Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong Bagian 8
merupakan perbuatan curang, sekarang silakan engkau
mengambil tiga butir dan engkau boleh menyentil tiga kali tiga
kelereng lainnya. Jika memang kelereng itu bisa hancur seperti
yang tadi telah kau alami, maka hitung-hitung kau yang
menang!"
Waktu itu Ciu Pek Thong tengah mengambul, dia
tidakmenduga sama sekali bahwa sikap mengalah Oey Yok Su
sesungguhnya tipu daya untuk menjatuhkannya. Maka
mendengar perkataan Oey Yok Su yang mengijinkannya untuk
menyentil tiga kali dengan kelerengnya, Ciu Pek Thong sangat
kegirangan. Segera dia mengambil tiga butir kelereng dan
segera dia mulai menyentil untuk menghajar kelereng yang
lainnya, kedua kelereng yang saling bentur itu telah pecah
berantakan. Tiga kali Pek Thong mengulanginya, dan tiga
kali itu pula setiap kali dia menyentil menghajar kelereng
lainnya, kedua kelereng itu sama-sama hancur! Tidak demikian
halnya dengan Oey Yok Su yang menyentil kelerengnya tadi
menghajar ketiga kelereng Pek Thong, dan hanya kelereng Pek 490
Thong yang hancur, sedangkan kelerengnya Oey Yok Su tetap
utuh, tidak gompal sedikitpun juga.!"
Dengan demikian, Pek thong jadi mengakui kekalahannya
itu, dia harus menerima kekalahannya itu walaupun dengan
hati yang tidak rela!
Sesungguhnya Ciu Pek Thong telah diingusi oleh Oey Yok
Su, karena Iwekang Oey Yok Su telah sempurna sekali,
beberapa tingkat berada diatas Iwekang Ciu Pek Thong, karena
dari itu, leluasa buat Tocu Tho Hoa To itu untuk menyentil
kelerengnya menghajar kelereng Ciu Pek Thong, dia
sedemikian rupa mengendalikan tenaga sentilannya sehingga
ketika kelerengnya itu telah menghajar kelerengnya Ciu Pek
Thong, tenaga sentilannya itu telah terkendali benar dengan
tepat, dan jika kelereng Ciu Pek Thong yang hancur
berantakan, justru kelerengnya Oey Yok Su yang tetap utuh.
Karena menderita kekalahan itu, akhirnya Ciu Pek Thong
telah menoleh kepada isterinya Oey Yok Su, dia berkata, "Enso
Oey, sekarang aku akan berikan kitab mustikaku untuk kau
lihat, tapi itu hanya untuk sebentar, dan sebelum menjelang
malam kau harus telah mengembalikannya padaku!"
A Heng mengangguh beberapa kali sambil tersenyum
girang dan mengucapkan terima kasih.
Dan secara iseng-iseng Ciu Pek Thong juga telah
menambahkan lagi, "Bukankah kita tidak menetap-kan waktu
mengenai pinjam meminjam kitab mustika ini? dan berapa
lamanya kau akan membaca? Maka itu. jika memang kau
sudah melihat semua atau belum, begitu menjelang malam,
engkau harus mengembalikannya padaku kitab mustika itu!" 491
Ciu Pek Thong berkata begitu, karena dia kuatir nanti Oey
Yok Su dan isterinya tidak sudi mengembalikan kitab pusaka
Ciu Im Cin Keng padanya, bisa saja terjadi mereka akan
meminjamnya selama sepuluh tahun atau seratus tehun
lamanya.
Karena kata-kata Ciu Pek Thong seperti itu, nyonya Oey
telah berkata sambil tertawa, "Ciu Toako, kau dijuluki Loo
Boan Tong si bocah tua nakal, tapi kau tidak tolol! Bukankah
kau kuatirkan aku nanti jadi seperti Lauw Pie yang meminjam
kota Kengciu untuk selamanya? Baiklah, aku akan duduk
disini, segera aku akan mengembalikannya begitu aku selesai
membacanya, tidak usah sampai menjelang malam! Kau jangan
kuatir, kau boleh duduk menantikannya!"
Apakah engkau bicara sungguh-sungguh, Enso Oey?"
tanya Pek Thong dengan sorot mata tidak mempercayai.
A Heng mengangguk, dia mengiyakan.
Oey Yok Su melihat sikap Ciu Pek Thong jadi kurang
senang, karena tampaknya Ciu Pek Thong tidak mau
mempercayai perkataan isterinya, maka dia berkata, "Pek
Thong, apa yang dibilang isteriku putih tentu putih, dan engkau
tidak perlu kuatir, karena kami tidak mungkin melanggar janji
kami! atau engkau memang tidak memandang muka pada Tong
Shia, sehingga engkau kuatir isterinya menipu kau?!"
Ciu Pek Thong menggeleng-gelengkan kepalanya
beberapa kali, tapi dia diam saja, hanya tangannya yang
merogoh sakunya, dia mengeluarkan kitab Ciu Im Sin Keng
yang kemudian diberikan kepada A Heng.
Dengan membawa kitab itu, A Heng telah menuju
kebawah sebatang pohon, diatas sebuah batu yang terdapat 492
dibawah pohon tersebut. A Heng duduk dan mulai membolakbalik lembaran kitab tersebut.
Selama itu Oey Yok Su rupanya memperhatikan gerakgerik Ciu Pek Thong. Dia memperoleh kenyataan bahwa Loo
Boan Thong tidak tenteram, dia seperti juga tengah digerayangi
kutu-kutu dan juga sebentar menatap kepada A Heng, sejenak
lagi melirik Oey Yok Su, kedua tangannyapun tidak bisa diam,
gelisah sekali tampaknya. Menyaksikan itu Oey yok Su tertawa
sambil katanya, "Pek Thong, dijaman sekarang ini ada berapa
orangkah yang dapat mengalahkan kita berdua?!"
Ditanya seperti itu, Ciu Pek Thong jadi mengawasi dengan
sorot mata yang tajam, tampaknya dia ragu-ragu, namun
akhirnya Loo Boan Tong menyahuti juga. "Yang dapat
mengalahkan engkau belum tentu ada, tapi yang dapat
mengalahkan aku terhitung kau sendiri ada empat aatau lima
orang!"
Oey Yok Su tertawa,
"Kau terlalu mengangkat-angkat aku," katanya. "See Tok,
Tong Shia, Lam Te dan Pak Kay, berempat mereka memiliki
kepandaiannya sendiri-sendiri, mereka tidak dapat saling
mengalahkan untuk memperoleh kemenangan. Jelasnya mereka
memang berimbang. Auwyang Hong telah dirusak ilmu Ha Mo
Kongnya oleh totokan Jari Telunjuk Matahari, dalam waktu
sepuluh tahun tidak dapat ia lakukan sesuatu apapun juga
terhadap kita. Di dunia Kangouw sudah tersiar kabar ada Thiat
Ciang Sui Siang Piauw Kiu Cian Jin, tapi belum lama yang lalu
aku telah merasakan tangan besinya dimana tidak ada artinya
apa-apa, aku telah menghajar dia sampai angkat kaki.!"
"Apa?" tanya Ciu Pek Thong Kaget dan heran, "Kau telah
menghajar Kiu Cian Jin?" 493
Oey Yok Su tersenyum.
"Tong Shia selalu mengatakan apa yang se-benarnya. Atau
memang engkau anggap aku telah mengibuli engkau?!"
tanyanya. "Hemm, memang dia coba mengganggu isteriku,
waktu itu kami belum menikah, dan aku telah enghajarnya,
sehingga dia bersama murid-muridnya telah angkat kali!
Isteriku pun menyaksikan peristiwa itu! Loo Boan Tong,
mengenai kepandaian ilmu silat yang engkau miliki, aku telah
mengetahui dengan baik sekali, selain beberapa orang yang
kusebutkan tadi, engkaulah yang nomor satu. Maka itu, jika
kita bersatu, siapapun tidak bisa melawan kita berdua!"
Untuk perkataan Oey Yok Su seperti itu, Loo Boan Tong
segera mengangguk dan jawbnya, "Memang!"
"Maka dari itu, mengapa hatimu tidak tenteram? Dengan
kita berdua berada disini, siapakan di kolong langit ini yang
sanggup merampas kitab ini?!"
Ciu Pek Thong jadi bengong, dia mengawasi Oey Yok Su
beberapa saat. Namun akhirnya dia pikir memang yang
dikatakan oleh Tong Shia memang benar, maka hatinya jadi
agak lega. Segera Ciu Pek Thong menoleh mengawasi A Heng,
disaat mana sinyonya masih saja membalik-balikkan lembaran
kitab. Jelas dia membaca dari semula. Mulutnya berkemakkemik tidak henti-hentinya.
Melihat sikap dari nyonya itu, Ciu Pek Thong jadi merasa
lucu sendiri.
Isi Kiu Im Cin Keng merupakan rahasia ilmu silat yang
sulit dipahami, walaupun A Heng pandai ilmu surat, dengan
dia tidak mengerti ilmu silat, tidak nantinya dia dapat 494
menangkap artinya. Dia membaca dengan perlahan dan Ciu
Pek Thong sendiri jadi tidak sabaran.
Ketika isteri Oey yok Su telah membaca habis halaman
terakhir, Ciu Pek Thong beranggapan habislah sudan nyonya
itu membacanya. Siapa tahu, nyonya itu telah mengulanginya
lagi dari halaman pertama pula. Hanya kali ini dia membaca
cepat sekali, boleh dikatakan hanya selama sepeminum teh
saja, habislah sudah dia membaca kitab tersebut.
Sambil bangkit dan tertawa, Oey Hujin atau nyonya Oey
itu telah mengembalikan kitab Kiu Im Cin Keng itu kepada Pek
Thong dan dia berkata, "Ciu Toako, kau telah kena diperdayai
oleh See Tok, kitab ini bukannya Kiu Im Cin Keng!"
Perkataan A Heng bagaikan petir yang meledak ditepi
telinga Ciu Pek Thong ssampi dia kaget bukan main. "Kenapa
bukan kitab Ciu Im Cin Keng?" tanya Pek Thong kemudian
sambil mementang matanya lebar-lebar. "Inilah kitab wrisan
kakak seperguruanku, bukupun serupa macam.
Nyonya Oey itu berkata sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya perlahan, "Apa gunanya jika memang keadaan yang
serupa? Kitabmu ini merupa-kan kitab tenungannya situkang
meramalkan!"
Ciu Pek Thong waktu itu jadi pucat, dia berdiri mengawsi
Oey Hujin dengan mata yang mencilak-cilak, dia benar-benar
diliputi keraguan yang sangat, sampai dia mau berpikir, apa
mungkin Auwyang Hong telah menukarnya selama Ong Tiong
Yang belum keluar dari peti mati?
Waktu itu Ciu Pek Thong benar-benar tengah diliputi oleh
kebingungan dan ketidak-percayaan, namun perkataan nyonya
Oey itupun tidak bisa begitu saja dipercaya olehnya. Terlebih 495
lagi memang Pek Thong juga menyadari bahwa Oey Yok Su
sangat licin dan cerdik sekali.
Rupanya A Heng melihat bahwa Ciu Pek Thong bersangsi,
maka katanya, "Ciu Toako, bagaimana bunyinya kitab Kiu Im
Cin Keng yang tulen? Tahukah kau?!"
Ditanya seperti itu, Ciu Pek Thong tertegun lagi, akhirnya
dia gelengkan kepalanya.
"Semenjak kitab Ciu Im Cin Keng ini berada ditangan
suhengku, tidak pernah ada orang yang membacanya. Kakak
seperguruankupun pernah memberitahukan, selama tujuh hari
tujuh malam dia bergulat untuk mendapatkan kitab itu,
maksudnya untuk menyingkirkan suatu akan dan bibit bencana
besar bagi kaum rimba persilatan, sama sekali dia tidak pernah
memikir untuk memilikinya sendiri. Maka dari itu, Ong
Suheng telah berpesan kepada semua murid-murid Coan Cin
Kauw, siapapun tidak boleh meyakinkan ilmu didalam kitab
Ciu Im Cin Keng ini!"
Oey Hujin mengangguk perlahan, dia telah menghela nafas
dan barulah katanya, "Ong Cinjin demikian jujur, dia
mendatangkan hormat siapapun juga. Hanya saja disebabkan
kejujurannya itulah, maka ia telah kena diperdayai orang, Ciu
Toako, coba kau periksa kitab itu!"
Ciu Pek Thong tambah bimbang dan bersangsi, tapi
mengingat pesan kakak seperguruannya, dia tidak jadi berani
memeriksan kitab tersebut. Dia menggeleng perlahan.
"Aku tidak boleh melihat kitab ini, karena Ong Suheng
telah berpesan kepadaku agar murid-murid Coan Cin Kauw,
termasuk aku tidak boleh melihat atau mempelajari kitab Ciu
im Cin Keng ini. jika memang aku melihatnya, walaupun 496
hanya sekelebatan saja, jelas aku akan segera mengerti dan
selanjutnya sulit pula untuk ingatan terhadap jurus-jurus yang
telah kulihat itu untuk dilenyapkan! Karena dari itu aku tidak
mau melihatnya.!"
A Heng tidak tersinggung oleh sikap Loo Boan Tong,
malah dia tertawa. Kemudian katanya, "Itulah kitab ramalan
yang terdapat dimana-mana di wilayah kanglam," dan nyonya
Oey telah menghela nafas. "Kitab itu harganya tidak setengah
peser juga! Lagi pula. Seandainya memang itu adalah kitab Kiu
Im Cin Keng yang tulen dan kau tidak ingin mempelajarinya,
jika hanya engkau melihat sepintas saja, apakah halangannya?"
Ciu Pek Thong jadi terdesak, terlebih pula dia tengan
penasaran A Heng telah mengatakan bahwa kitab Kiu Im Cin
Keng itu adalah kitab amalan yang tidak ada harganya setengah
peser juga dan banyak ada diwilayah kanglam juga. Tentu saja
urusan ini bukan urusan sembarangan, dan Pek Thong juga
mengetahui, walaupun bagaimana dia harus mem-buktikannya,
untuk mengetahui apakah perkataan nyonya Oey itu memang
hanya bergura belaka atau memang sungguh-sungguh.
Akhirnya Ciu Pek Thong membalik-balik kitab itu, dia
melihat sepintas. Dilihatnya, dikitab terdapat berbagai
pelajaran ilmu silat serta rahasiana, sama sekali bukan buku
ramalan atau peta-petaan.
Waktu Ciu Pek Thong tengah memeriksa, nyonya Oey
telah berkata, "Kitab itu telah kubaca habis semenjak aku
berusia lima tahun, aku telah dapat membacanya diluar kepala
dari permulaan sampai diakhirnya, semua anak-anak di
kanglam, dalam sepuluh orang, sembilan sudah pernah
bersekolah, jika kau tidak percaya, mari aku membacanya
diluar kepala untuk kau dengar!" 497
Ciu Pek Thong memandang ragu-ragu pada Oey hujin,
namun setelah melirik pada Oey Yok Su yang waktu itu tengah
berdiri tersenyum-senyum memandang padanya, Ciu Pek
Thong mengangguk.
"Baiklah, aku akan mendengarkannya!" kata Ciu Pek
Thong.
Sedangkan A Heng benar-benar mulai membaca dari
permulaan sampai diakhir dari kitab tersebut, bunyinya tepat
dan tidak ada yang salah sepatah katapun juga, diapun telah
membacanya dengan lancar.
Ciu Pek Thong selama A Heng menghafal seperti itu telah
mengawasi kitab Kiu Im Cin Keng, memperbandingkan bacaan
Oey Hujin dengan bunyi-nya kitab Kiu Im Cin Keng, dan
waktu dia mendengar Oey Hujin membacakan sepatah demi
sepatah tanpa ada huruf-huruf yang salah atau tertinggal,
semuanya tepat sekali seperti bunyi huruf-huruf didalam kitab
itu, ciu Pek Thong merasakan tubuhnya ringan, mukanya
pucat, keringat dingin telah membanjir keluar membasahi
tubuhnya.
Selesai membaca kitab Kiu Im Cin Keng itu sampai habis
yang menurut Oey Hujin merupakan kitab ramalan, nyonya
tersebut tertawa, dia berkata, "Ciu Toako, halaman yang mana
saja kau cabut dan tanyakan asal kau menyebutkan kalimat
yang pertama, aku dapat membacanya diluar kepala. Buku itu
yang telah dibaca sejak masih kecil, sampai tua juga aku tak
pernah melupakannya!"
Ciu Pek Thong menjadi penasaran bukan main, dia telah
mencobanya, karenanya dia telah uji nyonya itu beberapa kali.
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Benar-benar mengejutkan dan membuat Pek Thong takjub.
Karena dengan lancar tanpa ada sepatah katapun yang salah, 498
Oey Hujin selalu dapat menghafal diluar kepala setiap halaman
dan bagian yang dikehendaki oleh Pek Thong. Semuanya
tepat,dan tubuh Pek Thong semakin dingin dengan muka yang
semakin pucat pias.
Waktu itu Oey Yok Su telah tertawa terbahak-bahak.
Bukan main mendongkolnya Ciu Pek Thong. Dia sampai
mengomel panjang pendek sambil merobek-robek kitab itu,
terus ia membakarnya sampai hangus dan abynya kertas dari
kitab itu telah beterbangan naik keatas udara terbawa siliran
angin.
Disaat Ciu Pek Thong tengah uring-uringan seperti itu,
Oey Yok Su dan istrinya hanya mengawasi saja tingkah laku
Loo Boan Tong, mereka hanya tersenyum-senyum.
Setelah kitab kiu Im Cin Keng itu dibakar oleh Ciu Pek
Thong, barulah Oey Yok Su berkata padanya, "Loo Boan
Tong, tidak perlu kau mengambul seperti itu dengan tabiat
bocahmu. Nah ini adalah baju lapisku yang berduri, mustika
dari Tho Hoa To, aku hadiahkan padamu!"
Ciu Pek Thong sama sekali tidak menginsyafi bahwa
dirinya sesungguhnya telah dikibuli oleh pasangan suami isteri
itu. Dia tidak menduga bahwa Aheng telah mendustainya.
Kitab yang dibakar oleh Ciu Pek Thong sesungguhnya
memang kitab Kiu Im Cin Keng yang tulen. Dan apa yang
telah dihafal oleh A Heng merupakan bunyinya Kiu Im Cin
Keng yang tulen, jadi bukan ilmu pedang atau ilmu meramal
seperti yang diutarakan A Heng.
Hanya saja, memang tidak masuk diakal, hanya dalam
sekali melihat saja, kemudian juga melihat selintasan lagi
Aheng telah dapat menghafal bunyinya kitab Kiu Im Cin Keng 499
tersebut. Dan memang seperti telah disinggung dibagian depan
dari kisah ini bahwa A Heng memiliki otak yang terang sekali,
yang tidak dimiliki oleh orang lain, suatu keistimewaan yang
sulit dijumpai pada manusia lainnya. Otaknya demikian encer,
waktu dia telah membaca Ciu Im Cin Keng, maka semua
bunyinya seperti telah tercetak diotaknya, dan selanjutnya A
Heng akan mengingat-nya dengan baik. Itulah sebabnya
mengapa A Heng justeru sekali melihat Kiu Im Cin Keng, dia
telah bisa menghafalnya kembali. Justeru karena telah mengakali Ciu Pe Thong, untuk selanjutnya yang me-ngetahui prihal
Kiu Im Cin Keng hanya dia seorang diri belaka.
Oey Yok Su telah mengangusrkan baju wasiatnya,
katanya, "Sudahlah Loo Boan Tong, kau ambillah baju wasiat
ini sebagai hadiah untukmu!"
Akan tetapi Ciu Pek Thong menggeleng, dia menola
pemberian Oey Yok Su.
"Tidak! tidak! aku tidak menghendaki barangmu!" katanya
dengan muka yang masam. Diapun telah menoleh kepada Oey
hujin, katanya dengan suara yang masih mengandung
kemendongkolan, "Biarlah kita berpisah disini saja!"
Setelah berkata begitu, tanpa menoleh lagi kepada Oey
Yok Su dan tanpa pamitan dia telah memutar tubuhnya dan
pergi dari tempat tersebut.
Oey Yok Su tersenyum, A Heng pun tersenyum sambil
melirik kepada suaminya. Sambil bergandengan tangan suami
isteri ini telah melangkah perlahan-lahandengan mesra.
**** 500
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber : Buku Koleksi Gunawan Aj
Scan Image: Awie Dermawan
CIU PEK THONG yang tengah urung-uringan telah berlari
cepat sekali bagaikan bayangan belaka, dia tidak menoleh
kekiri dan kekanan, hanya melesat kedepan dengan pesat
sekali.
Pikiran Loo Boan Tong waktu itu tengah diliputi
penasaran mendongkol, karena tidak habis mengerti, kenapa
Kiu Im Cin Keng yang diwarisi dari suhengnya , yang
dipandang sebagai barang yang sangat keramat dan berharga
sekali, ternyata tidak lebih hanya sejilid kitab petang-petangan
belaka.
Setelah berlari-lari lagi sekian lama, akhirnya Ciu Pek
Thong berhenti didekat sebuah tikungan dikaki sebuah bukit,
keadaan ditempat itu sepi sekali.
Dengan jengkel Ciu Pek Thong duduk dibawah sebatang
pohon dan merenungi dirinya beberapa saat lamanya dan juga
menghela nafas tidak hentinya.
Angin yang berhembus dengan silirnya yang sejuk, agak
menenangkan hatinya.
Sibocah tua bangka itu telah mengerutkan alisnya, dia
mengawasi kelangit.
"Suheng! Suheng!" katanya dengan suara menggumam.
"Jika saja kau masih hidup, tentunya kaupun akan penasaran
sekali mengetahui kitab Kiu Im Cin Keng yang begitu kau
agungkan ternyata tidak lain pula dari sejilid kitab petangpetangan belaka! Hai, mengapa bisa terjadi seperti ini?!"
Sedang Ciu Pek Thong mengeluh seperti itu, justeru dia
teringat sesuatu. 501
Sambil mengeluarkan seruan tertahan Ciu Pek Thong telah
melompat berdiri sambil menepuk-nepuk pahanya.
"Benar, mengapa aku tidak berpikir lebih tenang? Pasti!
Pasti! Memang semua ini permainan busuknya ...!"
mengguman Ciu Pek Thong.
Dan setelah mengguman seperti itu Ciu Pek Thong seperti
baru tersadar, dia telah berlari-lari lagi dengan pesat, dia telah
berlari-lari lagi dengan pesat, dia kembali dari arah mana tadi
mendatangi, ketempat dimana dia bertemu dengan Oey Yok Su
dan A Heng.
Akan tetapi waktu Ciu Pek Thong tiba di tempat tersebut,
ternyata Oey Yok Su dan A Heng sudah tidak terlihat
bayangannya lagi. Beberapa saat lamanya Ciu Pek Thong telah
berlari-lari mengelilingi sekitar tempat tersebut dan tetap sja
dia tida berhasil menemui orang yang dicarinya.
Akhirnya dengan lesu Ciu Pek Thong berulangkali
mengutuki dirinya.
"Ini merupakan kesalahanku juga! Hai-hai! Jika saja apa
yang kuduga itu benar, tentu kelak di akherat Suheng aka
memarahiku habis-habisan!"
Rupanya Ciu Pek Thong setelah agak tenang sedikit dapat
berpikir lebih jauh. Dia jadi teringat kemungkinan bahwa A
Heng mendustainya dan semua itu atas petunjuk yang
diberikan oleh Oey Yok Su kepada isterinya.
Akan tetapi yang membuat dia jadi menyesal mengapa dia
keburu nafsu mengumbar adat, dimana dia telah merobekrobek kitab Kui Im Cin Keng dan membakarnya. Bukankan
kterangan Oey hujin belum lagi bisa dipercaya sepenuhnya? 502
Penyesalah yang timbul dihati Ciu Pek Thong membuat
dia tambah uring-uringan. Dia memaki pulang pergi sambil
sebentar-sebentar memukul kepalanya.
**** Sambil melangkah perlahan-lahan meninggalkan tempat
tersebut, Ciu Pek Thong berulang kali telah mengutuki dirinya
sendiri, dan tidak jarang juga dia menekuk kedua kakinya
berlutut sambil memanggut-manggutkan kepalanya, ia berseruseru, "Suheng, maaf, Sutemu yang ceroboh ini, janganlah kau
memarhiku, karena memang aku sangat bodoh, telah diakali
begitu mudah oleh Oey Loo Shia si tua bangka itu!"
Sedang Ciu Pek Thong berjalan seorang diri, tiba-tiba
pendengarannya yang tajam telah mendengar suara
berkesyuran yang aneh, yang bukan merupakan desiran angin
biasa. Sebagai seorang yang memiliki kepandaian yang tinggi,
segera Ciu Pek Thong menyadari bahwa kesyuran angin
tersebut merupakan seorang tengah mengadakan latihan silat
ditempat yang tidak begitu jauh.
Ciu Pek Thong telah menoleh kekiri dan kekanan, dia
tidak melihat manusia seorangpun juga.
Dasarnya memang Loo Boan Tong, dia nakal dan selalu
penasaran kalau sesuatu belum lagi bisa dipecahkan dan
diketahui olehnya, maka dia memasang teling baik-baik, dia
memperhatikan darimana datangnya suara kesyuran angin
tersebut, yang ternyata dari arah selatan.
Secepat kilat tubuhnya telah melesat kearah selatan, dan
sejenak dia melupakan kemendongkolan dan penyesalan hati 503
karena dia tertarik sekali ingin mengetahui entah siapa orang
yang tengah berlatih diri itu.
Setelah berlari-lari sekian lama, Ciu Pek Thong tiba
didepan sebuah hutan. Tanpa berpikir panjang, bocah tua
bangka yang nakal melesat masuk ke hutan itu.
Karena ginkang yang dimilikinya telah mencapai tingkat
yang sangat tinggi, langkah kakinya tidak terdengar dan dia
dapat memasuki hutan itu dengan mudah.
Dan diapun telah menempatkan dirinya dicabang sebuah
pohon yang tumbuh tinggi.
Dari tempat persembunyiannya itu Ciu Pek Thong dapat
melihat sekitarnya.
Ternyata terpisah tidak jauh dari tempatnya berada,
diantara gerombolan pohon bunga, tampak seorang wnita
berumur sekitar tigapuluh tahun tengah berlatih silat dengan
gerakan-gerakan yang sangat lambat sekali.
Akan tetapi yang membuat Ciu Pek Thong tertarik dan
heran, tenaga dalam dari wanita tersebut sangat kuat. Setiap
kali dia menggerakkan tangannya, maka berkesyuran angin
yang sangat kuat sekali.
Ciu Pek Thong mementang matanya, hatinya berdenyutdenyut tertarik. Dia tertarik bukan disebabkan wajah wanita itu
yang memang cukup cantik dan bentuk tubuhnya menggiurkan,
akan tetapi justeru Siu Pek Thong tertarik akan ilmu wanita
tersebut yang tengah dilatihnya dengan cara yang luar biasa
seperti itu.
Setalah mengawasi sekian lama, akhirnya Ciu Pek Thong
tidak bisa menahan diri, sebab dia merasakan hatinya seperti 504
juga diklitik tidak hentinya, tahu-tahu dia nyeletuk, "Jika
memang disertai kekuatan tenaga ?Im? tentu akan bertambah
hebat lagi!"
Wanita yang tengah berlatih itu terperanjat, dia sampai
berhenti berlatih dengan segera.
Bola matanya yang celi itu mencilap menoleh kepada Ciu
Pek Thong, mukanya merah karena gusar.
"Siapa kau, dan apa maksudmu mencuri lihat latihanku?!"
bentak wanita itu.
Dia rupanya bukan hanya membentak saja, sebab cepat
dan sebat sekali, tangan kanannya telah digerakkan
menghantam kepada Ciu Pek Thong.
Gerakan yang dilakukannya itu benar sangat luar biasa,
karena begitu dia menyerang, seketika menyambar angin
serangan yang berkesyuran sangat dahsyat, yang lebih luar
biasa lagi justru pohon dimana Ciu Pek Thong tengah
bersembunyi telah bergoyang-goyang bagaikan dihantam
badai.
Ciu Pek Thong tertawa cekikikan girang, dia melompat ke
pohon yang lainnya.
Karena wanita itu menyerangnya, malah Ciu Pek Thong
terbangun kegembiraannya.
Hanya saja wanita tersebut jadi tambah penasaran melihat
serangannya itu tak memberikan hasil. Dia membentak nyaring
lagi dibarengi dengan gerakan kedua tangannya, maka
berkesyuranlah angin yang sangat hebat, sehingga setiap kali
Pek Thong melompat ke pohon lainnya, maka serangan wanita
itu tiba dengan segera. 505
Terakhir Ciu Pek Thong justeru telah me-ngelakkan
serangan wanit itu dengan cara tidak menyingkir ke pohon
lainnya, dia justru melompat turun sambil tertawa tidak
hentinya.
"Sungguh menggembirakan! Apakah hujin ber-sedia mainmain beberapa jurus denganku?" tanya Ciu Pek Thong.
Bola mata wanita tersebut mencilak-cilak tidak hentinya,
dia telah menperdengarkan suara men-dengus, tahu tahu tanpa
menjawab, tangan kanannya telah digerakkan menghantam
lagi.
Ciau Pek Tong tidak berkelit, dia telah mengangkat tangan
kirinya.
Aneh, tenaga serangan wanita tersebut yang demikian kuat
ternyata seperti juga telah ditangkis oleh sesuatu kekuatan yang
membuat tenaga itu punah dengan sendirinya.
Wanita tersebut mengeluarkan seruan kaget dan heran
waktu merasakan betapa tenaga serangannya seperti punah
tidak dapat mengenai sasarannya, diapun sangat penasaran
sekali, karenanya dia telah berseru dan menyerang lagi.
Kali ini serangan yang dilakukan lebih hebat, karenanya
sekarang dia mengetahui bahwa Ciu Pek Thong bukan orang
sembarangan dan memiliki kepandaian yang tinggi.
Akan tetapi Ciu Pek Thong tetapp berdiri tenang-tenang
ditempatnya sambil tertawa-tawa. Ketika angin serangan itu
menyambar tiba, justru Ciu Pek Thong mengangkat tangannya
lagi, dan kekuatan tenaga serangan dari wanita itu telah lenyap
pula. 506
Berulangkali wanita tersebut mencoba menyerang Ciu Pek
Thong, akan tetapi Ciu Pek Thong selalu dapat memunahkan
tenaga serangannya.
Setelah terakhir kalinya wanita itu tetap gagal dengan
serangannya, walaupun dia telah mempergunakan seluruh
kekuatan Iwekang yang dimilikinya, wanita tersebut
mengeluarkan seruan tertahan, mendadak sekali ia menekuk
kedua kakinya berlutut dihadapan Ciu Pek Thong.
"Tentunya Lojinke (kau orang tua) adalah dew yang turun
dari kerajaan langit." berseru wanita itu, "Terimalah hormat
Siauwlie.!"
Melihat wanita itu berhenti menyerang, bahkan berlutut
dihadapannya, membuat Ciu Pek Thong kaget tidak terkira.
"Eh, eh, mengapa begitu? Ayo bangun! ayo bangun!
Teriaknya sambil meloncat menyingkir.
Akan tetapi wanita tersebut telah merubah kedudukan
dirinya, dia tetap berlutut menghadap Ciu Pek Thong.
Dan Loo Boan Tong sendiri jadi tambah kelabakan, karena
dia gugup bukan main, dan setelah berteriak-teriak agar wanit
itu tidak berlutut terus dihadapannya.
Sedangkan wanita itu tetap berlutut sambil berkata dengan
suara yang terus meneerus seperti minta dikasihani dan minta
agar dirinya diterima sebagai murid.
Ciu Pek Thong jadi melompat kesana kemari tidak
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hentinya, dan diapun sambil berseru-seru sambil berteriak,
"Ayo bangun! Aku bukan dewa. Ayo bangun! Aku manusia
biasa!" 507
"Dewa yang baik hati, tentu kau turun ke dunia dengan
maksud menolongku bukan?" tanya wanita itu sambil terus
berlutut dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Aku bukan dewa. ayo bangun! ayo bangun! teriak Ciu
Pek Thong kelabakan dan melompat kesana kemari tiada
hentinya.
Akan tetapi wanita tersebut tetap berlutut.
"Jika memang dewa tidak mau menerimaku menjadi
muridmu, aku tidak akan bangun selamanya!" kata wanita
tersebut. "Siauwlie she Tiang dan bernama Kie Giok!"
"Aku bukan Dewa! aduh, bagaimana aku dapat
menjelaskan kepadamu, bahwa aku bukan dewa!" teriak Ciu
Pek Thong tambah gugup saja.
Waktu itulah terlihat betapa wanita itu menangis sambil
mengangguk-angguk.
"Sesungguhnya Siauwlie tengah dalam kesulitan, dimana
seluruh keluarga Siauwlie telah dibinasakan oleh musuh
Siauwlie dan Siauwlie tengah berlatih diri untuk meyakinkan
ilmu luar biasa! Akan tetapi justeru sekarang Thian berkasihan
kepada Siauwlie dan telah mengirim dewa untuk menemui
Siauwli, dan menolong Siauwlie dari kesulitan yang ada!"
Melihat wanita itu menangis, Ciau Pek Thong jadi tambah
sibuk dan bingung.
"Jangan menangis, jangan menangis anak manis!" teriak
Ciu Pek Thong sambil menghampiri dan telah mengulurkan
tangannya buat mengangkat tubuh wanita tersebut.
Ciu Pek Thong memang tidak pernah mengikuti adat
peradatan, juga istiadat antara pria dan wanita, karena dari itu 508
tidak segan-segan dalam keadaan gugup seperti itu dia telah
memegang kedua lengan wanita itu dan mengangkatnya.
Wanita itu, Tiang kie Giok, telah berlutut terus, sambil
menangis dalam posisi berlutut, walaupun tubuhnya telah
diangkat oleh Ciu Pek Thong.
Melihat sikap wanita tersebut, Ciu Pek Thong tambah
gugup.
"Jika memang engkau tidak mau berdiri, bagaimana kita
dapat bicara baik-baik?!" tanyanya dengan sibuk.
Wanita tersebut telah mengangkat kepalanya, tubuhnya
masih terapung ditengah udara tergantung oleh cekalan Ciu
Pek Thong, lalu dia berkata, "Dewa yang baik hati, apa saja
perintah darimu, tentu akan kupatuhi. berikanlah petunjuk
dan juga tolonglah aku dari penderitaan ini dengan menerima
Siauwlie menjadi muridmu.. tolonglah aku dewa.!"
"Ya, kau berdirilah, aku akan menolongmu!" kata Ciu Pek
Thong yang telah kewalahan.
Coba wanita itu tidak menangis, tentu Ciu Pek Thong akan
meninggalkannya dengan ginkangnya yang tinggi. Jika
memang Ciu Pek Thong mempergunakan ginkangnya buat
mengelakkan diri dari wanita tersebut, jangan harap wanita
tersebut dapat mengejarnya.
Akan tetapi justru wanita itu tengah menangis, membuat
Ciu Pek Thong tidak sampai hati meninggalkannya. Wanita itu
masih menangis terus, dia telah berdiri.
"Kau dengarlak baik-baik, aku bukan dewa sperti yang kau
katakan tadi, aku Loo Boan Tong!" 509
"Loo Boan Tong?!" tanya wanita tersebut sambil
mementang matanya lebar-lebar. Tampaknya dia tertegun
heran, karena lucu sekali gelaran orang ini, si bocah tua bangka
yang nakal.
Ciu Pek Thong mengangguk.
"Benar, memang gelaranku Loo Boan Tong, semua orang
dalam rimba persilatan memanggilku dengan sebutan seperti
itu!" menyahut Ciu Pek Thong.
"Apakah . apakah memang benar Lojinke bukan seorang
dewa?!" tanya wanita tersebut.
Ciu Pek Thong menggeleng.
"Sejak tadi telah kukatakan bahwa kau bukan dewa, aku
Loo Boan Tong!"
"Kalau begitu.. kalau begitu., sia-sia saja harapanku!"
menangis wanita itu dan tiba-tiba saja telah duduk numprah,
tangisnya semakin keras.
Melihat wanita itu menangis, Ciu Pek Thong. Ciu Pek
Thong tambah sibuk bukan main.
"Ini kau jangan menangis, aku akan membantumu
jika memang kau mempunyai kesulitan! Aku memang bukan
dewa, akan tetapi aku bisa membantumu!" Dan berulangkali
Ciu Pek Thong telah membujuknya.
Namun wanita terus juga menangis tidak mau berhenti
membuat Ciu Pek Thong sibuk sekali menghiburnya.
Akan tetapi karena wanita itu masih juga menangis,
walaupun telah dibujuk terus menerus oleh Ciu Pek Thong
habis sabar, katanya, "Baiklah, kau menangislah terus, biar 510
yang kau keluarkan adalah air mata darah!" dan setelah berkata
begitu, Ciu Pek Thong memutar tubuhnya buat berlalu.
"Oh, tunggu dulu Lojinke. maafkan Siauwlie telah
menggusarkan hati dan perasaanmu!" teriak Tiang Kie Giok.
Ciau Pek Thong menahan langkah kakinya.
"Apakah kau masih mau menangis?" tanya Ciu Pek Thong
sambil mengawasi wanita itu.
Tiang Kie Giok menggeleng.
"Tidak!" sahutnya sambil menghapus air matanya.
"Bagus!" kata Ciu Pek Thong. "Memang kau tidak boleh
menangis lagi!"
"Tetapi.. tetapi Lojinke.."
"Tetapi kenapa?" Loo Boan Tong membuka matanya
lebar-lebar.
"Aku sedang bersedih..!"
"Sedih? Ayo menangis lagi!"
"Tadi lojinke perintahkan tidak boleh menangis lagi!" kata
Tiang Kie Giok.
"Tetapi jika memang menar-benar kau tengah bersedih,
ayo menangislah!"
Benar-benar Tiang Kie Giok menangis.
Ciu Pek Thong duduk bengong memandangi Tiang Kie
Giok yang sedang menangis.
**** 511
JILID 14 (TAMAT)
WAKTU ITU terlihat Tiang Kie Giok
seringkali melirik dan melihat Ciu Pek
Thong tengah mengawasi dirinya dengan
sikap bengong dan bloon seperti itu, muka
si wanita itu jadi berobah merah karena dia
merasa malu.
Tiba-tiba sekali tanpa diduga oleh Ciu Pek
Thong, Tiang Kie Giok telah menubruk dan
merangkul Ciu Pek Thong, dengan
rangkulannya sangat kuat sekali.
"Lojinke.. tolonglah aku jika memang kesulita
Siauwli dapat diselesaikan, apa saja perintan Lojinke akan
Siauwli turuti dan juga.. tubuh dan diri Siauwli akan
menjadi milik Lojinke!"
Mendengar itu, Ciu Pek Thong kelabakan, lebih-lebih
wanita itu telah merangkul kuat-kuat.
"Eh, eh, mana boleh begini, ayo lepasan rangkulanmu,
teriak Ciu Pek Thong, bahkan dia juga telah meronta.
Akan tetapi dia tidak berhasil melepaskan diri dari
rangkulan Tiang Kie Giok, sebab wanita ini telah merangkul
terus dengan ketat.
Karena kebingungan, Ciu Pek Thong talah mendorong
agar si gadis melepaskan rangkulannya.
Apa lacur justru tangan Ciu Pek Thong mendorong dada
wanita itu, sehingga dia mendorong sesuatu yang lunak. 512
Bagaikan disengat kalajengking Ci Pek Thong menarik
pulang tangannya dan berseru kaget.
Sedangkan Tiang Kie Giok tetap merangkul dengan ketat,
katanya, "Jika memang Lojinke tidak mau menerima Siauwlie
menjadi muridmu, biarlah Siauwlie akan merangkul terus!"
Mendengar ancaman seperti itu, Ciu Pek Thong telah
kelabakan dan gugup.
"Ayo lepaskan dulu, nanti kita bicara secara baik-baik!"
teriak Ciu Pek Thong.
"Tidak!"
"apanya yang tidak?!"
"Siauwlie tidak akan melepaskannya!"
"Ayo lepaskan!"
"Tidak!"
"Oh Thian, bagaimana ini?!"
"Jika memang Lojinke mau menerima Siauwlie menjadi
murid Lojinke, barulah Siauwlie akan melepaskan rangkulan
ini!" kata Tiang Kie Giok.
"Soal pengangkatan guru dengan murid dapat dibicarakan
nanti!" kata Ciu Pek Thong kelabakan.
"Tidak! sekarang juga Lojinke harus berjanji akan
menerima Siauwlie menjadi murid Lojinke!"
"Mana bisa begitu?!"
"Jika Lojinke mau tentu bisa saja!" menyahuti Tiang Kie
Giok. 513
"Akan tetapi aku tidak bisa menerima murid secara
sembarangan seperti ini!" teriak Ciu Pek Thong.
"Apakah Lojinke malu mempunyai murid seperti aku?!"
tanya Tiang Kie Giok.
"Tetapi itu bisa dibicarakan nanti saja!"
"Siauwlie ingin sekarang Lojinke memutuskannya!"
bersikeras Tiang Kie Giok.
Malah wnita ini tidak segan-segan lagi menciumi Ciu Pek
Thong, sedangkan rangkulannya semakin keras.
Ciu Pek Thong semakin kelabakan.
"Lepaskan! Lepaskan.!"
"Tidak! jika memang Lojinke belum berjanji akan
menerima Siaulie menjadi nurid Lojinke, biarlah Siauwlie
memeluk terus!"
"Oh..aku.aku."
"Lojinke bersedia menerima Siauwlie menjadi murid
Lojinke bukan?!"
"Tidak! mana bisa begitu? Kau dengan demikian sama saja
memaksaku!"
"Bukan memaksa, hanya meminta kerelaan Lojinke agar
au menerima Siauwlie menjadi murid Lojinke!"
"Tidak.jika hanya menurunkan beberapa jurus
kepandaian aku bersedia!" teriak Ciu Pek Thong.
Mendengar perkataan Ciu Pek Thong yang terakhir, Tiang
Kie Giok jadi girang.
"Begitu juga boleh!" katanya. 514
"Ayo lepaskan!" teriak Ciu Pe Thong.
Tiang Kie Gie melepaskan rangkulannya.
Ciu Pek Thong menghela nafas dalam-dalam sambil
menyeka keringat dingin dan juga telah menepuk-nepuk
keningnya.
"Celaka! Benar-benar celaka!" menggerutu Loo Boan
Tong.
"Kenapa Suhu?!" tanya Kiang Kie Giok.
Ciu Pek Thong tersentak kaget.
"Kau memanggilku Suhu?!" tanyanya tergagap.
"Ya, bukankah tadi Suhu telah berjanji akan mengajari aku
beberapa jurus?!"
"Bukan menjadi gurumu, hanya menurunkan beberapa
jurus saja!"
"Begitupun boleh!"
"Akhh, kau nakal!"
Tiang Kie Giok tersenyum.
Diapun telah membungkukkan tubuhnya memberi hormat
kepada Ciu Pek Thong.
Akan tetapi Ciu Pek Thong telah menghindarkan diri dari
pemberian hormat tersebut.
Tiang Kie Giok memutar tubuhnya kembali, diapun
memberi hormat.
"Jangan pakai peradatan, kita bersahabat saja!" kata Ciu
Pek Thong. 515
"Baik! baik! Lojinke!"
"Kau jangan memanggilku dengan sebutan Lojinke lagi!"
kata Ciu Pek Thong.
"Kenapa?" tanya Tiang Kie Giok.
"Yang terpenting aku tidak mau kau memanggilku dengan
sebutan Lojinke!"
"Lalu harus mempergunakan panggilan apa?" tanya Tiang
Kie Giok heran dan merasa lucu.
"Cukup kau memanggil dengan sebutan Loo Boan Tong
saja, menyahuti Ciu Pek Thong.
Wanita itu tertawa.
"Kenapa tertawa?" tanya Ciu Pek Thong cemberut tidak
senang melihat Tiang Kie Giok tertawa seperti itu.
"Lucu!" menyahut Tiang Kie Giok.
"Lucu!" apanya yang lucu?!"
"Gelaran lojinke!"
"Nah kau memanggil dengan sebutan Lojinke lagi!" kata
Ciu Pek Thong.
Tiang Kie Giok tertawa geli.
Mengapa Lojinke takut dipanggil dengan sebutan
Lojinke?" tanyanya.
"Bukan, bukan! Tetapi semua sahabatku memanggil
dengan sebutan Loo Boan Tong dan kau boleh memanggilku
begitu juga!" kata Ciu Pek Thong.
"Baiklah jika begitu!" 516
Diwaktu itu tampak jelas betapapun Ciu Pek Thong masih
memiliki sifat kekanak-kanakannya, dan dalam kejengkelan
karena nyonya Oey Yok Su mengatakan kitab Kiu Im Cin
Keng itu palsu, maka dia telah menemui seorang kawan buat
bermain-main, kegembiraannya jadi terbangun lagi.
"Ayo Loo Boan Tong, kau ajarkan aku ilmu silatmu!" kata
Tiang Kie Giok tidak sabar.
"Tunggu dulukau ceritakan dulu mengapa kau
berlatih diri disini seorang diri?!" tanya Ciu Pek Thong.
"Keluargaku telah dibinasakan oleh musuhku!"
"Mengapa begitu?"
"Karena semula musuhku itu ingin melamarku untuk
mejnadi isterinya, akan tetapi lamarannya ditolak ayah, dan aku
telah menikah dengan orang lain. Musuhku itu menaruh
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dendam dan akhirnya membinasakan seluruh keluargaku
dengan main keroyok, sedangkan aku berhasil bisa meloloskan
diri dari tangan mereka, sehingga kau berlatih keras ilmu yang
pernah diwariskan ayahku!"
"jadi kau mempelajari ilmu silat hanya sekedar buat
membalas sakit hati?"
"Ya!"
"Jika begitu, tidak bagus!"
"Apanya yang tidak bagus?"
"Tidak bisa aku mewariskan kepandaianku, karena kelak
engkau bisa mempergunakan kepandaian tersebut buat
membinasakan orang lain!" 517
"Kalau begitu, engkau ingkar janji, Loo Boan Tong!"
teriak Tiang Kie Giok.
Ciu Pek Thong jadi agak bingung, dia menggaruk-garuk
kepalanya yang tidak gatal.
"Kita atur begini saja.!" katanya kemudian, "Jika
memang kau mau berjanji tidak akan mempergunakan
kepandaianku itu buat menuntut balas dendam, aku bersedia
menurunkan beberapa macam kepandaianku!"
Tiang Kie Giok tertawa.
"Baiklah aku berjanji tidak akan mempergunakan ilmu
yang diturunkan Loo Boan Tong buat menuntut balas!"
"Bagus! Jika begitu, aku bersedia menurunkan beberapa
kepandaianku!"
Setelah berkata begitu, Ciu Pek Thong memandang
sekelilingnya, dan akhirnya dia berkata, "Tempat ini memang
sangat baik buat latihan! Nah sekarang kau bersilatlah, biar aku
lihat sampai seberapa tinggi kepandaian yang kau miliki!"
Tiang Kie Giok pun gembira sekali, dengan bersemangat
dia telah mulai bersilat. Dari jurus pertama sampai jurus
terakhir, Tiang Kie Giok bersilat sangat baik sekali.
"Menurut pengelihatanku, kepandaian yang kau miliki
sudah cukup tinggi!" kata Ciu Pek Thong. "Apakah mungkin
musuhmu itu memiliki kepandaian yang lebih tinggi lagi?!"
"Ya!" menyahuti Tiang Kie Giok.
Ciu Pek Thong mengerutkan alisnya, dia berpikir beberapa
saat, kemudian dia menurunkan belasan jurus buat Tiang Kie
Giok dan kemudian diperintahkannya Tiang Kie Giok untuk
melatihnya. 518
Akan tetapi waktu Tiang Kie Giok akan berlatih terdengar
langkah kaki yang perlahan sekali.
Ciu Pek thong memiliki pendengaran yang tajam sekali,
dia segera dapat mendengar suara langkah kaki itu.
"Ssttt, ada orang datang!" bisik Ciu Pek Thong, dan dia
melesat kearah datangnya suara langkah kaki itu.
Tiang Kie Giok kagum sekali melihat kegesitan dan
ketajaman pendengaran Ciu Pek Thong.
Waktu itu tampak jelas, betapapun memang Ciu Pek
Thong liehay sekali. Karena belum lagi ia hinggap ditanah,
sepasang tangannya telah digerakkan, dia menghantam
kedepannya.
"Wuutt!" terdengar berkesyuran angin yang kuat sekali.
"Bukk!" terdengar suara benturan yang keras, rupanya
orang yang didepan itu, yang terlindung oleh gerombolan
pohon bunga telah menangkis serangan tersebut, sehingga
menimbulkan suara benturan yang sangat keras itu.
Dan yang membuat Ciu Pek Thong terkejut, orang yang
menangkis serangan itu tidak terpental.
Jurus yang dipergunakan oleh Ciu Pek Thong sebenarnya
merupakan salah satu jurus penyerangan yang mengandung
kekuatan tenaga dalam dasyat sekali, dengan demikian
biasanya seorang yang memiliki kepandaian tanggungtanggung tentu akan terpental rubuh olehnya.
Akan tetapi justru orang itu dapat menangkisnya dan tidak
terpental. 519
Ciu Pek Thong mementang matanya lebar-lebar. Dan dia
melihat dibalik semak-semak belukar itu sesosok tubuh
melangkah mendekati.
Dialah seorang laki-laki dengan tubuh yang kecil dan
pendek sekali.
Dilihat sepintas lalu, dia seperti seorang anak kecil berusia
sembilan atau sepuluh tahun.
Hanya saja wajah orang bertubuh pendek kecil itu yang
memperlihatkan usia sebenarnya, mungkin telah lima puluh
tahun lebih.
Matanya juga memancarkan sinarnya yang tajam sekali.
Melihat orang itu, Tiang Kie Giok jadi mengeluarkan suara
tertahan.
"Loo Boan Tong, dialah musuhku yang kuceritakan tadi!"
teriak Tiang Kie Giok jadi gugup.
Ciu Pek Thong sendiri setelah bengong sejenak, manggutmanggut beberapa kali , katanya? "Bagus! Bagus! Loo Boan
Tong justru ingin sekali mencoba kepandaiannya!"
Seperti biasanya Loo Boan Tong memang selalu tergilagila mempelajari ilmu yang hebat dan tinggi. Dan karena
sekarang melihat orang dihadapannya memiliki kepandaian
yang tinggi, hatinya tertarik sekali.
Sedangkan orang bertubuh kecil pendek tersebut telah
memperdengarkan suara tertawa dingin, dan katanya, "Hemm,
dilihat dari tampangmu, kau tentunya adik dari Ong Tiong
yang!"
Ciu Pek Thong terkejut. 520
"Ihh, bagaimana kau bisa mengetahuinya?!" tanyanya
dengan suara tersendat.
Orang itu tertawa.
"Kau heran?!" tanyanya, ! "Hemm, Ong Tiong Yang
hanya menghormati seorang dalam rimba persilatan ini. kau
tahu siapa yang dihormatinya itu?!"
Cia Pek Thong menggeleng.
"Tidak!" sahutnya sambil mementang matanya lebar-lebar,
hatinya tertarik sekali. "Siapa orang itu?"
"Aku!"
"Kentutmu bau!" teriak Ciu Pek Thong jadi sengit
mendadak. "Kepandaian apa yang kau punya sehingga
Suhengku harus menghormati dirimu?!"
Orang itu tertawa.
"Kau tidak percaya?!" tanyanya dengan sikap bersungguhsungguh.
"Tidak percaya!" jawab Ciu Pek Thong.
"Hemm, dengan cara bagaimana kau baru bisa
mempercayainya?!" tanya orang itu.
Ciu Pek Thong tidak segera menyahuti, dia telah
mengawasi orang itu dengan sepasang alis yang mengkerut
dalam-dalam, seperti juga dia tengah berpikir keras.
"Cepat kau katakan, dengan cara bagaimana kau baru
mempercayai akan keteranganku itu?!" tanya orang tersebut.
"Siapa namamu?"
"Perlu kujelaskan?" 521
Ciu Pek Thong mendongkol bukan main, sahutnya sengit,
"Ya, beritahukanlah!"
"Hemm, namaku saja kau tidak mengethuinya, dengan
cara bagaimana kau dapat mengatakan kau tidak bisa
mempercayai keteranganku! Tentunya urusan Suhengmu sama
sekali kai tidak mengetahuinya!"
Ciu Pek Thong tambah mendongkol.
"Ayo kau beritahukan siapa namamu?!" densak Ciu Pek
Thong lagi.
"Aku she Siangkoan bernama Hu!"
"Siangkoan Hu?" tanya Ciu Pek Thong sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian dia seperti
berpikir keras lagi, tahu-tahu dia telah menarik satu lembar
jenggotnya yang tumbuh panjang, kemudian katanya, "Tidak!
tidak! aku tidak percaya! Namamu saja baru pertama kali ini
kudengar, kau bukan orang yang luar biasa didalam dunia
persilatan. Tentunya kau hanya bicara besar saja!"
"Aku bisa membuktikannya!" kata Siangkoan Hu dengan
sikap bersungguh-sungguh.
"Membuktikan dengan cara apa?!" tanya Ciu Pek Thong
yang jadi tertarik lagi.
"Aku akan memperlihatkan kepadamu sesuatu yang
tentunya kau kenali sebagai barang milik Suhengmu!" kata
Siangkoan hu. Dan dia telah mengeluarkan secarik kain, dan
dibeberkan kain yang tidak begitu besar, dikibas-kibaska
dihadapan Ci Pek Thong.
Ciu Pek Thong tercengang, karena segera dia mengenali
itulah saputangan milik Suhengnya. 522
"Darimana kau memperoleh barang itu? tentunya kau
memperoleh dengan jalan mencuri!" teriak Ciu Pek Thong
setelah tersadar dari bengongnya.
Siangkoan Hu tertawa.
"Mencuri? Ini justru hadiah dari Ong Tiong yang
kepadaku, menandakan bahwa dia sangat menghormati aku!"
menyahuti Siangkoan Hu dengan sikap yang kocak sekali.
Ciu Pek Thong tidak mempercayai keterangan orang she
Siangkoan tersebut.
"Jika kau tidak percaya juga, aku tidak bisa mengatakan
apa-apa!" kata Siangkoan Hu.
Sedangkan Ciu Pek Thong sudah tidak bisa menahan diri
lagi, karenanya dengan segera dia telah melompat dan
menggerakan kedua tangannya.
"Aku akan menguji kepandaianmu, sehingga kau berani
mengatakan bahwa Suhengku itu menghormati dirimu,
manusia pendek!" dan setelah berkata begitu, sepasang tangan
Ciu Pek Thong menyerang dengan sebat sekali. Dari kedua
telapak tangan telah mengalir kekuatan tenaga yang menderuderu hebat sekali.
Siangkoan Hu rupanya menyadari juga bahwa Ciu Pek
Thong bukan sebangsa manusia lemah. Dia memiliki
kepandaian yang tinggi, karena dari itu, dia telah mengeluarkan
suara bentakan yang sangat bengis dan telah menggerakkan
tangan kirinya, dia menangkis lagi.
Anehnya tenaga serangan Ciu Pek Thong yang begitu kuat
dan dahsyat telah dapat dihadapinya dengan baik, dimana 523
tenaga serangan Loo Boan Tong seperti lenyap tidak karuan
parannya.
Dalam keadaan seperti itu, Ciu Pek Thong tidak tinggal
diam. Begitu serangan tenaga dalamnya telah punah tidak
karuan parannya, dia mengerahkan lagi semangat dan
tenaganya, dimana dia telah membentak dan menyerang lagi.
Malah tenaga serangannya kali ini jauh ;ebih hebat,
sehingga batang-batang pohon disekitar Siangkoan Hu
begoyang-goyang karena diterjang oleh kekuatan yang luar
biasa dahsyatnya.
Sedangkan Siangkoan Hu sendiri kali ini, melihat cara
menyerang Ciu Pek Thong pun tidak berayal lagi. Dia telah
memasukkan carikan kain itu kedalam sakunya dan
mengangkat kedua tangannya untuk mebalas menyerang. Sama
sekali tidak bermaksud untuk menghindarkan diri, dan malah
menyambuti dengan serangan pula, sehingga kekuatan yang
hebat dari Ciu Pek Thong telah saling bentur dengan tenaga
yang kuat juga dari Siangkoan Hu.
Yang membuat Ciu Pek Thong sangat penasaran, justru
kembali tenaganya lenyap tidak karuan paran, seperti juga
Siangkoan Hu dapat menyedap kekuatan dan tenaganya.
Dengan penasaran Ciu Pek thong membuat penyerangan
untuk ketiga kalinya, diaman Ciu Pek Thong sekarang telah
mempergunakan tenaga lunak dan keras yang digabungkan
memjadi satu.
Jika tadi dia menyerang dengan berhenti-henti dan jika
serangannya gagal barulah dia membarengi dengan serangan
berikutnya. Sekarang tidk menanti sampai derangannya gagal,
Ciu PeK Thong telah menyusuli lagi dengan serangan lainnya. 524
Siangkoan Hu mengeluarkan seruan tertahan, tampaknya
dia terkejut juga.
Sejak tadi dia emang telah menduga tentunya kakek
dengan jenggot putih yang panjang ini adalah adik seperguruan
Ong Tiong Yang.
Akan tetapi yang tidak disangkanya justru kepandaian dari
Ciu Pek Thong demikian gebat.
Melihat datangnya serangan yang demikian beruntun
kepada dirinya, Siangkoan Hun tidak berani mempergunakan
kekerasan lagi, dia tidak menangkis melainkan berkelit
mengelakkannya.
Sebat dan gesit sekali gerakannya, karena dengan cepat dia
berhasil menghindarka diri dalam tiga jurus.
Ciu Pek Thong yang melihat demikian segera
memperhebat tenaga serangannya, sepasang tangannya itu
bertubi-tubi telah menyambar kediri lawannya.
Siangkoan Hu memang terdesak, karena akhirnya dia
hanya main mundur belaka.
Ciu Pek Thong yang melihat demikian tidak mau
membuang-buang waktu lagi, dia telah menyerang lagi dua
jurus.
Jalan keluar buat mengkindarkan diri dari serangan yang
dilancarkan oleh Ciu Pek Thong sama sekali tidak dapat
dilakukan oleh Siangkoan Hu, karenanya jalan satu-satunya
hanya menangkis.
"Bukk!" kuat sekali dia menangkis. 525
Benturan tenaga Ciu Pek Thongdengan tenag tangkisan
yang dilakukan oleh Siangkoan Hu saling bentrok ditengan
udara mengeluarkan suara yang menggelegar.
Akan tetapi kesudahannya membuat Ciu Pek Thong
tertawa senang karena tubuh Siangkoan Hu bergoyang-goyang
seperti akan terjengkang kebelakang. Cuma saja disebabkan
kuda-kuda kedua kakinya memang sangat kuat, orang she
Siangkoan tersebut tidak sampai rubuh.
Ciu Pek Thong melihat dia mulai mendapat angin, segera
dia membarengi dengan menyerang lagi, tenaga serangannya
juga jauh lebih kuat dibandingkan dengan tenaga serangan
sebelumnya. Siangkoan Hu telah menangkis serangan Ciu Pek
Thong dengan kekerasan.
"Dukkk!" Tubuh Siangkoan hu seperti layang-layang
putus dari benang, telah terpental ke udara.
Dengan demikian telah membuat Siangkoan Hu
kehilangan keseimbangan tubuhnya, dia berusaha
berjumpalitan beberapa kali ditengah udara.
Waktu tubuh Siangkoan Hu meluncur turun, diwaktu
itulah tampak Ciu Pek Thong tidak membuang-buang waktu
telah menyerang lagi dengan cepat.
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siangkoan Hu mengeluh. Angin serangan yang
menyambar kepada dirinya sangat hebat, waktu itu tubuhnya
tengah melayang ditengah udara, dan dia tidak dapat
menyambut dengan kekerasan.
Tidak ampun lagi dada Siangkoan Hu kena terhajar dan
tubuhnya bergulingan. Itupun masih untung karena serangan
Pek Thong tidak berhasil mengenai telak, hanya menyerempet, 526
sebab mati-matian Siangkoan Hu telah berusaha untuk
mengelakkan diri dari serangan lawannya.
Setelah terpelanting dan bergulingan ditanah beberapa
tombak, Siangkoan Hu berdiri dan memutar tubuhnya, dia
bermaksud melarikan diri.
Ciu Pek Thong yang nakal telah berkata, "Ayo, aku ingin
melihat sampai seberapa tinggi kepandaianmu, sehingga
Suhengku menurutmu Suhengku telah menghormati dirimu!"
Membarengi dengan perkataan tersebut, tampak Ciu Pek
Thong telah menjejakkan kakinya, tubuhnya seperti bayangan
telah berkelebat kedekat Siangkoan hu.
Gerakan Ciu Pek Thong yang gesit seperti itu
menyebabkan Siangkoan Hu tidak bisa menjauhkan diri lebih
jauh lagi, karena disaat itu Ciu Pek Thong telah menyerangnya
lagi, sehingga Siangkoan Hong mau tidak mau harus
mengerahkan dan mengempos semangatnya untuk menangkis.
Satu kali lagi Siangkoan Hu terjungkal terpelanting
bergulingan ditanah. Ciu Pek Thong sangat nakal, waktu
lawannya terguling seperti itu, dia telah melompat mendekati.
Siangkoan Hu tiba-tiba saja menjerit kesakitan, karena
pipinya telah dicubit keras sekali oleh Ciu Pek Thong.
"Inilah penghormatan pertama dariku!" kata Ciu Pek
Thong sambi; tertawa.
Diwaktu itu Siangkoan Hu berusaha untuk melonpat
berdiri lagi. Akan tetapi sebelum dia sempat bertiri tegak, Ciu
Pek Thong telah mencubit pahanya. Sama seperti tadi,
Siangkoan Hu telah menjerit kesakitan, karena diwaktu itu Ciu
Pek Thong telah mencubit pahanya tersebut dengan keras. 527
Sedangkan Ciu Pek Thong yang nakal ini tertawa gelakgelak, tanyanya, "Apakah engkau masih ingin minta
dihormati?"
Loo Boan Tong bukan hanya berkata seperti itu saja, sebab
dengan cepat sekali dia telah melompat lagi, tangan kanannya
digerakkan, dia telah menempeleng dengan keras beberapa kali
muka Siangkoan Hu.
Siangkoan Hu kesakitan, diapun perasakan pandangan
matanya berkunang-kunang.
Dian-dian Siangkoan Hu mengeluh. Sama sekali dia tidak
bermimpi bahwa Ciu Pek Thong memiliki kepandaian yang
demikian tinggi.
Sedangkan Ciu Pek Thong masih belum puas, tahu-tahu
tangan kanannya telah diulurkan, dia telah menyambar ikat
pinggang orang she Siangkoan tersebut dimana sekali hentak,
orang she Siangkoan itu telah terlempar ketengah udara.
Siangkoan Hu mengeluarkan seruan kaget dan ketakutan,
karena tubuhnya terpental sangat keras dan cepat sekali. Dia
merusaha mengurangi daya luncuran tubuhnya, karena jika
tidak, kepalanya tentu bisa membentur pohon.
Usaha dari Siangkoan Hu berhasil, dia bisa hinggap diatas
tanah dengan kedua kakinya.
Ciu Pek Thong yang masih mendongkol padanya, segera
menyusulnya dan mendupak dengan kaki kanannya.
Dupakan yang dilakukan Ciu Pek Thong membuat tubuh
Siangkoan Hu jadi terjungkal rubuh pula. 528
Sedangkan Ciu Pek Thong berdiri tegk ditempatnya dan
dia tidak mengganggunya lagi, ia membiatkan Siangkoan Hu
merangkak berdiri.
"Hemm, apakah sekarang engkau berani mengatakan
bahwa suhengku sangat menghormati dirimu? Suhengku itu
memiliki kepandaian sepuluh kali lipat lebih tinggi dari
kepandaianku!"
Siangkoan Hu tidak segera menyahuti dia menyusut darah
yang mengalir dari bibirnya.
Sedangkan Tiang Kie Giok telah menghampiri Ciu Pek
Thong, katanya, "Loo Boan Tong hajar lagi orang itu, dialah
yang telah membinasakan seluruh keluargaku!:
Ciu Pek Thong mengangguk.
"Engkau saja yang menghajarnya!" katanya menganjurkan
kepada wanita she Tiang tersebut.
"Aku?!" Tiang Kie Giok jadi heran.
Ciu Pek Thong tersenyum, katanya, "Kau tidak perlu jeri
padanya, pergilah kau pukul padanya sesuka hatimu, tidak
nanti dia berani membalas. Jika dia berani menangkis dan
menyerang padamu, biarlah tangannya akan kukutungkan!"
Mendengar perkataan Ciu Pek Thong seperti itu semangat
Tiang Kie Giok terbangun dan keberaniannya jadi kumpul lagi.
Dengan langkah kaki yang lebar dia telah menghampiri
Siangkoan Hu, diapun telah mengayunkan tangan kanannya,
dimana dia telah meninjunya sekuat tenaganya.
Siangkoan Hu yang melihat wanita itu menyerangnya, dia
cepat-cepat mengangkat tangan kanannya, maksudnya ingin
menangkis serangan Tiang Kie Giok, justru tangan Ciu Pek 529
Thong telah berkelebat, dia telah menotok tanga dari
Siangkoan Hu, sehingga tangan orang she Siangkoan itu turun
kembali.
Sedangkan hantaman tangan Tiang Kie Giok telah
mengenai telak sekali muka orang she Siangkoan tersebut.
Tidak ampun lagi, darah segar mengucur dari orang she
Siangkoan tersebut.
Siangkoan Hu menjerit kesakitan, tubuhnya terhuyung.
Tiang Kie giok yang memperoleh angin dan semakin
berani telah menyerang lagi. Kali ini serangannya tetap pada
muka Siangkoan Hu. Dia menyerang dengan sepenuh
tenaganya.
Dalam keadaan seperti itu, Siangkoan Hu tentu saja tidak
membiarkan dirinya dihajar lagi, sedangkan perasaan sakit
akibat serangan pertama dari Tiang Kie Giok belum lagi
berkurang. Dengan gusar dia berseru sambil menerjang.
Akan tetapi Ciu Pek Thong cepat luar biasa telah
menggerakkan kedua tangannya, dia mencengkram kedua
lengan Siangkoan Hu.
Dengan demikian Siangkoan Hu tidak bisa bergerak lagi
dan juga tidak bisa menggerakkan kedua tangannya.
Sedangkan serangan yang dilakukan oleh Tiang Kie Giok telah
meluncur datang, menghantam muka lagi dengan keras dan
sangat kuat.
"Bukk!" kepalan tangan Tiang Kie Giok telah hinggap
dengan telak sekali.
Darah kembali mengucur dengan deras sekali, dan
Siangkoan Hu mengeluh kesakitan. Akan tetapi dia sama sekali 530
tidak bisa memberikan perlawanan dan juga tidak dapat
menggerakkan kedua tangannya karena dia telah tercengkram
kuat sekali oleh Ciu Pek Thong.
"Ayo serang terus, biar dia kapok!" berseru Ciu Pek Thong
dengan suara nyaring.
Sedangkan Tiang Kie Giok sendiri semakin bersemangt
sekali. Cepat bukan main dia menggerakkan kedua tangannya
silih berganti. Terdengarlah suara "Plakk, plokk, bukk!"
berulang kali.
Segera terlihat muka Siangkoan Hu telah berlumuran darah
segar. Disaat itu Ciu Pek Thong baru melepaskan
cengkeramannya. Dia telah mendorong tubuh Siangkoan Hu
samoai orang itu terjerunuk kedepan hampir saja terjerembab.
Sedangkan Tiang Kie Giok nampaknya masih juga belum
puas, karena dia telah bermaksud untuk menghampiri dan
menyerang lagi.
Akan tetapi Siangkoan Hu yang menyadari bahwa bahaya
mengancam dirinya, dan juga jika dia tidak cepat-cepat angkat
kaki, niscaya dia akan menderita lebih lama lagi, telah buruburu memutar tubuhnya dia telah mementangkan kakinya
lebar-lebar melarikan diri.
Dalam keadaan seperti itu terlihat sekali orang she
Siangkoan tersebut sangat ketakutan.
Tiang Kie Giok bermaksud untuk mengejarnya, akan tetapi
Ciu Pek Thong telah memanggilnya mencegah dia
mengejarnya.
Tiang Kie Giok tidak berani membantah, dia telah kembali
kedekat Ciu Pek Thong, kemudian dia berlutut dihadapan Ciu 531
Pek Thong. "Terima kasih atas bantuan Loo Boan Tong!"
katanya.
Ciu Pek Thong cepat-cepat mengelak, dia telah
perintahkan wanita itu untuk bangun berdiri.
"Akan tetapi kau terlalu keras memukul mukanya, kukira
tulang hidungnya telah remuk!" kata Ciu Pek Thong.
"Itupun aku tidak segera membunuhnya dengan
menikamkan pedangku!" menyahuti Siang Kie Giok.
Sedangkan Ciu Pek Thong menghela nafas. "Orang itu
sebenarnya memiliki Iwekang yang tinggi dan kepandaian
yang lumayan, akan tetapi dia mempelajari ilmunya dengan
jalan yang tersesat, karena dari itu, walaupun dia memiliki
kepandaian yag tinggi namun dia tidak bisa mengambil
manfaat yang lebih banyak lagi!"
Tiang Kie Giok mengawasi Ciu Pek Thong beberapa saat,
kemudian tanyanya, "Bagaimanakah caranya membuat
Iwekang yang sempurna dan tinggi?!"
"Itu mudah, aku akan mengajarimu, sahut Ciu Pek Thong.
Bukan main girangnya Tiang Kie Giok. Dia kemudian
mengucapkan terima kasih lagi.
Sedangkan Ci Pek Thong telah menghafal beberapa baris
pelajaran Iwekang, dia telah memberitahukan inti-inti pelajaran
Iwekang yang harus diingat sebaik-baiknya oleh si wanita she
Tiang tersebut.
Disaat itu Tiang Kie Giok dengan penuh perhatian
mendengarkan terus keterangan yang diberikan oleh Ciu Pek
Thong, karena dia memang yakin bahwa Ciu Pek Thong tengah
mewariskan kepandaian yang sangat tinggi. 532
Akan tetapi selesai menghafal seperti itu, Ciau Pek Thong
perintahkan si wanita menghafal sendiri, dan jika ada bagian
yang tidak teringat oleh Tiang Kie Giok, dia tidak mau
menjelaskan lagi.
"Apa yang kau ingat, kau pelajari, itulah rejekimu, karena
aku tidak akan memberitahukan lebih lanjut lagi!" kata Ciu Pek
Thong. "Nah, aku telah memberitahukan cara berlatih Iwekang
tingkat tinggi, engkau juga telah menerima pelajaran beberapa
jurus dariku, maka dari itu tentunya kau tidak akan melibat
diriku lagi bukan?!"
Tiang Kie Giok cepat-cepat menyahuti, "Akan tetapi Loo
Boan Tong, aku."
Namun belum lagi Tiang Kie Giok menyelesaikan
perkataannya itu, Ciu Pek Thong telah memutar tuuhnya, dia
menjejakkan kakinya dan telah lari dengan cepat sekali. Ciu
Pek Thong memiliki ginkang yang telah sempurna, karena dari
itu Tiang Kie Giok tidak akan sanggup buat mengejarnya.
Tiang Kie Giok membanting-manting kakinya karena Ciu
Pek Thong telah lenyap dari pandangan matanya, tampaknya
Tiang Kie Giok sangat menyesal sekali sebab Ciu Pek Thong
berlalu begitu cepat.
"Jika saja dia mau berdiam lebih lama bersamaku, tentu
aku akan memperoleh petunjuk yang lebih banyak lagi
darinya!" begitulah pikiran TiangKie Giok.
Akan tetapi walaupun dia sangat menyesal Ciu Pek Thong
berpisah begitu cepat dengannya namun dia tidak berdaya buat
menyusulnya.
Sekian lama Tiang Kie Giok berdiri bengong tertegun
tanpa bergerak, sampai akhirnya dia membanting-banting 533
kakinya sambil menangis. Sebelumnya dia membayangkan
bahwa Ciu Pek Thong akan menurunkan kepandaian yang jauh
lebih tinggi lagi kepadanya, dan setelah memberikan pelajaran
ilmu Iwekang, dia telah berlalu.
Tiang Kie Giok menangis sekian lama, sampai pada
akhirnya menghibur dirinya sendiri, bahwa Ciu Pek Thong
cukup baik hati memberikan pelajaran tenaga dalam tingkat
tinggi. Kelak dikemudian hari Tiang kie Giok memang berlatih
diri dengan giat, sehingga dikemudian hari dia menjadi seorang
pendekar wanita yang mempunyai kepandaian tinggi sekali.
CIU PEK THONG yang berlari-lari dengan cepat sekali,
telah meninggalkan hutan trsebut, dia seperti tengah dikejar
setan karena dia kuatir kalau-kalau Tiang Kie Giok
mengejarnya.
Setelah berlari sekian puluh lie da menoleh kebelakang,
ternyata tidak ada yang mengejarnya dan Tiang Kie Giok tidak
terlihat batang hidungnya, Ciu Pek Thong jadi bernafas lega.
Diapun telah berhenti berlari dan mengaso dibawah
sebatang pohon. Lama dia duduk termenung dibawah pohon
tersebut, sampai akhirnya dia mengumam, "Aku mau pergi
kemana? Apakah kembali saja ke Ciong Lam San?!"
Setelah menggumam seperti itu tampak Ciu Pek Thong
menggeleng-geleng beberapa kali, sampai akhirnya dia
menggumam lagi, "Tidak bisa! Tidak bisa! Mana mungkin aku
kembali ke Ciong Lam San, menyebabkan aku menderita malu
saja?!"
Setelah menggumam seperti itu, Ciu Pek Thong menghela
nafas beberapa kali. 534
Angin silir sangat perlahan sekali, sesungguhnya hawa
udara pada saat itu sangat panas sekali. Akan tetapi Ciu Pek
Thong tetap duduk ditempatnya tanpa bergerak, karena
pikirannya tengah melayang-layang tidak menentu dalam
kebimbangan.
Setelah termenung sejenak lamanya lagi, akhirnya Ciu Pek
Thong bangun berdiri dan berjalan semau hatinya, dia
membiarkan kedua kakinya itu melangkah kemana kedua kaki
itu menghendakinya karena Ciu Pek Thong memang tidak
memiliki tujuan.
Sedang dia berjalan seperti itu, disaat itulah terlihat betapa
didepannya telah berlari-lari empat sosok tubuh. gerakan
keempat orang itu sangat cepat sekali, dan kegesitannya itu
memperlihatkan bahwa keempat orang itu mempunyai ginkang
yang cukup tinggi.
Karena dari itu, setelah memperhatikan sejenak lamanya,
Ciu Pek Thong tertarik buat menggoda keempat orang tersebut.
Dia berdiri ditempatnya tanpa bergerak ditengah-tengah jalan.
Tidak lama kemudian keempat orang itu telah tiba didekat
Ciu Pek Thong. Ternyata mereka empat orang laki-laki dengan
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
wajah bengis dan matanya memancarkan sinar yang tajam
sekali. Dilihat dari tampangnya, jelas keempat orang ini bukan
sebangsa manusia baik-balk.
Karenanya, Ciu Pek Thong semakin keras keinginannya
buat mempermainkan keempat orang itu. dia telah berdiri
dengan bertolak pinggang.
Keempat orang itu berhenti berlari, dan salah seorang
diantara mereka berusia tiga puluh tahun lebih telah mendekati
Ciu Pek Thong. 535
"Mengapa kau menghadang di tengah jalan seperti itu?
cepat menyingkir! Tuan-tuan besarmu ingin lewat!" bentaknya.
Ciu Pek Thong tertawa jenaka, dia telah menyehuti, "Jika
memang kalian ingin lewat mengapa harus banyak rewel
seperti itu, pergi menggelinding! Mengapa kalian harus
berdiam disitu? Bukankah jalan ini bukan milik kakek
moyangmu dan juga jalan inipun masih lebar?!"
Ditegur seperti itu, keempat orang tersebut berubah
wajahnya, nbahkan mereka berempat telah memperlihatkan
sikap yang bengis sekali.
"Ohh, engkau memang sengaja menghadang kami?
rupanya kau memang belum kenal siapa kami ini bukan?!" kata
orang yang pertama tadi sengan suara yang bengis sekali.
Ciu Pek Thong tertawa dingin.
"Hemm, aku memang tidak kenal siapa kalian, dan akupun
tidak tertarik buat berkenalan dengan manusia-manusia seperti
kau!" katanya.
Mendengar jawaban Ciu Pek Thong seperti itu, orang
tersebut tambah gusar, dia telah membentak, "Mulutmu terlalu
kurang-ajar, akan kurobek.!"
Sambil membentak orang tersebut melompat menghampiri
Ciu Pek Thong, dia mengulurkan tangannya, maksudnya ingin
diulurkan guna merobek mulut Ciu Pek Thong.
Ciu Pek Thong tertawa mengejek. Serangan seperti itu
mana dipandang sebelah mata olehnya? Karenanya, begitu
tangan orang tersebut menerjang kepadanya, dia telah
mengibaska tangan kanannya. 536
"Takkk!" terdengar benturan keras sekali, karena tangan
Ciu Pek Thong telah membentur pergelangan tangan orang
tersebut.
Seketika orang tersebut menjerit-jerit kesakitan, karena
begitu terbentur dengan tangan Ciu Pek Thong, penyerang itu
merasakan pergelangan tangannya seperti hancur atau patah.
Dia telah berjingkrak-jingkrak beberapa kali.
Ciu Pek Thong tertawa dingin, katanya, "Jika memang
begitu, kau mencari penyakit sendiri! Lebih baik kalian secara
baik-baik meminta kepada Yaya (engkong/kakek) kalian agar
membagi jalan sedikit! Tentunya kalian tidak akan mengalami
penderitaan dan kesengsaraan.!"
Akan tetapi keempat orang itu telah gusar dan penasaran,
terlebih lagi orang yang pergelangan tangannya tadi terkena
tangkisan tangan Ciu Pek Thong. Sekarang rasa sakitnya mulai
berkurang dan dia telah menyerang lagi. Tadi dia menyerang
denga hanya menggunakan dua bagian tenaga dalamnya karena
menduga Ciu Pek Thong merupakan penduduk disekitar
tempat tersebut dan seorang yang telah berusia lanjut belaka.
Akan tetapi siapa sangka justru Ciu Pek Thong merupakan
salah seorang tokoh rimba persilatan yang mempunyai
kepandaian sangat luar biasa sekali. Karena dari itu, orang
tersebut telah terkena batunya!
Berbareng mereka berempat telah melompat dan
menyerang kepada Ciu Pek Thong empat jurusan. Akan tetapi
Ciu Pek Thong sendiri tetap berdiri tenang ditempatnya. Sama
sekali dia tidak berusaha untuk menyingkirkan diri.
Dengan sorot mata yang tajam dan senyum dikulum, Ciu
Pek Thong telah mengawasi datangnya serangan dari empat 537
jurusan itu dan waktu keempat serangan itu hampir mengenai
dirinya, LooBoan Tong telah mengibaskan tangannya.
Serangan angin yang luar biasa dahsyatnya telah
menerjang kepada keempat orang itu. hebat kesudahannya!
Karena disertai dengan jerit kesakitan, keempat orang itu
telah terpental bergulingan ditanah. Mereka merangkak bangun
dan wajah mereka berlumuran darah. Ada yang mengucur
darah dari hidungnya, ada yang rontok giginya, dan ada juga
yang berlumuran mulutnya dengan darah yang memerah.
Disaat itu Ciu Pek Thong telah mengejek, "Jika memang
kalian ingin mencari penyakit, ayo, ayo maju lagi, aku akan
memberikan ganjaran yang setimpal seperti yang kau
inginkan!"
Sambil berkata begitu, Ciu Pek Thong melambailambaikan tangannya dengan sikap lucu. Sedangkan keempat
orang tersebut, yang kesalita dan tertegun, memandang Ciu Pek
Thong sesaat lamanya. Akan tetapi setelah bengong sekian
lama dan diantara mereka saling memandang, rupanya mereka
masih penasaran.
Dengan berbareng mereka berempat telah menerjang lagi
dengan sepasang tangan yang disaluri tenaga dalam yang hebat
sekali. Dengan menimbulkan kesyuran angin yang sangat kuat,
tampak keempat orang tersebut telah menerjang seperti sudah
tidak memikirkan lagi keselamatan dirinya. Dan serangan yang
dilakukan mereka bagaikan ingin membunuh Ciu Pek Thong,
sangat telengas sekali.
Ciu Pek Thong tetap berdiri tenang-tenang ditempatnya,
sama sekali tidak bermaksud mengelakkan diri dari terjangan
keempat orang lawannya. 538
Hanya saja waktu keempat orang itu telah dekat dengan
serangan mereka, Ciu Pek Thong telah bergerak cepat sekali.
Kali ini dia bukan mengibas dengan tangannya, hanya saja
tubuhnya mencelat bagaikan bayangan belaka, dalam waktu
yang sangat singkat, keempat orang lawannya kehilangan
sasarannya dan mereka saling seruduk satu dengan lainnya.
Membarengi dengan itu Ciu Pek Thong telah
menggunakan kakinya untuk menyepak pinggul salah seorang
lawannya. Orang itu memang tidak bisa menghindarkan diri
dari dupakan kaki Ciu Pek Thong, tubuhnya terjerumus dan dia
telah mencium tanah sehingga hidungnya berdarah.
Sedangkan waktu itu Ciu Pek Thong tidak bertindak
hanya sampai disitu saja, dimana dia juga telah mendupak
seorang lawannya yang lain, sehingga orang itu terjungkal
mencium tanah!
Dengan mempergunakan kedua tangannya Ciu Pek Thong
mendorong punggung sisa kedua orang lawannya, dan mereka
rubuh bergulingan dengan punggung mereka masing-masing
berbekas telapak tangan memerah, karena waktu mendorong,
Ciu Pek Thong mempergunakan kekuatan Iwekangnya.
Waktu itu tampak Ciu Pek Thong telah berdiri dengan
bertolak pinggang sambil tertawa mengejek.
"Memm, manusia-manusia tidak punya guna, dengan
memilii kepandian tidak berarti seperti itu kalian telah berani
bertingkah dan mengumbar ketelangasan kalian! Jika memang
aku mau bertindak kejam, tentu jiw kalian sudah kukirim
menghadap Giam Loo Ong!" 539
Setelah berkata begitu Ciu Pek Thong memperdengarkan
berulang kali tertawa dingin. Sedangkan keempat orang
lawannya merangkak bangun lagi, nyali mereka telah ciut.
Baru saja Ciu Pek Thong ingin mengejek dan mempermainkan keempat orang tersebut pula, tiba-tiba terdengar
seorang berkata, "Jangan menghina anak-anak! Lawanlah
diriku!"
Suara itu bergema disekitar tempat tersebut, memang
sangat keras, akan tetapi orang yang berkata seperti itu tak
terlihat batang hidungnya.
Sedangkan keempat orang lawan Ciu Pek Thong yang
telah dihajar babak belur seperti itu tampak berobah menjadi
girang. Malah salah seorang diantara mereka telah berseru.
"Suhu cepat tolong kami!"
Ciu Pek Thong segera dapat menduga bahwa orang yang
bicara dari tempat yang jauh itu adalah guru dari keempat
orang tersebut yang tentunya memiliki kepandaian lumayan
karena dari jarak yang masih begitu jauh dimana orang tersebut
masih belum lagi terlihat, ternyata dia telah dapat berseru jelas
seperti itu, karenannya Ciuu Pek Thong mengawasi datangnya
suara seruan tersebut.
Tidak lama kemudian, dari arah mana tadi keempat orang
itu datang, terlihat sesosok tubuh yang tengah berlari-lari
mendatangi secepat terbang dan sekejap mata saja telah tiba
ditempat tersebut.
Ternyata orang itu memiliki potongan tubuh sangat tinggi,
kurus dan mukanya empat persegi kasar dengan bola mata
yang melotot besar, potongan mata longgar. 540
Dengan sikap yang bengis orang itu telah membentak.
"Siapa kau sehingga begitu lancang telah berani mati menghina
keempat muridku?"
Ciu Pek Thong nyengir.
"Kau mau mengetahui siapa adanya aku?!" tanyanya.
"Nah, kau beritahukan siapa namamu!"
"Aku she Khu dan bernama Ban Sie!" menyahut orang
tersebut. Walaupun dia mendongkol sekali oleh sikap Ciu Pek
Thong, akhirnya dia mengalah dan menyebut juga namanya.
Ciu Pek Thong tertawa.
"Hemm, orang she Khu, kau dengarlah baik-baik, aku she
Ciu yang bernama Pek Thong.
Muka orang itu tiba-tiba sekali berobah.
"Kau Ciu Pek Thong?" tanyanya tegas.
Ciu Pek Thong mengangguk.
"Benar!" sahutnya tertawa mengejek.
"Jadi. kau yang disebut sebagai Loo Boan Tong?!"
tanya orang itu lagi.
"Tidak salah! Kau juga boleh menyebutku dengan
panggilan seperti itu," sahut Loo Boan Tong.
Orang itu mementang matanya yang besar itu semakin
besar sehingga tampaknya matanya itu semakin longgar saja.
"Sesungguhnyakah kau loo Boan Tong?"
"Tidak salah!" mengangguk Ciu Pek Thong. 541
"Jadi kau adik seperguruan dari Ong Tiong Yang?" tanya
Khu Ban Sie lagi.
"Ya," mengangguk Ciu Pek Thong.
"Kalau begitu engkaulah orang yang kucari-cari!" kata
Khu Bn Sie kemudian.
"Mencariku? Untuk urusan apa?"
Waktu bertanya begitu, Ciu Pek Thong memperlihatkan
sikap terheran-heran.
"Untuk meminta kitab Ciu Im Cin Keng!" menyahut Khu
Ban Sie.
"Meminta kitab Ciu Im Cin Keng?! menegasi Ciu Pek
Thong sambil mementang matanya. "Kukira tidak mudah
untuk meminta kitab itu dariku!" menyahut Ciu Pek Thog.
"Jika kau tidak mau menyerahkan kitab Ciu Im Cin Keng
itu kepadaku, nagianmu adalah kematian!" kata Khu Ban Sie
dengan suara yang bengis.
Ciu Pek Thong tertawa keras, tertawa mengejek orang she
Khu tersebut.
"Hebat sekali sikap dan perkataanmu, apakah kau kira
kepandaianmu itu melebihi kepandaianku sehingga bicara
seenaknya seperti itu?!" Dan setelah berkata begitu, Ciu Pek
Thong mengibaska tangannya, diapun telah bilang lagi, "Nah
jika memang engkau ingin mengukur kepandaian denganku,
majulah!"
Ciu Pek Thong juga memperlihatkan sikap bersiap-siap
untuk menerima serangan. Khu Ban Sie tidak segera menerjang
maju. 542
"Apakah kau benar-benar mencari kesulitan buat dirimu
sendiri dan tidak mau menyerahkan kitab Kiu Im Cin Keng
kepadaku?" tanyanya.
Ciu Pek Thong menggeleng.
"Tidak!? sahutnya tegas, "Walaupun senandainya engkau
ini seorang dewa yang turun dari langit sekalipun, kitab Kiu Im
Cin Keng itupun tidak akan kuberikan!"
Muka Khu ban Sie berobah hebat, dia murka sekali dan
darahnya jadi terasa meluap, katanya, "Jika demikian, engkau
memang mencari kematian!" bentaknya. "Khu Ban Sie tidak
akan menyia-nyiakan keinginanmu itu dan tidak akan
mengecewakan karenanya. Sambil berkata dengak sikap yang
murka seperti itu, tambap Khu Ban Sie telah menjejakkan
kedua kakinya, hampir sama sekali sulit diikuti oleh pandangan
mata, tubuhnya telah mencelat gesit sekali, dia telah
menyerang dengan hebat.
Ciu Pek Thong berdiri tegak, dia melihat datangnya
serangan, dan kemudian dia merngkapkan sepasang tangannya,
dimana sepasang tangannya tersebut telah dikibaskan
mendadak sekali. Tubuh Khu Ban Sie yang tengah menerjang
itu jadi terpental balik dan terguling ditanah beberapa kali
sambil mengeluarkan jeritan kesakitan.
Ciu Pek Thong telah melompat dan mengulurkan
tangannya, dia telah mencengkram jalan darah Kwie-tonghiatnya Khu Ban Sie, sehingga Khu Ban Sie meraung
kesakitan.
Dengan mengerahkan sedikit tenaga dalamnya, dia telah
menghentakkan dan melemparkan orang she Khu tersebut, 543
yang melayang ketengah udara lalu ambruk ketanah sengan
meringis kesakitan.
"Jika kau tidak mau cepat-cepat menggelinding pergi dari
tempat ini, Loo Boan Tong tidak akan segan-segan memusnahkan seluruh kepandaianmu ini!" ancam Ciu Pek Thong.
Khu Ban Sie meraskan seluruh tubuhnya sakit-sakit, dia
menyadari betapa hebatnya kepandaian Ciu Pek Thong. Sambil
merangkak bangun dia menoleh kepada keempat muridnya dan
memberi isyarat agar mereka segera berlalu.
Begitulah, guru dan keempat orang muridnya telah angkat
kaki meninggalkan tempat tersebut. Ciu Pek Thong sendiri
tertaw gelak-gelak. Dia puas bisa memberikan hajaran keras
kepada manusia seperti Khu Ban Sie dan murid-muridnya.
Sambil bernyanyi-nyanyi kecil, Ciu Pek Thong
melanjutkan perjalanan tanpa arah dan tujuan!
TAMAT
Surabaya, 25 Desember 2018
Sumber ebook : Koleksi Gunawan Aj
Scan/foto image : Awie Dermawan
Diunggah di : Kolektor Ebook
(https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/)
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wiro Sableng 123 Gondoruwo Patah Hati Misteri Lukisan Tengkorak Seri 4 Opas Karya Wen Rui An Pendekar Rajawali Sakti 83 Siluman Muka Kodok
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama