Ceritasilat Novel Online

Pertentangan Kaum Persilatan 6


Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT Bagian 6


an sendjata rahasianja. Ketika la hendak berlalu, tiba2 ia merandek.

   "Bagaimana aku bisa keluar dari sini? Toako ada banjak orang2nja"

   Demikian ia ingat.

   Lantas ia bertindak turun ditangga batu.

   Tjong Lioe ingat satu djalan rahasia untuk terus keluar.

   Sering ia ikut sang toako menggunakan djalan itu.

   Iapun tahu pinta rahasia ada kelenengannja, kalau daun pintu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
terbuka, keienengan itu akan bersuara.

   Ia memikirnja untuk menantikan tlbanja sang malam tetapi la kuatir sang toako Keburu balik kembali.

   Maka terpaksa la hendak tempuh bahaja.

   Baharu ia keluar dari pintu rahasia itu, mendadak lantai melesak, la segera djatuh terdjeblos tanpa berdaja lagi.

   Sjukur la pandai ilmu mengentengkan tubuh, begitu kakinja indjak tanah, ia terus mendjedjak, tubuhnja mentjelat naik pula sebelum pintu djebakan tertutup kembali dengan menekan pinggiran lobang lantai ia dapat naik pula dengan tak kurang suatu apa.

   "Djie-ya, kau hendak pergi kemana?"

   Tiba2 ia dengar pertanjaan disaat ia hendak keluar dari pintu besar.

   Tjong Lioe berpaling keempat pendjuru, ia tidak tampak siapa djuga.

   Maka ia madju terus, sambil berlari.

   Entah dari mana telah melajang menjambar anak2 panah jang menantjap ditembok didepannja, berbaris bagaikan pagar, hingga ia mesti merandek.

   "Djieya hendak kemana? Terangkan dahulu, nanti disebelah depan sudah tidak ada bahaja lagi!"

   Demikian ia dengar pula suara tanpa orangnja.

   Ia heran berbareng penasaran.

   Karena sudah bulat tekadnja untuk angkat kaki, ia tidak mau sangsi untuk madju terus.

   Maka ia tjabut pajungnja dari bebokongnja jang ia segera pentang, setelah mana dengan lompatas Pat-pou Kan siam ia mentjelat kedepan.

   Diatas tembok kurungan segera ramai terdengar suara kelenengan, panah dan batupun lantas menjambar2, tetapi dengan putar pajungnja Tjong Lioe pukul djatuh setiap anak panah dan batu, ia berlompat2 terus bagaikan kera Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
gesitnja.

   Hanja jang sulit baginja ialah ia tidak mampu segera lompat naik ketembok dimana sudah lantas terpasang djala besi jang merintanginja.

   Terpaksa ia lari terus mengikuti tembok.

   Bukan main gelisahnja Tjong Lioe karena ia masih belum dapat daja untuk naik ketembok Itu, jang tlngginja ada kira2 tudjuh tombak.

   Maka terpaksa ia masuk kedalam sebuah pintu berdaun dua, jang mirip pintu terowongan.

   Ia masuk kesitu untuk berserabunji sementara waktu.

   Melongok kesebelah dalam, Tjong Lioe lihat sebuah pintu besi jang tertutup.

   Ia simpan pajungnja, lalu dengan empos semangatnja mengerahkan tenaganja, ia tolak pintu besi itu.

   Sebagai kesudahannja, ia berhasil membikin bengkok besi palangan pintu hingga daun pintunja pun rnendjadi renggang, ia mendorong lebih keras lagi, maka achirnja pintu mendjeblak terbuka.

   Didepannja segera kelihatan pendjara air.

   Untuk turun kesitu, ia dapatkan sebuah tangga.

   Ia hendak loloskan diri, djalan keluar lainnja tidak ada selain mesti turun kependjara air itu.

   Ia sangsi dan bingung.

   Ia tidak bisa berenang dan diair tidak ada benda untuk ia berpegangan.

   "Tampaknja aku tak dapat lolos dari sini "

   Pikirnja. Ia gelisah, ia kuatir akan ada orang jang kedjar padanja. Selagi ia dalam kebingungan, tiba2 terbukalah sebuah lobang diatasan kepalanja.

   "Tuan Houho, apakah kau niat keluar dari sini?"

   Demikian satu pertanjaan. Tjong Lioe kaget tak kepalang. Ia lantas dongak, ia tampak satu muka jang ia tak kenal. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Kau siapa?"

   Tanjanja.

   "Djie-ya, aku adalah orang jang kau telah tolong itu,"

   Djawab orang itu.

   "Djangan djie-ya sangsikan aku. Disini ada pelampung kulit kambing sebadai perahu, dengan naik itu kau dapat mentjapai pintu air. Seharusnja aku membukakan pintu air tetapi aku kuatir perbuatanku ketahuan menambahkan dosaku, silakan djieya sendiri sadja jang membukanja. Sekeluarnja dari pintu air, kau akan berada disebuah telaga."

   Kata2 itu disusul dengan dldjatuhkannja pelampung kulit, dan lobang itupun lantas tertutup kembali.

   Tjong Lioe turun keair, dengan naik pelampung itu ia mengambang sampai kepintu air.

   Ia tjekal besi jang merupakan pintu air itu, ia gunakan tenaganja untuk mengangkat naik, terbukalah lowongan jg.

   tjukup besar untuk ia segera molos ke luar.

   Ia ngambang terus dorgan menggerakkan kedua kakinja bagaikan penggaju, hingga tidak lama kemudian, ia tampak tjahaja terang, sekarang hatinja mendjadi lega dan girang.

   Njatalah, setelah melalui djalan terowongan, ia sampai dimuka telaga diluar daerah berbahaja.

   Maka sekarang ia gerakkan kedua kakinja semakin tjepat mentjapai tepi.

   Ketika itu adalah diawal musim panas atau permulaan musim rontok, air telaga sedikit surut, ada bahagian tempat jang tjetek airnja sebatas dengkul.

   Disitupun dekat dengan tembok kurungan, ada telaga jang tinggal lumpurnja sadja.

   Untuk menggunakan perahu, ada satu djalan air jang lebarnja kira2 dua tombak.

   Menampak demikian, Tjong Lioe tinggalkan pelampungnja, untuk ia gunakan kepandaiannja Pat-pou Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kan siam, dengan apa ia bisa menjingkir lebih tjepat.

   Ia merandek ketika tiba2 ia indjak lumpur jang lembek sekail Ia terkedjut.

   Ingatlah ia kepada keterangan tukang tolak getek, bahwa disitu ada embal pasir jang berbahaja.

   Sjukur ilmunja Pat-pou kan siam telah sempurna, ia bisa madju terus.

   Tapi sekarang lagi2 Tjong Lioe mendjadi kaget sekali.

   Didjarak beberapa puluh tombak djauhnja, ia dapatkan satu orang sedang ber-lari2 kedjurusannja.

   Ia kaget karena segera ia kenali sang toako! "Laotee, lekas kembali! Tak mungkin kau dapat berlalu dari sini!"

   Begitu suara sang toako itu, selagi dia mendatangi semakin dekat "Maaf, toako"

   Tjong Lioe berikan penjahutan.

   "Ada urusan sangat penting jang harus aku lakukan dan meminta tempo satu atau dua bulan, maka sekarang aku mesti pergi dahulu ! Nanti pun aku akan kembali pula."

   "Tidak bisa!"

   Sitoako berseru.

   "Disinl untuk datang dan pergi, tak dapat orang bawa kehendaknja sendiri! Djangan kau lantjang !"

   Toako itu masih sadja mengedjar dan mendatangi semakin dekat.

   Dalam takutnja Tjong Lioe lari sekuat tenaganja, akan tetapi sia-sia sadja, orang mengedjarnja semakin dekat, sampai la dengar suara angin menjambar.

   Ia berada dipuntjaknja kekuatiran ketika ia merasa leher badjunja disambar maka tidak ajal lagi ia segera buang diri dengan menggulingkan tubuh, setelah itu ia terus meledjit, hingga ia lolos dari djambakan tangan sitoako.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Untuk sesaat toako itu melengak.

   Karena ia hanja dapat djambak setjabik leher badju.

   Sesudah itu, baharu ia mengedjar pula.

   Sekarang Tjong Lioe lari kearah embal.

   Ia pertjaja bahwa toako itu, walaupun tubuhnja sangat enteng, dia tidak pandai Pat-pou kan siam.

   Toako itu lihat orang lari kelain djurusan, ia memotong djalan untuk mentjegatnja.

   Keras sekali keinginannja akan dapat menahan adik jang tua ini, hingga ia lupa pada embal.

   Ada bedanja diantara lumpur kering dan embal, akan tetapi diwaktu demikian itu sulit untuk membedakannja.

   Toako ini lari keras, karena tadi ia telah ketinggalan.

   Tapi Tjong Lioe dilain pihak tidak lari sekeras tadi .

   "Kemana kau hendak mabur..."

   Pikirnja sitoako dengan girang.

   Ia pertjaja akan dirinja bahwa ia akan dapat membekuknja.

   Ia tunggu sampai ia rasa sudah datang tjukup dekat, dengan se-konjong2 ta mengapungkan diri lompat menubruk.

   Tapi ia tubruk angin.

   Tjong Lioe telah meledjit membebaskan diri dari tubrukan itu.

   Untuk mengedjar lebih djauh, sang toako angkat kakinja untuk berlompat pula, akan tetapi dlluar dugaannja, bukan tubuhnja jang mentjelat naik djusteru kakinja Jang mendjadi terpendam dan melesak kedalam embal pasir! Kagetnja toako itu tak alang-kepalang.

   Ia putar tubuhnja dan gerakkan kakinja untuk menolong dirinja, akan tetapi djusteru karena ia gunakan tenaga, kedua kakinja melesak seI makin dalam ! Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Toako ini pernah peladjari Pat-pou kan siam, inilah jang membikin ia bisa kedjar Tjong Lioe, tetapi setelah kedua kakinja melesak terpendam, habislah dajanja.

   Dalam keadaan seperti itu, ia tidak bisa berl buat lain daripada berteriak2 minta tolong.

   Ia harap nanti ada orangrnja jang , dapat dengar dan datang menolong padanja.

   Tapi ia telah terpisah tjukup djauh dari tempatnja neraka dunia itu, teriakannnja tiada orang jang mendengarnja.

   Dilain pihak, embal mulai menelan tubuhnja jang melesak semakin dalam hingga sebatas pundak, tinggal kepala serta kedua tangannja sadja jang tampak.

   Adalah kedua tangan itu jang dipentang kekedua samping, dapat djuga menahan tubuhnja hingga kepalanja tidak usah turut terpendam.

   XII Sifat manusia terutama terbagi dua baik dan djahat, dipengaruhi oleh suasana disekitarnja.

   Hati kuat dan hati lemah jang akan memberi udjudnja, kesadaran jang akan menentukannja.

   Sidjahat kadanga terbangun liangsimnja - hati ketjiinja - ia bisa berbuat baik.

   Dan silemah jang baik hatinja ada kalanja tersesat.

   Walau diantara musuh besar, sang liangsiin masih suka memegang peranan.

   Demikian dengan Tjong Lioe dan toakonja.

   Tjong Lioe lari keras, tapi ketika la dengar djeritan dan berpaling untuk melihatnja, ia tampak toakonja telah terpendam didalam embal.

   Djeritan sang toako membuat ia berpikir.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Dia kepala neraka dunia dan djabat, tetapi terhadapku dia beruku baik. Sekarang dia terantjam bahaja maut. Baiklah aku tengok padanja"."

   Tjong Lioe lantas lari balik.

   Tiba2 terbangunlah rasa kasihannja.

   Pikirnja, ketjuali ia, disitu tidak ada lain orang lagi ia terharu akan tampak keadaan toako itu jang meminta tolong.

   Maka segera ia keluarkan tali bandringnja.

   Sesudah tjari tempat untuk tantjap kaki, la membandring mengarah kedua tangan si toako, terus ia menarik, hingga tubuh toako itu terangkat dan tertjabut dari dalam lumpur.

   Ia terus menariknja hingga si toako berada di tempat jang tjetek.

   Dengan susah-pajah karena lelah sang toako mentjoba berdiri.

   Tjong Lioe ambil saputangan, ia tjelupkan diair untuk dipakai menjekai muka dan lehernja si toako, djuga pakaiannja, lalu ia pepajang toako Itu sampai ditepi.

   Ia telah ambii kepastian akan kembali kekota neraka.

   Untuk meloloskan diri, ia pikir nanti lain kali sadja.

   Setelah mendekati kota, isjarat lantas diberikan, segeralah muntjul sebuah getek kulit kambing untuk membawa mereka kemuara.

   Malam itu diatas loteng, si toako kata pada Tjong Lioe.

   "Laotee, seumurku aku belum pernah mengutjap maaf kepada siapapun, kaulah orang pertama Jang mendapatkannja. Aku sangat bersjukur jang kau telah tolong aku. Menurut tugasku, tak dapat kau dikasi berlalu dari sini, tetapi kali ini aku mengetjualikannja. Kau sangat bernapsu ingin berlalu dari sini, itu mesti ada sebabnja jang sangat mendesak, karenanja aku djadi tjuriga. Laotee, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
siapa kau sebenarnja ? Apabila kau tidak omong terus- terang, djangan kau memikir bisa pergi dari sini!"

   Kata2 Ini memang diutjapkan sedjudjurnja, tetaplpun dengan antjaman hebat pula.

   Tjong Lioe berpikir dengan tjepat Dia datang keneraka dunia ini karena diadjak, iapun tidak memiklmja untuk tjnrl tahu rahasia orang, maka dia anggap tidak ada halangannja akan la tuturkan hal dirinja.

   Maka bertjeriteralah ia, bahwa ia puteranja satu touwsoe dari Tjenghay, bahwa ia pernah ikut Tiat In Siansoe berdiam di Yong Hoo Kiong, sampai ia dlpedajai Beng Hoo Tjapkampou, hingga bangsanja menderita.

   "Maka itu, toako, sangat ingin aku mentjari balas,"

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Ia tambahkan.

   "Sekarang aku hendak pulang dahulu kekampungku untuk membangun bangsaku, sehabis itu baharulah aku tjari Beng Hoo, guna membuat perhitungan dengannja. Sekarang aku belum dapat bekerdja dengan toako, nanti sesudah aku dapat mewudiudkan pembalasanku, baharulah aku kembali padamu."

   Si toako, ialah Soe In Teng, pertjaja keterangannja saudara angkatnja ini.

   Memang ia pernah dengar urusan pemindahan penduduk suku bangsa itu.

   itulah bukan kewadjiban jang ia harus mengurusnja.

   Tugasnja jaitu mentjari dan menawan pemberontak atau pengchianat, untuk disiksa didalam pendjara rahasia.

   Bangsanja Tjong Lioe telah menurut dipindahkan, mereka bukan pemberontak lagi.

   Tjong Lioe hendak tjari satu pendeta Hoan, hal itupun tidak mengenai pemerintah.

   "Katsipdjie, kau hendak pulang untuk menuntut balas, aku idjinkan kau berlalu untuk sementara waktu"

   Katanja Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kemudian.

   "meski demikian, kau harus berdjandji akan turut tiga sjaratku dahulu, baharulah kau dapat meninggalkan tempat ini."

   "Sebutlah, toako, asal jang aku mampu, tentu aku suka menerimanja,"

   Tjong Lioe djawab.

   "Katsipdjie, ingat!"

   Kata In Teng.

   "Pertama, selelah meninggalkan tempat ini, kau tak boleh beritahukan siapa djuga mengenal keadaan dislnl dan hal nubungannja denganku Kedua, sehabis menuntut balas, kau harus segera kembali kesini Ketiga, setelah kembali dan menemui aku, untuk selandjutnja kau tak dapat kembali pula ke Kwan-gwa, bahkan diluar Tembok Besarpun kau tak boleh menglndjak walau setindakpun. Apabila kelak kau melanggarnja, aku punjakan kesanggupan akan setiap saat ambil djlwamu Bisakah kau berdjandji ?"

   Tjong Lioe ingin lekas berlalu, tanpa banjak pikir lagi ia berikan djandjinja.

   Soe In Teng puas, maka selain kembalikan harta orang, iapun tambahkan pula dengan banjak barang permata lainnja antaranja satu peti emas.

   Tjong Lioe terima itu sesudah ia tidak dapat menampiknja.

   Keesokannja, sang toako antar adiknja keluar dari kota kurungan sambil menghadlahkan djuga sebatang pedang pendek dan mengatakannja.

   "Katsip hiantee, apabila ditengah djalan kau ketemu pembesar negeri jang hendak mempersulit kepadamu, undjukkanlah pedang ini padanja, lantas tidak ada urusan lagi.'* Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjong Lioe terima pedang itu dengan mengutjapkan terima kasih, setelah memi beri hormat, ia naik digetek kulit, jang membawa padanja menjeberang kedarat dimana sudah menantikan dua ekor kuda , pilihan.

   Kuda jang kedua adalah untuk membawa barang2nja.

   Terus sadja ia kabur ke Selatan.

   Ia membawa harta besar, disetiap kota atau pos penting ia diperlksa, akan tetapi ia punjakan pedang dari si toako, selalu ia bisa lewat dengan selamat.

   Demikian ia dapat kembali ke Siauw Tjek Sek San dimana ia bisa bangun bangsanja dan ia sendiri diangkat djadi touwsoe seperti kita sudah ketahui Kemudian ia mengembara sebagai tabib antuk tjari musuhnja, sekalian untuk menjingkir dari Soe In Teng, hingga belakangan ia ketemu Tjoen Beng dan berhasil tempur Beng Hoo Tjapkampou.

   Sesudah dl Tjhongtjioe menitahkan Tjoen Beng pulang ke Ngo Tay, Tjong Lioe Ingat sate kambing di Pakkhia.

   Ia seorang Islam, selama tinggal di Yung Hoo Kiong sering ia keluar untuk dahar daging kambing.

   Di Pakkhia memang ada beberapa pedagang sate jang kesohor.

   Orang jang ingin dahar sate mesti nongkrong didepar hanglo untuk membakarnja sendiri, untuk itu telah siap mmjak, ketjap dan lainnja Karena ini, setibanja dikota radja, Tjong Lioe pesiar setiap hari untuk sekalian dahar sate kesukaannja.

   Pada suatu hari, tengah membakar sate Tjong Lioe lihat satu orang bertindak didepan pintu.

   Ia terperandjat akan mengenali orang itu, jang memakai badju kulit dan bulu jang mahal, tanda dari seorang besar.

   Itulah sang toako, jang karena dandanannja, ia tidak segera dapat mengenalinja.

   Maka lekas? ia bajar uang sate, diam-diam ia kuntit toako itu, sampai mereka lewati satu gang dan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
sang toako memasuki sebuah tjioelauw atau restoran.

   Iapun Ikut masuk akan ambil tempat dilain medja.

   Ia pesan teh.

   Ia ber-pura? hendak tunggul teman.

   Ketika itu ia mengenakan badju hitam, pinggang nja dilibat sabuk, koplahnja dibelesakkan hingga menutupi kuping dan dahinja, dengan tiara dandannja itu ia tidak kuatir toako itu dapat mengenali padanja.

   Medja merekapun teralingkan tirai satu dengan lain, karena dalam restoran itu masing2 tamu memakai ruang sendiri2.

   Segera Tjong Lioe dengar suara orang bitjara dilain ruang Itu.

   Ia kenalkan suara si toako.

   Kata toako itu "Kalau Pan Kee sianak haram itu tidak mampu, maka aku nanti bekuk botjah she Ong itu untuk dldjebluskan dalam pendjara, aku hendak lihat, dia mau serahkan atau tidak batu kumalanja itu !"

   "Ketika dahulu tjongya habiskan djiwanja sigundul bangkotan, apakah tjongya tidak berhasil dapatkan kumala itu?"

   Tanja satu suara.

   "Tidak,"

   Djawab si toako.

   "Itulah disebabkan Pan Kee salah mata, maka sekarang aku kurung dia, aku niat pergi ke Pek Lok Wan untuk membuat perhitungan kepada botjah she Ong itu !"

   Mendengar ini, Tjong Lioe tahu bahwa muridnjapun tersangkut Ia toh telah suruh Tjoen Beng pulang untuk bantui adiknja, Tjong Beng.

   Ia tidak sangka, pada itu ada sangkut-pautnja dengan si toako.

   Itulah hebat.

   Maka ia lekas2 meninggalkan Pakkhia akan pergi ke Ngo Tay San untuk tjari rauridnja.

   Sesampainja di Pek Lok Sian-lim.

   ia dengar dari Han Tam bahwa muridnja sudah pergi pesiar ke Kanglam, mungkin lagi tiga bulan baharu murid itu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
pulang.

   Untuk dapatkan kepastian, ia pergi kerumah Tjoen Beng, dari budjangnja ia dapat djawaban jang serupa.

   Dengan hati ragu2 ia pergi ke Kwan-gwa.

   Disini ia dapat keterangan dari seorang sahabatnja bahwa Tiauwyang Hoei-too-tjhioe Ang Seng Tong telah pergi ke Sohioen bersama dua pemuda.

   Ia menduga pasti, kedua pemuda itu adalah muridnja serta saudaranja murid ini.

   Ia kuatir urusan bisa djadi hebat.

   Maka lantas la kundjungi salah satu dari Hek San Pat Tjoen, delapan djago dari Hek San, jang sudah undurkan diri, jang mendjadi saudara angkatnja Beng Eng.

   Djago tua itu kata padanja.

   "Selama belakangan ini, persaudaraan Beng telab menduga bahwa pembangun dari pendjara rahasia Itu mungkin Tiat Ma Sln-kang Soe In Teng, dan mereka sekarang sedang berdaja untuk menoiongi semua majat hidup Itu. Dalam usahanja Itu, Ang Seng Tong bisa didjadikan pengundjuk d jalan, karena dia pernah turut Thian Tie Kony-Hiap dan mungkin dia masih ingat tempat letaknja pendjara itu. Apa jang dlkuatlrkan persaudaraan Beng adalah mereka bukan tandingannja Soe In Teng, maka itu mereka berdaja untuk memantjing keluar persaudaraan Ong."

   Keterangan ini membuat Tjong Lioe seperti baharu sadar dari tidurnja jang njenjak.

   Djadi njatalah toakonja itu adalah Tiat Ma Sin-kang Soe In Teng, pantas toako itu Hehay melebihi ia.

   Sudah tentu Tjoen Beng dan Tjong Beng bukan tandingan toako itu.

   Karena inilah, ia menjangka persaudaraan Beng hendak korbankan kedua saudara Ong itu, supaja mereka bisa tonton siapa kalah dan siapa menang.

   Tanpa umpan ketiga saudara Beng itu, tidak nanti Tjoen Beng pergi ke Pweedjie Ouw - pergi antarkan diri kemulut harimau.

   Maka segera ia ambil putusan.

   lebih Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dahulu ia hendak susul dan panggil pulang kedua saudara Ong, kemudian baharu ia hendak tegur ketiga saudara Beng.

   Inilah sebabnja mengapa ia susul Tjoen Beng tapi ia terlambat, muridnja itu sudah menjerbu kedalam pendjara rahasia, tapi sjukur diachirnja ia dapat tolong Tjoen Beng bertiga.

   Demikian, dalam pertemuan dengan Keluarga Beng, Tjong Lioe tuturkan hal perhubungannja dengan Soe In Teng, hingga baharu sekarang Tjoen Beng ketahui "rahasia"

   Gurunja ini.

   "Oh, begitu, soehoe ? Sudah lama aku ikut soehoe, baharu sekarang aku ketahui hal-ichwal itu."

   "Aku telah terima baik tiga sjaratnja Soe In Teng, sebisa2 aku ingin simpan rahasia,"

   Sang guru terangkan.

   "Akupun senantiasa berdjaga diri, kuatir aku nanti dibikin susah, sampaipun melintas ke Kwangwa aku tidak berani. Bahwa aku adjak kau beladjar silat di Bian Nia, itupun sebahagian untuk menjingkir dari intaiannja In Teng. Kali ini aku pergi ke Kwan gwa, tak lain tak bukan melulu untuk menolong kalian. Meskipun demikian, terus aku bekerdja setjara rahasia."

   Tjoen Beng bersjukur pada gurunja ini sampai ia mellnangkan air mata, segera ia berlutut dihadapan gurunja.

   "Apabila soehoe tidak datang inenolongnja, pastilah kami telah mendjadi majat hidupnja Soe In Teng,"

   Kata dia. Tjong Lioe angkat bangun muridnja itu.

   "Seumurku, kau adalah muridku satu2nja, maka tidak nanti aku diam mengawasi kau ditjaplok harimau,"

   Katanja. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjong Beng sementara itu ingat Pan Kee, soeteenja jang telah mendjadi majat hidup itu, ia bersedih hingga air matanja ber-linang2.

   Seng Tong tahu kedukaannja ketua ini, ia kata "Siauwtotjoe, Pan Kee itu makan buah-hasil perbuatannja sendiri.

   Mengapa dia berhubungan dengan Soe In Teng ? Itu sama sadja dengan orang jang bersahabat kepada harimau!"

   "Sekarang kita bergelisahpun tak ada artinja,"

   Tjong Lioe bilang.

   "Tentang Pan Kee, aku dengar sendiri Soe In Teng mengatakannja hendak menghabiskan djiwanja, sesudahnja itu, baharulah dia hendak membuat perhitungan kepadamu berdua saudara. Kau berdua bisa lolos, pasti Pan Kee akan didjadikan sebagai gantinja kalian."

   Sampai disitu orang bitjarakan bantuan jang dibutuhkan dari Thian Tie KoayHiap, dan tjaranja untuk dapat mengundang djago dari Thian Tie itu.

   "Bukankah Ang Lootiang telah mengatakan, kalau bisa didapatkan bantuannja Tjeng In Soe-thay misainja, baharu ada harapan kita mengundang Thian Tie Koay Hiap?"

   Kata Tjong Beng.

   "Meski demikian, perlu djuga kita ketahui adanja hubungan diantara Thian Tie Koay-Hiap dan Soe In Teng itu,"

   Tjong Lioe njatakan.

   "Kita harus ketahui, ada atau tidak minat dari Thian Tie KoayHiap untuk menjingkirkan Soe In Teng.

   "Bukankah soehoe pernah mengatakan hal hubungan antara Thian Tie KoayHiap dan Soe In Teng ?"

   Tanja Tjoen Beng.

   "Mengapa soehoe tidak hendak mendjelaskan untuk kita memahamkannja lebih djauh ?"

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjong Lioe pandang Seng Tong, baharu ia djawab muridnja. Ia kata.

   "Tadinja aku tidak menjangka, bahwa kepala neraka dunia itu adalah Soe In Teng, tapi tentang asal-usulnja, pernah aku mendengarnja. Turut kata guruku. Tiat In Siansoe, In Teng dengan Thian Tie KoayHiap adalah saudara satu ibu lain ajah. Mengenai ini, mungkin Ang Lootiang ketahui lebih djelas. Karena kita bukan lagi orang luar, aku pertjaja lootiang tidak berkeberatan memberikan keterangan."

   Seng Tong duga Tjong Lioe telah ketahui asal-usulnja Thian Tie Koay-Hiap, gurunja itu, maka ia tidak sangsi lagi untuk berikan keterangannja.

   Beginilah penulurannja.

   Bagian timur laut diri Liauw-leng, Manchuria.

   tempat bertemunja perbatasan dengan Korea adalah pusat dari pegunungan Tiang Pek San.

   Diatas gunung itu ada sebuah telaga jang dinamakan Thian Tie.

   artinja pengempan langit.

   Setiap musim semi sewaktu banjak saldju, disaat saldju lumer, airnjn mengalir ketelaga ini, kemudian mengalir lebih djauh kebeberapa tempat.

   Air itu merupakan air terdjun.

   Gabungan air terdjun itu ialah disungai Siong Hoa Kang, sungai Sungari.

   Thian Tie mempunjai pemandangan alam jang indah tapi karena bersaldju dan hawanja dingin seluruh tahun, djarang ada orang jang mendaki, ketjuali rombongan pemburu.

   Akan tetapi tak lama dari berdirinja keradjaan Tjeng, selagi kaisar Thay Tjong beberapa kali suka berperang dengan keradjaan Beng.

   keatas gunung itu ada datang seorang laki2 jang terus membuat gubuk untuk ditlnggalinja.

   Ia berumur empat-puluh lebih, tidak ada orang jang kenal dia siapa.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Pada suatu waktu pernah kedjadian beberapa pemetik djinsom dikedjar dua ekor matjan tutul.

   Selagi mereka terantjam, dua butir batu menjambar dari atas pohon, tepat mengenai matanja kedua matjan itu, Jang djadi kesateuan dan rubuh bergulingan, menjusul mana, seorang Iom pat turun dari atas pohon dengan seba tang toja dia hadjar remuk kepalanja dua ekor binatang buas itu.

   Dia bergerak gesit bagaikan kera.

   Tukang2 petik djinsom itu bersjukur dan menghaturkan terima kasih, tapi waktu mereka menanjakan namanja penolong itu, dia tidak suka memberitahukannja, dia tidak mau terima pembalasan budi.

   Karena kedjadian inilah, kemudian banjak orang ketahui halnja penghuni dari telaga Thian Tie itu.

   Kalau orang datang padanja untuk beladjar silat, ia menolak, katanja ia tidak mengerti iimu itu.

   Orang itu sebenarnja seorang Han, Ong Liak namanja, asal dari propinsi Shoatang, akan tetapi la dibesarkan di Kitlim.

   Manchuria.

   Gurunja adalah satu in-soe.

   seorang pertapa jang hidup menjendiri, jang tinggal di Sam-seng.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   In-lam tempat bangunnja Aishin Gioro, pendiri dari keradjaan Boan.

   Insoe itu adalah dari golongan Tiang Pek San.

   Dimasa Nuerhacha, Thay-tjouw dari ahala Tjeng belum naik atas tachta, ajahnja kirim ia beladjar silat kepada insoe itu.

   Apa jang Nuerhacha peladjarkan, ketjuali ilmu panah dan pedang, djuga terutama ilmu perang dan menaik kuda.

   Ia bertenaga besar, tjotjok dengan peladjarannja itu.

   Disaatnja Nuerhacha keluar dari perguruan, Ong Liak datang ke Sam-seng, iapun angkat insoe itu mendjadi gurunja.

   Ia mempeladjari Ilmu silat umum terutama alat2 sendjata rahasia.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Berselang sepuluh tahun semendjak Nuerhacha naik ditachta, karena dia kuatlr gurunja ambil lain murid jang llehay, hingga murid itu bisa saingi padanja, dia undang gurunja keistana dimana kemudian guru itu diratjuni hingga binasa.

   Dia tahu bahwa gurunja telah mempunjai satu murid, dia kuutir murid itu akan mentjari balas untuk gurunja, ia perintahkan pahlawannja tjari murid itu untuk disingkirkan djuga.

   Ong Liak menjingkir dari bahaja dengan pergi ke Tiang Pek San mengumpetkan diri di Tblan Tie.

   Berbareng dengan itu di Tjie-houw, Shoatang, ada serombongan tukang petik djinsom jang dikepalai oleh Ong Kho jang tubuhnja tinggi tudjuh kaki, romannja gagah dan bertenaga besar, ilmu silatnjapun sempurna.

   Ong Kho ini.

   dalam umur dua-puluh delapan tahun masih belum menikah.

   Ketika itu, panen djinsom di Kitlim gagal, maka Ong Kho masuk terus ke Pehtuna, daerah pedalaman.

   Waktu itu, kebetulan Hauw Tjhong Honghouw, jaitu permaisuri Liap-tjengong To Djie Koen, djuga berburu di Kitlim.

   Hauw Tjhong Honghouw adalah seorang permaisuri jang sangat elok, seluruh tubuhnjapun menjiarkan bau harum.

   Tiba2 serombongan mandjangan lari melewat didepan permaisuri ini.

   Dia tahan kudanja dan segera memanahnja, sampai tiga kali, namun semuanja gagal.

   Ong Kho djusteru berada diatas gunung, ia lihat rombongan mandjangan itu, la lantas gunakan panah- djepretannja beruntun beberapa kali, menjusul mana, beberapa ekor mandjangan rubuh.

   Menampak demikian, Honghouw suruh pahlawannja bawa Ong Kho menghadap padanja, diam2 hatinja girang melihat orang jang tjakap dan gagah itu.

   Sesudah ia tanja Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
she dan namanja, ia bawa Ong Kho pulang keistana.

   Ia angkat pemetik djinsom ini mendjadl sie-wie, pengawalnja lalu sedjak itu, Honghouw tidak pernah ketinggalan pahlawannja ini.

   Dan Ong Kho, mimpipun tidak bahwa ia bisa demikian beruntung.

   Ditahun kedua, Honghouw melahirkan Sie-tjouw, ialah Kaisar Soen Tie jang dibelakang hari masuk ke Tionggoan memerintah seluruh Tiongkok.

   Soen Tie mempunjai roman jang gagah, slkap-dedaknja dapat dinamakan "djalannja naga dan bertindaknja harimau,dalam umur tudjuh tahun, tenaganja sudah besar luar biasa.

   Thaytjouw Hongtee, Nuerhacha, kemudian sangsikan darahnja botjah ini, maka dengan satu akal, la beri presen kepada Ong Kho diidjinkan pulang kekampungnja, akan tetapi belum sampai orang keluar dari perbatasan, Ong Kho telah dibunuh, majatnja dibawa pulang untuk didjadikan bukti.

   Suatu hal aneh telah terdjadi.

   Ketika majat Ong Kho dibawa keistana dan hendak dimasukkan kedaiam peti, tiba2 dia bangkit berdiri, tak dapat orang merubuhkannja.

   Honghouw lantas sadja insjaf, ia perintahkan orang panggil Soen Tie, jang ia titahkan mengenakan pakaian berkabung dan berlutut didepan majat Ong Kho, untuk paykoei sampai dua kali.

   Setelah ini baharulah majat itu rubuh sendirlnja Karena kedjadian ini, dibelakang hari kalau keluarga kaisar Boan pergi sembahjang leluhur di Kwan-gwa, selamanja Ong Kho dlsembdhjangi lebih dahulu.

   Hingga kemudian muntjul kata2.

   "Lebih dahulu sembahjangi Ong Kho, baharu sembahjangi makam Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
keradjaan."

   Hingga kini, diatas Tiang Pek San masih ada kuburannja Ong Kho dengan bongpaynja (batu nisan) berdiri tegak.

   Sedjak terbunuhnja Ong Kho, didalam keraton kaisar Boan lenjap satu dajang bernama Slauw Goat Djie jang romannja tjantik djuga.

   Dia asalnja satu nona dari suku- bangsa jang ditawan dan dibawa pulang ketika Nuerhacha serang "Houma" (Fuma).

   Nona ini kangen akan kampung halamannja, djemu ia tinggal diistana, djusteru itu ia lihat Ong Kho, ia djatuh hati, dan Ong Kho pun ketarik kepadanja maka keduanja lalu ikat perhubungan setjara diam2.

   Ketika Ong Kho dianiaja, Siauw Goat Djie sedang hamil, dia tahu akan bahajanja, apabila rahasianja petjah, maka itu diam2 dia bebenah, dengan menjamar sebagai rakjat biasa dia minggat dari istana, buron sampai di Utara Tsi-sihar, di Houma, tempat suku-bangsanja, jaitu suku bangsa Gok-loen-tjoen (Wolunchun), jang berkedudukan di Utara gunung Hin An Nia luar, terkurung dengan gunung dan berdekatan sebuah rimba besar.

   Gokloentjoen adalah suatu suku-bangsa jang masih liar, laki2 dan wanitanja mengenakan pakaian dari kulit, mereka tidak punja rumah, hidupnja dari berburu, hingga penghidupannja setiap hari bergulat dengan binatang2 liar dan ular berbisa.

   Tidak perduli prija atau wanita, mereka masing2 mempunjai seekor kuda, semua pakaian dan barang-milik lainnja ditaruh diatas kuda.

   Diwaktu siang, selagi berburu, biasa mereka lakukan perdjalanan seratus lie kurang-lebih, dan mengambil tempo tiga hari, baharu mereka kembali kekampungnja.

   Diwaktu malam mereka dirikan kemah, laki2 dan perempuan tidur sama2 didalam kemah itu.

   Atau ada kalanja mereka memasang tangga Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
atau palangan untuk tidur diatas pohon2.

   Mereka biasa pergi berburu samas, mereka hidup rukun sesama bangsa, saling sajang-menjajangi, tidak pernah berebutan hasil, mereka tidak sebagai sukubangsa lainnja jang suka bentrok dan saling bermusuh sesama suku.

   Musuh mereka melainkan hanja binatang beburonan.

   Sebagai suku-bangsa, mereka tidak punja undang2 tertulis.

   Dan satu kebiasaan lagi dari mereka adalah.

   Kalau seorang isteri melahirkan baji, suami-isteri sama2 pergi tjari makanan untuk bajinja sampai kenjang, sesudah mana, baji itu diikat demikian rupa dan digantung diatas pohon, ajah dan ibunja lantas pergi, sampai beberapa hari baharu mereka kembali.

   Selama itu tidak pernah baji itu mati kelaparan, karena setiap ada orang bangsanja jang lewat dibawab pohon, tentu pihak wanitanja turunkan baji itu untuk diberi makan, baharu ditinggal pergi pula.

   Tidak pernah ada wanita jang melihat baji demikian lewat terus sadja dan tidak memperduiikannja.

   Ketika pemerintah Boan menjerang dan kalahkan suku- bangsa Houma ini, mereka tidak menempatkan pembesar negeri disitu, maka bangsa Houma itu tidak takluk terus kepada bangsa Boan.

   Karena ini, ketika Siauw Goat Djie kembali kekampung-halamannja, ia tetap tuntut penghidupan biasa seperti umumnja bangsanja itu.

   Kemudian ia melahirkan satu anak laki2.

   Sebenarnja pemerintah Boan tjari dia untuk ditangkapnja, tetapi tidak ada orang pemerintah jang berani datangi suku-bangsa itu.

   Setelah tinggal bersama bangsanja, Siauw Goat Djie mesti turut adat-kebiasaan bangsanja itu, ialah dengan meninggalnja suaminja, ia harus menikah pula.

   Satu tahun kemudian, dari suami jang baru la peroleh lagi satu putera.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Untuk memperingati Ong Kho, maka anak sulungnja diberi nama leleh dengan tetap memakai she Ong, mendjadi leleh Ong namanja.

   Anaknja jang kedua ia berikan nama Puleh, karena suaminja she Soe, anak itu djadi bernama Puleh Soe.

   Karena sudah umumnja Siauw Goat Djie harus ikut berburu djuga, maka leleh dan Pulehpun seperti anak2 lainnja digantung dipohon.

   Akan tetapi bentjana tak di-sangka2 telah menimpa dirinja Siauw Goat Djie.

   Hari itu hawa udara sangat panas, mendadak datang guntur jang mendatangkan api, hingga hutan terbakar dan membakar habis rombongannja Siauw Goat Djie jang terkurung api itu.

   Banjak bangsa Gokloentjoen jang berdekatan datang menolong memadamkan api, bahna repotnja, mereka tidak ingat kepada dua anak jang digantung dipohon.

   Kedua anak itu telah menangis terus2an hingga setengah harian.

   Karena hutan kebakaran, buronannja pada lari serabutan.

   Tapi serombongan srigala berkumpul dibawah pohon dimana leleh dan Puleh digantung.

   Semua mengawasi kepada kedua botjah itu, ada djuga jang berlompatan menubruk2, ada djuga jang mentjakari pohon.

   Djumlah srigala itu semakin bertambah.

   Kedua anak itu terus menangis, mereka tidak tahu bahwa mereka sedang terantjam bahaja maut.

   Achirnja datang bintang penolong berupa seorang penunggang kuda.

   Dia datang karena dia tampak berkobar2nja api.

   Dia seorang dari usia pertengahan, tubuhnja kekar, dandanannja seperti satu boe-soe, seorang jang mengerti ilmu silat.

   Segera dia dengar tangisan kedua botjah, hingga ia perhatikan serombongan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
srigala Itu.

   Njatalah dia seorang pemberani, dia turun dari kudanja mendjemput batu, dengan itu dia menimpuk kepada binatang? buas itu.

   Luar biasa timpukannja jang di lakukannja ber-ulang2.

   Setiap batu bagaikan mempunjai mata, sesuatunja tepat mengenai kepala srigala jang lantas rubuh dengan kepala petjah, rubuh sebagai bangkai, hingga dilain saat habislah semua andjing hutan itu.

   Setelah menghela napas lega, orang itu lompat naik keatas pohon, untuk kasi turun kedua botjah.

   Ia ketarik menampak kedua botjah itu mempunjai muka jang persegi, kupingnja besar.

   Itulah suatu roman tak sembarang.

   Ia pondong kedua botjah itu dibawa kekudanja untuk ia mengambil susu, ia segera susui kedua botjah itu, jang lantas berhenti menangis.

   Tidak antara lama datang sedjumlah orang Gokloentjoen, jang hendak memadamkan api, melihat seorang ang tak dikenal dan kedua botjah itu, tahulah mereka apa jang telah terdjadi, maka mereka segera hampiri orang asing itu untuk memberi hormat dan menghaturkan terima kasih.

   Merekapun berikan keterangan bahwa kedua botjah itu sudah tidak mempunjai ibu bapak lagi.

   Orang asing itu hendak serahkan kedua botjah itu, tetapi orang2 Gokloentjoen itu menampik, karena mereka anggap tidak leluasa berburu dengan bawa2 kedua botlah itu, maka achirnja, orang asing ini suka memeliharanja.

   Lebih dahulu ia menanjakan djelas tentang kedua botjah, hingga ia ketahui duduknja hal.

   Njatalah botjah sulung itu berasalkan darahnja Ong Kho.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Orang asing ini tidak lain daripada Ong Liak.

   Ia tidak berlenteram hati untuk sembunji terus dl Tiang Pek San.

   Tjeng Thay-tjouw terus kirim orang mentjari padanja, terpaksa dia menjingkir ke Houma, karena ia ketahui dengan baik bahwa pengaruh Boan tidak sampai kepada suku-bangsa Gokloentjoen itu.

   Ia tidak menjangkanja dislni ia ketemukan dua botjah itu, jang djusteru sesama she dengan dia.

   Ia keluarkan uang untuk dirikan rumah, serta pekerdjakan satu wanita untuk rawat leleh Ong dan Puleh Soe.

   Beberapa bulan telah lewat, lalu terdjadi hal aneh diantara penduduk Houma ini, ialah dalam satu malam orang kehilangan belasan botjah, semua jang berumur kira2 empat-lima tahun.

   Malam itu Ong Liak kebetulan sedang kepergian, sepulangnja baharu ia dapat ketahui hal itu.

   Segera ia melakukan penjelidikan dgn kesudahan ia menduganja kedjadian itu tentulah perbuatannja orang2 pemerintah Boan.

   Hal ini ia beritahukan kepada orang Gokloentjoen, dan ia utarakan dugaannja bahwa pemerintah Boan mungkin sedang mentjari anak-nja Siauw Goat Djie.

   Beberapa hari Ong Liak berpikir keras, achirnja ia pergi kepada soesioknja (paman guru), jakni Seng Siauw Toodjin di Ngo Bie San, untuk tuturkan hal kedua botjah dan bahaja jang mengantjam mereka.

   Seng Siauw Toodjin adalah seorang ahli silat Liong Houw Pay, dia sangat kenamaan, sehingga Ang Sin Tioe dan beberapa pembesar Beng lainnja jang telah menakluk pada pemerintah Boan, pernah undang padanja untuk mendjadi guru tentera tetapi dia menolaknja.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Setelah mendengar keteraugannja Ong Liak, Seng Siauw Toodjin segera mengadjak keponakan murid ini pergi ke Hongthian untuk melakukan penjelidikan.

   hingga mereka mengetahui duduknja kedjadian.

   Memang benar botjah2 Gokloentjoen jang lenjap itu ditjuri pahlawan2 Tjeng Thaytjouw.

   Radja ini masih penasaran.

   Semua botjah itu ditahan, untuk ditjari tahu, siapa keturunan Ong Kho.

   Dia pun memikirkan tjara untuk pemetjahan soal sulit itu.

   Achirnja satu dukun adjarkan padanja membongkar kuburan Ong Kho.

   guna mengeluarkan majatnja, kemudian meneteskan darahnja setiap botjah itu ditulangnja Ong Kho.

   Katanja, darah siapa njerap ditulang itu, ia tentu adalah anaknja Ong Kho.

   Tadinja Tjeng Thay-tjouw niat bunuh sadja semua botjah itu, habis perkara, akan tetapi niatnja diketahui Hauw Tjhong Honghouw.

   Permaisuri ini mentjegah dengan menjuruh menteri2 menasihatinja, katanja, djangan bangsa Gokloentjoen dipersakiti, kuatir mereka lari kerangkulannja bangsa Russia.

   Thay-tjouw djerih djuga, maka ia batalkan perlakuan kedjam itu.

   Pada suatu malam, dikuburannja Ong Kho digunung Tiang Pek San, terlihat dua bajangan.

   Kuburan itu memakai bongpay jang terukirkan kata2.

   "Thay Tjeng Kok Hok-kee Tjiangkoen Ong Kho tjie bok"

   Jang berarti kuburannja Ong Kho, djenderal dari Keradjaan Tjeng jang besar.

   Kedua bajangan itu menggali disamping kuburan, hingga mereka membuat satu lobang besar, sesudah mana, berdua mereka geser peli mati, untuk dibongkar tutupnja, hingga mereka dapatkan majat Ong Kho - majat jang belum lumer, tjuma mukanja bengap dan tumbuh Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
rambut putih, hingga romannja djadi sangat menakutkan.

   Tapi dua bajangan itu tabah, dan tahu djuga mereka, bagaimana harus berbuat.

   Keduanja memudji majat Ong Kho itu, katanja "Aku adalah Ong Liak, aku datang mentjuri majatmu untuk menolongi darah-dagingmu, maka kau djanganlah ganggu kami".

   Habis itu, Ong Liak angkat tubuh Ong Kho, untuk diletakkan diatas tanah, sedang kawannja, jalah Seng Siauw Toodjin, menurunkan bungkusan jang ia gendoP dan membuka.

   Isinja ialah tulang2 rerongkong lengkap.

   Ong Liak buka pakaian Ong Kho, pakaian itu dipakaikan kepada rerongkong bawaan Seng Siauw Toodjin, sesudah mana, rerongkong itu dimasukkan pula kedalara peti.

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Setelah tutup peti dipasang lagi dengan baik, peti Itu dipendam pula.

   Kemudian majat Ong Kho dikubur dilain tempat.

   Setelah selesai, Ong Liak berdua menjingkirkan diri.

   Karena kedjadian itu, ketika kemudian orang2nja Tjeng Thay-tjouw membongkar kuburan Ong Kho, mereka mendapatkan rerongkong jang palsu, maka sewaklu darahnja belasan botjah diteteskan kepada tulang2 itu, tidak ada jang njerap.

   Selagi Thay-tjouw tjuriga, permaisuri Hauw Tjhong menitahkan supaja semua botjah dikembalikan pada bangsa Gokloentjoen di Houma.

   Karenanja, setengah bulan kemudian, leleh Ong dan Puleh Soe telah kembali kepada Ong Liak.

   Ong Liak segera menjerahkan Puleh Soe pada Seng Siauw Toodjin, untuk dibawa pulang ke Ngo Bie San, sedang dia sendiri membawa leleh Ong pulang kc Thian Tie.

   Seng Siauw Toodjin girang melihat Puleh Soe tjerdas.

   Dia ubah namanja mendjadi Soe In Teng, dengan tetap memakai hanja shenja - she Soe.

   Terus sampai besar, In Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Teng diadjarkan ilmu silat, selama mana, tidak pernah ia turun gunung.

   Ong Liak pun ubah nama leleh Ong mendjadi Ong In Liong.

   Dia rawat botjah itu seperti botjah sendiri, dia pun mengadjarkan ilmu silat.

   Dia adalah achliwaris Tiang Pek Pay.

   Bisa dimengerti djikalau dia pandai sekali ilmu mengentengkan tubuh, terutama sendjata rahasia.

   Delapan-belas tahun In Liong beladjar, dia mendjadi Ilehay.

   Selama itu, sering In Liong menanjakan gurunja perihal adiknja, atas mana sang guru mendjawab Adikmu itu, Soe In Teng, beladjar silat di Ngo Bie San diselatan Soe-tjoan, terpisah dari sini tudjuh-atau delapan-ribu lie.

   Karena kau belum pernah keluar pintu, tak gampang bagimu pergi kesana.

   Maka tunggu sadja lagi beberapa tahun, nanti djuga adikmu datang kemari untuk menemui kau.

   Sekarang ini tenangkan dirimu.

   dan beladjarlah terus dengan sungguh1."

   "Perkataan soehoe tentulah murid dengar,"

   Kata In Liong.

   "akan tetapi aku telah berpisah sedjak ketjil dari adikku itu, sampai romannja pun aku lupa. Andai-kata belakang hari kami bertemu, mungkin kami sukar saling mengenali."

   "Anak tolol, apa sih artinja soal dapat mengenali atau tidak !"

   Kata sang guru sambil tertawa.

   "Adikmu itu beladjar pada, paman guruku, Seng Biauw Toodjin. Kabaruja dia berhasil memperoleh kepandaian. Paman guruku itu telah mentjiptakan ilmu pukulan jang dinamakan HengLiong Go- Houw Koen, jaitu koentauw Naga Djalan - Harimau Tidur. Ilmu itu tidak pernah diwariskan dan sulit djuga dipeladjarinja tapi sekarang ilmu itu telah diturunkan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kepada adikmu.

   Kau harus ketahui, paman guruku itu adalah pemimpin dari Ngo Bie Pay, dia paham betul kedua Ilmu silat Heng Liong Pay dan Go Houw Pnv Tiuma ada beberapa djago Rimba Perrilatan jang mengerti kedua ilmu silat itu, maka siapa jang pandai silat Itu, djaranglah ada tandingannja.

   Soesiok mempunja, djuga satu ilmu pukulan lain jaitu Tjoanin-tjiang, Tangan Menembusi Mega untuk menotok dan mengusap djalan darah.

   Aku perhatikan adikmu pun telah memahamkan"

   "Kalau begitu, soehoe,"

   Kata In Liong.

   "Mungkin aku bukan tandingannja adikku. Mengapa tadinja soehoe tidak menjuruh aku beladjar sama2 pada Seng Siauw Soekong itu, agar aku pun mendapat serupa kepandaian seperti dia, jaitu Heng-Liong Go-Houw Koen itu?"

   Ong Liak tepuk2 pundak muridnja, dia tertawa.

   "Djangan pikir terlalu banjak, anak!"

   Katanja.

   "Kau harus insaf peladjaran kami kaum Tiang Pek Pay. Golongan kami mejakinkan ilmu entengkan tubuh, ilmu mengempos napas djuga, peladjaran Ini hampir mirip dengan peladjaran kaum Too-kauw jang dinamakan peladjaran mengempos semangat untuk melatih wudkud dan melepaskan raga. Peladjaran kami ini akan membuat kita pandjang umur. Sedang dalam ilmu silat, kami mengutamakan ilmu lompat dan berkelit, ilmu melindungi diri berbareng menjerang, hingga lintjah tubuh kita, sulit untuk musuh mengenainja. Dengan kelintjahan ini, biasa kita tiari kelemahan pihak lawan. Disebelah itu, ilmu pedang kita istimewa, begitu pun ilmu sendjata rahasia. Dalam hal ilmu mengentengkan tubuh, tidak ada lain kaum jang dapat menjamainja. Maka itu, asal kau ber-sungguh2, kau pasti akan berada disebelah atas adikmu."

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ia djadi girang sekali, djadi tambah jua kepertjajaannja kepada Tiang Pek Pay.

   Sedjak itu, ia terus beladjar denga lebih ber-sungguh2, hingga dibelakang hai dia mendjadi achliwaris dari Tiang Pek Pay di Kwan-gwa.

   Berselang lagi tiga tahun, maka Ong In Liong sudah masuk umur dua-puluh satu.

   Selama itu, ia telah beladjar silat lamanja enom belas tahun.

   Disamping itu, Ong Liak mengadjarkan dengan tak kurang kesungguhannja, sebab guru ini ingin muridnja mendiadi achliwarisnja.

   Waktu itu Ang Sin Tioe sudah menakluk pada pemerintah Boan, setelah satu peperangan lama sama pihak Beng Tiauw, Tjeng Thay-tjouw terkena panah dan binasa, setelah mana, Soen Tie naik mendiadi radja.

   Kaisar inilah jang dinamakan Tjeng Sie-tjouw.

   Dia mendjadi radja akan tetapi pemerintahan tetap dikendalikan oleh Tiap- tjeng-ong To Djie Koen, prinsregent.

   Hauw Tjhong Hong- houw sudah lantas naik dari permaisuri mendjadi ibusuri, Thay-houw.

   Ibusuri ini, nama asalnja adalah Poeritsiehi.

   Dia sudah berumur tigapuluh lebih tetap karena bisa merawat diri, dia tampak tetap muda, seperti umur dua- puluh lebih, bukan sadja tjantik, kulitnja putih, tubuhnja pun menjiarkan bau wangi.

   Ketika itu, To Djie Koen djuga belum berumur tiga-puluh tahun, ia pegang pimpinan atas tentera.

   Ia menjerbu ke KwanLwee Tionggoan.

   Lebih dulu dia labrak Lie Tjoe Seng, baru dia rampas keradjaan Beng, hingga kedudukannja djadi semakiib agung, kekuasaannia besar sekali.

   Namun dia belum puas.

   Sebab dia belum punja kawan hidup jang tjantik.

   Dia sebenarnja menaruh hati kepada ibusuri, jang mendjadi ipamja lenso).

   Adalah kemudian, derngan usulnja Hoan Boen Teng, ibusuri dinikahkan dengan Liap-tjeng- Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
eng. Usul ini disetudjui sekalian menteri lainnja dan Soen Tie, jang tidak berkuasa, terpaksa mensahkannja. Begitulah dikeluarkan firman .

   "Thay-houw masih muda telah mendjadi djanda, beliau adalah bagaikan bunga dimusim semi, rembulan dimusim rontok. Maka walaupun kami agung sebagai kaisar, setiap hari tampak Thayhouw berduka. Beliau bisa merawat diri tetapi tak bisa memelihara hati, maka tjara bagaimana kami dapat mendjadi teladan bagi rakjat untuk memadjukan kebaktian ? Disamping itu Liap-tjeng-ong adalah duda, besar sekali djasanja, maka kalau Thayhouw dinikahkan dengannja, dapatlah kami mewudjudkan sedikit kebaktian kami "

   Inilah firman jang mendjadi tjatjat dalam pemerintahan Boan, jang mendjadikan buah-tertawaan umum, karena bunjinja tak sesuai dengan kenjataan.

   Sementara itu di Ngo Bie San, Soe-tjoan, dalam kelenteng Tjie In Koan, Seng Siauw Toodjin dengan sungguh2 telah mendidik Puleh Soe atau Soe In Teng, jang ia sukai karena ketjerdikannja.

   Anak ini mempunjai bakat, dia pun radjin.

   Apa sadja jang diadjarkan, lantas dimengerti, maka, setelah belasan tahun In Teng sudah madju pesat.

   Pada suatu hari Seng Siauw mengadjak muridnja masuk sebuah rimba tjemara, disini ia berkata pada muridnja "In Teng, mari kita berlatih ilmu Tjoan-in-tjiang.

   Kita masing2 berdiri sedikit djauh, untuk melihat, siapa jang lebih bertenaga"

   In Teng mengiringi kehendak gurunja, keduanja membuka badju masing2, lalu mereka berdiri masing2 Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dibawah pohon jang rindang, untuk mulai mengeluarkan ilmu silat Hong-Liong Go-Houw Koen.

   Segera angin serangan2 mereka membikin pohon2 bergojang, menerbitkan suara gemuruh.

   Pada achirnja baru mereka menggunakan Tjoan-in-tjiang, pukulan Tangan Tembusi Mega, menekan batang pohon.

   Waktu Seng Siauw mendekati pohon, disitu terdapat tapak tangan jang dalam.

   Waktu guru ini menggunakan pisau untuk mengorek, babakan pohon djatuh hantjur berhamburan.

   Sebaiiknja ketika In Teng memeriksa serangan gurunja, tapak tangan guru itu tidak sedalam punjanja.

   Maka diam2 guru itu mengeluarkan lidahnja saking kagum.

   "In Teng, kau berbakat lebih baik daripadaku,"

   Guru ini mengakui.

   "kau djuga berusia lebih muda, maka kau lebih kuat. Maka sekarang dan selandjutnjna, kau boleh malang- melintang di Selatan dan Utara sungai Besar, sukar untuk mentjari orang jang lebih liehay lweekangnja daripada kau."

   Soe In Teng merasa sangat puas. Beberapa waktu kemudian Seng Siauw Toodjin menjuruh muridnja turun gunung. Kepada murid itu ia menjerahkan sebatang pedang sambil memberi tahu.

   "Inilah Tjeng-hong-kiam, jang berada pada kaum kita Ngo Bie Pay sudah lima turunnan, maka kau ingat, satu achliwaris mesti taat kepada adjaran gurutua kita. Pertamaorang mesti mulia hati dan gemar berbuat baik, djangan temahai kekajaan, keagungan dan harta. Siapa mendjadi panglima perang, menteri atau pembesar negeri seumumnja, dikuatirkan dia nanti lupa diri-asalnja! Kedua, dia mesti untuk selamanja menundjang anak-tjutjunja Kcradjaan Han jang terbesar, dia dilarang bekerdja untuk bangsa lain! Kita harus ingat, pendiri dari kaum kita adalah Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
turunan dari Kaisar Keradjaan Song jang terbesar. Maka adjaran ini tak dapat dilupakan"

   Setelah memesan segalanja, supaja simurid ingat wanti2 dan mendjundjungnja, Seng Siauw menjuruh muridnja tidur siang2, supaja dia bisa berangkat besok pagi2.

   Malam itu sewaktu Seng Siauw Toodjin duduk bersamedhi dialas pembaringannja, ia mendapatkan pintu kamarnja ada jang menolak, lalu tampak seorang bertindak masuk.

   Segera ia mengenali Soe In Teng, muridnja.

   Kedua matanja bersinar luar biasa, sikapnja pun tidak lagi menghormat seperti biasanja.

   "In Teng, perlu apa kau datang kemari?"

   Tanjanja. Baru sekarang In Teng tunduk, terus dia berlutut.

   "Sudah lama ada soal jang seperti mengikat hatiku,"

   Sahut murid ini.

   "Sekarang selagi aku akan meninggalkan soehoe, sengadja malam2 aku datang pada soehoe, untuk mohon diberi keterangan."

   Seng Siauw Toodjin sudah bisa menduga pikiran muridnja ini, akan tetapi dia ber1 pura2 heran, dia tanja.

   "In Teng, kau ingin tanja soal apa? Mungkinkah selama belasan tahun, diwaktu mengadjarkan kau silat, ada bagian2 jang aku sembunjikan ?"

   "Bukannja itu, soehoe,"

   Sahut murid itu.

   "Aku tahu soehoe telah mewariskan semua kepandaian soehoe, kepadaku. Apa jang aku ingin ketahui adalah asal-usul diriku."

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Mulanja Seng Siauw Toodjin tidak niat memberitahukan duduknja hal sebenarnja, akan tetapi ia berubah pikiran setelah mendapatkan sinar mata lain dari simurid, siapa djuga membawa pedang pusaka Ngo Bie Pay itu.

   Maka ia mendjadi sangat menjesal bahwa ia "kenal manusia, wadjah dan mulutnja, tetapi tidak tahu hatinja."

   Ia menjesal sesudah kasep. Ia mendjadi kuatir, apabila ia tidak memberi keterangan, mungkin terdjadi lelakon murid memaksa guru. Maka achirnja. ia menghela napas.

   "In Teng, karena padamu telah timbul kesangsian, baiklah, aku nanti beri keterangan padamu."

   Berkata guru ini.

   "Hanja, sebelumnja, mesti kau berdjandji, walaupun kau mengetahui asal-usulmu, kau mesti ingat bahwa telah belasan tahun aku memelihara dan mendidik kau. Djangan kau lupakan adjaran guru. Setjara demikian baru kau mendjadi satu murid baik dari Ngo Bie Pay". Soe In Teng manggut, tandanja ia suka menurut nasihat itu. Seng Siauw lantas menuturkan bagaimana dia pergi ke Tiang Pek San memindahkan majat Ong Kho, guna tolong botjah* Gokloentjoen jang ditjulik kaisar Boan, bagaimana dia pergi ke Houma, untuk menolong murid ini. Dia mentjeritakan semua dengan djelas. Tak puas Soe In Teng dengan keterangan jang sudah diberikan itu, dia menanjakan sbe dan nama ajah dan ibunja, hingga, Seng Siauw menuturkan keterangnnnja Ong Liak sebagaimana jang didapatnja dari orang Gokloentjoen. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"In Teng"

   Berkata guru ini.

   "nama asalmu adalah Puleh dan she ajahmu Soe. Kau bersama Ong In Liong dari Thian Tie adalah asal satu ibu. Ajah dari kakakmu adalah Ong Kho. Dia telah binasa ditangannja Mo Ong, si Radja Iblis. Maka sekarang aku ingin supaja kau pergi ke Tiang Pek San, untuk menemui kakakmu itu dan sekalian menemui soehengmu. Ong Liak, soetitku". Mendengar itu, Soe In Teng tunduk sekian lama, ia tidak berkata-kata. Iianja kemudian, ia berkata pada dlrinja sendiri.

   "Aneh ! Kiranja Kaisar Soen Tie jang sekarang ini, masih berasal satu darah degan kami berdua saudara... Mulanja ibuku, Siauw Goat Djie, montjintai Ong Kho. Dia melahirkan kakak, akan tetapi Ong Kho sendiri, sebelum dia mentjinta ibu, dia sudah bertjintaan dengan Hauw Tjhong Hong-houw, permaisuri itu jang melahirkan putera mahkota, ialah putera jang sekarang mendjadi Kaisar Soen Tie. Kemudian, setelah Ong Kho dibinasakan, ibuku berlalu dari istana, dia pulang ke Houma dimana dia menikah dengan seorang she Soe hingga aku dilahirkan. Djadi kita adalah anak2 dari satu ibu dan lain ajah, sebaliknja kakak dengan kaisar sekarang adalah bersatu ajah dan berlainan ibu. Toh, kami bertiga, kami tetap ada dan satu darah! Dengan demikian, bukankah aku pun keturunan radja ? "

   Seng Siauw Toodjin mendengar kata2 itu, walaupun muridnja mengatakannja dengan pelahan. Ia mendjadi tidak senang.

   "In Teng, djangan kau berpikir demikian ln guru ini menegur.

   "Tahukah kau perbuatannja Nuerhacha, si Radja Iblis? Sedjak banjak tahun jang lampau, dia telah memerintahkan orang mentjari kamu dua saudara, untuk Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dibinasakan.

   Djikalau tidak ada aku dan soehengmu, Ong Liak, jang melindungi, sudah pasti sekarang kau sudah tidak bernjawa.

   Mengapa kau masih memikirkan keturunan darahmu itu ? Apakah kau ingin mengandalkan pada kenjataan itu untuk mentjari pangkat? Ingat, perbuatan demikian dibelakang hari akan menjebabkan kaum Rimba Persilatan tidak akan memberi ampun kepadamu !"

   Menampak gurunja gusar, In Teng tidak berani banjak omong.

   Besoknja, pagi2 sekali dia sudah siap dengan buntalannja, lalu tanpa ambil selamat berpisah lagi dari gurunja, dengan diam2, dia turun gunung dan angkat kaki.

   Sewaktu Seng Siauw Toodjin mengetahui kepergian muridnja itu, ia menjesal dan berduka hingga ia melinangkan airmata.

   "Ketjewa tjapai-hatiku seumur hidup!"

   Dia mengeluh "Dia pergi sadja, masih tidak apa, akan tetapi aku sangat kuatir mahluk berhati andjing ini nanti melakukan sesuatu jang bisa merusak nama Ngo Bie Pay, Djikalau itu sampai terdjadi, sungguh malu aku untuk menemui sahabata dari Rimba Persilatan"

   Guru ini habis daja, hingga ia tjuma bisa berduka sadja.

   Piklrannja terus diganggu kekuntiran bahwa Soe Tn Teng nanti berbuat buruk dan djahat.

   XIV Dalam kedukaannja itu, Seng Siauw Toodjin masih ingat pesannja kepada muridnja supaja ia pergi ke Tiang Pek San untuk menemui kakaknja.

   Ong ln Liong.

   Maka ia mengharap2 murid ini masih mempunjai liangsira, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
perasaan jang murni, untuk menemui saudaranja itu.

   Karena itu ia segera menulis surat kepada Ong Liak, sang keponakan-murid, supaja kalau nanti keponakan-murid ini bertemu dengan In Teng, dia berdaja memberi nasehat pada muridnja agar murid itu jang baru turun gunung dan masih hidjau, tidak sampai kepintjuk harta dunia dan pangkat mulia, supaja simurid djangan sampai mendjadi anggauta busuk dari Rimba Persilatan.

   Guru ini masih ada pengharapan, tapi ia tidak mengetahui ketjerdikan murid jang sudah mendjadi sangat litjin itu.

   Perhubungan Ialu-lintas dahulu sulit sekait Perdjalanan dari Soe-tjoan Selatan ke Kwan-gwa membutuhkan waktu beberapa bulan, demikian pula surat Seng Siauw Toodjin ini, tatkala sampai ditangan Ong Liak, Ong In Liong sendiri sudah berangkat ke Ngo Bie San, Soe-tjoan.

   Sebab dahulu telah dibuat perdjandjian dlantara Seng Siauw Toodjin dan Ong Liak, untuk mempertemukan In Teng dan In Liong, tapi sekarang, karena Ong Liak menantikan siasia datangnja In Teng, ia telah mengirim muridnja itu.

   Beda daripada In Teng, In Liong orang nia djudjur, dia taat kepada gurunja.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Maka dia berangkat ke Soe-tjoan tanpa ubah tudiuan.

   Meskipun demikian, setelah beberapa bulan, barulah dia sampai di Ngo Bie San dan menghadap soesiok tjouw itu, paman-guru-besar.

   Barulah Seng Siauw memperoleh kepastian bahwa benar2 muridnja tidak pergi ke Thian Tie, hingga tambahlah kedukaan dan kekuatirannja.

   Tapi, melihat In Liong datang dengan penuh kegembiraan, Seng Siauw tidak hendak mengganggu kegembiraannja itu, maka tak mau ia membeber kelakuan In Teng, apapula waktu itu masih belum terbukti In Teng Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
berbuat djahat.

   Ia hanja memberitahukan bahwa ia telah menjuruh murldnja pergi menemui pelbagai djago Rimba Persilatan, untuk menambah pengetahuan.

   In Liong pertjaja ketegangan ini, maka ia menjesal bahwa ia telah datang terlambat.

   Karena itu selandjutnja ia hanja mengharap2 mendengar hal adiknja Itu, agar la dapat menjusui dan menemuinja.

   Memang Soe In Teng setelah turun gunung tidak berpikir untuk pergi ke Thian Tie, guna menemui kakaknja.

   Ia hanja segera memikirkan djalan bagaimana dapat membuktikan kepandaian silatnja, dan membuktikan lebih djauh kata"

   Gurunja bahwa ia "sulit ada tandingannja."

   Maka ia berpendapat asal ia dapat merubuhkan satu djago kenamaan, pasti ia segera dapat mengangkat nama.

   Walaupun tak berpengalaman, Soe In Teng bisa menggunakan pikirannja.

   Demikian, sesudah berpikir, ia menudju ke Tay Liang San, diperbatasan Soe-tjoan, kemudian menudju lebih djauh ke Koen-beng, Inlam.

   Ia insaf, kalau ia menjeleweng dari adjaran gurunja, ia bakal bentrok dengan orang"

   Kaumnja sendiri Ia tahu, gurunja masih punja beberapa murid jang Hehay, diantara siapa, dua jang paling kenamaan berada di Inlam.

   Satu di Koen- beng, ialah seorang suku-bangsa Ie, namanja Beng Yap, kerdjanja sebagai piauwsoe, dan jang satunja lagi seorang pertapa jang mendjadi kepala kuil Tay Thong Sie diluar kota Koen-beng, nama sutjinja Lian Hoa Tjeng.

   Sedjak meninggalkan Ngo Bie Pay, mereka belum pernah ada jang mengalahkan, dan.

   untuk diwilajah Barat dan Selatan Inlam, namanja sangat tersohor.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Beng Yap, jang bertubuh tinggi tudjuh kaki, didjuiuki Siauw Kie Boe Pa atau Kie Boe Pa Ketjil.

   Sering dia mengangkut p.auw ke-perbatasan Birma.

   Belum pernah ia mendapat kegagalan.

   Merek piauwkioknja pun memakai namanja sendiri.

   Beng Yap.

   Kalau Beng Yap mengutamakan Heng Liong Koen, Lian Hoa Tjeng mejakinkan Go Houw Koen.

   In Teng mengetahui dengan baik hal Ini.

   Maka ia ingin mentjoba dua orang itu, dan setelah mendapat bukti kataa gurunja, baru ia hendak mentjoba orang Uin dari lain kaum.

   Sesampainja di Koen-beng, di-musim rontok, segera In Teng mendengar kabar Beng Yap sedang mengiringi piauw lagi, Hal Ini adalah diluar kebiasaannja.

   Bahwa sekarang Beng Yap turun tangan sendiri, adalah sebab piauw itu kepunjaan Peng see-ong Gouw Sam Koei untuk radja An- nam dan radja muda itu menundjuk Beng Yap sendiri.

   "Pasti aku dapat menjusulnja", pikir In Teng, karena, angkutan piauw tidak dapat djalan tjepat. Maka besoknja dia beli seekor kuda pilihan dan lantas ia meajusul. Djalanan menudju Annam, ialah dari Koen-beng, meialui Bong-tjoe, sampai di Hoo-kauw. Setelah empat hari, ia sampai &i Bong-tjoe, djalan penting di Inlam Selatan. Ia girang, sebab sewaktu ia mentjari tahu, ia mendengar bahwa Beng Yap belum lewat. Ia menginap satu malam, lantas ia melandjutkan perdjalanan, ke Hookouw. Itulah satu djaian pegunungan. Ia memilih satu mulut gunung jang mesti dilewati Beng Yap dlsitu ia menunggu. Selang dua hari tampak olehnja lerotan Beng Yap Piauw Kiok. Kereta berdjumlab lima buah, ketjuali pengendaranja jang duduk di depan, ada lagi delapan orang pengiring jang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
menunggang kuda. Pemlmpinnja adalah seorang bertubuh besar dan bermuka berewokan.

   "Dia tentunja Siauw Kie Boe Pa sendiri,"

   Pikir In Teng.

   "Dia benar bertubuh tinggi dan besar". Tiba2 terdengar suara suitan. Semua kereta berhenti segera. Lalu Beng Yap madju keaepan, memandang keatas untuk tmemeriksa keadaan. Kemudian Beng Yap memberi titah dan lerotannja mulai memasuki mulut gunung. In Teng mendekam, memasang mata. In Teng menutup mukanjo dengan setjarik kain dan ia keprak kudanja turun guna memegat. Beng Yap melihat orang datang. Dengan satu tanda, la menjuruh keretanja berhenti. Ia sendiri madju kedepan untuk memapak penunggang berkuda jang bertopeng itu. Ia menjekal sebatang toja besi, maka tahulah In Teng bahwa ia bertenaga besar. Tetapi dia tidak takut. Setelah berhadapan, dia menegur.

   "Beng Yap, bagus usahamu ini! Aku harap sukalah kau berbuat baik dengan meninggalkan sedikit untuk orang ditengah djaian..."

   Melihat orang menutup muka dan perkataannja bukan seperti perkataan kaum Rimba Persilatan, Beng Yap tidak memandang mata.

   "Machiuk tidak melihat orang, kau dari Golongan Hitam mana?"

   Dia menegur.

   "Apa kau belum pernah dengar nama Beng Yap maka sekarang berani menjalakan api sendiri?"

   Soe In Teng tertawa berkakakan. Segera ia menghunus pedangnja. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Tuanmu tidak kenal Beng Yap atau Yap Beng!"

   Katanja dengan djumawa.

   "Djikalau kau tidak meninggalkan separuh dari barangmu, walaupun kau kaisar, djangan kau harap dapat lewat dlsini!"

   Dan ia madjukan kudanja terus menerdjang. Dengan terpaksa Beng Yap menjambut musuh tidak dikenal ini. Setelah menangkis, ia membaias menjerang, dengan "Heng Tjia Koen"

   Atau ilmu silat Soen Heng Tjia (Soen Gouw Knong).

   Serangannja mengarah dua tempat, orang dan kudanja.

   In Teng tidak berani menangkis dan membenturkan pedang dengan toja, karena kuatir ia kena tersampok hingga pedangnja terlepas dan terpental, la menggunakan kelintjahannja, hingga Beng Yao tidak dapat lantas merebut kemenangan Tapi sesaat kemudian, murid Seng Siauw ini mengingat pesan gurunja mengenai pedangnja itu, pusaka Ngo Bie Pay.

   Maka inginlah ia mentjoba pedang itu.

   Keinginannja ia wudjudkan segera Ia menusuk dari samping dengan tipunja "Yap tee touw hoa"

   Atau "Dibawah daun mentjuri bunga". Beng Yap berkelit sambil melakukan gerakan "Kiang Siang tim kauw"

   Atau "Kiang Tjoe Gee menenggelamkan pantjingnja".

   Tojanja diturunkan, kemudian dengan tjepat ia mengangkatnja dan dari atas diturunkan lagi, menjerang dengan "Lek pek Hoa San", atau "Dengan sekuat tenaga menggempur gunung Hoa San".

   Inilah serangan jang ditunggu In Teng.

   Sambil berseru, dia menangkis dan membabat maka terdengarlah satu suara keras.

   Beng Yap terkedjut, sebab meskipun tojanja kuat, toh toja itu terkutung udjungnja.

   Tidak sampai disitu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
sadja, tapi tjepat luar biasa, lawannja menjerang terus hingga terpaksa dia mesti memutar tangannja, untuk menangkis.

   Untuk kedua kalinja kedua sendjata bentrok dengan memperdengarkan suara.

   Dan sekali lagi tojanja Beng Yap terputus, hingga dari asalnja jang pandjang itu, toja telah mendjadi pendek, merupakan poankoan-pit, alat sendjata jang berupa sebagai pit, alat menulis.

   In Teng telah mengadu pedangnja dengan berani.

   Meskipun kaget, Beng Yap tidak mendjadi djerih.

   Dia tahu kini bahwa orang tidak mengandung maksud baik.

   Sekarang ia melajani musuh tidak dikenal ini dengan "Heng Liong Koen", atau koentauw "Naga Djalan,"

   Untuk memberi adjaran.

   Ia tahu pasti di Inlam, tidak ada orang dari lain kaum jang mengenal ilmu silat nja ini.

   Begitulah, dengan sisa tojanja, ia menimpuk lawan, kemudiun ia melontjat turun dari kudanja terus kedepan kuda lawannja.

   Dalam hal lontjat turun naik kuda, setiap orang bangsa Ie adalah ahli.

   Satu serangan dilontarkan.

   In Teng terkedjut untuk Kegesitan piauwsoe ini.

   Terpaksa ia membuang diri dari atas kudanja hingga kudanja jang kena terserang kepalanja.

   Binatang itu terpental rubuh.

   Sekarang ia tahu benar, Beng Yap dapat memainkan Heng Liong Koen sama sempurnanja seperti ia sendiri, maka ia memikir, dengan Go Houw Koen ia memenangkan piauwsoe ini.

   Setelah serangan pertama tidak memberi hasil memuaskan, Beng Yap melantjarkan serangan jang kedua, sama sebatnja, sama hebatnja.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
In Teng mundur dua tindak, ia memasang kuda2nja, lalu sebelah kakinja dimajukan kesamping seraja dua tangannja diulur, untuk mendjaga dan menjerang sekaligus. Beng Yap melihat perutnja diarah. Ia memunahkan serangan itu dengan "Pek tjek tjiang,"

   Atau "Tangan penggempur,"

   Jang berupa satu papasan kepada lengan lawan.

   Tapi lawannja sudah mendahului membebaskan diri dan sekali lagi ia memadjukan kedua tangannja.

   Ia bergerak sambil mendekam lebih dahulu.

   Repotlah Beng Yap.

   Ia harus berlaku sangat gesit dan mesti bergerak sambil membungkuk djuga.

   Guna dapat membalas mendesak, segera ia menendang saling susul.

   Go Houw Koen djusteru menginginkan tendangan lawan.

   Pelbagai tendangan djusteru membuatnja dapat mengintai lowong.

   Oleh karena itu, ketika didesak, In Teng mendjatuhkan diri dan berkelahi sambil bergulingan, sebentar mundur, sebentar raadju, hingga ia mendapat ketika untuk menjambar sebelah kaki lawan, dan ditarik.

   Beng Yap kaget.

   Dengan kuda2nja tinggal sebelah, gampang sekali ia dibikin rubuh.

   Akan tetapi lawan bukannja menarik, tetapi ia menekan dengkul menurut ilmu totokan kaum Heng-Llong Go-Houw Pay.

   Maka tidak ampun lagi, selagi tubuhnja mendjadi kaku tiba2, Beng Yap segera rubuh sendirinja.

   Seluruh anggauta badan nja dirasakan lemah tak bertenaga, hingga ia tidak mampu berbangkit.

   Hanja dengan kedua matanja, ia dapat menjaksikan lawan itu lompat naik keatas kudanja, kemudian melabrak beberapa piauwsoe pembantu dan pegawainja.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
In Teng merampas sedjumlah barang angkutan.

   Semua kereta lalu dibakarnja, sesudah mana, dengan tjambuk kudanja, dia melarikan diri.

   Beberapa saat kemudian, baru Beng Yap mendapat pulang tenaganja dan menolongi orang2nja, antaranja ada jang patah tulang2nja.

   Mengalami kedjadian ini ia mendjadi nekat, hingga ia tjabut goloknja untuk membunuh diri.

   "Djangan !"

   Mentjegah satu piauwsoe pembantu "Memang kau telah gagal, dan kau tidak dapat menemui lagi Peng-see ong. akan tetapi apakah kau tidak berniat mentjari musuh itu. untuk menuntut balas ?"

   Beng Yap sadar.

   "Mari..

   "

   Ia mengadjak pulang.

   Ia menutup rahasia perampasan itu.

   Diam2 ia pergi mengundjungi Lian Hoa Tjeng, soehengnja, dan menuturkan kedjadian itu dan memperbintjangkannja.

   Piauwsoe ini menjimpan rahasia setjara baru, akan tetapi besoknja, seluruh Koenbeng telah mendapat tahu terdjadinja perampasan piauw itu, hingga Beng Yap dan Lian Hoa Tjeng mendjadi heran.

   Tengah hari lohor, tie-kek-tjeng masuk dengan tersipu2, menjampaikan berita bahwa utusan Seng Siauw Toodjin mohon Bertemu.

   "Lekas suruh masuk !"

   Lian Hoa Tjeng menitah. Sesaat kemudian ia berhadapan dengan satu pemuda umur dua- puluh lebih. Roman dan sikapnja gagah, suatu tanda ia mengerti ilmu silat. Orang itu memberi hormat sambil membungkukkan badan. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Soeheng siauwtee adalah Soe In Teng,"

   Pemuda itu memperkenalkan diri.

   "Soehoe mengirim aku kemari untuk menemui kedua soeheng berdua dan menjampaikan suatu urusan penting."

   Beng Yap dan Lian Hoa Tjeng bordua sudah lama berpisah dari guru mereka akan tetapi mereka tahu bahwa belasan tahun jang lampau, guru itu telah menerima seorang murid baru bernama Soe In Teng, maka giranglah mereka.

   "Mari duduk!"

   Soeheng ini mengundang, kemudian ia memperkenalkan Beng Yap.

   "Aku tidak menjangka soetee jang datang !"

   Kata pendeta itu.

   "Kapan soetee sampai ?"

   "Baru sadja hari ini,"

   Sahut Soe In Teng dengan roman sungguh2.

   "Aku datang atas titah soehoe, buat meminta agar supaja besok pagi soeheng berdua bertemu di Kim Ma San. Katanja ada urusan penting untuk diberitahukan."

   "Soetee, urusan penting apakah itu?"

   Beng Yap tanja.

   "Bisakah soetee memberi keterangan? Pasti aku dan Lian Hoa Soeheng akan pergi bersama."

   "Tak dapat aku memberi keterangan,"

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Sahut In Teng. ,inilah pesan soehoe. Nanti sadja di Kim Ma San kau akan diberitahukan."

   Dua2 Lian Hoa Tjeng dan Beng Yap mendjadi tidak tenteram. Mereka menduga2, urusan apakah itu. Maka besoknja, keduanja tjepat pergi kebukit Kim Ma San, jang letaknja belasan lie diluar kota Koen-beng. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sesampainja mereka dibawah bukit, kabut masih belum bujar.

   Mereka segera melihat Soe in Teng berdiri menantikan ditempat tinggi dan rata.

   Mereka heran melihat disana pun banjak orang lain.

   Tapi jang mengedjutkan mereka ialah setelah datang dekat, mereka melihat orang ba njak itu adalah orang2 Rimba Persilatan dari kota Koen- beng, ada guru silat tentera, ada guru2 silat biasa, ada djuga piauwsoe2, banjak jang mereka kenal.

   (LANDJUTAN D

   Jilid KE 3) Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
YOE HIAP ENG HIONG (SERI I)

   Jilid . 03 Ditjeritakan Oleh . O.K.T //facebook.com/groups/Kolektorebook/ ___________________________ Sesampainja dua soeheng itu In Teng lantas berkata.

   "Djiewle soeheng, aku ingin bitjara terus-terang. Aku datang kemari atas titah soehoe. Kamu berdua telah bertindak menjalahi adjaran soehoe. Bagus perbuatan kamu itu, maka aku dititahkan membawa kamu pulang untuk dihukum."

   Dua2 Lian Hoa tjeng dan Beng Yap kaget bagaikan mendengar guntur disiang hari bolong.

   "Entah botjah ini sedang memainkan sandiwara apa ..."

   Pikir mereka.

   "Pasti dia ada orang palsu "

   "Soe Soetee,"

   Beng Yap lantas berkata, kita belum pernah bertemu satu dengan lain, sekarang kau datang tanpa surat soehoe. Bagaimana kami dapat lantas mempertjajaimu? Tapi tidak apa, nanti kami berangkat sesudah urusanku selesai..."

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Djangan banjak omong!"

   In Teng membentak.

   "Kamu telah berbuat busuk, kamu masih berpura2! Beng Yap, hendak kutanja padamu. Kau telah mengantar piauw ke Annam, mengapa kau pulang setjara diam2? Dihadapan banjak saudaraRimba Persilatan ini, kau mesti memberi pendjelasan!"

   Beng Yap heran dan berpikir.

   "Binatang ini mengatakan dia baru kemarin sampai disini, mengapa dia mengetahui urusan piauwku? Terang dia ada hubungannja dengan terampasnja piauwku itu."

   Adalah hal umum dikalangan piauwkiok, bahwa kalau piauw lenjap, pengaduan mesti segera disampaikan kepada pembesar negeri, dan kalau pihak piauwkiok tidak dapat mentjari kembali, kerugian mesti diganti lipat ganda.

   Atau kalau keri jadian dirahasiakan, piauwkiok akan ditutup untuk selama2nja.

   Dalam murkanja, Beng Yap berseru "Memang benar piauwku kena dirampas! Tapi apakah itu berarti penjelewengan terhadap adjaran soehoe? Djikalau aku tidak sudi turut kau bagaimana?"

   Ia segera membuka badju luarnja untuk siap bertempur. Soe In Teng tertawa.

   "Djikalau begitu, djangan menjalahkan aku djika aku turun tangan!"

   Katanja mengedjek. Beng Yap segera lompat madju menjerang. Lian Hoa tjeng berniat mentjegah tetapi tak sempat. Soe In Teng menangkis serangan dan membuat perlawanan. Baru bertempur beberapa djurus, Beng Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Piauwsoe lantas berteriak .

   "Dia inilah siperampas piauw ! Soeheng, madju!"

   Lian Hoa tjeng tahu, soetee ini tidak nanti sembarang menuduh, maka tanpa berkata suatu apa, ia mentjelat menjerang kebelakang Soe In Teng, In Teng tidak takut walaupun ia dikepung, malah inilah keinginannja, supaja orang banjak menonton dia merubuhkan dua orang kenamaan Itu.

   Ini pun sebabnja mengapa ia telah mengundang banjak orang, katanja untuk menjaksikan ia mewakili gurunja menghukum dua murid durbaka.

   Tentu sadja, orang suka datang menjaksikan.

   Pun dialah jang mengeluarkan rahasia dirampasnja piauw Beng Yap itu.

   Dalam pertempuran, Beng Yap menggunakan Heng Liong Koen dan Lian Hoa tjeng ilmu silatnja Go Houw Koen.

   In Teng tahu karena tubuh Beng Yap besar, kelemahan piauwsoe ini ialah ia kurang gesit hanja sekarang, ia dngin menjaksikan dulu si-soeheng pendeta itu jang gerakannja sangat gesit, hingga ia kagum.

   Karena sudah mahir Heng- Liong Go-Houw Koen, In Teng bisa melajani dengan sempurna, hingga Lian Hoa tjeng terkedjut melihat kegagahan orang jang mengaku soetee ini, adik seperguruan.

   Kepandaian ketiga orang ini tidak beda djauh.

   In Teng menang bakat dan tangkas, menang tenaga dan keulatan, sebab ia telah menggabungkan Heng Liong Koen dan Go Houw Koen.

   Dengan kedua tangannja, ia memainkan dua matjam ilmu silat.

   Go Houw Koen dengan tangan kiri, Heng Liong Koen dengan tangan kanannja dengan Go Houw Koen ia melajani Heng Liong Koen dari Beng Yap, dengan Heng Liong Koen ia menempur Go Houw Koen dari Lian Hoa tjeng.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sebentar kemudian, permainan Beng Yap sudah mulai kalut, tidak demikian halnja dengan si-pendeta, jang lebih banjak bersamedhi dan berlatih.

   Satu hal In Teng masih meragukan, jaitu apakah gurunja telah mengadjarkan tjoan-in-tjiang atau tidak kepada Lian Hoa tjeng.

   Untuk mentjoba, ia menggunakan akal.

   Ia mundur kesamping, dari situ, ia menggempur bahu si pendeta.

   Kalau Lian Hoa tjeng mengerti tjoan-intjiang, ia dapat memeriksa bagaimana pendeta itu akan mengelakkan diri.

   Tetapi soeheng ini mengulur tangannja dengan niat menangkap lengan si soetee, guna bisa membetot, dan menggempur bee-sie, kuda2.

   Melihat gerakan soeheng ini, sambil dengan tangan kiri menahan Beng Yap, In Teng mengumpulkan tenaga dilengan kanan, kudaSnja ditantjap, maka hasilnja.

   tidak sadja pendeta ini gagal, sebaliknja, dialah jang merasakan seluruh tubuhnja mendjadi seperti kaku.

   Djusteru ia sedang gelisah, In Teng menarik tangan kirinja Beng Yap.

   Dengan tangan itu akan menekan pundak kakak pendeta ini! Lian Hoa tjeng melihat antjaman bnhaja, ia kaget tidak terkira.

   Segera ia mengerahkan tenaganja, sambil mendek dengan "Beng houw tjoen sin,"

   Atau "Harimau galak nongkrong,"

   Ia mengegos diri dari totokan, terus ia madju, untuk membentur lawannja.

   Soe In Teng tidak sudi menempuh bahaja, apapula waktu itu Beng Yap, jang ia lepaskan sudah madju menerdjang, maka terpaksa ia berkelit, hingga Lian Hoa tjeng mendjadi merdeka.

   Akan tetapi pendeta ini insjaf bahwa mereka berdua bukan lawannja soetee ini.

   Ia Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
memberi tanda dengan suitan mulut, tanda untuk mundur. Ia sendiri mendahului melontjat angkat kaki, lari turun gunung. Beng Yap djuga insjaf, ia turut teladan soeheng itu. Tanpa sangsi lagi, In Teng mengedjar dua soeheng itu.

   "Djikalau hari ini aku tak dapat mem bereskan mereka, dibelakang hari mereka bakal mendjadi gelombang hebat,"

   Pikirnja sambil mengedjar terus.

   Ia mengerahkan tenaganja untuk lari pesat.

   Memang ilmunja mengentengkan tubuh telah sempurna.

   Lian Hoa tjeng dan Beng Yap sampai disatu tikungan ketika mereka merasaj kan samberan angin, jang membikin tubuh mereka limbung.

   Mereka menduga pada ) angin kepalan.

   Keduanja lari terus.

   Soe In Teng tidak memandang lagi saudara seperguruan itu.

   Ia menggunakan tjoan-in-tjiang, pukulan Kepalan menembusi Mega jang liehay, maka sekedjab sadja, Beng Yap dan Lian Hoa tjeng rubuh saling-susul.

   Soetee ini seterusnja menotok djalan darah selagi kedua soeheng itu tidak berdaja.

   Maka habislah tenaga Beng Yap dan Lian Hoa tjeng, malah tenaga otak mereka pun ditotok djuga sehingga mereha tak ingat apa lagi.

   Inilah permulaan dari lelakonnja In Teng mentjiptakan rombongan majat hidupnja Sebagai akibat tindakan In Teng, kendati mereka tetap hidup, tetapi hidup Beng Yap dan Lian Hoa tjeng tidak keruan, hilang kesadarannja, mengatjo segala omongannja, lupa mereka pada ilmu silat mereka.

   Ketika kemudian Seng Siauw Toodjin mendengar perihal ketjelakaan kedua muridnja ini, dan dia datang ko Boen- Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
beng, untuk mentjari In Teng, simurid murtad sudah pergi Kepropinsi Ouwpak.

   Saking mendongkol dan berduka, guru ini djatuh sakit, dan kedukaannja bertambah apabila ia menjaksikan kedua muridnja mendjadi sebagai boneka hidup".

   Soe In Teng tidak pertjuma pergi ke Ouwpak.

   Disini ia merubuhkan Kim Tiong Hoa, tjabang atas Boe Tong Pay itu.

   Kemudian in mentjari Boe Tong Siang-Yan.

   Akan tetapi Poei Kong dan Poei tjeng tidak suka menemuinja.

   Maka ia pergi ke Soe-tjoan dimana ia menantang guru8 silat kaum Djioe Boen Pay dari Tjongtokhoe, kantor gubernur djenderal.

   tjongtok Sioe tjeng sendiri turut menjaksikan pieboe itu - pertarungan adu kepandaian, hingga ia dapat menjaksikan belasan guru sllatnja, satu demi satu, didjatuhkan orang baru itu.

   Sioe tjeng bersanak dengan Siang Ko Hiet Tjongtok dari Kwietang dan Kwiesay, dia memudjikan Soe In Teng kepada sanaknja itu, maka In Teng dikirim ke Kwietang dimana ia diangkat mendjadi Tjongkauwtauw, guru silat kepala, dari Pat Kie Eng, tangsi Pat Kie atau Delapan Bendera, jaitu tangsi tentara Boan.

   Adalah karena kegagahannja ini, Soe In Teng mendapatkan djulukannja itu.

   Tiat Ma Sin-kong, si Djago Kuda Besi.

   Sementara itu Ong In Liong, jang mentjari keterangan tentang adiknja, telah mendengar kabar hal adik itu sudah merubuhkan Lian Hoa tjeng dan Beng Yap Ia menjangsikan kabar ini.

   Untuk mendapat kepastian, ia berangkat ke Koenbeng, tapi disini In Teng sudah tidak ada.

   Ia menjusul Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
terus ke Ouwpak, tetapi, In Teng sudah pergi lagi ke Soe- tjoan, ke Seng-touw.

   Tidak dapat diketahui, dimana adanja In Teng.

   Sampai disini In Liong kehabisan ongkos.

   Terpaksa ia pulang ke Kwan-gwa untuk menjampaikan kabar kepada gurunja.

   Ia menuturkan segala apa jang ia dengar mengenai perbuatan In Teng.

   "Adikmu itu telah melupakan diri nja"

   Berkata Ong Liak, sang guru.

   "Sekarang ini, djangan kau mendjadi gelisah. Kalau nanti terbukti dia telah memperlakukan tak selajaknja kepada Seng Siauw Soesiok, baiklah kau djangan mengaku dia sebagai saudaramu lagi."

   In Liong seorang djudjur, ia mendengarkan katagurunja ini.

   Ong Liak mendidik lebih djauh muridnja ini kepada siapa ia mewariskan semua kepandaiannja jang diperolehnja dari sipertapa di le-lan, hingga kepandaian In Liong mendjadi bertambah.

   Llwat lagi satu tahun.

   In Liong ikut gurunja mengembara kepelbagai tempat, untuk beladjar kenal dengan banjak orang kang-ouw pandai, hingga ia memasuki suatu badan pergerakan jang bertudjuan hendak menggulingkan pemerintah Boantjioe.

   Waktu itu tudjuh-belas tahun setelah Kaisar Soen Tie memerintah, turunan Keradjaan Beng, jang lari keperbatasan Selatan, sudah diruntuhkan berturut-turut oleh Gouw Sam Koei dan Djenderal To To.

   Mereka adalah pangeran-pangeran Hok Ong, Tong Ong dan Lou Ong.

   Pangeran Koei Ong, jang berhasil lari ke Birma, masih dikedjar-kedjar Gouw Sam Koei, radja muda paling berdjasa untuk bangsa Boan.

   Karena negara telah Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mendjadi aman, Kaisar Soen Tie bisa mengetjap ketenteraman dan kesenangan.

   Pada suatu malam, diluar keraton Soen Tie, berkelebat dua bajangan.

   Selama berada diatas genteng, dua bajangan itu tidak menerbitkan sesuatu suara.

   Tidak ada satu pengawal djuga jang melihat dua bajangan itu.

   Salah satu dari mereka ini sembunji dlbelakang ruang.

   Ketika satu pengawal lewat didekatnja ia menjambar dengan tiba- tiba.

   Satu totokannja membuat pengawal itu rubuh tanpa bersuara.

   Lalu dia madju sambil terus sembunji dan menotok lain-lain pengawal, sampai belasan.

   Kemudian dia menggape keatas genteng, maka melajang turunlah kawannja.

   Orang jang baharu ini menjekal pedang, dia menghampirkan kamar kaisar.

   Dia lontjat masuk kedalam kamar.

   Kawannja menjusulnja.

   Beberapa thaykam (orang kebiri) dan kiong-go (dajang) mendjaga didalam kamar, mereka semua terperandjat melihat datangnja dua orang tak dikenal ini, akan tetapi, sebelum mereka sempat berteriak, satu demi satu, mereka sudah ditotok kedua orang itu Mereka semua tertidur antara sadar dan tak sadar.

   Kaisar Soen Tie masih belum pulas ketika ia mendadak tampak dua orang bersendjatakan pedang tadjam- mengkilap berdiri didepan pembaringannja.

   "Mau apa kamu?"

   Dia membentak, tetapi suaranja pelahan.

   "Djangan berisik!"

   Berkata dua orang itu seraja membalingkan pedang mereka.

   "Kami datang untuk Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
memberitahukan satu urusan kami tidak berniat mentjelakai."

   Kaisar mengawasi dua orang itu, jang mengenakan ya- heng-ie, pakaian untuk keluar malam. jang satu adalah seorang dari usia pertengahan, jang lain baharu kira2 dua- puluh romannja tjakap, matanja bersinar tadjam, berpengaruh sekali.

   "Sri Baginda, silakan dandan, kami hendak menjampaikan satu rahasia,"

   Kata pula dua orang itu. Kaisar menurut, ia turun dari pembaringan, dan memakai badju.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Djiewie Tjongsoe, apa she kamu?"

   Radja menanja. (Djiewie Tjongsoe berarti. kedua orang gagah).

   "Ada urusan apakah kamu datang kemari?"

   Dua orang itu masukkan pedang mereka kedalam sarung.

   "Sri Baginda,"

   Jang setengah tua berkata.

   "malam ini aku sengadja datang dengan mengadjak saudaramu agar kamu berdua membuat pertemuan, supaja kamu sedarah sedaging dapat berkumpul..."

   La menundjuk sianak muda, hingga kaisar melirik dengan herannja. Ia menambahkan;

   "Djangan tjuriga, Sri Baginda. Dia Ini adalah puteranja Siauw Goat Djie, denganmu dia asal satu darah."

   Kaisar berpikir.

   "Siauw Goat Djie..."

   Katanja kemudian lambat2.

   "Ja, aku ingat, dia adalah satu dajang jang dulu minggat dari istana. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ketika itu aku masih ketjil sekali, ingatku samar-samar. Ada hubungan apakah diantara aku dan dia?"

   "Apakah Sri Baginda ingat."

   Berkata pula siorang setengah tua.

   "ketika Sri Baginda masih ketjil, pada suatu hari Sri Baginda bersodjakoei terhadap satu majat jang bisa berdiri dan sesudah Sri Baginda memberi hormat, baru majat itu rubuh? Majat itu adalah ajah Sri Baginda jang asli!"

   Kaisar mendjadi terlebih heran, hingga ia mengawasi tadjam-tadjam dua orang itu.

   Sementara itu ia ingat, benar pernah terdjadi hal jang demikian diwaktu ia masih botjah.

   Adalah Hauw tjhong Hongkauw jang menitah ia paykoei terhadap satu majat berdiri, jang ia mesti panggil ajah.

   Setelah itu, untuk beberapa malam ia terus takut sadja, karenanja, kedjadian itu tak mudah ia melupakannja.

   Ia adalah Kaisar jang tjerdik.

   ia segera mendapat Ketabahannja.

   Ia pertjaja dua orang ini tidak berniat djahat bahwa mereka bisa njelusup masuk kedalam keraton menundjukkan mereka adalah orang2 liehay.

   Iapun perlu mengetahui maksud kedatangan mereka.

   "Ja, aku ingat kedjadian itu,"

   Katanja kemudian.

   "Tapi, mengapa itu ada hubungannja dengan engko ketjil ini? Tolong kau memberi keterangan jang djelas padaku."

   Ong Liak - demikian orang setengah tua itu - kuatir mereka terlalu lama berada didalam, maka ia menarik Ong In Liong -- si anak muda - kehadapan sebuah tjermin, kemudian sambil menoleh, ia berkata kepada radja.

   "Silakan Sri Baginda madju kemari. tjoba awasi wadjah kamu berdua."

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Radja bertindak mendekati, ia berdiri berendeng dongan Ong In Liong. Ia memandang ketjermin, seperti si-anak muda. Kesudahannja, bukan main herannjn Mereka berdua, tidak hanja roman mereka mirip, djuga tubuh mereka, besar dan tingginja hampir sama.

   "Silakan Sri Baginda duduk,"

   Ong Liak meminta sambil terus ia memperkenalkan diri, sesudah mana, dengan ringkas tapi terang, ia menuturkan mula kalinja Permaisuri Hauw tjhong bertemu dengan Ong Kho dua-puluh empat tahun jang lampau ; bagaimana Ong Kho dibawa pulang keistana.

   didjadikan sie-wie, jaitu pengawal istana, sampai permaisuri melahirkan kaisar ini, sampai Ong Kho dibinasakan dan Siauw Goat Djie buron, hingga dajang itu melahirkan Ong In Liong, sianak muda.

   Lebih djauh ia menuturkan halnja Thay Tjong memerintahkan mentjulik sedjumlah botjah dari Houma dan darahnja diketeskan kepada tulang=nja Ong Kho, tapi ia bersama Seng Siauw Toodjin, sudah mendahului menggeser tulang2nja One Kho itu.

   hingga semua botjah tertolong.

   Kaisar heran dan kaget, tapi sebelum ia sempat mengatakan apa2, ia mendengar ketokan pada pintu kamar.

   Diluar kamar terlihat tjahaja terang.

   jang datang itu adalah Lwee-boe Tjongkoan, penguasa istana serta barisan pengawalnja.

   Ong Liak terkedjut djuga.

   Tapi kaisar lantas membentak .

   "Mengapa kamu ribut2? Lekas pergi!"

   Diluar pintu terdengar suara seperti orang bertekuk lutut.

   "Hamba menanjakan kewarasan Sri Baginda,"

   Demikian suara diluar. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Disini tidak terdjadi apa2 kamu lekas pergi !"

   Radja mengusir.

   "Baik, baik,"

   Suara diluar ilu menjahut ber-ulang2. Tapi Tjongkoan itu masih berdiri diam.

   "Dua hari lagi kami nanti pergi ke Thian Tan,"

   Berkata radja dengan pelahan kepada Ong Liak berdua.

   "kamu baik sembunji disana, untuk membuat pertemuan dengan aku. Waktu itu barulah kita bitjara"

   Lantas ia berdehem.

   "Hamba beramai masih menantikan"

   Terdengar suara diluar. Kaisar lantas membuka pintu. Barisan pengawalnja itu segera menerobos masuk, tetapi didepan radja, mereka berlutut.

   "Kamu semua adalah machluk2 tidak befguna !"

   Menegur djundjungan ini dengan air muka murka.

   "Barusan ada pendjahat menjerbu kedalam sini, kamu tidak mengetahui! Sjukur ada kedua hiapsoe ini jang melindungi kami dan telah memukul mundur pendjahat itu! Lekas kamu ambil senampan emas dan mutiara, untuk dihadlahkan kepada mereka ini. Dan antarkan mereka keluar keraton!"

   Suara radja ini kedjam, hingga pengawalmja itu manggut2.

   "Hambamu harus mati "

   Mereka mengatakan, kemudian si Tjongkoan pergi mengambil barang jang diminta. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ong Liak dan In Liong mengambil seorangnja sekantong mutiara dan sepuluh potong emas, achirnja dengan tidak kurang suatu apa mereka keluar dari istana.

   Thian Tan ialah tempat sembahjang kaisar.

   Letaknja diluar pintu kota tjengyang-moei.

   Luasnja tempat einpat- ribu bau lebih.

   Itulah tempat sembahjang jang dibangun Kaisar Eng Lok dari Keradjaan P.eng.

   Disila ada dua tembok, luar dan dalam, jang didepan bundar, jang dibelakang persegi.

   Dasar semua pendopo adalah bundar, sedang ruang Kie-lian-thian, peranti sembahjang tahunan untuk memohon berkah keselamatan, dikurung tiga lapis lankan darL kumala putih.

   jang lainnja semua pun indah.

   Diantaranja ada ruang sintjie dari pelbagai kaisar marhum, diluar ada satu tembok bundar jang luar biasa jang bis2 mendatangkan suara kumandang.

   Kaisar Soen Tie datang diteanpat ini dua hari kemudian.

   Selama wadjahnja In Liong memberi kesan jang sukar dilupakan.

   Ia memberi alasan, karena bebas dari bahaja ia hendak bersembahjang kepada leluhumja.

   Maka sedjak pagi2 Lee Pou, menteri adatistiadat, sudah membersihkan segala sesuatu menjiapkan segala keperluan, terutama mengatur pendjagaan kuat oleh Kim-wie-koen, barisan pengawai radja.

   Ong Liak dan In Liong dengan mengandalikan selembar tambang hoei-soh, sudah berhasil memasuki Thian Tan dan sembunji diatas penglari jang melintang antara tihanga bundar.

   Tanpa mendongak dan memperhatikan dengan seksama, sukar orang dapat melihat mereka ini.

   Kaisar Soen Tie masuk kedalam Hongkiong-oeh, pendopo sintjie leluhurnja, untuk bersembahjang katanja.

   Terlebih dahulu semua pengawal diperintahkan menjingkir Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
djauh2, dan ia mengantjam dengan hukuman potong kepala kepada siapa jang berani mengintai.

   Selesai sembahjang, ia mengangkat kepalanja dan memandang kesekitarnja.

   Ia tidak melihat orang.

   Ia heran hingga ia menduga, karena kerasnja pendjagaan mungkin orang tak dapat masuk kedalam ruang itu.

   Tetapi mendadak dua bajangan melajang turun.

   Tampak Ong Liak dau In Liong berdiri dihadapannja.

   Karena sangat gembira, radja menjambar tangan In Liong dan ditarik.

   "Hari ini, di Thian Tan ini, mari kita meneteskan darah, untuk ditjampuri"

   Katanja.

   "Kita nanti melihat, darah kita itu bertjampur mendjadi satu atau tidak". Radja ini lantas mengambil satu tjawan arak terbuat dari kumala putih, sedang dari pinggang In Liong, ia menghunus pedang. Sesudah menggulung tangan badjunja, ia menusuk sedikit lengannja hingga darah lantas mengutjur, ditadahi kedalam tjawan. Ong Liak merobek udjung badjunja untuk membalut lukanja radja. In Liong menurut perbuatan radja darahnja ditjampur dalam darah radja. Aneh tetapi benar, kedua darah segera bertjampur mendjadi satu, maka legah hatinja radja itu Ong Liak masih kuatir radja ini sangsi. Ia menggigit sebuah djari tangannja, hingga darahnja sendiri keluar. Darah itu ia kutjurkan kedalam tjawan darah itu. Tapi, seperti minjak diatas air, walaupun sudah digojang-gojang, darahnja tetap terpisah dari darahnja radja dan In Liong. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Sri Baginda sekarang sudah terdapat buktinja,"

   Katanja kemudian.

   "Darahku dengan darah Sri Baginda beda, keduanja tak mau bertjampur. Tidak demikian darah Sri Baginda dan darah In Liong. Hari ini, kamu dua saudara telah dapat bertemu!"

   Adalah maksudnja Ong Liak, dengan mendatangi Kaisar Soen Tie ia mau membikin hatinja kaisar ini tergerak supaja kaisar mengembalikan keradjaan kedalam tangan putera- putera Han.

   Soen Tie tjerdas sekali, ia bisa menduga maksud hatinja orang she Ong ini, akan tetapi suasana disekitarnja tak mengidjmkan, ia tidak dapat sembarang mengutjapkan sesuatu.

   "Kita berdua adalah saudara", katanja kemudian.

   "Maka adikku lagi beberapa hari lagi pergilah kau ke-tangsi Ktm- wie eng untuk mendaftarkan diri. Untuk sementara, kau boleh pakai she Lo. nanti aku kirim orang untuk mengambil kau, supaja kau masuk kedalam istana. Lebih dahulu kau pangku sadja djabatan pemimpin barisan pengawal Gie- tjian Siev;ie. Nanti pelahan2 barulah aku mengatur terlebih djauh."

   In Liong belum sempat mendjawab sewaktu diluar terlihat dua bajangan orang berkelebat, lantas lenjap.

   "Ada orang mengintai!"

   Kata Ong Liak. Kaisar menegur dua kali. Ia tidak mendapat djawaban, maka ia lantas berkata.

   "Nah, sampai disini sadja! Aku nanti tunggu kau!..."

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ong Liak mengadjak In Liong mengumpetkan diri pula, kemudian radja memanggil pengawalnja guna mengiringi dia keluar uari Thian Tan.

   Ong Liak puas bahwa mereka telah dapat menggerakkan hati kaisar, maka itu, ia hendak bertindak tjepat.

   Ia mengandjurkan In Liong dengan memakai nama Lo In untuk lantas pergi mendaftarkan diri di Kim-wie-eng tangsi pasukan pengawal radja.

   In Liong pergi ketangsi, dimana ia disambut dengan baik.

   Tetapi sore harinja beberapa pengawal mengajaknja masuk kedalam, katanja tongnia pemimpin pasukan pengawal, hendak bitjara dengannja.

   ia tidak tjuriga, ia turut.

   Ia dibawa ke tjie Kim Shia, Kota Terlarang.

   Dimuka pintu, ia diminta menanti sebentar.

   Semua pengawal masuk terus.

   Ia menanti belum lama, mendadak menerdjang keluar sedjumlah pengawal.

   "Ada pendjahat! Ada pendjahat!"

   Mereka berseru dan mereka terus menangkap orang she Lo ini.

   Tubuhnja diringkus lantas dia didjebluskan dipendjara dalam tanah.

   In Liong heran.

   Ia tidak tahu apa jang sebenarnja terdjadi, hingga ia mentjurigai Kaisar Soen Tie.

   Akan tetapi, sebenarnja kaisar tidak mengetahui apa jang telah terdjadi atas diri saudaranja ini.

   Pada suatu masa, pemerintah Boan mirip dengan djamannja Kokbo tjoe Hie memimpin pemerintahan.

   jang berkuasa adalah To Djie Koen, suami dari ibu Soen Tie sendiri Sebab sedjak ibu itu menikah dengan Liap-tjeng-ong To Djie Koen, pangeran ini, sebagai pangeran, lantas mengambil kekuasaan dari tangan si-ibu.

   Soen Tie sendiri masih ketjil, ia belum tahu apa-.

   Baru belakangan, setelah mendjadi dewasa, Soen Tie melihat Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
keadaan jang buruk itu - Boe-houw, ialah ibunja, telah berkontjo dengan To Djie Koen.

   Ia mendjadi djemu.

   Ia lantas memikirkan daja perlawanan.

   Ketika radja mengambil Tang Siauw Wan sebagai koei-hoei, Thay-houw menentangnja tetapi ia tidak mengambil peduli Tidak lama sedjak Liap-tjeng-ong menutup mata, Soen Tie mengambil-alih kekuasaan setjara ber-angsur2.

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Hanja selama itu.

   ma-ih besar pengaruh rombongan ThayHouw, dan radja ini masih sadja diintai oleh mata2 rombongan itu.

   Thay-Houw masih mempunjai sisa beberapa pengawal nja Liap-tjeng-ong, antaranja jang kosen adalah Tiat-tjie-sian Liok Hong si Djeridji Besi, dan Kim-tjhio Pek Peng si Tumbak Emas.

   Thay-Houw heran dengar kabar bahwa radja diarah orang djahat dan ditolongi dua orang tidak dikenal.

   Ketika Soen Tie pergi sembahjang, dia mengutus Liok Hong dan Pek Peng untuk mengintai.

   Mereka inilah jang bajangannja dapat dilihat Ong Liak.

   Mereka telah melihat dan mendengar semua, lantas mereka pulang, untuk memberi laporan pada ibusuri.

   Ibu suri lantas mengambil tindakan memperdajakan In Liong dan ia berhasil ditangkap.

   Beberapa hari Ong Liak menantikan In Liong.

   Ia tidak mendengar suatu apa.

   Ia mendjadi tjuriga dan menguatirkan Kaisar Soen Tie berubah sikap, mungkin In Liong ditangkap dian dibinasakan.

   Ia berniat masuk kedalam tjhle Kim Shia, untuk membuat penjelidikan, tetapi niat ini ia mesti tunda karena pendjagaan kuat luar biasa.

   Ia djuga tahu, didalara keraton terdapat tak sedikit orang liehay.

   Terpaksa Ong Liak mendekam sadja di pondoknja, rumah seorang penduduk melarat di Liong-sie-kauw, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
solokan Kumis Naga.

   Beberapa hari lagi pada suatu malam mendadak ia dengar suara perlahan diatas genteng.

   Segeja ia lontjat keluar.

   Ia tampak seorang lontjat turun dengan di-bebokongnja menggendong seorang lain.

   Dengan girang, berbareng heran, ia melihat orang itu adalah In Liong beserta Kaisar Soen Tie sendiri.

   "Apa artinja ini ?"

   Tanjanja sambil mengadjak muridnja masuk.

   In Liong memberikan keterangannja .

   Djuga Soen Tie mempunjai orang2 kepertjajaan, jang bekerdja sebagai hamba Thay-houw, maka selang lima hari, diketahuilah bahwa In Liong berada dibawah pengaruh ibusuri.

   Ini disebabkan hari itu ibusuri memeriksa orang tawanannja itu.

   Satu dajang lantas memberi tahukan pada kaisar.

   Soen Tie terkedjut berbareng kuatir.

   Ia merasa pasti bahwa rahasianja telah terbongkar.

   Ia pun lantas terkenang pada selirnja Tang Gok Hoei.

   Kaisar insjaf bahwa keagungannja sebagai radja hampa belaka.

   Maka ia lantas mengambil keputusannja.

   Demikianlah malam itu diam2 bersama-sama beberapa pengiringnja, ia pergi kependjara istana.

   Mandor pendjara terkedjut melihat radja sendiri jang datang.

   Ia tidak berani membantah ketika Soen Tie memerdekakan orang tawanan Thay-Houw itu.

   Sementara itu suruhan Thay-Houw jang bertugas dipendjara, lari kepada ibusuri, untuk menjampaikan laporannja, sedang petugas radja sendiri, segera berkala pada djundjungannja itu.

   "Sri Baginda, Thay-Houw akan segera datang."

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Kaisar djadi berpikir keras. Mulanja In Liong mengira ia ditjurangi radja, baru sekarang ia mengetahui duduknja hal sebenarnja.

   "Sri Baginda, silakan paduka kembali kekeraton, tak usah Sri Baginda perhatikan diriku lagi". Segera da lompat naik keatas genteng. Soen Tie sambar udjung badju In Liong.

   "Adik In Liong, mari kita pergi bersama-sama !"

   Katanja. In Liong terkedjut, belum sempat ia berkata.

   "Itulah tak mungkin,"

   Radja sudah membuka djubanja, hingga kelihatanlah ia berdandan sebagai rakjat djelata. Beberapa pengiringnja lantas berlutut, untuk mentjegah beliau berlalu.

   "Aku pergi untuk kembali "

   Katanja.

   "Andai-kata sampai besok aku masih belum kembali suratku jang diatas medja itu, pergi kamu mengantarkannja pada Tay-haksoe Ang Sin Tioe."

   In Liong mengetahui maksud radja ini sudah pasti. Waktu itu seorang kebiri lari menghampiri.

   "Thay-houw mendatangi!"

   Katama.

   "Mari!"

   Radja mengadjak. In Liong lihat tak dapat ia men-sia2 kan waktu lagi, maka lekas2 ia pondong Sri Baginda setelah mana, ia lontjat naik keatas genteng dimana ia lenjap bersama djundjungannja itu. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Mengetahui bahwa radja buron. Ong Liak membudjuki padanja untuk pulang keistana. Radja sudah bulat tekadnja, untuk mengundurkan diri, tak sudi dia kembali.

   "Ketjewa aku mendjadi kaisar,"

   Katanja.

   "Aku tidak dapat berbuat apa2, aku mengetjewakan harapan kamu berdua. Sekarang ini, dasar keradjaan Boan djuga sudah kuat sekali, sukar untuk dapat dirobohkan, atau rakjat akan lebih menderita karena peperangan. Mana aku tega? Semasa Gok Hoei menutup mata, memang hatiku sudah tawar, ingin aku mensutjikan diri dlkalangan agama Buddha, supaja aku bisa bersembunji dipegujiungan. untuk melewatkan sisa hidupku dan kini saalnja jang tepat. SdangZ aku sudah menulis surat wasiat, antaranja untuk menitahkan semua menteri2 mengumumkan aku telah meninggal dunia setjara tiba2. Maka itu, kamu berdua djangan pula membudjuki lebih landjut."

   Ong Liak menghela napas.

   Gagallah usahanja.

   Dengan terpaksa malam itu, dua pemuda ini membawa Soen Tie berlalu dari kota radja, untuk pergi ke Kwangwa dimana paling dahulu Soen Tie memberi hormat pada rohnja Ong Kho didalam makamnja jang baru, sesudah mana terlebih djauh ia diantar oleh Ong Liak da


Pendekar Wanita Penyebar Bunga Karya Liang Ie Shen Pendekar Sejagat Karya Wen Rui Ai Pahlawan Gurun Karya Liang Ie Shen

Cari Blog Ini