Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn Bagian 4
ingat suatu pertengkaran. Seperti Binks. Binks Moriarty, sahabat
ibuku, seorang ibu 88 tahun, menghentikanku di bar?melenguh,
"Amy! Aku harus bicara padamu!" dengan suara yang terdengar
begitu gawat. Dia memelintir cincin berharganya di jari-jari yang
terlalu gemuk?pelintir, putar, berderak?dan membelai lenganku
(cara khas orang tua menggerapai?jari-jari dingin mencengkeram
kulitmu yang mulus, lembut, hangat, baru), kemudian Binks mem?
beritahuku bagaimana mendiang suaminya yang berusia 63 tahun
bermasalah dengan "menahannya di dalam celana." Binks men?
ceritakan ini dengan seringai Aku sebentar lagi mati, aku bisa me?
ngatakan hal-hal macam ini dan mata berkabut karena katarak.
"Dia tidak bisa menahannya di dalam celana," kata si wanita tua
itu dengan nada mendesak, tangannya mendinginkan lenganku
dalam cengkeraman kuat. "Tetapi dia mencintaiku lebih daripada
wanita-wanita itu. Aku tahu itu dan kau tahu itu." Nilai cerita ini
adalah: Mr. Binks adalah bajingan tukang selingkuh, tetapi, kau
tahu kan, pernikahan itu kompromi.
Aku mundur dengan cepat dan mulai berkeliling menembus
kerumunan, tersenyum kepada serangkaian wajah berkeriput,
tampang kendur, lelah, kecewa yang didapatkan orang-orang ketika
mereka berusia paruh baya, dan semua wajah terlihat seperti itu.
Kebanyakan juga mabuk, berdansa seperti ketika mereka masih
muda?mengayun mendengarkan music country-club funk?dan
itu sepertinya malah lebih buruk. Aku sedang berjalan ke jendela
bergaya Prancis untuk bernapas dan ada satu tangan meremas
lenganku. Ibu Nick, Mama Maureen, dengan mata hitam tajamnya,
wajah seperti anjing pug yang bersemangat. Sembari menjejalkan
sebongkah keju kambing dan biskuit ke mulutnya, Maureen ber?
hasil berkata: "Tidak mudah untuk memasangkan dirimu dengan
seseorang selamanya. Itu tindakan yang mengagumkan dan aku
lega kalian berdua melakukannya, tetapi astaga astaga, akan ada
hari-hari ketika kau berharap kau tidak pernah melakukannya. Dan
itu akan jadi waktu yang baik, ketika hanya ada hari-hari penyesalan
dan bukan bulan-bulan." Aku pasti kelihatan syok?aku jelas syok?
karena Maureen dengan cepat berkata: "Tapi kemudian kau
mengalami waktu yang baik juga. Aku tahu kau akan mendapat?
kannya. Kalian berdua. Begitu banyak waktu baik. Jadi... maafkan
aku, Sayang, atas perkataanku barusan. Aku hanya bersikap seperti
janda cerai tua yang konyol. Oh, astaga, kurasa aku minum terlalu
banyak anggur." Dan dia mengucapkan selamat tinggal terbata-bata
dan terbirit-birit melintasi pasangan kecewa lainnya.
"Kau seharusnya tidak berada di sini," Bill Dunne tiba-tiba bicara
dan dia mengatakan itu kepadaku. "Kenapa kau di sini? Kau tidak
boleh ada di sini."
"Aku Amy," kataku, menyentuh lengannya seolah-olah itu mung?
kin membangunkannya. Bill selalu menyukaiku; walaupun dia tidak
mengatakan apa pun kepadaku, aku bisa melihat dia menyukaiku,
caranya memperhatikanku seakan-akan aku adalah burung yang
langka. Sekarang dia cemberut, menggembungkan dada ke arahku,
karikatur seorang nelayan muda yang siap berkelahi. Beberapa
meter jauhnya, Go meletakkan makanannya dan bersiap-siap ber?
jalan ke arah kami, seolah-olah berusaha menangkap lalat.
"Kenapa kau ada di rumah kami?" kata Bill Dunne, mulutnya
mengerut. "Berani sekali kau, Nyonya."
"Nick?" Go memanggil ke belakangnya, tidak keras tapi bernada
mendesak.
"Siap," kata Nick, muncul. "Hei, Dad, ini istriku, Amy. Ingat Amy?
Kami pulang agar bisa lebih sering melihatmu. Ini rumah baru
kami."
Nick melotot kepadaku: Aku yang berkeras kami mengundang
ayahnya.
"Yang aku katakan, Nick," kata Bill Dunne, menunjuk, menusuk?
kan telunjuk ke arah wajahku, suasana pesta berubah hening,
beberapa pria bergerak perlahan, hati-hati, masuk dari ruangan
lain, tangan mereka berkedut, siap bergerak, "adalah dia tidak di?
terima di sini. Jalang kecil ini berpikir dia bisa melakukan apa pun
yang dia inginkan."
Mama Mo langsung menengahi, lengannya memeluk mantan
suami, selalu, selalu menuntaskan tugas yang sulit. "Tentu saja dia
diterima di sini, Bill. Ini rumahnya. Dia istri putramu. Ingat?"
"Aku ingin dia keluar dari sini, kau paham, Maureen?" Dia meng?
angkat bahu menyingkirkan lengan Maureen dan mulai berjalan
ke arahku lagi. "Jalang bodoh. Jalang bodoh."
Tidak jelas apakah Bill bermaksud mengatakan itu kepadaku
atau Maureen, tapi kemudian dia menatapku dan mengatupkan
bibir rapat-rapat. "Dia tidak diterima di sini."
"Aku akan pergi," kataku dan berbalik, berjalan lurus ke pintu,
ke bawah hujan. Dari mulut seorang penderita Alzheimer, pikirku,
berusaha meringankan situasinya. Aku berjalan memutari kom?
pleks rumah, menunggu Nick muncul, untuk mengarahkanku kem?
bali ke rumah kami. Hujan membasahiku dengan lembut, membuat
badanku lembap. Aku benar-benar yakin Nick akan menjemputku.
Aku berbalik ke arah rumah dan hanya melihat pintu yang tertutup.
Nick Dunne
Empat hari hilang
Rand dan aku duduk di kantor pusat Pencarian Amy Dunne pada
pukul lima pagi, minum kopi sementara kami menunggu para polisi
memeriksa Lonnie. Amy menatap kami dari posternya yang ber?
tengger di dinding. Fotonya terlihat sangat santai.
"Aku hanya tidak mengerti kenapa dia tidak mengatakan sesuatu
kepadamu kalau dia takut," kata Rand. "Kenapa dia tidak memberi?
tahumu?"
Amy datang ke mal untuk membeli pistol pada hari Valentine,
dari semua hari, itu yang dikatakan Lonnie teman kami. Amy sedikit
malu-malu, sedikit gugup: Mungkin aku konyol, tetapi... aku hanya
berpikir aku butuh pistol. Yang jelas dia takut. Seseorang mem?
buatnya takut, Amy memberitahu Lonnie. Amy tidak memberikan
lebih banyak detail, tetapi ketika Lonnie bertanya kepadanya pistol
macam apa yang Amy inginkan, dia berkata: Pistol yang menghenti?
kan orang dengan cepat. Lonnie memberitahu Amy untuk kembali
sesudah beberapa hari dan dia kembali. Lonnie tidak berhasil
mendapatkan pistol untuk Amy ("Itu bukan barang daganganku,
Bung"), tetapi sekarang Lonnie berharap dia melakukan itu untuk
Amy. Lonnie mengingat Amy dengan baik; selama berbulan-bulan,
Lonnie bertanya-tanya bagaimana Amy sekarang dan saat itu, ce?
wek pirang manis dengan wajah ketakutan, berusaha mendapatkan
pistol pada hari Valentine.
"Amy takut pada siapa?" tanya Rand.
"Ceritakan lagi kepadaku soal Desi, Rand," kataku. "Apakah kau
pernah bertemu dengannya?"
"Dia datang ke rumah beberapa kali," Rand mengernyit, berusaha
mengingat. "Dia anak berpenampilan baik, sangat perhatian kepada
Amy?memperlakukannya seperti putri. Tetapi aku tidak pernah
menyukainya. Bahkan ketika keadaan di antara mereka baik?cinta
muda, cinta pertama Amy?bahkan pada saat itu aku tidak me?
nyukainya. Dia sangat kasar kepadaku, entah kenapa. Sangat posesif
terhadap Amy, selalu memeluknya setiap saat. Aku merasa itu aneh,
sangat aneh, Desi tidak berusaha ramah kepada kami. Kebanyakan
pemuda ingin berhubungan baik dengan orangtua kekasih mereka."
"Aku juga."
"Dan kau mendapatkannya!" Dia tersenyum. "Kau merasa gugup
pada tingkat yang tepat, itu sangat manis. Desi hanya bersikap
buruk."
"Desi tinggal kurang dari sejam dari kota."
"Benar. Dan Hilary Handy?" kata Rand, menggosok-gosok mata?
nya. "Aku tidak mau seksis?dia lebih mengerikan daripada Desi.
Karena si Lonnie di mal itu, dia tidak bilang Amy takut pada seorang
pria."
"Tidak, dia hanya bilang Amy takut," kataku. "Ada si Noelle
Hawthorne itu?yang tinggal di dekat kami. Dia memberitahu polisi
dia bersahabat dengan Amy sementara aku tahu itu tidak benar.
Mereka bahkan bukan teman. Suaminya berkata dia histeris. Bahwa
dia menatap foto Amy, menangis. Saat itu aku pikir itu foto di inter?
net, tetapi... bagaimana kalau itu foto Amy sungguhan yang dia
miliki? Bagaimana kalau dia menguntit Amy?"
"Dia mencoba bicara kepadaku ketika aku sedikit sibuk kemarin,"
kata Rand. "Dia mengutip beberapa hal dari Amazing Amy kepada?
ku. Amazing Amy dan Perang Sahabat. ?Sahabat adalah orang yang
mengenal kita paling baik.?"
"Kedengarannya seperti Hilary," kataku. "Versi dewasa."
Kami bertemu dengan Boney dan Gilpin tak lama sesudah jam
tujuh pagi di IHOP jalan tol untuk berseteru: Konyol karena kami
melakukan tugas mereka. Sinting bahwa kami yang menemukan
petunjuk. Sekarang saatnya memanggil FBI jika polisi setempat
tidak bisa menanganinya.
Pelayan berbadan montok, bermata cokelat keemasan mencatat
pesanan kami, menuangkan kopi, dan jelas mengenali wajahku,
berdiri berlama-lama supaya bisa menguping hingga Gilpin
mengusirnya pergi. Namun, pelayan itu seperti lalat yang teguh.
Antara mengisi ulang minuman dan mengantarkan peralatan ma?
kan dan dengan makanan kami yang ajaibnya datang begitu cepat,
pidato penuh emosi kami disampaikan dalam ledakan-ledakan
timpang. Ini tidak bisa diterima... tidak perlu kopi lagi, trims... tidak
bisa dipercaya bahwa... eh, tentu, roti rye tidak masalah....
Sebelum kami selesai, Boney menyela. "Aku paham, wajar jika
kalian ingin merasa terlibat. Tetapi yang kalian lakukan itu ber?
bahaya. Kalian harus membiarkan kami menangani hal-hal se?
macam itu."
"Tapi itu masalahnya, kalian tidak menanganinya," kataku. "Ka?
lian tidak akan pernah mendapatkan informasi ini, soal pistol, jika
kami tidak pergi ke sana semalam. Apa yang Lonnie katakan ketika
kalian bicara kepadanya?"
"Sama seperti yang kaubilang dia bilang," kata Gilpin. "Amy ingin
membeli pistol, dia takut."
"Kau sepertinya tidak terlalu terkesan dengan informasi ini,"
bentakku. "Apa kaupikir pria itu berbohong?"
"Kami pikir dia tidak berbohong," kata Boney. "Tidak ada alasan
baginya mengundang perhatian polisi kepada dirinya sendiri. Dia
sepertinya sangat terkesan oleh istrimu. Sangat... apa ya, syok
bahwa ini terjadi kepada Amy. Pria itu mengingat detail yang
spesifik. Nick, dia bilang Amy mengenakan syal hijau pendek hari
itu. Kau tahu kan, bukan syal musim dingin tetapi syal untuk gaya."
Boney mengibaskan jari-jarinya dengan cepat untuk menunjukkan
bahwa dia pikir gaya mode itu kekanak-kanakan, tidak layak men?
dapatkan perhatiannya. "Hijau zamrud. Ingat yang itu?"
Aku mengangguk. "Dia punya satu yang sering dia pakai dengan
jins."
"Dan pin di jaketnya?huruf A kursif emas?"
"Ya."
Boney mengangkat bahu: Nah, itu menegaskannya.
"Kaupikir dia tidak begitu terkesan kepada Amy hingga dia...
menculiknya?" tanyaku.
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dia punya alibi. Kuat," kata Boney, memberiku tatapan tajam.
"Sejujurnya, kami mulai mencari... motif yang berbeda."
"Sesuatu yang lebih... pribadi," tambah Gilpin. Dia menatap raguragu panekuknya, yang dihiasi dengan stroberi dan sedikit krim
kocok. Dia mulai menyingkirkan benda-benda itu ke sisi piringnya.
"Lebih pribadi," kataku. "Jadi itu maksudnya kau akhirnya akan
bicara dengan Desi Collings atau Hilary Handy? Atau haruskah aku
melakukan itu?" Sebenarnya aku sudah berjanji kepada Marybeth
akan pergi hari ini.
"Tentu, kami akan melakukannya," kata Boney. Dia bicara dengan
nada anak perempuan yang berjanji kepada ibunya yang cerewet
untuk makan lebih baik. "Kami ragu itu memberi petunjuk?tapi
kami akan bicara dengan mereka."
"Yah, bagus, trims sudah melakukan tugas kalian, sedikit," kata?
ku. "Dan bagaimana dengan Noelle Hawthorne? Kalau kau ingin
seseorang yang dekat dengan rumah, dia ada di kompleks kami
dan dia seperti sedikit terobsesi dengan Amy."
"Aku tahu, dia menelepon kami dan dia ada dalam daftar," Gilpin
mengangguk. "Hari ini."
"Bagus. Apa lagi yang kaulakukan?"
"Nick, kami sebenarnya ingin kau menyediakan waktu untuk
kami, biarkan kami mencari tahu dari dirimu lebih banyak," kata
Boney. "Pasangan sering tahu lebih banyak daripada yang mereka
sadari. Kami ingin kau memikirkan lebih banyak soal pertengkaran?
argumen intens yang terdengar Mrs. eh, Teverer, antara kau dan
Amy pada malam sebelum dia menghilang."
Kepala Rand tersentak ke arahku.
Jan Teverer, si wanita Kristen pembawa kaserol yang tidak mau
menatap mataku lagi.
"Maksudku, mungkinkah itu karena?aku tahu ini sulit untuk
didengar, Mr. Elliott?karena Amy sedang di bawah pengaruh se?
suatu?" tanya Boney. Mata polos. "Maksudku, mungkin dia sudah
berhubungan dengan orang-orang yang memberikan pengaruh
kurang baik di kota. Ada banyak bandar narkoba. Mungkin dia su?
dah kewalahan dan itu alasannya dia mencari pistol. Pasti ada
alasan kenapa dia ingin mendapatkan perlindungan senjata dan
tidak memberitahu suaminya. Dan, Nick, kami ingin kau berpikir
lebih keras di mana kau di antara waktu itu?waktu pertengkaran,
sekitar jam sebelas malam, waktu terakhir orang lain mendengar
suara Amy?"
"Selain aku."
"Selain dirimu?dan tengah hari, ketika kau tiba di barmu. Kalau
kau berkeliaran di kota ini, menyetir ke pantai, berada di area der?
maga, seseorang pasti sudah melihatmu. Bahkan jika itu seseorang
yang hanya sedang, kau tahu, membawa anjingnya jalan-jalan. Kalau
kau bisa membantu kami, kupikir itu akan sangat...."
"Membantu," Gilpin menyelesaikan. Dia menusuk satu stroberi.
Mereka memperhatikanku dengan atentif, dengan tajam. "Itu
akan amat membantu, Nick," Gilpin mengulang dengan nada lebih
ramah. Pertama kali aku mendengar soal pertengkaran itu?bahwa
mereka tahu soal itu?dan mereka memilih memberitahuku di
depan Rand?dan mereka memilih berpura-pura itu bukan petun?
juk penting.
"Tentu," kataku.
"Kau mau menceritakan kepada kami kalian bertengkar soal
apa?" tanya Boney.
"Apa yang dikatakan Mrs. Teverer kepadamu?"
"Aku tidak mau memercayai kata-katanya sementara aku ber?
hadapan denganmu di sini." Boney menuangkan krim ke dalam
kopinya.
"Itu pertengkaran yang tidak penting," aku memulai. "Itu sebab?
nya aku tidak pernah menyebutkannya. Cuma pertengkaran antara
kami berdua, seperti yang biasa dilakukan pasangan lain."
Rand menatapku seolah-olah dia tidak paham yang kukatakan:
Pertengkaran? Pertengkaran apa yang kaubicarakan ini?
"Itu cuma?soal makan malam," aku berbohong. "Soal apa yang
kami lakukan untuk makan malam ulang tahun pernikahan kami.
Kau tahu, Amy sangat patuh pada tradisi soal hal-hal seperti
ini?"
"Lobster!" sela Rand. Dia berpaling kepada para polisi. "Amy
memasak lobster setiap tahun untuk Nick."
"Benar. Tetapi tidak mungkin mendapatkan lobster di kota ini,
tidak hidup, dari tangki, jadi dia frustrasi. Aku sudah membuat
reservasi di Houston?s?"
"Kukira kau bilang kau tidak membuat reservasi di Houston."
Rand mengerutkan dahi.
"Yah, benar, maaf, aku jadi bingung. Aku baru memikirkan
reservasi di Houston?s. Tetapi aku seharusnya memesan lobster itu
supaya dikirimkan."
Para polisi, keduanya, tidak sadar menaikkan sebelah alis. Me?
wah sekali.
"Itu tidak mahal. Bagaimana pun, kami terlibat dalam perdebatan
bodoh yang menyebalkan, dan itu tipe pertengkaran yang menjadi
terlalu besar." Aku menggigit panekukku. Aku bisa merasakan hawa
panas menderu dari balik kerahku. "Kami menertawakan perteng?
karan itu sejam berikutnya."
"Hmph," hanya itu yang dikatakan Boney.
"Dan kau sudah sampai mana di perburuan harta karun itu?"
tanya Gilpin.
Aku berdiri, menaruh sejumlah uang, siap pergi. Bukan aku yang
seharusnya membela diri di sini. "Belum ke mana-mana, tidak
sekarang?sulit berpikir jernih dengan begitu banyak hal yang
terjadi."
"Oke," kata Gilpin. "Sekarang jadi lebih tidak mungkin melihat
perburuan harta karun itu sebagai petunjuk, karena sekarang kita
tahu Amy sudah merasa terancam berbulan-bulan lalu. Tetapi tetap
kabari aku, oke?"
Kami semua berjalan beriringan ke udara panas. Ketika Rand
dan aku masuk ke mobil kami, Boney berseru, "Hei, apakah Amy
masih dua, Nick?"
Aku mengerutkan wajah kepadanya.
"Ukuran nomor dua?" ulang Boney.
"Ya, kurasa," kataku. "Ya."
Boney membuat ekspresi yang berkata, Hmmmm, dan masuk ke
mobilnya.
"Maksudnya apa itu menurutmu?" tanya Rand.
"Orang-orang itu, siapa yang tahu?"
Kami tetap tidak bersuara hampir sepanjang jalan ke hotel, Rand
menatap ke luar jendela ke barisan restoran makanan cepat saji
yang lewat dengan cepat, aku memikirkan kebohonganku?ke?
bohongan-kebohonganku. Kami harus memutar sekali untuk me?
nemukan tempat parkir kosong di Days Inn; pertemuan pemasok
gaji itu rupanya laku keras.
"Kau tahu, aneh betapa aku sangat terbatas karena seumur hidup
menjadi orang New York," kata Rand, jari-jari di pegangan pintu
mobil. "Ketika Amy bicara soal pindah kemari, kembali ke Sungai
Mississippi ini denganmu, aku membayangkan... hijau, lahan per?
tanian, pohon apel, dan lumbung merah tua besar. Aku harus
memberitahumu, di sini pemandangannya cukup buruk." Dia ter?
tawa. "Aku tidak bisa memikirkan satu hal indah di seluruh kota
ini. Kecuali putriku."
Dia keluar dan berjalan dengan cepat ke hotel dan aku tidak
berusaha untuk menyusul. Aku masuk ke kantor pusat beberapa
menit di belakang Rand, duduk di meja yang menyendiri mengarah
ke bagian belakang ruangan. Aku harus menyelesaikan perburuan
harta karun ini sebelum petunjuknya menghilang, menebak ke
mana Amy membawaku. Sesudah beberapa jam di sini, aku akan
menangani petunjuk ketiga. Sementara itu, aku menelepon.
"Ya," terdengar suara tidak sabaran. Seorang bayi menangis di
latar belakang. Aku bisa mendengar seorang wanita meniup rambut
dari wajahnya.
"Hai, apakah ini?apakah ini Hilary Handy?"
Dia menutup. Aku menelepon lagi.
"Halo?"
"Hai. Aku rasa kita terputus barusan."
"Tolong masukkan nomor ini ke daftar jangan ditelepon?"
"Hilary, aku tidak menjual apa pun, aku menelepon soal Amy
Dunne?Amy Elliott."
Hening. Si bayi mengomel lagi, rengekan yang mengambang
dengan berbahaya antara tawa dan amukan.
"Kenapa dia?"
"Aku tidak tahu apakah kau sudah melihat ini di TV tetapi dia
menghilang. Dia menghilang pada 5 Juli dalam kondisi yang mung?
kin berbahaya."
"Oh. Aku menyesal mendengarnya."
"Aku Nick Dunne, suaminya. Aku hanya menelepon teman-teman
lamanya.
"Oh ya?"
"Aku ingin tahu apakah kau berkontak dengannya. Akhir-akhir
ini?"
Dia bernapas ke dalam mulut telepon, tiga napas dalam. "Apakah
ini karena omong kosong waktu SMA?" Jauh di latar belakang, suara
mendesak seorang anak terdengar, "Mooo-oom, too-loong."
"Sebentar, Jack," dia berseru kepada kehampaan di belakangnya.
Kemudian kembali kepadaku dengan suara berang: "Benarkah? Itu
alasannya kau meneleponku? Karena itu dua puluh tahun yang
lalu. Lebih."
"Aku tahu. Aku tahu. Begini, aku harus bertanya. Aku akan jadi
bajingan kalau tidak bertanya."
"Ya Tuhan, persetan. Aku ibu tiga anak sekarang. Aku tidak per?
nah bicara dengan Amy sejak SMA. Aku belajar. Kalau aku melihat
dia di jalan, aku akan lari ke arah yang berbeda." Si bayi meraung.
"Aku harus pergi."
"Sebentar saja, Hilary?"
Dia menutup telepon, dan dengan segera, ponsel cadanganku
bergetar. Aku mengabaikannya. Aku harus menemukan tempat
untuk menyimpan benda sialan itu.
Aku bisa merasakan kehadiran seseorang, seorang wanita, di
dekatku, tetapi aku tidak menengadah, berharap wanita itu akan
pergi.
"Sekarang belum tengah hari dan kau sudah kelihatan begitu
lelah, anak malang."
Shawna Kelly. Dia mengikat rambutnya tinggi-tinggi seperti anak
remaja yang genit. Dia mengarahkan bibir berkilaunya kepadaku
sambil cemberut penuh simpati. "Kau siap untuk pai Frito-ku?" Dia
membawa wadah kaserol, memegangnya tepat di bawah payudara?
nya, pembungkus plastiknya ternoda uap air. Dia mengucapkan
kata-kata itu seperti bintang video musik hair-rock ?80-an: Kau
ingin sedikit paiku?
"Sudah sarapan banyak. Trims. Kau baik sekali."
Bukannya pergi, Shawna malah duduk. Di bawah rok tenis se?
warna pirus, kakinya dibalur losion sedemikian baik sehingga
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memantulkan sinar. Dia menendangku dengan ujung sepatu
Tretorn-nya yang tak bercela. "Kau tidur, Manis?"
"Aku bertahan."
"Kau harus tidur, Nick. Kau tidak berguna bagi siapa pun kalau
kau lelah."
"Mungkin aku akan pergi sebentar lagi, aku mungkin bisa tidur
beberapa jam."
"Kurasa kau harus. Aku serius."
Aku dilanda rasa terima kasih yang tiba-tiba muncul untuk
Shawna. Itu sikap si anak mama, bangkit. Berbahaya. Matikan, Nick.
Aku menunggu dia pergi. Dia harus pergi?orang-orang mulai
memperhatikan kami.
"Kalau kau mau, aku bisa mengantarmu pulang sekarang," kata?
nya. "Tidur sebentar mungkin baik untukmu."
Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh lututku dan aku me?
rasakan ledakan kemarahan karena dia tidak menyadari dia harus
pergi. Tinggalkan kaserolnya, kau sundal pengintil yang tak mau
lepas, dan pergilah. Sikap anak Daddy, muncul. Sama buruknya.
"Kenapa kau tidak mengobrol dengan Marybeth?" kataku dengan
kasar dan menunjuk ke arah mertuaku di dekat mesin fotokopi,
membuat begitu banyak duplikat foto Amy.
"Oke." Dia tetap di sana, jadi aku mulai mengabaikannya terangterangan. "Aku akan meninggalkanmu kalau begitu. Kuharap kau
suka painya."
Pengusiran itu menyengatnya, aku bisa melihat itu, karena
Shawna tidak menatapku ketika dia pergi, berbalik dan melangkah
pergi. Aku merasa buruk, berdebat dalam benakku untuk meminta
maaf, berbaikan. Jangan mengejar wanita itu, aku memerintahkan
diriku.
"Ada berita?" Itu Noelle Hawthorne, masuk ke ruang yang sama
yang baru saja ditinggalkan Shawna. Noelle lebih muda daripada
Shawna tetapi kelihatan lebih tua?badan montok dengan payudara
berbentuk seperti gundukan masam berjarak lebar. Kerutan di
wajahnya.
"Tidak ada sejauh ini."
"Sepertinya kau mengatasi ini dengan baik."
Tersentak, aku menoleh ke arahnya, tidak yakin harus mengata?
kan apa.
"Apa kau tahu siapa aku?" dia bertanya.
"Tentu saja. Kau Noelle Hawthorne."
"Aku sahabat Amy di sini."
Aku harus mengingatkan polisi: Hanya ada dua opsi dengan
Noelle. Antara dia sundal pembohong pengejar publisitas?dia
menyukai cap teman si wanita yang menghilang?atau dia sinting.
Penguntit yang bertekad berteman dengan Amy dan ketika Amy
menghindarinya....
"Apakah kau punya informasi soal Amy, Noelle?" tanyaku.
"Tentu saja aku punya, Nick. Dia sahabatku."
Kami saling menatap tajam selama beberapa detik.
"Apakah kau akan memberitahukannya?" tanyaku.
"Polisi tahu di mana menemukanku. Kalau mereka punya waktu
melakukannya."
"Itu amat membantu, Noelle. Aku pastikan mereka bicara de?
nganmu."
Pipinya merona merah, cipratan warna dari pelukis ekspresionis?
Dia pergi. Aku memikirkan pikiran yang buruk, salah satu yang
menggelegak di luar kendaliku. Aku berpikir: Wanita itu sinting.
Tidak ada penanda: Bukan sebagian wanita, bukan banyak wanita.
Wanita itu sinting.
Segera setelah malam turun sepenuhnya, aku menyetir ke rumah
ayahku yang kosong, petunjuk Amy di kursi sebelahku.
Mungkin kau merasa bersalah membawaku kemari
Aku harus akui ini sedikit janggal
Tapi bukan berarti ada banyak pilihan tempat di sini
Kita membuat keputusan: Kita membuat ini ruang kita.
Ayo bawa cinta kita ke rumah cokelat kecil ini
Berikan niat baik, kau suami seksi penuh cinta!
Yang ini lebih misterius daripada petunjuk yang lain tetapi aku
yakin aku benar. Amy mengizinkan Carthage dalam dirinya, akhir?
nya memaafkanku karena pindah kemari. Mungkin kau merasa
bersalah membawaku kemari... [tapi] Kita membuat ini ruang kita.
