Pendekar Setia 10
Pendekar Setia Karya Gan KL Bagian 10
Pendekar Setia Karya dari Gan K L
Diam-diam Yu Wi merasa gegetun, ia pikir makanan itu pemberian Pek-yan, belum lagi kumakan lantas kubawa kemari untukmu, kalau dibuang begitu saja sungguh sangat sayang.
Ia pandang bungkusan ikan yang lenyap itu dengan menggigit bibir dan menahan rasa laparnya sendiri.
"Kenapa diam saja, merasa sayang karena makanan itu kubuang?"
Jengek Bok-cing. Yu Wi menjawab dengan tertawa.
"Ya, memang sayang. Kau tahu, ikan panggang ini adalah pemberian Pek-siocia itu, belum kumakan lantas kubawa kemari. Sekarang kau buang begini saja, akupun tak dapat makan."
Keterangan Yu Wi ini membikin hati Bok-cing rada terharu, tapi air mukanya tidak memperlihatkan sesuatu perasaan, katanya pula dengan dingin.
"Jika makanan bukan hasil usahamu, lalu selama ini apa yang kau kerjakan?"
Sama sekali ia tidak tanya asal-usul Pek-siocia yang disebut, juga tidak tanya cara bagaimana Yu Wi berkenalan dengan nona itu.
seakan-akan dalam hatinya tidak pernah tahu menahu Pek-yan- Maka dengan menunduk Yu Wi menjawab "Setengah harian aku hanya berduduk mengelamun."
"Mengapa tidak kau baca Su-ciau-sin-kang? kau remehkan kitab itu?"
Tegur Bok-cing dengan marah.
"Mana berani kuremehkan pelajaran yang tidak ada bandingannya di dunia ini.
"jawab Yu Wi.
"Jika benar kau hargai kitab itu, mengapa tidak segera kau baca dan mempelajarinya?"
"Kukira tidak perlu terburu-buru, dibaca sekarang atau dibaca nanti kan sama saja,"
Ujar Yu Wi dengan tertawa. Bok-cing mendengus.
"Huh, kau anggap Su-ciau-sin-kang mudah dipelajari? Kalau tidak belajar dengan giat,jangan harap akan dapat kau kuasai ilmu sakti itu dengan baik. Tidakkah kau ketahui ilmu silat yang maha tinggi juga diperlukan kegiatan latihan yang tekun-"
"Kutahu.
"jawab Yu Wi.
"Tapi tolong tanya, biarpun kugiat melatihnya, sesudah mahir, lalu mau apa?"
"Jika sudah kau kuasai ilmu sakti itu barulah kau mampu tampil kemuka untuk menghadapi pihak Thay yang- bun,"
Seru Bok-cing.
"Hah. betul juga,"
Kata Yu Wi dengan tertawa.
"Numpang tanya pula, bilakah kiranya dapat kukeluar dari lembah buntu ini?"
Seketika Bok-cing melenggong, sampai lama sekali tidak sanggup bersuara. Yu Wi tersenyum, katanya pula.
"Nah, makanya kubilang belajar sekarang atau belajar nanti tidak menjadi soal, seumpama tidak mempelajarinya juga tidak beralangan apa pun."
Mendadak Bok-cing menegas.
"Apakah tempat ini betul-betul buntu dan tidak dapat keluar?"
"Jika tidak percaya boleh kau keluar untuk memeriksanya sendiri.
"jawab Yu Wi. Bok-cing termenung sejenak. ucapnya kemudian dengan menyesal.
"Ai, nasib manusia sukar diduga, mungkin tempat ini kau anggap tempat buntu dan sukar keluar lagi, maka bermaksud hidup selamanya disini, tapi kuyakin tidak sampai setahun dua tahun kau pasti dapat lolos dari tempat kurungan ini."
"Berdasarkan apa cici berani memastikannya?"
Tanya Yu Wi dengan tertawa.
"Terlalu dini untuk dikatakan sekarang,"
Jawab Bok-cing dengan sungguh-sungguh.
"Yu Wi, ingin kutanya padamu, sesungguhnya kau mau belajar Su-ciau-sin-kang atau tidak?"
"Sudah kusanggupi akan belajar, tentu juga akan kupelajarinya.
"jawab Yu wi tegas.
"Sekalipun kutahu setelah kukuasai ilmu itu toh tidak ada gunanya... ."
"Kenapa tidak ada gunanya?"
Potong Bok-cing dengan marah.
"Kau tahu, ilmu silat juga semacam ilmu pengetahuan, menguasai semacam ilmu pengetahuan kan berarti bertambah semacam kepintaran. Berdasarkan logika ini, belajar Su-cian-sin-kang kan tidak ada ruginya bagimu, yang penting bagi orang hidup adalah belajar dan belajar terus, tidakkah kau lihat ikan yang berada di hilir senantiasa berjuang berenang ke hulu?"
Yu Wi tertawa.
"Ya, sudahlah, tidak perlu lagi cici memberi petua, sepergiku ini segera akan kupelajari Su-ciau-sin-kang, akan kuanggap sebagai latihan untuk menyehatkan badan dan menenangkan pikiran-"
Bok-cing tetap bicara dengan kereng.
"Baik, jika begitu lekaslah pergi, ingat, bila tidak perlu jangan datang lagi."
"Perlu dan tidak. cara bagaimana menentukannya?"
Tanya Yu Wi.
"Umpama jika rada kesulitan dalam hal latihan "cu-ciau-sin-kang, boleh kau datang kemari dan tanya padaku,, kalau tidak.jangan menyesal jika akan kuusir kedatanganmu nanti.
"jawab Bok-cing.
"Ai, umpama selama setahun aku tidak datang, selama setahun pula engkau akan tinggal kesepian di sini,"
Ujar Yu Wi dengan gegetun- Dengan suara bengis Bok-cing menjawab.
"Biarpun sepuluh tahun tidak ada keperluan dan sepuluh tahun engkau tidak kemari, tetap aku takkan merasa kesepian- Nah, lekas pergi"
Ucapannya jelas hendak memberitahukan pada Yu Wi betapapun hidupku akan kesepian juga tidak perlu akan dihibur olehmu.
Merasa selalu mendapat jawaban ketus, Yu Wijadi masgul, terpa kaaia melangkah pergi.
Dengan cepat tiga hari telah lalu.
Selama tiga hari diam-diam Pek-yan mengamati gerak-gerik Yu Wi, dilihatnya anak muda itu kalau tidak giat berlatih ilmu pedang, tentu duduk bersemadi didalam gua.
Ia terheran-heran, sebab sesudah tiga hari, keadaan Yu Wi tidak kelihatan berubah aneh sebagaimana yang diharapkannya.
Karuan Pek-yan tambah heran, akhirnya ia hampir tidak percaya kepada apa yang dilihatnya namun fakta memang demikian, sama sekali tidak terlihat kumatnya racun yang diidap Yu Wi.
Pada pagi hari keempat.
dengan marah-marah Pek-yan mendatangi Yu Wi, Saat itu Yu Wi sedang bersemadi, dengan tertawa ia menyapa.
"Selamat pagi"
Langsung Pek-yan lantas menegur.
"orang she Yu, ada sesuatu ingin kutanya padamu, hendaknya kau jawab dengan sejujurnya."
Dari nada ucapan orang, Yu Wi tahu gelagat kurang enak. dengan tertawa ia coba tanya.
"Silakan siocia bicara."
"coba katakan, kantung wangi yang berisi daun Li-hiang-yap yang kukatakan hilang itu, berada padamu, bukan?"
Teriak Pek-yan- Yu Wi tahu sukar berdusta lagi, maka dengan terus terang ia menjawab.
"Betul, sebelum ini memang kubohongi dirimu, padahal kantung itu itu memang kutemukan-"
Sampai gemetar badan Pek-yan menahan gusar, teriaknya sambil menuding Yu Wi.
"Ken ...kenapa kau dusta padaku? ... Mengapa ... mengapa tidak kau kembalikan padaku?"
Yu Wi berbangkit dan memberi hormat sebagai permintaan maaf. jawabnya.
"Setelah kutahu khasiat daun wangi itu, jelas barang ini tidak boleh kekurangan bagiku, dengan sendirinya kukuatir akan diminta kembali olehmu. sebab inilah kubohongimu agar kantung itu dapat kusimpan sendiri, supaya setiap hari kucium bau harumnya untuk membebaskan diri dari racun pemberianmu itu."
Pek-yan menahan rasa gemasnya karena telah tertipu, pelahan ia berkata.
"Jika tersimpan olehku. kan dapat juga kau cium baunya. apa bedanya?"
"Kan kurang leluasa?,"
Ujar Yu Wi.
"Maka kupikir akan lebih baik jika kusimpan sendiri saja."
Melihat anak muda itu tidak bermaksud mengembalikan kantungnya, kembali Pek-yan naik pitam, serunya sambil menyodorkan sebelah tangan.
"Barangku harus dikembalikan padaku."
Yu Wi sengaja mempersulit, jawabnya.
"Boleh kau beritahukan lebih dulu resep menawarkan racun yo-pia yang ku makan itu, segera kantung wangi ini akan kukembalikan kepadamu."
"Jika tidak kukatakan?"
Tanya Pek-yan dengan mendelik.
"Ya. apa boleh buat, terpaksa ... terpaksa kukangkangi kantung ini sebagai milikku sendiri. ..."
"Masa kualupa syarat pada waktu kau jual bayanganmu kepadaku?"
Teriak si nona.
Seketika Yu Wi berkeringat dingin, ia tahu sekali Pek-yan mengungkit tentang syarat jual beli bayangan, asalkan si nona memberi perintah dirinya terpaksa harus menyerahkan kantung itu.
Dia bertekad takkan mengembaliku kantung itu, tapi juga tidak boleh ingkar janji sendiri.
Seketika ia kelabakan, ia kuatir bila Pek-yan buka mulut lagi, tentu dia akan serba sulit, Tapi dilihatnya Pek-yan lantas menghela napas, katanya sambil menggeleng.
"Ai, urusan di dunia ini memang ... Ya, segala sesuatu memang tidak dapat dipaksakan ..."
Belum habis ucapannya, dengan penuh rasa sesal ia terus melangkah pergi. Yu Wi menghela napas lega, syukurlah Pek-yan tidak memberi perintah agar kantung wangi itu dikembalikan, kalau tidak. entah apa yang harus dilakukannya. Diam-diam ia membatin.
"Nona Pek, hendaklah kau maklum, terpaksa kudustai kau, padahal sebelumnya kau pun sudah menipuku lebih dulu."
Pek-yan memang betul sudah menipunya, dikatakannya Liap-hun-ciam itu berbisa, Yu Wi tertipu sehingga makan yo-pia yang justru beracun itu.
cara ini memang juga sesuatu cara keji Bu-eng-bun, supaya sasarannya tidak langsung mengetahui telah keracunan, sebaliknya malah akan menyangka orang yang membeli bayangannya itu berhati bajik dan telah menolongnya menawarkan racun, padahal setelah kau makan yo-pia pemberiannya, selama hidupmu akan berada di bawah kendalinya.
Tiba-tiba Pek-yan berpaling dan memberi pesan.
"ingat, Li-hiang-yap itu setiap hari harus direndam selama satu jam dengan air supaya tidak layu, Kantung wangi itu hendaknya disimpan dengan baik dan jangan lupa dirawat, kalau layu tentu takkan timbul bau harum itu untuk mengatasi kumatnya racun yo-pia yang kau makan itu."
Yu Wi sangat berterima kasih, ucapnya.
"Terima kasih atas petunjukmu, Pek ... Pek-yan, aku...."
"Tidak perlu kau bicara terima kasih padaku segala, kutahu hatimu menyukai orang lain dan tidak suka padaku,"
Kata Pek-yan- "Mulai besok. biarlah kita hidup sendiri-sendiri, agar aku tidak memuakkan didepanmu. Bilamana kau perlu akan diriku, kuharap tidak lagi kau pandang diriku pembeli bayanganmu, tapi anggap ... anggap...."
Mestinya dia hendak bilang "anggap saja bagai kekasihmu".
tapi urung diucapkannya, lalu melangkah pergi dengan perasaan hampa.
Beberapa kali Yu Wi bermaksud memanggilnya, akhirnya ia keraskan hati dan tidak bersuara.
--ooo0dw0ooo-- Begitulah untuk seterusnya kedua muda-mudi itu tidak lagi bertemu.
Mereka hidup terpisah oleh kolam yang luas itu, yang satu di seberang sana yang lain di seberang sini.
Meski berada di satu lembah yang sama, tapi serupa hidup didunianya sendiri.
Kedua orang seakan-akan sudah ada perjanjian secara diam-diam, yang satu tidak menyeberang kesana, yang lain juga tidak menyeberang kesini.
Terkadang bila kebetulan memandang ke seberang, keduanya juga cuma saling pandang sekejap saja dari jauh, yang tertampak juga cuma bayangan masing-masing yang tidak begitu jelas.
Semula Yu Wi masih juga memperhatikan kehidupan Pek-yan diseberang sana, tapi lama-lama karena tenggelam dalam keasyikan belajar Hai-yan-kiam-hoat yang ajaib dan keranjingan ilmu Su-ciau-sin-kang yang hebat, ia menjadi lupa diseberang sana masih hidup seorang kenalan lama juga melupakan Ko Bok-cing yang tinggal didalam gua yang terkurung oleh air terjun itu.
Dengan giat dan penuh perhatian Yu Wi mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk meyakinkan kedua macam ilmu silat tingkat tinggi itu.
Sang waktu berlalu dengan cepat, tanpa terasa sepuluh bulan sudah lampau, Selama sepuluh bulan kungfu Yu Wi maju sangat pesat, Hai-yan-kiam-hoat sudah dapat dikuasai selUruhnya.
Su-ciau-sin-kang juga dapat diapalkannya dengan baik.
cuma sayang, ilmu sakti ini tidak banyak bermanfaat baginya.
, Hanya dalam hal ginkang saja tidak sedikit keuntungannya, mengenai tenaga dalam malah tidak ada pertambahan apa-apa, Su-ciau-sin-kang baginya seakan-akan cuma berguna menambah ginkangnya saja dan tidak ada manfaat lain- Dia menjadi sangsi jangan-jangan cara latihannya keliru, mustahil Su-ciau-sin-kang yang dipelajarinya hanya dalam beberapa bulan saja lantas apal seluruhnya, padahal Ko Bok-cing harus melatihnya selama berpuluh tahun sejak kecil.
Sebenarnya dia telah berlatih menurut jalannya yang tepat, dengan dasar kungfunya sekarang, kepandaian apapun yang dipelajarinya pasti dapat di-kuasainya dalam waktu singkat.
Betapapun mendalam Su-ciau-sin-kang pasti juga dapat diselaminya dengan tuntas.
Hanya saja Su-ciau-sin-kang memang harus dilatih dengan Tong- cu- kang, ilmu latihan tubuh anak, artinya harus dilatih sejak kecil dalam keadaan masih suci bersih, anak yang melatihnya cuma perlu bakat, bilamana berhasil diyakini.
maka jadilah dia tokoh ilmu silat yang tidak tanggung-tanggung, segala macam kungfu yang paling tinggi di dunia ini juga sukar merobohkan dia.
Meski Su cian-sin-kang adalah ilmu perguruan Goat- heng- bun, perguruan bulan sabit.
Tapi menurut keterangan ayah Ban Put-tong, selama ini belum pernah ada yang berhasil menguasai ilmu tersebut.
Meski ayah Ban Put-tong juga berusaha mempelajarinya serupa Yu Wi sekarang, tapi tidak menghasilkan sesuatu sebagaimana menurut cerita yang turun temurun dalam perguruan mereka.
Padahal menurut cerita turun temurun, bilamana Su-ciau-sin-kang berhasil dikuasai, maka tercapailah tingkat kungfunya yang tidak ada tandingannya di dunia ini, cukup dengan sekali pukul atau tendang saja segala macam ilmu silat didunia ini dapat dipatahkan- Sudah tentu tidak ada yang menduga akhirnya ilmu sakti ini dapat dikuasai oleh seorang anak perempuan, yakni Ko Bok-cing.
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lantaran bakat pembawaan Ko Bok-cing yang tinggi, juga mulai berlatih sejak kecil, maka ilmu sakti itu berhasil diyakinkannya.
Jika Yu Wi masih berbadan jejaka, bukan mustahil iapun akan berhasil menguasai ilmu sakti ini, cuma sayang, dia bukan lagi jejaka, isteri sudah punya, bahkan lebih dari satu, anak juga sudah lahir, mana bisa disebut jejaka lagi? Walaupun begitu, setelah Yu Wi menyelami seluruh kitab Su-ciau-sin-kang, banyak juga manfaat baginya, hanya saja tidak disadarinya sekarang, ia cuma merasa ginkang sendiri sudah jauh lebih tinggi daripada waktu dulu.
Hari ini selagi Yu Wi asyik berlatih Hai-yan-kiam-hoat dengan pedang kayu buatannya sendiri.
tiba-tiba didengarnya sayup,sayup di kejauhan sana ada suara tangis anak bayi.
Suara tangisan orok itu berkumandang dari seberang sana.
Yu Wi jadi teringat kepada Pek-yan yang berdiam disana, ia coba mengingat-ingat waktunya, rasanya memang sudah ada sepuluh bulan, seketika ia melenggong.
Sejenak kemudian, terdengar lagi suara tangis anak bayi yang lain, menambah ramainya suara tangis bayi pertama yang tidak berhenti-henti tadi.
Yu Wi terkesiap dan bergirang, gumannya.
"Hah, dua, ada dua, kembar dua ... kembar dua..."
Setiap orang tentu bergirang bilamana mengetahui anak sendiri telah lahir, tapi rasa gembira orang yang menjadi ayah ketika mengetahui anaknya yang lahir itu adalah kembar, rasa girangnya sungguh sangat berbeda.
Teringat dirinya mempunyai dua anak kembar yang serupa seperti pinang dibelah dua, girang Yu Wi juga sukar dilukiskan- Langsung ia berlari secepat terbang ke gua tempat tinggal Pek-yan di seberang kolam sana.
Saking gambiranya suaranya jadi rada gemetar, serunya dari luar gua.
"Pek . ... Pek-yan, lelaki atau perempuan?"
Bagian dalam gua rada melengkung sehingga dari luar tak dapat melihat bayangan Pek-yan dan wujud si orok, yang terdengar hanya suara tangis dua anak bayi dan tidak terdengar jawaban Pek-yan- Yu Wi rada-rada cemas, cepat ia berteriak pula.
"Pek-yan, lekas beritahukan kepadaku, apakah anak lelaki?"
Tapi tetap tidak ada suara jawaban Pek-yan, ia tidak tahan lagi, segera ia bermuksud menerobos ke dalam gua untuk menimang kedua bayi kembar yang berwajah serupa itu. Namun segera didengarnya suara Pek-yan berucap dengan lemah.
"Tidak ... tidak boleh kau masuk kesini"
Yu Wi tertawa, katanya.
"Aneh, aku kan bapaknya anak itu, kenapa aku tidak boleh masuk kesitu?"
"Ini bukan anakmu,"
Seru Pak- yan- Keruan Yu Wi melengak "Bukan anakku, memangnya anak siapa?"
"Anak ini hanya punya ibu dan tidak punya ayah,"
Kata Pek-yan sambil menangis pelahan- "Ah, jangan engkau bergurau, didunia ini mana ada anak yang lahir tanpa ayah?"
Ucap Yu Wi dengan melenggong.
"Kalau ayahnya tidak punya perasaan, ada sama dengan tidak ada,"
Ujar Pek-yan, tangisnya bertambah keras. Mendengar suara tangisan Pek-yan, Yu Wi merasa menyesal, katanya.
"Janganlah engkau berduka, sungguh aku tidak tahu engkau hamil benar-benar, kalau tidak. selama kau hamil sepuluh bulan Ini masakah aku tidak menjaga dirimu?"
"Huh, bi... bicaramu saja yang enak... enak didengar... ."
Ucap Pek-yan dengan tersedu-sedan. Yu Wi sangat ingin menimang anaknyn, katanya pula dengan gelisah.
"Biarlah aku mati tak terkubur bilamana kudengar engkau hamil dan tidak mau menjaga dirimu."
Rupanya Pek-yan masih marah padanya. dengan gemas ia berkata.
"Apakah kau mati terkubur atau tidak- peduli apa dengan diriku? Pergi, lekas pergi"
Dalam keadaan demikian, tampaknya Yu Wi harus bersikap lunak dan minta maaf.
"Ai, Pek-yan- kenapa engkau jadi marah-marah padaku?"
Tangis Pek-yan telah berhenti, tapi segera terdengar lagi dia menangis lagi, ucapnya.
"Memangnya berdasarkan apa kumarah padamu? Pada hakikatnya engkau tidak memandang sebelah mata kepada perempuan semacam diriku... ."
Dengan suara sedih Yu Wi menyesali dirinya sendiri.
"Ya, kutahu akulah yang bersalah, betapa-pun seharusnya kudatang kemari untuk menjenguk dirimu, tidak pantas kupandang dirimu seperti orang asing dan menganggap seakan-akan tidak kenal padamu, . ."
Tangis Pek-yan bertambah keras, serunya dengan terputus-putus.
"Seumpama orang yang ...yang tidak kenal berada ditempat buntu begini tentu juga akan ...akan sapa menyapa dan saling membantu, mana bisa ...mana bisa seperti dirimu ... ."
"Ya. ya, memang salahku. salahku"
Seru Yu Wi sambil memukuli kepalanya sendiri.
"Betapapun seorang yang tidak berperasaan pasti juga takkan serupa diriku, masa selama sepuluh bulan tidak pernah menjengukmu. Ai, Pek-yan, sudilah engkau memaafkan diriku. Bicara Sejujurnya. sesungguhnya sering juga timbul keinginanku akan menjengukmu, cuma lantaran aku lagi giat berlatih dua macam kungfu, kukira engkau toh hidup dengan baik-baik, maka tak sempat kudatang kemari."
Uraian Yu Wi ini hanya untuk membikin senang Pek-yan saja agar dia diperbolehkan masuk kedalam gua untuk melihat anaknya, padahal mana pernah terpikir olehnya akan datang menjenguk Pek-yan, coba kalau tidak mendengar suara tangis-orok yang baru lahir, biarpun setahun lagi juga tak teringat olehnya akan diri Pek-yan, maklumlah kedua macam ilmu sakti itu benar-benar telah membuatnya keranjingan dan lupa daratan- Dengan sendirinya Pek-yan bukan perempuan yang mudah diapusi atau dibohongi, ia menangis terkekeh mengejek.
"Hehe. bicara jujur. indah benar bicaramu yang jujur? Memangnya kau kira aku ini anak kecil? Jika benar sering kau ingat akan diriku, apakah mungkin begitu datang lantas tanya lelaki atau perempuan dan tidak bertanya bagaimana kesehatanku setelah melahirkan?"
Yu Wi tidak menyangka jalan pikiran orang perempuan ternyata secermat ini, seketika ia tidak sanggup menjawab.
Agaknya semakin dipikir Pek-yan jadi semakin berduka sehingga tangisnya tambah keras dan tidak berhenti.
Yu Wi jadi kelabakan sendiri, mendadak ia menempeleng dirinya sendiri dua kali sambil berseru.
"Ya, aku ini memang tidak setia dan tidak berbudi. Pek-yan, mengingat hubungan baik suami-isteri kita, sudilah maafkan diriku"
Mendengar sebutan "suami-isteri", Pek-yan berhenti menangis dan bertanya.
"Siapa yang menjadi suami-isteri denganmu?"
Melihat gelagat masih ada harapan, cepat Yu Wi mengarah pada titik beratnya, katanya.
"Beras sudah termasak menjadi nasi, meski kita belum pernah menikah secara resmi, tapi hubungan suami-isteri kita kan tidak dapat disangkal lagi?"
"Hm. jika tidak kulahirkan anak bagimu, mungkinkah kau bicara begini?"
Jengek Pek-yan. Pertanyaan ini membuat Yu Wi yang memang tidak berbudi kepadanya itu sukar menjawabnya.
"Tentu akan kau anggap diriku ini perempuan hina-dina. perempuan murahan, begitu bukan, Tuanku?"
Ejek Pek-yan. Mestinya Yu Wi merasa serba salah, tapi sebutan "Tuanku"
Itu telah membangkitkan semangatnya, dengan tertawa ia berkata.
"Pek-yan. hendaknya kau ampuni diriku, bolahlah kumasuk kesitu untuk melihat kalian ibu dan anak."
Tapi Pek-yan tetap tidak memberi ampun padanya, katanya.
"Ah, mana ku berani ditilik olehmu. Mana ada rejekiku sebesar itu sehingga membikin susah padamu untuk menjenguk diriku? cuma anak ini yang beruntung ..."
Yu Wi mengira izin sudah diberi, sambil berdehem ia bersaru.
"Inilah aku masuk kemari"
Mendadak Pek-yan menjengek.
"Tidak boleh, silakan berhenti dan putar kembali"
"Ai. kenapa kau tetap melarang diriku masuk kesitu?"
Seru Yu Wi dengan gelisah dan mengentak kaki. Pek-yan dapat membayangkan kecemasan Yu Wi yang harus dikasihani itu, hatinya menjadi lunak. ucapnya.
"Bukan rmaksudku sengaja melarang kau masuk kesini, soalnya tempat ini sangat kotor, boleh kau datang besok saja."
Yu Wi merasa tidak sabar untuk menunggu, ucapnya.
"Ai, kotor sedikit apa alangannya? Biar kubantu membersihkan seperlunya, engkau jangan banyak bergerak badan, habis melahirkan pantang bergerak. tentu kau perlu istirahat beberapa hari." ---ooo0dw0ooo--- Bab 21 Tapi dengan tegas Pek-yan menjawab.
"Tidak!! tidak ada yang menghendiki bantuanmu. seorang lelaki masakah tidak takut pada kotoran demikian ini? Lekas pergi. lekas.. Sekali kubilang besok tetap baru besok boleh kau datang lagi.Jika tidak menurut, selamanya kularang kau datang kemari."
Kalimat terakhir itu mengandung ancaman, terpaksa Yu Wi angkat pundak.
dengan perasaan berat ia kembali kegua sendiri.
Sehari ini Yu Wi sibuk mengumpulkan makanan, ia pikir sehabis melahirkan Pek-yan perlu diberi tambahan makanan supaya lekas sehat kembali.
Dia menjelajahi seluruh lembah itu untuk mencari bahan makanan yang bergizi.
Esoknya pagi-pagi sekali Yu Wi membawa se-onggok bahan makanan ke gua Pek-yan.
Nona itupun tidak mempersulit lagi, Setelah mendorong makanan kedalam gua, dengan setengah berjongkok Yu Wi menyusup kedalam.
Dilihatnya Pek-yan berbaring diatas kasur yang terbuat dari kulit tikus hitam yang cukup tebal, setengah bersandar pada bantal berbulu yang empuk.
berselimut kulit berbulu putih entah diperoleh dari mana.
Meski tampaknya sempit, cahaya juga tidak cukup, tapi teratur cukup rapi dan resik, sedikitpun tidak menimbulkan kesan kotor.
Mesti sekarang Pek-yan tidak memakai wewangian berasal dari daun harum itu, namun Yu Wi sendiri membawa kantung wangi, dia tidak lagi mengendus bau busuk akibat makan yo-pia seperti tempo hari itu.
Dilihatnya Pek-yan lebih kurus daripada dulu, namun cahaya mukanya cukup segar.
tidak lemah sebagaimana layaknya wanita yang baru melahirkan- Hal ini mungkin disebabkan lwekangnya yang tinggi.
Walau banyak mengeluarkan darah waktu melahirkan, namun tidak besar pengaruhnya terhadap kesehatannya.
Pertemuan kembali mereka membuat Yu Wi rada rikuh, ia mengangguk dengan tersenyum sambil menggosok-gosok tangan dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Akhirnya malah Pek-yan yang memecahkan kesunyian, katanya.
"Bukankah kau ingin melihat anakmu? Nah, lekas kau lihat dia, coba betapa menyenangkan mukanya."
Sembari bicara ia miringkan tubuh untuk mengangkat bayi yang tidur disebelahnya dan ditaruhnya di atas selimut kulit.
Tubuh orok yang kelihatan putih montok itu seluruhnya terbungkus oleh kain yang terbuat dari kulit binatang.
Hanya kapalanya saja yang menongol diluar, matanya terpejam, tidurnya sangat nyenyak.
Dengan gembira Yu Wi memegang sini dan meraba sana, tak terkatakan rasa senangnya, tanyanya kemudian.
"Apakah anak perempuan? Lihatlah, betapa miripnya denganmu."
"Suka tidak kepada anak perempaan?"
Tanya Pek-yan lirih. Yu Wi memondong bayi itu dan tertawa lebar sahutnya.
"Tentu saja suka, begitu melihatnya lantas suka sekali. Eh, mana yang satu lagi?"
Air muka Pek-yan tampak agak berubah, jawabnya.
"Mana ... mana ada lagi satu?"
"Ah. masa kau bohongi aku,"
Ujar Yu Wi dengan tertawa.
"Kudengar dengan jelas, suara tangisan dua anak. jelas kandungan kembar. Lekas bawa sini, biar kugendong dengan tangan yang lain, ingin kulihat betapa miripnya mereka berdua."
Tapi Pek-yan lantas menggeleng-geleng kepala katanya.
"Ti ... tidak ada, hanya satu ini. Kau salah dengar.. darimana ada suara tangis dua anak? Tentu kau salah dengar"
Yu Wi mengira Pek-yan menyembunyikan bayi satunya lagi, ia tetap tertawa dan berkata.
"Ai, Pek-yan sayang, masakah telingaku bisa salah dengar? Biarpun sepuluh anak bayi menangis sekaligus juga dapat kubedakan suara tangisan bayi yang mana?"
"Kukatakan tidak ada ya tidak ada, kalau tidak percaya boleh kau lihat sendiri,"
Seru Pek-yan dengan aseran- Lalu ia menyingkap selimutnya, memang benar tidak ada lagi bayi lain, padahal didalam gua sudah tidak ada tempat lain yang dapat digunakan menyembunyikan anak. Yu Wi jadi terkesiap dan menyurut mundur, ucapnya.
"Tidak kau sembunyikan, habis kemana perginya bayi lain?"
Pek-yan tampak gugup sehingga hampir saja meraung.
"Kenapa masih juga tidak percaya, kan sudah berulang-ulang kukatakan tidak ada bayi lain?"
"Bluk", Yu Wi jatuh terduduk, dipandangnya dinding gua dan bergumam dengan bingung.
"Tidak- tidak mungkin. Semalam malah aku bermimpi mendapatkan anak kembar, seorang lelaki dan seorang perempuan, Yang lelaki lebih mirip diriku, yang perempuan serupa dirimu. Hanya sebentar saja mereka lantas lenyap ... ."
Pek-yan hanya mendengarkan saja, air mata terus bercucuran. Yu Wi tidak memperhatikan cucuran air mata Pek-yan itu, katanya pula.
"kemarin kudengar suara tangisannya, suaranya dapat kubedakan seorang bayi lelaki dan seorang bayi perempuan- Karena siangnya kupikirkan mereka, malamnya lantas bermimpi. Sebab itulah kumimpikan yang lelaki serupa diriku dan yang perempuan mirip dirimu. Mimpi yang aneh itu terjadi dengan jelas, mengapa mendadak bisa hilang?"
Tiba-tiba Yu Wi memandang Pek-yan, serunya terkejut.
"He, apa yang kau tangiskan? Jangan-jangan bayi lelaki itu telah meninggal? ... ."
Pek-yan tahu telinga Yu Wi tidak mungkin dapat dikelabui, ia menutupi mukanya dan menangis sedih. ucapnya.
"Betul. memang sepasang bayi kembar lelaki dan perempuan, dan ...dan yang lelaki memang lebih mirip dirimu ..."
"Begitu melihat yang perempuan lantas kuketahui dia serupa dirimu, mimpiku memang jitu, hilangnya mereka secara mendadak jangan-jangan melambangkan sesuatu kemalangan? ..."
Tangis Pek-yan bertambah keras, ucapnya dengan tersendat.
"Memang betul, setelah lahir, bayi lelaki lantas kelihatan tidak benar, sampai kemarin petang lantas meninggal, kukuatir eng ... engkau ber... berduka, maka tidak kukatakan terus terang padamu, padahal bolehlah ...bolehlah kau anggap yang lahir cuma seorang saja, yang mati itu dianggap tidak ada dan tidak ...tidak perlu kaupikirkan lagi... ."
Yu Wi mang geleng kepala dengan berduka.
"Tidak- tidak mungkin dapat kulupakan, anak lelaki itu mirip diriku, dia mati sama dengan aku yang mati. Lekas beritahukan padaku, dimana .... dimana mayatnya?"
Dengan gelagapan Pek-yan menjawab.
"Sudah... , sudah kutanam ... ,"
"Ditanam di mana? Harus kugali, aku ingin melihatnya,"
Seru Yu Wi.
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"He, kenapa kau jadi sinting, untuk apa menggali bayi yang Sudah mati?"
Seru Pek-yan terkejut. Yu Wi menghela napas, katanya.
"Tidak pantas anak yang mati itu sama sekali tidak kulihat dia barulah hatiku bisa tenteram, lalu akan kukubur dia dengan tanganku sendiri,"
"Tapi ... tapi tidak kukubur dia di ... dibawah tanah melainknn kukubur dibawah kolam.. ."
Tutur Pek-yan dengan gugup, , Air muka Yu Wi berubah seketika, teriaknya.
"Apa katamu? Kau... kau buang anakku kekolam untuk umpan ikan? ...."
Melihat Yu Wi marah, Pek-yan tambah gugup, ucapnya.
"Ini ... ini kan tidak menjadi soal, bayi baru lahir lantas meninggal, belum dapat dianggap menjadi orang ... untuk apa bersusah payah menguburnya? ...."
Mendadak Yu Wi melemparkan anak perempuan yang dipondongnya kepada Pek-yan, keruan anak itu menangis keras, dengan penuh kasih sayang Pek-yan menimangnya.
"o, sayang, diam, jangan menangis, papa jahat, papa bikin sakit padamu ..."
Dengan tetap marah Yu Wi berteriak.
"Anak lelakiku tidak kau anggap sebagai orang, akupun tidak menganggap orang anak perempuanmu"
Habis bicara, dengan marah-marah ia terus berlari pergi.
"Hei, hendak kemana kau?"
Teriak Pek-yan- "Akan kucari anakku didalam kolam?"
Seru Yu Wi.
"He, bagaimana mencarinya, lekas kembali, kembali"
Teriak Pek-yan gugup, Yu Wi sama sekali tidak menghiraukannya.
dalam sekejap saja ia sdah berada ditepi kolam, Kolam ini sangat luas dan sangat dalam, bukan urusan gampang hendak mencari mayat seorang anak yang tenggelam disitu.
Sampai lama sekali Yu Wi mencari dan tidak menghasilkan apa pun, terendam dalam air sekian lama membikin Yu Wi kelelahan, kulit badan pun menjadi keriput, seolah-olah sudah lebih tua belasan tahun.
Dia mulai kehilangan kepercayaan akan menemukan bayinya, ia duduk ditepi kolam memandangi air kolam yang hijau.
pikirnya.
"ikan aneh sangat banyak di dalam kolam, mayat anakku pasti sudah dimakan kawanan ikan-"
Lalu terpikir lagi olehnya.
"Kemarin jelas ku-dengar suara tangis anak lelaki itu sangat keras mengapa cuma semalam saja anak itu sudah meninggal?"
Ia rada menyangsikan kemungkinan matinya bayi lelaki itu.
Pula teringat kepada sikap Pek-yan yang mencurigakan itu.
makin dipikir makin berduka.
Mendadak ia terjun ke dalam kolam, bila melihat ikan, segera ia memukulnya, sekali pukul ikan dalam kolam lantas binasa.
Setiap kali ia memukul tentu didertai teriakan- "Kalian telah makan anakku, kalian makan anakku."
Seluruh ikan di dalam kolam seakan-akan dianggapnya sebagai pembunuh anaknya, semua ikan hendak dibunuhnya untuk melampiaskan rasa kesalnya Tidak lama kemudian, permukaan kolam penuh ikan mati yang tak terhitung jumlahnya.
Tangan Yu wi terasa pegal sendiri, rasa gemasnya juga terlampias, mendadak ia menyelam kebalik air terjun sana.
Ia jadi teringat kepada Bok-cing, segera timbul maksudnya ingin membeberkan kejadian yang mengesalkannya itu.
Selama sepuluh bulan dia hidup aman tenteram, sekarang mendadak ia merasa kesepian, hampa.
kesal dan sedih, semuanya membanjiri lubuk hatinya, ia merasa sukar ditahan jika tidak dibeberkan kepada seorang yang dapat menyelami hatinya.
Meski Ko Bok-cing bersikap dingin padanya, tapi sekarang ia pandang nona itu sebagai orang yang paling tahu perasaannya.
Meski Pek-yan telah melahirkan anak baginya, tapi Yu Wi merasa masih asing dan tidak mengenalnya, Setelah tiba didalam gua dibalik airterjua sana, dilihatnya wajah Ko Bok-cing masih tetap seperti dulu, masih sehat tanpa kurang apa pun.
Mukanya yang semula penuh luka itu kini sudah sembuh dan pulih seperti sediakala, mungkin si nona telah mematuhi perjanjian dan telah menggunakan khasiat Jit-yap-ko.
Bok-cing sedang berduduk, ketika merndengar sesuatu suara, segera ia menegur.
"Siapa itu? Apakah Yu-heng?"
Dari panggilan Yu-toako kini berubah menjadi Yu-heng, rupanya waktu selama 10 bulan telah memisahkan mereka dengan sebuah parit yang dalam.
"Ya, aku, nona,"
Sahut Yu Wi. Iapun tidak memanggilnya sebagai "cici"
Lagi.
"Untuk apa kau datang kemari? Apakah ada sesuatu persoalan Su-ciau-sin-kang yang kau latih itu?"
Tanya Bok-cing.
"Tidak-"
Jawab Yu Wi.
"Su-ciau-sin-kang berjalan dengan lancar, semuanya kupahami dengan baik."
"Jika begitu, untuk apa kau datang kemari?"
Jengek Bok-cing.
"Bukankah sudah kukatakan, kalau tidak ada urusan penting dilarang datang."
"Urusan penting kan tidak harus menyangkut Su-ciau-sin-kang, kudatang kemari karena ada urusan penting yang lain,"
Ujar Yu Wi dengan gegetun.
"Urusan apa?"
Tanya Bok-cing.
"Kudatang kemari untuk mencari anakku,"
Tutur Yu Wi sambil berduduk. Tergerak hati Bok-cing, tanyanya dengan heran.
"Anakmu? Dari mana munculnya anakmu ditempat begini?"
Yu Wi lantas bercerita segala seluk-beluknya sejak dia menjual bayangan sehingga sekarang.
semuanya dituturkannya dengan jelas.
Dia tidak anggap cerita itu menyangkut pengalamannya sendiri, tapi bercerita seperti mendongeng sehingga banyak bagian-bagian yang mestinya rikuh untuk diceritakan dapat dibeberkan secara jelas tanpa sangsi.
Ko Bok-cing juga mendengarkan dengan cermat seperti mendengarkan dongeng pak guru, selesai Yu Wi bercerita, dia masih juga diam tanpa bersuara, Yu Wi merasa lega setelah membeberkan isi hatinya, Ko Bok-cing benar-benar merupakan pendengar yang baik baginya, makin banyak dia bercerita, makin asyik rasanya.
Sampai akhirnya karena sudah kehabisan bahan barulah ia berhenti.
Tapi Bok-cing tetap diam saja, hal ini membuat Yu Wi merasa serba salah, setelah berduduk sekian lama, lalu Yu Wi berbangkit dan berkata.
"Maaf, telah mengganggu, aku . .. aku pergi saja...."
Baru sekarang Bok-cing membuka suara.
"Apakah engkau tidak mencari anakmu lagi?"
"Tentunya dia sudah dimakan ikan, sia-sia belaka meski kucari lagi,"
Ujar Yu Wi dengan menyesal.
"Anakmu tidak dimakan ikan,"
Kata Bok-cing sambil menggeleng kepala.
"Kalau tidak dimakan ikan, masa hilang tanpa bekas?"
Ujar Yu Wi.
"Kau cari kemari, tempat ini memang pasaranmu yang tepat,"
Kata Bok-cing pula. Yu Wi terkesiap.
"Hah, ap ... apa artinya ucapanmu ini . , . ."
Padahal kedatangannya ini hanya ingin membeberkan unek-uneknya kepada Ko Bok-cing, sama sekali tidak pernah terpikir olehnya akan ditemukan mayat anaknya disini. Terdengar Bok-cing berkata lagi dengan sikap yang sukar diraba apa kehendaknya.
"Semalam ada seorang bayi terhanyut kesini dapat kuangkat."
"o, kasihan,"
Seru Yu Wi dengan air mata berlinang-linang.
"ibunya sungguh terlalu kejam, tega membuangnya kedalam air. Harap kembalikan dia kepadaku, biarlah kupenuhi sekadar kewajibanku sebagai ayah dan menguburnya."
"Hm, memangnya hendak kau kubur anakmu hidup,hidup?"
Jengek Bok-cing. Yu Wi terkejut, serunya.
"Hei, apa katamu? jadi anakku masih hidup?"
"Hm, sudah tentu masih hidup, bila sudah mati untuk apa kuangkatnya keatas?"
Jengek Bok-cing, Yu Wi tersenyum sambil mengembeng air mata, ucapnya.
"Ai, Pek-yan sudah pikun barangkali, agaknya anakku belum meninggal, tapi disangkanya sudah mati dan dibuang ke dalam kolam, siapa tahu terhanyut kesini."
Segera ia memberi hormat kepada Ko Bok-cing dan berkata pula.
"Banyak terima kasih atas pertolongan jiwa anakku oleh nona, memang sudah kuduga anak itu pasti tidak mati, kudengar suara tangisnya yang keras, siapa pun pasti tahu anak ini pasti sehat dan kuat, mana bisa mati mendadak."
"Dan sekarang hendak kau minta kembali, bukan-...?"
Tanya Bok-cing mendadak. Yu Wi mengangguk.
"Ya, akan kurawat sendiri, bila sudah besar kelak, tentu akan kusuruh dia selalu ingat budi pertolongan nona, boleh juga suruh dia mengangkat ibu padamu, mau?"
Bok-cing mendengus.
"Huh, aku tidak pingin menjadi ibu angkat segala. Nah, pergilah"
Yu Wi tahu sejak mengalami malapetaka sifat Ko Bok-cing telah berubah menjadi sangat aneh, ia pikir tidak menjadi soal jika engkau tidak mau dijadikan ibu angKat. Segera ia menjawab.
"Sekarang juga aku akan pergi. Lantas bagaimana dengan anakku?"
"Anakmu sudah mati,"
Sahut Bok-cing dengan ketus. Seketika Yu Wi naik darah. teriaknya gusar.
"Jika ..jika begitu, mengapa .., mengapa kau bohongi aku bahwa dia tidak mati?. ..."
"Untuk apa kau peduli dia mati atau tidak? Kalian kan sudah membuangnya, sekarang berlagak sebagai ayah yang welas-asih segala?"
Kata Bok-cing.
Yu Wi berusaha menenangkan diri.Jika sejak mula Ko Bok-cing bilang anaknya sudah mati, tentu dia akan percaya penuh.
Tapi Bok-cing mengatakan anak itu tidak mati, jelas orang sengaja mempermainkannya.
Maklumlah, seorang bayi yang baru dilahirkan dan dibuang ke kolam yang dalamnya tidak terkatakan, jangankan bayi mati.
biarpun bayi segar bugar juga pasti akan mati terbenam, apalagi sudah berselang semalam lamanya.
Sekarang Ko Bok-cing sebentar bilang anak itu tidak mati.
sebentar lagi bilang anak itu sudah mati, Yu-Wi menjadi marah karena merasa soal mati hidup anaknya itu dijadikan bahan lelucon- Tapi setelah mendengar lagi ucapan Bok-cing terakhir itu, rasa marah Yu Wi lantas lenyap.
ia memberi hormat dan minta maaf, katanya.
"memang betul. kami yang menjadi ayah dan ibu memang tidak menjaganya dengan baik. Harap kembalikan anak itu, kami pasti akan menjaganya dengan cermat, tidak nanti terjadi lagi kelengahan seperti ini."
"Huh, merawatnya dengan cermat, huh"
Dengan berulang-ulang Bok-cing menjangek.
"Kukira sebelum kau mulai merawatnya, mayat anakmu akan dibuang lagi kedalam kolam, bahkan sebelum dibuang ke kolam sudah mati tercekik,"
Air muka Yu Wi berubah hebat, hampir saja ia tidak percaya kepada telinganya sendiri, cepat ia menegas.
"Apa ... apa maksud ucapanmu? Dapatlah engkau bicara ... bicara lebih jelas... ."
Bok-cing lantas berkata pula seperti lagi mendongeng.
"Semalam ketika kuminum air ketepi kolam, kebetulan kutemukan mayat seorang bayi. Kuheran dari mana datangnya mayat bayi ini, jangan-jangan bayi buangan keluarga petani di luar lembah sana dan terhanyut kesini. Ai, sungguh anak yang kasihan Waktu kecil pernah kudengar ada keluarga petani yang tidak sanggup menghidupi keluarganya, maka bayi yang baru lahir dihanyutkan ke sungai dengan menumpang sebuah keranjang, tergantung kepada nasib bayi itu, bila bernasib baik, dia akan tertolong dan dibesarkan oleh keluarga yang mampu, kalau bernasib malang, bayi itu akan mati tenggelam. Kupikir nasib bayi ini sangat jelek, bukan saja tidak mati tenggelam, malahan terhanyut oleh air terjun, serupa kita tentunya, pasti juga akan babak-belur tertumbuk dinding karang. Siapa tahu, setelah kurabai tubuhnya, ternyata badan bayi ini halus licin tanpa luka apa pun, bahkan jantungnya masih berdenyut meski sangat lemah. Tanpa sangsi lagi segera kutolong dia. dengan hawa murni kurabai seluruh tubuhnya."
Diam-diam Yu Wi bersyukur.
"Untung tertolong oleh dia, bilang orang lain yang menemukannya, tanpa ilmu sakti Su-ciau-sin-kang, betapapun anak itu sukar diselamatkan-"
"Tapi ketika kurabai lehernya, ternyata pada lehernya ada garis bekas jari, baru kuketahui bahwa nasib anak ini sangat mengenaskan, padahal anak tak berdosa, baru lahir telah di cekik mati oleh ibu yang berhati keji itu. Bisa jadi orang yang mencekiknya itu tidak terlalu sampai hati, setelah dicekik sekali dengan keras, disangkanya bayi ini sudah mati, lalu dibuang kedalam air dengan tergesa-gesa. Lantaran cekikan yang menghentikan pernapasannya inilah, maka bayi ini tidak mati terbenam didalam air. Kalau tidak. setelah terhanyut kesini pasti sukar lagi ditolong. Sungguh anak yang harus dikasihani, denyut jantungnya terlalu lemah, hampir tidak ada ubahnya sudah mati. Semula kusangka dia anak perempuan petani diluar lembah sana, tapi sekarang kub antah sendiri pendapat ini, anak yang terhanyut dari luar lembah sana tidak mungkin tahan hidup sedemikian lama, lantas anak siapakah? Siapa pula yang berdiam dilembah buntu ini? ..."
Mendadak Yu Yi berlutut dan menyembah kepada Ko Bok-cing.
"Biarpun kau sembah seratus kali padaku juga tak ada gunanya,"
Kata Bok-cing dengan dingin.
"Bayi yang kuselamatkan dengan tidak gampang ini tidak dapat kuserahkan kembali kepada algojo lagi. Anak yang kasihan ini sudah cukup mati satu kali, memangnya hendak kau cekik mati dia pula?"
"cici. bukan aku yang mencekiknya,"
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seru Yu Wi.
"betapa kejamnya hatiku tidak nanti membunuh anakku sendiri. Aku ... aku hanya mohon melihat sekali wajah anakku, sebab ... sebab belum pernah kulihat dia ... ."
Dalam hati Ko Bok-cing juga percaya pasti bukan Yu Wi yang mencekik anak itu, mendengar ucapannya yang memelas itu, katanya kemudian dengan gegetun.
"Baiklah, boleh kau melihat dia berada di dalam sana"
Cepat Yu Wi merangkak bangun dan menuju kedalam gua, dilihatnya bayi terbungkus didalam baju kulit rombeng yang sudah tak terpakai, mulutnya mengulum sepotong jamur putih dan sedang mengisapnya dengan bernafsu, Dengan air mata berlinang Yu Wi merabai bekas jari pada leher anak itu, seketika api amarahnya membakar, diam-diam ia memaki.
"Keji amat si Pek-yan, engkau bukan manusia, sebuas- buasnya harimau juga takkan makan anaknya sendiri. Sungguh engkau lebih kejam daripada binatang"
Mendadak teringat olehnya masih ada seorang bayi perempuan disana.
bisa jadi setelah dirinya kembali bayi perempuan itu dicekik mati oleh Pek-yan.
Makin terpikir makin seram, mendadak ia berlari keluar, ketika lewat disamping Ko Bok-cing ia hanya berseru.
"Saraf Pek-yan tidak waras, harus kupergi kesana untuk menyelamatkan anak perempuanku"
Ooooodowoooooo Waktu Yu Wi mumbul lagi kepermukaan air hari sudah remang2 petang, dilihatnya Pek-yan duduk ditepi kolam dengan menggendong bayi perempuan itu, tampaknya sangat menunggu kembalinya Yu Wi.
Segera Yu Wi memburu maju kedepan Pek-yan, dilihatnya anak itu baik-baik saja dan sedang disusui, maka legalah hatinya.
Dengan rasa sangsi Pek-yan lantas bertanya.
"Mayatnya kau temukan tidak?"
Sedapatnya Yu Wi menenangkan diri.jawabnya dengan lembut.
"Tidak. tidak terlihat sesuatu didalam kolam. Mari, biar kugendong anakku, biarlah kita pulang ke gua, jangan sampai anak ini masuk angin."
Pek-yan tidak curiga dan menyodorkan bayi itu kepada Yu Wi. Tapi begitu memegang anak itu, seketika air muka Yu Wi berubah beringas, makinya.
"Dasar perempuan jahat, didunia ini tidak ada ibu kejam serupa dirimu ini"
"He, ada . .. ada apa?"
Seru Pek-yan terkejut "Kau maki ... kau maki siapa? ..."
"Sudah tentu memaki kau"
Teriak Yu Wi, gusarnya tak terkatakan.
"Hendaknya berdiri yang jauh, selamanya jangan kau sentuh kami lagi"
Keruan Pek-yan menjadi gugup, serunyn.
"He. kenapa tidak boleh kusentuh dia, masa anakku... ."
Yu Wi tambah marah karena orang menyebut "anakku", kontan ia menghantam, tanpa kenal ampun ia memaki pula.
"cis, dasar perempuan jahat, masih berani bilang dia ini anakmu? Jika anakmu, mengapa kau cekik mati satu, yang satu ini jangan kau harap akan kau cekik lagi"
Hati Pek-yan terasa dingin, tahulah dia duduknya perkara.
Tentu Yu Wi telah menemukan mayat bayi itu dan melihat bekas jari dirinya pada leher bayi mati itu.
Rupanya ia tidak tahu bahwa bayi lelaki itu sebenarnya tidak mati, dia sangka setelah dicekik dengan kuat sekali tentu bayi itu akan mati, sayang tidak dimakan ikan, kalau tidak.
siapapun takkan mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.
Meski hantaman Yu Wi tadi tidak mengenainya, tapi telah melukai hati Pek-yan, sakitnya tidak kalah daripuda terkena pukulan itu.
Dengan pukulan itu ia tahu hubungan kedua orang sukar lagi rujuk kembali.
Ia pikir.
"Dia sudah kadung benci padaku dan ingin membunuhku kalau bisa, apa yang dapat kuharapkan lagi kelak?"
Sebaliknya setelah hantamannya tidak kena, habis memaki Yu Wi terus melangkah pergi. Memadangi bayangan punggung pemuda itu, hati Pek-yan semakin dingin, katanya.
"Baiklah, jika sudah sedemikian bencimu kepadaku, biarlah kita putus hubungan- Tapi anak harus kuminta kembali."
Segera ia mengajar dan menghadang didepan Yu wi, ucapnya.
"Kembalikan anak itu padaku"
"Tidak- tidak mungkin kuberikan padamu,"
Jawab Yu wi dengan suara keras.
"Jangan kuatir, sampai aku mati pun takkan kubunuh anak ini,"
Kata Pek-yan- "Hah. Setan yang mau percaya padamu,"
Seru Yu Wi sambil menyeringai.
"Jika kau minta dia, ambil dulu nyawaku."
"Aku tidak menghendaki nyawamu, juga tidak menghendaki lagi bayanganmu,"
Seru Pek-yan- "Maksudmu, mengembalikan kebebasanku selanjutnya?"
Tanya Yu Wi.
"Ya, segala syarat perjanjian kita batal seluruhnya,"
Jawab Pek-yan- "Malah hendak kuberitahukan sekalian tentang cara menawarkan racun yo-pia yang kau makan itu, asalkan kau makan daun hijau dalam kantung wangi itu, segera racun dalam tubuhmu akan musnah dengan tuntas."
"Haha, mendadak hatimu berubah bajik, apakah tujuanmu hanya ingin minta kembali anak perempuanmu?"
Tanya Yu Wi dengan tertawa.
"Betul, mohon kembalikan anakku. dia adalah darah-dagingku. satu detik saja tidak boleh berpisah denganku,"
Jawab Pek-yan tandas. Tambah keras tertawa Yu Wi. katanya sambil menggeleng.
"Jika sedemikian kau sayang kepada anak perempuanmu, mengapa kau tega mencekik mati anak lelaki itu."
"Bukankah kau tahu empat kalimat ajaran perguruan Bu-eng-bun kami, masa kau tanya lagi?"
Ujar Pek-yan.
"Hah, Bu-eng-bun, Bu-kun-cu ..."
Seru Yu Wi terkesiap.
"Memang begitulah,"
Kata Pek-yan dengan menyesal.
"turun temurun diantara kami diajarkan satu kalimat, yakni, hanya melahirkan anak perempuan dan tidak melahirkan anak lelaki. Apabila secara beruntung melahirkan anak lelaki, anak itu tidak boleh dibiarkan hidup didunia. Kalau melahirkan anak perempuan anak itulah putri Bu-eng-bun, sedikit pun tidak boleh diganggu, kelak kalau besar akan menyambung keturunan Bu-eng-bun."
Kaget dan bingung Yu wi, serunya.
"Apa ... alasannya? Masa ... masa ada peraturun begitu?... ."
"Menurut cerita, cikal- bakal Bu-eng-bun dahulu juga mengalami nasib yang tidak baik, suaminya tidak setia padanya. Putranya juga tidak berbakti, suami berfoya-foya dan main perempuan diluar. akhirnya menyukai seorang perempuan nakal. Perempuan itu tamak kepada harta bendanya dan menghasut supaya isterinya dibunuh, maklum, pada waktu kawin, isterinya membawa sejumlah harta benda dari orang tua sendiri. Demi dapat dapat hidup bersama perempuan bejat itu. suami kejam itu lantas berkomplot dengan putra kandung sendiri dan membunuh isterinya."
"Sungguh dunia terbalik, masakah ada suami dan anak durhaka semacam itu?"
Teriak Yu Wi dengan gusar. Pek-yan lantas menyambung ceritanya.
"Habis meracun mati isterinya. mereka lantas membuang mayatnya kepegunungan sunyi, maksudnya agar mayatnya dimakan binatang buas dan hilangkan bukti. Tak tersangka Thian Maha Kasih, dia tidak mati, bahkan menemukan keajaiban yang sukar dicari. Setelah muncul kembali didunia ramai, ia membunuh suami dan putranya itu, lalu mendirikan Bu- eng- bun, khusus bekerja bagi orang yang berani memberi upah besar padanya. Maka lambat-laun beliau mulai kaya, di rumahnya banyak sekali memelihara lelaki tampan, tapi tiada satupun dianggap suami melainkan diperlakukan seakan-akan budaknya, Kalau lahir anak lelaki lantas dicekik mati, bila anak perempuan dijadikan ahli- waris penerus Bu- eng- bun- Dia melahirkan tujuh anak perempuan- diajarkannya kebiasaan dan ilmu silatnya kepada mereka, bahkan dari semua kebiasaannya itu dijadikan peraturan leluhur yang sangat keras, barang siapa berani mendurhakainya. para kakak dan adik yang lain akan menggerubutnya ber-sama2. Karena sejak kecil ketujuh anak perempuannya itu sudah mendapat gemblengan sang ibu, setelah dewasa tidak ada seorang pun yang berkhianat.-Maka Bu-eng- bun lantas turun menurun hingga delapan angkatan, sampai turunan kedelapan ini ada sebagian saudaranya tidak dapat melahirkan, maka tersisa empat saluran saja yang mewarisi Bu- eng- bun.
"
"Jadi maksudmu hendak menggunakan anak perempuan kita untuk menyambung salah satu saluran keturunan Bu-eng- bun?"
Tanya Yu Wi.
"Aku yang melahirkan dia. pula engkau adalah bayangan yang kubeli, sesuai perjanjian semula tidak berhak memiara dia, lekas kau kembali kepadaku"
Seru Pek-yan. Yu Wi lantas menggeleng, katanya.
"Tidak dapat kubiarkan anak perempuan kita menyambung keturunan Bu-eng-bun.
"
Segera Pek-yan berkata pula.
"Biasanya bayangan yang telah dibeli Bu- eng- bun takkan diberi kebebasan lagi sampai dia mati, sekarang kau langgar peraturan itu dan kukembalikan kebebasanmu, masakah engkau tidak terima kebaikanku dan hendak merampas anak perempuanku? "
Yu Wi pikir berada dilembah buntu begini, apa artinya bicara tentang kebebasan segala.
Iapun kuatir bilamana kelak anak perempuannya menjadi ahli- waris Bu-eng-bun dan akan melakukan sesuatu kebusukan-Jika lembah buntu ini akan menjadi dunianya, maka segala apa pun tidak perlu dipikirkan lagi, untuk apa saling berebut anak.
Karena pikiran itu, ia lantas menyodorkan anak perempuannya sambil berpesan.
"Kuharap benar-benar jangan kau bikin celaka dia"
"Kau sendiri lihat betapa ibuku terhadap diriku, tentu kau tahu cara bagaimana akan kuperlakukan anak ini kelak."
Ujar Pek-yan.
"ibumu? Yang mana ibumu? "
Tanya Yu Wi heran- "Yaitu si nikoh tua Soh-sim yang pernah kau lihat,"
Tutur Pek-yan- "Hah, jadi ...jadi dia ibumu, bukankah engkau ma ... majikannya?"
Seru Yu Wi terkejut. Pek-yan menggeleng.
"Resminya ibuku menyebut diriku sebagai majikannya, sebab aku telah diangkat menjadi salah satu saluran ahli waris Bu-eng-bun, ibuku telah pensiun dan menjadi nikoh, dia bertindak selaku budak dan diam-diam membantuku untuk bekerja di dunia Kangouw."
"Dan mengapa ibumu menjadi nikoh?"
Tanya Yu Wi dengan sangat heran- "Sebab apa pula beliau rela melayani anak perempuannya sendiri?"
"Inipun peraturan leluhur Bu-eng-bun."
Tutur Pek-yan "Maksudnya, pelaku yang sudah berusia lanjut, segala kenikmatan toh sudah dirasakannya, kan pantas kalau cukur rambut menjadi nikoh untuk menebus dosanya pada masa lampau.
Anak perempuannya sudah besar, menjadi giliran anak muda untuk menikmati kehidupannya, padahal kalau anak perempuannya hidup senang kan sama seperti dia yang mengalaminya.
Menjadi budak anak kan tidak menjadi soal, anak perempuan hasil dari bibit bayangannya sendiri, meladeni anak kan sama seperti meladeni dirinya sendiri."
"Ah. logika aneh, teori janggal,"
Ujar Yu Wi menggeleng.
"Kejanggalan didunia ini terlalu banyak. bergantung kau pandang dari sudut mana."
Ujar Pek-yan "Bagimu mungkin janggal, tapi bagi orang yang mengalaminya langsung akan terasa layak dan jamak. kau heran, dia malah menganggap dirimu aneh "
Yu Wi menggeleng kapaia tanda tidak sependapat. Mendadak teringat olehnya wajah Soh-sim yang jelek itu, ia coba tanya.
"Mengapa engkau sama sekali tidak mirip dengan ibumu?"
"Bagi pandanganmu sekarang. tentu kau bilang aku sangat cantik, kelak bila aku sudah tua dan kau melihatku lagi, mungkin aku sudah berubah lebih buruk daripada ibuku sekarang."
Yu Wi tidak percaya, katanya.
"Biarpun bagaimana perubahannya, tidak seharusnya ibumu berubah menjadi sama sekali berlainan denganmu."
"Supaya kau tahu, Bu-eng-bun masih ada suatu peraturan, yaitu bilamana sudah tua dan menjadi nikoh, yang bersangkutan diharuskan merusak wajahnya sendiri,"
Tutur Pek-yan- Sungguh tidak kepalang kejut Yu Wi, pikirnya dengan tidak habis mengerti.
"Sungguh aneh peraturan Bu- eng- bun ini, peraturan ini bukankah terlalu menyiksa cikal-bakal Bu- eng- bun itu sendiri? Sudah menjadi nikoh, diharuskan pula merusak wajahnya sendiri, memangnya apa maksudnya? Jika dibilang sebagai tanda penyesalan untuk menebus dosa, kenapa anak perempuan sendiri diharuskan mengikuti jejaknya pula?"
Bagi Yu Wi memang sukar uatuk dimengerti tapi bagi anak murid Bu-eng-bun justeru dianggap sesuatu yang jamak dan tidak perlu diherankan- Mungkin peraturan ini timbul akibat cikal- bakal Bu- eng- bun pernah mengalami pengkhianatan sang suami dan perbuatan anak yang durhaka maka dia menentukan peraturan yang bersifat balas dendam ini sehingga membikin susah keturunannya sendiri.
Melihat Yu Wi diam saja, Pek-yan menyambung pula.
"Ibuku juga tidak benar-benar merusak wajah sendiri. konon sejak dahulu hanya cikal-bakal Bu-eng-bun sendiri yang menjadi nikoh dan sekaligus merusak wajah sendiri, seterusnya enam angkatan hanya menjadi nikoh saja, sedangkan peraturan merusak wajah cuma dilakukan secara simbolik saja. Kelak bilamana aku sudah tua menjadi nikoh memang kewajiban, merusak wajah terang takkan kulakukan- tatkala mana akan kupakai sebuah topeng, kan beres segala urusan?"
Yu Wi terbahak geli, pikirnya.
"Pembawaan wanita suka kepada kecantikan, ternyata memang terbukti. Setiap anak murid Bu-eng-bun dapat mematuhi segala peraturannya, hanya urusan yang menyangkut wajah sendiri setiap angkatan selalu dilakukan dengan cara menipu leluhurnya."
Dengan tertawa Yu Wi ini, hilangnya sengketa kedua orang. Pek-yan tidak ikut tertawa, tapi lantas berkata pula sambil berkerut kening.
"Tertawamu sedemikian riang, memangnya tidak kaupikirkan anakmu yang mati itu?"
"Kau lahirkan dia. toh tega pula kau bunuh dia tanpa pikir, aku yang menjadi ayahnya tidak pernah merasakan kesusahan apa pun tentu lebih-lebih tidak manjadi soal mengenai mati- hidupnya,"
Kata Yu Wi dengan mengulum senyum. Pek-yan menghela napas.
"Anaknya sendiri, darah-daging sendiri, setelah terbunuh, kalau dipikirkan sekarang terasa memilukan juga." - "Jika tahu begini, mengapa hal itu kau lakukan?"
Ucap Yu Wi dengan kereng.
"Kulihat jiwamu bukanlah orang yang pantas mewarisi Bu-eng-bun anak perempuan kita kelak pasti juga bukan manusia yang berhati kejam, maka selanjutnya lebih baik persoalan Bu-eng-bun harus kau hapus dalam benakmu, jadilah isteriku secara baik, mau?"
Tergerak juga hati Pek-yan, ia menunduk memandang anak perempuan yang tertidur nyenyak dalam pangkuannya, ia diam saja tanpa menjawab. Yu Wi mengira si nona menerima ejakannya, kedua tangannya memegang pundak Pek-yan dan berkata pula.
"Sekarang kuberitahukan suatu berita baik padamu, yakni putra kita tidak mati."
"Hah, apa betul?"
Seru Pek-yan terkejut dan bergirang.
"Tentu saja betul,"
Sahut Yu Wi dengan tertawa.
"Sekarang hari sudah gelap. besok akan kubawa dirimu pergi menjenguknya."
Karena percakapan mereka yang sudah lama ini, hari memang sudah gelap gulita sehingga jari sendiri saja tidak kalihatan.
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kedua orang lantas bergandengan menuju ketempat tinggal Yu Wi.
Mendadak terlihat samar-samar didepan gua berdiri sesosok bayangan hitam, melihat kedatangan mereka berdua, orang itu lantas memberi salam.
Kedatangan orang ini dirasakan seperti hantu yang muncul mendadak, sungguh kaget Pek-yan tak terkatakan.
Tapi Yu Wi dapat mengenali pendatang ini, diam-diam iapun terkejut dan tidak mengerti cara bagaimana orang bisa datang dilembah buntu ini, dengan ragu2 ia menegur.
"Ya-ji, cara... cara bagaimana engkau datang kesini?"
Pendatang ini ternyata benar Ko Bok-ya yang sekarang telah menjadi nikoh dan bergelar Soh-sim.
"Nama agamaku Soh-sim dan tidak bernama Ya-Ji lagi,"
Jawab Soh-sim dengan suara pedih. Rasa kejut Pek-yan rada tenang, ia tahu Soh-sim adalah bekas kekasih Yu Wi dahulu, akan tetapi muncul pada saat dan ditempat begini, jangan2 badan halusnya. Dengan menabahkan hati ia coba bertanya.
"Untuk apa kau datang kemari? Yu Wi kan tidak berbuat sesuatu kesalahan padamu?"
Cara bicaranya se-akan2 menganggap Soh-sim benar-benar adalah badan halus alias setan- Soh-sim dapat menangkap arti ucapan Pek-yan itu, jawabnya sambil merangkap kedua tangannya. didepan dada.
"Soh-sim belum mati, Yu-sicu tidak ada permusuhan apa-apa denganku, arwahku takkan mengacau kesini."
Hati Yu Wi merasa sangat tidak enak. tanyanya.
"Mengapa kau datang kesini, jangan-jangan Ji-bong Taysu yang mengurungmu ditempat ini?"
Disangkanya akibat perbuatan dirinya tempo hari, maka ji- bong Taysu telah menghukum Soh-sim kelembah maut ini. Tapi Soh-sim lantas menggeleng. katanya.
"Ji-bong Suco (kakek guru) berhati Welas asih, mana bisa mengasingkan diriku ke tempat seperti ini. Sepuluh bulan yang lalu Suco memberitahukan kepadaku bahwa Yu-sicu sudah mencuri Jit-yap-ko dan kejeblos kedalam sumur perangkap. mestinya Suco hendak menolongnya keluar, tapi mendadak menghilang tanpa bekas. Maka kupikir tanpa sebab masakah orang bisa menghilang tanpa bekas, tentu didalam sumur perangkap itu ada saluran lain dan mungkin menembus kelembah buntu ini."
"Dari mana kau tahu disini ada sebuah lembah buntu ini?"
Tanya Pek yan- "Soalnya sifatku gemar pada pemandangan alam."
Tutur Soh-sim.
"Suatu hari kulewat dipuncak sana dan menemukan jurang kurung ini, kuteliti pinggang gunung ini dengan air terjunnya, kuheran dari mana datangnya air, maka diam-diam kuselidiki keadaan buminya dan dapat kuketahui air disekitar puncak ini berkumpul di sini. kemudian kuselidiki pula seluk-beluk sumur perangkap yang diatur Suco itu. cuma sayang, tinggi sekali lembah ini, sedikitnya ada ribuan tombak sehingga sukar untuk memberi pertolongan- Tapi lantaran Yu-sicu pernah menolong jiwa ku, tidak boleh kutinggal diam, maka bulat tekadku akan kupilin seutas tambang panjang. Usahaku selama sepuluh bulan ini tidaklah sia-sia, dapatlah kubuat tambang sepanjang ribuan tombak dan kuturun kelembah sini, diam-diam aku berdoa semoga Yu Sicu tidak kurang sesuatu apa, semoga jerih payahku selama sepuluh bulan dapat sekedar membalas budinya. Akhirnya Thian ternyata maha pengasih, Yu-sicu memang tidak beralangan apapun."
Ber-ulang2 ia sebut Yu Wi sebagai "sicu"
Atau tuan dermawan, sebutan yang biasa digunakan kaum paderi terhadap orang preman, hati Yu Wi merasa pedih sekali, Ia pikir Ya-ji pasti masih ingat kepada kejadian malam yang telah melukai hatinya itu, meski sekarang dia berusaha menyelamatkan dirinya dengan menyerempat bahaya dan harapannya sangat tipis.
namun perbuatannya yang mulia ini sungguh sangat mengharukan, tapi setelah berhadapan sekarang malah sengaja bersikap dingin lagi.
Padahal usaha Soh-sim menolong Yu Wi benar-benar telah banyak memeras pikiran dan tenaganya, dugaannya memang tidak dapat dipastikan seratus persen, sebab siapa pun tidak dapat memastikan Yu wi akan terhanyut kelembah kurung ini atau tidak.
Seumpama benar terhanyut kesini oleh air bah, siapa pula yang berani menjamin dia masih hidup.
Namun Soh-sim tidak menghiraukan jerih-payah sendiri akan berhasil atau tidak- cukup sedikit harapan baginya, tanpa kenal lelah dia lantas mengumpulkan akar rotan di puncak lembah ini dan memilin tambang siang dan malam.
Membuat tambang sepanjang ribuan tombak tentu saja sangat makan waktu dan tenaga, melulu bobot tambang sepanjang itu saja dan ketahanan tambang itu sendiri juga tidak boleh disepelekan, akar rotan yang dipakai harus dipilih yang kuat, dia dapat memilinnya dalam waktu 10 bulan, cara bekerjanya terhitung cepat.
Selama sepuluh bulan dia berkemah di atas puncak dan bekerja siang dan malam, kehujanan dan kedinginan juga tak terpikir olehnya.
Dengan jerih-payahnya ini, tujuannya selain hendak menyelamatkan jiwa Yu wi, api asmaranya juga menyala.
hakikatnya tidak serupa keadaan pertemuan malam itu sebagaimana disangka Yu wi sekarang.
Tapi setelah cita-citanya tarcapai dan dia dapat turun kedasar lembah.
tiba-tiba dilihatnya Pek-yan telah melahirkan anak.
dapat diduga anak siapa kalau bukan anak Yu Wi, keruan hatinya yang penuh gairah itu serupa disiram air dingin, dalam keadaan demikian dapatkah dia memperlihatkan sikap mesra dan memanggil Toako lagi kepada Yu Wi? Dengan sendirinya Yu Wi tidak tahu sejak tadi Soh-sim sudah berada di situ, sudah menyaksikan mereka bercakap-cakap disana dengan memondong anak.
dia hanya menunggu didepan gua secara diam-diam.
Begitulah setelah ketiga oang sama-sama diam sampai sekian lamanya, tiba-tiba Pek-yan berkata.
"Numpang tanya, terletak dimana tambang panjang itu?"
Soh-sim menuding kesebelah kiri dan berkata.
"Di depan sana. sekarang kumohon diri, malam hari kurang leluasa, boleh kalian naik keatas esok pagi saja."
"sekarang juga engkau akan naik kembali keatas?"
Cepat Yu Wi tanya, Soh-sim berpaling kearah lain dan menjawab.
"Setelah turun satu kali kesini, aku sudah apal tempat tali itu, kewajibanku sudah selesai, tidak perlu kutinggal lagi disini."
Habis berkata ia terus melayang ketepi tambang dan merambat keatas dengan cepat, hanya sebentar saja sudah tak kelihatan bayangannya.
Yu Wi berdiri dibawah tambang dengan perasaan kesal dan bimbang, sepantasnya dia bergembira apabila dapat lolos dari tempat ini, anehnya sedikitpun dia tidak merasa senang, ia cuma memandangi tambang panjang itu dengan termangu-mangu.
diraSakannya setiap jengkal tambang itu penuh cinta kasih, dan cinta kasih ini sekarang justeru marupakan sindiran besar baginya.
Pelahan Pek-yan mendekatinya dan berbisik padanya.
"Siangkong (tuanku, sebutan kepada suami atau junjungannya), tidurlah"
"Kau pergi tidur dulu, aku ingin berdiri sebentar disini,"
Kata Yu Wi sambil menggeleng.
Diam-diam Pek-yan menghela napas , ia kembali ke gua dan tidur lebih dulu.
Setelah mendusin esok paginya, Pek-yan merasa semangat penuh dan tenaga segar, untuk merambati tambang panjang itu rasanya takkan gagal ditengah jalan- Segera ia mengikat anak perempuannya dipungggung, lalu memandangi tambang panjang itu.
Dilihatnya Yu Wi masih berduduk di tempat berdirinya semalam dan sedang memandangi tambang itu dengan termangu-mangu.
Diam-diam Pek menggeleng kepala, ia tahu semalam suntuk Yu Wi tidak tidur, ia menjadi kuatir cara Yu Wi menyiksa itu akan menganggu kelancarannya merambat nanti.
bisa jadi malah akan menimbulkan bahaya.
Pek-yan mendekati tambang dan coba membetotonya dengan kuat, dirasakan tidak berhalangan, segera ia berseru.
"Siangkong, marilah kita manjat keatas"
Yu Wi berdiri, katanya.
"Kita berangkat begini saja, apakah tidak urus anak lelaki kita lagi?"
"Boleh kau pergi mengambilnya, kutunggu disini,"
Sahut Pek-yan dengan tak acuh. Yu Wi berpikir sejenakk, katanya kemudian "Kau ikut pergi mengambilnya."
"Tidak- aku tidak ikut,"
Jawab Pek-yan tanpa ragu.
"Mengapa tidak mau ikut pergi, bukankah semalam kita sudah sepakat akan pergi bersama?"
Kata Yu Wi.
"Anak itu berada dimana?"
Tanya Pek-yan dengan kurang senang "Tersembunyi didalam sebuah gua karang dari belakang air terjun sana,. tutur Yu Wi sambil menuding kearah air terjun- "Apakah cicimu itu tinggal di sana?"
Tanya Pek-yan dengan dingin- "Betul, pada hari pertama kita berada disini sudah kutemukan dia, cuma belum pernah kubicarakan denganmu."
"Hm, pantas bila engkau menyelam lantas setengah harian, tadinya kukira tenaga dalammu luar biasa. kiranya dibawah sana masih ada dunia lain- Selama sepuluh bulan ini entah sudah berapa kali kau pergi kesana."
Dari nada ucapan orang, Yu Wi tahu Pek-yan merasa cemburu, dengan tertawa ia berkata.
"Kalau kukatakan mungkin engkau tidak percaya. Total sampai saat ini baru tiga kali kupergi kesana."
"Peduli berapa kali kau pergi kesana, yang jelas aku tidak mau kesana,"
Kata Pek-yan dengan aseran- "Ai, jika engkau tidak mau pergi kesana, tentu dia takkan mengembalikan anak itu kepadaku."
Ujar Yu Wi dengan mengiring tawa.
"Aneh, bukan anaknya, kenapa tidak dikembalikannya kepadamu?"
Jengek Pek-yan- "Dia anggap engkau sengaja membunuh anak itu, tentu akan kau bunuh dia lagi, jika kau pergi kesana dan menyatakan kepadanya bahwa anak itu pasti takkan dicelakai lagi, dengan sendirinya akan dikembalikannya kepada kita."
"Aku tidak berani menjaminnya."
Ucap Pek-yan dengan dingin.
"He, apa halangannya?"
Seru Yu Wi terkesiap.
"Anak itu kan darah-dagingmu sendiri, aku tidak percaya kau tega membunuhnya lagi."
"Bu-eng-bun, Bu-kun-cu, ajaran ini sudah berakar didalam benakku."
Ujar Pek-yan- "Mak... .maksudmu tidak mau lagi kau jadi isteriku?"
Seru Yu Wi. Dengan ketus Pek-yan menjawab.
"Anak murid Bu-eng-bun tidak akan mempunyai suami yang punya bayangan, tentunya kau pun tahu kedua kalimat lain yang berbunyi.
"Yu-kun-cu, Sit-eng-jin setelah kukembalikan kebebasanmu, sulit lagi bagi kita untuk hidup bersama."
Diam-diam Yu Wi sangat mendongkol, teriaknya.
"Semalam kan sudah kau sanggupi akan menjadi isteriku baik-baik?"
"Semalam dan sekarang kan tidak sama,"
Jawab Pek-yan dengan muram.
"Pula, semalam aku-pun tidak pernah menyanggupi kehendakmu."
Sungguh hati Yu Wi sangat berduka. ia malahan bergelak tertawa dan berseru.
"Hahaha, jadi semalam aku sendirilah yang mimpi. Pek-siocia, silakan kau- berangkat saja lebih duu."
"Kutunggu dirimu dan naik bersama keatas,"
Ujar Pek-yan dengan menyesal.
"Terima kasih, aku tidak perlu ditunggu,"
Kata Yu Wi.
"Memangnya hendak kau tunggu anak yang akan kuambil nanti untuk kau bunuh dia sekali lagi?"
Ucapan ini sangat menusuk perasaan Pek-yan, dengan air mata berlinang ia menjawab.
"Aku tidak mau melanggar ajaran leluhur Bu-eng-bun, tapi bila aku disuruh membunuh untuk kedua kalinya, biar-pun bukan darah-dagingku sendiri juga aku tidak tega membunuhnya, Siang kong, jika engkau kuatir, biarlah kuberangkat lebih dulu."
Habis berkata segera ia memanjat tali keatas dengan gerakan yang gesit. Yu Wi menengadah mengikuti kepergian orang, setelah bayangannya menghilang baru menunduk kembali. Pikirnya.
"Mengapa Pek-yan berubah pikiran secara mendadak, jangan-jangan dia tidak berani melepaskan diri dari Bu-eng-bun karena perguruannya itu pasti takkan mengampuninya."
Memang banyak juga sirikan Pek-yan, sebab cukup diketahuinya selama hidupnya tidak mungkin dapat melepaskan diri dari Bu-eng-bun, bahkan ia kuatir membikin susah Yu Wi.
Bila anak muda itu sudah menjadi bibit bayangannya, maka para kakaknya pasti takkan memberi kebebasan kepada Yu Wi, ketiga cicinya pasti tidak menghiraukan keputusannya itu.
Ada satu hal tidak dikatakannya kepada Yu Wi, yaitu bilamana anak murid Bu-eng-bun sudah merasa bosan mempermainkan bibit bayangannya, orang itu bisa lantas dibunuhnya.
Bahwa Pek-yan sendiri jelas takkan membunuh Yu Wi, tapi siapa yang berani menjamin ketiga cicinya takkan membunuhnya? Maka maksudnya menyuruh Yu wi manjauhi dirinya adalah satu-satunya jalan untuk mempertahankan jiwa anak muda itu, kalau masih berdekatan berarti akan mendatangkan petaka.Jika keduanya dapat hidup berdampingan selamanya didasar lembah buntu itu, tanpa pikir tentu akan dilakukannya, Sekarang mereka dapat lolos dari kurungan lembah maut ini, mau tak-mau mereka harus kembali lagi pada kehidupan dunia Kangouw, mana mungkin dia dapat hidup bebas dengan Yu Wi? ---ooo0dw0ooo--- Bab 22 Kesulitan Pek-yan itu tak dapat diselami Yu Wi, disangkanya Pek-yan tidak mempunyai keberanian untuk melepaskan diri dari Bu-eng-bun, melepaskan diri dari ikatan macam-macam peraturan perguruan yang aneh dan kejam itu.
Begitulah dengan hati bimbang Yu Wi berjalan lagi ketepi kolam, pikirnya.
"Pada waktu kuberitahukan ada tambang panjang yang dapat digunakan untuk meloloskan diri dari lembah kurung ini, Ko-cici yang biasanya pendiam itu pasti akan berjingkrak kegirangan-"
Ia lupa bahwa sejak mula Ko-Bok-cing sudah menyatakan bahwa dirinya pasti dapat lolos dari lembah buntu ini dalam waktu setahun.
Keadaan ternyata sudah berada dalam dugaannya.
Untuk keempat kalinya Yu Wi datang lagi ke gua gelap dibalik air terjun.
Ketiga kali sebelumnya Ko-Bok-cing selalu bersikap dingin padanya, tapi sekali ini Yu Wi yakin bila nona mendengar berita baik akan dapat lolos dari kurungan lembah ini, tentu tak dapat lagi menahan rasa girangnya dan bicaranya tentu juga takkan dingin dan ketus pula.
Siapa tahu, baru saja ia menyumbul kepermukaan air, belum lagi merangkak keatas, suara Ko-Bok-cing yang dingin itu sudah terdengar olehnya.
"Untuk apalagi kau datang kemari? Apakah hendak kau minta kembali anakmu?"
Yu Wi melompat keatas dan berseru.
"Anak itu tidak ber-ibu, tidak perlu kuminta kembali dengan tergesa-gesa."
Dalam hati Ko-Bok-cing merasa menyesal, tanyanya.
"Jadi memang betul nona Pek yang mencekik anaknya sendiri?"
Teringat kepada pendirian Pek-yan yang tidak teguh, Yu Wi jadi menyesal juga, ucapnya.
"Betul, dia memang bermaksud mencekik mati anaknya, dan karena kuatir diketahui olehku, maka anak itu dibuangnya kedalam kolam."
Kening Bok-cing bekernyit katanya.
"Masa didunia ada ibu sekejam ini?"
Tanpa diminta segera Yu Wi menceritakan seluk-beluk Bu-eng-bun dengan segala macam peraturannya yang tidak sehat itu. Habis mendengarkan cerita itu, Bok-cing menghela napas gegetun.
"Kiranya masih ada persoalan yang berliku- liku ini, pantaslah rona Pek bertindak kejam."
Betapa pun perempuan tetap bersimpati Kepada perempuan- Dia anggap tindakan cikal-bakal Bu-eng-bun itu tidak dapat disalahkan- Memang banyak juga lelaki yang kejam dan busuk di dunia ini. Tapi Yu Wi tidak sepakat dengan pikiran Ko-Bok-cing, ucapnva.
"Benci dan dendam pribadi seorang tidak seharusaya merembet sampai turun-temurun. Peraturan buruk Bu-eng-bun yang membunuh anak lelaki dan membenci suami itu tidak dapat dibenarkan. Pek-yan dan kawan-kawannya turun temurun mematuhi peraturan jelek ini juga tidak patut. Padahal jelas-jelas diketahui peraturun itu tidak betul bukannya berusaha melepaskan diri dan meninnggalkannya, tapi masih terus melaksanakannya, sungguh orang-orang ini sudah sukar diobati lagi."
"Apakah nona Pek yang kau maksudkan?"
Tanya Bok-cing.
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ai, pada dasarnya dia sebenarnya berhati bajik,"
Ujar Yu Wi dengan gegerun.
"entah ... entah mengapa... ."
Dia jadi teringat kepada Pek-yan yang tidak mau menuruti kehendaknya sehingga membikin anak lelakinya tidak beribu dan anak perempuannya tidak berayah, saking gemas jadi tidak sanggup bicara lagi.
"Jangan-jangan pernah kau bujuk nona Pek agar melepaskan diri dari ikatan Bu-eng-bun?"
Tanya Bok- cing. Dengan gorot mata nanar Yu Wi berkata.
"Ku bujuk dia agar dia menjadi suami-isteri denganku secara resmi, tapi dia tidak mau menurut."
Bok-cing merasa heran, katanya.
"Kupercaya nona Pek itu menyukaimu, berada di tempat buntu seperti ini, apalagi yang dikuatirkannya sehingga tidak mau menurut bujukanmu?"
Dengan tulus iklas dia berharap Yu Wi dan Pek-yan dapat terikat menjadi suami-isteri resmi tanpa sirik atau cemburu sedikit pun, sekalipun dahulu dia pernah mencintai Yu Wi, bahkan pernah menyatakan ingin menjadi isttrinya secara terus terang.
Yu Wi lantas menggeleng dengan perasaan pedih, ucapnya.
"Ya,akupun tidak tahu apa sebabnya, dia lebih suka putra-putrinya tidak beribu dan yang lain tidak berayah, betapapun dia tidak dapat melepaskan diri dari Bu-eng-bun, maka dia sudah pergi."
"Pergi?"
Bok-cing bertambah heran- "Dia pergi ke mana?"
Yu Wi mengetuk kepalanva sendiri dan berseru dengan menyesal.
"Ai, betapa linglungnya diriku ini, hanya bicara urusan pribadi melulu, sampai lupa memberitahukan suatu kabar baik kepadamu"
"Kabar baik?"
Bok-cing manegas, dia seperti sudah merasakannya.
"Apakah maksudmu berita sudah dapat lolos dari lembah buntu ini?"
"Tepat sekali ucapanmu,"
Seru Yu Wi dengan tertawa.
"coba kau terka lagi, siapakah yang datang menolong kita?"
"Jimoay, betul tidak?"
Ucap Bok-cing dengan hambar.
"Kembali tepat sekali tebakanmu,"
Seru Yu Wi dengan tertawa."
Ayolah sekarang juga kita pergl dari sini"
Diam-diam ia sangat kagum kepada Ko-Bok-cing yang masih tetap bersikap tenang tanpa memperlihatkan emosi sedikit pun. Bok-cing memang tetap tenang saja, seperti orang yang sudah mati rasa, tidak bergerak sama sekali, ucapnya dengan dingin.
"Bawalah anak itu kesini."
Sungguh gemas Yu Wi terhadap sikap dingin Ko-Bok-cing,teriaknya.
"Kau tidak senang dengan kabar baik ini?"
Pertanyaan ini dilontarkan secara mendadak, Bok-cing Jadi melenggong, tapi ia lantas mengulang, perkataannya.
"Bawalah anak itu kesini"
Suaranya jelas merasa kurang senang sehingga nadanya sekarang seakan-akan memberi perintah.
Dengan menahan rasa dongkol Yu Wi masuk kebelakang gua dan membawa keluar anak lelakinya yang matanya belum dapat terbentang terlalu lebar itu.
Mendadak Bok-cing berkata pula.
"Kutahu yang hendak mencelakai anak ini bukan dirimu. maka dapat kuserahkan padamu tanpa kuatir. cuma ada sesuatu hendak kukatakan padamu, nona Pek mempunyai kesulitannya sendiri, sedangkan anak tidak boleh tanpa ibu, hendaknya usahakan agar nona Pek berbaik kembali denganmu, katakan padanya selanjutnya kalian akan meninggalkan dunia Kangouw dan mengasingkan diri, tentu dia akan terima tawaranmu untuk menjadi isterimu secara resmi."
Yu Wi bukan orang bodoh, segera ia bertanya.
"Apakah kau pikir sebabnya Pek-yan tidak berani melepaskan diri dari Bu-eng-bun adalah karena takut tidak diizinkan para kakaknya?"
"Hal ini kan sangat sederhana dan seharusnya dapat kau pikirkan,"
Kata Ko-Bok-cing.
"Peraturan leluhur Bu-eng-bun sangat keras, bila nona Pek meninggalkan Bu-eng-bun. begitu saja, apakah para kakak dan angkatan tua perguruannva yang lain dapat tinggal diam? Sekalipun ibu kandungnya juga akan membunuhnya tanpa kenal ampun bilamana dia mengkhianati perguruan."
"Akan ... akan tetapi jika aku diharuskan ... diharuskan mengasingkan diri, jelas .. .jelas hal ini tidak boleh jadi"
Seru Yu Wi sambil menggelang.
"Huh,-justaru lantaran nona Pek mengetahui engkau tidak dapat meninggalkan dunia Kangouw, makanya dia sengaja menyatakan tidak mau melepaskan diri dari Bu-eng-bun agar tidak dapat menjadi suami-isteri denganmu dan mesti menjaga anak lelaki lagi sehingga melanggar kedua peraturan besar perguruannya, akhirnya dia yang akan menjadi korban-"
Yu Wi dapat menerima ucapan Ko-Bok-cing ini. Tapi dia juga tidak ingin mengasingkan diri begitu saja dengan Pek-yan, terutama bila mengingat sakit hati dan macam-macam tugas lain yang masih harus ditunaikan- Maka dengan serba susah ia berkata.
"cici, tentunya kau tahu betapa banyak tugas yang masih harus kukerjakan- mana boleh ku-asingkan diri begitu saja?"
"Ya, dalam hal ini aku bersimpati kepadamu,"
Ujer Bok-cing.
"sebenarnya Pek-yan harus berjuang. mestinya dia tidak perlu kuatir para kakaknya akan membikin celaka kalian, sebab dengan kemampuanmu sekarang, dia seharusnya percaya penuh kepadamu."
"Kemampuanku apa?"
Kata Yu Wi sambil menggeleng kepala.
"Bukan maksudku merendah diri, kenyataannya, satu jurus serangan Jicinya saja tidak sanggup kutangkis."
"Huh, seorang lelaki harus punya keyakinan akan diri sendiri, jika sedikit-dikit lantas patah semangat, lalu apa yang dapat kau hasilkan?"
Ejek Ko-Bok-cing.
"Padahal lain dulu lain sekarang, seharusnya kau tahu, bahwa Yu Wi sekarang bukan lagi Yu Wi yang hijau pelonco seperti dulu itu."
Tapi Yu Wi sudah kadung ngeri terhadap ilmu pedang Pek-yan dan Tho-kin, sedikit pun dia tidak percaya lagi kepada kemampuannya sendiri, katanya.
"Dengan kemahiran apa dapat kulawan ilmu pedang Jicinya? Tidak ..tidak mungkin"
Bok-cing sangat mendongkol, mendadak ia mengherdik.
"Hai-yan-kiam-boh yang kuberikan itu sudah kau latih belum?"
"Sudah, sudah lama kulatih dengan baik,"jawab Yu Wi, untuk ini dia cukup yakin akan kesanggupannya sendiri. Bok-cing jadi teringat kepada ambisi Yu wi yang pernah berkeras akan belajar lengkap Hai-yan- kiam-hoat itu, segera ia memberi dorongan- "Meski aku tidak pernah berlatih ilmu pedang, tapi bila kubaca Hai-yan-kiam-boh itu. dapat kupastikan bahwa ilmu pedang inilah nomor satu di dunia, memangnya perlu takut kepada siapa lagi?"
Tapi Yu Wi masih jeri, ucapnya.
"orang pertama adalah Jici Pek-yan yang bernama Tho-kin itu, jelas tak dapat kutandingi dia."
Sebagaimana diketahui Yu Wi pernah menyerang Tho-kin dengan jurus Bu-tek-kiam dan tidak berhasil, lantaran itulah dia telah kehilangan kepercayaan terhadap kedelapan jurus Hai-yan-kiam-hoat, ia anggap ilmu pedang Tho-kin jauh diatas Hai-yan-kiam-hoat.
Dengan sendirinya Bok-cing tidak tahu Yu Wi sudah pernah mencoba jurus Bu-tek kiam terhadap Tho-kin- ia pikir ilmu pedang sakti yang baru saja diyakinkan belum lagi dipertandingkan lantas mengaku kalah, orang ini sungguh terlalu tidak becus dan penakut, sia-sia belaka maksud baik Jimoay hadiahkan kitab pusaka ini kepadanya.
Maka dengan gemas ia mengomel.
"Sungguh menyedihkan dan menyebalkan orang yang dicintai Jimoay sebelum menjadi nikoh ternyata sedemikian tidak berguna. sungguh sia-sia cintanya yang murni itu."
Di balik ucapannya itu seakan-akan juga menyesali dirinya sendiri yang telah salah memilih orang yang pernah dicintainya.
Dengan sendirinya Yu Wi tidak mau dipandang goblok oleh Ko-Bok-cing, segera ia menjelaskan pula cara bagaimana dia bertempur melawan Tho-kin tempo hari, tatkala mana jurus Put-boh kiam ternyata tidak sanggup bertahan, sedangkan Bu-tek kiam tidak mampu menyerang.
Kalau bertahan tidak bisa dan menyerang juga gagal, lalu cara bagaimana akan dapat menang? Setelah mendapat penjelasan, Bok-cing merasa ucapan sendiri tadi agak terlalu keras, dengan menyesal ia berkata.
"Aku tidak tahu didunia ini masih ada orang yang mampu mengalahkan Hai-yan-kiam-hoat, maafkan jika pengetahuanku dalam hal ilmu pedang teramat dangkal sehingga keliru menyalahkan dirimu."
"Ah memang aku juga tidak becus sehingga pantas diomeli cici,"
Ucap Yu Wi dengan tulus.
Dengan pembicaraan ini, Bok-cing tambah tidak enak hati, disangkanya didunia ini memang masih banyak orang yang mampu mengalahkan Hai-yan-kiam-hoat.
Dengan perasaan tidak enak karena merasa telah menyinggung harga diri Yu Wi.
kemudian Ko-Bok-cing bertanya pula.
"Bagaimana dengan Su-ciau-sin- kang. sudah selesai kau latih belum?"
Sebenarnya ilmu itu sudah dilatihnya, tapi Yu Wi tahu hasil yang dicapainya itu selisih terlalu jauh bilamana dibandingkan kesaktian Bok-cing, maka ia tidak berani mengaku. jawabnya.
"Be ... belum."
Bok-cing juga percaya takkan begitu cepat ilmu itu dikuasai anak muda itu, ia merasa pertanyaan sendiri yang terlalu bodoh. Tapi memang itulah harapannya, maka ia berkata pula.
"Jika begitu, tunggulah setelah Su-ciau-sin- kang sudah kau kuasai dengan baik barulah keluar dari lembah ini, tatkala mana jika nooa Pek juga menikah denganmu, tentu Bu-eng-bun tak dapat mengapa- apakan kalian-"
Ko-Bok-cing cukup yakin terhadap kesaktian Su-ciau-sin- kang, dengan ilmu pedang Yu Wi yang hebat ditambah keajaiban Su-ciau-sin- kang, betapa-pun tinggi jago pedang didunia ini juga pasti bukan tandingan Yu Wi lagi.
Mendengar Bok-cing menghendaki dirinya tinggal lagi disitu untuk meyakinkan Su- ciau-sin-kang, yang jelas tidak ada harapan untuk lebih maju lagi, cepat Yu Wi menggeleng-geleng kepala dan barkata.
"Tidak, tidak boleh jadi.Jika tidak ada harapan untuk keluar dari lembah ini tidaklah menjadi soal. Sekarang jalan untuk keluar lembah sudah terbuka, bila teringat kepada macam-macam tugas yang masih harus kulaksanakan, sungguh berdiam lagi satu hari di sini rasanya sudah tidak betah."
"Masa begitu terburu-buru keinginanmu meninggalkan lembah ini?"
Tanya Bok-cing dengan hampa. Dengan terus terang Yu Wi memperlihatkan sifat cinta kebebasan manusia umumnya, tanpa pikir ia berkata.
"Bicara terus terang, sungguh aku tidak sabar lagi dan ingin lekas-lekas keluar dari lembah buntu ini agar tidak lagi terjadi suatu, jangan-jangan tambang itu putus, kan selamanya kita tak dapat pergi dari sini."
Membayangkan betapa panjangnya tambangi tu. Bok-cing berucap dengan gegetun.
"Sejak mula memang sudah kuduga Jimoay pasti akan berusaha memberi pertolongan bilamana dia tahu ada orang yang terjeblos kedalam sumur perangkap itu terdapat juga dirimu. Dan ternyata benar dugaanku, tambang itu bukan saja dipilin dengan akar rotan yang kuat, juga disertai kasih sayang yang tak terhingga, tanpa cintanya yang mendalam, biarpun beberapa tahun lagi juga sukar menghasilkan tambang sepanjang itu."
Rasa gegetun Bok-cing itu menimbulkan juga rasa pedih hati Yu Wi, ia memandang jauh ke depan dengan termangu- mangu, serupa dia duduk semalam suntuk sambil memandangi tambang panjang itu Suasana hening, Bok-cing tahu perasaan Yu Wisaat itu, akhirnya ia berdehem pelahan dan berkata.
"Baiklah Yu Wi, tinggalkan anakmu disini, akan kurawat dia bagimu, agar engkau dapat mencurahkan segenap perhatianmu untuk berlatih Su-ciau-sin- kang, kalau sudah ada hasilnya baru kau-keluar dari lembah ini. Setuju?"
Yu Wi tersadar dari lamunannya, katanya.
"Engkau akan tinggal disini bersama anakku, memangnya engkau tidak ingin meninggalkan lembah ini?"
"Aku sudah hambar terhadap kehidupan manusia, tidak serupa dirimu yang cinta kepada kehidupan, maka terburu-buru mencari jalan keluar dari lembah ini. Bagiku tidak menjadi soal apakah dapat pergi dari sini atau tidak."
Ujar Bok-cing dengan tersenyum getir. Yu Wi tidak mengerti mengapa Bok-cing bisa berubah menjadi pesimis begini, katanya dengan menyesal.
"Usiamu masih muda, janganlah engkau berpikir demikian- Menurut pendapatku, marilah kita tinggalkan lembah ini sekarang juga mumpung tali sudah tersedia, sekeluarnya dari lembah ini, lalu kucari sebuah tempat untuk meyakinkan Su-ciau-s in- kang, kan sama saja."
"Untuk apa mencari tempat lagi, jika didunia ini ada tempat berlatih ilmu yang paling baik, maka tempat itu adalah lembah kurung ini,"
Kata Bok-cing dengan ngotot.
"Malahan dapat kuberi jaminan padamu, apabila Su-ciau-sin- kang berhasil kau kuasai, tanpa bantuan tambang juga dapat kau keluar dari lembah ini."
Semula Yu Wi tidak pernah memikirkan hal ini, setelah disebut Bok-cing barulah ia merasa hal ini memang sangat mungkin terjadi.
Hal ini berarti bahwa Ko-Bok-cing sebenarnya sudah lama dapat keluar dari lembah ini dengan Su-ciau-s in- kang maha sakti yang dikuasainya itu.
Akan tetapi sungguh aneh bin ajaib, dia seakan-akan rela terkurung di gua gelap ini, bukan saja tidak ingin meloloskan diri dari lembah maut ini, bahkan keluar dari gua inipun tidak pernah terjadi.
Bukankah memang demikian buktinya"
Padahal dluar sana ada buah-buahan dan juga bisa mendapatkan daging, tapi dia lebih suka makan jamur di dalam gua ini? Makin dipikir makin heran Yu Wi, ia coba tanya.
"Jika kau tahu kesaktian Su-ciau-sin- kang, mengapa tidak sejak dulu meninggalkan lembah maut ini?"
Bok-cing tampak melenggong, ia salah tangkap maksud pertanyaan Yu Wi itu, dengan gusar ia menjawab.
"Memangnya kau kira kubohongimu dan tidak percaya dapat lolos dari sini tanpa bantuan tambang, asalkan sudah menguasai Su-ciau-sin- kang, Hm, bisa jadi tidak kau ketahui betapa ajaibnya su-ciau-sin-kang, tapi masakah kau pun tidak tahu kungfu Leng-po-toh-hi yang maha tinggi bagi seorang yang telah menguasai lwekang yang sempurna?"
Dengan sendirinya Yu Wi tahu "Lang po-toh-hi"
Atau langkah mengapung seperti terbang yang hebat itu, ia pun tahu bilamana Su-ciau-ain-kang sudah diyakinkan, Leng-po-toh-hi itupun jadi tidak ada matinya lagi. Tiba-tiba ia mendapat akal. dengan serius ia berucap.
"Kutahu bilamana lwekang seorang sudah sempurna, mudah baginya menguasai kungfu Leng-po-toh-hi, tiada sesuatu pula didunia ini yang dapat merintanginya."
"Sama halnya dengan Su-ciau-s in- kang, bilamana sudah kau kuasai dengan baik, di dunia ini pun tidak ada sesuatu yang dapat merintang imu."
"Wah, ini ... ini kurang jelas bagiku ... ."
Yu Wi sengaja berlagak bodoh.
"Hm, kau berani meremehkan Su-ciau-s in- kang. ..."
Melihat Bok-cing marah, cepat Yu Wi menyela.
"Jangan gusar, cici, untuk membuktikan kedangkalan pengetahuanku, dapatkah cici mencobanya, bilamana engkau dapat naik ke atas tanpa alangan, tentu dapat kutinggal disini untuk meyakinkan Su-ciau-s in- kang tanpa kuatir lagi."
Tujuan Yu Wi hendak memancing supaya Ko-Bok-cing mau meninggalkan tempat ini, bilamana sudah naik ke atas, dapatlah dia membujuknya agar tidak turun lagi kebawah.
Kalau tidak mungkin selama hidup dia takkan pergi dari sini.
Mendadak air muka Ko-Bok-cing berubah, Yu Wi mengira orang akan tertipu olehnya, tak tahunya malah menyinggung bagian Bok-cing yang sakit segera nona itu mengayun tangan dan berteriak.
"Pergi, pergi, Lekas pergi... Tidak kuperlukan kau tinggal disini untuk berlatih ilmu segala, mau kemana boleh terserah padamu dan takkan kupeduli"
Yu Wi jadi melongo dan merasa kecewa, tidak enak juga perasaannya melihat Ko Bok-cing marah, terpaksa ia minta ampun.
"Maaf cici, kukira cici yang benar, bila Su-ciau-sin-kang sudah berhasil dikuasai, dengan mudah pasti dapat lolos dari sini dan tidak perlu dicoba lagi."
Bok-cing sangat sakit karena tersinggung dirinya, kembali ia berteriak.
"Pergilah lekas, mumpung tali itu belum putus, lekas pergi membawa anakmu"
Yu Wi tidak menyangka ucapannya tadi bisa menimbulkan amarah Ko Bok-cing, maka lamat-lamat dapatlah diduga sebab musababnya Ko Bok-cing tidak mau meninggalkan lembah ini, cuma dia tidak sampai hati untuk bertanya. ia coba membujuknya.
"Marilah kau ikut pergi bersamaku"
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kata "ikut"
Digunakannya dengan samar-samar, mestinya ia hendak bilang "kubantu kau meninggalkan lembah ini", tapi ia kuatir ucapannya terlalu menyolok dan akan menusuk perasaan Bok-cing lagi. Ternyata Bok-cing lantas menggeleng dan menjawab.
"Tidak. selama hidup ini tak ingin kutinggalkan lembah ini, silakan kau pergi sendiri, semoga setelah kau keluar dari lembah ini, segala urusan hendaknya kau sampingkan dulu dan berlatihlah Su-ciau-sin-kang yang lebih penting, itulah modal usahamu bila Su-ciau-sin-kang sudah kau kuasai, Tahu tidak?"
Ucapan "selama hidup tak ingin meninggalkan lembah ini"
Sungguh sangat mengharukan Yu Wi, ia pikir, yang benar bukan "tak ingin", tapi memang tak dapat kau tinggalkan lembah ini.
Ia menduga Ko Bok-cing pasti cacat kedua kakinya, ia tidak tahu apa yang menyebabkan cacatnya itu, tapi dapat dipastikannya hal ini, sebab kalau tidak terjadi begini, tidak nanti nona itu patah semangat dan lebih suka hidup menyendiri, masa selama bertemu empat kali tidak sekalipun terlihat dia menggeser tubuh? Mendadak Yu Wi mncucurkan air mata duka, kuatir ditertawai Bok-cing cepat ia menunduk dan mengusap air matanya, berbareng ia bicara.
"Jangan kau harapkan aku akan berhasil menguasai Su-ciau-sin- kang, salamanya tak dapat kukuasai ilmu sakti ini, juga tidak memenuhi syarat untuk mengaku sebagai murid Goet-heng-bun. Su-ciau-sin-kang tidak berjodoh denganku, Pek-yan juga sukar memisahkan diri dari Bu-eng-bun untuk hidup tenteram bersamaku. Kedua anak itu juga akan hidup terpisah, yang satu tak berayah, yang lain tak beribu, terpaksa semuanya pasrah nasib."
Mendadak Bok-cing mendamperatnya.
"Jangan sembarangan mengoceh, kulihat engkau inilah manusia yang paling sembrono di dunia ini.Jika tekadmu teguh, umpama setahun su-ciau sin-kang tak dapat kau kuasai, berlatihnya dua tahun dan seterusnya, kalau sudah delapan atau sepuluh tahun, mustahil tak dapat kau kuasai dengan baik?"
"Jangankan delapan atau sepuluh tahun, tiga puluh atau lima puluh tahun juga tidak bisa kukuasai ilmu itu,"
Kata Yu Wi dengan menyesal.
"omong kosong"
Bentak Bok- cing dengan gusar.
"Janganlah engkau menyesali diriku, kenyataannya memang demikian,"
Kata Yu Wi pula. Tergerak juga hati Bok-cing karena berulang-ulang Yu Wi menyatakan tidak mampu menguasa ilmu sakti itu, ia coba tanya.
"Sebenarnya alangan apa yang kau temui dalam melatih Su-ciau-sin-kang?"
"Tidak ada alangan apa-apa,"
Jawab Yu wi sambil tersenyum getir.
"ilmu itu telah kulatih dengan lancar sampai tamat dan sama sekali tidak terjadi sesuatu alangan."
"Mana bisa jadi?"
Seru Bok-cing.
"Sejak kecil kulatih ilmu ini dan banyak mengalami macam-macam rintangan- Bahwa dapat kau latih hingga tamat tanpa rintangan, itu kan berarti sudah berhasil kau kuasai dengan baik ilmu itu."
Yu Wi menyengir dan menjawab.
"Betul, memang sudah tamat kupelajarinya, cuma saya manfaatnya sangat sedikit, tiada bedanya Seperti tidak melatihnya."
Bok-cing tercengang, ucapnya dengan tidak mengerti.
"Su-ciau-sin-kang terbagi menjadi 12 bagian, apakah sudah kau latih seluruhnya ke 12 bagian itu setingkat demi setingkat?"
"Sudah."jawab Yu Wi.
"Jika tidak percaya, biar kumainkan, silakan lihat "
Segera ia menaruh anak bayi di samping.
lalu duduk bersila dan mulai berlatih Su-ciau-sin-kang dari bagian permulaan- Su-ciau-sin-kang atau ilmu sakti empat pancaran itu terbagi menjadi empat tingkatan yang masing-masing meliputi tiga bagian pula, seluruhnya menjadi 12 bagian- Gaya setiap tingkatan itu tidak sama, setiap bagian juga berlainan lagi cara melatihnya.
Dengan apal diluar kepala Yu Wi terus menyebutkan kunci latihannya disertai gerakan menurut gaya setiap tingkat latihan- Setiap bagian yang dilatihnva selalu dibenarkan oleh Ko Bok-cing, sedikitpun tidak keliru.
Setelah melatih dari awal sampai akhir, lalu Yu Wi berolok-olok sendiri.
"Boleh juga, sekali berlatih sudah lebih dari satu jam."
Tiba-tiba Bok-sing berkata.
"Kalimat kunci latihan yang kau sebut tadi memang benar, mungkin gaya latihanmu yang tidak tepat. coba kau duduk di sampingku dan- berlatih lagi satu kali, akan kulihat betul atau tidak."
Yu Wi mengira keadaan didalam gua terlalu gelap.
ia pikir apa alangannya kulatih lagi lebih dekat didepanmu.
Tak terpikir olehnya akan kejanggalan dalam ucapan Ko-Bok-cing tadi.
Nona itu mengatakan "mungkin-, disangkanya nona itu cuma mendengarkan dan tidak memandangnya ketika dia berlatih tadi."
Padahal pada hakikatnya Ko-Bok-cing tidak sanggup lagi menyaksikan Yu Wi berlatih dengan matanya, sebab sudah lama matanya buta Yu Wi hanya menduga nona itu lumpuh karena cacat kedua kakinya, tak tahunya kedua matanya telah buta sama sekali.
Sebabnya Bok-cing menghendaki Yu Wi berlatih lagi dengan duduk disampingnya memang mempunyai maksud tujuan lain, tapi Yu Wi tidak curiga, ia pikir apa susahnya berlatih lagi satu kali, bukan mustahil si nona akan dapat mengetahui dimana letak sebab musababnya Su-ciau-sin- kang yang tak dapat memancarkan kesaktiannya meski sudah dilatihnya dengan baik itu.
Segera ia menuju kesamping Bok-cing dan membatin.
"Ketiga kali kedatanganku yang dulu selalu kau larang kudekati dirimu, sekarang engkau sendiri yang minta kududuk disampingnya, Sungguh kontradiksi jalan pikiranmu."
Padahal tidak ada kontradiksi sama sekali, bahwa Ko Bok-cing melarang dia mendekat adalah kerena kuatir anak muda itu akan mengetahui matanya buta dan kakinya lumpuh, sekarang demi menyelami persoalan Su-ciau-sin-kang, terpaksa ia kesampingkan rasa kuatirnya itu.
Begitulah Yu Wi lantas duduk didepannya.
Tapi mendadak Bok-cing memberi perintah.
"Duduk menghadap kesana"
Dengan demikian Yu Wi jadi tidak dapat melihat kedua matanya yang buram itu.
Begitulah Yu Wi lantas berlatih Su-ciau-sin-kang lagi mulai dari awal.
Baru saja ia mulai bergerak.
mendadak Hiat-to bagian punggungnya tertekan oleh telapak tangan Ko Bok-cing.
Mau-tak-mau terpikir oleh Yu Wi.
"Ah. sebabnya kau suruh kududuk membelakangimu adalah karena hendak kau coba caraku mengerahkan tenaga."
Ia tidak tahu bahwa salah atau benar cara orang mengerahkan tenaga dapat dipandang dari luar, seumpama tak dapat dilihat juga tidak perlu memegang Hiat-to di bagian punggung, cukup beradu telapak tangan saja sudah dapat diketahui, tapi Bok-cing justeru tidak mau anak muda itu duduk berhadapan sehingga akan mengatahui matanya yang buta.
Yu Wi sendiri yakin cara berlatihnya tidak salah, maka kembali ia mengulangi latihan tanpa sangsi.
Setiap bagian dan setiap tingkatan jelas dilakukannya dengan tepat, tentu saja Bok-cing sangat heran.Jika cara latihan anak muda ini ternyata betul lancar, seharusnya hasilnya akan sangat gemilang, mengapa dia mengaku tidak mendatangkan manfaat apapun? Selesai berlatih, Yu Wi lantas berdiri, baru saja ia membalik tubuh, mendadak Bok-cing berseru.
"coba sambut pukulanku ini"
Secepat kilat telapak tangan Kanannya terus menghantam Yu Wi, tahu orang hendak mengujinya, segera ia mengerahkan segenap tenaga untuk menangkis.
Begitu beradu tangan Bok-cing lantas tahu tenaga anak muda itu sangat kuat dan keras, tidak serupa tenaga sendiri yang halus dan lunak.
melukai orang tanpa kelihatan- cepat ia menahan sebagian tenaganya, walaupun Yu Wi dapat menangkisnya, tapi tenaga pukulannya terasa lenyap begitu saja.
Malahan lantas dirasakannya semacam arus tenaga yang lunak mendampar dari depan dan membuatnya tergetar nmudur beberapa langkah.
Setelah ujian ini, diam-diam Bok-cing merasa heran.
"Aneh, mengapa tenaganya kalah kuat dari pada sebagian tenagaku?"
Diam-diam Yu Wi juga kaget dan mengakui kehebatan Su-ciau-sin- kang, untuk pertama kalinya ia sendiri merasakan secara langsung betapa lihainya ilmu sakti itu. Dengan tidak mengerti Bok-cing menggeleng dan berucap.
"Aneh, sungguh aneh"
Ia heran.
sebab Su-ciau-sin- kang yang dilatih Yu Wi jelas benar dan baik, mengapa tenaganya justeru tidak sekuat dirinya.
Hal ini tak dapat dipecahkannya, dahulu ayah Ban Put-tong juga tidak habis mengerti setelah berhasil meyakinkan Su-ciau-sin-kang dan ternyata tidak mendatangkan manfaat apa-apa.
Ayah Ban Put-tong dahulu memang benar telah meyakinkan Su-ciau-sin-kang dengan betul seperti Yu Wi sekarang, tapi dia juga tidak mampu menghadapi Thay- yang- bun- sebaliknya malah terpedaya oleh musuh dengan tipu "perempuan cantik"
Sehingga terpecah-belah hubungan baik antara ayah dan anak.
akibatnya rumah tangga hancur dan manusianya runtuh, Goat-heng-bun juga terus ambruk dan hampir musnah sama sekali.
Mereka tidak tahu Su-ciau-sin-kang harus dilatih sejak kecil dengan badan jang masih suci bersih, jika tidak suci lagi, ilmu itu paling-paling hannya sekedar untuk kesehatan badan saja Jadi selama hidup Yu Wi tidak mungkin berhasil menguasai Su-ciau-sin-kang sebagai Ko Bok- cing, biarpun dia berlatih lagi seratus tahun juga sia-sia belaka.
Dengan sendirinya Ko Bok-cing tidak dapat memecahkan sebab musababnya Yu Wi tidak dapat menguasai ilmu sakti itu.
Maka dengan tertawa Yu Wi berkata.
"sudahlah, tidak perlu engkau banyak pikir. Mungkin harus berjodoh untuk dapat menguasai Su-ciau-sin-kang, aku sendiri tidak berjodoh sehingga tidak mampu menguasainya."
"Masa berlatih kungfu juga bicara tentang jodoh?"
Jengek Bok-cing.
"Ya, apa boleh buat, urusan yang sukar dipecahkan, terpaksa harus diberi jawaban dengan kata jodoh. kalau tidak, cara bagaimana engkau memberi alasan?"
"Tentu saja ada,"
Kata Bok-cing. Ucapannya ini bukan menanggapi pertanyaan Yu Wi itu, tapi diam-diam dalam hati ia telah mengambil suatu keputusan.
"Apa alasannya, coba engkau jelaskan,"
Pinta Yu Wi.
"Tidak ada gunanya meski kujelaskan sekarang, yang penting harus berdaya untuk berlatih dengan baik,"
Ujar Bok-cing. Padahal, betapapun tidak dapat memberi penjelasan apa sebabnya Yu Wi tak dapat mengeluarkan kesaktian Su-ciau-s in- kang meski ilmu Itu sudah dilatihnya dengan betul.
"Kalau tidak menemukan sebab musababnya, biarpun kulatih sampai ubanan juga tetap tak bermanfaat. kan lebih baik kulatih lwekang keluargaku sendiri saja." .
"Apa namanya lweekang keluargamu itu."
Tanya Bok-cing.
"Yang satu bernama Thian-ih-sin-kang. yang lain disebut Ku-sit-tay-kang,"
Tutur Yu Wi.
"Wah, tak tersangka masih ada kepandaian ganda simpananmu."
Ejek Bok-cing.
"cici yang baik, janganlah engkau mengejek."
Ucap Yu Wi dengan rendah hati.
"Kutahu, biarpun kulatih sampai tua juga tidak dapat menandingi Su-ciau-sin- kang mu."
Menurut watak Yu Wi yang keras- mestinya dia tidak tahan ejekan Ko-Bok-cing. tapi ia merasa kasihan terhadap si nona yang sudah cacat, ia tidak sampai hati memperlihatkan sikap ketus.
"Eh jangan kau panggil semesra itu, usiaku juga sudah lebih tua dari padamu,"
Kata Bok-cing tiba-tiba. Yu Wi ingin membuat senang hati si nona ucapnya pula.
"Jika begitu biar kupanggil adik padamu. Nah, adik yang baik."
Muka Bok-cing menjadi merah, omelnya.
"Huh, usil"
Sedapatnya Yu Wi berusaha membangkitkan gairah hidup si nona, maka ia berlagak Jenaka dan menjulur lidah. Dengan sendirinya Bok-cing tidak dapat melihat lagaknya yang lucu itu, dengan muka kaku ia berkata pula.
"Ada satu caraku dapat membuatmu menguasai Su-ciau-sin-kang. Kau mau terima atau tidak?"
Yu Wi tertawa.
"Apakah seperti kejadian di tempat kediamanmu dulu, akan kau bantuku lancarkan segenap urat nadi dan sebagainya."
"Tidak perlu kau tanya,"
Jawab Bok-cing. Karena tidak tega menolak maksud baik orang terpaksa Yu Wi menjawab.
"Baiklah, terserah apa kehendakmu, akan kuturut semuanya."
Dengan kereng Bok-cing lantas berkata.
"Duduk di sampingku sini."
Yu Wi menurut dan berduduk.
"Pejamkan mata"
Bok-cing memberi perintah pula seperti anak yang penurut, segera Yu Wi pejamkan mata.
"Julurkan tangan kirimu,"
Kata Bok-cing lagi^ Dan begitu Yu Wi mengangsurkan telapak tangan kirinya, segera Bok-cing menjulurkan telapak tangan kirinya juga sehingga kedua tangan menempel erat.
"Ada pesan apalagi?"
Ujar Yu Wi dengan tertawa. Tapi dengan bengis Bok-cing lantas membentak.
"Dilarang bicara, pusatkan pikiran dan kerahkan tenaga, dan terima tenaga murni yang kusalurkan, cara bagaimana kulakukan harus kau turut dan tidak boleh melawan-Hati jangan merasakan, mata jangan melihat. Dilarang membuka mata, perut kosong, tidak boleh makan dan minum, tidak boleh memikirkan waktu."
Beberapa larangan dan tidak boleh itu membuat Yu Wi menggeleng kepala, pikirnya.
"Mendingan jika diriku hendak kau jadikan patung, tapi soal waktu juga tidak boleh kupikirkan, memangnya kalau duduk sampai sebulan atau setahun juga harus diam saja?"
Tiba-tiba Bok-cing berkata pula.
"Dan dilarang berpikir macam-macam."
"Dilarang"
Yang terakhir itu terpaksa juga diturut oleh Yu Wi, dengan begitu dia lantas berubah serupa orang hidup yang mati.
Sang waktu berlalu dengan cepat, Yu Wi merasakan suara sang waktu seolah-olah berlalu di tepi telinganya.
Ko Bok-cing sendiri juga memejamkan mata dan berduduk tidak bergerak.
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Keduanya serupa patung yang tidak bargerak.
Padahal hawa murni dalam tubuh mereka terus bergerak tanpa berhenti, serupa dengan pabrik yang sedang berproduksi terus menerus.
Hawa murni dalam tubuh Yu Wi terus dikerahkan dan berlebur dengan hawa murni yang disalurkan oleh Ko Bok-cing, tapi begitu terlebur lantas tertumpas, sehingga lama-lama dalam tubuh Yu Wi seolah-olah dipenuhi oleh hawa murni Ko Bok-cing, tangan kiri Yu Wi dimulai dari telapak tangan ke atas makin lama makin putih dan masih terus menjalar ke atas.
first share di Kolektor E-Book 14-08-2019 21:34:58
Rahasia Mo-kau Kaucu -- Khu Lung Dendam Asmara -- Okt Maling Romantis -- Khu Lung