Ceritasilat Novel Online

Seruling Samber Nyawa 30


Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Bagian 30




   Seruling Samber Nyawa Karya dari Chin Yung

   
Akhirnya tak tertahan lagi kemarahan Ci-hu-sin-kun, dampratnya dengan berjingkrak.

   "yang tidak terima silakan tampil kedepan, seorang laki-laki sejati kenapa mesti mengudal mulut berteriak kesetanan macam kentut busuk"

   Dua sosok bayangan meluncur maju ke-tengah gelanggang, ternyata Cukong istana beracan dan Gu-bingkhek cu Li Pek- yang tampil bersama maunya berbareng .

   "jangan sombong kau, biar kita belajar kenal dan mengukur sampai dimana kehebatan ilmu sakti tunggal dari aliran Ci-hukalian"

   "Begitupun baik"

   Sahut Ci-hu-sin kun.

   Tanpa banyak kata lagi tiba-tiba badannya melenting tinggi ketengah udara, ditengah udara ia goyangkan kepalanya, seketika rambut panjang yang tergelung diatas kepalanya lantas terurai melambai, kabut abu abu menyelubungi seluruh tubuhnya, dimana kedua tangannya bergerak dua pancaran sinar kemilau yang menyilaukan mata lantas menyibak maju menukik kebawah.

   Cukong istana beracun Ibun Hoat berdiri disebelah kiri, telapak tangannya terkembang pelan-pelan digerakkan membundar terus didorong kedepan.

   Demikianjuga Gu-bingkbek cu yang berdiri disebelah kanan menggerakkan kedua lengannya sedemikian rupa seperti kupu-kupu beterbangan menandingi musuh yang menerjang tiba.

   Tiga tokoh silat kelas wahid masing-masing sudah kerahkan seluruh latihan Lwe-kangnya di kedua telapak tangan masingmasing "Blang"

   Letusan keras menggetarkan bumi sehingga rumput dan batu beterbangan, begitu keras letusan ini bak umpama guntur menggelegar, laksana angin lesus menerpa tiba, betapa hebat danperbawa adu kekuatan ini betul-betul sangat menakjubkan dan belum pernah terjadi selama ini di kalangan Kang-ouw.

   Tengah seluruh hadirin kesima akan kedahsyatan adu tenaga yang hebat ini, sekonyong-konyong bayangan hitam bergerak-gerak,puluhan bayangan hitam yang mengenakan seragam hitam dengan kedok hitam pula tahu-tahu sudah meluncur tiba mengelilingi Tok Liong-tam, begitu lincah dan sebat sekali terus berpencar keempat penjuru, diatas baju depan dada masing-masing tersulam pelangi merah darah yang menyolok mata.

   Melihat kedatangan para bandit-bandit dari Hiat hong-pang ini, seketika merah membara biji mata Giok-Liong, seketika terkilas kenangan lama dalam otaknya.

   Terbayang betapa keji dan ganas sepak terjang kawanan bandit dari Hiat-hong pang ini sehingga akhirnya dirinya memasuki lembah kematian, kedua tangannya dikepalkan erat-erat.

   Tapi dalam keadaan yang tegang dan gawat ini, tak pernah ia turun tangan, begitu kawanan Hiat- hong-pang ini muncul, setelah saling mengadu sebuah pukulan lagi Cukong istana beracun Ibun Hoat lantas melejit mundur, teriaknya bengis.

   "Para muridku dengar perintah, siapapun dilarang mendekati pinggir rawa sejauh tujuh kaki, bila berani melampaui ketentuan ini, boleh silakan bunuh dan bikin hancur lebur "

   "Terima perintah."

   Gemuruh anak buahnya menerima perintah, seketika bayangan bergerak serabutan, seluruh anak buah istana beracun berpencar menjaga sekeliling pinggiran rawa, dengan membelakangi rawa menghadapi seluruh gembong-gembong iblis yang hadir, semua bersiaga menggerakkan tangan melancarkan pukulan, wajah mereka biru kelam..

   Di sebelah sana Gu-bing-khekscu Li Pek yang juga tidak mau kalah wibawa berteriak lantang.

   "Para Tongcu pimpin rasul masing masing bersama dengan para saudara dari istana beracun menjaga siapa saja yang berani mendekati pinggir rawa tujuh kaki bunuh tanpa kompromi."

   Delapan belas Tongcu beserta ratusan rasulnya masingmasing serempak mengiakan dengan suara yang gegap gempita, segera mereka bergerak menurut perintah yang berlaku.

   Wajah tua Ci-hu-sin-kun berubah ungu gelap, badan sampai gemetar saking menahan gusar, dengusnya sembari menghentakkan kaki.

   "Terlalu menghina orang "

   Melihat musuh sudah bersiaga melolos pedang menghunus golok serta segala senjata tajam lainnya, Ci-hu giok-ti menjadi gelisah, betapa tinggi kepandaian ayahnya kalau harus seorang diri melawan jago-jago berani mati demikian banyaknya, tentu akhirnya akan konyol sendiri Maka pelanpelan ia menghampiri kesamping ayahnya, serta bisiknya sembari narik baju ayahnya.

   "Yah, sekarang belum saatnya untuk mengadu kekuatan."

   Mendadak sesosok bayangan hitam melesat turun dihadapan mereka, kiranya Hiat-hong-pangcu yang berkedok itu telah berkatanya lirih.

   "Sin kun Tak perlu menggunakan kekerasan terhadap mereka, urus saja mereka yang berani terjun ke dalam rawa lebih penting "

   Dalam keadaan gawat dan terdesak begini, memang Ci-hu sin-kun perlu bala bantuan tenaga dan pikiran orang lain, melihat Hiat-hong pangcu berpihak kepada dirinya betapa girang hatinya, alis tebalnya berjengkit, sahutnya .

   "Tepat sekali ucapan Pangcu "

   Hiat hong pangcu berkata lagi .

   "silahkan sin-kun pegang tampuk pimpinan dalam gelanggang, anak buahku biar berjaga diluar lingkaran, asal ada orang berani terjun ke air, setelah berhasil para gembong iblis dari istana beracun dan Mo khek biar dihadapi anak buahku, sin kun dan aku melindungi orang yang naik kedarat itu, bukankah cara itu sangat aman, kalau tidak bakal memperoleh pusaka terbenam itu, buat apa kita membuat onar dan penghabisan tenaga, kan sia sia belaka."

   Berseri girang wajah Ci hu-sin-kun, ujarnya.

   "Akal yang cukup cerdik"

   Matanya lantas melirik ke arah Ham-kang-it-ho, tiba-tiba entah dengan gerakan apa tubuhnya berkelebat cepat sekali melayang laksana bayangan setan melejit tiba disamping Ham- kang it-ho Pek su-in, telapak tangannya segede kipas terus mencengkeram telak sekali pundak orang telah digenggamnya.

   Tindakan Ci-hu-sin kun ini dilakukan secara tiba-tiba, sebelum Ham-kang-it-ho Pek su-in sempat berteriak tahu-tahu pundaknya sudah kesakitan, sepuasnya ia berusaha meronta tapi sia sia, maka dengan pandangan sayu ia berkata.

   "sin-kun Kau..."

   Suara Ci- hu-sin- kun keras lantang.

   "Tocu tak perlu ragu Lohu melindungi kau terjun ke air."

   Sesaat Ham kang.it-ho menjadi terlongo, sahutnya tersekat "Tapi.... kalau mendarat..."

   "

   Kalau Lohu sudah berani menanggung kau terjun ke air, tentu melindungimu naik ke darat"

   Hiat-hong pangcu juga menghampiri, katanja dengan tekanan berat.

   "Pek-tocu, silakan berlega hati kau terjun ke air, urusan naik ke daratan biar sin-kun dan aku yang mengurusnya .

   "

   Disebelah sana Cukong istana beracun dan Tu-bing-khek-cu mendadak tertawa tawa dingin tak bersuara. Ham- kang it-ho Pek su in ragu-ragu, ujarnya mendelong. "Setelah aku mendarat, tentu kehabisan tenaga, saat mana...."

   Ci hu-sin kun menjadi tak sabaran, katanya.

   "Masa kau tidak percaya pada Lohu..."

   Lalu ia melangkah lebar ke pinggir Rawa, mulutnya tetap mengoceh.

   "Lohu membuka jalan"

   Sebelah tangannya dikembangkan ke-depan, sedang tangan yang lain melindungi dada, setiap saat siap lancarkan serangan hebat.

   Para anak buah istana beracun dan Mo khek yang menjaga dipinggir rawa serentak merubung maju ke arah sini, meski mereka takut dan gentar, betapa juga perintah harus dilaksanakan.

   untung sebelum mereka bertindak Cukong istana beracun Ibun Hoat sudah menjebirkan bibir memdengus memberi isyarat sembari menggoyangkan kedua tangannya.

   Gu bing khek-cu Li Pek- yang berkilat matanya, setelah tangannya diangkat tinggi menyetop aksi bawahannya.

   Dua pentolan iblis ini bersama memberi tanda kepada anak buahnya supaya menyingkir kesamping membiarkan ci hu-sinkun mengapit Ham kang it-ho diikuti Hiat-hong-pangcu beranjak ke pinggir rawa.

   Begitu tiba dipinggir air, mereka bertiga dengan natiap memandang air yang berputar cepat seperti kitiran menimbulkan pusaran angin dingin yang menembus tulang, seketika mereka bergidik.

   "Pek-tocu"

   Suara Ci-hu-sin-kun berat dan serius. Air muka Ham-kang-it-ho Pek su-in membeku, pelan-pelan ia jongkok mengulur tangan menyentuh air, lantas cepat-cepat ditariknya kembali, air mukanya kontan berubah hebat,desisnya.

   "Dingin Dingin Dingin sekali"

   Tanya Hiat-hong pangcu.

   "Bagaimana kalau dibanding Ham- kang kalian"

   Ham-kang-it ho Pek su-in menggelengkan kepalanya sembari melelerkan lidah, katanya.

   "

   Kecepatan putaran air inijauh lebih keras, suhu dinginnya jauh lebih membekukan tulang..."

   "Bagaimana?"

   Tanya Ci-hu sin kun.

   "Mungkin aku yang rendah juga tidak akan kuat bertahan dinginnya, tak kuasa mengendalikan diri dari pusaran air yang kuat itu "

   Hiat hong pangcu menjengek dingin.

   "Pek tocu di seluruh Bulim pada jaman ini ilmu renang dibawah air kecuali kau seorang tiada keduanya lagi, kenapa kau begitu merendah diri"

   Waktu itu, beratus pasang mata seluruhnya terpancar tajam menatap kearah Ham-kang it-ho. Ci hu sin kunjuga tertawa kering ujarnya.

   "Betul Pek-tocu silakan"

   Tangannya diulur menyilakan, naga-naganya kalau dirinya tidak mau menurut bakal didesaknya terjun ke air.

   Ham kong it ho berpaling ke belakang dilihatnya Ci huji lo sudah menutup jalan mundurnya, di paling belakang adalah dua belas anak buah Hiat hongpang yang mengelilingi, terang dirinya sudah terkepung begitu rapat untuk mundurpun tak mungkin Dan di kedua sampingnya masing-masing berdiri Ci hu sin kun dan Hiat hong pang-cu, jarak mereke tidak lebih hanya dua kaki, Keadaan dirinya boleh dikata seumpama naik ke punggung harimau kalau turun takut dicaplok tidak tiada tempat untuk pegangan kecuali terjun kedalam air tiada jalan lain dapat ditempuhnya.

   Darah menjadi bergolak dan jantung berdebar keras, kerongkongan terasa kering dan suara menjadi sember, terpaksa akhirnya ia menyahut.

   "Baiklah biar kucoba "

   Lalu ia menjahitkan lengan bajunya melepas kan jubah biru panjang, maka terlihatlah pakaian dalamnya yang ketat warna biru berminyak, itulah pakaian peranti berenang dalam air, dari dalam kantongnya dikeluarkan pelan sebuah topi yang terbuat dari kulit ikan berbentuk seperti kepala kera terus dikenakan diatas kepalanya, panjang topi ini sampai ringkas menutupi leher, setelah diikat dengan kencang hanya terlihatlah sepasang matanya.

   setelah semuanya dipersiapkan Ham- kang- it-ho tidak lantas turun ke air, mulutnya tiba-tiba mengeluarkan gerungan panjang, seperti lenguh kerbau kelaparan kakinya ditekuk terus duduk bersila, menghimpun semangat menenangkan pikiran, mulai semadi.

   Tak lama kemudian kelihatan diatas kepalanya mengepulkan uap putih yang panas, uap itu bergulung dan tersendut-sendut diatas kepalanya sebesar mang kok seperti kabut tebal yang mengepul keluar dari bara api yang menganga.

   Tak lama kemudian uap putih ini semakin melebar dan membesar seperti baskom membumbung ke atas kita- kira lima kaki tingginya, seluruh hadirin menahan napas, seluruh perhatian mereka tertuju kearah Ham-kang-it-ho yang tengah semadi itu, setupun tiada yang bersuara.

   ci-hu sin-kun tahu bahwa orang tengah menghimpun hawa murni memusatkan suhu badannya ke dalam pusarnya, Lwekangnya-pun tak ketinggalan dikerahkan untuk melindungi badan untuk menahan suhu dingin air rawa yang membekukan itu.

   Maka iapun tak bersuara supaya tidak mengganggu.

   Di tempat sembunyinya diam-diam Giok- liong membatin.

   'Naga-naganya Ham-kang-it-ho memang benar benar hendak terjun ke dalam air, aku harus hati-hati dan waspada, aku harus sigap bertindak sesaat waktu orang muncul dari air merebut pusaka itu, kalau terlambat begitu sampai terjatuh ke tangan Ci-hu sin kun, urusan selanjutnya tentu sukar diatasi.' Karena pertimbangan ini, diam-diam Giok lioogpun menghimpun semangat dan memusatkan seluruh perhatiannya, sekejappun matanya tidak berkedip.

   sebentar lagi, sekonyong-konyong dengan gaya Peng-receng hun badan Ham- kang it-ho Pek Su-in mencelat mumbul keatas, sepasang biji matinya bersinar tajam mengawasi permukaan air rawa yang masih berputar kencang itu, mulutnya mendesis.

   "Hmm saudara-saudara nantikan dengan sabar, biar aku yang rendah turun ke air sebentar."

   Tanpa menunggu penyahutan orang banyak, dengan gayajiang-liong-jip-hay (ular naga menukik kelaut).

   "Blang "

   Kepalanya meluncur dan selulup dulu kedalam air, laksana anak panah seperti ikan besar terus selulup ke dalam rawa.

   Kepandaian renang Ham-king-it-bo memang bukan olaholah pintarnya, waktu tubuhnya meluncur amblas ke dalam air sedikitpun air tidak muncrat, airpun tidak bergelombang hanya terlihatlah riak gelombang yang melebar menjadi bundaran besar dan terus menghilang.

   seluruh hadirin menjadi melongo, mata mereka terbelalak mengawasi permukaan air.

   Agak lama kemudian baru mereka berseru memuji bertepuk tangan tanpa berjanji, suara nya keras dan gegap gempita.

   Ci hu-sin kun juga berseri tawa dengan senang dan bangga, katanya kepada Hiat-hong pangcu.

   "Pangcu, harap perintahkan kepada anak buahmu, boleh silakan mereka istirahat sebentar."

   Hiat hong-pangcu membalas dengan tertawa riang, katanya pelan-pelan.

   "Tidak perlu, anak buahku sudah gemblengan semua tak perlu istirahat "

   Kata-katanya ini mengandung arti yang tajam, tak lain untuk menyindir kepada anak buah dan kamrat-kamrat istana beracun serta Mo khek.

   Cukong istana beracun dan Gu bing-khekscu tengah berdampingan dan berbisik-bisik, entah apa yang tengah mereka rundingkan.

   sekonyong-konyong permukaan air bergolak lagi, seluruh hadirin menjadi gempar semua meluruk semakin dekat ke pinggir rawa.

   Terlihat tubuh Ham- kang it ho Pek su-in tiba-tiba melesat keluar setinggi dua tombak dengan luncuran miring menuju ke pinggir rawa, tapi mungkin karena kehabisan tenaga sehingga luncuran tubuhnya di tengah jalan menjadi lamban dan merandek terus meluncur hampir kecemplung ke air lagi.

   Giok-liong tersentak kaget, baru saja ia hendak menerobos keluar dari tempat sembunyinya tapi sekilas itu dilihatnya kedua tangan Ham- kang it-ho kosong melompong tak membawa apa-apa, Lwekangnya juga sudah susut sebagian besar, besar dugaannya bahwa iapun tak berhasil, karena tak kuat bertahan dari dinginnya suhu beku air rawa maka lantas meronta keluar.

   Maka urung ia melesat keluar tetap sembunyi lagi menonton dari tempat sembunyi.

   Cihu-sin kun yang berdiri dipinggir rawa berjarak paling dekat, sigap sekali tubuhnya melejit tinggi dengan gaya Liu-in jut-siu tangannya diulur terus meraih tubuh Ham kang it-ho terus jumpalitan kembali ke daratan.

   Keadaan yang kalut dan geger dari para hadirin dan merubung maju itu kini menjadi tenang kembali setelah melihat keadaan ganjil dari tubuh Ham kang- it-ho, tahu mereka bahwa Pek su-in belum berhasil mengambil buku catatan rahasia itu, maka seketika suara ribut sirap semua menonton lagi dengan penuh kesabaran.

   Keadaan Hamkang-it ho lemas lunglai dipanggul oleh Ci husin- kun terus direbahkan diatas tanah, kelihatan sepasang mata-nya yang berkilat tajam tadi kini sudah guram dan kuyu, pelan-pelan dengan susah payah ia angkat sebelah tangannya, seluruh tubuhnya gemetar.

   Hiat-hong-pangcu memburu maju ikut memayang tubuh orang, katanya.

   "Pek tocu, bagaimana keadaan didalam rawa tadi"

   Pucat dan membiru muka Ham kang- it-ho saking kedinginan giginya berkerutuk tak mampu mengeluarkan suara.

   Cepat-cepat Ci-hu sin kun mengulur tangan kanannya memegang tangan kiri Pek su-in, telapak tangan mereka berhadapan, katanya.

   "Pangcu, papah dia berduduk.

   biar aku mengerahkan hawa murni membantunya menghilangkan rasa dinginnya."

   Lalu ia kerahkan lwekangnya disalurkan melalui telapak tangannya. Kira-kira setengah jam kemudian, wajah pucat seperti kertas Ham kang-it ho Pek su in mulai bersemu merah, masih dengan rasa keder dan kedinginan ia berkata.

   "Dingin Dingin aku sudah berbuat sekuat tenaga"

   Seluruh hadirin bungkam, keadaan sunyi senyap. semua memasang mata mendengarkan. Kata Ham- kang- it-ho Pek su-iu tersendat.

   "Disini air rawa ini boleh dikata merupakan nomor satu diseluruh jagat ini, merupakan pengalaman pertama seumur hidup aku orang she Pek."

   Ci-hu-sin-kun lepaskan tangan, katanya.

   "Apakah kau sudah melihat pusaka yang terendam di mata air itu?"

   Ham kang it ho Pek su in manggut-manggut, katanya rada keras- "Aku orang she Pek sudah mengerahkan seluruh kemampuan menyelam sampai ke dasar air, aku menggigit gigi menahan dingin, kira kira seratus tombak dalamnya, aku keterjeng sebuah gelombang pusaran air yang dingin dan besar sekali daya sedotnya menyelubungi sebuah tongkat batu bundar sebesar meja, begitu cepat dan keras daya putarannya.

   Betapa besar daya kekuatan yang terpendam dalam gelombang pusaran air ini sehingga aku tak kuasa mendekat, rasa dingin sih boleh dikesampingkan"

   "Tongkat batu bundar" "Ya di ujung tongkat batu bundar samar-samar terlihat sebuah kotak mas persegi panjang satu kaki, sinar mas kelihatan berkilau menyolok mata."

   "Kenapa kotak mas itu tidak hanyut keterjang air bah, apa..."

   "Sin kun, maka dinamakan mata air sebab itu merupakan aliran gelap di dasar bumi, waktu air berputar ditengahnya kosong tak berair dan tak berhawa, bukan saja kotak mas itu hakekatnya tidak kena air malah tergantung disana, masa bisa hanyut."

   Ci hu sin kun menjadi mengurut kening, ujarnya.

   "Kembali alam memang sulit diatasi oleh manusia, keajaiban ini benar-benar menakjupkan dan sukar dimengerti."

   Hiat-hong pangcu menimbrung.

   "Pek-tocu kenapa kau tidak mengambil kotak mas itu?"

   
Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Para hadirin menjadi geger lagi, ada yang ikut berteriak bertanya.

   "Yah, kenapa tidak kau ambil?"

   Ham kang- it-ho su-in tertawa hambar, katanya kepada Hiat-hong-pangcu.

   "pangcu, kau terlalu gampang menilai pekerjaan..."

   Berkedip mata Hiat-hong-pangcu tanyanya.

   "Kenapa?"

   "

   Kenapa"

   Ham- kang it-ho Pek su in menjadi uring-uringan mukanya mengunjuk rasa tak senang ujarnya.

   "Rasa dingin di dasar rawa laksana badan dicocoki ribuan jarum, kekuatan putaran air sedemikian dahsyatnya lagi, betapa besar daya sedotnya sungguh sukar dilukiskan, seumpama kau Pa ngcu Lwekangmu tinggi menjagoi seluruh dunia tiada tandingan, mungkin juga hanya mandah melihat tak dapat mencapainya."

   Merah muka Hiat- hong-pa ngcu, katanya tergagap.

   "Ini... aku... aku tidak bisa berenang, mana bisa... dibandingkan kau."

   Kata Ham- kang- it-ho Pek su in lebih keras.

   "Bukan soal bisa renang atau tidak, soalnya karena putaran air yang dahsyat itu cukup bisa membuat orang mati karena badannya diputar jungkit balikkan."

   Ci-hu-sin-kun tersenyum getir, ujarnya .

   "Kalau begitu, kotak mas itu..."

   Sampai disini sepasang matanya mengawasi wajah Hamkang it-ho Pek su-in. Ham- kang- it-ho Pelc su-in menggelengkan kepala, katanya.

   "Aku dapat mengukur diriku sendiri takkan mungkin dapat menerobos ke dalam pusaran dahsyat didasar mata air itu. aku terima kalah"

   Hiat- hong-pa ngcu melenggong, ujarnya.

   "Tapi entah cara bagaimana orang yang meletakkan kotak mas itu dapat menerobos masuk kedala m pusaran mata air itu"

   Ci hu-sin-kun juga berkata.

   "Benar, apakah beliau seorang dewata?"

   Giok-liong juga berpikir .

   "Benar, ayahkujuga berdiri dari darah daging, malah tak bisa renang lagi, mungkin..."

   Tenaga Ham kang it-ho sekarang sudah pulih sebagian besar, suaranya terdengar lebih lantang .

   "

   Orang itu tentu dibekali sinkang murni dari aliran cincong ( lurus) yang kuat bertahan dari serangan air dan api, bukan saja latihannya sudah sempurna, kepandaiannya tentu juga sangat lihay, gampang saja dia menerobos masuk kedalam pusaran serta meletakkan kotak mas itu di-sana, mungkin pekerjaan yang bagi orang lain ini dianggap sukar dan mustahil baginya hanya seperti membalikkan tangan gampangnya."

   Gembong gembong iblis yang ikut hadir menjadi bergidik dan melelerkan lidah mendengar cerita yang sulit dipercaya ini.

   Demikianjuga Cihu-sin- kun yang selamanya mengagulkan kepandaiannya saat inijuga tersumbat mulutnya tak berani banyak komentar lagi.

   sebab walaupun semua hadirin dari gembong iblis ini meski kepandaian dan Lwe-kang mereka ada yang tinggi dan sempurna, namun tiada seorangpun yang pernah mempelajari sinkang dari aliran lurus itu, boleh dikata mereka seluruhnya dari perguruan sesat dan liar, maka tiada seorangpun yang berani banyak bertingkah lagi.

   Tergerak hati Giok-Liong, batinnya.

   "

   Kalau orang membekal Lwekang dari aliran lurus kuat bertahan terjun kedasar rawa Jilo merupakan pelajaran dari Ji bun yang lurus juga, entah apakah kuat bertahan dari serangan dingin dan pusaran air dahsyat itu?"

   Karena pikirannya ini hatinya lantas tertarik dan timbullah niatnya, pikirnya.

   "Naga-naganya terpaksa aku harus terjun sendiri keair, demi pesan peninggalan ayah bundaku, meskipun harus menemui ajal juga berharga pengorbananku."

   Setelah dipikirkan hatinya menjadi mantup, sembari membetulkan pakaiannya ia siap hendak terjun kedalam air.

   sekonyong-konyong dipinggir sebelah sana terjadi keributan lagi, kiranya pada saat yang gawat ini Pekshay su lo telah muncul bersama, begitu datang Kiong-thian-sin Lu say lantas berdiri diatas onggokan tanah yang tinggi serta serunya lantang.

   "Para sahabat Bulim sekalian, Pak hay-su-lo bersama menyampaikan selamat bertemu kepada kalian."

   Setelah berkata sepasang matanya berkilat menatap ke sekelilingnya. Muka ci-hu-sin-kun cemberut, mulutnya menyeringai dingin. King thian-si Lu say berseru lagi.

   "Ketahuilah, bahwa pusaka dalam dasar rawa ini ada pemiliknya, benda yang tersimpan disana itu bukan buku catatan rahasia silat, pokoknya tiada bermanfaat bagi kalian, maka janganlah kalian timbul rasa tamak hendak merebutnya, silakan lekas pergi, tinggalkan tempat ini supaya tidak menimbulkan banyak pertikaian diantara sesama kawan Bulim."

   Suaranya keras lantang laksana guntur, setiap kata sangatjelas, terang ia kerahkan Lwekangnya untuk berkata, tujuannya memang hendak memamerkan tenaga dalamnya yang hebat sehingga alam sekelilingnya mendengung, suaranya bergema diatas pegunungan.

   Sudan tentu kata kata Lu say ini menimbulkan berbagai reaksi, disana sini menjadi ribut, namun tiada seorangpun yang berani tampil kedepan memberi jawaban.

   Tak lama kemudian King-thian-sin Lo say berseru lagi lebih keras.

   "Kalian sudah dengar belum ?"

   Cukong istana beracun ibun Hoat terkekeh, ujarnya.

   "Dengar sih sudah dengar, tapi kata-katamu tentang pusaka itu sudah ada pemiliknya, itu apa maksudnya, apakah benda di dasar rawa itu adalah orang pihak Ping-goan di Pakhay sana yang meletakkan disana?"

   Giok- liong bersorak dalam hati, tergerak benaknya, betul dan tepat sekali pertanyaan ini. Tak duga King-tian-sin Lu Say menjadi tak senang, ujarnya.

   "Ibun Hoat, apa pedulimu tentang ini."

   Tu-bing-khekscu Li Pek- yang sebera menimbrung.

   "Ping-goan dilaut utara bisa turut campur urusan di Tionggoan sini, kenapa pihak Tionggoan kita tidak boleh mengurus urusan kita sendiri"

   Li Hian menjadi murka bentaknya sambil mengacungkan kedua kepalannya.

   "Li Pek yang, perhitungan antara kita dulu masih belum diselesaikan tutup mututmu, lekas cawat ekormu dan kabur pulang ke sarang iblismu, kalau tidak hm"

   Gu bing-khekscu Li Pek- yang menyeringai sahutnya.

   "Kau ini pesakitanku yang ku kurung selama puluhan tahun berani bertingkah disini, kalau Lohu tidak berbelas kasihan, mungkin..."

   "Kau kentut apa."

   Sebat sekali sosok tubuh Li Hian berkelebat tahu-tahu ia menerjang tiba dihadapan Gu-bing-khekscu, jarak mereka tidak lebih hanya lima kaki.

   Cukong istana beracun Ibun Hoat seorang bandot tua yang licik penuh akal muslihatnya, mana sudi pihaknya cakarcakaran lebih dulu dengan pihak Ping-goan di laut utara yang dipelopori oleh Pak hay-su-lo bukankah melemahkan pihak sendiri juga menguntungkan bagi Ci hu-sin- kun dan Hiathong- pang.

   Maka cepat-cepat ia tampil ke depan sembari melirik ke arah Gu bing-khek cu Li Pek- yang memberi isyarat, katanya.

   "Nanti dulu Hari ini kita datang karena pusaka dalam dasar rawa itu, pertikaian pribadi yang lain lebih baik dikesampingkan dulu."

   Lalu ia memutar tubuh menjura kepada King thian-sin serunya.

   "

   Urusan terjun kedalam rawa adalah menjadi tanggung jawab Ci husin kun kita beramai hanya sebagai penonton belaka, harap kalian suka berunding dengan siu-kun seorang cikal bakal yang di agungkan."

   Kata-kata terakhir bernada menyindir, tujuannya adalah hendak memutar tujuan pokok menimpahkan kesulitan kepada orang lain, dalam hal ini adalah aliran Ci-hu dan Hiat- hongpang lah yang di maksud.

   Betul juga segera King thian-sin Lu say turun dari gugusan tanah tinggi pelan-pelan beranjak ke pinggir rawa, katanya sembari soja kepada Ci-hu-sin kun.

   "Ci-hu-bun sudah menggetarkan BuIim selama puluhan tahun, apakah sin- kun sudi menanamkan diri dalam pertikaian malam ini?"

   Serius wajah Ci-hu-sin-kun, katanya.

   "pusaka dunia persilatan yang sudah turun temurun merupakan tradisi bagi kaum persilatan untuk memperebutkannya, aliran Ci-hu-bun tidak akan ketinggalan dalam kebiasaan umum ini, dapat atau tidak memperolehnya nanti merupakan persoalan kedua, adalah keadilan dan kebenaran kaum persilatanlah yang harus ditegakkan dan dilindungi."

   Ucapannya ini tiada juntrungannya yang menentu bukan mendebat tapi juga tidak mengakui. Malah setelah berkata Cihu- sin-kun lantas membalik tubuh menghadap Ham- kang- itho Pek su in katanya.

   "Pek-tocu, silakan kau menyibukkan diri sekali lagi."

   Ham-kang-it ho Pek su in mengunjuk rasa keberatan sesaat mulutnya terkancing. Dari samping Hiat- hong pangcu ikut membujuk.

   "Pek-tocu sesudah sampai pada tahap sekarang lantas mengundurkan diri, bukankah sia sia belaka energi yang telah kita buang, sayang sekali,"

   Akhirnya Ham- kang it-ho terbujuk juga, katanya mendehem sembari menghela napas.

   "Menurut kebenarannya bukan hanya membekal Lwekang dari aliran lurus saja yang mampu terjun ke dalam air yang disayangkan..."

   "Bagaimana?"

   Tanya Ci hu-sin kun cepat-cepat.

   "sayang sekali aku bukan jaka tingting, sebetulnya dengan kepandaian renang aku orang she Pek dan ketahanan dalam kebekuan dingin itu sekuatnya masih bisa mencapai tujuan, sayang aku tidak membekal TOng-cu kang (latihan lwekang seseorang yang belum pernah kawini, hawa murniku kurang kuat, mungkin aku akan mengecewakan belaka."

   Mendengar penjelasan ini ci hu-sin-kun dan Hiat hong pangcu lantas mengunjuk seri tawa girang sebab harapan mereka menjadi bertambah tebal akan kemampuan Hamkang- it-ho terjun kedua kalinya ini.

   Desak ci-hu sin-kun Kiong Ki.

   "Kalau begitu, silahkan Pek-tocu mencoba sekali lagi, kalau benar benar tidak mampu, aku orang she Kiong tidak berani memaksa supaya Pek-tocu tidak menderita."

   Sudah menjadikan kodrat alam bahwa watak manusia itu selalu lobha dan moha, kadang-kadang manusia menjadi korban akan ketamakan sifatnya sendiri tanpa disadari, sedari dulu kala entah sudah berapa banyak manusia yang hancur dan konyol karena rakusnya ini.

   Demikianlah keadaan Ham- kang it ho Pek su-in, hatinya tergerak dan kecantol akan bujuk manis ini, sambil manggutmanggut ia menyahut.

   "Baiklah aku orang she Pek secara suka rela mendharna baktikan tenaganya lagi."

   Lalu ia bersila dan mulai semadi menghimpun tenaga dan semangat, hawa murni di pusatkan di pusar terus menimbulkan tenaga dalam yang mulai gairah.

   Melihat dengan beberapa kata saja Ci-hu-sinkun tanpa menghiraukan dirinya.

   King-thian-sin menjadi dongkol, apalagi orang tinggal bicara saja dengan Ham kang- it-ho, tanpa perdulikan mereka, keruan gemes dan jengkel hatinya, dengusnya.

   "Siapa yang tidak tahu diri, silakan cicipi pukulan geledek kita bersama."

   Lalu tanpa pandang kepada orang lain ia berkata kepada tiga saudaranya .

   "Para adikku, berjaga masing-masing satu jurusan, begitu ada orang berani terjun ke air pukul saja dengan tenaga pukulan jarak jauh."

   "Kami paham."

   Sahut tiga saudara muda yang lain. serempak mereka bergerak bersamaan masing-masing menduduki satu kedudukan yang menguntungkan, nyata Pak

   

   Tiraikasih WEBSITE
http.//kangzusi.com

   / hay-su-lo sudah bertekad merintangi siaoa saja yang berani terjun ke air, dilihat dari sikap mereka nyata takkan segansegan mereka turun tangan sesuai dengan ancaman tadi.

   Dengan kedipan mata Ci-hu-sin-kun memberi isyarat kepada Hiat- hong-pa ng-cu, Hiat- hong-pangcu manggutmanggut, paham akan maksudnya, pelan pelan ia angkat sebelah tangannya memberi aba-aba kepada anak buahnya yang berpencar di empat penjuru.

   Di lain pihak atas kepala Ham- kang- it-ho sudah mengepulkan segulung uap putih yang semakin melebar dan meninggi, Para gembong-gembong iblis yang mengelilingi rawa naga beracun seiring dengan situasi yang meruncing gawat ini hati masing-masing semakin tebang.

   Sekonyong-konyong diketahui oleh Giok liong di sela- cela semak gunung yang gelap di sebelah sana kelihatan rumput dan daun-daun pohon bergerak pelan dan lirih sekali, kalau tidak didengarkan dan diawasi secara cermat hampir tidak diketahui.

   Bukan saja kejelian mata dan kuping Giok liong jauh melebihi orang lain, apalagi dari tempat gelap melihat ke tempat yang nyata, tempat sembunyinya diatas memandang kebawah lagi maka ia dapat melihat sangat jelas, diam diam ia membatin tentu ada seseorang yang menggeremet sembunyi disana.

   Mendadak terdengar ci hu sin kun berteriak keras.

   "Pakhay su lo, bagaimana juga biarlah Pek-tocu mencobanya sekali lagi"

   King thian-sin Ln say menyahut lantang dan tegas.

   "Tidak bofeh."

   "yang terakhir saja."

   "Betapapun tidak bisa"

   Hiat hong pangcu tampil ke depan serta timbrungnya .

   "Kalau kalian sendiri tidak mampu terjun ke air mengambil pusaka itu, kenapa merintangi orang lain, tindakan kalian bukankah keterlaluan dan tidak punya aturan."

   Ka liong gi Hong menyeringai tawa, ujarnya .

   "Dari mana kau tahu kita tidak mampu selulup ke air ?"

   Jawaban Gi Hong ini kontan membuat seluruh hadirin terkejut.

   Tergetar jantung ci hu sin kun, seketika berubah air mukanya.

   sebab salah seorang Pak-hay-su-lo yang berjuluk Ka- liong Gi Hong justru melupakan seorang ahli bermain dalam air sesuai dengan nama julukannya, Ka- liong (ular naga) Lwekang dan latihan kepandaiannya nampaknya tidak dibawah kemampuan Ham- kang- it-ho Pet su-in.

   Apalagi su lo berempat sama-sama jaka ting-ting belum pernah kawin, maka latihan Lwekang mereka adalah TOng-cu kang, syarat paling tepat untuk menyelam ke dasar rawa tanpa kwatir kedinginan atau tak kuat bertahan diri pusaran air besar itu.

   Kepandaian mereka yang lihay dan tinggi ini sudah puluhan tahun kenamaan di seluruh dunia persilatan sebagai empat tokoh lihay seperti saudara sekandung sendiri.

   Kalau menurut tutur kata Ham- kang- it-ho Pek su-in tadi.

   justru Ka liong Gi Hong adalah calon yaag paling tepat untuk terjun ke air rawa mengambil kotak mas di mata air itu, seumpama segampang mereka mengambil sesuatu barang dari dalam kantongnya saja.

   Kalau Pak hay-sulo sekarang tidak mau bekerja terang karena kwatir begitu Ka- liong Gi Hong berhasil dan keluar dari rawa bukan saja Lwekang dan tenaganya sudah terkuras habis takkan kuat lagi menahan serangan dari luar, terutama gembong-gembong silat lihay seperti Ci-hu sin kun dan lain

   

   Tiraikasih WEBSITE
http.//kangzusi.com

   / lain, paling tidak satu diantara saudaranya itu harus melindungi dirinya.

   Paling banyak dua diantara Pak hay-su-lo mereka yang dapat berkelahi menandingi kerubutan sekian banyak musuh, dengan sendiri kekuatan mereka menjadi jauh lebih lemah, menang atau kalah menjadi sukar diramaikan.

   Kalau sekarang mereka merintangi siapa saja yaag hendak terjun ke air, dengan gabungan kekuatan mereka berempat terang kemenangan bakal dipihak mereka.

   Berpikir sampai disini, melihat situasi yang semakin gawat ini, hati Ci-hu sin- kun menjadi semakin gelisah.

   Kebetulan saat itu Ham-kang-it-ho Pek Su-in sudah melompat bangun dari duduk semadinya, matanya tajam mengawasi Ci-hu sin-kun tanpa berkata-kata, naga-naganya ia gentar menghadapi ancaman Pak-hay-su lo yang serius tadi.

   ci-hu sin kun menjadi nekad, katanya sembari menepuk pundak Ham-kang-it-ho Pek su in .

   "Pet-tocu silakan terjun "

   "Coba siapa yang berani "

   Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Gerung King-thian sin Lu say sembari mendelik, Ham kang- it-ho Pek su in maju mundur tak berani segera ambil keputusan. Ci hu-sin- kun murka, bentaknya.

   "segala biar Lohu yang tanggung jawab,"

   Tiba-tiba sekuatnya ia dorong tubuh Ham-kang-it-ho Pek su in dari belakang.

   Tanpa kuasa tubuh Ham-kang it-ho Pek su ii lantas mencelat tinggi terus meluncur ketengah rawa.

   Kalau dikata lambat kenyataan adalah sangat cepat, berbareng dengan mencelatnya tubuh Pek Su in serentak meluncurlah empat gelombang angincukulan yang miris sehingga hawa sekeliling terasa bergolak mem-buntak menggeledek.

   Terdengar Pakhaysulo memaki bersama sembari melangkah setindak- "Berani mati"

   "

   Gempur"

   "Blang"

   "Pyaar"

   Suara serangan mendebarkan hati, air muncrat kemana-mana, disusul bayangan orang bergerak-gerak.

   "Aduh"

   Teriakan panjang tersendat ditengah udara, sosok bayangan yang mencelat ketengah udara itu terpental tinggi disongsong empat jalur pukulan angin dahsyat itu.

   Percikan darah muncrat keempat penjuru seperti hujan darah menyapu keseluruh gelanggang seketika hidung semua orang terangsang bau amis memuakkan.

   Nyata tubuh Ham kang itho Pek Su in sudah tergetar hancur lebur dan menjadi ber-gedel terpukul oleh pukulan gabungan Pak-hay-su-lo yang hebat itu, kaki tangan dan tubuh serta kepalanya terbelah dan semua jatuh ke dalam air dan sebentar saja lenyap tak berbekas tertelan pusaran air yang deras itu.

   Dalam pada itu, dengan menggertak gigi Cihu sin kun lancarkan sebuah hantaman memukul mundur King thian sin Lu Say.

   Tanpa ketinggalan secara diam-diam Hiat hong pangcu juga mendorong kedua telapak tangannya dari belakang menggabiok punggung Ka liong Gi Hong.

   Mimpijuga Ka liong Gi Hong tidak menduga apalagi kedua tangan tengah memukul kedepan, merintangi Kiam kang it-ho, seketika badannya terhuyung kedepan hampir terjerembab, tanpa ampun darah segar menyembur deras dari mulutnya terus menyemprot kedalam rawa, sungguh luka dalamnya bukan olah-olah beratnya.

   Tepat pada saat itulah, bayangan hitam dalam selokan gelap dipinggir rawa seberang sana mulai bergerak semakin cepat.

   "Plung."

   Suara percikan air yang hampir tak terdengar, tahu-tahu seorang lak-laki pertengahan umur yang telanjang bagian atas tubuhnya sudah meluncur terjun kedalam pusaran air yang keras itu sedikitpun tidak memercikkan air atau mengeluarkan suara, laksana seekor ikan besar yang menggelengkan kepala mengalutkan ekor langsung selulup tenggelam dan dilain kejap telah menghilang di dasar air.

   situasi di daratan sedang geger dan bertempur kacau balau, perhatian seluruh hadirin tertuju pada pertempuran kalut ini sehingga tiada satu orangpun yang melihat kejadian ini.

   Adalah Giok-liong yang mengumpet di- rimbun dedaunan diatas pohon diam-diam tertawa tawar, bathinnya.

   Kepandaian Te ou-sin-kun Ang TO bok biasa saja, namun otaknya cerdik dan banyak muslihatnya, dia ingin mengail ikan di air keruh pada saat yang genting dan kacau ini, dengan menuntun Ahliong- ong menyuruhnya terjun kedalam rawa, perhitungan waktu yang digunakan sungguh sangat tepat sekali.

   Tepat pada dugaan Giok liong, tak jauh dimana tempat Ah liong ong meluncurkan tubuhnya terjun dalam air, di tempat yang gelap dan terlindung itu terlihat sepasang mata berkilat kebiru-biruan tengah berputar mengawasi permukaan air yang bergolak itu.

   Hakikatnya dia mana tahu, seperti apa yang dikatakan "ceng coreng hendak menerkam tonggeret tak tahunya burung gereja sudah mengintip di belakangnya"

   Tanpa pedulikan apapun juga secara diam-diam Giok liong gunakan kesempatan yang baik ini meluncur turun kearah tempat sembunyinya Ang TO bok, lalu pelan-pelan selangkah demi selangkah menghampirinya.

   ilmu Ginkangnya sudah mencapai puncak tertinggi jauh melebihi kemampuan Ang Tobok sendiri seumpama malaikat dewata saja tahu-tahu ia sudah berada di belakang orang.

   Apalagi situasi yang kacau balau diseberang sebelah sana karena pertempuran yang seru dan gemuruh itu Tampak Pakhay- su lo terkecung ditengah gelanggang.

   sementara Ci hu sin kun bersama Ci hu ji lo bergabung dengan ratusan anak buah Hiat hong pang dengan sengit tengah melancarkan serangan yang serabutan, diantara mereka banyak yang bersenjata golok dan tombak serta senjata tajam lainnya, begitu gencar serangan mereka sehingga untuk waktu dekat Pak hay su-lo kena terdesak dibawah angin.

   untung pihak istana beracun dan Gu-bing yang berkeliling dilapisan paling luar selalu membokong dan menyerang begitu ada kesempatan.

   Mau tak mau pihak Hiat- hong-pa ng dan cihu- bun menjadi was-was karena harus berjaga dan menghadapi musuh dari dua jurusan.

   Kalau tidak satu diantara Pak-hay su-lo sudah terluka parah, pastilah mereka bakal konyol dan hancur karena dikeroyok begitu banyak musuh.

   Masih banyak lagi gembong-gembong iblis dari berbagai aliran lain yang-mandah menonton dan berpeluk tangan saja tanpa mau campur, seumpama menonton pertarungan dua harimau yang sama kuat.

   Tapi ada juga yang sebelum ini sudah ada rasa dendam permusuhan lantas ikut menerjunkan diri ke pihak Hiat-hong pang atau Ci-hu bun, ada pula yang membantu pihak istana beracun dan sarang Hantu.

   Yang sama dalam pertempuran kacau balau ini yaitu bahwa kedua belah pihak sama tidak Pertempuran sepenuh hati dan sepenuh tenaga.

   sebab semua orang insyaf bahwa pertempuran ini melulu hanyalah sponsor pembunuhan besarbesaran yang bakal terjadi mendatang ini pertempuran adu jiwa yang benar- benar adalah saat perebutan buku catatan rahasia yang terpendam di dasar rawa itu nanti.

   Maka pihak istana beracun tidak mau lancarkan ilmu Lan cu tok-yam yang ganas itu.

   demikin juga pihak Ci-hu-bun tidak melancarkan Ci-hu-cin-kangnya.

   Namun demikian pertempuran kalut ini sudah cukup menggemparkan, inilah merupakan pertempuran besarbesaran antara gembong-gembong iblis sendiri, pertempuran berdarah yang belum pernah terjadi selama ini.

   Darah tergenang, bau amis merangsang hidung di sana sini terdengar dengan umpat caci dan bentakan saling susul diiringi jeritan yang menyayatkan hati sebelum ajal.

   Dalam pada itu Giok- liong sudah menggeremet tiba di belakang Te-ou sin kun Ang To bok tidak lebih hanya tiga kaki saja jauh-nya, sekali ulur tangan saja cukup meranggehnya, namun sedikitpun Te ou-sin kun Ang To bok tidak insyaf atas ancaman elmaut ini, sepasang matanya berkilat mendelong mengawasi rawa tanpa berkedip.

   seluruh perhatiannya dipusatkan kepermukaan air, tangannya memeluk segulung benang panjang yang terbuat dari urat kerbau, ujung benang yang dipeluknya itu terjulur masuk kedalam rawa.

   Diam-diam Giok- liong merasa gemes dan geli pula, tahu dia atau muslihat Te-ou sin kun Ang To-bok ini.

   Pasti dengan mulutnya yang manis ia menipu Ah-liong-ong yang tumpul otak dan tidak tahu seluk beluk hidup manusia di dunia ramai yang serba licik dan jahat dengan ujung benang halus dari urat kerbau itu ia mengikat tubuh Ah-liong-ong, sedang ujung yang lain dipegang ditangannya, dengan cara ini ia tidak usah kwatir Ah-liong-ong bakal terbang ke atas langit, Memang tipunya ini tepat sekali untuk menjaga supaya Ah- liong ong tidak melarikan diri setelah berhasil mengambil pusaka didasar rawa itu.

   Terpikir sampai disini muak dan benci sekali perasaan ,Giok- liong terhadap pribadi Ang Tok-bok yang licik ini, timbul nafsu membunuh dalam kaIbunya, pelan-pelan ia tepuk pundak orang serta panggilnya perlahan dan tertekan .

   "Ang To bok "

   "ou "

   Te-ou-sin kun Ang To-bok berangkat kaget, namun suaranya sirap seketika sebelum terlontar keluar dari mulutnya, karena dua jari tangan ,Giok- liong sudah menutuk tiba sembari menutuk .

   "Kau sendiri yang cari mampus "

   Sungguh kasihan Te ou-sin-kun Ang To-bok yang bersusah payah mengatur tipu muslihat mempermainkan Ah-liong-ong, sebelum ajal suaranyapun tak terdengar sama sekali, kedua tangannya masih erat-erat memeluk gulungan benang halus itu.

   sekali tutuk Giok liong menutukjalan darah mematikan dipunggung Te ou-sin kun Ang Tok bok, lalu menyingkirkan jenazah-nya kesamping lalu ia sendiri menggeremet lebih maju sembunyi ditempat gelap.

   dimana ia lebih terang memandang kearah rawa, benang gulungan itu kini berada di tempatnya.

   Kini ganti Giok- liong sendiri yang mencurahkan perhatiannya kearah permukaan air, dasar kepandaiannya tinggi, betapapun bisa diketahuinya bahwa di belakangnya lapat-lapat terdengar suara desiran halus, nyata itulah seseorang tengah merangkak dan menggapai-gapai maju kearah dirinya.

   Pendengaran kuping Giok liong sangat tajam, boleh dikata sudah mencapai kesempurnaan sesuai dengan bekal ilmu silatnya.

   (Bersambung ke

   Jilid 30)

   Jilid 30 Begitu mendengar desiran halus itu, siang-siang ia sudah waspada, diam-diam hawa Ji lo sudah terkerahkan untuk melindungi badannya, sebelah tangan menggenggam gulungan benang sedang tangan kanan yang lain sudah bersiap-siaga untuk bertindak "Traki cres "

   Itulah suara ketipan jari-jari tangan, suatu tanda atau isyarat umum bagi kawanan kaum persilatan saling memberi tanda dan berhubungan, nyata orang ini adalah kawan bukan lawan. Timbul rasa curiga dalam benak Glok-liong. Terdengar seseorang berkata.

   "Siao-hiap Lo siu Le Siang-san, mari aku tuntun kau keluar dari gunung berbahaya ini."

   "Apa menuntun aku keluar gunung?"

   Tanya Giok Liong curiga.

   Lan ing-mo-ko Le siang-san berbisik pelan "Timbul niat jahat dari Ciang- bun-jin Bu-ih-pay Im-yangkiam Go Beng-hui, ditempat-tempat penting jalan keluar dari seluruh pegunungan Bu-ih-san ini sudah dipendam banyak sekali dinamit dan bahan peledak lainnya.

   tujuannya untuk membumi hanguskan seluruh gembong-gembong iblis yang mengobrak abrik sarangnya demi menuntut balas dendam.

   Maka perlu kau ikut aku mencari jalan keluar yang selamat."

   "Betul ada kejadian begitu ?"

   Giok Liong menegas.

   "Buat apa LOsiu membual kepadamu, ketahuilah telah dapat kutemukan sebuah jalan rahasia, tanggung kita bakal selamat ke luar dari sini "

   Pada saat itulah sekonyong-konyong benang halus yang terpegang ditangan Giok- liong itu bergerak-gerak tertarik kedalam air, terang Ah- liong ong telah memberi syarat kepada dirinya, begitu bergerak benang halus itu terus tertarik semakin keras kedalam air keruan kejut Giok Liong bukan main, pikirnya mungkinkah Ah-liong-ong sudah berhasil....

   cepat-cepat kedua tangannya bergantian meraih dan menarik semakin cepat.

   Dibela kang sana Lan ing-mo-ko Le siang-san sudah mendesak lagi.

   "Siau-hiap. lekas-lekas, begitu terang tanah mungkin kita sudah terlambat."

   Giok Liong sendiri tengah gundah dan mengkhawatirkan keselamatan Ah- liong ong yang berada di dalam air, sembari bekerja menarik sekuat tenaga, mulutnya menyahut.

   "Terima kasih akan kebaikan Cian-pwe, tapi... ai "

   Dari permukaan air muncul sebuah paha besar yang telanjang, terang itulah salah sebuah kaki Ah- liong ong, kiranya ujung benang yang lain itu terikat dipergelangan kaki Ah- liong ong, kini yang tertarik dulu justru kakinya itu yang muncul kepermukaan air, terang jiwanya mungkin susah diselamatkan lagi.

   Teriakan kejut Giok- liong disusul mencuatnya suara air seketika mengalihkan perhatian seluruh gembong iblis yang tengah bertempur kacau balau itu, serempak sinar pandangan mereka beralih kepermukaan air.

   Malah ada yang terus berteriak .

   "Celaka, ada orang terjun ke air mengambil pusaka itu"

   Giok Liong tak berani berayal lagi, sekali sendai langsung ia tarik tali ditahannya itu kuat-kuat, kontan seluruh jubah dan pakaiannya basah kuyup kecipratan air dingin.

   Nyata tubuh Ah-liong-ong sudah kaku jiwanya sudah melayang sejak tadi, seluruh tubuhnya berubah hitam kebirubiruan, tujuh lobang panca inderanya mengalirkan darah, dipelukan kedua tangannya erat erat menyikap sebuah kotak kuning mas yang berkilauan sesuai seperti apa yang diceritakan oleh Ham-kang-it-ho tadi, yaitu kotak mas sepanjang satu kaki itulah.

   Pertempuran kacau balau itu seketika berhenti sendiri, semua tersipu-sipu lari memburu ke arah tempat sembunyi Giok- liong.

   Tapi jarak mereka meskipun tidak jauh tapi antara mereka terpaut oleh rawa air yang berpusar sangat deras itu.

   Apalagi tempat kedudukan Giok-liong sekarang berada dihimpitan sebuah celahan gunung yang meneliti tinggi keatas, untuk mencapai kelana harus berputar dulu dari pinggiran dan mesti memanjat tebing dan meloncati selokan baru bisa sampai disana, kecuali untuk cepatnya mereka harus melompati permukaan air rawa yang berbahaya itu.

   Memang para gembong-gembong iblis yang hadir pada saat itu tak sedikit yang mampu melompati permukaan rawa ini, tapi siapa yang berani menempuh bahaya ini, salah-salah jiwa sendiri bakal menjadi korban secara konyol.

   Bukan takut karena jahatnya pusaran air yang menenggelamkan sesuatu yang terendam.

   Adalah takut kalau di saat mereka terbang melintas lantas dibokong dengan pukulan maut yang mematikan, apalagi kalau meluncur jatuh tiada satu tempat yang bisa untuk berpijak, terang kalau batal amblas tenggelam kedasar rawa, masakah bisa tetap hidup? Justru karena sedikit keraguan inilah telah banyak memberi kesempatan bagi Giok-liong untuk menjemput kotak mas terus di-kempit diketiaknya katanya kepada Lan-ing-mo-ko Le Siang-san yang masih mendekam di tanah .

   "Le-cianpwe Mari kita cepat pergi."

   Lekas Le Siang-sanjuga mengiakan, Seiring dengan suaranya ini badannya lantas melenting tinggi terus beriari cepat kearah timur laksana segulung asap biru yang mengendarai angin mengejar kilat.

   Nyata bahwa ia sudah kerahkan seluruh tenaganya untuk lari secepat meteor jatuh.

   Ginkang Giok- liong sudah sempurna sudah tentu larinya tidak kalah cepat, Dua gulung asap memutih biru dan putih kejar mengejar berlari pesat laksana dua jalur kilat.

   Sebentar saja bayangan mereka sudah selulup timbul diantara semak belukar dan terus menerobos kecelah gunung melompati jurang jauh di belakang mereka, tampak bayangan orang banyak tengah mengejar kencang mendatangi seperti kunang-kunang yang mengejar sinar lentera terdengar pula umpat caci mereka yang kotor dan ribut.

   "Bocah keparat, berani mati kau."

   "letakkan kotak mas itu nanti kuampuni jiwamu "

   "Kurcaci banyak akal muslihatnya "

   Demikianlah berbagai makian saling beriomba dilontarkan suara bentakan membuat pegunungan yang sepi sunyi ini menjadi ramai dan bergema sekian lama. Mendadak seseorang berteriak keras dengan ancamannya.

   "Kalau tidak mau berhenti awas kita serang dengan senjata rahasia "

   Mendengar ancaman serius ini Lan ing mo-ko Le Siang-san berkata ditengah luncuran udara.

   "Siauhiap Hati-hatilah mereka akan menyerang dengan senjata rahasia"

   "Tak perlu khawatir."

   Sahut Giok- liong.

   "Lekas,"

   Sembari berkata ia empos semangatnya terus mengerahkan tenaga dari pusarnya dimana Ji-lo sudah menyelubung seluruh badannya kakijuga melangkah semakin kencang.

   Harus diketahui bahwasanya Giok- liong bukan gentar atau takut menghadapi kejaran para gembong-gembong iblis itu, yang di kukhawatirkan justeru adalah seperti apa yang dikatakan Lan-in-mo-ko Le Siang-san tadi bahwa pihak Bu ih pay sudah menanam bahan peledak di seluruh pelosok pegunungan ini untuk menumpas mereka seluruhnya.

   Menurut perhitungannya setelah lolos dari lingkungan pegunungan yang penuh mara bahaya ini baru ia akan menghadapi gembong-gembong iblis ini, masa mengandal bekal kepandaian sendiri harus gentar menghadapi musuhmusuh jahat ini.

   Bagaimana juga dirinya tak perlu khawatir kena rugi.

   "seeeeerrrrrr.

   ","suiiiiiittttt,"

   Desiran senjata- rahasia yang memecah udara melesat lewat dipinggir kuping, suaranya keras membising-kan, sungguh mengejutkan perbawa berbagai senjata rahasia yang meluruk sekaligus sebanyak itu. Berubah air muka Le Siang-san, teriaknya kejut.

   "Celaka Mereka benar-benar menyerang deagan senjata rahasia"

   "Cian-pwe."

   Sahut Goki liong.

   "cepat, jangan hiraukan mereka biar aku menjaga dibelakang."

   Lan ing mo ko Le Siang-san sudah kerahkan seluruh Lwekangnya, terus berlari kencang seperti dikejar setan, mulutnya berkata.

   "Siau hiap. mereka rata-rata adalah gembong-gembong iblis yang kejam dan telengas, tidak sedikit yang membekal senjata rahasia beracun jahat kau harus hati-hati"

   Cepat Giok Liong menyahut .

   "jangan hiraukan mereka setelah lolos dari mata bahaya nanti kira bicara lagi."

   Akan tetapi serangan berbagai senjata rahasia yang memberondong datang laksana hujan deras, rata-rata menggunakan senjata berat dan bisa dilancarkan dari jarak jauh lagi, suaranya semakin membisingkan dan serabutan, bukan sedikit malah semakin banyak suara bentakan dan makian mereka yang mengejar juga semakin dekat jaraknya, terang bahwa para pengejar itu juga telah mengerahkan seluruh tenaganya mengejar mati matian.

   Entah berapa jauh kejar mengejar ini sudah berlangsung, di ufuk timur sana tampak sinar pancaran terang sang surya sudah mulai menongol keluar, cuaca mulai terang benderang, Tak berapa lama lagi seluruh jagat itu suda bakal menjadi pagi.

   Lan ing mo ko Le siang-san mencari jalan yang menuju ke tempat arah timur terus lari sipat kuping, sambil menuding sebuah gugusan gunung di depan sebelah utara ia berkata.

   "Lembah gunung sebelah utara itulah terdapat sebuah jalan keluar yang paling umum dilewati, tapi disitu telah terpendam tidak kurang lima ratus kati bahan peledaki kalau seberang lewat disana, tanggung badannya bakal hancur lebur tanpa bekas lagi."

   Sungguh haru dan terima kasih sekali Giok- liong, katanya.

   "Kalau tiada petunjuk Cianpwe ini, sungguh tak dapat kubayangkan bagaimana akibatnya nanti."

   Dari belakang sana tiba-tiba terdengar gerungan gusar yang keras sekali.

   "Le siang san, keparat tua bangka yang tidak tahu dimampus, apa kau sudah bosan hidup ya?"

   Terdengar pula seorang lain berteriak.

   
Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Tuan Le, lekas rintangi bocah keparat itu, sekaligus kau akan menjunjung nama dan tenar diseluruh jagat, kalau tidak jangan harap untuk hari hari selanjutnya kau bisa bercokol di dunia persilatan."

   Lan ing mo ko Le siang san tetap berlari sekencang angin, mulutnya juga berteriak.

   "Omong kosong belaka. sudah setengah abad ini aku orang she Le berkecimpung dalam penghidupan Kangouw, selama ini belum pernah aku kena gertak sambel macam kentut busukmu ini."

   Habis berkata mulutnya lantas bersuit melengking tinggi dan keras menusuk telinga, kakinya terus berlari secepat terbang.

   Diam-diam Giok Liong menjadi kagum dan memuji akan watak Le siang san yang gagah perwira dan setia kawan ini, maka iapun tak mau kalah cepat berlari dengan pesat Kalau mau dengan kemampuan Giok Liong sendiri apalagi mengembangkan Leng hun-toh mungkin sejak tadi ia sudah tinggalkan para gembong gembong iblis itu jauh dibelakangnya dan mungkin tak kelihatan lagi,.

   Akan tetapi dalam keadaan yang demikian ini betapapun juga ia tidak tega meninggalkan Le siang san yang mencoba menolong dirinya dari mara bahaya ancaman peledakan dinamit yang dipasang oleh pihak Bu ih pay itu.

   Maka terpaksa ia mengintil dibelakang orang sambil melindungi orang sengaja ia perlambat larinya sehingga dengan kekebalan hawa Ji-lo menyelubungi badannya untuk mengaburkan pandangan para musuh yang mengejar dan menyerang dengan senjata rahasia itu, siapa tahu kalau senjata rahasia yang jahat itu nanti mengenai Le siang-san.

   Lambat laun bentakan dan tindakan kaki pengejaran di belakang mereka sudah semakin susut dan semakin sedikit, sebaliknya suara samberan senjata rahasia semakin banyak memberondong tiba.

   Tadi yang menyambitkan senjata rahasianya saking gemes sekarang ikut-ikutan menyerang tanpa banyak bersuara lagi.

   Pisau terbang berpaku, mata uang atau paku baja dan entah macam senjata rahasia apa lagi yang telah berseliweran memberondong tiba, begitu deras sambaran senjata rahasia seperti hujan layaknya, sampai suara berkerontangan berjatuhan menyentuh batu-batu gunung.

   Akhirnya berang juga hati Le siang-san diberondong terusterusan, teriaknya .

   "Siau-hiap. Mari kita juga persen beberapa buah kepada mereka supaya mereka tahu kelihaian kita."

   Meskipun Giok-liong menggembel tiga batang potlot mas kecil dari perguruannya yang dapat digunakan sebagai senjata rahasia, namun selama keluar dari lembah kematian sampai sekarang belum pernah digunakan.

   Menurut wataknya ia sangat benci dan dianggapnya perbuatan rendah kalau melukai orang dengan senjata rahasia, Maka sembari tertawa getir ia menyahut.

   "selamanya aku yang rendah belum pernah menggunakan senjata rahasia, sudahlah, mari cepat "

   Mungkin karena sudah tak kuasa menahan gelora amarahnya atau mungkinjuga tangannya sudah gatal tanpa banyak cingcong lagi Lan-ing mo ko Le siang san meroboh kantongnya merogoh segenggam Ci-hun hong-hou ciam (jarum penembus teng gorokan) mulutnya lantas berseru.

   "Biar kuberikan segenggam Ci-hu-hong-hou-ciamku ini kepada mereka, biar merekapun merasakan kelihayanku, kalau tidak mereka takkan mundur teratur."

   Daam beribu kesibukannya cepat-cepat Giok-liong menoleh kebelakang, sekilas saja tampak olehnya tak jauh di belakang sana kiranya adalah Ci-hu-sin-kun yang mengejar paling depan, disamping yang berlari berendeng bukan lain adalah putrinya ci-hu-giok-li Kiong Lingling.

   Memang mereka mengejar dengan ketat tapi mereka berdua tak pernah lepaskan senjata rahasia.

   Tatkala itu Le siang-sau sudah mengayunkan tangannya membalik hendak menyambitkan senjata rahasiamu.

   Keruan Giok-liong menjadi terkejut, sekuat kakinya menjejak tanah tubuhnya meluncur cepat menubruk tujuh kaki dibelakang orang tangan terus diulur mencengkeram pergelangan tangan Lan-ing-mo ko Le siang-san yang menggenggam jarum-jarum berbisa itu, teriaknya .

   

Beruang Salju -- Sin Liong Kembalinya Ilmu Ulat Sutera -- Huang Ying Pengelana Rimba Persilatan -- Huang Yi

Cari Blog Ini