Ceritasilat Novel Online

Selagi Hari Terang 1

Selagi Hari Terang While The Light Lasts Karya Agatha Christie Bagian 1


1. Rumah Impian 7 2. sang Aktris 33 3. Tepi Jurang 48 4. Petualangan Puding Natal 76
5. Dewa yang Kesepian 101
6. Manx Gold 124 7. Di Balik Dinding 155 8. Misteri Peti Baghdad 185
9. selagi Hari Terang 211 DAFTAR ISI
I NI kisah tentang John segrave tentang hidupnya yang tidak memuaskan; cintanya yang tidak terpuaskan; serta impian-impian dan kematiannya. Bila apa yang tidak diperolehnya dalam hidup dan cintanya akhirnya bisa ia peroleh dalam impian dan kematian, maka hidupnya mungkin bisa dianggap sukses. siapa tahu"
John segrave berasal dari sebuah keluarga kaya yang perlahan-lahan bangkrut selama abad terakhir. Mereka adalah keluarga tuan tanah sejak zaman elizabeth, tapi bidang tanah terakhir milik mereka kini sudah dijual. Rencananya, salah seorang putra dalam keluarga itu akan dipilih dan dipersiapkan agar bisa mencari uang. Ironisnya, takdir memilih John segrave.
Dengan mulut sensitif dan mata biru gelap memanjang, John tampak seperti peri atau makhluk halus yang biasa hidup liar di hutan-hutan. Herannya justru RUMAH IMPIAN
ia yang dijadikan korban di altar Finansial. Maka John segrave harus mengucapkan selamat tinggal pada wanginya tanah, asinnya air laut di bibir, dan langit bebas yang membentang di atas kepala semua hal yang dicintainya.
Di usia delapan belas ia menjadi juru tulis muda di sebuah perusahaan besar. Tujuh tahun kemudian ia masih tetap juru tulis. Meski bukan lagi orang baru, tapi statusnya tidak berubah. Tekad untuk sukses telah terhapus dari wajahnya. Ia tepat waktu, rajin, dan bekerja keras tapi tetap cuma seorang juru tulis.
sebenarnya John bisa menjadi... apa" Ia sendiri tak bisa menjawabnya, tapi ia tak bisa menyangkal keyakinannya bahwa pasti ada suatu tempat di mana keberadaannya bisa berarti. Ia memiliki kekuatan, kecekatan visi, sesuatu yang tidak dimiliki rekan-rekan kerjanya. Mereka menyukainya. John segrave disukai karena persahabatannya yang tak pandang bulu, dan mereka tidak menyadari bahwa sikapnya itu juga mencegah mereka untuk benar-benar akrab dengannya.
Mimpi itu tiba-tiba mendatanginya. Bukan fantasi kanak-kanak yang berkembang selama bertahun-tahun. Mimpi itu pertama kali datang pada suatu malam musim panas, atau lebih tepatnya pada dini hari pertengahan musim panas. John terbangun dan tergelitik oleh mimpi itu, berusaha mempertahankannya dalam ingatan dan mencegahnya menguap seperti umumnya mimpi.
Ia mencengkeram erat mimpi itu. Tak boleh dilepaskan tak boleh. Ia harus tetap mengingat rumah itu. Tentu saja, Rumah itu! Rumah yang sangat dikenalnya. Apakah rumah itu nyata, atau hanya ada dalam mimpinya" Ia tak ingat tapi yang pasti ia sangat mengenal rumah itu.
Cahaya pagi kelabu masuk mengendap ke dalam kamarnya. suasana pagi itu sunyi luar biasa. Pukul 04.30 pagi, London yang letih masih diselimuti suasana damai yang singkat.
John segrave berbaring diam, diliputi kegembiraan, keheranan dan keindahan mimpinya. Betapa cerdik ia bisa mengingatnya! Mimpi menyelinap pergi dengan sangat cepat, lolos dari sela-sela jemarimu sementara jemarimu yang lamban oleh kesadaran yang perlahanlahan merasuki berusaha mencegah mimpi itu pergi. Tapi ia terlalu sigap untuk mimpi ini! Ia mencengkeram mimpi itu ketika hendak menyelinap pergi.
Mimpi itu benar-benar menakjubkan! Ada rumah itu dan... mendadak ia tersentak, sebab setelah dipikir-pikir, ternyata hanya rumah itu yang diingatnya! sekonyong-konyong, dengan kecewa, John sadar bahwa rumah itu asing baginya. Ia bahkan tak pernah memimpikan rumah itu sebelumnya.
Rumah itu bercat putih dan berdiri di tempat tinggi. Ada pepohonan di dekatnya, di kejauhan tampak bukit-bukit biru. Tapi daya tarik rumah itu bukanlah pada lingkungan sekitarnya (dan inilah klimaks dari mimpinya), sebab rumah itu begitu indah. Jantung John berdetak semakin cepat ketika mengingat keindahan aneh rumah itu.
Tentu saja indah dari luar, sebab ia belum pernah masuk dan melihat bagian dalamnya.
selanjutnya, ketika garis-garis suram kamar tidurnya mulai membentuk dalam cahaya yang semakin terang, John merasa sukacitanya mulai luntur. Mungkin mimpinya tidak terlalu indah sebenarnya ataukah bagian yang indah itu menyelinap pergi dan menertawakan tangan-tangan lambannya yang berusaha menahan" sebuah rumah putih di tempat tinggi tidak terlalu istimewa tentunya" Ia ingat rumah itu megah dan memiliki banyak jendela yang semuanya tertutup gorden. Bukan karena penghuninya sedang pergi (ia yakin ini), tapi karena waktu itu masih pagi buta sehingga belum ada yang bangun.
Lalu John tertawa menyadari kekonyolan imajinasinya, dan ingat bahwa ia punya janji makan malam dengan Mr. Wetterman.
Maisie Wetterman adalah putri tunggal Rudolf Wetterman. Ia terbiasa memperoleh apa saja yang diinginkannya. Ketika mengunjungi kantor ayahnya, ia melihat John segrave. John sedang membawakan surat-surat yang diminta ayahnya. setelah John pergi, Maisie menanyakan perihal John pada ayahnya.
salah seorang putra sir edward segrave. Keluarga lama yang baik, tapi hampir karam. Anak itu takkan pernah menjadi orang hebat. Aku menyukainya, tapi dia tak punya keistimewaan apa-apa.
Maisie mungkin tidak peduli akan hal itu. Orangtuanya menghargai orang yang punya keistimewaan, sementara ia sendiri tidak begitu peduli. Keesokan harinya ia membujuk ayahnya untuk mengundang John segrave makan malam. Makan malam yang akrab, sebab yang hadir cuma Maisie, ayahnya, John segrave, dan seorang gadis teman Maisie yang tinggal bersamanya. Temannya tergerak untuk sedikit berkomentar. Direstui tentunya, Maisie" Nanti ayahmu akan membawanya pulang dalam bungkusan kecil yang manis sebagai hadiah untuk putri tercinta, dibeli dan telah lunas dibayar.
Allegra! Kau keterlaluan. Allegra Kerr tertawa.
Kau biasa mendapatkan apa saja yang kausukai, Maisie. Aku suka topi itu, maka aku harus memilikinya. Jika hal itu berlaku untuk topi, kenapa untuk suami tidak"
Jangan konyol. Aku belum pernah bicara padanya.
Memang belum. Tapi kau sudah memutuskan, kata Allegra. Apa daya tariknya, Maisie"
entahlah, kata Maisie Wetterman perlahan-lahan. Dia... berbeda dari pria lain.
Berbeda" Ya. Aku tak bisa menjelaskannya. Dia tampan, tapi dengan cara yang aneh. Tapi bukan itu yang menarik hatiku. Dia seperti... tidak melihatku. Aku benar-benar tak percaya dia bahkan tidak melirikku saat datang ke kantor ayahku.
Allegra tertawa. Itu siasat kuno. Pemuda yang sok gengsi. Allegra, ucapanmu kasar sekali.
Tenanglah, sayang. Ayah akan membelikan domba manis untuk Maisie kecilnya.
Aku tidak ingin seperti itu.
Kau ingin Cinta dengan huruf C besar. Bukankah begitu"
Tidak mungkinkah dia jatuh cinta padaku" Mungkin saja. Menurutku, dia akan jatuh cinta. Allegra tersenyum sambil bicara dan melirik temannya. Maisie bertubuh pendek cenderung gempal rambutnya hitam, halus, dan bergelombang indah. Warna kulitnya yang bagus alami diperindah oleh bedak dan lipstik dalam warna-warna terbaru. Mulut dan giginya bagus, bola matanya hitam kecil dan berbinar-binar, rahang dan dagunya agak kaku. Gaun yang dikenakannya indah.
Ya, ujar Allegra sambil menyelesaikan pengamatannya. Aku tidak ragu dia akan jatuh cinta. seluruh efeknya sangat bagus, Maisie.
Maisie memandangnya ragu.
sungguh, kata Allegra. Aku serius. Tapi misalkan dia tidak... jatuh cinta. Bagaimana kalau perasaannya padamu tulus, tapi platonik" Bagaimana"
Mungkin saja aku tidak menyukainya sama sekali setelah mengenalnya lebih jauh.
Mungkin juga. Tapi di lain pihak kau mungkin akan sangat menyukainya. Jika itu yang terjadi... Maisie angkat bahu.
semoga aku punya harga diri... Allegra menyela. .
Harga diri memang efektif untuk menutupi perasaan kita tapi tidak menghilangkan perasaan itu sendiri.
Yah, kata Maisie, tersipu. Tidak beralasan mengapa aku tak boleh mengatakannya. Aku wanita yang sangat cocok untuknya. Maksudku... dari sudut pandangnya, aku anak kesayangan ayahku, dan segalanya.
Tawaran rekanan bisnis, dan lain-lain, lanjut Allegra. Ya, Maisie. Kau memang anak ayah. Aku sangat senang. Aku senang teman-temanku punya karakter.
Nada suaranya yang sedikit mencemooh membuat Maisie tidak nyaman.
Kau memang sinis! Tapi merangsang otak, sayang. Itu sebabnya kau mengundangku kemari. Aku belajar sejarah, dan aku selalu tertarik untuk mengetahui kenapa badut istana diizinkan, dan malah dianjurkan. Kini, setelah aku sendiri menjadi badut, aku mengerti kenapa peran itu bagus. Aku harus berbuat sesuatu. Aku yang angkuh dan miskin seperti pahlawan wanita dalam novel-novel pendek, lahir dari keluarga terhormat dan mendapat pendidikan buruk. Aku harus berbuat apa" Hanya Tuhan yang tahu, kata si gadis. Tipe gadis miskin yang bersedia hidup kekurangan dan puas melakukan pekerjaan serabutan, menolong sepupu Anu dan anu , kuamati banyak sekali yang seperti itu. Tak ada orang yang benar-benar menginginkannya kecuali mereka yang tidak sanggup menggaji pelayan, maka dia diperlakukan seperti budak hina.
Itu sebabnya aku memilih menjadi badut istana. Besar mulut, bicara blak-blakan, kadang sinis tapi lucu (tidak terlalu sering, takut keterusan), namun di balik semua itu, punya pengamatan sangat tajam terhadap sifat-sifat manusia. Orang kadang senang diberitahu betapa mengerikan mereka sebenarnya. Itu sebabnya mereka selalu mengerumuni para pengkhotbah populer. Mereka sukses besar. Aku banyak sekali menerima undangan. Aku bisa hidup menumpang pada teman-temanku dengan mudah, dan aku berhati-hati untuk tidak pura-pura merasa berterima kasih.
Kau memang tidak ada duanya, Allegra. Kau selalu bicara tanpa dipikir.
Kau salah. Aku justru sangat memerhatikan memedulikan dan memikirkan perkataanku. Perkataanku yang kedengaran sembarangan sebenarnya selalu kuperhitungkan. Aku harus hati-hati. Pekerjaan ini harus bisa menghidupiku hingga tua nanti.
Mengapa kau tidak menikah" Aku tahu banyak orang ingin menikahimu.
Wajah Allegra mendadak mengeras. Aku tidak akan pernah bisa menikah. Karena... Maisie tidak melanjutkan kalimatnya, menatap temannya itu. Allegra mengangguk singkat.
Langkah-langkah kaki terdengar di tangga. Pelayan membuka pintu dan mengumumkan,
Mr. segrave. John masuk tanpa memperlihatkan rasa antusias. Ia tidak mengerti mengapa ayah Maisie mengundangnya makan malam. Jika bisa menolak, tentu sudah ia tolak. Kemegahan rumah itu dan karpetnya yang lembut membuatnya tertekan.
seorang gadis datang menghampiri dan menyalaminya. samar-samar John ingat pernah melihatnya sewaktu datang ke kantor ayahnya.
Apa kabar, Mr. segrave" Mr. segrave... Miss Kerr. John tersentak. siapa gadis yang seorang lagi" Dari mana ia berasal" Mulai dari selendang berwarna api yang disampirkan di bahunya hingga sepasang gelung di kepalanya yang mungil, gadis itu tampak khayali, sosoknya begitu menonjol dalam latar belakang yang suram, menimbulkan efek tidak nyata.
Rudolf Wetterman masuk, bagian depan kemejanya yang lebar dan gemerlap berkerat-kerit ketika ia berjalan. Mereka akan makan malam secara informal.
Allegra Kerr bercakap-cakap dengan ayah Maisie. John segrave terpaksa beramah-tamah dengan Maisie. Tapi seluruh pikirannya terfokus pada gadis di sebelahnya. Gadis itu sangat efektif. Keefektifannya, pikir John, lebih merupakan sesuatu yang dipelajari daripada bersifat alami. Tapi di balik semua itu ada sesuatu yang lain. Api yang berkedap-kedip, gelisah, tak terduga, seperti ilusi-ilusi yang mendorong orang untuk masuk ke rawa berbahaya.
Akhirnya John mendapat kesempatan untuk berbicara dengannya. Maisie sedang menyampaikan pesan pada ayahnya, dari seorang teman yang ditemuinya hari itu. sekarang, ketika kesempatan itu datang, John merasa lidahnya kelu. Ia menatap Allegra dengan pandangan memohon.
Topik pembicaraan di meja makan, kata Allegra ringan. Apakah kita mulai dengan teater, atau salah satu kata pembuka yang dimulai dengan, Apakah Anda menyukai...
John tertawa. Dan jika ternyata kita sama-sama menyukai anjing dan membenci kucing, berarti akan timbul semacam ikatan di antara kita"
Tentu saja, sahut Allegra serius.
Menurutku sayang sekali kalau dimulai dengan tanya jawab seperti itu.
Tapi semua orang bisa mengikuti pembicaraan. Benar, tapi berakhir dengan malapetaka. Ada baiknya kita mengetahui peraturan walau nanti ada kemungkinan kita melanggarnya. John tersenyum pada Allegra.
Kalau begitu, berarti kita bebas menuruti keeksentrikan kita. Itu berarti juga memperlihatkan kejeniusan yang mirip-mirip kegilaan.
Tanpa disengaja, tangan Allegra menyenggol sebuah gelas anggur di meja. Mendengar suara gelas jatuh, Maisie dan ayahnya berhenti bicara.
Maafkan saya, Mr. Wetterman. saya memecahkan gelas.
sayangku Allegra, tidak apa. Tidak apa-apa. sambil mendesah, John segrave berkata cepat, Gelas pecah. Pertanda buruk. Mudah-mudahan... tidak benar-benar menjadi kenyataan.
Jangan kuatir. Bukankah ada pepatah... Nasib buruk tidak bisa kaubawa ke tempat nasib buruk berasal.
Allegra kembali bicara pada Wetterman. John, yang melanjutkan pembicaraan dengan Maisie, berusaha mengingat kutipan tadi. Akhirnya ia berhasil. Itu kata-kata sieglinde dalam Walk"re ketika sigmund menawarkan diri untuk meninggalkan rumah. Ia berpikir, Apakah yang dimaksud Allegra& " Tapi Maisie menanyakan pendapatnya tentang Revue terbaru. John segera mengakui bahwa ia menyukai musik.
setelah makan malam nanti, kata Maisie, kita akan minta Allegra main musik untuk kita.
Mereka pindah ke ruang duduk. Diam-diam Wetterman beranggapan kebiasaan itu bersifat barbar. Ia menyukai acara minum anggur dan mengisap cerutu. Tapi mungkin ada baiknya kebiasaan itu dilakukan malam ini. Ia tidak tahu harus berkata apa pada segrave muda ini. Maisie punya selera yang payah. Pemuda itu tidak tampan, juga tidak menarik. Ia senang ketika Maisie meminta Allegra Kerr bermain piano. Malam akan lewat lebih cepat. Pemuda idiot itu bahkan tidak bisa main bridge.
Allegra bisa main piano dengan baik, meski tidak seperti pemain profesional. Ia memainkan musik modern, Debussy dan strauss, sedikit scriabin. Lalu ia memasuki gerakan pertama Pathetique dari Beethoven, ungkapan kesedihan yang tak terbatas, kesedihan yang tidak berakhir, dan luas seperti halnya zaman, tapi dari ujung ke ujung mengembuskan semangat yang takkan menerima kekalahan. Dalam kekhidmatan kesedihan yang tak pernah mati, kesedihan itu bergerak seirama dengan sang penakluk hingga ke malapetaka terakhir.
Menjelang akhir, permainan Allegra tersendat, jarijarinya menekan nada sumbang, dan tiba-tiba ia berhenti. Ia menoleh ke arah Maisie dan tertawa mengejek.
Kaulihat, ujarnya. Mereka terus menggangguku. Lalu, tanpa menunggu jawaban, Allegra memainkan melodi sedih yang aneh, nada-nada harmonis yang aneh dan ritme teratur yang tidak biasa, sesuatu yang belum pernah didengar segrave. Iramanya halus seperti kepak sayap burung, halus, mengambang... Tiba-tiba, tanpa diduga, musik itu berubah menjadi nada-nada sumbang dan ganjil. Allegra berdiri dan tertawa.
Di antara tawanya, Allegra tampak gelisah dan nyaris ketakutan. Ia duduk di dekat Maisie, dan John mendengar Maisie berbisik pada Allegra.
seharusnya tidak kaumainkan. seharusnya tidak. Apa musik yang terakhir itu" tanya John ingin tahu.
sesuatu yang kugubah sendiri.
Allegra berbicara dengan nada tajam dan ketus. Wetterman mengubah topik pembicaraan.
Malam itu John segrave bermimpi lagi tentang Rumah itu.
John merasa tidak bahagia. Hidupnya semakin suram dan membosankan. sampai saat ini ia menerimanya dengan sabar keharusan yang tidak menyenangkan, yang membuat kebebasan dalam dirinya belum tersentuh. Kini semua berubah. Dunia luar dan dalam telah bercampur.
Ia tidak menyangkal alasan perubahan itu. Ia jatuh cinta pada Allegra Kerr sejak pandangan pertama. Apa yang akan dilakukannya sekarang"
Ia terlalu bingung untuk bisa menyusun rencana malam itu. Ia bahkan tidak berusaha menjumpai Allegra lagi. Beberapa hari kemudian, ketika Maisie Wetterman mengundangnya berakhir pekan di tempat ayahnya di pedesaan, ia pergi dengan bersemangat. Tapi ia kecewa ketika ternyata Allegra tidak ada di sana.
Ia menanyakan tentang Allegra pada Maisie, dan Maisie mengatakan bahwa Allegra sedang pergi ke skotlandia. setelah itu, John tidak lagi menanyakannya. Ia ingin terus berbicara tentang Allegra, tapi kerongkongannya bagai tercekat.
Maisie bingung melihat sikapnya akhir pekan itu. sepertinya John tidak menyadari apa yang sudah sangat jelas. Maisie jenis wanita muda yang terang-terangan bila merasa tertarik, tapi rupanya itu tidak mempan pada John. Bagi John, Maisie agak terlalu agresif.
Dan rupanya tangan Nasib lebih kuat daripada Maisie. Nasib menentukan bahwa John bertemu lagi dengan Allegra.
Mereka bertemu di taman pada suatu Minggu sore. John telah melihat Allegra dari kejauhan, dan jantungnya berdebar-debar keras. Bagaimana kalau gadis itu telah lupa padanya"
Tapi Allegra tidak lupa. Ia berhenti dan berbicara. Beberapa menit kemudian mereka berjalan bersama di lapangan rumput. John merasa sangat bahagia. Tanpa terduga, John berkata,
Apakah kau percaya pada mimpi" Aku percaya pada mimpi buruk. suara Allegra yang parau mengejutkan John. Mimpi buruk, ujar John bingung. Yang kumaksud bukan mimpi buruk.
Allegra memandangnya. Tidak, katanya. Kau tidak pernah bermimpi buruk. Aku bisa lihat itu.
suaranya lembut berbeda. John menceritakan mimpi tentang rumah putih itu pada Allegra dengan agak terbata-bata. Ia telah bermimpi enam kali tidak, tujuh kali. selalu mimpi yang sama. Rumah yang indah sangat indah! Ia melanjutkan.
Mimpi itu berkaitan denganmu dalam satu hal. Aku pertama kali bermimpi pada malam sebelum bertemu denganmu.
Berkaitan denganku" Allegra tertawa sedikit getir. Oh, tidak, itu tak mungkin. Rumah itu indah. Begitu pula kau, kata John segrave.
Wajah Allegra sedikit memerah karena kesal. Maaf aku bodoh. Aku seperti meminta pujian, ya" Tapi sebenarnya aku tidak bermaksud begitu. Bagian luarku memang lumayan, aku tahu itu.
Aku belum melihat bagian dalam rumah itu, kata John segrave. Tapi aku tahu, bagian dalamnya seindah bagian luarnya.
John berbicara perlahan dan serius, memberikan makna pada kata-katanya, tapi Allegra tidak mengacuhkan.
Ada lagi yang ingin kukatakan padamu... jika kau bersedia mendengarkan.
Ya, aku akan dengarkan, kata Allegra.
Aku akan berhenti dari pekerjaanku yang sekarang. seharusnya sudah kulakukan sejak lama aku menyadarinya sekarang. selama ini aku puas membiarkan diri hanyut sebagai orang gagal, tanpa terlalu peduli akan hal itu, dan hanya hidup hari demi hari. seorang pria mestinya tidak begitu. seorang pria harus mencari sesuatu yang dapat dilakukannya dengan baik dan mencapai sukses lewat pekerjaan itu. Aku akan berhenti dari pekerjaanku sekarang dan mengambil pekerjaan lain yang sangat berbeda. semacam ekspedisi di Afrika Barat aku tak bisa menjelaskan perinciannya. seharusnya ini tidak kukatakan; tapi jika ekspedisi itu berhasil... aku akan kaya.
Jadi, kau juga menilai kesuksesan dari uang" Uang, kata John segrave, hanya berarti satu hal bagiku kau! Kalau aku kembali nanti... Ia berhenti.
Allegra menundukkan kepala. Wajahnya sangat pucat.
Aku tidak akan berpura-pura tidak mengerti apa maksudmu. Karena itu, aku harus mengatakannya padamu sekarang juga. Aku tidak akan pernah menikah.
John diam sebentar, mempertimbangkan, lalu ia berkata dengan sangat lembut,
Bisakah kaukatakan alasannya"
Bisa, tapi lebih dari apa pun di dunia ini aku tak ingin mengatakannya padamu.
John kembali diam, lalu tiba-tiba ia mengangkat wajah, dan seulas senyum yang sangat menarik membuat cerah wajah tampannya.
Aku mengerti, katanya. Jadi, kau tidak mengizinkan aku masuk ke Rumah itu tidak juga untuk mengintip sebentar" semua gordennya tertutup.
Allegra meletakkan satu tangannya di atas tangan John.
Akan kukatakan padamu satu hal ini. Kau memimpikan Rumah-mu. Tapi aku... tidak bermimpi. Mimpiku adalah mimpi buruk!
setelah itu ia langsung berdiri dan pergi, membuat John bingung.
Malam itu John bermimpi lagi. Belakangan ini ia menyadari bahwa Rumah itu pasti berpenghuni. Ia telah melihat sebuah tangan menyibak gorden, dan sekilas menangkap gerakan sosok-sosok di dalamnya. Malam itu Rumah itu tampak lebih terang daripada malam-malam sebelumnya. Dinding-dindingnya yang putih memantulkan cahaya matahari. Kedamaian dan keindahan rumah itu begitu sempurna.
sekonyong-konyong John tersapu oleh gelombang kegembiraan yang lebih penuh. seseorang menghampiri jendela. Ia tahu itu. sebuah tangan, tangan yang pernah dilihatnya, memegang gorden, menyibaknya. sebentar lagi ia akan melihat...
John terjaga masih gemetar oleh ketakutan dan kengerian tak terucapkan akan Sesuatu yang memandangnya dari jendela Rumah itu.
sesuatu yang sangat mengerikan, sesuatu yang begitu kejam dan menjijikkan. Mengingatnya saja sudah membuatnya muak. Dan ia tahu bahwa yang paling mengerikan dari sesuatu itu adalah kehadirannya dalam Rumah itu Rumah yang Indah itu.
sebab tempat yang dihuni oleh sesuatu itu menjadi tempat penuh kengerian kengerian yang datang dan membunuh kedamaian dan ketenangan yang berhak dimiliki Rumah itu. Kecantikan abadi Rumah itu musnah selamanya, karena dalam dindingnya yang suci itu tinggal Bayangan Kotor!
Andai nanti ia bermimpi lagi tentang Rumah itu, John tahu ia akan segera terbangun ketakutan, takut kalau-kalau Makhluk mengerikan itu tiba-tiba memandangnya.
Keesokan sore, dari kantornya, John langsung pergi ke rumah Wetterman. Ia harus menemui Allegra Kerr. Maisie tentu akan memberitahunya di mana Allegra berada.
John tak pernah memerhatikan binar-binar di mata Maisie ketika melihatnya datang. Maisie langsung menyambutnya. John langsung bertanya terbata-bata, masih sambil menjabat tangan Maisie.
Miss Kerr. Aku bertemu dengannya kemarin, tapi aku tidak tahu di mana dia tinggal.
John tidak menyadari tangan Maisie dalam genggamannya jadi lemas lunglai. suara Maisie yang berubah dingin pun tidak membuatnya sadar.
Allegra ada di sini tinggal bersama kami. Tapi kurasa kau tidak bisa menemuinya.
Tapi... Ibunya meninggal tadi pagi. Kami baru saja mendapat kabar.
Oh! John terkejut. Keadaannya sangat menyedihkan, kata Maisie. Ia ragu-ragu sejenak, lalu melanjutkan. sebab ibunya meninggal... di rumah sakit jiwa. Ada kegilaan dalam keluarganya. Kakeknya menembak diri sendiri, salah seorang bibi Allegra terbelakang mental, dan yang seorang lagi menenggelamkan diri.
John segrave menggumam tidak jelas.
Aku merasa harus memberitahumu, kata Maisie, seakan hendak berbuat baik. Kita berteman baik, bukan" Allegra memang sangat menarik. Banyak pria meminangnya, tapi wajar kalau dia tidak akan pernah menikah dia tidak bisa, bukan"
Tapi dia baik-baik saja, kata segrave. Tidak ada yang salah padanya.
John merasa suaranya terdengar parau dan aneh di telinganya sendiri.
Tak ada yang bisa memastikan. Ibunya baik-baik saja ketika masih muda. Dia tidak hanya... aneh. Dia benar-benar gila. Itu penyakit yang mengerikan kegilaan.
Ya, kata John, Hal paling mengerikan. Kini ia tahu apa yang menatapnya dari balik jendela Rumah itu.
Maisie terus bicara. John memotongnya singkat. sebenarnya aku datang untuk pamit dan mengucapkan terima kasih atas kebaikanmu.
Kau tidak... bermaksud pergi" Ada nada kaget dalam suara Maisie.
John tersenyum padanya senyum dipaksakan, menyedihkan, tapi menarik.
Ya, katanya. Ke Afrika. Afrika!
Maisie mengulangi kata itu dengan terkesiap. sebelum ia bisa mengatasi kebingungannya, John telah menyalaminya dan pergi. Maisie masih berdiri sambil mengepalkan kedua tangannya, kedua pipinya memerah karena marah.
Di bawah, di anak tangga, John segrave berpapasan dengan Allegra yang mendatangi dari jalan. Allegra mengenakan busana serba hitam, wajahnya putih dan pucat. Ia menatap John dan langsung menariknya ke sebuah ruang duduk kecil.
Maisie menceritakannya padamu, katanya. Kau sudah tahu"
John mengangguk. Tapi apakah itu penting" Kau baik-baik saja. Beberapa orang dalam keluarga tidak akan terkena.
Allegra memandang John dengan muram dan sedih.
Kau kan tidak apa-apa, ulang John.
entahlah, Allegra nyaris berbisik. Aku tidak tahu. Aku sudah ceritakan padamu tentang mimpimimpiku. Dan ketika aku bermain ketika aku memainkan piano diriku yang lain muncul dan menguasai kedua tanganku.
John terperangah menatap Allegra tak bisa bergerak. sesaat tadi, ketika Allegra berbicara, ada sesuatu yang memandang dari balik matanya. Hanya sekejap tapi John mengenalinya. sesuatu itu adalah Makhluk yang melongok dari jendela Rumah itu. Allegra melihat keterkejutan John.
Kau melihat, bisiknya. Kau melihat tapi aku menyayangkan Maisie menceritakannya padamu. Kau jadi tak punya apa-apa lagi.
Tak punya apa-apa lagi"
Ya. sekarang tak ada lagi mimpi yang tersisa. sekarang kau takkan pernah berani memimpikan Rumah itu lagi.
Matahari Afrika Barat bersinar dengan teriknya. John segrave terus mengerang.
Aku tak bisa menemukannya. Tak bisa menemukannya.
Dokter Inggris bertubuh kecil dengan rambut merah dan rahang besar itu memberengut pada pasiennya.
Dia selalu berkata begitu. Apa maksudnya" Kurasa dia membicarakan sebuah rumah, Monsieur. suster dari Misi Katolik Roma itu berbicara dengan suara lembut sambil ikut memerhatikan pasien itu.
sebuah rumah, ya" Dia harus membuang pikiran tentang rumah itu, kalau tidak kita tidak bakal bisa menyelamatkan hidupnya. Pikiran itu membebaninya. segrave! segrave!
Perhatian John yang semula melayang-layang jadi terfokus. Tatapan matanya kini mengenali wajah sang dokter.
Dengar, kau harus sembuh. Aku akan menolongmu. Tapi kau harus berhenti mencemaskan rumah itu. Rumah itu takkan lari. Jadi, tidak perlu mencarinya sekarang.
Baiklah. John tampak patuh. Kurasa rumah itu memang tidak bisa lari ke mana-mana, karena sebenarnya tidak pernah ada.
Tentu saja tidak! Dokter itu tertawa keras. Nah, kau akan sembuh dengan cepat. Dengan sikap penuh percaya diri ia pergi.
segrave berpikir sambil berbaring. Demamnya mereda sejenak, maka ia bisa berpikir jernih. Ia harus menemukan Rumah itu.
selama sepuluh tahun ia takut untuk menemukannya membayangkan bahwa ia akan menemukannya tanpa terduga merupakan ketakutannya yang terbesar. Lalu ia ingat ketika ketakutan itu mereda, suatu hari rumah itu menemukannya. Ia ingat dengan jelas ketakutan yang pertama kali menghantuinya, lalu rasa lega yang menyusul. sebab ternyata Rumah itu kosong!
Rumah itu kosong dan sangat tenang. seperti yang diingatnya sepuluh tahun silam. Ia belum lupa. Ada van hitam besar pergi meninggalkan Rumah itu perlahan-lahan. Penyewa terakhir tentu pindah dengan membawa barang-barangnya. John menghampiri priapria yang berada di mobil itu dan berbicara dengan mereka. Ada kesan jahat pada van itu, karena warnanya sangat hitam. Kuda-kudanya juga hitam, dengan surai dan ekor mengibas bebas. semua pria di mobil itu juga memakai pakaian dan sarung tangan hitam. semua mengingatkannya pada sesuatu yang lain, sesuatu yang tak bisa diingatnya.
Ya, ia benar. Penyewa terakhir telah pindah, waktu sewanya sudah berakhir. Rumah itu kosong sekarang, sampai pemiliknya kembali dari luar negeri.
saat terjaga, John menyadari keindahan dan ketenangan Rumah kosong itu.
sebulan kemudian ia menerima surat dari Maisie (Maisie menulis padanya setiap bulan). Dalam surat itu Maisie memberitahukan bahwa Allegra Kerr meninggal di rumah sakit jiwa, seperti ibunya. Tidakkah itu sangat menyedihkan" Meski tentu saja juga membebaskan Allegra dari penderitaan.
Memang sangat aneh. surat ini datang persis setelah ia bermimpi tentang Rumah itu. John tidak begitu memahaminya. Tapi memang aneh.
Yang paling parah, ia tak pernah lagi bisa menemukan Rumah itu. Ia lupa jalannya.
Demamnya kambuh lagi. Ia bergulak-gulik gelisah. Tentu saja ia lupa Rumah itu terletak di dataran tinggi! Ia harus mendaki untuk sampai ke sana. Tapi itu pendakian yang sulit sangat panas. Naik, naik, naik Oh! Ia tergelincir! Dan harus mulai dari bawah lagi. Naik, naik, naik berhari-hari lewat, bermingguminggu mungkin juga bertahun-tahun! Dan ia masih terus memanjat.
sekali ia mendengar suara dokter. Tapi ia tak bisa menghentikan pendakiannya untuk mendengarkan. Apalagi dokter itu menyuruhnya berhenti mencari Rumah itu. Dipikirnya itu rumah biasa. Dokter itu tidak tahu.
Tiba-tiba ia ingat bahwa ia harus tenang, sangat tenang. Ia tidak akan bisa menemukan Rumah itu, kecuali ia sangat tenang. Tak ada gunanya mencari Rumah itu dalam keadaan terburu-buru atau panik. Kalau saja ia bisa tetap tenang! Tapi hawanya sangat panas! Panas" Ini dingin ya, dingin. Yang dipanjatnya bukan tebing, tapi gunung es gunung es yang dingin dan tajam.
John merasa sangat letih. Ia tidak sanggup terus mencari tak ada gunanya. Ah! Ada sebuah jalan kecil lebih baik daripada gunung es. Betapa menyenangkan dan teduh berada di jalan kecil yang teduh dan hijau. Pohon-pohon ini... begitu menakjubkan! Pepohonan itu mirip... apa, ya" Ia tak bisa mengingatnya, tapi itu tidak penting.
Ah! Ada bunga-bunga. semuanya berwarna emas dan biru! Betapa cantiknya juga sangat tidak asing. Pasti ia pernah ke sini. Di balik pepohonan tampak Rumah itu berdiri di dataran tinggi. Cantik sekali. Jalan kecil hijau, pepohonan dan bunga-bunga semua itu tidak sebanding dengan keagungan dan kecantikan Rumah itu.
John mempercepat langkahnya. Ia belum pernah melihat bagian dalam Rumah itu! Betapa bodohnya dia padahal selama ini ia memegang kuncinya!
Keindahan luar Rumah itu tentunya belum apa-apa dibandingkan keindahan di dalamnya apalagi sekarang pemilik Rumah itu sudah kembali. Ia menapaki undak-undak ke arah pintu depan.
Tangan-tangan kuat dan kejam menariknya kembali! Mereka menariknya, menyeretnya ke depan dan belakang.
Dokter mengguncang-guncang tubuh John dan berteriak ke telinganya. Bertahanlah, kau bisa. Jangan menyerah. Jangan menyerah. Kedua matanya tampak galak seperti orang yang melihat musuh. segrave bertanya-tanya, siapa yang dianggap Musuh. Perawat berjubah hitam itu berdoa. Itu juga aneh.
Padahal ia cuma ingin dibiarkan sendiri. Dibiarkan kembali ke Rumah itu. Karena setiap menit Rumah itu semakin mengabur.
Tentu saja itu terjadi karena dokter itu sangat kuat. Ia tidak cukup kuat untuk melawan dokter itu. seandainya saja ia bisa.
Tapi tunggu! Ada cara lain seperti mimpi yang menyelinap pergi saat kita terjaga. Tak ada kekuatan yang dapat menghentikan mimpi-mimpi bisa meloloskan diri dan menyelinap pergi begitu saja. Tangantangan dokter itu takkan bisa menahannya jika ia juga meloloskan diri menyelinap pergi!
Ya, begitu caranya! Dinding-dinding putih itu tampak kembali, suara sang dokter semakin samar-samar, tangannya hampir tidak terasa. Kini John tahu bagaimana mimpi tertawa saat mereka menyelinap pergi dari genggamanmu!
Ia berada di depan pintu Rumah itu. Kesunyiannya sangat luar biasa. Ia memasukkan kunci ke pintu dan membukanya.
sejenak ia menunggu, untuk meresapi sepenuhnya rasa sukacita yang sempurna, memuaskan, dan tak terlukiskan oleh kata-kata.
Lalu... ia melewati Ambang pintu Rumah itu dan masuk ke dalamnya.
Rumah Impian (he House of Dreams) pertama kali diterbitkan dalam Sovereign Magazine edisi bulan Januari 1926. Cerita ini merupakan revisi dari versi he House of Beauty yang ditulis Christie beberapa waktu sebelum Perang Dunia pertama dan disebutkan dalam buku autobiograinya sebagai cerita pertamaku yang cukup menjanjikan. Meski cerita aslinya tidak jelas dan terlalu suram, Rumah Impian ini mirip cerita hantu pada zaman edward, terutama cerita-cerita e.F Benson. Versi ini jauh lebih jelas dan tidak begitu introspektif dibandingkan cerita aslinya yang banyak direvisi Christie untuk diterbitkan: untuk mengembangkan karakter dua tokoh wanitanya, ia mengurangi kesan kegilaan Allegra dan mengembangkan peran Maisie. Tema yang sama dijajakinya dalam he Call of Wings, cerita lain yang ia tulis pada awal kariernya, dikoleksi dalam Anjing Kematian-he Hound of Death (1933).
KETERANGAN Pada tahun 1938, Christie berkomentar tentang he House of Beauty, bahwa meski membayangkan cerita itu sangat menyenangkan, dan menulisnya sangat membosankan , benihnya telah dituai lama-kelamaan saya makin menyukai kegiatan menulis yang mulanya untuk mengisi waktu luang saja. Kalau sedang tidak banyak kegiatan, saya membayangkan sebuah cerita. Cerita-cerita itu selalu berakhir sedih, dan kadang-kadang memiliki sentimen moral yang sangat tinggi. Ia mendapat dorongan penting pada masa-masa awal kepenulisannya dari seorang tetangga di Dartmoor, eden Phillpotts, yang juga seorang novelis terkenal dan teman dekat keluarga Christie. Phillpotts memberikan saran pada Christie Agatha Miller waktu itu tentang cerita-ceritanya dan merekomendasikan para penulis yang gaya serta perbendaharaan katanya bisa memberikan inspirasi tambahan. Pada tahun-tahun selanjutnya, setelah kemashyuran Christie jauh melampaui kemashyuran novelis itu, Christie menggambarkan bagaimana Phillpotts memberikan taktik dan simpati yang sangat dibutuhkan untuk mempertahankan keyakinan diri seorang penulis muda... saya mengagumi pengertiannya. Yang diberikannya hanya dorongan, bukan kritikan. saat Phillpotts meninggal pada tahun 1960, Christie menulis, Untuk kebaikannya pada saya saat saya masih seorang gadis muda yang baru mulai menulis. saya akan selalu merasa berterima kasih padanya. 33
P RIA berpakaian lusuh di baris keempat itu mencondongkan tubuhnya ke depan dan memandang ke arah panggung dengan penuh perhatian. Kedua matanya yang licik diam-diam disipitkan agar dapat melihat lebih jelas.
Nancy Taylor! gumamnya. Astaga, dia memang Nancy Taylor!
Ia kembali memeriksa lembar acara yang dipegangnya. sebuah nama dicetak agak lebih besar daripada nama-nama lain.
Olga stormer! Jadi, itu namamu sekarang. Rupanya kau sudah menjadi bintang" Kau pasti menghasilkan cukup banyak uang sekarang. Aku berani bertaruh, kau pasti sudah lupa namamu dulu Nancy Taylor. Aku ingin tahu benar-benar ingin tahu, apa komentarmu kalau Jake Levitt mengingatkanmu akan hal itu"
Tirai diturunkan untuk menutup babak pertama. SANG AKTRIS
Tepuk tangan para penonton bergemuruh memenuhi auditorium. Olga stormer, aktris yang sangat emosional dan menjadi terkenal dalam beberapa tahun saja, telah menambahkan satu kemenangan lagi dalam daftar kesuksesannya sebagai Cora , dalam Malaikat Pendendam.
Jake Levitt tidak ikut bertepuk tangan, tapi seulas senyum samar perlahan-lahan menghiasi bibirnya. Betapa beruntungnya ia! Apalagi saat ini keadaan keuangannya sedang payah. Nancy Taylor akan berusaha menyangkal, tapi takkan bisa mengelabuinya. Jika ia bertindak tepat, wanita itu bisa dijadikan tambang emas!
Keesokan paginya, mulai kelihatan hasil usaha pertama Jake Levitt untuk menggali tambang emas -nya. Di ruang duduknya yang dipernis merah dan bertirai hitam, Olga stormer membaca sepucuk surat beberapa kali dengan teliti. Wajahnya yang pucat dan ekspresif tampak agak tegang. sesekali bola matanya yang hijau-kelabu, di bawah sepasang alisnya yang rata, menatap jauh ke depan, seakan-akan sedang merenungi ancaman di balik kata-kata dalam surat itu.
Dengan suaranya yang indah dan dapat bergetar oleh emosi, atau nyaring seperti ketukan mesin tik, Olga memanggil, Miss Jones!
seorang wanita muda berpenampilan rapi dan berkacamata, bergegas datang dari ruang sebelah sambil membawa buku notes dan pensil.
Tolong hubungi Mr. Danahan, dan minta dia segera datang.
syd Danahan, manajer Olga stormer, memasuki ruang itu dengan sikap agak cemas, seperti umumnya pria yang pekerjaannya adalah menangani berbagai tingkah laku aneh para aktris. Bermanis-manis, membujuk, menggertak, atau malah melakukan ketiganya sekaligus merupakan rutinitasnya sehari-hari. Ia merasa lega ketika melihat Olga tampak tenang dan bisa menguasai diri, dan hanya mengangsurkan selembar surat di meja ke arahnya.
Bacalah. Tulisan dalam surat itu hampir tidak terbaca karena jeleknya, dan kertasnya juga kertas murahan.
Nyonya yth. saya sangat mengagumi penampilan Anda semalam dalam Malaikat Pendendam. saya rasa kita samasama mengenal seorang teman bernama Miss Nancy Taylor, di Chicago. sebuah artikel mengenai wanita itu tidak lama lagi akan diterbitkan. Jika Anda bersedia mendiskusikan hal ini, saya bisa menghubungi Anda kapan saja pada waktu yang Anda anggap tepat.
Hormat saya, Jake Levitt Danahan tampak agak bingung.
Aku tidak mengerti. siapa Nancy Taylor itu" seorang gadis yang lebih baik mati, Danny. Ada kegetiran dalam suara Olga, dan keletihan yang mengungkap usianya yang sudah 34 tahun. Dia sudah mati, sampai gagak pemakan bangkai itu menghidupkannya kembali.
Oh! Tapi siapa... Aku, Danny. Gadis itu aku sendiri. Berarti ini pemerasan"
Olga mengangguk. Tentu saja, dan pelakunya seorang pria yang ahli dalam hal semacam itu.
Danahan mengerutkan dahi, mempertimbangkan masalahnya. Olga menyandarkan sebelah pipinya pada tangannya yang panjang dan langsing, mengawasi Danahan dengan sorot mata tak bisa diduga.
Bagaimana kalau kau menggertaknya" Menyangkal semuanya. Buat dia merasa dugaannya keliru, dan bahwa cuma kebetulan saja kau mirip dengan gadis itu. Olga menggelengkan kepala.
Levitt hidup dari memeras wanita. Dia cukup yakin.
Polisi" usul Danahan dengan ragu.
senyum samar berkesan mengejek di bibir Olga sudah cukup menjawab pertanyaannya. Danahan tidak tahu bahwa di balik kendali dirinya, dengan tak sabar Olga mengawasi otak manajernya yang bekerja lebih lamban menjajaki jalan-jalan yang telah lebih dulu ditelusurinya dengan cepat.
Kau tidak... eee... berpendapat lebih baik kau... ee... ceritakan hal ini pada sir Richard" Kurasa itu bisa mengatasi sebagian masalahnya.
Pertunangan Olga dengan sir Richard everard, MP, telah diumumkan beberapa minggu sebelumnya.
Aku sudah ceritakan segalanya pada Richard ketika dia melamarku.
Wah, kau cerdik sekali! seru Danahan kagum. Olga tersenyum kecil.
Itu bukan kecerdikan, Danny sayang. Kau tidak mengerti. Tapi jika si Levitt tidak main-main dengan ancamannya, aku bisa celaka dan karier Richard di Parlemen akan hancur pula. sejauh yang kulihat, hanya ada dua tindakan yang bisa kulakukan. Apa"
Membayarnya tentu saja itu tidak akan ada habisnya! Atau menghilang dan mulai dari awal lagi. Keletihan kembali terdengar jelas dalam suara Olga. Bukannya aku menyesali apa pun yang telah kulakukan. Waktu itu aku miskin dan setengah kelaparan, Danny, sambil tetap berusaha menjalani hidup lurus. Aku menembak seorang pria bedebah yang pantas mati. Keadaan yang mendorongku membunuhnya sangat jelas, sehingga sebenarnya tak seorang juri pun akan menghukumku. Aku tahu itu sekarang, tapi waktu itu aku hanya seorang anak yang ketakutan... dan... aku lari.
Danahan mengangguk. Kurasa tak ada yang bisa kita gunakan untuk menahan Levitt" kata Danahan ragu.
Olga menggelengkan kepala.
sangat kecil kemungkinannya. Dia terlalu pengecut untuk berani melakukan tindak kejahatan terangterangan. Ia tersentak oleh kata-katanya sendiri. seorang pengecut! Aku ingin tahu, adakah yang bisa kita lakukan berdasarkan fakta itu.
Bagaimana kalau sir Richard menemui pria itu dan mengancamnya" usul Danahan.
Cara Richard terlalu halus untuknya. Orang semacam dia tak bisa ditangani dengan cara terlalu halus. Kalau begitu, biar aku yang temui dia. Maafkan aku, Danny, tapi kurasa caramu terlalu kasar. Kita perlu jalan tengah. Kecerdikan seorang wanita! Ya, menurutku seorang wanita bisa melakukan siasat itu. seorang wanita yang halus, tapi tahu sisi keras hidup lewat pengalaman pahit. Olga stormer, misalnya! sekarang jangan bicara lagi padaku, aku harus menyusun rencana.
Olga membungkuk dan membenamkan wajah ke tangannya. Tiba-tiba ia mengangkat wajahnya.
siapa gadis yang ingin menjadi pemeran penggantiku" Margaret Ryan, bukan" Gadis yang rambutnya sama seperti aku"
Rambutnya memang sama, Danahan mengakui dengan enggan, matanya menatap rambut emas ikal yang menghiasi kepala Olga. seperti katamu, rambutnya memang mirip rambutmu. Tapi aktingnya sama sekali tidak bagus. Aku akan menendangnya minggu depan.
Jika rencanaku berjalan baik, kau mungkin terpaksa membiarkannya menjadi pemeran pengganti Cora . Olga menanggapi protes Danahan dengan mengibaskan tangannya. Danny, jawab satu pertanyaanku ini dengan jujur. Apa menurutmu aku bisa berakting" Maksudku, benar-benar berakting. Ataukah aku hanya seorang wanita menarik yang berjalan mengelilingi panggung dalam gaun-gaun indah" Berakting" Astaga! Olga, tak seorang pun bisa menandingimu sejak Duse!
Kalau begitu, jika Levitt memang pengecut, seperti yang kuduga, rencanaku akan berjalan lancar. Tidak, aku tidak akan mengatakannya padamu. Aku ingin kau menemui gadis bernama Ryan itu. Katakan aku tertarik padanya dan mengundangnya makan malam besok. Dia pasti mau datang.
sudah pasti! selain itu, aku butuh obat penenang cair yang kuat, yang bisa membuat orang pingsan dalam satudua jam, tapi tidak berefek apa-apa keesokan harinya.
Danahan menyeringai. Aku tak bisa menjamin teman kita tidak akan merasa pusing, tapi dia tidak akan mengalami kerusakan permanen.
Bagus! sekarang pergilah, Danny, dan serahkan selebihnya padaku. Olga meninggikan suaranya, Miss Jones!
Wanita muda berkacamata tadi muncul dengan kesigapannya yang biasa.
Tuliskan ini. sambil berjalan hilir-mudik, Olga mendiktekan surat-surat yang perlu dikirimnya hari itu. Tapi satu surat ditulisnya sendiri dengan tulisan tangan.
Di ruangannya yang suram dan kotor, Jake Levitt menyeringai sambil menyobek amplop surat yang telah dinanti-nantinya.
Tuan yang terhormat, saya tidak ingat wanita yang Anda maksudkan, tapi saya memang bertemu dengan banyak orang setiap hari, sehingga tentunya saya tak ingat semuanya. Tapi saya selalu senang membantu sesama aktris, dan saya akan berada di rumah jika Anda mau datang berkunjung pukul 9 malam ini. Hormat saya,
Olga stormer

Selagi Hari Terang While The Light Lasts Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Levitt mengangguk. surat yang cerdik! Wanita itu tidak mengakui apa-apa, tapi bersedia berunding. Ada harapan.
Pukul sembilan tepat, Levitt sudah berdiri di depan pintu lat Olga dan menekan bel. Tak ada jawaban. Ketika hendak menekan bel lagi, ia menyadari pintunya tidak tertutup. Ia mendorong pintu itu dan masuk ke lorong depan. Di sebelah kanan tampak sebuah pintu terbuka, menuju sebuah ruangan yang terang benderang. Ruang yang didekorasi dengan warna merah tua dan hitam. Levitt memasuki ruangan itu. Di meja di bawah lampu tergeletak selembar kertas bertulisan:
Harap tunggu hingga saya kembali-Olga Stormer.
Levitt duduk dan menunggu. Meski tak ada orang lain di sana, ia merasa tidak nyaman. Flat itu sangat sepi. Ada sesuatu yang menakutkan dalam kesunyian itu.
Tapi tidak ada apa-apa tentunya. Ruangan itu sangat sunyi dan mati... namun Levitt merasa tidak nyaman, seakan-akan ia tidak sedang sendirian. Mustahil! Ia menyeka keringat yang bermunculan di dahinya. Perasaan tidak nyaman itu semakin kuat. Ia tidak sendirian di sini! sambil bersumpah serapah ia bangkit berdiri dan mulai berjalan mondar-mandir. sebentar lagi wanita itu akan kembali dan...
Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya sambil berseru tertahan. Di balik gorden hitam beludru yang menutupi jendela tampak tangan manusia! Levitt membungkuk dan menyentuhnya. Rasanya sangat dingin seperti tangan orang mati. sambil berteriak Levitt menyibak gorden itu. Tampak seorang wanita tergeletak dengan satu lengan terentang, satunya lagi tertindih tubuhnya, wajahnya menelungkup, rambutnya yang pirang emas terurai menutupi lehernya.
Olga stormer! Dengan tangan gemetar Levitt meraba pergelangan tangan yang dingin seperti es itu, dan mencari-cari denyut jantungnya. seperti diperkirakannya, tak ada denyut lagi. Wanita itu sudah mati. Olga stormer telah melepaskan diri darinya dengan mengambil jalan termudah.
Tiba-tiba mata Levitt menangkap dua ujung tali merah yang berakhir dengan rumbai-rumbai indah, setengah tersembunyi oleh rambut wanita itu. Levitt menyentuh tali itu dengan hati-hati sekali. Tiba-tiba kepala wanita itu terkulai, dan sekilas Levitt sempat melihat wajahnya yang mengerikan dan berwarna keunguan. Levitt melompat sambil berteriak, kepalanya terasa pening. Ada sesuatu yang tidak ia mengerti.
Wajah mengerikan itu telah memberikan petunjuk. Ini pembunuhan, bukan tindakan bunuh diri! Wanita itu dicekik dan dia bukan Olga stormer!
Ah! Apa itu" Di belakangnya terdengar suara. Levitt berbalik dan langsung bertatapan dengan sepasang mata seorang pelayan wanita yang sedang mengintip dari balik dinding. Wajah pelayan itu putih pucat seperti topi kerudung dan celemeknya, tapi Levitt tidak mengerti sorot ketakutan di matanya, hingga wanita itu berkata dengan terbata-bata. Kata-katanya menyadarkan Levitt akan bahaya yang sedang dihadapinya.
Ya Tuhan! Kau telah membunuhnya! Meski begitu, Levitt belum sepenuhnya menyadari posisinya. Ia menjawab,
Tidak, tidak, dia sudah mati waktu kutemukan. Aku melihat kau melakukannya! Kau menarik tali itu dan mencekiknya. Aku dengar suara sekarat wanita itu.
Keringat bermunculan di dahi Levitt. Pikirannya dengan cepat mengingat tindakannya beberapa menit yang lalu. Pelayan itu pasti masuk saat ia baru saja memegang kedua ujung tali itu; si pelayan melihat kepala korban yang terkulai dan mengganggap teriakannya sebagai teriakan si korban. Levitt menatap wanita itu dengan pandangan tak berdaya. Tidak diragukan lagi apa yang tampak di wajah pelayan itu ketakutan dan kebodohan. Wanita itu akan mengadu pada polisi bahwa ia telah menyaksikan tindak kejahatan, dan Levitt yakin kesaksiannya takkan dapat diguncangkan oleh pemeriksaan silang mana pun. Wanita itu akan bersumpah dengan keyakinan kuat bahwa ia berkata jujur.
semua ini sungguh mengerikan dan tidak terduga! Hei, benarkah semua ini tidak terduga" Adakah unsur kesengajaan di sini" secara impulsif, Levitt berkata sambil menyipitkan matanya,
Dia bukan majikanmu, kau tahu"
Wanita itu menjawab dengan spontan, hingga makin memperjelas situasinya.
Memang bukan, dia teman majikanku itu pun kalau mereka bisa disebut berteman, sebab sebenarnya mereka seperti anjing dan kucing. Malam ini mereka baru saja bertengkar.
Perangkap! Kini Levitt mengerti. Di mana majikanmu"
Pergi sepuluh menit yang lalu.
Perangkap! Dan ia masuk ke dalamnya, persis seperti seekor domba tolol. si setan licik Olga stormer telah menyingkirkan saingannya, dan Levitt-lah yang akan menanggung akibat perbuatannya. Pembunuhan! Astaga, mereka akan menggantungnya! Padahal ia sama sekali tidak bersalah!
suara gemersik perlahan di dekatnya menyadarkan Levitt kembali. Pelayan bertubuh kecil itu mengendap-endap ke arah pintu. Akalnya mulai bekerja lagi. Pandangannya beralih dari telepon ke pintu. Levitt harus membungkam wanita itu. Itu satu-satunya jalan keluar. Daripada digantung untuk perbuatan yang tak pernah dilakukannya. Wanita itu tak punya senjata, begitu pula dia. Tapi ia bisa mengerahkan kedua tangannya! Levitt melompat. Di meja di sebelahnya, nyaris di bawah tangan wanita itu, tergeletak sebuah pistol kecil berhiaskan permata. Kalau saja ia bisa meraih pistol itu lebih dulu...
Instingnya, atau pandangan mata Levitt, memperingatkan wanita itu. Dengan cepat ia mengambil pistol itu lebih dulu sementara Levitt melompat ke arah meja, dan menodongkan pistol itu ke dada Levitt. Ia memegang pistol itu dengan canggung, jari-jarinya siap menekan picu. Pada jarak sedekat itu, tembakannya tak mungkin meleset. Levitt berhenti. Pistol milik seorang wanita seperti Olga stormer tak mungkin kosong.
Tapi ada satu hal penting. Pelayan itu tidak lagi berada langsung di antara dirinya dan pintu. selama wanita itu tidak diserang, ia mungkin tidak berani menembak. Lagi pula, Levitt harus mengambil risiko. Dengan gerakan zig-zag Levitt berlari ke arah pintu, melewati lorong depan dan bergegas ke luar pintu depan, menutup pintu itu dengan keras. samar-samar ia mendengar wanita itu berseru gemetar, Polisi, ada pembunuhan! Tapi ia harus berteriak lebih keras lagi sebelum ada yang bisa mendengarnya. Levitt mendapat kesempatan untuk kabur. Ia bergegas menuruni tangga dan berlari ke jalanan. Di sana ia berhenti berlari dan mulai berjalan agar tidak menarik perhatian, lalu belok di tikungan. Rencananya berantakan. Ia harus pergi ke Gravesend secepat mungkin. Di sana ada perahu yang berlayar malam itu ke tempat-tempat jauh dan terpencil. Ia mengenal kaptennya. Dengan sejumlah uang, kapten itu tidak akan bertanya apaapa padanya. Begitu naik ke perahu itu dan berada di tengah laut, ia akan aman.
Pukul sebelas telepon Danahan berdering. Terdengar suara Olga.
Tolong siapkan kontrak untuk Miss Ryan. Dia akan menjadi pemeran pengganti Cora . Keputusan ini tak bisa diperdebatkan lagi. Aku berutang padanya, setelah apa yang kulakukan padanya malam ini! Apa" Ya, kurasa aku berhasil mengatasi masalahku. Omong-omong, kalau besok dia bercerita padamu bahwa aku seorang spiritualis yang bersemangat dan telah membuatnya kerasukan semalam, pura-puralah percaya. Bagaimana caranya" Obat penenang di kopinya, diikuti dengan beberapa teknik ilmiah! setelah itu kulukis wajahnya dengan cat minyak ungu dan kupasangkan turniket di lengan kirinya! Terkejut" Kau harus tunggu hingga besok. Aku tak punya waktu untuk menjelaskannya sekarang. Aku harus melepaskan topi dan celemek yang kupakai sebelum Maud pulang. Ada pertunjukan drama yang indah malam ini, katanya. Tapi sebenarnya dia ketinggalan pertunjukan drama terbaik di sini. Aku memainkan peran terbaikku malam ini, Danny. si wanita cerdik menang! Jake Levitt memang pengecut, dan oh, Danny, Danny... aku memang seorang aktris sejati! 46
Sang Aktris (he Actress) pertama kali diterbitkan dalam Novel Magazine pada bulan Mei 1923 dengan judul A Trap for the Unwary. Judul itu juga yang digunakan ketika cerita ini diterbitkan kembali dalam booklet tahun 1990 untuk menandai ulang tahun Christie yang keseratus.
Kisah ini menggambarkan kehebatan Christie dalam menyusun alur cerita tertentu dan mempresentasikannya kembali, mungkin dalam bentuk yang sama, tapi dari perspektif yang berbeda, atau dengan variasi yang halus tapi nyata untuk menyembunyikannya dari para pembaca. Kecakapan Christie dalam mengolah Sang Aktris juga tampak dalam beberapa cerita lain, yang paling jelas dalam cerita Miss Marple yang menarik, he Afair at the Bungalow, yang dikoleksi dalam buku Tiga Belas Kasus (he hirteen Problems) 1932, dan novel Poirot Pembunuhan di Teluk Pixy (Evil Under the Sun)-1941.
KETERANGAN Kisah ini mengingatkan kita bahwa Christie adalah salah satu penulis naskah drama Inggris yang paling sukses, meski naskah pertamanya yang digambarkannya sebagai drama yang sangat suram, yang jika ingatan saya tidak keliru, adalah mengenai incest tidak pernah dipentaskan. Naskah favoritnya sendiri adalah Witness for the Prosecution 1953, tapi yang paling terkenal adalah he Mousetrap 1952, yang hingga sekarang masih dimainkan di London setelah hampir 50 tahun. Meski alur cerita he Mousetrap berkisar pada kemampuan seorang pembunuh untuk mengelabui calon-calon korbannya, sebagai naskah drama kisah itu bergantung pada kesadaran Christie mengenai bagaimana para penonton merespons apa yang mereka lihat dan dengar, dan kemampuan Christie yang hebat untuk memanipulasi apa-apa yang kemudian terjadi. setelah he Mousetrap dibuka di London, para pengulas he Times memberi komentar bahwa Karya tersebut memenuhi persyaratan-persyaratan khusus untuk ditampilkan sebagai pertunjukan teater, dan siapa pun yang berkaitan dengan drama itu atau telah mempelajarinya dengan saksama tahu benar bahwa ada sebuah rahasia di balik kesuksesannya, atau lebih tepatnya kesuksesan yang membuat sedikit sekali orang bisa memperkirakan akhir dari kisah yang menakjubkan itu.
C LARe HALLIWeLL menyusuri jalan setapak dari pintu rumahnya ke pagar, sambil menjinjing sebuah keranjang berisi sebotol sup, selai buatan sendiri, dan beberapa ranting anggur. Di desa kecil Daymer s end tidak banyak orang miskin, dan beberapa yang ada dibantu dengan penuh perhatian. Clare adalah salah satu pekerja sosial gereja yang paling eisien.
Usia Clare tiga puluh dua tahun. Tubuhnya tegap, warna kulitnya sehat, dan bola matanya cokelat teduh. Parasnya tidak cantik, tapi ia kelihatan segar, menyenangkan, dan sangat Inggris. semua orang menyukainya, dan menganggapnya gadis yang baik. sejak kematian ibunya dua tahun yang lalu, ia hanya tinggal bersama anjingnya, Rover. Ia beternak ayam, menyukai binatang dan kehidupan alam terbuka.
Ketika Clare sedang membuka pagarnya, sebuah mobil melesat cepat. Pengemudinya, seorang wanita bertopi merah, melambaikan tangan. secara otomatis TEPI JURANG
Clare balas melambai, tapi sesaat kemudian ia mengatupkan bibirnya dengan kesal. Hatinya selalu tertusuk kalau melihat Vivien Lee. Istri Gerald!
Medenham Grange, yang terletak satu mil dari desa itu, adalah peternakan milik keluarga Lee selama beberapa generasi. sir Gerald, pemiliknya sekarang, sudah cukup berumur dan dianggap kaku oleh banyak orang. sikap angkuh yang diperlihatkannya sebenarnya hanya untuk menutupi sifat pemalunya. Ia teman bermain Clare sejak masih kanak-kanak. setelah dewasa, mereka berteman baik. Banyak orang mengharapkan hubungan mereka semakin dekat dan intim termasuk Clare sendiri, mungkin. Mereka tak perlu terburu-buru membuat ikatan tentunya, tapi suatu hari nanti... Clare menetapkan sendiri dalam benaknya. suatu hari nanti.
Tapi setahun yang lalu desa itu dikejutkan oleh berita pernikahan Gerald Lee dengan Miss Harper seorang gadis yang tidak dikenal!
Lady Lee ini tidak begitu populer di kalangan orang desa. Ia sama sekali tidak tertarik pada masalahmasalah paroki, bosan dengan kegiatan berburu, dan membenci pedesaan serta olahraga di alam terbuka.
Banyak orang-orang tua di desa itu menggelengkan kepala dan bertanya-tanya bagaimana akhir pernikahan mereka. Mudah saja mengetahui mengapa sir Gerald tergila-gila pada gadis itu. Vivien adalah wanita cantik. sosoknya mulai dari kepala hingga ujung kaki sangat berbeda dari Clare Halliwell. Kecil mungil, halus, rapuh, dengan rambut merah keemasan yang mengikal manis di balik kedua telinganya yang bagus, bola matanya besar dan berwarna ungu, pandai melontarkan lirikan menantang.
seperti kebanyakan pria, Gerald Lee sangat menginginkan istrinya dan Clare berteman baik. Clare sering diundang makan malam ke Grange, dan Vivien pandai berpura-pura menyukai Clare setiap kali mereka bertemu. Karena itulah ia melambaikan tangan pada Clare pagi itu.
Clare terus berjalan dan melakukan tugas sehariharinya. Pendeta juga sedang mengunjungi wanita tua yang ditemui Clare. Pendeta itu dan Clare berjalan bersama, sebelum akhirnya mereka mengambil jalan yang berbeda. Mereka berhenti sebentar untuk mendiskusikan masalah-masalah gereja.
Jones kambuh lagi, kurasa, kata Pendeta. Padahal aku berharap dia tidak kambuh lagi setelah dia bersumpah akan menghentikan kebiasaannya itu. Menyebalkan, ujar Clare ketus.
Bagi kita memang, kata Mr. Wilmoot, tapi kita harus ingat, sangat sulit bagi kita untuk menempatkan diri pada posisinya dan menyadari godaan yang dihadapinya. Hasrat untuk minum bukan merupakan godaan bagi kita, tapi kita semua punya kelemahan masingmasing. Dengan begitu, kita bisa memahaminya. Kurasa begitu, jawab Clare ragu.
Pendeta itu menatap Clare.
Beberapa dari kita beruntung tidak banyak menghadapi godaan, katanya lembut. Tapi bagi mereka pun waktunya akan datang. Waspada dan berdoalah agar kau tidak dibawa masuk ke dalam pencobaan. setelah mengucapkan selamat tinggal, pendeta itu bergegas pergi. Clare juga melanjutkan perjalanannya sambil merenung, dan saat berikutnya ia nyaris bertabrakan dengan sir Gerald Lee.
Halo, Clare. Aku memang berharap bertemu denganmu. Kau kelihatan sangat ceria. Pipimu merah.
Warna merah di pipi Clare tidak ada beberapa saat sebelumnya. Lee melanjutkan,
seperti kubilang tadi, aku berharap bertemu denganmu di jalan. Vivien harus pergi ke Bournemouth akhir pekan ini. Ibunya kurang sehat. Bisakah kau makan malam dengan kami hari selasa, sebagai ganti malam ini"
Oh, ya! selasa tidak apa.
Kalau begitu bagus. Bagus sekali. Aku harus pergi, karena sedang terburu-buru.
Clare pulang dan mendapati satu-satunya pelayan setianya berdiri menunggunya di tangga pintu.
Akhirnya Anda pulang. saya menunggu Anda. Mereka mengantar Rover. Dia keluar sendiri tadi pagi dan tergilas mobil.
Clare bergegas menghampiri anjingnya. Ia penyayang binatang, dan Rover merupakan binatang kesayangannya. Ia memeriksa keempat kaki anjing itu satu per satu, lalu meraba tubuhnya. Rover mengerang satu-dua kali, lalu menjilati tangannya.
Jika memang ada cedera serius, tentu di bagian dalam, akhirnya Clare berkata. Tampaknya tidak ada tulang yang patah.
Apa sebaiknya kita bawa ke dokter hewan, Miss" Clare menggelengkan kepala. Ia tidak begitu percaya pada dokter hewan di desa itu.
Kita tunggu saja hingga besok. Tampaknya dia tidak menderita, dan gusinya juga kelihatan sehat. Jadi, tidak mungkin terjadi banyak perdarahan internal. Besok, kalau dia kelihatan tidak sehat, aku akan membawanya ke skippington dengan mobil, dan meminta Reeves memeriksanya. sejauh ini dia dokter hewan terbaik.
Keesokan harinya Rover tampak lebih lemah, dan Clare membawanya ke dokter hewan. Kota kecil skippington berjarak empat puluh mil dari desa itu, tapi Reeves, dokter hewan di sana, sudah sangat terkenal hingga ke wilayah-wilayah sekitarnya.
Ia mendiagnosis Rover mengalami beberapa cedera internal, tapi punya harapan bagus untuk kembali sembuh. Clare cukup puas meninggalkan Rover dalam perawatannya.
Di skippington hanya ada satu hotel yang bagus, he County Arms. Hotel itu sering dikunjungi para tamu yang melakukan perjalanan bisnis, karena daerah itu tidak memiliki tempat perburuan yang baik, dan juga berada di luar jalur jalan utama yang dilalui kendaraan.
Makan siang baru disajikan pukul satu, dan karena masih ada waktu beberapa menit, Clare menunggu sambil membaca sekilas nama-nama yang terdapat di buku tamu yang terbuka.
Tiba-tiba Clare berseru tertahan. Rasanya ia mengenali tulisan tangan yang meliuk-liuk dan melingkarlingkar itu" Ia tak mungkin salah. sekarang pun ia berani bersumpah tapi tentu itu tak mungkin. Vivien Lee berada di Bournemouth. Nama yang tertera di sana pun sudah menunjukkan bahwa itu tak mungkin: Mr. dan Mrs. Cyril Brown, London.
Tapi Clare tak dapat menahan diri untuk kembali memandang tulisan yang keriting itu beberapa kali, dan dengan dorongan hati yang tak dapat dideinisikannya ia bertanya pada wanita resepsionis di kantor itu,
Mrs. Cyril Brown" saya ingin tahu, apakah saya kenal orangnya.
seorang wanita bertubuh kecil" Rambut kemerahan" sangat cantik. Dia membawa mobil merah bertempat duduk dua, Madam. Peugeot, saya rasa.
Ternyata dugaannya tepat! suatu kebetulan yang terlalu luar biasa. seperti dalam mimpi ia mendengar wanita itu melanjutkan,
Mereka baru datang kemari sebulan yang lalu untuk berakhir pekan, dan rupanya sangat menyukai tempat ini, sehingga mereka datang lagi. Pengantin baru, saya rasa.
Clare mendengar dirinya mengatakan, Terima kasih. saya rasa dia bukan teman saya.
suaranya terdengar berbeda, seakan-akan milik orang lain. Ketika akhirnya ia duduk di ruang makan, makan daging sapi panggang dingin, benaknya disibukkan oleh pikiran dan emosi-emosi yang saling bertentangan.
Ia tak ragu sedikit pun. sejak pertama kali bertemu, ia sudah tahu wanita macam apa Vivien. Vivien memang jenis wanita seperti itu. Clare ingin tahu, siapa pria yang bersamanya. seseorang yang dikenal Vivien sebelum menikah" Kemungkinan besar tapi itu bukan masalah; tidak ada yang penting, selain Gerald.
Apa yang harus dilakukannya dengan Gerald" Gerald harus tahu harus tahu. Clare merasa tugasnyalah untuk memberitahu Gerald. secara kebetulan dan tidak disengaja ia telah menemukan rahasia Vivien, tapi ia harus segera memberitahukan fakta ini pada Gerald. Ia teman Gerald, bukan teman Vivien.
Tapi entah mengapa ia merasa tidak nyaman. Nuraninya masih terus terusik. Di permukaan, alasannya untuk memberitahu Gerald kedengaran bagus, tapi antara perasaan kewajiban dan hasrat pribadi saling mengusik. Ia mengakui bahwa ia memang tidak menyukai Vivien. selain itu, jika Gerald Lee menceraikan istrinya dan Clare yakin itu yang akan dilakukan Gerald, karena ia pria yang berpandangan fanatik dalam menjaga kehormatannya maka akan terbuka jalan bagi Gerald untuk mendatangi Clare. Membayangkan hal ini, Clare mundur tersentak. Ia merasa rencana tindakannya begitu jahat dan buruk.
Unsur pribadi terlalu banyak. Clare tak bisa yakin akan motifnya sendiri. Pada dasarnya ia wanita yang berjiwa besar dan selalu mengikuti nurani. Kini ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melihat apa tugasnya. Ia berharap untuk bertindak benar, seperti yang selalu dilakukannya selama ini. Apa yang benar dalam hal ini" Apa yang salah"
secara kebetulan ia memperoleh fakta-fakta yang sangat memengaruhi pria yang dicintainya dan wanita yang dibencinya dan ya, sebaiknya terus terang saja yang juga membuatnya cemburu. Ia bisa menghancurkan wanita itu. Apakah tindakannya bisa dibenarkan"
Clare selalu menjaga diri dari itnah dan skandal yang merupakan bagian dari kehidupan desa. Ia benci merasa bahwa kini ia menyerupai salah satu orang desa yang suka memitnah dan selalu dibencinya.
Tiba-tiba perkataan sang pendeta tadi pagi melintas dalam benaknya,
Tapi bagi mereka pun waktunya akan datang. sekarangkah waktu untuknya" Apakah ini suatu cobaan baginya" Apakah percobaan itu datang dengan berkedok tugas" Ia, Clare Halliwell, orang yang penuh cinta dan belas kasih pada semua pria dan wanita. Jika ia memang harus memberitahukan hal itu pada Gerald, ia harus yakin motif yang mendorongnya tidak bersifat pribadi. Untuk saat ini ia tidak akan mengatakan apa-apa.
Clare membayar makan siangnya dan pergi, hatinya terasa ringan. Ia merasakan suatu kebahagiaan yang telah lama tidak dirasakannya. Ia merasa gembira bahwa ia punya kekuatan untuk menolak godaan, tidak melakukan suatu tindakan kejam atau rendah. sesaat terpikir olehnya bahwa hatinya gembira karena kekuasaan yang kini dimilikinya atas Vivien, tapi ia mengesampingkan pikiran itu.
Pada selasa malam, keputusannya menjadi lebih kuat. Hal itu tidak boleh datang dari dirinya. Ia harus tutup mulut. Cinta yang dipendamnya untuk Gerald membuat ia tak sanggup mengemukakan apa yang diketahuinya. Apakah sudut pandangnya ini terlalu luhur" Mungkin; tapi itu satu-satunya tindakan yang mungkin dilakukannya.
Clare tiba di Grange dengan mobilnya yang kecil. sopir sir Gerald berada di pintu depan untuk membawa mobil itu ke garasi setelah Clare turun, karena saat itu hujan. Ketika mobilnya telah pergi, Clare baru ingat bahwa ia membawa beberapa buku Gerald yang dipinjamnya dan ingin ia kembalikan. Clare memanggil sopir itu, tapi si sopir tidak mendengar. Pelayan berlari mengejar mobil itu.
selama beberapa menit, Clare sendirian di lorong, di dekat pintu ruang duduk yang baru saja dibuka pelayan untuk mengumumkan kedatangannya. Tapi orang-orang yang berada di dalam belum mengetahui kedatangannya, dan saat itulah terdengar jelas suara Vivien yang nyaring sama sekali tidak mirip suara wanita terhormat.
Oh, kami hanya menunggu Clare Halliwell. Kalian pasti mengenalnya dia tinggal di desa dikenal sebagai salah satu gadis tercantik, tapi sebenarnya sama sekali tidak menarik. Dia berusaha keras membuat Gerald terpesona, tapi tidak berhasil sama sekali.
Oh, ya, sayang, tapi... itu jawabannya atas protes kecil suaminya. Tapi itu memang benar kau mungkin tidak menyadarinya, tapi dia berusaha keras untuk menjeratmu. Clare yang malang! Gadis baik, tapi tidak menarik!
Wajah Clare pucat pasi, kedua tangannya mengepal karena kemarahan besar yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ingin rasanya ia membunuh Vivien Lee saat itu juga. Hanya karena usaha keras ia berhasil mengendalikan dirinya kembali. Itu, dan kesadaran bahwa ia berkuasa untuk memberi pelajaran pada Vivien atas kata-katanya yang kejam.
si pelayan kembali dengan buku-bukunya. Lalu ia membukakan pintu, mengumumkan kedatangan Clare. sesaat kemudian, Clare menyapa orang-orang dalam ruangan itu dengan sikapnya seperti biasa yang menyenangkan.
Vivien, dalam gaun berwarna anggur gelap yang menonjolkan kulitnya yang putih, menunjukkan sikap sangat ramah dan penuh perhatian. Mereka jarang sekali bertemu Clare, katanya. Vivien akan belajar main golf, dan Clare harus ikut dengannya.
Gerald sangat penuh perhatian dan baik. Meski tidak mencurigai Clare mendengar ucapan istrinya, Gerald sepertinya berusaha menebus ucapan pedas istrinya itu. Ia sangat menyukai Clare, dan berharap Vivien tidak mencemooh Clare. Ia dan Clare cuma berteman dan kalaupun ada kecurigaan bahwa Clare memang berusaha memikatnya, ia mengesampingkan kecurigaan itu
setelah makan malam, mereka membicarakan soal anjing, dan Clare menceritakan kecelakaan yang menimpa Rover. Dengan sengaja ia menunggu suasana hening sejenak, mengatakan,
& jadi hari sabtu aku membawamya ke skippington.
Ia mendengar gemertak cangkir kopi Vivien Lee, tapi Clare tidak menatapnya belum.
Untuk menemui Dokter Reeves itu"
Ya. Anjing itu akan baik-baik saja, kurasa. setelah itu aku makan siang di Country Arms. sebuah pub kecil yang cukup nyaman. Kini Clare menoleh pada Vivien. Kau pernah menginap di sana"
Jika sebelumnya ia punya keraguan, kini tidak lagi. Vivien menjawab cepat dengan terbata-bata. Aku" Oh! Be-belum, belum pernah.
Matanya menyorotkan ketakutan. Mata itu tampak hitam dan melebar ketika bertemu pandang dengan Clare. Mata Clare yang tenang dan menyelidik tidak menunjukkan apa-apa. Tak seorang pun bisa mengira kenikmatan yang tersembunyi di balik itu. saat itu Clare hampir memaafkan Vivien atas kata-kata yang didengarnya tadi. Ia menikmati kekuasaannya atas Vivien, dan itu hampir membuatnya pening. Vivien Lee berada dalam genggamannya.
Keesokan harinya ia menerima surat dari Vivien. Undangan minum teh hanya berdua dengannya sore itu" Clare menolaknya.
Kemudian Vivien mengunjunginya. Dua kali ia datang pada jam ketika Clare pasti berada di rumah. Pada kesempatan pertama, Clare memang sedang tidak di rumah; pada saat kedua, ia menyelinap keluar lewat pintu belakang ketika melihat Vivien memasuki halaman.
Dia belum yakin benar, apakah aku tahu atau tidak, kata Clare dalam hati. Dia ingin mengetahuinya tanpa mengakui. Tapi dia takkan bisa tidak sebelum aku siap.
Clare sendiri tidak tahu apa yang sedang ditunggunya. Ia memutuskan untuk tetap diam itu satu-satunya cara yang benar dan terhormat. Ia merasakan lagi gejolak rasa bangga itu ketika mengingat godaan besar yang diterimanya. setelah mendengar Vivien membicarakannya di belakang, orang yang lebih lemah mungkin tidak akan mengambil keputusan sebaik itu.
Clare pergi dua kali ke gereja Minggu itu. Pertama untuk Komuni dini hari, yang memberikan kekuatan dan mengangkat bebannya. Perasaan pribadinya tidak boleh membebaninya tak boleh ada perasaan jahat atau picik. Ia kembali mengikuti misa pagi. Mr. Wilmot berkhotbah tentang doa orang Farisi yang terkenal itu. Ia menggambarkan kehidupan pria itu, seorang pria yang baik dan merupakan pilar gereja. Ia menggambarkan kesombongan spiritual yang perlahan-lahan merusak dan mencemarkan dirinya.
Clare tidak begitu mendengarkan khotbah itu. Vivien duduk di tempat khusus untuk keluarga Lee, dan insting Clare mengatakan Vivien berniat menghampirinya seusai misa nanti.
Dan memang itu yang terjadi. Vivien menghampiri Clare, berjalan pulang dengannya, dan bertanya apakah ia boleh masuk. Clare mempersilakannya masuk. Mereka duduk di ruang duduk Clare yang kecil, cerah oleh bunga-bunga dan pernak-pernik bergaya kuno. Pembicaraan Vivien tidak keruan dan tersendatsendat.
Aku berada di Bournemouth akhir pekan yang lalu, katanya kemudian.
Begitulah yang dikatakan Gerald padaku, kata Clare.
Mereka saling bertatapan. Vivien nyaris tanpa tata rias hari ini. Wajahnya berkesan tajam seperti rubah, hingga menghapus sebagian besar daya tariknya.
Ketika kau berada di skippington..., Vivien memulai.
Ketika aku berada di skippington" ulang Clare dengan sopan.
Kau berbicara tentang hotel kecil di sana. County Arms. Ya. Kau tidak mengetahuinya, katamu"
Aku... aku pernah ke sana sekali. Oh!
Clare hanya diam menunggu. Vivien tidak tahan menghadapi ketegangan semacam itu. sebentar saja pertahanannya runtuh. Tiba-tiba ia mencondongkan tubuhnya dan berbicara dengan sengit.
Kau tidak menyukaiku. Tidak pernah. Kau selalu membenciku. Kau senang sekarang, bisa mempermainkanku seperti kucing mempermainkan tikus. Kau kejam... kejam. Itu sebabnya aku takut padamu, karena jauh di lubuk hatimu kau kejam.
Vivien! kata Clare tajam.
Kau tahu, bukan" Ya, bisa kulihat bahwa kau tahu. Kau tahu malam itu... ketika kau berbicara tentang skippington. Kau mengetahuinya entah bagaimana. Aku ingin tahu, apa yang akan kaulakukan" Apa yang akan kaulakukan"
Clare tidak menjawab. Vivien melompat berdiri. Apa yang akan kaulakukan" Aku harus tahu. Kau tidak akan menyangkal bahwa kau tahu semua itu, bukan"
Aku tidak berniat menyangkal apa-apa, jawab Clare dengan dingin.
Kau melihatku hari itu"
Tidak. Aku melihat tulisan tanganmu di buku tamu Mr. dan Mrs. Cyril Brown.
Wajah Vivien bersemu merah.
sejak itu, lanjut Clare perlahan, aku menyelidiki. Ternyata kau tidak berada di Bournemouth akhir pekan itu. Ibumu tidak pernah memintamu datang. Hal yang sama terjadi sekitar enam minggu yang lalu.
Vivien terenyak kembali ke sofa. Tangisnya meledak, tangis seorang anak yang ketakutan.
Apa yang akan kaulakukan" tanyanya di tengah isakannya. Apa kau akan memberitahu Gerald" Aku belum tahu, jawab Clare.
Ia merasa tenang dan berkuasa.
Vivien duduk tegak, menyibak rambutnya yang ikal dari dahinya.
Apa kau ingin mendengar keseluruhan ceritanya"
sebaiknya begitu, kurasa.
Vivien menceritakan semuanya. Tak ada yang ditutupinya. Cyril Brown adalah Cyril Haviland, seorang insinyur muda yang pernah bertunangan dengan Vivien. Kesehatannya menurun dan ia kehilangan pekerjaan. Karena itulah ia meninggalkan Vivien yang miskin dan menikahi seorang janda kaya yang jauh lebih tua daripadanya. Tak lama setelah itu, Vivien menikahi Gerald Lee.
Vivien bertemu lagi dengan Cyril secara kebetulan. Pertemuan pertama yang diikuti oleh pertemuan-pertemuan lain. Cyril, yang didukung oleh uang istrinya, sukses dalam kariernya, dan menjadi tokoh terkenal. Kisah yang suram, pertemuan sembunyi-sembunyi, kebohongan dan intrik yang tidak berkesudahan.
Aku sangat mencintainya, Vivien berkata berulang-ulang, dengan erangan tiba-tiba. setiap kali ucapannya membuat Clare muak.
Akhirnya Vivien selesai bercerita. Dengan nada malu ia melontarkan pertanyaan, Bagaimana"
Apa yang akan kulakukan" tanya Clare. Aku tidak bisa memberitahumu. Aku perlu waktu untuk berpikir.
Kau takkan mengadu pada Gerald" Mungkin seharusnya aku melakukannya. Jangan, jangan. suara Vivien meninggi, hingga nyaris berteriak. Dia akan menceraikanku. Dia tidak akan mendengarkan alasanku. Dia akan mengetahuinya dari hotel itu, dan Cyril akan terseret dalam masalah ini. Lalu istrinya akan menceraikannya. semua akan lenyap karier dan kesehatannya dia akan jatuh miskin lagi. Dia tidak akan pernah memaafkanku takkan pernah.
Maaf, kata Clare, aku tidak peduli pada Cyrilmu.
Vivien tidak memerhatikan.
Dia akan membenciku membenciku. Aku tidak kuat menahannya. Tolong jangan beritahu Gerald.
Aku akan lakukan apa saja yang kauinginkan, asal kau tidak memberitahu Gerald.
Aku perlu waktu untuk memutuskan, jawab Clare dengan penuh wibawa. Aku tak bisa menjanjikan apa-apa. sementara ini, kau dan Cyril tidak boleh bertemu lagi.
Tidak, kami tidak akan bertemu. Aku bersumpah.
Kalau aku sudah tahu apa yang harus kulakukan, kata Clare, aku akan memberitahumu.
Ia berdiri. Vivien pergi sambil terus melirik dan menengok ke belakang.
Clare mendengus dengan perasaan jijik. Perselingkuhan yang menjijikkan. Apakah Vivien akan memenuhi janjinya untuk tidak menemui Cyril" Mungkin tidak. Ia lemah dan sangat busuk.
siang itu Clare berjalan-jalan jauh. Ada jalan setapak yang mengarah ke bawah. Di sebelah kiri, bukitbukit hijau perlahan-lahan melandai ke laut jauh di bawah, sedangkan jalan setapak itu sendiri berlikuliku ke atas. Jalan ini dikenal dengan sebutan he edge. Meski cukup aman kalau kita tetap berada di jalan setapak itu, tapi berbahaya kalau kita menyimpang. Turunan bukit yang landai itu berbahaya. Clare pernah kehilangan seekor anjing di sana. Binatang itu berlari melewati tepi rumput yang licin, tanpa bisa berhenti, dan jatuh melewati tepi jurang, terempas di bebatuan tajam di bawahnya.
siang itu cuaca cerah dan indah. Jauh di bawah terdengar suara ombak laut, samar-samar menenangkan. Clare duduk di rumput hijau pendek dan menatap air biru itu. Ia harus menghadapi hal ini dengan pikiran jernih. Apa yang harus dilakukannya"
Ia berpikir tentang Vivien dengan perasaan jijik. Bagaimana wanita itu begitu ketakutan, betapa ia menyerah dengan begitu mudahnya! Clare merasakan kebenciannya meningkat. Vivien sama sekali tidak punya keberanian tidak punya ketabahan.
Meski tidak menyukai Vivien, Clare memutuskan untuk tetap tutup mulut sementara ini. Ketika pulang, ia menulis surat pendek untuk Vivien, mengatakan meski ia tak bisa berjanji selamanya, ia memutuskan untuk tutup mulut sementara ini.
Kehidupan berjalan seperti biasa di Daymer s end. Masyarakat setempat memerhatikan Lady Lee tampak kurang sehat. sebaliknya, Clare Halliwell berseri-seri. Kedua matanya lebih berbinar, dan kepalanya lebih tegak. Ada kesan percaya diri dan keyakinan baru dalam sikapnya. Ia dan Lady Lee sering bertemu, dan dalam setiap pertemuan, wanita yang lebih muda itu memerhatikan setiap kata Clare dengan penuh perhatian.
Kadang-kadang Miss Halliwell melontarkan komentar yang kedengaran ambigu tidak sepenuhnya relevan dengan topik pembicaraan. Ia suka tiba-tiba mengatakan bahwa ia berubah pendapat tentang banyak hal akhir-akhir ini mengherankan bagaimana suatu hal sepele bisa mengubah sudut pandang seseorang secara total. Orang suka memberikan terlalu banyak karena rasa iba dan itu kesalahan besar.
Ketika mengatakan hal-hal semacam itu, biasanya ia memandang Lady Lee dengan cara tertentu, dan Lady Lee tiba-tiba berubah pucat, seperti ketakutan.
Tapi setelah setahun berlalu, hal-hal kecil itu tidak begitu kentara lagi. Clare terus melontarkan komentarkomentar yang sama, tapi Lady Lee tampaknya tidak begitu terpengaruh lagi. Kecantikan dan semangatnya kembali pulih. sikapnya yang periang sudah kembali.
suatu pagi, ketika membawa anjingnya berjalan-jalan, Clare berpapasan dengan Gerald. Anjing spaniel Gerald bercengkrama dengan Rover, sementara tuannya berbicara dengan Clare.
sudah dengar kabar kami" tanya Gerald dengan ringan. Kurasa Vivien sudah memberitahumu.
Kabar apa" Vivien tidak menyebutkan apa-apa yang khusus.
Kami akan pergi ke luar negeri selama setahun mungkin lebih lama. Vivien sudah bosan dengan tempat ini. sejak dulu dia tidak suka tempat ini, Gerald mendesah, beberapa saat ia menatap tanah. Gerald Lee sangat membanggakan kampung halamannya. Tapi aku sudah berjanji padanya untuk melakukan perubahan. Aku telah membeli sebuah vila di dekat Algiers. sebuah tempat yang sangat indah. la tertawa agak malu. seperti bulan madu kedua, ya"
sesaat Clare terdiam. sesuatu naik ke tenggorokannya dan membuatnya tercekat. Ia bisa membayangkan dinding-dinding putih vila itu, pohon-pohon jeruk, dan mencium wangi daerah selatan yang harum lembut. Bulan madu kedua!
Mereka akan lari. Vivien tidak lagi memercayai ancamannya. Ia akan kabur, bersenang-senang dan gembira.
Clare mendengar suaranya sendiri berkata dengan agak parau, memberikan komentar yang pantas. Betapa menyenangkan! Ia iri pada mereka!
Untungnya pada saat itu Rover dan spaniel Gerald berkelahi. Perkelahian kedua anjing itu tidak memungkinkan obrolan mereka berlanjut.
siang itu Clare duduk dan menulis surat untuk Vivien. Ia meminta Vivien menemuinya di he edge keesokan harinya, untuk menyampaikan sesuatu yang sangat penting padanya.
esok paginya langit cerah tak berawan. Clare menapaki jalan setapak di he edge yang terjal dengan hati ringan. Hari yang sempurna! Ia senang telah memutuskan untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikannya di udara terbuka, di bawah langit biru, bukan di ruang bacanya yang kecil dan pengap. Ia merasa iba pada Vivien, sangat iba, tapi ini harus dilakukan.
Ia melihat sebuah titik berwarna kuning, seperti sekuntum bunga kuning di sisi jalan setapak yang lebih tinggi. Ketika ia menghampirinya lebih dekat, titik kuning itu ternyata sosok Vivien yang mengenakan rok rajut berwarna kuning. Ia sedang duduk di rumput pendek, kedua tangannya memeluk lutut.
selamat pagi, ujar Clare. Pagi yang sempurna, bukan"
O ya" sahut Vivien. Aku tidak memerhatikannya. Apa yang ingin kaukatakan padaku" Clare menjatuhkan diri di sebelah Vivien. Aku kehabisan napas, katanya dengan nada meminta maaf. Jalannya menanjak terjal sekali.
Brengsek kau! teriak Vivien dengan keras. Mengapa tidak kaukatakan saja apa maumu, perempuan setan" Daripada kau menyiksaku terus!
Clare menatapnya terkejut, dan Vivien cepat-cepat mengubah sikapnya.
Aku tidak bersungguh-sungguh. Maaf, Clare. Aku sungguh minta maaf. Hanya saja... aku sangat kacau karena harus menunggu, sementara kau duduk di sini dan berbicara tentang cuaca yah, aku jadi kacau.
Kau bisa lebih kacau lagi jika tidak berhati-hati, kata Clare dingin.
Vivien tertawa pendek. Menjadi gila, maksudmu" Tidak, aku bukan jenis orang seperti itu. Aku tidak akan pernah jadi gila. Nah, sekarang katakanlah ada apa"
Clare diam sesaat, lalu berbicara sambil memandang laut di bawahnya.
Kupikir cukup adil jika aku memperingatkanmu bahwa aku tak bisa lagi diam tentang... apa yang terjadi tahun lalu.
Maksudmu... kau akan menceritakan semuanya pada Gerald"
Kecuali jika kau memberitahukannya sendiri. Itu pasti lebih baik.
Vivien tertawa keras. Kau tahu benar aku tidak berani melakukannya. Clare tidak menyangkal pernyataan Vivien. Ia telah membuktikan watak Vivien yang lemah.
Cara itu jauh lebih baik, ulang Clare. Vivien kembali tertawa singkat dengan nada tidak enak.
Kurasa kau terdorong oleh nuranimu untuk melakukan ini" ejeknya.
Kurasa itu pasti sangat aneh bagimu, kata Clare perlahan. Tapi sejujurnya... ya.
Wajah Vivien yang putih pucat memandang ke arahnya.
Astaga! ujarnya. Aku percaya kau serius dengan ucapanmu itu. Kau benar-benar beranggapan alasan itulah yang mendorongmu.
Memang itu alasanku. Tidak. Jika itu alasannya, kau pasti telah melakukannya sejak dulu. Tapi mengapa tidak kaulakukan" Tidak, tak usah kaujawab. Akan kuberitahu. Kau senang menguasaiku itulah sebabnya. Kau senang bisa menggantungku, membuatku ketakutan dan menderita. Kau suka melontarkan perkataan bermakna ganda, hanya untuk menyiksaku dan membuatku tidak tenang. Itu memang berhasil hingga aku jadi terbiasa. Hingga kau merasa aman, kata Clare. Kau melihatnya, bukan" Tapi bahkan saat itu kau menahannya, kau menikmati kekuasaanmu. Tapi kini kami akan pergi, lepas darimu, mungkin akan bahagia dan kau tidak mau itu terjadi. Karena itulah hati nuranimu tergugah !
Vivien berhenti dengan terengah-engah. Clare berkata, tetap dengan nada perlahan,
Aku tak bisa mencegahmu mengatakan hal-hal yang fantastis ini, tapi aku bisa yakinkan itu tidak benar.
Tiba-tiba Vivien memutar tubuhnya dan mencengkeram tangan Clare.
Clare demi Tuhan! Aku sudah menebus dosaku aku telah melakukan apa yang kauminta. Aku tidak bertemu lagi dengan Cyril aku bersumpah.
Itu tidak ada hubungannya dengan keputusanku ini.
Clare... tidakkah kau punya belas kasihan kemurahan hati" Aku akan berlutut di hadapanmu.
Katakan sendiri pada Gerald. Jika kau yang mengatakannya, dia mungkin akan memaafkanmu. Vivien tertawa keras.
Kau mengenal Gerald lebih baik dari itu. Dia pendendam. Dia akan membuatku menderita dia akan membuat Cyril menderita. Itu yang tak bisa kuhadapi. Dengar, Clare... Cyril sedang sukses. Dia membuat suatu penemuan sebuah mesin, aku tidak memahaminya, tapi itu mungkin akan memberinya kesuksesan besar. Dia sedang mengusahakannya istrinya yang memberikan dana, tentunya. Tapi istrinya pencemburu. Jika dia sampai tahu, dan dia akan tahu jika Gerald memulai proses perceraian istrinya akan menendang Cyril karyanya, semuanya. semuanya akan berakhir untuk Cyril.
Aku tidak memikirkan Cyril, ujar Clare. Aku memikirkan Gerald. Mengapa kau tidak memikirkannya sedikit pun"
Gerald! Aku tidak peduli padanya... Vivien menjentikkan jarinya. Aku tidak pernah peduli. Mungkin sebaiknya kita terus terang sekarang. Tapi aku peduli pada Cyril. Kuakui aku memang busuk. Kurasa dia juga busuk. Tapi perasaanku untuknya tidak. Aku rela mati demi dia, kaudengar" Aku rela mati demi dia!
Bicara memang lebih mudah, ejek Clare. Kaupikir aku tidak sungguh-sungguh" Dengar, jika kauteruskan rencana kejimu ini, aku akan bunuh diri. Begitu Cyril terseret dalam masalah ini dan masa depannya rusak, aku akan bunuh diri.
Clare tidak terkesan. Kau tidak percaya" tanya Vivien sambil tersengalsengal.
Tindakan bunuh diri perlu keberanian besar. Vivien mundur, seakan-akan kena pukul. Kau benar. Ya, aku tidak punya keberanian. Jika ada cara yang mudah...
Ada cara yang mudah di hadapanmu, kata Clare. Kau hanya perlu berlari menuruni bukit hijau terjal itu. semua akan berakhir dalam beberapa menit saja. Ingat anak yang tewas tahun lalu.
Ya, kata Vivien sambil berpikir. Itu mudah cukup mudah jika orang benar-benar ingin... Clare tertawa.
Vivien menoleh ke arahnya.
Mari kita bicarakan ini hingga tuntas. Tak bisakah kaulihat bahwa dengan tutup mulut untuk waktu lama seperti yang kaulakukan, kau telah... kau tidak berhak untuk menarik kembali janjimu sekarang! Aku takkan menemui Cyril lagi. Aku akan menjadi istri yang baik untuk Gerald aku bersumpah. Atau aku akan pergi dan tidak bertemu lagi dengannya" Yang mana saja kau suka. Clare...
Clare berdiri. Kusarankan, katanya, ceritakan sendiri pada suamimu... kalau tidak, aku yang akan cerita padanya.
Begitu" kata Vivien lembut. Yah, aku tak bisa membiarkan Cyril menderita....
Ia bangkit, berdiri diam, seakan-akan sedang mempertimbangkan sebentar, lalu berlari kecil menuruni jalan setapak. Tapi bukannya berhenti dan belok, ia malah terus berjalan melewati tepinya dan menuruni dataran yang terjal. satu kali ia berpaling dan melambaikan tangan pada Clare, kemudian ia berlari dengan gembira dan ringan seperti anak kecil, dan lenyap dari pandangan...
Clare berdiri terkesiap. Tiba-tiba ia mendengar suara jeritan, teriakan, suara-suara ramai di bawah. Lalu sunyi.
Clare menuruni jalan setapak dengan langkah kaku. Kira-kira seratus meter dari sana, sekelompok orang yang naik menapaki jalan itu kini berhenti. Mereka sedang memandang dan menunjuk-nunjuk sesuatu. Clare berlari turun menghampiri mereka.
Ya, Miss, seseorang terjatuh dari tebing. Dua pria sudah turun ke sana untuk memeriksa.
Clare menunggu. entah satu jam, selamanya, atau hanya beberapa menit"
seorang pria memanjat naik. I ernyata sang pendeta yang hanya mengenakan kemejanya. Jubahnya sudah dilepas untuk menutupi apa yang tergeletak di bawah.
Mengerikan, ujarnya dengan wajah sangat pucat. Untunglah dia langsung tewas.
Ia melihat Clare dan menghampirinya.
Ini pasti sangat mengejutkan bagimu. Kau sedang jalan-jalan bersamanya, bukan"
Clare mendengar dirinya menjawab seperti robot. Ya. Mereka baru saja hendak berpisah. Tidak, sikap Lady Lee biasa saja. seseorang dalam kelompok itu memberikan informasi bahwa wanita itu sedang tertawa dan melambaikan tangannya. Tempat yang sangat berbahaya seharusnya jalan setapak itu diberi pagar.
suara sang pendeta terdengar lebih keras dari antara suara-suara lain.
Ini kecelakaan ya, jelas ini kecelakaan. Tiba-tiba Clare tertawa dengan suara keras dan parau yang bergaung ke sepanjang tebing. Itu bohong, serunya. Aku yang membunuhnya. Ia merasa seseorang menepuk-nepuk bahunya, berusaha menenangkan.
sudahlah. Kau akan baik-baik saja.
Tapi Clare tidak pernah pulih kembali. Ia tak pernah lagi normal. Ia terus bertahan dalam khayalannya ya, tentunya itu hanya khayalan, sebab setidaknya ada delapan orang yang menyaksikan kejadian itu bahwa ia membunuh Vivien Lee.
Ia sangat sengsara, hingga suster Lauriston datang untuk menanganinya. suster Lauriston sangat sukses dalam menangani kasus pasien yang mengalami gangguan jiwa.
Kita ikuti saja permainannya, ia berkata dengan tenang.
Ia menjelaskan pada Clare bahwa ia petugas Penjara Pentonville. Ia berkata bahwa hukuman untuk Clare adalah kurungan seumur hidup. sebuah kamar disiapkan untuknya, mirip sel penjara.
saya rasa sekarang kita akan tenang, kata suster Lauriston pada dokter. Jangan sampai ada benda tajam, dokter, tapi saya rasa kita tidak perlu takut pasien akan bunuh diri. Dia bukan jenis orang seperti itu. Terlalu egois. Anehnya orang-orang seperti itu yang paling mudah jadi gila.
Tepi Jurang (he Edge) pertama kali diterbitkan di Pearson s Magazine pada bulan Februari 1927, dengan komentar dari editor bahwa cerita itu ditulis sebelum penulisnya jatuh sakit dan menghilang secara misterius . Malam hari tanggal 3 Desember 1926, Agatha Christie meninggalkan rumahnya di Berkshire. Keesokan paginya, mobilnya ditemukan kosong, di Newlands Corner dekat shere di surrey. Polisi dan tenaga sukarela mencari seluruh pelosok pedesaan itu dengan sia-sia. Lebih dari seminggu kemudian, para staf di sebuah hotel di Harrogate baru menyadari bahwa tamu yang mendaftar atas nama heresa Neele adalah novelis yang dinyatakan hilang itu.
sepulangnya Christie ke rumah, suaminya mengumumkan pada pers bahwa Christie menderita hilang ingatan total , tapi berbagai peristiwa di seputar kejadian kecil ini membuat orang bertanya-tanya selama bertahun-tahun. selama Christie menghilang, KETERANGAN
edgar Wallace, penulis cerita thriller terkenal, berkomentar dalam sebuah artikel di surat kabar bahwa, jika tidak mati, Christie pasti masih hidup dan sehat walaiat, dan kemungkinan berada di London. Kasarnya, lanjut Wallace, tujuan utamanya tampaknya adalah untuk membalas sesorang. Neele adalah nama belakang wanita yang kemudian menjadi istri kedua Archibald Christie, dan diperkirakan setelah meninggalkan mobilnya di jalan untuk mempermalukan suaminya, Christie menghabiskan malam tanggal 3 Desember itu bersama teman-temannya di London sebelum pergi ke Harrogate. Ada pula yang memperkirakan bahwa tindakan menghilang itu direkayasa untuk menarik perhatian publik. Namun, meski beberapa aspek dari kejadian itu tetap tidak jelas, tak ada apa pun yang bisa digunakan untuk menguatkan beberapa penjelasan alternatif ini, sehingga semua penjelasan ini boleh dikatakan tak lebih dari spekulasi belaka.
B ATANG-BATANG kayu api itu gemeretak di perapian lebar yang terbuka, tapi suaranya kalah oleh celoteh enam anak muda yang berkumpul di ruangan itu. Anak-anak muda yang sedang menikmati pesta Natal mereka di rumah.
Miss endicott yang sudah tua, dan dikenal oleh hampir semua yang hadir di sana sebagai Bibi emily, tersenyum sabar pada anak-anak itu.
Kau pasti tidak sanggup menghabiskan enam pastel daging, Jean.
sanggup. Tidak mungkin. Itu rakus namanya.
Ya, apalagi ditambah tiga potong kue dan dua puding plum.
semoga pudingnya enak, kata Miss endicott cemas. Puding itu baru dibuat tiga hari yang lalu. Puding Natal mestinya dibuat lama sebelum Natal.
PETUALANGAN PUDING NATAL Aku ingat ketika masih kecil dulu, kupikir Doa terakhir sebelum Advent yang ada kata Stir up, O Lord... mengacu pada cara membuat puding Natal!
Anak-anak muda itu berhenti mengobrol selagi Miss endicott berbicara. Bukan karena mereka tertarik untuk mendengarkan kenangan masa lalu Miss endicott, tapi karena mereka merasa perlu menunjukkan sedikit perhatian dan kesopanan pada nyonya rumah. Begitu Miss endicott selesai bicara, mereka kembali berceloteh. Miss endicott mendesah dan menoleh ke arah satu-satunya orang di pesta itu yang sebaya dengannya, seakan-akan mencari simpati seorang pria bertubuh kecil dengan kepala berbentuk telur dan kumis kaku. Anak-anak muda sekarang berbeda dengan anak-anak muda dulu, pikir Miss endicott. Dulu mereka pasti akan diam, dan dengan hormat mendengarkan kata-kata bijak orang yang lebih tua. sekarang yang terdengar cuma obrolan yang bukan-bukan dan hampir tak bisa dipahami. Tapi biar begitu, ia tetap sayang pada anak-anak itu! Pandangannya melembut ketika ia menatap anak-anak itu satu per satu Jean yang jangkung, dengan wajah berbintik-bintik; Nancy Cardell yang mungil, berkulit gelap dengan kecantikan seperti gadis gipsi; dua anak lelaki yang berusia lebih muda dan sedang liburan sekolah, Johnnie dan eric, dan teman mereka, Charlie Pease; serta si cantik pirang evelyn Haworth... Ketika memikirkan gadis yang terakhir itu, Miss endicott agak mengernyitkan kening, pandangannya beralih ke keponakannya yang tertua, Roger, yang sedang duduk diam dan muram, tidak ikut bergembira bersama yang lain, tapi malah memandangi evelyn.
Tidakkah salju itu menyenangkan" teriak Johnnie, sambil mendekati jendela. Cuaca khas Natal. Ayo, kita main lempar bola salju. Masih banyak waktu sebelum makan malam, bukan, Bibi emily"
Ya, sayangku. Kita akan makan pukul dua. Aku jadi ingat bahwa aku harus menyiapkan meja. Miss endicott bergegas keluar ruangan itu. Begini saja. Kita buat boneka salju! seru Jean. Ya, itu menyenangkan! Aku tahu, kita buat saja boneka yang mirip M. Poirot. Anda dengar, M. Poirot" Detektif hebat, Hercule Poirot, dijadikan model patung salju oleh enam seniman ternama!
Pria kecil yang sedang duduk di kursi itu membungkuk dengan mata berbinar-binar.
Buat dia kelihatan sangat tampan, anak-anakku, pintanya. Aku minta itu.
Tentu saja. Anak-anak itu menghilang dengan cepat, seperti angin ribut, bertubrukan di ambang pintu dengan seorang pelayan yang masuk membawakan sepucuk surat di nampan. setelah rasa terkejutnya hilang, si pelayan menghampiri Poirot.
Poirit mengambil surat itu dan menyobek sampulnya, sementara pelayan itu pergi. Pria kecil itu membaca surat itu dua kali dengan saksama, lalu melipatnya dan memasukkannya ke dalam saku. Wajahnya sama sekali tidak berubah, meski isi surat itu cukup mengejutkan. Dengan tulisan mirip cakar ayam dan hampir tidak terbaca, di surat itu tertulis, Jangan makan puding plum.
sangat menarik, gumam M. Poirot pada dirinya sendiri. Tidak terduga.
Ia mengalihkan pandangan ke arah perapian. evelyn Haworth tidak keluar bersama teman-temannya. Ia masih duduk di sana, memandangi perapian, asyik melamun dan dengan gelisah memutar-mutar cincin di jari tengah kirinya.
Kau sedang melamun, Mademoiselle, ujar pria kecil itu akhirnya. Lamunan yang tidak begitu menyenangkan rupanya"
evelyn tersentak dari lamunannya, dan menoleh ragu-ragu ke arah Poirot. Poirot mengangguk, berusaha meyakinkan bahwa ia memahami perasaan evelyn.
sudah tugasku untuk mengetahui segala macam hal. Tidak, kau sedang tidak bahagia. Begitu pula aku. Apakah sebaiknya kita saling mencurahkan isi hati" Aku merasa sangat sedih karena seorang teman lamaku pergi ke Amerika selatan. Kadang-kadang, bila kami bersama, dia membuatku tak sabar. Kebodohannya membuatku kesal; tapi kini, setelah dia pergi, yang kuingat hanya kebaikannya. Begitulah hidup, bukan" Nah, sekarang, Mademoiselle, apa masalahmu" Tidak seperti aku yang tua dan sendirian kau masih muda dan cantik; dan pria yang kaucintai mencintaimu oh, ya, itu memang benar. Aku telah mengamatinya selama setengah jam terakhir. evelyn tersipu malu.
Pangeran Berdarah Campuran 2 Gajahmada Karya Langit Kresna Hariadi Trisula Mata Empat 2

Cari Blog Ini