Ceritasilat Novel Online

Pertentangan Kaum Persilatan 3

Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT Bagian 3

Ghak Djie Siong terima tugas itu ia berangkat dengan

segera ke Sioe-tjian, Kang-pak, dan benar seperti

dugaannja Oey Bwee Kie-soe, disitu ia dapat menemui Ie

Lam suami-isteri, ia terus beritahukan pesan guru mereka

itu. Karena ini Ie Lam djadi ketahui Boe Tong Siang-Yan

bersama Keng San It Loo Kim Tiong Hoa sudah pergi ke

Ngo-tay untuk membuat perhitungan dengan Ong Wie

Yang. Segera ia berdamai dengan isterinja, lantas mereka

bekerdja menuruti pesan gurunja itu, jakni dengan

menjamar sebagai pendjual silat, mereka pergi ke propinsi

Ouw-pak, langsung datangi gunung Poan San di Gie-tjiang,

sarangnja Pian Kim Kong. Dlwaktu itu, Pian Kim Kong tidak

berada ditempat ? ia telah meninggalkan Poan San sedjak

kebinasaan ibunja ? dan rumahnja itu hanja didjaga oleh

beberapa saudara angkatnja.

Siang Boe satroni rumah Pian Kim Kong diwaktu malam

dengan bertindak hati2, tanpa dipergoki siapa djuga, ia

berhasil mentjulik budak perempuan jang biasa melajani

Poei Thay-koen dimasa hidupnja. Diperahu ditepi sungai,

le Lam menantikan isterinja itu. Selagi air pasang, mereka

meninggalkan Gie-tjiang menudju ke Han-kauw. Disini

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

140

mereka ambil d jalan darat menudju Shoasay. Selama

diperdjalanan, Ie Lam tidak menampak kesukaran meng
adjak2 budak perempuan itu, karena Siang Boe, isterinja,

ada bersama pula. Demikian mereka telah sampai di Ong
kee-tjhung, tepat diwaktu malaman pertempuran. Mereka

sebenarnja datang terlambat, kalau tidak terdjadi

pentjulikan atas dirinja Wan Boe Tjioe itu, jang

menjebabkan pertempuran tertunda sebentar.

Begitu lekas setelah Ie Lam dan Siang Boe

diperkenalkan, njonja Yan Ie Lam tidak berajal lagi akan

buka ikat-kepala jang menjelubungkan kepalanja sibudak

perempuan, tubuh siapa sudah dilepaskan dari

kempitannja untuk dikasi berdiri.

Pian Kim Kong segera kenali budak ibunja itu, ia kaget

sehingga semangatnja bagaikan terbang kabur,

wadjahnjapun berubah mendjadi putjat, akan tetapi

sedapat2 ia tjoba menenangkan diri.

"Para tjianpwee," Ie Lam lantas berkata, "tentang

kebinasaannja ibu jang terhormat dari Pian Liongtauw,

sekarang silakan tanja sadja budak pelajannja Poei Thay
koen ini, dia tentu sanggup berikan keterangan se
djelas2nja."

"Itulah tak dapat dilakukan!" Pian Kim Kong menjelak.

"Budak perempuan ini seorang manusia rendah, dia djuga

masih berusia sangat muda, kata2nja tak dapat dipertjaja!"

Akan tetapi Boe Tong Siang-Yan tidak dapat dipengaruhi

kata2 ini.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

141

"Kim Kong, djangan sembarang omong!" kata kedua

engkoe atau ipar itu. "Mari kita dengar keterangannja

budak ini."

Pian Kim Kong tidak berani lawan kedua ipar itu,

terpaksa ia bungkam.

Budak itu dikasi duduk dipodjokan, orang tunggu sampai

hatinja telah mendjadi tenteram, baharu dia mulai

menuturkan kedjadian jang se-benaranja seperti jang dia

saksikan dengan mata-kepala sendiri malam itu. Baharu dia

menutur dibahagian Ong wie Yang menjerang dengan dua

potong Lioe-yap-piauw jang Pian Kim Kong bisa sambuti

untuk terus dipakai membalas menjerang mendadak dia

mendjerit "Aduh!" dan segera tubuhnja rubuh!

"Djahanam ini melepas sendjafa rahasia!" mendamprat

Hoa Siang Boe kepada Pian Kim Kong, jang ia terus tuding,

lapun lompat kearah ketua dari Tjeng Pang itu.

Tiba2 pula, diantara sinar api, dua tjahaja terang

berkilauan berkelebat dari ajunan tangan Pian Kim Kong,

tjahaja mana menudju kearah Njonja Yan Ie Lam.

Poei Kong dan Kim Tiong Hoa berdiri sedikit djauh dari

Pian Kim Kong, tetapi untuk merintangkan kedua tjahaja

itu, Poei Kong toh lompat djuga kedepan, sebelah

tangannja diulur kepada tjahaja itu. Ia sama sekali tidak

menduganja kepada Tjoe-bo-piauw jang liehay, ia hanja

niat menghindarkan Hoa Siang Boe dari bahaja.

Tjoe-bo-piauw mempunjai pesawat rahasia, diwaktu

Poei Kong menjekalnja, pesawat itu kena terpentjet tanpa

diketahui, maka segera terdengar beberapa kali suara jang

sangat halus sekali, mendengar mana, ia mendjerit

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

142

"tjelaka!" Akan tetapi sudah kasep, sebatang piauw telah

mendahului nantjap dibahunja!

Menjusul djeritannja Poei Kong, djuga Kim Tiong Hoa

berteriak "aduh!" Karena ia pun terkena sebatang piauw,

jang menantjap didadanja!

Seperti telah diketahui, didalamnja Tjoebo-piauw terisi

pula empat buah piauw lainnja, jang telah direndam dalam

ratjun, maka itu, dua saudara Poei dan Kim Tiong Hoa tidak

pernah menggunakan sendjata itu, ketjuali terhadap

musuh besar jang perkasa. Mereka tidak tahu bahwa Pian

Kim Kong sudah tjuri beberapa potong piauwnja orang she

Kim ini.

Poei Tjeng terperandjat menampak kakaknja terkena

piauw, dalam murkanja, ia hunus goloknja dengan apa ia

lompat kepada Pian Kim Kong, untuk serang keponakan

jang ganas ini.

Diwaktu si budak terkena piauw, suasana ditempat

kedjadian itu telah mendjadi katjau, tetapi Pian Kim Kong,

sehabisnja menjerang Hoa Siang Boe, mendahului lompat

untuk angkat kaki. Maka ketika Poei Tjeng mengedjarnja,

sudah tentu Poei Tjeng terhalang oleh mondarmandirnja

setjara kalut dari beberapa orangnja Ong wie Yang, dari

itu, disaat engkoe ini sampai diluar, Pian Kim Kong sudah

lenjap ditempat gelap. Tadinja Poei Tjeng masih hendak

menjusul dengan lompat naik kegenteng, akan tetapi ia

segera dengar suaranja Hoat Hong Tiangloo: "Poei Hiantit,

lekas kembali lebih perlu kau tolong kandamu! Tak usah

kedjar padanja!"

Poei Tjeng ingat kakaknja jang terluka, maka sambil

kertek gigi, ia lantas kembali kethia dimana Poan Liong

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

143

Tayhiap ber-sama2 Liok Goan Hoa dan lainnja sudah

angkat bangun Poei Kong dan Kim Tiong Hoa, untuk

didudukkan menjender pada kursi malas.

Dua orang jang terluka ini tidak merasakan sakit pada

lukanja, akan tetapi karena bekerdjanja ratjun jang liehay,

lambat-laun mereka mulai tak sadar benar akan diri

mereka.

Yan Ie Lam gunai pisau merobek lengan badjunja Poei

Kong, guna periksa lukanja, jang hanja bertanda merah

jang ketjil. Demikian djuga luka didada Kim Tiong Hoa

ketika Poei Tjeng buka dengan paksa badju saudara

seperguruannja itu.

Poei Tjeng mendjadi sibuk, ia menghela napas.

"Tidak aku sangka binatang itu, setelah tjuri piauw Kim

Soeheng, sudah gunai itu untuk mengganas," katanja.

"Sekarang dimana bisa ditjari obat pemunah ratjun piauw

ini?"

Poei Kong dengar suara adiknja itu, ia membuka mata.

"Inilah kealpaanku," ia akui, saudara Poei itu putus asa,

bukan karena luka keratjunan itu tidak ada obatnja, hanja

mereka tidak membekalnja, obat pemunah berada djauh

dikuil Tjie Yang Koan di In Bong."

"Kuilnja Kim Soeheng telah terbakar habis, walau kita

bisa pulang ke In Bong pun, obatnja tentu sudah tidak

ada." kata pula Poei Tjeng.

Kata2 ini menjadarkan Yan Ie Lam.

"Bukankah kau ada membawa sisa obat jang disebutkan

itu?" ia segera tanja isterinja.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

144

Hoa Siang Boe dengan tjepat turunkan buntalan dari

bebokongnja, ia me-raba2 akan achirnja ia berseru:"Ja,

akupun

sampai lupa!"

Semua orang dalam ruangan itu, dengan tak ber-kata2

dan tanpa tubuh bergeming mengawasi si njonja muda,

jang sudah lantas buka buntalannja, dari mana dia

keluarkan dua botol ketjil.

Dengan paksakan diri, Kim Tiong Hoa geraki tubuhnja

untuk bisa melongok kepada Siang Boe, setelah mana,

tjepat2 ia kata: "Ambil dahulu obat jang merah itu untuk

luka diluar, lalu aduklah obat putih dengan air panas, untuk

diminum"

Walaupun ia nampaknja lelah, orang she Kim ini toh

berbesar hati.

Dengan ter-gesa2 orang lantas bekerdja, mengobati

lukanja Tiong Hoa dan Poei Kong, sedangkan si budak

perempuan diobati oleh Siang Boe, lalu ketiga orang jang

tjelaka itu dikasi minum adukan obat bubuk jang putih.

Orang tidak usah menantikan lama akan segera tampak

tanda2 merah pada luka itu mulai lenjap, kemudian

berubah mendjadi warna putih, menjusul mana, ketiga

korbanpun tampak mulai dapat pulang kesehatannja,

mereka mendjadi segar dengan tjepat.

"Sekarang antjaman bahaja sudah lewat" berkata Kim

Tiong Hoa kemudian. "Yan Tauw-nia, dahulu kau telah tjuri

obatku, tetapi sekarang dengan obat itu kau berbalik

menolong kami, maka itu, walaupun Tjie Yang Koan telah

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

145

terbakar habis mendjadi puing, kemusnahan itu ada

harganja!"

"Aku djusteru mohon dimaafkan untuk kelantjanganku

itu," berkata Yan Ie Lam, jang segera gunakan ketika jang

baik ini untuk menuturkan bagaimana Sin-tjhioe Ang-eng
tjhio Hoa Tjeng Tn telah terluka piauw beratjun itu, bahwa

untuk menolong djiwanja dari bahaja maut, ia bersama
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Shie Liang segera pergi ke In Bong, dengan niatan minta

obat pemunahnja. tetapi karena orang she Kim ini djusteru

tidak berada ditempat, dengan terpaksa mereka

mentjurinja, tapi apa tjelaka, diwaktu meninggalkan kuil,

mereka lupa padamkan lilin, hingga diluar tahu mereka, api

lilin telah menjambar kere hingga terbitlah bahaja

kebakaran jang tidak disengadja itu.

Mendengar ini, baharulah Kira Tiong Hoa dan Boe Tong

Siang-Yan mengerti duduknja hal.

"Ketika baru2 ini aku kirim Hian Tjeng dan kawan2

mendatangi Hoa-kay-tjhung," kata Tiong Hoa, "aku tidak

membekalkan piauwku itu kepada mereka, tentulah Pian

Kim Kong jang telah main gila hingga kesudahannja dia

terbitkan gelombang hebat."

"Melihat semua ini" Poei Kong pun berkata, "teranglah

bahwa keruwetan dan ketjelakaan ini sudah terdjadi semua

disebabkan oleh binatang itu. Lihat budak perempuan itu,

karena dia mendjelaskan kedjadian jang sebenarnja, dia

sudah lantas diserang supaja binasa untuk tutup mulutnja,

agar dengan demikian persengketaan kita ini tak dapat

diselesaikan dengan djalan damai."

Budak itupun sudah mulai sadar akan dirinja, Siang Boe

membangunkan untuk dikasi duduk. Tadi dia telah pingsan

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

146

karena tubuhnja lemah dan terluka lebih dahulu daripada

Poei Kong dan Kim Tiong Hoa.

"Tjoba kau landjutkan penuturanmu," kata Siang Boe,

setelah lihat si budak sudah pulih kesegarannja.

Budak itu menurut, ia lantas melandjutkan

keterangannja bagaimana Pian Kim Kong sudah djoroki

ibunja sampai djatuh, hingga Ong Wie Yang damprat dan

serang padanja dengan dua batang lioe-yappiauw, tapi

piauw itu dapat disanggapi Kim Kong, jang terus balas

serang Wie Yang dengan piauw itu, hanja jang sebatang

ditimpukkan kepada Poei Thay-koen hingga njonja ini, jang

tidak bersedia dan menjangkanja, telah rubuh sebagai

kurban, tenggorokannja tertantjap piauw hingga binasa.

Budak itu dapat melihatnja dengan tegas, karena ketika itu

dia sedang pimpin bangun pada njonja madjikannja itu.

Semua orang mendjadi murka terhadap keganasan dan

kelitjikannja Pian Kim Kong. Mereka njatakan ingin

tjingtjang ketua Tjeng Pang dari Tiang Kang Itu, hanja

sajang, orangnja telah kabur entah kemana.

Oleh karena kedjadian ini, lenjaplah persengketaan

antara pihak Boe-Tong Siang Yan dan Tjeng Liong Hwee,

bahkan mereka berbalik mendjadi sahabat kekal. Dua

saudara Poei dan Kim Tiong Iloa lantas berdiam beberapa

hari di Ngo-tay, akan kemudian turut Poan Liong Tayhiap

pergi ke Tjhong-tjioe, untuk tinggal beberapa hari pula,

kemudian mereka bertiga baharulah pergi merantau untuk

tjari Pian Kim Kong.

Tudjuh atau delapan tahun telah berselang. Tiat-eng
tjoe Liok Goan Hoa si Garuda Besi telah sutjikan diri

sebagai pendeta dibawah pimpinan Hoat Hong Tiangloo

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

147

dari kuil Pek Lok Sianlim digunung Ngo Tay San dengan

nama Leng Khong. Dalam kalangan kang-ouw Hoat Hong

didjulukkan "Twie Hong Mo" tjhioe" atau "Tangan Iblis

Pengedjar Angin" disebabkan ilmu silatnja jang istimewa,

jaitu "Kiok-toat Kim-na"?"Merampas dan Menangkap" dan

sekarang, ilmu silat itu telah diwariskan kepada muridnja

ini.

Berbareng dengan itu, In-tiong-kiam Ong Wie Yang di

Ngo-tay pun telah mengembangkan ilmu silat Thay Kek Sip

sam-sie, jaitu ilmu silat tangan Thay-kek koen dan ilmu

pedang Thay-kek-kiam jang kesohor hingga ia djadi sangat

kenamaan diwilajah Hoa-Pak, Utara. Ia terus rawat dan

didik Wan Boe Tjioe bagaikan anak kandungnja sendiri, ia

wariskan ilmu silatnja, malah setelah Boo Tjioe berusia

dua-puluh satu tahun, iapun nikahkan Boe Tjioe agar

mempunjai turunan.

Pada suatu tahun Poan Liong Tay-hiap telah datang

berkundjung ke Ong-keetjhung didistrik Ngo-tay itu, untuk

temui Ong Wie Yang guna mengasikan kisikan : ( ialah

Boan-Tjeng Mo Ong atau Radja Iblis bangsa Boan (Tjeng)

sedjak kegagalan dua pahlawannja mentjulik Boe Tjioe, sej

hingga kini dia masih tidak puas, terkabar paling belakang

ini, Mo Ong itu kembali sudah tugaskan dua Pahlawannja

untuk mentjari pula Boe Tjioe. Telah ia ketahuinja, dua

pahlawan itu Jakni pahlawan keraton, adalah Tiat-ljie-sian

Liok liong si Djari Besi serta Kim-tjio-tjliio Pek Peng si

Tombak Emas. Karena itu, Wie Yang diminta agar tetap

waspada dan berlaku hati2.

Ketika itu Wan Boe Tjioe sudah mahir ilmu silatnja, tidak

sembarang ahli silat dapat merubuhkan padanja, walaupun

demikian, untuk tidak berlaku alpa, Ong Wie Yang telah

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

148

kirim muridnja ini ke Pek Lok Sian-Lim digunung Ngo Tay

San, untuk simurid sembunjikan diri didalam kuilnja Hoat

liong Tiangloo.

Pada suatu malam diwaktu rembnlaa suram tjahajanja,

selagi Ong Wie Yang beristirahat didalam kamarnja, ia

dapat tangkap suara bagaikan djatuhnja daun rontok. Ia

bertjuriga, maka sambil bawa pedangnja ia lantas keluar

dari kamarnja, hingga ia tampak berkelebatnja satu

bajangan, demikian gesitnja bajangan itu hingga dalam

sekedjap telah lenjap dari pandangan malanja. Tentu sadja

djago Thay Kek ini bertambah tjuriga, maka ia lantas naik

keloteng untuk memeriksanja.

Daun djendela dari kamar isterinja Boe Tjioe nampak

terpentang. Wie Yang memanggil2 sinjonja muda, tidak

ada djawaban, ia hanja dengar tangisan bajinja Boe Tjioe,

jang baharu berumur beberapa bulan. Karena

ketjurigaannja itu. ia segera bangunkan budjang

perempuan dan budjang lainnja, akau ber sama2 mereka

memasuki kamarnja njonja Boe Tjioe.

Untuk kekagetannja semua orang njonja Boe Tjioe

kedapatan rebah dengan sudah hilang njawanja, dan

bajinja terletak dilantai sambil menangis. Ketika tubuhnja

njonja jang malang itu diperiksa, dibelakangnja majat Itu

kedapatan satu lobang ketjil, dari mana mengalir keluar

darah berikut polonja. Teranglah, luka itu disebabkan

sendjata rahasia thie-liam-tjoe atau "mutiara besi" dari

Tiat-tjie-sian Liok Hong.

Sjukur Wan Boe Tjioe sudah disingkirkan ke Ngo Tay

San, kalau tidak, mungkin pemuda ini akan turut mendjadi

korban pula seperti isterinja itu.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

149

Dimalam kedua, dengan menunggang kuda Ong Wie

Yang berangkat ke Ngo Tay San, untuk menjampaikan

kabar buruk itu kepada Hoat Hong Tiangloo dan Liok Goan

Hoa.

Kedua pendeta itu, guru dan murid, mendjadi kaget.

Dan Boe Tjioe jang mendengar kebinasaan isterinja itu,

hampir pingsan bahna kaget dan murkanja.

Akan tetapi bentjana tidak berdjalan sendirian. Malam

itu dua pendjahat datang menjatroni djuga Pek Lok Sian
lim, dengan berani mereka menjerbu masuk. Mereka

masing2 bersendjatakan sebilah pedang dan bandring lian
tjoe-twie.

Ong Wie Yang bersama Liok Goan Hoa sambut

pendjahat bergegaman pedang, dan Wan Boe Tjioe lajani

pendjahat jang bersendjatakan bandring. Hoat Hong

Tiangloo sendiri siap-sedia melindungi Boe Tjioe.

Suara berisik karena pertempuran itu membikin kaget

dan mendusi murid2nja Hoat Hong lain2nja, tetapi mereka

berkumpul dengan tidak berani madju membantui, mereka

hanja menjaksikan pertempuran dengan memasang obor

terang2.

Pendjahat jang bersendjatakan pedang berkelahi sambil

saban2 menimpuk dengan sendjata2 rahasianja, jakni thie
lian tjoe, akan tetapi dengan memutarkan pedangnja Ong

Wie Yang dapat melindungkan diri, hingga tiada sebutirpun

sendjata rahasia jang mengenai tubuhnja. Dipihak lain,

Goan Hoa bersama Wie Yang desak musuh jang berani dan

liehay itu, sehingga mundur kesuatu podjok.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

150

Hoat Hong jang tadi belum beraksi, kini telah turun

tangan untuk melindungi Boe Tjioe, ia malah gunakan ilmu

pukulan Kiok-toat Kim-na, hingga satu kali ia dapat

sanggap dan sambar bandring musuh jang ia tariknja

dengan keras, sehingga musuh menjelonong madju

beberapa tindak, pada saat itu Boe Tiioe membabat

dengan pedangnja membikin robek udjung badjunja

penjerang gelap itu, hingga terpaksa penjerang ini

lepaskan tjekalan kepada sendjatanja dan terus lompat

mundur, akan naik ketembok sambil berseru: "Angin

keras!"

Itulah utjapan rahasia tanda bahaja bagi pihaknja.

Djusteru pendjahat jang bersendjatakan pedang pun

sedang didesak sampai bebokongnja nempel ditembok

pekarangan, ketika dia dengar tanda kawannja, mendadak

sadja tubuhnja menjerosot naik ditembok itu, hingga dia

lolos dari kepungan.

Menampak musuh mempumjai ilmu enteng-tubuh

demikian liehay, Ong Wie Yang tidak memikir untuk

mengedjarnja, ia hanja segera berkumpul bersama Hoat

Hong untuk lebih penting melindungi Boe Tjioe.

Penjerangan gelap ini membuat hati orang gentar,

sebab dibuktikan dengan njali jang besar dan liehaynja

kedua pendjahat itu. Maka selang dua hari, Wie Yang

usulkan Boe Tjioe menjaraar sebagai pendeta, untuk

menjingkir kelain tempat, supaia pihak musuh tak berdaja

untuk mentjari nja terlebih djauh.

Hoat Hong setudjui usul ini, malah ia menjarankan

tempat penjingkiran jang djauh, ialah sebuah tanah
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pegunungan dipropinsi In-lam dimana ada satu

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

151

sahabatnja, seorang djago Rimba Persilatan, jang hidup

diantara suku-bangsa le. Untuk ini, Hoat Hong lantas tulis

surat perantaraan nja. Wie Yang pun mendjandjikan Boe

Tjioe bahwa ia akan rawat dan mendidik bajinja itu. Maka

selandjutnja, nona Wan itu, jang diberikan nama Siam In,

tinggal menetap di Ong-kee-tjhung, diserankan dalam

tangannja satu babu pengasuh jang dipertjaja.

Pat Pie Long-koen Yan Ie Lam serta isterinja, Hoa Siang

Boe, jang telah pulang ke Shoatang, dalam beberapa tahun

sadja telah dapat memadjukan perkumpulannja, jakni Ang

Teng Kauw, hingga nama mereka djadi terkenal, pengikut2

nja terdapat djuga sampai dipropinsi Hoolam.

Tjongtauwbak, atau ketua umum, dan Ang Teng Kauw,

jaitu TJoe Hoan, seorang keturunan dari pendiri Keradjaan

Beng. telah mendapat sakit dan menutup mata djusteru

disaat perkumpulannja sedang dalam kemadjuan pesat.

Maka itu, pegantinja perlu dipilih dan diangkat. Untuk ini,

orang harus minta petundjuk dari Pek Lian Tjouwsoe.

Kesudahannja, orang jang terpilih adalah Biauw Hoat

Tjindjln, jang tadinja mendjabat koen-soe atau djuru

pemikir dari Ang Teng Kauw.

Sebagai imam, atau tooajin, Biauw Hoat mengerti ilmu

gaib, maka setelah mendjadi ketua umum, ia lebih

merdeka menjiarkan ilmunja itu. Yan Ie Lam dan Shie Liang

tidak setudju akan penggunaan ilmu gaib, beberapa kali

telah mereka berikan pendapatnja, akan tetapi mereka

tidak berhasil, maka kesudahannja mereka undurkan diri,

mereka ambil djalan sendiri, ialah Shie Liang pergi

tumpangkan diri kepada Sim Tiong Kiang, dan Ie Lam

beserta isteri pulang ke Tinkang, kekampung halamannja,

jakni Hoa-kay-tjhung. Kebetulan Hoa Tjeng In sering

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

152

terganggu kesehatannja disebabkan usianja jang telah

landjut, maka Hoa Siang Boe lantas gantikan ajahnja

mengurus Hong Tjiang Hwee, bersama suaminja ia

membuat kemadjuan bagi perkumpulannja itu ialah Ang

Pang, golongan Merah, dihilir sungai.

Dihulu sungai sebaliknja, dalam golongan Tjeng Pang

(Hidjau), telah terdjadi perpetjahan, disebabkan buronnja

liongtauw atau ketua mereka jaitu Pian Kim Kong, hingga

beberapa ketua muda mereka main berpengaruh sendiri,

tanpa ke tua umum, mereka dapat berbuat sesuka nja

sendiri dan se-wenang2.

Yan Ie Lam ketahui keadaan katjau dalam Tjeng Pang

itu, ia adjak Isterinja pergi ke Han-kauw, dimana mereka

menginap dlhotel Hong An Tjan, mere ka adakan

pertemuan dengan Hek-Thay swee Sim Tiong Kiang, untuk

merundingkan persatuan dibawah pengaruhnja. Kebetulan

sekail, Shie Liang telah djadi tangan kanannja Hek Thay
ewee, si Datuk Hitam. Ie Lam lantas diberikan bantuan

sedjumlah anggauta. jang lantas dibawa ke Gie-tjiang,

guna menunduki orangTjeng Pang jang bujar bagaikan

pasir itu.

Namanja Yan Ie Lam dimalui, beberape djie-liongtauw

dapat ditakluki dengan ilmu silat dan pengaruh. Ada tiga

djie-liong tauw jang membangkang, akan tetapi dalam satu

pertandingan dengan Ie Lam. mereka telah dapat hadjaran

setengah mampus. Maka diachirnja, semua orang Tjeng

Pang mendjadi tunduk, semua suka masuk dalam Hong

Tjiang Hwee. Setelah ini Shie Liang diminta untuk mendjadi

pemimpin umum di Tiang Kang hulu. Karena Ini,

pengaruhnja Hong Tjiang Hwee telah meluas diseluruh

wilajah Tiang Kang.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

153

Beberapa tahun telah berselang, Hoa Tjeng In telah

pulang kedunia baka, dengan sendirinja Yan Ie Lam

diangkat mendjadi pengganti ketua umum Hong Tjiang

Hwee. Djusteru ketua ini memasuki usia tiga-puluh-lima

tahun, pada suatu hari ia mengadakan pesta ulang tahun,

ketjuali semua pemimpin sobawahan, ada hadir djuga

banjak orang kang-ouw dari tempat dekat dan djauh,

hingga Hoa-kay-tjhung djadi ramal luar biasa. Pestapun

dibikin untuk tiga hari beruntun.

Dimalam ketiga, le Lam masuk tidur terlebih dahulu,

karena ia lelah dan pusing sudah minum terlalu banjak.

Djuga Hoa Siang Boe merasa sangat letih, maka ketika ia

masuk kedalam kamnrnja, terus sadja ia tertidur dengan

njenjaknja.

Hari sudah larut malam ketika Siang Boe terbangun

dengan kaget karena api lilin tiba2 padam, ia tampak

bajangan orang berkelebat didepan matanja. ia segera

tolak tubuhnja Ie Lam dengan matan menggulingkan diri

kebelakang pembaringan untuk sambar pedangnja, tetapi

djusteru itu, sebatang golok menjambar kepadanja. Tak

sempat lagi ia mengenakan badjunja, ia sembat selimut

untuk dipakai menangkis serangan itu.

Ie Lam pun telah sadar dari tidurnja, tetapi ia tidak

lantas bangun, hanja dengan diam2 tetapi sebat ia tjekal

pedangnja, ia tunggu datangnja serangan golok jang

kedua kali, se-konjong2 ia bangun dan pedangnja

menikam.

Penjerang gelap itu mendjerit, sambil pegangi sebelah

lengannja dia lari kabur. Ia Lam hendak mengedjarnja tapi

Siang Boe segera tarik padanja, dengan maksud

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

154

peringatkan suaminja untuk berlaku waspada dan djangan

sembrono.

Adalah disaat itu tiba2 terdengar suara serr-serr dari

arah djendela, satu sinar berkilauan menjambar masuk

mengarah Hoa Siang Boe. Teranglah bahwa siorano

djahat, sebelum kabur terus, sudah ambil tempo akan

menjerang setjara diam2.

Siang Boe sedang berduduk dialas pembaringan, sulit

untuk dia berkelit, maka Ie Lam ulur tangannja menolak

tubuh isterinja hingga sendjata rahasia lewat tepat disisi

kuping isterinja ini. Akan tetapi sendjata rahasia

dilepaskannja saling-susul, maka sendjata jang kedua djitu

sekali mengenai lengan Ie Lam jang sedang diulur kepada

Isterinja itu.

Hampir diwaktu jang bersamaan, dibawah loteng

tertampak terangnja tjahaja api. Djeritannja sipendjahat

telah menjadarkan orang2 jang ber-djaga2 diluar, mereka

sudah lantas datang.

Siang Boe segera mengenakan badjunja, kemudian ia

peluk suaminja, untuk tjegah suami ini memburu keluar, ia

periksa luka suaminja, ia dapati luka itu disebabkan

sebatang tiat-tjitlee, besi mirip djarum jang banjak

tjagaknja. Karena luka itu tidak besar, Ie Lam tidak

menghiraukannja.

Keesokan pagi2, Shie Liang datang menengoki. Ia

adalah salah satu tetamu jang hendak memberi selamat.

Ketika sahabat ini lihat lobang luka, ia kerutkan dahi,

kemudian diam2 ia adjak Siang Boe keluar.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

155

"Enso, aku lihat saudara Yan terluka sendjata beratjun,"

kata ia pada njonja Yan itu. "Kau lihatlah, wadjah suamimu

jang bersemu hitam dan napasnja memburu. Aku sangat

kewatirkan kehebatan bekerdjanja ratjun itu. Pernah aku

dengar hal sendjata rahasia jang biasa digunakan oleh

suku-bangsa Lee digunung Ngo Tjie San untuk bela diri dari

gangguan binatang buas dan ratjunnja adalah bisa ular

jang liehay, aku harap sadja luka suamimu itu bukan

karena sendjata rahasia sematjam itu"

Mendengar keterangan itu, Hoa Siang Boe mendjadi

kaget hingga mukanja men2 djadi putjat memang ia

tampak wadjah dan keadaan suaminja sama seperti jang

dikatakan Shie Liang itu.

Shie Liang sendiri lantas bekerdja, untuk undang tabib,

untuk panggil datang sahabat2 jang dirasa dapat

menolongnja, akan tetapi Ie Lam lekas djuga tak sadar

akan dirinja, napasnja empas-empls, selang dua-belas

djam, mendadak dia pentang kedua matanja mengawasi

orang banjak, lalu ia sambar tangannja Siang Boe, dia

bersenjum, akan kemudian dia tutup matanja untuk se
lama2nja.

Demikian berbuktilah kekuatiran dari Oey Bwee Kie-soe

pada belasan tahun berselang, ketika ia menggeleng

kepala dan menghela napas dikala ia hendak berpisahan

dari kedua muridnja, Ie Lam dan Siang Boe.

Tak usah dituturkan lagi bagaimana gusar dan sedihnja

Siang Boe, sehingga ia hendak ambil keputusan pendek

untuk mati bersama, sibuk orang membudjuki padanja dan

membantui merawat majat suaminja. Ia bisa tungkulkan

diri sampai seratus hari, kemudian karena ia memikir

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

156

bahwa sedjak menikah ia tidak pernah hamil atau peroleh

anak, tiba2 ia ingat pesan gurunja selama di Tan Touw Am,

Klm-leng, jang menjuruh padanja harus kembali kekuil

setelah sepuluh tahun kemudian. Maka insjaflah ia akan

peruntungan manusia, bahwa takdir tak dapat dilawan.

Oleh karena ini, dapatlah ia berlaku tenang, ia tunggu

sampai sudah se lesai mengubur djenazah suaminja dan

lainnja jang mengenai upatjara perkabungan, lantas Ia

berangkat ke Kim-leng, ke kelenteng Tan Touw Am

dibelakang kuil Kee Beng Sie. Sesampainja didalam

kelenteng, ia lihat Oey Bwee Kie-soe, gurunja, asjik

menantikan padanja. Ia djatuhkan diri berlutut sambil

menangis di depan guru itu.

"Sudah, djangan berduka," Oey Bwee menghibur.

"Suamimu tak dapat menjingkir dari takdir, pertjuma sadja

kau menangis. Pembunuh suamimu itu adalah Pian Kim

Kong, turutilah petundjukku, kelak kau dapat tjapai

maksudmu mentjari balas" Guru ini lantas membisikkan
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

muridnja.

Dihari kedua atas petundjuk gurunja Hoa Siang Boe

lantas pamitan akan berangkat pergi.

Selama dua tahun itu Hoa Siang Boe hidup dalam

perantauan didaerah Selatan, dari Tjhong-gouw masuk

djauh ke Kauwtjie (Annam Utara), lalu kepulau Haylam

(Hainan), sampai achlrnja ia dapat djuga tjari tempat

dimana Pian Kim Kong umpetkan diri.

Sedjak kabur untuk mendjauhkan diri dari dua saudara

Poei dan Kim Tiong Hoa, Pian Kim Kong tidak berani taruh

pula kakinja diwilajah Tiongkok, dia sembunji djauh di

Kauw-tjie dimana ia tjampurkan diri antara segerombolan

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

157

perompak, hanja suatu kali selagi ikut membadjak dipesisir

barat Haylam, ia dapat rampas ratjunnja suku-bangsa Lee

jang biasa dipakai mentjelup tombak dan panah untuk

memburu binatang liar. Kemudian, waktu turut membadjak

kepesisir Tiongkok, ia gunai ketika akan menjelundup ke

Gie-tjiang hingga ia ketahui partainja telah ditelan partainja

Yan Ie Lam, hingga ia djadi semakin bentji musuh ini. maka

ia menjelundup terus ke Tinkang dimana ia berhasil

membokong Ie Lam sehingga menemui adjalnja. Segera ia

kembali pula ke Kauwtjie. Dua tahun ia mendjadi perompak

dan dapat mengumpulkan uang, kemudian ia pergi ke

Haylam untuk berniaga sebagai saudagar bahan obat2an.

Ia harap sebagai saudagar ia dapat hidup tenteram, tapi

diluar sangkaannja, Hoa Siang Boe terus tjari padanja.

Pada suatu hari Njonja Yan Ie Lam sampai digunung

Ngo Tjie San, malang baginja, ia terserang hawa gunung

jang djahat hingga ia rubuh pingsan, sjukur sekali ia

diketemukan seorang tua, jang tolong padanja diadjak

pulang kerumahnja orang tua itu. Dan kebetulan sekali,

orang tua itu seorang Han, satu ahli silat Khong Tong Pay

jang didjuluki Eng Djiauw Loodjin ? Orang tua Kuku

Garuda ? jang diwaktu mudanja pernah berkawan untuk

membunuh radja Boan, karena perbuatannja gagal, dia

buron djauh ke Selatan. Dia mempunjai adik seperguruan,

jakni Tiat-tjie-sian Liok Hong, jang gelap mata kepada

penghidupan mewah, sudah sesatkan diri mendjadi

andjingnja pemerintah Boan.

Beberapa hari kemudian Hoa Siang Boe sembuh

dibawah rawatannja Eng Djiauw Loodjin. Ia

mentjeriterakan terus terang mnksudnja dalam perantauan

ttu ialah untuk tjari musuh suaminja. Tertarik hati orang

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

158

tua ini, ia idjinkan sinjonja tinggal terus paduujn. bahkan

ia adjarkan djuga ilmu menggunai sendjata rahasia thie
iiam-tjoe begltupun ilmu silai tongkat thie-sian-thung jang

dinamakan "Lak-tjap-sie Sie Hong-liong-thung," atau

Tongkat Naga jang terdiri dari enampuluh-empat (lnk-tjap
sie) djurus. Tongkat ltupun dinamakan Tat-mo-thung. Dua

bulan lebih Siang Boe memfahami kedua ilmu itu, karena

keras niatnja mentjari Pian Kim Kong, terpaksa ia pamitan

dan djago Khong Tong itu.

Achirnja ketemu djuga Hoa Siang Boe dengan Pian Kim

Kong setjara kebetulan, karena meski benar Njonja Ie Lam

tjari musuhnja ia toh tidak tahu alamatnja musuh ini. Siang

Boe pergoki Kim Kong sedang berdagang, ia terus

membajangi sampai dirumah musuhnja ini, ia menjatroni

diwaktu malam harinja.

Bukan kepalang kagetnja Pian Kim Kong akan kenali

isterinja Yan Ie Lam. tetapi ia sudah buntu djalan larinja,

terpaksa ia lajani njonja itu, jang bersendjatakan tongkat.

Lebih dahulu daripada Itu, Siang Boe sudah tegur dan tjatji

maki musuh jang rendah martabatnja ini.

Dikala itu kepandaiannja Hoa Siang Boe telah banjak

bertambah, didamping itu hatinja Pian Kim Kong sudah

tjlut, maka pertempuran mereka itu tidak berdjalan lama.

Siang Boe sedang sengit dan amarahnja telah memuntjak,

sia-sia Pian Kim Kong keluarkan antero kepandaiannja, ia

tak dapat bertahan lama. Ia djuga tak dapat ketika untuk

menggunakan sendjata rahasianja. Selang beberapa

djurus, tongkat besi njonja Yan mampir dikepalanja musuh

besar itu, jang rubuh seketika, dan tubuhnja dikemplang

ber-ulang2 hingga mendjadi remuk, sedang hatinja

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

159

ditjungkil dibawa pulang ke Tinkang untuk didjadikan

korban sadjian menjembajangi rohnja Yan Ie Lam.

Lega djuga hatinja Hoa Siang Boe, maka setelah beres

semuanja itu, ia lalu berangkat ke Tan Touw Am dimana ia

tuntut penghidupan sutji sebagai niekouw pendeta

perempuan, jang kemudian oleh Ouw Bwee Kie-soe

diberikan nama sutji Tjeng In.

Ketika itu Hong Tjiang Hwee telah diserahkan kepada

Shie Liang dengan wakil ketuanja Liok-hap-tjhioe Lie

Tjoan, saudara angkatnja Hoa Tjeng In. Siang Boe tidak

tjampur langsung lagi urusan partainja, akan tetapi

walaupun sebagai orang alim, ia masih gemar melakukan

perbuatan2 mulia menolong silemah hingga selama

beberapa puluh tahun, banjak sudah hasil perbuatannja

jang mulia itu.

Kembali beberapa puluh tahun telah berselang. Poan

Liong Tay-hiap dan Oey Bwee Kie-soe telah bergantian

meninggal dunia, dan Boe Tong Siang-Yan, Kim Tiong Hoa,

Shie Liang, Lie Tjoan dan lainnja orang2 tua jang masih

belum meninggal dunia telah undurkan diri dari

penghidupan biasa, mereka hidup menjendiri. Maka itu

golongan Tjeng Liong Hwee mendjadi berada dibawah

pimpinan In tiong-kiam Ong Wie Yang, Leng Khong

Tiangloo (Liok Uoan Hoa) dan Tjeng In Loo-nio (Hoa Siang

Boe). Tjeng Liong Hwee dan Hong Tjiang Hwee telah

digabung mendjadi satu.

Kemudian lagi Ong Wie Yang telah menutup mata,

dengan meninggalkan dua putera, ialah Toakongtjoe

(putera sulung Ong Tjoen Beng dan Djiekongtjoe (putera

kedua) Ong Tjong Beng. Tjoen Beng pergi ke Thay Heng

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

160

San untuk beladjar ilmu pedang terlebih djauh, dan Tjong

Beng menggantikan ajahnja mendjadi tjiangboendjin,

ahliwaris Thay Kek Pay. Tjong Beng beroman tjakap dan

gagah, oleh ajahnja ia telah dikirim ke Pek Lok Sianlim,

untuk beladjar silat lebih landjut dibawah pimpinan Leng

Khong Tiangloo. Seperti kita ketahui, Leng Khong ada

punja dua murid lain, ialah Han Tam jang mendjadi

pendeta, dan Pan Kee sianak pungut, jang kepandaian

silatnjn tiada lebih bawahan daripada Tjong Beng, malah

dia sangat tjerdas dan litjik.

Tidak lama semeninggalnja Ong Wie Yang, Leng Khong

Tiangloo tahu iapun bakal pulang ke Tanah Barat (alam

baka), maka itu, ia sudah perintah Ong Tjong Beng pergi

ke Kimleng temui Tjeng In Loo-nie, untuk ia menerima

tugas-kewadjiban sebagai ahliwarls atau ketua Tjeng Liong

Hwee diseluruh lima propinsi Utara. Hoa-Pak, karena waktu

itu sendirinja Tjeng ln Loo-nie adalah ketua Tjeng Liong

Hwee itu.

Seperti kita sudah ketahui, sesampainja Tjong Beng di

Kimleng, dengan menuruti pesan gurunja, lebih dahulu ia

tjari pulau ketjil didanau Hian Boe Ouw untuk tjari sinjonja

sbe Phoa, atau Phoa-sie sinjonja penguasa rumah, hingga

ia bertemu dengan sinona djelita. Siam In, puterinja Wan

Boe Tjioe, jang sekian lama dirawat keluarga Ong,

disebabkan sinona inipun ditjari pahlawan2 Boan, dia

sengadja diserahkan dibawah perlindungan Tjeng ln Loo
nie.

Begitulah didalam gua, dibawah pimpinan Tjeng In Loo
nie, Ong Tjong Beng terima tugasnja sebagai ketua umum

Tjeng Liong Hwee dengan mengangkat sumpah dihadapan

patung Kok-pou Soe Ko Hoat dengan menerima djuga

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

161

pedang kekuasaan Liong-gim-kiam, setelah mana, mereka

kembali kekelenteng. untuk minum teh, dahar nasi dan

ber-tjakapbersama Lie Tjin puteranja Liok-hap-ljhioe Lie

Tjoan, Wan Siam In dan siniekouw ketjil Yan Goat. Tjeng

In menuturkan perihal Tjeng Liong Hwee. hingga Tjong

Beng ketahui d jelas asal-usul dan sepakterdjangnja kaum

Tjeng Liong Hwee itu, malah djuga hal-iehwal ajahnja

sendiri, Ong Wie Yang, keturunan dari Ong Tjong Gak, jang

pertama kali mendapat djulukan Thay Kek Ong. Karena

Ong Tjong Gak seorang waris Thay Kek Koen dari Thio Sam

Hong.

Thay Kek Koen. ilmu silat Thay Kek, asnlnja dinamakan

"Sip Sam Sie" (Tigabelas DJurus) atau "Tiang Koen"

(Pentjak Pandjang), termasuk dalam golongan Lwee-kee

(bahagian Dalam), malah ketika mula2 Thio Sam Hong

mewariskannja, katanja semua terdiri dari tiga-pululitudjuh

djurus (sie) dengan dua-ratus enampuluh pukulan (tjhioe).

vn

Asjik sekali Ong Tjong Beng mendengarkan

penuturannja Tjeng In Loo-nie, sehingga tanpa merasa ia

dengar kokok ajam jang pertama kali, teringatlah ia akan

pesan gurunja supaja dalam tempo empat-belas hari ia

harus kembali ke Ngo Tay San kepada gurunja itu, maka

lekas2 ia bersarapan pagi, terus ia adjak Siam In pamitan

dari Tjeng In, untuk segera turun gunung.

Tjong Beng dan Siam In semasa ketjilnja pernah hidup

sama2 dalam satu rumah, lalu lama mereka berpisahan,

hingga lupalah mereka akan segalanja, sampai kini mereka

bertemu pula dalam usia remadja, maka menampak sinona

demikian elok dan gagah, tanpa merasa tertariklah hatinja

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

162

sipemuda. Begitulah, dalam tempo jang pendek, sekali

mereka bisa bergaul dengan rapat, tidak kikuk atau malu2

lagi.

Pemuda-pemudi ini sampai didanau diwaktu matahari

mulai mementjarkan tjahajanja jang ke-merah2an,
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuat pemandangan alam sangat indah nampaknja.

Untuk tidak pertontonkan kepandaian mereka berdjalan

dipermukaan danau, mereka sewa sebuah perahu

pelesiran untuk menjeberangi danau itu. Kembali kepada

Phoa-sie, Tjong Beng lantas haturkan terima kasihnja

kepada babu pengasuh ini jang sudah merawati nona Wan

puluhan tahun lamanja, kemudian ia pamitan.

Phoa-sie bersjukur melihat pemuda ini telah bisa warisi

usaha ajahnja almarhum sebagai ketua Tjeng Liong Hwee,

hanja ia menjesal Tjong Beng sudah harus lantas

berangkat pula, lapun lihat Siam In berdiri diam sadja,

agaknja sinona hendak bitjara tetapi dia ragu2. Ia mengerti

akan sikap2 nja nona ini.

"Kalian berdua saudara sudah lama berpisah, sekarang

baharu bertemu tetapi segera akan berpisah pula,"

demikian katanja, "maka nona, pergilah kau antar kokomu,

sambil djalan kalian bisa ambil ketika untuk bitjara2."

Siam In girang mendengar kata? babunja itu. lantas

sadja ia masuk kedalam untuk salin pakaian, kemudian

berdua Tjong Beng ia keluar dari rumabnja. Lebih dahulu

mereka seberangi sungai pergi ke Pouw-kauw, dari mana

mereka sewa dua ekor kuda untuk menudju ke Ouw-ie,

wllajah propinsi An-hoei. Mereka larikan kudanja keras

sekali, mereka tiba ditapal batas sebelum tengahari

didjalanan pegunungan jang banjak pohon2, hingga

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

163

burung2 mendjadi kaget dan beterbangan pergi, sedang

bunga2 hutan, menjiarkan harumnja jang semerbak,

hingga legalah hatinja kedua anak muda ini.

"Adikku, kita sudah djalan setengah harian, mari kita

beristirahat," kata Tjong Beng, jang perlahankan kudanja.

"Kaupun harus kembali. Peribahasa mengatakan

mengantar sampai seribu lie, orangpun mesti berpisah

djuga. Dan kita, dibelakang hari akan bertemu kembali"

Siam In tahan kudanja, ia menghampiri sebuah pohon

dibawah mana ia lompat turun, demikianpun Tjong Beng.

Setelah menambat kudanja, keduanja berebahan diri

dibawahnja pohon untuk beristirahat.

Tjong Beng pandang sipemudi disisinja itu jang

membuat main kembang rumput. Masih pemuda ini

mengawasi, sampai tiba2 sinona angkat kepalanja, hingga

empat mata bentrok sinarnja, lalu tampak perobohan pada

wadjahnja sinona jang kemerahan.

"Adikku, kau besar di Kanglam, pantas kau mirip dengan

nona2 Souwtjioe jang umumnja tjantik-elok " Tjong Beng

mulai buka suaranja. "Tapi lama kau berdiam didaerah

nelajan, apakah kau tidak merasa kesepian?"

"Hal, koko!" kata sinona. "Begitu buka mulut, kau

mengedjek aku! Apakah kau pernah lihat banjak nona2

Souwtjioe jang tjantik-elok itu?"

Tjong Beng insaf akan kekeliruannja, ia lantas tertawa.

"Djangan gusar adikku, maaf, aku keliru omong"

katanja. "Sebenarnja belum pernah aku indjak Souwtjioe.

Aku omong hanja dari pendengaran sadja. Mungkin nona2

Souwtjioe tak seelok kau"

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

164

Sudah umumnja wanita suka akan pudjian, Siam In tak

ketjuali, lantas sadja ia mendjadi gembira. Ia pandang

sipemuda sambil bersenjum.

Tjong Beng seorang pemuda jang masih hidjau,

sekarang entah kenapa, melihat Siam In hatinja mendjadi

tertarik.

"Adikku." katanja pula, "sekarang aku hendak kembali

ke Ngo Tay, sesudah temui soehoe. baharulah aku akan

pulang kerumah, untuk minta enso sambut kau pulang,

supaja kau tak usah lebih lama pula berdiam didanau jang

sepi ini"

Inilah kata2 jang Siam In harapkan.

"Terima kasih, koko," katanja sambil tertawa, dengan

matanja mengawasi pemuda dihadapannja itu, kemudian

ia berbangkit untuk segera lompat tinggi keatas pohon teh

hutan, kedua tangannja mendjambret tjabang2,

gerakannja gesit dan sebat mengagumkan.

Sebentar sadja sinona telah turun pula dengan sebelah

tangannja menggenggam setangkai bunga, ia

menghampiri Tjong Beng, untuk tantjap bunga dibadjunja

pemuda itu.

"Koko," katanja, "aku doakan kau lekas sampai dengan

selamat, adikmu dlsinl menanti kembalimu! Bunga ini dapat

diumpamakan hatiku, semoga koko tidak akan melupakan

bunga ini jang hidup ditanah pegunungan!"

Tjong Beng lihat wadjah orang jang terang dan mata

bertjahaja, tanpa merasa ia tjekal tangan sinona itu.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

165

"Kau tetapkan hatimu, adikku," katanja. "aku akan

segera kembali setelah selesai tugasku ini. Akupun

bukannja tidak risau hati"

Mendadak pemuda itu lepaskan tjekalannja dengan

merasa djengah sendirinja karena dengan tiba? ia dengar

satu suara serak, jang datangnja dari satu pendjual arak

jang muntjul dengan gerobak dorongnja, dari sebuah

tikungan. Keduanja duduk pula.

Memang pendjual arak itu setiap hari berdagang dengan

mondar-mandir disitu. Ketjuali arak, diapun mendjual

daging kerbau, taohu dan daging ajam.

"Mari kita dahar," mengadjak Tjong Beng pada Siam In.

Sinona manggut. Mereka minum arak, dahar taohu dan

daging jang memakai kuwa. Angin jang meniup sepoi2 dan

hawapun hangat, dengan bernawung dibawah pohon jang

rindang, mereka dahar sangat nafsunja.

Sehabisnja dahar, mereka lalu ambil selamat berpisah

satu dengan lain. Siam In diatas kudanja berpaling, ia

angkat tangannja jang menjekal tjambuk, kedua matanja

bersinar hidup, lantas ia petjut kudanja jang segera

membawa ia pergi.

Tjong Beng terpaku bagaikan patung dari atas kudanja,

sampai sinona sudah lenjap dikaki bukit, baharu ia

membajar uang makanannja, dan kemudian larikan djuga

kudanja menudju ke Ouw-ie.

Perdjalanan pemuda ini dilakukan berhari2, beberapa

kali ia harus menukar kuda. Setelah lewati Pang-pouw, ia

menudju ke Tong San. Ketika achlrnja ia sampai ditepl

Sungai Kuning (Hong Hoo), ia meng-hitung2 masih

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

166

mempunjal tempo lima hari lagi untuk sampai di Shoasay.

Maka legalah hatinja.

Hari itu Tjong Beng singgah siang2 untuk dapat

beristirahat. Malam hari sehabis bersantap malam, ia

tengok tjuntja, ia dapat memandang bulan nan permai,

timbullah kelnglnannja untuk djalan diwaktu malam.

Lantas sadja ia siap, dan kemudian ia telah berada tengah

perdjaianan, dari tepi Selatan menudju Barat. Selewatnja

djam delapan, sampailah ia dlsebuah pesisir dengan

sungainja jang lebar, hingga tak tertampak tepi

diseberangnja, hanja dapat tampak air jang bergelombang.

Ditepi itu banjak batu jang bertumpuk disana-sini, ada

batu2 jang tingginja melebihi orang, berdiri mirip seperti

binatang2 buas. Suasana itu menjeramkan tetapi tidak

demikian dengan Tjong Beng, bahkan ia tertarik kepada

pemandangan seperti ini. Maka ia sengadja djalankan

kudanja per-lahan2, membiarkan dirinja di-sampok2 angin

sungai.

Achirnja, didepan sebuah batu besar dan rata, Tjong

Beng turun dari kudanja, setelah tindih les kuda dengan

sebuah batu besar, ia rebahkan diri diatas batu itu sesudah

kasi keluar potji arak bekalannja, ia pakai buntaiannja

sebagai bantal. Sambil beristirahat setjara demikian,

dengan mata memandang keindahan sang malam, ia djuga

minum araknja dengan sedikit2.

Se-konjong2, pemuda ini dapat lihat berkelebatnja tiga

bajangan, jang mulanja hanja sebesar kutjing, lalu setelah

dekat mendjadi besar. Bajangan jang pertama tampak

enteng sekali tubuhnja, dibelakangnja, kira2 dua-puluh

tombak, menjusul dua jang lain. Dua orang itu menjekal

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

167

golok, agaknja mereka terhalang oleh djalanan jang sukar,

batu jang berlumut, karenanja, tidak dapat mereka lantas

dapat manjandak orang jang didepan Itu.

Tjong Beng berada ditempat jang lebih tinggi, dnrl itu ia

bisa saksikan ketiga orang Itu ber-lari2 bagaikan main

umpetkan, sampai ia tampak orang jang pertama sembunji

dibalik sebuah batu besar.

Dua pengedjar itu kehilangan orang jang dlkedjarnja,

lantas mereka mementjarkan diri sambil menggerutu:

"Djahanam, aku hendak lihat berapa lama kau bisa

umpetkan dirimu!" Merekapun berdjaga2 terhadap

kemungkinan bokongan orang jang dikedjarnja.

Tidak lama, mereka telah datang dekat ketempat

sembunjlnja orang itu. Orang jang mengumpet ini lantas

merabah ketubuhnja, dan dilain suat mendadak ia

menimpuk kearah pengedjar2nja itu.

Kedua orang itu dengar suara angin piauw, mereka

menangkis dengan golok nja, lalu jang satu melompat

terus sampai dua tumbak mendokati pembokongnja, akan

tetapi sipenjerang itu kembali sudah menghilang.

"Setan!" mendamprat sipengedjar itu, jang lantas

berdua kawannja mengodjar pula, mereka tampak

bajangan itu lari disebelah depan.

Orang pertama itu telah merajap kedekat Tjong Beng,

agaknja ia torperandjat melihat seekor kuda berada disitu

siap dengan pelananja, dari terkedjut ia mendjadl girang.

Ia merajap terus menghampiri kuda itu, ia berdongko akan

singkirkan batu penindih tali les.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

168

Tjong Beng terus intai sepak-terdjangnja orang itu,
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sampai waktu itu baharulah ia hunus pedangnjo, ia lompat

mentjelat kepada orang tidak dikenal itu.

"Djangan turun tangan!" ia membentak.

Orang itu kaget, tapi masih ia bisa mundur akan

berpaling kepada pemuda kita, Jang sebaliknja pandang ia

dengan tadjam.

Disaat itu, dua pengedjarnja pun telah sampai disitu,

jang segera menjerang kepadanjn. Ia mempunjai pedang

jang diselipkan dibebokongnja, dengan gulingkan tubuh ia

berkelit, lalu ia hunus pedangnja untuk berikan

perlawanannja. Ia melawan dengan menggunakan ilmu

silat "Jiauw liong tjoet soei", atau "Ular naga keluar dari

dalam air".

Dengan lantas mereka itu bertempur dengan seru.

Berdiri diam disisi kudanja, Ong Tjong Beng tonton

pertempuran itu.

Dengan pedangnja bergerak kekiri dan kanan, dengan

kellntjahannja, orang jang dikedjar itu balas menjerang

kedua pengedjarnja, hingga mereka repot membela diri,

terutama mukanja. Tapi mereka djuga berdaja untuk dapat

menahas tangan jang menjekal pedang itu, atas mana

orang itu dengan "Sia hoei taivpian" atau "Miring

menerbangkan rujung sebatang" menangkis terpental

golok jang satu, lalu dengan "Giok-lie tjoen so" atau

"Bidadari menenun", menghalau sendjata jang lainnja,

untuk diteruskan dengan serangan kaki kiri setelah lebih

dahulu menggunakan tipu "Tjoan sin teng kiak" atau

"Memutar tubuh, mendjedjak kaki" Kemudian, dalam

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

169

gerak-tipunja lebih djauh ia mainkan beruntun pelbagai

tipu-silat "liong hong tian tjie" (Burung hong pentang

sajap), J2ay tee tam tjoe" (Didasar laut mentjari mutiara),

"Tjo yoe in mo" (Dikiri kanan membuka mega), disusul

dengan "Ya ma twie hong" (Kuda hutan mengedjar angin)

dan "Tiang keng djip hay" (Ikan lodan masuk dalam laut)

Dua gerakan jang belakangan ini adalah tipu2 silat "Sip

Sam Sie" dari Ong-kee Thay Kek Koen, jaitu ilmu silat Thay

Kek dari keluarga Ong. Maka, menjaksikan tjara bersilatnja

orang itu, Tjong Beng mendjadl heran.

"Inilah aneh," demikian pikirnja ahliwaris Thay Kek Koon

Ini. "Turut apa jang aku ketahui, ketjuali pada keluargaku

sendiri. Thay Kek Koen tjuma diadjarkon kepada Tan Tjioe

Tong di Tjiatkang dan Tjhio Hoat di Hoolam. Itulah jaug

dinamakan Thay Kek Lam-tjong, atau Thay Kek Koen

bahagian Selatan. Untuk di Utara. Thay Kek Koen disiarkan

Tjhio Hoat kepada Tan Tiang Hin dari Tan kee kauw. Maka

diwilajah Shoatang, belum pernah aku dengar ada

keturunan waris ilmu silat kaum keluargaku ini. Tempat ini

termasuk daerah Sioe-siang wilajah Shoatang, dekat

dengan Hoopak mungkin kah orang ini ada punja

hubungan dengan pihak keluargaku ?"

Djuga Tjong Beng dapat mengenali ilmu silat golok

kedua pengedjar itu ialah dari golongan Liok hap Tjhioe,

dan bersilatnja mereka itu sangat sempurna.

Masih pertempuran berdjalan terus sampai tiba2, salah

satu pengedjar lompat mundur keluar dari kalangan, untuk

berdiri diam, menonton kawannja berkelahi seorang diri

melajani musuh jang perkasa itu.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

170

"Tentulah dia hendak berkelahi dengan siasat bersilih
ganti," Tjong Beng pikir.

Sekarang pemuda ini dapat melihat tegas pengedjar

jang menonton ini. usianja baharu tiga-puluh lebih,

wadjahnja bersemu merah, tapi pakaiannja orang itu

membuat pemuda kita terperandjat itu lah seragam militer.

Sesudah pertarungan berdjalan sepuluh djurus lebih,

"penonton" ini segera lompat madju menjerang musuh,

dan kawan nja menggantikan lompat mundur dari

kalangan, untuk dapat beristirahat.

"Kalau terus dipadani demikian, pemegang pedang itu

bisa tjelaka " Tjong Beng berkata daiam batinja.

Sekarangpun ia bisa lihat, pemegang pedang masih berusia

muda dan romannja baik2.

"Itulah perkelahian tjurang," pikir pula pemuda kita.

"Mengapa aku tidak hendak membantui pemegang pedang

itu ?"

Dasar muda usianja, dengan gampang Tjong Beng ambil

putusan, ia tidak memikir mentjampuri urusan orang lain.

Perkelahian berdjalan lagi belasan djurus. sipemuda

jang menjekal pedang musih dapat bertahan nampaknja,

mata hamba negeri jang menonton itu lantas merabah

ketubuhnja, sesudah mana tangannja diajun kearah

musuh, tiga sinar menjambar dari tangannja itu.

Orang jang dibokong dapat lihat tjahaja itu atau ia telah

dengar sambaran angin, mengerti ia akan datangnja

sendja2 ia rahasia, tetapi ia sedang didesak, ia tidak bisa

berkelit, dari itu terpaksa ia ambil kesempatan menjampok

serangan itu ber-ulang2. hingga ketiga sendjata rahasianja

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

171

djatuh ketanah. Djusteru itu, musuhnja merangsak pula,

sedangkan sebatang golok menjambar hebat kearah

kakinja hingga ia mendjadi sangat repot. Golok ini adalah

serangan sipembokong itu.

Dalam saat berbahaja bagi sipemudn itu, satu tjahaja

putih menjambar kearah mereka, goloknja sihamba negeri

jang tjurang itu ditangkis terpapas hingga dia tertjengang,

begitupun kawannja dan pemuda itu.

Menjusul tangkisan hebat itu. Tjong Beng muntjul

diantara mereka kedua pihak.

Kedua hamba negeri itu tertjengang sebentar, achirnja

mereka mendjadi gusar sekali.

"Hei, anak haram!" bentak mereka. "Kiranja kau

kontjonja dia ini! Kalau kau sudah bosan hidup, mari

rasakan golok tuan besarmu !"

Orang jang goloknja buntung itu tjabut rujung berantai

sembilan, jaitu Kloe-tjiat Tie-bwee-pian, dengan satu

S2betan jang menerbitkan suara berisik, lantas dia serang

lehernja Tjong Beng.

"Aku terima seranganmu " sahut Tjong Beng sambil

menangkis dengan pedang Liong-gim-kiam jang liehay Itu.

Orang itu insjaf akan tadjamnja pedang lawan, ia

bawakan serangannja keatas, dengan sebat ia ubah itu

dengan sapuan kebawah.

Tapi djuga Tjong Beng memutar pedangnja menangkis

kebawah, hingga hamba negeri itu kewalahan tetapipun

penasaran dia menjerang terus ber-ulang2.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

172

Dipihak lain, pemuda jang di-kedjar tadi masih melajani

musuhnja, ia telah lihat ada orang membantui padanja,

dengan sendirinja perhatiannja tertarik kepada si penolong

tak dikenal itu. ia kagum akan saksikan orang bersilat

dengan Thay Kek Kiam jang terlebih iintjah dan gesit

daripadanja.

Tjong Beng lajani musuh belum sampai sepuluh djurus,

dengan pedangnja ia telah rabuh rujung atau tjambuk jang

berantai itu dengan tipu silat "Wan khauw seng bok" atau

"Lutung pandjat pohon," maka dengan beruntun, rujung

berantai itu terpapas satu demi satu, semuanja meluruk

ketanah.

Hamba negeri itu segera lompat mundur.

"Kawan, angin keras!" dia teriaki kawannja sambil ia

sendiri terus lari. Kawannja menjusul dibelakangnja

meninggalkan musuhnja djuga.

Menampak larinja musuh, pemuda jang bersendjatakan

pedang itu hendak mengedjarnja.

"Sahabat, djangan kedjar mereka!" Tjong Beng

meneriaki. "Biarkau mereka kabur!"

Anak muda itu urung mengedjar, ia masukkan

pedangnja kedalam sarungnja jang tergendol

dibebokongnja, dengan lekas djuga ia menghampiri Tjong

Beng, untuk memberi hormat sambil berlutuL

"Tjongsoe, terima kasih" ia kata. "Tanpa bantuanmu

jang berharga ini, mungkin aku dapat tjelaka. Akupun

mohon

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

173

dimaafkan karena tadi aku lantjang hendak tjuri

kudamu"

"Djangan utjapkan itu," Tjong Beng mentjegah sambil

pimpin bangun pemuda itu. Setelah mana ia menanjakan

she dan namanja pemuda itu.

"Aku Tan Hin Beng," sahutnja anak muda itu, jang

perkenalkan diri sebagai keponakan dari Thay Kek Tan di

Tan-keekauw.

Malah ia terus tuturkan hal dirinja pribadi. Hin Beng

pernah turut udjian ilmu surat, ia lulus sebagai nomor satu,

lapi namanja itu ? Hin Beng ? jang dapat diartikan

"membangun keradjaan Beng," oleh kepala udjian

dianggap bertentangan dengan nama keradjaan Tjeng, ia

diminta tukar namanja mendjadi Soen Tjeng, artinja

"Menurut kepada keradjaan jeng" dan didjandjikan pangkal

kehormatan. Ia tolak permintaan itu, jang menjinggung

kehormatan dirinja Karena penolakannja ini, tidak hanja ia

ditolak untuk turut udjian lebih tinggi, ia malah ditangkap

dan ditahan atas tuduhan "niat berontak." Baharulah

setelah ajabh dan saudaranja mengodol saku menjuapnja,

baharulah ia dimerdekakan. Adanja hal2 dlatas itu,

menjebabkan ia tidak mau lagi turut udjian ilmu surat,

malah ia pergi meninggalkan Tan-kee-kauw untuk

merantau. Ia mengerti ilmu silat djuga, tapi dalam

perantauan ia tukar she dan nama. Pernah didjalan umum

di Hoolam, Shoatang dan Titlee, ia begal para pembesar

negeri busuk dan saudagar litjik, uang pembegalan itu ia

sebar diantara rakjat melarat disepandjang tepi sungai

Hong Hoo. Karena ia berdjenggot kuning, orang

mendjulukkan padanja "Oey Sie Kek" si Djenggot Kuning.

Dan karena perbuatannja itu ia dimusuhi pembesar negeri,
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

174

di-mana2 hamba wet hendak bekuk padanja. Hal ini telah

terdjadi untuk beberapa tahun. Ia sangat litjin, penduduk

melaratpun bantu melindungt padanja, belum pernah ia

kena ditangkap. Sampai kedjadian hari2 jang belakangan

ini.

Soenboe dari Shoatang dapat memnekor djakan dua

pouwkoay atau sersi Jang kenamaan, dua ahli silat Liok

Map Koen dari Hoalam. Jakni Koay-gin Kheng Siang Tek si

Mata Adjaib dan Twie-hong Tio Soe Hay si Pengedjar

Angin. Kedua sersi ini sudah berpengalaman dan banjak

mata2nja djuga, ketika mereka ditugaskan untuk

membekuk Hin Beng. lantas mereka lepas orang

disepandjang tepi sungai, dirumah-makan2 dan dalam

hotel2, hingga achirnja mereka peroleh keterangan, bahwa

dalam satu atau dua bulan. Oey Sie Kek tentu datang

mengundjungi Say Song Hoei, satu bunga raja ternama

diluar kota Sioe-tiang, letak rumahnja dilepl sungai. Lantas

mereka bersiap dan memasang djaring.

Pada malam itu, Hin Beng jang sedang tidur njenjak

dikamarnja Say Song Hoei telah terbangun dari tidurnia

karena gonggongan andjing jang riuh dan berisik segera ia

padamkan api dan dandan. Djusteru itu, Kheng Siang Tek

menerdjang masuk. Hin Beng sambar pedangnja ia tolak

terbalik medja maka selagi Siang Tek terhalang ia lompat

keluar, kebelakang Disini Tio Soe Hay mentjegat pada nja

dan dibokong dengan satu batjokan. Ia berkelit dan lari

terus kedjalan besar. Siang Tek dan Soe Hay terus kedjar

padanja. sedang dibelakang dua sersi ini. ketinggalan

orang2 polisi sebawahannja Diluar dugaan, disini Hin Beng

dapat pertolongannja Tjong Beng.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

175

Pemuda she Ong itu djuga perkenalkan diri, setelah

mana, keduanja lantas ikat tali oersahabatan.

"Mari kita pergi dari sini!" TJong Beng mengajak.

Berdua mereka naik atas bebokong seekor kuda. Hin

Beng duduk disebelab belakang.

Setelah melalui seratus lie. tibalah mereka disebuah

kampung dimana ada seratus lebih rumah. Hin Beng

menudju kesebuah rumah ia mengetok daun pintu, dari

dalam rumah suara terdengar perlahan dan Hin Beng

memperkenalkan dirinja lantas ia dibukakan pintu dan

diundang masuk. Belum lama mereka berada dldalnm

kesitu datang puluhan orang lain, jang semua mendjura

kepada Oey Sie Kek. Ternjata ia seorang pemimnin.

Sehabis memberi hormat, orang banjak Itu mengundurkan

diri pula, beberapa diantaranja lantas menjiapkan barang

hidangan.

Hin Beng hormati Tjong Peng dengan tiga tjawan arak,

terus mereka sama bersantap. Kudanja pemuda kita

diberikan makanan djuga.

Tjong Beng tidak berani siasiakan waktunja, sehablsnja

bersantap ia lantas minta pamit dengan keduanja

berdjandji dikemudian hari akan bertemu kembali.

Selang empat hari, sampailah Tjong Beng didistrik Neo
tay Shoasay. Ia tidak berani pulang langsung kerumahnja,

ia lebih dahulu menudju ke Ngo Tay San ia kaburkan

kudanja seperti biasa.

Hari itu Tjong Beng mengenakan badju kuning lapis ma
kwa, ikat pingeangnja hidjau, pedangnja tergendol

dibebokongnia kudanja iang lari keras membuat debu

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

176

meneulak naik. Ketika ia sampai dirumah makan dimana

terdapat banjak pohon2. Lie Djie, pemilik rumah-makan

segera lari keluar menjambut padanja.

"Silakan mampir, kongtjoe!" mengundang pemilik

rumah-makan jang ramah tamah Ini.

Diluar dugaannja Lie Djie, Tjong Beng tidak seperti

mendengar kata ini, ia terus melewati rumah makan, ia

mentjambuk binatang tunggangannia dikaburkan terus.

Lie Djie mendjadi lesu tampaknja.

"Saudara Lie kau tak dapat uang terkedjut!" menggoda

satu tetamu.

"Tidak, sebentar djie-kongtjoe tentu akan kembali, dia

mesti mampir disini Kudanja harus diberi makan" jawabnja

Lie Djie, hanja untuk hiburkan diri sadja.

Tjong Beng telah mendekati Ngo Tay San, hatinja lega

berbareng tegang. Lega sebab ia segera akan temui

gurunja. dan ketegangan hatinja itu disebabkan ia ingat

dahulu diwaktu ia pergi, gurunja sedang salut, entah kuat

atau tidak guru itu menunggu kembalinja ia. Ia lantas ingat

diwaktu malam ketika ia uruti gurunja ada berkelebat

bajangan tak dikenal diluar djendela. Mungkin bajangan itu

bermaksud tidak baik.

Karena itu, Tjong Beng kaburkan kudanja lebih keras

lagi. Ia lihat matahari sudah dojong ke Barat, ia tampak

puntjak Tiang Djin Hong iang mendjulang tinggi, maka

ingatlah ia kepada keterangan gurunja perihal harta karun

jang masih terpendam dalam rahasia digunung Ngo Tay

San itu ia masih simpan kuraala jang satu, ia masih mesti

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

177

tjari kumala pasangannja, baharu ia dapat tjari tempat

harta rahasia itu

Tjong Beng masih memikirnja, Ia sudah mendekati Pek

Lok Sian-im Ketika ia memandang kearah pendopo Tay

Hiong Poo-thian, ia kaget bukan kepalang. Dimuka

pendopo ia lihat ada berdiri sebuah tihang bendera

tingginja beberapa tombak jang digantungkan dua poteng

tjita putih dan hitam. Itulah tanda pulangnja seorang

pendeta sutji ke Tanah Barat! Kalau bukannja Leng Khong

Tiangloo, siapa lagi?.

Begitu lekas ia sampai dimuka kuil, didepan kuil ada

menanti beberapa orang, jang rupanja hendak sambut ia.

Ia lompat turun dari kudanja, ia bertindak naik diundakan

tangga. Segera ia dipapak Han Tam dan Pan Kee dengan

tangisannja, keduanja mengenakan djuba ka-see hitam,

tanda berkabung. Malah Pan Kee sebelum saudara ini

datang dekat, sudah berkota: "Soeheng, baharu tadi

malam soehoe meninggal, maka kebetulan sekali soeheng

pulang"

Tjong Beng lantas sadja menangis, hingga ia tak dapat

mengutjapkan apa2. Setelah satu pendeta sambuti

kudanja, ia ikuti kedua soeteenja masuk kedalam, terus

sampai dimona djenazahnja Leng Khong Tiangloo

diletakkan. Tak kuat iagi hatinja, ia menangis meng
gerung2 ia djatuhkan diri mendekam didepan djenazah

gurunja itu.

Han Tam dan Pan Kee serta lai2 pendeta turut menangis

djuga.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

178

Lama djuga Tjong Beng menangis, ia pandang muka

gurunja, jang tampaknja masih segar bagaikan hidup,

melainkan kedua matanja terbuka diam.

Pan Kee, jang berdiri disisi, ambil saputangan, dengan

apa ia usap2 mata gurunja itu jang lantas tertutup rapat,

akan tetapi selang sedikit lama mata itu terbuka pula

sedikit

Tidak enak perasaan hatinja Tjong Beng, maka Itu ia

meneliti seluruh tubuhnja guru itu, sampai kepada kaki dan

dja2 rinja, akan tetapi ia tiada dapatkan sesuatu jang

mentjurigakan, lalu ia tukar pakaian berkabung, untuk

segera adjak kedua soeteenja damaikan upatjara

mengabukan guru mereka. Telah diputuskan, upatjara itu

diiakukan esok hari.

Malam itu Tjong Beng beristirahat dalam kamar hong
thio, kamar gurunja. Sebenarnja ia sangat letih setelah

melakukan perdjalanan bonjak hari dan terus menerus itu,

tetapi entah kenapa, ia tidak dapat memedjamkan mata,

pikirannja terus bekerdja, mengingatkan kata2 gurunja

bahwa walau bagaimanapun, guru itu akan menunggui

kembalinja ia. Ia pertjaja kekuatan hati gurunja itu. Maka

ia heran, kenapa guru itu meninggal satu hari sebelumnja

ia kembali.

Mungkin ada orang bokong soohoe demikian ia

menduga2. Lantas sadja dimatanja terbajangkan wadjah

gurunja, wadjah jang halus dan ramah-tamah tetapi jang

bersorot duka itu. Maka gontjanglah hatinja.

Tengah Tjong Beng melamun itu, tiba2 ia dengar suara

pintu terbuka, lantas daam gelap-gulita berbajang satu

tubuh menjelusup masuk. Segera ia lompat bangun,

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

179

tangannja menjambar Liong-gim-kiam dialas

pembaringannja.

Bajangan itu seperti telah menduga aksinja Tjong Beng,

ia lantas berdehem dengan perlahan, hingga pemuda kita

lantas dapat mengenali suara soeteenja, Han Tam, murid

jang dipesan untuk kelak menggantikan sang guru

mengepalai Pek Lok Sian-lim.

"Malam2 kau datang, ada urusan pen tingkah, djie
soetee?" tanja Tjong Beng sambil ia letakkan kembali

pedangnja.

Han Tam manggut, terus ia tutup pintu, kemudian ia

melongok keluar djendela.

"Ja, soeheng, urusan mengenai meninggalnia soehoe,"

djawab ia kemudian dengan perlahan, "inilah sebabnja

mengapa aku datang malam2."

"Silakan bitjara, soetee," menjilakan Tjong Beng. "Aku

pulang terlambat, aku djusteru hendak minta

keteranganmu mengenai soehoe."

Han Tam hendak buka mulutnjo atau ia batal pula,

agaknja ia ragu2, hingga terdengar hanja gerutuannja.

"Apakah jang kau kawatirkan, djie-soetee?" tanja Tjong

Beng, ia menghibur. "Djangan takut, disini ada aku.

Djangan kau bikin soehoe meninggal dalam penasaran."

Kembali Han Tam pergi kedjendela dan melongoknja
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pula, setelah itu baharu ia mendekati soehengnja, kakak

seperguruan, untuk duduk berendeng.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

180

"Soeheng, apa kata dan anggapanmu tentang sam
soetee?" tiba2 ia menanja. "Bagaimana pandanganmu

mengenai dia?"

Tjong Beng bertjekat dihati.

"Kau omong tentang Pan Kee?" menegasi ia. "Botjah itu

dirawat dan dididik soehoe sedjak masih ketjil, dia tjerdas

sekali, diapun besar njalinja."

"Bukan itu jang kumaksudkan" Han Tam menggeleng

kepala. "Aku ingin ketahui, apakah soehoe pernah

membitjarakan perihal sam-soetee itu kepadamu?"

Ditanja demikian, mengingatkan Tjong Beng kepada

kata gurunja mengenai Pan Kee diwaktu mereka hendak

berpisahan.

"Ja, ada," ia djawab. "Soehoe kata bahwa selama ini

sam-soete suka bergaul dengan orang2 kang-ouw, jang

soehoe anggap dari golongan sesat, bahwa perbuatan nja

itu, sam-soetee hendak menjembunjikannja dari mata

soehoe. Soehoe pun pernah buktikan beberapa kali,

barang2 dalam kamarnja telah digeser sana-sini, rupanja

sam-soetee mentjari tahu soehoe ada punja rahasia apa.

Karenanja soehoe mengatakan padaku bahwa meski

samsoetee tjerdas dan pandai bekerdja, namun hatinja

tidak lurus, dikuatirkan dibelakang hari, kau dan aku nanti

tidak sanggup mengendalikan padanja. Begitupun pada

waktu perpisahan malam itu selagi soehoe tinggalkan

pesan kepadaku mengenai Tjeng Liong Hwee, diluar

djendela ada satu bajangan orang berkelebat, ketika aku

menjusulnja, bajangan itu lenjap. Djie-soetee, apakah kau

dapat lihat sesuatu jang tak lajak pada sikap atau

perbuatannja sam-soe-tee itu ?"

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

181

Han Tam menghela napas.

"Aku tidak dapatkan bukti apa2, akan tetapi ada hal-hal

jang membuat aku merasa aneh," katanja. "Selang

beberapa hari dari kepergianmu, soeheng. selagi hendak

tengok soehoe untuk melajaninja seperti biasa, aku

hentikan tindakanku didepan kamar soehoe, karena aku

dengar suara bentakannja soehoe. Belum pernah soehoe

segusar itu. Njata soehoe sedang mendamprat sam
soetee. Samar2 aku dengar soehoe menegur sam-soetee

mengapa ia berani memaksa minta batu kumala dan

soehoe mengantjamnja, apa2 bila soeheng sudah kembali

nanti, soehoe hendak titahkan soeheng berurusan

kepadanja. Setelah Itu aku lihat sam-soetee keluar dari

kamar dengan muka gusar. Sedjak itu, sakit soehoe

bertambah berat. Setiap hari soehoe menghitung2 hari

kembalinja soeheng. Dua malam sebelum meninggalnja

soehoe, waktu aku sedang liamkeng diatas loteng, aku

dengar beberapa kali tepukan tangan enteng diluar pintu

pekarangan, ketika aku mengintai, ku tampak beberapa

bajangan berkelebat masuk kedalam semak jang lebat. Tak

lama kemudian, aku lihat samsoetee keluar, ia lompat

ketembok dan masuk kesemak itu djuga. Pada malam

soehoe menutup mata, d waktu magrib aku masih dapat

lihat soelur duduk ber samedhi, adalah mendekati djam

sembilan malam, mendadak sam-soetee berseru2

mengatakan bahwa soehoe telah pulang kealam baka. Aku

memburu kekamar soehoe, didalam hanja berada sam
soetee seorang, lain2nja pendeta pada berdiri sadja diluar

pintu. Aku rabah tubuh soehoe, tangan dan kakinja, semua

sudah kaku, mengundjukkan bahwa soehoe telah menutup

mata sedjak satu djam berselang. Tjoba soeheng pikir,

tidak anehkah itu?" Tjong Beng pun mendjadi tjuriga.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

182

Dengan Pan Kee ia belum pernah bentrok atau

bertentangan dalam segala hal apapun, bahkan ia sering

tundjang sam-soetee itu dengan keuangan, tetapi

sekarang setelah mendengar keterangannja Han Tam ini,

mengingatkan ia akan pesan gurunja mengenai adik

seperguruan itu. Djuga aneh Pan Kee dapat ketahui

tentang peta rahasia dan batu kumala itu, karena pada

waktu gurunja menjerahkan barang itu kepadanja, disitu

tidak ada orang ketiga Jang mengetahuinja. Mungkin benar

Pan Kee bergaul dan bersahabat dengan orang2 jang sesat

menurunkan tangan djahatnja, tapi pada tubuh gurunja

tidak ada tanda luka jang merupakan sebagai bukti.

"Tapi aku telah diserahkan tugas, tak dapat aku diam

berpeluk tangan," pikir Tjong Beng, jang ingat kebaikan

gurunja selama belasan tahun terhadapnja.

Han Tam diam mengawasi, ia bisa duga pikiran kakak

seperguruan ini.

"Baik soeheng melakukan penjelidikan dengan saksama,

temponja masih belum kasep" Han Tam peringatkan.

"Sekarang baik kita berpura2 tidak tjuriga, tetapi dengan

diam2 kita intai gerak-gerik samsoetee. Bagaimana

pendapat soeheng?"

Tjong Beng mengangguk tanda setudju. Setelah itu,

soeheng dan soetee ini berpisahan.

Keesoknja Tjong Beng, dibantu oleh Pan Kee. Han Tam

dan pendeta2 lainnja urus djenazahnj. Leng Khong

Tiangloo, jang setelah disembahjangi lalu dibakar,

tulang2nja disimpan diatas pagoda, untuk tudjuh hari

lamanja semua pendeta terus membatja doa.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

183

Selelah semua beres, baharu Tjong Beng pergi kekota

untuk pulang kerumahnja, untuk temui ensonja, Phoa sie.

Dua hari ia berdiam dirumah, lalu kemudian ia kembali ke

Pek Lok Sjan-lim dimana ia tinggal menetap.

Beberapa hari berselang, dengan kedudukannja sebagai

murid kepala, Tjong Beng mengadakan satu himpunan

jang dihadiri Pan Kee, Han Tam dan semua pendeta

lainnja. Ruang rapat bertempat dikamar hongthio. Rapat

itu membitjara kan soal pengangkatan peganti mendiang

Leng Khong sebagai pendeta kepala, dan Tjong Beng

menundjuk kepada Han Tam untuk memenuhi pesan

gurunja.

Semua pendeta setudju ketjuali Pan Kee, jang

mengatakan bahwa gurunja tidak meninggalkan pesan

resmi, dan bahwa sang soeheng, Tjong Beng, jang

bukannja pendeta, tidak berhak untuk mengambil

keputusan.

Ditentang setjara demikian, Tjong Beng gusar hingga ia

hunus pedangnja dan dibatjokan kepada udjung modja.

"Djikalau aku memalsukan pesan soehoe, biarlah

dikemudian hari kepalaku bernasib sebagai tjontoh udjung

medja ini!" serunja. Lalu dengan mata mendelik ia

mengawasi semua orang.

Pan Kee tunduk, ia bungkam.

Maka itu, hari itu Han Tam dinobatkan djadi pendeta

kepala menggantikan gurunja mengepalai Pek Lok Sian
lim.

Malam itu, berada seorang diri didalam kamar gurunja,

Tjong Beng naik kepembaringan, akan terus lontjat

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

184

ketembok, dengan gerakan "Pek-houw yoe tjiang," atau

"Tjetjak memain ditembok," ia merajap keloteng seperti

tempo hari gurunja undjukkan, untuk buka lantai loteng

jang terahasia setelah ia lompat turun, dengan api lilin ia

menjuluhi lobang rahasia itu, ternjata peti kaju sudah

terbuka, isinja teraduk, menandakan bekas orang

membongkarnja. Diantara dekat lobang rahasia dan

pembaringan lapun tampak lantainja gempur, maka ia

menjuluhi lebih djauh.hingga ia dapatkan, didepan

pembaringan ada berbekas melesaknja sepasang tapak

kaki, hingga ia djadi heran. Itulah tapak kaki jang tidak

pernah ada disitu.

Melihat ukurannja tapak kaki itu, orangnja mesti

bertubuh tinggi dan besar, dan melesaknja batu bagaikan

tjetakan, membuktikan bahwa orang ith mempunjai tenaga

kie-kang luar biasa. Lantai itupun terbuat dari batu hldjau

jang keras sekali. Maka sebagai ahli, Tjong Beng mengerti,

tentunja ada satu orang dengan ilmu silat tinggi jang

berdiri didepan pembaringan itu dengan menggunakan

tenaga-dalamnja menjerang Leng Khong Tiangloo jang

sedang sakit, dan karena mengerahkan antero tenaganja,

orang itu sudah indjak batu hingga melesak2 Serangan

tenagadalam itu mungkin tak salah lagi adalah jang

dinamakan "Hoat-hoa-tjiang." Kalau orang biasa terserang

setjara demikian, rusaklah semua anggauta dalam

tubuhnja, tetapi karena Leng Khong liehay, dia hanja

tertekan dan tertahan napasnja hingga ia binasa dengan

tubuh utuh.

Karena tidak perlu memeriksa terlebih djauh, Tjong

Beng tutup pula lobang rahasia itu, lalu keesokannja, ia

beritahukan hal itu pada Han Tam, jang diam2 ia adjak

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

185

berdamai. Mereka hendak bertindak untuk melajani Pan

Kee.

Setengah bulan telah berselang pula. Pan Kee

memberitahukan bahwa ia hendak turun gunung untuk tiga

hari lamanja. Han Tam kasi idjin saudara ini pergi, ia tidak

menanjakan sesuatu.

Dimalam kedua dari kepergian Pan Kee, Tjong Beng

dengar suara diluar kamarnja bagaikan djatuhnja daun2

rontok, disusul dengan batu jang ditimpukkan kepada

djendela, setelah mana, dari luar itu terdengar tantangan:

"Ahllwaris dari ThayKek Ong, mari keluar akan tjoba2

tadjamnja golok tuanmu!"

Tjong Beng gulingkan diri turun dari pembaringan dan

sambar pedangnja.

"Sahabat dari mana itu?" ia tanja. "Aku Ong Tjong Beng

mempunjai dendaman apakah dengan kau?"
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tuanmu tidak sudi banjak ngotje! Djikalau kau tahu

diri, lekas keluar!" Demikian djawaban jang katak dari luar

Itu.

Tjong Beng tidak takut sedikitpun walau ia ketahui orang

bermaksud djahat, dengan tiba2 ia lompat kedjendela,

jang daunnja ia dupak terpentang, menjusul lompat

keluarnja ia, maka segera ia tampak berdirinja tiga orang

dimuka pajon, dengan dandanan singsat putih seluruhnja,

semuanja menjekal golok. Dan mereka itu, begitu lihat ia

keluar, lantas bergerak madju menerdjang.

"Baik aku pantjing mereka kedepan pendopo," pikir

Tjong Beng. "mungkin disana ada orang jang membantu

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

186

aku." Maka ia segera lontjat naik keatas genteng untuk lari

kedepan.

Tiga orang tidak dikenal itu lantas menjusul, malah jang

satu, jang liehay ilmu mengentengkan tubuhnja lompat

menubruk dengan batjokannja dalam tipu "Tjiauw hoe

tjam tje" atau "Tukang kaju menebang pohon."

Tjong Beng tahu ia dibokong, ia berkelit sambil

berlompat, hingga golok penjerang mengenal genteng. Ia

lompat terus turun kebawah, kesebuah pekarangan luas

belasan tombak. Disini ia berhenti lari, maka dengan

sekedjap, ia sudah mulai dikepung ketiga orang tadi.

Tidak gentar Tjong Beng dikerubuti bertiga, malah Sip
sam-sie Thay Kek Kiam sangat diandalkan menghadapi

kepungan musuh, sebaliknja ketiga musuh itu mendjadi

kurang leluasa karena penjerangannja tidak teratur.

Berulang kali sendjata merekn bentrok kawan sendiri.

Setelah melajani beberapa djurus. Tjong Beng dapat

kenali ilmu silat ketiga musuhnja itu jakni dari golongan

Tiang Pek San dari Kwan-gwa, wilajah perbatasan, dan

golok mereka itu semua berat, maka itu ia berlaku tenang

dan hati2.

Beberapa puluh djurus sudah berdjalan, ketiga musuh

itu masih belum dapat berbuat apa2, dilain pihak suara

berisik menjebabkan Han Tam muntjul bersama sedjumlah

pendeta. Han Tam bersendjatakan sebatang sian-thung,

tongkat pandjang berupa toja, tetapi ketika ia tampak

Tjong Beng berada dipihak unggul, ia tidak segera madju

membantui. Semua pendeta itu membawa obor, jang

menerangi seluruh lapangan itu.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

187

Segera djuga ketiga penjorang serba putih itu mendjadi

tidak sabaran, dengan mendadak mereka ubah tjara

menjerangnja, tidak lagi mereka mengepung sebagai tadi,

kalau toh mereka madju, goioknja masing2 mengarah tiga

djurusan. Begitulah satu kali, ketiga golok menjambar

keatas, tengah dan bawah.

Dengan menangkis dan lompat berkelit, Tjong Beng

dapat menghindarkan diri dari ketiga serangan jang

berbareng itu, terus ia lompat madju akan balas

menjerang, dengan bergantian ia arah tenggorokan ketiga

musuhnja, satu demi satu demikian rupa ia merangsak,

membuat ketiga musuhnja itu mendjadi repot.

"Bagus!" Begitulah tiba2 satu seruan dari arah tembok

pekarangan, dari mana segera lompat masuk satu orang,

hingga Tjong Beng mendjadi heran.

"Apakah musuh bertambah kawan pula?" pikirnja.

Lekas2 ia tangkis satu serangan, terus ia lompat mundur

untuk dapat berpaiing melihat orang jang baharu datang

itu. Legalah hatinja setelah ia dapat mengenali orang itu

bukannja musuh tapi kakaknja.

"Koko, mari bantu aku membereskan bangsat2 ini!"

serunja, dengan semangatnja bertambah2.

vni

MARILAH pembatja kita mundur sedikit dari bahagian

ini, untuk beladjar kenal lebih djelas dengan Keluarga Ong

atau Ong-kee Thay Kek Koen, ilmu silat Thay Kek Koen dari

keluarga Ong itu, jang dimulai dengan Ong Tjong Gak dari

distrik Ngo-tay dipropinsi Shoasay, sampai pada In-tiong
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

188

kiam Ong Wle Yang dipermulaan ahala Tjeng jang kita ikuti

tjeriteranja ini.

Sudah diketahui, putera pertama dari Ong Wie Yang

adalah Tjoen Beng jang otaknja terang, radjin beladjar dan

njalinja besar, dan putera jang kedua ialah Tjong Beng

jang romannja tjakap dan gagah. Tjoen Beng lebih tua

empat tahun daripada Tjong Beng.

(Landjutan djilid ke 2)

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

189

YOE HIAP ENG HIONG (SERI I)

Jilid : 02

Ditjeritakan Oleh : O.K.T

//facebook.com/groups/Kolektorebook/

___________________________

Adalah tjita2nja Ong Wie Yang, akan bikin kedua putera

Itu mendjadl ahliwaris Thay Kek Koen, maka lega hatlnja

menampak kedua anak Itu berbakat baik, gemar beladjar

dan ber-angan2 besar. Sering Tjoen Beng mengutarakan

bahwa dengan berdiam sadja di Shoasay, ia mirip sebagal

kodok dalam tempurung, jang hanja bisa memandang

langit, maka ia ingin merantau untuk mentjari kepandaian

lebih djauh, guna peroleh pengalaman.

Wie Yang setudjul niat putera sulung-nja ini, maka pada

suatu hari berkatalah ia kepada puteranja itu:

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

190

"Untuk di Selatan dan Utara sungai Tiang Kang sekarang

ini, semua ahli silat aku telah mengenalnja. Diantaranja,

jang membuat aku kagum, adalah Tjiang-in Poan Liong

Tay-hiap dari Tjeng Liong Hwee. Dengan ilmu pedangnja,

Poan-liongkiam, belum pernah ia menemui tandingan,

maka sajang ia telah menutup mata pada tahun jang

baharu lalu. Dua ahli silat lainnja adalah Boe Tong Siang
Yan Poei Kong dan Poei Tjeng, dua saudara shc Poei jang

didjulukkan Sepasang Walet Boe Tong San. Sangat

disajangkan, mereka tidak sudi menurunkan ilmu silatnja

jg. dinamakan Tjoei-po Tjiong-kie-koen atau Gelombang

Air. Inilah disebabkan keponakanluarnja, jakni Pian Kim

Kong, anak entjienja, sudah tjuri Tjoe-bo-piauw, sendjata

rahasia mereka, untuk menerbitkan onar. Sekarang ini

masih hidup satu njonja tua jang gagah, jang telah dapat

mewarisi ilmu silat ajahnja, ialah ilmu silat tombak Ang
eng-tjhio, dan belakangan diapun peroleh ilmu tongkat

Hong-Ilong-tjhung dan sendjata rahasia mutiara Thie-liam
tjoo. Dia adalah soe-moay atau adik seperguruannja Leng

Khong Tiangloo jang bernama Hoa Siang Boe. Karena ia

sutjikan diri, ia pakai nama sutji Tjeng In. Malah sekarang

dialah ketua dari Tjeng Liong Hwee. Tentang gurunja

adikmu, Jaitu Leng Khong Tiangloo, adalah murid kepala

dari Oey

Bweo Kie-soe, jang setelah sutjikan diri dl Pek Lok Sian
lim, telah wariskan Ilmu silat 'Pat-louw ieim-na-tjiang? dari

Twiehong Mo-Tjhioe Hoat Hong Hweeshlo. Itulah ilmu silat

tangan kosong, untuk menangkap pelbagai alal-sendjata

musuh Seorang gagah lainnja lagi, adalah Tjoat Tim

Toodjin, jang telah berusia seratus tahu lebih, karena ia

telah dapatkan sematjam rumput obat jang berchasiat

pandjang umur. Sekarang ia hidup menjendiri di-dalam

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

191

sebuah gubuk digunung Lauw San, Shoatang. Sebenarnja

dia seorang ahli Kong Tong Pay, ilmu silat Tjangtjorang,

tetapi belakangan diapun peladjari ilmu silat Tjiong Kie

Koen dari Boe Tong Pay, hingga dia telah dapat

mengalahkan Bwee Hoa Slangdjin dari Seetjhong.

Tabiatnja Tjoat Tim aneh, dia hanja terima dua! murid ialah

Poei Kong dan Poei Tjeng, tetapi dia sendiripun telah

peladjari kepandaian ilmu silat Djioe Koen dari kedua

muridnja itu, mereka saling adjar mengadjari kepandaian

masing2.

Tertarik Tjoen Beng akan penuturan ajahnja itu.

Wie Yang pun meneruskan: "Disamping orang2 jang

telah aku sebutkan itu, masih ada orang2 luar biasa

didaerah perbatasan, di Timur dan Utara gurun pasir.

Mereka lebih suka umpetkan diri ditanah peguunungan,

sebab sebahagian besar mereka adalah penjinta2 bangsa

jang tak sudi djadi gundalnja keluarga Ais Gioro, bangsa

Boan itu. Merekapun umpatkan she dan nama. Satu

antaranja aku ketahui namanja ialah Thian Tie Ko Hiap dari

Hek San Pay di Kwan-gwa, ahli silat ?Eng Djiauw Kong? atau

Kuku Garuda, dia telah tjiptakan ilmu pukulan besi rantai

Gouw-tjap-sie Lian-koen, jang terdiri dari limapuluh djurus,

gabungan dr ilmu silat Thay Kek, Heng Ie dan Pat Kwa.

Adalah minatku hendak tempur padanja tapi sampai

sekarang ketikanja belum ada. Jang lainnja adalah satu ahli

silat Tja Koen, asalnja penganut agama Islam, tabiatnja

aneh. Katanja pernah dia tjuri Ilmu silat Djioe Koen Sippat

Siang Twie-tjiang dari Tiat In Siansoe dari Thtbet,

kemudian dia hidup sebagai hoei-tjat atau begal-terbang dl

Kwan-gwa, dia suka ganggu piauwsoe2 dari Pakkhia dan

Tjhongtjioe. Diapun pernah menghilang, hingga kemudian

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

192

di Tjenghay dan Siamsay sering muntjul seorang kang-ouw

aneh, jang ada kalanja menjamar sebagai tukang tenung

atau dilain saat mendjadi tabib perantauan, atau dengan

menunggang seekor kuda sendirian sadja dia rampas uang

negara. Dia bersendjatakan sebuah pajung akan tetapi

gendolan kantong obatnja adalah bagaikan mereknja.

Pernah dia permainkan beberapa pahlawan istana Boan,

seperti Tiat-tjie-sian Liok Hong, Kim-tjhio-tjhioe Pek Peng

dan Tim-kiotjhioe Thek Tjin ketika mereka ini tengah

mengiringi angkutan berharga."

Tjoen Beng terus mendengarkannja dengan penuh

perhatian.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Anak, aku telah berusia landjut," orang tua ini

mengatakan, "maka dibelakang hari, kau dan adikmu

adalah jang akan mewarisi Thay Kek Pay. Adikmu beladjar

kepada Leng Khong Tiangloo, dalam hal ramah-tamah dan

ketjerdasan, kau kalah daripadanja, tetapi dalam haI

keberanian dan bertanggung-djawab, kau dapat melebihi

padanja. Dimataku, dialah Jang lebih tjotjok untuk djadi

ahliwaris Jang resmi. Karena kau agaknja tidak puas

berdiam dirumah, aku setudju kau pergi merantau untuk

dirikan suatu usaha, supaja kau bisa bergaul luas. Karena

usiamu masih muda dan pengalamanmu belum banjak,

baiklah kau merantau dengan lebih dahulu mentjari ahli2

silat guna beladjar lebih djauh, supaja bila kelak kau

bertemu djago2 dari Selatan dan Utara, tidaklah sampai

kau memalukan keluarga Thay Kek Ong. Tjobalah kau

menudju kegurun pasir Selatan dan Utara barangkali sadja

kau mempunjal djodoh dapat temui salah satu ahli silat

Jang aku sebutkan tadi itu. Kau telah punjakan dasar ilmu

silat kita, dengan ditambah ilmu dari lain kaum, mungkin

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

193

selandjutnja tidak akan ada orang jang dapat mengalahkan

pada mu, terutama pasti kau bisa berikan hadjaran kepada

segala kuku garuda gunrudanja bangsa pendjadjah!"

Tjoen Beng demikian terpengaruh oleh kata2 ajahnja,

hingga ia berlompat berdjingkrak, sambil hunus pedangnja

ia ber njanji:

"Badai bangkit, negara bersalin rupa!

Bangsa asing memerintah, bumi-langit berduka!

Negara tjelaka, penjinta negara tak punja muka.

Maka angkatlah pedang, usir-basmi musuh bangsa!"

Matanja pemuda ini bersinar tadjam, hingga ajahnja

djadi terharu.

"Anak jang baik, tak ketjewa kau mendjadi putera Han!"

katanja. "Biarlah, dengan andalkan kegagahanmu, kau

kelak akan berhasil membangun usaha besar Tapi kau

masih muda, ingat, kau harus sabar dan ulet! Kau mesti

telad Thio Tjoe Pong dan Han Sin, jang berani menerima

malu, asalkan untuk usaha besarmu itu, Kau mesti

waspada, karena di-mana2 telah tersebar kuku2 garuda

bangsa Boan!"

Mendengar ini, Tjoen Beng lantas duduk pula. Ia terima

dan ingatkan nasihat ajahnja itu, hingga ia djadi sabar.

Selang beberapa hart, Tjoen Beng sudah siap-sedia

untuk berangkat, guna mulai dengan perantauannja, untuk

mana Tjong Beng sengadja pulang dari Pek Lok Sian lim,

Ngo Tay San, untuk kasi, selamat djalan kepada kakaknja

itu.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

194

Ketika itu Tjoen Beng sudah menikah dan isterinja,

Phoa-sie, seorang jang bidjaksana, maka ia rela dan

mengidjinkan suaminja itu pergi.

Ong Wie Yang telah berusia tudjuh puluh tahun, karena

itu, siang2 ia nikahkan Tjoen Beng, agar anak ini dan Isteri

nja bisa urus rumah-tangga.

Setelah menghundjuk hormat pada abu leluhurnja,

Tjoen Beng pun berlutut didepan ajahnja, untuk minta doa

restu.

Ong Wie Yang tahu, mungkin ini adalah perpisahan

terachir dengan puteranja itu tetapi ia kuatkan hati, untuk

tidak hun djuk terharunja hati, bahkan sebaliknja ia

perlihatkan kegembiraan dan dengan bersemangat ia

andjurkan putera itu, kepada siapa ia haturkan sepotong

giok-pwee pualam perhiasan.

"Giok-pwee ini adalah hadiah dari Boe Tong Siang-Yan

semasa kau ketjll," menerangkan ajah ini. "Mereka berdua

saudara adalah orang2 gagah di Kwantiong. Dikala itu

mereka memesan, umpama diwilajah Siamsay dan

Kamsiok kita menemukan suatu rintangan maka giokpwee

ini harus diperlihatkan, nanti kita peroleh suatu kebaikan.

Maka itu sekarang aku serahkan kumala ini padamu untuk

membuktikan benar atau tidak benda ini ada djasanja."

Setelah itu, ajah ini tundjuk pedang jang Tjoen Beng

soreng.

"Pedang ini adalah pusaka kita," katanja pula. "Pedang

ini tak setadjam Lionggi-kiam akan tetapi sedjak leluhur

kita, faedahnja terbuktikan besar sekali. Lihat itu ukiran

lima huruf Ngo-Tay Thay Kek Ong disarungnja itu, maka

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

195

sesuatu djago tua jang melihatnja pasti mengenalnja. Aku

ingat kita kaum keluarga Ong tidak punja musuh, ada

djuga sahabat3, maka aku jakin bahwa selama dnlnm

perdjalanan, umpama ada bahaja, itu akan berubah

mendjadi keselamatan, ingat, anakku, berlakulah murah

hati dan mulia, tolonglah siapa jang harus ditolong! Inilah

adjaran dari leluhur kita!"

Wie Yang berhenti sebentar, ia menggape kepada

puteranja jang kedua. Tjong Beng madju dan bertekuk

lutut.

Orang tua ini pandang kedua puteranja itu, se-konjong2

ia perlihatkan rona keren.

"Sekarang ajahmu telah berusia tudjuh puluh tahun,

maka itu aku harus tinggalkan pesanku!" katanja.

"Dibelakang hari apa djuga jang akan terdjadi atas diriku,

kalian berdua djangan abaikan usahamu masing2, tidak

usah kalian pulang untuk berkabung. Djikalau kalian

tentangi pesan ini, itu artinja poet-hauw (tidak berbakti)!

Disampmg itu, masih ada satu hal jang belum bisa lepas

dari perhatianku, walaupun urusan itu aku telah serahkan

umggung-djawabnja kepada Leng Khong Tiangloo. Karena

Tiangloo djuga telah berusia tinggi, baik hal itu aku

beritahukan padamu untuk kalian perhatikan dan tjarl

Itulah urusan kongtjoe Wan Boe Tjioe, jang tidak ketahuan

dimana adanja. Kalian mesti t jari kongtjoe Itu! Dia pergi

sedjak belasan tahun jang lampau dengan menjamar

sebagai satu pendeta pengembara, dia menjingkir djauh

kedaerah suku bangsa Ie dipropinsi Inlam, hingga kini tidak

ada kabar-tjeriteranja lagi, entah masih hidup atau sudah

matL Di mempunjai satu anak perempuan, namanja Wan

Siam In jang telah dititip kepada Tjeng In Loo-nie dikuil

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

196

Tam Toui Am di Kimleng. Sekarang nona itu sudah

berumur tiga-belas tahun kurang lebih Bila ada ketikanja,

kalian mesti sambut dia untuk tinggal sama2, untuk

lindungi padanja. Mengenai Wan Kongtjoe, pergi kau

sekalian menjelidikinja, agar supaja mereka ajah dan anak,

dapat dipertemukan. Inilah tugas jang aku serahkan

kepada kalian berdua!"

Tjoen Beng dan Tjong Beng terima tugas itu. Setelah

itu, Tjoen Beng pamitan dari ajah dan saudaranja, untuk

merantau seorang diri. Dan Tjong Beng kemudian kembali

ke Ngo Tay San.

Perdjalanannja Tjoen Beng dilakukan pada permulaan

musim panas, menudju ke Selatan. Mula2 ia sampai di Lim
hoen, terus ke Liong-boen djalan disepandjang djalan
umum Ham-yang, hingga setelah melalui Hongyang, ia

sampai di Thian-soei dipropinsi Kamsiok. Ia menudju terus

ke Utara, sampai di Lan-tjioe, karena ia ingin menudju ke

See-leng.

Selama perdjalanannja itu, Tjoen Beng dandan sebagai

satu pemuda jang baharu habis turut ambil bagian udjian

militer boe-kie-djin, disepandjang djalan ia gunai ketika

akan tjari orang2 jang berilmu silat tinggi. Dalam hal ini,

belum pernah ia dapat ketemukan orang2 gagah jang

berarti, tapi disamping itu. ia telah melihat banjak, tambah

pengetahuan atau pengalamannja.

Setiap malam sebelum tidur, Tjoen Beng senantiasa

ingat kata2 ajahnja mengenai dua orang gagah luar biasa,

ialah Thian Tie Koay-Hiap dan sipendjual obat perantauan.

hingga ia seperti membajangkan matjamnja seorang tua

tinggi-besar jang bebokongnja menggemblok pajung besi

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

197

serta seorang tua jang tubuh dan wadjahnja sehat-segar

bagaikan seorang muda.

Selama setengah tahun itu. ia djuga selalu dengar2

tentang dua orang luar biasa itu, tapi belum pernah ada

orang jang dapat menerangkannja, ketjuali beberapa

orang jang ingin mengambil hati, mengatakan bahwa dua

orang itu mungkin menjembunjikan diri digunung Tiang

Pek San.

Walaupun ia saban; tidak peroleh hasil. Tjoen Beng tidak

mendjadi putus asa. Ia tidak takut tjape-lelah, La mendaki

bukit atau gunung, untuk terus mentjari orang2 pandai.

Tanpa merasa dua tahun telah lewat, uang bekalannja

telah mendjadi surut, sampaipun badjunja ada

tambalannja. Tapi tetap semangatnja tak kundjung padam.

Penderitaannja Tjoen Beng mentjapal dipuntjaknja

ketika ia telah djual kudanja, uangnja habis dipakai

merantau terus: pakaiannja sudah tidak terurus, ia pun

mendjadi kurang makan, hingga kesehatannja djadi

terganggu. Achirnja ia djatuh sakit.

Pada suatu hari Tjoen Beng tiba disebuah kampung

didaerah Liong-see dimana tjuma ada belasan rumah,

telapi djalauan disitu hidup. Dari situ menudju ke Selatan

orang akan sampai digunung Khong Tong San. Disini ia

mampir disebuah pondok, selama beberapa hari ia tinggal

rebah, kemudian karena datang serangan panasnja, ia

rebah seperti separuh pingsan. Pemilik pondok, jang hanja

memandang uang, suruh budjangnja gotong Tjoen Beng

kegubuk dibelakang pondok jang tidak ada penerangannja,

pintu gubukpun sudah rusak. Tak sudi tuan rumah itu

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

198

memanggilkan tabib untuk tetamunja itu, jang sudah tidak

mampu membajar uang sewa kamar.

Malam itu turun saldju, angin Utara men-deru-, didjalan

sudah tidak ada orang jang hilir-mudik, semua rumah telah
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menutup pintu, tetapi pada kira2 djam dua mendadak

sajup kedengaran suara kelenengan, akan kemudian

pemilik pondok dengar pintu depan diketok.

Dengan membawa tanglung, budjang pondok muntjul

membukakan sebelah daun pintu. Ia tampak seekor

keledai kurus serta satu tabib pengembara, jang tubuhnja

kate dan ketjil, memakai tudung lebar, wadjahnja tampak

kuning-kering, alisnja berdiri, hidungnja mantjung, dua

baris giginja kuning, tak sedap dipandangnja, sedang

tubuhnja tertutup kain katun jang diikatkan sepotong tali

ikat-pinggang. Dia memakai kain keredongan, jang

djusteru ia telah buka untuk digebriki saldjunja. Maka itu

sibudjang dapat lihat djuga satu kantong jang ada

tulisannja: "Istimewa menjembuhkan pelbagai penjakit

aneh." Selain membawa buntalan, tabib ini pun

menggendol sebuah pajung hitam. Sedang keledainja tak

hentinja meng-gedruk2kan kakinja.

"Apakah tuan hendak menjewa kamar?" tegurnja

djongos itu.

"Keledaiku ini lebih penting daripada aku! Apakah ada

istal?" si tabib balik menanja.

Meski tetamunja mendjawab setjara melantur, djongos

itu toh menundjuk kebelakang.

"Untuk menambat keledai, masuklah dari belakang,"

katanja. Lantas ia mengabrukkan pintu.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

199

Tabib itu tuntun keledainja djalan kebelakang pondok.

Ia tolak sebuah pintu. Ruang belakang ini sepi dan gelap,

tjahaja saldjulah jang membuat orang bisa melihat dengan

samar2. Ia hampiri gubuk iang bertembok tanah dan ia

masuk kedaiamnja. Daun djendelapun sudah rusak, angin

menjampok2 masuk. Tapi ruangann ia lebar, disitu

terdapat banjak rumput. Disuatu sudut ada sebuah pelita

jang api nja kelak-kelik hampir padam.

Tabib pengembara ini telah tambat keleedainja. lalu ia

menantikan djongos sekian lama jang ternjata tak

kundjung datang. Maka menggerutulah ia. Terpaksa ia

ngelojor kepekarangan luar, untuk tjari palungan untuk

tempat makan keledainja.

Djongos tadi tetap tidak menampakkan mata-hidungnja.

Tabib itu tarik keluar sehelai selimut dari buntalannja

untuk ia rebahkan diri ciiatas rumput. Ia rebah belum lama,

segera ia dengar suara disuatu podjok. Ia bahgun dengan

gesit, sambil memasang mata dan kuping. Diantara tjahaja

jang remang1, ia tampak satu tubuh manusia jang

bergerak sedikit tapi tidak kedengar an suara napasnja.

"Pasti korban rumah pondok ini jang hanja memandang

uang " pikir tabib ini, jang segera menghampiri tubuh itu.

Menduga pada orang sakit jang miskin datanglah rasa

kasihannja. Ia tampak orang dengan muka bersemu merah

dan mulut kering, napasnja pelahan sekali, ia

menggelengkan kepala, lalu ia ambil pelita untuk

menjuluhinja. Ia rabah nadinja orang itu, kedua mata jang

meram itu pun ia bentetnja, akan achirnja badjunja orang

itupun ia buka untuk diperiksa dadanja. Karena ini, ia

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

200

dapatkan sebuah batu kumala, ia terkedjut, hingga ia

mengawasi orang sakit itu.

Sehabisnja memeriksa, tabib ini kantjingi pula badju

orang itu dan kumalanja disimpankannja dengan rapi.

Dipinggang sisakit itu iapun dapatkan sebilah pedang jang

terikat keras. Ketika ia menghunusnja, pedang itu bersinar

bergemirlapan. Ia kagum dan heran. Achirnja ia manggut2

setelah ia batja huruf2 jang terukir dipedang itu. Ia

menghela napas.

Untuk menolong sisakit, tabib ini buka! buntalan

obatnja, ia djemput satu mangkok sombeng, ia tjari air,

dengan apa ia aduk obatnja jang ia terus tjekokkan kepada

sisakit itu.

Sisakit itu adalah Ong Tjoen Beng jang disiasia tuan

rumah penginapan, ia telah tak ingat akan dirinja, dalam

keadaan tak sadar itu ia merasa bagaikan sudah pulang

kerumah, dan selagi ia bertempur hebat datang seorang

gagah jang membantui padanja, jang bawa ia melajang

diatas udara, lalu ia rasakan dirinja bagaikan sadar, ketika

ia buka kedua mata nja, ia dapatkan dirinja sedang tidur

diatas rumput, dari luar menjorot tjahaja matahari pagi,

dari pajon rumah mengetes turun air saldju jang lumer.

"Heran " pikirnja. Ia hendak bangun tapi segera

djuga ia rasakan tubuhnja sangat lemah. Tubuhnja basah

demak karena banjak mengeluarkan keringat, la

sekarangpun ingat bahwa selagi sakit, ia menumpang

dipondok dan dapat kamar, maka aneh, sekarang ia rebah

diatas rumput. la sedang memikirkannja ketika tiba2 ia

dengar suara berisik dari luar. " Kalian machluk2 dengan

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

201

mata andjing tumbuh didjidatmu!" demiklnn dampratan

dari seorang dengan lidah See-liang. "Kalian hanja tahu,

Jang kuning ialah emas, jang putih ialah perak! Dimanakah

perasaan perikemanusiaanmu? Orang telah djatuh sakit

sedjak beberapa hari, mengapa dibiarkannja? Dan

sekarang, setelah orang sadar, mengapa kalian tidak

segera sediakan bubur untuknja? Awas, aku nanti putar

batang lehermu!"

Lalu terdengar suara orang dengan lagu-suara

setempat:

"Djanganlah kau menjalahi aku, inilah atas titah

madjikanku," demikian suara itu.

"Hm!" demikian suara orang jang pertama, disusul

dengan suara njaring dari sepotong perak jang

dilemparkan ketanah.

Tjoen Beng tidak mengerti, tetapi ia menduganja bahwa

jang dipersoalkan itu mengenal dlrinja. Selagi ia merasa

heran, la dengar pintu dibuka, lalu muntjul seorang mirip

dengan satu guru desa, mengenakan katja-mata,

kuntjirnja terlibat didalam karpusnja, tangannja menjekal

sebatang hoen-tjwee, matanja mengawasi kepadanja.

"Saudari Ong, kau telah sembuh," kata orang tak dikenal

ini sambil dia tjenderungkan sedikit tubuhnja. "Sebentar,

setelah orang bawakan kau bubur dan air, kau boleh

berbangkit "

Lalu orang itu angkat buntalannja dari atas tumbukan

rumput dan pergi.

Tjoen Beng heran. Mengapa orang tahu shenja dan tahu

djuga bahwa ia sudah sembuh? Mungkinkah orang telah

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

202

panggilkan ia tabib? Selagi ia terbenam dalam keheranan,

ia lihat djongos datang dengan satu hanglo, kemudian

djongos itu gotong sebuah medja dan djuga bubur serta

air minum.

"Sebentar aku sediakan air panas untuk kau mandi,"

kata djongos itu, jang menjilakan tetamunja makan bubur

itu.

Tjoen Beng ke-heranan akan tetapi ia berbangkit djuga

untuk makan bubur. Ia segera merasa, bubur itu bagaikan

air penawar, karena baharu sadja ia habis bersantap, ia

sudah merasakan tubuhnja segar. Apapula setelah la

mandi air panas, ia merasakan dirinja sehat benar.

Djongos telah bertindak lebih djaub. ialah ia undang

Tjoen Beng pindah kamar.

"Apa artinja ini?" tanja pemuda ini achirnja, ia bingung

dan sangat tidak mengarti.

"Ini artinja ada orang jang menolong kau, tuan," sahut

djongos, jang terus berikan keterangannja, hingga Tjoen

Beng ketahui, berapa hari ia sudah djatuh sakit, bagaimana

datang sitabib pengembara jang obati padanja, bahwa

tabib itu sudah tinggalkan sedjumlah uang, supaja ia dapat

menumpang terus dipondok itu sampai dua hari lagi.

Dalam heran dan girang berbareng, Tjoen Beng

bersjukur kepada tabib tak dikenal itu.

"Mari antar aku temui padanja!" katanja. sambil ia tarik

tangannja djongos.

"Sedjak tadi pagi dia sudah pergi," kata djongos itu.

Tjoen Beng terpekur.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

203

"Dia tabib setempat atau tabib pengembara?" ia tanja.

Djongos itupun heran pemuda ini tidak kenal tabib itu,

maka ia tuturkan hal sitabib, mula dia datang dan

menginap didalam gubuk bersama si pemuda ini dengan

ber-sama2 keledainja djuga. Tentu sadja ia tidak mau akui

bahwa ia telah pandang hina pada tabib itu, jang ia tak sudi

lajani. Ia djelaskan keanehan tabib itu.

Setelah mendengar keterangan itu, Tjoen Beng agak

terperandjat dan menjesal. Segera la ingat kata2 ajahnja

tentang sitabib pendjual obat dari Liong-see, jang

sebenarnja adalah seorang kang-ouw aneh. Maka ia

menjesal bukan main, sudah membikin hilang ketika jang

sebaik ini Ia djadi lesu.

Selagi Tjoen Beng terpekur dan bengong, djongos itu

telah pergi untuk ambil buntalannja. Waktu Tjoen Beng

periksa bungkusannja, dari dalam itu djatuh kelantai

sebuah benda jang menerbitkan suara njaring, hingga ia

djadi heran, apapula setelah ia membungkuk untuk

memungutnja. Itulah sepotong perak seharga kira2

sepuluh tail! Ia heran sebab ia tahu bahwa uang

bekalannja sudah habis.

"Pastilah uang ini adalah dari tabib aneh itu," ia

menduganja. Maka kembali ia merasa sangat bersjukur.

Hingga hari itu, ia berdiam dalam kamarnja dengan

bimbang tak keruan.

"Dua tahun aku merantau, apa maksudnja?" kata ia

pada dirinja sendiri. "Orang jang kutjari telah berhadapan

muka, tetapi ketika jang sebaik ini aku telah kasi lewat

dengan begitu sadja !"

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

204
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah berpikir keras, Tjoen Beng panggil djongos,

untuk minta dibelikan seekor kuda, guna ia susul sitabib

penolong itu.

"Kau baharu sembuh, tuan," kata sidjongos. "Mengapa

kau tidak mau beristirahat lagi dua hari? Lagipun disini,

selewatnja tengah hari, tidak ada pendjual kuda lagi. Untuk

sewa kereta keledaipun kau harus tunggu esok pagi"

Tjoen Beng meneerti kesulitan itu, terpaksa ia

menjabarkan diri. Iapun merasa tubuhnja masih lelah.

"Baiklah," katanja. "Tapi besok kau harus sudah siapkan

kuda untukku."

Keesokannja benar2 ia berangkat menjusul tabib

pengembara itu. Sudah belasan hari ia djalan. ia telah

lintasi Wie goan, Lim-tiauw, Leng teng dan Lim-hee, belum

djuga ia dapat tjandak atau ketemukan tabib itu, walaupun

disetiap tempat ia telah menanjakan keterangan, bahkan

ditengah djalan dan ditempat sepipun tiada orang jang

lihat tabib itu. Ia bagaikan orang jang mentjari sepotong

batu jang tenggelam didasar laut.

Djusteru waktu itu, pemerintah Boan sedang

menggerakkan angkatan perang-nja menjerbu Tjenghay

(Kokonor) dan Sinkiang (Turkestan Tionghoa). dengan

alasan "menindas pemberontakan atau huru hara,"

disepandjang djalan, tentera dan iringsan angkutannja

tiada putusnja. Tempat2 jang dilewati tentera itu. mendjadi

sangat tidak aman bagi penduduknja. Penduduk2 sembilan

dalam sepuluh bahagian kabur mengungsi Itulah disej

babkan keganasan tentera jang suka menggarong harta
milik penduduk.

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

205

Begitulah ketika Tjoen Beng sampai di Lira-hee, semua

rumah penginapan penuh dengan tentera. Ia sendiripun

turut mendjadi korban. Ia mampir disebuah rumah makan

untuk menangsel perut, ia tambat kudanja diluar, kuda itu

telah diambil tentera jang telah pergi djauh, hingga ia

tjuma bisa kertek gigi Maka terpaksa ia berdjalan kaki. Ia

menudju ke Utara. Selang dua hari sampailah ia di Eng
tjeng, dikaki bukit Liok Poan San, jang djalanannja sukar.

Selewatnja dari situ, akan sampailah ia dibukit Siauw Tjek

Sek San.

Magrib telah mendatang, Tjoen Beng masih belum

menemukan pondok, sedang perutnja sudah kerontjongan

meminta makan, terpaksa ia tiari rumah penduduk.

Ia datangi sebuah rumah tanah dari mana asap

mengepul keluar, sedang pintunja separuh tertutup Dua

kali ia memanggil, tidak ada suara djawaban, terpaksa ia

tolak pintu dan bertindak masuk kedalamnja.

Diatas sebuah pembaringan tanah, tampak satu njonja

sedang rebah, sambil memeluk satu baji jang rupanja

terlahir belum lama. Nampaknja njonja itu dalam keadaan

sakit. Diatas perapian ada sebuah tehko. Melihat keadaan

rumah. TJoen Beng keluar lagi.

Ketika itu dari luar mendatangi satu njonja tua,

tangannja menengteng sebuah rantang-bambu berisi

sebungkus obat, waktu ia lihat pemuda kita, ia ketakutan

bagaikan melihat hantu, lantas sadja ia bertekuk lutut dan

mangeut berulang2 sambil terus memohon: "Paduka

panglima, disini sudah tidak nda lagi barang jang berharga,

anakku telah dibawa untuk angkut rangsum, tidak ada

orang lelaki lainnja lagi"

Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK

206

Tjoen Beng segera mengerti akan ketakutannja njonja

tua ini, ia segera membangunkan njonja tua itu.

"Djangan takut, uwa" ia menghiburkan. "Aku bukannja

panglima perang, aku hanja seorang pelantjong jang

hendak tjari pondok. Lekaslah kau pergi tengok njonja

mantumu."

Uwa itu mengawasi pemuda ini, lenjaplah kekuatirannja.

"Mari masuk " ia mengadjaknja kemudian, Uwa ini lantas

masak obat untuk nyonja menantunja jang baharu

melahirkan itu, iapun berikan susu tadjin ke pada bajinja,

sesudah mana, ia masak air dan nasi untuk tetamunja

sekalian, Melihat orang walaupun miskin tapi baik batlnja

itu Tjoen Beng rogo sepotong ketjil perak.

"Bolehkah malam ini aku menumpang disini" tanjanja.

"Tentu boleh, tuan" sahut njonja tua Itu "Tak usah kau

keluarkan uang."

Tapi Tioen Beng memaksa.

"Terima kasih, tuan" kata uwa itu dengan rasa sjukur


Pendekar Rajawali Sakti 53 Jaringan Pride And Prijudice Karya Jane Austen Dewa Arak 75 Racun Kelabang Merah

Cari Blog Ini