Ceritasilat Novel Online

Seruling Samber Nyawa 29


Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Bagian 29




   Seruling Samber Nyawa Karya dari Chin Yung

   
"Apa kau serahkan putrimu kepadaku?"

   Ci hu giok-li Kiong Ling Ling menjadi tertawa geli mendengar banyolan Giok liong, Para hadirin sebagian turut bergelak tawa, mereka merasa lucu dengan kedudukan dan ketenaran Li Pek-yang begitu berhadapan muka lantas menyerang orang dan minta putrinya kepada orang lain, ini menurunkan derajat dan sangat memalukan sekali, apalagi mendengar banyolan jawaban ,Giok- liong yang lucu lagi keruan mereka terpingkel-pingkel.

   Li Pek yang menjadi murka saking malu, giginya gemerutuk menahan amarah yang tak terkendali, sambil membanting kaki ia menghardik keras.

   "Hayo maju, ringkus dia "

   Dia memberi aba-aba kepada anak buahnya, seketika delapan belas Hek-i Tong cu bergerak diikuti para rasul berpakaian abu-abu, dengan sikap mengurung berbentuk setengah lingkaran seperti kipas lempit mereka meluruk kearah Giok liong.

   situasi menjadi tegang, semua menahan napas akan terjadi pertempuran besar main keroyok ini.

   Kalau ganti orang lain mungkin saat itujuga sudah berlangsung pertempuran besar-besaran yang serabutan tak karuan.

   sebab biasanya dibawah perintah Li Pek-yang para Tong-cu dan rasul itu pasti serempak beramai-ramai menerjang maju seperti lomba untuk membinasakan musuhnya dengan sekali grebek untuk menunaikan tugas sekaligus menunjukkan wibawa supaya menggetarkan nyali para hadirin lainnya.

   Tapi kali ini musuh yang mereka hadapi adalah Giok- liong, Mereka sudah kenal siapa Giok-liong ini bukan saja gerak tubuhnya lihay, Iwekangnya tinggi, kepandaian apa saja mereka sudah pernah belajar kenal, insaf mereka bahwa musuh muda yang dihadapi ini bukan sembarang tokoh yang gampang dilayani meskipun mereka main kerubut.

   Maka dengan membentuk barisan melingkar setengah bundaran pelan-pelan mereka mendesak maju, Delapan belas Tongcu rata-rata membekal kepandaian tunggal masing masing yang tinggi dan lihay.

   Buat tokoh-tokoh silat kalangan Kangouw tiada yang tidak tahu bahwa mereka merupakan gembong- gembong silat yang kenamaan, sampaipun para rasul dari tingkat rendah juga tak boleh dipandang ringan.

   sebanyak seratusan orang semua siaga dan mendesak siap menerkam maju, betapa situasi gawat ini takkan mengejutkan nyali orang.

   Namun bagi Giok- liong mandah tersenyum simpul saja dengan sikap tenang dan wajar ia berkata.

   "Nanti dulu sabar sabar "

   "Kunyuk "

   Hardik Li Pek-yang sambil berjingkrak gusar.

   "Takabur dan congkak benar ya"

   Giok-liong tidak menunjukkan reaksi apa-apa, tetap berdiri tegak kedua tangannya dilebarkan katanya.

   "Dalam hal apa aku takabur dan congkak sejak datang aku tiada menantang arau mencari perkara kepada siapapun yang hadir disini "

   Sikapnya yang wajar dan kata katanya yang tenang ini diam-diam membuat para hadirin yang biasanya bertabiat kasar berangasan itu menjadi kagum dan memuji dalam hati, benar-benar mereka tunduk lahir dan batin.

   Ci hu-sin-kun Kiong Ki sendiri sebagai iblis bangkotan juga diam-diam manggut-manggut merasa kagum.

   saat mana ratusan jago lihay dari Yu-bing-mo-khek sudah siap melancarkan serangannya, jarak mereka tidak lebih tinggal setombak lebih, semula sudah menggerakkan lengan serta mengerahkan tenaga tinggal melancarkan pukulan.

   Melihat keadaan yang gawat ini Giok liong tak berani ayal, segera ia memasang kuda-kuda dan bergaya dengan mengerahkan hawa jilo melindungi badan, sepasang tangannya sudah dilandasi seluruh kekuatan Iwekangnya.

   serunya lantang.

   "Kalau betul-betul mendesak orang, jangan salahkan aku berlaku kejam tanpa sengaja membunuh kalian"

   Maklum ia memberi peringatan dulu sebelum bergebrak karena sangsi dan takut larangan suhunya. Tapi kata-kata peringatan yang bermaksud baik ini dalam pendengaran Yu-bing-khekscu, seperti pelita disiram minya ki ia berjingkrak murka, geramnya.

   "

   Keparat, takabur betul, serbu,,"

   "Haaaaiiit..."

   Para Tonscu dan rasul baju abu abu serentak bergerak sembari berteriak panjang, tubuh mereka melenting dan berloncatan seperti anjing kelaparan yang memperebutkan sekerat tulang saling berlomba menerjang kearah Giok liong.

   Tergetar kedua tangan ,Giok- liong, kontan tiga kelompok mega putih bergulung ke luar menerpa kedepan memapak para musuh yang menyerbu datang.

   sedetik sebelum rangsekan kedua belah pihak saling bentur itulah mendadak Cihu-sin-kun menghardik keras.

   "Tahan "

   Gelombang kabut ungu bergulung maju terus menerjang di tengah seperti dinding baja layaknya secara kekerasan menahan dan mendorong ,Giok- liong dan para Tongcu kedua belah pinggiran, begitu hebat tenaga pemisah ini sehingga masing-masing pihak terdesak surut tiga kaki jauhnya.

   Kedua belah pihak sama tidak tahu maksud tujuan sepak terjang Cihu-sin-kun ini, keruan mereka menjadi kaget dan beringas, semua siap dan siaga menanti perkembangan selanjutnya.

   Demikianjuga Giok liong menjadi kaget dan berubah air mukanya, Tahu dia bahwa Cihu sin-kun mempunyai dasar latihan Lwe-kang yang sangat ampuhi kepandaiannya bukan seolah-olah hebat, ci-hu giok-li sendiri juga menjadi kuatir, lekas ia berteriak memanggil.

   "Ayah"

   Li Pek-yang segera tampil maju, wajahnya serius tanyanya.

   "Harap tanya sin-kun ..."

   Ci hu-sini kun angkat sebelah tangannya, menghentikan kata-kata Li Pek- yang selanjutnya, katanya menunjuk Giok liong.

   "Aku sendiri juga punya persengketaan dengan bocah ini "

   Giok liong merasa serba sulit, timbul rasa was-was dalam benaknya, maka seluruh kekuatan Iwekang terkerahkan di kedua lengannya, bawa jilo juga terhimpun sampai tingkat tertinggi menyelubungi seluruh tubuhnya.

   Perasaan Li Pek- yang menjadi sedikit lega, katanya menyeringai "

   Kalau begitu, biarlah anak muridnya yang mewakili sinkun meringkus bocah ini, silakan siu-kun menonton saja sambil berjaga-jaga supaya bocah ini tidak melarikan diri"

   Tak diduga, Ci hu-sini kun menggeleng kepala menggoyangkan tangan ujarnya.

   "Tak perlu, maksud baik Khek cu kuterima dengan setulus hati"

   Keruan Yu-bing-khek cu semakin tembarang batinnya kau sendiri turun tangan itu lebih baik, Kita tinggal berpeluk tangan menonton pertarungan.

   Dua harimau itu berkelahi tentu salah satu bakal terluka atau cidera, tak peduli pihak mana yang menang dan kalah, situasi kelak urusannya pasti menguntungkan pihak kita.

   Karena ketetapan pikirannya ini, diam-diam ia geli dalam hati segera tangan diulapkan memberi tanda kepada delapan belas Tongcu dan para rasulnya serunya "

   Kalian boleh sebera mundur"

   Melihat gerombolan orang-orang Yu bing-mo-khek mengundurkan diri, legalah hati Giok liong.

   Bukan ia takut karena musuh terlalu banyaki adalah karena banyaknya orang bertempur pasti berlangsung dalam keadaan kacau balau, ini menyusahkan dirinya dalam gerak gerik penyerangan, siapa tahu kalau kesalahan tangan dirinya melanggar pantangan gurunya, kalau hal ini terdengar oleh gurunya, bukankah dirinya bakal konyol karena berdosa melanggar pantangan gurunya.

   Adalah lain persoalannya kalau seorang diri ia menghadapi pertarungan dengan ci-hu-sin-kun.

   Maka hilanglah kekhawatiran hatinya, semangatjuga lantas bangkit sembari menggerakkan lengannya ia berkata.

   "

   Kalau Cianpwe memang menghendaki aku turun tangan, terpaksa aku mengiringi keinginan sin-kun"

   Tak sangka air muka Cihu-sin-kun tiba-tiba merengut naganaganya tiada niat untuk berkelahi setelah mendengus hidung berkata.

   "Hm buyung Akan datang suatu hari aku membuat perhitungan dengan kau tunggu saja waktunya"

   Lalu ia mendongak berkata lantang kepada hadirin.

   "Perhatian diBusan hari ini adalah karena kepancing oleh barang pusaka dalam Rawa naga beracun itu. segala dendam permusuhan sebelum ini silakan dikesampingkan dulu, ini adalah pendapatku pribadi sebab, permusuhanku dengan buyung kurang ajar ini juga tak ku singgung lagi"

   Pernyataan ini benar-benar diluat dugaan para hadirin. Keruan para iblis besar itu melongo. Cihu gio ki li Kiong Lingling berjingkrak kegirangan berloncat- loncat seperti burung gereja sambil bertepuk tangan, teriaknya.

   "Yah, sungguh baik kau"

   Adalah Yu-bing-khek cu Li Pe ki yang sendiri yang merasa dikibuli, hatinya dongkol dan penasaran.

   Tapi apa yang dapat ia lakukan, menurut situasi gelanggang saat itu pihak Yu-bingmo khek keluar tiba waktunya untuk berhadapan langsung di medan lagi dengan pihak Ci hu sin kun bukankah tadi Cihu sin-kun sendiri sudah memberikan pernyataan terbuka yang mempunyai kekuatan terpendam dalam sanubari setiap hadirin tentang perebutan pusaka di Rawa naga beracun.

   Yang terang dan nyata hati setiap orang gagah yang hadir ini sebagian besar sudah takluk dan tunduk kepihak Cihu sin-kun.

   Dalam keadaan yang kepepet dan apa boleh buat ini, ia mandah mengertak gigi dan melampiaskan kedongkolan hatinya kepada Giok liong, serunya.

   "Buyung, kupandang muka sin kun, biarlah .kuampuni kau hidup beberapa hari lagi "

   Kata-kata menjual muka bagi kebaikan ci hu-sin- kun ini hakekatnya adalah untuk memuluskan jalan mundurnya saja, memang biasanya dikatakan lombok semakin tua semakin pedas, semakin tua pengalaman dalam kelana di Kangouw semakin luas.

   Giok liong mandah tertawa tawar katanya.

   "Aku tiada minat bertentangan dengan siapapun, maka kalian juga jangan mencari perkara dengan aku, ini akan banyak mengurangi pertikaian yang tiada manfaat-nya "

   "Anak muda bau ingusan."

   Semprot ci hu-sin kun dengan menggeram.

   "

   Mulutmu tajam ya "

   Baru Giok liong hendak menyahut, Kiong Ling ling sudah menyelak.

   "Yah Memang dia benar "

   Cihu sin-kun menjadi melengak, tanyanya.

   "siapa yang berkata benar ?"

   "Dia"

   "Dia siapa ?"

   Meiahjengah selebar muka Kiong Ling- ling, lari sambil menubruk kedalam pelukan ayahnya tangannya memukulmukul dada sang ayah, mulutnya mengoceh aleman.

   "Yah Kau menggoda aku "

   Serta merta Ci hu-sin- kun melirik kearah Giok- liong semula memang ia tidak sengaja baru sekarang ia maklum dan menyelami perasaan putrinya, Pikirnya, putriku sudah besar sudah saatnya aku mencarikan jodoh baginya.

   Pada saat itulah mendadak meluncur datang dua sosok bayangan orang, ditengah udara terdengar mereka berseru.

   "

   Lapor ciang bun..."

   Setelah hinggap ditanah seketika mereka berdiri kesima menghadapi sekian banyak gembong-gembong iblis.

   GoBeng-hui yang bersikap lesu dan berdiri mendelong tanpa bersuara sejak tadi kini menggerakkan kakinya melangkah dua tindak dengan lemas, tanyanya lirih.

   "Ada kejadian apa ?"

   Melihat sikap dan semangat Ciang-bun-jin yang sudah runtuh dan lesu ini kedua murid Bu-ih-san itu menjadi terbelalaki sikap tegang dan tergesa waktu datang semula seketika lenyap. kepalanya seperti diguyur air dingin sahutnya lirih.

   "Banyak orang telah menyerbu kepandaian gunung belakang"

   Agaknya tekad hidup Go Beng bui sudah ludes, mendengar berita yang mengejutkan ini sikapnya tawar saja, katanya.

   "oh, aku sudah tahu"

   Sebaliknya Ci hu-sin- kun melangkah maju tanyanya.

   "Siapa mereka yang menerjang di gunung belakang?"

   Kedua murid Bu ih san itu memandang kearah Ciang-bunjin, sesaat mereka tergagap tak berani angkat bicara. sambil menggendong tangan Im-yang-kiam Go Beng-hui bertanya.

   "Adakah saudara-saudaramu yang terluka ?"

   "Ya. banyak saudara dari tingkat kelas tiga yang terluka parah"

   Wajah Im-yang-kiam Go Beng hui dirundung kekesalan dan rawan, setelah menghela napas panjang ia berkata.

   "suruh mereka mundur semua, seluruh penjagaan dan pospos rahasia semua harus kembali ke pangkalan"

   Kedua muridnya itu seketika menjubleki serunya bersama.

   "Ciang-bun..."

   "Lekas pergi "tukas Go Beng-Hui sambil goyang kepala.

   "turutilah menurut pesan- ku"

   Sesaat lamanya murid itu tertegun lalu menyahut berbareng.

   "Murid terima perintah "

   "Tunggu sebentar"

   Tiba-tiba ,Go Beng-hui berseru memanggil, katanya kalem.

   "siapakah yang datang? Bicara secara terus terang saja. Agaknya sudah menjadi takdir ilahi bahwa malam ini Bu-ih-san bakal menjadi tempat semacam pasar atas restoran yang bakal diinjak dan berpeta pora, siapapun boleh berlalu lalang tanpa rintangan"

   Sebuah cikal bakal suatu aliran kenamaan akhirnya menemui kenaasan yang mengenaskan.

   sebagai seorang ciang bun-jin mengeluarkan kata-kata yang begitu merawan hati, betapa pedih dan duka hatinya dapatiah dibayangkan.

   Kedua murid Bu ih-pay yang baru datang menjadi kesima memandangi wajah ciangbunjin mereka yang menjadi begitu loyo dan patah semangat.

   Tak tertahan lagi mereka mengalirkan air mata ikut bersedih dan sepenanggungan.

   Persoalan yang paling dikhawatirkan dan menarik perhatian seluruh gembong-gembong silat yang hadir ini adalah siapa saja para penyerbu dari belakang gunung itu Mereka menjadi menduga dan menerka-nerka, terjadilah suara ribut dan gempar, disana-sini terdengar bisikan dan omelan panjang pendek yang tak menentu.

   "Kalian harap tenang sebentar "

   Terdengar ci-hu sin-kun berseru lantang.

   "Dengar apa yang mereka katakan"

   Im yang-kiam Go Beng-hui juga ikut tertarik, tanyanya lemah.

   "

   Katakan kepada mereka "

   Terpaksa kedua murid Buta-ih-pay itu berkata.

   "Yang menerjang paling depan dalam kelompok pertama adalah Tocu dari Pek-bun-to yaitu Ham-kang-it-ho Pek su-in"

   Ci-hu sin kun mandah tertawa tawar, ujarnya.

   "

   
Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kiranya diapun gemar keramaian, sedemikian jauh ikut meluruk datang "

   Seorang murid Bu-ih-pay itu berkata lagi.

   "To-ou-cin-kui Ang To bok juga ikut menerobos masuk "

   Tergerak hati Giok-liong, cepat ia bertanya .

   "siapa lagi yang ikut datang bersama mereka ?"

   "seorang la galaki pertengahan umur yang telanjang setengah badan"

   Memicing mata Ci-hu sin- kun, bertanya mengawasi Giokliong.

   "Jadi Ang To-bok sekomplotan dengan kau ?"

   Giok-Hong menjengek dingin, ujarnya.

   "selamanya aku malang melintang seorang diri belum pernah bergabung dengan orang lain"

   Merah wajah Ci hu-sin- kun, "Mulutmu tajam betul "

   Takut sang Ayah menjadi jengkel dan bertengkar terus dengan ,Giok- liong cepat-cepat Kiong Ling ling menukas.

   "Yah masih ada siapa lagi yang datang biar mereka katakan "

   Memang seorang lain dari kedua murid Bu-ih-pay itu tengah berseru keras.

   "Masih ada lagi empat orang tua yang belum pernah kita lihat, Kepandaian mereka rata-rata sangat lihay, Iwekangnya tinggi bersikap gagah dan angker, gerak gerik mereka gesit cara turun tangannya secepat kilat, untung mereka tidak berlaku terlalu kejam cara turun tangannya punya perhitungan "

   Bicara sampai disini tak terasa muka mereka menjadi merahi malu serta saling pandang dengan kikuk. Tak perlu dijelaskan lagi terang sekali bawah pihak Bu-inisan sudah runtuh total. Berkerut alis Ci hu-sin-kun, tanyanya.

   "siapa mereka ? Adakah mereka menyebut namanya?"

   "Tidak, tapi Lwekaag mereka betul- betul jarang dicari tandingannya di dunia ini."

   Para gembong iblis itu mendengarkan dengan cermat tiada satucun yang ikut bicara.

   Giok liong sendiri juga menerka-nerka dan was was.

   sebab para gembong iblis yang dihadapi ini saja sudah sulit dilayani, jikalau masih ada lagi tokoh silat kenamaan lain ikut campur dalam urusan ini, siapa bakal menang dan kalah benar benar susah diramalkan.

   Terdengar Li Pek- yang membuka kata dengan berangasan "Peduli siapa mereka Tak mungkin seorang tokoh yang punya tiga kepala dan enam tangan, kenapa kita takut dan khawatir "

   Belum hadirin menunjuk reaksinya, Tiba-tiba ci-hu-giok-li Kiong ling-ling berteriak "

   Ai, yah celaka "

   Seluruh hadirin termasuk Giok liong terkejut entah apa yang menyebabkan Kiong Ling-ling berteriak ketakutan. ci-hu sin-kun mendelik, tanyanya gugup.

   "Ada apa anak Ling ?"

   Kiong Ling ling menunjuk kepada seluruh hadirin, katanya.

   "Kapan lbun Hoat telah pergi ?"

   Memang dalam gelanggang sudah tidak kelihatan cukong istana beracun Ibun Hoat, malah seluruh anak buah istana beracunpun entah kapan sudah hilang semua. Li Pek-yang sendirijuga berkeringat dingin, teriaknya.

   "Tentu dia sudah bolos pergi ke Toksliong-tam lebih dulu "

   Habis berkata ia memutar menghadap ke delapan belas Hek-i Tongcu danpara rasulnya, makinya.

   "Kalian ini manusia kayu semua ya ? Hayo kejar "

   Bayangan hitam seketika berlomba melejit jauh dan berlari kencang serabutan, dalam sekejap saja ratusan anak buah Yu bing-mo khek sudah pergi jauh menghilang di pedalaman gunung yang berhutan lebat sana.

   Giok-liongpun tidak mau ketinggalan sekali melejit setombak lebih terus meluncur kedepan.

   Tiba-tiba ci-hu-sin-kun Kiong Ki berteriak keras.

   "Kim pit jan hun Berdiri "

   Mendengar teriakan ini kontan ,Giok- liong menghentikan tubuhnya terus jumpalitan balik hinggap kedalam gelanggang lagi, dengan rasa ragu dan curiga ia bertanya tak mengerti.

   "cianpwe Ada apakah ?"

   Serius sikap Ci hu-sin kun katanya.

   "

   Golongan Jibun kalian adalah alitan lurus dan murni pelajaran kalianpun lain dari yang lain dibanding golongan atau aliran lain, Kau sebagai murid tunggal dari Teji, sebagai tunas muda yang punya harapan besar pada masa depan menggembel senjata-senjata sakti mandraguna macam seruling samber nyawa lagi, kenapa kaupun mengincar buku catatan dalam Rawa naga beracun itu Apakah tidak memalukan sifat tamakmu ini ?"

   Giok Liong hanya tertawa getir saja, ujarnya.

   "ohi jadi hanya karena omongan ini Cian-pwe memanggil aku ?"

   "Ya Lohu merasa heran "

   "sebetulnya Wanpwe punya kesukaran yang tak dapat kujelaskan "

   "Kesukaran ? Kesukaran apa ?"

   "Tentang ini ... ."

   Sebetulnya Giok Liong hendak menceritakan pesan ibunya sebelum berpisah dan tentang riwayat hidup,nya, namun terasa masih terlalu pagi untuk membeber semua itu.

   sebab apa saja yang berada di dasar mata air Rawa naga beracun itu sampai saat ini masih belum diketahui apakah betul mempunyai sangkut paut dengan dirinya masih merupakan tanya besar ? Atau-kah mungkin catatan se

   Jilid buku ilmu silat. Maka kata-kata selanjutnya lantas ditelan kembali, sekian lama ia tergagap tak kuasa bicara. Ci hu-sin kun menjadi tak enaki katanya pula.

   "Menurut pendapat Lohu, lebih baik kau segera tinggalkan Bu-ih-san, semakin jauh semakin jauh semakin baik jangan kau ikut menggagap di air keruh ini "

   Giok liong tertawa hambar sahutnya.

   "Terima kasih akan nasehat Cian-pwe, tapi sebetulnya Wanpwe sungguh punya kesukaran yang tak mungkin kujelaskan sekarang "

   "Apakah tak boleh dituturkan kepadaku?"

   "Untuk sementara ini tak bisa "

   "

   Kalau begitu, coba Lohu tanya sebuah hal lagi"

   "Silakan cianpwe katakan "

   "seumpama buku catatan rahasia di mata air Rawa naga beracun itu terjatuh ketangan orang lain, lantas apa yang hendak kau lakukan?"

   "

   Wanpwe sudah bertekad harus mendapatkan buku itu "

   "Apa katamu ?"

   "Betapa juga harus dapat kurebut"

   "o peringatan Lohu tadi apakah kau sudah dengar?"

   "Tentang apa ?"

   "Begitu buku itu muncul, siapa yang mendapatkan dialah menjadi pemiliknya, siapa dilarang merebutnya "

   Kata ci-husin- kun ini diucapkan dengan tandas dan tegas "tiada tawar menawar lagi bagaimanapun kejadiannya nanti kata-katanya ku takkan bisa diubah lagi."

   Alis lentik Giok liong lantas berjengkit, katanya.

   "

   Cian-pwe, kenapa pula kau begitu banyak petingkah? "

   Hakikatnya Giok- liong sendiri tidak mengetahui jalan pikiran ci hu-sin kun.

   Apakah benar kalau dia tidak ingin ikut dalam lomba perebutan ini, lalu kenapa ia meluruk ke Bu-ihsan yang letaknya jauh dan sukar ditempuh ini.

   Memang dia sudah punya perhitungan masak menurut rencananya sendiri, maka ia berani membuat peringatan itu, gampang saja alasannya, satu hal sebagai Congcu dari Ci-hu bun yang kenamaan sejak ratusan tahun dulu, dengan kedudukannya yang agung secara terang-terangan ikut merebut pusaka dengan lawan-lawan yang kuat lagi, seumpama gagal bukankan memalukan bagi pendengaran para sahabat Kangouw.

   sekali jatuh selamanya nama dan gengsi perguruannya pasti runtuh total.

   Pertimbangan kedua.

   Dalam mata air di dasar Rawa naga beracun ada tersimpan se

   Jilid buku rahasia, ini hanya siaran luas dari mulut di halangan Kangouw, sebetulnya bagaimana duduk perkara atau kenyataan masih belum jelas.

   Ketiga .

   Dia sendiri, tak mampu terjun ke dalam air yang dapat menyedot amblas bulu burung, malah katanya dingin menembus tulang dan membekukan lagi.

   Maka kalau dikatakan kedatangannya ini adalah demi menegakkan keadilan, ini betul-betul merupakan suatu tipu daya yang jangat tepat dapat mengelabui pandangan mata orang lain.

   sebab peduli siapapun nanti yang bakal memperoleh buku itu, paling tidak bakal ada orang lain yang secara nekad hendak merebut pusaka itu, dengan dirinya unjuk muka memandang, secara terang ia melindungi pemilik pusaka itu, namun hakekatnya tujuannya adalah memikat pemilik pusaka itu supaya utang budi kepadanya secara tak sadar, bukankah sepak terbangnya ini sangat gamblang dan bakal mendapat puji orang.

   Dengan mendapat perlindungannya, si pemilik pusaka nanti tentu menjadi orang yang terbelenggu dalam tangannya, sampai pada suatu ketika apa yang dinamakan pusaka itu tak lain bakal menjadi benda miliknya dalam kantongnya sendiri.

   oleh berbagai alasan inilah maka secara wanti-wanti ia memberi peringatannya tadi, menurut perhitungannya seluruh gembong-gembong iblis yang hadir selain empat orang tua yang dituturkan murid Bu ih-pay tadi hanya Giok liong seoranglah yang benar benar tandingannya yang setimpal dan paling sukar dilayani.

   Maka dengan ketus dan cermat ia tanya maksud kedatangan Giok liong dengan kata-kata sindirannya yang pedas tadi.

   sekarang setelah mendengar jawaban ,Giok-liong yang terang-terangan, berkerut alisnya, katanya.

   "Agaknya kau memang sengaja hendak berlawanan dengan Lohu ?"

   Giok liong tertawa lagi, sahutnya "

   Cianpwe salahi waktu Wanpwe menuju ke Bu ih san ini, sebelumnya tidak tahu bahwa cianpwe bakal datang "

   Ci-hu sin kun semakin berang, dengusnya.

   "sekarang kau sudah tahu bukan ?"

   Melihat sikap orang yang menjadi gugup geli hati Giokliong, maka tanyanya.

   "Wanpwe ada sebuah pertanyaan bolehkah aku mengetahui "

   "Pertanyaan apa ?"

   Tanpa keder dan takut-takut Giok liong bertanya dengan kalem. "

   Kedudukannya Cian-pwe sangat tinggi dan terpandang diBulim.

   ci-hu-bun kalian juga sudah mengguncangkan seluruh dunia persilatan, kepandaian kalian merupakan ilmu tunggal yang jarang mendapat tandingan, sebagai seorang cong cu seorang cikal bakal, buat apa meluruk keBu-ih-san sini turut campur dalam keributan, bukankah akan menyia-nyiakan latihan dan semedi cian-pwe?"

   Terlebih dulu ,Giok- liong meng umpaknya setinggi langit, lalu menyindirnya pula sebagai seorang tua yang menindih dan menekan yang kecil, punya tujuan tamak lagi, namun kata-katanya diatur sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi tata krama sebagai seorang muda yang bicara terhadap seorang tua.

   Keruan ci hu-sin-kun menjadi serba runyam, tak enak mengumbar amarah tak bisa balas menjawab.

   Mukanya menjadi merahi mulutnya tersekat.

   "Ini... dalam Bu lim ini betapa juga harus ada seseorang yang berani tampil menegakkan .... menegakkan keadilan bukan "

   Memang Giok-liong tidak tahu apa yang dikandung dibalik kata-kata manisnya tadi, tapi dari sikapnya sekarang dapatlah diraba bahwa orang tua ini tentu juga punya sesuatu tujuan tersembunyi yang tak enak dikatakan terus terang.

   Maka Giok- liong lantas tertawa tawar, katanya menyindir lagi.

   "Kalau banyak orang dalam Bulim mempunyai tujuan yang mulia seperti Cian-pwe ini. Tentu kalangan- Kangouw takkan terjadi keributan dan geger saling bunuh, seluruh jagat ini bakal aman sentosa..."

   Sudah tentu sindiran ini bagi pendengaran ci hu sin-kun sangat menusuk perasaan, seketika air mukanya berubah tak menentu, merah dan hijau lalu pucat, saking malu akhirnya menjadi gusar, katanya menggerung.

   "Apapun yang bakal terjadi, sudah terang Lo-hu harus turut campur dalam urusan ini, cobalah kau tahu diri dan melihat gelagat saja "

   Dalam gelanggang sekarang tinggal Cihu sin-kun dengan putrinya serta bawahannya Ci hujulo, para gembong iblis lainnya sudah menghilang semua, Giok- liong menjadi malas banyak bicara, maka katanya.

   "Baik-lah kita melihat gelagat saja nanti "

   Lalu dengan gaya Han- kang- Ih wi- kiu (camar terbang melintasi sungai) tubuhnya melenting tinggi tiga tombak laksana anak panah yang lepas dari busurnya langsung berlari kencang menuju ke hutan lebat di kejauhan sana, kecepatan tubuhnya laksana meteor jatuh.

   Tatkala itu sang putri malam sudah tergantung tinggi di tengah cakrawala, malam sudah sangat larut, deru angin pegunungan sangat keras sehingga daun pepohonan menderu dan berkeresek seperti bunyi pekik setan alas, suasana sangat menggetarkan nyali.

   "Plaki plok "

   Tiba-tiba terdengar dua kali tepukan tangan dari rumpun pohon pendek sebelah kiri Badan ,Giok- liong tengah terapung di tengah udara, cermat sekali ia memandang ke arah datangnya suara, Rumpun pendek itu sangat lebat, hanya samar-samar kelihatan ada beberapa bayangan hitam dan bergerak dan sembunyi disana.

   Malam ini Bu-ih san sudah menjadi gelanggang perkumpulan sekian banyak tokoh silat, tidaklah mengherankan kalau terjadi sesuatu pemandangan yang luar biasa.

   Maka meskipun Giok liong mendengar suara tepukan tangan itu, serta melihat bayangan beberapa orang, sedikitpun ia tidak merasa heran, kakinya masih meluncur dengan kecepatan penuh.

   "Plakplak plok plok "

   Tepukan tangan terdengar lagi malah lebih keras dan nyaring. Tergerak hati Giok- liong, diliriknya sekitar dirinya tiada orang lain, terang bahwa tepukan tangan ini ditunjukan kepada dirinya. pikirnya.

   "siapakah itu?"

   Karena pikiran terganggu gerak tubuhnya lantas merandek menjadi lamban.

   sedikit gerak geriknya menjadi ayal, lantas terdengar kesiur lambaian baju Ci hu sin kun, terlihat sinar ungu berkelebat cepat sekali melampaui tubuhnya.

   Menyusul Cihu-Giok li Kiong Ling- ling juga meluncur tiba.

   Melihat Giok liong menghentikan larinya dan berdiri cepat iapun meluncur turun tak mengikuti ayahnya lagi, dengan tersenyum simpul ia hinggap dihadapan ,Giok- liong kira-kira lima kaki.

   sebetulnya ,Giok- liong hendak menghampiri rumpun pendek sana untuk menyelidiki terpaksa ia harus unjuk senyum dan menyapa.

   "Nona Kiong"

   Cihu-giok li menarik tawanya, sikapnya sungguh-sungguh sambil mengerutkan kening, katanya lembut.

   "siau hiap. aku ada sebuah pertanyaan yang kurang pantas hendak kutanyakan kepadamu"

   Giok Liong tercengang batinnya, 'kalau tahu tidak pantas kenapa kau tanyakan kepadaku? 'Dalam hati ia berpikir begitu namun tanyanya bersikap manis, sahutnya.

   "Ahi nona Kiong terlalu sungkan"

   Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Kiong Ling- ling menghela napas sambil menunduk.

   katanya.

   "Tabiat ayahku sangat jeleki dalam segala urusan kuharap siau-hiap suka mengalah kepada beliau.

   Kebaikanmu ini sungguh akan ku ingat selalu, rasa terima kasih ku ini baiklah akan kubalas pada lain kesempatan"

   Teringat akan kata sindirannya terhadap Ci hu-sin kun tadi, merah jengah muka Giok Liong, sikapnya menjadi rikuh, katanya.

   "Nona Kiong, watakku sendiripun kurang mendapat penghargaan, untuk kcerobohan tadi kuharap nonapun suka memaafkan."

   "siau hiap terlalu merendah diri, sebetulnya ayahku..."

   Bicara sampai di sini Kiong Ling- ling mendadak hentikan ucapan selanjutnya. Giok liong tidak tahu juntrungannya, tanyanya.

   "Bagaimana dengan ayahmu?"

   "sebetulnya ayahku sangat kagum dan memuji kau"

   Terdengar ucapan Kiong Ling-ltng ini merupakan rangkaian kata yang terucapkan secara lahiriah, terang kata-katanya ini mengandung arti yang mendalam, itu berarti babwa diantara mereka ayah beranak secara diam diam pernah membicarakan perihal diri Giok- liong.

   Mendadak tampak ci-hu ji-lo meluncur tiba, setelah hinggap ditanak langsung mereka bicara kepada ci-hu-giok-li Kiong Ling-ling.

   "cengcu menyuruh hamba berdua kemari melayani siocia"

   Ci hu giok-li cemberut, katanya jengkel.

   "Aku toh bukan anak kecil umur tiga tahun, siapa kesuda n perlindungan kalian?"

   "Ya"

   Ci-hujuIo mengiakan sambil melangkah mundur setindaki "Cepat kalian layani ayah saja. Tak perlu urus aku."

   Lagi-lagi Ci hu-ji-lo mengiakan bersama, Tapi tetap berdiri tanpa bergerak. ci-hu giok li Kiong Ling-ling menjadi gemas, bentaknya sambil membanting kaki.

   "suruh kalian pergi"

   Lalu ia memburu maju sembari angkat tangan hendak memukul desaknya lagi.

   "Laporkan kepada ayah, katakah bahwa aku segera menyusul datang."

   Ci-hujuIo menjadi kewalahan terpaksa mereka baru angkat kaki, ujarnya sembari membungkuk hormat.

   "Terima perintahi harap siocia lekas datang supaya Cengcu..."

   "Sudah tahu, pergi, lekas pergi"

   Melihat Kiong Ling-ling marah-marah ci-hu-ji lo menjadi takut, cepat-cepat mereka mengiakan terus menjejakkan kakinya, tubuhnya meluncur cepat kebelakang terus berlari kencang laksana terbang.

   Giok-Iiong berpikir, watak Cihu-sin-kun berangasan dan ketus, ternyata tabiat putrinya juga keras kepala, Tanpa merasa Giok-liong menjadi geli, katanya tersenyum.

   "sin kun sedemikian prihatin akan keselamatanmu maka silakan nona cepat kembali"

   Siapa nyana mendadak biji mata Kiong Ling- ling melerok tajam, mulutnya cemberut, rutuknya.

   "Apa? Kau tidak sudi bicara dengan aku?"

   "Bukan Bukan"

   Cepat-cepat Giok-liong menyahut, "Bukan begitu maksudku."

   "

   Kalau tidak tentu kau membenci aku?"

   "Tidak Tidaki tentu tidak"

   "Tidak benci? itu berarti kau suka kepada aku"

   Serta merta tergetar hati Giok liong seketika merah jengah mukanya, mulutnya ter- kancing sambil tersenyum getir, tapi tidak bisa tidak ia harus bicara, terpaksa dengan terlongo ia manggut-manggut.

   Dengan mengigit bibir cihu- giok li Kiog Ling- ling tertawa wajar, katanya pula.

   "Apa betul?"

   Terpaksa Giok liong manggut-manggut lagi.

   "

   Kalau begitu, ingin kutanya sesuatu kepadamu, kau tidak boleh mengapusi aku"

   "selamanya aku yang rendah belum pernah ngapusi orang, kalau tidak ya bungkam saja, entah persoalan apa yang ingin nona tanyakan?"

   Bibir ci hu giok li Kiong Ling ling sudah bergeraki namun urung bicara, agaknya sukar dan malu untuk diutarakan kedua tangannya hanya mengucek-ngucek ujung baju-nya. Giok Liong menjadi heran, tanyanya.

   "Nona, coba katakan"

   Akhirnya ci-hu-Giok Li Kiong Ling-Iing mau bicara dengan malu malu.

   "sebetulnya kan suka Ling soat-yan, Tan soat kiau atau suka kepadaku?"

   Habis berkata mukanya lantas merah malu sampai ketelinganya, kepala juga ditundukkan, sikap yang malu dan kikuk sungguh sangat menggiurkan dan membuat orang iba.

   Mimpi juga Giok- liong tidak menyangka orang bakal menanyakan persoalan ini padanya.

   Keruan ia menjadi kemekmek dan bungkam tak tahu cara bagaimana harus menjawab.

   Tak nyana meski tak berani angkat kepala terdengar suara Klong Ling-ling mendesak lagi.

   "Coba katakan Kenapa takut-takut? sebenarnya kau cinta kepada siapa?"

   Giok liong semakin keripuhan, sambil menyengir sekian lama baru mulutnya bersuara.

   "semua sama baik "

   "sebetulnya siapakah yang lebih baik ?"

   "Kalian ..bertiga... sama baik "

   "Aku tidak tanya siapa baik siapa jeleki yang kutanya ialah kau suka kepada siapa?"

   Jantung Giok- liong selincah rusa kecil yang melonjaklonjak karena kekenyangan berloncatan tiada hentinya, jalan darahnya mengalir lancar mendebur seperti ombak samudera, walaupun ia sendiri tidak tahu bagaimana jantungnya bisa berdetak sebegitu cepat, tapi persoalan yang dihadapi sekarang sebetulnya sulit untuk dijawab, bagaimana mungkin ia memberi jawaban suka kepada salah seorang diantara mereka bertiga.

   Bicara terus terang, kalau dirinya diteruskan memilih satu diantara bertiga gadis rupawan ini, semua rata-rata setali tiga uang sama-sama mempunyai keelokan dan kelebihannya sendiri-sendiri.

   Jangan kata secara berhadapan langsung begini ia harus memberikan perbedaan jawaban, seumpama seorang diri membatin dalam hati, iapun takkan mudah mengambil ke putusan yang tetap.

   "Anak Ling... anak Ling..."

   Terdengar panggilan cihu-sin-kun dari kejauhan semakin mendekat. Giok Liong seperti mendapat pertolongan dewata, terlepas dari belenggu kesukaran, cepat ia berkata.

   "Nona Kiong, sin-kun tengah memanggilmu "

   Ci hu-Giok Li menjadi jengkel, mulutnya cemberut, sembari membanting kaki mulutnya mengomel gemes.

   "Aku tahu Kau tak mau mengatakan itu berarti kau tidak suka kepada aku. Baik, sudahlah "

   Setelah berkata dengan laku aleman melangkah mundur terus menjejakkan kaki melejit ke tengah udara mulutnya menyahut lantang.

   "Aku disini "

   Kepergian Kiong Ling- ling yang marah-marah ini membuat Giok- liong menjublek ditempatnya sekian lamanya, matanya mendelong mengantar bayangan orang lenyap di kejauhan, seketika terasa hatinya menjadi kosong hampa dan rawan, tak tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

   Kini berkecamuk pertanyaan Kiong Ling-liog tadi, siapakah diantara ketiga gadis rupawan yang dicintainya ? persoalan ini sungguh sangat aneh dan lucu, dirinya tak mampu memberi jawaban.

   sebelum ini belum pernah terpikirkan hal ini dalam hatinya, sekarang setelah ditanyakan oleh Kiong Ling- ling hal ini lantas terkesan sangat dalam lubuk hatinya, seperti diatas kertas putih yang berlepotan tinta hitam yang tak mungkin bisa dihapus lagi.

   sekian lama ia terlongong seperti kehilangan semangat berdiri dihembus angin malam, terlupakan olehnya tujuan semula yang hendak memeriksa rumpun pohon pendek didepannya sana, dari mana tadi terdengar tepukan tangan dan bayangan orang yang mencurigakan.

   "siau-hiap, apakah baik-baik saja sejak berpisah ?"

   Entah sejak kapan disampingnya sudah berjajar empat orang tua yang bertubuh tinggi kekar. Giok liong tersentak menjerit kaget.

   "siau-hiap "

   Dengan gelagapan Giok- liong mundur selangkah, waktu matanya melihat ke depan, seketika ia berjingkrak kegirangan serunya lantang.

   "

   Empat orang tua yang gagah perwira, Iwekangnya tinggi dan lihay, kiranya adalah kalian Pak-hay-su lo "

   King-thian-sin Lo Say, Wi thiau-ing Yu Pau, Ka- liong Gi Hong dan Li Hian menyahut bersama.

   "

   Hamba berempat mendapat perintah pribadi majikan menyusul kemari, sekaligus untuk menanyakan keselamatan siau hiap"

   Tersipu-sipu Giok- liong memberi soja, ujarnya.

   "Terima kasih, kalian berempat ke-Buh-ih-san..."

   Tak menanti Giok- liong bicara selesai, Li Hian sudah menimbrung .

   "Kita diperintah oleh majikan "

   "Apakah juga karena buku catatan rahasia didasar Rawa naga beracun itu ?"

   "Betul."

   Sahut Li Hian sungguh-sungguh.

   Diam-diam Giok-Iiong menjadi mengeluh dalam hati.

   sebab Iwekang Pakhay-su-lo ini benar-benar sangat tinggi, latihannya sudah sempurna, jangankan empat orang bergabung, satu lawan satu saja paling-paling dirinya hanya lebih unggul sedikit.

   Umpama tidak membicarakan kepandaian silat, hanya budi yang ditanam Li Hian terhadap dirinya saja sukar untuk dapat membalasnya.

   Dan yang lebih celaka adalah majikan Ping goan di laut utara itu juga memberi hati dan sangat prihatin terhadap dirinya, beruntun mengirim undangan, memberi hadiah Ciam liam lui-siau hwi-soat-ling serta menyembuhkan racun Lu hwe-bo-cing, betapa banyak dirinya berhutang budi.

   Teringat pula akan kata-kata Kim-Iing-cu yang mengatakan bahwa dirinya mempunyai hubungan yang erat sekali dengan Ping- goan di laut utara itu, sekarang demi pusaka itu su-lo telah diutus kemari, sudah tentu mereka bertekad untuk dapat merebut pusaka itu, kalau dirinya....

   Bukankah dirinya sendiri juga bertekad untuk mendapatkan pusaka itu, bagaimana baiknya? Tanpa merasa Giok liong tertawa kecut, ujarnya.

   "Majikan Pak-hay kalian kiranya juga senang akan keributan, sedemikian jauh menyuruh kalian meluruk kemari."

   King-thian-sin Lu say berkata.

   "Bukan itu saja, sebelum berangkat kita ada dipesan wanti wanti betapa pun dengan cara apa saja harus mendapatkan barang pusaka didasar Rawa naga beracun."

   Giok Liong semakin was- was, tanyanya.

   "Jikalau sukar memperolehnya bagaimana ?"

   Kata Wi-thian-eng YU PaU dengan serius. "Majikan ada pesan seumpama harus berkorban juga harus berhasil merebutnya, dapatlah dibayangkan betapa teguh keputusannya ini "

   Keruan ,Giok- liong semakin kwatir dan cemas, mulutnya hanya mengiakan saja. Sekarang Li Hian membuka kata mengalihkan pokok pembicaraan.

   "Sungguh tak kira ternyata siau hiap sudah lebih dulu tiba diBu-ih san "

   Giok-liong menjadi heran, tanyanya .

   "Majikan Pak-hay tahu kalau kau hendak kemari ?"

   Li Hian menggeleng kepala, sahutnya .

   "Majikan terima laporan bahwa katanya siau- hiap sudah beranjak menuju ke utara menepati janji ke Pak-hay, maka beliau segera mengeluarkan perintah sepanjang jalan ini supaya melayani dan menjemput siau- hiap. Maka cepat sekali beliaupun tahu kalau ditengah jalan siau-hiap putar balik menuju ke Bu-ih-san sini "

   Giok- liong bersoja lagi, ujarnya.

   "Majikan kalian terlalu prihatin terhadap aku "

   Lahirnya ia berlaku tenang dan angkat bicara, hakikatnya hatinya semakin was-was dan cemas berpikir keras, Dengan kepintaran dan kecerdikan otak Giok Liong, sesaat ini rasanya menjadi bebal dan tak terpikirkan olehnya cara bagaimana ia harus menerangkan kepada Pak hay-su-Io bahwa ia sendiripun sudah bertekad hendak merebut pusaka yang tersimpan di dasar Rawa naga beracun itu.

   Pak-hay-su-lo merupakan tokoh kelas wahid yang banyak pengalaman dalam dunia persilatan sikap Giok liong yang tidak tenang dan dirundung kecemasan itu siang-siang sudah dapat diketahui oleh mereka, maka segera Li Kian berkata sambil tersenyum.

   "siau-hiap, harap maaf kalau aku terlalu banyak mulut, naga-naganya kaupunya persoalan yang mengganjal lubuk hatimu ?"

   Giok Liong menjadi jengah, sahutnya tersekat.

   "Ah Tidak Tidak ada persoalan apa-apa."

   Li Hian mengerutkan kening, ujarnya.

   "Tidak itulah baik Kalau ada silahkan katakan saja kita berempat pasti membantu sekuat tenaga dengan kemampuan kita berempat."

   Giok liong berpikir.

   "soal sulit ini kukira kalianpun takkan dapat menyelesaikan sebab menurut perkiraannya, betapapun mereka tidak mungkin membantu kepentingan dirinya sehingga berani mengingkari perintah majikannya,"

   Maka dengan tersenyum kecut ia berkata.

   "sebelumnya kuucapkan banyak terima kasih "

   Lalu ia mendengar melihat cuaca, sambungnya.

   "Hari sudah hampir pagi, silahkan kalian pergi ke Tok-liongtam dulu "

   Segera King-thian-sin menjura, ia tanya .

   "

   Untuk memperebutkan pusaka dalam dasar Tokiliong-tam itu, kami harap siau-hiap suka memberi muka dan mengalah."

   Giok Liong tergagap dan mengiakan seadanya, Keadaannya sungguh serba sulit, tak bisa ia memberikan jawaban yang pasti, cara yang terbaik adalah melihat situasi dan bertindak menurut keadaan nanti. Kata Pak-hay-su-Io bersama . "

   Hamba berempat mendengar siau hiap sudah memasuki pegunungan Bu- ih, maka sejak tadi kita menanti disini, Kami kwatir mungkin siau-hiap juga bertekad mendapatkan pusaka itu maka perlu memberi penjelasan supaya tidak salah paham."

   Sebetulnya inilah kesempatan terbaik untuk Giok Liong menuturkan maksud tujuannya yang sebenarnya. tapi sebelum duduk perkara di Tok-liong-tam menjadi jelas lebih baik tetap bungkam saja, maka dengan hambar ia berkata .

   
Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Boleh kita bicara pada waktunya saja, kukira diantara kita jika ada persoalan toh gampang dirundingkan."

   "Ya, siau-hiap silakan "

   Ujar pak-hay-su-Io berbareng.

   "Maaf aku yang rendah mendahului "

   Tanpa banyak kata lagi ,Giok-liong langsung melejit menuju puncak di sebelah depan, dimana tadi para gembong iblis tadi menuju.

   Mendadak tergerak hatinya, secepat itu otaknya berputar, batinnya, kenapa tidak begitu saja, Maka cepat-cepat ia menghentikan larinya terus melompat balik, Kebetulan Pak-hay su-lo serempak tengah melejit maju sudah puluhan tombak jauhnya.

   Maka Giok- liong lanras berteriak.

   "Para sahabat tua, harap tunggu sebentar"

   Pak hay-su-lo bersama menghentikan luncuran tubuhnya, terus melenting balik, tanyanya.

   "siau-hiap ada urusan apa ?"

   "Para jagoan yang meluruk ke Bu ih san malam itu termasuk Ci hu-sin-kun yang paling digjaya, maka harap kalian berempat berlaku hati hati "

   Ucapan Giok- liong ini bermaksud memancing pandangan pak-hay su-lo terhadap Ci hu sin- kun. Pak-hay-su-Io menunjukkan sikap prihatin, katanya bersama.

   "Memang dia merupakan tokoh yang paling sukar dilayani, tapi kita berempat tidak perlu gentar menghadapi ci-hu sinkun itu."

   Giok liong rada lega, katanya.

   "Tapi kukira kalian perlu waspada."

   "Terima kaiih atas perhatian siau hiap "

   Sahut Pak hay sulo.

   "Silakan "

   Lenyap suaranya tubuh Giok Liong lantas meluncur laksana anak panah melesat.

   Pak hay su-lo juga ikut mengembangkan ilmu ringan tubuhnya terus berlari kencang langsung menuju ke TOkliong- tam.

   Dalam pada itu, sekejap saja Giok-liong sudah terbang jauh sekali, masih tubuhnya terapung ditengah ndara, lapat-lapat kupingnya sudah mendengar suara gaduh dari percakapan orang banyak yang berkumpul menjadi satu, tahu dia bahwa para gembong-gembong iblis itu sudah saling berhadapan dan tengah berdebat dengan seru.

   Waktu Giok Liong meluncur turun dan menghinggapkan kaki di tanah, terasa hawa dingin lantas merangsang badannya terlihat sebidang rawa yang permukaan airnya kemilau ditimpa sinar sang putri malam, letak TOk liong-tam ini memang benar-benar sangat berbahaya, luas rawa tidak lebih puluhan tombaki airnya berwarna biru kelam, sekelilingnya dipagari lamping gunung yang curam serta licin tak gampang kaki berpijak disana karena seluruhnya sudah lumutan.

   Dari kejauhan sudah terasa hawa dingin menembus tulang menghembus dari permukaan Rawa naga beracun ini, betul

   

   Tiraikasih WEBSITE
http.//kangzusi.com

   / betuI merupakan tempat yang penuh mengandung mara bahaya.

   sekitar pinggir Rawa berkelompok para kawanan iblis, masing-masing tengah saling bersitegang leher mendebat dan menarik kawan untuk memperkuat kelompok masing-masing.

   Pandangan mata ci-hu-sin-kun laksana bara api tengah menatap permukaan air yang tenang tak bergeraki dibelakangnya berdiri ci-hu-Ji lo, sikap mereka serius dan prihatin agaknya tengah menghimpun tenaga untuk berjaga menghadapi seggla kemungkinan.

   Kiong Ling-ling sendiri juga tidak ketinggalan menahan napas mengawasi permukaan air.

   Lambat laun suasana menjadi tenang dan sunyi, perhatian seluruh hadirin mulai tertuju ke permukaan air rawa.

   Giok liong hinggap diatas sebuah dahan pohon tua yang rimbun di sebelah kanan sana, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, agaknya tiada seorangpun diantara hadirin yang mengetahui kehadirannya itu.

   Tatkala itu permukaan air rawa yang berputar tenang itu mendadak bergelombang keras mengeluarkan suara seperti mendidih kemana-mana.

   "Hah"

   "sudah keluar... ke.."

   Hadirin menjadi gempar dan berseru kejut, serempak memburu maju lebih dekat ke pinggir rawa, tiap bergerak untuk menubruk. (Bersambung ke

   Jilid 29)

   Jilid 29 sekonyong-konyong seekor burung air yang besar berpekik kejut dari rumpun alang-alang di pinggir rawa sebelah sana terus terbang ketakutan.

   Semua hadirin menjadi menghela napas panjang, mereka menjadi geli dan mengelus dada.

   Melihat sikap dan tindak dan tanduk orang-orang itu, Giok Liong menerka dalam hati, tentu ada orang yang sudah terjun ke dalam air, kalau tidak masa mereka berlaku begitu gugup dan tegang.

   Memang tepat dugaannya, diantara para gembong gembong iblis itu tampil, keluar seorang laki laki pertengahan umur berpakaian ala sastrawan umumnya, jubah biru yang panjang melambai tertiup angin, sembari tersenyum simpul mulutnya komat-kamit seperti menggumam seorang diri, suaranya keras.

   "Suhu air rawa ini sungguh luar biasa, rawa ini merupakan tempat paling berbahaya dari segala danau laut atau sungai yang pernah kulihat. Mengandal kepandaian renang Siangkang- siang-hiong (dua orang gagah dari sungai naga), kukwatir mereka bakal menemui ajalnya di sini."

   Nada bicaranya wajar dan sikapnya acuh tak acuh, terang bahwa dia sendiri punya pegangan akan kepandaiannya.

   "Pek-tocu."

   Terdengar Cukong istana beracun ibun Hoat membuka kata.

   "Tuan sebagai majikan dari Ham kang-it-to, ilmu renangmu tentu mempunyai keistimewaan tersendiri, apa kau ada maksud mencobanya ?"

   Laki laki pertengahan umur yang bicara tadi bukan lain adalah majikan Ham kang-it-to Pek su-in, sembari gelak tawa ia berkata lantang .

   "Aku belajar ilmu renang selama empat puluh tahun, Ham kang merupakan aliran terdingin di seluruh jagad ini, suhu bekunya kukira tidak lebih rendah dari rawa ini, bukan aku orang she Pek suka mengagulkan diri, Hehehehe, hanya mata air semacam ini belum dapat mempersukar diriku "

   Tergerak hati Giok- liong, pikirnya.

   'Jikalau pusaka rahasia itu terjatuh di tangannya, tidak sukar aku dapat merebutnya,' Muka Cukong istana beracun ibun Hoat yang tepos dan kering itu menyeringai dingin, katanya "Kalau begitu, kenapa tidak kau tunjukkan kemampuanmu itu."

   Ham kang-it-ho Pek su-in semakin takabur karena dieluelukan, katanya lantang.

   "Tak perlu aku malu sungkan dan pura pura, Kalau aku berani kemari sudah tentu akan kucoba terjun kedalam rawa nanti tapi..."

   Ia menghentikan kata-katanya sembari tersenyum penuh arti. Hadirin yang tengah pasang kuping mendengar perca kapan ini dengan cermat, melihat ia mendadak menghentikan kata-katanya, seketika banyak yang menjadi ribut dan menimbrung.

   "Akan tetapi apa? Kenapa kau tidak segera coba turun ke air?"

   Sepasang mata ibun Hoat yang bersinar tajam menerawang ke meluruh hadirin, mulutnya lantas berteriak.

   "Ya. kenapa Peksto-cu tidak segera mencobanya."

   Ham- kang it-to Pek su-in tertawa dingin, katanya sambil melebarkan tangan.

   "

   Kalian bersitegang leher begini, siapa yang berani terjun menempuh bahaya."

   "Terjun menempuh bahaya?" "Coba pikirkan, suhu dingin air rawa ini dapat membekukan darah, mengeraskan tulang menghancurkan nadi, bagi orang yang berani terjun meski betapapun kuat pertahanannya, setelah keluar dari air tentu akan kehilangan hawa murni dan kehabisan tenaga, bocah umur tiga tahunpun gampang saja dapat mencabut jiwanya, apalagi....Hahaha Pek su in bukan seorang goblok masa harus melakukan pekerjaan orang bodoh Hahaha... .."

   Gelak tawanya kumandang mengguntur menggetarkan alam sekitarnya.

   "Eh"

   Cukong istana beracun mulutnya mendesir alisnya berkerut dalam, tiba-tiba dengan langkah enteng ia maju beberapa langkah mendekati Ham-kang in ho Pek su in, katanya perlahan.

   "Pek-tocu Aku ingin merundingkan sesuatu dengan kau"

   Ham-kang-it-ho tertawa nyengir serba misterius, ujarnya.

   "Ada urusan?"

   "Ibun Hoat jangan kau mengacau"

   Belum lagi ibun Hoat menjawab, Ci-hu-sin-kun Kiong-ki sudah melesat di belakang Ham-kang-it-ho Pek su-in sembari menggeleng keras, katanya.

   "Pek-tocu kalau kau benar-benar mampu terjun ke dalam rawa ini..."

   Belum habis ia bicara, mendadak putaran air rawa menjadi semakin keras dan bergelombang mengeluarkan suara gemuruh, seketika perhatian seluruh hadirin tertuju ke arah rawa lagi.

   sekian lama air rawa bergolak seperti mendidih, mendadak tergulung keluar dua sosok tubuh manusia "Sudah keluar" "Liong-kang-siang-hiong sudah keluar."

   Giok ling yang berada dipuncakpohon melihat paling tegas, apa yang dipanggil Liong-kang-siang-hiong tidak lebih hanyalah dua sosok mayat yang sudah kaku, masing-masing berwarna putih dan merah, pakaian renang mereka masih melekat di- atas badannya.

   Mengikuti gelombang air rawa kedua sosok mayat itupun berputar-putar cepat seperti kitiran.

   "blup", tiba-tiba tersedot teng gelam pula kedalam air terus menghilang. seluruh hadirin mengawasi dengan mata terbuka lebar, napaspun ditahan saking tegang. Ham kang-it-ho su-in tertawa tawar, ujarnya .

   "Bagaimana dugaanku tadi ?"

   Berkatalah Ci-hu-sin-kun deagan semangat menyala .

   "Ada Lohu disini, Pek Tocu silakan kau terjun saja, setelah naik kedaratan nanti, biar Lohu membantumu menghadapi mereka."

   Seketika bersinar biru kelam sepasang biji mata Cukong istana beracun ibun Hoat, pandangannya mengandung kebencian dan nafsu membunuh yang tebal, mulutnya menyeringai dingin.

   sebetulnya Cukong istana beracun ibun Hoat bukan takut seratus persen menghadapi Ci-hu-siu-knn, dalam hal adu Lwekang sedikit banyak cukup untuk bertahan sekian lama, justru karena perhitungan yang dianggapnya sempurna maka sejauh ini ia berlaku sabar dan mengalah saja, hakikatnya yang diincar adalah buku rahasia dalam rawa itu, sebelum duduk perkaranya dibikin jelas, tak sudi ia paling bentrok dengan orang sehingga menghabiskan tetaga sendiri, yang penting harus menghimpun tenaga untuk bergerak pada babak terakhir merebut pusaka itu.

   ci-hu-sin-kun tidak memandang sebelah mata kepada seluruh gembong-gembong iblis yang hadir, maka tiada sesuatu yang dikwatirkan dengan bengis ia menghardik .

   "Ibun Hoat Apa yang kau tertawakan ?"

   Acuh tak acuh ibun Hoat berkata .

   "Lwe-kang sin-kun meski lihay dan menjagoi didalam dunia persilatan, tapi jangan lupa dua kepelan sukar menghadapi empat tangan, orang gagah paling gentar menghadapi keroyokan orang banyak."

   Demikian sindirnya. Ci-hu-sin-kun menjengek dengan berang.

   "Bila hendak main keroyok untuk mencapai kemenangan, Huh, Lohu tidak akan mundur setapakpun."

   Ibun Hoat menggoyangkan tangan kecil yang kurus kering katanya .

   "Bukan hanya aliran Tok-liong saja. Coba kau buka matamu lebar-lebar."

   Tangannya menunjuk keseluruh gelanggang lalu tambahnya lagi.

   "Mentang-mentang kau tidak pandang sebelah mata kepada para kawan kangouw ini, apa kau tidak kwatir menimbulkan angkara murka mereka, ketahuilah orang yang sudah gugup dapat melompati belandar, anjing yang kepepet dapat melompati dinding, sampai kelinci yang terdesakpun bisa menggigit orang, Hehehehehe"

   Ibun Hoat tua-tua keladi, mulutnya tajam dan licik lagi, banyak tipu dayanya dengan kata-kata sindiran ini hakikatnya ia mengobarkan kemarahan hadirin untuk memusuhi Ci-hu sin-kun.

   sepihak ia mendesak orang banyak untuk menekan Ci-husin- kun, lain pihak mengadu domba mereka kepada Cihu-sinkun menanamkan rasa dendam dan sakit hati.

   Betul juga ada berapa banyak gembong-gembong iblis diantara para hadirin lantas mendelik dengan pandangan berapi api mengawasi kearah Ci-hu-sin-kun, dari sikap mereka yang garang ini jelas kelihatan mereka berani berlaku nekad untuk mengadu jiwa.

   Melihat hasutannya yang licik ini membawa hasil akan reaksi yang nyata ini, Cukong istana beracun semakin takabur, mulutnya lagi-lagi menggumam "Kalau kau Ci-hu-sin-kun sendiri yang terjun ke air dan berhasil mengambil pusaka itu mungkin orang lain tak berani sembarangan bergerak tapi..."

   Saking menahan gusar muka Ci-hu-sin kun sudah berselubung hawa ungu yang tebal, mulutnya mendesis berat.

   "Tapi apa?"

   "Tapi, hehehe orang yang mampu terjun kedalam rawa bukan kau Ci-hu-sin kun"

   "

   Kata- kata Lohu seumpama perintah saja, selalu kutepati betapa juga akan kulindungi orang yang terjun kedalam air."

   "Kalau begitu kenapa kau tidak melindungi Liong-kangsiang- hiong?"

   Sungguh sangat kebetulan, belum lagi lenyap suaranya, tampak tubuh Liong-kang-siang-hiong terpental mumbul dari permukaan air karena tergulung cepat oleh pusaran air yang dahsyat "Plung "

   Kedua mayat tadi tersembul ke luar dari permukaan air itu kecemplung lagi terus tenggelam, air muncrat kemana-mana pemandangan ini sungguh sangat menggiriskan dan mengerikan. Cihu-sinkun menjadi murka, dengan berjingkrak sambil melangkah maju.

   "Ibun hoat, kalau kau tidak terima, boleh silakan rasakan kemplangan Lohu "

   Dasar wataknya memang berangasan dan keras, seiring dengan lenyap suaranya, langsung tubuhnya menubruk maju berubah segulung kabut abu-abu terus merangsang ke arah ibun Hoat.

   Asap biru bergulung mengembang terbang kesamping setombak lebih, gesit sekali Cukong istana beracun melejit menyingkir dari rangsekan yang dahsyat ini.

   "Byar"

   Tenaga pukulan Ci-hu-sin kun masih terus menerpa kedepan berubah segulung angin puyuh yang dahsyat menerjang ke permukaan air rawa yang berputar kencang itu, air lantas muncrat dan berombak tinggi laksana tonggak perak mengeluarkan suara gaduh yang mendebarkan hati.

   "Plak,plak"

   Kebetulan kedua mayat Liong-kang-siang-hiong terbawa arus tonggak air yang muncrat itu sehingga terpental jauh dan terdampar diatas pasir kuning.

   Kelihatan seluruh tubuhnya sudah berobah hitam legam, kaki tangannya kaku, keadaan sungguh sangat menyedihkan.

   Melihat pukulannya tidak mengenai sasarannya, Cihu-sinkun semakin murka.

   sebaliknya Cukong istana beracun ibun Hoat semakin takabur dan bergelak tawa sepuasnya, serunya.

   "Coba lihat saudara-saudara bukti pernyataan tadi yang hendak melindungi siapa saja yang berani terjun kedalam air, siapa saja yang tidak takut akan Ci-hu sin kuog-ciang, silakan dengar dan patuhilah petunjuknya tadi"

   Seluruh hadirin menjadi gempar, berkobar hawa amarah mereka, seketika yang berdarah panas lantas mencaci maki . "Tujuan yang keji sekali "

   "Tindakan yang ganas licik sekali "

   Sampai matipun tak diampuni, keterlaluan...

   begitulah dari sana sini terdengar umpat caci saling bersahutan serta saling lomba.

   semua mencerca dan menista Ci hu-sin- kun.

   sebagian besar adalah hasil dari adu domba Cukong istana beracun ibun Hoat yang bermulut tajam, selebihnya karena merekapun berwatak tamak mengincar buku catatan rahasia yang tersimpan di dasar mata air rawa naga beracun ini.

   Kemarahan masai sukar dibendung, begitulah menghadapi caci maki yang ribut itu Cihu-sin- kuo semakin berang seperti kebakaran jenggot, namun semakin marah napas memburu, mulutnya sukar bicara.

   Melihat adegan yang serba runyam bagi tuan dan ayahnya Ci-hujulo dan Ci-hu-giok-li berubah hebat air mukanya, masing-masing melejit maju kedua samping Ci-hu sin kun bersiaga sembari mengerahkan tenaga dalam.

   suara makin semakin riuh dan ribut seperti bergolak.

   kuping sampai terasa judek.

   Diantara mereka yang mengudal ludah dan pentang bacot, terutama pihak anak buah istana beracun dan Mo khek adalah yang paling keras dan paling kotor makiannya.

   

Ular Belang Putih -- Kauw Tan Seng Pedang Tanpa Perasaan -- Khu Lung Beruang Salju -- Sin Liong

Cari Blog Ini