Rumah cokelat kecil itu adalah rumah ayahku, yang sebenarnya
biru, tapi Amy membuat lelucon antarkami lagi. Aku selalu paling
menyukai lelucon antarkami?lelucon itu membuatku merasa lebih
terhubung dengan Amy dibandingkan dengan bicara jujur sebanyak
apa pun atau bercinta dengan penuh gairah atau mengobrol sampai
matahari terbit. Cerita "rumah cokelat kecil" itu soal ayahku, dan
Amy adalah satu-satunya orang yang pernah kuceritakan: bahwa
sesudah perceraian, aku begitu jarang menemui ayahku sehingga
aku memutuskan untuk memikirkan ayahku sebagai seorang ka?
rakter dalam buku cerita. Dia bukan ayahku yang sebenarnya?
yang akan mencintaiku dan menghabiskan waktu denganku?tetapi
sosok penuh kebaikan hati dan tokoh yang lumayan penting ber?
nama Mr. Brown, yang sangat sibuk melakukan berbagai hal penting
untuk Amerika Serikat dan yang (amat) kadang-kadang mengguna?
kan aku sebagai samaran untuk bergerak di sekitar kota dengan
lebih mudah. Amy berkaca-kaca ketika aku menceritakan ini ke?
padanya, yang tidak kuniatkan, aku meniatkannya sebagai cerita
anak-anak yang lucu. Amy memberitahuku dia keluargaku seka?
rang, bahwa dia mencintaiku cukup banyak untuk menggantikan
sepuluh ayah yang tidak berguna, dan karena kami sekarang adalah
pasangan Dunne, kami berdua. Kemudian dia berbisik di telingaku,
"Aku punya tugas yang mungkin bisa kaulakukan dengan baik...."
Dan untuk membawa kembali iktikad baik, itu konsiliasi yang
lain. Sesudah ayahku sepenuhnya tersesat dalam Alzheimer, kami
memutuskan untuk menjual rumahnya, jadi Amy dan aku pergi ke
rumah ayahku, mengumpulkan barang dalam kardus untuk di?
berikan kepada Goodwill. Amy, tentu saja, bekerja seperti darwis
yang cekatan?kemas, simpan, buang?sementara aku menyeleksi
barang-barang ayahku dengan amat pelan. Bagiku semuanya adalah
petunjuk. Gelas dengan noda kopi yang lebih gelap dibandingkan
dengan gelas lain pasti adalah gelas favoritnya. Apakah itu hadiah?
Siapa yang memberikan itu kepadanya? Atau apakah dia mem?
belinya sendiri? Aku membayangkan ayahku merasa berbelanja itu
mengurangi kejantanannya. Tetapi tetap saja, pemeriksaan lemari
mengungkapkan lima pasang sepatu, masih baru, di dalam kotak?
nya. Apakah dia membeli sepatu-sepatu ini sendiri, membayangkan
Bill Dunne yang berbeda dan lebih sosial dibandingkan Bill Dunne
yang bergerak lambat sendirian. Apa dia pergi ke Shoe-Be-Doo-Be,
meminta ibuku membantunya, hanya satu hal dalam daftar panjang
kebaikan hati ibuku yang biasa? Tentu saja, aku tidak membagi
pikiran ini dengan Amy, jadi aku yakin aku kelihatan seperti si
pemalas, yang sering terjadi.
"Ini. Kardus. Untuk Goodwill," kata Amy, memergokiku di lantai,
bersandar pada dinding, menatap sepatu. "Taruh sepatu-sepatu itu
di kotak. Oke?" Aku malu, aku menggeram kepadanya, dia mem?
bentakku, dan... yang biasa.
Aku harus menambahkan, untuk membela Amy, bahwa dia sudah
bertanya kepadaku dua kali apakah aku ingin bicara, apakah aku
yakin aku ingin melakukan ini. Aku kadang-kadang melupakan
detail semacam itu. Itu lebih nyaman untukku. Kenyataannya, aku
ingin Amy membaca pikiranku jadi aku tidak harus merendahkan
diri untuk melakukan seni artikulasi khas perempuan. Terkadang
aku bersalah karena memainkan permainan tebak aku sama seperti
Amy. Aku tidak mencantumkan informasi itu juga.
Aku gemar berbohong dengan menghilangkan kebenaran.
Aku berhenti di depan rumah ayahku sesaat sesudah jam se?
puluh malam. Rumah itu kecil dan rapi, rumah pertama (atau
terakhir) yang baik. Dua kamar tidur, dua kamar mandi, ruang
makan, dapur yang kuno tapi layak. Tanda dijual berkarat di ha?
laman depan. Setahun dan tidak ada penawaran.
Aku memasuki rumah yang sumpek, udara panas bergulir di
atas tubuhku. Sistem alarm murahan yang kami pasang sesudah
terjadi tiga kali pendobrakan mulai berbunyi bip, seperti hitungan
mundur bom waktu. Aku memasukkan kodenya, kode yang mem?
buat Amy sinting karena itu melanggar semua peraturan soal kode.
Itu tanggal lahirku: 81577.
Kode ditolak. Aku mencoba lagi. Kode ditolak. Sebutir keringat
mengalir turun di punggungku. Amy selalu mengancam akan meng?
ubah kodenya. Dia berkata percuma punya kode yang begitu mudah
ditebak, tetapi aku tahu alasan sebenarnya. Dia tidak suka itu ulang
tahunku dan bukan tanggal pernikahan kami: Sekali lagi aku me?
milih diriku ketimbang kami. Nostalgia setengah manisku untuk
Amy menghilang. Aku menekan angka-angka itu dengan keras,
menjadi bertambah panik ketika alarm berbunyi bip terus-me?nerus,
menyuarakan hitungan mundurnya?hingga alarm itu beru?bah
menjadi raungan keras menandakan adanya penyusup.
Teeeett-teeeett-teeeett!!
Ponselku semestinya berdering agar aku bisa menghentikannya:
Ini cuma aku, si tolol. Tetapi ponselku tidak berdering. Aku menung?
gu semenit penuh, alarm ini mengingatkanku akan film kapal selam
bertorpedo. Udara panas yang terperangkap dalam rumah yang
tertutup di bulan Juli bergelimang di sekujur tubuhku. Bagian
punggung atasanku sudah basah kuyup. Sialan, Amy. Aku me?
meriksa alarm untuk nomor telepon perusahaan alarm dan tidak
menemukan apa pun. Aku manarik kursi dan mulai merenggut
alarm itu; aku sudah melepaskannya dari dinding, tergantung pada
kabelnya, ketika ponselku akhirnya berbunyi. Suara wanita ketus
di ujung lain menuntut nama hewan peliharaan pertama Amy.
Teeeett-teeeett-teeeett!!
Itu nada bicara yang salah tapi tepat?sombong, berang, amat
tidak peduli?dan pertanyaan salah yang tepat, karena aku tidak
tahu jawabannya, dan itu membuatku marah. Tidak peduli berapa
banyak petunjuk yang aku pecahkan, aku akan dihadapkan dengan
teka-teki Amy untuk mematahkan semangatku.
"Dengar, ini Nick Dunne, ini rumah ayahku, akun ini dibuat oleh?
ku," bentakku. "Jadi sama sekali tidak penting apa nama hewan
peliharaan pertama milik istriku."
Teeeett-teeeett-teeeett!!
"Tolong jangan bicara dengan nada seperti itu dengan saya, Sir."
"Dengar, aku hanya datang untuk mengambil satu benda dari
rumah ayahku dan sekarang aku pergi, oke?"
"Saya harus memberitahu polisi secepatnya."
"Bisakah kau mematikan alarm keparat ini agar aku bisa ber?
pikir?"
Teeeett-teeeett-teeeett!!
"Alarmnya sudah mati."
"Alarmnya tidak mati."
"Sir, saya memperingatkan Anda sekali, jangan bicara dengan
nada seperti itu dengan saya."
Kau jalang keparat.
"Kau tahu? Persetan, persetan, persetan."
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku menutup telepon tepat ketika aku mengingat nama kucing
Amy, yang pertama: Stuart.
Aku menelepon lagi, mendapatkan operator yang berbeda,
operator yang lebih masuk akal, yang mematikan alarm dan, Tuhan
memberkatinya, menghentikan polisi. Aku benar-benar tidak dalam
suasana hati untuk menjelaskan diriku.
Aku duduk di karpet tipis, murah dan memaksa diriku untuk
bernapas, jantungku berdebar-debar. Sesudah semenit, sesudah
bahuku tidak tegang dan rahangku tidak kaku dan tanganku tidak
terkepal dan jantungku kembali berdetak normal, aku berdiri dan
sementara berpikir untuk pergi, seolah-olah itu akan membuat
Amy kapok. Tetapi ketika berdiri, aku melihat amplop biru diting?
galkan di konter dapur seperti surat biasa.
Aku menarik napas dalam-dalam, mengembuskannya?sikap
baru?dan membuka amplop itu, menarik keluar surat yang di?
tandai dengan hati.
Hai Sayang,
Jadi kita berdua punya hal-hal yang harus kita perbaiki.
Untukku, itu perfeksionismeku, kadang-kadang (berharap?)
kemunafikanku. Bagimu? Aku tahu kau cemas bahwa kau
terkadang terlalu berjarak, terlalu terpisah, tidak bisa lembut
atau mengayomi. Yah, aku ingin memberitahumu?di sini di ru?
mah ayahmu?bahwa itu tidak benar. Kau bukan ayahmu. Kau
harus tahu bahwa kau pria yang baik, kau pria yang manis, kau
baik hati. Aku menghukummu karena kau terkadang tidak bisa
membaca pikiranku, karena tidak bisa bertingkah sesuai dengan
yang aku inginkan sesuai dengan momennya. Aku menghukummu
karena menjadi pria sungguhan yang hidup. Aku memerintahmu
dan bukannya memercayaimu untuk menemukan jalanmu. Aku
tidak memberimu kesempatan: bahwa tidak peduli seberapa
kacaunya kau dan aku, kau selalu mencintaiku dan ingin aku
bahagia. Dan itu seharusnya cukup untuk gadis mana pun, bukan?
Aku khawatir aku sudah mengatakan hal-hal soal dirimu yang
sebenarnya tidak benar dan bahwa kau sudah memercayai halhal itu. Jadi sekarang aku di sini untuk berkata: Kau HANGAT.
Kau matahariku.
Jika Amy ada di sini bersamaku, seperti yang dia rencanakan,
dia akan menyelusupkan wajahnya kepadaku seperti yang biasa
dia lakukan, wajahnya di lekukan leherku, dan dia akan menciumku
dan tersenyum dan berkata, Kau memang begitu, kau tahu, kan.
Matahariku. Tenggorokanku tercekat, aku melihat terakhir kali ke
sekeliling rumah ayahku dan pergi, menutup pintu dalam udara
panas. Di mobilku, aku meraba-raba amplop yang bertuliskan
PETUNJUK KEEMPAT. Kami pasti sudah mendekati akhir.
Bayangkan aku: gadis yang tak berbudi
Aku harus dihukum, dan maksudku itu sudah terjadi
Ini tempat kau menyimpan hadiah perayaan kelima
Maafkan aku kalau ini menjadi percuma!
Ada momen baik di sini pada tengah hari cerah
Kemudian keluar untuk koktail, begitu bergairah.
Jadi lari ke sana sekarang, penuh desah ayu,
Dan buka pintu untuk kejutan besarmu.
Perutku melilit. Aku tidak tahu makna yang ini. Aku membaca
ulang. Aku bahkan tidak bisa menebak. Amy sudah berhenti mem?
buatnya mudah untukku. Ternyata aku tidak akan menyelesaikan
perburuan harta karun ini.
Aku merasakan gelombang kemarahan. Benar-benar hari ke?
parat. Boney berusaha menangkapku, Noelle sinting, Shawna kesal,
Hilary marah, wanita di perusahaan keamanan itu jalang, dan
istriku akhirnya membuatku bingung. Ini saatnya mengakhiri hari
terkutuk ini. Hanya ada satu wanita yang bisa kuterima ada di
sekitarku sekarang.
Go memandangku sekali?terguncang, mulut terkatup rapat, dan
kepanasan akibat ke rumah ayahku?dan mengusungku ke sofa,
mengumumkan dia akan membuat hidangan larut malam. Lima
menit kemudian, dia melangkah dengan hati-hati ke arahku, me?
nyeimbangkan makananku di nampan makan usang. Makanan siap
siaga khas keluarga Dunne: roti panggang keju dan keripik kentang
rasa barbeque, satu cangkir plastik berisi....
"Itu bukan Kool-Aid," kata Go. "Itu bir. Kool-Aid sepertinya sedikit
terlalu regresif."
"Kau sangat perhatian dan aneh, Go."
"Kau masak besok."
"Semoga kau suka sup kalengan."
Dia duduk di sofa di sebelahku, mencuri keripik kentang dari
piringku dan bertanya, terlalu santai: "Tahu kenapa polisi bertanya
kepadaku apakah Amy masih berukuran nomor dua?"
"Astaga, mereka tidak mau melupakan itu," kataku.
"Tidakkah itu membuatmu ngeri? Maksudnya, mereka menemu?
kan pakaian Amy atau sesuatu seperti itu?"
"Mereka akan memintaku untuk mengidentifikasi. Benar?"
Go memikirkan itu selama sedetik, wajahnya mengerut cemas.
"Itu masuk akal," katanya. Wajahnya terus mengerut hingga dia
menyadari aku sedang menatapnya, kemudian Go tersenyum. "Aku
merekam pertandingan bisbol, mau nonton? Kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja." Aku merasa buruk, perutku terasa ber?
minyak, jiwaku berderak-derak. Mungkin itu karena petunjuk yang
tidak bisa kupecahkan, tetapi aku tiba-tiba merasa aku sudah me?
lupakan sesuatu. Aku sudah membuat kesalahan besar dan ke?
salahanku akan menjadi malapetaka. Mungkin ini kesadaranku,
mencakar-cakar kembali ke permukaan dari penjara rahasia bawah
tanah.
Go memutar pertandingan dan, selama sepuluh menit kemudian,
berkomentar hanya soal pertandingan itu, dan hanya di sela-sela
sesapan birnya. Go tidak suka roti panggang keju; dia sedang me?
nyendokkan selai kacang dari stoples ke biskuit asin. Ketika jeda
iklan diputar, dia berhenti sejenak dan berkata, "Kalau aku punya
penis, aku akan meniduri selai kacang ini," dengan sengaja me?
muncratkan serpihan-serpihan biskuit ke arahku.
"Kupikir kalau kau punya penis, semua hal buruk akan terjadi."
Go memutar rekaman lebih cepat pada babak yang membosankan,
tim Cardinals memimpin dengan lima poin. Ketika tiba saat untuk
jeda iklan berikutnya, Go berhenti sebentar, berkata, "Jadi aku me?
nelepon untuk mengubah paket ponselku hari ini dan lagu tunggu?
nya adalah Lionel Ritchie?apakah kau pernah mendengarkan
Lionel Ritchie? Aku suka Penny Lover, tetapi lagu itu bukan Penny
Lover, kemudian seorang wanita menjawab panggilan dan dia
bilang semua perwakilan layanan konsumen berbasis di Baton
Rouge, dan itu aneh karena dia tidak punya aksen, tetapi dia bilang
dia tumbuh besar di New Orleans dan ini fakta yang hanya di?
ketahui sedikit orang bahwa?apa sebutan orang yang berasal dari
New Orleans, New Orleansean??bahwa mereka tidak punya aksen.
Jadi dia bilang untuk paketku, paket A...."
Go dan aku memiliki permainan yang terinspirasi oleh ibu kami,
yang punya kebiasaan menceritakan sesuatu yang amat mem?
bosankan, cerita tanpa akhir yang diyakini Go dilakukan diam-diam
oleh ibu kami untuk mengerjai kami. Selama sekitar sepuluh tahun
sekarang, setiap kali Go dan aku menemui jeda dalam pembicaraan,
salah satu dari kami akan menerobos dengan cerita soal perbaikan
peralatan rumah atau penebusan kupon. Namun, Go punya lebih
banyak stamina daripada aku. Ceritanya bisa berlanjut, dengan
mulus, selama-lamanya?cerita itu berlanjut begitu lama sehingga
menjadi benar-benar menyebalkan, kemudian berputar kembali
menjadi sangat lucu.
Go sedang berpindah ke cerita soal lampu kulkasnya dan tidak
menunjukkan tanda-tanda melemah. Dipenuhi dengan rasa syukur
begitu hebat, aku mencondongkan badan di sofa dan mencium pipi
"Buat apa itu?"
"Cuma, trims." Aku merasakan mataku penuh dengan tangis. Aku
memalingkan wajah selama sedetik untuk mengerjapkan tangis
itu hingga hilang dan Go berkata, "Jadi aku butuh baterai AAA,
yang, ternyata, berbeda dari baterai transistor, jadi aku harus
menemukan kuitansi untuk mengembalikan baterai transistor
itu...."
Kami selesai menonton pertandingan. Cardinals kalah. Ketika
pertandingan itu sudah selesai, Go membuat TV bisu. "Kau ingin
mengobrol atau kau membutuhkan lebih banyak pengalih per?
hatian? Apa pun yang kaubutuhkan."
"Kau tidur saja, Go. Aku akan mencari tontonan di TV. Mungkin
tidur. Aku butuh tidur."
"Kau mau Ambien?" Saudara kembarku betul-betul memercayai
cara yang paling mudah. Tidak ada rekaman musik relaksasi atau
suara paus untuknya; telan pil, lalu tidak sadar.
"Tidak."
"Obat itu ada di lemari obat kalau kau berubah pikiran. Kalau
ada waktu ketika kau butuh tidur yang dibantu obat...." Dia berdiri
membayangiku selama beberapa detik, kemudian, khas Go, berjalan
menyusuri lorong, jelas tidak mengantuk, dan menutup pintu
kamarnya, tahu hal terbaik adalah meninggalkanku sendirian.
Banyak orang tidak memiliki bakat itu: tahu kapan untuk me?
nyingkir. Orang-orang senang bicara dan aku tidak pernah bicara
banyak. Aku melakukan monolog batin, tetapi kata-katanya sering
tidak mencapai bibirku. Dia terlihat menarik hari ini, pikirku, tetapi
entah bagaimana tidak akan terlintas di benakku untuk mengata?
kannya keras-keras. Ibuku bicara, saudaraku bicara. Aku dibesarkan
untuk mendengarkan. Jadi, duduk di sofa sendirian, tidak bicara,
merasa dekaden. Aku membolak-balik halaman salah satu majalah
Go, mengganti-ganti saluran TV, akhirnya berhenti di acara TV lama
hitam-putih, para pria yang mengenakan fedora mencatat, semen?
tara seorang ibu rumah tangga cantik menjelaskan suaminya se?
dang pergi ke Fresno, yang membuat kedua polisi berpandangan
penuh makna dan mengangguk. Aku memikirkan Gilpin dan Boney
dan perutku mencelus.
Di kantongku, ponsel cadanganku membuat suara jackpot pelan
yang berarti aku mendapatkan pesan teks:
aku di luar buka pintu
Amy Elliott Dunne
28 April 2011
Catatan buku harian
Cuma harus terus bertahan, itu yang dikatakan Mama Mo dan ketika
dia mengatakannya?keyakinannya, setiap kata ditegaskan, seolaholah itu strategi hidup yang layak?klise itu berhenti menjadi se?
kadar kata-kata dan berubah menjadi nyata. Berharga. Terus ber?
tahan, persis! pikirku.
Aku suka itu dari Midwest: Orang-orang tidak membesar-besar?
kan masalah apa pun. Bahkan kematian. Mama Mo hanya akan
terus bertahan hingga kanker menyudahinya kemudian dia akan
meninggal.
Jadi aku tidak mencari masalah dan berusaha melakukan yang
terbaik dalam situasi yang buruk, dan aku meniatkan itu seperti
perkataan Mama Mo yang dalam dan harfiah. Aku tidak mencari
masalah dan melakukan tugasku: Aku mengantar Mo ke dokter
dan kemoterapi. Aku mengganti air keruh di vas bunga di kamar
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ayah Nick dan aku mengantarkan kue kering untuk para staf agar
mereka merawat ayah Nick dengan baik.
Aku berusaha yang terbaik dalam situasi yang amat buruk dan
situasi ini seringnya buruk karena suamiku, yang membawaku
kemari, yang mencerabutku dari tempat asalku agar bisa menjadi
lebih dekat dengan orangtuanya yang sakit, sepertinya sudah ke?
hilangan minat akan diriku dan orangtua sakit yang kusebut tadi.
Nick sudah mengabaikan ayahnya sepenuhnya: Dia bahkan tidak
mau menyebutkan nama pria itu. Aku tahu setiap kali kami men?
dapatkan telepon dari Comfort Hill, Nick berharap itu kabar ayah?
nya meninggal. Sementara Mo, Nick menemani ibunya sekali pada
sesi kemoterapi dan mengumumkan dia tidak bisa menjalaninya.
Dia bilang dia benci rumah sakit, dia benci orang sakit, dia benci
waktu yang berjalan lambat, kantong infus menetes amat lambat
seperti larutan gula. Dia tidak bisa melakukannya. Dan ketika aku
mencoba membujuknya untuk kembali, ketika aku berusaha me?
nguatkan dirinya dengan harus memenuhi kewajibanmu, dia me?
nyuruhku melakukannya. Jadi aku lakukan. Mama Mo, tentu saja,
menanggung kesalahan Nick. Kami duduk sekali waktu, setengah
menonton komedi romantis di komputerku tetapi kebanyakan
mengobrol, sementara infusnya menetes... begitu... lambat, dan
ketika si tokoh perempuan bersemangat di film tersandung sofa,
Mo berpaling kepadaku dan berkata, "Jangan bersikap terlalu keras
pada Nick. Soal tidak mau melakukan hal seperti ini. Aku selalu
menyayanginya, aku memanjakannya?bagaimana tidak? Wajah
itu. Itu sebabnya dia selalu kesulitan melakukan hal-hal berat. Te?
tapi aku sungguh tidak keberatan, Amy. Sungguh."
"Seharusnya kau keberatan," kataku.
"Nick tidak harus membuktikan kasih sayangnya kepadaku,"
katanya, menepuk-nepuk tanganku. "Aku tahu dia menyayangiku."
Aku mengagumi kasih sayang tak bersyarat dari Mo, sungguh.
Jadi aku tidak memberitahu Mo yang kutemukan di komputer Nick,
proposal buku untuk memoar penulis majalah di Manhattan yang
kembali ke akar Missouri-nya untuk merawat orangtuanya yang
sakit. Nick memiliki begitu banyak hal aneh di komputernya dan
terkadang aku tidak bisa menahan diri untuk sedikit mengintip?
itu memberiku petunjuk apa yang dipikirkan suamiku. Sejarah
pencarian situsnya memberiku yang terbaru: film noir dan situs
majalah lamanya dan studi mengenai Sungai Mississippi, apakah
mungkin hanyut dari sini hingga ke Teluk. Aku tahu yang dia ba?
yangkan: berperahu di Mississippi, seperti Huck Finn, dan menulis
artikel soal itu. Nick selalu mencari sudut pandang tulisan.
Aku sedang mengintip semua ini ketika aku menemukan pro?
posal buku itu.
Kehidupan Ganda: Memoar Akhir dan Awal terutama akan di?
pahami oleh para pria Generasi X, pria-bocah lelaki sejati, yang
baru akan mengalami desakan dan tekanan yang melibatkan me?
rawat orangtua yang menua. Dalam Kehidupan Ganda, aku akan
mencantumkan:
Pemahamanku yang lebih baik akan ayah bermasalah yang dulu
berjarak
Transformasiku yang menyakitkan dari pemuda riang menjadi
kepala keluarga ketika aku mengatasi kematian ibu yang amat
disayangi yang tak terelakkan
Kekesalan yang dirasakan istri Manhattan-ku akan perubahan
arah dalam hidupnya yang dulu memesona. Istriku, harus
dijelaskan, adalah Amy Elliott Dunne, inspirasi untuk seri buku
Amazing Amy yang laku keras.
Proposal itu tidak pernah diselesaikan, aku berasumsi karena
Nick menyadari dia tidak akan pernah memahami ayahnya yang
dulu berjarak; dan karena Nick menghindari semua tugas "kepala
keluarga"; dan karena aku tidak mengekspresikan kemarahan apa
pun soal hidup baruku. Sedikit frustrasi, memang, tetapi bukan
kemurkaan yang cocok untuk cerita di buku. Selama bertahun-ta?
hun, suamiku selalu memuji ketahanan emosional orang Midwest:
tabah, rendah hati, tanpa pura-pura! Tapi ini bukan jenis orang
yang memberikan materi bagus untuk memoar. Bayangkan tulisan
di sampul bukunya: Orang-orang sering kali berperilaku baik kemu?
dian mereka mati.
Tetap saja, itu sedikit menyengat, "Kekesalan yang dirasakan
istri Manhattan-ku." Mungkin aku memang merasa... keras kepala.
Aku memikirkan betapa Maureen konsisten bersikap menyenangkan
dan aku cemas bahwa Nick dan aku tidak ditakdirkan bersama.
Bahwa dia akan lebih bahagia dengan wanita yang bersemangat
akan mengurus suaminya dan mengatur rumah, dan aku tidak
meremehkan keterampilan ini: Aku harap aku punya itu. Seandainya
aku lebih peduli bahwa Nick selalu memakai pasta gigi favoritnya,
bahwa aku ingat ukuran kerahnya, bahwa aku adalah wanita yang
mencintai tanpa syarat yang kebahagiaan terbesarnya adalah mem?
buat suamiku bahagia.
Aku seperti itu, selama sesaat, dengan Nick. Tetapi itu tidak bisa
diteruskan. Aku tidak cukup tidak egois. Anak tunggal, seperti yang
sering Nick katakan.
Tetapi aku mencoba. Aku terus berusaha dan Nick berkeliaran
di kota seperti anak kecil lagi. Dia senang kembali ke tempat dia
menjadi raja pesta dansa?dia turun berat badan sekitar empat
kilogram, dia potong rambut dengan gaya baru, dia membeli jins
baru, dia kelihatan amat menarik. Tetapi aku hanya tahu itu dari
kilasan ketika dia pulang atau kembali keluar, selalu berpura-pura
terburu-buru. Kau tidak akan suka, itu respons standarnya setiap
kali aku meminta untuk ikut dengannya, ke mana pun dia pergi.
Sama seperti dia melontarkan orangtuanya jauh-jauh ketika mereka
tidak berguna untuknya, dia mengabaikanku karena aku tidak
cocok dalam kehidupan barunya. Dia harus berusaha keras untuk
membuatku nyaman di sana dan dia tidak mau melakukan itu. Dia
ingin menikmati dirinya sendiri.
Hentikan, hentikan. Aku harus melihat sisi baiknya. Secara har?
fiah. Aku harus menarik suamiku dari pikiran berbayang-bayang
gelap dan menyinari sedikit cahaya keemasan ke arah dirinya. Aku
harus berusaha lebih baik memujanya seperti dulu. Nick merespons
pujaan. Aku hanya berharap itu terasa lebih setara. Otakku begitu
sibuk memikirkan Nick, pikiran itu berkeriapan di dalam kepalaku:
Nicknicknicknicknick! Dan ketika membayangkan pikiranku, aku
mendengar namaku seperti bunyi denting kristal malu-malu yang
terjadi sekali, mungkin dua kali, dalam sehari dan dengan cepat
menghilang. Seandainya dia memikirkanku sebanyak aku memikir?
kannya.
Apakah itu salah? Aku bahkan tidak tahu lagi.
Nick Dunne
Empat hari hilang
Dia berdiri di dalam binar oranye lampu jalan, mengenakan gaun
musim panas yang tipis, rambutnya ikal karena kelembapan udara.
Andie. Dia berjalan cepat ke ambang pintu, lengannya terentang
untuk memelukku, dan aku mendesis, "Tunggu, tunggu!" dan me?
nutup pintu tepat sebelum dia memelukku. Dia menekankan pipi?
nya ke dadaku dan aku meletakkan tanganku di punggungnya yang
terbuka dan menutup mata. Aku merasakan campuran rasa lega
dan ngeri yang membuatku mual: ketika kau akhirnya menghentikan
rasa gatal itu dan menyadari itu karena kau sudah merobek kulit?
Aku memiliki wanita simpanan. Sekarang adalah bagian di mana
aku harus memberitahumu aku memiliki wanita simpanan dan kau
berhenti menyukaiku. Itu pun kalau kau suka padaku di awal. Aku
memiliki wanita simpanan cantik, muda, amat muda, dan namanya
Andie.
Aku tahu. Ini buruk.
"Sayang, kenapa kau tidak meneleponku, sialan?" katanya, wajah?
nya masih ditekan di dadaku.
"Aku tahu, Sayang, aku tahu. Kau tidak bisa membayangkan. Ini
mimpi buruk. Bagaimana kau menemukanku?"
Dia terus memelukku. "Rumahmu gelap jadi aku coba ke rumah
Go."
Andie tahu kebiasaanku, tahu habitatku. Kami sudah bersama
beberapa lama. Aku memiliki wanita simpanan cantik, amat muda,
dan kami sudah bersama beberapa lama.
"Aku cemas soal dirimu, Nick. Panik. Aku sedang duduk di rumah
Madi dan TV menyala, dan tiba-tiba di TV, aku melihat pria yang
mirip denganmu bicara soal istrinya yang menghilang. Kemudian
aku menyadari: Itu memang kau. Bisakah kau membayangkan be?
tapa aku panik? Dan kau bahkan tidak berusaha menghubungiku?"
"Aku meneleponmu."
"Jangan katakan apa pun, diam di tempat, jangan katakan apa
pun hingga kita bicara. Itu perintah, itu bukan kau berusaha meng?
hubungiku."
"Aku jarang sendirian; orang-orang ada di sekitarku sepanjang
waktu. Orangtua Amy, Go, polisi." Aku mengembuskan napas ke
rambut Andie.
"Amy menghilang begitu saja?" tanya Andie.
"Dia menghilang begitu saja." Aku menarik diriku menjauhinya
dan duduk di sofa, dan dia duduk di sebelahku, kakinya rapat de?
ngan kakiku, lengannya menyentuh lenganku. "Seseorang menculik?
nya."
"Nick? Kau baik-baik saja?"
Rambut kecokelatan Andie jatuh dalam ikal-ikal di atas dagu,
tulang selangka, payudara, dan aku memperhatikan seikal rambut
bergoyang-goyang terkena embusan napasnya.
"Tidak, tidak sepenuhnya." Aku membuat tanda ssst dan me?
nunjuk ke lorong. "Saudaraku."
Kami duduk bersebelahan, tidak bersuara, TV mengedip-ngedip?
kan acara polisi lama itu, pria dengan fedora itu menahan sese?
orang. Aku merasakan tangan Andie menggeliat ke dalam tanganku.
Dia bersandar padaku seolah-olah kami duduk nyaman untuk me?
nonton film, pasangan malas yang tak berbeban, kemudian dia
menarik wajahku ke arahnya dan menciumku.
"Andie, jangan," bisikku.
"Ya, aku membutuhkanmu." Dia menciumku lagi dan memanjat
naik ke pangkuanku, mengapitku, gaun katunnya tersingkap di
sekitar lututnya, salah satu sandalnya jatuh ke lantai. "Nick, aku
amat mencemaskanmu. Aku butuh merasakan sentuhanmu padaku,
hanya itu yang kupikirkan selama ini. Aku takut."
Andie gadis yang dominan secara fisik, dan itu bukan kode untuk
Ini semua hanya soal seks. Dia senang memeluk, menyentuh, dia
gemar menyusurkan jari-jarinya di rambutku atau menggaruk
main-main sepanjang punggungku. Dia mendapatkan keyakinan
dan kenyamanan dari sentuhan. Dan ya, baiklah, dia juga menyukai
seks.
Dengan sekali sentakan kuat, dia merenggut bagian atas gaun
musim panasnya terlepas dan menggerakkan kedua tanganku ke
payudaranya. Gairah binatang setiaku muncul.
Aku ingin menidurimu, aku nyaris berkata keras-keras. Kau
HANGAT, istriku berkata di telingaku. Aku tersentak. Aku begitu
lelah, ruangan itu memudar.
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nick?" Bibir bawah Andie basah karena air liurku. "Apa? Apakah
kita tidak baik-baik saja? Apa ini karena Amy?"
Andie selalu terasa muda?dia 23 tahun, tentu saja dia terasa
muda?tetapi pada saat itu aku menyadari betapa mengerikannya
usia muda gadis itu, betapa tidak bertanggung jawab dan betapa
gadis itu membawa malapetaka. Sangat muda dan merusak. Men?
dengar nama istriku di bibir Andie selalu menggoyahkan diriku.
Andie sering mengucapkannya. Dia suka membahas Amy, seolaholah Amy adalah tokoh perempuan dalam sinetron malam hari.
Andie tidak pernah menjadikan Amy sebagai musuh; Andie mem?
buat Amy menjadi seorang karakter. Andie bertanya, setiap saat,
soal kehidupan kami bersama, soal Amy: Apa yang dulu kalian
lakukan, bersama-sama di New York, apa yang kalian lakukan di
akhir pekan, misalnya? Mulut Andie membentuk huruf O sesudah
aku memberitahunya soal pergi menonton opera. Kau pergi ke
opera? Apa yang Amy pakai? Gaun panjang? Dan terbungkus dalam
mantel bulu? Dan perhiasannya dan rambutnya? Juga: Seperti apa
teman-temannya Amy? Apa yang kami bicarakan? Seperti apa sih
Amy sebenarnya? Apakah dia seperti gadis di dalam buku, sem?
purna? Itu adalah dongeng pengantar tidur favorit Andie: Amy.
"Saudaraku ada di kamar sebelah, Manis. Kau seharusnya bahkan
tidak ada di sini. Ya Tuhan, aku menginginkanmu di sini, tapi kau
seharusnya tidak datang, Sayang. Hingga kita tahu apa yang kita
hadapi."
KAU BRILIAN KAU CERDAS KAU HANGAT. Sekarang cium aku!
Andie tetap berada di pangkuanku, payudaranya tampak, puting?
nya menjadi kaku karena pendingin ruangan.
"Sayang, yang kita hadapi sekarang adalah aku butuh memastikan
kita baik-baik saja. Hanya itu yang aku butuhkan." Andie merapat?
kan tubuhnya kepadaku, hangat dan bergairah. "Hanya itu yang
aku butuhkan. Kumohon, Nick, aku panik. Aku mengenalmu: Aku
tahu kau tidak mau bicara sekarang dan itu tidak masalah. Tapi
aku butuh kau... bersamaku."
Dan aku ingin mencium dia saat itu, dengan cara yang sama aku
menciumnya kali pertama: gigi kami beradu, wajahnya miring
menghadap wajahku, rambutnya menggelitik lenganku, ciuman
basah yang melibatkan lidah, aku tidak memikirkan hal lain selain
ciuman itu, karena akan berbahaya memikirkan hal lain selain
ciuman itu, karena akan berbahaya untuk memikirkan hal lain se?
lain betapa nikmatnya ciuman itu. Satu-satunya hal yang men?
cegahku menyeret Andie ke kamar tidur sekarang bukan betapa
salahnya tindakan itu?wanita simpananku sudah salah pada
begitu banyak hal selama ini?tetapi bahwa sekarang tindakan
kami sebenarnya berbahaya.
Dan karena ada Amy. Akhirnya, ada Amy, suara yang sudah ber?
sarang di telingaku selama lima tahun, suara istriku, tetapi sekarang
suara itu tidak lagi mencerca, sekarang suara itu kembali manis.
Aku benci bahwa tiga surat dari istriku bisa membuatku merasa
seperti sekarang, lembek dan sentimental.
Aku sama sekali tidak punya hak merasa sentimental.
Andie menyelusup kepadaku dan aku bertanya-tanya apakah
polisi mengawasi rumah Go, apakah aku seharusnya mendengarkan
bunyi pintu diketuk. Aku memiliki wanita simpanan yang sangat
muda, sangat cantik.
Ibuku selalu memberitahu anak-anaknya: Kalau kau akan me?
lakukan sesuatu dan kau ingin tahu apakah itu ide buruk atau
bukan, bayangkan melihat itu dicetak di koran untuk dilihat orang
sedunia.
Nick Dunne, bekas penulis majalah dengan harga diri yang masih
terluka akibat pemecatan pada tahun 2010, setuju untuk mengajar
kelas jurnalisme untuk Kampus D3 North Carthage. Si pria berumur
yang sudah menikah ini dengan segera mengeksploitasi posisinya
dengan meluncurkan festival sanggama penuh gairah dalam afair
dengan salah satu murid mudanya yang mudah dipengaruhi.
Aku menjadi apa yang ditakutkan setiap penulis: sebuah klise.
Sekarang biarkan aku merangkai lebih banyak klise untuk hi?
buranmu: Afair ini terjadi bertahap. Aku tidak pernah berniat
menyakiti siapa pun. Aku terlibat lebih dalam daripada yang ku?
pikirkan sebelumnya. Tetapi ini lebih daripada sekadar hubungan
singkat. Ini lebih daripada dorongan ego. Aku benar-benar men?
cintai Andie. Aku mencintainya.
Kelas yang kuajar?"Bagaimana Mendapatkan Karier di Ma?
jalah"?berisikan empat belas siswa dengan beragam tingkat ke?
terampilan. Semuanya perempuan. Aku akan mengatakan wanita,
tetapi perempuan tepat secara fakta. Mereka semua ingin bekerja
di majalah. Mereka bukan gadis-gadis majalah yang penuh noda
tinta, mereka gadis yang berkilau. Mereka sudah melihat filmnya:
Mereka membayangkan diri mereka berlarian di sekeliling
Manhattan, kopi latte di satu tangan, ponsel di tangan lainnya, de?
ngan menggemaskan merusak hak sepatu desainer, sementara
mereka memanggil taksi, dan menjatuhkan diri ke pelukan pa?
sangan jiwa yang memesona dan mampu melucuti diri mereka
dengan rambut yang terkembang baik. Mereka tidak tahu sama
sekali betapa konyol, betapa abai, pilihan kuliah mereka. Aku sudah
berencana memberitahu mereka sebanyak itu, menggunakan pe?
mecatanku sebagai kisah pengingat. Walaupun aku tidak tertarik
menjadi sosok yang tragis. Aku membayangkan mengisahkan cerita
itu dengan tidak acuh, sambil bercanda?bukan masalah besar.
Lebih banyak waktu untuk menulis novelku.
Kemudian aku menghabiskan kelas pertama menjawab begitu
banyak pertanyaan penuh kekaguman dan aku berubah menjadi
orang bawel yang pongah, bajingan dengan banyak tuntutan, se?
hingga aku tidak tega menceritakan kisah sebenarnya: panggilan
ke kantor redaktur pada pemecatan ronde kedua, perjalanan sulit
di jalur terkutuk sepanjang barisan panjang bilik pegawai kantor,
semua mata melirik ke arahku, mayat hidup berjalan, aku masih
berharap aku akan diberitahu sesuatu yang berbeda?bahwa ma?
jalah ini amat sangat membutuhkanku sekarang?ya! Itu akan
menjadi pidato bersiap-siaplah, semua harus bekerja keras! Tetapi
tidak, bosku hanya berkata: Kurasa kau tahu, sayangnya, kenapa
aku memanggilmu ke sini, menggosok mata di bawah kacamatanya,
untuk menunjukkan betapa lelah dan kesal dirinya.
Aku ingin merasa seperti pemenang yang gilang gemilang, jadi
aku tidak memberitahu siswaku soal kegagalanku. Aku memberitahu
mereka keluargaku sakit dan membutuhkan perhatianku di sini,
yang memang benar, ya, aku berkata kepada diri sendiri, sepenuh?
nya benar dan sangat heroik. Dan Andie yang cantik dan berbintikbintik duduk beberapa meter di depanku, sepasang mata biru di
bawah ikal kecokelatan, bibir penuh sedikit terbuka, payudara asli
yang amat besar, dan kaki dan lengan yang semampai?gadis bo?
neka sanggama yang asing, aku harus menyatakan itu, sangat ber?
beda dari istri ningratku yang elegan?dan Andie memancarkan
panas tubuh dan aroma lavendel, mengetikkan catatan di laptopnya,
bertanya dengan suara serak, seperti "Bagaimana Anda mem?buat
sumber Anda percaya kepada Anda, membuka diri kepada Anda?"
Dan aku berpikir sendiri, saat itu: Dari mana asal gadis ini? Ini
lelucon?
Kau bertanya kepada diri sendiri, Kenapa? Aku selalu setia ke?
pada Amy. Aku pria yang pulang dari bar lebih cepat kalau seorang
wanita bersikap terlalu menggoda, kalau sentuhannya terasa terlalu
menyenangkan. Aku dulu bukan tukang selingkuh. Aku tidak
(dulu?) menyukai tukang selingkuh: tidak jujur, tidak menghargai,
remeh, manja. Aku tidak pernah terperosok. Tetapi itu dulu ketika
aku bahagia. Aku tidak suka berpikir bahwa jawabannya semudah
itu, tetapi aku sudah bahagia sepanjang hidupku dan sekarang aku
tidak bahagia, dan Andie di sana, berlama-lama seusai kelas, me?
nanyakan pertanyaan kepadaku yang tidak pernah ditanyakan Amy,
tidak akhir-akhir ini. Membuatku merasa seperti pria yang layak,
bukan si idiot yang kehilangan pekerjaannya, si pandir yang lupa
menurunkan tutup toilet, si pengacau yang tidak pernah bisa me?
lakukan hal apa pun dengan benar.
Andie membawakanku apel satu hari. Apel Red Delicious (judul
memoar afair kami kalau aku akan menulisnya). Dia memintaku
memberikan komentar awal di tulisannya. Tulisan itu soal profil
seorang penari telanjang di kelab St. Louis, dan tulisan itu seperti
tulisan di forum Penthouse, dan Andie mulai memakan apelku
sementara aku membacanya, mencondongkan badan ke bahuku,
sari apel menetes dengan menggelikan di bibirnya, kemudian aku
berpikir, Astaga, gadis ini berusaha menggodaku, terkejut dengan
konyol, Benjamin Braddock yang menua.
Itu berhasil. Aku mulai memikirkan Andie sebagai pelarian, ke?
sempatan. Opsi. Aku akan pulang menemukan Amy kaku di sofa,
Amy menatap dinding, hening, tidak pernah mengatakan kata per?
tama kepadaku, selalu menunggu, permainan memecahkan ke?
sunyian yang abadi, tantangan mental konstan?apa yang akan
membuat Amy bahagia hari ini? Aku akan berpikir: Andie tidak
akan melakukan itu. Seolah-olah aku mengenal Andie. Andie akan
tertawa akan lelucon itu, Andie akan menyukai cerita itu. Andie
gadis keturunan Irlandia yang menyenangkan, cantik, berdada
besar dari kota asalku, tidak berlagak, dan ceria. Andie duduk di
baris depan kelasku, dan dia kelihatan lembut, dan dia kelihatan
tertarik.
Ketika aku memikirkan Andie, perutku tidak sakit seperti ketika
aku memikirkan istriku?rasa ngeri yang konstan untuk pulang ke
rumahku sendiri, di mana aku tidak diterima.
Aku mulai membayangkan bagaimana afair itu akan terjadi. Aku
mulai mendamba sentuhan Andie?ya, seperti itu, persis seperti
lirik dari lagu ?80-an yang buruk?aku mendamba sentuhannya,
aku sekadar mendamba sentuhan, karena istriku menghindari
sentuhanku: Di rumah dia melewatiku seperti ikan, menyelinap
cukup jauh dari sentuhan di dapur atau anak tangga. Kami me?
nonton TV dalam diam di dua bantal sofa kami, begitu terpisah
seakan sofa itu adalah kapal penyelamat. Di tempat tidur, dia me?
munggungiku, mendorong selimut dan seprai di antara kami. Aku
sekali waktu terbangun di tengah malam dan, tahu Amy sudah
tertidur, menarik turun tali bahu di bajunya sedikit dan menekankan
pipi dan telapak tanganku pada bahu telanjang Amy. Aku tidak bisa
tidur malam itu, aku begitu jijik pada diriku sendiri. Aku keluar
dari tempat tidur dan masturbasi di bawah pancuran, mem?
bayangkan Amy, tatapan penuh gairahnya yang dulu dia arahkan
padaku, mata berkilau setengah tertutup yang menyedotku masuk,
membuatku merasa aku terlihat. Ketika aku sudah selesai, aku
duduk di bak berendam dan menatap pada lubang pembuangan
air dari sela-sela air yang turun. Penisku terbaring dengan payah
di paha kiriku, seperti binatang kecil yang terdampar. Aku duduk
di bak, merasa malu, berusaha untuk tidak menangis.
