Playgirl Dari Pak King Karya Batara Bagian 13
"Keparat, kau terpengaruh dan masih menelan kata-kata wanita siluman tadi? Kau lebih percaya dia daripada ibumu? Eh, jangan masukkan semua kata-kata iblis betina tadi, Kong Lee. Fang Fang adalah musuhmu dan harus kita bunuh. Dengar kata-kata ibumu dan jangan hiraukan orang lain!"
"Tapi ada banyak hal-hal yang janggal, dan aku menjadi ragu...."
"Kau tak percaya ibumu?"
"Bukan tak percaya, harap ibu tidak meledak. Aku ingin bertanya secara sungguh-sungguh dan harap kaujawab dengan sungguh-sungguh dan jujur, ibu. Bolehkah aku berterus terang dan tak perlu ribut-ribut di tempat orang begini."
Eng Eng terbelalak.
Mereka berdua terikat dan segera ia sadar bahwa membentak-bentak puteranya di situ bukanlah pekerjaan yang baik.
Mereka sekarang di tangan orang lain dan justeru sedang menghadapi770 bahaya.
Bukan saling cekcok yang harus dilakukan, melainkan kerja sama dan sikap yang baik.
Maka ketika ia mengendorkan kemarahannya dan pandang mata puteranya yang lembut membuatnya terisak tiba-tiba ia melihat betapa pandang mata puteranya itu persis pandang mata Fang Fang, sang ayah! "Kau hendak bicara apa, apa yang ingin kauketahui."
"Banyak hal, terutama kebingunganku ini. Ada hal-hal ganjil yang membuatku bimbang, ibu. Dan sekarang aku ingin bertanya baik-baik dan jawablah secara baik-baik pula. Apakah ibu siap?"
Wanita itu menangis, melihat pakaian anaknya yang robek-robek dan tubuh yang matang biru. Dan ketika ia mengangguk dan menggeser susah payah, mendekati puteranya maka Kong Lee terharu mendengar kata-kata ibunya, pertanyaan gemetar.
"Kau tak apa-apa? Kau tak sakit? Pakaianmu tak keruan, Kong Lee, tubuhmu memar. Entah bagaimana kita dapat keluar dari tempat terkutuk ini!"
"Ibu juga, pakaian ibu robek-robek. Sudahlah aku tak apa-apa, ibu. Aku ingin kembali ke pertanyaan semula dan maukah kau berterus terang."
Eng Eng terisak.
"Tanyalah, asal tidak menusuk-nusuk perasaan ibu."
"Hm, aku curiga bagaimana wajahku mirip dengan paman Yong itu, eh.... maksudku orang yang ternyata bernama Fang Fang itu. Bagaimana wajahku mirip dengannya dan benarkah ia musuh ibu. Lalu kedua, bukankah kita ditangkap di sini karena semata keluarga Fang Fang? Dan ketiga, beranikah ibu mempertemukan aku dengan nenek guru seperti kata wanita baju merah tadi!"771 Eng Eng tiba-tiba mengguguk.
"Kong Lee, kau membuat perasaanku tertusuk-tusuk. Kau.. kau tak menghiraukan kata-kata ibumu!"
"Maaf,"
Pemuda ini menyesal juga.
"Aku butuh keterangan, ibu, bukan bermaksud menyakiti atau menusuk-nusuk perasaanmu. Kau membuatku bingung, dan sekarang aku ragu. Jawablah semua pertanyaanku tadi dan betulkah Fang Fang itu ayahku!"
Sang ibu semakin keras tangisnya.
Setelah Ming Ming berkata seperti itu dan rahasia dibuka entah lambat atau cepat tentu puteranya ini akan mencari keterangan.
Eng Eng hancur.
Namun karena ia melihat Ming Ming dan marah serta cemburunya timbul maka ia menggigit bibir kuat-kuat dan tak menjawab pertanyaan puteranya itu.
Untuk sejenak wanita ini memejamkan mata dan teringatlah dia akan segala kenangannya bersama Fang Fang, saat-saat indah di mana akhirnya dia melahirkan Kong Lee.
Tapi karena Fang Fang tidak memilihnya seorang dan di sana terdapat wanita-wanita lain, Ming Ming dan juga Ceng Ceng akhirnya wanita ini menjerit menggelengkan kepala.
"Tidak.... tidak. Jahanam terkutuk kau, Fang Fang. Jahanam terkutuk kau.... .....!"
Kong Lee mengerutkan kening.
"Ibu bicara kepada siapa?"
"Aku..... aku, ah..... aku bicara kepada jahanam itu, Kong Lee. Dia membuat hidup ibumu menderita!"
"Ibu belum menjawab pertanyaanku, betulkah dia ayahku atau bukan...."
"Persetan dengan pertanyaanmu!"
Sang ibu tiba-tiba meledak.
"Aku tak mau menjawabnya, Kong Lee. Aku tak772 mau bicara tentang itu!"
Wanita itu tersedu-sedu dan puteranya pun menarik napas panjang.
Sekarang Kong Lee mulai curiga dan karena sudah dewasa iapun tak gampang dilolohi lagi.
Selama ini ibunya hanya menekankan untuk mencari musuh besar mereka itu, kurang memberi penjelasan kenapa dan untuk apa Fang Fang dimusuhi.
Kalau didesak dan ditanya tentu jawabannya karena laki-laki itu membuat hidup ibunya menderita.
Maka ketika kini jawaban itu diulang lagi dan ibunya meledak gusar, iapun tak berani bicara lagi maka saat itu pintu kamar tiba-tiba terbuka, dan muncullah Hung-wangwe yang mengepulkan asap huncwe di mulutnya.
"Heh-heh, pertanyaan itu agaknya dapat kujawab. Eh, kau tak usah bertanya lagi kepada ibumu, anak muda. Ibumu sedang frustrasi. Aku dapat menjawabnya, dengarlah.!"
Dan menutup pintu kamar menarik sebuah kursi hartawan itu lalu terkekeh-kekeh menopangkan satu kakinya di atas kaki yang lain, tak perduli betapa Kong Lee tiba-tiba melotot dan memandang marah, juga Eng Eng yang menghentikan tangis dan memaki-maki hartawan ini.
Lalu ketika sekali lagi hartawan itu duduk tenang mengisap pipa huncwenya, itulah tadi senjata yang merobohkan Kong Lee maka laki-laki itu berkata seolah ditanya Kong Lee.
"Ayahmu adalah benar si Fang Fang itu, murid Dewa Mata Keranjang. Namun karena ia ketularan gurunya dan memiliki banyak kekasih maka ibumu sakit hati dan kau dihasutnya untuk memusuhi ayahmu itu. Ha-ha, dapat kutebak. Ibumu benci karena ayahmu tak setia kepadanya seorang tapi hal itu lumrah bagi laki-laki. Kau adalah putera Fang Fang!"
"Tutup mulutmu, tak usah mencampuri urusan ini!"
Eng773 Eng membentak.
"Bebaskan kami dan hadapi aku seorang lawan seorang, tua bangka busuk. Atau kau pergi dan tinggalkan kami!"
"Ha-ha, ini rumahku, kalian tawanan. Eh, tak usah marah kalau semuanya betul, Fang-hujin. Baru aku tahu sekarang bahwa kau adalah murid Bhi-kong-ciang Sia Cen Lin. Dan puteramu adalah hasil cintamu dengan murid Dewa Mata Keranjang itu. Ha-ha, kalian tawanan yang berharga dan lihat betapa aku dapat memainkan kartuku!"
Eng Eng memaki-maki dan membentak-bentak hartawan itu.
Ia marah bukan main namun lawan segera bercerita, Kong Lee mendengarkan dan tentu saja pemuda ini semakin pucat setelah diberi tahu.
Dan karena pada dasarnya ia sudah curiga dan sedikit atau banyak tak mungkin wanita baju merah itu bohong maka ibunya menjerit ketika hartawan itu menutup cerita dengan berkata bahwa hubungan ibunya dua puluh tahun lalu bukanlah rahasia lagi.
"Aku berani potong kepala, kau sebenarnya masih mencintai pria itu. Tapi kau cemburu dan marah karena Fang Fang menggaet wanita lain, hujin, apalagi karena pria itu telah memiliki anak-anak pula dari hasil percintaannya dengan para kekasihnya. Dan Kiok Eng adalah satu di antara anak-anak itu. Ha-ha, baru kutahu bahwa gadis siluman itu adalah keturunan Fang Fang. Dan aku akan mempergunakan kalian sebagai umpan!"
Eng Eng berteriak-teriak sementara Kong Lee merah dan pucat berganti-ganti.
Pemuda ini gemetar dan mendengarkan serius sementara ibunya memaki-maki.
Hebat bagi pemuda itu apa yang didengar dari mulut Hung-wangwe ini, jauh lebih jelas meskipun memalukan dibanding ketika mendengar dari Ming Ming.
Maka ketika774 ibunya minta agar hartawan itu tak melanjutkan ceritanya, meronta dan coba membebaskan diri namun gagal maka hartawan itu tertawa tergelak-gelak tapi tiba- tiba pintu terbuka dan masuklah di situ Ming Ming dan Fang Fang! "Hung-wangwe, cukup semua celotehmu ini.
Minggir dan pergilah!"
Hartawan itu kaget bukan main.
Ia baru saja merasa begitu gembira ketika tiba-tiba pintu terbuka, dua bayangan berkelebat masuk dan pucatlah dia melihat pria gagah itu.
Dan ketika ia berteriak namun kalah cepat, Fang Fang mengibas maka hartawan ini bersama kursinya mencelat terlempar, keluar kamar.
"Bresss!"
Hartawan itu berkaok-kaok.
Ia gentar dan pucat tapi juga marah.
Tak disangkanya pendekar itu datang lagi, padahal tadi jelas pergi dan meninggalkan wanita baju hijau ini, yang memusuhinya habis-habisan.
Dan ketika ia bergulingan di luar dan tentu saja memanggil semua pembantunya, Kong Lee dan ibunya tertegun di sana maka Fang Fang menggerakkan tangan dan putuslah semua ikatan di tubuh ibu dan anak.
"Pergilah, bawa putera kita menjauh dari tempat ini, Eng- moi. Urusan orang-orang tua tak perlu membuat anak resah!"
Eng Eng terbelalak sementara puteranya berseri-seri.
Kong Lee meloncat bangun dan alangkah bahagianya mendengar kata-kata tadi.
Pria itu telah menyebutnya sebagai "putera kita", berarti tak perlu lagi ibunya bohong dan keharuan serta kegembiraan besar melanda hatinya.
Namun ketika ibunya menyambar lengannya dan saat itu dari luar berhamburan orang-orang masuk, Hung-775 wangwe dan pembantunya telah datang menyerang maka ibunya tak banyak cakap lagi dan menerima pedang yang dilemparkan Ming Ming.
"Kong Lee, jaga ibumu baik-baik. Terima pedang ini. Lewatlah belakang dan biar aku dan ayahmu menghajar tikus-tikus busuk ini!"
Kong Lee mendengar ibunya menangis ditahan.
Dalam keadaan seperti itu ternyata ibunya mampu menahan diri, dapat melihat keadaan dan lari keluar kamar sebelum orang-orang itu datang.
Fang Fang telah bergerak dan mendorongkan tangannya ke depan.
Dan ketika orang- orang itu menjerit terbanting di sana, bangun tapi terlempar lagi maka pria itu berkata kepada ibunya bahwa tanggal tujuh bulan sembilan ibunya diminta datang ke Liang-san.
"Tak perlu lagi membohongi putera kita. Aku siap menerima hukuman di tanganmu, Eng-moi, tanggal tujuh bulan sembilan di puncak Liang-san. Datang dan temui aku di sana!"
Ibunya menjerit dan tersedu-sedu.
Kong Lee tak tahu bahwa itu adalah tanggal di mana ibunya dan ayahnya, dulu pertama kali menjalin cinta.
Di puncak Liang-san itulah ayahnya menundukkan ibunya, menikmati masa- masa bahagia di awal percintaan mereka.
Maka ketika tiba-tiba ibunya menarik dan membawanya lari terbang, beberapa pengawal roboh oleh pukulan ibunya maka Fang Fang dan Ming Ming menghadapi orang-orang ini.
Bagaimana Fang Fang muncul dan menolong Eng Eng? Bukan lain karena desakan Ming Ming.
Wanita ini tiba- tiba meronta dan berhenti di tengah jalan ketika Fang Fang menyambarnya pergi dari kemarahan Eng Eng.
Tapi ketika mereka jauh di sana dan Ming Ming776 memberontak melepaskan diri maka wanita itu berkata bahwa Kong Lee dan ibunya dalam bahaya.
"Kau lihat, hartawan itu dan orang-orangnya muncul setelah kita pergi. Kita harus menolong dan menyelamatkan mereka, Fang Fang. Aku khawatir bahwa Eng Eng maupun puteranya ditangkap. Kita tak boleh pergi kalau belum kulihat bahwa ibu jdan anak selamat!"
"Hm, Eng Eng wanita yang keras. Menolong dan menyelamatkannya hanya akan membuatnya semakin marah saja, Ming Ming. Biarkanlah ia mendapat pelajaran dan tak usah perduli."
"Bagus, dan kau membiarkan puteramu menjadi korban? Kau tak kasihan kepada Kong Lee? Aku dan Eng Eng serta Ceng Ceng telah mencelakakan anak-anak sendiri, Fang Fang, tak boleh ini dilanjutkan. Kalau kau enggan bertemu Eng Eng biarlah aku saja dan kau tunggu di sini!"
Ming Ming membalik dan meloncat terbang.
Ternyata ia lebih mementingkan Kong Lee dibanding ibunya, tak aneh karena iapun melakukan kesalahan yang sama dengan puterinya.
Dan ketika Fang Fang terkejut tapi sadar, Kong Lee adalah satu-satunya putera lelaki yang tak boleh didiamkan maka iapun berkelebat dan mengejar isterinya, menangkap dan berseru.
"Baiklah, kau betul, Ming Ming. Tapi heran bahwa kau tak secemburu Eng Eng!"
"Kami sudah bukan lagi gadis-gadis muda lagi. Aku dan kau serta sadar akan ini, Fang Fang. Aku tak mau seperti guruku atau nenek-nenek yang lain yang tak pernah sudah. Kita harus menolong anak-anak muda itu, jangan menjadi korban karena ulah orang tuanya!"777 Fang Fang terharu, tiba-tiba berhenti dan mengejutkan isterinya. Dan ketika isterinya bertanya kenapa berhenti mendadak ia menangkap dan memeluk pinggang isterinya ini, mengecup dan mencium mesra bibir sang isteri.
"Kau mulia. Kau dan Ceng Ceng rupanya telah sama- sama berpikir panjang, Ming Ming. Terima kasih dan hanya tinggal Eng Eng!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ming Ming terkejut. Ia tak menyangka ucapan suaminya itu namun akhirnya mengeluh. Betapapun ciuman atau kata-kata itu menghibur, ia merasa bahagia. Maka ketika ia dilepaskan lagi dan Fang Fang terharu maka ia meloncat mengingatkan urusan di depan.
"Sudahlah, akupun berterima kasih bahwa kaupun tak melupakan aku, Fang Fang. Mari pergi dan cepat kita tolong Eng Eng!"
Fang Fang menangkap dan menggandeng isterinya ini.
Ia benar-benar bahagia dan senang bahwa dua dari isterinya memiliki pikiran panjang.
Ceng Ceng dan Ming Ming telah dapat menekan perasaan sendiri untuk orang lain.
Maka ketika ia berkelebat dan kembali ke tempat Hung-wangwe maka benar saja Eng Eng tertangkap dan ditawan hartawan itu, dicari dan kebetulan mendengar pembicaraan di kamar, masuk dan kemudian menolong ibu dan anak dan menyuruh Eng Eng dan puteranya pergi.
Tanggal tujuh bulan sembilan ia siap menemui Eng Eng di Liang-san.
Dan ketika dua orang itu pergi sementara dia menghadapi pembantu-pembantu Hung- wangwe, tentu saja dengan mudah dirobohkan maka Kong Lee diseret ibunya yang tersedu-sedu.
Fang Fang lega.
Ibu dan anak akhirnya lenyap di luar, dan karena bukan maksudnya untuk membunuh orang-778 orang ini, Ming Ming bergerak membantu sekedarnya maka pendekar itu akhirnya berseru keras meloncat pergi, kedua tangan mendorong membuat puluhan orang terlempar bagai ditiup angin kencang, dahsyat.
"Ming-moi, cukup kita main-main di sini. Mari pergi dan kita cari anak-anak kita yang lain!"
Hung-wangwe berteriak-teriak.
Begitu pendekar itu mendorongkan tangan dan semua terlempar maka ia tak dapat menahan perginya pendekar itu.
Dahinya masih benjut oleh lontaran batu Fang Fang.
Maka ketika ia mengejar namun sia-sia, hartawan ini membanting- banting kaki maka Fang Fang sudah keluar dari An-tien dan isterinya menghapus keringat.
Mereka meninggalkan kota itu dan Fang Fang menarik napas dalam-dalam.
Sinar mata Kong Lee tadi membuatnya lega, anak itu seakan rindu kepadanya tapi terhalang ibu.
Dan ketika ia meneruskan perjalanan dan Ming Ming menyertai setia, Kiok Eng atau Beng Li harus didapat maka pendekar ini meneruskan perjalanan ke utara, bertanya dan mencari namun jejak Kiok Eng tak didapat.
Hal ini tak aneh karena gadis itu dibawa Wi Tok keluar tembok besar.
Dan ketika sepuluh hari kemudian Fang Fang merasa kecewa dan khawatir, tiba di sebuah hutan membanting pantat dengan kesal maka isterinya juga cemas dan terisak.
Dan saat itulah terdengar bentakan-bentakan di dalam hutan.
"Tangkap! Jangan biarkan mereka ini lari. Tangkap! Ha- ha, kejar, kawan-kawan. Awas gadis itu membawa senjata api...... dor-dor!"
Fang Fang terkejut.
Baru saja ia duduk tiba-tiba melintas tiga ekor kuda berlari kencang.
Penunggangnya adalah seorang pemuda kulit putih dan dua orang gadis.
Satu di antara dua gadis itu adalah bangsa asing, berhidung779 mancung dan berkulit seperti pemuda di belakang itu, yang melindungi dua gadis itu dan melarikan kudanya di belakang untuk menjaga temannya.
Dan ketika mereka melintas cepat dan puluhan orang mengejar di belakang, dapat diduga itulah perampok-perampok yang mengganggu orang lewat maka Fang Fang meloncat - bangun/ berseru keras.
"Sylvia...!"
Gadis bangsa asing itu menoleh. Ia ke betulan berada di sebelah kanan hingga terlihat lebih dulu. Tapi Ming Ming yang bergerak dan melihat gadis baju merah di samping gadis itu justeru-berteriak girang dan berkelebat.
"Beng Li!"
Dua-duanya terkejut.
Baik gadis berkulit putih itu maupun gadis baju merah di sebelah kirinya sama-sama menahan kuda.
Yang pertama karena seruan Fang Fang sementara yang kedua adalah seruan Ming Ming.
Dan begitu gadis baju merah itu melihat Ming Ming tiba-tiba ia berteriak.
"Ibu!"
Ming Ming sendiri sudah bergerak dan memanggil puterinya ini.
Gadis itu memang betul Beng Li dan tentu saja gadis ini girang dan kaget serta juga heran bagaimana ibunya tiba-tiba muncul di situ.
Ia membelokkan kuda dan tak perduli lagi para pengejar di belakang.
Dan karena dua temannya juga otomatis berhenti dan gadis kulit putih terbelalak memandang Fang Fang, yang maju dan tahu-tahu sudah menangkap lengannya maka pistol di tangan kiri gadis itu didorong dan Fang Fang sudah gemetar memanggil gadis ini.
"Sylvia, kau di sini? Kau kembali ke negeri ini dan ada keperluan apa? Ah, dua puluh tahun kita tak pernah bertemu, Sylvia. Turunlah dan mari bercakap-cakap!"780 Namun saat itu puluhan orang yang mengejar sudah datang mendekat. Mereka juga berkuda dan panah serta tombak dilempar. Tapi ketika Fang Fang menggerakkan tangannya dan tombak serta panah runtuh bertemu ujung bajunya maka gadis itu melepaskan tangannya dan tiba-tiba berseru.
"Kau.... kau paman Fang Fang? Kau yang dicari-cari Beng Li?"
Fang Fang tertegun.
"Paman?"
"Benar, Sylvia adalah ibuku, paman. Aku puterinya, Yuliah. Dan itu kakakku Frank!"
"Oohh....!"
Fang Fang tiba-tiba sadar, terkejut dan ingat bahwa tak mungkin orang yang disebut tadi masih berumur sembilanbelas tahunan begini.
Gadis ini begitu mirip Sylvia, ternyata puterinya.
Dan ketika ia mundur dan tersenyum, guncangan hatinya segera reda maka perampok sudah berteriak dan menyerang mereka.
Dan Beng Li tiba-tiba mencabut pedang menusuk dadanya.
"Ini jahanam keparat yang menipuku. Mampuslah!"
Ming Ming menjerit, Ia sedang merangkul dan menciumi puterinya ketika datangnya perampok itu mengacau kegembiraan.
Dan ketika ia juga menangkis serangan panah atau tombak, terganggu dan marah maka saat itulah puterinya melepaskan diri dan ketika musuh datang tiba-tiba gadis itu meloncat turun dan menusuk dada ayahnya dengan amat beringas.
"Beng Li, jangan!"
Akan tetapi pedang, sudah menyambar ke depan.
Fang Fang baru saja bicara dengan gadis kulit putih itu dan tak menyangka.
Akan tetapi karena pendekar ini bukanlah orang sembarangan dan sinkang-nya bekerja otomatis,781 pedang tertekuk dan akhirnya patah maka pendekar itu sadar namun Beng Li terbelalak dan kaget sekali, marah.
"Pletak!"
Beng Li membentak dan meloncat ke depan.
Ia tak mundur meskipun senjatanya patah, menghantam dan meledakkan rambutnya melepas Sin-mauw-kang.
Tapi ketika ibunya membentak dan menangkis serangan puterinya ini, terpental dan sama-sama terdorong mundur maka ibu itu berseru.
"Beng Li, Fang Fang adalah ayahmu sendiri. Jangan serang, jangan bodoh. Ia ayah kandungmu dan jangan dimusuhi!"
Gadis itu terkejut.
Kata-kata ibunya sungguh bagai geledek di siang bolong namun saat itu terdengar teriakan.
Pemuda kulit putih itu, yang gagah dan tampan dengan bola matanya yang kecoklat-coklatan tiba-tiba terjungkal dari kudanya.
Sebuah senjata rahasia menancap di lengannya.
Dan ketika para perampok sudah menyerang dan hujan senjata menyambar mereka ini, Beng Li membentak dan meloncat ke pemuda itu maka Ming Ming juga bergerak dan menghadapi orang- orang ini.
Hanya Fang Fang yang diam tak bergerak tapi musuh menjadi terkejut dan mundur berteriak karena pedang atau golok yang membacok pendekar itu mental dan patah-patah! "Siapa tikus-tikus busuk ini.
Berani kalian menyerang anak-anakku!"
Ming Ming mengamuk dan berkelebatan ke sana ke mari.
Yuliah, gadis itu sudah turun dari kuda dan memuntahkan isi pistolnya.
Enam peluru menyambar enam orang perampok dan mereka roboh menjerit.
Dengan tangan kirinya gadis itu memainkan senjata782 apinya.
Tapi karena peluru harus diisi lagi dan ini membuang-buang waktu, disergap dan lima perampok menubruk dirinya maka gadis itu berteriak dan roboh bergulingan, menendang dan menampar namun lawan yang memeluk terlampau kuat.
Ia menjerit dan memaki- maki.
Namun ketika lima perampok itu tertawa-tawa dan menyekap mulutnya, yang lain hendak kurang ajar tiba- tiba kibasan ujung lengan baju menghantam kepala mereka, menjerit dan roboh terjengkang.
Kiranya Fang Fang telah menolong gadis ini dan Yuliah melompat bangun.
Gadis itu merah padam dan Fang Fang segera menarik tangannya berlindung di belaekang punggung.
Tadi pendekar itu terkejut oleh serangan Beng Li, sejenak terpukul oleh kebencian yang tampak di mata gadis itu.
Tapi ketika ia sadar dan melihat gadis kulit putih ini ditangkap lima orang perampok, bergulingan dan bakal dipermainkan maka Fang Fang tak mau menunda waktu lagi dan segera menolong gadis itu, melihat betapa yang lain-lain sudah mengeroyok anak dan isterinya dan jumlah mereka yang besar membuat isterinya kewalahan.
Ada tujuh di antara semuanya yang berkepandaian paling tinggi, mendesak dan mengeroyok Beng Li serta ibunya dan juga pemuda kulit putih itu.
Fang Fang tak tahu bahwa mereka ini adalah Tujuh Harimau dari hutan Asam, bengis dan kejam serta kepandaian mereka tinggi, bekas murid- murid murtad dari Bu-tong dan Siauw-lim.
Maka ketika anak dan isterinya tampak terdesak dan Beng Li serta dua temannya dipaksa melarikan diri, bertemu dan kini dibantu ibunya segera pendekar itu maklum bahwa lawan memang terlalu kuat.
Akan tetapi bagi pendekar ini tentu saja bukan apa-apa.
Fang Fang berkelebat dan tiba-tiba tujuh pimpinan perampok berteriak.
Ketiak mereka disengat oleh sebuah jari yang tajam hingga rasanya783 menembus jantung, begitu sakitnya hingga tak pelak lagi senjata mereka terlepas.
Dan ketika Fang Fang mengibaskan baju dan mereka semua terlempar maka pendekar itu berseru bahwa semua harap mundur.
"Pergi dan jangan cari penyakit. Enyahlah atau nanti kuberi hajaran lebih keras!"
Tujuh pimpinan itu bergulingan.
Mereka juga tak tahu bahwa yang dihadapi adalah Fang Fang, murid Dewa Mata Keranjang yang kesaktiannya sudah melebihi gurunya sendiri.
Maka ketika mereka meloncat bangun dan masih penasaran, menyambar senjata yang tadi terlempar ke tanah maka mereka membentak dan menyerang pria ini.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan Fang Fang membiarkan semua senjata menyambar.
Ia maklum bahwa orang-orang seperti ini harus diberi pelajaran, kalau tidak begitu tak mungkin kapok.
Dan ketika benar saja tujuh senjata patah-patah bertemu tubuhnya, lawan berteriak maka Yuliah yang kagum dan girang bertemu Fang Fang sudah berseru keras, mengarahkan pistolnya pada tujuh perampok itu.
"Tikus-tikus bau, kalian tak tahu bahwa yang kalian hadapi adalah paman Fang Fang, murid Dewa Mata Keranjang. Hayo kalian roboh dan nikmati peluruku ini..... dor-dor!"
Akan tetapi Fang Fang membentak menggerakkan tangan kirinya ke depan.
Tepat peluru dimuntahkan maka pendekar itu menghalau, hebat sekali hingga semua peluru melenceng, tidak lagi menyambar ke atas melainkan ke kaki para pimpinan rampok itu.
Dan ketika mereka berteriak dan roboh mengaduh-aduh, kaget dan pucat maka semuanya gentar dan lari ke kuda masing- masing, terpincang-pincang.784
"Mundur...... mundur...... kita berhadapan dengan Playboy Dari Nanking!"
Ternyata julukan ini lebih dikenal daripada namanya sendiri.
Tujuh Harimau dari hutan Asam itu memang mengenal Fang Fang dengan nama julukannya, tidak sedap bagi yang bersangkutan namun apa boleh buat.
Dan ketika Fang Fang tersenyum kecut sementara gadis kulit putih itu terbelalak, memandang Fang Fang dengan muka aneh maka keluhan di sana membuat semua menoleh dan ternya ta Beng Li menolong atau merawat pemuda kulit putih itu.
"Kakakku terlukai"
Yuliah meloncat dan mendekati kakaknya.
Sebatang panah menancap di lengan kakaknya itu dan pemuda kulit putih ini menahan sakit.
Beng Li ragu-ragu mencabut anak panah itu, hanya menotok dan membebat pangkal lengan, melihat bahwa anak panah itu hitam mengkilat dan rupanya mengandung racun.
Dan ketika gadis itu tampak gemetar sementara Yuliah memerah dan hendak mencabut panah maka Ming Ming berkelebat dan berseru.
"Jangan cabut, anak panah itu beracun!"
Gadis ini menahan jarinya. Ia tak jadi mencabut anak panah dan kakaknya mengerang. Lalu ketika Ming Ming membungkuk dan memeriksa luka itu tiba-tiba pemuda ini menggeliat dan pingsan.
"Celaka, obat penawar racunku habis. Eh, kau tak membawa daun Ceng-hoa, Beng Li? Kau masih menyimpan daun itu?"
"Buntalanku robek, isinya berceceran di jalan. Jahanam- jahanam itu mengejar kami sejak kemarin, ibu. Kalau785 bukan karena jumlah mereka yang banyak tentu sudah kubinasakan mereka. Aku tak mempunyai apa-apa untuk mengobati."
"Hm, coba kulihat,"
Fang Fang maju dan menyibak yang lain, melirik puterinya.
"Kalau kau dapat mencarikan sebongkah es dingin mungkin aku dapat menolongnya, Beng Li. Biarlah kuperiksa dan dapatkan yang kuminta."
Gadis itu semburat.
Dilirik dan mendengar kata-kata pria ini baginya ada sesuatu yang berkecamuk.
Ada marah tapi juga heran, ada benci tapi juga kagum.
Tapi ketika ibunya menyenggol pundaknya dan ia merasa mendapat kesempatan tiba-tiba gadis ini berkata, gemetar.
"Ibu barangkali dapat menolongku mencari barang ini, setidak-tidaknya- menemaniku. Harap ibu tidak menolak dan mari pergi!"
Ming Ming maklum. Pandang mata puterinya jelas penuh tuntutan. Ia akan ditanya! Dan karena sudah waktunya membuka rahasia, tak perlu ia sembunyi-sembunyi lagi maka wanita itu meloncat bangun dan mengangguk.
"Marilah, kutemani kau melaksanakan perintah ayahmu, Beng Li. Dan kebetulan kita bertemu karena aku juga sudah lama mencari-carimu!"
Beng Li cemberut dan berkelebat pergi.
Ibunya menyusul dan tinggallah di situ Fang Fang dan dua muda-mudi ini, menarik napas dalam dan meletakkan telapak tangan di pangkal lengan pemuda itu.
Dan ketika pendekar ini mencabut anak panah hingga si gadis terkejut, yang pingsan juga tersentak dan tampak kaget, maka gadis itu berseru mengapa anak panah dicabut.
Darah mengucur dan wajah kakaknya semakin pucat.
"Paman Yong, kenapa kaulakukan itu. Bukankah tak786 boleh dicabut!"
"Hm, aku bohong. Sengaja berbuat begini agar Beng Li dan ibunya pergi. Maaf, kau jaga agar kami tak diganggu siapapun, Yuliah. Aku hendak menyalurkan sinkang mengeluarkan racun!"
Gadis itu tertegun.
Akhirnya ia mengerti dan mengangguk-angguk, kagum.
Dan ketika pria ini bersila dan memulai menyalurkan sinkangnya, menolong si pemuda maka di sana tentu saja Beng Li marah-marah dan menegur ibunya! "Bagaimana ibu ini.
Masa musuh yang kucari susah payah tiba-tiba kausebut sebagai ayahku.
Eh, apa yang kaumaksud, ibu.
Tolong jelaskan dan harap tidak main- main!"
Jilid XXII "SABAR, jangan melotot. Kesalahan memang pada ibumu, Beng Li, tapi mari kita bicara sambil mencari obat yang diminta ayahmu itu. Di dusun sana tampaknya ada yang punya."
Beng Li masih melotot.
Ia penasaran dan kaget serta heran oleh kata-kata ibunya ini.
Paman Yong yang ditemuinya itu ternyata Fang Fang, ayah kandungnya.
Dan karena ia juga sudah menceritakan kepada Yuliah maupun kakaknya maka gadis itupun mengepal tinju dan menarik napas dalam.
Ming Ming tak berlama-lama membiarkan puterinya menahan marah.
Sambil berjalan wanita inipun mulai bercerita.
Dan ketika semuanya habis diceritakan sampai di mulut787 dusun, Beng Li terbelalak dan menghentikan langkah maka ia membuat ibunya berhenti juga dan cemas melihat puterinya yang merah padam.
"Begitulah, tak usah kusembunyikan. Aku memang membenci ayahmu itu. Ia kuanggap tak bertanggung jawab dan ingkar janji, tak- pernah mencari ibumu. Tapi karena aku juga menyembunyikan diri dan nenek gurumu sendiri juga tak pernah menemukan aku maka ayahmu tak seberapa bersalah, Beng Li. Aku sengaja menanam kebencian dan memutar balik kenyataan agar kau memusuhi ayahmu itu, sama seperti encimu Kiok Eng. Maafkan ibumu karena sesungguhnya ayahmu itu sudah mencari-cari aku namun tak pernah menemukan. Aku. aku masih mencintainya."
"Jadi...... jadi Kiok Eng itu....?"
"Benar, ia encimu, Beng Li, lain ibu. Ia anak ayahmu pula. Ayahmu adalah murid Dewa Mata Keranjang dan segala watak buruk gurunya itu menurun. Tapi ayahmu sudah berobah, sekarang tidak lagi seperti dulu. Dan aku sudah menerima keadaan."
Gadis ini pucat dan merah berganti-ganti.
Akhirnya ia mengeluh dan entah apa yang hendak dikatakan.
Bingung dan marah menjadi satu, juga bangga dan bahagia.
Sesungguhnya ia mencintai pria itu, sebagai paman.
Dan karena pria itu ternyata adalah ayah kandungnya sendiri maka Beng Li teringat betapa lihainya ayahnya itu.
Dan siapa tidak bangga menjadi murid Fang Fang! Tapi, eh...
nanti dulu.
Apa kata perampok-perampok itu menyebut ayahnya? Playboy Dari Nanking? Kurang ajar! Mana suka ia menjadi keturunan seorang mata keranjang? Dan ia tiba-tiba malu! Beng Li berkilat788 matanya dan terisak.
Marah dan dendam tiba-tiba muncul lagi.
Dan ketika ia tersedu dan memutar tubuh mendadak gadis ini meninggalkan ibunya berkelebat pergi.
"Heii, Beng Li, ke mana kau!"
Sang ibu terkejut dan tentu saja berseru.
Ming Ming tak tahu jalan pikiran puterinya tapi tahu puterinya marah.
Kilatan mata itu memberitahunya.
Maka ketika ia berteriak dan mengejar, tentu saja berkelebat dan menyambar lengan puterinya itu maka gadis ini membentak dan meronta.
"Ibu tak usah mencari aku. Tak sudi aku menjadi puteri seorang playboy!"
"Hush, omongan apa itu!"
Sang ibu bergerak lagi dan menangkap.
"Dengar dan turut nasihat ibumu, Beng Li. Ayahmu tidak seperti dulu. Berhenti dan bagaimana dengan pemuda kulit putih itu!"
Gadis ini terkejut. Diingatkan akan itu tiba-tiba ia berhenti. Ibunya terharu melihat sepasang mata basah itu. Lalu ketika gadis ini mengguguk dan sang ibu merangkul, menciumnya maka Ming Ming berkata penuh kasih.
"Dulu ibumu juga seperti kau ini, Beng Li, penuh kebencian dan malu. Tapi nasib orang sudah digariskan, tak mungkin kau minta kepada Tuhan untuk menjadi puteri seorang kaisar atau pengemis!"
"Tapi..... tapi...."
"Aku tahu. Ibumu dapat mengerti dan paham perasaanmu, nak. Tapi percayalah bahwa ayahmu tak seperti nama julukannya. Itu sisa-sisa lama, gelar yang masih, disandang. Tapi ayahmu bukan lagi seorang playboy melainkan seorang ayah yang amat baik dan789 penuh kasih sayang terhadap anak-anaknya. Ia sudah tahu kau adalah puterinya!"
Beng Li mengguguk.
Dipeluk dan dicium ibunya begini tak tahan juga untuk melawan.
Bagaimana kalau ia pergi, bukankah ibunya akan menderita lagi.
Dan ketika ibunya membujuk dan mengingatkan bahwa mereka harus mencari obat, es dingin untuk mengobati Franky maka gadis itu menurut dan masuk dusun lagi.
Ming Ming sudah membawa keluar puterinya ketika yang dicari terdapat.
Beng Li tampak khawatir dan gelisah teringat temannya.
Dan ketika mereka berkelebat dan kembali ke tempat pertempuran ternyata Fang Fang sudah mencabut anak panah itu dan pemuda kulit putih itu bangun, sadar.
"Franky....!"
"Beng Li!"
Giranglah gadis baju merah ini.
Ia melompat dan melepaskan diri dari ibunya utk menubruk pemuda itu.
Franky baru saja sembuh dan sadar dari lukanya yang berbahaya, duduk dan memandang penolongnya kemudian bercakap-cakap.
Tentu saja dia girang dan kaget bahwa itulah Fang Fang, orang yang dicari-cari.
Tapi ketika ia belum bicara banyak dan Beng Li muncul, wajah pemuda ini berseri dan gembira maka iapun melompat bangun dan menerima tubrukan itu, langsung mendaratkan ciuman di pipi.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hubungan mereka tampaknya sudah demikian dekat, mesra.
"Ah, aku mau bertanya kepada adikku, Beng Li, kenapa kau tak kelihatan. Tapi kau tiba-tiba muncul dan lihat aku sembuh kembali. Ini berkat ayahmu, baru sekarang aku tahu?"790 Beng Li berseri. Ia tertawa tapi segera melengos dicium pipinya. Gadis itu jengah karena ayah ibunya ada di situ. Dan ketika ia melepaskan diri sementara Yuliah tertawa, di Barat memang biasa maka gadis itu tersipu berbisik perlahan.
"Franky, jangan main cium di sini. Ada ibuku. Aku malu!"
"Ha-ha, maaf. Tapi, ah, ayahmu bukan orang kuno, Beng Li. Dia tahu adat-istiadat Barat. Sedangkan ibumu, hm..... ini ibumu? Selamat pagi, bibi. Aku Franky dan itu adikku Yuliah!"
Ming Ming tersenyum. Pemuda ini menjura kepadanya dan sikapnya gagah serta sopan. Baru ia tahu bahwa ada "apa-apa"
Antara pemuda ini dengan puterinya, Beng Li tampak malu-malu. Dan ketika ia mengangguk dan tertawa berkata maka iapun menoleh kepada suaminya itu.
"Kiranya pemuda ini sudah sembuh, kalau begitu tak ada gunanya aku dan Beng Li membawa ini. Eh, syukur dan selamat untukmu, anak muda. Dan kau rupanya sudah cukup akrab dengan puteriku. Baiklah bagaimana bisa begini dan ceritakan pertemuan kalian,"
Tapi teringat sesuatu dan membuang es di tangan wanita itu menarik puterinya.
"Eh, itu ayahmu Fang Fang, Beng Li. Beri dulu hormat dan salam kepadanya!"
Beng Li terkejut. Seketika dia semburat, wajahnya bingung dan enggan, masih ada rasa marah di situ. Tapi ketika Fang Fang bergerak dan menangkap lengan puterinya itu maka dengan halus dia mendahului.
"Maafkan aku. Bukan maksudku untuk mempermainkanmu, Beng Li, semua karena keadaan. Tentunya kau sekarang tahu setelah tadi berdua dengan ibumu. aku sengaja menyuruh kalian pergi agar dapat bercakap-cakap."791 Gadis itu terisak. Fang Fang memeluk dan merangkul puterinya ini, sikapnya sama seperti paman Yong dulu, lembut, dan penuh kesabaran. Dan karena gadis ini sudah tahu bahwa itulah ayah kandungnya dan tak guna melawan atau bermusuhan lagi maka dia mengguguk dan membenamkan muka di dada ayahnya ini. Sikapnya menyerah.
"Kau..... kau nakal, jahat. Kau mempermainkan aku, ayah. Kau dan ibu mempermainkan anak-anak muda!"
"Bukan begitu,"
Fang Fang bahagia mendengar puterinya menyebut ayah.
''Ibumu dan aku berada dalam posisi yang tidak menyenangkan, Beng Li, tapi semua itu telah berakhir.
Aku tidak bermaksud mempermainkanmu karena tentu waktu itu kau bakal menyerang dan memusuhi aku kalau kau mengetahui bahwa aku adalah Fang Fang, orang yang kau cari-cari dan kau anggap musuhmu!"
"Dan aku bersalah menyuruh anak memusuhi ayahnya. Itu karena dendam dan sakit hatiku, Beng Li. Semua sudah kuceritakan tapi kini berakhir, ibumu sudah dapat menerima keadaan. Kodrat dan nasib tak mungkin dirobah dan aku rela menjalani."
Beng Li menangis diusap-usap ibunya pula.
Kini dia melihat betapa ibu dan ayahnya ini benar-benar rukun, mereka tampak bahagia.
Dan karena tak ada gunanya memasang sikap bermusuhan maka iapun melepaskan diri setelah ayahnya mendorong memberikan kepada ibunya.
"Aku..... aku bahagia bahwa ayah dan ibu dapat rukun- rukun lagi. Tapi aku masih ada urusan, ibu. Aku tak dapat menemani kalian dan biarlah kalian pulang dulu."
"Hm, kau mau ke mana?"792
"Ke kota raja."
"Ada keperluan apa?"
"Mengantar mereka ini, Franky dan adiknya mau pulang. Mereka ditunggu paman mereka dan hampir putus asa tak dapat menemukan ayah."
"Benar,"
Pemuda kulit putih itu tiba-tiba maju.
"maafkan aku, paman. Kalian rupanya sudah berbaik kembali, bagus, aku gembira. Tapi ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengan paman pribadi. Adakah waktu untukku?"
Fang Fang mengamati pemuda ini. Tiba-tiba ia teringat Leo yang jujur dan bermata kecoklat-coklatan pula. Seperti inilah pemuda itu. Maka ketika ia tersenyum dan menepuk bahu pemuda itu iapun berkata.
"Melihat dirimu seperti melihat ayahmu pula. Apa kabar ayahmu Leo, Franky. Baik-baik saja, bukan? Sampaikan salamku nanti kepadanya, juga ibumu. Kau mencari-cari aku ada keperluan apakah."
Pemuda itu memandang adiknya, lalu tersenyum.
"Yuliah, kau yang menyimpan benda itu. Tolong keluarkan dan berikan kepada paman Fang Fang!"
Gadis rambut pirang ini meloncat.
Sejak tadi ia diam saja mendengarkan, tersenyum dan mengangguk-angguk dan merasa girang bahwa akhirnya ayah dan anak berbaik kembali.
Tentu saja dia tahu Beng Li memusuhi ayahnya, gadis itu bercerita dalam perjalanan.
Maka ketika kakaknya menoleh dan memanggil kepadanya iapun mendekati dan mengeluarkan sesuatu, membungkuk.
"Ibu dan ayah titip ini untuk paman, sebuah cinderamata. Harap paman menerimanya baik dan tidak tertawa!"
Fang Fang membelalakkan mata.
Sebuah bungkusan793 dibuka dan isinya terdiri dari empat macam benda.
Pertama adalah sebuah rompi, berikut topi koboi.
Lalu ketika yang lain adalah mantel bulu beruang berwarna hijau merah dan kuning akhirnya gadis itu mengambil sebuah surat memberikannya kepada pendekar itu.
"Dari ibu dan ayah, yang terakhir. Harap paman baca dan jangan tertawa!"
Fang Fang mulai gembira.
Dia seakan mendapat teka- teki dari gerak-gerik gadis ini, Yuliah tampaknya berahasia.
Dan ketika ia menerima dan membaca surat itu, dalam bahasa asing tiba-tiba meledaklah tawanya berderai-derai.
Ming Ming membaca namun tak mengerti, tulisannya berbahasa Barat.
"Ha-ha, bisa saja ayah dan ibumu itu, Yuliah. Ada-ada saja mereka itu. Ah, seperti tukang ramal saja. Baik dan katakan kepada mereka bahwa semuanya cocok, kecuali yang terakhir. Aku akan membuktikan dan biarlah ini kuberikan kepada yang berhak!"
"Apa katanya?"
Sang isteri tak tahan dan bertanya.
"Kau tampaknya begitu gembira, Fang Fang. Apa isi surat itu, dan untuk siapa pula mantel-mantel bulu itu!"
"Ha-ha, untukmu dan untuk Ceng Ceng, juga Eng Eng. Ini untuk kalian bertiga dan mereka meramal aku tak mungkin hidup dengan seorang isteri saja. Ini untuk kekasih-kekasihku, begitu katanya. Dan masing-masing mendapat sesuai kesukaan warnanya. Kau yang merah, Ceng Ceng kuning dan Eng Eng hijau, ha-ha!"
Ming Ming semburat.
Ia malu namun tertawa juga, teringat betapa dulu ia pernah bertanding dan melabrak ibu anak-anak ini.
Cemburu karena waktu itupun Fang Fang jatuh cinta kepada seorang gadis pirang.
Suaminya ini memang mata keranjang, siapa saja yang cantik794 agaknya selalu membuatnya jatuh cinta! Maka ketika ia menerima mantel merah itu dan sesungguhnya diam- diam kagum, bukan main bagusnya benda itu lalu Fang Fang pun mengenakannya di depan anak-anak muda itu, tidak canggung-canggung.
"Ayo, lihat. Tentu semakin cantik dan gagah!"
Wanita ini tersenyum, tak menolak. Lalu ketika Beng Li juga memuji betapa ibunya semakin cantik dan gagah maka ayahnyapun bersorak.
"Ahoii, dua gadis kembar. Waduh, kau tiba-tiba seperti belasan tahun lagi, Ming moi. Entah yang mana ibu dan yang mana anak. Ha-ha, aku pangling!"
Ming Ming menggerakkan tubuhnya memutar manja.
Pujian suami membuat ia girang dan tertawa.
Deretan giginya yang rapi membuat orang kagum.
Dan ketika pemuda kulit putih itu juga mendecak karena ibu dan anak benar-benar sama, mantel itu membuat Ming Ming seakan remaja lagi maka Franky tertawa bertepuk tangan.
"Hebat, cantik bukan main bibi sekarang. Benar-benar kembar dengan Beng Li. Ah, sekarang ganti kau yang bergaya, paman Fang Fang. Kenakan rompi dan topi koboi itu!"
"Kalian mau menyuruh aku seperti orang-orang di tempat kalian? Baik, tak apa, Franky. Aku tahu bahwa pemberian ini tulus dan amat tinggi nilainya. Biarlah aku seorang Han menjadi koboi seperti bangsa kalian, ha- ha!"
Fang Fang mengenakan rompi dan topi koboi itu.
Wajah berubah dan seketika meledaklah tawa mereka oleh geli yang sangat.
Pendekar ini seperti koboi.
Lalu ketika Fang795 Fang menyambar sebuah tali dan meledakkannya bagai cambuk maka lengkaplah gayanya menyerupai bangsa Barat.
"Ha-ha, bagaimana sekarang. Perlukah rompi dan topi ini selalu melekat di tubuhku. Heii, bagaimana pendapatmu, Beng Li. Tidakkah ayahmu semakin gagah dan cakap sekarang ini. Bagaimana apakah tidak semuda ibumu!"
Beng Li terkekeh.
Melihat ayahnya seperti koboi dan bergaya seperti koboi mau tak mau membuatnya terpingkal-pingkal.
Tahulah dia bahwa ayahnya seorang yang suka melucu juga, mau berjenaka.
Tapi ketika Fang Fang melepas itu dan tentu saja hanya bergurau maka semuanya mengusap air mata karena geli dan tawa.
Pria itu kini tersenyum melipat bungkusannya.
"Hm, cinderamata yang bagus, mengesankan. Aku menerima baik dan sampaikan terima kasih, anak-anak. Katakan kepada ayah ibumu bahwa kalian telah bertemu aku dan aku menerimanya dengan girang. Hanya sementara ini belum ada cinderamata dariku tapi sampaikan bahwa kelak akan kubalas!"
"Terima kasih,"
Franky mengangguk dan tersenyum- senyum.
"Ibu dan ayah tak mengharap balasan, paman. Mereka cukup senang kalau kau sudah menerimanya. Baiklah bagaimana sekarang karena kami harus pergi. Kupikir sebaiknya Beng Li biar bersama kalian saja dan tak usah mengantar. Kami dapat pergi sendiri."
"Tidak,"
Beng Li menggeleng dan tampak gelisah.
"Aku terlanjur berjanji, Franky. Aku harus menjaga kalian sampai ke kota raja. Lihat betapa kalian diganggu perampok dan hampir saja kita celaka!"
"Tak apalah,"
Ming Ming memandang suaminya dan mendapat kedipan.
"Kami juga masih mempunyai urusan796 lain, anak-anak. Biarlah Beng Li menjaga kalian dan menyertai sampai ke kota raja. Kalau urusan kami selesai dan ada waktu tentu kami menyusul dan menemui kalian di sana. Berangkatlah, kami dapat sendiri!"
Beng Li berseri dan menampakkan wajah gembira. Ia mencium ibunya dan Fang Fang tersenyum. Apalagi kalau bukan karena cinta! Tapi ketika teringat urusan di Liang-san dan pendekar ini berkerut kening maka ia memanggil isterinya dan berbisik.
"Aku ingin bicara sebentar dengan Beng Li. Bolehkah kutanya tentang urusan Liang-san?"
Ming Ming berkerut. Sesungguhnya ia lupa dan tidak ingat ini, gembira melihat puterinya selamat dan mau mengakui ayahnya lagi. Tapi karena itu juga penting dan puterinya perlu ditanya akhirnya ia mengangguk dan berseru.
"Beng Li, dapatkah kau menunda sebentar kepergianmu. Ayahmu ingin bicara!"
Beng Li menengok.
Ia berpandangan dengan pemuda kulit putih itu dan masing-masing tak dapat menyembunyikan bahagianya hati untuk bersama lagi.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Memang sesungguhnya mereka telah saling jatuh cinta.
Maka mendengar ayahnya ingin bicara dan wajah serta sikap ayahnya tiba-tiba serius, Beng Li tertegun maka sadarlah dia bahwa perbuatannya di Liang-san akan diusut.
Dia telah membakar rumah tinggal Dewa Mata Keranjang! "Ayah mau bicara apa,"
Gadis ini berkerut.
"Aku akan menjawab dan silakan bicara."
"Hm, aku dan ibumu ingin bertiga. Maukah kau duduk di sana?"797
"Mari,"
Gadis itu tak keberatan.
"Agaknya pertanyaanmu serius, ayah. Aku akan coba menjawabnya."
Namun saat itu Yuliah dan kakaknya maju.
"Paman, bibi, kebetulan kami juga ingin mencari kelinci atau makanan di sekitar sini. Ijinkanlah kami sebentar dan nanti kembali lagi."
"Baiklah,"
Ming Ming kagum akan daya tanggap dan sopan-santun kakak beradik itu.
"Maafkan kami yang ingin bicara enam mata, Franky. Jangan jauh-jauh karena kami juga tak lama!"
"Kami mengerti, terima kasi ,"
Dan ketika dua orang itu berkelebat dan si pemuda sempat melirik Beng Li maka gadis itu duduk di rumput tebal di mana ayahnya tadi menunjuk.
"Hm, anak-anak yang tahu etika,"
Fang Fang memuji dan mengangguk.
"Mereka orang-orang muda yang cukup terdidik, Ming-moi. Bangga kalau aku dapat mendapatkan mereka seperti anak sendiri!"
Beng Li semburat.
Kata-kata ayahnya ini seolah tak ditujukan ke mana-mana namun tentu saja ia mengerti.
Ayahnya bicara tentang perjodohan! Dan karena kata- kata itu mengandung persetujuan, hubungannya direstui maka gadis itu memerah namun diam-diam girang dan senang.
Akan tetapi ayahnya sudah mengajaknya bicara serius, persoalan di Liang-san.
"Aku ingin bertanya kepadamu bagaimana kau lolos dari Liang-san, juga tentang Kiok Eng dan temannya itu serta pembakaran tempat kakek gurumu Dewa Mata Keranjang."
"Aku semula tak tahu tentang ini,"
Gadis itu menarik napas dalam.
"Maksudku adalah bahwa aku tak tahu798 bahwa paman Yong itu adalah ayahku juga......!"
"Benar, lalu?"
"Ayah sudah tahu bahwa aku dibebaskan Kiok Eng dan Wi Tok?"
"Ya, tapi sekarang ingin mendengar dari mulutmu langsung. Kenapa kau membakar rumah itu, menghancurkannya!"
Beng Li memandang ayahnya.
Dalam pertanyaan ini kemarahan Fang Fang agak tak dapat disembunyikan, suara itu keras dan bernada mengutuk.
Tapi karena Beng Li juga gadis yang keras hati dan amat perasa, pertanyaan ayahnya itu menusuknya tajam maka dia mengedikkan kepala berkata dingin.
"Aku waktu itu merasa tertipu. Enci Kiok Eng memberi tahu aku bahwa sebenarnya paman Yong itu adalah Fang Fang, musuhku. Dan karena kau juga meninggalkan aku berhari-hari maka apa salahnya kalau aku melampiaskan sakit hatiku. Nah, itu jawabanku dan jangan gampang-gampang menyalahkan aku!"
"Hm,"
Fang Fang mengangguk-angguk, sadar disenggol lengannya, sang isteri melirik dan memberi isyarat.
"Waktu itu memang aku menipumu, Beng Li, tapi perusakan rumah itu, ah...... kusesalkan juga!"
"Aku siap menerima kemarahan dari siapapun. Tapi perbuatan itu bukan kulakukan seorang. Enci Kiok Eng dan Wi Tok juga melakukannya!"
"Baik, lalu di mana mereka berdua itu? Apakah kau tak bersama mereka lagi?"
"Aku tak senang kepada pemuda itu, ayah, juga tak mau mengganggu karena mereka agaknya saling mencinta. Enci Kiok Eng dan Wi Tok tampak akrab.'"799
"Hm, tahukah kau siapa pemuda itu?"
"Hanya kukenal sebagai sahabat enci Kiok Eng."
"Dia putera kaisar, dari selir. Murid seorang lihai dan katanya dipakai Liong-ongya untuk membuat kerusuhan!"
"Putera kaisar?"
"Benar, dan agaknya kau tidak banyak tahu. Baiklah, apakah kau tidak tahu pula di mana sekarang mereka ini kira-kira berada. Aku dan ibumu mencari."
"Hm, tidak,"
Gadis itu menggeleng.
"Aku berpisah setelah membakar rumah itu, ayah. Aku turun gunung lebih dulu."
"Jadi kau tak juga mendengar ke mana kira-kira mereka merencanakan pergi? "Tidak, kecuali mencari Dewa Mata Keranjang. Dan eh, kudengar Wi Tok adalah murid seorang tokoh utara. Mungkin mereka ke sana!"
"Ke utara? Murid seorang tokoh utara?"
"Benar, ayah. Waktu kami menghancurkan Liang-san pemuda itu tertawa-tawa bicara tentang dirinya. Kalau tidak salah ia menyebut-nyebut nama gurunya seorang tokoh utara!"
"Hm, siapa itu. Aku tak pernah mendengar."
"Aku juga lupa-lupa ingat. Kalau tidak salah, hm..... Mogal atau Mogul begitu."
Fang Fang tak tahu.
Siang Lun Mogal kakek ini memang tak pernah bertemu Fang Fang, guru Wi Tok itu yang menge tahui hanya Dewa Mata Keranjang, juga Sin-kun Bu-tek yang menyelamatkan Kiok Eng di padang rumput.
Maka ketika pendekar ini mengingat-ingat namun ia800 benar-benar tak merasa kenal, Fang Fang mengerutkan alisnya akhirnya dia berkata.
"Baiklah, sekarang kami mempunyai tujuan lebih jelas, Beng Li. Kau dan Kong Lee telah kutemukan, tinggal Kiok Eng. Akan kutangkap anak itu dan kubawa ia menemui ibunya!"
"Kong Lee? Siapa ini?"
"Dialah putera Eng Eng, isteri ayahmu yang lain yang tadi telah kuceritakan!"
"Oh, itu? Hm, jadi aku masih mempunyai seorang saudara lagi? Laki-laki?"
"Benar, Li-ji, dan hormatlah kepada mereka karena Kong Leepun telah tahu bahwa ini ayahnya. Tapi sang ibu masih ' tak mau dibujuk dan tetap memusuhi ayahmu. Biarlah, ini urusan orang-orang tua dan nanti kami selesaikan sendiri."
Gadis itu menarik napas dalam-dalam.
Hebat sekali ayahnya ini hingga langsung beristeri tiga.
Dua di antaranya sudah berbaik, tinggal yang satu.
Tapi teringat bahwa Dewa Mata Keranjang lebih hebat lagi, isterinya sebelas orang maka dia jengah dan tak dapat membayangkan bagai mana dulunya kakek itu membagi waktu.
Pantas kalau kakek itu dikejar-kejar dan dimusuhi isteri-isterinya sendiri.
"Rasakan,"
Gadis itu tiba-tiba mendesis, terloncat begitu saja, gemas dan marah kepada kakek itu namun tentu saja ia sendiri tiba-tiba terkejut.
Ayah ibunya memandang dan mukapun memerah.
Ia kelepasan bicara.
Dan ketika ibunya marah mengira ia memaki ayahnya maka gadis itu menerangkan bahwa yang dimaksud adalah kakek itu, bukan ayahnya.
"Aku, eh...... bukan mengatai ayah. Aku teringat kakek801 itu. Masa laki-laki demikian banyak isteri. Eh, maaf, ibu, aku tidak memaki ayah!"
"Hm, sudahlah,"
Fang Fang tersenyum dan maklum.
"Manusia memiliki garis sendiri-sendiri, Beng Li, dan memikul dosanya sendiri-sendiri pula. Aku tahu perasaanmu dan tidak aneh kalau memaki kakek gurumu itu. Aku sendiripun juga tak senang dengan kejadian itu, namun ia cukup pusing menanggung akibatnya."
"Dan ayah sekarang mau bertanya apa lagi."
"Rasanya cukup, aku dan ibumu akan ke utara. Silakan kau bersama anak-anak itu lagi dan aku gembira bahwa kau bersahabat dengan keturunan orang-orang yang kukenal baik!"
Gadis ini semburat.
"Ayah akan menyusul, bukan? Aku terlanjur janji, dan Yuliah teman wanitaku yang menyenangkan."
"Hm, tentu saja. Dan hubunganmu dengan Franky rupanya akrab sekali, Beng Li. Syukurlah tapi hati-hati di jalan dan aku percaya kejujuran pemuda itu seperti ayahnya."
Gadis ini merah. Ayahnya menyinggung hubungannya dengan pemuda asing itu dan setuju. Ini saja membuat hatinya berbunga. Dan tepat pembicaraan selesai dua kakak beradik itupun muncul.
"Hoii, kami dapat dua ekor kelinci gemuk, paman. Cukup untuk lima orang!"
"Hm, kalian rupanya datang,"
Fang Fang bangkit berdiri dan tertawa.
"Kebetulan kami juga selesai, Franky, tapi makanlah sendiri. Aku agak tergesa, juga telah sarapan. Silakan kalian nikmati dan kami harus berangkat. Maaf, biar Beng Li menemani kalian."802
"Eh, paman mau ke mana?"
Yuliah meloncat dan kali ini berseru.
"Aku akan ke utara, Yuliah, urusan penting. Tinggallah bertiga dan aku akan menyusul kalau selesai."
"Wah, sayang, juga rugi. Aku dan kakakku mau minta sesuatu!"
"Minta apa?"
"Belajar kebal seperti paman tadi, bagaimana menahan bacokan senjata tajam hingga patah-patah!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ha-ha, itu urusan gampang. Beng Li dapat mengajari kalian untuk tingkat dasar, nanti aku melanjutkan."
"Eh, paman berjanji?"
"Ya, kalau ada waktu, Yuliah, dan kaupun tidak pulang ke negaramu. Nah, bagaimana itu dan terserah dirimu. Sekarang aku mau pergi dan hati-hatilah di jalan!"
Gadis itu terkejut.
Warna girang memancar di wajahnya namun tiba-tiba kembali gelap.
Fang Fang telah berjanji namun ia harus tinggal di Tiong-goan, daratan ini.
Dan ketika ia cemberut merasa bingung maka pendekar itu menepuk pundaknya dan menyambar sang isteri.
"Anak-anak, kami tak dapat menunda waktu perjalanan lagi. Silakan makan dulu dan lanjutkan pekerjaan kalian!"
"Ibu...!"
Beng Li tiba-tiba meloncat.
"Kau akan ke kota raja, bukan?"
"Tentu,"
Ayahnya menjawab.
"Asal kami bertemu Kiok Eng tentu kami menyusul, Beng Li. Tak usah khawatir dan hati-hati di jalan!"
Dua orang itu lenyap bagai iblis.
Fang Fang mempergunakan kepandaiannya dan sekali berkelebat ia803 meloncat jauh di luar hutan, tak tampak lagi karena menghilang begitu cepatnya.
Dan ketika Yuliah berseru kagum dan terbelalak melebarkan mata maka di sana Beng Li terisak dan menangis.
"Hm, ayahmu benar-benar orang luar biasa,"
Franky tiba- tiba memegang lengan gadis itu dan berkata.
"Kagum dan bangga rasanya mempunyai orang tua seperti itu, Beng Li. Di negeriku tak ada orang sehebat itu. Kami lebih mengandalkan senjata api daripada ilmu bela diri."
"Benar,"
Yuliah meloncat dan mendekati dua muda-mudi ini.
"Apa yang kulihat dan kurasakan sesuai omongan ibu, Beng Li. Orang-orang sini memang hebat-hebat dan luar biasa. Dan ayahmu itu terutama. Ah, betapa girangnya aku kalau dapat mewarisi kepandaiannya. Aku bisa terbang!"
"Tapi kau tak bisa pulang,"
Sang kakak tertawa.
"Sayapmu terikat di sini, Yuliah. Karena paman Fang Fang tentu mengharuskan kau tinggal di Tiong-goan."
"Hm, benar, bagaimana ini. Ah, biar kubicarakan dengan ibu. Aku bingung!"
Dan ketika gadis itu tertawa dan teringat kelincinya maka dia berseru mengingatkan yang lain, bergerak dan mencari kayu kering lalu membuat api unggun.
Mereka lapar.
Dan ketika yang lain bergerak dan Beng Li dilepaskan tangannya maka tiga muda-mudi ini tertawa riang dan lupalah Beng Li ditinggal ibunya.
Mereka bertiga begitu gembira.
Peristiwa rampok juga dilupakan.
Lalu ketika semua menikmati kelinci panggang maka di sana Fang Fang dan isterinya telah jauh meninggalkan hutan itu.
****** Empat hari kemudian pendekar ini tiba di perbatasan.804 Fang Fang baru saja meloncati tembok benteng yang tinggi ketika matanya yang tajam melihat dua bayangan melesat dari depan.
Dia membawa isterinya melayang turun dan menuding, sang isteripun mengangguk dan berdebar.
Satu dari dua bayangan itu berbaju hitam! Dan ketika mereka berjungkir balik ke bawah dan rupanya dua bayangan itu juga melihat mereka, tertegun dan berhenti di sana maka dua bayangan itu tiba-tiba lenyap dan Fang Fang mencekal lengan isterinya erat-erat.
"Rupanya kitapun terlihat. Hm, melompati tembok setinggi ini tentu mengejutkan orang lain, Ming-moi. Dan kebetulan ada orang di sana. Mari kita cari dan mereka sengaja menghilang!"
"Benar,"
Isterinya mengangguk.
"Tapi bukan itu yang membuatku berdebar, Fang Fang, melainkan satu dari dua bayangan itu, yang berpakaian hitam. Dia seperti Kiok Eng!"
"Benar, dan aku melihatnya juga begitu. Tapi bayangan kedua itu rasanya seperti kukenal, seorang wanita asing, berhidung mancung!"
"Hm, kau melihatnya jelas?"
"Lebih jelas dari kau, moi-moi, tapi masih kurang jelas karena jarak terlalu jauh. Betapapun aku penasaran dan mari kita lihat. Mereka sengaja menghilang!"
Ming Ming mengangguk dan dibawa meloncat.
Betapapun ia kalah tajam dan pandang mata suaminya jauh lebih tajam.
Namun karena jarak dua bayangan itu terlalu jauh tak kurang dari dua ratus tombak, juga pepohonan dan rumput yang tinggi menyembunyikan mereka maka Fang Fang tak dapat melihat jelas hanya sekilas dia melihat bahwa bayangan kedua itu adalah seorang wanita cantik berhidung mancung, wanita asing.805 Dan yang tak kalah kaget adalah dua bayangan itu sendiri.
Mereka adalah Kiok.
Eng dan Nagi, cucu Sin-kun Bu-tek yang dipanggil bibi oleh gadis ini.
Mereka baru saja keluar dari pedalaman ketika tiba-tiba melihat Fang Fang yang berjungkir balik.
Tembok setinggi belasan meter itu dilewati begitu mudahnya dan masih bersama orang lain pula.
Tentu saja dua orang ini terkejut dan Kiok Eng tersentak.
Hanya orang-orang tertentu saja dapat melewati tembok setinggi itu dalam sekali lompatan.
Dia sendiri harus dua atau tiga kali.
Maka ketika dia menahan seruan dan menarik lengan temannya, Nagi juga terkejut maka wanita ini ditarik di belakang pohon di mana Kiok Eng menyelinap dan membawanya bersembunyi.
"Ada orang lihai di sana, sembunyi dan jangan menampakkan diri dulu!"
"Benar, dan aku juga terkejut, Kiok Eng. Siapa laki-laki hebat itu dan rupanya ia bersama seorang wanita!"
Kiok Eng mengangguk.
Ia kini sudah pulih dari pengaruh Hoat-lek-kim-ciong-ko dan segar serta gesit.
Dalam melakukan perjalanan tadi ia berlari cepat bersama temannya ini, berendeng dan hampir sama dan masing- masing sama kagum.
Tapi bahwa di sana ada orang lain yang amat luar biasa, meluncur dan turun melewati tembok dengan cara demikian mudah maka mereka maklum bahwa kepandaian orang itu masih di atas mereka.
Dan Kiok Eng khawatir jangan-jangan orang itu mengetahui keberadaannya.
"Hm, tak ada lagi,"
Gadis itu celingukan, memutar dan memandang sana-sini akan tetapi yang dicari-cari tetap tiada.
Ia tak tahu bahwa lawanpun mencarinya, menghilang dan curiga karena iapun lenyap.
Dan ketika Kiok Eng beringsut dan melompat ke tempat lain,806 mengintai dan berhati-hati mencari sana-sini maka temannya berkata bahwa sebaiknya mereka berpencar.
"Kau ke kiri aku ke kanan. Tak ada gunanya seperti ini, Kiok Eng. Kita bertemu di ujung ilalang itu dan hati-hati."
"Baik,"
Gadis ini mengangguk.
"Dan kaupun hati-hatilah, bibi. Siapa lebih dulu menemukan lawan harap berteriak."
"Aku akan memberitahumu, tak usah khawatir,"
Lalu ketika Nagi berkelebat ke kanan dan Kiok Eng ke kiri maka mereka bersepakat bahwa di ujung ilalang itu mereka bertemu.
Diharapkan dengan cara begini musuh akan terkepung.
Akan tetapi betapa kagetnya Kiok Eng ketika tiba-tiba pundak kirinya tertotok.
Baru saja mereka berpisah sekonyong-konyong jari yang melumpuhkan ya-hu- hiatnya tertutup.
Jalan darah itu macet.
Lalu ketika ia hendak berteriak dan memberi tahu temannya maka urat gagunya pun tertutup dan ia tak dapat menjerit.
"Uph!"
Kiok Eng roboh dan terbanting.
Demikian cepat kejadian itu namun sebuah tangan yang kuat menahannya, Ia terbelalak dan pucat, bayangan merah berkelebat dan berdirilah di situ seorang wanita cantik berumur tiga puluh delapan tahun.
Orang yang menahannya masih berada di belakang dan ia tak tahu siapa itu.
Tapi ketika wanita itu tersenyum dan ia tertegun, wajah yang manis dengan mata tertawa itu memandangnya ramah maka ia tercengang mendengar wanita ini memanggil namanya.
"Kiok Eng, kiranya benar kau ini. Hm, anak nakal. Mana temanmu dan mana si Wi Tok itu? Kau sedang berbuat apa di tempat ini? Jangan berteriak, atau ayahmu menotokmu lagi!"807 Kiok Eng terkejut. Tangan di belakangnya itu mengusap, totokan dibuka dan iapun dapat meloncat bangun. Dan ketika ia membalik dan melihat siapa di belakangnya maka gadis ini tersentak dan mukanya merah padam.
"Kau...?!"
"Ya, aku,"
Fang Fang, sang ayah berkata.
"Lama aku mencari-carimu, Kiok Eng, dan baru di sini ketemu. Hm, kau harus pulang dan mempertanggungjawabkan perbuatanmu di mana-mana. Kau anak bandel dan kurang ajar."
Kiok Eng berapi-api.
Hilang sudah rasa terkejutnya terganti rasa marah.
Kiranya ia bertemu sang ayah.
Pantas! Dan ketika ia mendengar dan melihat sikap ayahnya, yang dingin dan tidak tersenyum seperti wanita baju merah itu mendadak ia melengking dan memutar tubuh berkelebat pergi.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku tidak sudi!"
Hanya itu jawaban yang keluar dan Ming Ming terkejut.
Wanita baju merah ini mengerutkan kening melihat sikap dan kata-kata Fang Fang yang keras.
Sang ayah tidak bicara lembut kepada puterinya.
Dan ketika ia khawatir dan benar saja gadis itu meloncat pergi, marah dan berseru tinggi maka ia melihat suaminya bergerak dan tahu-tahu menyambar punggung gadis itu.
"Kiok Eng, berhenti!"
Seperti yang sudah diduga gadis ini melakukan perlawanan.
Ming Ming berteriak pada suaminya agar tidak menyerang, gadis itu membalik dan menangkis.
Dan ketika Kiok Eng terpental namun tangan sang ayah bergerak dan menotok leher maka iapun roboh dan terbanting lagi.
"Bluk!"808 Kiok Eng berteriak-teriak. Gadis ini memanggil bibinya dan Nagi berkelebat datang. Wanita itu terkejut oleh seruan Kiok Eng tadi. Dan ketika ia terbelalak melihat seorang wanita baju merah di situ, berseru pada laki-laki itu agar tak menyerang Kiok Eng maka gadis itu sudah roboh dan tentu saja ia membentak dan menghantam tengkuk laki-laki ini. Fang Fang membelakangi punggung dan masing-masing tak tahu siapa itu.
"Jahanam keparat pengganggu wanita. Lepaskan temanku dan jangan kurang ajar di sini!"
Fang Fang tentu saja tahu angin sambaran lawan.
Dari situ saja ia tahu bahwa pukulan itu cukup berbahaya, akan tetapi karena ia memiliki sinkang kuat dan pukulan itu diterima, tak ditangkis maka lawan terpekik pukulannya mental.
Nagi terpelanting dan menjerit.
"Dess-augh!"
Wanita itu melempar tubuh bergulingan.
Ia meloncat bangun dan siap memaki ketika melihat siapa lawannya itu, pria gagah berusia empatpuluhan tahun dengan kaca mata putih.
Pria itu juga terkejut dan memandangnya, terbelalak, masing-masing tak akan lupa dengan wajah dan mata itu.
Dan ketika mereka tertegun dan saling menjublak, Fang Fang akhirnya berseru lebih dulu maka wanita itu-pun menudingnya dan masing-masing hampir berseru berbareng.
"Kau?"
"Kau...!?"
Tiba-tiba Fang Fang tertawa bergelak.
Tentu saja ia mengenal wanita cantik ini di mana iapun dulu tergila-gila dan jatuh hati, ditolak dan ia kecewa namun justeru mendapat pandangan hidup.
Inilah cucu Sin-kun Bu-tek! Dan ketika ia tertawa begitu keras hingga melupakan809 Kiok Eng, gadis itu masih tertotok dan tak dapat menggerakkan tubuhnya maka Fang Fang berseru.
"Eh, kau, Nagi? Kau kelayapan sampai ke sini pula? Ha- ha, tak kunyana. Kau masih gagah dan cantik serta harum seperti bunga. Aduh, tak kusangka teman lama kiranya. Ha-ha, selamat bertemu dan mana Sin-kun Bu- tek locianpwe!"
"Hm, kau pula kiranya?"
Wanita itu tak mau kalah.
"Pantas, kukira siapa, Fang Fang. Tak tahunya kau. Huh, jangan memuji dan mengeluarkan rayuan gombal karena aku sudah bersuami. Aku bukan gadis lagi!"
"Ha-ha, salah. Aku sudah jauh dari dulu. Pujianku tulus dan tak mengandung rayuan, Nagi. Itu isteriku dan lihat ia di sini. Ia Ming Ming!"
Wanita itu menoleh.
Memang ia telah melihat Ming Ming namun karena Fang Fang merobohkan Kiok Eng maka ia menyerang laki-laki ini dulu.
Tak disangkanya bahwa itulah Fang Fang, murid Dewa Mata Keranjang.
Dan ketika ia berkerut mengira Fang Fang masih seperti dulu, perayu dan laki-laki gombal adalah Ming Ming cepat- cepat maju dan tersenyum, berseru pada semua pihak.
"Fang Fang, kiranya inilah cucu Sin-kun Bu-tek yang pernah kausebut-sebut di depanku itu. Ah, cantik jelita, gagah dan mengagumkan. Hm, perkenalkan aku Ming Ming, sahabat. Mana locianpwe Sin-kun Bu-tek tapi bebaskan Kiok Eng dulu. Kasihan anak itu kautotok!"
Fang Fang sadar. Tiba-tiba sikapnya berubah lagi teringat Kiok Eng, wajah yang semula gembira mendadak murung lagi, gelap. Dan ketika ia diam tak mau bergerak, Kiok Eng berteriak-teriak maka gadis itu berseru pada bibinya ini.810
"Bibi, bebaskan aku. Biar kita pergi dan tak usah bicara dengan orang-orang ini!"
"Hm, akan kucoba,"
Wanita itu berkelebat dan membebaskan totokan Kiok Eng, gagal, merah mukanya.
"Kau tak selayaknya memperlakukan puterimu seperti ini, Fang Fang. Bebaskan atau ia kubawa pergi!"
"Hm, aku mencari-cari anak ini, anak kurang ajar dan bengal. Tak usah dibebaskan dia itu, Nagi, aku akan membawanya pulang!"
"Eh, kau mau apa dengan puterimu ini? Mau kauapakan dia? Mau menghajarnya? Mau menghukum dan berbuat semena-mena? Tunggu dulu, ada aku di sini, Fang Fang. Tak boleh kau sembarangan karena anak ini tak bersalah. Justeru aku juga mencarimu untuk membela dan melindungi Kiok Eng. Jangan macam-macam!"
Fang Fang terkejut.
Cucu Sin-kun Butek itu sudah menghadangnya dan berkata berapi-api, tangan bertolak pinggang dan betapa gagah serta beraninya.
Fang Fang tertegun.
Dan ketika ia mengerutkan alis tak mengerti, memang tak tahu apa yang terjadi di antara puterinya dengan Nagi maka Ming Ming meloncat dan memegang lengannya.
"Fang Fang, dia benar. Kau tak boleh sembarangan dengan puterimu itu. Aku juga sudah memberi tahu dan jangan bersikap keras kepadanya. Bersikap dan bicaralah baik-baik, suamiku. Akupun tak akan diam kalau kau semena-mena. Katakanlah dengan baik apa yang menyebabkan semuanya ini, kenapa kau hendak membawanya pulang!"
"Hm,"
Fang Fang mengangguk-angguk, remasan isterinya membuat ia sadar bahwa Kiok Eng tak sendiri dan ia harus bersikap lunak.
Puterinya itu telah minta811 dilindungi orang lain, dan orang itu adalah cucu Sin-kun Bu-tek ini.
Maka tersenyum dan menarik napas dalam dia lalu berkata.
"Baiklah, aku hendak bicara kepadamu mengapa gadis ini hendak kubawa, pulang, Nagi. Ketahuilah bahwa ia telah membuat onar, bukan sekali dua melainkan banyak sekali. Ia membuat ribut di mana- mana, mengacau di mana-mana. aku kini hendak membawanya pulang untuk menanya dan minta pertanggungjawabannya itu."
"Baik, aku percaya, tapi mungkin juga tidak! Kalau kau memiliki alasan maka gadis ini juga tak berbeda, Fang Fang, dan justeru semua kesalahan itu ada padamu, orang tuanya. Kau telah bersikap tidak benar hingga puterimu seperti ini. Dan kalau anak tidak benar maka orang tuanyalah yang dituding, bukan anak!"
Fang Fang terkejut.
Dia mengerutkan alisnya semakin dalam dan maklum bahwa usahanya membawa Kiok Eng bakal terkena batu sandungan.
Cucu Sin-kun Bu tek ini begitu bersungguh-suhgguh membeIa gadis itu, serius! Tapi mengangguk-angguk dan menahan kemarahan sendiri dia-pun bertanya.
"Baiklah, apa saja kesalahan orang tuanya itu, Nagi. Dan tunjukkan padaku di mana kesalahanku. Aku akan mendengarnya dan kalau benar tentu saja kuakui."
"Tidak banyak, satu saja, tapi cukup fatal. Kau tidak memperhatikan dan memberi kasih sayang cukup kepada gadis ini. Kau menyia-nyiakan puterimu!"
"Eh, siapa bilang?"
"Aku, Fang Fang, dari Kiok Eng. Gadis itu bercerita sendiri betapa kau dan ibunya mempermainkannya. Kalian tak memiliki kasih sayang. Kalian orang-orang kejam yang membuat anak sendiri menderita!"812 Kiok Eng tersedu di sana. Gadis itu menjerit agar bibinya tak usah bicara banyak-banyak. Ia tak mau mendengar semua itu. Dan ketika wanita ini membalik dan menghadapi Fang Fang lagi maka dia berseru.
"Nah, apa- buktinya, Fang Fang. Mana kasih sayang dan cintamu sebagai ayah itu. Apa buktinya ini. Bukankah kau menyiksa dan merobohkan puterimu sendiri. Kau tak berperasaan, kejam. Biar aku membawanya dan jangan sekali-kali memaksa anak ini!"
Nagi bergerak dan menyambar Kiok Eng.
Dia telah menegur dan menyemprot pria itu dan suaranya yang meletup-letup membuat Fang Fang bengong dan tertegun.
Betapa samanya dengan duapuluh tahun yang lalu, panas dan berapi-api! Tapi ketika wanita itu membawa puterinya dan meloncat pergi, Fang Fang bergerak maka pendekar ini menghadang dan berseru.
"Nanti dulu, kau mungkin benar tapi juga tidak, Nagi. Kiok Eng adalah puteriku dan aku berhak atas dirinya. Semua omonganmu terbawa emosi, kau terpengaruh olehnya. Berhentilah dan jangan pergi dulu!"
"Kau mau apa? Membawa dan menghukum puterimu? Tidak, sekali lagi tidak, Fang Fang. Aku akan menentangmu dan jangan kira aku takut. Aku siap melindungi dan membelanya karena kutahu ia benar!"
"Hm, baik-baik. Jangan meledak-ledak. Taruh dan letakkan dulu anak itu, Nagi. Kasih sayang bagaimana dan cinta bagaimana yang tidak kuberikan kepada anak itu. Kalau totokanku dianggap menyiksa anak, bukti, maka biarlah kubuka tapi Kiok Eng tak boleh lari. Ia harus di sini, menjawab semua pertanyaan!"
Fang Fang mengebutkan lengan bajunya dan to tokan di tubuh gadis itu terbuka.
Nagi terbelalak dan merah karena begitu813 mudahnya pria ini membebaskan totokan, padahal ia setengah mati berkutat! Dan ketika ia berkacak pinggang dan Kiok Eng melompat bangun, tersedu maka ia menyambar gadis itu berkata dengan nada tinggi.
"Baik, orang benar tak perlu lari, Fang Fang. Siapa takut padamu!"
Dan erat mencekal lengan gadis itu wanita ini berkata kepada Kiok Eng.
"Kau tak usah pergi, kita dengar apa katanya. Kalau dia sewenang-wenang percayalah aku melindungimu!"
"Aku aku tak suka bicara dengan orang ini. Ia orang kejam, bibi. Ia suka mengandalkan kepandaian. Lihat betapa ia memperlakukan aku seperti itu!"
"Sudahlah, jangan takut. Aku akan melawannya mati- matian, Kiok Eng. Aku sudah menganggapmu seperti anak sendiri dan ingat perjanjian kita!"
Kiok Eng mengguguk.
Ia dipeluk dan dirangkul bibinya ini sementara Fang Fang mulai berkilat.
Tentu saja ia tak senang ada orang luar mencampuri urusannya, urusan keluarga.
Dan ketika ia berdehem dan Ming Ming kembali menekan tangannya maka ia mengangguk berkata tawar.
"Nagi, bolehkah kutanya apakah sikapmu ini sudah diketahui locianpwe Sin-kun Bu-tek. Kalau benar apakah ia tak menegurmu bahwa ini urusan keluarga, pribadi. Layakkah kiranya kau sebagai orang luar mencampurinya."
"Hm, tak usah bawa-bawa kakekku. Ini tanggung jawabku pribadi, Fang Fang, meskipun aku orang luar tapi kalau terhadap anak sendiri kau seperti itu maka Kiok Eng tentu kubela. Seorang gagah tak perlu tahu apakah dia orang luar atau tidak, sebab kalau sebuah kebenaran dilanggar maka itu haknya membela kebenaran. Dan gadis ini kuanggap benar!"814
"Baik, benar yang bagaimana."
"Dia benar karena ayah ibunya tak memperhatikan, bahkan mempermainkannya. Dan karena dia frustrasi maka sepak terjangnya kemudian adalah karena sebab- sebab di depan itu, tindak-tanduk ayahnya yang tidak benar!"
"Hm, tahukah kau apa yang terjadi? Bolehkah kauterangkan sampai di mana batas pengetahuanmu tentang ketidakbenaran ayah ibunya?"
"Kau dan ibunya menyia-nyiakan anak ini, Fang Fang, menipunya habis-habisan. Dan dosa apalagi yang akan kautanya!"
"Hm, cukup, dan kau salah. Kau benar-benar terbawa emosimu, Nagi, sama seperti anak ini yang terbawa perasaannya sendiri. Siapa bilang aku dan ibunya menyia-nyiakannya, siapa bilang aku menipunya habis- habisan hingga dia frustrasi."
"Eh, kau tak mengakui itu? Kau tak menganggap bahwa pengakuanmu sebagai paman Yong tidak menipunya? Jujur dan bersikaplah jantan, Fang Fang. Kiok- Eng tertusuk oleh semua perbuatanmu ini!"
"Hm, redakanlah sebentar. Tanyalah kepada anak itu bagaimana kalau aku terus terang mengatakan diriku adalah sebenarnya. Bagaimana reaksinya. Apakah kau ingin seorang anak menyerang ayahnya sendiri? Kau menghendaki aku berterus terang padahal keadaan belum memungkinkan? Kebohongan baru dianggap dosa kalau perbuatan itu dimaksud untuk menguntungkan diri sendiri, Nagi, dan aku tidak melakukan itu. Kebohonganku untuk keuntungan semua pihak, ya aku dan puteriku itu serta ibunya!"815
"Kau berkilah?"
"Bukan berkilah, melainkan mencoba meluruskan sesuatu yang mulai melenceng. Coba kaujawab pertanyaanku apakah waktu itu sebaiknya aku berterus terang saja sebagai Fang Fang padahal itu adalah musuhnya. Nah, bagaimana jawabanmu dan anggaplah bahwa yang menerima persoalan itu adalah kau sendiri. Bagaimana sikapmu!"
Wanita ini tertegun.
Memang akhirnya Kiok Eng memberi tahu semuanya, betapa Fang Fang menipu puterinya sebagai orang lain, paman Yong.
Dan ketika Ceng Ceng juga menipu gadis itu bahwa sang ayah dinyatakan sebagai musuh besar, musuh yang harus dibunuh maka wanita ini mengepal tinju dan sebagai wanita tentu saja dia cepat terbawa dan marah.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kini ketika Fang Fang tiba- tiba membalik persoalan kepada dirinya dan bertanya bagaimana sikapnya kalau itu adalah dia, apa yang harus dilakukan kepada Kiok Eng mendadak wanita ini terkejut dan diam, bungkam.
Tentu saja akan bersikap seperti Fang Fang agar tak diserang dan dimusuhi puterinya sendiri! Dan ketika ia terkejut dan bingung, tak tahu bagaimana harus menjawab maka Fang Fang melanjutkan lagi membela isterinya, Ceng Ceng.
"Sekarang ibu anak itu. Ceng Ceng amat mendendam dan sakit hati atas perbuatanku di masa lalu, Nagi, ini urusan pribadiku dengan ibu Kiok Eng. Bagaimana sikapmu kalau merasa dikecewakan, apa yang kaulakukan kepada puterimu kalau bukan menyuruhnya mencari musuh besar. Salahkah ibu anak itu kalau meminta Kiok Eng mencariku dan membunuhnya? Kalau kemudian peristiwanya berkembang lain jangan menyalahkan Ceng Ceng dengan mengatakan ia816 mempermainkan puterinya. Sesungguhnya waktu itu ia amat benci dan dendam kepadaku, sama seperti Ming Ming ini, yang menyuruh puterinya Beng Li mencari dan membunuh aku. Tapi kalau kemudian aku menyerahkan diri dan siap dihukum tapi isteri-isteriku itu sendiri yang tak tega dan melepaskan benci lalu apakah semuanya ini ditimpakan kepada mereka? Ceng Ceng maupun aku sesungguhnya tak mempermainkan anak-anak ini, Nagi. Perkembangan dari cerita itulah yang kemudian tak diduga oleh ibu anak-anak ini. Mereka tak menghukumku karena masih mencintaiku, dan akupun pasrah menerima hukuman kalau itu mereka inginkan. Nah, apakah ini salah mereka juga?"
Wanita itu tertegun.
"Ming Ming misalnya,"
Fang Fang melanjutkan.
"Isteriku ini boleh ditanya dan dibuktikan, Nagi. Betapa ia menerima keadaan setelah aku menyerahkan diri. Bukan aku tak mau mencari mereka, melainkan merekalah yang menyembunyikan diri demikian rapat hingga aku tak tahu di mana persembunyiannya. Kalau sudah begitu salahkah aku?"
Lagi-lagi wanita ini terdiam.
"Aku mencari isteri dan anak-anakku ini, Nagi, dan itu adalah bukti perhatian dan kasih sayangku. Maka salah besar kalau dikatakan aku menyia-nyiakan dan tak memperhatikan mereka. Jawablah apa semua ini salahku!"
Nagi pucat.
Wanita ini menoleh kepada Kiok Eng dan gadis itu tiba-tiba mengeluh.
Apa yang dikata Fang Fang memang benar dan mana mungkin ayahnya itu menemukan ibunya kalau sang ibu bersembunyi demikian rapat.
Hanya karena ia turun gunung dan817 mencari ayahnya itulah mereka lalu dapat saling berjumpa, kalau tidak mungkin juga tidak.
Dan ini atas perintah ibunya yang ternyata diam-diam masih mencinta ayahnya itu.
Menyuruh ayahnya datang dengan dalih dibawa dan ditangkap, padahal ibunya tahu tak mungkin ia dapat menandingi ayahnya ini.
Dan ketika Ming Ming mengangguk-angguk dan menangkap pundak Kiok Eng dengan halus maka wanita itupun berkata.
"Semua yang dikata suamiku adalah benar. Baik aku maupun Ceng Ceng sama-sama menyembunyikan diri, Nagi, begitu juga Eng Eng, maduku yang lain. Fang Fang tak mungkin menemukan kami kalau bukan kami yang mencarinya. Nah, keterangan sudah jelas dan suamiku benar-benar bukan tak menghiraukan anak atau isteri. Bukan tak memperhatikan atau memberikan kasih sayangnya. Kami lah yang menghindar, kamilah yang menjauh. Kalau kami menyuruh anak-anak mencari ayahnya ini sesungguhnya karena di hati kami masih ada cinta terhadap Fang Fang, dan aku dapat menerima Eng Eng maupun Ceng Ceng sebagai maduku yang baik. Kiok Eng, seperti Beng Li kuanggap sebagai anak- anakku sendiri. Nah, ikut dan baik-baiklah kepada ayahmu, Kiok Eng. Kami hendak membawamu ke Bukit Angsa untuk bertemu ibumu. Bukan kah kaupun melarikan diri dari ayah ibumu sewaktu mereka itu bertemu dan berbaik kembali!"
Gadis ini mengguguk. Akhirnya ia menutupi muka namun tiba-tiba menjerit. Ia meronta melepaskan diri dari Ming Ming. Dan ketika ia membalik dan berseru keras iapun terbang meninggalkan tempat itu.
"Tidak.... tidak, aku tak mau menemui ibuku, bibi. Aku terlanjur luka. Biarlah aku pergi dan mereka bersenang- senang sendiri!"818 Semua terkejut. Nagi yang mulai tahu duduk persoalannya segera berseru memanggil, tak enak juga wanita ini kepada Fang Fang setelah pria itu menceritakan semuanya, jujur dan penuh kesungguhan di depan orang-orang yang bersangkutan pula, Kiok Eng dan ibu tirinya itu. Tapi ketika Kiok Eng terus melarikan diri dan bahkan mempercepat larinya, tersedu dan mengibakan hati maka wanita ini berkelebat dan Fang Fang melirik padanya meminta tanggung jawab.
"Hm, mana buktinya ia tak akan pergi, Nagi. Lihat apa yang ia lakukan dan bagaimana ini."
Wanita itu semburat.
Ia tak menyangka Kiok Eng meninggalkan dirinya dan sendirian menerima malu.
Kini Fang Fang membalik persoalannya dan menuntut.
Maka ketika ia membentak dan mengejar marah, gadis itu tak mau berhenti mendadak terdengar kekeh dan sebelas bayangan muncul berturut-turut, cambuk pun menjeletar memekakkan telinga.
"Heh-heh, bagus. Fang Fang telah menghasut orang- orang lain. Pergi dan jangan takut, Kiok Eng. Biar kami menghajar dan kau larilah.... tar-tar!"
Kiok Eng juga terkejut.
Sebelas gurunya tiba-tiba muncul dan itulah nenek Lin Lin dan May-may, berkelebat dan menghadang Nagi dan wanita itu tentu saja terkejut karena tiba-tiba diserang dan dibentak.
Dari kiri dan kanan menyambar bayangan-bayangan itu.
Dan ketika ia menangkis namun terhuyung, dibalas dan rambut atau pukulan lain menghantam dari kanan kiri maka wanita ini melempar tubuh bergulingan dan memaki-maki.
"Keparat, curang. Jahanam-jahanam licik!"819 Nenek itu terkekeh-kekeh. May-may, yang ada di depan menjeletarkan rambut. Ia menolong muridnya dan Kiok Eng sejenak tertegun, berhenti. Tapi ketika Nagi bergulingan menyelamatkan diri dan gadis itu disuruh pergi, rupanya memang dijauhkan dari Fang Fang dan lain-lainnya ini maka gadis itupun terisak dan lari lagi.
"Subo, aku tak mau kembali ke tempat ibu. Mereka terlanjur menyakiti aku. Jangan biarkan aku ditangkap dan dibawa ke sana!"
"Heh-heh, pergilah. Mereka tak akan dapat menangkap dan memaksamu selama kami di sini, anak baik. Kau betul dan kami setuju. Fang Fang itu pintar bicara, tak usah takut dan aku yang akan menghajarnya!"
Gadis itu terbang dan sang bibipun berkerut kening.
Tak disangkanya bahwa nenek-nenek ini muncul, menyerang dan mengganggunya dan Nagipun melengking marah.
Kiok Eng yang dibela ternyata lari, gadis itu meninggalkannya.
Dan ketika ia meloncat bangun dan menerjang nenek May-may, itulah tadi yang menghalang paling dulu maka May-may menyambutnya dan rambut nenek itu menangkis tamparan cucu Sin-kun Bu-tek ini.
"Plak-plak!"
Nenek itu terhuyung.
Satu lawan satu ternyata tak kuat, ia melotot dan membentak marah.
Dan ketika wanita itu menerjangnya lagi namun ia terpental, usia tua mengurangi tenaganya maka lawan mendesaknya dan cepat sekali nenek ini kewalahan, mundur dan menangkis namun lawan melengking-lengking.
Akan tetapi karena Lin Lin dan yang lain tak mungkin membiarkan, lima nenek membantu May-may maka yang lain terkekeh dan menerjang Fang Fang, juga Ming Ming.
"Heh-heh, punya kekasih baru!"
Bhi Cu yang pangling820 memaki Fang Fang.
"Kau seperti gurumu, Fang Fang, dapat satu cari yang lain. Hidung belang, keparat seperti gurunya!"
Fang Fang bergerak mengelak, Ia hendak mengejar puterinya ketika sebuah bayangan berkelebat di luar padang rumput.
Suara yang amat dikenal tiba-tiba merebah wajahnya, dari gelap menjadi terang.
Maka ketika ia diam saja dan tidak mengejar puterinya, seorang kakek berjenggot panjang menggantikan tugasnya maka ia girang mendengar kata-kata yang disaIurkan lewat ilmu mengirim suara dari jauh, Coan-im- jip-bit.
"Fang Fang, biarkan aku mengurus puterimu. Tenanglah, anak itu sedang menerima guncangan!"
Bukan main girangnya pria ini.
Sin-kun Bu-tek, kakek itu dilihatnya muncul di belakang Kiok Eng, mengejar atau menyusul dan tentu saja ia tak perlu menangkap puterinya lagi.
Biarlah urusan diselesaikan kakek itu.
Maka ketika ia menahan langkah dan diam-diam sudah melihat gerakan kakek ini, tersenyum dan lega hati iapun tidak membalas serangan nenek Bhi Cu itu.
Ini adalah nenek berpayudara besar yang sampai sekarangpun masih kelihatan montok.
Payudara itu berguncang ketika si nenek bergerak, gagal dan membalik namun Fang Fang khawatir melihat isterinya berhadapan dengan Bi Giok.
Nenek itu nenek yang paling keras dan ganas, Ming Ming berteriak ketika melempar tubuh bergulingan.
Dan karena semua agaknya tak mengenal Ming Ming, lupa atau pangling karena masing-masing sudah lama tak bertemu maka Fang Fang meninggalkan nenek Bhi Cu membentak nenek Bi Giok.
"Locianpwe, sebaiknya lepaskan Ming Ming. Ia bukan orang lain dan kaulihatlah baik-baik!"821 Nenek itu terpelanting. Bayangan Fang Fang berkelebat dan ia terpekik, tentu saja tak mampu mengelak dan tepukan di pundaknya membuat ia menjerit. Dan ketika Fang Fang menolong isterinya sementara nenek Bhi Cu tertegun, tak menyangka itulah Ming Ming maka nenek ini terkekeh namun mengejar Fang Fang kembali.
"Heh-heh, bocah itu kiranya- Bagus, biar kau diurus gurumu, Ming Ming. Pertanggungjawabkanlah perbuatanmu kalau gurumu marah!"
Fang Fang mengelak dan menangkis.
Serangan Bhi Cu tentu saja dianggapnya ringan dan dikelit serta ditangkis lagi.
Kali ini nenek itulah yang terjungkal.
Dan ketika si nenek berteriak dan Bi Giok membantu, maju lagi dan menggetarkan lengan mainkan Kiam-ciang (Tangan Pedang) maka Fang Fang tiba-tiba melepaskan diri karena melihat Nagi dikeroyok lima lawan tangguh.
"Jiwi-locianpwe, kalian di mana-mana selalu mengganggu. Pergilah dan harap tahu diri!"
Dua nenek itu terbanting.
Menghadapi Fang Fang memang mereka paling gentar, sengit tapi juga kagum.
Hanya karena banyak teman mereka berani maju, kalau tidak tentu mundur.
Maka ketika mereka bergulingan dan Fang Fang sudah berkelebat ke arah nenek May-may dan lain-lain, Bhi Cu berseru bahwa itulah Ming Ming murid nenek May-may maka nenek itu terbelalak -tapi Fang Fang mengibasnya terlempar.
"Cuwi-locianpwe, harap mundur. Aku tak akan memaksa Kiok Eng kalau ia tak mau pulang. Sudahlah dan kalian jangan mengganggu..... plak-plak"
Lima nenek itu terlempar dan bergulingan.
Rambut dan pukulan mereka mental dan bahkan menghantam tubuh sendiri, rambut nenek May-may meledak dan mengenai822 lehernya, sakit dan pedas.
Namun ketika nenek itu bergulingan dan mendengar seruan Bhi Cu, terbelalak dan meloncat bangun maka ia mengenal muridnya itu, tertawa.
"Heh-heh, lengket lagi. Kau terbius dan kena pelet, Ming Ming. Fang Fang bocah terkutuk. Ayo, ke sini dan bantu gurumu!"
"Subo...!"
Ming Ming terisak, haru dan girang.
"Kau sehat-sehat dan tidak apa-apa? Ah, Fang Fang tak bersalah, subo. Kalian yang mendesak dan kelewatan. Beng Li sudah besar dan tidakkah kau ingin tahu!"
"Beng Li? Siapa itu?"
"Puteriku, subo, cucu muridmu. Kau kejam tak pernah mencari kami!"
"Heh-heh....!"
Nenek itu tertegun.
"Aku punya cucu perempuan? Di mana dia? . Bagus, bawa dan temukan aku, Ming Ming, tapi ke sinilah dan jangan dekat-dekat anak setan itu. Kau terpelet!"
"Tidak, Fang Fang adalah ayah dari anakku, subo. Fang Fang bertanggung jawab dan mengasihi kami ibu dan anak. Kaulah yang menghentikan serangan dan biar kami tidak diganggu...... plak!"
Ming Ming menjerit dan terlempar.
Gurunya tiba-tiba marah dan nenek itu melengking.
Fang Fang melindungi Nagi dan lengah menjaga isterinya ini, rambut meledak dan menghantam pundak isterinya hingga biru.
Itulah Sin-mauw-kang yang dilakukan si nenek, dahsyat dan menghajar keras karena si nenek geram.
Ming Ming di anggapnya melawan.
Tapi ketika muridnya bergulingan dan merintih maka Fang Fang berkelebat dan mencengkeram rambutnya.
"Locianpwe, jangan ganggu Ming Ming823 Nenek itu terbanting. Ia menjerit dengan rambut berodol, Fang Fang gemas membalasnya. Dan ketika nenek itu berteriak-teriak tapi Fang Fang mengibas dan menggerakkan lengan bajunya maka semua terdorong dan mundur. Dan saat itu muncullah seorang laki-laki gagah ber kulit hitam.
"Niocu, tak usah khawatir. Aku datang!"
Sebatang suling menyabet dan mengusir nenek-nenek yang lain.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
May-may dan lain-lain terkejut karena seorang musuh lagi datang.
Kiranya suami wanita asing itu.
Dan ketika Nagi menyambut girang dan segera mengamuk, Fang Fang saja sudah terlalu berat maka May-may melengking dan berseru nyaring.
"Mundur, gangguan cukup. Kiok Eng telah pergi dan tak perlu kita menghadapi mereka lagi!"
Nenek yang lain mengangguk.
Suami isteri itu mengamuk dan sepak terjang mereka hebat juga.
Nagi akhirnya mencabut senjatanya dan suling itu diputar seperti suaminya.
Tapi ketika nenek-nenek itu terkekeh dan melompat menjauhi, balas menimpukkan senjata- senjata gelap berupa jarum atau paku maka suami isteri itu menangkis dan saat itu digunakan mereka untuk memutar tubuh, pergi.
"Hi-hik, semakin banyak kawanmu, Fang Fang. Selamat tinggal dan lain kali kita bertemu lagi. Kami hendak mencari Siang Lun Mogal!"
Fang Fang tertegun dan membelalakkan mata.
Tak disangkanya bahwa nenek-nenek itu datang untuk mencari guru Wi Tok.
Tapi ketika ia dipegang isterinya yang merintih, punggung isterinya memar maka cepat ia menggosok punggung itu dan membangunkan isterinya dengan lembut.824
"Subo, ia ....... ia masih kejam!"
Jilid XXIII AKAN tetapi mereka mendahului Fang Fang.
Bhopal, laki-laki gagah tinggi hitam yang bukan lain menantu Sin- kun Butek itu sudah menjura dan memberi hormat di depan pria ini, Nagi sang isteri berdiri di sampingnya.
Lalu ketika Fang Fang kagum melihat tubuh kekar itu laki-laki inipun berkata.
"Fang-taihiap, kiranya hari ini aku mendapat keberuntungan bertemu dan berkenalan denganmu. Perkenalkan, aku Bhopal, Nagi adalah isteriku dan terima kasih untuk pertolonganmu tadi. Kalau kau tak ada di sini mungkin isteriku roboh menghadapi nenek-nenek ganas tadi."
"Ah, saudara Bhopal kiranya? Bagus, tepat dugaanku. Kau cocok menjadi suaminya, saudara Bhopal, cocok menjadi menantu locianpwe Sin-kun Bu-tek. Masalah pertolongan tak ada artinya, tanpa akupun Sin-kun Bu- tek locianpwe pasti hadir. Aku lega musuh-musuh telah pergi dan agaknya aku harus mengejar puteriku."
"Hm, itu tugasku!"
Nagi berseru memotong.
"Aku akan membawa anak itu kembali, Fang Fang. Aku telah dibuat malu olehnya. Aku tak tahu bahwa ialah yang meninggalkan ayah ibunya.'"
"Nah, apa kubilang. Kakek juga berkata agar kau berhati- hati, Nagi. Ternyata ada hal-hal yang tidak kauketahui. Aku juga sempat mendengar itu, biarlah kumintakan maaf kepada Fang-taihiap!"
Bhopal menegur isterinya dan kemudian membungkuk di depan Fang Fang.
Laki- laki ini meminta maaf sementara Fang Fang tersenyum825 tenang.
Ia mendorong bahu laki-laki itu dan berkata tak usah, urusan memang agak panjang.
Lalu ketika Bhopal kagum karena dorongan itu tak mampu dilawannya, telapak Fang Fang mengeluarkan tenaga yang amat kuat pria ini berkata bahwa dia akan berjalan dulu.
"Aku telah melihat bayangan locianpwe Sin-kun Bu-tek, biarlah kami pergi lebih dulu dan kalian dapat menyusul!"
Nagi agak cemberut.
Ia tentu saja tak tahu apa yang dilihat Fang Fang, bahkan Coan-im-jip-bit yang dilepas kakeknya itu.
Tapi ketika Fang Fang berkelebat dan menyambar lengan isterinya pula, Ming Ming masih terisak maka suaminya berkata bahwa yang dikata Fang Fang benar.
"Gak-hu (ayah mertua) memang telah mendahului di sana. Gadis itu tak mungkin jauh. Biarlah mereka mendapat kesempatan dulu dan kita belakang."
Wanita ini menarik napas dalam.
Ia malu oleh sikapnya sendiri namun sang suami menggenggam tangannya.
Fang Fang telah lenyap dalam waktu sekejap saja.
Dan ketika suaminya menarik tangannya dan mengajak pergi maka wanita inipun tak banyak cakap dan menyusul suami isteri itu menemukan Kiok Eng.
****** Ternyata Kiok Eng memang tidak jauh dari situ.
Setelah guru-gurunya datang dan langsung menghadang bibi dan ayahnya maka gadis ini mendapat kesempatan lari lagi.
Kiok Eng terpukul oleh pernyataan itu.
Ia juga tak dapat mengelak bahwa kepergiannya adalah atas kehendaknya sendiri, bukan diusir atau tak mendapat perhatian ayah ibunya itu.
Dan karena sesungguhnya ia juga cemburu ayahnya tiba-tiba memperhatikan ibunya begitu besar, sejenak lupa kepadanya maka ia merasa826 sakit hati dan seakan tidak diperdulikan lagi.
Tapi ayahnya mencari.
Ia tak dibiarkan saja dan kasih sayang atau perhatian ayahnya itu masih sama besar.
Dengan jujur dan terbuka ayahnya mengakui kelebihan dan kekurangannya sendiri.
Dan karena di sana ada ibu tirinya Ming Ming yang menjadi saksi, betapa ayahnya tak membiarkan ibu atau anak-anaknya terlantar begitu saja maka Kiok Eng terngiang ucapan wanita itu betapa sesungguhnya isteri-isteri ayahnya ini masih mencintai ayahnya dengan mendalam, dan Ming Ming telah dapat menerima keadaan itu sebagaimana halnya yang harus diterima.
"Tak dapat kusangkal, dulu aku membenci kepadanya. Namun itu sudah lewat, Nagi, kami kini bukan gadis- gadis remaja lagi. Aku telah dapat menerima keadaan diriku dan aku mampu mengasihi maduku sebagaimana aku mengasihi suamiku Fang Fang ini. Ibu Kiok Eng juga begitu, kami sesungguhnya tak ada masalah. Nah, ini urusan kami pribadi dan kurasa anak-anak tak perlu meributkan ini karena ayah ibunya telah dapat hidup rukun!"
Kiok Eng terpukul, Ia melihat kemesraan wanita itu sama dengan ketika melihat kemesraan ayahnya dulu dengan ibunya.
Begitulah ibunya menyambut ayahnya ini, meskipun mula-mula penuh benci dan marah.
Tapi karena ayahnya pria jujur dan inilah kharisma yang kuat memancar, ibunya tunduk maka ibunya dapat menerima perbuatan ayahnya di masa lalu apalagi karena ayahnya juga masih mencintai ibunya itu.
Heran bahwa ayahnya dapat membagi cinta sama besar dengan wanita lain.
Inilah barangkali "kelebihan"
Lelaki! Tapi ketika ia masih bingung dan rasanya belum dapat menerima begitu saja, rasanya tak rela juga ibu nya disaingi wanita lain maka827 Kiok Eng yang masih menangis sambil mempercepat larinya ini tiba-tiba mendengar helaan napas panjang di belakangnya.
Bulu kuduknya seakan ditiup.
"Sudahlah, tak guna membuang-buang air mata, anak baik. Ada persoalan bisa dibicarakan ada kesulitan mari diselesaikan. Kau telah bertemu ayahmu, masa harus meninggalkannya apalagi kalau ia ingin membawamu ke tempat ibumu. Dapatkah aku membantu?"
Kiok Eng menoleh kaget.
Di belakangnya tahu-tahu muncul kakek lihai Sin-kun Bu-tek itu, tersenyum dan bicara lembut dan tiba-tiba meledaklah tangisnya menjadi-jadi.
Sikap dan pandang mata kakek itu penuh kasih sayang, Ia melihat persamaan pandang mata ini pada mata ayahnya dulu.
Maka ketika ia berhenti dan kakek itu menyentuh bahunya, halus maka gadis inipun tak dapat menahan diri lagi dan tahu-tahu berada di pelukan kakek itu.
Kiok Eng menyembunyikan mukanya seperti anak kecil berlindung pada kakeknya.
"Locianpwe, ayah...... ayah kejam, la menyakiti hatiku!"
"Hm, mari cari tempat yang enak, kita duduk dulu. Aku akan membantumu sebagaimana aku membantu cucuku sendiri, anak baik. Percayalah dan mudah-mudahan aku dapat menjadi teman bicaramu yang baik."
Kiok Eng mengguguk dan dituntun ke tempat yang teduh.
Sin-kun Bu-tek seperti kakeknya sendiri dan orang tua itu benar-benar dapat bersikap ngemong.
Apa yang dilakukan serasa menyejukkan hati dan Kiok Engpun merasa mendapat tempat berlindung.
Dan karena kakek ini pula yang menyelamatkannya dari tangan Siang Lun Mogal, guru Wi Tok yang jahat itu maka gadis ini duduk ketika si kakek bersila di depannya.
Kebetulan ada gubuk di tepi hutan yang melindungi mereka dari pandangan828 luar.
"Nah, tumpahkan dulu tangismu. Ledakkanlah semua ganjalan dan biar perasaan itu mengalir."
Kiok Eng semakin tak dapat menahan diri lagi.
Ia tersedu-sedu dan bercucuran air mata dan kontan saja semua perasaan ditumpahkan.
Marah dan sakit hatinya ke luar.
Tapi ketika beberapa menit kemudian air mata itu mulai kering dan semua perasaan menjadi ringan, hati mulai kosong lagi maka tinggal isak-isak kecil ketika kakek itu mengangguk-angguk dan tersenyum padanya, menepuk-nepuk pundaknya.
"Sudah? Kita dapat mulai bicara?"
Gadis ini menarik napas dalam-dalam.
Ia mengangguk dan akhirnya mengibaskan rambut.
Kakek itu membiarkannya sendiri dengan sikap tenang, ketenangannya ini mempengaruhi Kiok Eng hingga gadis itu malu sendiri, Ia seakan anak cengeng ketika ditunggui begini, seolah anak kecil yang siap dibelai dan dibujuk.
Dan ketika gadis itu mengangguk dan menyatakan siap bicara, tinju kecilnya dikepal mengeraskan hati maka yang pertama keluar adalah tawa kakek itu, lembut dan renyah, empuk.
"Nah, dari mana kita mulai, dan siapa yang bicara dulu. Kau ataukah aku."
"Lebih baik locianpwe dulu. Bagaimana komentar locianpwe dan apa kesan locianpwe setelah melihat ayah!"
"Hm, sebelum menjawab ini semua kemarahan dan kebencian harus dihilangkan dulu. Kita harus bicara secara obyektif, anak baik, juga jujur dan dilandasi iktikad baik. Mana mungkin hasil jernih akan didapat kalau hati829 dan pikiran penuh kemarahan?"
"Locianpwe membela ayah?"
"Tidak...."
"Tapi locianpwe bernada menyalahkan aku!"
"Heh-heh, itu perasaanmu saja, perasaanmu sendiri. Orang yang lagi dihimpit persoalan batin memang gampang menuduh, anak baik, mudah tersinggung, perasa. Aku tidak membela atau menyalahkan siapa- siapa kecuali yang benar. Nah, siapa yang benar dialah yang kubela, entah kau atau ayahmu. Jelas?"
Gadis ini mengangguk, kembali menarik napas dalam- dalam.
"Nah, sebaiknya kau saja yang mulai bicara. Apa komentar dan pendapatmu setelah bertemu ayahmu itu."
"Locianpwe sudah mendengar semuanya?"
Kakek ini tersenyum, mengangguk.
"Lalu bagaimana sikap locianpwe?"
"Lho, kenapa aku? Kau yang berurusan, Kiok Eng, kau yang bersangkut-paut. Kaulah yang seharusnya menjawab!"
"Hm, aku.. aku tak senang!"
"Bagus, lalu?"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Lalu aku tak ingin ketemu!"
"Heh-heh, tapi hatimu bicara lain. Kata-katamu begitu, anak baik, tapi hati dan keinginanmu sesungguhnya lain. Ah, kenapa tidak jujur dan obyektif?"
Gadis ini terkejut.830
"Begini,"
Kakek itu melanjutkan.
"Sudah kukatakan di depan bahwa persoalan ini harus dilandasi keterbukaan dan kejujuran, Kiok Eng. Kita harus bersikap wajar, obyektif. Buanglah jauh-jauh segala kebencian dan kemarahan. Sebenci apapun pernyataanmu tetap saja orang itu adalah ayahmu, orang tua kandung. Dan kupikir percuma ini kaulakukan karena hanya akan menggeragoti kejernihan batinmu. Nah, benar atau tidak. Dan kau sesungguhnya masih ingin berdekatan dengan ayahmu itu, butuh kasih sayang!"
Wajah Kiok Eng tiba-tiba memerah.
"Nanti dulu, jangan memotong. Kasih sayang adalah sumber dari semua kehidupan, anak baik. Dan orang yang kecewa akan ini bisa seperti daun kering yang jatuh dari tangkainya, melayang-layang dan akhirnya mati. Kau jangan menyergah dulu kalau masih dihuni kemarahan dan ketidaksenangan. Mari tengok apa penyebab semua itu, sumber penyakitnya!"
Kiok Eng tertegun.
Ia memang akan memotong dan menjawab sengit ketika tiba-tiba kakek itu mendahuluinya.
Mata itu dapat membaca gerak-geriknya.
Mata itu adalah mata seorang tua yang awas.
Maka ketika ia terkejut dan mengerutkan kening, pernyataan itu membuatnya tergetar maka kakek ini bicara lagi.
"Ada satu biang kerok yang dapat menjadi sumber dari bermacam-macam penyakit yang diderita manusia, termasuk sakit hati. Tahukah kau biang kerok penyakit apa itu yang dapat berkembang berbahaya ?"
Gadis ini menggeleng.
"Ha, demikian mudah menjawab? Ha-ha, gelengan kepalamu terlalu cepat, anak baik. Pikir dulu dan carilah jawaban yang tepat."831 Kiok Eng semburat. Ia memang menggeleng cepat karena memang tak mau berteka-teki. Ia butuh dukungan, bukan celaan. Dan karena khawatir kakek ini nanti mencelanya maka ia tak mau berpusing-pusing dan langsung saja menggeleng, tanda bahwa ia tak ingin dimarahi Tapi kakek itu malah terkekeh-kekeh, Dan ketika gadis ini mengangkat mukanya dan menjadi heran, wajah atau sinar mata itu tak menunjukkan seperti yang dikhawatirkan maka iapun menjawab berat dengan nada enggan.
"Locianpwe, hatiku sedang pepat. Kalau kau main teka- teki begini kapan hatiku dapat ringan? Aku tak tahu yang kaumaksud, cobalah terus terang dan katakan itu."
"Heh-heh, enak sekali. Tapi tak apa, baiklah. Aku si tua akan menjawab tapi tolong kutanya dulu kenapa kau demikian marah kepada ayahmu."
"Sudah kukatakan bahwa karena aku merasa dipermainkan!"
"Bagus, lalu maumu bagaimana? Kalau kau merasa dipermainkan lalu apa yang ingin kaukehendaki? Tidak dipermainkan?"
Gadis ini mengerutkan kening, memandang aneh.
"Tentu saja!"
Jawaban itu melengking.
"Siapa tidak sakit hati kalau di permainkan orang, locianpwe. Bagaimana kalau kau yang mengalaminya, tidakkah kau merasakan seperti yang kurasakan!"
"Heh-heh, betul, bagus. Lalu bukankah itu biang keroknya? Ha, lihat baik-baik apa yang ada ini, Kiok Eng. Perhatikan dan amati baik-baik bahwa sesungguhnya banyak sekali di antara manusia terjangkiti itu. Marah karena tidak puas!"832 Gadis ini tertegun.
"Salahkah itu?"
Tanyanya.
"Tidak, bukan ini pertanyaannya. Siapapun yang tidak puas pasti membenarkan diri sendiri untuk memperoleh kepuasannya dalam bentuk yang lain. Hm, aku hendak mengupas intinya, anak baik. Bahwa ada sesuatu yang lebih penting yang harus diketahui di sini. Marilah ikuti aku dan gelengkan kepala kalau tidak sesuai pendapatmu,"
Lalu ketika kakek itu membetulkan letak duduknya dan tersenyum bersinar-sinar maka ia memandang gadis itu lagi berkata menuding hidung.
"Kau tidak puas karena ada keinginanmu yang tidak terpenuhi. Nah, ya atau tidak!"
Kiok Eng terkejut. Seruan dan tudingan itu hampir mengenai ujung hidungnya, ia tersentak dan menarik kepala ke belakang. Tapi ketika kakek itu mengejar dan terkekeh-kekeh, jari telunjuk itu menuju hidung maka si kakek berseru lagi, lantang.
"Hayo, kau tidak puas karena ada keinginanmu yang tidak terpenuhi, Kiok Eng. Betul atau tidak!"
"Ya, tapi.... tapi...."
Gadis ini bingung.
"Apa maksud pertanyaanmu, locianpwe, ke mana arah pertanyaanmu!"
"Ha-ha, nanti terjawab. Sekarang katakan bahwa itu salah, marahmu salah!"
"Tidak, aku tak merasa bersalah. Aku, eh.. aku bingung, locianpwe, apa maksudmu dengan semuanya ini. Kau hendak menjebak aku!"
"Ha-ha, tak ada yang menjebak. Aku hendak menunjuk kekecewaanmu itu salah Kiok Eng, bahwa sumber dan penyakit itu adalah tuntutan yang berlebih. Manusia suka ini, menuntut berlebih!"
Lalu ketika gadis itu tertegun dan membelalakkan matanya, terkejut maka kakek ini berseru833 lagi, melanjutkan.
"Manusia,"
Katanya.
"terjebak oleh bentuk keinginannya yang tiada berkesudahan. Dapat satu ingin dua dapat dua ingin tiga, begitu seterusnya. Manusia terbiasa oleh ini hingga tak sadar bahwa akhirnya ia keluar dari relnya karena apapun yang diinginkan tak lagi dipertimbangkan dengan hati nuraninya. Yang bekerja adalah otak, bukan perasaan. Dan karena otak selalu bersumber pada 'aku' maka manusia lepas, kendali dan lupa bahwa tidak semua keinginannya itu harus terkabul. Ha-ha, dan itu terjadi pada kau dan aku, kita manusia ini!"
"Aku?"
Kiok Eng tiba-tiba semburat.
"Apa maksudmu dengan aku, locianpwe. Tolong jelaskan itu!"
"Ha-ha, aku adalah ego, si iba-diri. Bentuknya berubah- ubah tapi tak pernah lepas dari intinya, Ia tetap aku, ego, ha-ha!"
Kiok Eng pucat.
Ia melihat kakek itu tertawa-tawa namun segera kakek itu menjelaskan bahwa bentuk dari ke-aku- an ini bisa berubah-ubah.
Ia dapat menjadi ibuku, ayahku atau apapun saja yang selalu diembeli ku-ku itu.
Lalu ketika kakek itu menerangkan bahwa apapun bentuknya tetap saja semua itu bersumber pada keinginan pribadi, kepentingan pribadi maka kakek itu menutup dengan persoalan yang dialami gadis itu.
"Lihat contohmu itu. Kau marah, kau benci. Kau tak senang dan apa saja yang pokoknya mengganggu hati. Apa sebab dari semuanya ini? Bukankah karena kepentinganmu tertolak? Dan kepentingan yang tertolak memang menimbulkan kemarahan, Kiok Eng, tapi harap diingat bahwa kepentinganmu itu belum tentu benar. Artinya tidak semua keinginan atau keperluan pribadi itu harus terlaksana. Ini harus kauketahui agar tidak kecewa, ha-ha!"834
"Tapi.... eh, nanti dulu. Kau mengatakan keperluanku salah, egoku salah. Kalau begitu aku harus membuang egoku, locianpwe? Ego atau aku ini tak perlu?"
"Bukan, bukan begitu. Ego tetap penting, anak baik. Aku tetap harus berada di setiap pribadi manusia. Akan tetapi aku ini sering keluar garis, melenceng dari jalannya. Dan karena manusia senang dibawa ke mana-mana akibatnya suatu saat ia menerima benturan, dan tentu saja sakit. Contohnya adalah kau!"
"Aku belum mengerti....."
"Segera akan mengerti. Tunggu, jangan potong dulu. Tadi kukatakan bahwa aku sering keluar rel-nya, anak baik, dan ini karena salah si manusia juga. Manusia terbiasa dibawa keinginannya, terbiasa dituruti kehendaknya. Maka ketika suatu saat ia mengalami benturan maka yang timbul adalah kemarahan. Manusia lupa bahwa keinginan tidak semuanya harus terkabul, bahwa keinginan acap kali menina bobok manusia ke hal-hal yang subyektif. Dan karena keinginan atau kehendak ini mulai keluar dari relnya maka yang begini ini yang biasanya lalu menimbulkan persoalan, marah dan benci. Kau terbawa oleh keinginan yang begini ini, keinginan yang keluar rel. Maka ketika benturan kaualami akibatnya kaupun kecewa, marah. Tidakkah kau seperti ini?"
"Aku masih bingung....."
"Baik, sekarang kubuat jelas. Kau, sebagaimana manusia lainnya terbiasa oleh keinginan-keinginan yang sudah tidak pada tempatnya lagi. Keinginan ini didorong oleh ego yang demikian kuat, penuh ke-aku-an. Maka ketika itu gagal iapun menghantammu balik. Kenapa kau harus marah kalau ayah ibumu bersatu? Kenapa kau835 harus benci kalau mereka berkumpul dan menjalin cinta lagi? Jawabnya karena kau tak senang, Kiok Eng. Ada sesuatu yang tidak sesuai kehendakmu. Aku menangkap semacam kesan cemburu di sini, takut akan hilangnya cinta kasih atau perhatian. Kau agaknya lebih menginginkan agar ayahmu itu adalah paman Yong, bukan Fang Fang. Dan karena keinginanmu ini tidak pada tempatnya lagi, menentang kenyataan maka kau marah dan tiba-tiba benci kepada ayahmu itu, apalagi ibumu menerima dan membuang semua permusuhannya kepada ayahmu itu!"
Pendekar Hina Kelana 30 Dendam Gila Memanah Burung Rajawali Sia Tiaw Eng Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama