Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT Bagian 8
dilawan dengan menuruti hawa amarah. Dimana boegee
sadja tidak bisa diandalkan untuk melawan ilmu gaib. Apa
kepergian dengan begitu sadja, tidak berarti mengantarkan
kambing kepada harimau ?"
Semua orang berdiam, tidak terketjuali Tjong Beng, jang
menjesal sudah terburu napsu mengeluarkan kata2nja
tadi. Ia pertjaja Siang Kiam Hong mesti mempunjai daja,
lantas ia mendjura kepada si nona.
"Sam-teetjoe," katanja, "harap memaafkan untuk
kesembronoanku tadi. tjee-tjoe tentu mempunjai daja jang
sempurna, tolong kau menolongi Nona Wan. Budimu itu
tidak nanti aku melupakan.:
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
474
Siang Kiam Hong bersenjum. Ia puas, pemuda itu bisa
merendahkan diri.
"Lootjianpwee," ia berkata pada Tjeng In, "aku ada
mempunjai saran untuk tjoba menolongi nona Wan. Hanja
soal berhasilnja atau tidak, kita lihat sadja nanti."
Terutama untuk membasmi kaum Ang Teng Kauw itu,
itulah bergantung kepada lootjianpwee sendiri."
"Aku pun bekas anggauta kaum itu, maka aku tahu,
didalam kalangan mereka tak sedikit orang2 jang sadar,"
berkata Tjeng In. "Lagi pula bukanlah djalan jang tepat
untuk memusuhkan mereka semua, selagi sekarang
mereka sudah tersebar luas sekali. Memusuhkan mereka
semua berarti menanam bentjana untuk dibelakang hari.
Sikapku sekarang adalah menolongi sadja Siem In, sebab
sebagai seorang jang telah mensutjikan diri, tidak ingin aku
mengundang antjaman bentjana."
"Benar sekali apa jang lootjianpwee katakan," kata dia.
"Untuk mendjalankan dajaku ini, aku minta kedua Ong
Kongtjoe serta Wan Sianseng berangkat lebih jahulu, lalu
dua hari kemudian, lootjianpwee pergi menjusul. Tindakan
ini untuk mentjegah Biauw Hoat tjindjin bersiapsedia.
Sekarang aku lagi memikirkan satu orang, jang bisa pergi
bersama nanti." Maka malam itu, mereka semua
beristirahat. Ketjuali Tjong Beng, jang satu malaman terus
tidak bisa tidur sekedjab djun. Didepan matanja selalu
terbajang Siam In sedang bersengsara.
Besoknja. Beng Siang bangun pagi2 sekali, terus ia
mengirim orang ke Kimtjioe. akan mentjari orang jang ia
nuturkan. Siapa sebenarnja bukan orang kangouw
kesohor, hanja seorang kang-ouw biasa sadja. jang biasa
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
475
hidup dengan mengandali "kepandaian mulutnja" sadja,
namanjn Heng Siang. Dia itu tidak dipanggil datang, hanja
disuruh menantikan mereka di Kimtjioe.
Pada waktu tengah-hari, Tok-kak-liong Beng Kong
mengadakan perdjamuan untuk memberi selamat djalan
pada semua sahabatnja. Beng Siang menuturkan
rentjananja, sesudah 1a menjuruh semua pelajannja pergi.
Ang Seng Tong dan Tjong Lioe adalah orang2 tjerdas,
dengan lantas mereka memudji rentjana nona ini.
Sehabis mengeringkan beberapa tjangkir, Beng Siang
mengeluarkan barang jang ia telah siapkan dan
menjerahkan itu pada Tjong Beng. Buat si orang she Ong
ini simpan dalam kantongnja.
Sebentar kemudian, semua orang telah pergi keluar
pasanggrahan dimana sudah disiapkan kuda untuk
mereka.
Masih Beng Siang membekalkan seputjuk surat pada
Tjong Beng, pada siapa ia pesan, untuk di Kimtjioe nanti
menggabungkan diri dengan Peng Siang.
Tjeng In Loo-nie djuga memberikan Tjong Beng peta
dari kuil In Hong Koan berikut alat2 rahasianja. Seperti
lobang djebakan dan lainnja, supaja anak muda ini bisa
berlaku waspada.
Demikian bertiga Tjoen Beng, Tjong Beng dan Wan Boe
tjioe berangkat.
Sementara itu Biauw Hoat tjindjin sibuk karena Boe tjioe
telah lenjap. Segera ia dapat mengetahui pula surat2
djimatnja pun telah lenjap. Baharu hatinja lega djuga
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
476
apabila ia dapat kenjataan. Siam In tidak lenjap bersama
ta tahu bahwa ia telah didatangi orang pandai.
Wan Siam In telah dikurung didaiam kamar dalam
tanah, jang lubangnja berada dSbawah perapian teng jang
besar Ia tetap masih dlbawah nengaruh surat djimat
hingga ia tak sadar akan dlrinja. Untuk makan-minumnja
empat katjung diwadjibkan medajaninja. Untuk
pendjagaan Biauw Hoat pakai tenaganja malaikat Hok
Teng Liok-Kah. Sekalipun si katjung.buat bisa masuk
kedalam kamar, mesti membakar surat djimat dahulu.
"Aku kira botjah she Ong itu akan segera datang
kemari!" kata Biauw Hoat pada Tiang Hoat sehabisnia
mereka melihat Siam In. "Boe tjioe telah datang, ia
sekarang Ienjap, pasti dia pergi ke Ngotay akan mentjari
dua saudara Ong itu, guna minta kumala, untuk dipakai
menebus..."
"Djangan terlalu gembira, soehoe," kata Tiang Hoat
"Mereka punjal orang berilmu djuga. Lihat sadja
bagaimana mereka telah bisa mentjurl surat djimat. Kalau
mereka datang pula, mungkin bukannja untuk menebus"
Djeri djuga Biauw Hoat tetapi, didepan muridnja itu. ia
tidak mau perlihatkan kelemahan hatinja itu, Maka ia
tertawa. "Mereka tjuma pandai bersilat, apa mereka bisa
buat menghndapi ilmu gaibku?" katanja "Tidak nanti
mereka bisa lolos."
Setelah itu, ketua Ang Teng Kauw ini pergi pula
pelesiran dengan sekalian siankouw atau dewinja. Sedjak
itu, setengah bulan telah lewat dengan tenang.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
477
Kuil In Hong Koan Itu adalah satu kuil tua. sebab
didirikanpja sedjak ahala Song. Nama asalnja Hoei In Koan,
banaru belakangan diganti mendjadi In Hong Koan.
Letaknja diatas puntjak Hoei-in-hong dibukit Hoei In Nlm
di Laytjtoc Utara, Shoatang Bukit itu berada dalam daerah
Lay-tjioe, menghadapkan laut Timur. Matjamnja mirip
sebuah kursi. Kata achli bumi, bukit itu bisa ngeluarkan
suatu radja, maka Song telah mendirikan kuil itu suatu
kiasan untuk mentjegah keluarnja radja. Itu Dibawah bukit
pun telah dibangun satu kuil lain dengan nama serupa,
guna memudahkan orang jang berziarah. Karena ini kedua
kuil itu disebut "Si Koan" dan "Hee Koan" jaitu, kuil atas
dan Bawah.
Dlmasa hidupnja Tee Hoan. ketua pertama dari Ang
Teng Kauw, dia berhubungan dengan beberapa achli sila
Tong Long Koen dari Shoatang. Waktu salah satu imam
telah memilih Hong Koan sebagai markas besar, jang mana
berdjalan sampai pada Biauw Hoat tjindjin. Dan baharulah
memakai nama In Hong Koan. Disitu dipudja Pek tjouwsoe,
dan patung jang lama, Giok tjeng tjin koen, ditaruh di kuil
Bawah.
Selama kira2 dua-tahun kuil itu telah ditambah disana
sini hinnga mendjadi lebih luas dan megah. Sebaliknja Kuil
Bawah telah disia-siakan. Sebab mendakinja sukar, tjuma
orang2 Teng Kauw jang bisa mendatangi Atas itu. Dikuil
Bawah, tjuma dua pendopo depan dan belakang, jang
masih utuh Pattjognja Giok tjeng tjin-koen dirawat oleh
dua imam. Kuil Bawah ini sudah tidak ada penduduk jang
datangi lagi.
Dua malam itu It tjoan dan Peng tjoan namanja. Pada
suatu malam, sebab pelita didepan patung telah habis
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
478
mtinjaknja mereka pergi keluar untuk mentjari halangi
pohon, guna menjalakan api. Waktu mereka kembali dan
melihat patung, mereka kaget tidak terkira. Hingga mereka
menjangka mata meieka kabur. Mereka mengangkat
tinggi2 obor tjabang2 pohon itu, untuk dipakai
menjuluhinja.
Ternjata patung Giok tjeng tjin-koen seperti telah
berganti rupa. Rambutnja jang digulung telah dipakaikan
tusuk konde kumala. Wadjahnja bertjahaja dan djubanja
bersulamkan benang emas.
"Peng, kau lihat, aneh tidak?" kata It tjoan. "Apakah tjin
koen telah hianleng?" (Hlan-leng memperlihatkan
keangkeran.).
Peng tjoan meraba-raba djuba mentereng itu.
"Sudah belasan tahun, belum pernah tjin-koen
memperlihatkan kenjataan apa!" katanja. Mungkin Ini
karena perbuatan tjouwsoeya..."
"Peng tjoan !" Itulah panggilan tiba?, maka si imam
kaget tak terkira. Ia tjuma mendengar suara dari arah
patung.
"It tjoan! Peng tjoan Kamu berlutut !" kembali terdengar
suara itu. "Kamu dengar perkataan tjlndjin!"
Kembali kedua imam terkedjut, tetapi mereka
mengawasi. Mereka seperti melihat tjin-koen manggut.
Dengan kesusu, mereka lantas bertekuk lutut.
"Kamu berdua dengar," demikian suara itu pula. "Aku
Giok tjeng Bie Biauw TooTek tjin-koen. Biauw Hoat tjindjin
telah meniadakan aku, maka sekarang aku datang pula.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
479
Pergi kamu mengumumkan kepada mereka jang tadinja
memudja aku, supaja mereka datang padaku. Aku hendak
berbitjara dengan mereka itu. Aku tahu, kamu berdua
sangat bersengsara, maka sekarang pergi kebelakang,
dipohon bambu, disana ada sebungkus perak hantjur.
Kamu boleh ambil dan pakai sesukamu."
Dua imam itu tidak berani mengangkat kepala.
Tiba2 pendopo mendjadi gelap, lantas ada api
menghembus keatas.
Walaupun mereka kaget, kedua imam toh menjalakan
obor mereka. Lantas mereka mendjadi heran. Patung
mentereng dari Giok tjeng tjin-koen telah pergi entah
kemana jang ada hanja patung lama jang sudah rusak dan
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
buruk.
"Soetee, benar2 tjin-koen hianleng," kata It tjoan. "Kita
memang sangat sengsara, mari kita pergi kebelakang,
akan melihat uang jang disebutkan itu, benar ada atau
tidak"
Peng tjoan menurut, ia membawa obornja. Berdua
mereka pergi ke pohon bambu di belakang kuil. Untuk
kegirangan mereka, mereka mendapatkan bungkusan
perak bantjur jang disebutkan. Maka teballah kepertjajaan
mereka. Besoknja mereka pergi membuat pengumuman
sebagaimana dititahkan tjin-koen.
Dalam tempo pendek, warta lantas tersiar luas. Baharu
setengah hari, sudah beberapa ratus orang, jang datang
kekuil Bawah, untuk menjakslkan Giok tjeng tjin-koen
memperlihatkan diri.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
480
It tjoan dan Peng tjoan membuka pintu kuil. Mereka
mengadjak semua orang pergi ke pendopo. Mereka
menjalakan pelita, untuk disorotkan tinggi2. Mereka djadi
sangat kagum menampak patung indah seperti
kemarinnja. Maka tidaklah heran kalau semua penduduk
djuga heran dan kagum seperti mereka berdua.
Beberapa orang, jang tadinja menjangsikan It tjoan dan
Peng tjoan, batal menuduh mereka berdua berbuat
tjurang. Setelah mereka memperhatikan djubanja tjin
koen, jang berharga sedikitnja seratus tail. Sebab
pendjaga2 kuil itu nistjaja tidak mampu membeli itu, andai
kata keduanja berniat mengelabui orang banjak.
Selagi orang terkagum-kagum itu, tiba2 terdengar suara
tetabuan, jang datangnja seperti dari tengah udara, makin
lama, suaranja makin tegas, hingga datangnja seperti dari
wuwungan kuil.
Semua arung dongak, akan tetapi mereka tidak melihat
sesuatu apa. Disaat seperti itu, semua orang nistjaja bisa
melibat segala apa dengan njata.
Segera djuga mereka mendengar suara, seperti suara
burung. Disusui dengan kata2nja satu wanita tua: "tjin
koen datang dengan menunggang burung hong!"
Bolum berhenti suara si orang tua itu, dari sinkham pun
terdengar suara, hingga semua orang lantas pada berlutut.
Suara dari sinkham itu mengatakan "Bagus kamu telah
datang Hari ini pintoo turun kebumi ini untuk menitahkan
kamu memberitahu pada Biauw Hoat Kauwtjoe, mengapa
dia telah mengurung kuil In Hong Koan serta menitahkan
malaikat Liok-Teng Liok-Kah mendjaganja sampai Pek Lian
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
481
tjouwsoe sendiri tak dapat memasuki kuil itu! Kasi tahu
bahwa sebentar malam pintoo hendak mengadjak dia pergi
ke Giok tjeng Kiong, atau nanti antjaman bentjana datang
padanja!" Setelah itu, nsap putih menghembus dari dalam
pendopo. Lalu terdengar pula suara burung jang aneh tadi,
disusul sama suara oelabuan, jang lenjap pelahan2.
Tandanja tjln-koen telah pergi. Baharu sesudah itu, orang
berani berbangkit dan mengangkat kepala mereka.
Diantara orang banjak itu ada muridenja Biauw Hoat
tjindjin Mereka ini lalu diadjak It tjoan dan Peng tjoan pergi
ke Kuil Atas untuk menemui Biauw Hoat. Imam mana
sudah lantas duduk ddkursi kebesarannja didalam
pendopo, Tiang Hoat dan Lan Bin mendarnpinginja dikiri
dan kanan kemudian ia pimpin semua pengikutnja
mendjalankan kehormatan kepada Pek Lian tjouwsoe dan
Ang Teng, Pelita Merah.
Selesai upatjara, It tjoan dan Peng tjeun menuturkan
apa jang telah tedjadi dikuil Bawah tadi. Keterangan
mereka dikuatkan oleh sekalian pengikut.
Biauw Hoat heran. tjuma beberapa murid jang
mengetahui ia menggunai llmunja mengurung kuil itu. ia
tidak dapat tjurigai It tjoan dan Peng tjoan. Karenanja ia
mau pertjaya benar2 Giok tjeog tjin-koen, jang tidak
senang, sudah memperlihatkan diri.
"Biarlah aku lihat sebentar malam," achirnja ia berpikir.
Terus ia menjuruh Tiang Hoat dan Lan Bin mengadjak It
tjoan dan Peng Tioan pergi menjelidiki kekuil Bawah.
Sudah lama Tiang Hoat dan Lan Bin tidak pernah
menengok Hoei in Koan Bawah. Sesampainja mereka dikuil
itu, benar? mereka tampak patung tjin-Koen sudah serba
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
482
baru. Tiang Hoat berpeng. alaman, ia mendjalankan
kehormatan, Terus ia menjuluhi, dengan dinjalakan terang,
hingga ia mendapatkan djuba jang mahal. Patung, tetap
patung jang lama. jang lain tidak ada jang mentjurigai.
Maka ia mengadjak Lan Bin pulang, memberikan Laporan
kepada ketua mereka.
Dalam herannja, malam itu Biauw Hoat pergi kekuil
Bawah dengan mengadjak beberapa muridnja. Ia naik djoli
dengan imam2 tjillk mengiringi padanja. Diluar kuil telah
berkumpul ratusan penglkutnja jang memberi hormat
sambil belutut kepada radja agama itu.
Biauw Hoat bertindak masuk kedalam kuil, dengan
djalan diatas permadani jang { telah disiapkan oleh
katjULgn.ia. Ia disain| but oleh It tjoan dan Peng tjoan.
Mereka terus memberitahukan, katanja: "tjouwsoe-ya,
barusan tjin-koen bitjara pula, memberitahukan tjuma
tjouwsoeya sendiri jang diperkenankan masuk kependopo
besar, jang lain harus berdiri menantikan diluar."
Biauw Hoat manggut, terus ia memandang patung tjin
koen. Ia mendapatkan patung itu mentereng sekali, ia
menghampirkan, mendjaiankan kehormatan dengan
paykoey sembilan kali. Kemudian ia mendekati patung,
akan melihat ke sekeiilingnja. Benar2 ia tidak tampak
sesuatu jang mentjurigakan. Maka achirnja, ia berlutut
pula. kail ini untuk berkata . "tjin-koen, teetjoe Blauw Hoat
telah datang memenuni panggilan. Teetjoe mohon
dipimpin keluar dari djalan sesat."
Dua kali Biauw Hoat mengutjap demikian. Ia merasa
mendengar udjung badjunja tjin-koen bergerak. Lalu ia
dengar pula suara dengan tegas: "Biauw Hoat, poen-tjo
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
483
adalah Giok tjeng tjindjin. Kau ada kauwtjoe, tahukah kau
bahwa kau telah melanggar undangi langit?"
Biauw Hoat dengar, suara datang dari atas, tetapi
sewaktu ia hendak mengangkat kepala, tiba2 ia merasai
kebutan tangan badju tjin-koen. Disusul dengan
bentakannja: "Djangan angkat kepala!"
Kuatir djuga Biauw Hoat, hingga ia mendekam terus.
"tjin-koen, apakah perlanggaran teetjoe? Teetjoe minta
supaja diberi pendjelasan..." kata dia, jang kaget dan
heran.
"Biauw Hoat, kau masih ber-pura2 bodoh?" bentak tjin
Koen. "Kau telab membudjuki nona-nona baik2 dan kau
mengadjik pelesiran didalam kamar rahasiamu! Itulah
perbuatan busuk. Kau pun telah menggunai Ilmumu
menutup kuil Atas hingga Pek Lian tjouwsoe tak dapat
masuk! Malaikat Geledek bakal hukum padamu, tapi kau
rupanja masih tidur njenjak dan mimpi!"
Imam ini mengeluarkan keringat dingin.
"Ja, teetjoe bersalah," ia mengaku. "Teetjoe mohon
tjinkoen menolongnja."
"Biauw Hoat, aku pun tak dapat menolong kau. Terserah
kepada tjouwsoemu sendiri! Sekarang tutup matamu, nanti
aku bawa kau kepmggung Lian-hoa-tay, untuk
mendengarkan putusan!" (Lian-hoa-tay = panggung
Bunga Teratai)
Pelita lantas sadja padam, pendopo djadi gelap-petang.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
484
"Biauw Hoat, djaogan kau buku matamu!" tjin-koen
berkata pula "Nanti kau djatuh dari atas langit, tubuhmu
akan hanijur-lebur!"
Lantas Biauw Hoat merasakan tepukan pelahan pada
embun-embunannja Ia djuga mendengar suara angin
berkesiuran keras.
Ia merasa seperti lagi terbang didalam mega Tidak
berani ta membuka matanja, sampai ia merasakan telah
mengindjak bumi pula.
"Apakab benar rohku keluar dari tubuh Kasarku?" ia
men-duga2.
Selagi ia berpir, ia dapat dengar dua orang sedang
berbitjara. Satu diantaranja suara Giok tjeng tjin-koen tadi
"Apakah tjouwsoeya ada? tolong stantong berdua
mengabarkan kedatanganku"
"tjouwsoeya ada didalam. Silakan sian-ong turut kami,"
djawab salah satu tongtjoe. kaljung dewa.
Biauw Hoat lantas mendengar suara kampret, suara
mendjangan, suara air mengeritjik, suara daun-daun
bambu tertiup angin. Lalu dari kedjauhan terdengar suara
seorang tua: "Sahabat Kok tjeng, apakah kau membawa
Biauw Hoat?"
"Ja. sian-ong, aku telah membawanja," tjin-koen
mendjawab "Silakan sian-ong berikan putusanmu."
Bagaikan orang terkena Ilmu sihir, Biauw Hoat tjuma
bisa mendengarkan. Tetap ia tidak berani membuka mata.
Ia seperti diantara sadar dan tak sadar. Ia lantas
mendengar pula suara si orang tua:
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
485
"Karena kau memohonkannja ampun, sahabat Giok
tjeng. Pergilah kau bawa ia kembali kedunia. Tapi kau
mesti terlebih dahulu menjuruh dia memunahkan ilmunja
menutup kuil. Supaja dia sadar dan mengubah
kelakuannja. Dengan tjara itu baharulah ia dapat bebas
benar2 dari dosanja!"
Segera Biauw Hoat mendengar suara angin seperti tadi
sewaktu ia dibawa pergi.
"Nah, Biauw Hoat, kau telah kembali kadunia " tjin-koen
berkata. "Apakah kau masih ingat pembitjaraan jang kau
dengar barusan?"
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Biauw Hoat berbangkit seraja terus membuka matanja.
Ia dapatkan dirinja masih berdiri dlmuka pendopo ia lantas
memanggil orangnja untuk menjalakan pelita. Maka
muntjullah katjungnjg dan Tiang Hoat tjindjin beramai.
Diantara terangnja api, ia tampak pendopo seperti biasa.
Disitu tidak ada orang lain.
Achirnja imam ini berkata kepada semua pengikutnja
jang masih berkumpul didepan pintu: "Semua toosoe,
barusan
tjin-koen telah memperlihatkan diri tjin-koen telah
memberi tahu bahwa Ang Teng Kau akan madju dan
makmur. Semua pengikutnja didunia akan diberkahi.
Sekarang kamu boleh pulang, bersudjutlah kamu
memohon berkah, selamat!"
Semua pengikutnja selelah menerima amanat Itu, lantas
bubar. Biauw Hoat pun naik kedjolinja, balik kembali ke
Slang Koan. kuil Atas. Didalum kamarnja, ia menuturkan
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
486
dengan djelas pada Tiang Hoat dan Lan Bin tentang
pengalamannja jang barusan itu.
"Kamu berdiam diluar, apa lang kamu dapat lihat?" dia
bertanja.
"Kita berdiri djauh, kita tak dapat melihat tegas," Tiang
Hoat mendjawab "Kita tjuma melihat soehoe berlutut tak
lama, api lantas padam, lalu didaiom pendopo seperti ada
orang berbitjara. Kita tjuma pertjaja, soehoe sedang
berbitjara dengan tjin-koen."
Biauw Hoat tetap bersangsi, ia mendjadi bingung.
Malam itu ia tidak berani pergi ke kamar istirabatnja
dibahagian belakang, untuk pelesiran dengan nona nona
manisnja. Seantero malam ia berpikir terus dan meragukan
kedjadian itu.
Achirnjo ia ambil kantong surat djimatnja, ia membakar
dua lembar hoe, untuk menjingkirkan thian-io toe-bong, ia
kuatlr benar2 Pek Lian tjouwsoe tidak berani turun
kedunia. Tapi malaikat2 Liok+Teng Liok-Kah ia tidak
bubarkan, malah sebaliknja. Diluar kamarnja, ia menjuruh
katjung2nja membuat pendjagaan.
Kamar istirahat Biauw Hoat dipakai untuk menjimpan
nona-nona manisnja. Dlkamar ini ia mengatur pelbagai alat
rahasia, jang orang luar pasti sukar mengetahuinja.
Diantara nona-nona manisnja, jang disebut siankouw atau
dewi, ada dua jang ia paling tjintai, ialah Teng In dan Hang
Goat. Ketjantikan mereka ini melebihkan jang lain.
Terutama Teng In, jang sangat menggairahkan.
Hatinja si imam tak tenang bila ia satu hari sadja tak
melihat sl manis ini. Karenanja lama memisahkan diri,
Biauw Hoat mendjadi semakin tidak tenteram. Dia
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
487
menguatirkan suasana, dia pun sulit melupakan kedua
nona itu.
Dua hari lewat dengan selamat, maka dimalam ketiga,
Biauw Hoat tak dapat berdiam lebih lama lagi, ia menjuruh
Tiang Hoat mewakilkan ia mengepalai upatjara
sembahjang malam. Ia sendiri lantas salin pakaian dan
terus pergi kebelakang.
"Apakah ada orang masuk kemari?" dia tanja dua
katjungnja, jang mendjaga pintu diluar kebun bunga.
"Tidak, soekong. tjuma tadi sampai dua kali Teng In
Siankouw menjuruh kami pergi undang soekong. Kami
tidak dapat melakukan itu, karena kami tidak berani
meninggalkan tempat ini."
Biauw Hoat manggut, terus ia bertindak masuk kedalam
sorganja ? Hong Lay Sian-keng. Selagi bertindak, Ia sudah
mulai mendengar suara tetabuhan. Dimuka kamar, ia
mengintai ddantara tirai, ia tampak beberapa dewinja
sedang melatih diri dalam tarian Thian-mo-boe (Iblis
Langit). Pakaian mereka tjuma sematjam ampok2, paha
mereka terlihat njata, konde mereka tergelung tinggi.
Tarian Itu diiringi dengan tetabuhan.
Semangatnja Imam ini bergelora. Tapi ia tak dapat
melihat Teng In diantara si manis itu. Segera ia bertindak
masuk. Segera djuga ia dikerubungi nona-nona itu, jang
menanja ia ini dan itu. Tapi ia tjuma menarik Hang Goat
kepadanja. "Mana Teng In Siankouw?" tanjanja. Hang Goat
lantas sadja mendjebi.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
488
"Kau kangen kepadanja, mengapa kau tidak pergi
langsung kekamarnja?" ia mendjawab. "Rase tjilik itu ber
pura2 sakit, dia tak muntjul!..."
Biauw Hoat meng-usap2 muka Hong Goat jang halus
dan manis. "Diantara kamu, siapa jang aku tak membuat
kangen?" katanja sambil tertawa. "Asal kamu semua setiap
hari berada dihadapanku, pasti aku merasa senang".
Selelah itu, ia bertindak keluar, buat pergi kekamar si dewi
pudjaannja. Untuk ini, ia mesti melalui djalan jang ber
liku2. Didepan kamar Teng In, dengan pelahan ia menolak
daun pintu dan bertindak masuk dengan hati2.
Kamar itu indah dan terawat rapih. "Teng In Siankouw!"
ia memanggil "Teng In Slankouw!"
Dari dalam pembaringan terdengar dja waban pelahan:
"Siapa?"
Hatinja Biauw Hoat gontjang. Ia menghampirkan
pembaringan. Didalam mana antara kelambu, ia tampak
satu bajangan tabuh lagi rebah. Dimuka pembaringan ada
sepasang sepatu. Bau wangi keluar dari pembaringan itu.
Biauw Hoat tak tahan lagi, karena gontjangan hatinja.
Ia segera mengulur kedua tanganja, untuk menjingkap
kelambu, dengan niat segera merangkul si nona Berbareng
dengan tersingkapnja kelambu kekiri dan kanan, dari
dalam pembaringan muntjul sebilah tangan jang menjekal
saputangan. Saputangan mana terus dibekapkon kehidung
imam ini.
Biauw Hrat terperandjat. Selagi ia mendjerit, hidungnja
pun menjedot napas, hingga sekedjab sadju, ia tak
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
489
menjadarkan diri. Tubuhnja rubuh diatas permadani
dimuka pembaringan.
Seorang muda umur dua-puluh lebih lantas muntjul.
Romannja gagah. Dia masih menggunakan saputangannja,
akan membekap terus hidung si imam.
Menjusul itu, dari bawah pembaringan merajap keluar
dua orang. Mereka mengawasi tubuh si imam, lantas
mereka menggerakkan tangan mereka. Sesudah manajang
satu terus mengangkat tubuh Biauw Hoat, untuk
dipanggul, buat dibawa pergi dari kamar itu. Kawannja,
begitupun si anak muda, turut berlalu.
Dengan tjepat mereka keluar dari kamar sorganja Biauw
Hoat itu. Mereka mengambil djalan diantara pohon2
bambu d samping gunung2an hingga mereka keluar dari
kebun.
Dimuka kebun, kedua katjung masih tetap melakukan
tugasnja membuat pendjagaan. Mereka ber-tjakap2
dengan pedung menggoblok dibebokong masing2. Karena
mereka membelakangi tembok, mereka tidak melihat
muntjulnja satu bajangan tubuh tingigi-besar ditembok itu.
Ketika kemudian mereka menoleh dan melihat bajangan
itu, sudah kasep. Batang pedang sudah ditempelkan
dipundak mereka.
"Ampun!" mereka memohon dengan ketakutan,
"Kamu dapat ampun asal kamu suka melakukan sesuatu
untukku," kata bajangan itu.
"Baik, orang gagah. Bilang sadja, nanti kita lakukan..."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
490
Bajangan Itu lantas mengeluarkan satu kantong kain.
Melihat mana, kedua katjung itu mengenali kantong hoe
dari tjouwsoe mereka. Tadinja mereka hendak buka mulut.
tapi orang itu telah mendahului mereka, seraja
mengantjam dengan pedangnja: "Lekas tundjukkan hoe
ini, jang mana harus dibakar setiap kamu memasuki
pendjara besi." Djikalau kamu ngatjo-belo dan hoe tidak
mustadjab, awas aku nanti bunuh kamu!"
Kedua katjung itu ketakutan sebab berbareng pundak
mereka merasai tekanan barang dingin, jaitu udjung
pedang. Maka mereka tundjuki hoe jang diminta itu.
Setelah itu, tangan mereka dibelenggu, mulut mereka
disumpal.
"Jikalau aku gagal, sebentar aku akan balik mengambil
djiwamu!" kata bajangan itu, jang lantas sadja mengikat
mereka diudjung tembok. Hingga mereka dapat lihat dia
menepuk tangan per lahan2, lalu muntjul seorang jang
datangnja dari luar. Orang jang belakangan ini. badannja
tinggi-besar dan bermuka merah. Dibebokongnja
menggendong Biauw Hoat tjindjin. jang tubuhnja diam
bagaikan orang lagi tidur njenjak. Maka tahulah mereka
bahwa tjouwsoe itu sudah kena orang tawan.
Bajangan itu menjalakan api tekesan. Dengan itu, dia
membakar hoe jang ditundjuk kedua katjung tadi, lantas
dia memburu kedepan pendjara besi. Kepada orang jang
baharu datang, ia mengadjak: "Mari!" Dan kawan itu
mengikutinja.
Dengan satu sampokan, bajangan itu membuka
pintu. Lalu berdua, mereka masuk kedalam pendjara besi.
Tidak ada rintangan untuk mereka, hingga mereka ketemui
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
491
satu nona, jang terus dipondong oleh sibajangan. Dia
menjingkirkan hoe dirambut nona itu. Sesudah mana,
bersama kawannja, dia keluar pula dari pendjara besi itu.
Tapi, terlebih dahulu, kawan itu telah meletaki tubuhnja
Biauw Hoat tjindjin, dikonde siapa ditaruhkan hoe dari
rambutnja sinona tadi.
Sebentar sadja, pintu sudah dikuntji pula, mereka pun
pergi menjingkir.
Itulah Tjong Beng dan Boe tjioe jang datang menolongi
Siam In. Mereka datang bersama Pheng Siang dan Tjoen
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Beng Pheng Siang adalah orang jang mulutnja liehay itu,
selagi dia mengundjukkan kepandaiannja, Tjoen Beng
mendjaga diluar.
Mereka ini datang dengan bertindak menuruti
rentjananja Beng Siang. Ternjata mereka berhasil.
Pheng Siang mendekam diwuwungan, disitu ia
perdengarkan suara, jang bisa berlainan. Dialah jang
memainkan peranan akan mengabui It tjoan dan jang
lainnja. jang bitjara disinkham adalah Tjong Beng, jang
mengumpetkan diri. jang menjamar sebagai Giok tjeng
tjin-koen adalah Boe tjioe. Didalam gelap, mereka bisa
bekerdja dengan baik. Adalah Tjong Beng jang menggeser
patung tjin-koen selama saat Boe tjioe menggantikannja.
Biauw Hoat pandai ilmu gaib dan litjik, tapi ia takut pada
Pek Lian tjouwsoe, ia pun djeri kepada Giok tjeng tjin-koen
Hingga ia tidak merasa, bahwa ia lagi dipermainkan. Waktu
itu, pikirannja sudah katjau. Karena sudah kegilaan Teng
In. Dia terpedaja oleh Tjong Beng, ialah orang jang
menggunai saputangan jang dipakaikan obat pulas,
kepunjaan Beng Siang.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
492
Sementara itu diluar Hong Lay Sian keng masih ada dua
katjung lain. Mereka ini melihat masuknja Biauw Hoat,
setelah itu ada satu bajangan jang berkelebat. Mereka
mendjadi tjuriga, mereka lantas mengisiki Lan Bin,
siapapun merasa tjuriga. Dia ini lantas mentjari Tiang Hoat,
untuk diadjak pergi ke Hong Lay Siankeng. iMaka lekas
sekali, mereka melihat lontjeng besar sudah berkisar.
Lan Bin adalah jang berada disebelah depan. Tiba2 ia
diserang seorang jang lontjat dari podjok tembok. Tiang
Hoat, jang djalan belakangan, melihat serangan itu,
dengan pedangnja, ia talangi menangkis. Tapi, dalam satu
bentrokan Itu, pedangnja telah terbabat kutung.
Lan Bin pon telah lontjat ke-depan, ia berbalik sambil
mengeluarkan katja wasiatnja, Toat-pek-khia. Dengan apa
ia mengatjai penjerangnja, hingga lawannja Ini mendjadi
kesilauan. Berbarengan dengan itu, Tiang Hoat madju
menjerang musuhnja dengan pedang buntungnla. Tapi dia
lantas dipegat oleh satu bajangan lain, jang lontjat turun
dari pajon.
"Siluman, djangan turun tangan!" bentak bajangan itu,
iang terus menjerang dengan tongkat pandjangnja, Hong
liongthung.
Lan Bin lantas lihat, bajangan itu ada satu niekouw. Ia
segera mengangkat katjanja, untuk mengatjai si niekouw.
Tapi ia terlambat. Ketika si niekouw kibaskan tangan
badjunja, jang gerombongan. beberapa titik hitam
meniambar katjanja jang mendjadi petjah seketika itu
djuga.
"Oh. thaysoe, kau telah datang!" kata bajangan jang
pertama.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
493
"Ja, engko tjoen!" sahut si niekouw, selagi ia desak
Tiang Hoat. sambil ia menoleh. "Apakah Tjong Beng
beramai telah berhasil?"
"Mereka sudah masuk kedaiam kamar rahasia. Djangan
thaysoe kasi ampun kedua Iman ini!" sahut orang itu, ialah
Tjoen Beng.
Lan Bin segera menginsafi bahaja. Ia mundur, untuk
menjingkir. Tapi Tjoen Beng mendahului memapaki ia
dengan lontjeng besar Sedang dipihak lain, pedang
buntung dari Tiang Hoat kena disampok terlepas oleh
lawannja Dalam blngungnja, ia kena disambar untuk terus
dibanting, hingga mukanja mengenai tanah giginja pada
tjopot.
Tjoen Beng lontjat menubruk, untuk lantas diringkus.
Tjong Beng dan Boe tjioe muntjul djusteru Tiang Hoat
kena dibanting, pemuda itu girang, hingga ia menteriaki si
niekouw, siapa sebaliknja girang tak kepalang melibat Siam
In ketolongan. Ia lontjat menghampirkan, akan meng
usap2 muka sinona, jang tubuhnja pun segera diuruti. Tak
lama kemudian, nona itupun telah sadar. Dia membuka
kedua matanja. Kapan dia mendapatkan tubunnja dipeluk
Tjong Beng, mukanja mendjadi merah, ia segera lontjat
bangun.
Tjeng In merangkul murid itu.
"Muridku, pergi kau turut Tjong Beng pulang beristirahat
dikuil" kata dia. "Kuda putihku masih ada diluar."
"Aku ingin turut soehoe " kata sinona.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
494
"Aku masih mempunjal urusan penting anak. Biar
mereka bersaudara mengantar kau."
Niekouw ini lantas membisiki Tjong Beng, jang
manggut2. Terus dia sambar tangannja Siam In, untuk
diadjak melontjat kegenteng.
Tjoen Beng turut mengikuti mereka berdua.
Sesampamja mereka diluar, benar disana ada kudanja
si niekouw.
Menjusuli penjerbuan kepada kuil In Hong Koan itu,
bebareng dengan itu terdjadi dua kedjadian didua tempat.
Biasanja Hoei In Nia djalanan jang aman-tenteram,
tetapi sedjak bersarangnja rombongan Ang Teng Kauw itu,
keamanan lalu-lintas mendjadi sangat ter. ganggu. Ketjuali
pembegalan, tak peduli pada keluarga pembesar negeri,
djuga pentjulikan kepada orang perempuan terutama
wanita muda Maka itu, pembesar setempat telah
mentjurahkan perhatiannja.
Didalam kantor tiehoe di Lay tjioe terdapat seorang
polisi jang bernama Yap Ngo. Dialah jang bertugas mentjarl
siorang djahat. Sudah beberapa tahun ia menjelldikl, tapi
tidak pernah ia memperoleh basil. Maka sebagai
kesudahan, ialah jang sering merasakan rangketan.
Bukannja Yap Ngo tidak menjangka, kedjahatan ada
perbuatan pihak Ang Teng Kauw, ia hanja tidak berani
saterukan kawanan itu, jang besar sekali pengaruhnja.
Pada malam itu, Yap Ngo dan kawana2 nja berkumpul
disebuah rumah makan di mana mereka bersantap sambil
meminum arak. Kepala polisi itu menghela napas bila ia
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
495
teringat, temponja tinggal lagi satu bulan, atau ia akan
dirangket pula lima-puluh rotan.
"Engko Ngo, bukankah kau jang bilang kedjahatau
diperbuat oleh pihak Ang Teng Kauw?" kata satu kawannja.
"Kenapa kau tidak mau langsung pergi ke In Hong Koan?"
"Memang begitu, tapi apamau dikata karena mereka
berpengaruh sekali!" sahutnja kepada polisi itu. "Laginja,
pernah aku membuat penjelidikan. tetapi selalu gagal.
Mereka djuga sangat tjerdik."
Kawanan ilu berdiam. jang lainnjapun turut berduka.
"Djangan bergerak!" tiba2 terdengar satu bentakan, lalu
didepan kamar mereka, muntjul seorang dengan pakaian
malam dan muka bertopeng.
Yap Ngo melihat orang tidak bersendjata, dimana dia
lontjat sambil menghunus goloknja, untuk membatjok.
Akan tetapi ketika siorang bertopeng mengangkat tangan,
dia merasai tangannja terbentur. Rasanja sakit seperit
tertikam, hingga goloknja terlepas, dan golok itu kena
disambar oleh orang jang tidak dikenal Itu, jang berbareng
djuga meneruskan menjambar tubuhnja, untuk ditengteng
masuk kedalam kamar.
"Kamu semua djangan takut!" kata orang bertopeng itu
kepada orangs polisi lain nja. "Aku datang djusteru untuk
memberi endusan kepada kamu."
Semua orang polisi itu berdiam. Merekapun telah
menjakslkan Yap Ngo kena dibikin tak bergerak dalam
segebrakan sadja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
496
"Nah, o batilah lukamu!" kata orang bertopeng itu, jang
menurunkan tubuhnja Yap Ngo.
Semua orang melihat lukanja pemimpin itu tidak hebat
tapi tak diketahui disebabkan sendjata apa.
Orang bertopeng itu meutjekal golok, nja Yap Ngo
dengan satu tangan, tangannja jang lain dipakai
mengisikan arak kedalam sebuah tjangkir. Diapun
bordjongkok. Dia mengangkat tjawannja setelah mana dia
berkata.
"Aku kasi selamat kepada kamu. tuan2!" katanja. "Besok
kamu akan berhasil! Sebab perkara sulit ber-tahun2, besok
akan dapat dipetjahkan dan diselesaikan!"
Semua orang heran.
"Orang gagah, kalau benar kau hendak membantu kita,
silakan kau memberikan pendjelasanmu," minta Yap Ngo.
"Kami ada orang2 terhormat, tidak nanti kami melupakan
budimu."
"Yap Ngo, bukankah kau ingin memetjahkan perkara
pentjulikan nona2?" kata si orang bertopeng. "Nah, besok
pergilah kau ke In Hong Koam, disana kau bertjampur
sama orang banjak, nanti kau melihat bukti-kenjataannja."
Dia mengirup araknja, diapun kembalikan goloknja
siorang polisi.
"Aku hendak pergi! Djangan lupa besok!" Dan ia
bertindak pergi.
Yap Ngo memburu sampai dipintu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
497
"Oramg gagah, tolong tinggalkan namamu, supaja kelak
kami dapat membalas budimu!" dia minta.
Siorang bertopeng memberi hormat.
"Pergi kamu menikmati hasil djasamu, aku sendiri tidak
mengharap pembalasan budi," katanja, jang terus
berlontjat pergi, lenjap ditempat gelap.
Yap Ngo melengak.
Sementara itu kedjadian jang kedua terdjadi dikuil
Bawah.
Tengah malam itu It tjoam dan Peng tjoan sedang tidur
tiba2 mereka terdjaga karena berkelebatnja tjahaja api,
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketika mereka melibat keluar, mereka lihat Giok tjeng tjin
koen sedang berdiri. Lekas2 mereka tekuk lutut dan
manggut2.
"It tjoan, Peng tjoan, segera aku akan kembali kekuil
Atas," demikian suaranja tjin-koen. "Besok pagi kamu
mesti mengumumkan kepada semua pengUrut Ang Teng
Kauw agar mereka berkumpul diatas gunung, aku hendak
memaklumkan sesuatu jang penting kepada mereka."
Belum sempat kedua iman itu memberi djawaban atau
mereka telah melihat tubuh tjinkoen melontjat naik.
Djubah emasnja berkilauan, lalu lenjap ditengah udara.
Dengan ter-gesa2 dua kawan ini berbangkit, dan
dengan membawa pelita mereka pergi kependopo. Untuk
keheranan mereka, mereka tak dapatkan patung tjin-koen
pada tempatnja lagi. Karena ini, mereka tidak berani tidur
lagi. Begitu fadjar menjingsing, mereka lari turun gunung.
Mereka memberi tahukan siapa sadja jang mereka
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
498
ketemukan, agar semua orang lantas berkumpul dikuil
Atas.
Seperti biasa, kabar aneh mudah tersiar. Djuga kali ini,
belum sampai setengah-hari, penduduk Laytjioe seperti
telah pindah ke In Hong Koan.
Didalam kuil benar telah terdjadi satu hal jang aneh.
Ketika pagi2 beberapa imam pergi kependopo, mereka
heran bukan main, sebab disebelah Pek Lian tjouwsoe
telah bertambah patungnja Giok tjeng tjin-koen.
Dandanannja patung sutji ini sama seperti jang kemarin
mereka menjaksikan dikuil Bawah.
Mereka heran, lalu mereka lari mentjari Tiang Hoat
tjindjln. Tetapi murid Biauw Hoat ini, begitupun Lan Bin
tjindjin tidak ada. Malah segera ternjata, kedua katjungnja
djuga turut lenjap. Mereka mendjadi bertambah heran.
"Hal ini mesti diberitahukan kepada tjouwsoe" kata
beberapa orang.
Akan tetapi tiada seorang jang berani pergi memasuki
Hong Lay Sian-keng. Karena untuk itu mereka
membutuhkan perkenan dari tjouwsoe mereka, Biauw Hoat
tjindjin.
Ketika itu, banjak pengikut2 Ang Teng Kauw telah
memasuki kuil. Apabila mereka menjaksikan patung Giok
tjeng tjin-koen ada disebelah patung Pek Lian tjouwsoe,
mereka memberi hormat sambil berlutut.
Didalam kalangan Ang Teng Kauw ketjuali Tiang Hoat
dan Lan Bin, ada belasan iman sebawahannja jang
membantu pegang pimpinan. Mereka inilah jang mendjadi
sangat bingung. Sebab mereka tidak berani memberikan
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
499
keterangan, ketika banjak pengikut2 jang menanjakan
tjouwsoe mereka.
Dalam saat jang menggelisahkan itu, tiba2 disamping
pendopo terdengar suara mendjeblak. lalu pintu rahasia
lantas torbuka, diimana Tiang Hoat tjindjin muntjul dengan
rambut riap2an dan sebelah tangannja mengangkat
pedang.
Tanpa merasa, semua pengikut bersorak kegirangan.
Tiang Hoat berdiri diambang pintu tanpa bergerak.
Wadjahnja suram. Dia mengangkat kedua tangannja
menundjuk pada pelita merah jang tergantung sambil dia
berseru: "Ang Teng Kho Hie!" (Lampu merah menjorot
tinggi).
Semua pengikut mengangkat tangan mereka seraja
turut menjerukan serupa. Gemuruh sebentar, lantas sirap
pula. Dalam kesunjian itu, terdengar suaranja Tiang Hoat:
"Saudara2, hari ini Pek Lian tjouwsoe dan Giok tjeng tjin
koen turun kebumi, kamu dengarlah amanat beliau ! ?
Nah, berlututlah kamu semua menjambut tjouwsoeyo dan
tjin-koen!"
Semua orang lantas berlutut dan tunduk. Semua tidak
berani mengangkat kepala meski samar2 melihat bajangan
djuba putih.
Orang tidak usah menanti lama, segera terdengar suara
Giok tjeng tjin-kopn. Katanja: "Semua pengikut Ang
Teng Kauw, dengarlah kamu ! Hari ini aku datang kesini
untuk mengumumkan kepada kamu perbuatannja Biauw
Hoat tjindjin, jang sudah menjalahi kesutjian agama. Jaitu
dia sudah menjembunjikan banjak wanita, jang dia adjak
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
500
plesiran! Sudah begitu, dia djuga lantjang menitah
malaikat Ngo Loei dan Liok-Teng Liok-Kah! Maka aku telah
mengurung dia didalam pendjara dalam tanah. Tiang Hoat
dan Lan Bin djuga turut berbuat djahat. Mereka telah
membikin pelbagai pesawat rahasia didalam kuil ini dan
sudah menganiaja botjah2 untuk diambil anggauta
rahasianja, maka mereka djuga mesti turut dihukum. Lan
Bin sudah dikurung didalam iontjeng besar. Tiang Hoat
mesti memegang pimplnan disini. Dosanja djuga kurangan,
dia sekarang berada disini, untuk membeberkan
kedjahatannja. Kamu semua boleh mengangkat kepala
kamu!"
Semua orang heran dan ragu*. Tetapi mereka lantas
mengangkat kepala, hingga mereka tampak Tiang Hoat
lagi berlutut disamping sin-kham mukanja bermandikan
keringat Disitu tidak ada lain orang lagi.
Segera mereka mendengar suara Tiang Hoat:
"Saudara2, tegurannja tjin-koen barusan, semuanja
benar. Maka sekarang terserah kepada saudara2 untuk
menghukumnja!"
Sebab heran, semua pengikut itu saling tanja menanja
satu pada lain.
"Sekarang kamu boleh menjaksikan!" tiba2 terdengar
pula suara dari dalam sinkham.
Disamping pendopo terdengar suara melesaknja sebuah
batu tjiopay, hingga bekasnja, merupakan satu lobang.
Darimana menghembus bau jang harum, disusul dengan
muntjulnja sebarisan imam wanita Mereka semua masih
berusia sangat muda dan tjantik. Pada konde mereka
diselipkan bunga2, pakaian mereka Indah2 dan
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
501
dandanannja sangat mentereng. Karena kaget dan heran,
semua pengikut berseru riuh.
"Saudara2, lekas mendekam!" tiba2 terdengar
seruannja Tiang Hoat sambil ia mengangkat pedangnja.
"tjindjln hendak pulang ke Giok tjeng Kiong!"
Semua orang lantas me-manggut2 pula sambil
mendekam terus.
Suara siorang sutji: "Kamu semua dengar! Bukankah
kau masih ingat tjeng lu Taysoe, isteri dari bekas Hoe
tauwnia Yan Ie Lam? Dia bakal datang kemari, kamu mesti
menjambut padanja. Dialah jang akan memberi putusan
disini!" Setelah itu sepintas lalu sadja. terdengar suara
seperti tetabuan, lalu sirap Waktu itu Yap Ngo dan
orang?nja sudah bertjampuran diantara orang banjak itu.
Mereka mendengar dan melihat semua. maka setelah
suara sirap, kepala polisi itu terus bertindak. Dia menjuruh
semua orang berdiam Dia menitahkan orang2nja
mendjagai semua imam wanita itu Lalu dia perintahkan
membuat penggeledahan didalam teuil.
Karena ini, segera ketahuan adanja pelbagai pesawat
rahasia didalam kuil itu. Begitupun Hong Lay Sian keng
dibelakang kuil. Dari dalam mana dapat disita beberapa
peles jang berisikan anggauta2 rahasia botja laki2 dan
kandungan wanita.
Kapan Yap Ngo sudab menerima pelbagai laporan, ia
terus menitahkan menahan djuga semua imam. Maka
semua imam itu lantas dibelenggu. Tetapi djusteru itu,
tubuh Tiang Hoat mendadakan rubuh sendirinja. Ternjata
dia sudah membunuh diri.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
502
Semua pengiring lantas mentjatji bekas pemimpin ini
tetapi sedjumlah orang jang pernah bekerdja sama dengan
Tiang Hoat diam2 ngelojor pergi.
Hampir berbarengan dengan itu sedjumlah pengikut
jang berdiri dlluar pendopo telah memperdengarkan seman
kegirangan mereka. Mereka tampak datangnja satu
pendeta wanita, jang dikenali oleh pengikut jang usianja
agak landjut sebagai isteri dari bekas pemimpin muda
mereka. Mereka ini menjambut si niekouw jang terus
dladjak kedalam.
"Omietoohoed!" Tjeng In memudji, sesampainja ia
didalam. "Saudara2, sudah lama kita tidak bertemu.
Sebenarnja. tiga agama adalah berpokok satu, maka djuga
ketika barusan tjin-koen memperlihatkan diri, dia telah
meminta aku mewakilkan Pek Lian tjouwsoe mengurus
pengikut2nja, supaja diangkat satu pemimpin jang baru.."
"Taysoe sudah datang, baiklah taysoe sadja jang
mendjadi kauwtjoe kami!" berteriak orang banjak.
Tjeng In merangkap kedua tangannja.
"Tak dapat aku melakukan itu karena aku sudah lama
mengundurkan diri dari penghidupan dunia." niekouw tua
itu menampik "Aku datang kesini hanja untuk menolongi
muridku, jang telah ditjulik Biauw Hoat tjindjin. Terima
kasih untuk kebaikan kamu. Sekarang ini kamu harus
memilih lima orang untuk dijadikan tjalon ketua dan
pembantu2nja Supaja kamu tetap bisa menghormati Giok
tjeng tjin-koen Tentang Kedosaannja Biauw Hoat dan
kawan2nja baiklah diserahkan sadja oada pembesar
negeri"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
503
Mendengar itu, semua orang berdiam. Kemudian baharu
mereka mengadakan pemilihan lima ketua baru.
Sedangkan Yap Ngo lantas menggiring Biauw Hoat dan Lnn
Bin berikut sedjumlah imam Iainnja, jang tadinja mengekor
kepada
ketua mereka itu.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Demikian, berhasillah usahanja Boe tjloe beramal
merubuhkan Biauw Hoat tjindjin. Semua mi adalah buah
rentjana Nona Beng Slang iang tjerdik Tluma sajang, Tiang
Hoat dapat kesempatan untuk membunuh diri sehingga dia
tidak usah menerima hukuman lagi dari pembesar negeri.
XIX
Tjeng In pulang kekuil, untuk berkumpul bersama Boe
tjioe, dua saudara Ong dan Siam In seria Pheng Slang.
Esok harinja. Tjeng In menjatakan niatnja buat kembali
ke Kwan-gwa ia memberikan beberapa potong emas pada
Pheng Siang, dan mempersilakan ia pulang ke Kim-tjhioe
kampung halamannja. Kapan ia melihat tjinta Kasihnja
Tjong Beng dengan Siam In ia teringat pada masa mudanja
ketika ia hidup bersama Ie Lam. Lalu ia berkata pada
pasangan itu: "Kamu berdua tentu sangat kangen satu
pada lain Sekarang kita perlu lekas kembali pada Beng-sie
Sam Eng untuk merundingkan soal mengundang Thian Tie
Koay-Hiap. Kami akan berangkat lebih dahulu dan kamu
berdua boleh menjusul belakangan. Aku tahu si Siam
sangat letih, dia perlu beristirahat karena itu, Ong Kongtjoe
pergilah kau mengadjak dia pesiar kepelbagai gunung dan
tempat indah lainnja baharu kamu menjusul kami. tjuma
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
504
satu hal harus di ingat kamu djangen mengambil tempo
terlalu banjak sebab selang satu bulan kita sudah harus
berkumpul dirumah keluarga Beng."
Boe tjioe kegirangan sekali melihat niekouw ini mengerti
hati anak muda. Tetapi Siam In djengah dan mukanja
mendjedi merah.
Tjoen Beng tertawa, ia kata: "Adikku, aku akan
berangkat lebih dahulu bersama tjinkee dan soe-thay. Kau
boleh adjak Nona Wan pergi persiar asaj kamu ingat
djangan sekali kamu menerbitkan onar terutama ingatlah
pesan soethay untuk kita nanti berkumpul di Hek San."
Tjong Beng mengucapkan terima kasih dan memberikan
djandjinja. Siam In djuga mengumankan berterima
kasihnja.
Siangnja Tieng In lantas mengadjak Boe tjioe dan Tjoen
Beng berangkat.
Tjong Beng mengadjak Siam In pindah keruman
penginapan dimana mereka minta dua kamar, baharu
besoknja mereka membeli dua ekor kuda dan mereka
mulailah berangkat pesiar. Guna mentjegah sesuatu jang
tak diingin mereka mengaku sebagai engko dan adik.
Siam In sangat gembira disepandjung djalan ia
berbltjara dengan leluasa, dan se-bentar2 tertawa.
Keruwetan dalam hatinja telah tersapu semua, ia terutama
merasa sangat puas atas perlakuan Tjong Beng.
Mereka sudah berdjalan lima hari dan telah melalui
tjiang-ip, Ek-touw dan Lioehoo. Tanpa merasa, mereka
telah sampai di Tiang-pek. maka itu Tjong Beng kata
kepada kekasihnja: "Lagi selintasan, kita sudah akan dapat
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
505
tampak Tong Gak (Gunung Timur), gunung jang sangat
kesohor itu. Adakah adikku mempunjai kegembiraan
mendaki gunung itu?"
"Apakah koko maksudkan gunung Tay San?" tanja
sinona sambil tersenjum. "Memang sudah lama aku ingin
kesana! Baik, nanti kita mampir."
Mereka bitjara sambil berdjalan sampai tiba2 mereka
tampak debu mengepul disebelah depan dimana beberapa
penunggang kuda berlari mendatangi. Segera mereka
dapat kenjataan, mereka itu hamba2 negeri, kuda dan
perlengkapannja indah dan dibebokong mereka masing2
bergendolan bungkusan kuning. Mereka kabur kearah
selatan.
Karena lewatnja rombongan Itu, Tjong Beng dan Siam
In tidak dapat djalan berendeng lagi. Tetapi setelah itu,
anak muda mendekati pula kekasihnja.
"Adikku, selama beberapa hari ini, aku lihat mukamu
merah dan segar sekali" kata si pemuda "Aku dengar orang
omong, satu kali satu nona menikah, dia bakal berubah
mendjadi putih melotak dan montok "
"Hai, kau djail, koko!" kata si nona, sambil dengan
tjambuknja mengeprak belakang kudanja anak muda itu.
"Kau tidak tahu bagaimana orang menderita di Kimleng
karena memikirkan kau.... Djalanlah lekas!"
Kudanja Tjong Beng lontjat karena tepukan itu, dia
berlari keras. Melihat itu, Siam In menjesal djuga, terpaksa
ia pun mentjambuk kudanja, untuk menjusul.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
506
Waktu itu, kembali tertampak naiknja debu disebelah
depan. Kembali serombongan penunggang kuda melewati
sepa. sang anak muda ini. Mereka berdandan dan
berbekalan seperti rombongan jang pertama. Djumlah
mereka ada belasan.
Tjong Beng tahan kudanja, menunggui kekasihnja.
"Engko Tjong, apakah jang mereka hendak perbuat?"
Siam In tanja.
"Rupanja mereka hamba2 negeri jang lagi bertugas"
sahut Tjong Beng, jang merendengi kudanja dengan kuda
si nona.
Siam In tidak menanja lebih djauh, mereka hanja djalan
terus, sampai disebuah dusun ketjil. Ketika itu hari sudah
mulai magrib.
Tjong Beng dapat kenjataan semua rumah penginapan,
besar dan ketjil, telah penuh dengan tetamu, ialah orang2
tani, jang dandan sebagai hamba2 negara. Mereka itu, ada
jang lagi minum arak, ada jang merapikan pelana mereka
dan lain sebagainja.
Karena terpaksa, Tjong Beng mengadjak Siam In
bermalam dirumahnja satu penduduk, seorang guru
sekolah jang I suka menerima mereka. Sebab ia dapati
pemuda dan pemudi ini beroman sebagai orang baik2.
Setelah bersantap, Siam In mendengar suara berisik
didalam kota, in tanja tuan rumah, sudah terdjadi perkara
apa.
"Mereka Itu adalah orang dari istana kaisar" kata tuan
rumah seraja dia menggojang2kan tangannja. "Katanja
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
507
kaisar bakal datang ke Tay San untuk bersembahjang,
maka itu lebih dahulu telah di kirim sedjumlah hamba
Istana dan pahlawan2, untuk membuat persiapan
dan pendjagaan. tjelaka adalah pembesar setempat, jang
mesti memenuhkan segala matjam permintaan mereka..."
Mendengar itu, tahulah Tjong Beng jang Kaisar Kong Hie
hendak melakukan sembahjang digunung Tay San. Itulah
kebiasaannja radja.
"Kita mau mendekati Tay San, mari kita besok pergi
pagi!," Siam In menjaR rankan pada Tjong Beng. "Tak
boleh kita ketinggalan oleh radja tua-bangka itu. Nanti
segala apa keburu dibikin kotor".
Tjong Beng setudju, maka besok pagi2 nja, ia
memperlukan tanja tuan ruinah tentang perdjalanan
mendaki gunung. Lau lu setelah merawat kuda mereka,
mereka segera berangkat. Magribnja mereka telah !
sampai didusun Boen-tjouw-tin. Dari sana gunung Tay San
jang sutji telah mulai tertampak tegas.
"Katanja, mendaki gunung Tay San memandangi
matahari terbit adalah satu pemandangan jang luar biasa
indah"kata Siam In, "kalau kita bermalam disini, mungkin
besok kita tak keburu melihat matahari muntjul itu. Aku
pikir, baiklah sekarang djuga kita pergi kekaki gunung,
disana kita nanti mentjari pondokan didat lam kuil.
Bagaimana pikiranmu, koko ?"
Melihat orang demikian gembira. Tjong Beng manggut.
"Akur" katanja.
Lantas mereka mentjari ruraab makan, untuk bersantap
dan sekalian menjuruh djongos kasi makan kuda mereka.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
508
"Apakah tuan hendak mendaki gunung malam ini djuga
?" tanja tuan rumah. "Djalanan disini sukar, tak seaman
djalan dikota Lakshia sana. Baik tuan menunggu sampai
besok, akan djalan bersamaa dengan rombongan lainnja."
"Terima kasih," Tjong Beng mengutjap. "Kita mengerti
sedikit ilmu silat, kita djuga tidak punja banjak uang,
umpama kita ketemu begal, mungkin mereka tidak taruh
hati kepada kita."
Melihat orang bekal sendjata dan dandanannja pun
sebagai boesoe, tuan rumah tidak mentjegah lebih djauh.
Akan tetapi dia toch menanja: "Tuan biasa merantau,
sampai sekarang tuan singgah disini, apakah tuan tahu
tentang Kioe-bwee-ho Hoa Gouw Nio? Wilajah kita ini
adalah daerah dimana dia suka muntjulkan diri Kalau orang
lelaki bertemu dia, tidak apa, akan tetapi kalau orang
perempuan, itulah..."
Dia tidak meneruskan, dia tjuma mengawasi Siam In.
Memang Tjong Beng pernah mendengar nama Kioe
bwee-ho Hoa Gouw Nio si Rase Ekor Sembilan. Satu nona
gagah berbareng dikenal sebagai perempuan tjabul kaum
Rimba Hidjau. Tjong Beng mengerti maksudnja tuan
rumah itu, tetapi terhadap kekasihnja, ia tidak bilang suatu
apa. Sebaliknja, Siam In merasa tidak puas.
"Aku ingin menjaksikan dia, apa benar dia berkepala tiga
dan bertangan enam!" katanja dengan sengit sambil ia
merabah gagang pedangnja.
Masih Tjong Beng diam sadja, ia hanja memikir untuk
waspada.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
509
Tidak tunggu lagi sampai tjuatja mendjadi gelap,
pasangan Ini mulai dengan perdjalanannja. Belum lama
berdjalan mereka sudah melihat semakin tegas djedjak
gunung Tay San jang puntjaknja seperti menjundul awan.
Dlaepandjang djalan terdapat banjak pohon tjemara, jang
sudah tua, mendjadlkan pandangan agak seram.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka djalan terus tanpa pedulikan djalanan jang
sukar.
Tidak lama lagi, Siam In tampak tjahaja api di-sebelah
depan.
"Disana ada rumah, mungkin kuil!" katanja gembira. Ia
lantas melarikan kudanja. Tjong Beng mengikuti.
Kapan mereka sudah sampai ditempai jang ditudju,
mereka tampak satu kuli tua, jang pintu gerbangnja sudah
runtuh, hingga namanja kuil itu tak ada lagi. Pendoponja
ada dua dan sinar api keluar dari lauwteng belakang.
Tjong Beng mengetok pintu, jang gelang-gelangannja
terbuat dari kuningan.
Sebentar sadja, disitu muntjul satu pendeta tua, sebelah
tangannja membawa lilin dengan apa ia menjuiuhi kedua
tetamunja. Agaknja ia terkedjut kapan ia melihat satu
diantaranja seorang wanita. Tjong Beng lantas menuturkan
maksud kedatangannja.
"Sie-tjoe, kita biasa kedatangan orang lelaki, untuk
orang perempuan, inilah sulit," katanja ragu2.
"Inilah adikku," Tjong Beng bilang. "Kita djuga
menumpang untuk setengah malam sadja, sebentar
sebelum ajam berkokok, kita sudah Dergi pula."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
510
Pendeta itu berdiam.
"Kami orang sutji, memang kami harus menolong
sesamanja," katanja kemudian. "Keadaan disini tapinja
istimewa. Kalau tuan bersedia menurut peraturan disini,
baharu aku suka menerima kamu."
Pertjaja orang mempunjai kesukaran. Tjong Beng
manggut.
"Baik, soehoe," katanja.
"Silakan, sietjoe !"
Tjong Beng dan Siam In masuk kedalam pendopo, jang
sudah tak keruan rupanja. Mereka dibawa kesamping,
dimana ada sebuah pekarangan tersia-sia. Disitu ada dua
buah kamar bobrok, jang penuh dengan rumput dan
lainnja tetek bengek.
"Omletoohoed!" memudji pendeta itu menghadapi
Tjong Beng. "Harap sietjoe maafkan aku, aku minta sinona
suka mengambil kamar ini " Ia tidak tinggalkan lilinnja,
terus ia tarik tangannja sipemuda untuk keluar dari kamar
itu, jang pintunja ia tutup dari luar.
"Taysoe, baik aku berdiam disini sadja," Tjong Beng
minta. "Dengan berdiam disini, adikku tidak akan
kegelapan dan takut...."
Pendeta itu agaknja kuatir, ia menggelengkan
kepalanja.
"Sietjoe tidak tahu, aku mengatur begini djuga untuk
keselamatannja sinona," kata dia. "Sietjoe seorang laki,
tidak apa, tapi kalau kau djuga sembunji, kapan kedua
kudamu dapat dia lihat, itulah tak baik I"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
511
(Dengan "dia" diartikan orang perempuan).
"Siapakah dia itu, taysoe?" tanja Tjong Beng, suaranja
keras, matanja tadjam mengawasi siorang alim.
"Harap djangan banjak tanja, sietjoe", sahut sipendeta
dengan perlahan sekail "Asal malam ini dia tidak datang,
itu tandanja sang Buddha telah melindungi kita."
Mereka bitjara didepan pintu, Siam In mendengarkan
dari dalam.
"Koko, pergi kau ikut taysoe," kata dia. "tjuma untuk
beberapa djam, tidak apa aku berdiam disini."
Lalu terdengar sinona memasang palangan pintu.
Tjong Beng berlega hati. Ia tidak menjangka Siam In
dapat dikasi mengerti.
Pendeta itu mengadjak tamunja ini kelauwteng
belakang, dimana disebelah bawahnja terdapat sebuah
kamar jang bersih. Kemudian pendeta ini pergi untuk
menjiapkan air teh.
Tjong Beng lihat diluar kamar ada sebuah tangga untuk
naik kelauwteng. Ia tertarik, ia menalklnja. Segera ia
berdiri tertjengang. Ia mendapatkan sebuah kamar bersih
dan mewah sekali, kelambunja indah, djuga seperei dan
bantalnja bersarung sulaman. Terang itu mesti kamarnja
satu nona hartawan. Tapi kamar itu keadaannja sunji.
Karena segera ia mendengar tindakan kaki sipendeta,
lekas? ia turun masuk kedalam kamarnja.
"Baik sietjoe beristirahat siang2," kata sipendeta setelah
meletaki tehkoan. Ia memesan: "Sebentar, apa djuga jang
sietjoe dengar, harap sietjoe djangan pedulikan."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
512
Djusteru itu, terdengar ketokan pada pintu luar. Lantas
sadja muka pendeta ini berubah. Ia segera mengambil
lilinnja, untuk dibawa pergi. Tapi ia belum sempat berlalu
dari kamar, atau berbareng dengan siuran angin, satu
tubuh mae nusia lontjat kehadapannja. Dia itu satu wanita
tjantik, sebatang pedang menggemblok dibebokongnja,
kondenja ditantjapi sekuntum bunga merah. Dia memakai
mantel putih, tapi dandanannja sangat mentereng.
Dipandang seumumnja. ia sa ngat menarik hati bagaikan
bidadari turun dari kahjangan. Apalagi kedua matanja jang
djeli, jang dipakai mengawasi pemuda kita.
"Taysoe, pantas kau tidak menjambul ketokan pintu,
kiranja ada tamu mulia!" katanja, suaranja perlahan tapi
njaring, terdengarnja merdu. Ia pun memperlihatkan
senjumnja.
"Maaf, nona Gouw," kata si imam, jang merangkap
kedua tangannja. "Tamu ini Ong Kongtjoe dari Ngo-tay.
Dia hendak mendaki Tay San, karena sudah malam dia
mohon singgah dislni. Aku tidak tahu nona bakal pulang
malam ini, maka tadi aku telah menerima Ong Kongtjoe
menum pang dislni"
Nona Itu madju dua tindak, ia mendjura kepada Tjong
Beng.
"Ong Kongtjoe, aku girang dapat bertemu dengan kau,"
katanja. "Thay-Kek tjioe In Tiong Kiam itu, kongtjoe pernah
apa ?"
Tjong Beng terpesona oleh ketjantikan orang, sekian
lama ia diam sadja, baharu setelah ditanja, ia nampaknja
terkedjut. Lekas2 ia membalas hormat.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
513
"Itulah ajahku almarhum," ia mendjawab. "Maafkan
aku. aku tak tahu bagaimana aku harus memanggil kau."
Nona itu tertawa, hingga kelihatan dua baris giginja jang
putih.
"Kongtjoe berasal dari keluarga persilatan, mustahil
kongtjoe belum pernah mendengar Tay San Kioe-Bwee-Ho
?' dia tanja.
Tay San Kioe-Bwee-Ho atau Kloe Bwee Ho dari gunung
Tay San. Nama ini mengagetkan si anak muda, ia tidak
menjangka, si nona adalah si Rase Ekor Sembilan Hoa
Gouw Nio. Djadi mendengar nama kalah dengan melihat
orangnja ia tidak menduga, si Rase ada begini elok dan
menggairahkan, ia tidak djatuh hati, tetapi seperti
umumnja prija, ia mengagumi. Tetapi kapan ia teringat
Siam In, ia dapat melupakan ketjantikan orang.
Segera Kioe Bwee Ho mengundang tamu ini naik
kelauwtengnja dimana ia melajani dengan manis.
Tjong Beng menerima undangan itu, karena ia melihat
pendeta mengedlpi mata, supaja ia djangan menampik.
Njata sekali pendeta itu kualir si Rase mengetahui adanja
seorang perempuan didalam kuli itu.
Kioe Bwee Ho berbisik pada si pendeta, dia ini
mengundurkan diri. Sebagai gantinja muntjul dua katjung
pendeta jang menjadjikan barang Hidangan dan arak.
"Silakan, kongtjoe," Kioe Bwee Ho mengundang, ia
mmta pemuda itu dahar dan minum
Tjong Beng mendjadl likat, sebab ia ingat Siam la.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
514
"Ong Kongtjoe" kata si nona kemudian, "kaum kang ouw
sebut aku yauwhoe, wanita siluman, entah kau sendiri,
malam ini kita bertemu, apa kesanmu terhadap aku?"
"Aku seorang kasar, seumurku djarang sekali aku
bergaul dengan orang2 perempuan," kata Tjong Beng,
"karena itu. pertemuan kita jang pertama Ini, aku tjuma
bisa bilang, aku berada disuatu malam terang bulan jang
indah-perraai, jang membikin orang merasa segar dan
njaman."
Kioe Bwee Mo merasa puas karena pemuda itu memudji
dia.
"Mari Minum!" ia mengadjak seraja ia angkat tjawannja.
Tjong Beng mengeringkan tjawannja djuga.
Tidaklah heran kalau Iloa Gouw Nlo segera tertarik
dengan pemuda dihadapannja itu, karena Tjong Beng
masih muda, tjakap dan gagah dan sifatnja pun halus.
Dengan disengadja, ia lantas mendjatuhkan sebatang
sumpitnja.
Tjong Beng melihat itu ia berdongko seraja mengulur
tangannja untuk menjumput sump:t itu. Tapi djusteru itu,
si nona menggeraki kaklnja jang bersepatu sulam indah
untuk mengindjak tangansi onak muda.
"Ah, yauwhoe ini hendak main gila" pikir Tjong Beng.
"Aku bukannja satu laki2 pemogor, aku mesti memberi
sedikit adjaran padanja..."
Baharu Tjong Beng hendak mengangkat kaki orang,
atau tahu-tahu Hoa Gouw Nio sudah mengerahkan
tenaganja, kakinja dipaku mengindjak dengan kuat. Tjong
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
515
Beng tidak keburu menggunai tenaganja, hingga
tangannja keindjak terus, ia tidak mau berlaku kasar, ia
memikir kan lain akal Demikian dengan tangannja jang
lain, ia menarik sumpit dari galing gadjah itu, terus ia pakai
menggurat di. sepandjang betis dari ugai-ugalan kaki
sampai didengkul bawal, si nona.
Itulah urat geli, Kioe Bwee Ho merasa seperti dikitik, ia
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tertawa diluar kehendaknja. Djusteru ia tertawa,
pengerahan tenaganja lenjap, indjakannja mendjadi
kendor sendirinja. hingga dilain saat, sumpit kena terdjepit
dengkulnja.
Tjong Beng menggunai ketikanja, ia berbangkit berdiri,
tangannja masih memegangi sumpit jang ia mengangkat
naik.
Sumpit itu tidak terlepas dan djepitan, ketika kaki si
nona kena diangkat, djuga tidak patah, tjuma sedikit
bengkok.
Ini adalah suatu kepandaian jang biasa terdapat dalam
kalangan tukang dangsu. Maka tidak heran kalau sumpit
itu tidak patah.
Mendadak si nona menggeraki tubuhnja dan berlontjat,
hingga ia djadl berdiri diatas sumpit itu.
"Hai, Ong Kongtjoe, kau hendak mengangkat aku
kemana?" tanjanja.
Dua orang ini telah mengadu kepandaian mereka, tapi
si nona agaknja djengah.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
516
Selagi mereka sedang adu kepandaian itu, tiba2 ada
bajangan berkelebat didjendela, melesat kedalam kamar,
sinar pedang pun berbareng berkelebat menjambar.
Segera Tjong Beng dapat mengenali jang Siam In
adanja, ia terkedjut. Ia hendak mentjegah kekasihnja itu,
tetapi sudah kasep, pedangnja Siam In sudah menikam.
Selagi udjung pedangnja mentjari saaarannja, Hoa
Gouw Nio mengapungkan diri dan lontjat djumpalitan
diudara. Berbareng dengan itu Tjong Beng djuga
menggentak naik sumpitnja, buat membantu tenaga pada
si nona Maka kesradahannja, udjung pedang lewat
dibawakan kaki si Rase Ekor Sembilan.
Semasa didalam kamarnja diwaktu ia mendengar
perkataannya si pendeta tua, Siam In sudah menduga kuil
itu mesti sarangnja Kioe Bwee Ho. ia sengaaja
menjanggupl berdiam sendirian didalam kamar buruk itu
begitu lekas orang berlalu, diam2 ia keluar menguntit lu
sembunji diluar lauwteng. Kebetulan sekali. Kloe Bwee Ho
segera muntjul. maka nona Ini melihat segala apa, sampai
saatnja si Rase melajani Tjong Beng setjara manis sekali.
Siam In tidak beda dari kebanjakan wanita lain dalam
hal tjemburu ia panas menjaksikan kelakuannja si Rase dan
Tjong Beng melajani. Hingga ia tak mau bersabar lagi
untuk mentjari tahu sikap sebenarnja dari pemuda itu.
Djuga selagi Hoa Gouw Nio main gila dan Tjong Beng
melajani adu kekuatan, ia tidak dapat mengatasi diri lagi,
ia keluar dari tempat sembunjinja, ia lontjati djendela, akan
menerdjang wanita tjentil itu.
Begitu lekas ia telah mengindjak lantai, Hoa Gouw Nio
menghunus sepasang peIdangnja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
517
"Budak bau, kenapa kau lantjang masak kedalam
kamarku?" dia menegur. "Awas, djangan kau bikin kotor
pedang nonamu!"
Meski ia menegur demikian, si Rase madju menjerang
dengan dua gerakannja berbareng, jaitu "Hong hong hoen
hoei" ? "Burung hong hong terbang berpentjar," dan "Pok
ek hoen tiang" ? "Kedua sajap dipentang." Udjung pedang
jang kiri mentjaru tenggorokan. udjung pedang jang kanan
menikam ke ketiak.
Dengan sebatang pedangnja, Siam In melakukan
penangkisan berbareng dengan Hoen hoa hoet lioe" atau
"Memisah bunga, mengebut yanglioe" ia bergerak sambil
memutar tubuhnja, ia pun berkelit.
Baharu segebrakan Itu, Tjong Beng sudah lontjat madju
untuk malang di-tengah2 dengan kedua tangan menjekal
masing2 sebatang sumpit atau lebih benar dengan
sumpitnja itu ia menangkis pedang jang sedang hendak
saling sambar pula.
"Tahan!" dia berseru.
"Kau tidak membantu aku, tidak apa, tapi apakah kau
masih hendak melindungi siluman ini?" tegur Siam In
dengan mendongkol.
Kioe Bwee Ho tertawa mengedjek.
"Ha, kiranja kau jang membojong laki2" kata dia "pantas
ruangan ini djadi busuk suasananja!"
Siam In mendjadi bertambah gusar, hingga ia mau
menjerang pula.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
518
"Tahan!" Tjong Beng tetap menjelak. "Djangan gusar,
adikku, inilah rumah orang. Mari kita pergi!"
Kioe Bwee Ho melihat ketikanja segera ia lontjat keluar
djendela untuk menjingkir dengan tjepat.
Dalam gusarnja, Siam In menggeraki tubuhnja untuk
mengedjar, tapi Tjong Beng mentjegahnja dengan peluk
tubuhnja.
"Djangan sembrono, adikku!" ia kata. "Lupakah kau
kepada pesannja Tjeng In Soe-thay?"
Siam In dapat lantas dibikin sadar, akan tetapi, tiba2
sadja ia menangis.
"Sudahlah," Tjong Beng membudjuk. Dan ia mesti
membudjuk ber-ulang2, baharu kawan wanita itu dapat
dibikin reda amarahnja.
Tuan rumah sang pendeta, djuga datang kepada dua
tamunja ini dan ia menasehati agar si nona djangan
melajani Hoa Gouw Nio.
"Malam ini dia mengalah." kata si pendeta. "Biasanja,
terhadap wanita, ia tidak pernah melewatkannja pula.
Barusan dia telah pesan padaku untuk persilakan kongtjoe
dan Wan Siotjia beristirahat dilauwtengnja ini seraja dia
berdjandji tidak akan datang pula untuk membikin tjeiaka."
Meski ada pesan itu, Tjonn Beng toh tidak
tenteramhatinja. Malam Itu ber-sama2 Siam In, ia tidak
tidur meski sebentarpun. Dengan pedang ditangan,
mereka ber-djaga2 sampai tadjar menjingsing Matahari
sudah naik tinggi sewaktu mereka keluar dari kuil.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
519
"Kita terlambat, tak keburu kita menjakslkan terbitnja
sang Batara Surya." kata si anak muda.
Masih si nona tak puas. "Kau dilibat siluman itu. mana
kau ingat untuk menjakslkan matahari terbit" katanja.
"Djangan masih mendongkol sadja, adikku," Tjong Beng
membudjuk. "Kita berada dirumah orang, sudah selajaknja
kita berlaku hormat dulu dan kemudian baharulah
menggunai kekerasan. Dia pun tidak berbuat djahat."
Si nona berpikir, ia diam sadja.
Sampai dlsitu, keduanja mulai mendaki gunung jang
tinggi dan sukar dinaikinja, maka sampai tengah-hari
baharu mereka sampai dipuntjaknja. Segera mereka
memandang kearah Lam-Thian-boen "Pintu Langit
Selatan", mulut gunung dimana ada sebuah djaianaa
berbulu dan disarapingnja terukir tiga huruf "Lam Thiao
Boeu." Disamping itu ada sebuah pohon tjemara tua jang
besar dan usianja sudah seribu tahun lebih.
Ditempat Siam In berdua itu, bagaikan dikurung puntjak
mega tampak seperti lautan luas dan matahari memantjar
Udjam. Dibawah, pohon2 tjemara dan siong merupakan
rimba. Seluruh pemandangan alam disitu luar biasa.
Waktu Itu terdengar rajuan loutjeng dan tambur geredja
jang terbawa angin. Kapan kedua pemuda dan pemudi ini
menoleh, mereka tampak sebuah rumah sutjl jang tadi
tidak kelihatan sebab masih tertutup kabut.
"Mari!" mengadjak Siam In, seraja ia menarik tangan
kawannja. Sekarang sudah lenjap antero
kemendongkolannja. Ia menudju kegeredja itu dimana
lontjeng tembaga terdapat diempai pendjuru dan masih
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
520
sadja asjik memperdengarkan suaranja. "Pek In Soe"
adalah nama kuil jang bunjinja besar dan ditulis dengan air
emas. Kalau genteng dari toa-thian, pendopo ulama
bergemerlapan seperti emas adalah kedua pendopo
samping bergenteng hitam-gelap mengkilap.
Kapan sepasang anak muda ini bertindak memasuki kuil,
mereka lantas disambut satu pendeta pelajan. Mereka
lantas menuturkan maksud kedatangannja untuk pesiar
sadja.
Habis minum teh jang disuguhkan Tjong Beng
mengadjak Siam In kependopo untuk melihat2 Patung jang
terpudja ialah dari dewi Pek In Sian-tjoe. Didelapan
pendjuru podjok terdapat masing2 sebuah lontjeng terbuat
dari emas, sedang gentengnja seperti terlihat dekat
diudjung pajon, njata berbahan emas tjampur perunggu.
Genteng dikedua pendopo terbuat dari besi hitam.
Setelah menuliskan dermaan sekedarnja Tjong Beng
dan Siam In pergi kepuntjak hingga sinona bisa
menjaksikan kebesaran dan keindahan alam disekltarnja.
"Adikku" kata Tjong Beng, "tadi di depan dewi kau
berkemak-kemik apa jang kau katakan dalam hatimu?"
"Tidak apa2" sahut sinona, samnil menundukkan
kepalanja, "aku hanja kuatirkan hatimu, engko..."
Tjong Beng segera merangkul nona "Masihkah kau tak
tahu hatiku, adik?" tanjanja dengan suara lembut.
"Menghadapi langit disini, bolehlah aku bersumpah, selama
hidupku, aku akan tjuma men tjintai kau seorang.
Andaikata tjintaku berubah, biarlah diwaktu menjerbu
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
521
neraka dunia nanti, djlwaku melajang dibawah batjokan
golok dan tikaman pedang!"
Siam In segera bekap mulut pemuda Itu. "Aku pertjaja
kau, engko, djangan kau bersumpah sehebat itu..."
tjegahnja.
Koduanja lantas saling merangkul hati mereka sama2
memukul. tjuma kuping mereka jang mendengar angin
berdesir2 Mereka se-akan2 merasa seperti lagi berada
didalam nirwana.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kemudian, disaat kedua anak muda Ini turun gunung,
mereka tampak orang2 berlerot2 hendak naik kepuntjak.
Mereka segera mengenali, orang2 Itu, orang2 jang
kemarinnja mereka ketemukan ditengah perdjalanan jang
pada perbekalan bungkusan kuning dan romannja seperti
hamba2 negeri.
"Lihat, adikku, bukankah mereka itu kawanan siewie
dari istana?" kata Hong Beng pada kekasihnja "Rupanja
mereka sedang menudju kekuil."
Sinona manggut.
"Mengapa kuil itu terbuat bagaikan istana sadja?" dia
tanja.
Tjong Beng hendak mendjawab atau ia batalkan niatnja
itu sebab segera ia mendengar tindakan kaki dlarah
belakangnja Kapan ia berpaling dengan segera, ia tampak
dua orang asjlk berdiri ? jang satu adalah pendeta, jang
lamnja orang biasa. Herannja, tak ketahuan lagi dari mana
muntjulnja mereka Sipendeta bermuka putih dan montok,
dan kawannja tak sembarang wadjahnja, dia bertubuh
kekar. Ke-dua2nja berumur diatas lima puluh tahun.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
522
"Sebentar lagi kawanan andjlng itu bakal meronda disini
untuk membekuk kita orang mari, lebih baik kita pergi lebih
dulu." kata siorang bukan pendeta.
"Kita toh tjuma pesiar...." kala siorang alim "Mungkinkah
tjuma radja jang boleh dalang kesini?"
"Buat pesiar toh masih banjak harinja," kata pula siorang
biasa, "maka kenapa mesti djusteru hari ini sadja Kalau
sebentar andjing2 itu menjangka kita sebagai orang
djahat, lalu mereka akan membekuk dan menahan kita,
sampai nanti siradja bangkotan pergi, baharu kita
dimerdekakan pula Sungguh tidak enak!. Mengapa kita
mesti menderita setjara demikian ?"
Tjong Beng segera merasa bahwa kata2nja orang itu
sebenarnja ditudjukan ke padanja dan Siam In. Ia heran ia
mau menduga, mereka itu orang2 jang berilmu. Lantas ia
bertindak menghampirkan.
"Djiewie" katanja sambil mendjura, "aku adalah seorang
she Opg dari Ngo-tay jang sampai disini belum lama, maka
itu aku ingin mohon sedikit keterangan. Menurut djiewie.
pengiring2 radja bakal meronda disini, benarkah?"
"Djikalau djiewie tidak pertjaja, segera kamu bakal
menjaksikannja," sahut orang bukan pendeta Itu. "Lihat itu
kawanan andjing dibawah, bukankah mereka sedang
mendatangi?"
Tjong Beng memandang kebawah. Ia melihat sedjumlah
tak sedikit tentara Gielim-koen, pasukan pengawal Radja,
mulai berkumpul. Alat sendjata mereka bersinar diantara
tjahaja matahari.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
523
"Apakah tuan anggota dari Thay-Kek Ong dari Ngo-tay?"
orang itu menanja pula "Adakah nona itu kawanmu?"
Melihat orang mempunjal roman dan sikap dedak, Tjong
Beng mau menghargai orang itu, maka sekali lagi ia
memberi hormat.
"Dengan sebenarnja, aku jang muda ada lah Ong Tjong
Beng," ia memberi tahu "Dan dia adalah Tjeng In Loo-nie
dari Kimleng punja...."
"Aha!" orang itu berseru. "Djadi dia adalah puterinja
Kongtjoe Wan Boe tjioe!"
Lantas dia mengawasi Siam In. Sipendeta djuga turut
mengawasinja.
Melihat slkapnja orang itu jang simpatik, Tjong Beng
menduga dua orang ini mesti sahabatnja Tjeng In. Ia men
djadi lebih2 menghargai.
"Itulah benar," ia mendjawab dengan hormat.
Bukan main girangnja mereka ini, lantas
menghampirkan Siam In rambut siapa di usap2.
Kelakuannya seperti seorang ajah yg menjajangi puterinja.
"Ong Kongtjoe kiranja kamu telah menolongi dia dari
tangannja pihak Ang Teng Kauw" kata dia. "Kenapa aku
tidak melihat Tjeng In Soe Thay bersama kamu?"
"Ia baharu sadja berpisah dari kami." sahut Tjong Bang
ia pertjaja orang bukan orang biasa, terus ia menuturkan
hal pertolongan jang diberikan kepada nona Wan Bahwa
rombongannja Tjeng In menudju ke Kwan-gwa, dan ia
bersama Siam In diberi ketika untuk pesiar.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
524
Oranh itu mangut2.
Waktu itu lantas terdengar suara terompet didelapan
pendjuru, lalu banjak siewie seperti andjing pemburu mulai
mendaki gunung.
"Kami hendak menjingkir, mari kamu turut kami" kata
orang tadi.
Bersama si pendeta, dia lantas memutar tubuhnja.
Dan Tjong Beng bersama Siam In mengikuti. Pemuda
ini heran sewaktu ia mendapat kenjataan mereka diadjak
ke Pek In Soe. Orang itu tanpa mengutjap sepatah kata,
bersama sipendeta mengadjak mereka memasuki pendopo
samping dimana dibelakangnja terdapat medja sutji. Si
pendeta jang telah menjingkap tangan djubanja, lantas
menolak tembok, hingga disitu lantas terbuka satu pintu
rahasia model rembulan. Dia terus masuk kedalamnja.
Seperti siorang bukan pendeta, Tjong Beng mengadjak
Siam In turut masuk.
Njata mereka bukan memasuki sebuah kamar hanja
satu pekarangan jang berlamping gunung. Disitu ada
banjak pepohonan dan bunga2, dimana pun ada sebuah
bangunan ketjil. Dimuka pintu rumah itu beberapa seebie
muntjul untuk menjambut sipendeta.
Kamarnja terang dan bersih, dialingi oleh selembar kere
bambu. Seekor burung Nuri berada dipalangannja.
"Taysoe sudah pulang ?" menjambut burung Itu.
"Satu tempat jang bagus." pikir Tjong Beng.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
525
Pendeta itu mengadjak mereka masuk kedalam rumah
itu kesebuah ruang jang digelarkan permadani buatan
Shoatang. Untuk duduk bersila disltu semua membuka
sepatu mereka.
Satu seebie menjuguhkan mereka air teh, jang baunja
wangi dan rasanja istimewa. Setelah minum ituu, Tjong
Beng merasakan dadanja lapang. Lantas ia berbangkit,
dengan tjara hormat, ia mohoon tanja she dan nama kedua
orang itu.
"Ong Kongtjoe, tidak lama lagi kau bakal dapat tahu."
kata siorang bukan pendeta. "Kali Ini aku datang untuk dua
urusan penting sekali jang pertama aku mesti membantu
Tjeng In Soe-Thay jang aku terlambat. Sewaktu aku
mencapai Shoatang aku mendengar kauwtjoe dari Ang
Teng Kau sudah ditangkap dan kamu semua telah berhasil
dengan usahamu. Karena itu aku segera datang kemari,
untuk urusan jang ke-dua. Disini aku mesti bekerdja sama
soehoe ini. Aku minta kamu berdua mengingat baik2,
apabila kamu melihat suatu apa sekali djangan kamu
muntjul, djangan djuga kamu perdengarkan suara!"
Tjong Beng tidak mengerti, akan tetapi bersama Siam
In ia memberi djandjinja. Ia pun tidak berani tanja apa2.
Kapan sebentar hari mulai gelap, sato seebie lantas
bebenah, terus dia menjalakan pendupaan sehabis mana
dia ngelojor pergi.
Sipendeta tetap berdiam didalam kamar itu bersama
kawannja tapi Tjong Beng berdua Siam In disuruh
menjembunjikan diri disebuah kamar, jang berada
disainping.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
526
Kira2 djam permulaan seebie tadi muntjul.
"Mereka sudah datang "katanja ."Kau buka pintu taman,
setelah itu kamu semua menjingkir!" sipendeta
menitahkan.
Tjong Beng dan Siam In mengintai. Segera djuga
muntjul dua pembesar istana kedalam kamarnja sipendeta.
Tiga kali mereka paykoei memberi hormat pada sipendeta
lalu mereka memandang kesekitar kamar, setelah mana
mereka membuka satu bungkusan, untuk diletakkan
dihattapan pendeta itu. Itu adalah sematjam permadani
kuning.
Sehabis berbuat demikian, dua hamba istana itu
manggut pula, terus mereka mengundurkan diri. Tidak
lama, terdengarlah suara tindakan kaki, seperti banjak
orang jang menghampirkan rumah itu, lalu sebentar sadja
kelihatan satu orang bertindak masuk kedalnm kamar.
Orang ini dandan sebagai orang Boan, tubuhnja tinggi dan
besar, umurnja belum empat-puluh.
Tindnkannja gagah dan romennja agung. Badju luarnja
bersulamkan naga2an tjangkram lima, naga2an itu
bersinar kuning emas. Sebab ia adalah Kong Hie Koen
Kaisar Kong Hie, dari ahala Boan.
Kapan kaisar ini melihat si pendeta lantas tekuk lututnja
untuk paykoei.
"Sianghong banswee!" ia memudji "Harap sianghong
menorima hormatnja sin-djie Hian Ip, semoga Sianghong
sehat tak kurang suatu apa!" (Siang-hong panggilan mulia
untuk radja jang telah mengundurkan diri Sin-djie =
menteri anak. Jalah sebutan anak terhadap ajah. Inja jang
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
527
mendjadl radja. Ban-swee = selaksa tahun ? jaitu seruan
"Hidup !") Pendeta itu raanggut. ia tundjuk permadani jang
digelar tadi.
"Bangun !" katanja. "Mari duduk, baharu kita bitjara."
Lalu ia menundjuk si orang bukan pendeta didampingnja,
dan memperkenalkannja : "Inilah pamanmu In Liong."
Radja berpaling, untuk mendjura kepada paman jang
disebutnja itu.
"Sri Baginda, sudahkah kau pesan mereka untuk
mendjauhkan diri " tanja si paman.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Semua sudah dipesan, dilarang masuk," sahut radja,
sesudah mana, baharu ia mengambil tempat duduk.
Pendeta itu merangkap kedua tangannja.
"Omietoohoed !" ia memudji. "Hian Ip. aku puas untuk
kebaktianmu. Selama dua-puluh tahun ini, sudah habis
perasaanku mengenai hidup keduniawian. Dulu2 sudah
tiga atau empat kali kau menjambangi aku di Ngo Tay San,
maka untuk membikin putus kenang-kenangan kamu,
sengadja aku menjingkir kesini. Aku telah mendapatkan
pelajanan dari pamanmu ini, djadi tentang aku, tak usah
kau memikirkan lagi. Aku tidak menjangka, kau terus
menerus mengikuti djedjakku. Telah aku bilang kepadamu,
biar bagaimana djuga tidak nanti aku kembali kekota radja.
Meskipun adanja kebaktianmu itu. kau toh mesti ingat
kepada dua huruf itu 'memelihara tjita2'
Radja meneteskan air-mata kembali ia berlutut.
"Tak mungkin sindjie tak menginsafi tjita2 Siang-hong,"
katanja, "maka sekarang, sudah tjukup bagiku asal
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
528
Sianghong mengabulkan permintaan supaja sin djie boleh
datang mengundjungi setiap tahun satu kali."
Pendeta itu memimpin bangun.
"Hian Ip, kau adalah kaisar dari Keradjaan tjeng jang
terbesar, bagaimana dapat sering2 meninggalkan kota
radja untuk datang kesini? Perbuatan sematjam itu mudah
menerbitkan ketjurigaan orang, dan ketjurigaan itu dapat
mengakibatkan jang tak baik. Sekarang ini orang telah
menganggap aku sudah meninggal dunia sedjak banjak
tahun, maka andaikata orang mengetahui aku masih
hidup, akibatnja bakal menggemparkan hati sanubari
rakjat. Inilah jang harus didjaga, selandjutnja emas dan
mutiara serta barang keperluan lainnja, tak usah kau
mengirimkan lagi padaku, jang dahulu kau bekalkan di Ngo
Tay San, sampai sekarang belum aku pakai habis. Baik kau
dengar perkataanku."
Radja paksakan diri untuk bersenjum, Ia manggut.
Tjong Beng dan Siam In mengintai dengan
mengeluarkan keringat dingin. Tidak mereka menjangka
akan menemui Kaisar Kong Hie ditempat ini Tapi mereka
berdiam terus.
Selandjutnja ajah dan anak itu berbitjara tentang urusan
rumah-tangga, sampai kaisar menimbulkan soal
pemerintahan. Katanja: "Sindjie akan mengikuti djedjak
leluhur untuk memimpin rakjat, sama sekali sindjie tidak
hendak mengambil peduli tentang asal-usulnja darah
turunan. Sekarang ini pokok-dasar Keradjaan kita sudah
kokoh-kuat, selandjutnja sindjie akan mengutamakan
sadja urusan orang2 djahat, andai-kata ada pemerintahan,
supaja kedua suku-bangsa Han dan Boan dapat
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
529
dipersatukan, agar tidak ada perbedaannja lagi. Seumurku,
sindjie akan bekerdja untuk kebaikan rakjat negeri, untuk
membalas budi Sianghong."
Mendengar itu sang paman, Ong In Liong, manggut2.
"Sri Baginda, disini ada dua permohonan untuk kau
mengabulkan" katanja kemudian.
"Apakah itu, paman ?" radja tanja. "Tolong paman
sebutkan"
"Jang pertama ialah aku minta Sri Baginda
mengeluarkan firman untuk membebaskan turunan
keluarga Wan jang hendak ditawan" kata sang paman.
"Jang kedua ialah sepulangnja Sri Baginda, segera Sri
Baginda menutup semua pendjara rahasia. Dapatkah Sri
Baginda mengabulkannja ?"
Kong Hie Koen berpikir, ia mengeluarkan suara tak
njata.
"Keluarga Wan itu dapat diberi keampunan." sahut dia
kemudian "Mengenai pendjara2 rahasia, itu berada
dibawah kekuasaan Heng-pou, aku rasa agak sulit..."
(Heng-pou ? Kementerian Kehakiman).
Ong In Liong tampak orang agak berkeberatan, segera
ia berkata : "Baik, baiklah aku memberitahukan kepadamu
Soe In Teng, jang mengepalai pendjara rahasla didanau
Pwee-djie, ada orang jang hendak menjerbu. Kalau itu
sampai ter djadi, kau hendak bertindak bagaimana?"
Kaisar Kong Hie melengak.
"Dibawah perintahku tidak ada orang nama Soe In
Teng," sahutnja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
530
"Memang mana kau tahu! Soe In Teng itu ialah In Geng,
jang dalam kalangan Rimba Persilatan dikenal sebagai Tiat
ma Sin-kang si Kuda Besi. Benarlah, tjuma kau jang masih
terbenam dalam tambur..."
"Oh, kirauja binatang itu telab menukar she dan
namanja!" mengatakan radja. "Akan tetapi, terhadapku,
dia sangat setia, dia telah membuat banjak djasa."
"Begitupun baik," In Liong bilang. "Kau mengambil
djalanmu, aku mengambil djalanku! Baik aku
memberitahukan terus-terang padamu. Soe In Teng dgn.
aku adalah saudara kandung seibu, dan aku dengan
ajahmu ini ada saudara satu ajah tetapi lain ibu. Kita
memang ada sedarah, walaupun demikian, hendak aku
menjingkirkan dia, maka itu mengertikah kau, dia adalah
seorang manusia dengan djantung srigala dan peparu
andjing!"
Kaisar menghela napas.
"Soesiok tahu aku mesti memperkokoh kekuasaan dan
kepertjajaan dengan ber bareng," mendjelaskan dia.
"Untuk itu tak dapat aku bertindak sembrono, atau nanti
menteri2 mentjegah tindak-tandukku. Begini sadja, tidak
nanti aku membotjorkan rahasia kepada Soe In Teng
bahwa pihak mu hendak mensaterukan dia. Andai-kata
soesiok gagal, pada saatnja, tidak nanti aku tidak
memberikan kelonggaran pada soesiok..."
In Liong tidak menunggu radja bitjara habis, ia sudah
memotong: "Aku Ong In Liong, ketjuali aku tidak berbuat,
umpama kata aku gagal, tidak nanti aku menunggu radja
dari Keradjaan tjeng jang terbesar membekuk aku untuk
dihukum menurut undang2 negara!"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
531
Sampai pada pembitjaraan Itu, lantas si pendeta
menjelak sama tengah.
Pendeta ini adalah bekas Kaisar Soen Tie, jang oleh Ong
In Liong telah dibawa lari dari istana, dan telah masuk
mendjadi pendeta digunung Ngo Tay San. Kemudian
karena kaisar Kong Hie mengetahui tempat kediamannja
dan kaisar itu berulang kali mengirim wakilnja
menjambangi, malah belakangan, dengan alasan
memburu ke Istana Heng-kiong di Djiat-hoo, kaisar
sendiripun datang mengundjunginja. Maka ia pindah
menjingkir kegunung Tay San ini dimana Ong In Liong
telah mendirikan kuil Pek In Soe itu jang bertembokkan
tembaga dan bergenteng emas dan besi, guna berdjaga
djaga dari jang mengarah djiwanja bekas kaisar ini. Tapi
meski demikian, masih diberikan ketika untuk orang2 jang
pesiar atau berziarah mendatangi kuil itu. Sebab be| kas
kaisar sendiri menempati ruang rahasia.
Bekas Kaisar Soen Tie, jang djuga melihat sang waktu
sudah tidak slang lagi, menjuruh Kong Hie Koen membuat
firman guna memberi keampunan pada keluarga Wan.
Sesudah firman itu dibubuhi tjap-kebesaran, iantas
diserahkan pada Ong In Liong. Lalu kaisar sendiri, sehabis
paykoey kepada ajahnja, bertindak keluar dari kamar itu.
Diluar ia disambut oleh sekalian pengiringnja, jang terus
mengadjak ia turun gunung.
Begitu lekas berkalunja radja, Tjong Beng dan Siam In
keluar dari tempat sembunji, untuk menghampiri si
pendeta kepada siapa mereka memberi hormat sambil
berlutut.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
532
"Haraplah aku diberi maaf karena aku tak tahu,
tjianpwee adalah Thian Tie Koay-Hiap" kata Tjong Beng
pada djago dari Thian Tie itu kepada siapa pun ia
mendjalankan kehormatan.
"Djangan menggunad banjak adat-peradatan, Wan
Kongtjoe" In Liong mentjegah. "Sekarang kau tahu apa
jang aku niat lakukan."
Lantas djago ini menjerahkan pada Siam In firmannja
kaisar tadi.
Si nona menjambutinja sambil terus berlutut, untuk
menghaturkan terima kasihnja.
Tjong Beng girang sampai tak dapat ia mengumpetkan
kegirangannja itu.
"Tjianpwee telah memberitahukan kaisar bahwa
tjianpwee hendak menjerbu pendjara neraka, tidakkah
tjianpwee kuatir niat itu nanti diberitahukan kepada Soe In
Teng?" kemudian anak muda ini tanja. "Bagaimana
sebenarnja maka tjian-pwee djuga mengetahui sepak
terdjang kami?"
"Akan aku memberikan pendjelasanku" sahut Ong In
Liong. Dan inilah keterangannja itu:
Setelah berangkatnja Tjeng In dan Boe tjioe ke
Shoatang. Siang-Kiam-Hong Beng Siang berkata pada
kawannja: "Aku pertjaja Tjeng In Soe-thay bakal gagal"
Mendengar itu, Tok-kak-Kong Beng Kong mengawasi
Tiauwyang Hoeitoo Ang Seng Tong.
"Lootiang, saatnja sangat mendesak, bagaimana
penglihatanmu akan tjaranja guna membikin tergerak
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
533
hatinja Thian Tie Koay-Hiap, supaja dia suka membantu
kita?" dia tanja
"Sudah aku katakan, asal Tjeng In Soethay jang
memohonnja, bakal kita mempunjai harapan," mendjawnb
orang tua itu. "Karena sekarang soe-thay berkeinginan
keras akan menolongi muridnja terlebih dulu, tidak ada lain
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
djalan daripada kita bersabar menantikan kembalinja dia."
Beng Siang baharu mengangkat tjawan tehnja atau
segera ia meletakan pala.
"Lootiang, mungkinkah kau masih belum mengetahui
rentjanaku ?" tanja dia. "Aku tidak inginkan Tjeng In Soe
thay minta bantuannja Thlan Tie Koay-Hiap untuk
menolongi Nona Siam In. Karenanja, aku telah mengatur
daja untuknja. Aku kuatir. satu kali Thian Tie KoayHiap
membantu soe-thay menolongi Nona Wan, lantas dia
menampik untuk membantu lebih djauh guna menindas
Soe In Teng. Koay Hiap adalah seorang jang bisa sekali
membedakan budi, dia pernah menerima budinja soe-thay
ingin sekali ia membaiasnja. Untuk itu belum ada ketikanja.
Sekarang soe-thay pergi ke Shoatang, asal Koay Hiap
memberikan bantuannja. itu artinja dia telah dapat
membalasnja."
"Bisa djadi dia tidak akan suka membantu terlebih
djauh. Biar bagaimana, Koay Hiap dan Soe In Teng masih
terhitung sedarah sedaging."
"Aku mengerti kau, samtjeetjoe." kata Tjong Lioe.
"Sekarang keadaan ada begini mendesak, aku pikir untuk
pergi sendiri ke Ya Kek San, untuk menemui Koay-Hiap,
guna mentjari ketikanja jang baik Andai-kata berhasil aku
mengundang dia, tak usah lagi kita menantikan Tjeng In
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
534
Soe-thay, boleh kita lantas bekerdja. Bagaimana pikiranmu
?"
Nona Beng mengeratkan alisnja.
"Dengan mengandal kepada ketjerdikanmu, aku
menganggap kita memang mempunjai harapan," dia
menjatakan.
"Paling baik kau pergi bersama-sama Ang Lootiang.
Umpama Koay-Hiap tetap tidak dapat diundang, terpaksa
kita mesti menantikan Tjeng In Soe-thay sadja."
Begitu, dua hari seborangkatnja Tjeng In Soe-thay,
Tjong Lioe mengadjak Ang Seng Tong berangkat ke Hek
liong-kang. Mereka seperti melarikan kuda mereka siang
dan malam.
Ang Seng Tong adalah bekas pembantunja Thian Tie
Koay-Hiap, pihak Ya Kek San mengenali dia. Sesampainja
mereka di Ya Kek San, tanpa diberitahukan lagi
kedatangannja, dia bisa langsung menemui Koay-Hiap.
Berdiam digunung Ya Kek San, Thian Tie Koay-Hiap
berkumpul bersama beberapa puluh kawannja, tugasnja
adalah menolong si lemah dari penindasan si djahat, maka
ia menjambut dengan baik kedatangannja Tjong Lioe.
Seperti Tjong Lioe, dia pun pernah dengar namanja tamu
ini, maka dalam pertemuan mi, mereka saling memudji dan
memgangeni. Setelah itu, Ang Seng Tong mengutarakan
maksud kedatangannja berdua Tjong Lioe itu.
Mendengar itu, Koay-Hiap menghela napas.
"Seperti pernah aku menerangkan urusan ini tak dapat
aku mentjampuri," kata dia. "Umpama kata aku
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
535
berkehendak mensaterukan Soe In Teng, pasti aku tidak
menunggu sampai sekarang ini. Kim-too Soan-nie Beng
Eng sendiri pernah menggunai segala dajanja
menghendaki aku memberi ia tahu letaknja pendjara
rahasia itu. Aku tidak suka memberitahukannja, sampai
aku terpaksa menjembunjlkan diri disini. Sudah banjak
tahun kau mengikuti aku, mustahil kau tidak mengetahui
sikapku ini ?"
"Oh, loo-enghiong, kau masih belum tahu," Tjong Lioe
tjampur berbitjara.
"Kali ini siauwtee datang berhubung dengan pesannja
Tjeng In Soe-thay, maka mohon supaja loo-enghiong suka
membantu padanja."
Mendengar namanja pendeta wanita itu wadjahnja
Thian Tie Koay-Hiap berubah.
"Djadi soe-thay itulah jang minta saudara datang kemari
?" katanja menegaskan. "Dimana adanja soe-thay
sekarang ? Mengapa dia tidak datang bersama ?"
"Sebenarnja Tjeng In Soo-thay pernah mengundjungi ke
Tiang Pek San tetapi tidak dapat dia ketemukan," berkata
Seng Tong, "maka sekarang dia bersama saudara Tjong
Bong dari Thay Kek Ong sedang pergi ke Shoatang untuk
menolongi Nona Wan Siam In. Inilah sebabnja mengapa ia
minta aku menemani saudara Tjong Lioe datang kesini."
Masih Thian Tie Koay-Hiap kurang pertjaja.
"Biauw Hoat tjindjin dari Ang Teng Kauw pandai Ilmu
gaib," katanja. "Tjeng In Soe-thay mengetahui aku disini
ada punja kitab Thian Sle jang dapat memetjahkan ilmu
itu, mengapa dia tidak datang kesini untuk mengadjak aku
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
536
bersama ?... Mengapa dia hanja pergi bersama saudara
dari Thay Kek Ong itu?"
Tjong Lioe tidak mau mengadu omong, ia tak suka
didesak, maka ia mendjawob dengan menjimpang.
"Tidak apalah djikalau loo-enghiong tidak dapat
membantu," katanja. "Kalau nanti Tjeng In Soe-thay telah
berhasil menolong muridnja pasti dia bakal datang kesinj
untuk mengundang loo-enghiong."
Koay-Hiap tetap masih bersangsi, dan ia bersangsi terus
sampai sorenja. Sia-sia sadja Tjong Lioe dan Seng Tong
menggunai lidahnja jang tadjam.
Achirnja djago dari Ya Kek San Itu berkata: "Baharu
sadja aku djandjikan orang untuk pergi ke Shoatang. Maka
sekarang baiklah kita menunggu sampai aku sudah
bertemu sama Tjeng In sendiri, baharu kita mengambil
kepastian." Soe-thay telah pergi ke Shoatang untuk banjak
hari, mungkin sekarang ie sudgh berhasil menolong Nona
Siam In," kata Tjong Lioe, "mungkin loo-enghiong tak akan
dapat bertemu dengannja disana "
"Aku nanti menggunai ilmu mengentengi tubuh dari
Tiang Pek Pay dalam tempo tiga hari, aku bisa sampai dl
Shoatang," kata djago tua itu. "Aku pertjaja Tjeng In Soe
thay bukan tandingannja Biauw Hoat tjindjin "
Tjong Lioe dapat ketika untuk mengodjok. "Loo
enghiong, bagaimana kau bisa mengetahui soe-thay tak
bakal dapat menolongi Nona Wan?" tanja dia sengadja.
"Bagiku, aku pertjaja betul dia bakal dapat menolonginja!"
Seng Tong segera menjelak. "Soehoe Tjong Lioe
sebenarnja berniat ikut Tjeng In Soe-thay, tetapi ia kuatir
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
537
nanti tidak sanggup mengikutinja ia membatalkan niatnja
itu," katanja.
Tergerak djuga hatinja Koay-Hiap.
"Aku bilang, belum tentu Tjeng In Soe-thay dapat
menangkan Biauw Hoat tjindjin!" katanja. "Berani kamu
bertaruh?"
Ong In Liong mengharapkan Tjeng In gagal menolongi
Siam In, nanti dia hendak dapat dia ketemukan," berkata
Seng dapatlah dia membalas budinja niekow itu. Tapi
mendengar Tjong Lioe tak ungkulan menandingi ilmu
mengentengi tubuh dari Tjeng In Soe-thay, dia ragu2
untuk mempertjajainja. Dia pun beranggapan, Tjong Lioe
pun pertjaja dia djuga tak akan dapat menangkan
ketjepatan larinja si pendeta.
"Saudara Tjong Lioe, apakah kau berpendapat ilmu
mengentengi tubuhku tidak dapat dibandingkan sama
ilmunja Tjeng In Soe-thay?" dia tegaskan.
Tjong Lioe tertawa "Apa! apa main berlomba2 loo
enghiong" katanja "Andaikata loo-enghiong bisa menjusul
siawtee, nah itu baharulah terbukti kau dapat menangi
Tjeng In Soe-thay"
Ong In Liong djadi tidak puas.
Omong lebih djauh, achirnja mereka berdua ambil
putusan buat mengadu kepandaian berlari. Bagaimana
tjaranja ? Mereka ber-lari2 kekaki gunung, siapa sampai
lebih dahulu dialah jang menang. Umpama Tjong Lioe jang
kalah, Koay Hiap tidak usah turun gunung, untuk
memberikan bantuannja tapi kalau Konv Hiap jang
menang, itu hari djuga dia hendak pergi ke Shoatang akan
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
538
mentjari Tjeng In guna membantu niekouw itu menolongi
muridnja, Siam In. Dan kalau Tjeng In berhasil
mengalahkan Biauw Hoat, baharu dia suka turun tangan.
membantu penjerbuan dlneraka dunia.
In Liong pertjaja benar dia bakal peroleh kemenangan.
Puntjak gunung tempat kediamannja, djaraknja kekaki
gunung ada kira: empatpuluh lie, dan djalanan itu dia
kenal baik sekali. Umpama dia kalah dia masih
mempunjakan ketika ialah dia bakal pergi bantu menolongi
Siam In. Maka itu, ia berani bertaruh. Tapi djuga Tjong
Lioe, si orang aneh mempunjai pertimbangannja sendiri
jang membuat ia berani melajani djago dari Thian Tie itu,
hingga ia pertjaja, Koay Hiap sudah akan terperangkap
olehnja.
Begitu besoknja, diwaktunja matahari mulai muntjul,
mereka bertiga ? ialah Ong In Liong, Tjong Lioe dan Ang
Seng Tong, pergi menaiki puntjak. Seng Tong mendjadi
wasitnja. Setelah dia memberi tanda dengan
memperdengarkan suitan mulut nja, kedua orang itu mulai
ber-lari2 turun gunung.
Segera djuga Tnian Tie Koay-Hiap memperlihatkan ilmu
lari tjepat dari Tiang Pek Pay, dia lari tjepat sekali. Tak
heran, dalam sedjenak, Tjong Lioe telah ketinggalan
dibelakang. Diam2, ia tertawa dalam hatinja.
Setelah ber-lari2 pula sekian lama. In Liong menoleh
kebelakang, kekiri dan kanannja. Ia tidak melihat Tjong
Lioe. Didepan ia adalah rimba lebat dari pohon tjemara, ia
lari terus. Ia menjangka bahwa Tjong Lioe sudah
ketinggalan djauh, tapi ia terperandjat kapan ia dengar
suara panggilan kepadanja. Suara itu datangnja dari atas
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
539
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pohon. Sewaktu ia mendongak, ia melihat Tjong Lioe lewat
berkelebat, pesat sekali melebihkan gesit nja burung elang.
Bukan main kagetnja ia.
"Itulah Pat-pou kan-siam!" serunja tertahan. "Si muka
kuning begini liehay, mungkin aku kalah..."
Ketika ia melihat kedepan, ia dapatkan dirinja sudah
ketinggalan djauh dibelakang.
Setelah kekalahannja ini, sebagai laki2 sedjati, In Liong
segera membuat perdjandjian dengan Tjong Lioe, ialah:
Ia akan pergi ke Shoatang, apabila Tjeng In tetap
belum berhasil menolongi Siam In.
Dia akan membantu dengan begitu ia djadi sudah
membalas budinja niekouw itu. Apabila Tjeng In sudah
berhasil dengan pertolongannja maka ia akan kembali
bersama si pendeta wanita ke Hek san, untuk bekerdja
sama menjaterukan Soe In Teng.
Sementara itu Ong In Liong, jang erat perhubungannja
dengan bekas Kaisar Soen Tie, sudah berdjandjl sama
bekas kaisar itu untuk datang ke Tay San, guna menjambut
dan melajani Kaisar Kong Hie, jang hendak menjambangi
ajahnja. Memang sudah umumnja radjaa siapa habis naik
tachta, dia mesti melakukan sembahjang dl Tay Ko, dikuil
gunung Tay San itu. Tay Bio itu terdiri dari sembilan
pendopo, romannja mirip dengan istana di Pakkhia. Salah
satu pendoponja. Thlan-tjiok-thian, adalah ruang untuk
radja bersembahjang guna menganugerahi gunung Tay
San jang dianggap sutji.
Sudah beberapa tahun sedjak Kong Hie Koen naik atas
singgasana naga, sekarang dengan alasan hendak
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
540
bersembahjang ia pergi ke Tay San, tetapi sebenarnja
diam2 ia hendak menjambangi ajahnja. Dengan demikian
ia menundjukan kekebaktiannja. Tapi Soen Tie menampik
untuk dirawati, maka selandiutnja kaisar itu tidak pernah
menyambangi pula. Dan menetapi pesan ajab itu, ia
berusaha memperbaiki pemerintahannja maka djuga ia
sanggup mendjadi radja selama enam-puluh-satu tahun. Ia
adalah radja besar didjaman tjeng-tiauw, dan bukan sodikit
orang bangsa Han jang ia telah pakai tenaganja.
Habis mendengar keterangaunja djago itu. Tjong Beng
tekuk lututnja, sambil menangis, dia kata : "Guruku, Leng
Khong Tiangloo telah dibokong Soe In Teng dengan
pukulan ilmu-silat tjoan-in-tjiang, matinja setjara sangat
menjedihkan, sampai sekarang ini belum dapat aku
membalaskan dendamnja, mana aku punjakan muka untuk
kembali ke Kwan-gwa?"
In Liong mengerti bahwa orang hendak memohon
sangat bantuannja, selagi ia memikirkan unuk
menjawabnja, Soen Tie disampingnja sudah lantas
berkata: "Saudara Ong, aku nanti minta In Liong berangkat
bersama kau. Tjuma kalau nanti In Teng telah dapat
dirubuhkan, paling baik djanganlah kau turunkan tangan
djahat kau serahkan dia padaku, si pendeta tua untuk aku
jang memberi kan putusan".
Tjong Beng berbangkit, ia menjusut air matanja.
"Kau dengar tidak kata2 kokoku ?" kata Thian Tie.
"Baiklah, besok aku nanti berangkat bersama-sama kamu."
Tjong Beng girang bukan main, ia lantas menghaturkan
terima kasih pada djago itu dan djuga pada Soen Tie.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
541
Sekarang kita tengok dahulu pada rombongan Tjeng In
Soe-thay, jang telah meninggalkan Laytjioe, untuk
berangkat ke Kwan-gwa. Ketika pada matu hari ia sampai
dlpelabuhan Lao-honghoo, untuk memasuki daerah Titlee,
tepat dldepan sebuah rimba, mereka dipegat oleh satu
berandal, jang muntjulnja didahului berisiknja pertandaan
kentongan.
Niekouw itu beserta jang lainnja menahan kuda mereka.
Berandal itu menunggang seekor kuda, mukanja lebar,
kupingnja besar dan kumisnja kuning. Dia menjekal
sepasang golok (siang-too), dan kudanja berbulu merah.
Tjoen Beng lantas mendahului, untuk madju dimuka. Ia
pun menghunus pedangnja.
"Begal dari mana, jang tak hendak pentang mata
andjingnja !" menegur anak muda ini. "Tidakkah kau
melihat kami orang2 matjam apa ?"
"Tuanmu tidak tahu apa2!" sibegal membentak.
"Djikalau kamu tahu bahaja, lekas memberitahukan she
dan namamu, mungkin aku nanti memberi lewat kepada
kamu..."
Tjoen Beng tidak sudi memperkenalkan diri, sibegal
mendjadi gusar, dia terus madju menjerang dengan
sepasang goloknja. Pemuda itu melajani.
Tjeng In tahu, didalam rimba bersembunji kawanan
berandal, jang mestinja berdjumlah tak sedikit. Guna
membantui Tjoen Beng, diam2 ia menjiapkan sendjata
rahasianja, thie-Uara-tjoe, mutiara besi.
Begal itu menjerang dengan ilmu silatnja dari tjabang
Thay Kek Pay, sama dengan ilmu silatnja Tjoen Beng, ia
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
542
tjuma mempunjakan sedikit perubahan jang berlainan.
Tjoen Beng segera mengenali ilmu silat lawan, ia keprak
kudanja, untuk lontjat keluar kalangan.
"Sahabat, kau menggunai ilmu silat Thay Kek Pay, tahan
dulu !" ia kata. "Kau lihat ini " Ia segera perlihatkan tanda
partainja.
Begal itu mengawasi.
"Sahabat, kenalkah kau Thay-kek-tjhioe Ong Tjong
Beng?" dia tanja. "Aku ini adalah sahabatnja."
Tjoen Beng tertawa.
"Tjong Beng adalah adikku." ia djawab. "Kau siapa...?"
Mendengar itu, begal itu segera lontjat turun dari
kudanja, untuk menghampirkan dan memberi hormat
sambil mendjura.
"Aku adalah Tan Hin Beng," dia memperkenalkan diri,
"aku ada keponakan dari Thay-Kek Tan dari Tan-kee-kauw
Saudara2 kaum kang-ouw memanggil aku Oey Sie Kek, si
Djenggot Kuning. Pada setengah tahun jang lalu aku
bertemu kandamu itu dimuara sungai Honghoo, aku
berterima kasih kepadanja, jang telah membantu aku
memukul mundur Kheng Siang Tek, orang polisi dari
Shoatang. Karena itu, kita djadi mengikat tali
persahabatan."
"Djadinja kau sahabatnja Tjong Beng? Kenapa kau
bekerdja disini?"
"Pandjang sekali akan menuturkan lelakonku," Hin Beng
djawab. "Tapi, saudara, tahukah kau dimana adanja
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
543
Kongtjoe Wan Boe tjioe? Dia sekarang berada di Shoatang,
dan aku lagi tolongi orang mentjari padanja."
Tjeng In Soe-thay madju menghnmpirkan. Ia telah
mendengar pembitjarnan orang.
"Untuk siapa kau mentjari Wan Kongtjoe, Tjongsoe?"
niekouw ini tanja.
"Untuk isteri dan kedua iparnja." Hin Beng djawab.
"Katanja Wan Kongtjoe berada bersama satu pendeta
wanita jang telah landjut usianja. Barusan kita melihat soe
thny, kita sengadja ber-pura2 mendjadi begal."
Sampai disitu Wan Boe tjioe, jang tempatkan diri
disebelah belakang, tidak dapat menahan sabar lagi, lantas
ia madju menghampirkan.
"Apa katamu barusan, Tjongsoe ?" katanja. "Aku jang
rendah adalah Wan Boe tjioe sendiri."
Bukan main girangnjn Hin Beng, sampai ia tertawa.
"Kau djadinja Wan Kongtjoe ?" katanja. "Achirnja aku
dapat mentjari kau, Silakan tuan naik atas kudamu, dan
turut padaku !" ia terus mengundang.
Boe tjioe beramai mengikuti, akan melalui beberapa lie
lagi.
Orang2nja Hin Beng sendiri sudah mendahului lari
pulang. Ketika rombongan Boe tjioe sampai dimuka sebuah
kampung, mereka sudah lantas disambut oleh Beng Pioe
dan adik2nja, Lana dan Lina.
Bukan kepalang girangnjn Boe tjioe. akan tampak isteri
dan kedua iparnja itu, akan tetapi lebih dahulu ia
Yoe Hiap Eng Hiong seri I - KOLEKTOR E-BOOK
544
memperkenalkan mereka kepada Tjeng In Soethay dan
Tjoen Beng, hingga sekarang niekouw tua itu mengetahui,
mereka adalah anak2nja Siauw Kie-Boe-Pa Beng Yap atau
murid2 nja Boe Tim Toodjin, bahkan Lana telah menikah
sama Boe tjioe.
Pasti luar biasa bahwa rombongan suku-bangsa Ie ini
boleh berada ditempat ini. Beginilah perihalnja:
Setelah Boe Tim Toodjin berpisah dan Boe tjioe, ia
menudju langsung ke Ie San, kepada Lana ia menuturkan
Goosebumps 5 Kutukan Makam Mummy Dua Menara Two Towers Lord Of Rings Pendekar Naga Putih 78 Tinju Topan Dan
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama