Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 6
terkecuali.
Tapi Ih-sian terlihat sedikit lelah. Baru saja duduk, dia sudah
berkomentar:
"Kita sudah bertanding setiap tiga tahun sebanyak lima kali
berturut-turut, tapi selama itu tidak pernah ada pemenang."
Yok-sian tertawa:
"Maka dari itu kita harus tetap bersaing. Apakah kau mau
mundur?"
"Kalau mundur di hari pertandingan tahun ke-15, mati juga tidak
akan bisa memejamkan mata!" kata Tok-sian.
Ih-sian mengangguk:
"Karena itulah, hari ini tiga orang tua bertemu lagi!"
"Seharusnya kali ini bisa menentukan siapa yang menang dan
siapa yang kalah!" kata Yok-sian.
"Setiap kali Lo-heng selalu percaya diri!!" kata Ih-sian, "tapi
sudah 15 tahun, tetap saja tidak ada yang menang!"
"Lebih baik kita lihat apa yang dihasilkan dia dalam tiga tahun
ini!" kata Tok-sian.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 145
Yok-sian tertawa:
"Kita jarang bertemu, biarlah aku bersulang dulu dengan Ji-wi
Lo-heng!" Dari kantong dia menge luarkan dua cangkir giok,
masing-masing cangkir giok ditaruh di depan Tok-sian dan Ih-sian.
Kemudian dia mengeluarkan sebotol kecil arak. Dia men- cabut
tutup botol arak dan menuangkan arak ke masing-masing cangkir.
Wangi arak yang berwarna hijau itu langsung tercium. Begitu Ihsian mencium bau arak langsung tertawa:
"Mainan yang sama seperti dulu!"
"Tiga tahun yang lalu, kau sudah berkomentar seperti ini!" kata
Ih-sian santai.
"Karena kau masih mengeluarkan barang yang sama seperti tiga
tahun yang lalu, maka terpaksa aku mengulangi komentarku tiga
tahun lalu!"
Yok-sian malah tertawa:
"Kalian jelas-jelas sudah tahu ini bukan barang yang sama
seperti tiga tahun yang lalu. Kalian sengaja berkomentar seperti itu
untuk membuatku marah. Aku tidak akan tertipu. Silahkan! Kalian
berdua silahkan minum!"
Ih-sian mengangkat cangkir dan menghabiskan arak, lalu
berkata:
"Barang bagus. Di dalamnya sudah kau tambahkan campuran
dua macam obat lagi!"
Yok-sian tersenyum:
"Betul aku sudah menambah dua macam obat dalamnya. Setelah
ditambah dengan dua macam obat baru, khasiat racun paling sedikit
bertambah satu kali lipat. Untung aku sudah membuat obat
penawarnya. Kalau kau mengaku kalah, aku akan segera
memberikan obat penawarnya kepadamu!"
Sewaktu berbicara, wajah Yok-sian sudah I, berubah warna
menjadi berwarna hijau ungu. Dia tetap tenang, dia mengeluarkan
sebuah kotak dan mengambil jarum-jarum kecil, kemudianLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 146
menancapkan jarum kecil pada titik-titik nadi di bagian
tenggorokan sampai dada, semua berjumlah 17 titik nadi. Sampai
dia mencabut jarum kecil dan menaruh kembali ke dalam kotak, 17
titik nadi dan daging Yok-sian sudah bergerak teratur seperti biasa.
Tidak lama kemudian, muncul cairan berwarna hijau ungu dari
lubang jarum yang ditancapkan tadi. Cairan keluar dengan cepat
sampai habis lalu mengalir darah merah. Ih-sian segera membersih
karinya dengan sehelai kain putih, lalu dia tertawa:
"Hanya sebegitu saja!"
"Baik!" Yok-sian benar-benar memuji, "kau menggunakan
tenaga dalam menutup jalan darah, menghadang racun untuk
menyebar, kemudian memancing racun keluar dengan jarum.
Benar-benar teknik yang bagus, aku kagum!"
Tok-sian berkata:
"Bila sedikit meleset, jarum kecil itu akan membuat dia mengaku
kalah. Sekarang giliranku!"
Dia sekaligus menghabiskan arak itu sekali gus, kemudian pelanpelan meniup. Seekor ular kecil berwarna belang emas dan perak
keluar dari lengan bajunya, lalu menggigit pergelangan tangannya.
Yok-sian yang melihat itu menarik nafas:
"Menggunakan racun untuk menyerang racun, hanya kau yang
bisa terpikir akan cara ini. Kalau tidak mengenal baik jenis racun,
mana mungkin kau memakai cara ini?"
Ih-sian juga menarik nafas:
"Menurutku, Lo-heng benar-benar sesat. Awal nya kau meneliti
penyakit manusia, sekarang kau meneliti racun. Bukan menolong
orang, malah mencelakakan orang!"
Tok-sian tertawa kering:
"Tadinya aku selalu menggunakan racun untuk meraih
kemenangan, tapi aku memecahkan racun dengan ular ini..."
"Bagaimana Lo-heng?" balik Ih-sian bertanya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 147
"Sekarang aku ingin melihat ilmumu!" kata Yok-sian.
"Bukankah sudah melihatnya?" tawa Tok-sian.
Yok-sian mengerutkan hidung:
"Apakah racun yang tidak terlihat sudah tersebar di udara?"
Tok-sian tertawa:
"Kalau kau yang berpengalaman juga tidak merasakannya,
bukankah aku sudah pasti menang?"
"Yang ingin kau pamerkan sebenarnya adalah ular beracun itu?"
tanya Ih-sian.
"Tetap saja Ih-sian yang hatinya lebih bersih!" Tok-sian tertawa,
"kelihatannya kau sudah punya penemuan yang bisa menjadi tiket
kemenangan untukmu, maka kau terlihat begitu tenang dan tidak
bingung sama sekali!"
Ih-sian hanya tertawa. Yok-sian segera mengerti, dia melihat
Tok-sian:
"Pantas kau tidak pamer lagi. Arak racunku dan ular beracunmu
itu saling mengendalikan. Kau akan membuat ular beracun itu
menggigitku. Asalkan aku meminum arak beracun ini, aku akan bisa
menawarkan racun. Kemudian dia bisa menggunakan jarum kecil
untuk memancing arak beracun dariku. Sedangkan ular beracunmu
pasti tidak mengalami perubahan, maka itu berlebihan!"
Tok-sian mengangguk:
"Memang sederhana. Hanya saja Lo-heng ingin menang dengan
cepat dan tidak memperhatikan ular beracun itu. Kau mengira aku
pasti masih punya jurus-jurus hebat lagi."
Yok-sian melihat wajah Ih-sian:
"Sekarang aku sedikit cemas dan ingin melihat kepandaian Loheng!"
"Bukan hanya kau!" Tok-sian bertanya pada Ih-sian, "Lo-heng,
kau masih menunggu apalagi?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 148
"Ikutlah denganku!" Dengan tenang Ih-sian berdiri dan berjalan
menuju rumah batu itu.
127-127-127
Di tengah-tengah rumah batu ada sebuah peti mati. Ih-sian
membuka tutup peti. Tok-sian dan Yok-sian melihat jelas di dalam
peti terbaring seorang tua berambut dan berkumis putih yang
hampir meninggal.
Tok-sian dan Yok-sian saling melihat dan bertanya kepada Ihsian:
"Apa maksudmu?"
"Kalian lihat dengan jelas dan beritahu pada ku apakah orang ini
masih bisa hidup?"
"Kalau bisa, memang kenapa?" tanya Yok- sian.
"Bila bisa membuat dia hidup kembali, berarti aku menang!"
Ekspresi Ih-sian seperti sudah menang.
"Bagaimana kalau kami tidak bisa dan kau juga tidak bisa?"
tanya Tok-sian.
"Aku yang akan kalah!"
"Ini adil juga!" Yok-sian berjongkok dan Tok-sian segera ikut
berjongkok.
Inilah kali pertama mereka bekerja sama, masing-masing
mereka melakukan apa yang mereka bisa. Setelah memeriksa
dengan teliti selama sekitar setengah jam, akhirnya mereka
mundur.
Yok-sian menggelengkan kepala:
"Separuh dari nadi-nadi orang ini sudah pecah, hampir semua
nadi-nadinya juga sudah tersumbat. Tidak diragukan lagi
disebabkan karena dia sudah tua tapi tetap bernafsu birahi.
Sekalipun dewa yang datang mengobati, dia tetap tidak bisa
tertolong!"
"Bagaimana pendapatmu?" Ih-sian bertanya kepada Tok-sian.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 149
"Sudah tidak ada harapan hidup. Walaupun Hoa-to (tabib yang
paling terkenal di Tiongkok kuno) hidup kembali, dia tetap tidak
bisa menyelamatkannya!" Tok-sian berkata sambil melihat Ih-sian.
"Pada tahun ke-15 ini akhirnya aku bisa merasakan
kemenangan!" Ih-sian tertawa keras.
Tok-sian menggelengkan kepala:
"Kalau kau bisa menyelamatkan orang ini, aku mengakui
kekalahan dengan tulus!"
"Demikian juga dengan aku!" kata Yok-sian.
Dengan sangat tenang Ih-sian mengeluarkan sebotol obat dan
sebutir obat berwarna merah emas. Obat dimasukkan ke mulut
orang tua yang berbaring di peti mati. Dia menekan tenggorokan
dan memegang sudut mulut orang tua itu, memaksa orang tua
menelan obat itu.
Tangan dan kaki orang tua itu sudah kaku. Walaupun masih
bernafas, nafasnya terlihat bersisa sedikit lagi. Tapi setelah menelan
obat itu, dadanya mulai bergerak naik turun. Suara nafasnya mulai
terdengar.
Tok-sian dan Yok-sian terkejut. Melihat kaki dan tangan orang
tua bergetar, Tok-sian tidak tahan lagi untuk bertanya:
"Obat apa itu?"
Hvsian tersenyum:
"Sementara ini diberi nama Su-beng-kim-tan!" (Butiran emas
menyambung nyawa).
"Benar-benar tidak terbayangkan!" kata Yok-sian sambil
menggelengkan kepala, "mana mungkin orang ini bisa bereaksi
seperti itu!"
"Kita Say-gwa-sam-sian, kau yang nomor satu. Siaute benarbenar kagum kepadamu!" kata Tok-sian.
"Lo-heng adalah orang yang berbakat. Walau pun Siaute kalah,
tapi aku kalah dengan tulus hati!" kata Yok-sian.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 150
"Kalau hal ini diumumkan, dunia akan bergetar. Pada waktu itu
semua orang akan menganggap kau adalah dewa hidup. Kami dua
saudaramu juga akan mendapatkan kebaikan."
Yok-sian berpikir lebih jauh:
"Kalau memberikan obat kepada kaisar, pasti akan diberi hadiah
yang besar dan akan membuat nenek moyang kita bangga!
Semakin berbicara, mereka semakin gembira. Mereka tidak
melihat tawa Ih-sian yang semakin menghilang. Dia duduk dengan
tidak bersemangat.
"Selama tiga tahun ini kau sama sekali tidak memberi kabar
kepada kami. Ternyata kau bersembunyi untuk membuat obat yang
bernama Su-beng-kim-tan!" kata Tok-sian.
"Aku lihat sepertinya harus dibuat dalam jum lah yang banyak
untuk menyelamatkan orang. Itu akan mendapat pahala besar.
"Aku tidak akan membuatnya lagi!" kata Ih-sian tiba-tiba.
"Apa?" Tok-sian tidak mempercayai pendengarannya sendiri.
"Apakah setelah memakan obat ini, ada efek yang tidak baik?"
tanya Yok-sian.
"Sungguh menakutkan!" kata Ih-sian "Kami tidak mengerti!"
"Sebelum diberikan kepada manusia, aku pernah memberinya
kepada unggas dan binatang yang hampir mati untuk percobaan.
Memang betul nyawa mereka tertolong dan kembali hidup dengan
baik, tapi pikiran mereka menjadi kacau. Sebagian binatang bahkan
menyiksa diri tapi sedikitpun tidak merasa sakit!"
"Oh?" Tok-sian dan Yok-sian merasa aneh.
"Bila Su-beng-kim-tan jatuh ke tangan orang jahat, coba kalian
pikir apa akibat yang akan terjadi?"
Baru selesai berkata, orang tua yang terbaring di peti mati
meloncat bangun, orang tua ini seperti anjing gila menyerang Ihsian. Suara yang keluar dari tenggorokannya terdengar seperti
raungan binatang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 151
Ih-sian seperti sudah tahu. Dia memukul dada orang tua itu
sampai masuk kembali ke dalam peti mati.
"Sekarang kalian sudah lihat!" Ih-sian memukul lagi orang tua
yang baru bangun dari peti mati.
Sekarang Tok-sian dan Yok-sian baru memper hatikan sorot
mata orang tua ini. Sorot mata orang tua tidak hanya kembali
bercahaya dan terang, malah membuat orang merasa takut. Sama
sekali bukan sorot mata manusia, melainkan seperti binatang.
Dia roboh, tapi segera merangkak bangun lagi. "Dia seperti tidak
merasa sakit!" tanya Tok-sian aneh.
"Itu adalah paling menakutkan!" Ih-sian ber- getar.
"Untuk apa dia tergesa-gesa bangun?" tanya Yok-sian.
"Kau jangan bergerak, kemudian dia akan memukul kita, lalu
kau akan tahu!" Ih-sian tertawa kecut.
"Ingin bertarung?"
"Ingin membunuh orang!" Ih-sian cepat menu tup peti mati dan
segera duduk di atasnya.
Dari dalam peti mati keluar suara meraung seperti orang gila. Ihsian menarik nafas:
"Orang tua ini belum pernah belajar ilmu silat. Kalau tidak,
mungkin kita akan cukup repot!" Yok-sian mengangguk:
"Aku setuju! Su-beng-kim-tan jangan dibuat lagi!"
"Bagaimana dengan orang tua ini?" Tok-sian bertanya sambil
tertawa kecut.
Lh-sian juga tertawa kecut:
"Selain membunuh dia, aku tidak mempunyai cara lain yang
lebih baik lagi!"
"Membunuh dia?" Tok-sian bertanya.
"Di dunia ini tidak ada hal yang lebih lucu lagi!"
Ih-sian hanya bisa tertawa kecut.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 152
128-128-128
Tiong Toa-sianseng dan Su Yan-hong datang ke rumah batu tiga
jam setelah kejadian ini. Mereka berjalan tergesa-gesa sepanjang
jalan karena tidak mau melewatkan pertarungan Say-gwa-samsian.
Melihat ada dua cangkir giok di dataran yang seperti panggung
itu, Tiong Toa-sianseng tahu mereka sudah tidak sempat, tapi dia
sama sekali tidak menyangka akan terjadi hal di luar dugaannya.
Dia mengira dalam pertarungan Say-gwa-sam-sian kali ini, pasti
tidak ada hasilnya seperti tahun-tahun sebelumnya. Walaupun ada
hasil, tidak akan terjadi musibah apa-apa. Tapi tidak disangka,
begitu mendekati rumah batu, dia sudah mencium bau darah.
Ketika membuka pintu, dia terkejut melihat rumah yang acakacakan. Barang-barang berhamburan, ada yang hancur, ada yang
pecah. Tiong Toa- sianseng melihat tubuh Yok-sian dan Tok-sian
Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang penuh dengan darah. Mereka sudah mati.
Tiong Toa-sianseng segera memeriksa pernafasan Tok-sian, dia
semakin terkejut. Su Yan-hong juga dengan cepat memeriksa Yoksian, kemudian dia melihat Tiong Toa-sianseng sambil
menggelengkan kepala dan menarik nafas.
Tidak perlu berkata apa-apa, Tiong Toa-sianseng sudah tahu
Yok-sian sama seperti Tok-sian, keduanya sudah meninggal.
"Siapa yang membunuh mereka?" Tiong Toa-sianseng tidak bisa
melihat.
"Apakah setelah bertarung mereka menjadi seperti ini!" Su Yanhong melihat sekeliling. Dia mera sa semakin aneh.
Tiong Toa-sianseng menggelengkan kepala:
"Mereka bertiga sudah seperti saudara kandung, apalagi
pertarungan di antara mereka bukan yang pertama kali. 15 tahun
sudah mereka lewati dan selama itu tidak terjadi apa-apa, mengapa
sekarang bisa ada yang meninggal?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 153
"Tecu juga berpikir seperti itu. Tapi aneh, mengapa tidak ada Ihsian, hanya ada Tok-sian dan Yok-sian?"
"Kita buka peti mati itu!" kata Tiong Toa-sianseng.
Peti mati tetap masih tertutup. Begitu dibuka terlihat ada
seorang tua berbaring di sana. Pada tengah wajahnya di antara
kedua alis tertancap sebatang jarum perak yang berkilau!
Su Yan-hong segera berkata:
"Dia bukan Ih-sian!"
"Siapa dia sebenarnya?" tanya Tiong Toa-sianseng.
"Dia masih bernafas!"
"Tidak mungkin! Jarum ini ditancap di jalan darah yang penting.
Apakah dia masih bisa hidup?" Saat Tiong Toa-sianseng merasa
aneh, orang tua sudah merangkak keluar dari peti mati.
"Tanyakan padanya!" Su Yan-hong menceng-kram pundak
orang itu, "mungkin dia tahu apa yang sudah terjadi!"
Su Yan-hong belum selesai berkata, orang tua sudah menyerang
dan mencengkram tenggorokannya. Su Yan-hong mengayunkan
tangan dan membentak:
"Siapa kau?"
Tangan orang tua datang mencengkram lagi. Sekali lagi Su Yanhong mengayunkan tangan, tiba-tiba orang tua itu menggigit
tangan Su Yan-hong. Tiong Toa-sianseng melihat, dia segera
berkata:
"Dia tidak sadar!"
"Kelihatannya memang seperti itu!" Su Yan-hong menjawab
sambil menghindari gigitan orang tua itu, lalu mencengkram kedua
tangan orang tua yang datang menyerang.
Orang tua itu tidak bereaksi apapun, dia sudah mati rasa. Dia
memberontak, sikapnya tidak berbeda dengan orang yang sudah
gila.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 154
Tiong Toa-sianseng segera meloncat ke atas. Dengan
menurunkan tendangan kaki dari atas, dia menepuk kedua
telinganya. Orang tua itu seperti tersambar petir, tubuhnya
bergetar, semua gerakan segera berhenti.
Tiong Toa-sianseng mengambil nafas. Dia tidak menurunkan
tubuhnya, malah naik ke atas. Dia menekan kepala orang tua
dengan telapak kanan, kemudian mengalirkan tenaga dalam masuk
ke kepala orang tua.
Orang tua itu berteriak, sikapnya seperti orang gila, teriakannya
kemudian berubah menjadi rintihan. Sorot matanya mengambang.
Dia berkata sendiri:
"Perempuan berbaju merah muda, Hun-lo-sat (Pembunuh
merah muda)."
Setelah itu dia tidak bernafas lagi.
"Obat yang benar-benar gila!" kata Tiong Toa-sianseng.
"Obat?" Su Yan-hong merasa heran.
Tiong Toa-sianseng mengangguk:
"Aku kira hanya obat yang bisa mengubah orang tua seperti itu.
Menemukan orang tua seperti ini di tempat pertemuan Say-gwasam-sian, bukankah ini hal yang aneh?"
"Keadaan Tok-sian dan Yok-sian seperti ini, apakah karena obat
atau hal lain..." tanya Su Yan-hong.
"Apakah kau tidak tahu gurumu tidak paham dengan obatobatan?"
Su Yan-hong melihat jarum perak yang masih menancap di
antara kedua alis orang tua itu:
"Apakah guru tahu jarum perak adalah senjata rahasia dari
perguruan mana?"
"Walaupun guru tahu banyak tentang senjata rahasia, tapi aku
belum pernah melihat yang seperti ini. Tapi bukan hal yang sulit
untuk mencari tahu."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 155
"Maksud guru..."
"Semua senjata dan senjata rahasia pernah dibagi jenis dan
macamnya oleh keluarga Lamkiong. Mereka meneliti jenis dan
macam senjata dan senjata rahasia dengan serius. Bila kita pergi ke
keluarga Lamkiong untuk meminta tolong, bukankah masalah akan
beres?" kata Tiong Toa-sianseng sambil menarik nafas, "Say-gwasam-sian jarang membuat keributan dengan dunia luar. Hanya
dengan mendapatkan orang yang membunuh mereka, baru bisa
mengetahui apa tujuannya."
Su Yan-hong melihat wajah Tiong Toa-sianseng:
"Apa yang guru khawatirkan?"
"Aku merasa tidak nyaman! Setiap kali muncul perasaan ini,
selalu ada musibah yang terjadi."
"Kali ini, kira-kira apa yang terjadi?"
"Kalau aku bisa tahu, aku bisa berusaha meng hindar, musibah
tidak akan menjadi musibah lagi!"
"Karena Say-gwa-sam-sian berbeda dengan orang lain, maka
guru berpikir terlalu jauh!"
"Tidak mungkin Tok-sian dan Yok-sian tidak meninggalkan jejak
sedikitpun tentang musibah ini. Mungkin kau tidak mengerti katakataku!"
"Aku mengerti. Waktu terjadi sesuatu dengan Ih-lan, aku juga
merasakan perasaan seperti ini!"
"Bagi kita yang menekuni agama To, itu nama nya Tong-leng
(Hubungan batin)."
Setelah membawa mayat turun dari Lu-san, Tiong Toa-sianseng
dan Su Yan-hong segera membeli tiga peti mati. Mereka menyewa
sebuah kereta kuda, malam itu juga berangkat ke keluarga
Lamkiong.
Walaupun tidak sejaya dulu, tapi dari luar terlihat keluarga
Lamkiong tidak ada perubahan yang besar. Rumah tetap indah danLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 156
bersih. Papan nama 'Kang-lam-te-it-cia' (nomor satu di Kanglam)
tetap tergantung di atas pintu utama.
Papan nama itu diberikan dulu waktu Pek-joa-cau bertanding
ilmu pedang, semua perkumpulan memberikan papan nama kayu
ini kepada keluarga Lamkiong. Pada papan nama masih terdapat
tanda tangan semua ketua perkumpulan. Boleh dikatakan saat
itulah masa kejayaan keluarga Lamkiong.
Melihat papan nama itu, Su Yan-hong berkata:
"Aku sedikit terharu!"
Lamkiong Po segera keluar rmenyambut. Lo-taikun membawa
lima menantu. Bing-cu juga ikut keluar. Tiong Toa-sianseng adalah
ketua perkumpulan, Su Yan-hong adalah Hou-ya. Baik dari sudut
'orang dunia persilatan maupun sebagai rakyat biasa, tetap harus
menyambut mereka. Walaupun Su Yan-hong adalah murid Tiong
Toa-sianseng dari Kun-lun-san, tapi mereka tetap memanggilnya
Hou-ya.
Setelah menjelaskan tujuan mereka, Su Yan-hong dan Tiong
Toa-sianseng dipersilahkan masuk ke tempat terlarang keluarga
Lamkiong. Kata Lo-taikun:
"Memang keluarga Lamkiong mempunyai pantangan, tapi tidak
ada orang yang akan melarang tiga peti mati itu ditaruh di sana!"
Lo-taikun tidak mengenal orang tua yang di antara alisnya
tertancap jarum perak. Karena orang tua sama sekali tidak ada
hubungan dengan dunia persilatan. Dia hanya dianggap kelinci
percobaan oleh Ih-sian dan dipindahkan ke rumah batu di Lu-san.
Lo-taikun juga tidak mengenal dari mana jarum itu berasal. Tong
Goat-go yang menguasai senjata rahasia juga menggelengkan
kepala.
Setelah mengamati tiga mayat dengan teliti, Lo-taikun merasa
semakin aneh. Orang tua ini mati oleh jarum perak itu, tapi Toksian dan Yok-sian mati terkena racun.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 157
"Tidak ada orang yang bisa menyamai pengetahuan obat dan
teknik pengobatan Say-gwa-sam-sian. Jika ada orang yang sanggup
membunuh mereka dengan obat racun, itu benar-benar aneh!"
Kemudian Lo-taikun bertanya:
"Apakah sampai sekarang Ih-sian belum ditemukan?"
Tiong Toa-sianseng bisa menangkap maksud Lo-taikun, dia
menjawab:
"Say-gwa-sam-sian dekat seperti saudara kandung, tidak
mungkin mereka saling membunuh!"
"Aku tahu tentang ini!" Lo-taikun segera mengalihkan
pembicaraan, "kalau ingin tahu penyebab kematian mereka, harus
meminta bantuan orang tua di Ciu-ci-tong!"
"Bila ada dia yang membantu, masalah akan lebih sederhana!"
Tiong Toa-sianseng merasa bersemangat. Tujuan dia datang ke
keluarga Lamkiong adalah meminta bantuan orang tua di Ciu-citong.
129-129-129
Ciu-ci-tong boleh dikatakan adalah tempat istimewa dan sangat
misterius di keluarga Lamkiong. Di dalam tempat misterius ini,
tidak hanya tersimpan semua barang-barang misterius keluarga
Lamkiong, di tempat ini juga tersimpan senjata, senjata rahasia dan
obat-obatan dari semua perkumpulan di dunia persilatan, termasuk
orang-orang yang menggunakan senjata dan obat-obatan ini.
Pesilat-pesilat tangguh juga termasuk orang yang dikumpulkan di
sini.
Pekerjaan ini sulit dilakukan. Tenaga kerja dan biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan pekerjaan ini sulit terhitung. Maka
orang-orang dunia persilatan menebak keluarga Lamkiong pasti
mempunyai tujuan tertentu.
Satu-satunya penjelasan yang diberikan oleh keluarga Keluarga
Lamkiong adalah dua huruf 'Ciu-ci' (menuntut ilmu), maka
pembicaraan orang-orang dunia persilatan membiarkan soal ini
tidak terselesaikan. Sebenarnya keluarga Lamkiong selalu meleraiLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 158
pertikaian dan menyingkirkan kesulitan di dunia persilatan. Maka
dalam beberapa tahun ini jangankan melakukan kejahatan, sedikit
kesalahan juga tidak pernah mereka lakukan.
Apa yang harus dikatakan teman-teman dunia persilatan tentang
perkumpulan ini? Mana mungkin mereka tidak kagum dengan
sepenuh hati?
Awalnya, penanggung jawab di Ciu-ci-tong adalah seorang orang
tua yang bernama Ciu-ci Lojitt. Tidak ada yang tahu apa hubungan
antara orang tua ini dengan keluarga Lamkiong. Tapi orang-orang
keluarga Lamkiong dari tingkatan atas sampai bawah sangat
menghormati orang tua ini. Maka teman-teman dunia persilatan
percaya orang tua ini sebenarnya adalah Cianpwee di keluarga
Lamkiong.
Tapi mereka juga tidak yakin. Memang ada yang pernah bertemu
dengan Ciu-ci Lojin, tapi tidak pernah menemuinya sampai dua kali.
Setiap orang yang pernah bertemu dengan Ciu-ci Lojin hanya
mengatakan dia adalah seorang orang tua yang berambut putih,
selain itu tidak dikatakan lagi keistimewaannya yang lain.
Ciu-ci Lojin yang Tiong Toa-sianseng dan Su Yan-hong temui
sekarang bukan lagi seperti itu. Walaupun rambutnya sudah putih,
tapi dia juga bungkuk dan bisu. Bila ingin berbicara dengannya
hanya bisa dilakukan dengan cara ditulis.
Ciu-ci-tong sangat luas. Rak-rak kayu tersusun rapi, di sana
tersusun berbagai jenis buku yang dikelompokkan dan disusun
dengan sangat rapi. Hanya dengan melihat begitu banyak buku
sudah cukup untuk membuat kepala orang merasa pusing.
Walaupun buku-buku sudah dikelompokkan, namun untuk mencari
buku yang dibutuhkan bukanlah hal yang mudah.
Tapi Ciu-ci Lojin sangat hebat. Tangannya segera menggapai dan
mengambil buku yang mereka perlukan. Terlihat dia sangat
mengenal tempat ini. Tidak perlu bertanya mengenai masa
mudanya, pasti dihabiskan di sini. Su Yan-hong dan Tiong Toa-sianseng merasa hormat kepada orang ini.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 159
Ciu-ci Lojin sangat hafal dengan letak buku, juga mengenal
dalam tentang bermacam-macam jenis obat dan senjata rahasia.
Apalagi tentang ingatan, ini tidak perlu dikatakan lagi. Setelah dia
melihat mayat orang tua yang ditancap jarum perak, dia segera
membolak-balik rak buku kemudian mengeluarkan dua buku. Buku
ditaruh di meja dan kemudian dia menulis kata-kata penjelasan di
kertas.
Su Yan-hong melihat tulisan itu:
"Ternyata jarum itu bernama jarum Lan-hoa (Jarum anggrek).
Itu adalah senjata rahasia seorang perampok perempuan di
kerajaaan Song. Jarum ini terbuat dari besi, bagian tengah jarum
dibuat kosong sehingga bisa dimasukkan cairan racun dan pecah di
tubuh! Perampok perempuan ini bernama Li Ong-hottg."
Tiong Toa-sianseng bertanya kepada Ciu-ci Lojin:
"Kalau begitu, racun apa yang tersimpan di dalam pipa jarum
itu? Apakah orang tua itu mati karena racun ini?"
Melihat kertas tulisan, kata Su Yan-hong:
"Obat racun itu dibuat dari 'Tiang-beng-lan' (Anggrek panjang
umur) dari Thian-san bagian utara. Tapi jenis Tiang-beng-lan ini
sudah musnah 80 tahun yang lalu dan sudah tidak muncul lagi!"
"Maafkan pengetahuanku yang sempit dan dangkal!" kata Tiong
Toa-sianseng.
"Di tubuh orang tua ini, selain racun Tiang-beng-lan, masih
terdapat satu jenis lagi..." kata Su Yan-hong.
"Apakah racun juga?"
"Cianpwee tidak yakin!" wajah Su Yan-hong mengeluarkan
ekspresi aneh, "kedua obat ini tidak bisa disatukan!"
"Berarti itu bukan racun!"
"Anehnya di tubuh Tok-sian dan Yok-sian juga terkandung obat
ini!"
"Ini benar-benar aneh!" kata Tiong Toa-sian- seng.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 160
"Apakah guru mengetahui tentang Li Ong- hong?"
"Kalau aku tahu Li Ong-hong, mana mungkin aku tidak tahu
Lan-hoa-ciam. Apabila senjata rahasia ini sudah ada sejak kerajaan
Song, dan terus ada sampai sekarang, seharusnya tidak aneh. Tapi
yang aneh, senjata rahasia ini sudah lama tidak muncul, lalu
sekarang tiba-tiba muncul!"
"Apakah karena baru didapatkan lagi racunnya?"
Akhirnya Lo-taikun menyela:
"Apapun yang terjadi, pembunuh ini menguasai obat dan senjata
rahasia!"
Tiong Toa-sianseng mengangguk:
"Menurut yang kita tahu, Ih-sian memang menguasai ilmu
pertabiban. Tapi dia tidak mengenal senjata rahasia dan ilmu
silatnya juga biasa-biasa saja."
Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lo-taikun tertawa:
"Kelihatannya pembunuh ini sengaja memper sulit kita!"
Tiong Toa-sianseng mengangguk:
"Kita harus mencari tahu dari hilangnya Ih- sian!"
"Apakah guru curiga di Lu-san masih tertinggal jejak yang bisa
kita cari tahu? Kita terburu-buru meninggalkan Lu-san dan tidak
menemukan apa-apa."
"Tapi sayang sudah dekat harinya dengan rapat Pek-hoa-couw,
kita tidak sempat menempuh perjalanan pulang pergi ke Lu-san!"
kata Tiong Toa-sianseng.
Lo-taikun tertawa:
"Kalau begitu kalian berdua bisa tinggal di sini dulu. Setelah
rapat Pek-hoa-couw, baru mengambil keputusan."
Tiong Toa-sianseng ingin menjawab tapi Lo-taikun berkata lagi:
"Mungkin pembunuh itu tahu kalian berdua ingin memeriksa hal
ini dan dia sudah memperhatikan gerak-gerik kalian berdua.
Kapanpun dia bisa datang mencari!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 161
Tiong Toa-sianseng tertawa:
"Kalau begitu, bisa mengurangi banyak kerepotan! Apakah
undangan rapat itu sudah Lo-taikun sebarkan?"
"Sebagian besar undangan sudah disebar, hanya punya Siau Sam
Kongcu yang belum bisa terantar, beberapa hari yang lalu baru
diantar ke Ling-ong-hu!" kata Lo-taikun seperti tidak ada apa-apa.
Tiong Toa-sianseng mendengar kata-kata Lo-taikun, hatinya
terasa tidak enak. Terhadap Siau Sam Kongcu, dia tidak punya
perasaan baik mau pun perasaan tidak baik. Namun karena
putrinya Bok-lan, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal. Kalau
bisa, lebih baik jangan bertemu.
130-130-130
Waktu undangan sampai di tangan Siau Sam Kongcu, dia sedang
mengajar Su Ceng-cau berlatih ilmu pedang di Ling-ong-hu. Setelah
pergi ke ibukota, Su Ceng-cau mulai merasakan dunia luar sangat
besar. Dia mulai merasa ilmu silat yang dimilikinya sama sekali
tidak cukup untuk bisa beraksi di dunia persilatan, maka dia
menjadi rajin belajar ilmu silat.
Siau Sam Kongcu mengantar keluar utusan keluarga Lamkiong
yang mengantarkan undangan, kemudian kembali ke belakang. Su
Ceng-cau masih berlatih ilmu silat di sana, dia tidak malas-malasan.
Melihat dia begitu rajin, Siau Sam Kongcu merasa senang. Kalau
dia sedang berlatih ilmu silat dan tidak merasa ada yang mengintip,
itu wajar.
Karena sebenarnya memang sulit mengetahui keberadaan orang
itu. Orang itu memakai baju hijau. Dia bersem-i bunyi di atas pohon,
berbaur dengan daun-daunan, diam tidak bergerak. Jika bukan
karena Siau Sam Kongcu yang sangat teliti, sampai daun-daun di
atas pohon juga dia perhatikan, keberadaan orang ini tidak akan
diketahui.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 162
Tujuan orang berbaju hijau adalah Su Ceng-cau. Begitu muncul,
dia langsung menyerang Su Ceng-cau. Ketika orang ini masih
berada di tengah-tengah udara, dia sudah mencabut pisau dari
sarungnya. Cahaya pedang berkilau, dia menepis kepala Su Cengcau dengan jurus yang sangat keras.
Mendengar ada suara pedang datang menyerang, dia segera
menahan serangan dengan pedang. Tapi pedang dan tubuh Su
Ceng-cau tergetar mundur. Pada waktu bersamaan orang berbaju
hijau berguling dan menyerang lagi. Kali ini serangannya lebih
cepat dan ganas.
Su Ceng-cau segera menggunakan ilmu silatnya, tapi dia
diserang lagi berturut-turut 17 kali serangan, memaksa Su Ceng-cau
untuk terus mundur!
"Guru..." Su Ceng-cau berteriak. Pada waktu dia tidak
berkonsentrasi, golok orang berbaju hijau sudah menepis pegangan
pedang Su Ceng-cau. Dia berteriak dan melepaskan pedang.
Orang berbaju hijau tertawa terbahak-bahak. Dengan golok dia
memukul pedang ke atas udara, kemudian meloncat ke depan Su
Ceng-cau. Su Ceng-cau terkejut bukan main. Dia ingin mundur tapi
punggungnya sudah mengenai dinding.
Akhirnya Siau Sam Kongcu bergerak, tapi dia hanya menjemput
pedang yang terjatuh dari atas.
Orang berbaju hijau tidak melukai Su Ceng-cau. Sampai di depan
Su Ceng-cau, dia kembali tertawa terbahak-bahak.
Su Ceng-cau belum tenang. Golok orang berbaju hijau menunjuk
ke Siau Sam Kongcu:
"Sekarang giliranmu..." Nada suaranya sangat aneh, membuat
orang tidak enak mendengarnya.
"Guru, bunuh dia!" Su Ceng-cau berteriak.
Siau Sam Kongcu dengan santai berkata:
"Aku sudah beberapa kali berpesan, walaupun guru berada di
sisimu, kau jangan menganggap ada guru. Kau harus konsentrasiLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 163
baru bisa menahan serangan musuh, mengubah keadaan bahaya
menjadi selamat!"
Su Ceng-cau belum menjawab, Siau Sam Kongcu sudah
melemparkan pedang kepadanya dan berpesan:
"Apakah sudah ingat..."
"Guru!" Su Ceng-cau berteriak.
Pelan-pelan Siau Sam Kongcu membalikkan tubuh dan bertanya:
"Siapa di sana?"
Seorang yang berusia setengah baya, berkepala botak, memakai
bakiak, dan berbaju seperti biasa yang mirip baju hweesio keluar
dari semak-semak. Tangan kirinya memegang sebuah golok. Dia
menancapkan golok ke bawah.
"Lian-lui-it-to-cian." Laki-laki setengah baya berbahasa Han-ie.
Walaupun nadanya aneh, tapi masih bisa dimengerti.
"Dari Jepang?" suara Siau Sam Kongcu sangat tenang.
"Betui! Anda akan memberi petunjuk apa?"
"Sudah lama mendengar Siau Sam dari Hoa-san mempunyai
ilmu andalan Toan-cang-kiam-hoat (Ilmu pedang pemutus hati),
maka It-to-cian sengaja datang untuk mencobanya!"
Tiba-tiba Su Ceng-cau menyela:
"Apakah kau tahu orang yang belum mendapat ijin masuk ke
Ling-ong-hu akan dipenggal kepalanya!"
It-to-cian seperti tidak mendengar. Dia melihat Siau Sam Kongcu
terus dan berkata:
"Cabut pedangmu!" Dua tangannya segera mencabut golok
keluar dari sarung.
Cahaya golok berkilau seperti petir. Siau Sam Kongcu memuji:
"Golok yang bagus!"
Suara It-to-cian seperti petir membentak:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 164
"Cabut pedangmu!" Kaki kirinya bergerak, dia sudah siap
mengayunkan golok untuk membunuh.
Akhirnya tangan kanan Siau Sam Kongcu diletakkan pada
pegangan pedangnya. Tiba-dba ada suara yang membentak dengan
keras:
"Diam!"
Keempat orang ini menoleh ke asal suara. Terlihat Ling-ong
ditemani Su-ki-sat-jiu sedang datang tergesa-gesa. Sambil
berteriak:
"Kita semua adalah orang sendiri, mengapa harus bertarung?
Kalau ada yang terluka, itu sama-sama tidak baik!"
Su Ceng-cau tergesa-gesa berlari dan menunjuk orang berbaju
hijau:
"Ayali, orang itu.."
"Apakah kau tidak tahu siapa dia?" Ling-ong tertawa.
Orang berbaju hijau segera menurunkan kain hijau yang
menutupi wajahnya. Wajahnya tampak masih muda. Begitu Su
Ceng-cau melihatnya, dia segera berteriak:
"Kakak!"
Orang berbaju hijau tertawa terbahak-bahak. Dia adalah anak
sulung Ling-ong, Cu Kun-cau.
"Baiklah! Begitu pulang kau sudah menghina adikmu!" Su Cengcau berteriak.
"Ilmu silatmu tidak bagus!" Cu Kun-cau melihat Siau Sam
Kongcu, kemudian tertawa lagi.
Siau Sam Kongcu seperti tidak menaruh di dalam hati. Cu Kuncau tertawa lagi:
"Aku sudah mengatakan, ilmu silat Jepang sangat ringkas, sangat
praktis, tidak seperti ilmu silat di Tionggoan yang sangat rumit.
Kepalan dan tendangannya tidak praktis!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 165
"Sembarangan bicara!" Su Ceng-cau berkata, kemudian
memanggil Siau Sam Kongcu, "Guru!"
"Sudahlah, tidak apa-apa!"
Ling-ong segera melihat Cu Kun-cau dan It- to-cian:
"Kalian baru pulang dan sudah menempuh perjalanan jarak
jauh, lebih baik istirahat dulu. Nanti malam aku akan mengadakan
jamuan makan malam untuk menyambut kalian!"
Cu Kun-cau menggelengkan kepala:
"Kami tidak lelah, tapi jika bukan waktunya, ya sudahlah!"
Dia seperti tidak sengaja melihat Siau Sam Kongcu. Siau Sam
Kongcu merasa aneh mendengar kata-kata Cu Kun-cau, tapi dia
tidak bertanya.
Setelah melihat Cu Kun-cau dan It-to-cian pergi, Su Ceng-cau
menarik Siau Sam Kongcu ke sisi:
"Guru! Mengapa tidak menyerang mereka dan memberi
pelajaran kepada mereka agar tidak berani sombong seperti itu!"
"Bukankah kakakmu berkata belum waktunya?" Siau Sam
Kongcu menjawab malas-malasan seperti tidak tertarik.
131-131-131
Cu Kun-cau memang tidak beristirahat. Dia berputar masuk ke
kamar perpustakaan. Waktu itu Ling-ong baru duduk di
perpustakaan. Dia sedang melihat golok yang baru diberikan oleh
It-to-cian.
"Bagaimana dengan golok ini?" melihat ayahnya tertarik pada
golok ini. Dia sangat senang.
"Betul! Walaupun golok tidak dihias dengan mewah dan indah,
tapi yakin ini adalah golok yang bagus!"
"Di Jepang, yang dipentingkan adalah penggunaannya. Hiasan
itu nomor dua. Cara mereka mem buat golok lebih berteknik tinggi.
Golok yang bagus bisa kita beli di manapun!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 166
"Betulkah?" Ling-ong menaruh golok, "sudah lama mendengar
di sana sangat terkenal dengan ilmu samurai. Samurai adalah salah
satu ilmu silat yang terkenal. Tiga tahun kau di sana, aku percaya
kau pasti sudah menguasai banyak kepandaian!"
"Itu sudah pasti!" Cu Kun-cau dengan sombong berkata, "bisa
mengundang guruku kemari, itu adalah kepandaiartku!" berhenti
sebentar, kemudian dia berkata lagi, "kaisar sekarang sangat
berhati-hati dan takut-takutan, dia juga lemah dan sangat suka
perempuan. Begitu Liu Kun terbunuh, keadaan semakin kacau.
Ayah! Bila anda ingin menjadi kaisar, sekarang adalah kesempatan
yang bagusi"
"Lancang kau!" Ling-ong terpaku, lalu membentak, "untung di
sini adalah tempat kita, kau bisa sembarangan bicara! Kalau tidak,
bila terdengar oleh kaisar, sembilan keturunan akan dihukum
penggal!"
Cu Kun-cau malah tertawa:
"Ayah takut tidak punya kekuatan yang cukup. Guru sudah
berjanji, dia bisa mewakili kita merekrut prajurit dan membeli
kuda!"
"Dia bukan sebangsa dengan kita. Memiliki kebangsaan yang
berbeda, pikirannya pasti tidak sama. Kun-cau, kau sama sekali
tidak boleh mempunyai pikiran seperti ini!" Ling-ong marah.
"Ayah..." Cu Kun-cau masih ingin berkata tapi Ling-ong sudah
membentak, "tidak perlu banyak bicara, aku sendiri bisa
mengatur!"
Cu Kun-cau tahu sifat ayahnya, dia tidak bera ni lagi banyak
bicara, diam-diam dia keluar. Walau demikian, dia tidak merasa
kecewa.
Dia selalu menganggap itu hanyalah sifat luar Ling-ong tapi
akhirnya Ling-ong akan bisa menerima usulannya.
Berada di Jepang selama 3 tahun, selain belajar ilmu silat, dia
juga terpengaruh dengan sifat bangsa Jepang yang ekstrim.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 167
132-132-132
Apa yang Ling-ong inginkan, tidak ada orang yang bisa menebak.
Di mulut dia mengatakan orang yang bukan bangsa sendiri pasti
mempunyai pikiran yang berbeda, tapi dia sangat menghormati Itto-cian yang datang dari Jepang. Pada jamuan makan malam, selain
mengundang Su-ki-sat-jiu, dia juga mengundang Siau Sam Kongcu
untuk menemani para tamu.
Siau Sam Kongcu tetap bersikap tidak peduli, tapi Su-ki-sat-jiu
sudah mulai tidak sabar. Mereka memakai alasan ingin
menyuguhkan arak untuk menyatakan hormat, tapi sebenarnya
sengaja ingin mempermalukan It-to-cian. Arak pernyataan hormat
diberikan dengan tenaga dalam. It-to-cian menerima cangkir arak
dengan baik, tidak hanya tidak mempermalukan dirinya malah
dengan kesempatan ini membuat cangkir arak hancur di tangan Suki-sat-jiu. Su-ki-sat-jiu mundur dengan malu.
Siau Sam Kongcu tidak menuju ke sana untuk menyatakan
hormat karena dengan posisinya, dia tidak akan melakukan apaapa. It-to-cian juga tidak ke datang kepada Siau Sam Kongcu. Cu
Kun-cau terus memanas-manasi Siau Sam Kongcu.
Siau Sam Kongcu sangat mengerti pikiran Cu Kun-cau, tapi dia
tidak terpengaruh. Su-ki-sat-jiu dan Su Ceng-cau sangat
mengharapkan Siau Sam Kongcu marah dan menepis kesombongan
It-to-dan.
Dalam hati mereka, satu-satunya harapan mereka adalah Siau
Sam Kongcu. Hanya dia yang bisa mengalahkan It-to-cian.
Sampai akhir jamuan, Siau Sam Kongcu tetap tidak bergerak. Suki-sat-jiu dan Su Ceng-cau merasa kecewa. Apalagi Cu Kun-cau.
Tadinya dia ingin mengambil kesempatan ini agar It-to-cian bisa
menun jukkan kehebatannya. Pertama, untuk mendirikan rasa
ksatria. Kedua, agar bisa mendapatkan kepercayaan dan
kegembiraan Ling-ong.
Melihat Siau Sam Kongcu terus menghindar, diam-diam dia
berpikir:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 168
'Mungkin Siau Sam Kongcu hanya sedemikian saja, dia tidak bisa
melawan maka lebih memilih untuk diam.' Siau Sam Kongcu lama
berjalan-jalan di belakang kebun, baru kemudian kembali ke
kamarnya. Su Ceng-cau dan Su-ki-sat-jiu sudah menungu di sana.
Melihat dia datang, mereka segera mengelilinginya.
Semua sesuai dugaan Siau Sam Kongcu, sampai apa yang mereka
ingin katakan semua didengarkan olehnya. Tidak salah lagi, mereka
berharap dia bisa memberi pelajaran kepada It-to-cian.
Kali ini adalah Su-ki-sat-jiu yang paling bersahabat semenjak
Siau Sam Kongcu tinggal di Ling-ong-hu. Kepandaian Siau Sam
Kongcu seperti apa, memang Su-ki-sat-jiu tidak pernah
membicarakannya.
Walaupun dari luar mereka terlihat tidak terima, tapi di dalam
hati mereka sangat jelas.
Mereka mengikuti Ling-ong sudah lama, keda tangan It-to-cian
yang tiba-tiba membuat mereka kehilangan muka. Pikiran seperti
Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu sangat dimengerti oleh Siau Sam Kongcu.
"Guru, apakah kau tidak mendengar di meja perjamuan tadi, Itto-cian mengatakan ilmu silat Tionggoan hanya nama saja, dan
bahwa ilmu silat Jepang tidak terkalahkan di dunia ini?" Su Cengcau terus mengorek. Sebenarnya dia tidak suka sikap sombong Itto-cian.
"Ilmu silat Jepang berasal dari Tionggoan, tapi karena cuaca dan
keadaan yang tidak sama, setelah beberapa ratus tahun ilmu
silatnya mengalami perubahan, sehingga ada sedikit perbedaan.
Tinggi atau rendahnya suatu ilmu silat adalah turunan setiap orang,
tidak bisa dikatakan ilmu silat mana yang tanpa lawan!" Siau Sam
Kongcu tetap berkepala dingin.
"Semua orang sudah mendengar apa yang dikatakan It-to-cian!"
Su Ceng-cau melihat Su-ki-sat-jiu.
Waktu Su-ki-sat-jiu ingin berkomentar, Siau Sam Kongcu sudah
tertawa:
"Guru bukan tuli, mana mungkin tidak mendengar."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 169
"Tapi kau sama sekali tidak marah?"
"Bangsa di pulau sana berpandangan kurang luas, apalagi
mereka sangat percaya diri dan pandangannya ekstrim. Untuk apa
kita bersikap seperti mereka?" Siau Sam Kongcu tetap malasmalasan berkata lagi, "lebih baik kita menahan diri untuk
sementara. Apalagi dia adalah guru Siau-ongya, yang diundang
pulang oleh Siau-ongya. Kalau terjadi sesuatu, apa yang harus
kukatakan kepada Ong-ya!"
Su Ceng-cau melihat dia dengan terheran- heran:
"Aku benar-benar tidak mengerti, mengapa guru berubah
menjadi penakut?"
"Guru bukan penakut, hanya tidak mau membuat semua orang
sulit! Apalagi rapat Pek-hoa-couw sudah dekat. Waktu guru di sini
tidak lama lagi!"
"Rapat Pek-hoa-couw?" tanya Su Ceng-cau.
"Itu adalah rapat yang diselenggarakan oleh keluarga Lamkiong
untuk meneliti ilmu pedang!"
"Kapan guru berangkat?"
"Besok!"
"Aku tidak akan membiarkan guru pergi!"
"Undangan sudah dikirim oleh keluarga Lamkiong, mana
mungkin guru tidak pergi?"
"Bagaimana dengan It-to-cian..."
"Kulihat dia tidak akan macam-macam! Waktu sudah malam!"
Siau Sam Kongcu seperti menyuruh mereka keluar. Su-ki-sat-jiu
terpaksa pamit pergi.
Su Ceng-cau berjalan lebih cepat dari mereka, dia pergi sambil
marah, Su Ceng-cau berjalan tidak jauh, Su-ki-sat-jiu sudah
mengejar dari belakang. Awalnya dia tidak memperhatikan, tapi
tiba-tiba dia membalikkan tubuh dan melotot kepada mereka:
"Kalian jangan membuatku marah!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 170
Liu Hui-su tetap tertawa:
"Gurumu orang yang seperti apa, seharusnya kau lebih jelas
daripada kami!"
"Apa maksudmu?"
"Tadi katanya dia khawatir akan menyulitkan Ong-ya.
Sebenarnya takut kami sulit bergaul dengan It-to-cian..."
"Sekalian kalahkan dia dan usir dia kembali ke negaranya!"
"Siau-ongya pasti akan marah. Lihatlah sikap dia terhadap It-tocian..."
"Untuk apa mengatakan semua ini padaku?"
"Kalau dugaanku tidak salah, gurumu pasti sudah menemukan
cara. Dia punya cara lain untuk mengganjar It-to-cian!"
Su Ceng-cau melihat Su-ki-sat-jiu, lalu melihat kamar Siau Sam
Kongcu. Akhirnya muncul tawa di wajahnya.
133-133-133
It-to-cian merasa tidak nyaman. Tadinya dia ingin setelah
memberi pelajaran kepada Su-ki-sat-jiu, baru memberi pelajaran
Siau Sam Kongcu, agar orang orang Ling-ong-hu tahu kelihaiannya,
untuk membangun kewibawaan agar kelak mudah bertindak.
Tapi Siau Sam Kongcu tidak terpengaruh. Selain membuatnya
tidak nyaman, dia juga harus menimbang ulang Siau Sam Kongcu.
Dia menganggap Siau Sam Kongcu berpikiran sangat dalam dan
dari awal sudah tahu setinggi apa ilmu silatnya dan apa tujuannya.
Dia jelas-jelas tidak bisa mengalahkan dirinya. Tapi bertahan untuk
tidak bertarung, dia malah mencari celah lain. Walaupun ilmu silat
atau kepintarannya lebih tinggi dari pada orang lain, tapi dia baru
datang. Dia tidak seperti Siau Sam Kongcu yang sudah mengenal
lingkungan. Jika tidak hati-hati, akan teijadi masalah yang berat.
Walaupun dia tertidur, tapi perasaan dan reaksi dia lebih tajam
dari orang biasa. Dalam keadaan begitu, semakin terlihat jelas.
Waktu lempengan genting terbang masuk dari luar jendela, dia
segera merasakannya, dia mencabut golok di tangan. Hanya denganLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 171
sekali tepisan dia sudah membuat lempengan genteng terbelah
menjadi dua bagian. Tubuhnya berkelebat, dia segera keluar dari
jendela.
Tampak olehnya bayangan orang melewati bunga-bunga di
kebun dan naik ke dinding yang tinggi kemudian melambaikan
tangan.
It-to-cian tertawa dingin. Tubuh bergerak, dia juga naik ke atas
dinding mengejar bayangan orang itu. Dia mengandalkan teknik
ilmu yang tinggi, kepercayaan diri yang tinggi, tubuh yang lincah,
dan juga pengalamannya. Maka jebakan apapun sanggup dia
hadapi.
Siapa lawannya, sedikit banyak sudah bisa ditebak. Memang
semua sesuai dugaannya, orang itu adalah Siau Sam Kongcu.
Sampai di sebuah gunung kecil yang berjarak setengah li dengan
Ling-ong-hu, Siau Sam Kongcu berhenti dan membalikkan tubuh,
dia menunggu kedatangan It-to-cian.
It-to-cian datang, dia segera menancapkan golok ke bawah dan
melihat Siau Sam Kongcu:
"Ternyata adalah kau!"
"Tuan begitu pintar, mana mungkin tidak dapat menebak?"
"Kau juga orang yang pintar. Malam ini kau memancingku
kemari, apakah ingin mencari mati atau meminta ampun?"
"Tidak kedua-duanya!"
"Kalau begitu kau sudah memasang jebakan dan membawa
berapa orang?" It-to-cian melihat. Dengan pengalamannya, dia
tetap tidak melihat ada orang lain di sana. Selain itu, dari Cu Kuncau dia mengetahui Siau Sam Kongcu bukan orang seperti itu.
"Di sini tidak ada jebakan, yang datang hanya aku sendiri!" Siau
Sam Kongcu melihat ke langit dan berkata:
"Sebelum datang mencarimu, aku sudah menemui Ong-ya!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 172
"Kalau begitu kau sudah tahu apa yang telah disampaikan Siauongya kepada Ong-ya, artinya aku yang akan menggantikan
posisimu menjadi guru pedang!"
"Aku tahu!"
"Maka kau tidak terima, jadi ingin mencariku untuk bertarung?"
"Aku mencari Ong-ya karena ingin mundur dari posisi guru
pedang!"
It-to-cian tertawa. Siau Sam Kongcu dengan tenang berkata:
"Orang di dunia persilatan tidak bisa semau-nya sendiri. Aku
adalah orang dunia persilatan. Setelah mendapat undangan dari
keluarga Lamkiong, besok aku akan berangkat ke Pek-hoa-couw
untuk melihat cara menggunakan ilmu pedang yang lebih bagus!"
It-to-cian menggelengkan kepala:
"Aku tahu kau sudah dalam posisi terjepit. Kalau masih berusaha
bertarung, akan memalukan diri sendiri di depan banyak orang.
Maka sekarang kau datang untuk membicarakan syarat, itu tidak
masalah!" Kemudian dia tertawa dan berkata lagi, "Asalkan kau
mau berlutut dan menyembahku tiga kali, aku akan membiarkanmu
pergi dengan terhormat dan nyaman!"
"Maksudku kemari hanya ingin kau mengerti satu hal!" kata Siau
Sam Kongcu dengan cuek.
"Aku sudah mengerti!"
"Ilmu silat dari Tionggoan bukan seperti yang kau pikirkan,
hanya terlihat bagus dan tidak ada gunanya!"
"Siapapun bisa berkata seperti itu!" kata It-to-cian,"apakah betul
kau mau bertarung denganku untuk menentukan siapa yang
menang?"
"Kita bertarung persahabatan!"
"Kita bukan teman, hanya bertarung antara hidup dan mati baru
bisa mengeluarkan semua ilmu yang kita miliki!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 173
"Penentuan kalah atau menang tidak harus sampai mati baru
bisa ditentukan!"
"Perbedaan yang terlalu jauh seringkah terjadi!" It-to-cian
tertawa lepas:
"Tapi kau tenanglah. Jika kau mau berlutut dan meminta ampun,
aku akan melepaskanmu!"
Siau Sam Kongcu melihat It-to-cian:
"Kata-katamu sudah terlalu jauh!"
Tangan It-to-cian sudah berada di pegangan golok, dia segera
mencabut golok, mengangkatnya tinggi dan membentak:
"Cabut pedangmu!"
Akhirnya pedang Siau Sam Kongcu keluar dari sarung. Di bawah
sinar bulan pedang patah mengeluarkan cahaya yang berkilau.
It-to-cian melihat pedang patah Siau Sam Kongcu, dia
menggelengkan kepala:
"Ini bukan pedang yang bagus. Pedang yang bagus jarang bisa
patah!"
"Memang ini bukan pedang yang bagus!"
Dengan sombong It-to-cian berkata:
"Jika seseorang tidak memiliki pedang yang bagus, maka dia
tidak pantas disebut pesilat tangguh. Bukankah kalian sering
berkata, bila ingin melakukan hal-hal yang lebih baik sebelumnya
harus mempunyai senjata yang lebih tajam!"
"Seharusnya demikian!"
"Apakah sulit mendapatkan pedang yang bagus di Tionggoan?"
Siau Sam Kongcu belum menjawab, dia berkata lagi:
"Di Jepang, golok bagus seperti yang berada di tanganku ada
banyak di mana-mana!"
"Betulkah?" Reaksi Siau Sam Kongcu biasa saja.
"Aku memberimu kesempatan untuk menyerang tiga kali dulu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 174
"Apakah di Jepang ada aturan seperti ini?"
"Tidak ada..."
"Kalau tidak ada, untuk apa berlebihan?" Kemudian pedang
patah Siau Sam Kongcu berbalik menunjuk It-to-cian. Gerakan ini
membuat rumput hijau di sekitar mereka ikut bergerak. Pada waktu
bersamaan, baju Siau Sam Kongcu bergerak tanpa ditiup angin.
It-to-cian mulai merasakan hawa dingin yang keluar dari pedang
patah. Tawa di wajahnya segera membeku. Katanya, jika orang yang
mempunyai ilmu tinggi sekali mengeluarkan tangannya, sudah bisa
diketahui apakah dia mempunyai ilmu sungguhan atau tidak. It-tocian adalah pesilat tangguh, pasti dia sudah tahu.
Siau Sam Kongcu sengaja memamerkan kekuatannya.
Sebenarnya dia bisa saja mengambil tawaran kesempatan yang
diberikan It-to-cian, dia bisa dengan sekuat tenaga menyerang lebih
dulu mengalahkan It-to-cian. Tapi dengan cara begitu, It-to-cian
pasti tidak menerima kekalahan dengan tulus hati. Hanya dalam
keadaan adil baru bisa membuat dia menerima kekalahan dengan
tulus.
Siau Sam Kongcu mempunyai kepercayaan diri ini, sebab dalam
hati dia sudah tahu It-to-cian sekuat apa.
Dua kaki It-to-cian mulai bergeser. Dia berputar mengelilingi
Siau Sam Kongcu. Golok juga terus berputar. Dia sedang mencari
sudut yang tepat. Dengan kecepatan tinggi melancarkan serangan
pasti akan membuat dia menang.
Kaki Siau Sam Kongcu tidak bergeser. Pedang patah juga tidak
berputar. Tubuhnya seperti menjadi batu.
Setelah satu kali berputar, It-to-cian masih belum mendapatkan
celah yang dia inginkan. Tapi akhirnya golok keluar juga untuk
menyerang. Dia menepis dari belakang Siau Sam Kongcu, di
belakang kepala menepis dengan kecepatan tinggi.
Sekarang Siau Sam Kongcu baru bergerak, pedang menggurat
tepat menjemput golok It-to-cian yang datang. Yang pasti seranganLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 175
golok penuh perubahan sebanyak 13 kali, setiap perubahan cukup
ganas untuk sanggup mencabut nyawa.
Pedang Siau Sam Kongcu ikut berputar dan berubah. Setiap
serangan golok dijemput dengan baik. Perubahan golok sudah
habis, tapi pedang masih belum habis perubahannya. Ujung pedang
berputar juga menepis. It-to-cian merasakan tenaga yang keluar
dari pedang. Dua tangan terus memegang pegangan golok,
tubuhnya tidak sengaja terus naik.
Dia membentak dan menarik goloknya. Tapi golok sudah
terkekang oleh tenaga dalam Siau Sam Kongcu. Golok tidak dapat
dicabut, tubuh juga ikut terbawa mengikuti perubahan Siau Sam
Kongcu.
Ilmu pedang Siau Sam Kongcu mengikuti tubuhnya terus
berubah dan terus melilit golok It-to-cian. Tenaga dalam terus
mengalir, melalui golok dan membentur tangan It-to-cian.
It-to-cian mulai merasakan dua tangannya mati rasa. Golok di
tangan tidak sanggup dikuasai, akhirnya terlepas dari tangannya
dan terbang ke atas udara.
Karena dia berada di tengah-tengah udara maka dia menekuk
tubuhnya, siap menjemput golok yang yang terlepas. Tapi goloknya
sudah dijemput oleh pedang Siau Sam Kongcu, kemudian dia
melambaikan pedangnya. Dengan sangat tepat, golok dia
dilemparkan masuk ke sarung golok yang berada di pinggang It-tocian.
Perhitungan yang sangat tepat. Pedang Siau Sam Kongcu juga
pada saat bersamaan masuk ke sarungnya. Siau Sam Kongcu turun
dengan tenang.
It-to-cian ikut turun juga. Tadi dia sempat mempunyai perasaan
yang salah. Dia mengira goloknya terbang datang untuk menepis
nadi-nadi penting nya. Sampai dia mengetahui ternyata golok
masuk ke dalam sarung, dia baru menarik nafas. Akhirnya mengerti
bila Siau Sam Kongcu ingin membunuh dia, itu mudah baginya
seperti membalikkan telapak tangan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 176
Dia tetap menaruh tangan pada pegangan golok tapi tidak
mencabutnya, hanya melihat Siau Sam Kongcu dengan bengis.
"Ilmu silat Tionggoan tidak mementingkan membunuh orang
melainkan bagaimana menghentikan pembunuhan. Malam ini aku
memberimu dua kata, 'Jin'(bersabar hati) dan 'Su'(memaafkan)."
Setelah itu Siau Sam Kongcu membalikkan tubuh dan
meninggalkan tempat.
Melihat bayangan tubuh Siau Sam Kongcu yang berjalan pergi,
It-to-cian mengeluarkan sorot mata sadis. Kali ini dia kalah total.
Untung kalah di tempat ini, kalau tidak mana mungkin dia bisa
kembali lagi ke Ling-ong-hu.
134-134-134
Ling-ong sangat mengenal sifat Siau Sam Kongcu. Dia tidak
memaksa Siau Sam Kongcu untuk tinggal, hanya membuat jamuan
makan untuk mengantar dia pergi.
Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
It-to-cian, Su-ki-sat-jiu, dan Cu Kun-cau juga datang, hanya Su
Ceng-cau yang tidak terlihat dalam jamuan itu. Terhadap putri
kesayangannya, Ling-ong tidak bisa berbuat apa-apa.
Siau Sam Kongcu tidak memperhatikan. Dia tahu Su Ceng-cau
tidak ingin Siau Sam Kongcu keluar dari Ling-ong-hu, tapi dia tidak
sanggup menahan gurunya. Karena Cu Kun-cau sangat tidak
menghormati Siau Sam Kongcu, maka selain harus melihat
ayahnya, dia juga harus melihat Siau Sam Kongcu yang kecewa. Di
dalam hatinya mengira, karena Siau Sam Kongcu bukan lawan Itto-cian maka dia tetap tidak berani bertarung dan diam-diam
mundur. Tapi begitu melihat sikap Siau Sam Kongcu yang tenang
seperti tidak terjadi sesuatu, dia mulai merasa heran. Yang paling
mengherankan adalah sikap It-to-cian. Ke-sombongannya tidak
terlihat dan jarang berbicara.
Su-ki-sat-jiu terus mengawasi sikap It-to-cian. Walaupun
mereka tidak tahu apa yang terjadi semalam tapi melihat sikap Itto-cian, sedikit banyak mereka bisa menebak. Setelah tahu tebakan
mereka tidak salah, bahwa semalam Siau Sam Kongcu sudahLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 177
mencari It-to-cian dan mengalahkan dia, mereka saling
memandang dan tersenyum berarti.
It-to-cian melihatnya, dia marah tapi tidak berani menunjukkan
kemarahannya, bukan karena dia mengerti kata pemberian Siau
Sam Kongcu 'Jin', melainkan karena ilmu silatnya kalah dari orang
lain.
Dia tidak menganggap itu adalah tebakan Su-ki-sat-jiu. Dia
mengira Siau Sam Kongcu sudah meng umumkan kekalahannya
pada orang lain. Yang pasti itu sudah mengganggu dia di Ling-onghu. Satu-satunya cara adalah mengajak tarung secara terbuka dan
mengalahkan Siau Sam Kongcu.
Tapi bagi dia, opsi ini sama sekali tidak meyakinkan.
Selain makanan enak dan arak bagus, masih ada ratusan uang
perak dan emas. Ling-ong tidak menahan Siau Sam Kongcu, tapi dia
terus berpesan:
"Setelah masalah di Pek-hoa-couw selesai, jangan lupa kembali,
karena Ling-ong-hu tidak bisa kekurangan dirimu!"
Siau Sam Kongcu terus-menerus menjawab:
"Pasti! Pasti!"
"Ceng-cau memang seperti itu, kau jangan menaruh di hati!"
kata Ling-ong sambil tertawa, "putriku ini memang membuatku
kewalahan!"
"Apalagi aku yang menjadi gurunya, lebih-lebih tidak bisa
mengurusnya!" Siau Sam Kongcu berjalan ke depan It-to-cian,
"posisi guru pedang aku serahkan kepada tuan!"
It-to-cian tidak tahu harus menjawab apa. Siau Sam Kongcu
berkata lagi:
"Di dalam Ling-ong-hu semua orang bisa belajar Thian-cangkang dari Jepang. Itu karena tuan yang mengajarnya!"
Ini hanyalah kata-kata sungkan. Siau Sam Kongcu hanya berkata
dan tidak ada maksud apa-apa, tapi terdengar oleh It-to-cian sepertiLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 178
Siau Sam Kongcu sedang menertawakan dia. Walaupun tidak
marah pada waktu itu, tapi kebenciannya semakin bertambah.
135-135-135
Su-ki-sat-jiu terus mengantar Siau Sam Kongcu keluar Ling-onghu. Semenjak mengenal Siau Sam Kongcu, ini adalah pertama
kalinya mereka merasa antusias.
"Kami sudah tahu Siau-heng tidak berpangku tangan!" kata Liu
Hui-su dengan senang, "melihat sikap dia tadi, pastinya semalam
dia sudah kalah bertarung dengan menyedihkan, maka
kesombongannya baru hilang tidak tersisa!"
Kata Cia Ceng-hong:
"Mengapa Siau-heng tidak memberitahukan kepada kami agar
kami tidak melewatkan pertarungan yang seru ini?"
"Itu karena Siau-heng terlalu baik. Seharusnya memberi
pelajaran kepada dia waktu jamuan makan agar ddak repot!" kata
Hoa Pie-li.
Soat Boan-thian menepuk tangan:
"Benar kata Lo-sam. Orang itu tetap adalah guru Siau-ongya.
Setelah pertarungan semalam, dia harus tahu di luar langit masih
ada langit yang lebih tinggi. Di luar orang masih ada orang yang
lebih hebat. Agar dia tidak berani macam-macam di Tiong-goan!"
Siau Sam Kongcu menarik nafas panjang. Akhirnya dia
membuka suara:
"Apapun yang terjadi, Siau-ongya membawa orang ini masuk
pasti ada maunya. Harap semua orang berhati-hati!"
Su-ki-sat-jiu segera berhenti tertawa. Siau Sam Kongcu berkata
lagi:
"Asal Ong-ya tidak setuju, masalah tidak akan menjadi besari"
Su-ki-sat-jiu sama-sama mengangguk. Siau Sam Kongcu segera
pamit pergi.
136-136-136Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 179
Setelah keluar kota sejauh 10 li, waktu berjalan di gunung Siau
Sam Kongcu mulai merasa ada orang membuntutinya. Awalnya dia
hanya merasa curiga, tapi tidak lama kemudian dia mulai yakin.
Siau Sam Kongcu berhenti berjalan. Orang itu segera
bersembunyi di balik sebuah pohon.
"Siapa? Cepat keluar!" bentak Siau Sam Kongcu.
Begitu orang ini tahu dia sudah terlihat dan tidak bisa
bersembunyi lagi, dia terpaksa keluar. Ternyata adalah Su Cengcau. Dia memakai baju ketat dan membawa sebuah bungkusan kain.
Begitu melihat Siau Sam Kongcu, dia segera mengeluarkan lidah.
"Kau?" Siau Sam Kongcu terpaku.
"Guru!" Su Ceng-cau ketakutan.
"Kau ada di sini, ada apa?"
"Aku mengikutimu dari belakangmu dan sam pai di sini!"
"Untuk apa kau mengikuti aku?"
"Ingin ikut ke Pek-hoa-couw, melihat-lihat untuk menambah
pengetahuan!"
Siau Sam Kongcu baru mengerti:
"Ternyata hari ini kau sudah dari awal keluar dari Ling-ong-hu,
pantas tidak melihatmu berada di sana!"
Su Ceng-cau ingin tertawa:
"Kau kira murid tidak mempunyai persiapan? Sampai guru mau
pergi juga tidak mengantar."
"Kau segera pulang ke Ling-ong-hu!" Siau Sam Kongcu marah,
"kau diam-diam keluar dari Ling-ong-hu, bila ayahmu tahu, aku
tidak sanggup menjelaskan!"
"Aku sudah meninggalkan surat di kamar dan menjelaskan itu
adalah ideku sendiri!" Su Ceng-cau tetap tertawa.
"Kau..." Siau Sam Kongcu marah.
Su Ceng-cau segera datang memohon:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 180
"Bila aku tinggal di Ling-ong-hu, aku tidak tahan. Apalagi harus
belajar ilmu pedang kepada orang itu!"
"Identitasmu tidak bisa sembarangan berkelana di dunia
persilatan."
"Kalau guru tidak memberitahu identitasku, siapa yang bisa
tahu?" Su Ceng-cau menarik lengan bajunya, "aku akan
mendengarkan apa yang guru katakan, dan aku jamin tidak akan
membuat masalah!"
"Dunia persilatan penuh bahaya, kau tidak berpengalaman,
apalagi sifatmu semau sendiri!" Siau Sam Kongcu teringat sifat Su
Ceng-cau, dia menggelengkan kepala.
"Aku akan mengubah sifatku! Bukankah guru juga
mengharapkan aku bisa mengubah sifatku yang buruk? Sekarang
aku mau berubah, kau harus memberiku kesempatan!"
Siau Sam Kongcu tertawa kecut:
"Kau tidak mau pulang?"
"Betul! Kalau guru tidak mengijinkan aku ikut, terpaksa aku
harus pergi sendiri. Bila terjadi..."
"Berarti kau mau mengancam guru. Baik! Kau yang
mengeluarkan kata-kata ini. Kita buat perjanjian dulu, bila di jalan
kau tidak mendengar kata-kataku dan semaumu sendiri, aku segera
memerintahkanmu pulang!"
"Aku berjanji!" Su Ceng-cau meloncat-loncat kegirangan.
137-137-137
Sekarang Ling-ong sudah tahu Su Ceng-cau kabur. Yang pasti dia
marah. Dia tahu putri ini karena terlalu disayang dari kecil maka
bisa melakukan hal seperti ini. Ini memang tidak aneh. Tapi
seharusnya dia memberitahukan ayahnya terlebih dahulu.
"Menurutku, dia pasti disuruh oleh Siau Sam!" Cu Kun-cau tidak
lupa menyerang Siau Sam Kongcu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 181
"Siau Sam Kongcu bukan orang seperti itu!" Ling-ong adalah
orang yang mengerti, "ini karena biasa aku jarang mendidiknya dan
terlalu besar..
"Ceng-eau terbiasa hidup enak, bagaimana dia bisa berkelana di
dunia persilatan? Aku kira kita harus menyuruh dia pulang
sekarang juga, kalau tidak..." kata Cu Kun-cau.
"Baik, aku serahkan masalah ini kepadamu, bawalah Ceng-cau
pulang. Jangan kurang ajar terhadap Siau Sam!"
Cu Kun-cau setuju, dia segera memberi isyarat agar It-to-cian
keluar ruangan.
138-138-138
Setelah keluar dari ruangan, wajah Cu Kun-cau ditekuk.
It-to-cian segera bertanya:
"Apakah maksud Siau-ongya menyuruhku keluar untuk
mencari?"
"Selain guru, tidak ada orang yang lebih cocok lagi. Kalau La-cai
tidak ada hal lain, lebih baik dia ikut pergi juga."
"Tidak sulit membawa Kuncu pulang, tapi bagaimana dengan
marga Siau yang berada di sisinya?"
"Bunuh dia!"
Dua alis It-to-cian terlihat melayang. Aura membunuh segera
keluar.
139-139-139
Setelah keluar dari Ling-ong-hu, It-to-cian terus berlari ke timur
kota. Keluar kota sejauh tiga li, dia mendatangi sebuah gubuk.
Melihat tidak ada orang di sekeliling, dia segera meniru suara
burung.
Seorang yang berbaju hitam turun dari sebuah pohon besar
tanpa menimbulkan suara. Orang itu berpakaian bukan seperti
orang persilatan di Tiong-goan, berbicara juga bukan dalam bahasa
Tionggoan. Terlihat dia sangat menghormati It-to-cian.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 182
Setelah It-to-cian berpesan beberapa kalimat, orang berbaju
hitam mengangguk dan membalikkan tubuh.
Soat Boan-thian melihatnya, dia melihat gerak gerik It-to-cian
sangat mencurigakan, maka dia membuntutinya dari Ling-ong-hu
sampai ke sini. Keadaan di sini sangat dikenalnya, maka
keberadaannya tidak terlihat atau terasa oleh It-to-cian.
Orang berbaju hitam pergi, Soat Boan-thian juga pergi. Dia selalu
berada di belakang orang berbaju hitam.
Orang berbaju hitam berlari cepat. Soat Boan-thian juga tidak
lambat, tetap membuntuti dengan tanpa suara.
Di bawah hutan penuh dengan daun. Walau pun orang berbaju
hitam melangkah dengan ringan, tapi langkah kaki tetap
menimbulkan suara.
Soat Boan-thian tahu keadaannya seperti itu, maka dia
melangkah dengan sangat hati-hati. Tapi akhirnya dia tetap
ketahuan oleh orang berbaju hitam.
Orang berbaju hitam segera membalikkan tubuh. Soat Boanthian segera berkelebat ke balik sebu-ah pohon, tapi dia sudah
terlihat oleh lawan.
Dia membentak, tapi Soat Boan-thian tidak mengerti bahasanya.
Dia keluar membentak:
"Kalian ada berapa orang? Dan apa tujuan kalian datang
kemari?"
Orang berbaju hitam juga tidak mengerti bahasa Soat Boanthian, dia mencabut goloknya:
"Baik! Aku lihat kalian bukan orang baik-baik! Bila bertemu
dengan seorang aku akan membunuh seorang, agar ringkas!"
Orang berbaju hitam segera meloncat ke atas, tangan melayang,
berturut-turut menembakkan senja ta menyerang ke arah Soat
Boan-thian. Kemu-dian di tengah-tengah udara dia membacok Soat
Boan-thian.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 183
Soat Boan-thian menghindar. Semua senjata rahasia terpaku di
batang pohon. Terlihat daya membunuh senjata ini sangat kuat.
Sambil menghindar, senjata Soat Boan-thian juga dilepaskan.
Cepat dan kuat! Orang berbaju hitam mengayunkan golok untuk
menahan kemudian meloncat ke batang pohon, tapi begitu berdiri
dia kembali turun lagi.
Dari lengan baju Soat Boan-thian ada cahaya berkilau. Dua buah
senjata rahasia sudah dilepaskan ke nadi orang berbaju hitam.
Sepasang golok pendek sudah dikeluarkan dari lengan baju dan
berputar di lengannya, lalu dia mendekat untuk menyambut.
Di tengah-tengah udara, orang berbaju hitam menahan dua
senjata rahasia dengan golok. Tubuh berbalik ke tempat asal.
Walaupun bukan batang pohon yang tadi, tapi dia sudah
mengaitkan dua kakinya pada batang pohon, posisinya seperti
seekor kelelawar bergantung. Pada saat bersamaan dia juga
melepaskan senjata rahasia ke arah Soat Boan-thian.
Soat Boan-thian menahan senjata rahasia deng an sepasang
golok pendeknya. Tubuhnya tetap maju. Pada waktu itu terdengar
suara petir. Asap tebal sudah meledak di batang pohon itu dan asap
terus menyebar. Orang berbaju hitam menghilang di dalam asap
tebal itu.
Soat Boan-thian tidak mengejar masuk ke asap tebal. Dia
tengkurap di bawah tanah. Kemudian suara terdengar di bawah:
"Orang yang berpengalaman di dunia persilatan memang tidak
bisa disamakan!"
Di hutan bagian utara pada jarak sejauh dua li, terlihat sebuah
kuil kuno berdiri di sana. Kuil kuno ini tidak terlalu besar tapi sangat
kokoh. Orang berbaju hitam tidak memasuki kuil dari pintu utama,
melainkan meloncat masuk melalui dinding.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 184
Soat Boan-thian melihat orang berbaju hitam dari jauh, dengan
cepat dia berusaha mengejar.
Cat papan nama kuil tua sudah terkelupas, tapi tulisannya masih
bisa terbaca 'Kuil Po-ki' tiga huruf.
Pintu kuil terbuka. Seorang hweesio tua yang pendek dan
bertubuh kecil berdiri di ambang pintu. Di kepala hweesio hanya
terdapat beberapa helai rambut putih. Baju hweesio berwarna abuabu yang hampir putih, terlihat panjang dan sangat lebar,
melambai-lambai ditiup angin.
Wajah hweesio terlihat baik tapi serius, mimik wajahnya seperti
tertawa dan seperti tidak. Dia terlihat seperti seorang hweesio yang
berkedudukan tinggi.
Waktu Soat Boan-thian ingin masuk, hweesio menghalanginya
berkata:
"O-mi-to-hud, aku adalah Hweesio La-cai."
"Menyingkir!" Soat Boan-thian membentak. Sepasang golok
kecil berputar-putar di tangannya.
"Tempat Budha adalah tempat yang paling bersih dan tenang.
Tuan membawa golok kemari, apakah ada murid dari kuil ini yang
Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sudah berbuat kesalahan kepadamu?" suara La-cai lembut dan licik.
"Aku sedang mengejar seseorang dan melihat dia kabur masuk
ke dalam kuil ini!" Tadinya Soat Boan-thian ingin mendorong Lacai, tapi melihat La-cai tampak seperti orang yang lemah, maka dia
mengurungkan niatnya.
"Betulkah? Kalau begitu, aku akan membawamu mengejarnya!"
La-cai membalikkan tubuh berjalan masuk. Cara jalan La-cai
sedikit lucu tapi tidak pelan.
Soat Boan-thian terus mengikuti La-cai. La-cai pada waktu yang
begitu tepat menunggu di luar pintu, itu sudah membuat Soat Boanthian curiga. Tapi sampai sekarang masih tidak terlihat ada yang
tidak beres pada hweesio tua ini.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 185
Setelah melewati sekat yang terukir huruf 'Hud', mereka
kemudian masuk ke kebun. Dinding-dinding di kebun sudah banyak
yang roboh, rumput liar juga terlihat tumbuh di mana-mana.
Begitu masuk ke ruangan, debu dan sarang laba-laba juga
banyak terlihat di sana. Ada lubang di atap yang disebabkan oleh
sekeping genteng yang sudah pecah dan terjatuh. Sinar matahari
masuk dari lubang itu, membuat ruangan terlihat semakin
misterius.
Soat Boan-thian melihat La-cai, dia bertanya:
"Sudah berapa lama tempat ini tidak dibersihkan!"
"Pinceng tidak jelas!" La-cai menggelengkan kepala.
"Di belakang ini tempat apa?"
"Kamar semedi! Apakah tuan ingin masuk untuk melihatnya?"
Soat Boan-thian mengangguk, tapi tidak berkata, La-cai berkata:
"Menurutku, kau tidak perlu melihatnya lagi!"
"Oh?" Soat Boan-thian terpaku.
"Bukankah orang yang kau cari berada di sana?" La-cai
menunjuk patung-patung Budha yang sudah tidak sempurna dan
yang catnya sudah terkelupas. Kemudian dia membentak dengan
kata-kata yang tidak dimengerti oleh Soat Boan-thian.
Soat Boan-thian terpaku lagi. Pada saat yang bersamaan, orang
berbaju hitam meloncat turun dari sebuah patung Budha.
Kemudian La-cai marah-marah. Soat Boan-thian bisa melihat dia
sedang marah besar. Di dalam nada yang penuh kemarahan, Soat
Boan-thian tidak mengerti apa yang La-cai katakan. Tapi dia yakin
bahwa La-cai, orang berbaju hitam dan It-to-cian adalah satu
kelompok.
Setelah cukup memarahi orang berbaju hitam, La-cai baru
melihat kepada Soat Boan-thian.
"Apa yang kau katakan?" tanya Soat Boan- thian.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 186
"Aku marah dia tidak berguna, bisa-bisanya membuat kau
membuntutinya sampai ke sini!" Begitu menyelesaikan katakatanya, La-cai sudah menyerang Soat Boan-thian.
Soat Boan-thian sudah mempunyai persiapan, maka reaksinya
tidak lambat. Sepasang golok pendek segera menyerang. Tapi
ternyata jurus yang La-cai keluarkan adalah jurus tipuan, maka
ketika kedua telapaknya baru mencapai setengah kaki, dia sudah
menendang lutut kanan Soat Boan-thian.
Soat Boan-thian tidak sempat menghindar, lututnya tertendang
hingga remuk, tubuhnya terbang jauh menabrak dinding.
Pada waktu yang bersamaan, La-cai sudah mengeluarkan
tangannya, dia mencabut golok katana yang berada di pinggang
orang berbaju hitam dan menancapkan golok ke perut Soat Boanthian. Soat Boan-thian terpaku.
Dia berteriak kesakitan:
"Siapa kau sebenarnya?"
"La-cai!" Sambil berkata La-cai sudah berada di depan Soat
Boan-thian, "apakah kau tahu apa yang disebut dengan orang yang
bersabar hati?"
Soat Boan-thian belum menjawab, La-cai segera berkata lagi:
"Orang yang telah dilatih dengan ketat, pandai membunuh, dan
pandai mendapatkan kabar berita!"
"Kau bukan seorang samurai?" sepasang golok pendek Soat
Boan-thian dilempar keluar.
Dengan tenang La-cai menjemput goloknya:
"Maka membunuh dengan cara apa? Kau harus mati!" Kemudian
dia membalikkan kedua tang annya, sepasang golok yang dia jemput
tadi sudah menancap di tempat penting Soat Boan-thian.
Akhirnya Soat Boan-thian menghembuskan nafas terakhir.
Matanya melotot besar. Dia mati seper ti ini dan mati di sana, mana
mungkin dia bisa menutup mata dalam kematiannya?
140-140-140Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 187
Sudah berlalu beberapa hari sejak dia terkurung di tempat ini,
Siau Cu tidak ingat. Wan Fei-yang juga tidak ingat. Semenjak masuk
ke Sian-tho-kok, dia sudah tidak bisa menghitung waktu. Apalagi
ketika baru masuk, seringkah dia pingsan selama 3-4 hari.
Di bawah ajaran Wan Fei-yang, Siau Cu belajar ilmu silat sampai
lupa makan dan lupa tidur.
Setiap hari Wan-tianglo tanpa memandang hujan dan angin,
datang mencari mereka untuk bertarung. Sebelum mereka benarbenar lelah, dia tidak mau berhenti.
Siau Cu begitu belajar ilmu silat, dia langsung
mempraktekannya. Siau Cu adalah orang yang berbakat dalam
bidang ilmu silat, apalagi yang mengajar dia adalah pesilat-pesilat
terkenal.
Wan-tianglo sangat senang. Wan Fei-yang juga senang melihat
kemajuan ilmu silat Siau Cu. Dia menjadi tidak suka karena orang
mengkhawatirkan banyak masalah.
Wan Fei-yang memperdalam Ih-kin-keng, sam bil mengajarkan
ilmu silat kepada Siau Cu. Lama dia memperhatikan sikap Siau Cu,
karena Siau Cu tampak tidak tenang, "Apakah kau punya banyak
pikiran?" Akhirnya Wan Fei-yang bertanya.
"Tidak juga!" Siau Cu sedikit malu dan berkata lagi, "aku harus
keluar, dengan begitu aku tidak mengganggumu berlatih ilmu
silat!"
"Apakah kau ingin meninggalkan Sian-tho- kok?"
"Wan-toako, kita sama-sama pergi dari sini. Bila kita bergabung,
kita pasti bisa mengalahkan orang aneh itu!"
"Kalau memang bisa, kita sama sekali sudah tidak berada di sini!
Ilmu silat dan ilmu tenaga dalam orang tua ini sangat tinggi.
Perubahan jurus-jurusnya sangat cepat. Dengan ilmu silatmu dan
aku sekarang, bertarung masing-masing ataupun bergabung tidak
akan ada bedanya!"
Siau Cu merasa kecewa:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 188
"Kalau begitu bila ingin meninggalkan tempat ini, kita harus
menunggu Wan-toako pulih kembali agar bisa memperagakan
Thian-can-sin-kang?"
"Masih ada dua jurus Ih-kin-keng yang sampai sekarang aku
belum mengerti. Jika benar-benar bisa mengerti 2 jurus itu, ilmuku
baru bisa pulih. Tapi entah kapan!"
"Butuh waktu sekitar berapa lama?"
Wan Fei-yang tertawa:
"Mungkin seumur hidup pun masih belum bisa mendapatkan
apa-apa. Mungkin juga kalau kebe tulan, aku bisa segera
menguasainya!"
Siau Cu tertawa kecut:
"Tapi kalau kau mau meninggalkan Sian-tho-kok, tetap ada
cara!"
"Cara apa?"
"Pertama pancing dulu Wan-tianglo masuk.."
Memancing Wan-tianglo masuk bukan hal yang sulit. Wan Feiyang di waktu malam hari berpura-pura kambuh luka dalamnya.
Setelah merintih kesakitan, ditambah teriakan Siau Cu yang akan
mengejutkan Wan-tianglo, dia akan masuk untuk melihat.
Tadinya Siau Cu tidak setuju, tapi seperti kata Wan Fei-yang,
tinggal di sana tidak ada gunanya bagi dia. Siau Cu juga teringat
akan Lam-touw yang sangat berbudi kepadanya. Maka apapun yang
terjadi, dia harus menemukan pembunuh itu. Akhirnya dia setuju
dengan cara ini.
"Mengapa penyakitmu tiba-tiba kambuh?" Wan-tianglo melihat
Wan Fei-yang berguling-guling kesakitan di bawah. Dia merasa
aneh. Menurut perhitungannya, seharusnya Wan Fei-yang sudah
tidak merasa kesakitan seperti itu. Walaupun kambuh, seharusnya
terjadi setengah bulan kemudian, dan juga tidak akan sakit seperti
itu. Siau Cu melihat dia terpaku, segera berkata:Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 189
"Masih menunggu apalagi? Bila sesuatu terjadi pada Wan-toako,
siapa yang akan menemanimu bertarung?"
Wan-tianglo melihat Siau Cu:
"Yang pasti aku akan menyelamatkan dia. Bila kalian berdua
roboh pada waktu yang bersamaan, orang pertama yang akan
kutolong adalah dia!"
"Aku kira kau harus menyelamatkan aku dulu karena luka
dalamku tidak begitu berdt, sehingga pada hari kedua aku akan
sehat kembali dan bisa bertarung denganmu lagi!"
"Kau bukan siapa-siapa, hanya mempunyai ilmu seperti kucing
berkaki tiga, mana mungkin bisa bersaing dengan Wan Fei-yang?"
Tapi dia segera melihat Wan Fei-yang dan mengomel:
''Kau benar-benar merepotkan!"
"Mengapa kau tidak menolong dia?" kata Siau Cu.
"Aku mempunyai perhitungan sendiri. Kau jangan cerewet!
Pergi sana!" Wan-tianglo membentak.
Siau Cu berjalan ke depan jendela. Wan-tiang-lo tidak
memperhatikannya. Tenaga dalamnya segera disalurkan pada
kedua tangan dan 10 jarinya, dia segera menekan nadi Wan Feiyang. waktu itu, tubuh Wan Fei-yang bagian bawah berputar
dengan cepat. Dua tangan Wan Fei-yang dengan cepat mencengkram pergelangan tangan Wan-tianglo, bentaknya:
"Cepat pergi!"
"Wan-toako, kita bertemu di lain waktu!" Siau Cu sudah
meloncat keluar melalui jendela.
Reaksi Wan-tianglo sangat cepat. Nadi pada kedua pergelangan
tangan yang dicengkram Wan Fei-yang segera digeser. 10 jarinya
seperti tidak bertulang, dan dia malah berbalik menepuk nadi di
kedua tangan Wan Fei-yang.
Wan Fei-yang melepaskan tangannya, kemudian menyerang
sebanyak 28 kali. Wan-tianglo dipaksa mundur tiga langkah.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 190
J "Wan Fei-yang, mengapa kau menipuku?" Wan-tianglo marah
besar. Jurus-jurusnya segera dikeluarkannya dengan ganas dan
cepat.
Wan Fei-yang menyambut jurus-jurusnya dengan serius sambil
menjawab:
"Orang lain ingin melakukan hal penting, mengapa kau harus
memaksa dia tinggal di sini?"
"Apa yang kau mengerti tentang ini? Nyawa mu hanya tinggal
separuh lagi, maka bisa membuatku berlatih dengan puas. Cepat
kau kembali ke tempatmu, aku akan menangkap Siau Cu kembali!"
"Aku ingin dia meninggalkan tempat ini, mana mungkin
membiarkan kau lewat!" Wan Fei-yang tertawa.
"Apakah kau mau mati?" Wan-tianglo semakin marah. Jurusnya
semakin cepat, juga bertambah galak.
"Kalau aku mati di tangan Cianpwee, apakah Cianpwee tidak
akan merasa kesepian di kemudian hari?" Wan Fei-yang tetap
tersenyum.
"Kalau Siau Cu kabur, dalam sehari kau harus menemaniku
bertarung dua kali. Pada waktu itu kau akan tersiksa!" Nada Wantianglo mulai melemah, tapi dia tetap memaksa ingin lewat.
Wan Fei-yang berusaha menghadang. Rumah pohon agak sempit
maka gerakan tubuh terbatas, apalagi mereka bertarung di atas
ranjang rotan. Walaupun Wan-tianglo mempunyai ilmu meringan
kan tubuh yang tinggi, dengan ruang gerak yang sempit, ilmu
meringankan tubuhnya sulit dikeluarkan.
Dia harus melepaskan libatan Wan Fei-yang, baru bisa keluar
dari rumah pohon. Yang pasti bukan langsung membereskan
masalah.
Dia seringkali menggunakan jurus kosong untuk menipu Wan
Fei-yang agar bisa lewat. Tapi dengan pengalaman menghadapi
musuh dan kepintarannya, Wan Fei-yang bisa mengetahuinya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 191
Maka dia tetap mencegat dengan segala cara dan tidak memberi
kesempatan kepada Wan-tianglo untuk lewat.
Setelah ratusan jurus dilewati, Wan-tianglo menarik nafas. Dia
tahu bila semakin cemas dia akan semakin sulit merobohkan Wan
Fei-yang. Dengan ilmu silat Siau Cu, sekarang dia pasti sudah keluar
dari Sian-tho-kok.
Bila Siau Cu sudah kabur dari Sian-tho-kok, akan sulit
menangkap dia kembali. Sebenarnya Wan-tianglo memang tidak
tertarik dengan ilmu silat Siau Cu. Setelah berpikir, dia malah
menjadi tenang. Jurus nya berubah dan terus menyerang Wan Feiyang.
Terhadap perubahan Wan-tianglo, Wan Fei-yang sudah hafal.
Sampai perubahan baru Wan-tianglo pun bisa ditebak Wan Feiyang. Hanya saja tenaga dalamnya belum cukup, maka Wan-tianglo
selalu bisa merebut kesempatan pada jurus-jurus tertentu.
Akhirnya dia dirobohkan. Wan-tianglo tidak mengejar keluar.
Dia hanya menunggu Wan Fei-yang berdiri, kemudian merobohkan
dia lagi.
Waktu Wan Fei-yang pingsan, di sudut mulut nya masih
tersenyum. Ini benar-benar membuat Wan-tianglo marah.
Kegilaan orang ini terhadap ilmu silat benar-benar keterlaluan
dan sudah sampai pada tarap sesat.
Setelah Siau Cu meninggalkan Sian-tho-kok, tadinya dia ingin
pergi ke ibukota untuk mencari Tiong Toa-sianseng. Tapi begitu
masuk ke dunia persilatan, dia mendapat kabar tentang rapat Pekhoa-couw, juga tahu Tiong Toa-sianseng adalah salah seorang yang
diundang. Maka dia segera berubah pikiran dan langsung menuju
ke Kanglam.
Dia adalah orang berpengalaman di dunia persilatan, dia bisa
mendapatkan banyak kabar dunia persilatan. Dia segera tahu
murid-murid Bu-tong-pai sudah berangkat. Dan diantara murid ini
ada Lu Tan yang dia kenal.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 192
Bagi Siau Cu mencari Lu Tan adalah hal yang mudah, tapi bagi
Lu Tan pertemuan mereka adalah hal yang tidak diduga.
Waktu berada di penginapan ketika mendengar ada yang
mengetuk pintu, Lu Tan mengira adalah pelayan. Ternyata adalah
Siau Cu, maka Lu Tan terpaku.
"Mengapa tidak mengenaliku lagi?" Siau Cu tertawa. Walaupun
dalam kesusahan namun kapan- pun bila bertemu teman, Siau Cu
tetap bisa tersenyum.
Mungkin dia tidak ingin temannya khawatir, dan dia juga tidak
mempunyai banyak teman.
"Siau Cu, kau datang dari mana?" Lu Tan berteriak, dia segera
tertawa.
"Kau tahu aku adalah orang berpengalaman di dunia persilatan.
Mencarimu adalah hal yang mudah!"
"Betul! Betul!"
Siau Cu melihat Lu Tan. Sampai sekarang dia baru pertama kali
melihat Lu Tan memakai baju pendeta dan rambut disanggul seperti
pendeta.
Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa yang terjadi denganmu? Betulkah kau ingin menjadi
pendeta?" Siau Cu sedikit curiga.
"Aku adalah Pendeta Hek-sik (baju hitam)."
"Walaupun kau ingin menjadi seorang tosu, maka namamu
harus bagus. Apakah kau tidak merasa Hek-sik itu sangat tidak enak
di dengar?"
Lu Tan tertawa kecut.
"Aku tetap memanggilmu Lu Tan!"
"Kalau kau ingin memanggilku Lu Tan, itu tidak apa-apa. Mana
gurumu?"
"Dia sudah meninggal!"
"Mana mungkin!" Lu Tan terkejut.
"Kalau seseorang harus mati, tidak ada yang bisa menghadang!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 193
"Apa yang terjadi?"
"Aku tidak tahu. Mungkin dilakukan oleh orang Pek-lian-kau.
Karena ada dendam antara kita dengan Pek-lian-kau!"
"Dia sangat berbudi kepadaku. Tentang ini aku juga tidak akan
berpangku tangan. Bila ingin membalas dendam, jangan lupa
beritahu kepadaku!"
Siau Cu menepuk pundak Lu Tan. Dia tidak berkata apa-apa.
"Sekarang kau mau ke mana?" tanya Lu Tan.
"Pergi ke Pek-hoa-couw, berharap bisa bertemu dengan Tiong
Toa-sianseng. Sebelum meninggal, dia akrab dengan Tiong Toasianseng. Mungkin bisa mencari tahu sesuatu dari dia!"
"Kalau begitu kita pergi sama-sama!"
"Kau mewakili Bu-tong-pai?"
Lu Tan tertawa kecut:
"Bu-tong-pai sudah beberapa kali menghadapi musibah. Orang
berbakat sudah tidak muncul di Bu-tong-pai. Sebenarnya aku tidak
pantas mewakili Bu-tong-pai!"
Siau Cu ikut menarik nafas. Siau Cu tahu seberapa tinggi ilmu
silat Lu Tan. Kalau dibandingkan dengan Tiong Toa-sianseng dan
pesilat tangguh lain, ilmu silatnya sangat jauh.
"Kalau ada Wan-toako, Bu-tong-pai tidak akan mengirimku
sebagai perwakilan, dan tidak akan dihina orang!"
"Tapi kalau kau ikut rapat Pek-hoa-couw, tidak akan ada orang
yang menganggap enteng Bu-tong-pai. Kecuali dalam hatimu ingin
orang lain meremehkanmu!"
Lu Tan segera menegakkan dadanya. Kata-kata Siau Cu mudah
dimengerti. Bila seseorang ingin orang lain mementingkan dirinya,
dia sendiri harus mementingkan dirinya terlebih dulu.
Siau Cu berkata lagi:
"Sebelum meninggal, guru selalu mengajar aku seperti itu.
Jangan karena kita terlahir di keluarga miskin dan berilmu rendah,Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 194
kita memandang rendah diri sendiri. Terlahir di keluarga miskin
karena Thian yang mengaturnya, tidak ada orang yang bisa
mengubahnya. Sedangkan bila berilmu rendah, kita bisa berlatih
dan akhirnya akan maju!"
Sambil mendengar, Lu Tan mengangguk. Tapi Siau Cu malah
menarik nafas:
"Memang kita bercerita seperti ini, tapi terlahir di keluarga
miskin tetap menghadapi banyak rintangan. Walaupun kita sendiri
tidak peduli, tapi kita harus melihat reaksi lawan!"
"Lawan yang mana?"
"Lamkiong Bing-cu!" Siau Cu ingin menarik kembali katakatanya tapi sudah tidak sempat, ingin membantah juga tidak bisa,
maka dia menjadi serba salah.
Lu Tan tidak ambil pusing, dia mengangguk:
"Kalian berdua benar-benar serasi, apakah dia baik kepadamu?"
"Betul, sangat baik! Kau lebih tua daripadaku, pasti sudah
memiliki kekasih!"
"Aku adalah Hek-sik Tojin, tidak akan masuk ke tempat yang ada
hubungan antara laki-laki dan perempuan!"
"Aku lelah mendengarnya, dan aku juga tidak nyaman!"
"Pelan-pelan kau akan terbiasa!"
"Aku tidak mengerti apa baiknya menjadi seorang pendeta.
Kalau ada gadis yang suka kepadaku, hari ini menjadi pendeta,
besok aku akan keluar dari jabatan pendeta! Kau berkata kau tidak
punya hubungan dengan gadis, berarti kau pernah mempunyai
kekasih!"
"Tidak juga!"
"Jadi?"
"Aku mengakui pernah menyukai seorang gadis, maka aku
tergesa-gesa pergi!"
"Sebab kau takut latar belakangnya tidak sama?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 195
"Ada sedikit..."
"Kau pasti tahu siapa dia."
"Tiang-lek Kuncu, Su Ceng-cau!"
Lu Tan tidak membantah. Dia tertawa kecut.
"Gadis ini memang sedikit galak dan tidak tahu diri, tapi hatinya
baik!" kata Siau Cu.
Lu Tan hanya bisa tertawa kecut.
Sekarang Su Ceng-cau sedang berada di sebuah kuil kuno. Dia
sedang memegang sebuah Ciam dan bertanya kepada penjaga kuil:
"Kau jelaskan kepadaku arti Ciam ini!"
"Ciam ini adalah waktu Kiang Tai-kong (seorang tokoh Tiongkok
kuno yang bertemu dengan Bun-ong di usianya yang ke 80 tahun.
Di usia yang setua itu, dia baru menemukan jodoh dan
mendapatkan seorang istri). Berarti Ciam ini adalah Ciam yang 'Siasia' (Bawah dan bawah). Itu adalah Kiam yang paling jelek," kata
penjaga kuil.
Penjaga kuil belum menyelesaikan kata-katanya, Su Ceng-cau
segera memakai Ciam yang terbuat dari bambu untuk memukul
titik di antara kedua alis penjaga kuil.
"Kau sembarangan bicara! Aku memberimu kesempatan sekali
lagi. Kalau kali ini masih membuatku tidak puas, aku akan
membuatmu susah!"
"Kiang Tai-kong bertemu dengan Bun-ong adalah hal benar,
bukan rekayasa, mana mungkin diubah. Kalau nona merasa tidak
puas, boleh minta ke Budha satu Ciam lagi!" kata penjaga kuil.
"Kau kira aku tidak tahu meminta Ciam hanya boleh dilakukan
satu kali?" bentak Su Ceng-cau, "Lebih baik kau jelaskan Ciam ini
dengan baik!"
Penjaga kuil menarik nafas:
"Jodoh ditentukan oleh Thian, mana mungkin dipaksakan!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 196
Sebelum selesai bercerita, Su Ceng-cau sudah mencengkram
bajunya, siap melempar penjaga kuil keluar. Saat ini Siau Sam
Kongcu datang, membentak:
"Su Ceng-cau jangan tidak sopan!"
"Guru, dia..!"
"Mana ada orang yang sepertimu tidak ada aturan! Cepat
turunkan dia!"
Su Ceng-cau menurunkan penjaga kuil ke kursi, dia sampai
terguling ke bawah.
Siau Sam Kongcu geleng-gelengkan kepala:
"Bukankah sudah kukatakan, sepanjang jalan kau jangan
membuat masalah?"
"Dia yang membuat aku marah!"
"Sembarang bicara! Ceng-cau, apa janjimu pada guru?"
"Dari pagi sampai malam terus berjalan, aku bosan. Kebetulan di
sini bertemu orang, tapi orang yang tidak becus. Ciam yang baik aku
dapatkan, tapi dia sengaja berkata ini Ciam yang jelek. Dia tidak
takut aku tidak suka!"
"Kalau kau mau senang dan mau tidak bosan, kau boleh pulang!"
"Aku tidak mau pulang!" teriaknya.
"Kau harus pulang! Apa janjimu kepadaku, sepanjang jalan tidak
akan buat masalah. Kalau membuat masalah, kau akan pulang
sendiri!"
"Maksud guru mengusirku?"
"Karena kita sudah ada perjanjian!"
"Lain kali aku tidak akan melakukan hal seper ti ini lagi!"
"Sudah berapa kali kau ucapkan kalimat ini? Setiap kali ada
kedua kalinya, bahkan sampai sekarang juga! Maka lebih baik
perjalananmu sampai di sini saja agar tidak repot!"
"Sebenarnya kau tidak suka karena ilmu silat ku tidak bagus,
juga tidak bisa membantu!" suara Su Ceng-cau semakin keras, "AkuLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 197
tidak membencimu. Semua ini kau sendiri yang membuatnya,
jangan salahkan orang lain!"
"Kau serius?" suara Su Ceng-cau makin keras.
Siau Sam Kongcu mengangguk. Su Ceng-cau menghentakkan
kaki dan berlari keluar.
Tadinya Siau Sam Kongcu ingin memanggilnya, tapi akhirnya dia
mengurungkan niatnya. Dia melihat Su Ceng-cau menghilang di
jalan yang panjang.
Siau Sam Kongcu terpaku, saat mau meninggalkan tempat, Su
Ceng-cau kembali lagi.
"Guru!" Dia berhenti di depan Siau Sam Kong cu, menundukkan
kepala, seperti sedih karena disalahkan.
"Untuk apa kau kembali lagi?" Siau Sam Kongcu tidak mau
melihat dia.
"Aku yang salah! Adatku jelek! Sepanjang jalan membuat
masalah, membuat guru jadi repot!"
"Kembalilah ke rumah!"
"Tadinya aku ingin diam-diam mengikuti guru, tapi setelah
dipikir-pikir jika berlaku seperti itu akan membuat konsentrasi
guru terpecah dan mengganggu guru. Maka aku mengambil
keputusan untuk lebih baik kembali ke Ling-ong-hu!"
"Oh!" Siau Sam Kongcu merasa terkejut karena pertama kali dia
mendengar Su Ceng-cau berkata seperti itu.
"Tapi guru boleh tenang. Dengan ilmu silatku, bila tidak
membuat masalah di sepanjang jalan, aku akan baik-baik saja!"
Siau Sam Kongcu tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia
sudah terbiasa dengan sifat Su Ceng-cau yang berteriak-teriak,
perubahan Su Ceng-cau sekarang ini malah membuat dia menjadi
bingung.
"Guru, jaga dirimu baik-baik, aku pergi!" Sete lah Su Ceng-cau
berpamitan, dia baru pergi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 198
"Di jalan harus hati-hati!"
"Aku akan berhati-hati!" Su Ceng-cau berlari.
Siau Sam Kongcu terpaku lagi.
Setelah belok dua kali dan melihat Siau Sam Kongcu tidak
mengejar, Su Ceng-cau baru benar-benar kecewa. Dia
menghentakkan kaki dan marah:
"Aku sudah tahu kau tidak ingin aku ikut ke Pek-hoa-couw. Kau
tidak mau aku pergi, aku sengaja ingin ke sana. Aku akan ke sana
untuk menunggumu sampai waktunya apa yang ingin kau
lakukan!"
Setelah mengambil keputusan, tawa memenuhi wajahnya
kembali.
(Bersambung Jilid ke-3)Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 1Kolektor E-Book adalah sebuah wadah nirlaba bagi para
pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi
pengetahuan dan pengalaman.
Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk
melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan di
pasaran dari kepunahan, dengan cara mengalih mediakan
dalam bentuk digital.
Proses pemilihan buku yang dijadikan objek alih media
diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan, usia,
maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari
kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek
buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan
kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital
sesuai kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari
buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.
Salam pustaka!
Team Kolektor E-BookLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 2
LEGENDA
PENDEKAR ULAT SUTRA
Pengarang : Huang Ying
Terjemahan : Liang YL.
Pustaka Koleksi : Gunawan Aj.
Image Sources : Awie Dermawan
Ebook PDF : yoza
@ Nov, 2018, Kolektor E-Book
PENERBIT :
CV. Tunas Mandiri Jaya
2012Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 3
Legenda
Pendekar Ulat Sutra
Pengarang : Huang Ying
Jilid Ketiga
IAU CU dan Lu Tan berada di dalam kerumunan orang.
Lu Tan tidak melihat ke kiri atau kanan, sebaliknya mata
Siau Cu sangat sibuk melihat kesana kemari, mulutnya
juga tidak bisa diam, Siau Cu tidak henti-hentinya makan dan
berbicara. Dari kecil dia mengikuti Lam-touw berkelana di dunia
persilatan. Mereka menjual sulap di mana-mana dan kebanyakan
berada di tempat yang ramai, maka Siau Cu sangat menyukai
tempat ramai.
Dia tidak melupakan Lu Tan, baru berjalan sebentar, dia segera
menepuk pundak Lu Tan:
"Melihatmu seperti ini, aku sulit mempercayai kau tumbuh besar
di ibukota!"
"Apa maksudmu?" tanya Lu Tan.
"Tempat ini begitu ramai, mengapa kau sama sekali tidak
tertarik?"
"Mungkin karena tumbuh besar di tempat ramai!" kata Lu Tan
lagi, "apakah ada tempat yang lebih ramai daripada Sin-sa-hai?"
Begitu mendengar kata Sin-sa-hai, Siau Cu segera teringat
Lamkiong Beng-cu, jawabnya:
"Sepertinya tidak ada!"
"Itu sangat sederhana. Mengapa kau tanyakan penyebabnya?"
kata Lu Tan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 4
"Tapi kau tidak pernah melihat pada perempuan yang lewat di
jalan. Kau juga tidak mau berbicara denganku!"
"Bila memang perlu, aku pasti akan berbicara. Sedangkan
masalah perempuan yang lewat di jalan, apa bedanya melihat
mereka atau tidak?"
"Apa betul kau ingin menjadi pendeta?"
"Aku sudah menjadi pendeta!"
"Apakah tidak siap kembali ke dunia awam? Betulkah kau mau
keluarga Lu tidak berketurunan?"
"Jangan katakan tentang ini!" kata Lu Tan.
"Tiga atau empat hari lagi kita akan sampai ke keluarga Lamkiong, apakah kau kira tidak akan ber temu dengan dia?"
"Siapa?" Lu Tan merasa aneh.
"Murid Siau Sam Kongcu!"
"Kau selalu suka berbicara seperti ini. Dia sudah kembali ke Ling
Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ong-hu, mana mungkin muncul di keluarga Lamkiong."
"Siapa yang berani berkata tidak mungkin. Kalau kalian
bertemu, apa yang akan terjadi?"
"Tapi kukira kami tidak akan bertemu lagi!"
"Jangan begitu yakin, ada jodoh yang bisa mempertemukan
orang!" Siau Cu teringat Lamkiong Beng-cu lagi.
Lu Tan masih ingin melanjutkan kata-katanya, tapi tiba-tiba
seorang laki-laki terjatuh ke arahnya. Siau Cu bereaksi dengan lebih
cepat, dia mencengkeram Lu Tan. Laki-laki itu terjatuh dan
terguling di depan Lu Tan. Hidung dan wajahnya bengkak. Setelah
berguling beberapa kali dia baru merangkak bangun.
Siau Cu dan Lu Tan melihat ke sekeliling mereka, terlihat oleh
mereka rumah makan 'Cung-goan-lou' yang berantakan, dan
kembali lagi seorang laki-laki terlempar dari sana.
Lu Tan ingin menjemput laki-laki yang terlempar itu tapi Siau
Cu sudah mendahuluinya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 5
"Dari penampilan mereka sepertinya bukan orang baik-baik,
untuk apa kita menjemput dia?" kata Siau Cu.
Baru saja Siau Cu selesai berkata, seorang gadis muncul di
balkon lantai atas rumah makan Cung-goan-lou, sambil marahmarah dia berteriak:
"Kalian bajingan! Jika bertemu lagi, akan aku cabut nyawa
kalian!"
Lu Tan dan Siau Cu sontak terkejut mendengar suara ini, segera
melihat ke arah gadis yang berteriak. Gadis di balkon adalah Su
Ceng-cau.
"Lu Tan!" Su Ceng-cau meloncat bangun.
Dua laki-laki yang terlempar tadi tergesa-gesa kabur. Su Cengcau berlari dan menghampiri Siau Cu dan Lu Tan:
"Siau Cu, kau juga di sini!"
"Kukira kau sudah tidak ingat aku lagi."
"Ingatanku tidak sejelek itu! Mengapa bisa kebetulan bertemu
kalian di sini?"
"Itu namanya kita berjodoh!" Siau Cu melihat Lu Tan.
Lu Tan merasa malu, belum lagi buka suara. Su Ceng-cau
melihatnya:
"Sejak kapan kau menjadi pendeta?"
Siau Cu yang menjawab:
"Dia hanya pura-pura, hanya untuk menutup mata dan telinga
orang, kau tidak perlu khawatir. Bila sampai waktunya nanti, dia
akan kembali seperti semula."
Lu Tan hanya bisa tertawa kecut.
Setelah tahu Siau Cu dan Lu Tan juga akan pergi ke keluarga
Lamkiong, Su Ceng-cau sangat senang. Dia memang tidak takut
berjalan sendiri, tapi dengan mempunyai dua teman, itu akan lebih
baik dari pada sendirian, karena Su Ceng-cau orang yang suka
keramaian.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 6
Su Ceng-cau diam-diam pergi ke keluarga Lamkiong tanpa
memberi tahu Siau Sam Kongcu. Siau Cu dan Lu Tan tidak merasa
terkejut karena mereka sudah tahu sifat Su Ceng-cau, jika Su Cengcau yang menyebabkan terjadinya musibah besar, itupun tidak
aneh.
Malam itu, mereka memesan dua kamar di suatu penginapan.
Tapi setelah makan malam, Su Ceng-cau terus berada di kamar Siau
Cu dan Lu Tan. Dia tidak habis-habisnya berbicara, sampai Siau Cu
merasa terheran-heran dengan kata-katanya yang bisa begitu
banyak.
Siau Cu menyandar di sudut dinding agar Lu Tan bisa
mendapatkan kesempatan berbicara, tapi Lu Tan yang di depan Su
Ceng-cau hanya tampak seperti orang bodoh. Dia hanya bisa
mendengar perkataan Su Ceng-cau, tapi tidak satu patah kata pun
yang diucapkannya.
Su Ceng-cau tidak peduli. Dia terus menceritakan kisah
perjalanannya, dari pulang ke Ling-ong-hu sampai diusir oleh Siau
Sam Kongcu.
"Kukira perjalanan ikut guru adalah paling membosankan, siapa
tahu berjalan sendiri ternyata lebih bosan. Untung bertemu kalian,
maka sepanjang jalan nanti akan lebih baik."
"Aku tidak merasa akan lebih baik!" kata Siau Cu.
Su Ceng-cau tidak memperhatikan Siau Cu. Tapi dia seperti baru
sadar Lu Tan dari tadi tidak bicara, tiba-tiba dia bertanya:
"Mengapa kau selalu diam?"
"Aku mendengarkan kau bicara."
"Bagaimana bisa ada orang yang tidak melihat kalau orang lain
ingin berbicara!" Siau Cu mengomel.
"Siau Cu, apa maksudmu?" tanya Su Ceng- cau.
"Tidak ada!" Reaksi Siau Cu sangat cepat. "Mengapa kau tidak
bergabung kemari?"
"Aku takut mengganggu pembicaraan kalian."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 7
"Kau tidak suka berbicara denganku? Apakah karena kau masih
ingat aku pernah memecahkan piring sulapmu di Sin-sa-hai?"
"Siapa yang masih ingat hal-hal kecil seperti itu?"
"Tapi aku mengingatnya, dan kau juga seperti bukan orang yang
gampang melupakan!"
Siau Cu cepat-cepat berkata:
"Demi menunjukkan aku benar tidak peduli hal-hal kecil seperti
itu, maka terpaksa aku kemari!"
"Menurut kalian, apakah An-lek-hou akan ikut datang
meramaikan di Pek-hoa-couw kali ini?"
"Hou-ya adalah murid Tiong Toa-sianseng, seharusnya dia akan
datang." kata Siau Cu.
Su Ceng-cau segera meloncat kegirangan. Begitu merasa sudah
kelepasan, dia segera mencoba menutupi:
"Sangat baik! Pada waktu itu teman-teman kita di ibukota bisa
berkumpul lagi!"
"Tapi sayang guruku Lam-touw tidak bisa menunggu sampai
hari itu!"
Lu Tan dan Su Ceng-cau terdiam. Terhadap kepergian Lamtouw, mereka merasa kehilangan.
Diamnya mereka membuat Lu Tan mendengar ada orang yang
bergerak di atas genteng, dia berkata:
"Apa yang terjadi dengan gurumu?"
Siau Cu merasa aneh dengan pertanyaan Lu Tan, dia melihat Lu
Tan. Mata Lu Tan memberi isyarat ke atas. Siau Cu sangat pintar.
Dia segera mengerti apa yang terjadi. Pada waktu yang ber-samaan
dia juga mendengar pergerakan di atas, dia berkata:
"Guruku sudah meninggal!"
Ketika Siau Cu mengucapkan kata-kata ini, Lu Tan sudah
mengeluarkan pedang dari sarung. Dia meloncat dan memecahkanLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 8
genteng untuk keluar ke atas genteng. Siau Cu pun keluar melalui
jendela.
Di luar jendela ada kebun penginapan. Siau Cu kemudian
meloncat lagi ke atas genteng.
Ada asap yang muncul dan menyebar di atas genteng. Siau Cu
melindungi nadi-nadi penting dengan dua telapak tangannya. Dia
meloncat ke atap bangunan lain, tapi yang terlihat olehnya hanya
asap, tidak ada orang.
Lu Tan dan Su Ceng-cau sudah berada di atas atap. Pedang Lu
Tan dimasukkan ke sarung. Tidak terlihat ada darah, berarti tidak
ada yang terkena serangan. Walaupun tiba-tiba tapi Lu Tan tidak
berhasil melukai orang yang tadi berada di atas genteng.
Su Ceng-cau tidak berpengalaman. Begitu melihat asap, baru
tahu ada orang di atas atap.
"Siapa mereka itu?" tanya Su Ceng-cau.
"Di atas atap kita hanya melihat asap putih. Tapi selain orangorang Pek-lian-kau, siapa lagi yang mencari kita?"
"Betul! Kelak kita harus lebih hati-hati!" kata Lu Tan.
"Kita tidak mencari mereka untuk membalas dendam tapi
mereka malah mencari kita. Awas bila bertemu lagi!" Siau Cu
marah.
"Lebih baik begitu, perjalanan kita menjadi tidak sepi!" Begitu
teringat kemungkinan terjadi persengketaan di jalan, Su Ceng-cau
bersemangat.
Mereka tahu itu bukan orang-orang Pek-lian-kau pada siang di
hari kedua.
Matahari bersinar terik. Dalam keadaan yang panas seperti ini,
paling nyaman bila masuk ke dalam hutan. Maka Lu Tan, Siau Cu
dan Su Ceng-cau bertiga begitu masuk ke dalam hutan, langkah
mereka menjadi pelan.
Angin sepoi-sepoi bertiup. Siau Cu berjalan paling depan. Dia
membuka baju dibagian dadanya untuk menyejukkan tubuhnya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 9
Dalam hembusan angin sepoi-sepoi, Siau Cu mendengar ada
suara senjata rahasia yang men datangi mereka. Siau Cu segera
berteriak:
"Hati-hati!" Dia meloncat ke atas sebuah pohon besar.
Senjata rahasia ada yang berbentuk seperti salib, ada yang
seperti kincir air, datang dari semua penjuru menyerang Lu Tan dan
Siau Cu.
Lu Tan mencabut pedang untuk menahan senjata rahasia. Dia
juga mundur ke sisi Su Ceng-cau dengan maksud melindungi Su
Ceng-cau. Tapi belum sampai di sisi Su Ceng-cau, serangan senjata
rahasia sudah berhenti.
Siau Cu tidak seberuntung dia. Waktu senjata rahasia terus
mengejarnya, dia berguling-guling tiga kali dan sampai di depan
sebuah pohon besar. Seketika itu sebatang pohon terbang
menerjang punggung Siau Cu.
Setelah belajar ilmu silat dari Wan Fei-yang, kepandaian Siau Cu
maju pesat. Dengan lincah Siau Cu menghindari terjangan batang
pohon. Tapi berikutnya serangan datang lagi, kali ini serangan
golok.
Bagian tengah batang pohon ternyata sudah kosong. Ada seorang
samurai bersembunyi di sana. Waktu batang pohon menerjang Siau
Cu, si samurai mengeluarkan golok katana dari sarung dan menepis
seperti kilat.
Saat Siau Cu berhasil menghindari serangan batang pohon, golok
katana sudah sampai padanya. Siau Cu berkelit dari serangan golok
katana dengan perubahan langkah-langkah kaki yang asalnya dari
Wan-tianglo, kemudian diubah oleh Wan Fei-yang, hingga lebih
sempurna lagi.
Samurai itu tidak menyangka tepiannya akan meleset, dia jadi
terpaku. Siau Cu segera menendang perut si samurai yang membuat
dirinya terpelanting.
Dari semak-semak muncul lagi seorang samurai, dia berguling
ke depan, dengan golok katana menepis kedua kaki Siau Cu. Siau CuLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 10
terus menghindar tepisan golok katana berturut-turut tiga kali,
kemudian samurai itu meloncat ke atas dan menepis lagi.
Siau Cu menahan serangan katana dengan golok pendek yang
berada di tangannya. Samurai yang tadi ditendang Siau Cu kembali
datang menyerang dari belakang. Dia mengayunkan golok, sedikit
pun tidak takut. Dia melewati sepasang golok dan berlari ke arah Lu
Tan dan Su Ceng-cau.
Lu Tan tidak selincah Siau Cu. Dia tidak bisa melayani samurai
yang tiba-tiba datang menyerang.
Dari semak-semak di dekat jalan, keluar lagi seorang samurai,
dia segera mengambil kesempatan ini menepis.
Lu Tan tidak bisa menghindar, pahanya terkena tepisan golok.
Walaupun terluka ringan tapi tetap terganggu. Seorang samurai
turun lagi dari atas. Serangan golok katana membuat Lu Tan
kerepotan.
Su Ceng-cau yang berada di samping tentu saja tidak mau
berpangku tangan. Tapi dua samurai itu bisa berpindah-pindah ke
tempat yang tidak terjangkau oleh Su Ceng-cau dan kemudian
menyerang Lu Tan.
Begitu melihat penampilan mereka, Su Ceng-cau langsung tahu
mereka berasal dari Jepang, dan teringat It-to-cian yang akan
menggantikan Siau Sam menjadi guru pedang. Setelah beberapa
kali serangan nya tidak mengenai mereka, Su Ceng-cau segera
membentak:
"Siapa yang menyuruh kalian kemari!"
Samurai-samurai itu mungkin tidak mengerti bahasa Su Cengcau. Mereka sama sekali tidak mendengar dan terus menyerang
Siau Cu dan Lu Tan.
Siau Cu berlari ke arah Lu Tan, dua samurai juga mengejar Siau
Cu datang. Mereka bergiliran menyerang Siau Cu dan Lu Tan, tidak
hanya dengan senjata, mereka juga menggunakan senjata rahasia.
Mereka sangat kompak. Mereka seperti tidak menganggap Su Cengcau, hanya menyerang Siau Cu dan Lu Tan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 11
Su Ceng-cau juga tidak bisa membantu, dengan tangan
memegang pedang, dia sangat cemas.
Cara empat samurai menyerang sangat berbeda dengan cara
menyerang orang-orang persilatan Tionggoan. Siau Cu terus
melindungi Lu Tan dan Su Ceng-cau. Keadaan benar-benar sulit.
Di matanya, empat samurai selalu menyerang Su Ceng-cau
dengan golok katana. Sama sekali berbeda dengan perasaan Su
Ceng-cau yang merasa bersalah. Itu adalah kesengajaan empat
samurai yang bertujuan untuk memecah konsentrasi Siau Cu dan
Lu Tan.
Selain dengan senjata rahasia, masih ada tali terbang. Dua tali
terbang tiba-tiba keluar dari dua tangan samurai. Tali melilit tangan
dan satu lengan Lu Tan, kemudian mereka menarik tali dengan
kencang sehingga membuat gerakan Lu Tan tidak bebas.
Melihat keadaan bahaya, Siau Cu segera ingin menolong tapi
dicegat oleh seorang samurai. Sangat jelas samurai ini sengaja
menghadang Siau Cu menolong Lu Tan. Senjata rahasia datang
terus-menerus, membuat Siau Cu terhadang.
Su Ceng-cau juga dihadang oleh samurai yang lain.
Dua samurai yang lain dengan sekuat tenaga menarik tali, juga
mengayunkan golok katana membacok Lu Tan.
Terlihat Lu Tan tidak akan bisa menghindari bacokan dua golok
katana. Dia siap membunuh salah satu dari mereka. Tiba-tiba ada
cahaya berkelebat. Dua tali yang melilit kaki dan tangan Lu Tan
sama-sama ditepis putus. Seorang nikoh tua berbaju abu-abu turun
seperti seekor bangau.
Setelah tali putus, dua samurai menjadi kacau. Mereka berputar,
mengarahkan golok menunjuk pada nikoh yang baru datang.
Nikoh itu tertawa dingin:
"Orang Jepang tidak tahu diri, berani sekali kau berbuat
kejahatan di sini!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 12
Dua samurai itu seperti tidak mengerti perkataan nikoh. Mereka
membentak, dua samurai yang tadi menghadang Siau Cu dan Su
Ceng-cau segera meninggalkan mereka dan berlari datang, dengan
golok katana menunjuk kepada nikoh tua itu.
Mereka sudah melihat nikoh itu adalah orang yang paling kuat
di antara mereka.
Nikoh itu melihat Lu Tan dan membentak:
"Cepat pergi!"
Lu Tan mundur. Siau Cu segera mendekat:
"Apakah kau mengenal nikoh ini?"
"Tidak!"
Siau Cu jadi terkejut, sebab dia melihat Fu Hiong-kun berdiri di
Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sana. Fu Hiong-kun dengan tertawa sedang melihat mereka. Tidak
perlu ditanya lagi, nikoh ini pasti ada hubungan dengan Fu Hiongkun. Empat samurai membentuk serangan dan mengayunkan golok
membacok. Baru saja cahaya golok katana berkelebat, cahaya
pedang sudah sampai menepis golok katana yang dipegang mereka.
Empat golok katana tidak ada yang terkecuali, semua putus ditepis
pedang nikoh.
Golok ini bukan terbuat dari besi biasa tapi dengan mudah
ditepis putus. Tentu pedang nikoh ini adalah pedang pusaka yang
sangat keras dan kuat, yang bisa menepis besi seperti menepis tahu.
Empat samurai terkejut dan mundur. Tapi pedang nikoh sudah
menepis salah satu samurai yang bergerak paling lambat. Dia
hampir membelah orang itu menjadi dua bagian.
Tiga samurai sudah masuk ke dalam hutan. Nikoh mengejar tapi
tiga samurai itu sudah menghilang. Kedua alis nikoh terangkat,
sambil membawa pedang dia terus berjalan.
Belum berjalan tiga langkah, dua tali tiba-tiba terbang dari
semak-semak ke atas kepala nikoh, terlihat tali itu hampir akan
terjatuh di atas kepala nikoh. Tangan kiri nikoh diangkat, tali sudahLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 13
berada di tangannya, kemudian ditariknya. Samurai yang tadi
melempar tali ke kepala nikoh yang sedang ber sembunyi di semaksemak tertarik keluar dan dilempar oleh nikoh.
Tubuh samurai baru terlempar, nikoh sudah berlari ke
depannya. Golok katana belum bergerak, pedang sudah menepis
tenggorokannya. Darah muncrat, samurai itu pun roboh.
Pada waktu yang bersamaan, seorang samurai keluar dari
semak-semak di bawah nikoh, kemudian dengan golok katana
berusaha membacok pinggang nikoh.
Dia mengira bacokan ini pasti akan mengenai sasaran, tapi yang
dibacok ternyata pedang pusakanya. Pedang pusaka berputar, golok
katana tertepis patah lagi.
Reaksi samurai benar-benar lincah. Dia segera lari. Nikoh tidak
mengejarnya, tapi pedang di tangan sudah terbang seperti kilat
mengejar samurai itu.
Mendengar ada suara pedang, si samurai segera mundur 7 depa.
Tubuh samurai tidak bergerak, tapi pedang sudah datang
menghujam ke jantungnya. Karena tenaga pedang yang besar
datang menerjang, tubuh samurai mundur sejauh tiga meter dan
memaku dia di sebuah batang pohon.
Nikoh itu tidak melihat samurai yang terpaku di pohon, tapi dia
mengawasi ke sebuah semak-semak. Samurai yang bersembunyi di
semak-semak merasa tidak bisa bersembunyi lagi, maka dia
melepaskan senjata rahasia, kemudian keluar dari semak-semak,
dan saat itupun ada asap kabut yang meledak di depan.
Nikoh itu seperti seekor bangau abu-abu melewati asap-asap,
mengejar di belakang samurai.
Saat si samurai keluar dari hutan. Dia hampir menabrak seorang
hweesio tua. Dia terkejut, begitu melihat itu adalah La-cai, dia ingin
mengatakan sesuatu, tapi tongkat La-cai sudah menghantam
kepalanya.
Tongkat itu kelihatan seperti rapuh, kalau dipakai memukul
mungkin akan patah. Tapi begitu memukul, ternyata tongkatnyaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 14
tidak patah, malah kepala samurai yang pecah. Samurai itu
berteriak memilukan, kemudian roboh.
Nikoh melihatnya, dia berhenti dan terpaku.
La-cai menyatukan sepasang telapak tangannya, membaca ayatayat suci:
"Budha maha baik, maafkan murid sudah membunuh.
Sekelompok samurai dari Jepang ini sembarang melakukan
kejahatan, mati juga tidak menyesal!"
Nikoh berbaju abu-abu melihat La-cai dari atas ke bawah,
katanya:
"Siapa kau?"
"Seorang hweesio. Apakah Suci tidak melihat baju hweesio yang
kupakai, tasbih yang tergantung di leher, dan bacaan Budha yang
kubacakan?"
"Seorang hweesio harus berbaik hati, mengapa tiba-tiba
membunuh orang?"
"Kita berdua sama!"
"Samurai-samurai Jepang sudah lama mendatangkan musibah di
Tionggoan, kalau tidak bertemu tidak bisa melakukan apa-apa. Tapi
begitu bertemu harus dibunuh, bertemu satu harus membunuh
satu, bertemu dua membunuh sepasang!"
"Maksud Pinceng juga begitu, maka Pinceng membunuhnya agar
Suci bisa menghemat tenaga!" kata La-cai seperti serius.
"Baik! Harus dibunuh. Suheng berasal dari perkumpulan
mana..."
"Pinceng selalu berkelana, sudah lupa berada di perkumpulan
mana, Pinceng masih ada perlu, tidak bisa berlama-lama, mohon
pamit!"
"Pinni tidak mengantar!" nikoh berkata dengan malas.
Sambil membaca bacaan Budha, La-cai pergi dengan cepat.
Nikoh tidak menghadang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 15
Baru Lu Tan datang, lalu memberi hormat:
"Bu-tong Lu Tan, berterima kasih atas budi Lo-cianpwee!"
"Tidak perlu sungkan!"
Siau Cu memberanikan diri bertanya:
"Lo-cianpwee adalah..."
"Heng-san Coat!"
"Coat-suthay!" Siau Cu dan Lu Tan berteriak.
Di Heng-san ada Coat, dan ada Ku. Nama Coat-suthay selalu
berada di atas Ku-suthay, karena perbuatan Coat-suthay sangat
Pendekar Latah 31 Embrace The Chord Karya Santhy Agatha Perfume Story Of Murderer 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama