Girls Of Riyadh 5
Rajaa Alsanea Girls Of Riyadh Bagian 5
Kita tak berdaya Semoga Tuhan mempermudah cita dan anganmu Duhai Allah jadikan semua hari-hari berwajah indah Wahai engkau yang paling berharga, Engkau akan abadi bersamaku Tidak akan hilang yang pernah terukir Tawa kita, air mata kita Ia abadi selama jiwa tetap suci Hati akan terus mencinta, terus merindu Cinta pertama tak akan terhapus dengan yang berikutnya Sahabat, engkau akan menjadi tokoh dalam kisahku Yang kita perdengarkan kepada anak cucu dan generasi berikutnya Sahabat tetap sahabat Sahabat, suatu hari bintang jatuh di telapak tangan kita...
Antara benci dan rindu kini telah mengombang-ambingkan perasaan gadis itu.
Antara memaafkan dan dendam, antara memaklumi dan mengutuk, antara memahami dan mencerca.
Dia pun merasakan hidupnya pahit.
Shedim tak mampu mendeskripsikan perasaannya sendiri.
Dia memaki dan meludah di atas foto Faraz, tetapi kemudian direngkuhnya kembali foto itu dengan lembut dan kasih sayang, dan minta maaf atas tingkahnya.
Shedim membayangkan kembali kalau-kalau dirinya menemukan kedamaian bersama foto itu selama bertahun-tahun kebersamaannya dengan Faraz.
Lebih dari seribu malam yang ia lalui bersama foto itu.
Semakin terkenang, semakin terasa hilang malam-malam itu dengan sia-sia.
Qamrah, Lumeis, dan Ummi Nuwair memerhatikan bahwa Shedim semakin meremehkan kewajiban menunaikan salat.
Akhir-akhir ini, Shedim sering mengerjakannya di akhir waktu, bahkan sering meninggalkannya sama sekali.
Kalau tidak membuka sebagian rambutnya, Shedim sesekali terlihat tidak mengenakan kerudung.
Memang ketaatan Shedim terhadap doktrin keagamaan sangat bergantung pada Faraz.
Dia saat ini sedang berusaha menghapus semua yang membuatnya teringat dengan lelaki itu, termasuk perihal menjalankan ajaran agama.
Pada rentang waktu itu, bibi Badriyah sering pulang pergi dari rumahnya ke Riyad untuk menemani Shedim.
Bibi Badriyah berusaha menjaga dan menemani keponakannya dengan baik.
Selama itu, bibi Badriyah belum berhasil membujuk Shedim untuk mau tinggal bersama keluarganya.
Sebabnya hanya satu.
bibi Badriyah tinggal di kota yang sama dengan tempat tinggal Faraz.
Ketika bibinya menyadari bahwa Shedim benar-benar tidak mau dan menolak tinggal bersamanya, dia memutuskan untuk menawarkan sebuah solusi yang telah lama dipikirkannya.
Bibi Badriyah bermaksud menikahkan Shedim dengan anaknya, Thariq.
Itu mungkin akan membuat Shedim tenang dan melupakan sakit hatinya.
Tetapi tidak dengan Shedim.
Gadis itu meresponnya dengan cara yang berlawanan.
Dia justru bertambah marah dan merasa hidupnya semakin getir.
Apakah bibi ingin menikahkan dirinya dengan 'anak kecil' itu, seorang mahasiswa Kedokteran Gigi yang hanya lebih tua satu tahun darinya? Apa yang akan dilakukan Shedim terhadapnya? Kalau tahu siapa Faraz, maka dia tak akan pernah berani menyodorkan 'anak kecil' itu! Yang dilakukan Shedim saat ini adalah menikmati kesendiriannya di rumah besar itu.
Mengurus dan mempersiapkan semuanya sendiri.
Yang diharapkannya saat ini adalah kemerdekaannya dari berbagai kritikan dan gunjingan orang.
Dia benar-benar ingin sendiri.
Shedim ingin bebas, termasuk bebas dari perhatian dan kendali bibi Badriyah.
Siapa tahu sang bibi atau Thariq telah merancang skenario untuk menguasai harta peninggalan ayahnya dengan strategi pernikahan itu? Mustahil! Shedim tidak akan menikah dengan siapapun! Dia ingin menjadi 'rahib' di rumah ayahnya.
Menyepi, menyendiri, bertapa, dan melepaskan diri dari berbagai kesenangan, termasuk perkawinan.
Kalaupun sang bibi tak akan membiarkan dirinya tinggal di Riyad, maka Shedim akan menuruti kehendaknya dengan mengajukan beberapa persyaratan.
Selain itu, dia tidak akan mengizinkan siapapun memerlakukan dirinya tidak sesuai dengan kehendak hatinya.
Shedim hanya ingin menentukan semuanya sendiri.
To.
seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.
"seerehwenfadha7et"
Date.
10/10/2004 Subject.
Hamdan Tidak ada keadaan yang lebih sulit dari kehidupan gamang seorang perempuan di antara laki-laki yang mencintainya dan laki-laki lain yang dicintainya (Kahlil Gibran).
Aku selalu gagal membayangkan dan membuat prediksi masa depanku setelah kisah ini selesai kupaparkan.
Apa yang akan kukerjakan untuk mengisi kekosonganku begitu aku selesai mengemukakan semua kisah ini? Siapakah yang masih akan memberiku masukan, bantahan, cacian dan dukungan? Bisakah aku kembali hidup tenang seperti sediakala setelah selama berbulan-bulan menjadi sumber perdebatan dan perselisihan di berbagai forum? Aku hanya menduga-duga apa yang akan terjadi.
Ya , aku memang telah berusaha mengungkapkan beberapa hal yang selama ini tersembunyi dan disembunyikan.
Tetapi aku sebenarnya hanya mengungkap kisah-kisah yang benar-benar terjadi, sebagaimana masyarakat kita saling bertukar cerita satu sama lain.
Setiap selesai berkisah, aku hanyalah seorang gadis yang setia menunggu respon balik dari para pembaca.
Aku kecewa bila tidak banyak yang merespon.
Aku senang bila mendapatkan komentar tentang aku di berbagai media; majalah, tabloid, atau di layar internet.
Bila kisah ini benar-benar selesai, aku akan kehilangan semua kebahagiaan itu.
Mungkin aku akan tergerak untuk menulis lagi.
Bila benar keinginanku itu, tema apa yang Anda inginkan? Aku selalu bersedia untuk menulis sesuai permintaan para pembaca yang terhormat.
Michelle tidak percaya jikalau Shedim telah menganggap bahwa Saudi adalah satu-satunya negara Islam di dunia.
Menurut Michelle, Emirat adalah negara Islam.
Tetapi Emirat memberikan kebebasan dalam kehidupan beragama dan sosial kemasyarakatan.
Menurutnya,inilah konsep yang paling benar.
Shedim berusaha menjelaskan kepada Michelle bahwa negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam tidak serta merta dikatagorikan dalam kelompok negara Islam.
Saudi adalah satu-satunya negara yang menerapkan hukum syariat ke dalam semua sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Negara-negara lain yang menjalankan syariat membatasi pelaksanaannya pada pokok-pokok kehidupan.
Sedangkan pada cabang-cabang kehidupan yang sangat banyak dan bervariasi, negara itu membuka tempat seluas-luasnya untuk inovasi dan kreasi manusia.
Michelle melihat perbedaan antara dirinya dan Shedim semakin meluas.
Pada beberapa kesempatan, dia merasa tidak cocok dengan pemikiran, kecenderungan, dan ambisinya.
Ambisi Michelle adalah terus berkanr di bidang informatika dan pers.
Di bidang itu, Michelle merasa akan meraih sukses dan ketenaran.
Dia sering bermimpi pada suatu hari nanti foto dirinya akan terpampang di sampul sebuah majalah bersama Brad Pitt atau Jhonny Deep.
Peta persaingan antara pelaku dunia penerbitan, infotainment, penyiaran akan membuatnya mendapatkan apa yang diinginkan.
Dunia itu sangat dekat dengan tokoh kenamaan dan sering mendapat peluang untuk menghadiri perhelatan akbar semacam Anugerah Oscar, Grammy, atau AMI.
Sekali lagi, Michelle benar-benar tidak mau dibatasi.
Dia tak ingin terpenjara di rumah seperti Qamrah, atau terbelenggu oleh laki-laki seperti Shedim, atau terkungkung pada spesialisasi kedokteran seperti Lumeis.
Setelah kegagalannya bersama Faishal, Michelle memutuskan untuk tak lagi terikat dengan laki-laki.
Apalagi dia juga termasuk gagal ketika menjalin hubungan bersama Mathew.
Bahkan bilapun ada yang seperti Hamdan, Michelle tetap tidak akan bergeming.
Hamdan sendiri adalah kiblat cerita sukses seorang muda yang cerdas dan memiliki banyak kelebihan.
Dia adalah lulusan terbaik salah satu universitas terkenal di Boston.
Michelle mengakui bahwa dirinya tertarik oleh sosok Hamdan sejak mereka berdua terlibat dalam pengerjaan beberapa perhelatan.
Hamdan adalah profesional muda yang cerdas dan menguasai semua rincian pekerjaannya.
Selain itu penampilan fisiknya memang tampan.
Dia juga mempunyai keterampilan bergaul dan mampu bersosialisasi dengan baik di berbagai kalangan.
Jimnah mengetahui gelagat ketertarikan Michelle kepada Hamdan.
Pada hari pertama masuk kerja dulu, mereka berdua memerhatikan Hamdan yang sedang larut dalam hisapan rokoknya.
Jimnah sendiri sebenarnya juga tertarik pada sosok Hamdan.
Tetapi dia telah mencintai salah seorang kerabatnya dan berniat akan menikah dengannya.
Karenanya, Jimnah mempersilakan Michelle untuk melakukan pendekatan itu.Tetapi Hamdan mengambil langkah lebih agresif.
Michelle menangkap sinyal ketertarikan Hamdan kepada dirinya.Tetapi dia bertahan.
Semua orang di tempat mereka berdua bekerja mengatakan kecocokan antara mereka berdua.
Hamdan berusia duapuluh depalan tahun.
Hidungnya mancung indah seperti pedang.
Kumisnya tipis dan rapi.
Tertawanya memancing orang lain untuk ikut tertawa bersamanya.
Hamdan juga seorang karyawan baru sepertinya.
Seringkali Hamdan mengenakan setelan celana jeans dan T-Shirt dan merek kenamaan.
Sesekali dia memakai topi atau penutup kepala lainnya.
Tetapi meskipun dia kelihatan sangat tampan dengan penutup kepala itu, tapi tak lebih dari setengah jam dia betah untuk mengenakannya.
Setelah merasa gerah, Hamdan melepasnya untuk diperlihatkan rambut panjangnya yang terlihat sudah dipendekkan beberapa hari lalu.
Michelle dan Hamdan sering terlihat bercakap-cakap bersama tentang pekerjaan dan perhelatan berbagai pertunjukan.Untuk beberapa kepentingan pekerjaan luar kantor, mereka sering bepergian bersama.
Mereka juga sering makan dan minum bersama-sama di beberapa restoran, kafe, mal, atau di beberapa kesempatan menonton pertunjukan.
Dalam berbagai kesempatan, Michelle diajak untuk mengikuti sebuah petualangan laut atau darat.
Tetapi Michelle selalu berhasil menolaknya dan cukup memberikan respon pada foto-foto perjalanan Hamdan yang ditunjukkan kepadanya.
To.
seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.
"seerehwenfadha7et"
Date.
17/12/2004 Subject.
Surat untuk F Sangat mudah bagi semua orang untuk marah.
Tetapi sulit untuk marah dengan tepat, di waktu yang tepat, dan dengan alasan yang tepat terhadap seseorang yang dicintai (Aristoteles).
Banyak yang mengirim email kepadaku dan memberikan penafisran atas 'lembaran-lembaran dari langit‟ yang ditulis Shedim.
Sebagian mempermasalahkan bait perbait dan, kata perkata, dan sebagian lainnya menanyakan lebih jauh tentang kelanjutan lembaran-lembaran itu.
Bermodal sebagian kecil dari harta peninggalan ayahnya, Shedim ingin berbisnis.
Bermula dari hobi mendatangi acara pesta, Shedim ingin menjalankan usaha di bidang penyelenggaraan pesta.
Hal ini terbetik di hatinya setelah beberapa kali gagal mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya.
Segmentasinya adalah gadis dan remaja yang memang gemar berpesta.
Sudah seminggu ini dia tidak mendapat undangan untuk menghadiri pesta pernikahan, makan malam, atau perayaan tertentu lainnya.
Padahal biasanya, dia bisa mendapatkan tiga undangan sekaligus.
Adalah kebiasaan para gadis di sana untuk mengadakan atau menghadiri pesta sebagai alternatif hiburan dan pelarian dari berbagai permasalahan yang dihadapi.
Dalam pesta itu, mereka berjoget bersama dengan iringan musik yang menghanyutkan.
Shedim berpikir untuk memulai bisnis dan menjadi penyelenggara berbagai event kecil yang dihadiri oleh beberapa kerabat dan temannya.
Diharapkan dia bisa mengembangkan usaha menjadi penyelenggara pesta-pesta besar dengan undangan yang banyak.
Kebiasaan para wanita Arab itulah yang mengilhami Shedim untuk mengkomersilkannya.
Shedim memerhatikan kebiasaan itu bertahun-tahun.
Shedim akan menjadi penyelenggara dengan rincian bisnis dari awal hingga akhir sesuai dengan kemampuan konsumen.
Shedim juga akan menjamin terselenggaranya pesta sesuai dengan tema dan style yang dikehendaki.
Tentu Shedim akan menjalin interaksi bisnis dengan berbagai rumah makan, percetakan, konveksi dan bidang usaha lain yang terkait.
Shedim meminta Ummi Nuwair untuk menjadi perwakilan wilayah Riyad, dan Qamrah untuk wilayah Saudi bagian Timur.
Sementara itu, Lumeis mungkin juga akan dilibatkan untuk wilayah Jeddah karena dia merencanakan tinggal di kota itu setelah pernikahannya dengan Nizar.
Michelle pun bisa jadi akan terlibat untuk menangani berbagai perhelatan di Dubai.
Ummi Nuwair menyambut permintaan itu dengan senang hati.
Dia memang sedang memerlukan beberapa aktifitas tambahan untuk mengisi beberapa waktu luang sepulang kerja.
Ummi Nuwair juga membutuhkan media untuk tetap berkomunikasi dengan Shedim setelah kepindahannya ke rumah bibi Badriyah.
Qamrah juga menyambut baik, bahkan mereka berdua segera memulai kegiatan dengan menyelenggarakan beberapa perkumpulan kecil yang melibatkan kenalan-kenalan mereka.
Thariq juga turut membantu menyelesaikan beberapa bagian pekerjaan.
Ia diperlukan terutama untuk melakukan beberapa kerjaan yang tidak boleh dilakukan oleh perempuan.
Undang-undang di sana memang melarang beberapa hal untuk dijalankan oleh perempuan.
Kemarin malam, Shedim pergi ke Saudi bagian Timur.
Qamrah berhasil menyebar banyak undangan untuk mendatangi pesta pernikahan salah satu kerabat teman adiknya, Hafshah.
Qamrah, Hafshah, Shedim, dan Lumeis pergi ke pesta itu.
Hafshah mengambil tempat di sebuah meja.
Yang lainnya memposisikan diri pada tempat dekat lantai dansa.
Kebersamaan mereka memancing perhatian ibu-ibu yang hadir.
Shedim berjoget di tempat sambil memejamkan mata.
Jari tengah dan jempolnya bergerak-gerak sesuai nada.
Seiring dengan itu, pundaknya menari sesuai irama lagu.
Lumeis seperti sedang menggerakkan badannya sesuai dengan lenggok tarian Mesir.
Sedang Qamrah yang memang tidak hafal lagu dan tidak banyak memahami musik hanya melibatkan diri sekadarnya saja.
Tetapi dia tetap terlihat enjoy dan larut dalam suasana yang ada.
Sambil menunggu tarian berikutnya, Lumeis mojok bersama seorang teman lama yang bertemu tanpa sengaja.
Lumeis menanyakan banyak hal tentang pengalamannya bersama suami.
Tentang prosesi pernikahan, malam pertama, alat kontrasepsi, dan berbagai hal lainnya.
Shedim dan Qamrah kembali berjoget setelah iringan musik kembali bergema.
Menyimak lirik lagu itu, Shedim teringat Faraz.
Aku mencintamu meski engkau telah pergi Meski kepergianmu membakar hatiku Kurelakan engkau bahagia bersama yang lain Aku tetap mencintaimu meski cintamu telah terbagi Kebahagiaku adalah melihatmu bahagia...
Di atas meja makan, setelah mereka mengambil makanan favorit masing-masing, mereka larut dalam percakapan terutama tentang kepindahan Shedim besok pagi.
Shedim sendiri merasakan kesedihan yang dalam dan tekanan yang sangat menghimpit.
Dia tak tahu cara untuk menyembuhkan kesedihan di dadanya.
Di tengah-tengah acara makan itu, sebuah dering tanda SMS masuk terdengar.
Masing-masing berusaha memeriksa ponsel.
Ternyata Lumeis yang mendapatkan pesan dari kekasihnya, Nizar.
Shedim pulang ke rumahnya dan mendapati koper dan tas yang telah rapi tersusun di kamarnya.
Kesedihan Shedim semakin menggumpal.
Diamatinya sekeliling kamar, dan kenangan pun kembali hadir.
Shedim kecil yang berlari dan menangis di kamar itu.
Shedim remaja juga menjalani pubertas di kamar itu.
Shedim dewasa juga menumpahkan segalanya di kamar itu.
Dinding, foto, meja, dan semua perabot seakan melarangnya pergi.
Seribu tangan seperti menghalanginya untuk melangkah.
Shedim meraih 'lembaran-lembaran dari langit' miliknya dan mulai menulis.
Surat untuk F.
Sesuai waktu Saudi, sekarang pukul tiga lebih empat puluh menit dini hari.
Hatiku selalu terjaga.
Mataku tidak terpejam.
Malam, sapalah kekasihku.Tidur.pergilah dari mata kekasihku.
Agar malam ini kami sama-sama terjaga.
Setelah beberapa menit, waktu Azan Subuh tiba untuk daerah Riyad.
Apakah kamu masih rajin menjalankan salat jamaah? Atau tidurmu yang lelap di sisi kekasihmu telah melalaikanmu dari kewajiban salat? Aku terbunuh oleh kerinduan mendengar suaramu.
Andai aku bisa membangunkanmu dan tidurmu saat ini...
Duniaku berduka tanpamu.
Malam lebih gelap dan sunyi lebih mencekam.
Seperti syairku yang lain, kali ini aku hanya berbicara tentang perasaanku dan perasaanmu.
Tanpa pertimbangan yang lain.Aku mungkin sedang tidak mau tahu siapa yang di sampingmu sekarang.
Aku hanya ingin mengungkapkan rasaku.
aku tidak mengharap cinta dalam hidupku selain darimu.
Aku hanya mencintaimu, tatapi mengapa cinta itu menyiksaku? Bagiku, semua lak-laki adalah syetan.
Aku hanya menginginkanmu.
Tuhan, betapa aku mencintainya! Aku ingat saat kamu meneleponku dengan nomor baru.
Aku sama sekali tidak menduga itu adalah kamu.
Tapi setelah kutahu, betapa bahagia aku.
Saat itu kamu di Mesir.
Aku tahu kamu pergi tanpa hati, karena hatimu tertinggal di sini.
Di sisi hatiku.
Faraz, cintaku, kekasihku, andai kamu ada di sini...
Faraz, aku mencintaimu? Tidak! Aku membencimu! Kekasih yang kubenci.
F Besok aku akan pergi ke katamu.
Akhirnya aku akan selalu berdekatan dengan berita tentang dirimu.
Kita akan bersama dalam satu kota.
Aku dan kamu! Bagaimana aku akan menempuh perjalanan darat, sedangkan kenangan perjalanan kita ke kota itu masih terbayang-bayang? Aku ingin pergi menggunakan pesawat, tetapi Thariq datang menjemputku dengan mobil.
Yang pasti, aku tidak akan pernah membayangkan hidup di kotamu tanpa bayangmu dalam khayalku.
Bahkan aku tidak pernah membayangkan bisa hidup di suatu tempat tanpa bersanding dengan lamunan bersamamu.
Ya, aku tak pernah membayangkan akan sanggup menjalani hidup berjauhan denganmu...
Ah, Allah yang akan membalaskan dendam ini! To.
seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.
"seerehwenfadha7et"
Date.
24/12/2004 Subject.
Lumeis menikahi cinta pertamanya Kebahagiaan manusia bermula dari hati wanita (Kahlil Gibran).
Salah seorang pembaca wanita yang tak mau menyebutkan namanya mengatakan bahwa dia tidak bisa mengerti mengapa aku memaknai cinta dengan cara yang salah dan begitu bangga dengan sahabat-sahabat bodoh itu.
Menurutnya, mereka adalah orang-orang tidak tahu dengan apa yang sesungguhnya sedang mereka cari.
Mereka membuang-buang waktu dengan melakukan kesia-siaan.
Menurutnya, tidak ada yang lebih mulia dan lebih benar dari kedatangan seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada seorang perempuan untuk mempersatukan dua keluarga dalam sebuah ikatan pernikahan.
Cara ini akan menjamin keselamatan kedua belah pihak dan terbebasnya mereka dari kondisi tertipu.
Bagaimana mungkin ada perempuan-perempuan yang menolak kemuliaan ini dan memilih mencari kebahagiaan di balik fatamorgana sebagaimana dilakukan oleh sahabat-sahabatku? Pembaca budiman, aku menghargai dan menghormati pendapat Anda.Tetapi kalau kita kehilangan kepercayaan kepada cinta, maka kita akan kehilangan segalanya di dunia ini.
Dunia akan kehilangan keindahan, lagu akan kehilangan nada, bungan kehilangan aroma dan daya tarik, kehidupan akan kehilangan kemeriahan.
Dengan adanya cinta, hidup akan mempunyai kelezatan.
Bilapun ada kelezatan tanpa cinta, itulah keindahan yang menipu.
Lagu, bunga, dan keseluruhan elemen kehidupan akan kembali menemukan gairah dan dinamikanya bila bersanding dengan cinta.
Ringkasnya, hidup akan berwarna indah bila mendapat sentuhan-sentuhan jemari cinta.
Ya Allah, kami telah kehilangan banyak hal, maka jangan Engkau tambahkan derita kami dengan kehilangan cinta.
Sesuai dengan kebiasaan dan tradisi penduduk Hijaz, tak lama setelah proses lamaran selesai, pernikahan Lumeis pun akan segera diselenggarakan.
Inilah pesta pernikahan perdana yang diselenggarakan oleh Qamrah, Shedim, dan Ummi Nuwair bekerja sama dengan Lumeis dan Michelle.
Michelle sendiri secara khusus datang dari Dubai untuk menghadirinya.
Hari itu adalah hari kelima bulan Syawal.
Persiapannya dilakukan selama bulan Ramadhan.
Beban paling berat dipikul oleh Ummi Nuwair dan Qamrah.
Mereka berdualah yang masih tetap tinggal di Riyad tempat diselenggarakannya pesta itu.
Qamrah bertanggungjawab menyediakan konsumsi, terutama kue-kue yang dipesan secara khusus dari tempat-tempat yang khusus pula.
Adapun Michelle berperan dalam menyediakan berbagai keperluan panggung, terutama rekaman lagu-lagu yang bisa dijadikan cinderamata bagi para tamu undangan.
Qamrah mengerjakan semua persiapan itu setelah salat tarawih berjamaah di Masjid Malik Khalid.
Shaleh ada bersamanya untuk mulai sejak dini ditanamkan ketaatan beragama.
Anak itu berdiri di samping ibunya dalam setiap salat dan selalu berusaha menirukan semua gerakannya.
Mulai dari takbir, ruku', sujud, duduk, bahkan dia berusaha mengikuti bacaannya.
Ketika lelah menirukan gerakan salat, Shaleh berusaha menengok ke kanan dan ke kiri ke arah para jamaah.
Sesekali dia melihat mata ibunya sekadar ingin mendapatkan perhatian.
Ketika merasa usahanya sia-sia, Shaleh berusaha menempuh jalan lain.
Ketika para jamaah ruku', dia menyentuh beberapa jamaah di sampingnya dengan harapan mereka akan menghiraukan senyumannya.
Tetapi tetap sia-sia.
Beberapa jamaah menegur Qamrah atas tingkah anaknya.
Sang ibu pun berusaha melarang anaknya meski dia tahu Shaleh tidak akan mengerti.
Salat Tarawih selesai sekitar jam sembilan malam.
Setelah salat Tarawih selesai, aktifitas perdagangan dimulai.
Toko-toko kembali menggelar dagangannya.
Qamrah memanfaatkannya untuk mengunjungi beberapa konveksi yang menyediakan baju pengantin.
Dia melihat-lihat berbagai mode terbaru yang berganti setiap hari.
Dia juga mencari tempat percetakaan yang melayani pembuatan kartu undangan.
Bersama Lumeis, Qamrah juga pergi ke mal dan pusat perbelanjaan untuk melengkapi berbagai keperluan yang belum tersedia.
Qamrah baru pulang ke rumah tidak kurang dari jam dua atau tiga dini hari.
Pada sepertiga Ramadhan yang terakhir, dia menyempatkan diri untuk menjalankan salat malam menjelang waktu Subuh.
Dia membiasakan salat malam di masjid tempatnya menjalankan Tarawih bersama ibu dan saudara-saudaranya.
Pada mulanya, Ummi Nuwair melarang Qamrah untuk pergi keluar rumah mengerjakan ini semua.
Tetapi pengalaman menyenangkan dan menguntungkan dalam beberapa event yang mereka selenggarakan sebelumnya melahirkan semangat baru.
Ayah Qamrah akhirnya juga turut mendukung dan menyetujui pekerjaan anaknya yang dianggap aneh ini.
Ibu Qamrah sebenarnya menyuruh beberapa anak laki-lakinya untuk menemani Qamrah menjalankan pekerjaaannya.Tetapi mereka semua menolak dengan alasan malas.
Akhirnya Qamrah pergi bersama adik perempuannya atau sendirian.
Lebih seringnya dia pergi bersama si kecil Shaleh.
Pada hari pernikahan, Lumeis tampil jauh lebih menawan dibanding hari-hari sebelumnya.
Pakaian dan keserasian mode yang dipilihnya telah menyulap penampilan Lumeis.
Gaun yang anggun ditambah dengan pilihan warna yang mengagumkan dari semua sisi, membuatnya terlihat seperti seorang ratu.
Di tangannya, seikat bunga menambah lengkap penampilannya.
Satu tangan Lumeis berada di lengan tangan Nizar, dan mereka berdua beriringan di antara para undangan.
Sahabat-sahabat yang lain menyaksikan kebahagiaan yang sempurna terpancar dan wajah Lumeis.
Kedua mempelai berdansa dan berjoget bersama setelah prosesi pernikahan selesai dilaksanakan.
Mereka berdua terlihat menari serasi satu sama lainnya dengan gerakan yang terlatih di antara kerumunan kerabat mereka berdua.
Di antara mereka berempat, Lumeislah yang kali pertama menikah dengan landasan cinta kasih.
Ketiga sahabat Lumeis saling berbisik mengomentari perhelatan dari berbagai sudut pandang.
Ada yang melihat dari sisi konsumsi, pakaian, tanan, musik, kecantikan dan ketampanan serta berbagai komentar lainnya.
Tetapi secara umum mereka mengharapkan dan mendoakan kebahagiaan terlimpah untuk mereka berdua.
Sebagian mereka mengenang kembali mantan suami atau mantan kekasih mereka, dan mulai melakukan perbandingan.
Michelle berkata.
"Ya Allah, inilah pernikahan yang sejati. Inilah kehidupan sejati Lumeis dalam kemerdekaan sebagaimana Nizar juga merdeka dalam hidupnya. Tidak ada paksaan, tidak ada tekanan. Kesalahan kita adalah terlalu banyak memberi kepada laki-laki, sehingga mereka merasa tidak perlu memberi. Di antara mereka ada yang melontarkan pemikiran untuk menaruh rasa belas kasihan kepada Tamara yang harus didahului Lumeis. Tetapi yang lainnya berusaha menimpali bahwa perjodohan bukan ilmu pasti yang bisa dijabarkan dengan rumus-rumus yang mati. Perjodohan tetap misterius. Dan Tamara pasti akan mendapatkan pujaan hatinya suatu hari nanti. Sahabat-sahabat Lumeis masih bercengkerama dan saling mengungkapkan keinginannya di masa depan. Tiba saat pelemparan sekuntum bunga. Para gadis berkumpul di belakang pengantin untuk mengetahui siapa yang beruntung mendapat lemparan bunga dan kemudian akan menyusul menjadi pengantin. Mereka yang berdesakan adalah sahabat-sahabat kedua mempelai, teman-teman kampus dan teman lama mereka berdua selama di bangku sekolah menengah. Tamara ikut bergabung bersama mereka untuk memperebutkan giliran menikah. Shedim, Michelle, dan Qamrah juga ikut bergabung setelah dipaksa oleh Ummi Nuwair. Lumeis bersiap melempar bunga setelah sebelumnya membuat kesepakatan secara diam-diam dengan ketiga sahabatnya untuk mengarahkan lemparan ke tempat mereka bertiga berdiri. Lumeis melempar bunga ke udara dan mereka yang berkerumun berlompatan memperebutkan. Riuh rengah dan meriah. Setelah berdesakan dan dengan usaha yang cukup melelahkan, Qamrah berhasil mendapatkan kuntum bunga itu. Dengan senyum tertahan bersama sedikit rasa malu, Qamrah mengangkat bunga ke udara dan melemparkan pandangan kepada para undangan. To. seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.
"seerehwenfadha7et"
Date.
31/12/2004 Subject.
Hari ini kembali kosong Hari ini kembali kosong Seperti tidak ada yang pernah terjadi Seperti gambaran polos anak-anak kecil Dia mengatakan bahwa dirinya adalah teman seperjalanan Dia juga menegaskan diri sebagai satu-satunya cinta Dia membawakan bunga, maka bagaimana aku bisa menolaknya? Masa kecilku tergambar di kedua belah bibirnya Tak lagi kuingat kegetiran Kusembunyikan kepala Aku seperti anak kecil yang berlari ke arah ayahnya Aku senang dan menari Aku menangis di atas pundaknya Tanpa kutahu, kuserahkan kedua tanganku Untuk kutemukan lelap tidurku di telapak tangannya Dalam sekejap kuhapus semua dendam Siapa yang mengatakan bahwa aku menaruh dendam kepadanya? Alangkah indah rujuk kembali bersamanya...
(Nizar Qubany) Aku kehilangan rasa untuk menuliskan pendahuluan kisahku minggu ini.
Terserah Anda menilai dan mengikuti semua peristiwa yang kupersembahkan.
Faraz kembali pulang! Shedim benar-benar terhenyak dengan kenyataan yang tak pernah diduga selama ini.
Walau itulah yang selama ini diinginkannya, namun untuk membayangkan hal itu terjadi, dia tak mampu.
Dia meraih "lembaran-lembaran langit"
Miliknya dengan antusiasme tinggi.
Faraz kembali hanya dua hari berselang semenjak Shedim menulis surat yang bahkan belum sampai ke tangan lelaki itu.
Dia kembali hanya setelah sebulan kepergiannya dan hanya beberapa hari setelah peresmian hubungan mereka.
Bahkan hanya beberapa minggu setelah pesta pernikahannya! Kala itu Shedim sedang menghadiri pesta pernikahan kawannya.
Setelah pesta semalaman, dia pulang ke rumah bibinya.
Malam itu dia belum bisa tidur.
Tempat tinggal itu berdekatan dengan rumah Faraz.
Cuaca dan udara kota-kota di wilayah Timur Saudi memang berbeda dengan kota Riyad.Tapi faktor Faraz-lah yang menjadikan malam itu sedemikian bermakna.
Lampu-lampu di jalanan kota mengisyaratkan cahaya bahagia.
Papan-papan di sepanjang jalan raya seperti memajang foto-foto Faraz.
Tulisan di kanan kiri jalan juga seperti mengeja nama lelaki itu.
Kota tersebut seperti menjadi milik Faraz malam itu.
Jam menunjuk angka empat dini hari ketika sebuah SMS terbaca.
Aku masih mencintaimu meski di atas kertas cinta itu terlarang.
Kusadari bahwa aku mencintaimu sejak dulu.
Semua foto dan surat telah terlanjur kubakar agar kita berdua menjadi tenang.
Hatiku hancur saat api menghanguskan hartaku yang paling berharga itu.
Tetapi gambar, suara, dan bayang jelas dirimu di hatiku mustahil bisa kusirnakan.
SMS ini bukan simbol bahwa aku mengajakmu rujuk dan menerimaku kembali, meski penolakanmu atas kedatanganku sama sekali bukan yang diharapkan oleh hatiku.
Aku hanya ingin menyampaikan berita tentang aku.
Tentang aku yang lelah, sangat lelah hidup tanpa dirimu...
Shedim tidak bisa membaca pesan itu dengan jelas.
Air matanya mengalir deras menghalangi kejernihan pandangan.
Air mata itu mengalir deras sesaat setelah ia mengetahui siapa yang telah mengirimkan pesan itu.
Dia memang tidak sampai hati menghapus nama itu dari phonebook ponselnya meski telah tega meludah di atas foto kekasihnya itu.
Shedim masih belum sepenuhnya menyadari apa yang sedang terjadi ketika dia memberanikan diri untuk menghubungi nomor pengirim SMS itu.
Faraz yang menjawab panggilannya.
Faraz sang kekasih, saudara, ayah, dan teman.
Dia tidak berkata apa-apa.
Shedim tak kuasa menahan air matanya kembali mengalir hanya untuk sekadar mendengar dengus nafas Faraz.
Kali ini disertai tangisan.
Faraz terdiam, ia tidak tahu apa yang dikatakan.
Sedikit kebisingan di sekitarnya cukup untuk menyembunyikan suara nafasnya.
Mimpi yang menjadi kenyataan.
Malam itu tak kan terlupa.
Esok hari, burung-burung berkicau riang.
Terdengar dendang lagu untuk Shedim.
Matamu membuatku rindu Bayangmu di dalam anganku dan tak sekejap pun tak terlupa Aku merasakan kehadiranmu dan waktu ke waktu Tak bisa kujalani hidup tanpamu Kepergianmu membuatku menderita Kemarilah dan hatiku merindumu Kupetik mawar untukmu, wahai harta termahalku...
Faraz tidak percaya ketika Shedim memberitahunya bahwa kini dia tinggal di kota yang sama.
Bahkan hanya beberapa kilometer dari rumah Faraz.
Lelaki itu tetap bercakap-cakap melalui telepon dengan gadis itu hingga sampai di tempat yang ditunjukkan Shedim.
Dia tidak tahu alamat rumah dan tidak mau bertanya.
Faraz hanya memberitahu bahwa dirinya sudah sangat dekat dengan kediaman bibinya.
Dalam lirik itu, kedua kekasih saling menanti.
Setelah saling merasa kehilangan, mereka menemukan takdir telah berubah tanpa direkayasa.
Shedim berjalan menuju jendela kamarnya yang menghadap jalan raya.
Shedim menunggu Faraz yang tidak tahu rincian alamat rumah bibinya.
Dia hanya memberi tanda-tanda dan deskripsi kondisi fisik rumah itu.
Shedim sendiri memang tidak tahu alamat lengkap rumah itu, kecuali warna pintu depan dan beberapa ciri khas bagian depannya.
Cahaya lampu mobil Faraz tertangkap mata dari kejauhan.
Semua seperti gulungan ombak kebahagiaan.
Mobil Faraz berhenti di depan rumah sang bibi tidak jauh dari jendela kamar Shedim di lantai dua.
Dari balik jendela kamarnya, Shedim memandangi kekasihnya.
Rambut dan semuanya masih seperti dulu.
Kesabaranku kembali memberi bukti Cinta dan citaku masih di sini Masih seperti dulu Saling merindu Ini sebuah akhir yang indah Matamu masih jernih untukku Bait-bait itu mengantarkan datangnya pagi hari menuju dalam kamarnya.
Apa yang ingin kukatakan adalah pagi hari kota ini terasa begitu indah! To.
seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.
"seerehwenfadha7et"
Date.
7/1/2005 Subject.
Kehidupan Lumeis pasca perkawinan Pernahkah engkau mencintai? Bukankah cinta itu kejam? Membuatmu sangat lemah Cinta membuka hatimu dan mempersilakan seseorang masuk Engkau membangun benteng pertahanan untuk berlindung dari serangan Tiba-tiba datang seorang buta untuk berpetualang di duniamu yang gelap Engkau memberi sebagian dirimu, padahal dia tak pernah meminta Ketika dia melakukan kebodohannya, dia memancing senyummu Cinta menyanderamu.
Dia menggerogotimu dari dalam dan meninggalkanku menangis dalam kelam.
Dia mulai berjalan ke jantung hatimu Berapa banyak luka yang ditorehkannya? Bukan imajinasi, bukan pula logika Dialah luka jiwa dan luka jasad Dialah luka yang menyakiti dan menghancurkanmu berkeping-keping Aku benci kepada cinta (Neil Geeman).
Seperti biasa para pembaca terpecah menjadi dua.
Sebagian mendukung dan sebagian lainnya menentang bersatunya kembali pasangan Shedim-Faraz.
Tetapi tidak seperti biasanya, mereka sepakat untuk menyayangkan bila akhirnya kehidupan mereka tidak seindah cinta mereka.
Faraz dan Shedim harus merupakan kisah dengan happy ending.
Beberapa bayangan dan prediksi tentang Hamdan datang dalam berbagai bentuk.
Suatu hari Hamdan menyatakan ingin menikah dengan seseorang yang sebelumnya merupakan sahabat terbaiknya.
Dia juga berangan-angan mendapatkan seorang pendamping yang sesuai dengan kriterianya.Di beberapa kesempatan, Michelle menyampaikan terimakasih yang dalam atas pujian yang dialamatkan kepada dirinya.
Hamdan memang selalu memuji kecantikannya dan memerhatikan setiap rincian perubahan Michelle dari hari ke hari.
Michelle berusaha berterus terang kepada dirinya sendiri tentang Hamdan.
Apa yang terjadi di dalam hatinya tentang Hamdan adalah salah satu dari dua kemungkinan.
Antara Michelle mengaguminya dengan tingkat kekaguman tertinggi, atau dia mencintainya dengan tingkat cinta terendah.
Keberadaan Hamdan di sisinya melahirkan kedamaian dan ketenangan yang jauh lebih bermakna dibanding kedekatannya dengan Mathew, tetapi jauh lebih rendah dari ketenangannya ketika bersama Faishal.
Michelle yakin bahwa perasaan cinta yang tumbuh di hati Hamdan kepada dirinya jauh lebih subur dibanding cinta yang tumbuh dalam hati gadis itu teruntuk Hamdan.
Karenanya,Michelle memutuskan untuk sering mengabaikan perasaan-perasaan dan tidak banyak memedulikan perasaan Hamdan.
Michelle memutuskan untuk menggantung status.
Dia tidak ingin mematahkan begitu saja harapan dirinya dan harapan Hamdan.
Hamdan sendiri juga memahami bahwa saat itu masih terlalu pagi untuk membicarakan hubungan mereka berdua dengan lebih serius.
Michelle juga merasa senang karena ternyata Hamdan tidak berbalik membencinya meski secara lembut dia telah melakukan penolakan.
Hamdan tahu dengan pasti bahwa perkataan adalah cara terbaik untuk mengungkapkan apa yang tersirat di dalam akal.
Tetapi sesuai dengan pelajarannya di kampus dahulu, ia meyakini bahwa untuk mengungkapkan apa yang tersembunyi di dalam hati, perkataan tidak akan pernah mampu.
Hanya bahasa perasaan yang bisa mengungkapkan isi hati dengan tepat.
Hamdan adalah orang yang dengan fasih bisa mengungkapkan dan memahami bahasa perasaan.
Diam-diam Michelle kagum dengan kestabilan emosi Hamdan.
Lakilaki seringkali tidak menguasai dirinya bila merasa mendapatkan penolakan atau hal lain yang tidak dia sukai.
Hamdan adalah sosok yang mempunyai emosi yang terkendali sekaligus memiliki kemampuan intektual uang tinggi.
Semua keluasan wawasan, prestasi, dan hasil kerja yang dia persembahkan adalah bukti kematangan Intelectual Quotient.
Sedangkan kepribadiannya yang mengagumkan adalah bukti kedewasaan Emotionai Quotient-nya.
Tetapi dengan semua kelebihan ini, Michelle belum bisa menaruh hati untuknya.
Atau setidaknya, ia memang belum tergerak untuk berusaha mencintainya.
Bila sebuah keluarga Saudi melarang anak laki-lakinya menikah dengan dirinya hanya karena darah Amerika yang mengalirinya, apakah pemuda Emirat ini juga akan melakukan hal yang sama? Dia lari dari Saudi menuju Amerika karena kegagalan cinta.
Ia pun lari dari Amerika dan lari menuju Dubai dengan alasan yang sama.
Hendak lari ke manakah ia pada kesempatan ketiga kalau ternyata menemukan kegagalan cinta di Dubai? Michelle meraih semua prestasi dalam hidupnya dengan gemilang, kecuali pada hal perkawinan.
Michelle sendiri tidak yakin suatu hari nanti bisa menemukan laki-laki yang sesuai untuknya.
Dia merasa ada jarak antara dirinya dengan takdir bahagia bersama seorang lawan jenis.
Bila dia mulai menyukai laki-laki, takdir menjauhkannya.
Bila dia membenci laki-laki, takdir memerintahkan untuk melawan perasaannya.
Lumeis memutuskan untuk mengenakan hijab sepulang dari perjalanan bulan madu.
Di antara sahabat-sahabatnya ada yang mendukung dan ada yang menentang keputusan itu.
Tetapi Lumeis sudah terlanjur berteguh hati.
Ia merasa telah cukup berpetualang dalam kebebasan selama ini dan selama bulan madunya.
Kini ia merasa sudah saatnya untuk kembali menapaki jalan yang diridhai Allah.
Ini juga menunjukkan kesyukuran yang mendalam atas karunia seorang suami yang sesuai dengan kriterianya.
Juga, atas sahabat-sahabat yang selalu hadir untuknya.
Pada praktiknya, kehidupan rumah tangga Lumeis dan Nizar layak menjadi teladan keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah*.
Mereka berdua saling memahami dan mempunyai tingkat toleransi satu sama lain yang tinggi, lebih tinggi dibanding rumah tangga lain di sekitarnya.
Sebagai contoh, pembawaan Nizar yang lembut dan mudah menerima kondisi apa adanya serta pembawaan Lumeis yang keras dan sering tidak mau kalah bisa mereka satukan dalam bingkai suami istri yang saling melengkapi.
Bahkan Lumeis tampil lebih sabar dalam berbagai urusan rumah tangga.
Karenanya, Nizar benar-benar memercayakan sepenuhnya urusan rumah tangga kepada Lumeis.
Namun begitu, setiap hari Nizar turun tangan membantu semua kesibukan di rumah.
Menyapu, mencuci, memasak dan semua pekerjaan rumah mereka selesaikan bersama.
Kebersamaan ini sekaligus menambah romantisme rumah tangga dan membuat mereka tidak ingin mengambil jasa pembantu hingga dikaruniai seorang anak.
Lumeis juga selalu berusaha menyenangkan semua anggota keluarga suaminya, terutama ibunda Nizar yang dipanggilnya dengan sebutan mama.
Hubungan yang harmonis antara menantu dan mertua ini membuat Lumeis banyak kembali kepada mama dalam setiap permasalahan.
Tanpa sebab, suatu hari Nizar menghadiahi Lumeis setangkai mawar.
Sebuah ucapan cinta ditempelkan Nizar di pintu kulkas sebelum keberangkatannya untuk lembur di rumah sakit.
Sepulang kerja, Nizar sering menjemput istrinya untuk makan di sebuah restoran.
Selain itu semua, Nizar melakukan banyak hal yang jarang dilakukan oleh para suami.
Nizar memerlakukan Lumeis seperti kebanyakan pemuda kepada pacarnya, bukan layaknya seorang suami kepada istrinya.
Bila keduanya terlihat sebagai pasangan suami istri, mereka adalah suami istri yang masih dalam masa bulan madu.
Sebuah pertanyaan bersarang dalam diri Shedim dan sekian lama dia tidak menemukan jawaban.
Dia selalu mencari jawaban dan berdiskusi terutama dengan Qamrah dan Ummi Nuwair perihal pertanyaan itu.
Apakah keterampilan hidup, keluasan wawasan, dan kedalaman ilmu bagi seorang wanita merupakan nikmat atau bencana? Beberapa kali Shedim menemukan fenomena bahwa dalam rangka pemilihan seorang pendamping hidup, pemuda tidak banyak mempertimbangkan faktor kecerdasan, kepandaian mengatur hidup, keluasaan wawasan, dan kedalaman ilmu pengetahuan.
Bahkan banyak yang menghindari karena merasa sedang menghadapi bahaya bila disodorkan seorang calon istri yang cerdas, pandai, dan menguasai banyak hal.
Mereka masih mempunyai trend untuk merasa cukup dengan * Sakinah adalah hasil yang terwujud dalam rumah tangga setelah sebelumnya berhasil keluar dan goncangan badai.
Mawaddah memiliki arti yang erat kaitannya dengan romansa dan birahi.
Sementara rahmah adalah gambaran kasih sayang antara suami dan istri termasuk anak -Peny.
istri yang berpendidikan menengah, rendah hati, tidak banyak menyimpan ambisi, dan tidak banyak pengalaman.
Dengan demikian, mereka mempunyai otoritas peran untuk menjadi guru bagi istrinya sekaligus pengendali yang mengarahkan sesuai dengan keinginannya.
Banyak laki-laki yang menaruh hormat dan kekaguman atas perempuan yang 'kuat‟, tetapi mereka menolak untuk memperistrinya.
Demikianlah, para perempuan dituntut untuk berwawasan luas tetapi pada saat yang sama masyarakat masih berpandangan bahwa wanita seperti ini tidak mampu menjadi istri yang baik.
Pemuda yang tidak tahu apa yang diinginkannya memang tidak pantas bersanding dengan perempuan yang tahu dengan pasti masa depannya...
To.
seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.
"seerehwenfadha7et"
Date.
14/1/2005 Subject.
Dendam cinta Shedim Apakah kamu berpendapat kebersamaan kita akan berujung pada perpisahan? Apakah kamu berpendapat bahwa lilin menerangi kita dan di dalam cahaya itu kita terbakar? Aku khawatir asa kecil kita akan layu dan mati Hari ini kita merajut mimpi Di landasan, besok kita akan ditinggal zaman Aku akan mengikuti langkahmu, mungkin di sana kutemukan bahagia Di antara sinar pagi kucari mimpi sore hari Kukenang saat pertemuan Jalan-jalan kenangan seperti menari bagai cahaya mentari fajar hari Dalam dirimu ada yang memenjarakanku.
Aku tidak tahu di mana bertahta Suatu hari kutemukan diriku mati.
Pada hari yang lain hidup kembali Ah, ada luka bekas tikamanmu di dadaku Ah, ada harapan yang membuatku bertahan Besok akan terbukti Bunga-bunga layu di mata Usia termakan masa Besok di jalan yang sama kita akan berpisah Hanya air mata yang ada Tetapi ada lilin kecil yang menerangi jalan kita Esok kita terbakar rindu...
(Faruq Juwaidah) Seorang pembaca merasa aneh dengan kritikanku atas perilaku laki-laki pencemburu.
Dia menguatkan pendapatnya dengan menyatakan bahwa mereka yang tidak cemburu bukanlah laki-laki.
Bahwa katanya wajar dan sudah seharusnya bila laki-laki memilih istri yang berada di bawahnya.
Aku tahu, baginya derajat semua wanita berada di bawah laki-laki agar kelelakiannya tetap menonjol.
Kalau tidak demikian, mengapa laki-laki tidak menikahi sesama jenisnya saja? No Comment! Shedim yang kali ini kembali ke Riyad bukan ia yang dahulu meninggalkan kota itu.
Qamrah tidak ragu bahwa Faraz berperan dalam keceriaan gadis itu kali ini.
Kedua mata Shedim bercahaya penuh gembira, senyumannya juga mengisyaratkan bahagia.
Tawanya yang selama ini tersembunyi, kini diumbar.
Itulah tanda-tanda cinta.
Faraz telah kembali.
Semuanya menjadi jelas seperti jelasnya matahari.
Kembalinya kedua pasangan itu, atau kesediaan Shedim menerima kembali kehadiran Faraz, sebelumnya tak pernah didahului dengan tanda-tanda dan firasat.
Itu pun berlangsung begitu saja tanpa syarat, tanpa beberapa kesepakatan yang rumit.
Semua bukan hasil strategi Shedim yang jitu, melainkan akibat kuatnya cinta yang mengakar di dalam hatinya.
Keindahan dan kelezatan rasa cinta antara mereka berdua mengalahkan semua rasa berdosa dalam diri Faraz dan derita luka yang pernah dirasakan Shedim.
Shedim telah merelakan semuanya.
Merelakan luka yang menganga di hatinya, dan bahkan, merelakan kemuliaan dirinya untuk tetap menganggap Faraz sebagai laki-laki terbaik yang pernah dikenalnya.
Shedim tidak pernah berpikir untuk suatu saat nanti kembali memiliki Faraz.
Ia hanya mengakui dengan sepenuh kesadaran bahwa ketergantungannya kepada lelaki itulah yang sangat kuat, sehingga Allah menggariskan kenyataan yang kini terjadi.
Dulu, cinta Faraz yang belum sempat padam, mendorong kehendaknya untuk memberitahu Shedim perihal lamarannya kepada seorang wanita.
Cinta Shedim yang juga belum padam, mendorong dirinya untuk tetap menjaga hati untuk menerima Faraz sebagai sahabat sejati, sebagai ganti dari posisi sebagai calon suami.
Saat itu, Faraz selalu berusaha menghindari pembicaraan tentang calon istrinya di depan Shedim.
Bahkan Faraz menolak untuk memberitahukan nama atau kepribadian calon istrinya.
Ia juga tak memberi tahu Shedim mengenai hari pernikahannya.
Setelah peresmian hubungan dan sebelum dilaksanakannya prosesi pernikahan, ia berkunjung ke rumah calon istrinya sekali dalam beberapa hari.
Tetapi lama kelamaan Shedim pun mengetahui, meski Faraz berusaha menyembunyikannya.
Saat ini ketika mereka berdua telah merajut kembali semua yang berserak di masa lalu mereka.
Namun pada suatu malam, Shedim sangat kecewa dengan cerita Faraz.
Lelaki itu menyampaikan bahwa pada dasarnya dia sangat menyukai istri yang dipilihkan keluarga untuknya.
Dia juga menemukan sang istri memiliki segala yang dia impikan dari seorang wanita.
Tidak ada kekurangan dalam dirinya, kecuali bahwa dia tidak beruntung mendapatkan cinta Faraz sebagaimana cinta yang telah diberikannya kepada Shedim.
Sebenarnya, Faraz juga telah mulai merasakan tumbuhnya pohon cinta kepada istrinya seperti yang selama ini didengar dari anggota keluarga bahwa cinta itu akan tumbuh setelah pernikahan berlangsung.
Semua anggota keluarganya menasehatinya untuk mengikuti pertimbangan logika dan mengesampingkan perasaan cintanya.
Faraz mengatakan bahwa dirinya memaklumi bila Shedim dalam kapasitasnya sebagai seorang perempuan tidak bisa memahami jalan pikirannya.
Semua perempuan tidak bisa melakukan beberapa pertimbangan menggunakan akalnya, melainkan menggunakan perasaannya.
Shedim pun menjadi gundah.
Faraz menceritakan semua komentar anggota keluarga yang tidak pernah memahami fitrah manusia untuk mencinta dan dicinta.
Bisakah kita berharap dari orang yang tidak meyakini cinta untuk bisa percaya kepada berbagai kecenderungan manusiawi lainnya? Bisakah mereka memahami unsur-unsur kemuliaan, tanggung jawab, keikhlasan, dan sifat mulia lainnya dalam sebuah tali rumahtangga? Semua orang yang memberikan masukan kepada Faraz menganjurkan agar dia tidak menentang keputusan nalarnya.
Bagi mereka, laki-laki tidak pantas untuk mempermasalahkan perasaan.
Mereka memberikan dorongan dan menghembuskan keberanian kepada Faraz untuk meninggalkan perasaannya kepada 'anak kecil' yang bernama Shedim itu! "Apa, mereka memintamu untuk membuang diriku? Mereka menyebutku anak kecil? Tidakkah kamu mempunyai pendirian yang bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah?"
Kali ini Shedim memutus pembicaraan.
Inilah kali pertama sejak dia menjalin hubungan dengan Faraz.
Itu adalah hari kelima sejak mereka bersatu kembali.
Itulah kali pertama dia mengangkat suara di depan muka Faraz.
Dan saat itu pulalah kali pertamanya dan terakhir kali Shedim mengumpat di depan Faraz.
Tidak ada air mata saat itu.
Juga tidak ada lirik-lirik lagu cengeng.
Shedim akhirnya menyimpulkan bahwa cinta dan ketergantungannya kepada Faraz lebih tinggi dibanding cinta Faraz kepada dirinya.
Shedim akhirnya memahami realita bahwa kisah cinta mereka berdua bukan yang terbaik di dunia sebagaimana yang dia banggakan selama ini.
Kejadian malam itu tercantum dalam "lembaran-lembaran dari langit"
Sebagai berikut.
Mungkinkah perempuan mencintai seseorang yang tidak lagi dihormatinya? Berapa banyakkah kisah cinta selain kisahku yang berakhir hanya dalam semalam, padahal telah dirajut selama bertahun-tahun? Laki-laki tidak selalu mencintai orang yang menghormatinya, tetapi perempuan tidak menghormati laki-laki kecuali yang dicintainya.
Selanjutnya Shedim menulis.
Apa yang kukatakan tentang laki-laki terkuat? Bila dia mampu menjadi laki-laki di depan kedua orangtuanya Bila dia mampu menepuk dada di depanku.
aku lakilaki! Di depan laki-laki yang kuat, akalku tunduk untuk berkata.
aku perempuan! Hatiku akan patuh, dan jiwaku akan taat! Di hari itu, Shedim merasakan untuk kali pertama dalam empat tahun bahwa dia tidak membutuhkan Faraz untuk menapaki masa depan kehidupannya.
Faraz bukan satu-satunya air dan udara kehidupan.
Faraz bukan satu-satunya mimpi dan harapan yang menggairahkan hidupnya.
Malam itu adalah malam pertama di mana Shedim terbangun di malam hari demi memanjatkan doa kepada kekasihnya itu.
Malam itu tidak ada kesedihan yang diakibatkan oleh perpisahan.
Satu-satunya penyesalannya adalah empat tahun yang telah berlalu itu ternyata hanyalah tak berguna, sia-sia.
Sebuah perjalanan panjang bersama fatamorgana bernama cinta! Di penghujung lembaran langit, Shedim menulis.
Aku tidak peduli kisah ini akan berlanjut seperti apa.
Ini semua masa lalu.
Yang kutakutkan adalah ketergantunganku kepada dirinya.
Yang kutakutkan adalah apabila aku harus hidup bersamanya.
Shedim tahu bahwa tidak benar bila mengabaikan pesan singkat yang dikirimkan Faraz.
Shedim telah terlanjur menolak untuk memahami sebab sebenarnya yang membuat Faraz menutup kisah empat tahun bersamanya dengan keputusan yang tidak dewasa.
Shedim enggan untuk mengizinkan hatinya memahami cinta Faraz yang ternyata lemah kepada dirinya.
Shedim menolak penalaran untuk tunduk dan taat kepada keluarga dengan mengacuhkan perasaan seorang wanita yang dengan tulus mencinta.
Hati kecil Shedim tidak menghendaki keputusannya untuk tidak memedulikan pesan-pesan yang dikirim kekasihnya.
Pada akhirnya Shedim sembuh dari dendam cintanya.
Tetapi ini semua adalah pengalaman yang paling menyakitkan.
Akibat dari semua itu, dia kehilangan rasa hormat kepada semua laki-laki.
Mulai dari Walid, Faraz, dan semua laki-laki...
To.
seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.
"seerehwenfadha7et"
Date.
21/1/2005 Subject.
Inilah saat bagi Thariq Aku masih bersama Anda semua.
Dengan datangnya hari raya Idul Adha ini, aku mengucapkan Selamat Hari Raya Kurban.
Kullu am wa antum bikhayr, Semoga sepanjang tahun kita menemukan kebaikan.
Pada hari raya Idul Fitri yang lalu, aku tidak hadir bersama Anda.
Kali ini aku datang menyapa kembali.
Semoga kesehatan, keselamatan, kesuksesan selalu bersanding bersama kita semua.
Amin.
Thariq lah yang paling bergembira ketika melihat Shedim pindah dari Riyad dan tinggal bersama bibinya.
Sejak awal dia mengangkat dirinya sebagai penanggungjawab yang memenuhi semua kebutuhan Shedim dan menjamin kenyamanan hidupnya.
Meski Shedim tidak pernah meminta sesuatu, Thariq selalu berusaha menyediakan apa saja yang dianggapnya merupakan kebutuhan Shedim.
Dia juga berusaha mengenalkan Shedim kepada beberapa temannya untuk menjamin bahwa dia tidak sendiri.
Thariq sering mencari kesempatan untuk bisa berdua bersama sepupunya itu dengan berbagai cara.
Salah satu yang paling sering dilakukan adalah ajakan makan malam bersama di luar rumah.
Semua itu tentu dilakukan Thariq tanpa sepengetahuan saudara-saudaranya.
Shedim tahu bahwa Thariq berusaha mendapatkan perhatiannya.
Tetapi dia berusaha bersikap wajar dan pura-pura tidak mengetahui selama dia belum menemukan rancangan yang tepat untuk membicarakan hal itu secara serius.
Malahan Shedim ingin menyampaikan bahwa justru keberadaan sepupunya itu yang membuat kepindahannya terasa tak nyaman.
Ia merasa risih tinggal serumah dengan pemuda yang terlihat menaruh hati kepadanya.
Thariq lebih tua setahun dari Shedim.
Dia menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertama di Riyad ketika ayahnya masih bekerja di salah satu kantor kementrian di sana.
Selanjutnya dia melanjutkan sekolah menengah atas di kota ini.
Thariq menyelesaikan pendidikan Fakultas Kedokteran di Universitas Malik Saud di Riyad.
Kali pertama Shedim menangkap kekaguman Thariq yang berlebih kepadanya adalah sewaktu dia mengunjungi keluarga Shedim.
Ketika itu Shedim masih duduk di kelas tiga sekolah menengah atas.
Thariq adalah pemuda yang lembut dan santun, tetapi kelembutan itu tidak mampu menggerakkan hati Shedim untuk menaruh rasa cinta.
Semasa mereka masih bermain bersama di rumah kakek, Shedim tetap memegang teguh tali persaudaraan dan tidak ingin mengubahnya menjadi hubungan sesama kekasih.
Cinta Thariq yang tulus sebenarnya berhasil menyentuh perasaan Shedim, tetapi Shedim tetap belum bergeming dari ikatan persaudaraan.
Ikatan persaudaraan itu semakin tetap dipegang kuat-kuat oleh Shedim sejak perjalanan asmaranya dengan Walid dan Faraz.
Berulangkali Thariq mengunjungi Shedim, tetapi hanya disambut oleh ayahnya.
Setelah beberapa kali Thariq tahu bahwa dirinya tidak dihiraukan, ia tidak lagi berusaha mengunjunginya di rumah.
Tetapi untuk beberapa kepentingan perjalanan Shedim ke wilayah Timur, Thariq selalu berusaha menemuinya dan Shedim tidak pernah mempunyai alasan untuk menghindar.
Kekurangan Thariq yang sampai kini masih mengganggu Shedim adalah sikap kekanak-kanakannya.
Shedim tak suka dengan keluguannya.
Shedim juga merasa tak nyaman dengan cara laki-laki itu mengungkapkan cinta kepadanya dengan keterus-terangan yang kering.
Dia bayi besar yang semua tingkah lakunya menyebalkan.
Sebenarnya itu semua bukan merupakan aib atau cacat dalam kepribadian Thariq.
Tetapi sikap itu cukup menjadi alasan bagi Shedim untuk menolak kedekatan dengannya.
Shedim merasa sikap itu mengurangi daya tarik Thariq sebagai seorang laki-laki yang akan bertanggungjawab penuh atas diri istrinya.
Pada suatu malam ketika semua anggota keluarga telah tertidur, Thariq menyatakan cintanya kepada Shedim.
Saat itu mereka memang hanya berdua di ruang keluarga sambil menyaksikan film di televisi.
Thariq sama sekali tidak paham alur cerita dalam film itu karena sibuk mengatur kata dan rencana pernyataan cinta.
Setelah film selesai, dengan bisikan laki-laki itu menyapa nama panggilan khusus untuk sepupunya itu.
"Dima!"
"Ya ."
"Aku ingin mengatakan sesuatu tapi ragu ...."
"Ragu?"
"Terserah nanti apa respon darimu."
"Katakan saja. Insya Allah semua baik-baik saja."
Thariq mengungkapkan semua yang telah dipersiapkannya.
"Oke, aku akan langsung pada permasalahan. Dima, aku mengenalmu sejak kita berdua masih kecil. Aku memerhatikanmu setiap kali keluargamu berkunjung ke sini pada setiap hari raya. Rambut, cara berjalan, dan pakaianmu, jauh lebih indah dibandingkan gadis-gadis lain. Semuanya mengagumkan bagiku. Dan sungguh, meski kita masih kanak-kanak, sejak saat itu aku mencintaimu! Setelah kita sama-sama dewasa, aku selalu mengikuti setiap percakapan malam ketika kita begadang bersama keluarga. Meski aku saat itu adalah satu-satunya laki-laki, aku tetap merasakan kedekatan yang hangat saat-saat bersama itu.Aku mungkin memang tidak mempunyai apa-apa selain cinta. Hari ketika aku dinyatakan lulus menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, aku melompat gembira. Mau tahu mengapa? Pertama, aku akan mempunyai sedikit kepercayaan diri karena aku akan menjadi dokter. Kedua, aku akan tinggal berdekatan dengan rumahmu dan dengan mudah bisa datang mengunjungimu. Ketika Walid datang melamarmu, segalanya terasa begitu cepat berlalu bagiku. Sebenarnya sejak lama, aku ingin menyatakan keinginan untuk melamarmu. Tetapi ayah melarang, karena kuliahku belum selesai. Hari-hari setelah kudengar berita lamaranmu itu, aku merasa sedang menempuh waktu yang terburuk dan terberat dalam hidupku. Aku merasa kehilangan semua mimpiku. Setelah berita putusnya hubungan kalian, matahari seperti kembali bersinar untukku.Bukan karena aku senang atas deritamu, tetapi karena aku merasa kembali mempunyai mimpi dan harapan. Kami segera berniat akan melamar, tetapi tiba-tiba kamu telah berada di London untuk waktu yang sangat lama."
Shedim terkejut mendengar semuanya. Thariq melanjutkan.
"Setelah kepulanganmu dari London, aku merasa kamu selalu menghindar ketika aku berkunjung ke rumahmu. Kamu juga tidak pernah mau mengangkat telepon dariku. Ketika kulihat sikapmu, aku berkata kepada diriku sendiri, dia tidak mencintaimu! Tinggalkan dan biarkan dia menentukan hidupnya! Dan aku benar-benar menjauhi dan meninggalkanmu. Tetapi demi Allah, aku tidak pernah melupakanmu seharipun. Aku bersabar menunggu nasib yang akan mempertemukan dan mempersatukan kita suatu hari nanti. Setelah kepergian ayahmu, aku ingin berada di sampingmu untuk meringankan duka. Tetapi aku merasa belum pantas. Ada yang lebih pantas di hatimu. Aku tahu ibuku telah mencoba membantuku, tetapi kamu tetap menolak. Sejak saat itu, aku menyimpulkan bahwa penyebab utama penolakanmu adalah diriku sendiri. Pada hari ketika kamu datang dan akan tinggal di sini, aku berjanji tidak akan membuatmu tidak nyaman. Aku berniat akan melayanimu di rumahku ini dari jauh. Semoga dengan itu kamu tidak terganggu dan sedikit demi sedikit akan tertarik kepadaku. Aku bahkan melarang ibuku untuk kembali menjajaki kemungkinan perkawinan kita. Ibuku adalah orang yang paling tahu betapa besar cintaku kepadamu. Aku tidak mau melangkah mengajukan lamaran sebelum kupastikan kamu mencintaiku. Aku tidak ingin ada ketidaknyamanan dalam proses pernikahan. Aku ingin semua pihak menjadi rela dan ikhlas. Sekarang seperti yang kamu tahu, aku telah lulus dan tinggal menunggu penempatan tugas. Sebenarnya, kampus memberiku peluang ke luar negeri, tetapi aku tak ingin pergi ke sana sebelum memastikan hubungan ini. Bila nasib mempersatukan kita, tentu aku harus bermusyawarah denganmu tentang tempat kerjaku. Bila kepergian ke luar negeri tidak kamu setujui, aku akan membatalkannya dan bekerja di beberapa rumah sakit yang terdapat di sini. Tetapi bila takdir memang tidak mempersatukan kita, aku akan berangkat dan kuserahkan semuanya kepada Allah. Bila ternyata kamu menolakku, aku akan menjadikan kepergianku itu sebagai penyembuh kesedihan. Aku baru akan kembali mungkin setelah empat atau lima tahun. Aku berharap perkataanku ini tidak mengganggu kenyamananmu di rumah ini. Semua keputusan ada di tanganmu. Kamu sepenuhnya bebas menentukan pilihan..."
Shedim akhirnya angkat bicara.
"Memang benar kita berdekatan karena kita bersaudara. Tetapi kamu pasti tidak tahu banyak tentang diriku. Demikian juga aku yang tidak banyak mengetahui segala tentang kamu. Lagi pula, umur kita sangat berdekatan.
"Dima, aku mencintaimu sejak kecil dan tidak mungkin ada yang bisa mengubahnya. Tetapi tentu saja adalah hakmu untuk mendapatkan informasi yang kamu butuhkan sebelum mengambil keputusan. Tanyakan semua yang ingin kamu ketahui dariku, aku akan menjawab dengan jujur dan sepenuh hati."
Shedim memberi pancingan.
"Apa kamu tidak ingin tahu, misalnya tentang apa yang menyebabkan terhentinya hubunganku dengan Walid? Atau tentang keputusanku menjauhimu selama bertahun-tahun? Atau tentang apa yang tidak aku sukai darimu?"
Thariq tidak terpancing. Ia berkata.
"Penyebab terhentinya hubungan itu adalah seseorang yang telah dengan kejam mengorbankan dirimu demi kepentingan dan kesenangannya. Dima, aku tahu tentang dirimu sejak kecil. Aku tahu bagaimana orangtuamu mendidik. Aku juga tahu lingkungan tempat tinggalmu.ini semua cukup bagiku untuk percaya kepadamu. Aku telah memutuskan untuk tidak mempermasalahkan masa lalumu, apapun yang terjadi. Pasti telah banyak pengalaman yang kamu lalui dalam rentang bertahun-tahun perjalanan hidupmu. Pahit manis, suka duka, baik buruk, semuanya tidak terlalu penting bagiku. Yang kupikirkan saat ini, bila Tuhan berkehendak mempersatukan kita, apa yang akan kita lakukan untuk masa depan. Aku sendiri dengan senang hati akan menjawab semua pertanyaanmu. Bila kamu perlukan, aku bisa memberimu nomor teman-temanku sehingga kamu bisa menyelidiki beberapa informasi tentang diriku."
Shedim menolak tawaran terakhir.
Hatinya yang membeku mulai cair.
Dia meminta waktu untuk berpikir.
Besok Thariq akan pergi ke Riyad untuk sebuah urusan dengan temannya.
Thariq mempersilakan Shedim berpikir lebih jauh.
To.
seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.
"seerehwenfadha7et"
Date.
28/1/2005 Subject.
Sebuah tarian di pesta pernikahan Kisah ini hampir tuntas.Sahabat-sahabatku masih mencari cinta sejati dan makna hakiki dalam hidup ini.
Kuraih tangan Anda, para pembaca yang budiman, dan kuucapkan banyak terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas keikhlasan menemaniku pada setiap minggu.
Aku mempersilakan Anda semua untuk menemukan butir-butir hikmah yang mungkin terserak di antara pasir-pasir yang setiap minggu aku sebarkan untuk Anda.
Ini hanya secercah cahayanya yang mungkin menerangi jalan, atau setidaknya, mengurangi kepekatan malam...
Ini adalah malam pertama Michelle kembali memejamkan mata di Riyad setelah dua tahun menghabiskan masa di Dubai.
Dia datang untuk berkumpul dengan sahabat-sahabat setianya.
Dia datang di waktu yang sangat tepat untuk menyaksikan kejadian yang sangat penting.
Hari itu dia mengawali pertemuannya dengan Lumeis.
Dia pergi sebentar ke kamar mandi sekadar untuk membasahi muka agar bisa menangkap semua informasi dengan jelas.
Lumeis memulai pembicaraan.
"Michelle, hari ini Faishal menikah!"
Michelle terdiam setelah sebelumnya terlihat terkejut.
"Kamu baik-baik saja?"
Lumeis khawatir.
"Ya , I‟m fine. Yang kamu maksud adalah Faishal ku kan?"
"Ya . Nizar kebetulan mengenal mempelai wanitanya."
"Apa? Nizar suamimu mengenalnya? Mengapa kamu tidak mengatakannya sejak awal?"
"Aku sendiri baru tahu hari ini. Aku datang ke Riyad untuk memenuhi undangan pernikahan saudara perempuan teman Nizar. Aku membaca undangan seratus kali untuk memastikan bahwa yang akan menikah adalah Faishal."
"Kapan lamarannya?"
"Aku tak tahu. Sayangnya aku juga tak yakin Nizar mengetahui pastinya acara ini"
"Lumeis, aku harus ikut ke undangan pernikahan itu."
"Kamu bercanda? Bagaimana mungkin kamu kuat untuk menghadiri perkawinan Faishal?"
"Sudahlah, aku kuat. Pasti aku akan kuat."
Lumeis bisa memberikan pemahaman kepada suaminya bahwa dia berhalangan mendatangi undangan itu.
Sebagai ganti, Michelle yang akan menghadiri.
Michelle sendiri sangat senang dengan kesempatan ini.
Dia memegang undangan di tangannya, dan terlihat seperti merenungkan sesuatu.
Michelle mengenakan gaun terbaik berwarna-warni karya perancang kenamaan.
Gaun itu benar-benar menonjolkan keindahan tubuh Michelle dan menggambarkan keanggunan sisi kewanitaannya.
Michelle berhenti di gerbang aula resepsi.
Dia memerhatikan foto kedua mempelai yang terpampang di dekat gerbang.
Dia melihat dan mengamati foto pengatin perempuannya secara mendalam.
Michelle melihat dengan hati lega.
Tidak ada yang istimewa.
Tubuhnya gemuk, rambutnya juga tidak terlalu hitam melainkan berwarna warni seperti lampu disko.
Kedua bibirnya tebal.
Tidak ada apa-apanya dibanding bibir Michelle.
Michelle mengucapkan salam kepada ibunda Faishal.
Sang ibu bertenmakasih atas kedatangan Michelle dalam acara pernikahan itu.
Sang ibu mencium aroma Faishal yang terdapat di dalam diri Michelle.
Gadis itu dipersilakan duduk di dekat pintu masuk kedua mempelai.
Sejak awal Michelle memang merancang strategi untuk bisa duduk di tempat yang strategis.
Michelle melemparkan pandangan ke sekeliling.Di deret saudara-saudara perempuan Faishal, dia menemukan beberapa orang yang dulu sempat dikenalnya dengan baik.
Melihat raut muka dan postur tubuh mereka, Michelle berusaha mengenali satu persatu.
Mereka itu adalah Norah, Sarah, dan Najwa.
Kali ini Michelle mengamati wajah sang ibu tadi.
Ia teringat bahwa orang inilah yang berperan penting dalam upaya merusak hubungannya.
Dia ingin menyapanya dan menyatakan kebencian, tetapi Michelle cukup mampu menahan emosi.
Ia juga mendapati bahwa sang ibu itu tengah mengamati dirinya dari jauh.
Dalam diri Michelle, suka dan duka bersatu padu.
Benci dan doa bahagia, bergumul menjadi satu.
Michelle memutuskan untuk mengumumkan kemenangan atas kaum laki-laki hari itu.
Dia akan menumpahkan sisa amarah, kecewa, dan kebenciannya kepada Faishal.
Michelle mengambil tempat untuk berjoget.
Setelah sekian lama, Michelle memberanikan diri kembali berjoget ala Riyad.
Tidak terlalu sulit seperti yang dibayangkan sebelumnya.
Saat itu, Michelle merasa berhasil meraih khayalan yang selalu diinginkannya.
Dia berjoget dan bernyanyi malam itu, seakan-akan hanyalah dirinya yang tengah berada di dalam ruangan itu.
Mereka yang malam itu berkumpul adalah para saksi atas keberhasilannya memerdekakan diri dari perasaan kalah...
Michelle berkhayal pada malam pertamanya nanti, Faishal akan membayangkan dirinya.
Lelaki itu akan pergi meninggalkan istrinya untuk menemui mantan kekasih yang ternyata lebih anggun dan menawan.
Semua lampu di ruang resepsi tiba-tiba dimatikan.
Sebuah lampu sorot dinyalakan ke arah pintu masuk pengantin.
Mempelai wanita masuk dan membagikan senyumannya kepada semua tamu undangan.
Michelle menatap mempelai wanita yang berbadan gemuk dan bergaun sempit sehingga menampakkan bayang jelek tubuhnya.
Ketika diumumkan bahwa pengantin laki-laki akan masuk ruangan, terpikir dalam otak Michelle untuk melakukan sesuatu.
Dia segera mengambil ponsel dan dalam tasnya dan mengirimkan SMS ke ponsel Faishal.
mabruk ya 'arusy (selamat kepada pengantin yang berbahagia).
Setelah Michelle mengirim SMS, pengantin pria terlambat masuk ruangan sekitar satu jam.
Aula dipenuhi dengan bisik-bisik para tamu undangan.
Sementara itu pengantin wanita bingung harus berbuat apa.
Apakah dia akan pergi meninggalkan pelaminan atau tetap menunggu pengantin pria yang mungkin enggan masuk ruangan.
Setelah beberapa lama, akhirnya pengantin pria masuk dengan diapit oleh ayah dan saudaranya.
Rombongan pengantin berjalan cepat seperti tidak memberi kesempatan kepada para tamu untuk menyaksikannya.
Dari kejauhan, Michelle tersenyum atas kemenangannya.
Strateginya berhasil sempurna.
Setelah beberapa menit, ketika juru foto mulai mengabadikan gambar pengantin dengan saudara dan teman-temannya, Michelle berdiri bermaksud ingin beranjak pergi.
Tetapi dia ingin Faishal melihat dirinya yang telah berdandan sesempurna mungkin.
Michelle memerhatikan kumis Faishal telah diubah dari model yang selama ini dikenalnya.
Dengan mata membelalak, Faishal melihat ke arah Michelle.
Dalam hatinya, Faishal ingin menyuruh Michelle menjauh dari mereka berdua.
Tetapi seakan-akan mengetahui apa yang terbetik di dalam hati lelaki itu, Michelle justru berdiri tepat di depan pintu masuk dan mempermainkan rambutnya yang pendek.
Michelle tahu dengan cara itu, Faishal akan semakin salah tingkah.
Setelah duduk di belakang sopir, Michelle tidak mampu menahan tawa dan geli.
Dia tidak sanggup membayangkan malam pertama Faishal setelah melihat kehadirannya di pesta yang meriah itu.
Michelle tahu bahwa sebagian besar suami menyembunyikan sesuatu di balik senyumannya.
Mereka menyembunyikan hati yang gelisah dalam memilih pasangan hidupnya.
Kegelisahan itu lahir dari kenyataan bahwa di sepanjang hidup, mereka akan menemukan wanita yang lebih cantik dari perempuan yang dinikahinya.
Kalau malam itu Michelle akan menangis, tangisan itu dipersembahkan untuk mengasihani pengantin perempuan yang malang.
Istri Faishal akan menjalani hidup bersama laki-laki yang tidak sepenuh hati memperistrinya, sebab lamunan Faishal akan terbang menuju penari yang berjoget ala Saudi di pesta pernikahannya.
Faishal tentu tidak akan pernah selesai melakukan berbagai perbandingan antara Michelle dan istrinya...
To.
seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.
"seerehwenfadha7et"
Date.
4/2/2005 Subject.
Masyarakat yang sakit Perempuan seperti kantung teh yang tidak bisa diketahui kekuatannya kecuali setelah dicelupkan ke dalam air panas (E.
Roosevelt).
Bosankah Anda setelah setahun perjalanan email-emailku? Aku sendiri menemukan kejenuhan.
Suatu hari Shedim membaca berita di sebuah surat kabar bahwa keluarga Faraz al-Syarqawi tengah bergembira atas karunia anak laki-laki pertamanya, Rayan.
Surat kabar itu memuat ucapan selamat atas kabar gembira itu.
Hari itu memasuki bulan kelimabelas sejak terakhir mereka bertemu.
Shedim berusaha menemukan titik-titik koordinat antara dirinya, Faraz, Rayan, dan perjalanan kisah cinta mereka yang kandas setelah dirajut selama empat tahun.
Shedim juga berusaha memahami adanya proses lamaran, pertunangan, dan pernikahan kedua dalam rentang waktu limabelas bulan itu.
Ini semua membuatnya berusaha menyimpulkan bahwa Faraz tidak setinggi yang selama ini dia bayangkan.
Bahkan dia memang tidak lebih dari seorang 'anak kecil' biasa sebagaimana Walid, Faishal, Rasyid, dan 'anak kecil-anak kecil' lain yang ada di mana-mana.
Semua kelebihan yang pernah diperlihatkan Faraz, sebenarnya semu dan kamuflase semata.
Suatu saat Michelle berkunjung ke rumah ayah Shedim.
Mereka pun saling bertukar cerita.
Shedim, kamu telah melakukan semua yang dituntut oleh cinta, yaitu ketulusan, pengorbanan, kepercayaan, kesetiaan, dan segalanya.
Tetapi kesalahanmu adalah saat cinta mulai menapaki puncaknya, kamu kehilangan kejernihan.
Matamu tidak lagi menatap segala sesuatu sebagai wujud aslinya.
Cinta telah mengaburkan segalanya.
Cintamu buta, sehingga tak melihat kecuali keindahan dan keistimewaan.
Inilah kenyataan yang menyedihkan.
Kamu menjalin kisah bersama Faraz empat tahun, tetapi kamu tidak pernah tahu bahwa dia sesungguhnya tidak pernah mempunyai keinginan untuk menjalani hidup bersamamu sebagai suami istri.
Semua orang menyalahkan dan memojokkannya untuk sesuatu yang dia sendiri tidak mengerti.Tetapi setelah beberapa lama, Shedim akhirnya memaklumi mengapa itu menimpa kepadanya.
Dia menyadari bahwa bangunan cinta yang dia dirikan sedemikian rapuh dan terbukti telah roboh sebelum benar-benar berdiri.
Dulu, tidak ada sahabatnya yang meragukan hubungannya dengan Faraz.
Tetapi kini, setelah semuanya benar-benar hancur, satu persatu menyatakan bahwa sejak awal mereka telah meragukan.
Tetapi di depan itu semua, tidak ada pilihan lain baginya, kecuali diam.
Mereka melakukan itu semua lantaran sayang kepadanya.
Shedim tidak banyak memberi sanggahan, terutama di depan Michelle yang juga memiliki pengalaman serupa bersama Faishal.
Michelle sendiri terbentur keputusan keluarga Faishal yang tidak mengizinkan anak laki-lakinya itu menikahi dirinya.
Shedim hanya bisa berusaha melakukan sedikit perbandingan antara Faraz dan Faishal.
Dia hanya ingin menghibur diri bahwa kesalahannya itu tidak lebih fatal dibanding kesalahan yang dilakukan oleh sahabatnya, Michelle.
ini semua berasal dari keteguhannya memegang tekad untuk menikah berdasarkan cinta, bukan pilihan orang tua.
Cinta mempunyai kekuatan yang bisa membentur dan menghancurkan semua halangan di depannya, termasuk keputusan keluarga besar.
Tapi...
Kini Shedim telah menjadi korban pengkhianatan kekasihnya.
Sebelumnya, Michelle juga merasakan hal yang sama.
Inilah resiko mencintai orang yang terkenal.
Sekuat tenaga kita berusaha melupakannya untuk mengobati sakit hati yang ada, tetapi dunia mengingatkan kita dengan cara yang jauh lebih kuat.
Lembaran surat kabar, majalah, berita televisi, dan radio, termasuk pembicaraan orang, tak ada hentinya membangkitkan semua memori indah yang kini menjadi kawah luka.
Berbagai komentar sahabatnya hanyalah semakin menambah kebenciannya kepada Faraz.
Baik sangka yang sebelumnya sempat ada dalam hati, kini berubah menjadi buruk sangka.
Apalagi Michelle tiba-tiba menegaskan bahwa dirinya tidak banyak terluka oleh ulah Faishal.
Itu dikarenakan selama ini, dia memang tidak terlalu yakin dengan cinta Faishal.
Lelaki itu memang terlihat tidak bersungguh-sungguh mencintai.
Jika harus dibandingkan dengan Shedim dan Faraz, maka dirinya bersama Faishal jauh lebih datar dan biasa-biasa saja.
Michelle berusaha membesarkan hati mereka berdua.
Pandangan sinis masyarakat yang mereka terima atas kegagalan cinta memang tak adil.
Perempuan selalu menjadi kambing hitam, dan laki-laki selalu menjadi pahlawannya.
Masyarakat ini memang sedang sakit, sehingga tidak sadar dengan apa yang mereka katakan.
Laki-laki selalu mewakili kebenaran dan toleransi, sementara perempuan selalu menjadi hujatan.
Ketika Faishal berusaha meyakinkan Michelle bahwa dirinya masih mencintainya dan bermaksud membangun kembali cinta yang telah kandas, Michelle segera menyadari bahwa yang berbicara bukan hati Faishal melainkan kepicikannya.
Dia menolak untuk kembali tunduk kepada laki-laki picik dan lemah.
Dia pun memotivasi Shedim untuk segera keluar dari kelemahan dan membangun kemandiriannya sebagai seorang perempuan.
Perempuan harus mempunyai kekuatan dan daya tawar yang sama tingginya dengan laki-laki.
"Yakinlah Shedim, meski Faraz dan Faishal berbeda generasi, tetapi mereka berdua lahir dan induk kultur yang sama. Mereka sama-sama lemah dan tunduk kepada taqlid sehingga kehilangan daya pertimbangan nalar dan mengesampingkan analisa akalnya sendiri. Inilah kultur yang membesarkan semua laki-laki. Kultur yang membenarkan perceraian hanya dengan kesalahan kecil dari seorang istri. Namun standar kekeliruan itu, telah disepakati secara sepihak oleh para suami..."
"Siapa yang memberitahumu tentang ini semua? Qamrah?"
"Bukan siapa-siapa. Ini kuungkapkan semata karena aku dididik dan dibesarkan dalam kultur yang sama sekali berbeda dengan yang terjadi dalam masyarakat sakit ini."
Shedim mencerna semua yang disampaikan Michelle.
Secara mendalam, Shedim memahami segala hal yang selama ini dianggap sebagai ruang yang terbatas dan tertutup.
Shedim menemukan cakrawala baru di luar kebiasaan yang selama ini dia ketahui dalam masyarakatnya.
Percakapan mereka panjang dan lebar.
Sebelum akhirnya menikmati hidangan secara berasama, Shedim berucap.
"Dulu aku memang ingin mendapatkan The number one! Aku tidak ingin mendapatkan pendamping yang di bawah Faraz. Tetapi my number one justru memilih orang yang lebih rendah dari aku. Mungkin akhirnya aku juga akan puas dengan mendapatkan yang lebih rendah dari Faraz."
"Aku agak sedikit berbeda denganmu. Aku pernah mendapatkan my number one. Tetapi sekarang aku sedang berusaha mendapatkan yang lebih baik darinya!"
To. seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.
"seerehwenfadha7et"
Date.
4/2/2005 Subject.
'Wisuda‟ Kelulusan Kalau kutahu cinta itu berbahaya sekali, aku tidak akan mencinta Kalau kutahu laut itu dalam sekali, aku tidak akan melaut Kalau kutahu akhir semua kisah, tak kan mungkin kumulai merajutnya (Nizar Qubany) Kenyataan yang benar-benar pahit.
kisah yang bermula sekitar enam tahun lalu dan kini hampir sampai di penghujung.
Email-emailku juga akhirnya akan sampai pada akhir perjalanan.
Qamrah dan Shedim menghadiri acara wisuda Lumeis, Tamara, dan Michelle yang diselenggarakan di sebuah hotel mewah di Riyad.
Sebuah jamuan makan malam yang megah pun digelar.
Turut hadir juga Ummi Nuwair dan kedua saudara perempuan Qamrah; Hafshah dan Syahla.
Tidak disangkal bahwa primadona lulusan pada malam hari itu adalah Lumeis dengan janin dua puluh delapan minggu di perutnya.
Lumeis sendiri menapaki bulan ke enam belas dari usia pernikahannya.
Senyum dan penampilannya menunjukkan kepada sahabat-sahabatnya sebuah harapan dan angan yang tersembunyi di tengah kehidupan yang sulit ini.
Terdapat pelajaran berharga pada malam hari itu, bahwa tidak ada halangan bagi seorang wanita hamil untuk meraih gelar kesarjanaannya.
Lumeis adalah satu-satunya orang di antara mereka yang mampu mendapatkan semua harapan yang diimpikan oleh semua perempuan.
Perkawinan yang berhasil, ijazah kesarjanaan, perasaan bahagia, dan jaminan pekerjaan masa depan yang cerah.
Hanya Lumeis yang tidak perlu lagi mencari apa yang hingga kini masih dicari oleh para sahabatnya.
Sebelum mereka meninggalkan hotel, Qamrah dan Shedim bertemu dengan Sultan.
Dia adalah seorang karyawan bank yang mereka kenal melalui Thariq.
Mereka bertemu beberapa kali di bank.
Sultan masuk ke dalam kerumunan orang-orang dan melemparkan senyum dan isyarat sapaan kepada mereka berdua.
Tak mungkin bagi lelaki itu untuk menyalami mereka berdua, karena dia sedang bersama teman-teman lelakinya.
Demikian juga dengan Qamrah dan Shedim, mereka tidak mungkin melakukan hal yang sama karena sedang berada di tengah sahabat wanita mereka.
Di antara kerumunan para profesional itu, Faraz bertanya kepada Sultan tentang perempuan-perempuan yang baru saja bertemu dengannya.
Sultan menjelaskan bahwa di antara mereka terdapat dua karyawati tetap sebuah bank dan seorang profesional perempuan yang sukses meski masih berusia sangat muda.
Saat Sultan menyebut nama Shedim, Faraz merasakan ada sesuatu yang mengganggu hatinya.
Faraz memerhatikan wajah mereka satu persatu, dan mendadak tersentak oleh wajah yang sangat dikenalnya.
Shedim! Apakah Shedim yang dilihatnya masih Shedimnya yang dulu? Di antara perempuan yang berjalan semakin menjauh, Faraz membayangkan satu wajah yang dirindukannya.
Satu wajah yang sangat akrab di hatinya.
Tidak seorang pun tahu apa yang sedang dipikirkan Faraz malam itu setelah pertemuannya secara sekilas dengan Shedim.
Tetapi yang jelas, dua hari setelah pertemuan itu, Faraz masih belum selesai menggerakkan otak dan hatinya.
Mungkin ia sedang mencium kembali wewangian parfum yang dikenakan Shedim, yang selama empat tahun sebelumnya, sangat melekat di hidungnya.
Dia masih berkeyakinan kalau Shedim masih mencintainya, sehingga dia tergerak untuk menghadiahkan mantan kekasihnya itu dengan sebuah parfum yang masih disimpannya selama dua tahun ini.
Faraz tidak pernah memiliki petualangan seindah dia menjalani kisah bersama Shedim.
Sebelum dan sesudahnya, dia tidak pernah menemukan seorang perempuan yang mampu menggerakkan hatinya untuk mencintai sedasyat yang telah dilakukan Shedim.
Perempuan yang kini menjadi istrinya pun tidak bisa membahagiakannya.
Di atas ranjang ketika sedang bersama istri yang telah memberikannya seorang bayi laki-laki, Faraz mengambil keputusan mendadak...
To.
seerehwenfadha7et@yahoogroups.com From.
"seerehwenfadha7et"
Date. 11/2/2005 Subject. Terimalah orang yang mencintaimu, jangan mengejar orang yang engkau cintai! Aku teringat sebait lirik lagu berjudul "Apa kabarku?"
Adakah yang menyibukkanmu selain aku setelah engkau terbiasa jauh dariku? Setelah engkau pergi dan melupakanku, kini kau kembali Bertanya.
Apa kabarku...? Aku mengakui bahwa keterlibatanku dalam kisah para sahabat terbaik yang kutulis selama setahun ini, membuatku menjadi bagian penting mereka.
Aku adalah bagian yang mengetahui dengan pasti apa yang sebenarnya mereka inginkan.
Aku mendambakan cinta yang memenuhi ruang hati ini selamanya sebagaimana cinta Faishal dan Michelle.
Aku mendambakan laki-laki yang menjagaku setiap saat seperti Faraz menjaga Shedim.
Aku mendambakan hubungan yang kuat dan penuh variasi seperti Nizar dan Lumeis.
Aku mendambakan anak-anak yang sehat sebagaimana apa yang telah dikaruniakan Tuhan kepada Qamrah.
Aku mencintai mereka sepenuh hati.
Bukan hanya karena mereka adalah anakku, tetapi lebih karena mereka adalah bagian dan hidupku.
Bagitulah aku mendambakan hidupku...
Dua hari setelah 'wisuda' kelulusan itu, Shedim pulang dan mencari kesempatan untuk minum kopi berdua dengan Thariq.
Shedim menemukan kesempatan.
Malam itu Shedim beralasan sakit untuk tidak pergi bersama paman, bibi, dan semua sepupu perempuannya demi menghadiri undangan makan malam di rumah salah seorang kerabat.
Untuk kali pertama, pada malam itu, Shedim bingung memilih baju yang akan dikenakannya.
Dia menyisir rambutnya lebih dari lima belas kali.
Shedim masih berpikir apa yang akan dikatakannya kepada Thariq.
Lelaki itu sendiri sudah dua minggu ini menunggu jawaban perihal hubungan khusus antara mereka berdua.
Shedim mulai merasa malu untuk mengatakan bahwa dirinya belum menemukan jawaban yang tepat hingga kini.
Shedim selalu teringat nasehat Qamrah.
"Terimalah orang yang mencintaimu, jangan mengejar orang yang engkau cintai!"
Shedim bertambah bingung setiap kali terbayang wajah sahabatnya satu persatu.
Semua perkataan mereka yang terngiang menambah kebingungan hatinya.
Satu-satunya yang agak membuat Shedim tenang adalah bayang wajah Ummi Nuwair.
Ketika mereka berdua bersalaman, tidak seperti biasa Thariq menahan tangan Shedim lebih lama.
Lelaki itu berusaha menemukan jawaban dari tatap mata Shedim.
Shedim mengajaknya menuju ruang tamu.
Ia berusaha tertawa menenangkan diri ketika melihat sikap 'aneh' lelaki itu yang berjalan di belakangnya.
Kali ini posisi duduk mereka tidak seperti biasanya.
Mereka tak lagi bertengkar berebut remote control.
Yang mereka kenakan pun adalah pakaian untuk acara-acara resmi.
Beberapa perhiasaan yang tidak pernah dikenakan Shedim, kini menghiasi penampilannya.
Mereka berdua makan malam bersama di ruang tamu tanpa kata, tanpa suara.
Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Shedim berkata kepada dirinya sendiri.
"Inilah yang kubenci selama ini. Aku tak pernah memimpikan keadaan ini akan terjadi dalam hidupku. Lelaki ini bukanlah orang yang akan membuatku menangis bahagia bila dia menikahiku nanti. Dia orang yang sangat lembut. Orang biasa. Pernikahanku dengannya hanyalah gemerlap gaun pengantin yang mewah dan pesta perkawinan yang megah. Tak akan ada bahagia atau duka. Semua biasa-biasa saja sebagaimana cintaku kepadanya juga biasa-biasa saja. Kasihan nasibmu Thariq, aku tak akan mensyukurimu sebagai nikmat yang diberikan Tuhan kepadaku bila menemukan dirimu berada di sisiku kala kubuka mata menyambut fajar pagi. Aku tak akan menemukan kemeriahan di meja makanku setiap kali aku mendapatimu di sana ..."
Setelah selesai menyantap menu makan malam, mereka menata diri, hati dan suasana agar selaras dengan ungkapan rasa. Shedim mulai membangun suasana.
"Kamu mau minum apa? Teh, susu, atau kopi?"
Tiba-tiba ponsel Shedim berdering.
Dia terkejut bukan kepalang saat mendapati bahwa yang memanggilnya Kali itu adalah Faraz.
Padahal nomor itu telah dihapus dari daftar phonebook sejak dia pergi meninggalkan dirinya.
Seperti ada yang mengganjal kuat di kerongkongannya.
Terutama, dia merasakan debaran jantung yang sangat kencang.
Dia seperti melihat darahnya mengalir lebih cepat, dan jantungnya berdetak lebih kencang, seperti genderang menjelang perang dimulai.
Shedim meninggalkan ruang tamu untuk menjawab panggilan mendadak pada waktu yang sangat menentukan masa depannya.
Apakah Faraz mengetahui perihal Thariq, dan dia mencoba menghubungi hanya untuk mempengaruhi keputusannya? Ada apa dan mengapa dengan lelaki itu yang selalu datang pada saat-saat yang sangat menentukan seperti ini? "Shedim, apa kabarmu?"
"Apa kabarku?"
Shedim mendengar nada suara yang tidak pernah dia dengar selama ini.Sebenarnya Faraz ingin menanyakan perihal Thariq, tetapi urung.
Dia hanya membentahu bahwa dirinya melihat Shedim bersama sahabat-sahabatnya di sebuah hotel dua hari yang lalu.
Sepanjang pembicaraan itu, Shedim melihat kegelisahan tampak di wajah Thariq.
"Kamu meneleponku hanya untuk menyampaikan bahwa kamu melihatku dua hari yang lalu?"
"Tidak. Sungguh aku ingin menyimpulkan bahwa..., aku...,"
"Cepat katakan!"
"Shedim sejak awal aku menikah, aku menyimpulkan bahwa tak ada yang lebih membahagiakanku selain dirimu."
Setelah diam sejenak.
"Kamu yang mengatakan bahwa kamu akan adalah laki-laki yang kuat menghadapi hidup ini sendirian."
"Shedim kekasihku, aku rindu kepadamu. Rindu kepada cintamu. Aku butuh kamu, butuh cintamu."
"Butuh aku? Maksud kamu? Apa menurutmu aku bisa dengan mudah menerimamu?"
Untuk ketiga kalinya, Shedim menutup telepon dari Faraz.
Faraz menelepon Shedim dan mengungkapkan semuanya dengan percaya diri penuh bahwa Shedim akan percaya kepada semua omongannya dan menyetujui semua rencananya...
Shedim menoleh ke arah Thariq.
Dia telah melepas baju resmi yang tadi dikenakannya.
Dia menyisir rambut dengan jemarinya.
Shedim tersenyum dan pergi ke dapur ingin mempersembahkan kejutan kepada sepupunya itu.
Shedim kembali dari dapur membawa dua gelas minuman spesial.
Thariq mengangkat mukanya dan menatap wajah Shedim.
Shedim mengangguk dan tersenyum.
Thariq meletakkan gelas di meja dan tertawa.
Dia bahagia meraih tangan Shedim dan berkata gembira.
"Andai sejak dulu kamu seperti ini..."
Sebenarnya Lumeis, nama asli Lumeis ada padaku.
Sebenarnya sama saja dengan sahabat-sahabatku yang lain dalam kisah ini.
Setelah email keempat, Lumeis menghubungiku.
Saat itu dia dan Nizar sedang menyelesaikan pendidikan tinggi mereka.
Lumeis memberikan pujian dan penghargaan atas ide penulisan email.
Lumeis tertawa lebar untuk nama "Tamara"
Yang kupilih mewakili nama asli adiknya.
Kami tahu bahwa adik Lumeis sangat benci dengan nama itu.
Lumeis sering memanggilnya dengan nama itu setiap kali ingin membuatnya marah.
Lumeis memberiku kabar kebahagiaannya dengan Nizar.
Mereka berdua telah dikaruniai anak perempuan yang cantik.
Nama anak itu diambil dari namaku.
Dia berkata.
"Insya Allah anakku tidak akan gila sepertimu..."
Michelle kagum dengan kisah yang kuturunkan dalam email.
Dia banyak memberi pujian atas gaya bertuturku, dan juga banyak mengingatkanku atas beberapa peristiwa yang terlewatkan.
Beberapa masukan juga dia berikan untuk memperbaiki beberapa titik kelemahan kisah ini.
Dia menyampaikan kebingungan dalam memahami beberapa bahasa baku dan memintaku untuk membubuhi dengan bahasa Inggris.
Pada mulanya, Shedim tidak merincikan responnya atas emailku.Aku menduga bahwa aku telah membuatnya kecewa atas dimuatnya kisah ini di internet.
Tetapi setelah email yang ke tigapuluh sembilan, dia memberiku hadiah istimewa yang sangat berharga sekali, yaitu tulisan-tulisannya dalam lembaran-lembaran langit'.
Dia memintaku menjaga catatan itu sebelum peresmian hubungan dengan sepupunya.Dia memintaku untuk mencurahkan perasaannya yang tertumpah itu untuk email mingguanku.
Allah berkenan memberikan ganti yang lebih baik dari Faraz yang telah melukai hatinya.
Qamrah mendapatkan informasi tentang emailku ini dari saudara perempuannya yang sejak awal telah menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Qamrah dalam kisah ini adalah saudara kandungnya sendiri.
Qamrah marah dan mengancam akan memutuskan tali persahabatan kami bila aku tidak berhenti menyebarkan cerita dirinya.
Bersama Michelle, aku berusaha memberikan pemahaman kepadanya, tetapi dia takut masyarakat salah paham dan tidak sesuai dengan keinginan diri dan keluarganya.
Pada sebuah pembicaraan melalui telepon, dia menegaskan bahwa aku telah memutuskan hubungan dengannya, meski berulangkali aku tetap berusaha membangun silaturahmi.
Rumah Ummi Nuwair masih menjadi tempat berkumpul.
Pertemuan terakhir mereka di rumah itu adalah ketika tiba liburan awal tahun.
Saat itu Lumeis datang dari Kinda, dan Michelle datang dari Dubai untuk memenuhi undangan pernikahan Shedim dan Thariq.
Pesta pernikahan itu sendiri diselenggarakan oleh Ummi Nuwair yang dibantu Qamrah.
Setelah menikah, Shedim meminta kepada Thariq untuk tinggal di Riyad merawat rumah peninggalan ayahnya.
Akhirnya aku memutuskan untuk mengungkapkan sesuatu yang selama ini kusembunyikan dari Anda.
Rahasia itu dengan sendirinya telah aku terungkap dengan dibukukannya email-email itu sebagaimana yang berada di tangan Anda kini.
Aku sebenarnya ragu untuk menerbitkan cerita ini sebagai sebuah riwayat.
Ini semua hanyalah kisah dan peristiwa yang dirasakan oleh para sahabatku dan terjadi dengan sebenar-benarnya.
Ini hanyalah cerita tentang petualangan gadis di awal usia duapuluhan.
Aku tak ingin membumbui kisah ini.
Aku ingin menyebarkan kisah ini apa adanya.
Anda memiliki usul yang lebih tepat untuk judul buku ini? Apakah aku harus memberi judul Surat Dari Sahabat? Surat Tentang Sahabat? Empat Gadis? Mereka Pergi Bersama Angin? Email-email Dari Tanah Saudi? Hendak ke mana? Di atas Mendung? Kembalikan Sahabatku? Kisah Sahabatku? Ataukah memang lebih tepat untuk diberi judul Saudi Undercover? Doa Kaffarat a!-Majlis .
Subhanakallahumma wa bihamdika, Asyhadu alla ilaha illa anta, Astaghfiruka wa atubu ilaika.
Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puja-puji untuk-Mu.
Aku bersaksi tiada Tuhan selain Engkau.
Aku mohon ampunan-Mu dan aku bertobat kepada-Mu.
Versi asli buku ini diluncurkan dalam bahasa Arab pada 2005, dan secepatnya dilarang beredar di Saudi Arabia karena isinya yang menghebohkan.
Keberanian buku ini berlanjut bak nyala api di Seantero pasar gelap Saudi dan menggemparkan hingga ke belahan Timur-Tengah lainnya.
Hingga kini, hak terjemahan atas buku ini telah terjual ke lebih dari dua puluh lima negara.
Setiap minggu-setelah salat Jumat-seseorang tak dikenal mengirimkan email bersambung kepada para wanita yang melakukan chatting di sebuah grup online di Saudi Arabia.
Terdapat lima puluh email dalam setahun.
Isinya menghebohkan, kisah nyata kehidupan empat gadis Riyadh.
Qamrah, Michelle, Shedim, dan Lumais.
Terlalu banyak hal yang mengejutkan hingga Anda harus membaca isi buku ini untuk mengetahuinya...
"Boleh jadi inilah buku pertama yang menampilkan secara utuh dunia sebenarnya gadis-gadis Saudi Arabia masa kini." -Kirkus Review "Menggemparkan..." -Publishers Weekly Rajna Al Sanea lahir dan besar di Riyadh. Saudi Arabia. Kini usianya 25 tahun. Dia lulus dari King Saud University dan menyandang gelar Dokter Gigi. Ketertarikannya pada dunia membaca dan menulis mendorongnya untuk membukukan pengalaman nyala teman-teman perempuannya di Riyadh. The Glrls of Riyadh adalah karya perdananya dan langsung membuat namanya menjadi buah bibir di berbagai forum Internet di dunia.
Rajawali Emas Kitab Pemanggil Mayat Detektif Stop Pertarungan Mata Mata Shugyosa Samurai Pengembara III