Ceritasilat Novel Online

Misteri Surat Kaleng 2

Pasukan Mau Tahu 04 Misteri Surat Kaleng Bagian 2


Ternyata Fatty menunggu mereka di puncak bukit. tepat pada tikungan jalan.
Anak itu kelihatan bersemangat
"Pak Goon tadi masuk ke rumah yang paling ujung,
" katanya setelah teman-temannya tiba di atas.
"Kita bernasib baik, karena kelihatannya tempat itu toko minuman. Jadi ada alasan baik bagi kita untuk masuk ke situ, apabila si Ayo Pergi sudah pergi nanti."
"Kurasa lebih baik kita masuk dulu ke jalan kecil ini." kata Larry.
"Karena kalau si Ayo Pergi nanti tahu tahu kembali lewat sini. kita akan langsung terlihat olehnya!"
Anak anak lantas mendorong sepeda mereka memasuki jalan sempit yang berkelok kelok. Daun-daun pepohonan yang tumbuh di tepinya menaungi seperti atap di atas kepala.
"Buster harus diberi kesempatan bergerak sebentar," kata Fatty.
Diturunkannya anjingnya dari keranjang yang terpasang di sepedanya .Tapi dasar sedang sial tahu tahu muncul seekor kucing dari semak di tepi jalan. Kucing itu berjalan dengan santai, karena tak menduga ada bahaya mengancam. Begitu Buster melihat kucing itu, langsung ia mengejar sambil menggonggong gonggong.
Kucing tadi menoleh sebentar.
Melihat Buster mengejar, ia lari dengan segera.
Ia meloncat ke balik tembok rendah yang memagari pekarangan rumah kecil yang tadi dimasuki Pak Goon. Buster berusaha ikut meloncat, tapi tidak bisa.
Buster bukan anjing yang bodoh.
Menurut pendapatnya, pasti ada jalan lain untuk masuk ke dalam. Lalu ia pergi ke gerbang depan.
Anak anak seperti terpaku di tempat karena kaget. Mereka mendengar gonggongan ribut, bercampur desis suara kucing serta ayam yang ramai berkotek kotek. Saat itu juga Pak Goon muncul dari dalam rumah. diikuti seorang wanita berhidung lancip, serta Gladys!
"Ayo pergi!" seru Pak Goon pada Buster.
"Anjing jahat! Pergi!"
Buster menggonggong dengan gembira. lalu menyambar mata kaki polisi desa itu.
Pak Goon mengayunkan kaki. hendak menendang
Tiba tiba ia terpekik.
"ini kan anjing anak itu lagi!" katanya.
"Ayo pergi! Kenapa ia tahu tahu muncul di sini? Apakah anak yang namanya Frederick Trotteville itu tadi datang kemari?"
"Sepagi ini baru Anda saja yang datang," kata Gladys.
"Aduh, Pak Goon ! jangan ditendang anjing itu. Ia kan tidak apa-apa." .
Padahal kelihatan jelas.
Buster berusaha hendak menggigit mata kaki Pak Goon. Fatty merasa jengkel, karena terpaksa ketahuan. Tapi apa boleh buat, daripada Buster yang menderita cedera. Fatty datang sambil naik sepeda, serta berseru seru memanggil Buster.
"Buster! Buster! Kemari. Buster!"
Pak Goon menoleh dengan cepat .
Ditatapnya
Fatty dengan pandangan yang pasti menggetarkan hati singa.
Tapi Fatty bukan singa
Jadi ia tidak peduli
"Wah. Pak Goon!" katanya sambil memberi hormat dengan gaya berlebihan.
"Tak kusangka akan berjumpa dengan Anda di sini! Anda juga sedang jalan jalan, ya? Memang, cuaca hari ini sangat cerah!"
Kemarahan Pak Goon meledak.
"Cari apa kau di sini?" tukasnya.
"Ayo katakan!"
"Aku cuma jalan-jalan saja kemari. iseng naik sepeda,
" kata Fatty dengan riang. seolah olah tak menyadari kemarahan polisi desa itu.
"Lalu, Anda sendiri mau apa ke sim? Mau minum limun jahe, ya! 0 ya itu ada reklamenya di jendela. Ah. aku juga mau minum sebentar. Udara panas sekali. sih!"
Anak anak yang lain geli melihat sikapnya Sedang Pak Goon bertambah marah, ketika dengan seenaknya Fatty masuk ke dalam rumah. Di dalam ada sebuah meja dengan beberapa
Kursi, di mana orang yang mampir bisa duduk sambil minum.
Fatty duduk di situ
"Ayo pergi dari sini," perintah Pak Goon.
"Aku kemari karena ada urusan. mengerti?! Dan aku tidak mau diganggu anak iseng kayak kamu. Aku tahu. untuk apa kau kemari! Pasti hendak mengintip-intip lagi, mencari-cari petunjuk dan mengganggu pekerjaan orang"
"0 ya aku teringat lagi sekarang," kata Fatty merogoh rogoh kantong dengan lagak serius.
"Kita kan sudah sepakat hendak saling menukar petunjuk, Pak Goon? Eh ke mana lagi kutaruh barang itu...."
"Kalau kaukeluarkan lagi tikus putihmu itu, nanti kau kukuliti hidup-hidup!" ancam Pak Goon.
Tangannya sudah gatal saja rasanya. ingin menempeleng Fatty.
"Bukan itu, Pak! Tikus itu ternyata sama sekali bukan petunjuk," kata Fatty dengan tampang bersungguh sungguh.
"Aku keliru waktu itu. Tikus itu petunjuk urusan lain, yang juga sedang kutangani saat ini. Nanti dulu nah, ini mungkin merupakan petunjuk!"
Sambil berkata begitu, Fatty mengeluarkan sebuah jepitan pakaian 'dari kantongnya, lalu mengamat-amatinya dengan penuh minat.
Pak Goon sudah tidak sanggup lagi menahan kemarahannya.
Dirampasnya jepitan pakaian yang sedang dipegang Fatty, dibantingkannya ke lantai lalu diinjak-injaknya. Setelah itu disambar nya sepedanya, lalu berpaling pada Gladys serta wanita yang satu lagi.
"Kalian jangan lupa apa kataku tadi," kata Pak Goon.
"Dan kalau ada kejadian baru, cepat beritahukan padaku. Lalu jangan bicara dengan siapa juga tentang perkara ini! Ini instruksiku. mengerti?"
Setelah itu Pak Goon menaiki sepedanya.
Maksudnya hendak bersepeda dengan gaya gagah, seperti sepantasnya bagi polisi desa. Tapi sial baginya, Buster mengejar dan melonjak lonjak hendak menggigit kakinya.
Pak Goon gugup dibuatnya, sehingga jalan sepedanya oleng ke kiri dan ke kanan. Begitu ia tidak kelihatan lagi. dengan segera anak anak muncul dari tempat persembunyian mereka.
Semuanya mengerubungi Fatty, sambil tertawa tawa.
"Aduh, Fatty! Kau ini, memang keterlaluan tadi! Nanti tahu-tahu kau dihajar habis habisan oleh si Ayo Pergi!"
Selama itu Gladys serta wanita yang berhidung lancip, yang ternyata bibinya, cuma bisa memamdang saja terheran-heran.
Bets bergegas menghampiri Gladys.
"Gladys! Aku sedih sekali ketika tahu kau pergi! Kembalilah dengan segera. Lihatlah aku membawa oleh oleh untukmu!" '
Bibi Gladys mendengus.
"Kalau begini terus, aku bisa tidak sempat belanja pagi ini,
" katanya kesal.
"Aku pergi saja sekarang, Gladys. Tolong siapkan makan siang dan ingat apa kata Pak Goon tadi."
Ia mengambil topi dan syal, lalu mengenakannya. Kemudian ia bergegas gegas pergi. Anak anak merasa lega melihat wanita itu berangkat,
karena kelihatannya ia agak pemarah.
Mereka mengerubungi Gladys.
Gadis itu tersenyum.
Kelihatannya senang didatangi anak anak
'Gladys kami tahu kau sedih karena sesuatu." kata Bets.
Disodorkannya kantong permen ke tangan gadis itu.
"Kami datang
kesini untuk menyatakan kami ikut prihatin. Cepatlah kembali bekerja lagi di rumah kami!"
Gladys terharu mendengarnya.
Anak anak diajaknya masuk ke kamar depan yang sempit.
Ia menyuguhkan limun jahe
"Kalian baik hati." katanya sendu.
"Memang, hidupku tidak enak sekarang dan bibiku juga kurang senang karena aku kembali ke sini. Tapi aku tidak bisa tinggal terus di Peterswood. sementara aku tahu bahwa -bahwa,..."
"Bahwa apa?" tanya Fatty lembut.
"Aku dilarang bicara mengenainya." kata Gladys.
"Ah kami ini kan cuma anak anak. Gladys. Jadi tidak apa apa. jika kau menceritakannya pada kami," kata Bets.
"Kami semua senang padamu. Katakanlah, apa yang menyebabkan kau sedih. Siapa tahu barangkali kami bisa membantu!"
"Tak ada yang bisa membantuku." kata Gladys.
Air matanya meleleh, membasahi pipi.
Dibukanya bungkusan berisi oleh-oleh yang dibawakan anak-anak untuknya.
Isinya macam macam. Ada permen, coklat, sebuah bros dengan hiasan huruf G, serta dua helai sapu tangan.
"Terima kasih banyak." kata Gladys terharu.
"Saat ini, aku memang sangat merindukan kasih sayang."
"Kenapa. Gladys?" tanya Daisy.
"Apakah yang terjadi sebetulnya? Ceritakanlah pada kami;
Kalau kau bisa mengeluarkan isi hatimu. pasti rasanya akan lebih lega."
"Begini soalnya," kata Gladys.
"Dulu aku pernah melakukan kesalahan yang sangat memalukan diriku. Karena itu aku dikirim ke Panti Asuhan. untuk dididik di situ .Aku senang di situ. Dan sejak itu aku berjanji pada diriku sendiri, takkan mengulangi perbuatan itu lagi. Nah -kemudian aku mendapat pekerjaan. Di rumah kalian, Pip dan Bets! Aku senang sekali bekerja di tempat kalian. Semua ramah terhadapku. Dan aku sudah mulai bisa melupakan masa silamku yang buruk"
"Lalu?" tanya Fatty mendesak, ketika Gladys nampak ragu ragu.
"Teruskan. Gladys, jangan berhenti."
"Lalu -lalu...."
Gladys menangis.
Tapi ia meneruskan kisahnya
"Lalu ada orang berkirim surat padaku. Isinya mengata-ngatai diriku. 'Kami tahu kau orang jahat, tidak pantas ada di tempat orang baik baik. Cepat pergi dari situ, kalau tidak ingin kami adukan'!"
'Aduh, jahatnya!" kata Fatty.
"Lalu siapa pengirim surat itu?"
"Aku tidak tahu,
" kata Gladys.
"Suratnya ditulis dengan huruf balok semuanya. Aku begitu takut dan sedih menerima surat itu, sehingga menangis tersedu sedu di depan Bu Moon. Ia mengambil surat itu lalu membacanya. Disarankannya agar aku melaporkan hal itu pada Nyonya Hilton. Aku tidak mau karena takut dipecat. Tapi Bu Moon memaksa,aku harus menghadap. Katanya, Nyonya Hilton pasti akan bisa membereskan persoalan. Jadi aku pergi menghadap. Tapi karena perasaanku saat itu kacau. aku sama sekali tidak mampu mengatakan apa-apa."
"Kasihan!" kata Daisy.
"Tapi ibu Pip dan Bets pasti ramah terhadapmu saat itu."
"Memang! Dan ia kaget sekali ketika membaca isi surat yang kejam itu," kata Gladys sambil mengusap air matanya.
"Katanya, aku boleh minta cuti dua atau tiga hari. Aku diijinkannya pulang ke sini. supaya perasaanku bisa agak tenang kembali. Sementara itu ia hendak mengadakan penyelidikan, siapa yang menulis surat itu. Lalu kalau sudah tahu, akan diurusnya supaya aku jangan dipergunjingkan lagi. Nyonya Hilton berpendapat, aku harus diberi kesempatan menjadi orang baik-baik. Tapi ketika aku sampai di sini, ternyata bibiku tidak begitu senang menerima kedatanganku!"
"Kalau begitu kenapa kau tidak pulang saja ke tempat orang tuamu, Gladys?" tanya Bets.
Menurut perasaannya. mereka pasti mau menghibur anak mereka yang sedang sedih.
"Tidak bisa." jawab Gladys lirih.
Tampangnya begitu sedih, sehingga anak anak semakin kasihan padanya.
"Kenapa tidak? Apakah -apakah mereka sudah -meninggal dunia?" tanya Bets cemas.
"Bukan meninggal. Mereka saat ini sedang dipenjarakan!" kata Gladys.
Kasihan! anak malang itu menangis lagi.
"Mereka memang bukan orang baik baik! Kerjanya mencuri, menipu dan sebagainya. Aku juga mereka ajari mencuri. Lalu ketika polisi akhirnya menangkap mereka. serta mengetahui bahwa aku dulu ikut dengan ibuku masuk ke toko toko dan mengambil barang-barang yang bukan milikku, aku lantas dimasukkan ke dalam Panti Asuhan. Dulu aku tak mengerti, bahwa perbuatanku itu jahat .Tapi sekarang aku sudah sadar!"
Anak anak kaget sekali membayangkan ada orang tua yang begitu jahat, sampai hati mengajari anak mereka mencuri.
Air mata Bets berlinang linang membasahi pipinya.
Dipegangnya tangan Gladys.
"Tapi sekarang kau kan tidak jahat lagi," katanya.
"Kau sudah menjadi orang baik"
"Ya _ sejak waktu itu, aku tidak pernah melakukan kejahatan lagi," kata Gladys yang malang itu.
"Aku sudah bertekat takkan melakukannya lagi. Kalian tidak bisa membayangkan, betapa baik hati pengasuh Panti Asuhan terhadapku. Ketika aku keluar, aku berjanji pada kepala lembaga itu bahwa aku akan selalu berusaha berbuat baik Dan aku senang sekali. ketika disuruh bekerja di tempat kalian. Bets! Tapi ternyata benar kata orang perbuatan jahat takkan pernah ada ampunnya! Kurasa sudah nasibku begini. takkan pernah bisa lama bekerja di satu tempat. Akan selalu ada yang mengadukan _
bahwa aku dulu pernah mencuri. serta bahwa orang tuaku masih mendekam dalam penjara."
"Gladys." kata Fatty dengan bersungguh sungguh.
"Orang yang menulis surat padamu dengan ancaman akan mengadukan dirimu itu jauh lebih jahat daripada dirimu dulu. Sungguh! Benar benar keterlaluan perbuatan itu!"
"Ada seorang gadis lagi yang bersama sama dengan aku sewaktu di Panti Asuhan," kata Gladys.
"Sekarang ia bekerja pada Miss Garnett yang tinggal di Lacky Cottage di desa kalian juga. Ia juga menerima surat tanpa alamat pengirim. Tapi anak itu sikapnya lebih teguh. Surat itu tak dipedulikannya. Tapi ketika berjumpa dengan aku. diceritakannya hal itu padaku. Karena itulah aku mengetahuinya. Selain padaku. ia tidak bercerita pada siapa-siapa. Ia juga tidak tahu. siapa pengirim surat surat itu."
"Lalu soal itu juga kauceritakan pada Pak Goon?" tanya Fatty.
"0 ya." jawab Gladys.
"Dan Pak Goon langsung mendatangi Molly begitu nama gadis temanku itu. Kata Pak Goon. ia pasti akan berhasil menyelidiki siapa sebenarnya pembuat iseng itu, supaya bisa ditegur olehnya. Tapi kurasa sekarang tak ada gunanya. Aku takkan berani menatap muka orang orang di desa Peterswood lagi sekarang. Aku takut, kalau mereka tahu tentang masa silamku."
"Mana surat itu. Gladys?" tanya Fatty.
"Bolehkah aku melihatnya? Mungkin di situ ada
petunjuk penting, yang bisa dipakai untuk penyelidikan selanjutnya!"
Gladys mencari cari dalam tasnya
Tapi kemudian ia mendongak _
"Ah. percuma saja kucari!" katanya.
"Aku lupa _ tadi kuserahkan pada Pak Goon! Untuk itu ia kemari tadi. Surat Molly juga sudah ada di tangannya. Menurut Pak Goon akan banyak yang bisa diketahuinya dari surat-surat itu. termasuk tulisan orang itu!"
"Sialan!" umpat Fatty dengan perasaan kecewa.
"Satu satunya petunjuk, lenyap dari tangan kita!"
******* PETUNJUK PERTAMA
Anak-anak masih mengobrol selama beberapa saat dengan Gladys. Gadis itu merasa kasihan pada mereka, karena kelihatan begitu kecewa mendengar bahwa surat kaleng itu sudah diserahkan pada Pak Goon.
"Akan kuminta surat itu kembali, begitu pula surat Molly."_ kata Gladys menjanjikan.
"Nanti kutunjukkan kedua-duanya pada kalian. Petang ini aku hendak menemui Molly, apabila hari sudah gelap, sehingga tak ada yang bisa melihat aku. Aku bisa mampir nanti di rumah Pak Goon untuk meminta surat surat itu kembali. lalu kalau sudah dapat akan kupinjamkan pada kalian sebentar."
"Wah, terima kasih." kata Fatty.
Kegembiraannya timbul kembali.
"Kalau begitu kami pergi saja sekarang. Hari sudah siang, sedang kau sama sekali belum menyiapkan makanan, Gladys!"_
"Astaga! Betul," kata Gladys dengan gelisah.
"Aku bingung terus selama ini. sampai tidak bisa mengingat apa-apa!"
"Nanti malam dalam perjalanan ke tempat Molly, kau akan melewati rumahku," kata Fatty.
"Maukah kau memasukkan surat-surat itu dalam kotak surat pada saat berangkat, lalu mengambilnya lagi ketika kembali nanti?"
"Ya, bisa saja." kata Gladys.
"Terima kasih banyak, atas kebaikan hati kalian. Perasaanku sudah lebih enak sekarang!"
Anak-anak meninggalkan rumah itu.
"Gladys baik anaknya, tapi tidak begitu cerdas," kata Fatty. sementara ia mengayuh sepeda bersama teman temannya.
"Jahat sekali orang yang menulis surat kaleng itu! Berusaha membuat ia kehilangan kerja dan bingung! Siapa ya, orang itu? Kurasa pasti seseorang yang mengenal Panti Asuhan di mana Gladys pernah dimasukkan, dan juga mengetahui bahwa gadis itu pernah tinggal di situ. Aduh, lapar sekali rasanya perutku!"
"Asyik sekali pengalaman kita pagi ini," kata Larry.
"Cuma sayang kita tidak berhasil melihat surat kaleng itu."
"Tak apa nanti malam kan masih bisa melihatnya juga, jika si Ayo Pergi mau memberikannya pada Gladys," kata Fatty.
"Tapi terus terang saja, aku menyangsikannya. Pasti ia akan menduga, Gladys hendak menunjukkannya pada kita!"
"Sehabis minum teh nanti kami datang ke tempatmu," kata Larry.
"Di situ kita menunggu Gladys. Sebaiknya kau berjaga jaga di dekat
pagar depan, Fatty supaya jangan ada orang lain yang mengambil dari kotak surat."
Usul itu disetujui.
Begitu hari mulai gelap, Fatty sudah mengendap-endap dekat pintu pagar. Ibunya yang saat itu baru kembali dari bepergian, kaget setengah mati ketika melihat dia berdiri di tempat gelap.
"Astaga, Fatty!" kata Nyonya Trotteville.
"Kenapa kau di situ? Ayo masuk! Kaget aku tadi melihatmu di tempat gelap."
"Maaf, Bu," kata Fatty.
Ia ikut masuk dengan ibunya lewat pintu depan. Tapi cepat-cepat keluar lagi lewat pintu samping. lalu kembali ke dekat pagar.
Ia datang tepat pada waktunya.
Seseorang berdiri di luar.
Orang itu mendekati pagar, lalu menyapa setengah berbisik
"Kaukah itu. Frederick? Ini dia surat-suratnya! Pak Goon tadi tidak ada di rumah. Kutunggu sebentar di dalam, tapi ia tidak datang-datang. Akhirnya kuambil saja surat surat itu. Ini dia!"
Orang itu ternyata Gladys, ia menyerahkan sebuah bungkusan pada Fatty, lalu bergegas pergi lagi.
Fatty bersiul pelan, karena kaget.
Ternyata Gladys mengambil surat surat itu tanpa meminta lebih dulu!
Apa kata Pak Goon nanti?
Pasti tidak senang apalagi kalau tahu bahwa surat surat itu kemudian diserahkan padanya.
Fatty! Fatty bisa membayangkan, Pak Goon tentu akan memarahi gladys habis habisan.
Ia menyelinap masuk ke rumah, lalu menceritakan apa yang baru saja terjadi pada teman temannya yang menunggu di dalam.
"Kurasa lebih baik aku cepat-cepat saja mengembalikan surat surat ini. sebelum ketahuan oleh Pak Goon," katanya.
"Kalau tidak kukembalikan. pasti Gladys akan mengalami kesulitan nanti. Tapi sebelumnya, yuk _kita periksa dulu!"
"Bolehkah kita melakukannya?" kata Larry agak sangsi.
"Kenapa tidak boleh? Kan sudah diijinkan oleh Gladys." kata Fatty sambil memperhatikan bungkusan kecil itu.
Ia berseru kaget
"He! Bukan cuma dua surat saja yang ada dalam bungkusan ini," katanya.
"lihatlah _ ini ada kartu pos tanpa alamat pengirim, ditujukan pada Tuan Lucas, tukang kebun di Wisma Akasia, Peterswood. Mau tahu apa yang tertulis di sini?"
"Apa?" tanya teman temannya.
"Bukan main! lni, kubacakan.
'SlAPAKAH YANG DULU DIPECAT. KARENA MENJUAL BUAH MILIK MAJIKANNYA DENGAN DlAM DlAM?' " kata Fatty.
Ia mengumpat.
"Edan! Kartu pos begitu dikirimkan pada Pak Lucas --yang umurnya sudah tujuh puluh tahun lebih! Keterlaluan!"
"Rupanya bukan cuma Gladys dan Molly saja yang menerima surat kaleng." kata Larry.
"Coba lihat tulisannya, Fatty."
"Semuanya sama." kata Fatty.
"Semua ditulis dengan huruf-huruf besar. Lihatlah! Dan semua ditujukan pada orang-orang yang tinggal di Peterswood. Keseluruhannya ada lima empat pucuk surat dan satu kartu pos .Keterlaluan!"
Sementara itu Larry sibuk meneliti sampul sampul surat.
Semuanya nampak sama.
Berwarna putih. dan terbuat dari kertas murahan.
"Lihatlah -" kata Larry kemudian.
"semua dikirimkan dari Sheepsale. Itu. di mana ada pasar yang pernah kita datangi. Apakah ini berarti pengirimnya tinggal di sana?"
"Belum tentu," jawab Fatty.
"Tidak, kurasa orang itu tinggal di Peterswood! Karena cuma orang Peterswood saja yang mungkin mengenal semua penerima surat ini Apa saja yang nampak pada stempel pos?"
"Yang ini. 'Sheepsale. 11.45, 3 April." " kata Daisy sambil membacakan.
"Jadi hari Senin." kata Fatty.
"Yang lain lain. bagaimana?"
"Tanggalnya tidak ada yang sama," kata Daisy.
"Kecuali yang untuk Gladys. semua dikirim bulan Maret yang lalu. Tapi semua dari Sheepsale."
Fatty mencatat tanggal tanggal itu. lalu mencocokkannya dengan penanggalan kecil yang dimilikinya.
Ia bersiul kaget.
"Aneh semuanya dikirim hari Senin." katanya.
"Lihatlah ini hari Senin. lalu ini -dan ini juga! Semuanya hari Senin. Nah! Jika orang itu tinggal di Peterswood. lalu bagaimana caranya ia bisa pergi ke Sheepsale pada waktunya. sehingga surat surat ini masih sempat dibawa dengan pengiriman pos Senin pagi?
Dari sini tidak ada hubungan kereta api ke Sheepsale.
Yang ada cuma bis. tapi itu pun tidak sering."
"Setiap hari Senin ada pasar di Sheepsale" kata Pip mengingat ingat.
"Dari sini pagi pagi sekali ada bis yang berangkat ke sana. untuk mengangkut orang-orang yang hendak berbelanja ke pasar. Coba kita periksa saja. Di mana ada jadwal waktu keberangkatan bis?"
Bahkan itu pun ada dalam kantong Fatty.
Diambilnya brosur itu, lalu dicarinya daftar bis yang pergi ke Sheepsale.
"Nah, ini dia," katanya setelah beberapa saat
"Setiap Senin ada bis dari Peterswood ke Sheepsale. Berangkat dari sini pukul sepuluh lewat seperempat, dan tiba di sana pukul sebelas lewat satu menit. Ini dia buktinya. Orang yang mengirim surat surat kaleng ini kurasa berangkat dengan bis itu, lalu begitu tiba di Sheepsale langsung mengeposkan suratnya! Setelah itu baru dilakukannya urusan yang menyebabkan ia pergi ke sana"
Kedengarannya memang masuk akal.
Tapi Larry masih agak sangsi.
"Tidak mungkinkah dia ke sana naik sepeda?" katanya.
"Yah mungkin sih mungkin saja," kata Fatty.
"Tapi jangan dilupakan bukit terjal yang harus. dilalui dalam perjalanan ke sana. Kalau tidak
benar benar perlu. kurasa takkan ada orang yang mau naik sepeda apabila ada bis."
"Yah, betul juga katamu," kata Larry.
"Yah kurasa penyelidikan kita tidak banyak mengalami kemajuan, Fatty. Sekarang kita cuma tahu jika yang menerima surat kaleng ternyata bukan Gladys serta Molly saja. Dan surat surat itu ternyata diposkan di Sheepsale sebelum pukul dua belas kurang seperempat. Kita sekarang juga mengetahui bahwa pengirim 'surat surat itu mungkin datang dengan bis yang berangkat pukul sepuluh lewat seperempat dari Peterswood! Yah cuma itu saja!"
"Cuma itu saja. katamu?" tukas Fatty.
"Astaga! Menurut pendapatku. banyak sekali yang berhasil kita selidiki. Apakah kau tidak menyadari bahwa kita kini sudah mulai mencium jejak penulisan surat surat kaleng itu ? Kalau kita mau-_ kita akan bisa melihat orangnya. Pada hari Senin pagi!"
Anak anak memandang Fatty dengan heran.
Mereka tidak mengerti.
"Cukup jika kita naik bis yang pukul sepuluh seperempat itu!" kata Fatty menjelaskan.
"Orang yang menulis surat surat itu pasti ada di dalamnya."
"Apakah kita tidak bisa menebak orangnya, dengan jalan memperhatikan wajah para penumpang satu persatu? Kurasa bisa!"
"Aduh. Fatty!" seru Bets kagum.
"Tentu saja. Kita bisa saja naik bis itu. Tapi aku khawatir aku nanti takkan bisa mengenali mana orangnya. Menurutmu. kau pasti bisa?"
"Bisa saja kucoba, kan?" kata Fatty.
"Nah. sekarang lebih baik kukembalikan saja surat surat ini. Tapi sebelumnya ingin kusalin dulu beberapa kalimat kalimat ini. Terutama kata-kata seperti. 'PETERSWOOD' yang tertulis pada setiap alamat penerima surat. Siapa tahu, nanti kapan-kapan aku melihat tulisan yang sama bentuknya."
"Tapi orang biasanya kan tidak menulis dengan huruf-huruf besar," kata Daisy.
Tapi Fatty tak mengacuhkannya.


Pasukan Mau Tahu 04 Misteri Surat Kaleng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Disalinnya beberapa patah kata, menirukan tulisan yang tertera pada surat-surat itu. Setelah selesai, dikemaskannya bungkusan yang tadi diserahkan Gladys padanya.
"Bagaimana caramu mengembalikan suratsurat itu tanpa terlihat orang?" tanya Larry, melihat Fatty bersiap siap hendak berangkat.
"Entah, aku belum tahu sekarang." kata Fatty sambil nyengir.
"Pokoknya, untung untungan sajalah nanti. Kalian menunggu Gladys datang lagi di sini. Lalu kalau ia muncul. tolong katakan padanya aku tidak setuju bahwa ia mengambil surat surat ini secara diam diam. Sebab. bagaimana jika Pak Goon marah padanya? Katakan pula aku pergi mengembalikan surat surat ini. Mudah mudahan saja Pak Goon tidak tahu bahwa Gladys tadi mengambilnya."
"Baiklah," kata Larry.
Kemudian Fatty pergi.
Tapi dengan segera ia berpaling, lalu kembali.
"Aku punya akal bagus!" katanya.
"Kurasa lebih baik aku memakai samaran menjadi pengantar telegram. untuk berjaga jaga kalau
berjumpa dengan Pak Goon. Pokoknya. jangan sampai ketahuan bahwa aku hendak mengembalikan surat surat ini."
Tak lama kemudian Fatty sudah siap dengan samarannya
Lengkap dengan bintik-bintik di muka, alis dan rambut palsu berwama merah, serta topi dinas di atas kepala.
"Yuk. sampai nanti!" katanya. lalu menghilang dalam gelap.
Ia berjalan menuju ke rumah Pak Goon.
Ternyata ruang duduk di situ gelap.
Fatty menarik kesimpulan, polisi desa itu pasti belum kembali.
Fatty menunggu di tempat gelap.
Tapi tiba tiba ia teringat, di gedung pertemuan desa sedang dilangsungkan pertandingan lempar paser.
Pasti Pak Goon sedang asyik di situ.
Dugaannya memang benar.
Sepuluh menit kemudian Pak Goon muncul dari dalam gedung .Ia merasa puas. karena keluar sebagai juara kedua dalam pertandingan itu.
Ia tidak melihat Fatty yang menyelinap di belakangnya.
Setelah beberapa saat.
Fatty bergegas lari menyeberang jalan lalu cepat-cepat mendului Pak Goon. Di pojok jalan ia berbalik, berjalan menyongsong polisi desa itu lalu menubruknya.
Napas Pak Goon terdengus, karena perutnya kena tumbuk
"He!" katanya.
"He! Hati hati kalau berjalan."
Dinyalakannya senter, lalu disorotkannya ke muka orang yang menubruknya .Ternyata pengantar telegram yang berambut merah.
"Aduh. Pak maaf. Pak," kata Fatty dengan bersungguh sungguh.
"Anda sakit? Saya ini, kelihatannya selalu saja menyebabkan Anda kesakitan. Maaf. Pak."
Pak Goon meluruskan letak topi polisinya.
Permintaan maaf Fatty meredakan perasaannya.
"Sudahlah. Nak. aku tidak apa apa," katanya.
"Terima kasih, Pak! Selamat malam, Pak!" kata Fatty lalu cepat cepat pergi.
Tapi dengan segera ia kembali, sambil memegang sebuah bungkusan.
"Maaf, Pak Goon -Anda tadi menjatuhkan barang ini? Atau mungkin kepunyaan orang yang tercecer di jalan!" _
Mata Pak Goon terbelalak melihat bungkusan itu.
"Itu kan surat surat itu!" katanya kaget.
"Padahal aku tahu pasti, aku tadi tidak membawanya!"
"Kalau begitu. pasti kepunyaan orang lain," kata Fatty.
"Akan saya cari siapa pemiliknya."
"He! Jangan!" kata Pak Goon, sambil menyentakkan bungkusan itu dari tangan Fatty.
"Ini milikku. Rupanya tanpa sadar aku tadi membawanya. lalu terjatuh ketika kau menubruk ku. Untung kau menemukannya. anak muda! Ini barang barang bukti penting. Milik Hukum."
"Mudah-mudahan tidak tercecer lagi. Pak." kata Fatty dengan serius.
"Selamat malam, Pak."
Setelah itu ia pergi.
Sedang Pak Goon meneruskan langkahnya pulang.
Ia sibuk berpikir
pikir. tidak habis habis herannya, bagaimana ia bisa membawa bungkusan surat surat itu tanpa menyadarinya. lalu menjatuhkannya di tengah jalan. Ia merasa pasti, sewaktu pergi tadi sama sekali tidak membawanya.
Tapi kalau begitu, kenapa tahu tahu bisa terjatuh di tengah jalan?
"Daya ingatanku sudah mulai berkurang rupanya." katanya sedih.
"Tapi untung saja bukan anak-anak bandel itu yang menemukan. Aku harus berhati-hati, jangan sampai Frederick Trotteville bisa melihatnya!"
******* NAIK BIS KE SHEEPSALE
Setelah itu tak ada yang masih bisa dilakukan oleh anak anak, sampai Senin pagi.
Mereka sudah tidak sabar rasanya.
Tapi mereka tidak bisa menyuruh waktu bergegas.
Fatty membuat beberapa catatan di bawah tulisan "PETUNJUK" dalam buku notesnya. Di situ dituliskannya semua yang sudah diketahui tentang surat surat kaleng, tentang stempel pos pada sampul surat surat itu. ia juga menyematkan kertas dengan salinan tulisan huruf huruf besar ke situ.
"Sekarang aku akan menuliskan kesimpulan sementara." katanya
"Polisi selalu berbuat begitu. Dan detektif yang cekatan juga! Dengan menuliskan kesimpulan kita. pikiran bisa menjadi cerah kembali. Kadang-kadang juga timbul ide
yang baik. apabila membaca apa saja yang telah kita tulis"
Anak anak membaca kesimpulan yang ditulis oleh Fatty.
Menurut pendapat mereka, kesimpulannya baik sekali. Tapi sayangnya, setelah
membaca mereka tidak mendapat gagasan yang baru. Tapi mungkin mereka akan mendapat petunjuk petunjuk selanjutnya. setelah melihat para penumpang bis yang pergi ke Sheepsale nanti.
Hari Senin sedari pagi anak anak sudah gelisah terus.
Larry dan Daisy sangat kaget, ketika ibu mereka menyuruh keduanya berbelanja untuknya ke pasar. Tapi ketika ia mendengar bahwa mereka sebenarnya hendak pergi ke pasar yang diadakan hari itu di Sheepsale, ia lantas mengijinkan mereka berbelanja di sana .
Jadi soal itu beres!
Anak anak sudah berkumpul di halte bis sepuluh menit sebelum bis berangkat. Mereka berjaga jaga, karena siapa tahu ada yang masih perlu dikatakan Fatty pada mereka.
Ternyata dugaan mereka tepat!
"Nanti kalau masuk ke bis. kita harus mengusahakan agar bisa duduk di sisi penumpang yang berlain lainan." kata Fatty memberi instruksi.
"Lalu ajak mereka mengobrol. Dengan begitu banyak yang akan kita ketahui."_
"Tapi aku tidak tahu apa yang harus kukatakan nanti." kata Bets cemas.
"Ah. jangan begitu." kata Pip,
"itu kan gampang. Kau kan bisa membuka pembicaraan dengan mengatakan, 'Anak itu kelihatannya sangat pintar, ya?, sambil menuding Fatty. Itu saja sudah cukup. untuk memancing jawaban."
Anak-anak tertawa.
"Kau tidak perlu cemas, Bets," kata Fatty menenangkan.
"Kau kan bisa menanyakan waktu atau menanyakan nama desa yang nanti akan kita lewati! Gampang menyuruh orang bicara. jika kita meminta keterangan."
"Masih ada lagi yang harus kita lakukan nanti. Tuan Sherlock Holmes?" kata Pip.
Ia menyindir Fatty, menyamakannya dengan seorang tokoh detektif ulung.
"Ya -dan ini sangat penting." kata Fatty.
"Kita di Sheepsale nanti harus mengamat amati setiap orang yang mengeposkan surat. Kalau ternyata ada seorang penumpang bis di antaranya. itu kan petunjuk yang sangat penting bagi kita! Kantor pos di sana letaknya di dekat halte bis. Jadi kita bisa dengan mudah'melihat orang yang datang untuk mengeposkan surat sebelum pukul dua belas kurang seperempat. Itu penting sekali kita perhatikan!"
"Nah bis kita sudah datang," kata Bets bersemangat.
"Lihatlah, sudah banyak penumpang di dalamnya!"
"Lima orang!" kata Larry.
"Jadi masing masing seorang yang harus kita dampingi."
Saat itu juga ia kaget
"Astaga si Ayo Pergi juga ada!"
"Sialan!" kata Fatty.
"Mau apa ia naik bis pagi ini? Jangan-jangan ia mendapat pikiran yang serupa dengan kita. Kalau benar begitu, ternyata ia tidak sebodoh sangkaan kita. Daisy, kau saja
yang duduk di sampingnya. Kalau aku.. pasti ia langsung jengkel! Dan aku tahu pasti. Buster takkan berhenti-henti berusaha menggigit kakinya." _
Daisy sebetulnya enggan duduk di sebelah Pak _Goon. Tapi tidak ada waktu lagi untuk berbantah bantah, karena saat itu juga bis sudah berhenti di halte. Anak-anak bergegas naik. Buster mendengking gembira, begitu mencium bau Pak Goon di situ. Pak Goon menoleh ketika mendengar dengkingan itu.
"Hah!" dengusnya kesal ketika melihat anak anak yang baru naik.
"Lagi lagi kalian! Mau apa kalian naik bis hari ini? Ke mana saja aku pergi. selalu kalian juga muncul!"
"Kami hendak pergi ke pasar di Sheepsale. Pak Goon," kata DaiSy dengan sopan lalu duduk di sebelahnya.
"Mudah mudahan Anda tidak keberatan. Anda juga hendak ke sana?"
"Itu urusanku." kata Pak Goon. sambil memperhatikan Buster yang menarik-narik tali kendali yang dipegang Fatty karena ingin menggigit kaki polisi desa itu.
"Kegiatan Hukum sama sekali bukan urusanmu!"
Sesaat timbul kecurigaan dalam hati' Daisy. Jangan jangan Pak Goon yang sebetulnya menulis surat surat kaleng itu.
Karena bukankah ia mengetahui hal-ihwal setiap orang di desa Peterswood?
Karena itu memang tugasnya.
Tapi kemudian Daisy menyingkirkan kecurigaannya itu jauh jauh, karena sama sekali tidak masuk akal!
Tapi bagaimanapun juga tidak menyenangkan rasanya apabila ternyata polisi desa itu mengikuti jejak yang sama dengan mereka. Mengamat amati siapa saja yang naik bis ke Sheepsale, lalu kemudian memperhatikan setiap orang yang mengeposkan surat di sana sebelum pukul 1 1.45.
Daisy memandang berkeliling. memperhatikan orang-orang yang ada di dalam bis. Semua sudah didampingi seorang anggota Pasukan Mau Tahu.
Daisy melihat Bu Trimble. pembantu Lady Candling yang tinggal bersebelahan rumah dengan orang tua Pip dan Bets.
Larry duduk mendampinginya.
Menurut perasaan Daisy, tak mungkin Bu Trimble ada sangkut pautnya dengan urusan ini. Soalnya, wanita setengah umur itu sangat penakut dan cepat gugup. Lalu ada pula Bu Jolly yang pendek gemuk .Bu Jolly dari toko permen. orangnya sangat ramah.
Tidak mungkin dia yang menulis surat-surat gelap itu!
Bu Jolly disenangi setiap orang, karena ramah dan sangat bermurah hati. Bu Jolly melihat Daisy memperhatikan dirinya. Ia tersenyum sambil menganggukkan kepala.
Jadi tinggal dua Orang lagi!
Satu di antaranya laki-laki yang kurus dan warna kulitnya agak kecoklatan.
Tampangnya masam.
Orang itu membungkuk ke depan, asyik membaca koran kelihatannya.
Ia mempunyai kebiasaan aneh.
Sekali sekali hidungnya digerak-gerakkan, persis seperti kelinci.
Bets kelihatannya sangat tertarik melihat gerakan gerakan itu.
Laki-laki itu diperhatikannya terus.
Sedang penumpang yang kelima. seorang gadis berumur kira kira delapan belas tahun. Ia membawa alat-alat menggambar.
Wajahnya manis dan segar.
Rambutnya ikal bagus sekali!
Daisy merasa yakin, gadis itu pasti sama sekali tidak tahu-menahu tentang surat-surat kaleng itu.
"Kurasa orangnya pasti yang bermuka masam dan cuping hidungnya bergerak-gerak itu," kata Daisy dalam hati.
Ia sendiri tidak punya kesibukan saat itu karena jelas tidak ada gunanya mengajak Pak Goon bercakap-cakap.
Tidak mungkin dia yang menulis surat surat kaleng itu. Karenanya Daisy lantas memperhatikan kesibukan teman temannya.
Ia memperhatikan obrolan mereka dengan penuh minat. Tapi kadang kadang ada yang tak terdengar olehnya. karena terganggu bunyi bis.
"Selamat pagi. Bu Trimble." didengarnya Larry menyapa dengan sopan.
"Sudah lama kita tidak berjumpa! Anda juga hendak ke pasar?"
"Aku senang melihat-lihat kesibukan orang berjual beli." kata Bu Trimble sambil membetulkan letak kaca matanya.
Kaca mata wanita setengah umur itu kaca mata jepit, jadi tidak bergagang.
Bets aSyik sekali memperhatikan, karena ia senang menghitung berapa kali benda itu terlepas dari batang hidung. Kecuali itu ia juga sibuk memperhatikan laki laki yang cuping hidungnya bergerak gerak terus. Sebagai akibatnya ia sampai lupa mengajak Bu Jolly mengobrol
"Anda sering ke pasar di Sheepsale?" tanya Larry lebih lanjut.
"Tidak, sering sih tidak," jawab Bu Trimble.
"Apa kabar ibumu, Laurence?"
"Baik baik saja, Bu." kata Larry
"Ibu Anda sendiri bagaimana kabarnya, Bu Trimble? Kalau tidak salah, aku pernah melihatnya sekali di rumah sebelah."
"Ah saat ini ibuku sedang sakit sakitan," kata Bu Trimble.
"Dia tinggal di Sheepsale, kan?" tanya Larry lagi.
"Anda sering mengunjunginya?" '
"Ibuku tinggal agak di luar kota," kata Bu Trimble.
Ia senang melihat Larry tertarik mengenai keadaan ibunya yang sudah tua.
"Untung Lady Candling baik hati! Aku diijinkannya menjenguk setiap hari Senin. Aku melakukannya sambil berbelanja untuk Lady Candling."
"Dan Anda selalu pergi naik bis ini?" tanya Larry untuk kesekian kalinya.
Dalam hati ia bertanya tanya. mungkinkah Bu Trimble yang menulis surat surat kaleng itu.
"Ya kalau bisa." jawab Bu Trimble.
"Soalnya, bis yang berikut baru berangkat setelah saat makan siang."
Larry berpaling ke arah Daisy, lalu mengedipkan mata.
Menurut perasaannya, tidak mungkin Bu Trimble orang yang mereka cari. Tapi bagaimanapun, namanya harus dicatat sebagai tersangka!
"Konyol sekali -minggu lalu aku ketinggalan bis." kata Bu Trimble sementara Larry sedang termenung.
"Hilang waktuku setengah hari karenanya."
Nah! Dengan kalimat itu, lenyap sama sekali kemungkinan bahwa Bu Trimble penulis surat yang jail itu. Soalnya. surat yang ditujukan pada Gladys yang malang jelas diposkan di Sheepsale hari Senin!
Dan apabila hari itu Bu Trimble ketinggalan bis, tak mungkin ia masih sempat mengeposkan surat pukul dua belas kurang seperempat.
Larry memandang ke luar.
Menurut perasaannya. tak mungkin ia masih bisa mengorek keterangan berguna selanjutnya dari wanita setengah umur yang duduk di sebelahnya.
Larry memandang Bets.
Kelihatannya anak itu asyik mengobrol dengan Bu Jolly, walau kata kata mereka tidak bisa didengarnya.
Tapi yang mengajak mengobrol bukan Bets. melainkan Bu Jolly.
Macam macam yang ditanyakannya. Tentang ayah dan ibu Bets. tentang keadaan kebun di rumah, dan apakah masih ada kucing dapur yang jago menangkap tikus itu. Bets menjawab segala pertanyaan itu. sementara perhatiannya tetap terarah pada kaca mata jepit yang bertengger di batang hidung Bu Trimble. Dilihatnya sudah dua kali benda itu terlepas. Kecuali itu Bets juga asyik memperhatikan laki laki yang cuping hidungnya selalu bergerak gerak.
Dilihatnya Fatty berdaya upaya mengajak orang bertampang masam itu mengobrol.
Tiba tiba Bets teringat pada tugasnya.
Ia harus mengorek keterangan dari Bu Jolly!
"O ya -Anda mau ke pasar, Bu Jolly?" tanya Bets.
"Ya. betul," jawab wanita bertubuh gemuk itu
"Aku selalu membeli mentega dan telur dan kakakku yang berjualan di sana. Kalau hendak belanja. kau juga harus pergi ke tempatnya. Bilang saja kau kenal padaku. Pasti nanti akan diberinya mentega lebih banyak dan mungkin pula sebutir telur yang kulitnya berwarna coklat sebagai hadiah untukmu."
"Wah rupanya ia juga baik hati. kayak Anda." kata Bets.
Bu Jolly tertawa senang.
"Lidahmu halus, Nak." katanya.
Bets tercengang. lalu meraba-raba lidahnya.
Memang halus!
Tapi terasa ada bintik bintiknya. banyak sekali.
Hih -geli rasanya menggosok gosok ujung lidah dengan jari!
Ditatapnya Bu Jolly dari samping. Bets memutuskan untuk tidak melanjutkan penyelidikan. Orang yang pandangannya begitu ramah yang selalu tersenyum manis dan berwajah segar seperti Bu Jolly, tidak mungkin bisa sampai hari menulis surat yang membuat penerimanya sedih!
Tidak! tidak mungkin.
Bets merasa yakin mengenainya.
Pip duduk di samping gadis yang membawa alat-alat gambar.
Ternyata gampang mengajaknya mengobrol.
"Kau hendak menggambar apa?" tanya Pip.
"Pasar di Sheepsale," jawab gadis itu.
"Setiap Senin aku ke sana. Pasar itu sangat menarik. Tidak besar. tapi menyenangkan dan menarik untuk digambar. Apalagi letaknya bagus di atas bukit. Aku senang melihatnya."
"Kau selalu berangkat dengan bis ini?" tanya Pip.
"Memang harus," jawab gadis itu.
"Soalnya pasar itu kan pagi hari saja diadakan. Aku sampai sudah hafal semuanya! Di mana dijual ayam dan bebek, lalu biri biri di mana tempat penjualan mentega, telur -pokoknya segala-galanya!"
"Tapi pasti kau tidak tahu di mana letak kantor pos!" kata Pip dengan cepat
Gadis itu tertawa, lalu berpikir pikir sebentar.
"Ya, memang aku tidak tahu di mana letaknya." katanya kemudian.
"Habis, aku belum pernah ke sana sih! Tapi jika kau hendak ke tempat itu. tanyakan pada orang nanti. Pasti mereka tahu! Tapi kurasa kantor pos di sana kecil. Maklumlah, Sheepsale kan kota kecil!"
Pip merasa lega.
Jika gadis yang duduk di sebelahnya itu tidak tahu di mana letak kantor pos, maka tidak mungkin dia yang mengeposkan surat surat kaleng itu.
Bagus! Pip memang dari semula sudah yakin. tidak mungkin gadis ramah itu yang menulisnya.
ia merasa tugasnya sudah selesai, lalu memandang berkeliling.
Ia merasa kasihan pada Daisy yang terpaksa duduk di samping Pak Goon.
Kemudian diperhatikannya Fatty.
Kasihan Fatty!
Ia berhadapan dengan seseorang yang sulit sekali diajak mengobrol.
****** KEADAAN YANG MEMBINGUNGKAN
Laki laki itu kelihatannya sedang asyik membaca surat kabarnya.
Isi beritanya mengenai kuda dan anjing.
Buster mengendus endus kaki orang itu. lalu mendengus.
Rupanya tidak suka mencium baunya.
Kemudian ia menarik narik tali kendali yang dipegang Fatty, karena ingin mengendus kaki Pak Goon yang duduk beberapa bangku lebih jauh ke depan.
"Maaf, Pak ! mudah mudahan Anda tidak merasa terganggu oleh anjingku," kata Fatty.
Tapi laki laki itu tidak mengacuhkannya.
"Rupanya ia agak tuli," pikir Fatty, lalu melantangkan suaranya.
"Mudah mudahan Anda tidak merasa terganggu oleh anjingku," kata Fatty keras keras.
Laki laki itu menoleh sambil cemberut.
"Jangan berteriak dekat kupingku! Aku tidak tuli." katanya.
Fatty cepat-cepat memanfaatkan kesempatan itu untuk membuka percakapan.
"Anda rupanya berminat pada anjing dan kuda ya, Pak," katanya.
Tapi laki-laki itu kembali tidak mengacuhkannya.
Fatty bingung sesaat apakah ia perlu melantangkan suaranya lagi.
Ah, lebih baik jangan. katanya dalam hati.
"Saya tadi bertanya. rupanya Anda ini menaruh minat pada anjing dan kuda." katanya mengulangi.
"Tergantung." jawab orang itu singkat, sambil terus membaca.
Wah, payah pikir Fatty dengan kesal.
Teman temannya lebih beruntung, menghadapi orang yang lebih gampang diajak berbicara. Tapi di pihak lain. dari semua penumpang bis, laki-laki bertampang masam itu yang kelihatannya paling mungkin menulis surat surat kaleng. Sudah tampangnya masam dan cemberut, bibirnya juga membayangkan watak yang kejam.
Fatty sibuk memutar otak. mencari-cari bahan pembuka percakapan lagi. _
"Anu pukul berapa sekarang?" tanyanya kemudian.
Tapi pertanyaan itu tidak mendapat jawaban.
Aduh. membosankan!
Fatty semakin kesal terhadap laki-laki itu.
Ia bertanya baik baik. jadi tidak ada alasan untuk bersikap begitu kasar.
Fatty bertekat mencoba sekali lagi.
"Pukul berapa sekarang, Pak?" ulangnya.
"Lihat saja arlojimu sendiri!" tukas laki laki itu.
Fatty langsung menyesali ketololannya itu.
Ia tidak sadar bahwa arlojinya nampak jelas melilit pergelangan tangannya.
"Kau detektif payah pagi ini. Frederick Algernon Trotteville." pikirnya.
"Ayo cepat -selesaikan tugasmu dengan baik!"
"Wah ada pesawat terbang melintas." katanya sambil memandang ke luar jendela bis. ketika nampak sebuah pesawat terbang lewat agak rendah.
"Pesawat apa itu, Pak?" '
Dengan nada asal bunyi, laki laki itu menyebutkan nama suatu jenis. Fatty tahu, jawabannya itu keliru. Ditatapnya orang yang duduk di sebelahnya dengan kesal dan bingung.
Bagaimana caranya supaya bisa mendapat keterangan dari dia?
"Saya hendak pergi ke pasar di Sheepsale," katanya mencoba untuk kesekian kalinya.
"Anda juga?"
Laki-laki itu diam saja.
Dalam hati Fatty berharap, alangkah baiknya jika Buster mau menggigit pergelangan kaki orang itu.
"Desa yang baru kita lewati tadi. itu desa Buckle?" tanya Fatty. ketika saat itu bis melewati sebuah desa yang kecil mungil. Tahu tahu laki-laki itu meletakkan surat kabarnya. lalu memandang Fatty dengan mata melotot.
"Aku bukan orang sini," tukas orang itu,
"jadi aku tidak tahu apa-apa tentang desa Buckle, Sheepsale atau tentang pasarnya! Di sana aku nanti dijemput saudaraku, lalu kami akan meneruskan perjalanan ke tempat lain. Dan terus terang saja, semakin jauh aku pergi dari pengoceh seperti kamu. semakin senang hatiku!"
Kata kata itu diucapkannya dengan lantang, sehingga terdengar oleh hampir setiap orang yang ada dalam bis.
Pak Goon tertawa terkekeh-kekeh.
"Ya aku sudah bosan pula terhadapnya!" serunya.
"Dia memang anak yang menjengkelkan!"
"Sana _ pergilah duduk ke tempat lain! Dan bawa serta anjingmu yang bau itu," kata si muka masam.
Ia senang. karena ada yang sependapat dengan dia tentang Fatty.
Muka Fatty merah padam.
Ia pergi ke bagian depan bis lalu duduk di situ. Bets merasa kasihan melihatnya. Ditinggalkannya Bu Jolly duduk sendiri, lalu ia duduk mendampingi Fatty.
Larry. Pip dan Daisy ikut menggabungkan diri. Kelima anak itu berunding dengan suara pelan.
"Kurasa bukan mereka ini yang kita cari" kata Fatty setelah mendengar laporan teman teman.


Pasukan Mau Tahu 04 Misteri Surat Kaleng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Si Ayo Pergi sudah pasti bukan, begitu pula Bu Trimble dan Bu Jolly. Aku juga sependapat. gadis yang gemar menggambar itu juga-.tidak bisa kita curigai. apalagi karena ia tidak tahu di mana letak kantor pos di Sheepsale. Sedang laki-laki yang tadi kutanyai mengatakan. ia bukan orang sini. Jadi kurasa ia pun tidak bisa kita curigai, karena orang asing takkan mungkin mengenal penduduk Peterswood."
"Apakah ia setiap hari Senin naik bis ini?" tanya Pip.
"Entah aku tadi belum sempat bertanya sampanke'situ." kata Fatty murung.
"Setiap kali
aku bertanya, kalau tidak didiamkan saja olehnya, pasti aku dibentaknya. Dia itu payah! Tapi pokoknya dari mereka yang ada dalam bis ini kurasa tak ada yang mungkin mengeposkan surat surat kaleng itu."
"He. lihatlah! Ada orang melambai lambai di depan. meminta bis berhenti " kata Bets dengan tiba tiba.
"Jangan jangan dialah orang yang kita cari!"
"Ya -siapa tahu!" kata Fatty penuh harap.
Semua menjulurkan kepala. ingin melihat siapa orang itu.
Ternyata yang naik, pendeta desa Buckle!
Anak anak kenal baik padanya.
Pendeta itu kadang kadang datang berkhotbah di gereja mereka di Peterswood.
Ia bertubuh gempal.
Orangnya ramah dan periang.
Anak-anak senang padanya.
"Ah -tidak mungkin kalau dia," kata Fatty agak kecewa.
"Mustahil. Sialan!"
"Biarlah, siapa tahu ada salah seorang dari mereka ini nanti mengeposkan surat, kalau bis sudah tiba di Sheepsale," kata Pip.
"Kita tunggu saja, mungkin laki laki yang bermuka masam itu, Fatty. Di antara mereka yang ada di sini, ia yang paling mencurigakan tampangnya. Siapa tahu barangkali saja dia bohong, mengaku ngaku bukan orang sini!"
Sementara itu pendeta yang baru naik asyik mengobrol dengan penumpang bis. Laki-laki bertubuh kurus dan bertampang masam yang
membentak Fatty tadi, bersikap tak peduli. Dan pendeta juga tidak menyapanya.
Jadi ada kemungkinannya. ia memang orang asing!
"Sebentar lagi kita sampai," kata Fatty.
"Wah -terjal sekali tanjakan ini! Katanya jaman dulu kereta harus ditarik delapan ekor kuda, kalau hendak melintasi jalan ini!"
Bis masuk ke Sheepsale, lalu berhenti di bawah pepohonan yang rindang. Pasar di kota kecil itu sudah ramai. Berisik sekali bunyi ayam berkotek, bebek meleter, biri biri mengembik, sapi melenguh.
Dan suara manusia bicara campur aduk!
"Cepat! Kita harus turun lebih dulu!" kata Fatty pada teman temannya.
"Kita ke kantor pos lalu berjaga jaga di situ."
Anak anak bergegas pergi.
Bu Trimble menganggukkan kepala ke arah mereka. lalu berjalan menuju suatu jalan kecil. Anak anak dengan segera melihat letak kantor pos, lalu pergi ke tempat itu. Fatty mengambil sampul surat dari kantongnya, lalu memasang perangko dengan cermat.
"Jangan sampai Pak Goon merasa curiga, kenapa kita berdiri di sini," katanya pelan kepada teman temannya.
"Jadi kuposkan saja surat ini."
Bu Jolly pergi ke tengah pasar, mendatangi kakaknya. Anak anak memperhatikan wanita itu berjalan.
"Bu Trimble tadi tidak mengeposkan surat, dan sekarang Bu Jolly juga tidak." kata Fatty.
"Jadi
sudah pasti keduanya tidak bersalah. Nah gadis yang gemar menggambar itu kemari!"
Gadis itu tersenyum pada mereka sambil lewat. Tapi tiba tiba ia berhenti. lalu berpaling.
"Ternyata kalian berhasil menemukan kantor pos," katanya.
"Syukurlah! Konyol --aku tidak tahu di mana letaknya. padahal setiap Senin aku lewat di sini. Tapi aku ini memang begitu!"
"Jadi dia juga bukan." kata Pip, sambil memperhatikan gadis itu berjalan menuju pasar.
"Dari semula aku sudah mengira begitu, karena ia sangat ramah."
Pendeta desa Buckle juga pergi, entah ke mana.
Ia sama sekali tidak lewat di depan anak-anak. Kini tinggal Pak Goon dan laki laki yang air mukanya masam.
Pak Goon keluar dari bis lalu memandang Fatty.
Alis anak itu terangkat ke atas.
Ia tersenyum manis.
"Ada perlu apa. Pak Goon?" tanyanya berlagak tolol.
"Kalian mau apa, berkerumun di sini?" tanya polisi desa itu.
"Aneh -kemana saja aku pergi, kalian selalu ada. Rasanya seperti aku ini kalian buntuti terus."
"Perasaan kami juga begitu tentang Anda," kata Fatty.
Sambil bicara ia memperhatikan laki laki yang bertampang masam.
Orang itu berdiri di tepi trotoar.
Ia masih asyik membaca surat kabarnya. Fatty ingin tahu, apakah orang itu hendak mengeposkan surat -tapi menunggu dulu sampi anak anak dan Pak Goon sudah pergi.
Atau memang sedang menunggu saudaranya, seperti dikatakan olehnya tadi!
"Di sana ada toko permen." kata Fatty dengan suara pelan sementara surat yang sudah dibubuhinya perangko tadi dimasukkan ke dalam kotak pos.
"Yuk. kita membeli permen sebentar. Sementara itu kita bisa terus mengawasi kantor pos ini. Jadi jika si Ayo Pergi atau si muka masam hendak mengeposkan. mereka bisa melakukannya dengan tenang tanpa merasa diperhatikan!"
Anak-anak pergi ke seberang jalan, lalu masuk ke toko permen yang dilihat oleh Fatty. Sementara Larry dan Daisy ribut bertengkar mengenai apa yang hendak dibeli. Fatty mengintip dari balik kaca pintu ke arah kantor pos.
Ia bisa melihat ke luar.
Tapi orang di luar tidak bisa melihat dia karena ruangan toko agak gelap.
Laki-laki bertampang masam melipat surat kabarnya. lalu memandang ke kiri dan ke kanan. Pak Goon sudah masuk ke sebuah toko penjual tembakau. Fatty memperhatikan sambil menahan napas. Di jalan sedang tidak ada orang. Apakah laki laki bertampang masam itu akan cepat cepat memasukkan surat ke dalam kotak pos?
Sebuah mobil datang.
Pengemudinya menyerukan sesuatu pada laki-laki yang bertampang masam. Orang itu menjawab, lalu menghampiri mobil. Dibukanya pintu, lalu masuk ke dalam mobil di samping pengemudi. Mobil itu pergi dengan cepat. Desahan kecewa yang terhembus
dari mulut Fatty terdengar oleh teman temannya.
Mereka menoleh.
"Ternyata ia tidak mengeposkan surat,
" kata Fatty.
"Ia ternyata tidak bohong. Memang ada yang menjemputnya. naik mobil"
Ia mengumpat-umpat, karena kesal.
"Kalau ia tadi mengeposkan surat pun. kita tidak bisa berbuat apa apa," kata Pip.
"Kita tidak tahu apa apa tentang dia. Tapi aneh! Tak seorang pun dari penumpang bis tadi mengeposkan surat! Padahal setiap hari Senin. selalu ada surat kaleng yang diposkan di sini."
"Yah kita tunggu saja sampai tukang pos datang untuk mengosongkan kotak pos pukul dua belas kurang seperempat nanti." kata Fatty.
'Karena siapa tahu, mungkin ada di antara mereka yang muncul kembali! Ah. itu Pak Goon hendak ke pasar. Kurasa ia hendak membeli
mentega dan es krem. supaya badannya tambah
gendut!"
Anak anak menunggu dengan sabar dekat
Kantor pos, sampai tukang pos datang untuk
mengambil surat surat yang sudah diposkan. Tapi sampai saat itu, tak ada orang datang mengeposkan.
Anak anak sangat kecewa.
"Sama sekali tak ada kemajuan dalam penyelidikan kita." kata Fatty kesal.
"Benar benar menjengkelkan! Kurasa kita bukan detektif yang hebat. seperti sangkaanku semula. Kalian pergi saja ke pasar dulu. Aku ingin berpikir sebentar disini.Siapa tahu. nanti aku mendapat akal bagus!"
Teman-temnnya pergi ke pasar, meninggalkan Fatty dalam keadaan murung.
******* PESIAR DI PASAR
Anak anak asyik berkeliaran di pasar. Tempat itu ramai dan menyenangkan. Mereka mendatangi tempat kakak Bu Jolly berjualan. Ia memberi mereka telur berkulit coklat masing-masing sebutir, serta sedikit mentega buatannya sendiri.
Katanya untuk dicicipi pada saat sarapan.
Bets sangat gembira. karena anak itu paling suka menerima hadiah yang tidak disangka sangka.
"Wah! Terima kasih." katanya.
"Anda sangat baik _ persis Bu Jolly. Ia sering memberikan permen pada kami. Nama Anda juga Jolly?"
"Bukan aku-Bu Bunn." kata kakak Bu Jolly.
Nyaris saja Bets terlanjur mengatakan bahwa nama itu cocok dengan orangnya.
Untung ia sempat menahan diri.
Tapi Bu Bunn memang sesuai dengan namanya.
"Bunn" adalah roti bundar yang besar.
Selalu dihidangkan dalam keadaan hangat dan empuk.
Serta ada kismisnya.
Sedang Bu Bunn juga bundar, selalu bersikap hangat dan lembut.
Dan matanya hitam bulat. seperti kismis! _
"Yuk, kita ajak Fatty kemari," kata Bets.
"Tak , enak rasanya. ia menyendiri dalam keadaan lesu. Penyelidikan kita macet, dan kurasa bahkan Fatty pun takkan mampu melanjutkannya."
"He! Itu kan gadis yang duduk di sebelahku tadi," kata Pip.
Anak anak memandang ke arah gadis itu. yang sibuk menggambar di tengah keramaian pasar. Mereka menghampirinya. lalu mengamat amati gambar yang sedang dibuatnya. Menurut perasaan mereka, gadis itu pandai menggambar.
Setelah itu Bets pergi, mencari Fatty. Teman bertubuh gendut itu dijumpainya sedang duduk merenung di atas bangku yang terdapat di pinggir jalan desa.
Bets memandang Fatty dengan kagum.
Dibayangkannya teman itu sudah dewasa, sibuk mencari pemecahan masalah yang merupakan teka teki bagi setiap orang.
Fatty keget ketika disapa oleh Bets.
"Aduh. maaf! Kau kaget tadi?" kata Bets.
"Yuk, kita ke pasar! Asyik di sana."
"Aku belum selesai berpikir." kata Fatty.
"Mungkin jika kubicarakan denganmu, persoalannya akan bisa nampak lebih jelas bagiku."
Bets bangga mendengar bahwa Fatty memerlukan bantuannya.
"Ya bicaralah padaku, Fatty," katanya.
"Aku akan mendengarkan, dan takkan menyela sedikit pun."
"Kau boleh saja bicara." kata Fatty,
"karena menurut pendapatku. kau ini cerdas. Aku masih
belum lupa bagaimana kau bisa menebak pengantar telegram itu sebetulnya aku. karena kau melihat cara Buster memandang aku."
Buster mendongak. begitu mendengar namanya disebut-sebut. Anjing itu kelihatan sedih, karena masih tetap diikat dengan tali.
Ia kepingin sekali pergi ke pasar. dari arah mana menghambur berbagai bau yang sedap-sedap.
"Buster kelihatannya kayak yang sedang berpikir." kata Bets.
Tapi Fatty _seperti tidak mengacuhkan.
Ia tetap termenung, memandang jauh ke depan.
Akhirnya Bets memutuskan lebih baik diam saja. Biar Fatty berbicara nanti. kalau sudah kepingin.
Untuk mengisi waktu.
Bets mencoba menggerak gerakkan hidung seperti yang dilihatnya dilakukan laki-laki bertampang masam dalam bis tadi.
Buster memperhatikannya dengan heran.
Setelah beberapa saat Bets begitu, tiba-tiba perhatian Fatty terarah padanya.
"Kenapa hidungmu?" tanya Fatty.
"Ah, tidak apa apa! Aku cuma menggerak gerakkannya saja, kayak laki laki di sebelahmu tadi." kata Bets.
"Kau sudah mau bicara sekarang. Fatty?"
"Aku sedang berpikir pikir. tindakan apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang." kata Fatty.
"Kita sudah tahu. selama ini setiap hari Senin ada surat yang diposkan di kantor pos Sheepsale sebelum pukul 11.45 dan ditujukan pada orang-orang di Peterswood. Mungkin kau masih ingat. aku mengatakan bahwa rupa rupanya
surat surat itu dikirim oleh seseorang yang tinggal di Peterswood dan kenal dengan orang orang yang menerimanya. serta mengetahui sejarah hidup mereka."
"Ya, betul-begitu katamu." kata Bets.
"Lalu kita menarik kesimpulan. penulis surat itu mungkin naik bis tadi setiap hari Senin untuk mengeposkannya," kata Fatty lagi.
"Lalu kita naik bis itu. Tapi ternyata tak ada yang benar benar bisa dicurigai. Walau setiap penumpang tadi termasuk daftar tersangka. Dan ternyata pula bahwa tak seorang pun di antara mereka mengeposkan surat di sini."
"Kau kan tidak memasukkan si Ayo Pergi dan Pak Pendeta dalam daftar itu?" kata Bets tercengang.
"Semuanya masuk." kata Fatty tegas.
"Nanti gampang dicoret lagi kalau ternyata memang tidak ada alasan untuk mencurigai mereka lebih lanjut. Tapi sekarang. semua harus masuk dalam daftar."
"Kalau begitu. Pak Goon pasti juga memasukkan nama-nama kita dalam daftar orang-orang yang dicurigainya,
" kata Bets dengan tiba tiba.
"Kurasa ia naik bis tadi dengan alasan sama kayak kita -yaitu hendak meneliti para penumpang. dan melihat apakah ada yang mengeposkan surat di sini."
Fatty menatap Bets
Tahu tahu ia tertawa terbahak bahak
Bets memandangnya dengan heran.
"Kenapa kau tertawa? Ada kataku yang lucu?" tanyanya.
"Bukan begitu, Bets. Tapi masa kau tidak tahu. siapa di antara para penumpang yang tadi mengeposkan surat?" kata Fatty sambil nyengir.
"Kan tidak ada," kata Bets.
"Kecuali kau, tentu saja!"
"Ya. betul! Aku!" kata Fatty.
"Pak Goon pasti menggaruk garuk kepala apabila menyadari bahwa dari sekian banyak tersangka hanya Seorang saja yang mengeposkan surat. Dan orang itu Fredenck Trotteville. anak yang paling dibenci olehnya!"
Bets tertawa.
"Ha. kocak!" katanya.
"Tapi mana mungkin ada yang akan beranggapan bahwa kau yang menulis Surat surat jahat itu, Fatty!"
"Kalau perhiasan mahkota Ratu hilang dan ada kecurigaan sedikit saja. si Ayo Pergi pasti bisa membayangkan bahwa akulah pencurinya," kata Fatty.
"la beranggapan buruk tentang diriku! Menurut anggapannya. aku ini mungkin melakukan apa saja. Wah! Pasti sekarang ia sibuk menduga duga, siapa yang bakal menerima surat itu besok."
"Padahal takkan ada, karena tidak ada yang mengeposkan surat." kata Bets.
"Baru Senin ini tidak ada, sejak enam minggu belakangan. Kenapa ya?"
"Ya ..tentu saja!" kata Fatty setelah beberapa saat.
"Jika besok ternyata ada yang menerima
surat kaleng. maka itu berarti pengirimnya tinggal di sini. di Sheepsale. Dan ia mengeposkan suratnya tadi pagi. sebelum bis kita datang. Kalau begitu halnya. gawat! Kita kan tidak bisa mengawasi setiap penduduk kota ini. yang datang mengeposkan surat."
"Mungkin orang yang biasanya setiap Senin datang untuk mengeposkan surat kaleng. hari ini karena salah satu sebab tidak muncul." kata Bets.
"Itu juga mungkin." kata Fatty.
"Nanti kalau kita kembali ke Peterswood dengan bis. kita tanyakan saja pada pengemudinya apakah ada penumpang penumpang yang selalu ikut setiap hari Senin pagi. Kita lihat nanti. siapa yang hari ini tidak muncul. Lalu kita adakan penyelidikan, apakah orang-orang itu menaruh dendam terhadap Gladys. Molly dan yang lain-lainnya."
"Kapan keberangkatan bis berikutnya?" tanya Bets.
"Aku kepingin seharian di sini. Fatty. Kau pasti akan senang berjalan-jalan di pasar. Fatty. Tapi kita belum makan siang."
"Di sana saja kita makan." kata Fatty sambil menunjuk ke arah sebuah restoran kecil.
"Lihatlah di situ tertulis 'Hidangan kecil. Kurasa itu berarti roti dengan mentega dan telur serta kue kue. Nah. bagaimana?"
"O ya aku setuju." kata Bets.
"Kau selalu punya gagasan yang bagus bagus. Fatty! Tapi ibuku pasti gelisah. jika kita tidak muncul pada saat makan siang."
"Itu gampang akan kutelepon sebentar." kata Fatty dengan santai. Menurut Bets. Fatty sikapnya seperti orang dewasa. Cepat mengambil keputusan dan yang lebih penting. kelihatannya selalu punya uang untuk membayar apa saja!
Fatty masuk ke kantor pos. lalu menuju telepon umum.
Dengan cepat ia menelepon.
Setelah selesai,keluar lagi.
"Beres." katanya.
"Aku sudah menelepon ibumu. ibu Larry dan Daisy, serta ibuku. Semua mengatakan 'Syukur kalian tidak ada di rumah hari ini'!"
"Ah, masa mereka bilang begitu!" kata Bets.
Ia tidak percaya. ibunya berkata begitu.
"Yah memang tidak tepat begitu." kata Fatty mengaku sambil nyengir.
"Tapi bisa kurasakan. mereka tidak keberatan bahwa sehari ini kita tidak ada di rumah. ibuku misalnya -kurasa ia tidak begitu suka pada permainan kita yang paling baru."
"Ya bisa kubayangkan." kata Bets.
Diingatnya betapa berisik permainan baru yang dikarang oleh Fatty. Pura pura menangis. menjerit dan mengerang ngerang!
"Yuk. kita katakan pada yang lain lain bahwa kita diijinkan tinggal di sini sampai nanti siang. Pasti mereka senang!"
Ternyata memang benar.
"Hebat, Fatty!" kata Larry ketika ia mendengar kabar itu.
"Senang rasanya bisa berada di sini
sekarang, keluyuran di tengah keramaian pasar. Pukul berapa sekarang? Aku lapar."
"Pukul satu kurang seperempat." kata Fatty sambil melihat arlojinya.
"Yuk. kita makan dulu. Kami tadi melihat sebuah restoran kecil. yang kelihatannya menyenangkan."
Restoran itu memang menyenangkan.
Kecil. tapi rapi dan bersih.
Wanita yang datang melayani. bertubuh montok.
Wajahnya berseri seri.
"Nah makanan begini yang paling kusukai." kata Bets. ketika wanita itu kembali dengan telur rebus untuk mereka.
Semua berwarna coklat kulitnya.
"Aku bahkan lebih memilih telur, daripada daging. Dan ini selai buah strawberry. Hmm. sedap!"
"Sudah kusangka kalian ingin makan roti dengan mentega dan selai setelah makan telur." kata wanita yang melayani mereka, sambil tersenyum.
"Strawberry ini hasil kebunku sendiri."
"Kurasa tidak ada yang lebih menyenangkan daripada hidup bertani." kata Daisy, sambil menyendok telurnya.
"Memelihara ayam dan bebek. menanam buah-buahan dan sayur mayur, lalu hasilnya diolah sendiri. Kalau aku besar nanti. aku tidak mau bekerja di kantor. Bosan. terus menerus disuruh mengetik surat dan sebagainya. Tidak! Aku ingin punya rumah kecil. lalu memelihara unggas dan bercocok tanam!"
"Kalau begitu aku ingin mondok padamu, Daisy." kata Larry,
"apalagi jika kau bisa membikin Selai kayak begini."
"Aku juga ikut!" sambung Fatty dan Pip dengan segera.
"Aduh. alangkah enaknya apabila kita semua bisa hidup bersama sama seumur hidup. makan enak kayak begini serta sibuk mengusut kejadian kejadian misterius!" kata Bets bersungguh sungguh.
Anak-anak yang lain tertawa.
Bets memang kocak!
Selalu menanggapi segala hal dengan serius.
"Yah tapi dalam menghadapi perkara ini. belum banyak kemajuan yang kita capai!" kata Fatty, sambil mulai menggasak telurnya yang nomor dua.
"Ya deh, Buster kau juga akan kebagian nanti. kalau kami selesai makan. Sekarang sabar dulu ya!"
Selesai makan, Fatty membayar harga hidangan yang mereka habiskan. Anak anak yang lain sebetulnya ingin ikut membayar.
Tapi uang mereka tidak cukup.
"Nanti kami kembalikan. jika kita sudah pulang, Fatty," kata Larry.
"Itu soal ' gampang," jawab Fatty.
"Yuk. sekarang kita pergi melihat lihat orang membereskan pasar. Setelah itu kita harus menanyakan jam keberangkatan bis. kembali ke Peterswood."
Anak anak menonton kesibukan para pedagang mengemaskan jualan mereka yang masih
tersisa. Mereka bekerja sambil bercanda dan tertawa tawa.
Bu Jolly juga ada di sana.
Ia sedang mengobrol dengan kakaknya.
Ketika melihat anak anak datang. mereka disapa olehnya.
"Kalian jangan sampai ketinggalan bis nanti." serunya.
"Tinggal dua yang akan berangkat ke Peterswood. dan yang terakhir terlalu sore bagi kalian!"
"Astaga! Kita tadi lupa melihat. pukul berapa bis kita berangkat." kata Fatty.
Ia bergegas ke papan pengumuman, di mana terpasang jadwal waktu keberangkatan berbagai bis.
"He tiga menit lagi berangkat! Kita harus lari. supaya jangan ketinggalan!"
Setengah menit setelah mereka naik. bis berangkat.
Tapi Fatty merasa kecewa. karena pengemudi dan kondekturnya ternyata bukan yang tadi pagi.
"Sialan!" umpat Fatty. lalu duduk di depan.
"Kalau begini. kita cuma membuang buang waktu saja sehari ini!"
"Aduh. Fatty! Kenapa kau bilang begitu?" kata Daisy yang menikmati acara pesiar hari itu.
"Bagiku, hari ini yang paling asyik selama ini!"
"Memang betul." kata Fatty.
"Tapi jangan lupa. kita kemari kan dengan tujuan mengusut perkara yang sedang kita selidiki. Tapi hasilnya cuma bersenang-senang di pasar. sedang penyelidikan sama sekali tidak mengalami kemajuan. Hari yang menyenangkan bagi lima orang anak tapi hari sial bagi Pasukan Mau Tahu!"
****** SURAT KALENG LAGI
Keesokan harinya anak anak agak lesu setelah mengalami hari yang menyenangkan di pasar Sheepsale. Mereka berkumpul di kamar main di rumah Pip.
"Aku ingin tahu. apakah ada yang menerima surat kaleng hari ini." kata Fatty lesu.
"Tapi aku tidak tahu bagaimana cara mengetahuinya. Si Ayo Pergi lebih untung karena hal-hal begitu tentu dengan segera akan dilaporkan padanya!"
"Ah masa bodoh soal itu hari ini." kata Pip.
"Ibuku kebetulan sedang tidak ada. Jadi kalau kalian mau, kita bisa bermain wu-hu koliwobels!"
"Bu Moon nanti tidak marah?" tanya Fatty.
"Kurasa ia takkan bisa mendengar kita. karena sekarang ia sedang di dapur." kata Pip.
"Lagi pula kita tidak usah memperdulikan dia!"
Anak anak baru saja memulai permainan kocak itu. ketika terdengar pintu kamar diketuk dari luar. Bu Moon menjengukkan kepalanya ke dalam. Anak anak mengira. pasti ia hendak
memprotes keberisikan mereka.
Tapi dugaan mereka keliru.
"Aku harus ke toko sebentar. Philip." katanya pada Pip.
"Tukang daging tadi pagi tidak mengantarkan ginjal yang kupesan. Tolong jagakan kalau ada telepon atau tukang susu datang, ya?"
"Bu Cockles tidak ada?" tanya Pip.
"Ia kan selalu datang hari Selasa?"
"Biasanya memang begitu." kata Bu Moon,
"tapi sampai sekarang nyatanya belum muncul. Jadi aku sendirian di bawah. Aku pergi paling lama sepuluh menit tapi aku harus mengambil ginjalku."
Setelah itu Bu Moon pergi.


Pasukan Mau Tahu 04 Misteri Surat Kaleng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Anak anak cekikikan.
"Mudah mudahan tukang daging mau memberikan ginjalnya itu." kata Larry.
"Kalau aku, sudah jelas tidak mau kalau tidak punya ginjal!"
"Konyol!" kata Daisy.
"Yuk. kita main lagi! Sekarang bisa asyik. karena tidak ada siapa-siapa lagi di sini."
Anak anak bermain dengan sepuas hati.
Wah berisiknya tidak setengah-setengah!
Tapi tiba-tiba Pip merasa seperti mendengar sesuatu.
Didorongnya Fatty yang saat itu menindihnya.
"Ssst bunyi teleponkah itu?" katanya sambil memasang telinga.
Ya betul. terdengar dering pesawat telepon di bawah. Jangan-jangan sudah sedari tadi berdering-dering tanpa ketahuan.
"Biar aku saja yang menerima." kata Fatty.
Ia tahu. Pip paling tidak senang menerima telepon.
"Mungkin itu tukang daging. yang hendak memberi tahu bahwa ginjal Bu Moon akan dikirim kemari!"
Fatty bergegas turun ke tingkat bawah. lalu mengangkat gagang pesawat telepon.
"Halo." katanya.
"Alo." kata seseorang.
"Bisakah saya bicara sebentar dengan Nyonya Hilton?"
"Nyonya Hilton sedang tidak ada." kata Fatty.
"0 kalau begitu. dengan Bu Moon saja." kata orang itu lagi.
"Di sini Bu Cockles."
"Ah. Bu Cockles! Di sini Frederick Trotteville. aku mewakili Philip Hilton." kata Fatty.
"Bu Moon baru saja pergi. katanya hendak mengambil eh, anu mengambil ginjalnya. Barangkali Anda ada pesan untuknya?"
"Ya. ada." kata Bu Cockles.
"Tolong sampaikan padanya aku tidak bisa datang hari ini. Aku harus ke tempat kakakku. untuk menghiburnya. Katakan pada Bu Moon. kakakku itu juga menerima surat semacam itu. Bilang saja begitu Bu Moon pasti tahu maksudku."
Fatty langsung merasa tertarik.
'Surat semacam itu'! Pasti surat kaleng! Kalau begitu. ternyata penulis surat gelap beraksi kembali. Dan kini yang dijadikan sasaran kakak Bu Cockles.
Otak Fatty berputar cepat.
"Aduh gawat. Bu Cockles." katanya sesaat kemudian.
Suaranya agak berubah. kini terdengar bergaya orang dewasa.
"Aku ikut prihatin. Surat surat kaleng itu membingungkan orang. ya?"
"0, rupanya kau juga sudah tahu mengenainya," kata Bu Cockles.
"Memang. surat surat itu jahat sekali. karena menggelisahkan orang. Bayangkan-kakakku yang tidak bersalah apa apa juga menjadi korbannya. Bu Moon pasti kaget kalau mendengar nanti walau sebenarnya ia tidak bisa cocok dengan kakakku itu. Tapi bagaimanapun. Bu Moon juga tahu surat surat kaleng itu sangat menggelisahkan perasaan. Ia pasti bisa mengerti. apa sebabnya aku harus menemani kakakku hari ini dan tidak datang bekerja seperti biasanya...."
Bu Cockles berbicara tanpa menarik napas sedikit pun.
Fatty sambil agak pusing mendengarnya. Menurut perasaannya apabila ia tidak Cepat cepat memotong ada kemungkinan Bu Cockles akan menyerocos terus selama sepuluh menit lagi.
Jadi lebih baik ia langsung saja memotong!
"Maaf. Bu." katanya cepat di sela banjir kata-kata Bu Cockles.
"menurut Ibu. akan maukah kakak Anda menunjukkan surat kaleng padaku? Anu aku sangat tertarik pada kejadian ini. dan eh _ mungkin Anda juga tahu. aku beberapa kali sudah berhasil mengusut kejadian yang misterius. Jadi..."
"Ya. aku juga sudah mendengar bagaimana kau berhasil menemukan kembali kucing Lady
Candling yang hilang." kata Bu Cockles.
"Kalau mau. datang saja ke tempat kakakku. Pasti ia mau menunjukkan surat itu padamu. Ia tinggal di Willow Lane nomor 9. Aku juga akan ada di sana. Jadi tolong katakan pada Bu Moon. hari ini aku tidak bisa datang. Tapi hari Kamis. pasti!"
Selesai menelepon, Fatty bergegas kembali ke tingkat atas.
Ia lari ke kamar main. lalu berdiri di ambang pintu.
Sikapnya dramatis sekali.
"Coba dengar sebentar!" katanya pada teman temannya yang masih bermain main di lantai.
"Ternyata hari ini ada lagi yang menerima surat kaleng. Kakak Bu Cockles! Ia menerimanya tadi pagi. Sejak itu perasaannya tidak keruan. Karena itu pula Bu Cockles tidak bisa masuk bekerja hari ini. membantu Bu Moon seperti biasanya. Lalu Bu Cockles mengatakan. kalau aku ingin melihat surat itu. datang saja ke rumah kakaknya itu. Aku perlu mengetahui. di mana dan kapan surat itu diposkan!"
Teman-temannya berseru kaget.
"Aku juga ikut." kata Pip
"Jangan! Sebaiknya seorang saja dari kita yang ke sana,
" kata Fatty.
"Pip nanti kalau Bu Moon kembali. tolong sampaikan pesan Bu Cockles padanya. Bilang saja. kakak Bu Cockles menerima surat yang jahat. Itu saja yang kaukatakan! Jangan sampai Bu Moon menduga bahwa lebih banyak yang kauketahui tentang urusan ini "
'Beres." kata Pip.
"Kalau begitu cepat-cepat sajalah ke sana. Fatty! sebelum didului Pak
Goon. Pasti ia akan bergegas datang. begitu mendengar laporan mengenainya."
Fatty bergegas pergi menuju ke Willow Lane. Setibanya di depan rumah nomor 9. ia langsung mengetuk pintu depan.
Rumah itu kecil dan kelihatan tidak terawat.
"Masuk!" seru seseorang dari dalam.
Menurut suaranya. itu pasti Bu Cockles.
"Ah. kau rupanya Frederick! Yah kata kakakku. ia tidak mau menunjukkan surat itu padamu. Katanya. cuma aku dan polisi saja yang boleh membaca isinya. Dan setelah membaca aku juga sependapat dengan dia!"
Fatty kecewa setengah mati.
"Aduh -ijinkan aku melihat sebentar saja." katanya memohon.
"Surat surat yang lain sudah kulihat juga. Aku boleh melihatnya ya. Bu?"
Kakak Bu Cocldes bertubuh gemuk.
Orangnya kelihatan tidak begitu mementingkan kebersihan. Suaranya sengau. dan kalau bernapas mendengus dengus.
"Surat itu tidak pantas dibaca anak kecil." katanya.
"Isinya fitnah belaka!"
"Aku bukan anak kecil!" kata Fatty. sambil menjulurkan tubuh supaya kelihatan lebih jangkung.
"Anda bisa percaya padaku. Aku takkan menceritakan isi surat itu pada orang lain. Aku eh. anu aku saat ini sedang melakukan penyelidikan mengenai kasus ini!"
Bu Cockles terkesan mendengar kata kata Fatty yang segagah itu.
Tapi ia tetap sependapat
**** (maaf halaman 142,143 hilang/tidak ada)
***** nya, sudah ada dugaan keras siapa orang itu sebenarnya!"
Fatty menyangsikannya.
Ia yakin, Pak Goon pasti sama tidak tahunya seperti dia saat itu. Fatty minta diri. lalu meninggalkan kamar yang berantakan itu. '
Tapi saat itu nampak sosok tubuh Pak Goon yang gendut masuk lewat pintu pagar depan. Fatty masih berusaha lewat sambil menyelinap, tapi Pak Goon lebih cepat. Dipegangnya lengan Fatty, lalu diseretnya masuk kembali ke dalam rumah.
"Apakah anak ini mengganggu urusan Hukum lagi?" tanya Pak Goon dengan nada marah.
"Aku ingin tahu -apa yang dilakukannya tadi disini!"
Bu Lamb takut pada Pak Goon.
Tapi Bu Cockles. tidak!
"Ia sama sekali tidak mengganggu." katanya.
"Ia cuma menunjukkan minat dengan ramah!"
"Dari mana ia tahu bahwa Bu Lamb juga menerima surat semacam itu?" tanya Pak Goon
lagi. Suaranya masih terdengar marah.
"Yah _ aku tadi harus menelepon Bu Moon. untuk mengatakan pagi ini aku tidak bisa datang karena kakakku menerima surat yang begitu." kata Bu Cockles.
"Kebetulan yang menerima telepon Frederick ini. Ia mengatakan sudah tahu tentang surat surat itu dan ingin melihat surat yang ini. Karena aku tahu ia pintar menyelidik. lalu..."
"Bu Lamb!" kata Pak Goon dengan suara
menggeledek.
"Anda kan tidak menunjukkan surat itu pada anak yang selalu mau campur urusan orang lain ini. sebelum Anda menunjukkannya padaku?"
"Aduh. begini Pak-anu--eh, katanya tadi. ia sudah melihat semua surat itu." kata Bu Lamb ketakutan.
"Jadi kusangka tidak ada salahnya jika yang ini juga dilihatnya. Tapi cuma sampulnya saja yang kuperlihatkan padanya. Pak Goon"
Pak Goon menatap Fatty dengan matanya yang melotot seperti mata kodok itu.
"Apa artinya itu kau sudah melihat semua surat itu, hah?! Selama ini surat-surat selalu ada padaku. Jadi apa maksudmu. sudah pernah melihat kesemuanya?" tanyanya.
"Rupanya aku memimpikannya,"jawab Fatty dengan ramah.
Gaya bicara Fatty semacam itulah yang selalu membangkitkan kemarahan Pak Goon.
Polisi desa itu mendengus.
"Kau bohong!" katanya.
"Ya kau berdusta! Surat-surat itu semenit pun belum pernah terlepas dari tanganku!"
"O ya?" kata Fatty.
"Yah. kalau begitu tak mungkin 'aku pernah melihatnya "
"Kecuali jika sebenarnya kau lebih banyak tahu daripada yang kau katakan sekarang!" tukas Pak Goon dengan nada menuduh.
Tiba tiba ia teringat lagi. bahwa ia melihat Fatty mengeposkan surat di Sheepsale sehari sebelumnya.
"Hah! Kau ini ternyata seperti sungai yang tidak bisa diduga
dalamnya. Frederick! Kurasa, apa pun mungkin saja kaulakukan!"
"Terima kasih, Pak Goon." kata Fatty sambil nyengir.
Tangan Pak Goon sudah gatal saja. ingin rasanya menempeleng anak yang kurang ajar itu.
Tapi tiba tiba ia kaget.
Ia teringat. surat surat kaleng yang ada padanya pernah sekali terlepas dari pengawasannya!
Yaitu ketika rupanya tercecer di jalan setelah bertubrukan dengan pengantar telegram yang berambut merah.
Ditatapnya Fatty dengan curiga.
"Pengantar telegram itu kawanmu. ya?" tanyanya dengan tiba tiba.
Fatty berlagak agak tercengang.
"Loh pengantar telegram yang mana?" tanyanya.
"Itu. anak yang berambut merah. dan mukanya penuh bintik." kata Pak Goon.
"Wah sayang aku tidak punya kawan yang kayak begitu tampangnya." kata Fatty.
"Tapi kenapa Anda tahu tahu menanyakan tentang pengantar telegram?"
Polisi desa itu tidak mau mengatakan sebabnya. Tapi diam diam ia berniat mencari pengantar telegram berambut merah itu. dan kalau sudah ketemu akan menanyainya dengan keras.
Mungkin saja anak itu bersekongkol dengan Frederick Trotteville!
"Kalau begitu aku pergi saja sekarang," kata Fatty dengan sopan.
"Kecuali jika masih ada
pertanyaan Anda tentang para pengantar telegram. Pak Goon! O ya Anda mau petunjuk lain lagi? Tunggu dulu kalau tidak salah ada dalam kantongku "
Pak Goon marah sekali. ketika Fatty mengeluarkan topi boneka dari kantongnya.
"Eh ini petunjuk atau bukan?" gumam Fatty.
Ia cepat-cepat menyingkir ke luar. karena melihat air muka Pak Goon pelan-pelan berubah menjadi tinggi.
"Ayo pergi!" desis polisi desa itu.
"Kalau tidak....kalau tidak...akan ku...ku..."
Tapi Fatty sudah cepat-cepat lari.
Kembali ke rumah Pip.
Kini jejak misteri surat kaleng mulai menghangat lagi!
***** TIGA LAGI YANG PERLU DICURIGAI
Tak lama kemudian Fatty sudah sibuk bercerita pada teman-temannya dalam kamar main Pip. Mereka terpingkal pingkal ketika mendengar tentang Pak Goon yang begitu masuk lantas diberi tahu bahwa Fatty sudah melihat semua surat kaleng!
"Pasti ia kaget setengah mati!" kata Pip.
"Sekarang ia akan sibuk berpikir sampai berjam jam bagaimana mungkin kau bisa melihat surat-surat itu. Pasti ia akan mencari pengantar telegram berambut merah. karena tahu anak itulah yang mengembalikan bungkusan surat yang katanya ditemukan tercecer di tengah jalan!"
"Biar si Ayo Pergi mencari sampai ke kantor pos. dia hebat kalau bisa menemukan anak itu!" kata Fatty.
"Tapi nanti dulu! Sekarang kita tahu apa sebabnya penumpang bis kemarin tidak ada yang mengeposkan surat di Sheepsale! Sebabnya, surat itu diantar langsung ke alamat yang dituju!"
"Rupanya orang itu kemarin tidak pergi ke Sheepsale." kata Daisy sambil berpikir-pikir.
"Jadi sekarang kita harus menyelidiki. siapa di antara penumpang langganan bis itu yang kemarin tidak ikut! Kalau kita berhasil mengetahuinya. mungkin saja kita akan menemukan penulis surat-surat kaleng itu!!"
"Ya betul," kata Larry.
"Bagaimana jika kita besok naik bis pukul sepuluh seperempat lagi, Fatty? Lalu mengajukan beberapa pertanyaan pada kondekturnya?"
"Kurasa lebih baik jangan." jawab Fatty.
"Nanti ia curiga. atau malah marah, karena menganggap kita mau kurang ajar. Tidak! Aku punya akal yang lebih baik daripada itu!"
"Bagaimana akalmu itu?" tanya anak anak
"Begini." kata Fatty.
"Bagaimana jika kita sekarang mendatangi Bu Trimble? Kita tahu, ia biasanya ikut dengan bis pukul sepuluh seperempat itu setiap Senin. Jadi kita bisa menanyakan padanya, siapa-siapa saja penduduk Peterswood yang juga biasa pergi bersama dia dengan bis ke Sheepsale. Bis itu berangkatnya kan dari halte dekat gereja. Dan Bu Trimble naik dari situ. Jadi pasti ia tahu. siapa saja yang juga selalu ikut setiap hari Senin."
"Ya, betul! Yuk, kita mendatanginya sekarang." kata Bets.
"Bu Moon sudah kembali. Fatty. Ia tidak lama pergi tadi. Ketika Pip menyampaikan pesan Bu Cockles padanya, ia mengomentari. 'Aku sama sekali tidak heran bahwa Bu Lamb
menerima surat begitu. karena dia itu wanita yang paling jorok dan pemalas di desa ini'!"
"Memang rumahnya bau sekali," kata Fatty.
"Yuk kita ke sebelah saja sekarang! Kita pura pura menanyakan kucing kalian pada Bu Trimble. Pip!"
"Tapi Whiskers kan ada di sini." kata Pip dengan heran.
Ia menuding kucing hitam yang besar itu.
"Memang betul, goblok! Tapi Bu Trimble kan tidak tahu." kata Fatty.
"Kita perlu mempunyai alasan. apa sebabnya kita datang ke situ! Saat ini ia mungkin sedang memetik bunga dalam kebun. Sebaiknya kita lihat saja dulu dari balik tembok."
Anak anak sedang mujur saat itu.
Mereka melihat Bu Trimble ada dalam kebun. Wanita itu sedang bercakap-cakap dengan Miss Harmer. ,gadis yang mengasuh kucing-kucing Siam milik Lady Candling.
"Yuk. kita masuk dari gerbang depan. lalu mendatanginya." kata Fatty.
"Nanti aku yang mengalihkan pembicaraan ke penumpang bis."
Anak-anak bergegas ke rumah sebelah.
Miss Harmer juga senang melihat mereka datang. Mereka diajaknya melihat lihat kucing-kucing asuhannya yang bermata biru _itu.
"Kalian juga mesti melihat bunga bunga narsis yang sedang mekar dalam taman." kata Bu Trimble sambil membetulkan letak kaca mata jepitnya. Bets memperhatikan benda itu dengan
penuh minat. Ia menunggu nunggu. kapan jatuh lagi.
Anak anak berjalan mengiringi Bu Trimble, menuju ke taman.
Fatty mendampinginya dengan sikap sopan. Kalau ada ranting yang kelihatan bisa mengganggu. cepat-cepat didorongnya ke tepi.
Bu Trimble terkesan melihat kesopanan Fatty.
"Mudah mudahan ibu Anda baik baik saja ketika Anda mengunjunginya kemarin." kata Fatty.
"Sayang ia masih sakit sakitan terus." kata Bu Trimble.
"Jantungnya lemah! Ia selalu senang. jika aku mengunjunginya setiap hari Senin."
"Dan Anda sendiri pun. tentu senang pula." kata Fatty.
"Pasar di Sheepsale mengasyikkan!"
Kaca mata Bu Trimble terlepas lagi dari batang hidungnya. menggelantung pada rantai halus terbuat dari emas. Dipegangnya kaca mata itu. lalu dipasangnya lagi ke batang hidung.
Ia tersenyum pada Fatty.
"Ya. aku selalu menyukai acaraku setiap Senin itu." katanya. '
"Tentunya Anda mengenal semua penumpang yang biasa ikut hari itu." kata Daisy.
Menurut pendapatnya. kini gilirannya untuk menanyakan sesuatu.
"Ya. memang! Kecuali satu dua orang asing. yang kadang-kadang ikut naik." kata Bu Trimble.
"Bu Jolly misalnya, ia selalu pergi setiap han Senin. Dia orang baik! Lalu gadis yang gemar
menggambar itu. Aku tidak tahu siapa namanya _tapi anak itu selalu sopan dan manis tutur katanya."
"Ya. kami pun senang padanya." kata Fatty.
"Anda kemarin melihat laki-laki yang duduk di sebelahku. Bu Trimble? Huh. orang itu masam sekali sikapnya!"
"Memang! Aku belum pernah melihat dia". kata Bu Trimble.
"Kalau Pak Pendeta, ia sering naik di Buckle. Kadang kadang aku mengobrol dengan dia. Pak Goon kadang kadang juga ikut untuk menemui polisi yang bertugas di Sheepsale. Entah kenapa. tapi rasanya lebih enak apabila Pak Goon tidak ikut."
"Kurasa di antara para penumpang tetap setiap hari Senin. ada beberapa orang yang tidak ikut kemarin, ya?" kata Fatty sambil lalu.
"Kurasa bis biasanya lebih penuh!"
"Nanti dulu -ya, biasanya bis itu memang lebih penuh." kata Bu Trimble sambil membetulkan letak kaca matanya yang terlepas lagi.
Anak anak menahan napas.
Nah sekarang mungkin mereka akan mengetahui nama penulis surat kaleng itu!
"Ada di antara mereka yang kami kenal?" tanya Fatty.
"Aku tidak tahu. apakah kalian kenal pada Bu Tittle atau tidak." kata Bu Trimble!
"Biasanya ia selalu ikut setiap hari Senin. Tapi kemarin tidak ada! Ia penjahit pakaian. Setiap Senin ia menjahit sepanjang hari di Wisma Sheepsale."
"O ya?" kata Fatty.
"Anda teman baiknya?"
"Ah, bukan." kata Bu Trimble.
"la bukan teman baikku. Habis. Bu Tittle itu gemar bergunjing. Dan lidahnya pedas. Aku tidak begitu suka pada orang yang begitu. Bu Tittle. Kesenangannya menjelek-jelekkan orang lain. Ia lalu tahu macam-macam tentang siapa saja!" Anak-anak langsung merasa, pasti Bu Tittle lah yang menulis surat surat kaleng.
Wataknya sudah cocok!
"Nah. apa kataku! Kan bagus sekali bunga Narsis ini?' kata Bu Trimble. ketika mereka sampai di taman. .
"Indah sekali!" kata Daisy.
"Yuk. kita duduk di sini menikmati keindahannya".
Anak-anak duduk di situ.
Bu Trimble memandang mereka dengan gelisah.
Mukanya agak memerah.
"Aku tadi sebetulnya tidak boleh bilang -apa tentang Bu Tittle,
" katanya.
"Tadi terlanjur. sebelum aku sempat berpikir. Bu Tittle kadang kadang kemari juga. menjahit untuk Lady Candling. Sulit sekali untuk mencegah jangan sampai teriibat dalam pergunjingan dengan dia.Karena dia selalu bertanya tanya terus! Kalau tak salah minggu ini ia akan kemari lagi. untuk menjahitkan tirai jendela yang baru untuk musim panas ini. Terus terang saja, aku tidak mengharapkan kedatangannya. Aku tidak suka menjelek ekkan orang."
"Anda memang tidak begitu potongannya." kata Bets yang merasa sudah gilirannya sekarang untuk mengatakan sesuatu.
Bu Trimble tersenyum senang mendengar ucapan Bets .Hidungnya terangkat ke atas. menyebabkan kaca mata jepitnya terlepas untuk kesekian kalinya.
"Tiga kali." kata Bets menghitung.
Bu Trimble kelihatannya tidak begitu senang.
"Yuk. kita pergi lagi." kata Fatty.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu. lalu bertanya lagi.
"Selain itu tidak ada lagi langganan bis yang selalu ikut setiap Senin. Bu Trimble?"
"Kalian kelihatannya begitu tertarik pada bis itu." kata Bu Trimble.
"Nanti dulu. kuingat-ingat sebentar. O ya. kecuali itu masih ada pula Old Nosey. Entah kenapa ia tidak ikut kemarin. Karena biasanya selalu ikut."
"Old Nosey? Siapa itu?" tanya Fatty.
"Ah. dia itu seorang tua yang tinggal bersama isterinya dalam caravan, di ujung Rectory Field." kata Bu Trimble.
"Kalian mungkin belum pernah berjumpa dengan orang itu."
"Sudah Bu! Aku ingat lagi sekarang!" kata Fatty.
"Orangnya kecil. bungkuk. berhidung bengkok dan berkumis melengkung ke bawah. Ia biasa menggumam. seperti bicara pada dirinya sendiri."
Pak tua itu disebut Nosey. karena kata itu berarti "terlalu ingin tahu'.
"Wah. dia itu -segala-galanya ingin diketahui nya." kata Bu Trimble.
"Berapa umur ibuku. dan juga umurku sendiri _apa yang dilakukan Lady
Candling dengan pakaian bekasnya -dan berapa gaji tukang kebun di sini. Pantas jika ia dijuluki Old Nosey!"
Fatty melirik teman temannya.
Kedengarannya Old Nosey juga pantas dicurigai sebagai penulis surat surat kaleng itu. Mungkin saja ia menulisnya karena iseng. Fatty teringat pada salah seorang murid yang sesekolah dengan dia. Anak itu kegemarannya mencari cari kelemahan anak lain. lalu mengganggunya.
Jadi mungkin saja Old N'osey penulis surat gelap itu!
"Di samping itu tak boleh kulupakan pula Bu Moon. juru masak kalian, Pip."kata Bu Trimble dengan tiba tiba.
"Ia kan setiap Senin pergi ke Sheepsale untuk mengunjungi ibunya. seperti aku juga. Biasanya setiap Senin aku berjumpa dengan dia dalam bis. Tapi kemarin ia tidak kelihatan!"
"Soalnya. pembantu rumah tangga kami, Gladys. saat ini sedang pergi untuk beberapa
waktu," kata Pip menjelaskan.
"Jadi kurasa Ibu tidak mengijinkan Bu Moon pergi kali ini. Ya. betul
Kalau kuingat ingat, Bu Moon memang biasanya tidak bekerja setiap hari Senin."
"Masih ada lagi yang selalu naik bis itu?" tanya larry.
'Tidak, tidak ada lagi." kata Bu Trimble.
"Kalian ini memang benar benar tertarik pada bis itu rupanya. Tapi kalian tadi kemari, kan bukan ntuk menanyakan itu saja? Ada perlu apa benarnya?"
Wah -untuk'apa ya?
Anak-anak sudah lupa'
Untung Bets ingat kembali.
"Anu kami hendak menanyakan. apakah Anda melihat kucing kami." katanya.
"0. untuk itu rupanya kalian datang!" kata Bu Trimble.
"Tidak. aku tidak melihatnya. Kucing kalian besar dan hitam bulunya. kan? Kalian tidak perlu mengkhawatirkan dia. Kucing sebesar itu. bisa menjaga diri sendiri!"
"Pasti saat ini ia ada di rumah. duduk dekat pediangan. " kata Pip dengan jujur.
"Yah kalau begitu kami pergi lagi, Bu!"
Anak-anak meminta diri lalu kembali ke sebelah.
"Nah! Sekarang ada tambahan tiga orang yang perlu dicurigai." kata Fatty sambil membuka buku catatannya ketika mereka sudah kembali di kamar main.
"Siapa yang akan menyangka tadi? Kurasa satu di antara ketiga orang itulah penulis surat-surat kaleng yang kita cari."
"Tapi kalau Bu Moon tidak mungkin." kata Bets.
"la baik hati terhadap Gladys. Gladys sendiri yang bilang begitu. Tidak mungkin orang bisa baik hati dan jahat sekaligus."


Pasukan Mau Tahu 04 Misteri Surat Kaleng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kurasa betul juga katamu." kata Fatty.
"Tapi walau begitu. namanya perlu dicantumkan dalam daftar tersangka. Lalu. Bu Tittle dan Old Nosey. Sekarang kita harus melakukan penyelidikan lebih lanjut"
"Apa maksudmu?" tanya Pip.
"Kita harus menyelidiki. apakah Old Nosey. Bu Tittle atau Bu Moon meninggalkan rumah pagi
ini," kata Fatty menjelaskan.
"Surat yang diterima Bu Lamb. diselipkan di bawah pintunya sekitar setengah tujuh pagi. Kalau kita bisa mengetahui siapa yang keluar begitu pagi nah. kita berhasil mencari orang yang dicari!"
"Tapi bagaimana caranya menyelidiki hal itu?" tanya Larry.
"Kurasa bahkan kau pun takkan mampu melakukannya. Fatty!"
"Siapa bilang? Bisa saja." kata Fatty.
"Dan bukan itu saja! Aku akan menyelidikinya sekarang juga. Sejam lagi aku.kembali ke sini. dan kalian akan mendengar laporanku!"
******* PENYELIDIKAN FATTY
Fatty berangkat sambil bersiul siul. Teman temannya memperhatikan dari jendela.
"Kurasa ia hendak menanyai Old Nosey. Bu Tittle dan Bu Moon!" kata Pip.
"Anak itu benar benar luar biasa! Tak pernah kelihatan gentar. biar apa pun juga yang harus dilakukan. "
"Walau begitu ia akan mengalami bahwa Bu Moon bukan orang yang gampang ditanyai." kata Larry.
"Kelihatannya Bu Moon sedang kesal har ini. Mungkin karena Bu Cockles tidak datang "
Sejam sudah berlalu.
Saat itu pukul satu kurang seperempat.
Anak-anak pergi ke jendela menunggu Fatty muncul kembali.
Anak itu datang naik sepeda.
Tapi tampangnya sudah berubah sama sekali.
Ia memakai rambut palsu yang berwarna merah. tapi sekali itu disertai alis yang hitam Sedang mukanya dipoles. sehingga kelihatan seperti terbakar matahari. Ia memakai pakaian yang sudah tua dan kumal. Celemek yang biasa dipakai pembantu tukang daging diikatkannya ke pinggang.
Tapi anak-anak bisa mengenali yang datang itu Fatty dari siulannya.
Ia berhenti di bawah jendela.
"Bisakah aku naik ke atas? Atau ada orang lain di dekat situ?" tanyanya berjaga-jaga
"Di sini aman." kata Pip sambil menjulurkan tubuh ke luar.
"Bu Moon sedang sibuk di pekarangan belakang."
Fatty bergegas naik.
Tampangnya saat itu persis seperti pesuruh tukang daging. Aneh. bahkan air mukanya pun berubah.
Tidak seperti Fatty lagi.
Sesampai di atas dilepaskannya celemek serta rambut palsunya
"Nah -apa yang berhasil kauketahui?" tanya Larry bersemangat.
"Dan untuk apa kau menyamar kayak begitu?"
"Banyak yang berhasil kuselidiki." kata Fatty.
'Tapi aku tidak tahu, apakah dengan begitu pengusutan kita mengalami kemajuan atau tidak! Nantilah. kuceritakan segala galanya. Aku berpakaian begini. karena pesuruh tukang daging lebih wajar kalau mengobrol ke sana dan kemari."
Dibukanya buku catatannya. pada bagian
PARA TERSANGKA'.
"Kita mulai dengan Old Nosey." katanya.
"Orang itu tadi pagi pukul setengah tujuh sudah
kelihatan di desa bersama anjingnya, Lurcher. Ia
melewati Willow Lane. Pukul delapan ia kembali ke caravan."
Fatty membalik ke halaman berikut
"Bu Tittle." katanya lagi.
"Sekitar pukul
setengah tujuh sudah berjalan-jalan dengan
anjingnya. Ia biasa begitu setiap pagi. Selalu memakai syal yang sudah tua. berwarna merah."
"Sekarang Bu Moon." sambungnya sambil membalik halaman lagi.
"Bu Moon hari ini sejak pagi sudah meninggalkan rumah. Ada yang melihat dia mengobrol dengan Old Nosey. Nah itulah hasil penyelidikanku. Pasukan Mau Tahu! Bagaimana pendapat kalian? Ketiga tiganya bisa saja menyelipkan surat itu ke bawah pintu rumah Bu Lamb!"
"Wah. Fatty! Bagaimana caramu mengetahui segala hal ini?" kata Bets kagum.
"Kau memang penyelidik ulung!"
"Soal sepele. Bets!" kata Fatty menirukan gaya Sherlock Holmes.
"Kau tahu kan. lapangan yang letaknya di seberang Willow Lane? Nah Old Dick, penggembala tua itu tinggal di situ. dalam sebuah gubuk kecil. Aku melihat dia tadi pagi. Jadi aku Cukup mengajak dia mengobrol sambil menanyakan beberapa pertanyaan secara sambil lalu dan segala keterangan ini langsung kuperoleh! Old Dick selalu sudah bangun pukul lima pagi. Lagi pula ia selalu tertarik melihat orang yang lalu jalang di depan lapangan tempatnya tinggal. Karena cuma mereka saja yang dilihat olehnya. kecuali biri biri yang digembalakan dilapangan. Kata Old Dick. Nosey selalu sudah berkeliaran di pagi buta. Kemungkinannya, Old Nosey suka berburu secara diam-diam. Begitu kata Old Dick Sedang Bu Tittle. kelihatannya sudah kebiasaannya membawa anjingnya berjalan-jalan setiap pagi. Jadi tidak ada yang luar biasa pagi ini. Sedang Bu Moon. menurut Old Dick ia mendengar wanita itu mengobrol dengan Old Nosey."
"Menurut perasaanku pasti Bu Moon orang ang kita cari!" kata Larry.
"Pasti bukan kebiasaannya bangun begitu pagi. Aku pernah mendengar ibumu mengatakan, Bu Moon selalu terlambat bangun. Pip!"
"Ssst! itu Bu Moon datang." kata Pip memperingatkan.
"Pasti hendak mengatakan bahwa makan siang sudah siap."
Dugaan Pip tepat
Sesaat kemudian Bu Moon menjengukkan kepalanya dari balik pintu.
"Pip. makanan sudah kusiapkan di kamar makan untukmu dan Bets." katanya.
"Terima kasih," kata Pip.
Tahu-tahu ia menambahkan,
"Bu Moon masa gembala tua -mengatakan pada Fatty, ia melihat Anda di jalan di pagi, pukul setengah tujuh! Pasti Old Dick mimpi. ya?"
Bu Moon kelihatan kaget. .
"Wah tak kusangka sudah ada orang yang melihat ke jalan sepagi itu." katanya setelah beberapa saat.
Mushasi 5 Siluman Ular Putih 18 Titisan Alam Kegelapan Pendekar Pemabuk 9

Cari Blog Ini