Ceritasilat Novel Online

Pertentangan Kaum Persilatan 2


Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT Bagian 2


tahui tempat simpannja satu harta karun.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Pian KIm Kong, sebagai puteranja Pian In Liong, ketahui hal batu kumalanja Wie Yang ini, maka pada suatu tahun jang telah lampau, dia kirim seorang kepertjajaannja kepada Wie Yang untuk memberitahukan Wie Yang bahwa salah seorang anggautanja ada mempunjai sepolong batu kumala lainnja itu dan Wie Yang diundang datang ke Hankauw untuk suatu pertemuan, guna akurkan kedua batu, umpama kedua batu akur dan mereka berhasil memperoleh harta karun itu, Kim Kong njatakan puas untuk ia peroleh satu pertiga bagian sadja.

   Ong Wie Yang tidak menjangka djelek, iapun pertjaja akan kegagahannja, maka dengan adjak beberapa pengiringnja, dengan bawa kumala itu, ia pergi ke Hankauw untuk memenuhi undangan Pian Kim Kong.

   Njata Pian Kim Kong kandung maksud buruk.

   Ia tahu bahwa Ong Wie Yang akan berpindah perahu di Toh-sian- tin, disitu ia siapkan sebuah perahu rahasia, jang ia pertjajakan kepada satu pembantunja, Tjoei-lay-tjoe namanja, si Andjing Air.

   Perangkapnja ini berhasil, karena kebetulan Wie Yang sewa perahunja itu.

   Ong Wie Yang berlaku waspada, meskipun pintu dan djendela perahu kuat, ia tidak lepaskan kumalanja dari tubuhnja.

   Dimalam pertama Tjoei-lay-tjoe, dari tempat sembunjinja didasar perahu, masuk dengan diami kekamarnja Wie Yang, ia menggeratak, tetapi ia tidak peroleh hasil, maka dilain malamnja ia gunakan kekerasan, ialah lebih dahulu ia sulut hio obat pules, sesudah Ong Wie Yang tidur njenjak bagaikan majat, ia geledah tubuhnja Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Wie Yang, hingga ia dapatkan kumala Itu, jang terus ia bawa lari dengan berenang.

   Keesokannja Ong Wie Yang sedar dengan segera ia ketahui lenjapnja batu kumala berharga itu.

   Ia desak tukang perahu.

   Tukang perahu Itu berkeras mengatakan tak tahu suatu apa sambil undjuk bahwa pintu dan djendela perahupun tidak terganggu.

   Djuga Wie Yang tidak dapat mengadu pada pembesar negeri, sebab bukti dan saksi tidak ada.

   Ia lantas menduga pada akal busuknja Pian Kim Kong.

   Ketika ia kirim orang untuk menanjakannja, orang she Pian ini bersihkan diri bahkan balas menuduh Ong Wie Yang sebenamja niat kangkangi sendiri harta karun itu.

   Dengan mendongkol Ong Wie Yang pulang ke Ngo-tay, ia mendendam untuk membuat pembalasan.

   Maka itu, ia sekarang ikut Liok Goan Hoa, kesatu untuk menolong Yan Ie Lam, kedua guna tjari ketika untuk dapatkan kembali balu kumalanja itu.

   Sesampainja di Hankauw, Goan Hoa dan Wie Yang ambil hotel terbesar, Hoet Hong An.

   Hankauw termasuk daerah pengaruhnja Hong Pan g dan Tjeng Pang, tapi pun terdapat pengaruhnja partai lain, maka suasana disitu tjampur-aduk, hingga untuk tjari keterangan tidaklah terlalu sukar.

   Begitulah, dalam pembitjaraan kepada kuasa hotel, Wie Yang dapat ketahui halnja Sim Tiong Kiang, ketua dari Tjeng Liong San, jang bergelar Hek Thay-swee si Dato Ilitam.

   ia memang tahu si Dato ini, hanja diwaktu itu ia tidak lantas ingat.

   Maka ia segera kirim kartjis namanja.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Iapun perkenalkan diri sebagai ketua Tjeng Liong Hwee di Utara.

   Sim Tiong Kiang berada dihotel itu, ia terus undang tetamunja, jang ia sambut dengan hormat.

   Setelah saling perkenalkan diri dengan gunakan kata2 rahasia sekaum, mereka berdua lantas ber-tjakap2.

   Wie Yang ada dari tingkat muda tapi ia mendjabat ketua di Utara, Tiong Kiang adalah dari tjabang di Ouwpak, kedudukanuja terlebih rendah daripada Wie Yang.

   Maka itu, atas kehendak Wie Yang, mereka nmbil sikap sama deradjat.

   Segera Wie Yang dan Goan Hoa menuturkan maksud kedatangannja ke Ouwpak itu.

   "Djlkalau begitu, tak usah djiewie pergi terus ke Gie- tjiangkata Sim Tiong Kiang.

   "Sedjak beberapa hari jang lalu, saudara Yan itu sudah ada jang menolonginja. Menurut keterangan jang baharu sadjn aku peroleh, si penolong adalah puterinja Sin-tjhioe Ang Eng Tjhio dari Tinkang. Leng Siang Sie telah mereka bunuh, hingga kini pembesar negeri sedang tjari mereka itu."

   Wie Yang dan Goan Hoa masih ragu2.

   "Djangan sangsi, djiewie, kami biasanja peroleh keterangan tepat"

   Tiong Kiang mendjelaskan.

   "Baik djiewie legakan hati, mari tinggal bersama aku, supaja sebagai tuan rumah aku bisa lajani kalian. Lagi beberapa hari baharulah djiewie pulang ke Tin-kang."

   Wie Yang kerutkan dahi, dalam kesangsiannja itu ia tuturkan djuga maksud lainnja, ialah akan kepergiannja ke Poan San, untuk dapatkan kembali batu kumalanja. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Tak dapat batu itu aku biarkan terus lenjap!"

   Ia mengachiri kata2nja.

   "Poan San suatu tempat berbahaja, di sana di-mana2 ada kuping dan matanja Pian Kim Kong, aku kuatir djiewie sukar turun tangan,"

   Menjatakan Sim Tiong Kiang.

   "Ada satu orang, apabila djiewie dapatkan bantuannja, mungkin dapat menolong djiewie."

   "Siapakah dia itu, saudara Sim ?"

   Tanja Wie Yang.

   Tiong Kiang segera sebutkan Keng San It-Loo, salah satu dari Tiang Kang SamHiap, Tiga Djago Tiangkang, jang sudah sedjak lama tinggal menjendiri di In Bong San.

   Dua orang lainnja adalah Tjoan-inyan Poei Kong dari Boe Tong San dan Pian In Liong, ajahnja Pian Kim Kong.

   Wie Yang sudi minta bantuannja Keng San lt-Loo, untuk itu, Sim Tiong Kiang lantas tulis surat perantaraannja.

   Maka dilain harinja, dengan menunggang kuda jung Tiong Kiang telah siapkan, Wie Yang dan Goan Iloa pamitan dari Hek Thay swee Itu, untuk pergi ke In Bong.

   Dan untung bagi mereka, mereka berhasil menemui Keng San It-Loo, Tetua Tunggal dari Keng San, jang bernama Kim Tiong Hoa.

   Sudah lama Kim Tiong Hoa dirikan gubuknja digunung In Bong San untuk hidup menjendiri, tapi sekarang dia terima suratnja Sim Tiong Kiang, dia menghela napas.

   "Dengan ajahnja Pian Kim Kong aku bersaudara- angkat,"

   Katanja.

   "sebenamja aku tidak ingin mentjampuri salah-satu pihak, tetapi perbuatannja Pian Kim Kong keterlaluan, dia memalukan kaum Rimba Persilatan, maka Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kalian pergilah ke Poan San. Disana kalian harus bertindak begini"

   Keng San It-Loo djelaskan siasatnja, lalu ia menambahkan.

   "Tjara begini, tidaklah sampai kita menggunakan kekerasan, tjukup asal kita dapat pulang batu kuraala itu. Soal dapat atau tidaknja bantuannja njonja tua itu, inilah terserah kepada untung baikmu berdua."

   Kim Tiong Hoa lantas tulis suratnja, untuk Wie Yang berdua Goan Hoa bawa ke Poan San.

   Malah mereka berangkat hari itu djuga.

   Wie Yang dan Goan Hoa kembali ke Hankauw, dari sini dengan naik perahu mereka menudju ke Gie-tjiang.

   Mereka dandan sebagai pedagang untuk njelundup masuk ke Poan San, lembah terkenal untuk Ouwpak, jang empat pendjuruuja semua gunung tinggi, dan hubungan hanja diarah Timur dan Barat.

   Disitupun ada sebuah kali ketjil, jang sumber airnja dari atas gunung.

   Gedungnja Pian Kim Kong, jang besar dan ber-tingkata mendampingi gunung, temboknja tinggi dan kuat, pekarangannja jang luas terkurung pohon2 dimanapun terdapat banjak ranggon pengintai jang terdjaga keras.

   Dibelakang gedung ada aliran kali jang deras sekali.

   Demikian, kira2 djam permulaan malam itu, dua bajangan lompat dibelakang gedung, masuk kedalam pekarangan, naik di-para2 pohon jang lebat daunnja, terus mereka merajap hingga didepan loteng tanpa dipergoki orang.

   Dengan ilmu mengentengkan tubuh mereka mendaki loteng itu, mereka tjari beberapa kamar, tapi mereka tidak mendapatkan Pian Kim Kong hingga achirnja, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dari arah belakang mereka dengar suara bok-hie, sebuah tambur teroktok alat sembahjangnja pendeta.

   IV Dua bajangan itu ialah In-tiong-kiam Ong Wie Yang dan Tiat-eng-tjoe Liok Goan Hoa jang njelundup masuk kedalam gedungnja Pian Kim Kong.

   Karena liehaynja kedua orang itu, jang bertubuh enteng dan gesit, mereka bisa lewati sesuatu pendjagaan, hingga achirnja mereka bisa naik diloteng kedua dari mana mereka dapat dengar suara bok-hie.

   Diantara sinar rembulan, dua orang ini lihat loteng jang memakai merek empat huruf.

   "Tjoat Tim Tjeng Sia,"

   Jang berarti rumah bersih (sutji), dari manapun sang angin menghembuskan bau harumnja dupa.

   Mereka menghampiri loneng, untuk bisa melihat lebih tegas kedalam kamar.

   Didalam kamar, dengan tubuh membelakangi mereka, duduk bersila satu njonja tua.

   Dialah jang sedang liam- keng, atau membatja kitab sutji, sambil menabuh bok-hie.

   Maka Wie Yang dan Goan Hoa menduga kepada ibunja Pian Kim Kong atau Poei-sie - njonja she Poei - isteri kedua marhum Pian In Liong.

   Dua orang ini tidak berani lantjang masuk.

   karenanja, tindakan mereka djadi tertahan.

   "Siapa itu diluar ?"

   Tiba2 teguran dari dalam.

   "Mari masuk, tak usah sembunji2!"

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Dua saudara angkat itu terperandjat, tapi hanja bersangsi sebentar, Ong Wie Yang segera berikan penjahutannja akan perkenalkan diri, serta utarakan maksud2 nja mohon bertemu njonja tua itu.

   "Kalau begitu, masuk sadja!"

   Kembali suara dari dalam kamar.

   Wie Yang dan Goan Hoa lewati loneng, mereka tolak pintu untuk masuk kedalam, diwaktu mana, si njonja sudah berbangkit dan memutar tubuh menjambut mereka.

   Njonja itu berdiri tegak, kedua matanja bersorot tadjam.

   Dua tetamu tak diundang ini segera undjuk hormat.

   "Kami jang muda datang dengan perantaraan suratnja Keng San It-Loo Kim Tiong Hoa untuk sambangi soe-thay,"

   Kata pula Wie Yang.

   "Djikalau kami datang diwaktu siang, kami kualir nanti membuat kaget kepada putera soe-thay, karenanja kami datang sekarang diwaktu malam. Harap soe-thay maafkan kami."

   Njonja itu membalas bormat sambil membungkuk sedikit, lantas ia menundjuk kursi.

   "Silakan duduk!"

   Ia mengundang. ia menoleh kepedalaman rumah.

   "Siauw Hoan, ada tetamu!"

   Segera satu budak perempuan muntjul dengan air teh. Njonja itu dengan tadjam kembali memandang kedua tetamunja.

   "Djadinja kau adalah In Tiong Kiam, puteranja Thay-Kek Ong?"

   Tanja dia kemudian.

   "Tentang maksud kedatanganmu, aku sudah bisa menduga delapan atau sembilan bagian. Mari surat jang kau bawa itu"

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Dengan tjara menghormat, Wie Yang angsurkan suratnja Kim Tiong Hoa. Njonja itu membatja dengan tjepat.

   "Baiklah"

   Katanja.

   "dengan memandang Keng San It- Loo. suka aku bantu padamu. Batu kumala itu ada ditangan anakku, aku mesti berdaja untuk mendapalkannja. Besok diwaktu begini kalian boleh datang pula."

   Dua orang itu berbangkit dengan segera.

   "Terima kasih, soe-thay"

   Kata mereka, perkenankan kami pesrgi, untuk besok kami menggeret pula."

   Njonja tua Itu manggut, terus ia menundjuk kebelakang loteng.

   "Disana ada sebuah kali, besok malam aku nanti titahkan budakku membawa api untuk sambut kalian,"

   Ia kasi tahu.

   Wie Yang berdua manggut, lantas mereka berlalu.

   Ketika mereka pergi kebelakang, mereka lihat kali ketjil, atau selokan gunung.

   Dairi situ mereka lantas kembali malamke Gie-tjiang.

   Dimalam kedua, dua saudara itu kembali njelundup masuk ke Poan San.

   Kali ini mereka langsung menudju kekali ketjil, mereka tjari bambu dan ojot rotan untuk membuat getek atau rakit, maka beranjut dengan rakit itu, dengan gampang mereka sampai dibelakang rumahnja Pian Kim ,Kong.

   Pada djam jang didjandjikan, mereka lihat tjahaja api dia tas loteng, lalu selembar dadung dikasi turun.

   Maka dengan melapaj naik didadung itu, keduanja bisa mentjapai loteng.

   Disini budak perempuan jang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kemarin, jang membawa tengloleng atau tanglung, antar mereka kesebuah kamar dibawah loteng itu dimana ibunja Pian Kim Kong sudah menanti. Lantas mereka mengundjuk hormat.

   "Djiewie hiantit, sjukur aku tidak mensiasiakan pengharapanmu,"

   Kata si njonja begitu lekas ia lihat dua tetamunja itu.

   "Batu kumala itu telah dapat aku ambil, akan tetapi apabila anakku dapat ketahui, dia pasti tidak mau mengerti, maka itu baiklah kalian lekas2 berlalu dari Gietjiang, djangan berajal lagi."

   Njonja itu lantas keluarkan satu bungkusan, jang setelah dibuka, memperlihatkan sebuah kantung kulit ketjil.

   Ong Wie Yang lantas kenali miliknja, hingga ia girang tak kepalang.

   Dengan diturut Goan Hoa ia berlutut didepan njonja tua Itu, untuk haturkan terima kasihnja.

   Poei Thaykoen pimpin bangun kedua orang itu.

   "Aku telah nasehatkan anakku untuk membajar pulang kumala itu, sajang dia lebih suka dengarkan omongan kawan2, nja jang tidak keruan,"

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kata si njonja dengan wadjah berduka.

   "karena dia tidak sudi dengar nasehatku, akupun tidak suka tjampur lagi segala tindak-tanduknja.. Sekarang lekaslah kalian berangkat!"

   Poei Thaykoen ini adalah isteri kedua dari Siok San It- Hoo Pian In Liortg, pernikahan mereka terdjadi setelah mereka berdua pie-boe - adu kepandaian ilmu silat - hingga kisah asmara mereka mendjadi buah-pembitjaraan dan pudjian kaum kang-ouw.

   Ia memang berasal dari keluarga persilatan, karena kedua adiknjapun, gelar Boe Tong Siang-Yan, Sepasang Walet dari Boe Tong, jakni Tjoan-in-yan Poei Kong si Walet Tembusi Mega dan Tiat- Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
ek-yan Poei Tjeng si Walet Sajap Besi, adalah dua orang kang-ouw jang dimalui karena ilmu silatnja jang kesohor, Tjoei-po-koen atau Gelombang Air.

   Setelah pamitan dari njonja rumah, baharu sadja sampai dipekarangan luar, dari samping jang gelap, Wie Yang dan Goan Hoa segera ditjegat oleh seorang jang bersendjatakan golok kangtoo, jang terus membentak.

   "Bangsat litjik, djangan pergi! Besar njalimu sudah berani datang kemari mentjuri batu kumala"

   Lalu bentakannja itu disusul pula dengan batjokannja jang hebat.

   Dengan berbareng Wie Yang dan Goan Hoa lompat kesamping untuk segera hunus sendjatanja masing2, Wie Yang pun segera berseru."Pian Kim Kong, batu kumala itu adalah milikku! Thaykoen telah serahkan kepadaku, kenapa kau omong tentang pentjurian?"

   Pian Kim Kong - demikian penjerang gelap itu - tidak suka banjak bitjara lagi, dengan sepasang goloknja, golok Bwee-hoa-too, ia landjutkan penjerangannja dengan gerakan jang dinamakan "Lok hoa tay tjioe"

   Atau "Bunga rontok menantikan sapu"

   Jang menudju ketenggorokan, tusukannja sangat tjepat. Ong Wie Yang angkat pedangnja melindungi tenggorokannja. Ia bergerak dengan tipu silat "Hoan sin tee tauw"

   Atau "Membalik tubuh sambil menenteng gantang."

   Iapun berlaku sangat sebat, hingga kedua sendjata bentrok keras memuntjratkan lelatu api. Dengan gerakan Pay-sie - "Kalah" -, Pian Kim Kong lompat mundur untuk ambil ketika akan periksa goloknja, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
setelah dapat kenjataan sendjatanja tidak rusak, ia kembali madju, akan mengulangkan serangannja dengan "Thay- peng thian kie"

   Atau "Garuda pentang sajap". Kedua batang golok membatjok dengan berbareng.

   "Bagus!"

   Berseru Ong Wie Yang sambil berkelit kesamping kiri dari mana dengan satu batjokan "Hoen- tjhioe in hoei"

   Atau "Mementang bendera,"

   Ia balas membabat lengan kanan penjerangnja itu, si tuan rumah jang ganas.

   Dengan tarik pulang tangannja, Pian Kim Kong keluarkan keringat dingin.

   Ia insjaf liehaynja ilmu silat musubnja jakni Thay Kek Koen, atau Thay Kek Sip-sam-sie - Tiga-belas Gerakan -, jang terus dimainkan saling-susui tak hentinja.

   Hingga walau ia bukan orang sembarangan, ia toh repot djuga, tak sanggup ia untuk rebut kemenangan.

   Dipihak ampun, Ong Wie Yang mengerti bahwa musuh ini, dengan goloknya jang berat, tidak mudah didjatuhkannja.

   Selagi kedua pihak bertempur dengan dahsjatnja, mendadak ada gerakan sebuah sendjata bagaikan naga hitam jang menjelak diantara mereka, hingga mau atau tidak, keduanja terpentjar, sedang Ong Wie Yang pun segera hentikan gerakannja lebih djauh, karena ia lantas mengenali Poei Thaykoen, djuru-pemisah itu.

   Dengan roman murka, njonja tua itu berdiri diantara dua lawan ini.

   Demikian besar kemurkaannja, hingga tubuhnj bergetar.

   "Binatang!"

   Njonja ini damprat puteranja, jang ia tuding dengan tongkat besinja.

   "Dihadapanku kau berani berlaku begini kurang adjar?"

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Pian Kim Kong mendjadi kuntjup, ia bungkam.

   "Pergilah kalian!"

   Kata njonja itu kepada Wie Yang dan Goan Hoa.

   Terang ia tak sudi omong banjak.

   Wie Yang dan Goan Hoa dapat ketika sebaik ini, tanpa mengutjap suatu apa lagi segera mereka lari ketembok, untuk lompat naik.

   Pian Kim Kong lihat orang hendak berlalu, ia bergerak untuk mengedjarnja, akan tetapi Poei Thaykoen sambar plnggangnja.

   "Hai, binatang poethauw!"

   Si njonja mendamprat pula.

   Belum sempat Poei Thaykoen tutup mulutnja, ia sudah tertolak rubuh, karena sang putera sikut padanja diluar dugaan] nja, sampalpun tongkatnja terlepas dan djatuh ketanah.

   Ong Wie Yang dlatas tembok lihat perbuatannja orang she Pian ini, jang kurang adjar terhadap ibunja, ia djadi sangat murka hingga tak dapat mempertahankan kesabarannja lagi, ia segera lontjat menjerang dengan sendjata rahasia Lioe-yap-piauw, atau piauw "Daun yanglioe."

   Ia menjerang beruntun tiga kali.

   Pian Kim Kong benar llehay, tubuhnja gesit, tangannja sebat, matanjapun sangat awas.

   Ia mendek diri untuk piauw Jang pertama, lalu dengan tangan kanannja ia sambuti dua piauw lainnja.

   Kemudian, dengan sangat sebat ia ajun tangan kanannja, balas menjerang dengan piauw itu djuga.

   Akan tetapi serangannja ini sangat litjik Sebuah piauw melesat ketembok didepannja, akan tetapi jang lainnja ditimpukkan kebelakangnja.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Wie Yang lihat serangan membalas, ia lompat berkelit.

   Dibelakang, Poei Thaykoen telah dipimpin bangun oleh budaknja, jang susul padanja; selagi ia angkat tubuh, piauw jang ketiga menjambar ia tanpa menerbitkan suara karena sangat dekatnja djarak diantara ia dan puteranja itu, Lioe-yap-piauw telah nantjap ditenggorokannja, maka dengan tak dapat mendjerit lagi ia rubuh pula, malah djiwanja melajang seketika.

   Satu njonja jang gagah telah terbinasa ditangan anaknja sendiri.

   Ong Wie Yang, djuga Liok Goan Hoa, gusar tak kepalang, akan tetapi merekapun insjaf bahaja mereka untuk berdiam lamaa disitu, maka dengan terpaksa mereka terus angkat kaki, meninggalkan selat Poan San itu.

   Pian Kim Kong puas atas kebinasaan ibunja itu, akan tetapi pada wadjahnja ia undjuk roman kaget dan berduka, dengan tjepat ia pondong Poei Thaykoen, dibawa masuk kedalam kamar, agaknja ia ingin tolongi ibunja itu.

   Ketika itu budjang lainnjapun sudah datang berkumpul.

   Pian Kim Kong tjabut piauw dari tenggorokan ibunja, hingga darah lantas ngutjur keluar, akan tetapi djiwa si njonja sudah lama melajang.

   Pian Kim Kong menangis, sambil memeluki tubuh ibunja ia mentjatji kalang-kabutan pada Ong Wie Yang dengan sumpahnja untuk menuntut balas.

   Slauw Hoan, si budak tjilik, ketahui apa jang terdjadi sebenamja, akan tetapi ia takut, ia tutup mulut.

   Ong Wie Yang dan Liok Goan Hoa baharulah berlega hati setelah mereka sampai di Hankauw, diluao2 daerah pengaruhnja Pian Kim Kong.

   Mereka lantas menudju Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kehotel Hong An, untuk temui Hek Thayswee Sim Tiong Kiang, tapi dislni mereka djusteru bertemu It Tim Kie-soe.

   Shie Liang, jang sudah susul mereka, bahkan tibanja pemimpin kedua dari Ang Teng Kauw ini sudah sedjak beberapa hari jang lampau, dengan demikian ia telah dapat ketahui kemana perginja Wie Yang dan Goan Hoa, maka ia lantas menantikan.

   Wie Yang diberi selamat karena didapatkannja kembali batu kumalanja itu, namun setelah Shie Liang dituturkan hal kebinasaannja Poei Thay-koen, ia kutuk Pian Kim Kong jang kedjam itu.

   "Ong Hiantee, kau telah terdjebak Pian Kim Kong!"

   Kata Shie Liang kemudian.

   "Dengan bunuh Poei Thaykoen itu, ia hendak timpakan kedosaan kepadamu. Maka dibelakang hari pasti kau akan hadapi kesulitan hebat"

   "Ini benar"

   Mengatakan Sim Tiong Kiang.

   "Lioe-yap- piauw istimewa kepunjaan golonganmu, waktu itupun tidak ada saksi, sulit bagimu untuk menjangkal dari tuduhan. Sekarang baiklah kau segera pulang kepada Kim Tiong Hoa di Ngotay, biarlah aku jang tulis surat untuk berikan pendielasan, diharap semoga dia pertjaja kita"

   Wie Yang mengerti hebatnja urusan, tetapi belum didapatkan daja lain untuk membereskannja, terpaksa ia terima baik usulnja Sim Tiong Kiang, maka keesokannja ia adjak Goan Hoa pamitan, untuk lekas2 pulang ke Utara.

   Shie Liang tidak turut, ia ingin susul Yan Ie Lam di Tinkang.

   Seberlalunja tiga tetamu itu, Sim Tiong Kiang tulis surat untuk Kim Tiong Hoa, hanja sajang, waktu orang suruhannja sampai di In Bong, si orang she Kim sudah Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
pergi kelain tempat, surat itu tidak dapat diterimakan kepada alamatnja.

   Dan It Tim Kie-soe Shie Liang, sekembalinja ke Hoa-kay- tjhung, ia telah dapat tahu bahwa Yan Ie Lam sudah pergi ber sama Hoa Slang Boe ke Kimleng, tanah kelahirannja.

   Ketika itupun, tindakan pembesar negeri untuk menangkap Ie Lam sudah mulai reda, maka Hoa Tjeng In terus minta pertolongan Shie Liang menjusul Ie Lam dan Siang Boe di Kimleng untuk diadjak pulang, untuk langsungkan pernikahan mereka.

   Shie Liang suka membantunja, ia sudah lantas berangkat ke Kimleng.

   Ketika itu Pat Pie Long-koen Yan Ie Lam dan Hoa Siang Boe sedang itjipi kesenangan di Kimleng.

   Selang dua hari dari pertemuan dengan guru mereka, kembali mereka pergi ke Tan Touw Am akan menjambangi pula, tetapi kali ini mereka diberitahukan bahwa guru mereka baharu sadja pergi.

   Mereka menjesal, akan tetapi mereka tahu bahwa gurunja itu mempunjai tugas penting, mereka tidak pergi menjusul.

   Adalah setelah itu, Shie Liang datang kepada mereka, hingga mereka dapat ketahui Goan Hoa dan Ong Wie Yang sudah pulang dengan berhasil dan mereka diminta lekas pulang oleh Hoa Tjeng In.

   "Mari kita pesiar dulu disini "

   Ie Lam adjak Shie Liang.

   Untuk beberapa hari Shie Liang turut menjaksikan keramaian dan keindahan kota Kimleng dan sekitarnja, sesudah mana baharulah dengan ber-sama2, mereka kembali ke Tinkang.

   Ketika ketiga orang ini sampai di Hoakay-tjhung, mereka disambut beberapa tjhungteng dengan wadjah bingung dan berkuatir, sedang dithia, ruang besar, ada berkumpul Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
pelbagai tauwbak besar dan ketjil. Segera Hoa Siang Boe menduga telah terdjadi sesuatu. Maka bersama Ie Lam ia segera lari kedalam, terus kekamar ajahnja. Tjeng In sedang rebah dengan muka putjat sekali, pada pundaknja terdapat balutan luka.

   "Ajah, kau kenapa?"

   Berseru Siang Boe dengan kaget sambil lompat menghampiri. Tjeng In jang sedang meram dan rebah itu buka kedua matanja, jang lantas berlinang air mata.

   "Orang telah bokong ajahmu"

   Sahut ajah ini dengan lemah. Tak kuat Siang Boe menahan pedihnja hati, segera ia mendjerit menangis.

   "Tjongtauwnia terkena piauw beratjun,"

   Berkata satu tauwbak ketjil pada si nona, puteri ketuanja.

   "Semua tabib disini tidak punja obat jang dapat memunahkan ratjun jang sudah bekerdja dalam lukanja itu, maka kemarin telah dikirim orang ke Kimleng untuk panggil pulang siotjia"

   Dalam bingung dan kuatirnja, Siang Boe minta keterangan akan duduknja kedjadian, jang ada sebagai berikut.

   Pada suatu malam sedjak berangkatnja Shie Liang ke Kin-leng, selagi Tjeng In belum tidur pules, ia dengar suara diluar djendela seperti daun rontok tertiup angin.

   Ia bisa membedakan, ia segera ketahui datangnja seorang jang biasa keluar malam.

   Maka ia berbangkit, dengan tjekal golok Tjit-seng-too ia keluar dengan djalan memutar.

   Ketika baharu sadja ia hendak lompat naik keatas genteng, mendadak satu bajangan berkelebat dan sebilah pedang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
menjambar kepadanja. Ia lantas menangkis sambil terus mundur dua tindak.

   "Kau sahabat dari golongan mana?"

   Ia tanja.

   "Djikalau aku Hoa Tjeng In telah berbuat sesuatu jang tak lajak, harap kau menerangkannja dahulu."

   Orang itu belum mendjawab, seorang temannja jang baharu lompat turun dari atas genteng, lantas sadja menjerang. Dia berpakaian serba putih dan sendjatanja sepasang kikir Ngo-leng-tjo. Tjeng In menangkis. Penjerang itu menjerang sambil mendamprat.

   "Djahanam, kami dari pihak Tjeng Pang tidak punja sangkutan denganmu, bagaikan air kali tidak ganggu air sumur, kenapa kau djusteru berserikat dengan Ang Teng Kauw dan menjatrukan kami? Andjing tua, agaknja kau sudah bosan hidup!"

   Lantas ia bersama kawannja jang bersendjatakan pedang menjerang pula.

   Tjeng In mendjadi gusar.

   Belum pernah ia terima hinaan setjara demikian, apa pula sekarang ia dikerubuti berdua, terpaksa ia mainkan goloknja, dengan Pek Wan Too-hoat atau ilmu golok Lutung Putih, uhtuk melakukan perlawanan.

   Setelah berkelit dan menangkis, ia madju balas menjerang, dengan gerakan "Geng hong sauw tim"

   Atau "Memapak angin, menjapu debu."

   Dikala kedua musuhnja menangkis, kakinja naik menendang beruntun saling susul, dibarengi pula dengan batjokannja ber- ulang2. Inilah desakan hebat, kedua musuhnja mendjadi repot. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Lima atau enam djurus setelah desakannja itu, Tjeng In dapat sampok terlepas sebatang kikirnja musuh, selagi musuh itu kaget, tangan kiri Tjeng In menjambar pinggang dan goloknja membatjok kemukanja musuh itu.

   Sebat sekali ia lakukan berbareng dua gerakannja itu.

   Selagi musuh jang disambar kena dikempit, adalah jang lainnja berkelit sambil lompat djumpalitan, untuk terus lompat naik keatas tembok.

   Tjeng In tidak merasa puas, ia segera totok musuh jang terkempit itu, tubuh siapa ia gabrukkan ketanah, sesudah mana, ia endjot kedua kakinja lompat kearah tembok, untuk susul musuh jang litjik itu.

   Ia bergerak dengan It tjiong thian"

   Atau "Burung hoo serbu langit".

   Baharu sadja djago tua ini taruh kakinja diatas genteng - karena ia langsung melewati tembok pekarangan - sekonjong2 tiga sinar putih menjambar ia saling-susul, datangnja dari arah kiri, sinarnja berkeredepan.

   Dengan tjepat ia mendek menghindarkan diri dari sendjata gelap jang pertama, sedang jang kedua dan ketiga ia sampok dengan goloknja.

   Musuh jang dikedjarnja telah menggunakan saat itu untuk melenjapkan diri.

   Dengan buka matanja, Tjeng In meneliti keempat pendjuru, djusteru waktu itu datanglah suara berisik bagaikan mengaungnja tonggeret, disusul oleh sinar putih menjambar dari empat pendjuru.

   Ia kaget, ia lantas putar goloknja, hingga beberapa batang piauw, jang berat, tersampok terpental dan djatuh.

   Jang paling hebat adalah serangan jang datang dari kanan, hingga ia mesti berlompat tinggi untuk meluputkan diri.

   Menjusui itu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
datang serangan dari kiri, beruntun tiga kali.

   Dengan tangan kirinja ia sambut semuanja itu.

   Selagi ia menjambutl sendjata jang terachir itu, ia kaget, sebab sendjata rahasia itu perdengarkan suara.

   Sebelum ia tahu apa2, atau ia rasakan pundaknja sakit seperti tertusuk djarum, dan sesaat kemudian dirasakan mendjadi beku.

   "Tjelaka!"

   Seru ia dalam hatinja. Tahulah ia sekarang bahwa piauw jang terachir itu adalah "Tjoe-bo-piauw"

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Atau piauw "ibu dan anak".

   Inilah piauw bersuara jang mempunjai pesawat rahasianja, apabila piauw ini kena tertjekal, pesawat rahasianja akan bekerdja sendirinja, lalu dari dalam piauw itu menjambar tiga batang lainnja, jang ketjil dan halus, jang pula telah direndam dalam ratjun.

   Tentu sekali sangat sulit untuk berkelit dari serangan gelap sematjam ini.

   Sendjata liehay demikian itu hanja beberapa golongan sadja jang mempunjainja.

   Sedangnja Tjeng In berdiri dengan tertjengang, dari tempat dua tombak djauhnja ia dengar suara tertawa dingin serta edjekan.

   "Tua-bangka, apakah kau masih belum mau rubuh? Aku hendak lihat, sampai berapa lama lagi kau masih dapat hidup!"

   Menjusui edjekan itu, empat bajangan berkelebat pergi, lenjap ditempat gelap.

   Tjeng In tidak niat mengedjar pula musuhnja itu.

   Lekas ia lompat turun, akan dapatkan musuhnja jang tertawan tadi telah lenjap.

   Teranglah sudah, bahwa tawanan itu telah dapat ditolong kawannja.

   Lantas ia bunjikan kelenengan tanda bahaja untuk kumpulkan orangnja, guna tjari tawanan itu, tetapi hasilnja nihil.

   Karena ini ia menduga musuhnja sedikitnja ada berenam.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Djago tua ini kembali kedalam rumah, segera ia buka badjunja, untuk tjabut piauw jang menantjap dipundaknja, jang terdiri dari dua batang seperti djarum, sehabis me- mentjet lukanja untuk keluarkan darah berikut ratjunnja, ia lantas memakaikan obalnja.

   Ia pertjaja bahwa ia telah dapat lewatkan antjaman bahaja maut.

   Maka itu, dengan tenang ia periksa teliti tjoe-bo-piauw jang berbentuk tiga persegi dan tadjam, beratnja kira sepuluh tail, ada tiga lobang rahasianja.

   Kemudian piauw itu ia simpan dalam latji lemarinja.

   Masih Tjeng In tidak kuatirkan lukanja itu, sampai dihari kedua, ia dapatkan luka itu bengkak dan merah warnanja sampai kepada dadanja.

   paharu sekarang ia kaget, lantas ia perintah orangnja undang tabib, siapa datang untuk menggeleng-geleng kepala, sebab sudah terlambat katanja, ratjun itu sukar dipunahkan lagi.

   Benar sadja, selang lagi dua hari Tjeng In se-waktu tak sadar akan dirinja hingga, ketika puterinja pulang, puteri ini lantas menangis tak sudahnja.

   "Sudahlah, sekarang bukan waktunja menangis sadja,"

   Ie Lam budjuk bakal isterinja itu.

   "Mari kita minta pikirannja Shie Djieko!"

   Baharu sekarang Siang Boe ingat, Shie Liang masih menantikan diluar.

   Maka ia lantas suruh orang undang sahabat itu masuk.

   Shie Liang adalah djuru-pemikir dari Ang Teng Kauw, iapun berpengalaman.

   la minta lihat tjoe-bo-piauwnja penjerang gelap itu, apabila ia telah memerlksanja, ia terperandjat.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Pantaslah piauw ini berat, kiranja kepunjaannja Boe Tong Siang Yan,"

   Katanja.

   "Kalau begitu,"

   Menjatakan Yan Ie Lam.

   "ini adalah akibat dari kepergiannja Toasoeheng dan Ong Wie Yang ke Gietjiang. Sekarang menolong oranglah jang paling utama, maka Shie Tauwnia, bagaimana kami harus bertindak?"

   "Meski piauw ini kepunjaannja Boe Tong Siang Yan, namun aku sangsi mereka berdua jang datang sendiri kemari,"

   Shie Liang undjukkan dugaannja.

   "Biasanja mereka bekerdja berdua sadja, belum pernah mereka adjak lain orang. Kim Tiong Hoa mempunjai obat pemunah piauw ini, maka kini perlu kita pergi ke In Bong San. Sekarang luka itu baharu berdjalan tiga hari, kalau kita bisa pergi1 pulang dalam tempo empat hari, pertolongan masih dapat diharapkan. Ratjun piauw itu hanja dapat dipertahankan selama tudjuh hari"

   "Nanti aku jang pergi!"

   Kata Hoa Siang Boe.

   "Tunggu dulu, Hoa Siotjia,"

   Shie Liang mentjegah.

   "Harap kau tidak katakan aku omong sembarang, tetapi Kim Tiong Hoa dan ajahnja Pian Kim Kong, jaitu Siok San It-Hoo Pian In Liong, bersama Poei Kong dan Poei Hong adalah jang disebut Tiang Kang Sam Hiap, sedang ibu- tirinja Pian Kim Kong, jaitu Poei Thay-koen, adalah kakak dari Boe Tong Siang Yan. Pian Kim Kong sudah bunuh ibu- tirinja, untuk itu ia menuduh In-tiong-kiam Ong Wie Yang, maka dapat dipastikan Kim Tiong Hoa tentu berniat mentjari balas terhadap kedua saudara Liok dan Ong. Hingga karenanja, tentulah Kim Tiong Hoa tidak akan suka kasikan obatnja itu. Aku lihat"

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Djikalau begitu,"

   Memotong Yan le Lam.

   "andalkan aku tak dapat memintanja dengan baik, terpaksa aku akan gunakan kekerasan!"

   Shie Liang menghela napas.

   "Ja, rupanja tak dapat tidak keonaran akan timbul pula"

   Katanja dengan duka.

   "Marilah kita pergi bersama. Sekarang air sungai sedang pasang, mari kita naik kuda, pulangnja baharu kita naik perahu, mungkin kita bisa pergi- pulang dalam tempo empat hari"

   Putusan lantas diambil.

   Siang Boe berdiam dirumah untuk djagai ajahnja, Shie Liang pergi berdua Yan Ie Lam.

   Shie Liang dan Ie Lam kaburkan kudanja, mereka djalan siang malam.

   Dari kauwyong mereka menudju Tong-touw, mengikuti sepandjang tepi danau Tjauw Ouw, lalu masuk kewilajah Ouw-pak.

   Satu hari satu malam mereka telah melalui seribu lima-ratus lie, maka dihari kedua, diwaktu malam, mereka sampai di In Rong San.

   Malam itu, gunung seperti diliputi awan, rimba tjemara tertampak bagaikan lautan, sjukur masih ada tjahaja rembulan jang suram, maka Ie Lam dan Shie Liang jang mengenakan pakaian malam, terus mendaki hingga achirnja mereka berada dimuka kuil Tjie Yang Koan.

   "Yan Tauw-nia, Keng San It-Loo tak dapat dibuat permainan,"

   Shie Liang per ingatkan kawannja.

   "Mari kita meneliti dahulu, baharu kita lihat gelagat untuk turun tangan."

   Ie Lam setudju, dengan hatia mereka lompat keatas genteng kuil, akan merajap naik sampai diloteng Lu Sian Kok. Disini mereka mendekam dibawah djendela, akan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mengintai kedalam kamar jang ada tjahaja apinja. Dua too- tong atau katjung imam, umurnja masinga empatatau lima-belas tahun, dengan pedang dibebokongnja asjik duduk bertjakap2.

   "Mungkin tjouwsoe-ya pulang besok,"

   Kata too2tong jang satu.

   "Selama beberapa hari Ini semua telah pergi, hingga tinggal kita berdua. Diwaktu malam aku rasakan hatiku berdebar sadja"

   "Mungkin tjouwsoe-ya pulang beberapa hari lagi,"

   Kata too-tong jang lainnja.

   "Aku dengar, tjouwsoe-ya bersama si orang she Pian, berniat mendaki Boe Tong San. Kita mendapat beban berat, kita mesti ber-djaga2 untuk banjak malam"

   Shie Liang dan kawannja menduga dua too-tong itu adalah tjutju-muridnja Kim Tiong Hoa.

   "Djadinja tjouwsoe-ya tidak pergi berbareng bersama soehoe?"

   Shie Liang dengar pula.

   "Kenapa mereka pergi semua?"

   "Kau tidak tahu, soetee,"

   Kata too-tong jang ke-dua.

   "Kali Ini semua paman-guru diperintah tjouwsoe-ya pergi ke Tinkang, mungkin untuk suatu pertempuran. Beberapa hari jang lalu Tio Soesiok suruh aku membersihkan sendjatanja sehingga setengah harian, sampai tanganku pegal dan sakit"

   "Sudahlah, soeheng, aku ingin tidur lebih dahulu"

   Kata si soetee, terus dia menguwap, lantas dia letaki kepalanja diatas medja. Ie Lam tarik udjung badjunja Shie Liang, untuk diadjak kebelakang, dimana ada beberapa kamar bersih jang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kosong.

   Disitupun terdapat kamamja tukang masak atau budjang.

   Kemudian mereka pergi kependopo, didepan.

   Mereka lihat suatu lorong pandjang dengan sebuah pintu model rembulan.

   Mereka buka pintu ini dan masuk kedalaninja, suatu ruang lain.

   Disitu ada sebuah loteng ketjil, ada gunung2an, ada pohon2 bambu jang terawat baik.

   Disebuah kamar dibawah loteng ada dua too-tong lain sedang tidur diatas medja.

   Tanpa sangsi Shie Liang berdua naik keatas loteng dimana ada dibakar dupaKamar itu kosong dan sunji.

   Ie Lam buka djendela dan lompat masuk kedalam kamar.

   Shie Liang njalakan api untuk menjulut lilin, hingga mereka lihat sebuah peti kaju.

   Ie Lam hendak segera buka peti itu.

   "Sabar dahulu!"

   Shie Liang mentjegah.

   le Lam tidak mengerti maksud kawannja mentjegah padanja, ia awasi kawannja iitu.

   Shie Liang tarik tambang sero djendela, udjungnja jang satu ia ikat pada tutup peti, udjung lainnja ia pegang, kemudian ia tarik Te ia m untuk menjingkir keatas para2, setelah itu baharulah ia tarik tambangnja.

   Menjusul terbukanja tutup peti, beberapa batang panah menjambar keluar, langsung kedepnn, menantjap ditembok.

   le Lam bergidik hingga ia ulur lidahnja.

   Shie Liang adjak kawannja lompat tu run akan hamplri peti kaju didalam mana ada dipasangkan djebakan tjoe-bo- piauw jang liehay, disamping itu ada dua botol jang memuat bubuk warna merah dan putih, jang merah dituliskan tanda obat luar, jang putih adalah obat makan.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
le Lam segera kantongi dua botol obat itu, sedang Shie Liang djemput dua batang piauw, segera keduanja berlalu dari loteng itu.

   Bahna girangnja, mereka lupa memadamkan lilin, djendelapun tidak mereka rapatkan.

   Seberlalunja mereka itu.

   disitu telah terdjadi kebakaran disebabkan meniup masuknjo angin dari djendela jang terbuka itu.

   Tambang dan seronja jang pun belum dikembalikan pada asalnja, karena tertiup angin telah terdjilat api lilin dan menjala mendjadi besar.

   Maka dilain saat, terbakar musnahlah loteng itu.

   Sjukur api tidak menjambar kependopo.

   Shie Liang dan le Lam tidak tahu bahwa mereka dengan tidak langsung sudah bakar lotengnja Kim Tiong Hoa itu.

   Sin-tjhioe Ang Eng-tjhio dapat obat mandjur, djiwanja tertolong, maka selang dua hnri ia telah sembuh, ketjuali tjatjat pida sebelah tangannja, karena ratjun telah bekerdja terlalu lama.

   Maka selandjutnja, ia melainkan dapat menggunakan hanja sebelah tangannja.

   Selang lagi beberapa hari, le Lam dan Siang Boe dinikahkan dengan upatjara sederhana, tanpa undangan banjak tetamu, ketjuali orang2 Hong Tjiang Hwee jang kebetulan berada dirumah.

   Beberapa hari setelah menikah, le Lam adjak isterinja pulang ke Shoatang, kepada partainja, Ang Teng Kauw.

   Sudah lama ia berada diluaran.

   Tjeng In merasa berat tetapi ia tak dapat tjegah keberangkatan anak-menantunja itu, ia membekalkan pesalin.

   It Tim Kiesoe Shie Liang turut bersama berangkat ke Utara.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sementara itu, Liok Goan Hoa dan Ong Wle Yang sudah pulang kepropinsl Titlee, menghadap pada Poan Liong Tay- hiap, tjiang-in atau ketua Tjeng Liong Hwee di Tjhong- tjioe.

   Pada ketuanja mereka tuturkan perbuatan mereka sampai Pian Kim Kong bunuh ibu-tirinja dengan membokong.

   Poan Liong Tay-hiap kerutkan dalii.

   "Ong Hiantit, kau telah terdjebak muslihatnja orang she Pian itu,"

   Kata ketua Tjeng Liong Hwee ini.

   "Kau tahu liehaynja Boe Tong Siang Yan, dua adiknja Poei Thay-koen. Pasti Tjeng Liong Hwee akan belai kau, tetapi sekarang aku belum dapat memikirkan dajanja, maka kalian tinggallah dahulu beberapa hari disini"

   Ong Wie Yang terima usul itu, iapun halurkan terima kasihnja.

   Selama berdiam di Poan Liong, setiap pagi djam lima Wie Yang dengar suara orang berlatih silat ditaman dibelakang kamarnja, sering ia dengar suara njaring, ia djadi heran, maka disuatu pagi, ia sengadja djalan menudju ketaman.

   Ia dapatkan satu botja umur dua atau tigabelas tahun tengah berlatih silat dilapangan rumput, mendjalankan ilmu silat Liok Hap Koen, geraknja rapi dan sebat, tindakan kakinja enteng.

   Itulah ilmu silat tjiptaan Oey Bwee Kie-soe, jang dapat dipetiknja dari Liok Hap Tjiang, untuk murid baru.

   "Heran, kenapa botjah ini mengerti ilmu silat itu?"

   Pikirnja. Wie Yang tidak mau ganggu botjah itu, ia berlalu untuk terus minta keterangan dari Poan Liong Tay-hiap. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Botjah itu?"

   Katanja Poan Liong.

   "Dia dikirim kemari oleh Oey Bwee Kie-soe, kau berdua Goan Hoa ditugaskan untuk merawat dan mendidiknja sehingga dia dewasa, kalian mesti djaga supaja dia tidak dapat gangguan apapun djuga. Disini ada suratnja Oey Bwee untukmu, kau lihat dan batjalah, kelak kau akan mengerti sendiri duduknja hal "

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Wie Yang terima surat dari Poan Liong, setelah ia batja itu, baharu ia ketahui bahwa botjah tadi adalah bujutnja Wan Tjong Hoan dari Tong-wan, namanja Boe Tjioe, bahwa ajahnja botjah ini tadinja diperlindungkan oleh dua pembantunja Oey Bwee Kiesoe, jakni Sip gouw-tan Lim Giok dan Tiat-see-tjiang Ghak Djie Siong, dan sekian lama kedua orang ini melindungkannja didalam kantor Bin Houw Piauw Kiok.

   Lim Giok adalah keponakannja Lim Tek Seng dari Tan Touw Am.

   Anaknja Tjong Hoan itu bernama Touw Tjie Wan, didalam piauwkok itu tjuma tiga orang jang ketahui rahasianja.

   Tjie Wan sudah menikah tetapi isterinja tak tahu djelas siapa dia sebenarnja.

   Karena dia memakai she Touw, anaknjapun dinamakan Touw Boe Tjioe.

   Tjie Wan peladjari djuga ilmu silat, tapi hanja sekedar untuk bela diri.

   Ia utamakan ilmu surat.

   Tak ada orang jang ketahui untuk belasan tahun Tjie Wan tinggal bertetangga dengan Bin Houw Piauw Kiok.

   Meski piauwkok itu peroleh kemadjuan, namun kalau mengantarkan piauw, Lim Giok dan Djie Siong selalu pergi bergantian, mereka tidak berani tinggalkan Tjie Wan seorang diri.

   Pada satu tahun, Bin Houw Piauw Kiok terima angkutan jang berharga, ialah barangnja tjongtok untuk pangeran Penglam-ong Siang Ko Hie di Kwietang, jang hendak rajakan ulang-tahunnja kelimapuluh, ketjuali barang jang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
biasa, djuga ada sepuluh peti matjam2 permata dan mutiara. Selagi rerotan piauw ini lewat dibatas Oey Kong, dari dalam rimba mengaung njambar tiga batang panah.

   "Siap!"

   Menitah Lim Giok kepada dua piauwsoe pembantunja guna melindungi barang, semua kuda dan kereta dikumpulkan dalam satu kalangan bundar, ia sendiri madjukan diri menjambut begal.

   "Tinggalkan semua barang permata, kalian semua boleh lewat!"

   Demikian suara pihak berandal.

   Lim Giok tahu bahwa ia sedang hadapi musuh tanggu, ia turun tangan lebih dahulu dengan melepaskan pelurunja beruntun2.

   Lim Giok dapat djulukan Sipngo-tan, si Limabelas Peluru.

   Dipihak begal seorang jang menunggang kuda madju kemuka, sambil mengangkat sematjam benda jang menjerupai kantong atau djala, jang dilepasnja seperti orang mendjala, semua peluru masuk kedalamnja.

   Menjusul itu dari belakang begal ini muntjul dua kawannja sambil melepaskan panah saling susul.

   Lim Giok putar busurnja, akan pukul djatuh semua panah itu, setelah itu ia hunus pedangnja dan gentjet perut kudanja, untuk madju mendekati.

   Kedua begal masih terus memanah, sebatang panah mengenai kudanja Lim Giok, hingga piauwsoe ini ngusruk bersama tunggangannja.

   Ketiga begal itu segera meluruk dengan tombak pandjang mereka.

   Sambil berlompat Lim Giok mengelakkan diri dari serangan hebat itu, tapi ketiga musuh madju terus mendekati kereta jang bermuatkan peti2 berharga.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Lim Giok kehilangan kudanja, terpaksa ia berlari dengan ilmunja mengentengkan tubuh, akan susul tiga pendjahat itu.

   Beberapa pegawai piauwkok telah dapat dilukai oleh ketiga begal itu, malah dua piauwsoe pembantupun turut terluka, hingga begal2 itu dengan tiada rintangan bisa lompat kekereta, jang mereka segera keprak kudanja membawa kabur kereta itu.

   Lim Giok tak dapat menghalaunja, terpaksa ia menjerang pula dengan pelurunja, tetapi lagi2 begal itu menggunakan bendanja jang luar biasa, hingga semua peluru terdjaring masuk pula.

   "Tjelaka, rubuhlah aku kali ini!"

   Seru Lim Giok dalam sibuknja.

   Selagi Lim Giok dalam keadaan putus asa itu, dari depan kelihatan debu mengepul dan satu penunggang kuda mendatangi, dia mentjegat kereta permata serta tiga begalnja.

   Dia adalah seorang setengah tua bersendjatakan sepasang bandring Kioe-tjie Lian-tjoe-twie, dia menjerang dengan sendjatanja itu, hingga tombaknja begal pada terhadjar patah, begal2 itu mendjadi kaget dan lantas melarikan diri meninggalkan kereta rampasannja.

   Penunggang kuda itupun larikan kudanja mengedjar.

   "Sudahlah, hoohan!"

   Teriak Lim Giok.

   "Barang tak hilang!"

   Baharu setelah itu, sipenunggang kuda balik kembali. Lim Giok memberi hormat, ia merasa berhutang budi, maka itu, ia minta beladjar kenal. Tak lupa ia haturkan terima kasihnja. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Penunggang kuda itu perkenalkan diri, Ban Kong namanja, ahli silat Ngo Bie Pay, bahwa ia sedang dalam perdjalanan ke Kwietang untuk tjari sanaknja, guna berichtiar mentjari pangkat.

   Lim Giok gembira dapat sahabat penolong ini, maka setelah serahkan piauw dengan baik, ia adjak Ban Kong pulang ke piauwkiok, untuk diadjar kenal kepada ketuanja, Tiat-bin-kauw Tio Boe Wie, hingga kesudahannja, penolong itu dipekerdjakan sebagai piauwsoe.

   Dia sudah berusia mendekati lima-puluh tahun tetapi tabiatnja polos dan djenaka, semua pegawai piauwkiok suka bergaul kepadanja.

   Selama setengah tahun Ban Kong bekerdja dalam piauwkiok, Bin Houw Piauw Kiok peroleh kemadjuan terus, maka ia lantas undang adik seperguruannja dari Tjhongtjioe, Kim-tjhio Pek Peng si Tombak Emas, untuk bekerdja-sama.

   Tio Boe Wie penudju Pek Peng, jang belum berumur tiga-puluh, ilmu tombaknja liehay, sedang dengan Lim Giok kedua saudara itu lantas sadja bergaul rapat, seperti saudara2 angkat.

   Pelindung lain dari Touw Tjie Wan ialah Tiat-see-tjiang Ghak Djie Siong, setiap kali bertugas mengantar piauw, ia mesti lewati gunung Louw San, maka sekalian lewat, ia perlukan mampir kepada Oey Bwee Kiesoe.

   Inipun kebiasaannja kaum Tjeng Liong Hwee, untuk mereka sekalian saling menjampaikan kabar mengenai sepak- terdjang atau pengalaman masing2 serta warta2 lainnja jang mereka dapatkan.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Kalau nanti kau pulang,"

   Pesan Oey Bwee Kiesoe.

   "djangan lupa kisikkan Lim Giok bahwa kaum kita di Utara telah dengar selentingan bahwa Mo Ong sudah kirim empat pahlawan liehay dari istana untuk mentjari Wan-ya, sedang seorang dibawah tjiang-in Poan Liong, jakni Tjoh Siang Hoei, telah dapat tahu ada kuku garuda jang sudah menjelundup ke Hokkian dimana mereka itu katanja sudah berhasil memasuki sebuah piauwkiok, entah Bin Houw Piauw Kiok atau bukan, tapi jang penting adalah kau berdua djangan berlaku alpa. Terutama djagalah Wan-ya supaja djangan pergi ke-mana2."

   Dengan Mo Ong, si Radja Iblis, dimaksudkan kaisar Boan, dan kuku-garuda adalah kaki-tangannja kaisar itu.

   Dan Wan-ya, tuan Wan, adalah Touw Tjie Wan.

   Djie Siong terima baik pesan itu, maka sekembalinja segera ia kasi kisikan pada Lim Giok, malah seterusnja mereka berhenti mengiring piauw, supaja mereka senantiasa bisa melindungkan Touw Tjle Wan.

   Kemudian ada lagi antaran piauw untuk Tjee-lam.

   Kali Ini gllirannja Ban Kong.

   Akan tetapi satu hari sebelumnja, mendadak Ban Kong mendapat sakit, maka ia undang Lim Giok kekamarnja dan ia minta supaja rekan she Lim ini jang mewakilkan mengantar piauw.

   Tak dapat Lim Giok menampik, terpaksa ia gantikan kawan itu.

   Beberapa hari seperginja Lim Giok, pada suatu malam selagi Ghak Djie Siong tidur dldalam piauwkiok, ia dengar tiga kali ketokan pada djendela.

   Ia lompat turun dari pembaringan, ia lihat bajangan orang diluar djendela, bajangan mana mengangkat tangannja di-gerak2i sebagai tanda rahasia.

   Maka ia ambil pedangnja, dengan sarung Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
pedang itu ia mengetok medja beberapa kali sebagai djawaban, sesudah mana, ia buka djendela.

   Gesit sekali satu orang berlompat masuk.

   Dan ia adalah Oey Bwee Kie-soe.

   Belum sempat Djie Siong menanja, Oey Bwee sudah tarik tangannja untuk diadjak keluar, terus naik keatas genteng, kewuwungan.

   "Dikamar jang mana berdiamnja dua piauwsoe jang akui diri orang1 Ngo Bie Pay?"

   Oey Bwee segera menanja, suaranja perlahan.

   Ghak Djie Siong menundjuk kearah belakang.

   Segera Oey Bwee lari kearah jang ditundjuk itu, dimana ada tiga buah kamar.

   Djie Siong mengundjukkan sebuah kamar jang kiri.

   Mereka lantas mengintai kedalara kamar.

   Didalam terdapat dua pembaringan jang kelambunja telah menutup, dimuka pembaringan pada lantainja masing2 ada sepasang sepatu.

   Oey Bwee buka djendela jang ternjata tidak dikuntji, dengan berani ia lompat masuk kedalam kamar, dengan udjung pedangnja serta dengan ber-hati2 pula ia singkap kedua kelambunja dengan bergantian.

   Ia dapatkan dua pembaringan kosong, hanja bantal dan selimut jang diatur begitu rupa seperti orang tidur meringkuk.

   "Kita terlambat!"

   Seru Oey Bwee.

   "Lekas antar aku ketempatnja Wan-ya!"

   Ghak Djie Siong terkedjut tetapi segera ia adjak Oey Bwee lari kebelakang piauwkiok, kesebuah loteng dengan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kamar tanpa djendela.

   Sulit untuk masuk kesitu, pun orang tak bisa ambil djalan dari atas.

   Tapi Djie Siong menudju kesebuah sumur dibelakang, ia lantas buka penutup sumur, ia merogo kedalam dan menariknja, lantas terdengar satu suara njaring, dan gambar sansoei (gambar pemandangan alam) ditembok terus berkisar, membuat satu lobang pintu.

   Keduanja terus masuk kedalam pintu rahasia itu, untuk turun ditangga, jang membawa mereka kesebuah kamar jang buntu, temboknjapun berlapiskan papan besi.

   Ghak Djie Siong baharu lompat masuk kedalam kamar atau ia sudah mentjelat keluar pula sambil keluarkan seruan tertahan.

   Ketika Oey Bwee menjusul masuk, ia lihat Touw Tjie Wan dan isterinja rebah ditanah dengan tiada bernapas pula, tapi tubuh mereka tidak terluka.

   "Pembunuh itu bekerdja belum lama!"

   Kata Oey Bwee setelah ia lihat api diatas medja.

   "Tjoba periksa, kita dapat menolong atau tidak"

   Djie Siong segera lari balik kepiauwkiok untuk mengambil obat.

   Oey Bwee Kiesoe geser lampu ketanali, untuk periksa tubuhnja Tjie Wan beserta isteri, achirnja ia dapatkan sebuah lobang ketjil di-embun2an mereka masing2, lobang itu tak mengeluarkan darah.

   Ia lantas sadja geleng2 kepala dan mengeluh.

   Sebentar kemudian, Djie Siong kembali dengan obat2an.

   "Sudah kasep,"

   Oey Bwee kata.

   "Otak mereka telah dibolongi oleh Thie-liam-tjoe! Mo Ong mempunjai Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
pahlawan Tiat-tjie-sian Liok Hong jang liehay sekali, muridnja Boe Tim Toodjin dari Thian San Pay, pasti dia jang telah datang kemari.

   Dia ada didalam istana, dia adalah pahlawan golongan utama.

   Sekarang pastilah dia jang telah menjaru djadi Ban Kong!"

   Ghak Djie Siong ternganga. Oey Bwee lantas adjak piauwsoe ini memeriksa tangga, diundakan terlihat dua tapak kaki lainnja.

   "Njatalah mereka ketahui pesawat rahasia disini!"

   Kata Djie Siong jang tertjengang.

   "Kenapa tidak? Mereka toh telah berdiam disini hampir satu tahun, mustahil mereka tidak ketahui segala apa? Kau dan Lim Giok-lah jang sudah kurang waspada!"

   Bukan main menjesalnja Djie Siong. Kemudian dengan adjak Oey Bwee, piauwsoe ini ambil djalan dari depan, dimana ia mengetok pintu. Disini letak kamar palsunja Tjie Wan dan isterinja. Satu njonja tua dengan mata kesapkesip membukakan pintu.

   "Telah terdjadi ketjelakaan diatas loteng!"

   Kata Djie Siong.

   "Mana siauw khoadjin Boe Tjioe? Lekas katakan!"

   Njonja itu kaget.

   "Sedjak kemarin dulu, siauwkhoadjin dapat tjatjar air"

   Sahutnja.

   "Orang mengatakan bahwa dia tak dapat dikumpul bersama orang-tuanja, dari itu dia telah ditumpangkan pada mak-tua-luarnja."

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Mendengar itu, Oey Bwee segera berikan perintahnja kepada Djie Siong.

   "Djangan lambat lagi! Lantas kau ambil Boe Tjioe, kau bawa dan serahkan dia pada Tjiang-in Poan Liong di Tjhongtjioe."

   Disitu djuga Oey Bwee tulis dua putjuk surat, satu untuk Poan Liong Tayhiap, satu lagi buat Ong Wie Yang dan Liok Goan Hoa, untuk wadjibkan mereka berdua lindungi Boe Tjioe.

   Djie Siong tidak berani lambat2an, ia simpan kedua surat itu, ia tanja si njonja tua letaknja rumah mak-tua dari Boe Tjioe, malam itu djuga ia berangkat, akan ambil bujut Wan Tjong Hoan itu, jang sambil menjamar, ia bawa terus ke Utara.

   V GUNUNG Boe Tong San dipropinsi Ouwpak adalah tempat asalnja ilmu silat Iwee-kee, ahli dalam, disitu terdapat banjak kuil atau kelenteng, diantara imam2 nja banjak jang mempunjai ilmu silat sempurna, hingga nama Boe Tong San atau Boe Tong Pay djadi sangat kesohor.

   Begii tulah dikaki gunung itu, didusun Tjauwtiam jang ketjil, ada bertinggal satu ahli silat Djioe-koen, ahli lunak atau lemas.

   jang bernama Poei Yong.

   Sebab gerak kepalannja lemas bagaikan kapas, ilmu silat itu djuga dinamakan Bian-lie-koen, atau Koentauw Kapas.

   Serangan ilmu silat ini, kendomja bisa merubuhkan, kerasnja bisa merusak anggauta2 dalam tubuh.

   Sedjak dipermulaan djaman Beng, ilmu silat ini sudah tersiar sampai di Djepang.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Untuk beberapa puluh tahun Poei Yong tinggal di Tjauw- tiam, kaum Rimba Persilatan tidak ada jang tidak ketahui ilmu silatnja jang liehay itu, melainkan ia tidak suka terima murid, ilmu kepan daiannja hanja diwariskan kepada ketiga anaknja, jaitu seorang puteri dan dua putera.

   Poei Goat Kiauw sang kakak dan kedua adiknja, Poei Kong dan Poei Tjeng.

   Orang jang keempat, jang turut beladjar bersama, adalah satu botjah jatimpiatu, jang dirawat sedjak masih ketjil, jakni Kim Tiong Hoa.

   Karena botjah ini berotak terang, berbakat baik serta radjin beladjar, maka kepandaiannja lebih liehay setingkat daripada Poei Kong dan Poei Tjeng.

   Kemudian setelah Poei Yong meninggal, Poei Kong dan Poei Tjeng keliru bergaul dengan pemuda2 jang tidak baik kelakuannja, mereka gemar berdjudi dan lain2 kesukaan jang sesat, maka dalam waktu dua tahun, habislah warisan peninggalan orang-tuanja, sedang Poei Goat Kiauw sudah pergi kerumah mak-luarnja di Gie tjiang.

   Maka untuk hidupnja selandjutnja, kedua saudara Poei itu mendjual silat.

   Kim Tiong Hoa, sang soeheng, tidak puas melihat kesesatannja dua soetee jang muda tetapi tidak bersemangat itu, maka satu kali ia singgung kehormatan mereka, untuk memperpanas hati mereka Ia katakan bahwa kepandaian mereka belum sempurna, belum mewarisi semua ilmu silat ajahnja.

   Benar2 engko dan adik itu gusar, mereka menantang soehengnja.

   Kim Tiong Hoa melajani, mereka adu tenaga khie-kang.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   engko dan adik berdua mengerubuti kakak-seperguruan itu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Kim Tiong Hoa keluarkan tenaganja, ia bertahan terhadap dua lawan itu, tubuhnja berdiri tegak bagaikan tumbuh akar Selang tidak lama, kakak-beradik itu rasakan kedua kakinja beku atau baal dan mendjadi kaku, maka ketika sang soeheng kerahkan tenaganja, mereka rubuh terpental dua tumbak lebih, muka dan kulit tubuhnja berdarah dan babak-belur "Kalian dua machluk jang tak berguna!"

   Sengadja Kim Tiong Hoa berkata dengan ketus.

   "Kalian tak mampu mewarisi kepandaian ajahmu! Sekarang pergi kalian tjari lain guru, sesudah beladjar pula dengan baik, baharu kalian datang pula menemui aku!"

   Poei Kong dan Poei Tjeng djadi malu, tapi mereka tidak berani lawan soeheng itu, terpaksa mereka pergi untuk tjari guru.

   Sekarang mereka berkehendak keras.

   Mereka pergi mendaki Boe Tong San, mereka melalui djalan jang sukar dan berbahaja didalam rimba lebat.

   Mereka datangi beberapa kuil, tapi imam2 disitu biasa sadja kepandaiannja, hati mereka tak puas.

   Mereka sering mesti tidur diatas pohon dengan mengikat tubuhnja pada tjabang, supaja tak terdjatuh.

   Paling achir, disebuah lembah, mereka bertemu satu imam jang bertjokol diatas pohon, putih rambut dan kumis-djenggotnja, tangannja menjekal kebutan.

   Mereka per tjaja bahwa orang tua itu tentunja seorang berilmu, mereka lantas berlutut memberi hormat, sesudah perkenalkan diri, mereka memohon diberikan peladjaran ilmu.

   Imam tua itu tanja asal-usulnja Poei Kong dan Poei Tjeng, setelah ketahui mereka keturunannja Djioe-koen Poei Yong, dia kata.

   "Kalian bangun dahulu Aku bukan dewa, aku tidak punja ilmu. Tapi kalian bisa datang kemari, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mungkin ini ada djodoh jang disebutkan golongan imam.

   Aku adalah Tjoat Tim Kiesoe, asal dari gunung Lauw San di Shoatang, sudah beberapa tahun aku hidup menjendiri disini.

   Aku ada punja ilmu silat Tjiong-kie-koen, jang djusteru memerlukan kalian untuk diudji dengan ilmu silai Djioe-koen darimu.

   Ilmu silatku memang istimewa utuk memetjahkan Noei-koen kepunjaanmu itu.

   Apabila kalian sanggup bertahan, baiklah, kalian boleh berdiam disini untuk beladjar padaku."

   Semula ketika mengetahui orang tua itu bukannja dewa, kakak-beradik itu putus harapan, tetapi setelah mendengar orang tua itu mempunjai ilmu silat istimewa jang dapat mengalahkan ilmu silatnja sendiri, timbullah harapan mereka untuk mengalahkan Kim Tiong Hoa, guna menuntut balasMereka lantas ambil putusan akan terima tawaran itu.

   Demikian sedjak itu, mereka tiinggal bersama Tjoat Tim Kiesoe untuk menuntut Ilmu silat, Tjoat Tim ini ialah Tong Long Koen Taysoe, imam dari kuil Siang Tjeng Klong dl2 gunung Lauw San, ahli ilmu silat Tong-long atau Tjangtjorang.

   Tong Long Koen hidup tenteram dan aman dipropinsi Shoatang, kesohor untuk kegesitannja, seperti tjangtjorang pandai berlompat dan menubruk Apa sebabnja kemudian ia berdiam di Boe Tong San adalah kerena kedjadian jang berikut .

   Pada suatu tahun dari See-tjhong, Thibet ada datang Bwee Hoa Siangdjin, satu pendeta berilmu ia utamakan ilmu silat Bian-lie-koen tapipun paham Liong Koen dan Houw Koen ilmu silat Naga dan Harimau, hingga gerakan menjambaruja gesit bagaikan liong naga dan tubrukannja bebat bagaikan houw (harimau).

   Kedjadian dia adu kepandaian dengan pihak Tong Long Koen, jang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mengadjukan Tjoat Tim sebagai pahlawan Baharu dua gebrak, Tjoat Tim sudah rubuh.

   Benar sadja, Bwee Hoa mempunjai sikap gerakan naga dan harimau, serangannja bertubi2 bagaikan gelombang.

   Sjukur mereka hanja mengadakan pertandingan persahabatan Karena ragu2 akan kelemahannja Tong Long Koen jang ia anggap liehay.

   Tjoat Tim penasaran, ia mendesak minta Bwee Hoa Siangdjin berdiam di Siang Tjeng Kiong, untuk mereka berdua mentjoba te rus2an kepandaiannja, tapi selalu imam Ini kalah dan si pendeta.

   Meski demikian, si pendeta tidak mau wariskan kepandaiannja.

   ia melainkan mengandjurkan Tjoat Tim memahaminja dengan menggabung dua rupa ilmu silat itu.

   Kemudian setelah Bwee Hoa Siangdjin meninggalkan Lauw San, Tjoat Tim pun turun gunung untuk merantau, guna tjari kepandaian terlebih djauh.

   Kali ini ia tidak peroleh hasil Maka diachirnja ia berangkat ke Boe Tong San, Ouwpak Djuga distni ia lidak dapat kelemukan imam jang liehay.

   Pada suatu hari Tjoat Tim saksikan sedjumlah burung garuda terbang melajang-lajang berputaran, dengan kadang-kadang turun menjambar kebawah kepada seekor srigala dengan kesudahannja srigaia itu mati daja, tak dapat melawan kawanan garuda itu.

   Tjoat Tim lihat tjara menjerangnja burung2 itu mirip seperti gerakannja Bwee Hoa Siangdjin.

   Segera ia dapat ilham akan perhatikan gerak-geriknja burung2 garuda, jang ia tjampur dalam Tong Long Koen, jang kemudian ia dapat menirunja.

   Dan untung baginja, karena gemar kelajapan digunung, achlrnja ia peroleh sebuah pohon obat jang mandjur, ialah jang kita kenal sebagai sioe-ouw.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Untuk memalangkan lebih djauh ilmu2 nja, Tjoat Tim piara beberapa ekor garuda, hingga ia dapat kesempatan memperhatikan gerak-geriknja burung2 Itu dengan saksama ia peroleh hasil memuaskan.

   Belakangan ia tiiptakan suatu ilmu silat baru, jang mempunjai iiga-pulub dua gerakan, jang ia namakan Tjoei-po-koen - koentauw Gelombang Air Ia memahaminja selama tiga tahun, ia hidup dari ubi dan buah2an sadja, hingga tubuhnja djadi kuat sewadjarnja.

   Pernah ia pikir mentjari lawan untuk udji kepandaiannja ini, maka kebetulan sekali, djusteru hari itu ada da] tang dua saudara Poei itu, maka setelah suatu pembitjaraan, ia tahan mereka untuk didjadikan kawan, guna udji kepandaiannja sendiri.

   Walau kedua saudara itu tidak memintanjapun, ia memang niat menahan mereka.

   Sedjak tinggal bersama, Poei Kong dan Poei Tjeng seria Tjoat Tim sering adu kepandaian setjara latihan untuk mengudji masing2 kepandaiannja Dua saudara Poei keluarkan semua kepandaiannja, Tjoat Tim undjukkan antero kebisaannja.

   Selama itu ternjata bahwa Tjoat Tim lebih unggul, dengan Tjoei-po-koen ia dapat mempunahkan sesuatu serangannja dua saudara Poei jang selalu mula kena didesaknja.

   Sebetulnja dua saudara Poei sudah dapat mewarisi kepandaian ajahnja.

   mereka hanja Kalah Kejakinan dari Tjoat Tim jang berlatihnja luar biasa sungguh2.

   Tapi disebabkan mereka sering berlatih bersama adjar-mengadjari, kedua saudara itu dapat menjangkok djuga Tjoei-po-koen jtu jang benar lengkapnja adalah Shatjapdjie-sie Tjoei-po-koen.

   Pada suatu hari Tjoat lim kata kepada kedua saudara Poei itu .

   "kalian berdiam disini sudah satu tahun lebih Tjoei-pokoen telah kalian jaklni sempurna, aku pertjaja Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dalam kalangan Boe Tong Pay kalian tidak akan ada tandingannja, tetapi disebelah itu, aku djuga peroleh kebaikan dari Djioe-koenmu.

   Sekarang aku berniat tjari Bwee Hoa Siangdjin dari See-tjhong, untuk tjoba2 tempur pula padanja, untuk membuktikan Tjoei-pokoen bisa mengalahkan dia atau tidak.

   Dan itu kita berpisah sampai lain waktu kita bertemu pula."

   Poei Kong dan Poei Tjeng setudju pikiran Tjoai Tim itu Merekapun lantas turun gunung dan berpisahan.

   Kemudian ternjata Tjoat Tim berhasil mengalahkan Bwee Hoa Siongdjin, setelah mana ia kembali ke Shoatang akan hidup menjenditi digunung Lauw San sama sekali ia tidak wariskan Tjoei-po-koen kepada siapapun djuga.

   Dan Kedua saudara Poei, sepulangnja mereka ini, lantas mereka dapat tahu bahwa entjie mereka, jakni Poei Goat Kiauw sedang tjari djodoh dengan djalan adu silat, hingga kedjadian itu telah menggemparkan kaum Rimba Persilatan dari beberapa propinsi, dengan Kesudahannja Goat Kiauw mendjadi isteri ke-dua dari Siok San it-Hoo Pian Liong jang berhasil mengalahkan padanja sementara itu mereka dengar bahwa soeheng mereka, Kim Tiong Hoa, sudah pergi kepropinsi Inlam, akan ikuti pendeta wanita tua Tam In mempeladjari piauw rahasia Tjoe-bo-piauw, Tadinja mereka niat tjari Kim Tiong Hoa guna "menuntut balas, sekarang terpaksa mereka batalkan niat itu, sebaliknja.

   mereka menudju ke Gie-tjiang untuk tjari entjie dan tjiehoe mereka.

   Siok San It-Hoo Pian In Liong, sl Burung Hoo Tunggal dan Slok San, adalah ahli silat Khong Tong Pay sempurna ilmu silatnja bahagian luar dan dalam, dengan kumpulkan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
banjak orang gagah di Utara, ia telah dirikan Tjeng Liong Hwee - perkumpulan Naga Hidjau -, dengan ia sendiri mendjadi llong-tauw pemimpin dari tjabang di Tiang Kang ia sangat polos aan terbuka, maka setelah bertjakap mengenal ilmu silat, kedua saudara Poei tjotjok dengan tjiehoenja ini.

   In Liong ingin tolong kedua engkoe atau ipar itu supaja dapat kedudukan, djuga ia ingin ketahui sampai dimana kepandaian kedua iparnja itu.

   Maka beberapa hari kemudian, In Liong telah mengadakan loeitay (panggung jang diperuntukkan adu kepandaian), di Boe-han, untuk kedua ipar Itu mendjadi taytjoenja, ialah orang2 jang mengepalainja dengan maksud ikat tali persahabatan kaum kang-ouw.

   Selama kiraa dua bulan, Poei Kong dan Poei Tjeng telah rubuhkan banjak orang ternama, karenanja, terkenallah ilmu silat mereka.

   Tjoei-po-koen, hingga selandjutnja, orang gelarkan mereka Boe Tong Siang-Yan atau Sepasang Walet dari Boe Tong, jaitu Poei Kong sebagai Tjoan-inyan - Walet Tembusi Mega, dan Poei Tjeng sebagai Tiat-ek-yan - Walet Sajap Besi.

   Inilah sebab sikap-geraknja Tjoeipo-koen, mirip djuga dengan me-njambar2nja burung walet.

   Selama dua-puluh tahun lebih kemudian, memang benar Boe Tong Siang Yan belum pernah menemui tandingan jang setimpal, karenanja, kaum Rimba Persilatan menginsjafi benar"

   Liehaynja Tjoei-po-koen, Koentauw Gelombang Air.

   Dan selama belasan tahun mendjadi piauwsoe, kakak beradik itu belum pernah mengalami kegagalan.

   Kemudian, Poei Kong undurkan diri dari piauwkioknja, untuk bersama Pian In Liong dan Kim Tiong Hoa mengurus pengangkutan dihulu Tiang Kang, dari mana ia peroleh penghasilan besar, hingga mereka Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dapat djulukan Tiang Kang Sam Hiap - Tiga Djago Tiang Kang.

   Demikian riwajatnja 2 saudara Poei serta entjienja, In Liong dan Kim Tiong Hoa.

   Ketika Pian In Liong menutup mata, kedua saudara ini sudah memasuki umur setengah abad, mereka tinggal menjendiri di Tjauwtiam dengan hidup aman-tenteram, sedang untuk entjienja, Goat Kiauw mereka bangunkan sebuah rumah sunji di Poan San, rumah mana diberi nama Tjoat Tim Tjeng Sia, untuk memperingati kebaikannja Tjoat Tim Toodjin.

   Sedang Kim Tiong Hoa, jang terkenal sebagai Keng San Itloo, Tetua Tunggal dari Keng San, telah mendirikan kuil Tjie Yang Koan di In Bong San dengan memudja Too Tek Tjin Koen, dimanapun dibuat sebuah kamar jang sunji dan terpelengkap sempurna untuk dlrlnja sendiri.

   Ia telah ambil beberapa murid, jang pun mendjadi imam pula seperti gurunja itu, murid2 ini mempekerdjakan katjung2 pelajan, untuk rawati mereka dan urus kebersihan kuil.

   Pada suatu hari anaknja Pian In Liong, jaitu Toa- liongtauw Pian Kim Kong, tiba2 datang ke In Bong San, didepannja Kim Tiong Hoa, ketua Tjeng Pang ini lantas sadja mendekam menangis.

   Kim Tiong Hoa merasa heran, ia menanjakan sebabnja.

   Menurut katanja Pian Kim Kong bahwa ibu-tirinja, Poei Giok Kiauw, sudah binasa ditangannja In-tiong-kiam Ong Wie Yang dengan sendjata Lioe-yap-piauw, jang telah mengenai tenggorokannia ibutiri itu hingga tak dapat ditolong lagi.

   Kim Tiong Hoa periksa piauw itu, ia kenali benar piauw buatannja keluarga Thay-Kek Ong.

   Ia mendjadi heran, dalam hatlnja ia kata.

   "Ong Wie Yang bersama Liok Goan Hoa pernah datang kepadaku untuk minta tolong Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kutuliskan surat untuk Poei Thaykoen, aku tak sangka dia telah turunkan tangan djahat. Dengan demikian ini, tidakkah sama djuga aku jang kasi djalan bagi kebinasaannja Poei Thay-koen itu? Tak dapat tidak aku mesti tjampur tahu urusan ini!"

   Lantas Kim Tiong Hoa tanjakan keterangannja Pian Kim Kong mengenai tjara datangnja Ong Wie Yang pada malam kedjadian itu dan Pian Kim Kong segera karang tjeritera bohong tapi masuk diakal, dan menuturkannja sambil terus menangis dan kadang2 tumbuki dadanja, hingga Kim Tiong Hoa pertjaja akan kebenarannja penuturan itu.

   Maka achirnja Kim Tiong Hoa kata.

   "Baiklah, besok kita pergi ke Boe Tong San menemui kedua pamanmu untuk merundingkan tjaranja menuntut balas. Kau mengatakan bahwa Ong Wie Yang dan Liok Goan Hoa telah mengatur akal bersama Hoa Tjeng In dari Hong Tjiang Hwee untuk mentjelakai ibumu, mengenai ini, kita harus membuat penjelidikan dahulu. Aku akan titahkan beberapa muridku pergi menjelidikinja ke Hoa-kay-tjhung, sekalian intai gerak-gerik mereka, terutama untuk mentjari tahu apakah Ong Wie Yang dan Liok Goan Hoa masih bersembunji disana atau tidak."

   Dimulut, Pian Kim Kong menjahul "Ja,"

   Akan tetapi didalara hatinja berakal lain.

   Begitulah malam itu, diluar tahunja Kim Tiong Hoa ia tjuri dua buah Tjoe-bopiauw, jang ia simpan ditjampur dalam sebuah kantong piauw, setelah itu, ia bawa kantong piauw itu kekamarnja Hian Tjeng dan Hian Tjin, dua muridnja Kim Tiong Hoa dan berkata kepada mereka itu.

   "Soeheng, gurumu suruh aku serahkan kantong piauw ini kepadamu, dan kau berdua diperintah besok pergi ke Hoa-kaytjhung, untuk awasi Hoa Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjeng In.

   Gurumu berkuatir untuk liehaynja ilmu silat dari Hoa Tjeng In serta puterinja, jakni Hoa Siang Boe, maka gurumu memesan kalian, djangan sekali kalian bentrok dengan mereka ajah dan puteri, hanja kalian bersama beberapa orang umpetkan diri sadja diempat pendjuru, untuk menjerang dengan piauw setjara menggelap.

   Setjara demikian, kalian tidak akan terdjatuh ditangan mereka itu.

   Ten tang tugas ini, besok tak usah kalian tanja2 lagi gurumu."

   Hian Tjeng dan Hian Tjin tahu hubungan diantara guru mereka dan Pian Kim Kong, mereka pertjaja pesan itu, maka ketika keesokannja benar- gurunja memerintahkan mereka mengadjak beberapa saudara lagi ke Hoa- kay.tjhung guna intai Hoa Tjeng In, mereka terima tugas tanpa tanja ini-itu lagi, mereka berangkat dengan segera, tak lupa mereka dengan kantong piauwnja masing2.

   Adalah Hian Tjin jang malam itu bentrok dengan Hoa Tjeng In, hingga ia kena ditawan dan ditotok rubuh, dan kemudian Hian Tjeng serta tiga saudaranja, dengan serangan pelbagai piauw, bisa rubuhkan Tjeng In dengan Tjoe-bo-piauw tanpa mereka sadar bahwa mereka sudah meng gunakan piauw beratjun jang liehay itu.

   Begitulah, hampir sadja Tjeng In tewas karenanja.

   Dilain pihak, Kim Tiong Hoa bersama Pian Kim Kong telah pergi ke Tjauwtiam di Boe Tong, dimana mereka telah temui Poei Kong dan Poei Tjeng.

   Ketika itu kedua saudara Poei telah bangunkan sebuah gedung, jang diberi nama Yong Wan, Taman Kegagahan untuk peringati ajah mereka.

   Didalam taman itu dibuat Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
sebuah lapangan jang diperuntukkan beladjar silat serta sebuah ruangannja untuk pelbagai alat-sendjata.

   Dua saudara Poei ini, jang ilmu silatnja telah mentjapai batas kesempurnaan, sudah adjarkan silat kepada anakr muda dirumah mereka, anak dan keponakan itu didjadikan barisan "Tjiong-kie-pan"

   Atau barisan penjerbu.

   Adalah maksudnja kedua saudara ini, supaja Tjoei-po-koen dapat diwariskan kepada anak-tjutju mereka setelah dengan susah-pajah mereka tjari dan mempeladjarinja sehingga sempurna.

   Waktu ia berdjumpa dengan kedua engkoenja itu, Pian Kim Kong lantas berlutut dihadapan mereka sambil menangis sedih, hingga mereka djadi heran dan menanjakan sebabnja kenapa keponakan ini menangis demikian sedihnja.

   Setelah Poei Kong dan Poei Tjeng diberitahukan hal kematian entjie mereka, menurut karangannja Pian Kim Kong, hampir mereka pingsan bahna kaget dan sedihnja.

   Sebenarnja mereka tahu bahwa dalam kalangan kang-ouw, Pian Kim Kong tidak utamakan kehormatan, akan tetapi kali ini, mereka pertjaja keterangannja keponakan ini.

   Inilah disebabkan karena ketjintaannja kepada kakak mereka.

   Mereka anggap tidak selajaknja Ong Wie Yang bokong entjie mereka hingga entjie itu terbinasa.

   Poei Kong genggam Lioe-yap-piauw, jang Pian Kim Kong undjukKan sebagai bukti, dengan alis berdiri dan mata mendelik, ia timpuk menantjap dipenglari, lalu dengan njarlng ia bersumpah .

   "Djikaiau aku tidak dapat bunuh Ong Wie Yang, aku sumpah tidak akan turunkan piauw ini!"

   Setelah itu, ia perintah orangnja siapkan pauwhoknja, guna segera berangkat ke Ngo-tay Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Djie soetee sabarlah,"

   Kim Tiong Hoa membudjuk.

   "Ketika aku berangkat dari In Bong, aku telah utus Hian Tjeng dan beberapa saudaranja pergi ke Tinkang untuk intai Ong Wie Yang, maka baiklah kalian ikut aku kembali dahulu ke Tjie Yang Koan akan lihat Hian Tjeng sudah pulang atau belum, setelah itu baharu kita berangkat bersama."

   Dua saudara Poei itu suka turut pikiran ini, mereka ikut Kim Tiong Hoa ke Tjie Yang Koan, tetapi diluar dugaan mereka, djusteru telah timbui lain kesulitan, hingga menambah gelombang.

   Kita sudah ketahui, ketika Hian Tjeng beramai satroni Hoa-kay-tjhung, mereka tak sadar bahwa mereka sudah lukai Hoa Tjeng In dengan Tjoe-bo-piaw jang berbahaja, hingga Yan Ie Lam mesti pergi ke In Bong untuk tjari obat pemunah ratjum, tetapi karena mentjuri obat itu, Ie Lam dan Shie Liang membuat kuilnja Kiro Tiong Hoa terbakar musnah tanpa mereka ketahui.

   Maka sepulangnja Kim Tiong Hoa sakit hatilah ia akan saksikan kuilnja telah mendjadi korban api.

   Tapi ia masih belum tahu siapa pembakarnja kuil itu.

   Djusteru itu Hian Tjeng berenam kembali dari Hoa-kay-tjhung.

   Hian Tjeng duga lukanja Hoa Tjeng In tidak berbahaja, meski begitu, dilain harinja, dalam pengintaiannja itu mereka tampak Ie Lam dan Shie Uang berlalu setjara kesusu, maka mereka segera menguntit, namun ditengah djalan mereka ketinggalan, mereka tak sanggup merabajangi Ie Lam jang sempurna ilmu mengentengkan tubuhnja.

   Karena mereka menduga Ie Lam hendak pergi ke Ouwpak, mereka langsung balik ke In Bong, untuk berikan laporan kepada guru mereka.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Setelah mendengar laporannja Hian Tjeng, Kim Tiong Hoa merasa pasti, bahwa Yan Ie Lamlah jang membakar kuilnja, karena ini, ia semakin pertjaja tjeriterakarangannja Pian Kim Kong perihal kebinasaannja Poei Go-at Kiauw ditangan Ong Wie Yang.

   Maka ia kata.

   "Djiewio soetee, mari kita berangka2 dahulu ke Ngo-lay untuk bunuh Ong Wie Yang, kemudian baharulah kita bereskan Hoa Tjeng ln. machluk tua itu"

   Pian Kim Kong girang ketika mendengar kata2 ini, didalam hatinja ia kata.

   "Sebenarnja akulah jang binasakau ibutu-iku, tetapi dengan begitu aku bisa bikin mereka ini murka, dan akan mewakili aku menjingkirkan Ong Wie Yang, musuhku. Puaslah hatiku"

   Kim Tiong Hoa buktikan perkataannja, berempat mereka berangkat ke Utara pada keesokan harinja.

   Selama itu, Ong Wie Yang dan Liok Goan Hoa sudah pulang ke Tjhongtjioe, mereka ketemukan Wan Boe Tjioe, kemudian mereka adjak Boe Tjioe ke Ngotay.

   Di waktu mereka hendak berangkai, Poan Liong memperingatkan mereka.

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Kalian telah pergi ke Gie-tjiang, meski kalian telah dapat pulang batu kumala itu, namun disebelah itu kalian sudah timbulkan permusuhan hebat, jang sulit untuk diatasinja, maka kalian harus waspada. Aku pertjaja betul bahwa Pian Kim Kong jang djahat itu tentu meng-obotf Boe-Tong Siang Yan. Dengan sebenarnja, aku sendiri tidak berani lantjang lajani Tjoei-po-koen dan Tjoe-bo-piauw dari Boe Tong Sian-Yan. Apabila benar mereka tjari kalian, ingatlah, permusuhan harus dilenjapkan, djangan diperbesar, supaja kalian djangan menjebabkan kesulitan bagi Tjeng Liong Hwee kita"

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Wie Yang dan Goan Hoa terima pesan itu, bersama Boe Tjioe mereka lantas pamitan.

   Mereka naik kereta keledai menudju ke Nio-tjoe-koan, di Tjie-yang mereka membeli, tiga ekor kuda, untuk terus menudju ke Utara.

   Boe Tjioe baharu berumur tiga-belas tahun tapi ia bertubuh tinggi dan besar, ia sudah mengerti djuga ilmu silat, muka ia bisa djalankan kudanja berendeng dengan Wie Yang dan Goan Hoa.

   Berselang dua hari, mereka sudah mendekati Ngo-tay kira2 beberapa puluh lie lagi.

   Ketika itu mendekati magrib, mereka tengah berada ditanah pegunungan dengan rimbaanja jang lebat Wie Yang dan Goan Hoa djalan terus, mereka ingin dapat memasuki kota sore itu djuga.

   Selagi mereka larikan kuda mereka, tiba2 nda piauw menjambar sambil perdengarkan suara halus sekali.

   "Ada sendjata gelap"In Tiong Kiam teriaki kedua kawannja, ia dapat mengenali suaranja sendjata rahasia, iapun mendekam diatas bebokong kudanja. Goan Hoa djalan belakangan, ia tidak dengar suaranja Wie Yang, tapi ia sudah berkuatir bagi keselamatannja Wan Boe Tjioe. Maka ia telah keprak madju kudanja untuk merendengi Boe Tjioe. Botjah she Boe itupun tjerdik, ketika sebatang piauw menjambar kepadanja, ia segera berkelit. Piauw jang kedua kena disampok tjambuknja Goan Hoa, akan tetapi piauw jang ketiga, jang menjusul sangat tjepatnja, mengenai lehernja kuda Boe Tjioe, binatang itu kaget dan kesakitan. sambil meringkik dia berdjingkrak, maka tak ampun lagi tergulinglah Boe Tjioe. Sjukur Goan Hoa telah Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
berada didekat Boe Tjioe, ia sambar tubuhnja botjah itu keatas kudanja sendiri.

   Kuda jang kena sendjata rahasia itu terus rubuh tak dapat bangun pula.

   Menjusul melajangnja tiga sendjata panah itu, empat orang muntjul dari dalam rimba, jang semuanja bertopeng, mereka meluruk kepada Ong Wie Yang dan terus menjerang kaki kudanja.

   Wie Yang berlaku waspada dan gesit, sambil hunus pedangnja ia mendahului lompat turun dari kudanja, belum ia indjak tanah, ia sudah sampok pergi-dotang sendjatanja empat penjerang itu, setelah mana, ia balas menjerang.

   Satu orang lain, jang berada disebelah belakang, tinggalkan Ong Wie Yang untuk hampiri Liok Goan Hoa jang melindungi Wan Boe Tjioe, atas mana, Goan Iloa mendahului lompat turun dari kudanja untuk dapat melajaninja ditanah sebagai Wie Yang.

   Boe Tjioe tjerdik, ia lompat turun dari kuda, ia lari sembunji dibelakangnja sebuah pohon besar, dari mana sambil sembunji ia bisa tonton djalannja pertempuran.

   Lawannja Goan Hoa bersendjatakan golok Bwee-hoa- too, setelah melajani beberapa djurus, hingga ia ketahui golok musuh jang berat, ia mulai ingat bahwa ia agak mengenali musuh ini.

   Ia tidak usah men-duga2 lama segera ia ingat kedjadian pada malam ketika ia dan Wie Yang pergi ke Poan San dimana Wie Yang bertempur dengan Pian Kim Kong.

   Maka segera ia keluarkan ilmu pedang Siauw Lim Pay adjarannja Poan Liong untuk lajani orang she Pian itu.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ong Wie Yang dipihak lain dikepung tiga lawan akan tetapi mereka itu tidak bisa lantas rebut kemenangan, karena mereka kurang leluasa dengan serangan nja, maka satu diantara mereka lantas sadja lompat mundur sambil berseru.

   "Djiwie soetee, aku berdiri diluar untuk mengawasi, kau berdua sadja lajani binatang ini!"

   Kedua orang jang disebut soetee2 itu sekarang mengepung Wie Yang dikiri dan kanan.

   Wie Yang andalkan pedang mustikanja saban2 ia membabat sendjata kedua lawannja, akan tetapi mereka Ini tjerdik dan gesit, senantiasa mereka berlompat dan berbareng balas menjerang dengan seru, hingga selang sedikit lama nampak nja Wie Yang berada dalam kedudukan jang tidak menguntungkan.

   Setelah bertempur lima atau enam djurus, se-konjong2 Wie Yang menjerang dengan "Tjian sim it-djie-kiam,"

   Ialah mo mutar tubuh sambil membabat, sesudah mana, ia lompat keluar kalangan, kemudian dengan berdiri diam snmbil lintang kan pedang didepan dada, ia buka suaranja.

   "Tunggu dulu! Aku Ong Wie Yang tidak bermusuh dengan kalian, kenapa kalian tjegat aku ditengah d Jala n ini dan lantas menjerangnja? Seharusnja kalian bitjara dahulu biar terang!"

   "Kau, manusia litjik!"

   Demikian salah satu penjerang, dengan menuding dan kertak gigi dengan sengitnja.

   "ketjewa kau mendjadi aehliwaris dari Thay-Kek Ong, sedikitpun kau tidak punjakan sifat satu laki2! Kenapa sekalipun terhadap seorang perempuan tua, kau begitu kedjam untuk membokongnja? Kenapa dengan berkomplot Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
rombongan srigala dan andjing, kaupun bakar kuil orang? Apakah kau hendak sangkal ini?"

   "Saudara, pertjuma banjak bitjara untuk mengotori mulut kita!"

   Kata lawan jang kedua.

   "Baik kita tjingtjang binatang ini, untuk lampiaskan penasaran kita !"

   Dengan berbareng dua orang itu lompat madju mengulangi serangannja, golok mereka saling sambar, mirip dengan serbuannja gelombang.

   Ong Wie Yang mendjadi repot, belum pernah ia saksikan desakan ber-tubi2 demikian itu, ia insjaf bahwa lama2 ia bisa tjelaka.

   Maka dengan tiba2 ia lompat mundur untuk bersedia menubruk musuh.

   Itulah pertjobaannja jang terachir.

   Akan tetapi diluar dugaannja Wie Yang, kedua musuh itupun memisahkan diri, dan selagi madju pula, mereka tidak rapatkan diri, hanja kedua golok mereka jang dipakai menggentjet pedangnja! Repot Wie Yang karena gentjetan itu, ia mesti kerahkan tenaganja untuk melepaskan diri dari gentjetan itu.

   Tapi djuga kedua musuhnja telah empos semangatnja.

   Maka diachirnja, setelah keluarkan antero tenaga, ketiganja telah bikin terlepas pedang dan goloknja masing2 djatuh ketanah.

   Kedua musuh benar liehay, begitu lekas goloknja djatuh, mereka madju dengan kepalannja, sambil menjerang, mereka berlompat.

   Wie Yang pasang kuda2nja, ia mau menggunakan gerakan "Loan Kiong sia houw"

   Atau "Melengkungkan busur memanah harimau"

   Guna ringkus kepalan kedua Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
musuh, tetapi dengan mendadak, musuh batalkan serangannja, untuk segera diganti dengan rangsekan lainnja.

   Baharu Wie Yang tangkis kepalan jang satu, atau kepalan jang lainnja sudah mengantjara mukanja, hingga ia kaget dan menjangka, kali ini habislah ia.

   Selagi In Tiong Kiam dalam keadaan terantjam itu, tiba2 musuhnja perdengarkan suara kaget, tangannja jang sedang menjerang itu terus ditarik pulang, dia seperti terkena serangan gelap.

   Menjusul itu dari tanah mundjul didekat mereka bertempur, keluar satu orang disertai suaranja jang njaring.

   "Jang banjak menghina sedikit, inilah tidak adil!"

   Semua orang lantas berpaling, hingga mereka lihat satu hweeshio atau pendeta jang Kepuianja besar, memakai hanja sebelah tjauw-eh (sepatu rumput), karena sepatunja jang sebelah lagi, telah digunakan sebagai sendjata menimpuk lawannja Wie Yang, jang menjebabkan pertempuran tertunda, hingga Wie Yang lolos dari bahaja.

   Wie Yang segera kenali pendeta itu, padri kepala dari Pek Lok Sian-lim di Ngo Tay San, ialah Twie-hong Mo-tjhioe Hoat Hong si Tangan Iblis Pengedjar Angin, satu djago Khong Tong Pay jang kesohor dengan ilmu silatnja menerkam dan menangkap tangan lawan.

   Ia segera berlega hati, ia berdiri diam dipinggiran, dari mana ia lirik Goan Hoa, jang masih bertempur seru dengan seorang bertopeng lainnja.

   Iapun tjoba tjari pedangnja, tapi sendjatanja itu telah hilang, entah siapa jang sudah mengambilnja, hingga ia djadi sibuk dan mendongkol djuga.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Dua musuh itu sudah lantas bitjara kepada sipendeta, jang mereka pun kenal.

   "Hoat Hong Taysoe, harap kau djangan tjampur urusan Ini!"

   Demikian kata jang satu.

   "Djahanam ini sudah bunuh entjieku, diapun telah perintah orang pergi bakar kuilnja soehengku! Bagaimana kau bisa tjegah kami membuat perhitungan dengannja ?"

   Dia tuding Wie Yang, agaknja dia sangat gusar. Ketika itu Liok Goan Hoa dan lawannjapun telah berhenti berkelahi, keduanja sama2 datang menghampiri. Sipendeta madju lebih dekat, ia rangkap kedua tangannja.

   "Sedari tadi aku umpetkan diri, dari ilmu silat jang kalian perlihatkan, sudah lantas aku kenali djiewie hiantit,"

   Berkata ia.

   "Didalam dunia ini tidak ada urusan jang tidak dapat dibereskan, umpama kekerasan mesti digunakan, itu haruslah didjelaskan terlebih dahulu. Itulah aturan umum dalam dunia Rimba Persilatan jang kalianpun telah mengetahuinja. Apalagi dalam hal mereka dari pihak Tjeng Liong Hwee, jang mempunjai aturan keras. Seharusnja urusan ini kalian sampaikan dahulu kepada Poan Liong Tjiang-in. Apabila kedua tuan Ong dan Liok ini benar2 bersalah, diwaktu itulah aku tanggung Poan Liong Tjiang- in akan biarkan kalian hukum mereka."

   Dua orang bertopeng itu mendjadi ragu2.

   Mereka adalah Boe Tong Siang-Yan, sedang orang jang berdiri mengawasi pertempuran adalah Kim Tiong Hoa, dan orang jang lajani Goan Hoa memang Pian Kim Kong adanja Dua saudara Poei ini bersangsi oleh karena Hoat Hong Hwee shio itu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
adalah saudara angkalnja Tjoat Tim Toodjin dan mereka tahu baik ke liehayannja pendeta ini. Kim Tiong Hoa tahu aturan, ia mendekati dan kata pada kedua soeteenja itu.

   "Djiewie soetee, baik kalian terima usulnja Hoat Hong Taysoe ini, marilah kita djandjikan Poan Liong Taysoe untuk mengadakan pertemuan guna membereskan urusan ini. Pada waktu itu kita nanti lihat bagaimana dia ambil putusan. Kalian toh tidak usah ku tir kedua binatang ini bisa lolos, bukan?"

   Poei Kong dan Poei Tjeng lihat tiada lain djalan, terpaksa mereka terima baik usulnja Hoat Hong Dibalik itu, Pian Kim Kong djadi sangat ketjele dan masgul.

   te tapi iapun tidak berani buka suara, sebab ia mesti hormati orang jang dipandang lebih tua.

   Hoat Hong pun tanja Ong Wie Yang dan Lian Goan Hoa, apa mereka akur dengan usul itu.

   Tentu sadja Wie Yang dan Goan Hoa setudju.

   "Baiklah,"

   Kata Hoat Hong kemudian.

   "sepuluh hari lagi, kita nanti bertemu di Ong-kee-tjhung di Ngotay. Akulah jang nanti undang Poan Liong Tjiang-in, untuk dia mewakilkan pihak Tjeng Liong Hwee."

   Setelah itu, Kim Tiong Hoa kembalikan pedangnja Ong Wie Yang, njatalah ia jang djemput pedangnja In Tiong Kiam.

   Wie Yang dan Goan Hoa lalu tjari Boe Tjioe, mereka kasi hormat dan pamitan pada Hoat Hong, sedang Boe Tong Siang Yan berlalu bersama dua kawannja.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sang hari djalan tjepat sekali, dengan tak terasa, sampailah sepuluh hari jang didjandjikan itu.

   Poan Liong Tay-hiap telah terima surat undangannja Hoat Hong Hwee-shio, jang dikirim dengan perantaraan pihak Ongkee-tjhung.

   Ia insjaf bahwa urusan benar2 telah djadi hebat, maka sebagai ketua Tjeng Liong Hwee, tak dapat tidak ia mesti hadir.

   Dihari jang didjandji, Hoat Hong Hweeshio sampai di Ong-kee-tjhung ber-sama2 Boe Tong Siang Yan, Kim Tiong Hoa dan Pian Kim Kong.

   Poan Liong datang bersama Wie Yang dan Liok Goan Hoa.

   Segera setelah kedua pihak ambil tempat duduk masing2 dan Hoat Hong mengadakan pembukaan, Pian Kim Kong madju bitjara akan tuturkan djalnnnja bagaimana Ong Wie Yang dan Liok Goan Hoa menjelundup ke Poan San dimana Wie Yang serang ibunja dengan lioe- yappiauw mengenai tenggorokannja sehingga ibunja binasa karenanja.

   Untuk memperkuat tuduhannja, Kim Kong serahkan bukti piauw kepada Poan Liong Tay-hiap.

   Sehabis Pian Kim Kong, lalu Kim Tiong Moa madju kemuka, mentjeritakan bagaimana selagi ia meninggalkan kuilnja, Ong Wie Yang dan Liok Goan Hoa sudah utus Yan Lam datangi kuilnja dan melepas api sehingga kuilnja musnah, lapun tun djuk Hian Tjeng muridnja, jang telah melihat Yang Lam dan kawan menudju ke Ouw-pak.

   "Sekarang mari kita bikin terang dahulu perkara darah di Poan San,"

   Kata Poan Liong Tay-hiap setelah ia dengar kedua tuduhan itu "Perkara tuduhanmu saudara Kim, adalah mengenai Hong Tjiang I-Twee dengan Ang Teng Kauw, dalam hal itu kami pihak Tjeng Liong Hwee tidak Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
merdeka untuk mentjampurinja, sedang tuduhan Ong Hiantit menjarah orangpun tidak ada buktinja."

   Lantas Poan Liong suruh Ong Wie Yang tuturkan perihal pertemuannja kepada Poei Thay-koen hari itu.

   Ong Wie Yang tjeriterakan djelas duduknja hal sesudah mana, ia beber rahasianja Pian Kim Kong siapa setelah sam buti piauw, sudah teruskan sengadja bokong Poei Thay- koen, melulu untuk fitnah padanja.

   Untuk ini, ia madjukan Liok Goan Hoa sebagai saksi.

   Mendengar itu.

   Pian Kim Kong ber pura2 menangis.

   "Djahanam!"

   Katanja seraja menuding Wie Yang.

   "Kau tuduh aku bunuh ibu sendiri, semua orang dikolong langit tak akan ada jang mempertjajainja ! Kau lihat, bukti lioe- yap-piauw toh ada disini Sangkalanmu ini terlalu aneh dan tak masuk diakal!"

   Sampai disitu perundingan mendjadi kalut, masing2 pihak perkuatkan keterangannja sendiri, melihat mana, Hoat Hong mendjadi bingung.

   Ia sebagai pihak luar tak dapat ia tjampur bitjara, raaksudnjapun hanja untuk mengakurkan mereka.

   Poan Liong djuga bersangsi, apapula disamping itu ia ingat tugasnja untuk melindungi Wan Boe Tjioe.

   "Begini sadja"

   Kata ia achirnja sambil berbangkit.

   "Kalian semua boleh tempur Ong Wie Yang. Tapi kita kaum kang- ouw ada punja aturan sutji, ialah bertempur satu lawan satu, begitu baharu tjaranja satu hoohan!"

   "O-mie too-hoed!"

   Hoat Hong menjebut. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Poei Kong tidak tunggu sampai pendeta itu bitjara, ia sudah lantas hunus goloknja, terus ia lompat kedepan paseban, dan mana ia berseru.

   "Ong Wie Yang, lekas keluar untuk terima binasa!"

   Ong Wie Yang djuga tidak sudi mengalah, dengan bawa pedangnja ia bertindak kepenantangnja itu, maka dalam sekedjab mereka sudah bertempur.

   Semua orang turut berbangkit akan pergi kepaseban, mereka berdiri dikedua sisi, untuk menjaksikan pertempuran mati-hidup itu.

   Pian Kim Kong mempunjai niat kedji, ia tempatkan diri didekat tihang, diam2 ia merogo sakunja mengeluarkan sebatang tjoe-bo-piauw jang ia dapat tjuri dari Kim Tiong Hoa.

   Ia menunggu saatnja kedua lawan bertarung hebat, mendadak ia ajun langannja menjerang Wie Yang dengan bokongannja.

   Poan Liong Tay-hiap ambil tempat menghadapi pihak Boe Tong Siang Yan, ia memasang mata kepada pihak lawannja Wie Yang itu, maka ia dapat lihat gerakan tangannja Pian Kim Kong, begitu lekas sendjata rahasia berkelebat, ia segera lompat untuk menjambutinja, tapi begitu lekas djuga ia dengar suaranja tjoe-bopiauw, ia terperandjat, ia ubah gerakan langannja, bukan untuk menangkap tetapi ia bentur sendjata itu kelain djurusan, ia sendiripun segera berdongko.

   Maka ketika piauw itu bekerdja, tiga djarumnja jang beratjun menjambar kelain arah, dan piauwnja sendiri djatuh disatu podjok.

   Kedjadian ini dapat dilihat djuga oleh semua orang.

   Djusteru itu, Pian Kim Kong mendjadi gusar, sambil hunus Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
goloknja ia lompat kepada Poan Liong, untuk serang ketua Tjeng Liong Hwee ini.

   "Pian Kim Kong, djangan turunkan tangan djahat!"

   Membentak Liok Goan Hoa, jang lompat bersama pedangnja merintangi orang she Pian ini, hingga berdua mereka djadi bertarung.

   Karena pertempuran terdjadi dalam dua rombongan, suara beradunja sendjata bertambah seru.

   Djusteru itu, dari loteng tertampak berkelebatnja dua bajangan turun kegenteng depan.

   Dengan matanja jang awas, Poan Liong lihat satu bajangan mengempit orang, ialah Wan Boe Tjioe, sedang bajangan jang belakangan mengiringi kawannja itu.

   Dalam kagetnja Poan Liong berseru.

   "Kuku garuda tjulik orang!"

   Tahulah semua orang bahwa kuku garuda adalah orang2nja pembesar negeri.

   Menjusul teriakannja itu, Poan Liong pun sudah lantas lompat memburu keatas genteng, dibelakangnja menjusul Poei Kong.

   Kuku garuda adalah musuh umum kaum kang- ouw.

   VI Tjoan-in-yan Poei Kong sedang tempur Ong Wio Yang tetapi ia dengar seruannja Poan Liong Tay-hiap, ia lantas ingat botjah tjakap jang kudanja rubuh dipanah ketika pihaknja tjegat Ong Wie Yang ditengah djalan, maka itu, ia lompat menjusul Poan Liong, untuk mana terlebih dahulu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
ia tahan satu serangannja Wie Yang sambil ia serukan.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Sabar dulu!"

   Poan Liong lihat dua bajangan telah sampai dipekarangan depan, dengan lompatan "Yan-tjoe twie in"

   Atau "Burung walet mengedjar mega", segera ia mendekati bajangan jang terbelakang, disaat ia hendak menjerang dengan pedangnja, Djoan-kong-kiam, tiba2 bajangan itu membalik tubuh dan sebelah tangannja diajun, suatu (jahaja kuning emas inenjam bar kearah mukanja Poan Liong.

   Itulah sendjata rahasia.

   Tak sudi Poan Liong menjambuti sendjata itu atau menangkisnja, ia tak ingin mensiasiakan waktu, ia teruskan berlompat madju, hingga serangan lewat dibawahan kaklnja.

   Ka rena kelitan ini, tjahajn jang merupakan seperti beberapa bintang itu, menjambar terus kearah Poei Kong jang ber-lari2 dibelakang ketua Tjeng Liong Hwee ini.

   Tjoan-in-yan, si Walet Tembusi Mega, lihat sambarannja beberapa sinar itu, de ngan sebnt ia menangkis dengan sendjata rahasianja sendiri jaknl piauw badja tjh lee kong- piauw, hingga sendjata rahasia sikuku garuda, jaitu kim- tjhie-piauw atau piauw uang langtjhie.

   terpukul djatuh dan djatuh berserakan diatas genteng dengan menerbitkan suara berisik.

   Dan Poan Liong dengan lompataniija jang pesat, sudah mendekati kedua bajangan didepannja itu, lagi2 bajangan jang terdekat membalik tubuhnja, kali ini dla membabat dengan batjokannja.

   Dengan satu lompatan kesamping kiri, Poan Liong luputkan diri dari batjokan itu, berbareng iapun.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
menangkis, hingga kedua sendjata beradu memuntjratkan lelatu api.

   Menggunai ketika kawannja menjerang.

   orang jang menggendong Wan Boe Tjioe berlompat kedalam sebuah gang ketjii, untuk menjingkir terus.

   Poan Liong tahu ia dirintangi, supaja sitjuiik dapat lolos, selagi ia hendak mengedjar, kembali ia dibatjok penjerangnja, hingga ia mendjadi sibuk dan kewatir.

   Boe Tjioe kena dibawa menjingkir.

   Selagi ia menangkis, ia lihat seorang lompat turun dari atas genteng mentjegat tjulik jang melarikan Boe Tjioe itu, iapun lantas mengenali pentjegat itu adalah Tiat-ek-yan Poei Tjeng si Walet Sajap Besi.

   Karena ini, halinja mendjadi sedikit lega.

   Tjulik Itu segera diserang Poei Tjeng, dia berkelit sambil mendek diri, lalu dia berbangkit sambil balas menjerang, hingga Poei Tjeng mesti berlompat dari serangan itu.

   Sebagai ahli silat Tjiong-kiekoen, orang she Poei ini undjukkan kegesitan tubuhnja.

   Begitulah ia lompat kekiri, dari situ ia keluarkan kedua tangannja menjerang iganja tjulik itu agar dengan demikian Boe Tjioe terlepas dari kempitannja.

   Akan tetapi tjulik itu sangat tjerdik dan litjik, atas serangan itu, ia djusteru tjekal Boe Tjioe, tubuh siapa dimadjukan sebagai perisai, untuk tangkis serangan lawan.

   Menampak ini, terpaksa Poei Tjeng batalkan serangannja, untuk ubah itu dengan gerakan "Pek Gee boe kim"

   Atau "Pek Gee menabuh kim", diteruskan menjerang bebokong musuh dengan Tiat-see-tjiang, pukulan "Tangan Besi". Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Apabila serangan tangan ini mengenai sasarannja, tjelakalah orang jang diserang nja, akan tetapi pentjulik itu njata seorang liehay, ia sudah lantas bisa lihai perubahan gerakan lawannja, dengan tidak kalah gesitnja ia berkelit sambil memutar tubuh, sebelah tangannja dimadjukan kemuka lawan, untuk dengan dua djarinja menjambar sepasang matanja lawan itu.

   Inilah jang disebut ilmu pukulan "Djte liong tjhio tjoe"

   Atau "Dua ekor naga memperebutkan mutiara", suatu d urus dari Tjap-djie-sie Kim-na-hoat, ialah "Duabelas djalan menangkap- menjekal".

   Terpaksa Poei Tjeng tarik pulang tangannja, menjusul mana, pentjulik itupun segera mundur tetapi bukan untuk lari, maka kembali mereka madju untuk saling tempur pula.

   Segera Poei Tjeng kenali ilmu silat sipentjulik itu, ialah dari golongan Thian San Pay, karena mana, ia segera keluarkan ilmu silatnja, Tjiong-kie-koen, untuk dapat melajani dengan sungguh2.

   Satu rintangan baginja ialah ia harus berkelahi dengan hati2 sekali, karena musuh itu terus pegangi Boe Tjioe dan ada kalanja pula digunakan sebagai perisai untuk menjelamatkan dirinja, sedang Tiat- ek-yan tak ingin tjelakai botjah itu, jang djusteru ia hendak tolongnja.

   Sesudah bertempur sekian lama, Poei Tjeng nampaknja terdesak, hingga ia mesti mundur, setelah mana, musuhnjapun mendadakan lompat mundur, untuk terus memutar tubuh dan lompat lari.

   Menampak larinja sang musuh, Poei Tjeng berlompat dengan pesat, untuk mengedjar pula.

   Tadi memang ia sengadja main mundur untuk tjari ketika jang baik.

   Dalam Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
ilmu enteng-tubuh, atau lari dan berlompat tjepat, si Walet Sajap Besi memang sangat andalkan kepandaiannja ini, apapula ia tahu bahwa musuhnja lari sambil mengempit satu botjah.

   Begitulah mereka kedjar-mengedjar, mereka telah lewati sebuah loteng didepan mana ada sebuah kuil.

   Dengan lantas tjulik itu lompat naik kepajon diudjung kuil, agaknja dia hendak naik kegenteng pendopo.

   Dia berlompat dengan tjepat sekait Akan tetapi se-konjong2 dari sampingnja, Tiat-ek-yan Poei Tjeng telah dapat menjusul, malah sambil dibarengi serangan tangan kanan dengan tangan kirinja dipakai melindungi dada.

   Itulah ilmu silat "Tjoeipo-koen"

   Jang Poei Tjeng dengan susahpajah dapat peladjari selama tiga tahun dibawah pimpinan Tjoat Tim Toodjin di Boe Tong San, salah satu dari tiga-puluh dua djurus jang liehay, jang dinamakan "Tjiong-koen go- tjiang"

   Atau "Kepalan serbuan, telapakan tangan rebah".

   Sang tjulik baharu menaroh kakinja atau serangan sudah sampai, ia dapat melihat serangan itu walaupun dalam keadaan terdesak sebagai itu, maka segera ia memutar tubuh, ia membabat kebawah.

   ia pertjaja, setelah tangkisan ini jang berbarengpun merupakan serangan, musuh tak akan dapat tjapai maksudnja.

   Akan tetapi ia menduga keliru, ia tak tahu bahwa Tjoei-po-koen.

   ilmu silat "Gelombang Air", djusteru mempunjal gerakan salingsusul seperti gelombang saling menjambar dan saling menindih.

   Demikian serangannja Poei TJeng mendjadi ber-tubi2, sekedjab sadja sudah mentjapai dua-puluh djurus.

   Karena ilmu silat inipun mirip dengan "Pek Hoo Koen"

   Atau ilmu silat "Burung Hoo Putih". Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Baharu setelah didesak ber-ulang2, tjulik itu mendjadi repot, hingga beberapa kali tubuhnja terkena seransan, walaupun lubuhnja tanggu, toh achimja ia merasakan sakit djuga, maka satu kali terpaksa ia mesti lepaskan Boe Tjioe dari tjekalannja.

   Dan ini terdjadi djusteru selagi ia berada dipinggir pajon, hingga, tubuh stbotjah terdjatuh kebawah genteng.

   Kalau botjah ini djatuh mengenai tanah, remuklah tentu tubuhnja jang muda-lemah itu.

   Poei Tjeng bingung sekali melihat botjah itu terlepas dari tjekalan musuh selagi ia menjerang hebat, tak sempat ia menolongi botjah itu, bahna kagetnja, sampai ia mendjerit "Tjelaka!"

   Dan mengeluarkan keringat dingin. Djuga Poan Liong Tay-hiap tak dapat datang menolongi, ia sedang sangat "digeretjoki"

   Musuhnja jang teruskan merintangi nja.

   Dalam saat segenting itu, se-konjong2 kelihatan muntjulnja satu orang dibawah pajon, orang mana keluar dari tempat jang gelap tepat dibawahnja Boe Tjioe, hingga ketika tubuh sibotjah itu djatuh, dengan mudah orang itu ulur kedua tangannja menjanggapi dan memeluknja.

   "Bagus kau datang, koko!"

   Serunja Poei Tjeng, jang sege


Siluman Rase Souw Tat Kie Karya Siao Shen Sien Api Dibukit Menoreh Karya Sh Mintardja Pedang Kayu Cendana Karya Gan KH

Cari Blog Ini