Rase Emas 7
Rase Emas Karya Chin Yung Bagian 7
Rase Emas Karya dari Chin Yung
Mereka bertempur dengan sangat cepat, serang menyerang silih berganti ......
pertarungan yang menginginkan berakhir dengan kematian lawannya ini sangatlah menguras tenaga mereka masing2.
Disaat itulah terlihat gerakan Siangkoan Hujin semakin lambat, selain bertempur didalam jarak yang demikian lama juga menderita kedukaan yang sangat menyedihkan sekali, ber-angsur2 tenuganya- juga jadi berkurang dan gerakannya semakin perlahan.Ranting ditangannya ber-gerak2 tidak secepat tadi lagi.
Disaat itulah, terdengar Siangkoan Hujin mengeluarkan suara pekikan nyaring, sambil mengerahkan tenaga dalamnya pada telapak tangannya, kemudian turun disalurkan pada ranting ditangannya dan terlihat gerakan yang dilakukan Siangkoan Hujin merupakan serangan mematikan.
Siang-mo-kiam menyambuti serangan sinyonya Siangkoan Tat yang tidak sempat untuk menarik pulang serangannya, dengan gerakan sepasang pedangnya itu.
Tentu Siang-mo-kiamlah yang akan memperoleh kemenangan? Ternyata tidak.....! Benturan antara ranting ditangan Siangkoan Hujin dengan sepasang pedang ditangan Siang-mo-kiam mengeluarkan suara.....
"Traaaakkk........."
Disaat itu pedang Siang-mo-kiam meluncur menikam dada dari Siangkoan Hujin.
Tikaman itu dilakukan dengan cepat, dibarengi dengan kutungan ranting si nyonya.
Tetapi biarpun didalam keadaan kaget seperti itu, Siangkoan Hujin sama sekali tidak menjadi gugup.
Dengan mengeluarkan suara bentakan tubuhnya telah miring kesamping, dengan kecepatannya dia mempergunakan kedua telapak tangannya dengan cepat dan nekad sekali.
Sehingga batang pedang itu dapat di sampoknya terpental.
Siang-mo-kiam terkejut sampai mengeluarkan suara seruan tertahan dan dengat cepat dia susul pedang yang satunya mengulangi penikamannya itu.
Tetapi Siangkoan Hujin telah melompat mundur, mereka telah saling berdiri ber-hadap2an dengan mata masing2 memancarkan sinar yang tajam dan dalam, menganduag dendam dan sakit hati, bagaikan seekor macan dengan seekor singa betina tengah ber- hadap2an dengan segala keganasannya.---oo~Dewikz.0.Tah~oo--- Siangkoan Hujin yang tengah kalap seperti itu sudah tidak mau membuang2 waktu lagi.
Dengan cepat sekali dia telah mengeluarkan suara pekikan yang melengking tinggi, dan membarengi dengan mana tampak tubuhnya telah mencelat ketengah udara dengan gerakan yang cepat sekali.
Dia telah melancarkan serangan yang bukan main hebatnya dan gerakan yang dilakukannya itu merupakan gerakan yang cepat dan tidak memberikan ketika buat lawan2nya berpikir.
Disamping itu memang terlihat, betapa gerakan yang dilakukan Siang-mo-kiam telah memperlihatkan bahwa dia mulai terdesak oleh serangan Siangkoan Hujin yang merupakan seorang jago betina.
Tetapi Siang-mo-kiam mana mau mengadu jiwa begitu untuk mati bersama dengan lawannya yang telah nekad ini.
Siang-mo-kiam menyadari bahwa dia tidak bisa seterusnya berbuat begitu, dia bisa kehabisan tenaga berarti juga dengan mudah dia akan dapat dirubuhkan oleb Siangkoan Hujin dan akan bercelaka.
Dia berusaha mencari jalan keluar, meloloskan diri atau juga berusaha untuk merubuhkan si nyonya tua yang tanguh ini.
Maka dari itu yang paling selamat ialah memutar terus sepasang pedangnya itu, dengan demikian berarti dia dapat mengelakkan serangan Siangkoan Hujin.
Akhirnya dengan kemurkaan dia menyimpan pedang ditangan kirinya, tahu2 dia telah merogoh saku bajunya .......
mengambil beberapa batang jarum Bwe-hoa ciam, dengan kecepatan tidak terduga, dia telah melemparkan jarum-jerum beracun itu menyerang si nyonya, dan Serrrrtt......., serrrrtttt....., serrrrtttt....., terdengar suara pekik kaget dari Siangkoan Hujin.Karena saat itu Siangkoan Hujin tengah menerjang, maka terkejut bukan main tahu2 dihadapaanya meluncur jarum-jarum itu memapaknya.
Serangan jarum2 itu terus menembus dan menotok jalan darahnya sehingga seketika itu juga racun telah bekerja, Siangkoan Hujin terbanting rubuh diatas tanah.
Tubuhnya telah berkelejatan dan didalam saat yang sangat singkat dia telah mengejang kaku.
---oo~Dewikz.0.Tah~oo--- BAGIAN 18 NYAWANYA juga telah melayang seketika.
Rupanya racun itu bekerja terlalu keras sekali.
sehingga didalam sekejap mata saja dia telah terbinasa disebabkan racun tersebut.
Dan juga muka mayat dari Siangkoan Hujin berubah jadi biru matang kehitam2an, hal ini memperlihatkan bahwa racun itu memang bekerja sangat hebat sekali.
Dengan cepat Si pedang iblis mengawasi kearah mayat Siangkoan Hujin,setelah jakin bahwa lawannya itu binasa, dia tertawa ber-gelak2 dengan suara memperlihatkan kepuasan.
Disaat itulah dia telah melihat bahwa tubuh Siangkoan Nio, puteri dari hartawan itu, tengah menggeletak disamping mayat ibunya dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Dengan cepat dia telah melangkah menghampiri tubuh sigadis.
Lama dia berdiri disitu mengawasinya, sampai akhirnya dia telah menggumam ."Hemm......., sebetulnya seorang nona cantik seperti dia sangat disayangkan harus mampus dengan cara yang mengerikan !"
Katanya deagan suara yang sangat dingin dan menyeramkan sekali.
Disaat itulah, dengan cepat dia telah menggerakkan tangan kanannya yang masih mencekal pedang, dan pedang itu telah berkelebat menikam Siangkoan Nio yang tengah pingsan tidak sadarkan diri itu.
Dia bermaksud akan membinasakan Siangkoan Nio, karena dia beranggapan jika membiarkan Siangkoan Nio hidup terus, tentu dibelakang hari akan menimbulkan kesulitan buat dirinya.
Maka dia harus dapat membinasakan sigadis, saat itu pedangnya telah meluncur dengan cepat sekali menikam dada gadis itu.
Sedangkan Siangkoan Nio jang tengah pingsan tidak sadarkan diri itu, sama sekali tidak mengetahui bahaya yang akan menimpa dirinya.
Mata pedang telah meluncur dencan kecepatan penuh.......dan jiwa Siangkoan Nio segera akan melayang begitu mata pedang menembus dadanya.
Tetapi disaat itulah .....
yaitu-saat mata pedang terpisah beberapa dim lagi dari kulit tubuh dibagian dadanya sigadis itu, disaat yang bersamaan tersebut, tetah meluncur sebutir batu kerikil kecil yang telah memiliki kekuatan yarg luar biasa dahsyatnya.
"Traaaanngg........!"
Pedang itu telah dihantam oleh batu kerikil kecil itu, Siang-mo- kiam terkejut bukan main, dia sampai mengeluarkan suara seruan tertahan dan telah melompat mundur.
Dengan penuh kemurkaan yang sangat dia menoleh kearah dari mana batu kerikil itu datang, dia melihat sosok bayangan dengan gerakan yang lincah telah melompat keluar dari tempat persembunyiannya dibalik semak.Sosok tubuh itu berkata dengan suara yang perlahan "Sungguh suatu perbuatan, yang sangat kejam jika ingin menghabiskan nyawa seseorang yang tengah berada dalam keadaan pingsan seperti itu!"
Dengan mata ber-api2, ilblis Siang-mo-kiam mementang matanya mengawasi kearah sosok bayangan tersebut, dan dia segera melihat orang yang baru muncul ltu.
Orang ini adalah seorang pemuda yang cakap, sepasang alisnya tebaI dan juga hidungnya mancung dengan bibir yang tipis.
Disaat itu sipemuda tengah berdiri mengawasi kearahnya dengan sorot mata dan bibirnya tersenyum dengan dingin sekali.
Siang-mo-kiam terkejut sekali waktu pemuda ini menjawab dengan suara yang dingin .
"Hmmm........ engkau iblis yang benar2 tidak tahu diuntung ! Aku si Rase Emas tidak bisa membebaskan engkau dari kematian ! Biar bagaimana engkau harus dapat kubinasakan hari ini, agar malapetaka buat orang-orang yang lemah terhindarkan!"
Mendengar disebutnya bahwa gelaran pemuda itu adalah si Rase Emas, seketika itu juga tubuh si iblis telah tergetar sedikit.
Hatinya juga telah tergoncang, karena dia pernah mendengar perihat hebatnya si Rase Emas ini, walaupun muncul belum begitu lama didalam rtnrba persilatan, tetapi wemang memiliki kepandaian yang tinggi.
Setelah menenangkan goncangan hatinva, Siang-mo-kiam membentak.
"Aku tengah menyelesaikan persoalan dendamku, menurut peraturan Kalangan kang-ouw, engkau tidak bisa mencampuri persoalan kami ini !"
"Hmmm....., memang benar apa yang engkau katakan itu, peraturan rimba persilatan begitu bunyinya ! Tetapi engkau kulihat seorang yang pengecut ! Perihal kematian dari hartawan tua itu tidak ada artinya buatku, karena memang lawanmu, tetapi Istrinya itu kau binasakan dengan membokong mengunakan serangan dengan jarum !. Inilah yang membuat aku tidak gembira! Jika memang engkau berhasil membinasakannya dengan menggunakankepandaian yang kau miliki, itu lain pula persoalannya ! Dan yang membuat aku tambah tidak senang, kulihat tadi betapa nona itu dalam keadan tidak berdaya dan sedang pingsan, tetapi engkau mau membunuhnya juga. Itulah suatu perbuatan yang sangat pengecut sekali!"
Muka si iblis telah berobah merah padam tampaknya dia jengah berbareng juga gusar.
"Lalu apa maumu?"
Bentaknya dengan suara yang bengis sekali! "Mauku? Ya .......membinasakan dirimu si iblis yang jahat!"
Sahut si Rise Emas.
Yang tidak lain dari Kie Bouw.
Memang sejak tadi Kie Bouw telah bersembunyi dibalik semak itu.
Karena tadi dia kebetuilan lewat dimuka gedung ini dia mendengar suara bentakan2 seperti adanya suatu pertempuran.
Maka saking tertariknya Kie Bouw telah memasuki gedung itu secara diam2 Disebabkan Ginkangnya telah sempurna, maka orang2 sama sekali tidak mengetahui kedatangannya dan juga dia telah bersembunyi dibalik semak belukar itu.
Tetapi setelah dia mengerti duduk persoalan bahwa si iblis Siang- mo-kiam datang untuk membalas dendam, Kie Rouw semulanya mau berlalu, namun dia melihat betapa Siang-mo-kiaw selalu melancarkan seprangan-serangan dengan tikaman dan pukulan2 yang mematikan.
Peraturan rimba persilatan itu telah melarang siapa saja orang2 rimba persilatan, jika bertemu dengan pertempuran dimana seseorang tengah ingin membalas sakit hati dan dendam, maka urusan dendam itu tidak boleh dicampuri.
Kie Bouw sebagai orang rimba persilatan dia terikat oleh peraturan rimba persilatan .......
akhirnya, dia telah berdiam diri saja tidak mau campur tahu dengan urusan keluarga Silngkoan itu.Tetapi ketika itu, dia melihat betapa Siang-mo-kiam telah menggunakan cara yang rendah hina dan keji sekali, dengan membokong serangan jarum-jarum beracun membinasakan Siangkoan Hujin, Siiblis Siang-mo-kiam, tubuhnya telah mencelat untuk menerjang.
Dia mencabut pedang ditangan kiri dan kanannya, dan melancarkan serangan berbareng saling susul menyusul.
Kie Bouw jadi tambah mendongkol saja, ia ber-siap2 dan kedua kakinya tetap berdlri tegak ditempatnya tanpa bergerak, mengawasi dan menunggu tibanya serangan kedua pedang siiiblis Siang-mo- kiam.
Kala pedang Siang-mo-kiam mendekati, maka dengan cepat sekali dia mengeluarkan suara siulan yang panjang dan Kie Bouw mengulurkan kedua tangannya, memapak pedang itu dengan kedua jari tengah dan telunjuk tangannya masing2, dan kedua pedang itu telah dijepitnya.
Tentu saja Siang-mo-kiam Jadi terkejut bukan main, cepat dia telah mengerahkan sebagian besar tenaga dalamnya berusaha untuk dapat menarik pulang pedangnya itu Dan jari2 tangan dari Kie Bouw bagaikan jepit besi kuat maka dari itu si iblis jadi kaget setengah mati, dia menarik pedang itu se- kuat2nya Tetapi kembali gagal.
Kedua pedangnya itu tetap tidak bergerak.
"Ini adalah pelajaran pertama buatmu"
Kie Bouw menggerakkan jari2 tangannya itu dengan perlahan.
"Trangg......."
Pedang2 itu tetah terpatahkan.
Pedang itu terbuat dari baja yang ditempa, tetapi hanya dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengahnya Kie Bouw bisa mematahkannya, apa lagi pedang itu merupakan pedang pusaka.
.......Inilah hebat!Siang-mo-kiam cepat menggerakkan sepasang tangannya, melancarkan serangan sekaligus dengan mempergunakan kedua tangannya.
Dengan mengeluarkan suara dengusan, Kie Bouw mengibaskan tangannya, seketika itu juga terjadi sesuatu hal yarg luar biasa.
Tampak tubuh si iblis Siang-mo-kiam telah terlempar keras ketengah udara, lalu meluncur keatas tanah, ambruk dengan bantingan yang keras.
Saat itu pula Kie Bouw telah menjejakkan kakinya, tubuhnya dengan cepat telah mencelat menubruk si iblis sambil tangan kanannya menghantam telak sekali dada Siang-mo-kiam.
"Hemm.......sebetulnya jika aku mau mengambil jiwamu semudah membalikkan telapak tangan, tetapi aku masih berlaku murah hati membiarkan kau hidup ! Tetapi aku telah memusnahkan seluruh kepandaian yang engkau miliki ! Tetapi jika dilain waktu aku bertemu dengan kau masih melakukan kejahatan lagi, hemm......., hemm......., disaat itu aku tidak bisa memberikan pengampunan buatmu !"
Dan setelah berkata begitu, Kie Bouw mengayunkan kaki kanannya menendang pantat si iblis itu.
Dan akibat tendangannya itu, tubuh si iblis Siang-mo-kiam telah rubuh terjungkel lagi.
---oo~Dewikz.0.Tah~oo--- Kie Bouw berdiri mengawasi kepergian si iblis dengan sorot mata yang dingin.
Setelah Kie Bouw melihat Siang-mo-kiam dan bayangan telah lenyap.
Maka Kie Bouw menghampiri mayat Siangkoan Tat, dan istrinya, dia memeriksa kedua mayat itu, ternyata mereka memang telah binasa.Kie Bouw menghela napas panjang, wajahnya muram sekali.
Kie Bouw cepat2 menghampiri sigadis Siangkoan Nio, dia memeriksanya, ternyata Gadis ini tidak terluka apa2, Kie Bouw menghela napas lega, cepar menotok beberapa jalan darah ditubuh si gadis, agar gadis ini siuman dari pingsannya.
Seketika itu juga Siongkoan Nio telah tersadar dari pingsannya.
Si gadis dengan cepat telah melompat berdiri.
Dia mengiawasi sekelilingnya, waklu ia melihat mayat-mayat ayah dan ibunya si gadis jadi menangis sedih sekali, ditubruk mayat ibuoya dan sesambat.
"Ma........, mengapa engkau tega meninggalkan aku?"
Berulang kali gadis sesambatan didalam tangisnya, sedangkan Kie Bouw hanya mengawasi saja. Akhirnya setelah merasa cukup lama si gadis menangis barulah dia merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat dan berkata .
"Koownio....... manusia jahat itu telah kuhajar bercacad dan telah kumusnahkan seluruh kepandaiannya ! Tadinya aku ingin membinasakannya, tetapi aku mengingat bahwa persoalan ini adalah persoalan keluarga dan membalas dendam belaka, maka aku telah meringankan sedikit tangan!"
Mendengar perkataan sipemuda, menoleh memandang ragu kearah Kie Bouw.
"Siapa kau ?"
Tegurnya.
Kie Bouw cepat2 telah memperkenalkan dirinya, dia memberitahukan namanya.
Tetapi gadis ini masih ragu2 Maka, Kie Bouw telah menuturkan seluruh kejadiaan yang telah lewat tadi.
Mendengar semua itu, sigadis menangis ter-sedu2.
Tampaknya dia berduka sekali."Mulai hari ini aku menjadi seorang anak yatim piatu !"
Katanya.
"Jangan berduka nona ...... semua yang telah terjadi ini walaupun suatu mala petaka, mungkin memang sudah tulisan !"
Kata Kie Bouw.
"Maka didalam kesulitan dan penderitaan seperti ini, manusia harus tabah dan kukira nona tidak perlu menangisi yang telah pergi!"
Si gadis mangangkat kepalanya, dia memandang Kie Bouw dengan air mata masih mengucur.
"Terimalah penghormatan Siauw moay, terima kasih atas pertolongan kongcu terhadap jiwa Siauw moay ...."
Kata sigadis kemudian. Tentu saja Kie Bouw jadi gugup menerima penghormatan seperti itu dari seorang gadis yang cantik seperti Siangkoan Nio, kie Bouw cepat2 menyingkir kesamping mengelakan diri dari penghormatan yang diberikan oleh sigadis.
"Jangan terlalu banyak peradatan nona!"
Kata Kie Bouw tersipu2.
"apa yang kulakukan tadi hanyalah merupakan suatu bewajiban belaka!"
"Tetapi kongcu yang telh menyelamatkan jiwaku!"
Kata si nona She Siangkoan.
"Jika memang kongcu tidak menolong jiwaku, tentu aku pun telah menjadi mayat"
"Sudahlah"
Kata Kie Bouw yang tidak tahu apa yang harus dilakukannya, katanya dengan gugup sekali dan melihat betapa si gadis masih menangis dengan sedih.
"Biarlah mayat, kedua orang tuamu itu akan kukubur!"
Kata Kie Bouw dia telah menggali dua buah lubang, kemudian mengubur mayat kedua orang tua Siangkoan Nio dengan rapih.Setelah tanah kuburan itu berbentuk dua gundukan tanah yang cukup tinggi, si gadis duduk berlutut bersembahyang dihadapan kuburan kedua orang tuanya itu.
Saat itu, Kie Bouw telah berdiri disampingnya dia mengawasi saja.
"Betapa cantiknya gadis ini"
Diam2 Kie Bouw membathin didalam hatinya.
"Hemm.... jika saja dapat bersahabat dan mengikat tali persahabatan itu ..... !"
Terapi berpikir begitu, tiba2 Kie Bouw merasakan pipinya jadi panas, berobah merah padam.
Rupanya dia malu sendiri oleh jalan pikirannya itu.
Disaat itulah tampak Siangkoan Nio telah selesai berrsembahyang, dia telah berdiri dan membalikkan tubuhnya memandang kearah Kie Bouw.
Rase Emas Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kongcu, ada sesuatu yang ingin kukatakan kepadamu. entah engkau mau mendengarkannya atau tidak?"
Tanya sigadis kemudian sambil mengawasi Kie Bouw dengan sorot mata yang ber-kaca2 karena air mata.
"Katakanlah nona."
Kata Kie Bouw cepat.
"Aku mempunyai satu permintaan kepadamu, entah merepotkan dan memberatkanmu atau tidak ?!"
Kata si gadis sambil menundukkan kepalanya. Kie Bouw memandang si gads deagan hati agak tergoncang, tetapi tetap bnerusaha tersenyum "Katakanlah nona !"
Katanya Si gadis terlihat ragu. Tetapi kemudian katanya.
"Yahh......., sekarang ini aku telah menjadi anak yatim piatu yang tidak memiliki kedua orang tua dan tidak sanak famili. Karena kedua orang tuaku merupakan jago2 rimba persilatan yang selalu hidup mengasingkan diri. Namun sekarang ........... dalam penderitaan seperti ini engkautelah menolongku, maka aku bermaksud akan mengikuti kemana saja engkau pergi. untuk berlindung jika memang ini tidak memberatkanmu!"
Setelah berkata begitu, si gadis menundukkan kepalanya, dia jengah sekali, pipinya juga telah berobah merah seketika.
Kie Bouw merasakan betapa hatinya berdebar keras, biar bagaimana pemuda ini merasakan bahwa si gadis menaruh hati padanya.
Mungkin juga hal ini disebabkan si gadis merasa berhutang jiwa pada pemuda ini.
Ketika tidak mendengar jiwaban Kie Bouw, maka akhirnya si gadis telah mengangkat kepalanya dia memandang Kie Bouw dengan sorot mata, yang tajam.
"Bagaimana Kongcu ?"
Tanyanya.
"Apakah hal itu tidak memberatkan kau ?"
Katanya kemudian sambil menatap mengandung harapan. Tetapi Kie Bouw telah mengangguk.
"Jika memang nona tidak memandang rendah kepadaku, aku justeru berbahagia sekali nona mau mengembara ber-sama2 denganku !"
Kata Kie Bouw.
Mendengar Kie Bouw, menyanggupi, maka si gadis tampak jadi girang sekali.
Dia mengeluarkan suara seruan girang.
Dan telah cepat2 merangkapkan sepasang tangannya, dia telah memberi hormat.
Tampaknya memang mengembara seperti itulah yarg diinginkan.
Karena sekarang ini dia memang telah menjadi seorang anak yatim piatu yang sudab tdak memiliki sanak famili,Mau tidak mau memang si gadis juga merasa berhutang jiwa pada pemuda yang gagah ini, dia melihat betapa Kie Bouw seorang pemuda yang baik, disamping itu juga sangat lembut.
Maka dia percaya, jika dia berada disisi pemuda yang gagah dan tampaknya memiliki kepandaian yang tinggi jelas dia akan tenang dan tenteram hatinya.
Dan setelah ber-cakap2 sambil mempersiapkan barang untuk perbekalan si gadis, merekapun kemudian telah melakukan perjalanan meninggalkan tempat itu.
Selama dan perjalanan Kie Bouw berusaha menghibur si nona dengan menceritakan berbagai pengalamannya, agar sigadis she Siangkoan ini melupakan kedukaan hatinya mengenai kematian yang telahmenimpa kedua orang tuannya.
Dan memang dengan melakukan perjalanan bersama Kie Bouw, hati si nona Siangkoan merasa terhibur ......
sehingga tidak jarang terlihat senyumannya yang merekah...
---oo~Dewikz.0.Tah~oo--- BAGIAN 19 PAGI ITU Kie Bouw dan Siaogkoan Nio berada dilereng gunung Hoa-san dalam pengembaraan mereka.
Keduanya memang selalu melakukan perjalanan dengan gembira dan tampaknya memang mereka sangat cocok satu dengan lainnya, disamping memang tampaknya juga sangat sepadan sekali.
Melihat keindahan pegunungan Hoa-san yang demikian rnenarik, tidak hentinya Siangkoan Nio don Kie Bouw memujinya.
"Cobalah kau bacakan sajak yang pernah dibuat oleh penyair Siang hiang yang memuji keindahan Hoa-san !"
Kata Kie Bouw kepada si gadis. Kie Bouw mengajukan permintaan begitu, karena dia memang mengetahuinya bahwa si gadis adalah seorang yang khusus mempelajari pelajaran Bun, pelajaran surat.Si gadis tersenyum.
"Nanti engkau mentertawakan suaraku yang buruk"
Kata si gadis.
Tamgaknya dia tersipu agak malu2, tetapi Kie Bouw mendesak terus agar si gadis mau membacakan sajak itu.
Akhirnya si nona Siangkoan membacakan sajak ciptaan Siang hiang itu Putih bagaikan salju, itulah awan, Merah bagaikan darah, itulah tanah, Hijau adalah warna sekelilingnya, Dan gemeritik merupakan musik indah air terjan.
Keindahan Hoa-san tiada tandingannya Kelembutan hutannya bagaikan suara lagu Kemesraan alamnya, memukau.
Hai..., hai..., asing dan tiada disini, Dan semuanya itu bercampur.
Menjadi satu dan berpadu Indah.
Tetapi juga memukau.
Mengharukan.
Menggembirakan.
Juga membuat manusia akan terlupakan pada segalanya, Hai...! Hai.....! Bila aku berada ditempat ini lagi......?! Pada akhir dari kata2 .
"Hai...! Hai....! Bila aku berada ditempat ini lagi ?"
Suara dari Siangkoan Nio terdengar semakin meninggi, Kie Bouw jadi memandang dengan hati yang melambung tinggi, dia jadi begitu kagum.Demikian pandai si gadis membawakan sajak itu, demikian cekatan dan suaranya demikian sesuai.
Disaat memuji kelembutan, suaranya begitu iembut, tetapi dikala dia memuji kekerasan antara hutan belukar, dia dapat membawakan suara yang keras.
Inilah yang membuat Kie Bouw semakin kagum saja pada si gadis.
Dengan bertepuk tangan, tidak hentinya Kie Bouw memujinya.
Muka si gadis jadi berobah merah seketika itu juga.
"Hebat......!"
Kata Kie Bouw kemudian.
"Engkau memang pandai sekali, Nio moy !"
Si nona rupanya tersipu malu.
"Engkau terlalu memuji, Koko...... sesungguhnya suaraku buruk sekali !"
Dan keduanya tersenyum, saling pandang, dan sorot mata mereka saling bicara walaupun bibir mereka masing2 sama tertutup rapat tidak mengeluarkan sepatah katapun. Tetapi diantara keheningan itu. tiba2 terdengar suara orang tertawa dingin.
"Hmmm ......, apanya yang indah ?"
Muncullah tiga sosok tubuh dengan gerakan yang sangat gesit, dan ketiga sosok tubuh yang baru muncul ini memecah diri seperti mengambil sikap mengurung.
Satu sosok tubuh itu bentuknya kecil dan pendek sekali, dia yang mengeluarkan kata2 ejekan itu.
Kie Bouw dan Siangkoan Nio jadi terkejut, mereka menoleh dan mengawasinya.
Ternyata Kie Bouw dapat mengenalinya dengan segera ......
salah satu dari mereka bertiga tidak lain dari Sam-kiam-hiap.
Mereka bertiga memandang kearah Kie Bouw dan Siangkoan Nio dengan sikap bermusuhan.
"Akhirnya kita bertemu lagi disini"
Kata Sam-kiam-hiap dengan suara yang dingin.Kie Bouw tertawa sinis.
"mau apa engkau mengganggu kami lagi ?"
Tegurnya.
"Hemm...jelas mengambil jiwamu !"
Sahut Sam-kiam-hiap.
"Sesungguhnya kita tidak pernuh saling berkenalan, dan tidak pernah pula bermusuhan, mengapa tampaknya engkau menaruh dendam kepadaku ?"
Kata Kie Bouw pula.
"Hemm...engkau merubuhkan diriku ..... inilah dendam yang tidak terhingga !"
"Tetapi..."
Kie Bouw masih berusaha untuk mengelakkan suatu pertempuran, karena dia melihatnya betapa Siangkoan Nio ketakutan bukan main.
Maka dari itu Kie Bouw tidak mau membuat kecut dan si nona ketakutan.
Kalau bisa Kie Bouw ingin mengelakkan suatu prrtempuran dengan jago2 yang ada dihadapannya ini yang tentunya memiliki kepandaian sangat tinggi.
Tetapi Sam-kiam-hiap mendengus.
"Ber-siap2lah ! Aku akan melancarkan serangan seorang diri !"
"Jangan engkau melihat kami datang bertiga lalu engkau mengatakan bahwa aku ingin mengeroyokmu ! Hmm......., kedua kawanku ini hanya sebagai saksi saja !"
Dan setelah berkata begitu, Sam-kiam-hiap ber-siap2 melancarkan serangan.
Sepasang alis Kie Bouw mengkerut.
Dia melihatnya bahwa suatu pertempuran tidak bisa dielakkan.
Maka dia meminta Siangkoan Nio menepi.
Setelah itu, Kie Bouw, ber-siap2 menerima serangan dari Sam- kiam-hiap,Rupanya Sam-kiam-hiap memang sakit hati waktu dia dirubuhkan oleh Kie Bouw tempo hari.
Maka dari itu, dia merawat dirinya agar cepat2 sembuh dari luka dalam dari gempuran Kie Bouw.
Dan setelah itu, Sam-kiam-hiap mencari kedua orang sahabatnya, yang bergelar Siang-mo Kui kwan (Sepasarg iblis dari kota Kui-kwan), dan mengajak mereka untuk menyaksikan sebagai saksi dalam pertempuran dengan Kie Bouw.
Mereka bertiga mengembara di rimba persilatan mecari jejak Kie Bouw, dan hari inilah mereka saling bertemu.
"sudah siap?"
Tegur Sam-kiam-hiap dengan suara yang dingin.
Kie Bouw hanya mengangguk.
Saat itu Kie Bouw melirik dan melihat betapa Siangkoan Nio tengah menatap kearah dirinya dengan sorot mata mengendung kekuatitan, dan Kie Bouw merasakan sorot mata si gadis bagaikan setitik embun yang menyejukkan hatinya.
Maka dari itu Kie Bouw bertekad, dia harus memenangkan pertempuran ini.
Saat itu, Sam-kiam-hiap mengeluarkan suara bentakan yang nyaring, tampak tubuhnya ber-goyang2 semakin lama semakin keras.
Dia tidak menerjang maju, tetapi dengan tubuh ber-goyang2 seperti itu tampaknya Sam-kiam-hiap tengah mengerahkan tenaga dalamnya.
Dia mengerehkan seluruh kekuatan pada kedua telapak tangannya, karena dia memusatkan seluruh kekuatan pada kedua telapak tangannya itu.
Sam-kiam-hiap tidak berani berlaku ceroboh lagi.
Karena dia pernah merasakan betapa hebatnya kepandaian yang dimiliki oleh Kie BouwSaat itulah, tampak tubuhnya Sam-kiam-hiap tahu2 melayang ketengah udara bagaikan se-ekor burung rajawali, dia menubruk datang menerjang kearah Kie Bouw.
Sedangkan Kie Bouw hanya mundur selangkah.
Dengan cepat Kia Bouw menguasai keseimbangan tubuhnya, maka tanpa membuang waktu lagi dia melancarkan serang kearah lawannya tersebut.
Sam-kiam-hiap jadi kaget sekali, dia menyambuti serangan yang dilancarkan Kie Bouw......"Bukkkk...........'' kembali terjadi benturan yang keras.
Pertempuran yang berlangsung antara Kie Bouw dengan Sam- kiam-hiap merupakan suatu pertempuran yang hebat sekali, membuat Sam-kiam-hiap dan Kie Bouw sendiri dapat merasakan bahwa mereka tengah melakukan suatu pertempuran yang tidak boleh dibuat main2.
Kie Bouw mengeluarkan suara pekik nyaring mengandung kekuatan, tahu2 kedua tangannya di-gerak2kan dengan gerakan yang cepat dan dari kedua telapak tangannya itu keluar serangkum angin serangan yang luar biasa sekali kuatnya menghantam tubuh Sam-kiam-hiap sampai tergetar keras, Sam-kiam-hiap merasakan betapa tenaga serangan Kie Bouw itu membuat tubuhnya tergetar.
Dengan penuh kemurkaan tampak Sam-kiam-hiap memusatkan seluruh kekuatan yang ada padanya.
Dan dia menolaknya dengan kuat kearah Kie Bouw, terjadilah benturan kuat dan seketika itu juga tubuh mereka sating terhuyung kebelakang dengan tubuh yang doyong, karena dua kekuatan yang tadinya saling tindih itu, terlepas dan saling terpisah.
Begitu mereka terpisah, Kie Bouw yang terlebih dahulu bisa mengendalikan kedua kakinya, segera mengeluarkan suara seruan nyaring melancarkan serangan lagi.
Sam-kiam-hiap baru dapat mengendalikan kedudukan kakinya, tetapi serangan Kie Bouw menyambar datang terlebih dahulu.Sam-kiam-hiap, sedikitnya akan terluka parah atau cacad seumur hidup, kalau dia memaksakan diri menangkis serangan lawannya itu, terpaksa dia mengelak atau menghindar Kie Bouw yang gusar bukan main melarcarkan serangan berulang kali.
Dia berhasil mendesak lawannya.
karena Sam-kiam-hiap tampak selalu main mengelakkan diri.
Dan setiap kali itu pula tampak Sam- kiam-hiap hampir kena dirubuhkannya.
Disaat itu kedua kawan dari Sam-kiam-hiap, yaitu Siang-mo Kui- kwan telah mengawasi dengan sikap yang mulai ber-sungguh2.
Rupanya kedua iblis dari Kui-kwan ini begitu yakin bahwa Sam- kiam-hiap Yang akan memperoleh kemenangan.
Hal itu disebabkan mereka mengetahui benar bahwa sahabat cebol mereka itu memiliki kepandaian yang tinggi !.
Maka ketika melihat beberapa kali Sam-kiam-hiap kena didesak oleh serangan2 yang dilancarkan oleh Kie Bjuw, mereka jadi berkuatir dengan sendirinya.
Maka dari itu, mereka jadi mengawasi terus dengan sorot mata penuh rasa kekuatiran atas keselamatan kawan mereka.
Sam-kiam-hiap merogoh balik bajunya, tahu2 ditangannya tercekal sebatang pedang, cuma pedang itu agak aneh, pada mata pedangnya itu tampak cagak tiga.
Bukan seperti mata pedang biasanya dan mungkin karena pedang anehnya inilah dia mendapat gelaran di kalangan Kang-ouw sebagai Sam-kiam-hiap.
Disaat itu, terlihat Sam-kiam-hiap menogeluarkan suara bentakan sambil meng gerak2an pedangnya yang aneh itu.
Sedangkan Kie Bouw jadi mendongkol bukan main, ternyata didalam keadaan terdesak, Sam-kiam-hiap sudah melupakan rasa malunya lagi dengan menggunakan pedang untuk bertempur melawan Kie Bouw yang bertangan kosong.Tetapi Kie Bouw tidak jeri, dengan mengeluarkan siulan yang panjang tahu2 tubuh Kie Bouw melayang tinggi ketengah udara dan membalas melancarkan serangan dengan kedua telapak tangannya.
Disaat itulah dia melihat pedang lawannya meluncur kearah perutnya.
Mungkin juga maksud Sam-kiam-hiap ingin merobek perut Kie Bouw.
Kie Bouw cepat2 mengegoskannya, karena pedang bercagak itu menyambar terus.
Kie Bouw sudah tidak tnemiliki kesempatan lagi untuk mengelakkannya, dia berusaha memiringkan tubuhnya....tetpi pedang itu seperti mengikuti dirinya, maka Kie Bouw terpaksa mengulurkan tangannya.
Disentilnya pedang cagak itu dengan mempergunakan jari telunjuknya, maka terdengarlah suara "tringg......!"
Di sertai oleh suara pekik kesakitan dari Kie Bouw melompat mundur tubuhnya ter-huyung2.
---oo~Dewikz.0.Tah~oo--- BAGIAN 20 SIANGKOAN NIO yang melihat ini jadi mengeluarkan seruan kaget.
Muka si gadis berobah pucat pias, dia sangat berkuatir sekali melihat betapa tubuh Kie Bouw telah ter-huyung2 dan sebagian bajunya berlumuran darah.
Rase Emas Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan sendirinya, mau tidak mau didalam hatinya cemas telah membuat si gadis bertambah gugup dan ketakutan.
Terlebih lagi dia melihat wajah Sam-kiam-hiap yang menyeringai menakutkan, walaupun bentuk mukanya seperti anak2.Disaat itulah muka Kie Bouw berobah agak memucat, berdiri dengan penuh kegeraman.
Karena die telah terluka pada bagian bahunya.
Tapi waktu dia menyentil pedang itu, justru pedang lawannya itu bukan pedang biasa, sehingga cagak pedang itu menggaet pundaknya.
Sehingga kulit dibagian bahunya dilukai oleh pedang lawannya.
Hal ini membuat Kie Bouw jadi gusar bukan main, dengan mengeluarkan suara teriakan yang nyaring dia mencelat ketengah udara seperti seekor burung elang.
Tentu saja Sam-kiam-hiap tetap mengawasi dan ber-siap2 akan menerima terjangan si pemuda dengan pedang cagaknya yang aneh itu.
Tetapi Kie Bouw yang tengah dalam keadaan murka seperti itu.
rupanya menjadi kalap, dia telah melompat sambil menyampok pedang dengan tangan kanannya.
Sampokan itu mengandung kekuatan Iwekang Wutttt.....
! Bukkk.......! Dada dari Sam-kiam-hiap terhantam telak sekali.
Tanpa ampun lagi, tubuh Sam-kiam-hiap yang kecil cebol itu terpental ketengah udara dibarengi oleh suara pekik kesakitan bercampur kaget.
Dan tubuhnya ambruk di atai tanah tanpa dia sempat mengendalikan diri lagi.
Dan juga cara menyerang Kie Bouw merupakan serangan yang mematikan.
Cuma saja disebabkan kepandaian Sam-kiam-hiap memang tinggi dan lwekangnya sempurna, walaupun dia menerima serangan iyang mengenai sasaran ditubuhnya dengan telak, tokh dia tidak sampai harus menemui ajalnya.Kie Bouw yang tengah murka bukan main tidak membuang- buang kesempatan yang ada.
Dengan mengeluarkan suara bentakan yang mengandung kemarahan dia melancarkan serangan lagi.
Sam-kiam-hiap saat itut tengah merangkak untuk berdiri, dia melihat datangnya serangan yang begitu hebat jadi terkejut sekali.
Saat itulampak Sam-kiam-hiap berusaha untuk berdiri secepat mungkin untuk menghadapi serangan Kie Bouw, tetapi dia sudah tidak keburu.
Kembali tubuhnya kena dihajar telak sekali oleh Kie Bouw, sehingga terdengar suara benturan yang keras......dan sekali lagi tubuh Sam-kiam-hiap terpental ketengah udara.
Siang-mo Kui-kwan yang melihat ini jadi khawatir bukan main.
Mereka berdua segera menyadarinya bahwa peristiwa ini tidak boleh dibiarkan ber-larut2 terus.
Jika sampai Sam-kiam-hiap terserang begitu terus menerus, habis sudahlah riwayatnya.
Dengan mengeluarkan suara teriakan yang bengis, kedua iblis dari kota Kui-kwan ini menerjang maju, mereka mengeluarkan suara bentakan sambil menyalurkan kekuatan tenaga lwekangnya dan melancarkan serangan pada Kie Bouw.
Nyata-nyata mereka telah mengingkari janjinya, bahwa kehadiran mereka bersama Sam-kiam-hiap adalah sebagai saksi saja .....
tidak turut terlibat mengeroyok Kie Bouw.
Demikian rendahnya sikap kedua jago dunia hitam ini, membuat Kie Bouw mengambil keputusan untuk menghabisi kedua jagoan jahat ini.
Dengan cepat Kie Bouw malah telah mengempos semangatnya itu, justru dia sekalian berusaha menangkis dengan sekuat tenaga dikerahkannya, maka "Bukkkk ......
!"
Terjadilah benturan hebat, seketika itu juga tubuh Kie Bouw ter- huyung2, Tetapi Siang-mo Kui-kwan keduanya terlempar jauh dan langsung ambruk ketanah.
Tentu saja kedua iblis tersebut tadi kaget setengah mati melihat kehebatan tenaga dalam yang dimiliki oleh kie Bouw ini, muka kedua iblis itu berobah pucat.
Disaat itu Siangkoan Nio melihatnya bahwa kedua iblis dari kota Kui-kwan itu menerjang maju dan melancarkan serangan lagi kepada Kie Bouw.
Maka dia mengawasi dengan sorot mata mengandung kekuatiran yang sangat dan terlihat betapa Kie Bouw juga menyambuti kedua serangan dari lawan2nya itu.
Disaat itulah, tiga macam tenaga dalam yang kuat saling bentur.
Kie Bouw sudah mengambil keputusan Sam-kiam-hiap dan kedua kawannya itu tidak bisa dibiarkan hidup, lebih lama.
Selain bengis, mereka juga memiliki tangan yang telengas sekali, rasa jiwa kependekarannya memberontak dengan cepat dan persoalan ini sekarang beralih bukan persoalan pribadinya melainkan persoalan keamanan untuk masyarakat luas.
Demi kebaikan dan keadilan akhirnya Kie Bouw telah mempergunakan ilmu simpanannya yang jarang dipergunakannya, yaitu pukulan geledeknya.
Disaat kedua Iblis kota Kui-kwan menerjang maju kearah dirinya, dengan cepat Kie Bouw menggerakkan kedua tangannya, dengan satu telapak tangan yang terbuka lebar2, serangannya dilontarkan Kie Bouw kearah dua lawannya, kesudahan sangat mengerikan .......
sebab kedua lawannya tahu2 telah terlontar ketengah udara sambil mengeluarkan suara jeritan yang menyayatkan hati.
Tubuh mereka ambruk diatas tanah tanpa berkutik lagi, karena seketika itu juga tubuh mereka telah berubah menjadi hitam, bagaikan disambar petir.Inilah akibat hebatnya tenaga pukulan geledek yang dipergunakan Kie Bouw.
Sedangkan Sam-kiam-hiap yang melihat kedua kawannya menemui ajalnya dengan cara mengerikan seperti itu, dengan sendirinya jadi kaget setengah mati.
Tampak tubuhnya gemetar ketakutan, dan mukanya juga berubah pucat.
Saat itu Kie Bouw telah menatap kearah kedua mayat dari Siang- mo Kui-kwan.
Dia memandang dengan muka yang kaku dan mata yang memancarkan sinar yang tajam.
Kie Bouw sendiri terkejut meilihat hasil yang diperolehnya dari serangan tersebut.
Dia tidak pernah menyangka bahwa pukulan geledeknya itu sangat menakutkan sekali.
Dan terlihat disaat itulah, Kie Bouw menghela napas dan menoleh kepada Sam-kiam-hiap .........
Siangkoan Nio sendiri berdiri sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya, tampaknya si gadis ketakutan sekali, tadi dia telah melihat betapa tubuh Siang-mo Kui-kwan terpental begitu rupa.
Dan ambruk diatas tanah tanpa bernyawa serta tubuh yang hangus..........
kedua iblis itu menemui ajal mereka dengan cara yang mengerikan sekali.
Atas kejadian semua ini, memang membuat Siangkoan Nio diliputi perasaan ketakutan dan perasaan ngeri sekali.
Kie Bouw membentak kearah Sam-kiam-hiap yang saat itu telah berdiri mematung.
"Ayo maju,..........mengapa engkau berdiam diri saja disitu?"
Bentak Kie Bouw. Muka Sam-kiam-kiam telah berobah merah padam lalu beralih pucat kembali.
"Kau...kau............"
Katanya gugup sekali.
"Hem........engkau manusia2 jahat, aku sudah mengambil keputusan untuk membasmimu sampai ke akar2nya !", sambilberkata begitu Kie Bouw menjejakkan kakinya ketanah dengan keras. Maka tubuhnya mencelat kearah Sam-kiam-hiap dengan gerakan yang cepat sekali. Waktu tubuhnya tengah melayang ditengah udara seperti seekor burung elang yang ingin menerkam mangsanya, maka dia menggerakkan sepasang tangannya. Tentu saja Sam kiam-hiap jadi kaget karena dia merasakan betapa hawa angin serangan Kie Bouw begitu panas seperti api. Dengan cepat Sam-kiam-hiap menjejakkan kakinya, mencelat dengan cepat mengelak dari serangan Kie Bouw dengan melompat kesamping kanannya sejauh mungkin. Disaat itulah serangan Kie Bouw jadi jatuh ditempat kosog dan, menghantam batang pohon....."Dereeerrrr......"
Tampak cahaya merah dari pohon yang terbakar karena begitu panasnya akibat pukulan geledeknya Kie Bouw ini.
Wajah Sam-kiam-hiap seketika itu juga Jadi memucat pias sekali disamping tubuhnya jadi gemetar.
Tampaknya dia terkejut bukan main melihat hasil pukulan yang dilancarkan oleh Kie Bouw.
Coba tadi dia terlambat untuk mengelakkan diri, jelas dia akan menjadi hangus.
Kie Bouw yang tengah murka diam melihat bahwa Sam-kiam- hiap bukanlah orang baik, dia mengambil keputusan akan membinasakannya.
Tetapi Sam-kiam-hiap yang ketakuran itu, ketika melihat Kie Bouw melancarkan serangannya lagi, mengeluarkan suara pekik ketakutan ......
dia mencelat kesamping menjauhkan diri tidak berani untuk menangkis atau menyambuti serangan yang dilancarkan oleh Kie Bouw.
"Ampun, ampunilah..... aku Thayhiap (pendekar besar)"
Jerit Sam-kiam-hiap."Hmmm............ maausia seperti engkau tidak patut diberi pengampunan"
Mendengus Kle Bouw dan membarengi dengan dengusannya itu, Kie BoVw melancarkan serangannya lagi.
Dan malah semakin hebat saja, tentu saja Sam-kiam-hiap berulang kali harus lari kesana kemari dengan ketakutan.
Sambil ber-lari2 begitu tidak hentinya ia men-jerit2 meratap meminta pengampunan dari Kie Bouw...........rupanya nyali Sam-kiam-hiap hancur luluh dia ketakutan sekali.
Maka tanpa mengenal malu, dia sesambatan memohon pengampunan dari Kie Bouw dengan hati ketakutan tiada hentinya dia meratap .....
meminta pengampunan dari Kuie Bouw.
"Manusia seperti engkau ini jika dibebaskan dari kematian, tentu dibelakang hari akan melakukan kejahatan lagi!"
Bentak Kie Bouw dengan bengis.
"Maka dari itu, engkau harus di mampusi!"
"Sungguh Aku insyaf dan bertobat dan tidak akan melakukan kejahatan lagi! Jika memang Tayhiap mengampuni jiwaku, aku bersumpah..... aku bersumpah....... Tayhiap, akan mencari sebuah tempat terpencil untuk hidup mengasingkan diril"
"Sungguhkah perkataanmu itu ?"
Bentak Kie Bouw sambil berhenti melancarkan serangannya.
Dan melihat Kie Bouw mulai mau menanggapi ratapannya itu, maka Sam-kiam-hiap cepat2 menekukkan kedua kakinya, dia berlutut sambil mem-bentur2-kan keningnya dengan tanah dan meratap sambil menangis mengucurkan air mata....
"tidak akan melakukan kejahatan apapun lagi!"
Katanya sambil menangis dan terisak sedih. Kie Bouw berdiam diri sejenak, kemudia diam menghela napas panjang.
"Baiklah, .. hari ini kuampuni jiwamu ! Tetapi kau harus menepati janjimu, bahwa engkau akan bidup mengasingkan diri dan tidak akan melakukan kejahatan lagi.""Benar Tayhiap... aku bersumpah kepada Bumi dan langit! yang menjadi saksinya. Jika aku melanggar, biarlah aku dikutuk seumur hidup dan tubuhku hancur luluh !"
Kie Bouw menghela napas lagi.
"Baiklah, pergilah kau !"
Kata Kie Bouw. Berulang kali, dengan air mata mengucur, Sam-kiam-hiap telah mengucapkan terima kasihnya. Dan dia melangkah akan berlalu. Tetapi tiba2 Kie Bouw memanggilnya.
"Tunggu dulu !"
Muka Sam-kiam-hiap seketika itu juga jadi berobah pucat, tubuhnya menggigil.
"Ada........ ada apa Tayhiap ?"
Tanyanya dengan suara yang gemetar.
"Hemm...... mayat kedua kawanmu itu dibawa serta oleh kau dan nanti dikubur baik2 !"
Kata Kie Bouw.
Sam-kiam-hiap jadi bernapas lega, dia mengiyakan dan membawa mayat kedua kawannya itu berlalu dengan cepat.
Kie Bouw menghampiri Siangkoan Nio yang tengah menangis ketakutan.
Maka cepat2 Kie Bouw menghiburnya.
Dia mengajak si nona untuk berlalu, Siangkoan Nio merasakan bahwa dia merasa tenang sekali berada disisi si pemuda yang tangguh dan kosen ini.
---oo~Dewikz.0.Tah~oo--- PENUTUP BEGITULAH Kie Bouw bersama Siangkoan Nio mengembara dalam rimba persilatan.
Dan selalu pula Kie Bouw melakukan ke bajikan2 dan perbuatan2 yang mulia menolong orang yang sedang kesulitan, membebaskan silemah dari tindasan sikuat.
Semakin lama.
sigadis she Siangkoan itu semakin menyukai pemuda yang hebat ini.
Dan juga dia telah mencintainya.
Kie Bouw sendiri juga membalas cinta sigadis, karena kelembutan gadis itulah yang menerarik hatinya.
Maka mereka menikah.
Dan biarpun telah menikah.
mereka tetap mengembara dari kota yang satu kekota yang lainnya dan selamanya Kie Bouw melakukan kebajikan menolong sesama manusia yang tengah dalam kesulitan.
Disaat saat seperti itulah nama dan gelaran Kie Bouw menjulang harum dalam rimba persilatan.
Maka gelaran si Rase Emas merupakan gelaran yang sangat ditakuti oleh para penjahat.
Setelah meogembara selama lima tahun, Kie Bouw mengajak istrinya, Siangkoan Nio, untuk mengasingkan diri di pegunungan Thian san.
Kedua suami istri hidup disebuah lembah yang indah sekali dengan tenang dan damai karena pemandangan lembah dilereng pegunungan Thian san merupakan tempat yang sangat sesuai sekali untuk orang yang mengasingkan diri dari keramaian terlebih-lebih Kie Bouw, yang bermaksud hidup tenang dan bahagia disisi istrinya yang tengah menantikan putra mereka yang berada dalam kandungan Siangkoan Nio.
TAMAT
Pusaka Pedang Embun -- Sin Liong Peristiwa Merah Salju -- Gu Long Harimau Kemala Putih -- Khu Lung