Ceritasilat Novel Online

Playgirl Dari Pak King 15

Playgirl Dari Pak King Karya Batara Bagian 15


Wi Tok menyentak dan membedal kudanya lebih cepat.

Li Keng menunjukkan kebolehan berkuda dan memang lincah gadis itu, membentak dan menyuruh kuda berlari kencang sementara jalanan mulai berbahaya.

Tikungan dan jalan cekung dilewati, Wi Tok berhati-hati dan harus mengenal jalan, akibatnya tertinggal beberapa tombak di belakang gadis ini.

Dan ketika benar saja di ujung sana jalanan melengkung tajam, kuda meringkik dan dapat terpeleset tiba-tiba saja ia melilit sebuah batu kecil dan secepat kilat dengan ujung cambuknya ia menyambitkan batu itu ke belakang kuda temannya, tepat mengenai kaki kanan.

"Tak!"901 Suara ini tak terdengar oleh derap dan kaki kuda, namun kuda yang ditunggangi Li Keng tiba-tiba terguling, meringkik kaget dan otomatis nonanya terlempar. Li Keng berteriak tapi Wi Tok sudah maju menyambar. Dan ketika gadis itu jatuh di pelukan si pemuda, otomatis Wi Tokpun menghentikan kudanya maka secara berani namun tidak kentara hidung Wi Tok mencium pipi gadis ini.

"Cup!"

Li Keng meronta dan kaget sekali.

Tangan kiri Wi Tok memeluk pinggangnya, kuda meringkik dan menerima beban berat.

Dan ketika mukanya merah padam oleh sentuhan itu, baru kali ini dicium pria maka Wi Tok pura- pura tak sengaja dan melepaskan gadis itu, melompat turun.

"Ah, kau sendiri yang hampir celaka. Lihat, kudamu terpeleset dan membuatmu jatuh, Keng-moi. Bagaimana kalau tidak kutangkap tadi. Kau membuatku terkejut tapi untung selamat!"

Wi Tok menolong kuda yang kesakitan dan mengusap- usap paha yang terkena sambitan tadi.

Ia mengatur tenaganya sedemikian rupa hingga kuda tak sampai patah tulangnya, menepuk-nepuk kuda itu dan berdirilah binatang ini dengan ringkik ketakutan.

Usapan Wi Tok membuatnya gentar, nalurinya memberi tahu bahwa pemuda ini mencelakainya.

Tapi ketika pahanya sembuh dan ia dapat berdiri tegak, Wi Tok tertawa melompat di punggungnya maka pemuda itu berkata mereka bertukar tunggangan.

"Biarlah kau di situ saja, aku di sini. Hm, sebaiknya tak usah balapan, Keng-moi, aku takut kau terlempar lagi. Bagai mana kalau kakimu patah!"902 Gadis ini terbelalak dan menggigil. Ia masih terguncang oleh ciuman di pipinya tadi selain kekagetannya terlempar dari atas kuda. Ia tak tahu kenapa kudanya tiba-tiba terpeleset dan jatuh, padahal ia yakin betul kudanya berjalan tegap. Kudanya berjingkat seolah disengat dari belakang, ia merasa itu. Tapi ketika Wi Tok memandangnya tertawa dan bertanya kenapa ia bengong, gadis ini semburat merah akhirnya ia tersipu dan menunduk. Sinar mata pemuda itu menembus ke perasaannya yang paling dalam, malu dan jengah.

"Aku...... aku masih kaget. Ah, terima kasih, ongya. Kau menyelamatkan aku!"

"Hush!"

Wi Tok mendekat dan tidak ragu-ragu lagi memegang lengan gadis ini, lengan yang lembut namun gemetar.

"Agaknya tak perlu lagi kau menyebutki ongya, Keng-moi, panggil saja aku Wi-ko Kita sudah akrab dan jangan membuat jarak."

Gadis itu tak mampu melepaskan tangannya.

Ia bahkan menunduk dan rambut hitam lebat itu membuat Wi Tok terpesona.

Betapa harum dan indahnya rambut ini, seperti Kiok Eng! Maka ketika tiba-tiba ia menunduk dan mencium rambut itu, pemiliknya tersentak dan tentu saja berseru tertahan maka Wi Tok melepaskan pegangannya tertawa gugup, merekan gairah.

"Maaf, kau cantik sekali, Keng-moi. Betapa lebat dan harum rambutmu. Ah, maaf, mari kita lanjutkan perjalanan dan mana tempat matahari terbenam itu!"

Gadis ini semburat merah padam.

Apa yang dilakukan Wi Tok tadi mengejutkannya akan tetapi tak dapat disangkal ada sesuatu yang nikmat yang menggirangkan hatinya.

Untuk kedua kali ia dicium pemuda itu, dicium pangeran! Dan karena Wi Tok sudah memutar tubuhnya dan903 menggerakkan kudanya melecut pergi, Li Keng tertolong malunya maka gadis itupun menjepit kudanya dan menyusul di belakang.

Wi Tok bersikap biasa lagi dan tertawa-tawa.

"Heii, mana tempat itu, Keng-moi. Belok kanan atau kiri!"

"Ke kiri!"

Cucu Tiong-taijin ini berseru.

"Masuki lembah di bawah sana itu, Wi-ko, dan kita berhenti di sungai kecil itu, dekat pondok bambu!"

Wi Tok mengangguk dan sudah mengikuti seruan ini.

Ia sengaja di depan untuk menghilangkan kecanggungan, betapapun hatinya berdebar oleh perbuatannya tadi.

Gadis ini semakin merangsang! akan tetapi karena kakeknya adalah orang penting dan ia tak boleh gegabah maka pemuda ini menahan nafsunya namun sudah siap di kepalanya bahwa ia akan menundukkan gadis ini, memilikinya! Dan sampailah Wi Tok di tepian sungai kecil itu.

Gemericik air jernih dan adanya pondok bambu di tengah pepohonan rindang sungguh menimbulkan suasana romantis.

Ia melompat turun dari kudanya dan sinar matahari kemerahan menyembul di antara bayang- bayang dedaunan.

Tempat itu memang indah untuk melihat terbenamnya Dewa Surya, cocok dan enak sekali.

Dan karena suasananya juga sepi merangsang orang untuk merasakan kegembiraan maka Wi Tok mengikat kudanya untuk bantu menolong gadis itu meloncat turun.

Wajah jelita itu sedikit memerah akan tetapi sepasang matanya berseri-seri hidup.

"Kau sungguh pandai menemukan tempat indah. Ah, tempat ini cocok untuk menikmati terbenamnya Dewa Surya, Keng-moi, duduk di sini menikmati gemercik air jernih juga nikmat!"904

"Hi-hik, ini tempat kongkong, juga sawah di seberang itu. Lihat, padi sudah menguning tua siap dipanen, Wi-ko, dan sinar matahari menimpanya seperti emas! "Benar, dan aku kagum. Ah, menjadi petani ternyata juga enak!"

"Tidak, yang enak adalah pemilik tanah, petaninya sendiri tak pernah mendapat lebih. Kongkong pandai membeli sawah, Wi-ko, mengambil buruh-buruh tani dan menyuruhnya bekerja. Kongkong yang enak!"

"Ha-ha, dan kau juga. Sebagai cucunya kaupun pasti menikmati semuanya ini, Keng-moi. Aku kagum bahwa kong-kongmu dapat menyesuaikan diri dengan keadaannya yang baru, tak canggung menjadi petani. Wah, hebat, mari duduk dan bercakap-cakap di sini!"

Wi Tok melompat ke pondok yang lantainya tinggi.

Lantai pondok semeter dari tanah hingga tak khawatir diganggu ular misalnya, atau hewan lain yang merayap dan datang di tanah.

Dan ketika pemuda itu kagum menebar pandangan, sawah yang menguning dan gemericik air sungai sungguh bagaikan irama musik sorgawi maka Li Kengpun meloncat dan duduk di lantai pondok itu, gembira.

"Sebentar lagi matahari akan kemerah-merahan di sana, terbenam dan sinarnya yang kuning keemasan akan mencuat di angkasa. Lihat, ia sudah mulai mendekat, Wi- ko, dan pohon palem itu akan berbuah bola api!"

Benar, Wi Tok kagum.

Tak lama kemudian matahari merayap ke bawah, masuk dan berada tepat di bawah palem di ujung sana.

Di latar belakang tampak bukit yang mereka lalui tadi, merekah.

Lalu ketika bola api itu menempel dan lekat di ketiak pohon ini maka benar saja palem itu seakan berbuah bola api yang besar kemerah-905 merahan.

"Indah, mentakjubkan!"

Wi Tok berseru.

"Pandai benar kongkongmu memilih tempat ini, Keng-moi, dan ah...... rambutmupun keemas-emasan!"

"Hi-hik, kau jangan selalu memperhatikan aku, lihatlah bola api itu. Ia mulai turun, Wi-ko, sekarang berada di celah bukit!"

Wi Tok bersinar-sinar.

Sekejap matahari berpindah tempat, merayap dan tahu-tahu cepat sekali meninggalkan pohon palem, menempel di bukit yang mereka lalui tadi.

Lalu ketika iapun semakin kagum karena wajah Li Keng keemas-emasan, begitu cemerlang dan berkilau mendadak ia menyambar lengan temannya ini dan mendesis.

"Keng-moi, kaupun semakin cantik saja. Ah, wajahmu bagai bidadari dari sorga!"

Gadis ini terkejut. Perhatiannya kepada matahari buyar, Wi Tok mencekal dan menarik tangannya. Lalu ketika ia terbelalak dan semakin kaget tahu-tahu W i Tok menarik tubuhnya mencium dirinya.

"Keng-moi, aku cinta padamu!"

Gadis itu tersentak.

Kalau saja sebelumnya ia tak menaruh hati dan suka kepada pemuda gagah tampan ini tentu ia memberontak dan berteriak.

Bibir Wi Tok tahu-tahu menyentuh bibirnya, melumat.

Tapi ketika ia sadar dan malu serta bingung mendadak ia menarik mukanya dan melepaskan diri.

"Wi-ko....!"

Gadis itu meloncat turun dan menggigil di bawah pondok.

Ia terbelalak memandang Wi Tok namun Wi Tok tersenyum mengikutinya.

Kinilah saatnya bersenang-906 senang, mereguk madu asmara.

Maka ketika pemuda itu melompat pula dan tak ragu menggenggam lengan ini maka Wi Tok bersuara serak ketika menjawab, mukanya merah.

"Maaf, aku cinta dan suka kepadamu, Keng-moi. Aku tiba-tiba merasa jatuh hati kepadamu. Tamparlah aku kalau kau marah dan biar aku menerima hukuman."

Gadis ini tersedu.

Tiba-tiba ia membalik dan melarikan diri namun Wi Tok melihat sesuatu yang menggembirakan di situ, gadis itu tidak marah! Maka ketika ia melompat dan menyambar dari belakang, Li Keng berteriak namun jerit kecil ini ditutup bibir Wi Tok maka pemuda itu sudah memeluk dan mencium cucu Tiong-taijin ini, gairahnya tak tertahan lagi.

"Keng-moi, aku benar-benar mencintaimu. Kalau kau menerima harap sambutlah, kalau menolak harap pukul aku. Nanti kulamar kepada kakekmu dan kita berdua hidup bahagia!"

Gadis ini tergagap dihujani ciuman bertubi-tubi.

Ia tak dapat mengelak dan tak mungkin mengelak.

Sesungguhnya iapun menerima girang.

Tapi ketika Wi Tok hendak melepas pakaiannya dan tentu saja ia terkejut, pemuda itu mau berbuat lebih maka ia meronta dan berseru.

"Jangan...... jangan, Wi-ko. Nanti ada orang!"

Wi Tok melepaskan gadis itu yang gemetar dan jatuh menabrak pondok.

Saking takut dan gugupnya dicium seorang pria cucu Tiong-taijin inipun menggigil.

Ia mendadak lemah lunglai, terduduk dan jatuh di atas tanah.

Tapi ketika Wi Tok mengangkatnya bangun dan lemah lembut membelainya pula akhirnya gadis ini menangis dan menyembunyikan muka di dada pemuda907 itu.

"Wi-ko, kau.. kau nakal. Kau membuatku kaget!"

"Maaf,"

Wi Tok menekan berahinya dan maklum bahwa gadis ini tak boleh di buat ketakutan, belum biasa.

"Aku tak tahan mengekang diriku, Keng-moi. Kau terlampau cantik dan menggairahkan hatiku. Kau melebihi gadis- gadis istana!"

"Ih, kau bohong!"

Gadis itu tiba-tiba mengangkat muka dan berani.

"Aku gadis desa, Wi-ko, cucu seorang petani. Masa dibandingkan gadis-gadis istana!"

"Hm, betul, tapi kenyataan bilang begitu. Kau boleh jadi cucu seorang petani, Keng-moi, tapi darah yang mengalir di tubuhmu bukan darah petani. Kau cucu seorang pembesar, kau berdarah bangsawan. Pantas dan cocok betul kalau kau mendampingiku!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Gadis itu semburat. Pujian dan gerakan tangan Wi Tok membuatnya menggeliat, jari pemuda ini nakal meremas pinggulnya. Dan ketika ia terbelalak namun pemuda itu tertawa kecil, mendekap dan hendak menciumnya lagi mendadak ia melepaskan diri.

"Jangan di sini, di tempat terbuka, nanti ada orang!"

"Kau menerimaku?"

Wi Tok girang.

"Sumpah aku akan menjadikanmu isteri tunggalku, Keng-moi. Aku akan melamarmu dan segera pulang ke kota raja!"

"Aku tak mau ke kota raja,"

Gadis itu tiba-tiba menggeleng.

"Di sana banyak orang jahat dan mencelakai kongkong serta ibuku, Wi-ko, di sini saja kita tinggal. Aku...... aku tak mau ke kota raja!"

"Hm, kalau kau menjadi permaisuri?"

"Permaisuri?"

Gadis ini terbelalak.

"Tetap aku tak mau,908 Wi-ko, kecuali ibu atau kongkong ikut ke sana!"

"Ha-ha, pasti ke sana. Marilah kita pulang dan sambung di rumah!"

Wi Tok tertawa bergelak dan menyambar gadis itu kembali.

Ia telah mendapat angin dan tentu saja tak menyia-nyiakan.

Cucu Tiong-taijin ini telah berada di genggamannya.

Maka ketika ia kembali dan tiba di rumah, kakek dan sang ibu melihat kegembiraan dua anak muda ini maka tak pelak lagi Wi Tokpun mendapat kebebasan yang lebih besar.

Mata tajam ibu dan kakek itu bertukar isyarat, mereka melihat betapa puteri mereka Li Keng telah begitu dekat dengan Wi Tok, tak malu atau likat-likat lagi seperti berangkat.

Malam itu mereka baru saja datang.

Dan ketika pelayanpun tergopoh menyambut mereka, menerima dan membawa kuda ke belakang dua muda-mudi ini dibiarkan berdua tanpa pengawasan berarti.

Li Keng sedang dimabok cinta dan kelonggaran yang didapat ini tentu saja menggirangkan.

Wi Tok tak malu-malu memegang tangannya di depan orang tua.

Kakek dan ibunya malah tampak gembira.

Maka ketika malam itu percakapan dilanjutkan sampai larut, tak habis-habisnya mereka mengobrol akhirnya dengan berani Wi Tok membawa kekasihnya ini ke tempat tidur! "Aku menuntut janjimu, kita tidak lagi di tempat terbuka.

Nah, temani aku berdua, Keng-moi, rinduku belum habis.

Tutup pintu itu dan kita tidur!"

"Apa?"

"Sst, ibu dan kongkongmu tak mungkin marah. Lihat betapa mereka sengaja membiarkan kita berdua bercakap dan bercumbu!"

Li Keng terkejut, namun mengeluh, Ia baru saja minum di ruangan dalam dan tak tahu betapa diam-diam Wi Tok909 menjentikkan sesuatu ke dalam gelasnya.

Kepala tiba- tiba pusing dan ia merasa gerah.

Jari Wi Tok yang nakal dan semakin berani membuatnya kepanasan, hanya karena belum terbiasa bersama pria membuat gadis ini malu-malu, tegang.

Tapi begitu ibu dan kakeknya menutup pintu kamar dan merekapun tersenyum tak ragu-ragu, ia dibiarkan berdua tanpa pengawasan akhirnya obat di dalam gelas itu membuatnya gelisah.

Gadis ini terbakar birahi! Wi Tok memang memasukkan sesuatu yang jahat ke dalam gelas itu.

Sebagai pemuda yang mulai banyak pengalaman ia maklum bahwa cucu Tiong-taijin ini akan selalu takut-takut menuju ranjang.

Ia melihat bahwa Li Keng masih perawan.

Maka ketika ia memasukkan bubuk perangsangnya dan kakek maupun ibu gadis itu jelas tak segan-segan memberikan anak gadisnya sendiri kontan saja murid Siang Lun Mogal ini menjadi girang.

Keadaan Wi Tok bagaikan kucing mendapat dendeng! Begitulah, tanpa sulit pemuda ini mendapatkan gadis itu.

Terdengar rintihan dan jerit kecil di dalam kamar, diam kemudian terganti suara tawa dan kekeh ditahan.

Lalu ketika keesokannya Li Keng terbangun dan berseru tertahan, melihat Wi Tok dan dirinya telanjang bersebelahan tiba-tiba untuk sejenak gadis ini merasa menyesal.

Rasa malu menyengatnya tajam.

Ia terbelalak ketika pemuda itu melompat bangun.

Hampir saja menjerit lagi karena Wi Tokpun lupa bahwa dirinya telanjang bulat! Tapi ketika gadis itu dapat menahan diri dan membalik menyambar pakaian, terisak dan membuka pintu kamar maka Wi Tok meloncat dan memegang le ngannya.

"Tahan, tunggu dulu. Mau ke mana kau moi-moi. Jangan membuat suara gaduh agar tak malu dilihat orang!"910

"Aku...... aku, ah!"

Gadis ini tiba-tiba tersedu.

"Apa yang kita lakukan ini, Wi-ko. Kita melanggar tata susila. Aku begitu hina menyerahkan diri kepadamu!"

"Sst, omongan apa ini. Kita calon suami isteri, Keng-moi, sekarang atau besok ini juga yang kita lakukan. Kenapa malu. Biasa. Jangan ketinggalan jaman karena cinta harus selalu dinikmati!"

"Tapi.. tapi aku....."

"Kau wanita agung, calon permaisuri. Ke sinilah dan jangan berisik atau nanti kongkong dan ibumu tahu!"

"Dan mereka akan marah......"

"Siapa bilang. Kau sengaja diberikan kepadaku, moi-moi. Ibu atau kakekmu tak akan marah. Kalau mereka marah aku siap menghadapi. Tenanglah, lihat bajumu tak keruan dan biar kubetulkan!"

Wi Tok berpura membetulkan baju gadis itu namun jari merayap penuh nafsu.

Pagi itu tiba-tiba berahinya bangkit lagi, tangis dan sikap gadis ini malah membakar nafsunya.

Ada senang dan puas! Maka ketika ia membetulkan letak baju itu namun melepaskan yang lain, tiba-tiba mencium dan menyambar gadis ini ke pembaringan tak ayal lagi cucu Tiong-taijin itu direbahkan.

"Jangan menangis, aku bertanggung jawab. Kakek atau ibumu tak dapat berbuat apa-apa, Keng-moi, aku seorang pangeran. Ingatlah!"

Gadis itu tak jadi menangis.

Semula Li Keng hampir tersedu dan malu akan apa yang diperbuat.

Teringat olehnya betapa semalam ia bergulingan dengan pemuda ini, terbakar oleh sesuatu yang memabokkan dan serasa diri sendiri terbang ke sorga.

Ada sesuatu yang nikmat yang sukar dilukiskan dengan kata-kata.

Ia merasa mimpi911 dan mereguk madu-madu cinta yang manis.

Begitu indahnya! Maka ketika tiba-tiba ia disambar kembali dan Wi Tok sudah menciuminya bertubi-tubi, tangis itu akhirnya berhenti menjadi keluhan nikmat mendadak ia lupa lagi kepada semua tata susila dan rasa malu.

Wi Tok membujuknya sedemikian pandai hingga lupa segala, ciuman dan bisikan mesra pemuda itu membuat tubuhnya panas dingin.

Tanpa obat perangsangpun Li Keng sudah jatuh ke tangan Wi Tok.

Maka ketika mereka berdua kembali bergulingan dan Li Keng percaya akan semua janji pemuda ini, hanyut dan menerima belaian pemuda itu maka pagi itu mereka mengulangi lagi cinta yang memabokkan untuk kedua kali! Matahari naik tinggi ketika Wi Tok tak habis-habisnya melumat kekasihnya ini, Li Keng sampai kewalahan.

Dan ketika pintu diketuk dan muncullah sang ibu di situ, Li Keng terbeliak dan mundur lalu lari ke kamarnya sendiri adalah Wi-Tok tenang-tenang saja dan percaya akan penglihatannya sendiri, menyambut wanita itu.

"Maaf, bibi harap tak memarahi Keng moi, akulah yang mengajak. Selamat siang, bibi, ada apa dan bolehkah kucuci muka sebentar."

"Silakan,"

Wanita itu tertawa, kagum melihat dada dan bahu Wi Tok yang bidang, pemuda itu hanya mengenakan celana saja.

"Aku girang kau betul-betul mencintai puteriku, ongya. Tak apa dan silakan cuci muka, aku hendak mengabarkan bahwa sarapan pagimu sudah dingin!"

"Ah, terima kasih, maaf!"

Wi Tok meloncat ke kamar mandi dan tak melihat betapa calon ibu mertuanya itu bersinar-sinar memandang punggungnya.

Kagum dan gairah besar tak dapat disembunyikan di sini, harap912 dimaklumi saja karena belasan tahun wanita ini tak berhubungan lagi dengan pria.

Maka ketika Wi Tok muncul lagi dan di sana telah menunggu Tiong-taijin, tuan rumah maka Tiong Li, wanita itu berada di kamar lain mendesis kepada puterinya.

"Kau tak perlu menyesal menerima cintanya. Kau bahkan beruntung. Ibu merestui hubunganmu, Keng-ji, kakekmu juga. Hentikan tangismu dan sekarang temanilah pemuda itu sarapan. Kakekmu menunggu!"

"Ibu....... ibu tak marah?"

"Hi-hik, calon menantuku bukan orang biasa, Li Keng, seorang pangeran. Dan ia kelak menjadi putera mahkota pula. Sudahlah dan temui dia!"

Li Keng heran namun lega.

Tadinya ia merasa takut dan gelisah, khawatir ibunya marah tapi tak tahunya sang ibu malah merestui.

Hubungan suami isteri itu dianggap pengikat! Maka ketika ia keluar dan menjumpai kekasihnya di sana, sudah berdandan dan rapi maka untuk ke sekian kali Wi Tok kagum.

Tak banyak cakap di pagi ini.

Tiong-taijin mempersilakan tamunya.

Lalu ketika hari-hari berikut diisi dengan kegembiraan dan bulan madu maka Wi Tok benar-benar bebas memperlakukan Li Keng, sungguh tiada ubahnya suami isteri! Namun sesuatu menggetarkan pemuda ini.

Seminggu setelah tinggal di tempat itu menunggu tamu-tamu undangan, sahabat Tiong-taijin maka suatu malam calon ibu mertuanya masuk.

Begitu saja wanita itu membuka pintu hingga Wi Tok terkejut.

Tapi ketika ia disuruh diam dan wanita itu menutup pintu kamar maka dengan wajah duka namun bersikap amat halus nyonya rumah ini duduk di depan Wi Tok, menarik napas dalam.913

"Maafkan aku,"

Wi Tok berdesir, lawan bicaranya menyilangkan kaki begitu bebas, sekilas memperlihatkan sepasang paha yang gempal mulus.

"Aku mengganggumu sebentar saja, Wi-ongya, sekalian minta tolong bisakah derita hati ini terangkat."

"Bibi mau bicara apa,"

Wi Tok melirik nyonya rumah dan kagum akan sepasang kakinya yang indah. Calon ibu mertuanya itu tak malu-malu menyilangkan kaki.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ada apa malam-malam begini datang, bibi, tentu urusan penting."

Aneh, wanita itu terisak. Sejenak ia memandang Wi Tok lalu menunduk, tangis itu pecah. Dan ketika Wi Tok terkejut dan mengerutkan kening, tentu saja tak mengerti tiba-tiba wanita yang masih tampak muda dan bertubuh sintal ini mengguguk.

"Aduh, hanya kaulah yang dapat menolongku, ongya. Hanya kau. Tapi entahlah kau mau menolongku atau tidak!"

"Hm, pertolongan apa,"

Wi Tok tertegun dan semakin berdebar, tangis itu bernada manja! "Kesulitan apa yang kau alami, bibi, dan apa yang dapat kukerjakan!"

"Aku iri pada hubunganmu dengan Li Keng. Betapa bahagianya kalian! Ah, dapatkah kau mempertemukan aku dengan pria sepertimu ini, ongya? Dapatkah derita bertahun-tahun ini kuhapuskan!"

Wi Tok kaget.

"Bibi bicara apa?"

"Aku...... aku....."

Wajah itu terangkat naik, sepasang mata itu basah air mata namun anehnya berbinar-binar.

Seakan tak sengaja wanita ini membiarkan saja belahan bajunya terbuka.

Wi Tok berdesir melihat itu.

Dan ketika mata itu terpejam kembali dan Wi Tok memperoleh914 kesempatan sepuas-puasnya menerobos dada lawannya ini, berdetak betapa tubuh wanita itu tak kalah putih dan hebat seperti Li Keng maka ia menelan ludah.

Dan saat itu sepasang mata basah itu dibuka, napas agak terengah.

"........ ongya mau menolongku...?"

Wi Tok hampir tak mendengar.

Kalau saja ia tak terkejut oleh sepasang mata yang lembut namun menggetarkan hatinya itu tentu ia masih lekat memandang belahan dada ini.

Bagian itu sengaja dibiarkan terbuka dan bebas dilahap lelaki.

Alangkah indahnya.

Menantang.

Tak kalah dengan gadis-gadis remaja karena wanita ini pandai menjaga kecantikannya, biarpun usianya empatpuluhan atau hampir empatpuluhan.

Dan ketika Wi Tok tergeragap namun wanita itu tiba-tiba tersenyum, bangkit dan maklum apa yang terjadi di hati pemuda ini tiba-tiba wanita itu memegang telapak Wi Tok, suaranya bergetar lirih ketika berkata, pendek namun langsung menuju sasaran.

"Ongya bisa mencarikan pasangan untukku sebaik dirimu kepada Li Keng?"

Wi Tok bagai disengat lebah.

Begitu bangkit maka maka bagian bawah pakaian tersingkap.

Sang nyonya seakan tak sadar akan itu dan sebelah kakinya yang mulus terpampang, bak pualam yang halus dan amat indah! Dan ketika Wi Tok tertegun dan pucat serta merah, napasnya memburu tiba-tiba lengan itu naik lagi dan merangkul bahunya, tak malu-malu lagi bersikap manja.

"Ongya, dapatkah kau mencarikan pasangan sebaik dan segagah dirimu? Adakah orang-orang yang kumaksud di istana? Dapatkah mereka memberikan air seteguk bagiku yang kehausan ini? Ah, aku merana sejak belasan tahun yang lalu, ongya, sejak kematian ayah Li Keng. Aku rindu dan iri atas kebahagiaanmu bersama Li915 Keng. Berilah aku setetes embun penawar duka!"

Wi Tok mengeluarkan suara aneh dari tenggorokan.

Setelah si nyonya berjingkat dan memeluk lehernya maka pakaian itu terbuka lebih lebar lagi, tak ada apa- apa selain itu.

Tak ada pakaian dalam! Dan ketika si nyonya mengeluh dan menjatuhkan dirinya, sepasang dada hangat menimpa lembut maka pemuda ini bagai disengat aliran listrik tajam yang membuat nafsunya bergolak! "Bibi, aku.....

oohh....!"

Tiong Li melingkarkan lengan seketat mungkin di pinggang pemuda ini.

Ia telah berhasil memasuki tahap pertama dan tinggal melanjutkan tahap berikut.

Baju di bagian dada yang terbuka dan pakaian bawah itu bukan kebetulan, ia sengaja memasang begitu.

Maka ketika umpan mulai menjerat sementara pemuda itu terengah dan mendengus gemetaran, tanda-tanda lelaki sudah dikenal baik wanita ini tiba-tiba Tiong Li menggerakkan tubuhnya dan lepaslah semua pakaian yang melekat.

"Ongya, aku tak tahan melihat kemesraan dirimu dengan Li Keng. Aku menderita bertahun-tahun. Tetesilah daun kering ini dengan embunmu yang segar!"

Wi Tok pada dasarnya bukanlah pemuda baik-baik.

Sebagai murid Siang Lun Mogal yang biasa mempermainkan wanita iapun tak pantang melakukan pelanggaran.

Li Keng yang cepat menjadi korbannya itu adalah suatu bukti.

Maka ketika tiba-tiba wanita ini menubruknya dan desah atau napas memburu itu tak kalah dengan desahnya sendiri, entah siapa yang lebih dulu berbuat tiba-tiba keduanya sudah saling terkam dan roboh di pembaringan.

"Bibi, kau...... kau cantik sekali. Ah, sungguh tak kuduga916 bahwa kecantikan dan keindahan tubuhmu seperti Li Keng!"

"Dia perawan kencur. Asal kau mau menghangati tubuhku semuanya akan kulakukan untukmu, ongya. Aku dapat melayanimu sehebat selir kaisar terkasih. Dan di tangankulah tamu-tamu undangan datang!"

Wi Tok terkejut. Ia sudah menyambut dan membiarkan ciuman-ciuman wanita itu mendarat panas. Iapun membalas dan terbakar berahinya. Tapi ketika kata-kata itu menyentaknya dan ia heran, mendorong mundur maka iapun menahan diri bertanya terbelalak.

"Apa maksudmu. Apa artinya dengan tamu undangan!"

"Hi-hik, segalanya di tanganku. Sahabat atau orang- orang yang kaukehendaki itu tak mungkin datang kalau bukan atas keinginanku, ongya. Ayahku hanya simbol saja sebagai kepala keluarga. Ia tak bebas mengontak teman-teman seperjuangan!"

"Ah, jadi selama ini....?"

"Benar, belum kupanggil. Aku masih menyelidiki kesungguhanmu tapi sekarang betul-betul percaya. Kau marah terhadap ayahmu yang tak adil, kau penghuni kelas dua!"

Lalu ketika wanita itu tertawa dan menerkamnya kembali, Wi Tok tertegun maka disambutlah wanita itu dan di sini baru Wi Tok mengerti mengapa selama seminggu ini tak ada tanda-tanda datangnya tamu.

Ia memang merasa heran namun jawaban selalu itu-itu saja, menunggu dan menunggu.

Dan karena ia sedang senang-senangnya bercinta dengan Li Keng, tak disangka bahwa sang ibu menimbrung dan ikut-ikutan akhirnya Wi Tok tertawa dan diam-diam memukul917 kepalanya sendiri.

Sudah didengarnya bahwa Tiong-taijin masih di bawah puterinya ini.

Li Keng bercerita bahwa kekuasaan sesungguhnya berada di tangan ibunya.

Hal itu karena Tiong-taijin tak bebas bergerak, sebagai bekas pemberontak memang ia tak berani ke mana-mana.

Puterinya itulah yang menghubungi teman-teman seperjuangan dan barulah Wi Tok mengerti.

Maka ketika ia mendusin dan malam itu ibu mertuanya ini minta dilayani, imbalannya adalah secepatnya mendatangkan teman-teman seperjuangan tak pelak lagi Wi Tok pun girang karena di dalam bercinta ini ibu Li Keng itu jauh lebih dahsyat dan panas dibanding puterinya, jauh lebih lihai dan pandai hingga Wi Tok benar-benar mabok.

Ia diperlakukan sedemikian hebatnya hingga lupa segala, bahkan Wi Tok inilah akhirnya yang tergila-gila! Dan ketika malam itu berakhir dengan kepuasan di kedua belah pihak, Tiong Li kagum bahwa pemuda ini memiliki tenaga kuda maka menjelang pagi ia meloncat turun dan menyambar pakaiannya, keluar.

"Hi-hik, kau hebat sekali. Tenagamu luar biasa, Wi-te (adik Wi), cocok dugaanku bahwa kau seekor kuda jantan yang penuh kekuatan!"

"Dan kau mengagumkan,"

Wi Tok berdiri dan menyergah wanita ini.

"Permainanmu benar-benar hebat, enci, belum pernah seumur hidup kudapatkan teman bercinta seperti ini. Li Keng bukan tandinganmu!"

"Hi-hik, anak itu masih kencur. Cukup dan sudahlah sampai di sini, Wi-te. Ingat bahwa di luar kau harus menyebutku bibi!"

"Dan kau menyebutku ongya."

"Benar, sudahlah malam nanti disambung lagi dan918 kusiapkan tugasku memanggil teman seperjuangan!"

Wanita itu melepaskan diri dan sempat memberi kecupan kepada Wi Tok.

Pemuda itu mau memeluk dan menciumnya lagi namun ia menolak.

Kejadian itu tak boleh diketahui Li Keng.

Dan ketika Wi Tok terbakar namun harus menahan diri, sungguh wanita itu matang dan amat pandai akhirnya pada hari kedua datanglah tamu-tamu yang dimaksud, disusul hari ketiga dan berikut hingga tak lama kemudian masuklah bekas-bekas teman seperjuangan ini, para pemberontak yang dulu gagal di bawah pimpinan Cun-ongya.

Dan karena setiap Wi Tok memberikan pelayanan tentu diimbali dengan seorang tamu maka Wi Tok girang sementara nyonya itupun puas! Kejadian ini tak diketahui siapapun kecuali Tiong-taijin.

Kakek itu menahan napas namun ia memasuki kamarnya lagi.

Haus puterinya dapat dimaklumi, tapi ia berdebar kenapa harus dengan pangeran itu, bagaimana Li Keng nanti.

Apa jadinya kalau sampai ketahuan! Akan tetapi karena Tiong Li adalah wanita yang pandai menjaga diri dan kehadirannya selalu setelah Li Keng, Wi Tok selalu dipandangnya dengan mata bersinar-sinar karena betapa kuatnya pemuda itu melayani mereka ibu dan anak akhirnya dua orang ini sama-sama jatuh cinta dan mulailah Tiong Li bingung karena ia tak mau kehilangan pemuda itu, pemuda gagah yang bertenaga jantan! "

"Akupun mencintaimu. Ah, entahlah, rasanya cinta ini beralih kepadamu, enci Tiong Li, bukan kepada Li Keng. Tapi bagaimana kelak kedudukan kita, masa sampai ke jenjang perkawinan!"

"Tak mungkin itu, usiaku jauh lebih tua. Di luar aku adalah calon ibumu, Wi-te, betapapun kita juga harus919 menjaga pe rasaan Li Keng. Sudahlah sebaiknya tetap begini saja secara diam-diam. Kita harus pandai menjaga diri dan sembunyi-sembunyi saja."

"Dan kau harus selalu melayaniku. Kau milikku, enci, tak boleh orang lain menjamahmu. Aku mencintaimu!"

Wanita ini tersenyum dan saling cium.

Wi Tok memeluknya namun cepat ia mendorong.

Semalam mereka lagi-lagi telah saling melepaskan berahi, mereka sama-sama puas.

Dan ketika semua itu kembali berlanjut dan hari-hari biasa merupakan sorga bagi Wi Tok sesuatu yang tak disangka terjadi.

Satu di antara tamu adalah Gak Hun, seorang pria berusia empat puluh lima tahun yang masih saudara dekat mendiang Gak-taijin (Gubernur Gak) yang dulu memerintah di kota Chang-sha.

Pria ini sejak lama sudah menaruh hati kepada Tiong Li, hanya karena ia bertubuh kurus dan pincang maka Tiong Li tak melayaninya.

Maka ketika tiba-tiba ia menerima undangan dan tentu saja girang luar biasa, kesempatan untuk bertemu wanita idaman terbuka iapun dari Chang-sa cepat-cepat datang.

Tapi ia tertegun.

Wanita itu selalu menghindar.

Yang ditemui adalah Wi Tok dan melihat pemuda ini tiba-tiba hatinya dibakar cemburu.

Akrabnya dua orang ini memang agak terasa, apalagi bagi lelaki itu yang dapat mencium gelagat kemesraan.

Tapi karena ia mendengar bahwa Wi Tok berhubungan dengan Li Keng, gadis tuan rumah maka kecemburuannya lenyap dan iapun menaruh harapan lagi kepada Tiong Li.

Dalam pembicaraan mengenai rencana pemberontakan itu sudah dibeberkan secara luas maksud Liong-ongya dan Wi Tok sendiri, di mana mereka menanam kebencian kepada orang-orang istana terutama Sam-920 taijin, juga Bu-goanswe dan Kok-taijin yang sudah pensiun.

Dan karena dua nama terakhir ini adalah nama yang dibenci para tamu ini, Bu-goanswe dan Kok-taijin itulah penghancur semua cita-cita maka diambil kesepakatan bahwa mereka membantu pemuda itu menyusun kekuatan.

Dan satu di antaranya adalah dana! Wi Tok telah berhasil menarik semua tamu-tamu ini dengan kata-katanya yang tegas.

Dan karena pemuda itupun sudah dikenal sebagai pemuda berkepandaian tinggi, beberapa pengawal para tamu dirobohkan dengan mudah maka kegagahan dan sikap pemuda ini meyakinkan.

Gak Hun sendiri sudah mulai suka dan kagum, Ia mengangguk-angguk, kepercayaannya tumbuh.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Tapi ketika malam itu secara kebetulan ia melihat bayangan Tiong Li, betapa wanita itu menyelinap dan memasuki kamar Wi Tok maka terbelalaklah dia dengan muka merah.

Lelaki ini, seperti para tamu yang lain kebetulan diminta menginap di tempat Tiong-taijin itu.

Hal ini dimaksudkan agar pembicaraan yang belum selesai dapat disambung lagi, juga untuk menolong mereka yang rumahnya jauh agar dapat melepas lelah.

Dan ketika malam itu pria ini ingin mengunjungi Tiong Li, tertegun karena wanita itu tahu-tahu lenyap dan memasuki kamar Wi Tok maka berdebarlah lelaki yang menaruh hati ini dan tiba-tiba api cemburupun timbul! Tadinya Gak Hun tak menyangka kelewat jauh, ia menganggap bahwa mungkin sebentar saja wanita itu akan keluar.

Barangkali akan menengok puterinya atau mengambil sesuatu.

Tapi ketika ia lama menunggu ternyata orang921 yang dicintanya itu tak muncul juga, bahkan secara samar terdengar kekeh dan tawa ditahan maka berindaplah lelaki ini mendekati tempat itu.

Wi Tok sendiri celakanya terlalu sombong.

Pemuda itu tak perlu takut kepada siapapun dan kewaspadaannya lewat.

Dia hanya berhati-hati kalau Li Keng datang.

Tapi karena calon ibunya ini selalu datang kalau Li Keng tidur, atau gadis itu sedang bersembunyi di kamarnya maka Wi Tok percaya betul bahwa setiap kedatangan Tiong Li tak ada yang tahu dan tak mungkin ada yang berani mengintai.

Dan inilah fatalnya.

Gak Hun si pincang itu mendekat.

Dengan hati-hati namun berani lelaki ini mengintai.

Dari kertas jendela ia dapat melihat apa yang dilakukan dua orang itu, betapa mendidihnya.

Tapi karena ia tahu kelihaian pemuda di dalam kamar itu dan tiga pengawalnya dirobohkan begitu mudah, tak berani ia gegabah tiba-tiba timbul akal di benaknya dan ia tertawa keji.

"Bagus, sekarang saatnya, Tiong Li, tak malu kau merendahkan puterimu sendiri. Awas, kutunggu kau di kamarmu!"

Lelaki ini lalu beringsut dan terpincang menjauhi kamar itu.

Ia masih dapat menahan diri dan tak mau dibakar cemburunya lagi.

Ia pria sudah cukup berumur.

Maka ketika dengan tenang ia memasuki kamar Tiong Li dan di situ ia menunggu, waktu demi waktu dilewatkan dengan muka merah akhirnya menjelang pagi barulah nyonya itu datang dan buru-buru memasuki kamarnya.

Dan si pincang ini berdiri di balik pintu, baru terlihat ketika Tiong Li menutupkan pintu kamarnya.

"Aiihhhh....!"922 Hampir saja jeritan itu bergaung lama. Tiong Li kaget bukan main bahwa lelaki ini berada di kamarnya, wajah itu tampak mengejek dengan tawa menyeringai. Tapi ketika tongkat di tangan Gak Hun menolak daun pintu, merapatkan dan menyuruhnya ia duduk maka kata-kata lelaki ini membuat Tiong Li pucat.

"Bagus, ibu merebut anak, sedemikian hina kelakuanmu. Heh-heh, tak kusangka terjadi peristiwa seperti ini, Tiong Li. Bertahun-tahun aku mengharapkan dirimu tiba-tiba hari ini kulihat kau semalam suntuk bercinta dengan pemuda itu. Ah, bagaimana kalau Li Keng kuberi tahu!"

"Jangan!"

Wanita itu menjerit, menutup mulutnya.

"Jangan..... jangan beri tahu anakku, Gak Hun. Jangan ceritakan ini kepadanya. Pergilah dan aku akan memberimu uang!"

"Ha-ha, uang bagiku tak ada artinya. Bahkan sumbanganku yang paling besar untuk rencana pemberontakan ini. Heh!"

Lelaki itu tiba-tiba membentak geram.

"Aku hanya ingin kau melayaniku, Tiong Li, menjadi kekasihku dan jangan mendekati pemuda itu lagi!"

Wanita ini pucat.

Kalau saja ia tidak ketahuan dan ada Wi Tok di situ tentu dengan mudah ia minta bantuan.

Akan tetapi Gak Hun ini menunggunya, pria yang diam-diam mencinta tapi tak disambutnya ini tampak beringas.

Wajah itu menghitam dan ia terancam.

Menggigillah Tiong Li dan kacaulah semua pikirannya.

Ia di bawah kekuasaan lawan.

Dan ketika laki-laki itu maju dan gemas melihat pakaiannya, dari kamar Wi Tok ia acak- acakan maka tiba-tiba lelaki itu merobek pakaiannya dan mendengus.

"Layani aku!"

Wanita ini mengeluh.

Gak Hun telah mendengus di923 belakang tengkuknya dan dengan kasar mencium.

Ia diam saja dan akhirnya terisak.

Dan ketika laki-laki itu memondongnya di atas pembaringan, merenggut semua pakaiannya dan buas menerkam akhirnya wanita ini melayani dan menjelang pagi itu ia kelelahan diamuk si pincang.

Lelaki ini benar-benar melampiaskan kemarahannya bagai seorang maniac.

Tak puas-puasnya ia mempermainkan wanita itu.

Tapi ketika matahari mulai naik tinggi dan meninggalkan kamar maka Tiong Li diancam agar tidak mendekati Wi Tok lagi.

"Kau milikku, jauhi pemuda itu. Atau kubongkar rahasiamu dan puterimu histeris!"

Berderailah air mata di wajah wanita ini.

Tiong Li tercengkeram dan wanita itu benar-benar tak berdaya.

Untunglah, karena ada Li Keng di situ Wi Tok dapat dilayani dulu.

Tapi karena pemuda ini lebih puas dengan sang ibu, bukan sang anak akhirnya suatu malam pemuda itu mendatangi wanita ini.

Empat hari Wi Tok tak dikunjungi.

"Hm, ada apa. Kenapa kau tak pernah menengokku, enci. Empat hari ini tak pernah muncul. Gairahku terpendam!"

"Maaf,"

Wanita itu bangkit dan pucat, suaranya agak menggigil.

"Jangan datang di kamar ini, Wi Tok. Aku tak ingin ketahuan Li Keng!"

"Aku penasaran!"

"Sudahlah, pergi dan kembali ke kamarmu dan sebentar aku datang. Jangan ke sini!"

Wi Tok tersenyum.

Ia masih tak curiga dan menganggap ketakutan wanita itu sebagai hal wajar.

Juga bukan924 maksudnya untuk berlama-lama di kamar itu, ia hanya menengok.

Maka ketika wanita itu berjanji dan ia gembira, dipeluk dan diciumnya kekasihnya ini maka berkelebat-lah ia menunggu di kamarnya.

"Baik, kutunggu, enci. Secepatnya!"

Wanita ini lunglai.

Ia bingung oleh ajakan itu dan teringat Gak Hun.

Sekarang para tamu mulai kembali ke tempat masing-masing tapi si pincang itu tak segera pergi.

Katanya ia ingin menikmati suasana kota Bun-cit, padahal ia tahu bahwa sebenarnya lelaki itu mengincarnya.

Setiap saat ia diperlukan, setiap saat ia harus melayani lelaki itu demi terjaganya rahasia.

Dan ketika ia bingung bagaimana harus melayani Wi Tok, sesungguhnya iapun lebih senang melayani pemuda itu daripada si pincang maka muncullah Gak Hun menyeringai di depannya.

"Hm, pemuda itu mengajakmu ke sana? Heh-heh, tak bisa. Kau milikku, Tiong Li, dan kita segera menikah. Atau kubocorkan rahasiamu!"

"Tutup mulutmu!"

Wanita ini marah.

"Sudah kubilang tak mungkin kita menikah, Gak Hun, cukup begini saja. Aku masih ingin sendirian!"

"Heh-heh, dan bebas didatangi pemuda itu? Tidak, aku menginginkanmu sebagai isteriku, Tiong Li. Kita pergi dan sama-sama ke Cang-sha. Aku tak ingin pemuda itu mengganggumu!"

Lelaki ini sudah mendengus dan mencium wanita itu. Tiong Li melepaskan diri namun lawan menangkap. Dan ketika ribut-ribut hampir tak dapat dihindari lagi mendadak pintu diketuk dan muncullah Li Keng.

"Ibu, siapa di dalam kamarmu. Ada apa!"925 Li Keng tak menunggu jawaban ibunya dan dilihatnya dua orang itu. Gadis ini membuka pintu dan tentu saja terkejut. Lelaki she Gak itu tentu saja dikenalnya. Maka ketika ia terbelalak dan memandang berganti-ganti, ibunya terisak tiba-tiba lelaki itu keluar dan tertawa.

"Maaf, Li Keng, aku datang untuk menyampaikan lamaran. Ibumu marah dan entahlah kenapa tak senang. Bukankah kita orang dekat!"

Tapi berbisik bahwa ia menunggu di kamarnya, Tiong Li harus datang akhirnya lelaki itu meninggalkan kamar sementara wanita ini tersedu dan melempar tubuh di pembaringan.

Tertegunlah sang puteri melihat keadaan ibunya.

Sebagai gadis yang telah menyerahkan diri kepada orang lain Li Keng menganggap perbuatan orang she Gak itu tidak luar biasa, apalagi iapun tahu bahwa paman Gak ini ada hati kepada ibunya.

Maka ketika ia duduk dan menghibur ibunya, tangis ibunya demikian sedih maka ia berkata bahwa sebaiknya ibunya memang menikah.

"Paman Gak cukup baik, iapun orang terpandang. Kalau hanya cacad sedikit itu kupikir tak apa, ibu, yang penting bahagia dan ia dapat bersikap baik kepada kita. Kenapa ibu marah-marah."

"Ah, kau anak kecil tahu apa. Orang itu kasar, Keng-ji, buas. Aku tak suka!"

"Buas? Apakah ibu..... ibu dipaksanya? Tiong Li mengangkat muka. Ia melempar bantal dan terbelalak memandang puterinya itu dan hampir saja ia meloncat. Hampir ia berkata bahwa Gak Hun memang telah memaksanya. Tapi ketika ia teringat betapa berbahayanya itu nanti, semua bisa terbuka akhirnya wanita ini menendang kursi meloncat keluar, pergi.926

"Aku muak, muak dengan jahanam itu. Ah, jangan ganggu diriku dan kau anak kecil tak usah turut campur!"

Li Keng menahan napas.

Ibunya tampak marah namun ia menggelengkan kepala.

Kalau sudah begitu memang sebaiknya ibunya dibiarkan, biarlah ibunya sendiri.

Maka ketika ia memasuki kamarnya tapi tertegun melihat bayangan ibunya di kamar paman Gak, sekilas ibunya itu lenyap di balik pintu maka Li Keng tak menduga bahwa ibunya sedang "diperas"

Untuk melayani cinta.

Gadis ini menyangka sang ibu marah-marah di kamar Gak Hun, ia berdebar dan menunggu.

Tapi ketika didengarnya desah dan tawa ditahan, persis kalau ia di kamar Wi Tok maka gadis ini semburat dan melangkah pergi! Wi Tok yang paling kelabakan.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pemuda ini sudah menunggu kekasihnya dengan tak sabar.

Sudah dibayangkannya permainan panas dengan calon ibunya itu, wanita bertubuh padat yang masih sintal! Maka ketika yang ditunggu tak kunjung datang dan habislah kesabarannya maka ia melompat dan datang lagi menjenguk.

Namun Tiong Li tak ada.

Wanita itu sedang di kamar Gak Hun dan Wi Tok tertegun, dicarinya di tempat lain namun tak ketemu juga.

Dan ketika.

ia mulai marah merasa ditipu, juga heran maka berkelebatlah ia ke kamar Li Keng.

Gadis itu sebenarnya baru saja datang di kamarnya.

Tapi di sinipun Wi Tok tak menemukan.

Ia tak memasuki kamar kekasihnya itu karena memang bukan Li Keng tujuannya.

Tampak kekasihnya tidur dengan gaun tipis.

Aneh, Wi Tok tak tertarik.

Dan ketika ia mencari di tempat lain dan kebetulan mendengar desah atau keluh pendek,927 di kamar belakang di mana terdapat pelayan-pelayan wanita maka di sini darah Wi Tok berdesir karena dari lima pelayan yang tidur sekamar tampak satu di antaranya berbusana minim.

"A-giok!"

Wi Tok melotot di sini.

Paha mulus putih dari pelayan berusia enambelas tahun itu menggetarkan kalbunya.

Aneh, paha Li Keng sendiri rasanya sudah menjemukan, ia lebih tertarik kepada paha pelayan wanita ini.

Maka ketika Wi Tok menyambar dan menotok pelayan itu, lenyap dan terbang ke kamarnya sendiri dapat dibayangkan betapa kaget dan pucatnya gadis manis ini.

"Ongya..... ong..... ongya!"

"Sst,- diamlah. Aku tertarik dan jatuh cinta kepadamu, Agiok. Kau manis dan cantik sekali. Ah, kau akan kujadikan selir!"

Wi Tok melempar gadis ini di pembaringannya.

Nafsu sudah membakar demikian hebat hingga hilanglah rasa malu atau takut, Wi Tok tak perduli lagi kepada sekelilingnya.

Dan ketika ia memaksa gadis itu melayaninya, gadis ini ketakutan dan terbelalak akhirnya dengan terpaksa juga ia melayani pemuda itu.

Wi Tok membujuknya mengangkat selir, pelayan mana tak senang.

Maka ketika dengan kesakitan ia melayani pemuda ini, harapan derajatnya bakal terangkat naik jadilah pemuda ini melepaskan berahinya.

Tapi bagaimana setelah itu? Wi Tok mencampakkannya! Ia tak mendapat kepuasan sebagaimana bila dilayani Tiong Li.

Ibu Li Keng itu benar-benar hebat dan inilah yang membuat Wi Tok tergila-gila.

Perawan kencur macam Agiok itu mana bisa.

Maka ketika Wi Tok928 melempar pelayan ini dan gadis itu menangis tersedu- sedu, kelakuan Wi Tok sungguh kasar akhirnya gadis itu tak tahan dan pergi meninggalkan rumah Tiong-taijin.

Wi Tok tak perduli.

Ia masih penasaran oleh janji wanita empatpuluhan itu.

Beruntunglah karena nafsunya sudah reda ia tak mencari wanita ini.

Biarlah besok.

Tapi ketika besok dan hari-hari selanjutnya kekasih selalu menghindar, ada rasa takut dan gelisah di wajah wanita ini maka meluncurlah sebuah surat yang menyatakan bahwa Tiong Li tak dapat melayaninya lagi, akan pergi jauh.

"Aku tak tega kepada Li Keng, aku harus mengalah. Untuk sementara ini janganlah cari aku lagi, Wi Tok, kasihan Li Keng. Kaubawalah dia ke kota raja dan kelak aku menyusul!"

Bukan main terkejutnya Wi Tok.

Ia belum terlampiaskan nafsunya, tak boleh wanita itu pergi.

Dan ketika bergegas ia mencari dan menemukan cepat ternyata di halaman depan sudah siap sebuah kereta dengan tujuh ekor kuda milik Gak-wangwe (hartawan Gak)! Tergetar perasaan Wi Tok.

Ia melihat kekasihnya itu ada di sana, di dalam kereta.

Tapi karena di tempat itu ada Li Keng dan orang-orang lain, juga Tiong-taijin maka pemuda itu menghampiri gemetar dengan suara serak.

Sikapnya ini menarik perhatian semua orang.

"Bibi, kau mau ke mana. Bagaimana berangkat buru-buru dan aku tak kauberi tahu!"

"Maaf,"

Tiong Li menutup tirai kereta dan gemetar pula, perasaannya terguncang.

"Aku hendak ke Cang-sha, ongya, beberapa hari saja. Calon suamiku ini memaksaku ke sana dan baik-baiklah di rumah. Para tamu sudah pulang."929

"Apa?"

Wi Tok bagai disambar petir.

"Calon..... calon suamimu?"

"Benar,"

Suara berat Tiong-taijin tiba-tiba terdengar.

"Calon ibumu ini dilamar Gak-wangwe, ongya, tapi Li Keng tetap menemanimu di sini. Maafkan mereka karena mereka tergesa-gesa."

Kalau saja tak ada Li Keng atau kakek ini di situ barangkali Wi Tok akan menerjang dan membentak.

Ia kaget dan.

marah sekali memandang ke dalam, Li Keng berkerut heran.

Tapi ketika Wi Tok dapat menahan diri dan muncul kepala si pincang itu, hartawan bertubuh kurus maka lelaki ini keluar dan menjura sejenak.

"Ongya, pertemuan kita sudah selesai. Maafkan kami. Tentunya hal kecil begini tak harus merusak cita-cita kita. Bantuan dariku akan datang dan secepatnya kita bertemu di kota raja lagi!"

Wi Tok melotot dan hampir menampar mulut ini.

Kalau saja Li Keng tak maju dan tiba-tiba mencekal lengannya! mungkin ia lupa diri.

Kekasihnya direbut!! Tapi karena perjuangan menahan emosinya dan itu jauh lebih penting, Gak-wangwe ini rupanya tak tahu bahwa wanita yang dibawa itu adalah kesayangannya akhirnya ia mundur dan berkata pendek.

"Baiklah, selamat jalan. Aku juga akan ke kota raja melapor semua hasilnya. Harap paman Gak hati-hati."

Pria itu tertawa.

Tentu saja ia girang bahwa pangeran ini tak merampas kekasihnya.

Kalau itu terjadi tentu dibukanya rahasia bejat pemuda ini kepada Li Keng.

Sang puteri tentu terpekik dan roboh pingsan.

Maka ketika ia masuk kembali dan di sana sepasang mata Tiong-taijin memandang khawatir, dialah yang lebih dulu tahu semua hubungan gelap ini maka kereta berderap930 dan pergilah rombongan itu dengan muka gembira.

Kiranya Gak-wangwe telah melancarkan lamaran kilat kepada Tiong-taijin.

Tiong Li sendiri agaknya melihat bahwa itulah jalan terbaik, ia harus menyelamatkan puteri dan dirinya sendiri.

Dan karena ayahnya juga tak bisa berbuat apa-apa karena semua tergantung kepada masing-masing yang bersangkutan akhirnya lamaran diterima dan Tiong Li dibawa ke Cang-sha untuk mengatur rumahnya yang baru.

Kejadian ini dilakukan secara cepat dan rahasia.

Li Keng sendiri baru diberi tahu beberapa jam sebelumnya, jadi tak mungkin memberi tahu Wi Tok agar tak terjadi apa- apa.

Dan ketika semua itu lewat dengan selamat, Wi Tok mampu menahan diri di depan orang-orang lain maka gemuruh di dada pemuda ini dilampiaskan di kamar.

Wi Tok cepat masuk dan menendang meja kursi.

Piring dan gelas dihancurkan pula.

Dan ketika dengan muka merah padam ia menyambar buntalannya, berkelebat dan tidak permisi lagi mendadak muncullah Li Keng yang berlari-lari mendengar semua suara gaduh itu.

"Wi-ko....!"

Wi Tok menoleh sejenak.

Ia tiba-tiba merasa sebal dengan gadis ini.

Kemarahannya hanya tertuju kepada Tiong Li, juga orang she Gak itu.

Maka ketika ia meloncat lagi dan berkelebat lenyap maka cucu Tiong-taijin itu berdetak dan pucat mukanya, menggigil.

Wi Tok berlari mengejar kereta! Gadis ini menangis.

Ia merasa sakit dirasanya ada sesuatu yang tidak wajar.

Tapi ketika ia membalik dan berlari ke belakang maka iapun melengking dan menyambar seekor kuda.931

"Wi-ko, tunggu......!"

Terbelalaklah semua orang.

Gadis itu sudah meluncur cepat bersama kudanya.

Sang kakek berlari keluar namun cucunya itu terbang, tak menghiraukan ini-itu lagi.

Dan ketika Tiong-taijin gelisah melihat perginya Wi Tok, maklumlah dia bahwa sesuatu yang hebat bakal terjadi di sana maka kakek itu memanggil pelayan menyuruh ke gedung Hok-taijin (bupati Hok).

"Cepat antarkan surat kepadanya. Minta bantuan!"

Pelayan tergopoh.

Berlari jatuh bangun ia melaksanakan tugas tuannya ini, Tiong taijin sendiri menunggu di rumah.

Dan ketika semua berlarian dengan bingung, tak tahu apa sesungguhnya yang telah terjadi maka di sana Wi Tok telah mengejar kereta Gak-wangwe, atau lebih tepat mengejar kekasih yang mampu membuatnya mabok habis-habisan itu! "Kau mengkhianatiku, kau melanggar janji.

Terkutuk, apa yang kaulakukan ini, Tiong Li.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Sudi benar kau mendampingi tua bangka itu, pincang lagi!"

Wi Tok memang tak tahu asal mula kejadian ini.

Ia begitu marah dan mengerahkan semua ilmu lari cepatnya.

Bagai tatit (kilat) saja pemuda ini melesat.

Dan ketika kereta bersama tujuh pengawalnya itu terlihat di depan, memasuki hutan maka Wi Tok meloncat dan tidak sungkan-sungkan lagi membentak.

"Berhenti!"

Bayangan pemuda itu melewati tujuh pengawal.

Bagi Wi Tok orang-orang ini tak ada artinya, ia berjungkir balik dan telah di depan kereta.

Dan ketika dengan suara marah ia mengangkat tangan mendorong, empat ekor kuda meringkik dan terhenti mendadak maka muncullah932 Gak-wangwe di balik tirai.

Para penumpang di dalam menjerit dan hampir terlempar.

"Hei, siapa itu. Ada apa!"

Namun lelaki ini pucat. Ia berubah melihat Wi Tok yang bertolak pinggang di depan keretanya, meloncat dan tahu-tahu di dekat jendela. Lalu sekali pemuda itu merobek dan masuk ke dalam maka hiruk-pikukpun tak dapat dicegah lagi.

"Tiong Li, kau mengkhianatiku!"

Jerit wanita ini berbareng dengan pekik Gak Hun yang dilempar Wi Tok.

Pemuda itu mengangkat lawannya dan melempar keluar kereta, berdebuk dan berteriaklah si cantik disambar Wi Tok.

Pemuda ini kalap, merah padam.

Lalu ketika ia membentak dan membawa wanita itu keluar segera pengawal Gak-wangwe ribut mengeroyok.

"Hei, apa ini. .Pangeran mengamuk, tolong!"

Wi Tok tak menghiraukan teriakan-teriakan itu.

Ia sudah mencengkeram kekasihnya dan wanita itu menjerit, jari Wi Tok bagai besi panas saja.

Lalu ketika pemuda itu membentak kenapa si cantik mengkhianatinya maka meluncurlah pedang dan tombak menyerang tubuhnya.

Gak-waiigwe memaki-maki dan menyuruh anak buahnya maju.

"Aku...... aku dipaksa. Orang she Gak itu mengancamku. Ooh, jangan marah kepadaku, Wi Tok. Lelaki itu mengetahui semua perbuatan kita. Ia mengancam akan memberitahukan kepada Li Keng!"

Wi Tok terbelalak.

Ia diserang dan ditusuk dari kiri kanan tapi tangannya tetap memegang bahu Tiong Li, mukanya merah.

Tapi ketika kekasihnya berseru seperti itu dan ia933 membalik, orang she Gak itu terbelalak di sana tiba-tiba ia mendengus dan tangan kirinya menampar semua senjata itu.

"Plak-plak-plak!"

Tujuh orang ini memang bukan lawannya.

Wi Tok berkelebat dan berteriaklah mereka terlempar, senjata mencelat entah ke mana.

Lalu ketika ia menyambar Gak- wangwe itu dan lelaki ini pucat berteriak ketakutan, Wi Tok mencengkeram lehernya maka ia sudah mencekik.

"Kau mengancam dan berani bersikap seperti itu? Kau melihat semua perbuatan kami? Bagus, mati dan pergilah ke neraka, keparat she Gak. Tak kusangka semuanya ini kauketahui. Kau penyakit, mampuslah!"

Namun Gak-wangwe ini menendangkan kakinya.

Ia nekat dan gentar namun melawan, tongkat di tangan dipukulkan pula ke kepala Wi Tok.

Dan ketika semuanya berhasil namun Wi Tok membantingnya roboh, bergulingan maka lelaki itu berteriak dan untunglah tujuh pengawalnya maju lagi.

Wajah Wi Tok membesi.

"Bagus, semua yang ada di sini harus mati. Majulah!"

Tujuh pengawal berteriak.

Mereka telah mengambil senjatanya lagi dan menyerang, apalagi melihat majikan dicekik dan akan dibunuh.

Namun ketika Wi Tok menggerakkan tangannya ke kiri kanan dan tujuh orang itu terpelanting, senjata mereka patah-patah maka semuanya tak berani menyerang lagi dan membiarkan saja pemuda itu berkelebat ke arah Gak-wangwe, yang tentu saja pucat dan ngeri.

"Wi Tok, jangan bunuh dia. Ancam saja agar tak menggangguku!"

"Hm, harus mampus. Ia biang keladi kekacauan ini,934 Tiong Li, tidak dibunuhpun hanya menjadi duri!"

"Tapi ia sekutu penting. Ingat bahwa bantuannya paling besar!"

"Hartanya dapat kurampas. Kalau ia mati semuanya berpindah ke tangan kita, Tiong Li. Yang penting tak boleh ia merampasmu dari tanganku..... krek!"

Wi Tok meremas leher orang dengan kejam.

Ia telah menjadi marah dan sekali cekik Gak-wangwe itupun terkulai.

Terdengar sedikit keluhan lalu diam, tulang leher itu patah.

Dan ketika Wi Tok membuang mayat ini dan tujuh pengawal lari serabutan, kekejaman pemuda itu membuat mereka pucat maka terdengarlah derap kaki kuda dan Li Keng muncul.

"Wi-ongya membunuh Gak-wangwe...... pemuda itu membunuh Gak-wangwe!"

Li Keng terkejut.

Ia menyusul dengan kudanya dan sempat melihat perbuatan Wi Tok.

Pemuda itu membunuh Gak-wangwe.

Dan ketika ia tertegun dan berhenti mendadak, kuda meringkik tinggi maka Wi Tok juga terkejut karena tak disangkanya gadis itu datang di situ.

"Wi Tok!"

Pemuda ini menoleh.

Tiong Li, sang ibu berubah melihat puterinya itu.

Wanita ini juga tak menyangka datangnya Li Keng.

Maka ketika ia berseru dan memberi isyarat kepada Wi Tok, pemuda itu melompat maka ibu ini berbisik agar sebaiknya Wi Tok menyingkir dulu, henti ketemu lagi.

Namun Wi Tok tertawa mengejek.

Ia sudah begitu tergila- gila kepada wanita ini dan menggeleng.

Permainan cinta memabokkan itulah yang membuat nafsunya tak pernah935 surut, bahkan selalu berkobar.

Dan karena merasa semuanya tak perlu disembunyikan lagi, Li Keng bukan apa-apa baginya maka ia menolak dan berkata.

"Tidak, aku tak mau pergi, enci, kecuali denganmu. Nah, mari pergi dan tinggalkan tempat ini!"

Sang nyonya terbelalak. Tanpa malu atau canggung Wi Tok tiba-tiba menyambarnya. Nafsu pemuda ini berkobar melihat dirinya. Dan ketika Li Keng di sana terkejut dan membelalakkan mata, Wi Tok memanggil "enci"

Kepada ibunya mendadak gadis ini terhuyung dan pucat membelalakkan mata, apalagi ketika Wi Tok mencium pipi ibunya.

"Ha-ha, tak ada yang perlu disembunyikan lagi, cici, jahanam she Gak itu gara-garanya. Aku tak mau berpisah denganmu dan tak dapat berpisah..... cup-cup!"

Bukan hanya wanita ini yang kaget.

Li Keng, gadis di sana itu juga bagai disambar petir.

Terang-terangan Wi Tok mencium ibunya.

Dan ketika ia melihat betapa antara ibunya dan pemuda itu terdapat kisah asmara maka Li Keng tiba-tiba mengguguk dan dengan cambuk di tangan menghajar ibunya.

"Ibu, kau tak tahu malu!"

Wi Tok menangkis. Kalau dia disuruh pilih maka sang ibu inilah pilihannya. Wanita itu "mainan"

Yang paling menarik, matang. Maka ketika ia menangkis cambuk itu dan Tiong Li menjerit, puterinya terpelanting maka wanita ini meronta dan melepaskan diri.

"Jangan sakiti Li Keng, jangan sakiti dia!"

Wi Tok mundur dan tertawa menyeringai.

Ia melihat Tiong Li menolong puterinya bangun, tersedu dan memeluk namun Li Keng menampar ibunya.

Dua kali936 suara keras membuat wanita itu terhuyung, pipinya bengap.

Tapi ketika Wi Tok maju dan menyambar keduanya, ibu dan anak dicengkeram maka pemuda ini berseru bahwa untuk kebaikan bersama tak usah mereka bertengkar.

"Tak perlu ribut, semua sudah terjadi. Aku menerima kalian berdua dan Li Keng tetap menjadi bakal permaisuri!"

"Keparat, terkutuk kau. Sungguh tak kusangka dirimu sebejat ini, Wi Tok, ibu-pun kaujadikan kekasih. Kau laki- laki tak kenal aturan, hidung belang!"

"Hm, semuanya berawal dari ibumu. Dialah yang membujukku dan ingin menik mati kehangatan cinta, Li Keng, aku laki-laki hanya menerimanya saja."

"Bohong!"

"Kautanya saja ibumu."

Lalu ketika gadis ini menghadapi ibunya dan terbelalak dengan muka merah padam, kemarahan dan kebencian tercampur-aduk maka ibunya menunduk dan diam saja, tak menjawab.

"Kau...... kau yang mulai dulu, ibu? Kau merampas Wi Tok dariku?"

"Aku tak bermaksud merampasnya, aku hanya ingin menikmati kemesraan seorang pria dan wanita....."

"Jadi.. jadi kau benar-benar melakukan itu? Kau tak malu-malu menggoda calon menantumu sendiri?"



Jilid XXVI "AKU tergoda oleh kelakuanmu sendiri, Li Keng. Kau937 terlampau memperlihatkan kemesraan di depanku. Kau membangkitkan keinginan ibumu, aku wanita normal!"

"Tapi ia calon menantumu!"

"Wi Tok pemuda gagah, siapa tak ingin. Sudahlah maafkan ibumu atau kau akan ditinggalkan!"

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Li Keng menjerit, Ia meronta dan menampar ibunya namun Wi Tok bertindak cepat, pemuda ini mencengkeram lalu menyentak ke dalam. Dan karena gadis ini tak berdaya di bawah tangan Wi Tok maka pemuda itu mengancam bahwa apa yang dikata sang ibu benar.

"Kau tak usah bermacam-macam, menjadi calon permaisuriku atau aku mencari lain. Nah, ibumu betul, Li Keng. Dia sudah minta maaf dan tak perlu kau marah- marah. Kau cocok menjadi permaisuri sementara ibumu mendampingiku di dalam. Terima atau tidak!"

Gadis ini tersedu.

Kalau saja ia tak mencintai Wi Tok dan sudah menyerahkan diri kepada pemuda itu mungkin ia akan berlari dan meninggalkan pemuda ini.

Terlalu berat rasanya harus berbagi cinta dengan wanita lain, apalagi ibunya.

Tapi karena bayangan permaisuri jelas mengangkat derajat hidupnya dan cita-cita yang tinggi selalu disertai pengorbanan akhirnya ia mengguguk saja tak membantah kata-kata pemuda itu.

Wi Tok berkerut kening tapi sang ibu mengangguk, memberi isyarat bahwa puterinya tak membantah.

Lalu ketika pemuda itu menarik dan merangkul pinggang gadis ini tiba-tiba Wi Tok menciumnya tertawa lega.

"Kau sudah menerima, bagus. Tak usah marah lagi sekarang. Mari kita kembali dan pulang ke Bun-cit!"

Li Keng membiarkan saja pemuda itu menciumnya.

Ia938 juga membiarkan ketika Wi Tok memondongnya dan melompat ke dalam kereta.

Lalu ketika pemuda itu juga menyambar Tiong Li dan membawa sang ibu, kereta bergerak dan diputar ke kota maka Tiong-taijin terheran- heran namun juga tertegun melihat puteri dan cucunya kembali, tak ada apa-apa.

"Sst, mana Gak Hun. Mana pengawal yang lain!"

Bisiknya.

Akan tetapi Tiong Li memberi isyarat kepada sang ayah agar tidak banyak bicara.

Lelaki tua itu masih tertegun oleh semuanya ini, terheran-heran.

Namun ketika ia melihat cucunya menangis dan tiba-tiba melompat ke kamar maka Wi Tok dilihatnya tenang saja meraih puterinya ini.

"Li Keng masih terpukul batinnya, biarlah kita berdua saja. Mari..... mari temani aku, enci. Kau sekarang milikku dan tak ada yang mengganggu!"

Tiong-taijin melengos.

Terang-terangan pemuda itu menggandeng puterinya ke dalam kamar, menutup pintu kamar dan membuat bengong para pelayan tapi tiba-tiba lelaki itu membentak.

Ia mengusir dan menyuruh pelayan pergi, diam-diam ngeloyor dan pergi pula.

Lalu ketika dengan bebasnya Wi Tok berpacaran lagi dengan wanita ini, di sana Li Keng menangis dan tersedu-sedu maka pada hari-hari pertama gadis itu memang masih tak dapat menerima kenyataan.

la merasa terlampau sakit dan direndahkan, Ia merasa terhina.

Tapi karena sikapnya justeru membuat Wi Tok merasa senang, bebas memadu cinta dengan ibunya akhirnya ia menggeram dan membuang segala sakit hati.

Ia bangkit dan mengepal tinju.

Lalu ketika suatu malam Wi Tok melihat gadis ini memasuki kamarnya dengan939 pakaian menyala, berdiri menantang dengan senyum dikulum maka Li Keng sudah berobah bagai kupu-kupu indah yang siap menantang lelaki.

"Apa yang dapat dilakukan ibuku dapat pula kulakukan. Nah, aku juga wanita yang pandai melayanimu, Wi-ko. Lihat pesona yang kubawa dan mana yang lebih cantik antara aku dan ibu!"

Gadis itu berputar, pakaian tiba-tiba terlepas dan tergerailah rambut panjang hitam halus, berombak dan bergulung naik turun lalu menarilah gadis ini dalam lenggang-lenggok semampai.

Wi Tok bengong dan takjub.

Gadis yang berdiri di depannya ini bukan lagi gadis yang pasrah dan pemalu melainkan gadis pemberani yang siap bertarung.

Ia adalah gadis penantang yang menggetarkan sukma.

Dan karena sudah seminggu ini Wi Tok tak melihat gadis itu lagi, kemunculannya benar-benar mendebarkan dan mengguncang hati akhirnya Wi Tok melihat bahwa Li Keng bagai bidadari yang hidup lagi.

Penuh pesona dan gairah! "Ha-ha, hebat.

Kau isteriku, Keng-moi kekasihku.

Ah, lama tak bertemu tiba-tiba membuatku rindu.

Aduh, ke mari, moi-moi......

ke mari.

Indah lekuk-lengkung tubuhmu dan sungguh luar biasa sekali.

Ha-ha, kalah ibumu!"

Li Keng mencibir, Ia mengelak dan terus menari sampai Wi Tok benar-benar tak sabar.

Gejolak dan nafsu pemuda ini sudah di tangannya.

Dan ketika ia mendorong namun roboh diterkam, Wi Tok mendengus menciumi kuduknya maka gadis ini menantang agar si pemuda membandingkan dirinya dengan ibunya.

'Tidak, tidak......

kau lebih hebat.

Ah kau lebih cantik, Keng-moi, lebih menggairahkan.

Aku tak ingat siapa-940 siapa lagi kecuali dirimu!"

"Kalau begitu tinggalkan ibu, kau hanya memilikiku!"

"Baik, kutinggalkan dia, moi-moi, asal malam ini kau benar-benar memuaskan hatiku. Ah, kau cantik luar biasa!"

Wi Tok tenggelam dan mabok berahi.

Ternyata perobahan hebat terjadi pada cucu Tiong-taijin ini.

Li Keng penasaran kenapa ibunya lebih unggul, suatu hari mengintai dan tahulah ia apa yang dilakukan ibunya kepada pemuda itu.

Servis yang selangit! Dan ketika ia mengangguk-angguk dan sadar akan kebodohan, tak mau kalah akhirnya ia melayani Wi Tok sebagaimana ibunya melayani pemuda itu.

Dan akibatnya pemuda ini tergila-gila! Nafsu selalu mencari yang baru kalau yang lama membosankan.

Tiong Li mendapat tandingan puterinya sendiri.

Dan ketika malam itu Li Keng mempersembahkan sesuatu yang selama ini belum di berikannya kepada Wi Tok, pemuda itu mabok dan tergila-gila akhirnya Wi Tok benar-benar melupakan Tiong Li dan sang ibu tertegun.

Seminggu ini Wi Tok tak menyentuhnya.

Wanita cantik berusia empatpuluhan tahun itu terpukul.

Tapi karena ia wanita matang dan beberapa kelebihan dimilikinya akhirnya iapun tak mau kalah dan datang ke kamar Wi Tok, pemuda itu baru saja dilayani Li Keng.

"Kau telah melupakan aku,"

Tiong Li merajuk.

"Kau tak ingat lagi segala kebaikanku, Wi Tok, mana rasa terima kasihmu kepadaku. Tak ingatkah kau bahwa perjuangan menggulingkan kaisar masih membutuhkan tenagaku."

Sang pemuda tertegun.

Ia tak begitu pergairah setelah941 semuanya dihabiskan Li Keng.

Gadis itu sekarang benar- benar menjadi luar biasa dan panas sekali, dia sampai kewalahan.

Tapi ketika dengan manis dan sikap lembut wanita ini meme luk lehernya, mencium dan meninggalkan kecupan hangat maka Wi Tok mulai tergetar mendengar kata-kata berikut.

"Aku tak cemburu kepada puteriku sendiri, aku tak marah. Hanya kalau kau menjauhiku dan sama sekali tak menghiraukan maka kesalahan apa yang kuperbuat, Wi Tok. Aku tahu bahwa Li Keng telah melayanimu secara luar biasa seperti aku melayanimu, tapi harap diingat bahwa ia tak dapat berbuat apa-apa dalam masalah perjuangan. Akulah yang bergerak, akulah yang mengatur dan memanggil teman-teman. Kalau kau begitu tergila-gila kepadanya maka kutantang ia agar melayanimu bertiga. Aku sanggup menunjukkan kepadamu bahwa akupun masih dapat membuatmu tergila-gila. Jangan lupakan aku dan mari kubuktikan!"

Berdesirlah darah Wi Tok.

Ia selama, ini memang selalu dilayani satu di antara ibu dan anak, bukan kedua- duanya.

Maka ketika tiba-tiba Tiong Li bicara seperti itu dan ia tergetar gembira mendadak Tiong Li telah berdiri dan mengibaskan rambut, melenggok dan melepaskan pakaian secara perlahan-lahan.

"Lihat, akupun dapat menari. Kalau Li Keng menggodamu seperti ini akupun dapat, Wi Tok. Suruh ia datang dan buktikan siapa yang hebat!"

Naiklah darah Wi Tok.

Seminggu tak bertemu wanita ini membuat segalanya seakan baru.

Tiong Li mengibaskan rambut dengan cara begitu mempesona, tubuh meliuk dan pinggang itupun sudah patah-patah melakukan gerak tari indah.

Lalu ketika wanita itu meniup suling dan perlahan-lahan memperdengarkan lagu lembut, bergerak942 dengan tubuhnya yang gontai tiba-tiba pangeran muda ini bangkit berdiri, segar kembali! "Ah, kau salah, enci, aku tak melupakanmu.

Hanya Li Keng memaksaku berdua dan tak boleh memanggilmu.

Kau masih hebat, kau menggetarkan kalbuku.

Kalau kau ingin kita bercumbu tentu saja aku senang.

Kau pandai membangkitkan gairahku!"

"Hi-hik, panggil Li Keng. Suruh ia melayanimu di depanku. Kami berdua akan tunjuk kepandaian, Wi Tok, siapa paling hebat dan siapa yang menang!"

Si cantik menggeliat ketika disambar, mengelak dan menghindar dan ini membuat si pemuda gemas.

Tiong Li menari dengan lembut sementara irama suling naik turun dengan halus, tubuhnya mengikuti irama itu dan akhirnya semua pakaian terlepas.

Wi Tok belum pernah mengalami seperti ini, kontan tubuhnya panas dingin.

Dan ketika ia menubruk tapi dikelit lagi, pandai sekali wanita itu mempermainkannya akhirnya Wi Tok kembali tergila-gila dan mabok kepada wanita ini.

Tiong Li akhirnya menyerahkan diri setelah yakin pemuda itu dapat dikuasainya lagi.

Ia gembira dan menantang Li Keng.

Lalu ketika hari berikut Wi Tok di layani ibu dan anak, bejatlah suasana di rumah itu pemuda ini akhirnya lupa kepada tugasnya! Sebulan Wi Tok bersenang-senang tiada habisnya.

Ia benar-benar tenggelam dalam nafsunya yang terus bergolak, tiada ingin sudah.

Tapi ketika semua itu mulai terganggu oleh utusan Liong-ongya, betapa pemuda itu ditunggu dan harus pulang akhirnya Wi Tok teringat dan sadar, apalagi ketika gurunya datang dengan marah- marah.

"Gila, murid tak tahu puas. Heh, apa yang kaulakukan di943 sini, Wi Tok. Mana tanggung jawabmu mengemban tugas. Bangun, dan buang semua kesenangan- kesenangan ini!"

Tiong Li dan Li Keng menjerit.

Seorang kakek gundul tahu-tahu menyambar di situ dan melempar mereka.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Datangnya bagai iblis saja dan menendang Wi Tok.

Dan ketika mereka berdebuk sementara Wi Tok berjungkir balik, melihat gurunya yang marah maka pemuda ini menyambar pakaian dan buru-buru mengangkat tangan.

Siang Lun Mogal terbelalak melihat dua wanita telanjang bulat menemani muridnya, yang juga tak berpakaian.

"Maaf, rnaaf....... aku telah mengumpulkan teman-teman, suhu, jangan ganggu wanita-wanita itu. Mereka kekasihku!"

"Keparat, kau berbulan-bulan mengumbar berahi, mana laporanmu kepada pamanmu atau aku. Heh, aku sudah mengumpulkan pula teman-teman yang lain, Wi Tok, menunggu beritamu tapi kau tak menggubris utusan Liong-ongya. Hayo kembali ke kota raja dan tinggalkan mereka ini!"

Li Keng dan ibunya pucat.

Tiong Li sendiri akhirnya melupakan tugas setelah berebut dengan puterinya untuk menguasai pemuda itu.

Mereka sekarang tak malu- malu lagi bertiga melakukan cinta, tak perduli malu atau ahlak.

Ibu dan anak sudah sama-sama bejat! Tapi ketika Wi Tok didatangi gurunya dan pemuda itu akan diambil, berarti sebuah perpisahan mendadak Tiong Li menjadi khawatir dan tersedu-sedulah dia menubruk pemuda itu, pakaian sudah disambar dan dikenakan seadanya.

"Wi Tok, jangan pergi, bagaimana kami di sini. Bawalah kami pergi kalau kau harus pergi. Kami tak dapat hidup tanpa dirimu!"944

"Benar, kau tak boleh melupakan kami di sini, Wi-ko, tak boleh pergi begitu saja. Tinggallah di sini atau aku ikut denganmu!"

"Pergi!"

Siang Lun Mogal tiba-tiba menendang ibu dan anak, marah sekali.

"Sudah waktunya berpisah, tikus- tikus betina. Cukup kali ini dan biarkan Wi Tok bekerja. Tugas masih menantinya!"

Wi Tok terkejut.

Ia heran melihat gurunya marah sungguh-sungguh padahal gurunya juga seorang laki-laki yang doyan perempuan, tak biasanya gurunya seperti ini.

Tapi ketika ia mendengar tawa di luar dan decak kagum, juga kekeh mengejek akhirnya ia sadar bahwa di luar sana kiranya terdapat orang-orang lain.

Gurunya tidak sendiri, gurunya malu! "Baik,"

Wi Tok mengenal keadaan.

"Kita pergi, suhu, tapi jangan ganggu mereka. Aku mau pergi kalau kau tak mengganggu mereka!"

Lalu melompat dan menolong ibu dan anak, berbisik bahwa dia akan kembali lagi Wi Tok menenangkan bahwa dia tak akan melupakan keduanya.

"Kalian di sini saja, sehari dua pasti aku kembali. Jangan buat guruku semakin marah, enci, atau aku tak dapat melindungi kalian dan ini salah kita semua!"

Memberi kecupan meninggalkan kepercayaan hangat akhirnya Wi Tok berhasil meyakinkan wanita-wanita itu.

Li Keng dan ibu diciumnya mesra, Wi Tok tak perduli gurunya yang melotot di situ, merah.

Lalu ketika ia melompat dan pergi dari situ akhirnya Siang Lun Mogalpun menyusul.

"Murid celaka, lupa tugas! Heh, sekali lagi kau melakukan ini kubunuh kekasihmu, Wi Tok. Dua bulan kami menunggu enak-enak kau di rumah orang. Keparat, lihat teman-teman kita dan jangan buat gurumu malu!"945 Wi Tok sudah berkelebat meninggalkan rumah itu. Ia bergerak kembali ke kota raja tapi tiba-tiba sesosok bayangan berdesir di samping kanannya, disusul oleh desir lain dan tahu-tahu dua tubuh harum muncul di kiri kanan. Dan ketika ia terkejut mengelak dan menghentikan langkah, dua wanita cantik menyerangnya maka dua cengkeraman maut sudah menuju lambung dan dadanya.

"Hi-hik, bersenang-senang menghabiskan tenaga, kongcu. Lihat seberapa sisa tenagamu!"

Wi Tok menangkis.

Ia tak mungkin mengelak karena dua serangan itu mencegatnya dari kiri kanan, ia membentak dan berseru keras.

Tapi ketika ia terhuyung sementara dua bayangan itu terpental berjungkir balik, benar saja tenaganya berkurang banyak maka bayangan-bayangan lain berkelebat dan tahu-tahu telah mengelilinginya.

"Heh-heh, masih hebat. Ini kiranya murid Siang Lun Mogal. Hei, ini semua teman-teman sendiri, kongcu. Mereka Siang-ang-boh-tan (Sepasang Seruni Merah) sementara kami Wei-ho Sam-eng yang diundang gurumu!"

Wi Tok tertegun.

Di sekelilingnya berdiri tiga kakek hitam bermuka runcing dengan dua gadis cantik tadi.

Mereka ternyata wanita-wanita muda berusia duapuluhan tahun, mengibaskan rambut dan tersenyum padanya dan Wi Tok tergetar.

Gadis-gadis ini, yang berpakaian biru dan kuning telah mencoba tenaganya dan ia tergetar.

Meskipun lawan dapat dipentalkan namun iapun terhuyung, tanda bahwa mereka bukan gadis-gadis sembarangan dan ia tentu saja terkejut, kagum.

Tapi ketika gurunya berkelebat dan mereka sudah di luar Bun- cit, di bawah cahaya bulan yang remang-remang Wi Tok terpesona oleh dua gadis cantik ini maka gurunya946 berkata bahwa mereka adalah kawan-kawan seperjuangan, dari golongan kang-ouw.

"Kau terlalu lama kami tunggu, mereka tak sabar. Lihat bahwa aku sudah mengumpulkan mereka ini dan mana rekan-rekan Tiong-taijin!"

"Mereka siap di belakang,"

Wi Tok masih kagum memandang dua gadis cantik itu, hatinya tiba-tiba berdebar.

"Aku lupa kepada tugasku, suhu, akan tetapi bukan tidak mengerjakannya sama sekali. Rencanaku besok pulang tapi kau menyusul!"

"Huh, tak usah bohong kepada gurumu. Kalau aku tak datang tak mungkin kau pulang, Wi Tok. Wanita macam apa yang kau dapat itu. Inilah yang cocok untukmu dan jauh lebih pantas. Lihat kegagahan mereka dalam segebrakan tadi!"

"Hi-hik, Siang Lun-locianpwe terlalu memuji kami. Wi- kongcu ini hebat dan masih luar biasa, locianpwe. Biarpun tenaganya dikuras namun ia masih membuat kami terpental. Ah, kami kagum!"

Wi Tok semburat merah.

Ia melihat dua gadis itu tertawa padanya dan satu di antaranya berkedip nakal.

Si baju biru mengerling dengan senyum mengejek.

Tapi ketika ia berdetak dan bangkit gairahnya maka tiga Wei-ho Sam- eng (Tiga E-lang Wei-ho) menukas tertawa.

"Sudahlah cukup perkenalan singkat ini. Sebagai murid Siang Lun Mogal kami percaya kepandaiannya. Marilah, kita lanjutkan perjalanan, Mogal. Sambil mencari keringat agaknya kita masing-masing dapat berlomba siapa lebih dulu tiba di istana. Kami masih ingin menguji ilmu lari cepat kami setelah kalah olehmu!"

Tiga kakek itu bergerak.

Mereka tahu-tahu lenyap dan947 gadis baju biru dan kuning tertawa menyambung.

Kekeh mereka merdu dan kerling mata juga memikat.

Dari gerak-gerik ini jelas mereka bukan wanita baik-baik.

Dan ketika mereka meloncat dan lenyap menghilang maka Siang Lun Mogal menepuk muridnya berseru perlahan.

"Di sana masih menunggu teman-teman kita yang lain. Hayo susul dan lihat bidadari-bidadari yang kukumpulkan!"

Wi Tok berdetak.

"Suhu mempunyai gadis-gadis cantik seperti Siang-ang-boh-tan itu?"

"Benar, dan mereka rata-rata berkepandaian tinggi, Wi Tok. Bodoh benar tergila-gila kepada puteri dan cucu Tiong taijin itu. Lihat di sana bidadari-bidadari cantik menunggumu!"

Wi Tok berkelebat.

Setelah Wei-ho Sam-eng lenyap disusul Sepasang Seruni Merah itu maka gurunya juga lenyap menyusul.

Ia sudah tak keruan melihat hadirnya gadis-gadis baju biru dan kuning ini.

Tiba-tiba lupalah sudah kepada Li Keng dan ibunya.

Dan ketika ia berkelebat dan menyusul pula tampaklah bayangan dua gadis itu di bawah cahaya keremangar bulan.

Wi Tok mengerahkan tenaga dan meluncur bagai anak panah melesat, mendengar tawa dan kata-kata dua gadis itu.

"Hi-hik, bagaimana pendapatmu dengan Wi-kongcu itu, Siu Lin. Apakah tak layak kita menandinginya!"

"Ah, ia mata keranjang, tak tahu malu. Kalau aku dapat dikalahkannya baru aku mau tunduk, enci. Kalau tidak tak sudi aku disentuh!"

"Tapi ia murid Siang Lun Mogal, calon putera mahkota!"

"Aku tak perduli. Sebelum ia dapat mengalahkan pedangku jangan harap mau disentuh. Eh, ia mengejar,948 cici, sudah di belakang. Awas, heiii!"

Wi Tok sudah menyambar dan mendahului gadis-gadis ini.

Ia mendengar pembicaraan itu dan telingapun tiba- tiba terasa panas.

Kalau saja mereka ini bukan sahabat yang dikumpulkan gurunya tentu ia sudah menotok dan menyerang, memaksa malam itu juga tunduk di bawah kakinya.

Tapi karena Wei-ho Sam-eng tak jauh dari situ dan gurunya menyusul tiga kakek itu, mereka berkejaran cepat akhirnya ia meluncur dan mendahului gadis-gadis ini, tertawa.

"Nona-nona, kalau kalian dapat merendengi aku biarlah kuanggap menang. Coba kita adu ilmu lari cepat dan lihat siapa dulu tiba di istana!"

Dua gadis itu terkejut.

Mereka sebenarnya sudah mendahului pemuda ini tapi tiba-tiba si pemuda berkelebat dan menyambar di samping mereka.

Wi Tok sepuluh tombak di depan dan menggapai.

Lalu ketika pemuda itu meneruskan larinya sementara mereka tentu saja membentak mengerahkan tenaga, menyusul tapi tak mampu maka dua gadis ini terkejut oleh ginkang lawan yang masih di atas mereka.

"Ayo, mari nona-nona, susul dan rendengi aku. Kalau kalian dapat berendeng biarlah aku kalah. Lihat bahwa tenagaku masih penuh!"

Dua gadis itu penasaran.

Mereka mengejar tapi kalah juga, Wi Tok tetap di depan.

Dan ketika pemuda itu semakin jauh dan di sana Wei-ho Sam-eng juga beradu cepat dengan Siang Lun Mogal maka dua gadis ini tiba- tiba meraup senjata rahasia dan tanpa peringatan lagi menyerang punggung Wi Tok.

"Ser-serr!"949 Wi Tok mengebut. Tentu saja ia tahu bahaya dan mendengar kesiur senjata rahasia itu. Dua jarum halus ditampar, tanpa menoleh. Dan ketika ia tertawa meneruskan larinya lagi, Sepasang Seruni ini terbelalak tiba-tiba mereka berseru apakah pemuda itu berani melayani pedangnya.

"Wi-kongcu, berhenti Kami tantang dirimu dan beranikah kau menghadapi ilmu pedang kami!"

"Ha-ha, tak sabar menanti di kota raja? Baik, sekarangpun aku siap, nona-nona. Boleh kulihat ilmu pedang kalian dan mari main-main mumpung yang lain tak melihat kita!"

Wi Tok berhenti dan membalik.

Ia mengira dua gadis ini akan menyerang setelah sama-sama berhenti, tak tahunya dua gadis itu langsung menusuk dan menyerangnya dari atas bawah.

Tanpa ba-bi-bu lagi mereka menggerakkah pedang dengan hebat.

Dan ketika Wi Tok mengelak namun dikejar, gerak pedang mereka sudah menyilang sedemikian rupa maka Wi Tok kaget oleh keganasan dua gadis ini, satu di antaranya menurunkan pedang menyerang bawah pusarnya.

"Plak-plak!"

Wi Tok membentak dan secepat kilat menggerakkan tangan ke bawah dan atas.

Ia mengerahkan sinkang hingga pedang terpental, dua gadis itu kaget karena Wi Tok tak terluka.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan berani pemuda itu mempergunakan tangannya memapak mata pedang yang tajam.

Dan ketika dua gadis itu tertolak namun sudah menyerang lagi, sebentar kemudian berkelebatan dan menusuk serta menikam maka Wi Tok terkejut karena lawan benar-benar lihai.

Akan tetapi pemuda ini adalah murid Siang Lun Mogal yang hebat.

Wi Tok setingkat dengan Kiok Eng yang950 membuatnya mabok kepayang itu.

Maka ketika ia bergerak dan mengelak kiri kanan untuk serangan- serangan berbahaya, mata atau lubang telinga maka untuk yang lain pemuda ini mempergunakan sepasang lengannya menolak dan mementalkan.

Wi Tok mengerahkan sinkangnya dan sepasang lengannya berani menerima mata pedang yang tajam, kebal.

"Plak- plak!"

Dua gadis itu terbelalak.

Untuk kesekian kalinya lagi mereka terpental, pedang menghantam muka akan tetapi mereka sudah membuang tubuh mengelak serangan, maju dan melengking tinggi kemudian lenyap berkelebatan mengelilingi pemuda itu.

Akan tetapi ketika Wi Tok tertawa dan juga menggerakkan tubuh lebih cepat, berkelebat dan lenyap mengimbangi lawan maka dua gadis itu merah mukanya mendengar ejekan si pemuda.

"Kalian tak dapat mengalahkan aku. Biarpun ilmu pedang kalian cepat namun tanganku berani menangkis tanpa luka, nona-nona. Biarlah sepuluh jurus aku mengalah setelah itu membalas!"

Dua gadis itu membentak.

Setelah Wi Tok mengimbangi mereka dan bergerak sama cepat akhirnya sia-sia semua gerakan pedang di tangan.

Pemuda Itu mampu menghindari semua serangan berbahaya, yang tidak berbahaya ditangkis dan terpental.

Dan karena pemuda itu menambah sinkangnya hingga pedang tertolak lebih keras, pucatlah mereka maka keduanya tiba-tiba memekik dan meraup beberapa jarum rahasia disambitkan ke depan.

"Jangan sombong, kaupun belum merobohkan kami, Wi- kongcu. Kalau kami roboh barulah kami mengaku kalah. Lihat serangan ini dan hati-hati menjaga diri!"951 Wi Tok terkejut. Belasan senjata jarum meluncur cepat dan jarak sedekat itu membuatnya sulit, mengelak paling- paling sebatang dua yang luput, lainnya tentu berbahaya dan ia tak mau mengambil resiko. Maka ketika ia membentak dan menjejakkan kakinya tinggi ke udara, melesat membiarkan jarum lewat di bawah lutut maka iapun menendang dan ketika turun tahu-tahu mencengkeram dua kepala gadis itu dengan gerakan Eng-Jiauw-kang (Cengkeraman Rajawali).

"Awas!"

Dua gadis itu kagum.

Mereka tak menyangka bahwa pemuda ini meloloskan diri dengan cara seperti itu, belasan jarum mereka menyambar sia-sia sementara yang kena tendangan balik menyambar mereka.

Akan tetapi karena mereka bukan gadis-gadis biasa dan cengkeraman disertai bentakan itu menyambar kepala, secepat kilat mereka menunduk dan membalik serta mengelebatkan pedang maka tangan pemuda itu dibacok akan tetapi Wi Tok menangkap dan membalikkan tangannya mencengkeram pedang, tak mau kalah! "Crep-crep!"

Dua pedang tertangkap sementara pemiliknya terkejut.

Sepasang Seruni Merah tersentak oleh gerak cepat Wi Tok.

Pemuda itu sudah menarik dan merampas pedang, luar biasa sekali.

Tapi ketika pemuda itu tertawa dan menodong lawan maka si baju biru, sang enci sudah melepas ikat pinggang menghantam pergelangan pemuda itu.

"Tar-tar!"

Wi Tok tersentak dan mundur. Ia baru saja akan mengejek lawan dengan pedang rampasan, terkena sengatan dan pedang lepas kembali. Lalu ketika dua gadis itu menangkap dan terkekeh berjungkir balik maka952 pemuda itu berubah tak jadi merendahkan.

"Hi-hik, jangan buru-buru. Kau boleh merampas pedang kami tapi kami telah merampasnya kembali, Wi-kongcu. Apakah main-main ini diteruskan atau tidak!"

Wi Tok tertegun.

Ia tak jadi memperoleh kemenangannya setelah gadis baju biru menghantam pergelangannya tadi.

Ia kesemutan dan pedangpun terlepas, semuanya terjadi sama cepat.

Tapi ketika ia sadar tertawa lebar, gadis-gadis ini lihai sekali maka ia melompat berseru gembira.

"Nona, kalian hebat tapi licik, aku tak jadi menang. Tak apalah aku mengalah demi persahabatan kita!"

"Eh, bukan mengalah, kami cerdik merampas kemenangan. Kalau kau penasaran dan ingin bertanding lagi kami siap, Wi-kongcu. Jangan berpura-pura dan menganggap diri sendiri masih di atas!"

"Ha-ha, benar, sudahlah..... sudah. Kita sama-sama tak ada yang kalah atau menang dan pertandingan hasilnya seri. ingat bahwa aku tak mengeluarkan senjata, dan aku tak mau mengeluarkan senjata karena kita bukan musuh. Ayo kita hentikan semua ini dan anggap seri. Aku kagum akan kecerdikan kalian!"

Gadis baju biru tersenyum.

Ia menyimpan ikat pinggangnya lagi sementara pedang masih di tangan.

Wi Tok bicara jujur dan iapun mengangguk.

Maka ketika ia menyimpan pedangnya pula dan tertawa memperlihatkan giginya yang rapi sang adik disenggolnya agar menyimpan pula senjatanya.

"Wi-kongcu, kau jujur, kita anggap saja seri. Tapi ilmu lari cepatmu harus kami akui lebih unggul. Baiklah kita susul gurumu dan biarlah kau di depan."953

"Ha-ha, mana bisa? Setelah pertandingan ini aku jadi ingin mengenal kalian lebih baik, nona-nona. Biarlah kita jalan bersama dan aku tak akan sombong di depan!"

Gadis itu lagi-lagi tersenyum. Ia melihat Wi Tok melangkah maju dan tanpa ragu-ragu menyambar lengannya. Tapi ketika ia mengelak dan Wi Tok kecewa maka ia berkata bahwa pemuda itupun masih ingin dikenalnya lebih jauh.

"Kami bukan orang-orang murahan. Kalau kau hendak menggaet kami tentunya ada beberapa syarat. Eh, apakah kami gadis-gadis yang menarik hatimu, kongcu? Bagaimana dengan kekasihmu di Bun-cit itu?"

"Ah, mereka tak ada artinya dibanding kalian,"

Wi Tok menyeringai, penasaran gadis itu mengelak tangannya.

"Kalau ada kalian di sini aku tak ingat lagi yang lain, nona-nona. Terus terang aku merasa suka!"

"Hi-hik, mulut lelaki. Biasa, suka melepas rayuan gombal! Kongcu, kami hanya mau bersahabat denganmu kalau yang lain-lain tak ada. Nah, kau jalan saja di depan dulu atau nanti harus memegang janji bila benar-benar ingin berdua dengan kami!"

"Janji apa,"

Wi Tok semakin penasaran.

"Masa mengiringi kalian tak boleh, bukankah kalian undangan guruku!"

"Benar, tapi yang menemui kami bukan kau, Wi-kongcu, melainkan gurumu. Justeru kalau tak melihat gurumu kami akan bersikap lain. Nah, jalan saja dulu atau kami melepas syarat bila ingin berjalan sama-sama!"

"Syarat apa,"

Wi Tok semakin tak sabar.

"Kalau aku dapat melakukannya tentu kulakukan. Nah, katakan dan aku berjanji!"954

"Hi-hik, tergesa amat. Baiklah kutanya adikku apa syaratnya!"

Tapi belum ditanya gadis baju kuning sudah mendahului, mendengus.

"Kami tak mau bersama laki-laki kalau laki- laki itu punya orang lain. Nah, singkirkan orang itu baru kau boleh berjalan bersama kami!"

"Ha-ha!"

Wi Tok tertawa bergelak.

"Syarat yang mudah, nona-nona. Sekarang juga kusingkirkan orang itu di hatiku. Nah, bolehkah berjalan bersama dan mari segera ke istana!"

"Hm!"

Gadis baju biru tersenyum, mata melirik nakal, mengejek.

"Tidak begitu mudah, Wi-kongcu, bukan sedemikian gampangnya. Kalau kau benar-benar ingin berdua dengan kami maka dirimu harus benar-benar sendiri. Maksud adikku adalah singkirkan kekasih di Bun- cit itu dan baru kau dapat menemani kami!"

Wi Tok terkejut.

"Dibunuh maksud kalian?"

"Kalau kau berani, kalau kau menghendaki bersama kami. Nah, sudah kukatakan syarat itu, kongcu, tinggal kaupilih dan mana yang kauambil!"

Dua gadis itu bergerak dan melewati Wi Tok.

Mereka tertawa dengan suara aneh sementara Wi Tok tertegun, pemuda itu berubah.

Tapi ketika dua gadis itu bergerak menjauh dan siap menghilang, bau harum tubuh menyengat hidung mendadak Wi Tok mengejar dan berkelebat pula.

Gairah dan nafsunya bangkit melihat barang-barang baru ini.

"Ji-wi siocia, tahan, berhenti dulu. Bagaimana kalau aku setuju!"

"Hi-hik, setuju bukan sebatas mulut, Wi-kongcu, melainkan tindakan nyata. Kalau kau berhasil955 melaksanakan syarat itu maka kami berjanji menyerahkan diri!"

"Baik!"

Wi Tok berjungkir balik melewati dua gadis ini, terbakar oleh janji itu, janji menyerahkan diri! "Kalau kalian tak bohong tentu saja aku sanggup, nona-nona. Tapi berhenti dulu dan apa sanksinya kalau kalian bohong!"

"Bohong?"

Dua gadis itu berhenti, tiba-tiba membalik, terkekeh.

"Kalau kami bohong kau dapat memaksanya, kongcu. Juga apa perlunya bohong kalau kami suka kepadamu!"

"Kalian suka kepadaku? Ha-ha, bagus, berikan buktinya dulu dan nanti kubereskan wanita-wanita di Bun-cit itu!"

Wi Tok menyambar, kali ini tak dielak dan tahu-tahu ia telah mencium si baju biru.

Gadis itu terkekeh dan membiarkan saja tapi mundur ketika Wi Tok hendak berbuat lebih.

Dan ketika Wi Tok menyambar yang lain dan gadis baju kuning juga membiarkan pipinya dicium, mundur dan tak mau Wi Tok berbuat lebih maka pemuda ini girang bukan main dan benar-benar sudah terbakar.

Li Keng dan ibunya tentu saja sudah tidak ada artinya Iagi.

"Baik, sekarang aku ke Bun-cit. Kalian tunggu di sini dan kubereskan mereka!"

Barang baru memang selalu menarik.

Wi Tok pada dasarnya menghamba pada nafsu berahinya dan tak aneh kalau akhirnya mulai bosan.

Cucu dan puteri Tiong- taijin itu boleh jadi cantik dan menggetarkan hatinya namun mereka tetap saja wanita-wanita lemah, lain dengan dua gadis ini yang jelas memiliki ilmu kepandaian tinggi.

Dan karena ia cepat tertarik dan terbakar oleh janji itu, juga mereka sudah membiarkan diri dicium untuk kemudian memberikan sesuatu yang lebih nikmat lagi956 maka Wi Tok berkelebat dan kembali ke Bun-cit.

Betapa gembira dan meluap kebahagiaan Tiong Li ketika pemuda itu tiba-tiba datang lagi.

Ia sudah tak keruan ketika guru pemuda itu tiba-tiba datang.

Sepak terjang Siang Lun Mogal yang kasar dan melemparnya kesakitan membuat wanita ini ketakutan.

Tapi karena Wi Tok melindunginya dan pemuda itu tak membiarkan gurunya berbuat lebih, hal ini ditangkap sebagai tanda cinta pemuda itu maka wanita ini lega dan akhirnya membiarkan pemuda itu pergi setelah Wi Tok berjanji tak lama lagi akan menemuinya.

Dan pemuda itu malam itu tiba-tiba datang lagi! "Ah, kau datang, Wi Tok? Tidak bersama gurumu, bukan? Aduh, aku sudah cemas.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Syukurlah kau datang karena sesungguhnya aku takut kau tinggal!"

Wanita ini sudah menubruk dan memeluk si pemuda dengan girang.

Ia mengira Wi Tok tak tahan berlama-lama sementara puterinya di kamar lain, Li Keng telah kembali ke kamarnya sendiri sejak Wi Tok dibawa gurunya.

Tapi ketika pemuda itu mencengkeramnya dan Tiong Li menjerit, tulang pundaknya seakan patah maka wanita ini lebih terkejut lagi melihat pandang mata Wi Tok yang aneh, dingin mengerikan, tertawa mengejek.

"Enci, agaknya hubungan kita memang habis sampai di sini. Maafkan aku dan tidurlah yang nyenyak!"

Wanita ini tak tahu apa yang dimaksud.

Ia hanya merasa bahwa sesuatu yang luar biasa terjadi, mata Wi Tok tiba- tiba seperti iblis haus darah, melotot.

Dan ketika ia tersentak melihat Wi Tok memperkuat cengkeramannya, tangan yang lain bergerak menimpa kepalanya tiba-tiba wanita itu terjengkang dan pecah sebelum sadar.

Ubun- ubunnya remuk ditepuk telapak Wi Tok yang penuh sin- kang.957

"Wi Tok!"

Pemuda itu terkejut.

Li Keng, gadis cucu Tiong-taijin itu muncul.

Tadi gadis ini berlari mendengar jeritan ibunya, ia membuka pintu dan tepat sekali pembunuhan itu terjadi.

Dan ketika ia berteriak dan Wi Tok tertegun, sejenak meragu tiba-tiba gadis itu mengguguk dan berlari menubruk mayat ibunya yang tewas belum beberapa menit yang lalu.

"Kauapakan ibuku, kauapakan kami. Ah, kau kejam, Wi Tok. Kau binatang tak berjantung. Kenapa kau membunuhnya!"

Wi Tok merasakan penyesalan sejenak.

Tiba-tiba ia merasa kelu kenapa melakukan itu, sejenak tenggorokannya terasa kering.

Tapi ketika dua kepala mengintai dari balik jendela dan itulah dua gadis jelita Sepasang Seruni Merah tiba-tiba pemuda ini bergerak maju tertawa aneh.

Di luar tergopoh bayangan Tiong- taijin yang mendengar jerit tangis ini.

Li Keng menggerung-gerung.

"Maaf, semuanya demi kebaikan bersama, Li Keng. Mundurlah, aku harus pergi."

Gadis itu menoleh, Ia hendak memaki dan mengutuk pemuda ini ketika kembali tangan kanan pemuda itu bergerak.

Cepat bagai kilat tahu-tahu Wi Tok telah menampar pelipisnya.

Dan ketika gadis itu mengeluh dan roboh terguling, sejenak berkelojotan namun diam akhirnya pemuda ini berkelebat keluar di saat Tiong-tai jin masuk.

"Wi-ongya....!"

Wi Tok menengok, Ia hampir saja berhenti dan menghabisi laki-laki ini ketika tiba-tiba dua bayangan958 Seruni Merah berkelebat.

Dua gadis itu ternyata mengikuti Wi Tok melihat dari dekat.

Dan karena Tiong- taijin tak masuk dalam acara, Seruni Merah hanya menghendaki Li Keng dan ibunya dibunuh maka Wi Tok mendengar kekeh dua gadis itu.

Si baju biru langsung mencium dan memberinya ngak-ngik-ngok tiga kali.

"Bagus, hi-hik...., bagus sekali. Kau pemuda yang penuh ketegasan, Wi-koko. Kami siap menggantikan mereka dan inilah buktinya..... cup-cup-ngok!"

Wi Tok hilang penyesalannya, Ia tertawa dan tiba-tiba menyambar gadis baju biru itu.

Lalu ketika yang baju kuning juga mencium dan memujinya merdu, terkekeh maka lenyaplah rasa dosa di hati pemuda ini.

Ia memeluk dan merangkul ketat dan dua wanita bukan apa-apa baginya.

Ia sudah "dilatih"

Oleh puteri Tiong taijin itu, wanita sekaligus kekasih yang baru dibunuhnya.

Dan ketika ia menyambar dan membawa mereka terbang, jerit tangis di tempat itu tak dihiraukannya sama sekali maka berkelebatlah Wi Tok membawa dua kekasih barunya ini.

Seruni Merah itu memang menepati janji.

Mereka mau saja dipeluk dan dibawa lari kencang.

Lalu ketika di kota raja Wi Tok melempar dua gadis ini ke kamarnya di istana, bergumul dan melepas semua nafsu rendah maka tiga orang itu sudah terkekeh dan bergulingan saling rebut.

Mereka tak perduli kepada kekejaman di tempat Tiong-taijin.

Mereka menenggelamkan diri dalam cinta semalam suntuk.

Dan karena dua gadis ini ternyata bukan orang baik-baik, mereka sesung guhnya juga sepasang wanita cabul yang tak segan-segan memaksa lelaki maka jadilah Wi Tok bersenang-senang tanpa batas.

Wi Tok baru kali ini mendapatkan kekasih dari golongan persilatan.

Baru kali ini juga mendapat permainan aneh959 yang menarik serta menggetarkan hatinya.

Dua gadis itu ternyata masih lebih hebat daripada Tiong Li, karena mereka sebenarnya sudah banyak berhubungan dengan lelaki dan juga dapat berbuat kejam, misalnya dengan memasukkan pelayan laki-laki dan mempermainkan pelayan itu sampai roboh kehabisan tenaga, berlari berputar-putar hingga Wi Tok tertawa tergelak-gelak.

Lalu ketika pelayan itu dicekik dan dilempar keluar, hancur isi perutnya masih dalam keadaan meminum obat kuat maka di sini Wi Tok mendapatkan apa yang tidak dilakukan Tiong Li.

Kekejaman dalam cinta yang aneh! "Laki-laki maunya begitu, minta yang beringas dan kejam.

Bagaimana sekarang dengan pertunjukan yang kami tunjukkan, Wi-koko.

Bukankah lucu melihat tikus itu mengejar-ngejar kami.

Hi-hik, matipun masih dipenuhi dendam berahi!"

"Dan ia kehabisan tenaga. Ih, puas melihatnya terkapar, Wi-ko. Kita dapat mempermainkan pemuda-pemuda yang lain tapi percayalah bahwa kami hanya untukmu!"

Wi Tok tertawa puas.

Memang pelayan laki-laki tadi hanya dipermainkan saja, disuruh berlarian dan mengejar Siu Lin dan Siu Hwa yang bertelanjang bulat.

Pelayan itu telah dicekoki obat perangsang dan seperti kuda jantan lagi berahi.

Lucu dan menarik bagi pemuda ini, tak sadar bahwa ia telah memasuki sebuah alam jiwa yang goncang! Dan karena dua gadis itu memang hanya benar-benar untuknya seorang, inilah yang membuat Wi Tok puas akhirnya kematian pelayan itupun bukan apa- apa baginya.

Murid Siang Lun Mogal ini menjadi aneh setelah mula- mula menikmati cinta bersama Tiong Li.

Betapa wanita itu tak segan-segan berebut dengan puterinya sendiri mendapatkan seteguk kenikmatan bercinta.

Tapi karena960 Seruni Merah ini merupakan gadis-gadis yang lebih gila lagi, kekejaman terkandung di dalam sepak terjang mereka justeru Wi Tok merasa cocok dan suka! Agaknya watak jelek Siang Lun Mogal menular pada muridnya ini.

Kalau saja Kiok Eng menerima cinta pemuda ini barangkali segala yang aneh-aneh itu tak ada.

Wi Tok tak akan terjerumus dalam cinta dan lembah dosa.

Tapi karena pemuda itu menemukan Tiong Li dan Li Keng dalam hidupnya, juga dua gadis cabul yang kini digauli maka lengkaplah pemuda ini sebagai laki-laki yang tak mengenal jalan kebenaran.

Wi Tok terbawa dan hanyut dalam berahinya yang kian sesat.

Pemuda ini kian tak memperdulikan norma-norma kebajikan.

Dan ketika semua itu semakin ditunjang oleh keadaan istana, pengaruh Liong-ongya juga besar akhirnya Wi Tok tenggelam dan berenang dalam kekotorannya yang semakin menjijikkan ini.

Dia tak segan-segan menyuruh pelayannya laki-laki atau perempuan memasuki kamarnya, bukan untuk membersihkan kamarnya melainkan justeru menyuruh mereka bermain cinta.

Ini adalah ide gila Siang-ang-boh- tan itu, dua gadis cabul yang ternyata memberikan tontonan aneh-aneh kepada Wi Tok.

Hal-hal seperti ini tak pernah diperolehnya dari Tiong Li apalagi Li Keng.

Maka ketika semua itu membuat Wi Tok semakin keranjingan, pemuda ini semakin bejat saja akhirnya Wi Tok mulai mengincar puteri-puteri istana yang masih saudaranya sendiri! Akan tetapi untunglah.

Liong-ongya, sang paman cepat dan sigap mencegah.

Dia telah mendengar sepak terjang dan tentu saja tingkah laku keponakannya ini.

Betapa Wi Tok telah tenggelam dalam birahi yang hebat.

Siapa saja akan ditubruk dan dipaksa.

Dan karena puteri istana961 adalah harta yang tak boleh diganggu begitu saja, perjuangan baru saja disiapkan maka untuk ini Siang Lun Mogal itulah yang menahan muridnya.

Liong-ongya telah bicara dengan kakek gundul ini.

"Harap locianpwe beri tahu murid locianpwe agar tak keluar batas. Perjuangan kita baru disusun, locianpwe, apa jadinya kalau Wi Tok mengganggu seisi kaputren, gagal rencana kita nanti. Suruh murid locianpwe itu bersabar dan tunggu sampai ia menjadi dan diangkat sebagai putera mahkota. Kalau semuanya sudah selesai apa susahnya memiliki mereka!"

Siang Lun Mogal mengangguk.

Ia tahu sepak terjang muridnya itu tapi cuek saja.

Iapun termasuk pengganggu wanita kelas berat, bedanya ia melakukan itu demi memperkuat ilmunya Hoat-lek-kim-ciong-ko, sementara muridnya hanya untuk pelampiasan berahi saja.

Maka ketika ia mendatangi muridnya dan Wi Tok tertegun maka berkat keberadaan gurunya inilah pemuda itu dapat di-rem.

"Gila, jangan macam-macam. Kau boleh saja mengganggu semua puteri-puteri kaisar, Wi Tok, tapi setelah kaisar mampus. Tunggu dan kendalikan dirimu sampai waktunya tiba. Ingat bahwa puncak acara masih sebulan lagi. Kita hendak menjebloskan Sam-taijin di kala kaisar berburu!"

Wi Tok menarik napas kecewa.

Ia tak tahu bagaimana gurunya tahu rencananya itu tapi iapun dapat menahan diri.

Setelah ia meninggalkan Bun-cit dan berada di istana maka keesokannya berkumpul orang-orang yang diundang gurunya itu.

Liong-ongya tak hadir mewakilkan pada gurunya itu, apalagi karena yang dihadapi adalah orang-orang dunia persilatan, orang yang biasanya kasar dan tak mau banyak peradatan.

Maka setelah itu disusun962 rencana-rencana yang rapi, mereka tinggal menunggu gerakan menjatuhkan Sam-taijin dari dalam, tugas ini dipikul Liong-ongya akhirnya Wi Tok menunggu dan bersenang-senang dengan dua gadis itu, mendapat pengalaman-pengalaman baru dan ia begitu tergila-gila, tak sadar betapa ia semakin lengah dan mabok dalam berahi.

Tak tahu bahwa sebenarnya Sam-taijin sudah tahu akan rencana pemberontakan itu, rencana yang didengar dari Tiong-taijin karena tiga hari kemudian lelaki itu tergopoh-gopoh mendatangi gedung penasihat kaisar ini, menceritakan sambil mengguguk kekejaman pemuda itu, betapa Wi Tok membunuh cucu dan puterinya setelah mempermainkan mereka habis-habisan.

Dan ketika tentu saja Sam taijin terkejut dan berubah mukanya, serentak waspada dan melindungi orang ini maka pembesar itu berkata bahwa semua laporan itu diterima.

"Aku berterima kasih kepadamu, akan tetapi agaknya terlalu berbahaya kalau kau kembali. Tinggal dan bersembunyilah di sini, Tiong-wangwe. Aku akan mengamati semua gerakan mereka dan daftar teman- temanmu ini akan kusimpan. Baiklah, sekali lagi terima kasih dan akan kupanggil sahabat-sahabatku menyelamatkan negara!"

Tiong-taijin diamankan. Dengan cerdik penasihat kaisar itu menyembunyikannya di dalam gedungnya, berkata melindungi tapi sesungguhnya "menawan"

Lelaki itu untuk diselidiki kebenarannya.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Betapapun Tiong-taijin ini adalah bekas pemberontak! Dan ketika secara diam- diam pembesar ini mulai bekerja, melihat betapa seorang kakek gundul keluar masuk di gedung Liong-ongya, juga bayangan-bayangan lain di istana maka sadarlah pembesar ini bahwa sebuah rencana busuk memang sedang disusun!963 Tapi pembesar ini adalah seorang lelaki tua yang sudah banyak makan asam garam kehidupan, Ia bersikap biasa dan wajar-wajar saja sehingga tak menimbulkan kecurigaan lawan.

Liong-ongyapun tak tahu bahwa sesungguhnya rencana pemberontakan itu diketahui.

Tapi karena pangeran itu juga seorang manusia cerdik yang amat berhati-hati, dalam pertemuan penting sajalah dia memimpin percakapan maka Sam-taijin dibuat heran karena tindak-tanduk dan sepak terjang pangeran itu biasa-biasa saja! Itulah sebabnya kenapa pangeran ini memberikan wewenangnya kepada Siang Lun Mogal kalau kakek itu harus menyampaikan pesannya kepada tokoh-tokoh kang ouw.

Liong-ongya benar-benar bersikap di balik layar.

Dan ketika semua itu digerakkan dari luar, Siang Lun Mogal dan sekutunya akhirnya diberi tempat sendiri di luar kota raja, di tempat peristirahatan Liong-ongya di dekat sebuah hutan maka Sam-taijin akhirnya tak dapat "memonitor"

Gerak-gerik pangeran ini, apalagi menuduhnya menjadi biang keladi! Kecerdikan benar-benar dibalas kecerdikan.

Dari sini dapat dilihat betapa licin dan hati-hatinya pangeran itu.

Tapi karena Sam-taijin sudah mencurigainya dan segera pembesar ini mencari bantuan, Bu-goanswe dan Kok- taijin yang sudah pensiun dipanggil lagi maka dua orang ini terkejut dan terheran-heran oleh rencana pemberontakan ini.

"Betapa beraninya!"

Bekas jenderal tinggi besar itu mengepal tinju, terbelalak.

"Mereka orang-orang yang mencari penyakit, taijin. Makar apalagi yang hendak dilakukan. Siapa sasarannya!"

"Tentu sri baginda, siapa lagi,"

Pembesar itu menjawab.

"Aku tak tahu lebih banyak, goanswe. Karena itulah aku964 mengundang kalian untuk kumintai bantuan. Gerakan mereka sekarang dikendalikan di wisma peristirahatan Liong-ongya, aku tak dapat mengikutinya lagi. Itulah sebabnya kuundang kalian untuk membantu aku. Gerakan ini membahayakan keselamatan negara!"

"Nanti dulu, dari mana taijin tahu. apakah ini sudah pasti!"

"Aku mendapat laporan Tiong-wangwe dari Bun-cit. Barangkali goanswe ingat orang ini."

"Tiong-wangwe? Siapa itu?"

"Dia adalah puterinya yang dulu goanswe tangkap. Barangkali goanswe ingat putera Han-ciangkun yang dulu tewas dibunuh ayahnya itu, kejadian di hutan. inilah laki-laki itu yang dulu masuk dalam komplotan Cun- ongya."

"Ah, Tiong-taijin itu?"

"Benar, goanswe, dan harap kalian rahasiakan ini karena sekali dia diketahui tentu kita kehilangan saksi hidup!"

Bu-goanswe terbelalak.

Sekarang teringatlah olehnya siapa bekas pembesar itu.

Dia mengangguk-angguk tapi masih penasaran kenapa bekas pemberontak dapat melaporkan rencana pemberontakan, apakah itu bukan hasutan saja.

Dan ketika rekannya juga mengangguk dan merasa sependapat maka Sam-taijin menceritakan perihal orang she Tiong ini.

"Aku sudah menyelidiki kebenarannya, dan aku percaya. Orang ini telah disakiti hatinya oleh Wi-ongya, pemuda itu telah membunuh cucu dan puterinya."

Kok-taijin berkerut kening.

Sam-taijin segera bercerita dan mereka berdua mendengarkan.

Wi Tok baru kali itu mereka dengar, pangeran baru ini memang belum lama965 di istana.

Maka mendengar kekejaman pemuda itu terhadap Tiong-wangwe di Bun-cit segera mereka berdua merasa seram.

"Keji sekali, sudah menggaulinya sebagai kekasih tiba- tiba membunuh. Hm, siapa pemuda ini, taijin. Maksudku siapa gurunya!"

"Kudengar Siang Lun Mogal namanya, kakek sakti dari utara. Aku tak mengenal begitu banyak tentang kakek ini tapi melihat kelihaian pemuda itu aku percaya bahwa kakek ini tentu hebat."

Amanat Marga Karya Khu Lung Fear Street Sagas V Selubung Kegelapan Kisah Cinta Karya Sherls Astrella

Cari Blog Ini