Night In Turkistan Karya Najib Al Kailani Bagian 1
Al-Kailani, Najib
Nights. in Turkistan / Najib Al?Kailani;
S aat ini kami berada di provinsi
Kornul. Cina telah menjajah kota
ini. Gubernur militer Cina yang berkuasa
saat itu sangat otoriter. dan bertindak
sewenangzwenang. Penduduk pun mulai
dihinggapi perasaan resah, sedangkan
Raja Komul mengalami kesulitan untuk
berbuat sesuatu. Bangsa Cina benar'benar
telah menjajah negeri kami! Pemerintah
telah merampas tanah/tanah subur milik
rakyat. Dengan lahan/lahan itu, mereka
mendirikan tokoftoko dan membangun
pusatzpusat perdagangan. Saat itu
usiaku 25 tahun dan aku telah hapal AlfQuran. Aku
belajar membaca dan menulis dengan bahasa Arab
dan bahasa ibu (bahasa Turkistan). Aku juga mahir
berbahasa Cina (karena Turkistan memang sangat
dekat dengan Cina:. Dan tidak hanya itu, aku pun
mahir berbahasa Mongol, bahasa suatu negeri yang
tidak jauh dari Turkistan dan sekarang dikuasai oleh
Rusia.
Negeri Mongol merupakan tempat tinggaljengis
Khan dan keluarganya. Dan di negeri ini, terdapat
banyak kisah beberapa tokoh dalam berbagai bidang.
Pada suatu hari, panglima Cina mengeluarkan
peraturan yang mengguncangkan seluruh penduduk
negeri Turkistan. Betapa tidak mengguncangkan
karena peraturan itu berisikan perintah agar para
orang tua penduduk Turkistan memaksa putrinya
untuk dinikahkan dengan para tentara atau para
pendatang Cina meskipun berbeda keyakinan.
Penjajahan adalah musuh temporal yang bisa
lenyap seiring waktu. Akan tetapi, pemerkosaan
musuh terhadap perasaan umat, menghina hukum
agama, dan mengejek keyakinan mereka sungguh
suatu hal yang menusuk dan yang tidak mudah untuk
dilupakan begitu saja!
Night in
8 Tuvlc't tan
Tatkala panglima yang congkak itu memanggil
Raja Komul dan menyatakan hendak mengawini
putrinya, wajah raja kami menjadi memerah karena
menahan amarah atas sikap panglima.
"Panglima, itu suatu yang mustahil," sang raja
berkata pelan.
Tapi, dasar darah seorang penjajah, panglima itu
merasa tidak ada yang mustahil untuk diwujudkan
selama kekuasaan masih berada di tangannya.
"Dalam kamus saya tidak ada kata mustahil!"
ucap panglima dengan nada mengejek.
""
"Ini urusan Allah, Panglima tegas raja.
"Tuhan tidak memunyai hak untuk ikut campur
dalam permasalahan hati dan saya menginginkan
putri Anda!"
"Panglima, ini persoalan yang besar! Lebih besar
dari masalah maut!" Raja Komul kembali membantah
permintaan gila panglima Cina itu.
"Masalahnya sangat sederhana. Saya hanya
menginginkan putri Anda. Beritahu putri Anda
karena Anda tidak memunyai banyak waktu untuk
berbuat," j awab panglima.
Raja Komul bergegas pergi dari hadapan panglima.
Dia merasa sangat terhina. Istana yang disinggahinya
pun seolah roboh mengimpit tubuhnya.
Nith in
Tuvlct tem 9
Setelah peristiwa yang menusuk itu, Raja Komul
diliputi kebingungan. Dia tidak tahu harus bagaimana
untuk menjelaskan kepada istri serta anakfanaknya.
Raja merasa hidupnya sudah tidak berguna lagi.
Haruskah dia lari ke pegunungan hingga tidak
melihat tragedi yang akan terjadi? Panglima penjajah
itu bak menguras seluruh keberadaan dirinya sebagai
seorang raja.
Ketika raja memasuki istana, dia menatap pedang/
pedang perjuangan nenek moyangnya yang kini menghiasi dmding/djnding istana. Dia seolah mengenang
kembali sejarah kepahlawanan nenek moyangnya.
Kenangan itu mampu membangkitkan didih darah sang
raja sebagai seseorang yang harus melindungi rakyatnya dan' segala penindasan bangsa asing.
"Baginda tampaknya sedih. Apa yang sedang
Baginda pikirkan?" tanya permaisuri.
"Aku sedang menanti perintah Allah," jawab
sang raja sambil mengh apus air mata yang membasahi
kedua pipinya. Permaisuri tentu tidak mengerti
maksud suaminya ini.
"Apa yang membuat Baginda sedih? Aku yakin
orang/orang Cina itu sama sekali tidak memunyai
maksud baik," ucap permaisuri.
Night in
10 Tachi tan
"Mereka tidak mengenal belas kasihan!"
"Baginda benar."
"Panglima yang laknat itu ingin mengawini putri
kita!!" teriak sang raja.
Emosi sang raja meluap sehingga jiwanya tidak
seimbang. Dia pun memanggil putrinya.
"W ahai putriku tersayang, beruang yang ganas
itu hendak menyuntingmu. Dan ini tidak mungkin!
Apakah kamu setuju, putriku?"
Putri raja yang masih lugu belum memahami
persoalan yang dihadapi ayahnya. Dia lalu balik
bertanya, "Apa maksudnya, Ayah?"
Raja tertawa dengan wajah yang memerah
dikuasai perasaan terhina dan amarah. Namun,
dengan lembut dia menyampaikan persoalan yang
mengimpit kehormatannya ini pada anaknya.
"Sungguh aku tidak mau!" jawab sang putri.
"Tapi dia mau dan memaksa, Putriku!" tandas
ayahnya.
"Terkutuklah dia!" sang putri pun geram.
"Benar, putriku. Dia memang terkutuk! Namun
sayang, kutukan itu akan senantiasa berbalik kepada
orangzorang yang kalah," tegas ayahnya.
Nighl in
T:Ici. mn. 11
Lalu putrinya bertanya, "Mengapa Ayah berkata
kalah?! Dalam undang undang dan agama mana pun,
seorang perempuan diberikan kebebasan untuk
menentukan calon pendamping hidupnya."
Raja termenung sambil terus berpikir. Iylasalah
perkawinan antara putrinya dengan panglima Cina
bukanlah masalah pribadi bagi dirinya. Akan tetapi, ini
menyangkut nasib orangorang Turkistan selanjutnya.
Raja yang rasa percaya dirinya mulai lemah,
diyakinkan oleh putrinya.
Kemudian sang ayah bertanya, "Prinsip apa yang
kamu pegang, anakku?"
"Lebih baik mati daripada menikah dengan
orang kafir itu!" jawab sang putri mantap.
"Mengapa?"
"Karena perintah Allah harus didahulukan
daripada perintah orang Cina itu!" tegas sang putri.
Setelah mendengarjawaban tegas dari putrinya,
raja berdiri dan menghampiri anaknya, kemudian
memeluknya penuh haru dan bangga.
"Aku tidak bisa membayangkan, Ayah. Aku lebih
suka menuju ke tiang gantungan daripada menuruti
perintahnya yang mengerikan itu!" tegasnya lagi.
Sang raja pun menghapus air mata anaknya.
Night in
12 Tanki, tan
Mengusap rambutnya dengan lembut dan menepuk/
nepuk pipinya yang bagai bunga mawar itu.
Kemudian dia berdiri dan menghentakkan kakinya
ke bumi dengan keras.
"Tuntutan panglima kafir itu memang tidak
mungkin kita penuhi. Ya, tidak mungkin!" kata sang
raja dengan keyakinan yang telah pulih.
Namun, sang permaisuri masih dihinggapi rasa
khawatir.
"Sebaiknya Baginda mau memikirkan perintah
itu dengan matang," kata sang istri dengan cemas.
"Aku tahu, dia pasti tidak akan mau kalah."
"Dia pasti akan membalas dengan balasan yang
beruntun. Bukankah Baginda telah mengenal watak
mereka?" sang permaisuri menjelaskan.
"Apalah arti hidupku ini. Kita semua akan kembali
kepada Allah," pasrah sang raja.
Sang permaisuri menunduk, wajahnya tampak
sedih dan cemas. Tapi, kekuatan raja telah pulih.
"Musthafa Murad, kemarilah!" panggil raja pada
salah seorang pegawai istananya.
"Hamba, Tuan," jawabku sambil berjalan meng
hadap raja dengan menundukkan kepala.
Nighl " in
Turki tan 13
"Musthafa, ambilkan kertas, tinta, dan pena,"
perintah sang raja.
Dengan sikap kesatria, raja pun menulis surat
kepada panglima.
"Panglima yang mulia.... Saya telah memikirkan
permintaan Anda. Saya mengerti bahwa permintaan Anda
di luar kclaiasaaan saya. Akan tetapi, agama kamilah yang
melarang untuk memenuhi permintaan Tuan. Di samping itu,
putriku belum berpikir untuk menikah. Apabila perkawinan
antara Tuan dan putri saya benarfbcnar dii?vujudkan, sungguh
itu merupakan persoalan pertaruhan nyawa bagi kami.
Saya kira Tuan bukanlah orang dari bangsa yang suka
menindas dan menghina perasaan bangsa lain. Masalah ini
tidak ada hubungannya dengan keperkasaan bangsa Tuan.
Dan jika Tuan mau berpikir dengan segenap pengetahuan
Tuan, bagaimana mungkin terjadi perkawinan antara pria
Cina dengan wanita Turkistan? Ini adalah persoalan yang
sangat prinsipil bagi bangsa Turkistan.
Saya tidak bermaksud menentang, namun ini dilandasi
itikad baik demi menjaga hubungan baik negeri ini dengan
bangsa Tuan. Apabila Tuan tidak memaksakan diri, maka
ketenteraman dan keamanan negeri ini akan tetap terjaga.
Night in
14 Tanki tan
Dengan segala hormat dan kerendahan hati, saya mohon
agar Tuan memikirkan kembali persoalan ini. Semoga Tuan
bisa memaklumi.
Sekian.
Salam hormat,
Surat Raja Komul kepada panglima Cina
tersebut merupakan berita penting bagi orang/orang
Turkistan. Para wanita mulai gelisah dan darah para
prianya mulai mendidih. Masalah penjajahan negeri
Cina atas negeri Turkistan mulai bergolak. Orang?
orang Turkistan merasa telah tiba waktunya untuk
menunjukkan sikap tegas dan menolak penindasan
dalam bentuk apa pun. Mereka siap menderita demi
semua itu dan tidak peduli lagi terhadap berbagai
ancaman.
Setelah panglima Cina membaca surat dari Raja
Komul, seketika timbul nafsu amarahnya.
"Katakan kepada Tuanmu bahwa peraturan
ini atas perintah pemimpin agung negeri Cina,
Sun Yat Sen. Tidak ada satu kekuasaan pun yang
dapat membatalkannyall" katanya kepadaku selaku
pembawa surat. Panglima itu lalu merobek, meremas,
dan meludahi surat dari Raja Komul.
Night "' in
Tanki tan 15
Raja Komul digiring ke penjara malam itu juga.
Orangforang Turkistan menangisi kejadian itu bagai
menangisi orang yang gugur dalam perang. Sejak
peristiwa itu, masyarakat Komul mulai sadar akan
bah aya bangsa Cina di negerinya. Dan sejak peristiwa
yang menandakan datangnya ancaman berat itu,
gadis'gadis Turkistan segera menikah dengan
pemudazpemuda bangsanya sendiri yang seagama.
Di dalam rangkaian kejadian yang menimpa
bangsa Turkistan ini, termasuk aku, memunyai
kenangan kisah cinta tersendiri. Sudah setahun
lamanya aku memendam rasa cinta kepada gadis
pelayan istana. Akan tetapi, gadis yang selalu
aku impikan itu menolak pinanganku karena dia
lebih tertarik kepada lakiflaki yang lebih tinggi
kedudukannya dariku. Maklum, jabatanku hanyalah
sebagai pengawas istana, sedangkan istana selalu
dikunjungi oleh orangorang penting dan orang
orang besar. Namun, sejak raja digiring ke dalam
penjara oleh panglima Cina yang bengis itu, dia
bergegas menemuiku dengan berlinang air mata dan
wajahnya tampak gugup penuh kecemasan.
"Mushtafa... sekarang aku menerima pinangan!
mu," katanya dengan suara parau.
Nighl in
16 Tanki tan
Karena pikiranku sedang kalut memikirkan
nasib baginda raja dan sedang diliputi perasaan
muak akan kekejian penguasa Cina, tanpa sadar aku
membentak gadis yang aku cintai itu.
"Tinggalkan aku sendiri, 'Xlagmah!"
Night In Turkistan Karya Najib Al Kailani di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mungkin kamu sakit hati terhadap sikapku
selama ini. Tapi, mengertilah... sebenarnya aku
mencintaimu," dia berkata sambil menunduk me!
nyembunyikan perasaan malunya.
XxVajah raja selalu membayangiku. Sungguh
merupakan pemandangan yang menyayat hati.
Raja sebagai orang yang sangat kami hormati,
dibelenggu dan digiring oleh penjajah yang laknat itu
seperti menggiring budak. Perasaanku sakit sekali
menyaksikan kejadian itu. Hal ini sulit untuk aku
lupakan sepanjang hidupku.
Baginda raja berjalan dengan kepala terangkat
yang menunjukkan kebesaran jiwanya. Diam beliau
adalah diam pemberontakan. Kepasrahan beliau
bagaikan gemuruh badai yang tersimpan. Sungguh
suatu pemandangan yang menyayat. Ya, aku
melamunkan semua itu. Aku lupa bahwa di dekatku
masih berdiri seorang gadis menunggu jawabanku.
"Musthafa, kenapa kamu tidak menjawab?"
tanya Nagmah.
Night in
Tanki tan 17
Aku masih terdiam. Tibatiba suara gadis yang
lembut itu berganti dengan suara keras.
"lviusthafa, kamu akan menyesal sepanjang
hidupmu bila menyaksikan aku diperistri oleh orang
Cina jahanam itu. Dengarlah!_]angan berlagak tuli!"
Xf'lendengar suara Naginah yang keras, aku
justru teringat akan sikap?sikapnya yang tidak
mempedulikanku sama sekali selama ini. Kesom/
bonganku pun muncul. Lalu aku berkata kepadanya,
"Aku menolak perkawinan darurat!!"
"Hai bodoh, mengapa kamu lebih mendahulukan
dendam daripada sikapmu yang lebih terpuji? Kamu
wajib menyelamatkan aku demi kehormatan dan
agama kita!" jawab N agmah.
Kemudian aku menatap wajahnya yang mulai
dibasahi oleh air mata.
"Nagmah, jangan menangis! Aku sedang benci
menatap wajah orangforang yang penuh dengan air
mata. Pemandangan ini seharusnya tidak terjadi.
Ingatlah Naginah, aku tidak akan menikah sebelum
raja bebas dari penjara."
"Hai gila! Masa memerintah raja telah tamat.
Janganlah mengikatkan masa depanmu pada dunia
yang telah sirna dan kejayaan yang telah lenyap!"
jawab Nagmah dengan geram.
Niglil in
18 Tanki tan
N'lenelengar ucapannya, aku pun marah.
"Nagmah, a )a rana kamu unOka kan itu adalah
0 D 0
bentuk pengkhianatan!"
"Kamu salah, Mushtafa! Sayangku kepada raja
dan keluarganya melebihi diriku sendiri. Namun
sekarang, kenyataan yang tidak pasti membuat
segalanya tidak berarti. Dan yang terpenting untuk
saat ini adalah bagaimana agar kita bisa selamat. Aku
yakin, Baginda raja tidak setuju dengan sikapmu itu!"
Nagmah pun membela diri.
Kemudian aku meninggalkan Nagmah tanpa
mempedulikan masalah pribadi ini.
Kabut sedih melanda istana. Permaisuri tampak
resah. Beliau mondarfmandir dari satu ruangan
ke ruangan lain tanpa sadar. Wajahnya terlihat
pucat, mungkin karena tidak makan selama masa
kebingungan ini. Kesedihan pun melanda 'anak/anak,
keluarga istana, beserta kerabatnya. Sedangkan sang
putri raja yang sangat cantik itu tampak berada
di auditorium istana. Dia sedang berpikir keras
bagaimana mencari jalan keluar.
"Bagaimana jika aku menyetujui perintah
untuk menikah dengannya hingga aku pun dapat
membunuhnya?!" dia berkata pada dirinya sendiri.
Niglll " in
Tanki tan 19
"Sayang... permasalahannya akan lebih runyam
dari perkiraanmu itu," jawab ibunya.
Apa yang diucapkan istri raja memang benar.
Keesokan harinya, kota Komul dicengkeram oleh
kekuasaan panglima zalim. Polisizpolisi Cina meng":
giring para gadis Turkistan secara paksa untuk
dikawinkan dengan para tentara dan para pendatang
Cina. Orang tua mereka yang melawan ditendang
layaknya seekor anjing yang dapat diperlakukan
seenak hati tuannya. Banyak keluarga bangsawan
dan keluarga terhormat melarikan diri ke luar kota,
bersembunyi di pegunungan, atau melintasi padang
pasir untuk berlindung dan menyelamatkan diri.
Berharifhari negeri itu dilanda kesedihan. Dan
di tengah'tengah situasi yang kacau, muncullah
seorang tokoh kharismatik bernama Khajah Niaz
Haji. Tokoh ini terkenal dengan sikap berani dan arif
dalam dirinya. Karena pancaran kepribadiannya ini,
tokohtokoh Komul senantiasa berada di sekeliling
Niaz Haji untuk mendapatkan kekuatan jiwa dan
menyusun strategi perlawanan.
"Kunci kemenangan telah kalian ketahui,
yaitu sabar dan tegar serta berperang hingga mati.
Lawan besi adalah besi. Orang yang tidak memiliki
keberanian dalam membela kehormatan agama dan
Night in
20 Tachi tan
bangsa sama saja dengan mayat meskipun mereka
masih bernapas. ] anganlah kalian terperanjat dengan
perlakuan musuh, namun tangisilah diri kalian bila
menjadi sosok yang lemah, lengah, serta bertekuk
lutut kepada musuh dan tidak memunyai keberanian
melawan para tiran. Apakah kalian mengerti apa
yang aku katakan?" tegas Niaz Haji mengobarkan
semangat jihad Muslimin Turkistan.
Gelombang teror dan kekejaman semakin
marak.]eritan para wanita, orang tua, dan anakanak
melolong mengiris kalbu. Yang lebih menyed ihkan lagi
adalah apa yang dialami kaum wanita. Mereka tidak
hanya disakiti badannya, jiwanya pun diinjakfinjak
karena dijadikan alat kesenangan para lelaki Cina
layaknya barang dagangan yang diperjualbelikan.
Kesewenang/Wenangan ini memang dikehendaki
dengan dibuatnya peraturan yang keji itu.
"Siapa yang kuat melihat pemandangan seperti
ini? Siapa? Perasaan kami 'para lelaki? tidak lagi
tersinggung dan terhina, tetapi lebih dari itu!
Perlakuan mereka seperti menguras harga diri
kami! Kaum wanita yang terhormat kedudukannya
dalam agama kini diperlakukan seperti hewan.
Mereka dipilih, diperjualbelikan, serta dinikmati
sebagaimana mereka suka. Komul bagaikan neraka
Niglil " in
Turki tan 21
yang mendidih. Tidak seorang pun yang tidak
dihinggapi rasa emosi. Dan saat'saat seperti ini, raja
dipeneilkan dan mengalami siksaan berat di dalam
penjara. Aku menyesali diri karena tidak mampu
berbuat sigap. Aku hanyalah seorang Nlusthafa
Murad Hadrat, seorang pelayan yang lemah! Apa
yang bisa aku lakukan?"
Khajah Niaz pun segera bertindak. Beliau
memangg'l dan memerintahkan aku.
"Mushtafa, pergi dan temuilah raja. Katakan pada
beliau agar secepatnya mencari jalan keluar!!"%3
*** Nbghl in
22 Tanki tan
Night in
Turki tan
| < ebenaran di muka bumi ini
rupanya sedang diuji. Ada
kalanya kebatilan menyerupai kebenaran.
Namun, ada kalanya pula kebenaran
terwujud dalam bentuk kebatilan.
Meskipun aku hanyalah Seorang
pelayan, tapi perasaanku sebagai
manusia sangatlah peka. Dalam situasi
yang kacau ini, masalahanasalah kecil
bisa membuatku menjadi marah. Ejekan
yang aku rasakan pun bagaikan halilintar
yang menyambar. Seperti yang dilakukan
' r _ 23 ,1 ! :s; "1 "x
1_ (.
. n oleh gadis pelayan istana kemarin, aku terima itu
sebagai ejekan, padahal sesungguhnya aku sangat
mencintainya. Dan akibat sikapku kepada Nagmah,
ia menjadi gadis yang sering berubah pendirian dan
perasaannya. Sungguh, aku tidak tahu apakah dunia
ini diliputi udara panas ataukah dingin. Aku tidak
bisa lagi membedakannya. Tapi, yang jelas Komul
sedang dihinggapi kebingungan.
Bangsa Cina menganggap bahwa mengawini
putriputri Turkistan merupakan keputusan yang
tidak bisa ditawar lagi. Mereka memunyai dalih
yang sangat sederhana, yaitu karena semua manusia
di muka bumi ini adalah satu saudara. Bagi mereka,
agama merupakan urusan Tuhan. Sedangkan bangsa
yang menang berkewajiban melindungi bangsa
yang kalah. Dan dengan mengawini wanitazwanita
Turkistan, berarti ia memberikan perlindungan
hukum kepada mereka dan itu lebih baik daripada
menjadikan mereka sebagai budak.
Bagi kami, bangsa Turkistan, pernyataan dan
pemahaman orang Cina itu merupakan kezaliman
yang mutlak. jika orang-orang Cina itu menentang
hukumfhukum Allah, maka tidak ada pilihan lain
bagi kita kecuali berperang.
Night in
24 Tanki tan
Bagaimana pun panglima Cina itu melakukan
penjagaan, masih saja ada beberapa orang yang
diperbolehkan masuk. Harapan untuk menikahi
putri raja pun masih melekat dalam benak panglima,
sedangkan Raja Komul terus berftikaf dan berpikir
di dalam penjara.
Keadaan dan zaman telah mengubah posisi
Raja Komul dari penghuni istana menjadi penghuni
penjara. Semula menjadi penentu, namunkini menjadi
orang yang diperintah. Betapa sakit perasaannya
karena menjadi penentu nasib orangorang kafir,
yaitu orang/orang yang ingkar kepada Allah dan
RasulNya.
Bertanyalah kepadaku, siapakah raja yang
menangis bila kalah dalam berperang? Tak seorang
raja pun! Namun, siapakah yang menyangkal bahwa
mereka tidak menderita? Jiwa mereka terimpit oleh
berbagai kezaliman yang tidak kenal belas kasih.
Aku menemui raja dengan jiwa gemetar diliputi
berbagai perasaan.
"Mustafa, ada perlu apa kamu datang kemari?"
tanya sang raja.
"Tanpa Baginda kami tidak berarti apafapa,"
jawabku.
Nicjlil " in
Tanki tan 25
"Kalian adalah manusiafmanusia yang kuat dan
jantan. ltulah hikmah yang Allah berikan," jawab
sang raja.
"Meskipun kami kuat, kami tetap memerlukan
kehadiran Baginda!" kataku untuk membangkitkan
semangat beliau.
"Saat ini aku berada di en'ara baoaimana
P ] = (:
mungkin aku dapat hadir di tengah/tengah kalian?"
raja menatapku dengan tajam.
"Khajah Niaz Haji menyuruhku untuk mengf
hadap Baginda," kataku dengan tegas.
"Pesan apa yang kamu bawa darinya?"
"Baginda harus berada di tengahftengah kami."
Raja pun tertawa sinis. Matanya memandang
tembok penjara yang mengungkungnya dengan sorot
mata burung elang yang luka dan suaranya seperti
tereekik di kerongkongan.
"Aku tidak memiliki kuneifkunei penjara, wahai
Musthafa. Bukankah kamu mengetahuinya?" ucap
sang raja.
"Baginda, penjara memiliki dindingzdinding."
"Tapi, bagaimana mungkin aku menghanf
eurkannya seorang diri?"
Nigh [, in
26 Tachi tan
"Tuan Khajah Niaz berpesan jika Baginda tidak
memiliki kunci untuk membuka pintu penjara atau
kekuatan untuk merobohkan dindingnya, Baginda
pasti memunyai strategi yang dapat membuat Anda
Night In Turkistan Karya Najib Al Kailani di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keluar dari penjara ini," ueapku menyemangati.
Baginda terdiam sejenak, lalu menoleh padaku.
"Baiklah, pergi dan temui Khajah Niaz, dan
katakan... besok aku akan datang menemuinya."
Aku percaya penuh terhadap janjinya karena
semasa hidupnya beliau tidak pernah berbohong.
Aku kenal betul kepribadiannya. Seeepatnya aku pun
pulang dan menyampaikan surat Raja Komul kepada
Khajah Niaz.
Khajah Niaz mendengarkan berita yang aku
sampaikan dengan penuh perhatian. X'Vajahnya
tampak resah, lalu dia mengangkat kedua tangannya
ke atas seraya berdoa
"Ya Allah, kami memohon ampunanfMu dan
kami memohon pertolonganfleiu."
Khajah Niaz kemudian menoleh kepada kami
dan berkata, "Sesungguhnya masalah genting serta
peristiwa yang besar tidak mungkin diselesaikan
secara keseluruhan. Dan pada saat yang sama,
masalah?masalah tersebut tidak akan mau menerima
Niglil " in
Turki tan 27
alternatif yang moderat. Yang menang ??yang lebih
kuau tak mungkin memberikan peluang kebebasan
sedikit pun kepada yang dikuasainya. Tetapi, yang
diberikannya adalah kepingan rakyat kita yang kian
terjepit oleh dua raksasa, yaitu Cina dan Rusia.
"Saat ini kita sedang dikurung gas beracun,
meriam, dan senjata yang ganas. Mereka datang dari
tempat yang jauh. Aku mengenal betul propaganda
Kristen. Mereka selalu mengambil kesempatan
ketika kita lemah. Mereka akan memasuki barisan
kita dengan meneriakkan simbol?simbol kesukuan.
Mereka akan melakukan apa saja agar kita keluar
dari Islam. Apakah kalian mengerti?"
"Oleh karena itu, mereka merongrong kita dengan
perintah kepada para tentara serta para polisinya
untuk mengawini putrizputri kita, padahal di negeri
mereka tidak kekurangan perempuan. Di balik itu
semua, sebenarnya mereka hendak menghancurkan
prinsipzprinsip keyakinan kita karena keyakinan
kita dikenal sebagai petunjuk yang mampu menjaga
kemerdekaan dan eksistensi kita sejak dahulu."
Demikian Niaz Haji secara panjang lebar mengetuk
kesadaran dan membangkitkan semangat kami.
Night in
28 Tanki tan
Kini, sang raja kian menyadari bahwa dirinya
pastilah akan dibunuh. Kata "maut" memang telah
menjadi ucapan yang sepele di bibir kami. Baginda
telah merasa berada di ambang maut. Masalah maut
tentu bukan persoalan remeh bagi seorang raja. Beliau
memandang mata anaknya yang indah itu. Tiba-tiba
kesadarannya tercekat karena pemandangan lain
nampak dari kedua bola mata anaknya. Raja melihat
para tiran mencr edor pintu setiap ru1nah,1nerampok,
Dg dan memperkosa kaum Muslimah, sedangkan dia
sebagai raja tidak bisa bergerak bagai sepotong kayu
yang lapuk. Sungguh pemandangan yang sangat
menyedihkan jiwanya.
Usai melihat bayangan tersebut, dengan segera
raja membuat surat kepada panglima. Dia harus
menyusun strategi dan segera bertindak. jika tidak,
sama halnya dia bunuh diri, bahkan membunuh
seluruh rakyat negeri Turkistan.
Raja menulis surat kepada panglima. Surat itu
berisikan permintaan maaf atas tindakannya yang
tergesadgesa dan dia bersedia meninjau kembali
sikapnya bila telah bertemu nanti. Panglima yang
sudah memendam nafsu itu pun tersenyum. Dia
membayangkan kecantikan putri raja yang akan
Night " in
Turki tan 29
disuntingnya dalam pesta perkawinan yang mewah.
Suatu kemenangan akan diraih. Dia mengkhayal
semua akan berjalan mulus sesuai perintahnya, dan
tidak seorang pun berani membangkang. Perasaan
sebagai penakluk rupanya terpuaskan dalam darah
amarahnya. Panglima selalu memandang manusia di
bawah belas kasih kekuasaannya.
"Panggil raja itu kemari, aku ingin mendengar
apa maunya!" perintahnya angkuh.
"Baginda, menghadaplah dan jangan cemas.
Pejamkan mata agar Baginda tidak menyaksikan
penghinaan mereka. Tutuplah kedua telinga Baginda
agar tidak mendengar perkataan mereka yang
zalim. Palingkan wajah Baginda dari wajah/wajah
yang memuakkan dan menjijikkan." Aku seperti
menghibur dan memberi semangat kepada baginda
lewat bisikan/bisikan.
"Selamat pagi, wahai Panglima," sapa raja.
"Selamat datang, Tuan," panglima menyambut
dengan keramahan yang palsu.
Kemudian raja duduk dengan kepala menunduk.
Beliau tidak kuasa menahan malu dan merasa tidak
etis mengungkapkan masalah pribadinya di hadapan
para pengawal panglima. Rupanya, panglima
Night in
30 Tachi tan
tanggap terhadap situasi ini dan disuruhlah semua
pengawalnya keluar. Setelah mereka keluar, raja
berkata kepada panglima dengan berbisik.
"Panglima, permasalahan ini tak bisa diselesaiv
kan dengan cara yang kasar."
"Bukankah semua ini akibat dari keputusan raja
sendiri?" jawab panglima.
"Sebenarnya, masalah ini bisa kita selesaikan
secara arif," raja berpurafpura menunjukkan sikap
yang lunak.
"Bagaimanakah cara yang arif itu?" tanya
"Saya ada ide," kata raja.
Raja lalu menyampaikan idenya. Terlebih
dahulu raja minta dibebaskan dari penjara. Dengan
membebaskannya, maka raja akan mengadakan
musyawarah dengan para ulama untuk memecahkan
masalah ini.
"Mungkin mereka bisa mengeluarkan fatwa
agama yang membolehkan perkawinan semacam
ini dengan dalil kitab klasiknya. Apabila aku benar"?
benar berhasil memengaruhi para ulama untuk
menandatangani fatwa ini, kehendak Tuan akan
terlaksana," raja purafpura meyakinkan panglima
akan rencananya.
Niglii " in
Tuvki, tan 31
Panglima yang sudah dikuasai nafsu itu
tersenyum dan melilit kumisnya dengan penuh kef111C1'1 angan.
"Saya melihat titik terang dalam pembicaraan kita. Percayalah, wahai raja, saya memunyai
kemampuan untuk mengukuhkanmu agar tetap
menduduki kursi raja. Kata/kataku akan didengar
dan diperhatikan oleh pemimpin pusat," tandas
panglima.
"Panglima, tentunya Anda sangat senang dengan
ide saya ini."
"Saya sangat bahagia karena telah terbayang
putri raja berada di pelukan. Saya akan mendapat
keturunan yang gagah dan cantik darinya. Tapi,
mengapa Tuan Raja tidak bahagia? Kita akan menjadi
satu keluarga yang bahagia. Tidak akan ada lagi
istilah menang atau kalah."
Raja tentu saja muak mendengar ocehan
panglima Cina itu. Dalam hati, Baginda mengumpat
panglima tiada henti'hentinya. "Betapa jijiknya
putriku dipeluk oleh si laknat itu! Dosa apa yang
hendak aku pikul dan nasib apa yang akan menimpa
putriku bila ocehan panglima kafir itu benarfbenar
terjadi. Manusia bukan sematafmata terwujud dari
Night in
32 Tuvlci, tan
daging, tulang, darah, dan kulit saja. Akalnyalah yang
membuat manusia dapat disebut sebagai manusia,
jiwanyalah yang membuat manusia dapat kukuh atau
runtuh, dan nilai kepribadiannyalah yang membuat
manusia bercahaya sehingga terhindar dari nafsunafsu gelap seperti yang melekat pada diri panglima
itu. Semua itu nyata bagi manusia yang sebenarnya
adalah hamba Allah."
Seperti membaca pikiran raja, panglima pun
bertanya.
"Raja, apakah ada perbedaan antara orang Cina
dengan bangsa Turkistan?"
"Tentu," jawab raja. Panglima pun menatap raja
dengan heran.
"Apakah perbedaan itu?" tanya panglima.
"Orang Cinalah yang menang!" jawab raja
diselubungi perasaan dendam.
"Kalau persoalan menanc, bukan rahasia lagi,
Tuan Raja. Bangsa Cina sejak dahulu selalu menang."
Panglima menganggap jawaban raja sebagai j awaban
yang jujur.
"Sejak Perang Candu dan sebelumnya," sindir
sang raja.
Niglii " in
Turki, tan 33
N'luka panglima tiba'tiba pucat dan dia baru
menyadari sindiran raja tersebut.
"Betapa pun kolonialis tidak akan mampu
mengubah kepribadian bangsanya," tandas raja lagi.
Sejenak ruangan itu lengang. Masingfmasing saling
mencerna kalimat yang dilontarkan. Panglima lalu
membuka kembali keheningan tersebut.
"Para cendekiawan menyatakan kami adalah
bangsa yang memiliki watak menang."
"Apa maksud paradigma itu?" raja berpura/pura
bodoh.
Panglima Cina membalikkan badan, menatap
raja sambil menjelaskan dengan antusias tentang
pernyataan para ahli genetika bahwa bila bangsa
Cina mengawini gadis/gadis Eropa, maka akan
membuahkan keturunan yang lebih condong kepada
eiri/ciri bangsa Cina karena gen orang Cina lebih
unggul.
Raja mendengar penjelasan itu dengan khidmat.
"Apakah yang dimaksud dengan gen?"
"Saya tidak tahu, begitulah mereka membuat
pernyataan," jawab panglima.
Night in
34 Tachi tan
"Ya Tuhan, kalau benar kenyataan itu, mengapa
dulu tuanftuan menjual bayi dan anak/anak Tuan?"
gumam raja.
Panglima terpukul dengan gumaman raja.
"Itu terjadi karena kami mengalami penderitaan
dan kemelaratan. Anda jangan mengingatkan saya
pada zaman yang tragis itu," bela sang panglima.
Wajah panglima tibaftiba berubah suram dan
pucat pasi. Dia berdiri lalu melangkah ke ruangan
kecil dan kembali dengan membawa minuman keras
bermutu rendahan. Ditenggaknya minuman itu
dengan penuh emosi, lalu dia pun mengeluh.
"Bertahunztahun saya mencari dia."
"Siapa yang Anda cari, wahai Panglima?"
"Saudara perempuan saya," j awabnya.
"Apakah dia hilang dalam peperangan?"
"Dia diculik saat Perang Candu berkecamuk.
Aku tidak percaya saat sebagian orang mengatakan
bahwa dia dijual oleh Ibuku untuk biaya makan.
Semua itu bohong dan dusta!"
Raja merasa tidak punya kepentingan apa/apa
untuk mendengarkan kisah panglima ini.
Niglil " in
Tanki tan 35
"Tuan jangan risau, saya akan segera kembali
membawa berita gembira setelah menjumpai ulama
ahli hukum. Oleh karena itu, izinkanlah saya pulang
terlebih dahulu," baginda berkata sambil hendak
beranjak pergi.
N'Vajah panglima kembali berseri, lalu meneguk
anggurnya lagi tanda hatinya senang.
"Anda bebas dan bisa kembali ke Komul. Kita
akan banyak minum di hari pesta perkawinan nanti.
Kita akan banyak menyanyi dan menggeluti wanita.
Kita pun akan menyaksikan bangsa yang memiliki
keunggulan."
"Saya terus berperang di barat dan timur, dan
tentu selalu menang. Mati adalah masalah yang
remeh. Saya tidak perlu memikirkannya lagi karena
itu saya tidak perlu takut. Ribuan kali saya dihaclan g
m aut. Dan kenyataannya saya selalu menang melawan
maut. Sekarang, saya merasakan kemenangan. Dan
saya tidak akan lagi menoleh ke belakang. WTahai
Raja, kalian terlalu banyak memikirkan surga dan
neraka."
]engkel sekali raja ketika mendengar perkataan
panglima ini. Kemudian dia menghentikan langkah?
nya dan hendak memanfaatkan pernyataan panglima
itu untuk berdebat.
Night in
Night In Turkistan Karya Najib Al Kailani di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
36 Tuvlci, tan
"Karena dia adalah hakikat, wahai Panglima!"
"Apa itu hakikat?" tanya panglima.
"Hakikat itu seperti warna minuman yang Anda
pegang," jawab raja. Panglima pun mendengarkan
keterangan ini dengan wajah bingung.
"Seperti halnya surga dan neraka... Anda tidak
bisa melihat dan merabanya. Tapi, di sana, di surga
Allah, bisa dinikmati segala kenikmatan yang tak
terhingga. Dan aku akan merasakannya tanpa
minuman yang memabukkan itu."5a%
*** Niglil in
Turki, tan 37
Tatkala sang raja pulang dari
penjara menuju tempat persem'
bunyian kami, aku lihat penampilannya
sudah tidak seperti seorang raja lagi.
Pakaian kebesaran dan para pengawal
dengan baju kebesarannya pun tidak lagi
melingkupi diri raja. Tentu hal demikian
menjatuhkan mentalnya.
Beliau membisikkan pertanyaan kef
padaku yang sungguh aku tidak paham.
"Hai Musthafa, bila kamu menjadi
seorang raja, apa yang kamu inginkan
saat ini?"
Night in,
Tanki tan
Badanku gemetar dan lidahku kelu.
"Hai bodoh, jawab!" bentak raja.
Dengan terbatafbata aku pun menjawab.
"Semua titah Raja dipatuhi dan kebesarannya
tetap melekat di sekeliling Baginda."
Raja pun tertawa.
"Seorang raja akan selalu mendambakan
kebebasan bagi dirinya," ucap sang raja.
u. "
"Musthafa, sekarang lihatlah apa kebebasan
itu? Apakah aku sebagai raja di Komul ini harus rela
melihat musuh mencabikfcabik bangsa kita? Mereka
hendak menginjakfinjak agama dan harga diri kita!"
Dengan pernyataannya itu, seolah'olah akulah
yang berbuat seperti yang dikatakan raja. Tatapan
raja nanar ke arahku. Aku diam dan menunduk. Aku
biarkan raja mengeluarkan rasa marahnya. Raja pun
memandang ke arah gunung yang sangat jauh.
"Di sana, di lereng gunung yang jauh itu
berkeliaran para penggembala yang sesungguhnya
mereka adalah para pejuang yang tidak mudah
ditaklukkan. VVanita/wanita mereka tidak bisa
dikawini dengan kekuatan senjata. Mereka tidak
pernah takut selain kepada Allah. Kamu tahu,
Niglil in
Tuvki, tan 39
mereka biasa minum susu kambing dan menenun
bulu domba. Ivlereka hanya menyembah Allah dan
merekalah yang sesungguhnya pantas menjadi raja.
Aku ingin seperti mereka."
"Orangforang yang disebutkan tadi adalah
rakyat Tuan Baginda," kataku mantap.
"M usthafa, budak sahaya tidak memiliki rakyat!
Budak sahaya hanya memiliki kehinaan dan belenggu
yang nista!" jawab sang raja dengan gusar.
Kemudian raja pun masuk ke dalam istana.
Permaisuri dan putrinya merasa prihatin melihat
kondisi beliau.
Pada sore harinya, pertemuan penting dilaksanakan. Para ulama dan tokoh?tokoh masyarakat
hadir di dalam pertemuan itu. Aku menganggap
pertemuan ini merupakan peristiwa sejarah. Dan
dalam pertemuan itu, hadir pula Khajah Niaz. Wajahf
wajah mereka tampak serius dan tegang.
***-*
"Para hadirin, kita harus mencampakkan
pakaian kerajaan kita. Kita semua harus kembali
menjadi penggembala unta dan kambing. Dengan
cara itu, kita akan mampu mengobarkan kembali
api perjuangan. Kalau menerpai kemenangan, kita
Niglil in
40 Tanki tan
berhak menyatakan kepada umat bahwa kita adalah
pahlawan. Dan orang yang kalah tidak berhak
menganggap dirinya sebagai pengayom rakyat," ucap
raja menyampaikan gagasannya.
Raja berhenti berbicara, lalu dia menyuruh
Khajah Niaz mengemukakan gagasannya.
"Tuan/tuan sekalian, saya mend ukung sepenuhnya apa yang disampaikan raja. Untuk apa kita
menyandang berbagai sebutan kehormatan sebagai
ulama, tokoh masyarakat, pengayom, pelindung,
dan sebutan kehormatan lainnya, bila kita tidak
pernah berbuat sesuatu untuk melindungi mereka
dari penjajahan? Untuk itu, kita setujui saja tuntutan
panglima Cina itu!"
Orangforang yang hadir dalam sidang itu
terkesima mendengar gagasan Khajah Niaz.
Pernyataan yang baru disampaikan Khajah Niaz
bagaikan halilintar yang menyambar di siang bolong.
"Ya Allah...," teriak salah seorang ulama.
"Allah akan senantiasa bersama kita dan Dia
tidak akan menelantarkan kita," jawab raja.
"Bagaimana Allah menyertai kita bila kita
menginjakfinjak agama?z-Nya?" ulama itu mengulang
kalimatnya.
Night " in
Turki, tan 41
Keadaan ruang pertemuan menjadi gaduh.
Suara menggumam menyeruak di ruang sidang itu.
Masingfmasing kelompok berdiskusi dengan suara
riuh. Mereka tidak setuju dengan keputusan raja.
Kelompokkelompok itu pun menemui Khajah Niaz.
Dari jauh mereka tampak resah, bibirnya bergerak:
gerak dengan riuh, tangannya menunjuk ke suatu
arah, serta pandangannya pun hampa dan kosong.
Keesokan harinya aku diperintahkan raja untuk
menyampaikan surat kepada panglima Cina. Isi
surat itu berisi keputusan dari pertemuan kemarin
sore bahwa raja telah sepakat atas perkawinan
putrinya dengan panglima. Pesta perkawinan akan
diselenggarakan di istana raja. Undangan pesta telah
disebarluaskan ke seluruh perwira dan pemukapemuka Cina.
Panglima seolah tidak percaya menerima berita
itu. Dia benarwbenar telah mampu menundukkan
pertentangan agama dari orangorang Turkistan.
Kota Komul, untuk pertama kalinya dilanda
cemoohan yang menyerang raja dan para ulama
Muslim yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
Formalitas agama telah diremehkan, sungguh suatu
momen yang belum pernah terjadi karena telah
menimbulkan beban yang berat dalam jiwa para
Niglil in
42 Tanki tan
uiama. Akibatnya, ElmDLll berbagai KeiompOK pem
berontak yang menyatakan penolakan terhadap
fatwa/fatwa ulama. Raja memberi keleluasan kepada
mereka untuk beraksi dan meminta panglima agar
meerka tidak ditangkap, betapa pun beringasnya
perbuatan para pemberontak hingga mereka bisa
menyelesaikan sendiri amarahnya dan akhirnya mau
menerima kenyataan.
Pada malam itu, tamu:tamu besar datang ke
istana. Kota Komul bagai diselubungi tirai hitam.
Para pemuka kota Komul merasa tercekam seperti
akan terjadi suatu peristiwa yang dahsyat.
Putri raja mendatangi ayahnya dan berkata
padanya dengan tegas.
"Ayah, aku tidak mungkin menikah dengannya.
Bagaimana mungkin aku memilih untuk menuruti
keinginan ayah, sementara aku harus berbuat maksiat
kepada Allah. Allah lebih mulia daripada kita!"
"Sabarlah, putriku. Allah menghendaki ini
semua," raja berusaha mengendalikan keguncangan
perasaan anaknya.
"Allah hanya menginginkan kebaikan, Ayah!"
jawab anaknya.
Niqlil in
Tanki, tcm 43
"Semoga segala upaya kita untuk mengusir
penjajah itu sesuai dengan kenyataan yang kita
harapkan," jawab raja.
"Ayahanda, kita ada dalam perbedaan prinsip!
Mulai saat ini, aku telah lepas dari kekuasaanmu.
Demi diriku, aku berpihak pada yang lebih haq,
agama kita. Aku telah bebas darimu selaku ayah
sekaligus selaku raja. Aku akan pergi dari neraka ini!"
teriak sang putri raja.
Raja berusaha melunakkan hati sang putri.
"Bagaimana kamu bisa lari dari serigala?" sang
ayah mengingatkan putrinya.
Kemudian putri raja lari ke kamar. Dia merintih
dan menangis, terdengar menyayat sekali. Ibunya
mengintip dari celah pintu setelah ketukanf
ketukannya tidak mendapat sahutan. Melalui celah
itu, ibunya melihat sang putri sedang menghunus
pisau. Bibirnya seolah sedang berdoa memohon
ampunan Allah. Dengan gugup, permaisuri
memberitahu keadaan putrinya kepada raja. Secepat
kilat, pintu kamar itu dibuka paksa sebelum sang
putri menancapkan pisau ke tubuhnya.
Tak lama kemudian, rombongan panglima Cina
memasuki halaman istana diiringi grup musik, para
akrobator, serta penarifpenari Cina. Rakyat Komul
Night in
44 Tanki tan
menghindari pemandangan yang nista ini dengan
menjauhkan diri ke pinggir kota. Mereka shalat
berjama'ah dengan sembunyi'sembunyi di hutan
belukar seraya memanjatkan do'a bersama. Para
orang tua melakukan do'a bersama di masjid?masjid
sehingga jenggotnya basah oleh tetesan air mata
yang deras mengalir tak tertahankan. Sementara itu,
suasana di istana tampak meriah diramaikan oleh
rombongan tamu.
Panglima Cina mengangkat gelasnya, mengajak
tamu untuk meneguk minuman keras dan anggur
yang telah disediakan sebagai tanda persahabatan
antara bangsa Cina dan Turkistan. Penuh bahagia,
Panglima Cina itu dengan tamak meminum minuman
keras hingga hampir mabuk.
"Setelah kita melepaskan diri dari cengkeraman
tradisi kuno, kita akan sampai kepada zaman modern.
Orang/orang modern adalah orang yang bertuhan
pada dirinya sendiri. Mereka tak lagi dicekam oleh
hukum langit atau kekuatan gaib. Bila Ibuku yang
lugu itu menegurku, "jangan kamu lakukan itu
karena Tuhan tidak rela atas perbuatanmu," maka
aku akan berteriak di hadapannya, "Di mana Tuhan
itu? Aku lihat ibuku yang lugu itu meneteskan air
mata sambil mengangkat tangannya ke langit, ke
Niqlil in
Tanki, tan 45
empat penjuru atau ke arah patung yang berada di
dekatnya. Bila aku melihat Ibuku melakukan hal
seperti itu, aku selalu tertawa terbahak/bahak. Lalu
Ibuku melihat tajam ke arahku. Aku seolahfolah
berdosa besar. Ha... ha... ha... kasihan, dia telah mati.
Ketika mati, Ibuku memeluk boneka kecil. Arca/
arca itu kini telah aku jual dengan imbalan beberapa
kilo gandum. Ya, demikianlah, wahai kawan dan
sahabatku dari Turkistan. Mari kita minum demi
tertumpas/habisnya tradisi lama yang berbau busuk
itu. Kejayaan adalah untuk kita semua dan dewadewa harus tumbang!" urai si panglima.
Khajah Niaz mengepalkan tangannya, lalu
menoleh ke salah satu arah memberi isyarat kepada
seorang ulama. Tiba/tiba terdengar takbir secara
mengagetkan, "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar!" Lalu terdengar gemerincing pedang yang
dikeluarkan dari sarungnya. Suara letupan bedil
bersahutan. Mereka yang membawa senjata yang
mengawali pertempuran berdarah itu adalah penjaga
istana dan pengawal raja yang telah disiapkan untuk
meruntuhkan pasukan Cina yang sedang lengah
oleh minuman keras dan rasa gembira. Dalam waktu
relatif singkat, panglima Cina beserta para perwira
dan pembesarnya mati bergelimpangan bercucuran
Niglil in
46 Tanki tan
darah. Tidak lama kemudian, seluruh rakyat bangkit
mengejar dan menumpas tentara Cina. Rakyat
Komul segera membebaskan para gadis serta para
orang tua yang ditahan oleh penguasa Cina. Sebagian
dari tentara Cina yang tidak sempat lari meminta
clikasihani dan menyatakan masuk Islam.
"Saat ini, aku tidak malu untuk menyatakan
bahwa diriku ini adalah seorang raja," kata Raja
Komul kepada putrinya.
"Tapi, mereka tidak akan membiarkan kita
lolos!" putrinya yang menjadi sebab pertumpahan
tlatah itu pun mengingatkan.
Raja pun tertawa.
"Aku akan menjadi raja selama nyawa masih
Night In Turkistan Karya Najib Al Kailani di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dikandung badan. Aku tidak akan menanggalkan
senjataku lagi. Aku tidak mengenal kata "kalah". Ya,
perjuangan harus sampai menang atau mati. Inilah
satu'satunya jalan yang harus aku tempuh; aku hidup
sebagai raja dan mati pun sebagai raja. Dan yang
terpenting, aku menghadap Allah dalam keadaan
Muslim!" tegasnya.%3
* ***
Night " in
Turki, tan 47
ahaya kemenangan memancar
ke seluruh pelosok bumi.
Bendera kemenangan berkibar di Komul.
Berita mengenai balas dendam yang
dipimpin Raja Komul dan didampingi
Khajah Niaz, dalam waktu singkat
telah tersebar ke seluruh pelosok
Turkistan Timur. Negeri/negeri tetangga
mendengar pula peristiwa pertumpahan
darah di Komul ini. Aku segera aktif
bertempur. Aku merasa pertempuran
yang lebih hebat akan segera terjadi.
Pembalasan dari pemerintah Cina pasti
akan dilakukan.
Night. in
Tanki tan
Aku mulai berpikir tentang masalah kematian
dan kehidupan. Apabila semua yang berada di muka
bumi ini akan mengalami kemusnahan, mengapa
aku harus takut mati dalam peperangan untuk
mempertahankan kehormatan dan memuliakan
agama? Dan apabila imbalan para syuhada adalah
surga, mengapa harus takut mengalami siksaan
dari musuh? Para ulama selalu menekankan kepada
kami bahwa kita adalah umat yang terbaik di
antara umatwumat lainnya. Dan telah aku buktikan
di depan mata sendiri betapa bangsa Cina sanggup
menganiaya sesama manusia untuk kepentingan
nafsu pribadinya.
'saa a se an er ai eii 13211C?ln
Di t ku (] gm ent gkikldt 11
kematian ini, tibaftiba ada suara yang mengejutkanku.
11 an ra suara aama .
R p ) N 0 b
"Aku melihat dirimu begitu perkasa, menghunus
pedang dengan tangkas kepada musuh/musuh kita.
Engkau benarfbenar pahlawan sejati. Aku terkesan
oleh ketangkasanmu," puji N agmah.
"Nagmatullail, carilah suami yang sesuai dengan
seleramu," ucapku sinis.
"Tipe lakiflaki seperti kamulah yang aku cari,
Musthafa," katanya terus terang.
Nkjlil in
Turki, tan 49
"Yang aku lihat sekarang adalah perang telah
berada di ambang pintu dan pertempuran darah
tidak mungkin terelakkan lagi," jawabku seraya
mengingatkan Nagmah pada situasi genting.
"Dan memang kemarin aku masih punya hasrat
untuk segera menikah karena negeri ini belum terlihat
membutuhkan panggilan untuk berjuang,"
"Peperangan tidak menghalangi kita untuk
menikah, Musthafa," desak Nagmah.
"Nagmah, malam ini bukan waktunya untuk
membicarakan tentang pernikahan," Aku merasa
ingin menghindar dari Nagmah.
"Lalu kapan, Musthafa?" tanya Nagmah.
"Allah lebih tahu," jawab Musthala singkat.
"Sebenarnya siapa di antara kalian yang
menyebut dirinya sebagai pejuang? W abai Musthafa,
perang tidak harus menghentikan semuanya! Apakah
para penggembala harus melepaskan kambing
dan untanya hanya karena berjuang? Apakah para
wanita muda harus menunggu perang usai untuk
melaksanakan pernikahan? Apakah harus demikian
N'lusthafa? XfVahai pejuang, haruskah para petani
menghentikan usahanya bercocok tanam karena
ada peperangan? jika benar demikian, kalian semua,
Night in
50 Tanki tan
para pejuang yang mengatasnamakan agama, adalah
pejuang yang kerjanya seperti rahib mandul yang
hendak menyelesaikan perang di dalam pagoda
kosong!" ucap Nagmah dengan geram.
Ungkapan Nagmah dengan intonasi menekan
ini memengaruhi jiwaku. Aku merasa bergetar
mendengarnya. Setiap hurufnya bagai merekahkan
kebenaran. Keringatku meleleh dari dahi. Uratfurat
sarafku yang tegang sedikit demi sedikit mengendur.
Kedua mataku menerawang ke pegunungan yang
hijau. Sinar bulan yang keemasan malam itu terlihat
begitu indah. Aku pun mulai dapat menghirup udara
segar di sekeliling.
"Aku mencintaimu, Nagmah. Percaya dan
yakinlah!" kataku tulus.
"Kapan kamu bisa membuktikan cintamu itu?"
tanya Nagmah lebih yakin lagi.
"Lebih dekat dari dugaanmu," jawabku.
Usai berkata demikian, aku mendengar gerakan
dan ringkikan kuda. Aku baru sadar bahwa malam
ini akan dilaksanakan musyawarah besar yang
membahas strategi untuk menahan arus reaksi dari
lawan.
"Nagmah, sebaiknya kamu cepat pergi," pintaku
***-*
Niglil " in
Tanki, tcm 51
Dalam pertemuan itu, turut hadir para tokoh
masyarakat, ulama, ahli pikir, perwira, juga utusan
dari Provinsi Turkistan Timur.
Raja Komul membuka pertemuan itu dan
memberi penjelasan atas terjadinya peristiwa yang
baru saja terjadi.
"Penguasa Cina menolak untuk mencabut
peraturan yang mereka buat. Kita harus tanggap
terhadap isi peraturan yang mereka buat. Ke mana
arah maksud mereka. Tidak ada kompromi untuk
melunakkan pelaksanaan undang'undang yang
mereka buat, dan tentu kita semua, rakyat Turkistan,
tidak akan mungkin dengan rela menuruti kehendak
kaum kafir yang jelas/jelas hendak mengubah
keyakinan agama kita. Karena itu, kami pun terpaksa
menggunakan kekerasan untuk menghadapi mereka,"
jelas sang raja.
Sebagian orang yang hadir berpendapat bahwa
tindakan raja itu berisiko besar.
"Orangforang Turkistan pasti akan mendapat
serangan balik dari mereka, padahal persenjataan
kita sangat minim, bahkan tidak punya sama sekali.
Nah, bukankah ini justru akan menyengsarakan
rakyat kita sendiri?" demikian pendapat mereka.
Night in
57- Tuvki tan
"Sebaiknya kita mencari jalan yang agak lunak
dengan cara mengirimkan delegasi ke penguasa
tertinggi Cina untuk merundingkan pengurangan
tekanan dan menghapuskan seluruh peraturan
yang kontradiktif dengan keyakinan kita. jika
memungkinkan, kita sebaiknya memakai jalan
diplomasi," usul yang lain.
Mendengar usulan ini, Khajah Niaz pun marah.
"Wahai kawan semua. jika kalian mengutus
delegasi ke sana, yang kembali hanyalah berita
pembantaian yang dilaksanakan layaknya mem?
bantai hewan. Bangsa Cina tak mungkin memaafkan
apa yang telah terjadi di Komul. Bila kalian berbicara
tentang kekuatan Cina yang lebih dari empat ratus
juta manusia, seolah? olah kalian menjadi juru bicara
penguasa Cina, bukan sebagai pejuang lslam. jika
dibandingkan dengan jumlah kekuatan pasukan
mereka, demi Allah, Islam tidak akan menyebar
di dunia ini dan bendera Islam tidak akan sampai
berkibar di bumi Turkistan ini. Kalau cara berpikir
kaum Muslimin angkatan pertama seperti cara
berpikir kalian ini, sungguh Islam tidak akan pernah
menang dan kita tidak mungkin ada. Seolah'olah
kalian tidakpernah membaca ayat Alla11,'Bcr'c1pc1banyak
terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan
Niglil in
Tanki. tcm 53
yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orangorang
yang sabar." Kita harus berani memaksa musuh untuk
menghormati agama kita. Sungguh, musuhmusuh
kita telah benar?benar menjajah dan membelenggu
kemerdekaan kita! Kita akan menjadi manusia yang
kehabisan daya bila tidak selalu mengingatkan diri
pada semua peringatan kemenangan yang terdapat
di dalam Aleuran! Demi Allah aku bersumpah,
aku akan berhasil memenangkan perjuangan untuk
membela agama ini hingga mati syahid! Siapa yang
merasa dirinya Muslim, hendaknya mengikuti aku!"
Usai berkata demikian, Khajah Niaz keluar dari
istana menuju gudang tempat penyimpanan senjata
yang diperoleh dari serdadufserdadu Cina yang
terbunuh. Serentak orangorang mengikuti langkah
beliau. Dan aku pun segera ikut dalam semangat
berjuang. Aku lihat mereka bersemangat membela
agama dan bangsa di tengah/tengah rasa putus asa.
Tak seorang pun kini yang menghiraukan ancaman
Cina. Masingvmasing orang mendahului lainnya
mengambil senjata dan mengisinya dengan peluru.
Sejak saat itu, rupanya image tentang ancaman Cina
mereka letakkan di bawah telapak tangan. Orang
yang suka menggunakan jalan diplomasi untuk
menyelesaikan konllik menggangap bahwa tindakan
Night in
54 Tanki tan
ini sangat gegabah. Sementara itu, para revolusioner
beranggapan tidak satu kekuatan pun di muka bumi
ini yang mampu membungkam arus pemberontak
kaum Muslimin. Mereka yakin bahwa perang
hukumnya fardhu "ain. Perang harus dilanjutkan
betapa pun kekuatan tiran kafir yang menjadi musuh
akan menekan kita. Menang atau kalah itu ketentuan
Allah. Apalah artinya mati bagi pejuang yang mem'
bela agama?!
Para penggembala mengumandangkan lagu
perjuangan. Para petani yang biasanya memanggul
cangkul kini turun memanggul senjata. Dari menara
istana, aku lihat jalanan penuh dengan manusia.
Dengan segera aku pun turun. Sesampainya di bawah
aku bertemu dengan Nagmah.
"Mengapa kamu ada di sini, Nagmah?" tanyaku.
Bulu mata Nagmah basah kuyup oleh air mata.
Dia pun balik bertanya dengan suara sedih.
"Kamu ikut berjuang?"
"Kamu kira, Musthafa ini mau tinggal di sini
mematoki kuda dan menggembala domba, sementara
yang lain berjuang dengan segala daya?" jawabku
ketus.
Dia memandangku lama.
Night " in
Tanki, tcm 55
"Hatiku mengatakan bahwa kita tidak akan
bertemu lagi," ucap Nagmah.
Nagmah menciutkan nyaliku.
"Nagmah, cinta sejati adalah cinta yang bisa
membangkitkan semangat, yang menghidupkan api
semangat dari keputusasaan, yang mampu mengusir
segala ketakutan dan kekhawatiran, bukan yang
menakutfnakuti dan membuat orang lemah dengan
kecemasan. Apa kamu mengerti, Nagmah?" ueapku
berang.
"Pulanglah ke istana menemani sang permaisuri
dan keluarganya. Aku akan segera berangkat
menyusul mereka!" perintahku selanjutnya.
Para pria keluar dari rumahnya masingmasing
bagai bertaburannya pahlawan sejati. Negeri ini
terasa haus oleh napasfnapas yang memburu dari
para pahlawan yang pergi bergegas ke medan perang.
Perang menempa mereka menjadi manusia yang
teruji. Hanya prialah yang benar?benar menang
melawan musuh kafilah hingga berhak mendapat
sebutan "bunga bangsa". Dan yang pantas mendapat
sanjungan sebagai pemberani hanyalah lakiflaki yang
bisa merebut kembali harga diri negerinya.?i?
***-*
Night in
56 Turki tan
Night in
Turki, tcm
S ang putri, yang menjadi pangkal
pertumpahan darah di Komul
itu, pun hendak ikut berangkat ke medan
perang. Namun, ayahnya mengatakan
bahwa perang ini ialah tanggung jawab
kaum laki/laki.
"Putriku, kamu tahu bahwa seorang
lakiflaki akan siap menghadapi musuh.
mampu memenangkan pertarungan ini,
Night In Turkistan Karya Najib Al Kailani di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan rela menjadi syuhada? Percayalah
itu, putriku! Kaum wanita sebaiknya
mencari tempat persembunyian yang
aman," raja berusaha melunakkan tekad
putrinya. . !'
Kaum laki/laki dari segala penjuru telah
mengatur siasat perjuangan di bawah komando
Panglima Khajah Niaz. Pasukan Cina datang
membelah kekuatan pasukan Islam, namun ternyata
merekalah yang berantakan ke tiap barisan. Tentara/
tentara Cina yang terperangkap di dalam kekuatan
pejuang Muslimin berusaha mencari keselamatan
jiwa dengan menyatakan bahwa dirinya bersedia
masuk Islam. Rusia mengamati peristiwa ini. Ia
mengintai untuk mencari peranan pada pihak yang
dapat menguntungkan dirinya. Dengan segera, Stalin
meminta penduduk jajahan Rusia untuk membantu
perjuangan pemberontak di Turkistan Timur. Rusia
mengutus delegasi untuk menemui Khajah Niaz
dengan maksud hendak memberi bantuan senjata.
Khajah Niaz mempelajari penawaran ini bersama
stafnya. Dan sudah kuduga bahwa bantuan mereka
ditolak.
"Aku tahu apa yang dikendaki Rusia. Di balik
kebaikannya yang seolah hendak membantu kita,
sebenarnya mereka akan menanamkan pengaruhnya
kepada kita. Kemerdekaan kita hendak dirampas
olehnya karena telah lama mereka berambisi ingin
menguasai hasil negeri kita."
Niglil in
58 Tanki tan
"Ivlengapa kita tidak membina kerja sama saja
dengan Rusia sehingga kita bisa mengalahkan Cina?"
sela salah seorang pengikut Khajah Niaz.
"jika kita tidak mampu membebaskan tanah air
kita dengan kekuatan diri sendiri, kita tidak berhak
untuk mengaku merdeka! tegas Khajah Niaz.
Orang itu berkata lagi, "Tapi, musuh kita jelasf
jelas kejam dan kekuatannya tidak sebanding dengan
kekuatan yang kita miliki! Mengapa kita tidak
mencari sekutu?"
"Tenang, kawan! Ketahuilah bahwa Rusia
adalah lawan kita juga. Rusia memang berpura/pura
menawarkan jasa baik kepada kita sebab mereka
menyaksikan kekuatan kita. Mereka memberikan
bantuan yang sifatnya kecil, namun menuntut
imbalan yang sangat besar. Orang/orang kafir adalah
satu kelompok. Persekutuan yang paling agung
adalah persekutuan kita dengan sesama Muslim
yang berada di barat, timur, utara, atau di selatan.
Persekutuan inilah yang berada di bawah naungan
Allah. "Hai orang'orang yang beriman, janganlah :alian
mengangkat musuh/Ku dan musuh kalian menjadi teman/
teman setia." Bukankah demikian pesan Allah dalam
AlfQuran?" jelas Khajah Niaz menyangkal usulan
stafnya.
Niglil " in
Turki, tan 59
"Kami ucapkan terima kasih atas maksud baik
Anda. Tapi, kami telah bertekad untuk menumpas
musuh dengan kekuatan sendiri," ucap Khajah Niaz
pada ketua rombongan delegasi.
"Kami telah menerima informasi akurat bahwa
Peking akan mengirimkan pasukan secara besar,
besaran untuk menindas kaum pemberontak. Apakah
Anda tidak memperhitungkan kekuatan lawan?"
ucap sang ketua delegasi.
"Oh, tentu kami memperhitungkan kekuatan
lawan. Tapi, ketahuilah bahwa kami tidak menerima
bantuan bersyarat dari Tuan. Keputusan kami tetap
untuk menolak bantuan laskar, ahli peperangan, dan
misi perdagangan negeri Tuan agar bisa beroperasi di
negeri kami. Pemberontakan ini telah menentukan
sikapnya sendiri!" jawab Khajah Niaz.
Gejolak revolusi kian berkobar. Rakyat menyebar
ke seluruh daerah. Kehebatan dan keperkasaan para
pejuang Islam mampu menggoyahkan benteng Cina.
Penguasa Cina di Turkistan Timur terancam akan
tertangkap. Dia pun diimpit kebingungan. Rupanya,
Rusia selalu mengintai situasi yang membuat dirinya
berperan. Rusia tahu persis krisis yang diderita oleh
Cina. Dan benar, Cina terpaksa meminta bantuan
Niglil in
60 Tanki tan
kepada Rusia. Tentu Rusia benarfbenar mendapat
peluang untuk memainkan peranannya dengan
empuk. Rusia memenuhi permintaan Cina dengan
membuat perjanjian bersyarat. Perjanjian itu antara
lain berisi bahwa Rusia mendapat imbalan berupa
keleluasaan orangorang Rusia untuk keluar masuk
daerah penduduk Cina tanpa pemeriksaan.
Pertempuran kian dahsyat. Gerakan perang
pun mencapai daerah pegunungan, lembah, dan
padang ternak. Aku menyaksikan orangorang Cina
menggunakan berbagai senjata dari Rusia. Kotakota di bawah penguasaan Cina pun kini telah
dimasuki serdadufscrdadu Rusia. Bukan hanya itu,
Rusia selalu mempropagandakan anti perjuangan
kemerdekaan. Mereka menyebarkan buku ideologi
komunis dan berusaha menyogok para pembesar
pembesar kami, bahkan dengan terangfterangan
mengajak Khajah Niaz. Heran, padahal orangforang
ini kemarin menemui Khajah Niaz untuk menjalin
kerja sama. Sungguh laknat perbuatannya itu. Yang
lebih licik lagi, Rusia mengadu domba kelompok satu
dengan lainnya, serta menyebar fitnah antarwarga
masyarakat Turkistan. Senjata Rusia tampaknya
semakin menancap kuat pada Cina. Rusia pun
Niglil " in
Tanki, tan 61
berhasil merusak pemikiran dan melemahkan
kekuatan bila kami lengah sedikit saja. Akibatnya,
korban pertempuran kian berjatuhan, dan rupanya
inilah yang dikehendaki mereka. Ribuan pejuang
kami gugur, padahal kami membutuhkan kekuatan
yang lebih besar serta membutuhkan persenjataan
yang lebih lengkap untuk meneruskan peijuangan
ini. Kekuatan Cina yang dibantu Rusia kian tangguh
sehingga dengan terpaksa kami menarik pasukan ke
daerah pegunungan untuk beristirahat sejenak.
Penguasa Cina tentunya dapat berunjuk gigi
setelah pastikan kami mundur dan bersembunyi ke
guafgua, pegunungan, dan desa. Khajah Niaz terus
memompakan semangat juang kepada kami.
"Peranglah, wahai Mujahidin! jangan putus
asa! Ada hari kemenangan untuk kita. Kita telah
bersumpah kepada Allah tidak akan menyerah. Kita
akan mati syahid!"
Khajah Niaz berhenti sejenak. Matanya
memandang awan yang menyelimuti gunung, lalu
melihat ke bawah memandang dataran rumput
peternakan yang luas. Beliau tampak murung, tapi
tibaftiba mengembangkan sedikit senyum dan
melanjutkan pidatonya.
Night in
62 Tanki tan
"XNahai kawan semua, bukankah telah kalian
saksikan sendiri bahwa kemarin Rusia datang pada
kita menyatakan pembelaannya dengan menawarkan
berbagai bantuan persenjataan dan bantuan lainnya.
Lalu hari ini kita lihat mereka menyediakan senjata
untuk musuh guna menumpas kita. Belum yakinkah
bahwa mereka turut andil dalam mengoyakfngoyak
kita seperti sekarang ini?"
Sambil tertawa, Khajah Niaz membeberkan
kenangan lama. Rupanya ia hendak mengingatkan
kami dari kelengahan perjuangan untuk menumpas
dan mengusir habis mereka dari bumi Turkistan.
"Wahai kawan semua, kalian tidak perlu sedih.
Sejak dulu Kristen telah berusaha menghabisi kita,
namun Rusia lebih dahulu yang mengacakzacak kita.
Golongan Kristen tidak pernah lupa bahwa para
pejuang kita banyak membantu Turki dan membantu
dunia Islam dalam Perang Salib. Negeri kita ini
menincT
Cgalkan kenangan masa lalu dan peradaban
yang tinggi. Banyak sebab yang menjadikan mereka
ingin menjajah kita dan yang paling utama adalah
bahwa kita adalah kaum Muslim!"
Selama berbulanfbulan kami berada di peguf
nungan dalam keadaan menderita. Tenaga/tenaga
Niglil '" in
Tanki, tan 63
baru selalu ditempa untuk mampu mengamati
keadaan,mengatursistemperanggerilyadancara-fcara
menyebarluaskan penanaman ranjau. Setelah kami
menyiapkan seluruh perbekalan untuk penyerbuan
besarfbesaran, Khajah Niaz menginstruksikan segala
sesuatu yang harus kami lakukan. Kemudian kami
pun menyebar ke kota untuk memperoleh informasif
informasi penting, mempelajari situasi lawan, dan
mencari titik lemah mereka. Saat itulah aku mend apat
bintang kehormatan dari Panglima Khajah Niaz.
"Mushtafa, kamu selalu menunjukkan sikap
sebagai pejuang teladan. Dan saya akan menyemat/
kan penghargaan ini di bahumu. Selanjutnya,
segeralah kamu kembali ke medan perang bersama
pasukan lain karena rasanya tidak ada waktu lagi
bagi kita!" ucap Khajah Niaz.
Tanpa membuang-vbuang waktu, kami segera
menyebar ke seluruh pelosok kota secara sembunyisembunyi. Kota Komul diliputi kabut hitam. Duka
nestapa selalu menimpa penduduk. Dan di kota
Kashgar tidak aku temui seorang pejuang pun.
Barangkali mereka bersembunyi ke pegunungan,
atau pura/pura membantu tentara Cina, atau bisa
juga menyelundup ke KGB ?badan intelijen Rusia?.
Niglil in
64 Tuvlci_ tan
Sukar sekali untuk mendeteksi secara nyata jika
mereka ini berada di tengahftengah kekejaman dan
kediktatoran yang zalim, yang sama sekali tidak
mengenal kasih sayang.
Pemandangan di kota Urungi telah berubah.
Hampir tidak terlihat lagi wajah penduduk Turkistan.
Yang tampak ialah wajah 'wajah orang Cina dan
Rusia. Sungguh penyerbuan yang dikendalikan oleh
setan! Kepalaku pusing akan situasi ini. Demikianlah
data yang berhasil aku kumpulkan dari wilayah satu
ke wilayah lainnya.
Akhirnya, aku sampai ke kota Komul, kota
tempat tinggalku dulu. Tibaytiba aku teringat pada
gadis yang bernama Nagmatullail. Di mana dia?
jiwaku terasa tersiksa. Aku merasa terlalu berat
menyandang lencana yang disematkan oleh Khajah
Niaz. Aku merasa tidak pantas mengenakannya.
Tidak ada manfaatnya bintang kehormatan itu bila
para penduduk banyak yang mati digantung.
Napasku terasa sesak melihat musuh yang
sangat kejam. Walaupun begitu, aku terus mencari
Nagmatullail. Aku memasuki istana raja Komul;
istana yang penuh kenangan. Di sinilah cintaku mulai
mekar. Perasaan sentimentil melingkupi jiwaku.
Niglll " in
Tanki, tan. 65
Antara marah, cinta, kenangan, dan kenyataan.
Aku lihat istana ini seperti bangunan peninggalan
zaman purba. Istana ini tidak terpelihara, tampak
usang. Tiang pancangnya yang menjulang tinggi,
yang merupakan peninggalan masa lalu, kini sudah
lapuk. Semuanya tampak tua dan sakit. Lalu, aku
pun bertemu dengan seorang nenek.
"Apakah lbu pernah bertemu dengan seorang
gadis yang bernama Nagmatullail?" tanyaku.
Ibu itu mengangkat kepalanya. Dengan kedua
matanya yang sayu, dia memandangku, "Saya sudah
tinggal di sini sejak seratus tahun yang lalu, tapi saya
tidak pernah mendengar nama itu."
Dengan memakai tongkat, dia berjalan tertatih,
tatih, matanya pun berkedip tak tahan terkena sinar
matahari. Kemudian dia balik bertanya kepadaku,
Apakah kamu orang asmg?
"Saya dilahirkan di kota ini," jawabku.
Air mata sang nenek mulai menetes. XVajahnya
membayangkan kesedihan. Dengan suara tertekan
dia pun bercerita.
"Saya kira kamu datang dari pegunungan. Saat
ini saya sedang menanti anakku yang ikut berjuang.
Alangkah senangnya hatiku bila ada orang yang bisa
Night in
66 Tanki tan
membawa mereka ke hadapanku, ke hadapan ibunya.
Saya dan anak-anak perempuan yang kini menjadi
janda sedang menanti mereka. Suami anak'anak saya
dibantai oleh tentara Cina dan Rusia. Mereka seperti
membantai kambing. Terkutuklah mereka! Benar,
benar orang kafir mereka itu!"
Usai mendengarkan cerita nenek yang tragis
itu, aku lalu menelusuri lorongflorong kota Komul
yang kini telah terjajah. Tiba/tiba mataku bersitatap
dengan seseorang yang sepertinya pernah aku kenal
dekat.
Night In Turkistan Karya Najib Al Kailani di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Manshur Darga!" aku tegur dia dengan histeris.
Dia pun mendekatiku.
"Musthafa Murad Hadrat?" ucapnya.
"Ya, aku Musthafa Murad Hadrat," jawabku.
Kami saling berpelukan. Terasa jiwaku yang
hampir kehabisan daya seketika itu pula kembali
bersemangat setelah bertemu teman lamaku ini.
Seorang teman adalah ruh semangat sekaligus
kenangan masa lalu. Seorang teman selalu menjadi
bagian dari perjalanan hidup seseorang. ltulah pijarpijar jiwaku. Manshur menuntunku ke tempat
tersembunyi yang aman dari penglihatan orang.
Kemudian kami pun duduk.
Niglil in
Tanki, tan 67
"Bagaimana keadaanmu sekarang, Manshur?"
tanyaku tak sabar untuk mengetahui keadaan
pribadinya. Manshur Darga menarik napas panjang.
Dia lalu bercerita mengenai perjuangan, bukan
mengenai keadaan pribadinya.
"Para pemberontak dibantai di daerah Ili, Aksu,
dan Tshowshok. Dan kota Shahbar bagaikan penjara
tempat pembalasan dendam. Begitu juga Kutshar
dan Altai diliputi kediktatoran. Orang Rusia itulah
otak pembantaian ini. Mereka bukan saja ahli dalam
berperang dan berdagang, namun pintar pula dalam
propaganda, keji dalam penyiksaan, pembantaian,
dan penindasan terhadap umat Islam."
Air mata Manshur mengalir deras membasahi
pipinya.
"Apakah Allah ridha dengan perbuatan itu?"
ucapnya keras.
"Tentu tidak, Manshur," kataku lunak hendak
memadamkan orang yang sedang marah.
"Tapi mengapa Allah membiarkan kita disiksa
dan terhina seperti ini, Iyiusthafa? Mengapa kita
dibiarkan kalah?" amarah Manshur ditujukkan
kepada Tuhan. Tentu aku harus menolong untuk
menyeimbangkan imannya.
Niglil in
68 Tanki tan
"Manshur, betapa pun yang Dia kehendaki, tapi
Dia tetap Maha Adil."
"Mengapa keadilan'Nya tidak melindas habis
kaum kafir itu!"
Aku pegang lengan Manshur dengan lembut dan
terus berusaha memadamkan amarahnya.
"Demi keadilan'Nya, kita harus menampakkan
bahwa kita benarfbenar Muslim sejati sehingga Allah
memihak kepada kita dengan memberi kemenangan,"
ucapku.
Manshur menggelengkan kepalanya bertubi:
tubi. Dia belum bisa menerima keadaan.
"Ya, kamu benar Musthafa. Banyak golongan
kita yang berkhianat bekerja sama dengan musuh."
Manshur benarbenar dicekam rasa putusasa. Lalu,
aku bangkitkan lagi kalimatzkalimat yang mampu
membuatnya bangga kepada agama dan kaumnya.
"Mereka yang berkhianat jumlahnya hanya
sedikit," ucapku yakin.
"Barisan pengkhianat itu masih ditambah lagi
dengan orang/orang oportunis, mereka yang enggan
berjuang. Orang oportunis itu seperti manusia yang
tidak berdarah. Mereka hanya menjadi benalu!" tukas
Manshur.
Niglll " in
Tanki, tan. 69
"Oportunis terdapat pada setiap umat," kataku
menyanggah prasangkanya.
"Akan tetapi, ada juga dari kalangan kita yang
kafir kepada Allah. Mereka meyakini filsafat komunis
yang secara intensif dipropagandakan oleh Moskow,"
M anshur masih menyesali.
'Vlanshur diam sejenak, lalu menoleh dan
menatapku dengan tajam.
"Ada juga rupanya kaum perempuan kita yang
memiliki rupa cantik, namun hatinya membusuk.
Mereka berkhianat!" ucapnya sinis.
Aku terhentak kaget mendengar penuturan
Manshur ini. Dadaku berdegup, namun aku segera
menguasai diri lagi. Kembali aku membesarkan
jiwa Manshur yang benarbenar telah lunglai bagai
orang yang mau bunuh diri meski tindak'tanduknya
tidak menampakkan mau menjerat, menembak, atau
melukai badannya. Bicaranya itulah yang sedang
memedang dan menorehi ruh keyakinannya.
"Dengar kata'kataku ini, Manshur. Rakyat kita
tetap dalam kondisi yang baik. Para pengkhianat
hanya sedikit saja di antara orangorang yang berani
dan sabar. Mereka yang lemah imannya karena tidak
tahan siksaan musuh, terbuai dengan imingfiming
Niglil in
70 Tanki tan
materi dan kedudukan, itu pun hanya segelintir orang
saja. Sedangkan kaum perempuan yang terperosok
ke dalam perbuatan najis itu hanya demi sesuap nasi
karena tidak ada lagi perlindungan terhadap jiwa
mereka. Aku yakin hanya setitik debu saja di antara
Muslimah yang masih suci memelihara keyakinan
dan tubuhnya. Yakinlah apa yang aku katakan ini!"
"Percayalah, kita tidak akan menuju ke arah
yang tidak jelas. Kita tidak sedang terkoyak,
koyak sehingga wujud kita tidak bisa dikenali lagi.
Percayalah bahwa kita bukan manusia tanpa daya."
Aku benarfbenar meyakinkan manshur.
Sebelumnya, aku mengenal Manshur sebagai
orang yang idealis. Dia punya keahlian dalam bersyair
dan enaetahuan tentan hadits Imam AlzBukhari
D L pun sangat dikuasainya. Kini, dia sulit menerima
kehancuran neUerinfa dan masih mencanaankan
O 0 O
kejayaan agamanya di masa silam. Dia benar/benar
menolak kenyataan ini.
"Bukankah situasinya kian membuat si sakit
bertambah sekarat?" ucapnya geram.
"Lalu bagaimana penyelesaiannya?" tanyaku
pura/pura ikut kesal dan putus asa.
Niglil in
Turki, tan 71
Manshur mengatupkan daun bibirnya seakan
men ahan emosi yang berat.
""Satu/satunya jalan penyelesaian hanyalah
maut!" ucapnya.
"Lalu, mati yang bagaimana yang kamu
inginkan?" tanyaku dengan perasaan khawatir.
Aku lihat bola mata ?vlanshur bergerak ke
sana kemari karena gelisah, seolah ingin menguak
hatinya sendiri dan agar pikirannya terbongkar.
Dia ingin menepis bayangan kejayaan masa lalu
negerinya dengan berusaha menerima kenyataan.
Aku menunggu jawaban N'Ianshur dengan resah.
Tidak bisa aku bayangkan bila jawaban Manshur
benar/benarjawaban orang yang telah menanggalkan
keyakinannya. Dia benar'benar bagai orang lumpuh.
"Musthafa, kita harus mati seperti m atinya para
syuhada!" jawabnya.
Setelah mendengar jawabannya, aku dekap dia
sambil berlinangan air mata tanda bersyukur.
"Saat ini, kita satu hati, sahabat!"
"Aku sudah siap bergabung dengan kalian untuk
berjuang. Aku ikut denganmu ke pegunungan,"
katanya dengan mantap.
Night in
72 Tanki tan
"Esok pagi kita segera berangkat dan bergabung
dengan mereka. Kami merencanakan untuk mengaw?
dakan serangan secara besarfbesaran," ajakku.
Malam itu aku bersama N'Ianshur menelusuri
kota Komul. Dari pengontrolan kota ini, aku
menangkap kesan bahwa rakyat benarfbenar telah
jemu dengan tirani jin Shurin dan tipu daya Rusia.
Tidak ada alternatif lain bagi rakyat kecuali hijrah ke
pegunungan.
Aku segera melapor kepada Panglima Khajah
Niaz. Api pemberontakan dinyalakan lagi. Tiba
saatnya aku berpisah dengan Manshur untuk
menjalankan tugasnya masingmasing. Sebelum
berpisah, Manshur berbisik kepadaku.
"Mengapa kamu tidak menanyakan Nagmah?"
Aku seUcra memerhatikan vertan raann fa.
O Kutatap dia dengan seksama.
"Di mana dia sekarang?" tanyaku penuh harap.
Nfianshur menyeringai, namun wajahnya seke
tika berubah sedih.
"Dia... telah menikah," katanya mengejutkanku.
"Bagaimana mungkin? Kamu bercanda kan?"
tanyaku tak percaya.
Niglil in
Tuvki, tan 73
"Dengarlah, wahai sahabat. Ketika keluarga raj a
hi'rah dari istana, keluarga istana "adi berantakan.
C) Semua orang pergi berperang. Nagmah tertangkap
perwira Cina, kemudian dinikahinya," jawabnya.
"Aku belum mengerti apa yang kamu katakan."
"Ya, salah seorang perwira Cina tertarik
kepadanya. Ah, sudahlah, kita tak usah memperbin/
cangkan 1nasalahini.Tidak ada gunanya kita bersedih
karena peristiwa ini. Mari kita melupakannya,
sahabat!" jawabnya lagi.
Sejak mendengar hal itu dari Manshur,
kegembiraanku menjadi padam. Aku seolah
tenggelam ke suatu tempat yang benar/benar
menenggelamkanku. Tempat itu berisi ular dan
makhluk yang mengerikan hingga membelit?belit
tubuhku. Aku merasa tidak berdaya untuk keluar
dari cengkeraman mereka. Aku sadar, benarfbenar
mataku tidak terpejam, namun cahaya pekat seakan
datang dan menyelimuti pandanganku. Mimpi buruk
ketika kecil bagai hadir kembali. Ya, aku pernah
mengalami hal seperti ini, tapi itu di dalam mimpi.
Kini, bermimpikah lagi aku?
"Wahai Nagmah, masihkah aku memercayai
tetesltetes air matamu? Tidak. Sekarang perasaan
Niglil in
74 Tanki tan
muaklah yang menyeruak dalam dada bila aku
mendengar namamu. Kamu telah mangsakan dirimu
kepada serigala Cina itu. Lalu bagaimana aku harus
mengutuk perbuatanmu itu? Bagaimanakah Nagmah?
Dan mati yang bagaimana yang kamu inginkan?"
gumamku dalam hati.
"Besok kita siap berangkat ke pegunungan!"
ucapku pada N'lanshurfoa'o'
*** Niglil in
Tuvki, tan 75
ku akan berusaha melupakan
Nagmatulail, masa laluku yang
menyakitkan. Aku menembus dengan
membelah padang rumput menuju ke
markas besar pemberontak. Di markas
besar tersebut aku jumpai wajah/wajah
orang yang bertugas di wilayah itu. Pada
wajah mereka tampak dibebani amanat
rakyat Turkistan yang mendambakan
kemerdekaan. Pada saat itulah gelombang
umat turun berbondongbondong dari
pegunungan untuk menyerbu daerah'
daerah pendudukan.
Night in
Tanki tan
"Kita berjumpa di daerah Urungi!" perintah
Khajah Niaz kepada pasukannya. Daerah Urungi
adalah tempat tinggal atau sebut saja istana orang,
orang Cina. Aku sadar bahwa babak perjuangan
kali ini akan memerlukan tumpahan darah yang
tidak sedikit. Karena itu, Jenderal Mahmud Muhity
memberi do*a selamat kepada kita semua, "Semoga
kita selalu dalam pertolongan Allah."
"Bapak jenderal yang mulia, peristiwa ini telah
mengubah keyakinan sebagian pemuda kita," ucapku
dengan nada mengadu.
Khajah Niaz pun tertawa seraya berkata,
"Bila matahari telah terbit, semuanya akan larut.
Kehendak Allah lebih ampuh dari semua filsafat
yang ada di bumi. Yang kalian pandang sebagai
kemenangan bagi filsafat atheis itu hanya kerlip
sementara, dan pasti akan padam. Setiap masa dari
gelombang sejarah umat manusia selalu ditandai
dengan munculnya manusia/manusia sombong,
manusia antagon. Mereka hendak menentang
ketetapan Allah. Memang di antaranya ada yang
menang, namun itu sebenarnya kemenangan
semu. Allah berfirman, "Sesungguhnya KamiJah yang
nimurunkcm AlQuran, dan sesungguhnya Kami 196110!"
benar mcmcl i haranya." Kalian tidak perlu takut kepada
siapa pun, kecuali kepada Allah."
Night " in
Night In Turkistan Karya Najib Al Kailani di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tanki, tan 77
Aku melihat gejala baru yang menakjubkan
tumbuh pada rakyat Turkistan. Mereka mulai
menyingsingkan lengan dan tidak mempedulikan
perasaan takutnya. Mereka kini telah dijiwai oleh
iman. jiwa mereka benar benar merdeka. Kekuatan
laskar kami semakin bertambah besar dengan
berbondong/bondongnya rakyat memasuki barisan
kami. Sekarang pihak Cinalah yang pontang'panting
ketakutan. Gadis?gadis Muslim yang disekap
oleh para kafir itu berhasil dibebaskan sehingga
menambah barisan kami. Ada suatu peristiwa yang
sangat mengesankan, yaitu seorang perempuan
menyeret seorang lakiflaki yang bertubuh besar.
Mereka dikerumuni oleh penduduk setempat dan
disoraki. Perempuan itu berasal dari daerah Kasygar.
Dia bernama Khatun. Orang yang diseret itu tidak
lain adalah salah seorang perwira Cina. Perwira yancT
D bertubuh besar itu diikat oleh Khatun pada batang
pohon yang besar dan diputar/putar seperti kerbau
yang terpotong. Punggungnya pun terluka karena
dilecut oleh cemeti.
"Kamu telah mengatakan kepadaku bahwa
aku telah menjadi milikmu secara mutlak. Tidak
satu Tuhan pun yang bisa menyelamatkan aku dari
kekuasaanmu. Kamu telah memperkosa aku di
N'ajhl in
78 Tanki tan
gubuk reot. Sungguh binatang kau! Kau telanjangi
aku di depan anak buahmu yang sedang mabuk
dan menertawakan diriku yang telanjang bulat di
depan matanya. Kau telah menghinaku, benarfbenar
perbuatan binatang! Telah aku tegaskan kepadamu
bahwa Allah lebih kuat dari cengkeraman tanganmu.
Kini sadarilah, kamu sedang berada di mana, wahai
Sun Lee? Sekarang, kau dikelilingi oleh pejuangf
pejuang kami dan kau pun tengkurap mencium
tanah. Tunjukkan sekarang kepada kami, mana
kekuasaanmu? Mana kekuatan dirimu? Kau benar,
benar jenderal yang bertabiat setan, manusia sampah!
Hai bedebah, tunjukkan kejantananmu!" ucapnya
sambil menghardik.
Khajah Niaz yang menyaksikan peristiwa itu
menganggap perempuan itu sudah tidak waras.
Namun, beberapa orang memaklumi kemarahannya.
"Kota Kasygar telah mengetahui kisah perempuan
itu," kata seseorang. "Dia telah lama menderita.
Perempuan itu berasal dari keluarga yang terhormat
dan berpangkat. Tapi kemudian Perwira Sun Lee
merusaknya. Kekejaman Sun Lee tidak kepalang. Dia
pula yang membunuh para cendekiawan dan ulama'
ulama di Kasygar. Sun Lee seorang perwira yang
sangat kejam, dia didikan Moskow," jelas seseorang
Niglil '" in
Tanki, tcm 79
yang rupanya penduduk asli Kasygar kepada kami.
Khajah Niaz pun menuju tempat perwira yang
sedang disiksa itu dan ikut menghardiknya.
"Apa saja yang telah Anda lakukan?"
Sang tawanan dengan mata yang tidak lagi
berwibawa menjawab, "Kemarin saya menikmati
hak sebagai orang yang menang."
"Hai Perwira, apa hak?hak menang peperangan
itu?]awab!"
Sun Lee pun terdiam.
Khajah Niaz tambah menghentakkan suaranya.
"Untuk menghina nilaifnilai suci yang kami
pegang?!"
"Saya menggunakan hak itu untuk kepentingan
pribadi." Sun Lee angkat bicara.
"Apakah Anda berperang untuk urusan pribadi?
Untuk memuaskan nafsu binatang?" tanya Khajah
Niaz kian gencar.
"Saya hanya ikutfikutan. Yang bertanggung
jawab terhadap semua ini adalah komandanku,"
jawab si perwira Cina.
Khajah Niaz memandang orangorang di
sekeliling yang menyaksikan tawanan itu.
Night in
80 Turki tan
"Perhatikan perwira ini. Kita dituntut untuk
mengadilinya sesuai dengan hukum Allah," ucap
Khajah pada orangorang.
"Tuan Sun Lee, ketahuilah bahwa di hadapan
Allah kita adalah diri masingmasing. Kami tidak
mengadili komandanmu, karena yang berada di
hadapan kami sekarang ini adalah Anda," jelas
Khajah.
"Saya tidak mau mati!" teriak perwira Cina itu.
Khatun mendengar jeritan Sun Lee, lalu dia
tertawa terbahakfbahak.
"Tuanku, semua korban telah memohon belas
kasihan kepada orang ini, namun apa yang diberikan
oleh biadab ini sungguh kejam. Bukan ampunan dan
rasa kasihan yang dia berikan. Dia membunuh setiap
korbannya dengan kejam. Secara sad ar, ia memerkosa
gadisfgadis dan memberondong orangorang dengan
pelurunya. Lihatlah... wajahku masih ada bekas
sangkurnya itu. Dia mengisap darah pipiku setelah
aku dilukainya."
Khatun yang rupanya sangat dendam dengan
perwira yang menjijikkan itu lalu berteriak,
"Hukumlah! Hukumlah dia!"
Semua orang terpaku menatapnya. Sesaat
kemudian muncul orang tua yang ditangannya
Niglil " in
Tanki tan 81
memegang pedang, membelah kerumunan orang.
Saat semua orang yang berkerumun itu masih
terpaku, tiba/tiba lelaki tua itu menebas Sun Lee.
Suara gemuruh memecah keheningan. Dengan suara
lantang, orang yang menebas Sun Lee itu berkata,
"Akulah ayah perempuan ini!"
Seketika Khatun memeluk erat orang yang
menyebut dirinya sebagai ayahnya ini. Tangisnya
pun tumpah. Perasaannya bagai terlepas dari
tumpukan kezaliman yang bertubiztubi, namun
bara dendamnya kepada manusia/manusia yang
memperlakukan bangsanya bagai hewan itu tidak
padam, bahkan kian menggelora. Dia siap menumpas
siapa saja yang mengotori jiwa umat Islam. Khajah
Niaz memerintahkan pasukannya bergerak kembali
untuk membersihkan kota Kasygar dan kota?kota
lainnya dari penjajahan.
Memandang peristiwa yang tragis itu,
kenanganku melayang pada Nagmah. Tapi, hatiku
tetap marah. Nagmah tidak sama dengan Khatun.
Khatun dapat diumpamakan sekuntum bunga yang
semerbak mewangi. Kalau Sun Lee harus dibunuh,
mengapa orang yang menebarkan racun seperti
Nagmah tidak kita musnahkan?
Night in
87? Tuclci tan
Rupanya perjuangan telah sampai kepada
kemenangan. Kota Kasygar dinyatakan sebagai
daerah yang merdeka dan Khajah Niaz diangkat
sebagai Presiden Republik Kasygar. Maulana Tsabit
pun diangkat sebagai perdana menteri. Kabinet dan
parlemen berhasil disusun. Sebentar lagi kota Urungi
akan mampu kami bebaskan dari penguasaan Cina.
Aku yakin akan kemenangan ini. Kota Urungi adalah
kota yang dijadikan markas besar penguasa Cina.
Kota itu merupakan kubu terakhir kekuatan Cina.
Sementara itu, aku mendapat tugas untuk
menghimpun kekuatan serta menyebarluaskan
instruksi dari pemerintah pusat ke berbagai kota.
Dengan semangat dan gembira, aku laksanakan
tugas?tugas ini. Ya, alangkah indahnya rasa jiwa
ini, jiwa laskar yang menang. Aku memasuki kota
Komul bak langkah seorang pahlawan. Barangkali
derapfderap langkahku yang mantap ini diintai
gadisfgadis cantik dari jendela rumah mereka. Anak/
anak kecil yang pipinya putih bersih dan tubuhnya
yang kemerahfmerahan ditimpa sinar matahari pasti
ikut menyaksikan kepulanganku. Para orang tua
akan menyambutku dengan baru dan bangga. Oh,
alangkah indah kemenangan itu, alangkah merdeka
jiwa seorang pahlawan, alangkah nikmat berjuang
Niglil '" in
Tanki tan 83
menegakkan prinsipfprinsip agama. Aku hentakkan
keras,keras sepatu yang aku kenakan. Tiba/tiba dari
belakang seseorang menegurku.
"Musthafa, ternyata kamu kembali. Kamu pasti
mencari Nagmah." Aku melihat orang itu, ternyata
Manshur Darga. Tangan kanannya terbungkus
perban putih, juga pada bagian kepalanya.
"Aku hampir tidak mengenalmu, Manshur,
rupanya kamu berada di sini."
Kami pun berpelukan menyatakan rasa gembira
di hati. Aku rupanya masih ditakdirkan dapat
bertemu kembali dengan sahabat karibku.
"Bagaimana kabarmu, kawan?" tanyaku.
"Tanganku lumpuh terkena peluru, dan aku
lama berada di rumah sakit."
Aku terdiam. Merasa iba padanya.
"Tapi, masalah ini tidak penting, kawan."
Manshur seperti menangkap keprihatinanku
terhadap nasibnya. Lalu dia menceritakan keadaan
laskarnya.
"Banyak yang gugur dari laskar kami dan lama,
lama kami membenci maut. Sungguh sesuatu yang
nista, manusia membunuh manusia. Mengapa nafsu
seperti ini harus timbul? Aku ingin melupakan
Night in
84 Turki tan
bahwa membunuh adalah perbuatan yang kejam.
Maka dengan cepat aku gerakkan bahuku dan
moncong meriam pun diarahkan ke tempat musuh.
Lalu aku habisi semua pasukan Cina dan Rusia.
Aku sebenarnya tidak berniat membunuh mereka.
Aku membunuhnya dengan harapan agar mereka
berhenti memerangi kita. Aku ingin senjata/senjata
mereka dibungkam. Celakanya, mereka tidak pernah
mau menghentikan terlebih dahulu peperangan ini.
Sunguh tragis! Mereka bisa bungkam bila benarbenar telah mati. Hai kawan, dalam situasi seperti
ini apakah kamu masih ingat juga kepadanya? Haha...
ha...."
Karena Manshur seorang penyair, ia peka
terhadap masalah perasaan dan jiwa manusia.
"Manshur, siapa yang kamu maksud?" tanyaku.
"Nagmatullail. Haha." jawabnya dihiasi tawa.
"Aku adalah Ayahnya," ujarku menirukan lakif
laki tua yang menyebut dirinya sebagai ayah Khatun.
Mendengar jawabku, Manshur tertawa terbahakf
bahak.
"Apa? Kamu Ayahnya?! Aku dengar kalimat itu
selalu diucapkan oleh laki laki di Kasygar untuk
menolong kaum perempuan yang disiksa," kata
Niglil " in
Tanki tan. 85
Manshur. Rupanya peristiwa di Kasygar terdengar
juga olehnya.
"Dan aku dengar presiden kita mengatakan
demikian juga," kata Manshur lagi.
"Negeri kita membutuhkan orang yang
mengulang/ulang kata "Akulah ayahnya', " ucapku.
"Perang ini telah mencekam emosimu!" katanya.
"Mungkin," jawabku.
"Apakah kalian sudah sampai ke Urungi?" tanya
ZVlanshur.
"Sudah kami kepung... dan perang pun hampir
selesai," jawabku penuh keyakinan.
Manshur tertawa sinis.
"Menurut hematku, penyiksaan terhadap kita
tidak akan selesai. Selama kita masih berada di
jepitan dua raksasa itu, kita akan terus'menerus
mendapat tekanan. Mereka benar/benar hendak
menumpas keyakinan kita. Aku mendengar kabar
bahwa para pemikir komunis menyebarkan isu jika
mereka menemukan selebaran/selebaran rahasia dan
dokumen?dokumen penting dari kita."
Sebelum Manshur meneruskan pembicaraannya,
dia mengalihkan perhatian pada topik lain.
Night in
86 Turki tan
"le'lusthafa, tahukah kamu kabar tentang
Nagmatullail?" tanya Manshur berbisik.
"Aku tidak tahu," jawabku datar.
"Dia telah lari dari cengkeraman si kafir,"
Manshur memberi informasi.
"Kamu memperoleh informasi itu dari mana?"
"Ternyata perwira yang menyekapnya adalah
manusia pengecut. Dia merupakan orang pertama
yang lari dari kejaran kita." Manshur memperjelas
keterangannya.
Aku mendesah. Pandanganku menerawang.
"Nagmatullail dengan Khatun tidak sama,"
kataku dengan nada membandingkan.
Night In Turkistan Karya Najib Al Kailani di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Perbandingan dua gadis itu bagaikan langit
dan bumi," kata Manshur sambil terbahakfbahak,
"Kamu benar/bcnar orang yang lugu, Musthafa.
Kamu tidak mengenal Nagmatullail seperti aku
mengenalnya. Dengarlah Musthafa, gadis itu bisa
menghimpun orang dari berbagai pekerjaan. Ada sais
kereta, penggembala, tentara, atau sopirfsopir untuk
dijadikan teman kencannya. Kamu tentu kaget,
tapi itulah kenyataannya. Aku tidak seperti dirimu,
Musthafa. Kamu masih memercayai bujuk rayu
seorang gadis. Sedangkan aku, di suasana yang penuh
Niglil " in
Tanki tan 87
kecamuk hawa nafsu ini membuat aku kehilangan
rasa percaya pada orang lain. Kecuali satu, percaya
pada orangforang yang memanggul senjata. Selain
mereka, manusia/manusia telah berubah menjadi
munafik!"
N'lendengar penuturan Ivlanshur, wajahku
tampak dungu. Hatiku benarzbenar kecewa.
"Saat ini Nagmatullail berada di Urungi. Kamu
pasti dicarinya. Dia akan menangis dengan rintihan
yang menyayat agar hatimu iba kepadanya. Dia pun
akan mengatakan bahwa dirinya telah ikut berjuang.
Dan pasti kamu akan memercayai kata?katanya itu."
Manshur mengingatkan aku agar waspada terhadap
rayuan Nagmatullail.
"Pengkhianat harus dieksekusi!!" ucapku dengan
geram sambil kuraba pistolku.
X/lanshur pun tertawa.
"Kamu tidak akan mampu. Masih ada alternatif
lain selain membunuhnya," ucapnya.
"Kita harus mensucikan bumi ini dari perbuatan'
perbuatan berbahaya," eetusku tegas.
N'Ianshur tetap hanya tersenyum mendengar
kekesalan hatiku.
Nbglii in
88 Tanki tan
"Perbuatan semacam itu akan selalu ada. Tidak
mungkin diberantas. Tahu tidak, aku menikah
dengan seorang perempuan pedalaman yang sama
sekali tidak mengenal tentang peperangan."
"Lalu apa yang kamu lakukan?" tanyaku.
"Aku akan menetap di Komul, kira; kira semalam
atau dua malam, dan setelah itu aku akan kembali
ke Urungi. Kita tidak bisa bertemu sedikitnya dua
minggu," jawab Vlanshur.
Aku pun berpisah dengan Manshur. Kakiku
melangkah memasuki kota Komul tanpa sadar.
***-X:
Bagaimana pun Turkistan (dengan ibukotanya,
Komul) adalah negeri yang kecil, yang harus
berhadapan dengan dua negara raksasa, yaitu Cina
dan Rusia. Akan tetapi, haruskah kami takluk dengan
mengorbankan keyakinan kepada Allah? Kami telah
bertekad meski seluruh sisa hidup kami hanya untuk
berperang. Namun, akan kami penuhi panggilan
untuk mempertahankan kehormatan itu. Khajah
Niaz menoleh ke sekelilingnya.
"Perang telah menghancurkan semua ini. Di
sanafsini terjadi kelaparan. Semua penduduk sudah
resah," sahutnya.
Niqlil in
Tanki tan 89
"Asal bukan mental dan keyakinan kita yang
rusak! Bapak Presiden, semua pengorbanan itu
harganya sangat mahal. Sekarang, apa yang harus
kita lakukan?" ueapjenderal Syarif Khan.
"Kita harus masuk ke daerah Urungi dan
bertempur habisfhabisan. Kita harus merebut daerah
Urungi dan Ili secara keseluruhan atau kita mati
syahid! Ini yang harus kita lakukan!" j awab Niaz.
Kekudian kami pun bertempur untuk
memperebutkan kedua daerah tersebut. Meskipun
Rusia tidak memercayai jenderal Cina, namun
mereka membantu pasukannya untuk menghadapi
pastikan kami. Secara licik, Rusia terlebih dahulu
menggulingkan kekuasaan jenderal Cina yang tidak
dipercayainya itu. Tindakan itu berhasil. Kekuasaan
Cina kini beralih kepada Shin See Tsai yang lebih
bersikap komunis tulen. Persekutuan baru ini pun
terbentuk. jenderal Cina yang berhasil menduduki
posisi strategis itu berjanji kepada Rusia hendak
menyediakan bahan baku dari Turkistan Timur
ke Rusia dengan imbalan bantuan pasukan dan
persenjataan dari Rusia. Tujuannya adalah untuk
melepaskan diri dari blokade dan penghancuran
Republik Turkistan yang baru saj a diproklamasikan.
Night in
90 Turki tan
Pada suatu hari di bulan Desember, Rusia
mengirim tiga skuadron tempur dengan 30 kapal
terbang, 20 tank, serta 30 panser. Jalan raya Ili dan
Tshowshok pun ramai oleh parade ini.
Saat itu rakyat Turkistan terkejut. Kami
khawatir tidak bisa mengimbangi kekuatan mereka.
"Bapak Presiden, apakah kita harus menyerang
mereka?" tanya jenderal Syarif.
"jika kita menyerang, apakah itu bukan berarti
petualangan?" tanyajenderal Syarif lagi.
"Menurut jenderal, selain berperang apakah
ada alternatif lain?" presiden balik bertanya kepada
jenderal Syarif.
"Saya tidak memahami masalah politik, Bapak
Presiden. Asal kita masih punya semangat, maka
mereka bisa kita taklukkan dengan perang. Hanya
itu yang saya tahu," jawabjenderal.
Kapal terbang Rusia kian menghujankan bom
kepada pejuang.
"Mari kita lanjutkan perjuangan ini sampai
kita mati sebagai pejuang!" demikian presiden
menginstruksikan pada rakyat Turkistan.
Presiden Rusia adalah penasihat yang sangat
berpengaruh bagi jenderal Cina yang baru. Presiden
Niglil in
Tanki tan 91
Rusia telah menairim Jara instruktur kemiliteran
D ]. )
ahli perdagangan, dan para politikusnya untuk
mendampingi jenderal Cina. Dia benarzbenar
penjahat perang. Dia pun selalu mendikte langkah,
lanOkah Cina itu.
0 "Saya ada ide untuk menyelesaikan peperangan
ini. Kalau berhasil, kita pasti bisa menghancurkan
mereka," kata presiden Rusia kepadajenderal Cina.
"Apa ide Anda, Tuan?"
"Kita didik anakfanak Tuan yang berasal dari
bibit orang/orang Turkistan Timur ini dengan ajaran
komunis. Kita kirim mereka untuk studi ke Rusia.
Kita bisa memanfaatkan mereka untuk kita jadikan
pemimpin dalam jajaran militer dan pemerintahan.
Saya yakin akan loyalitas mereka. Mereka disuruh
berperang hingga seolahfolah peperangan ini terjadi
antara golongan rcaksioner yang dipimpin golongan
didikan kita dengan kelompok revolusioner itu. Kita
bisa menunjuk Hasyim Haji dan Sayyid Haji untuk
memimpin kelompok ini."
Penguasa Cina yang selalu takluk dengan
rencana'rencana Rusia itu menyambutnya dengan
antusias. Apa yang mereka rencanakan benarfbenar
dilaksanakan.Orang/orangketurunan CinaTurkistan
Timur itu telah datang dari Rusia. Sayyid l-Iaji
Niglil in
92 Tanki tan
akhirnya diangkat sebagai Kepala Intel. Di seluruh
pelosok Turkistan Timur didirikan cabang biro intel.
Vlereka mulai memenangkan dan menyiksa rakyat
yang dicurigainya, dan penyiksaannya ini sungguh
tidak manusiawi. Pertempuran kian sengit. Mereka
menggunakan kapal terbang, panser, dan tank untuk
memburu para pejuang.
Kami menjadi ragu untuk memasuki Urungi.
Aku mendengar bahwa hukuman bagi mereka yang
tertangkap dinas intel Cina amat mengerikan. Dan
yang lebih membuatku sedih adalah kabar Manshur
Darga yang tertangkap oleh mereka, namun aku
dengar lagi bahwa dia berh asil lolos dari siksaan KG B.
Manshur Darga pun kemudian menceritakan tentang
penyiksaan yang dia alami di markas intelijen Cina.
"Markas KGB persis Neraka jahanam. Sayyid
Haji adalah orang yang sangat berkuasa di dinas itu,
dan dia pula yang mengintrogasi para pejuang yang
tertangkap."
"Kalian adalah para perwira yang berkhianat.
Bagaimana kalian bisa ikut barisan yang dipimpin
oleh pengkhianat Khajah Niaz? Bukankah dia telah
merampas harta benda kalian dan membawanya
untuk kepentingan pribadinya? Sadarkah kalian,
Khajah Niaz telah mengeksploitasi kalian? Dia telah
Niglil in
Tanki tan 93
memiliki berjuta hektar kebun, menyimpan kaum
perempuan cantik, dan menyembunyikan emas
berlian. Saksikan kejahatan itu!"
Sayyid Haji kemudian menyebarkan dokumen,
dokumen palsu, angkafangka, serta fotoffoto palsu
tentang Khajah Niaz. Setelah para pejuang dirusak
kepercayaannya dengan dokumen palsu itu, Sayyid
Haji lalu menyiksa dengan alat/alat yang mengerikan.
Tangisan, jeritan, dan raungan para pejuang atas
siksaan diluarkesanggupan mereka itu dirasakannya.
Riuh terdengar di berbagai sudut ruangan. Orang,
orang yang melawan semakin disiksa dan dibungkam
sampai mati, sedangkan orangforang yang lemah
meminta untuk dikasihani. Dan pernyataan
penyesalannya dimuat secara besarfbesaran di harian
Sinkiang, surat kabar ini milik orang Cina, Wan Pao
namanya. Di harian ini banyak artikel yang ditulis
oleh para penulis Turkistan didikan Rusia. Sungguh
aku hanyalah orang gunung yang tidak memahami
likufliku peijuangan," demikian penuturan Manshur
Darga kepada kawan'kawannya.
Pesawat terbang dan tank memuntahkan
pelurunya dengan dahsyat. Korban pun berguguran.
Di manafm ana bom meledak. Musuh jumlahnya kian
membengkak. Pertempuran semakin dahsyat. Kami
Nirjlil in
94 Turki tan
mundur karena kekuatan tidak seimbang lagi. Ya
Allah, inilah peristiwa yang tidak bisa hilang dari
ingatanku, Khajah Niaz apresiden kami, danjenderal
Syarif zjenderal kami, tertangkap oleh musuh.
Hilanglah seluruh harapanku. Semua yang berada
di sekelilingku terasa punah. Cinta, harapan, dan
kemenangan terasa tak terjangkau olehku dan oleh
rakyat Turkistan. Saat perjuangan tinggal kenangan
belaka. Aku kutuk sebuah kenyataan. Putrafputra
Turkistan Timur sejak kecil telah dijejali ideologi
komunis, jadilah mereka sosok seperti Sayyid Haji dan
kawanfkawannya. Mereka menggiring bangsanya
sendiri bagai menggiring ternak.
Khajah Niaz dan jenderal Syarif disekap di
markas KGB. Tubuhnya penuh luka dan sayatan.
Para pendakwa dari pembesar Rusia dan pembesar
Cina duduk berjajar di hadapan mereka berdua.
Khajah Niaz berdiri dalam kondisi lemah. Kepala
biro KGB, Sayyid Haji, membentaknya.
"Saya atau Anda yang berkhianat?" tanya
Khajah.
Sayyid Haji menampar Presiden Republik Islam
itu. Presiden menggerakgerakkan tangannya yang
dibelenggu, barangkali ingin menunjuk dengan
telunjuknya kepada hidung Sayyid Haji.
Niqlil in
Tanki tan 95
"Adakalanya Anda perlu menggamk sendiri
bidungmu yang dikerumuni lalat, hai Sayyid Haji!"
teriak Niaz.
"Presiden, bicaralah mengenai kenyataan yang
benar!" bentak Sayyid Haji.
"Yang benar sudah nyata. Mereka yang ingin
menjaga kemerdekaan negeri dan mempertahankan
kehormatannya adalah mereka yang terbelenggu
tangan Shin See Tsai. Sedangkan para pengkhianat
adalah orang'orang yang memegang cemeti dan kunci
pintu/pintu penjara!" jawab Khajah Niaz tidak kalah
berangnya.
"Saya ingin meludahi wajahmu, wahai Sayyid
Ha'i )enOkianat! Sa ia tahu bahwa sa 'a asti akan
] ? 1 c ) 1 P
mati oleh tirani penyiksaanmu," kata Khajah Niaz
lebih menyakitkan lagi.
"Khajah Niaz, tubuhmu akan menjadi mayat!
Seperti bangkai anjing!" gertak Sayyid.
Khajah Niaz pun tertawa.
"Ketahuilah, hai Sayyid, apa artinya jasadku.
Ruhku pun tidak akan pernah mati. Ia akan terbang
ke tempat yang tinggi, sedangkan anjing adalah
Anda sendiri karena perbuatanmu persis perbuatan
Night In Turkistan Karya Najib Al Kailani di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
binatang itu!"
Beritakan itu pun terus berlangsung. Saling
menuding, mengumpat, dan menghardik lawan.
Night in
% Turki. tan
"Apa artinya ruh, hai Niaz?" tanya pemimpin
harian Cina yang sangat berpengaruh itu.
"Bukankah Anda telah menyiarkan tentang
ajaran Budha dan Konghucu pada harian Anda?"
Khajah Niaz berbalik tanya.
Khajah Nia: menganggap mereka itu benar,
benar orang dungu, "Ruh itu urusan Tuhan."
'n "Itu adalah alam, Tuan barus mengerti itu.
Presiden Rusia pun menyela.
Khajah Niaz tertawa sinis, lalu membacakan
ayat suci Al'Quran, "Orangorang yang kafir berkata,
'Tidak ada yang akan membinasakcm kita selai n masa'."
Segala tuduhan tentang pengkhianatan,
penggelapan harta benda rakyat, dan kriminalitas
kian gencar dituduhkan kepada Khajah Niaz.
"Catat saja tuduhanftuduhanmu yang tanpa
dasar itu! Saya pantang mundur! Bagiku mati syahid
lebih terhormat daripada menjadi pengkhianat
seperti kalian," jawab Niaz Haji.
jenderal Syarif Khan pun ingin mengumpat
kepada para intel KGB, "Andaikan Anda semua
adalah anak buahku, maka kalian akan saya lumat
dengan sepatuku ini hingga mati seperti kecoa!"
"Hukuman mati bagi kalian berdua kiranya
belum pantas. Daging Anda akan saya cincang dan
Niglil " in
Turki tan 97
saya suguhkan kepada kucing," balas kepala intel
dengan geram.
Lain cerita Khajah Niaz, lain pula cerita Manshur
Darga. Kawanku ini pernah meringkuk di markas
intelijen musuh. Dia melihat dengan mata kepalanya
sendiri semua yang terjadi dalam penjara itu. Dia
pun pernah mendapat kekejaman yang sama, namun
berhasil lolos dari ancaman maut secara ajaib.
Di tengah malam pada bulan Agustus terjadi
suatu ledakan yang dahsyat di markas intelijen KGB.
Dinding selnya bobol. Manshur bersama dua orang
kawannya mendapat kesempatan untuk melarikan
diri. Namun malang, dua kawannya tertembak oleh
orang intel yang memergokinya, sedangkan Manshur
berhasil lolos. Aku bertemu sahabat karibku ini
setahun kemudian di saat dia menyamar sebagai
penggembala Gypsi yang pincang dengan bajunya
yang compangfcamping.
Orangzorang Rusia semakin kejam membabat
pejuang serta merampas seluruh harta benda
rakyat. Mereka merampas ternakfternak betina
dari Turkistan dan dikirim ke Rusia untuk
dikembangbiakkan di sana. Aku jadi ingat perlakuan
tentara Cina yang merampas kaum perempuan
Turkistan dahulu.
Night in
98 Turki tan
Tuduhanftuduhan para intelijen kepada rakyat
yang tidak berdosa kian membabi buta. Apabila salah
seorang sajatersungkur tuduhan, seluruhkeluarganya
pun dibawa ke markas. Akibatnya, rakyat terserang
perasaan takut dan tidak bebas berbicara walaupun
kepada anaknya sendiri. Tetangga sudah tidak
percaya dengan tetangga sendiri karena Rusia telah
berhasil menyelusupkan mata/mata pada sebagian
besar keluarga Turkistan.
Tiga perempat pejabat teras adalah intelijen,
separo dari tentara, mahasiswa, petani, dan buruh
telah berhasil dimasuki intelijen dengan imbalan
ekstra gaji dari markas KGB. Sebagian penduduk
menjadi matafmata karena ancaman dan tekanan,
atau karena imbalan dikembalikannya seorang
anggota keluarganya dari penyanderaan. Akibat dari
semua ini, sungguh menyedihkan!
Banyak mahasiswa ditangkap dengan tuduhan
hendak memberontak. Seorang buruh berhasil
digiring ke tempat penyiksaan karena pandangan
hidupnya yang membayangkan keamanan negara,
sedangkan seorang cendekiawan ditangkap dengan
tuduhan sebagai agen mata'mata bangsa asing.
Bukan hanya itu. Seratus ribu orang telah di'
bantai dengan segala macam cara. Sekira seperempat
Niglil " in
Tuvlci tan 99
juta orang telah digiring ke penjara. Para ulama pun
ditangkap dan disiksa sampai mati.
Setiap aku mengingat tirani ini, aku hampir
tidak percaya. Namun, semua peristiwa itu adalah
kenyataan. Aku seperti sedang mimpi buruk.
Semua hal hendak diubah oleh para komunis
itu. Buku'buku keagamaan dan ilmu pengetahuan
pun dibakar dan diluluh'lantakkan. Masjidmasjid dijadikan gudang dan gedung pertunjukan
sandiwara. Generasi baru dididik dengan ajaran baru
sehingga mereka lupa akan sej arah bangsanya sendiri,
kemudian larut dalam dikte dan dekret mereka???
***?!Niglii in
100 Tanki tan
Night 1.11.
Turki. tcm
h, kota Komul, telah banyak
aku saksikan peristiwa/
peristiwa yang menggetarkan tentang
dirimu. Sejak gagalnya Panglima Cina
yang hendak mengawini putri raja,
terjadilah pertempuran yang digerakkan
oleh para ulama. Sejak peristiwa ini,
kota Komul menjadi buah bibir karena
menjadi simbol "menolak dan berani"
terhadap kesewenang/wenangan. Komul
dikenal sebagai kota yang termasyhur
menjunjung tinggi keutamaan nilai
nilai ruhaniah. Orang merasa banUOa
???" r',
."?!I
101 &
er. bila ada kaitan darah dengan kota ini. Ya, kota
ini memang bagaikan nenek moyang. Orang bisa
bangga menyebut mereka, namun dapat pula merasa
hina bila mengingat namanya. Sebutan kota Komul
sebagai kota kebanggaan ternyata tidak bertahan
lama. Hal demikian berkaitan dengan peristiwa yang
menimpa kota ini setelah kemenangan para ulama
menghancurkan pasukan Cina di istana Komul. Ya,
setelah kemenangan itu, balas dendam dari pihak
Cina selalu dilancarkan secara bertubi/tubi. Istana
raja menjadi sasaran peluru dan meriam. Keluarga
raja telah bersiap hendak pergi dari situ, namun
Perwira Cina Pao Din dan anak buahnya telanjur
berhasil menguasai istana. Situasi ini membuat panik
para penghuninya. Raja beserta anak dan istrinya
telah terkepung dan tidak bisa melarikan diri dari
istana. Namun, terjadilah suatu peristiwa yang
sangat menarik bagiku, karena menyangkut nasib
Nagmatullail yang kemudian membuat raja dan
keluarganya selamat dari penangkapan musuh.
Nagmatulail menceritakannya kepadaku.
Perwira Pao Din menyerbu istana dengan jumlah
pasukan yang sedikit. Salah satu anak buahnya
tampak bersiap menghunus pedangnya. Mereka
memasuki istana dengan pandangan liar dan kejam.
Night in
102 Tanki tan
aa i a m a 'a a a a a a'. a
S t tu ! ng erek temu1 d 1 hN gm tull 11 P 0
in mei a seoran Ua is can i< se ana mencium
D lh t . D 01 tl d D
naa mawar. acrma ai e sen rum meman ana
bub Nb tullltr db
a i a 'eao r . e 13 ya
P 0 D n 7 ng s d ng te tegun Seb lun erx ir
musuh itu sempat membuka mulut, Nagmah
tersenyum lembut menyambutnya.
a a 'ta se ia asa , sa a memae '
"S ? til k 1 ng keker n 7 l l'lCl
perkosaan dan kekejaman. Sebaliknya, saya kagum
pada sikap kesatria."
Pao Din tertegun oleh katafkata yang diucapkan
oleh Xlagmah. Dalam hari dia bertanya, "Siapa gadis
ini sebenarnya? Diakah putri raja yang cantik itu?"
Betapa menawan dan memesonanya dia.
Tapi, dia segera sadar bahwa kini sedang berada di
rumah seorang musuh. Sikap waspada harus selalu
ditancapkan dalam jiwanya. Dia tidak boleh larut
oleh kelembutan perempuan dari bangsa musuhnya.
Sebagai perwira Cina, dia lebih mengutamakan
kekuatan dan kekerasan. Inilah prinsip pihak
yang menang. Bukankah kaum Muslimin menolak
dikawinkan oleh orangorang Cina dan karena
peristiwa itu pulalah terjadi peperangan dan
pemberontakan ini? Bukankah karena tugas itu
pula dia sampai di istana ini? Dalam situasi ini, dia
tersentak oleh suara Nagmatullail.
Nicjlil in
Turki. tcm 103
"jika Anda membawaku dengan paksa, maka
Anda tidak akan merasakan puncak kenikmatan,"
tutur Nagmah.
Pao Din pun mendekati Nagmah dan pedang
yang siap dihunuskan ditariknya kembali.
"Tidak keberatankah Anda jika saya ajak duduk
santai sebentar sambil minum arak?"
"Mengapa tidak? Tapi, saya malu dilihat anak
buahmu," ucap Nagmah merayu.
"Mereka akan saya suruh keluar semua."
"Ya Tuan, bagaimana dua sejoli bisa merasakan
keromantisan ini jika di sekelilingnya banyak
mata yang mengamati atau sadar bahwa dua sejoli
merasakan di tiap sudut ada mata yang sedang
mengintai? Mengapa Tuan tidak menyuruh mereka
pergi jauh?" sela Nagmatullail.
"Hai putri yang cantik, kami sedang berurusan
dengan beberapa orang di istana ini," kata perwira
itu setengah sadar.
"Saya adalah nyonya di istana ini dan saya
bisa Anda percayai sebagai tangan kananmu," kata
Nagmatullail sambil bersikap genit. Dia me ngedipkan
sebelah mata kepada perwira agar rayuannya itu
lekas dipercaya.
Niglil in
104 Turki tan
Pao Din langsung memerintahkan anak buahnya
kembali ke markasnya. Dia pun mendekati Nagmah.
"Sungguh kecantikanmu membuat saya gila."
"jangan menyentuhku, beri saya kesempatan
untuk mewangikan diriku dan menghidangkan
anggur untukmu," bujuk Nagmah.
Seeepatnya Nagmah masuk ke dalam menemui
putri dan istri raja yang sedang diliputi ketakutan
luar biasa, lalu Nagmatullail menyuruh keluarga raja
secepatnya meninggalkan istana.
"Cepat/eepat Tuan Putri tinggalkan tempat ini,
jangan sampai jatuh sebagai tawanan Cina. Sungguh
terpaksa, aku akan menipu perwira itu. Cepat!"
Keluarlah dari pintu belakang dan langsung menuju
ke bukit. Kereta sudah menanti, para pengawal
sudah mengamankan jalan untuk Tuan Putri.
Berhatizhatilah, jangan sampai terjadi benturan!
jika hal itu terjadi, akibatnya sangat fatal, kita akan
dijadikan tawanan. Aku siap berkorban untuk ini.
Perwira itu sedang berada di dalam kamar dan aku
akan membawakan minuman anggur untuknya.
Sementara aku melakukan ini semua, segera kalian
keluar, j angan buang waktu lagi!"
Night " in
Turki. tcm 105
Viereka satu sama lain saling menangis sebelum
berpisah. Meskipun masih tersisa air mata di bulu
matanya, Nagmah siap untuk merayu dan menghibur
perwira Cina itu dengan nyanyian cinta ala Cina.
Dia memeroleh bakat menyanyi dari seorang pelayan
Cina yang sudah tua.
Nagmah mengeluarkan gelas berisi anggur itu
kepada perwira. Namun, perwira itu tampak ragu,
lalu dibantingnya gelas itu. Nagmah merasa takut
dan gemetar, tapi dia berhasil menyembunyikannya.
"Apa yang terjadi?" tanya Nagmah mantap.
"Anda menuang racun dalam minuman ini?" kata
perwira Cina itu dengan penuh curiga.
Xlagmah tertawa terbahak/bahak hingga hampir
terjungkir. Dengan perasaan yang penuh benci dia
pun menantang.
"Saya akan meminumnya terlebih dahulu. Dalam
sejarah, belum pernah ada tamu istana mati diracun.
Di negeri ini, kaum lakiflaki dan perempuan mati
Night In Turkistan Karya Najib Al Kailani di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
karena pedang.
Pao Din rupanya telah percaya dengan ucapan
Nagmah. Dia lalu merangkul Nagmah, namun
Nagmah melepaskan dekapan itu dengan halus.
Night in
106 Tanki tan
"Besar sekali kerugianku. Anda sudah terlambat,"
ucap Nagmah.
Perw1ra itu segera tanggap atas apa yang
dilontarkan N agmah.
"Apa maksudmu?" tanya Pao Din.
"Ketahuilah, Tuan... Nagmah tidak pernah takut
kepada siapa pun kecuali pada Allah,"
"Bukankah sejak awal kita telah mengikat diri
dengan cinta?" rayu Pao Din.
"Keraguan telah membunuh rasa cinta, wahai
perwira!" tukas Nagmah.
"Saya mohon Anda mau memaafkan saya.
Situasi dan kondisi mengharuskanku selalu menjaga
kewaspadaan. Anda mengerti bahwa gerilyawan
telah banyak membunuh orangforang kami. Tapi
percayalah, sayang, saya sungguh mencintaimu,"
rayu Pao Din.
Nagmah pun bangkit berdiri.
"Tapi, malam ini saya tidak menginginkan
kehadiranmu," ucap Nagmah dengan berani.
Sungguh suatu keajaiban. Sesungguhnya Pao
Din dengan mudah dapat menarik rambut Nagmah,
kemudian mengi nj aknya dengan sepatu bootznya yang
Niqlil in
Turki. tcm 107
tebal itu. Tapi, saat itu dia tidak melakukannya. Dia
benarfbenar telah tergiur oleh kecantikan Nagmah.
Dia tertarik dengan etika, kecantikan, serta lontaran
katafkata Nagmah yang mantap.
"Nagmah, saya sungguh mencintaimu dan saya
tidak akan pulang sebelum dirimu menyatakan rela
kepadaku."
Sambil membalikkan badan, Nagmah menga/
takan kepada Pao Din, "Anda bisa memuntahkan
peluru dari belakang. Saya telah mengenal watak
bangsa Anda yang penuh kelicikan itu. Dan sekarang,
saya ingin istirahat dulu di kamarmu."
"
"Tuan Putriku yang agung. tampak Pao Din
memohon.
"Saya bukan Tuan Putri, Tuan Putriku telah lari
ke bukit untuk mencari keselamatan dari terkaman
Tuan. Saya sebenarnya hanya seorang pelayan di
istana ini. Kini, Anda telah tahu siapa saya. Namun
begitu, jika Anda mau, saya bisa menjadi nyonya di
istana ini."
Nagmah sengaja membuat percakapan yang
panjang sehingga rombongan keluarga raja benar:
benar telah berhasil lari ke pegunungan. Akhirnya,
siasatnya itu pun berhasil dan Nagmah merasa
Nighl in
108 Turki, tan
haru dengan pengorbanannya ini sebagai kewajiban
kepada keluarga istana.
jiwa Nagmah merasa sepi. Tuan raja yang
kepadanya dia mengabdikan diri selama ini telah
meninggalkan dirinya, entah bersembunyi di mana.
Musthafa Murad Hadrat, seorang pemuda yang
selama ini menjadi tambatan hatinya pun telah
meninggalkan dirinya, berjuang melawan penjajah
entah berada di mana.
Nagmah merebahkan diri di kamarnya dengan
jiwa yang letih. Dia menggeliat untuk meringankan
tubuhnya dari rasa lelah. Membayangkan kejadian
dan peristiwa peperangan yang menari'nari di
pelupuknya. Nilai'nilai luhur telah diinjak/injak
selama peperangan ini. lef'lalapetaka tidak pernah
menidurkan rakyat Turkistan sehingga membuat
mereka jenuh dan membenci kehidupan. Kekalahan
dan kemenangan pun datang silih berganti.
Ketika Nagmah sedang melamunkan semua itu,
datanglah Pao Din ke depan pintu kamarnya seperti
anjing. Nagmah merasakan perasaannya terbakar.
"Izinkan saya masuk," pinta Pao Din.
"Tutup pintu itu dari luar," perintah Nagmah
dengan suara yang berkuasa.
Niglil in
Turki. tcm 109
Pao tanpa sadar melakukan perintah itu. Betapa
bingungnya, seketika itu dia menyadari bahwa dia
berdiri sendirian di luar pintu. Dia mulai merasakan
bahwa tingkah lakunya sangat memalukan. Pintu itu
dibukanya kembali dan dia langsung menyeruduk
Nagmah seperti banteng liar. Tanpa basa'basi, Pao
Din memegang tangan Nagmah, namun Nagmah
menarik kembali tangannya dengan hati/hati.
"Saya tidak menginginkanmu malam ini."
"Lalu saya harus pergi ke mana, Nagmah?" tanya
Pao dungu.
"istana ini telah jatuh ke tangan Anda. Anda bisa
memilih salah satu dari kamar yang ada di sini."
"Saya ingin denganmu, Sayang?"
Rupanya perwira yang akan memimpin penyerf
buan ke istana raja ini telah benar?-benar tolol oleh
kekuasaan hawa nafsunya.
Nagmah pun berdiri tegak.
"Apakah Anda menginginkan saya hanya sebagai
gulafgula?" tanya 'Xlagmah dengan tegas.
"Apakah Anda menginginkan perkawinan?"
tanya Pao menebak maksud Nagmah.
Nagmah bungkam, Pao memandang Nagmah
dengan kebingungan.
Night in
110 Tanki tan
DCllblL'Kblll [111le lllCllglllnglK'dll [)Cl'KdVVlll'dll,
Nagmah?" ulang Pao Din.
"Asalkan Anda mau masuk ke agamaku," tuntut
Nagmah.
"Apa agamamu?" tanya Pao Din.
"Aku seorang 'Vluslimah," jawab Nagm ah.
"Saya ini orang komunis yang selalu membenci
orangforang yang beragama," jelas perwira atheis itu.
"Sebaliknya, saya membenci orang yang tidak
mengakui Penciptanya. Hai Perwira, Anda berdiri
dengan penuh hormat di depan pemimpin Anda
seolah'olah seperti orang shalat. Anda patuh kepada
pemimpin Anda, namun mengapa Anda tidak mau
membungkukkan badan kepada yang menciptakan
Anda?"
"Saya tidak mengenal Pencipta," jawab Pao Din.
"Anda harus mengenalfNya!" bujuk Nagmah
dengan tidak kentara.
"Pemimpin akan menghukumku bila tahu saya
telah menganut pemikiran golongan reaksioner."
"jadi, Tuan ingin masalah ini dirahasiakan?"
Nagmah semakin mengarahkan perwira kafir ini
kepada tujuannya.
Niglil " in
Turki, tan
"Benar," jawab Pao.
"Baiklah, mari kita laksanakan," aj ak Nagmah.
'Vlendengar ajakan Nagmah, Pao kebingungan.
"Apa maksudmu, Nagmah?" tanyanya.
"Kita melaksanakan perkawinan dengan
mengikuti prinsip'prinsip agama saya."
Pao terlihat sangat resah dan ingin melepaskan
diri dari tuntutan yang bertubi/tubi yang semula
belum dia kenali. ?v'lcngapa dia harus melakukan
sesuatu padahal sebelumnya ia ingin memerangi
istana ini? Apa arti semua ini?
"Ingat, Nagmah! Saya sanggup menggeretmu
seperti kambing betina sekehendak saya!" ucap Pao
dengan jengkel.
Xlagmah menggerakkan bahunya tanpa peduli
dengan gerakan Pao.
"Memang Anda mampu, tapi sejak itu Anda
tidak lagi mendapat curahan cinta dari seorang gadis.
Bedanya besar sekali antara rasa daging kambing
betina dengan seorang perempuan," balas Nagmah.
Rupanya rayuan Nagmah mengena. Perwira
Cina itu berjongkok ke tanah.
Nighl in
"2 Tanki. tan
"Sungguh, Anda wanita yang mengherankan.
Selama ini saya mampu memvonis mati ratusan orang
dalam sekejap, namun menghadapimu rasanya saya
tidak mampu berbuat apa?apa."
Nagmatullail pun tersenyum.
Im berita yang menyenangkan bagiku, ucap
N agmah ketus.
Mengapa? tanya Pao.
"Karena Anda secara evolutif telah mengubah
diri dari binatang buas menjadi manusia."
"Apa yang Anda maksud?" tanya Pao heran.
"Orang yang suka membunuh dan menganiaya,
jelas bukan manusia. Mereka tidak lebih dari
para penyamun. Sedangkan manusia adalah orang
yang memiliki jiwa kesatria, pemberani, sekaligus
bertanggung jawab."
Pao merasa tersindir dengan pernyataan itu.
Selama ini yang dia anggap manusia adalah wujud
fisiknya, yang memiliki keberanian untuk berperang
atau lebih tepat membunuh orang, menaklukkan
lawan, dan bisa merampas kaum perempuan.
Lalu apa yang dimaksud oleh perempuan yang
berada di hadapannya ini?
Niglil '" in
Turki, tan "3
Seperti membaca pikiran Pao, Nagmah pun
menjelaskan.
"] elas sangat berbeda antara manusia dan hewan.
Bila Anda hanya mengutamakan hawa nafsu, itulah
artinya."
Belum selesai Nagmah melanjutkan kalimatnya,
Pao Din marah. Dia mencengkeram dengan kasar
bahu Nagmah.
"Apa yang Anda inginkan dari saya?" amarah Pao
memuncak.
"Saya hanya menginginkan kebersamaan dalam
lindungan prinsip agar hubungan kita tidak semata
mata didasari penguasaan yang kuat terhadap yang
lemah." Nagmah selalu mengarahkan pembicaraan
nya itu kepada tujuan agamanya.
"Bukankah saya telah menyatakan cinta
kepadamu, Nagmah?"
"Cinta itu tidak pernah bisa bertemu bila Anda
tidak bersyahadat!" jawab Nagmah.
"Baiklah, saya akan menuruti keinginanmu."
Nagmah agak berbinar, namun sebenarnya dia
menekan kesedihan dalam hatinya.
"Ucapkan kalimat syahadat ini. Ikutilah
saya." Nagmah lalu membaca kalimat kesaksian itu
Night in
"4 Turki. tan
perlahan lahan dan perwira Cina itu pun menirukan
dengan terbata/bata. Setelah kalimat syahadat
berhasil diucapkan oleh perwira Cina itu, Nagmah
lalu mengajukan tuntutan lagi.
"Orang yang mengakui adanya Tuhan adalah
orang yang tidak menyukai peperangan tanpa dasar.
Anda harus melarang anak buah Anda supaya jangan
"
membunuh dan menganiaya.
"Demi dirimu, Sayang, semua itu akan saya
penuhi," ucap Pao pasrah.
"Saya juga mohon kepada Tuan hendaknya
berlaku adil dalam setiap tindakan. janganlah
kemenangan bangsa Tuan dimanfaatkan untuk
melakukan kekejian, kekerasan, dan kesewenang/
wenangan karena semua itu tidak akan pernah
mendatangkan kebahagiaan!" pinta Nagmah.
"Sungguh menakjubkan katafkatamu itu,
Nagmah," Pao pun terkesima.
"Saya bersyukur karena Tuan telah mengikuti
keinginan saya. Saya akan hormat kepada Tuan. Dan
sebaiknya kita segera melaksanakan pernikahan,"
tutur Nagmah.
Pao Din telanjur terjepit situasi. Dia semakin
tidak tahu apa yang akan dilakukan Nagmah
Niglil '" in
Turki, tan. "5
berikutnya. Nagmah segera mengambil kerudung
dari tempat tid urnya.
"Tunggu di sini, saya akan mencari seorang
ulama untuk menikahkan kita."
Pao Din agak gugup. Dengan menggenggam
tangan Nagmah, dia pun mengancam, "Awas! Bila
Anda lari, maka kota ini akan banjir darah!"
"Duduk dan tenanglah," Nagmah menenangkan
perwira yang dihinggapi kecurigaan itu.
Selang beberapa hari setelah istana dikepung
oleh perwira Cina itu, masyarakat menyaksikan
arak'arakan mempelai Xlagmatullail dan Perwira
Cina Pao Din. Masyarakat menuduh Nagmah sebagai
Night In Turkistan Karya Najib Al Kailani di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
wanita yang telah melacurkan diri kepada penjajah.
Sungguh setiap dada rakyat Komul memendam
amarah atas kejadian itu. Tidak kecuali diriku yang
menerima kabar dari Manshur Darga sebagaimana
yang telah aku ceritakan dahulu. Perkawinan
yang dilaksanakan sesuai tuntunan agama sengaja
dirahasiakan oleh Nagmah. Orang lain tidak pernah
tahu siapa yang menghentikan kebengisan tentara
Cina terhadap penduduk Komul. Mereka hanya tahu
bahWa Nagmatullail telah menjalin hubungan gelap
dengan tentara Cina dan para collaborator.
Niglil in
"6 Tanki tan
L....oa.au-._4 ........... D ""**L"""' u..aaao ;).?fu).
dalam pertemuan penting dan terhormat yang
diselenggarakan penguasa Cina, bahkan tampak
sangat dihormati. Kejadian ini semakin membuat
masyarakat Komul membenci dan menghinakannya.
Orang'orang tidak pernah tahu siapa di antara
mereka yang turut memperlemah pasukan Cina
sehingga kaum pejuang meraih kemenangan dan
kemudian mendirikan negara republik di Kasygar
dengan Khajah Niaz sebagai presidennya. Semua itu
dirahasiakan sendiri oleh Nagmah hingga hatinya
memendam pedih.
Dengan kemenangan para pejuang itu, penguasa
Cina mengalami tekanan yang hebat. Kekuatan Cina
menjadi berantakan dan para pasukannya pun lari ke
berbagai tempat persembunyian, termasuk Pao Din
dan Nagmatullail. Masyarakat kian benci dan muak
menyaksikan larinya Nagmatullail. Kaum perempuan
meludahi dan melempari mereka dengan batu.
Setelah mengalami kekalahan, Shin penguasa
Cina menjalin hubungan dengan penguasa Rusia
untuk meminta bantuan dan peralatan perang. Kapal
terbang, tank, dan panser dari Rusia pun berdatangan
kembali. Presiden Khajah Niaz beserta panglimanya
Niglll " in
Turki, tan. "7
tertangkap. Dan rupanya, persekutuan antara Cina
Rusia berhasil secara mutlak menguasai negara
Turkistan Timur.
Kenyataan ini membuat Nagmah tertekan. Dia
menangis menyesali diri.
"Nagmah, mengapa menangis?" Pao Din melihat
tangis Nagmah kemudian menegurnya.
"Banyak orang yang mati, saya takut dan benci
sekali dengan peperangan," rengek N agmatullail.
"Apa yang harus kami lakukan, Nagmah?
Mereka membunuh, maka kami pun membalasnya,"
Pao berucap jengkel.
Air mata Nagmah pun berderai. Tumpah ruah.
"Saya ingin engkau pulang ke negerimu dan
saya akan ikut denganmu. Kita bisa hidup tenang
dan menjalani kehidupan yang bahagia seperti orang
lain," ucap Nagmah.
Pao menangkap maksud Nagmah yang
menentang pendudukan Cina di negerinya dengan
cara yang tidak langsung.
"Sayang, masalah demikian adalah masalah para
pembesar. Orang setingkatku tidak berhak ikut
berbicara. Engkau pasti tahu, tidak ada rintihan
permohonan di depan politikus, baik mengenai
Niglil in
"8 Tuvki_ tan
masalah kebenaran atau kebejatan," bujuk Pao pada
istrinya tanpa emosi.
Sambil mengusap pipi Nagmah, Pao Din berujar,
"Sungguh, saya sebenarnya sudah lelah sekali. Saya
ingin beristirahat. Apakah kamu mau saya ajak ke
Komul? Situasi di sana sudah tenang kembali karena
kaum pemberontak telah berhasil diusir."
Berita itu malah menghancurkan hati Nagmah.
"Rasanya saya ingin memendam wajahku ke
dalam tanah, biar tidak ada yang mengenaliku lagi."
Amarah Nagmah pun berkobar.
Pao Din membelai rambut Nagmah dengan
lembut untuk menenteramkan keresahan hati
istrinya itu.
"Saya paham akan perasaanmu," katanya.
Nagmah menepiskan tangan suaminya.
"Kelembutan tanganmu tidak lagi saya rasakan
karena telah kotor berlumuran darah orangorang
yang tidak bersalah," ucap Nagmah kesal.
"Dengarkan Nagmah, dalam kancah peperangan
semua orang menjadi buta. Kita dicipta untuk
memenuhi hajat, kita butuh makan. Supaya bisa
makan, maka kita harus berperang atau kita mati.
Percayalah Nagmah, saya sangat mencintaimu,"
bujuk Pao lagi.
Niglil " in
Turki, tan "9
Pao diam sejenak.
"Menurutmu, siapa sebenarnya saya ini?"
"Kamu adalah orang pesakitan. jenis manusia
yang tersiksa sepanjang zaman...," jawab Nagmah
dengan ragu.
"Pernyataanmu membuatku bahagia, Nagmah,"
jawab Pao.
"Apa katamu?!" Nagmah keheranan atas ucapan
suaminya.
"Bukankah itu berarti kamu tidak menganggap
ku musuh?"
"Saya tidak ragufragu untuk menyebutmu
sebagai musuh," tukas Nagmah.
XVajah Pao tampak muram.
"Ya, sosokku seperti ini sudah menjadi nasibku,"
j awab Pao.
"Bagaimana kalau kita cerai saja?" ucap Nagmah
sambil tertawa.
"Apa?!" Pao terperanjat
Saya ingin cerai darimu! tegasnya.
"Mengapa?" tanya Pao.
"Karena kamu bukan orang Muslim."
Night in
120 Turki tan
"Bukankah kita telah melaksanakan upacara
pernikahan dengan cara agamamu? Apakah kamu
lupa Nagmah?"
"Tapi, kamu berpihak kepada orang] orang kafir,"
jawab Nagmah.
"Saya tidak mengerti siapa diriku. Saya hanya
mengenali diri ini sebagai prajurit di hadapan
pasukan."
Pao Din tibaftiba berteriak dan menghantam
dinding dengan kepalan tangannya.
"Prajuritfprajurit itu tidak mengenal Allah!"
sesal Pao.
"Mengapa kita tidak mencoba mengenalkan
Nya?" desak Nagmah.
Pao menggoyangkan bahu Nagmah.
"Apa nilai dari perbuatan itu?" ucapnya.
"Apakah kita bisa menemukan jalan yang
membahagiakan?" N agmah terus mendesak.
"Para kafir itu jumlahnya lebih banyak dari
para Mukminin. Sejak awal, sudah menjadi hukum
perbandingannya demikian. Biarkan saja, kita bisa
celaka bila mengurus masalah ini,"
'Xlagmah mendekati suaminya.
Niglil '" in
Turki, tan
"Saya mencintaimu, tapi saya tidak ingin hidup
bersamamu bila yang menyebabkan kematian putraputra dan pejuang bangsaku adalah dirimu."
"Sudahlah sayang, jangan emosi. Saat ini saya
tidak berperan lagi dalam peperangan praktis karena
tugasku beralih ke logistik. Kekuasaan sudah tidak
berada di tangan orangorang Cina karena Rusia
telah menguasai semua sektor," jelas Pao.
Pao diam sejenak, kemudian dengan sinis dia
memberi tahu kepada Nagmah.
"Ketahuilah Nagmah, banyak putrafputra
Turkistan telah menjual diri guna menjadi mata/
mata pihak Cina dan Rusia. Mereka membunuh
dan terlibat kekejaman terhadap bangsanya sendiri.
Engkau tentu belum tahu itu," jelas Pao.
Nagmah pun menelungkupkan wajahnya ke
dalam bantal dan menangis terisak/isak. 9%?
*** Night in
122 Turki tan
Niglil in.
Turki. tcm,
P ]egeriku yang hijau penuh
dengan berbagai macam buah/
buahan, bunga, serta berbagai hasil
tambang yang mahal. kini telah berubah
menjadi neraka. Bagaimana orang bisa
menjalani hidup dengan tenteram bila
tiap saat dicekam maut, terancam
ketakutan, dan dijadikan mainfmainan
penguasa Cina? Aku merasa sangat
asing di dalam negeri ini. Alangkah
ngerinya jika orang yang merasa asing
di negerinya sendiri. Namun, kenyataan
yang sebenarnya bahwa kota tempat aku
dilahirkan inilah yang berubah. Wajah
* : 123 1 1 <
: orang banyak berubah terkena banyak goresan di
pipi, kening, atau bibirnya karena penyiksaan para
penjajah. Tinggal segelintir orang/orang tua yang
mendiami kota ini. Mereka mengunjungi masjid
secara sembunyi'sembunyi, membaca shalawat dan
membaca AlfQuran dalam irama yang mengandung
tangis dan gemetar. Berapa masjid dirampas penguasa
dan diubah menjadi tempat pertunjukan, kantor
kepolisian, atau asrama. Kami secara diamfdiam
mengelus/elus dinding masjid dan menangisinya.
Tentu tangisku ini lirih sebab bila terdengar oleh
penguasa bisa dihukum mati.
Dengan memakai nama samaran yang bergantif
ganti, aku berpindah dari satu kota ke kota lainnya.
Aku tidak ingat berapa nama yang pernah aku pakai.
Di kota Urungi, aku tidak cukup dengan hanya
berganti nama, pakaian yang bermacam'macam pun
aku kenakan dan tiap saat bisa ganti. Kadang aku
menyamar sebagai kuli angkat barang. Aku biarkan
jenggot dan kumisku tumbuh semaunya. Kakiku
yang tidak biasa telanjand, kini pecahfpecah karena
bekerja berat. Aku selalu bungkam, takut identitasku
terbongkar. Di kota inilah aku pernah shalat di suatu
ruangan yang sempit dan pengap. Aku tidak tahan
berada dalam situasi seperti ini. Aku menangis dan
Night in
124 Turki tan
memohon pertolongan kepada Allah. Ketika itu aku
berkhayal bahwa malaikat datang menghapus air
mata yang tidak mampu aku tahan. Peradaban Islam
benarfbenar telah tergusur dan larut. Cara makan,
minum, berpakaian, dan semua etika telah berubah
sama sekali, menyesuaikan diri dengan tata cara
kehidupan penjajah. Mereka mengenakan tanda!
tanda serba merah, mengucapkan yel/yel komunis,
lidahnya telah sarat dengan kata/kata Rusia. Bisakah
Turkistan menjelma kembali menjadi kota yang suci
dan menenteramkan hati?
Aku dicekam rasa putus asa. Beban di punggung
tidak saja aku rasakan secara Fisik ketika harus
mengangkut segala macam hasil bumi Turkistan
ke truk/truk Rusia, namun juga beban batin. Beban
mental rasanya lebih berat aku rasakan. Lebih pedih
lagi bila aku saksikan para penjajah itu melantai,
menyanyi, dan mabuk mabukkan secara bebas
di tempat mewah... dan itu di dalam negeri kami,
Turkistan! Belum lagi aku harus menahan emosi
bila menghitung jumlah pengkhianat yang menjual
bangsa dan agamanya kepada para kafir itu. Mereka
menyerah begitu saj a kepada penjajah agar mendapat
jabatan penting. Kalau aku pandang dengan sungguh/
sungguh wajah para pengkhianat yang bercirikan
Niglll " in
Turki, tan 125
orang Turkistan ini, mungkinkah jiwa mereka
dapat kembali kepada jiwa bangsa Turkistan yang
sesungguhnya?
Pada masa penyamaranku ini pula aku bertemu
dengan wajah yang sepertinya akrab denganku.
Setelah teringat wajah itu, aku seperti orang linglung.
Aku pun menyapanya tanpa sadar, "Nagmatullail."
Batu Belah Karya Mj Melalatoa Pendekar Naga Putih 67 Jerat Peri Kembangan Wiro Sableng 032 Bajingan Dari Susukan
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama