Ceritasilat Novel Online

Murka Sang Nyai 1


Pendekar Mabuk Murka Sang Nyai Bagian 1



http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ Pembuat E-book. DJVU & E-book (pdf). Abu Keisel Edit. Paulustjing
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ Hak cipta dan copy right pada penerbit dibawah lindungan undang-undang.

   Dilarang mengcopy atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

   AWAN hitam menaungi wilayah Perguruan Merpati
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ Wingit.

   Dari sebuah lembah tampak terlihat jelas reruntuhan bangunan joglo yang merupakan bangunan terdepan setelah halaman laga Perguruan Merpati Wingit.

   Dari sanalah sepasang mata menatap dengan sedikit menyipit, tersimpan dendam dalam hati yang luka mengharu melihat porak-porandanya perguruan tersebut.

   Sepasang mata menyipit dendam milik perempuan berpakaian merah dadu itu masih memandangi makam-makam di samping pagar wilayah perguruan.

   Berjajar makam yang tanahnya masih tampak baru ditimbunkan itu, seakan barisan pisau tajam yang menggores hati perempuan berselendang putih di pinggangnya.

   Perempuan itu tak lain adalah Selendang Kubur, murid Perguruan Merpati Wingit yang sudah lama tak kembali ke perguruannya, karena tergoda cinta murid sinting si Gila Tuak yang bergelar Pendekar Mabuk, Suto Sinting.

   Kabar tentang porak-porandanya perguruan tersebut didengar telinga Selendang Kubur dari sudut sebuah kedai, di mana tiga orang bercerita tentang amukan Perawan Sesat yang konon berhasil melukai gurunya, Nyai Betari Ayu.

   Celoteh di sudut kedai itu juga mengisahkan cerita tentang kematian Dewi Murka yang disaksikan sendiri oleh mata seorang lelaki besar tanpa isi yang dikenal dengan nama Singo Bodong, (Baca serial Pendekar Mabuk dalam episode.

   "Perawan Sesat"). Selendang Kubur tak sampai hati untuk tinggal diam
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ melihat keadaan di perguruannya.

   Niatnya untuk memburu cinta pada Suto Sinting tertangguhkan.

   Apa pun amarah sang Guru nantinya, ia siap menerima hukumannya, ia juga tak bisa menahan duka mendengar gurunya; Nyai Betari Ayu, terluka oleh pukulan lawan.

   Dengan dendam membesi di hati, Selendang Kubur melangkahkan kaki memasuki pintu gerbang perguruan yang telah hancur itu.

   Suasana pelataran laga tampak sepi.

   Selendang Kubur menarik napas untuk menahan luapan api kemarahan yang telah membakar dada.

   Maka, segera ia melesat ke serambi samping, dan di sana ia temui sang Guru sedang duduk merenung dengan wajah tetap berwibawa walau tampak guratan dukanya.

   Melihat siapa yang muncul di depannya, Nyai Betari Ayu terkesiap sekejap, ia segera menarik napas meredam kemarahan, ia mengangkat wajah, memandang tajam muridnya yang lama tak kunjung tiba.

   Sang murid menundukkan wajah, sebagai ungkapan rasa bersalah dan pasrah menerima hukuman sang Guru.

   Betari Ayu segera perdengarkan suaranya dengan lembut tapi penuh kharisma bagi murid yang baru datang itu.

   "Kaukah yang berdiri di depanku, Selendang Kubur?!"

   Sedikit tunduk kepala Selendang Kubur saat menjawab.

   "Benar, Nyai Guru. Saya datang."

   "O, syukurlah. Ternyata kau masih ingat jalan pulang ke perguruanmu ini."

   "Maafkan saya, Nyai Guru. Saya memang bersalah."

   
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ "O, tidak! Kau tidak bersalah!"

   Tukas Nyai Guru Betari Ayu.

   "Perguruan ini hampir hancur bukan karena ulahmu, melainkan ulah muridnya si Nyai Lembah Asmara. Perawan Sesat namanya."

   "Saya merasa bersalah, karena saat itu saya tidak ada di sini, Guru."

   "Bukan hanya kamu, tapi Dewi Murka juga tidak ada di sini."

   "Dewi Murka juga sudah tewas di tangan Perawan Sesat, Guru!"

   Tersentak hati Betari Ayu.

   Terbungkam mulutnya tanpa bisa mengucap sepatah kata pun mendengar Dewi Murka tewas di tangan Perawan Sesat.

   Semakin tertimbun dendam hati Betari Ayu rasanya.

   Tetapi ia berusaha untuk menahan diri agar tidak hanyut dalam kobaran dendam yang membara itu.

   Dewi Murka dan Selendang Kubur adalah orang kuat di Perguruan Merpati Wingit.

   Kepada salah satu dari kedua orang itulah Betari Ayu ingin menyerahkan tampuk pimpinannya.

   Menurut pandangan hatinya, hanya dua orang itulah yang bisa dan pantas menjadi penggantinya, sebagai Ketua Perguruan Merpati Wingit.

   Tetapi sebelum niatnya terlaksana, satu dari kedua orang pilihannya itu telah tewas.

   Kini tinggal Selendang Kubur yang menjadi satu-satunya calon pengganti dirinya, sebelum ia pergi mengasingkan diri menjadi seorang pertapa.

   Tetapi, mampukah Selendang Kubur mempertahankan perguruannya jika sekarang hatinya
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ telah ditaburi dendam terhadap orang-orang Bukit Garinda yang dikuasai oleh Nyai Lembah Asmara? Bukankah beberapa orang kuat di perguruan itu telah tewas juga di tangan perempuan iblis utusan Nyai Lembah Asmara? Dewi Murka, Murbawati, dan orang-orang kuat lainnya telah tiada.

   Padahal mereka adalah benteng bagi Perguruan Merpati Wingit.

   Belum lagi jika Betari Ayu memikirkan Pendekar Mabuk yang berhasil dibujuk Perawan Sesat untuk dibawa ke Bukit Garinda, makin perih hati Nyai Betari Ayu sebenarnya.

   Karena di dalam hati Nyai Guru itu, tertanam cinta yang rapi tersembunyi.

   Baik sang Guru maupun sang murid tidak saling mengetahui bahwa mereka sebenarnya sama-sama mencintai Suto dan sama-sama merasa kehilangan pemuda itu.

   Melihat termenungnya sang Guru, Selendang Kubur segera ucapkan kata penuh hati-hati.

   "Nyai Guru, siapa wanita yang berjuluk Perawan Sesat itu sebenarnya, dan di mana ia tinggal, Guru?"

   "Apa maksudmu bertanya begitu, Selendang Kubur?"

   "Saya harus pergi menemuinya, membuat perhitungan dengannya, Guru. Saya harus menebus nyawa saudara-saudara saya yang menjadi korban keganasan Perawan Sesat itu."

   "Haruskah kita menebus dendam berdarah ini, Selendang Kubur?"

   Pertanyaan ini sungguh sulit dijawab oleh Selendang Kubur. Pandang matanya sesaat menyirat ke wajah gurunya,
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ lalu tundukkan kepala lagi seraya berkata.

   "Tidak ada darah yang tidak membekas, Guru. Dan untuk menghilangkan darah itu hanya dengan pembalasan setimpal, Nyai Guru."

   Diam sekejap sang Guru sebelum memperdengarkan suara lembutnya.

   "Akan selesaikah masalah yang dirampungkan dengan dendam dan pembalasan? Akan berhentikah pertikaian yang dibayar dengan kesumat dendam, Selendang Kubur?"

   Lirih suara Selendang Kubur menjawab.

   "Tidak, Guru."

   "Ya. Tidak akan terselesaikan. Pasti akan berbuntut panjang. Dan itu akan menuntut kita untuk lebih bermusuhan lagi."

   "Tapi harga diri perguruan tetap harus ditegakkan, Guru. Nama baik dan wibawa Nyai Guru sendiri juga harus terjaga oleh sikap kita. Jika tak ada pembalasan datang dari kita, maka hancur sudah citra perguruan dan terinjak-injak sudah wibawa serta kehormatan Nyai Guru, yang menjadi ketua perguruan ini."

   "Memang benar apa katamu. Itu pula yang sedang kupertimbangkan sejak tadi. Dan aku belum mempunyai keputusan, Selendang Kubur. Aku masih mencari sisi baik dari bencana ini."

   "Guru terlalu sabar,"

   Terdengar Selendang Kubur ucapkan kata dalam kebimbangan dan rasa takut. Tapi Nyai Guru Betari Ayu hanya tersenyum tipis dan pahit. Nyai Guru alihkan pandangan sambil ia langkahkan kaki
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ menuju ke taman. Selendang Kubur mengikutinya dengan mulut tak terucap dalam waktu beberapa kejap. Setelah Nyai Guru berhenti di sisi tanaman mawar berbunga ungu, Selendang Kubur beranikan diri ajukan pertanyaan.

   "Sebenarnya apa permasalahan yang membuat wanita gila berjuluk Perawan Sesat itu mengobrak-abrik tempat kita, Guru?"

   Sebelum lontarkan jawaban, Nyai Guru tarik napas terpendam di dada. Ia tekan gemuruh yang hampir tak terkendali di sela bayangan seorang pemuda tampan bergelar Pendekar Mabuk itu. Kejap berikutnya Betari Ayu lepaskan kata.

   "Titik masalahnya adalah Suto."

   Terperanjat Selendang Kubur mendengar nama pemuda yang diincar hatinya disebut oleh sang Guru. Ketika sorot pandang Selendang Kubur membentur tatapan wibawa sang Guru, terdengarlah kata dari sang Guru yang menjelaskan maksud jawabannya tadi.

   "Suto kutemukan terluka parah di sebuah bukit. Aku segera membawanya kemari dan kurawat hingga sembuh. Begitu Suto pergi, datang Perawan Sesat menuduhku menyembunyikan Suto. Lalu, mengamuklah dia di sini, mencabut nyawa saudara-saudara seperguruanmu dengan seenaknya saja. Beruntung nyawaku masih terlindung oleh kemunculan Suto yang segera menyerang Perawan Sesat itu."

   "Lalu, ke mana Suto sekarang, Guru?"

   "Terbujuk oleh omongan Perawan Sesat. Suto pergi
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ ke Bukit Garinda menemui gurunya Perawan Sesat yang bergelar Nyai Lembah Asmara itu."

   "Untuk apa Suto ke sana?"

   "Nyai Lembah Asmara adalah perempuan sakti, keji, tapi mandul, ia hanya bisa memperoleh keturunan dari benih lelaki tanpa pusar. Pendekar Mabuk itulah lelaki tanpa pusar. Nyai Lembah Asmara akan menjadikan Suto sebagai lelaki pembenih, yang akan menurunkan bibitnya kepada Nyai Lembah Asmara."

   "Itu berarti Suto akan kawin dengan Nyai Lembah Asmara?!"

   Selendang Kubur ucapkan kata dengan tegang. Sang Guru masih memberi jawaban dengan kalem.

   "Setidaknya, Suto akan dikuasai oleh Nyai Lembah Asmara dan dipaksa agar mau melayani hasratnya. Padahal aku tahu persis, Nyai Lembah Asmara mempunyai racun yang tak dapat dilawan dengan ilmu apa pun. Racun itu bernama Racun Darah Asmara. Racun itu dipancarkan lewat sorot pandangan matanya. Siapa pun lelaki yang terkena sorot mata beracun, bisa luluh hatinya dan terbuai jiwanya, serta terbakar birahinya. Itulah kehebatan Racun Darah Asmara. Aku yakin, Pendekar Mabuk tak bisa menghindari racun itu. ia akan tunduk dengan cinta dan rayuan Nyai Lembah Asmara."

   Terasa panas sekujur dada Selendang Kubur, karena saat itu darah terasa mendidih. Terbayang kelicikan Nyai Lembah Asmara yang akan mempengaruhi Suto dengan memakai racun berbahaya itu. Maka tergugah pula
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ dendam yang paling dalam, yaitu ingin menggempur orang-orang Bukit Garinda, yang menjadi wilayah kekuasaan Nyai Lembah Asmara.

   "Jika begitu, Guru,"

   Selendang Kubur angkat bicara.

   "Saya akan gagalkan kunjungan Suto ke Bukit Garinda. Saya akan cegah Nyai Lembah Asmara itu menggunakan racun tersebut!"

   "Jangan gegabah, Selendang Kubur. Nyai Lembah Asmara bukan orang berilmu rendah. Tinggi ilmumu hanya mencapai separo dari ilmunya. Kau tak mungkin sanggup mengunggulinya. Aku sendiri merasa kalah tinggi dengan ilmunya."

   "Saya tidak peduli, Guru! Yang jelas, sekarang juga saya mohon pamit untuk pergi ke Bukit Garinda!"

   Selendang Kubur berkobar-kobar semangatnya. Mata jelinya menjadi nanar penuh kilasan lidah api amarah yang berkobar-kobar di dalam hatinya. Napasnya pun kelihatan lebih memburu.

   "Tahanlah amukan hatimu, Selendang Kubur. Jangan mati konyol tanpa perhitungan sedikit pun!"

   "Suto harus segera diselamatkan, Guru! Saya sudah bisa bayangkan kalau Suto menanamkan benih pada rahim Nyai Lembah Asmara, dan benih itu menjadi keturunan sang Nyai Lembah Asmara, sudah pasti keturunan itu akan menjadi manusia tanpa tanding, Guru."

   "Memang. Itulah sebabnya Lembah Asmara tidak bisa punya keturunan, sebab satu kali dia punya keturunan maka anaknya akan menjadi manusia tanpa
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ tanding. Padahal Nyai Lembah Asmara mempunyai aliran hitam. Tidak menutup kemungkinan kalau anaknya nantinya akan menjadi orang sesat yang tidak bisa dikalahkan oleh pendekar mana pun!"

   "Karena itu saya harus segera gagalkan rencana tersebut, Guru!"

   Sergah Selendang Kubur.

   "Aku tak bisa memberi keputusan sekarang. Biarkan aku duduk di sini merenungkan putusan yang lebih baik."

   Dalam hati Betari Ayu merasa khawatir terhadap jiwa Selendang Kubur.

   Tinggal satu murid yang menjadi benteng perguruannya.

   Jika Selendang Kubur tewas di tangan Nyai Lembah Asmara, habis sudah benteng Perguruan Merpati Wingit.

   Tetapi sang Guru juga melihat nyala dendam dan bela pati dari sang murid.

   Jika ia patahkan dengan larangan berangkat ke Bukit Garinda, pupus sudah semangat sang murid, susut sudah jiwa bela patinya, patah pula semangatnya.

   "Haruskah kuturunkan ilmu yang ada dalam Kitab Wedar Kesuma itu untuknya?"

   Pikir Betari Ayu dalam renungan panjangnya. Tapi, renungan itu terputus oleh kehadiran murid lainnya yang memberanikan diri menghadap dengan tergopoh-gopoh.

   "Ada apa kau menghadapku dengan wajah pucat, Prahasti?"

   "Guru, pedang pusaka Jalaganda dicuri oleh Selendang Kubur dan dibawanya lari, Guru!"

   Tersentak jantung Betari Ayu mendengarnya, ia gumamkan kata,
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ "Jalaganda dicuri? Selendang Kubur lari? Jelas, arahnya pasti ke Bukit Garinda.

   Anak itu tak bisa dikekang amarahnya.

   Berbahaya sekali.

   Tidakkah ia sadari bahwa pedang Jalaganda adalah pusaka yang hanya dipakai untuk pertarungan terakhir bagi orang yang sudah bosan hidup? Memang orang yang menggunakan Jalaganda bisa memperoleh kemenangan walau melawan seribu lawan, tapi selesai itu orang yang menggunakannya akan mati.

   Jalaganda akan pulang sendiri ke tempatnya tanpa pembawanya!"

   Cemas hati Betari Ayu bagai meruncingkan luka.

   Jalaganda bukan pedang sembarang pedang.

   Jalaganda merupakan pedang warisan eyang guru dari Betari Ayu yang merupakan pedang kemenangan dan kekalahan.

   Hanya tokoh-tokoh tua zaman dulu yang menggunakan pedang Jalaganda untuk bertarung, karena usai itu ia sudah siap mati tanpa meninggalkan dendam lagi.

   Sedangkan Betari Ayu tidak ingin satu-satunya murid andal yang tersisa itu mati bersama kemenangan pertarungannya.

   Nyai Betari Ayu masih membutuhkan Selendang Kubur untuk tetap menghidupkan perguruannya itu.

   "Aku harus segera menyusul Selendang Kubur. Aku tidak izinkan dia menggunakan pedang Jalaganda, agar ia tak ikut punah seperti yang lainnya. Dialah yang akan kujadikan penerus ilmu-ilmu Merpati Wingit dan mengembangkannya ke seluruh penjuru dunia,"

   Pikir Betari Ayu sambil berkemas mengenakan jubah kuningnya yang terbuat dari kain sutera lembut dan tipis.
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ Ikat kepala dari tali merah berbintik-bintik kuning keemasan, dengan kedua ujung terdapat logam runcing berbentuk mata tombak kecil, yang bisa pula digunakan sebagai pengikat rambutnya yang panjang digelung rapi di atas kepala, ia menarik napas beberapa kali.

   Terasa enteng badannya.

   Terasa sembuh betul luka-lukanya akibat minum tuak pemberian Pendekar Mabuk, sebelum pemuda itu pergi bersama Perawan Sesat.

   Kalau bukan karena pusaka Jalaganda, Nyai Guru Betari Ayu tidak akan keluar dari padepokannya.

   Jalaganda memang berbahaya.

   Selendang Kubur sendiri sebenarnya mengetahui akibat penggunaan pedang pusaka Jalaganda.

   Tetapi agaknya ia sudah siapkan diri untuk mati demi harga diri perguruannya.

   Gerakannya begitu cepat ketika ia menuju ke arah Bukit Garinda.

   Pedang Jalaganda disarungkan di punggung, melintang dengan gagahnya.

   Dalam hati Selendang Kubur terucap kata.

   "Akan kutunjukkan pada Suto, bahwa aku rela mati demi menyelamatkan dirinya dari Racun Darah Asmara. Akan kubuktikan pula kepada Nyai Guru, bahwa aku rela hancur demi nama baik dan kehormatan martabat perguruan. Tetapi... apakah Suto mau tahu dan mau percaya bahwa semua ini kulakukan demi cintaku padanya? Sudah layakkah aku berkorban untuk dia?"

   Tiba-tiba tanah lereng yang ada di depan Selendang Kubur itu longsor. Batu-batu besar yang ada di lereng itu menggelinding berjatuhan ke arahnya. Selendang Kubur cepat jejakkan kaki dan melenting di udara, hindari
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ bebatuan besar yang bisa bikin tubuhnya gepeng mirip tape.

   "Tak mungkin batu itu runtuh menggelinding sendiri,"

   Pikir Selendang Kubur setelah keadaan menjadi tenang.

   "Tak mungkin tanah itu longsor sendiri tanpa ada getaran bumi sedikit pun. Pasti ada orang yang sengaja mencelakai diriku."

   Mata jeli itu menjadi makin tajam, melirik ke sana-sini dengan liar.

   Sementara tubuh Selendang Kubur bersembunyi di celah batu yang ada di seberang lereng yang tadi longsor tanahnya.

   Tetapi untuk beberapa kejap hanya angin yang berhembus di sekelilingnya.

   Tak ada gerakan yang mencurigakan, atau kelebatan yang menarik perhatian.

   Kejap berikutnya barulah Selendang Kubur menangkap sosok bayangan lelaki berbaju merah dan bercelana hitam.

   Serta-merta Selendang Kubur lancarkan pukulan jarak jauh dari tempat persembunyiannya.

   Lelaki pendek sedikit gemuk itu tersentak kaget merasakan hawa panas sedang mengalir menuju ke arahnya dari arah belakang.

   Cepat-cepat ia balikkan tubuh dan menghadang pukulan hawa panas itu dengan satu sentakan tangan kosong ke arah depan.

   Rupanya ia sengaja adukan pukulan tenaga dalamnya dengan hawa panas yang mau membokongnya itu.

   Kedua pukulan tersebut beradu dan memancarkan kerlapan cahaya pijar yang begitu menyilaukan mata.

   Pecahnya cahaya itu tidak menimbulkan bunyi, melainkan mengguncangkan pepohonan yang ada di
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ sekelilingnya.

   "Siapa orang yang berani membokongku itu?!"

   Pikir lelaki bergelang akar bahar di tangan kirinya.

   Matanya memandang tajam ke sekeliling, sampai akhirnya ia temukan sosok perempuan muncul dari celah dua batu besar.

   Lelaki yang sudah dikenal Selendang Kubur sebagai pelayan si Gila Tuak, gurunya Suto, yang berjuluk Pujangga Keramat itu, segera serukan kata kemarahan.

   "Selendang Kubur, kau serang mengapa aku dari belakang?!"

   Buat Selendang Kubur, dia sudah tidak asing lagi mendengar ucapan aneh Pujangga Keramat.

   Sebab ia tahu persis Pujangga Keramat adalah manusia yang tidak pernah bisa menyusun kalimat.

   Dengan mudah Selendang Kubur mengerti maksud kata-kata Pujangga Keramat, ia dekati lelaki itu dengan tenang, tiada gentar sedikit pun.

   "Kau menyerangku lebih dulu, Pujangga Keramat."

   "Bilang siapa?! Aku datang baru saja, kau serang aku tahu-tahu dari belakang! Maksud apamu, hah?!"

   Melihat kerut dahi dan kecemberutan wajah Pujangga Keramat, Selendang Kubur temukan kejujuran kata orang itu. Tapi dalam hati Selendang Kubur segera tanyakan pada diri sendiri.

   "Lantas, siapa yang membuat lereng itu longsor dan batu-batu menggelinding menyerangku jika bukan Pujangga Keramat?!" * * *
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ MELIHAT sikapnya tidak bermusuhan, Pujangga Keramat pun ajukan tanya kepada Selendang Kubur.

   "Selendang Kubur, kau tahukah di mana Pendekar Mabuk ada?"

   "Ada perlu pentingkah kau mencari Pendekar Mabuk, Pujangga Keramat?"

   "Penting sangat! Ki Gila Tuak mencari Suto suruh aku. Ke mana-mana aku cari sudah dia, tapi kudengar tidak kabarnya,"

   Kata Pujangga Keramat sambil ikuti langkah kaki Selendang Kubur pelan-pelan. Mereka bagaikan jalan seiring melewati bekas longsoran tanah.

   "Aku dapat dari Ki Gila Tuak pesan penting untuk Pendekar Mabuk,"

   Tambah Pujangga Keramat.

   "Penting sekalikah itu?"

   "Penting biasa luar!"

   Jawab Pujangga Keramat dengan sedikit ngotot, yang maksudnya menyatakan bawah pesan itu luar biasa penting. Kemudian, kejap berikutnya Pujangga Keramat serukan kata lagi dengan semangat.

   "Suto punya tugas satu kerjakan ia belum. Pusaka Manik Intan yang ada di dasar telaga bersama Tuaknya Setan itu, belum ambil ianya. Cemas Ki Gila Tuak jadinya. Takut ia kalau Pusaka Manik Intan jatuh di orang-orang sesat tangan."

   "Pusaka Manik Intan?!"

   Gumam Selendang Kubur sambil menghentikan langkah di luar kesadarannya. Saat ia termenung memikirkan kabar itu, Pujangga Keramat
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ sudah ucapkan kata lagi.

   "Ki Gila Tuak suruh jaga aku itu telaga, sampai datang Suto aku tak tahu. Karena itu aku carilah dia!"

   Selendang Kubur sendiri baru ingat bahwa menurut kabarnya, Pusaka Tuak Setan itu terkubur di dasar telaga bersama satu pusaka lagi milik Bidadari Jalang, yaitu Pusaka Manik Intan.

   Sedangkan Bidadari Jalang juga merupakan gurunya Pendekar Mabuk yang dulu sering tampil sebagai tokoh sesat, tapi sekarang sudah beralih ke golongan putih sejak mempunyai murid Suto (Baca serial Pendekar Mabuk dalam episode.

   "Bocah Tanpa Pusar"). Terawang ingatan Selendang Kubur kepada Suto, bahwa Pendekar Mabuk itu beberapa kali ia temui tapi tak terlihat Cincin Manik Intan tersemat di jarinya. Itu pertanda Pusaka Manik Intan belum ditemukan oleh Suto. Sedangkan Pusaka Tuak Setan telah tertelan oleh Suto pada saat diperebutkan dari tangan si Mawar Hitam dari Pulau Hantu (Baca serial Pendekar Mabuk dalam episode.

   "Pusaka Tuak Setan"). Selendang Kubur belum mengetahui hal itu, sehingga hatinya pun bertanya-tanya, apakah Tuak Setan berhasil dilenyapkan oleh Suto, atau diminum oleh seseorang dari golongan sesat? "Selendang Kubur,"

   Ucap Pujangga Keramat lagi.

   "Jika tahu kau Suto di mana, tolong kasih aku tahu tentang dianya. Dia harus cepat cari itu pusaka sebelum jatuh ke orang-orang sesat tangan."

   "Pujangga Keramat, sebenarnya aku tahu di mana Pendekar Mabuk. Tapi keadaannya sangat tidak
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ memungkinkan untuk dihubungi secepat ini."

   "Kasihlah tahu aku!"

   Desak Pujangga Keramat.

   "Dia ada di Bukit Garinda, sedang dalam bahaya. Aku sendiri sedang menuju ke sana untuk membebaskan Suto dari rencana jahat Nyai Lembah Asmara, penguasa Bukit Garinda itu!"

   Pujangga Keramat kerutkan dahi tajam-tajam.

   "Aku pernah seperti dengarnya itu nama Nyai. Kalau tak salah, dia ratu keji dingin darah!"

   "Memang benar! Menurut keterangan dari guruku juga begitu. Tapi aku tak takut, Pujangga Keramat. Aku tidak gentar. Aku harus bisa membebaskan Suto dari cengkeraman mesra Nyai Lembah Asmara itu!"

   "Oho, ada cengkeraman mesra jugalah? Itu tanda cemburu kau padanya! He he he...!"

   Pujangga Keramat terkekeh jelek, tapi tidak menyakitkan hati, hanya membuat Selendang Kubur sunggingkan senyum malunya sedikit. Pujangga Keramat goda hati perempuan itu.

   "Ada hatilah kau padanya, Selendang Kubur?"

   "Ya,"

   Jawab Selendang Kubur singkat tapi tegas.

   "Suto cintalah juga dengan kau?"

   "Aku tak tahu apakah dia cinta juga padaku atau tidak, yang jelas aku tak rela kalau Pendekar Mabuk berada dalam cengkeraman mesra Nyai Lembah Asmara! Lebih baik aku bertarung sampai mati dengan nyai keji itu!"

   Selendang Kubur tak sadar ucapkan kata dalam geram amarah tertahan.

   "Kuingat-ingatkan, jangan kaulah gegabah serang dia
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ nyai! Kau bisa binasalah di tangannya, Selendang Kubur,"

   Pujangga Keramat tampakkan sikap bijaknya. Tapi Selendang Kubur agaknya kurang peduli dengan saran itu, sehingga ia cepat ucapkan kata.

   "Aku sudah siap mati untuk Pendekar Mabuk!"

   Pujangga Keramat angguk-anggukkan kepala. Renungkan kata-kata itu beberapa saat sambil melangkahkan kaki pelan-pelan, lalu pada kejap berikut dia berkata.

   "Begitu kalau, ikut sajalah aku ke sana! Sama-sama kita bebaskan Suto dari itu tangan nyai!"

   "Kau mau ikut ke Bukit Garinda?"

   "Iyalah! Kupunya tugas untuk Suto-nya sendiri!"

   "Tapi bagaimana dengan tugasmu menjaga Manik Intan itu?"

   "Cepatlah aku pulangkan telaga setelah selesai sampaikan pesan dari Suto gurunya."

   Selendang Kubur tidak merasa keberatan.

   Sekalipun susah diajak bicara, tapi Pujangga Keramat bisa menjadi penambah kekuatan dalam penyerangan ke Bukit Garinda.

   Tetapi ada satu hal yang membuat hati Selendang Kubur gelisah, ia menangkap suara napas orang dari suatu persembunyian, ia pun bisikkan kata pada Pujangga Keramat.

   "Tahukah kau ada yang mengintai kita, Pujangga Keramat?"

   "Ya, aku tahulah!"

   Jawab Pujangga Keramat dengan bahasa yang menurutnya sudah benar dan selalu indah.

   "Kita jebak dia, Pujangga Keramat! Kita cepat
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ menghilang di balik gerombolan bebatuan di sebelah kanan sana."

   Pujangga Keramat hanya anggukkan kepala pelan.

   Kejap berikutnya dua tokoh itu jejakkan kaki dan melesat cepat bagaikan terbang.

   Menghilang di balik gerombolan bebatuan yang menggugus.

   Dari sanalah mata mereka saling berpencar, menyusuri tiap jengkal tempat dengan liar.

   "Ssst...!"

   Colek Pujangga Keramat.

   "Ke timur lihatlah!"

   Selendang Kubur tetapkan pandang matanya ke arah timur.

   Kepalanya kian tunduk merunduk.

   Di sana tampak sosok tubuh sedikit gemuk berpakaian serba hitam.

   Tepian pakaian orang itu dililit kain kuning emas kecil.

   Wajah orang itu berkumis dan bercambang tipis.

   Matanya sedikit sipit memancarkan kebengisan.

   Sebuah pedang bersarung perak berukir ada di pinggang kirinya.

   Pujangga Keramat kembali bisikkan kata.

   "Ingatkah kau itu orang?"

   "Ya. Kalau tak salah dia yang bernama Datuk Marah Gadai!"

   "Dia yang intai kita tadi sejak."

   "Kurasa begitu. Tapi untuk apa dia intai kita?"

   "Tak tahu akulah!"

   Sambil Pujangga Keramat sedikit angkat kepala dan pundaknya tanda tidak tahu-menahu maksud Datuk Marah Gadai.

   "Kita sikat dia sajalah!"

   Bisik Pujangga Keramat lagi.

   "Jangan dulu. Kita kepingin tahu dulu, apa maksud dan tujuannya intai kita dari sana!"

   Seraya Selendang
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ Kubur tahankan tangannya ke pundak Pujangga Keramat.

   Datuk Marah Gadai salah satu dari tokoh sakti yang ingin menguasai tanah Jawa kelihatan sedang mencari-cari barang intaiannya.

   Ia berdiri di sebuah batu, terlindung semak ilalang tinggi bagian depannya, ia tak tahu ada yang mengintainya dari samping kirinya.

   Kejap berikutnya Datuk Marah Gadai tampak kecewa.

   Kemudian ia tinggalkan tempat itu dalam satu lompatan bertenaga ringan.

   Dan pada saat ia melesat pergi, tampak pula sosok bayangan berpakaian hitam pula yang menyusul kepergiannya.

   Sosok yang menyusul itu sempat tertangkap oleh mata Selendang Kubur.

   Hatinya mengucap kata bernada heran.

   "Dirgo Mukti...?! Untuk apa dia menyusul Datuk Marah Gadai? Atau mungkin mereka memang bersepakat mengintaiku dari kejauhan?"

   Dirgo Mukti, seorang pemuda tampan yang mengaku dirinya Manusia Sontoloyo.

   Selama ini, Selendang Kubur mengira Dirgo Mukti tidak punya niat jahat kepadanya, selain niat ingin mencicipi kehangatan tubuhnya dengan kenakalan hidung belangnya itu.

   Tapi memang hal itu tak pernah diberikan oleh Selendang Kubur.

   Dirgo Mukti yang pernah menolongnya dari luka parah itu memang kecewa, tapi haruskah kekecewaan Dirgo Mukti itu membuatnya bergabung dengan Datuk Marah Gadai dan bekerja sama untuk menundukkan dirinya? Atau, mungkin memang sejak dulu mereka mempunyai jalinan hubungan akrab yang baru sekarang
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ diketahui Selendang Kubur? Ternyata keadaan sesungguhnya tidak seperti dalam kecamuk hati Selendang Kubur.

   Dirgo Mukti adalah Dirgo Mukti, Datuk Marah Gadai adalah Datuk Marah Gadai.

   Mereka tak punya hubungan, bahkan mereka belum saling kenal secara hadap-hadapan.

   Mereka hanya saling kenal nama dari mulut ke mulut saja.

   Jika hari itu Dirgo Mukti melesat di belakang Datuk Marah Gadai, itu hanyalah sesuatu yang bersifat kebetulan saja.

   Kebetulan mereka sama-sama mendengar keterangan Pujangga Keramat tadi mengenai cincin pusaka Manik Intan, sehingga di dalam hati mereka saling mempunyai keinginan untuk memiliki cincin tersebut.

   Dari balik persembunyiannya tadi, Dirgo Mukti sempat menangkap adanya orang lain yang juga bersembunyi mengintai Selendang Kubur.

   Pada awal tujuan Dirgo bersembunyi hanya untuk menjaga keselamatan Selendang Kubur.

   Sebab bagaimanapun juga alotnya perempuan itu, Dirgo Mukti masih punya gairah untuk bercumbu dengan Selendang Kubur.

   Namun demi ia melihat orang lain bersembunyi mengintai Selendang Kubur, ia jadi curiga.

   Lebih curiga lagi setelah dengar pula penuturan dari Pujangga Keramat tentang pusaka cincin Manik Intan itu.

   Ketika ia melihat lelaki sedikit gemuk itu melesat pergi, naluri Dirgo mengatakan, bahwa lelaki itu pergi ke Telaga Manik Intan.

   Maka segera ia ikuti kepergiannya.

   Karena tiba-tiba dalam pikiran Dirgo Mukti timbul niat untuk memiliki pusaka tersebut.
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ Dirgo Mukti mendengar adanya Pusaka Tuak Setan dan Pusaka Manik Intan dari gurunya.

   Konon, Pusaka Tuak Setan mampu mengeluarkan badai yang dapat menyapu tanah Jawa dalam satu kali hembusan napas seseorang yang telah meminumnya.

   Sedangkan Pusaka Manik Intan adalah cincin yang bisa menyalurkan tenaga dalam seratus kali lipat dari tenaga dalam yang dikeluarkan oleh pemakainya.

   Dalam pikiran Dirgo terbetik kata-kata.

   "Kalau aku bisa memiliki cincin itu, maka aku pasti bisa mengalahkan Pendekar Mabuk dalam pertarungan bulan depan di Bukit Jagal. Dan kalau aku bisa mengalahkan Suto, maka sebagai taruhannya Peri Malam akan tunduk kepada cintaku, mau menerima cintaku dan mau kuajak tidur bersama sepanjang masa. Bisa tak bisa aku harus bisa mendapatkan Cincin Pusaka Manik Intan itu!"

   Memang benar pemikiran Dirgo Mukti.

   Ia perlu memiliki cincin tersebut karena kekuatan dahsyat yang ada di dalamnya.

   Cincin Pusaka Manik Intan adalah cincin yang bukan sembarang cincin.

   Menurut penuturan para tokoh tua di rimba persilatan, cincin itu adalah jelmaan dari air mata seorang bidadari yang menangis.

   Karena dendam tak bisa terlampiaskan, amarah bidadari itu hanya bisa tercurah dalam bentuk tangis.

   Air mata itu menggumpal dan membeku keras menjadi batu, yang kemudian ditemukan oleh tokoh sakti pada zaman dulu yang menjadi Guru dari si Gila Tuak dan Bidadari Jalang, yaitu pasangan suami-istri Eyang Purbapati dan
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ Eyang Nini Galih.

   Karena pusaka itu berbahaya di tangan Bidadari Jalang yang lebih sering mengumbar nafsu angkara murkanya, maka si Gila Tuak bersepakat untuk saling menghancurkan atau menguburkan pusaka-pusaka yang berbahaya bagi keselamatan orang banyak.

   Gila Tuak menguburkan Pusaka Tuak Setan dan Bidadari Jalang menguburkan Pusaka Manik Intan.

   Dan inilah adalah siasat dari Gila Tuak yang ingin mengurangi ilmu saudara seperguruannya itu agar kesesatan langkahnya tidak terlalu banyak menimbulkan korban.

   Sebab jika Bidadari Jalang memiliki cincin pusaka yang tercipta dari tetesan air mata bidadari murka itu, maka habis sudah seluruh penduduk bumi ini dibinasakan oleh kemurkaannya.

   Tetapi sejak Bidadari Jalang mengangkat Suto sebagai muridnya juga, setelah banyak ilmunya diturunkan kepada bocah tanpa pusar itu, maka persoalan Cincin Manik Intan diserahkan sepenuhnya kepada Suto.

   Bidadari Jalang tidak mau peduli apakah cincin itu akan dimusnahkan atau dipakai sendiri oleh Pendekar Mabuk, yang penting jangan sampai jatuh ke tangan orang-orang sesat.

   Memang, si Gila Tuak menyarankan agar cincin itu ikut dimusnahkan saja.

   Tapi agaknya cincin itu punya pertalian jiwa dengan Pusaka Tuak Setan.

   Di mana Tuak Setan berada di situ pula cincin itu tinggal.

   Padahal Tuak Setan ada di dalam tubuh Pendekar Mabuk, apakah cincin itu juga harus berada di antara jari tangan Pendekar Mabuk?
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ Yang jelas cincin itu sekarang sedang dalam incaran Datuk Marah Gadai. Dalam hati orang yang dari dulu mengejar-ngejar Pusaka Tuak Setan itu berkata.

   "Tak kuperoleh Pusaka Tuak Setan, asalkan Pusaka Cincin Manik Intan itu kudapatkan, puaslah hatiku! Sungguh aku tak menyangka kalau cincin itu masih ada di dasar telaga. Tempo hari aku mencarinya sampai susah payah, belum juga kutemukan. Kupikir telah diambil oleh Suto Sinting, ternyata menurut keterangan pelayan si Gila Tuak tadi, cincin tersebut masih ada di dasar telaga. Sampai sehari penuh harus berendam pun, aku tak merasa keberatan!"

   Namun baru saja Datuk Marah Gadai pijakkan kakinya di tanah tepi telaga, tahu-tahu hatinya dikejutkan oleh munculnya sesosok pemuda tampan yang melompat bagaikan terbang melalui atas kepalanya.

   Pemuda itu mendaratkan kakinya tepat di depan Datuk Marah Gadai dalam keadaan memunggungi.

   Jaraknya antara lima langkah.

   Pemuda bersenjata kapak dua mata itu tak lain adalah Dirgo Mukti yang mengangkat diri sebagai Manusia Sontoloyo.

   Dirgo Mukti segera balikkan badan menjadi saling berhadapan dengan Datuk Marah Gadai.

   Orang yang usianya antara sepuluh tahun lebih tua darinya itu segera kerutkan kening sambil usapkan kumis sedikit.

   Dadanya terbusung ke depan dengan kepala sedikit ditarik ke belakang, lalu melontarkan tanya dengan suaranya yang tergolong besar.

   "Siapa kau, Anak Muda?!"

   Tanya Datuk Marah Gadai
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ dengan lagak bijaknya.

   "Rupanya kau tokoh baru di rimba persilatan ini, sehingga tidak mengenali diriku!"

   Kata Dirgo Mukti dengan angkuhnya. Datuk Marah Gadai serukan tawa bernada mengejek.

   "Kau itu anak ingusan, mana mungkin aku mengenalimu? Bukan karena aku tokoh baru di dunia persilatan, tapi karena kau terlambat muncul karena masih menetek ibumu, jadi aku tidak mengenalimu!"

   "Bicaralah dengan tutur kata yang baik dan sopan, Pak Tua!"

   Makin terkekeh geli Datuk Marah Gadai dipanggil dengan sebutan 'pak tua'.

   Baginya itu panggilan yang belum waktunya muncul.

   Tapi karena yang menyerukan adalah mulut bocah ingusan, Datuk Marah Gadai pun merasa tidak perlu mempermasalahkannya.

   Yang menjadi masalah adalah maksud dan tujuan anak muda di depannya itu.

   "Sebutkan namamu atau kuhabiskan nyawamu sekarang juga?"

   Datuk mulai mengawali ancamannya dengan sudut mata menatap bengis.

   "Kurasa kau tak perlu mengancam Dirgo Mukti yang sudah kesohor kesaktiannya ini, Pak Tua! Tentunya kau pun pernah mendengar gelar kejayaanku sebagai Manusia Sontoloyo, yang merupakan satu-satunya tokoh tangguh yang sulit ditumbangkan!"

   "Ha ha ha ha.... Manusia Sontoloyo! Nama baru yang benar-benar nama untuk orang loyo. Ha ha ha...!"

   "Tutup mulutmu, Kambing tua!"

   Sentak Dirgo Mukti
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ dengan mata menatap tajam.

   Tetapi sentakannya itu tidak membuat Datuk Marah Gadai hentikan tawanya, melainkan justru pertambah keras tawanya yang bergelak-gelak itu.

   Dirgo Mukti menggeram sambil keraskan kepalan tangannya.

   Kejap berikutnya, Datuk Marah Gadai ucapkan kata.

   "Dirgo Mukti, seharusnya kau berhati-hati dalam bicara dengan Datuk Marah Gadai ini!"

   Sambil Datuk tepukkan dada sendiri.

   Dirgo Mukti sedikit picingkan mata pertanda pikirkan sesuatu, ia pernah mendengar nama Datuk Marah Gadai, tapi bukan dari gurunya, melainkan dari mulut Selendang Kubur.

   Seingatnya, Selendang Kubur pernah menceritakan bahwa orang yang bernama Datuk Marah Gadai itu juga tokoh sakti yang sukar ditumbangkan.

   Hal itu membuat Dirgo Mukti ingin sekali menjajalnya.

   Datuk berkata lagi.

   "Ketahuilah, Dirgo Mukti, Datuk Marah Gadai adalah orang yang sulit memberikan ampunan bagi lawannya. Jadi kusarankan cepat angkat kaki dari depanku jika kau punya maksud memusuhiku, Sontoloyo!"

   Dirgo Mukti sunggingkan senyum sinisnya.

   'Tidak ada aturan mundur dalam sejarah kependekaran Dirgo Mukti! Apalagi aku tahu maksudmu datang ke telaga ini, yaitu ingin mendapatkan Pusaka Cincin Manik Intan! Hhmm...! Tak akan kubiarkan pusaka itu jatuh ke tanganmu, Datuk Marah Gadai!"

   Tadi, ketika Dirgo menyebutkan Cincin Manik Intan, mata Datuk Marah Gadai terperanjat sekejap. Perasaan
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ bermusuhan tiba-tiba meletup keras di hatinya, sebab Dirgo Mukti adalah orang pertama yang dianggapnya jadi penghalang niatnya yang sudah yakin bahwa cincin itu masih ada di dasar telaga.

   Karena itu, Datuk Marah Gadai pun segera kepalkan kedua tangannya dan berkata geram.

   "Jangan harap kau bernapas esok pagi jika kau ingin menguasai cincin pusaka itu juga, Sontoloyo!"

   "Buktikan omonganmu! Aku ingin menakar seberapa tinggi ilmu yang kau miliki sebenarnya, Datuk Marah Gadai!"

   "Kurang ajar! Anak kambing muda berani menantangku?! Hiih...!"

   Datuk Marah Gadai melancarkan pukulan jarak jauh dengan sentakkan tangan kirinya ke depan.

   Tapi Dirgo segera hentakkan kakinya dan melesat terbang ke arah Datuk Marah Gadai dengan kaki miring melayang.

   Datuk Marah Gadai segera silangkan tangan di atas kepala untuk menangkis tendangan kaki lawannya.

   Plakkk...! Kaki tertangkis, tangan kanan Datuk Marah Gadai menghentak tepat mengenai dada si Manusia Sontoloyo.

   Blegh...! "Hegh...!"

   Dirgo Mukti tersentak dengan napas tertahan, ia tak menyangka pukulan Datuk Marah Gadai begitu keras, berat, dan cepat.

   Tubuhnya terlempar cukup jauh dari pukulan itu.

   Datuk Marah Gadai segera melompat mengejar Dirgo Mukti yang terjerembab dalam jarak sepuluh langkah darinya.

   Sebuah pukulan jarak jauh dihantamkan oleh Datuk Marah Gadai,
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ membuat Dirgo Mukti terpaksa melesat jauh lagi untuk menghindari.

   Ketika mereka baku hantam di sebelah sana, diam-diam seseorang yang telah mendengar percakapan tadi masuk ke dalam telaga.

   Melihat cara menceburkan diri ke tengah telaga tanpa suara sedikit pun, jelaslah dia orang berilmu tinggi.

   Air pun tak memercik banyak.

   Jelas pula orang itu mengincar Pusaka Cincin Manik Intan.

   * * * CAHAYA pagi menerobos dedaunan hutan.

   Pendekar Mabuk berlari sambil memanggul Perawan Sesat yang terluka parah karena pukulannya.

   Pendekar Mabuk terpaksa berhenti sejenak untuk memeriksa luka dalam Perawan Sesat itu.

   Ternyata keadaan bertambah membahayakan jiwa perempuan yang berambut acak-acakan itu.

   "Perjalanan ini tak bisa dilanjutkan,"

   Pikir Suto.

   "Bisa-bisa perempuan ini mati sebelum kutemukan daerah yang bernama Bukit Garinda. Aku harus berusaha menyembuhkannya dulu. Kalau dia mati, aku akan kehilangan jejak tentang tempat tinggal kekasihku, Dyah Sariningrum."

   Suto memang tidak tahu bahwa dirinya telah
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ dikelabui oleh Perawan Sesat.

   Rasa cinta Suto kepada seseorang yang bernama Dyah Sariningrum dijadikan kesempatan melumpuhkan amukan Suto pada saat geger di Perguruan Merpati Wingit.

   (Baca serial Pendekar Mabuk dalam episode.

   "Perawan Sesat"). Suto Sinting percaya, bahwa Perawan Sesat diutus oleh gurunya untuk membawa Suto ke Bukit Garinda, dan gurunya itu bernama Dyah Sariningrum. Suto memang tak pikir-pikir lagi begitu mendengar nama Dyah Sariningrum disebutkan. Bahkan ia sendiri yang mendesak Perawan Sesat agar segera dibawa ke Bukit Garinda. Karenanya, walau susah payah ia harus menggendong Perawan Sesat yang terluka oleh pukulan tabung tuaknya, Suto merasa masih punya tenaga untuk berlari satu hari satu malam lagi. Sayang, hal itu tidak bisa ia lanjutkan mengingat keadaan Perawan Sesat kian bertambah parah. Sekujur tubuh Perawan Sesat bukan hanya pucat kebiru-biruan, tapi juga mengeluarkan bintik-bintik merah dari setiap pori-porinya. Ini yang mencemaskan Suto. Sebab dia tahu pukulan jurus 'Bumbung Bernyawa' itu punya akibat sangat buruk bagi orang yang ilmu tenaga dalamnya tidak terlalu tinggi. Darah bisa memercik keluar dari pori-pori tubuh, dan orang itu akan menemui ajal secara mengerikan. Baru saja Suto Sinting yang berpakaian coklat tua dengan celana putih itu ingin melakukan penyembuhan terhadap luka Perawan Sesat, tiba-tiba ia dikejutkan dengan hembusan angin cepat di arah belakangnya. Hembusan angin itu dirasakan bukan hembusan angin
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ sembarangan. Cepat pula Pendekar Mabuk kibaskan bumbung tuaknya ke belakang sambil putar tubuhnya. Wuuut...! "Aahg...!"

   Kibasan angin bumbung itu membuat seseorang bertubuh kurus kering terpental jatuh ke belakang dalam jarak empat langkah. Orang itu menyeringai memegangi pinggangnya yang terasa mau patah itu. Ia bangkit dengan menggeliat sakit dan menggerutu.

   "Sial! Begitukah sambutanmu kepada orang yang tidak memusuhimu, Suto?"

   "O, maafkan aku, Peramal Pikun! Kukira kau musuh yang ingin memukulku dari belakang!"

   Peramal Pikun, orang yang sudah berambut uban merata dengan alis dan jenggotnya pun putih semua, sedikit terpincang-pincang mendekati Suto. Dari mulut tuanya masih mengeluarkan gerutuan yang membuat Pendekar Mabuk jadi tersenyum geli.

   "Aku tak pernah membokong musuhku, kecuali kepepet!"

   Peramal Pikun hentikan langkah setelah jaraknya hanya dua tindak dari Suto.

   Matanya terkesiap sekejap ketika memandang sosok tubuh Perawan Sesat yang dibaringkan oleh Pendekar Mabuk di rerumputan.

   Kejap berikutnya orang tua kurus kering itu terkekeh dalam tawanya, sambil ia lirikkan mata kepada Suto dengan menggoda.

   "He he he... aku tahu, aku tahu! Kau ingin perkosa gadis ini, bukan? He he he boleh!"

   Peramal Pikun
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ manggut-manggut.

   "Menurut ramalanku, kau akan berhasil perkosa gadis ini, Suto. Lakukanlah, aku bersembunyi dulu!"

   Cepat tangan Pendekar Mabuk menarik kain pembalut tubuh Peramal Pikun di bagian pundak. Bett...! Langkah lelaki tua yang mirip tulang dibungkus kulit itu jadi berhenti. Wajahnya dipalingkan ke belakang dengan malu-malu. Suto tersenyum dan berkata.

   "Tetaplah di sini! Aku tidak akan perkosa dia. Dia pingsan. Kalau dia tidak pingsan, mungkin aku yang akan diperkosanya, atau barangkali kau juga, Pak Tua!"

   "Aku...?! O, itu tidak mungkin. Aku sudah tidur semalaman dengan Perawan Sesat ini dalam sebuah gua, tapi dia agaknya tidak berminat menikmati tubuh kurusku ini!"

   "Kau sudah bersamanya sebelum ini?"

   "Ya. Dia yang desak aku dan ancam aku untuk menunjukkan di mana dirimu berada. Dia memang ingin sekali bertemu denganmu. Lalu, kami berpencar, aku ke utara dan dia ke selatan. Rupanya dia yang beruntung, bisa bertemu denganmu. Tapi..., oh, ya... kenapa ia pingsan, Suto?"

   "Terkena pukulanku!"

   Jawab Suto sambil membuka tutup bumbung tuaknya, ia menenggak beberapa teguk ketika Peramal Pikun bertanya.

   "Apakah lukanya parah?"

   "Sangat parah. Karena itu aku membutuhkan tempat untuk menyembuhkan luka-lukanya. Aku tahu, pukulan itu sebentar lagi akan membuat ia semaput!"

   
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ "Lalu, kenapa kau ingin menyembuhkannya? Bukankah kau yang telah memukulnya dengan sengaja?"

   "Ya. Tapi aku waktu itu tidak tahu, bahwa ia akan membawaku kepada seseorang yang menjadi kekasihku, yaitu orang yang bernama Dyah Sariningrum!"

   Terkesiap mata Peramal Pikun seketika itu juga.

   Terperanjat ia dalam kejut tertahan.

   Ada napas yang ditariknya satu sentakan.

   Dan pada saat itu, Suto melihat ada darah mengalir keluar dari lubang telinga Peramal Pikun.

   Keluarnya darah itu pernah dilihat oleh Suto beberapa waktu yang lalu, ketika, ia menyebutkan nama Dyah Sariningrum (Baca serial Pendekar Mabuk dalam episode.

   "Darah Asmara Gila"). Melihat keanehan itu, hati Suto jadi bertanya-tanya.

   "Mengapa tiap kali kusebutkan nama Dyah Sariningrum telinga Peramal Pikun itu jadi berdarah?! Wajahnya pun kulihat terperanjat dan sorot matanya secepatnya beralih pandang ke arah lain. Dalam indera penglihatanku, ada rasa takut dan waswas dalam hati Peramal Pikun jika kusebutkan nama perempuan yang sangat kurindukan dan ingin kutemui itu. Mengapa ia begitu? Pasti ada rahasia aneh yang tersimpan dalam olehnya."

   Darah itu hanya menggumpal di tepi lubang telinga Peramal Pikun.

   Tapi agaknya Peramal Pikun tidak menyadari atau memang berpura-pura tidak mengetahui keluarnya darah kental itu.

   Bahkan Peramal Pikun segera alihkan pembicaraan kepada masalah lukanya Perawan Sesat itu.
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ "Suto, kalau kau butuh tempat untuk mengobati perempuan ini, bawalah dia ke pondokku yang kebetulan tak jauh dari sini!"

   "Ada siapa saja di pondokmu itu, Peramal Pikun?"

   "Tak ada siapa pun selain diriku!"

   Jawab Peramal Pikun.

   "Baiklah. Tapi sebelum itu aku ingin ajukan satu pertanyaan tentang kekasihku yang...."

   "Ikutilah aku!"

   Potong Peramal Pikun, ia segera menjejakkan kaki ke tanah dan tubuh kurusnya melenting di udara, melesat ke arah tikungan jalan.

   Suto terkesiap sejenak, lalu bergegas mengangkat tubuh Perawan Sesat dan membawanya lari menyusul Peramal Pikun.

   Pendekar Mabuk memang sangat penasaran dengan perempuan cantik idaman hatinya yang ia temukan dalam semadinya di dalam gua, tempat tinggal gurunya.

   Kalau saja waktu ia bersemadi sukmanya tidak dipakai melayang ke mana-mana, hanya khusus untuk mencari Pusaka Tuak Setan, mungkin ia tak sempat jumpa dengan perempuan cantik bernama Dyah Sariningrum.

   Tetapi menurut si Gila Tuak, gurunya itu, jika Suto sempat bertemu dengan perempuan dalam semadinya, maka perempuan itulah yang kelak menjadi jodoh Suto dalam waktu yang tak terbatas.

   Tapi di mana Dyah Sariningrum berada, sampai saat ini Pendekar Mabuk belum bisa menemukan tempatnya yang pasti.

   (Baca serial Pendekar Mabuk dalam episode.

   "Pusaka Tuak Setan").
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ Satu-satunya orang yang dianggap mampu menjadi penunjuk jalan untuk menemukan tempat tinggal Dyah Sariningrum adalah Peramal Pikun.

   Hanya orang kurus kering itulah yang menjadi satu-satunya orang yang dicurigai Suto telah menyimpan rahasia tentang jati diri kekasih idaman hatinya itu.

   Tapi agaknya tak mudah mengorek keterangan dari mulut Peramal Pikun mengenai Dyah Sariningrum.

   Karena setelah mereka tiba di pondok tempat bernaungnya Peramal Pikun, lelaki tua renta itu langsung mengajaknya bicara mengenai kesaktian dan kehebatan ilmu-ilmu yang dimiliki Perawan Sesat itu.

   "Aku tahu dia punya guru yang sangat tinggi ilmunya,"

   Kata Peramal Pikun.

   "Apakah gurunya itu yang bernama Dyah Sariningrum?!"

   Pancing Suto, tapi Peramal Pikun tidak menjawab. Hanya tubuhnya kentara sedikit mengalami sentakan halus. Kemudian kembali telinganya tampak mengeluarkan darah tak banyak. Peramal Pikun pun kembali alihkan bicara.

   "Lakukanlah penyembuhan dengan segera, sebelum nyawa perempuan liar ini melayang. Agaknya dia memang orang yang kau butuhkan. Dia bisa membantumu."

   "Kau yakin begitu?"

   "Tidak,"

   Jawab Peramal Pikun sambil keluar dari pondoknya yang beratap rumbia, yang terletak di tengah kerimbunan hutan liar. Malam mulai datang. Cahaya purnama berpendar di
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ atas memandangi bumi.

   Sejenak Pendekar Mabuk ingat janji pertarungannya dengan Manusia Sontoloyo pada purnama kedua nanti.

   Tapi untuk sementara ia kesampingkan dulu tantangan Dirgo Mukti tersebut, ia masih membutuhkan pemusatan pikiran untuk penyembuhan luka Perawan Sesat.

   Ketika malam semakin kelam, selesai sudah penyembuhan yang dilakukannya terhadap Perawan Sesat.

   Suto tinggal menunggu perempuan itu siuman.

   Untuk membuang rasa penat di dalam pondok berdinding anyaman pandan itu, Suto melangkah keluar.

   Ditatapnya Peramal Pikun yang duduk di atas sebuah batu, lima langkah dari pondoknya, merenung sambil dongakkan kepala, bak sedang mengamati indahnya rembulan.

   Pendekar Mabuk mendekatinya sambil menenteng bumbung tuak yang tak pernah jauh dari jangkauannya itu.

   Ia duduk di batang pohon kering yang tumbang miring.

   Di sana ia teguk tuaknya beberapa kali, kemudian ia segera ajukan tanya kepada Peramal Pikun.

   "Aku ingin sekali mengetahui suatu rahasia yang amat penting bagi hidupku. Maukah kau menjawabnya?"

   Peramal Pikun tidak menjawab, melainkan justru bertanya.

   "Bagaimana keadaan Perawan Sesat itu?"

   "Sudah membaik. Sebentar waktu dia akan siuman."

   "Dia cantik. Kau sepaham dengan pendapatku?"

   "Ya. Memang cantik. Tapi jiwanya liar dan buas."

   "Itulah yang amat kusayangkan. Barangkali memang begitulah perangai jati dirinya yang tak bisa dipungkiri
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ lagi. Sebagai orang tua, aku menaruh rasa kagum terhadap keberanian dan jiwanya. Dia pemberani dan tegas, pendiriannya sekeras batu gunung! Tak ada ruginya punya istri macam dia."

   Suto hanya sunggingkan senyum malas. Sepertinya ia tidak tertarik dengan percakapan itu. Tapi demi menyenangkan hati si kurus kering itu, Suto tetap mendengarkan kata-katanya.

   "Perempuan itu bukan hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga akan bisa melindungi suami dan anak-anaknya kelak. Semangat cintanya pun menggebu-gebu. Menurut ramalanku, dia seorang perempuan yang mempunyai kehangatan cinta yang akan berkobar sepanjang masa."

   Sekali lagi Suto sunggingkan senyum dan lontarkan tawa pendek serta pelan, ia tidak kasih ulasan, sehingga Peramal Pikun segera ajukan pertanyaan.

   "Apa kau tidak tertarik padanya, Suto?"

   "Tidak!"

   Jawab Pendekar Mabuk tegas.

   "Jangan lihat liarnya, tapi lihatlah hasil akhirnya nanti!"

   Suto makin kekehkan tawa geli.

   "Aku tak ada minat sedikit pun untuk jatuh cinta kepada perempuan lain, kecuali kekasihku yang...."

   "Hentikan!"

   Sergah Peramal Pikun dengan wajah tegang dan bersungguh-sungguh. Bahkan ia cepat berdiri dengan tutupkan telinga memakai kedua tangannya. Suto memandang dengan heran. Sebelum lontarkan tanya, Peramal Pikun sudah lebih dulu bicara,
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ "Jangan sebut lagi nama itu!"

   "Kenapa?"

   "Kali ini aku bisa marah jika kau sebutkan nama orang yang kau rindukan itu!"

   "Aku butuh alasan, Peramal Pikun!"

   "Tidak ada alasan!"

   "Kau membuatku bingung!"

   "Tidak perlu bingung! Aku hanya minta, jangan sebut nama itu. Tak sulit menuruti permintaanku, bukan?!"

   Suto menarik napas panjang.

   Ketegangan yang terjadi ingin diredakan kembali.

   Untuk itu Suto tak berani mendesak Peramal Pikun lagi, dan dia memilih diam adalah yang terbaik untuk suasana malam itu.

   Hening pun menembus hati sanubari mereka masing-masing, sehingga Peramal Pikun mendahului bicara.

   "Sejak kapan kau kenal perempuan yang menjadi idaman hatimu itu, Suto?"

   "Sejak kutemukan dia, Peramal Pikun!"

   Jawab Suto kalem.

   "Di mana kau temukan dia?"

   "Di alam semadiku!"

   Terkesiap mata Peramal Pikun menatap wajah Suto dalam cahaya rembulan malam,. Suto diam saja walau tahu dipandang dalam keheningan. Lama kemudian Peramal Pikun kembali bertanya.

   "Sejauh mana kau bertemu dengan dia di alam semadimu?"

   "Hanya sekadar pertemuan biasa. Dia menangis memandangiku. Dia sebutkan namanya tiga kali, seakan
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ mengharap kehadiranku. Dan aku tak sadar, ternyata aku telah melelehkan air mata darah."

   Sekali lagi wajah Peramal Pikun terperanjat mendengarnya.

   Mulutnya sedikit ternganga bengong, seakan tak bisa dipakai bicara.

   Pendekar Mabuk tetap tenang, ia meneguk tuaknya dua kali tegukan, kemudian menghempaskan napas lewat mulut, pertanda menikmati rasa enak dalam kecapan rasa tuaknya.

   Pada saat itulah terdengar suara Peramal Pikun berkata pelan.

   "Barangkali memang kaulah orang yang ditunggu-tunggunya!"

   "Tapi aku tak tahu siapa dia dan di mana dia berada! Aku tak bisa menemukan arah tempat tinggalnya. Dan aku yakin, kau pasti banyak tahu tentang dia, Peramal Pikun. Aku berharap kau mau menolongku menunjukkan di mana dia tinggal."

   Setelah bungkam sejenak, Peramal Pikun ucapkan kata pelan lagi.

   "Aku tak berani, Suto!"

   "Maksudmu bagaimana, Peramal Pikun?"

   "Aku tak berani tunjukkan di mana dia berada."

   "Kenapa?"

   "Aku takut dia murka!"

   "Murka kepadaku atau kepadamu?"

   "Kepadaku!"

   "Mengapa di murka?"

   Desak Pendekar Mabuk semakin penasaran.

   "Karena...,"

   Peramal Pikun berhenti bicara, ia melirik
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ ke kanan-kiri, takut ada yang mencuri dengar percakapan itu. Dan ternyata dugaannya benar. Memang ada yang mencuri dengar. Peramal Pikun segera menjebaknya dengan kata-kata.

   "Kalau sudah merasa enak badanmu, keluarlah Perawan Sesat! Duduklah di sini bersama kami!"

   Perawan Sesat sudah sembuh.

   Badannya terasa lebih segar dari sebelum ia jatuh terluka parah.

   Perempuan berambut acak-acakan lurus berkesan jabrik itu segera langkahkan kaki keluar dari pondok.

   Merasa sedikit malu karena perbuatannya diketahui oleh Peramal Pikun.

   Pendekar Mabuk memandang kehadiran Perawan Sesat yang berpakaian ketat.

   Dalam cahaya rembulan, wajah Perawan Sesat semakin cantik, menggairahkan lelaki.

   Peramal Pikun terkekeh lirih bagai gumam melihat kehadiran Perawan Sesat yang kelihatan segar itu.

   Walau tak ada senyum di wajahnya, tapi menurut pandangan dua mata lelaki yang ada di situ, Perawan Sesat memang bisa membuat pikiran setiap lelaki menjadi sesat karena daya tariknya.

   Namun di balik semua dugaan itu, justru Perawan Sesat dalam hatinya memuji dan mengagumi wajah tampan yang dimiliki Suto Sinting itu.

   Ada rasa kecewa terselip di hati Suto, karena kehadiran Perawan Sesat membuat penjelasan rahasia dari mulut Peramal Pikun itu terputus.

   Tetapi, Suto yakin dia akan memperoleh keterangan lebih lanjut setelah Perawan Sesat pergi tidur.

   Mungkin setelah hari melewati pertengahan petang nanti.
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ "Ada di mana aku ini?"

   Tanya Perawan Sesat.

   "Di pondokku,"

   Jawab Peramal Pikun.

   "Siapa yang membawaku kemari?"

   "Aku,"

   Jawab Suto tegas dengan pandangan mata mendebarkan hati. Namun Perawan Sesat tak mau tunjukkan debaran hatinya, ia tetap berwajah angkuh dan berkesan dingin.

   "Kau telah menyerangku dan membuatku hampir mati?!"

   "Ya!"

   "Lalu siapa yang sembuhkan lukaku?"

   "Aku juga!"

   "Kenapa kau sembuhkan aku?"

   "Iseng-iseng saja,"

   Jawab Suto dengan santai, berkesan menyepelekan pertanyaan itu.

   Cepat sekali kaki Perawan Sesat berkelebat menampar pipi Suto.

   Cepat pula tangan kanan Pendekar Mabuk berkelebat naik sampai telapak tangannya yang merapatkan jari itu berhenti di depan pipinya.

   Kaki yang sudah meluncur itu membalik sebelum menyentuh tangan Pendekar Mabuk.

   Hampir membuat Perawan Sesat terpelanting jatuh kalau tidak segera ditopang oleh tangan kurus Peramal Pikun.

   "Jangan coba-coba meremehkan aku!"

   Hardiknya kepada Suto.

   "Perawan Sesat, kau ini sudah diselamatkan nyawamu oleh Suto. Bukannya berterima kasih malah mengancam!"

   Tukas Peramal Pikun. Perawan Sesat menuding tegas di depan hidung
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ Peramal Pikun.

   "Kau jangan turut campur urusanku kalau mau punya umur panjang!"

   Peramal Pikun dan Pendekar Mabuk justru terkekeh geli melihat kegalakan perempuan yang tadi hampir mati itu.

   Perawan Sesat menggeram gemas.

   * * * CEPAT sekali Perawan Sesat berlari dalam satu lompatan demi lompatan bertenaga ringan, ia sengaja menyuruh Suto mengikuti arah kepergiannya dengan maksud untuk mengukur kecepatan gerak Suto dibandingkan dirinya.

   Perawan Sesat tetap menunjukkan kekerasan jiwanya, dan tak mau menampakkan rasa tertariknya kepada Pendekar Mabuk.

   Bahkan ia sering unjuk ilmu kepada Suto, yang oleh Suto hanya ditertawakan dalam hati.

   Seperti kali ini, ia berlari cepat sekali bagaikan kilasan anak panah yang kecepatannya tak mampu diikuti oleh pandangan mata.

   Ia sengaja menyuruh Suto mengikutinya dan ia yakin Suto kebingungan mengikuti gerakannya.

   Pada satu tempat rindang, Perawan Sesat sengaja berhenti dan berpaling ke belakang, ia tidak melihat Suto di sana.

   Ia tertawa sendiri merasa berhasil memperdaya Suto sehingga pria tampan bertubuh kekar itu tidak mampu mengikuti kecepatan geraknya.

   Perawan Sesat
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ pun berseru.

   "Hoi, Suto...! Ayo lekas susul aku! Jangan seperti pengantin sunat langkahmu, Suto!"

   Terdengar jawaban agak jauh.

   "Aku di sini, Perawan Sesat!"

   Seketika itu juga Perawan Sesat terperanjat kaget.

   Ia palingkan wajah ke arah depan.

   Ternyata Pendekar Mabuk sudah berdiri di atas sebuah pohon kira-kira dua puluh langkah lebih dulu darinya.

   Suto berdiri sambil bersandar pada sebatang pohon.

   Senyumnya mekar di wajah tampannya, yang membuat Perawan Sesat menggeram gemas sekali.

   "Edan! Ternyata dia lebih cepat dariku! Dia sudah ada di depanku...! Malu aku kalau tidak bisa melecehkan dirinya!"

   Wuuut...! Perawan Sesat melompat satu jejakan kaki.

   Tubuhnya sudah mencapai tempat di mana Pendekar Mabuk berdiri sambil menenggak tuaknya.

   Mata Suto sudah mulai memerah, tanda mulai dihinggapi perasaan mabuk.

   Tetapi agaknya Suto Sinting tetap mampu mengendalikan segala rasa dan pikiran, bahkan tampak lebih tajam dari sebelum ia dikuasai oleh kemabukannya.

   "Apakah arah Bukit Garinda masih jauh?"

   Tanya Suto.

   "Masih beberapa hari lagi,"

   Jawab Perawan Sesat.

   "Kalau kita tempuh dengan kecepatan lari seperti tadi, mungkin hanya memakan waktu sehari semalam. Kita harus bisa tempuh dengan kecepatan siluman!"

   "Apa itu kecepatan siluman?"

   Suto kerutkan dahi
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ mirip orang tolol. Sikapnya membuat Perawan Sesat tertawa mirip kuntilanak. Tawa bersuara serak itu terhenti, dan berganti kata-kata yang tetap bersuara serak-serak basah.

   "Kecepatan siluman adalah kecepatan batin yang tidak menggunakan otot tubuh kita. Seperti misalnya kita akan mencapai gundukan tanah yang membukit itu, kita tak perlu berlari cepat seperti tadi. Cukup dengan satu kedipan mata sudah bisa sampai ke puncak gundukan tanah itu. Contohnya seperti ini...!"

   Perawan Sesat segera tunjukkan kebolehan ilmu silumannya, ia memejamkan mata sambil menarik napas panjang-panjang.

   Dadanya menjadi penuh dengan gumpalan napas.

   Tangannya bergerak memutar di depan wajah bagai orang menari lemah gemulai.

   Jika napas dihentakkan lewat hidung, maka tubuhnya akan lenyap dan muncul di puncak gundukan tanah yang membukit itu.

   Sebelum ia hentakkan napas lewat hidung, tiba-tiba ia mendengar suara Suto Sinting berseru.

   "Hoii... lekas! Jangan lama-lama!"

   Napas tak jadi dihentakkan. Begitu mata dibuka Perawan Sesat kembali terperangah melihat Suto sudah lebih dulu ada di atas gundukan tanah yang membukit itu. Ia melambai-lambaikan tangan memanggil Perawan Sesat. Geram Perawan Sesat semakin menjadi.

   "Kurang ajar! Dia lebih cepat pindahkan diri ke sana! Tinggi juga ilmu orang itu! Aku kalah cepat dengan ilmu
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ silumannya. Rupanya ia tadi berlagak bodoh di depanku!"

   Segera Perawan Sesat menyusul Suto ke atas bukit.

   Jllig...! Tubuhnya tiba dengan cepat di atas bukit-bukitan itu.

   Tetapi ia kehilangan Pendekar Mabuk.

   Ia mencari-cari Suto, yang ternyata sudah berada di bawah pohon rindang, jauh darinya.

   Gerakan menenggak bumbung tuak terlihat samar-samar.

   Sekali lagi Perawan Sesat menggeram penuh kejengkelan.

   "Dasar sinting! Didekati malah sudah kabur sejauh itu. Edan betul dia! Aku tak bisa mencapai tempat sejauh itu hanya dengan satu jurus saja. Harus memakai dua jurus alias dua langkah siluman. Hmmm...! Dia benar-benar mempermainkan aku! Membuatku malu jika begini! Sayang sekali dia tampan dan menggairahkan. Kalau tidak, sudah kuhajar habis dia!"

   "Cepat...!"

   Suto Sinting melambai dengan suara kecil karena jauhnya. Perawan Sesat hanya menggeram dalam hati dan berkata.

   "Pantas kalau Nyai Lembah Asmara terpikat pada lelaki tanpa pusar itu, selain tampan dan menggairahkan, ia juga berilmu tinggi! Ah, sulit sekali aku menghindari rasa tertarikku kepadanya. Hasratku sejak tadi menyala-nyala ingin mencumbunya. Tapi agaknya ia tidak tergiur padaku. Hmmm... aku harus menggunakan ilmu 'Pelet Sukma' biar dia terpikat dan mau diajak bercumbu di bawah pohon itu!"

   Kejap, berikutnya Perawan Sesat sudah tiba di tempat Suto duduk santai di bawah pohon rindang. Dengan
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ cepat ia tatapkan pandangan matanya ke mata Suto.

   Senyum Suto mekar ketika dipandang perempuan itu.

   Kejap kemudian napas Perawan Sesat disentakkan lewat hidung.

   Wusss...! Pelan tapi berbahaya, karena itulah yang dinamakan ilmu 'Pelet Sukma' yang mampu membuat setiap lelaki mabuk birahi.

   Tetapi ada satu keanehan yang dirasakan oleh Perawan Sesat.

   Ketika napasnya terhempas lewat hidung tadi, tiba-tiba napas itu memantul balik terasa masuk kembali ke dalam hidung.

   Namun hati Perawan Sesat sangsi akan hal itu, karena perasaan seperti itu belum pernah dialami.

   Peristiwa berbaliknya hembusan napas itu belum pernah terjadi.

   Perawan Sesat tetap harapkan Suto mulai tergiur dengan kemolekan tubuhnya.

   Perawan Sesat mulai memamerkan belahan dadanya yang sungguh montok itu.

   Pendekar Mabuk tertawa kecil dengan mata merah karena mabuk, ia segera berdiri dan Perawan Sesat ikut berdiri.

   Kemudian dalam sekejap Suto melompat pergi bagai tak peduli.

   "Sutooo...!"

   Perawan Sesat bagai merengek tak mau ditinggal, ia menyusul Suto dengan gairah cinta yang meledak-ledak dalam dadanya, ia ingin memeluk Suto dan mencumbunya habis-habisan.

   Tapi Suto sukar ditangkapnya.

   Suto melesat lagi menjauh sambil menghamburkan tawa bagaikan menggoda.

   Perawan Sesat bertambah penasaran mendengar suara tawa Suto.

   Ia mengejar untuk menangkap Suto dalam pelukan.

   Tapi Suto melesat ke atas dan hinggap di salah satu dahan
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ pohon.

   "Suto, turunlah! Peluklah aku, Suto!"

   Seru Perawan Sesat sambil sibuk merayapi tubuhnya sendiri.

   Suto Sinting tertawa-tawa sambil duduk di dahan, menenggak tuak dalam bumbung.

   Sesekali ia memandang ke bawah, dan tawanya makin bertambah melihat Perawan Sesat sibuk sendiri.

   Perawan Sesat baru menyadari bahwa ilmu 'Pelet Sukma' yang membuat seseorang jadi terpancing gairahnya itu telah membalik dan mengenai dirinya sendiri.

   Akibatnya, Perawan Sesat sendiri yang tak bisa mengendalikan gairah birahinya.

   Setelah apa yang diinginkan tercapai oleh dirinya sendiri, barulah Perawan Sesat menyadari hal itu dan berkata di hatinya.

   "Jahanam orang itu! Ilmu 'Pelet Sukma'-ku membalik mengenai diriku sendiri. Sebaiknya aku tidak menyerahkan Suto kepada Nyai Lembah Asmara! Akan kupakai sendiri orang itu dengan segala caraku menundukkan hatinya! Aku tak rela dan akan merasa kehilangan besar jika Suto berada dalam pelukan Nyai Lembah Asmara. Sebaiknya kubawa lari ke tempat lain saja Pendekar Mabuk yang benar-benar memabukkan hatiku itu! Peduli amat dengan tugas ini! Aku tak sanggup menjalankan tugas, karena aku tak mampu menghindari godaan hatiku ini!"

   Kejap berikutnya, Perawan Sesat mendongak ke atas dan berseru.

   "Kita lanjutkan perjalanan kita, Suto!"

   "Apakah kau sudah selesai dengan pekerjaan tanganmu?"

   Ledek Suto membuat wajah Perawan Sesat
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ menjadi merah. Perempuan itu tidak melayani ejekan tersebut, ia seolah-olah tidak mendengarnya. Kini ia berseru kembali.

   "Tidakkah kau ingin bertemu dengan kekasihmu; Dyah Sariningrum?!"

   Pancingan ini membuat Pendekar Mabuk turun dari atas pohon dalam satu lompatan bagaikan terbang.

   Rambutnya yang panjang meriap ke atas pada saat ia meluncur ke bawah.

   Indah sekali dilihatnya, bagai seekor rajawali gagah yang siap menerkam mangsanya.

   Suto mulai oleng berdirinya karena pengaruh mabuk tuak itu.

   Bahkan bicaranya pun mulai mengambang tak tentu arah.

   "Bawalah cepat aku kepadanya! Jangan bikin aku bertambah rindu lagi kepada Dyah Sariningrum!"

   "Ya, aku akan membawamu lekas-lekas ke sana. Dia juga sudah lama menunggumu! Tapi ada satu permintaan dariku sebagai syarat!"

   "He he he... kamu mulai banyak tingkah, Perawan Sesat! Apa syarat yang kau inginkan itu, hah?!"

   Hardik Pendekar Mabuk kemudian.

   "Kau telah membuat pedang gadingku lenyap tak berbekas!"

   "He he he... itulah kehebatan ilmu 'Sembur Siluman' yang kumiliki. Jangan hanya pedangmu, gunung pun kalau kusembur dengan tuak dalam mulutku mampu lenyap dalam sekejap. Tapi, itu hanya kekuatan ilmu siluman yang serupa dengan sihir. Kudapatkan ilmu itu perpaduan dari ilmu kakek guruku dan bibi guruku! He
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ he he...."

   "Aku tak berani menghadap Dyah Sariningrum jika aku kehilangan pedang gading itu. Sebab ia akan marah padaku habis-habisan. Pedang itu adalah pedang miliknya yang dipinjamkan padaku!"

   "O ho ho ho... jadi itu pedang milik kekasihku?"

   "Ya! Kalau kau tak bisa mengembalikan, aku tak berani membawamu ke sana!"

   Bujuk Perawan Sesat dengan hati berdebar-debar.

   "Untuk mengembalikan pedangmu, itu bukan pekerjaan yang sulit. Tapi untuk menahan niatmu agar tidak menggunakan pedang gading sebagai alat pengumbar nafsu amarah, itu yang sulit! Aku tak berani membuat pedang itu kembali lagi."

   "Jika begitu, kita tak jadi menemui Dyah Sariningrum. Karena Nyai Lembah Asmara akan murka jika pedang gadingnya hilang."

   "Nyai...?! O, jadi Dyah Sariningrum itu seorang Nyai?"

   "Ya!"

   "Pantas Peramal Pikun tak berani menyebutkannya,"

   Kata Suto dengan suara mengayun bergelombang.

   "Lekas wujudkan pedang itu!"

   Kata Perawan Sesat sambil serahkan gagang pedang yang masih dibawanya dengan tujuan digunakan sebagai bukti kepada teman atau gurunya tentang kehebatan ilmu Suto.

   Gagang pedang dengan benang sutera merah di bagian ujung bawahnya digenggam kuat oleh Pendekar Mabuk.

   Matanya yang mulai seperti orang mengantuk
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ itu sebentar waktu melirik Perawan Sesat. Ia nyengir dan berkata.

   "Janjilah padaku, kau tidak akan mengumbar amarahmu dengan menggunakan pedang ini!"

   "Iya, iya! Aku berjanji! Cerewet kamu!"

   Sentak Perawan Sesat.

   "O, kalau kamu katakan aku cerewet aku akan isi pedang ini dengan sebuah pisang!"

   "Sudahlah!"

   Sentaknya lagi tak sabar.

   "Kau tidak cerewet! Tapi cepat kembalikan pedangku itu!"

   "Hei, kau bilang ini pedang milik Nyai Dyah Sariningrum! Tapi sekarang kau bilang pedangku?! Mana yang benar?!"

   "Maksudku, itu pedang dalam tanggung jawabku. Jadi sudah kuanggap seperti pedangku sendiri!"

   "O ho ho ho... begitu rupanya!"

   Suto manggut-manggut.

   "Iya. Lekas, jangan banyak bicara lagi!"

   Bentak Perawan Sesat.

   "Aih, kau bentak-bentak aku?! Aku tak mau!"

   "Tidak, tidak! Aku tidak bentak kamu lagi!"

   "Aku tidak mau!"

   Suto Sinting menggeleng dan membuang pedang itu ke semak belukar.

   "Jahanam kau! Kenapa kau buang gagang pedang itu?! Dasar sinting!"

   Perawan Sesat bergegas ke semak belukar untuk mengambil gagang pedangnya. Suto hanya tertawa-tawa sambil buka tutup bumbung dan ia kembali tenggak tuak di dalamnya.

   "Benar-benar edan orang itu!"

   Gerutu Perawan Sesat
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ sambil mencari gagang pedang yang tadi dibuang Suto.

   "Habis ini kuhajar sebentar dia, biar tahu adat sedikit terhadapku! Seenaknya saja dia buang gagang pedang itu. Dia tidak tahu kalau di dalam gagang pedang masih tersimpan racun yang mematikan dan bisa kugunakan untuk membunuh dirinya!"

   Langkah kaki menyusuri semak terhenti.

   Mata Perawan Sesat terbelalak lebar, ia melihat gagang pedangnya tergeletak di antara rerumputan ilalang.

   Tapi kali ini mata pedangnya sudah kembali utuh seperti sediakala.

   Rupanya Pendekar Mabuk telah mengembalikan mata pedang gading yang lenyap oleh ilmu 'Sembur Siluman'-nya itu.

   Tapi ia sengaja membuat susah Perawan Sesat agar perempuan itu menggerutu dan bersungut-sungut, ia sengaja permainkan perawan galak berambut acak-acakan itu.

   Padahal Suto Sinting bisa mengembalikan pedang itu seperti sediakala dengan kekuatan matanya.

   Tapi ia tidak mau mengembalikan dan menyerahkan pedang begitu saja kepada perempuan bermata liar itu.

   Melihat mata pedang kembali seperti sediakala, hati Perawan Sesat merasa girang.

   Tapi keberaniannya untuk bertindak semena-mena juga lebih membara.

   Dengan bekal Pusaka Pedang Gading itu, Perawan Sesat merasa sanggup melumpuhkan lawannya.

   "Pedangmu sudah kembali, Nona! Alangkah baiknya jika kita cepat-cepat menemui Nyai yang menungguku!"

   Kata Suto. Perawan Sesat berkata.

   "Tidak sekarang, Suto! Aku
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ masih punya satu syarat lagi yang harus kau penuhi!"

   "Kau punya syarat berapa sebenarnya, Nona?"

   Tanya Pendekar Mabuk gusar.

   "Satu syarat lagi! Hanya satu! Setelah ini kau kuantar menghadap Nyai! Aku bersumpah, tidak akan minta syarat lagi!"

   "He he he he... apa syarat yang kau inginkan, Nona?!"

   "Layanilah cintaku!"

   Perawan Sesat segera mendekat. Suto membelalakkan mata ngantuknya. Ia tertawa keras sambil mundur beberapa langkah, tangannya menuding-nuding Perawan Sesat.

   "Kalau kau tak mau, kau tidak kuajak menghadap Nyai, Suto!"

   Bentak Perawan Sesat memanfaatkan rindu di hati Suto sebagai senjata untuk mengancam dan memperdayai Pendekar Mabuk itu. Suto gelengkan kepala.

   "Itu tidak boleh terjadi, Nona manis!"

   "Harus terjadi!"

   Tegas Perawan Sesat.

   "Dekatlah kemari, Suto. Peluklah aku, Sayang...!"

   "Hua ha ha ha ha... aku dipanggil sayang? Aduh, Mak... kering darahku, melorot jantungku. Hua ha ha ha...!"

   Pengaruh mabuk Pendekar Mabuk semakin tinggi.

   Tawanya kian keras membuat Perawan Sesat bertambah dongkol hatinya.

   Bahkan ia sempat berniat mencabut pedang untuk memaksa Suto.

   Tapi ketika ingat bahwa Suto Sinting masih bisa membuat lenyap pedangnya itu, maka niat tersebut dibunuhnya sendiri.

   Perawan Sesat hanya bisa membatin.

   "Agaknya butuh kesabaran untuk menundukkan
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ lelaki yang satu ini.

   Bukan dengan kekuatan ilmu, melainkan dengan kekuatan hati yang sabar dan tekun! Percuma saja adu kekerasan dengan dia, tidak akan membawa hasil apa-apa kecuali suasana yang semakin lebih kacau lagi.

   Biarlah kusabarkan hatiku sampai tiba saatnya ia sendiri membutuhkan diriku."

   Segera Perawan Sesat ucapkan kata.

   "Baiklah, Suto! Lupakan satu persyaratan itu. Jika kau tak bisa sekarang, kapan waktu pun masih bisa kau melunasinya. Sekarang kita pergi dari sini secepatnya, Suto!"

   "Tapi aku tidak punya hutang janji padamu, Perawan Sesat!"

   "Terserah anggapanmu saat ini, karena aku tahu kamu sedang kebanyakan minum tuak! Lupakan dulu persyaratan satu itu!"

   Perawan Sesat segera mengajak Pendekar Mabuk untuk tinggalkan tempat, menjauhi arah Bukit Garinda.

   Perawan Sesat memang bermaksud membawa lari Suto ke tempat lain, yang sudah ada dalam benaknya.

   Tetapi tiba-tiba di depan langkah Perawan Sesat dan Pendekar Mabuk melesat benda kecil berbentuk bintang dari lempengan baja tajam.

   Dan benda kecil itu melesat cepat menimbulkan bunyi, ziing...! Kemudian benda itu menancap di pohon persis di depan sebelah kiri Perawan Sesat.

   Juub...

   jub...! Tertahan serentak langkah Perawan Sesat.

   Tertahan pula tubuh limbung Pendekar Mabuk.

   Mata mereka berkilas cepat menyapu sekeliling, tapi si pelempar
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ senjata rahasia berbentuk bintang itu tidak kelihatan tempat persembunyiannya.

   Perawan Sesat segera sigap dan berdiri dalam posisi siap menyerang.

   Matanya liar penuh waspada.

   * * * TANGAN Perawan Sesat hendak mencabut senjata rahasia berbentuk bintang segi enam.

   Tapi dengan cepat kaki Pendekar Mabuk menendang tangan Perawan Sesat.

   Plakk...! Cepat sekali Perawan Sesat menarik tangannya kembali, tapi gerakan itu terlambat.

   Mata liar Perawan Sesat memandang lurus ke arah Suto yang bermata sayu.

   "Apa maksudmu menendang tanganku?!"

   Geram Perawan Sesat.

   "Senjata itu beracun. Hanya pemiliknya yang bisa memegang dan tidak terkena racunnya!"

   "Aku lebih tahu daripada kau, Suto!"

   Sentak Perawan Sesat.

   "Senjata bintang persegi enam seperti itu adalah senjata milik temanku sendiri. Itu senjatanya Putri Alam Baka! Senjata itu tidak beracun dan tidak berbahaya. Hanya sebagai senjata peluka saja, Suto!"

   "Lantas mengapa daun-daun pohon ini menjadi layu semua. Lihatlah ke atas! He he he...!"

   Terkesiap mata Perawan Sesat setelah memandang ke atas. Daun-daun pohon itu benar-benar menjadi layu
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ berkeriput. Bahkan sebagian besar langsung berubah menjadi kuning. Dalam hati Perawan Sesat membatin.

   "Gila! Apa yang dikatakannya memang benar. Senjata itu memang beracun. Jika begitu, senjata itu pasti bukan milik Putri Alam Baka. Setahuku, senjata Putri Alam Baka tidak beracun! Dan lagi, jika benar senjata itu milik Putri Alam Baka, dengan maksud apa ia menyerangku menggunakan senjata berbahaya itu?"

   Sebelum Perawan Sesat ucapkan kata, Suto lebih dulu bertanya.

   "Apakah kau yakin bahwa kedua senjata itu milik temanmu?"

   "Aku jadi sangsi. Aku tak bisa mengenalinya. Seingatku, senjata milik Putri Alam Baka mempunyai goresan gambar panah cakra pada bagian sisi pinggirnya."

   Perawan Sesat mencoba mengamat-amati kedua senjata itu, tapi ia merasa kesulitan mengenalinya, karena kedua senjata itu melesak masuk ke batang pohon hampir seluruhnya.

   Tinggal sedikit sisa yang terlihat belum masuk ke batang pohon.

   Perawan Sesat kembali berkata dalam hatinya.

   "Aku jadi sangsi juga, apakah senjata ini berbentuk bintang segi enam atau segi berapa? Jika melihat ukuran runcing pada bagian yang tak masuk ke dalam batang, kelihatannya bintang segi enam. Tapi siapa tahu dia bersegi lima atau delapan?"

   "Minggirlah, Perawan Sesat. Biar kukeluarkan senjata itu dari batang pohon!"

   Kata Pendekar Mabuk lalu ia tersentak satu kali karena cegukan. Kejap berikutnya ia
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ sentakkan tabung bambunya itu ke batang pohon dengan pelan.

   Dugh...! Hhrrr...! Daun-daun pun rontok banyak akibat sodokan bambu tabung itu.

   Jika bukan dialiri tenaga dalam cukup besar, tak mungkin pohon sebesar itu terguncang dan daunnya berguguran hanya dengan gerakan sepelan itu.

   Perawan Sesat menyimpan kagum sambil mengibaskan tangannya menghindari rontokan daun di kepala.

   Sodokan itu membuat dua senjata berbentuk lempengan bintang dari logam baja putih itu tersentak keluar dari batang pohon, jatuh tepat di kaki pohon depan yang tak berumput.

   Perawan Sesat pun segera menghampiri dan memeriksanya dengan sebatang ranting kayu kering.

   Dan ternyata kedua senjata itu memang mempunyai goresan gambar panah cakra.

   "Hmmm... jelas ini milik Sumbi, atau Putri Alam Baka!"

   Gumam Perawan Sesat tanpa memandang Suto.

   "Apa benar itu milik temanmu?"

   Perawan Sesat menjawab jujur.

   "Ya. Ini milik temanku."

   "Apa temanmu itu suka memakai baju kuning?"

   "Ya. Dari mana kau tahu?"

   Perawan Sesat kerutkan dahinya. Suto tertawa dalam tawa mabuk, ia segera garuk-garuk kepalanya sambil berkata.

   "Sebentar lagi ia akan muncul!"

   Tiba-tiba Suto bergerak cepat memutar dan kakinya menendang pohon yang tadi terkena senjata bintang itu. Duugh...!
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ Pohon tidak bergerak, seperti kena tendangan tanpa tenaga sedikit pun.

   Bahkan satu daun pun tak ada yang jatuh, padahal daun pohon itu telah layu.

   Perawan Sesat juga merasa heran melihat tendangan cepat Pendekar Mabuk itu tidak mengguncangkan daun pohon sedikit pun.

   Tetapi kejap berikutnya empat pohon yang berjejeran sederet dengan pohon yang ditendangnya itu mulai tergucang bagai dihembus badai.

   Perawan Sesat terkesima melihat pohon yang keempat dari jajaran pohon itu saja yang berguncang kuat, hingga dahan-dahannya meliuk terombang-ambing.

   Dan dari atas pohon berdaun rimbun itu melesatlah dua sosok manusia turun dalam gerakan bersalto satu kali.

   Wuuus...! Wussh...! Jleg...! Jleg...! Dua sosok manusia mendaratkan kakinya dengan tepat di depan Perawan Sesat dalam jarak lima langkah.

   Perawan Sesat kembali terkesiap melihat kemunculan dua perempuan yang sudah dikenalnya.

   Untuk sesaat mereka beradu pandang dalam wajah tegang.

   Pada saat itu Perawan Sesat sempat berkata dalam hati mengenai tendangan Suto tadi.

   "Luar biasa dia menyalurkan tenaga dalamnya. Pohon yang ditendang tetap tenang, pohon keempatnya yang terkena sasaran! Jelas hal itu jurus penyaluran tenaga dalam yang sangat tinggi!"

   Perawan Sesat cepat singkirkan bayangan tendangan Pendekar Mabuk tadi dari otaknya, kembali ia curahkan perhatian pada kedua perempuan yang masing-masing
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ mengenakan pakaian ketat merah dan kuning.

   Bentuk potongan pakaiannya sama dengan bentuk potongan pakaian yang dikenakan Perawan Sesat.

   Hanya berbeda pada warnanya saja.

   Potongan pakaian yang sama menunjukkan bahwa mereka berasal dari satu perguruan.

   Yang berpakaian merah dengan baju tanpa lengan dan belahan dada sedikit terbuka lebar adalah Maharani.

   Rambutnya dikepang dua, ditaruh di depan dada.

   Di tangannya tergenggam sebuah kipas warna merah berbunga-bunga hitam.

   Perawan Sesat kenal betul, bahwa Maharani mempunyai tingkat ilmu yang setaraf dengannya.

   Maharani juga sering menjadi utusan bagi Nyai Lembah Asmara.

   Perempuan satunya lagi mempunyai rambut dikepang satu.

   Cukup panjang rambutnya itu hingga bisa melilit di sekitar leher, sisanya jatuh di depan dada kanan.

   Perempuan berkepang satu itu mengenakan ikat pinggang tali merah.

   Di sana terselip sebatang bambu kuning berukuran satu hasta.

   Bambu itu adalah seruling berlilit pita merah di bagian ujung tempat meniupnya.

   Perempuan yang mempunyai senjata seruling itulah yang bernama Sumbi, alias Putri Alam Baka.

   Tingkat ilmunya lebih tinggi satu tingkat dari Perawan Sesat ataupun Maharani.

   Selain sering menjadi utusan bagi Nyai Lembah Asmara, Putri Alam Baka juga merupakan orang kepercayaan Nyai Lembah Asmara yang menjadi wakil tertinggi dan dikenal sebagai orang kedua di Bukit Garinda.
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ Jelas Perawan Sesat sedikit gentar melihat Putri Alam Baka sampai turun tangan dan menyerangnya dari tempat persembunyian.

   Cara memandangnya pun tampak bermusuhan.

   Perawan Sesat semakin curiga dan waswas.

   Sekalipun Putri Alam Baka adalah teman sendiri, tetapi tingkat perbedaan ilmu dan kedudukan, membuat Perawan Sesat merasa sungkan kepada Putri Alam Baka.

   Karena itu, kehadiran Putri Alam Baka membuat Perawan Sesat ajukan tanya.

   "Sepenting apakah keperluanmu hingga datang menemuiku, Sumbi?"

   "Sejak keberangkatanmu, kami memang sudah membuntuti!"

   Jawab Putri Alam Baka.

   Tak ada senyum di bibirnya.

   Sikapnya pun kelihatan dingin.

   Dalam keadaan rambut lebih rapi, Putri Alam Baka dan Maharani tampak lebih cantik dari Perawan Sesat.

   Tetapi kecantikan itu tidak membuat Pendekar Mabuk tertarik, ia bahkan bersikap sebagai pendengar dan penonton yang baik.

   Ia duduk di tanah yang sedikit lebih tinggi, punggungnya bersandarkan batang pohon, sambil sesekali menenggak tuak.

   Perawan Sesat merasa heran mendengar dirinya diikuti oleh Maharani dan Sumbi sejak keberangkatannya dari Bukit Garinda.

   Tentang bagaimana cara mereka menguntit hingga tidak diketahui gerakannya, bukan hal yang dipikirkan Perawan Sesat, karena ia merasa mampu melakukan penguntitan tanpa suara.

   Tapi apa sebab mereka menguntitnya, itu yang menjadi pikiran Perawan Sesat.
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ Mengapa mereka harus menguntitnya? Mengapa seorang wakil Nyai Lembah Asmara sampai turun tangan dan mau menjadi penguntit? Pasti ada sesuatu yang tak lazim menurut dugaan Perawan Sesat.

   Lalu, hal itu pun ditanyakan oleh Perawan Sesat dengan nada tetap tegas dan berkesan angker.

   "Untuk apa kalian mengikutiku sejak dari keberangkatan?"

   "Nyai menugaskannya!"

   Jawab Putri Alam Baka dengan sikap berdiri tegap dengan kedua kaki tegak sedikit merenggang.

   "Untuk apa Nyai menugaskan kalian?"

   "Kecurigaan, menjaga kewaspadaan, sekaligus memberikan perlindungan padamu, Perawan Sesat!"

   "Omong kosong!"

   Sentak Perawan Sesat menyanggah.

   "Buktinya kalian tidak muncul saat lelaki itu menyerangku di Perguruan Merpati Wingit!"

   Sambil Perawan Sesat menuding Suto Sinting.

   "Ketika kami hendak turun tangan, pemuda tampan itu sudah lebih dulu membawamu pergi,"

   Jawab Putri Alam Baka lebih berkesan kalem dan berwibawa.

   Perawan Sesat melirik Suto sesaat.

   Pendekar tampan itu hanya senyum-senyum saja memandang perdebatan tersebut.

   Sesekali badannya tersentak karena cegukan.

   Tapi agaknya ia sengaja tidak mau ikut campur urusan ketiga perempuan itu.

   Kembali mata Perawan Sesat memandang Maharani dan Putri Alam Baka, setelah ia mendengar suara Maharani yang kecil itu berkata,
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ "Kurasa kau salah arah, Rukmi. Bukit Garinda ada di sebelah barat, mengapa kau membawa lari pemuda itu ke arah timur?"

   "Itu urusanku, Maharani!"

   "Tugas kami adalah meluruskan jalanmu, Rukmi,"

   Kata Maharani dengan memanggil nama asli Perawan Sesat. Putri Alam Baka segera berkata pula.

   "Aku menangkap adanya pengkhianatan tugas dalam hal ini! Pasti kau akan menguasai pemuda itu dan tidak akan menyerahkannya kepada Nyai Lembah Asmara!"

   "Itu pun urusanku, Sumbi!"

   Kata Perawan Sesat dengan tetap perlihatkan ketegasannya dalam bersikap. Sambungnya lagi.

   "Susah payah kucari dan kutemukan pemuda itu, mengapa ia harus kuserahkan pada perempuan lain, hah?! Lihatlah sendiri, betapa tampan dan menggairahkan Suto tanpa pusar itu? Lihatlah...! Haruskah aku serahkan pemuda setampan itu, kepada orang lain?!"

   Mata kedua teman Perawan Sesat itu melirik ke arah Pendekar Mabuk.

   Yang dilirik justru memperlebarkan senyum sambil melambai kecil penuh goda.

   Putri Alam Baka cepat palingkan wajah, memandang ke arah Perawan Sesat.

   Tapi Maharani masih menikmati ketampanan yang begitu mengagumkan hatinya.

   Tak sadar hatinya berdebar-debar.

   Perawan Sesat berkata lagi.

   "Kalian pikir aku perempuan bodoh yang tidak bisa membedakan, mana
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ lelaki mahal mana lelaki murahan?! Kupertaruhkan nyawaku untuk mendapatkan dia, wajar kan kalau sekarang aku memilikinya?"

   "Tapi kau mengemban tugas, Perawan Sesat! Kita selalu dididik untuk tidak mengutamakan kepentingan pribadi dalam menunaikan tugas dari Nyai!"

   "Ya. Lantas siapa yang bisa memenuhi kebutuhan pribadi kita? Nyai...?! Apakah beliau sanggup memenuhi kebutuhan pribadi kita, jika pribadi kita menghendaki seorang kekasih seperti pemuda itu?!"

   "Rukmi...!"

   Sentak Maharani.

   "Jelasnya kau akan melakukan pembangkangan terhadap perintah nyai kita!"

   "Aku hanya menuntut hakku dan perasaanku! Aku suka pada Suto Sinting itu!"

   "Sudah lama kita berteman, Rukmi,"

   Ucap Putri Alam Baka dengan nada rendah dan lebih berkesan tenang dari Maharani. Lalu ia berkata lagi.

   "Jangan sampai aku mengambil tindakan tegas untukmu. Jangan sampai aku menjatuhkan hukuman berat untuk teman sendiri, Rukmi. Kuingatkan, jaga nafsumu. Serahkan Suto kepada Nyai Lembah Asmara sesuai tugasmu. Kurasa Nyai Ratu punya kebijaksanaan tersendiri untuk dirimu, Perawan Sesat!"

   "Aku tetap tidak akan menyerahkan Pendekar Mabuk kepada Nyai!"

   "Kalau begitu kau menghendaki kami menghajarmu, Rukmi!"

   Sentak Maharani lagi sambil hentikan gerakan tangan yang sejak tadi mengipas-ngipas di depan dadanya yang sekal itu.
http.//duniaabukeisel.blogspot.com/ Mendengar gertakan itu, Perawan Sesat menyunggingkan senyum sinis meremehkan, ia berkata.

   "Apa pun tindakan yang akan kau ambil, aku sudah siap menghadapinya, Maharani! Kalian boleh paksa aku dengan cara apa pun. Tapi aku tetap tidak akan menyerahkan Suto ke tangan Nyai!"

   Terdengar ucapan pelan bernada sinis dari Maharani kepada Putri Alam Baka.

   "Ternyata apa yang dikhawatirkan Nyai Lembah Asmara memang benar-benar terjadi, Sumbi! Perawan Sesat melakukan pembangkangan!"

   "Cuih...!"

   Perawan Sesat meludah dengan benci.

   "Kau memang layak mendapat julukan penjilat kotor, Maharani! Sejak dulu kau selalu menjadi penjilat agar mendapat perhatian dari Nyai Lembah Asmara!"


Pendekar Bayangan Sukma Undangan Berdarah Pisau Kekasih Karya Gu Long Pertarungan Dikota Chang An Karya Wen Rui Ai

Cari Blog Ini