Jadi itu terjadi. Dalam badai salju aneh yang tiba-tiba terjadi pada
awal April. Bukan April tahun ini, April tahun lalu. Aku sedang
bekerja di bar sendirian karena Go sedang ada Malam Mom; kami
bergantian tidak kerja, tinggal di rumah dengan ibu kami dan me?
nonton acara TV yang tidak berkualitas. Ibu kami memburuk de?
ngan cepat, dia tidak akan bertahan hingga setahun, sama sekali
jauh dari setahun.
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku sebenarnya merasa baik-baik saja saat itu?ibuku dan Go
duduk nyaman di rumah menonton film pantai Annette Funicello,
dan The Bar sebelumnya sibuk dan ramai, malam ketika semua
orang sepertinya baru saja menjalani hari yang baik. Gadis-gadis
cantik bersikap ramah kepada cowok-cowok bertampang biasa.
Orang-orang membelikan orang tak dikenal minuman tanpa alasan.
Malam itu meriah. Kemudian ketika malam berakhir, waktunya
untuk tutup, semua orang keluar. Aku sudah akan mengunci pintu
ketika Andie mendorongnya terbuka dan melangkah masuk, nyaris
menimpaku, dan aku bisa mencium aroma manis bir ringan di
napasnya, bau asap kayu di rambutnya. Aku berhenti sejenak untuk
momen menggetarkan itu ketika kau berusaha untuk memproses
seseorang yang hanya kaulihat di satu tempat, menaruh mereka
di konteks yang baru. Andie di The Bar. Oke. Dia tertawa lantang
seperti bajak laut dan mendorongku kembali ke dalam.
"Aku baru saja menjalani kencan yang buruk sekali dan kau ha?
rus minum denganku." Salju berkumpul di ikal rambutnya yang
gelap, bintik wajahnya yang tersebar manis berkilau, pipinya merah
muda terang, seolah-olah seseorang sudah menamparnya dua kali.
Dia memiliki suara yang menakjubkan, suara anak bebek yang
serak, yang awalnya kedengaran amat menggemaskan dan berakhir
dengan sangat seksi. "Kumohon, Nick, aku harus menghilangkan
rasa kencan buruk itu dari mulutku."
Aku ingat kami tertawa dan berpikir betapa melegakannya ber?
sama seorang wanita dan mendengarkan dia tertawa. Andie me?
ngenakan jins dan kaus kasmir berkerah V; dia salah satu gadis
yang kelihatan lebih baik dalam jins daripada gaun. Wajahnya,
tubuhnya, terkesan santai dengan cara yang paling baik. Aku kem?
bali ke posisiku di belakang bar dan dia menggeleser ke bangku
bar yang tinggi, matanya menilai semua botol minuman keras di
belakangku.
"Mau apa, Nona?"
"Beri aku kejutan," katanya.
"Huu," kataku, kata itu membuat bibirku berkerut seperti hendak
mencium.
"Sekarang kejutkan aku dengan minuman." Dia condong ke
depan sehingga belahan dadanya disangga konter bar, payudaranya
tertekan ke atas. Dia memakai liontin yang tergantung di rantai
emas tipis; liontin itu menyelusup di antara payudaranya di bawah
sweternya. Jangan jadi pria macam itu, pikirku. Pria yang bergairah
memikirkan di mana liontinnya tergantung.
"Kau suka rasa seperti apa?" tanyaku.
"Apa pun yang kauberikan, aku akan suka."
Itu kalimat yang menjeratku, kesederhanaannya. Memikirkan
bahwa aku bisa melalukan sesuatu dan itu akan membuat seorang
wanita bahagia, dan itu akan mudah. Apa pun yang kauberikan, aku
akan suka. Aku merasakan gelombang rasa lega yang kuat. Kemu?
dian aku tahu aku tidak lagi mencintai Amy.
Aku tidak mencintai istriku lagi, pikirku, berbalik untuk mengam?
bil dua termos. Bahkan tidak sedikit pun. Aku sudah disapu bersih
dari cinta, aku tidak bernoda. Aku membuat minuman favoritku:
Pagi Natal, kopi panas dan schnapps peppermint dingin. Aku minum
segelas bersama Andie dan ketika dia menggigil dan tertawa?tawa
besar yang lantang?aku menuangkan segelas lagi untuk kami.
Kami minum bersama hingga sejam lewat jam tutup dan aku me?
nyebutkan kata istri tiga kali, karena aku sedang menatap Andie
dan membayangkan dia menanggalkan pakaiannya. Peringatan
untuk gadis itu, setidaknya itu yang bisa kulakukan: Aku punya
istri. Lakukan apa pun dengan itu sesuai maumu.
Dia duduk di depanku, dagunya di kedua tangan, tersenyum
kepadaku.
"Temani aku berjalan pulang?" pinta Andie. Dia menyebutkan
sebelumnya betapa dekat tempat tinggalnya dari pusat kota, ba?
gaimana dia harus mampir ke The Bar suatu malam dan menyapa,
dan sudahkah dia menyebutkan betapa dekat tempat tinggalnya
dengan The Bar? Pikiranku sudah siap: Dalam benakku aku sudah
begitu sering berjalan beberapa blok ke arah apartemen batu bata
polos di mana Andie tinggal. Jadi ketika aku tiba-tiba keluar pintu,
menemani gadis itu berjalan pulang, rasanya tidak aneh sama
sekali?tidak ada bel peringatan yang memberitahuku: Ini tidak
biasa, ini bukan yang kita lakukan.
Aku menemani Andie berjalan pulang, melawan angin, salju
melayang di mana-mana, membantu dia menjalin ulang syal rajut
merahnya sekali, dua kali, dan kali ketiga, aku merapatkan syalnya
dengan layak dan wajah kami begitu dekat, dan pipi Andie bersemu
merah muda, ceria Natal, dan itu hal yang tidak akan pernah terjadi
di seratus malam lainnya, tetapi malam itu semuanya mungkin.
Percakapan, minuman, badai, syal.
Kami saling merengkuh bersamaan, aku mendorong gadis itu
ke pohon untuk mendapatkan sandaran yang lebih baik, rantingranting kurus menjatuhkan segumpal salju ke arah kami, momen
mengejutkan, kocak, yang hanya membuatku lebih bersikukuh
untuk menyentuhnya, menyentuh semuanya bersamaan, satu ta?
ngan menyelinap ke balik sweternya, satu lagi di antara kedua
kakinya. Dan Andie mengizinkanku.
Dia mundur menjauhiku, giginya menggeletuk. "Naiklah ke atas
denganku."
Aku berhenti sejenak.
"Naiklah ke atas denganku," katanya lagi. "Aku ingin bersamamu."
Seksnya tidak begitu luar biasa, tidak untuk kali pertama. Kami
dua tubuh yang terbiasa dengan ritme yang berbeda, tidak pernah
benar-benar memahami satu sama lain, dan sudah begitu lama
sejak aku berada di dalam tubuh wanita, aku selesai duluan, dengan
cepat, dan terus bergerak, tiga puluh detik krusial ketika aku mulai
melayu di dalam tubuh Andie, cukup lama untuk membantunya
selesai sebelum aku benar-benar lemas.
Jadi seksnya menyenangkan tapi mengecewakan, antiklimaks,
mirip dengan perasaan para gadis ketika mereka menyerahkan
keperawanan mereka: Semua kehebohan itu ternyata cuma begitu?
Tapi aku suka cara dia memelukkan tubuhnya di tubuhku dan aku
suka bahwa Andie selembut yang kubayangkan. Kulit baru. Muda,
pikirku tidak tahu malu, membayangkan Amy yang terus-menerus
memakai losion, duduk di tempat tidur dan menepuk-nepuk ba?
dannya dengan marah.
Aku pergi ke kamar mandi Andie, kencing, menatap diriku sen?
diri di cermin, dan membuat diriku mengatakannya: Kau tukang
selingkuh. Kau sudah gagal menjalani salah satu ujian pria paling
dasar. Kau bukan pria yang baik. Dan ketika itu tidak mengangguku,
aku berpikir: Kau benar-benar bukan pria yang baik.
Yang menakutkan adalah kalau seksnya benar-benar luar biasa,
perselingkuhan itu mungkin hanya akan terjadi sekali. Tetapi
seksnya lumayan dan sekarang aku tukang selingkuh, dan aku tidak
bisa merusak rekor kesetiaanku dengan sesuatu yang hanya lu?
mayan. Jadi aku tahu akan ada yang selanjutnya. Aku tidak men?
janjikan diriku untuk tidak pernah lagi mengulang perselingkuhan
itu. Kemudian seks selanjutnya sangat menyenangkan, dan yang
sesudah itu luar biasa. Dengan cepat Andie menjadi kebalikan Amy
dalam semua hal fisik. Andie tertawa bersamaku dan membuatku
tertawa, dia tidak dengan segera melawanku atau meragukanku.
Dia tidak pernah cemberut kepadaku. Dia mudah. Semua itu begitu
mudah. Dan kupikir: Cinta membuatmu ingin menjadi pria yang
lebih baik?benar, benar. Tapi mungkin cinta, cinta sejati, juga
mengizinkanmu untuk menjadi dirimu apa adanya.
Aku akan memberitahu Amy. Aku tahu itu harus terjadi. Aku
terus tidak memberitahu Amy, selama berbulan-bulan. Kemudian
bulan-bulan berikutnya. Sebagian besar karena kepengecutan. Aku
tidak tahan menjalani pembicaraan itu, harus menjelaskan diriku
sendiri. Aku tidak bisa membayangkan harus mendiskusikan per?
ceraian dengan Rand dan Marybeth, karena mereka jelas akan
melibatkan diri ke dalam keributan ini. Tetapi, sejujurnya, sebagian
karena kuatnya kecenderunganku untuk bersikap pragmatis?rasa?
nya mengerikan, betapa aku bisa menjadi praktis (egois?). Aku
belum meminta bercerai dari Amy, sebagian karena uang Amy
mendanai The Bar. Dia pada dasarnya pemilik tempat itu, dia akan
jelas mengambilnya kembali. Dan aku tidak tahan melihat saudara
kembarku berusaha untuk bersikap berani ketika dia kehilangan
dua tahun hidupnya lagi. Jadi aku membiarkan diriku terhanyut ke
dalam situasi yang menyedihkan, berasumsi bahwa pada satu titik
Amy akan mengambil kendali, Amy akan menuntut bercerai, kemu?
dian aku akan bisa menjadi pria yang baik.
Keinginan itu?untuk kabur dari situasi ini tanpa dipersalahkan?
begitu menjijikkan. Semakin menjijikkan diriku, semakin aku men?
damba Andie, yang tahu aku tidak seburuk kelihatannya, kalau
ceritaku dipublikasikan di koran untuk dibaca orang asing. Amy
akan menceraikanmu, aku terus berpikir begitu. Dia tidak bisa
membiarkan ini berlarut-larut lebih lama lagi. Tetapi ketika musim
semi memudar dan musim panas datang, kemudian musim gugur,
kemudian musim dingin, dan aku menjadi tukang selingkuh semua
musim?tukang selingkuh dengan perempuan simpanan yang tidak
sabaran dengan cara yang menyenangkan?menjadi jelas bagiku
bahwa sesuatu harus dilakukan.
"Maksudku, aku mencintaimu, Nick," Andie berkata, di sini,
terasa tidak nyata, di sofa kembaranku. "Tidak peduli yang terjadi.
Aku tidak tahu harus berkata apa lagi, aku merasa agak...." Dia me?
lontarkan tangannya ke atas. "Bodoh."
"Jangan merasa bodoh," kataku. "Aku juga tidak tahu harus bilang
apa. Tidak ada yang harus dikatakan."
"Kau bisa bilang kau mencintaiku apa pun yang terjadi."
Aku berpikir: Aku tidak bisa mengatakan itu keras-keras lagi.
Aku sudah mengatakannya sekali atau dua kali, gumam pelan di
lehernya, kangen akan sesuatu. Tetapi kata-kata itu sudah di luar
sana, sama seperti begitu banyak hal lainnya. Saat itu aku me?
mikirkan jejak yang kami tinggalkan, afair kami yang sibuk dan
setengah tersembunyi, yang tidak cukup kucemaskan. Jika gedung
apartemen Andie memiliki kamera keamanan, aku ada di rekaman.
Aku sudah membeli ponsel cadangan hanya untuk telepon Andie,
tetapi pesan suara dan teks masuk ke ponsel permanen Andie. Aku
sudah menuliskan ucapan Valentine kepadanya yang sudah bisa
kulihat tersebar di berita, aku membuat rima antara besot dengan
twat?dibodohi dengan orang bodoh. Dan terlebih lagi: Andie 23
tahun. Aku berasumsi kata-kataku, suaraku, bahkan fotoku direkam
dalam beragam perangkat elektronik. Aku pernah memeriksa foto
di ponselnya pada satu malam, cemburu, posesif, penasaran, dan
melihat banyak foto satu atau dua mantan tersenyum bangga di
tempat tidurnya, dan aku berasumsi pada satu saat aku akan ber?
gabung dalam kelab itu?aku semacam ingin bergabung dalam
kelab itu?dan untuk alasan tertentu itu tidak mencemaskanku,
walaupun itu bisa diunduh dan dikirim ke sejuta orang di dunia
dalam sedetik penuh pembalasan dendam.
"Ini situasi yang amat aneh, Andie. Aku hanya butuh kau ber?
sabar."
Dia mundur dariku. "Kau tidak bisa bilang kau mencintaiku, apa
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pun yang terjadi?"
"Aku mencintaimu, Andie, sungguh." Aku mengunci tatapannya.
Mengatakan Aku mencintaimu sekarang berbahaya, tetapi sama
berbahayanya dengan tidak mengatakannya.
"Setubuhi aku kalau begitu," bisiknya. Dia mulai merenggut ikat
pinggangku.
"Kita harus berhati-hati sekarang. Aku... ini tempat yang buruk,
buruk sekali untukku kalau polisi tahu soal kita. Ini akan kelihatan
lebih dari buruk."
"Itu yang kaucemaskan?"
"Aku pria dengan istri yang hilang dan pacar... rahasia. Ya, itu
kelihatan buruk. Itu kelihatan kriminal."
"Itu membuatnya kedengaran jorok." Payudaranya masih ter?
ekspos.
"Orang-orang tidak mengenal kita, Andie. Mereka akan berpikir
ini jorok."
"Ya Tuhan, ini seperti film noir yang jelek."
Aku tersenyum. Aku memperkenalkan Andie kepada film noir?
kepada Bogart dan The Big Sleep, Double Indemnity, semua film
klasik. Itu salah satu hal yang paling kusukai soal kami, bahwa aku
bisa menunjukkan banyak hal kepadanya.
"Kenapa kita tidak memberitahu polisi saja?" kata Andie. "Bukan?
kan itu akan lebih baik?"
"Tidak. Andie, bahkan memikirkannya pun jangan. Tidak."
"Mereka akan mengetahui?"
"Kenapa? Kenapa mereka akan tahu? Apakah kau sudah mem?
beritahu orang lain soal kita, Sayang?"
Dia memberiku pandangan berkedut. Aku merasa buruk: Bukan
seperti ini malam yang dibayangkan Andie. Dia bersemangat me?
nemuiku, dia sudah membayangkan pertemuan kembali penuh
gairah, keyakinan fisik, dan aku sibuk menyelamatkan diriku.
"Sayang, maafkan aku, aku hanya harus tahu," kataku.
"Tidak ada nama."
"Apa maksudmu tidak ada nama?"
"Maksudku," katanya, akhirnya menarik gaunnya ke atas, "teman
temanku, ibuku, mereka tahu aku berkencan dengan seseorang,
tapi tidak menyebut nama."
"Dan tidak ada deskripsi, kan?" kataku lebih mendesak daripada
yang kuniatkan, merasa seperti sedang menahan langit-langit yang
akan runtuh. "Dua orang tahu soal ini, Andie. Kau dan aku. Kalau
kau membantuku, kalau kau mencintaiku, hanya kita berdua yang
perlu tahu, dan polisi pun tidak akan pernah tahu."
Dia menelusurkan satu jari di sepanjang rahangku. "Dan bagai?
mana jika?jika mereka tidak pernah menemukan Amy?"
"Kau dan aku, Andie, kita akan bersama apa pun yang terjadi.
Tetapi hanya jika kita berhati-hati. Jika kita tidak berhati-hati,
mungkin?Kelihatannya cukup buruk untuk bisa membuatku ma?
suk penjara."
"Mungkin Amy kabur dengan seseorang," kata Andie, menyandar?
kan pipinya di bahuku. "Mungkin?"
Aku bisa merasakan otak perempuannya berdengung, mengubah
peristiwa hilangnya Amy menjadi hubungan asmara bergairah yang
penuh skandal, mengabaikan realitas apa pun yang tidak cocok
dengan narasi itu.
"Dia tidak kabur. Ini lebih serius daripada itu." Aku menaruh
satu jari di bawah dagunya agar dia menatapku. "Andie? Aku butuh
kau menanggapi ini sangat serius, oke?"
"Tentu saja aku menanggapi ini sangat serius. Tetapi aku butuh
lebih sering bicara denganmu. Bertemu denganmu. Aku panik,
Nick."
"Kita hanya harus diam sekarang." Aku mencengkeram kedua
bahunya jadi dia harus menatapku. "Istriku menghilang, Andie."
"Tapi kau bahkan tidak?"
Aku tahu apa yang akan dia katakan?kau bahkan tidak men?
cintainya?tapi dia cukup cerdas untuk berhenti.
Dia memelukku. "Dengar, aku tidak mau bertengkar. Aku tahu
kau peduli pada Amy dan aku tahu kau pasti sangat cemas. Aku
juga. Aku tahu kau di bawah... aku tidak bisa membayangkan te?
kanannya. Jadi tidak masalah bagiku untuk lebih tidak menonjol
daripada sebelumnya, kalau itu mungkin. Tapi ingat, ini memenga?
ruhiku juga. Aku butuh mendapat kabar darimu. Sekali sehari. Jadi
telepon ketika kau bisa, bahkan hanya untuk beberapa detik, supaya
aku bisa mendengar suaramu. Sekali sehari, Nick. Setiap hari. Kalau
tidak aku akan jadi gila. Aku akan jadi gila."
Dia tersenyum kepadaku, berbisik, "Sekarang cium aku."
Aku menciumnya dengan sangat lembut.
"Aku mencintaimu," katanya dan aku mencium lehernya dan
menggumamkan jawaban. Kami duduk dalam hening, TV menger?
jap-ngerjap.
Aku membiarkan mataku tertutup. Sekarang cium aku, siapa
yang sebelumnya mengatakan itu?
Aku terlonjak bangun tepat sesudah pukul lima pagi. Go sudah
bangun, aku bisa mendengar dia di ujung lorong, menyalakan air
di kamar mandi. Aku mengguncang-guncangkan Andie?ini pukul
lima pagi, pukul lima pagi?dan dengan janji cinta dan telepon,
aku tergesa-gesa mengantarnya ke pintu seperti kekasih semalam
yang memalukan.
"Ingat, telepon setiap hari," bisik Andie.
Aku mendengar pintu kamar mandi terbuka.
"Setiap hari," kataku dan menunduk di balik pintu ketika aku
membukanya dan Andie pergi.
Ketika aku berbalik, Go berdiri di ruang duduk. Mulutnya ter?
nganga, terperanjat, tetapi tubuhnya dipenuhi amarah: tangan di
pinggang, alis mengerut.
"Nick. Kau keparat tolol."
Amy Elliott Dunne
21 Juli 2011
Catatan buku harian
Aku begitu tolol. Kadang-kadang aku menatap diriku dan berpikir:
Tidak heran Nick berpikir aku konyol, remeh, manja, dibandingkan
dengan ibunya. Maureen sekarat. Dia menyembunyikan penyakit?
nya di balik senyum dan kaus bersulam yang nyaman, menjawab
semua pertanyaan soal kesehatannya dengan: "Oh, aku baik, tetapi
apa kabarmu, Manis?" Dia sekarat, tetapi dia tidak mau mengakui?
nya, belum. Jadi kemarin dia meneleponku pagi-pagi, bertanya
apakah aku mau pergi jalan-jalan dengannya dan teman-teman?
nya?harinya sedang baik, dia ingin keluar rumah sesering yang
dia bisa?dan aku segera menyetujui walaupun aku tahu mereka
tidak akan melakukan apa pun yang menarik untukku: pinochle,
bridge, kegiatan gereja yang biasanya melibatkan menyortir
benda-benda.
"Kami akan tiba di sana lima belas menit lagi," katanya. "Pakai
tangan pendek."
Bersih-bersih. Pasti bersih-bersih. Sesuatu yang mengotori
sikumu. Aku mengenakan kaus tangan pendek dan tepat 15 menit,
aku membukakan pintu untuk Maureen, botak di bawah topi rajut,
terkikik-kikik dengan dua temannya. Mereka semua mengenakan
T-shirt yang sama berhiaskan pita dan bel yang dijahitkan dan
dengan kata The PlasMamas di-airbrush-kan di bagian dada.
Aku pikir mereka membuat kelompok musik do-wop. Tetapi
kemudian kami semua masuk ke Chrysler tua milik Rose?tua
sungguhan, mobil yang kursi depannya tidak terpisah, mobil neneknenek yang berbau rokok wanita?dan pergilah kami dengan ceria
ke pusat donor plasma darah.
"Giliran kami Senin dan Kamis," jelas Rose, menatapku di kaca
spion tengah.
"Oh," kataku. Bagaimana lagi cara menjawabnya? Oh, itu hari
donor plasma darah yang keren!
"Kau diperbolehkan donor dua kali seminggu," kata Maureen,
bel-bel di kausnya berdenting-denting. "Pertama kali kau dapat 20
dolar, kedua kau dapat 30 dolar. Itu sebabnya suasana hati semua
orang baik hari ini."
"Kau akan suka," kata Vicky. "Semua orang cuma duduk dan
mengobrol, seperti di salon kecantikan."
Maureen meremas lenganku dan bicara dengan suara pelan,
"Aku tidak bisa mendonorkan darah lagi, tapi kupikir kau bisa
menjadi wakilku. Ini bisa jadi cara yang baik untukmu mendapatkan
uang tambahan?bagus untuk seorang gadis jika punya uang sen?
diri."
Aku menelan embusan kemarahan yang cepat: Dulu aku punya
lebih dari sedikit uang sendiri, tetapi aku memberikannya kepada
putramu.
Pria kurus berbalut jaket yang terlalu kecil untuknya nongkrong
di sekitar tempat parkir seperti anjing liar. Tapi di dalam, tempat
itu bersih. Penerangannya baik, beraroma pinus, dengan poster
Kristen di dinding, gambar merpati dan kabut. Tapi aku tahu aku
tidak bisa melakukannya. Jarum. Darah. Aku tidak bisa menghadapi
keduanya. Aku tidak memiliki fobia lain, tetapi dua hal itu solid?
aku gadis yang terhuyung-huyung melihat luka tergores kertas.
Sesuatu soal kulit yang terbuka: mengelupas, mengiris, menindik.
Ketika kemoterapi bersama Maureen, aku tidak pernah melihat
ketika mereka menusukkan jarum.
"Hai, Cayleese!" panggil Maureen ketika kami masuk dan seorang
wanita berkulit hitam berbadan besar dalam pakaian yang ke?
lihatan seperti seragam medis membalas panggilannya, "Hai,
Maureen! Bagaimana kabarmu?"
"Oh, aku baik, baik-baik saja?tapi bagaimana kabarmu?"
"Sudah berapa lama kau melakukan ini?" tanyaku.
"Cukup lama," kata Maureen. "Cayleese favorit semua orang, dia
menusukkan jarum dengan mulus. Itu bagus untukku karena aku
punya pembuluh nadi yang bergeser-geser." Dia menyodorkan
lengan dengan pembuluh nadi biru yang menonjol. Ketika aku
pertama kali bertemu Mo, dia gemuk, tapi sekarang tidak lagi. Aneh,
dia sebenarnya terlihat lebih baik ketika gemuk. "Lihat, coba taruh
jarimu di satu pembuluh."
Aku melihat ke sekeliling, berharap Cayleese akan mengarahkan
kami untuk masuk.
"Ayo, cobalah."
Aku menyentuh pembuluh darah itu dan merasakannya ber?
guling di bawah kulit. Gelombang panas melandaku.
"Jadi ini rekrut kita?" tanya Cayleese, tiba-tiba ada di sebelahku.
"Maureen menyombongkan dirimu setiap saat. Jadi kita harus
mengisi beberapa dokumen?"
"Maaf, aku tidak bisa. Aku tidak tahan menghadapi jarum, aku
tidak tahan menghadapi darah. Aku punya fobia serius. Aku benarbenar tidak bisa melakukannya."
Aku menyadari aku belum makan hari ini dan gelombang pusing
menyerangku. Leherku terasa lemas.
"Semua di sini sangat higienis, kau ditangani dengan baik," kata
Cayleese.
"Bukan, bukan itu, sungguh. Aku tidak pernah donor darah.
Dokterku marah kepadaku karena aku bahkan tidak bisa meng?
hadapi tes darah tahunan untuk, misalnya, kolesterol."
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Alih-alih kami menunggu. Semua itu butuh dua jam, Vick dan
Rose terhubung ke mesin yang bergolak. Seperti sedang dipanen.
Mereka bahkan diberi tanda di jarinya, jadi mereka tidak bisa men?
donorkan darah lebih dari dua kali seminggu di tempat lain?tanda
itu muncul di bawah cahaya ungu.
"Itu bagian James Bond-nya," kata Vicky dan mereka semua ter?
kikik. Maureen menggumamkan lagu film Bond (kupikir) dan jarijari Rose dibentuk seperti pistol.
"Bisakah kalian perempuan-perempuan tua tidak berisik sekali
saja?" seru wanita berambut putih berjarak empat kursi dari me?
reka. Dia bersandar tegak, terlihat melewati tubuh-tubuh tiga pria
berkulit mengilat yang sedang berbaring?tato hijau-kebiruan di
lengan mereka, janggut pendek di dagu, tipe pria yang aku bayang?
kan akan donor plasma darah?dan mengibaskan jari tengah de?
ngan lengannya yang bebas.
"Mary! Kukira kau datang besok!"
"Memang, tapi tunjangan tidak bekerjaku baru seminggu lagi
dan aku cuma punya sekotak sereal dan sekaleng jagung krim!"
Mereka semua tertawa seolah-olah nyaris kelaparan itu lucu?
kota ini kadang-kadang berlebihan, begitu putus asa dan penuh
penyangkalan. Aku mulai merasa mual, suara darah bergolak, slang
plastik panjang tempat darah mengalir dari badan ke mesin, orangorang itu seperti, entahlah, dipanen. Darah ada di mana-mana
sepanjang aku memandang, di luar sana, tempat yang seharusnya
bukan tempat darah. Kelam dan gelap, nyaris ungu.
Aku bangkit dan pergi ke kamar mandi, mencipratkan air dingin
ke wajah. Aku maju dua langkah dan telingaku pekak, pandanganku
menyempit, aku merasakan detak jantungku sendiri, darahku
sendiri, dan ketika jatuh ke lantai, aku berkata, "Oh. Maaf."
Aku nyaris tidak ingat perjalanan pulang. Maureen mengantarku
ke tempat tidur, segelas jus apel, semangkuk sup, di nakas. Kami
berusaha menelepon Nick. Go bilang dia tidak ada di The Bar dan
dia tidak menjawab ponselnya.
Pria itu menghilang.
"Dia seperti itu ketika masih bocah?dia pengelana," kata
Maureen. "Hal terburuk yang bisa kaulakukan adalah menghukum?
nya tetap di kamar." Dia menaruh kain kompres dingin di dahiku;
napasnya berbau aspirin menyengat. "Tugasmu adalah istirahat,
oke? Aku akan terus menelepon hingga aku bisa menyuruh Nick
pulang."
Ketika Nick pulang, aku tertidur. Aku terbangun mendengar dia
mandi dan aku melihat jam: 23.04. Dia pasti pergi ke The Bar?dia
suka mandi sesudah bekerja di sana, menghilangkan aroma bir
dan popcorn asin dari kulitnya. (Katanya.)
"Kami berusaha meneleponmu selama berjam-jam," kataku.
"Teleponku habis baterai. Kau pingsan?"
"Kukira kau bilang teleponmu habis baterai."
Dia berhenti sejenak dan aku tahu dia akan berbohong. Perasaan
paling buruk: ketika kau hanya harus menunggu dan bersiap-siap
mendengarkan kebohongan. Nick itu kolot, dia membutuhkan ke?
bebasannya, dia tidak suka menjelaskan dirinya sendiri. Dia tahu
seminggu sebelumnya dia punya rencana dengan teman-temannya
dan dia masih akan menunggu hingga sejam sebelum permainan
poker dan memberitahuku dengan santai, "Hei, jadi aku berpikir
akan bergabung dengan teman-teman untuk main poker malam
ini, kalau itu tidak masalah untukmu," dan membuatku jadi orang
jahatnya kalau aku sudah membuat rencana lain. Kau tidak pernah
ingin jadi istri yang mencegah suaminya bermain poker?kau tidak
mau menjadi wanita pemberang dengan rol rambut dan penggiling
adonan. Jadi kau menelan kekecewaanmu dan berkata oke. Aku
pikir dia tidak melakukan ini untuk bersikap kejam, itu hanya
bagaimana dia dibesarkan. Ayahnya melakukan kegiatannya
sendiri, selalu, dan ibunya bertahan. Hingga dia menceraikan
suaminya.
