Playgirl Dari Pak King Karya Batara Bagian 17
"Tapi kau belum sembuh,"
Sang isteri terbelalak, khawatir.
"Bagaimana dengan lukamu tadi, suamiku. Bukankah sudah di katakan bahwa kau tak boleh1031 bertempur!"
"Ha-ha, Siang Lun Mogal itu tak tahu kalau aku terluka. Lagi pula tewas membela negara bukankah kematian terhormat? Ah, kalau ia menyerangku tentu kubalas, Mien Nio, ada kau di sini. Buat apa khawatir."
"Hm,"
Kok-taijin berkerut memandang kakek itu, lalu Bu- goanswe.
"Dia memang belum sembuh, goanswe. Tak enak juga memintanya menghadapi Siang Lun Mogal. Bagaimana kalau menunggu yang lain datang, Fang Fang umpamanya."
"Agaknya tak dapat menunggu lebih lama lagi kalau di sana putera mahkota dan Sam-taijin terjebak. Bagaimana menurutmu yang lebih penting, taijin. Membiarkan pangeran terbunuh atau secepatnya kita menyerbu!"
Kok-taijin bingung.
"Dan ada Tan Hong di sini, Dewa Mata Keranjang tak sendirian. Kupikir tak perlu khawatir, taijin, anak itu tentu membantu orang tuanya. Yang kupikirkan adalah secepatnya menyerang lebih baik, aku khawatir akan keselamatan putera mahkota dan Sam-taijin!"
"Sudahlah,"
Kakek itu tertawa.
"Omongan Bu-goanswe benar, aku tak perlu di-khawatiri. Anak isteriku ada di sini dan tentu mereka tak akan membiarkan aku begitu saja. Dan kau,"
Kakek itu menepuk isterinya.
"Jangan buat malu aku di depan orang-orang ini, Mien Nio. Lihat mereka sendiri mati-matian membela sri baginda. Ini membela negara, perjuangan suci!"
Wanita itu terisak.
Betapapun akhirnya ia sadar bahwa suaminya betul.
Keselamatan putera mahkota dan Sam- taijin lebih penting.
Kalau ia dan Tan Hong menjaga suaminya ini tentu musuh tak dapat bertingkah macam-1032 macam.
Maka mengangguk meskipun diam-diam khawatir akhirnya ia diam saja memeluk suaminya.
Malam itu sudah diambil keputusan akan melakukan serbuan.
Waktu yang dipilih adalah malam berikut, satu dua hari lagi.
Dan karena mereka harus menyusun kekuatan dan mengatur strategi, Bu-goanswe memanggil Tan Hong dan Lu-ciang-kun maka di sini jenderal tua yang gagah itu mengharap Tan Hong menyelidiki istana.
"Perkembangan berikut harus kita ketahui. Sanggupkah besok sore kau memasuki istana, kalau perlu boleh membawa kawan yang sekiranya dapat kauandalkan."
"Baiklah,"
Tan Hong berpikir sejenak.
"Akan kulaksanakan tugas ini, goanswe, tapi tolong jaga ayahku di sini. Jangan beri tahu bahwa aku ke istana."
Jenderal itu mengangguk.
Dia telah mulai mengatur siasatnya dan memecah kekuatan menjadi beberapa bagian.
Lu-ciangkun disuruhnya mengepung bagian selatan kota raja, sementara dia sendiri dan Kok-taijin berada di timur dan barat.
Dan karena masih ada sisa pasukan yang dipimpin Go-siauw-goanswe maka petinggi ini diminta untuk siap-siap di gerbang sebelah utara.
"Besok sudah akan didapat berita. Tan Hong membantu kita. Bersiap-siaplah di tempat yang sudah ditentukan dan kita masuk menyerbu begitu kulepas panah api!"
Semua mengangguk.
Keteganganpun tentu saja muncul.
Mereka khawatir oleh keselamatan putera mahkota.
Dan karena pemberontak memang harus segera diserbu, atau putera mahkota terbunuh maka keputusan Bu-goanswe untuk bergerak paling lambat dua hari lagi dapat dimaklumi.
Tan Hong menjadi utusan untuk melihat keadaan istana.
Pemuda inilah yang dianggap paling1033 mampu.
Dan ketika semuanya bersiap dan mengikatkan senjata masing-masing maka malam yang ditentukan itu berkelebatlah bayangan Tan Hong dan tiga temannya yang lain, Beng Li dan Franky serta Yuliah! ***** Pemberontak benar-benar bergerak cepat.
Sadar bahwa Kok-taijin dan kawan-kawannya lolos maka Liong-ongya memerintahkan agar semua pintu gerbang ditutup.
Ada penyesalan dan kekecewaan di wajah pangeran ini.
Ia gagal membunuh menteri itu, juga Sam-taijin dan putera mahkota belum ditemukan.
Dan ketika sehari itu Kui-hwa tak mampu menemukan persembunyian bekas majikannya maka kepada bekas pelayan inilah Liong- ongya menumpahkan kemarahannya.
Sikapnya kasar dan tidak ramah lagi.
"Goblok, tolol. Kau semestinya tahu di mana majikanmu bersembunyi, Kui-hwa, bukankah sejak kecil kau ikut Sam-taijin. Atau kau pura-pura saja dan melindungi majikanmu itu. Takut dicaci maki!"
Gadis ini pucat, berubah.
Ia dipanggil dan berada di ruangan dalam di mana terdapat pula pembantu- pembantu pangeran itu.
Ada pula Wi Tok, juga dua gadis cantik yang dikenalnya sebagai Sepasang Seruni Merah.
Melihat orang-orang ini sebenarnya ia tak takut, Liong- ongya selalu melindunginya.
Tapi ketika hari itu ia didamprat kasar dan tak ada hormat atau kasih sayang, ia menggigil maka satu di antara dua gadis itu bangkit berdiri, jarinya menjepit jarum.
"Atau ia minta kupaksa, ongya. Jangan-jangan pikirannya berubah karena merasa berkhianat. Ah, coba kutusuk sedikit hidungnya agar mengaku terus terang!"
Kui-hwa menjerit.
Otomatis ia lari berlindung di balik1034 Liong-ongya, gemetar dan menangis namun sang pangeran justeru mendorongnya menjauh.
Liong-ongya membentak agar dia mencari sungguh-sungguh, atau hari itu ia tak akan dihiraukan lagi.
Dan ketika gadis itu tersedu dan terpukul hatinya, perubahan ini dilihatnya lebih menakutkan maka gadis baju kuning sudah mendekati dan siap mencocokkan batang jarumnya.
"Hi-hik, ke sinilah. Ongya tak akan perduli lagi kalau kau berpura-pura. Ayo kucoblos sedikit dan biar kau bekerja lebih baik!"
"Ampun, tidak...... jangan, nona..... jangan!"
Akan tetapi Siu Lin sudah menggerakkan tangannya.
Ia tentu saja telah tahu pengkhianatan gadis ini dan sengaja ingin memberi pelajaran, apalagi secara terang terangan Wi Tok tampak bergairah memandang pelayan bertubuh padat ini.
Sinar mata pemuda itu membuatnya benci.
Tapi ketika ia mengelebatkan jarumnya dan Kui- hwa menjerit, Liong-ongya diam saja tiba-tiba sebuah tangan kuat menangkap gadis ini.
"Jangan lukai dia, biarkan saja!"
Ternyata Wi Tok.
Sigap dan cepat pemuda ini meloncat dari kursinya, menangkap dan mencegah jarum itu menusuk Kui-hwa.
Dan ketika Siu Lin terkejut dan membelalakkan mata, dugaannya benar mendadak encinya terkekeh dan sebatang jarum lain menyambar ujung hidung Kui-hwa.
"Hi-hik, kekasih kita ini rupanya tertarik kepada Kui-hwa. Ah, ia menggemaskan hati kita, Siu Lin, biar kuberi sedikit pelajaran dan masihkah ia bergairah lagi!"
Terdengar jerit dan tubuh yang roboh.
Siu Hwa, orang tertua dari Seruni Merah ini sudah bekerja.
Iapun telah1035 melihat gerak-gerik Wi Tok dan tak senang, menyambit dan robohlah Kui-hwa.
Pelayan itu terjengkang.
Dan ketika Wi Tok terkejut melepaskan Siu Lin, pelayan itu bergulingan di lantai tiba-tiba pemuda ini berseru menyambar pelayan wanita itu.
"Siu Hwa, Siu Lin, gadis ini masih berharga untuk kita. Jangan mencelakainya!"
Dua wanita itu merah. Wi Tok berkelebat dan keluar ruangan sementara gadis itu ditotoknya. Sebentar saja hidung Kui-hwa sudah membengkak, hitam. Namun ketika Sepasang Seruni ini hendak mengejar maka Liong-ongya bangkit berkata.
"Nona, Wi Tok memang benar. Kalau ia dapat membujuknya siapa tahu Kui-hwa bekerja lebih baik. Jangan cemburu kepadanya karena Wi Tok benar!"
Sadarlah kakak beradik ini.
Mereka saling pandang dan tiba-tiba terkekeh, mengerling pangeran itu tapi Liong- ongya meninggalkan ruangan.
Dan ketika keduanya berkelebat dan menghadang pangeran itu maka tanpa malu-malu kakak beradik ini memegang lengan Liong- ongya.
"Kalau begitu paduka siap menggantikan Wi Tok? Paduka tak keberatan menemani kami berdua menghilangkan cemburu?"
Kalau saja keadaan tidak seperti itu dan Liong-ongya sedang marah tentu pangeran ini dengan gembira akan menyambut.
Dua gadis cantik ini adalah gadis-gadis pemikat yang tubuhnya padat menggairahkan, tak kalah dengan Kui-hwa.
Tapi karena pemberontakan sudah dimulai dan gagalnya menemukan Sam-taijin membuat pangeran ini uring-uringan, ia tak dapat tenang kalau lelaki itu dan putera mahkota belum ditemukan maka1036 pangeran ini menggeleng menarik napas dalam.
"Harap kalian tidak menggodaku, suasananya kurang tepat. Kalau Sam-taijin dan putera mahkota dapat ditemukan tentu senang sekali aku menemani kalian, Siu Hwa. Tapi sekarang tidak. Kita masih harus berjaga dari pembalasan musuh. Kaisar belum terbunuh!"
"Tapi Wi Tok berduaan dengan Kui-hwa!"
"Ia dalam rangka membujuk, kita belum menemukan persembunyian putera mahkota dan Sam-taijin."
"Jadi paduka membiarkan kami kecewa?"
"Maaf, tidak begitu, Siu Hwa. Hanya waktunya tidak tepat....."
"Kalau begitu kami pergi!"
"He!"
Pangeran terkejut.
"Nanti dulu, Siu Hwa, jangan!"
Dua gadis itu berhenti bergerak.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka telah meloncat dan siap mengancam ketika pangeran tiba-tiba berseru.
Betapa pun mereka harus menggertak.
Dan ketika Liong- ongya menyambar dan memeluk pinggang mereka maka terkekehlah dua gadis ini dicium pipinya.
"Kami akan pergi kalau paduka menolak kami. Buat apa tinggal kalau tidak diperlukan!"
"Baiklah....... baiklah. Kalian memang tak kenal puas dan mari ke kamar!"
Kakak beradik itu tertawa. Bukan hal aneh kalau mereka berganti pacar. Wi Tokpun begitu. Tapi ketika Liong- ongya hendak membawa pasangan ini ke kamar pribadinya mendadak terdengar ribut-ribut dan suara cambuk.
"Minggir...... minggir..... kami hendak menghadap Liong-1037 ongya atau Wi-ongya mencari Siang Lun Mogal. Mana kakek gundul itu, suruh ia keluar!"
Liong-ongya terkejut.
Belum dia menutup pintu kamarnya maka berlari-larilah empat pengawal memberi tahu.
Di luar terdapat sebelas nenek-nenek mengamuk, mereka marah-marah dan memaksa masuk.
Semua yang menghadang dihajar.
Dan ketika Liong-ongya tertegun memandang dua Seruni ini mendadak Siu Hwa berkelebat disusul adiknya.
Ribut-ribut itu semakin dekat.
"Biar kami lihat siapa pengacau itu, apa perlunya mencari paduka!"
Ternyata mereka ini adalah nenek May-may dan kawan- kawannya.
Menghajar dan masuk secara paksa nenek- nenek ini membuat pengawal berpelantingan.
Entah bagaimana tahu-tahu mereka itu sudah di istana.
Dan ketika Siu Hwa dan adiknya berkelebat keluar maka Hung-wangwe dan kawan-kawan juga keluar, di susul orang-orang kang-ouw yang cepat membentak mendengar ribut-ribut itu.
"Heh-heh, siapa ini? Kecoa-kecoa dari mana? Minggir..... minggir, kami hendak menghadap Liong-ongya atau Wi- ongya. Kami mencari kakek gundul Siang Lun Mogal!"
Orang-orang kang-ouw itu marah.
Ada di antara mereka yang mengenal nenek May-may, berseru dan menyerang tapi nenek itu mengibaskan rambutnya.
Sekali dia menangkis maka orang itu menjerit, senjatanya mencelat.
Dan ketika yang lain menyerbu dan berseru marah maka orang-orang kang-ouw ini mengeroyok nenek-nenek itu.
"Mereka ini isteri-isteri Dewa Mata Keranjang. Tangkap, robohkan mereka!"1038
"Hi-hik, sudah mengenal kami? Bagus, tapi menyingkirlah kalian, tikus-tikus busuk. Dibantu orang- orang macam kalian perjuangan ini tak akan berhasil. Ayo, mana Siang Lun Mogal atau muridnya Wi Tok...... plak-dess!"
Nenek-nenek itu menangkis, berputar dan bersatu-padu dan terlemparlah orang-orang itu.
Hung- wangwe dan kawan-kawan bukan tandingan.
Tapi ketika berkelebat bayangan Siang-ang-boh-tan dan mereka itu membentak mengelebatkan pedang dan ikat pinggangnya, disusul jarum-jarum halus maka sebelas nenek-nenek itu terkejut dan berseru keras.
"Tua-tua bangka dari mana ini berani mengacau istana. Kalau hendak menghadap pimpinan berlakulah yang sopan!"
Tapi akhirnya nenek-nenek itu terkekeh.
Jarum dan pedang serta ikat pinggang itu tentu saja ditangkis dengan serentak, May-may mengibaskan rambutnya sementara Bi Hwa dan Bi Giok mempergunakan Kiam- ciang (Tangan Pedang).
Tangan ini sekeras pedang dan senyaring itu ketika menangkis, Siu Lin dan kakaknya terkejut.
Dan ketika mereka terpental namun menyerang lagi, dibantu yang lain maka sebelas nenek itu membentak terkekeh mengejek.
"Gadis-gadis remaja ini lumayan, tapi dengan Kiok Eng belum ada apa-apanya. Heh, mundur dan suruh kakek itu datang, anak-anak. Atau kalian kena hajaran dan tidak bisa bangun!"
Dua kakak beradik ini marah.
Mereka melepas lagi senjata rahasia namun satu di antara nenek-nenek itu membalas.
Belasan gin-ciam (jarum perak) berkeredep menyambar mereka, bahkan juga orang-orang lain.
Dan ketika mereka berteriak dan berlompatan mundur, satu di antara jarum-jarum itu hampir mengenai pipi Siu Lin1039 maka Liong-ongya berada di luar dan sudah melihat itu, mendengar pula kata-kata May-may.
Berkilatlah pangeran ini.
Disebutnya nama Kiok Eng membuat mukanya merah.
Ternyata nenek-nenek itu adalah guru Kiok Eng, sekaligus isteri Dewa Mata Keranjang.
Tapi sebelum ia berseru mengerahkan pengawal, yang sudah mengepung dan berjaga ketat tiba-tiba dua bayangan berkelebat dan Wi Tok serta gurunya muncul di situ.
"Heh-heh, May-may dan kawan-kawan rupanya. Bagus, ada apa mencari aku, bidadari-bidadari manis. Apakah kalian tak sudi lagi dengan suami kalian itu dan mencari laki-laki seperti aku. Minggir, semua minggir dan biarkan mereka ini berhadapan dengan aku!"
Siang Lun Mogal menggerakkan tangannya dan mencelatlah orang-orang kang-ouw itu.
Bagai didorong tenaga raksasa Hung-wangwe dan kawan-kawan terlempar, berteriak dan bergulingan sementara May-may dan kawan-kawannya terkejut.
Mereka berada di dalam hingga terlindung.
Namun karena angin pukulan itu amat kuat dan menyambar juga, May may melengking berjungkir balik maka sepuluh nenek yang lain juga serentak melempar tubuh membuang sisa angin yang menderu itu.
"Bres-bresss!"
Turunlah sebelas nenek ini dengan muka pucat.
Mereka bergoyang dan kaget memandang kakek gundul itu.
Siang Lun Mogal berdiri pongah tertawa-tawa, matanya membelalak dan menyipit lagi memandang nenek-nenek itu.
Tatapan matanya akhirnya berhenti pada Bhi Cu, nenek berpayudara besar.
Dan ketika ia terkekeh dan mengerahkan Hoat-lek-kim-ciong-konya mendadak1040 kakek itu menggapai.
"Heii, Bhi Cu, ke sinilah!"
Nenek itu terkejut.
Bagai disihir atau disedot hisapan kuat tiba-tiba ia bergerak maju, mendekat dan tahu-tahu dipegang serta diremas buah dadanya.
Dan ketika nenek ini menjerit dan sadar, yang lain serentak berkelebat maju maka May-may dan lain-lain menghantam kakek itu.
"Siang Lun Mogal, jangan kurang ajar kau!"
Kakek ini mengelak.
Ia terkekeh dan bergerak ke kiri- kanan akhirnya menangkis.
Belasan pasang tangan itu tak mungkin dihindarkannya begitu saja.
Maka ketika ia menggerakkan lengan dan sepuluh nenek itu tergetar maka May-may dan la in-lain terhuyung sementara Bhi Cu sudah mencabut pisau kecil di balik bajunya dengan muka merah padam.
"Kau....... kau berani menghinaku? Kau berani memegang-megang tubuhku?"
"Ha-ha-heh-heh, kau tua-tua semakin menjadi, Bhi Cu. Milikmu besar dan masih kencang. Berani bertaruh bahwa selama ini Dewa Mata Keranjang tak pernah memakaimu lagi."
"Keparat!"
Nenek itu melengking.
"Kau semakin jorok, Siang Lun Mogal. Mulutmu berbau busuk. Mampuslah!"
Akan tetapi kakek ini diam saja.
Ia tertawa tak mengelak serangan itu, pisau menusuk dan mengenai dada kirinya.
Tapi ketika Bhi Cu terpekik pisaunya, patah, terhuyung maka kakek ini menggerakkan lengannya lagi dan tahu- tahu memeluk nenek itu, menciumnya.
"Kau tua-tua kelapa, semakin tua banyak santannya..... ngok-ngokk!"1041 Meledaklah tawa semua orang. Kalau saja kakek ini tak begitu cepat dan lihai menangkap lawan belum tentu nenek itu berhasil dicium. Bhi Cu mengelak dan membuang muka ke kiri kanan. Tapi karena Siang Lun Mogal adalah kakek yang lihai dan ia dua tingkat di atas nenek ini maka mudah saja baginya mencium dan nenek itu tentu saja menendang dan meronta-ronta, akhirnya didorong dan bergulingan meloncat bangun.
"Terkutuk, keparat jahanam. Terkutuk ........i"
Akan tetapi May-may dan lain-lain beringas membentak.
Mereka tentu saja tak mungkin tertawa dan saat itu majulah Wi Tok.
Pemuda ini heran dan kaget betapa guru-guru Kiok Eng ini datang ke sini.
Ia menduga tentu ada sesuatu yang penting, sesuatu yang menguntungkan.
Dan karena ia tahu betapa nenek- nenek ini memusuhi Dewa Mata Keranjang, tak boleh gurunya menghina lagi maka cepat-cepat ia mengangkat tangan berseru keras.
"Tahan, cuwi-locianpwe dan suhu harap tidak bermain- main lagi. Kita ingin tahu apa maksud kedatangan kalian dan harap berterus terang!"
"Kami sebenarnya ingin membantu kalian!"
Nenek Lin Lin kini melengking.
"Tapi gurumu dan orang-orang ini tak tahu adat, Wi Tok. Kalau kalian mengira kami bisa dihina majulah dan mari bertempur mengadu jiwa. Kami tak takut mampus!"
"Hm-hm, begitu kiranya. Maafkan kalau suhu dan kami tak tahu ini. Kalian datang mengamuk dan meroboh- robohkan pengawal, locianpwe, siapa tidak khawatir dan menyangka buruk. Kalau kedatangan kalian untuk membantu tentu saja kami gembira. Biarlah aku mewakili suhu meminta maaf!"1042 Wi Tok adalah pemuda cerdik. Begitu nenek-nenek ini menyatakan maksudnya segera dia menjadi girang. Bantuan sebelas nenek ini bukan main-main. Maka cepat membungkuk dan memberi hormat ia pun mengambil hati nenek-nenek ini, yakin bahwa mereka tak mengetahui tentang Ceng Ceng karena sejak berpisah dengan gurunya Kiok Eng tak bersama lagi dengan May- may dan lain-lainnya ini. Tapi Bhi Cu terlanjur marah. Nenek inilah yang menerima hinaan langsung, ia melotot memandang Siang Lun Mogal. Maka ketika pemuda itu memintakan maaf gurunya, ia membentak maka ia berseru bahwa kesalahan itu tak bisa diwakilkan orang lain.
"Aku pribadi tak dapat menerima maafmu, gurumu harus meminta maaf langsung. Kalau ia tak mau maka rekanku yang lain juga sama seperti aku, Wi Tok. Merekapun tak mau dihina dan lebih baik tidak bekerja sama!"
May-may dan lain-lain mengangguk.
Sebenarnya merekapun tak senang oleh perbuatan kakek gundul tadi.
Kalau Siang Lun Mogal berani menghina Bhi Cu tak mustahil kakek inipun berani menghina mereka.
Dan karena mereka senasib sepenanggungan akhirnya merekapun setuju kata-kata Bhi Cu, hal yang tentu saja membuat Wi Tok bingung.
Akan tetapi pemuda ini lagi-lagi orang cerdik.
Memandang gurunya dan tertawa lebar ia berkata bahwa untuk urusan sekecil itu tak perlu gurunya merasa berat.
Bantuan ini jauh lebih berharga daripada sebuah pernyataan maaf.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan karena Siang Lun Mogal juga gembira mendengar maksud kedatangan itu, tentu saja kedudukannya semakin kuat maka kakek inipun melangkah maju mengebutkan lengan bajunya.1043
"Baiklah, persahabatan lebih baik dari pada sebuah permusuhan. Aku tak mengira maksud kedatangan kalian ini, Bhi Cu, kukira hendak membalas dendam. Aku minta maaf dan sekaligus siap bertanggung jawab kalau diminta untuk menjadi suamimu!"
"Cih!"
Nenek itu semburat.
"Siapa mau? Kalau kau tak dapat mengalahkan Dewa Mata Keranjang tak pantas kau melamarku, Mogal. Melihatmupun aku ingin muntah. Sudahlah jangan kau menghina aku lagi atau nanti semuanya berentakan!"
Kakek itu tertawa.
Dari kata-kata ini ia yakin bahwa Bhi Cu membenci Dewa Mata Keranjang, apalagi sepuluh nenek yang lain mengangguk dan bersinar-sinar.
Kebencian mereka kepada bekas suami itu tak lain karena anaknya Dewa Mata Keranjang mempermainkan mereka, juga karena selama ini tak pernah mereka dapat mengalahkan kakek itu.
Maka ketika semua merasa geram dan kakek ini terkekeh akhirnya May-may dan lain-lain di sambut sebagai sahabat kecuali Liong-ongya yang tentu saja diam-diam merasa tak senang, marah dan benci karena melihat nenek-nenek ini otomatis diapun teringat Kiok Eng yang telah mempermainkanya habis-habisan! Namun pangeran ini pandai mengatur diri.
Wi Tok dan gurunya adalah orang-orang yang mengurus bantuan orang kang ouw.
Kalau guru dan murid sudah menerima maka iapun hanya mengangguk, diam.
Di tangan guru dan murid itulah bantuan orang kang-ouw diterima.
Maka ketika hari itu sebelas nenek ini menjadi milik para pemberontak yang berharga, Liong-ongya masuk ke kamarnya lagi ternyata sepasang Seruni Merah tak ada nafsu melayani.
Kakak beradik itu terganggu oleh datangnya nenek-1044 nenek ini.
Mereka penasaran dan marah oleh kekalahannya tadi, apalagi ketika Wi Tok jelas memperhatikan nenek-nenek itu lebih dari mereka berdua.
Maka ketika keduanya bersungut dan berkelebat keluar maka keduanya menumpahkan kejengkelan pada pemuda lain di istana pengganti Liong-ongya dan Wi Tok.
Wi Tok sendiri kembali memasuki kamarnya mengobati Kui-hwa.
Jarum di ujung hidung gadis pelayan itu bukan jarum biasa melainkan jarum beracun.
Sesungguhnya diam-diam ia juga tertarik ke pada gadis ini, hanya karena masih "dipakai"
Pamannya maka ia menaruh segan.
Tapi begitu Liong-ongya mencampakkan gadis pelayan ini dan iapun tak menyia-nyiakan kesempatan maka diambillah gadis itu dan kini merawat Kui-hwa ia membelai gadis itu.
Ada dua hal yang membuat Wi Tok berbuat begini.
Pertama karena tentu saja nafsunya memandang gadis pelayan bertubuh padat itu.
Ia sudah cepat mengamati dan tertarik, sebentar saja berahinya bangkit.
Tapi karena gadis ini adalah bekas pelayan Sam-taijin, dan ia merasa berkepentingan maka ia tak berani bersikap kasar karena betapapun ia akan membujuk dan ingin menemukan di mana persembunyian pembesar itu.
Menemukan Sam-taijin berarti menemukan putera mahkota pula, dan inilah yang penting! Kui-hwa rupanya tergerak oleh pertolongan Wi Tok ini.
Sebagai pelayan sekaligus kekasih yang baru saja dicampakkan Liong-ongya maka hatinya hancur dan sakit sekali.
Ia merasa terhina.
Tapi ketika Wi Tok membelainya dan jari-jari pemuda itu mengusap punggungnya maka sedu sedan yang tak dapat ditahannya lagi pecah, apalagi ketika pemuda ini menciumnya lembut.1045
"Sudahlah, tak perlu disesali. Pamanku memang kasar, Kui-hwa, tapi aku akan melindungimu. Balut dulu hidungmu dan jangan menangis, nanti berdarah."
Kui-hwa dipeluk Wi Tok.
Berdekapan dengan pemuda ini rasanya jauh lebih hangat dibanding dengan Liong- ongya.
Kui-hwa merasa betapa belaian pemuda itu lembut sekali, tak tahu bahwa sesungguhnya pemuda ini sama saja dengan sang paman, bahkan mungkin jauh lebih ganas.
Maka ketika Wi Tok membujuk dan mengobati lukanya, tangan dan jari pemuda itu tak henti- hentinya mengusap dan mengelus maka Kui-hwa merasa mendapat pengganti dan bisikan Wi Tok menerbangkan semangatnya lagi.
"Pamanku tak perlu kaupikirkan lagi, ia tak tahu perasaan wanita. Kalau ia berani mengganggumu maka katakan padaku, Kui-hwa, kuperingatkan dia nanti. Kalau ia kelewatan biar kubunuh!"
"Kongcu........ kongcu sungguh-sungguh?"
"Ah, siapa bohong, Kui-hwa. Ketahuilah bahwa diam- diam aku mencintaimu. Kalau kau mau menjadi kekasihku biarlah kau belajar silat!"
Gadis ini terkejut, menengadahkan muka. Tapi Wi Tok yang tak tahan melihat bibir merah basah ini tiba-tiba menciumnya, melumat.
"Ah, uph.....!"
Gadis itu meronta.
"Kau ....... kau sungguh- sungguh? Kongcu berjanji padaku?"
"Aku berjanji, Kui-hwa, dan marilah malam ini kubuktikan cintaku kepadamu!"
"Tidak, nanti dulu.....!"
Gadis itu menggeliat, melepaskan diri.
"Aku ingin bertanya sungguh-sungguhkah kau mau mendidikku ilmu silat, kongcu. Aku..... aku suka sekali1046 kalau kau tidak bohong!"
"Hm!"
Wi Tok bersinar-sinar, pandang matanya aneh, tertawa.
"Bohong kepadamu tak ada untungnya, Kui- hwa. Sekarangpun kalau kau ingin bisa belajar juga. Apa yang menyebabkanmu tiba-tiba begitu tertarik."
"Aku....... aku ingin melindungi diriku sendiri. Aku tak mau dihina lagi. Aku ingin membalas orang-orang yang menyakiti itu!"
"Termasuk pamanku itu?"
"Bukan,"
Gadis ini menggeleng, terkejut.
"melainkan orang seperti Siang-ang-boh-tan itu, kongcu. Aku ingin membalas mereka yang telah melukai hidungku!"
"Hm, memang terlalu,"
Wi Tok memeluk dan mencium lagi.
"Hidung semanis ini tak boleh luka, Kui-hwa, dua tiga hari lagi tentu pulih. Sudahlah aku tidak main-main dan maukah malam ini kau menerima cintaku."
Gadis mana tak akan senang.
Kui-hwa adalah pelayan yang baru terlempar dari kekejaman Liong-ongya.
Dia sesungguhnya sudah berjuang mati-matian menemukan persembunyian majikannya itu, gagal.
Maka ketika dicampakkan dan ia benar-benar merasa sakit, kini ada pengganti begitu mudah maka iapun tersedak namun pengalamannya dengan Liong-ongya tak membuatnya malu lagi.
Ia sudah mulai biasa bergaul dengan lelaki.
Dan ketika ia mengerling dan bersinar-sinar, bahagia maka Wi Tok yang pandai menangkap gerak-gerik wanita sudah memondong dan membawanya ke pembaringan.
Bagai menemukan pujaannya yang baru gadis inipun hanyut.
Cepat sekali ia terbuai oleh cumbu rayu Wi Tok.
Dan ketika sebentar kemudian Wi Tok sudah melepaskan semua pakaiannya, gadis ini tak menolak maka di dalam kamar itu Kui-hwa merasa aman dan1047 terlindung.
Di tengah permainan cinta mereka yang panas tiba-tiba teringatlah Kui-hwa akan seseorang.
Dan ketika ia mendorong dan menghentikan serbuan Wi Tok maka gadis ini terengah bicara menggigil.
"Aku...... aku teringat seorang tamu Sam-taijin. Apakah kongcu mengenal seseorang bernama Tiong-taijin.....!"
Wi Tok bagai disengat lebah. Waktu itu ia sudah menubruk dan mencium kembali gadis montok ini. Kehangatan tubuh Kui-hwa benar-benar memabokkannya. Tapi begitu nama itu disebut dan ia menjadi kaget maka otomatis selimutpun dibuang dan ia terbelalak.
"Tiong-taijin? Maksudmu seorang laki-laki berumur enampuluhan bertubuh sedikit pendek?"
"Benar, dia itu. Inilah tamu yang tiba-tiba kuingat, kongcu. Mungkin saja Sam-taijin menyembunyikan diri di belakang dapur. Tamu itu diletakkan di sana dan tiba-tiba baru kuingat!"
Wi Tok seketika padam. Ia menyambar pakaiannya dan begitu gembira. Kui-hwa terbelalak ketika dilupakan. Dan ketika gadis ini meloncat turun merasa terpotong, ia masih ingin melanjutkan maka iapun memeluk dan menangkap pemuda itu.
"Ceritaku belum lengkap, jangan tinggalkan dulu. Ada sesuatu yang kuingat lagi, kongcu. Tentang tingkah laku Liong-ongya yang aneh itu. Ia...... ia pernah bicara hendak menyingkirkan dirimu dan gurumu itu. Waktu itu ia mabok dan terkekeh-kekeh membelaiku!"
Berjengitlah pemuda ini.
Kalau tadi Wi Tok merasa gembira dan tegang adalah sekarang mukanya menjadi1048 merah dan marah.
Ia begitu terkejut hingga sepasang matanya menyambar tajam, panas dan terbakar hingga Kui-hwa menjerit melangkah mundur, sadar.
Dan ketika gadis ini mengguguk dan kelepasan bicara, betapapun Liong-ongya adalah paman pemuda ini maka buru-buru ia menggeleng dan berseru.
"Tidak, tidak....... aku salah bicara. Maksudku, eh...... ia hendak menyingkirkan aku dan orang-orang yang tak disukainya, kongcu. Waktu itu ia mabok dan kuanggap kata-katanya tidak sadar!"
"Hm!"
Wi Tok mencengkeram dan menangkap gadis ini, tak perduli gadis itu telanjang bulat.
"Katakan kepadaku sejujurnya, Kui-hwa, tak usah takut-takut karena sesungguhnya akupun hendak melenyapkan pamanku itu. Apa katanya selain itu. Ternyata iapun hendak mendahului aku dan berbuat curang. Kubunuh dia nanti!"
Kui-hwa terbelalak. Ia menjadi tertegun mendengar kata- kata ini, bingung. Tapi melihat betapa pemuda itu tersenyum mengejek maka kepercayaannya bangkit lagi.
"Kau sudah mendengar kata-katanya, baiklah, sekarang boleh dengarkan dari aku bahwa sesungguhnya akupun hendak menyingkirkannya. Akulah yang berhak menjadi kaisar dan bukan si tua bangka itu. Ia tak dapat berbuat banyak kalau bukan aku dan guruku yang mengerahkan orang-orang pandai!"
Kui-hwa mulai tersenyum, namun sepasang matanya masih berkejap-kejap, basah "Apalagi yang dikatakannya, Kui-hwa. Beritahukanlah kepadaku dan jangan takut. Aku melindungimu!"
"Tidak, hanya itu saja. Aku...... aku terpaksa mengatakannya setelah ia begitu kejam1049 mencampakkanku, kongcu. Aku ....... aku berharap kau benar-benar tak menyia-nyiakan aku. Besok sajalah mencari Sam-taijin lagi dan..... dan sekarang temanilah aku......!"
Wi Tok tertawa, aneh.
Ia telah mendapatkan semuanya dan tiba-tiba keganasannyapun muncul.
Setelah Kui-hwa menceritakan persembunyian Sam-taijin dan juga maksud pamannya yang jahat tiba-tiba ia menjadi marah dan berkilat-kilat.
Ia telah menceritakan pula maksudnya membunuh pamannya itu.
Maka bergerak dan menampar kepala gadis ini tiba-tiba pemuda itu merasa tak perlu lagi mempergunakan gadis ini.
"Kui-hwa, kau satu-satunya yang sudah mengetahui rencanaku pula. Terima kasih atas pemberitahuanmu tapi maaf pergilah ke neraka!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jilid XXIX GADIS ini menjerit.
Kui-hwa begitu terkejut ketika tiba- tiba wajah pemuda ini menjadi kejam dan sadis.
Mata itu ter tawa seperti iblis.
Tapi ketika tangan itu melayang dan siap menamparnya roboh tiba-tiba terdengar bentakan dan sebuah sinar hitam menyembur tangan Wi Tok.
"Pemuda keji, pantas benar kalau kau menjadi iblis!"
Wi Tok berteriak.
Sebatang jarum menancap di tangannya dan berkelebatlah seorang gadis baju hitam di tengah kamarnya, mengejek, bersinar-sinar dan memandangnya tanpa kasihan dan itulah Kiok Eng.
Gadis ini tak perduli pekikan Kui-hwa yang bersembunyi di balik lemari pakaian, telanjang bulat dan menyambar bajunya sementara Wi Tok sendiri merah padam menyambar pakaiannya pula, terkejut dan buru-buru1050 sementara Kiok Eng memandangnya mengejek.
Pandangan gadis itu penuh hina dan benci.
Kiok Eng memang marah dan muak melihat semua yang terjadi di kamar ini.
Lalu ketika pemuda itu mencabut jarum di tangannya dan gemetar memandang Kiok Eng, Wi Tok benar-benar kaget sekali maka pemuda yang sejenak gelagapan dan tak mampu bicara apa-apa itu akhirnya berhasil menguasai perasaannya sendiri, tertawa bergelak, antara girang dan marah.
Girang karena gadis yang sebenarnya digila-gilainya ini muncul dan datang ke situ seorang diri.
"Ha-ha, kau. Ah, kau mengagetkan aku, Kiok Eng. Kedatanganmu membuatku terkejut sekali. Bagus, kau agaknya sudah mendengar semua di tempat ini. Lihat apakah gadis sehina itu patut diberi hidup, kenapa kau melindunginya!"
"Hm, tak usah banyak cakap. Kau menculik ibuku, Wi Tok, menghina aku. Serahkan ibuku dan aku tak perduli pelayan hina ini. Mana ibuku!"
"Ha-ha, gagah dan tak kenal takut. Kau di sarang macan, Kiok Eng, jangan besar mulut di sini. Ibumu memang dalam kekuasaanku, tapi aku memperlakukannya baik- baik. Aku menunggumu untuk menukarnya dengan cintaku. Bagaimana dengan jawabanmu dulu dan kapan aku melamarmu!"
"Huh, manusia tak tahu diri. Di kamar ini hanya kau dan aku, Wi Tok, jangan macam-macam. Aku dapat membunuhmu di sini kalau kau tidak menyerahkan ibuku. Tak ada tukar-menukar, serahkan atau kau mampus'"
Wi Tok tertawa bergelak.
Diam-diam sambil bicara ia memegang seguci arak besar.
Ia maklum bahwa tak mungkin gadis seperti Kiok Eng kena gertak, ia tahu betul1051 bagaimana dan siapa gadis itu.
Maka ketika benar saja Kiok Eng tetap mengancamnya, gadis itu memandangnya penuh marah maka tiba-tiba saja ia melemparkan guci itu dan secepat kilat menubruk pula.
"Ini rumahku, wilayahku. Jangan berlagak di sini atau aku menangkapmu hidup-hidup!"
Kiok Eng mengelak.
Ia sudah waspada akan gerak-gerik pemuda itu dan tertawa dingin melihat guci melayang ke mukanya.
Cepat sekali ia menunduk dan terkaman pemuda itu diterima, lengan kanannya menjadi keras dan kaku seperti Kiam-ciang (Tangan Pedang).
Gadis ini memang mengerahkan ilmunya menyambut tubrukan itu.
Dan ketika guci menghantam pintu dan pecah berentakan, Kui-hwa menjerit dan berlari keluar maka Wi Tok terbelalak melihat Kiok Eng menyambut serangannya.
"Dukk!"
Wi Tok terpental.
Ia membuang sebagian tenaganya dengan lemparan tadi, Kiok Eng menyiapkan penuh dan akibatnya pemuda ini terbanting bergulingan berteriak kaget.
Sambutan Kiok Eng ternyata demikian kuat dan amat kerasnya, ia menabrak dinding.
Namun ketika ia bergulingan dan berseru marah, Kiok Eng mengejar maka lengan gadis itu kembali bergerak dan tahu-tahu menampar kepalanya.
"Plak!"
Untunglah pemuda ini cepat menangkis.
Wi Tok meloncat bangun dan menggerakkan kakinya menendang, saat itu pintu terbuka lebar dan Kui-hwa berteriak-teriak.
Pengawal tentu saja berdatangan dan pemuda ini girang.
Namun sebelum ia lolos tahu-tahu gadis itu menyambar lagi dan membentak.1052
"Serahkan ibuku!"
Wi Tok mengelak dan menangkis lagi.
Penghamburan tenaganya dengan gadis-gadis cantik membuat pemuda ini cepat lelah dan pegal.
Ia merasa pukulan Kiok Eng amatlah kuatnya, tiga kali ia terhuyung.
Dan ketika selanjutnya Kiok Eng beterbangan melepas serangan, cepat dan ganas serta bertubi-tubi maka Wi Tok terdesak dan kamar yang sempit membuatnya kewalahan.
Untunglah sinkang di tubuh pemuda ini melindungi.
Wi Tok masih dapat bergerak dan menerima Kiam-ciang, dua kali terjungkal namun dua kali pula melompat bangun.
Pemuda ini bingung harus berbuat apa.
Dan ketika ia melempar sebuah kursi dan menendang sebuah meja, membuat Kiok Eng menangkis dan terhalang jalan akhirnya lolos, juga pemuda ini meloncat keluar.
"Jangan serang gadis itu, biar ia mengejarku!"
Wi Tok berseru melihat pengawal berlarian dan hendak menyerang Kiok Eng.
Hal ini membuat pengawal tertegun tapi Kiok Eng membentak keluar kamar, marah dan mengejar pemuda itu.
Dan ketika pengawal menyibak dan berpelantingan ke kiri kanan, tentu saja Kiok Eng menghajar mereka maka gadis itu memaki- maki lawan yang masuk keluar istana.
Wi Tok membawanya ke suatu tempat.
"Wi Tok, jangan lari kau. Pengecut!"
Pemuda itu tertawa.
Wi Tok sudah menuju ke timur istana di mana nenek May-may dan lain-lain tinggal.
Setelah ia hilang kaget dan dapat berpikir cepat maka tiba-tiba pemuda ini hendak mengadu gadis itu dengan guru-gurunya.
Akan dilihatnya apa yang dilakukan nenek-nenek itu.
Kalau mereka benar membantu maka gadis ini harus ditangkap, kalau tidak berarti masuknya nenek-nenek itu harus dicurigai.
Inilah ujian bagi nenek-1053 nenek itu! Dan ketika Wi Tok terus berlari sementa ra jarum-jarum Kiok Eng dikebut runtuh, pengawal disuruh minggir dan menjauhi Kiok Eng akhirnya di gedung Sam- taijin pemuda ini berhenti, tertawa melihat bayangan- bayangan berkelebat.
"Bagus, aku tak akan lari. Nah, kuserahkan kau kepada gurumu, Kiok Eng. Lihat siapa itu dan bagaimana sikapmu!"
Kiok Eng marah sekali.
Ia tak menyangka guru-gurunya ada di sini dan terbelalak melihat bayangan-bayangan itu, disangkanya pembantu atau kaum pemberontak.
Tujuh kali ia melepas jarum tapi tujuh kali pula Wi Tok mengebut runtuh, pemuda itu memang lihai.
Maka ketika ia berhenti melihat bayangan-bayangan ini, May-may dan lain-lain segera mendengar keributan itu maka alangkah kagetnya kedua pihak ketika sama-sama melihat siapa di depan mereka.
"Kiok Eng!"
"Subo....!"
Sebelas nenek itu tertegun. May-may, nenek paling depan membelalakkan mata. Nenek ini kaget sekali melihat muridnya di situ. Tapi ketika ia segerak menyambar muridnya maka ia bertanya apa yang dilakukan gadis ini.
"Kenapa kau mengejar-ngejar pemuda itu. Apa yang kaulakukan terhadap Wi Tok!"
"Hm!"
Kiok Eng melepaskan diri.
"Su-bo ada di sini? Subo membantu jahanam itu? Aku mengejarnya karena ia menculik ibu, subo. Ada apa kalian di sini dan justeru akulah yang harus bertanya apa yang kalian lakukan di tempat ini!"1054
"Ibumu dibawa pemuda ini? Ibumu diculik?"
"Benar, dan subo tampaknya melindungi jahanam ini. Apakah subo membantu pemberontak!"
"Ha-ha....!"
Wi Tok mendahului dan tertawa bergelak.
"Apa yang dikatakan gadis itu salah belaka, locianpwe, yang benar ialah aku membawa ibunya agar ia datang ke mari, membantu kita. Sekarang ia datang, bujuklah agar bersama kalian membantu perjuangan ini!"
May-may terkejut. Tak disangkanya di tempat itu terdapat Ceng Ceng yang diculik Wi Tok, matanya marah memandang pemuda itu. Dan ketika tentu saja ia membela muridnya dan siap menegur mendadak Bi Giok berkelebat berbisik padanya.
"May-may, urusan ini mudah diselesaikan. Kalau kita bicara baik-baik dengan pemuda itu tentu Ceng Ceng dibebaskan. Biarlah kita tangkap murid kita ini dan jaga dia di tengah-tengah kita!"
Gerakan Bi Giok tak diduga Kiok Eng. Tahu-tahu sambil berbisik wanita itu menotok muridnya, tak ampun lagi Kiok Eng roboh dan berteriak tertahan. Dan ketika gadis itu disambar gurunya sementara May-may tertegun maka Bi Giok menghadapi Wi Tok, keren.
"Kau ternyata berbuat licik, Kiok Eng tak dapat kami salahkan. Sekarang gadis ini kami lumpuhkan, Wi Tok, sebagai imbalannya serahkan ibunya kepada kami atau kami tak membantu perjuanganmu. Nah, mana ibunya dan jangan membuat kami marah!"
Wi Tok tertawa girang.
Tak disangkanya nenek itu merobohkan muridnya secara licik, ia terkejut tapi tentu saja gembira.
Segera dia yakin bahwa nenek-nenek ini berpihak padanya.
Dan karena tak ada lagi yang perlu1055 diragukan, hanya dia masih khawatir kepada Kiok Eng maka pemuda itu berseru.
"Locianpwe, bibi Ceng Ceng memang ada padaku, segera kuserahkan. Tapi sebaiknya serahkan muridmu itu agar ia tak membuat ulah, aku tak ingin ia mengamuk!"
"Tak bisa,"
Bwee Kiok melompat dan menjadi marah.
"Gadis ini tanggung jawab kami, Wi Tok. Karena kami yang menangkap kami pula yang menjaganya. Kami di sini sudah menjadi jaminan untukmu, jangan menipu orang tua karena seakan tukar-menukar tawanan!"
"Ha-ha, locianpwe salah paham. Aku tak bermaksud tukar-menukar. Kalau kalian mampu mengendalikan gadis itu tentu saja tak perlu kuminta, tapi bagaimana kalau ia liar dan lolos menyerangku!"
