"Nggak bisa, pokoknya lo kudu kawin sama Siti
Nurgaya. Jangan bikin malu engkong, lo. Engkong
udah telanjur sepakat sama bapaknya mau ngawinin lo sama Siti Nurgaya. Masa dibatalin begitu aja.
Pokoknya nggak bisa. Nah, mulai sekarang, biar
aman, lo bakal Engkong pasung!"
Gusur kokosehan (kokosehan artinye duduk di
lantai sambil kakinya digesek-gesek, kayak anak kecil
ngambek minta dibeliin es dong-dong. Sori, itu dari
bahasa Sunda, gue enggak tau bahasa Indonesia-nya
apa!) dibawah kaki engkongnya sebagai tanda protes.
99
Tapi engkongnya nggak peduli. Malah si Engkong
segera ngambil rantai besi dari dalam rumah buat
memasung Gusur.
***
Lupus lagi sibuk mengkalkulasi modal cetakan
yang berhasil dikumpulin Boim dan Gusur, ketika
sebuah lokomotif meluncur deras ke arahnya, Lokomotif itu menabrak Lupus, tapi Lupus nggak gepeng. Setelah susah payah diteliti dengan mikroskop
ternyata lokomotif itu adalah Boim yang datang
tergesa-gesa dengan mimik wajah tegang. Ya, saking
itemnya, Boim sampe disangka lokomotif".
"Pus, gawat, Pus, Gusur dipasung!" tukas Boim
dengan.napas ngos-ngosan.
"Syukur deh, akhirnya tu anak dipasung juga,"
balas Lupus santai seolah nggak terjadi apa-apa.
"Aduh, Pus, prihatin, dong. Biar rada gokil, dia
kan temen kita juga."
"Eh, Im, ternyata banyak juga lho, duit yang kita
kumpulin. Setelah dicampur sama duit celengan si
Lulu yang gue tebok secara diem-diem, seluruhnya
berjumlah nyaris sejuta perak. Rasanya bisa nih buat
modal awal usaha cetakan kita," Lupus masih nggak
nanggepin omongan Boim.
Sedang Boim masih terus ngoceh tentang Gusur.
100
"Aduh, Pus, jangan ngomong soal usaha cetakan
dulu deh Gusur tuh Gusur... Gimana cara kita nolong dia?"
"Iya gue juga udah tau soal pemasungan Gusur.
Tapi gue pikir, tu anak mending dipasung. Biar ayam
tetangganya pada aman. Sebab gue denger, belakangan ini tu anak punya hobi baru nyolongin ayam
tetangga buat memenuhi nafsu makannya."
"Aduh, jangan gitu dong, Pus. Jelek-jelek Gusur
kan temen kita juga. Nanti siapa yang mau ngegoreng-gotong hasil cetakan ke langganan, kalo anak itu
dipasung?"
"Wah, bener juga ya, Im." Lupus menepuk jidatnya."Tumben ia punya pikiran bagus."
Boim tersenyum.
"Jadi, gimana dong, Pus?"
"Ya kita bujuk aja dia supaya mo kawin sama pilihan engkongnya. Daripada ngarepin FiH yang nggak
jelas juntrungannya. Lagian, kalo Gusur nyari jodoh
sendiri juga nggak bakalan dapet. Eh, tapi tu anak
kan masih SMA. Kok disuruh kawin, sih?"
"SMA kan statusnya. Tapi umurnya udah bangkotan banget! Yuk, Pus, sekarang aja kita ke rumah
dia. Daripada tu anak keburu mati dipasung."
"Yuk!"
Lupus buru-buru mengemasi buku-buku kalkulasinya, lalu melesat ke rumah Gusur dengan motor
butut Boim.
101
"Pus, tolong bujuk dia supaya mau kawin sama
Siti Nurgaya," sambut engkongnya Gusur begitu Lupus dan Boim sampe.
"Beres, Kong. Tapi ngomong-ngomong siapa sih
Siti Nurgaya? Cakepan mana sama Siti Nurbaya?"
balas Lupus setelah menyetanelarkan motor butut
Boim di bawah pohon pisang.
"Dia anak Kampung Wetan. Tampangnya sih
emang nggak gitu cakep, Pus. Tapi anaknya pinter
ngaji, dan rajin salat. Selain itu dia jago banget
nyanyi kasidah. Maklum , dia kan pimpinan grup
kasidah Nurul Qomar yang ngetop itu."
"Gusur sama dia udah pernah ketemu belon,
Kong?"
"Belon, cuma Gusur udah pernah ngeliat fotonya. Sedang Siti Nurgaya sama sekali belon pernah
ngeliat Gusur, baik orangnya maupun fotonya. Tau
sendiri, Gusur kalo difoto nggak pernah jadi. Klisenya pasti kebakar. Tapi orangtuanya sih udah setuju
anaknya dikawinin sama Gusur. Maklum, sebagai
perawan, Siti Nurgaya udah tergolong tua. Umurnya 39 taon."
Lupus manggut-manggut.
"Sekarang di mana Gusur-nya?"
"Dia Engkong taro di belakang. Gih ke sana, kalo
102
mau liat. Tapi Engkong nggak bisa nganter. Soalnya
dia kalo ngeliat Engkong suka histeris. Terus jangan
lupa bujuk dia ya, Pusl"
"Engkong percaya deh sama saya," cicit Lupus
sambil menyeret Boim ke belakang rumah.
Di sebuah kamar belakang, Lupus dan Boim ngeliat kaki Gusur dijepit dengan sebatang kayu besar.
Keadaan Gusur sungguh mengenaskan. Tapi biar
dipasung, engkongnya nggak melupakan kebutuhan
makan Gusur. Sekeranjang buah-buahan tergeletak
di dekatnya.
"Tolonglah daku, Pus. Masa daku disuruh kawin
dengan gadis yang tiada kucintai. Kau tau kan, cintaku hanya untuk Fifi Alone seorang. Lagi pula, ini
kan bukan zaman Siti Nurbaya lagi," rengek Gusur
begitu Lupus dan Boim jongkok di hadapannya.
Lupus nggak langsung menjawab, tapi mengamati Gusur dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sedang Boim sibuk mencomot pisang dan melahapnya
dengan nikmat. Rupanya dalam hal makan, tu anak
samaan rakusnya dengan Gusur.
"Udah deh, Sur, terima aja cewek pilihan engkong
lo itu," saran Lupus kemudian sambil mengitik-itik
jempol kaki Gusur yang nongol dari jepitan kayu.
Gusur kegelian.
"Tiada mungkin, Pus. Dikau kan tau, betapa
besarnya arti Fifi bagi hidupku. Daku harus kawin
103
dengan dia, karena daku tiada bisa hidup tanpa dia.
Fifi telah merampas jiwaku sampai ke sudut-sudutnya. Lebih baik daku jadi perjaka tua, dari pada tiada
kawin dengan Fifi," Gusur beralasan.
Lupus nyengir. Boim kembali mencomot pisang
yang ketiga.
"Aduh, Sur, masa 10 nggak tau siapa Fifi? Dia nggak cocok sama 10. Lagi pula lo nggak dipandang sebelah mata sama dia. Selera dia kan sebangsanya para
bintang film. Gaya hidupnya mewah. Suka ke disko,
Matre. Sedang 10 apa? Lo cuma seniman yang nggak
jelas arahnya. Lo nggak akan sanggup deh, ngurus
Fifi," jelas Lupus.
"Pus, masa kau tiada ingat kita akan buka usaha
cetakan?" Gusur tlba-tiba membelokkan percakapan.
"Lantas hubungannya sama Fifi?"
"Kalau usaha cetakan kita sukses, bukankah kita
akan kaya, Pus. Itu artinya dikau akan kaya, Boim
akan kaya, dan tentunya daku juga akan kaya. Kalau
daku kaya, daku akan mampu membahagiakan Fifi.
Daku bisa memenuhi segala yang Fifi bufuhkan,"
Cusur masih ngeyel.
"Aduh, Sur, bukan itu masalahnya. Buat. apa lo
bisa ngebahagiain Fifi, kalo lo sendiri akhirnya nggak
bahagia?"
"cinta kan butuh pengorbanan, Pus," bantah Gu
SUI.
104
"Lo anggap cinta Lebaran Haji, pake pengorbanan segala?" timpal Boim sengit, akibat kesel Gusur
dibilangin dari tadi nggak ngarti-ngarti juga.
Lupus dan Boim akhirnya saling melirik. Keduanya lalu mesem penuh makna.
"Gini deh, Sur, sebetulnya gue nggak tega ngebi
langin, tapi apa boleh buat," Lupus ngomong dengan intonasi berat , dan serius, bikin Gusur sedikit
curiga.
"Ya, gue tau lo cinta banget sama Fifi. Tapi 10 harus gue kasih tau, biar 10 nggak terlalu berarep banyak," balas Boim dengan mimik yang nggak kalah
seriusnya.
"Aduh, kok kalian tiba-tiba berubah serius. Duhai, ada apa, sih?" Gusur kebingungan.
"Kamu aja deh, lm, yang ngomong. Gue nggak
sanggup," tawar Lupus.
Boim mengangguk.
"Asal tau aja, Sur. Fifi tuh sebetulnya udah dilamar sama oom-OOm. Sebentar lagi juga mereka kawin," tukas Boim dengan intonasi yang diserem-seremin.
"Ah, masa, sih? Kalian tiada menipu daku, kan?"
"Ini Fih sendiri yang bilang. Dia sekolah emang
buat nyari jodoh. Ternyata jodoh itu ketemunya di
diskotek. Jadi buat apa lagi dia sekolah," tambah Lupus nggak kalah meyakinkannya.
105
"Aduh, remuk hatiku. Fifi... Fifi... begitu teganya
kau tinggalkan daku," keluh Gusur dengan seluruh
badan kejang-kejang.
Lupus dan Boim tersenyum sambil toast, merasa
tipuan mereka nyaris berhasil. Tinggal satu langkah
lagi, Gusur pasti nyerah.
"Makanya, kawin aja deh sama cewek pilihan
engkong lo, Sur. Percuma, Fifi udah nggak bisa diarepin lagi. Lagian kalo lo nyari sendiri juga belon
tentu dapet," hasut Lupus
Gusur berpikir sejenak, sebelum akhirnya mengangguk.
"Daku pikir betul juga saranmu, Pus. Fifi sudah
menemukan pilihannya. Sebetulnya daku masih
mengharapkan jandanya, tapi pasti sudah tiada sedap
lagi. Dari pada daku jadi perjaka tua lebih baik aku
kawin dengan Siti Nurgaya. Dara Kampung Wetan
yang pandai nyanyi kasidah itu" akhirnya Gusur
mengambil keputusan.
Lupus dan Boim tersenyum, dan sekali lagi
melakukan toast.
Akhirnya seniman sableng itu takluk juga.
Pagi yang ceria. Matahari bersinar bersih. Walau
embun nyaris mengering, tapi burung-burung ma
106
sih bernyanyi dan bercanda riang di dahan pohon
asam jawa. Engkongnya Gusur mengenakan setelan
jasnya. Lalu melengkapinya dengan dasi kupu-kupu
dan kopiah. Sejenak engkongnya Gusur memelototi dirinya dalam cerminnya, ternyata masih keliatan
gagah walo mulai keriput di sana sini. Engkongnya
Gusur tersenyum bangga. Apalagi ngeliat cucu semata wayangnya juga keliatan gagah dengan setelan jas.
Walau sedikit agak gendut, dan sedikit agak ruwet
mukanya. Sebetulnya Gusur udah bisa menikmati
saat-saat perkawinannya dengan Siti Nurgaya. Sebab kadang-kadang Gusur tersenyum sendiri. Pagi
itu Gusur akan melangsungkan akad nikah dengan
Siti Nurgaya. Diem-diem aja. Sederhana. Soalnya
Gusur malu. Masih SMA. Meski umur sebetulnya
Lupus n Work Karya Hilman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
amat-sangat memadai.
Cuma Lupus dan Boim yang diundang.
"Gimana perasaan 10, Sur?" usik engkongnya Gusur yang lagi senyum-senyum sendiri kaget.
"Bahagia sekali, Kong. Untung niat Engkong
menjodohkan daku dengan Siti Nurgaya daku terima," jawab Gusur antusias.
"Syukur deh... kalo lo bahagia."
Rapi segala persiapan, Gusur segera digiring ke
Kampung Wetan. Ia ditaro paling depan, didampingi engkongnya dan seorang juru bicara. Sementara
di belakang berduyun-duyun orang sekampung yang
mengiringinya. Masing-masing membawa nampan
107
DerlSl makanan dan segala kebutuhan sehari-hari
mempelai perempuan seperti sabun, odol, anduk,
bahkan sepatu! Tepat di belakang Gusur, dua orang
pengiring dengan susah payah menggotong roti buaya yang ukurannya segede buaya betulan.
Di rumahnya, Siti Nurgaya juga udah didandanin abis-abisan.
"Kayak ape sih, Be, calon laki aye?" desah Siti
Nurgaya penasaran bertanya pada Bang Rohim,
babenya.
"Babe juga belon pernah liat, tapi engkongnya
udah promosi abis-abisan. Katanya tu anak keren
banget, kayak bintang sinetron."
"Alhamdulillah, Be. Aye emang udah ngimpiin
punya laki kayak bintang sinetron." Siti Nurgaya
tersenyum bahagia.
"Syukur deh kalo gitu, Babe seneng banget kalo
lo seneng ama calon laki pilihan Babe."
Sedang Gusur, makin deket rumah Siti Nurgaya,
hatinya makin deg-degan nggak menentu. Bahagia
campur haru nyampur dalam dirinya.
"Aduh, Kong, tiada tahunya alangkah enaknya
kawin itu. Kenapa tiada sejak dulu Engkong mengawinkan daku,"tanya Gusur sama engkongnya yang
jalan di sampingnya. Engkongnya cuma ngejawab
dengan senyuman.
Akhirnya rombongan sampai di tujuan, dan dis
ambut meriah oleh Bang Rohim.
108
"Yang mane sih, calon laki anak aye?" Bang Rohim penasaran. Matanya mencari-cari, siapa tau
calon mantunya diumpetin, biar surprise.
"Lha itu, yang Bang Rohim lagi salamin, calon
mantu Bang Rohim sendiri," jawab engkongnya Gusur.
Bang Rohim kaget.
"Ha, ya ampun, ini die. Nggak salah, nih. Katanya kayak bintang sinetron."
"Maksudnya sinetron khusus Hlm-Hlm horor,"
engkongnya Gusur coba-eoba menetralisir.
"O, pantes..."
"Sekarang, mana penganten perempuannya,
Bang Rohim?) tanya engkongnya Gusur
Jawaban Bang Rohim cuma tepukan keras. Lalu
keluarlah Siti Nurgaya sambil menuduk. Siti Nurgaya terus menunduk sampai disandingkan dengan
Gusur di depan penghulu.
Gusur deg-degan.
Penghulu meminta Siti Nurgaya mengangkat
mukanya, dan menatap ke arah Gusur.
Siti Nurgaya menurut.
Dan reaksinya sangat luar biasa. Siti Nurgaya
menjerit histeris, lalu lari terbirit-birit.
Para hadirin panik. Gusur apalagi. Begitu sadar,
para hadirin berusaha mengejar Siti Nurgaya yang
lari ke arah pasar.
109
110
Sebelum muncul kegaduhan yang lebih parah,
untunglah Siti Nurgaya keburu kena cekal babenya.
"Kenape lu tau-tau kesetanan, Nur?" tanya
babenya heran.
"Babe bo'ong. Katenye aye mo dikawinin ame
bintang sinetron. Nggak taunye, ame ondel-ondel.
Kalo nyang itu aye ogah, ah," jawab Siti Nurgaya
sembari sesenggukan.
"Aduh, Nur, tapi undangan udah disebar, gimana
jadinya nanti."
"Nur nggak mau tau. Itu urusan Babe. Pokoknya
Nur lebih baik gantung diri di pu'un jengkol daripade kawin ame tu ondel-ondel"
Siti Nurgaya langsung pingsan begitu tapi ngomong.
Gusur nelangsa. Butir-butir air mata meleleh di
pipinya.
Tiba-tiba pundak Gusur ditepak dari belakang.
"Udah deh, Sur. Namanya juga bukan jodoh. Yuk
pulang, lagian 10 kan masih SMA. Mending kita terusin usaha cetakan kital"
Wiktu Gusur menoleh, diliatnya Lupus dan
Boim lagi nyengir-nyengir bajing
"Ayo, deh, Pus, Im!"
Tiga anak itu lari dengan riang gembira.
Tinggal Engkong yang bengong sendirian.
111
8. GROWING PAINS
'J'ERNYA'I'A usaha cetak-mencetak
da yang dimotori Lupus ini sudah
banyak menghasilkan untung.
Tentu saja setelah mereka berhasil
mengumpulkan modal, membeli
sj JJ)7_&_
bahan-bahan pokok, menciptakan
stiker-stiker unik, dan menjualnya
dengan gigih. Boim yang muka
tembok, tak pelak jadi ujung tombak Lupus di sektor penjualan. Gimana nggak, Boim kalo nawarin
barang pake acara maksa segala. Kalo perlu ngancem.
Kayak waktu si Anto ketawan Boim lagi nyontek,
Boim langsung mendekat.
"Bell stiker atau gue aduin ke Kepsek?"
Dengan muka dongkol, Anto terpaksa memborong stiker.
Ya, Lupus dan temen-temennya jadi cepet maju.
Tapi asal tahu aja, dulu-dulunya usaha ce
tak-mencetak kayak ini nggak pernah ke
112
bayang-bayang sedikit pun diubun-ubunya Lupus.
Beneran. Lupus sebelum-sebelumnya malah nggak
pernah ngebayangin bakal berkecimpung di usaha
cetak-meneetak. Apalagi waktu Lupus masih diberi
ASI.
Ya, tapinya, biarpun dulunya nggak pernah dirasa-rasa, Lupus tetap bekerja dengan sungguh-sungguh. Nggak seteng-setengah. Jadi jangan heran juga
kalo usaha cetak-mencetak itu berkembang pesat.
Mereka malah telah mampu melakukan perluasan sayap usaha segala. Jika tadinya cuma nerima
pesanan cetak stiker atau gambar tempel, sekarang
mereka juga melayani orderan bikin gambar cetak di
kaus basket, di kaus singlet, kaus kaki, dan kaus sambal ABC! (Hehehe, sisa-sisa plesetan!)
Bahkan permintaan dari KUK (Kelompok Usaha
Kecil-kecilan) yang memesan cetakan kue serabi juga
dilayani dengan senang hati oleh Lupus dkk. Gile,
nggak?
Belakang kesibukan Lupus bertambah, lantaran
ia dapat orderan gede-gedean dari Kepala Sekolah.
So pasti ini kerjaan empuk, artinya kerjanya nggak
payah, tapi duitnya bisa setampah!
Maka lihatlah langkah kaki si kece berjambul
yang tengah menyusuri koridor sekolah itu, tampak
prima sekali, bukan? Badannya juga tegap. Dan pan
dangannya senantiasa lurus ke depan, seperti pan
113
dangan kuda delman (hehehe). Lupus sejak makmur
jadi punya rasa percaya diri yang tinggi.
Kepala Sekolah memberi oder cetakan ke Lupus
tanpa pakai tender-tender lagi. Sebenarnya ini nggak sehat, tapi karena usaha cetak-mencetak baru
ada sebiji (cuma sebiji berarti gak ada niat monopoli,
kan?), ya wajar saja Kepala Sekolah memberikan kepercayaan langsung pada usahanya kelompok Lupus.
Orderan gede-gedean itu untuk mencetakkan
logo sekolah ke setiap peralatan dan stasioneri milik sekolah. Logonya juga bikinan Lupus (untuk
pembuatan logo mereka dibayar lagi). bogo tersebut
bergambarkan Kepala Sekolah yang berdiri di bawah
pohon akasia sedang membawa bel dan pentungan.
Arti dari logo itu, menurut hasil rumusan Lupus
dan Kepsek, bahwa Kepala Sekolah harus selalu siap
menjaga dan mengawasi bel eh, bukan, bukan itu,
yang benar, selalu siap menjaga jalannya pendidikan
di sekolah itu. Nah, asyik, kan?
"Wah, bagus sekali logonya," puji Kepala Sekolah
begitu Lupus menyerahkan gambar Foto kopiannya
di ruangan beliau.
"Ya, ini kan hasil rembukan sama Bapak juga."
"0 ya, Lupus, soal pembayaran sudah bisa diurus. Dan kalo sudah jadi, mending langsung saja
dicetakkan sekarang," ujar Kepsek sambil terus men
gagumi potret dirinya di kartun.
114
"Kira-kira barang apa saja, Pak, yang akan dicetakkan atau diberi logo ini?" tanya Lupus pada
Kepsek.
"Selain penggaris, papan tulis, buku-buku
di perpustakaan, barangkali ada lagi, Pak?"
"Ya, pokoknya semua barang yang ada di sekolah
ini."
"Semuanya?" Lupus masih belum jelas.
"Ya, dari mulai pagar sekolahan, sampai kepada
bel yang digantung di pintu depan itu," ujar Kepala
Sekolah sambil menunjuk bel.
"Lho?"
"Tak usah heran. Semua barang di sekolah ini
memang harus dipasangi logo, maksudnya biar
semua barang jelas kepemilikannya."
Lupus mengangguk-angguk.
"Dan lagi," Kepala Sekolah meneruskan perkataannya,
"kalau ada yang membawa barang itu ke luar
sekolah, orang-orang di luar akan langsung mengenali. Nah, dengan begitu sekolah ini jadi tambah
terkenal, kan?"
Lupus mengangguk-angguk lagi.
"Tapi, nanti bayarannya diitung per gambar ya,
Pak? Maksudnya, menurut banyaknya barang yang
harus ditempeli logo ini, gitu," jelas Lupus.
Lupus n Work Karya Hilman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"O, ndak masalah. Soal bayaran itu ndak masalah."
Yang jelas dengan bertambahnya orderan dari
115
Kepala Sekolah, kantong celana Lupus jadi makin
gembur, begitu juga kedua sohibnya, Boim dan Gusur. Duit jajan mereka jadi makin berlebih.
Dan Boim jadi tambah ngocol aja di depan cewek-cewek. Tiap malam bawaannya pengen ngajak
kencan anak cewek sekelas.
Begitu Lupus sampai kelas, Boim langsung aja
menyambutnya dengan gegap gempita.
"Pus, tinggal Nyit-nyit yang belum bisa gue ajak
jalan! Tolonglah, Pus, bujuk dia. Apalah artinya duit
segepok tanpa bisa mengajak jalan Nyit-nyit. Bantulah hambamu ini, Pus."
Lupus tak menghiraukan keluhan si kucing belang
ini. Lupus duduk di bangkitnya. Dan mengeluarkan
catatan hasil pertemuannya tadi dengan Kepsek.
"Pus, ayolah, sekali ini aja. Kamu kan tau sejak
dari nggak punya duit saya sudah mengidam-idamkan Nyit-nyit. Sekarang saya sudah punya duit.
Ayolah, Pus."
"Gusur mana?" Lupus malah, menanyakan Gusur, sama sekali tak menanggapi ratapan si anak tiri.
"Gusur lagi nraktir anak-anak di kantin," jelas
Boim sebal. Tapi dia masih nekat nanya lagi,
"Soal
Nyit-nyit itu bagaimana, Pus?"
"Uruslah sendiri!" semprot Lupus.
"Lagi banyak
kerjaan, nih.Sekarang panggil Gusur, ada yang mau
diomongin!"
116
Boim akhirnya cabut ke belakang.
Pagi itu di SMA Merah Putih belum banyak yang
datang. Tapi di kantin belakang telah terjadi keramaian. Ibu kantin bela-belain buka lebih awal, dan
anak-anak juga rela berangkat sekolah subuh-subuh
tanpa sarapan lagi, lantaran ada undangan traktiran
spesial dari Gusur!
"Sur, dipanggil Lupus!" panggilan Boim mengganggu keasyikan Gusur.
"Ah, kau cabe keriting! Ada apa kau memanggil-manggil daku di saat daku sedang bersukacita?"
Gusur meletakkan risol yang sudah siap masuk ke
mulutnya.
"Dipanggil Lupus, ada tugas Penting."
"Penting? Pasti ada order cetakan gede-gedean.
Hmm, kawan-kawan yang budiman, tunggulah kalian di sini, daku pergi dulu menghadap Lupus!"
"Gusur, soal pembayarannya gimana?" teriak
Andi.
"Gampang itu, kalian makan sajalah, tak usah. kalian pikirkan, nanti kalian bayar sajalah!"
"Hmm...!" anak-anak mencibir.
"Tenang, mengapa kalian pakai bertanya-tanya
lagi? Sudah jelas semua itu daku yang bayar!"
"Asyiiiik... Hidup Gusur!"
Sesampai di depan Lupus, Gusur dan Boim
langsung diberitahu soal pembagian kerja yang ha
117
rus dilaksanakan dalam rangka pengerjaan orderah
Kepsek.
.(.
:(.
;(.
Sementara di rumah, Gusur jadi disayang banget
sama engkongnya. Karena sejak banyak duit penyair
sableng yang perutnya gendut seperti karung beras
itu rajin sekali ngebeliin engkongnya celana kolor
model baru, model yang transparan.
Makanya begitu Gusur pulang sekolah. dia
langsung disambut meriah sama engkongnya.
"Sur, mau ngerendem di bak mandi?" tawar Engkong ramah.
"Iya, boleh. Kebetulan hawa panas, nih," ujar Gusur sambil kipas-kipas.
"Dan kebetulan bak mandinya udah Engkong
isi."
"Isi apa, Kong?"
"Isi cendol! Hehehe."
"Ah, yang benar?" Gusur pura-pura percaya Biar
engkongnya senang
"Lagian percaya amat, sih. Jelas aja Engkong isi
aer," sanggah engkongnya kemudian,
"Ah, kirain..." Gusur lalu melepas baju dan celana seragam, untuk segera nyemplung ke dalam bak
mandi.
"Kooong... ! Di dalam tas Gusur ada celana
118
kolor baru, tiga biji, tapi jangan di ambil semua, sisain satu buat Gusuuur!" Gusur teriak dari kamar
mandi.
Dan sang Engkong pun langsung memburu ke
tempat tas Gusur berada.
Sedang Boim, begitu sampe rumah langsung
membuka agenda sekolah. Meneliti agenda, sekarang
memang sudah jadi kebiasaan playboy cap duren tiga
itu. Dilihatnya satu demi satu nama anak-anak kampung yang bakal diajak jalan nanti malam.
"Wah, gilirannya si Patimeh!" teriak si playboy
yang juga punya julukan cap kacang buncis eclek
ini.
Boim kemudian tiduran di kasur tanpa seprai
yang full kutu busuk. Lalu membayangkan perjalanannya nanti malam bersama Patimeh, anak Pak RT.
Perlu tahu, kalo Boim gagal ngajak cewek sekelas,
cewek kampungnya yang diincer.
Sedang Lupus rada beda sama kedua temannya.
Begitu sampe rumah dia langsung nerusin kerjaannya lagi. Lupus mendesain gambar tempel. Karena
tiba-tiba saja Lupus menemukan pasar gambar tempel yang selama ini belum pernah disentuh oleh pen
gusaha-pengusaha percetakan gambar tempel, yaitu
119
pasar bagi pengemudi angkutan bus kota dan truk
pasir.
Lupus ngerancang kata-kata, misalnya,
"Para Penumpang Dilarang Bergelantungan di Pundak Sopir!"
Untuk mobil truk,
"Yang Nyusul, Benjol!"
Yah, pokoknya yang kayak-kayak gitulah!
Dan Lupus sampai lupa makan, akibatnya Mami
uring-uringan. Soalnya hari itu Mami udah capek-capek masak resep masakan baru, kalo nggak
dimakan kan Mami nggak bakalan tahu enak apa
enggaknya. Dan Lupus memang selalu siap jadi kelinci percobaan Mami.
"Pus, istirahat dulu. Jangan terlalu diforsir," Ingat Mami.
Jam di meja Lupus sudah menunjukkan pukul
tiga.
"Kamu kan belum makan, nanti sakit maag, lho,"
pesan Main.
"Mami bikin masakan enak, Pus, capcai
kangkung ala Cirebon!"
"Tanggung dikit lagi, Mi, jawab Lupus.
"Atau Mami ambilkan. Soalnya dari tadi belum
ada yang mau makan. Lulu bela-belain makan pakai Indomie begitu ngelihat masakan Mami. Tinggal
kamu seorang harapan Marni. Ya, Marni ambilkan,
ya?"
"Tak usah, sebentar lagi selesai, kok."
"Bener ya, nanti dimakan, ya? Mami ingin tahu
120
hasilnya." Mami lalu dengan gontai keluar meninggalkan Lupus. Sedang Lulu dengan ceria masuk ke
kamar Lupus.
"Mana janjinya, katanya mau tuker tambahin
otopet kita sama sepeda federal?" ujar Lulu sambil
menggelendot di pundak abangnya.
"Kapan kita ketoko sepeda?" tantang Lupus.
"Oh, jadi nih kita beli sepeda federal?" Lulu tak
menyangka secepat itu.
Dan Lupus mengangguk pasti.
Usaha cetak-mencetak Lupus memang sukses berat. Lupus jadi bisa macem-macem . Bisa beliin baju
tidur buat Mami, beliin sepeda federal buat adiknya,
punya tabungan di bank, punya koleksi pakaian dalam, punya ya, pokoknya punya macem-macem
lah!
Tapi sayangnya begitu Lupus ke sekolah, dia
mendapat kabar yang menggetarkan hati. Ya, tiba-tiba saja, datang kemelut. Saingan muncul.
Sebuah perusahaan cetak yang lebih mapan, lebih
canggih, dan lebih murah menyerbu masuk sekolah
Lupus. Perusahaan itu menyebarkan brosur-brosur
yang cantik dan menarik. Brosur-brosur yang bergambarkan kelompok-kelompok musik terkenal kelas dunia. Faith No More, Metallica, Guns
RHCP, Bon Jovi, dalam pose-pose yang eksklusif dan
luar biasa keren. Dengan wai'na-Warna metalik, dan
121
bisa memantulkan sinar kalo kena matahari. lemnya
juga kuat. Jadi meski mahal, semua murid di sekolah
Lupus pada suka.
Lupus pun mengamati brosur itu dengan perasaan
gamang.
"Gile, siapa nih, yang ikut-ikutan buka usaha cetak di sini?"
Hasilnya juga gila-gilaan. Selanjutnya banyak
siswa SMA Merah Putih langsung pesan cetakan ke
perusahaan baru itu. Bahkan yang tadinya sudah pesan cetakan gambar ke Lupus banyak yang menarik
diri.
Lupus jelas syok.
Dan usaha cetak Lupus jelas terancam. Diamdiam Lupus mengajak Boim dan Gusur untuk berunding.
"Kacau, sungguh-sungguh kacau. Tidak kita duga
sebelumnya, bahwa kita bakal mendapat saingan."
Gusur mendengus-dengus.
"Mana daku sudah berjanji untuk mentraktir Fifi Alone di Em Ce Donal
lagi. Wah, kacau beliau, nih!"
"Lagi kalian pada berleha-leha, sih!" sungut Lupus
"Iya, kita terlalu asyik. Sampai sampai kita jadi
kaget ketika ada orang yang membuka usaha yang
sama." Boim nyadar.
"Apa kalian punya ide untuk mengatasi masalah
ini?" tanya Lupus.
122
"Daku pikir, sebaiknya kita harus mencari terobosan baru untuk mengalahkan saingan kita" usul
Gusur semangat.
"Iya, kita juga tau kalo kita harus mencari terobosan. Tapi terobosannya apa?" kejar Lupus.
Lupus jadi frustrasi. Abis, kalo diajakin diskusi isi
kepala Boim dan Gusur tumpul-tumpul. Dan waktu mereka lagi pada bengong, lantaran mikirin jalan
keluar yang nggak keluar-keluar, muncul Fifi Alone
mau nagih janji pada Gusur.
"Gusur, nanti malem jadi, kan? Ik udah siapin
busana khusus buat ke sana, lho."
"Oh, Fifi Alone yang sudah tidak alone lagi, daku
bukannya ingin ingkar pada janji, tapi apalah dikata,
ibarat peribahasa, pucuk dicinta ulam tiba, artinya
Lupus n Work Karya Hilman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketika daku sedang pusing engkau tiba, Fifi."
"Ih, apa sih maksud kamu, bicara muter-muter?"
"Daku, daku sedang ada masalah." Gusur menundukkan kepala.
"Masalah apa, Pus?" Fifi nanya ke Lupus. Lupus
menceritakan masalahnya. Begitu mengerti, Fifi tanpa dinyana langsung melontarkan ide cemerlang.
"Ah, mereka kan modalnya cuma Foto artis musik
aja. Nggak kreatif, Pus. Masa kamu kalah. Kamu
bikin aja stiker yang bertuliskan pesan-pesan. konyol. Y; , pesan-pesan konyol yang hanya bisa diciptakan oleh otak kalian!" teriak Fifi Alone.
Pesan-pesan konyol!
Ketiga cowok itu terenyak sebentar. Mereka me.mang konyol-konyol, hobi becanda, dan suka bikin
cerita-cerita lucu. Mungkin ini yang dimaksud Fifi.
Menggabungkan kekonyolan yang selama ini mereka punya pada setiap order cetakan.
Wah, terang juga otak Fifi. Jangan-jangan dia abis
makan bohlam, jadi terang begitu.
"Ya, saya setuju dengan usul FiH!" ujar Lupus
kemudian.
"Tapi, nanti pesan-pesan konyol itu jangan cuma dicetak di gambar tempel! tapi juga di
kaus!"
"Contohnya gimana?" tanya Boim ingin tahu.
"Sebenarnya sih nggak usah dicontohin segala,
karena muka kamu kalo ditempel juga udah konyol!"
Boim merengut. Fifi tersenyum.
"Sebetulnya saya juga. pernah memikirkan hal
ini, tapi waktu itu saya berpikir akan memasarkannya untuk sopir-sopir bus kota. Tapi itu tidak ada bedanya. Pesan-pesan yang kita buat ini kita konsumsikan untuk teman-teman kita. Misalnyz ,
Menjalin Kesatuan dan Persatuan..."
"Hehehe, bisa saja, Lupus!" teriak Fifi
"Saya juga ada," ujar Gusur.
""Anda Memasuki
Daerah Wajib Nyontekl",
"Kalo saya," kata Boim.
"'Bernyontek-nyontek
lah dahulu, disetrap kemudian!"
124
"Hehehe."
"Dan kita jual dengan harga yang lebih murah
dari biasanya. Kan kebanting tuh harga-harga Stiker
artis!"
Sementara ini mereka merasa lega.
125
9. MIMPI FUTURISTIK
LULU itu makhluk aneh. Dia perda nah mimpi ketemu tuyul, pernah
punya kekuatan indera keenam
yang sekarang ilang, dan suka
mimpi di siang bolong. Mimpinya
sj .li/i
suka aneh-aneh. Tidur dikit aja, tu
anak langsung mimpi. Kalo udah
mimpi, langsung lupa sekitarnya.
Ngorok sampe lima oktaf.
Dan kalo udah ngimpi, Film Star nek aja kalah
seru. Seperti siang ini. Saat dia lagi nungguin Lupus
yang janji mau ngebeliin sepatu Doc-Mart lantaran
usahanya maju, Lulu tiduran di sofa. Ia baru aja pinjem buku fiksi ilmiah tentang bumi menjelang abad
ke-21. Dan pengaruh buku itu jadi kebawa mimpi.
Ini mimpinya. Anehnya, dalam mimpi itu, papi
Lulu masih ada. Dan selain punya kakak Lupus,
Lulu punya adik c0wok yang namanya Ludi. Ya,
emang impian Lulu punya. adik cowok. Biar bisa
punya orang yang bisa diperintah. Di samping itu,
126
http:Jlhana-ohi.blogspot.comJ
Lulu juga punya sobat robot canggih. Ya, biar nggak
penasaran, kita telusuri alam mimpi Lulu siang itu.
Oke?
***
"Halo, di sini Lulu, %lcome to Indonesia 2055.
Hari ini pasti hari pertama tahun baru 2055. Dan
gue lagi asyik ngocol didepan sebuah tombol merah,
yang orang dulu bilang mike, untuk disket harian
gue. Uh, awal tahun yang hebat. Pesta yang gila-gilaan. Masa si Vigi, cowok keren yang hobi balap hoverboam' itu sempat ngelirik gue tadi malam "
Suara Lulu yang cempreng, memecah kesunyian
pagi di awal tahun 2055. Ya, jangan heran. Ini kan
Lulu lagi ngimpi. Ngimpi tentang Indonesia puluhan tahun mendatang. Saat bumi sudah sedemikian
modern, dan perkembangan teknologi melaju cepat.
Lulu saat ini sedang membuat catatan harian, yaitu
dengan ngocol sendirian di sebuah alat yang bolehlah disebut mike.
Lagi asyik merekam suaranya, tiba-tiba terdengar
suara Lupus dari tlz'rp/Jone kamar Lulu.
"Luluuu, lo
ngumpetin bicyele pants gue, ya?"
Lulu kaget dan menoleh. Lalu langsung berbicara
dengan komputer diary-nya.
"Nah, nah. Itu kakak
gue, si Lupus. Si bawel yang hobinya dari zaman
127
Michael Jackson doyan operasi plastik suka nuduh
orang sembarangan. Tiap pagi hobi tu anak emang
naik sepeda terbang ngiter-ngiterin condomininium
tempat kita tinggal, dan nemplok di parabola susun
sambil ngemil vitamin rasa moka. Umur tu anak 17
tahun, cuma setahun lebih uzur daripada gue, tapi
lagaknya kayak orang yang udah sepuluh tahun lebih
berpengalaman dari gue...."
"Luluuu, kamu gak mau nitip beli pizza di kantin
bawah?" suara yang lain, terdengar lagi di ahphone.
"Nah, yang cempreng itu suara adek gue, si Ludi.
Kecil-kecil udah jago korup. Jangan sampe
deh mau nitip beli apa-apa samatu anak. Pasti
harganya bisa melonjak sampe 300 persen belon
komisinya!
"Eh, tapi sebetulnya di samping dua sodara cowok gue itu, di keluarga gue, seperti juga keluarga
yang laennya, punya robot yang jadi pelayan. Robot
itu kita kasih nama yang cukup centil, Itsy. Nama
panjangnya Itsy Bitsy Malupetsy. Tapi entah karena
Papi itu salah memprogram atau gimana, yang jelas
sebagai robot, si Itsy itu jadi rada-rada goblok."
Pintu otomatis di kamar Lulu tiba-tiba terbuka.
Lulu nggak nyadar. Masih asyik ngocol di milee-nya.
Si Itsy yang baru aja dirumpiin, udah nongol sambil
cengengesan. Nah, lo Bayangin aja sendiri, gimana
seonggok robot bisa cengengesan kayak gitu.
128
"Nona Lulu.
" ujar Itsy pake acara nyetrum Segala
Lulu terkejut.
"Eh, kranci-kranci! Sampe kaget."
"Ih, kagetnya kok kuno amat. istilah dulu masih
dipake aja. Lagi ngegosipin orang, ya!" tuduh Itsy.
"Sembarangan lo kan udah dibilangin, kalo
mau masuk kamar nyalain sinar laser dulu." Lulu
rada sewot.
"Emang lagi ngapain, sih?"
"Pake tanya lagi! Gue lagi masukin data ke disket
harian, tau!"
"OW, sori."
"Telat sorinya. Mood gue keburu ilang, taulAda
apa 10 ke sini?"
"Lho, kan kemaren kita Lidah janjian mau liat-liat
gudang?"
"Gudang?" Wajah Lulu berubah cerah.
"Eh, iya.
Lupa. Mumpung Papi sama Mami lagi pergi, ya?
wah, bakal seru banget, nih. Kita bongkar-bongkar
benda-benda lama.Ayo, deh, lt. Kita buru-buru get
lost."
Lulu dan Itsy pun buru-buru keluar kamar. Pas
kepergok Lupus yang baru mau ke kamar Lulu.
"Hei, hei, hei. Pada mo ke mana, nih?"
"Mo tau aja. Sana minggir. Kita punya urusan
penting," ujar Lulu sambil menggeolkan pantat.
130
"Urusan apa?" Lupus jadi ingin tau.
"Alaaa, jail amat, sih! Sana minggat!" usir Lulu
ketus.
"Enak aja minggat. Bicyele pants gue mana dulu?"
Lupus berkata sambil merintangi jalan pake kedua
tangannya.
"Kok nuduh?"
"Emang nggak boleh?"
"Emang, dong. Mana bukti-buktinya kalo gue
ngumpetin celana lo?"
"Bukti-bukti nggak penting. Yang penting nuduh
dulu. siapa tahu benar."
"Enak aja..Yuk, Itsy. Kita cabut." Lulu dart Itsy
buru-buru pergi meninggalkan Lupus.
"Hei, bicyele pants gue mana ...?"
"Cari aja di tong sampah!" sahut Lulu sekenanya.
"Emang ada di Sitti?" Lupus melongo.
"Siapa tau, kan?"
Beberapa saat kemudian, Lulu dan Itsy udah
sampe di gudang belakang. Gudang itu letaknya di ujung bawah kompleks condamim'um tempat
keluarga Lupus tinggal. Setiap keluarga punya gudang sendiri-sendiri. Gudang tempat menyimpan
barang-barang rongsokan yang emang udah nggak
kepake lagi.
131
Itsy membuka pintu gudang secara otomatis.
Pintu gudang terbuka. Barang-barang yang ada di
dalam gudang itu nampak berdebu.
"Uhukl. Uhuk!" Itsy terbatuk.
"Ih, robot bisa batuk." Lulu ikutan menutup
idung.
"Banyak debu, tau!"
Lupus n Work Karya Hilman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lulu langsung aja merasa senang. Ia memang senang sesuatu yang antik-antik. Makanya, langsung aja
Lulu memeriksa ke sana-sini.
Tiba-tiba ada suara benda jatuh.
Lulu memekik.
"Aduh, sori. Gue kepeleset" Itsy berusaha bangkit.
"Ah, bikin kaget aja," omel Lulu.."Gila, ni gudang dekil amat? Dan batang-barangnya, hihihi.
Kuno-kuno. Liat, Itsy, apaan nih?"
Lulu mengangkat sebuah benda yang agak berat,
yang ditumpuk begitu aja di antara kardus-kardus.
"Oh, itu laser disc. Benda peninggalan abad ke20. Tontonan keluarga."
"Laser disc? Wuih, zaman gue belon lahir kali ya.
Gimana nih cara nyalainnya?"
"Ini harus pake'l'V."
"Pake TV? Aduh, kuno amat. Apa nggak bisa tiga
dimensi langsung ke tembok?"
"Nggak, dong. Ini kan benda kuno. Sebentar,
saya perbaiki. Mudah-mudahan masih bisa "
132
"Hei, ini ada Hlmnya. Film apa nih? Pretty %man, Home Alone Hahaha kuno banget? Liat
ada Julia Roberts. Idola nenek-nenek! Rambutnya,
buset, model apaan, nih? Kayak kain pel."
Sementara Lulu ngocol, Itsy sibuk mempelajari
sistem kerja laser disc itu. Sebentar saja, ia sudah memahami bagaimana cara penggunaannya.
"Nah, nah Bisa. Mana film yang mau diputar?"
"Ini ada film Indonesia! Kamu bisa? Kan enggak
ada TV di sini?"
"Bisa diprogram ke sereen saya. Mana filmnya?"
"Ini. Hati-hati, lt. Benda kuno." Lulu menyerahkan sebuah laser disc yang berdebu. Itsy lalu memasang kabel penghubung antara alat pemutar laser
disc itu ke tubuhnya. Lalu sistem listrik diaktifkan.
Bum! Tiba-tiba terdengar suara ledakan.
"Itsy!!!" Lulu berteriak.
Itsy nampak dikepuli asap hitam tebal.
Itsy nampak korslet.
"Bzzz... brt! Bul...."
Lalu jatuh, seperti mesin yang power-nya dimatiin.
"Aduuh! Gimana ini? Kok jadi korsleting?" Lulu
menghampiri Itsy. Sebagian tubuh Itsy masih memercikkan listrik bertenaga rendah.
"Kamu disuruh hati-hati, kok nekat! Bangun
dooong!"
Itsy tak bereaksi.
Menjelang sore, Lulu selesai mengutak atik mesin Itsy di kamarnya. Ia udah cemas aja, takut Itsy
tak bisa berfungsi lagi. Kalo sudah gitu, Lulu bisa
diomelin papi.
Lulu mengusap dahinya yang penuh peluh,
"Uh, beres. Mudah-mudahan sukses. Ayo, Itsy.
551)! 7761101 Masa pingsannya lama amat?"
Itsy tampak pulih tenaganya,
"Brrt! Zrtt! Hello ."
Lulu melonjak-lonjak girang,
"Cihuiii! Berhasil!"
Si bungsu Ludi, tiba-tiba masuk ke kamar Lulu.
"Hei, Lulu!"
"Eh, kranci-kranci! Aduh, bikin kaget aja."
"Lagi ngapain, lo? Si Itsy kenapa?"
"Nggak apa-apa. Gue lagi eksperimen aja."
"Ntar diomelin Papi, lho.O ya, tadi Mami ngebel, katanya Tante Jay mo ke sini."
Lulu kaget.
"Tante Jay yang rese? Ngapain, sih?"
"Mana gue tahu. Gue sih ngebilangin aja, supaya
lo siap-siap. Abis kan tu orang paling nggak bisa ngeliat ada yang nggak beres. Bye. Gue mo maen hoverbozzrd dulu."
Ludi pun keluar kamar dengan menenteng hoverboard. Hover/mzzm' itu alat seperti slezztebom'd di
zaman kita, tapi tak ada rodanya. Benda itu bisa me
134
layang, tanpa menyentuh tanah. Tapi cara memainkannya sama seperti skateboard. Yaitu dengan melatih
keseimbangan.
Lulu pun buru-buru merapikan alat-alat tukang,
bekas membongkar Itsy. Ya, sebab Tante Jay mau
datang, jadi segalanya harus dibereskan. Tante Jay
itu cerewet dan pengadu.
Itsy mencoba bangkit dan berjalan mundur-maju.
"Brrt! Brrt! H-halo, tokai."
Lulu menoleh kaget ke arah Itsy,
"Eh, apa kamu
bilang tadi?"
"Halo, tokai."
"Tokai? Apa itu tokai?" Lulu nampak tak mengerti. Ya, sebab di zaman ini kata-kata kotor sudah
tidak diproduksi lagi. Makanya Lulu gak tau.
Dan Itsy seolah tak peduli, terus berceloteh,
"Apa
yang terjadi, tokai? Kok lo berdiri dengan tokainya
di situ?"
"Apaan sih, ngomong tokai-tokai melulu."
"Gue ngerasa sedikit tokai."
Lulu tambah sebel.
"Udah, ah, Lulu gak ngerti.
lni pasti distorsi dari film kuno itu! Pasti Itsy kemasukan program kata-kara ajaib dari laser disc itu!"
Ya, ya. Lulu sama sekali tak tau bahwa ini sebetulnya awal dari bencana. Lulu nggak tau kalo kata
"tokai" itu dianggap kata yang paling pantang diucapin tahun 2055. Ya, sebab di abad amat modern
itu, segala kebobrokan dan penyakit di masa silam,
sudah dikubur dalam-dalam.
"Lo ngomong apa, tokai?"
"Itsyyyyyyy!!! STOP! Lo kenapa sih ngomong tokai-rokai melulu?" Lupus yang heran ngedenger ada
teriakan histeris dari kamar adiknya, segera memunculkan kepalanya di kamar Lulu.
"Kenapa sih, lo,
teriak-teriak kaya orang bener?"
"Ah, nggak kok," jawab Lulu sekenanya.
"Halo, tokai " Itsy menyapai Lupus. Lupus jelas
heran.
"Apaan? Tokai? Hihihi, lucu juga nama julukan itu. Ya udah. Mulai sekarang nama gue diubah
jadi Lupus Tokai. Asyik, kan?" Lupus langsung ngeloyor dengan wajah riang.
Lulu bengong menatap Lupus.
Dari jauh terdengar jeritan Lupus,
"Hidup Lupus
Tokai!!!"
Lulu mengangkat bahu tak peduli. Lulu hanya merasa ada yang salah dengan program Itsy. Ini
nggak boleh dibiarkan berlarut-larut. Jangan sampe
Tante Jay tau. Soalnya pasti akan mengadu ke Papi.
***
Menjelang acara minum teh, Tante Jay benar-benar datang berkunjung ke tempat tinggal Lulu. Su
aranya sudah terdengar ke mana-mana.
"Halo, Anak
136
anak ...! Lho, tak ada sahutan Anak-anak, halo..!"
Juga tak disahut? "Aih, aih, pada ke mana, sih?"
Saat itu, Lulu, Lupus, dan Ludi memang tak
datang menyambut.Ya, buat apa menyambut tante
cerewet? Dan karena tak ada sambutan, Tante Jay
langsung masuk ke kamar Lulu. Saat itu Lulu baru
selesai menyembunyikan Itsy di balik selimut, karena mendengar Tante Jay datang.
"Halo, Luluuu... apa kabar!"
"Eh, kranci-kran oh, Tante Jay? Wah, Lulu
kira si Lupus mo ngaget-ngagetin. Ada kabar apa
nih, Tante?" Lulu berusaha bersikap manis, dan
menyuruh Tante Jay duduk di sofa empuk.
Tante Jay duduk, sambil meletakkan tasnya di
meja kecil,
"Kabar baik, cuma ada yang tak baik."
"Apa itu, Tan?"
"Bisnis konde elektronik Tante lagi seret!"
"Konde elektronik? Konde apaan, tuh?"
"Ya, sebetulnya konde biasa saja, konde yang
dilengkapi antene TV internasional, fax, telepon,cuma yang ini kondenya bisa gede dan kecil sendiri sesuai hati kita. Ternyata gara-gara ada kebijaksanaan
uang longgar, bisnis konde elektronik ini jadi seret."
"Oh, begitu, toh." Lulu manggut-manggut.
Itsy tiba-tiba menimbulkan bunyi yang aneh.
"Ngght! gawat!"
Tante Jay kaget.
"Hei, Lulu, itu kan si Itsy, Cy
borg pembantu itu."
137
"Iya, Tante." Lulu tampak gugup
"Kenapa ada di situ, di balik selimut kamu? Sudah gila kamu, ya, membiarkan Cyborg pembantu
tiduran di kamarmu?"
"Eh, kranci, ee, anu, Tante, ee maksudnya anunya, Tante. Eh bukan, begini, Tante tadi si Itsy saya
suruh merapikan tempat tidur
"Disuruh merapikan tempat tidur? Kan ada remote control!"
"itu dia, Tante, remote control-nya lagi ngadat.
Jadi Itsy aja saya suruh merapikan tempat tidur Lulu.
Ee, pas Lulu masuk tau-tau dia ketiduran. Kata [.upus sih, dia udah lama nggak diserpis."
Tante Jay manggut-manggut.
"Tapi lain kali
kamu kudu hati-hati, jangan sampe si Itsy itu ketiduran lagi."
Lulu lalu pura-pura membangunkan Itsy,
"Bangun, Itsy...!" Lalu dia berbisik kepada Itsy,
"Itsy,
program kamu ada yang rusak jadi jangan coba-coba
ngomong dulu, ya?"
Itsy menjawab pelan,
"Tokai!"
"Hus, diem! Pokoknya kamu jangan coba-coba
ngomong, soalnya omongan kamu jadi nggak benar.
Nanti Tante Jay marah."
Itsy berbisik lagi,
"Jadi saya harus gimana, dong?
Apa harus jadi tokai?"
"Ya nggak usah pake ngomong. Kamu turutin aja
138
segala perintah seperti biasa. Tapi inget, nggak usah
pake ngomong."
"Positif!" jawab Itsy.
"Good!"
Lulu membantu Itsy bangkit dari tempat tidur.
Tante Jay bangkit dari sofanya.
"O ya, Lulu,
gimana, keren nggak mata Tante ini?"
Tante Jay mengedipkan matanya, dan tiba-tiba
saja biji matanya langsung berubah warna menjadi
biru.
Lulu heran.
"Lho, kok bisa berubah-ubah?"
"Heran, ya? Ini sofl lens Tante pesan di Singapur.
Lupus n Work Karya Hilman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kerennya, ini sufi" lens bisa disesuaikan sama busana
kita. Kita tinggal mengedipkan mata dan minta warna apa, maka dia akan berubah sendiri."
"Oh, asyik dong. Eh, tapi ngomong-ngomong
Tante mo minum apa? Saya punya pil rasa strawberry dan jeruk."
"Hmmm, tak usah pil, sekali-sekali minum
boleh, dong. Ini aja, Tante minta alpuket asli tapi
khusus yang buat diet."
Lulu langsung menyuruh Itsy mengambil pesahan Tante Jay.
Itsy pergi dengan jalan yang nggak keruan.
'l'ante Jay bengong.
"Lho, kok si Cyborg jalannya
seperti itu? Nggak sopan sekali!"
"D-dia lagi capek Tante. Maklum semalam ne
menin Papi main games."
139
"Cyborg kok bisa capek!" gerutu Tante Jay.
Beberapa saat kemudian, Itsy masuk lagi sambil
membawa segelas alpuket. Itsy langsung membawa pesanan itu ke Tante Jay. Tante Jay nggak begitu merhatiin. Dia masih asyik memperagakan lensa
kontaknya ke Lulu.
Itsy tiba-tiba melempar begitu saja gelas alpuket
itu ke arah Tante Jay. Tante Jay kaget setengah mati.
Lulu apalagi.
"Astaga! Apa-apaan ini, Lulu? Masa ada Cyborg
main lempar aja. Gila! Apa dia tak diprogram untuk
bersopan santun? Awas nanti saya laporin ke Papi!"
"Itsy, kenapa kamu?" Lulu langsung mengamankan Itsy.
"Biar nanti saya yang lapor aja, Tante. Itsy,
jangan kurang ajar kamu!"
"Ah, pada tokai nih!!" teriak Itsy tiba-tiba.
Tante Jay melotot, hampir matanya keluar.
"AAAA! APA KATANYA TADI? TOK... LULUUUU! Dari mana dia belajar kata-kata kotor abad
20 itu? ASTAGA! MANA PAPIMU? BIAR TANTE
LAPORKAN. Ini sudah keterlaluan!"
Lulu kaget setengah mati.
"Emang tokai itu
apa sih, Tante?" Tante Jay tak menggubris Lulu,
ia langsung menuju ke zzz'sz'p/aone, alat komunikasi
modern kayak telepon yang ada layar TV-nya.
"Bisa
Tante pinjam zzz'sz'p/aone-mu? Ini gawat. Harus dihen
tikan. Semua keburukan, kekotoran, permusuhan
140
yang mewarnai jiwa manusia abad ke-20 harus dimusnahkan. Cyborg-mu bisa mempengaruhi jiwa
kami, Lulu. Ini harus dilaporkan!"
"Aduh, jangan, Tante! Itsy, ayo kita pergi dari
sini!?"
Tante Jay menoleh.
"Hei, mo ke mana kamu?"
"Nggg, Lulu ada janji sama teman mo nonton
DynamicMotz'm/z Imagination. Kebetulan filmnya Inner Space. Kita bisa masuk ke tubuh manusia beneran! Saya mo ngajak Itsy. Bye."
Lulu buru-buru pergi.
Itsy ikutan pamit.
"Bye juga, Tante Tokai."
Pada saat Lulu dan Itsy keluar, Lupus masuk.
Langsung dengan riang menyapa Tante Jay,
"Halo,
Tante Jay. Apa kabar? Lupus dong punya nama julukan baru. Lupus Tokai!"
Tante Jay melotot, lalu pingsan
Ternyata Lulu pergi buru-buru itu membawa Itsy
ke Roboa'oc, yaitu klinik khusus untuk para robot
yang rusak. Di Robodoc, Itsy langsung diperiksa.
""Jadi gimana, Dok?"
Robodac selesai memeriksa semua jaringan tubuh
Itsy.
"Bip! Bip! Tak ada masalah. Masalah tak ada. Itsy
tak apa-apa. Tak apa-apa Itsy. Head pita suara tak
rusak. Tak rusak head pita suara. Kabel-kabel yang
menyambung ke saraf otak Itsy tak apa-apa. Tak apaapa Itsy," jelas Robodoc.
141
"Ya, tapi kenapa tingkah laku Itsy jadi nggak
beres?"
"Negatif. Saya tak tau. Tak tau saya. Negatif."
"Aduh, ngomongnya tak usah diulang-ulang begitu, dong!"
"Tak bisa, begitulah programnya. Begitulah programnya, tak bisa. Biar jelas, jelas biarin, eh..."
"Ya sudah kalau begitu. Kalau begitu ya sudah.
Aduh, jadi ketularan, nih. Yuk, Itsy, kita pulang aja.
Mungkin cuma korslet dikit. Berapa ongkosnya, Robadoc?"
"Langsung ke Robocas/J!"
Lulu pun nyetor duit ke kasa.Robocash langsung
bekerja.
"Buser, kembaliannya permen. Kayakkasir
zaman dulu ajal"
Sementara itu Tante Jay lagi ngadu ke Papi, perihal kelakuan Itsy yang aneh. Papi baru pulang.
"Begitulah, Mas. Saya liat dan dengar sendiri ada program Itsy yang nggak heres."
Papi jadi tak habis pikir,
"Padahal Itsy sudah
dilengkapi dengan auto-service. Jadi kalo ada kerusakan apa-apa bisa langsung memperbaiki sendiri."
"Tapi kelakuannya juga aneh. Saya rasa Lulu menutupi sesuatu."
"Aneh? Aneh bagaimana?"
"Bayangkan, dia menyuguhkan jus alpuket den
142
gan cara melemparnya. Untung baju saya waterproof.
Dan Itsy telah menyebar kata-kata jorok. Bahkan
Lupus sudah terpengaruh."
"Astaga! Kalo gitu saya urus nanti."
"Cepat urus, keburu mempengaruhi Ludi si
mungil itu nanti. Kebobrokan sikap masa lalu jangan sampe bocor ke anak-anak kita! Saya pulang
dulu, ya?" Tante Jay bangkit. Rasanya puas sekali ia
habis mengadu soal Itsy abis-abisan.
Papi mengantarkan sampai ke depan.
"Hati-hati memprogram pulang air-mobile-,.nya.
Jangan nyasar ke kebun binatang lagi kayak dulu."
Sepulang Tante Jay, Papi langsung mengecek program Itsy ke Hame Central Computer. Ia mengira ada
distorsi disistem pusat itu.Karena kan tidak biasanya
Itsy bersikap aneh begitu.
Tapi ternyata tak ada kerusakan apa-apa di Pusat
Komputer.
"Jangan-jangan Lulu melanggar aturan masuk
ke gudang! Ya, tak mungkin Itsy ngalamin distorsi
kalau tak korslet dengan benda-benda abad ke-20.
Dasar Lulu. Awas saja tu anak!" Papi langsung men
emukan kesimpulan.
Malam itu, Lulu nampak sedang disidang oleh
143
Papi. Mami nampak ada di situ, menenangkan Papi
yang uring-uringan. Lupus dan Ludi juga ada, sebagai penonton. Mereka suka sodaranya kena bencana.
Lulu nunduk kepalanya
Sedang adat Papi memang begitu, gampang uring-uringan kalo ada sesuatu yang nggak beres.
Makanya anak-anaknya takut banget kalo berurusan
dengan Papi.
"Sudahlah, Pi. Lulu kan sudah mengakui kesalahannya," ujar Mami.
"Tapi ini kesalahan Fatal! Papi kan sering bilang,
jangan sekali-kali berani masuk gudang."
"Kalo nggak boleh masuk gudang, kenapa harus
ada gudang," ujar Lulu membela diri.
"Jangan banyak bicara. Gudang ada karena Papi
masih mau menghormati masa lalu."
"Lulu juga mau. Makanya Lulu masuk gudang."
"Tapi itu nggak baik buat kamu. Nggak baik
kamu terlalu banyak tahu tentang masa lalu. Pengaruhnya buruk."
"Tapi kan "
"Nggak ada protes!" ujar Papi galak. Lulu sampai
kaget.
"Kamu harus dihukum."
Mami terus menenangkan,
"Pi, udah deh, "
"Iya, Pi, hukum saja anak bandel begitu," Lupus
yang ikut sebagai saksi persidangan, turut bicara
144
"Kecuali kalau dia berani bayar uang tebusan, Pi,"
timpal Ludi.
"Lupus, Ludi, jangan ikut campur. Sana masuk
kamar. Belajar!" ujar Mami.
Lupus berdiri sambil mengomel,
"Huh, Mami.
Tontonan gratis, kok nggak boleh."
"Itu kebiasaan buruk masa lalu. Serba mau gratisan. Nggak menghargai kreativitas orang lain. Kalian
juga mulai terpengaruh abad ke-20. Masuk kamar!!!"
bentak Papi.
Ludi langsung menyusul kakaknya mau masuk
kamar.
"Jadi nasib saya gimana, Pi?" tanya Lulu pasrah.
"Kamu harus dihukum."
"Dihukum apa?"
"DIKUNCIIN DI GUDANG SEMALAM
SUNTUK!!!"
Lulu, Lupus, Ludi, dan Mami terkejut.
"DI GUDANG?"
***
Lupus mengguncang-guncang tubuh Lulu.
"Lu, kenapa? Kok teriak-teriak di gudang?"
Lulu melek. Memandang kesekeliling. Lalu menatap Lupus.
"Gue ngimpi, Pus.
"
"Ngimpi apaan?"
145
"Tentang Papi, kamu, Ludi, Mami, Itsy..."
"Ludi? Itsy? Siapa tuh?"
"Ceritanya panjang. Pokoknya tentang abad ke21."
Lupus geleng-geleng kepala.
""Ada-ada aja kamu,
Lu."
Lulu langsung inget "Oya, gue kan nungguin
kamu, Pus, sampe ketiduran."
"Nungguin ngapain?"
"Lho, katanya mau beliin sepatu Doc-Mart yang
tinggi?"
Lupus langsung murung.
"Kayaknya harus di
tunda, Lu. Ada masalah...."
146
Lupus n Work Karya Hilman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
10. TUTUP AJA
SAAT Lupus merasa sedih mikirin
nasib naas yang bakal menimpa,
Boim lagi asyik nongkrong
dibawah pohon jambu bol, dekat
sekolahan Olga. Sambil mulutnya
komat-kamit mengapalkan sesuatu. Ngapain lagi kalo nggak
nungguin Olga pulang sekolah.
Sejak jadi penyiar dukun, tu anak emang terobsesi
sama niatnya mau naklukin Olga. Nah, tekadnya
udah bulet, sebulet idungnya untuk ngajak Olga
jalan-jalan hari ini. Rupanya gagal menggaet Nyitnyit, Boim pindah sasaran.
Meski semut merah ngerubung di kakinya, mata
Boim nggak lepas dari pintu gerbang sekolah Olga.
Dan nggak sia-sia, karena kini gadis yang diincernya sudah keliatan jalan kaki sendirian ke luar sekolah. Ah, kebetulan sekali, kayak sandiwara televisi,
batin Boim. Kebetulan seperti ini emang nyebelin
kalo kita jumpai di sandiwara, tapi sama sekali tidak
147
menyebalkan kalo dialami langsung. Kasusnya jadi
laen. Namanya berkah.
Boim langsung menyongsong Olga.
"Hai, Ol!"
sapa Boim.
Olga melongo ngeliat Boim. Aduh, makin item
aja ni anak.
"Boim, ya?"
"Iya, Ol. Masa lupa."
"Siapa yang lupa? Orang saban nightmare gue
terbayang wajah lo terus." Boim nyengir.
"Ada apa, lm?"
Boim langsung mengingat-ingat kata-kata yang
udah ia susun, yang didapet dari si Bule,
"I was wondering if you would like to have lunch with me today."
Kata Bule itu ajakan yang paling sopan. Tapi Olga
sama sekali nggak "ngeh" sama perjuangan Boim
mengapalkan kata-kata itu sejak seminggu lalu.
"Ngomong apaan sih kamu, lm? Siapa yang doyan Stevie Wonder?"
Akhirnya Boim balik ke asal,
"Ah, dodol. Gue mo
ngajakin lo round-round and then kita eating."
"Ke mana?"
"Ke Ancol, mau?"
"Ah, jauh amat? Naik bus, ya? Panas, ah.! Males."
Boim tetap merayu.
Lagi asyik-asyik ngobrol, tiba-tiba sebuah Wonder kuning berhenti pas di depan mereka. Mobil
148
Wina.Wina langsung menyembulkan kepala dan teriak ke Olga.
"0l, ke PI Mall, yuk?"
Olga langsung setuju,
"Ayo. Tapi balik ke rumah
dulu, ya, ganti. baju "
"Beres!"
Olga langsung naik ke mobil Wina dan melupakan Boim yang malang.
Wonder kuning itu berlalu meninggalkan debu.
Boim terbengong menatap kepergiannya. Namun
belum jauh meninggalkan Boim, Wina menginjak
rem, dan sedannya meluncur mundur kembali ke
arah Boim. Kepala Olga langsung nongol.
"Sori, Im.
Lupa pamit ke lo. Gue pergi dulu, ya? Atau kamu
mau ikutan? Tapi AC di mobil Wina
dingin, lho. Nanti kamu masuk angin."
"Nggak. Makasih. Saya mau ke Ancol," kata
Boim.
"Ya udah."
Wonder kuning meluncur lagi. Olga geleng-geleng, besar banget tekad tu anak mau ke Ancol.
Tinggal Boim sendirian lagi. Boim merenung.
Dan mulai ngebayangin, betapa bahagia kalau ia juga
punya mobil. Bisa ngajak Olga ke mana dia suka.
Dia berjalan ke halte. Nunggu bus. Lagi bengong-bengong, tiba-tiba Nanang, temannya yang
biasa bawa minibus, turun dari bus. Boim agak kaget
149
"Nanang!" panggil Boim.
Nanang langsung menoleh.
"Eh, lm, ngapain
sendirian di sini?"
"Nunggu bus. Abis maen. Lo kok nggak bawa
mobil? Masuk bengkel lagi?"
"0, enggak. Mobil gue lagi dicoba orang. Gue,
perlu duit, jadi tu mobil pengen gue jual." Nanang
nyamperin Boim.
""Mobil butut itu?"
"Hus, butut-butut juga hatinya baek tu mobil.
Nggak pernah nyusahin. Jangan ngeliat bodinya aja.
Bodi emang kropos, tapi mesin masih bisa bersaing
dengan Lamborgini."
"Ah, masa?"
"Lo mau beli, Im? Kalo mau, gue jual murah ama
lo!"
"Ah, lo ada-ada aja. Gue mana punya duit?"
"Ah, gue denger-denger lo sukses bisnis ama temen lo, siapa tuh namanya? Si Pulus, ya? Yang rambutnya kayak sarang tawon..."
"Lupus."
"Eh, iya. Lupus. Bener, Im. Kalo ama lo, gue
kasih murah banget, cuma empat juta! STNK masih
berlaku sampai setengah tahun lagi. Mau nggak?"
Boim jadi mikir. Ia agak tertarik. Mobil empat
juta kan murah.
"Kalau jadi lo beli, ntar gue tambahin hadiah
150
kaca spion racing ama gambar tempel!" ujar Nanang
bak sales profesional.
"T-tapi kata orang, ngurusin mobil lebih susah
daripada ngurusin pacar?" ujar Boim ragu.
"Sekarang lo kan belum punya pacar." Nanang
merangkul Boim "Dan sebenarnya itu justru terbalik, lm. Punya pacar itu bikin kita pusing, kita sering diomelin, dicemburuin, tapi kalau punya mobil
mana bisa dia ngomelin kita. Iya, kan?
Dengan begonya Boim mengangguk-angguk.
"Iya, ya..."
"Lagi kan lo udah punya SIM? Nah, buat apa itu
SIM, kalo nggak punya mobil?"
Boim akhirnya nyerah juga.
"Nanti gue lihat dulu
duit gue ada berapa."
"Kapan lo ngasih kabar lagi ke gue?"
Boim mikir keras.
"Eng... Kapan, ya...?"
Saat itu di depan Boim, lewat sebuah mobil. Di
dalamnya seorang cowok lagi mengangkut banyak
cewek kece. Boim melihat terus ke mobil itu. Tak
berkedip. Kemudian melamun, alangkah asyiknya.
bila bisa membawa mobil yang di dalamnya banyak
cewek kecenya
"Malam ini deh, gue kabarin," ujar Boim mantap.
151
Boim lagi tiduran di kamarnya yang sama sekali nggak nyaman. Poster penyanyi dangdut sampai
metal nempel di mana-mana. Sementara kaus kaki,
kaus singlet, celana kolor, anduk dekil, baju lecek,
semua bertebaran di sekitar kamar. Ada yang nemplok di ujung ranjang, diatas rak buku, di ujung gagang sapu, dan sebagainya.
Boim lagi tiduran di ranjang sambil melototin.
beberapa buku tabungannya dari berbagai bank.
Boim tampak berpikir keras.Ia membuka-buka buku
tabungannya. Ternyata buku tabungannya banyak,
tetapi jumlah uangnya tidak seberapa.
"Wah, ini cuma Rp 15.000, buat beli rodanya
juga belon cukup!" umpat Boim, kemudian membuka yang satunya lagi.
"Naa, ini mendingan, ada
700.000. Kalo yang ini berapa, ya? Ya amplop, cuma
2.500! Ini kalo diambil ke bank, bisa-bisa gue malah
nombokin buat biaya administrasinya lagi!"
Ia bingung, dan tidur telentang. Tiba-tiba matanya tertumbuk pada sesuatu di atas lemari. Boim jadi
ingat sesuatu.
"00, jangan kuatir, gue masih punya simpanan
deposito!"
Simpanan uang deposito yang dimaksud Boim
itu ternyata cuma celengan ayam-ayaman yang ditaruh di atas lemari.
Boim lalu mengambil celengan itu.
152
Lagi sibuk mengambil, tiba-tiba terdengar suara
emaknya dari luar,
"Boim! Makan dulu!"
Boim mendengar panggilan itu, tiba-tiba saja ia
mendapat inspirasi.
"Hehe, kenapa gue jadi bego begini? Kan waktu lagi banyak untung, gue sempet nyimpen duit ke
Emak!"
Emaknya Boim dan abang Boim yang buka
bengkel depan rumah. sudah menunggu di meja
makan.
Boim tumben-tumbenan dengan sopan menyapa,
"Selamat makan, Mak, selamat makan, Bang "
Emak dan abang Boim langsung terheran-heran.
"Ada apa nih, pakai selamat-selamatan segala?" Si
Abang langsung curiga.
"Nggak, eggak apa-apa, cuma mau ngasih selamat aja." Boim takut niatnya ketauan abang nya.
Abangnya ini termasuk galak. Boim paling takut.
"Nggak mungkin.kalau nggak ada apa-apa,
kamu nggak mungkin bermanis-manis seperti itu!"
Si Emak langsung menetralisir keadaan,"Sudahlah. Mari kita makan. Tapi, Im, sebetulnya ada
apa, sih?"
Boim diem aja.
Emak jadi penasaran.
Abang berkata,
"O ya, Sabtu nanti pulang sekolah, Emak dan Boim makan siang di sate kambing
153
deket pasar swalayan. Abang yang traktir. Abang
ulang tahun. Tapi Boim nggak boleh ikutan kalo nggak mau cerita kenapa lo keliatan aneh siang ini."
Boim tersenyum. Dia terpaksa harus berterus
terang.
"Baiklah! Kita kan anak-beranak, jadi apa yang
dipikirin memang nggak salah kalau kalian juga ikut
memikirkannya! Ceritanya begini, ada temen gue
Lupus n Work Karya Hilman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang..."
"Kenapa? Berantem? Biar Abang samperin!" potong Abang.
Emak agak jengkel rasa penasarannya dipotong
Abang
"Lo nginyem aja! Terusin, lm..."
"Gue ada niat mau ,beli mobil!"
Abang langsung kaget.
"Beli mobil? Memangnya
lo udah kudu pakai mobil? Emangnya kaki lo udah
nggak bisa jalan, sampe pake mobil segala?"
Emak berusaha menenangkan Abang yang kalap.
"Tenang dulu. Kamu mau beli mobil-mobilan
balap, ya, lm?"
"Bukan. Mobil beneran, kok."
"Im, apa lo kagak tau, kalo mobil itu diurusnya
lebih susah daripada bini?"
"Gue tau. Maka dari itu, gue mau minta bantuan
kalian. Soalnya mobil itu bagus sekali! Dan harus cepat -cepat kita beli" ujar Boim tenang.
154
"Memangnya berapa duit, harga tu mobil?"
"Murah banget, minibus keluaran 85, yang punya cuma minta empat juta!"
"Itu mahal!!!" jerit Abang.
"Dan pasti kondisinya
Udah payah!"
Kalo ngomong soal mesin motor atau mobil,
Abang memang selalu merasa paling jago.
Boim langsung diem.
Emak dan Abang meneruskan makan.
Boim asem mukanya soalnya masih banyak yang
dia pikirkan. Tanpa ia tau, emaknya nampak setuju
sama rencana Boim.
Boim duduk sendirian di kedai sate pake seragam. Ia sedang asyik membaca sebuah majalah otomotif yang memuat profil mobil-mobil keren, dan
wajahnya senang melihat mobil-mobil keren itu.
Tak lama Emak datang.
Boim mendongak.
"Mak!"
Emak duduk di samping Boim. Emak berbisik ke
Boim,
"Eh, Boim jadi beli mobil itu?"
"Ssst! Ntar Emak liat sendiri aja."
"Aduuh, Emak dari dulu emang pengen jalanjalan naek mobil. Makanya Emak sih setuju aja
Boim beli mobil."
155
"Tapi Emak jangan bilang-bilang Abang, ya?"
"Tapi lama-lama kan abang lu tau juga."
"Itu soal nanti."
Tiba-tiba muncul Abang beserta dua orang
temannya yang sangar-sangar.
Emak buru-buru menyapa,
"Hei, kok pada telat?"
Abang bersungut,
"Gila, kita sudah naik taksi
tapi masih telat juga!"
"Jakarta di mana-mana macet," ungkap temannya.
""Benar-benar, menyebalkan. Jalan-jalan banjir.
Kami sempat jalan kaki segala, karena mobil tidak
berani melewati jalan," balas teman yang satu lagi.
"Ya, udah. Makan aja, yuk!" ajak Emak.
"Makanya, kita harus punya mobil sendiri yang
berani menerjang banjir ...," ujar Boim.
Abang melihat Boim yang sedang memegang majalah.
Abang langsung menyindir,
"Lu lagi ngimpi punya mobil, ya? Mobil aja nggak punya, pakai lihat-lihat majalah otomotif segala!"
"Siapa tau nanti punya."
"Ah, Abang aja yang sudah bertahun-tahun ingin
punya mobil nggak kesampaian. Lu apalagi..."
Boim diam aja.
Teman Abang buru-buru berkata,
"Ayo pesan
156
makanan!"
Dan mereka langsung sibuk membaca daftar
menu. Sibuk mencatat pesanan. Tiba-tiba datang
tukang parkir.
"Maaf, numpang tanya, siapa yang punya mobil
bernomor B 5501 ZR?"
Boim gugup, langsung berdiri. Takut mobilnya
kenapa-napa.
"S-saya, ada apa, Pak?"
Abang jelas terkejut. Lalu menatap Boim tajam.
Dia tidak mengira kalau akhirnya Boim bisa punya
mobil. Akibatnya Boim jadi kebingungan.
"Maaf, Mas. mobilnya menutupi jalan. Kalau
bisa pinjam kuncinya untuk saya pindahkan," ujar
tukang parkir
Boim langsung merogoh kantong, dan berlalu
dari situ.
"Biar saya sendiri yang memindahkan."
Abang buru-buru menahan adiknya.
"BOIM!"
Boim terpaku di tempat.
"Bagaimana lu bisa punya mobil?"
"T-tadi baru saya beli."
"Lu kan bukan anak kecil lagi, masa beli mobil
nggak bilang-bilang. Apa maksud lu? Bagaimana
kalo ditipu? Dan siapa yang membantu lu membeli
mobil?"
Emak jadi salah tingkah. Abang langsung menatap Emak.
157
"Emak!!!" ujar Abang mengerti.
"Emak jangan
memanjakan anak item ini, dong.
Tapi semuanya telat. Mobil sudah kebeli.
***
Di depan kedai sate, mesin minibus milik Boim
terbuka. Abang sedang memeriksa mesin mobil itu.
"Begini, nih, kalau mau beli mobil nggak bilang-bilang Abang dulu. Dibohongi orang nggak tau.
Kalau nggak tau mobil, mending nggak usah beli,"
ujar Abang sambil menutup mesin mobil.
"Tapi saya beli dari teman baik saya," bela Boim
"JuStru karena teman baik, jadinya lu dibohongin.
Kalo teman nggak baik mana berani dia bohong?"
"Tapi mesinnya masih bagus, kan?"
"Bagus apanya! Barang rongsokan gini lu beli, lu
beli berapa duit?"
Boim agak takut. Akhirnya ia berbohong,
"C-cuma tiga juta, kok."
"Apa? Tiga juta ...?"
"Eh, maksud gue dia nawarinnya empat juta, terus gue tawar tiga juta."
"Lu dibohongin, tau!"
Emak buru-buru membela Boim,
"Tapi ya masih lumayan, kok. Catnya juga masih bagus. Apalagi
gambar tempelnya "
158
"Makanya kalo beli apa-apa konsultasi dulu sama
Abang."
"Kan udah. Cuma Abangnya yang nggak setuju."
Emak jadi nggak sabar.
"Udah, udah, kaki
pada kesemutan, nih. Yuk, jalan, ntar terusin deh
ngomel-ngomelnya."
"Ya udah, sini Abang aja yang nyetir!"
Boim ragu. Ia ingin sekali menyetir mobil barunya. Tapi Emak buru-buru berkata,
"Udeh, cepet sana
kasih kuncinya."
Dengan berat, Boim menyerahkan kunci.
"Pulangnya mampir ke superkampret, eh, supermarket dulu, ya?" ujar Emak setelah berada di dalam
mobil.
"Nah, itu. Mentang-mentang ada mobil, maunya
jalan-jalan dulu..."
Semua segera naik ke mobil.
***
Matahari pagi bersinar terik. Bagasi mobil Boim
terbuka lebar-lebar. Isinya macam-macam, ada tempat pembakar sate, tas, tenda, ransel, dan segala
keperluan kemping ngumpul di situ.
Abang dan Boim tampak bersiap-siap. Mereka
berniat kemping ke luar kota. Setelah memeriksa barang bawaan, bagasinya lalu ditutup. Semua sudah
159
siap. Dan mereka siap berangkat.
"Inilah pentingnya punya mobil sendiri, kita bisa
pergi ke mana saja," ujar Boim.
"Bensin sudah diisi belum?"
"Udah."
"Oli?"
"Beres!"
"Nanti yang bawa mobil. Abang atau kamu?"
Boim sadar sebetulnya abangnya ingin sekali
membawa mobil.
"Ya Abang ajalah..."
Abang menerima kunci. Boim naik ke mobil.
Emak muncul dan mendekati mobil. Tapi pakaiannya santai sekali. Cuma pake T-shirt longgar, celana
ngatung, dan sandal jepit.
Abang jadi kaget.
"Kok Emak nggak ganti baju,
sih?"
"Cuek sajalah, perginya pakai mobil sendiri ini."
Beberapa saat kemudian, mereka sudah berada di
sebuah taman di luar kota yang sejuk, terpencil, dan
sunyi. Boim dan Emak sedang mendorong mobil
dengan sekuat tenaga, sambil terengah-engah.
Abang di dalam memegang setir.
Mobil itu didorong ke pinggir. Lampu tanda
darurat mobil dinyalakan, lalu Abang turun.
"Ini pasti tangki bensinnya bocor, masa baru jalan
segini aja bensinnya udah abis!" omel Abang.
"Abang
160
kan udah bilang, kalau ini mobil bagus luarnya aja,
tapi dalamnya rongsok!,
"Iya, iya...," sahut Boim pasrah.
Lupus n Work Karya Hilman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sana lu telepon mobil derek!"
Boim segera pergi mencari telepon umum. Sudah
pasti telepon umum jauh dari situ.
"Udah, Bang. Lu jangan terus-terusan marah
marah ...," ujar Emak.
"Siapa yang marah?" ujar Abang.
"Tadi lu membentak-bentak dia. Kasihan, kan,
udah mobilnya rusak, dibentak-bentak lagi!"
"Siapa yang membentak?"
"Masih nggak ngaku! Orang tadi Emak lihat
sendiri lu membentak-bentak begitu, kok."
"Iya, iya. Tapi Emak juga jangan terlalu memanjakan anak begitu rupa, sampe-sampe mau menasihati aja dilarang."
Pagi itu Boim sudah muncul di sekolahnya, SMA
Merah-Putih. Ia melangkah gontai.
"Wahai sobatku nan negro, ke mana saja di kau?"
sapaan tak sedap Gusur menyambut Boim yang
udah bolos seminggu lebih.
"Lupus mencarimu ke
mana-mana."
Gusur langsung menyeret Boim ke kantin. Lupus
161
lagi ada di situ.
"Puuus, ini daku temukan Boimmu
yang hilang!"
Lupus menoleh. Belum sempat ngomong apaapa, Boim langsung ngoceh,
"Pus, gue pinjem duit,
dong!"
Lupus jelas gondok.
"Ini anak, muncul-muncul
langsung mo pinjem duit. Lo ke mana aja, sih? Usaha kita lagi terancam bubar, nih!"
"Gue beli mobil, Pus. Dari temen. Tapi ternyata ngerongrong terus. Rusak itulah, inilah. Duit gue
ludes, Pus."
"Siapa suruh beli mobil? Tau nggak, pas upacara
kemaren ada peraturan dari Kepsek kalo anak murid
nggak boleh buka usaha di sekolah."
Boim kaget.
"Ha?"
"Nggak usah pake kaget segala. Salahnya bolos
melulu. Mentang-mentang punya mobil baru."
"Jadi?"
"Jadi berarti usaha Lupus 'n Work kita terancam
bubar!"
Lupus pun langsung nyeritain bencana yang
menimpa. Seperti tadi udah dibilang, tiba-tiba aja
setelah usaha Lupus rada sukses, ada. larangan bisnis
di sekolah. Alasannya anak murid nggak boleh
komersil, dan nggak dibenarkan mengambil keuntungan dari dunia pendidikan. Dan segala alasan lain
yang Lupus nggak ngerti. Ya, Lupus nggak ngertinya kenapa larangan ini baru muncul sekarang. Saat
usaha cetaknya udah mulai berkembang. Kan antiklimaks banget. Lagian menurut Lupus alasan itu
nggak masuk akal. Masa bisnis nggak boleh. Anak
masuk sekolah kan supaya pinter, dan kalo udah
gede bisa nyari duit. Nah, apa salahnya dilatih nyari
duit dari sekarang.
Lupus merasa bener-bener diperlakukan nggak
adil. Lupus udah nyeritain masalah pribadinya ke
Mr. Punk. Mr. Punk agak simpati mendengar penuturan Lupus. Dan dia amat menyayangkan kebijaksanaan yang keluar dari Kepsek.
"Pada prinsipnya benar jika murid harus konsentrasi dulu ke pelajaran. Jangan mikirin bisnis melulu.
Nanti pikirannya bisa terganggu. Tapi yang Bapak tidak setuju, kenapa larangan ini baru keluar sekarang.
Itu kan bikin kamu syok, Pus. Bapak ikut prihatin.
Dan sangat menyesalkan. Pak Kepsek amat terpengaruh oleh Pak Kosim."
"Pak Kosim?" Lupus kaget.
"Ya, usul pelarangan itu idenya Pak Kosim,"
"Kan
Pak Kosim juga sering bisnis."
"Itulah."
"Kok gitu, ya?"
"Pak Kosim dicalonkan jadi wakil Kepsek. Jadi
dia punya pengaruh di sini."
Lupus bengong.
163
Nah, itulah kemelut yang terjadi saat Boim asyik
dengan mobil barunya. Boim jelas syok mendengarnya. Karena untuk bayar mobil yang empat juta,
Emak sempat ngegadein kalung emas segala. Dan
Boim janji bakal nebus kalo usahanya bisa untung
lagi.
"Cilaka! Benar-benar cilaka, Pus!" teriak Boim.
***
Sejak kejadian itu, Lupus emang jadi kurang semangat di rumah. Padahal Mami dan Lulu sudah
berusaha menghibur,
"Udah, Pus. Nggak jadi ngebeliin sepatu Docter Marten juga nggak apa-apa. Nanti
biar Lulu beli yang murahan aja.Yang dokternya belum dapet ijazah. Nggak usah manyun begitu, Pus."
"Yeee, siapa yang manyun?"
"Itu mulutnya sampe lima senti begitu."
Mami yang lagi sibuk menghitung dengan kalkulator ikut menyahutnya, lagian kamu konsentrasi
aja ke pelajaran, Pus. Jangan mikirin duit melulu. ltu
ulangan biologi kamu juga jeblok."
"Iya, mending kita main tebak-tebakan aja, Pus.
Uler apa yang kaki sama kepalanya banyak?" ujar
Lulu.
Lupus sama sekali nggak berminat menjawab.
Dia malah nyalain TV, Nonton film seri.
164
"Nggak tau, ya, Pus? Jawabnya, ulet kaki seribu
lagi ngerumpi."
Lupus nggak ketawa.
Bel di depan berbunyi. Lulu langsung ke depan.
Soalnya dia udah janjian mau pergi sama Bule. Tapi
Bule datang ternyata hanya mau ngebatalin pergi,
soalnya mau disuruh mamanya.
"Bener, Lu. Sori banget. Gue ngga enak kalo nolak. Gue disuruh nganter duit ke oom gue. Udah
gitu, gue harus jemput mama gue lagi di salon."
"Aduh, Le. Padahal Lulu lagi suntuk nih di rumah."
"Sori, deh. Besok sore aja kita nonton. Kamu kan
bisa main sama Lupus dulu."
"Huh, Lupus. Anak itu lagi berdukacita. Wajahnya aja kayak mau menghadiri pemakaman dirinya
sendiri."
"Hush! Emang kenapa sih dia?"
Lulu nyeritain masalah Lupus.
"Aduh, kasian. Mana modal dari gue belum balik
lagi.Ya udah, deh.Pamit dulu, yuk, ke mami kamu."
Lulu mengajak Bule ke dalam untuk pamit.
"Lho, kok malah pamit? Katanya mau pergi?"
Lulu cemberut.
"Nggak jadi, Mi.Bule mau
disuruh sama mamanya."
"Aduh, ngomong soal pergi Mami jadi inget mau
pergi juga sore ini. Ini udah jam 4, kan? Pus, kamu
165
temenin Mami, ya?" Maminya buru-buru meletakkan kalkulatornya, dan berdiri hendak berganti baju.
Lupus langsung ngedumel,
"Tuh, kan. Lupus lagi
yang kena."
"Eee, kamu kok ngedumel. Liat tuh Bule, biar
janji sama pacar, kalo disuruh mamanya tetap mau,"
omel Mami.
"Ya abis pacarnya si Lulu, sih," ujar Lupus.
Lulu langsung sewot,
"Apaan sih kamu, Pus?"
Lupus jadi ketawa. Ketawa pertama dalam 4 hari
ini!
Di rumah Oom David, nampak Oom David lagi
menerima tamu. Seorang bapak-bapak yang berpakaian amat rapi. Mereka nampak lagi asyik ngobrol
soal bisnis. Tepat pada saat itu, Bule datang Oom
David langsung riang melihat Bule.
"Aduh, Jonathan. Akhirnya datang juga! Dari tadi
ditungguin. Soalnya partner bisnis Oom sudah pada
datang. Kamu bawa kan pesanan dari mamamu?
Soalnya biaya kedai pizza harus segera turun!" sapa
Oom David.
Bule mengangguk.
Mama Bule emang kakaknya Oom David. Bule
langsung dikenalkan dengan tamu Oom David.
166
"Oya, ini kenalin, Jon.Pak Kosim," ujar Oom
David.
Bule menyalami Pak Kosim membalas sopan.
Bule menatap tak berkedip ke arah Pak Kosim. Ia
merasa pernah ketemu dengannya. Siapa, ya?
"Ini keponakan saya, Pak Kosim," jelas Oom David.
"Kayaknya pernah ketemu ya, Pak?" pancing
Bule.
Tapi Pak Kosim sama sekali nggak inget. Ia mengira Bule hanya basa-basi.
"Yaa, mungkin saja di
jalan. Dunia kan makin sempit. Hahaha ...," Pak
Kosim tertawa. Ia merasa senang berada di antara
orang berduit.
"Sebentar, ya, Jon. Saya mau menyelesaikan bisnis
stiker dengan Pak Kosim dulu," ujar Oom David.
"O, silakan," Bule langsung ngeloyor masuk ke
dalam sambil terus berpikir keras, siapa Pak Kosim
ini. Kok kayaknya familier banget!
"Jon, kalau mau santai, di ruang tengah ada apel,"
tawar Oom David.
"Beres, Oom."
Bule pura-pura pergi tapi sebetulnya ia amat penasaran ingin mencuri percakapan oomnya dengan
Pak Kosim.
"Jadi begitu, Pak David," terdengar suara Pak Kosim.
"Soal anak yang bisnis cetak di sekolah sudah
167
saya bereskan. Jadi Bapak bisa memasok perusahaan
cetak Bapak ke sekolah kami, SMA Merah Putih..."
Saat itu Bule langsung ingat siapa Pak Kosim.
Orang yang pernah ngomelin Bule waktu tabrakan
di gang SMA Merah Putih. Orang yang bikin Lupus susah! Bule harus ngasih tau ke Lupus! Rupanya
Pak Kosim sekongkol dengan oomnya supaya dapat
komisi.
Bule menyelinap ke luar.
Pada saat itu di depan rumah Oom David, Lupus
dan Mami baru turun dari taksi. Bule kaget melihat
ada Lupus di depan.
Lupus n Work Karya Hilman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Lupus!" seru Bule kaget.
"Bule!" Lupus lebih kaget lagi.
"Kok ada di sini?" mereka berucap berbarengan.
Mereka jadi malu.
"Kamu dulu jawab!"
"Kamu, dong!"
"Kamu!"
"Kamu!"
"Lho, kok malah berkamu-kamu!" Mami jadi geli
ngeliat dua anak ajaib ini.
"Ini kan rumah oom saya;" ujar Bule,
"Saya
disuruh Mama ke sini."
"Oom David itu oom kamu?" tanya Mami.
"Iya."
"Oh, kalo gitu tadi tujuan kita sama. Kenapa kita
168
nggak nebeng mobil Bule aja ya, Pus. Bisa irit ongkos taksi," ujar Mami.
"Tapi kebetulan, Pus. Ada berita penting yang
harus kamu dengar!"
Lupus penasaran.
"Berita apa?"
"Iya, berita apa? Mami juga harus tau, dong!"
Bule segera menceritakan apa yang ia dengar di
ruang tamu Oom David. Percakapan antara Pak
Kosim dan Oom David. Bahwa ternyata Pak Kosim
sengaja melarang Lupus bisnis, untuk memasukkan
bisnis cetakan dia dengan Oom David.
Beberapa saat kemudian, ketika Oom David sedang asyik berbicara dengan Pak Kosim, Bule tiba-tiba muncul.
"Maaf, interupsi," ujar Bule.
Pak Kosim dari Oom David serentak menatap
Bule. Agak heran.
"Pak Kosim, ada tamu yang pasti bikin Pak Kosim syok!" kata Bule lantang. Bule langsung membuka pintu, dan menyuruh Lupus masuk.
Pak Kosim terkejut bak melihat mayat, melihat
Lupus muncul.
"LUPUS!!!"
"PAK KOSIM!!!
Pak Kosim pingsan.
***
169
Siang itu sepulang sekolah Lupus, Bule, dan Gusur sedang jajan di kantin dengan Mr. Punk. Lupus
nampak ceria sekali. Gusur makan tahu sekaligus
tiga biji.
"Bener nih Bapak ditraktir?" ujar Mr. Punk.
"Ya, sekadar balas budi, sahut Lupus.
"Ah, balas budi apa?"
"Iya, berkat protes Bapak, Pak Kosim telah dipecat gara-gara kasus suap itu."
Mr. Punk tercenung.
"Yah, harusnya dunia pendidikan kan nggak dikotori oleh guru-guru seperti itu.
Masa melarang murid bisnis, tapi gurunya sendiri
begitu. Sekolah tempat orang menuntut ilmu. Tempat proses mengajar dan belajar. Bukan tempat orang
cari duit."
"Wah, kalo semua guru seperti Bapak, dunia pendidikan kita cepat maju, ya?" ujar Lupus.
"Jangan terlalu memuji. Semua orang ada kelemahannya. Tapi kasus Pak Kosim, kau sendiri kan yang
memecahkannya. Bapak hanya meluruskan yang
bengkok."
"Ya, setelah Mami saya ngancem akan mundur
dari bisnis pizza, jika Oom. David terus menjalankan aksinya dengan Pak Kosim, Oom David jadi berpikir dua kali. Ia membatalkan kerja sama dengan
Pak Kosim. Malang betul Pak Kosim, bisnis gagal
malah dipecat dari sekolah," ujar Lupus.),Tapi Oom
170
David tak terlalu bersalah. Dia kan nggak tau yang
terjadi didalam. Dia hanya dijanjikan ada peluang
bisnis cetak di sekolah ini. Malah setelah kasus itu,
Oom David menawari saya untuk mengurus usaha
cetaknya yang sudah cukup maju."
"Kau terimakah usulnya, Pus?" sela Gusur.
"Nggak, Sur. Sejak kejadian ini, rasanya jadi
malas. Pengen konsentrasi ke sekolah dulu, ah. Begituan kan cuma hobi aja. Perusahaan Oom David
terlalu besar buat saya. Nanti ajalah dipikirin setelah
lulus."
"Ya, asal bisa bagi waktu. Eh, ngomong-ngomong
di mana teman kita yang hitam satu itu?" Mereka
jadi sadar.
"Iya, ya. Beberapa hari ini dia tidak masuk!" Ke
mana Boim?
Saat itu Boim memang lagi sibuk nyari tambahan
uang untuk urusan mobilnya yang mogok melulu.
Boim sudah begitu frustrasi, nggak. bisa berharap
banyak dari usaha Lupus "n Work yang katanya tutup.
Dan Boim lagi bersiap-siap mau berangkat ngelamar kerja, ketika Abang mencegatnya di depan
bengkel.
"Mau ke mana lu?"
"Sekolah," jawab Boim cepat.
"Apa-apaan sekolah pake kaus begitu?"
171
"Kan ada class-meeting. Cuma pertandingan aja,
nggak belajar."
Abang kemudian mengajak Boim mengobrol barang sebentar.
"Lu duduk sebentar, Abang mau ngobrol," ujar
abangnya seraya mengelap tangan yang penuh oli
dengan lap dekil.
Boim berdiri di dekat mesin pompa ban.
"Abang udah urus semuanya. Dan lo benar-benar
beruntung, Pak Suleman mau ngebayarin mobil lo."
Boim kaget dan langsung protes,
""Apa-apaan,
nih? Gue nggak mau jual, kok."
"Jangan macem-macem, mumpung Pak Leman
berani tiga setengah juta!"
"Tiga setengah juta?"
"Iya, lu bisa untung setengah juta. Lumayan, kan?
Abangmu ini paling jago kalau menawar-nawarkan
barang."
Boim buru-buru pergi.
Tapi Abang tetap memaksa,
"Lu mana sanggup
melihara mobil bobrok begitu. Bakal ngerongrong.
Lu kan belom kerja, melihara pacar aja nggak bisa!"
"Siapa bilang?" ujar Boim sengit.
Dan kepergian Boim ternyata menuju sebuah
mini market di tepi jalan raya. Anto bilang, toko itu
punya oomnya, dan Boim bisa minta kerjaan di situ.
Soalnya oomnya butuh. Menurut Anto kerjaannya
172
amat ringan dan tak melelahkan sama sekali.
Boim berjalan ke kasir. Seorang pria sedang sibuk
menghitung sesuatu di kasir.
"Numpang tanya, Pak Jamhur ada?"
"Saya sendiri!"
"Saya Boim, saya temannya Anto, dan saya ingin
bekerja di sini.
"
"Oke, ikut saya."
Dan beberapa saat kemudian, Boim telah memakai baju seragam. Tapi ia seperti orang kegerahan. Tidak leluasa. Bahkan repot sekali ketika harus
melayani pembeli. Berbagai langganan datang membuat Boim kelimpungan setengah mati.
"Tolong, dong, bawakan satu pak Indomie ke
mobil!" ujar seseorang.
"Saya Coca-Cola satu krat! Cepetan, ya! Mobil
saya di ujung sana!"
Dan banyak-barang ditumpuk di atas meja.
Boim sibuk sekali. Melayani. Menerima uang. Membungkus barang. De-el-el. Setiap pekerjaannya salah,
Boim mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri ke meja.
Sementara pembeli datang tidak henti-hentinya.
Boim juga melayani tidak putus-putusnya. Kadangkadang berdiri, jongkok, berputar-putar.
Setelah pengunjung agak sepi sedikit, Boim
langsung tengkurep di atas meja. Sambil menarik
napas dalam-dalam.
173
Waktu sudah larut malam.
Boim cuma bisa menyesali nasib,
"wah, gue dibohongi mentah-mentah sama Anto!"
Saat itu Pak Jamhur masuk
"Boim, minuman-minuman di botol itu tolong
dibawa ke gudang! Kalau bisa semuanya."
Boim menggerutu, waduh, bisa hancur remuk
tulang-tulang gue, nih."
"Kamu jangan males-malesan ya, kalo mau kerja
di sini."
Boim terpaksa nurut.
Dan dini hari baru semua kerjaan Boim kelar.
Boim berjalan ke luar. Jalanan masih sepi. Hanya ada
satu-dua orang saja berlalu. Boim nampak sangat letih. Di halaman toko, Boim bersenam-senam kecil.
Tangannya diangkat. Lalu ia menghirup udara banyak-banyak. Pinggangnya diliuk-liukkan. Lehernya
diputer-puter.
Boim berjalan menuju mobilnya. Boim menstarter mobilnya lalu membawa pergi dari situ.
Di dalam mobil berkali-kali Boim menguap.
Kalau mata kirinya mulai tertutup, mata kanannya
dipaksa membuka. Mata kanannya yang menutup
giliran mata kirinya yang dipaksa membuka. Maksudnya agar ia bisa setengah tertidur.
Tapi sekali-sekali Boim menampar mukanya
sendiri, biar nggak ketiduran total.
174
Pas di lampu merah perempatan jalan, lampu hijau beralih ke merah. Hampir saja Boim melewati
lampu itu. Boim berhenti pas di garis putih.
Mobil berhenti. Karena tidak tahan menahan
kantuk, akhirnya Boim tertidur. Maksudnya cuma
ingin tidur sebentar. Boim masih berusaha membelalakkan matanya dan memandang lampu merah.
Terasa lampu merah itu seperti mata orang yang menatapi dirinya.
Boim berusaha terus memandang lampu merah
itu.
Mata Boim dan lampu merah akhirnya saling
pandang. Akhirnya lampu merah menjadi lampu
merah-kuning, lampu merah-kuning menjadi lampu
hijau-merah lalu semuanya menjadi gelap gulita!
Suara klakson mobil yang bersahut-sahutan tak
didengarnya.
Boim semaput di dalam mobil!
Masih gelap gulita... dan Boim membuka matanya pelan-pelan, terlihat di depannya sudah ada emak
dan abangnya. Dan dari samar-samar menjadi jelas.
"Bangun, Im," ujar Abang sambil menepuk-nepuk
Lupus n Work Karya Hilman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
muka Boim. Boim mengerjap-ngerjapkan mata. Berusaha mengingat kejadian terakhir.
175
"Bagaimana lu bisa ketiduran di dalam mobil?"
tanya abangnya penasaran.
"Udah, ah, gue masih capek, nih."
""Benar-benar nggak tahu diri, apa-apaan sih tidur
di mobil? Nyari penyakit aja!"
"Tapi sekarang udah nggak apa-apa, kan?" bela
Boim.
Emaknya tiba-tiba beringas.
"Nggak apa-apa apanya! Emak hampir pingsan nyari lu semalaman! Dan
biar Emak nggak pingsan, Emak bela-belain pergi ke
pasar cari jamu antipingsan!"
Emak kemudian berlalu dari situ. Sambil mendengus.
tinggal Abang dan Boim saja.
"Tuh, Emak mereka marah sekali!" ujar Abang.
"Iya. Tau."
"Dan Emak emang wajar kalo marah, karena
Abang dan Emak yang menggotong lu kemari. Dan
Emak lebih marah lagi pas tau lu rela mati demi mobil, dan nggak sekolah juga gara-gara mobil."
Boim diem.
"Abang juga marah. Abang mau ambil SIM lu!"
Boim tiba-tiba tau maksud abangnya.
"Abang serius ingin menjual mobil itu, ya?,
"iya, Soalnya Abang nggak mau Emak susah gara-gara lu nggak naik kelas akibat ngurusin mobil."
Boim diam. Pasrah.
176
"Ayolah, mumpung Pak Leman mau tiga setengah juta....Surat jual-belinya udah Abang siapkan.
Tinggal lu tanda tangani."
"Ya, sudahlah...." Boim menandatangani.
"BPKB dan surat-suratnya mana?"
Boim mengeluarkan dari balik kasur.
"Nih!"
Wajah Abang girang. Abangnya pergi. Boim
menangis.
"Rugi deh gue setengah juta!!!"
***
"Hai, lm, mau ikut ke Puncak, nggak?" tegur
abangnya.
"Ke Puncak? Naik apaan?"
"Udah, deh. Ikut aja!"
Emak keluar dari dapur sambil membawa ubi
goreng.
"Bang, tumben banget hari Minggu ngajak jalan
ke Puncak."
"Udah, deh Kalo mau ikut cepat berkemas, nanti
keburu siang."
Emak meletakkan piring ubi di meja.
"Biar Emak ganti pakaian dulu."
"Nggak usah. Kita bawa mobil sendiri, kok."
Boim kaget.
"Mobil sendiri? Abang punya mobil?"
Abangnya senyam-senyum.
177
"Terus terang aja, lm, lu beli mobil kemaren itu
berapa duit?"
Boim jadi gugup,
"Eh.., oh...."
"Ayo, terus terang aja...."
""E-empat juta."
Abangnya terbahak,
"Hahaha, lu dasar licik! Untung Abang udah ngira..."
"Abang udah ngira?"
"Abang kan tukang bengkel. Abang tau harga
mobil. Nggak mungkin mobil begitu harganya cuma
tiga juta."
Boim jadi jengkel.
"Kalo begitu kenapa Abang
jual tiga setengah sama Pak Leman? Bego banget."
Abang tertawa lagi.
"Siapa yang bego? Pak Leman
itu cuma nama bolongan. Sebetulnya yang beli mobil itu Abang haahaha ."
Boim kaget.
"Apa?"
"Lu nggak bisa melihara mobil itu, maka Abang
berniat menolong kamu."
Emak mendengar semuanya agak jengkel juga,
"Terlalu lu, Bang. Sama adik sendiri masih nyari untung!"
"Lho, justru maksud Abang mau nolong. Boim
kan masih sekolah, untuk apa punya mobil? Merawatnya aja nggak bisa."
Lagi ribut-ribut, tiba-tiba pintu diketuk.
Abang membuka. Ternyata dua orang polisi yang
178
datang.
"Maaf, Saudara pemilik minibus B 5501 ZR yang
diparkir di depan itu?"
Abang cemas,
"Ya, kenapa, Pak?"
"Begini, Pak. Mobil itu mobil curian, dan harap
Bapak ikut kami kekantor untuk memberi keterangan."
Abang terkejut,
"Ha?"
Boim dan Emak saling berpandangan.
Dan cekikikan.
Tamat
Totokan Jari Tunggal It Yang Cie Karya Goosebumps Jangan Sembarangan Berita Ekslusif Exclusive Karya Sandra