! Dia sering mendatangi saya, dan kalau datang .... ," kata Seryozha memulai, tapi tak diteruskan karena melihat si bibi mengatakan sesuatu kepada ibunya dengan berbisik, dan di wajah ibunya tampak sikap takut mirip sikap malu yang sangat tak cocok buat ibunya.
Sang ibu mendekatinya. "Anakku manis!" kata ibunya.
Ibunya tak bisa mengatakan selamat tinggal, tapi airmukanya mengatakan demikian, dan Seryozha pun mengerti. "Kutik manis. Kutik Mama yang manis!" kata sang ibu menyebutkan nama yang biasa dipakai menyebut anak kecil, ''kamu tak akan lupa Mama, kan" Kamu ... ," tapi selanjutnya i a tak bisa mengatakan apa-apa lagi.
LEOTOLSTOI Betapa banyak kata-kata yang terpikir olehnya untuk disampaikan kepada anaknya! Tapi sekarang ia tak sanggup melakukan apapun dan tak bisa mengatakan apapun. Namun Seryozha bisa mengerti semua yang hendak dikatakan ibunya. Ia mengert i bahwa ibunya tidak bahagia, dan menc intainya. Ia bahkan mengerti bahwa si bibi berbicara dengan berbisik. Ia mendengar kata-katanya: "Selalu jam sembilan," dan mengertilah i a bahwa mereka berbicara tentang sang ayah, dan bahwa ibunya tak boleh berjumpa dengan ayahnya. ltu dia mengerti, tapi ada satu hal yang tak bisa ia mengerti kenapa di wajah ibunya muncul rasa takut dan malu" ... Ibunya tak bersalah, tapi kenapa ia takut kepada ayahnya dan malu" Ia ingin mengajukan pertanyaan yang kiranya bisa menghilangkan kebimbangan itu, tapi ia tak berani: ia melihat ibunya menderita dan ia kasihan kepada ibunya. Maka tanpa berkata-kata ia pun menghimpitkan diri ke tubuh ibunya, dan dengan berbisik ia berkata:
"Jangan pergi
"Seryozha, kawan Mama," kata ibunya, "cintailah papamu, i a lebih baik dan lebi h baik hati ketimbang ma mam u, dan Mama bersalah kepada Papa. Nanti kalau kamu sudah besar, kamu akan bisa menilainya sendiri."
"Yang lebih baik daripada Mama tidak ada . .. !" teriak Seryozha putusasa di tengah cucuran airmata, dan sambil merangkum bahu ibunya, ia peluk ibunya kuat-kuat dengan tangan gemetar karena tegang.
"Seryozha, anak ibu yang manis!" ujar Anna yangjuga menangis lirih seperti anak-anak, seperti Seryozha.
Waktu itu pintu terbuka, dan masuklah Vasilii Lukich. Di pintu yang lain terdengar langkah-langkah orang, dan si bibi dengan berbisik ketakutan mengatakan:
"Datang," dan mengulurkan topi kepada Anna.
Seryozha menenggelamkan diri ke tempat tidur dan menangis
179 180 ANNA KAR"NINA tersedu sambil menutup wajahnya dengan tangan. Anna menarik tangan itu, sekali Jagi mencium wajahnya yang basah, dan dengan l cepat keluar dari pintu. Aleksei Aleksandrovich berjalan menyongsongnya. Melihat Anna ia berhenti dan menundukkan kepala.
Sekalipun ia baru saja mengatakan bahwa Aleksei Aleksandrovich lebih baik dan lebih baik hati daripada dirinya, ketika ia melontarkan tatapan sekilas ke arah suaminya dan bisa menangkap seluruh tubuhnya dengan segala rinciannya, perasaan jijik dan dendam kepadanya serta perasaan benci melihat keadaan anaknya pun menyerang dia. Dengan gerak cepat ia turunkan kain pual, dan dengan menambah kecepatan langkah ia pun nyaris berlari meninggalkan kamar itu.
Ia bahkan tak sempat mengeluarkan mainan-mainan yang dengan penuh cinta dan kepedihan telah ia pili h kemarin di toko, dan dengan demikian dibawanya pulang kembali.
XXXI Betapapun kuat keinginan Anna untuk bertemu dengan anaknya, dan betapapun lama ia memikirkan dan menyiapkan diri untuk itu, ia samasekali tak menduga bahwa pertemuan itu akan berpengaruh demikian besar baginya. Begitu ia pulang kembali ke hotelnya yang sepi, lama i a tak bisa memahami kenapa ia berada di situ. "Ya, semua itu sudah berakhir, dan sekarang aku kembali sendiri, n katanya kepada diri sendiri, dan tanpa melepaskan topi ia pun duduk di kursi yang berada di dekat perapian. Sambil memandang dengan mata tak bergerak ke arah jam perunggu yang ada di atas meja di antara dua jendela, mulailah ia berpikir.
Pesuruh Prancis yang dibawanya dari luar negeri itu masuk menawarkan pakaian. Dengan nada heran i a memandang gadis itu, katanya:
"Nan t i.n Pelayan menawarkan kopi. "Nanti," katanya.
Perempuan Italia tukang menyusui, yang telah selesai menyusui
LEOTOLSTOI bayi dan memberinya pakaian, masuk membawa bayi itu dan menyerahkannya kepada Anna. Bayi perempuan yang sintal dan mendapat makan baik itu, seperti biasa kalau melihat sang ibu, membalikkan tangannya yang mungil dan bergelang benang-benang dengan telapak menghadap ke bawah, dan sambil tersenyum dengan mulut mungil tak bergigi mulai menggerak-gerakkan tangannya itu seperti ikan memainkan siripnya, sehingga lipatan-lipatan rok ibunya yang terkanji bergemerisik. Tidak mungkinlah untuk tidak tersenyum dan tidak mencium bayi itu, tidak mungkinlah untuk tidak mendekatkan jari kepadanya, yang oleh bayi itu lalu ditangkap sambil memekik-mekik dan meronta-ronta dengan seluruh tubuhnya, tidak mungkinlah untuk tidak menyodorkan bibir yang oleh bayi itu lalu ditempelkan dengan mulutnya, menyerupa i c iuman. Dan semua itu memang dilakukan Anna; ia pegang tangan bayi itu, ia paksakan bayi itu melonjak-lonjak, dan ia c ium pipinya yang segar dan siku tangannya yang telanjang; tapi melihat anak itu, semakin jelas baginya bahwa perasaan yang ada padanya terhadap anak itu bisa dikatakan bukan perasaan cinta dibandingkan dengan apa yang i a rasakan terhadap Seryozha. Dalam diri anak yang pertama itu, sekalipun ia peroleh dari orang yang tak dicinta inya, ia telah menuangkan segenap cintanya yang tak memperoleh imbalan; anak kedua itu memang dilahirkan dalam suasana yang sangat berat, tapi untuk anak itu ia tuangkan tak sampai seperseratus perhatian yang dituangkannya kepada anaknya yang pertama. Selain itu, untuk anak perempuan itu segalanya masih berupa masa depan, sedangkan Seryozha sudah hampir menjadi manusia dewasa yang punya watak sendiri, dan watak yang d icintainya pula; dalam diri anak pertama itu sudah bertarung berbagai pikiran dan perasaan yang melulu milik anak itu sendiri; ia mengerti, ia menc inta, dan i a menilai ibunya, demikian menurut pendapat Anna sesudah mendengar kata-kata dan melihat tatapan mata anak itu. Dan kini ia, untuk selama-lamanya, terpisah dengan anak itu bukan hanya secara fisik melainkan juga rohaniah, dan memperbaiki keadaan itu sudah tak mungkin lagi.
Anna menyerahkan anak perempuan itu kepada tukang menyusui, melepaskannya, kemudian membuka medalion yang
181 182 ANNA KAR"NINA berisi potret Seryozha ketika anak itu hampir seumur dengan anak perempuan itu. Kemudian i a berdiri, melepaskan topi, lalu mengambil album dari atas meja, di mana tersimpan potretpotret anak lelaki itu dalam berbagai usia. Ia ingin membandingbandingkan potret itu dan mulailah ia mengeluarkannya dari album. D ikeluarkannya semua potret itu. Hanya satu yang tertinggal, yaitu potret terakhir, yang terbaik. Di situ Seryozha mengenakan kemeja putih, duduk seperti menunggang kuda di atas kursi, dengan alis mengerenyit dan mulut tersenyum. Itu adalah ekspresi wajahnya yang paling khas dan paling baik.
Dengan jemari putih pipih kini beberapa kali Anna mencoba mencongkel sudut potret anaknya itu, tapi tiap kali lepas saja dan ia tak bisa mencopotnya. P isau kertas tak ada di atas meja, maka ditanggalkannya kartu yang ada di dekatnya (itu adalah potret Vronskii yang dibuat di Roma, mengenakan topi bundar dan dengan rambut panjang) dan dengan kartu itu dicongkelnya potret sang anak. "Nah, ini dia!" katanya il memandang potret Vronskii, dan tiba-tiba ia pun teringat siapa yang menjadi penyebab kesedihannya sekarang ini. Tak satu kali pun sepanjang pagi itu ia tak teringat Vronskii. Tapi sekarang, melihat wajah yang gagahberani, mulia, sangat dikenalnya dan simpatik itu, tiba-tiba i a merasakan datangnya banjir cinta kepadanya.
"Di mana dia sekarang" Bagaimana mungkin ia meninggalkan aku sendirian dengan penderitaanku"!" pikirnya tiba-tiba dengan sikap mencela, tak ingat bahwa ia sendiri menyembunyikan semua yang berkenaan dengan anak lelakinya dari lelaki itu. Maka disuruhnya orang menemui dia untuk memintanya datang sekarang juga; dinantikannya Vronskii dengan jantung berhenti berdetak sambil memikir-mikirkan kata-kata yang akan i a gunakan untuk menyampaikan semua persoalan dan juga memikir-mikirkan ekspresi cinta Vronskii yang mungkin akan menedubkan hatinya. Orang suruhan kembali membawa jawaban bahwa Vronskii sedang menerima tamu, tapi sebentar lagi ia akan datang, dan ia juga memerintahkan untuk bertanya kepada Anna apakah Anna bisa menerima dia bersama Pangeran Yashvin yang telah datang di Petersburg. "la tidak datang sendirian, padahal untuk makan siang
LEOTOLSTOI kemarin ia tidak bersamaku," pikir Anna. "Dia akan datang, tapi tidak memberi kesempatan kepadaku untuk menyatakan segalanya padanya; dia datang bersama Yashvin." Dan mendadak-sontak datang pikiran yang aneh padanya: bagaimana kalau Vronskii sudah tak mencintainya lagi"
Dan ket ika menimbang-nimbang berbagai peristiwa hari-hari terakhir itu, ia pun merasa bahwa dalam semua peristiwa itu jalan pikirannya yang mengerikan benar, yakni: kemarin Vronskii tidak makan siang di rumah, bahwa Vronski i bersikeras agar selama di Petersburg mereka tinggal terpisah, bahwa sekarang pun Vronskii datang kepadanya tidak sendirian, seakan menghindari pertemuan mata dengan mata.
"Tapi dia harus mengatakan itu padaku. Aku perlu mengetahuinya. Kalau aku bisa mengetahuinya, aku akan tahu apa yang
kulakukan," katanya kepada d iri sendiri, tak mampu lagi membayangkan keadaan yang bakal dihadapi nya apabila ia yakin Vronskii memang bersikap masa bodoh. Menurut pikirannya, Vronskii sudah tak mencintainya lagi; maka ia pun merasa dirinya dekat dengan perasaan putusasa, dan akibatnya ia merasa sangat gelisah. Ditariknya lonceng untuk memanggil gadis pesuruh, lalu masuk ke kamar rias. Dalam berdandan ia mengenakan riasan lebih banyak daripada hari-hari belakangan itu, seakan-akan sesudah tak menci ntainya lagi Vronskii bakal jatuh cinta lagi kepadanya apabila ia mengenakan gaun dan r iasan yang lebih cocok untuknya. Belum lagi siap merias diri ia sudah mendengar bunyi lonceng. Ketika ia masuk ke kamar tamu ternyata bukan Vronskii yang menyambutnya dengan pandangan mata, tapi Yashvin. Vronskii sendiri sedang melihat-lihat potret-potret anak lelaki Anna yang ditinggalkan di meja dan tidak lekas-lekas menoleh kepadanya.
"Kita sudah saling kenal," kata Anna sambi mengulurkan tangannya yang mungil ke arah tangan Yashvin yang besar sekali; Yashvin waktu itu tampak kebingungan ( dan sikap itu amat mengherankan mengingat badannya yang begitu besar dan wajahnya yang begitu kasar). "Kenai sejak tahun lalu, di pacuan. Kemarikan," katanya lagi sambil dengan gerak cepat mengambil dari tangan Vronskii potret-potret anaknya yang waktu itu sedang dilihat Vronskii,
183
Anna Karenina Jilid 2 Karya Leo Tolstol di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
184 ANNA KAR"NINA dan dengan mata berkilauan ditatapnya Vronskii. "Tahun ini bail< pacuannya" Tahun ini saya tidak menyaksikan, dan sebagai gantinya saya menyaksikan pacuan Korso di Roma. Tapi saya kira Anda tak bakal senang dengan kehidupan di luar negeri itu," katanya sambil tersenyum lembut. "Saya kenal Anda, dan kenal dengan selera Anda, meskipun jarang bertemu Anda."
"Sayang sekali, sebab selera saya lebih buruk lagi sekarang ini," kata Yashvin sambil menggigit kumis kirinya.
Sesudah berbicara beberapa lama dan melihat Vronskii melihat arlojinya, Yashvin pun bertanya kepada Anna apakah i a akan lama tinggal di Petersburg, lalu membungkukkan badannya yang besar sekali dan mengambil pet.
"Agaknya tidak lama," kata Anna malu sambil menoleh ke arah Vronskii.
"Jadi kita tak akan bertemu lagi?" kata Yashvin sambil berdiri kepada Vronskii. "Di mana kamu akan makan siang?"
"Di sini saja makan siangnya," kata Anna tegas, seakan sedang marah kepada diri sendiri karena sikap malunya. Tapi seperti biasa kalau sedang menunjukkan keadaan dirinya kepada orang barn, wajahnya pun memerah. "Makan siang di sini memang tak beg itu baik, tapi setidak-tidaknya Anda bisa bertemu dengan dia. Di antara teman-teman resimen, tak ada yang lebih disayangi Aleksei daripada Anda."
"Sa y a senang sekali," kata Yashvin tersenyum, dan dari senyuman itu Vronskii melihat bahwa Yashvin senang dengan Anna.
Yashvin membungkukkan badan untuk keluar, sedangkan Vronskii tinggal di belakang.
"Kamu juga pergi?" tanya Anna kepada Vronskii.
"Sudah terlambat," jawab Vronskii. "Duluanlah, sebentar lagi kususul," serunya kepada Yashvin.
Anna memegang tangan Vronskii, dan tanpa mengedip ia menatap Vronskii, menari-cari dalam pikirannya apa yang hendak i a katakan untuk menahan agar Vronskii tidak pergi.
"Tunggu, ada yang hendak kukatakan," dan dipegangnya tangan Vronskii yang pendek, dan ditekankannya ke lehemya sendiri. "Ya, tak apa-apa, kamu akan mengundangnya makan siang?"
LEOTOLSTOI "Itu bail< sekali," kata Vronskii tersenyum tenang, memperli hatkan g iginya yang rapat, lalu mencium tangan Anna.
"Aleksei, apakah perasaanmu tak berubah padaku?" kata Anna, dan dengan kedua tangan dihimpitnya tangan Vronskii. "Aleksei, aku tersiksa di sini. Kapan kita pergi?"
"Sebentar lagi, sebentar lagi. Kamu barangkali tak percaya alangkah berat terasa olehku hidup kita d i sini," kata Vronskii menarik tangannya.
"Yah, pergilah sana!" kata Anna tersinggung, lalu meninggalkan Vronskii cepat.
XX XII Ketika Vronskii pulang Anna masih belum ada di rumah. Menurut keterangan yang diperolehnya, sesudah ia pergi ada seorang perempuan mendatangi Anna, lalu Anna pergi bersama perempuan itu. Bahwa Anna telah perg i tanpa memberitahu ke mana, bahwa sampai sekarang Anna belum pulang, dan bahwa pagi harinya Anna telah pergi entah ke mana tanpa menyatakan sesuatu kepadanyasemua itu, ditambah dengan ekspresi menantang di wajah Anna dan nada permusuhan yang diperlihatkan saat Anna merebut potret anaknya dari dia disaksikan Yashvin, memaksa Vronskii merenung. Ia pun memutuskan untuk bicara dari hati ke hati dengan Anna. Dan dinantikannya Anna di kamar tamu Anna. Tapi temyata Anna pulang tidak sendirian; i a membawa serta bibinya, seorang perawan tua, Nona Pangeran Oblonskaya. Perempuan itu pula yang datang pagi harinya dan kemudian menyertai Anna pergi belanja. Anna seakan tak memerhatikan airmuka Vronskii yang prihatin mengandung tanda tanya, sebaliknya dengan gembira i a menceritakan kepadanya apa yang telah dibelinya pagi itu. Vronskii melihat bahwa dalam Anna telah terjadi sesuatu yang istimewa; di matanya yang berseri saat mata itu sekilas-pi ntas menatapnya, terasa adanya minat yang dipaksakan, dan dalam ucapan dan geraknya terasa adanya keresahan dan keanggunan, yang
"Sayang sekali, saya justru tak bisa pergi antara setengah tujuh dan sembilan itu," katanya sedikit tersenyum.
"Nyonya Pangeran akan sangat kecewa." "Saya juga."
"Apakab Anda akan mendengarkan Patti?" kata Tushkevich. "Patti" Jadi terpikir oleh . Saya mau per g i kalau dapat kursi loge."
"Saya bisa memperolehnya," kata Tushkevich menawarkan. "Saya akan sangat berterimakasih kepada Anda," kata Anna. "Tapi apakah Anda tak akan makan siang dengan kami?"
Vronskii mengangkat babu nyaris tak terlihat. Ia betul-betul tak mengerti apa yang sedang dilakukan Anna. Buat apa dia membawa pulang Nona Pangeran tua itu, buat apa dia menga jak Tushkevich ikut makan siang, dan yang paling mengherankan, buat apa dia menyuruh Tushkevich mencari karcis loge itu" D ikiranya ia bisa, dalam keadaannya sekarang ini, pergi melihat pertunjukan Patti, di mana nanti akan hadir seluruh kalangan bangsawan yang dikenalnya. Dengan pandangan sungguh-sungguh ditatapnya Anna, tapi Anna membalas tatapan itu dengan tatapan menantang seperti tadi juga, bukannya tatapan gembira, juga bukan tatapan putusasa, dan ia tak mampu memabami apa maknanya. Saat makan siang itu Anna amat gembira; seakan ia sedang mencumbu Tushkevich dan Yasbvin. Usai makan siang, ketika Tushkevich pergi mencari karcis, sedangkan Yashvin pergi merokok, Vronskii menyertai Yashvin turun ke kamarnya. Di sana i a duduk beberapa waktu, lalu berlari naik. Anna sudah mengenakan gaun sutra bercampur beledu warna terang yang di jab itnya di Paris, dengan dada terbuka, dan dengan
LEOTOLSTOI renda mahal warna putih membi ngkai wajahnya yang memancarkan kecantikan yang sangat cemerlang.
"Anda rupanya betul-betul mau pergi ke teater?" kata Vronskii berusaha tak memandang Anna.
"Kenapa Anda bertanya dengan nada ketakutan?" kata Anna yang kembali merasa tersinggung karena Vronskii tak mau memandangnya. "Kenapa pula saya tak boleh pergi?" Anna berpura-pura tak mengerti makna kata-kata Vronskii. "Tentu saja ada alasannya, kenapa," kata Vronskii mengerutkan kening.
"Itu juga yang mau saya katakan," kata Anna yang dengan sengaja tak mau memahami ironi nada bicara Vronskii, dan dengan tenang i a menarik sarung tangannya yang panjang berbau harum ke atas.
"Anna, demi Tuhan! Apa yang terjadi dengan Anda?" kata Vronskii menyadarkan Anna, tepat seperti pernah dilakukan suaminya dulu.
"Saya tak mengerti apa yang Anda tanyakan." "Anda tahu bahwa Anda tak mungkin pergi ke sana." "Kenapa" Saya pergi tidak sendirian. Nona Pangeran Varvara sudah pergi untuk berpakaian, dan i a akan pergi dengan saya."
Vronskii mengangkat bahu dengan wajah tak mengerti dan putusasa.
"Tapi apa Anda tak tahu ... ," kata Vronskii mulai.
"Ah, saya tak mau tahu itu!" kata Anna nyaris berteriak. "Tak mau saya. Apa saya menyesali apa yang sudah saya lakukan" Tidak, tidak, dan sekali lagi tidak. Dan sekiranya kembali seperti dulu lagi, dari awal lagi, itu sama saja buat saya. Untuk kita, untuk saya dan untuk Anda yang penting cuma satu: apakah kita saling menc inta. Pertimbangan lain tak ada. Buat apa kita di sini tinggal berpisahan dan tak saling jumpa" Kenapa saya tak boleh pergi" Aku cinta padamu, dan buatku apapun sama saja," kata Anna dalam bahasa Prancis, dan sambil menatap Vronskii dengan rona mata khusus. "Itu kalau kamu belum berubah. Kenapa kamu tak menatapku?"
Vronskii pun menatap wajah Anna. D ilihatnya seluruh kecantikan wajah Anna dan kemegahan pakaiannya yang selalu cocok dengan
187 188 ANNA KAR"NINA dia. Tapi justru kecantikan dan keanggunannya itu yang sekarang membuatnya naik darah.
"Perasaan saya tak mungkin berubah, itu Anda tahu, tapi saya minta Anda tidak pergi, saya mohon Anda tidak pergi," kata Vronskii kembali dalam bahasa Prancis, dengan suara mengandung permohonan mesra, tapi dengan tatapan mata dingin.
Anna tak mendengarkan kata-kata itu, tapi melihat tatapan matanya yang dingin, dan dengan naik darah ia menjawab:
"Sekarang saya minta Anda menyatakan kepada saya, kenapa saya tak boleh pergi."
"Karena itu bisa mengakibatkan Anda ... ," di sini ia jadi bingung.
"Samasekalisaya takmengerti. Yashvin n' estpascompromettant, " 2 dan Nona Pangeran Varvara samasekali tak Iebih buruk daripada orang lain. Ini dia datang."
XXXIII Untuk pertama kali Vronskii merasa jengkel terhadap Anna, bahkan hampir benci, karena dengan sengaja Anna tak mau memahami keadaannya. Perasaan itu lebih keras lagi karena ia tak bisa mengungkapkan penyebab kejengkelannya. Sekiranya ia bisa langsung mengatakan apa yang dipikirkannya, bunyinya kira-kira akan demi kian: "Muncul di teater dengan berpakaian megah seperti itu, dan be a Nona Pangeran yang sudah dikenal semua orang berarti mengakui keadaan sebagai perempuan yang sudahjatuh, apalagi memberikan tantangan pada kalangan bangsawan, dan itu berarti memutuskan hubungan dengan mereka untuk selamanya."
Ia tak bisa mengucapkan kata-kata itu kepada Anna. "Tapi bagaimana mungkin dia tak memahami hal itu" Apa yang sesungguhnya terjadi dengannya?" katanya kepada sendiri. Sementara itu ia merasa bahwa sejalan dengan merosotnya rasa hormat kepada Anna, makin meningkat pula kesadarannya akan kecantikan perempuan itu.
12 Yashvin n'est pas compromettant (Pr): Yashvin tidak mungkin menodai namaku.
LEOTOLSTOI Sambil mengemyitkan kening, kembali ia masuk ke kamamya; di situ ia duduk di dekat Yashvin yang waktu itu menjulurkan kakinya yang panjang ke meja sambil minum konyak campur air Seiter, dan ia pun minta diberi minuman itu pula.
"Kamu bicara tentang si Perkasa milik Lankovskii. Itu kuda bagus, dan ada ba iknya kamu membeli kuda itu," kata Yashvin sambil menatap wajah kawannya yang murung. "Memang pantatnya terlalu berat, tapi kaki dan kepalanya tak ada yang lebih baik daripada itu."
"Kupikir memang akan kuambil," jawab Vronskii. Ia bicara tentang kuda, tapi semenit pun tak melupakan Anna, dan tanpa dikehendakinya ia pun mendengar-dengarkan bunyi langkah kaki di koridor, dan memandang-mandang jam di atas perapian.
"Anna Arkadyevna memerintahkan melaporkan kepada bahwa beliau sudah berangkat ke teater," kata seorang pelayan.
Yashvin menuangkan satu sloki konyak lagi ke air yang berbunyi mendesis, mereguknya, lalu berdiri sambil mengancingkan pakaian.
"Kita pergi?" katanya sambil tersenyum tipis; dengan senyuman itu ia menunjukkan bahwa ia mengerti sebab murungnya Vronskii, tapi itu tak gapnya penting.
" Aku tak pergi," jawab Vronskii murung.
" Aku sendiri perlu pergi karena sudah janji. Kalau begitu, selamat tinggal. Atau kamu ambil karcis biasa; ambil tempat duduk Krasinskii," tambah Yashvin sambil keluar.
"Tidak, aku punya banyak pekerjaan."
"Punya istri banyak urusan, lebih banyak lagi urusan kalau bukan istri," pikir Y ashvin sambil keluar dari hotel.
Sesudah tinggal sendirian, Vronskii bangkit dari kursi dan mulai berjalan mondar-mandir di dalam kamar.
"Apa yang mesti kulakukan sekarang" Pertunjukan keempat.. .. Yegor dan istrinya ada di sana, dan barangkali juga ibunya. Berarti seluruh Petersburg ada di sana. Sekarang dia masuk, melepaskan mantel bulunya, dan tampil di tempat terang. Tushkevich, Yashvin, Nona Pangeran Varvara ... ," demikian terbayang olehnya. "Lalu
189 190 ANNA KAR"NINA aku sendiri" Satu dari dua: aku takut atau sudah menyerahkan perlindungan dia kepada Tushkevich" Bagaimanapun ini bodoh, ya, bodoh .... Dan kenapa pula ia posisikan diriku dalam keadaan seperti ini?" katanya sambil membuang tangan.
Karena gerakannya itu, ia menyentuh meja kecil di mana terletak air Seiter dan grafin isi konyak sehingga hampir saja merobohkannya. Ia coba menangkapnya, tapi terlepas, dan dengan kesal meja itu tersodok oleh kakinya. Ia pun menarik lonceng.
"Kalau kamu mau kerja," katanya kepada pesuruh kamar yang datang, "kamu mesti ingat pekerjaanmu. Jangan terulang lagi ini. Bikin heres."
Pesuruh kamar yang merasa tak bersalah ingin membela diri, tapi ketika ia lihat wajah tuannya, mengertilah ia bahwa ia harus berdiam diri; dengan ogah-ogahan i a pun segera berjongkok dan memunguti sloki dan botol, baik yang masih utuh maupun yang sudah pecah.
"Itu bukan urusanmu, suruh pembantu bersihkan, dan siapkan baju smokingku."
Vronskii masuk ke teater pukul setengah sembilan. Pertunjukan sedang mencapai puncaknya. Pembantu tua melepaskan mantel bulu Vronskii; ketika ia mengenali Vronskii, ia menyebutnya "Yang Mulia", dan mengatakan bahwa Vronskii tak perlu mengambil nomor mantel, cukup nanti sekadar memanggil "Fyodor". Di koridor yang terang itu tak ada orang lain kecuali si pembantu dan dua orang pesuruh yang memegang mantel bulu dan mendengarkan suara pertunjukan dari pintu. Dari balik pintu yang sedikit terbuka terdengar bunyi musik iringan staccato yang dimainkan orkes dengan cermat, dan suara penyanyi perempuan yang dengan jelas mengucapkan suatu kalimat musik. Pintu terbuka, dan menyelinaplah seorang pembantu, dan kalimat yang mendekati akhir itu memesona pendengaran Vronskii. Tapi seketika itu pintu tertutup kembali, dan Vronskii tak bisa mendengar ujung kalimat beserta kadens-nya, tapi dari tepuk tangan gemuruh di balik pintu Vronskii mengerti bahwa kadens
LEOTOLSTOI sudah selesai. Ketika ia memasuki ruangan yang terang-benderang disinari lampu kandil dan lampu gas dari perunggu, suara gemuruh masih terdengar. Seo rang penyanyi perempuan dengan bahu terbuka dan hiasan berlian berkilauan membungkuk dalam-dalam sambil tersenyum, dan dengan bantuan penyanyi tenor yang memegang tangannya memunguti untaian bunga yang beterbangan melewati lampu kaki; kemudian i a mendekat i seorang tuan yang berambut mengkilat oleh minyak pomade dan tersibak di tengah, yang waktu itu mengulurkan sesuatu dengan tangannya yang panjang melewati lampu kaki; maka seluruh hadirin di tingkat bawah, juga para penonton di tingkat loge, sibuk menyerbu ke depan, memekik-mekik dan bertepuk tangan. Konduktor membantu menyampaikan barang itu dari tempatnya yang tinggi, dan membetulkan letak dasinya yang putih. Vronskii masuk ke tengah ruangan tingkat bawah; di situ ia berhenti, lalu memandang ke sekitar. Tak seperti bi asa, sekarang ia kurang memerhatikan suasana yang sudah biasa baginya dan sudah dikenalnya: Ia kurang memerhatikan panggung, suara gemuruh, ataupun kelompok penonton yang pusparagam dan tak menarik yang dikenalnya, yang memadati teater.
Seperti biasa, para perempuan beserta para perwira juga memenuhi ruangan loge; seperti biasa-entah siapa saja itu-para perempuan dengan pakaian pusparagam itu juga disertai para lelaki berseragam atau berjas panjang; juga rombongan besar orang yang keadaannya kotor itu, dan di tengah-tengah mereka, di tingkat loge dan di barisan-barisan pertama tingkat bawah ada sekitar empatpuluh orang lelaki dan perempuan sejati. Seketika itu Vronskii tertarik pada berbaga i kelompok tersebut, dan saat itu pula mulai berhubungan dengannya.
Satu babak pertunjukan telah usai ketika ia masuk. Karena itu tanpa singgah di loge tempat saudaranya duduk, ia terns berjalan sampai barisan pertama tingkat bawah dan berhenti di dekat lampu kaki, di mana Serpukhovskoi berdiri dan waktu itu sedang menekuk lutut dan mengetuk-ngetuk dinding orkes dengan sol sepatunya, dan ketika dilihatnya Vronskii dari jauh, dipanggilnya Vronskii dengan senyumnya.
Vronskii belum lagi melihat Anna, tapi dengan sengaja ia me191 192 ANNA KAR"NINA mang tak memandang ke jurusan Anna. Namun lewat pandangan mata orang pun ia tahu di mana Anna berada. Tanpa kentara ia memandang ke sekeliling, tapi tidak mencari-cari Anna; sekadar bersiap menantikan hal terburuk, dengan matanya ia pun mencaricari Aleksei Aleksandrovich. Untung baginya, karena kali ini Aleksei Aleksandrovich tak ada di gedung teater.
"Kamu ini hampi r tak memperlihatkan sifat kemiliteran!" kata Serpukhovskoi kepadanya. "Diplomat, artis, atau yang sejenis itu kamu sekarang ini."
"Ya, begitu pulang, aku terus pakai jas," jawab Vronskii sambil tersenyum, dan pelan-pelan mengeluarkan kekernya.
"Nab, di sini terus-terang aku iri padamu. Ketika aku kembali dari luar negeri dan mengenakan ini," ia pun menyentuh pita kehormatannya, "aku menyayangkan kebebasanku."
Serpukhovskoi sudah lama melupakan kedinasan Vronskii, tapi ia tetap sayang kepada Vronskii, dan sekarang pun ia bersikap mesra sekali kepadanya.
"Sayang kamu terlambat lihat babak pertama."
Vronskii hanya mendengarkan dengan sebelah telinga; kini ia mengalihkan arah kekernya dari boks ke balkon bawah, lalu melihatlihat loge. Di dekat perempuan yang mengenakan sorban dan seorang lelaki tua botak yang terlihat marah lewat kaca keker yang terus bergerak itu, Vronskii tiba-tiba melihat kepala Anna yang tegak, cantik memikat, dan tersenyum dalam bingkai kain renda. Anna duduk di dalam boks kelima, kira-kira duabelas langkah dari dirinya. Ia duduk di depan agak menoleh sedikit dan sedang mengatakan sesuatu kepada Yashvin. Posisi kepala d i atas bahunya yang indah, sinar matanya yang bergairah namun terkendali, dan sinar seluruh wajahnya mengingatkan dia kepada Anna seperti dilihatnya di balkon di Moskwa dulu. Tapi sekarang Vronskii merasakan kecantikannya itu lain samasekali. Dalam perasaannya, perempuan itu sekarang tak punya kerahasiaan samasekali. Karena itu kecantikannya, walaupun sekarang lebih banyak dibandingkan sebelumnya, hanya sekadar memi kat sekali gus menyakitkan hatinya. Anna tak memandang ke arahnya, tapi Vronskii merasa Anna sudah meli . Ketika Vronskii kembali mengarahkan kekernya ke sana, ia
LEOTOLSTOI melihat wajah Nona Pangeran Varvara merah sekali; ia sedang ketawa tak wajar dan terus-menerus menoleh ke loge di sebelahnya. Anna sendiri melipat kipasnya dan mengetuk-ngetukkan kipas itu ke kain boks dari beledu merah sambil memandang entah apa, tapi ia tak melihat apa-apa, dan agaknya memang tak ingin melihat apa yang terjad i di loge sebelah itu. D i wajah Yashvin tampak ekspresi yang biasa terlihat bila ia kalah main. Ia mengerutkan kening, makin lama makin dalam ia memasukkan kumis kirinya ke mulut, dan ia pun menjeling ke loge sebelah.
Di loge itu, di sebelah kiri, duduk suami-istri Kartasov. Vronskii mengenal mereka dan juga tahu bahwa Anna kenal mereka. asova, perempuan kecil-kurus itu, berdiri dan dengan membelakangi Anna sedang mengenakan mantel luar yang disodorkan suaminya. Wajahnya tampak pucat marah, dan ia rupanya sedang mengatakan sesuatu dengan sengit. Kartasov yang gemuk botak tampak terus-menerus menatap ke arah Anna dan mencoba menenangkan istrinya. Ketika istrinya sudah keluar, ia masih terus berlambat-lambat, mencari-cari Anna dengan matanya, agaknya ia ingin membungkukkan badan kepada Anna. Tapi Anna agaknya dengan sengaja tak memerhatikannya, tapi menoleh ke belakang, mengatakan sesuatu kepada Yashvin yang waktu itu membungkuk ke arahnya dengan kepala tercukur. Kartasov keluar tanpa membungkukkan badan, dan loge pun tinggal kosong.
Vronskii tak mengerti apa yang sesungguhnya terjadi antara suami-istri Kartasov dan Anna, tapi ia tahu telah terjadi sesuatu yang menghinakan Anna. Ia tahu ha! itu dari apa yang dilihatnya, tapi lebih-lebih dari wajah Anna yang menurut penangkapannya sudah mengerahkan tenaga terakhir untuk mempertahankan peranan yang telah dipilihnya. Dan peranan dengan ketenangan fisik itu memang cukup berhasil ia mainkan. Barang siapa tak mengenal Anna dan lingkungannya, tak mendengar semua ungkapan keprihatinan, kemarahan, dan keheranan para perempuan terhadapnya, karena ia telah memberanikan diri memperlihatkan diri di kalangan bang n dan menampilkan diri demikian mencolok, dengan tutup kepala berenda dan kecantikannya, maka ia akan kagum melihat ketenangan dan kecantikan perempuan itu, dan tak bakal
193 194 ANNA KAR"NINA menyangka bahwa perempuan itu sedang merasakan dirinya sebagai orang yang diikatkan ke sula aib.
Tahu bahwa telah terjadi sesuatu, tapi tak tahu apa yang sesungguhnya terjadi, Vronskii pun merasakan keresahan yang sangat menyiksa, dan dengan harapan bisa mengetahui sesuatu pergilah ia ke loge tempat saudaranya duduk. Dengan sengaja ia melewati tingkat bawah yang berhadapan dengan loge tempat Anna duduk, dan ketika sedang keluar ia melewati tempat bekas komandan resimennya yang waktu itu sedang berbicara dengan dua orang kenalannya. Vronskii mendengar nama suami-istri Karenin disebut, dan ia melihat komandan resimen dengan cepat dan dengan keras menyebut nama Vronskii sambil menoleb ke arah kedua teman bicaranya dengan pandangan penuh arti.
"Aa, Vronskii! Kapan datang ke resimen" Kami tak akan melepaskan kamu tanpa pesta. Kamu kawan yang paling lama," kata komandan resimen.
"Aku tak sempat, sayang sekali, sampai lain kali," kata Vronskii, lalu berlari naik tangga menuju loge saudaranya.
Nyonya Pangeran Tua, ibu Vronskii, duduk di loge bersama saudara Vronskii. Varya bersama Nona Pangeran Sorokina iajumpai di koridor balkon bawah.
Sesudah mengantar Nyonya Pangeran Sorokina kepada ibunya, Varya mengulurkan tangan kepada iparnya dan langsung mulai berbicara tentang bal yang menarik perbatian Vrosnkii itu. Varya amat bergairah, suatu bal yang jarang terlibat padanya. "Menurut pendapatku, itu hina dan memuakkan, dan Madame
ova tak pun ya hak samasekali. Madame Karenina ... ," demikian ia mulai.
"Tapi apa yang terjadi" Aku tak tahu." "Lo, kamu belum dengar?"
"Kamu tahu, akulah yang terakbir mendenga ." "Tak ada makbluk yang lebib jabat dari Kartasova itu." "Tapi apa yang dia lakukan?"
"Suamiku bilang .... Dia telah menghina Karenina. Lalu suaminya bicara dengan Karenina lewat loge, dan Kartasova bikin onar. Kata orang, dia memekikkan kata hinaan, lalu keluar."
LEOTOLSTOI "Graf, Mama Anda memanggil," kata Nona Pangeran Sorokina sambil menjenguk dari pintu loge.
"Aku menunggu-nunggu kamu," kata ibunya kepada Vronskii sambil tersenyum mengejek. "Kamu samasekali tak kelihatan."
Vronskii melihat bahwa ibunya tak bisa lagi mengekang senyum senangnya.
"Selamat malam, Mama. Saya memang mau kemari," kata Vronskii dingin.
"Kenapa kamu tidak faire la cour a madame Karenine?"" 3 sambung ibu Vronskii ketika Nona Pangeran Sorokina sudah pergi. "Elle fait sensation. On oublie la Patti pour elle. ?" 4
"Mama, saya minta Mama tak bicara soal itu dengan saya," jawab Vronskii sambil mengerutkan kening.
"Aku bicara tentang hal yang di bicarakan semua orang." Vronskii tak memberikan jawaban apapun, dan sesudah mengucapkan beberapa kalimat kepada Nona Pangeran Sorokina ia pun keluar. Di pintu ia bertemu dengan saudaranya.
"Aa, Aleksei!" kata saudaranya. "Sungguh memuakkan! Orang goblok, tak lebih daripada itu .... Aku baru mau menjumpai dia. Mari sama-sama."
Vronskii tak mendengarkannya. Dengan langkah cepat i a pun t ; ia merasa perlu melakukan sesuatu, tapi tak tahu apa itu. Rasa jengkel kepada Anna yang telah mendudukkan diri sendiri dan dirinya dalam keadaan yang demikian palsu, ditambah dengan rasa kasihan kepada Anna yang menderita itu, kini menggundahkan dia. Turunlah ia ke tingkat bawah, lalu langsung menuju boks Anna. Di dekat boks itu berdiri Stremov yang sedang berbicara dengan Anna. "Penyanyi tenor tak ada lagi. Le moule en est brise. " " s Vronskii membu ka n badan kepada Anna dan berhenti untuk menyapa Stremov.
"Anda rupanya terlambat dan tak mendengarkan aria yang
13 Faire la cour a madame Karenine" (Pr): Menemani Madame Karenina"
" Ell e fait sensation. On oublie la Patti pour el/e (Pr): Dia bikin sensasi. Gara-gara dia
orang lupa Patti. 15 Le moule en est brise (Pr) : Cetakan sudah pe
"Dalam hal ini saya penilai yang buruk," kata Vronskii sambil menatap Anna dengan kereng.
"Seperti juga Pangeran Yashvin," kata Anna tersenyum, "yang berpendapat bahwa Patti menyanyi terlalu keras."
"Terimakasih banyak," kata Anna ketika ia menerima program yang diulurkan Vronskii kepadanya dan diterimanya dengan t nya yang mungil mengenakan g tangan panjang, tapi saat itu pula wajahnya yang cantik tiba-tiba bergetar. Ia berdiri, lalu pergi ke bagian belakang loge.
Melihat bahwa dalam babak berikutnya loge tempat Anna menonton kosong, Vronskii pun keluar dari tingkat bawah dan pulang, di tengah desisan penonton yang mulai tenang begitu mendengar bunyi-bunyi cavatina.
Anna sudah ada di rumah. Ketika Vronskii masuk ke kamarnya, Anna masih mengenakan pakaian kebesaran yang dipakainya di teater tadi. Ia duduk di kursi besar pertama di dekat dinding dan memandang lurus ke depan. Ke arah Vronskii ia menoleh sejenak, tapi seketika itu pula kembali pada sikap semula.
"Anna," kata Vronskii.
"Kamu, ya, kamu yang salah dalam semua ini!" teriak Anna dengan airmata putusasa dan dengan suara marah sambil berdiri.
"Aku sudah minta, aku sudah mohon agar kamu tidak pergi; aku tahu kamu akan mengalami hal yang tak mengenakkan .... "
"Tak mengenakkan!" teriak Anna. "Mengerikan! Kapanpun aku tak akan lupa ini. Perempuan itu bilang, aib buatnya duduk di sampingku."
"ltu kata-kata perempuan bodoh saja," kata Vronskii. "Tapi buat apa menempuh risiko, menantang .... "
"Aku benci dengan ketenanganmu. Kamu mestinya tak membiarkan aku sampai begini. Kalau kamu c inta padaku .... " "Anna! Apa hubungan ini dengan c intaku .... "
"Ya, kalau kamu mencintai seperti aku, kalau kamu merasa tersiksa seperti aku," kata Anna sambil menatap Vronskii dengan rasa ngeri.
LEOTOLSTOI Vronskii merasa kasihan kepada Anna, tapi juga jengkel. Maka i a bujuk Anna dengan cintanya, karena menurut penglihatannya, hanya itu yang sekarang bisa menenangkan Anna, bukan dengan mencelanya lewat kata-kata, walaupun dalam hati ia tetap mencelanya.
Dan bujukan cinta yang menurut perasaannya sendiri menjemukan dan bahkan ia sendiri malu mengucapkannya, oleh Anna diserap seluruhnya, dan sedikit demi sedikit ia pun menjadi tenang. Harl beri mereka berdua pergi ke desa dalam keadaan sudah berdamai benar.
197 BAG IAN KEENAM Darya Aleksandrovna menghabiskan waktu musim panas bersama anak-anaknya di desa Pokrovskoye, di rumah adiknya, Kitty Levina. Rumah di miliknya sendiri samasekali sudah runtuh, dan Levin serta istrinya telah membujuk dia untuk menghabi skan musim panas di tempat mereka. Stepan Arkadyich cocok sekali dengan usul itu. Tapi ia mengatakan, sayang sekali pekerjaan tak memungkinkannya melewatkan waktu musim panas di desa bersama keluarga, walaupun acara itu akan merupakan kebahagiaan tertinggi baginya. Ia tetap tinggal di Moskwa, tapi sesekali ia akan datang ke desa untuk sehari-dua hari. Selain suami-istri Oblonskii dengan semua anaknya dan pendidik anak-anaknya, pada musim panas itu datang pula bertamu di rumah Levin Nyonya Pangeran Tua yang menganggap sebagai kewajibannya mengawasi anak perempuannya yang belum berpengalaman itu, yang kini sedang berada dalam keadaan demikian. Di luar itu, Varenka, sahabat Kitty dari luar negeri, telah memenuhi janjinya untuk datang bertamu ke rumah Kitty bila sudah bersuami, dan begitulah kini ia bertamu di rumah sahabatnya itu. Mereka semua adalah anggota keluarga dan sahabat istri Levin. Walaupun Levin sayang kepada mereka, ia agak menyesal juga bahwa dunia Levin dan tatanan Levin kini tertelan oleh "elemen Shcherbatskii'', demikian ia katakan kepada diri sendiri. Dari sanakkeluarga sendiri, di musim panas itu hanya Sergei Ivanovich yang bertamu, itu pun bukan dari kalangan keluarga Levin, melainkan dari kalangan keluarga Koznishov. Karena itu jiwa keluarga Levin di sini punah samasekali.
Di rumah Levin yang sudah lama kosong sekarang terdapat demikian banyak orang sehingga hampir semua kamar terisi, dan hampir tiap hari sewaktu duduk menghadap meja Nyonya Pangeran Tua terpaksa menghitung kembali semuanya dan mendudukkan cucunya, entah lelaki entah perempuan, pada meja khusus. Dan bagi
202 ANNA KAR"N!NA Kitty, yang dengan sungguh-sungguh berusaha mengatur rumahtangganya, tak sedikit pekerjaan berkenaan dengan mencari ayam, kalkun, bebek, untuk melayani selera makan para tamu dan anakanak di musim panas itu, yang jumlahnya cukup banyak juga.
Semua anggota keluarga duduk makan siang. Anak-anak Dolly bersama pendidik dan Varenka membuat rencana ke mana mereka akan per g i mencari jamur. Sergei Ivanovich, yang oleh semua tamu dihormati karena otak dan pengetahuannya, bahkan nyaris mereka puja, membuat orang yang sedang bicara tentangjamur itu heran.
"A jaklah saya. Saya senang sekali menca r i jamur," katanya sambil menoleh ke arah Varenka, "menurut saya, mencari jamur pekerjaan yang baik sekali."
"Yah, dengan amat senang ," jawab Varenka memerah wajahnya. Kitty berpandangan penuh arti dengan Dolly. Usul Sergei Ivanovich yang pintar dan berpengetahuan untuk pergi mencar i jamur bersama Varenka itu membenarkan dugaan Kitty, yang di waktu terakhir itu menyibukkan pikirannya. Maka ia pun segera bicara dengan ib agar pandangan matanya tak dilihat orang. Usai makan si ang Sergei Ivanovich duduk menghadap secangk ir kopi di dekat jendela kamar tamu, melanjutkan percakapan yang sudah i a mulai dengan adiknya sambil memandang-mandang ke pintu, karena dari pintu itu nanti akan keluar anak-anak yang akan pergi mencarijamur. Levin duduk dijendela dekat abangnya.
Kitty berdiri di dekat suaminya, agaknya menanti akhir percakapan yang tak menarik baginya itu, untuk mengatakan sesuatu kepada suaminya.
"Kamu berubah banyak sesudah kawin, dan ke arah yang baik," kata Sergei Ivanovich sambil tersenyum kepada Kitty yang agaknya tak tertarik pada percakapan yang sudah dimulai itu, "tapi tetap teguh berpegang pada semangat membela tema-tema yang paling paradoksal."
"Katya, t idak baik buat kamu berdiri," kata Levin kepada Kitty sambil menyodorkan kursi kepadanya dan menatapnya penuh arti.
"Nah, ya, aku tak ada waktu lagi," tambah Sergei Ivanovich ketika melihat anak-anak berlari keluar.
Paling depan Tanya, yang mengenakan kaos kaki panjang,
LEOTOLSTOI langsung berlari ke arah Sergei Ivanovich sambil mengayunkan keranjang dan topi lelaki itu.
Dengan berani ia berlari mendekati Sergei Ivanovich, dan dengan mata berseri mirip mata ayahnya yang indah diserahkannya topi Sergei Ivanovich setelah sebelumnya ia pura-pura hendak mengenakan topi itu sendiri, tapi disertai senyum mesra takut-takut untulc melunakkan sikap bebasnya.
"Varenka menanti," kata Tanya sambil dengan hati-hati mengenakan topi itu ke kepala Sergei Ivanovich, sesudah Sergei menyatakan lewat senyuman bahwa ia boleh melakukan hal itu.
Varenka berdiri di pintu, sudah ganti gaun cita kuning, berkerudung duk putih.
"Sebentar, sebentar, VarenkaAnd ," kata Sergei Ivanovich, lalu menghabiskan sisa kopinya dan memasukkan saputangan dan tempat rokok ke dalam sakunya.
"Menarik sekali Varenka hari ini! Aa?" kata Kitty kepada suaminya, beg itu Sergei Ivanovich berdiri. la katakan itu sedemikian rupa sehingga Sergei Ivanovich bisa mendengarnya, dan itulah yang agaknya ia kehendaki. "Dan bukan main cantiknya, cantik dan manis! Varenka!" seru Kitty, "kalian mau ke hutan tempat kinc ir" Kami nanti menyusul ke sana."
"Kamu rupanya lupa samasekali keadaanmu, Kitty," ujar Nyonya Pangeran Tua seraya buru-buru keluar pintu. "Kamu tak boleh teriak begitu keras."
Mendengar suara Kitty dan peringatan ibunya, dengan cepat dan dengan langkah ringan Varenka mendekati Kitty. Kecepatan geraknya, rona merah di wajahnya yang bergairah-semua itu menunjukkan bahwa dalam diri gadis itu sedang terjadi sesuatu yang luarbiasa. Kitty tahu hal yang luarbiasa itu, dan dengan saksama ia pun mengamatinya. Dia memanggil Varenka hanya agar diam-diam bisa memberkati Varenka atas peristiwa penting yang menurut Kitty pasti akan terjadi sebentar sesudah makan siang itu di hutan.
"Varenka, aku akan sangat bahagia jika nanti terjadi satu hal," kata Kitty berbisik sarnbil mencium Varenka.
"Apakah Anda akan pergi bersama kami?" kata Varenka bingung kepada Levin, pura-pura tak mendengar kata-kata yang ditujukan kepadanya.
203 204 ANNA KAR"N!NA "Saya akan pergi, tapi cuma sampai di penebahan gandum, di sana saya tinggal."
"Buat apa pula kamu ini?" kata Kitty.
"Perlu lihat gerobak-gerobak yang baru itu, dan lihat bisa memuat berapa," kata Levin. "Kamu sendiri akan ke mana?" "Ke teras."
Di teras berkumpul semua perempuan yang ada di rumah. Mereka memang biasa duduk di sana sesudah makan siang, tapi kali itu mereka ada alasan khusus. Selain menjahit rompi bayi dan merajut kain pengikat, mereka juga membuat manisan dengan cara yang bagi Agafya Mikhailovna masih baru, yaitu tanpa menambahkan air. Kitty memperkenalkan cara baru yang biasa dipakai orang di rumah orangtuanya. Agafya Mikhailovna, yang mula-mula ditugaskan melakukan pekerjan itu, menganggap bahwa hal yang di biasakan di keluarga Levin itu boleh saja, tapi ia tambahkan juga air pada buah arbei liar itu, karena dianggapnya cara yang lain adalah mustahil. Ia tertangkap basah ketika sedang melakukan hal itu, dan sekarang ia harus merebus buah arbei itu dengan disaksikan semua orang. Ia harus diyakinkan bahwa tanpa air pun manisan bisa baik hasilnya.
Agafya Mikhail kin i sibuk berputar-putar sekitar anglo dengan wajah marah dan kecewa, dengan rambut kusut dan dengan tangan kurus terbuka sampai ke siku. Ia pandangi buah arbei itu dengan wajah murung, dan dengan sangat ia mengharap buah itu segera mendingin, dan bukan justru terlalu matang. Nyonya Pangeran merasa, kemarahan Agafya Mikhailovna seharusnya ditujukan kepadanya sebagai penasihat utama dalam urusan merebus arbei, tapi ia pura-pura sibuk dengan hal lain dan tak peduli dengan arbei; ia bicara tentang hal yang lain samasekali, tapi terus saja melirik ke arah anglo.
"Untuk anak-anak, saya selalu beli gaun sendir i dengan harga murah," kata Nyonya Pangeran melanjutkan percakapan yang telah dimulai.... "Apa belum waktunya membuang busanya, Sayang?" tambahnya kepada Agafya Mikhailovna. "Kamu tak perlu melaLEOTOLSTOI kukannya sendiri, dan Iagi panas," katanya Iagi kepada Kitty.
"Aku yang mau melakukan," kata Dolly yang kemudian berdiri, dan dengan hati-hati menciduk gula yang membusa itu dengan sendok. Untuk melepaskan gula yang melekat di sendok, diketukketukkannya sendok ke piring yang sudah penuh busa beraneka warna, kuning kemerahan, dan sirop merah yang meleleh di sanasini. "Nant i mereka akan menjilati ini waktu minum teh!" pikirnya tentang anak-anaknya; i a ingat, i a sendiri pun semasa kanak-kanak dulu merasa heran kenapa orang dewasa tak suka makan makanan yang paling enak itu-busa manisan.
"Stiva bilang, jaub lebih baik kasib ," sambung Dolly di tengah percakapan tentang bagaimana sebaiknya memberikan sesuatu kepada orang lain, "tapi.. .. "
"Masa uang!" ujar Nyonya Pangeran dan Kitty serempak. "Memangnya mereka lebih suka itu?"
"Tahun lalu, misalnya, Matryona Semyonovna aku belikan bukan poplin, tapi yang sejenis itu," kata Nyonya Pangeran. "Saya ingat, dia pakai baju itu waktu hari nama Mama." "Polanya baik sekali; dan begitu sederhana dan agung. Aku juga mau bikin buat sendiri seumpama dia tak memakainya. Seperti yang dipakai Varenka itu. Begitu manis, dan murah."
"Nab, sekarang bar ali sudah jadi," kata Dolly sambil menuangkan sirop dengan sendok.
"Kalau sudah mengental, itu baru siap. Rebus lagi Agafya Mikhailovna."
"Lalat-lalat ini!" kata Agafya Mikhailovna marah. "Jadinya seperti ini juga," tambahnya.
"Uh, manis sekali burung itu, jangan halau dia!" tiba-tiba sela Kitty melibat burung gereja hinggap di susuran tangga, membalik tangkai arbei dan mematuknya.
"Ya, tapi kamu jauh sedikit dari anglo itu," kata ibunya. "A propos de Varenka, "16 kata Kitty dalam bahasa Prancis seperti selama i ni mereka lakukan supaya Agafya Mikhailovna tak bisa menangkap percakapan mereka. "Entah bagaimana, sekarang ini
" " A s d e V arenka (Pr): Mengenai Varenka.
205 206 ANNA KAR"NINA aku merasa akan datang keputusan. Mama mengerti, keputusan apa itu. 0, alangkah senang kalau itu benar!"
"Dan pintar sekali si mak comblang!" kata Dolly. "Hati-hati dan
.... " "Tapi bagaimana pendapat Mama sendiri?"
"Pendapat apa pula! Dia (yang d imaksud dia tentu saja Sergei Ivanovich) selalu bisa jadi pasangan terbaik di Rusia; memang dia sudah tak muda lagi, tapi bagaimanapun aku tahu, sekarang banyak gadis mau dengannya .... Dan Varenka sendiri sangat baik, tapi Sergei Ivanovich bisa saja .... "
"Tidak, tapi Mama nanti bakal lihat, tak ada pasangan yang lebih baik ketimbang mereka. Pertama,Varenka hebat!" kata Kitty sambil menekuk satu jarinya.
"Sergei Ivanovich suka sekali padanya, itu benar," kata Dolly membenarkan.
"Dan lagi, kedudukannya begitu rupa di kalangan bangsawan, sehingga samasekali tak perlu kekayaan atau kedudukan istri di kalangan bangsawan. Yang diperlukan cuma satu, istri yang baik, simpatik, tenang."
"Ya, dengan Varenka pasti i a bisa hidup tenang," kata Dolly membenarkan.
"Dan ketiga, supaya Varenka menc intainya! Dan itu sudah .... Pendeknya, akan baik sekali kalau memang demikian!... Aku harap, begitu mereka keluar dari hutan semuanya akan heres. Nanti akan kulihat dari mata mereka. Aku akan senang sekali! Baga imana pendapatmu, Dolly?"
"Kamu tak usah khawatir tentang itu.Tak perlu merasa ge l isah," kata ibunya.
"Aku bukan gelisah, Mama. Menurutku, sekarang juga Sergei Ivanovich akan menyampaikan lamaran."
"Ya, ya, sungguh aneh, bagaimana cara dan kapan seorang lelaki menyampaikan lamaran .... Ada semacam halangan, tapi sekonyongkonyong halangan itu runtuh," kata Dolly sambil tersenyum merenung, teringat akan masa lalunya dengan Stepan Arkadyich.
"Mama, bagaimana dulu Papa menyampaikan Iamaran?" tanya Kitty tiba-tiba.
LEOTOLSTOI "Samasekali tak ada yang luarbiasa, sederhana sekali,'' jawab Nyonya Pangeran, tapi wajahnya terns berseri, teringat akan peristiwa itu.
"Tapi bagaimana caranya" Mama sudah c inta belum waktu Mama diberi kesempatan bicara?"
Kitty merasa sangat senang karena sekarang ia bisa bicara dengan ibunya seperti dengan orang yang setara, tentang hal-hal yang paling utama dalam hidup seorang perempuan. "Tentu saja sudah c inta! la datang ke rumah kita di desa." "Tapi bagaimana diputuskan" Mama?"
"Apa kamu kira kalian itu melakukan penemuan baru" Caranya cuma satu; keputusan selalu dengan mata, dengan senyuman .... "
"Baik sekali Mama mengatakan itu! Ya, justru dengan mata dan senyuman," kata Dolly membenarkan.
"Tapi kata-kata apa yang diucapkan Papa?" "Lalu kata-kata apa yang diucapkan Kostya padamu?" "Dia menulis dengan kapur. Mengagumkan sekali .... Rasanya sudah lama sekali!" katanya.
Dan ketiga perempuan itu pun merenungi hal yang sama. Kittylah yang pertama-tama memecahkan ketenangan. Ia terkenang pada musim dingin terakhir menjelang perkawinannya dulu, dan teringat pula pada saat ia tergoda Vronskii.
"Ada satu hal..., pengalaman cinta Varenka di masa lalu,'' katanya. Ia teringat hal itu akibat rangkaian pikiran yang biasa. "Aku ingin bicara dengan Sergei Ivanovich untuk menyiapkannya. Mereka, semua lelaki itu," tambahnya, "bukan main cemburunya pada masa lalu kita."
"Tidak semua lelaki," kata Dolly. "Kamu menilai itu dengan contoh suamimu. Rupanya sampai sekarang dia masih tersiksa oleh kenangan tentang Vronskii. Betul" Betul, kan?"
"Betul," jawab Kitty sambil tersenyum dengan matanya yang merenung.
"Mama tak tahu," sela Nyonya Pangeran membela sikapnya dulu terhadap anak, "a pa masa lalumu yang bisa bikin dia tak senang itu" Karena Vronskii pemah mencumbumu" Itu kan biasa terjadi dengan setiap gadis."
207 208 ANNA KAR"NINA "Ah, bukan itu yang kita bicarakan," Kitty memerah wajahnya.
"Tidak, tapi," sambung ibunya, "kamu sendiri tak mengizinkan Marna bicara dengan Vronskii. lngat tidak?"
"Ah, Mama!" kata Kitty dengan nada tersiksa.
"Tapi sekarang kita tak bisa lagi menghalan g i kalian.... Dan hubungan kamu itu pun tak mungkin Iebihjauh daripada seharusnya; kalau itu yang terjadi, pasti aku menentangnya. Singkatnya, karnu tak perlu gelisah, Sayang! Ingatlah itu, dan tenangkanlah hatimu." "Aku sendiri tenang sekali, Marna."
"Sungguh beruntung Kitty waktu itu karena Anna datang," kata Dolly, "tapi alangkah malang Anna. Coba, betul-betul kebalikannya," tambahnya, terpukau olehjalan pikirannya send iri. "Waktu itu Anna begitu bahagia, sedangkan Kitty menganggap dirinya tak bahagia. Sekarang betul-betul sebaliknya! Sering aku terkenang Anna."
"Ya, ya, dapat bahan buat dipikirkan, ya" Sungguh perempuan yang memuakkan, menjijikkan, dan tak punya hati," kata ibunya yang tak bisa melupakan betapa akhirnya Kitty bukan kawin dengan Vronskii, melainkan dengan Levin.
"Kenapa bernafsu sekali membicarakan soal itu?" kata Kitty dengan kesal. "Aku sendiri tak memikirkan itu, dan tak mau memikirkannya .... Dan tak memikirkannya," ulangnya sambil mendengardengarkan langkah suaminya yang ia kenal itu di tangga teras.
"Tentang apa itu: dan tak mau memikirkannya?" tanya Levin seraya masuk teras.
Tapi tak seorang pun memberikan jawaban kepadanya, dan ia pun tak mengulang pertanyaannya.
"Saya menyesal sudah mengacaukan kerajaan perempuan kalian," kata Levin, yang dengan nada tak puas memandang mereka semua; mengertilah ia bahwa mereka bertiga sedang membicarakan hal yang kiranya tak akan mereka bicarakan di hadapannya.
Untuk sesaat lamanya ia merasa ikut merasakan apa yang dirasakan Agafya Mikhailovna, yaitu rasa tak puas karena orang merebus arbei tanpa air, dan secara umum rasa tak puas terhadap pengaruh keluarga Shcherbatskii yang asing baginya. Namun ia tetap tersenyum, dan mendekati Kitty.
LEOTOLSTOI "Lalu, apa kabar?" tanyanya kepada Kitty dengan airmuka yang juga diperlihatkannya kepada semua yang lain.
"Tak apa-apa, baik sekali," kata Kitty tersenyum, "kamu sendiri bagaimana?"
"Tiga kali gerobak biasa bisa angkut. Kita jemput anak-anak" Sudah kusuruh siapkan."
"Jadi kamu mau bawa Kitty naik gerobak?" kata ibu Kitty dengan nada mencela.
"Jalannya pelan saja, Nyonya Pangeran."
Levin tak pernah menyebut Nyonya Pangeran dengan kata mama seperti dilakukan para menantu yang lain, dan ini kurang menyenangkan Nyonya Pangeran. Walaupun Levin sangat mencintai dan menghormati Nyonya Pangeran, ia tak ingin mencemarkan nama mendiang ibunya dengan menyebut Nyonya Pangeran demikian. "Mari ikut dengan kami, Mama," kata Kitty.
Bunga Ceplok Ungu 9 Gadis Cilik Di Jendela Karya Tetsuko Kuroyanagi Pendekar Gunung Naga 1