Nick memulai kebohongannya. Aku bahkan tidak mendengarkan.
Nick Dunne
Lima hari hilang
Aku menyandar di pintu, menatap saudaraku. Aku masih bisa men?
cium aroma Andie dan aku ingin momen itu untukku sendiri selama
sedetik, karena sekarang dia sudah pergi, aku bisa menikmati me?
mikirkan dirinya. Andie selalu terasa seperti butterscotch dan
beraroma lavendel. Sampo lavendel, losion lavendel. Lavendel untuk
keberuntungan, dia menjelaskannya kepadaku sekali waktu. Aku
membutuhkan keberuntungan.
"Berapa umurnya?" tuntut Go, tangan di pinggul.
"Kau mau mulai dari situ?"
"Berapa umurnya, Nick?"
"Dua puluh tiga."
"Dua puluh tiga. Brilian."
"Go, jangan?"
"Nick. Kau tidak sadar betapa kau amat celaka?" kata Go. "Celaka
dan bodoh." Dia membuat kata bodoh?kata anak kecil?menam?
parku sekeras seperti aku berusia sepuluh tahun lagi.
"Ini bukan situasi yang ideal," aku mengizinkan diriku bicara,
suaraku pelan.
"Situasi ideal! Kau... kau tukang selingkuh, Nick. Maksudku, apa
yang terjadi padamu? Kau selalu salah satu dari pria baik-baik itu.
Atau apakah aku selama ini bersikap tolol?"
"Tidak." Aku menatap lantai, di tempat yang sama yang kutatap
ketika aku masih kanak-kanak dan ibuku memintaku duduk di sofa
kemudian memberitahuku aku lebih baik daripada apa pun yang
sudah kulakukan.
"Sekarang? Kau pria yang berselingkuh dari istrinya, kau tidak
akan pernah bisa mengubah itu," kata Go. "Ya Tuhan, bahkan Dad
tidak berselingkuh. Kau begitu?maksudku, istrimu menghilang,
Amy entah ada di mana dan kau di sini meluangkan waktu dengan
seorang?"
"Go, aku menikmati sejarah revisionis di mana kau adalah pem?
bela Amy. Maksudku, kau tidak pernah menyukai Amy, bahkan
tidak dari awal dan sejak semua ini terjadi, seakan-akan?"
"Seakan-akan aku bersimpati untuk istrimu yang hilang, ya, Nick.
Aku cemas. Ya, memang. Ingat sebelumnya, ketika aku bilang kau
bertingkah aneh? Kau?Ini gila, caramu bertingkah."
Go berjalan mondar-mandir di ruangan itu, menggigiti kuku ibu
jarinya. "Kalau polisi tahu soal ini, aku bahkan tidak tahu akan
bagaimana," katanya. "Aku takut sekali, Nick. Ini pertama kali aku
takut memikirkan dirimu. Aku tidak percaya mereka belum tahu.
Mereka pasti memeriksa catatan ponselmu."
"Aku menggunakan ponsel cadangan."
Go terdiam mendengar itu. "Itu bahkan lebih buruk. Itu seperti...
direncanakan."
"Selingkuh yang direncanakan, Go. Ya, aku bersalah untuk itu."
Dia menyerah selama sedetik, terenyak ke sofa, realitas baru
mengendap dalam drinya. Sejujurnya, aku lega Go tahu.
"Berapa lama?" tanyanya.
"Setahun lebih sedikit." Aku memaksa diriku mengalihkan ta?
tapan dari lantai dan menatap Go lurus-lurus.
"Lebih dari setahun? Dan kau tidak pernah memberitahuku."
"Aku takut kau akan menyuruhku berhenti. Bahwa kau akan
berpikir buruk soal diriku kemudian aku harus berhenti. Dan aku
tidak mau. Keadaan dengan Amy?"
"Setahun lebih," kata Go. "Dan aku bahkan tidak pernah me?
nebak. Delapan ribu obrolan sambil mabuk dan kau tidak pernah
cukup memercayaiku untuk memberitahuku. Aku tidak tahu kau
bisa melakukan itu, merahasiakan sesuatu sepenuhnya dariku."
"Itu satu-satunya."
Go mengangkat bahu: Bagaimana bisa aku memercayaimu seka?
rang? "Kau mencintainya?" Dia mengatakannya dengan nada ber?
canda untuk menunjukkan betapa tidak mungkinnya itu.
"Ya. Kurasa aku mencintainya. Dulu. Masih sekarang."
"Kau sadar, kalau kau kencan dengannya sungguhan, bertemu
dengannya rutin, tinggal dengannya, dia akan menemukan ada
yang salah denganmu, ya kan? Dia akan menemukan hal-hal dari
dirimu yang membuatnya sinting. Dia akan membuat tuntutan yang
tidak akan kausukai. Dia akan marah padamu."
"Aku bukan anak sepuluh tahun, Go, aku tahu bagaimana hu?
bungan berjalan."
Dia mengangkat bahu lagi: Benarkah? "Kita butuh pengacara,"
katanya. "Pengacara yang baik dengan keahlian humas, karena
stasiun TV, beberapa program TV kabel, mereka mengendus-endus
informasi. Kita harus memastikan media tidak mengubahmu men?
jadi suami tukang selingkuh yang jahat, karena kalau itu terjadi,
kurasa semua ini akan berakhir."
"Go, kau kedengaran sedikit berlebihan." Aku sebenarnya setuju
dengannya, tetapi aku tidak tahan mendengar kata-kata itu keraskeras, dari Go. Aku harus meragukan omongannya.
"Nick, ini memang sedikit berlebihan. Aku akan menelepon be?
berapa orang."
"Apa pun yang kauinginkan, kalau itu membuatmu merasa lebih
baik."
Go menusuk tulang dadaku keras-keras dengan dua jari. "Jangan
berani-berani katakan hal semacam itu kepadaku, Lance. ?Oh, ce?
wek-cewek selalu berlebihan.? Itu omong kosong. Kau ada di posisi
yang amat buruk, kawanku. Keluarkan kepalamu dari pantat dan
mulai bantu aku memperbaiki ini."
Di bawah kemejaku, aku bisa merasakan titik yang ditekan jari
Go membakar kulitku ketika Go berpaling dariku dan, syukurlah,
pergi kembali ke kamarnya. Aku duduk di sofanya, kebas. Kemudian
aku berbaring ketika berjanji akan bangun.
Aku memimpikan Amy: Dia merangkak di sepanjang lantai dapur
kami, bertumpu pada tangan dan kaki, berusaha mencapai pintu
belakang, tetapi dia dibutakan darah, dan dia bergerak begitu
lambat, terlalu lambat. Kepalanya yang cantik anehnya berbentuk
janggal, melekuk di sisi kanan. Darah menetes dari rambut yang
basah dan dia mengerangkan namaku.
Aku terbangun dan tahu ini saatnya pulang. Aku harus melihat
tempat itu?tempat kejadian perkara?aku harus menghadapinya.
Tidak ada orang di luar rumah dalam udara panas seperti ini. Ling?
kungan rumah kami kosong dan sepi seperti pada hari Amy meng?
hilang. Aku melangkah masuk melalui pintu depanku dan memaksa
diriku bernapas. Aneh bahwa rumah yang begitu baru bisa terasa
angker dan bukan angker seperti di novel zaman Victoria, hanya
benar-benar ngeri, rusak dengan cara yang amat buruk. Rumah
dengan sejarah padahal rumah ini baru berusia tiga tahun. Teknisi
lab sudah berkeliaran di semua tempat; permukaan benda-benda
ternoda, lengket, dan kusam. Aku duduk di sofa dan ada aroma
seseorang, orang sungguhan, dengan aroma yang asing, aftershave
rempah-rempah. Aku membuka jendela sekalipun hawa panas,
agar ada udara masuk. Bleecker menuruni tangga dan aku meng?
angkat dan mengelus-elusnya sementara dia mendengkur. Sese?
orang, polisi, sudah mengisi mangkuk si kucing sampai penuh.
Tindakan yang baik, sesudah membongkar rumahku. Aku me?
nurunkan Bleecker dengan hati-hati di anak tangga terbawah ke?
mudian naik ke kamarku, sambil membuka kancing kemejaku. Aku
Yang Hilang Gone Girl Karya Gillian Flynn di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berbaring di tempat tidur dan membenamkan wajahku di bantal,
sarung bantal biru gelap yang sama yang kutatap pada pagi hari
ulang tahun pernikahan kami. Pagi saat kejadian.
Ponselku berdering. Go. Aku menjawab.
"Ellen Abbott menayangkan acara khusus tengah hari. Ini soal
Amy. Kau. Aku, eh, kelihatannya tidak bagus. Kau ingin aku mam?
pir?"
"Tidak, aku bisa menontonnya sendiri, trims."
Kami berdua tidak memutuskan sambungan. Menunggu salah
satu meminta maaf.
"Oke, kita bicara sesudah ini," kata Go.
Ellen Abbott Live adalah acara TV kabel yang mengkhususkan
pada berita wanita hilang, terbunuh, dibintangi oleh Ellen Abbott
yang selamanya berang, mantan jaksa penuntut dan advokat hak
hak korban. Acara ini dibuka dengan Ellen, rambut mengembang
dan bibir terpulas, melotot ke arah kamera. "Berita mengejutkan
untuk dilaporkan hari ini: wanita cantik, muda, yang menjadi inspi?
rasi untuk seri buku Amazing Amy. Hilang. Rumahnya dihancurkan.
Suaminya adalah Lance Nicholas Dunne, penulis penganggur yang
sekarang memiliki bar yang dia beli dengan uang istrinya. Ingin
tahu betapa cemasnya dia? Ini foto-foto yang diambil sejak istrinya,
Amy Elliott Dunne, hilang pada 5 Juli?hari ulang tahun pernikahan
kelima mereka."
Dipotong ke fotoku saat konferensi pers, seringai bajingan itu.
Satu foto lagi diriku melambai dan tersenyum seperti ratu ke?
cantikan ketika aku keluar dari mobil (aku balas melambai kepada
Marybeth; aku tersenyum karena aku tersenyum ketika aku me?
lambai).
Kemudian muncul foto ponsel aku dan Shawna Kelly, si pembuat
pai Frito. Kami berdua dengan pipi berdempetan, gigi putih ber?
kilau. Kemudian Shawna yang asli muncul di layar, berkulit cokelat,
terpahat, dan muram ketika Ellen memperkenalkan wanita itu
kepada Amerika. Butiran-butiran keringat terbit di sekujur tubuh?
ELLEN: Jadi, Lance Nicholas Dunne?bisakah Anda menjelaskan
sikapnya kepada kami, Shawna? Anda bertemu dengannya ketika
semua orang keluar mencari istrinya yang hilang dan Lance
Nicholas Dunne... bagaimana?
SHAWNA: Dia sangat tenang, sangat ramah.
ELLEN: Maaf, sebentar. Dia ramah dan tenang? Istrinya hilang,
Shawma. Pria macam apa yang ramah dan tenang?
Foto mengerikan itu muncul kembali di layar. Kami entah
bagaimana kelihatan lebih ceria.
SHAWNA: Dia sebenarnya sedikit menggoda....
Kau seharusnya bersikap lebih baik kepadanya, Nick. Kau se?
harusnya makan pai keparat itu.
ELLEN: Menggoda? Sementara istrinya entah di mana dan Lance
Dunne... yah, maafkan saya, Shawna, tapi foto ini... saya tidak tahu
kata yang lebih baik daripada menjijikkan. Bukan seperti ini tam?
pang seorang pria yang tidak bersalah....
Sisa segmen itu intinya Ellen Abbott, provokator, terobsesi de?
ngan ketiadaan alibiku: "Kenapa Lance Nicholas Dunne tidak punya
alibi hingga tengah hari? Di mana dia pagi itu?" Ellen Abbott meng?
gulirkan aksen sheriff Texas-nya. Tamu di acaranya setuju bahwa
itu tidak terlihat bagus.
Aku menelepon Go dan dia berkata, "Yah, kau nyaris berhasil
melalui seminggu tanpa mereka berbalik menyerangmu," dan kami
memaki-maki selama beberapa saat. Shawna keparat sundal jalang
gila.
"Lakukan sesuatu yang amat sangat berguna, aktif," saran Go.
"Orang-orang akan memperhatikan sekarang."
"Aku tidak bisa duduk diam kalau pun aku mau."
Aku menyetir ke St. Louis nyaris penuh kemurkaan, memutar ulang
segmen TV di kepalaku, menjawab semua pertanyaan Ellen, mem?
bungkam mulutnya. Hari ini, Ellen Abbott, kau lonte keparat, aku
melacak salah satu penguntit Amy, Desi Collings. Aku melacak pria
ini untuk mendapatkan kebenaran. Aku, si suami pahlawan. Kalau
aku punya musik pengantar yang membahana, aku akan memutar?
nya. Aku, si pria kelas pekerja yang menyenangkan, melawan si
anak kaya manja. Media akan menyambar itu: Penguntit obsesif
lebih menarik daripada pembunuh istri yang biasa-biasa saja. Pa?
sangan Elliott, setidaknya, akan menghargai ini. Aku menelepon
Marybeth, tapi hanya mendengar kotak suara. Maju terus.
Ketika aku masuk ke kompleks rumah Desi Collings, aku harus
mengubah bayangan Desi-ku dari kaya menjadi amat sangat kaya
hingga memuakkan. Pria ini tinggal di rumah besar di Ladue yang
mungkin bernilai setidaknya lima juta dolar. Batu bata dilabur cat
putih, penutup jendela bepernis hitam, lampu gas, dan tanaman
sulur. Aku berpakaian seperti akan pergi ke rapat, jas dan dasi yang
layak, tetapi aku menyadari ketika aku menekan bel pintu bahwa
jas empat ratus dolar di lingkungan ini akan lebih mencolok di?
bandingkan jika aku datang mengenakan jins. Aku bisa mendengar
bunyi tapak sepatu resmi datang dari belakang rumah ke depan,
dan pintu terbuka dengan bunyi embusan, seperti suara lemari es.
Udara dingin mengalir keluar menerpaku.
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit Pendekar Rajawali Sakti 150 Orang Orang Goosebumps 2000 8 Kamp Horor
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama