Ceritasilat Novel Online

Dendam Iblis Seribu Wajah 11


Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung Bagian 11



Dendam Iblis Seribu Wajah Karya dari Khu Lung

   

   Apabila hal ini sampai terjadi, seandainya tidak matipun, pasti akan terluka parah.

   Melihat cara berkelahi yang dilakukan kedua orang ini, para hadirin yang lain benar-benar terpana.

   Di wajah mereka masingmasing tersirat rasa terkejut dan kecemasan yang dalam.

   Tiba-tiba terdengar suara teriakan yang nyaring dari arah yang tidak terlalu jauh.

   "Berhenti!"

   Tampaknya orang yang baru datang ini merasa panik sekali, tampak dia mengulurkan tangannya sambil berkelebat menerobos lewat di tengah kedua orang itu.

   Orang yang datang ini bertubuh langsing, gerakannya cepat sekali.

   Begitu tangannya mendorong, baik Oey Ku Kiong maupun Cu Mei sama-sama mengeluarkan suara dengusan yang berat dan tergetar mundur sejauh dua langkah serentak.

   Meskipun gerakan gadis ini lemah gemulai, namun tenaga dalam yang diperlihatkannya barusan tampaknya malah lebih tinggi daripada kedua orang itu.

   Begitu tangannya menghantam ke depan, gerakannya demikian indah laksana orang yang sedang menari.

   Tidak terlihat di dalamnya terkandung tenaga yang dahsyat, ternyata ia berhasil menggetarkan kedua orang itu sehingga tanpa dapat mempertahankan lagi mundur dua langkah masing-masing.

   Bukan hanya Oey Ku Kiong dan Cu Mei saja yang terpana, bahkan para hadirin yang ada di dalam ruangan itu juga tertegun.

   Di wajah mereka tampak mimik yang berbeda-beda.

   Begitu mata memandang, tampak orang itu mengenakan pakaian berwarna merah jambu.

   Wajahnya cantik rupawan.

   Dan bagi orang-orang yang hadir sama sekali tidak asing karena dia adalah bekas budak keluarga Liu yakni Kiau Hun.

   Sepasang bola matanya yang indah mengerling ke arah para hadirin sekilas.

   Bibirnya tersenyum simpul.

   Kemudian dia menoleh kepada Cu Mei.

   "Di antara orang sendiri, mengapa harus pakai berkelahi segala?"

   Cu Mei jadi tertegun mendengar kata-katanya.

   "Maksud ucapan nona ini"

   Kiau Hun kembali memamerkan sekulum senyum yang manis. Dia menunjuk ke arah Oey Ku Kiong.

   "Meskipun orang ini adalah putra angkat si raja iblis, tetapi hatinya berjiwa pendekar. Dari luar memang tampak angkuh namun perasaannya sendiri sangat lembut. Kedatangannya hari ini memang menurut apa yang aku perintahkan. Dengan tulus hati dia ingin berpihak kepada kita."

   Mulut Cu Mei mengeluarkan suara Oh tapi hatinya masih kurang percaya.

   Sepasang matanya yang curiga memancarkan sinar yang tajam menusuk dan memperhatikan Oey Ku Kiong dari atas kepala sampai ke ujung kaki.

   Baru saja dia ingin membuka mulut, tibatiba tampak si.

   pengemis sakti Cian Cong berjalan keluar dari mejanya dengan langkah lebar.

   Orangnya belum sampai, dia sudah tertawa terbahak-bahak.

   "Baru beberapa hari tidak bertemu saja, ilmu silat maupun tenaga dalam nona ini sudah maju demikian pesat. Si pengemis tua tadi memperhatikan gerakan tubuhmu ketika melesat masuk dan menghantam telapak tangan untuk mendorong kedua orang ini. Rasanya ilmu demikian asing sekali dalam pandangan si pengemis tua ini. Dapatkah Nona menceritakan kejadian apa yang telah Nona alami?"

   Mendengar pertayaannya, hati Kiau Hun jadi tercekat.

   Pandangan mata pengemis ini sungguh tajam sekali.

   Sekali lihat saja, dia sudah tahu bahwa ilmu silatku tidak termasuk aliran manapun di daerah Tionggoan. pikirnya diamdiam.

   Begitu pikirannya tergerak, dia segera mengalihkan pandangan matanya ke seluruh ruangan.

   Mulutnya mengeluarkan seruan terkejut dan dengan kesempatan itu, dia segera mengubah pokok pembicaraan.

   "Aduh, suasana hari ini tampaknya jauh berbeda dengan biasanya. Para budak dan pelayan sibuknya bukan main. Sebentar masuk ke dalam, sebentar kemudian keluar lagi. Di mana-mana digantung lentera dan pita merah, entah pesta apa yang sedang dilangsungkan hari ini?"

   "Hari ini adalah pernikahan antara Tan Ki dan Liu Toa Siocia."

   Tukas Cu Mei cepatcepat.

   "Tan Ki?"

   Mendengar keterangannya, Kiau Hun terkejut setengah mati.

   Tanpa sadar dia bertanya sekali lagi.

   Di antara sepasang alisnya terlihat keratan yang dalam.

   Sinar matanya menyorotkan kebencian hatinya yang mengandung kekejian yang tidak terkatakan! Namun dalam waktu sekejap mata saja dia sudah pulih kembali seperti sedia kala.

   Bibirnya mengembangkan seulas senyuman yang lembut.

   "Kalau begitu aku harus mengucapkan selamat kepada Liu Toaya."

   Katanya sambil menarik tangan Oey Ku Kiong.

   Dengan penampilan yang anggun dan wajah yang tenang dia melangkah masuk ke dalam ruangan.

   Tidak ada seorang pun yang tahu bahwa dalam hatinya saat ini sedang timbul suatu rencana pembunuhan yang keji! Dia lalu memperkenalkan Oey Ku Kiong kepada para hadirin.

   Di dalam hati beberapa pendekar timbul juga rasa curiga.

   Oey Ku Kiong lalu mengeluarkan obat penawar racun dan menyembuhkan Ciu Gang Po sehingga pulih kembali seperti sedia kala dan anak muda itu juga menolong beberapa pendekar yang masih belum siuman dari pingsannya.

   Meskipun masih ada beberapa orang yang kurang percaya niat baiknya, tetapi mereka juga tidak bisa membuktikan apa-apa.

   Perlu diketahui bahwa ilmu silat Ciu Cang Po tidak terpaut jauh dengan si pengemis sakti Cian Cong.

   Dia dapat dipulihkan kembali, tampaknya hanya hal yang mudah dan tidak akan makan waktu, namun kesadaran nenek tua itu merupakan bantuan yang besar bagi para pendekar.

   Tidak lama kemudian, kegelapan malam perlahan-lahan mulai merayap.

   Segala sesuatu tampaknya berjalan dengan lancar.

   Lampu minyak maupun lentera-lentera yang besar telah dipasang.

   Di dalam aula pernikahan, segalanya juga sudah disiapkan.

   Irama musik yang meriah mulai berkumandang.

   Suasana malam ini lebih meriah dari pada biasanya.

   Seluruh anggota keluarga Liu, baik bawahan maupun atas, tidak ada yang mau ketinggalan.

   Hati mereka gembira sekali.

   Semuanya berkumpul di ruangan tamu.

   Meskipun di dalam ruangan itu telah diatur ratusan meja dan kursi sehingga tampak penuh sesak, namun mereka tetap tidak mau berdiri di luar ruangan.

   Mereka bahkan memilih berdesakan di dalam ruangan agar dapat menyaksikan tampang nona besar mereka yang menjadi pengantin sekaligus ingin melihat calon tuan mereka.

   Waktu berlalu perlahan-lahan di antara suasana yang meriah.

   Tiba- tiba terdengar suara juru bicara yang lantang.

   "Perjamuan dibuka?"

   Dari luar ruangan terdengar suara mercon yang nyaring sekali.

   Begitu kerasnya suara itu sehingga gendang telingapun ikut tergetar.

   Dalam sekejap mata, dua puluh lebih pelayan masuk ke dalam ruangan dengan tangan masing-masing membawa baki berisi berbagai hi-dangan.

   Suara beradunya cawan dan teriakan gembira pun memenuhi ruangan itu seketika.

   Suasana bertambah ramai dan bising.

   Dengan demikian urusan Liu Seng hari ini benar-benar bagai mimpi yang menjadi kenyataan.

   Seseorang apabila dapat memperoleh menantu yang gagah dan tampan serta berjiwa pendekar, malah diwakili oleh seorang tokoh sakti yang namanya sudah menggemparkan dunia persilatan seperti si pengemis sakti Cian Cong, mana mungkin tidak merasa gembira dan bangga? Tetapi mungkin mimpipun dia tidak pernah mengira bahwa saat ini sebuah rencana yang keji sedang berlangsung atas diri putrinya sendiri? Justru di saat gedung keluarga Liu sedang meriah-meriah dan gembira bukan kepalang, di luar kota Lok Yang, di bawah cahaya rembulan yang suram dan mengenaskan, berdiri seorang wanita setengah baya yang sedang gelisah dan galau.

   Dia, tentunya ibu kandung Tan Ki sendiri, Ceng Lam Hong seorang wanita yang dipandang hina dan dibenci oleh putranya sendiri.

   Di bawah cahaya rembulan yang menyorotkan sinar dengan kemalas-malasan, tampak air matanya bercucuran.

   Sepasang telapak tangannya terdekap di depan dada.

   Dia sedang memohon kepada Thian yang kuasa agar melindungi anaknya dan mendoakan agar bahagia sepanjang hidupnya.

   Perasaan hati seorang ibu yang penuh dengan cinta kasih sering tidak terduga oleh orang lain.

   Kadang-kadang malah tidak terlihat.

   Dengan seorang diri di daerah pegunungan yang sunyi ini, dia mengalirkan air mata kasih sayang seorang ibu.

   Biar bagaimanapun sikap Tan Ki terhadapnya, tetap saja dia berdoa dengan hati yang tulus agar anaknya dalam kehidupan di dunia ini dapat mencapai kebahagiaan abadi.

   Inilah yang disebut kasih ibu! Dia tahu malam ini adalah malam pernikahan anaknya.

   Sebagai seorang ibu, tentu saja dia ingin melihat wajah putranya yang berseri-seri karena bahagia.

   Tetapi dia merasa takut kalau kehadirannya malah akan menimbulkan rasa sakit dan kebencian di hati Tan Ki sehingga merusak suasana yang sedang bergembira.

   Oleh karena itu, dia menahan keinginan hatinya untuk ikut hadir dalam pesta pernikahan tersebut dan berdiri di daerah yang sunyi ini seorang diri sambil berkhayal.

   Terdengar suara tawanya yang mengenaskan.

   Bibirnya bergerak-gerak dan menggumam seorang diri.

   "Ah, saat ini tentunya sepasang pengantin sudah keluar memberi salam kepada para tetamu! Aku dapat melihat sinar matanya yang bahagia juga menantuku yang cantik jelita laksana bidadari turun dari khayangan"

   Tampaknya Ceng Lam Hong sedang menghibur hatinya sendiri.

   Suara yang tercetus dari bibirnya begitu pilu dan menyayat hati.

   Keadaannya saat itu lebih mirip seorang isteri yang ditinggal suami dan meratapi nasibnya yang malang.

   Orang yang mendengarnya tentu akan merasa iba.

   Kurang lebih setengah kentungan telah berlalu, perlahan-lahan Ceng Lam Hong menggerakkan kakinya yang terasa berat dan berjalan ke depan.

   Langkah kaki itupun demi-kian mengenaskan bagai merenungi nasibnya yang malang.

   Tiba-tiba terdengar mulutnya mengeluarkan suara keluhan, langkah kakinya pun terhenti.

   Rupanya di malam yang sunyi dan mencekam ini, ada juga seorang perempuan berpa-kaian sederhana duduk di atas sebuah batu besar.

   Jarak antara perempuan itu dengan Ceng Lam Hong kurang lebih sepuluh depaan.

   Dia sedang mendongakkan wajahnya menatap langit dengan perhatian terpusat penuh.

   Untuk apa perempuan itu duduk seorang diri di tempat seperti ini? Begitu pikirannya tergerak, suatu naluri tiba-tiba muncul dalam hati kecilnya.

   Dia segera mengenyahkan kesedihannya dan menenangkan perasaannya yang bergejolak.

   Tanpa menunda waktu lagi dia menyelinap di balik sebatang pohon yang besar.

   Matanya segera dialihkan, gadis itu tampak asing baginya.

   Dia belum pernah melihatnya sebelum ini.

   Tapi dari penampilan wajahnya yang diperlihatkan saat itu, tampaknya gadis itu sedang banyak pikiran.

   Juga seperti sedang menunggu kedatangan seseorang.

   Ceng Lam Hong menyembunyikan diri di dalam kegelapan.

   Dia memperhatikan setiap gerak-gerik perempuan itu dengan penuh perhatian.

   Siapa nyana perempuan itu boleh dibilang dari awal hingga akhir terus mendongakkan wajahnya menatap langit.

   Dia tidak bergerak sedikitpun.

   Sampai kurang lebih sepenanakan nasi.

   Tiba-tiba Sebuah suara siulan yang bening dan nyaring menyusup ke dalam telinga.

   Gadis itu melonjak bangun dan menolehkan kepalanya ke arah sumber suara siulan tadi.

   Tidak lama kemudian, tampak sesosok bayangan seseorang yang tinggi besar melesat bagai kilat ke arah gadis tersebut.

   Pakaiannya berwarna hijau.

   Hembusan angin mengibar-ngibarkannya.

   Ternyata orang yang datang itu seorang Tosu.

   Ketika Ceng Lam Hong berhasil melihat dengan jelas tampang orang yang datang itu, diam-diam hatinya tergetar.

   Dia merasa terkejut sekali.

   Tian Bu Cu adalah salah satu dari dua tokoh sakti di dunia ini.

   Tetapi selamanya dia menutup diri dan tidak mencampuri urusan dunia luar.

   Konon dia senang menyelidiki berbagai jenis ilmu silat yang ada di dunia ini.

   Mengapa tiba-tiba orangtua ini bisa muncul di sini? tanyanya dalam hati.

   Ketika pikirannya masih bertanya-tanya, dengan gerakan seperti hembusan angin, Tian Bu Cu sudah sampai di depan gadis itu.

   
Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Dia menghentikan langkah kakinya dan tersenyum lembut.

   "Tentu Liang Kouwnio sudah lama menunggu."

   Katanya. Perempuan berpakaian sederhana itu menarik nafas panjang. Suara sahutannya mengandung kepiluan yang dalam.

   "Bagaimana keadaannya?"

   "Pernikahan sudah berlangsung, tidak sempat lagi dicegah."

   Sahut Tian Bu Cu. Tiba-tiba perempuan itu mengembangkan seulas senyum.

   "Locianpwe bersedia memikirkan kebahagiaanku dengan memadukan diriku dengan adik Tan Ki. Boanpwe merasa terima kasih sekali. Tetapi, adik Ki dapat menyunting seorang gadis cantik seperti Liu Moay Moay, mungkin malah lebih membuat dirinya bahagia. Di sini aku pun ikut bergembira."

   Tian Bu Cu menarik nafas panjang.

   "Pinto boleh dibilang selamanya tidak pernah ikut campur urusan dunia. Melihat keadaan semakin gawat dan mungkin bisa terjadi pertumpahan darah besar-besaran, sebetulnya hati Pinto juga masih belum tergerak. Tidak tahunya, ketika mencari obatobatan di Go Bi San, secara kebetulan bertemu denganmu. Apabila bukan karena cinta kasihmu yang demikian tulus, dan melihat kau terperangkap demikian dalam serta bermaksud bertobat, Pinto justru jadi terharu. Sebetulnya Pinto sudah merasa bebas dengan cara hidup menyendiri. Aih kau sendiri mempunyai julukan Siau Yau Sian-li, tetapi dapat mempunyai niat besar untuk bertobat karena nasehat Tan Ki. Hal ini juga tidak mudah dilaksanakan."

   Siau Yau Sian-li Liang Fu Yong menarik nafas panjang.

   "Boanpwe berharap Locianpwe dapat menyempurnakan niat suci ini."

   Sabutnya dengan nada hormat.

   "Sampai saat ini, apakah kau masih mencintai Tan Ki?"

   Tanya Tian Bu Cu tiba-tiba. Wajah Liang Fu Yong merah padam seketika. Cepat-cepat dia menundukkan kepalanya dan tidak sanggup memberikan jawaban. Tian Bu Cu tampak merenung sejenak. Mendadak mimik wajahnya menjadi serius. Sikapnya berwibawa sekali.

   "Dapatkah kau mengorbankan perasaanmu sendiri dan menyempurnakan kebahagiaan Tan Ki?"

   Tanyanya kemudian. Liang Fu Yong menjadi tertegun mendengar pertanyaannya.

   "Apa?"

   "Pinto menyuruhmu menunggu di sini. Menggunakan kesempatan itu, Pinto menyelinap ke dalam gedung keluarg Liu dan mengadakan penyelidikan. Wajah pengantin prianya juga sempat Pinto lihat. Ternyata memang seorang pemuda yang tampannya tidak terkatakan. Wajahnya gagah serta enak dilihat. Dia merupakan seorang yang berbakat terpendam serta sulit dicari tandingannya di dunia Bulim saat ini. Beberapa hari kemudian, akan diadakan perebutan besar-besaran untuk mendapatkan kedudukan Bulim Bengcu. Meskipun pemuda ini belum tentu berhasil, tetapi kelak dia tentu akan mempunyai nama yang besar dan berjiwa gagah"

   Terdengar suara keluhan dari mulut Liang Fu Yong. Dia mengembangkan seulas senyuman yang getir.

   "Aku tahu sekarang, setelah pernikahan ini, Tan Ki pasti mendapat dukungan dari para pendekar dan namanya pasti akan terkenal dalam sekejap mata. Dia akan menjadi seorang tokoh yang mendapat pusat perhatian di mana-mana, sedangkan aku hanya seorang perempuan rendah yang dicerca orang di mana-mana. Seandainya"

   Berkata sampai di sini saja, segulung perasaan pedih telah memenuhi kalbunya.

   Hatinya hancur seketika.

   Dari sepasang matanya yang sayu mengalir air mata.

   Dia tidak sanggup meneruskan kata-katanya lagi.

   Namun sesaat kemudian, dia membangkitkan keberanian dalam hatinya dan berkata dengan nada pilu.

   "Seandainya aku menjumpainya secara terang-terangan, pasti akan menimbulkan prasangka yang tidak-tidak oleh para pendekar. Hal ini juga akan mempengaruhi keharuman namanya dan mungkin bahkan bisa menghancurkan masa depannya yang cerah"

   Kata-katanya terhenti.

   Dari wajahnya yang cantik tersirat penderitaan yang tidak terkirakan.

   Di bawah cahaya rembulan, tampak wajahnya pucat pasi.

   Air mata telah membasahi pipi yang mulus.

   Tampangnya sungguh mengenaskan.

   Tampak dia tertawa getir dan berkata lagi.

   "Aku tidak seperti Locianpwe yang dapat membebaskan diri dari ikatan duniawi dan mencapai kebebasan hati yang sempurna. Aku selalu merasa bahwa manusia hidup di dunia ini kecuali mencari kesenangan pribadi, hanya mendambakan cinta kasih saja. Apalagi percintaan di antara sepasang muda mudi, begitu ajaib dan anehnya sehingga sulit diuraikan dengan kata-kata. Tetapi cinta seperti ini demikian suci dan tulusnya, di dalamnya tidak terkandung sedikitpun niat jahat. Seperti apa yang Boanpwe alami sekarang ini. Seandainya Boanpwe benar-benar mencintai Tan Ki, maka seharusnya aku berpikir demi masa depan serta kebahagiaannya"

   Tian Bu Cu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

   "Kau dapat mengerti maksud ucapan Pinto dan langsung menyatakan persetujuan sendiri. Meskipun Tan Ciok San sudah meninggalkan dunia ini dengan membawa dendam kesumat, tetapi di alam baka dia pasti bisa mengetahui dan merasa berterima kasih sekali terhadap ketulusan hatimu kepada putranya. Aih, sekarang waktu sudah larut sekali. Pinto akan kembali ke Bu Tong San untuk menenangkan hati."

   Tiba-tiba dia berhenti berkata, seakan ada suatu masalah besar di dalam hatinya dan dia harus memikirkan sejenak.

   Kemudian tampak dia tersenyum simpul dan mengeluarkan sesuatu dari dalam lengan bajunya yang longgar.

   Kemudian melanjutkan kembali kata-katanya dengan perlahanlahan.

   "Liang Kouwnio, ke marilah. Menjelang kepergian Pinto ini, tidak ada sesuatu yang dapat Pinto hadiahkan. Barang ini biar sementara kau simpan dahulu, kau boleh mencari kesempatan yang baik dan berikan kepada si pengemis tua Cian Cong. Juga, ketika aku masuk secara diam-diam ke dalam gedung keluarga Liu tadi, aku menemukan suatu rahasia yang menggetarkan hati"

   Tampak dia mendekati telinga Liang Fu Yong dan membisikkan beberapa patah kata kepadanya.

   Ceng Lam Hong bersembunyi di balik pohon yang jaraknya kurang lebih sepuluh depa.

   Dia hanya dapat melihat mimik wajah Liang Fu Yong yang berubah hebat mendengar bisikan Tian Bu Cu.

   Tampaknya dari sedih dia berubah menjadi marah.

   Di antara perasaan marah juga terselip rasa takut akan sesuatu yang mengerikan.

   Hal ini membuktikan bahwa urusan yang diberitahukan oleh Tian Bu C u pasti gawat sekali.

   Tetapi karena jauhnya jarak di mana dia bersembunyi, dia jadi tidak dapat mendengar apa yang dibisikkan oleh Tian Bu Cu sehingga Liang Fu Yong demikian tercekat hatinya.

   Ceng Lam Hong sedang menduga-duga apa kira-kira urusan yang mereka bicarakan, tiba-tiba dia melihat Liang Fu Yong tergesa-gesa menerima benda yang disodorkan oleh Tian Bu Cu dan memasukkannya ke dalam saku pakaian lalu berkata.

   "Kalau begitu, Boanpwe pergi sekarang juga!"

   Dia membalikkan tubuhnya.

   Dengan gerakan mengerahkan ginkang sepenuhnya, dia langsung menghambur ke arah kota Lok Yang.

   Gerakannya bagai sebatang anak panah yang dibidikkan.

   Dalam sekejap mata bayangannya sudah ditelan oleh kegelapan malam.

   Menunggu sampai bayangan Liang Fu Yong tidak terlihat lagi, orangtua yang mendapat julukan salah satu dari dua tokoh sakti di dunia ini juga meninggalkan tempat itu.

   Ternyata sampai saat ini, dia masih juga tidak tergerak oleh segala kerisuhan yang terjadi di dunia Kangouw dan memilih hidup tenang di pegunungan Bu Tong San.

   Meskipun dia sadar bahwa saat ini banyak pihak yang hendak menyerbu ke daerah Tionggoan dan kemungkinan besar bisa terjadi pertumpahan darah besar-besaran.

   Pada saat itu juga, kembali terlihat sesosok bayangan wanita yang melesat ke arah kota Lok Yang.

   Rupanya Ceng Lam Hong yang bersembunyi di belakang pohon, tiba-tiba saja mendapat naluri bahwa apa yang dibisikkan oleh Tian Bu Cu ada kaitannya dengan diri Tan Ki, putranya.

   Semacam perasaan cinta kasih serta perhatian yang besar dari seorang ibu langsung memenuhi hatinya.

   Dia terus berpikir bahwa ada kemungkinan apa yang dikatakan Tian Bu Cu ada hubungannya dengan keselamatan anaknya.

   Oleh karena itu, begitu Liang Fu Yong dan Tian Bu Cu meninggalkan tempat itu, dia juga segera menghambur ke arah kota Lok Yang, yakni gedung keluarga Liu.

   Sementara itu, Liang Fu Yong berlari bagai dikejar setan.

   Dia tidak pernah melambatkan gerak kakinya maupun berhenti beristirahat.

   Dalam waktu yang singkat dia sudah sampai di halaman belakang gedung keluarga Liu.

   Suara riuh rendah tawa dan teriakan para tamu masih terus berkumandang dari ruangan tamu yang terdapat di bagian depan.

   Liang Fu Yong sama sekali tidak memperdulikannya.

   Tubuhnya bergerak dan dia melesat ke balik tembok dan mendarat turun di dalam sebuah ruangan besar.

   Dia sudah mendapat petunjuk dari Tian Bu Cu dan sudah tahu di mana letak kamar pengantin Tan Ki.

   Oleh karena itu, dia segera mengempas hawa murninya dan melesat bagai kilat.

   Tampak gerakan tubuhnya bagai seekor kupu-kupu yang indah.

   Dengan dua kali lonca-tan saja dia sudah melewati dua buah ruangan dan sampai di depan sebuah kamar yang besar.

   Di tempat itu dia menghentikan langkah kakinya.

   Di bagian atas pintu kamar tergantung dua buah bola-bola yang diuntai dari kain merah.

   Dua helai pita berwarna keemasan menjuntai ke kiri dan kanan pintu tersebut.

   Melihat pemandangan itu, serangkum rasa perih menyelinap dalam hati Liang Fu Yong.

   Berbagai rasa duka dan penderitaan berkecamuk di dalam kalbunya.

   Dia merasa sedih sekali.

   Kemudian dia menggertakkan giginya erat-erat.

   Wajahnya didongakkan dan dia menarik nafas dalam-dalam.

   Sedapat mungkin dia mengendalikan kesedihan di dalam hatinya dan menenangkan perasaan lalu melangkah masuk ke dalam kamar.

   Rupanya saat ini Tan Ki masih menemani para tamu di ruangan depan.

   Dia tidak berada di dalam kamar.

   Yang ada hanya Mei Ling seorang.

   Dia sedang duduk di depan meja rias dengan kepala tertunduk.

   Lilin merah yang besar-besar masih menyala tanda pesta masih berlangsung.

   Pakaian dan perhiasan yang dikenakannya sangat serasi.

   Hal ini malah membuat kecantikannya semakin menonjol.

   Semakin dipandang semakin mirip dengan bidadari yang turun dari khayangan.

   Langkah suara kaki Liang Fu Yong membuat Mei Ling tersentak dari lamunannya.

   Dengan cepat dia mendongakkan kepalanya, hatinya langsung terkesiap melihat siapa orang yang masuk ke dalam kamar.

   "Kapan Liang Cici datang? Mengapa tidak duduk di ruangan tamu bersama yang lainnya?"

   Tampang Liang Fu Yong seperti orang yang tergesa-gesa. Dia mengedarkan padangannya ke sekeliling kamar kemudian menoleh kembali ke arah Mei Ling dan bertanya.

   "Ada siapa lagi di kamar ini?"

   "Tidak ada. Empat orang pengiring pengantin dan para pelayan sejak tadi sudah keluar dari ruang tamu ikut berpesta. Di dalam kamar ini hanya tinggal aku seorang."

   Liang Fu Yong menganggukkan kepalanya perlahan-lahan.

   "Bagus. Cici ingin bertanya kepadamu, apakah hari ini kau ada minum teh?"

   Mei Ling jadi tertegun mendapat pertanyaan seperti itu.

   "Ada"

   "Tahukah kau bahwa ada orang yang ingin mencelakai pengantin laki-laki dengan memasukkan racun keji ke dalam teh?"

   "Apa?"

   Mei Ling terkejut setengah mati. Dia langsung melonjak berdiri dengan wajah berubah hebat. Sesaat kemudian dia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lembut.

   "Kata-kata Cici ini rasanya kurang tepat. Aku yang meminum teh, bagaimana bisa mencelakai diri Tan Ki Koko. Cici jangan bergurau lagi denganku"

   Wajah Liang Fu Yong serius sekali. Dengan penuh kewibawaan dia berkata.

   "Hal ini menyangkut nyawa Tan Ki, bukan permainan. Orang yang menaruh racun itu benar-benar mempunyai hati yang jahat. Dia menggunakan cara yang paling licik. Apa yang dilakukannya acap kali di luar dugaan orang sehingga kita tak mungkin mengadakan persiapan bahkan tidak akan mengira sama sekali. Dia menggunakan racun yang ganas dan memasukkannya ke dalam teh dan membiarkan kau meminumnya. Caranya sangat sederhana tetapi keberaniannya patut diakui. Tanpa perlu kujelaskan, tentunya kau sendiri sudah dapat menduga bahwa orang yang menaruh racun itu adalah salah satu dari para tamu yang hadir malam ini"

   Sepasang alis Mei Ling perlahan-lahan menjungkit ke atas. Tiba-tiba dia menukas.

   "Siapa?"

   Liang Fu Yong menarik nafas panjang.

   "Kabar ini kudapatkan dari seorang Locianpwe. Urusan yang sebenarnya, Cici sendiri belum jelas. Tapi Locianpwe itu pernah mengatakan, seandainya kita tahu siapa yang menaruh racun itu, tetap saja tidak ada bukti yang menguatkannya. Mungkin orang yang menaruh racun itu telah merencanakan semuanya dengan matang sehingga sebelum Locianpwe itu sempat menyelidiki dengan jelas, dia sudah berhasil menutupi dirinya dengan baik."

   "Kalau begitu, Siau moay benar-benar bisa mati penasaran. Sampai jadi setan pun tidak tahu siapa musuh yang sebenarnya. Hal ini sungguh membuat orang mati tidak tenang!"

   Liang Fu Yong menggelengkan kepalanya sambil tertawa getir.

   "Meskipun kau sudah meminum racun yang ganas sekali, tetapi tidak sampai membahayakan jiwamu. Karena racun itu terbuat dari ramuan- ramuan yang hanya dapat didapatkan dari daerah padang pasir. Reaksinya sangat aneh. Orang yang meminumnya tidak akan terjadi apa-apa. Tetapi apabila orang yang meminum racun itu melakukan hubungan intim dengan lawan jenisnya, maka racun itu justru akan tersalur ke pihak lawan dan akan segera menyerang jantungnya serta bisa mati seketika"

   Mei Ling masih seorang gadis yang suci bersih. Pikirannya polos dan belum mengerti apa-apa. Dia tidak tahu apa maksud Liang Fu Yong dengan mengatakan mengadakan hubungan intim. Untuk sesaat dia jadi tertegun, kemudian tersenyum simpul.

   "Kalau begitu mudah sekali. Asal aku tidak berhubungan dengan kaum laki-laki kan beres?"

   Sepasang alis Liang Fu Yong bertaut dengan erat.

   "Malam ini adalah malam pengantinmu. Mana mungkin kau dan adik Tan Ki tidak melakukan hubungan"

   Tiba-tiba wajahnya menjadi merah padam.

   Kata-kata yang ingin diucapkan selanjutnya jadi tidak dapat tercetus keluar.

   Dia merasa malusekali.

   Oleh karena itu dia segera mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga Mei Ling.

   Kata-kata yang dibisikkannya sudah barang tentu ada hubungannya dengan urusan suami istri.

   Tampak sepasang mata Mei Ling terbelalak lebar-lebar.

   Pertama-tama dia menganggukkan kepalanya dengan tersipu-sipu.

   Sekejap kemudian wajahnya berubah beberapa kali berturut-turut.

   Setelah mengeluarkan suara seruan terkejut, air matanya langsung mengucur dengan deras.

   Ucapan Liang Fu Yong yang merupakan bisikan beberapa patah kata itu, membuat impiannya yang indah dan melambung tinggi terhempas seketika.

   Rupanya masalah Mei Ling yang kesalahan minum teh beracun memang sebuah kenyataan.

   Dan apa yang dikatakan Liang Fu Yong dengan berbisik di telinganya juga bukan suatu karangan belaka.

   Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Apabila dia melakukan hubungan intim dengan lawan jenis, maka orang itu pasti akan mati seketika dalam keadaan jantung disebari oleh racun.

   Tetapi dia sudah menikah dengan Tan Ki.

   Sebagai seorang istri, bagaimana dia harus menolak permintaan suaminya yang satu itu? Kabar berita yang mengejutkan dan di luar dugaannya, membuat Mei Ling tidak dapat mengucapkan sepatah katapun untuk beberapa saat.

   Dia memandang Liang Fu Yong dengan termangu-mangu.

   Dia merasa hatinya gelisah.

   Tidak ada setitik jalan keluar pun yang terpikir olehnya.

   Perasaannya demikian risau.

   Bahkan dirinya sendiri tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan apa yang terasa dalam hatinya saat itu.

   Sampai lama lama sekali dia baru berbicara.

   "Cici, lalu bagaimana baiknya?"

   Liang Fu Yong menarik nafas panjang.

   "Pesta pernikahan sudah berlangsung, upacara adat pun telah dilakukan. Meskipun Cici mempunyai pikiran untuk memberikan bantuan, tetapi saat ini sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Satu-satunya harapan Cici hanyalah dirimu sendiri yang dapat mengendalikan emosi serta perasaanmu"

   Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang ringan berkumandang dari luar, kamar. Liang Fu Yong cepat-cepat mengalihkan bahan pembicaraan "Jaga dirimu baik-baik. Hadapi suamimu dengan bijaksana. Aku harus pergi sekarang!"

   Begitu kata-katanya selesai, bagai seekor burung walet yang melintas di atas angkasa, dia melesat keluar lewat jendela.

   Boleh dibilang dalam waktu yang bersamaan, tampak sesosok bayangan di luar pintu kamar.

   Dalam keadaan mabuk berat, Tan Ki melangkah masuk ke dalam kamar.

   Karena meneguk arak yang berlebihan, wajahnya jadi merah padam.

   Dengan langkah sempoyongan dia melangkah menghampiri Mei Ling kemudian menggabrukkan pantatnya jatuh terduduk di samping sang isteri.

   Mei Ling memalingkan wajahnya sedikit dan melirik ke arah Tan Ki.

   Tiba-tiba jantungnya berdebar-debar.

   Dalam sekejap mata saja, suasana terasa panas membara.

   Seakan ada kehangatan yang terpancar dari diri Tan Ki sehingga seluruh anggota tubuhnya terasa le-mas.

   Wajahnya jadi merah padam.

   Cepat-cepat dia menundukkan wajahnya.

   Tiba-tiba Tan Ki mengulurkan tangannya dan mencekal pergelangan tangan Mei Ling.

   "Walaupun jauh sampai di mana, apabila sudah jodoh pasti akan bersatu juga. Pepatah ini sedikitpun tidak salah. Dapat menyunting seorang gadis yang cantik dan lembut seperti Liu Moay Moay menjadi isteri, sungguh merupakan kebahagiaan yang tidak terkirakan. Setelah sekian lama memendam rindu sehingga tubuh menjadi kurus kering, akhirnya impian menjadi kenyataan"

   Dengan sekuat tenaga Mei Ling berusaha melepaskan diri dari cekalannya, namun tidak berhasil. Wajahnya yang cantik semakin mempesona karena dijalari rona merah jambu. Dengan tersipu-sipu dia menundukkan kepalanya dalam-dalam.

   "Jangan begitu, kalau dilihat orang kan tidak enak"

   Tan Ki tertawa lebar.

   "Apa urusannya, kita toh sudah menjadi suami isteri. Memangnya ada orang yang berani bicara yang tidak-tidak?"

   Tiba-tiba dia menundukkan kepalanya dan mencium tangan Mei Ling dengan mesra. Gerakannya begitu cepat sehingga Mei Ling tidak sempat menghindar. Jantung Mei Ling semakin berdebar-debar. Cepat-cepat dia menarik tangannya.

   "Jangan begitu. Pesta masih berlangsung. Seharusnya kau belum boleh meninggalkan para tamu. Cepat ke sana!"

   Sembari berkata, dia melonjak bangun dan mendorong tubuh Tan Ki. Tan Ki tertawa terbahak-bahak. Dengan gerakan yang tidak diduga-duga dia mengulurkan lengannya dan merangkul pinggang Mei Ling yang kecil ramping.

   "Aku toh jarang sekali minum arak. Tadi aku meneguk beberapa cawan sekaligus. Perut langsung terasa panas, bahkan rasanya bernafas pun sulit. Siapa yang kerajinan menemani tamu sebanyak itu? Liu Moay Moay, saat ini jantungku berdebar tidak karuan, aku ingin sekali"

   "Jangan! Aku"

   Baru mengucapkan dua patah kata, Mei Ling tidak dapat meneruskannya lagi.

   Sepasang bibirnya telah dibekap oleh bibir Tan Ki.

   Ciuman ini dilakukan dalam keadaan tidak terduga, bahkan mengandung cinta kasih yang berkobar-kobar.

   Dicium sedemikian rupa, sukma Mei Ling seakan melayang-layang.

   Keempat anggota tubuhnya terasa lemas.

   Terdengar suara keluhan lirih dari mulutnya, tubuhnya pun terkulai dalam pelukan Tan Ki.

   Sejak lahir sampai menjelang dewasa baru kali ini Mei Ling dicium oleh seorang lakilaki.

   Luapan cinta kasih Tan Ki yang panas membara membuat hatinya lemah dan tidak dapat mengadakan perlawanan.

   Suasana di dalam kamar itu semakin panas! Dari dalam kamar tidak terdengar suara sedikitpun.

   Kecuali sinar lilin yang melambailambai, yang terlihat hanya dua sosok bayangan yang saling berpelukan dengan erat.

   Pada saat itu juga, di ujung koridor dekat jendela, berdiri seorang gadis yang sedang bersedih hati.

   Dia menundukkan kepalanya sambil menangis.

   Dia tidak mengatakan sepatah kata pun.

   Kadang-kadang dia mengangkat wajahnya dan menatap bayangan dalam kamar itu dengan penuh perhatian.

   Tiba-tiba serangkum angin yang keras menghempas ke arah lilin yang sedang menyala sehingga padam seketika.

   Saat itu juga, bayangan yang tadinya terpantul lewat jendela langsung hilang.

   Keadaan di dalam kamar jadi gelap gulita.

   Otomatis gadis itu tidak dapat melihat apa-apa lagi.

   Di dalam kegelapan hanya terdengar suara rintihan Mei Ling yang lirih.

   "Tan Ki Koko, jangan berbuat begini, nanti ada orang yang datang. Jangan! Jangan!"

   Meskipun suaranya semakin lama semakin jelas, namun di dalamnya terselip kegembiraan.

   Rupanya Mei Ling tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri, dia membiarkan Tan Ki memperlakukan apa saja terhadap dirinya.

   Suasana di dalam kamar pengantin menjadi sunyi senyap, tidak ada sedikitpun suara yang terdengar, namun dapat dirasakan ketegangan yang menyelimuti di dalamnya.

   Habislah! Mimpipun Tan Ki tidak mengira bahwa emosinya yang sesaat akan membawa bahaya kematian bagi dirinya sendiri! Habislah sudah, semuanya telah terlambat! BAGIAN XXVIII Tepat pada saat itu juga, perempuan yang berdiri di ujung koridor tiba-tiba menarik nafas panjang.

   Dia membalikkan tubuhnya dan meninggalkan tempat itu.

   Di bawah cahaya rembulan yang suram, tampak wajahnya yang penuh penderitaan.

   Air mata mengucur dengan deras membasahi pipinya.

   Air mata itu demikian bening dan memperlihatkan cahaya yang berkilauan.

   Sebutir demi sebutir menetes turun.

   Sedangkan kakinya yang bergerak melangkah dengan berat.

   Nasib yang telah diatur oleh Yang Maha Kuasa membuat Tan Ki tidak dapat meloloskan diri dari kesulitan ini.

   Mei Ling juga seakan tidak mendengar nasehat Liang Fu Yong, dia membalas luapan cinta kasih Tan Ki kepadanya.

   Dalam hal ini, Mei Ling juga tidak dapat disalahkan.

   Dia menikah dengan Tan Ki memang atas dasar saling menyukai.

   Tentu sulit baginya menolak gejolak perasaan Tan Ki yang menggebu-gebu.

   Tetapi apabila kedua orang itu tidak dapat mengendalikan dirinya dan meneruskan perbuatan tersebut, racun yang ada dalam diri Mei Ling akan tersalur ke tubuh Tan Ki dan dapat menyebabkan kematiannya.

   Sungguh suatu hal yang mengenaskan.

   Tetapi saat itu Tan Ki sudah menghantamkan telapak tangannya membuat lilin yang menyala terang menjadi padam.

   Di dalam kamar pengantin hanya ada kegelapan saja.

   Tidak terdengar suara sedikitpun.

   Hal ini membuktikan bahwa keduanya sedang melakukan kewajiban sebagai sepasang suami istri yang dapat membawa penyesalan seumur hidup.

   Liang Fu Yong terus berpikir.

   Semakin dipikirkan hatinya semakin tidak tenang.

   Perlu diketahui bahwa tahun lalu dia masih merupakan seorang perempuan yang terkenal kejalangannya di dunia Kangouw.

   Bahkan banyak orang yang menyebut dirinya sebagai Iblis wanita.

   Boleh dibilang setiap malam dia sudah berkeliaran mencari laki-laki gagah untuk menemaninya.

   Tetapi sejak bertemu dengan Tan Ki, mereka mengadakan perjanjian bahwa dalam batas tiga bulan, Tan Ki akan mengajaknya ke mana-mana untuk membuktikan adanya cinta yang suci di dunia ini.

   Tanpa disadari, sikap Tan Ki yang lembut dan berjiwa besar dan selalu menasehatinya tanpa mengenal bosan, benar-benar membuat hati perempuan jalang ini menjadi tergerak.

   Akhirnya dia malah mengambil keputusan untuk bertobat dan menjadi orang baik-baik.

   Dia mencintai Tan Ki.

   Hal ini keluar dari hatinya yang tulus.

   Tekadnya sudah bulat.

   Kalau tidak, ketika Mei Ling diculik oleh si raja iblis Oey Kang, dia juga tidak akan mengorbankan dirinya menjadi bahan hinaan iblis itu sehingga kesucian Mei Ling dapat diselamatkan.

   Hari itu adalah untuk pertama kali dia melayani seorang laki-laki dalam keadaan terpaksa.

   Juga merupakan kali terakhir dia berbuat demikian Saat ini, dia merasa keadaan Tan Ki sedang gawat sekali.

   Sebuah firasat buruk tiba-tiba menyelinap dalam hatinya.

   Dia seperti melihat bayangan Tan Ki dalam pelupuk matanya.

   Rambutnya acak-acakan dan darah mengalir dari seluruh panca inderanya.

   Tampangnya seperti hantu gentayangan yang keluar dari dasar neraka dan mencari korban untuk membalaskan sakit hatinya.

   Tanpa dapat dipertahankan lagi tubuhnya menjadi gemetar.

   Bulu kuduknya merinding semua.

   Hatinya merasa takut.

   Dia tidak berani meneruskan khayalannya.

   Tetapi dia merasa bahwa saat ini mungkin sudah terlambat apabila dia ingin memberikan bantuan.

   Mungkin malah akan menerbitkan salah paham dalam diri Tan Ki.

   Tetapi dia tetap mempercepat langkah kaki, dengan membawa sebongkah hati yang luka dia berlari keluar dari ruangan tersebut.

   Sementara itu, di dalam kamar pengantin masih tetap gelap gulita.

   Tidak ada setitik sinarpun yang terpancar dari dalamnya.

   Suasana semakin mencekam.

   Tidak ada sedikitpun suara yang terdengar.

   Tiba-tiba terdengar suara teriakan Mei Ling yang penuh ketakutan "Tan Ki Koko, jangan berbuat yang tidak-tidak.

   Aku aku ingin berbicara denganmu.

   Penting sekali"

   "Kalau memang ada perkataan yang ingin kau sampaikan, besok juga sama saja. Jangan membuat aku menjadi penasaran"

   "Tidak bisa. Urusan ini gawat sekali!"

   "Sudahlah. Aku tidak ingin mendengarkannya!"

   Baru saja selesai berkata, sekali lagi terdengar suara jeritan Mei Ling yang keras sekali! Rupanya Tan Ki mulai kehabisan sabar, dia langsung merobek baju Mei Ling yang masih dipertahankannya sejak tadi.

   Meskipun keadaan di dalam kamar gelap gulita, berkat ketajaman mata Tan Ki, dia dapat melihat bentuk tubuh Mei Ling yang indah dan kulitnya yang putih mulus.

   Bahkan ada serangkum bau harum yang terpancar dari tubuhnya! Hal ini malah membuat jantung Tan Ki semakin berdebar-debar.

   Darahnya seakan berdesir.

   Tampak Tan Ki tertawa lebar.

   "Moay Moay, sekarang aku baru tahu bahwa tidak ada sedikitpun bagian dari dirimu yang tidak indah, tidak ada bagian yang tidak memancarkan keharuman"

   Terdengar Mei Ling berteriak dengan keras.

   "Lepaskan tanganmu!"

   Tan Ki jadi tertegun melihat kekasaran isterinya.

   "Kita kan sudah menjadi suami isteri, masa bermesraan seperti ini saja tidak boleh?"

   Mei Ling menarik nafas panjang-panjang.

   "Tan Ki Koko, coba kau duduk dulu baik-baik. Jangan terus mendekapi diriku. Aku benar-benar ada masalah yang penting ingin dibicarakan dengan dirimu!"

   Saat itu gairah dalam hati Tan Ki sudah menggebu-gebu.

   Seluruh tubuhnya seakan panas membara sehingga perlu penyaluran secepatnya.

   
Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Ingin rasanya dia mendaki puncak kemesraan bersama isterinya.

   Tetapi Tan Ki memang merasa sayang sekali kepada Mei Ling.

   Justru dari rasa sayang inilah tumbuh perasaan cinta.

   Dan diantara perasaan cintanya juga terselip rasa hormat.

   Dalam hal apapun dia takut membuat Mei Ling menjadi sedih dan kecewa.

   Oleh karena itu, mendengar ucapan Mei Ling yang serius, dia segera bangun dan duduk dengan baik-baik.

   "Baiklah. Kau katakan saja. Aku akan membuka telinga lebar-lebar untuk mendengarkannya."

   "Nyalakan lilin itu lebih dahulu."

   Kata Mei Ling.

   Tan Ki menuruti permintaan gadis itu.

   Dia segera berdiri dan berjalan menuju kaca rias di sudut kamar di mana terdapat dua batang lilin berwarna merah yang besar.

   Tan Ki langsung menyalakan lilin-lilin tersebut.

   Telinganya mendengar suara gesekan pakaian.

   Ternyata dalam waktu sekejapan mata, Mei Ling sudah mengenakan pakaiannya kembali.

   Begitu kedua batang lilin tersebut dinyalakan, tampak dua titik cahaya api yang melambai-lambai.

   Dalam waktu yang singkat kegelapan telah tersapu bersih dan digantikan dengan keadaan yang terang benderang.

   Mei Ling mengejap-ngejapkan matanya.

   Dia langsung berdiri dari tempat tidur.

   "Tan Koko, kita hanya bisa menjadi suami isteri dalam sebutan saja. Namun kita tidak boleh melakukan kewajiban sebagaimana yang dilakukan oleh sepasang suami isteri."

   Wajah Tan Ki langsung berubah hebat mendengar ucapannya.

   "Apa maksud perkataanmu itu?"

   "Aku aku"

   "Katakanlah!"

   Nada suara Tan Ki tajam sekali. Bahkan di dalamnya mulai terkandung rasa marah.

   "Aku aku tidak boleh melakukan hubungan suami isteri denganmu"

   Tan Ki langsung mendengus dingin.

   "Mengapa?"

   "Aku mempunyai penyakit"

   "Apalagi?"

   Mei Ling dapat melihat wajahnya yang hijau membesi.

   Tan Ki juga mendesaknya dengan berbagai pertanyaan.

   Melihat keadaan itu, perlahan-lahan Mei Ling menarik nafas panjang.

   Di wajahnya tersirat kesedihan yang dalam.

   Tampangnya juga kusut dan serba salah.

   "Aku kesalahan minum semacam racun. Jenis obat ini sangat ganas. Racun ini bisa menyalur ke tubuh orang lain dan baru bereaksi"

   "Omongan setan!"

   Mei Ling menjadi panik.

   "Tan Koko, jangan kau tidak percaya perkataanku ini. Hal ini memang kenyataan. Aku toh sudah bersedia menikah denganmu dan berarti menjadi istrimu seumur hidup. Mana mungkin aku mengarang cerita yang bukan-bukan di malam pengantin?"

   Berkata sampai di sini, dia berhenti lagi.

   Kemudian tampak dia menarik nafas panjangpanjang.

   Di antara cahaya lilin yang melambai, tampak mimik wajahnya yang menyiratkan penderitaan yang dalam.

   Sinar matanya seakan memohon belas kasihan dari Tan Ki.

   Dia menatap suaminya itu lekat-lekat.

   Kemudian dia berkata.

   "Tan Koko, biarpun hatimu merasa curiga dan tidak percaya. Tetapi aku mohon kalau kau mempercayai aku kali ini saja. Kita tidak bisa melakukan hubungan ini Perlahan-lahan sepasang alis Tan Ki menjungkit ke atas.

   "Dalam dunia ini banyak kejadian aneh dan janggal dan bukan hal yang dapat terpikir atau terbayangkan olehku. Tetapi biar bagaimana aku tidak percaya ada hai seperti ini. Seseo-rang telah kesalahan, minum racun, namun tidak akan terjadi apa-apa. Justru setelah melakukan hubungan intim dengan lawan jenisnya, racun itu akan tersalur ke tubuh lawan. Ini benar-benar cerita paling aneh yang pernah kudengar. Aku rasa, ketika kau mengarang cerita ini, tentunya kau menemukan banyak kesulitan. Sayangnya ceritamu ini tidak bermutu, aku sama sekali tidak dapat menerimanya karena memang tidak masuk akal sama sekali."

   Sahutnya dingin.

   Suara sahutannya ini datar sekali.

   Sama sekali tidak mengandung kegusaran.

   Tetapi justru seperti sebatang jarum yang tajam bukan kepalang dan mencucuki hati Mei Ling.

   Perasaan pedih langsung menyelinap di dalam hati gadis itu.

   Air matanya jatuh bercucuran.

   Dia menggelengkan kepalanya sambil berkata.

   "Tidak, Tan Koko. Jangan kau salah paham terhadap diriku"

   Tan Ki tertawa dingin.

   "Tutup mulutmu! Karanganmu yang sensasional itu mungkin dapat menakuti orang lain, tetapi tidak mengelabui sepasang mataku yang tajam ini. Kalau kau memang tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadapku, mengapa kau menerima lamaranku dan bersedia menjadi isteriku?"

   Tampaknya semakin berbicara, hati Tan Ki semakin panas.

   Baru saja selesai berkata, tiba-tiba lengannya bergerak dan terdengar suara.

   Plakkk! Tahu-tahu dia sudah menempeleng pipi Mei Ling.

   Gerakannya begitu cepat dan tidak terduga-duga sama sekali.

   Bahkan Mei Ling tidak mempunyai kesempatan untuk menghindarkan diri.

   Tiba-tiba saja pipinya terasa panas dan perih.

   Tanpa dapat dipertahankan lagi kakinya tergetar mundur satu langkah.

   Air mata langsung berderai bagai air sungai yang deras.

   Mimpipun dia tidak mengira kalau Tan Ki dapat turun tangan memukulnya.

   Untuk sesaat dia sampai tidak ingat lagi rasa perih di pipinya.

   Dia berdiri dengan termangu-mangu.

   Kemudian terdengar suara Tan Ki yang dingin bagai es.

   "Perempuan yang pandai bersandiwara!"

   Dia langsung membalikkan tubuhnya dan melangkah keluar dari kamar tersebut. Mei Ling melihat bayangan punggungnya yang angkuh dan kekar keluar dari kamar itu. Hatinya menjadi tergetar. Dengan panik dia berteriak.

   "Tan Ki Koko, kau masih belum mengerti hatiku yang sebenarnya!"

   Tan Ki mendengus satu kali.

   "Mungkin benar apa yang kau katakan. Tetapi ketahuilah, aku memang tidak berniat untuk memahami hatimu!"

   Mei Ling langsung menangis dengan suara meratap.

   "Tan Ki Koko, kau seharusnya memaklumi perasaanku, aku benar-benar mencintaimu!"

   "Tidak usah bicarakan lagi, aku tidak ingin mendengarnya!"

   Sahut Tan Ki datar.

   "Apakah kau tidak sudi mendengarkan penjelasanku?"

   "Di antara kita, tidak ada lagi yang perlu dibicarakan!"

   Sembari berkata dia terus menggerakkan kakinya yang berat meninggalkan kamar tersebut.

   Tiba-tiba tubuh Mei Ling berkelebat.

   Tahu-tahu dia sudah menghadang jalan pergi Tan Ki.

   Di bawah cahaya rembulan, tampak wajahnya yang cantik menyiratkan kedukaan yang tidak terkirakan.

   "Tan Ki Koko, kau jangan terlalu tinggi hati sehingga tidak mau mendengarkan penjelasanku sedikitpun. Hal ini malah akan menambah kesalahpahaman terhadap diriku."

   Wajah Tan Ki semakin kelam.

   "Cerewet! Aku tidak mengharapkan penjelasan darimu!"

   "Tan Koko, kau"

   Sepasang alis Tan Ki bertaut dengan erat.

   "Minggir! Aku ingin pergi!"

   Mendengar ucapannya, wajah Mei Ling langsung berubah.

   "Mengapa kau tidak mendengar dulu penjelasanku? Apakah selama ini aku pernah berbuat kesalahan terhadapmu?"

   "Tidak, sikapmu terhadapku justru terlalu baik. Tetapi hal inilah yang membuat aku mengira kau benar-benar mencintai aku. Aku benci padamu!"

   "Katakan sekali lagi."

   Kata Mei Ling dengan nada yang mulai datar. Tan Ki tertawa dingin.

   "Jangan kata cuma sekali lagi, puluhan kali atau ratusan kalipun sama saja. Tetapi apa artinya?"

   Mendengar perkataan Tan Ki, wajah Mei Ling berubah kelam.

   Segurat perasaan yang perih terlintas sesaat di wajahnya.

   Tibatiba dia mendongakkan wajahnya dan tertawa terkekeh-kekeh.

   Suara tawanya begitu berat.

   Orang yang mendengarnya pasti akan merinding bulu romanya.

   Di sudut mata tampak kumpulan air mata itu menetes turun.

   Hal ini benar-benar luar biasa dan berbeda sekali dengan sikap Mei Ling yang sebenarnya.

   Namun sekali lagi Tan Ki tertawa dingin.

   "Apa yang kau tertawakan?"

   Suara tawa Mei Ling langsung sirap. Dia berkata dengan nada lirih.

   "Baiklah. Kalau kau tidak mau mendengar penjelasanku, aku juga tidak mengharapkan pengertian darimu. Mungkin kelak kau baru akan mengetahui bahwa aku mempunyai kesulitan tersendiri. Pada saat itu kau menyesalpun, semuanya sudah terlambat. Selesai berkata, dia tidak menunggu lagi jawaban dari Tan Ki. Dia langsung membalikkan tubuhnya dan melangkah masuk ke dalam kamar. Pada saat yang bersamaan, terdengar suara tawa Tan Ki yang sumbang. Dia juga melangkah meninggalkan tempat itu. Gerakan langkah kakinya persis sama dengan perasaannya saat itu, berat dan mengandung penderitaan yang dalam. Perubahan yang terjadi pada nasib manusia, kadang-kadang begitu cepat sampai tidak pernah terbayangkan. Sebelumnya, dia mencintai Mei Ling setengah mati. Bahkan melebihi jiwanya sendiri. Tetapi sekarang, dia membenci gadis itu lebih-lebih dari musuh besarnya. Tanpa berpikir panjang lagi, dia meninggalkan gadis itu. Mungkinkah dia tidak menyadari bahwa kepergiannya ini berarti bahwa dia telah memutuskan cinta kasih antara dirinya dengan Mei Ling. Tan Ki sadar sepenuhnya, namun dia tidak perduli. Rasa sakit hatinya telah memenangkan segala hal yang lain. Karena dia membenci kepura-puraan Mei Ling yang ia anggap telah menipu perasaan cintanya yang tulus. Perlahan-lahan dia berjalan. Dirinya saat itu bagai sebuah perahu kecil yang terombang-ambing di tengah lautan. Dia merasa di depan matanya yang terlihat hanya hamparan yang semu. Entah berapa lama sudah berlalu, tiba-tiba Sesosok bayangan berkelebat di hadapannya. Kedatangannya begitu cepat dan tidak terduga-duga. Hanya hembusan angin yang terbit dari gerakan orang itu. Hati Tan Ki jadi tercekat, tanpa sadar dia mundur dua langkah. Begitu matanya memandang, orang yang datang itu tidak asing baginya. Dia adalah si gadis lugu, Cin Ie. Mungkin dia juga meneguk arak dalam jumlah yang banyak. Di wajahnya yang penuh dengan bintik-bintik terlihat rona berwarna merah jambu. Di bawah cahaya rembulan yang redup, malah mengesankan kecantikan tersendiri. Jantung Tan Ki jadi berdebar-debar melihatnya.

   "Mengapa kau tidak ikut berpesta di ruangan depan?"

   Tanyanya sambil tersenyum simpul.

   "Tadinya aku duduk di ruang tamu dan minum arak terus. Lama kelamaan aku menjadi bosan. Lagipula hatiku ingin sekali melihat dirimu. Oleh karena itu, tanpa sepengetahuan Cici, diam-diam aku menyelinap keluar."

   Selesai berkata, Cin Ie tertawa cekikikan lagi. Tan Ki ikut tersenyum.

   "Ikutlah denganku."

   Dia mengulurkan tangannya dan mencekal pergelangan tangan Cin Ie.

   Dia mengajaknya berjalan ke arah halaman belakang.

   Karena meneguk arak dalam jumlah yang banyak, keberanian Tan Ki jauh lebih besar dari biasanya.

   Meskipun di malam pengantin seperti sekarang ini, tanpa rasa takut sedikitpun dia menarik tangan seorang gadis yang tidak mempunyai ikatan apa-apa dengan dirinya.

   Malah dia merasa santai sekali.

   Dalam hati Cin Ie ingin menolak.

   Baru saja dia berpikir untuk memberontak, tetapi tarikan Tan Ki begitu kencang.

   Mau tidak mau langkah kakinya jadi terseret dan mengikuti ajakan anak muda itu.

   Setelah melewati hamparan rumput-rumputan di halaman belakang, mereka sampai di sebuah taman bunga.

   Dari arah depan terasa angin berhembus, membawa bebauan bunga yang menyegarkan.

   Keadaan ini malah membuat perasaan orang semakin terlena.

   Tiba-tiba Tan Ki menghentikan langkah kakinya.

   Dia berdiri di balik sebuah gununggunungan yang tingginya kurang lebih dua depa.

   Wajahnya mengembangkan senyuman.

   "Ie Moay, apakah kau mengerti siapa dirimu bagi diriku ini?"

   Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Cin Ie tertawa terkekeh-kekeh. Dengan tampang kebodoh-bodohan dia menyahut.

   "Aku adalah calon selirmu dan kau adalah bakal suamiku nanti."

   "Benarkah?"

   Cin Ie mencibirkan bibirnya. Terdengar suara tawanya yang lirih.

   "Cici sering mengatakan bahwa aku ketolol-tololan. Tidak mengerti urusan sama sekali. Sekarang kelihatannya kau malah lebih bodoh dua kali lipat dari padaku."

   Dia merandek sejenak. Sejenak kemudian dia melanjutkan kembali.

   "Mungkin lebih"

   Tampaknya dia ingin mencari kata-kata yang tepat untuk berdebat dengan calon suaminya itu. Namun dia sendiri bingung kata-kata apa yang harus dipilihnya. Tan Ki tersenyum simpul.

   "Tahukah kau di antara suami isteri, seharusnya berbuat apa?"

   Cin Ie jadi tertegun mendengar pertanyaannya. Kemudian tampak dia menggelengkan kepalanya.

   "Tidak tahu"

   Sinar mata Tan Ki mengedari ke sekeliling tempat itu.

   Yang terlihat hanya cahaya rembulan dan bintang-bintang yang bertaburan di angkasa.

   Pepohonan maupun bunga-bungaan membisu.

   Tidak tampak bayangan seorang-pun.

   Oleh karena itu dia segera mengembangkan seulas senyuman dengan perasaan lega.

   "Aku akan mengajarkan kepadamu!"

   Tiba-tiba sepasang lengannya bergerak dan tahutahu pinggang Cin Ie telah dirangkulnya.

   Gerakannya ini begitu cepat dan tidak terduga-duga.

   Cin Ie tidak mempunyai persiapan sama sekali! Tanpa dapat ditahan lagi mulutnya mengeluarkan seruan terkejut.

   Tetapi justru di saat dia berteriak, tubuhnya sudah terkulai ke dalam pelukan Tan Ki.

   Saat itu juga, dia merasakan ketakutan yang tidak pernah ia alami seumur hidupnya.

   Semacam reaksi untuk mempertahankan diri dari seorang gadis suci langsung bangkit dalam hatinya.

   Cepat-cepat dia mengulurkan tangannya mendorong dada Tan Ki.

   Boleh dibilang dalam waktu yang hampir bersamaan, Tan Ki telah menundukkan kepalanya dan menempel di wajah gadis itu.

   Gerakannya ringan dan cepat.

   Begitu menempel langsung ditarik kembali.

   Meskipun hanya ciuman yang sekilas, namun Tan Ki sudah dapat merasakan kelembutan kulit pipinya.

   Ciuman itu membawa kesegaran seorang gadis remaja yang dapat membuat perasaan orang menjadi terlena dan pikiran melayang-layang.

   Tanpa dapat ditahan lagi, jari jemari Tan Ki langsung merayap kemana-mana.

   Dengan tenaga sepenuhnya Cin Ie mendorong dada anak muda itu.

   "Apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan!"

   Tan Ki tertawa lebar.

   "Aku hanya mengajarkan cara para suami istri mencari kesenangan. Jangan berteriakteriak seperti itu. Toh engkau sudah hampir menjadi"

   Cin Ie menggelengkan kepalanya berkali-kali. Wajahnya tampak serba salah dan sedih.

   "Aku tidak mau dengar, benar-benar memalukan!"

   Teriaknya. Wajah Tan Ki berubah jadi serius. Dia berkata dengan suara yang dalam.

   "Hal ini merupakan kodrat alam, sejak zaman purba sampai sekarang. Mengapa harus merasa malu? Tempat ini sunyi sekali. Tidak ada seorangpun yang akan datang ke mari. Lagipula sekarang gairahku sedang meluap-luap. Perlu penyaluran secepatnya agar terasa segar. Cepat atau lambat, kau toh akan menjadi milikku. Meskipun kau akan mengorbankan sesuatu yang sangat berharga, aku juga tidak mungkin berlaku habis manis sepah dibuang atau mencelakai dirimu seumur hidup."

   Hati Cin Ie panik sekali. Dia merasa kalang kabut. Tanpa dapat ditahan lagi air matanya mengalir dengan deras.

   "Aku tidak mau aku takut"

   Di antara kesunyian malam, terus terdengar nafas Tan Ki yang semakin memburu.

   Sepasang sinar matanya menyorotkan keganasan seperti seekor binatang buas! Tiba-tiba terdengar suara gesekan yang lirih.

   Disusul dengan suara jeritan Cin Ie yang histeris.

   Rupanya pada saat ini Tan Ki hampir tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri.

   Dia merobek-robek baju Cin Ie.

   Tampak kepingan pakaian itu melayang-layang tertiup angin.

   Mata Tan Ki langsung dapat melihat sehelai oto merah jambu yang menutupi bagian payudara gadis itu.

   Kali ini rasa terkejut Cin Ie tak usah dikatakan lagi, dia merasa takut juga tercekat.

   Air matanya mengalir dengan deras.

   "Tan Koko, jangan mencelakakan diriku. Kelak aku tidak mempunyai muka lagi untuk bertemu dengan orang-orang"

   Dengan segenap tenaga dia memberontak.

   Tangannya terus menghentakkan tangan Tan Ki yang berkeliaran ke mana-mana.

   Tidak diragukan lagi, keadaan Tan Ki saat itu memang seperti seekor binatang buas.

   Tenaganya besar sekali.

   Dalam waktu yang singkat pakaian atas Cin Ie sudah terkoyak semua dan hampir seluruh tubuh serta payudaranya terlihat jelas.

   Saat itu juga, suasana semakin tegang dan panas.

   Tiba-tiba Cin Ie meraung-raung dan berteriak dengan histeris.

   "Cici, cepat tolong, aku sudah hampir mati. Tolong!"

   Suara teriakannya begitu keras.

   Di antara kesunyian yang merayap pada malam yang dingin seperti ini, tentu saja suara itu bagai geledek yang menggelegar.

   Suaranya pasti bisa berkumandang sampai kejauhan.

   Tetapi belum lagi teriakannya selesai, mendadak mulutnya mengeluarkan suara keluhan.

   Kata-katanya pun terhenti seketika.

   Ternyata Tan Ki telah menggunakan bibirnya yang hangat menyumpal mulut gadis itu.

   Otomatis suara teriakannya jadi sirap.

   Tentu saja Tan Ki tidak mengharapkan dia berteriak terus yang mungkin bisa mengacaukan rencananya.

   Ciuman itu disertai emosi yang meluapluap serta dilakukan dengan kasar.

   Padahal Tan Ki bukan laki-laki yang genit atau mata keranjang.

   Tetapi pengaruh arak yang banyak membuat kesadarannya jadi tidak terkendalikan.

   Begitu gairahnya terbangkit, dirinya bagai sebuah gunung berapi yang siap meletus.

   Dan bagaimanapun tidak dapat dicegah lagi.

   Dalam keadaan panik, tiba-tiba Cin Ie menggertakkan giginya erat- erat.

   Dengan sekuat tenaga dia mendorong Tan Ki.

   Tepat ketika tubuh anak muda itu terhuyung-huyung, jari telunjuk dan jari tangan tengahnya bergerak.

   Dengan kecepatan kilat dia mengirimkan sebuah totokan.

   Tanpa melakukan kesalahan sedikitpun tahu-tahu jalan darah di bagian atas dada telah tertotok.

   Terdengar Tan Ki mendengus berat kemudian tubuhnya terkulai di atas tanah.

   Habislah sudah.

   Jalan darah di bagian atas dada ini merupakan salah satu dari delapan belas urat darah terpenting di seluruh tubuh manusia.

   Sedangkan jalan darah yang satu ini justru merupakan pusat pengumpulan pembuluh darah utama.

   Apabila pada hari biasa ditotok oleh seseorang, maka hanya jalan darah yang tertutup dan orang itu merasakan sedikit ngilu atau seperti kesemutan.

   Kemudian keempat anggota tubuh menjadi lemas tidak bertenaga.

   Sekarang gairah birahi Tan Ki sedang meluap-luap.

   Begitu jalan darah yang satu ini tertotok, hawa panas dalam tubuhnya tidak dapat teralir secara merata.

   Otomatis berhenti di bagian tersebut.

   Apabila dibiarkan agak lama, maka pembuluh darah itu akan membengkak dan setiap saat ada kemungkinan menjadi pecah.

   Kalau keadaannya parah bisa mematikan, apabila agak ringan maka paling tidak lumpuh setengah badan dan akhirnya menjadi cacat seumur hidup.

   Biar bagaimanapun Cin Ie adalah putri bekas Bengcu dari Samudera luar.

   Bukan dia tidak tahu bahaya yang ada bila menotok bagian tubuh ini, tetapi keadaannya sedang panik.

   Dia tidak berpikir sampai ke sana, yang dipikirkannya hanya menyelamatkan dirinya sendiri.

   Setelah berhasil menotok Tan Ki.

   Dia tidak berpikir panjang lagi, tubuhnya langsung meliuk bagai seekor ikan emas di dalam kolam dan kemudian dengan cepat menghambur meninggalkan tempat itu.

   Tepat setengah kentungan kemudian, tiba-tiba Tan Ki tersadar kembali.

   Kedua tangannya bertumpu di atas tanah dan langsung melonjak bangun.

   Dalam keadaan gairah yang berkobar, seluruh urat darah dalam tubuhnya menjadi tegang.

   Meskipun ketika terkulai jatuh tadi tidak begitu ringan, tetapi dia tidak merasa sakit sama sekali.

   Pada saat itu dia sudah merasakan ada segulung hawa panas dalam tubuhnya yang tidak dapat dikendalikan.

   Dirinya bagai dibakar di atas bara api.

   Panasnya semakin lama semakin tidak tertahankan.

   Keringat telah membasahi seluruh tubuhnya.

   Wajahnya terus mengerut-ngerut menahan rasa tidak nyaman itu.

   Tampangnya bagai orang yang menderita sekali.

   Seperti seekor binatang buas yang terbidik sebatang panah pemburu.

   Tiba-tiba terdengar suara tarikan nafas yang lirih dari mulut seorang perempuan.

   Sumbernya dari belakang Tan Ki.

   Pikiran anak muda itu sudah kacau karena dijalari rasa panas yang membara itu.

   Kemanusiaan dan kesadarannya sudah dipengaruhi hasrat maksiat dalam dirinya.

   Tetapi terhadap suara tarikan nafas yang dikeluarkan perempuan tadi, perasaannya luar biasa peka.

   Seperti seekor binatang buas yang sudah kelaparan berhari-hari dan tiba-tiba menemukan mangsa.

   Oleh karena itu secepat kilat dia membalikkan tubuhnya, sepasang matanya mengedar ke sekeliling, tiba-tiba pandangannya terhenti pada diri seorang perempuan yang mengenakan pakaian hijau.

   Ketika mula-mula melihat Tan Ki, perempuan itu terkejut sekali sehingga tertegun beberapa saat.

   Tetapi sejenak kemudian, dia menarik nafas panjang dan menatap anak muda itu dengan perasaan iba.

   Perlahan-lahan dia melangkahkan kakinya menghampiri Tan Ki dan bertanya dengan suara lirih.

   "Apa yang terjadi dengan dirimu? Wajahmu pucat sekali."

   Dengan penuh kasih sayang dia mengeluarkan sehelai sapu tangan dalam saku pakaiannya dan dengan lemah lembut menghapus keringat yang membasahi wajah Tan Ki.

   Namun begitu tangannya sempat menyentuh dahi anak muda itu, dia merasa suhu badan Tan Ki panas membara.

   Untuk sesaat dia langsung merasa tercekat hatinya.

   Tetapi dia tidak menarik tangannya kembali.

   Setelah bimbang sejenak, dia menghapus lagi keringat Tan Ki yang bercucuran.

   Tiba-tiba Tan Ki meraung dengan suara keras dan mendadak mengulurkan sepasang lengannya lalu memeluk perempuan itu eraterat.

   Gadis berpakaian hijau itu mengeluarkan seruan terkejut.

   Sapu tangan yang digenggamnya terjatuh ke atas tanah.

   Tetapi dia tidak memberontak, malah menempelkan wajahnya di dada Tan Ki.

   Di bawah cahaya rembulan, tampak selembar wajahnya yang manis telah dibasahi oleh air mata.

   Tadinya Tan Ki masih mengenakan pakaian pengantin.

   
Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tetapi sekarang telah dirobeknya sendiri sehingga tampak tidak karuan.

   Ketika wajah gadis itu menempel ke tubuhnya, kebetulan melekat pada bagian dadanya yang terbuka.

   Hal ini malah membuat Tan Ki semakin tidak dapat mengendalikan dirinya.

   Apalagi serangkum bau harum yang terpancar dari tubuh seorang wanita terus-terusan menerpa indera penciumannya.

   Pikirannya semakin melayang-layang dan perasaannya semakin terlena.

   Tempat di mana kedua orang ini berada kebetulan dihalangi sebuah gunung-gunungan yang tingginya kurang lebih dua depaan.

   Suasana di sana selain sunyi mencekam juga gelap gulita.

   Gadis berpakaian hijau itu tidak dapat melihat jelas lagi tampang Tan Ki.

   Tetapi dia dapat merasakan bahwa tubuh Tan Ki yang merapat dengannya panas sekali.

   Jantungnya jadi berdebar-debar.

   Baru saja dia bermaksud membuka suara menasehati Tan Ki, tahu-tahu sepasang bibir yang panas sudah menyumpal mulutnya.

   Begitu kedua bibir bertemu, gadis itu merasa dirinya bagai dialiri arus listrik dan tubuhnya bergetar hebat.

   Sepasang tangannya mendorong ke depan.

   Dia berusaha melepaskan diri dari pelukan Tan Ki yang ketat.

   Siapa nyana begitu dia mengerahkan tenaga mendorong, tahu-tahu sepasang lengan yang memeluk dirinya tiba-tiba merenggang, otomatis tubuhnya sendiri jadi limbung akhirnya malah terjatuh ke dalam pelukan anak muda itu kembali.

   Gadis itu terkejut sekali.

   "Apa apa yang ingin kau lakukan? Tan Koko, aku adalah Cici-mu Liang Fu Yong. Cepat lepaskan diriku!"

   Dengan sepenuh tenaga dia berusaha memberontak.

   Pergelangan tangannya bergerak.

   Dengan cepat dia berhasil mencekal leher Tan Ki dan mendorongnya kuat-kuat.

   Terdengar suara Blamm! Bagian urat penting di lehernya tercekik, karena dorongan tenaga yang besar, nafas Tan Ki langsung sesak.

   Otomatis hawa murninya tidak dapat diempos ke atas.

   Dia langsung terhempas jatuh di atas tanah.

   Gadis itu menegakkan tubuhnya dan menyelipkan tangannya ke dalam saku dan mengeluarkan peletekan api dan mengulurkan-nya ke depan.

   Dia melihat ada guratan merah menyolok di bagian kening Tan Ki.

   Pipinya juga mulai merah jambu.

   Hal ini malah menambah ketampanan Tan Ki.

   Entah mengapa, wajah gadis itu jadi merah jengah.

   Hatinya tiba-tiba diselipi perasaan malu.

   Padahal dia bisa saja memalingkan mukanya dan pergi dari tempat itu tanpa memperdulikan Tan Ki, tapi dia tidak berbuat setegas itu.

   Hatinya merasa bimbang.

   Setelah tertegun sejenak, dia malah berjalan ke belakang punggung anak muda itu.

   Dengan kecepatan kilat dia mengulurkan kedua jari tangannya dan menotok dua buah jalan darah di bagian punggung anak muda tersebut.

   Terdengar Tan Ki menghembuskan nafas panjang kemudian menegakkan tubuhnya berdiri.

   Liang Fu Yong sejak kecil sudah berkelana di dunia Kangouw.

   Pengalamannya banyak dan pengetahuannya luas.

   Setelah memperhatikan sejenak dia melihat hawa panas sudah mendesak naik ke kening serta dahi Tan Ki, hal ini membuktikan bahwa gairah dalam hatinya sudah terlalu meluap sehingga kehilangan sikapnya pribadi.

   Oleh karena itulah, tadi dia memperlihatkan tingkah seperti orang kalap dan tidak terkendalikan.

   Perlu diketahui bahwa pada dasarnya Tan Ki adalah pemuda pujaan yang dirindukannya siang dan malam.

   Meskipun dalam hati dia merasa rendah diri, tetapi cintanya terhadap anak muda ini dalam sekali.

   Tingkah laku Tan Ki yang seperti orang gila tadi sempat melukai harga dirinya sebagai seorang wanita.

   Namun setelah mengetahui apa yang terjadi pada diri anak muda itu, dia malah berbalik merasa iba serta kasihan.

   Tan Ki sudah siuman kembali dari pingsannya.

   Untuk sementara pikirannya yang kacau menjadi agak sadar.

   Untuk sesaat dia memandang Liang Fu Yong dengan termangumangu.

   Tiba-tiba dia menjerit histeris kemudian meloncat bangun dan mengambil langkah seribu.

   Tanpa sadar Liang Fu Yong mengulurkan tangan kanannya dan dengan cepat mencekal pergelangan tangan kiri Tan Ki.

   Dengan sekuat tenaga dia menarik pemuda itu ke dalam pelukannya.

   Pada saat ini pikirannya sedang kacau.

   Hawa murninya tidak dapat diedarkan dengan lancar.

   Dalam keadaan panik Liang Fu Yong menarik dengan sekuat tenaga.

   Tanpa dapat ditahan lagi hentakkan yang keras itu membuat Tan Ki tertarik kembali.

   Mungkin Liang Fu Yong sendiri tidak menyadari kalau tarikannya ini membuat perubahan besar dalam hidupnya! Hanya sesaat pikiran Tan Ki agak sadar.

   Wajahnya tampak bingung.

   Sekejap kemudian dia dikuasai kembali oleh hawa nafsunya yang berkobar-kobar.

   Liang Fu Yong sendiri seakan tidak menyadari bahwa tarikannya tadi terlalu keras sehingga tubuh Tan Ki bukan jatuh ke dalam pelukannya, tetapi malah terjatuh kembali di atas tanah.

   Tanpa dapat ditahan lagi dia jadi tertegun.

   Serangkum cinta kasih yang ada di dalam hatinya jadi terbangkit seketika.

   Hal ini membuat Liang Fu Yong tidak dapat berpikir dengan tenang bahwa apa yang terbentang di hadapannya mungkin suatu yang berbahaya.

   Dia mengulurkan sepasang lengannya dan membangunkan Tan Ki yang terjatuh di atas tanah.

   "Sakit tidak?"

   Tanyannya penuh perasaan.

   Sayangnya gejolak birahi yang meluap-luap telah membutakan pikiran Tan Ki.

   Dia sama sekali tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Liang Fu Yong.

   Dia hanya merasa ada sebuah suara yang lembut sedang menyapanya.

   Hal ini malah membuat perasaannya bagai dibuai oleh irama yang merdu.

   Tiba-tiba dia memberontak sekuat tenaga, dia melepaskan diri dari pelukan Liang Fu Yong.

   Tangan kanannya segera mencekal leher krah pakaian Liang Fu Yong.

   Terdengar suara Breet! Tahu-tahu dia telah merobek blus perempuan itu menjadi dua bagian.

   Saking tercekatnya hati Liang Fu Yong, tanpa sadar dia sampai menjeritkan suara aduhan yang keras.

   Tetapi dia tidak memberikan perlawanan yang berarti, perasaan kasihan serta takut berkecamuk di dalam kalbunya.

   Dia hanya duduk di atas tanah dengan termangu-mangu.

   Tubuhnya tidak bergerak sedikitpun.

   Terdengar suara koyakan pakaian yang kalap.

   Telinga perempuan itu mendengar dengan jelas, namun perasaannya seperti orang mati.

   Dalam waktu yang singkat, pakaiannya yang berwarna hijau tidak tersisa sedikitpun.

   Tubuhnya yang berkilauan tersorot cahaya rembulan langsung menusuk pandangan anak muda itu.

   Liang Fu Yong tidak lagi berteriak ketakutan, dia juga tidak menghindar ataupun memberontak.

   Seandainya dia mengerahkan tenaga untuk memberikan perlawanan, Tan Ki yang saat itu sedang dirasuk oleh birahi yang meluap, pasti bukan tandingannya.

   Bahkan sebetulnya dia dapat menggunakan sebatang pedang menikam mati Tan Ki saat itu juga.

   Dalam keadaan seperti ini apabila dia membunuh seseorang, mungkin malah akan mendapat simpati serta pengertian yang dalam dari para pendekar di dunia Kangouw.

   Lagipula dia yakin baik Yibun Siu San, si pengemis sakti Cian Cong serta Liu Seng dan yang lainnya juga sulit menimpakan kesalahan pada dirinya.

   Namun dia tidak berbuat demikian.

   Tampak wajahnya kusut, bagai orang yang kehilangan akal sehat untuk mempertimbangkan segala sesuatu.

   Dia hanya duduk berdiam diri dan membiarkan Tan Ki merobek-robek pakaiannya sehingga tidak tersisa sedikitpun.

   Dalam benaknya terus melintas berbagai bayangan tentang badai gelombang yang akan menimpanya sesaat lagi! Dia tidak dapat berpikir dengan sehat apakah hal yang dilakukannya sekarang ini baik atau buruk.

   Dia juga tidak dapat membedakan apakah dia harus merasa sedih atau gembira? Tetapi perasaan cinta kasih yang tertanam di dalam sanubarinya malah membantunya mengambil sebuah keputusan.

   Dia tidak ingin tahu lagi apakah perbuatannya ini benar atau salah.

   Perasaan takut serta terkejut di dalam hatinya sirna seketika.

   Suatu kebulatan tekad dalam bathinnya telah mengusir semua perasaan itu.

   Diam-diam dia bergumam seorang diri.

   "Aku akan mengorbankan diriku untuk menolongnya"

   Karena dia sudah mengetahui bahwa bagian atas dada Tan Ki telah tertotok oleh seseorang.

   Apabila dia meninggalkan Tan Ki tanpa memperdulikannya sedikitpun, dapat dipastikan bahwa pembuluh darah besar dalam tubuh anak muda itu akan membengkak karena tidak tahan terhadap pengaruh hawa panas yang membara sehingga mungkin bisa menyebabkan kematian anak muda tersebut.

   Keadaan yang mengenaskan inilah yang membuat Liang Fu Yong mengambil kepastian yang bulat Pada saat itu seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya sudah habis terkoyak oleh tangan Tan Ki yang kalap.

   Yang tertinggal hanya sesosok tubuh yang indah menantang.

   Dengan perasaan jengah Liang Fu Yong menggelinding ke balik semak-semak yang rimbun.

   Tiba-tiba Tan Ki juga melonjak bangun dan menerkam ke dalam gerombolan semak-semak itu.

   Sejak semula dia memang sudah kehilangan kesadaran karena dipengaruhi birahi yang menggebu-gebu.

   Dia sudah berada dalam keadaan lupa diri.

   Apalagi Liang Fu Yong sendiri sudah mempunyai pikiran untuk mengorbankan dirinya demi keselamatan anak muda itu.

   Melihat Tan Ki menerkam ke arahnya, dia hanya menggeserkan tubuhnya sedikit.

   Tetapi sekejap mata saja dia sudah ditarik ke dalam pelukan anak muda itu.

   Dalam waktu yang singkat, tampak dua sosok tubuh yang bugil berdekapan menjadi satu.

   Kemudian BAGIAN XXIX Melakukan tradisi turun temurun dalam mengembangbiakkan jumlah manusia di dunia ini sebetulnya masalah yang wajar.

   Tetapi bagi seorang perempuan yang baru sadar dan bertekad kembali ke jalan yang benar hal itu merupakan sebuah pukulan bathin yang cukup hebat.

   Untung saja perasaan cintanya lebih besar dari hal apapun di dunia ini.

   Liang Fu Yong mengeluarkan suara keluhan panjang dan dari sudut matanya tampak dua bulir air mata menetes turun.

   Setelah gelombang badai yang dahsyat itu berlalu, semuanya tenang kembali seperti semula.

   Meskipun dengan kebulatan tekad sendiri Liang Fu Yong mengorbankan dirinya demi keselamatan Tan Ki, tetapi dia sudah mengeluarkan imbalan yang sangat besar.

   Saat itu hawa panas dalam tubuh Tan Ki sudah menyurut dan diapun tertidur pulas.

   Tetapi Liang Fu Yong sendiri tidak dapat pulas begitu saja.

   Dia melihat pemuda pujaannya yang sedang teridap dalam mimpi indah.

   Hatinya dilanda berbagai perasaan yang berbeda-beda.

   Tetapi dia sendiri tidak dapat menjelaskan apa sebetulnya yang dirasakannya.

   Berbagai bayangan buruk serta akibat yang mengerikan melintas di benaknya.

   Mungkin sejak saat ini Mei Ling yang polos dan lugu akan membencinya seumur hidup! Sedangkan Cen Kiau Hun yang berjiwa romantis, tentu tidak akan melepaskan dirinya begitu saja apabila mengetahui kejadian ini.

   Masih ada lagi si gadis manja dan keras kepala Lok Ing, entah hukuman apa yang akan dijatuhkan gadis itu kepadanya apabila dia juga sempat mengetahui apa yang mereka lakukan saat ini.

   Setelah berpikir bolak-balik, dia merasa semuanya menemui jalan buntu.

   Seakan di dunia yang begini luas, tidak ada sejengkal ta-nahpun bagi dirinya untuk berpijak.

   Semakin dipikirkan, dia semakin merasa bahwa masa depannya suram sekali.

   Entah bagaimana dia harus menempatkan diri.

   Air matanya mengembang, dia menatap pemuda pujaannya lekat-lekat.

   Dia sendiri tidak dapat menjelaskan apakah dia merasa kasihan atau cinta terhadap Tan Ki, entah benci atau menyesal Perlahan-lahan dia mengeluarkan jari jemarinya yang lentik.

   Dirapikannya rambut Tan Ki yang awut-awutan.

   Dalam waktu yang singkat, dari seorang perempuan yang tabah dan tegar dia berubah demikian lemah dan tidak berpendirian.

   Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Dengan gerakan lemah lembut dia menundukkan kepalanya dan mengecup pipi Tan Ki sekilas.

   Tampak dia bergumam seorang diri.

   "Tidurlah, peristiwa yang telah terjadi, dirimu tidak dapat dipersalahkan. Apabila tersa-dar nanti, kau juga tidak perlu salah pengertian sehingga merasa menyesal. Aku tahu, apabila kau tersadar nanti, pasti akan merasa sedih dan kecewa terhadap dirimu sendiri. Kau tidak perlu mencemaskannya sedikitpun. Karena pada saat itu kau sedang dalam keadaan kacau dan kehilangan kendali. Sedangkan aku justru benar-benar sadar atas apa yang telah aku lakukan"

   Berkata sampai di sini, dia merandek. Air matanya mengucur dengan deras. Setetes demi setetes jatuh ke atas tanah. Tetapi dari sudut bibirnya justru terlihat senyuman yang mengembang. Perlahan-lahan dia berkata lagi.

   "Sebelum kau tersadar nanti, aku akan pergi secara diam-diam. Meskipun kejadian yang mengenaskan ini membawa segulung rasa pedih yang tidak terkirakan, tetapi di dalam sudut kalbuku juga terselip kebahagiaan yang tidak terkatakan. Tanpa diduga-duga, aku ma-lah yang lebih dulu mendapatkan dirimu daripada Liu Moay Moay sendiri yang lebih berhak. Meskipun hanya setengah malam yang singkat, tetapi aku sudah merasa puas. Semua kesalahan ini merupakan takdir yang telah ditentukan Sang Pencipta. Apabila Liu Moay Moay mengetahuinya, mungkin dia juga tidak akan menyalahkan diriku"

   Dia terus bergumam seorang diri.

   Tetapi perasaan sedih dan gembira terus silih bergan-ti merasuk hatinya.

   Ditambah lagi rasa letih dan gelisah karena setelah sekian lama dia baru dilanda lagi oleh gelombang badai asmara seperti tadi.

   Seluruh tubuhnya terasa penat, tanpa dapat dipertahankan lagi, lambat laun dia sendiri terkulai di atas tanah dan tertidur pulas.

   Ketika dia sadar kembali, malam semakin larut dan kesunyian tetap merayap.

   Di sekitar tidak terdengar suara apa-apa kecuali desiran angin yang melambaikan dedaunan.

   Tan Ki masih terlelap dalam mimpi indah.

   Ketika dia menundukkan kepala dan melihat keadaannya sendiri, tanpa dapat ditahan lagi dia merasa jengah sekali.

   Ternyata seluruh pakaiannya sudah habis dikoyak-koyak oleh Tan Ki sehingga tubuhnya menjadi bugil tanpa ditutupi sehelai benangpun.

   Tubuhnya yang putih dan mulus tampak berkilauan di sorot cahaya rembulan.

   Untuk sesaat hatinya menjadi panik.

   Diam-diam dia berpikir.

   Keadaanku sekarang ini tidak ditutupi selembar benangpun.

   Malah terbaring di atas rerumputan.

   Bagaimana aku bisa mencari sehelai kain atau selembar pakaian guna menutupi tubuh sehingga dapat berjalan keluar dari taman ini? Ketika pikirannya masih bergerak, tiba-tiba dia mendengar tarikan nafas Tan Ki yang panjang dan matanya pun terbuka.

   Begitu pandangannya beredar, dia melihat Liang Fu Yong berbaring di sisinya tanpa mengenakan sehelai benangpun.

   Tanpa dapat ditahan lagi dia merasa hatinya tergetar.

   "Apa yang telah terjadi?"

   Teriaknya gugup.

   Telapak tangannya langsung bertumpu di tanah dan dia duduk dengan tegak.

   Setelah menolehkan kepalanya melihat ke arah Liang Fu Yong sekilas, dia merasa sinar mata perem-puan itu menyiratkan sesuatu yang luar biasa.

   Tampangnya seperti orang yang ingin menangis juga seperti orang yang setengah tersenyum.

   Diantaranya juga terselip perasaan jengah dan takut.

   Seperti seekor domba yang menunggu saatnya untuk disembelih.

   Begitu kasihan dan membuat hati orang menjadi iba.

   Tan Ki tertegun sesaat.

   Dia mengangkat tangannya dan menepuk-nepuk batok kepalanya sendiri.

   Tampaknya dia sedang berusaha mengingat-ingat kembali.

   Tiba-tiba matanya menangkap sisa koyakan pakaian yang berserakan di atas tanah lalu dia juga melihat keadan dirinya sendiri yang hampir bugil, nyalinya jadi ciut.

   Serangkum rasa pedih langsung menyelinap di dalam hatinya.

   Dia mulai teringat gerakan dirinya yang hampir kalap barusan.

   Tubuhnya panas membara.

   Sekelumit demi sekelumit peristiwa tadi mulai terpampang di hadapan matanya.

   Ketika mengingat sampai bagian dirinya yang tidak dapat dikendalikan kemudian menindih di atas tubuh Liang Fu Yong.

   Tiba-tiba dia meraung keras-keras, tubuhnya pun melonjak bangun dalam waktu yang bersamaan serta dengan kalap dia bermaksud menghantamkan batok kepalanya ke arah gunung-gunungan yang ada di depannya.

   Kejadian yang mendadak dan perubahan yang tidak diduga-duga ini berlangsung dalam sekejap mata.

   Siapapun tidak mungkin menyangkanya.

   Dengan perasaan terkejut Liang Fu Yong ikut berteriak, tiba-tiba tubuhnya menggelinding di atas tanah, sepasang tangannya dengan kecepatan kilat mencekal kedua kaki Tan Ki.

   Dia mengerahkan sekuat tenaga untuk menariknya ke belakang.

   Dalam keadaan panik dan takut dia memeluk kedua kaki Tan Ki dengan erat.

   Kekua-tan tenaganya dikerahkan semua.

   Dengan demikian gerakan Tan Ki yang dilakukan dengan kalap itu langsung tercegah dan tubuhnya pun ikut tertarik ke belakang.

   Liang Fu Yong tidak mengingat lagi perasaan malu dan jengahnya.

   Perlahan-lahan dia berkata.

   "Mengapa kau harus mencari jalan kematian? Seorang laki-laki harus gagah berani, berdiri tegak menantang langit. Apabila berbuat kesalahan harus membusungkan dada menerima hukuman, tidak bisa menyelesaikan masalah dengan cara pengecut seperti tadi. Lagi peristiwa yang telah terjadi barusan bukan semuanya merupakan kesalahanmu"

   Tan Ki menarik nafas panjang. Tampangnya mengenaskan sekali.

   "Aih! Meskipun berendam dalam tiga sungai empat samudera, dosa ini tetap tidak dapat dicuci bersih!"

   Liang Fu Yong mencibirkan bibirnya dan tersenyum.

   Baru saja dia ingin mengucapkan beberapa patah kata untuk menghibur hati Tan Ki, bibirnya sudah mulai bergerak.

   Tibatiba serangkum perasaan jengah melanda dirinya.

   Cepat-cepat dia menggelindingkan tubuhnya ke balik semak-semak yang rimbun dan menyembunyikan tubuhnya yang bugil.

   Setelah itu dia baru melongokkan kepalanya keluar dan berkata lagi.

   "Tolong ambilkan pakaianku yang sudah koyak itu!"

   Tan Ki menarik nafas panjang.

   Hatinya merasa tertekan, sedih dan dipenuhi penderitaan yang dalam.

   Tetapi dia menuruti juga permintaan Liang Fu Yong dengan mengambilkan pakaian yang sudah tidak karuan itu lalu disodorkannya ke depan.

   Tiba-tiba dia melihat wajah Liang Fu Yong berubah serius sekali.

   Malah di dalamnya terselip ketegangan yang tidak terkirakan.

   Dia membolak-balik pakaian yang sudah robek itu dan mencari-cari sesuatu.

   Tan Ki memandangnya dengan termangu-mangu.

   Dia tidak mengerti apa yang dicari perempuan itu sehingga tampangnya begitu tegang.

   Namun dari mi-mik wajahnya itu, Tan Ki dapat menduga bahwa benda yang dicarinya pasti penting sekali.

   Tidak beberapa lama kemudian, terdengar Liang Fu Yong menghela nafas lega.

   Bibirnya mengembangkan seulas senyuman.

   "Terima kasih atas belas kasihan Thian yang kuasa, untung saja benda ini masih utuh dan tidak terkoyak olehmu."

   Tampak Liang Fu Yong mengeluarkan sebuah bungkusan berwarna putih dari dalam saku pakaiannya. Dengan hati-hati dia membukanya dan mengeluarkan sebutir pil berwarna merah. Kemudian dia menyodorkannya ke arah Tan Ki.

   "Telanlah obat ini."

   Katanya. Tan Ki jadi tertegun. Untuk sesaat dia tidak berani mengulurkan tangannya menerima obat itu. Liang Fu Yong tahu hatinya merasa ragu, dia segera memberi penjelasan.

   "Beberapa hari yang lalu, aku bertemu dengan Tian Bu Cu Cianpwe dari Bu Tong Pai. Karena merasa kasihan kepadaku, dia menghadiahkan sebuah kitab berisi ilmu agama yang mana katanya tidak boleh diberikan kepada orang lain. Di samping itu juga dia memberikan tiga butir pil ini. Orangtua ini memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Hatinya mulia serta berjiwa besar. Meskipun jarang berkelana di dunia Kangouw, tetapi selama enam puluh tahun ini, nama besarnya tidak pernah pudar. Boleh dibilang kebesaran namanya berendeng dengan si pengemis sakti Cian Cong. Itulah sebabnya orang-orang Kangouw menyebut mereka dua tokoh tersakti di dunia saat ini. Untuk membuat pil ini, orangtua itu telah menguras tenaga dan pikiran selama berpuluh tahun. Baik untuk pemakaian luar atau diminum, khasiatnya besar sekali bagi kesehatan tubuh."

   Dengan rasa enggan Tan Ki mengulurkan tangannya menyambut pil tersebut, memasukkannya ke dalam mulut dan menelannya.

   Dia merasa ada segulung hawa hangat yang menguap di dalam tubuhnya.

   Lalu perlahan-lahan merambat sampai seluruh anggota badannya.

   Mula-mula menelannya tidak merasakan apapun, lambat laun seluruh tubuhnya terasa panas membara.

   Bagai dipanggang di atas tungku api yang berkobar-kobar.

   Keringatnya bercucuran bagai air hujan.

   Seluruh tubuhnya pun menjadi basah kuyup dalam sekejap mata.

   Entah berapa lama telah berlalu, Tan Ki baru merasa dirinya nyaman sekali.

   Pikirannya pun menjadi terang.

   Begitu matanya memandang, dia melihat Liang Fu Yong berbaring di balik gerombolan semak-semak dengan tubuh ditutupi dedaunan.

   Perempuan itu sedang tertidur pulas dan masih belum bangun.

   Setelah gelombang badai berlalu, dia merasa letih sehingga terus merasa mengantuk.

   Meskipun aurat tubuhnya ditutupi oleh dedaunan, tetapi paha dan lengannya yang tersembul keluar putih berkilauan.

   Bahkan dia tertidur sambil mengembangkan senyuman.

   Suara nafasnya teratur.

   Tanpa dapat ditahan lagi, ingatannya melayang ke peristiwa yang barusan berlangsung.

   Sewaktu memandang keadaan perempuan yang ada di hadapannya saat ini, dalam hatinya timbul perasaan iba dan kasih.

   Juga terselip perasaan menyesal yang tidak dimengertinya.

   Oleh karena itu tanpa sadar dia mengulurkan tangannya dan membelai-belai rambut Liang Fu Yong sambil menarik nafas panjang.

   Gerakannya yang lemah lembut rupanya menyentakkan Liang Fu Yong dari tidurnya yang pulas.

   Tiba-tiba dia membuka matanya lalu melonjak bangun.

   Sepasang tangannya terulur untuk memeluk Tan Ki.

   "Bagaimana keadaanmu sekarang?"

   Tanyanya penuh perhatian. Tan Ki dapat melihat tampang wajahnya yang menyiratkan perasaan kasih serta perhatian yang besar. Untuk sesaat dia merasa tidak tega melepaskan diri dari pelukan Liang Fu Yong.

   "Tadi aku mencoba menghimpun hawa murni dan kemudian mengedarkannya ke seluruh tubuh. Tidak disangka-sangka alirannya malah lebih cepat dari pada biasanya. Mungkin hawa murni di dalam tubuhku sudah mendapat kemajuan yang tidak sedikit."

   Ketika berbicara, matanya mengedar, tiba-tiba dia melihat di balik gunung-gunungan terdapat setumpuk pakaian yang rapi.

   Dia merasa terkejut setengah mati.

   Cepat-cepat dia mendorong tubuh Liang Fu Yong dan melesat ke arah sana.

   Tampaknya Liang Fu Yong juga merasa terkejut melihat munculnya setumpuk pakaian di tempat itu.

   Untuk sesaat dia jadi terma-ngu-mangu dan tidak dapat mengeluarkan sepatah katapun.

   Ketika Tan Ki memeriksa tumpukan pakaian itu, sekali lagi dia merasa tergetar hatinya.

   Rupanya tumpukan pakaian itu tepat hanya dua stel.

   Yang satu adalah pakaiannya sendiri, sedangkan yang satunya lagi pakaian wanita.

   Dan dia segera mengenali bahwa pakaian itu biasanya dikenakan oleh Cin Ying.

   Untuk beberapa saat, dia menggenggam dua stel pakaian itu dan berdiri termangumangu.

   Dia merasa segulung perasaan duka menyelimuti hatinya.

   Dia sendiri tidak tahu apa yang dirasakannya saat itu.

   Karena dia sudah pernah menyetujui bahwa dirinya akan mengambil Cin Ie sebagai isteri kedua.

   Tetapi justru di malam pernikahannya dengan Mei Ling, dia melakukan hubungan dengan perempuan yang lain.

   Kesalahan yang dilakukannya malam ini, biar dijelaskan dari manapun, tetap tidak dapat membersihkan dirinya dari dosa.

   Justru Cin Ying yang menemukan apa yang mereka lakukan.

   Apabila gadis ini merasa tidak senang karena adiknya dihina kemudian menyiarkan peristiwa ini di luaran.

   Nama baiknya maupun kedudukannya pasti akan lenyap tersapu bersih.

   Dan dirinya pasti menjadi bahan tawaan para pendekar di dunia ini.

   Membayangkan hal yang terakhir ini, tanpa dapat ditahan lagi tubuhnya bergetar hebat.

   Keringat dingin langsung membasahi keningnya.

   Setelah termangu-mangu beberapa lama, akhirnya dia melangkah perlahan-lahan ke samping Liang Fu Yong.

   "Coba kau kenakan pakaian ini, pas atau tidak?"

   Meskipun hatinya merasa pedih dan menderita sekali.

   Namun dia tetap berusaha tampil tenang di hadapan Liang Fu Yong.

   Tampak perempuan itu merenung sejenak.

   
Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tiba-tiba mimik wajahnya menjadi serius.

   Setelah mengenakan pakaian tersebut, dia juga menyandang kembali pedang pusakanya.

   "Apabila kau bertemu dengan Liu Moay Moay nanti, tolong sampaikan salamku. Sekalian beritahukan kepadanya tentang kesulitan yang dialaminya saat ini, aku pasti akan berusaha sekuat tenaga membantunya menyelesaikan masalah ini."

   Selesai berkata, dia langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan beberapa langkah.

   Tiba-tiba sepasang alisnya mengerut-ngerut.

   Bibirnya digigit-gigit sendiri.

   Dia mengeluarkan suara aduhan yang-lirih kemudian sepasang tangannya mendekap bagian perut dengan tubuh setengah membungkuk.

   Tan Ki terkejut sekali.

   Baru saja dia hendak maju ke depan untuk memapahnya, Liang Fu Yong sudah menggertakkan giginya erat-erat dan menegakkan tubuhnya kembali.

   "Kau harus baik-baik kepada Liu Moay Moay. Jangan merindukan diriku, lebih-lebih jangan merasa tidak tenang atau menyesal dengan kejadian ini. Karena saat itu kesadaranmu sedang hilang"

   Tan Ki tertawa datar.

   "Ke mana tujuanmu sekarang?"

   Perlahan-lahan Liang Fu Yong menarik nafas panjang.

   "Aku juga tidak tahu. Kecuali mendalami kitab yang diberikan oleh Tian Bu Cu Cianpwe, aku juga tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Tetapi, hatiku sudah bertekad meninggalkanmu dan tidak akan bertemu lagi untuk selamanya"

   Tan Ki seperti ingin mengatakan sesuatu kepada dirinya, tetapi bibirnya yang sudah bergerak-gerak mengatup kembali.

   Sedangkan saat itu, Liang Fu Yong tidak dapat menahan lagi keperihan hatinya, air matanya mengalir dengan deras.

   Melihat keadaan itu, Tan Ki segera menarik nafas panjang.

   Hatinya merasa tertekan sekali.

   Liang Fu Yong mengembangkan sebuah senyuman yang menyayat hati.

   "Aku tahu saat ini hatimu sedang berduka, tetapi kau tidak ingin membuat aku lebih sedih lagi. Tetapi aku sadar bahwa kau bukan sungguh-sungguh mencintai aku, hanya karena kau merasa kasihan terhadap diriku."

   Tan Ki menarik nafas panjang sekali lagi.

   "Dalam seumur hidupku ini, aku selalu merasa berhutang padamu."

   "Kasihan bukanlah cinta, hutangpun bukan sesuatu yang harus dibayar. Kau tidak perlu menyalahkan dirimu karena hal ini."

   Tan Ki tahu apabila melanjutkan lagi kata-katanya hanya menambah penderitaan dalam hati saja. Oleh karena itu dia segera menarik tangan Liang Fu Yong.

   "Mari! Kita tinggalkan dulu tempat ini baru bicara lagi!"

   Selesai berkata dia langsung menarik tangan Liang Fu Yong dan mengajaknya berlari meninggalkan tempat itu. Baru beberapa langkah, dia langsung mendengar suara Mei Ling yang merdu.

   "Tan Koko, Cin Cici meminta aku datang ke mari mencarimu. Ternyata kau benar-benar ada di sini!"

   Tampak bayangan merah berkibar-kibar tertiup angin, kemudian terlihat Mei Ling menghambur ke arah mereka.

   Hati Tan Ki masih merasa marah karena menganggap Mei Ling menipu cinta kasihnya.

   Mendengar ucapannya, dia langsung mendengus dingin.

   Tetapi dia menghentikan juga langkah kakinya.

   Ketika melihat Liang Fu Yong yang ada di samping Tan Ki, Mei Ling jadi tertegun sesaat.

   Dia juga menghentikan langkah kakinya.

   "Ah Liang Cici, kau juga ada di sini?"

   Liang Fu Yong tersenyum lembut. Dia segera menggandeng tangan kiri Mei Ling.

   "Mengapa kau tiba-tiba bisa berpikir ke tempat ini dan mencari ke mari?"

   Mei Ling menarik nafas panjang.

   Dia menunjuk ke arah Tan Ki dan berkata.

   "Cici tidak tahu, dia masih belum mengerti kesulitan yang kuhadapi, malah menganggap dirinya demikian hebat dan pergi dengan keadaan tersinggung.

   Tadinya aku juga ingin bersikap keras kepala seperti dirinya.

   Biar untuk sementara lihat siapa yang lebih keras dan tidak mau memperdulikan dirinya.

   Tetapi semakin dipikirkan, aku merasa semakin tidak benar.

   Kalau sampai terjadi hal yang tidak diinginkan, bagaimana? Oleh karena itu aku segera keluar mencarinya.

   Maksudku ingin meminta maaf sekalian menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya.

   Tetapi hampir sepanjang malam aku mencari ke mana-mana.

   Mana aku tahu kalian ada di sini, justru Cin Cici yang memberitahukan kepadaku."

   Sejak tadi Tan Ki berdiri di samping dan mendengarkan dengan tenang.

   Berbagai kedukaan yang dialaminya membuat perasaannya seakan menjadi kebal.

   Tampangnya kaku dan tidak bergerak sedikitpun seperti sebuah patung.

   Tiba-tiba Mei Ling melihat penampilan Tan Ki yang lain daripada biasanya.

   Tanpa sadar hatinya jadi tercekat.

   Dia segera melepaskan diri dari pegangan Liang Fu Yong dan merentangkan sepasang lengannya lalu menghambur ke dalam pelukan anak muda itu.

   "Tan Koko, mengapa kau tidak berbicara sedikitpun?"

   Di bawah cahaya rembulan yang redup tampak wajahnya yang cantik menyiratkan perasaan khawatir.

   Matanya menyorotkan sinar kasih sayang yang dalam.

   Bibirnya menyung-gingkan senyuman lembut.

   Dipadu dengan pakaiannya yang berwarna merah menyala, sehingga penampilannya semakin anggun dan wajahnya semakin cantik jelita.

   Tiba-tiba Tan Ki merasa hatinya berdebar-debar.

   Tanpa terasa dia menyurut mundur dua langkah.

   Tangan kanannya terangkat dan menghempaskan sepasang lengan Mei Ling yang ingin memeluk dirinya.

   Dorongannya mengandung tenaga yang cukup besar.

   Hatinya sedang, diselimuti perasaan malu dan rendah diri.

   Tiba-tiba saja dia merasa dirinya tidak pantas bersanding dengan gadis yang cantiknya seperti bidadari ini.

   Perasaan yang kuat ini berkecamuk dalam bathinnya.

   Gerakannya ini dilakukan dengan refleks.

   Tenaga yang digunakan cukup besar.

   Sedangkan Mei Ling tidak menduganya sama sekali.

   Begitu terdorong otomatis tubuhnya berputaran dua kali lalu terjatuh di atas tanah.

   Setelah mengulurkan tangannya mendorong Mei Ling, Tan Ki baru merasa bahwa dirinya tidak pantas memperlakukan Mei Ling sedemikian rupa.

   Dia langsung maju dua lang-kah dan mengulurkan tangannya.

   Tetapi ketika dia baru mengulurkan tangannya untuk memapah bangun gadis itu, tibatiba dia menyurutkan tangannya kembali.

   Tanpa terasa kakinya malah mundur lagi tiga langkah.

   Dia mendongakkan kepalanya dan menatap langit dengan terkesima.

   Di dorong mendadak sedemikian rupa oleh Tan Ki, Mei Ling benar-benar merasa di luar dugaan.

   Untuk sesaat dia menjadi tertegun.

   Pukulan bathin yang besar benar-benar membuat hatinya terluka.

   Malah di saat kejadian itu baru berlangsung, dia menjadi termangumangu dan lupa akan sakit hatinya.

   Perlahan-lahan dia menggulingkan badannya dan bangun duduk.

   Dua bulir air mata secara tanpa sadar membasahi pipinya.

   Wajahnya tampak mengenaskan.

   Tetapi ketika dia melihat Tan Ki mengulurkan tangannya dengan maksud memapah bangun dirinya, bibirnya kembali menyunggingkan seulas senyuman.

   Otomatis dia juga mengulurkan tangannya agar dapat diraih oleh suaminya itu.

   Siapa nyana, mendadak Tan Ki menyurutkan tangannya kembali.

   Setelah itu malah mendongakkan kepalanya menatap langit dan tidak melirik sekilaspun kepadanya.

   Gerakan serta tingkah laku Tan Ki ini benar-benar melukai perasaannya sebagai seorang gadis.

   Harga dirinya bagai dicampakkan begitu saja.

   Perubahan yang tidak disangka ini, juga seperti sebatang jarum yang tanpa berperasaan menusuki hatinya.

   Kalau dibandingkan dengan dorongan tadi, tindakannya yang terakhir ini jauh lebih menyakitkan.

   Mungkin beribu kali lipat kepedihan yang dirasakannya.

   Sepasang matanya yang bulat dan indah menatap Tan Ki lekat-lekat.

   Dia berharap bahwa pikiran anak muda itu mendadak berubah kembali dan menghampiri dirinya serta membangunkannya dari atas tanah.

   Apabila tidak, mungkin Tan Ki akan mengulurkan tangan-nya dan membiarkan dia meraihnya sebagai tumpuan agar dia dapat bangkit kembali Kalau Tan Ki benar berbuat demikian saja, hatinya sudah gembira bukan kepalang.

   Tetapi dia terpaksa menelan kekecewaan.

   Tan Ki bukan saja tidak mengulurkan tangannya atau menghampiri untuk memapahnya bangun, tetapi kepalanya pun tidak dipaling-kan sama sekali.

   Dengan perasaan sedih yang tidak terkatakan Mei Ling menangis tersedu-sedu.

   Air matanya bagai air terjun yang deras membasahi sepasang pipinya yang halus.

   Bahkan bagian atas pakaiannya ikut jadi basah oleh deraian air mata itu.

   Suara sedak sedannya begitu menyayat hati.

   Terdengar bibirnya mengeluarkan suara ratapan "Tan Koko kesalahan apa yang telah ku perbuat? Menga pa kau tidak mem-perdulikan diriku lagi?"

   Setiap patah kata yang diucapkannya bagai ditarik demikian panjang sehingga tidak selesai-selesai.

   Bagai irama kematian yang bergema di tengah malam sunyi, di mana para hantu mengalirkan air mata darah.

   Setiap patah katanya membuat hati orang tergetar dan di dalamnya juga terkandung penderitaan yang tidak terkirakan.

   Biarpun hati Tan Ki sekeras baja, mau tidak mau pikirannya menjadi tersentuh juga mendengar nada suaranya yang mengenaskan itu.

   Dia tidak sanggup lagi mengendalikan rasa pedih dalam hatinya.

   Air mata seorang laki-laki yang gagah ikut terurai.

   Baru saja dia bermaksud mengulurkan tangannya menghapus air mata Mei Ling, tiba-tiba hatinya tergerak.

   Aku telah salah melangkah.

   Diriku sendiri tidak bersih lagi.

   Mana boleh aku menerima cinta kasih Liu Moay Moay dan mencelakakannya seumur hidup? Kalau aku kembali padanya, kelak dia pasti akan menderita mengetahui perbuatanku.

   Lebih baik sekarang aku sengaja bersikap dingin terhadapnya.

   Biar dia menganggap aku sebagai manusia yang paling tidak mengenal budi di dunia ini.

   Dengan demikian, perasaan cinta dalam hatinya akan berubah menjadi benci.

   Tentu dia tidak akan mengingat aku lagi. pikirnya diamdiam.

   Begitu mempunyai pikiran seperti itu, dia segera menahan semua penderitaan dalam hatinya dan sengaja tertawa dingin.

   Tanpa mem-perdulikan gadis itu sedikitpun dia membalikkan tubuhnya melangkah pergi.

   Tiba-tiba terdengar suara seruan Mei Ling dari belakang punggungnya.

   "Tan Koko!"

   Panggilan itu hanya satu kali, karena mendadak Mei Ling memuntahkan darah segar dan jatuh tidak sadarkan diri di atas tanah.

   Rupanya melihat sikap Tan Ki yang hanya menoleh sekilas kepadanya dan kemudian tidak memperdulikan lagi serta melangkah pergi, hatinya menjadi panik sekali.

   Tiba-tiba dia merasa ada segulung hawa panas yang meluap ke atas, tetapi dia tetap melonjak bangun dengan sekuat tenaga.

   Setelah memanggil satu kali, tanpa dapat dipertahankan lagi dia memuntahkan darah segar kemudian jatuh tidak sadarkan diri.

   Suara panggilan yang keras itu langsung berkumandang sampai ke mana-mana.

   Apalagi saat itu baru lewat tengah malam, suasana memang sedang sunyi-sunyinya.

   Otomatis suara itu bergaung ke mana-mana.

   Kalau saja Tan Ki menolehkan kepalanya saat itu, tentu dia tidak sampai hati melihat Mei Ling terkulai jatuh tidak sadarkan diri di atas tanah.

   Tetapi dia justru tidak memalingkan kepalanya sama sekali.

   Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Dengan lambat dia meneruskan langkah kakinya ke depan.

   Dia tidak ingin merusak kebahagiaan Mei Ling dengan bersuamikan seorang laki-laki yang kotor seperti dirinya.

   Oleh karena itu, tanpa menolehkan kepalanya sedikitpun, dia menahan rasa pedih di dalam hati dan secara diam-diam mengalirkan air mata penderitaan.

   Tiba-tiba terdengar kibaran suara pakaian yang melesat lewat di sampingnya.

   Kemudian tampak bayangan berkelebat di depan matanya.

   Tahu-tahu Liang Fu Yong sudah menghadang jalan perginya.

   Perempuan itu tertawa getir.

   "Adik, biar bagaimana kau tidak boleh memperlakukan Liu Moay Moay seperti itu. Hatinya masih suci bersih dan belum mengerti liku-liku serta duri tajam dalam kehidupan ini. Perasaan cintanya terhadap dirimu juga tulus sekali. Meskipun kau berpikir dengan cara demikian dia bisa membenci dirimu dan melupakan diri. Tetapi kenyataannya kali ini kau melakukan kesalahan besar"

   Tan Ki menarik nafas panjang dengan pilu.

   "Aku telah kehilangan kontrol atas diriku sendiri sehingga melakukan perbuatan yang tidak terampunkan. Menghadapi cinta kasihnya yang bersih dan tulus, aku justru merasa diriku ini rendah sekali. Aku merasa malu berhadapan dengan siapapun. Jalan satusatunya justru membuat dia membenci aku dan melupakan diriku untuk selama-lamanya sebelum aku pergi"

   Liang Fu Yong mengembangkan seulas senyuman yang mengenaskan.

   "Hal ini kau tidak dapat disalahkan. Aku sendiri yang rela melakukannya. Kau tidak perlu terus-terusan menyesali dirimu. Lebih-lebih jangan mengulangi kesalahanmu sampai dua kali dengan melukai hati Liu Moay Moay. Dia adalah seorang gadis yang polos dan suci, hatinya baik sekali. Tentu tidak kuat menahan pukulan bathin yang demikian hebat"

   "Justru karena hatinya terlalu baik dan dirinya masih polos, aku semakin tidak tega mendampinginya dengan tubuh yang kotor ini sehingga nama baiknya jadi tercemar dan akhirnya menjadi bahan pembicaraan orang-orang."

   Berbicara sampai bagian yang menyedihkan, tanpa dapat ditahan lagi air matanya jatuh bercucuran.

   Aliran darah dalam tubuhnya bagai digarang di atas api, panas lalu meluap ke atas.

   Tubuhnya bergetaran.

   Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang lirih mendatangi ke arah mereka.

   Serentak kedua orang itu menolehkan kepalanya.

   Tampak Cin Ying menggandeng tangan Cin Ie menghampiri Tan Ki dan Liang Fu Yong.

   Wajah Cin Ying masih secantik biasanya.

   Namun sepasang matanya menyorotkan sinar kemarahan.

   Sepasang alisnya mengerut menandakan kedukaan hatinya.

   Sulit menguraikan mimik perasaannya saat itu.

   Tiba-tiba hati Tan Kijadi pedih, cepat-cepat diamelengoskan wajahnya ke arah lain dan tidak berani memandang kakak beradik itu lagi.

   Cin Ying dapat melihat bibir Tan Ki sudah bergerak ingin mengatakan sesuatu, tetapi tiba-tiba dibatalkannya lagi.

   Dia sadar saat ini hati Tan Ki sedang diliputi penderitaan yang tidak terkatakan.

   Beribu-ribu kata-kata yang ada di hatinya, entah harus di mulai dari mana.

   Dia teringat apa yang terlihat olehnya belum lama yang lalu.

   Meskipun setelah diberitahukan oleh Cin Ie, dia baru menemui hal itu, tetapi dia tetap merasakan adanya ratusan anak panah yang dibidikkan ke arah jantungnya.

   Sakitnya tak perlu ditanya lagi.

   Rasanya dia ingin mencekal Liang Fu Yong ke hadapannya dan mencincangnya sehingga menjadi puluhan keping.

   Kemudian dia akan membawa Cin Ie pulang ke Lam Hay dan tidak diijinkan menginjak Tionggoan lagi selamanya agar tidak dapat bertemu dengan Tan Ki.

   Tetapi ketika teringat bahwa Mei Ling kesalahan minum teh beracun sehingga pada malam pengantin tidak dapat melayani suami sebagaimana mestinya.

   Bahkan Tan Ki yang kebanyakan minum arak dan tidak dapat mengendalikan diri lagi, jadi kena getahnya sehingga melakukan perbuatan maksiat.

   Pihak pertama salah, pihak kedua salah, tetapi Cin Ie yang paling bersalah kalau dipikirkan dengan kepala dingin.

   Apabila dia tidak menotok jalan darah di atas bagian dada Tan Ki pada saat seperti itu, lalu seandainya Liang Fu Yong tidak bersedia mengorbankan dirinya sebagai alat pelampiasan, Tan Ki pasti akan mati karena luapan gairah yang tidak tersalurkan, apalagi dalam keadaan pembuluh darahnya membengkak.

   Kalau dipikir sampai bagian yang satu ini, dia merasa kedua-duanya juga tidak bersalah.

   Yang salah adalah kebetulan yang diatur oleh Thian yang kuasa.

   Seandainya kedudukan Liang Fu Yong diganti oleh adiknya, mungkin urusan justru tidak sampai begini runyam.

   Tetapi seandainya kedudukan Liang Fu Yong diganti oleh dirinya sendiri, entah bencana apa lagi yang bakal dialaminya? Ketika berpikir sampai dirinya sendiri, terasa ada serangkum hawa dingin yang menyusup dalam hatinya.

   Tanpa dapat dipertahankan lagi tubuhnya bergetar.

   Bulu kuduknya seakan berdiri semua.

   Dia tidak berani membayangkan lebih lanjut.

   Akhirnya dia menarik nafas perlahan-lahan.

   Tangannya diangkat ke atas untuk merapikan rambutnya yang awut-awutan karena tertiup angin.

   "Meskipun kalian telah berbuat kesalahan, tetapi masalah ini juga tidak dapat menyalahkan kalian sepenuhnya.

   Semuanya ini telah diatur oleh Thian sebagai permainan nasib para anak manusia."

   Matanya yang bening dan indah melirik sekilas ke arah Tan Ki. Dia melanjutkan lagi kata-katanya dengan lirih.

   "Ketika di ruangan tamu tadi, aku mendengar Cian Locianpwe mengingatkan bahwa beberapa hari lagi Bulim Tay Hwe akan diselenggarakan. Dan kau diharuskan mengerahkan segenap kemampuan untuk merebut kedudukan Bulim Bengcu!"

   Hati Tan Ki jadi tercekat.

   "Bagaimana mungkin? Aku masih muda dan pengetahuanku dangkal sekali. Dalam hal ilmu silatpun belum dapat menandingi yang lainnya, mana bisa aku menerima tanggung jawab seberat itu?"

   "Tetapi mereka sudah mengambil keputusan demikian, kau tidak bisa menolaknya lagi."

   Tan Ki menggelengkan kepalanya sambil tertawa getir.

   "Apa yang tidak ingin kulakukan, mana boleh mereka memaksakan kehendaknya. Di bawah kolong langit sekarang ini, para golongan sesat sedang merencanakan taktik untuk mengadakan penyerbuan. Orang yang ingin menjabat kedudukan Bulim Bengcu, bukan saja ilmu silatnya harus tinggi sekali. Akal harus panjang, otak harus cerdas. Lagipula harus orang yang berjiwa pendekar dan berhati mulia namun tegas mengambil keputusan. Tanggung jawab ini tidak ringan. Sedangkan aku hanya seorang Bu Beng Siau-cut (prajurit tanpa nama)."

   Tiba-tiba Liang Fu Yong menukas perkataannya.

   "Adik, kau juga bukan orang yang tidak mempunyai nama, apabila kau menampilkan wajah aslimu, para sahabat di dunia Bulim ini siapa yang tidak tahu"

   Wajah Tan Ki langsung berubah hebat.

   "Jangan katakan lagi. Dalam keadaan terpaksa tanpa sengaja aku mendapat sedikit nama, tetapi bukan suatu yang patut dibanggakan. Aku tidak berniat berebut nama besar dalam keadaan seperti ini. Meskipun ada nama yang lebih hebat lagi, aku juga tidak berminat menjabat kedudukan Bulim Bengcu itu!"

   Tanpa menunggu jawaban dari yang lainnya, dia langsung membalikkan tubuh meninggalkan tempat itu.

   Dari belakang punggungnya terdengar tarikan nafas panjang Cin Ying.

   Seperti keluh-an seorang isteri yang ditinggal suami.

   Hatinya yang sunyi dan hampa sampai tergetar dibuatnya.

   Namun, dia tetap meneruskan langkah kakinya tanpa menoleh sekalipun juga.

   Perasaan hatinya saat ini sangat tertekan.

   Dia merasa semua yang ada di hadapannya hanya samar-samar.

   Kakinya diganduli beban yang berat sehingga sulit melangkah cepat.

   Gerakan tubuhnya bagai orang yang sakit parah.

   Langkahnya gontai dan berjalan setindak demi setindak tanpa tujuan sama sekali.

   Setelah berjalan beberapa saat, dari arah depan berhembus segulungan angin sehingga menimbulkan perasaan dingin menggigil.

   Dia mengangkat kepalanya dan memandang, bin-tang-bintang bertaburan, memberi cahaya ke seluruh benda-benda yang ada di permukaan bumi ini.

   Mengingat kembali gelombang badai yang dialaminya tadi, dia tahu hal itu pasti akan mempengaruhi nama baiknya di masa yang akan datang.

   Dia merasa tidak mempunyai muka lagi untuk bertemu dengan siapa saja.

   Tanpa dapat ditahan lagi dia menarik nafas panjang.

   Di dalam hatinya terselip perasaan pedih yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.

   Tiba-tiba di bagian tembok yang berada di kejauhan, dia melihat sesosok bayangan meloncat ke atas dan menghilang dalam kegelapan.

   Hatinya langsung tergetar.

   Pada saat ini para pendekar sedang berpesta dan minum arak di ruangan depan dan pasti belum bubar.

   Entah siapa orang ini, rupanya nyalinya tidak kecil juga berani keluar masuk gedung keluarga Liu.

   Mungkinkah sebangsa perampok yang tidak tahu tingginya langit tebalnya bumi serta bermaksud mengincar intan permata dan harta benda keluarga Liu? pikirnya diam-diam.

   


Kuda Putih Karya Okt Ular Belang Putih -- Kauw Tan Seng Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan -- Chin Yung

Cari Blog Ini