Ceritasilat Novel Online

Pendekar Setia 12


Pendekar Setia Karya Gan KL Bagian 12



Pendekar Setia Karya dari Gan K L

   

   "Siapa ... siapa yang akan dijatuhi hukuman?"

   Tanya Ji-tiau dengan suara gemetar.

   "soh-sim"

   Jawab nikoh pendatang itu dengan dingin. Ji-tiau terkejut.

   "Hah, Amcu sudah gila barangkali, dia ... dia berani bertindak secara tidak semena-mena ..."

   Sembari bicara ia terus melayang ke atas tebing...Di depan biara sudah berkumpul para murid cu-pi-am, di tengah sebuah kursi besar berduduk Ji-bong Taysu, dengan sorot mata dingin ia memandang Soh-sim di depannya yang dipegang oleh dua nikoh.

   "Soh sim,"

   Terdengar Ji-bong sedang bertanya dengan suara bengis.

   "Apakah kau tahu kesalahanmu? "

   Dengan sikap penasaran Soh-sim menjawab.

   "Tecu-justeru ingin tahu kesalahan apa yang kulakukan?"

   "Kau bersekongkol dengan musuh biara kita,"

   Kata Ji-bong dengan licik. Saking mendongkol Soh-sim mencucurkan air mata. serunya.

   "Tecu tidak tahu apa yang disebut sebagai bersekongkol dengan musuh"

   "Biara kita telah kemasukan tiga maling pencuri Jit-yap-ko, betul tidak?"

   Tanya Ji- bong. Karena hal ini memang benar, Soh-sim mengangguk.

   "Nah. kau tahu Jit-yap-ko adalah benda pusaka biara kita, sekarang ada orang mengincarnya. maling yang bernyali besar itu jelas adalah musuh kita. Sedangkan satu diantara maling lelaki itu adalah kenalanmu, betul tidak?"

   "Dia bukan kaum maling segala, Amcu tidak dapat .. .."

   Belum lanjut ucapan Soh-sim segera Ji- bong membentak.

   "Tidak perlu banyak omong, aku cuma tanya padamu kau kenal dia atau tidak?"

   Dengan menahan perasaan Soh-sim mengangguk pula.

   "Untung sudah kuatur penjagaan lebih dulu sehingga ketiga maling itu terkurung. Setelah tahu jelas kedatangan mereka adalah untuk mencuri Jit-yap-ko, tapi kau sengaja berusaha menolong mereka bertiga, betul tidak?"

   Selagi Soh-sim hendak membantah, mendadak Ji-bong membentak pula.

   "Diam, cukup bagimu untuk mengangguk atau menggeleng bila tidak benar."

   Melihat sikap Ji-bong berubah tidak seperti biasanya, berubah menjadi kasar dan tidak pakai aturan lagi, sama sekali tidak memberi kesempatan padanya untuk menjelaskan persoalannya, sungguh tidak kepalang gemas Soh-sim, dengan mendongkol ia mengangguk dengan keras, pikirnya.

   "Baiklah, jika memang hendak kau salahkan diriku, terserah cara bagaimana akan kau tuduhkan padaku."

   Didengarnya ji- bong menjengek pula.

   "Setelah mengaku kenal musuh, kemudian bermaksud menolongnya, lantas siapa berani menjamin sebelumnya tidak ada persekongkolan diantara kalian- inilah yang kumaksudkan berkomplot dengan musuh untuk mencuri benda pusaka biara kita, inilah dosamu yang pertama. Lalu musuh kau bebaskan- inilah dosamu yang kedua. Dosamu berganda, maka hukumannya adalah membutakan mata dan memotong tangan- Laksanakan hukuman"

   Pada saat itulah kebetulan Ji-tiau memburu tiba, cepat ia berteriak "Nanti dulu"

   Ji- bong menjadi kurang senang.

   "Ji-tiau, hendak kau rintangi pelaksanaan hukum kita?"

   Melihat Ji- bong berubah menjadi begitu kejam, saking gusarnya Ji-tiau menggeleng-geleng, serunya^ "Baik, tidak kurintangi kehendakmu"

   "Bagus, maka cepat hukuman dilaksanakan demi menegakkan peraturan suci biara kita"

   Seru ji- bong. Mendadak Ji-tiau berteriak pula.

   "Amcu, apakah engkau benar-benar hendak membutakan mata Soh-sim dan memotong kedua tangannya?"

   "Peraturan suci biara kita harus ditegakkan"

   Jengek Ji- bong "Dapatkah pelaksanaan hukuman ini ditunda sementara?"

   Seru Ji-tiau.

   "Sesungguhnya kau mau apa?"

   Tanya ji- bong dengan gusar. Mendadak Ji-tiau melolos belati dan berkata.

   "Sebelum hukuman Soh-sim dilakukan, biarlah ku- mati dulu didepan Amcu"

   "Apa . .. apa artinya ini?"

   Mau-tak mau tergetar juga hati Ji-bong walaupun tetap gusar.

   Ji-tiau tersenyum getir.

   katanya "Biarlah dengan jiwaku yang lapuk ini untuk menukar keselamatan Soh-sim, Amcu sendiri kan tahu sudah pernah Kuberi jaminan keselamatan Soh-sim kepada Yu-sicu dengan jiwaku"

   Tapi Ji-bong lantas mendengus.

   "Hm, kau kira dengan bertindak demikian lantas akan kuampuni Soh-sim?"

   Air muka Ji-tiau barubah pucat, sungguh tak terpikir olehnya ji- bong bisa berubah menjadi sekejam ini, sungguh pedih sekali hatinya hingga tidak sanggup bicara pula. Sampai lama sekali barulah tercetus suara Ji-tiau.

   "o... Sio ... Siocia, percumalah Ji-tia u mengikut dirimu selama ini ... ."

   Belum habis ucapannya, seketika belati menikam pada mata pinggang sendiri.

   Dengan kepandaian Ji-bong mestinya tidak sulit baginya untuk memberi pertolongan, tapi dia justeru tidak terharu sama sekali, sebaliknya malah mencibir seakan-akan tidak percaya Ji-tiau benar-benar akan mengorbankan jiwa sendiri.

   Namun Ji-tiau tidak ragu sedikit pun, dengan tepat ia menikamkan belati pada mata pinggang sendiri, dengan pedih ia melirik Ji-bong untuk terakhir kalinya, lalu "bluk", jatuh tersungkur dan mengembuskan napas penghabisan- Sekarang air muka Ji-bong baru rada berubah, sedikit terkejut, tapi hanya sekilas saja lantas kembali kepada sikapnya yang kejam.

   teriaknya.

   "Bagus?..Ji-tiau, berani kau lawan diriku dengan mencari kematian"

   Di hadapan anak muridnya, perbuatan Ji-tiau itu memang serupa semacam perlawanan. makin dipikir makin marah Ji- bong, segera ia berteriak.

   "Laksanakan hukuman"

   Dengan sendirinya anak murid pelaksana hukum tidak berani ayal, selagi mereka hendak mencabut goloki sekonyong-konyong sesogok bayangan hitam berkelebat tiba.

   "plak-plok", kontan kedua murid pelaksana hukuman itu mencelat seperti layangan putus dan terbanting di tempat jauh. Pendatang ini ialah Yu Wi, diam-diam ia pun menyusul tiba karena menguatirkan keselamatan Soh-sim meski sudah ada jaminan dari Ji-tiau. Namun sayang kedatangannya agak terlambat, Ji-tiau keburu mati membunuh diri, hal ini menimbulkan duka dan murkanya, maka begitu melompat maju segera ia membinasakan dulu kedua murid yang akan mengganas itu. Kawanan murid cu-pi-am berbaris menjadi setengah lingkaran dan asyik menyaksikan pelaksana hukuman itu, kedatangan Yu Wi teramat cepat sehingga tiada seorang pun sempat mencegah tindakan anak muda itu. Serentak Yu Wi juga membuka Hiat-to Soh-sim, dalam pada itu jalan mundurnya juga lantas ditutup rapat oleh anak murid cu-pi-am. Dengan suara tertahan Yu Wi memberi pesan kepada Soh-sim.

   "ikut ketat dibelakang ku, mari kita terjang keluar bersama."

   Mendadak terdengar ji-bong membentak.

   "Yu Wi, kau dapat datang dan tidak dapat pergi lagi"

   "Hm, belum tentu,"

   Jengek Yu Wi.

   "Mati bagi yang merintangiku"

   Baru habis ucapannya, dengan langkah ajaib Hui-Liong-poh ia terus melompat ke depan seorang nikoh yang memegang pedang, pandangan nikoh itu serasa kabur dan tahu-tahu pedangnya sudah dirampas Yu Wi.

   Dengan pedang di tangan, semangat Yu Wi terbangkit, dengan langkah lebar ia mendesak ke depan, Soh-sim mengikut di belakangnya dengan bertangan kosong, kawanan nikoh yang mengepung mereka itu sudah terlatih baik.

   mereka berdiri tenang dengan senjata siap di tangan- ketika Yu Wi mendesak maju, barisan mereka lantas terpencar dan membentuk segi tiga, lalu menyerang.

   Meski menghadapi kerubutan musuh dari tiga jurusan, Yu Wi tidak gentar, pedang berkelebat, kontan beberapa nikoh menjerit ngeri dan melompat mundur Jurus serangan Bu-tek-kiam memang sangat lihai, apalagi sekarang Yu wi sudah lengkap menguasai kedelapan jurus ilmu pedang sakti itu dengan baik, biarpun setiap murid cu-pi-am tergolong tangkas, mana mereka mampu menandingi anak muda itu.

   Yu Wi juga tidak suka banyak membunuh orang yang tak berdosa, maka nikoh yang melompat mundur itu hanya dilukai saja, jika dia mau berlaku kejam tanpa kenal ampun, beberapa nikoh yang melompat mundur itu pasti sudah binasa.

   Menyusul Yu Wi melancarkan jurus serangan Hong-sui-kiam, lalu pedang memutar balik dengan jurus serangan Tay-gu-kiam.

   Setelah tiga jurus serangan, belasan nikoh yang menerjang maju itu sama mundur dengan menderita luka.

   Sementara itu kawanan nikoh yang mengepung bertambah banyak.

   belasan niKoh yang sudah dilukai itu tidak mempengaruhi semangat tempur mereka.

   Diam-diam Yu Wi membatin.

   "Jika tidak kubunuh beberapa orang di antara mereka secara kejam, mungkin mereka takkan jeri dan mundur."

   Karena itulah ia keraskan hati, segera ia mainkan dua jurus serangan lainnya.

   Apa yang terjadi benar-benar mengerikan, Tay-hong-kiam membinasakan dua orang, Siang-sim-kiam sekaligus membunuh enam nikoh yang masih muda.

   Nikoh muda yang mati itu semuanya dikenal Soh-sim, tentu saja dia tidak tega, serunya.

   "Yu Wi jangan kau main bunuh sekeji itu"

   Jika dia berhati bajik, ternyata nikoh yang mengepung mereka itu tidak pedulikan dia, beberapa nikoh segara menyerangnya dari belakang dengan golok mengkilat.

   sebenarnya ilmu silat Soh-sim tergolong kelas satu, namun berada di dalam cu-pi-am tidak lebih cuma anak murid biasa saja, sekarang dia tidak bersenjata dan dikerubut oleh para nikoh yang kepandaiannya tidak lebih rendah itu, tentu saja dia tidak mampu melawannya.

   Yu Wi mendengar serangan di belakang itu, mendadak ia membalik tubuh dan melancarknn jurus Sat-jin-kiam, hampir berbareng beberapa nikoh penyerang Soh-sim sama menjerit ngeri, kontan jiwa mereka melayang.

   Hanya dalam sekejap saja belasan nikoh kembali dibinasakan lagi oleh Yu Wi.

   Karena keganasan ilmu pedang anak muda itu, kawanan nikoh rada jeri.

   mereka hanya mengepung saja dan tidak berani sembarangan menerjang maju lagi.

   Darah berceceran, hampir tiga puluh sosok mayat bergelimpangan disana sini, Yu wi terus mendesak maju ke sana dengan langkah lebar.

   Beramai-ramai kawanan nikoh itu menyurut mundur, mereka tidak berani lagi merintangi Yu Wi.

   Apapun juga jiwa lebih penting, ilmu pedang anak muda itu terlalu lihai, siapa lagi yang berani main- main dengan jiwanya sendiri? Setelah lapisan kepungan itu ditembus sederet, akhirnya satu orang mengadang di tengah jalan- menghadapi kedatangan Yu Wi.

   Yu Wi berhenti dalam jarak satu tombak.

   ia menjura dan berucap.

   "Mohon Taysu memberi jalan."

   Sorot mata ji-bong setajam pisau menyapu pandang Soh-sim sekejap. seketika Soh-sim merinding, hampir saja ia bertekuk lulut dan menyembah. Dengan suaranya yang penuh rasa benci ji-bong berucap.

   "Kalian berdua sudah ditakdirkan harus mati."

   Yu Wi melengek oleh suara nikoh tua yang penuh rasa dendam ini, tapi iapun tidak mau mengunjuk kelemahan- jawabnya.

   "Apakah Taysu ingin bertempur lagi?"

   Ji- bong tidak menjawab, ia keluarkan sebiji petasan isyarat, disulutnya petasan itu dan dilemparkan ke udara.

   Terdengar suara letusan tiga kali disertai cahaya yang berwarna-warni.

   Hanya sekejap saja segenap nikoh yang berjaga di dalam cu-pi-am sama membanjir keluar.

   Yu Wi menggeleng kepala, katanya.

   "Untuk apa Taysu mengorbankan jiwa para muridmu yang tidak berdosa ini, Taysu selalu bicara tentang welas-asih, kenapa engkau tidak menaruh belas kasihan kepada muridmu sendiri?"

   "Hm, jika mampu boleh coba kau bunuh habis anak murid cu-pi-am barulah kalian ada harapan untuk hidup"

   JengekJ i- bong.

   "Ada. berapa banyak anak muridmu?"

   Tanya Yu Wi.

   "Tidak banyak. seribu orang pasti tidak kurang,"

   Jawab ji-bong. Diam-diam Yu Wi melengak. jangankan dirinya tidak sanggup membunuh orang sebanyak ini, biarpun semuanya tidak melawan dan dirinya disuruh membunuh mereka satu persatu, rasanya juga tidak tega. Tiba-tiba ia mendapat akal, katanya.

   "Taysu bagaimana kalau kita berdua bertanding satu kali saja untuk menentukan mati dan hidup.Jika Taysu menang, cayhe dan Soh-sim akan menyerah untuk dibunuh sesukamu, jika beruntung aku menang, tentu jiwa anak muridmu yang tak berdosa ini tidak perlu dikorbankan dengan sia-sia. Nah, setuju?"

   Ji-bong seperti tidak suka bertempur satu lawan satu dengan Yu wi, ia menjengek.

   "Hm, boleh kau tunggu dan lihat dulu"

   Sejenak kemudian, segenap nikoh cupi-am dari yang tua sampai yang muda, yang berwajah cantik dan bermuka jelek.

   seluruhnya tidak kurang dari seribu orang telah mengepung mereka dengan ketat.

   Mau-tak-mau Yu Wi merasa kuatir, serunya, ji-bong Taysu, jangan-jangan kau takut kepada Hai-yan-pat-kiamku, maka tidak berani bertanding denganku, tapi sengaja kau kerahkan anak muridmu sebagai tumbal untuk menguji ketajaman pedangku"

   Ji- bong tampak menggreget, mendadak ia mendongak dan berteriak.

   "Dinding kematian"

   Segera kawanan nikoh itu bergerak kian kemari, dari empat penjuru lantas tampil barisan yang rapi.

   "Wah, kita . .. kita benar akan mati ..."

   Ucap Soh-sim dengan gemetar. Ia tahu barisan nikoh yang disebut "dinding kematian"

   Ini tidak terlalu ajaib, hanya barisan manusia belaka, namun betappun lihainya seorang juga sukar menembus dinding manusia yang berjumlah ribuan orang ini.

   Bilamana kepungan barisan manusia itu merapat, andaikan tidak mati dalam pertempuran juga pasti akan binasa terinjak-injak.

   Yu Wi juga dapat melihat kelihaian dinding kematian yang lihai itu, tapi ia sengaja tertawa latah, serunya, ji-bong Taysu.

   "jelas kau takut kepada Hay-yan-kiam-hoat, biarlah aku tidak menggunakan pedang, kuyakin dengan bertangan satu saja dapat mengalahkan kau. cuma, biarpun begitu, kukira kau pun tidak berani bertempur melawanku."

   Betapapun ji-bong harus menjaga gengsi, ia tidak dapat tinggal diam lagi atas tantangan Yu Wi, dengan murka ia membentak.

   "Yu Wi, terlalu latah kau"

   "Latahku cukup beralasan. apakah Taysu berani mencobanya?"

   
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Ejek Yu Wi pula.

   "Baik, jadi menurut ucapanmu sendiri, hanya dengan sebelah tangan akan kau lawan diriku?"

   Tanya ji-bong.

   "Ya, apakah kau kira aku perlu mengingkari janji?"

   Jengek Yu Wi.

   "Memangnya ka mampu lolos dari dinding maut?"

   Jengek Ji-bong.

   "Jika kau kalah, bersama Soh-sim hendaknya kalian menyerah saja."

   Diam-diam ia mengambil keputusan akan memberi hukuman badan kepada mereka sebelum membunuhnya, kalau tidak. bilamana "dinding maut"

   Sudah bergerak. mereka tentu akan terinjak-injak hingga hancur lebur, hal ini terasa kurang puas baginya.

   "Dan bila aku menang, lalu bagaimana?"

   Tanya Yu Wi pula. Dengan suara lantang ji-bong lantas berseru.

   "Amcu akan menghadapi dia seorang diri, bilamana dia menang, segera pula bubarkan barisan kalian dan tidak boleh merintangi dia."

   Rupanya ia yakin dengan sebelah tangan kosong tidak nanti Yu Wi dapat mengalahkan dirinya maka dengan tulus ikhlas ia memberi perintah kepada para nikoh. Yu Wi lantas membuang pedangnya dan berkata.

   "Jika demikian, silakan mulai, Taysu"

   "Keluarkan tangan kirimu"

   Bentak ji-bong dengan gusar. Segera Yu Wi melolos tangan kiri yang selama ini selalu terselip pada ikat pinggang, karena tidak pernah digunakan, tangan kiri itu kelihatan putih pucat. Lalu tangan kanan ia selipkan ke ikat pinggang.

   "Gunakan kedua tanganmu"

   Teriak ji- bong pula. Yu Wi tertawa.

   "Kan sudah kukatakan, cukup dengan sebelah tangan saja dapat kukalahkan dirimu."

   Saking marahnya ji- bong tertawa terkekeh-kekeh. Dengan suara tertahan Soh-sim berkata kepada Yu Wi.

   "Engkau tidak boleh gegabah, hendaknya kau tahu, ilmu pukulan ji- bong tidak ada tandingannya di dunia ini."

   Dengan tak acuh Yu Wi berkata dengan suara keras.

   "Dia tidak ada tandingannya, aku juga tidak ada tandingannya Jangan kuatir, tak nanti aku bergurau dengan jiwaku sendiri."

   "Huh. belum pernah kudengar bahwa ilmu pukulan Goat-heng-bun tidak ada tandingannya di dunia ini,"

   Jengek Ji- bong Taysu.

   "Sebanarnya tidak ada ilmu silat yang disebut tidak ada tandingannya di dunia. Kalau ilmu pukulan Goat- heng- bun tidak mungkin tak ada tandingannya di dunia, ilmu pukulan Thay- yang- bun kalian juga tidak mungkin demikian-"

   "Dari mana kau tahu aku ini orang Thay- yang- bun? Apakah Ban Put-tong yang mengirim dirimu kesini?"

   Bentak ji-bong.

   "Ban-locianpwe sudah wafat beberapa puluh tahun yang lalu,"

   Sahut Yu Wi dengan hambar.

   "cis, memangnya dia hendak mengelabui aku?"

   Damperat ji-bong.

   "Kutahu dia tidak mati, apakah barangkali ilmu silatnya yang punah, makanya tidak berani langsung mencari diriku melainkan menyuruhmu menghina diriku dengan Hai-yan-pat-kiam ini?"

   "Terserah padamu mau percaya atau tidak- Ban-locianpwe memang betul-betul sudah wafat beberapa puluh tahun yang lampau,"

   Tutur Yu Wi pula.

   "Apapun juga aku tidak percaya dia sudah mati,"

   Kata Ji- bong dengan gemas.

   "Jelas kau muridnya, jika bukan murid didiknya langsung, siapa lagi di dunia ini yang mampu mempelajari Hai-yan-pat-kiam? Wahai Ban Put-tong, tidak layak sampai sekarang belum lagi kau maafkan diriku. lebih tidak pantas lagi kau suruh anak muda ini menghina diriku."

   "Taysu."

   Kata Yu Wi dangan menyesal.

   "apa yang kukatakan padamu adalah hal sesungguhnya.Jika kau mau mendengarkan, akan kututurkan seluk-beluknya dengan lebih jelas, tatkala mana tentu kau percaya Ban-locianpwe memang benar telah wafat, dengan demikian dapatlah kau sadari bahwa tindakanmu menghapus larangan seratus tahun dalam perguruanmu adalah tindakan yang tidak bijaksana."

   Dengan gusar ji-bong menjawab.

   "Jadi Ji-tau telah memberitahukan padamu tentang pencabutan larangan seratus tahun perguruanku? IHm, budak ini sampai tua baru mengkhianati aku, dia memang pantas mampus"

   "Taysu, apakah engkau menyadari dirimu sendiri adalah seorang yang paling bodoh, paling tidak bijaksana, juga orang kebelingar,"

   Seru Yu Wi. ji-bong menjadi murka, teriaknya.

   "Ban Put-tong saja masih lebih rendah satu tingkat dari padaku, kau sendiri adalah murid Ban Put-tong, kau berani kurang sopan padaku?"

   "Taysu, masakah engkau bilang Ban-locianpwe lebih rendah tingkatannya dari padamu?"

   Ejek Yu Wi- Muka Ji- bong menjadi merah, teriaknya.

   "Bagus, sampai sekarang kau belum lagi mengaku sebagai murid Ban Put-tong, bukankah dia sudah membeberkan segenap seluk beluk riwayatnya padamu?"

   Yu Wi melengak, tanpa pikir dia bicara, sekarang jadinya ji-bong tambah tidak percaya bahwa Ban Put-tong sudah lama meninggal, tapi malah menganggap Ban Put-tong sendiri yang memberitahukan seluk-beluk urusan pribadinya itu.

   Selagi ia hendak memberi penjelasan pula, mendadak ji-bong membentak.

   "Jika tidak kau gunakan juga tangan kananmu, jangan menyesal bila kubunuh dirimu seperti menginjak seekor semut."

   Diam-diam mendongkol juga Yu Wi, katanya.

   "Taysu cuma tahu kelihaian ilmu golok Goat-heng-bun, tapi tidak tahu bahwa ilmu pukulan Goat- hang- bun justeru terlebih lihai daripada ilmu goloknya."

   Ji-bong mengejek.

   "Bagus, jika begitu kumohon murid Goat-heng-bun supaya memainkan ilmu pukulannya yang lihai dengan kedua tanganmu"

   Ia merasa tahu jelas seluk-beluk perguruan Goat-heng-bun, ia tidak percaya Goat-heng-bun masih mempunyni ilmu pukulan simpanan yang lihai. Yu Wi lantas menjawab.

   "Dengan sebelah tangan saja kuyakin Taysu akan kewalaban, untuk apa kugunakan dua tangan- Nah, silakan Taysu keluarkan segenap tenagamu, hendaknva dapat melihat gelagat, agar tidak kalah dengan terlalu cepat, kan malu disaksikan anak muridmu sebanyak ini."

   Dengan marah Ji- bong menjawab.

   "Sungguh anak yang tidak tahu diri, ingin kulihat cara bagaimana akan kau kalahkan diriku."

   Tubuhnya tidak bergerak.

   tapi kedua telapak tangan menepuk sekali terus terangkat, terpancar tenaga dahsyat yang tidak kelihatan- Tenaga dalam Yu Wi mestinya tidak dapat menandingi ji-bong, tapi tangan kirinya sekarang menguasai Su-ciau-sin-kang, kekuatannya jadi lebih tinggi setingkat daripada ji bong.

   Dia angkat tangan kiri dan menolak ke depan lalu disampuk kesamping, seketika tenaga dahsyat lawan dipunahkan tanpa terlihat, Kejut sekali ji-bong, tampaknya kekuatan bocah ini memang lebih hebat daripadanya, namun dia tetap tidak percaya.

   sebab Yu wi pernah beradu pukulan dengan dia.

   meski dapat mematahkan ilmu pukulannya, namun jelas lwekangnya kalah jauh daripada dirinya, mana mungkin belum ada setahun lwekangnya bisa tambah lebih kuat daripada dirinya? Segera ia melompat maju, dengan ajaib ia memainkan ilmu pukulan andalan Thay-yang-bun yang telah dilatihnya selama berpuluh tahun, yaitu jurus serangan lihai Sian-thien- ciang .

   Ilmu pukulan yang memaksa lawan menghadapi bahaya tapi sukar untuk berjaga.Ji- bong menaruh kepercayaan penuh atas ilmu pukulan sendiri yang hebat ini, ia yakin betapa hebat ilmu pukulan lawan juga sukar menangkisnya, asalkan Yu Wi kena tersentuh olehnya, betapa tinggi lwekangnya juga pasti tidak tahan dan tentu dapat dibekuk olehnya dengan mudah.

   Hanya ada sementara orang yang mungkin mampu menghadapi ilmu pukulannya ya hebat ini, yaitu orang yang menguasai lwekang tingkatan ajaib, tingkatan yang tidak ada taranya sehingga tak dapat diapa-apakan dengan ilmu pukulan apa pun- Tapi orang aneh demikian boleh dikatakan teramat sedikit, hampir tidak pernah terjadi juga, orarg yang pernah dilihatnya itu (Ko Bok-cing) nasibnya sekarang entah bagaimana, besar kemungkinan sudah mati, maka Ji-bong tidak percaya Yu Wi dapat menghadapi ilmu pukulannya yang maha sakti ini.

   Ia tidak tahu bahwa selama hampir setahun ini Yu Wi justeru telah terlatih sehingga menjadi jenis orang yang sukar dipercaya itu, sukar untuk dibayangkan bahwa setelah Yu Wi terkurung di lembah buntu itu, anak muda ini justeru berhasil menguasai setengah Su-ciau-sin-kang .

   Dan melulu setengah Su-ciau-sin-kang ini ternyata sudah cukup bagi Yu Wi, secara ajaib tangan kiri Yu Wi menerobos masuk lingkaran pertahanan ji-bong, belum lagi nikoh tua itu melancarkan serangan lebih dulu ia telah mengancam Hiat-to maut pada bahunya.

   Dengan demikian serangan maut Ji- bong belum sempat dikerahkan dan tahu-tahu tenaga maha dahsyat Yu Wi sudah mengancam bahunya, karuan ia terkejut, dalam keadaan kepepet, terpaksa ia menyerempet bahaya dengan menjatuhkan tubuh terus menggelinding ke samping untuk menghindari tenaga pukulan tangan kiri Yu wi.

   Mestinya ji-bong tidak dapat meloloskan diri, belum pernah ada orang mampu mengelak di bawah, serangan Su-ciau-sin-kang, tapi lantaran hati Yu Wi mendadak merasa tidak tega sehingga ji- bong sempat lolos.

   Pada waktu merasa badan terancam pukulan musuh, wajah ji-bong sudah pucat, keadaan itu membuat Yu Wi tidak Sampai hati, jelek2 ji-bong adalah tokoh angkatan tua yang sangat tinggi tingkatannya, ia tidak tega membikin malu dia di depan anak muridnya.

   Setelah menggelinding ke sana, segera Ji- bong melompat bangun, dengan muka pucat ia berseru.

   "Su- ciau-sin-kang? "

   Untuk kedua kalinya dia melihat Su-siau-sin-kang dimainkan orang, ilmu yang sebelum ini cuma pernah didengar dan belum pernah dialaminya itu.

   "Hm, baru sekarang kau tahu Su ciau-sin-kang?"

   Jengek Yu Wi. ji-bong kelihatan masih ngeri rasanya.

   "Apakah Taysu ingin bertempur lagi?"

   Tanya Yu Wi. Dengan lemas ji-bong lantas berteriak.

   "Bubarkan barisan"

   Yu Wi menggandeng tangan Soh-sim dan perlahan melangkah kedepan. Barisan nikoh sama menyingkir memberi jalan karena perintah ji-bong tadi. ji-bong termangu- mangu memandangi kepergian Yu Wi, mendadak ia berteriak.

   "Apakah ilmu saktimu itu ajaran Ban Put-tong?"

   "Bukan- jawab Yu wi dari jauh. Akhirnya mereka menghilang di balik lereng sana. ji-bong masih berdiri termenung dan bergumam^ "Pasti ajarannya, pasti. ..."

   Betapapun ia tidak percaya Su- ciau-sin-kang yang dikuasai Yu Wi itu bukan ajaran Ban Put-tong, sebab berita keajaiban Su ciau-sin-kang dahulu berasal dari Goat-heng-bun, kalau tidak- pada hakikatnya di dunia ini tidak pernah kenal nama Su- ciau-sin-kang segala.

   Anak murid Thay- yang- bun umumnya juga tahu ada semacam ilmu sakti yang bernama Su-ciau dari Goat-heng-bun, meski mereka percaya dunia ini ada ilmu sakti itu, tapi mereka tidak percaya ilmu itu dapat dikuasai anak murid Goat-heng-bun, sebab kalau benar Goat-heng-bun memiliki ilmu sakti begitu, tentu sudah lama Thay- yang- bun ditumpas oleh mereka.

   Namun berita yang dianggap bualan dari pihak Goat-heng-bun itu kini telah terbukti benar.

   Ji- bong percaya dan tidak meragukannya lagi sebagai bualan pihak Goat-heng-bun.

   Malahan terbukti sekarang Yu Wi yang mengaku sebagai orang Goat-heng-bun telah menguasai Su- ciau-sin-kang, malahan ada lagi seorang nona Ko juga mahir, dia tentu juga murid Goat-heng-bun, maka tanpa menghiraukan bahaya dia datang hendak menolong Yu Wi, cuma sayang, keduanya tidak terbinasa di dalam sumur maut itu.

   Jadi pihak Goat-heng-bun sekarang sudah ada dua orang mahir Su- ciau-sin-kang, hal ini sungguh sangat menakutkan, makin dipikir makin gelisah hati ji-bong, mendadak timbul pikirannya yang kejam, teriaknya denganpenuh rasa dendam.

   "Sekali-kali tidak boleh musuh bebuyutan perguruan kita merajai dunia ini."

   Dendam perguruan bergolak didalam sanubarinya, seketika ia lupa bahwa kebahagiaan hidupnya justeru hancur dalam pertengkaran antar perguruan-...

   Eng-bu-ciu, semenanjung di muara sungai Tiang- kang yang terletak di daerah Hanyang adalah tempat markas pusat Thi-bang-pang, gerombolan jaring besi, yang malang melintang di sepanjang Tiang kang, di situ juga merupakan pangkalan Goat-heng-bun setelah bangun kembali.

   Sudah lama Goat-heng-bun tenggelam dari dunia Kaogow, maka pada waktu mula-mula ketua Thi-bang-pang mengumumkan berdirinya kembali Goat-heng-bun di Eng-bu-ciu, hal ini telah sangat menggemparkan dunia persilatan, banyak tokoh dunia persilatan sama bertanya-tanya.

   "Mengapa Goat-heng-bun yang sudah menghlang selama berpuluh tahun itu dibangunkan kembali?"

   Sebab musabab ini belum diketahui orang dengan jelas, yang diketahui hanya pejabat ketua Thi- bang-pang yang baru, yaitu menantu ketua lama Lo Kun, adalah anak murid dari Goat-heng-bun.

   Adalah wajar bilamana anak murid Goat-heng-bun berkewajiban membangun kembali perguruannya sendiri.

   Dalam membangun kembali perguruan sendiri itu adalah tugas suci yang tidak dapat disangkal siapa pun.

   Dan memang begitu pula maksud tujuannya waktu menantu Le Kun itu mengumumkan tentang bangkit kembalinya Goat-heng bun.

   Hanya Kan ciau-bu sendiri, yaitu menantu Le Kun yang memalsukan dirinya sebagai Yu Wi itu, tahu jelas bahwa dalih yang digunakakannya itu pada hakikatnya cuma omong kosong belaka.

   Sama sekali dia tidak mempunyai sesuatu perasaan apapun terhadap Goat- hang- bun, pada hakikatnya iapun tidak mengakui dirinya sebagai murid Goat-heng-bun, kalau ada sangkut pautnya tidak lebih hanya karena dia telah belajar kungfu dari kitab yang bernama Hian-ku-cip.

   Kalau cuma berdasarkan alasan ini, Kan ciau-bu tidak sudi mengaku sebagai murid Goat-heng-bun, lebih-lebih tidak berhasrat membangun kembali Goat- hang- bun yang sudah lama tenggelam Itu, Tujuan yang sebenarnya dibangunkan kembalinya Goat-heng-bun tidak lain adalah untuk menarik simpati khalayak ramai, Khalayak ramai yang dimaksudkan di sini adalah bekas anak murid Goat-heng-bun.

   Meski sudah enam atau tujuh puluh tahun Goat-heng-bun tenggelam dalam dunia persilatan, tapi Kan ciau- bu percaya pasti masih banyak anak murid Goat-heng- bun yang masih hidup di dunia ini.

   Bahwa anak murid Goat-heng-bun yang masih ada itu tidak muncul lagi di dunia Kangouw besar kemungkinan adalah karena mereka telah mengasingkan diri.

   Jika sekarang semangat tokoh-tokoh terpendam itu digugah kembali, perbawa Goat-heng-bun pasti akan berbangkit dan tidak dapat diremehkan- Biasanya semangat orang yang sudah lama mengasingkan diri tentu sudah dingin dan sukar digugah, juga sukar untuk dicari.Jalan satu-satunya yang paling baik adalah memakai semboyan membangun kembali kejayaan Goat-heng-bun pada masa lampau, panggilan ini pasti dengan cepat akan diterima oleh tokoh-tokoh terpendam itu dan semuanya pasti akan terpancing keluar.

   Apa yang terjadi ternyata cocok dengan dugaan Kan ciau-bu, para tokoh Goat-heng-bun yang mengasingkan diri itu, lantaran mengingat hubungan baik masa lalu, beramai-ramai lantas muncul kembali, ada yang keluar sendiri, ada anak muridnya, semuanya menggabungkan diri dengan Goat-heng-bun yang dibentuk Kan ciau-bu itu.

   Pada hari diresmikannya Goat-heng-bun baru, segera namanya mengguncangkan dunia Kangouw.

   Sebab pada hari peresmian itu, anak murid Goat-heng-bun sama mempertunjukkan kungfu sakti masing-masing sehingga membuat kagum para utusan dan wakil dari berbagai aliran dan pergururuan yang hadir sebagai peninjau.

   Tentu saja berita itu tersiar dengan cepat, satu memberitahukan sepuluh, sepuluh menyebarkan lagi menjadi seratus dan begitu seterusnya, keruan nama Goat-heng-bun lantas menggemparkan dunia Kangouw dalam waktu singkat.

   Mengenai siapakah pejabat ketua Goat-heng-bun yang baru ini, setiap orang tahu dia adalah menantu Le Kun, ketua Thi-bang-pang baru setelah meninggalnya Le Kun.

   Tapi mengenai namanya, siapa pun tidak berani memastikannya.

   Semua orang Kangouw sama tahu menantu Le Kun adalah putera almarhum Yu Bun-thian, namanya Yu Wi.

   Tapi pada hari peresmian Goat-heng-bun.

   "Yu Wi"

   Sekalian juga mengumumkan kepada dunia bahwa dirinya bukan putera Yu Bun-thian, namanya juga bukan Yu Wi, soalnya dulu dia ingin menuntut balas bagi paman Yu almarhum, maka mengaku sebagai putera Yu Bun-thian, sekarang sakit hati sudah terbalas, maka dia kembali memakai nama aslinya sendiri.

   Hal ini sebenarnya tidak perlu diherankan, namun begitu Kan ciau-bu tetap tidak berani mempermaklumkan kepada dunia dengan nama "Kan ciau-bu", dia hanya menyatakan kembali pada nama aslinya, yaitu dengan nama samaran "Hoan-hoa-kun"

   Atau si pendamping bunga, bunga disini dimaksudkan sebagai sicantik. Dengan sendirinya nama padangan "Boan-hoa-kun"

   Kedengarannya cukup romantis, setiap orang Kangouw jadi mengenal nama Boan-hoa-kun- juga sama jeri kepada kelihaian Boan-hoa-kun, pengaruh Thi-bang-pang memang sudah cukup kuat, ditambah lagi Goat-beng-bun, tentu saja Boan-hoa-kun sangat disegani dan tidak ada yang berani memusuhinya .

   Sejak Goat-heng-bun berdiri, wilayah Eng-bu-ciu berubah menjadi daerah yang misterius, tidak lagi seperti sebelumnya, boleh datang pergi sesukanya, kini harus seizin anak murid Goat-heng-bun, sekalipun tokoh Bu-lim kenamaan juga tidak berani sembarangan menginjak Eng-bu-ciu.

   Akan tetapi pada hari ini keadaan tampak berbeda daripada biasanya, hari ini wilayah Eng-buciu terbuka bagi umum, barang siapa, asalkan memberitahukan nama dan asal-usulnya lantas diperbolehkan masuk daerah ini untuk menyampaikan ucapan selamat, Sasaran ucapan selamat itu ialah Boan-hoa-kun sendiri.

   Karena pada hari ini Boan-hoa-kun merayakan usia sebulan putrinya.

   Demi perayaan ini, Boan-hoa-kun telah mengadakan pesta besar-besaran, hampir setiap perguruan, setiap aliran sama mendapat kartu undangan- Sore hari itu, menjelang magrib, kapal tambangan membawa datang dua orang tamu yang mempunyai asal usul yang khas.

   Yang seorang kakek berusia tujuh atau delapan puluh tahun, buntung sebelah lengannya, kakek ini mengaku sebagai oh pi-soh.

   si kakek buntung tangan dari Jit-can-soh.

   ketujuh kakek cacat yang telah kita ceritakan pada bagian permulaan (Pendekar Kembar).

   Seorang lagi nikoh berusia lima puluhan, berwajah kuning pucat dan berbadan kurus, nikoh ini mengaku sebagai murid cu-pi-am, Nama Jit-can-soh dan cu-pi-am tidak kalah tenarnya daripada Goat-heng-bun.

   Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Bicara tentang kehormatan pribadi, can-pi-soh terang juga jauh lebih terkenal daripada Boan-hoa-kun yang terkenal belum lama ini, walaupun sudah lama Jit-can-soh tidak lagi berkecimpung di dunia Kangouw.

   Bicara tentang sejarah perguruan, cu-pi-am juga sudah lama disegani dunia persilatan, umpamanya orang Kangouw tidak berani sembarangan datang ke cu-pi-am, hal inipun jauh lebih keras daripada larangan datang ke Eng-bu-ciu..

   Waktu protokol mengetahui kedatangan dia tamu yang luar biasa ini, segera mereka disambut ke markas besar Thi-bang-pang dengan segala kehormatan- Dalam pada itu tamu yang datang adalah sangat banyak.

   ratusan meja perjamuan memenuhi halaman, anak murid Goat-heng-bun bertugas melayani para tamu pada setiap meja.

   Boan-hoa-kun alias Kan ciau-bu, karena merasa dirinya seorang tokoh lain daripada yang lain, dia belum mau muncul sebelum perjamuan dimulai.

   Waktu magrib, semua meja perjamuan sudah penuh tetamu, pada saat itulah Kan cian-bu baru muncul dengan jubah merah satin yang mentereng.

   Para tamu serentak berdiri menyambut.

   Dengan tertawa Kan ciau-bu lantas berkata.

   "Hari ini adalah genap sebulan umur puteriku, juga ulang tahun pembangunan kembali perguruan kami, mohon para sahabat yang telah sudi kerkunjung suka bersuka ria sepuasnya, bilamana ada pelayanan yang kurang sempurna, mohon sudi di maafkan-"

   Kata sambutannya sangat membesarkan hati para tamu dan merasa bisa jadi Kan ciau-bu kelewat gembira sehingga mau mengucapkan kata pengantar yang rendah hati itu.

   Kan ciau-bu lantas berduduk pada tempat tuan rumah, selagi perjamuan hendak dibuka secara resmi, mendadak protokol berteriak melapor.

   "Ban-li-tiang-hong cin Pek-ling bersama anak muridnya tiba untuk mengucapkan selamat"

   Nama "Ban-li-tiang-hong" (sipelangi berlaksa li) cin Pek-ling waktu itu sangat gemilang.

   pernah dengan ginkangnya yang tinggi dan ilmu pukulannya yang aneh, dalam sehari dia mondar-mandir mengunjungi tujuh tempat dan mengalahkan tujuh jago silat terkemuka sehingga namanya sangat mengguncangkan dunia Kangouw, Sebagai wakil kepala Thi-bang-pang, yaitu Siau-thian-ong (si kakek tertawa) Go Lam-thian, segera menyambut kedatangan cin Pek-ling, sapanya dengan tertawa.

   "Aha, sungguh bahagia dan suatu kehormatan besar bagi Pang kami atas kunjungan cin-loenghiong. Lekas pasang meja baru"

   Satu meja baru segera dipasang. Tapi dengan lagak tuan besar cin Pek-ling lantas berkata.

   "Satu meja tidak cukup, hendaknya pasang sepuluh meja"

   Dengan tertawa Go Lam-thian bertanya.

   "Berapa anak murid cin-loenghiong yang ikut datang?"

   "Anak murid perguruan kami yang ikut datang mengucapkan selamat tidak banyak juga tidak d ikit, jumlahnya persis 120 orang,"

   Sahut cin Pek-ling.

   Mendengar keterangan itu, serentak para hadirin terkesiap.

   mereka pikir belum pernah terjadi orang menyampaikan selamat dengan membawa anak murid sebanyak itu, ini kan bukan hendak menyampaikan ucapan selamat, tapi lebih berbau hendak mencari perkara atau berkelahi.

   Sambil memberi perintah agar sepuluh meja lekas dipasang, dengan sabar Go Lam-thian coba bertanya.

   "Betapa besar hasrat cin-loenghiong hari ini sehingga membawa kemari anak murid sebanyak ini?"

   "Memangnya kenapa? Apakah Thi-bang-pang takut bangkrut menjamu anak muridku?"

   Sahut cin Peksling dengan terbahak.

   "Numpang tanya, apa nama perguruan cin-loenghiong?"

   Tanya Kan ciau-bu dengan kurang senang. Melihat Kan ciau-bu tanya dengan berduduk di tempatnya, cin Peksling menjawab dengan ketus.

   "Perguruan kami yang kecil dan tidak ada artinya, kukira tiada harganya untuk disabut-sebut."

   Sementara itu sepuluh meja perjamuan baru sudah selesai dipasang, bersama anak muridnya cin Peksling lantas mengelilingi meja-meja itu.

   Meski tahu gelagat tidak enak, terpaksa Go Lam-thian tak dapat berbuat apa-apa, maklumlah, tamu yang datang menyampaikan selamat tentunya makin banyak makin baik, meski cara cin Pek-ling ini agak keterlaluan, tapi juga tidak melanggar aturan, sebaliknya suatu tanda kehormatan bagi tuan rumah.

   Ke-120 pengikut cinPek-ling itu semuanya berpakaian ringkas dan membawa berbagai macam senjata, secara umum, tamu orang persilatan yang menyampaikan selamat dengan membawa senjata bukan sesuatu yang perlu diherankan, cuma 120 orang sama membawa senjata, inilah yang luar biasa.

   Diam-diam Kan ciau-bu mamberi pesan kepada anak muridnya agar siap siaga, dangan kening berkerut ia tanya Go Lam-thian.

   "Sesungguhnya orang macam apakah pendatang ini?"

   Dengan suara tertahan Go Lam-thian melapor.

   "Hamba cuma tahu nama cin Pek-ling sangat termashur di dunia Kangouw, kabarnya boleh juga kungfunya."

   "Masa tidak kau ketahui dia ketua dari perguruan apa?"

   Tanya ciau-bu pula. Go Lam-thian menggeleng, ucapnya dengan malu.

   "Akhir-akhir ini diketahui cin Pek-ling mendirikan suatu aliran tersendiri di daerah Hunlam dan Kuiciu, tapi nama alirannya belum terdengar, agaknya si tua cin Pek-ling tidak mau mengumumkan perguruannya kepada dunia Kangouw secara terbuka "

   Kan ciau-bu mendengus.

   "Beritahukan kepada segenap anggota, pengawasan diperketat, tamu yang datang lagi dilarang masuk Eng-bu-ciu."

   "Tindakan ini apakah tidak mengacaukan suasana perayaan?"

   Tanya Go Lam-thian- "Keadaan darurat, terpaksa bertindak begitu. IHm, bila mereka berani berbuat sesuatu, akan kita bikin mereka dapat datang dan tak dapat pergi."

   Belum lagi Go Lam-thian melaksanakan perintah Kan ciau-bu itu, mendadak terdengar penjaga di luar berteriak-teriak.

   "Dilarang masuk. dilarang masuk"

   Go Lam-thian terkejut, tahu-tahu dari luar menerjang masuk lima orang perempuan, yang paling depan adalah seorang nikoh tua dan bermuka jelek, dibelakangnya mengikut empat perempuan muda berkedok kain hitam, Penyambut tamu cepat mendekati Go Lam-thian dan memberi lapor.

   "Pendatang ini tidak mau memberitahukan namanya dan main terjang setelah melukai anak murid yang berjaga di luar."

   Go Lam-thian berkerut kening, ia tanya si nikoh bermuka jelek.

   "Mengapa Taysu tidak sudi memberitahukan nama dan asal-usulmu?"

   "Pang kalian berpesta pora dan menerima tamu secara terbuka, kenapa tamu diharuskan memberitahukan namanya?"

   Jawab nikoh tua.

   "Walaupun kami menerima kunjungan tamu tapi mungkin juga disusupi oleh anasir yang tak bertanggung jawab, hendaknya memberitahukan gelar Taysu yang terhormat agar kelak kami dapat balas berkunjung untuk menyampaikan terima kasih."

   Mendadak si nikoh tua menarik muka, jawabnya.

   "Tidak perlu ada terima kasih balasan segala. coba katakan saja, sesungguhnya Pang kalian mau terima tamu atau tidak?"

   Marah juga Go Lam-thian.

   "Karena Taysu tidak mau memberitahukan nama dan asal-usul, terpaksa tak dapat kami layani."

   "Hm, kedatangan kami ini bukan untuk makan percuma, sehabis pesta, kami akan mengadakan upacara sembahyang bagi kalian dan semuanya gratis."

   Kata nikoh tua bermuka jelek. Ho Lam-thian melengak. jawabnya dengan gusar.

   "Pang kami tidak mengadakan sembahyangan apa pun, jika Taysu tidak segera pergi, terpaksa kami ambil tindakan-"

   "Bagus, jelek-jelek kami kan tamu yang akan menyampaikan ucapan selamat, akan kulihat cara bagaimana hendak kau lakukan kepada kami."

   Teriak si nikoh. Tiba-tiba Kan ciau-bu berkata.

   "Lam-thian, silakan tetamu berduduk, jangan sampai mengacaukan perasaan gembira "

   "Nah. begitulah baru pantas."

   Ujar si nikoh jelek dengan tertawa.

   "Betapapun Pang cu memang lebih bijaksana, berbeda dengan kaum anteknya yang cuma sok berlagak saja, pakai tanya nama dan asal-usul segala."

   Terpaksa Go Lam-thian menahan rasa gusarnya dan memberi perintah agar dipasang lagi satu meja baru. Setelah para tamu berduduk dengan baik, dengan tertawa Kan ciau-bu lantas berseru.

   "Silakan hadirin minum sepuasnya, sudah tersedia ratusan guci arak. kukira jauh daripada cukup,"

   Segera belasan orang mengangkut guci arak yang dimaksud.

   setiap meja disediakan satu guci, setelah sumbat guci dibuka, seketika teruar bau harum arak yang sedap memenuhi seluruh ruangan- Nikoh bermuka jelek itu berlima mengelilingi sebuah meja, meski arak sudah dituangkan, tapi mereka tidak makan dan minum, semuanya duduk tenang dan mata setengah terpejam.

   Katanya tamu.

   ternyata tidak makan minum.

   Ketika perjamuan berjalan setengah, tiba-tiba cin Pek-ling angkat cawan araknya dan mendekati tempat tuan rumah, katanya terhadap Kan ciau-bu.

   "Boan-hoa-kun, pesta yang meriah ini apakah tidak perlu diberi selingan sedikit atraksi?"

   "Barangkali cin-ciangbun ada usul?"

   Jawab Kan ciau-bu.

   "Betul, memang ada usulku,"

   Seru cin Pek-ling dengan tertawa.

   "120 oraag yang kubawa kemari ini tidak boleh makan minum percuma. biarlah atraksi selingan ini dipertunjukkan oleh mereka saja. Boleh?"

   "Bilamana ada selingan atraksi yang menarik. boleh saja dipertunjukkan dan tentu akan kusambut dengan baik,"

   Jawab ciau-bu.

   "Bagus, mari kita minum satu cawan dulu,"

   Seru cin Pek-ling. Lalu ia menenggak habis isi cawannya dan berkata pula.

   "Sebagai pengirirg atraksi ini, mohon Pang cu mengajukan juga 120 orang anak muridmu."

   "Atraksi apa itu?"

   Tanya ciau-bu.

   "Biarlah dia dakan pertandingan 120 babak antara murid Goat-heng-bun dengan anak murid kami untuk meramaikan partai ini,"

   Kata Pek-ling. Air muka Kan ciau-bu berubah.

   "Jadi kedatangan cin-ciangbun ini berniat mengadakan pertandingan kungfu?"

   Cin Pek-ling bergelak tertawa, jawabnya.

   "Haha. bukan, bukan, ini kan cuma atraksi yang kuatur bagi pesta yang meriah ini."

   Tetamu yang mengikuti percakapan mereka sama berhenti makan minum dan memperhatikan apa yang akan terjadi. Seorang yang sudah agak mabuk segera berseru.

   "Aha, bagus sekali, usul kakek cin ini sangat bagus Silakan bertanding, silakan, tentu menarik"

   Dengan sendirinya para tamu juga ingin melihat keramaian, toh yang akan bertnndiog bukan dirinya sendiri, kalah atau menang tidak ada sangkut-pautnya dengan kepentingan sendiri, semakin sengit pertandingan kedua pihak tentu semakin menyenangkan, maka beramai-ramai mereka juga berseru.

   "Ya, usul bagus, selingan yang menarik... ."

   Tentu saja Kan ciau-bu tidak mau dianggap lemah, segera ia memberi perintah.

   "Suruh ce Ti-peng mengumpulkan 120 orang."

   Setelah 120 murid Goat-heng-bun pilihan berkumpul, cinPek-ling lantas berkata.

   "Karena pertandingan ini sebagai selingan dalam pesta ini, maka pertandingan akan diakhiri asal lawan tersentuh dan dianggap kalah."

   Beramai-ramai para tamu lantas menyingkirkan meja kursi kepinggir sehingga terluang cukup luas ditengah dan cukup untuk belasan partai pertandingan sekaligus.

   Kedua pihak lantas mengajukan 12 murid sehingga terjadi pertandingan 12 partai.

   Kungfu anak murid kedua pihak ternyata tidak banyak berbeda, ada yang lebih tinggi sedikit dan ada yang agak rendah sedikit,akhirnya setiap pihak menang enam dan kalah enam, jadi seri.

   Kedua pihak lantas mengundurkan diri setelah menyentuh lawan yang dianggap kalah, tampaknya memang benar seperti selingan untuk meriahkan suasana saja.

   Siapa tahu, pada waktu ke-24 orang hendak mengundurkan diri, keempat perampuan muda berkerudung muka itu mendadak melompat maju, dengan gerak cepat yang tak terduga mereka merobohkan enam murid Goat-heng-bun.

   Keruan terjadi kegemparan, sebab pada waktu ke 12 partai itu bertanding, jelas terlihat kungfu setiap orang tidak rendah, diam-diam para tamu sama memuji kehebatan murid didik Goat-heng-bun dan cin Pek-ling.

   Akan tetapi sekarang dalam sekejap saja enam murid yang menang itu telah dirobohkan oleh empat perempuan muda yang tidak dikenal, sungguh peristiwa yang sangat mengejutkan- Setelah merobohkan enam orang, segera ke-empat perempuan muda itu melayang kembali ketempat duduknya dengan ginkang yang tinggi, mereka berduduk lagi dengan tenang seperti tidak pernah terjadi apa pun-"Ha h, mati, sudah mati"

   "He, mengapa terjadi pembunuhan"

   Demikian orang sama berteriak kaget dan menjadi panik.

   Yang menjerit kaget itu ke-enam murid Goat-heng-bun yang kalah, sedangkan keenam orang yang menang sekarang sudah terkapar sebagai mayat di tengah kalangan- ce Ti-peng yang disebut Kan ciau-bu, yang membawa keluar ke-120 murid Goat-heng-bun itu seorang berusia 50-an- mukanya bulat, tubuhnya gendut.

   Ke 120 murid ini adalah anak didiknya.

   Bagi orang persilatan, murid serupa anak sendiri, maka dengan duka dan marah ia lantas tampil kemUka, dilihatnya keenam murid sendiri itu tertutuk IHiat-to kematiannya, pantas tanpa bersuara lantas menggeletak binasa.

   ce Ti-peng mendekati si nikoh tua bermuka jelek, damperatnya sambil menuding keempat perempuan muda berkerudung itu.

   "Perempuan siluman, keji amat cara kalian membunuh orang. Ayolah maju, biarlah kuhadapi kalian berempat, kalau mampu boleh coba orang she ce ini."

   Tapi ke-empat perempuan muda itu tetap berduduk tenang dan mata setengah terpejam, mereka tidak menghiraukan damperatan ce Ti-peng.

   se-akan2 tidak tahu yang dimaki ialah mereka.

   cepat Go Lam-thian memburu maju dan membujuk ce Ti-peng agar mundur, katanya kepada nikoh bermuka jelek.

   "Taysu, apakah keempat nona itu adalah muridmu?"

   "Bukan- jawab si nikoh tua sambil menggeleng.

   "Lantas apa hubungan mereka dengan Taysu?"

   "Saat ini tidak ada hubungan apa pun."

   "Apa maksudnya saat ini tidak ada hubungan?"

   Tanya Go Lam-thian dengan mendongkol.

   "Saat ini mereka bertugas membunuh orang, sedangkan aku tidak-"

   Tutur si nikoh tua.

   "Tapi setelah urusan selesai, akan kubacakan doa dan bersembahyang bagi yang mati sekedar tanda berterima kasih kunjungan kami dalam pesta ini."

   
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Kalian sama sekali tidak makan dan minum, untuk apa tanda terima kasih segala"

   Teriak Go Lam-thian dengan gusar.

   "Paling tidak kami sudah mengelilingi meja perjamuan ini, cara kerja mereka berempat memakai satu prinsip teguh, yaitu sebelum tugas terlaksana takkan makan dan minum."

   Tergerak hati Go Lam-thian oleh keterangan itu, tanyanya.

   "Apakah tindakan Kalian ini karena atas permintaan orang lain?"

   "Betul, bila sudah terima permintaan orang harus dilaksanakan dengan jujur,"

   Jengek si nikoh bermuka buruk.

   "Kukira tidak perlu kau tanya terlalu banyak. mungkin tak dapat kujawab dan akan membikin kikuk padamu."

   Go Lam-thian tidak tanya lagi, ia mundur kesamping Kan ciau-bu dan berbisik-bisik padanya.

   Kan ciau-bu kelihatan manggut- manggut, tampaknya ia setuju dan memuji usul yang disampaikan Go Lam-thian- Maka Go Lam-thian lantas tampil ke muka lagi dan berseru.

   "Menurut pendapat Pang cu kami, atraksi selanjutnya tidak perlu dilakukan lagi,"

   Dengan tertawa cin Pek-ling berkata.

   "Boleh juga. untuk itu silakan Pangcu kalian mengumumkan didepan hadirin ini bahwa ke-120 murid Goat-heng-bun bukan tandingan ke-120 murid Thay- yang- bun."

   "Hah? Thay- yang- bun?"

   Go Lam-thian berteriak kaget.

   Hadirin yang berusia agak lanjut sama tahu Thay-yang-bun adalah musuh bebuyutan Goat-heng-bun, jika pesta meriah ini menjalar dan menyangkut pertengkaran antara kedua perguruan itu, tampaknya kedua pihak pasti takkan menyudahi persoalan ini dengan begini saja.

   Mendadak Kan ciau-bu berdiri dan berseru.

   "cin-ciangbun, apakah kau tahu hari ini adalah perayaan genap sebulan umur putriku?"

   "Kutahu, dan inilah kesempatan yang paling baik."

   Ujar cin Pek-ling dengan tertawa.

   ""Kebetulan para tokoh dari berbagai aliran dan perguruan sama berkumpul disini. biarlah kedua golongan kita mengadakan pertandingan yang menentukan, kalau bukan kau yang mampus biarlah aku yang mati."

   "Apakah urusan penyelesaian permusuhan antar perguruan kita ini tak dapat cin-ciang bun tunda sampai usainya pesta ini?"

   Tanya ciau-bu.

   "Tidak... tidak bisa,"

   Sahut cin Pek-ling tegas.

   "Kecuali Goat-heng-bun mau menyatakan bukan tandingan musuh bebuyutannya, yaitu Thay-yang-bun, kalau tidak. betapapun kami takkan mundur dari sini."

   Dengan gusar Go Lam-thian menimbrung.

   "cin Pek-ling, hari ini adalah hari perayaan Pang kami, kuminta jangan kau terlalu garang"

   "Huh, kemusnahan sudah didepan mata, masih bicara tentang perayaan segala"

   Jengek cin Pek-ling. Tiba-tiba Kan ciau-bu berkata.

   "cin- ciang bun, jika hari ini kunyatakan perguruan kami bukan tandingan Thay-yang-bun, apakah segera kalian akan mengundurkan diri?"

   "Tentu saja,"

   Ucap cin Pek-ling dengan tertawa.

   "Asalkan kalian mengaku kalah, tentu kami juga takkan terlalu mendesak. Cuma mulai besok. Goat-heng-bun juga harus dibubarkan-"

   Setelah merandek sejenak, ia menyambung pula.

   "Ada lagi. Thi-bang-pang juga harus dibubarkan-"

   "Kau terlalu menghina orang, cin Pek-ling"

   Teriak Go Lam-thian dengan murka.

   "Jika kalian penasaran, ke-120 murid kami sudah siap disini, boleh kau pilih dan bertanding dengan salah seorang diantara mereka, asalkan kau tidak mampus. akan kupuji dirimu dan memanggil kakek padamu."

   "Hm, tidak perlu berlagak."jenjek Go Lam-thian- "Memangnya kau kira dengan berkomplot dengan ke-empat perempuan bejat itu lantas dapat menumpas Pang kami?"

   Habis berkata ia bertepuk tangan dua kali, segera empat anak buahnya maju ke depan- "Bawa kemari cip-po-siang (peti pengumpul mestika) milik Pangcu itu."

   Seru Go Lam-thian- cepat ke-empat orang itu berlari pergi.

   hanya sejenak ke-empat orang itu sudah menggotong datang sebuah peti besi yang sangat besar.

   Go Lam-thian menyuruh mereka menaruh peti itu diatas meja si nikoh tua bermuka buruk.

   lalu tutup peti dibukanya, seketika terpancar cahaya gemerlapan.

   Para tamu disekeliling meja itu sama berdiri, dan melongok ingin tahu apa isi peti itu.

   Tenyata di dalam peti penuh emas intan dan batu permata yang membuat orang mengiler.

   Go Lam-thian meraup sebenggam batu permata itu dan ditaruh didepan si nikoh tua, katanya.

   "Nilai isi peti ini sukar dihitung dan merupakan harta pusaka Thian-ti-hu selama tiga keturunan, sekarang seluruhnya dihadiahkan kepada Taysu."

   Thian-ti-hu termashur di seluruh dunia, setiap orang tahu tiga keturunan Thian-ti-hu selalu menjadi perdana manteri, harta benda yang dikumpulkannya tentu saja sukar dihitung.

   Si nikoh bermuka buruk ternyata tidak memperlihatkan rasa tertarik apa pun, ia cuma bertanya.

   "Apa permintaanmu?"

   "Segala permintaan cin Pek-ling kepadamu semuanya harap Taysu melaksanakannya secara terbalik,"

   Kata Go Lam-thian- Nikoh berwajah buruk itu diam saja tanpa menjawab.

   Biasanya diam berarti setuju.

   Go Lam-thian mengira orang telah menerima permintaannya, hanya saja tidak enak untuk menyatakannya secara terang-terangan- segera ia barkata kepada Cin Pek-ling dengan tertawa.

   "Nah, babak pertama tadi enam kalah dan enam menang, jadi seri. Sekarang dilanjutkan babak kedua."

   Dengan tertawa Cin Pek-ling menjawab.

   "Bagus, biarlah kita bertaruh berdasarkan pertandingan ke-120 orang ini, selesai pertarungan ini, anak murid pihak mana yang jatuh korban paling banyak. selanjutnya harus membubarkan perguruannya. Bagaimana, setuju?"

   "Jadi"

   Seru Go Lam-thian- "Hm, dirimu orang macam apa. berani mengambil keputusan?"

   Jengek Cin Pek-ling. Dengan muka merah Go Lam-thian berpaling kepada Kan ciau-bu.

   "Bagaimana pendapat Pangcu?"

   Sudah barang tentu Kan ciau-bu tidak keberatan Goat-heng-bun akan bubar atau tidak, tanpa pikir ia menjawab.

   "Ya, jadi"

   Segera kedua pihak menampilkan lagi 12 orang.

   Hasil pertandingan ini kembali tercatat enam menang dan enam kalah.

   --oo0dw0oo-- Ke-12 orang yang menang itu menjadi waswas akan kemungkinan diserang secara mendadak oleh perempuan muda berkerudung itu, maka setelah menang, mereka lantas berjaga dengan ketat.

   Benar juga, serentak ke-empat perempuan itu melancarkan serangan kilat pula, ginkang mereka sungguh terlalu tinggi, betapa penjagaan ke-12 orang yang menang itu tetap ada enam orang yang tertutuk roboh dan binasa seketika.

   Go Lam-thian yakin keempat perempuan ajaib itu pasti akan membantu pihaknya, siapa tahu ke-enam orang yang menggeletak tetap orang Goat-heng-bun yang menang itu, seketika ia menjadi bingung, serunya.

   "Taysu, apa .., apa artinya ini?"

   "Bawa kembali peti ini"jengek si nikoh tua bermuka buruk.

   "Engkau marasa kurang isi peti ini?"

   Tanya Go Lam-thian- Mendadak terdengar seorang tertawa ngakak dan berseru.

   "Haha, bukan tidak cukup melainkan permohonanmu ini salah alamat^"

   Go Lam-thian menoleh, dilihatnya seorang kakek buntung tangan bardiri dari ujung meja pertama sana, pelahan can-pi-soh maju ketengah.

   "Adakah petunjuk cianpwe kepadaku?"

   Cepat Go Lam-thiau memberi hormat, ia tahu siapa kakek buntung ini.

   "Sekali Bu eng-bun menerima tugas bagi langganannya, selamanya akan dilaksanakan secara tuntas dan takkan mengkhianati langganan,"

   Tutur can-pi-soh.

   "Biarpun kau tambahkan upahmu sepuluh kali lipat juga keempat perempuan itu takkan membantu pihakmu untuk membunuh murid Thay- yang- bun yang menang itu."

   "Hm, kakek cacat, kau kenal juga peraturan kami "

   Jengek si nikoh tua. Tiba-tiba can-pi-soh berkata pula kepada Go Lam-thian.

   "Jika mereka tidak mau terima permohonanmu agar bertindak secara terbalik, mengapa tidak kau mohon bantuanku saja?"

   "Apakah cianpwe dapat membantu?"

   Seru Go Lam-thian dengan girang. Kata can-pi-soh dengan suara lantang.

   "Pindahkan peti harta benda itu ke mejaku, kujamin Goat- heng- bun pasti tidak dikalahkan oleh Thay- yang- bun."

   Dalam keadaan demikian, kalau tidak mempunyai kepandaian sejati, siapa yang berani ikut campur urusan pelik ini? Maka tanpa pikir Go Lam-thian lantas memindahkan peti besi itu ke atas meja can-pi-soh.

   "Nah, sekarang pertandingan babak ketiga boleh dimulai"

   Seru can-pi-soh dengan tertawa. Kedua pihak lantas tampil lagi 12 orang, sebelum bertanding, mendadak si nikoh tua bermuka buruk berseru.

   "Kakek buntung, kau berani merusak bisnis Bu-eng-bun, awas jika kepalamu berpindah tempat"

   Tapi can-pi-soh hanya tertawa saja tanpa menanggapi.

   Hasil dari pertandingan babak ketiga ini delapan menang empat kalah, yang lebih banyak kalahnya adalah pihak Goat-heng-bun.

   Seperti tadi, seusai pertandingan, serentak ke-empat perempuan muda itu beraksi pula, tapi pada saat yang sama can-pi-soh iuga ikut menyerang.

   Waktu keempat perempuan muda itu mundur kembali ke tempat duduknya, si kakek buntung juga sudah kembali ke tempatnya.

   Maka tertampaklah mayat bergelimpangan ditengah ruangan, seluruhnya 12 sosok tubuh, yaitu terdiri dari ke-12 orang yang menang itu.

   Kalau ke-empat perempuan muda itu membinasakan ke-empat murid Goat-heng-bun yang menang, kungfu can-pi-soh ternyata lebih tinggi daripada mereka, hanya dengan kaki kiri saja sekaligus ia menendang mampus kedelapan murid Thay- yang- bun yang menang.

   Semua orang sama lupa memberi aplaus menyaksikan peristiwa luar biasa itu, tidak seorang pun melihat jelas cara bagaimana si kakek buntung menendang mati delapan orang sekaligus, padahal kedelapan orang itu adalah murid pilihan Thay- yang- bun.

   Tentu saja muka cin Pek-ling merah padam saking gemasnya karena kehilangan delapan anggota, tapi iapun tidak berani menuntut balas kepada si kakek buntung dalam keadaan demikian- can-pi-soh duduk kembali di tempatnya, ia menenggak secawan arak lalu berseru lantang.

   "Nikoh jelek, kakek cacat kan tidak merusak bisnis Bu-eng-bun kalian, Kalian boleh membunuh caramu dan akupun boleh membunuh caraku, kedua pihak tidak ada sangkut paut."

   "Kakek bejat, jangan terlalu senang dulu, tunggu nanti,"

   Jengek si nikoh muka jelek. Setelah kejadian babak ketiga, semangat Go Lam-thian terbangkit, segera ia berteriak.

   "Nah, cin Pak- ling, sekarang bertanding babak keempat"

   Sebelum anak murid Goat-heng-bun tampil kemuka, lebih dulu Kan ciau-bu telah memberi kuliah kepada mereka cara bagaimana harus bertindak.

   Maka seusai pertandingan babak keempat, tidak ada seorang pun murid Goat-beng-bun yang menang.

   Selagi ke-12 murid Thay-yang-bun merasa bangga, sekonyong-konyong punggung mereka terasa kesemutan, kontan roboh dan binasa.

   can-pi-soh telah mengitari kalangan satu putaran, dengan sebelah kaki saja ia mendepak mati ke-12 murid Thay-yang-bun seoara ajaib.

   "can-pi-soh."

   Bentak cin Pek-ling dengan murka.

   "Ada permusuhan apa antara Thay yang- bun denganmu, mengapa kau turun tangan sekeji ini?"

   "Ini bukan urusan permusuhan, tapi urusan bisnis, urusan duit.

   "jawab can-pi-soh dengan tertawa.

   "Apabila Anda sanggup membayar lebih besar jumlahnya daripada harta pusaka Thian-ti-hu ini kepadaku, tentu kakek buntung akan bakerja terbalik dengan membantumu. Aku bukan orang Bu-eng-bun, tidak khusus bekerja dalam bidang ini, maka tidak perlu mengutamakan soal kepercayaan segala. Yang penting bagiku, siapa membayar lebih tinggi, kepadanya akan kubela."

   Cin Pek-ling tetap belum berani bentrok dengan kakek buntung ini, ia menyadari apa yang mungkin terjadi bilamana dirinya bermusuban dengan can-pi-soh. Segera ia berpaling dan berkata kepada Kan ciau-bu.

   "Dalam pertandingan empat babak ini pihakmu menang 16 orang dan pihak kami 32 orang. Kedudukan 32 berbandirg 16, apakah Goat-heng-bun masih berani meneruskan pertarungan ini? Kukira lebih baik sekarang juga kau bubarksn Goat-heng-bun agar tidak mengalami kekalahan lebih besar lagi, bagi kehormatan dirimu sebagai ketua Thi-bang-pang juga akan kehilangan muka habis-habisan."

   Ucapannya ini bernada kompromi, semula cin Pek-ling menuntut agar Goat-heng-bun dan Thi bang-pang harus dibubarkan seluruhnya, sekarang meski pihak Thay-yang-bun belum jelas akan menang, bila pihak lawan mau membubarkan Goat-heng-bun juga cukup baginya.

   Namun sikap Kan ciau-bu mendadak berubah keras, katanya dengan tertawa.

   "cin-ciangbun, apa yang kau katakan semula janganlah terlalu cepat kau lupakan- Kan sudah kau katakan, anak murid pihak mana yang paling banyak mati akan dianggap kalah, jadi tidak ditentukan oleh jumlah kemenangan anak murid masing-masing."

   "Huh, setiap orang melihat dengan jelas bahwa tadi sengaja kau kisiki anak buahmu agar pura-pura kalah,"

   Ejek cin Pek-ling.

   "Kalau sengaja berbuat kalah, apakah caramu ini tidak memalukan?"

   "Mencari kemenangan lebih utama, pula menyelamatkan jiwa lebih penting,"

   Jawab Kan ciau-bu dengan tertawa.

   "Untuk itu boleh juga kau tiru caraku, suruhlah anak muridmu pura-pura kalah, sekaligus juga menyelamatkan jiwa. Dengan demikian, sisa enam babak selanjutnya seri. maka kedudukan sampai akhir tetap pihakmu yang kalah."

   "Kedudukan 32 berbanding 16, mengapa pihak kami dianggap kalah?"

   Terlak cin Pek-ling dengan gusar.

   Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Tapi pihakmu mati 20 orang. anak buahku hanya mati 16. pihakmu lebih banyak empat orang, jelaslah cin-ciangbun sudah kalah. Maka sesuai dengan perjanjian, mulai besok hendaknya cin-ciangbun membubarkan Thay-yang-bun."

   "Sebelum keenam babak yang lain berlangsung. kan belum diketahui anak murid pihak mana yang akan mati lebh banyak?"

   Ujar cin Pek-ling. Merasa sudah punya beking, Kan ciau-bu menjawab dengan tak acuh.

   "Jika kau ingin bertanding lagi juga boleh, bila kau anggap hidup anak muridmu terlalu lama, boleh suruh mereka lebih giat mengalahkan anak buahku."

   Cin Pek-ling yakin anak muridnya lebih tangguh daripada pihak lawan, bila bertanding benar- benar, jumlah kematian anak muridnya pasti lebih sedikit.

   Namun pihak lawan sekarang diperkuat oleh can-pi-soh yang khusus hanya membunuh anak murid Thay-yang-bun, jika hal ini terus berlangsung, kematian pihak sendiri tentu akan lebih banyak, dan kalau kalah menang ditentukan dengan jumlah orang yang mati jelas pihak sendiri pasti akan kalah.

   Ia jadi menyesal telah berkomplot dengan Bu-eng-bun.

   Sebenarnya perhitungannya cukup bagus, meski membuang biaya tidak sedikit, asalkan Bu-eng-bun dapat membunuh orang yang menang pada pihak lawan, baik kedudukan kemenangan pihak sendiri lebih banyak atau lebih sedikit, bila akhirnya yang mati dijadikan patokan, pihak sendiri tetap akan menang.

   Siapa tahu di tengah jalan muncul seorang kakek buntung sahingga terjadi "senjata makan tuan sendiri", akibatnya pihak sendiri terdesak.

   hanya bisa kalah tanpa bisa menang.

   Pada waktu dia minta Bu-eng-bun melaksanakan permintaannya, yang diharapkan cuma membunuh anak murid pihak lawan yang menang dan tidak ada syarat ikutan yang lain-sekarang Bu-eng-bun telah melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai permintaannya tapi hal inijusteru tidak berguna, sebaliknya malah merugikan- Dasar licin dan licik, cin Pek-ling tidak mau bertempur bila tidak jelas akan menang.

   Karena timbulnya perubaban yang merugikan ini, dia harus mencari akal lain- Akal ini dengan sendirinya menjadikan can-pi-soh sebagai sasaran- Bila kakek buntung itu sudah dilenyapkan, sisa enam babak berikutnya baru bisa dimenangkannya.

   Segara ia mendekati si nikoh bermuka buruk, lalu bicara bisik- bisik padanya.

   Nikoh tua itu kelihatan melengak.

   air mukanya berubah, ia melirik beberapa kejap kemuka cin Pek-ling, seperti sedang mengamat-amati wajahnya.

   Dengan suara pelahan cin Pek-ling memohon pula.

   "Jiu-peng, hendaknya kau bantu diriku"

   Akhirnya nikoh tua bermuka buruk itu menghela napas dan berbangkit, ucapnya.

   "Baik, hanya dapat kubantu dirimu dengan tenagaku sendiri. Maklumlah, aku tidak dapat memerintah mereka ber-empat."

   "Jiu-peng,"

   Kata Pek-ling.

   "asalkan kau mau turun tangan, kakek cacat itu pasti bukan tandinganmu."

   "Kungfuku sudah telantar sangat lama, mungkin bukan tandingannya?"

   Ujar si nikoh tua. Lalu ia keluar dari tempat duduknya dan berbicara terhadap can-pi-soh.

   "Kakek cacat. Aku ingin berunding denganmu, entah kau mau dengarkan atau tidak?"

   "Silakan bicara. kupasang kuping mendengarkan,"

   Sahut can-pi-soh.

   "Apakah kau mau menjual suatu kebaikan "

   Kata si nikoh bermuka buruk.

   "coba katakan, ingin kutahu dulu apakah berharga kubeli tawaranmu atau tidak."

   Jawab can-pi-soh.

   "Kuminta agar kedua pihak kita sama-sama tidak ikut campur urusan ini."

   Kata si nikoh tua.

   "Jika aku tidak mau, umpamanya?"

   "Bila demikian, sebelum keenam babak pertandingan dilanjutkan, biarlah kita berdua menentukan kalah menang lebih dulu."

   "ck ck-ck. untuk ini, kukira tidak perlu mengikat permusuhan denganmu.

   "jawab Can-pi-soh sambil berkeCek.

   "Jika engkau tidak mau mengikat permusuhan dengan Bu-eng-bun. maka kuharap kau beli persahabatan yang kutawarkan ini."

   "Bagiku, duit diatas segalanya,"

   Ujar Can-pi-soh dengan tertawa.

   "Maka perlu kuketahui lebih dulu apa imbalan persahabatan yang kau tawarkan ini."

   "Bu-eng-bun pasti akan ingat untuk membalas kebaikanmu.

   "jawab si nikoh tua dengan kurang senang.

   "Jawaban ini kurang realistis,"

   Ujar Can-pi-soh sambil menggeleng. Melibat pendirian si kakek buntung ada tanda-tanda akan goyah, cepat Go Lam-thian berseru.

   "Cianpwe, jangan kau ingkar janjimu setengah jalan, kan sudah kau terima pembayaran kami?"

   "Ingkar janji setengah jalan? Wah, ucapanmu ini terlalu menusuk telinga,"

   Ucap si kakek sambil berkecekskecek.

   "Jangan lupa, Cianpwe telah menjamin pihak kami pasti takkan kalah,"

   Seru Go Lam-Thian pula.

   "Betul, memang pernah kukatakan begitu."

   Ujar si kakek.

   "Tapi hal itu adalah karena tersedia satu peti batu permata di atas mejaku, sekarang kukembalikan peti ini utuh bersama isinya, silakan kau ambil kembali."

   "Apa artinya ini, cianpwe?"

   Seru Go Lam-thian dengan gugup, .."Apalagi"

   Kukembalikan pembayaranmu, janjiku juga kutarik kembali,"

   Seru si kakek sambil tertawa. Ia tidak menghiraukan Go Lam-thian lagi, katanya kepada si nikoh tua.

   "Nah. nikoh buruk, sudah kau dengar sendiri apa yang terjadi sekarang .Jadinya orang tua telah kehilangan satu peti batu permata .

   "

   "Lantas imbalan apa yang kau minta?"

   Tanya si nikoh tua.

   "Seketika tak dapat kupikirkan apa imbalan yang kuminta, cukup asalkan kau janji kelak akan kaupenuhi bilamana sewaktu-waktu kutagih utang padamu."

   Seru Can-pi-soh dengan tertawa. Nikoh tua bermuka buruk memandang Cin Pek-ling sekejap. lalu berkata, ^"Baiklah"

   "Janji di depan para kesatria yang badir ini masakah takkan kau penuhi kelak."

   Ujar si kakek dengan gembira. Melihat akalnya sudah mencapai sasarannya, Cin Pek-ling memberi hormat kepada si nikoh tua dan berkata.

   "Terima kasih,Jiu-peng"

   Ia berpaling dan berseru dengan gembira terhadap Kan Ciau-bu.

   "Nah. Boan-hoa-kun, sekarang pertandingan boleh dilanjutkan- Kita sama-sama tidak perlu mengandalkan bantuan orang lain dan boleh mengukur tenaga sejati masing-masing."

   "IHm, memang seharusnya demikian, kan pihakmu yang memakai tipu muslihat lebih duu,"

   Ejek Kan Ciau-bu.

   Kedua pihak lantas menampilkan lagi 12 orang ketengah kalangan- Mereka tidak perlu takut lagi akan terbuuuh, maka semuanva mengeluarkan kemahiran masing-masing untuk bertempur.

   Pertarungan ini jadi sangat seru, belasan jurus kemudian, kedua pihak lantas saling labrak dengan senjata.

   Kini bukan lagi pertandingan menentukan kalah menang asal menyentuh lawan saja, tapi saling labrak mati-matian tanpa kenal ampun.

   Keadaan tambah tegang, suasana semakin ngeri, yang menang terluka, yang kalah binasa, ruang pesta seketika banjir darah.

   Melihat pembunuhan yang mengerikan ini, para hadirin ada yang geleng-geleng kepala, ada yang merasa pua dapat menyaksikan pertarungan sengit ini.

   bilamana ketegangan memuncak.

   banyak tetamu yang meneggak arak.

   Dan begitu arak dalam guci habis, guci baru segera diantarkan lagi.

   Pada guci arak yang disuguhkan belakangan ini, isinya tidak berbeda dengan arak yang duluan, tapi gucinya ada kelainan, hal ini tidak diperhatikan oleh mereka.

   Minum arak sambil menyaksikan pertarungan seru, sungguh tontonan yang menyenangkan.

   Maka secawan demi secawan semua orang asyik menenggak arak.

   tanpa terasa isi guci besar juga sudah mereka habiskan dalam waktu sekejap.

   Hanya pada meja.

   si nikoh bermuka buruk itu, guci arak yang disuguhkan itu sama sekali tidak dijamah.

   Mereka berlima benar-benar tidak makan dan minnm apa pun.

   Dalam pada itu pertarungan antara ke-120 murid masing-masing pihak itu sudah tinggal babak terakhir saja, korban yang jatuh dalam sembilan babak yang telah berlangsung itu kira-kira seimbang.

   Cin Pek-ling menaruh harapan besar terhadap anak murid yang majupada babak terakhir itu, apabila ke-12 murid ini menang seluruhnya, maka berarti pula pihak Thay-yang-bun keluar sebagai pemenang.

   Dia juga minum arak dengan tangan berkeringat dingin, diperhatikannya setiap perubahan ditengah kalangan, ke-12 murid pada babak terakhir ini merupakan inti kekuatannya, ia percaya kemenangan pasti tidak menjadi soal.

   Di sebelah lain Kan ciau-bu ternyata juga adem ayem saja, sama sekali dia tidak menghiraukan kalah menang pada babak terakhir ini.

   Selagi ke-12 partai yang bertanding itu memuncak ketegangannya, sekonyong-konyong ada orang berteriak.

   "Di dalam arak ada racun"

   Seketika terdengarlah suara gedubrakan, para penonton berturut-turut roboh terbanting kebawah meja.

   Sungguh lihai racun ini, begitu mulai bekerja korbannya seketika jatuh pingsan.

   Ke 12 partai yang sedeng bertanding itu sebelumnya juga sudah minum arak dari guci yang disuguhkan kemudian, maka sampai disini, mendadak pertempuran juga berhenti, sebab ke-24 orang serentak juga roboh terjungkal.

   Dalam waktu singkat beberapa ratus orang sudah roboh sebagian besar, yang belum roboh juga sudah sempoyongan dan akhirnya pasti juga ambruk- Akhirnya yang masih berduduk tinggal Kan ciau-bu bersama dua pembantunya dan orang yang duduk di meja si nikoh tua bermuka buruk itu.

   Kedua pembantu Kan ciau-bu itu ialah Go Lam-thian dan ce Ti-peng.

   Dengan pongahnya Kan ciau-bu memandang sekelilingnya, katanya dengan tertawa.

   "Akhirnya semuanya masuk perangkapku juga"

   Dia bertepuk tangan tiga kali, dari sekitar ruangan lantas membanjir masuk anggota Goat-heng-bun dan anak buah Thi-bang-pang.

   Kan ciau-bu memberi perintah, asalkan bukan kawan sendiri, semuanya ditutuk Hiat-to kelumpuhannya, diringkus atau kalau perlu dibunuh.

   Cin Pek-ling tidak sedikit menenggak arak beracun, dalam keadaan tak sadar iapun menjadi tawanan- Agaknya si nikoh tua bermuka buruk itu mempunyai hubungan istimewa dengan Cin Pek-ling pada masa lampau, maka sekuatnya dia menerjang maju dan Cin Pek-ling dapat dirampasnya.

   Selagi beberara anggota Thi-bang-pang hendak meringkus Can-pi-soh yang terkapar di samping meja, mendadak kakek itu melompat bangun, sekali kaki menyapu, kontan beberapa orang itu di-serampang roboh.

   Nikoh yang datang bersama Canpi-soh dan mengaku orang Cu-pi-am itu sejak awal tadi sampai akhir tidak pernah buka suara, sekarang iapun roboh pingsan.

   Segera Can-pi-soh mengempitnya dan menerjang keluar.

   "Satu pun tidak boleh dibiarkan lolos"

   Teriak Kan ciau-bu.

   Padahal yang masih hidup benar tertinggal Can-pi-soh, si nikoh tua bermuka buruk dan ke-empat perempuan muda berkerudung itu.

   Nikoh tua mengempit Cin Pak- ling dan terkepung rapat oleh berpuluh orang Goat-heng-bun Ke-empat perempuan muda itu sebenarnya tidak mau turun tangan, tapi demi mendengar perintah Kan ciau-bu yang tidak boleh lolos seorang pun, serentak mereka lantas menyerang musuh yang mengepungnya.

   Kungfu mereka berempat memang sangat tinggi dan sukar diukur, berbeda si nikoh tua yang agak kerepotan karena membawa Cin Pek-ling, mereka menyerang dengan lincah dan ganas, setiap jurus serangan selalu mematikan lawan- orang yang mengerubut Can-pi-soh terlebih banyak lagi, malahan semuanya terdiri dari jago pilihan Goat-heng-bun.

   Si kakek buntung itu mengempit si nikoh dengan tangan kanan, hanya kedua kakinya saja yang bekerja cepat untuk menerobos kepungan, dengan sendirinya keadaannya cukup repot.

   Dilihatnya musuh yang mengepung bertambah banyak^ bilamana tidak turun tangan keji mungkin sukar lagi meloloskan diri.

   Mendadak dia membentak.

   aneh juga, jelas tangan kirinya buntung dan kelihatan lengan bajunya barkibaran- mendadak dari dalam lengan baju terjulur keluar sebuah tangan yang memakai sarung tangan berwarna emas, sekali tangan kiri itu bekerja, sekaligus belasan orang dibinasakan- orang yang terbunuh itu ada yang pecah kepalanya, otaknya berceceran, ada yang dadanya remuk terpukul sehingga isiperut berhamburan- Kematian yaing mengerikan ini membuat jeri para pengerubutnya sehingga tidak berani mendekat lagi.

   Ketika dilihatnya si nikoh bermuka buruk dalam keadaan bahaya, segera ia gunakan langkah ajaib untuk menerobos keluar dari kepungan yang agak mengendur itu sehingga berada di sampiag si nikoh muka buruk.

   Begitu tangan kiri berwarna emas itu menyambar, dalam sekejap dilancarkan lebih 20 jurus serangan- Setiap serangan tidak pernah kosong, satu kali serang seorang roboh, lebih 20 kali serang juga likuran orang terjungkal dan mati dalam keadaan yang mengerikan- Serangannya yang keji dan ganas ini sungguh sangat lihai, entah siapa yang menyerit karena ketakutan, para pengepung itu serentak menyurut mundur.

   Sisa anggota Goat-heng-bun yang lain tentu saja takut mati, maka beramai-ramai mereka pun melompat mundur.

   Sesudah bergabung dengan nikoh bermuka buruk itu, dengan suara tertahan kakek buntung itu mendesis.

   "Mari kita terjang keluar bersama."

   "sesungguhnya siapa kau?"

   Tanya si nikoh tua dengan sangsi.

   "Haha, aku inilah can-pi-soh"

   Jawab kakek sambil tergelak.

   Tapi siapa yang mau percaya, jelas kedua tangannya tidak ada yang cacat, lebih-lebih kungfu sakti yang dilancarkan tangan kirinya itu sungguh tidak kepalang lihainya, betapapun orang tidak percaya dia seorang cacat.

   Dalam pada itu, biarpun ilmu silat keempat perempuan muda itu cukup tinggi, namun mereka adalah orang perempuan yang berbadan lebih lemah dan tak dapat bertempur terlalu lama, keadaan mereka sekarang sudah payah, napas terengah-engah dan mandi keringat, meski belum kelihatan berbahaya, jelas sulit untuk meloloskan diri dari kepungan musuh.

   Salah seorang perempuan muda itu bertubuh lebih lemah daripada ketiga kawannya, kelihatan dia masih menyerang dengan jurus yang hebat, namun sesungguhnya sudah kehabisan tenaga.

   
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Mendadak ia berteriak nyaring.

   "Yu Wi, tidak lekas kau bantu diriku?"

   Kiranya can-pi-soh atau si kakek buntung adalah samaran Yu wi, orang lain tidak mengenalnya, tapi sejak tadi Pek-yan sudah tahu kakek cacat ini samaran anak muda itu.

   "Jangan kuatir, Pek-yan, akan kubantu"

   Teriak Yu Wi.

   Mendengar nama Yu Wi, seketika pucat wajah Kan ciau-bu.

   ia heran apakah anak muda itu bisa hidup kembali?Jangan-jangan dahulu cuma pura-pura mati saja terkena pukulannya? Yang lebih aneh lagi adalah jelas minum arak beracun, mengapa dia tidak keracunan seperti yang lain? Kan ciau-bu menjadi sangsi jangan-jangan Yu Wi telah berlatih sehingga mencapai tingkatan yang sempurna dan tidak mempan diracun- Padahal sebabnya Yu Wi tidak keracunan bukan karena ilmunya sudah mencapai tingkatan sempurna, apa yang disebut tidak mempan racun adalah hal yang tidak mungkin terjadi.

   Soalnya tadi keburu Yu Wi merasakan didalam arak beracun, pada saat belum pingsan benar cepat ia mengeluarkan Jit-yap-ko dan diciumnya dengan keras.

   Bau harum jit-yap-ko dapat menawarkan obat Bius, maka waktu anggota Thi-bang-pang hendak meringkusnya segera ia melompat bangun.

   Begitulah Yu Wi terus menerjang kedepan, kemana dia tiba tiada seorang pun mampu merintanginya .

   Pek-yan masih lemah karena habis melahirkan, tenaganya belum pulih seluruhnya.

   sekali ini Bu- eng-bun telah menerima pembayaran besar dari Cin Pek-ling, tapi cin Pek-ling menuntut agar keempat duta Bu-eng-bun harus keluar seluruhnya.

   Mengingat uang, maklumlah, memang itulah pekerjaan mereka, maka empat nooa Bu-eng-bun telah keluar sekaligus.

   Adapun nikoh tua bermuka buruk itu adalah Soh-sim, ibu kandung Pek-yan.

   orang Bu- eng- bun yang menerima order pekerjaan biasanya dilakukan oleh perempuan muda yang menjadi ahli waris selanjutnya, orang tua harus mengundurkan diri dan menjadi nikoh untuk melayani putrinya sendiri dan tidak ikut campur bisnis lagi.

   Sebabnya nikoh bermuka buruk ini ikut datang adalah karena kesehatan Pek-yan belum pulih kembali, maka dia ingin menjaganya.

   Pek-yan tidak tahan bartempur lama, ia tahu bila bertahan lebih lama lagi bukan mustahil jiwanya bisa melayang apabila sedikit meleng saja, maka ketika Yu Wi muncul dalam samarannya sebagai can-pi-soh, biarpun samaran anak muda itu sangat persis, namun tutur kata dan gerak-geriknya tidak dapat ditutupi seluruhnya, orang yang pernah hidup berdekatan dengan dia pasti dapat melihatnya.

   Pek-yan sudah melahirkan anak Yu Wi meski isteri tidak resmi, dengan sendirinya sudah cukup dikenalnya Yu Wi dari dekat.

   Semula sebenarnya dia juga tidak berani memastikannya, tapi setelah Yu Wi menggunakan tangan buntung samarannya segera Pek-yan tidak sangsi lagi.

   Dalam keadaan bahaya, dengan sendirinya ia berteriak minta tolong kepada Yu Wi, meski dia tahu akan kurang menguntungkan bilamana samaran Yu Wi dibongkarnya, tapi keadaan terpaksa, tidak dapat berpikir banyak lagi.

   Berpuluh orang yang mengepung Pek-yan itu juga sudah tahu keperkasaan Yu Wi.

   bahkan caranya membunuh orang sangat ganas, maka semuanya menjadi jeri bila didekati anak muda itu.

   Yu Wi kenal watak Pek-yan yang kepala batu.

   kalau tidak terpaksa tidak nanti minta tolong padanya, jelas keadaan nona itu sekarang sudah payah, maka cepat ia menubruk kesana, tangan saktinya bekerja cepat, sekali hantam satu korban, ber-turut2 ia merobohkan lagi belasan orang, semuanya kepala pecah dan otak berhamburan- Yu Wi sudah memutuskan untuk melakukan tindakan ganas, sekali mau main bunuh harus bikin pecah nyali musuh.

   Benar juga, setelah sebagian pengerubut Pek-yan itu dibinasakan, yang lain menjadi ketakutan dan menyurut mundur dengan cepat.

   Mereka benar-benar sangat takut terhadap Yu Wi, terhadap tangan sakti yng lihai itu.

   Setelah Yu Wi membebaskan Pek-yan dari kepungan musuh, nona itu sudah kehabisan tenaga, ia jatuh terduduk dengan lemas.

   si nikoh tua menguatirkan keselamatan anak perempuannya, cepat ia mamburu maju untuk mengurut tubuh Pek-yan- Yu Wi juga melepaskan nikoh yang dikempitnya itu.

   Nikoh ini bukan lain ialah Ko Bok-ya alias Soh-sim.

   Di sekitar mereka masih mengepung musuh yang tidak terhitung jumlahnya, tapi lantaran jeri terhadap Yu Wi, siapa yang berani menerjang maju? Mereka hanya menyaksikan Yu Wi mengeluarkan Jit-yap-ko untuk diendus oleh Bok-ya, Sungguh terlalu, sekian banyak orang yang mengepung, tapi musuh dibiarkan berbuat sebebasnya.

   Entah siapa yang berteriak lebih dulu.

   "Serbu"

   Karena anjuran ini, serentak belasan orang menerjang maju lagi.

   Tapi Yu Wi tetap tenang saja, jangankan dia, sekalipun si nikoh tua bermuka buruk juga tidak menghiraukannya, ia percaya kepada kemampuan Yu wi, segalanya tentu akan aman, maka tanpa melirik ia tetap menguruti Pek-yan.

   Yu Wi sibuk mengendusken Jit-yap-kopada hidung Ko Bok-ya yang dipangkunya, ia berjongkok tanpa bergerak.

   Tapi ketika seorang musuh berpedang menyerang, mendadak tangan kirinya meraih kebelakang, dengan tepat tangkai pedang lawan terpegang, malahan orang itu ingin melepaskan pedang saja tidak sempat, tangan dan tangkai pedang terpegang sekaligus.

   Yu Wi tidak banyak pikir, juga tidak membuang waktu sedetik pun, Begitu terpegang.

   pedang segera menyabat kebelakang, orang itu juga ikut melayang dengan masih memegangi tangkai pedang .

   Yang diserang Yu Wi adalah penyerbu pada barisan terdepan, kemana sinar pedang menyambar, tiada seorang pun yang lolos, semuanya terkutung menjadi dua sebatas pinggang, dengan sendirinya kejadian ini menghalangi penyerbu yang berada dibelakang.

   Pada saat yang hampir sama, orang yang masih memegang tangkai pedang jugaterpotong-potong oleh senjata para penyerbu sehingga bagian tubuh berhamburan, hanya tertinggal telapak tangannya yang masih menggenggam tangkai pedang yang terpegang Yu Wi itu.

   Serangan Yu Wi ini sungguh luar biasa dan mengerikan, betapa tidak takut mati juga ciut nyalinya, jika maju pasti mati, biarpun seribu kali tidak takut mati juga tiada gunanya.

   Seketika kegaduhan meniadi mereda, kepungan masih rapat, tapi tidak ada yang bergerak lagi, dengan air muka pucat takut semuanya memandang kelima musuh yang berada di tengah.

   Bok-ya siuman, Pek-yan juga sudah mulai pulih tenaganya, empat orang serentak berdiri, Yu Wi membuang pedangnya, tangan pemilik pedang itu masih tetap menggenggam kencang pada tangkai pedangnya.

   Dengan kuatir Pek-yan berkata kepada Yu Wi.

   "Mohon engkau suka membantu ketiga cici agar mereka tergabung dengan kita."

   Yu Wi mengangguk, begitu langkahnya bergerak.

   para pengepungnya lantas menyingkir dengan ketakutan- Ketiga kakak Pek-yan itu masing-masing bernama Gin Joat, Tho-kin dan Klok-gim.

   Kungfu mereka juga tergolong tup, musuh yang hadir di sini tiada satu pun bisa menandingi mereka.

   Tapi karena pertempuran berlangsung cukup lama, kini lengan mereka pun terasa pegal linu, keadaan cukup gawat.

   Yu Wi terus melangkah maju, kemana dia tiba, para pengerubut disitu lantas bubar.

   Tiada seorang pun berani menyerang.

   Hampir meledak perut Kan ciau-bu saking gemasnya, percuma ribuan anak buahnya itu, ternyata semuanya tukang gegares belaka.

   Padahal mereka tidak dapat disalahkan, sesungguhnya Yu Wi terlalu lihai bagi mereka, sedangkan Kan ciau-bu sendiri juga tidak berani maju menghadapinya.

   Dengan dipimpin Yu Wi, segera mereka melangkah keluar.

   Yu Wi paling depan, dibelakangnya mengikut Bok-ya, si nikoh tua dan Pek-yan berempat, cin Pek-ling masih belum sadar dan tetap berada dalam pondongan si nikoh tua.

   Setiba pintu luar, disitu berdiri tiga orarg kakek kekar dengan rambut dan jenggot sudah memutih perak.

   Dari cara berdiri ketiga kakek itu, Yu Wi tahu mereka paati bukan sembarang orang dan jauh untuk bisa dibandingi dengan musuh yang berada didalam tadi.

   Ketiga kakek yang lain daripada yang lain itu berdiri satu didepan dan dua dibelakang, yang di depan segera menegur Yu Wi.

   "Apakah hendak pergi begini saja?"

   "Kalau tidak begini lantas bagaimana?"

   Jawab Yu Wi.

   "Sudah cukup kau pamer kegagahanmu, orang yang kau bunuh tidak sedikit jumlahnya, kami juga menyadari tidak mampu menahan dirimu, jika sekarang kau mau pergi, boleh, silakan"

   Kata kakek itu.

   "Dan bagaimana dengan kawanku?"

   Tanya Yu Wi "Asaikan mereka suka boleh ikut pergi bersamamu,"

   "Lantas apalagi yang kalian rintang i?"

   "Yang bukan kawanmu tidak boleh ikut pergi"

   Ucap si kakek dengan tegas.

   "Siapa yang kau maksudkan?"

   Tanya Yu Wi.

   "Dia,"

   Sahut si kakek sambil menuding cin Pek-ling yang berada dalam rangkulan si nikoh tua bermuka jelek.

   "Pejabat ketua Thay-yang-bun sekarang."

   "Betul, dia memang tidak boleh ikut pergi bersamaku, dia bukan kawanku,"

   Kata Yu Wi.

   "Kami tahu, makanya kami harus menahannya disini,"

   Ucap si kakek. Yu Wi berpaling, tapi belum lagi dia bicara. mendadak si nikoh bermuka buruk berteriak.

   "Tidak. orang ini harus kubawa pergi,"

   Nikoh tua bermuka buruk yang juga bergelar Soh-sim itu adalah ibu kandung Pak-yanjudi sama dengan ibu mertua Yu Wi, betapapun anak muda itu harus membelanya, maka dia berpaling kembali sambil angkat pundak. katanya kepada si kakek.

   "Apa boleh buat, meski dia bukan kawanku, tapi dia adalah kawannya kawanku."

   "Jika demikian, bila kami main rampas orang dengan kekerasan, kau pun akan ikut campur?"

   Tanya si kakek, Yu Wi menggeleng.

   "Aku tidak perlu ikut campur, cin Peks ling juga terhitung musuh ku jika kalian bunuh dia kan kebetulan bagiku dan tiada sangkut paut dengan urusanku."

   "Baik, boleh kita berkawan, aku she Koh bernama Peng,"

   Kata si kakek. lalu ia tuding kedua kawan dibelakangnya.

   "Kedua orang ini adalah saudara angkatku, namanya Tan Ho dan Kan Hou."

   "cayhe Yu Wi,"

   Segera anak muda itupun memperkenalkan diri sambil menjura. Pada saat itu Kan-ciau-bu juga telah keluar. melihat ketiga Tiang lo atau orang tua perguruannya sedang bercengkeraman dengan musuh, dengan kurang senang ia lantas berkata.

   "Koh tionglo, orang she Yu itu adalah musuh kita."

   Yu Wi meliriknya sekejap sambil mendengus. Sedangkan Koh Peng lantas menjawab.

   "Musuh perguruan kita hanya orang Thay-yang-bun orang lain bukan musuh-"

   Di balik ucapannya seakan akan menyalahkan Kan ciau-bu yang sembarangan bermusuhan dengan orang sehingga mendatangkan lawan tangguh seperti Yu Wi.

   Kan ciau-bu menyadari keadaan tidak menguntungkan dirinya, jelas karena kapok benar-benar terhadap kelihaian Yu wi, maka anak buah sendiri tidak berani lagi memusuhi anak muda itu, apabila dirinya tidak didukung oleh ketiga Tiang lo ini, betapapun juga tidak berani perang tanding dengan Yu wi yang sudah bukan lagi Yu Wi yang dulu itu.

   Koh Peng lantas maju kedepan si nikoh muka buruk.

   katanya.

   "Taysu, harap kau tinggalkan cin Pek-ling."

   "Tidak bisa, memangnya kau mau apa?"

   Jengek si nikoh tua.

   "Thaysu, sesungguhnya ada hubungan apa antara dirimu dengan dia?"

   Tanya Koh Peng.

   "Tidak perlu kau tanya hubungan kami.

   "jawab si nikoh tua dengan ketus. Sebenarnya yang ditakuti Koh Peng ialah Yu Wi yang maha lihai itu dan bukan jeri kepada nikoh tua itu, maka dengan sabar ia berkata pula.

   "Seharusnya kau tahu keadaan sekarang sangat tidak menguntungkan kalian, namun kami tidak ingin mempersulit dan cuma minta Cin Pek-ling ditinggalkan, apabila diantara kalian tiada hubungan yang istimewa, mohon Taysu suka memenuhi permintaanku."

   Diam-diam Yu Wi juga menyesali ibu Pek-yan yang tidak bisa melihat gelagat.

   Apa yang dikatakan Koh Peng memang benar, anak buah Kan ciau-bu hanya gentar menyaksikan serangan mautnya tadi, apabila mereka menjadi nekat dan bertempur mati-matian, jelas keadaan sangat tidak menguntungkan dirinya yang cuma beberapa orang ini, apalagi kalau mereka juga pasang barisan dinding manusia seperti anak murid Cu-pi-am, mungkin tiada seorang pun di antara mereka yang dapat lolos dengan hidup, Siapa tahu si nikoh tua tetap ngotot.

   teriaknya "Sekali kubilang tidak tetap tidak, jika mampu boleh kau bunuh dulu diriku"

   Dari luar tadi Koh Peng sudah mengikuti pertarungan mereka, ia yakin selain Yu Wi, selebihnya tiada seorang pun dapat menandingi dirinya- Diam-diam ia pikir apa susahnya jika hendak kubunuh dirimu? Tapi dengan tenang ia berkata pula sambil memberi hormat.

   "Betapapun takkan kubunuh dirimu, namun Taysu barkeras tidak mau meninggaikan orang she cin itu, terpaksa aku harus main rampas."

   Dia sengaja memberi pernyataan demikian, tujuannya supaya didengar Yu Wi bahwa tiada maksudnya hendak mencelakai kawannya.

   Nikoh bermuka buruk itu siap siaga, mendadak tangan kiri Koh Peng pura-pura menghantam, tapi tangan kanan terjulur kedepan dari bawah.

   Gerak serangan ini tidak aneh, namun suatu serangan praktis, ditambah lagi cepat luar biasa, sungguh sukar dihindari.

   Nikoh tua itu membawa cin Pek-ling, sukar baginya untuk menghadapi serangan lawan, terpaksa ia menggeser kesamping.

   Koh Peng bertekad harus berhasil merampas tawanan itu, maka sudah diperhitungkan ke arah mana si nikoh tua akan berkelit, maka begitu nikoh tua itu bergeser, segera ia mendahului mendesak maju, jadi geseran nikoh tua itu tetap belum terlepas dari ancaman Koh Pang.

   Karena kuatir melukai si nikoh tua sehingga Yu Wi ikut campur, mendadak Koh Peng mengganti pukulannya menjadi cengkeraman sehingga tubuh Cin Pek-ling tepat dipegangnya.

   Sekali sasarannya terpegang, segera ia kerahkan tenaga sepenuhnya, sekali tarik Cin Pek-ling harus dirampasnya.

   Tenaga dalam si nikoh tua memang kalah kuat daripada Koh Peng, sesaat itu iapun merasa tidak sanggup menahan tubuh cin Pek-ling, terpaksa ia berteriak .

   "Cepat"

   Tanpa dijelaskan siapa yang diminta cepat turun tangan, segera Pek-yan tahu dirinya yang diminta menolong sang ibu.

   Meski orang Bu-eng-bun biasanya tidak mementingkan kekuasaan ibu, Tapi dalam keadaan begini, cukup bicara tentang sesama seperguruan saja pantas untuk memberi bantuan- Maka kedua tangan Pek-yan terus menghantam kedepan.

   Ilmu pukulan Pek-yan sangat hebat, setiap ilmu pukulan di dunia ini, asalkan pernah dilihatnya segera dapat diketahui cara mematahkannya.

   Maka betapa tinggi ilmu pukulannya sendiri tidak perlu lagi dijelaskan, tentu saja sangat lihai serangannya dan sangat rapat pertahanannya, dan sekali dia menyerang, mau-tak-mau musuh harus berusaha menyelamatkan diri lebih dulu.

   Benar juga, melihat pukulan Pek-yan selihai itu, terpaksa Koh Peng membatalkan serangannya dan menyelamatkan diri lebih dulu.

   Yu Wi kuatir Pek-yan tidak mampu melawan tenaga pukulan Koh Peng yang dahsyat, segera ia melangkah maju, tangan kiri terjulur dan mengadang di tengah kedua orang.

   Tangan kiri Yu Wi menguasai kesaktian Su-ciau-sin-kang, cukup satu gerakan biasa saja sudah dapat mematahkan pukulan dahsyat apa pun.

   Maka Koh Peng terdesak mundur, sekaligus juga mengelakkan tenaga pukulan Pek-yan.

   Pek-yan memang lagi heran kemajuan pes at tenaga dalam Yu Wi dan belum pernah dirasakannya sendiri, sekarang langsung ia merasakan kelihaian tenaga Yu Wi, hal ini, membuatnya heran dan bingung, pikirnya.

   Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Kungfu macam apakah ini, mengapa tanpa sesuatu jurus lantas dapat mematahkan serangan orang, dimana titik lemahnya juga tidak terlihat."

   Ia tidak tahu justeru satu gerakan pukulan yang paling umum, setiba di tangan Yu Wi akan berubah menjadi jurus serangan tak terpatahkan, sekalipun bagi Pek-yan yang biasanya serba bisa mematahkan jurus serangan apa pun.

   Kejut Koh Peng ternyata melebihi Pek-yan, sesudah menyurut mundur, ia tidak berani menyerang lagi, serunya.

   "Apakah tidak ada persahabatan lagi?"

   "Kawanku berkeras tidak mau mengalah, terpaksa mohon Anda suka melepaskannya pergi,"

   Sahut Yu Wi.

   "cin Pek-ling musuhmu atau bukan?"

   Seru Koh Peng dengan gusar.

   "Dia memang musuhku,"

   Jawab Yu Wi.

   "Dan engkau sengaja membiarkan kawan sendiri membela musuh?"

   "Jika kawanku hendak membelanya, apa boleh buat."

   "Kawan lebih penting atau musuh lebih penting?"

   "Tentu saja kawan lebih penting."

   "Jika begitu, demi keamanan kawanmu, kenapa tidak membiarkan kurampas cin Pek-ling, akan kuberesknn musuhmu, kalian dapat pergi dengan aman kan semuanya jadi baik dan sama-sama senang."

   "Maksudmu supaya aku tidak ikut campur?"

   Koh Peng mulai tak sabar, teriaknya.

   "Betul, dengan begini kita dapat bersahabat."

   "Justeru lantaran sahabat lebih penting, mau tak mau aku harus ikut campur."

   Koh Peng sangat benci kepada Thay-yang-bun ia sangat penasaran jika cin Pek-ling tidak dibekuknya, dengan gusar ia membentak.

   "orang she Yu, sikapmu ini kan terlalu meremehkan kami?"

   "Bukan kuremehkan dirimu, jika Anda menganggap Yu Wi seorang sahabat, sudilah engkau bersabar sementara waktu?"

   "Apa artinya ucapanmu?"

   Tanya Koh Peng.

   "Maksudku, biarlah sementara ini cin Pek-ling dibawa pergi oleh kawanku. kelak boleh kalian mencari perkara lagi kepada CinPek ling."

   Koh Peng menggeleng kepala dan menjawab^ "Tidak bisa, mana boleh melepaskan harimau kembali kegunung. Setiap anak murid Goat-heng-bun kami pasti tidak dapat melakukannya,"

   "Toako,"

   Sela Pek-yan.

   "untuk apa banyak cincong dengan dia, bila engkau condong kepeda ibuku hendaknya kau bela sampai akhirnya. Apa gunanya banyak bicara jika orang tetap tidak mau menerima maksud baikmu."

   "Hm, jadi menurut pikiran nona, kalau periu boleh bertempur lagi?"jengek Koh Peng.

   "Kalau tidak begitu, memangnya kalian mau melepaskan kami pergi?"

   Pek-yan balas menjengek.

   "Jika kalian mau pergi, tidak nanti ada yang mempersulit, asal saja jangan membawa serta cin Pek-ling."

   "Tapi sayang, ibu tetap ingin membawa pergi cin Pek-ling,"

   Kata Pek-yan.

   "Itu berarti tidak ada damai,"

   Seru Koh Peng dengan gusar.

   "Makanya kubilang kepada Toako tidak perlu banyak omong lagi,"

   Jengek Pek-yan- "Hendaklah disadari, bila bertempur lagi tentu urusan tidak sederhana lagi seperti tadi,"

   Teriak Koh Peng.

   "Huh, apa gunanya cuma bicara saja, ayolah mulai"

   Dengus Pek-yan.

   "Apa kau takut anak muridmu akan mati lebih banyak lagi?"

   Sejak tadi Koh Peng berusaha kompromi, yang dikehendaki hanya cin Pek-ling saja?.

   Sebab kalau bertempur lagi, meski lawan tak nanti bisa lolos.

   tapi anak murid sendiri pasti akan banyak jadi korban, terutama menghadapi Yu Wi yang jelas sangat lihai itu.

   Namun Koh Peng juga bukan seorang penakut, karena ucapan Pek-yan tadi, seketika panas hatinya, katanya sambil memandang Yu Wi.

   "Bagaimana dengan pendapat Anda?"

   Ia pikir asalkan anak muda itu bersikap tegas sedikit, mau-tak-mau kedua ibu dan anak itu harus berpikir lagi, segala kemungkinannya dan takkan ngotot membawa pergi cin Pek-ling. Tak terduga Yu Wi malah membujuknya dengan tertawa.

   "Kukira bolehlah engkau memberi kelonggaran sekali ini kepada mereka."

   Dengan gusar Koh Peng berkata.

   "Sedemikian kau tunduk kepada kehendak mereka, sesungguhnya mereka itu apa mu?"

   "Dia isteriku,"

   Jawab Yu Wi sambil menuding Pek-yan.

   Bahwa di depan umum Yu Wi mengakui Pek-yan sebagai isterinya.

   Karuan nona itu terkejut dan juga bergirang, sungguh ia merasa sangat bahagia.

   Tapi hati seorang lain justeru kebalikannya, merasa kecut dan sedih.

   Dia bukan lain daripada Ko Bok-ya yang jugabergelar Soh-Sim setelah menjadi nikoh.

   Setelah dibawa lari dari Cu-pi-am oleh Yu Wi, mereka lantas menuju ke Bu-jiang, disini mereka mendengar Kan ciau-bu hendak merayakan sebulan umur putrinya, maka mereka lantas menyamar ke markas Thi-bang-pang dan bermaksud mencari kesempatan untuk membunuh Kan ciau-bu.

   Selain untuk membalas dendam pribadi, sekaligus Yu Wi juga ingin menumpas kejahatan agar Goat-heng-bun dan Thi-bang-pang tidak telanjur terperosot dibawah pimpinan Kan Ciau-bu yang keji itu, kalau sampai pengaruhnya meluas, tentu dunia Kangouw akan tambah kacau.

   Dalam perjamuan itu Yu Wi menyamar sebagai Can-pi-toh atau si kakek buntung tangan dari Jit-can-soh yang disegani itu, maka dia mendapat kehormatan berduduk pada meja utama.

   Mestinya terbuka banyak kesempatan baginya untuk membunuh Kan ciau-bu, namun sebegitujauh Yu Wi belum turun tangan- Ya.

   maklumlah, betapapun dia dan Kan ciau-bu adalah saudara sekandung dari satu ibu dan lain ayah, hubungan batin saudara inilah membuat hati Yu Wi tidak tega membinasakan manusia iblis itu.

   Ketika si nikoh bermuka buruk muncul bersama keempat nona berkerudung.

   bukan cuma Yu Wi saja, soh-sim atau Ya-ji juga segera mengenali satu diantaranya adalah nona yang pernah tinggal bersama Yu Wi di dasar lembah kurung itu.

   Nona itu telah melahirkan anak Yu Wi, kemunculannya tentu saja membikin hati Ya-ji tidak enak, meski sekarang dia sudah menjadi nikoh.

   Apa lagi hubungan nona itu dengan Yu Wi juga sudah pernah diberitahukan oleh Yu Wi kepadanya.

   Kiranya pada pertemuan yang mengharukan di luar cu-pi-am dahulu, lantaran dalam badan Yu Wi terdapat kadar racun Liap-hun-pia sehingga mempengaruhi indera panciumannya, maka bau badan Ya-ji terasa berbau busuk bagi Yu Wi, jadi bukan disebabkan anak muda itu benci dan jemu padanya.

   Sekarang Yu Wi sudah makan Li-hiang-yap yang dapat menawarkan racun bau busuk itu, maka dapatlah anak muda itu berkumpul dengan Ya-ji tanpa marasakan lesuatu kelinan lagi.

   Setelah hal ini dimengerti Ya-ji, ia tidak lagi salah paham kepada Yu Wi, ia merasa dalam keadaan demikian dapat berkumpul dengan anak muda itu sudah cukup menggembirakan- Namun tidaklah menjadi soal bliamana tidak melihat Pek-yan, kini dengan munculnya nona itu mau-tak-mau timbul lagi rasa sirik Ya-ji, diam-diam ia gemas mengapa bisa terjadi secara kebetulan begini.

   Diam-diam Ya-ji juga mengamati sikap Yu Wi.

   diketahuinya meski diantara keduanya tidak ada cinta yang murni, tapi mungkin lantaran anak.

   dengan sendirinya timbul jaga rasa kasih sayang pada wajah Yu Wi.

   Pada waktu pesta tengah berlangsung.

   berulang-ulang Yu Wi memandang Pek-yan, hal ini membuat hati Ya-ji berduka, maka dia minum arak sebanyak-banyaknya, kalau bukan lantaran ini, biasanya Ya-jitidak minum arak.

   tentu dia takkan pingsan kena racun dalam arak yang diminumnya.

   Sekarang didengarnya lagi secara terbuka Yu Wi mengakui Pek-yan sebagai isterinya, keruan hati Ya-ji alias Soh-sim terasa kecut, kata "isteri"

   Yang diucapkan Yu Wi sungguh serupa ular berbisa yang mendadak memanggut hatinya, Begitulah setelah Koh Peng mengetahui nikoh bermuka buruk yang ngotot hendak menolong cin Pek-ling itu ternyata ibu mertua Yu Wi, ia tahu urusan sukar diselesaikan begitu saja, pertempuran sukar dihindarkan lagi, segera ia berkata.

   "

   Orang she Yu, biarlah kami bertiga saudara menghadapimu."

   Yu Wi lantas tampil kemuka supaya waktu bertempur tidak membikin susah Ya-ji dan lain-lain- Usia Koh Peng, Tan Ho dan Kan Hou bertiga kalau ditotal jendral hampir 300 tahun, mereka adalah murid Goat-heng-bun asli, seangkatan dengan ji-bong Taysu dari Thay-yang-bun, jadi tergolong tokoh Goat-heng-bun angkatan tua, juga anak murid Goat-heng-bun yang masih tersisa ketika perguruannya dibubarkan dahulu.

   Mestinya mereka hidup mengasingkan diri sebagai pertapa.

   meski juga banyak menerima murid, tetapi mereka tidak pernah lagi menonjolkan merek Goat-heng-bun.

   Hal ini disebabkan kuatir akan direcoki pihak Thay-yang-bun, adalah lebih baik hati-hati meski jsdah lama anak murid Thay-yang-bun juga tidak pernah muncul lagi di dunia Kangouw.

   Anak murid Thay-yang-bun juga mempunyai jalan pikiran serupa mereka, juga tidak lagi menonjolkan merek Thay-yang-bun dan sama mengasingkan diri, seperti Cin Pek-ling, dia juga murid Thay- yang- bun asli, tapi di dunia Kangouw hanya terkenal nama julukannya, yaitu Ban-li-hui-hong.

   dan tidak ada yang tahu sesungguhnya dia adalah anak murid Thay- yang- bun.

   Kemudian cin Pek-ling telah berusaha memupuk tenaga dan merebut pengaruh disekitar Hun-lam dan Kui- Ciu sehingga menjadi satu aliran tersendiri, namun orang Kangouw juga cuma tahu Ban-li-hui-hong telah menjadi pimpinan satu aliran tersendiri dan tidak tahu apa nama aliran yang dibangunnya itu.

   Sebabnya cin Pek-ling tidak berani mengumumkan nama Thay-yang-bun adalah karena kekuatannya belum cukup menandingi kemungkinan diserbu pihak Goat-heng-bun, setelah dia yakin kekuatannya sudah memadai barulah ia memimpin anak buahnya mendatangi wilayah kekuasaan Goat-heng-bun, yakni semenanjung Eng-bu-ciu untuk mencari perkara.

   Maklumlah, antara Thay- yang- bun dan Goat-heng bun adalah dua perguruan yang bermusuhan turun temurun, asalkan murid dari kedua perguruan tersebut, biarpun antara pribadi mereka tidak ada sakit hati apapun, tapi bila mengetahui pihak lain adalah murid musuh, sekatika timbul rasa benci dan saling labrak.

   belum berhenti jika lawan belum dibunuhnya.

   Berbeda dengan Kan ciau-bu, meski dia sudah meyakinkan ilmu silat dalam Hian-ku-cip dari Goat-heng-bun, bahkan mengaku sebagai ahli- waris Goat-heng-bun dan mengumpulkan anak murid yang telah mengasingkan diri itu, lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai pejabat ketua, namun dia tidak merasa benci dan bermusuhan terhadap Thay-yang-bun, sama sekali tidak ada pikiran memusuhi Thay-yang-bun, sebabnya dia membangun Goat-heng-bun melulu untuk memperkuat pengaruh dan kekuasaan sendiri saja.

   Padahal setiap anak murid tulen Thay-yang dan Goat-heng-bun, sejak kecil sudah dicekoki pikiran memusuhi pihak lawan, asalkan anak murid kedua pihak masih turun temurun di dunia ini, permusuhan antara kedua perguruan juga tak pernah berhenti.

   Setelah kedua perguruan itu sama-sama dibekukan atau dibubarkan, kekuatan kelompok pecah menjadi kekuatan perseorangan, mareka menyadari tenaga sendiri sangat terbatas, sedangkan kekuatan lawan sukar diketahui, maka sejauh itu tidak ada yang berani menonjolkan asal-usul dirinya.

   Lantaran itulah selama sekian tahun didunia Kangouw tidak pernah terdengar nama Thay-yang-bun (perguruan matahari) dan Goat-heng-bun (perguruan rembulan).

   orang Kangouw sama mengira nama kedua perguruan itu sudah menjadi tinggalan sejarah saja.

   Tak tahunya anak murid kedua pihak sebenarnya masih banyak yang hidup di dunia ini, bahkan turun temurun tidak pernah melupakan nama perguruan musuh.

   Anak murid kedua perguruan yang mengasingkan diri itu masih sangat banyak.

   asalkan ada salah seorang yang benar-benar berpengaruh berani menonjolkan diri dan berseru, serentuk mereka pasti akan membanjir keluar untuk menggabungkan diri sehingga terbentuk tenaga kesatuan yang kuat.

   Seperti Koh Peng, Tan Ho dan Kan Hau bertiga.

   meski mereka sudah tirakat selama berpuluh tahun, usia mereka masing-masing sudah dekat satu abad, seharusnya mereka sudah hambar terhadap kehidupan dunia Kangouw dan diluar garis permusuhan- tapi ketika mendengar ada anak murid Goat-heng-bun telah berdiri lagi dilembah Tiang- kang dengan Thi-bang-pang yang berpengaruh itu sebagai deking maka segera mereka meninggalkan rumah, dengan segenap anggota keluarga ikut menggabungkan diri kepada Kan ciau-bu.

   

   first share di Kolektor E-Book 14-08-2019 21:34:58

Si Racun Dari Barat -- Jin Yong Si Rase Terbang Pegunungan Salju Karya Chin Yung Merpati Pedang Purba -- Kauw Tan Seng

Cari Blog Ini