Pedang Langit Dan Golok Naga 39
Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung Bagian 39
Pedang Langit Dan Golok Naga Karya dari Chin Yung
Makin dia bingung, makin mudah celaka.
Sebagi ahli Lweekee, Yo Siauw dan kawan-kawannya tentu mengerti kenyataan itu.
Sesudah beberapa kali berusaha, Leng Kiam tahu bahwa ia takkan bisa mendahului Goan-tin.
Harapan satu-satunya adalah masuknya salah seorang anggota Beng-kauw ke dalam ruangan itu.
Orang itu tak usah memiliki ilmu silat yang tinggi bahkan ia tak perlu mengerti ilmu silat.
Dengan sepotong kayu, ia bisa membinasakan Goan-tin yang sudah tak berdaya.
Tapi sesudah menunggu lama, di luar ruangan tak terdengar suara apapun juga.
Waktu itu sudah tengah malam dan para anggota Beng-kauw telah pada tidur sedang mereka yang bertugas hanya menjaga di tempat- tempat penjagaan tertentu.
Tanpa dipanggil, mana berani masuk ke dalam ruangan Gie soe teng (ruangan rapat)? Yo Siauw mempunyai beberapa pelayan pribadi, tapi setelah yang satu diisap darahnya oleh Wie It Siauw, yang lainnya lantas menyingkir jauh-jauh.
Jangankan tak dipanggil sedangkan dipanggilpun belum tentu dia berani menghampiri.
Boe Kie yang berada di dalam karung juga mengerti bila kesunyian itu kesunyian yang sangat tegang.
Selang beberapa lama, tiba-tiba Swee Poet Tek berkata.
"Sahabat yang berada dalam karung harus menolong kami." "Bagaimana menolongnya?"
Tanya Boe Kie.
Pada detik itu, hawa murni Goan-tin justru telah mulai mengalir bebas di bagian tan tiannya.
Mendengar pembicaraan itu, ia kaget bukan main dan hawa murni itu berbalik lagi sehingga ia kembali menggigil keras.
Dalam tekadnya dan kesibukannya untuk membasmi jago-jago Beng-kauw mimpipun ia tak pernah bahwa di dalam karung ada manusianya.
"Habislah jiwaku,"
Ia mengeluh di dalam hati. "Mulut karung dijerat mati dan kecuali olehku sendiri, siapapun juga tak akan bisa membukanya,"
Terang Swee Poet Tek.
"Tapi kau bisa berdiri di dalam karung."
"Baiklah,"
Kata Boe Kie yang segera bangkit dan berdiri di dalam karung. "Saudara kecil!"
Kata Swee Poet Tek tanpa memperdulikan keselamatan jiwanya, kau sudah menolong beberapa puluh saudara dari Swie Kim-kie.
Kesatriaanmu dikagumi oleh semua orang.
Sekarang, kamipun mengandalkan bantuanmu.
Pergilah ke tempat pendeta bangsat itu dan hantam dia sampai mati."
Boe Kie berpikir keras, ia tidak segera menjawab. "Cara yang licik, pendeta jahat itu membokong orang,"
Kata Swee Poet Tek.
"Cara bangsat itu telah didengar oleh kau sendiri. Kalau kau tidak membinasakan ia, maka berlaksa-laksa anggota Beng-kauw akan musnah dalam tangannya. Jika membunuh dia, kau melakukan perbuatan yang sangat mulia."
Pemuda itu tetap ragu. "Aku sudah tidak bisa bergerak lagi,"
Kata Goan-tin. "Apabila kau mengambil nyawaku dalam keadaan begitu, kau akan ditertawai oleh seluruh orang gagah di kolong langit."
"Kepala gundul, tutup mulutmu!"
Bentak Cioe Tian. "Siauw Lim-pay menyebut diri sebagai partai yang lurus bersih. Tapi kau, diam-diam telah membokong orang. Apakah perbuatan itu semua tak ditertawai semua orang gagah di kolong langit?"
Boe Kie maju selangkah tapi segera berhenti lagi.
"Swee Poet Tek Taysoe,"
Katanya.
"Aku sama sekali tak tahu sebab dari permusuhan agamamu dengan enam partai persilatan. Aku sangat ingin membantu kalian tetapi akupun tak mau mencelakai pendeta Siauw Lim-pay itu."
"Saudara kecil, ada satu hal belum dipikirkan kami tapi akan mengambil nyawamu juga."
Goan-tin tertawa.
"Dengan saudara kecil itu aku tidak bermusuhan,"
Katanya.
"Di samping itu, iapun bukan anggota Mo-kauw, tak bisa salah lagi, ia ditangkap Po-tay Hweeshio dengan maksud jahat. Memang, orang-orang Mo-kauw memang biasa berlaku kejam dan melakukan perbuatan-perbuatan terkutuk."
Boe Kie jadi serba salah.
Ia tahu bahwa Goan-tin bukan manusia baik tapi ia tak ingin membinasakan orang.
Selain itu, bila ia turun tangan maka dengan sendirinya ia berdiri di pihak Mo-kauw.
Dengan sendirinya, ia bermusuhan dengan keenam partai persilatan, bermusuhan dengan Thaysoehoe (Thio Sam Hong), Boe Tong, Liok hiap, Cioe Jiak dan yang lainnya.
Di mata orang-orang rimba persilatan, Mo-kauw dianggap sebagai agama sesat, semacam agama siluman.
Perbuatan Wie It Siauw yang suka mengisap darah manusia dan perbuatan ayah angkatnya yang sering membunuh sesama manusia secara sembarangan merupakan bukti-bukti dari perbuatan- perbuatan yang tak pantas.
Thaysoehoe pernah berpesan bahwa biar bagaimanapun juga ia tak boleh bergaul atau berhubungan dengan orang-orang Mo-kauw supaya dia tidak usah menghadapi bencana yang tak perlu.
Dia ingat juga pengalaman mendiang ayahnya.
Karena sang ayah menikah dengan ibunya yang Mo-kauw, maka ayahnya mati bunuh diri.
Ia ingat pula bahwa Goan-tin adalah murid Kong Kian Taysoe.
Dalam usaha untuk menuntun ayah angkatnya ke jalan lurus, pendeta suci itu telah rela menerima tiga belas pukulan Cit siang-koen sehingga akhirnya mengorbankan nyawanya.
Itulah pengorbanan yang sangat mulia yang jarang terjadi dalam dunia luas ini.
Apakah ia bisa membunuh murid seorang yang begitu mulia? Selain itu, iapun ingat bahwa sesudah menerima ajaran Siauw Lim Kioe-yang kang dari Goan-tin, hubungan mereka adalah murid dan guru.
Memang benar dengan membuka pembuluh darahnya pendeta itu mengandung maksud kurang baik.
"Tapi biar bagaimanapun juga aku toh tak jadi mati,"
Katanya di dalam hati.
Boe Kie adalah seorang manusi aygn tidak bisa melupakan kebaikan orang.
Jika seseorang menyakiti dirinya, sesudah lewat beberapa lama ia selalu mencari-cari alasan untuk mengentengkan arti jahat dari perbuatan itu.
Misalnya perbuatan Ho Thay Ciong Coe Tiang Leng dan Cioe Tin adalah perbuatan-perbuatan yang sangat kurang ajar tapi tanpa diminta di dalam hatinya ia sudah memaafkan orang-orang itu.
Terhadap Goan-tin pun ia tak punya dendam lagi.
Berulang kali Sweet Poet Tek mendesaknya tapi ia tetap tak bergerak.
Akhirnya ia berkata.
"Swee Poet Tek Taysoe, cobalah kau mencari suatu cara supaya aku tak usah membinasakannya dan ia pun tak bisa mencelakai kalian."
Swee Poet Tek tak menyahut. Mana ada cara yang begitu? Beberapa saat kemudian, Pheng Eng Gioklah yang membuka mulut.
"Saudara kecil, kau seorang yang sangat mulia dan kami semua merasa sangat kagum. Sekarang begini saja, tolong kau totok Giok tong hiat di dada Goan- tin. Totokan ini takkan membahayakan dirinya. Ia hanya tak bisa mengerahkan Lweekang untuk beberapa jam. Aku akan memerintahkan orang untuk mengantarnya turun dari Kong Beng-teng dan kami berjanji bahwa kami takkan mengganggu selembar rambutnya."
Sebagai orang yang ahli ilmu pengobatan, Boe Kie mengerti bahwa totokan pada Giok tong hiat hanya mencegah naiknya hawa murni dari bagian tian dan takkan mencelakai jiwa orang yang ditotok."
"Siauw sie coe, jangan kena diakali oleh mereka,"
Kata Goan-tin.
"Totokan pada Giok tong hiat memang tak membahayakan jiwaku tapi begitu tenaga mereka pulih, mereka pasti akan membinasakan aku. Bagaimana kau bisa cegah mereka?"
"Tutup mulutmu!"
Teriak Cioe Tian.
"Kami sudah berjanji untuk tak mencelakai kau. Apakah perkataan Ngo Sian-jin dari Beng-kauw tidak dapat dipercaya?"
Boe Kie menganggap bahwa Yo Siauw dan Ngo Sian-jin adalah orang-orang berkedudukan tinggi yang kejujurannya tak diragukan lagu. Hanya Wie It Siauw seorang yang masih diragukannya. Maka itu ia lantas saja bertanya.
"Wie Cianpwee bagaimana dengan kau?"
"Kali ini akupun tak akan menyerang dia,"
Jawabnya dengan suara gemetar.
"Tapi kalau bertemu di lain kali, kami pasti akan mengadu jiwa dengannya." Baiklah,"
Kata Boe Kie.
"Kong Beng Soecia, Ceng ek Hok-ong dan Ngo Sian-jin adalah orang-orang gagah pada jaman ini dan mereka tentu tak akan menjilat lagi ludah yang sudah dibuang. Goan-tin Taysoe, maafkan boanpwee terpaksa berbuat begini terhadapmu."
Sesudah belasan langkah barulah ia berhadapan dengan pendeta Siauw Lim itu. Giok tiong hiat terletak di bagian dada manusia satu coen enam hoen di bawah Cie kiong hiat atau satu coen enam hoen di atas Tian tiang hiat. Pada hakekatnya "hiat"
Itu bukan "hiat"
Yang dapat membinasakan jiwa manusia tapi karena kedudukannya berada di jalan darah yang harus dilewati oleh hawa di dalam tubuh, maka kalau "hiat"
Tersebut tertotok aliran hawa murni di dalam tubuh segera terhenti. Dengan mendengar suara nafas, Boe Kie tahu bahwa ia sudah berada dalam jarak kurang lebih dua kaki dari pendeta itu.
"Goan-tin Taysoe,"
Katanya.
"Untuk kebaikan kedua belah pihak, boanpwee terpaksa harus bertindak begini. Mohon Taysoe tidak menjadi gusar."
Seraya berkata begitu, perlahan-lahan ia mengangkat tangannya. Goan-tin tertawa getir.
"Badanku tidak bisa bergerak, rasakanlah,"
Katanya.
Semenjak binasanya Tiap-kok Ie-sian Ouw-Cena Goe, kepandaian Boe Kie mengenai jalan darah dapat dikatakan tidak ada duanya dalam dunia.
Walaupun ia berada di dalam karung tidak dapat melihat sasarannya, jari tangannya menuju tepat kepada Giok tiong hiat.
"Celaka!"
Mendadak terdengar suara Yo Siauw, Leng Kiam dan Swee Poet Tek.
Hampir bersamaan pemuda itu merasa semacam hawa yang sangat dingin menerobos masuk ke dalam dirinya dari telunjuk yang digunakan untuk menotok Giok tiong hiat.
Sambil mengigil ia mendengar cacian Cioe Tian dan Tiat Koan Toojin kepada Goan-tin.
Ia lantas mengerti bahwa meskipun tubuhnya tidak bisa bergerak Goan-tin masih mempunyai sedikit tanaga yang dipusatkan pada jari tangannya.
Waktu ia menotok, pendeta itu menaruh jari tangannya di Giok tiong hiat dan karena tidak melihat ia sudah menotok terus.
Sebagai akibatnya begitu kedua jari tangan terbentur, tenaga It im cie menerjang masuk ke dalam badannya.
Boe Kie terluka tapi Goan-tin pun mendapat pukulan keras.
Barusan ia memusatkan segenap sisa tenaganya pada jari tangannya.
Dengan digunakannya tenaga itu, sekujur tubuhnya segera bergemetar keras, mukanya pucat pasi dan badannya kaku seperti mayat.
Cioe Tian yang paling berangasan terus mencaci maki tapi Yo Siauw dan yang lainnya menganggap bahwa perbuatan Goan-tin itu sudah sepantasnya.
Ia berhak penuh untuk membela diri.
Dilain pihak walaupun terpukul keras, diam-diam Goan-tin merasa girang.
Ia menganggap bahwa sebagai orang yang masih muda, Lweekang Boe Kie tidak seberapa tinggi dan sesudah kena It im cie pemuda itu pasti akan binasa dalam waktu cepat.
Ia tahu bahwa dalam waktu satu jam, hawanya yang buyar akan berkumpul kembali dan sesudah tenaganya pulih, ia akan bisa membinasakan musuh-musuh itu.
Dengan sembilan orang terluka semua, ruangan itu kembali sunyi.
Berselang kira-kira setengah jam, api empat batang lilin padam hampir bersamaan.
Dalam gelap gulita Yo Siauw mendengar jalan pernafasan Goan-tin yang tersengal-sengal sudah berubah tenang.
Ia mengerti bahwa hawa murni dalam tubuh pendeta itu sudah berkumpul kembali.
Berulang kali ia sendiri mengerahkan Lweekang tapi dalam setiap usaha, hawa dingin dari It im cie selalu menerjang ke tan tian-nya dan tanpa dapat dicegah ia menggigil.
Ia menghela dan harapannya sirna.
Rasa putus asa itu juga dirasakan oleh kawannya yang lain.
Sesudah menganggap, bahwa mereka takkan bisa lolos dari kebinasaan, sekarang mereka mengharap supaya tenaga Goan tin lekas2 pulih.
Mereka merasa lebih lekas mati lebih baik, jangan disiksa lebih lama.
Antara mereka itu, hanya Swee Poet Tek dan pheng Hweeshio yang masih merasa penasaran.
Mereka adalah pendeta, tapi dalam hati merekalah yang mempunyai cita2 paling besar, cita2 untuk melakukan sesuatu yang menggemparkan dunia.
"Pheng Hweeshio,"
Kata Swee Poet Tek.
"Banyak tahun kita tercapai lelah dalam usaha untuk mengusir orang2 mongol dari negara kita. Tak dinyana, semua usaha berpikir dengan kegagalan. Hai! Mungkin sekali beribu-ribu dan berlaksa-laksa rakyat memang harus menderita lebih lama."
Sesaat itu, Boe Kie sedang mengerahkan hawa panas dalam tubuhnya untuk melawan hawa dingin dari It im cie, tapi setiap perkataan Swee Poet Tek tidak terlolos dari pendengarannya. "Dia mau mengusir bangsa Mongol?"
Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tanyanya didalam hati, dengan rasa heran.
"Apakah Mo Kauw yang nmanya begitu busuk bertujuan untuk menolong rakyat?"
"Swee Poet Tek,"
Demikian terdengar suara Pheng Hweesio.
"Siang2 aku sudah mengatakan, bahwa dengan sendirian saja, Beng Kauw takkan bisa mengusir bangsa Mongol. Kalau mau berhasil kita harus bisa berserikat dengan orang2 gagah di kolong langit dan bergerak dengan serempak. Soehengmu dan soeteeku. Cioe Coe Ong, telah coba memberontak, tapi akhirnya mereka terbasmi.."
Boe Kie terkejut.
"Cioe Coe Ong?"
Tanyanya didalam hati.
"Apakah Cioe Coe Ong bukan ayah nona Coe Cie Jiak?"
Dalam kagetnya, perkataan Peng Hweesio yang selanjutnya tidak didengar lagi olehnya. "Jangan ribut!"
Tiba2 terdengar bentakan Cioe Tian.
"Sedang kebinasaan sudah didepan mata, perlu apa kamu rewel2? Semua omong kosong! Siapa yang salah? Kita sendiri.
Beng Kauw sendiri yang terpecah belah.
Pheng Hweesio kau sungguh gila! Kau mengatakan ingin berserikat dengan orang2 gagah di kolong langit, artinya dengan partai2 yang dinamakan lurus bersih.
Huh!....sekarang mereka justru mau membasmi kita.
Kau mau berserikat dengan mereka?"
"Kalo Yo Kauwcoe masih hidup, dengan mudah kita bisa menaklukkan enam partai yang menyerang kita,"
Tiat Koan menyela. Cioe Tian tertawa terbahak2.
"Hidung kerbau! Kau lebih gila lagi,"
Bentaknya.
"Kalu Yo Kauwcoe masih hidup, segala apa tentu berjalan licin. Perlu apa disebutkan lagi?....Aduh"
Ia tak bisa meneruskan perkataannya karena hawa It im cie menerjang ke dalam isi perutnya. "Diam!"
Teriak Leng Kiam mendongkol.
Bentakan itu sangat berpengaruh dan semua orang segera menutup mulut.
Sementara itu Boe Kie jadi bingung dan bersangsi.
Didalam hatinya timbul banyak pertanyaan.
Kalau didengar, Beng Kauw bukan semata-mata terdiri dari segundukan manusia yang biasa melakukan perbuatan tidak baik.
Maka itu ia lantas saja bertanya "Swee Poet Tek taysoe, apakah aku boleh mendapat tahu tujuan yang sebenarnya dari agama kalian?"
"Ah! Kau belum tahu?"
Jawabnya.
"Jika kau mesti hilang jiwa karena gara2 agama kami, kami sesungguhnya merasa tak enak hati. Kau sekarang hanya bisa hidup beberapa jam lagi, biarlah sebelum mati, kau mendengar rahasia agama kami. Leng Sian Sianseng, apa boleh aku menceritakan?"
"Ceritakanlah!"
Jawabnya. "Saudara kecil,"
Ia mulai.
"Beng Kauw dimulai di negeri Tay Sit Kok dan pada zaman kerajaan Tong barulah masuk ke Tionggoan. Pada masa itu, kaisar Tong telah mendirikan kuil2 untuk agama kami. Beng Kauw menyamaratakan semua pengikutnya dan mereka itu jika berharta, diharuskan menolong rakyat miskin. Kamipun tidak diperbolehkan makan makanan berjiwa atau arak. Oleh karena selama beberapa turunan agama kami selalu digencet oleh pembesar2 rakus, maka kerap kali saudara2 kami memberontak. Misalnya saja sedari zaman Phoe Lap, Phoei kauwcoe di masa Pak Song (Song utara), entah sudah berapa kali pemberontakkan Beng Kauw."
Mendengar samapi disitu, Boe Kie ingat, kalau Phoei merupakan salah seorang dari empat pemberontakan besar di zaman Pak Song dan namanya berendeng dengan orang2 seperti Song Kang dan Tian Kouw. "Kalau begitu Phoei Lap adalah kauwcoe agamamu?"
Tanyanya. "Benar,"
Jawabnya.
"Dalam tahun Kian Yam di zaman Lam Song Song selatan- , Ong Cong Sek kauwcoe memberontak di Sin cioe, sedang dalam tahun Siauw hin, Ie Ngo Po memberontak di Kioe Cioe. Sesudah itu, dalam tahun Siauw Teng, pada zaman kaisar Lee Cong, Thio Sam Ciang kauwcoe memberontak di daerah Kangsay dan Kwitang. Sebab Bengkauw sering sekali bermusuhan dengan pembesar negeri dan menimbulkan pemberontakan2, maka kalangan pembesar negeri menamakan agama kami sebagai Mo kauw dan melarangnya." "Untuk mempertahankan kehidupan, maka kami terpaksa bekerja dengan bersembunyi. Kamipun bermusuhan dengan partai2 lurus bersih dan permusuhan kian lama kian menghebat sehingga mereka dan kami seakan2 api dan air."
"Tentu saja diantara anggota2 Beng kauw terdapat juga manusia2 yang rendah martabatnya. Mereka itu sering digunakan oleh partai2 lurus bersih sebagai bukti bahwa agama kami adalah agama yang sesat. Dengan demikian, nama Beng kauw jadi makin merosost."
"Swee Poet Tek, apakah kau maksudkan aku?"
Memutus Yo Siauw. "Namaku Swee Poet Tek dan sesuatu yang tak boleh dikatakan aku tentu takkan mengatakannya"
Jawabnya. "Siapa kepotong dia perih. Siapa berdosa dia tahu dalam hatinya."
Yo Siauw mengeluarkan suara di hidung dan tidak bicara lagi.
Tiba2 Boe Kie kaget sebab badannya sudah tak dingin.
Tadi waktu baru kena It im cie rasa dingin meresap ke tulang2, tapi sekarang serangan itu sudah menghilang.
Sebagaimana diketahui, waktu masih kecil sekali ia kena racun dingin dari pukulan Hian beng Sin ciang dan sesudah mencapai usia 17 tahun, barulah semua racun terusir dari badannya.
Selama kurang lebih 7 tahun siang malam tubuhnya bertempur melawan hawa dingin sehingga perlawanan tubuhnya terhadap setiap serangan hawa dingin sudah terjadi secara wajar.
Disamping itu, iapun telah makan kodok merah dan telah melatih diri dengan ilmu Kioe Yang Sin Keng.
Oleh karena adanya beberapa sebab itu maka hawa "yang" (hawa panas) didalam tubuhnya hebat luar biasa.
Sehingga racun It im cie sudah terusir keluar, tanpa ia mesti mengeluarkan banyak tenaga.
Sementara itu Swee Poet Tek melanjutkan penuturannya.
"Sedari kerajaan Song direbut oleh bangsa Mongol, permusuhan antara Beng kauw dan kerajaan makin menghebat. Selama beberapa keturunan, pemimpin2 agama kami telah menugaskan diri sendiri untuk mengusir kaum penjajah dengan mempersatukan semua orang gagah di seluruh negeri. Sayang sungguh, dalam tahun2 yang belakangan Beng kauw tidak mempunyai pemimpin dan sebab memperebutkan kedudukan sebagai Kauwcoe, tokoh2 Beng kauw jadi saling bunuh. Antara pentolan2 kami ada yang mengasingkan diri dan ada pula yang mendirikan agama lain dan mengangkat diri sebagai Kauwcoe. Sesudah Beng kauw berantakan, permusuhan dengan partai2 lurus bersih makin besar dan sebagai akibatnya kau bisa lihat sendiri. Kami sekarang sedang menghadapi bencana. Goan tin Hweeshio, bagaimana pendapatmu? Apakah aku berjusta?"
Goan tin mengeluarkan suara di hidung.
"Tidak kau tak berdusta,"
Jawabnya.
"Sesudah berada begini dekat dengan kebinasaan, perlu apa kau berjusta?"
Seraya berkata begitu, perlahan2 ia berdiri dan melangkah setindak.
"Ah!...."seru Yo Siauw dan yang lain2.
biarpun sudah menduga, bahwa tenaga Goan tin akan pulih terlebih dahulu mereka sama sekali tidak menaksir, bahwa pendeta itu memiliki Lweekang yang begitu tinggi dan tenaganya pulih secara begitu cepat.
Dilain saat, dengan badan tetap, Goan tin telah melangkah lagi setindak.
Yo Siauw tertawa dingin.
"Murid Kong kian taysoe benar2 hebat,"
Katanya.
"Eh! Aku telah mengajukan satu pertanyaan yang belum dijawab olehmu. Apakah jawabannya memalukan kau, sehingga kau tak berani membuka mulut?"
Goan tin tertawa terbahak bahak dan maju lagi setindak. "Aku tahuaku tahu, bahwa sebelum aku menjawab, kau tak bisa mati dengan mata meram,"
Katanya.
"Kau tanya, mengapa aku tahu jalanan2 rahasia dari Kong Beng Teng. Mengapa aku bisa sampai disini tanpa diketahui oleh siapapun jua. Baiklah aku akan menjawab dengan sejujur2nya. Jawabanku ialah Yo Po Thian kauwcoe, pemimpin agamamu sendiri berdua istri yang pernah membawaku kemari."
Yo Siauw terkesinap. Sebagai seorang yang berkedudukan dan berkepandaian tinggi, pendeta itu pasti tak berdusta. Tapi mana bisa kejadian yang seperti itu? "Keledai gundul! Jangan dusta kau!"
Caci Cioe Tian.
"Jalanan rahasia Kong beng teng adalah sebuah rahasia besar.
Tempat itu adalah tempat suci dari agama kami.
Biarpun Yo cosoe seorang Kong beng Soe cia, walaupun Wie toako berkedudukan sebagai Hoe kauw Hoat tong.
Mereka belum pernah menggunakan jalanan itu.
Hanyalah kauwcoe seorang yang boleh menggunakannya.
Mana bisa jadi Yo kauwcoe mengajak kau seorang luar berjalan dijalan itu?"
Goan tin menghela nafas dan untuk beberapa saat, kedua matanya mengawasi ke tempat yang jauh.
"Jika kau mendesak juga, aku harus menceritakan peristiwa yang terjadi pada 25 tahun berselang,"
Katanya dengan suara berduka.
"Baiklah. Biar bagaimanapun juga, kamu takkan bisa turun dari gunung ini dengan masih bernyawa. Kamu takkan bisa membocorkan rahasia. Hai! Cioe Tian, tak salah apa yang dikatakan olehmu. Jalanan rahasia itu adalah tempat suci dari agamamu. Memang, hanya kauwcoe yang boleh masuk kesitu. Siapa yang melanggar dosa besar. Tapi orangnya Yo Po Thian telah masuk kesitu. Yo Po Thian telah melanggar peraturan agama. Secara diam2 dia membawa Yo hoejin masuk kesitu."
"Dusta! Dusta besar."
Teriak Cioe Tian. "Cioe Tian, diam kau!"
Bentak Pheng hweshio. Goan tin melanjutkan perkataannya.
"Bukan saja begitu, Yo hoejin telah membawaku masuk kesitu". "Bangsat! Bangsat besar! Dusta!"
Caci Cioe Tian. "..aku bukan anggota Beng kauw. Biarpun masuk dijalanan itu, aku tidak melanggar peraturan agama."
Kata Goan tin dengan sedih. "Mengapa Yo Hoejin mengajak kau masuk dijalanan itu?"
Tanya Tiat koan Tojin. "Hmmm! Itulah kejadian yang terjadi sudah lama sekali."
Jawabnya.
"Sekarang loolap sudah berusia 70 tahun lebih. Diwaktu masih muda.Baiklah, loolap akan menceritakan rahasianya."
"Apa kalian tahu siapa adanya loolap? Yo Po Thian adalah Soehengku, Yo Hoejin adalah Soemoyku. Pada sebelum menjadi pendeta, loolap she Seng bernama Koen, bergelar Hoen goan Pek Leng chiu."
Mendengar keterangan itu, bukan main kagetnya Yo Siauw dan yang lain2, sedang Boe Kie hampir berteriak.
Pemuda itu lantas saja ingat penuturan ayah angkatnya pada suatu malam di pulau Peng Hwee to.
Pada waktu itu Cia Soen menceritakan cara bagaimana gurunya telah membunuh semua anggota keluarganya, cara bagaimana untuk memaksa keluarnya guru itu, ia telah membunuh banyak orang gagah dalam Rimba persilatan dan cara bagaimana sesudah ia melukai pendeta suci Kong kian.
Seng koen tidak menepati janji untuk munculkan diri.
Tiba2 Boe Kie tersadar dan berkata didalam hatinya.
"Tak bisa salah lagi, pada waktu itu bangsat tua Seng Koen telah mengangkat Kong kian Seng ceng pendeta suci kian- sebagai guru. Untuk menghilangkan permusuhan itu, pendeta suci itu rela menerima 13 pukulan Cit Siang koen dari Giehoe. Siapa nyana Seng Koen malah sudah mendustai gurunya sendiri, sehingga Kong kian Taysu meninggal dunia dengan penasaran."
Mengingat sampai disitu, Boe Kie lantas saja sangat perkataannya sendiri yang diucapkan pada malam itu.
"Giehoe, orang yang membinasakan seantero keluargamu bernama Hoen goan Pek lek chioe, bukan? Baiklah, Boe Kie akan mengingat nama itu.
Dibelakang hari, anak tentu akan mewakili ayah untuk membalas sakit hati."
Dengan gusar, ia kemudian berkata didalam hati.
"Kalapnya Giehoe sehingga ia sering membunuh orang yang tidak berdosa, kedatangan dan desakan berbagai partai di Boe Tong san sehingga kedua orang tuaku terpaksa membunuh diri semua adalah gara2nya bangsat tua Seng Koen."
Makin diingat, darah pemuda itu makin meluap.
Tiba2 ia merasa sekujur badannya panas, seperti dibakar.
Karung Kian Koen It Khie tay dari Swee Poet Tek tertutup rapat dan hawa udara tidak bisa keluar masuk.
Menurut pantas, sesudah berdiam dalam karung begitu lama, Boe Kie sebenarnya sudah mesti mati.
Tapi ia kerena memiliki lweekang yang sangat tinggi dan hawa yang dikeluarkan dari pernafasan sangat sedikit, maka ia masih dapat mempertahankan diri.
Tapi sekarang, dalam gusarnya, Cioe yang Cin khie (hawa tulen Kioe Yang) tak dapat dikuasai lagi dan lalu mengamuk hebat.
Beberapa saat kemudian, ia merasa badannya seperti masuk dalam perapian, sehingga ia mengeluarkan teriakan keras.
"Saudara kecil!"
Bentak Cioe Tian.
"Kita semua tengah menghadapi kebinasaan dan sama menanggung penderitaan hebat. Tapi seorang yang gagah tidak boleh memperlihatkan kelemahannya dan berteriak2 seperti kau". "Benar!"
Kata Boe Kie yang lalu menentramkan jalan pernafasannya dengan ilmu yang terdapat dalam Kioe yang cin keng.
Biasanya ilmu itu bermanfaat sekali.
Tapi kini, usahanya gagal.
Tulang2nya sakit dan jalan darah diseluruh tubuhnya seperti juga ditusuk dengan jarum2 ribuan yang panas.
Mengapa bisa begitu? Biarpun telah melatih diri selama beberapa tahun dan biarpun Kioe yang cin keng merupakan salah satu kitab silat terlihay di kolong langit, tapi dalam mempelajari kitab tersebut, Boe Kie tidak mendapat bimbingan guru yang pandai.
Ia belajar hanya dengan meraba2.
Maka itu, Kioe yang cin khie yang makin lama makin bertambah didalam badannya, tidak dapat disalurkan olehnya, karena ia berada didalam karung.
Disamping itu, totokan It im cie merupakan salah satu ilmu yang paling beracun dalam rimba persilatan.
Bagi Boe Kie, totokan itu seakan2 setengah obat pasang yang disulut sumbunya.
Celakanya, sebab berada didalam karung, hawa cin kie yang keluar dari pernafasannya tak bisa buyar dan balik menghantam dirinya sendiri.
Dengan demikian, Boe Kie kini tengah menghadapi saat yang sangat penting (jiwanya tergantung atas selembar rambut).
Hal ini tentu tak diketahui oleh Cioe Tian dan yang lain2.
Sementara itu, biarpun sedang melawan hawa panas dengan mati2an, Boe Kie tetap dapat menangkap setiap perkataan Goan Tin yang telah melanjutkan penuturannya.
"Keluarga soemay-ku dan keluargaku mempunyai hubungan yang rapat,"
Kata pendeta itu.
Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sedari kecil kita telah ditunangkan. Siapa tahu, diam2 Yo Po Thian juga mencintai soemoy-ku itu. Belakangan dia menjadi kauwcoe dari Beng kauw dan pengaruhnya besar sekali. Ayah dan ibunya soemoy adalah manusia2 yang kemaruk akan pengaruh, sedang soemoy sendiri tidak mempunyai pendirian yang teguh. Akhirnya soemoy menikah dengan Yo Po Thian. Tapi sesudah menikah, ia merasa tidak beruntung dan kadang2 membuat pertemuan denganku. Supaya pertemuan tidak terganggu, ia ingin sekali mencari tempat yang aman dan nyaman."
"Yo Po Thian sangat mencintai soemoy-ku dan ia tidak pernah membantah kehendak sang istri. Waktu soemoy menyatakan keinginannya untuk melihat2 jalanan rahasia Kong beng teng, biarpun merasa sangat berat, ia sudah meluluskan juga. Demikianlah, jalanan rahasia itu yang selama ratusan tahun dipandang sebagai temnpat suci dari Beng kauw, menjadi tempat pertemuanku dengan nyonya Kauwcoe. Hahaha.ha! Puluhan kali aku mondar mandir di jalanan itu. Apa heran jika hari ini aku bisa mendaki Kong beng teng tak kesukaran apapun jua?"
Yo Siauw dan kawan2nya merasa dada mereka seperti mau meledak, tapi mereka tak bisa mengucapkan sepatah kata.
Cioe Tian yang biasa mencaci maki juga tidak dapat mengeluarkan caciannya.
Kejadian itu merupakan hinaan yang besar bagi Beng kauw dan bencana yang dihadapi oleh Beng kauw juga karena gara2 terbukanya rahasia jalanan itu.
Mata Yo Siauw dan yang lain2 seperti mau menyemburkan api, tapi merekapun tahu, bahwa Goan Tin tidak berbicara dusta.
"Kamu marah?"
Tanya Goan tin.
"Pernikahanku telah digagalkan oleh Yo Po Thian. Dia terang2 istriku. Setelah menjadi pemimpin Mo Kauw, Yo Po Thian merampas istriku yang tercinta. Permusuhanku dengan Mo kauw adalah permusuhan yang tidak bisa berdiri di kolong langit bersama2. pada hari pernikahan Yo Po Thian dengan soemoy-ku, aku datang memberi selamat dan turut minum arak kegirangan. Tapi didalam hati, diam2 aku bersumpah, bahwa sebegitu lama Seng Koen masih bernafas, ia pasti akan membunuh Yo Po Thian, ia pasti akan membasmi Mo kauw. Sudah 50 tahun aku bersumpah. Baru kini aku berhasil."
"haaahaaaa..Aku puas!"
Seng koen akan mati dengan mata meram. "Terima kasih atas keteranganmu,"
Kata Yo Siauw dengan suara dingin.
"Kini baru kutahu sebab musabab dari kematian Yo Siauw coe."
"Kalau begitu, ia mati didalam tanganmu"
"Ilmu Yo soeheng banyak lebih tinggi daripadaku,"
Kata Goan Tin. "Kami adalah saudara seperguruanmasing2 tahu kepandaiannya."
"Lantaran begitu kau sudah membokong,"
Memutus Cioe Tian.
"Kalau bukan menggunakan racun, kau tentulah sudah menyerang secara gelap, seperti perbuatanmu hari ini."
Goan tin menghela nafas dan menggelengkan kepala. "Tidak!"
Katanya.
"Sebab kuatir ku mencelakai dia secara menggelap, berulang kali soemoyku memperingatiku. Ia mengatakan bahwa jika aku membinasakan Yo Po Thian, ia takkan mengampuniku. Ia mengatakan, bahwa dengan mengadakan pertemuan gelap saja, ia telah berdosa besar terhadap suaminya. Bila Yo Po Thian dibinasakan, maka perbuatan itu dianggapnya sebagai perbuatan terkutuk yang pasti akan dihukum oleh langit."
"Hai!.........Yo Soeheng..diamati sendiri."
Yo Siauw dan lain2 terkesiap. Kata Goan Tin pula.
"Kalau benar Yo Po Thian binasa dalam tanganku, aku tentu sudah mengampuni Beng kauw."
Suaranya berubah perlahan. Seperti juga ia ingat pula peristiwa yang terjadi pada banyak tahun berselang. Sesudah berhenti sejenak, ia berkata lagi dengan suara perlahan.
"Malam itu aku bertemu lagi dengan suomoy-ku di jalanan rahasia itu. Sekonyong2 kami mendengar suara nafas yang datang dari jurusan kiri. Itulah kejadian yang belum pernah terjadi. Orang luar takkan bisa masuk ke jalanan itu, sedang anggota Beng kauw takkan berani masuk. Kami kaget dan lalu menyelidiki. Ternyata suara nafas itu suara nafasnya Yo Soeheng yang sedang berduduk dalam sebuah kamar. Ia memegang selembar kulit kambing dalam tangannya dan selebar mukanya berwarna merah. Ia sudah mengetahui rahasia kami. Bagus sungguh perbuatan kamu berdua! katanya. Sesudah berkata begitu paras mukanya berubah biru. Sesaat kemudian, warna biru berubah merah lagi. Perubahan ini silih berganti sampai 3 kali. Yo Cosoe, apa kau tahu sebab musababnya?"
"Kejadian itu sudah terjadi karena Yo kauwcoe sedang melatih diri dalam ilmu Kiun koen tay lo ie,"
Jawabnya. "Yo Siauw bukankah kau sudah mahir dalam ilmu itu?"
Tanya Coe Tian. "Kau tidak dapat menggunakan perkataan mahir,"
Jawabya.
"Waktu masih hidup; karena menghargai aku, Yo kauwcoe telah mengajar aku pokok2 dari Kian koen Tay lo ie Sin kang. Sesudah berlatih belasan tahun, aku hanya mencapai tingkat dua. Dalam latihan selanjutnya. Hawa tulen dalam badanku mengamuk dan coba menerjang keluar dengan memecahkan batok kepalaku. Biar bagaimanapun juga aku tidak bisa menguasai hawa itu. Perubahan 3 kali pada paras muka Yo Kauwcoe merupakan tanda, bahwa ia sudah mencapai tingkat kelima dari ilmu tersebut. Ia pernah memberitahu aku, bahwa diantara kauwcoe agama kita, Ciong kauwcoelah, dari keturunan kedelapan yang memiliki kepandaian paling tinggi dan sudah mencapai tingkat keenam dari Kian koen tay lo ie. Pada suatu hari, waktu sedang melatih diri, ilmu itu telah membakar Ciong kauwcoe, sehingga binasa. Mulai dari waktu, belum ada orang yang bisa mencapai tingkat kelima."
"Begitu sukar?"
Kata Cioe Tian. "Kalau tidak sukar, ilmu itu tentu tidak dianggap sebagai ilmu pelindung agama kita,"
Kata Tiat koen Toojin. Jago-jago Beng kauw itu sudah lama mendengar halnya Kiankoen tay loe ie Sinkang. Maka itu begitu nama itu disebutkan, biarpun sedang menghadapi bahaya, mereka tak tahan untuk membicarakannya. "Yo Cosoe,"
Kata Pheng Eng Giok.
"Mengapa terjadi perubahan pada paras muka Yo kauwcoe?"
Pheng Hweesio adalah seorang yang sangat pintar.
Dengan mengajukan pertanyaan itu ia mempunyai maksud tertentu.
Kalau Goan Tin maju beberapa tindak lagi, habislah nyawa mereka.
Maka itu sedapat mungkin ia ingin memperpanjang pembicaraan untuk mendapat lebih banyak waktu.
Asal saja ketujuh jago Beng kauw dapat bergerak, maka dengan bersatu padu, mereka akan bisa melawan serangan Goan Tin, biarpun hanya untuk sementara waktu.
Andai kata pada akhirnya lebih baik daripada tanpa melawan.
Sebagai seorang yang sangat cerdas Yo Siauwpun mengerti maksud Pheng Eng Giok.
Maka itu perlahan2 ia memberi keterangan.
"Tujuan dari Kian koen tay lo ie Sinkang yalah menjungkir balikkan 2 rupa hawa, yaitu hawa keras dan hawa lembek, hawa Im dan hawa Yang. Perubahan pada paras muka sudah terjadi pada waktu darah didalam tubuh turun ke bawah, yaitu pada waktu berubahnya Cin kie. Sepanjang keterangan, waktu mencapai tingkat keenam, kulit di sekujur badan bisa berubah2 warnanya, sebentar merah sebentar biru. Tapi kalo seseorang sudah mencapai tingkat ke tujuh, perubahan hawa Im dan Yang akan terjadi tanpa memperlihatkan perubahan dalam warna kulit." (Im dan Yang, Negatif dan Positif). Sebab kuatir Goan tin tak sabaran, Pheng Eng Giok lalu menanya pendeta itu.
"Goan tin taysu apakah kau boleh memberitahu kami, cara bagaimana Yo Kauwcoe sudah berpulang ke alam baka?"
Goan tin tertawa dingin.
"Sesudah kamu kena It Im cie dalam dunia ini hanya ada empat golongan manusia yang bisa menolong,"
Katanya.
"Kamu hanya bisa ditolong dengan Kioe yang sin kang dari Boe Tong, Siauw Lim, Go Bie dan It Yang Cie dari It Teng Taysoe. Kalu ditolong dengan salah satu ilmu itu kamu akan bisa bergerak untuk sementara waktu. Janganlah mimpi, bahwa kamu bisa menolong diri sendiri dengan mengerahkan lweekang dan dengan memperpanjang waktu. Aku bicara terang2. itu semua tiada gunanya. Sebagai ahli2 kelas utama dalam rimba persilatan, kamu tentu tahu, bahwa biar mendapat luka yang lebih berat lagi, sesudah menjalankan pernafasan begitu lama, sedikit banyak kamu sudah mendapat kemajuan. Tapi sekarang? Bukannkah, sebaliknya daripada mendingan badanmu jadi makin kaku?" Yo Siauw dan yang lain2 sudah merasai kenyataan itu. Tapi sebagai manusia sebegitu lama masih bernafas, mereka masih mempunyai harapan. Sementara itu Goan tin melanjutkan penuturannya. "Melihat perubahan paras muka Yo Soe Heng, aku kaget. Soemoyku tahu, bahwa ia berkepandaian sangat tinggi dan dengan sekali menghantam, ia bisa membinasakan aku. "Toosoeko, katanya, dalam hal ini akulah yang bersalah. Lepaskan Seng soeko dan aku rela menerima segala hukuman."
Mendengar perkataannya, Yo Soe heng berkata dengan suara parau.
"Aku hanya bisa menikah dengan badanmu, tidak bisa menikah dengan hatimu. Sehabis berkata begitu, kedua matanya terbuka lebar, seperti sedang mangamati sesuatu ditempat jauh dan sesaat kemudian, dari kedua mata itu keluar darah yang mengalir turun dengan perlahan. Tubuhnya kelihatan kaku dan ia tidak bergerak lagi. Soemoyku terkejut dan berteriak. Toa soeko!.....Toa soeko!....Po Thian!.....Po Thian!....Mengapa kau?. Ia berteruiak berulang2."
Goan Tin meniru teriakan Soemoynya dengan suara perlahan, tapi nadanya menyeramkan, sehingga semua orang jadi bergidik. Sesudah berdiam sejenak. Ia berkata pula.
"Sebab Yo Soeheng tidak juga bergerak, dengan membaringkan hati soemoyku menarik tangannya dan lantas saja ternyata, bahwa tangan itu tangannya mayat. Soemoy meraba dadanya. Ia memang sudah mati. Kutahu hatinya tidak enak dan ia merasa menyesal. Maka itu, aku segera coba membujuknya dengan berkata. Soemoy, menurut penglihatanku Toasoeko telah membuat kesalahan pasa waktu melatih diri dalam serupa ilmu yang tinggi. Mengalirnya hawa tulen terbalik dan ia tidak dapat ditolong lagi. Soemoyku mengangguk, benar"
Katanya.
Ia tangah melatih ilmu Kian Koen tay lo ie yang sangat luar biasa.
Pada detik latihan yang sangat penting ia mendapat tahu rahasia pertemuan kita.
Biarpun bukan binasa dalam tanganku, tapi ia binasa karena gara2ku. Baru saja aku ingin membujuk lagi, tiba2 ia menuding ke jurusan belakangku sambil membentak Siapa itu? Aku memutar badan, tapi tak lihat apapu juga.
Waktu aku memutar badan lagi, pada dadanya sudah tertancap sebilah pisau.
Ia sudah membunuh diri sendiri!"
"Huh..Huh!...Yo Po Thian mengatakan, bahwa ia menikah dengan orangnya, tapi tidak menikah dengan hatinya.
Aku sendiri? Aku berhasil merebut hatinya soemoy, tapi tidak bisa mendapatkan menusianya.
Dalam seluruh penghidupanku, ia adalah seorang yang paling dihormati dan paling dicintai olehku.
Kalau bukan gara2 Yo Po Thian, kami berdua tentu sudah terangkap menjadi suami istri yang bahagia.
Kalau bukan Yo Po Thian menjadi kauwcoe dari Mo kauw, maka soemoyku tentu takkan menikah dengan manusia itu yang usianya lebih tua dua puluh tahun lebih daripadanya Yo Po Thian telah mati.
Aku tidak bisa berbuat sesuatu lagi kepadanya.
Tapi Mo kauw masih malang melintang di dalam dunia.
Waktu itu sambil menuding jenazah soeheng dan soemoyku, aku berkata.
"Aku Seng Koen, bersumpah untuk menggunakan segala rupa kepandaianku guna membasmi Beng kauw. Sesudah berhasil, aku akan datang kemari lagi dan disini untuk menggorok leher sendiri dihadapanmu berduasebagai penebus dosa. Hahaha.Yo Siauw!......Wie It Siauw.kamu semua akan segera binasa. Seng koenpun tak akan hidup lebih lama lagi. Maksudku sudah tercapai dan dengan segala senang hati, aku akan menggorok leher sendiri untuk mengawani kamu semua ke alam baka."
Ia menghela nafas dan berkata pula.
"Selama beberapa tahun setiap saat aku memikiri daya upaya untuk menghancurkan Mo kauw. Hei..Aku sungguh beruntung, istriku direbut orang. Muridku satu2nya menganggapku sebagai musuh besarnya"
Mendengar disebutnya Cia Soen.
Jantung Boe Kie memukul keras dan ia memusatkan segala perhatiannya untuk mendengari Seng Koen.
Tapi dengan pemusatan perhatian itu, Kioe Yang Cin Khie (Hawa tulen Kioe yang) yang berkumpul di tubuhnya jadi bertambah.
Tal lama kemudian, ia merasa tulang2nya seperti melar, seolah2 mau meledak, sedang lubang2 rambutnya seakan2 menjadi beberapa kali lipat lebih besar.
Goan Tin melanjutkan ceritanya.
"Sesudah turun dari Kong beng teng, aku pulang ke Tionggoan dan mencari muridku Cia Soen yang sudah lama tak bertemu. Diluar dugaan, begitu bertemu aku diberitahukan, bahwa ia sudah menjadi salah satu Hoa kauw Hoat ong dari Mo kauw"
Ia malah coba membujukku supaya aku turut menyeburkan diri ke dalam agama siluman itu.
Ia mengatakan bahwa Mo kauw bertujuan untuk mengusir kaum penjajah.
Aku gusar tak kepalang.
Tapi aku segera menekan kegusaranku, karena kuingat, bahwa Mo kauw sudah berakar dalam dan mempunyai banyak orang pandai, sehingga dengan sendirian, aku pasti tak bisa berbuat banyak.
Jangankan aku seorang diri, sedangkan sebuah perserikatan dari orang2 gagah seluruh rimba persilatan belum tentu bisa menghancurkannya, aku menarik kesimpulan jalan satu2nya iyalah menjalankan tipu supaya Mo kauw terpecah belah dan anggota2nya saling bunuh membunuh.
Hanyalah dengan cara itu.
Mo kauw bisa dihancurkan"
Yo Siauw dan yang lain2 memasang kuping dengan hati berdebar2.
mereka merasa, bahwa dalam banyak tahun mereka seperti berada dalam pulas yang nyenyak, tanpa mengetahui, bahwa seorang musuh besar tengah menjalankan siasat untuk membinasakan Beng kauw.
Diam2 mereka mengakui kegoblokannya mereka.
Bahwa dalam banyak tahun ini, apa yang diperbuat mereka hanyalah berkelahi dengan kawan sendiri untuk merebut kursi Kauwcoe.
Cerita Goan tin itu bagaikan bunyi genta yang telah menyadarkan mereka.
"Pada waktu itu, paras tak berubah, aku hanya mengatakan bahwa urusan itu urusab besar yang harus dipikir masak2,"
Kata pula Goan tin.
"Beberapa hari berselang aku berlagal mabuk arak dan coba mencemarkan kehormatan istri muridku. Dengan menggunakan kesempatan itu, aku membunuh ayah, ibu, istri dan anaknya Cia Soen. Aku mengerti, bahwa dengan berbuat begitu. Ia akan marah besar dan coba mencari aku untuk membalas sakit hatinya. Kalau dia tidak berhasil mencari aku, maka menurut dugaanku, ia akan melakukan perbuatan yang gila2. ha..ha!....kata orang, mengenal anak tidak seperti ayahnya, mengenal murid tidak seperti gurunya. Aku mengenal watak muridku itu. Dia anak sangat baik, tapi seorang pemarah yang mudah menjadi gelap. Ia tidak bisa memikir panjang2, ia tidak bisa meneliti siasat orang."
Mendengar sampai disitu Boe Kie merasa kepalanya puyeng. Ia gusar bukan main, dadanya seperti mau meledak.
"Kalau begitu semua penderitaan Gie Hoe adalah akibat dari tipu busuknya bangsat tua itu."
Katanya dalam hati.
Dengan suara bangga Goan tin berkata pula "Dengan menggunakan namaku Cia Soen telah membinasakan orang2 gagah dalam kalangan Kangouw.
Tujuannya yalah untuk memaksa aku keluar untuk menemui dia.
Ha.ha! mana bisa aku menuruti kemauannya, rahasia tentu saja tak bisa ditutup.
Biarpun dia menggunakan namaku, tapi orang tahu bahwa pembunuhan2 itu dilakukan olehnya.
Dia menanam banyak sekali permusuhan.
Hutang2 darah itu semua masuk kedalam buku hutang Beng kauw.."
Ia berhenti sejenak, kemudia lanjutnya.
"diluar banyak musuh, didalam Beng Kauw berantakan. Kamu semua tidak terlepas dari tipu dayaku. Aku merasa menyesal dia batal membunuh Song Wan Kiauw. Tapi cukuplah, dia sudah membunuh Kong kian Taysoe, melukai lima tetua Kho tong, membinasakan jago2 lima partai di pulau Ong poan san, bahkan orang2 Peh bie kauw tak terluput dari tangannya. Haha.ha! murid baik, murid manis. Haha.ha.."
Dia tertawa bagaikan orang edan. Tiba2 Boe Kie merasa kupingnya "menguing"
Dan ia pingsan.
Tapi beberapa saat kemudian, ia sudah tersadar lagi.
Semenjak kecil, ia sendiri pernah menerima macam2 hinaan.
Tapi apa yang diderita ayah angkatnya, ratusan kali lipat lebih hebat.
Karena tipu busuknya Seng Koen, ayah angkat itu, seorang yang keras seperti besi, musnah rumah tangganya.
Rusak namanya, matanya buta keduanya dan sekarang hidup sebatang kara di pulau terpencil.
Aduh! Itulah sakit hati yang tidak bisa tidak dibalas.
Bahna gusarnya, dadanya menyesak.
Dan karena gusar, Kioe yang Cin Khie dalam tubuhnya mengamuk hebat.
Nafasnya tersengal2 membunag "hawa tulen"
Yang seperti juga meledak keluar dari dalam tubuhnya.
Tapi ia berada didalam karung.
Hawa yang keluar dari hidung dan mulutnya tak bisa buyar, sehingga sebagai akibatnya, perlahan2 karung Kian Koen it khie tay melembung.
Tapi semua orang yang tengah mendengari cerita Goan tin tidak memperhatikan melambungnya karung itu.
Goan tin berkata pula.
"Yo Siauw, Cioe Tian, Wie It Siauw dan yang lain2, apa kamu mau bicara?"
Yo Siauw menghela nafas.
"Sesudah keadaan jadi begini, apa lagi yang mau dikatakan?"
Katanya.
"Goan tin taysu, apakah kau bisa mengampuni jiwa anakku? Ibunya ialah Kie Siauw Hoe dari Go Bie Pay. Ia belum masuk ke dalam Beng Kauw."
Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Membabat rumput harus membabat sampai diakarnya, aku tak mau memelihara harimau kecil untuk jadi biang penyakit,"
Jawabnya.
Ia berjalan pelan2 dan lalu mengangkat tangannya untuk menepuk batok kepala Yo Siauw.
Boe Kie terkesinap.
Tanpa menghiraukan hawa panas yang seperti dibakar, ia melompat kehadapan Goan tin, mengangkat tangan kirinya dan menangkis pukulan pendeta itu.
Begitu tertangkis, tangan Goan tin terpental.
Sesudah terkena pukulan Han beng Bian ciang, pendeta itu terluka berat dan sekarang, tenaganya baru pulih sebagian, sehingga tangkisan Boe Kie telah menggoncang tubuhnya dan mau tidak mau, ia mundur setindak dengan badan limbung.
"Bocah!"
Bentaknya.
"Kau..kau.."
Boe Kie merasa mulut dan lidahnya kering serta panas.
Hawa cin khie mengamuk makin hebat.
Sesudah menetapkan semangat, Goan tin memukul karung itu dengan telapak tangannya.
Tapi pukulan itu, yang tidak kena dibadan Boe Kie, sudah terpukul balik dengan tenaga membal dari karung tersebut, sehingga sekali ia terhuyung.
Ia kaget bukan main dan tak tahu sebab musababnya.
Dia sama sekali tidak pernah bermimpi, bahwa manusia yang berada dalam karung itu mempunyai tenaga Kioe yang Sin keng.
Sementara itu, Kioe yang Cin khie yang mengamuk didalam tubuh Boe Kie sudah mendekati titik peledakan.
Jika Kian koen It kie tay keburu meledak, maka ia terlolos dari kebinasaan, kalau tidak, Cin khie itu akan segera meledak dan membakar seluruh tubuhnya.
Dilain saat Goan tin telah maju 2 tindak dan kembali menghantam karung dengan telapak tangannya.
Seperti tadi, ia terhuyung pula, tapi karungnya pun, yang didorong keras, berguling2 seperti bola raksasa.
Dada Boe Kie semakin menyesak.
Ia sukar mengeluarkan lagi hawa dari badannya, sebab karung itu sudah terlalu penuh.
Dengan beruntun Goan tin memukul 3 kali dan menendang 2 kali dan tiap kali menyerang, setiap kali terhuyung sebab terpukul balik dengan tenaga membal karung tersebut.
"Masih untung pukulan dan tendangannya tidak meyentuh pada Boe Kie.
Bila menyentuh tubuh yang penuh dengan Kioe yang Sin kang ia pasti terluka berat.
Yo Siauw, Pheng Eng Giok dan Swee Poet Tek mengawasi kejadian aneh itu dengan mata membelalak.
Kian koen It khie tay adalah milik Swee Poet Tek, tapi iapun tak tahu, mengapa karung bisa melembung seperti bola.
Ia juga tak tahu apa Boe Kie masih hidup atau sudah mati.
Dengan gregetan Goan tin mencabut pisau dari pinggangnya dan dengan sekuat tenaga, ia menikam.
Tapi karung itu hanya mendesak, tidak pecah.
Ia terkesinap.
Ia tak tahu, bahwa karung itu tebuat daripada semacam bahan yang aneh.
Dengan menggunakan pisau biasa, karung mustika itu tentu saja tidak bisa dirobek.
Sesudah gagal dalam beberapa serangan, Goan tin berkata dalam hatinya.
"perlu apa aku meladeni manusia dalam karung itu?"
Ia menendang dan karung itu terbang keluar. Apa mau karung itu terbentur pintu dan terpental balik, menyambar Goan tin. Melihar sambaran itu, dia mengangkat kedua tangannya dan menghantam sekuat tenaga. "Dar!"
Peledakan dahsyat yang menyerupai geledek menggetarkan seluruh ruangan dan ribuan kepingan kain terbang berhamburan.
Kian Koen It khie tay hancur! Goan tin, Yo Siauw, Cioe tian dan yang lain2 merasa seperti disambar semacam hawa yang sangat panas, sedang Boe Kie sendiri berdiri terpaku bagaikan patung dengan paras muka seperti orang linglung, sebab ia sendiri tak tahu apa yang telah terjadi.
Ia sendiri tak tahu, bahwa pada detik itu, ia sudah mencapai hasil lengkap dalam memiliki Kioe yang Sin kang yang murni.
Pada detik itu, naga seolah2 bertemu dengan harimau, langit bersatu padu dengan bumi.
Tadi waktu ia masih berada didalam karung yang penuh dengan Kioe yang Cin khie, ratusan jalan darahnya seperti diurut oleh ratusan ahli silat kelas utama yang dengan berbareng mengeluarkan hawa tulen mereka.
Jodoh yang luar biasa itu belum pernah dialami oleh siapapun juga.
Dan pada saat meledaknya karung, cin khie didalam dan diluar badannya mengalami suatu kegoncangan hebat.
Didalam semua pembuluh darahnya seperti juga mengalir semacam air perak dan sekujur badannya nyaman luar biasa.
Dalam seluruh rimba persilatan, kejadian seaneh itu baru saja terjadi.
Goan tin adalah manusia jahat yang licik dan cerdas otaknya.
Melihat pemuda itu masih dalam keadaan bingung.
Ia tahu, bahwa sekarang adalah kesempatan satu2nya untuk menyerang.
Bila kesempatan yang baik itu telah lewat dan Boe Kie keburu turun tangan terlebih dahulu, ia bakal binasa.
Maka itu ia lantas saja maju dan menotok Tian tiong hiat, didada pemuda itu.
Dengan cepat Boe Kie menangkis dengan tangannya.
Dalam ilmu silat, kepintaran Boe Kie masih sangat cetek.
Waktu berada di pulau Peng hwee to, ia pernah belajar silat dari Cia Soen dan kedua orang tuanya.
Tapi apa yang telah dipelajarinya adalah ilmu2 biasa.
Maka itu, ia takkan bisa menandingi seorang lawan seperti Goan tin.
Pada waktu mengkis pukulan si pendeta, Yang tie hiat di pergelangan tangannya, telah kena ditotok dengan It im cie, sehingga ia menggigil dan mundur setindak dengan terhuyung.
Tapi badan pemuda itu penuh dengan Kioe yang Cin khie dan hawa tersebut menerobos masuk ke dalam tubuh Goan tin dari jari tangannya.
Hampir berbareng dengan terhuyungnya Boe Kie.
"yang" (panas) dari Kioe yang Sin kang bertempur dengan hawa "im" (dingin) dalam tubuhnya Goan tin. Biarpun lihay si pendeta yang telah terluka, mana bisa melawan Kioe yang cin khie? Ia bergidik dan merasa seantero tenaga dalamnya membuyar. Hatinya mencelos. Ia tahu, bahwa ia tengah menghadapi kebinasaan. Buru2 ia memutar badan lalu kabur."Seng koen!"
Teriak Boe Kie dengan gusar. "Tinggalkan jiwamu disini!"
Sesaat itu Goan tin sudah lari masuk meninggalkan pintu. Boe Kie melompat untuk mengejar, tapi.
"Bruk!", ia menubruk pinggir pintu, pipinya yang terbentur dirasa sakit sekali. Mengapa begitu? Sesudah berhasil didalam Kioe yang Sin kang, setiap gerakan Boe Kie berlipat kali lebih besar tenaganya daripada biasanya. Maka itu, waktu melompat, jarak lompatan itu jauh luar biasa, sehingga ia kehilangan keseimbangan dan menubruk pintu. Ia tak tahu mengapa ia bisa melompat begitu jauh. Tapi ia tak bisa memikir panjang2 dan lalu turut masuk kedalam pintu samping itu. Ia sekarang berada dalam ruangan kecil. Dalam tekadnya untuk membalas sakit hati ayah angkatnya, tanpa menghiraukan kemungkinan dibokong, ia mengubar terus. Setelah melalui ruangan itu, ia tiba dalam sebuah halaman terbuka. Ia mengendus bau wangi, wanginya bunga yang ditanam di halaman itu. Tiba2 ia lihat sinar lampu yang keluar dari sebuah kamar disebelah barat. Ioa memburu ke kamar itu dan menolak pintu. Satu bayangan abu berkelebat, Goan tin menyingkap sebuah tirai sulam dan masuk kedalamnya, Boe Kie mengejar iapun menyingkap tirai itu dan ikut masuk. Tapi orang yang dikejar tidak terlihat batang hidungnya. Ia mengawasi keseputarannya dan ia heran, sebab ia ternyata berada dalam kamarnya seorang gadis dari keluarga hartawan. Dipinggir dinding terdapat tempat untuk berhias dan diatas meja berhias berdiri sebuah ciaktay dengan lilinnya yang memancarkan sinar terang dalam kamar itu. Dalam pandangan sekilas mata, ia merasa bahwa kamar itu lebih indah daripada kamarnya Cioe Kioe tin. Diseberang meka hias terdapat sebuah ranjang tertutup oleh tirai, sedang disepan ranjang terlihat sepasang kasur sulam, sebagai tanda, bahwa seorang wanita sedang tidur diranjang itu. Boe Kie berdiri dengan penuh rasa heran. Kamar itu hanya dengan sebuah pintu, dan semua jendela tertutup rapat. Barusan, terang2an lihat Goan tin masuk, tapi pendeta itu tidak terlihat bayang2nya lagi! Apakah ia sembunyi dalam ranjang? Apakah yang harus diperbuat olehnya? Apakah ia boleh menyingkap tirai ranjang itu? Selagi bersangsi, tiba2 ia mendengar tindakan kaki yang sangat enteng. Ia melompat dan sembunyi di belakang rak, tempat menggantungkan selimut, yang terletak didinding sebelah barat. Sesaat kemudian, seorang wanita terdengaran batuk2. Boe Kie dan melihat masuknya 2 orang wanita muda, yang satu berusia kira2 enambelas tahun, terus batuk2 dan berjalan dengan dipayang oleh yang lain, yang berusia lebih muda. Dilihat dari dandananny, nona cilik itu adalah pelayan dari nona yang dipayang itu.
"Siocia, kau mengasolah,"
Katanya dengan suara membujuk. "Jangan jengkel dan jangan bingung."
Siocia itu batuk2 lagi.
Tiba2 ia mengangkat tangannya dan menggaplok pipi pelayannya.
Tamparan itu hebat, sehingga si pelayan terhuyung.
Sebab sebelah tangannya memegang pundak pelayan itu, maka waktu si pelayan terhuyung, badannya turut bersempoyongan dan berputar menghadap Boe Kie.
Dengan bantuan sinar lilin, pemuda itu melihat wajah yang tidak asing lagi, mata besar, biji mata hitam, muka potongan telur, muka dari Yo Poet Hwie! Tubuh si nona sudah banyak lebih jangkung dan lebih besar, tapi sikapnya dan gerak geriknya masih seperti dulu.
Dengan nafas tersengal-sengal Poet Hwie berkata.
"Kau suruh aku jangan bingunghm!...........Kau sendiri tentu saja tidak bingung. Bagimu, paling baik bila ayahku dibinasakan orang, supaya kau bisa mencelakai aku. Kalau aku telah mati, kau bisa berkuasa disini,"
Pepayang Poet Hwie kesebuah kursi.
"Ambil pedangku!"
Memerintah si nona sudah berduduk.
Si pelayan segera mengambil sebuah pedang yang tergantung didinding.
Boe Kie mengawasi dan mendapat kenyataan, bahwa pada kedua kaki pelayan itu terikat selembar rantai besi yang halus, sedang pada kedua pergelangan tangannyapun terikat dengan rantai yang sama.
Kaki kirinya pincang dan badannya bongkok, seperti busur yang melengkung.
Waktu ia memutar badan sesudah mengambil pedang, Boe Kie melihat mukanya dan pemuda itu terkejut, sebab muka itu jelek luar biasa.
Mata kanannya kecil, mata kirinya besar, hidung melesak, mulutnya mengok dan dalam keseluruhan muka itu sangat menakutkan.
"Mukanya lebih jelek daripada Coe Jie."
Katanya dalam hati.
"Kejelekan Coe Jie karena racun dan masih dapat dirubah. Tapi kejelekan nona cilik itu adalah dari pembawaannya dan tak dapat diperbaikki lagi."
Seraya menyambuti senjata itu dari tangan pelayanannya, Poet Hwie batuk2 lagi beberapa kali.
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah peles dan menuang 2 butir yowan, yang lalu ditelannya.
"Kalau begitu Poet Hwie berbekal obat, sehingga biarpun terkena It Im cie, ia masih bisa bergerak,"
Kata Boe Kie dalam hati.
"Tak bisa salah lagi, obat itu panas sifatnya,"
Benar saja, beberapa saat kemudian. Paras nona Yo bersemu merah dan pada kedua pipinya terlihat sinar dari hawa panas. Perlahan2 ia bangkit dan berkata.
"Aku mau tengok ayah."
"Mungkin sekali musuh masih belum pergi,"
Kata si pelayan.
"Sebaiknya aku yang pergi menyelidiki terlebih dahulu. Kalau sudah tak ada bahaya barulah siocia keluar."
Ia bicara dengan suara yang sangat tak sedap kedengarannya, seperti suara dari seorang lelaki setengah tua. "Tak perlu berlagak baik hati!"
Bentak Poet Hwie. "Lepaskan aku."
Dengan apa boleh buat, si pelayan mengangsurkan tangan kanannya.
Sebab kedua pergelangan tangannya terantai maka waktu mengangsurkan tangan kanan, tangan kirinya turut diangsurkan.
Tiba2 tangan kiri Poet Hwie menyambar dan mencengkeram pergelangan tangan kanan pelayannya, jari2 tangannya mencengkeram Hwee cong, Yang tie dan Gwa koan hiat.
Badan pelayan itu lantas saja kesemutan dan tak bisa bergerak lagi.
"Siocia"
Si Pisau Terbang Pulang -- Yang Yl Setan Harpa -- Khu Lung/Tjan Id Rahasia Mo-kau Kaucu -- Khu Lung