Expected One 10
Kathleen Mcgowan The Expected One Bagian 10
Ada sebuah meja rapat di ujung ruangan, Roland memberi isyarat agar mereka meletakkan baki itu di sana.
Mereka berempat duduk, dan Tammy menuangkan kopi yang hitam dan kental.
Roland memandang Sinclair di seberang meja lalu menganggukkan kepala kepadanya untuk memulai.
"Maureen, kami akan menyampaikan sesuatu tentang Bapa Healy dan injil-injil Magdalena. Tapi kami rasa, kau perlu latar belakang dulu untuk memahami situasi di sini."
Maureen meneguk kopi, merasa bersyukur atas kehangatan dan kepekatan minuman itu. Ia mendengarkan baikbaik penjelasan Sinclair.
"Sesungguhnya, kami sengaja membiarkan sepupumu mengambil naskah-naskah itu."
Cangir kopi nyaris terlepas dari tangan Maureen.
"Membiarkan?"
"Ya. Roland sengaja tidak mengunci ruang kerja. Kami sudah curiga Bapa Healy akan berusaha mengambil naskah itu untuk diserahkan kepada siapa pun yang mempekerjakannya."
"Tunggu dulu. Apa maksudmu? Peter semacam matamata untuk Gereja?"
"Tidak persis begitu,"
Jawab Sinclair. Maureen melihat Tammy juga mendengarkan dengan seksama seperti dirinya, Tammy belum mengetahui persoalan ini secara lengkap.
"Kami belum tahu pasti, ia menjadi matamata untuk siapa. Itulah sebabnya kami membiarkannya mengambil naskah. Dan itu pula sebabnya, kami tidak terlalu pusing. Setidaknya belum. Kami memasang alat pelacak di mobil sewaanmu. Kami tahu pasti di mana ia sekarang dan ke mana ia pergi."
"Yaitu?"
Tanya Tammy.
"Roma?"
"Kami rasa Paris."
Jawaban itu datang dari Roland.
"Maureen."
Sinclair menyentuh ringan tangan gadis itu.
"Aku menyesal mengatakan ini padamu, tapi sepupumu telah melaporkan segala tindakanmu ke pejabat Gereja sejak kedatanganmu di Prancis, dan kemungkinan lebih lama lagi."
Maureen membelalakkan mata. Ia merasa ditampar.
"Mustahil. Peter tak akan berbuat seperti itu padaku."
"Selama minggu terakhir ini, selama kami mengawasinya bekerja dan mendapat kesempatan untuk mengenalnya, kami semakin sulit menyingkirkan rasa curiga. Awalnya kami yakin ia hanya berusaha melindungimu dari kami. Tapi kami pikir, ikatannya dengan orangorang yang mempekerjakannya terlalu kuat sehingga sulit diputus. Bahkan setelah ia menemukan kebenaran dalam naskah itu."
"Kau tidak menjawab pertanyaanku. Apakah menurutmu, Vatikanlah yang mempekerjakannya? Yesuit? Siapa?"
Sinclair bersandar di kursinya.
"Aku belum tahu. Aku hanya bisa mengatakan bahwa kami memiliki orang di Roma yang sedang mencari informasi. Kau akan terkejut jika tahu betapa luasnya pengaruh kami. Aku yakin, kita akan memperoleh jawaban lengkap besok malam, atau selambat-lambatnya lusa. Sekarang, kita harus bersabar."
Maureen meneguk kopinya lagi.
Tatapannya lurus ke lukisan di depannya, potret Maria Magdalena yang melakukan pertobatan.
Dua puluh empat jam lagi, ia akan memperoleh jawaban lengkap.
Paris 3 Juli 2005 Bapa Peter Healy merasa sangat lelah sesampainya di Paris.
Perjalanan dari Langedoc tidak bisa dibilang ringan.
Bahkan tanpa kondisi lalu lintas pagi di kota itu, perjalanan ini memakan waktu delapan jam.
Ia juga berhenti guna mempersiapkan paket untuk Maureen.
Urusan ini ternyata memakan waktu lebih lama dibanding yang ia rencanakan.
Tapi energi yang terserap untuk membuat keputusan ini teramat besar, dan ia merasa seolah kehidupannya tersedot.
Peter memindahkan paket pentingnya dengan hatihati ke dalam tas kulit hitam yang biasa ia jinjing.
Ia menyeberangi sungai dalam perjalanan menujut Notre-Dame.
Di sini, ia disambut Bapa Marcel yang menunggu di pintu masuk.
Lelaki Prancis ini mempersilakan Peter masuk dan memimpinnya menuju bagian belakang katedral.
Ada sebuah pintu kamar yang di samarkan dengan layar paduan suara yang penuh hiasan.
Peter masuk ke ruangan itu, berharap akan bertemu dengan penerima bawaanya, Uskup Magnus O'Connor.
Namun ternyata bukan dia yang Peter temui, melainkan pejabat Gereja lain yang berwajah Italia, mengenakan jubah merah seorang kardinal.
"Yang Mulia,"
Kata Peter terperangah.
"maafkan aku. Aku tidak menduga akan bertemu dengan Anda."
"Ya, aku tahu kau mengira akan bertemu Uskup Magnus. Ia tidak datang. Aku yakin, yang ia lakukan sudah cukup."
Raut wajah pejabat Italia itu tetap tanpa ekspresi saat ia mengulurkan tangan untuk menerima tas.
"Naskah itu ada di dalam, benar?"
Peter mengangguk.
"Bagus. Sekarang, Putraku,"
Sang Kardinal berbicara sambil mengambil tas dari tangan Peter.
"marilah kita berbicara tentang kejadiankejadian selama beberapa minggu terakhir ini. Atau barangkali beberapa tahun terakhir? Aku serahkan padamu untuk memutuskan dari mana kita memulai."
Chateau des Pommes Bfeues 3 Juli 2005 Aktivitas di chateau sepanjang hari itu sangat sibuk.
Sinclair dan Roland berjalan mondar-mandir, berbicara dalam bahasa Prancis dan Occitan, satu sama lain, dengan pelayan dan dengan bermacam-macam orang lewat telepon.
Dalam dua peristiwa, Maureen menduga Roland berbicara dalam bahasa Italia, tapi ia tidak yakin dan tidak mau bertanya.
Maureen bertemu Tammy sejenak di ruang media.
Mereka memeriksa beberapa gambar untuk dokumentasi garis darah Magdalena yang dibuat Tammy.
Mereka berbincang-bincang tentang bagaimana naskah Maria Magdalena mengubah pandangan Tammy sebagai seorang pembuat film.
Maureen semakin kagum pada temannya ini setelah menyaksikan betapa terampil dan kreatifnya dia.
Selain itu, Tammy mampu berkonsentrasi dalam pekerjaannya saat ia stres, seperti yang mereka semua rasakan pada saat ini.
Di pihak lain, Maureen merasa dirinya tidak berguna.
Ia tidak bisa berkonsentrasi, sama sekali tidak bisa fokus.
Ia merasa harus menggoreskan catatan cepatcepat, berusaha menangkap sebanyak mungkin materi tentang Magdalena yang ia ingat.
Tapi ia tak mampu melakukannya.
Ia terlalu sakit hati dengan pengkhianatan Peter.
Apa pun motifnya, ia pergi tanpa meninggalkan pesan.
Dan ia membawa sesuatu yang bukan haknya.
Maureen merasa butuh waktu lama untuk pulih dari persoalan ini.
Makan malam berjalan sepi di antara mereka bertiga Maureen, Tammy, dan Sinclair.
Menurut Sinclair dan Tammy, Roland sedang keluar tapi akan kembali sebentar lagi.
Tammy mengatakan bahwa Roland sedang menjemput seorang tamu dari bandara pribadi di Carcassonne.
Begitu tamu misterius itu sampai, mereka akan memperoleh informasi lebih banyak lagi.
Maureen mengangguk untuk menunjukkan bahwa ia paham.
Sudah lama ia menarik pelajaran bahwa memaksakan kehendak tak akan membawa hasil.
Mereka akan mengungkapkan rahasia pada waktunya.
Itulah bagian budaya di Arques ini.
Tapi Maureen menangkap raut wajah Sinclair lebih tegang dibandingkan biasanya.
Tak lama setelah mereka pindah untuk menikmati kopi di ruang kerja, seorang pelayan masuk dan berbicara kepada Sinclair dalam bahasa Prancis.
"Bagus. Tamu kita sudah datang,"
Katanya menerjemahkan untuk Tammy dan Maureen.
Roland masuk bersama seorang lelaki yang sama mengesankannya.
Ia mengenakan pakaian hitam, kasual tapi elegan dan terbuat dari bahan Italia berkualitas.
Lelaki ini memancarkan aura seorang bangsawan dan terlihat nyaman dengan kekuatan dan pengaruhnya.
Ia mendominasi energi di ruangan itu sejak kedatangannya.
Roland melangkah maju.
"Mademoiselle Paschal, Mademoiselle Wisdom, adalah kehormatan bagiku untuk mengenalkan teman kita yang terhormat, Kardinal DeCaro."
DeCaro menyalami Maureen, baru kemudian Tammy. Ia tersenyum hangat kepada kedua perempuan itu.
"Dengan senang hati."
Ia memberi isyarat ke Maureen dan bertanya pada Roland.
"Inikah Dia Yang Dinantikan kita?"
Roland mengangguk.
"Maafkan aku, apakah kau mengatakan 'Kardinal'?"
Tanya Maureen.
"Jangan biarkan pakaian biasa membodohimu,"
Kata Sinclair dari belakang Maureen.
"Kardinal DeCaro adalah pejabat penting yang berpengaruh di Vatikan. Barangkali nama lengkapnya akan membantumu. Inilah Tomas Francesco Borgia DeCaro."
"Borgia?"
Seru Tammy. Sang Kardinal mengangguk. Jawaban sederhana bagi pertanyaan Tammy yang tak terucapkan. Roland mengedipkan mata padanya dari seberang.
"Yang Mulia ingin menghabiskan waktu berdua dengan Mademoiselle Paschal. Jadi kami akan pergi sekarang,"
Kata Roland.
"Tolong bunyikan bel jika Anda membutuhkan sesuatu."
Roland membukakan pintu untuk Sinclair dan Tammy sementara Kardinal DeCaro memberi isyarat agar Maureen duduk di samping meja mahogani. Ia mengambil kursi yang berhadapan dengan Maureen.
"Signorina Paschale, pertamatama aku ingin mengatakan bahwa aku telah bertemu dengan sepupumu."
Maureen terperangah. Ia tidak tahu apa yang ia harapkan, tapi bukan ini.
"Di mana Peter?"
"Dalam perjalanan menuju Roma. Aku bersamanya di Paris tadi. Ia baikbaik saja, dan dokumen yang kautemukan aman."
"Aman di mana? Ada di tangan siapa? Bagaimana..."
"Sabarlah, akan kukatakan semuanya. Tapi sebelumnya aku ingin menunjukkan sesuatu."
Kardinal itu mengambi I tas diplomatik yang ia bawa lalu mengeluarkan setumpuk map berwarna merah. Map-map itu diberi label EDOUARD PAUL PASCHAL. Maureen merasa sesak napas saat membaca label itu.
"Itu nama ayahku."
"Ya. Dan dalam map-map ini ada foto ayahmu. Tapi aku harus memperingatkan, yang akan kau lihat ini cukup menganggu, tapi sangat penting untuk kau pahami."
Maureen membuka map paling atas. Map itu terjatuh ke meja karena tangannya yang gemetar. Kardinal DeCaro kemudian memberi penjelasan sementara Maureen memandang foto-foto yang menggambarkan luka ayahnya itu satu per satu.
"Ia mengalami stigmatis. Kautahu apa artinya? Ia memiliki luka-luka seperti Kristus di tubuhnya. Luka itu ada di pergelangan tangan, di kaki, dan titik kelima di sini, di bawah rusuk. Di situlah Longinus menancapkan tombaknya ke tubuh Yesus."
Maureen memandang foto-foto itu, terkejut. Selama dua puluh lima tahun, spekulasi tentang "penyakit"
Ayahnya telah mengotori opininya tentang sang ayah.
Sekarang teka-teki itu menjadi jelas rasa takut yang membuat ibunya menunjukkan sikap bermusuhan, dan kemarahannya terhadap Gereja.
Hal ini juga menjelaskan surat dari ayahnya kepada keluarga Gelis yang tersimpan dalam arsip di chateau ini.
Ayah Maureen menulis surat karena stigmata di tubuhnya dan karena ia ingin melindungi putrinya dari nasib yang sama.
Maureen menatap Kardinal di antara air matanya.
"Mereka selalu mengatakan bahwa ia bunuh diri akibat sakit jiwa. Ibuku berkata ia meninggal dalam kondisi tidak waras. Aku tidak tahu, tak seorang pun memberitahukan kejadian ini..."
Pejabat gereja itu mengangguk dengan iba.
"Sayangnya, banyak orang yang salah paham terhadap ayahmu,"
Katanya.
"Bahkan orangorang yang seharusnya bisa membantunya. Yaitu kalangan Gerejanya sendiri. Dan ke sanalah Peter pergi."
Maureen mengangkat pandangannya, ia mendengarkan dengan penuh perhatian. Bisa ia rasakan, keringat dingin mengucur di punggungnya dan terus ke jari kakinya, sementara sang Kardinal bercerita.
"Sepupumu lelaki yang baik, Signorina. Aku rasa, janganlah kau menghakiminya atas perbuatan yang akan aku sampaikan padamu. Tapi, kita harus mundur ke masa kanak-kanakmu. Saat tubuh ayahmu menunjukkan stigmata, pendeta setempat yang ia datangi untuk meminta bantuan adalah bagian organisasi dalam Gereja yang membelot. Seperti yang lainnya, kami hanya manusia biasa. Meski banyak di antara kami, orangorang gereja, yang mengabdikan diri untuk kebaikan, ada sebagian orang yang melindungi keyakinan tertentu dengan cara apa pun.
"Kasus ayahmu seharusnya disampaikan langsung ke Roma. Tapi ternyata tidak. Kami akan membantunya, bekerja sama dengannya untuk menemukan sumber atau memahami signifikansi suci luka-luka itu. Tapi orang yang mengambil alih kasus ini membuat keputusan sendiri bahwa ayahmu adalah orang yang berbahaya. Seperti yang sudah aku katakan, mereka adalah pembelot yang memiliki agenda tersendiri. Aku baru mengetahuinya belakangan ini."
Kardinal kemudian menjelaskan jaringan luas yang bersumber dari Vatikan.
Jaringan ini melibatkan puluhan ribu orang di seluruh dunia untuk menjaga keimanan.
Dengan jumlah sebesar itu, dan penyebarannya yang sangat luas, mustahil melacak motif pribadi individu, bahkan kelompok.
Organisasi bayangan yang ekstrem berkembang setelah Vatikan II, terdiri dari kader pendeta muda yang menentang keras reformasi Gereja.
Seorang pendeta Irlandia, Magnus O'Connor, direkrut untuk bergabung dengan organisasi ini, selain sejumlah pemuda Irlandia.
Ketika Edouard Paschal meminta bantuan Gereja, O'Connor bekerja di wilayah kependetaan di luar New Orleans.
O'Connor merasa takut dengan stigmata yang dialami Paschal.
Lebih jauh lagi, ia terganggu dengan visi Yesus yang didampingi seorang wanita, dan Yesus sebagai ayah yang memiliki anak.
Pendeta Irlandia ini mengevaluasi kasus Paschal dalam organisasinya sendiri, bukan melalui saluran Gereja yang resmi.
Setelah Edouard Paschal bunuh diri karena putus asa dan bingung dengan stigmata yang ia alami, organisasi bayangan ini melanjutkan operasinya dengan mengawasi kehidupan istri dan putrinya.
Maureen Paschal kecil mengalami visi seperti ayahnya sejak masih balita.
O'Connor meyakinkan ibunda Maureen, Bernadette, untuk menjauhkan putrinya dari keluarga Paschal.
Karena itulah sang ibu kemudian memboyongnya kembali ke Irlandia dan mengubah namanya ke nama gadisnya, Healy.
Bernadette juga berusaha mengubah nama putrinya.
Namun di usia yang hampir delapan tahun, Maureen sudah berkemauan keras.
Ia berkeras mempertahankan nama Paschal dan tak akan mengubahnya dengan alasan apa pun.
Sikap ini menjadi bukti yang lebih dari cukup bagi Magnus O'Connor, sekarang telah menjadi uskup, bahwa anak perempuan Paschal ini memiliki hubungan erat dengan panggilan ketuhanan.
Ketika Peter Healy masuk seminari, O'Connor mengerahkan pendekatan Irlandianya untuk menarik Peter, seperti yang telah ia lakukan terhadap Bernadette.
Peter dicekoki sejarah Edouard Paschal dan diminta untuk mengawasi sepupunya dan memberikan laporan secara berkala.
Maureen memotong penjelasan Kardinal.
"Apakah menurutmu Peter telah mengawasi dan melaporkan tindakanku sejak aku masih kecil?"
"Ya, Signorina, itu benar. Tapi Bapa Healy melakukannya karena cinta. Orangorang itu menipunya, membuatnya yakin bahwa semua itu demi melindungimu. Ia tidak tahu bahwa dulu mereka menolak membantu ayahmu atau, yang lebih buruk, bahwa barangkali merekalah yang bertanggung jawab atas kematian yang menyedihkan itu."
Kardinal menatap Maureen dengan penuh kasih.
"Aku yakin, motif Peter terhadapmu bersih dan patut dihargai. Dengan alasan yang sama, ia memilih menyerahkan naskah itu ke Gereja."
"Tapi mengapa ia tega melakukannya? Ia tahu isi naskah itu. Mengapa ia ingin menutup-nutupinya?"
"Memang, dengan informasi terbatas akan mudah untuk salah menilainya. Tapi aku tidak percaya Bapa Peter Healy bermaksud menutupnutupi sesuatu. Kami memiliki kecurigaan yang beralasan bahwa Uskup O'Connor dan organisasinya menekan Peter dengan mengancam keselamatanmu. Harap maklum, semua ini terjadi di luar lingkup Gereja dan Roma tidak bisa memberi sanksi. Tapi sepupumu menyerahkan naskah itu kepada O'Connor untuk ditukar dengan keselamatanmu."
Maureen berusaha menyerap semua ini.
Ia belum yakin apakah harus senang atau sedih.
Yang pasti, ada rasa lega karena Peter, satusatunya teman sejati yang ia percayai, tidak berkhianat dalam arti sesungguhnya.
Tapi ada banyak informasi yang harus ia cerna.
"Dan bagaimana kau mengetahui semua ini?"
Maureen ingin tahu.
"Ambisi O'Connor telah mencelakakan dirinya sendiri. Ia berharap penemuan injil Magdalena bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan karirnya di Gereja. Dengan begitu, ia akan semakin berkuasa dan memiliki akses ke informasi tingkat tinggi demi organisasi bayangannya dan agenda mereka yang tidak bisa diterima."
Senyum DeCaro terkesan agak sombong.
"Tapi jangan khawatir. O'Connor dan rekan-rekannya dalam proses pemecatan. Keputusan ini kami ambil setelah mengetahui siapa mereka sesungguhnya. Intelijen kami tergolong yang tak ada bandingnya."
Ini tidak mengherankan karena Maureen selalu menganggap Gereja Katolik sebagai organisasi yang sangat luas dengan tangan-tangan yang menyebar ke seluruh dunia. Ia tahu, organisasi ini adalah yang terkaya di bumi dan memiliki sumber daya terbaik.
"Apa yang akan terjadi dengan naskah Maria?"
Tanya Maureen, bersiap mendapat jawaban yang tidak mengenakkan.
"Jika boleh berterus terang, aku belum tahu. Aku yakin kau paham bahwa penemuan ini tergolong yang paling penting di masa ini, jika bukan sepanjang sejarah Gereja. Begitu dinyatakan otentik, penemuan naskah ini harus dibahas pada level tertinggi."
"Peter telah menceritakan isi naskah itu?"
Kardinal itu mengangguk.
"Ya. Aku telah membaca sebagian catatannya. Ini mungkin mengejutkanmu, Signorina Paschale, tapi kami tidak duduk seharian di singgasana perak Vatikan sambil merencanakan konspirasi."
Maureen tertawa bersama Kardinal lalu bertanya dengan sangat serius.
"Apakah Gereja akan berusaha menghentikan jika aku menuliskan pengalamanku ini dan yang lebih penting, jika aku menuliskan isi naskah Maria?"
"Kau bebas melakukan apa pun sesuai pilihanmu dan pergi ke mana pun hati dan akalmu membimbing. Jika Tuhan bekerja lewat dirimu untuk mengungkapkan tulisan Maria, maka siapa pun tak pantas menahan langkahmu menjalankan tugas suci itu. Gereja tidak dibentuk untuk menutupnutupi informasi, seperti yang diyakini banyak orang. Gereja menaruh perhatian pada keberlangsungan dan pengembangan iman. Aku sendiri yakin penemuan injil Maria Magdalena ini memberi peluang baru bagi kami untuk menarik generasi muda. Tapi"
Kardinal mengangkat tangan saat mengatakan ini-"aku hanya seorang manusia. Aku tidak bisa berbicara untuk orang lain, tidak pula untuk Bapa Suci sendiri. Waktulah yang akan berbicara."
"Dan sebelum waktunya tiba, apa yang terjadi?"
"Sebelum waktunya tiba, Injil Arques Maria Magdalena akan disimpan di perpustakaan Vatikan, di bawah pengawasan Bapa Peter Healy."
"Peter akan tinggal di Roma?"
"Ya, Signorina Paschale. Ia akan memimpin tim penerjemah resmi. Itu suatu kehormatan besar, tapi kami rasa ia layak menerimanya. Dan jangan berpikir kami lupa pada kontribusimu,"
Katanya sambil menyerahkan kartu nama dari tas diplomatiknya.
"Ini saluran telepon pribadiku di Kota Vatikan. Jika kau sudah siap, kami ingin mengundangmu menjadi tamu kami. Aku ingin mendengar langsung seluruh kisah perjalanan yang telah membawamu ke tempat ini. Oh ya, kau bisa menghubungi sepupumu melalui nomor ini sampai ia memiliki nomor sendiri. Ia bekerja langsung untukku."
Maureen menatap nama yang tertera di kartu itu.
"Tomas Francesco Borgia DeCaro,"
Bacanya keraskeras.
"Jika boleh aku bertanya..."
Kardinal itu tertawa. Senyum lebar menghiasi wajahnya.
"Ya, Signorina, aku dari garis darah itu, sebagaimana juga dirimu. Kau pasti akan terkejut jika tahu berapa banyak jumlah kita dan kau akan bertemu dengan orang seperti kita jika kautahu ke mana menoleh."
F "Malam ini sangat indah, diterangi bulan purnama. Maukah kau menemaniku jalanjalan di taman sebelum tidur?"
Usul Berenger Sinclair kepada Maureen setelah Kardinal pamit.
Maureen menerima tawaran itu.
Sekarang ia merasa sepenuhnya nyaman bersama lelaki itu.
Kenyamanan unik yang dirasakan orangorang yang melewati situasi besar bersamasama.
Dan ada beberapa hal lain yang lebih indah di bandingkan malam musim panas di Prancis barat daya.
Dengan lampulampu sorot menerangi chateau yang megah dan cahaya rembulan memantul di jalan setapak terbuat dari marmer, menyulap Taman Trinitas menjadi tempat yang terkesan sangat magis.
Maureen menceritakan seluruh hasil perbincangannya dengan Kardinal.
Sinclair mendengarkan dengan penuh minat dan perhatian.
Setelah selesai, ia bertanya.
"Apa yang akan kau lakukan sekarang? Apakah kau akan menuliskan pengalaman ini? Bagaimana kau akan mengungkapkan isi injil Maria ke dunia?"
Maureen berjalan mengelilingi pagar yang membatasi air mancur Magdalena. Ia menelusurkan jarinya di atas marmer yang dingin dan halus sambil merenungkan pertanyaan Sinclair.
"Aku belum memutuskan bagaimana bentuknya nanti."
Ia mengangkat wajah, memandang patung itu.
"Aku berharap dia akan memberikan bimbingan. Apa pun bentuknya, aku hanya berharap bisa memperlakukan Magdalena dengan adil."
Sinclair tersenyum pada gadis itu.
"Kau akan mendapatkannya. Tentu saja. Ia tidak sembarang memilihmu."
Maureen membalas ekspresi kehangatan itu.
"Ia memilihmu juga."
"Aku pikir kita semua dipilih untuk menjalankan peran masingmasing. Kau, aku, Roland, dan Tammy. Dan tentu saja Bapa Healy."
"Jadi kau tidak membencinya karena perbuatan yang telah ia lakukan?"
Sinclair menjawab dengan cepat.
"Tidak. Sama sekali tidak. Bahkan seandainya ia melakukan sesuatu kesalahan, ia melakukannya demi alasan yang benar. Lagi pula, betapa munafiknya aku jika membenci seorang hamba Tuhan setelah penemuan ini? Pesan Magdalena adalah pesan kasih dan pengampunan. Jika semua orang di bumi ini mengamalkan dua sifat itu, bumi akan menjadi tempat tinggal yang lebih indah, bukankah begitu?"
Maureen menatapnya kagum. Dalam hatinya, tumbuh perasaan yang masih baru baginya. Untuk pertama kalinya, Maureen merasa aman.
"Aku tidak tahu bagai mana mesti berterima kasih padamu, Lord Sinclair."
Aksen Skotlandia keluar dengan jelas dari mulut lelaki itu saat ia mengucapkan nama Maureen dengan tekanan pada huruf "r".
"Terima kasih untuk apa, Maureen?"
"Untuk semua ini."
Maureen menunjuk ke sekeliling taman yang rimbun.
"Untuk mengenalkan aku pada dunia yang bahkan kebanyakan orang tak pernah memimpikannya. Untuk menunjukkan tempat ini dan segala isinya. Untuk membuatku merasa bahwa aku tidak sendirian."
"Kau tak akan pernah sendirian lagi."
Sinclair meraih tangan Maureen dan mengajaknya semakin jauh ke rerimbunan beraroma mawar.
"Tapi kau harus berhenti memanggilku Lord Sinclair."
Maureen tersenyum dan memanggilnya "Berry"
Untuk kali pertama, tepat sebelum lelaki itu mengecupnya.
f Esok paginya, sebuah paket untuk Maureen tiba.
Paket itu dikirim dari Paris kemarin.
Tak ada alamat pengirim, tapi Maureen tak perlu penjelasan siapa pengirimnya.
Ia sangat kenal tulisan Peter.
Maureen merobek bungkus kotak, ingin segera tahu apa isinya.
Meskipun ia tidak marah dengan perbuatan Peter, tapi sepupunya itu belum tahu.
Mereka mesti melewati masa memaafkan yang canggung dan melakukan pembicaraan serius tentang sejarah mereka bersama.
Tapi Maureen merasa yakin, mereka akan akrab kembali seperti sebelumnya.
Maureen menjerit kaget bercampur senang setelah melihat isi kotak itu.
Ada fotokopi tiap halaman catatan Peter dari ketiga kitab injil Maria Magdalena.
Semua catatannya ada di sana, mulai dari transkripsi awal hingga terjemahan akhir.
Di bagian atas halaman yang disobek dari salah satu kertas catatannya yang berwarna kuning, Peter menulis.
Maureen tersayang.
Sampai aku bisa menjelaskan segalanya padamu secara langsung, aku percayakan semua ini padamu.
Pada akhirnya, kaulah orang yang paling pantas menyimpan warisan ini, jauh lebih pantas dibandingkan orangorang yang memaksaku menyerahkan versi aslinya kepada mereka.
Tolong sampaikan juga permohonan maaf dan terima kasihku kepada yang lain.
Aku berharap bisa melakukannya secara langsung secepatnya.
Aku akan menghubungimu dalam waktu dekat.
Peter ...Bertahuntahun kemudian, barulah aku memiliki kesenpatan untuk berterima kasih secara langsung kepada Claudb Procula atas risiko yang ia tempuh demi Easa.
Tragedi Pontius Pilatus dm keputusannya memilih Rona sebagai pemimpinnya.
pada akhirnya tidak berhasil menyekutukan k,iris dan ambisinya.
Herod berangkat ke Roma sehari setelah kematian Easa.
tapi ia tidak memberi laporan yang baik berkaitan dengan Pilatus kepada kaisar.
Pribadi Herod tidak pernah berubah, la nrmih'ki agenda ffrsendiri.
menempatkan sepupunya di posisi penguasa.
Ucapannya kepada Tiberius penuh racun, dan Pdatus dipanggil ke Rona untuk menghadiri sidang atas perbuatan bwuknya saat ia menjabat sebagai gubernur Judea.
Dalam pengadilan itu.
ucapan-ucapan Pontius Pilatus sendiri digunakan untuk menyerangnya.
Ia telah mengirim surat kepada Tiberius, yang bercerita tentang mukjizat Easa dan peristiwa-peristiwa di Masa Kegelapan.
Romawi menggunakan katakata itu untuk menyerangnya, bukan han ya untuk mencabut gelar dan kedudukannya, tetapi juga untuk mengusir dan mengasingkannya.
Seandainya Pilatus melepaskan Easa dan melawan Herod serta para imam.
nasibnya tak akan berbeda.
Claudia Procula tetap setia kepada suaminya di masa-masa penuh penderitaan itu.
laberctrita padakubahwa putra kecilmereka.
Pilo.
meninggal beberapa hari setelah Easa dihukum mati.
Tak ada peiuelasan di balik musibah itu.
Sang anak pergi begitu saja di hadapan mereka.
Claudia mengatakan bahwa pada awahya ia mesti mengerahkan seluruh usahanya agar tidak menyalahkan suaminya atas kematian putra mereka.
Namun ia tahu.
Easa tidak menyukai sikap itu.
Ia hanya perhi memejamkan mata, lalu tampaklah wajah Easa di malam ketika ia menyembuhkan putranya begitulah Claudia Procula menemukan Kerajaan Tuhan.
Perempuan Romawiyangberdarah bangsawan bu memiliki pemahaman yang luar biasa tentang Jalan Nasrani, la 1 tertanam V V Y "
W dalam liatinya.
Claudia dan Pilatus pindah ke Gaul tempattinggalnya semasa kedi Ia mengatakan bahwa Pdatusmenghabiskan sisa hidupnya dengan berusaha memahami Easasiapa dia, apa yang ia inginkan, apa yang ia ajaikan.
Selama bertahuntahun.
Claudia kerap berkata pada suaminya bahwa ia tidak bisa menerapkan logika Romawi terhadap Jalan Easa.
Orang harus menjadi anak kuil untuk mf-mahami kebenaran.
Anakanak itu mumi.
terbuka, dan jujur.
Mereka dapat menerima kebaikan dan keyakinan tanpa ragu.
MeskiPdatusberpikirbahwa cara meyakini JalanNya seperti yang dialami Claudia bukanlah caranya, tapi Claudia merasa bahwa ia telah berpindali keyakinan, dengan caranya sendiri Claudia menyampaikan kisah yang luar biasa tentangkejaian sehari sebelum ia dan sang penguasa meninggalkan Judea untuk sehinanya.
Ponthis Pilatus pergi ke Rumah Tuhan untuk mencari Jonathan Annas dan Caiaphas.
Ia berk eras bertemu dengan mereka.
Pilatus meminta keduanya menatap matanya di tempat yang paling sakralbagikalangan mereka dan menjawab.
apakah kita telah membunuh Piara Tuhan? Aku tidak tahu yang mana yang lebih /uar biasa.
Apakah Pilatus yang nwncari kedua imam itu untuk bertanya, atau pengakuan kedua imam itu bahwa mereka telah melakukan kesalahan besar.
Setelah kebangkitan Easa kepada Bapa di Surga, sejumlah orang datang untuk menyampaikan bahwa para pengikut kami telah memmdahkanjasadEasa.
Orangorang inimendapatbayaran dari Rumah Tuhan.
yar% kini takut akan mendapat getah akibat perbuatan metrka jika orangorang mengetahui kejadian yang sesungguhnya.
Annas dan Caiaphas telah mengaku.
Pilatus mengatakan pada istrinya bahwa ia percaya kedua orang itu benarbenarÅšmenyesal, bahwa mereka akan sengsara setiap hari sepanjang sisa usia menka di bumi karena hidup mereka dibayang-bayangi perbuatan buruk yang telali dilakukan.
Seandainya sap mereka datang kepadaku dan nrnceritakan semua ini.
Aku akan mengabarkan ajaran JalanNya.
dan meyakinkan mereka bahwa Easa menganipmii mereka.
Karena, pada hari Kerajaan Tuhan bangkit di hati kita.
maka kita tak akan nrnderita lagi.
INJIL ARQUF.S MARIA MAGDALENA KITAB PARA MURID Dua Puluh Satu New Orleans 1 Agustus 2005 Maureen mengemudikan mobil sewaannya menembus jamjarn senja musim panas di wilayah selatan.
Saat ia menepikan mobilnya di lapangan parkir pemakaman pinggiran kota, cahaya pudar menyinari sebuah gereja kecil yang terletak di dalam area pemakaman itu.
Kali ini ia tidak berbalik.
Putri Edouard Paschal ini masuk dengan kepala tegak.
Tak seorang pun, jika orang yang dikasihinya dikebumikan di sini, mendapati tempat peristirahatan mereka dalam pusara yang tidak terurus dan penuh semak belukar.
Gerbang kuburan itu telah dipindahkan agar menyatu dengan area sebelumnya yang menyedihkan.
Ini berkat pengaruh dan jaminan dari kardinal Italia.
Marmer putih di pusara baru ayahnya tampak bersinar saat Maureen berjalan mendekatinya.
Rangkaian mawar dan lili yang indah menghiasi tepi marmer, tepat di bawah fleurdelis besar bersepuh emas dan tulisan yang berbunyi.
EDOUARD PAUL PASCHAL AYAH TERCINTA MAUREEN Ia berjongkok di depan pusara itu dan menjalin percapan panjang dengan sang ayah.
Perasaan damai yang membasuh jiwanya adalah sesuatu yang sepenuhnya baru, dan ia menyambutnya dengan sukacita.
Ia tak tahu apa yang akan terjadi esok.
Tapi secara keseluruhan, ia lebih merasa bersemangat alih-alih takut.
Besok, di New Orleans, ia akan bertemu anggota klan Paschal para bibi, paman, dan sepupu yang belum ia kenal untuk makan siang bersama.
Setelah itu, ia akan terbang ke Bandara Shannon di Irlandia lalu berkendara menuju Galway, desa kecil di sebelah barat, dan menginap di tanah pertanian Healy.
Peter akan menemuinya di sana.
Pertemuan itu akan menjadi yang pertama sejak sang sepupu meninggalkan Chateau des Pommes Bleues.
Mereka telah berbicara lewat telepon beberapa kali, tapi belum saling berjumpa.
Peterlah yang meminta agar mereka bertemu di Irlandia, tempat yang sunyi dan jauh dari sorotan mata.
Di sana, mereka bisa berbicara panjang lebar dan Peter akan meluangkan waktu untuk menceritakan status resmi Injil Arques.
Maureen memikirkan semua itu saat melewati French Quarter yang tampak hidup di Jumat senja yang indah itu.
Saat ia berjalan, suara saksofon melayang dari kejauhan, dibawa angin selatan.
Di belokan jalan, dalam kondisi terhanyut dalam musik, mata Maureen menangkap sang musisi untuk kali pertama.
Rambutnya hitam panjang, mempertegas penampilannya yang kurus dan sendu.
Saat Maureen telah dekat denganya, lelaki itu mengangkat pandangan, mata mereka saling bertemu selama beberapa saat.
James St.
Clair, musisi jalanan dari New Orleans itu, mengedipkan mata.
Maureen tersenyum padanya sambil terus berjalan.
Alunan "Amazing Grace"
Dari saksofonnya melayang di belakang Maureen, terbawa angin French Quarter.
Dua Puluh Dua County Galway, Irlandia Oktober 2005 Ada keheningan di jantung daerah pedesaan Irlandia.
Kesunyian yang menyapu seluruh wilayah itu tatkala matahari terbenam.
Seolah-olah malam sendirilah yang menuntut keheningan.
Ia menundukkan tiap yang mencoba melawan hingga menjadi tenang, tanpa kecuali.
Bagi Maureen, kedamaian ini adalah sesuatu yang begitu ia dambakan setelah terbebas dari kericuhan bulan-bulan lalu.
Di sini ia aman dalam kesendiriannya kesendirian yang mengikutsertakan hati dan pikirannya sendiri.
Ia tak memperkenankan dirinya memproses kejadiankejadian terakhir dengan perspektif pribadinya.
Itu bisa dilakukan nanti.
Atau barangkali tak akan terjadi sama sekali.
Pemikiran itu terlalu besar, terlalu jauh dari jangkauan...dan terlalu absurd.
Ia telah menunaikan perannya sebagai Dia Yang Dinantikan, untuk lompatan nasib, atau takdir, atau bahkan bimbingan ilahiah apa pun yang telah ia pilih.
Tugasnya telah selesai.
Dia Yang Dinantikan adalah sosok ilusional, terikat dengan waktu dan ruang di alam Langedoc dan telah menjadi kenangan manis di Prancis sana.
Tapi Maureen Paschal adalah sosok yang nyata, dan merasa kelelahan dengan semua itu.
Sambil menghirup udara tenang di kampung halamannya, Maureen beranjak ke kamar tidur untuk menikmati istirahat yang telah ia rindukan.
Tidurnya pasti tak akan tanpa mimpi.
f Maureen telah melihat pemandangan ini sebelumnya suatu sosok dalam bayangan, membungkuk ke sebuah meja kuno.
Ujung pena menggores kertas seiring mengalirnya kata kata sang pengarang.
Ketika Maureen melongok dari bahu sang penulis, cahaya biru langit mencuat dari halaman kertas.
Pada mulanya Maureen tidak melihat sang penulis bergerak.
Saat sosok itu berpaling dan melangkah ke bawah cahaya lampu, Maureen menahan napas.
Ia telah melihat wajah ini dalam mimpi sebelumnya.
Suatu momen pengenalan yang berlangsung sekilas.
Sekarang, lelaki itu menujukan perhatian penuh kepada Maureen.
Dalam kondisi kaku, Maureen menatap lelaki di hadapannya.
Lelaki paling tampan yang pernah ia lihat.
Easa.
Ia tersenyum kepada Maureen.
Suatu ekspresi yang sarat keilahiahan dan kehangatan hingga Maureen mabuk karenanya.
Seolah matahari itu sendiri yang terpancar dari ekspresi nan sederhana tadi.
Maureen tetap tak kuasa bergerak, tak mampu melakukan apa pun selain memandang keindahan dan keagungannya.
"Kau adalah putriku, aku merasa senang denganmu."
Suaranya mengalun merdu, suatu nyanyian kesatuan dan cinta yang bergetar di udara sekelilingnya. Ia melayang dalam musik itu dalam momen yang abadi, sebelum dikagetkan dengan bunyi ucapan berikutnya.
"Tapi tugasmu belum selesai."
Sambil tersenyum kembali, Easa dari Nazaret, Anak Manusia, berbalik ke meja tempat tulisannya berada.
Cahaya halaman kertas itu semakin terang, huruf-hurufnya berkilau dengan cahaya indigo, perpaduan biru dan ungu, pada kertas tebal yang seperti linen.
Maureen mencoba bicara, tapi kata-katanya tidak keluar.
Ia tidak seperti manusia biasa.
Ia hanya bisa mengawasi sosok ilahiah di hadapannya yang memberi isyarat untuk melihat kertas itu.
Easa kembali menatap Maureen dan tetap menatapnya dalam momen yang abadi.
Meluncur dengan luwesnya melintasi ruang yang memisahkan mereka, Easa berdiri langsung di hadapan Maureen.
Ia tidak berkata-kata lagi, namun melangkah maju dan memberi ciuman seorang ayah di kepala Maureen.
f Maureen terbangun dalam keadaan bersimbah keringat.
Kulit kepalanya terbakar seolah diberi tanda, dan ia merasa pusing dan agak bingung.
Ia melihat ke jam di samping tempat tidur dan mengibaskan kepala agar pandangannya jernih.
Sinar pagi pertama merayap lewat tirai tebal, tapi masih terlalu pagi untuk menelepon ke Prancis.
Ia akan membiarkan Berry tidur beberapa jam lagi.
Setelah itu, ia akan meneleponnya dan memintanya mengungkapkan setiap detail informasi tentang keberadaan terakhir Kitab Cinta, injil Yesus Kristus yang sejati.
Penutup Apakah Kebenaran? PONTIUS PILATUS, YOHANES 18.38 Perjalanan saya menelusuri Garis Magdalena untuk mencari jawaban pertanyaan Pilatus berawal dengan Marie Antoinette, Lucrezia Borgia, dan ratu pejuang Celtic abad pertama.
Dikenal dalam sejarah sebagai Boudicca, tokoh terakhir ini memiliki semboyan "Y gwir erbyn y biyd", kalimat Welsh yang artinya "Kebenaran yang menantang dunia".
Saya menjadikan kalimat ini sebagai mantra dalam jalan pencarian yang berlangsung sejak saya dewasa.
Kalimat itu menuntun saya melewati jalur sejarah yang berlikuliku yang terentang sepanjang 2.ODD tahun.
Telah lama saya merasakan dorongan untuk menguak kisahkisah besar yang tidak diungkapkan.
Lapisan-lapisan pengalaman manusia yang terkubur membisu dan sering kali diabaikan dalam tulisan-tulisan akademis.
Seperti yang diingatkan tokoh protagonis saya, Maureen.
"Sejarah bukanlah sesuatu yang telah terjadi. Sejarah adalah sesuatu yang dituliskan."
Lebih sering, sesuatu yang kita ketahui dan kita terima sebagai sejarah adalah hasil ciptaan seorang penulis yang memiliki agenda politik tertentu.
Pemahaman inilah yang membuat saya mendalami cerita-cerita rakyat sejak remaja.
Saya merasakan kepuasan yang tidak terhingga ketika menggali kebudayaan dari sumber aslinya, menemui sejarawan atau sahibul hikayat lokal untuk mengungkapkan kronik manusia sesungguhnya yang tidak tersedia di perpustakaan atau buku daras.
Darah Irlandia membuat saya sangat menghargai kekuatan riwayat yang disampaikan secara lisan dan tradisi yang hidup di tengah-tengah masyarakat.
Darah Irlandia juga mendorong saya menjadi seorang penulis dan aktivis.
Karena itulah saya larut dalam gejolak politik Irlandia Utara pada tahun 1980-an.
Dalam periode itu saya semakin skeptis terhadap sejarah tertulis, yang karenanya diterima luas.
Sebagai saksi mata peristiwa bersejarah, saya sadar bahwa laporan kejadian jarang sekali mendekati peristiwa aslinya yang saya saksikan secara langsung.
Dalam banyak kasus, saya bahkan nyaris tidak mengenali kejadian itu ketika diulas dalam surat kabar dan stasiun televisi, juga buku "sejarah".
Versi dokumentasi ini semuanya ditulis dengan lapisan bias politik, sosial, dan pribadi.
Kebenaran menjadi hilang selamanya kecuali, barangkali, bagi orangorang yang menyaksikannya secara langsung.
Umumnya, saksi-saksi ini adalah kelas buruh yang hidupnya sulit.
Mereka tidak akan menuliskan peristiwa yang mereka saksikan ke surat kabar nasional atau mencari penerbit yang mau mencetak kisahnya demi mendapatkan uang.
Mereka hanya menguburkan mayat, berdoa untuk kedamaian, lalu berusaha sekuat tenaga agar hidup terus berputar.
Tapi tetap saja, mereka menyimpan pengalaman dengan cara mereka sendiri sebagai saksi sejarah, yaitu dengan menyampaikan kisah itu kembali kepada keluarga dan komunitas.
Pengalaman di Irlandia meyakinkan saya kembali akan pentingnya tradisi lisan dan budaya, dan mengapa semua itu biasanya adalah sumber yang paling kuat untuk memahami pengalaman manusia.
Kejadiankejadian di sekitar jalanjalan di Belfast menjadi mikrokosmos saya.
Jika peristiwa-peristiwa di sana dipandang cukup penting untuk disusun kembali dan diubah oleh surat kabar besar dan media elektronik, lalu apa artinya ketika konsep yang sama diterapkan ke dalam skala makrokosmos, ke sejarah dunia? Tidakkah kecenderungan untuk memelintir kebenaran menjadi semakin besar dan semakin absolut ketika kita menengok ke belakang, ke masa lalu ketika hanya orangorang yang kaya, berpendidikan tinggi, dan memiliki kedudukan politik yang mampu mencatat peristiwa? Saya semakin merasa berkewajiban untuk mempertanyakan sejarah.
Sebagai seorang perempuan, saya ingin membawa gagasan ini satu langkah lebih jauh.
Dengan semaraknya dunia tulisan, berbagai materi dalam jumlah tak terhitung yang dianggap cendekiawan dapat diterima secara akademis diciptakan oleh orangorang dari strata sosial dan politik tertentu.
Kita percaya, biasanya dengan begitu saja, bahwa dokumendokumen itu benar hanya karena dokumen itu bisa "diabsahkan"
Ke dalam periode waktu tertentu.
Jarang kita memperhitungkan fakta bahwa dokumen itu ditulis pada masa kegelapan, ketika status perempuan lebih rendah ketimbang bahan pokok, bahkan dikatakan tidak memiliki jiwa! Berapa banyak kisahkisah agung lenyap begitu saja karena perempuan yang menjadi tokoh utamanya dianggap tidak cukup penting, bahkan tidak dianggap sebagai manusia, untuk disebutkan? Berapa banyak perempuan yang dihilangkan sepenuhnya dari sejarah? Dan bukankah inilah kenyataan bagi perempuanperempuan abad pertama? Kemudian ada perempuan yang sangat kuat dan mumpuni dalam dunia pemerintahan, perempuan yang tidak bisa diabaikan.
Banyak di antara mereka yang mendapat tempat dalam buku sejarah sebagai penjahat busuk pezina, penjilat, penipu, bahkan pembunuh.
Apakah pencitraan itu adil? Ataukah ada propaganda politik untuk mendiskreditkan perempuan yang berani menunjukkan kekuatan dan kecerdasannya? Berbekal pertanyaanpertanyaan ini dan rasa tidak percaya yang menjadijadi terhadap sesuatu yang diterima secara akademis sebagai bukti bersejarah, saya melakukan riset dan menulis buku tentang perempuanperempuan yang dibenci, perempuanperempuan yang disalahpahami dan diperlakukan secara buruk.
Saya memulai riset ini dengan para perempuan luar biasa yang telah disebutkan di atas Marie Antoinette, Lucrezia Borgia, dan Boudicca.
Pada awalnya, Maria Magdalena hanyalah satu dari sekian banyak topik dalam riset saya.
Saya berangkat dengan suatu kewaspadaan yang lebih besar terhadap teka-teki dalam Perjanjian Baru, yang menyangkut peran Magdalena sebagai pengikut Kristus.
Saya tahu, gambaran Magdalena sebagai seorang pelacur cukup dominan dalam masyarakat Kristen.
Saya juga tahu, Vatikan telah perupaya mengoreksi ketidakadilan tersebut.
Inilah titik tolak saya.
Niat saya adalah menyatukan kisah Maria Magdalena sebagai satu topik dari sekian banyak topik, dalam satu tubuh tulisan yang mencakup periode dua puluh abad.
Tapi Maria Magdalena mempunyai rencana lain terhadap saya.
Saya mulai mengalami serangkaian mimpi yang menghantui dan berulangulang.
Mimpi itu terpusat pada berbagai peristiwa dan karakter dalam Kesengsaraan dan Kematian Kristus.
Sejumlah kejadian yang tidak bisa dijelaskan, seperti yang dialami Maureen, mengarahkan saya untuk menginvestigasi riset seputar legenda-legenda Maria Magdalena dari berbagai lokasi, mulai dari Mc Lean, Virginia, hingga Gurun Sahara.
Saya melakukan perjalanan mulai dari gunung Masada hingga jalanjalan kuno Assisi, mulai dari katedral Gotik di Prancis hingga bukit berbatu Inggris selatan dan melintasi pulau-pulau Skotlandia yang berbatu.
Saya berjuang keras menyeimbangkan unsur-unsur dalam hidup saya yang semakin di luar jangkauan akal, berjalan melewati tali ala Dali, antara kehidupan ibu rumah tangga di wilayah pinggiran dengan petualang dalam film Indiana Jones.
Akhirnya saya paham, saya telah menjalani sebagian besar kehidupan saya sebagai persiapan untuk pencarian ini.
Tampaknya pengalaman-pengalaman pribadi dan profesional saya yang tidak beraturan mulai membentuk suatu pola yang menawan.
Pola ini menuntun saya untuk menguak serangkaian rahasia keluarga yang sebelumnya tidak terbayangkan.
Saya bahkan harus terkejut karena gambaran tentang beberapa anggota keluarga saya ternyata berbeda jauh dari gambaran yang disampaikan untuk saya yakini.
Hampir dua dasawarsa setelah kematian mereka, saya baru tahu bahwa kakek-nenek saya dari pihak ayah yang konservatif dan sangat tradisional nenek yang sangat saya cintai dan suaminya, seorang Pembaptis yang sangat taat ternyata terlibat jauh dalam gerakan Freemasonryi dan aktivitas perkumpulan rahasia.
Saya akhirnya tahu bahwa nenek saya memiliki hubungan darah dengan sejumlah keluarga yang terbilang paling tua di Prancis.
Kenyataan ini tidak hanya mengubah arah riset saya, tetapi juga kehidupan saya.
Keterkejutan yang paling dahsyat terjadi setelah saya diberitahu bahwa tanggal kelahiran saya adalah bagian dari nubuat yang berkaitan dengan Maria Magdalena dan keturunannya.
Yaitu Nubuat Orval seperti yang diucapkan Berenger Sinclair.
"Kebetulan-kebetulan"
Pribadi inilah yang menjadi kunci untuk membuka pintu yang tidak disentuh oleh para peneliti sebelum saya.
Minat saya terhadap cerita daerah tentang Magdalena berubah menjadi obsesi setelah saya merasakan betapa menakjubkannya tradisi budaya kuno yang selama ini dijaga dengan penuh cinta dan semangat yang tak kunjung padam di seantero Eropa barat.
Saya diundang untuk mengenal bagian terdalam dari berbagai perkumpulan rahasia, juga untuk berkenalan dengan para penjaga informasi keramat yang membuat saya takjub hingga kini karena mereka, dan informasi yang mereka jaga, benarbenar ada dan telah berjalan selama 2.000 tahun.
Saya tidak bermaksud menggali isu-isu yang akan 1 Pertukangan Batuan yang Bebas.
persaudaraan yang memiliki rite-rite rahasia dan yang didirikan pada abad ke-12 oleh sejumlah tukang batu di Inggris.
membuat orang meragukan sistem keyakinan yang telah dianut miliaran umat.
Bukanlah tujuan saya untuk menulis buku yang menggoyang suatu topik mahabesar seperti kesejatian Yesus Kristus atau hubungannya dengan orangorang terdekat dalam kehidupannya.
Namun, seperti tokoh protagonis dalam buku ini, saya merasa kadang jalan hidup kita telah dipilihkan.
Begitu saya mengenal Kisah Teragung yang Pernah Diungkapkan dari perspektif Magdalena, saya tahu bahwa saya tidak bisa mundur.
Kisah itu menguasai pikiran saya hingga hari ini.
Bahkan saya yakin, selamanya.
Kontroversi yang memakan waktu dua milenia menjadikan Maria Magdalena sebagai karakter Perjanjian Baru yang paling sulit dipahami.
Dalam pencarian saya terhadap perempuan sejati di balik legenda, saya sadar bahwa saya tidak mempunyai hasrat untuk mengolah kembali sumbersumber tradisional seperti yang telah ditafsirkan dengan caracara biasa.
Saya malah membungkus diri dalam jubah hangat seorang pendongeng lalu masuk lebih jauh ke dalam misteri.
Ternyata berbagai cerita tradisional dan mitologi tentang Maria Magdalena begitu kaya dan tua.
The Expected One dan bukubuku kelanjutannya mengupas teoriteori tentang identitas dan dampak kontroversial Maria yang diilhami subkultur Prancis selatan dan tempattempat lainnya di Eropa.
Cerita daerah dan tradisi Eropa juga memberikan wawasan baru bagi misteri Maria.
Wawasan-wawasan ini belum pernah diungkapkan secara memuaskan berdasarkan jalur tradisional.
Selama berabadabad, sebuah ayat dalam injil Mar-kus (16.9) digunakan untuk menyerang Maria.
"Kini, setelah Yesus bangkit di awal hari pertama dalam seminggu, ia muncul pertama kali di hadapan Maria Magdalena, yang darinya Yesus telah mengeluarkan tujuh iblis."
Satu ayat ini memicu berbagai klaim ekstrem menyangkut kondisi mental Maria.
Di antaranya bukubuku yang mengabdikan diri pada pandangan bahwa Maria dikuasai setan atau ia sakit jiwa.
Setelah saya akrab dengan perspektif Arques seperti yang dituangkan di sini bahwa Yesus menyembuhkan Maria setelah ia diberi racun yang mematikan yang disebut racun tujuh setan barulah saya memahami ayat Markus ini.
Pada masa ketika status perempuan diukur melalui hubungan mereka, Perjanjian Baru tidak memperkenalkan Maria Magdalena sebagai istri siapa pun, apalagi pasangan Yesus.
Fakta ini saja telah mendorong para cendekiawan menyatakan dengan pasti bahwa ide Maria dan Yesus diikat dalam hubungan pernikahan sebagai ide yang mustahil.
Tapi fakta yang sama juga menimbulkan teka-teki lain karena Maria Magdalena juga perempuan satusatunya dalam keempat Injil yang digambarkan sebagai dirinya sendiri.
Bahwa ia sebuah karakter terpisah menunjukkan namanya sudah dikenal oleh masyarakat di masanya dan sesudahnya.
Saya percaya, hubungan Maria kompleks statusnya sebagai wanita bangsawan yang menjadi janda kemudian menjadi istri kembali memang problematis.
Rasanya canggung, bahkan kurang pantas jika meng gambarkanvMaria berdasarkan hubungannya dengan lelaki.
Akibatnya, iavdikenal dengan namanya sendiri dan julukannya.
MariavMagdalena.
Tambahan lagi, bagi saya ikonografi Magdalena selalu membingungkan.
Di luar karakter legendanya yang penuh teka teki, ia menjadi salah seorang tokoh yang paling sering diangkat dalam karya seni sejumlah seniman besar Abad Pertengahan dan periode Renaisans dan Barok.
Lukisan Maria Magdalena berjumlah ratusan, mulai dari buah cipta maestro seumpama Caravaggio dan Botticelli hingga seniman Eropa modern semisal Salvador Dali dan Jean Cocteau.
Ada seutas benang merah yang menghubungkan beraneka ragam lukisan potret Maria Magdalena.
Yakni, ia senantiasa digambarkan dengan pelengkap yang sama.
tengkorak kepala yang konon melambangkan pertobatan, sebuah buku yang dipercaya adalah simbol Injilnya, dan toples putih yang ia gunakan untuk mengurapi Yesus.
Satu hal lagi, Magdalena selalu mengenakan selubung merah.
Ini adalah tradisi pada zaman dahulu dan umumnya diyakini berhubungan dengan pandangan bahwa ia seorang pelacur.
Tapi sekarang saya percaya bahwa ikonografi ini ter kait dengan versi kisahnya yang dirahasiakan dan dijaga oleh kelompok bawah tanah Eropa.
Bagi saya, tengkorak kepala itu jelas melambangkan Yohanes, yang kepadanya Maria selalu melakukan pertobatan.
Sedangkan buku, bisa mengacu pada injilnya sendiri atau karya Easa, Kitab Cinta.
Sedangkan jubah dan selubung merah adalah simbol seorang ratu dalam tradisi Nazaret.
Saya yakin sepenuh hati, banyak seniman dan penulis besar Eropa larut dalam "bidah"
Maria Magdalena dan warisan yang begitu kaya yang ia tinggalkan di Amerika.
Seiring perjalanan, kisahkisah yang belum terungkap tentang pahlawan dan antipahlawan lain dalam Perjanjian Baru menampakkan diri dalam detail yang mencengangkan.
Pembaca akan menemukan sosok Salome yang dibenci, dalam buku ini digambarkan secara jauh berbeda, dan saya harap sangat manusiawi.
Sedangkan Yohanes Pembaptis menjadi sosok yang lain dari kacamata Maria Magdalena, juga orangorang yang mengaguminya.
Saya sangat berharap pembaca tidak merasa saya telah bersikap kejam terhadap Yohanes.
Baik Maria maupun Easa berulang kali menyebut Yohanes Pembaptis sebagai rasul besar.
Saya juga percaya bahwa ia adalah tokoh pada masa dan tempatnya.
Ia adalah lelaki yang berkomitmen pada hukum secara tegas, seseorang yang penentangannya terhadap reformasi tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Meski saya bukan penulis pertama yang menggambarkan permusuhan antara pengikut Yohanes dan Yesus dan juga bukan yang terakhir saya sadar bahwa ide Yohanes sebagai suami pertama Maria mengejutkan banyak orang.
Butuh waktu bertahuntahun untuk memproses pengungkapan itu sebelum saya siap menuliskannya.
Warisan Yohanes, lewat putranya bersama Maria Magdalena, akan terus menampakkan diri dalam bukubuku saya selanjutnya.
Selama proses penulisan, saya menjadi jatuh cinta kepada rasul Filipus dan Bartolomeus.
Seperti yang terlihat lewat mata Maria, mereka adalah pahlawan yang luar biasa.
Petrus menjadi hidup dalam hati saya karena sesuatu yang jauh melebihi "lelaki yang membantah Yesus".
Dengan cara yang sama, saya membentuk perspektif baru tentang Yudas dan peran tragis dan abadinya dalam peristiwa penyaliban.
Barangkali yang membuat saya paling tergugah adalah informasi menyejukkan menyangkut Pontius Pilatus dan istrinya yang heroik dan menawan, seorang putri Romawi bernama Claudia Procula.
Dokumen yang tersimpan dalam arsip Vatikan dan tradisi Prancis yang memesona mendukung kisah luar biasa keterlibatan Yesus dengan keluarga Pilatus.
Riwayat ini mengotentikkan mukjizatnya dan menjelaskan tindakan Pilatus, yang agak misterius dalam injil Yohanes.
Saya percaya, uraian tentang Pilatus sangat penting untuk mendapat pemahaman baru tentang kejadian di sekitar jalan penyaliban.
Dan saya sangat terpesona setelah tahu bahwa Claudia adalah seorang santa dalam tradisi Ortodoks, begitu juga Pontius Pilatus dalam gereja Abysinia/Ethiopia.
Saya bekerja untuk meneguhkan materi tentang Magdalena baru dari berbagai sudut.
Saya memanfaatkan surat-menyurat yang dilakukan Claudia pada abad pertama yang telah diterbitkan Issana Press.
Selain itu, saya juga memanfaatkan berbagai versi kitab apokrifs, tulisan awal para pendeta Gereja, sejumlah sumber Gnostik yang sangat berharga, dan bahkan Naskah Laut Mati.
Saya paham, versi kejadian yang saya ungkapkan barangkali mengejutkan hingga membuat pembaca terkesima.
Setulus hati, saya berharap pembaca akan terinspirasi untuk menggali pemahaman masingmasing tentang misteri ini.
Harta karun informasi telah tersedia, kebanyakan berasal dari abad dua hingga empat, yang tidak disertakan dalam kanon Gereja tradisional.
Ada pula ribuan halaman materi yang menanti untuk diketahui i n j i Ii n j i I alternatif, tambahan untuk kitab Kisah Para Rasul, dan tulisan lain yang mengungkapkan detail dan wawasan untuk memahami kehidupan dan masa Yesus yang sepenuhnya baru bagi pembaca yang belum pernah 2 Istilah yang dipakai untuk menunjukkan kitab yang termasuk Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani), tetapi tidak termasuk kanon Ibrani.
Bagi orang Katolik sama dengan detiterokanonika.
melihat selain yang ditulis oleh keempat pewarta injil.
Saya percaya, jika materi-materi ini digali dengan pikiran dan hati terbuka maka akan tercipta sebuah jembatan cahaya dan pemahaman antara berbagai divisi dalam Kristiani, dan di luar itu.
Selama bertahuntahun melakukan riset, saya telah berdiskusi, bertanya, berdebat, bahkan mengakui berbagai poin dengan para pendeta dan kaum beriman dari sejumlah keyakinan.
Saya bersyukur karena memiliki teman dan rekan dari dunia spiritual, termasuk pendeta Katolik, pendeta Luteran, praktisi Gnostik, dan imam wanita pagan.
Di Israel, saya berjumpa dengan para cendekiawan dan mistikus Yahudi, juga wali situs-situs Kristiani yang sakral dari golongan Ortodoks.
Ayah saya seorang Pembaptis, suami saya penganut Katolik yang taat.
Individu-individu inilah yang menjadi bagian dalam mosaik sistem keimanan saya, dan pada hakikatnya bagian kisah ini.
Di luar berbagai perbedaan filsafat mereka, orangorang ini menganugerahkan berkat yang sama kemampuan untuk bertukar pikiran dan terlibat dalam dialog dengan bebas, tanpa kemarahan.
Ada bagianbagian dalam kisah ini yang tidak bisa saya kuatkan dengan sumber akademis manapun yang "bisa diterima".
Bagian tersebut hadir sebagai tradisi lisan dan dijaga selama berabadabad dalam lingkungan yang sangat terlindungi, oleh orangorang yang takut pada reaksi yang mungkin akan muncul.
Saat menulis buku ini, saya mengambil pendekatan dengan membentuk kasus bagi teori saya via bukti situasional sepanjang 2.000 tahun.
Meski tidak mampu menciptakan bukti telak, saya memiliki banyak saksi yang menarik dan serangkaian lukisan agung yang menguatkan kasus saya, yang kebanyakan diciptakan oleh maestro Renaisans dan Barok.
Saya mengajukan kasus saya dengan konteks bukti-bukti ini dan mempersilakan dewan juri, yakni para pembaca, untuk mengambil keputusan sendiri.
Saya harus berhati-hati dalam memperlakukan sumber primer informasi baru yang saya sajikan di sini karena alasan keamanan.
Tapi ingatlah.
Isi injil Maria Magdalena sebagaimana yang saya terjemahkan dalam buku ini diambil dari sumber materi terdahulu yang tidak diungkapkan.
Materi ini belum pernah diungkapkan kepada masyarakat.
Saya melakukan penerjemahan bebas agar isinya lebih sesuai dengan pembaca abad 21, tapi saya percaya bahwa kisah yang disampaikan benarbenar orisinil, bukan hasil rekayasa.
Demi melindungi kesakralan informasi ini dan orang orang yang menjaganya, saya tidak memiliki pilihan selain menuliskan buku ini, juga bukubuku kelanjutannya, sebagai karya fiksi.
Namun, banyak petualangan tokoh protagonis saya, juga seluruh pengalaman supra natural nya, dilandasi pengalaman saya sendiri.
Dalam banyak kasus, Maureen menerima informasi dengan cara yang sama persis dengan saya saat melakukan riset juga Tammy.
Meski karakter-karakter dalam buku ini yang disesuaikan dengan era modern semuanya fiktif, saya telah berusaha sebisa mungkin menyajikan pengalaman otentik kepada pembaca.
Tentu saja ada bagianbagian yang saya ciptakan secara bebas.
Pembaca tentu bisa mengenalinya sendiri ketika membaca karya ini.
Kuburan Arques seperti yang dilukiskan Poussin sekarang tidak ada lagi dihancurkan dengan dinamit oleh pemilik tanah setempat yang lelah melihat banyaknya orang yang mendatangi tempat itu! Dan ada bagianbagian yang saya kira membutuhkan kecermatan pembaca.
Penerjemahan Injil Arques yang dilakukan Peter dalam buku ini selesai dalam tempo yang relatif singkat.
Dalam kenyataannya, penerjemahan dokumen semacam itu memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahuntahun.
Pembuatan buku ini menghabiskan waktu nyaris dua dasawarsa, dan ketika menghadapi rintangan, saya mendapat bimbingan berharga dari orangorang yang berani.
Saya sangat bersyukur atas pengetahuan yang dibagikan dan dipercayakan kepada saya oleh individu-individu yang paling fenomenal.
Sebagian di antara mereka bahkan mengambil risiko besar saat menolong saya.
Tidak jarang saya bertanya-tanya, apakah saya layak mengungkapkan kisah ini.
Saya rasa, saya tidak cukup tidur selama lebih dari sepuluh tahun karena terlalu memikirkan detail buku ini dan kemungkinan reaksi yang ditimbulkannya.
Saat kami menyiapkan buku ini untuk kalangan pers, Injil Yudas yang kontroversial diluncurkan ke publik untuk pertama kalinya.
Segera saja saya menerima surat dari para pembaca yang menyadari adanya bagianbagian dalam penemuan baru yang menghebohkan ini, yang menegaskan dan mendukung pernyataan saya sendiri bahwa Yudas tidak "mengkhianati"
Yesus.
Bahwa Yudas sebenarnya mengemban perintah yang sulit dan menyakitkan dari teman sekaligus gurunya.
Ketidakadilan terhadap Yudas dan reputasinya barangkali lebih besar dibandingkan yang diterima Maria Magdalena selama dua puluh abad.
Saya percaya, sekarang sudah waktunya, bahkan seharusnya sejak dulu, memulihkan posisi orangorang yang dekat dengan Yesus sesuai dengan posisi sebenarnya dalam sejarah.
Seperti pertanyaan Bapa Peter Healy.
"Bagaimana seandainya selama dua ribu tahun ini kita menolak wasiat terakhir Yesus?"
Dalam usaha saya membahas kemungkinan itu, saya menawarkan gambaran saya sendiri tentang Yudas sebagai teman setia, bahkan seorang pahlawan; tentang Maria Magdalena sebagai istri, ibu, belahan jiwa, dan pasangan hidup; tentang Petrus sebagai seorang yang membantah teman dan gurunya hanya karena ia diperintahkan untuk bersikap seperti itu.
Saya juga percaya, penemuan arkeologis di waktu yang lalu dan yang akan datang akan semakin bersinar dan membuktikan bahwa penggambaran ini benar dan adil.
Saya hanya bisa berharap karya saya ini layak di mata para penjaga kebenaran Maria Magdalena yang mengandalkan saya untuk mengungkapkan kisahnya.
Lebih dari itu, saya harap karya ini menyuarakan pesan cinta, toleransi, pengampunan, dan kelayakan pribadi Maria dalam suatu cara yang barangkali membuat pembaca terinspirasi.
Tulisan ini adalah pesan kesatuan dan sikap tidak menghakimi terhadap semua orang dengan segala sistem keyakinan.
Sepanjang proses penulisan, saya tetap taat pada ajaran damai dan keyakinan bahwa kita bisa menciptakan surga di bumi seperti yang disampaikan Kristus.
Iman saya kepadaNya dan kepada Magdalena membuat saya bertahan menghadapi rintangan jiwa.
Saya sadar, saya akan mendapat kecaman dari para cendekiawan dan akademikus, dan banyak di antara mereka yang akan menyebut saya tidak bertanggung jawab karena menyampaikan versi yang tidak bisa dikuatkan dengan sumbersumber yang menurut mereka bisa diterima.
Tapi saya tidak hendak meminta maaf atas fakta bahwa saya melawan praktik akademis dalam menyampaikan kisah ini.
Pendekatan saya dilandasi keyakinan pribadi, yang barangkali radikal, bahwa menerima sesuatu yang dituliskan adalah tidak bertanggung jawab.
Saya akan dengan bangga mengenakan label "anti akademik"
Dengan tulisan mencolok, berbekal semboyan Boudicca.
Para pembaca tentu akan mengambil keputusan menyangkut versi kisah Maria yang sesuai dengan jiwa mereka.
Tapi bagi semua penulis dan pencari yang telah membuat teori dan postulasi, mendebat, berspekulasi, dan dengan berani menelusuri petunjuk dan jebakan sejarah sepanjang 2.000 tahun untuk memahami kesejatian Maria Magdalena dan putraputrinya, saya menghaturkan salam persahabatan.
Semangat menentang peran Magdalena juga para penulis dan seniman yang mengabadikannya pada dasarnya barangkali adalah pencarian kebenaran.
Saya berharap mereka akan melihat saya sebagai seorang yang layak dijadikan saudara jika semuanya telah selesai.
Dua ribu tahun berselang, dan tetap saja sebuah kebenaran yang menantang dunia.
KATHLEEN McGOWAN 22 MARET 2006 KOTA MALAIKAT Persembahan Menghaturkan terima kasih kepada satu per satu orang yang telah membantu saya selama dua puluh tahun ini adalah sesuatu yang patut dilakukan.
Sama patutnya dengan pembuatan buku ini sendiri.
Sayangnya, hal itu tidak mungkin karena keterbatasan ruang.
Tapi saya berusaha sebisa-bisanya untuk menyebut sebanyak mungkin orang yang telah membantu menyelesaikan buku ini.
Untuk agen dan teman saya, Larry Kirshbaum, yang menjadi malaikat agung saya selama proses ini, saya berterima kasih sebesar-besarnya.
Semangatnya terhadap kisah Maria dan keteguhannya membantu saya mempersembahkan karya ini kepada dunia adalah dorongan yang telah membuat segalanya menjadi mungkin.
Penghargaan saya atas dorongan, bimbingan profesional, dan nasihat yang bersahabat dari editor saya, Trish Todd, tidak bisa diungkapkan dengan katakata.
Apresiasi yang tidak terbatas saya tujukan kepadanya dan kepada tim profesional yang luar biasa di Simon & Schuster/Touchstone Fireside.
Keluarga saya juga berkorban banyak untuk mendukung saya selama tahuntahun penelitian.
Selama proses ini, suami saya, Peter McGowan, menanamkan keyakinan.
Ia mendukung saya secara finansial dan emosional, mem pertahankan benteng, dan menjaga keutuhan keluarga selama saya bepergian.
Ia tidak pernah meragukan pengalaman saya atau kehilangan keyakinan dalam pencarian saya, meski pengalaman dan pencarian itu tampak sangat tidak masuk akal pada awalnya lebih dibandingkan yang bisa saya katakan.
Anak tercinta saya, Patrick, Conor, dan Shane, yang dapat memaklumi ibu mereka yang sering kali tidak mendampingi mereka dan melewatkan begitu banyak pertandingan baseball mereka.
Meski begitu, suami dan anakanak saya telah menyaksikan begitu banyak mukjizat bersama saya selama proses pencarian ini, yang mau tidak mau harus kami ikuti hingga akhir, meski sering kali cukup berisiko.
Saya harap buku ini terbukti layak mengingat segala pengorbanan mereka.
Pengerjaan buku ini tidak diragukan lagi adalah urusan keluarga.
Segala yang saya lakukan dan segala yang ada pada diri saya adalah milik kedua orangtua saya, Donna dan Joe.
Cinta dan dukungan mereka menjadi pilar kehidupan saya dan mereka telah melewati masa-masa yang sangat sulit akibat semangat gipsi putri mereka.
Saya berterima kasih kepada mereka atas segalanya, terutama atas cinta tanpa syarat yang mereka limpahkan kepada cucu-cucu.
Saya berbagi buku ini dan karya mendatang saya dengan kedua saudara saya, Kelly dan Kevin, beserta keluarga mereka.
Saya harap pengungkapan dalam buku ini suatu hari akan mengilhami keponakan-keponakan saya yang luar biasa, Sean, Kristen, Logan dan Rhiannon, dalam menempuh takdir masingmasing.
Pada hari ketika draf final naskah ini selesai, keponakan saya bertambah dengan lahirnya Brigit Erin pada tanggal 22 Maret 2006.
Saya akan menyaksikan dengan penuh cinta saat kaki mungilnya tumbuh hingga dapat mengisi sepatu Dia Yang Dinantikan, yang datang sebelum kelahirannya.
Seluruh kebahagiaan keluarga kami tidak lepas dari pertolongan seluruh staf bagian Perawatan Intensif Bayi UCLA karena telah menyelamatkan bayi Shane.
Mereka telah menyelamatkan kami semua.
Saya menganjurkan siapa saja yang meragukan mukjizat untuk melewatkan beberapa hari di bagian perawatan ini.
Di sana, bisa kita saksikan bahwa malaikat benarbenar ada.
Mereka mengenakan jubah laboratorium dan menyamar sebagai dokter, perawat, dan ahli terapi pernapasan.
Mukjizat yang dialami Shane mendorong saya untuk mempercepat proses penyelesaian buku ini.
Saya bepergian sangat jauh bersama Stacey K, yang telah menjadi saudara, mitra penelitian, dan teman yang menyenangkan.
Ia berhak disebut secara khusus karena telah menerima tugas-tugas yang sangat berat tanpa gentar seperti mengikuti suara yang memanggil "Sandro"
Di museum Louvre dan mengejar lelaki kecil di Basilika Makam Suci. Buku ini tidak dapat diselesaikan tanpa keyakinan dan kesetiaannya. Saya menghaturkan penghargaan tak terhingga dan berutang budi kepada "Tante Dawn"
Atas kemurahan hati dan peranannya sebagai tambatan persahabatan dan kesetiaan.
Terima kasih sepanjang masa dengan tulus saya persembahkan kepada Olivia Peyton, saudari spiritual saya dan ahli penelitian.
Saya salut terhadap kejeniusannya sebagai wanita dan rahib dunia maya, dan angkat topi atas novelnya yang brilian, Bijoux, kunci untuk membuka berbagai misteri.
Terima kasih khusus kepada Marta Collier atas segala kontribusi dan kepercayaannya terhadap musik Finn MacCool, juga atas dukungannya terhadap keluarga McGowan dalam melewati susah dan senang.
Penghargaan tulus kepada teman baik dan ksatria saya, Ted Grau.
Saya rasa, dia tidak tahu betapa pentingya kontribusi yang telah ia berikan selama ini.
Tapi saya tahu.
Terima kasih kepada Stephen Gaghan atas komentarnya yang berwawasan meski menjengkelkan terhadap draf awal kisah ini.
Keterusterangannya mendorong saya untuk melakukan perbaikan penting.
Go raibh miie math agat untuk Michael Quirke, pemahat kayu mistik dari Sligo, yang juga seorang pendongeng ulung.
Sejak saya menjejakkan kaki di tokonya secara "tidak sengaja"
Saat tersesat di musim panas 1983, saya hidup di sisi lain cermin.
Lebih dari siapa pun, Michael membuat saya mengerti bahwa sejarah bukanlah yang tertulis di bukubuku, namun yang terpahat di dalam hati dan jiwa manusia dan terpatri di tempat mereka merasakan kebahagiaan tertinggi dan kesedihan terdalam.
Ribuan terima kasih kepadanya karena telah memberi saya mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar.
Terima kasih juga kepada.
Patrick Ruffino, yang telah mengajarkan arti persahabatan dan membuat saya tidak tersesat di Zsx Avenue; Linda G, yang menyulap arketip Martha dan Vivienne dengan begitu anggun; Verdena, yang mewujudkan semangat Magdalena dan mengajarkan banyak tentang keyakinan, mukjizat dan keberanian; R.C Welch, atas peranannya sebagai penerjemah di museum Moreau dan atas percakapan yang hebat tentang kehidupan dan tulisan di bangku gereja Saint Sulpice; Branimir Zorjan, atas persahabatannya, cahaya, dan kesembuhan dalam rumah kami; Jim McDonough, konglomerat media yang paling menyenangkan di planet ini dan teman baik kami; Carolyn dan David, yang baru menyadari peranan mereka dalam semua ini; Joyce dan Dave, teman lama yang kembali baru; Joel Gotler, yang berjuang dan bekerja keras agar kisah Maria bisa dipersembahkan kepada khalayak yang lebih luas; Larry Weinberg, pengacara dan teman yang percaya pada saya, juga pada buku ini; Don Schneider, yang membuat saya tertawa; Dev Chatillon, atas profesionalismenya yang luar biasa; Glenn Sobel, atas kesabarannya yang tak terbatas dan dukungannya di masa lalu; Cory dan Annie yang paling awal membeli buku ini.
Saya juga berutang budi pada ratu ilustrasi, Linda Goodman, astrologis dan pengarang yang pertama membisikkan rahasia ini ke telinga saya, jauh sebelum saya siap menerimanya.
Ia mengubah hidup saya dengan sepotong informasi dan dengan terjemahannya, Emerald Tablets (yang sangat penting untuk buku saya selanjutnya).
Takdir saya selalu jalin-menjalin secara aneh dengan Linda.
Kenyataan ini menimbulkan kepahitan yang mengejutkan, juga kebahagiaan yang luar biasa.
Seandainya saja ia tinggal bersama kami lebih lama, ia bisa membuktikan bahwa saya telah menyibakkan hubungan garis darahnya.
Saya juga sangat bersyukur karena jalan hidup Linda membawa saya ke seorang astrologis dan penulis hebat lainnya, Carolyn Reynolds.
Dialah kekuatan saya dalam melewati hari-hari paling sulit dengan semboyannya "tidak seorang pun dapat mencuri takdimu".
Dengan sepenuh hati, saya berterima kasih kepadanya.
Terima kasih khusus kepada wanitawanita bijaksana di Emerald Tablets Forum atas dukungan dan cinta mereka selama bertahuntahun.
Kadang-kadang perlu waktu seumur hidup untuk mengerti mengapa kejadian tertentu membentuk takdir kita.
Jackson Browne telah mengubah karakter saya yang mudah terpengaruh, di balik panggung pesta ulangtahun saya yang ketujuh belas, di Teater Pantages.
Saya yakin, jika tidak, buku ini tak akan ada.
Sebagai aktivis remaja, saya adalah pendengar ceramah-ceramahnya yang bersemangat tentang kekuatan individu untuk membuat perubahan di dunia dan saya mencamkan pujiannya terhadap sikap saya yang kerap mempertanyakan kondisi status quo yang tidak adil.
Sambil merangkul pundak saya, ia mengingatkan.
"Jangan pernah berhenti melakukannya. Jangan pernah". Saya berterima kasih atas dorongannya (meskipun orangtua saya barangkali tidak), dan atas musiknya yang mengilhami saya seumur hidup, terutama "The Rebel Jesus". Saya yakin, Easa akan setuju. Terima kasih sepenuh hati saya tujukan kepada Ted Neely dan atas kenangan paling indah dari almarhum Cari Anderson. Mereka berdua menggugah saya, juga orang lain yang tak terhitung jumlahnya, lewat lukisan Easa dan Yudas yang tercipta berkat ilham dari ilahi. (Apakah tanggal lahir Andrew Lloyd Webber pada 22 Maret adalah kebetulan?) Siapa saja yang beruntung bisa melewatkan waktu bersama Ted akan paham, betapa kuatnya semangat Nasrani yang ia ungkapkan lewat lukisan. Anggota Screenwriter Refuge yang berbakat telah memberikan terapi kelompok dan dukungan yang sangat besar kepada saya selama beberapa tahun belakangan ini. Maka kepada Cindy, Robert, James, Mel, Kathy, Fitchy, Teddy, Chris dan Wenonah untuk kalian semua penghargaan dan terima kasih saya yang tulus. Sangat menyenangkan jika kita menjalin kebersamaaan dengan temanteman yang dapat dipercaya. Hati saya berada di Irlandia, dan rasa syukur saya khususnya berada di County Cavan. Di sana, ipar-ipar saya, John dan Mary, memperlakukan saya seperti saudara mereka sendiri. Cinta dan terima kasih saya kepada seluruh keluarga besar saya di Irlandia. Brian, Bridie dan Pat, Susan, Philomena, Pam dan Paul, Geraldine dan Eugene dan Peter dan Laura dan Noeleen dan David dan Daniel. Terima kasih kepada seluruh kelompok di Drogeda yang telah menunjukkan hakikat kota ini dan bertahan di Cromwell. Mereka sangat istimewa dan temanteman yang sangat baik. Dan pasti ada alasan tertentu mengapa landmark itu dinamakan Menara Magdalen, benar 'kan? Selama penelitian ini, Los Angeles adalah rumah saya, Irlandia adalah pelabuhan saya, dan Prancis adalah inspirasi saya. Saya sangat berterima kasih kepada staf hotel Place du Louvre, yang selalu membuat saya merasa diterima di Paris dan yang telah mengenalkan saya cerita Caveau du Mousquetaires. Ada begitu banyak orang di Prancis yang telah memberikan sebagian hati dan jiwa mereka untuk saya. Dan saya tidak melewatkan satu hari pun tanpa merasa kagum dengan keindahan Languedoc, Camargue, Midi, dan Provence dan orangorang luar biasa yang menempati kawasan itu. Hakikat Magdalena adalah kasih sayang dan pengampunan. Dengan semangat itu, saya menawarkan buku ini sebagai cabang pohon zaitun kepada mereka yang barangkali merasa tersinggung karena saya selama pembuatan buku ini. Khususnya kepada paman saya, Ronald Paschal. Semangatnya terhadap warisan Prancis kami pada mulanya tidak saya pahami. Saya juga mempersembahkan buku ini kepada Mic-hele-Malana. Persahabatan kami tidak bertahan karena jalan yang kami tempuh, namun kemurahan hati dan inspirasinya tidak akan terlupakan. Jika ia membaca tulisan ini dan cintanya kepada Magdalena menunjukkan bahwa dia mungkin membaca buku ini saya berharap ia dapat menemukan saya. Saya harus menyebutkan orangorang baik di Issana Press yang telah berjasa menerbitkan terjemahan surat-surat Claudia Procula. Saya sangat merekomendasikan buklet "Relics of Repentance"
Mereka.
Buklet itu sangat kecil, tapi kekuatannya sangat besar.
Saya berterima kasih kepada mereka karena telah mengonfirmasikan bawah Pilo benar nama anak lelaki Pilatus.
Dan karena telah menantang otak saya dengan pandangan bahwa Pilatus kemungkinan memiliki beberapa orang anak.
Saya rasa, seorang penulis perlu menghargai para pendahulu yang telah membuka pintu untuk kita sehingga bisa melangkah maju.
Untuk itu, saya harus menyebutkan sejumlah penulis yang sering disebut kontroversial.
Michael Baigent, Henry Lincoln, dan Richard Leigh, yang telah mempersembahkan Holy Blood, Holy Grail kepada dunia pada tahun 1980-an.
Buku itu memaksa publik membuka mata kepada ide bahwa ada kejadian penting yang berlangsung di ujung barat laut Prancis.
Terlihat jelas, kesimpulan yang saya ambil berbeda dan saya menemukan fokus lain untuk riset saya sendiri.
Namun saya menghormati keberanian, ketangguhan, semangat pendobrak, dan prestasi yang mereka capai selain karena mereka telah mengenalkan dunia esoterik kepada Berenger Sauniere yang cerdas dan penuh teka-teki.
Akhirnya, kepada seluruh seniman brilian yang menantikan informasi ini ditemukan dalam kehidupan mereka sendiri, saya berterima kasih atas peta dan petunjuk yang diperlukan untuk menemukannya.
Khususnya kepada Alessandro Filipepi yang benarbenar "anak kesayangan para dewa"
Dan senantiasa menghibur saya sepanjang ruang dan waktu.
Kita akan segera berjumpa di gerbang labirin Chartres Cathedral, saat memulai pencarian Kitab Cinta.
Kalian telah memiliki peta.
Tapi barangkali kalian juga harus membawa kumpulan karya lawas Alexander Dumas dan membungkus diri kalian dalam kain bergambar kuda sembrani...
Lux e t Veritas, KDM Et in Arcadia Ego Di jalan menuju Sion aku berjumpa seorang perempuan Perempuan gembala nan rupawan Dia mengucapkan katakata ini dalam bisikan Et in Arcadia ego Aku berkelana ke timur, melintasi pegunungan merah Di samping salib dan kuda Tuhan Santo Antonius sang pertapa berkata.
"Pergilah, pergilah"
Kusimpan rahasia Tuhan Di waktu panen aku beristirahat mencari buah anggur di bawah mentari siang kulihat semuanya apel biru, apel biru Et in Arcadia ego Dalam bayang Maria Kutemukan rahasia Tuhan Dari album Music of The Expected One, produksi Finn MacCool, lirik dan musik oleh Peter McGowan dan Kathleen McGowan.
Kunjungi situs www.theexpectedone.com untuk ndengarkan musik ini.
Goosebumps Masalah Besar Wiro Sableng Dendam Manusia Paku Wiro Sableng Roh Dalam Keraton