Pertentangan Kaum Persilatan 7
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT Bagian 7
n In Liong kegunung Ngo Tay San.
untuk hidup menjendiri di Kuil Sin Thian Sie jang baru dibangunkan.
Ong Liak lantas pulang ke Thian Tie.
Banjak tahun kemudian, dengan meningkatnja uslanja ia djarang turun gunung lagi.
Adalah In Liong, jang suka pergi ke Ngo Tay San, untuk menemui saudaranja, diantaranja, mereka pernah bitjara hal Soe In Teng, saudara jang tak pernah Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dikelemukan itu.
In Liong ingin sekali berdjumpa dengan adiknja itu, maka ia telah mengambil putusan.
Ia Ingin sekali mendjumpal adiknja itu, sekalian menasihatinja supaja mentaati pesan gurunja, agar djangan karena menganggap diri masih keturunan radja, dia mendjadl tei*sesat.
ia hendak menundjuk kaisar Soen Tie sebagai tjontoh.
Lalu dari Shoasay, In Liong pergi ke Selatan, kedelapan propinsi.
Waktu ia tiba di Kwietang, Soe In Teng sudah meletakkan djabalannja sebagai guru silat tentara Siang Ko Hie.
Ketika itu, Siang Ko Hie telah menutup mata dan digantikan oleh Siang tjie Sin sebagai radja muda Peng-lam-ong.
Ia ini bermaksud memberontak.
In Teng meletakkan djabatannja setjara diam2, maksudnja hendak pergi kc Pakkkia, guna melaporka warta penting itu dengan harapan memperoleh pangkat.
Pada saat In Liong tiba di Kwle-tang, uang bekalannja telah habis, tetapi ia tidak hendak berbuat jang sesat, maka ia melakukan perdjaianan kembali ke Utara sambil mengemis disepandjang djaian.
Tatkala ia tiba dipegunungan Tay Ie Nia apa latjur, ia djatuh sakit.
Ia berhenti disebuah paseban ditepi djalan.
Dan dengan perut kosong, ia tertidur.
Itu waktu kearah paseban mendatangi seorang pemuda dengan dandanan sebagai pemuda hartawan atau anak orang berpangkat.
Ia menunggang seekor kuda serta seorang pengiring mengikutinja Dengan pelahan-lahan, kudanja mendaki bukit.
Dibukit Tay Ie Nia Itu, bunga bwee berkembang tak berbareng, jaitu disebelah Selatan lebih dulu, kemudian disebelah utara.
Dengan bunga2 jang sedang mekar, bukit Selatan itu nampaknja seperti lautan bunga bwee, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tjahajanja jang merah selalu, baunja jang harum, bisa membuat hati orang tersengsam Di bukit Utara, pepohonan sedang subur daunnja dan ounga2 sedang berpusuh.
Semua nampaknja putih bagaikan saldju.
Pemandangan, ini pun tidak kurang menariknj Si-anak muda mendaki sampai didekat paseban.
Ia turun dari kudanja, dan menikmati pemandangan disekitarnja.
Sedangkan pengikutnja lantas menurunkan barang2 bawaan mereka didekat paseban, kemudian ia masak air, untuk menjeduh teh, dan menjiapkan tiamsim (barang makanan).
Setelah itu si anak muda berniat duduk beristirahat didalam paseban, akan tetapi bila ia nampak seorang dengan pakaian tjompang-tjamping sedang tidur disitu, ia membatalkan niatnja itu.
Agaknja ia menghampirkan sebuah batu diluar paseban itu, untuk duduk disitu sambil menghirup tehnja dengan pelahan-lahan, seraja matanja memandangi bungaa bwee.
Sampai matahari mulai tjondong ke barat, baru si anak muda naik pula kudanja, dan turun gunung.
Pada saat itu siorang oakaian tjompang-tjamring djusteru membuka kedua matanja, berbareng perutnja pun berbunji gerujukan, tanda keinginan dahar.
Dengan kaki lemas, dia berbangkit, matanja memandangi kebawah bukit dimana ia tampak tubuh si anak muda tinggal bagaikan bajangan sadja.
XV Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Ada pepatah jang mengatakan.
"Kalau berdjodoh, walaupun dari tempat ribuan lie orang dapat berdjumpa. djika tiada berdjodoh, sekalipun berhadapan muka orang tak dapat berdjumpa djua."
Demikian pula dengan Ong In Liong dan Soe In Teng, kakak-beradik itu.
In Liong mentjari adiknja, sampai ia terlunta2 achirnja hingga ia terbaring didalam paseban.
Djusteru ia sedang tidur, adiknja itu datang disitu.
Soe In Teng telah meninggalkan djabatannja sebagai guru silat kepala dari pasukan Pat-kie-eng di Kwtetang.
Dia berangkat ke Utara dengan niat mentjarl lain lowongan, hingga hari itu ia sampai di Tay le Nla itu.
Kemudian, dengan mengerahkan diri mendjadi "kuku garuda"
Bangsa Boan, dia telah meningkat tinggi .
Djuga kemudian, si-pakaian tjompang-tjamping ialah Ong In Liong, berhasil kembali kc Kwan-gwa dimana dia pun nandjak tetapi dia nandjak dilain katangan.
Dari Tay Ie Nia, bersama pengiringnja.
Soe In Teng menudju ke Utara.
Ia djuga mesti menemui dahulu djodohnja.
untuk bisa memperoleh kedudukannja itu.
Demikian ketika ia sampai dikota An-keng, datanglah ketikanja jang baik.
Setelah Kaisar Soen Tie meninggalkan tachtanja surat wasiatnja telah diterimakan kepada Ang Sin Tioe.
Bersama lain menteri, diantaranja Souw Kek Sat dan Goh Pay, ia menuruti kehendak surat wasiat itu, dan mengangkat Hong-thay-tjoe Hian Yok putera mahkota, mendjadi radja penggantinja.
Dia ini adalah Kaisar Kong Hie jang tersohor, jang telah mentjapai usia enam puluh satu tahun.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Semua menteri lainnja terperandjat dan heran mendengar pengumuman tiba2 bahwa djundjungan mereka wafat dengan mendadak sebab baru kemarinnja djundjungan itu menghadiri pertemuan diistana dan sehat- walafiat.
Hian Yok memerintah dalam usia delapan tahun, maka ia mesti dibantu beberapa menteri.
Ang Sin Tioe sudah berusia tinggi, ia pun seorang Han.
Ia tak mendapat kepertjajaan penuh, maka beberapa menteri itu ialah Soh Nie, Kiat Pit Liong.
Souw Ke Sat dan Goh Pay berempat, semuanja menteri tertua, diantara siapa Goh Pay adalah jang paling litjin.
Dia ini berkuasa atas tentara.
Dia ingin menjingkirkan tiga rekannja dan hanja mentjari ketikanja jang baik, untuk turun tangan.
Dia anggap, radja masih terlalu muda dan dapat dipermainkan.
Kaisar Kong Hie orangnja tjerdik.
Dalam beberapa tahun sadja ia sudah mengerti urusan negara, hingga ia bisa melihat sepak-terdjangnja Goh Pay.
Hal ini membuat ia tidak puas.
Segera terdjadi Tayhaksoe Souw Lap 2 Hay bertindak keliru dalam urusan pemindahan orang Kie, jaitu bangsa Boan asli, hingga timbul penjesalan antara rakjat.
Ketika ini digunakan oleh Goh Pay untuk menjingkirkan kanselier itu.
Bebeapa menteri, antaranja Souw Kek Sat, melindungi Souw Lap Hay tapi dengan berani Goh Pay menghampirkan radja untuk menulis.
"Dia harus dihukum mati,"
Setelah mana, perkara diserahkan pada Heng-pou untuk diteruskan. Menampak demikian, di tahun ke-enam, Kong Hie mulai hadir di istana Kian-tjeng-moei untuk turut memerintah dengan langsung. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Selang beberapa waktu, Soh Nie sakit dan menutup mata karenanja, lalu Souw Kek Sat djeri terhadap Goh Pay, jang masih terus hendak mentjelanja, maka dia memadjukan permohonan untuk meletakkan djabatan, tapi djusteru karena ini Goh Pay menuduh dia niat berchianat, dia dimintakan hukuman pitjis.
Radja tahu, inilah fitnah belaka, maka dia menolak.
Tapi Goh Pay masih mendesak beberapa kali, waktu radja menolak, dia mengangkat tangannja.
Agaknja dia hendak memukul radja.
Untung beberapa menteri mentjegah.
Karena masih muda sekali, radja mendjadi kualir djuga, maka achirnja, atas desakan Goh Pay, dia memutuskan menghukum djuga pada Souw Kek Sat, hingga lenjaplah lagi satu duri dimatanja menteri pengchianat itu.
Malamnja radja pergi kekeraton tjoeleng-kiong menemui Thay-houw, ibu-suri, untuk menuturkan kedjadian diistana itu, tetapi Thay-houw djuga tidak berdaja.
Maka kaisar mesti bekerdja sendiri.
Achirnja kaisar mendapat suatu djalan.
Beberapa hari kemudian, dia menugaskan pangeran Kong tjin-ong, jang mendjadi radja muda Gie-tjeng-ong, untuk pergi kepelbagai tempat, guna tolong rakjat jang menderita bentjana alam, tetapi bersamaan dengan ini ia dipesan setjara rahasia, untuk setjara umum mentjari orang2 gagah guna dikumpulkan diistana.
Kong tjin-ong mendjalankan tugasnja itu.
Disetiap tempat jang didatanginja, ia mengadakan pemilihan didalam tangsi tentara, tetapi ia tidak memperoleh hasil jang memuaskan, maka achirnja, waktu ia sampai di An- keng, ia membangunkan sebuah panggung untuk mengadu kepandaian.
Djusteru waktu itu, Soe In Teng Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
sampai dikota itu dimana sudah berkumpul banjak orang jang mengerti silat.
Ia lantas mendaftarkan diri dengan memakai nama samaran In Geng.
Mulanja diadakan pemilihan dengan memperlihatkan kepandaian naik kuda, memanah dan memainkan pedang sefta beberapa ilmu lainnja, jang biasa.
In Teng lulus dengan gampang.
Kemudian Kong tjin-ong mewadjibkan semua orang pilihan itu mengadu kepandaian pula.
Dalam satu hari sadja, In Teng telah merubuhkan belasan saingannja, hingga si pangeran mendjadi kagum dan heran Inilah orang jang ia tjari.
Maka achirnjn In Teng dibawa kekota raaja.
Beberapa pahlawan, atau pengawal pilihan, ditjoba dengan orang pilihan ini, mereka djatuh semtianja.
Baru setelah itu, Kong tjin-ong memberi laporan rahasia kepada radja, jang ingin menjaksikan sendiri kepandaian orang itu.
Udjian dilakukan dengan radja sembunji dibelakang tirai.
Kong tjin-ong menyiapkan lima anak2an tembaga, jang masing2 beratnja delapan-ratus kati, ia menjuruh In Teng merubuhkannja dengan serangannja.
In Teng tahu, inilah saatnja untuk mengangkat nama, maka ia menggunakan tenaga-dalam dari Heng-Liong GoHouw Koen, hingga satu demi satu, anak an itu rubuh tertolak tenaganja jarg besar luar biasa, malah ia menjerung setjara tjepat.
Setelah ini, Soe In Teng dihadapkan kepada radja, jang mengerdjakannja sebagai guru silat.
Radja memang mempunjai seratus pemuda pilihan, jg.
diambilnja dari anak2 pelbagai pangeran.
Pun radja sendiri turut beladjar silat bersama.
In Tene tetap memakai nama In Geng.
Ia mengadjar dengan sungguh2, murid2nja djuga radjin, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
maka selang satu tahun sudah nampak kemadjuan murid itu, hingga pahlawan atau pengawal istana bukan lagi tandingan mereka.
Waktu itu kekuasaan Goh Pay telah sampai dipuntjaknja, hingga ia d jarang muntjul diistana.
Bila ada urusan, ia kirim orangnja sadja untuk melaporkan kepada radja.
Selama ini.
Kong Hie sabar sadja.
Setelah beberapa tahun kemudian dengar alasan mengangkat menterinja itu mendjadi Hok-kok-kong (hertog) baru menteri ini dipanggil keistana untuk menerima kehormatan itu.
Maka dengan mengenakan pakaian kebesarannja, menteri ini menghadap diistana.
Ia diiringi dua pahlawannja.
Goh Pay heran waktu ia sampai ditangga singgasana ia melihat pengiring2 radja bukan lagi pelbagai orang kebiri, tetapi serombongan anak pangeran.
Meskipun demikian ia bertindak seperti biasanja kesamping, untuk menghampirkan kursinja dan duduk disitu.
"Goh Pay, mengapa kau tidak tahu adat?"
Tiba2 radja menegur. Menteri ini terkedjut, hanja sebentar sadja, lantas ia membawa sikapnja jang biasa lagi.
"Bagaimana?"
Tanja dia. Kaisar mementang lebar2 kedua matanja. Dia menepuk medja.
"Goh Pay, mengapa menghadap kami, kau tidak mendjura atau berlutut?"
Djundjungan ini menegur pula.
"Mengapa tanpa perintah perkenan dari kami, kau Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
menghampirkan kearah kami? Apakah itu bukan nja penghinaan untuk djundjunganmu?"
Mendengar ini, Goh Pay pun hilang sabar.
"Bagaimana djikalau aku menghina radja?"
Tanjanja menantang.
"Goh Pay,"
Katanja.
"siapa menghina radja dia mesti dipotong kepalanja! Apalagi kau, jang penuh dosa tak berampun, bagaimana kau masih berani terus berlaku tak menghormati kami?"
Goh Pay murka bukan kepalang. Sambil mengeluarkan kedua tangan nja, ia bertindak kemedja radja, dengan niat menjerangnja.
"Tangkap dia!"
Radja berseru dengan titahnja, sebelum menteri itu datang dekat padanja.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Goh Pay masih tidak takut.
Segera ia menoleh kepada dua pahlawannja, kepada siapa ia manggut, ia sendiri mengangkat tinggi kedua tangannja sambil berseru "Siapa berani tangkap aku?"
Kaisar pun tidak takut lagi, ia meng ibaskan tangannja, atas mana anakmuda dikedua sampingnja bergerak madju.
"Kami menerima titah untuk menawan pengchianat!"
Mereka berseru. Masih Goh Pay tidak kuatir sama sekali, karena ia tahu, diantara pengawal radja, tidak ada satupunn jang dapat menandinginja. Ia menggerakkan kedua tangannja"
Untuk menangkis serbuan belasan anak2 bangsawan itu. Kali ini ia ketjele. Biarpun ia gagah, ia tidak dapat mengenai anak2 Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
muda itu, karena semuanja sangat lintjah dan gesit, hingga ia mendjadi heran berbareng sengit.
Satu anak muda madju dengan berani.
Ia merangsak menteri pengehianat ini.
Goh Pay gusar, ia menjambut dengan satu kepalannja setjara hebat.
Anak muda itu tidak berkelit atau menangkis, ia djusteru mengulur sebelah tangannja menjambuli serangan ini sambil berseru.
"Pergi kau!"
Tiba2 kudaJuja Goh Pay gempur, hingga ia mesti mundur untuk mempertahankan diri agar djangan rubuh.
Akan tetapi sesaat ia mundur, anakmuda itu meluruk kepadanja.
ia dihudjani kepalan dan tendangan, hingga dia repot menangkis.
Sewaktu dia repot demikian, ia ditubruk, maka saat itu djuga, dia kena disergap, kedua tangannja dipegangi hingga dia tidak berdaja lagi.
"Hai, mengapa kamu diam sadja?"
Seru menteri ini pada dua pengiringnja.
Baru sekarang kedua orang itu menghunus pedang mereka masing2.
Dengan satu lompatan mereka berbareng madju kearah radja.
Sebelum mereka itu datang dekat, dari belakang radja melompat keluar seorang dengan pakaian serba hitam.
Dia sampai dimuka medja berbareng dengan sampainja kedua pahlawan pengchianat, malah ia bisa mendahului mentjelat naik sambil mengajunkan kedua kakinja, hingga dengan tepat ia dapat menendang masing2 pedang kedua penjerang itu, hingga pedang mereka ini terlepas dan terpental.
Mereka kaget.
Meskipun demikian, mereka menjerang terus dengan kepalan.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Pemuda dengan pakaian hitam ini mendak ketika ia dirangsak dan diserang berbareng. Sambil mendak, ia mengangkat kedua tangannja dan menempel bahu tangan mereki.
"Bangun!"
Ia membarengi berseru, pada waktu mana, kedua tangannja terus menjambar dada mereka masing2.
Bagaikan orang terhisap naik, tubuh dua pahlawan itu terangkat tanpa berdaja, karena gerakan lawannja sangat gesit.
Tubuh mereka segera dilemparkan kearah tangga istana, dlmana mereka djatuh terbanting setengah mati.
Kawanan anak muda bekerdja terus.
Mereka bekuk setiap kaki-tangannja Goh Pay, hingga istana mendjadi bersih dari kaum pengchianat itu.
Kong Hie segera menitahkan kedua menteri Kong tjin- ong dan Kiat Pit Liong menjerahkan Goh Pay dan kontjo2nja kepada Heng-pou, untuk diperiksa dan dihukum.
Inilah tindakan pertama dari Kaisar Kong Hie.
dalam usianja enam-belas tahun, untuk membersihkan istana dari kawanan pengchianat.
Tidak usah dituturkan lagi bahwa sipahlawan serba hitam itu Soe In Teng adanja.
Sedjak waktu itu In Teng naik kedudukannja.
Kepertjajaan radja terhadapnja mendjadi tebal.
Masih beberapa kali ia membuat djasa tetapi tetap ia memakai nama In Geng.
Ia belum mau memberitahukan she dan namanja jang sebenarnja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sebabnja ialah ia masih kuatir nanti ditjurigai sebagai kontjonja Ong In Liong, Karena ia tahu, Thay-houw telah memberi titah2 rahasia untuk mentjari dan menangkap In Liong.
Ketika itupun, Tiattjie-sian Liok Hong dan lain2nja sedang ditugaskan diluar istana.
Demikian riwajat Soe In Teng dan Thian Tie Koay-Hiap (Ong In Liong) menurut keterangan Tiauwyang Hoei- tootjhioe Ang Seng Tong, Oey-bin Koay Kek Tjong Lioe menambahkan.
"Belakangan, karena djasa2nja, Kaisar Kong Hie menugaskan Soe In Teng pergi ke Kwan-Gwa, untuk membangun pendjara gelapnja itu, una mengurung semua pentjinta negara Beng. Ia tak ingin kaum kang-ouw mengenali dirinja. maka ia bekerdja setjara rahasia. Terhadap aku, dia d juga tak mau memperkenalkan diri, dia tjuma menerangkan bahwa karena perantaraan seorang lama, dia dapat bertemu dengan raJja."
"Menurut keterangan ini,"
Beng-sie Heng-moay, kakak- beradik she Beng tjampur bitjara "diantara Thian Tie Koay- Hiap dan Soe In Teng djadi tidak ada hubungan saudara jang berarti. Maka asal ada jang suka pergi kepada Koay- Hiap, pasti dia suka membantu pihak kita."
"Aku telah berdjandji suka pergi ke Kim-leng. Biarkan aku berangkat besok,"
Berkata Tjong Beng. Belum sempat Tjong Lioe mengutarakan pikirannja, atau mereka mendengar bunji panah-bersuara, hingga tiga saudara Beng berbangkit dengan tiba2.
"Sudah begini malam, siapa datang kemari?"
Tanja mereka heran. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sementara itu, diluar terdengar suara kaki2 kuda, lalu muntjul satu liauwlo, serdadu berandal, jang memberi laporan .
"Diluar datang satu pendeta wanita tua serta seorang setengah tua, katanja mereka ingin menemui tjeetjoe serta Ong Kongtjoe"
Tjong Beng berbangkit dengan berdjingkrak.
"itulah Tjeng In Soe-thay! Mengapa dia bisa datang kemari?"
Katanja.
"Lekas undang masuk!"
Seru Beng Kong Lalu bersama Tjong Lioe beramai, ia pergi keluar.
Benar* Tjeng In Loo-nie jang datang.
Mantelnja penuh saldju tapi romannja tetap sehat Disampingnja ada seorang umur empat-puluh lebih, jang wadjahnja bersemu merah dan berewokan.
Tjong Beng mendahului madju untuk menjambut sambil berlutut.
Pendeta wanita itu lantas memimpin bangun.
"Tjong Beng, lekas perkenalkan aku dengan Beng tjeetjoe serta lainnja,"
Berkata dia.
"Ada urusan penting mesti dibitjarakan"
Tjong Beng menurut, ia segera memperkenalkan kedua pihak, kemudian tiga2 saudara Beng mengundang masuk kedua tetamunja itu berduduk didalam. Disini Tjeng In Loo-nie segera memberi keterangannja mengenai kedatangannja itu. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Kawannja Tjeng In itu adalah Wan Boe tjioe jang oleh lloat Hong Hweeshio, untuk keselamatan dirinja, telah dikirim ke Inlam, pada suatu sahabat karib dari pendeta itu.
Untuk perdjalanan itu, seperti diketahui guna menjingkirkan rintangan tidak diingin, Boe tjioe telah menjamar sebagai pendeta.
Ia bukan seorang muda lagi tapi selama ini ia belum biasa melakukan perdjalanan seorang diri, apapula sekarang, ia berdjalan tanpa binatang tunggangan.
Ia mesti djalan kaki terus menerus, maka berselang satu tahun baru ia sampai dipropinsi Soe-tjoan, dekat Bian-leng, suatu daerah pegunungan tempat kediamannja suku- bangsa Ie.
Ia telah menduga, beberapa hari lagi, akan sampai diwilajah Inlam.
Malam itu Boe tjioe mondok disuatu kuil butut dimana tjuma ada satu imam tua, jang saking melaratnja, satu hari han}a dahar dua kali dan tidak kenjang, sebab barang santapannja adalah lalap sembarangan jang ia petik sendiri.
Melihat Boe tjioe seorang pendeta Han, imam itu berkata.
"Soehoe, tidak djauh dari sini adalah tempat kediaman orang2 Ie. Mereka itu memandang orang Han sebagai musuh, sedang diantara pelbagai golongannja sendiri, mereka suka benterok. Setiap saudagar Han jang lewat didaerah mereka pasti mereka begal. Malah sedjak tahun jang lalu, karena ditarik mundurnja tentara, tidak ada orang jang berani berlalu-lintas disitu. Maka itu baiklah soehoe mengambil djalan lain."
"Terima kasih !"
Boe tjioe bilang seraja merangkap kedua tangannja. Akan tetapi didalam hatinja ia berpikir. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Djikalau aku mesti mengambil djalan lain, itu artinja aku mesti pergi ke propinsi Koei-tjioe, ialah dari Pit-tjiat menudju ke Soan-wie, dan itu adalah perdjalanan lagi beberapa bulan "
Aku pertjaja, terhadap satu pendeta, tidak nanti bangsa Ie mengambil sikap bermusuh djuga."
Karenanja, Boe tjioe tidak mengubah tudjuannja.
Orang2 ie itu berasal dari Inlam.
Karena sudah turun- menurun mereka mendesak orang Han, maka mereka masuk djauh kedalam daerah pegunungan, meninggalkan pergaulan dunia sopan.
Merekapun tidak kenal persatuan diantara pelbagai golongannja sendiri.
Mereka suka berselisih, bermusuhan hitung turunan Mereka djuga sangat tachajul, pertjaja dukun, maka, kekuasaan besar ada di-i tangan golongan dukun, sedang kepala mereka dari golongan hartawan.
Umumnja bangsa Ie ini tjuma berampok-ampok dan hidupnja melarat.
Boe tjioe djalan satu hari, sampai mendekati magrib.
Ia sampai disebuah tempat jang makin sukar perdjalanannja, malah rumput tebal dan tinggi sampai sebatas lutut.
Ia kaget waktu ia berhadapan dengan sebuah pohon besar dimana, pada babakannja, ada ukiran empat huruf jang berarti "Wilajah Iblis"
Dengan hati memukul pelahan, ia djalan terus.
Ia berhenti dengan tiba2 dengan tubuh bergemetar ketika ia melihat satu pemandangan jang menggiriskan.
Di tjabang pohon tergantung dua majat jang bergerak-gerak antara sampokan angin, dan polonja borboran darah, mungkin karena dipatuki burung hutan.
Tempat itu sangat sunji, ketjuali angin jang menderu- deru, dan tjuatjapun mulai guram.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Sudah seharian penuh aku djalan, apa harus aku kembali?"
Pikir pendeta sampiran ini.
Achlrnja ia mengambil putusan djalan terus.
Mendekati sebuah tandjakan, Boe tjloe mendapatkan bangkai dua ekor kuda rebah bergeletakan, pelannnja masih ada, penunggang2nja entah kemana.
Hal inipun membuat hatinja gentar, hingga ia mendjadi lebih waspada.
Tiba2 serombongan burung ulung? beterbangan berputar-putar, disusul sedjumlah andjing hutan berlompatan muntjul dari dalam gombolan lebat.
Tetapi melihat orang, mereka lari serabutan.
Selagi mengawasi kedaiam rimba, Boe tjioe seperti tampak ada orang berdiri mengintai.
Ia menggunakan pedangnja, untuk menangkap daun2 jang lebat, hingga ia melihat tegas orang itu.
Kembali ia mengkirik.
Disitu ada dua majat telandjang bulat, dadanja disate tumbak pandjang, udjung tumbak nantjap pada pohon.
Matanja mendelik, dan lidah melelet keluar, muka berlumuran darah.
Setelah masukkan pedangnja kembali kedaiam sarung, Boe tjioe melandjutkan perdjalanannja.
Ia telah berkeputusan untuk madju terus.
Ia tidak takut mati, takdir toh telah ditulis.
Hanja, sesudaji tjuatja berubah, ia berpikir djuga.
Disitu tidak ada kuil, tidak ada gubuk, hingga untuk melewatkan malam, ia mesti rebah diatas pohon.
Tiba2 tampak dua tubuh lari mendatangi dengan pakaian serba putih.
Dari djauh tampaknja bagaikan bajangan.
Menduga kepada orang djahat, Boe tjioe segera Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mengumpetkan diri antara pepohonan.
Ia menahan napas dan mengintai.
Dalam tjuatja magrib, Boe tjioe melihat dua machluk serba putih dengan kepalanja masing? hitam, larinja sangat pesat.
Karena ia belum tahu, mereka itu manusia atau binatang, ia terus mendekam diantara rumput, sampai ia mendengar angin berslur lewat.
Sjukur baginja, kedua machluk itu memutar ke timur, ia lantas naik kepohon, duduk menjender ditjabang sambil bersamedhi.
Berselang kira2 dua djam, Boe tjioe dengar suara angin datang dari Umur.
Ia tadinja meram, sekarang ia membuka matanja.
Maka tampak olehnja sinar terang mendatangi dengan tjepat kearab nja.
Dari atas pohon, ia bisa melibat mereka tjukup tegas.
Mereka terdiri dari seorang prija dan dua wanita.
Kedua wanita membungkus kepalanja dengan tjita hitam, pakaiannja putih semua, tangannja menjekal tengloleng.
Nampaknja mereka seperti erang Ie.
jang lelaki dandan sebagai seorang Han, seperti seorang imam.
Rambut jang putih serta kumis-djenggotnja menandakan ia sudah berusia landjut.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pesat lari mereka itu, sampai mendadak si-imam tua merandak dan berkata kepada salah seorang kawan wanitanja.
"Lana, ada orang sembunji"
Boe tjioe terkedjut, sebab iapun melihat orang bertindak kearahnja.
Tidak bersangsi lagi, ia lontjat turun dari pohon.
Tapi baru ia mengindjak tanah, atau tubuhnja limbung terhujung.
Sebab entah dari mana menjambarnja, ia kena terbandring, tubuhnja terus tertarik, sampai kehadapan ketiga orang itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Kedua nona itu lantas menarik masing? udjung tambang, hingga tubuh Boe tjioe terangkat, hingga tanpa merasa, ia segera dapat dibawa masuk kedaiam lembah sambil si orang tua jnengikuti padanja, sampai disebuah rumah tanah jang besar - dimana pun ada rumah2 tanah lainnja.
Didalam rumah mereka disambut oleh dua orang - satu tua dan satu muda, dan si-anak muda segera menghampirkan kedua nona.
Ia menarik tambang Boe tjioe hingga Boe tjioe lantas merdeka.
Hanja sebagai gantinja, disitu lantas muntjul beberapa orang jang bersendjatakan golok dan tumbak.
Mereka menggiringnja kedalam sebuah kamar dan dikuntji, Selama itu, ia diam sadja.
ia tidak membuat perlawananan.
Malah ia rebahkan diri diatas ampar rumput, hingga ia dengar orang bltjara mengenai dirinja.
Ia dianggap mata1 Soe in Teng.
Si-imam pun berkata ."Djikalau sebentar tidak ada kontjonja, kita nanti dengar keterangannja."
Mendengar itu barulah Boe tjioe lega hatinja. Tidak lama kemudian pintu dibuka dan datang seorang jang membawakan nasi dan air teh, malah datang djuga sianak muda jang berkata.
"Hweeshio, d jikalau kau tahu diri, djangan kau minggat. Sebentar, apabila guruku dapat kenjataan kau bukannja mata2, kau akan dimerdekakan."
Boe tjioe dengar itu ia diam sadja.
Wilajah Ie ini adalah kampung-halaman Siauw Kie-Boe- Pa Beng Yap dari Beng Yap Piauw Kiok di Koen-beng.
jang mendjadi kepala disini adalah ajahnja piauwsoe itu Beng Yap adalah anak tunggal, maka dapatlah dimengerti kedukaan dan kemurkaan ajah ini ketika mengetahui Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
bahwa puteranja ditjelakai orang hingga tjatjat seumur hidup.
Beng Yap punjakan satu putera dan dua puteri, maka dapat dimengerti djuga bahwa anak2 inipun gusar dan berniat menuntut balas.
Mereka segera pergi kekota Koen-beng, untuk mentjari musuh ajah mereka.
Kebetulan sekali, Seng Siauw Toodjin pun datang ke Koen-beng.
Karena djengkel, imam ini djatuh sakit, tetapi melihat anakSnja Beng Yap, ia berkata pada mereka.
"Kamu berniat mentjari balas, tetapi itu bukanlah hal jang dapat kamu lakukan sekarang. Kamu harus ketahui bahwa sekalipun aku tak dapat menundukkan musuhmu itu, maka kepergianmu berarti mengantarkan djlwa sendiri. Lagipula musuilmu itu sudah buron. Sekarang ini bersabarlah. Sebelum aku menutup mata aku ingin supaja kamu dapat mentjari soehengku, Boe Tim Toodjin, supaja dia mengadjarkan Ilmu silat kepadamu, agar kamu dapat menuntut balas"
Puteranja Beng Yap adalah Beng Hoe dan kedua puterinja adalah Lana dan Lina. Mereka tekuk lutut mendengar kata2nja soekong itu, aki guru mereka.
"Soekong, kami penasaran tak dap2t membunuh sendiri Soe In Teng, maka itu baik soekong sadja jang mengadjarkan kami Ilmu silat"
Kata mereka. Aki guru itu menghela napas.
"Anak2 jang baik, aku telah mendjadi seorang manusia tak berguna..."
Katanja dengan masgul.
"Soehengku itu Boe Tim Toodjin adalah achliwaris Thian San Pay, hanja seperti halnja dengan aKO, Sa telah mengadjar seorang murid murtad jang bernama Liok Hong, Ia sudah sudi mendjadi kaki-tangan pemerintah Boan. Maka soehengku Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
pun tawar hatinja.
Ia tidak mau menerima murid lagi.
Aku ingin kamu pergi kepada soehengku, tetapi harapanmu pun tipis, maka aku mesti mentjari daja jang tepat agar soehengku itu tidak menampik kamu.
Sekarang Ini kamu bersabarlah lagi dua hari, nanti aku -pikirkan daja jang sempurna."
Terpaksa Beng Pioe dengan air mata mengembeng, mengadjak kedua adiknja mengundurkan diri, guna menuruti perkataan aki guru itu. Selang dua hari. Seng Siauw Toodjin mentaati djandjinja. Ia kata.
"Anak jang baik, besok kamu boleh mulai berangkat. Sebentar malam aku menulis suratku. Bersama surat itu aku akan berikutkan serupa tanda mata. Kalau besok pagi kamu bangun, ingat kamu harus segera kekamarku untuk mengambil surat dan barang itu, kemudian berangkatlah dengan segera, djangan berajal Tempat kediaman Boe Tim Toodjin adalah gunung Thiam tjhong San dttaar kota Tay-lie, dikuil Siang In Koan. Djika kamu sampai diatas gunung itu, kamu akan dapat menemu.nja. Alamat itu aku akan tuliskan d juga disampul surat. Aku kualir kamu nanti lupa. Apakah djelas semua nja?"
Selain berkata, imam ini mengutjurkan air mata.
Beng Pioe bertiga melihat soekong itu sangat berduka, merekapun mendjadi sangat masgul, wadjah mereka muram.
Lantas aki guru ini menjalakan pedupaan, untuk paykoei kearah langit, kemudian, setelah pakai djubanja, ia masuk kedalam kamarnja bersamedhi.
Beng Pioe dan dua adiknja pergi tidur djuga.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Keesokan harinja Beng Pioe bangun pagi2 sekali. Ia segera bangunkan kedua adiknja dan selesai dandan, mereka pergi ke-kamar Seng Siauw Toodjin. Kamar itu sunji, mereka mengetok dengan pelahan?. Sekian lama, tidak ada djawaban dari dalam.
"Mungkin soekong menulis suratnja sampai djauh malam hingga sekarang dia tak dapat bangun pagi2"
Kata Beng Pioe.
Lana dan Lina sependapat kakak itu.
Akan tetapi berselang lagi beberapa waktu, sang aki guru masih djuga belum mendusi.
Kakak beradik mendjadi tak sabar.
Keduanja lantas menolak pintu, ternjata pintu itu tidak dikuntji.
Mereka bertiga melongok kedalam, langsung kearah pembaringan.
Mereka dapatkan pembaringan itu kosong.
Pandangan mereka dialihkan kesebuah ruangan itu, hingga mereka kaget tidak terkira apabila mata mereka melihat dipodjok sana sampai mereka berdiri bengong.
Tubuhnja Seng Siauw Toodjin rebah dilantai tanpa kepala.
Tangan imam itu masih menjekal pedang.
Dan diatas media menggeletak kepalanja sang soekong, kedua matonja rapat, wadjahnja masih segar bagaikan masih hidup, malah tampaknja seperti bersenjum.
Jang aneh, leher dan pongkot leher ditubuhnja semua tidak berdarah.
Diatas medja terletak sesampul surat dengan alamatnja.
"Dihaturkan kepada Toa-soeheng Boe Tim Toodjin dikuil Siang in Koan di Tiam Tjong San, Tay-lle. Untuk dibuka sendiri". Satu sampul lain dialamatkan kepada tiga saudara Beng itu. Didalamnja sang imam menerangkan, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
sebab Boe Tim sudah tidak suka menerima murid, terpaksa dia memotong kepalanja sendiri, untuk dibawa ke Tiam Tjong San, untuk mewudjudkan pengharapan tiga kakak beradik ini, hingga achirnja mereka dapat menuntut balas.
Mereka dipesan untuk menjimpan kepala itu didalam peti serta hari itu djuga mesti dibawa ke Tiam Tjong San Tentang tubuhnja lak usah diperhatikan lagi.
Aki guru ini menulis apabila pesannja tidak diturut, dia anggap tiga saudara itu tidak menghormati dia.
Beng Pioe bertiga lantas berlutut didepan majat dan memberi hormat sambil menangis, kemudian engko ini djumput pedangnja sang aki guru jang tidak berlepotan darah.
Maka ia tahu, sebagai satu pertapa sedjati, Seng Siauw Toodjin sudah djadi lain daripada manusia seumumnja.
Ia simpan pedang itu.
kemudian ia angkat tubuh majat keatas pembaringan, untuk ditutupi dengan rapi dan disembahjangi.
Kemudian ia pesan orang2nja, pegawai2 piauwkiok, untuk nanti urus majat itu dengan dibuatkan kepalanja dari kaju dan untuk sementara dititipkan didalam kuil.
Sesudah beres semanja, mereka lantas berpakaian dan menjiapkan pauwhok dan berangkat.
Boe Tim Toodjin adalah saudara seperguruan Seng Siauw Toodjin.
Belakangan dia mengasingkan diri di Tiam tjhong San untuk mejakinkan ilmu silat Bie Tjong Koen, hingga dia mendjadi wakil kaum Thian San Pay.
Belakangan, Bie Tjong Koen terpetjah mendjadi Lo Han Koen, tjeng Liong Koen dan Pat Kek Koen.
Keutamaan Boe Tim adalah "Lianhoan tjoan-sha Twie", ialah serangan kepalan berantai, sampai tudjuh-puluh dua kali saling- susul, setiap serangan dibarengi dengan emposan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
semangat dan tjepatnja luar biasa.
Serangannja langsung dan dari samping, hingga orang menamakannja "Tlt-koen" (kepalan langsung) dan "Hengkoen" (kepalan njamping).
Seng Siauw mengingini agar Boe Tim mengadjarkan kepandaian itu kepada tiga saudara Beng, untuk mana ia telah mengorbankan djiwanja.
Beng Pioe bertiga sainpai di Tiam tjhong San.
Mereka dapat menemui Boo Tim Toodjin.
Waktu imam ini sudah membatja surat saudara seperguruannja dan tampak djuga kepala saudara itu, ia melinangkan air mata, ia sajangkan saudara itu telah keliru menerima murid.
Lantas ia mengawasi tiga saudara Beng itu.
Ia kuatir nanti berbuat salah lagi, sebab mereka ini adalah orang2 Ie.
Tapi ia tampak mereka berwadjah djudjur.
"Seng Siauw Soetee mengorbankan djiwanja melulu disebabkan dia kuatir aku tak sudi menerima kamu sebagai murid."
Katanja kemudian kepada kakak-beradik bertiga itu.
"Tentu sekali aku mesti memenuhi pengharapannja itu. Akan tetapi, karenanja aku mesti melanggar sumpahku tidak menerima murid lagi. Sekarang ini, tinggallah kamu disini, nanti aku pikir lagi."
Boe Tim masih ingin menilik ketiga saudara Beng itu.
Ia djuga mentjari tahu asal-usul mereka, kemudian liwat setengah bulan, ia wakilkan kuilnja kepada satu imam tua.
ia mengadjak Beng Pioe bertiga keselatan Inlam, ketempat orang Ie.
untuk tinggal bersama mereka dan bergaul serta hidup bersama.
Iapun beladjar kenal dengan keluarga Beng.
Setelah penjelidikan ini, baru ia memberi peladjaran pada engko dan adik bertiga itu.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tidak lama kemudian Boe Tim men dengar bahwa Soe In Teng merantau ke pelbagai tempat dan telah merubuhkan pelbagai djago.
Karena kuatir dia mendatangi wilajah Ie ini dan mengganggu ketiga murid nja jang baru, Boe Tim lantas pindah kesebuah rumah batu dipedalaman gunung jang tidak pernah didatangi orang.
Disitu ia tinggal sendiri.
Ia menjuruh Beng Pioe bertiga setiap hari datang beladjar padanja dengan menggunakan alasan pergi berburu.
Disebelah luar rumah batu itu, disekitarnja sengadja ia menjiapkan pemandangan jang menakutkan orang.
Itulah segala pemandangan jang mengerikan jang disaksikan Boe tjioe.
Segala rakjat tergantung dan lain2nja, semuanja adalah majatpalsu hanja untuk me-nakut2i mata2 Soe in Teng.
Ditempat sembunji ini, Beng Pioe, Lana dan Lina telah memperoleh pendidikan dari aki gurunja.
Tetapi liwat beberapa bulan, dan hari itu mereka dapat menawan Boe tjioe, jang kedatangannja telah diketahui terlebih dahulu.
Setelah Boe tjioe lihat si imam tua tidak bermaksud djahat, ia lantas menuudjukkan suratnja Hoat Hong, hingga Boe Tim djuga ubah sikapnja.
Sebab Boe Tim ini bersama Seng Siauw dan Hoat Hong berasal satu perguruan, hanja belakangan mereka berpisah dan mengutamakan ilmu silatnja jang istimewa.
Misalnja Hoa Hong adalah ahli tjlt-tjapdjie Kim-natjiang.
Sesudah mengetahui Boe tjioe itu keturunan siapa, Boe Tim memperlakukannja terlebih hormat.
Dia mengundang pendeta tetiron ini duduk diatas pembaringan bersama dia, dan ia memperkenalkan tiga muridnja.
Kemudian ia memperkenalkan dirinja dengan berkata.
"Wan Kongtjoe, pintoo adalah orang jang kau hendak tjari, maka kau tidak Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
usah pergi terus ke Thiam Tjong San. Kita telah bertemu dlsini. Inilah jang kalangan agama Too Kauw mengatakan suatu djodoh. Atau ini adalah redjekimu jang telah dituliskan."
Boe tjioe lantas turun dari pembaringan, buat paykoei kepada imam ini seraja memanggil.
"Soehoe !"
Boe Tim mengangkatnja bangun.
"Wan Kongtjoe,"
Katanja.
"kau dibesarkan In-tiong-kiam Ong Wie Yang dari Thay Kek Pay, kau terhitung muridnja djuga, dan kaupun telah memperoleh petundjuk2 dari Oey Bwee Kiesoe dan Tiat-eng-tjoe Liok Goan Hoa. Kau adalah murid orang2 kenamaan, oleh karena itu pintoo tidak berani mengambil kau sebagai muridku. Selandjutnja baiklah kita bersama-sama sadja mejakinkan Bie Tjong Koen."
Boe tjioe mengiringi kehendak imam ini, maka sedjak waktu itu, ia mempeladjari Bie Tjong Koen bersama Beng Pioe, Lana dan Lina.
Tetapi sebab ia telah mempunjai dasar Thay Kek Koen, ia lebih madju daripada tiga saudara Beng itu.
Ia pun tidak terus dandan sebagai pendeta, karena bisa menimbulkan tjuriga kalau imam dan pendeta toosoe dan hweeshio, hidup bersama.
Iapun sering diminta Boe Tim, untuk bantu mengadjar tiga saudara Beng, untuk mana ia mesti sering twietjbioe, berlatih berkelahi melawan Lana, maka tanpa merasa, keduanja telah dipengaruhi asmara.
Isteri Boe tjioe di Ong-kee-tjlhung.
Ngo-tay, telah binasa ditangan Tiat-tjiesian Liok Hong, muridnja Boe Tim.
Boe Tim tahu hal ini, ia djuga tabu kekososongan hati orang she Wan ini, maka ia menjetudjui perangkapan djodoh itu, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
malah atas ichtiarnja, pernikahan mereka segera disahkan didusun orang le itu.
Lana adalah orang Ie akan tetapi dia tjantik, kulitnja putih, rambutnja hitam mengkilap, mulutnja ketjil, giginja bagus.
Dalam pakaian kebangsaan, dia mempunjai gaja penarik sendiri.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Boe tjioe sendiri, walaupun telah mendapat seorang isteri tjantik, tak dapat melupakan puterinja, jang sudah berusia tiga-betas tahun, tanpa diketahuinja puteri itu oleh In Tiong Kiam telah dititipkan pada Tjeng In Loo- nie di Tan Touw Am.
Beberapa tahun lewat dengan tjepat.
Dari Lana, Boe tjioe, mendapat dua anak lelaki.
Waktu itu Beng Yap telah sangat bernapsu mentjari Soe In Teng, karena ia merasa bahwa ia telah beladjar tjukup Boe Tim mengiringi kehendak murid ini, tapi karena mereka belum pernah pergi ke Kanglam, ia suruh Boe tjioe jang mengawaninja.
Guru ini mengharapkan, dengan bekerdja sama, mereka bisa merubuhkan Soe In Teng.
Dalam perdjalanan ini, Lana turut bersama.
Tudjuan pertama adalah propinsi Kwietang.
Disini Boe tjioe mendapat dengar bahwa setelah meninggalnja Peng- lam-ong Siang Ko Hie, jang digantikan oleh puteranja.
Siang tjie Sin, Soe In Teng telah meletakkan djabatannja tanpa pamitan lagi.
Tak diketahui kemana dia pergi, maka itu, ia mengadjak tiga saudara Beng menudju ke propinsi Hokkian dengan mengikuti sungai Tong Kang, hingga ia bisa sekalian mampir untuk bersembahjang dikuburan ajahnja.
Lalu dengan djalan air, ia madju terus ke Han- yang.
Ia masih tidak memperoleh endusan.
Mereka tidak Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tahu bahwa Soe In Teng telah memakai nama In Geng dan sudah mendjadi pemimpin pengawal radja dan djarang muntjul, hingga djangan kata mereka, sahabat2njapun tidak ada jang menjangka dia sudah mendjadi kuku- garuda, gundalnja bangsa BoSan.
Berselang satu tahun, Boe tjioe berempat kembali ke Ie San, kampung halamannja, djusteru sewaktu Boe Tim Siansoe sedang mengharap-harap mereka.
Waktu itu telah didapat kabar bahwa Liok Hong, muridnja jang murtad, sudah datang ke Inlam dengan kedudukan sebagai kam-koen, penilik dari Peng-seeong Gouw Sam Koel.
Kong Hie mendengar bahwa pangeran ini mau berbuat serong, maka kaisar itu mengirim Liok liong untuk mengawasi gerak-geriknja.
Boe Tim Ingin agar murid2nja jang menjingkirkan murid sesat itu.
Boe tjioe bangkit, kegusarannja waktu ia mengetahui halnja Liok Hong, musuh besar dari ajahnja, dari rbunja, dari ia sendiri djuga.
Ia sampai menghunus pedangnja dan membabat bangku sambil bersumpah.
"Djikalau aku tidak menjingkirkan Liok Hong, aku sumpah tak sudi mendjadl manusia !"
"Wan Kongtjoe,"
Boe Tim menghibur.
"meski sekarang saatnja untuk kau menuntut balas tetapi kau djangan sembrono. Binatang itu sangat liehay. Kau mesti mendengar petundjukku, kalau tidak kau akan gagal."
Boe tjioe berlutut didepan imam itu.
"Asal soehoe sudi berdaja untuk membantu aku mentjari balas, apa djuga jang soehoe nasehatkan aku akan turut,"
Katanja. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Boe Tim lantas membisiki muridnja, atas mana, murid itu manggut2.
"Nah, mari kita bersiap!"
Sang guru mengadjak.
Kuil Tay Thong Sie diluar kota Koenbong, Inlam, adalah sebuah kuil besar, dengan tanah-pekarangan luas, dihias gunung2an dan ada kali ketjilnja.
Disitu, menurut kebiasaan, setahun sekali diadakan sembahjang besar.
Pada suatu hari perajaan demikian, Pangeran Gouw Sam Koei telah memberi titah kepada pendeta2nja untuk mengadakan upatjara setjara besarkan.
Ada sebabnja mengapa Beng-see-ong Gouw Sam Koei memberi perhatiannja kepada perajaan itu.
Kuil Thay Tong Sie berada dibawah pimpinan Lian Hoa tjeng, pendeta murid kepala Seng Siauw Toodjin, jang bersama Beng Yap, adiknja seperguruan, sudah di lukai hinga bertjatjat seumur hidupnja oleh Soe In Teng.
Lian Hoa tjeng punja tak sedikit murid, malah ada murid wanita djuga.
Ia punja keleluasaan, sebab besarnja kuil itu, hingga kedua golongan2 muridnja itu dapat dipisahkan tempat bersudjutnja masing2.
Untuk wanita telah dibangun kelenteng istimewa tjoei Goat Am, di belakang Thay Tong Sie, jang terkurung tembok, dimanapun ditanam banjak pohon bambu.
Sedjak ia terluka hingga ia mendjadl sangat lemah, Lian Hoa tjeng rebah terus dtkamarnja dimana ada murid2nja jang merawatinja.
Pada hari upatjara itu, ia menjerahkan segala apa pada murid2 nja.
Diantara murid2 wanitanja ada satu orang, jang menyebabkan Peng-see-ong menaruh perhatiannja kepada upatjara tersebut.
Murid wanita itu Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
adalah Tan Wan Wan, nona tjantik jang mendjadi gundik kesajangan pangeran itu.
Karena Tan Wan Wan tidak puas hidup mewah ia meninggalkan dunia keramaian.
Ia datang ke Thay Tong Sie, untuk mensuljikan diri, tjuma ia tidak lantas mentjukur gundul kepalanja.
Untuk dirinja ia mendirikan sebuah kamar disamping tjoei Goat Am, dimana ia menggantung sepasang lian dengan kata2 luar biasa.
"Setengah hidup didalam dunia biasa"
Dan "Berlaksa penderitaan tidak dapat merusak tubuh."
Kamar sutji itu indah dibuatnja sunji dan tenteram suasananja. Tapi mereknja luar biasa djuga, jaitu "Poan Tim Kie,"
Jang berarti "tempat kediaman setengah debu ".
Rupnnja ia mau mengartikan, ia menjutjikan diri sesudah separuh kehidupannja beruntung dan menderita.
Ia membawa pelajan, tetapi toh ia dapat satu murid wanita dari Lian Hoa tjeng, untuk menemaninja, untuk mengadjari padanja membatja doa.
Pada hari2 biasa, setiap satu-dua bulan, Gouw Sam Koei datang dua-tiga kali, untuk menemui gundiknja ini.
Kurangnja kundjungan ini sebagian disebabkan djuga ketjuali Tan Wan Wan sudah mendekati usia pertengahan, hingga kementerengan ketjantikannja berkurang sendirinja, pun ia telah punja banjak nona tjantik lainnja di-istananja.
Pada hari upatjara, Gouw Sam Koei datang sambil mengadjak sedjumlah penbesar militer dan sipil.
Ia telah menjiapkan perdjamuan istimewa, ialah barang hidangan tanpa daging.
Tentu sekali.
Kam koen Liok Hong turut serta, sebab ia adalah penilik merangkap utusan kaisar,hingga kedudukannja tjuma lebih rendah sedikit daripada Gouw Sam Koei.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sehabis serabahjang, semua pembesar pergi me-lihat2 seluruh Tay Thong Sie.
Ketika itu digunakan Gouw Sam Koei untuk pergi ke tjoei Goat Ani, untuk menemui Tan Wan Wan di Poan Tim Kie.
Pangeran ini mengadjak Liok Hong serta beberapa pembesar sadja.
Mereka menjaksikan suasana tenang dan menarik dari kamar sutji itu.
Disamping tjoei Goat Am pun ada empang teratainja.
Pohon2 bambu seperti bertjermin didalamnja.
Habis bersantap.
Liok Hong keluar sendiri.
Tanpa merasa, ia bertindak sampai didepan tjoei Goat Am.
Ia lihat satu niekouw muda keluar bersama satu budak perempuan.
Tadinja ia menjangka pada Tan Wan Wan sendiri, hanja usia niekouw itu kurang tjotjok.
Sie niekouw menghamplrkan kam-koen ini.
Ia memberi hormat sambil manggut.
Ia berkata .
"Liok Taydjin, siauwnie hendak bitjara denganmu"
"Bitjaralah, soehoe,"
Sahutnja. Niekouw itu tjelingukan. Ia menghampirkan lebih dekat lagi, kemudian berkata dengan perlahan sekali.
"Tan Hoedjin punja satu rahasia untuk disampaikan kepada taydjin. Ia minta besok malam taydjin datang padanja dengan mengambil djalan pintu belakang. Hoedjin bilang, urusannja mengenai keselamatan ongya. Ia minta taydjin sementara ini menjimpan rahasia dulu."
Ia menundjuk si-budak perampuan. Ia menambahkan.
"Inilah pelajannja hoedjin. Besok malam dialah jang akan menantikan taydjin dipintu belakang."
Liok Hong heran, ia berpikir.
"Tan Hoedjin punja rahasia apa? Memang aku pernah dengar, dia telah menasihati Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Pengsee-ong untuk setia pada pemerintah, karena mana, mereka djadi berselisih pendapat, hingga dia keluar dari istana. Apakah rahasia ini mengenai perselisihan tsb?"
"Baiklah,"
Ia mendjawab seraja manggut, Niekouw dan budak itu lantas berlalu.
Liok Hong balik ke Poan Tim Kie.
Disana Peng-see-ong sedang duduk minum teh bersama Tan Wan Wan.
Ia lantas diundang duduk bersama.
Njonja itu memakai djuba, ia tidak berhias, akan tetapi masih nampak njata sisa ketjantikannja jang wadjar.
Ketika ia mengangkat tjawan teh, mengundang minum, ia bersenjum, matanja bersinar.
Melihat ini, Liok Hong kagum, ia menjangka sikap sinjonja itu disebabkan djandjinja tadi.
XVI Kembali dari Tay Thong Sie, sorenja Liok Hong berpikir keras.
"Tan Hoedjin benar elok luar biasa. Dalam usia pertengahan, ia masih tetap menarik hati. Dia mendjandjdkan aku untuk datang kc Poan Tim Kie malam2. Mungkinkah dia tertarik padaku, satu Kam-koen ?"
Tapi segera ia balik berpikir .
"Ah, ini tak mungkin, Toh utusannja jang bilang bahwa dia ada urusan rahasia. Dia mensutjikan diri sebab benterok dengan Gouw Sam Koei Mungkin Gouw Sam Koei merentjanakan sesuatu, maka Tan Hoedjln panggil aku, untuk minta aku agar aku mentjegah tindakan Gouw Sam Koei itu?"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Poan Tim Kie terletak ditepi empnng.
Pekarangannja ditanami banjak bunga lanhoa, anggerek pilihan.
Malam itu keadaan tetap sunjl seperti biasa.
Rembulan jang baru muntjul membuat bajang2 pepohonan.
Kutu2 malam, jang memperdengarkan suaranja.
Satu penunggang kuda mendatangi.
Selagi dia lontjat turun, daun pintu terpentang.
Sedang budak perempuan muntjul disitu menjambul dia.
Si-penunggang kuda, ialah Liok Hong, mengenali budak itu.
"Liok Taydjin silakan turut hambamu,"
Berkata budak itu dengan pelahan.
Ia terus putar tubuhnja bertindak masuk.
Ia menenteng sebuah lentera kiong-teng.
Liok Hong mengikuti djalan didjalan jang banjak tikungannja diantara gunung2an dan pohon bambu sampai disebuah bangunan jang berlauwteng dlmana ia diminta masuk ke thia.
Ia mengagumi ruang itu jang diperaboti mewah.
Tiang dan penglarinja diukir indah.
Itulah bukan kamar sutji Tan Wan Wan.
Budak tadi segera menjuguhkan teh, lalu ia mendaki lauwteng.
Tidak lama kemudian pintu samping dibuka pelahan.
Dari situ muntjul satu niekouw muda, ialah niekouw jang kemarin menemui Liok Hong.
Selagi Liok Hong hendak berbangkit, niekouw itu dengan merangkap kedua tangannja berkata."Tak usah pakai adat-peraaatan, taydjin.
Tan Hoedjin segera datang."
Ia lantas berdiri disamping. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Liok Hong menantikan, tetapi setelah beberapa waktu, si-njonja agung masih belum djuga muntjul. Ia agaknja tidak sabar.
"Silakan tunggu, taydjin, nanti siauwnia pergi melihat,"
Kata si niekouw muda jang rupanja bisa menduga pikiran kamkoen ini.
Dan lantas ia keluar dari pintu besar.
Liok Hong dengar suara pintu digabrukkan ia terkedjut.
Ia adalah seorang Kang ouw ulung.
Maka segera ia lontjat kesamping pintu itu untuk menolak, tetapi daun pintu tidak bergeming.
Rupanja dari sebelah luar pintu itu ditapal.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia merasa tidak enak.
Disttu pun tidak ada lain djalan.
Segera ia mendaki tangga, hingga u sampai dialas lauwteng.
ia mendapatkah sebuah ruang peranti bersudjut terhadap sang Buddha.
Perlengkapannja bukan sembarangan, tetapi ruang itu sangat sunji, tidak ada penghunlnja.
Tiat-tjie-sian, si Djeridji Besi, lantas menghunus goloknja.
Ia memeriksa lauwteng itu, jang mempunjai dua kamar dikiri dan kanan.
Akan tetapi belum sompat ia masuk salah satu kamar, moeilie (tirai) dari kamar jang lain lantas tersingj kap.
Di-ambang pinta muntjul seorang dengan pakaian ringkas, sepatunja hitam, tangannja menjekal pedang.
"Liok Hong kenalkah kau padaku ?"
Orang itu menegur sambil menuding.
Liok Hong tidak kenal orang itu, ialah Wan Boe tjioe.
Ketika dulu ia mentjari Wan Kongtjoe, kongtjoe ini baru berumur kira2 enam-belas tabun, dan waktu mereka bertempur di Pek Lok Sian-lim, hari pun malam.
Dan sekarang setelah sekian tahun lewat, kongtjoe ini nampak djauh lebih tua daripada usianja.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Kam-koen ini tidak takut, malah dengan membawa laga pembesar, dia balas menuding.
"Siapa kau, jang bernjali besar ?"
Demikian tegurnja.
"Bagaimana kau berani masuk kesini ? Mengapa kau tidak segera meletakkan sendjatamu ?"
Orang itu tertawa terbahak-bahak.
"Liok Hong, kematianmu sudah didepan mata, kau masih bertingkah dihadapan kongtjoemu ?"
Katanja mengedjek.
"Kau masih berani membawa lagak pembesar busuk ? Aku mau bikin kau mampus dengan mata m eram, maka perlu kau ketahui siapa aku Ini! Kongtjoemu ini adalah Wan Boe tjioe Hari ini kau pulangkan lah d jiwa ajah dan isteriku !"
Karena sengitnja, Boe tjioe meludahi musuh besar itu, dan lantas ia membabat dengan gerakan Gouw liong tjoet tong jaitu Naga hitam keluar dari gedung.
Liok Hong berkelit kesamping, sambil membalas menjerang dengan penjerang itu.
Ia memang tidak menjangka bisa bertemu Boe tjioe dlsitu.
Boe tjioe menangkis dan terus merangsek ia bisa mengirim satu tendangan dahsjat.
Pedangnja turut bergerak, untuk mengatjau pertahanan lawan.
Liok Hong terperandjat untuk kedua serangan berbareng itu.
Tapi ia adalah murid kepala dari Boe Tim Toodjin, ia mengenali ilmu silat perguruannja, maka ia tidak mendjadi gugup, tjuma ia perlu mengeluarkan kesebatannja.
Dengan endjotan kedua kakinja, ia menjingkir dari tendangan, goloknja dipakai menghalau serangan pedang.
Tapi ia tidak tjuma bergerak setjara Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
demikian. Selagi tubuhnja turun tangan kirinja menotok kearah muka lawan, mentjari sepasang mata dengan dua djari "Djde liong tjhio tjoe"
Atau "Dua naga berebut mutiara."
Dan ketika lawan berkelit, ia merabu dengan serangan tangan kiri jang diteruskan, untuk menangkap tangan musuh jang diangkat untuk dipakai menangkis.
Itu adalah serangan liehay dan Bie Tjong Koen.
Boe tjioe kenal baik tipu silat itu, ia dapat menjelamatkan diri, dengan berkelit sambil mendak, kemudian ia berbangkit seraja udjung pedangnja menjambar lawan.
Liok Hong menarik diri lontjat mundur.
Pertempuran berdjalan bebat dalam sekedjab sadja, tudjuh atau delapan djurus telah segera dilewatkan.
Liok Hong terbenam dalam keheranan.
Ia mengenali lawan sebagai orang dari satu perguruan.
Maka ia menduga- duga, apa mungkin gurunja dengan diam2 sudah mengambil lain murid.
Untuk mentjoba lebih djauh, ia lantas bersilat dengan ilmu golok "Hong Houw Too"
Atau "Golok naga dan harimau,"
Saban2 ia mentjelat, gerakannja mirip dengan naga atau harimau jang gesit.
Inilah peladjaran jang didapatkannja selama berdiam diistana dari Soe In Teng.
Memang, selama mengadjar silat didalam istana, In Teng sebagai In Geng, tidak beragu-ragu untuk menurunkan salah satu ilmu silatnja jang liehay.
Liok Hong mengaku kalah terhadap Tiat Ma Sin-kang, jang memperlihatkan padanja Liong-houwtoo itu.
Boe tjioe lantas terdesak, sebab ia tidak kenal ilmu golok jang liehay itu.
Ia mesti berlaku waspada.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Liok Hong mendesak akan achirnja mengirim batjokan "Pek hong koan djit"
Atau "Bianglala putih menaungi matahari."
Boe tjioe gugup, ia menangkis dengan gerakan "Beng Tek hian too"
Atau "tjo tjoh menghadlahkan golok" (kepada Kwan Kong), tapi diluar dugaannja, lawan menggunakan tenaga berat dari seribu kati, maka waktu kedua sendjata bentrok, ia merasakan tnngannja semutan; diluar keinginannja, pedangnja terlepas djatuh.
Dengan djumpalitan ia terus mendjauhkan diri.
Liok Hong ingat bahwa musuh adalah Wan Boe tjioe, maka ia tak mau melepaskannja.
Itu adalah seumpama melepas harimau kegunung.
Maka dengan satu lontjatan ia memburu.
Boe tjioe lari memutari medja sutji, jang berat.
Dengan satu tolakan keras.
Liok liong membuatnja terbalik, hingga hiolouw djatuh terbalik dan abunja terbang berhamburan, mengganggu mata.
"Kemana kau hendak lari?"
Pikir Liok Hong jang melihat musuh hendak kabur melontjat medja ia lontjat menjusul sambil mengajun goloknja.
Mendadak terlihat satu bajangan di muka hoed-kam.
kotak peranti patung Buddha, lantas menjambar selembar bandring jang membuat goloknja Tiat-tjie tersambar-kena dan tertarik terlepas.
Liok Hong terkedjut Inilah dlluar sangkaannja ia memang sedang memperhatikan Wan Boo tjtoc seorang.
Sedang ia kaget, segera ia lihat tegas bajangan Itu, ialah seorang dengan pakaian serba putih dan koplah hitam, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
jang berlontjat mari u bagaikan walet melajang.
Itulah satu wanita tjantik.
jang dandan sebagal seorang le.
!a mendjadi mendongkol.
Tapi goloknja telah terampas musuh, maka ia menjambar tempat hio, untuk dipakai menimpuk.
SI nona jang bersendjatakan bandring, jang pun telah menjekal golok Liok Hong, menghindarkan timpukan itu, sesudah mana, ia balas menjerang dengan bandringnja.
Insaf akan antjaman bahaja, Liok Hong segera mendek.
Boe tjioe sementara itu tidak lari terus, ia malah menjambar pedangnja.
Ia lontjat madju lagi dan kembali menjerang.
Dengan terpaksa, Liok Hong melajani dengan tangan kosong.
Sinona tidak diam sadja.
ia menjerang lagi, bandnngnja berputar diatas kepala kam koen itu, hingga Liok Hong mendjadi repot dan berkuatlr.
Ia insaf ia tak dapat melajani lama2 kedua musuh itu.
Maka untuk membebaskan diri, ia menjerang Boe tjioe dengan Kim-na-tjhioe dengan maksud menangkap lengan musuh ini.
Boe tjioe mundur dengan terpaksa Ketika ini digunakan oleh Liok Hong, untuk lootjat kedepan tangga dan menjlngklr turun.
Ia berhasil sampai dlbawah iauwteng ialah ruang jang tadi, jang pintunja telah dikuntji Ruang Itu tanpa djendela, ada djuga dua lobang angin besar ditembok, dari mana menjorot masuk sinar bintang.
Daiam keadaan seperti Itu, Tiat-tjie-sian masih sadar.
Ia membekal panah njaring.
Ia menarlknja keluar, untuk dilontarkan kelobang angin.
Itulah panah pertandaan, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tanda ada bahaja.
Ia mengharapkan datangnja bantuan dari pihaknja.
Panah njaring itu melesat kearah lobang, tetapi, belum sampai njeplos keluar, dia djatuh kembali kelantai, karena ada serupa barang jang membenturnja.
Maka gagallah usaha Liok Hong.
lapun mendjadi kaget dan heran.
"Liok Hong, kau niat kabur?"
Bentak Boe tjioe jang telah datang mengedjar turun dari lauwteng.
"Tak dapat kau terbang dari sini walaupun kau bersajap! Djikalau kau bernjali mari kita bertempur mati hidup!"
"Dia hendak menempur aku, mengapi aku tidak mau melajaninja?"
Pikir Tiattjie-sian jang litjin itu. Lantas ia menjahuti.
"Boe tjioe, kau menjekal pedang, kau menghina aku jang bertangan kosong! Apakah kau bisa mendjadi satu hoohan andaikata kau dapat mengalahkan aku? Beranikah kau meletakkan sendjatamu?"
Boe tjioe kena dibikin panas hatinja.
"Mungkinkah kongtjoemoe takut padamu!"" katanja.
"Baik! Aku nanti bikin kau mampus meram!"
Ia lemparkan pedangnja terus ia lontjat madju.
Liok Hong pasang kuda2nja untuk menangkis serangan itu.
Maka kemudian keduanja bertempur pula dengan tangan kosong.
Mereka sama2 bersilat dengan Bit Tjong Koen.
Baru mereka bertarung beberapa djurus, pintu depan terbuka.
Dari situ muntjul seorang lelaki dan seorang perempuan, masing2 memegang pedang.
Mereka tidak Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
madju menjerang, hanja mereka berdiri diam seraja memasang mata.
Sambil berkelahi, Liok Hong masih sempat memperhatikan dua orang ini.
Ia mengenali siwanita adalah slniekouw muda tadi, hanja sekarang dia memakai pakaian putih dan koplah hitam.
Dia dandan sebagai orang le, sama dengan siorang lelaki itu.
Maka ia heran, mengapa disitu ada banjak orang lain.
Nona Ie jang menggunakan bandring itu adalah Lana, isterinja Boe tjioe, dan dua jang baru datang itu adalah Beng Pioe dan Lina.
Liok Hong tidak kenal tiga orang itu.
Melihat bahwa Boe tjioe asal satu perguruan dengannja, Liok Hong hendak mentjoba lebih djauh.
Sebat luar biasa, ia menjerang dengan "Lian-hoan tjoan-simtwie", itu pukulan istimewa dari kaumnja.
Tak sembarang orang bisa berkelit atau menangkis itu, sebab serangan itu berantai saling-susul.
Boo tjioe bisa menduga segera sewaktu musuhnja mengubah sikapnja.
Ia berlaku waspada.
Ia bersiap dengan mengerahkan tenaga dikedua lengannja, siap dengan "Tiap loan hoa kie"
Aiau "Kupu* menggilai tangkai bunga". Liok Hong mulai dengan serangannja sambil berseru njaring, segera kedua kepalannja bergerak saling-susul, rapat sekali, tjepat luar biasa.
"Bagus!"
Boe tjioe berseru. Ia tak dapat dipengaruhi oleh serangan dahsjat itu. Ia dapat melajani dengan tenang tetapi pun gesit sekali, setiap gerakan tangannja djuga mengeluarkan angin. Itulah djurus "Heng-tjiat- Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
koen", serangan perlawanan dari "samping", jang mengutamakan sepuluh djari jang kuat bagaikan besi.
Liok Hong segera merasakan hebatnja perlawanan musuh, tangannja pun tergetar apabila terbenterok tangkisan, oleh karena itu ia tidak melandjutkan serangan berantai itu.
Malah ia berpikir untuk menerobos sadja kepintu, guna angkat kaki.
Hanja, sulitnja, diarah pintu berdiri itu sepasang pemuda-pemudi jang bersendjatakan pedang.
Melihat bahwa tidak ada djalan lain, maka Tiat-tjie-slan mengeluarkan pelurunja, peluru besi jang merupakan mutiara (thie-liam-tjoe).
Sambil memutar tubuh, ia mengajun tangannja untuk membokong Beng Pioe dan Lina.
Mutiara besi ini punja beberapa lubang ketjil.
Pada waktu ditimpukkan, lubang2 itu dapat mendatangkan suara njaring halus, sebaliknja, liehaynja bukan main, dapat menembusi pakaian tebal, bisa menggompalkan tadjamnja golok.
Malah menjambarnja pun lebih tjepat daripada suaranja.
Boe tjioe lihat Liok Hong berhenti menjerang ia setjara mendadak, dan setjara mendadak djuga lawannja itu membalik tubuh seraja mengajun tangan, maka ia bisa menduga, bahwa kedua iparnja hendak dibokong, maka kagetlah ia.
Tapi ia hanja kaget sebentar, sebab berbareng dengan satu suara lain, mutiara besi itu berbunji dan djatuh kelantai.
Maka legalah hatinja.
Liok Hong djuga kaget mendapatkan mutiaranja terdjatuh dengan tiba2, tetapi karena tahu bahwa datangnja suara pe nantang itu dari belakang sekosol, ia Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
lontjat kearah tirai itu, untuk ditolak rubuh, hingga dibelakangnja, ia lihat seorang jang membuatnja kaget tidak kepalang.
Dibelakang tirai itu berdiri seorang imam, ialah gurunja dengan siapa sudah banjak tahun ia tidak bertemu.
Guru jang ia masih kenali dengan baik.
Maka insaflah ia bahwa tidak nanti ia dapat lolos dari situ djikalau ia tetap menggunakan kekerasan.
Ia segera memikirkan suatu akal.
"Binatang, masihkah kau kenali aku ?"
Boe Tim menegur.
"Soehoe, mustahil muridmu tidak ingat?"
Sahut Liok Hong dan ia segera tekuk lutut didepan gurunja, untuk memberi hormat.
"Aku tidak tahu soehoe ada disini, harap soehoe maafkan aku."
Guru itu tertawa dingin.
"Aku tidak punja murid djempol sebagai kau !"
Dia mengedjek.
"Seorang jang telah mendjadi Kam-koen jang agung dari Peng-see-ong, mana dia mau memandingi seorang seperti aku ?"
Agaknja Liok Hong tidak tahu bagaimana harus mendjawab gurunja, ia tjuma manggut2 sadja.
"Lekas kamu ambil lantai besi!"
Kata Boe Tim kepada Boe tjioe dan Beng Pioe.
"Rantai dia, bawa dia pulang ke Ie San, supaja dlsini dia tidak usah mempersulit Tan Hoedjin !"
"tjelaka !"
Pikir Liok Hong dengan kaget sekali.
"Djikalau aku sampai dibawa ke Ie San, itulah jang dibilang, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
memanggil Langit, Langit tidak menjahuti, memanggil Bumi, Bumi tidak mendjawabnja Pasti Wan Boe tjioe segan membebaskan aku Apakah itu bukan berarti menjerahkan djiwa setjara ketjewa ?...."
Ia melirik kepada Boe tjioe dan Beng Pioe. Ia lihat musuhnja berdiri diam dengan pedang siap ditangan, sedangkan Beng Pioe, siorang Ie, baru mengeluarkan borgolan. Ia tidak dapat berajal lagi.
"Soehoe, muridmu nanti turut kau, harap aku tidak dirantai,"
Ia memohon sambil memanggut kepada gurunja.
Lalu, menggunakan saat gurunja tidak menduga, se- konjong2 ia memadjukan tubuhnja.
Dengan kepalanja, dia menjeruduk perut gurunja itu.
Gerakannja bagaikan kilat.
Boe tjioe semua kaget bukan main, apalagi sewaktu mereka segera melihat tergulingnja sesosok tubuh.
Mereka tak ingat untuk mentjegah serangan gelap itu.
Akan tetapi, setelah mereka melihat tegas, mereka mendjadi lega.
Jang rubuh itu bukannja Boe Tim, tetapi Tiat-tjle-sian Liok Hong, si Djeridji Besi.
Dari mulut dan hidungnja mengutjur keluar darah hidup.
Boe Tim sendiri menjender ditembok, kedua kaklnja tidak bergeming.
Murid tjelaka itu telah membokong gurunja dengan serangan kepala jang merapunjai tenaga kekuatan ratusan kati.
Gurunja itu tidak menjangka tetapi karena dia liehay, dia masih dapat mengegos tubuhnja dan mengangkat sebelah kakinja, untuk menangkis, berbareng dengan sebelah tangannja menekan batok kepala murid itu, dengan gerakan "tjoan-simtjiang" - "Tangan menembusi Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
djantung."
Itu adalah sematjam tipu-siiat jang selama puluhan tahun Boe Tim tidak pernah gunakan.
Liok Hong rubuh tanpa berdaja lagi, djiwanja segera merajang.
Tapi djuga Boe Tim, dengkulnja telah terluka.
Ia perlu merawatnja sekian lama untuk membuatnja sembuh seperti sediakala.
Guru ini mengalirkan air mata sewaktu memandang majat muridnja itu, tidak peduli murid itu adalah murid murtad.
Ia ingat pada perhubungan guru dengan murid jang berlangsung banjak tahun "Lekas kau bawa majat ini kebelakang gunung dan menguburnja tanpa meninggalkan bekas,"
Boe Tim menitahkan Beng Pioe.
"Kita mesti mendjaga supaja Lian Hoa tjeng dan Tan Hoedjin tidak terembet-rembet perkara ini. Setelah selesai, segera kembali padaku dikamar tiangloo."
Beng Pioe menurut.
Segera ia panggul majat Liok Hong untuk dibawa kebelakang.
Boe Tim perintahkan Boe tjioe dan Lina lekas menjusut bersih tanda2 darah, sesudah itu, bersama-sama mereka meninggalkan Poan Tim Kie, untuk pergi ke-Tay Thong Sie.
Lian Hoa tjeng, jang bertjatjat, sedang rebah menantikan dlkamarnja ketika ia melihat datangnja Boe Tim beramai.
Segera ia mengerti bahwa Boe tjioe telah berhasil menuntut balas.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tidak berselang lama, Beng Pioe pun datang, untuk melaporkan bahwa ia sudah selesai mengurus majatnja Liok Hong.
Lian Hoa tjeng berdiam.
Ia berduka, karena ia Ingat sakit hatinja terhadap Soe In Teng.
Beng Pioe dan kedua adiknja mengembeng air mata.
Mereka mengerti kesusahan hati pendeta itu soepeh paman guru mereka.
Boe Tim bisa mengerti kedukaan mereka.
"Beng Pioe, aku pun telah mentjaritjari kabar tentang Soe In Teng,"
Kata imam ini, si aki-guru, pajang sudah selang belasan tahun, aku masih belum beri hasil.
Tadi aku memikir untuk tanja keterangan dari Liok Hong, siapa sangka dia berlaku nekat dan djahat, hingga dia t jari kematlannja sendiri.
Sekarang ini tinggal satu djalan jang tjepat, hanja entah djalan ini akan memberi hasLl atau tidak.
Aku dengar dalam kalangan bangsamu di le San ada sematjam dukun, jang pandai ilmu melihati jang dinamakan 'tjahaja bundar." Umpama ada orang bangsamu kehilangan serupa barang, dia bisa minta sidukun melihatnja dalam tjahaja bundar itu, nanti ketahuan tempatnja dan tjara itu belum pernah gagal.
Maka baiklah kamu tjoba."
Kata2 ini menjadarkan ketiga kakak beradik itu, hingga wadjah mereka mendjadi terang.
"Soehoe, djikalau soehoe tidak menjebutkannja hampir kami lupa!"
Kala mereka.
"Djuga karena telah lama mengikuti ajah tinggal di Koen-beng, hingga pergaulan dan pengetahuan kami mendjadi lain daripada tjara berpikir Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
am. pemandangan umum bangsa kita, kami kurang mempertjajainja. Tapi sekarang, mari kita mentjobanja."
"Kamu benar, muridku,"
Berkata Boe Tim.
"Memang bukan maksudku untuk mengandjurkan kamu pertaja tachayul tetapi kepandaian sematjam ini ada dimana mana, ini adalah ilmu gaib jang berada djuga dalam kalanganku, agama Too Kouw. walaupun sifatnja berlainan. Kita telah membinasakan Liok Hong, besok Koen-beng bakal gempar, maka itu baik kita menjlagkir dari sind. Kita berangkat besok sadja."
Beng Pioe semua setudju, maka besoknja pagi, mereka pamitan dari Lian Hoa tjeng, Boe Tim mengadjak murid2nja pulang ke Ie San, sedang pada hari kedua malam, Beng Pioe mengundjungi dukun bangsanja jang tersohor, jang dipanggil "salipo".
Boe tjioe bersama Lana dan Lina ikut serta.
Dukun itu seorang wanita jang tinggal didalam guha.
Guhanja dihiasi matjam barang, banjak anak2an dan kudapan dari kertas, banjak botol jang berisi tikus, kelabang, dan lainnja binatang berbisa, malah disalah satu sudut ada batok kepala seorang botjah jang memberi pemandangan menggiriskan hati.
Beng Pioe menghadlahkan dua rentjeng uang serta satu kaju tjita putih.
Ia mengutarakan maksud kedatangannja.
Dukun itu membuka mulutnja jang lebar dan tertawa tjekikikan, kemudian ia membeber selembar kertas putih, dipantjang merupakan sebuah tirai.
Di-belakangnja ia menjalakan lilin, sedang didepannja, ia menjiapkan satu paso terisi air beisih.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Ketua muda,"
Katanja kemudian kepada Beng Pioe.
"dukun lain, tjahaja bundarnja tjuma dapat dilihat oleh anak ketjil, tidak demikian dengan kepunjaanku ini, jang bisa dilihat oleh orang dewata tanpa pilih bulu."
Lantas dia minta semua orang diam.
Dukun ini mengambil dua tengkorak botjah jang diletakkannja diatas medja, lalu dengan sebatang pedang karatan, Ia mengetok2, mulutnja kemak-kemik membatja mantera.
Lewat beberapa saat, tjahaja lilin dlbelakang tirai lantas guram sendirinja, lalu tjahaja itu membentuk garis2.
Perubahan tjahaja ini disusul dengan pandangan pada muka kertas, jang bagaikan ditutup asap atau awan.
Beng Pioe semua berdiam terus.
Tidak lama kemudian pada tabir kertas itu tampak suatu peta mirip dengan sebuah kota.
Didalamnja terdapat banjak orang bergerak-gerak seperti sedang bekerdja, pekerjaan segala rupa, antaranja ada jang sedang mendorong penggilingan, ada jang memikul batu2 nesar.
Mereka semua telandjang, tjuma memakai tjawat roman mereka bagaikan rohpenasaran, kurus dan kumal.
Sebentar kemudian, datanglah badai hingga pasir dan batu beterbangan, lalu pemandangan hebat itu, lenjap diganti dengan pemandangan sebuah danau jang airnja beku mendjadi es.
Disekitarnja saldju belaka berdjatuhan.
Sewaktu Beng Pioe beramai masih mengawasi dengan tertarik dan heran, pemandangan itu berubah pula.
Kali ini terlihatlah sebuah gedung indah sekali Didalamnja ada seorang, jang tubuhnJa tmggi-besar, asjik minum arak sambil menghadapi perapian.
Makin lama Dajangan orang itu tampak makin dekat hingga achirnja tampak tegas.
Dia Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
adalah seorang berumur kira2 lima-puluh tahun, mukanja persegi, kupingnja besar, sepasang matanja tadjam, mengeluarkan sinar jang menakutkan.
Tiba2 api lilin mendjadi terang lagi seperti biasa dan dilajar kertas itu tidak terlihat apa2 lagi! "Apakah kamu kenal orang dalam tjahaja bundar itu ?"
Tanja salipo. Beng Pioe berempat tahu orang itu adalah Soe In Teng hanja mereka tak tahu dimana letak kota luar biasa serta danau beku itu. Mereka menanjakan keterangan lebih djauh dari salipo.
"Aku djuga lidak tahu"
Sahutnja.
"Baiklah kamu pikirkan sadja dimana terdapat kota atau danau jang agaknja mirip. Oleh karena keanehan tjahaja bundar itu, Boe tjioe djadi ingat ajah angkatnja, Ong Wie Yang, entah dia masih ada di Ong-kee-tjhung, Ngo-tay, atau tidak, hingga dia ingat djuga pada Hong Hoat Tay soe dan Tiat-eng-tjoe Liok Goan Hoa, semua penolongnja itu.
"Mengapa aku tidak tjoba melihat-lihat mereka ?"
Pikirnja.
Segera ia mengutarakan maksudnja kepada sidukun.
Ia menjebutkan she nama dan lain2nja jang perlu diketahui sidukun.
Salipo mulai lagi dengan upatjara dan manteranja.
Setelah ia mengetok-ngetok kedua tengkorak, tabir kertas tetap putih seperti biasa, tjahaja lilin tidak mendjadi guram.
Ia penasaran, ia mengetok-ngetok lebih keras, ia Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
membatja mantera lebih gentjar, tetapi hasilnja sama sadja, maka achirnja ia berhenti.
"Wan Siangkong "
Katanja.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"semua orang jang kau tanjakan itu sudah meninggal dunia. tjahaja bundar tidak dapat menundjuk orang2 jang sudah menutup mata. tjoba siangkong tanja lain hal"
Boe tjioe mengeluarkan air mata.
Ia pertjaja keterangan dukun ini.
Ong Wie Yang adalah seperti ajahnja sendiri.
Ia telah dirawat dan dididik, belum sempat ia membalas budi.
Beng Pioe dan Lina menghibur, mereka mengatakan agar djangan terlalu pertjaja ramalan itu.
Boe tjioe dapat dibudjuk tetapi ia pun segera ingat Siam In, puterinja, jang kini sudah mendjadi gadis remadja.
Kalau benar Ong Wie Yang sudah menutup mata, entah bagaimana nasib puterinja ita, siapa jang merawainja.
Karenanja, ia tetap diam tak membuka suara.
"Siangkong hendak tanja apa lagi, silakan,"
Kata pula sidukun.
"Botjah dari tjahaja bundar masih menantikan. Asal siangkong menanjakan orang jang masih hidup, pasti siangkong akan memperoleh djawabannja."
Boe tjioe segera menanjakan hal anak perempuannja itu. Salipo mulai berupatjara lagi.
"Siangkong, adakah nona itu darah-dagingmu sendiri ?"
Tanjanja kemudian.
"Kalau benar, silakan kumur dengan air sutji Ini dan semburkan itu ketirai, kau nanti segera mendapat keterangan."
Boe tjioe menurut. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Setelah tirai itu disemprot, api lilin lantas mendjadi guram, lalu dimuka tirai tampak sebuah gunung tinggi, jang kabut atau awannja mumbul naik dari dalam lembah, hingga kelihatanlah sebuah kuil besar agung-sutji dengan mereknja tiga huruf besar.
"Hoei In Koan."
Selagi Boe tjioe berempat heran, pan dangan mata mereka dibawa dari kuil itu keruang dalam hingga terlihat patung Pek Lian tjouwsoe jang dipudja disitu.
Sebuah lampu merah membuat terlihatnja sepasang lian dikiri dan kanannja, dan tjahaja jang berbalik dari api ilu karena katja merah diatas medja persegi, menerangi djuga empat huruf diatas pendopo, bunjinja "Hong Teng Kho tjiauw"
Atau "Lampu Merah mendjulang tinggi tjahajanja "
Selagi mereka heran, pendopo itu lenjap sendirinja, tirai mendjadi guram pula, laki diganti dengan pemandangan suram dari sebuah ruang didalam tanah, sebuah kamar tahanan dengan satu pelita minjak.
Disitu, dipodjok, ada sesosok tubuh meringkuk, Boe tjioe lihat tegas tubuh seorang nona dengan rambut kusut dan terbelenggu kaki dan tangannja.
Kamar batu itu mempunjai undakan tangga jang menudju kepintu besi jang terkuntji.
Bahna kaget, Boe tjioe memperdengarkan seman.
Biar bagaimanapun ia masih ingat wadjah puterinja.
Berbareng dengan seruannja, pemandangan itu lenjap, api Ulin mendjadi terang lagi.
"Karena siangkong berseru, botjah tjahaja bundar kaget dan pergi"
Berkata salipo sidukun.
"Bukankah siangkong melihat satu nona ? Itulah puterimu, rupanja dia, sekarang dikurung orang. Siangkong perlu segera pergi menolonginja !"
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Wadjahnja Boe tjioe, mendjadi putjat, hatinja memukul.
"Tolong kau beritahukan padaku, dimana letak kuil itu?"
Ia tanja sidukun.
"Menjesal, aku sendiri tidak tahu,"
Sahut salipo.
"Siangkong dengan sinona adalah darah-daging sendiri, siangkong pun telah menjaksikan gunung, kuil dan rumah batu itu, asal siangkong mentjari tempat jang serupa, pasti kamu akan saling bertemu."
Beng Pioe tahu bahwa mereka tidak bisa meminta lebih lagi, maka ia menarik udjung badju Boe tjioe untuk diadjak pulang.
Mereka minta diri dari salipo kepada siapa mereka menghaturkan terima kasih.
Sewaktu Boe Tim mendengar penuturan Boe tjioe, diam2 ia heran dan berkuatir.
"Pastilah puterimu telah terdjatuh dalam tangan orang djahat,"
Kata imam ini.
"Sajang aku tak biasa memperhatikan pelbagai gunung dan kuilnja. Tapi besok aku akan adjak kau kepropinsi Ouw-pak. untuk menemui seseorang. Mungkin dia mengenali pemandangan dalam tjahaja bundar itu."
Besoknja pagi, dengan naik perahu, Boe Tim mengadjak Boe tjioe ke Gie-tjiang, Ouwpak, untuk mentjari orang jang dimaksud.
Ia adalah ketua dari suatu partai di Tiangkang Hulu.
Dia adalah saudara angkat dari It Tim Kie-soe Shie Liang.
Beberapa hari kemudian, sampailah mereka di Gie-tjiang dan bertemu dengan orang jang ditjari itu.
Ia ternjata adalah Hek-Thayswee Sim Tiong Kiang si Dato Hitam, jang dahulu bertempat dihotel Hong An di Hankauw dan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
bersama Shie Liang selama beberapa tahun telah bekerdja untuk Hong tjiang Hwee, kemudian, setelah Shie Liang menutup mata, dia mengundurkan diri.
Ber-samaYan le Lam, Shie Liang adalah mendjadi ketua muda dari Ang Teng Kauw di Shoatang.
Setelah ketuanja, tjoe Hoan, meninggal dunia, keduanja lantas mengundurkan diri.
Sebabnja, ketuanja jang baru, Biauw Iloat tjindjin, adalah dari golongan "kiri"
Atau Pang-boen tjo-too, jang mengerti ilmu gaib.
Mereka tidak setudju dengan Ilmu jang dianggap sesat itu, maka dengan sukarela mereka mengalah, le Lam mengadjak Shie Liang pulang kerumah mertuanja.
Hoa Tjeng In, untuk bersama isterlnja, Hoa Siang Boe, memimpin Hong tjiang Hwee.
Belakangan Shie Liang, bersama Sim Tiong Kiang, mendjadi ketua muda tjabang Ouwpak dan Soe-tjoan dan belakangan lagi, Sim Tiong Kiang mengundurkan diri.
Ketika Boe Tim menemui Sim Tiong Kiang, dia sudah berumur delapanpuluh tahun.
Dia mendengarkan penuturan Boe tjioe mengenai ramalan tjahaja bundar.
"Itulah Hoel In Koan pusat umum dari Ang Teng Kauw di Shoatang,"
Kata djago tua ini, jang mengetahui baik segala hal dari Ang Teng Kauw.
"Kuil itu berada diatas bukit di Lay-tjioe. Ketua Ang Teng Kauw sekarang Biauw Hoat tjindjin, jang mengerti ilmu gaib. Sedjak ketua jang lama, tjoe Hoan, menutup mata, ia menggunakan ilmunja itu untuk mengabui orang banjak hingga mereka masuk mendjadi anggauta. Ia mengobati penjalin dengan surat djimat dan djampe, dia bisa pertundjukkan ilmu kedokteran, ialah tubuh tidak mempan sendjata tadjam. Sekarang ini pengaruh Biauw Hoat luas sekali, pengikutnja mungkin belasan laksa djiwa. Banjjk hamba negeri Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mendjadi anggauta, hingga pembesar negeri kewalahan melarangnja. Tandarahasia dari Ang Teng Kauw sekarang adalah katas "Ang Teng Kho tjiauw"
Itu. Dan lampu merah besar didepan patung Pek Llan tjouwsoe itupun adalah satu tandarahasla lain. Didalam segala hal, orang mesti mengangkat sumpah menghadapi lampu merah itu."
"Adalah maksudnja Boe tjioe, untuk mentjari puterinja,"
Boe Tim beritahu.
"Inilah gampang,"
Tiong Kiang bilang.
"Kabarnja Wan Siotjia sedang beladjar pada Tjeng In Loo-nle. Silakan kamu pergi ke Tan Touw Am di Kim-leng untuk mendapat kepastian."
Boe tjioe lantas mengadjak Boe Tim berangkat dengan segera.
"Sekarang Wan Kongtjoe, tjukup kau berangkat seorang diri,"
Berkata si imam.
"Kalau nanti kau bertemu Tjeng In, tolong sampaikan hormatku kepadanja. Aku mesti kembali ke le San untuk menilik persaudaraan Beng. Aku kuatir urusan Liok Hong bisa merembet mereka, dan mereka tidak ada jang melindungi. Tentang isterimu Lana, djangan kuatir, aku nanti perhatikan dia. Pergilah dengan hati tenang. Asal kau dapat menemui Tjeng In, tentu banjak harapan kau akan berhasil. Aku melainkan pesan, bahwa setelah selesai, kau mesti lekas kembali."
Ada soal golongan atau partai jang menjebabkan Boe Tim tak dapat mengantar Boe tjioe ke Kim-leng.
Ia adalah dari Bie Tjong Pay, dan Tjeng In dari tjeng Liong Hwee.
Kalau ia mengiringi Boe tjioe minta pertolongan Tjeng In, itu bisa diartikan bahwa ia tidak betjus.
Dan pun memang harus lekas pulang guna melihat keluarga Beng.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Boe tjioe tidak berani memaksa, Setelah berpisaban dirumah Sim Tiong Kiang, ia menggunakan kendaraan air untuk sampai di Kim-leng akan tetapi ia tidak beruntung dapat menemui Tjeng In Loonie. tjuma Yan Goat si niekouw muda, jang mendjaga Tan Touw Am.
"Baru selang beberapa hari Tjeng In berangkat pergi,"
Kata niekouw muda ini. Yan Goat bergaul rapat dengan Siam In. Tahu bahwa tetamunja adalah ajah kawannja itu, ia berkata.
"Wan Siangkong, Siam In lenjap setengah bulan jang lalu. Baharu beberapa hari jang lalu, soehoe menerima surat dimintai tebusan, hingga soehoe mengetahui muridnja sudah terdjatuh kedaJam tangan pendjahat. Setelah memesan aku untuk mendjagal kuil, soehoe berangkat pergi. Katanja lewat setengah atau satu bulan ia akan kembali"
Boe tjioe terperandjat. Djadi benar puterinja telah lenjap.
"Soehoe ketjil, tahukah kau pendjahat itu dari golongan mana?"
Dia tanja.
"Menurut soehoe golongan itu adalah jang ia tidak sangka. Mereka sampai tidak melihat mata kepadanja,"
Sahut Yan Goat.
"Karena soehoe tidak mengatakan lainnja, aku tidak berani tanja2. Apa jang aku tahu, hilangnja sinona membuat soehoe gelisah."
Untuk memperoleh keterangan, terlebih djauh niekouw muda ini mengadjak Boe tjioe pergi kepulau di Hian Boe Ouw, kepada Phoa-sie. Itulah babu momong jang Boe tjioe kenal, sebab sama2 mereka pernah tinggal di Ong-kee- Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tjhung. Malah melihat Wan Kongtjoe njonja itu menangis sedih. Lantas Boe tjioe tanja perihal lenjapnja puterinja.
"Kongtjoe, seharusnja aku tak boleh hidup lebih lama lagi,"
Sahut sl njonja.
"Pada malam kedjadian itu, sinona lenjap tidak Beruan. Besoknja, pagi2 aku lantas mengabarkan pada Tjeng In Soe-thay. Soethay kaget. Tapi soe-thay merapunjai pengaulan luas. Segera ia kirim kabar kepelbagai djurusan, guna minta bantuan orang sesama kaumnja. Warta dikirim djuga ke tjeng Liong Hwee dilima propinsi Utara. Soe-thay kenamaan, tidak pantas orang ganggu dia setjara demikian, siapa tahu, sinona djusteru ditjulik kaum sendiri, malah soethay telah dimintai tebusan. Itulah kaum Ang Teng Kauw dari mana soe-thay dan Yan Tauw-nia telah mengundurkan diri. Kaum itu djuga luas pengaruhnja. Katanja djikalau djie-kongtjoe dari Keluarga Ong suka membuat pembitjaraan dengan mereka baru mereka hendak mengadakan perdamaian."
Boe tjioe kaget berbareng heran. Tidak disangkanja, urusan mengenai pihak keluarga Ong itu. Ia lantas tanja, tebusan apa jang diminta kaum Ang Teng Kauw.
"Djikalau mereka kehendaki uang, inilah gampang"
Katanja.
"Kabarnja, kongtjoe, mereka tidak inginkan uang,"
Djawab Phoa-sie.
"Mereka menghendaki harta karun terpendam dari tjeng Liong Hwee, untuk mana batu kumala dan petanja katanja ada pada Ong Djiekongtjoe. Siotjia baru dibebaskan apabila permintaan mereka sudah dipenuhi."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Kembali babu ini menangis. Boe tjioe menghiburkan sl njonja. Ia tak heran Tjeng In Loo-nie berangkat sendiri. Kiranja pendjahat menginginkan hartanja tjeng Liong Hwee.
"Keterangan Sim Tiong Kiang tjotjok dengan lukisan tirai tjahaja bundar mengapa aku tidak pergi sendiri sadja kesarang Ang Teng Kauw itu?"
Ia berpikir.
"Biar mesti mengadu djiwa, aku mesti menolongi anakku itu."
Boe tjioe lantas mengambil putusan.
Setelah malam itu ia lewatkan ditempatnja Phoa-sie, besoknja pagi2 ia berangkat ke Utara.
Memang benar Siam In djatuh dalam tangan Biauw Hoat tjindjin dari Ang Teng Kauw.
Tapi mengapa dia bisa kena ditjulik, sedang dia djarang keluar dari rumah, djarang pergi ke Tan Touw Am? Inilah ada sebabnja.
Sebab itu sebagai berikut.
Sedjak berpisah dari Ong Tjong Beng, Siam In mengharap-barapkan kembalinja pemuda itu, untuk menjambut dia, agar mereka bisa melangsungkan pernikahan mereka.
Tetapi harapannja sia-sia.
ia tidak tahu, Tjong Beng telah terhalang banjak kedjadian disebabkan kebinasahaan Leng Khong Tiangloo, gurunja.
Dia mesti mentjari musuh gelapnja, hingga bersama Ang Seng Tong, dia mesti menjatroni telaga Pweedjie Ouw, menyelidiki kota rahasia jang merupakan sematjam neraka dunia.
Sore itu sehabis bersantap, karena merasa iseng, Siam In keluar dan rumahnja.
Tanpa merasa, ia bertindak kerumah satu penduduk sesama she Poei.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Dikampungnja itu, Siam In mempunjai belasan tetangga.
Terhadap botjah-botjah tetangganja itu ia sangat ramah tamah dengan siapa ia suka berkumpul dan suka mengadjar mereka membatja dan menulis.
Sampai mereka membahasakannja piauwtjie, kakak misan.
Sore itu seluruh kampung gelap-suram, karena tidak ada lentera.
tjuma dua-tiga rumah jang masih mementjarknn tyahaja api dari lubang pintunja.
Dimuka rumah keluarga Poei itu ada sebuah sumur.
Di loneng sumur itu Siam In duduk untuk beristirahat.
Disaat ia hendak berdjalan pulang, ia dapat melihat benda bergerak-gerak dikaki tembok.
Mulanja ia menjangka kutjing.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Apabila ia sudah mengawasi dengan terlili, ia kaget dan heran.
jang bergerak-gerak itu adalah tiga anak2an kertas, tingginja tjuma lima-enam dim, terbuat dari kertas putih, matjamnya seperti boneka peranti kaum wanita sembahjangi malaikat.
Setindak demi setindak, anak.an itu djalan dikaki tembok, menghampirkan pintu depan, teras mereka masuk kedalam rumah.
Karena heran dan ingin mengetahui, Siam In berdiri menanti diudjung rumah, sampai anak2an itu keluar lagi, menudju kampung.
Ia mengikuti ierus sampai ia tampak anak2an itu, bagaikan tertiup angin, terbang keatah telaga.
Dengan menggunakan ilmu mengentengi tubuh, Siam In menguntit terus.
Anak2an itu berhenti diatas sebuah perahu ketjil.
Disana ada beberapa orang, jang luar biasa dandanannja, sesudah menjambuti anak2an itu, mereka berlalu bersama perahu mereka.
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Keras keinginan si nona untuk mengetahuinja, maka ia menguntit sampai disebuah gili.
Disini ia umpetkan diri diantara pepohonan.
Beberapa orang itu melihat kesegala pendjuru, lantas mereka seret perahu mereka hingga kandas, sesudah mana, mengikuti tembok kota, mereka hampirkan kuil Ngo Thong Sie.
Mereka ketok pintu dengan perlahan, setelah pintu dibuka, lantas mereka bertindak masuk.
Siam In lontjat naik keatas genteng untuk dari wuwungan turun kearah dalam mengintai kedalam sebuah kamar dimana ada tjahaja terang.
Enam orang berada didalam kamar, dua jang memakai djuba imam lagi rebah sambil menjedot tjandu, hingga asapnja bergulung-gulung.
Muka mereka, jang kasar, menandakan mereka bukan orang baik2.
"Siauw It, berapa djumlahnja botjah laki2 dalam kampung itu?"
Tanja satu imam.
"Ada delapan botjah, toa-hoeheng"
Sahut orang jang dipanggil Siauw It itu salah satu penumpang perahu tadi.
"Tadi kami sudah gunai ilmu kita, sebentar diaorang boleh diambil."
Imam itu kemak-kemik.
"Kita masih kurang tiga-empat rupa barang, asal besok dapat dipenuhkan semua, kita boleh lantas berangkat pulang,"
Katanja kemudian. Didepannja imam jang lebih tua, ia menjedot dan kepulkan asap tjandunja dengan perlahan2. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Rombongan kita bekerdja tjepat sekali,"
Katanja.
"Kalau nanti kita pulang, kita akan menerima pudjian Kauw-tjoe. Asal kita peroleh hadiah, uangnja nanti kita Semua orang nampaknja girang. Siam In sebaliknja kaget. Ilmu apa itu jang mereka menggunakan?.
"Adakah itu mereka artikan anak2an kertas tadi? Mereka hendak menggangu botjah2 dikampungku, bagaimana aku bisa antapkan mereka?"
Tak sangsi lagi, Siam In lari pulang, untuk berdandan dan menjiapkan sendjatanja.
Kemudian dgn.
diam2 ia keluar pula dari kamarnja, akan pergi lagi kerumah tetangganja she Poei itu.
Disini ia serabunjikan diri diatas wuwungan rumah.
Kira2 djam tiga, diwaktu ada angin meniup, nona Wan lihat beterbangannja tiga rupa benda, jang segera ternjata anak.an kertas jang ia kenal.
Anak2an itu djatuh ditjimtjhee, terus masuk kedalam sebuah kamar melalui djalan dari djendela.
Siam In dengan berani turun kedjendela, untuk mengintai lebih djauh.
tetapi segera ia kaget sendirinja.
Ia lihat anak2an itu menjekal sebatang pedang bambu, pandjangnja pedang kira2 dua dim.
Satu botjah sedang rebah diatas pembaringan, tjelananja sudah dibuka.
Dengan pedangnja, satu diantara anak2an kertas itu ber niat potong anggauta rahasia orang.
Tidak ragu lagi, Siam In menggunakan peluruuja, akan menimpuk pedangnja anak-2an itu.
Ia mengenai dengan djitu, sasarannja terus djatuh.
Kedjadian ini mengagetkan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tiga anak2an kertas itu semua iontjat kedjendela, untuk kabur.
Tapi si nona berlaku sebat, dengan tiga peluru lain, ia rubuhkan mereka satu demi satu.
Siam In djumput satu anak2an, ia lihat tubuh nja ditempeli surat djimat Ia lantas menjalakan api.
Dengan itu ia bakar ketiga anak2an tersebut, sehabis itu.
ia lari kedepan desa, hingga ditepi telaga ia tampak perahu jang kemarinnja.
Dengan satu lontjatan, ia naik keperahu itu, in dapati tiga orang sedang rebah tanpa berkutik, mereka merintih sambil mengeluarkan ilar.
"Kamu kawanan siluman dari mana?"
Siam In tanja sambil menuding.
"Kenapa kamu main gila dislni? Lekas bitjara, atau nonamu akan bunuh kamu semua!"
Tiga orang itu sesak napasnjn, mereka agaknja letih sekali.
"Nona, tolong ambilkan pulang tiga anak-an kertas kita itu"
Kata jang satu.
"Nanti baru kita bitjara, djika tidak, pasti kita binasa..."
Siam In geraki pedangnja, ia menikam. Dua orang lainnja kaget.
"Djikalau kau bunuh kami, Ang Teng tjouwsoeya akan balaskan sakit hati kami "
Kata mereka. Siam In ketahui hal Ang Teng Kauw.
"Kamu ngatjo!"
Menegurnja.
"Mustahil Ang Teng Kauw kirim kamu untuk tjelakai anak ketjil".
"Lekas ambil itu anak2an kertas ,"
Kata dua orang itu seraja mengulur tangan mereka, tapi belum mereka Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dapat djawaban, keduanja lantas meram, djiwa mereka melajang.
Karena tidak peroleh kepuasan.
Siam In lari kekuil Ngo Thong Sie.
Ia terus naik kegenteng, akan menghampirkan kamar jg kemarin.
Tapi kamar kosong.
Ia melibat tjahaja api dipendopo.
Ia lantas menudju kesana.
Sang imam tua, dengan rambut riap2an dan pedang dibulang-balingkan, asjik membatja mantara.
Dimedja, bertjokol bunga teratai dengan satu boneka diatas nja.
Diatas medja itu pun ada sebuah katja muka serta pendupaan jang baranja marong.
Siam In tidak sabar pula, ia menjerbu masuk.
"Ha, kiranja kau, botjah, jang main gila !"
Seru si imam apabila ia melihat si nona.
"Imam siluman, lihat pedang!"
Siam In tidak mempedullkannja, terus dia madju, untuk menjerang.
Si imam angkat katja-rasa, untuk katjakan nona itu, sambil ia berseru.
Sedangkan dari pendupaan menghembus ke.
luar segulung asap putih.
Begitu melihat katja, matanja Siam In silau, asap pun menjerbu kearah mukanja.
Sekedjab sadja, ia seperti hilang tenaganja, hilang djuga kesadarannja, tanpa merasa, ia rubuh sendlrinja.
"Hn-ha-ha-ha !"
Si imam tertawa. XVII Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Menjusul tertawanja imam itu, jang Lan Bin tjindjin adanja, muntjullah beberapa imam lain, menghampirkan si nona, untuk diringkus. Lan Bin tjindjin sendiri tempeli selembar hoe di rambutnja si nona sambil berkata.
"Anak jang manis, kau tidurlah ! "
Dan benar2, Siam In rebah bagaikan pulas.
Kira2 tengah malam, datanglah kawannja Lan Bin tjindjin, ialah Tiang Hoat tjindjin, murid kepala dari Biauw Hoat tjindjin, ketua Ang Teng Kauw.
Dia berkepandaian lebih tinggi dari imam itu.
Dia lantas hundjuk kemurkaannja melihat orang hendak berniat mengganggu si nona.
"Soetee, apakah kau hendak melupakan pesan kauwtjoe?"
Dia menegur.
"Kita telah diberi tugas, bukan? Bukankah waktu kita hendak berangkat, kita telan dimeslikan berkemas-kemas dan bersumpah didepan Pek Lian tjouwsoe untuk tidak dekati perempuan atau semua jang kita kumpuli akan lenjap chasiatnja dan akan djadi tidak berguna lagi? Djangan karena iringi napsu birahimu, kau gagalkan usaha besar kita."
Lan Bin tjindjin dapat dikasi mengerti, ia batalkan niatnja mengganggu Siam In, maka tertolonglah kehormatannja nona itu.
Tiang Hoat tjindjin mengawasi si nona, sampai ia melihat rantai kumala dilehernja nona itu.
Ia lantas mendjumputnja, untuk diperiksa, hingga ia tampak ukiran dibagian depannja, jang berbunji."Mestika untuk dipakai selamanja "
Sedang sebelan jang lain mentjatat.
"Permatanja ThayKek Ong dari Ngotay."
Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Entah dia anggauta-keluarga apa dari keluarga Ong?"
Tiang Hoat menduga-duga. Kemudian ia tampak sarung pedang si nona dimana terdapat ukiran empat huruf dengan arti.
"Tjeng In dari Tan Touw."
Sebab pedang Itu ada pedang jang Tjeng In pakai untuk membelek perutnja Pian Kim Kong.
"Nona ini bukan nona sembarangan,"
Kata si imam kemudian.
"Sjukur dia belum sampai terganggu. Dia ada keluarganja bekas ketua muda kita."
"Apakah soeheng maksudkan Njonja Hoa, istrinja Pat Pie Long-ieoen ?"
Lan Bin tanja.
"Kabarnja sudah lama dia mendjadi pendeta, dia tidak tjampur lagi urusan dunia, maka mengapa sekarang dia kirim botjah ini kemari ?"
"Ini mesti ada sebabnja."
Djawab Tiang Hoat.
"Kita sekarang sudah stap, mari kita pulang. Kita sekalian bawa dia, supaja Kauwtjoe sendiri jang memutuskannja."
Begitulah dihari kedua, Siam In dibawa pergi.
Dia didandani seperti katjung imam, rambutnja pun dikondei njungtjung, dan diletaki diatas kereta, seperti orang jang sedang sakit Selama itu, tetap dia tak sadar akan dirinja, tjuma pada waktunja orang menjuapi ia nasi dan meminumkan air.
Dengan tjara begitu kemudian dia dibawa ke In Hong Koan, kuil jang djadi markas besar Ang Teng Kauw.
Biauw Hoat tjindjin sudah berusia landjut tetapi romannja masih segar seperti anak muda.
Didalam kuilnja, ia membuat beberapa kamar rahasia.
Untuk pelajannja, ia telah menipu belasan nona2, jang ia djadikan sian-kouw ("dewi").
tjuma belasan pembantunja jang dipertjaja Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mengetahui kamar2 rahasia itu.
Inipun sebabnja, ketika pembesar negeri bikin penggeledahan, rahasia itu tak ketahuan.
Ketua Itu girang menerima laporan dari Tiang Hoat dan Lan Bin, karena selain barang2 jang dibutuhkan untuk membuat obat mustadjab "Koen-goan Kim-tan,"
Mereka djuga membawa pulang seorang nona jang mengerti ilmu silat.
Ia memberi persen dua potong emas kepada dua muridnja itu dan memberi upah perak dan tjita pada pembantu2 mereka ini.
Atas pertanjaan ketuanja, Tiang Hoat menuturkan hal kegagahannja Siam In, jang sudah petjahkan ilmu mereka dan menerdjang ke Ngo Thong Sie, sampai dia tertangkap sebab dikasi membaui asap obat pulas Bie-hoen-hoen.
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kalung dan pedang sinona pun diserahkan sekalian.
"Karena dia mempunjai hubungan dengan Thay-Kek Ong dan mempunjakan djuga pedang bekas ketua muda kita jang dahulu, Kauwtjoe harus bertindak hati terhadapnja,"
Tiang Hoat berkata achirnja, memperingatkan ketuanja.
Biauw Hoat tjindjin benar2 harus berpikir.
Yan Ie Lam sudah lama menutup mata tetapi Tjeng In Loo-nie masih hidup dan niekouw ini ketua tjeng Liong Hwee.
Tjeng In sendiri sudah harus dimalui dalam tjeng Liong Hwee masih terdapat orang2 liehay lainnja.
Maka ia mengambil putusan untuk menjingkirkan hoe dirambut sinona, untuk nanti, setelah sinona sadar, mengantar dia pulang ke Kimleng, guna mentjegah permusuhan dengan tjeng Liong Hwee.
Demikian putusannja Biauw Hoat tjindjin, akan tetapi disaat ia hendak kembalikan kaiung kumalanja sinona, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tibaia dapat satu pikiran lain. Ia lantas batalkan niat itu, mulutnja kemak-kemik.
"Kenapa, soehoe ?"
Tiang Hoat tanja.
"Apa soehoe niat tahan nona ini ?' "Mana kau tahu !"
Kata sang guru.
"Nona ini faedahnja untuk Ang Teng Kauw besar Kau tahu, untuk bergerak, kita membutuhkan djumlah uang besar, bukan ? Bagaimana itu harus kita kumpulkan ? Tak tjukup kita mengandalkan pada dermaan anggauta2 kita sadja. Sekarang harta itu sudah tersedia, tjuma masih terpendam didalam gunung Ngo Tay San. Itulah harta pendamannja Lie tjoe Seng, ketika dia menjerbu Pakkhia dan merampok istana. Harta itu dapat memelihara lima-puiuh laksa seroadu untuk sedikitnja selama tiga tahun. Sedjak lama aku telah perhatikan harta karun itu, jang untuk didapatinja perlu kita dapatkan dahulu dua buah kumala dalam mana tersimpan rahasia ternpat pendamnja. Dari dua potong kumala rahasia itu, jang satunja disimpan partai tjeng Liong Hwee. Aku pikir, tjukup asal kita mendapatkan jang sebuah, jang lainnja kita boleh fahamkan sadja. Dasar tjouwsoe melindungi kita, apamau kita sekarang dapat menawan nona ini ! Kau tahu, siapa dia ?"
Tiang Hoat tidak tahu, ia mengawasi gurunja itu.
"Dia ada muridnja Tjong In, dia djuga turunan dari Wan Tjong Hoan,"
Menerangkan ketua itu.
"Sudah banjak tahun, kaisar Boan mentjari dia. Putera kedua dari Thay- Kek Ong, jang bernama Tjong Beng, pernah terdengar menghadap Tjeng In di Kim-leng, maka mungkin dia mempunjai hubungan dengan nona ini. Maka sekarang aku ingin tahan nona ini, untuk didjadikan manusia- Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tanggungan. Supaja Tjeng In dan Tjong Beng datang menebusnja dengan kumala rahasia itu Tidakkah daja ini sempurna ?"
Tiang Hoat anggap bagus pikiran gurunja ini.
"Hanja, tjouwsoeya, apakah tjouwsoeya tidak berkuatir kita nanti benterok sama tjeng Liong Hwee ?"
Dia menanja. Biauw Hoat tertawa ter-bahak2.
"Kekuatiran kau tidak beralasan, kauwhoe!"
Katanja. Memang murid itu diberi pangkat kauw-hoe, atau pembantu.
"Dalam hal ilmu silat, tjeng Liong Hwee memang liehay, tetapi bisakah mereka melawan ilmu gaib kita? Djuga orang2 mereka jang paling Uehay, seperti Poan Liong Tayhiap dan In Tiong Kiam, sudah pada meninggal dunia, sekarang tinggal Tjeng In siniekouw bangkotan, aku tahu kegagahannja, aku tak takut terhadapnja !"
"Hanja, tjouwsoeya,"
Berkata pula Tiang Hoat.
"harta itu demikian besar, mungkinkah mereka sudi menjerahkannja ?"
"Kau tidak tahu ! Upama kata kita tidak berhasil mendapatkan itu, mungkin lain orang. Ada rombongan lainnja dari Kwangwa jang sedang mengintjar harta karun itu. Kalau sekarang kila tidak turun tangan, kita bisa didahului orang lain! Aku pertjaja, asal Tjeng In menerima surat kita, dia akan segera datang"
Biauw Hoat lantas bekerdja. ia kirim utusannja membawa surat ke Kim-leng, untuk Tjeng In Loo-nie. Dipihak lain, dia mengadakan rapat, guna mengatur daja untuk menjambut musuh andai-kata Tjeng In menolak. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Asal aku keprak medja, itu artinja pembitjaraan gagal"
Kata ketua ini achirnja.
"Waktu itu, sinona mesti segera disimpan didalam kamar rahasia."
Setelah itu mereka menantikan kedatangannja Tjeng In.
Beberapa hari sudah lewat - hari2 jang diduga Tjeng In akan sampai ataupun kabar dari niekouw itu - belum djuga ada kabarnja.
Baru selang lagi beberapa hari, mata2 dari bawah gunung melaporkan datangnja seorang penunggang kuda.
"Siap,"
Biauw Hoat menitah, sedang Tiang Hoat diperintah menjambut.
Jang datang itu mengaku ada utusannja Keluarga Ong.
Biauw Hoat menjambut dipeudopo.
Dia mengenakan djuba Hong-hwee-pauw dan langannja menjekal hoed-tim, (kebutan).
Ia muntjul dari pintu samping terus ia mengambil tempat duduk.
Waktu itu, sipembawa surat sudah menantikan diundakan tangga.
Iman ini melirik kepada dua katjungnja.
"Kauwtjoe menitahkan sipembawa surat menghadap!"
Kata satu katjung. Tiang Hoat memimpin utusan itu madju. Dia berumur kira2 empat-puluh, kulitnja kemerah2an, romannja gagah, tindakannja pun tetap.
"Pasti dia kosen, aku mesti waspada, pikir Biauw Hoat sambil mengawasi. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Beritahu namamu!"
Kata iman ini kemudian seraja ia mengebut.
"Siapa suruh kau membawa surat?"
"Aku dititahkan Djie-kongtjoe dari K
Bakti Pendekar Binal Karya Khu Lung Rahasia 180 Patung Mas Karya Gan Kl Siluman Rase Souw Tat Kie Karya Siao Shen Sien