"Kami akan membujuknya, memberi tahu baik-baik. Serahkan ibunya atau kami menganggapmu main-main, Wi Tok, menipu dan hendak mengibuli orang tua. Tak ada alasan karena kami di sini!"
"Baiklah,"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pemuda itu tertawa.
"Aku percaya kalian, locianpwe, tapi harap kalianpun sungguh-sungguh menguasai gadis itu, atau kepercayaan kami berkurang dan kalian repot di belakang. Tunggulah kuambil bibi Ceng Ceng!"
Pemuda itu berkelebat dan meninggalkan ancamannya.
Secara halus ia memperingatkan nenek-nenek ini bahwa persoalan itu bisa serius kalau sampai Kiok Eng mengamuk.
Tanggung jawab mereka harus benar-benar dijalankan.
Dan ketika tak lama kemudian ia kembali bersama tawanannya, Ceng Ceng dilepaskan dan dibebas kan totokannya maka wanita itu menjerit melihat gurunya, juga puterinya.
"Kiok Eng! Subo......!"1056 Bi Giok menahan wanita ini. Ceng Ceng tak diperbolehkan mendekat Kiok Eng dan Wi Tok mengangguk-angguk. Itulah tirida yang baik. Dan ketika wanita itu membalik menghadapi Wi Tok, matanya berapi-api tiba-tiba saja Wi Tok membungkuk dan mendahului di depannya, menjura dan berkata halus.
"Harap bibi maafkan sikapku selama ini. Aku hanya ingin membawa Kiok Eng ke mari, ia sudah datang. Kini para locianpwe ini juga melihat iktikad baikku bahwa aku sedikitpun tak mengganggumu. Silakan bibi bicara dengan Kiok Eng dan para locianpwe ini, bibi bebas."
Ceng Ceng terbelalak merah padam.
Memang selama ini ia diperlakukan cukup baik dan tak mengalami gangguan berarti.
Bahkan pemuda ini menolongnya dari keganasan Siang Lun Mogal.
Tanpa pemuda ini entahlah apa yang akan terjadi, ia tentu bakal terhina seumur hidup.
Dan karena di kamar tadi Wi Tok sudah meminta maaf, membebaskannya dan memberi tahu bahwa tujuan utamanya tercapai maka ketika membebaskan tadi pemuda itu sudah menegaskan sikapnya.
"Puterimu sudah datang, tujuanku terlaksana. Sekarang bibi bebas dan lihatlah puterimu itu, juga May-may locianpwe yang membantuku dalam perjuangan ini. Kalau ada apa-apa yang kurang berkenan harap bibi maafkan karena semua ini dalam keadaan darurat."
Wanita itu tak dapat bicara.
Tadinya ia tak percaya dan menyangka pemuda ini akan -membawanya ke tempat lain.
Tapi setelah ia berhadapan dan bertemu Kiok Eng dan guru-gurunya, legalah hatinya akhirnya ia mendengus tak mau menjawab, kemarahanpun ditahan.
"Baiklah, kau telah mengembalikan aku kepada Kiok Eng dan guru-gurunya, Wi Tok, sementara ini semua1057 kesalahanmu kumaafkan. Tapi kalau sekali lagi kau menghina aku maka tak dapat kulupakan peristiwa ini!"
Wi Tok tersenyum, mundur.
Ia sebenarnya ingin sekali mendekati Kiok Eng dan membawa sendiri gadis itu.
Tapi sadar bahwa perbuatannya ini mengundang resiko, nenek-nenek itu pasti akan marah kepadanya maka ia menyerahkan gadis itu kepada gurunya.
Biarlah nanti May-may dan nenek-nenek lain membujuk.
la masih mengharap bahwa suatu ketika gadis itu tunduk, toh ibunya sudah ia bebas kan.
Maka ketika May-may memandangnya lega dan nenek itu mengangguk perlahan akhirnya nenek itu berkelebat kembali musuk gedung.
"Wi Tok, urusan ini selesai. Sekarang pergilah dan jangan ganggu kami dengan murid kami!"
Pemuda itu mengangguk pula.
Ia berseru bahwa nenek- nenek itu harus menepati janji, tanggung jawab Kiok Eng sepenuhnya di pundak mereka.
Dan ketika keributan malam itu selesai dengan tertangkapnya Kiok Eng, gadis ini roboh dicurangi guru sendiri maka di dalam gedung tentu saja Kiok Eng memaki-maki.
"Lepaskan aku, bebaskan aku. Apa yang kalian lakukan ini, subo. Kalian tak tahu malu dan bersikap pengecut. Kalian berkomplot dengan pemberontak!"
"Diam, jangan banyak mulut. Kau tak boleh menggagalkan maksud kami, Kiok Eng. Tahukah kau bahwa yang kami lakukan ini adalah untuk membalas sakit hati kepada Dewa Mata Keranjang. Kami butuh bantuan Siang Lun Mogal, kami sesungguhnya tak perduli kepada para pemberontak!"
"Kalau begitu lepaskan aku, subo curang!"1058
"Kami akan membebaskanmu kalau kau berjanji untuk tidak menyerang Wi Tok, kau tak boleh menggagalkan maksud kami. Nah, berjanjilah dan segera kami bebaskan!"
Kiok Eng melotot. Subonya Bi Giok ini tak bersikap lembut, bengis dan bersungguh-sungguh. Dan karena yang lain mengangguk dan rata-rata setuju, hanya Bwee Kiok nenek gurunya itu yang memandangnya kasihan akhirnya gadis ini menangis memandang ibunya.
"Apakah ibu bersikap seperti mereka. Apakah ibu juga membantu pemberontak! "Aku tak berpihak siapa-siapa,"
Sang ibu menangis dan bercucuran air mata.
"Kalau subomu bersikap seperti ini agaknya kau tak boleh berkeras kepala, Kiok Eng. Turutlah nasihat mereka dan jangan serang Wi Tok."
"Aku benci pemuda itu, aku benci kalian semua. Baiklah kalau kalian tak mau membebaskan aku, subo. Tapi satu saat aku akan melepaskan diri!"
"Kau menentukan nasibmu sendiri. Kalau begitu pikiranmu jangan harap kami melepaskanmu, Kiok Eng. Sekarang beristirahatlah di sana sampai urusan kami selesai!"
Bi Giok melempar muridnya ini ke dalam kamar, menutup pintunya dan bengis memandang Ceng Ceng hingga mengguguklah wanita ini.
Ceng Ceng tak mungkin membebaskan puterinya kalau sudah begini, dia bukan tandingan sebelas nenek lihai ini, meskipun satu di antaranya adalah gurunya sendiri, Bwee Kiok si Cambuk Kilat.
Dan ketika nenek-nenek itu juga mengawasi wanita ini agar tak kabur atau membawa lari Kiok Eng, ganti-berganti mereka berjaga maka harapan Kiok Eng untuk lolos dari situ benar-benar tipis, apalagi ketika secara diam-diam Wi Tok menyuruh orang-orang1059 kang-ouw lain mengurung dan menjaga gedung itu! ***** Bayangan hitam itu bergerak dari satu pohon ke pohon yang lain dengan amat cepatnya.
Ia telah mengikuti kejadian di bawah tanpa diketahui seorangpun.
Topeng hitam yang dikenakannya menyembunyikan wajahnya, akan tetapi sepasang matanya yang berkilat dan mencorong bagai mata seekor harimau tak dapat menyembunyikan bahwa pemiliknya adalah seorang berkepandaian tinggi, apalagi Ioncatan-loncatan yang dilakukannya dari pohon ke pohon itu bagai lompatan seekor kucing tanpa suara.
Inilah Tan Hong! Seperti diketahui pemuda ini mendapat tugas dari Bu- goanswe untuk malam itu menyelidiki istana.
Tan Hong tidak bergerak seorang diri, ada tiga temannya yang lain.
Tapi karena dia menyuruh yang lain untuk berpencar, mereka itu adalah Beng Li dan Franky serta Yuliah maka dua yang terakhir ini dibiarkan bersatu karena kepandaian kakak beradik ini paling lemah di antara mereka.
Namun mereka membawa senjata api! Tan Hong telah menempatkan dirinya di barat istana.
Ia hendak menyelidiki gedung Sam-taijin ketika tiba-tiba ia melihat bayangan hitam lain, yakni Kiok Eng Namun karena gadis itu berada cukup jauh di depan dan Tan Hong ragu apakah lawan atau kawan maka ia mengikuti saja sampai akhirnya gadis itu terjun dan masuk ke kamar Wi Tok.
Tan Hong kaget dan menyesal sekali.
Setelah di situ barulah ia tahu siapa bayangan hitam itu.
Ia sendiri mengenakan pakaian serba hitam untuk menyembunyikan diri.
Maka ketika tiba-tiba ia tahu siapa bayangan di depannya ini, terlambat karena Kiok Eng1060 telah menyerang Wi Tok maka ia menjadi khawatir ketika tanpa perhitungan gadis itu main terjang saja.
Tan Hong juga baru tahu bahwa Ceng Ceng di situ.
Dan ketika dengan gelisah ia melihat pertandingan itu, datangnya pengawal dan lolosnya Wi Tok maka tiba-tiba ia melihat larinya Kui-hwa.
Pemuda ini terkejut.
Tentu saja ia telah mendengar percekapan itu, diam-diam muak dan marah oleh tingkah laku Wi Tok, apalagi ketika pemuda itu hendak membunuh Kui-hwa.
Betapa keji dan telengasnya pemuda itu.
Maka ketika pelayan itu lari keluar dan berteriak-teriak, inilah kesempatan baginya maka Tan Hong menyambar turun dan di saat semua orang terpusat perhatiannya kepada Kiok Eng iapun telah menotok dan merobohkan pelayan ini.
"Diam, jangan berteriak!"
Gadis itu mengeluh.
Tan Hong membawanya berjungkir balik dan cepat menghilang lagi.
Ia telah mendengar percakapan Kui-hwa bahwa Sam-taijin berada di dapur.
Tapi karena ia harus melihat keadaan Kiok Eng dulu dan menyembunyikan gadis itu di suatu tempat, Kui-hwa pingsan maka Tan Hong kembali lagi ke tempat semula dan melihat Kiok Eng berhadapan dengan sebelas gurunya.
"Celaka!"
Tan Hong berpikir.
"May-may dan kawan- kawannya kiranya berada di sini!"
Karena semakin tak dapat membantu Tan Hong pun bersembunyi di atas sebuah pohon paling tinggi.
Di balik dedaunan lebat ia melihat dan mendengar semuanya itu, berdebar dan tegang.
Dia takut kalau Kiok Eng jatuh ke tangan Wi Tok.
Kalau ini yang terjadi maka iapun tak mungkin berpangku tangan lagi, iapun akan terjun dan1061 terpaksa memperlihatkan diri.
Tapi ketika gadis itu dirobohkan nenek Bi Giok dan akhirnya ditangkap guru- gurunya sendiri maka Tan Hongpun lega dan ia menarik napas dalam setelah nenek itu masuk membawa Kiok Eng.
Gerak-gerik Wi Tok diperhatikan juga.
Dari atas pemuda ini menangkap isyarat bahwa gedung harus dikurung.
Wi Tok rupanya tak mau kebobolan.
Dan ketika bayangan orang-orang kang-ouw berkelebatan dan beberapa di antaranya bersembunyi di atas pohon, dua di antaranya di tempat pemuda ini maka tanpa ampun lagi Tan Hong bergerak dan merobohkan mereka.
"Tuk-tuk!"
Gerakan Tan Hong tak berhenti di sini.
Sadar bahwa empat pohon yang lain juga berisi manusia, kebetulan dia di tempat yang paling tinggi maka ketika tubuhnya menyambar lawan-lawanpun tak tahu datangnya bahaya.
Mereka terkejut ketika tahu-tahu diketuk, tengkuk terasa nyeri dan robohlah orang-orang ini di bawah serangan Tan Hong.
Putera Dewa Mata Keranjang ini memang lihai.
Dan ketika empat pohon itu penghuninya sudah dilumpuhkan, tinggal penjaga atau pengawal yang tak ada artinya maka Tan Hong berjungkir balik dan hingga di gedung itu tanpa suara.
Sepatu karetnya membantu hingga tak terdengar suara sedikitpun juga.
Yang langsung dicari tentu saja Kiok Eng.
Tan Hong membuka genteng dengan amat perlahan dan kebetulan sekali gadis itu di bawahnya.
Kiok Eng meringkuk dengan tubuh tertotok.
Malam semakin larut dan ia harus berhati- hati karena sedikit suara bisa membangunkan orang lain.
Sebelas nenek itu ada di luar kamar.
Maka ketika ia melayang turun dan sudah berdiri di depan gadis ini, Kiok Eng tersentak kaget maka Tan Hong menempelkan1062 telunjuk di depan mulut.
"Sstt....!"
Kiok Eng tak berkedip.
Tan Hong, pemuda yang dulu dirobohkannya bersama Wi Tok tahu-tahu ada di kamar ini.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pemuda itu bergerak amat hati-hati namun cekatan, tengkuknya diusap namun belum membebaskan totokan.
Pemuda itu bertanya dulu maukah gadis itu mendengarkan kata-katanya.
Dan ketika Kiok Eng mengangguk dan berkaca-kaca, perasaannya tiba-tiba terguncang oleh haru dan gembira maka Tan Hong bertanya apakah dia ingin mencari Wi Tok.
"Cukup mengangguk atau menggeleng, jangan bersuara. Apakah setelah bebas kau ingin menyerang lawanmu itu."
Kiok Eng mengangguk.
"Tidak boleh,"
Tan Hong menggeleng.
"Kalau kau mau menurut kata-kataku maka tunda dulu semua keinginanmu itu, Kiok Eng. Ibumu yang harus terlebih dulu dibawa, Wi Tok belakangan. Nah, setujukah kau dan maukah kau mendengarkan kata-kataku ini."
Gadis itu menangis.
"Tan Hong, kau mempertaruhkan nyawamu untukku?"
"Sst, jangan bertanya. Aku ingin jawabanmu maukah kau membawa ibumu dulu, Kiok Eng. Berbahaya mencari pemuda itu di saat seperti ini. Maukah kau menyelamatkan ibumu dulu."
"Aku mau."
"Bagus, kalau begitu maukah kau membantuku pula membakar gedung Liong-ongya. Kita memecah perhatian musuh agar pasukan Bu-goanswe dapat menyerbu.1063
"Aku mau!"
"Sst, jangan keras-keras. Kalau begitu kupercaya janjimu, Kiok Eng, dan sekarang kita mulai."
Tan Hong membebaskan totokan itu dan menutup wajahnya kembali.
Ketika ia turun maka topeng itupun dibukanya, hal ini agar Kiok Eng tahu, tidak menjerit.
Maka ketika ia menutup wajahnya dan Kiok Eng melompat maka gadis itupun membuka pintu kamar tapi untunglah secepat kilat Tan Hong menahan.
"Jangan bodoh, kita ke atas saja!"
Gadis ini tertegun. Akhirnya ia sadar dan mengikuti Tan Hong melayang naik. Bagai seekor burung saja keduanya meloncat ke atas genteng lagi. Dan ketika di sini Tan Hong memberi isyarat maka pemuda itu berkata bahwa agaknya Ceng Ceng di kamar sebelah.
"Ada isak tangis tertahan, ibumu rupanya di situ. Tengoklah dan bawa ia keluar, Kiok Eng, tapi hati-hati dan aku menjaga di sini."
Sekali lagi ia mengangguk.
Ia juga mendengar isak tangis itu dan mengenal bahwa itulah suara ibunya.
Ia terharu bukan main terhadap Tan Hong.
Dan ketika ia melompat dan turun ke bawah, kali ini di kamar lain maka benar saja ibunya duduk di situ, bersimpuh.
"Ibu.....!"
Ceng Ceng terkejut.
Ia menoleh dan tentu saja kaget melihat puterinya ini.
Ia putus asa tak dapat menolong puterinya itu.
Maka ketika Kiok Eng berkelebat dan tahu- tahu berdiri di depannya, berseru perlahan tiba-tiba ibu inipun melompat bangun dan balas berseru.
"Kiok Eng!"
Ibu dan anak berpelukan. Sungguh tak disangka anak1064 gadisnya tiba-tiba berada di situ, bukan main girangnya hati wanita ini. Tapi ketika Kiok Eng sadar dan mendorong tubuhnya maka gadis itu menariknya dan berseru perlahan.
"Kita keluar, ibu, jangan berisik. Tan Hong menolong kita!"
"Tan Hong?"
Wanita ini terkejut.
"Maksudmu putera Dewa Mata Keranjang itu?"
"Ya, dia, ibu. Kita akan melihatnya di atas!"
Ceng Ceng disendal dan melayang bersama puterinya ini.
Di atas gedung ia melihat sosok bayangan lelaki, tak dikenal karena Tan Hong berpakaian serba hitam, juga topengnya itu.
Tapi ketika pemuda ini menjura dan memberi hormat maka Ceng Ceng baru yakin bahwa pemuda ini adalah putera Dewa Mata Keranjang itu.
"Selamat malam, aku terpaksa berpakaian seperti ini, bibi. Kita bertiga harus cepat keluar dan menyelamatkan dirimu. Cepatlah, aku mengawal!"
Ceng Ceng sadar.
Kiok Eng menariknya lagi dan melayang turun.
Tapi ketika Tan Hong menyambar dan berkata bahwa perjalanan harus dilakukan dari pohon ke pohon, gadis ini mengangguk maka selanjutnya pemuda itulah yang mendahului dan menjadi penunjuk jalan.
Sebentar mereka sudah berkelebatan seperti iblis-iblis hitam dan cepat sekali Tan Hong memutari belakang istana.
Dari pohon ke pohon pemuda ini meloncat begitu ringannya, Ceng Ceng kagum.
Lalu ketika mereka melompati pagar istana dan melayang turun maka bagai seekor kijang betina Kiok Eng telah membawa lari ibunya menuju pintu gerbang, kali ini Tan Hong di belakang.
"Hati-hati, jangan terlihat musuh!"1065 Kiok Eng mengangguk. Tegang bahwa ibunya harus diselamatkan dulu maka gadis ini tak pernah melepaskan kantung bajunya. Betapapun beberapa penjaga memergoki mereka, disambar dan roboh oleh jarum- jarum hitam yang dibawanya. Dan ketika mereka sudah tiba di pintu sebelah timur maka dengan sekali jejakan Tan Hong dan gadis ini melayang naik begitu tinggi.
"Wut!"
Mereka sudah turun lagi di luar. Kiok Eng girang dan lega bahwa mereka sudah selamat. Tapi ketika ia bingung harus menuju ke mana maka Tan Hong berseru agar terus ke hutan di depan.
"Terus saja, antar ibumu memasuki hutan itu. Sekacang tugasku selesai, Kiok Eng. Bawa ibumu ke tempat Bu- goanswe, aku harus kembali!"
"Eh, tunggu, nanti dulu! Bukankah "kita akan membakar gedung Liong-ongya, Tan Hong, kenapa sendiri!"
"Aku merobah pikiranku, biarlah kauantarkan ibumu dulu. Kau boleh menyusul dan nanti kutunggu!"
"Tidak, kalau begitu aku juga kembali. Biar ibu sendiri!"
Tan Hong terkejut. Kiok Eng berseru dan mendorong ibunya agar ibunya lari sendiri, berkelebat dan mengejar dirinya. Lalu ketika ia tertegun dan berhenti maka Kiok Eng ikut berhenti, Ceng Ceng terbelalak di sana.
"Kiok Eng, ibumu harus diantar dulu. Jangan biarkan sendiri!"
"Di sini aman. Ibu dapat pergi sendiri, Tan Hong, lagi pula sependapat denganku untuk tidak membiarkanmu sendirian di tempat berbahaya. Nah, mari pergi dan cepat saja, lalu kita menyusul bu!"1066
"Benar, kalian berdua tak usah mengkhawatiri aku. Kalau di depan ada rombongan Bu-goanswe aku akan ke sana, Tan Hong. Pergilah dan kurestui!"
Ceng Ceng berseru, membuat Tan Hong terkejut tapi mukanya menjadi merah melihat sorot mata berseri-seri wanita itu.
Ceng Ceng tiba-tiba saja menjadi gembira melihat ia dan Kiok Eng berdua! Untunglah wajah pemuda ini tertutup topeng.
Lalu ketika Kiok Eng tersenyum dan melirik padanya gadis itupun berkelebat memasuki pintu gerbang.
"Nah, apalagi yang ditunggu, Tan Hong. Ibu menyuluh kita. Ayo bergerak dan hajar orang-orang itu!"
Pemuda ini berkelebat dan mengejar pula.
Setelah Ceng Ceng diselamatkan dan Kiok Eng begitu penuh semangat maka pemuda inipun jadi khawatir.
Ia berseru agar gadis itu tunduk perintah, dialah yang memimpin.
Dan ketika Kiok Eng tertawa berjungkir balik maka gadis inipun mengangguk, begitu penurut.
"Baik, kau telah menyelamatkan aku, Tan Hong, tak jelek laki-laki memimpin wanita. Ayolah, kau di depan!"
Tan Hong berdebar.
Tiba-tiba ia merasa betapa sikap Kiok Eng begitu jauh berbeda.
Ia tak tahu bahwa, gadis ini telah bertemu ayahnya, sadar dan diberi petuah- petuah baik oleh Sin-kun Bu-tek pula.
Maka ketika ia terheran-heran namun girang dan lega, iapun berjungkir balik dan kembali berada di dalam pintu gerbang maka ia pura-pura bertanya apakah gadis itu tak sakit hati membakar gedung Liong ongya.
"Sakit hati? Hi-hik, apanya yang dibuat sakit hati, Tan Hong. Tua bangka itu biar tahu rasa!" .
"Tapi kau pernah akrab dengannya, pangeran itu hendak mengambilmu sebagai isteri!"1067
"Hm, tak usah bicara itu. Dulu aku berpura-pura saja, Tan Hong, siapa sudi dengan tua bangka macam itu. Aku muak padanya!"
"Jadi kau tak mencintainya?"
"Cinta? Siapa bilang cinta?"
"Aku melihatmu sendiri begitu, kau mesra menyambutnya!"
"Eh!"
Gadis itu berhenti, tiba-tiba membalik.
"Kalau begitu kau lihat maka perasaanmu buta, Tan Hong. Siapa sudi dengan si tua bangka itu. Aku hanya menggodanya, aku ingin melepas sakit hatiku dengan caraku sendiri!"
"Jadi kau tidak mencintainya?"
"Siapa bilang begitu?"
"Dan...... dan Wi Tok itu?"
"Eh, jahanam itu lebih kubenci lagi, Tan Hong, kau tahu. Aku benci laki-laki yang suka mempermainkan wanita. Aku tidak jatuh cinta kepada siapapun juga. Nah, tak usah tanya lagi karena hatiku jadi sakit saja!"
Tan Hong terkejut.
Kiok Eng melompat lagi dan terdengar isak kecil.
Diam-diam mukanya merah dan gemetar.
Untunglah karena ia memakai topeng maka wajahnya tak kelihatan.
Dan ketika ia mengejar dan melihat gadis itu menangis, Tan Hong terharu maka ia menyambar lengan Kiok Eng berkata gemetar.
"Maafkan aku. Kalau pertanyaanku menyakitkan boleh kautampar aku, Kiok Eng, seperti dulu kau menamparku di Liang-san. Pukullah, aku tak akan menyingung- nyinggung lagi persoalan itu!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kiok Eng berhenti, tiba-tiba tertawa.
Aneh dan luar biasa gadis ini malah terkekeh melihat Tan Hong memberikan1068 mukanya.
Bukannya marah malah ia geli, sikap dan tutur kata pemuda itulah yang membuatnya geli! Maka ketika Tan Hong terheran dan kaget serta jengah, gadis ini disangka mengejeknya maka Kiok Eng berseru.
"Tan Hong, kau tidak waras. Siapa ingin menamparmu hanya untuk urusan seperti ini. Sudahlah, lain dulu lain sekarang. Justeru aku yang harus minta maaf telah menamparmu dulu. Nah, pukul aku kalau kau penasaran!"
"Hm!"
Pemuda ini geleng-geleng kepala.
"Sikapmu luar biasa dan tak gampang dimengerti, Kiok Eng, aneh benar kau ini. Siapa ingin memukulmu pula, aku tak dendam. Hanya aku merasa aneh bagai mana kau yang dulunya telengas dan keras kini tiba-tiba begitu lembut dan penuh perasa. Kau sudah berobah!"
"Aku berobah karena suasananya berobah pula. Ayo kita pergi atau kita masih saja bercakap-cakap di sini!"
"Nanti dulu. Kau, eh..... kau masih membenci ayahmu pula, Kiok Eng? Kau masih marah kepadanya dan juga kepada ayahku?"
Mendadak gudis ini berkaca-kaca. Tan Hong terkejut ketika Kiok Eng mengangkat lengannya. Ia mengira akan diserang. Tapi ketika lengan itu dipakai mengusap air mata, Kiok Eng menggeleng maka gadis ini tersedak berkata.
"Tidak, aku sudah bertemu ayah. Semua yang dulu-dulu sudah dihapuskan. Aku tak benci kepadanya dan tak benci pula kepada ayahmu, Tan Hong. Kalau tidak mana mungkin aku mau bersamamu."
"Bagus, kapan kau bertemu?"
"Rasanya tak tepat bicara ini. Kapan kita membakar gedung Liong-ongya."1069
"Benar, aku lupa. Maafkan, Kiok Eng, biarlah kita bicara nanti kalau sudah menghajar pemberontak-pemberontak itu. Mudah-muduhan aku selamat pula!"
Tan Hong berseru, tertawa menepuk kepalanya dan Kiok Engpun tersenyum.
Mereka segera teringat tugas.
Tapi ketika keduanya bergerak dan menuju gedung Liong-ongya tiba-tiba terlihat cahaya merah membubung tinggi disusul jerit dan pekik kaget yang amat menggetarkan.
"Kebakaran! Gedung Liong-ongya kebakaran.....!"
Tan Hong terkejut.
Ternyata rencananya sudah didahului orang lain.
Bersama itu terdengar teriakan pengawal dan bayangan-bayangan lain.
Di jalan mereka berlarian dan mengejar seseorang berbaju merah.
Dan ketika Tan Hong terkesiap melihat itu maka ia mengenal bahwa bayangan merah ini bukan lain Beng Li, dikejar dan dikepung banyak orang di mana satu di antaranya adalah Wi Tok! "Beng Li, menyerahlah.
Kau membakar gedung pamanku.
Berhenti!"
Tan Hong terkejut.
Beng Li, gadis itu berlari dan menyelinap ke sana-sini namun pengepung amatlah banyak.
Entah dari mana ia muncul dari arah istana, di kejar dan dibentak agar menyerah.
Dan karena di tangannya terdapat sebatang obor menyala, gadis inilah yang memhakar gedung Liong-ongya maka kemarahan pengejar tampak sekali.
"Hi-hik, ayo kejar aku!"
Gadis itu menantang.
"Kalian boleh tangkap dan robohkan aku, Wi Tok, tapi jangan harap aku menyerah. Ayo, siapa ingin mendapat hadiah ini...... bull!"
Gadis itu menyulut selembar kain, melempar dan mengarahkannya kepada pengejar namun tidak berhenti di sini saja.
Sambil berlari ia menyambar apa1070 saja di sepanjang jalan, bambu atau kayu-kayu kering di mana semua itu dilempar atau dibuang ke belakang.
Musuh mengelak tapi api jatuh di tempat kering, bahkan atap rumah dan terjadi ke bakaran lagi di dua tiga tempat.
Lalu ketika ia terkekeh-kekeh sementara Wi Tok menjadi marah bukan main, membentak dan melepas benda-benda hitam maka gadis itu menjerit dan terjungkal roboh.
"Kita harus menolong!"
Tan Hong tak dapat menahan diri lagi.
"Selamatkan dan bawa Beng Li ke tempat aman, Kiok Eng, biar kuserang Wi Tok kualihkan perhatiannya!"
Kiok Eng mengangguk berkelebat ke kiri.
Melihat Wi Tok sebenarnya ia ingin menerjang saja.
Tapi karena Tan Hong sudah memerintahnya dan harus menyelamatkan Beng Li, itulah adiknya satu ayah maka ia melepas jarum-jarum hitamnya membuat pengejar di belakang menjerit dan terkesiap.
Dan ketika Tan Hong menyambar bagai seekor burung garuda, menghantam punggung pemuda itu maka Wi Tok sendiri terkejut oleh deru pukulan dingin di belakangnya.
"Dukk!"
Tan Hong berjungkir balik. Wi Tok terbanting dan bergulingan dengan kaget sekali. Ia tak tahu siapa musuhnya ini. Tapi ketika ia melompat bangun melihat lawan bertopeng, tentu saja marah maka Kiok Eng menyambar dan menyelamatkan Beng Li.
"Heiii, itu Kiok Eng!"
Gadis ini memang tak mempergunakan kedok.
Di antara cahaya api yang kemerah-merahan iapun mudah dikenal.
Sebelumnya di kota raja ia adalah bintang pelaku, apalagi setelah dekat dengan Liong-ongya dan didesas- desuskan menjadi kekasihnya.
Maka ketika ia mengibas1071 dan orang-orang itu berteriak, mengenalnya maka Wi Tok terkejut untuk kedua kalinya dan melihat gadis itu berkelebat melarikan diri, menyelinap di samping rumah penduduk.
"Keparat!"
Pemuda ini menjadi marah.
"Kalian melepaskan gadis itu, May-may, kalian harus bertanggung jawab dan mana kesanggupan kalian. Dan kau...!"
Pemuda ini menubruk Tan Hong.
"Siapa kau, tikus busuk. Menyerahlah atau kau mampus!"
Tan Hong mengelak dan menjauhkan diri.
Melihat Kiok Eng menghilang membawa Beng Li tentu saja ia lega, tugasnya hanya menghalangi murid Siang Lun Mogal ini.
Maka ketika Wi Tok marah dan menerjangnya, memaki- maki iapun tiba-tiba tertawa dan melompat ke kanan, berlawanan dengan Kiok Eng.
"Kejarlah, kau boleh tangkap aku kalau bisa, Wi Tok. Tak usah berkaok-kaok atau kau yang akan kurobohkan!"
"Kau...?!"
Wi Tok mengenal suara ini.
"Keparat, kau kiranya, Tan Hong, bedebah terkutuk. Mana ayahmu yang pengecut itu!"
Akan tetapi Tan Hong tidak melayani pemuda ini.
Ia telah menyelidiki kota raja dan tahu tempat-tempat strategis, setelah kemudian melihat bayangan Kiok Eng dan menolong gadis itu.
Dan ketika ia dikejar tapi berkelit dan melarikan diri, di utara dan selatan juga terjadi kebakaran maka pengawal memberi tahu bahwa di mana-mana terjadi kebakaran.
"Dua orang kami kejar dan melarikan diri. Mereka pemuda-pemudi asing, pangeran. Mohon bantuan untuk cepat meringkusnya!"
"Bodoh, tolol goblok! Tidakkah kalian lihat apa yang1072 kukerjakan di sini, kerbau-kerbau dungu. Ayo kalian tangkap dan kejar pemuda itu. Diapun penting, itu putera Dewa Mata Keranjang. Mana suhu, mana yang lain-lain suruh mereka keluar!"
"Kami di sini!"
Dua bayangan berkelebat.
"Kami telah mendengar dan melihat kekacauan ini, Wi Tok. Jangan khawatir serahkan pemuda itu untuk kami tangkap! Siang-ang-boh-tan muncul. Kakak beradik ini berpakaian awut-awutan dan tampak tergesa-gesa. Mereka sedang bermain cinta dengan seorang pangeran muda belia ketika tiba-tiba terjadi kegemparan itu. Gedung Liong- ongya terbakar. Dan ketika mereka keluar dan menyambar pakaian seadanya, gerakan sedikit teler bekas minum anggur birahi maka Siu Lin terkekeh-kekeh dengan mulu! bau minuman keras, mencabut pedang dengan langkah bergoyang.
"Ayo, mana musuh kami. He, jangan lari!"
Wi Tok merah padam.
Orang kedua dari Siang-ang-boh- tan ini mabok dengan pedang diputar-putar tak keruan, bau arak begitu keras.
Dan ketika ia mengejar Tan Hong namun yang ditubruk adalah seorang pengawal, dibabat dan tentu saja berteriak maka Wi Tok menampar tengkuk gadis ini agar segera sadar.
Tan Hong lenyap dan berlindung di balik seliwernya para pengawal.
"Bodoh, yang kauserang bukan orang lain. He, atur adikmu agar tak teler, Siu Hwa. Mana Hung-wangwe dan kawan-kawan!"
"Kami di sini!"
Serombongan orang muncul.
"Kami mengejar pengacau, pangeran. Ada yang lain lagi yang berpakaian putih-putih!"
"Dan seorang kakek membuka pintu gerbang. Sebelah1073 utara bobol!"
Wi Tok terkejut.
Berkelebat bayangan-bayangan lain dan itulah nenek May-may dan kawan-kawan.
Melihat nenek ini kemarahan Wi Tok meluap.
Ia memaki nenek-nenek itu kenapa Kiok Eng lolos.
Dan ketika May-may dan kawan-kawannya tertegun, saat itulah terdengar sorak- sorai di utara maka barisan musuh datang menerjang mereka.
Kagetlah pemuda ini.
Ia segera mendengar pecahnya pertempuran di gerbang utara.
Dan belum ia hilang kagetnya terdengar pula bahwa pintu gerbang timur jebol.
"Bu-goanswe menyerbu dengan pasukannya. Utara dan timur porak-poranda!"
"Mana Liong-ongya, mana pamanku. Dia yang mengatur pasukan!"
"Kami tak tahu, harap puduka mencari!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Marah sekali pemuda ini.
Waktu itu sudah menjelang pagi dan lamat-lamat langit sebelah timur kemerah- merahan.
Api yang membakar gedung lebih merah lagi dibanding langit sebelah timur itu.
Dan karena Tan Hong lenyap melarikan diri dan Wi Tok tak mampu menemukan, saat itu kepanikan benar-benar melanda mereka maka kota raja sudah diserbu dan pintu utara serta timur jebol.
Tan Hong yang sudah berada di tempat lain mencari Kiok Eng juga terkejut melihat ini.
Ada sesuatu yang rupanya mendesak Bu-gounswe untuk melancarkan serangan kilat, padahal dia belum melepaskan panah apinya.
Dan ketika akhirnya ia menemukan Kiok Eng di sebuah kuil tua, Beng Li rebah di lantai maka pemuda ini terkejut1074 melihat wajah gadis itu memucat.
"la terkena pelor Wi Tok, punggungnya luka. Bantu aku sebentar membebat luka ini, Tan Hong. Apa yang terjadi di luar kenapa begitu ramai."
"Bu-goanswe menyerbu, pasukan pemberontak kocar- kacir!"
"Bagus, biar mereka mampus. Tolong bantu aku agar Beng Li dapat duduk!"
Tan Hong bergerak cepat.
Di punggung gadis ini ternyata terdapat dua luka bulat bekas timpukan pelor besi.
Itulah senjata rahasia yang dilemparkan Wi Tok dan mengenai gadis ini, satu di antaranya melesak cukup dalam hingga Beng Li roboh.
Tapi ketika Tan Hong menotok dan membantunya cepat, mengeluarkan bebat dan obat luka maka Beng Li mengeluh menanyakan dua temannya.
"Mana Franky dan adiknya. Mereka juga membakar gedung."
"Aku belum melihat mereka, Beng Li, sebentar lagi kucari. Agaknya kau harus bersembunyi dulu di sini sampai kami datang lagi."
"Tidak, aku masih dapat bertanding lagi. Jahanam Wi Tok itu!"
"Tidak, kau di sini. Ada tugas untukmu Beng Li, melindungi dan menjaga seseorang!"
"Siapa dia!"
"Kuambil sebentar!"
Tan Hong lenyap dan berkelebat keluar. Kiok Eng berseru memanggil temannya akan tetapi pemuda itu sudah pergi. Namun ketika tak lama kemudian datang lagi ternyata pemuda ini membawa Kui-hwa.1075
"Dia? Keparat!"
Kiok Eng meloncat dan tiba-tiba meledak.
"Pelacur ini tak perlu dilindungi, Tan Hong, biar saja ia mampus..... plak-plak!"
Kiok Eng melepas tamparan dua kali hingga pelayan itu menjerit.
Kui-hwa roboh terpelanting akan tetapi Tan Hong cepat mengangkatnya bangun.
Dan ketika gadis itu tersedu- sedu sementara Tan Hong menghadapi temannya maka pemuda ini buru-buru berkata bahwa gadis itu penting.
"Kui-hwa dapat menunjukkan kepada kita di mana Sam- taijin dan putera mahkota bersembunyi, jangan sakiti dia. Sudahlah ia cukup menderita dan perlu dikasihani."
"Bah, menyebalkan. Gadis seperti ini tak ada harganya, Tan Hong, setelah mengkhianati majikannya ia dapat mengkhianati orang lain pula. Kita bunuh saja!"
"Tidak, jangan. Ia urusanku, Kiok Eng, jangan diganggu. Ia telah berjanji untuk menunjukkan tempat itu. Ia telah sadar!"
Lalu memberikan gadis itu kepada Beng Li pemuda ini berkata.
"Sementara ini kutitipkan dulu, aku hendak melihat keluar sebentar. Aku dan Kiok Eng akan melihat keadaan!"
Beng Li mengangguk.
Tan Hong telah melepas pakaian hitam-hitamnya mengenakan pakaiannya sendiri, juga melepas topeng sewaktu ia mengambil Kui-hwa.
Gadis itu pingsan disembunyikan di suatu tempat dan kini ia datang menitipkan itu.
Dan ketika menyambar Kiok Eng agar tak marah-marah lagi, mereka perlu melihat keadaan maka gadis inipun mau juga diajak keluar.
"Kita melihat ke arah timur dan utara, juga mencari Franky dan adiknya!"
"Kalau begitu berpencar saja. Kau ke timur, Tan Hong, aku utara!"1076
"Baiklah,"
Dan ketika keduanya berpisah dan melepaskan diri maka Tan Hong melihat betapa dua dari empat pintu gerbang kota raja diserbu.
Seribu orang menyerang kaum pemberontak, penduduk menjadi panik dan bersembunyi di kolong tempat tidur sementara pasukan bertempur dengan gagahnya.
Bu-goanswe berada di atas kudanya menerjang ganas, membentak dan menggerakkan golok lebarnya membabat lawan.
Siapapun yang ada di depan pasti roboh.
Dan ketika di belakang jenderal ini tampak membayang-bayangi seorang lelaki dengan gerakannya yang luar biasa cepat, menangkis dan mementalkan semua panah yang menyambar jenderal itu maka Tan Hong tertegun karena itulah Fang Fang, suhengnya! Bukan main girangnya pemuda ini.
Merasa bahwa kedudukannya bertambah kuat maka kembalilah ia ke kuil tua.
Beng Li terkejut mendengar laporan itu.
Dan ketika ia diminta bergabung di sana, Tan Hong melindungi maka Kui-hwa disambar pemuda ini dipondong di atas pundaknya.
"Kau berlindung saja di belakang ayahmu, aku dan Kui- hwa akan mencari putera mahkota. Mari kuantar, cepat!"
Gadis ini bergerak tergesa-gesa.
Gugup dan gembira mendengar ayahnya tak ayal lagi Beng Lipun melupakan sakitnya.
Sesungguhnya ia masih harus beristirahat menjaga punggungnya itu, satu di antara dua senjata rahasia membuat punggungnya nyeri.
Tapi ketika mereka melompat dan keluar kuil ternyata Hung-wangwe dan puluhan orang mengepung, termasuk dua kakak beradik Siang-ang-boh-tan.
"Hi-hik, nikmat sekali. Rupanya kau sudah mendapatkan kekasih barumu, Kui-hwa. Aduh, mesra benar!"1077
"Dan pemuda ini putera Dewa Mata Keranjang. Tangkap, serang dia!"
Tan Hong terkejut.
Dia tak tahu bahwa Wi Tok memecah pembantunya ke delapan penjuru kota raja, kebetulan Hung-wangwe dan orang-orangnya ini berada di situ dan curiga karena lampu kuil masih terang-benderang, padahal rumah-rumah penduduk dipadamkan apinya dan semua masuk ke kolong.
Maka curiga dan berhenti di situ, mengamati ke dalam maka kebetulan sekali pemuda itu keluar dan malah membawa Kui-hwa, juga Beng Li! Segera mereka diserang.
Tan Hong terkejut karena jarum-jarum hitam tiba-tiba saja menyambarnya dari dua gadis cantik itu.
Ia menangkis dan mengebut runtuh.
Tapi karena Hung-wangwe dan ka wan-kawannya meloncat maju, huncwe di tangan hartawan itu menotok lututnya maka berturut-turut para pembantu hartawan ini melakukan serangan cepat yang membuat Tan Hong mengibas dan berseru keras.
"Pergilah!"
Orang-orang itu terdorong.
Pukulan angin dingin menyambar mereka karena itulah Im-bian-kun yang dilakukan Tan Hong sekuat tenaga.
Empat di antaranya terjungkal.
Namun karena ia harus melindungi gadis itu sementara Beng Li berteriak oleh sapuan senjata, betapapun gadis baju merah ini sedang terluka maka Tan Hong tak mau berpikir panjang dan tiba-tiba berkelebat mempergunakan Sin-bian Gin-kangnya, ilmu meringankan tubuh Kapas Sukti.
"Mundur!"
Bentakan dan serangan pemuda ini hebat sekali.
Bayangan Tan Hong berkelebat bagai kilat menyambar dan tangan kirinya menampar tujuh orang di depan.1078 Mereka kalah cepat dan berteriak, roboh terbanting.
Lalu ketika pemuda ini menyambar Beng Li dan menyendal gadis itu dibawa naik maka Tan Hong sudah melewati kepala orang-orang ini membuat kaget Hung-wangwe dan kawan-kawan.
"Heii, cegat. Jangan sampai lolos!"
Akan tetapi sepasang kakak beradik Seruni Merah kagum.
Mereka berkelebat dan meninggalkan rombongan Hung ang-we untuk menuju samping kuil.
Tan Hong memang sejenak kehilangan lawannya ini karena Siu Hwa maupun Siu Lin bekerja sendiri-sendiri.
Melihat Tan Hong memanggul Kui-hwa tiba-tiba saja kakak beradik itu cemburu.
Aneh mereka ini.
Maka ketika Tun Hong melewati kepala semua orang dan berada di luar kuil, saat itulah Siang-ang-boh-tan bergerak maka belasan jarum beracun kembali menyambar.
"Tan Hong, serahkan saja dirimu baik-baik, kami akan memintakan ampun untukmu!"
Tan Hong terkejut.
Ia melayang turun ketika dua gadis ini tahu-tahu berkelebat di samping kanan tubuhnya.
Mereka rupanya sudah berada di situ dulu, mencegat.
Dan karena jarum-jarum mereka berbahaya sekali untuk diterima, apalagi menyambar Kui-hwa yang tak bisa apa- apa maka Tan Hong membuka mulutnya dan .......
meniup runtuh jarum-jarum itu, tangan dan kaki tak dapat digunakan karena melayang turun.
"Wushh!"
Semua jarum terpental.
Kakak beradik itu semakin kagum tapi juga marah.
Dua kali serangan mereka digagalkan.
Dan karena mereka sudah mencabut pedang dan membabat kaki pemuda ini, Tan Hong mengerahkan sinkangnya maka dua pedang terpental bertemu kaki1079 pemuda ini yang seperti besi.
"Tang-tang!" 'Kepandaian Tan Hong berimbang dengan Wi Tok. Dua gadis itu harus bekerja keras ketika dulu bertanding melawan murid Siong Lun Mogal itu. Maka ketika kini mereka harus menghadapi Tan Hong dan putera Dewa Mata Keranjang ini tak kalah dengan Wi Tok, bahkan memiliki kelebihan khusus yakni ketenangannya maka dua gadis itu terhuyung dan membelalakkan mata melihat pedang tak mampu melukai pemuda itu.
"Bunuh dia, robohkan!"
Tan Hong marah.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia harus melindungi Beng Li dan Kui- hwa dalam saat bersamaan.
Kalau saja Beng Li tak terluka dan dapat melayani musuh maka dia dapat sedikit enteng.
Kini dia harus melindungi kcdua-duanya, bagaimana tidak repot.
Maka ketika dia mengelak dan bergerak kiri kanan, terutama Kui-hwa yang menjerit setiap pedang menyambar maka saat itu Hung-wangwe dan kawan-kawan keluar lagi, mengejar mereka.
"Ha-ha, bagus, tak dapat lari. Eh, yang baju merah itu tak boleh dibunuh, Siu Hwa. Ini pesan khusus Wi-ongya. Dia harus ditangkap hidup-hidup!"
"Huh, kalau begitu pemuda inipun jangan dibunuh. Robohkan ia agar dapat menjadi milik kami!"
Hung-wangwe tertawa bergelak.
Ia telah berkenalan dan tinggal di istana selama beberapa hari.
Apa yang terjadi dan dilihat di situ membuat hartawan ini terbelalak.
Betapa bobroknya kehidupan di situ.
Maka ketika seruan itu dilontarkan agar Tan Hong ditangkap hidup-hidup, sebaliknya gadis baju merah itu juga tak usah dibunuh maka hartawan yang ngilar dan terpengaruh oleh tindak-1080 tanduk Wi Tok ini tertawa serak.
Sudah lama iapun mengincar kakak beradik ini, ingin bergaul lebih intim! "Ha-ha, boleh.
Tapi kalian harus membayar bunga, Siu Hwa.
Kalau pemuda ini tertangkap kalian harus menyambut cintaku pula.
Bagaimana, setuju atau tidak!"
"Tua bangka tak tahu diri. Kau harus mengaca dirimu, wangwe, berapa usiamu. Cis, kakek enampuluhan tahun kok ingin bermain-main dengan kami. Di dunia ini masih tidak kekurangan pemuda!"
"Kalau begitu pemuda ini akan kubunuh, kalian tak dapat menikmati!"
"Heh, dan gadis baju merah inipun akan kuhabisi. Hayo, kau pilih yang mana, kakek busuk. Kami atau mereka!"
Hung-wangwe terkekeh-kekeh.
Tiba-tiba saja ia berseru pada bawahannya agar menjaga gadis baju merah itu dari sambaran pedang kakak beradik.
Hung-wangwe memilih gadis itu harus diselamatkan sementara Tan Hong dibunuh.
Dan ketika huncwenya menangkis terpental pedang Siu Lin dan Siu Hwa, menyelamatkan Beng Li maka Seruni Merah itu melotot sementara diam- diam Tan Hong girang sekali.
"Kau melindungi siluman betina ini? Kau berani menangkis pedangku?"
"Ha-ha, ini perintah Wi Tok, nona-nona, lebih berharga daripada apapun. Aku akan memperoleh hadiah. Kalian tak boleh membunuhnya karena ia harus ditangkap hidup-hidup!"
"Kalau begitu kamipun akan melindungi pemuda ini. Ia milik kami..... crang crangg!"
Dan huncwe yang kali ini ditangkis sepasang pedang membuat serangan Hung- wangwe terhadap Tan Hong gagal, membuut muka1081 hartawan itu merah dan menghamburlah umpat dan caci dari mulut lelaki itu.
Siang-ang-boh-tan ternyata melindungi Tan Hong.
Namun ketika hartawan itu maju lagi dibantu para pembantunya, ada empat puluh orang mengeroyok di sini maka Tan Hong mengeluh tak dapat melepaskan diri.
Sebenarnya, kalau ia ingin selamat maka secepatnya saja melempar Kui-hwa.
Gadis pelayan itulah yang merepotkannya hingga membuat ia sibuk.
Tapi karena gadis inilah yang tahu persembunyian Sam-taijin, paling tidak merupakan kunci untuk menemukan di manakah kamar rahasia di dapur belakang maka ia tak mungkin melepaskan gadis ini karena ditemukannya Sam-taijin adalah hal penting, apalagi bersama putera mahkota.
Tan Hong adalah pemuda lembut yang pada dasarnya berwatak mulia.
Seandainya tak ada urusan Sam- taijinpun pasti ia melindungi gadis ini mati-matian.
Maka ketika ia menggerakkan tangannya berulang-ulang menghalau semua serangan lawan adalah Beng Li yang terhuyung jatuh bangun membuat Tan Hong semakin khawatir.
Pertengkaran di antara Hung-wangwe dan dua gadis cabul sejenak menggirangkan hatinya, meskipun diam- diam pemuda ini menjadi merah oleh malu dan marah.
Beng Li juga pedas mukanya mendengar kata-kata tak tahu malu itu.
Betapa cabulnya mereka, enak saja bicara kotor dan tak tahu sopan.
Tapi ketika rombongan Hung- wangwe menjadi lebih kuat karena berjumlah lebih banyak, bukan hanya hartawan itu saja yang menangkis melainkan juga anak buahnya maka Sepasang Seruni Merah ini menjadi kewalahan dan kegusaranpun memuncak.
"Tua bangka, kau tak mau melepaskan pemuda ini?"
Siu1082 Lin membentak.
"Heh-heh, ia tak perlu dibiarkan hidup. Kalau kalian mau melayani aku pula maka pemuda itu kulepaskan, Siu Lin, dan gadis baju merah ini harus juga ditangkap hidup- hidup. Bagaimana, mau atau tidak!"
Terpaksa terjadi perdebatan di antara kakak beradik ini.
Akhirnya Siu Hwa setuju namun Siu Lin menolak.
Sang adik tak sudi karena tua bangka itu menyebalkan hatinya.
Dan ketika sang kakak mendesak sementara gadis itu menjadi marah maka Siu Lin membentak kakaknya agar kakaknya saja yang maju.
"Tak usah memaksa-maksa. Kalau kau mau biar kau saja yang melayani tua bangka itu, cici. Sekarang terserah atau kita bunuh orang-orang ini!"
Siu Hwa tersenyum. Akhirnya ia mengangguk tertawa geli, setuju dan membuat Hung-wangwe begitu girang mendapat lampu hijau. Dan ketika serangan terhadap Tan Hong diperlonggar maka gadis itu berseru.
"Baiklah, aku menerima permintaanmu, wangwe, tapi syaratnya jangan sampai ia terluka. Dan kau nomor dua, pemuda ini menjadi kekasihku dulu!"
"Ha-ha, beres. Asal kau setuju akupun tak banyak menawar, Siu Hwa. Boleh kita bertukar musuh dan kami akan menangkap pemuda ini hidup-hidup!"
Akan tetapi hal itu membuat Tan Hong girang.
Begitu tekanan diperlonggar dan ia sedikit lega maka tak ampun pukulannya membuat para pembantu Hung-wangwe terpelanting.
Mereka berteriak disambar Pek-in-kang (Pukulan Awan Putih) Lalu ketika Tan Hong berkelebatan menampar sana-sini maka orang-orang ini jatuh bergulingan membuat Hung-wangwe terkejut, semakin1083 terkejut lagi ketika tiba-tiba sesosok bayangan berkelebat dan masuk ke arena pertandingan.
Seorang wanita cantik yang usianya limapuluhan tahun, gagah dan mempergunakan pedang! "Jangan takut, akan kuhajar tikus-tikus busuk ini, Tan Hong.
Ayo keluar dan lihat ibumu datang!"
"Ibu....!"
Tan Hong girang bukan main.
"Terima gadis ini dan biar kuhajar mereka!"
Kiranya yang datang adalah Mien Nio, isteri Dewa Mata Keranjang.
Gelisah dan khawatir puteranya mendapat tugas berat maka wanita ini menyerbu ke dalam begitu pasukan Bu-goanswe bergerak.
Yang pertama dicari tentu saja puteranya itu, siapa tak sayang kepada putera tunggal.
Maka ketika dia melihat puteranya dikeroyok dan Tan Hong tampak repot kontan saja wanita ini menerjang.
Dan begitu ia bergerak lima orangpun menjerit terluka, roboh! Kagetlah Hung-wangwe dan teman-temannya ini.
Siu Hwa dan Siu Lin yang semula menaruh harapan mendadak marah sekali.
Tapi sebelum mereka bergerak maka Tan Hong melempar gadis pelayan itu kepada ibunya, berkelebat dan kini dengan bebasnya ia menyambar orang-orang ini.
Kaki tangannya bergerak dan sembilan orang terpelanting.
Tan Hong mempergunakan kaki tangannya saja akan tetapi hasilnya tak kalah dengan senjata.
Hanya karena ia mengendalikan tenaganya saja orang-orang itu tak sampai tewas, mereka terjengkang dan roboh pingsan.
Dan ketika perobahan ini membuat lawan menjadi pucat, Tan Hong berkelebat ke arah kakak beradik itu maka pemuda ini membentak agar dua gadis itu menyerah.
"Kalian membantu pemberontak, menyerahlah atau aku1084 merobohkan kalian!"
Siu Hwa dan Siu Lin pucat.
Setelah pemuda ini tak direpotkan Kui-hwa maka mereka menjadi gentar.
Tadi membawa gadis pelayan itu saja putera Dewa Mata Keranjang ini sulit dirobohkan, apalagi sekarang.
Maka ketika pedang mereka menangkis namun terpental dan hampir mencelat dari tangan maka dua gadis itu melempar tubuh ketika totokan Tan Hong menyambar pundak.
"Aiihhhh......!"
Mereka bergulingan.
Dikejar dan memutar pedang dengan rapat kakak beradik ini melindungi diri.
Untunglah, Hung-wangwe yang tergila-gila kepada mereka tak membiarkan Tan Hong mengejar terus, hartawan ini membentak dan Tan Hong menangkis huncwe.
Lalu ketika huncwe mencelat dan terlepas dari tangan laki-laki ini maka Hung-wangwe ganti melempar tubuh dan berteriak keras.
"Aduh....!"
Pembantunya menyerbu.
Membalik dan dihujani senjata Tan Hong mengerahkan sinkang.
Semua senjata terpental dan patah-patah.
Dan karena sang ibu juga berkelebatan dan menerjang mereka, kacaulah orang- orang ini maka tak ayal mereka memutar tubuh dan melarikan diri.
Siu Hwa dan Siu Lin lebih dulu memelopori! "Jangan lari, terima dulu hajaran kalian!"
Beng Li, yang marah dan benci kepada kakak beradik itu menimpuk dua butir batu hitam.
Ia malu dan jengah sekali olehkata- kata kotor kakak beradik itu.
Tapi ketika mereka menangkis dan batu hancur bertemu pedang maka gadis yang sebenarnya masih terluka ini tak dapat1085 melampiaskan marahnya dan Tan Hong berseru pada ibunya agar melindungi Beng Li.
"Tak usuh dikejar, kita masuk ke gedung Sam-taijin!"
"Apa, bertiga saja?"
"Tak usah khawatir, istana sedang kacau, ibu. Musuh menyambut Bu-goanswe. Mari masuk dan kita temukan putera mahkota."
"Siapa gadis ini!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kui-hwa, bekas pelayan Sam-taijin. Ialah yang dapat membawa kita menemukan putera mahkota."
"Hm!"
Dan Mien Nio yang tak banyak mengikuti puteranya lalu menuju ke gedung Sam-taijin mencari putera mahkota.
Akan tetapi perhitungan Tan Hong meleset.
Justeru di tempat ini berkumpul Siang Lun Mogal dan kawan- kawan, termasuk sebelas nenek lihai May-may dan lain- lainnya itu.
Serbuan Bu-goanswe diserahkan Couw Yang-goanswe yang cepat mendapat perintah Liong- ongya untuk menahan.
Kakek dan nenek-nenek lihai itu justeru di sini, di tempat di mana kunci berharga harus ditemukan, Sam-taijin dan putera mahkota itu.
Maka ketika Tan Hong terkejut karena di dalam gedung berkumpul kakek dan nenek-nenek itu, Siang Lun Mogul meram-melek duduk bersila maka tiga kakek lain yang tampaknya juga lihai dan berkesan kejam mondar-mandir mengelilingi gedung itu.
Inilah Wei-ho Sam-eng atau Tiga Elang dari Wei-ho! Tan Hong tertegun.
Segera dia menjadi bingung dan gelisah.
Bagaimana dia menyerbu kalau di situ ada kakek gundul itu? Dan ketika ia bersembunyi dan mengintai ke depan maka muncullah Wi Tok dengan tubuh dan muka1086 kotor, disusul laki-laki berpakaian indah yang tampak ter gesa-gesa.
Liong-ongya! Tan Hong tak tahu apa yang dibicarakan mereka namun Siang Lun Mogal mengangguk-angguk.
Dan ketika kakek ini tertawa dan bangkit berdiri tahu-tahu ia berkelebat menghilang dan sudah berada di depan pemuda ini!
Jilid XXX "HEH-HEH!"
Tan Hong kaget bukan main.
"Kau di sini, anak muda? Kau mengintai kami? Menyerahlah, atau kau mampus!"
Tangan itu terjulur maju dan tahu-tahu mencengkeram pundak Tan Hong.
Demikian cepat gerakan ini namun untunglah Tan Hong bergerak lebih cepat lagi.
Melihat kakek itu pemuda ini sudah mundur selangkah, siap membalik dan memutar tubuh.
Namun karena lawan adalah tokoh tua yang amat lihai, kakek itupun juga bergerak dan maju mengikuti maka pundak pemuda ini tetap dikejar dan sekali kena tentu remuk.
Jari-jari itu berkerotok! "Dukk!"
Terpaksa Tan Hong menangkis dan ia terbanting.
Pemuda ini bergulingan meloncat bangun namun kakek itu mengejar, ia menangkis dan terlempar lagi namun saat itu terdengarlah bentakan ibunya.
Mien Nio mencabut pedang dan tentu saja tak membiarkan puteranya dikejar lawan.
Tapi ketika nyonya itu membacok dan mental bertemu tubuh yang atos seperti karet, Siang Lun Mogal tertegun dan membelalakkan mata maka Tan Hong melompat bangun melihat bayangan-bayangan lain berkelebatan keluar, gugup.
"Ibu, biarkan kakek ini kuhadapi. Mundurlah, bawa Kui-1087 hwa menjauh dan mana gadis itu!"
"Heh-heh, ibu dan anak kiranya sama-sama berkumpul. Bagus, mana suamimu pula, hujin. Mana Dewa Mata Keranjang. Suruh ia keluar dan kutangkap sekalian!"
Tan Hong menerjang kakek ini.
Ia telah bersiap dan menyambar sebatang tongkat pendek, tertawa dan bertubi-tubi menyerang kakek itu dengan gerakan aneh.
Tongkat dipukulkan kekepala sendiri namun mental menghantam kepala kakek itu, menggebuk pantat akan tetapi menyambar perut lawan.
Lalu ketika bertubi-tubi gerakan aneh dipertunjukkan pemuda ini sementara tongkat selalu menyambar lawan, inilah Silat Tongkat Merayu Dewi maka tawa dan senyum lebar pemuda itu membuat lawan tertegun dan heran serta kaget juga mendongkol.
Pemuda itu seakan mengajak lawan untuk tertawa dan melawak.
"Ha-ha, mari menari-nari sebentar. Aku dan kau pantas mengibing, Siang Lun Mogal. Goyangmu tentu yahud dan mengesankan sekali. Ayolah, menari..., kita berdua menari!"
Kakek ini sadar.
Setelah tujuh delapan kali ia mengelak serangan tongkat yang amat berbahaya, yang meliuk dan naik turun seakan mengajaknya berlenggak-lenggok maka segera ia maklum bahwa anak muda ini tidak mengajaknya mengibing (tari).
Bagaimana mau mengibing kalau tiba-tiba ujung tongkat yang menari-nari itu tahu-tahu menusuk biji matanya dengan cepat, atau menusuk bawah perutnya dengan sodokan mematikan.
Dan karena semua itu dilakukan dengan tawa dan sikap gembira, orang mudah terbawa oleh gerak-gerik dan sikap pemuda ini maka maklumlah kakek itu bahwa daya sedot dari ilmu silat ini adalah tawa dan mimik muka yang1088 berseri-seri itu, senyum lebar yang akan membuat orang lengah sementara ujung tongkat tahu-tahu bisa menghajar kepala.
Maka tertawa bergelak dan sadar akan kelihaian pemuda ini, itulah jurus simpanan Tan Hong menghadapi lawan yang di atas dirinya segera kakek ini terkekeh-kekeh dan mimik atau tawa gembira pemuda itu disambutnya bentakan.
Pengaruh tawa atau senyum pemuda itu lenyap tak berbekas.
"Heh, bocah ingusan tak tahu diri. aku tua bangka yang tak suka mengibing, anak muda, justeru menginginkan kau yang menari-nari dan mengibing. Berhentilah, dan sekarang ikuti gerakanku merobah tongkatmu!"
Luar biasa sekali, Tan Hong tahu-tahu berseru kaget.
Tongkat yang diputar dan tawa yang gembira tiba-tiba lenyap digantikan bentakan kakek itu.
Kakek ini mengeluarkan gerak aneh dengan tangannya dan tiba- tiba serangkum angin dingin menggulung gerakan tongkat di tangan Tan Hong.
Pemuda itu merasa betapa tongkatnya tiba-tiba berputar arah, didorong atau dikuasai angin bergulung yang keluar dari gerakan si kakek.
Lalu ketika ia terkejut tongkatnya tak mampu dikendalikan maka saat itulah tubuhnyu berputar dan tahu-tahu mengikuti seruan atau tawa kakek ini.
"Nah, menari, goyang yang yahud. Bagus pukulkan tongkat ke kepalamu dan hajar pundak atau lenganmu itu!"
Tan Hong berteriak pucat.
Senjatanya membalik dan tahu-tahu menghantam kepalanya sendiri, menari tanpa dapat dicegah dan menghajar bagian-bagian lain tubuhnya, bahu dan pangkal lengan.
Dan ketika selanjutnya tongkat itu melejit dan mengemplang sana- sini, menghajar dirinya sendiri sementara ia berkutat mempertahankan diri maka pemuda ini jadi lucu karena1089 berjingkrak dan berteriak-teriak oleh tongkat yang mematuk dan "menggigit"
Dirinya sendiri.
Terkekehlah kakek itu.
Inilah Hoat-lek-kim-ciong-ko yang dikerahkan di tangan kanannya.
Angin dingin yang keluar dari tangannya itu membuyarkan pengaruh silat tongkat, bahkan menghantam dan menguasai gerakan lawan, mengacaunya.
Lalu ketika pemuda itu sibuk melindungi diri, berteriak dan dikemplang tongkatnya sendiri maka sang ibu yang membentuk namun dihadang tiga kakek yang berkelebat tak dapat membantu puteranya karena Wei-ho Sam-eng (Tiga Elang Wei-ho) telah datang dan menyerangnya.
"Keparat, janaham licik curang. Kalian tiga tua bangka tak tahu malu mengeroyok aku, Wei-ho Sam-eng. Jangan kira aku takut dan menyerah di tangan kalian. Aku atau kalian yang roboh!"
Nyonya yang beringas menggerakkan pedangnya itu membentak dan menerjang tiga kakek ini.
Wei-ho Sam-eng muncul setelah melihat pemuda itu.
Diam-diam mereka malu terhadap Siang Lun Mogal dan marah karena kecolongan.
Seharusnya merekalah yang lebih dulu tahu karena mereka yang berjaga di depan, bukan kakek ini yang berada di dalam gedung.
Maka malu dan marah oleh hadirnya putera Dewa Mata Keranjang ini, juga ingin menangkap dan merobohkan mereka maka tiga kakek itupun maju berbareng agar pekerjaan cepat selesai.
Sibuklah nyonya ini dan memaki-maki.
Tan Hong khawatir tak melihat Kui-hwa di situ, tak tahu bahwa ibunya menyerahkan gadis pelayan itu kepada Beng Li.
Tapi melihat ibunya didesak Wei-ho Sam-eng, tertekan dan terpelanting oleh tamparan kuku elang mereka maka Tan Hong tak ingat lagi gadis pelayan itu dan ingin membantu ibunya, celakanya terperangkap Hoat-lek-kim-1090 ciong-ko dan repotlah pemuda ini melindungi diri.
Betapapun kakek itu adalah seorang tokoh sakti yang berkepandaian tinggi, bahkan terbukti ayahnya sendiri terluka oleh kakek gundul ini.
Tapi ketika ibu dan anak terdesak oleh serangan musuh, pedang di tangan sang nyonya juga mulai gemetar dan nyaris terlepas maka di saat itulah bayangan Kiok Eng melompat masuk, disusul suami isteri gagah perkasa dan Dewa Mata Keranjang.
"Heh-heh, tua sama tua!"
Kakek itu menyelinap dan menepuk punggung Siang Lun Mogal.
"Lepaskan puteraku kita main-main sebentar, Mogal, atau kau harus malu kami hajar berdua!"
Mogal terkejut.
Saat itu ia bersiap-siap merobohkan lawannya yang berputaran dan mulai pusing.
Tan Hong mandi keringat mempertahankan tongkat yang ingin menggebuk tubuhnya sendiri.
Kepalanya bahkan benjut sebesar telur.
Maka ketika ayahnya tiba-tiba muncul dan menepuk punggung lawan, tepukan bukan sembarang tepukan karena mengandung pukulan sinkang maka Hoat-lek-kim-ciong-ko yang dikerahkan kakek itu mendadak buyar dan pemuda ini mampu menguasai dirinya lagi.
Tongkat dipegang dan tidak mematuk atau menghantam dirinya lagi dan sudah mampu dikendalikan sendiri.
"Bagus,"
Kakek itu berkelit dan mengelak tepukan ini.
"Kau akhirnya datang, Dewa Mata Keranjang, memang kutunggu. Marilah kita main-main tapi kalian ayah dan anak tak usah mundur!"
Dewa Mata Keranjang terkekeh.
Tepukannya luput dan sebaliknya lawanpun membalik dan membalasnya, pukulan sinar biru menyambar.
Namun ketika kakek ini juga mengelak dan pukulan menghantam di belakang maka Siang Lun Mogal membentak dan menyerang lagi.1091 Kali ini berkelebat dan memaksa kakek itu menangkis.
"Plak!"
Dewa Mata Keranjang terhuyung.
Kakek ini menyeringai pucat dan lawan tertawa bergelak.
Sebenarnya Siang Lun Mogal ingin mengetahui apakah luka lawannya sudah sembuh, diam-diam ia heran bagaimana Dewa Mata Keranjang datang lagi di situ, padahal sebelumnya pukulannya telah menghajar kakek ini.
Maka ketika lawan terhuyung pucat dan terbatuk dua kali, pukulannya menggetarkan dada lawannya itu kakek ini tertawa bergelak dan menyambar lagi, kali ini kedua lengannya maju berbareng, langsung dengan Hoat-lek-kim-ciong-ko.
"Dewa Mata Keranjang, kau rnasih terluka. Sombong benar kau ke sini, ha-ha!"
Dewa Mata Keranjang menyeringai pedih.
Ia terkekeh menahan sakitnya dan bersikap tak apa-apa, padahal dari pertemuan pertama tadi ia terguncang dan hampir saja melontakkan darah segar.
Maka ketika lawan menyambar lagi dan kali ini menggerakkan dua tangannya berbareng, tentu saja tak berani menangkis maka kakek itu mengelak dan pukulan ini menghantam roboh sebatang pohon di belakang.
"Bresss!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kakek gundul terbahak-bahak.
Segera ia menyerang lagi dan berkelebat mengerahkan Hoat-lek-kim-ciong-konya, dikelit dan Dewa Mata Keranjang selalu menghindar.
Tapi karena ia segera berkelebatan dan kakek itu dipaksa menangkis, kembali tergetar dan terhuyung maka kakek ini terbahak-bahak mengurung lawannya.
* Akan tetapi Tan Hong tentu saja tak membiarkan ayahnya celaka.
Begitu bebas dan terlepas ia sudah1092 membentak kakek itu, mengeroyok dan hendak membantu ayahnya namun Wi Tok berkelebat datang.
Pemuda inipun sudah melihat musuh-musuhnya di situ.
Maka ketika ia meloncat dan menghadapi Tan Hong, segera mereka bertanding maka dua pemuda ini berkelebatan dan masing-masing memaki dan membentak.
Tan Hong tak dapat membantu ayahnya dan cemaslah pemuda itu.
Di samping memperhatikan ayahnya diapun harus memperhatikan ibunya.
Tapi ketika di sana Kiok Eng mengamuk menerjang Wei-ho Sam-eng, juga suami isteri gagah itu menghadapi orang-orang dari dalam gedung maka ramailah pertandingan di tempat ini di mana Tan Hong diam-diam heran dan menduga siapa gerangan suami isteri gagah perkasa itu, sang suami tinggi besar berkulit hitam, jelas bukan orang Han.
"Mereka bibi Nagi dan paman Bhopal. Jangan khawatir karena mereka adalah murid-murid Sin-kun Bu-tek locianpwe!"
Kiok Eng memberi tahu dan terkejutlah pemuda ini.
Nama mereka belum didengarnya namun Sin-kun Bu-tek bukanlah tokoh biasa.
Ayahnya pernah bicara tentang tokoh ini menyatakan kekagumannya, ia terkejut dan girang.
Dan ketika benar saja suami isteri itu membuat lawan jungkir balik tak keruan, pedang dan segala senjata terpental bertemu mereka maka bangkitlah semangat Tan Hong menghadapi lawan- lawannya, terutama Wi Tok.
Akan tetapi bukan hal mudah bagi Tan Hong merobohkan lawan.
Wi Tok adalah murid Siang Lun Mogal kakek sakti dari Mongol, pukulannya Ang-mo-kang (Katak Merah) amatlah berbahaya dan suara kok-kok dari perut pemuda itu diiringi pukulan dahsyat dari telapak tangan.
Setiap kali pemuda itu membungkuk1093 menghantamkan kedua lengannya menyambut Tan Hong maka Pek-in-kang (Pukulan Awan Putih) pemuda ini terpental dan masing-masing sama terdorong dan mundur terhuyung, hal yang menunjukkan betapa tenaga sakti lawan amatlah kuat dan setanding.
Dan ketika mereka kembali bergebrak dan maju berkelebatan, sambar-menyambar maka untuk beberapa saat dua pemuda ini dalam keadaan berimbang, sama kuat.
Akan tetapi ada yang mulai menggoyahkan pikiran Wi Tok.
Suara gemuruh di empat pintu gerbang disusul pekik dan sorak-sorai musuh membuat pemuda ini berdebar.
Dari sorak dan riuhnya pertempuran segera ia tahu bahwa lawan semakin dekat.
Hal ini terbukti dari masuknya Koan-ciangkun bawahan Couw Yang goanswe (jenderal Couw Yang) yang berseru bahwa pasukannya terdesak, Couw Yung goanswe terbunuh dan tewas di pintu gerbang timur.
Dan ketika perwira itu bersama pasukannya tergopoh-gopoh, pucat dan gemetaran maka pemuda ini menjadi tak tenang dan marah.
Saat itu berkelebat nenek May-may dan kawan- kawan.
"He, kalian! Tangkap dan robohkan pengacau-pengacau ini, locianpwe. Apa yang kalian lakukan dan kenapa mondar-mandir saja!"
"Kami dipanggil Liong-ongya melindungi dirinya. Tapi sekarang ia lolos entah ke mana, Wi Tok, kami datang memang untuk membantu!"
"Tangkap dan robohkan Kiok Eng itu. Bagaimana ia sampai terlepas!"
"Kami hendak menghajar Dewa Mata Keranjang, dialah musuh yang paling kami benci!"
"He, tidak. Dewa Mata Keranjang sudah dihadapi guruku,1094 locianpwe, kalian tangkap dan robohkan Kiok Eng. Itu tugas kalian!"
Namun sebelas nenek-nenek itu mendengus.
Mereka tak menghiraukan pemuda ini sama sekali dan Wi Tok tentu saja mendelik.
Baginya Kiok Eng lebih penting.
Dan ketika mereka menerjang dan mengeroyok kakek itu, Siang Lun Mogal terkejut maka Dewa Mata Keranjang tak kalah terkejutnya oleh serangan bekas isteri-isterinya ini.
"Kau harus mampus, dosamu sudah bertumpuk-tumpuk!"
Kakek ini berkelit.
Dari delapan penjuru menyambarlah nenek-nenek lihai itu.
Mereka menumpahkan kemarahan dan sakit hatinya di sini.
Dan ketika kakek itu mengelak dan menangkis dengan seruan keras, tak mungkin lolos dari serbuan itu maka Bi Giok terlempar sementara encinya Bi Hwa terpelanting oleh tangkisan Dewa Mata Keranjang.
"Plak-duk-dukk!"
Ternyata kakek ini masih terlumpau kuat bagi isteri- isterinya.
Meskipun luka dalam belum sembuh benar dan Dewa Mata Keranjang kewalahan menghadapi Siang Lun Mogal namun diserang dan dihantam sebelas isterinya kakek itu masih menunjukkan kelihaiannya.
Hal ini bukan lain karena Dewa Mata Keranjang sudah mengenal betul kelemahan isterinya masing-masing, menangkis dan membalas mereka dan sinkang kakek itupun jauh lebih kuat dibanding nenek May-may maupun kawan-kawannya.
Maka ketika nenek itu terpelanting sementara Dewa Mata Keranjang terhuyung menghadapi sekian banyak serangan maka si kakek gundul melotot pada nenek-nenek itu.
Siang Lun Mogal terhalang gerakannya.
"He, minggir, serahkan Dewa Mata Keranjang kepadaku.1095 Kalian menghadapi yang lain!"
"Tidak!"' Bi Giok melenting meloncat bangun.
"Ia harus mampus, Siang Lun Mogal, kami semua ingin membunuhnya. aku tak akan melepasnya dan biar ia atau aku mampus!"
Nenek itu menerjang lagi dan si kakek gundul memerah mukanya.
May-may dan lain-lain menerjang pula dan kembali gerakannya tertutup teman sendiri.
Dan ketika kakek itu menjadi marah dan membentak Bi Giok maka kakek itu mencengkeram nenek ini melemparnya ke kiri.
"Bi Giok, kau paling bandel. Ingat betapa kalian mencari- cari aku di utara. Mundurlah dan kalian di luar saja!"
Nenek itu menjerit.
Cengkeraman Mo gal membuat pundaknya seakan ditempeli besi panas membuat nenek ini kesakitan.
Ia dilempar dan berjungkir balik ke belakang.
Dan ketika kakek itu menyerang dan mendesak Dewa Mata Keranjang maka kakek ini terkekeh mencabut tongkatnya.
"Bagus, semakin dikeroyok semakin kelihatan gagahmu. Ha-ha, maju dan berlindunglah di balik punggung wanita, Siang Lun Mogal. Ajak mereka membunuhku dan kau tampak perkasa!"
"Aku tak perlu mengeroyok!"
Kakek itu marah.
"Dengan tanganku sendiri aku dapat membunuhmu, Dewa Mata Keranjang. Biarlah mereka kusuruh mundur dan lihat dengan tanganku sendiri kau roboh!"
Benar saja, kakek yang marah ini akhirnya melempar- lempar May-may dan lain-lain.
Siang Lun Mogal membentak dan mencengkeram mereka untuk dibuang ke kiri kanan.
May-may dan lain-lain menjerit.
Dan ketika mereka maju lagi namun dilempar kakek ini, begitu berkali-kali akhirnya sebelas nenek ini menumpahkan1096 kemarahan kepada kakek gundul itu, kalap.
"Keparat, ada hak apa kau menghalangi kami. Kalau kau ingin bersombong dan menjadi jagoan kami juga dapat, Siang Lun Mogal. Biarlah kau mampus atau kami roboh!"
Sebelas nenek itu tiba-tiba menyerang kakek ini.
May- may meledakkan rambutnya sementara Bi Hwa dan Bi Giok melepas Kiam-ciang (Tangan Pedang).
Nenek Lin Lin melancarkan Bhi-kong-ciang sementara Yan Bwee Kiok Lui-pian Sian-li menjeletarkan cambuk.
Dan ketika nenek-nenek yang lain juga menerjang penuh marah, kagetlah kakek gundul itu maka ia terpecah dan perhatiannya terhadap Dewa Mata Keranjang menjadi buyar.
Dewa Arak 40 Gerombolan Singa Gurun Pendekar Naga Putih 25 Malaikat Gerbang Senja Di Himalaya Inheritance Of Lose
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama