Ceritasilat Novel Online

Saat Untuk Membunuh 1

Saat Untuk Membunuh A Time To Kill Karya John Grisham Bagian 1


A Novel
Ketika penduduk Clanton mendengar bahwa seorang pria kulit hitam membunuh dua orang kulit
pulih, kota itu pun gempur. Massa yang marah
bertekad akan merusak, membakar, dan menghancurkan apa pun dan siapa pun yang menentang
mereka.
Hanya pengacara muda Jake Brigance yang
berani membela Carl Lee Hailey, si terdakwa. Di
tengah kerusuhan rasial yang melanda, ia bertekad
akan memenangkan kasus ini kasus yang mempakan taruhan bagi kariernya, juga mengancam
kmaelamalun dirinya dan keluarganya.
John Grisham
A TIME TO KILL
_ Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 1994
A TIME TO KILL
by John Grisham
Copyright 1989 by John Grisham
All righls reserved
A TIME TO KILL
Alihbahasa: Hidayat Saleh
GM 402 94.026
Hak cipta terjemahan Indonesia:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
Jl. Pallmmh Selatan 24 26. Jakarta 10270
- Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota "(API. Jakarta Juni 1994
Cetakan kedua. Juni 1994
Judul asli : A time to kill
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
lsi di luar tanggung jawab Percetakan PT Gramedia
Untuk Renee,
Wanita dengan kecantikan unik,
Teman yang sangat setia,
Kritikus yang penuh kasih,
Ibu yang penuh pengabdian,
Istri yang sempurna.
A Time to Ki1l
CATATAN
DARI PENULIS
KARENA saya punya kecenderungan untuk memulai
proyek proyek yang tak pemah benar benar tuntas
terselesaikan, sasaran saya ketika mulai menulis
buku ini semata mata hanyalah menyelesaikannya.
Dalam angan-angan, saya bayangkan setumpuk
kextas ketikan tersusun rapi di sudut kantor saya,
sehingga suatu hari kelak saya bisa menunjuknya
dengan bangga sambil menjelaskan kepada klien
dan teman-teman bahwa itulah novel yang pernah
saya tulis. Tentunya, jauh di dalam relung pikiran
bawah sadar, saya pun memimpikan bahwa buku
ini bisa diterbitkan, namun sejujurnya saya tak
pernah ingat akan pikiran semacam itu, setidaknya
ketika mulai menulis. Novel ini menjadi usaha
pertama saya yang berlarut panjang di bidang fiksi.
Saya mulai pada musim gugur 1984, hanya tiga
tahun selepas dari sekolah dan masih sangat segar.
Pada awal karier hukum saya saat itu, saya banyak
menghabiskan waktu di berbagai ruang sidang,
menyaksikan pengacara pengacara tangguh memperdebatkan kasus mereka. Sejak du1u1saya selalu
7 terpesona dengan ruang sidang bahkan sampai
sekarang. Dalam sidang terbuka, orang membicarakan berbagai hal yang takkan mereka sebutkan
di luar rumah. Drama dtama terbesar tidak berlangsung pada layar film atau di atas pentas, namun terjadi setiap hari dalam ruang sidang yang
tak terhitung jumlahnya di seluruh pelosok negeri
ini. Suatu hari saya kebetulan menyaksikan sidang
peradilan yang mengerikan. Seorang gadis" muda
memberikan kesaksian memberatkan terhadap lakilaki yang telah memperkosanya dengan biadab.
Bagi saya, pengalaman itu sungguh mengoyak perasaan, meskipun saya hanya duduk sebagai penonton. Satu saat gadis itu tampak begitu gagah
berani, lain saat begitu rapuh mengiris hati. Saya
tersihir. Tak bisa saya bayangkan mimpi buruk
yang ia alami bersama keluarganya. Saya pun bertanya tanya dalam hati, tindakan apa yang bakal
saya ambil seandainya dia anak saya. Sewaktu
menyaksikannya menderita di hadapan dewan juri,
saya pribadi ingin menembak mati si pemerkosa.
Dalam sesaat yang pendek tapi tak pernah terlupakan, saya ingin menjadi ayahnya. Saya ingin
keadilan. Ada sebuah kisah di sana.
Saya jadi terobsesi dengan gagasan tentang
pembalasan seorang ayah. Apa yang akan dilakukan oleh dewan juri yang beranggotakan orangorang awam terhadap ayah seperti itu Sewajarnyalah bila ada rasa simpati yang besar, tapi cukupkah simpati itu untuk menghasilkan vonis be
bas Gagasan novel ini muncul dalam kurun waktu tiga bulan ketika saya hampir tak memikirkan
hal lain di luar gagasan tersebut.
Bab pertama saya tulis tangan pada buku catatan, dan saya minta Renee, istri saya, untuk
membacanya. Ia terkesan, dan mengatakan bahwa
ia ingin membaca bab kedua. Sebulan kemudian
saya berikan bab kedua dan ketiga, dan ia mengatakan ia terpikat. Renee biasa membaca lima atau
enam novel per minggu misteri, suspense,
thriller, spionase, segala jenis fiksi dan tak begitu sabar dengan cerita yang buruk.
Penulisan buku ini saya pandang lebih sebagai
hobi, satu jam di sini dan satu jam "di sana,
dengan sedikit disiplin untuk paling tidak menulis
satu halaman sehari. Saya tak pernah meninggalkannya. Saya ingat pernah melewatkan empat
minggu tanpa menuliskan apa apa. Sekali sekali
satu hari saya lewatkan tanpa menuliskan apa pun,
tapi kebanyakan saya terus maju dengan penuh
kesabaran. Saya pikir ini kisah yang indah, namun
saya tidak yakin dengan cara penulisannya. RenEe
menyukainya, maka saya pun meneruskan.
Setelah setahun, saya tercengang melihat betapa
cepatnya halaman halaman itu bertumpuk, dan
saya sadari bahwa buku itu sudah separo selesai.
Sasaran saya semula jadi terlupakan, dan saya pun
memikirkan kontrak penerbitan buku itu, royalti,
jamuan makan mewah dengan para agen dan
editor mimpi setiap pengarang novel yang bukunya belum pernah diterbitkan.
9 Tiga tahun sesudah saya mulai, Renee membaca
bab terakhir dan kami mengirimkannya ke New
York. Judulnya waktu itu adalah Deathknell, gagasan buruk yang langsung dicoret ketika naskah
tersebut tiba di kantor agen baru saya, Jay Garon.
Jay membaca tiga bab pertama, dan langsung mengirimkan kontrak untuk mewakili saya sebagai
agen. Enam belas agen lain menolak, demikian
pula selusin penerbit. Jay mengambil naskah itu,
dan meminta saya mulai menulis buku lain. Saya
menuruti nasihatnya.
Satu tahun berlalu dan tak ada yang terjadi.
Saya sedang tenggelam dalam penulisan The Firm
ketika Jay menelepon pada bulan April 1988 dengan kabar gembira bahwa buku ini akan diterbitkan. Bill Thompson dari Wynwood Press telah
membaca naskah itu dan langsung membelinya. Di
bawah bimbingannya, saya mengerjakan berbagai
perbaikan yang tak terhitung jumlahnya dan mendapatkan judul baru, A Time to Kill. Saya kira ini
adalah judul keenam atau ketujuh yang saya ambil.
Saya kurang pandai membuat judul.
Wynwood mencetak 5.000 eksemplar dan menerbitkannya pada bulan Juni 1989. Buku itu terjual baik dalam radius seratus mil di sekitar rumah, tapi di luar itu tak ada yang menghiraukan.
Tidak ada kontrak penerbitan dalam bentuk paperback, tidak ada penerbitan di luar negeri. Namun
itu novel pertama, dan kebanyakan novel pertama
tak ada yang menghiraukan. Yang lebih baik sudah menunggu di depan.
10 Saya menyelesaikan The Firm pada tahun 1989,
dan mengirimkannya kepada Jay. Doubleday/Dell
membelinya, dan ketika diterbitkan dalam bentuk
hardcover, karier kepenulisan saya mengalami perubahan dramatis. Keberhasilan The Firm membangkitkan minat baru pada A Time to Kill.
Dalam buku ini banyak terdapat biografi. Saya
tidak lagi menjalankan praktek hukum, tapi selama
sepuluh tahun saya melakukannya dengan cara
yang amat mirip seperti Jake Brigance. Saya tidak
pernah bekerja mewakili bank atau perusahaan
asuransi atau perusahaan besar, hanya mewakili
perorangan. Saya adalah pengacara jalanan. Jake
dan saya sebaya. Saya main pada posisi quarterback dalam regu sepakbola sekolah menengah,
meskipun tidak begitu baik. Kebanyakan dari yang
dikatakan atau dilakukannya, menurut saya adalah
sama dengan yang akan saya katakan atau lakukan
dalam situasi seperti itu. Kami berdua mengendarai mobil Saab. Kami berdua merasakan tekanan
tak tertahankan dalam sidang-sidang kasus pembunuhan. Sesuatu yang saya coba lukiskan dalam
cerita ini. Kami berdua pemah kurang tidur memikirkan klien kami dan muntah-muntah di kamar
kecil gedung pengadilan.
Novel ini muncul dari hati. Novel pertama, dan
kadang melantur, namun saya tak akan mengubah
satu patah kata pun seandainya mungkin.
Oxford, Mississippi,
30 Januari 1992.
13 11 1 ! ATIME TO KILL
BlLLY RAY cone adalah yang berusia lebih muda
dan bertubuh lebih kecil dari dua redneck
Pada umur dua puluh tiga tahun, ia sudah jladi
veteran tiga tahun dari Lembaga Pemasyarakatan
Parchman. Memiliki obat bius, dengan niat menjualnya. Ia berandal kecil dengan sosok ramping
dan tangguh, pernah bertahan selamat dalam penjara dengan jalan menyediakan obat Xbius untuk
dijual, dan kadang kadang dibagikan kepada
orang-orang kulit hitam dan sipir, guna mendapatkan perlindungan. Semenjak dibebaskan, ia makin
makmur, dan bisnis narkotika mengangkatnya ke
posisi redneck kaya raya di Ford County. Ia seorang usahawan, dengan pegawai, kewajiban, transaksi, dan berbagai hal lainnya kecuali pajak. Di
tempat penjualan mobil Ford di Clanton, ia dikenal
'Orang kulit putih tak berpendidikan di Amerika Serikat
bagian selatan.
13 sebagai orang terakhir dalam sejarah belakangan
ini yang membayar tunai sebuah truk pickup baru.
Enam belas ribu dolar tunai, untuk pickup Ford
mewah, four wheel drive warna kuning kenari,
yang dirakit menurut pesanan. Rodanya yang bersepuh krom dan ban antiselipnya didapat dari
suatu transaksi. Bendera besar yang bergantung di
jendela belakang dicuri Cobb dari seorang mahasiswa dalam pertandingan sepakbola di Ole Miss.
Pickup itu merupakan harta yang paling ia banggakan. Ia duduk di ujung bak belakang, minum
bir, mengisap ganja, sambil menyaksikan temannya, Willard, ambil giliran dengan anak perempuan hitam itu.
Willard empat tahun lebih tua dan sepuluh tahun lebih lamban. Biasanya ia bukan orang yang
berbahaya. Tak pernah terlibat dalam masa1a11 serius dan tak pernah dipekerjakan secara serius.
Mungkin sekali-sekali ia terlibat perkelahian, dengan akibat menginap semalam di penjara, namun
tak pernah melakukan tindakan yang bakal membuat dirinya menonjol. Ia menyebut dirinya penebang pohon, tapi punggungnya yang cedera
membuatnya jarang bisa bekerja di hutan. Cedera
itu ia dapatkan ketika bekerja di pengeboran minyak di lepas pantai Teluk Meksiko, dan perusahaan minyak itu pernah memberinya tunjangan
besar yang dihabiskannya ketika mantan istrinya
mendepaknya. Pekerjaan utamanya adalah pegawai
paro waktu Billy Ray Cobb yang tidak besar
menggaji, tapi murah hati dengan obat bius. Per
14 tama kalinya sesudah bertahun tahun, ia selalu bisa
mendapatkan sesuatu. Dan ia selalu butuh sesuatu.
Begitulah hidupnya sejak punggungnya cedera.
Anak perempuan itu berumur sepuluh tahun,
tubuhnya kecil untuk anak seusianya. Tubuhnya
terbujur bertopang siku, terikat dengan tambang
nilon kuning. Pahanya terentang lebar dengan kaki
kanan terikat erat pada batang pohon ek muda, dan
kaki kiri pada tonggak bekas pagar yang sudah
miring dan mulai lapuk. Tali tebal itu melukai
pergelangan kakinya, dan darah mengalir di sepanjang tungkainya. Wajahnya lebam bersimbah darah.
Dengan satu mata bengkak tertutup dan mata lain
separo terbuka, ia bisa menyaksikan laki laki kulit
putih satunya duduk di truk. Ia tidak memandang
laki laki di atasnya. Laki laki itu terengah engah,
berkeringat, dan mengumpat. Menyakitinya.
Setelah selesai, laki-laki itu menampamya dan
tertawa. Laki-laki satunya balas tertawa, lalu mereka tertawa lebih keras dan berguling guling di
rumput di samping truk, bagaikan dua orang gila,
menjerit jerit dan tertawa. Anak perempuan itu
memalingkan wajah dari mereka dan menangis
pelan, berhati hati agar isaknya tak terdengar. Sebelum itu, ia sudah dipukuli karena menangis dan
menjerit. Mereka mengancam akan membunuhnya
kalau ia tidak diam.
Bosan tertawa, mereka pindah ke bak truk.
Willard membersihkan badan dengan kemeja negro
kecil itu, yang sekarang sudah basah dengan darah
dan keringat. Cobb mengangsurkan sekaleng bir
15 dingin dari kotak pendingin kepadanya, dan berkomentar tentang lembapnya udara hari itu. Mereka
mengawasi anak itu menangis dan mengeluarkan
suara tertahan yang aneh, lalu diam tak bergerak.
Kaleng bir Cobb sudah separo kosong dan tidak lagi
dingin. Ia melemparkannya pada anak itu. Kaleng
menghantam perutnya dan memercikkan buih putih,
lalu menggelinding ke tanah, dekat beberapa kaleng
lain, semua berasal dari kotak pendingin yang sama.
Sudah dua karton bir isi enam kaleng mereka pakai
untuk melempari anak itu sambil tertawa-tawa,
ketika kaleng kaleng itu sudah separo kosong. Willard sulit memukul sasarannya, tapi Cobb cukup
tepat. Mereka bukan orang yang suka menghamburkan bir sia sia, tapi kaleng yang lebih berat bisa
lebih mudah dirasakan, dan mereka suka menyaksikan buih berhamburan ke mana mana.
Bir hangat bercampur darah hitam meleleh dari
wajah dan leher, ke kubangan kecil di belakang
kepala anak gadis itu. Ia tak bergerak. Willard
bertanya pada Cobb apakah menurutnya anak itu
sudah mati. Cobb kembali membuka sekaleng bir
dan menjelaskan bahwa negro umumnya tidak bisa
dibunuh dengan ditendangi, dipukuli, dan diperkosa. Perlu lebih dari itu untuk membunuh seorang negro, sesuatu seperti pisau atau senapan
atau tali. Meskipun tak pernah ikut serta dalam
pembunuhan semacam itu, di penjara ia pernah
hidup bersama segerombolan negro dan tahu
seluk beluk mereka. Mereka selalu saling bunuh
dan selalu memakai sebentuk senjata. Tak pernah
16 ada yang mati kalau cuma dipukuli atau diperkosa.


Saat Untuk Membunuh A Time To Kill Karya John Grisham di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ada beberapa orang kulit putih yang dianiaya dan
diperkosa, dan beberapa di antaranya tewas. Tapi
tak satu pun dari negro negro itu. Kepala mereka
lebih keras. Willard tampak puas dengan keterangan itu.
Willard menanyakan, apa rencana selanjutnya
setelah sekarang mereka selesai dengan anak itu.
Cobb menyedot ganja, mendorong asapnya dengan
bir, dan mengatakan ia belum selesai. Ia melompat
turun dari bak truk dan sempoyongan ke tempat
anak itu terikat. Ia mengumpat dan meneriakinya
agar bangun, lalu menuangkan bir dingin ke wajahnya sambil tertawa seperti orang gila.
Anak perempuan itu menyaksikan Cobb berjalan
mengitari pohon di sebelah kanannya. Ia menatap
Cobb yang sedang mengamati sela sela kakinya.
Ketika Cobb menurunkan celana, ia memalingkan
wajah ke kiri dan memejamkan mata. Cobb kembali menyakitinya.
Ia memandang ke tengah hutan dan melihat
sesuatu seorang laki-laki berlari sekuat tenaga,
menerobos semak belukar dan pepohonan. Itu
ayahnya, berteriak dan menuding nuding ke arahnya, mati-matian berusaha mendekat untuk menyelamatkannya. Ia menjerit memanggil dan ayahnya menghilang. Ia jatuh tertidur.
Ketika ia terbangun, salah satu laki-laki itu sedang
berbaring di bawah bak truk, yang lainnya di
bawah sebatang pohon. Mereka tertidur. Lengan
17 dan kakinya mati rasa. Darah, bir, dan air kiancing
bercampur dengan lumpur di bawahnya, menjadi
bubur lengket yang merekat tubuh kecilnya ke
tanah dan berderak ketika ia bergerak dan meronta. Lari, pikirnya. Namun dengan mengerahkan
segenap tenaga, ia cuma bisa bergeser beberapa
senti ke kanan. Kakinya terikat begitu tinggi, sampai pantatnya tergantung hampir tak menyentuh
tanah. Kaki dan tangannya begitu kebas, sampai
tak mau digerakkan.
Ia mengamati hutan, mencari ayahnya, dan dengan suara pelan memanggil. Ia menunggu, lalu
kembali jatuh tertidur.
Ketika ia terjaga untuk kedua kalinya, mereka
sudah bangun dan berjalan mondar mandir. Yang
bertubuh tinggi datang menghampiri dengan sebuah pisau kecil. Ia mencengkeram pergelangan
kaki kirinya dan dengan kasar menggergaji tali
pengikat sampai lepas. Kemudian ia membebaskan
kaki kanan, dan anak itu pun meringkuk bagai
janin, rnemunggungi mereka.
Cobb menggantungkan seutas tali tebal pada
sebatang dahan dan mengikat ujungnya menjadi
jerat dengan simpul geser. Dicengkeramnya anak
itu dan dilingkarkannya jerat di kepala, lalu ia
berjalan ke truk sambil membawa ujung tambang
yang lain dan duduk di bak, tempat Willard sedang menikmati ganja dan tersenyum lebar atas
tindakan yang akan dilakukan Cobb. Cobb menarik tali itu hingga tegang, lalu mengentakkannya
dengan kasar, sampai tubuh kecil bugil itu terseret
18 terpental pental di tanah dan berhenti tepat di bawah dahan. Gadis itu tercekik dan terbatuk batuk,
maka Cobb bermurah hati memberinya kesempatan
beberapa menit lagi. Ia mengikatkan ujung tali
pada bumper dan kembali membuka sekaleng bir,
Mereka duduk di bak truk sambil minum, merokok, dan memandangi anak itu. Hampir seharian
mereka berada di danau. Di sana ada sahabat
Cobb yang punya perahu dan ada beberapa gadis
yang diduga akan mudah didapatkan, tapi ternyata
tak bisa disentuh. Cobb sudah bermurah hati
mengobral obat bius dan bir, namun gadis gadis
itu tak membalas. Dengan frustrasi mereka meninggalkan danau dan berputar putar tanpa tujuan,
sampai kebetulan berjumpa dengan anak perempuan itu. Ia sedang berjalan di jalan batu dengan
sekantong belanjaan ketika Willard menghantam
belakang kepalanya dengan sekaleng bir.
"Kau akan melakukannya " tanya Willard,
matanya merah dan kabur.
Cobb bimbang. "Tidak, kau yang akan melakukannya. Ini gagasanmu."
Willard menyedot rokok ganja dalam dalam,
lalu meludah dan berkata, "Bukan gagasanku.
Kaulah yang ahli membunuhi negro. Kerjakanlah."
Cobb melepaskan tali dari bumper dan menariknya kencang. Tali itu mengelupas kulit dahan
pohon dan menaburkan serpihan kulit kayu elm
halus di seputar anak itu, yang sekarang mengawasi mereka dengan waspada. Ia batuk-batuk.
Tiba tiba ia mendengar sesuatu seperti mobil
19 dengan deruman keras. Dua laki laki itu cepatcepat menoleh dan memandang ke jalan tanah
yang menuju jalan raya di kejauhan. Mereka
mengumpat dan bergerak pontang-panting, yang
satu menutup pintu bak truk dan yang lain berlari
menghampiri anak itu. Ia tersandung dan jatuh di
dekatnya. Mereka saling mengumpat ketika memegang anak itu, melepaskan tali dari lehernya,
menyeretnya ke pickup, dan melemparkannya ke
dalam bak. Cobb menampar dan mengancam akan
membunuhnya kalau ia tidak berbaring diam. Ia
mengatakan akan mengantmkannya pulang kalau
ia tetap berbaring rendah dan bertindak seperti
yang mereka katakan; kalau tidak, mereka akan
membunuhnya. Mereka membanting pintu dan memacu pickup di jalan tanah. Ia akan pulang. Ia tak
sadarkan diri.
Cobb dan Willard melambaikan tangan pada
mbbil Firebird bersuara keras itu ketika melewati
mereka di jalan tanah yang sempit. Willard menengok ke belakang untuk memeriksa apakah
negro kecil itu masih tetap berbaring. Cobb berbelok ke jalan raya dan memacu pickup nya.
"Bagaimana sekarang " tanya Willard cemas.
"Entahlah," jawab Cobb gelisah. "Tapi kita harus melakukan sesuatu secepat mungkin, sebelum
dia mengotori seluruh truk dengan darah. Lihatlah
ke belakang sana, darahnya berceceran ke manamana." '
Willard berpikir sejenak sambil menghabiskan
20 sekaleng bir. "Ayo kita lemparkan saja dari jembatan," katanya bangga.
"Gagasan yang bagus. Sangat bagus." Cobb
menginjak rem keras keras. "Beri aku sekaleng
bir," perintahnya kepada Willard, yang langsung
melompat keluar dari truk dan mengambil dua
kaleng bir dari belakang.
"Darahnya bahkan mengotori kotak pendingin,"
lapomya ketika mereka kembali mengebut.
Gwen Hailey mendapat firasat yang mengerikan.
Biasanya ia menyuruh salah satu dari tiga anak
laki lakinya untuk pergi ke toko, tapi mereka sedang dihukum oleh ayah mereka dan divonis untuk menyiangi kebun. Tonya sudah pernah pergi
ke toko seorang diri. Toko itu cuma satu mil
jauhnya, dan ia terbukti bisa diandalkan. Namun
sesudah dua jam berlalu, Gwen memerintahkan
ketiga anak laki-lakinya untuk mencari adik perempuan mereka. Mereka menduga ia ada di rumah keluarga Founders, bermain bersama anakanak mereka, atau mungkin pergi lebih jauh dari
toko untuk mengunjungi sahabat karibnya, Bessie
Pierson.
Kata Mr. Bates, pemilik toko, Tonya memang
datang ke sana dan sudah pergi satu jam yang
lalu. Jarvis, kakak laki laki kedua, menemukan
kantong belanjaan di tepi jalan.
Gwen menelepon suaminya di pabrik kertas,
kemudian memasukkan Carl Lee, Jr. ke dalam
mobil dan mulai menyusuri jalan batu di sekitar
21 toko. Mereka pergi ke perkampungan rumah rumah kuno yang berserakan di Perkebunan Graham,
untuk bertanya pada seorang bibi. Mereka berhenti
di toko Broadway, satu mil dari toko Bates, dan
serombongan laki laki kulit hitam tua memberitahu
bahwa Tonya tak pernah terlihat di sana. Mereka
berputar putar dalam radius tiga mil dari rumah
mereka, di jalan batu dan jalan ladang berdebu.
Cobb tak bisa menemukan jembatan yang tidak
ditunggui orang-orang negro dengan gagang pancing. Setiap jembatan yang mereka dekati selalu
ditunggui oleh empat atau lima negro yang bersandar pada sisinya dengan topi jerami lebar dan
gagang pancing, dan di bawah masing masing
jembatan selalu ada kelompok lain duduk di atas
ember, dengan topi jerami dan gagang pancing
serupa, tak bergerak gerak kecuali sekali-sekali
menghalau lalat atau menepuk nyamuk.
Ia kini ketakutan. Willard sudah tak sadarkan
diri dan sama sekali tak membantu. Ia ditinggalkan
sendiri untuk membuang anak itu dengan cara
sedemikian rupa, agar anak itu tak pernah bisa
bercerita, Willard mendengkur sementara Cobb
mengemudi dengan gelisah di jalanan batu dan
jalanan county, dalam usaha mencari jembatan
atau tebing sungai tempat ia bisa berhenti dan
melemparkan anak itu tanpa disaksikan oleh' setengah lusin negro bertopi jerami. Ia melihat ke
cermin dan menyaksikan anak itu sedang berusaha
bangkit. Diinjaknya pedal rem keras keras, dan
22 anak itu pun terbanting ke depan bak, tepat di
bawah jendela. Willard terpental menumbuk dashboard dan jatuh ke lantai, lalu ia meneruskan
dengkumya. Cobb mengimpat mereka berdua.
Danau Chatulla tak lebih dari sebuah kubangan
lumpur lebar dan dangkal buatan manusia, dengan
dam berselimut rumput membentang sepanjang
satu mil pada salah satu sisi. Letaknya di ujung
barat daya Ford County, dan menjorok masuk
beberapa ekar ke wilayah Van Buren County.
Pada musim semi, danau itu terkenal sebagai
waduk terbesar di Mississippi. Namun di penghujung musim panas, hujan sudah lama tidak turun, dan matahari menggodok air dangkal itu sampai kering. Tepian air yang tadinya tinggi, kini
menyurut dan mengerut saling berdekatan, menciptakan cekungan dangkal berisi air cokelat kemerahan. Danau itu mendapat pasokan air dari berbagai kali, anak sungai, paya yang tak terhitung
jumlahnya, dan beberapa aliran yang cukup besar
untuk disebut bengawan. Dengan banyaknya sungai dan anak sungai ini, tentu banyak pula jembatan di dekat danau itu.
Ke jembatan jembatan itulah pickup kuning tersebut datang dan pergi dalam usaha mencari tempat yang tepat untuk menurunkan penumpang yang
tak diinginkan itu. Cobb putus asa. Ia tahu ada
satu jembatan lain. Jembatan kayu sempit di atas
Foggy Creek. Sewaktu mendekat, dilihatnya beberapa negro dengan gagang pancing, maka ia pun
berbelok ke sebuah jalan kecil dan menghentikan
23 truk. la menurunkan tutup bak, menyeret anak itu
keluar, dan melemparkannya ke jurang kecil 'yang
tertutup tumbuhan kudzu.
Carl Lee Hailey tidak terburu-buru pulang. Gwen
memang gampang bingung, dan sebelum itu sudah
pernah berkali-kali menelepon ke pabrik ketika
mengira anak anak diculik. Ia keluar pada waktu
istirahat dan mengendarai mobilnya pulang dalam
waktu tiga puluh menit. Rasa cemas membayang
ketika ia berbelok ke jalan masuk rumah dan
melihat mobil patroli diparkir di samping teras
depan. Beberapa mobil lain milik sanak saudara
Gwen bertebaran di sepanjang jalan masuk dan di
halaman, dan di sana ada satu mobil yang tak
dikenalnya. Dari jendela samping mobil itu beberapa gagang pancing terjulur ke luar, dan sedikitnya ada tujuh topi jerami teronggok di dalamnya.
Di mana Tonya dan putra putranya
Begitu membuka pintu depan, didengarnya
Gwen menangis. Dalam ruang duduk kecil di sebelah kanan, ia mendapati serombongan orang berkerumun di sekeliling sosok kecil yang terbaring
di sofa. Anak itu diselimuti dengan handuk basah
dan dikelilingi sanak keluarga yang sedang menangis. Ketika ia menghampiri sofa, suara tangis
berhenti dan kerumunan itu menyisih mundur. Hanya Gwen tetap tinggal di samping anak itu. Ia
membelai rambumya pelan. Carl Lee berlutut di
samping sofa dan memegang pundak anak itu. Ia
24 berbicara kepada putrinya, dan putrinya berusaha
tersenyum. Wajahnya bersimbah darah, tertutup
memar dan luka menganga. Kedua matanya tertutup, bengkak, dan mengucurkan darah. Mata
Carl Lee basah ketika ia memandang tubuh mungil
yang seluruhnya terbungkus handuk dan berdarahdarah dari pergelangan kaki sampai ke kening.
Carl Lee menanyai Gwen, apa yang telah terjadi. Gwen gemetar dan tersedu-sedu, dan dibawa
ke dapur oleh kakak laki lakinya. Carl Lee berdiri
dan berbalik menghadap kerumunan itu, dan menanyakan apa yang telah terjadi.
Hening.
Untuk ketiga kalinya ia bertanya. Deputy
Sheriff, Willie Hastings, salah satu saudara sepupu
Gwen, melangkah ke depan dan menceritakan
pada Carl Lee, beberapa orang sedang memancing
di Foggy Creek ketika mereka melihat Tonya tergeletak di tengah jalan. Kepada mereka Tonya
menyebutkan nama ayahnya, dan mereka membawanya pulang.
Hastings diam menatap ujung kaki.
Carl Lee menatapnya dan menunggu. Semua
yang lain berhenti bernapas dan memandang ke
lantai.
"Apa yang terjadi, Willie " seru Carl Lee sambil menatap si Deputy dengan pandangan tajam.
Hastings bicara perlahan lahan, dan sambil menatap ke luar jendela ia mengulangi apa yang
sudah diceritakan Tonya kepada ibunya tentang
laki-laki kulit putih dan" pickup mereka, tali dan
25 pohon pohon, dan bagaimana mereka menyakitinya
ketika mereka menindihnya. Hastings berhenti ketika mendengar sirene ambulans.
Kerumunan itu dengan khidmat berbaris ke pintu luar dan menunggu di teras. Di sana mereka
menyaksikan petugas menurunkan usungan dan
berjalan ke rumah.
Petugas paramedis berhenti di halaman ketika
pintu depan terbuka dan Carl Lee melangkah keluar .sambil menggendong putrinya. Ia berbisik
lembut kepada anaknya, sementara butir butir besar air mata menetes dari dagu. Ia berjalan ke
belakang ambulans dan melangkah masuk. Petugas
paramedis menutup pintu dan dengan hati-hati melepaskan anak perempuan itu dari pelukan ayahnya;
26 2 022113 WALLS adalah satulsatunya Sharif kulit hitam
di Mississippi. Memang dalam sejarah belakangan
ini sudah pernah ada beberapa Shen) hitam lain,
namun saat ini Ozzie lah satu satunya. Ia sangat
bangga akan hal ini, karena tujuh puluh empat
persen penduduk Ford County adalah orang kulit
putih, sedangkan sherijf kulit hitam lain datang
dari county yang lebih hitam. Semenjak berakhirnya Perang Saudara, belum pernah ada orang kulit
hitam terpilih menjadi sherry " di sebuah county
Mississippi yang mayoritas penduduknya berkulit
putih.
Ia dibesarkan di Ford County, dan ia punya
hubungan keluarga dengan sebagian besar penduduk kulit hitam dan beberapa penduduk kulit
putih. Sesudah masa pembauran pada akhir tahun
enam puluhan, ia adalah salah satu lulusan perta'ma dari --kelas yang sudah berbaur di Clanton
High School. Ia ingin main sepakbola di Ole Miss,
tapi dalam regu itu sudah ada dua orang kulit
hitam. Sebagai gantinya ia menjadi bintang- di
27

Saat Untuk Membunuh A Time To Kill Karya John Grisham di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Alcorn-State, dan menjadi defensive tackle dalam
regu The Rams, sampai cedera lutut mengirimnya
kembali ke Clanton. Ia merasa kehilangan sepakbola, tapi menyukai kedudukannya sebagai Sharif,
terutama pada saat pemilihan, ketika ia menerima
lebih banyak suara dari kaum kulit putih dibandingkan lawan lawannya yang putih. Anak anak
kulit putih mencintainya, sebab ia seorang pahlawan, seorang bintang sepakbola yang pernah
main di TV dan fotonya terpampang di majalah.
Orangtua mereka menghormati dan memilihnya,
sebab ia adalah polisi tangguh yang tidak membeda bedakan bajingan hitam atau putih. Para
politisi kulit putih mendukungnya, sebab sejak ia
jadi sheriff, Departemen Kehakiman menyingkir
dari Ford County. Kalangan kulit hitam memujanya, sebab ia adalah Ozzie, satu dari mereka.
Ia menunda makan malam dan menunggu
Hastings melapor dari rumah keluarga Hailey dalam ruang kantornya di penjara. Ia sudah punya
seorang tersangka. Billy Ray Cobb sudah tak asing
lagi bagi kantor sheriff. Ozzie sudah tahu bahwa ia
menjual obat terlarang, cuma ia tak bisa menangkapnya. Ia juga tahu Cobb punya watak keji.
Operator radio memanggil para deputy, dan ketika mereka melapor ke penjara, Ozzie menginstruksikan mereka mencari Billy Ray Cobb, tanpa
menahannya. Semua ada dua belas deputy sembilan putih dan tiga hitam. Mereka menyebar ke
seluruh penjuru county untuk mencari pickup Ford
kuning dengan bendera pada jendela belakangnya.
28 Ketika Hastings tiba, ia dan Sheriff berangkat
ke mmah sakit Ford County. Seperti biasa, Hastings mengemudi dan Ozzie memberikan berbagai
perintah melalui radio. Dalam ruang tunggu lantai
dua, mereka menemukan keluarga besar Hailey.
Bibi, paman, kakek, nenek, sahabat, dan orang tak
dikenal berjejalan dalam ruangan sempit itu, dan
beberapa lainnya menunggu di gang sempit. Terdengar bisikan-bisikan pelan dan tangis tanpa
suara. Tonya sedang menjalani operasi. Carl Lee
duduk di kursi plastik murahan di sebuah sudut
gelap, dengan Gwen di sampingnya dan putraputra mereka di samping Gwen. Ia menatap lantai
tanpa menghiraukan kerumunan orang. Gwen inenyandarkan kepala di pundaknya sambil menangis
pelan. Anak anak mereka duduk kaku dengan tangan pada lutut, sekali sekali melirik ayah mereka,
seakan akan menunggu kata kata penghiburan.
Ozzie menerobos kerumunan orang, menyalami
mereka dengan tenang, dan menepuk punggung
mereka sambil berbisik bahwa ia akan menangkap
pelakunya. Ia berlutut di depan Carl Lee dan
Gwen. "Bagaimana keadaannya " ia bertanya. Carl
Lee tidak memandangnya. Gwen menangis lebih
keras, sedangkan anak anak mereka terisak sambil
menyeka air mata. la membelai lutut Gwen dan
berdiri. Salah satu kakak laki laki Gwen membawa
Ozzie dan Hastings keluar ruangan, menuju gang,
menjauh dari keluarga itu. Ia menjabat tangan
Ozzie dan mengucapkan terima kasih atas kedatangannya.
29 "Bagaimana keadaannya " tanya Ozzie.
"Kurang baik. Dia sedang menjalani operasi,
dan kemungkinan besar akan cukup lama di sana.
Beberapa tulangnya patah dan dia gegar otak cukup parah. Dia dianiaya sangat hebat. Di lehernya
ada memar bekas tali, seakan-akan mereka pernah
mencoba menggantungnya."
"Apa dia diperkosa " tanya Ozzie, yakin dengan
jawabannya.
"Yeah. Dia menceritakan pada ibunya bahwa
mereka menggilir dan menyakitinya dengan hebat.
Dokter sudah mengkontirmasikan."
"Bagaimana dengan Carl Lee dan Gwen "
"Mereka sangat terpukul. Kupikir mereka terguncang. Carl Lee tidak mengucapkan sepatah
kata pun sejak tiba di sini."
Ozzie berjanji bahwa mereka akan menemukan
dua laki-laki itu, dan tak akan butuh banyak waktu. Dan kalau dua orang itu ditemukan, mereka
akan dikurung dalam tempat aman. Kakak Gwen
menyarankan agar ia menyembunyikan mereka di
penjara lain, demi keselamatan mereka sendiri.
Tiga mil di luar Clanton, Ozzie menunjuk ke jalan
masuk. "Berhenti di sana," katanya pada Hastings,
yang membelokkan mobil dari jalan raya dan meluncur ke halaman depan sebuah rumah trailer
usang. Hari sudah hampir gelap.
Ozzie mengambil tongkatnya dan mengetuk pintu depan keras keras. "Buka pintu, Bumpous!"
Trailer bergetar dan Bumpous tunggang lang
30 gang ke kamar mandi untuk membuang ganja
yang belum habis dinikmati.
Bumpous mengentakkan pintu terbuka dan
Ozzie melangkah masuk. "Kau tahu, Bumpous,
tiap kali mengunjungimu aku selalu mencium bau
aneh dan mendengar toilet diguyur.__Pakai pakaianmu. Aku ada pekerjaan buatmu."
"A apa "
"Akan kujelaskan di luar, supaya aku bisa bernapas. Pakai saja pakaianmu dan bergegaslah."
"Bagaimana kalau aku tidak mau "
"Baik. Aku akan menemui petugas yang mengurus pembebasanmu besok."
"Aku akan segera keluar."
Ozzie tersenyum dan berjalan ke mobil. Bobby
Bumpous .adalah salah satu favoritnya. Sejak dibebaskan dua tahun yang lalu, ia hidup cukup
bersih, sekali-sekali menyerah pada bujukan untuk
menjual obat bius demi uang sekejap. Ozzie mengawasinya bagaikan seekor elang dan tahu- akan
adanya transaksi-transaksi semacam itu. Bumpous
pun tahu bahwa Ozzie tahu; karena itu, Bumpous
biasanya paling bersemangat membantu sahabatnya, Sheriff Walls. Rencana semula adalah pelanpelan memakai Bumpous untuk menjaring Billy
Ray Cobb dengan tuduhan memperdagangkan obat
terlarang, tapi sekarang itu akan ditunda.
Lewat beberapa menit, ia melangkah keluar
sambil menyisipkan ujung baju ke dalam celana
dan menarik ritsleting. "Siapa yang kaucari " tanyanya.
"Billy Ray Cobb."
"Itu bukan masalah. Kau bisa menemukannya
tanpa aku."
"Diam dan dengarkan. Kami menduga Cobb
terlibat dalam pemerkosaan siang tadi. Seorang
anak perempuan kulit hitam diperkosa oleh dua
laki laki kulit putih, dan kurasa Cobb ada di sana."
"Cobb bukan tukang memperkosa, Sheriff. Dia
pengedar obat bius, ingat "
"Diam dan dengarkan. Kaucari Cobb dan tinggallah bersamanya beberapa lama. Lima menit
yang lalu truknya ditemukan di Huey's. Belikan
dia bir. Ajak dia main bola sodok, main dadu, apa
saja. Cari tahu apa yang dikerjakannya hari ini.
Bersama siapa dia Ke mana dia pergi Kau tahu
sendiri betapa gemarnya dia bicara, bukan "
"Benar."
"Teleponlah operator begitu kau menemukannya. Mereka akan mengabarkannya padaku. Aku
akan ada di sekitar tempat itu. Kau mengerti "
"Mengerti, Sheriff. Tidak ada masalah."
"Ada pertanyaan "
"Yeah. Aku tak punya uang. Siapa yang akan
membayar semua ini "
Ozzie memberinya selembar dua puluh dolar
dan meninggalkannya. Hastings mengemudikan
mobil ke arah Huey's di dekat danau.
"Kau yakin dia bisa dipercaya " tanya Hastings.
"Siapa "
"Si bocah Bompous itu."
"Ya, aku percaya padanya. Dia sudah terbukti
32 . sangat andal sejak dibebaskan. Dia orang baik
yang berusaha berjalan lurus. Dia mendukung
sherijf nya dan akan melakukan segala yang kuminta."
"Kenapa "
"Sebab aku menangkapnya dengan sepuluh ons
obat bius tahun lalu. Sudah satu tahun dia bebas
dari penjara ketika kutangkap adiknya memiliki
satu ons obat bius, dan kukatakan padanya bahwa
dia bisa dipenjarakan tiga puluh tahun. Dia mulai
menangis tak henti hentinya, menangis sepanjang
malam di dalam sel. Paginya'dia siap bicara. Dia
menceritakan bahwa pemasoknya adalah kakaknya,
Bobby. Jadi aku melepaskannya dan menjumpai
kakaknya. Aku mengetuk pintu dan mendengar
suara toilet diguyur. Dia tidak mau ke pintu, maka
aku menendangnya terbuka. Aku menemukannya
bercelana dalam di kamar mandi, sedang mengguyur toilet. Obat bius berceceran di mana mana.
Entah berapa banyak yang sudah diguyumya, tapi
kebanyakan mengambang kembali terbawa arus
balik. Aku menakuti-nakutinya begitu hebat, sampai dia ngompol."
"Kau bercanda "
"Tidak. Bocah- itu terkencing kencing. Dia berdiri di sana dengan celana basah seperti badut
konyol, satu tangan memegang pengguyur, tangan
lainnya memegang obat bius, dan air menggenang
di seluruh kamar itu."
"Apa yang kaulakukan "
"Mengancam akan membunuhnya."
33 "Apa yang dia lakukan "
"Mulai menangis. Menangis seperti bayi. Menangisi ibunya dan penjara dan ini-itu. Dia bersumpah takkan mengulanginya lagi."
"Kau menahannya "
"Tidak, aku tak bisa melakukannya. Kuumpat
dia habis-habisan dan kuancam lagi. Kumasukkan
dia dalam masa percobaan langsung di tempat itu,
di kamar mandinya. Sejak itu dia selalu enak
diajak bekerja sama."
Mereka melewati Huey"s dan menyaksikan truk
Cobb di halaman parkir, bersama selusin pickup
four wheel drive lain. Mereka parkir di belakang
sebuah gereja untuk kaum kulit hitam yang terletak pada tanjakan di pinggir jalan raya sesudah
Huey's, sehingga mereka bisa melihat jelas ke
tempat minum, yang oleh para pengunjungnya
akrab disebut sebagai tank. Satu mobil patroli lain
bersembunyi di balik sederet pohon di ujung jalan
raya. Beberapa saat kemudian, Bumpous tiba dan
meluncur masuk ke halaman parkir. la menginjak
rem, menghamburkan kerikil dan debu, lalu mundur ke sebelah truk milik Cobb. Ia melihat sekeliling dan berlenggang santai memasuki Huey's.
Tiga puluh menit kemudian, operator radio mengabari Ozzie bahwa sang Informan sudah menemukan sasaran, seorang pria kulit putih, di Huey's,
tempat minum di Highway 305 dekat danau. Dalam beberapa menit dua mobil patroli lain sudah
bersembunyi di sekitar tempat itu. Mereka menunggu.
34 "Apa yang membuatmu begitu pasti bahwa
Cobb pelakunya " tanya Hastings.
"Aku tidak pasti. Cuma punya firasat. Gadis
kecil itu menyebut truk dengan roda mengilat dan
ban besar."
"Itu mempersempit kemungkinan sampai dua
ribu pilihan."
"Dia juga mengatakan bahwa warnanya kuning,
kelihatan baru, dan ada bendera besar tergantung
di jendela belakangnya."
"Itu mempersempit kemungkinannya sampai dua
ratus."
"Barangkali lebih sedikit dari itu. Berapa di
antara mereka yang sekeji Billy Ray Cobb "
"Bagaimana kalau bukan dia "
"Pasti dia."
"Kalau bukan "
"Kita akan segera tahu. Dia. besar mulut, ter-utama kalau sudah minum."
'Dua jam mereka menunggu dan menyaksikan
pickup-pickup datang dan pergi. Sopir truk, penebang pohon, buruh pabrik, dan petani memarkir
pickup dan jip mereka di halaman'dan berjalan
masuk dengan pongah untuk minum, main bola
sodok, mendengarkan band, tapi terutama untuk
mencari perempuan yang berkeliaran. Beberapa di
antaranya keluar dan berjalan ke Ann's Lounge di
sebelahnya. Di sana mereka mampir beberapa menit, lalu kembali ke Huey. Ann's Lounge lebih
gelap luar dalam, dan kekurangan lampu iklan bir
warna warni serta musik hidup yang membuat
35 Huey's begitu populer di kalangan penduduk setempat. Ann's terkenal karena lalu lintas obat biusnya, sedangkan Huey*s punya segalanya musik,
perempuan, hura hura, mesin poker, dadu, tarian,
dan banyak perkelahian. Satu perkelahian terhambur keluar lewat pintu, menuju halaman parkir,
tempat segerombolan redneck liar berbaku tendang
dan saling cakar kalang kabut sampai kehabisan
napas dan kembali ke meja judi.
"Semoga itu bukan Bumpous," kata Sheriff
mengamati.
Kamar kecil di dalam tank itu sempit dan jorok,
dan hampir semua tamu merasa perlu untuk kencing di antara pickup-pickup di halaman parkir. Ini
terutama berlaku pada hari Senin, ketika bir yang
disajikan dengan harga sepuluh sen menyedot para
redneck dari empat county dan setiap truk di halaman parkir sedikitnya akan menerima tiga semprotan. Kira kira sekali seminggu seorang pengendara mobil yang tak tahu apa apa akan lewat dan
dikejutkan oleh apa yang dilihatnya di halaman
parkir, dan Ozzie pun terpaksa melakukan penangkapan. Di luar kejadian seperti itu, ia membiarkan tempat itu begitu saja.
Kedua tank itu melanggar sejumlah peraturan.
Perjudian, obat terlarang, wiski gelap, pengunjung
di bawah umur, tidak tutup pada waktunya, dan
lain lain. Tak lama setelah terpilih sebagai sheriff
untuk pertama kalinya, Ozzie melakukan kekeliruan dengan menutup semua honky tank di county itu, sebagian karena janji janjinya yang sem
36 brono dalam kampanye. Sungguh kekeliruan yang
mengerikan. Angka kejahatan melonjak. Penjara
jadi penuh sesak. Berkas perkara pengadilan menumpuk berlipat ganda. Para redneck bersatu padu
dalam karavan menuju Clanton, untuk parkir di
sekitar gedung pengadilan di alun-alun. Ratusan
jumlahnya. Setiap malam mereka menyerbu alunalun, mabuk-mabukan, berkelahi, memainkan musik keras-keras, dan meneriakkan umpatan tak senonoh pada penduduk kota yang tercekam rasa
ngeri. Setiap pagi alun-alun berubah menjadi tempat pembuangan kaleng dan botol yang berserakan
di mana-mana. Ozzie menutup pula tank untuk
kaum kulit hitam, dan pencurian, perampokan, serta penusukan meningkat tiga kali lipat dalam sebulan. Terjadi dua pembunuhan dalam satu
minggu.
Akhirnya, dengan kota dalam keadaan darurat,
sekelompok pendeta setempat diam-diam bertemu
dengan Ozzie dan memohon padanya untuk membiarkan tonk-tonk tersebut. Dengan sopan ia memperingatkan mereka bahwa selama kampanye, merekalah yang mendesak supaya tempat tempat itu
ditutup. Mereka mengakui bahwa mereka keliru
dan mohon keringanan. Ya, mereka akan mendukungnya lagi dalam pemilihan berikut. Ozzie
melunak, dan kehidupan di Ford County berbalik
normaL
Ozzie tak suka melihat tempat tempat itu berkembang makmur di county nya, tapi tanpa rasa
ragu sedikit pun ia yakin bahwa pemilihnya yang
'37 taat hukum akan jauh lebih aman apabila tank tonk
tersebut tetap buka.


Saat Untuk Membunuh A Time To Kill Karya John Grisham di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pukul setengah sebelas, operator radio mengabarkan bahwa sang Informan sedang bicara di
telepon dan ingin menemui Sheriff. Ozzie memberitahukan lokasinya, dan satu menit kemudian
mereka menyaksikan Bumpous keluar dan se'mpoyongan ke truknya. Ia memutar ban, melontarkan kerikil, clan melaju cepat ke gereja.
"Dia mabuk," kata Hastings.
Ia meluncur ke halaman parkir gereja dan mobilnya berdecit sebelum berhenti beberapa meter
dari mobil patroli. "Halo, Sheriff!" ia berseru.
Ozzie berjalan menghampiri pickup. "Kenapa
begitu lama "
"Katamu aku punya waktu sepanjang malam."
"Kau sudah menemukannya dua jam yang lalu."
"Betul, Sheriff, tapi pernahkah kau mencoba
menghabiskan dua puluh dolar untuk bir, padahal
harganya cuma lima puluh sen sebotol "
"Kau mabuk "
"Tidak, cuma bersenang senang. Boleh aku minta dua puluh lagi "
"Apa yang kaudapatkan "
"Tentang apa "
"Cobb!"
"Oh, benar dia ada di sana."
"Aku tahu dia di sana! Apa lagi "
Bumpous berhenti tersenyum dan memandang
tank itu _di kejauhan. "Dia menertawakan kejadian
itu, Sheriff. Lelucon besar. Dia mengatakan bahwa
38 akhirnya dia menemukan negro yang masih perawan. Seseorang bertanya berapa umur gadis itu,
dan Cobb mengatakan umurnya delapan atau sembilan tahun. Semua tertawa."
Hastings memejamkan mata dan menundukkan
kepala. Ozzie mengenakkan gigi dan memalingkan
muka. "Apa lagi yang dia katakan "
"Dia mabuk berat. Besok pagi dia takkan ingat
apa yang dia katakan. Katanya anak perempuan itu
negro kecil yang manis."
"Dengan siapa dia "
"Pete Willard."
"Dia ada di sana "
"Ya, mereka berdua menertawakan kejadian
itu."
"Di mana mereka "
"Sebelah kiri, di samping mesin-mesin pinball."
Ozzie tersenyum. "Oke, Bumpous. Bagus kerjamu. Pergilah."
Hastings memberitahukan dua nama itu kepada
operator radio. Operator menyampaikan pesan itu
kepada Deputy Looney yang sedang parkir di tepi
jalan di depan rumah Percy Bullard hakim county.
Looney membunyikan bel dan memberikan dua
amdavit dan dua surat perintah penangkapan. Bullard menandatangani surat penangkapan dan mengembalikannya kepada Looney, yang mengucapkan terima kasih kepada Hakim Yang Mulia dan
berlalu. Dua puluh menit kemudian, Looney menyerahkan surat penangkapan itu kepada Ozzie di
belakang gereja.
39 Pukul sebelas tepat, band berhenti bermain di
tengah tengah sebuah lagu, dadu menghilang, para
penari diam membeku, bola biliar berhenti menggelinding, dan seseorang menyalakan semua lampu. Semua mata mengikuti sherry besar itu ketika
ia dan anak buahnya perlahan lahan berjalan gagah
menyeberangi lantai dansa menuju sebuah meja di
samping mesin pinball. Cobb, Willard, dan dua
orang lain duduk pada meja yang penuh kaleng bir
kosong berserakan. Ozzie melangkah ke meja dan
menyeringai lebar pada Cobb.
"Maaf, Sir, kami tidak mengizinkan orang negro
masuk ke sini," tukas Cobb tanpa pikir, dan mereka berempat tertawa tergelak gelak. Ozzie tetap
menyeringai lebar.
Ketika gelak tawa berhenti, Ozzie berkata, "Kau
sedang bersenang senang, Billy Ray "
"Benar."
"Bisa kulihat. Aku tidak suka menyela, tapi kau
dan Mr. Willard harus ikut denganku."
"'Ke mana " tanya Willard,
"Jalan jalan dengan mobil."
"Aku tak akan beranjak," Cobb bersumpah. Dengan ucapan itu, dua orang lainnya bergegas menyingkir dari meja dan bergabung bersama penonton.
"Kalian kutahan," kata Ozzie.
"Kau punya surat perintah penangkapan " tanya
Cobb.
Hastings 'mengeluarkan surat surat itu, dan
Ozzie melemparkannya di antara kaleng-kaleng
40 bir. "Yeah, kami punya surat perintah. Sekarang
berdirilah."
Willard menatap putus asa pada Cobb yang
menghirup bir dan berkata, "Aku tak mau pergi ke
penjara."
Looney mengangsurkan tongkat polisi paling hitam dan paling panjang yang pernah dipakai "di
Ford County kepada Ozzie. Willard jadi panik.
Ozzie mengayun ayunkannya lalu memukul bagian
tengah meja, melontarkan bir, kaleng, dan buih ke
segala penjuru. Willard terenyak berdiri, merapatkan kedua pergelangan tangan, dan mengangsurkannya pada Looney yang sudah menunggu dengan borgol. Ia diseret keluar dan dilempar ke
dalam mobil patroli.
Ozzie mengetuk telapak tangan kirinya dengan
tongkat dan tersenyum menyeringai pada Cobb.
"Kau berhak diam. Segala yang kauucapkan akan
dipakai sebagai bukti terhadapmu di pengadilan.
Kau berhak mendapat seorang pengacara. Bila kau
tak bisa membayarnya, Negara akan memberikan
pengacara. Ada pertanyaan "
"Yeah, pukul berapa sekarang "
"Waktu untuk pergi ke penjara, bocah besar."
"Pergilah ke neraka, negro."
Serta merta Ozzie mencengkeram rambut Cobb
dan mengangkatnya dari meja, lalu menghunjamkan wajahnya ke lantai. Ia menekankan sebelah
lutut ke tulang punggung Cobb dan mengganjalkan
tongkat di bawah tenggorokan, lalu menariknya ke
atas sambil menghunjamkan lutut lebih dalam ke
41 punggung. Cobb memekik sampai tongkat melumat pangkal tenggorokannya
Borgol diikatkan pada tempatnya, dan Ozzie
menyeret rambutnya menyeberangi lantai dansa,
keluar pintu, menyeberangi halaman batu, dan melemparkannya ke jok belakang bersama Willard.
Berita pemerkosaan itu tersebar dengan cepat. Lebih banyak lagi teman dan keluarga berkerumun
dalam ruang tunggu dan gang gang di sekelilingnya. Tonya sudah keluar dari kamar operasi dan
diklasifikasikan sebagai pasien gawat. Ozzie bicara
dengan kakak laki laki Gwen di gang dan menceritakan penangkapan itu. Ya, merekalah pelakunya; ia yakin.
42 3 JAKE BRIGANCE berguling melewati istrinya dan terhuyung ke kamar mandi sempit, beberapa meter
dari ranjang. Di sana ia meraba raba dan mencari
beker yang melengking nyaring. Ditemukannya beker itu pada tempat semula diletakkan, dan ia
mematikannya dengan tepukan cepat dan keras.
Waktu itu pukul 05.30 pagi, Rabu, 15 Mei.
Sejenak ia berdiri dalam gelap, kehabisan napas
dan tegang. Jantungnya berdetak cepat dan ia menatap angka angka yang berpendar ke arahnya dari
wajah beker itu, beker yang ia benci. Lengkingnya
yang tajam dapat didengar sampai ke jalan. Tiap
pagi ia bermain mata dengan serangan jantung
pada saat benda itu meledak. Kadang-kadang,
kurang-lebih dua kali setahun, ia berhasil mendorong Carla ke lantai, dan Carla mungkin akan
mematikannya' sebelum naik kembali ke ranjang.
Namun kebanyakan sikap Carla kurang simpatik.
Menurutnya Jake gila karena bangun sepagi itu.
Beker itu bertengger di ambang jendela, sehingga Jake terpaksa mondar mandir sedikit se
43 belum suaranya dimatikan. Sekali terbangun, Jake
takkan memperkenankan dirinya merangkak kembali ke bawah selimut. Ini salah satu peraturannya.
Dulu beker itu pernah, diletakkan di samping ranjang, dan suaranya dikecilkan. Carla akan mengulurkan tangan dan mematikannya sebelum Jake
mendengar suara apa pun. Kemudian ia akan tertidur sampai pukul tujuh atau delapan dan hancurlah seluruh jadwalnya sepanjang hari. Ia akan kehilangan kesempatan untuk berada di kantor pada
pukul tujuh. Ini peraturan yang lain. Beker itu
sekarang tetap diletakkan di kamar mandi dan
berhasil menjalankan tugas seperti yang diharapkan darinya. .
Jake melangkah ke wastafel dan memercikkan
air dingin ke wajah dan rambutnya. Ia menyalakan
lampu dan memandang ngeri pada wajah yang
tampil dalam cermin. Rambutnya yang cokelat lurus mencuat ke segala penjuru, dan garis batas
rambutnya sudah menyurut sedikitnya lima senti
dalam semalam. Kalau bukan itu yang terjadi,
tentu keningnya yang bertambah lebar. Matanya
kuyu dan sembap dengan kotoran putih terkumpul
pada sudut-sudutnya.-Jahitan pada selimut meninggalkan bekasmerah manyala di sepanjang sisi kiri
wajahnya. Ia menyentuhnya, lalu menggosoknya
dan bertanya tanya dalam hati apakah bekas itu
akan menghilang. Dengan tangan kanan ia mendorong rambut ke belakang dan mengamati garis
batasnya, Pada umur tiga puluh dua, ia tidak punya uban. Uban bukan masalah. Masalahnya ada
44 lah bakat kebotakan yang diwarisinya dari kedua
belah pihak keluarganya. Ingin sekali ia memiliki
garis rambut yang penuh, tebal, dimulai satu sentimeter di atas alis. Rambutnya masih banyak, kata
Carla. Tapi itu takkan bertahan lama dengan laju
kerontokan seperti ini. Carla pun meyakinkannya
bahwa ia masih setampan dulu, dan ia percaya
pada Carla. Carla pernah menjelaskan bahwa garis
rambut yang tinggi memberikan penampilan matang yang sangat diperlukan oleh seqrang pengacara muda. Ia juga percaya yang ini.
Tapi bagaimana dengan pengacara pengacara tua
yang botak, atau pengacara pengacara matang, setengah baya yang botak Mengapa rambut tidak
bisa tumbuh kembali setelah kerut wajah dan uban
di pelipis muncul dan dirinya tampak sangat matang
Jake merenungkan hal ini di pancuran. la mandi, bercukur, dan berpakaian dengan cepat. Ia harus tiba di Coffee Shop pada pukul 06.00 pagisatu peraturan lain. Ia menyalakan lampu-lampu,
membanting pintu lemari dan laci dalam usahanya
untuk membangunkan Carla. Ini ritual pagi sepanjang musim panas, saat Carla tidak mengajar di
sekolah. Sudah berkali kali dikatakannya pada
Carla bahwa ia punya waktu sehari penuh untuk
membayar kekurangan tidurnya, dan mereka harus
melewatkan pagi hari bersama-sama. Carla mengerang dan merosot lebih dalam ke balik selimut.
Setelah berpakaian, Jake melompat ke atas ranjang
dan mencium telinga Carla, lalu turun ke leher dan
45 seluruh wajah, sampai akhirnya Carla mendorongnya. Kemudian ia menarik selimut dari ranjang
dan tertawa ketika Carla meringkukkan tubuh,
menggigil sambil meminta minta agar selimut dikembalikan. Ia memegang selimut dan mengagumi
kaki Carla yang langsing kecokelatan, hampir sempurna. Gaun tidur longgar yang dikenakan Carla
tidak menutupi apa pun dari pinggang ke bawah,
dan seratus pikiran penuh nafsu menari-nari di
hadapannya.
Kira kira sekali sebulan, ritual ini akan lepas
kendali. Carla tidak menolak, dan selimut itu mereka lepaskan bersama sama. Pada pagi-pagi seperti itu, Jake bahkan melepaskan pakaian lebih cepat
dan melanggar sedikitnya tiga dari peraturanperaturannya. Begitulah Hanna akhimya lahir.
Tapi tidak pagi ini. Ia menyelimuti istrinya,
menciumnya lembut, dan mematikan semua lampu.
Carla bernapas halus dan jatuh tertidur.
Di gang, ia membuka pintu kamarvHanna diamdiam dan berlutut di sampingnya. Umurnya empat
tahun, anak tunggal, dan takkan ada lainnya. Ia
berbaring di ranjang, dikelilingi boneka dan
binatang-binatang dari kain. Jake mencium pipinya
dengan lembut. Hanna secantik ibunya. Keduanya
serupa dalam penampilan maupun gerak gerik.
Mereka punya mata lebar biru keabu-abuan dan
bisa serta merta menangis, kalau perlu. Mereka
menata rambut hitam mereka dengan cara yang
sama, digunting oleh orang yang sama pada saat
46 yang sama. Mereka bahkan memakai pakaian serupa.
lake mencintai dua wanita dalam hidupnya ini.
Ia memberikan ciuman selamat tinggal pada wanita kedua dan pergi ke dapur, membuatkan kopi
untuk Carla. Dalam perjalanan keluar, ia melepaskan Max, si anjing kampung, ke halaman belakang, tempat ia kencing sambil menggonggongi
kucing Mrs. Pickle di sebelah rumah.
Tak banyak orang yang menyerang pagi hari
seperti Jake Brigance. Ia berjalan cepat ke ujung
halaman dan mengambil koran pagi untuk Carla.
Hari masih gelap, cerah, dan sejuk dengan janji
musim-panas yang akan segera tiba.
Ia mengamati kegelapan Adams Street dari
ujung satu ke ujung lainnya, lalu membalikkan
tubuh dan mengagumi rumahnya. Ada dua rumah
di Ford County yang tercatat pada National
Register of Historic Places sebagai bangunan bersejarah, dan Jake Brigance memiliki salah satunya.
Meskipun rumah itu dibeli dengan pinjaman besar
dari bank, ia tetap bangga dengannya. Rumah gaya
Victoria abad kesembilan belas itu dibangun oleh
pensiunan pegawai jawatan kereta api yang meninggal dunia pada Malam Natal pertama ia tinggal di rumah barunya. Bagiandepannya berupa
dinding segi tiga sama kaki yang lebar, dengan
atap miring menaungi serambi depan yang luas. Di
baWah dinding segi tiga itu terdapat teras kecil
dengan naungan yang bergantung agak datar dari
serambi. Lima tiang penyangganya berbentuk bu
47 lat, bercat putih dan biru lembut. Setiap tiang
dihiasi ukiran bunga yang masing masing berlainan bunga bakung, anyelir, dan bunga matahari. Pagar pendek di antara pilar pilar itu pun
diukir rumit. Di lantai atas, tiga jendela menjorok
terbuka, menghadap ke balkon kecil, dan di sebelah kiri balkon itu terdapat menara segi delapan
dengan jendela kaca wama warni yang menonjol
dan naik lebih tinggi di atas dinding segi tiga,
sampai pada ujungnya yang berupa ornamen besi.
Di bawah menara dan di sebelah kiri serambi
terdapat sebuah beranda luas dan anggun, dengan
pagar berhias yang membentang dari rumah dan
berfungsi sebagai tempat parkir mobil. Panel-panel
depannya berupa kolase hiasan bermotif gingerbread, sirap kayu cedar, kerang keranganf sisik
ikan, segi-segi tiga kecil yang rumit, dan kumparan kumparan kecil.
Carla menemukan seorang konsultan cat di New
Orleans, dan si banci itu memilih enam warna
aslinya kebanyakan bernuansa biru, biru kehijauan, oranye persik, dan putih. Pengccatannya makan
waktu dua bulan dan menghabiskan lima ribu
dolar, belum termasuk banyaknya waktu yang dicurahkan Jake dan Carla untuk bergelantungan
pada tangga dan mengerik lis antara dinding dan
langit-langit. Dan meskipun tidak begitu tergilagila pada beberapa warnanya, Jake tak pernah
berani mengusulkan pengecatan ulang. x
Seperti lazimnya bangunan gaya Victoria, rumah
itu sangat unik meriah. Ada sifat mencolok, cerah,
48 dan memikat yang timbul dari perasaan bersahaja,
ceria, dan hampir kekanak kanakan. Carla sudah
menginginkannya jauh sebelum mereka menikah,
dan ketika pemiliknya di Memphis akhimya meninggal dunia dan tempat itu dikosongkan, mereka
membelinya dengan harga murah, karena tak ada


Saat Untuk Membunuh A Time To Kill Karya John Grisham di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang lain yang menginginkannya. Sudah dua puluh tahun rumah itu tak dihuni. Mereka meminjam
uang dalam jumlah besar dari dua di antara tiga
bank di Clanton, dan mencurahkan waktu tiga
tahun untuk memperbaiki dan merawat bangunan
bersejarah mereka. Sekarang banyak orang datang
dan memotretnya.
Bank ketiga memberikan pinjaman untuk pembelian mobil Jake, Saab satu satunya di Ford
County. Warnanya merah. Ia menyeka embun dari
kaca depan dan membuka kunci pintunya. Max
masih menggonggong dan membangunkan sepasukan burung bluejay yang bersarang di pohon
maple Mrs. Pickle. Mereka berkicau dan mengucapkan selamat jalan kepadanya, dan ia tersenyum sambil balas bersiul. Ia mundur ke Adams
Street. Dua blok ke timur, ia berbelok ke selatan
di Jefferson Street, yang sesudah dua blok bertemu
dengan Washington Street. Jake sering merenung
mengapa tiap kota kecil di wilayah Selatan selalu
punya jalan dengan nama Adams, Jefferson, dan
Washington, tapi tak pernah ada Lincoln atau
Grant. Washington Street membujur dari timur ke
barat di sisi utara alun-alun Clanton.
Karena Clanton adalah ibu kota county, kota ini
49 punya sebuah alun alun, dan sewajarnya ada gedung pengadilan di tengahnya. Jenderal Clanton
telah mengatur tata kotanya dengan penuh perhitungan. Alun alun itu panjang dan lebar, dan
halaman rumput gedung pengadilan ditutupi
pohon pohon ek besar, semuanya berjajar rapi
dalam jarak yang sama. Gedung pengadilan Ford
County sudah berumur dua abad, dibangun setelah
kaum Yankee membakar habis gedung yang pertama. Ia berdiri tegak menantang ke Selatan, seolah-olah mengatakan kepada mereka yang dari
Utara agar dengan sopan mencium pantatnya sepanjang masa. Bangunan itu kuno dan anggun,
dengan liang tiang putih berderet di bagian depan
dan tirai tirai hitam menutupi puluhan jendelanya.
Bata merahnya yang asli sudah sejak lama dicat
putih, dan setiap empat tahun para pramuka menambahkan lapisan cat tebal mengilat sebagai proyek kegiatan musim panas tradisional mereka. Sejumlah penerbitan surat obligasi selama beberapa
tahun telah memungkinkan penambahan dan renovasi pada gedung itu. Lapangan rumput di sekelilingnya bersih dan terpangkas rapi. Dua kali
seminggu, sekelompok pekerja dari penjara merapikan dan memangkasnya.
Clanton punya tiga kantin dua untuk kaum
kulit putih dan satu untuk kaum kulit hitam, dan
ketiga tiganya terletak di alun alun. Bukan hal
yang ilegal atau luar biasa bagi orang-orang kulit
putih untuk makan di Claude's, kafe untuk kaum
kulit hitam yang terletak di sisi barat. Dan aman
50 bagi orang orang kulit hitam untuk makan di Tea
Shoppe, di sisi selatan, atau Coffee Shop di
Washington Sneet. Walaupun demikian, mereka
tidak melakukannya, karena mereka diberitahu bahwa mereka bisa kembali ke tahun tujuh puluhan.
Tiap Jumat, Jake makan barbecuc di Claude's,
seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang kulit
putih liberal di Clanton. Tapi selama enam pagi
dalam seminggu ia jadi pelanggan tetap di Coffee
Shop.
Ia memarkir Saab di depan kantornya di
Washington Street dan berjalan tiga pintu ke
Coffee Shop. Tempat itu sudah buka satu jam
sebelumnya dan sekarang sudah sibuk. Pelayan
hilir mudik menyajikan kopi dan sarapan, sambil
mengobrol tak henti hentinya dengan para petani,
tukang bengkel, dan deputy yang jadi pelanggan
tetap di sana. Tempat ini bukan kafe untuk golongan kerah putih. Golongan kerah putih berkumpul lebih siang di Tea Shoppe di seberang alunalun, membicarakan politik nasional, tenis, golf,
dan pasar saham. Di Coffee Shop, mereka bicara
tentang politik lokal, sepakbola, dan memancing.
Jake adalah satu dari sedikit golongan kerah putih
yang dibiarkan jadi pelanggan tetap di Coffee
Shop. Ia disukai dan diterima baik oleh kalangan
kerah biru, yang kebanyakan pernah ke kantornya
untuk mengurus surat wasiat, akte perjanjian, perceraian, pembelaan, atau satu dari seribu masalah
lain. Mereka suka mengolok oloknya dan menceritakan lelucon tentang para pengacara yang cul
51 rang, tapi ia punya kulit tebal. Selama sarapan,
mereka memintanya untuk menjelaskan keputusankeputusan Mahkamah Aging dan kejanggalan-kejanggalan hukum lain, dan ia memberikan banyak
nasihat hukum cuma cuma di Coffee Shop. Jake
punya cara untuk memotong hal-hal yang tak perlu
dan membahas inti segala persoalan. Mereka
menghargai itu. Mereka tidak selalu setuju dengannya, tapi mereka selalu mendapat jawaban yang
jujur. Sekali sekali mereka berselisih pendapat. tapi
tak pernah ada sakit hati.
Ia masuk pukul enam, dan perlu lima menit
untuk menyapa setiap orang, berjabatan tangan,
menepuk pundak, dan mengucapkan sanjungan kepada para pelayan. Ketika ia duduk di mejanya,
Dell, gadis pelayan favoritnya, sudah menyajikan
kopi dan sarapan pagi rutinnya yang terdiri atas
roti panggang, selai, dan bubur jagung. Dell membelai tangannya dan memanggilnya honey atau
sweetheart, dan biasanya merajuk manja padanya.
Ia biasa mengomel dan membentak-bentak pelanggan lain, tapi untuk Jake sikapnya berbeda.
Jake makan bersama Tim Nunley, seorang mekanik di bengkel Chevrolet, dan dua bersaudara,
Bill dan Bert West, yang bekerja di pabrik sepatu
di utara kota. Ia membubuhkan tiga tetes sambal
Tabasco pada bubur jagung dan mengaduknya
anggun dengan sepotong mentega. Roti panggang
diolesinya dengan selapis tipis selai strawberry
buatan Coffee Shop sendiri. Setelah santapan selesai disiapkan dengan baik, ia mencicipi kopi dan
52 mulai makan. Mereka makan dengan tenang dan
berbincang tentang galaknya ikan crappie melahap
umpan pancing.
Pada sebuah meja di pinggir jendela, beberapa
meter dari Jake, dua orang deputy sedang bercakap cakap di antara mereka sendiri. Yang bertubuh besar, Marshall Prather, menoleh pada Jake
dan bertanya dengan suara keras, "Hei, Jake, bukankah kau yang membela Billy Ray Cobb beberapa tahun yang lalu "
Kafe itu serta merta jadi sunyi ketika semua
orang memandang sang pengacara. Jake menelan
bubur jagung dan mencari cari nama itu dalam
benaknya, bukan terperanjat oleh pertanyaan itu,
melainkan oleh reaksi dari pertanyaan itu.
"Billy Ray Cobb," ulangnya dengan keras. "Dalam kasus apa "
"Obat bius," kata Prather, "Kami menangkapnya
sedang menjual obat bius, kurang-lebih empat tahun yang lalu. Dipenjarakan beberapa lama di
Parchman dan bebas tahun lalu."
Jake ingat. "Tidak, aku tidak mewakilinya. Kurasa dia memakai pengacara dari Memphis."
Prather tampak puas dan kembali pada kue dadamya. Jake menunggu.
Akhirnya ia bertanya, "Kenapa Apa yang dilakukannya kali ini "
"Kami menciduknya tadi malam karena pemerkosaan."
"Pemerkosaan !"
"Yeah, dia dan Pete Willard."
53 "Siapa yang mereka perkosa "
"Kau ingat si negro Hailey yang berhasil kaulepaskan dalam sidang perkara pembunuhan beberapa tahun lalu "
"Lester Hailey. Tentu saja aku ingat."
"Kau kenal kakaknya, Carl Lee "
"Tentu. Kenal baik. Aku kenal semua anggota
keluarga Hailey. Hampir semuanya kuwakili."
"Nah, yang jadi korban adalah gadis kecilnya."
"Kau bercanda "
"Tidak."
"Berapa umurnya "
"Sepuluh."
Selera Jake lenyap ketika kafe itu normal kembali. Ia bermain dengan kopinya dan mendengarkan percakapan beralih dari memancing ke mobilmobil Jepang, dan kembali ke masalah memancing. Ketika West bersaudara berlalu, ia pindah
duduk bersama para depmy.
"Bagaimana keadaannya " ia bertanya.
"Siapa "
"Anak perempuan Haileyxitu."
"Cukup parah," kata Prather. "Dia ada di rumah
sakit."
"Kami belum tahu segalanya. Dia belum bisa
bicara banyak. Ibunya menyuruhnya pergi ke toko.
Mereka tinggal di Craft Road di belakang Toko
Bates."
"Aku tahu tempat tinggal mereka."
"Entah bagaimana mereka menaikkannya ke atas
54 pickup Cobb, membawanya ke hutan, dan memperkosanya."
"Mereka berdua "
"Yeah, berkali kali. Mereka juga menendangi
dan memukulinya dengan hebat. Dianiaya begitu
hebat, sampai beberapa sanaknya tak bisa mengenali."
Jake menggelengkan kepala. "Sakit."
"Benar. Yang paling parah di antara yang pernah kami saksikan. Mereka mencoba membunuhnya. Membuangnya agar mati."
"Siapa yang menemukan "
"Scrombongan negro yang sedang memancing
di Foggy Creek.'Mereka melihatnya tergeletak di
tengah jalan. Dua tangannya diikat di punggung.
Dia bicara sedikit, mengatakan siapa ayahnya, dan
mereka membawanya pulang."
"Bagaimana kalian tahu Billy Ray Cobb pelakunya "
"Kepada ibunya, anak perempuan itu menceritakan tentang truk pickup kuning dengan bendera
besar bergantung di jendela belakangnya. Itu saja
yang Ozzie perlukan. Dia sudah menduganya begitu anak itu tiba di rumah sakit."
Prather hati hati untuk tidak bicara terlalu banyak. Ia menyukai Jake, tapi Jake seorang pengacara, dan banyak menangani kasus kriminal.
"Siapakah Pete Willard "
"Sahabat Cobb."
"Di mana kalian menemukan mereka "
"Huey s.
55 "Masuk akal." Jake menghirup kopi dan pikirannya melayang pada Hanna.
"Sakit, sakit, sakit," gumam Looney.
"Bagaimana keadaan Carl Lee "
Prather menyeka sirop dari kumisnya. "Secara
pribadi, aku tak kenal dengannya, tapi selama ini
tak pernah kudengar apa pun yang buruk tentang
dirinya. Mereka masih di rumah sakit. Kurasa
Ozaie bersama mereka semalam suntuk. Dia kenal
baik dengan mereka, tentu saja. Dia kenal baik
dengan semua orang itu. Hastings punya hubungan
keluarga dengan anak perempuan itu."
"Kapan akan diadakan pemeriksaan pendahuluan " "Bullard menjadwalkannya pukul satu siang ini.
Benar, kan, Looney "
Looney mengangguk.
"Ada permohonan pembebasan dengan jaminan "
"Belum diatur. Bullard akan menunggu sampai
pemeriksaan selesai. Kalau gadis itu mati, mereka
akan menjatuhkan tuduhan melakukan pembunuhan tingkat pertama, bukan "
Jake mengangguk.
"Mereka tak bisa mendapatkan pembebasan bersyarat dalam pembunuhan tingkat satu,.bukan "
Looney bertanya.
"Bisa, tapi aku belum pernah melihatnya. Aku
tahu Bullard takkan memberikan pembebasan bersyarat untuk pembunuhan tingkat satu. Dan kalau
56 pun dia mengizinkan, mereka takkan sanggup
membayar."
"Kalau anak perempuan itu tidak mati, berapa
lama hukuman yang akan mereka dapatkan " tanya Nesbit, deputy ketiga.
Yang lain mendengarkan Jake memberikan penjelasan. "Mereka bisa dituntut hukuman seumur
hidup karena memperkosa. Kuduga mereka akan
didakwa juga melakukan penculikan dan penganiayaan."
"Memang demikian."
"Kalau begitu, mereka bisa dituntut dua puluh
tahun untuk penculikan dan dua puluh tahun untuk
penganiayaan."
"Yeah, tapi berapa lama mereka akan mendekam di penjara " tanya Looney.
Jake berpikir sejenak. "Mereka mungkin bisa
dibebaskan setelah tiga belas tahun. Tujuh tahun
untuk pemerkosaan, tiga untuk penculikan, dan
tiga untuk penganiayaan. Itu kalau kita anggap
mereka terbukti bersalah atas segala tuduhan dan
mendapat vonis maksimum."
"Bagaimana dengan Cobb Dia sudah punya
catatan kejahatan."
"Yeah, tapi dia tak bisa disebut penjahat kambuhan, kecuali sudah dua kali dipenjarakan sebelumnya."
"Tiga belas tahun," Looney mengulangi sambil
menggelengkan kepala.
Jake menatap ke luar jendela. Alun alun sudah
mulai hidup ketika beberapa pickup penuh buah
57 buahan dan sayur-sayuran parkir di samping trotoar seputar halaman rumput gedung pengadilan,
dan petani-petani tua dalam pakaian kerja yang
sudah pudar mengatur rapi keranjang-keranjang
kecil berisi tomat, mentimun, dan jeruk nipis di
bak belakang dan kap. Semangka semangka dari
Florida diletakkan di samping ban ban yang berdebu, dan para petani itu berkumpul untuk pertemuan pagi di bawah Monumen Vietnam, tempat
mereka duduk duduk di bangku panjang, mengunyah Red Man, berkeluh kesah sambil bertukar
gosip. Mereka mungkin sedang membicarakan pemerkosaan itu, pikir Jake. Matahari sudah naik
sekarang, dan sudah waktunya untuk ke kantor.
Para deputy itu menyelesaikan sarapan, dan Jake
minta diri. Ia merangkul Dell, membayar makanannya, dan sekejap berpikir untuk pulang memeriksa keadaan Hanna.
Tiga menit sebelum pukul tujuh, ia membuka
kunci kantor dan menyalakan semua lampu.
Carl Lee susah tidur di atas bangku ruang tunggu
itu. Keadaan Tonya serius, namun stabil. 'Ilengah
malam mereka sudah melihatnya, setelah dokter
memperingatkan bahwa keadaan Tonya tampak
mengerikan. Memang benar demikian. Gwen mencium wajah kecil yang penuh balutan itu, sementara Carl Lee berdiri di kaki ranjang, lemas, tak
bergerak, tak mampu melakukan apa-apa kecuali
menatap kosong pada sosok kecil yang dikelilingi
mesin, slang, dan para perawat. Sesudah itu, Gwen
58 diberi obat penenang dan dibawa ke rumah ibunya
di Clanton. Putra putra mereka pulang bersama
kakak Gwen.
Kumpulan orang itu bubar sekitar pukul satu,
meninggalkan Carl Lee seorang diri di bangku.
Pukul dua, Ozzie datang membawakan kopi dan
donat, dan menceritakan kepada Carl Lee segala
yang ia ketahui tentang Cobb dan Willard.
Kantor Jake adalah sebuah gedung dua lantai dalam deretan bangunan dua tingkat lain yang menghadap ke gedung pengadilan di sisi utara alunalun, tak jauh dari Coffee Shop. Gedung itu dibangun oleh keluarga Wilbanks pada tahun 1890 an,
ketika mereka masih memiliki Ford County. Dan
sejak gedung itu dibangun, selalu ada seorang
Wilbanks yang menjalankan praktek hukum di
sana sampai tahun 1979, tahun pencabutan izin
praktek. Di sebelah timurnya adalah agen asuransi
yang pernah diperkarakan Jake karena mengajukan
klaim kepada Tim Nunley, mekanik di bengkel


Saat Untuk Membunuh A Time To Kill Karya John Grisham di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Chevrolet. Di sebelah baratnya adalah bank yang
memberikan pinjaman untuk pembelian mobil
Saab. Semua gedung di sekeliling alun alun itu
berupa bangunan bata dua lantai, kecuali bankbank. Gedung bank di sebelahnya itu pun dibangun oleh keluarga Wilbanks dan cuma terdiri atas
dua tingkat, tapi yang terletak di sudut tenggara
alun alun terdiri atas tiga lantai, sedangkan yang
terbaru, di sudut barat daya, terdiri atas empat
lantai.
59 Jake berpraktek seorang diri, sejak 1979, tahun
pencabutan izin praktek. Ia menyukainya, terutama
karena tak ada pengacara lain di Clanton yang
cukup kompeten untuk berpraktek bersamanya.
Ada beberapa pengacara yang baik di kota itu, tapi
kebanyakan bergabung pada firma atau biro hukum Sullivan di gedung bank berlantai empat.
Jake membenci biro hukum Sullivan. Setiap pengacara benci pada biro hukum Sullivan, kecuali
mereka yang bekerja di sana. Semuanya ada delapan pengacara, delapan bangsat paling angkuh
dan congkak yang pernah Jake jumpai. Dua di
antaranya punya gelar dari Harvard. Klien mereka
adalah petani petani kaya, bank bank, perusahaanperusahaan asuransi, jawatan kereta api, semua
orang yang punya uang. Empat belas pengacara
lain di county itu mengambil remah remah sisanya
dan mewakili orang manusia yang hidup, bernapas, dan kebanyakan miskin. Mereka ini adalah
"pengacara jalanan" pengacara pengacara yang
masuk ke parit untuk menolong manusia lain dalam kesulitan. Jake bangga menjadi seorang pengacara jalanan.
Ruangan-ruangan kantornya luas. Ia hanya memakai lima dari sepuluh ruangan dalam gedung
itu. Di lantai bawah ada ruang resepsionis, sebuah
ruang rapat luas, sebuah dapur, dan sebuah gudang
yang berukuran lebih kecil. Di lantai atas, Jake
punya ruang kantor yang amat besar dan satu
kantor lain yang lebih kecil, yang disebutnya sebagai ruang perang. Ruangan itu tanpa jendela,
60 tanpa telepon, dan bebas gangguan. Tiga kantor
lain di lantai atas dan dua di lantai bawah dibiarkan kosong." Dulu kantor-kantor ini pernah ditempati oleh biro hukum Wilbanks yang terhormat,
jauh sebelum pencabutan izin praktek tersebut.
Ruang kerja Jake, kantornya, yang terletak di lantai atas, berukuran luar biasa luas; sembilan kali
sembilan meter dengan langit langit dari kayu keras setinggi tiga meter, perapian besar, dan tiga
meja meja kerja, meja rapat kecil di satu sudut,
dan meja lipat di sudut lain, di bawah potret
William Faulkner. Sudah hampir seabad mebel
antik dari kayu ek itu berada di sana, seperti
halnya buku-buku dan rak-rak yang menutupi salah satu dindingnya. Pemandangan alun alun dan
gedung pengadilan sangat mengesankan, dan bisa
diperhebat dengan membuka pintu-pintu Prancis
dan berjalan ke balkon kecil yang bergantung di
atas trotoar di tepi Washington Street. Tak diragukan, Jake memiliki kantor terbaik di Clanton.
Bahkan musuh musuhnya yang dengki yang bergabung di biro hukum Sullivan pun mengakuinya.
Untuk seluruh perabotan mewah dan tempat
luas itu, Jake membayar empat ratus dolar sebulan
kepada pemilik dan mantan bosnya, Lucien Wilbanks, yang izin prakteknya dicabut pada tahun
1979.
Selama beberapa dasawarsa, keluarga Wilbanks
pernah berkuasa di Ford County. Mereka adalah
orang-orang kaya yang angkuh, menonjol di bidang pertanian, perbankan, politik, dan terutama di
61 bidang hukum. Semua laki laki dalam keluarga
Wilbanks adalah ahli hukum dan dididik di sekolah sekolah Ivy League. Mereka mendirikan berbagai bank, gereja, sekolah, dan beberapa di antaranya mengabdi di kantor Pemerintah. Biro hukum Wilbanks & Wilbanks pernah menjadi yang
paling kuat dan bergengsi di Mississippi Utara
selama bertahun-tahun.
Kemudian datang Lucien. Pada generasinya, ia
adalah laki laki satu satunya dalam keluarga Wilbanks. Ada seorang saudara perempuan dan beberapa kemenakan perempuan, tapi mereka cuma
diharapkan untuk menikah baik baik. Banyak hal
besar diharapkan dari Lucien saat ia masih bocah,
tapi di kelas tiga jelaslah bahwa ia akan menjadi
seorang Wilbanks yang berbeda. Ia mewarisi biro
hukum itu pada tahun l965, ketika ayah dan pamannya tewas dalam kecelakaan pesawat terbang.
Meskipun sudah berumur empat puluh tahun, ia
baru saja menyelesaikan studi hukum lewat surat,
beberapa bulan menjelang kematian ayah dan pamannya. Ia mengambil alih biro hukum itu dan
klien pun mulai menghilang. Klien-klien besar,
seperti perusahaan-perusahaan asuransi, bank-bank,
dan petani-petani, semuanya pergi dan beralih ke
biro hukum Sullivan yang baru saja didirikan.
Dulu Sullivan adalah partner junior di biro hukum
Wilbanks, sampai Lucien memecat dan mengusirnya. Sesudah itu ia pergi bersama partner partner
junior lain, berikut sebagian besar klien. Kemudian
Lucien memecat semua yang lain aswciate, sek
62 retaris, juru tulis semuanya kecuali Ethel Twitty,
sekretaris kesayangan almarhum ayahnya.
Ethel pernah bertahun-tahun berhubungan erat
dengan John Wilbanks. Ia bahkan punya seorang
putra yang sangat mirip dengan Lucien. Laki laki
malang ini melewatkan sebagian besar waktunya
keluar masuk rumah sakit gila. Lucien secara bergurau menyebutnya sebagai adik laki lakinya yang
terbelakang. Sesudah kecelakaan pesawat tersebut,
sang adik yang terbelakang itu muncul di Clanton
dan mulai mengumbar cerita bahwa ia adalah anak
haram John Wilbanks. Ethel merasa terhina, tapi
tak mampu mengendalikannya. Clanton menggelegak dengan skandal. Sebuah gugatan perdata diajukan oleh biro hukum Sullivan yang bertindak
sebagai pengacara si adik yang terbelakang itu,
dalam usaha mendapatkan sebagian kekayaan.
Lucien sangat berang. Perkara itu disidangkan, dan
Lucien mati matian mempertahankan kehormatan,
kebanggaan, dan nama keluarganya. Ia juga matimatian mempertahankan kekayaan ayahnya yang
telah diwariskan semuanya kepada Lucien dan
saudara perempuannya. Dalam sidang, Dewan Juri
melihat kemiripan yang luar biasa antara Lucien
dan putra Ethel, yang usianya beberapa tahun lebih muda. Sang adik yang terbelakang ini secara
strategis didudukkan sedekat mungkin dengan
Lucien. Para pengacara Sullivan memerintahkannya untuk berjalan, berbicara, duduk, dan melakukan segala hal seperti Lucien. Mereka bahkan
mendandaninya seperti Lucien. Ethel dan suaminya
63 menyangkal bahwa bocah itu punya hubungan darah dengan keluarga Wilbanks, namun Dewan Juri
punya perasaan sebaliknya. Ia dinyatakan sebagai
salah satu ahli waris John Wilbanks, dan mendapatkan sepertiga dari seluruh harta kekayaan.
Lucien mengumpat Juri, menampar si bocah malang, dan diseret keluar dari ruang sidang sambil
menjerit-jerit dan dimasukkan ke dalam penjara.
Keputusan Juri akhirnya diganti dan dibatalkan
dalam sidang banding, tapi Lucien takut akan diperkarakan lagi kalau Ethel suatu saat mengubah
ceritanya. Dengan demikian, Ethel Twitty tetap
bertahan di biro hukum Wilbanks.
Lucien puas ketika biro hukum itu pecah. Ia mk
pemah berniat melakukan praktek hukum seperti
moyangnya. Ia ingin jadi pengacara pidana, sedangkan klien lama biro hukum itu hanya terbatas
pada perusahaan. Ia ingin kasus kasus pemerkosaan, pembunuhan, penganiayaan anak, kasus kasus
mengerikan yang tak diinginkan oleh orang lain. Ia
ingin jadi pengacara pembela hak hak dan kemerdekaan sipil. Namun lebih dari semuanya, Lucien
ingin jadi orang yang radikal, pengacara yang radikal dan berapi-api, dengan kasus dan perkara
yang tidak populer, dan mendapatkan banyak perhatian.
Ia memelihara cambang, menceraikan istrinya,
meninggalkan gereja, menjual sahamnya atas country club, bergabung dengan NAACP (National Association for the Advancement of Colored People)
dan ACLU (American Civil Liberties Union),
64 mengundurkan diri dari dewan direksi bank, dan
secara umum menjadi momok di Clanton. Ia memperkarakan sekolah sekolah karena melakukan pemisahan menurut warna kulit, menuntut gubernur
karena buruknya keadaan penjara, menuntut kota
itu karena menolak mengaspal jalan-jalan di bagian yang dihuni kaum kulit hitam, menuntut bank
karena tak ada teller berkulit hitam, menuntut negara bagian karena hukuman hukuman berat, dan
menuntut pabrik-pabrik karena mereka tidak
mengakui serikat buruh. Ia berjuang dan memenangkan banyak kasus kriminal, dan tidak hanya
di Ford County saja. Reputasinya tersebar, dan
sejumlah besar pengikut berkembang dari kalangan
warga kulit hitam, golongan kulit putih miskin,
serta beberapa serikat buruh di Mississippi Utara.
Ia kebetulan melakukan pembelaan terhadap kasuskasus penganiayaan dan pembunuhan yang menguntungkan kariernya. Ada pembayaran yang memuaskan. Biro itu, ia dan Ethel memperoleh keuntungan lebih besar daripada kapan pun. Lucien
tidak butuh uangnya. Ia terlahir dengan uang dan
tak pernah memikirkannya. Ethel yang melakukan
penghitungan.
Hukum menjadi hidupnya. Hidup tanpa keluarga, ia jadi seorang pecandu kerja. Lima belas jam
sehari, tujuh hari seminggu, Lucien menjalankan
praktek hukum dengan penuh gairah. Ia tidak memiliki kegemaran lain, kecuali alkohol. Pada akhir
tahun enam puluhan ia memperlihatkan kegemarannya akan Jack Daniel"s. Pada awal tahun tujuh
65 puluhan ia jadi pemabuk, dan ketika ia mempekerjakan Jake pada tahun 1978 ia adalah pecandu
alkohol sejati. Akan tetapi ia tidak pernah membiarkan alkohol mencampuri urusan pekerjaan. Ia
belajar untuk minum dan bekerja bersamaan.
Lucien selalu berada dalam keadaan setengah mabuk, dan ia adalah pengacara yang berbahaya dalam kondisi seperti itu. Dengan watak dasarnya
yang berani dan ganas, ia jadi sangat menakutkan
saat minum. Dalam sidang ia mempermalukan
pengacara lawannya, melecehkan hakim, menyiksa
para saksi, lalu minta maaf kepada Juri. Ia tidak
menghormati siapa pun dan mk bisa diintimidasi.
Ia ditakuti, sebab ia bisa mengatakan dan melakukan apa saja. Orang berjalan berjingkat di
sekitar Lucien. Ia tahu dan menyukai hal ini. Ia
jadi makin eksentrik. Makin banyak ia minum,
makin gila tindakannya, lalu orang makin banyak
bicara tentang dirinya, dan ia pun minum lebih
banyak lagi.
Antara tahun 1966 sampai 1978, Lucien pernah
mempekerjakan dan memecat sebelas associate. Ia
mempekerjakan orang kulit hitam, Yahudi, Spanyol, wanita, dan tak seorang pun bisa mengikuti
irama kerja yang dimintanya. Di kantor ia adalah
seorang tiran, tak hentinya mengumpat dan mencaci maki para pengacara muda itu. Sebagian Iangsung berhenti pada bulan pertama. Satu bertahan
sampai dua tahun. Sulit menerima kegilaan Lucien.
Ia punya uang untuk bersikap eksentrik associale-nya tidak.
66 -Ia mempekerjakan Jake pada tahun 1978, baru
lulus dari sekolah hukum. Jake berasal dari
Karaway, kota kecil berpenduduk dua ribu lima
ratus jiwa, delapan belas mil sebelah barat Clanton.
Ia rapi, konservatif, penganut Presbyterian yang
taat, dengan istri cantik yang menginginkan bayi.
Lucien mempekerjakannya untuk melihat apakah ia
bisa menyiksanya. Jake mengambil pekerjaan itu
dengan kemauan yang besar untuk mempertahankannya, sebab ia tak punya tawaran pekerjaan lain
di dekat tempat asalnya.
Satu tahun kemudian, izin praktek Lucien dicabut. Suatu tragedi bagi sedikit orang yang menyukainya. Serikat buruh pabrik sepatu di utara
kota melakukan pemogokan. Serikat buruh ini dibentuk dan diwakili oleh Lucien. Pabrik mulai
memasukkan buruh buruh baru untuk menggantikan mereka yang mogok. dan kekerasan pun
menyusul. Lucien muncul dalam barisan pemogok
untuk mengerahkan orang orangnya. Ia lebih mabuk daripada biasa. Sekelompok pembelot mencoba menyeberangi garis dan perkelahian pun meletus. Lucien memimpin serangan, ditahan, dan
dipenjarakan. Di pengadilan negeri, ia dinyatakan
bersalah melakukan penyerangan, tindak kekerasan, dan mengganggu ketertiban. Ia naik banding
dan kalah, mengajukan kasasi dan kalah.
State Bar Association atau Asosiasi Pengacara
Amerika sudah bertahun tahun merasa cemas dengan Lucien. Tak ada pengacara lain di negara
bagian itu pernah menerima keluhan sebanyak
67 yang diterima oleh Lucien. Peringatan pribadi, peringatan terbuka, dan pemberhentian sementara atau
skorsing, semua sudah pernah digunakan, semua
siaisia. Complaints Tribunal and Disciplinary
Comittee bergerak cepat. Izin prakteknya dicabut
karena tindakan kurang patut yang bisa mengakibatkan seorang anggota dipecat dari Asosiasi
Pengacara. Ia mengajukan banding dan kalah,
mengajukan kasasi dan kalah lagi.
Ia hancur lebur. Jake ada dalam kantor Lucien,
kantor besar di lantai dua, ketika tiba berita dari
Jackson bahwa Mahkamah Agung meneguhkan keputusan atas pemecatannya. Lucien menggantungkan gagang telepon dan berjalan menuju pintupintu yang menghadap ke alun alun. Jake mengawasi dengan penuh perhatian, menunggu semburan umpatan kemarahan. Namun Lucien tidak
mengucapkan apa apa. Ia berjalan perlahan-lahan
ke bawah, berhenti, dan menatap Ethel yang sedang menangis, kemudian memandang Jake. Ia
membuka pintu dan berkata, "Uruslah tempat ini.
Sampai jumpa nanti."
Mereka lari ke jendela depan dan menyaksikannya memacu Porsche usangnya meninggalkan
alun alun. Beberapa bulan tak ada kabar apa pun
darinya. Jake bekerja tekun menangani kasus kasus
Lucien, sementara Ethel menjaga agar kantor tidak
berantakan. Beberapa dari kasus-kasus itu diselesaikan, beberapa dialihkan kepada pengacara lain,
beberapa sampai ke persidangan.
Enam bulan kemudian, Jake kembali ke kantor
68 nya sesudah melewatkan hari yang panjang di
pengadilan, dan mendapati Lucien sedang tertidur
di permadani Persia di kantor besar. "Lucien! Kau
baik baik " tanyanya.
Lucien melompat dan duduk di kursi besar berjok kulit di balik meja kerja. Ia waras, kulitnya
kecokelatan, dan santai.
"Jake, anakku, apa kabar " sapanya hangat.
"Baik, baik. Ke mana saja kau "
"Kepulauan Cayman."
"Apa kerjamu di sana "
"Minum rum, berbaring di pantai, mengejar
gadis gadis muda penduduk asli."
"Kedengarannya menyenangkan. Kenapa kau
meninggalkannya "
"Mulai jadi membosankan."
Jake duduk di seberang meja. "Senang berjumpa
denganmu, Lucien."
"Senang bertemu denganmu, Jake. Bagaimana
keadaan di sini "
"Sibuk. Tapi baik baik saja, kurasa."
"Apakah kasus Medley kauselesaikan "
"Yeah. Mereka membayar delapan ribu."
"'Bagus sekali. Senangkah dia "
"Ya, tampaknya begitu."
"Apakah Cruger disidangkan "
Jake memandang lantai. "Tidak, dia memakai
Fredrix. Kurasa kasusnya dijadwalkan untuk disidangkan bulan depan."
"Seharusnya aku bicara dulu dengannya sebelum
pergi."
69 "Dia memang bersalah, bukan "
"Ya, sangat bersalah. Tak ada bedanya siapa
yang jadi pembela. Hampir semua terdakwa memang bersalah. Ingatlah itu." Lucien berjalan ke
pintu pintu Prancis dan menatap gedung pengadilan. "Apa rencanamu, Jake "
"Aku ingin tinggal di sini. Apa reneanamu "
"Kau orang baik, Jake, dan aku ingin kau tetap
di sini. Aku sendiri, entahlah. Tadinya aku berpikir
untuk pindah ke Karibia, tapi aku tak akan melakukannya. Memang itu tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi, tapi lama lama membosankan. Aku tak punya rencana. Aku mungkin akan
bepergian. Menghamburkan uang. Aku kaya, kau


Saat Untuk Membunuh A Time To Kill Karya John Grisham di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahu. "
Jake setuju. Lucien berbalik dan melambaikan
tangan ke sekeliling ruangan. "Aku ingin kau
mengambil semua ini, Jake. Aku ingin kau tetap
di sini dan mempertahankan citra biro hukum yang
masih hidup. Pindahlah ke kantor ini; pakailah
meja kerja ini, yang dibawa oleh kakekku dari
Virginia seusai Perang Saudara. Pertahankanlah
berkas berkas, kasus kasus, klien klien, buku buku,
segalanya."
, "Kau sangat murah hati, Lucien."
"Sebagian besar klien akan menghilang. Tak
tahu menahu tentang dirimu. Kau akan jadi pengacara hebat suatu hari kelak. Tapi banyak klien
yang sudah bertahun tahun mengikutiku. "
Jake tak menginginkan kebanyakan kliennya.
"Bagaimana dengan sewanya "
70 "Bayarlah berapa saja yang sanggup kaubayarkan. Pada mulanya uang akan susah didapat, tapi
kau akan berhasil. Aku tak butuh uang, tapi kau
butuh."
"Kau sangat baik hati."
"Aku orang yang sangat baik hati." Mereka
berdua tertawa canggung.
Jake berhenti tersenyum. "Bagaimana dengan
Ethel "
"Terserah kau. Dia sekretaris yang cakap dan
sudah melupakan lebih banyak masalah hukum
daripada yang kauketahui. Aku tahu kau tak menyukainya, tapi dia akan sulit digantikan. Pecatlah
dia kalau itu yang kauinginkan. Aku tak pedulil"
Lucien menghampiri pintu. "Teleponlah kalau
kau memerlukanku. Aku akan ada di tempat. Aku
ingin kau pindah ke kantor ini. Kantor ayah dan
kakekku. Masukkanlah barang barangku dalam
karton, dan aku akan mengambilnya."
Cobb dan Willard terbangun dengan kepala berdenyut denyut dan mata merah. sembap. Ozzie
berteriak pada mereka. Mereka tinggal dalam sel
sempit berdua saja. Di balik jeruji ke sebelah
kanannya adalah sel untuk mengurung tahanan
negara, sementara menunggu dipindahkan ke Penjara Parchman. Selusin orang kulit hitam bersandar
pada jeruji dan menatap tajam pada dua bocah
kulit putih itu ketika mereka berjuang membersihkan mata. Di sebelah kirinya ada sel lain yang
lebih sempit, juga penuh dengan orang kulit hitam.
7l Bangun, seru Ozzie, dan tetaplah tenang. Kalau
tidak, ia akan menyatukan kurungan mereka.
Waktu tenang Jake adalah dari pukul tujuh sampai
Ethel tiba pukul setengah sembilan. Ia mencintai
saat saat itu. Ia mengunci pintu depan, tak menghiraukan telepon, dan menolak membuat janji. Ia
merencanakan kegiatannya sepanjang hari dengan
rapi. Pukul setengah sembilan ia sudah mendiktekan cukup banyak pekerjaan yang akan membuat
Ethel sibuk dan tenang sampai siang. Pukul sembilan, kalau tak ada di ruang sidang, ia tentu
menemui klien. Ia tak menerima telepon sampai
pukul sebelas, saat ia membalas pesan pesan pagi
tadi dengan metode teratur. Jake bekerja dengan
sistematis" dan efisien, tanpa menyia nyiakan waktu. Kebiasaan ini tidak ia pelajari dari Lucien.
Pukul setengah sembilan, Ethel seperti biasanya
masuk ke lantai bawah dengan suara berisik. Ia
membuat kopi dan membuka surat-surat, seperti
yang ia lakukan tiap hari selama empat puluh satu
tahun terakhir. Umurnya enam puluh empat tahun
dan ia tampak seperti berumur limapuluh. Tubuhnya sintal, tapi tidak gemuk, dan ia merawat diri
dengan baik, tapi tidak menarik. Ia melahap sosis
penuh lemak dan biskuit yang dibawa dari rumah
dan membaca surat surat Jake.
Jake mendengar suara suara. Ethel sedang bicara
dengan perempuan lain. Ia memeriksa buku janji
pertemuannya. Tak ada janji sampai pukul sepuluh.
72 "Selamat pagi, Mr. Brigance," kata Ethel melalui interkom.
"Pagi, Ethel." Ia lebih suka dipanggil sebagai
Mrs. Twitty. Lucien dan semua orang lain memanggilnya demikian. Tetapi Jake memanggilnya
Ethel, sejak Lucien memecatnya tak lama setelah
pencabutan izin praktek.
"Di sini ada seorang wanita yang ingin menjumpai Anda."
"Dia tidak punya janji."
"Ya, Sir, saya tahu."
"Buat janji untuk besok pagi pukul setengah
sepuluh. Aku sibuk sekarang."
"Ya, Sir. Tapi katanya ini urusan mendesak."
"Siapa dia " tukas Jake. Selalu ada urusan mendesak, kalau mereka datang tanpa pemberitahuan
lebih dulu, seperti mampir ke rumah mayat atau
ke Laundromat, tempat cuci umum. Mungkin beberapa pertanyaan mendesak tentang surat wasiat
Paman Luke atau kasus yang akan disidangkan
tiga bulan mendatang.
"Namanya Mrs. Willard," jawab Ethel.
"Nama pertama "
"Eamestine Willard. Anda belum kenal dengannya, tapi putranya ada di penjara."
Jake selalu tepat waktu dalam menghadiri janji,
tapi kunjungan mendadak adalah soal lain. Ethel
biasanya mengusir mereka atau membuat janji pertemuan untuk hari berikutnya. Mr. Brigance sangat
sibuk, demikian ia menjelaskan, tapi ia bisa me
73 layani Anda besok lusa. Orang akan terkesan dengan penjelasan ini.
"Katakan padanya aku tidak tertarik."
"Tapi katanya dia harus mendapatkan seorang
pengacara. Putranya harus hadir di pengadilan pukul satu siang ini."
"Katakan padanya agar menemui Drew Jack
Tyndale, pengacara Pemerintah. Dia pandai dan
gratis."
Ethel menyampaikan pesan tersebut. "Tapi, Mr.
Brigance, dia ingin memakai Anda. Seseorang
menceritakan kepadanya bahwa Anda adalah pengacara kriminal terbaik di county ini." Nada senang
jelas terdengar pada suara Ethel.
"Katakan padanya itu benar, tapi aku tidak tertarik."
Ozzie memborgol Willard dan membimbingnya melewati gang, menuju kantornya di bagian depan
penjara Ford County. Ia melepaskan borgol dan
menyuruh Willard duduk di kursi kayu di tengah
ruangan yang penuh sesak. Ozzie sendiri duduk di
kursi besar di balik meja dan memandang si Terdakwa.
"Mr. Willard, ini Letnan Griffin dari Mississippi
Highways'Patrol. Ini Reserse Rady dari kantorku,
dan di sana itu adalah Deputy Looney dan Deputy
Prather yang sudah kaujumpai tadi malam, tapi
aku sangsi kalau kau bisa mengingatnya. Aku
Sheriff Walls."
Dengan perasaan takut Willard menggerakkan
74 kepala untukmelihat masing masing. Ia dikepung.
Pintu tertutup. Dua tape recorder bertengger berdampingan di tepi meja kerja Sheriff.
"Kami hendak mengajukan beberapa pertanyaan,
oke "
"Entahlah."
"Sebelum aku mulai, aku ingin menegaskan
agar kau mengerti hak-hakmu. Pertama, kau berhak untuk tetap diam. Mengerti "
"Uh huh."
"Kau tidak perlu bicara kalau kau tak menghendakinya, tapi bila kau bicara, segala yang kaukatakan akan dipakai sebagai bukti dalam sidang.
Mengerti " '
"Uh huh."
"Apakah kau bisa membaca dan menulis "
"Yeah."
'"Bagus, kalau begitu baca dan tanda tanganilah
ini. Isinya menyatakan bahwa kau sudah diberitahu
tentang hak hakmu."
Willard membubuhkan tanda tangan. Ozzie menekan tombol merah pada salah satu tape recorder. . *
"Kau mengeni bahwa tape recorder ini hidup "
"Uh huh."
"Dan sekarang adalah hari Rabu, 15 Mei, pukul
delapan empat puluh tiga pagi."
"Kalau begitu katamu."
"Siapa nama lengkapmu "
"James Louis Willard."
"Nama panggilan "
75 "Pete. Pete Willard."
"Alamat " _
"Route 6, Box 14, Lake Village, Mississippi."
"Apa nama jalannya " _
"Bethel Road."
"Bersama siapa kau tinggal di sana "
"Ibuku, Eamestine Willard. Aku sudah bercerai."
"Kau kenal Billy Ray Cobb "
Willard sangsi dan mengamati kakinya. Sepatu
larsnya ditinggal dalam sel. Kaus kaki putihnya
kotor dan tidak menyembunyikan ibu jarinya yang
besar. Pertanyaan yang aman, pikirnya.
"Yeah, aku mengenalnya."
"Apakah kau bersamanya kemarin "
"Uh huh."
"Di manakah kalian "
"Di danau."
"Pukul berapa kau meninggalkan danau "
"Kira kira pukul tiga."
"Apa yang kaukemudikan "
"Aku tidak mengemudi."
"Apa yang kaukendarai "
Ragu ragu. Ia mengamati ibu jari kaki. "Rasanya aku'tak ingin bicara lagi."
Ozzie menekan tombol lain dan tape recorder
berhenti. Ia mengembuskan napas panjang ke arah
Willard. "Kau pernah ke Parchman "
Willard menggelengkan kepala.
"Tahukah kau berapa banyak negro yang ada di
Parchman "
76 Willard menggelengkan kepala.
"Kurang lebih lima ribu. Tahukah kau ada berapa orang kulit putih di sana "
"Tidak."
"Kurang-lebih seribu."
Willard menjatuhkan dagu sampai menempel ke
dada. Ouie membiarkannya berpikir sejenak, kemudian mengedipkan mata pada Letnan Griffin.
"Kau tahu apa yang akan dilakukan oleh negronegro itu pada laki laki kulit putih yang memperkosa gadis cilik kulit hitam "
Tak ada tanggapan.
"Letnan Griffin, ceritakan pada Mr. Willard bagaimana orang kulit putih diperlakukan di
Parchman."
Griffin berjalan ke meja Ozzie dan duduk di
tepinya. Ia menatap Willard. "Kira kira lima tahun
yang lalu, seorang laki laki muda kulit putih di
Helena County, di Delta, memperkosa seorang gadis kulit hitam. Gadis itu berumur dua belas "tahun.
Mereka menanti nantikan laki laki itu masuk ke
Parchman. Mereka tahu dia akan ke sana. Pada
malam pertama, kurang lebih tiga puluh negro
mengikat laki laki itu pada sebuah drum ukuran
lima puluh lima galon dan menganiayanya. Para
penjaga menonton dan tertawa. Tak ada simpati
bagi pemerkosa. Mereka menganiayanya tiap malam selama tiga bulan, dan kemudian membunuhnya. Mereka menemukannya dijejalkan dalam
drum, dalam keadaan dikebiri."
Willard bergidik ngeri, lalu melontarkan kepala
77 ke belakang dan bernapas terengah engah ke
langit- langit.
"Dengar, Pete," kata Ozzie, "kami tidak mengincarmu. Kami ingin Cobb. Aku sudah mengincar
bocah itu sejak dia meninggalkan Parchman. Aku
sangat menginginkannya. Kaubantu kami meringkus Cobb dan aku akan membantumu sebisaku.
Aku tak menjanjikan apa apa, tapi aku dan Jaksa
bekerja sama. Kaubantu aku meringkus Cobb, dan
aku akan membantumu berurusan dengan Jaksa.
Katakan saja apa yang telah terjadi."
"Aku ingin pengacara." kata Willard.
Ozzie menundukkan kepala dan mengeluh. "Apa
yang bisa dilakukan oleh seorang pengacara, PeteMenyingkirkan negro-negro itu darimu Aku berusaha membantumu, dan kau berlagak sok pintar."
"Kau harus mendengar kata Sheriff, Nak. Dia
berusaha menyelamatkan nyawamu," kata Griffin
mendukung.
"Ada kemungkinan besar kau hanya akan dihukum beberapa tahun di sini, di penjara ini," kata
Rady. .
"Tempat ini lebih aman daripada Parchman,"
kata Prather.
"Pilihan ada padamu, Pete," kata Ozzie. "Kau
boleh mati di Parchman atau tinggal di sini. Bahkan akan kupertimbangkan untuk menjadikanmu
sebagai orang kepercayaan, kalau kelakuanmu
baik." '
Willard menundukkan kepala dan menggosok
pelipis. "Oke. Oke."
78 Ozzie menekan tombol merah.
"Di mana kalian menemukan anak perempuan
itu "
"Di jalan batu."
"Jalan yang mana "
"Entahlah. Aku mabuk."
"Ke 'mana kalian membawanya "
"Entahlah."
"Hanya kau dan Cobb "
"Yeah."
"Siapa yang memperkosanya "
"Kami berdua. Billy yang pertama."
"Berapa kali "
"Aku tidak ingat. Aku mengisap ganja dan minum."
"Kalian berdua memperkosanya' "
"Yeah." _
"Di mana kalian membuangnya "
"Tidak ingat. Sumpah aku tak ingat."
Ozzie memencet tombol lain. "Kami akan mengetik pembicaraan ini, dan kau akan menandatanganinya."
Willard menggelengkan kepala. "Tapi jangan ceritakan pada Billy Ray."
"Tidak," Sheriff berjanji.
79 4 PERCY BULLARD bergerak gerak gelisah di kursi kulit di belakang meja kayu ek tua besar, dalam bilik
hakim yang terletak di belakang ruang sidang,
tempat orang banyak berkumpul untuk menyaksikan pemeriksaan pendahuluan atas kasus pemerkosaan itu. Dalam mangan sempit di sampingnya,
para pengacara berkumpul sekeliling mesin kopi


Saat Untuk Membunuh A Time To Kill Karya John Grisham di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan bertukar gosip tentang pemerkosaan tersebut.
Jubah hitam Bullard yang kecil tergantung di
satu sudut, dekat jendela yang menghadap
Washington Street di utara. Kakinya yang memakai sepatu joging ukuran nomor enam bergantung hampir tak menyentuh tanah. Ia bertubuh
kecil, jenis hakim yang gelisah dan khawatir dengan pemeriksaan pendahuluan dan pemeriksaan
rutin lain. Sesudah tiga belas tahun menduduki
kursi hakim itu, ia tak pernah belajar santai. Untungnya ia tidak diharuskan memeriksa kasuskasus besar; itu pekerjaan hakim Circuit Court.
Bullard hanya hakim di Pengadilan County, dan ia
sudah sampai di puncak kariernya.
80 Mr. Pate, deputy tua yang bertugas di ruang
sidang, mengetuk pintu.
"Masuk!" seru Bullard.
"Siang, Pak Hakim."
"Ada berapa banyak orang kulit hitam di luar
sana " tanya Bullard cepat.
"Separo ruang sidang."
"Itu seratus orang! Sidang pembunuhan yang
hebat sekalipun tidak menarik perhatian sebanyak
ini. Apa yang mereka inginkan "
Mr. Pate menggelengkan kepala.
"Mereka pasti mengira kita akan mengadili
bocah bocah itu hari ini."
"Saya rasa mereka cuma prihatin," kata Mr.
Pate lembut.
"Prihatin apa" Aku tak bermaksud melepaskan
mereka. Ini baru pemeriksaan pendahuluan." Ia
diam dan menatap jendela. "Apakah keluarganya
ada di sana "
"Saya rasa begitu. Saya mengenali beberapa di
antara mereka, tapi saya tidak kenal dengan orangtua gadis itu." '
"Bagaimana pengamanannya "
"Sheriff sudah mengerahkan semua deputy dan
semua polisi cadangan untuk menjaga ruang sidang. Kita periksa setiap orang di pintu."
"Menemukan sesuatu "
"Tidak, Sir."
"Di mana bocah-bocah itu "
"Bersama Sheriff. Mereka akan tiba di sini sebentar lagi."
81 Sang Hakim tampak puas. Mr. Pate meletakkan
sehelai catatan tulisan tangan di meja.
"Apa ini "
Mr. Pate menarik napas dalam. "Permintaan dari
kru TV Memphis untuk merekam pemeriksaan
ini."
"Apa!" Wajah Bullard berubah merah dan ia
bergoyang goyang marah di kursi putamya. "Kamera," ia_berseru. "Di ruang sidangku!" Ia mencabik cabik catatan dan melemparkan sobekannya
ke tong sampah. "Di mana mereka "
"Di rotunda."
"Perintahkan mereka keluar dari gedung pengadilan."
Mr. Pate cepat-cepat berlalu.
Carl Lee Hailey duduk di deretan kedua dari
belakang. Puluhan sanak saudara dan sahabat rnengelilinginya di deretan bangku di sisi kanan
ruang sidang.' Bangku bangku di sisi kiri kosong.
Para deputy bersenjata hilir mudik gelisah, mengawasi kerumunan orang orang kulit hitam itu dengan waswas, temtama pada Carl Lee, yang duduk
membungkuk dengan siku bertopang lutut, sambil
menatap kosong ke lantai.
Dari jendelanya, Jake memandang ke bagian
belakang gedung pengadilan di seberang alun alun
yang menghadap ke selatan. Saat itu pukul 13.00.
Ia melewatkan makan siang, seperti biasanya, dan
tidak punya urusan di seberang jalan, namun ia
benar-benar butuh udara segar. Sehari penuh ia
belum rneninggalkan bangunan itu, dan meskipun
82 berniat mendengarkan perincian pemerkosaan itu,
ia tidak suka ketinggalan menyaksikan pemeriksaan tersebut. Pasti ada banyak orang di dalam
ruang sidang, sebab tak ada tempat parkir yang
kosong di seputar alun-alun. Beberapa wartawan
dan fotografer menunggu gelisah di belakang
gedung pengadilan, di samping pintu kayu yang
akan dilalui Cobb dan Willard.
'Penjara terletak dua blok sebelah selatan alunalun. Ozzie mengemudikan mobil dengan Cobb
dan Willard di jok belakang. Dengan satu mobil
polisi di depan dan satu lagi di belakang, iringiringan itu berbelok dari Washington Street,,memasuki jalan pendek ke bawah beranda gedung
pengadilan. Enam orang deputy mengawal terdakwa melewati para wartawan, memasuki pintu, lalu
menaiki tangga ke ruangan sempit. tepat di luar
ruang sidang.
Jake mengambil jas, tidak menghiraukan Ethel,
dan bergegas menyeberangi jalan. Ia berlari menaiki tangga belakang, melewati gang sempit di
luar ruang juri, dan memasuki ruang sidang dari
pintu samping tepat ketika Mr. Pate mengiringi
Hakim Yang Mulia menuju ke tempatnya.
"Hadirin diharap berdiri," Mr. Pate berseru. Setiap orang bangkit berdiri. Bullard melangkah ke
tempatnya dan duduk.
"Silakan duduk," ia berseru. "Mana terdakwaMana Bawa mereka masuk."
Dengan tangan terborgol, Cobb dan Willard digiring memasuki ruang sidang dari ruang pena
83 hanan sementara yang sempit. Mereka tidak bercukur, kusut, kotor, dan tampak bingung. Willard
menatap kerumunan orang negro, sedangkan Cobb
membalikkan punggung. Looney melepaskan borgol dan mendudukkan mereka di samping Drew
Jack Tyndale, pembela yang disediakan oleh Negara, di belakang meja panjang'untuk terdakwa. Di
sampingnya adalah meja panjang tempat Rocky
Childers, jaksa penuntut, duduk sambil menulis
catatan dan menunjukkan lagak penting.
Willard melirik dari balik pundak dan kembali
memeriksa kerumunan orang hitam itu. Di deretan
depan, tepat di belakangnya, duduk ibunya dan ibu
Cobb, masing masing dengan seorang deputy untuk melindungi. Willard merasa aman dengan kehadiran semua deputy itu. Cobb tak mau menoleh
ke belakang.
Dari deretan belakang, dua puluh lima meter
dari sana, Carl Lee mengangkat kepala dan memandang punggung dua laki laki yang telah memperkosa putrinya. Mereka adalah orang asing yang
"kotor, kusut, dan bertampang jorok. Ia menutupi
wajah dan membungkuk. Para deputy berdiri di
belakangnya, mundur bersandar ke dinding, mengawasi tiap gerakan.
"Sekarang dengarkan," Bullard mulai dengan
suara keras. "Ini hanya pemeriksaan pendahuluan,
bukan sidang peradilan. Tujuan pemeriksaan pendahuluan adalah menentukan apakah ada cukup
bukti yang menunjukkan bahwa Terdakwa telah
melakukan kejahatan, sehingga bisa diajukan ke
84 hadapan Grand Jury. Terdakwa bahkan bisa menolak pemeriksaan ini bila mereka menginginkannya."
Tyndale berdiri. "Tidak, Yang Mulia, kami
ingin pemeriksaan ini diteruskan."
"Baiklah. Saya punya beberapa copy surat kesaksian tersumpah dari Sheriff Walls. Isinya mendakwa kedua tertuduh telah melakukan pemerkosaan, penculikan, dan penganiayaan biadab terhadap
seorang wanita di bawah umur dua belas tahun.
Mr. Childers, Anda bisa memanggil saksi pertama."
"Yang Mulia, Negara memanggil Sheriff Ozzie
Walls."
Jake duduk di boks juri, bersama beberapa
pengacara lain, yang semua berpura pura membaca
bacaan penting. Ozzie disumpah dan duduk di
kursi saksi di sebelah kanan Bullard, beberapa
meter dari boks juri.
"Sebutkan nama Anda."
"Sheriff Ozzie Walls."
"Anda adalah sherijjf Ford County "
"Ya."
"Aku kenal siapa dia," gumam Bullard sambil
membalik balik berkas.
"Sheriff, kemarin sore, apakah kantor Anda menerima telepon melaporkan hilangnya seorang
anak "
"Ya, sekitar setengah lima."
"Apa yang kantor Anda lakukan "
85 "'Deputy Willie Hastings dikirim ke tempat tinggal Gwen dan Carl Lee Hailey, orangtua anak itu."
"Di mana "
"Di Craft Road, di belakang Toko Bates."
"Apa yang ditemukannya "
"Dia menemui ibu gadis itu, yang melapor ke
kantor kami. Mereka berputar putar mencari anak
perempuan itu."
"Apakah dia menemukannya "
"Tidak. Ketika dia kembali ke rumah tersebut,
anak perempuan itu sudah ada di sana. Dia ditemukan oleh beberapa orang yang sedang memancing, dan mereka membawanya pulang."
"Bagaimana keadaan anak itu "
"Dia telah diperkosa dan dianiaya."
"Apakah dia sadar "
"Yeah. Dia bisa bicara sedikit, atau tepatnya
menggumam."
"Apa yang dikatakannya "
_ "Dia menceritakan kepada ibunya bahwa pelakunya adalah dua laki laki kulit putih dalam truk
pickup kuning dengan bendera besar di jendelanya.
Itu saja. Dia tak bisa bicara banyak. Kedua rahangnya retak dan wajahnya luka ditendangi."
"Lalu apa yang terjadi "
"Deputy memanggil ambulans dan dia dibawa
ke rumah sakit."
"Bagaimana keadaannya "
"Kata mereka kritis."
"Lalu apa yang terjadi "
86 "Berdasarkan yang saya ketahui, saya mencurigai seorang tersangka."
"Lalu apa yang Anda lakukan "
"Saya mencari seorang informan yang dapat diandalkan, dan menempatkannya di kedai minum
dekat danau." ,
Childers bukan orang yang suka dengan perincian-perincian kecil, terutama di depan Bullard.
Jake mengetahui hal ini, seperti juga Tyndale.
Bullard mengirimkan segala kasus kepada Grand
Jury, jadi setiap pemeriksaan pendahuluan hanya
merupakan formalitas. Tak peduli bagaimanapun
kasus, fakta fakta, dan bukti buktinya. Tak peduli
bagaimanapun keadaannya, ia selalu mengajukan
perkara itu kepada Grand Jury. Kalau bukti bukti
tidak cukup, biarkan Grand Jury yang membebaskan mereka, bukan Bullard. Ia harus dipilih kembali, Grand Jury tidak. Para pemberi suara jadi
bingung kalau pelaku kejahatan dibebaskan. Kebanyakan pembela di county itu melepaskan hak
atas pemeriksaan pendahuluan yang dipimpin
Bullard. Jake tidak. Ia memandang pemeriksaan
seperti itu sebagai cara terbaik dan tercepat untuk
memeriksa dakwaan. Tyndale jarang melepaskan
haknya atas pemeriksaan pendahuluan.
"Kedai minum mana "
"Huey's."
"Apakah yang dia dapatkan "
"Katanya dia mendengar Cobb dan Willard, dua
terdakwa di sana, membual telah memperkosa seorang gadis negro kecil."
87 Cobb dan Willard bertukar pandang. Siapakah
informan itu Tak banyak kejadian di Huey's yang
mereka ingat.
"Apa yang Anda lakukan di Huey's "
"Kami menahan Cobb dan Willard, lalu kami
memeriksa pickup milik Billy Ray Cobb."
"Apa yang Anda temukan "
Amukan Pendekar Edan 1 Pendekar Rajawali Sakti 101 Rahasia Dara Iblis Simbol Yang Hilang 4

Cari Blog Ini