Raja Gendeng Asmara Pedang Halilintar Bagian 2
Merasa lega karena Anjarsari tidak jadi meninggalkannya, Murid Ki Panaraan Jagad Biru dan nenek bawel Nini Balang Kudu dari Istana Pulau Es itu segera menyusulnya.
Di depan bangunan yang diberi emperan, Dewi Kipas Pelangi tampak sibuk menambatkan kudanya. Pelana kuda diturunkan, bulu-bulu kuda yang basah
kuyup dia keringkan dengan ijuk yang teronggok .
Anjarsari sesampainya diemperan rumah segera membuka kantong perbekalan berisi beberapa perangkat pakaian. Setelah mengambil pakaian yang kering, matanya sibuk mencari sesuatu.
"Kau butuh kamar mandi?" Kata Raja yang saat itu segera membuka pakaian disebelah atas. Pakaian sakti pelindung diri berwarna kelabu itu kemudian diperasnya.
"Tempat yang kau butuhkan kemungkinan berada dibelakang!" Sambil berkata demikian pemuda itu berjalan ke sudut emperan. Dari teras samping rumah dia melihat agak disebelah belakang terlihat bangunan kecil sederhana berlindung dinding terbuat dari anyaman ilalang. Ada sebuah pintu kecil menghadap ke arah lain.
"Dibelakang rumah ini ada kamar mandi! Kau bisa mandi, berganti pakaian mungkin juga menyelesaikan keperluan kecil lainnya." Terang Raja.
"Terima kasih kau telah memberi tahu!" Sahut Anjarsari ketus.
Tanpa menoleh sang dara segera bergegas menuju ke tempat itu melalui teritisan atas disamping bangunan.
Begitu Anjarsari pergi, tiba-tiba saja muncul kekhawatiran di hati Raja. Dewi Kipas Pelangi juga merasakan hal sama.
"Ikuti dia!" pinta dara cantik itu.Raja ragu.
Takut Anjarsari berpikir macam macam maka Rajapun berseru
"Hei,. apakah kau tidak ingin kuantar ?"
Anjarsari yang hampir sampai di belakang rumah hentikan langkah.Dia menoleh ke belakang.Menatap sekejab pada pemuda itu dengan mata membelalak.
"Jangan berani kurang ajar ya! aku bukan anak kecil bukan pula gadis pengecut.Kalau aku merasa perlu untuk dijaga.aku pasti memintanya.Bagaimana bila kuminta menemani kau malah mempergunakan kesempatan itu untuk mengintip aku"
Plak Raja menepuk keningnya sendiri.Dewi Kipas Pelangi tak kuasa menahan geli.
"Aku sudah menduga.Sahabatmu itu keras kepala.Sikapnya curiga melulu.Mungkin karena tampangmu"
kata Sang Dewi sambil tertawa.
"Hah apa? Memangnya ada yang salah dengan wajahku?"
Sang Raja mengusap wajahnya beberapa kali.
"Tampangmu tidak salah.Mungkin kau bertemu dan berteman dengan gadis yang salah.
Bicara intip
mengintip mengapa harus jauh-jauh. Kau boleh mengintip aku, mau dari belakang atau yang disebelah depan. Hik hik hik! "Sambil berkata begitu dengan sikap seenaknya seolah ditempat itu tidak ada orang lain Dewi Kipas Pelangi segera berganti pakaian. Melihat sikap si gadis yang dianggap terlalu nekat. Raja segera palingkan kepala ke jurusan lain. Bersamaan dengan itu dia menggerutu,
" Gadis yang satu ini sifatnya berbeda sekali dengan gadis yang berada dibelakang sana. Yang disini terlalu berani . Aku tidak keberatan dan mau saja melihat kemolekan tubuhnya. Tapi kalau aku lihat aku bisa ketimpa sial selama empat puluh hari. Uhh, nasib. Yang satu angkuh dan keras kepala, satunya lagi tak punya malu setengah gila!" Raja kemudian menggaruk kepala berulang kali.
Sementara Dewi Kipas Pelangi sibuk bertukar pakaian. Saat itu terpikir oleh Raja untuk menghangatkan suasana. Tanpa pikir panjang pemuda ini segera mengumpulkan sabut dan batok kelapa kering yang teronggok di tempat itu.
Setelah memakai pakaiannya kembali yang setengah kering, Raja membuat api unggun. Melihat Raja menyalakan api, sang Dewi yang baru berganti dengan pakaian kering datang menghampiri.
'Apa yang kau lakukan? Kau hendak membakar
ubi atau talas yang tumbuh dihalaman itu?" tanya gadis itu sambil melipat dua tangannya didepan dada. Sang pendekar menatap ke halaman.
Disana memang banyak terdapat tanaman yang disebutkan oleh sang dara. Di tengah suasana dingin rasa lapar sangat mengganggu. Tapi dia tidak ingin berbasah basah lagi. Sebaliknya Raja malah berujar,
" Rumah ini sunyi, pintunya tertutup rapat. Hanya rumah ini pula satu satunya bangunan yang kita jumpai dalam perjalanan. Menurutmu apakah bangunan sederhana ini tidak berpenghuni?'
"Halaman rumah terlihat bersih. Tanaman yang tumbuh disekeliling halaman juga terawat rapi. Sebenarnya sejak jejakkan kaki di rumah ini perasaanku sudah tidak enak." Menyahuti Dewi Kipas Pelangi. Dia lalu layangkan pandang kebagian pintu yang tertutup.
"Mengapa kau tidak memeriksanya ke dalam?!" Kata sang pendekar.
Raja kemudian bangkit. Sekejab dia julurkan kepala ke arah kamar mandi yang berada dibelakang rumah. Anjarsari masih belum kelihatan. Melihat Raja gelisah Dewi Kipas Pelangi berujar.
"Kau terlalu mencemaskan keselamatan gadis itu!"
"Bukan begitu. Aku telah berjanji pada
penguasa kawasan Masa lalu untuk menjaga dan melindunginya."
"Walau dia selalu bersikap memusuhimu?! Sindir sang Dewi.
"Aku tidak perduli." Jawab Raja acuh.
"Sudahlah! Lebih baik kau lihat kedalam sana. Kurasa pemilik tempat sedang tidur didalam. Jika dia ada sebaiknya bangunkan. Mungkin saja pemilik rumah ini punya makanan untuk kita bertiga!"
Dewi Kipas Pelangi tersenyum. Tanpa bicara apapun dia tinggalkan Raja yang sedang berusaha membesarkan nyala api. Sambil melangkah mendekati pintu dia mengeluarkan senjatanya berupa kipas yang memiliki tujuh warna.
Pintu yang tertutup mula-mula diketuk. Setelah menunggu beberapa kejab lamanya ternyata tidak ada jawaban dari dalam. Karena tidak sabar pintu lalu didorong, Pintu terbuka disertai suara derit halus. Sang Dewi julurkan kepala melihat ke dalam. Suasana diruang dalam yang gelap temaram memungkinkan gadis ini untuk melihat keadaan disana lebih leluasa, Tidak banyak perabotan yang terdapat dalam rumah yang sangat sederhana itu. Ada sebuah almari tua terbuat dari jati yang sudah kusam pudar warnanya, kemudian seperangkat meja dan kursi serta sebuah tempat tidur terbuat
dari anyaman bambu.
Menatap ke arah balai berlapiskan jerami sepasang mata sang Dewi membulat besar. Dia melihat ada satu sosok tubuh tergeletak diam ditempat tidur tersebut.
Terdorong rasa ingin tahu, Dewi Kipas Pelangi segera melangkah ke dalam lalu bergegas mendekati.
Ketika Sang Dewi mencoba mendekati tempat yang dia tuju, tiba-tiba saja tercium bau amis menyengat. Dewi Kipas Pelangi menahan nafas, jantung berdegup kencang, mata nyalang memperhatikan sedangkan kipas ditangan dia genggam lebih erat.
Sejarak satu langkah dari balai bambu, tibatiba kakinya membentur sesuatu. Sang Dewi terkejut, mata menatap ke bawah memperhatikan tepat didepan kaki.
Dewi Kipas Pelangi tersentak kaget. Sepasang matanya terbeliak seperti melihat setan, mulut ternganga ingin berteriak memanggil Raja, namun tidak ada suara yang keluar dari bibirnya.
"Wahai para dewa! Siapa yang telah melakukan perbuatan begini keji?!" batin sang Dewi sambil tatap sosok tubuh yang tergeletak tidak jauh dari kaki tempat tidur.
Gadis ini lalu berjongkok didepan sosok lelaki tua yang dilehernya berlubang besar sedangka isi perut membusai keluar. Perlahan dengan jemari gemetar wajah diliputi ketegangan dia raba nadi dipergelangan tangan lelaki berusia sekitar lima puluh tahun itu.
Tidak terasa ada denyut darah dan tanda tanda kehidupan lainnya. Orang tua itu tewas tapi tubuhnya masih hangat. Ini merupakan pertanda dia dihabisi belum lama berselang.
Merasa tidak ada yang bisa dia lakukan terhadap laki-laki itu, Dewi Kipas Pelangi segera bangkit. Dia hampiri dipan dan segera duduk disamping sosok yang tergolek di dipan bambu itu.
Kini sang Dewi segera mengetahui orang yang berada di tempat ketiduran ternyata adalah seorang gadis. Melihat wajah si gadis sederhana yang mirip dengan mayat dibawah dipan, sang Dewi bisa menduga kemungkinan gadis berkulit hitam manis itu adalah anak dari orang tua yang telah menjadi mayat.
"Nisanak, sebaiknya kau bangun! "Seru Dewi Kipas Pelangi. Suaranya begitu lirih. Dia memang menyangka si gadis dalam keadan pulas dibuai mimpi. Setelah gadis yang dibangunkan tetap tidak bereaksi. Akhirnya sang Dewi menyingkap selimut
yang menutupi tubuh si gadis dari leher hingga ke kaki.
Ketika selimut disingkap, Dewi Kipas Pelangi dibuat terpana. Dibalik selimut gadis ini ternyata dalam keadaan tidak terlindung selembar pakaian pun. Tubuhnya yang telanjang dipenuhi luka memar membiru seperti bekas terkena pukulan yang mematikan. Bagian leher membiru bekas tanda cekikan. Tidak kuasa menyaksikan pemandangan mengerikan seperti itu, sang Dewi kembalikan selimut ke tempatnya semula. Dengan tubuh bergetar langkah lunglai terhuyung-huyung dia menuju ke pintu.
Gadis itu keluar menemui Raja dengan nafas megap-megap dan wajah pucat. Raja yang sedang asyik menghangatkan diri didepan perapian menatap kehadiran gadis itu dengan terheran heran. '
"Apa yang kau temukan? Wajahmu pucat seolah baru saja melihat setan kepala tujuh...!"
Dewi Kipas Pelangi berusaha hendak menjawab, tapi tiba-tiba ingat dengan Anjarsari yang berada dibelakang rumah.
"Cepat susul sahabatmu itu. Aku takut dia mendapat masalah besar...! " Serunya dengan suara terbata
"Hei, apa yang sudah kau temukan didalam sana, sebaiknya coba tenangkan diri. Atur nafas baru bicara!" Kata Raja. Dewi Kipas Pelangi coba melakukan apa yang dikatakan Raja. Tapi rasa khawatir membuatnya memaksakan diri dan berteriak.
" Didalam ada Orang terbunuh. Pembunuh itu aku yakin masih berada disekitar sini! Cepat beritahu Anjarsari, dia dalam bahaya...!"
Baru saja Sang Dewi berkata demikian tibatiba saja terdengar suara jeritan dari belakang rumah tepat dari arah kamar mandi.
Begitu Raja mendengar teriakan Anjasari, maka dengan kecepatan luar biasa Raja berkelebat menuju ke bagian belakang rumah.
Sesampainya didepan pintu kamar mandi Raja Gendeng 313 dibuat tercengang. Dia melihat dinding sebelah kiri kamar mandi jebol besar. Dilantai depan perigi yang dilapisi bebatuan teronggok seperangkat pakaian basah milik Anjarsari.
Dia juga menemukan pakaian dalam kering yang agaknya belum sempat dipakai oleh dara cantik itu. Penculik mengintai, lalu menyergapnya. Kemungkinan juga sang penculik adalah pembunuh pemilik rumah.
Dengan perasaan cemas hati berdebar. Jelalatan Raja memperhatikan keseluruh arah. Saat
itu hujan mulai reda. Rasa takut kehilangan gadis yang diam diam sangat menarik hatinya itu membuat Raja berteriak memanggil nama dara itu.
"Anjarsari....dimana kau....jawablah! Siapapun yang telah melarikanmu aku bersumpah bakal menghabisinya! "teriak Raja. Sekali lagi dia layangkan pandang ke arah pepohonan yang tumbuh disekitarnya.
Pada saat itu Dewi Kipas Pelangi telah datang menghampiri.
"Seseorang telah membawanya pergi! Cepat susul dia! Biarkan aku yang akan mengambil kantong perbekalan dan kuda. Nanti aku akan menyusulmu dengan kudaku!" Kata sang Dewi tidak sabar.
"Menyusulnya? Aku tidak tahu kemana bangsat pengecut itu membawa pergi Anjarsari!" Jawab Raja bingung.
"Tolong....Tolong aku!"
Selagi kedua orang itu saling pandang. Tiba tiba saja terdengar teriakan Anjarsari. Raja palingkan kepala memandang dari arah mana suara berasal. Setelah itu tanpa bicara lagi dia berkelebat melakukan pengejaran.
Melihat Raja pergi. Dewi Kipas Pelangi segera kembali ke depan. Dia lalu mengambil kantong bekal
yang tergeletak diatas tumpukan kayu milik Anjarsari. Setelah meletakkan kantong bekal dibelakang pelana kuda hitam gadis ini melompat ke atas punggung kuda.
Kuda lalu digebah dan berlari menyusul sang pendekar. Sayangnya setelah sekian lama orang yang dikejar tak tersusul juga.
"Aku tahu dia memiliki ilmu lari cepat yang luar biasa.Tapi kudaku Angin Puyuh ini juga bukan kuda biasa. Kemana dia pergi?" Pikir sang Dewi heran.
Sementara itu disebuah tempat yang dipenuhi bebatuan dan semak belukar, Raja Gendeng 313 jejakkan kaki diatas batu tinggi. Dari ketinggian ini sebenarnya dia bisa melihat keadaan disekitarnya dengan leluasa.
Tetapi sejauh itu dia tidak melihat tanda tanda keberadaan Anjarsari maupun orang yang telah melarikannya.
"Tadi aku melihat ada orang berlari ke arah sini. Walau cuma sekelebatan namun aku bisa memastikan orang yang melarikan Anjarsari berpakaian warna biru. Siapa dia?! Kata sang Pendekar, pikirannya tambah gelisah dan semakin kalut.
Selagi pemuda itu mencari cari.'Tiba tiba dia mendengar suara langkah kuda tidak jauh dibelakangnya. Walau sudah menduga siapa yang
datang, namun pemuda ini tetap palingkan kepala menatap kebelakang.
Langkah kuda terhenti.
Diatas kuda Dewi Kipas Pelangi tidak kuasa menahan diri untuk bertanya.
" Bagaimana? Apakah kau sudah menemukannya?!"
Sang pendekar tundukkan kepala sambil mengangkat bahu.
Dia lalu melompat, menuruni batu besar.
Setelah berada didepan Dewi Kipas Pelangi dia berucap,
" Aku kehilangan jejak. Orang itu sangat cepat sekali. Mungkin juga dia telah menotok jalan suara Anjarsari. Aku tidak mendengar suara gadis itu lagi!"
"Sesuatu yang sangat mengerikan kurasa bakal terjadi pada Anjarsari bila kita tak dapat menyusul
dan menolongnya dengan segera!" Ucap sang Dewi prihatin. Kemudian dia menceritakan kejadian yang menimpa pemilik rumah. Raja semakin cemas.
"Aku memang mengkhawatirkan keselamatannya."
"Sahabatmu itu terlalu keras kepala. Coba kalau dia mau kau antar, mungkin kejadiannya tidak seperti ini!" Gumam sang Dewi menyesalkan.
"Sudahlah! Tidak ada gunanya kita menyesali apa yang sudah terjadi. Sekarang lebih baik kita
lanjutkan saja pencarian kita".Tukas raja yang memang tidak ingin berdebat.
"Kau selalu membelanya.Mengapa? padahal dia selalu merendahkan dirimu" kata gadis itu cemberut.
Raja terdiam.Dalam hati dia membenarkan apa yang diucapkan oleh Dewi Kipas Pelangi.Karena sedang kalut,dia tidak mau menanggapi.Sebaliknya dia lebih memilih melangkah pergi.
Walau kesal melihat tingkah Raja namun Sang Dewi segera mengikutinya.
*****
Galuh Permana sampai didepan sebuah gua. Wajah si kakek yang sebelumnya selalu basah oleh air mata tiba tiba berubah pucat. Dia melihat pintu gua yang terbuat dari batu terlihat jebol berlubang disisi sebelah atas.
Tidak terdapat tanda-tandanya ada kerusakan yang lain. Namun orang tua ini percaya sesuatu yang sangat buruk telah terjadi ditempat itu.
'Tidak jauh dibelakang, Kanjeng Empu Basula yang sejak dari Telaga Air Mata terus mengikuti sahabatnya ke tempat penyimpanan senjata langka itu tentu saja dibuat heran dengan sikap sahabatnya yang tiba tiba jadi gelisah.
"Apa yang terjadi? Sepertinya kau mencemaskan sesuatu padahal tidak ada tandatanda mencurigakan di tempat ini. Dan pintu batu didepanmu dalam keadaan tertutup walau disebelah atas ada sebuah lubang. '
"Seorang pencuri ulung sekalipun mana bisa keluar masuk dari lubang sekecil itu dengan leluasa!" Ujar sang Kanjeng disertai tatapan tak mengerti.
"Maling dan rampok memang tidak masuk atau keluar dari lubang sekecil itu tapi bagaimana bila penghuni gua yang mencari jalan keluar sendiri kemudian pergi meninggalkan tempat ini secara diam diam?" Kata Galuh Permana dalam kerisauan.
Sepasang mata sang Kanjeng yang cekung menjorok ke dalam rongga berkedap kedip.
Dia segera berpikir. Ketika sadar gerangan apa kiranya yang terjadi. Kanjeng pun tidak kuasa menahan diri ajukan pertanyaan.
" Apakah Pedang Halilintar kau simpan ditempat ini?"
"Ya..."
"Astaga! Jadi...sekarang kau berpikir pedang pergi dengan sendirinya?" tanya sang Kanjeng lagi.
Ketika melihat Galuh Permana anggukkan kepala. Kanjeng Empu Basula tidak kuasa menahan diri. Kakek itu pun tertawa tergelak gelak.
"Galuh sahabatku. Cukup lama pikiranmu disesaki dengan rasa kecewa, amarah mungkin juga dendam kesumat membuat otakmu menjadi kacau. Aku tahu Pedang Halilintar adalah pedang sakti. Tapi pedang itu tidak mungkin pergi dengan sendirinya jika tidak diambil oleh seseorang?" ujar sang Kanjeng.
Mendengar ucapan si kakek yang seperti mengejek Galuh Permana bersikap acuh. Wajahnya
terlihat tegang namun juga serius menunjukkan keteguhan sikap. Dia menunggu sampai sahabatnya berhenti tertawa. Baru kemudian si kakek membuka mulut dan bicara.
'Kanjeng Empu Basula. Aku yang membuat dan pemilik pedang itu. Pedang Halilintar adalah pedang bernyawa wanita. Pedang itu kubuat dengan segenap rasa cinta kasih dan sayang. Selamanya Pedang itu akan selalu berjodoh dengan orang yang memiliki rasa cinta kasih. Jika rasa cinta dan perasaan sayang ada dalam diri seseorang sedemikian besar maka pedang itu akan menghampirinya tidak perduli orang yang sedang dilanda asmara itu ada diujung dunia!"
"Walau orang itu tengah dimabuk cinta iblis sekalipun?" ' tanya Kanjeng Empu Basula dengan mata melotot seakan tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.
"Pedang Halilintar tidak membedakan mahluk, iblis dan manusia sama sama punya rasa cinta. Cinta yang tumbuh, mekar berkembang dihati seseorang dan asalkan rasa cintanya luar biasa besar melebihi rasa kasih yang dimiliki manusia lain , maka pedang akan datang menghampiri orang tersebut ' Terang Galuh Permana.
'Bagaimana dengan dirimu? Apakah kau sudah
tidak lagi memiliki rasa kasih sayang dan cinta?" tanya sang Kanjeng cemas.
"Hatiku sudah remuk, rasa cinta sudah mati, perasaan sayang telah lama terkubur. Pedang Halilintar yang hebat namun lemah lembut tidak mungkin lagi bisa hidup berdampingan dengan orang sepertiku. Menyentuh senjata itupun aku tidak sanggup. Harus orang yang memiliki rasa cinta yang melakukannya!" Jelas si kakek.
"Celaka! Kau telah membuat sesuatu yang hebat namun kau tidak bisa menguasai dan mengendalikan pedang buatanmu. Kurasa ini adalah sebuah kenyataan yang sangat menyedihkan." Timpal Kanjeng Empu Basula sambil mengelus dada.
Prihatin!
Galuh Permana tersenyum kecut.
"Rasa cinta telah membutakan hatiku, melumpuhkan jalan pikiran dan aku hanya mengikuti perasaan. Aku bukan manusia yang sempurna. Kurasa didunia ini tidak ada satupun manusia yang sempurna. Aku telah melakukan sebuah kesalahan besar, bahkan sangat besar sekali." Sesal kakek itu dengan suara lirih dan tundukkan kepala.
"Sudahlah! Sekarang bukan saatnya meratapi nasib. Kau tidak boleh terpuruk dalam penyesalan. Kau harus bangkit dan sudah saatnya bagimu untuk
memperbaiki keadaan." Hibur Kanjeng Empu Basula.
Perlahan wajah yang tertunduk lesu terangkat naik. Galuh Permana selayaknya oramg yang kurang ingatan lalu berkata,
" Jadi aku harus melakukan apa?"
"Melakukan apa?!" Sentak sahabatnya.
" Kau buka dulu pintu gua itu. Lihat dan pastikan pedang Halilintar masih ada disana atau memang telah raib sebagaimana yang kau katakan!"
"Hmm, kau benar. Kecurigaan harus dibuktikan. Sekarang aku akan melihat ke dalam! " Sambil berkata begitu Galuh Permana melangkah maju lebih mendekat pintu gua.
Tanpa menoleh kebelakang tangan kemudian diulur, jari jari direntang menekan sebuah tonjolan batu yang berfungsi sebagai alat rahasia pembuka pintu batu yang sangat tebal itu.
Sambil menahan nafas, jari jari kemudian ditekankan keatas batu menonjol disisi sebelah kiri pintu gua.
Terdengar suara Klik!
Galuh Permana melangkah mundur begitu terdengar suara bergemuruh yang disusul dengan bergesernya pintu batu ke samping sebelah kanan.
Pintu gua terbuka lebar. Tapi si kakek tidak segera melangkahkan kaki memasuki ruangan gua
yang gelap. Dia menoleh kebelakang memberi isyarat pada Kanjeng Empu Basula untuk menyingkir menjauhi mulut gua. Dari isyarat yang diberikan sahabatnya, sang Kanjeng maklum pastilah sebelumnya Galuh Permana telah memasang alat perangkap dan jebakan untuk menjaga keamanan benda yang disimpannya. Ini membuktikan betapa besar artinya Pedang Halilintar bagi si kakek.
Galuh Permana kemudian menggeser kakinya satu langkah ke samping. Seiring dengan itu dia gerakkan lututnya ke bawah ke arah lempengan batu empat persegi yang tertutup dedaunan kering.
Ketika ujung lutut menekan batu yang menghubungkan ke alat rahasia. Dari arah dalam gua menderu dan berlesatan beberapa jenis senjata yang diantaranya adalah jarum beracun, belasan tombak golok juga pedang yang semuanya tidak bergagang.
Semua senjata rahasia menghantam satu pohon yang terdapat dibelakangnya. Kanjeng Empu Basula memperhatikan semua itu tanpa bicara apa apa.
Sementara itu ditempatnya berada sekali lagi Galuh Permana tekankan lututnya pada lempengan batu empat persegi.
Byar!
Gua yang tadinya gelap kini menjadi terang. Empat pelita yang terdapat didinding sebelah dalam menyala, memancarkan cahaya biru putih.
"Apakah kau mau menyertai aku masuk ke dalam sana? tanya si kakek ditujukan pada Kanjeng Empu Basula.
"Kalau kita berdua kedalam, lalu siapa yang akan menjaga keselamatan kita? Kau sendiri yang kesana biarkan aku berjaga-jaga di tempat ini'" Jawab sang Kanjeng.
Galuh Permana mengangkat bahu.
Tanpa menoleh lagi dia segera langkahkan kaki. Ketika orang tua ini memasuki bagian dalam gua. Serangkum hawa panas menyambutnya. Jantung si kakek berdegup kencang. Dia tahu keadaan akan berbeda bila pedang Halilintar masih tersimpan ditempatnya .Udara sejuk bakal dia rasakan bila pedang berada di gua.
Tapi semua dugaannya menyangkut keselamatan Pedang Halilintar masih harus dibuktikan Tidaklah heran dia segera melangkah menuju ke tempat penyimpanan pedang yang terdapat di ujung gua.
Sesampainya disana Galuh Permana bisa berdiri terkesima dengan mulut ternganga Peti batu yang menjadi tempat penyimpanan senjata
mustika itu telah hancur terbelah empat.
""Semua yang kulihat ini adalah sebuah pertanda yang sangat nyata. Pedang telah menghancurkan peti batu ini. Senjata itu pergi dengan sendirinya guna mencari dan menemukan orang yang saat ini sedang dimabuk asmara.!" Batin Galuh Permana.
Dalam diam dia memutar otak, memikirkan setiap kemungkinan yang terjadi. Begitu ingat sesuatu, si kakek segera memutar tubuh lalu bergegas menemui Kanjeng Empu Basula yang menunggu di luar.
Melihat orang tua itu datang dengan tergopoh gOpoh. Sang Kanjeng menyambutnya dengan pertanyaan.
"Bagaimana? Apakah dugaanmu benar?. Pedang Halilintar benar-benar lenyap. ?"
"Ya...!Kita harus mencarinya!"
"Mencari kemana?
"Kanjeng Empu Basula. Ketahuilah pedang itu selalu menghampiri orang yang sedang kasmaran. Bukankah kau mengatakan Sang Kuasa Agung saat ini berada dan bersembunyi disuatu tempat? Dan perempuan yang mengaku sebagai sahabatku itu saat ini sedang menunggu kedatangan kekasihnya? "
'Yang kukatakan memang benar."
"Firasatku mengatakan Pedang Halilintar menuju ke sana. Kita harus bisa mencegah pedang agar jangan sampai jatuh ke tangan perempuan iblis itu. Jika pasangan kekasih itu bertemu dan pedang ada pada mereka. Kita semua bakal mengalami kesulitan yang sangat besar."
"Maksudmu Sang Kuasa Agung bakal bisa membangkitkan pasukan batunya?" tanya Kanjeng.
"tidak hanya itu. Hubungan cinta yang kemudian dilanjutkan dengan hubungan selayaknya suami istri dapat menjadikan Pedang Halilintar menjadi liar. Selamanya pedang itu akan berada dalam kendali Sang Kuasa Agung palsu."
"Kau yakin Sang Kuasa Agung yang kutemui di bukit Batu Berlumut itu bukan Sang Kuasa Agung yang asli?"
"Sang Kuasa Agung yang sebenarnya tidak mungkin berbuat keji. Dia juga perempuan yang tidak pernah jatuh hati pada laki-laki. Sekarang sebaiknya kita susul pedang itu sebelum Kuasa Agung palsu bertemu dengan kekasihnya.!"
"Baiklah. Jika kau sudah berkata demikian kita segera menuju ke bukit Batu Berlumut."
"Aku tidak tahu dimana tempat yang kau sebutkan itu!"
Kanjeng Empu Basula tersenyum.
"Tempat itu memang sangat jauh dari sini.Tapi aku memiliki cara yang paling mudah...!" Sambil ucap demikian Kanjeng Empu Basula kemudian keluarkan selembar benda putih yang ternyata berupa sapu tangan. Di empat sisi sapu tangan itu bersulam renda warna keemasan. Ketika sapu tangan dikebutkan ke udara, sapu tangan itu ukurannya berubah besar menjadi sepuluh kali lipat. Sapu tangan direntang dibembeng lalu diletakkan diatas tanah. Galuh Permana pandangi sahabatnya yang segera jejakkan kaki ke tengah sapu tangan. Setelah kedua kaki berpijak diatas sapu tangannya . Kanjeng lalu memberi isyarat pada Galuh Permana untuk mengikuti apa yang dilakukannya.Walau merasa ragu kakek ini kemudian berdiri di belakang Sang Kanjeng
"Berpeganglah pada pinggangku. Kita akan melayang seperti burung tua dengan menggunakan sapu tangan Sakti ini" ujar Kanjeng Empu Basula memberi tahu. Galuh Permana tersenyum sambil anggukkan kepala.Diapun memegang pinggang sang Kanjeng.Setelah berpegangan dengan erat.Kanjeng empu Basula kibaskan kedua tangannya kebawah.
"Sapu tangan sakti kesayangan para dewa.Bawalah kami ke tempat yang kami tuju
secepatnya!" Pinta orang tua itu.
Wuus!
Disertai suara bergemuruh benda sakti itu tiba-tiba bergerak, terangkat naik ke arah ketinggian. Setelah mencapai bagian sebelah atas pucuk pepohonan sapu tangan melesat membawa dua kakek yang menumpang diatasnya.
**** Kembali ke bukit Batu Berlumut. Sebagaimana diceritakan dalam episode sebelumnya. Ketika pemuda bertelanjang dada bercelana biru dengan dua mata terlindung dua batok tengah berpikir keras Memikirkan cara terbaik untuk menjebol pintu bukit. tiba-tiba saja satu sosok tubuh seorang gadis dalam keadaan telanjang terjatuh dari ketinggian langit.
pemuda yang dikenal dengan sebutan Pemburu Dari Neraka terkejut sekali melihat kehadiran gadis itu. Ketika pemuda ini datang mendekati dan melakukan pemeriksaan. Gadis bertubuh mulus itu ternyata telah tewas. Disekujur tubuh polosnya terdapat bercak darah, luka lebam dan luka serta bekas sayatan. Tidak tega melihat keadaan mayat yang mengenaskan, pemuda ini lalu menutupi bagian bagian tubuh sang mayat yang terbuka. Pada saat itu dia berkata, '
"Siapapun orangnya yang telah unjuk kekejian seperti ini. Dia tidak layak sebagai manusia.! " Pemburu Dari Neraka berkata
demikian kuda buta yang menjadi tunggangannya yang kedua matanya juga tertutup dua batok besar meringkik keras. .
Sang pemburu tertegun. Dia bangkit, lalu menatap ke arah kuda berbulu cokelat dan mayat didepannya silih berganti.
"Ada apa? Tidak biasanya kau bersikap seperti ini, kelihatannya sangat gelisah, perhatianmu tertuju pada mayat gadis ini! Ada apa dengan gadis yang sudah mati ini!" berkata Pemburu Dari Neraka disertai seringai dingin.
Sang kuda keluarkan suara berdengus, kaki depan diangkat tinggi tinggi kepala digeleng geleng.
Melihat isyarat yang diberikan oleh kuda, sang Pemburu jadi terkesima. Dia tahu makna isyarat itu. Kuda hendak memberi tahu mayat yang tergolek diatas rerumputan tak jauh dari bukit Batu Berlumut bukan mayat sungguhan.
"Tidak mungkin! Sama seperti yang kita lihat mayat ini adalah mayat seorang gadis." Tegas pemuda itu. Tapi kemudian sang pemburu menjadi bimbang apabila mayat itu memang manusia mengapa jatuh dari langit?
"Aku harus membuktikan. Penglihatan mataku boleh salah, namun pemandangan batin kudaku
adalah penglihatan yang sanggup menembus kealam gaib." Pikir Pemburu Dari Neraka. Maka tanpa banyak pertimbangan lagi pemuda ini segera salurkan hawa sakti kebagian kedua belah tangannya. Dengan sikap waspada dia dekati mayat itu. Tangan kiri lalu dijulur, jemari tangan menggapai menyentuh kaki sang mayat.
Baru saja ujung jari menyentuh kaki mayat. Tiba-tiba saja ada cahaya biru membersit menyambar tangan Pemburu Dari Neraka dengan kecepatan luar biasa. Andai pemuda ini tidak cepat menarik tangannya dan segera menghindar dengan melompat kebelakang dapat dipastikan tangannya menjadi terbabat putus oleh hantaman cahaya biru yang keluar dari kaki sang mayat.
"Mayat gadis jejadian! Jangan pernah menguji kesabaran mahluk sepertiku karena diriku bukanlah manusia!" Runtuk Pemburu Dari Neraka. Dada pemuda itu turun naik seakan ada yang mau meledak dalam tubuhnya. Kemudian tanpa bicara lagi dia sentakkan kedua tangan ke atas. Dua tangan yang dipentang membuka satu sama lain bertaut. Perhatian si pemuda tertuju lurus ke arah mayat didepannya, mulut berkemak kemik, sekujur tubuh bergetar.
Dalam waktu sekejab dari sekujur tubuh
Pemburu Dari Neraka terlihat asap putih mengepul menebar bau busuk menyengat. Asap membubung tinggi bergulung-gulung memenuhi udara. Bersamaan dengan munculnya asap, dari ujung jemari hingga kebagian kedua pangkal tangan pemuda itu berubah menjadi merah laksana bara.
"Kembalilah ke ujudmu yang asli!" Sang Pemburu tiba-tiba keluarkan seruan menggeledek. Dua tangan yang telah berubah menjadi merah laksana bara diayunkan kebelakang lalu secepat kilat dihantamkan ke arah mayat itu.
Hawa panas luar biasa yang sanggup membuat mayat hangus menjadi debu menderu, cahaya merah berkiblat lalu menghantam mayat itu.
Sambaran cahaya tidak hanya melumat mayat si gadis tapi juga membuat rerumputan tebal disekitar persawahan terbakar ludes. Beberapa jenak lamanya tubuh sang mayat tenggelam dalam kobaran api.
Kuda kembali meringkik.
Pemburu Dari Neraka menunggu sambil menahan napas. Dua tangan disilangkan ke depan dada untuk menjaga setiap kemungkinan yang paling buruk.
Kobaran api lenyap.
Memandang ke depan. Dua mata yang terlindung dua batok itu terbelalak lebar. Mayat yang kena pukulan sakti itu telah lenyap. Sebagai gantinya ditempat dimana sang mayat tadinya tergeletak terdapat sebuah pedang aneh berwarna putih berkilau. Bagian punggung pedang disebelah ujung dalam keadaan gompal. Badan pedang dipenuhi ukiran dua naga yang saling membelit selayaknya binatang yang sedang bercinta telah mengalami keretakan dibeberapa bagian.
Sementara gagang pedang yang berbentuk patung orang yang sedang melakukan senggama terlihat hangus menghitam seperti bekas terbakar.
"Pedang aneh! Ujungnya gempal, bagian badan pedang terlihat retak disana-sini. Dari mana senjata ini datang' Bagaimana senjata ini bisa berubah menjadi seorang gadis yang telah menjadi mayat? Mungkinkah itu adalah senjata jejadian?!" Pemburu Dari Neraka merasa heran bercampur kagum. Diperhatikannya pedang itu dari bagian ujung hingga ke pangkal. Tidak disangka-sangka pedang itu tiba-tiba bergetar, lalu...
Wuut'
Pedang melambung tinggi Sejarak satu tombak dari permukaan tanah pedang retak berhenti bergerak. Mengapung diam di depan
Pemburu Dari Neraka dalam posisi berdiri. Ujung
yang gompal menghadap ke bawah sedangkan gagang yang hangus hitam menghadap ke atas.
Melihat pedang dalam keadaan siap melakukan sesuatu, Pemburu Dari Neraka segera'ingat dengan Sang Kuasa Agung, gadis yang selama ini selalu melindungi Si Jenggot Panjang yaitu kakek jahat yang telah melarikan diri dari penjara yang berada dalam pengawasannya.
"Hmm, aku tahu." Si pemuda tersenyum sambil menatap ke arah pedang yang mengapung diketinggian yang dalam keadaan bergoyang goyang ditiup angin.
" Pedang ini tidak muncul secara kebetulan. Seseorang mungkin sengaja mengundang atau memanggil pedang ini tetapi aku tidak mempunyai kepentingan dengan pedang ini." Dia lalu melirik ke arah bukit dan merasakan kehadiran pedang pasti berhubungan erat dengan Sang Kuasa Agung yang bersembunyi di dalam perut bukit itu.
Apa yang sempat dipikirkan pemuda ini sebenarnya tidaklah berlebihan. Sejak bersembunyi dari kejaran Pemburu Dari Neraka, Sang Kuasa Agung berdiam dalam perut bukit bersama Si Jenggot Panjang, pembantu sekaligus sahabatnya. Gadis yang sedang menanti kedatangan kekasihnya itu tidak mau bersikap diam. Setelah menutup satu
satunya pintu jalan masuk ke dalam bukit, dia segera mencari tempat yang aman untuk melakukan semedi. Dalam semedinya Sang Kuasa Agung yang saat itu hatinya telah dipenuhi rasa cinta dan kerinduan kepada kekasihnya berusaha melakukan tali sambung rasa dengan Pedang Halilintar. Agaknya gadis ini tahu benar tentang riwayat pedang sakti itu. Hubungan batin dengan jiwa dalam Pedang Halilintar kemudian terjadi.
Karena dulunya pedang itu dibuat dengan kesungguhan hati yang didasari rasa cinta yang mendalam. Bagi Sang Kuasa Agung yang sedang dimabuk asmara tentu saja tidak sulit memanggil dan menghadirkan senjata itu.
Ketika kehadiran pedang Halilintar dapat dirasakan Sang Kuasa Agung maka dia berpikir bagaimana caranya menjemput pedang yang telah berada di luar bukit Batu Berlumut.
"Jika aku ingin mendapatkan pedang yang jauh lebih baik dan lebih berarti, nampaknya aku harus mengorbankan sesuatu!" Pikir Sang Kuasa Agung licik.
Gadis berwajah cantik bertangan dan berkaki kalajengking berwarna merah ini keluar dari tempat semedinya. Dia lalu menemui Si Jenggot Panjang Yang saat itu duduk berjaga_jaga tidak jauh dari
pintu utama yang tertutup rapat.
Melihat gadis yang selalu dapat melindunginya dari tangan Pemburu Dari Neraka muncul, kakek bertubuh pendek berjenggot panjang putih menjela sampai ke lutut ini segera bungkukkan badan sebagai tanda penghormatan.
Pada waktu yang sama pula dia berkata,
" Semedi sudah selesai tetapi mengapa wajahmu membayangkan kegelisahan?!" Apa yang menjadi ganjalan dihati, sahabatku!"
Gadis itu tersenyum, tiga pasang kakinya yang berujung runcing bergerak bergoyang goyang.
Melihat gerakan ujung kaki Sang Kuasa Agung, entah mengapa Si Jenggot Panjang tiba tiba merasa takut. Dia membayangkan bagaimana bila ujung kaki yang setajam jarum raksasa itu menembus tubuh atau jantungnya.
"Jenggot Panjang sahabatku! " Terdengar suara Sang Kuasa Agung yang merdu.
"Aku gelisah bukan karena takut. Saat ini seharusnya aku sudah mendapatkan sesuatu."
"Sesuatu apa? Bukankah kita sedang menunggu kedatangan kekasihmu Iblis Kolot?" Kata Si Jenggot Panjang tidak mengerti.
Sang dara anggukkan kepala.
"Ya. aku tahu. Tapi aku juga menunggu
kehadiran sesuatu yang lain yang tak kalah penting dengan kehadiran kekasihku itu." Menerangkan Sang Kuasa Agung. Kemudian dia menjelaskan tentang kedatangan Pedang Halilintar yang saat itu bertahan diluar bukit. Tidak lupa dia juga mengatakan betapa pentingnya senjata asmara itu bagi dirinya.
Selesai mendengar cerita Sang Kuasa Agung,
tanpa banyak pikir Si Jenggot Panjang berujar,
" Bila perkawinan dengan kekasih tercinta jadi dilangsungkan. Semua perajurit batu yang berada diruangan ini akan hidup selayaknya manusia. Seandainya Pedang Halilintar berada ditanganmu, artinya kau benar benar telah memiliki kekuatan yang sangat sempurna. Kau telah bersemedi untuk mendatangkan senjata bertuah itu. Kini benda sakti itu telah hadir, mengapa tidak segera menjemput?"
"Menjemputnya?" Sentak Sang Kuasa Agung dengan mata mendelik.
" Apakah kau lupa, pemuda jahanam yang mengejar ngejar dirimu masih berada disekitar bukit. Begitu pintu bukit kubuka, dia pasti menyerbu masuk kesini. Jika dia hendak menghancurkan perajurit batu aku tidak perduli
karena dia tidak mungkin bisa melakukannya. Tetapi bagaimana bila dia bermaksud menghukummu?"
Si Jenggot Panjang terdiam sambil mengusapi wajahnya yang pucat berkeringat. Saat itu dia berpikir, cepat atau lambat Pemburu Dari Neraka pasti bisa menangkapnya dalam keadaan hidup atau mati.
Si kakek tidak mau dibawa kembali dan dijebloskan ke penjara yang disebut-sebut sebagai nerakanya dunia itu. Dia tak mau menghabiskan sisa usianya dalam kesengsaraan.
Jadi apa lagi yang perlu ditakutkan? Seandainya dia harus mati sekarang demi membela kepentingan Sang Kuasa Agung. Bukankah kelak namanya akan diingat oleh gadis itu.
Berpikir demikian ditatapnya gadis didepannya.
Diluar dugaan sang dara dia berucap.
" Pedang Halilintar rasanya jauh lebih penting dari pada nyawaku. Aku tidak mau hidup terus menerus dibayangi oleh ketakutan, maka Pedang harus aku jemput apapun taruhannya. Kalau aku mati, maka berjanjilah Pemburu Dari Neraka harus mati pula ditanganmu!" Tegas orang tua itu dengan suara serak parau.
Mendengar ucapan Si Jenggot Panjang, Sang Kuasa Agung merasa terharu.
Dia tahu dengan menguasai Pedang Halilintar, dirinya akan menjadi orang yang tidak terkalahkan.
Sementara sang Kuasa Agung tengah bersiap membuka pintu bagi Si Jenggot Panjang untuk menjemput Pedang Halilintar. Pada waktu yang bersamaan namun terletak jauh dari bukit Batu Berlumut, satu sosok berpakaian biru berambut panjang kaku yang bukan lain adalah Pura Saketi sedang terus membawa lari gadis yang dipanggulnya. Si gadis itu yang tak lain adalah Anjarsari dalam keadaan kaku tertotok. Sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan. Dia bahkan tidak dapat bersuara. Untuk menghindari dari kejaran Raja, pemuda remaja yang berada dalam pengaruh roh sesat arwah gurunya ini telah menotok jalan suara Anjarsari.
Setelah berhasil mengecoh Raja yang sempat mengejarnya, Pura Saketi kemudian memasuki kawasan hutan hutan lebat yang terletak tidak jauh didepannya.
Disatu tempat pemuda ini hentikan langkah. Sambil memilih tempat yang dianggapnya cocok untuk melakukan perbuatan terkutuknya, Pura
Saketi yang berada dalam pengaruh dan keinginan gila arwah Iblis Kolot terlihat tengah membelai dan mengelus pinggul putih mulus Anjarsari yang hanya terlindung gaun panjang disebelah luar.
Seperti diketahui Pura Saketi menculik AnjarSari yang baru saja selesai mengenakan pakaian dalamnya. Saat itu Pura Saketi yang sempat membunuh pemilik rumah lalu merusak harga diri anak gadis pemilik rumah sedang menyelinap lewat pintu belakang berniat melarikan diri.
Tapi ketika pemuda ini melintas disamping kamar mandi tidak sengaja ekor matanya menangkap sesuatu dibalik pintu kamar mandi yang banyak dipenuhi lubang.
Dengan mengendap endap dia mengintip sambil mendekam dibalik dinding tempat mandi yang sederhana itu. Dia melihat seorang gadis cantik berkulit putih mulus sedang bertukar pakaian.
Melihat tubuh mulus Anjarsari membuat Pura Saketi menjadi belingsatan. Jantungnya berdegup kencang, darah berdesir namun hati kecilnya berkata lebih baik melanjutkan perjalanan untuk mencari musuh ayahnya.
Selagi si pemuda beralis hitam tebal siap hendak meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba arwah Iblis Kolot yang bersemayam dalam tubuhnya punya
rencana lain. Mahluk alam arwah itu segera mengambil alih peran tubuh Pura Saketi dan berkata;
"Pemuda tolol! Inilah kesempatan kita yang paling bagus. Gadis itu sangat cantik sekali. Tubuhnya indah dan mulus. Kita harus membawa dia."
"Tapi kita telah kehilangan banyak waktu. Musuhku belum semua terbunuh. Lagi pula bukankah ada seorang gadis yang sangat mencintaimu sedang menunggu kedatanganmu guru!" Kata Pura Saketi.
Raja Gendeng Asmara Pedang Halilintar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dari mulut pemuda itu kemudian terdengar jawaban. Walau suara yang keluar berasal dari satu mulut, namun yang terdengar adalah suara kakek kakek.
"Bocah! Urusanku dengan kekasihku lain. Kesempatan seperti ini tidak datang seumur hidup sekali. Gadis ini sungguh sangat sempurna. Dia pasti masih perawan, masih suci. Selagi kedua temannya ada didepan rumah. Kita boyong saja dia."
Belum sempat Pura Saketi memberi jawaban. Atas kehendak arwah Iblis Kolot si pemuda menggerakkan tangannya ke arah dinding kamar mandi.
Brak!
Dinding hancur menjadi kepingan, membuat Anjarsari yang baru saja selesai memakai pakaian dalam sebelah bawah terkejut. Dia hendak mendamprat marah namun urung ketika melihat orang yang datang adalah seorang pemuda remaja tampan namun kurang ajar.
Tapi ketika melihat betapa tatapan mata pemuda itu liar seperti mata iblis yang kelaparan, Anjarsari pun berteriak.
Tapi teriakannya terlambat. Tangan pemuda itu bergerak menotok punggungnya membuat gadis ini tidak sempat lari atau membela diri. Selagi berteriak minta tolong, Anjarsari merasakan tubuhnya telah dibawa berlari dengan kecepatan laksana terbang.
Berada diatas bahu kanan dalam panggulan Pura Saketi yang ada dalam diri Anjarsari hanyalah rasa sesal. Melihat sikap pemuda penculiknya yang berani, mengelus, meraba dan membelai pinggulnya si gadis sadar dirinya saat itu berada dalam ancaman bahaya besar. Bahaya besar itu berupa malapetaka bagi seorang wanita.
Ketika Pura Saketi membawa gadis ini ke balik pohon besar tak jauh dari padang rumput hijau, lalu membaringkan tubuhnya diatas tumpukan daun daun menghijau. Anjarsari pun mulai berteriak
ketakutan.
"Pemuda keparat terkutuk! Lepaskan aku! Jangan pernah memperlakukan diriku seperti binatang!" Jerit sang dara. Dalam takutnya Anjarsari mulai menyesali mengapa sebelumnya dia menolak keinginan Raja yang berniat mengantarnya ke belakang rumah. Mengapa dia begitu sombong dan bersikap angkuh pada Raja.
Kini dia sadar tidak ada yang dapat menolongnya.
Tidak ada pilihan lain, Anjarsari pun kemudian salurkan tenaga dalam ke bagian punggung yang kena ditotok.
Beberapa kali dia berusaha memusnahkan totokan itu, namun usaha yang dilakukannya ternyata sia-sia.
Upaya yang dilakukan oleh Anjarsari ternyata diketahui oleh Pura Saketi dan Arwah Iblis kolot yang ada didalam diri pemuda itu. Sambil tersenyum Pura Saketi jatuhkan diri, berlutut disamping Anjarsari. Setelah julurkan lidah basahi bibir dia berkata,
" Gadis cantik jelita. Bertemu denganmu itu suatu anugerah, walau mungkin bagimu ini adalah musibah. Jangan takut. Biarkan saja totokan itu. Pengaruh totokan dipunggungmu akan lenyap setelah sehari ke depan. Saat ini lebih baik aku
melenyapkan totokan di lehermu agar kau bisa bicara. Suaramu pasti merdu dan rintihanmu itulah yang kutunggu!" Usai berkata demikian Pura Saketi ulurkan jarinya. Jari tangannya diusapkan ke leher Anjarsari yang putih jenjang.
Satu usapan dilakukan agar Anjarsari dapat berbicara lagi. Setelah dapat berbicara Anjarsari segera mendamprat dengan mata mendelik nyalang wajah berubah garang.
"Pemuda jahanam! Siapa kau? Perbuatanmu sangat kurang ajar sekali. Berani mengintip saat aku sedang bersalin pakaian. Kau telah berbuat kesalahan besar. Nyawa busukmu tidak akan kuampuni! "
Pura Saketi menyeringai. Seringai Pura Saketi yang asli disusul dengan senyum lainnya, senyum aneh dingin yang seakan datang dari penghuni alam kubur. Anjarsari tiba-tiba diam tercekat.
Dia sampai tidak menyadari bahwa jemari tangan Pura Saketi yang tadi mengusap leher memusnahkan totokan kini masih bertengger didada disebelah atas. Kurang ajarnya tangan itu kemudian merayap bergeser ke bagian dada sebelah bawah. Anjarsari kembali berteriak marah.
'Ha ha ha! Kau bertanya siapa aku? Aku adalah pangeranmu.
Pangeran cinta yang akan memberimu pengalaman indah yang tidak mungkin kau lupakan.Kau tidak usah gusar, tidak perlu takut.bahkan marahpun bagimu tidak penting lagi. Kita akan bersenang-senang, sebentar lagi kau akan menjadi puteri cinta pangeranmu ini!"
setelah berkata demikian tubuh Pura Saketi tiba-tiba bergetar seperti ada sesuatu yang menyentak dari bagian dalam.
Kemudian matanya berubah menjadi nyalang. Dia menggeram, sikapnya berubah lebih kasar. Dan ketika bicara suaranya bukan lagi suara Pura Saketi yang asli, melainkan suara arwah gurunya.
"Muridku jauh lebih lembut dibandingkan diriku. Tapi dia masih cetek pengalaman dan kurang mengerti bagaimana caranya memperlakukan wanita. Aku adalah Iblis Kolot, guru dari pemuda ini. Anak gadis, sebentar lagi kau tidak akan menyesal karena aku lebih tahu bagaimana caranya menyenangkan wanita. Mula-mula kau memang pasti menolak, tapi setelah tahu kehebatanku kau akan meminta lagi...lagi dan lagi. Ha ha ha!"
Anjarsari kini ketakutan setengah mati. Dia tidak tahu mahluk seperti apa yang dihadapinya.
Mengapa ada dua suara, dua sifat berbeda dalam satu tubuh.
"Kau....iblis terkutuk! Mahluk keparat satu
tubuh satu wajah tapi memiliki seribu kelakuan seribu sifat berbeda. Lepaskan aku!" teriak gadis ini dengan berurai air mata.
"Aku baru hendak memeluk mengapa sudah minta dilepaskan?!" Sahut Pura Saketi dengan suara kakek kakek.
Kemudian tanpa menghiraukan teriakan gadis itu .Pura Saketi tangannya gentayangan seperti setan, membuat Anjarsari merasa nyawanya terlepas dari badan.
Tapi sebelum bencana yang jauh lebih buruk menimpa diri gadis angkuh yang satu ini. Tiba tiba saja terdengar suara teriakan menggeledek.
"Kebajikan seharusnya ditebar dipenjuru bumi agar tidak merana karena kegemaran insan yang kerap berbuat dosa. Langit mestinya dipenuhi awan kemuliaan dari budi pekerti. Mengapa manusia suka memenuhi pintu langit dengan jelaga dosa! Wahai anak ingusan berpakaian biru ditumpangi arwah sesat tercela! Hentikan perbuatan busukmu!"
Suara teriakan pertama disusul dengan suara teriakan lain yang tidak kalah kerasnya.
"Sudah tiba waktunya kebusukan dan angkara murka disingkirkan dari dunia. Selamatkan gadis itu, enyahkan si terkutuk yang hendak menodainya!" Suara teriakan lenyap.
Pura Saketi dan arwah Iblis Kolot yang bersamanya terkesiap. Belum sempat pemuda ini bangkit dan melihat siapa yang datang. Tahu tahu terdengar suara menderu disertai sambaran halus dibelakangnya. Karena saat itu posisinya setengah rebah menelungkup diatas Anjarsari. Walau sadar ada bahaya datang mengancam dari sebelah belakang. Pura Saketi tidak sempat bergulingan selamatkan diri.
Tahu tahu bahu dan pakaian disebelah punggung sudah dicekal, disentakkan dengan keras ke udara.
Sebagai pemuda yang memiliki ilmu kesaktian sangat tinggi, diperlakukan seperti itu tentu Pura Saketi tidak tinggal diam. Dia segera hantamkan siku kirinya kebelakang sedangkan tubuh kemudian diputar. Sekilas dia melihat dua sosok kakek dibelakangnya. Kedua kakek itu berdiri di atas selembar sapu tangan empat persegi berukuran besar. Sapu tangan itulah yang menjadikan tubuh mereka bisa melayang dengan leluasa. Walau kaget tidak menyangka orang dapat menyerangnya dengan cepat. Namun tanpa banyak pikir lagi dia ayunkan tinju tangan kanannya ke arah kakek berpakaian putih hitam yang berada didepannya.
Selagi tinju menderu disertai tebaran hawa
Panas luar biasa, Pura Saketi merasa tubuhnya terangkat naik lalu..
Wuus!
Dengan kecepatan laksana kilat orang yang mencekalnya membanting Pura Saketi ke batang pohon.
Tanpa dapat dicegah Pura Saketi meluncur ke arah pohon. Dua kakek yang berdiri diatas selembar sapu tangan yakin begitu tubuh terhempas ke batang pohon, pemuda berpakaian biru pasti bakal menemui ajal atau setidaknya akan mengalami patah tulang dibeberapa bagian tubuhnya.
Dugaan itu meleset. Dua kakek yang saat itu melayang turun ke bawah lalu jejakkan kaki diatas tanah jadi terkesima ketika melihat pemuda yang dibanting ke pohon ternyata memutar tubuhnya sedemikian rupa.
Wuut Kepala yang seharusnya membentur pohon berbalik, kedua kaki menggantikan posisi kepala. Begitu dua kaki menyentuh batang pohon Pura Saketi jatuhkan diri dengan mulut semburkan sumpah serapah.
Si kakek kurus tinggi yang bukan lain adalah Kanjeng Empu Basula bersikap tenang. Dia tidak menanggapi ucapan Pura Saketi. Sebaliknya dia
memungut sapu tangan sakti dan melipatnya.Sapu tangan dilipat rapi. Ketika benda itu dikebutkan ke udara. Sapu tangan berubah mengecil, ciut kembali ke ukuran semula. Benda itu lalu disimpannya dibalik saku celana. Pada saat yang sama Galuh Permana yang datang bersama Kanjeng Empu Basula tanpa bicara apa-apa segera hampiri AnjarSari yang rebah tergolek dibawah pohon dalam keadaan tidak berdaya.
Setelah memperhatikan dan mengetahui Anjarsari dalam keadaan tertotok dibagian punggung, kakek berpenampilan buruk ini segera miringkan tubuh gadis itu. Dua totokan dibagian punggung Anjarsari segera dimusnahkan oleh si kakek, membuat Anjarsari dapat bebas bergerak dan segera berlari ke arah Kanjeng Empu Basula.
"Aku sangat berterima kasih, padamu juga pada kakek sahabatmu itu, orang tua!" Kata gadis itu dengan perasaan lega.
Tapi kelegaan hati karena telah ditolong dan dibebaskan hanya berlangsung sesaat. Begitu ingat dengan perbuatan yang dilakukan Pura Saketi kemarahan Anjarsari meluap kembali.
"Pemuda jahanam! Kau bersama mahluk aneh yang mendekam dalam tubuhmu sudah selayaknya dimusnahkan!" Berkata demikian Anjarsari salurkan
tenaga dalam ke bagian tangannya. Sekejab kemudian kedua tangan si gadis telah berubah putih menyilaukan. Sadar Anjarsari hendak menghantam Pura Saketi dengan pukulan sakti, Kanjeng Empu Basula yang sebelumnya pernah bertemu dengan Anjarsari saat bersama dengan Raja dan Dewi Kipas Pelangi, segera mencegah.
"Jangan lakukan! Pemuda berpakaian biru berambut seperti ijuk itu bukan lawanmu!"
"Tapi Kanjeng....!" Tukas Anjarsari merasa tidak bisa menerima teguran sang Kanjeng. Si kakek tersenyum.
"Percayalah padaku." Ujar Kanjeng Empu Basula lirih. Walau kecewa keinginannya tak bisa diwujudkan, Anjarsari turunkan kedua tangan dan tarik tenaga dalam yang sempat dia salurkan ke bagian tangan.
Cahaya putih benderang yang memancar dari kedua tangan gadis itu meredup lalu lenyap.
Sang Kanjeng memberi isyarat pada sahabatnya.
Orang tua berambut putih berjenggot dan bercambang lebat segera mendekat ke arah sang Kanjeng.
"Dia adalah sahabatku. Namanya Galuh Permana!" Menerangkan si kakek. Kemudian pada
Galuh Permana, sang Kanjeng berucap pula.
" Gadis ini adalah sahabat pemuda yang pernah kuceritakan padamu. Namanya Anjarsari!"
Galuh Permana manggut mangut.
"Mengapa kau bisa berpisah dengan pemuda itu wahai anak gadis?!" Tanya Galuh Permana sambil tatap gadis cantik yang berdiri disebelah kiri Kanjeng Empu Basula.
"Yang menjadi gara-gara adalah pemuda terkutuk itu!" Sambut Anjarsari sambil menatap geram pada Pura Saketi.
Semua mata kini tertuju pada pemuda itu.
Ketika semua mata memandangnya Pura Saketi bukannya menjadi jerih, sebaliknya malah tertawa tergelak gelak.
Sambil menahan kemarahan akibat keinginan nafsu busuknya tidak terlaksana pemuda itu berkata,
" Ternyata kalian telah mengenal gadis cantik itu. Dan ketahuilah, umur kalian berdua tidak akan lama lagi!"
Kanjeng Empu Basula tersenyum memperhatikan. Sebagai orang tua sakti yang berpenglibatan batin tajam dia dapat melihat sekaligus merasakan ada sesuatu bersembunyi dalam diri pemuda itu.
Sebaliknya Galuh Permana segera menyahuti.
" Takdir kematianku tidak ditentukan oleh pemuda ingusan sepertimu. Kau tidak perlu bicara sombong didepan kami!"
Pura Saketi tersenyum sinis.
Mata jelalatan menatap ketiga orang di depannya silih berganti.
Ketika Kanjeng Empu Basula, kakek yang selama ini dikenal sebagai mahluk alam roh pusatkan perhatian pada pemuda yang kini menatapnya. Dan bentrok pandangan terasa adanya getaran yang membuat Sang Kanjeng yakin ada mahluk alam arwah yang bersemayam dalam diri pemuda itu.
"Mungkin dia pemuda yang selama ini telah menimbulkan banyak masalah. Jika benar dugaanku, arwah yang mendekam dalam dirinya pastilah arwah Iblis Kolot. Kakek terkutuk yang kehadirannya sangat ditunggu oleh kekasihnya di bukit Batu Berlumut." Batin Kanjeng Empu Basula dalam hati.
"Anak muda siapa dirimu?" Tanya Galuh Permana. Suaranya yang lirih memecah keheningan.
Pura Saketi pencongkan mulutnya. Namun dia menjawab juga pertanyaan orang.
"Aku Pura Saketi! Putera Pendekar Sesat!" Jelas pemuda itu tanpa malu malu.
"Orang tuanya manusia sesat, tidaklah heran anaknya seperti iblis bertubuh manusia!" Teriak Anjarsari marah.
"Ah, gadis cantik! Aku suka dengan gadis ketus
sepertimu. Kalau saja dua tua bangka itu tidak datang membuat kekacauan. Selangkah lagi kita pasti sudah bersenang senang. Gara gara mereka aku kehilangan kesempatan terbang ke surga! Ha ha ha!"
"Bangsat terkutuk! Sebaiknya pergilah ke neraka!" Teriak Anjarsari.
Sambil berteriak demikian tahu tahu Anjarsari telah berkelebat ke depan.
Melihat tindakan nekat yang dilakukan gadis itu Kanjeng Empu Basula berteriak mencegah.
Galuh Permana yang berada disamping si gadis agak disebelah depan bahkan berusaha meraih tangan Anjarsari. Tapi Anjarsari berkelit hindari jangkauan si kakek.
Dalam gerak laksana seekor walet yang menyambar mangsanya, Anjarsari menghantam Pura Saketi dengan pukulan sakti Kesengsaraan Di Ujung Maut. Serangan yang dilakukan Anjarsari bukanlah serangan biasa. Ilmu pukulan yang dilepaskannya sanggup menghancurkan batu gunung dan menimbulkan gelombang dahsyat .
Ketika dua tangan dikibaskan ke arahnya. Pura Saketi melihat dua rangkum cahaya hijau terang besar bergemuruh melabrak tubuhnya. Mendahului serangan itu hawa dingin luar biasa menyambar
tubuhnya.
Walau telah alirkan tenaga dalam kesekujur tubuh, pemuda itu sempat tergontai.
Anehnya Pura Saketi masih sempat sunggingkan seringai mengejek.
Tanpa berusaha menghindar dari serangan hawa dingin dan dua cahaya hijau terang, si pemuda tarik kaki ke belakang. Sedangkan kaki kanan ditekuk, kepala dan punggung dibungkukkan sedemikian rupa.
Secepat dia tarik kedua tangan ke belakang secepat itu pula dia menghantamkannya ke depan.
Dari kedua telapak tangan pemuda itu berkiblat cahaya merah berpijar melesat bergulung-gulung, melabrak benda apa saja yang dilaluinya lalu menghantam pukulan sakti yang dilepaskan oleh Anjarsari.
Hawa dingin yang sempat menyelimuti kawasan itu akibat pukulan yang dilancarkan Anjarsari seketika lenyap. Sebagai gantinya hawa luar biasa panas laksana lautan api memanggang semua orang yang berada disana.
Melihat kenyataan ini, Kanjeng Empu Basula yang segera mengenali ilmu pukulan sakti yang dilepaskan Pura Saketi segera berseru.
"Anjarsari, menyingkir! Dia menghantammu
dengan pukulan Bara Neraka. Ilmu itu pasti didapatnya dari Iblis Kolot sang arwah yang kini mendekam didalam tubuhnya!' Teriakan itu membuat Galuh Permana yang menyadari ganasnya pukulan Bara Neraka segera berusaha membantu Anjarsari dengan melepas pukulan sakti yang tak kalah dahsyat bernama Rindu Dalam Kekecewaan.
Ketika kakek ini kibaskan tangan ke depan dengan gerak melambai. Dari sepuluh ujung jemarinya melesat sepuluh cahaya kelabu yang sangat redup namun berkecepatan tiga kali lebih Cepat dari pukulan Bara Neraka yang dilepaskan Pura Saketi.
Sementara itu dalam waktu yang bersamaan, Kanjeng Empu Basula sambil melompat ke arah Anjarsari juga menghantam ke arah lawan dengan pukulan sakti Alam Baka Membuat Perhitungan.
Diserang oleh tiga pukulan sekaligus, membuat pukulan Bara Neraka yang tadinya memancarkan cahaya merah benderang dan hawa panas luar biasa seketika berubah meredup. Tubuh Pura Saketi bergetar akibat digempur oleh tiga kekuatan dahsyat yang datang dari tiga arah.
Sambil menggeram pemuda ini lipat gandakan tenaga dalamnya. Bersamaan dengan itu dia juga berucap ditujukan pada arwah Iblis Kolot yang
berada dalam tubuhnya.
"Tua bangka tolol! Bantu aku jangan cuma diam berpangku tangan. Salah satu dari kakek itu sepertinya sudah mengetahui kau ada bersamaku!"
"Murid keparat! Biarkan saja si kakek jerangkong tahu aku bersamamu. Dan harap kau bisa bicara sedikit lebih sopan pada gurumu ini. Sejak tadi aku juga sudah membantumu, apakah kau tidak merasa kubantu!" Damprat sang arwah tidak kalah sengit
"Entahlah kau mahluk halus, mana aku tahu kau berbuat apa terkecuali kau mengambil alih tubuhku sepenuhnya!" dengus Pura Saketi.
Sambil berkata demikian dia lambungkan tubuhnya untuk menghindari tiga serangan maut yang tertuju padanya. Dan dari tiga serangan itu dia merasakan serangan yang dilakukan Galuh Permana dan Kanjeng Empu Basula yang paling berat.
Dengan dibantu oleh arwah Iblis Kolot, kini dia menghantam lagi dengan pukulan Bara Neraka yang kemudian disusul dengan pukulan sakti Iblis Menembus Langit.
Cahaya merah terang kembali berpijar, dari tangan kiri menderu cahaya biru kehitaman. Kedua pukulan yang sama sama mengandung hawa panas
luar biasa itu akhirnya beradu keras dengan tiga pukulan sakti yang dilepaskan oleh ketiga lawannya.
Buum!
Byar! Byar!
Tiga ledakan dahsyat mengguncang tempat itu, membuat tanah serasa dilanda gempa luar biasa dansyat. Pohon-pohon bertumbangan, tanah dan bebatuan berpelantingan diudara. Serpihan bunga api dan asap tebal membubung diudara. Di tempat terjadinya ledakan terlihat tiga buah lubang besar menganga lebar sedalam tinggi tubuh orang dewasa.
Pura Saketi sendiri jatuh terpelanting. Pakaian biru disebelah depan hangus karena sebagian pukulan yang dilepaskannya berbalik menyerang diri sendiri.
Pemuda itu secepatnya bangkit berdiri. Tapi dadanya berdenyut sakit, nafas sesak dan tenggorokan laksana terbakar. Pura Saketi kemudian memilih untuk memulihkan diri. Setelah itu dia dan arwah Iblis Kolot berencana untuk menghabisi dua kakek sakti itu bersama Anjarsari
dengan serangan ilmu sakti Aksara iblis.
*****
Sementara itu Jauh didepannya diseberang lubang menganga. Meski Anjarsari berhasil diselamatkan ditolong oleh Kanjeng Empu Basula.
Namun akibat bentrok dengan pukulan lawan membuat sekujur tubuhnya serasa luluh lantak. Sang Kanjeng membaringkan gadis ini di tempat yang aman, dan Anjarsari berusaha melenyapkan hawa panas luar biasa yang menyerang bagian tubuh disebelah depan.
Kanjeng Empu Basula meski sempat mengalami guncangan hebat dibagian tubuh sebelah dalam ternyata juga masih memikirkan keselamatan Galuh Permana sahabatnya.
Dalam kegelapan asap dan debu yang menyelimuti kawasan itu, matanya nyalang mencari-cari. Dia kemudian melihat Galuh Permana tergeletak menelentang tak jauh dari sebatang pohon yang ambruk dalam keadaan terbakar dikobari api.
Melihat pakaian si kakek yang robek, hancur dibeberapa bagian, Kanjeng Empu Basula menyangka sesuatu yang buruk menimpa diri sahabatnya itu.
Dengan perasaan cemas sang Kanjeng segera datang menghampiri. Sesampai didepan sahabatnya ,dia memperhatikan lebih seksama.
"Sahabat Galuh, kau tidak apa-apa?" tanya Kanjeng Empu Basula. Orang tua didepannya menggeliat, bangkit lalu tersenyum. Galuh Permana gelengkan kepala. Orang tua itu mengusap
Wajahnya yang pucat kotor.
"Jangan perdulikan aku! Lebih baik urus gadis itu. Aku tidak apa-apa. Aku cuma mengalami guncangan dalam. Dan juga pakaianku ini seharusnya memang mesti diganti !" Ujar si kakek sambil memperhatikan pakaiannya yang sudah tidak utuh lagi.
Kanjeng Empu Basula tersenyum. Selagi Galuh Permana berusaha memulihkan diri akibat menderita cidera dibagian dalam, Sang Kanjeng kembali hampiri Anjarsari.
Tapi dia melihat gadis cantik itu sudak duduk bersila dan tengah mengerahkan hawa sakti kesekujur tubuhnya.
Merasa tidak ada lagi yang perlu dibantu, Kanjeng Empu Basula berusaha menembus kepekatan asap mencari keberadaan Pura Saketi.
Pada saat yang bersamaan Pura Saketi sudah pulih dari cedera dalam yang dialaminya. Dia lalu bangkit. Dengan penasaran disertai kemarahan luar biasa dia memperhatikan ke depan. Saat itu terlihat Kanjeng Empu Basula seperti tengah mencarinya. Dua musuh lainnya tidak kelihatan.
"Satu yang terlihat, satu yang kuhabisi. Jika yang dua lagi munculkan diri mereka juga harus kulenyapkan!" Ujar Pura Saketi geram. Saat itu dia
memang telah bersiap untuk menggunakan ilmu Aksara Iblis.
Sayangnya baru saja Pura Saketi salurkan tenaga dalam ke bagian dada dan perutnya. Tiba tiba saja terdengar suara mengiang ditelinganya.
"Dasar kekasih tidak tahu diri. Ditunggu lama tidak juga munculkan diri'. Perlu apa mengurusi masalah yang tidak penting. Apakah kau tidak lagi mencintai aku dan lebih mengutamakan memenuhi hajat nafsu busukmu. Jangan membuat perkara baru! Cepat datang kemari, temui kekasihmu ini. Jika tidak ikatan tali kasih terhenti sampai disini, perkawinan menjadi batal dan rencana besar biar kuurus sendiri!"
Suara mengiang lenyap. Bagi Pura Saketi suara mengiang yang didengarnya tidak begitu berarti dan hanya menimbulkan kebingungan sesaat. Sebalik nya bagi arwah Iblis Kolot suara yang didengarnya demikian besar artinya. Dia tahu orang yang baru bicara melalui suara mengiang itu tak lain adalah Sang Kuasa Agung kekasihnya.
Sang kekasih rupanya sudah tahu apa yang dia perbuat. Ini membuatnya cemas. Maka tanpa pikir panjang lagi, arwah Iblis Kolot berucap ditujukan pada Pura Saketi.
"Tunda dulu niatmu untuk menghabisi mereka.
Kita harus menemui kekasihku. Aku tidak mau dia marah dan kecewa. Aku tidak ingin kekasihku memutuskan hubungan yang telah terbina selama sepuluh tahun. Mari kita pergi...!" dari mulut yang sama terdengar ucapan bernada kecewa.
"Tapi...mereka masih hidup. Aku harus...!" Ucapan Pura Saketi terputus. Terjadi tarik menarik kepentingan hingga membuat tubuh itu terguncang.
"Ayo pergi, murid keras kepala!" teriak arwah Iblis Kolot. Bersamaan dengan itu sang arwah juga membuat gerakan menyentak. Tubuh pemuda itu terhuyung. Walau Pura Saketi berusaha mempertahankan diri, namun arwah Iblis Kolot didalam tubuhnya telah memaksanya berlari tinggalkan tempat itu.
Beberapa saat setelah Pura Saketi berlalu. Keadaan disekitarnya kembali berubah terang. Kepulan asap tebal dan debu lenyap. Disana sini terdengar suara gemeretak. Suara api membakar ranting dan dedaunan.
Galuh Permana yang saat itu sudah pulih segera hampiri Kanjeng Empu Basula yang berdiri tegak terpaku.
tidak lama setelahnya Anjarsari juga ikut bergabung bersama mereka.
"Kemana pemuda itu?" Tanya Galuh Permana sambil menatap ke depan.
"Manusia pengecut itu! Dia pasti melarikan diri!" Geram Anjarsari penasaran juga kecewa. Ucapan si gadis ditanggapi sang Kanjeng dengan tersenyum.
"Dia belum kalah. Dia juga bukan pengecut. Dia pergi karena ajakan arwah sesat yang berada dalam dirinya."
"Arwah sesat!" desis Anjarsari sambil tatap kakek disampingnya dalam dalam. Kanjeng Empu Basula anggukkan kepala.
"Aku sudah tahu siapa pemuda itu." Jelas sang Kanjeng. Dia pun lalu menceritakan tentang arwah yang menumpang tinggal dalam tubuh Pura Saketi
"Iblis Kolot adalah manusia paling keji dimasa hidupnya. Setelah mati dia tetap menebar kejahatan dimana mana. Aku yakin semua kejahatan pemuda itu sangat dipengaruhi oleh arwah gurunya."
"Pantas saja suara pemuda itu berubah ubah" Gumam Anjarsari sambil mengangguk tanda
mengerti.
"lalu apa yang akan kita lakukan?"tanya Galuh Permana sambil mengusap janggutnya yang panjang tidak terawat.
Kanjeng Empu Basula terdiam dan berpikir sejenak. Setelah itu dia berujar.
"aku tahu kemana pemuda itu pergi. Dia pasti mengikuti kehendak gurunya yang ingin bertemu dengan kekasihnya. Aku tidak ingin perkawinan mereka terjadi."
"Memangnya kenapa bila sampai perkawinan mereka terlaksana?!" tanya Anjarsari.
"Perkawinan itu bisa membuat kita mendapat masalah luar biasa besar!" Tegas Kanjeng Empu Basula khawatir.
"Jadi tunggu apa lagi? Aku juga ingin memastikan siapa perempuan yang mengaku sebagai Sang Kuasa Agung itu. Kalau dia Sang Kuasa Agung palsu aku ingin tahu bagaimana nasib Kuasa Agung yang asli!" Geram Galuh Permana dalam kerisauan.
"Jika demikian mari kita susul dia!" Sambut Kanjeng Empu Basula.
Ketiga orang ini pun kemudian berlalu tinggalkan tempat itu.
TAMAT
Ikuti Kisah Selanjutnya dalam Episode
PUTERI SELUBUNG BIRU
Ebook dipersembahkan oleh Group Fb Kolektor E-Book
https://m.facebook.com/groups/1394177657302863
dan Situs Baca Online Cerita Silat dan Novel
http://ceritasilat-novel.blogspot.com
Sampai jumpa di lain kisah ya !!!
Situbondo,29 November 2018
Tak ada gading yang tak retak
Begitu pula hasil scan ceritasilat ini
Mohon maaf bila ada kesalahan tulis pada cerita ini.
Terimakasih
Pedang Sakti Tongkat Mustika 3 Pendekar Hina Kelana 16 Pertarungan Di Lembah Selaksa Mayat Anak Rajawali 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama