Ceritasilat Novel Online

Pertentangan Kaum Persilatan 8


Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT Bagian 8


eluarga Ong dari Ngo-tay"

   Djawab utusan itu.

   "Mari suratmu!"

   Orang suruhan itu buka sabuknja, untuk mengeluarkan suratnja, setelah mana, ia bertindak untuk menjerahkannja.

   "Mari"

   Kata satu iman tjilik, jang madju kedepan siutusan sambil mengulur tangannja.

   Maka iman itu menerima surat dari tangan pelajannja sendiri.

   Selagi siiman membuka sampul surat, untuk dibatja, tiba2 siutusan menolak tubuhnja si katjung dan tangannja jang lain menjabat dengan sabuknja, dari mana segera mentjelat sebatang pedang pendek, jang mengarah dada imam itu.

   Selagi si imam terkedjut, pedang sudah mengenai sasarannja, hingga imam jang mendjadi kaget sekali.

   Tetapi Biauw Hoat tidak rubuh, dia malah bisa geraki kebutannja, akan menjampok sa buk berikut pedang pendek itu.

   Utusan itu heran jang serangannja berhasil tapi tanpa akibat jang diharapkan, maka ia lontjat madju, akan djambret imam itu.

   Baru kaki depannja menginjdjak lantai, atau terdengarlah satu suara mendjeblak, lalu tubuhnja kedjeblos.

   Tetapi ia bergerak sangat sebat, ia masih sempat sambar udjung badju si imam, hingga dengan pindjam tenaga orang lain, ia bisa mentjelat naik.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Dengan memperdengarkan suara memberebet, udjung badjunja si imam robek.

   Dia lantas lenjap hampir bersamaan menghembusnja asap tebal di hadapannja.

   Bukan main herannja utusan itu, apapula semua Imam lainnja djuga lenjap dalam sekedjab, hingga ia seorang diri tertinggal disitu dengan pendopo sudah lantas terpegal djerudji besi, jang mengurungnja setjara mendadakan.

   Orang suruhan itu bukan lain daripada Wan Boe tjioe.

   Dia datang dengan tipudajanja itu, untuk bekuk &auw Hoat, guna memaksa si imam merdekakan Siam In.

   Dia tak sangka, imam itu sangat litjik.

   Dia tetap terkurung, sampai sang magrin mendatangi.

   Tiada seorangpun menggubris dia, meski belakangan tampak beberapa imam mondar- mandir diiuar djerudji.

   Tetapi tak seorang pun jang meladeni dia.

   Dia seperti tidak terlihat.

   Waktu tjuatja mulai gelap, beberapa orang lewat didepan pendopo, ada jang membawa barang makanan.

   Rupanja mereka budjang2 luar dari kuil itu.

   Boe tjioe mengeluarkan dua potong perak, sambil menundjukkan itu, dia memanggil.

   "Sahabat, mari ! Aku terkurung disinl, apa kau bisa tolongi aku membawakan kabar ?"

   Beberapa orang itu lewat teras, mereka seperti tak mendengar dan tak melihat.

   Boe tjioe melemparkan uangnja, tapi uang itu djatuh berbalik, seperti ada jang merintanginja.

   Ia heran, ia merogo keluar, mengulurkan tangannja pandjang2.

   Ia kena membentur suatu barang bagaikan tembok tetapi ia tak dapat melihatnja.

   Maka ia mendjadi heran dan kaget.

   Insjaflah ia sekarang liehaynja kawanan imam itu.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Memang, dipemulaan keradjaan Beng, ilmu gaib telah digunakan untuk menarik kepertjajaan rakjat.

   Paling madju adalah diwilajah2 aliran sungai Hong Hoo.

   Upama tjoe Goan tjiang, pendiri ahala Beng, telah memasukkan partai agama Ble Lek Kauw, diachir keradjaan Beng, atau permulaan ahala Boan, gerakan itu madju pula.

   Seperti timbulnja Ang Lian Kauw, jung dimulai dari propinsi Shoatang, lalu mendjalar ke Hoopak dan Hoolam, sampai dialiran sungai Tiang Kang.

   Adalah Ang Teng Kauw ini jang belakangan berubah mendjadi Pek Lian Kauw, jang sama2 memudja Pek Lian tjouwsoe.

   Anggauta jang penting semua mengerti ilmu gaib.

   Umpama daging mereka dipotong, tanpa menimbulkan rasa sakit, tanpa mengeluarkan darah, dengan ilmu apa mereka bisa menarik kepertjajaan orang banjak, untuk menggaruk uangnja.

   Misalnja tjie Hong Djie, pemimpin Pek Lian Kauw jang berbahaja Itu.

   Sedang belakangan lagi, rombongan Gle Hoo Toan djuga ketjampuran anasir2 Pek Lian Kauw itu, tjuma sekarang gerakan berpokok kepada menentang bangsa Boan dan membangun keradjaan Beng.

   Tapi setelah dipengaruhi Kokbo tjioe Hie, mereka djadi bekerdja sama dengan bangsa Boan, mereka berbalik memusuhkan bangsa asing, hingga akibatnja keadaan Tiongkok djadi sangat menjedihkan Demikian sekarang, Wan Boe tjioe menjaksikan liehaynja kaum Ang Teng Kauw ini bahagian "kiri" (tjo-too).

   Dimasanja Yan Ie Lam mendjadi ketua muda Ang Teng Kauw, dia tidak mengutamakan ilmu gaib itu.

   Dikiri-kanan ada pintu samping.

   Boe tjioe mentjoba tolak itu, ia tidak berhasil.

   Dalam keadaan biasa, pasti ia bisa Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
menolak pintu itu walaupun daun pinlunja tergandjel palangan.

   Segera djuga, Boe tjioe dengar suara lontjeng geredja dan pembatjaan doa.

   Ia tahu, itu adalah waktunja orang melakukan ibadat Ia mengerti pula, itulah waktunja untuk tjoba menjingkir.

   Maka ia naik kepenglari, sambil memegangi penglari itu, ia mengajunkan kakinja, akan mendupak genteng.

   Ia gagal! Ia seperti mendupak kapas, genteng tak berubah.

   Kembali ternjata, ia kebenterok dengan ilmu gaib, ia seperti terkurung "thian lo tee bong"

   Ialah "djala langit, djaring bumi . ."

   Dalam bingunguja, Boe tjioe merebahkan diri, pikirannja mendjadi kalut, ia berduka bila ia teringat akan nasib puterinja - Siam In.

   Sampai djam tiga, orang she Wan ini masih belum tidur.

   Tiba2 ia melihat satu bajangan berkelebat dilorong, bujangan mana merupakan satu tubuh jang tak tinggi.

   Dilain saat, ia tampak tegas satu njonja tua mendekam dipodjok tembok.

   Dari gerakan njonja itu, ia menduga kepada bukan musuh.

   Sebentar sadja, njonja itu kelihatan mengeluarkan dua lembar kertas dari sakunja.

   jang selembar, ia tjantel diKondenja.

   jang lainnja, ia pegangi terus.

   Dengan hatiia bertindak Kearah orang jang dikurung itu.

   Kertas itu ditempelnja lepat dipimu.

   Njata itu adalah selembar kertas kuning, ialah hoe - soerat djimat, setelah itu.

   segera ia menjampok pintu.

   Boe tjioe menjaksikan kekuatan tangnnnja sinjonja, sebab djerudji besi terpatahkan.

   Lantas njonja itu memasuki tangannja untuk menggape.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Boe tjioe mengerti.

   Tanpa bilang suatu apa, ia bertindak menghampirkan, akan terus lontjat, molos diantaru djerudji itu.

   Sinjonja tetap tidak buka suaranja Koo jang dipintu, ia ambil kembali, dan ditempelkan dikepala orang jang ia tolongi, jang ia terus tuntun, untuk diadjak lontjat melewati pendopo samping.

   Untuk kemudian berlalu dari In liong Koan.

   Mereka berlari terus sampai terang tanah, hingga mereka sudah melalui kota Laytjioe seratus lie lebih.

   Disini baharulah mereka berhenti berlari.

   Boe tjioe merasa lelah, hingga ia merebahkan diri dlbawah sebuah pohon.

   Sinjonja tua mentjabut kondenja.

   hingga terlihatlah kepalanja jang litjin, sebab ia adalah satu niekouw, pendeta wanita.

   "Wan Kongtjoe, masihkah kau mengenali pin-nie ?"

   Tanjanja. Bukan main girangnja Boe tjioe apabila ia sudah melihat tegas niekouw itu, ialah niekouw jang ia djusteru lagi tjari. ia lantas berlutut didepan niekouw itu, untuk paykoei.

   "Oh. soe-thay !"

   Ia berseru.

   "Bangun, kongtjoe,"

   Berkata sipendeta wanita, jang Tjeng In adanja.

   "Disini bukan tempat untuk mendjalankan adat istiadat, kita djusteru harus damaikan soal menolongi puterimu."

   Boe tjioe berbangkit.

   "Aku mengerti, soe-thay,"

   Katanja. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Oleh karena keduanja sudah lapar, Tjeng In mengadjak lebih dulu untuk tjari rumah makan dimana mereka bisa duduk bersantap.

   Diantara Tjeng In dan Wan Boe tjioe, keadaan rada ruwet.

   Tjeng In adalah muridnja Oey Bwee Kie-soe.

   Dan Boe tjioe, sedjak umur beberapa tahun, sudah dirawat dan dididik Oey Bwee Kiesoe itu.

   Adalah setelah ajah dan ibu Boe tjioe dibokong Tiat-tjie-sian Liok Hong, baru dia dititipkan pado Poan Liong Tay-hiap, untuk diserahkan pada Ong Wie Yang dan Liok Goan Hoa, untuk dididik lebih djauh.

   Boe tjioe beladjar silat pada Wie Yang sampai kemudian dipropinsi Soe-tjoan, dia bertemu dengan Boe Tim toodjin.

   Maka itu, mereka berdua sebenarnja seimbang deradjatnja.

   Tapi Siam In puterinja Boe tjioe adalah muridnja Tjeng In.

   Boe tjioe pun lebih muda dua puluh tahun daripada niekouw itu.

   Maka dalam deradjat, tetap Boe tjioe jang terlebih muda.

   Tapi Tjeng In indahkan kehormatan kaum Rimba Persilatan, ia tidak mau merusak aturan, maka itu, ia memanggil kongtjoe pada Boe tjioe.

   Tjeng In meninggalkan Tan Touw Am lebih dahulu daripada Boe tjioe, mengapa ia sekarang ternjata terlambat ? Itulah ada sebabnja.

   Bukan main gusarnja Tjeng In waktu ia menerima surat pemeresan dari Biauw Hoat tjindjin.

   Ia bentji iman itu, jang melupai persahabatan, iapun djemu untuk perbuatan rendah orang itu - mentjulik dan memeras, memeras orang sesama kaum.

   Sebenarnja ia ingin segera sampai di Laytjioe, untuk membunuh iman itu.

   Tapi ia sudah berusia landjut, iapun ada satu pendeta, ia bisa mengendalikan diri.

   Disamping itu ia tahu, sebagai koensoe, penasihat, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kedudukan Biauw Hoat berimbang dengan kedudukannja Yan le Lam dulu.

   Dalam ilmu silat, Biauw Hoat tidak liehay, tetapi dia mengerti ilmu gaib.

   Maka, untuk bekerdja, Tjeng In tidak mau sembrono.

   Demikian, sesampainja ia di Laytjioe, ia mondok disebuah kelenteng, darimana ia mentjari tahu dulu halnja ketua Ang Teng Kauw itu.

   Tidak demikian dengan Wan Boe tjioe jang lantas langsung menjatronl.

   Benarlah dugaan Tjeng In, Biauw Hoat menggunai ilmunja akan mengurung Boe tjioe Malah Biauw Hoat tahu menurut hitung2annja sl niekouw mestinja sudah sampai tapi pendeta itu belum djuga muntjul.

   Karena itu ia lantas mengatur pendjngaannja ia hanja tidak menjangka, Boe tjioelah jang masuk perangkap.

   Tjeng In djuga benaku hati2 sekali.

   Supaja Biauw Hoat tidak mengenali dia dia beli konde palsu, untuk menjamar.

   Dia kenal baik In Hong Koan, jang sekarang telah berubah tidak sedikit.

   Dia menudju kebelakang sebab didepan ada dipasang hian-lo tee-bong.

   Disini ia memasuki sebuah pintu ketjil tanpa rintangan.

   Dia kagum bila dia dapat tjium bau semerbak dari bunga melati dan anggerek tertjampur djadi satu Dia heran.

   Tidak selajnknja kedua rupa bunga berada disitu.

   Melati mesti berada di Tiang Kang dan anggerek di Kong Kiang.

   Djuga hawa udara telah berubah mendjadi panas.

   Terang perubahan hawa itu ada perbuatannja Biauw Hoat.

   Madju lebih djauh, Tjeng In melihat sebuah pintu model bulan dengan tulisan empat huruf.

   "Hong Lay Sian Keng,"

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Jang berarti "tempat dewa". Disitu ada ranggon dengan apinja terang. Dari mana terdengar suara tetabuan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
bertjampur suara tertawa riang-gembira.

   Dia lantas menghampirkan kamar, untuk mengintai didjendela.

   Segera dia mendapatkan satu pemandangan jang mendjemukan.

   Satu imam sedang dikerumuni belasan nona2 manis, dengan pakaian model kuno, indah dandanannja, tjentil kelakuannja.

   Tjeng In tak ingin menjaksikan lebih djauh pemandangan buruk itu.

   Djusteru ia hendak mengundurkan diri, ia tampak pedang dan sebuah kantong kulit digantung dekat djendela.

   Ia tahu, itulah pedangnja siiman dan kantong itu mesti memuat surat2 djimat.

   Tanpa sangsi lagi, ia mendekati pedang dan kantong itu, untuk segera disambar.

   Sjukur siiman tidak melihat perbuatannja itu.

   Kantong itu benar memuat rupa2 hoe.

   Untuk bisa menolongi Siam In, Tjeng In meninggalkan ranggon tempat pelesiran itu.

   Sekarang ia tampak satu lontjeng besar.

   tinggi sependirian orang.

   Ia beran.

   ia mengawasi lontjeng itu hingga ia dauatkan tapak kaki.

   Ia pasang kupingnja dilantai, ia mengetok.

   Ia dengar suara kosong.

   Djadi disitu ada lobang dalam tanah.

   Karena tidak ada orang disitu, Tjeng In menggeser lontjeng itu, hingg2 ia menghadapi mulut sebuah lobang dari mana terlihat tjahaja api suram ia mengambil selembar hoe.

   ia tempelkan dirambutnja, lalu ia turun diundakan tangga.

   Beberapa katjung menanti didalam lobang itu tapi mereka tidak melihat Tjeng In.

   Teranglah itu ada chasiatnja hoe itu.

   Bertindak lebih djauh, Tjeng In lantas dipegat enam perwira tlnggi-besar dengan kampak ditangan mereka Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
masing2. Pakaian mereka pun bersinar kuning emas. Mereka burdandan sebagai panglima perang djaman dulu. Tjeng In membatja mantora2 sampai enam perwira ilu lenjap sendirinja. Tapi pendeta mi segera mendengar suara, katanja .

   "Thaysoe, silakan kembali. Aku menerima titahnja tjindjin untuk melarang orang masuk kemari !"

   Tjeng In madju terus, lagi ia merasai ada orang menolak lubuhnja.

   ia tahu ia lagi berhadapan dengan malaikat2 LiokTeng Liok-Kah, bahwa kali ini, surat djimatnja tidak berlaku.

   Terpaksa ia pulang.

   Dua malam Tjeng In berpikir keras, masih ia belum mendapatkan akal.

   Tapi ia penasaran maka hari itu, ia datang siang.

   Ia pakai djimat, untuk mengumpetkan dirmja Kebetulan ia melihat Wan Boe tjioe bagaimana ia ini dikurung.

   Maka ia menunggu sampai malam, baharu ia menoiongi orang she Wan itu.

   Demikian di-rumah makan.

   Tjeng In menuturkan hainja.

   Setelah mana, Boe tjioe djuga mentjeritakan tentang dirlnja, sedjak meninggalkan Ngo-tay sampai di Inlam dan bertemu sama Boe Tim Toodjin, jang menerima ia sebagai murid, sampai ia mengetahui hal gadisnja tertawan, maka ia lantas berangkat untuk menolonginja.

   Setelah bertjerita, Boe tjioe melihat si niekouw sangat berduka.

   "Apakah soethay tidak tahu salah satu soehoe liehay, jang bisa petjahkan ilmu gaibnja imam itu ?"

   Achirnja ia Tanja. Pertanjaan Ini menjadarkan Tjeng In. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Kau benar, kongtjoe "

   Katanja.

   "Guru ku, Oey Bwee Kiesoe, pernah tinggalkan dua buah kitab Thian Sie, untuk disampaikan pada satu orang. Maka asal orang itu dapat ditian, pasti kita dapat menolongi puterimu."

   "Siapa dia itu, Soethay ?"

   Boe tjioe tanja, bernapsu.

   "Sekarang ini tempo kita sangat mendesak,"

   Sahut Tjeng In.

   "mari kita berangkat ke Kwan-gwa, untuk mentjari dia. Ditengah perdjalanan nanti aku berikan keterangan padamu."

   Lantas mereka berangkat.

   Kali ini mereka mengaku sebagai ibu dan anak.

   Dari Laytjioe, mereka naik perahu.

   Angin timur-selatan menjeberangkan mereka ke selatan Poet-hay, sampai di Liauwteng.

   Disini baharu Tjeng In memberi keterangannja pada Boe tjioe tentang hal iehwalnja sendiri, mula2 ia beladjar pada Oey Bwee Kiesoe, sampai ia membunuh Pian Kim Kong.

   Bahwa gurunja telah menjerahkan padanja dua kitab rahasia Thian Sie.

   Kitab2 itu tidak diserahkan pada Tjeng In, Liok Goah Hoa atau Yan Ie Lam sebab guru itu tahu, mereka ini tidak mempunjakan kesanggupan memiliki buku itu, jang memuat pelbagai ilmu perang dan ilmu alam gaib.

   Pesannja Oey Bwee Kiesoe adalah, setelah nanti ia menutup mata, kitab jang satu mesti dipendam digunung Hoeyong tjiang di Hoa-koan, Kwietang.

   ia telah meramalkan .

   "Seratus tahun kemudian, kitab ini akan terdjatuh kedalam tangannja satu Radja rblis pengatjau dunia, jang akan membikin keradjaan Boan mendjadi kalut sekali (terbagi empat, terpetjah lima)."

   Dan kitab jang kedua mesti disampaikan pada seorang di Kwan-gwa, Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
orang mana bisa mentjulik kaisar Boan serta berulang kali bisa menolongi tak sedikit djiwa manusia. Ketika Tjeng In tanja gurunja. siapa adanja itu orang di Kwangwa, jang mesti ditjari, Oey Bwee Kiesoe kata .

   "Kau ingat sadja, lagi tiga tahun, dua hari setelah hari raja Tiong tjioe, didjalan Sin-tek-too di Djiat-hoo. kau akan melihat sembilan buah kereta persakitan. Dengan menggunai kepandaianmu. kau mesti menolongi mereka, lalu pada satu diantaranja, jang pernah beladjar di Hian-lie, kau berikan kitab ini. Berdasarkan djasa baik ini nanti, selang beberapa puluh tahun, orang itu akan menolongi kau dalam kesukaranmu."

   Tjeng In melakukan pesan gurunja itu.

   Sehabis gurunja wafat, ia berangkat ke Kwietang, untuk pendam kitab jang satu digunung Hoeyong tjiang.

   Setelah itu, ia merantau, hingga ia mengangkat namanja.

   Lalu tiga tahun kemudian, ia pergi ke Kwan-gwa.

   Didjalan Sintek, Djiat-hou (Jehol), ia menunggui orang jang ia mesti menolongi.

   Itulah masanja Hek San Pat tjoen, delapan djago dari Hek San, memberontak terhadap pemerintah Boan tjeng.

   Rahasia mereka botjor, ketahuan oleh Tjongpeng An Tat Lee.

   Tjongpeng ini lantas kirim sebawahannja, tjharatjiang See-djie Houtat pergi ke Kliolee (Korea), minta supaja pihak Kholee memegat djalan mundur kaum pemberontak itu.

   Setelah mana, ia mengatur d jebakan, hingga Hek San Pat tjoen kena dipukul hantjur.

   Djumlah mereka terdiri dari beberapa ribu djiwa.

   Thian Tie Koay-Hiap Ong In Liong ada sahabat Hek San Pat-tjoen, dia turut dalam pemberontakan itu, dialah jang membawa pasukan belakang, dia dapat melabrak tentara Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Boan.

   tapi kemudian, karena kalah besar djumlah, dia kewalahan.

   Maka ia mengadjak Hek San Pat-tjoen mundur.

   Mereka mundur kewilajah Korea.

   Satu pasukan demi satu pasukan melintas mundur.

   Paling belakang, Ong In Liong bersembilan dengan Hek San Pat-tjoen.

   djalan sambil naik kuda mereka.

   Mereka masuk dalam lembah sesudah tjuatja gelap.

   Mendadak berbunji tanda njaring, lantas kuda mereka terdjirat dadung2 kalakan, lalu menjambar puluhan gaetan.

   Dari dalam rimba pun datang serangan nanah.

   Maka siapa tidak terpanah, dia mesti terdjirat kaki kudanja, atau orangnja kedjeblos dalam lubang perangkap.

   Sembilan orang kosen itu terbekuk semua, tak peduli mereka gagah, bersama mereka ada sedjumlah sebawahannja.

   Tentara Korea mendjebloskan orang2 tawanannja kedalam kerangkeng, lantas mereka digiring kepada pasukan Boan.

   untuk diserahkan.

   Attalah waktu itu.

   Tjeng In telah berdjaga2.

   Pendeta ini bingung djuga, sebab tentara pengiring berdjumlah besar.

   Selagi ia mengawasi kearah rombongan tentara itu, ia melihat satu pengemis pengkor asjik mendorong sebuah kereta memasuki mulut lembah.

   Kereta itu diberhentikan tepat dibagian djalan jang sempit.

   Segera Tjeng In tampak mata bersinar dari si pengemis, ia menduga orang bukan orang sembarang.

   Ketika itu, barisan pengiring tawanan lagi mendatangi; beberapa penunggang kuda djalan didepan, lalu barisan pengiring, jang berbaris dua.

   Sembilan kereta kerangkeng diiring barisan serdadu bertumbak pandjang.

   Dibelakang Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mereka itu, ada lagi barisan anak panah, jang dikepalai dua perwira.

   Melihat datangnja barisan serdadu, si pengemis mendjalankan pula keretanja.

   Bisa dimengerti kalau ia djalan dengan pelahan sekali, sebab sudah pengkor, ia d juga mesti menolak kereta.

   "Minggir!"

   Bentak salah seorang perwira. Pengemis itu diam sadja, ia seperti tidak mendengar bentakan. Malah selagi barisan datang semakin dekat, ia menahan keretanja dan naik ke-atasnja, untuk nunprah membetulkan sepatu.

   "Kurang adjar!"

   Bentak si perwira, sambil mengajunkan tjambuknja.

   Tapi si pengemis berguling turun dari koretanja, meloloskan diri dari tjambukan.

   Beberapa opsir mendjadi gusar, mereka madju.

   untuk menghadjar pula.

   Si pengkor berkelit, sambil terlontjatan, gerakannja lebih tjepat daripada kuda.

   Sia-sia ia dikedjar sampai sepuluh tumbak lebih, sehingga barisan serdadu tertinggal dibelakang.

   Pasukan pengiring itu djuga sudah lantas berhenti.

   Selagi dia dikedjar, pengemis itu berhenti berlari, dia menoleh, lantas dia mendjebikan, akan mengedjek opsir2 itu.

   Begitu ia didekati, selagi kuda lontjat, ia menggulingkan tubuh, lewat dikolong kaki kuda.

   Setelah mana, ia kembali ke keretanja untuk didorong pula kearah barisan setdadu.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Beberapa puluh serdadu terdepan mendjadi pusar, mereka pun madju, akan menghadjar pengemis ini, tapi djusteru mereka datang dekat kereta, mendadakan kereta itu meledak.

   Kiranja kereta itu berisi bahan2 peledak.

   Kira2 lima-puluh serdadu terbinasa dalam sekedjab.

   Beberapa opsir, jang tadi mengedjar, mendjadi kaget, mereka lantas putar balik kuda mereka.

   Si pengemis tidak berhenti sampai disitu.

   Ia tjabut sebuah pohon tjemara disamping djalan, untuk digunai sebagai toja, akan menjapu iain2 serdadu.

   Dipihak lain, barisan jang mengiring kereta lantas madju, guna bantu mengepung.

   Tjeng In melihat ketikanja.

   Ia lontjat turun, sambil menghunus pedangnja, ia lari ke-kereta2 kerangkeng.

   Sebentar sadja, ia telah membabat putus rantai pintu kerangkeng.

   Disitu ada Tiat-kim-kong Tan Seng dan Hek- Song-sin Lie Ngo dari Hek San Pat tjoen.

   Mereka ini menghadjarkan rantai borgolan pada kereta, hingga putus.

   Bila mereka melihat pasukan dibelakang lagi mendatangi, mereka mendjumput kampak musuh, buat dipakai menjambut.

   Tjeng In bekerdja terus mendobrak satu demi satu kerangkeng persakitan, hingga setiap persakitannja, jaitu lagi enam anggauta Hek San Pat tjoen dan Ong In Liong bebas dari bahaja.

   Seperti Tan Seng dan Lie Ngo, mereka ini djuga menjambar sendjata untuk membantui dua saudara mereka itu melabrak tentara negeri.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Empat perwira jang bantu mengantar rombongan persakitan adalah pahlawan2 dan istana Djiat-hoo Heng- kiong.

   jaitu istana kaisar di Djiathoo.

   Mereka repot melajani si pengemis pengkor seorang, maka mereka kaget bukan main menjaksikan djuga si niekouw jang tidak dikenal, sedang mendobrak kerangkeng2 dan membebaskan setiap persakitan.

   Dalam keadaan hebat seperti itu dua pahlawan rubuh terbinasa maka dua jang lain, terpaksa angkat langkah seribu.

   Si pengemis tidak mengedjarnja.

   Hek San Pat-tjoen dan Ong In Liong telah berhasil menumpas semua serdadu pengiring, lalu mereka menghampirkan si niekouw, jang lagi menjusuti pedangnja jang berlepotan darah.

   Si pengemis pengkor pun turut menghampirknn.

   Kapan Ong In Liong mengenali pengemis itu, ia memberi hormat sambil memanggil.

   "Soehoe !"

   Sebab si pengemis bukan lain daripada Ong Liak, jang menjamar.

   Sembilan djago itu tidak kenal Tjeng In tapi mereka menghundjuk hormat mereka sambil menghaturkan terima-kasih serta sekalian menanja she dan nama atau gelaran penoiongnja itu.

   Tjeng In memperkenalkan diri sambil memberi tahukan kedatangannya itu atas titah surunja.

   Oey Bwee Kiesoe.

   Semua orang berlerima-kasih dan kagum.

   Mereka memang pernah mendengar nama niekouw ini.

   Baharu hari ini mereka dapat melihat orangnja serta bisa beladjar kenal djuga dengannja.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tjeng In mengadjak semua orang itu menjingkir, karena tempat itu bukan tempat pasang omong. Dia kuatir nanti aua bala-bantuan musuh jang datang.

   "Benar!"

   Kata Ong In Liong beramai Setelah mana, mereka merampas kuda untuk dipakai kabur, ke-utara.

   Tetapi di tengah djalan, mereka berpisahan.

   Hek San Pat tjoen pergi pada Kim too Soannie Beng Eng, untuk menumpang dan Ong Liak mengadjak Ong In Liong pulang ke Thian Tie, Tiang Pek San.

   Tjeng In turut guru dan murid itu, karena ia harus menjelesaikan tugasnja menjampaikan kitab gurunja.

   Baharu beberapa hari berdiam dialas gunung, Tjeng In lantas mengelahul sifatnja Ong Liak dan Ong In Liong.

   Maka pada suatu malam ditepi danau Thian Tie, selagi rembulan memantjarkan tjahajanja jang indah kemuka telaga, ia mengutarakan maksud kedatangannja jang sebenarnja guna menjerahkan kitab.

   Karena ini, ditepi danau djuga, In Liong memasang hio.

   Tjeng In mengeluarkan kitabnja Oey Bwee Kiesoe, jang dibungkus dengan sutera kuning.

   Dihalaman pertama terlihat pesannja Oey Bwee, jang berbunji.

   "Orang jang menerima kitab ini mesti bersumpah kepada Thian, bahwa dia tidak akan tersesat dan melakukan perbuatan jang tidak lajak. Sebaliknja, dia harus menolong sesama manusia dan melenjapkan bentjana bagi rakjat"

   Ong In Liong memberikan sumpahnja. Sesudah mana baharulah Tjeng In menjerahkan kitab itu. Ia memberi hormat pada niekouw ini, sambil menghaturkan terima kasihnja. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Dilain harinja, Tjeng In berpamitan.

   Ong In Liong lantas mejakinkan kitab itu, sampai Ong Liak menutup mata.

   In Liong lantas menampakkan diri sebagai Thian Tie Koay-Hiap, Orang Aneh dari Thian Tie.

   Karena Liehaynja, ia sangat dihormati Demikian Tjeng In Loo-nie menuturkan Boe tjioe perihal Thian Tie Koay-Hiap atau Ong In Liong.

   Selama mana, mereka sudah sampai di Eng kauw, wilajah Kwantiong.

   Disini mereka mendarat untuk menjewa kuda, guna melandjutkan perdja* lanan mereka ke Thian-tie.

   Mereka ketjewa, tidak dapat mentjari Ong In Liong.

   In Liong sudah pindah kegunung Ya Kek San di Hek-liongkang untuk menjingkir dari Soe In Teng.

   Maka Tjeng In mengadjak Boe tjioe terus ke Utara, sampai kebetulan sekali mereka bertemu sama Lie Ngo.

   Djago tua jang mendjadi salah satu dari Hek San Pat-tjoen.

   Kebetulan sekali, karena Lie Ngo mentjurigai Tjeng In, jang ia ingat samar2 sebagai penolongnja.

   Mereka djadi dapat berbitjara.

   Setelah mana, djago Hek San itu mengadjak pendeta ini dan Boe tjioe kekamar rahasianja, untuk ia memperkenalkan dirinja.

   Tentu sadja, Tjeng In mendjadi sangat girang.

   Setelah berbitjara tentang Beng-sie Sam Eng, Lie Ngo menambahkan.

   "Aku kira dua saudara Ong berada pada persaudaran Beng itu. Mengapa soehoe tidak mau pergi dulu pada Beng-sie Sam Eng dan dari sana baharu ke Ya Kek San? Djaraknja sudah dekat untuk pergi kepasanggrahan mereka."

   Tjeng In menjetudjui usul itu, maka ia mengadjak Boe tjioe pergi malammalam kepasanggrahan bertiga saudara itu, hingga mereka dapat menemui dua saudara Ong Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
begitu pula Oey Bin Koaykek Tjong Lioe dan Tiauwyang Hoeltoo Ang Seng Tong.

   XVIII Setelah berduduk, Tjeng In lantas mentjeritakan hal lenjapnja Siam In.

   Bagaimana sia-sia sadja Wan Boe tjioe menijoba menolongnja.

   Bahwa iapun tidak berdaja karena Biauw Hoat tjindjin menggunakan ilmu gaib.

   Maka itu, ia djadi teringat pada Thian Tie Koay-Hiap, pertolongan siapa hendak dimintanja.

   Maksud pendeta ini sama dengan niat Beng-sie Sam Eng, jalah untuk meminta bantuannja Thian Tie Koay-Hiap.

   hanja bedanja ialah sifat bantuan .

   Jang satu guna mentjari neraka dunia dari Soe In Teng, jang lain untuk menolongi Siam In.

   Semua orang murka mendengar tertjuliknja si nona.

   Malah Tjong Beng murka berbareng kaget, sebab orang hendak peras kumala mustikanja, hingga ia menghunus pedang seraja menepuk medja.

   "Imam siluman, tidak dapat aku menerima paksaanmu ini !"

   Dia berteriak.

   "Aku tak nanti membiarkan tempat harta rahasia tjeng Liong Hwee djatuh ditanganmu"

   Kataa bersemangat ini membuat orang kagum.

   Tapi Boe tjioe sendiri diam2 merasa pasti, pemuda ini dan Siam In mestinja sudah berdjodoh untuk hidup bersama.

   Maka legalah hatinja.

   tjuma Beng Siang jang duduk diudjung, berdiam sadja.

   Melihat sikap si nona itu, Seng Tong lantas tanja.

   "Sam- Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tjeetjoe tentu mempunjai daja jang baik, mengapa kau diam sadja ? Tjeng In Soethay bukan orang lain, tidak ada halangannja untuk tjeetjoe mengutarakan segala apa"

   Tjeng In dan Boe tjioe segera menoleh akan memandang si nona tjantik, gagah dan djelita itu, dengan sepasang matanja jang tjelih sekali.

   "Omietoohoed!"

   Tjeng In lantas memudji seraja ia menakapkan kedua tangannja.

   "Muridku terdjatuh dalam tangan orang djahat, pinnie mohon sam-tjeetjoe suka dajakan untuk menolong dia."

   Beng Siang lekas2 berbangkit, untuk membalas hormat.

   "Aku seorang perempuan, apa tahunja aku?"

   Katanja.

   "tjoe-wie telah terlalu memudji aku. Mengenai Wan Siotjiah. aku menganggap, perlu dia lekas ditolongi, karena dia sudah tertjulik lama. Kalau kita pergi dulu ke Ya Kek San, kita menambah memperlambat waktu."

   "Sam-tjeetjoe benar,"

   Boe tjioe hilang.

   "Tetapi soal ada sulit sekali. Bukannja aku omong besar, djikalau hanja kepandaian silat jang dibutuhkan, aku bersama Tjeng In Soethay sadja sudah tjukup. Tapi Biauw Hoat tjindjin pandai ilmu gaib. Maka itu kami mendjadi ingat kepada Thian Tie Koay-Hiap, jang pernah menerima kitab Thian Sle, mungkin dia dapat membantu kita."

   Mendengar itu, Beng Siang tunduk, ia berpikir.

   "Sebenarnja kita kaum Rimba Persilatan, kita semua utamakan hanja ilmu silat,"

   Kata dia kemudian.

   "Bangsa kita tidak mengenal segala ilmu gaib, maka kalau kita djeri terhadap ilmu itu, apakah orang tidak akan tertawakan kita? Menurut aku, tidak usah kita membikin pusing Thian Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tie Koay-Hiap. Kita sendiri dapat memunahkan ilmu gaib itu. Laginja dengan tindakan kita ini kita djadi bisa mentjegah segolongan orang sesat berani menggunakan pula ilmu gaib itu."

   Pikiran ini dapat persetudjuan umum, hanja mereka belum tahu, si nona hendak bertindak bagaimana.

   Maka semua mata ditudjukan kepada tjeetjoe ini, kepala gunung, jang ke-tiga.

   Tjeng In djuga menganggap si nona ada satu nona luar biasa.

   Lantas pendeta itu, begitupun Boe tjoe, menanjakan daja apa jang si nona punjai.

   "Silakan duduk, djie-wie"

   Kata Beng Siang jang melihat dua tetamunja berbangkit.

   "Barusan Ong Kongtjoe bilang hendak pergi ke Shoatang untuk mentjari kauw-tjoe dari Ang Teng Kauw, itulah karang tepat,"

   Kata si nona.

   "Urusan ini tidak dapat dilawan dengan menuruti hawa amarah. Dimana boegee sadja tidak bisa diandalkan untuk melawan ilmu gaib. Apa kepergian dengan begitu sadja, tidak berarti mengantarkan kambing kepada harimau ?"

   Semua orang berdiam, tidak terketjuali Tjong Beng, jang menjesal sudah terburu napsu mengeluarkan kata2nja tadi. Ia pertjaja Siang Kiam Hong mesti mempunjai daja, lantas ia mendjura kepada si nona.

   "Sam-teetjoe,"

   Katanja.

   "harap memaafkan untuk kesembronoanku tadi. tjee-tjoe tentu mempunjai daja jang sempurna, tolong kau menolongi Nona Wan. Budimu itu tidak nanti aku melupakan.. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Siang Kiam Hong bersenjum. Ia puas, pemuda itu bisa merendahkan diri.

   "Lootjianpwee,"

   Ia berkata pada Tjeng In.

   "aku ada mempunjai saran untuk tjoba menolongi nona Wan. Hanja soal berhasilnja atau tidak, kita lihat sadja nanti."

   Terutama untuk membasmi kaum Ang Teng Kauw itu, itulah bergantung kepada lootjianpwee sendiri."

   "Aku pun bekas anggauta kaum itu, maka aku tahu, didalam kalangan mereka tak sedikit orang2 jang sadar,"

   Berkata Tjeng In.

   "Lagi pula bukanlah djalan jang tepat untuk memusuhkan mereka semua, selagi sekarang mereka sudah tersebar luas sekali. Memusuhkan mereka semua berarti menanam bentjana untuk dibelakang hari. Sikapku sekarang adalah menolongi sadja Siem In, sebab sebagai seorang jang telah mensutjikan diri, tidak ingin aku mengundang antjaman bentjana."

   "Benar sekali apa jang lootjianpwee katakan,"

   Kata dia.

   "Untuk mendjalankan dajaku ini, aku minta kedua Ong Kongtjoe serta Wan Sianseng berangkat lebih jahulu, lalu dua hari kemudian, lootjianpwee pergi menjusul. Tindakan ini untuk mentjegah Biauw Hoat tjindjin bersiapsedia. Sekarang aku lagi memikirkan satu orang, jang bisa pergi bersama nanti."

   Maka malam itu, mereka semua beristirahat.

   Ketjuali Tjong Beng, jang satu malaman terus tidak bisa tidur sekedjab djun.

   Didepan matanja selalu terbajang Siam In sedang bersengsara.

   Besoknja.

   Beng Siang bangun pagi2 sekali, terus ia mengirim orang ke Kimtjioe.

   akan mentjari orang jang ia nuturkan.

   Siapa sebenarnja bukan orang kangouw kesohor, hanja seorang kang-ouw biasa sadja.

   jang biasa Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
hidup dengan mengandali "kepandaian mulutnja"

   Sadja, namanjn Heng Siang.

   Dia itu tidak dipanggil datang, hanja disuruh menantikan mereka di Kimtjioe.

   Pada waktu tengah-hari, Tok-kak-liong Beng Kong mengadakan perdjamuan untuk memberi selamat djalan pada semua sahabatnja.

   Beng Siang menuturkan rentjananja, sesudah 1a menjuruh semua pelajannja pergi.

   Ang Seng Tong dan Tjong Lioe adalah orang2 tjerdas, dengan lantas mereka memudji rentjana nona ini.

   Sehabis mengeringkan beberapa tjangkir, Beng Siang mengeluarkan barang jang ia telah siapkan dan menjerahkan itu pada Tjong Beng.

   Buat si orang she Ong ini simpan dalam kantongnja.

   Sebentar kemudian, semua orang telah pergi keluar pasanggrahan dimana sudah disiapkan kuda untuk mereka.

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Masih Beng Siang membekalkan seputjuk surat pada Tjong Beng, pada siapa ia pesan, untuk di Kimtjioe nanti menggabungkan diri dengan Peng Siang.

   Tjeng In Loo-nie djuga memberikan Tjong Beng peta dari kuil In Hong Koan berikut alat2 rahasianja.

   Seperti lobang djebakan dan lainnja, supaja anak muda ini bisa berlaku waspada.

   Demikian bertiga Tjoen Beng, Tjong Beng dan Wan Boe tjioe berangkat.

   Sementara itu Biauw Hoat tjindjin sibuk karena Boe tjioe telah lenjap.

   Segera ia dapat mengetahui pula surat2 djimatnja pun telah lenjap.

   Baharu hatinja lega djuga Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
apabila ia dapat kenjataan.

   Siam In tidak lenjap bersama ta tahu bahwa ia telah didatangi orang pandai.

   Wan Siam In telah dikurung didaiam kamar dalam tanah, jang lubangnja berada dSbawah perapian teng jang besar Ia tetap masih dlbawah nengaruh surat djimat hingga ia tak sadar akan dlrinja.

   Untuk makan-minumnja empat katjung diwadjibkan medajaninja.

   Untuk pendjagaan Biauw Hoat pakai tenaganja malaikat Hok- Teng Liok-Kah.

   Sekalipun si katjung.buat bisa masuk kedalam kamar, mesti membakar surat djimat dahulu.

   "Aku kira botjah she Ong itu akan segera datang kemari!"

   Kata Biauw Hoat pada Tiang Hoat sehabisnia mereka melihat Siam In.

   "Boe tjioe telah datang, ia sekarang Ienjap, pasti dia pergi ke Ngotay akan mentjari dua saudara Ong itu, guna minta kumala, untuk dipakai menebus..."

   "Djangan terlalu gembira, soehoe,"

   Kata Tiang Hoat "Mereka punjal orang berilmu djuga. Lihat sadja bagaimana mereka telah bisa mentjurl surat djimat. Kalau mereka datang pula, mungkin bukannja untuk menebus"

   Djeri djuga Biauw Hoat tetapi, didepan muridnja itu. ia tidak mau perlihatkan kelemahan hatinja itu, Maka ia tertawa.

   "Mereka tjuma pandai bersilat, apa mereka bisa buat menghndapi ilmu gaibku?"

   Katanja "Tidak nanti mereka bisa lolos."

   Setelah itu, ketua Ang Teng Kauw ini pergi pula pelesiran dengan sekalian siankouw atau dewinja. Sedjak itu, setengah bulan telah lewat dengan tenang. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Kuil In Hong Koan Itu adalah satu kuil tua.

   sebab didirikanpja sedjak ahala Song.

   Nama asalnja Hoei In Koan, banaru belakangan diganti mendjadi In Hong Koan.

   Letaknja diatas puntjak Hoei-in-hong dibukit Hoei In Nlm di Laytjtoc Utara, Shoatang Bukit itu berada dalam daerah Lay-tjioe, menghadapkan laut Timur.

   Matjamnja mirip sebuah kursi.

   Kata achli bumi, bukit itu bisa ngeluarkan suatu radja, maka Song telah mendirikan kuil itu suatu kiasan untuk mentjegah keluarnja radja.

   Itu Dibawah bukit pun telah dibangun satu kuil lain dengan nama serupa, guna memudahkan orang jang berziarah.

   Karena ini kedua kuil itu disebut "Si Koan"

   Dan "Hee Koan"

   Jaitu, kuil atas dan Bawah.

   Dlmasa hidupnja Tee Hoan.

   ketua pertama dari Ang Teng Kauw, dia berhubungan dengan beberapa achli sila Tong Long Koen dari Shoatang.

   Waktu salah satu imam telah memilih Hong Koan sebagai markas besar, jang mana berdjalan sampai pada Biauw Hoat tjindjin.

   Dan baharulah memakai nama In Hong Koan.

   Disitu dipudja Pek tjouwsoe, dan patung jang lama, Giok tjeng tjin koen, ditaruh di kuil Bawah.

   Selama kira2 dua-tahun kuil itu telah ditambah disana- sini hinnga mendjadi lebih luas dan megah.

   Sebaliknja Kuil Bawah telah disia-siakan.

   Sebab mendakinja sukar, tjuma orang2 Teng Kauw jang bisa mendatangi Atas itu.

   Dikuil Bawah, tjuma dua pendopo depan dan belakang, jang masih utuh Pattjognja Giok tjeng tjin-koen dirawat oleh dua imam.

   Kuil Bawah ini sudah tidak ada penduduk jang datangi lagi.

   Dua malam itu It tjoan dan Peng tjoan namanja.

   Pada suatu malam, sebab pelita didepan patung telah habis Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
mtinjaknja mereka pergi keluar untuk mentjari halangi pohon, guna menjalakan api.

   Waktu mereka kembali dan melihat patung, mereka kaget tidak terkira.

   Hingga mereka menjangka mata meieka kabur.

   Mereka mengangkat tinggi2 obor tjabang2 pohon itu, untuk dipakai menjuluhinja.

   Ternjata patung Giok tjeng tjin-koen seperti telah berganti rupa.

   Rambutnja jang digulung telah dipakaikan tusuk konde kumala.

   Wadjahnja bertjahaja dan djubanja bersulamkan benang emas.

   "Peng, kau lihat, aneh tidak?"

   Kata It tjoan.

   "Apakah tjin- koen telah hianleng?" (Hlan-leng memperlihatkan keangkeran.). Peng tjoan meraba-raba djuba mentereng itu.

   "Sudah belasan tahun, belum pernah tjin-koen memperlihatkan kenjataan apa!"

   Katanja. Mungkin Ini karena perbuatan tjouwsoeya..."

   "Peng tjoan !"

   Itulah panggilan tiba?, maka si imam kaget tak terkira. Ia tjuma mendengar suara dari arah patung.

   "It tjoan! Peng tjoan Kamu berlutut !"

   Kembali terdengar suara itu.

   "Kamu dengar perkataan tjlndjin!"

   Kembali kedua imam terkedjut, tetapi mereka mengawasi. Mereka seperti melihat tjin-koen manggut. Dengan kesusu, mereka lantas bertekuk lutut.

   "Kamu berdua dengar,"

   Demikian suara itu pula.

   "Aku Giok tjeng Bie Biauw TooTek tjin-koen. Biauw Hoat tjindjin telah meniadakan aku, maka sekarang aku datang pula. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Pergi kamu mengumumkan kepada mereka jang tadinja memudja aku, supaja mereka datang padaku.

   Aku hendak berbitjara dengan mereka itu.

   Aku tahu, kamu berdua sangat bersengsara, maka sekarang pergi kebelakang, dipohon bambu, disana ada sebungkus perak hantjur.

   Kamu boleh ambil dan pakai sesukamu."

   Dua imam itu tidak berani mengangkat kepala.

   Tiba2 pendopo mendjadi gelap, lantas ada api menghembus keatas.

   Walaupun mereka kaget, kedua imam toh menjalakan obor mereka.

   Lantas mereka mendjadi heran.

   Patung mentereng dari Giok tjeng tjin-koen telah pergi entah kemana jang ada hanja patung lama jang sudah rusak dan buruk.

   "Soetee, benar2 tjin-koen hianleng,"

   Kata It tjoan.

   "Kita memang sangat sengsara, mari kita pergi kebelakang, akan melihat uang jang disebutkan itu, benar ada atau tidak"

   Peng tjoan menurut, ia membawa obornja.

   Berdua mereka pergi ke pohon bambu di belakang kuil.

   Untuk kegirangan mereka, mereka mendapatkan bungkusan perak bantjur jang disebutkan.

   Maka teballah kepertjajaan mereka.

   Besoknja mereka pergi membuat pengumuman sebagaimana dititahkan tjin-koen.

   Dalam tempo pendek, warta lantas tersiar luas.

   Baharu setengah hari, sudah beberapa ratus orang, jang datang kekuil Bawah, untuk menjakslkan Giok tjeng tjin-koen memperlihatkan diri.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
It tjoan dan Peng tjoan membuka pintu kuil.

   Mereka mengadjak semua orang pergi ke pendopo.

   Mereka menjalakan pelita, untuk disorotkan tinggi2.

   Mereka djadi sangat kagum menampak patung indah seperti kemarinnja.

   Maka tidaklah heran kalau semua penduduk djuga heran dan kagum seperti mereka berdua.

   Beberapa orang, jang tadinja menjangsikan It tjoan dan Peng tjoan, batal menuduh mereka berdua berbuat tjurang.

   Setelah mereka memperhatikan djubanja tjin- koen, jang berharga sedikitnja seratus tail.

   Sebab pendjaga2 kuil itu nistjaja tidak mampu membeli itu, andai- kata keduanja berniat mengelabui orang banjak.

   Selagi orang terkagum-kagum itu, tiba2 terdengar suara tetabuan, jang datangnja seperti dari tengah udara, makin lama, suaranja makin tegas, hingga datangnja seperti dari wuwungan kuil.

   Semua arung dongak, akan tetapi mereka tidak melihat sesuatu apa.

   Disaat seperti itu, semua orang nistjaja bisa melibat segala apa dengan njata.

   Segera djuga mereka mendengar suara, seperti suara burung.

   Disusui dengan kata2nja satu wanita tua.

   "tjin- koen datang dengan menunggang burung hong!"

   Bolum berhenti suara si orang tua itu, dari sinkham pun terdengar suara, hingga semua orang lantas pada berlutut.

   Suara dari sinkham itu mengatakan "Bagus kamu telah datang Hari ini pintoo turun kebumi ini untuk menitahkan kamu memberitahu pada Biauw Hoat Kauwtjoe, mengapa dia telah mengurung kuil In Hong Koan serta menitahkan malaikat Liok-Teng Liok-Kah mendjaganja sampai Pek Lian Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tjouwsoe sendiri tak dapat memasuki kuil itu! Kasi tahu bahwa sebentar malam pintoo hendak mengadjak dia pergi ke Giok tjeng Kiong, atau nanti antjaman bentjana datang padanja!"

   Setelah itu, nsap putih menghembus dari dalam pendopo.

   Lalu terdengar pula suara burung jang aneh tadi, disusul sama suara oelabuan, jang lenjap pelahan2.

   Tandanja tjln-koen telah pergi.

   Baharu sesudah itu, orang berani berbangkit dan mengangkat kepala mereka.

   Diantara orang banjak itu ada muridenja Biauw Hoat tjindjin Mereka ini lalu diadjak It tjoan dan Peng tjoan pergi ke Kuil Atas untuk menemui Biauw Hoat.

   Imam mana sudah lantas duduk ddkursi kebesarannja didalam pendopo, Tiang Hoat dan Lan Bin mendarnpinginja dikiri dan kanan kemudian ia pimpin semua pengikutnja mendjalankan kehormatan kepada Pek Lian tjouwsoe dan Ang Teng, Pelita Merah.

   Selesai upatjara, It tjoan dan Peng tjeun menuturkan apa jang telah tedjadi dikuil Bawah tadi.

   Keterangan mereka dikuatkan oleh sekalian pengikut.

   Biauw Hoat heran.

   tjuma beberapa murid jang mengetahui ia menggunai llmunja mengurung kuil itu.

   ia tidak dapat tjurigai It tjoan dan Peng tjoan.

   Karenanja ia mau pertjaya benar2 Giok tjeog tjin-koen, jang tidak senang, sudah memperlihatkan diri.

   "Biarlah aku lihat sebentar malam,"

   Achirnja ia berpikir.

   Terus ia menjuruh Tiang Hoat dan Lan Bin mengadjak It tjoan dan Peng Tioan pergi menjelidiki kekuil Bawah.

   Sudah lama Tiang Hoat dan Lan Bin tidak pernah menengok Hoei in Koan Bawah.

   Sesampainja mereka dikuil itu, benar? mereka tampak patung tjin-Koen sudah serba Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
baru.

   Tiang Hoat berpeng.

   alaman, ia mendjalankan kehormatan, Terus ia menjuluhi, dengan dinjalakan terang, hingga ia mendapatkan djuba jang mahal.

   Patung, tetap patung jang lama.

   jang lain tidak ada jang mentjurigai.

   Maka ia mengadjak Lan Bin pulang, memberikan Laporan kepada ketua mereka.

   Dalam herannja, malam itu Biauw Hoat pergi kekuil Bawah dengan mengadjak beberapa muridnja.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Ia naik djoli dengan imam2 tjillk mengiringi padanja.

   Diluar kuil telah berkumpul ratusan penglkutnja jang memberi hormat sambil belutut kepada radja agama itu.

   Biauw Hoat bertindak masuk kedalam kuil, dengan djalan diatas permadani jang { telah disiapkan oleh katjULgn.ia.

   Ia disain| but oleh It tjoan dan Peng tjoan.

   Mereka terus memberitahukan, katanja.

   "tjouwsoe-ya, barusan tjin-koen bitjara pula, memberitahukan tjuma tjouwsoeya sendiri jang diperkenankan masuk kependopo besar, jang lain harus berdiri menantikan diluar."

   Biauw Hoat manggut, terus ia memandang patung tjin- koen.

   Ia mendapatkan patung itu mentereng sekali, ia menghampirkan, mendjaiankan kehormatan dengan paykoey sembilan kali.

   Kemudian ia mendekati patung, akan melihat ke sekeiilingnja.

   Benar2 ia tidak tampak sesuatu jang mentjurigakan.

   Maka achirnja, ia berlutut pula.

   kail ini untuk berkata .

   "tjin-koen, teetjoe Blauw Hoat telah datang memenuni panggilan. Teetjoe mohon dipimpin keluar dari djalan sesat."

   Dua kali Biauw Hoat mengutjap demikian. Ia merasa mendengar udjung badjunja tjin-koen bergerak. Lalu ia dengar pula suara dengan tegas.

   "Biauw Hoat, poen-tjo Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
adalah Giok tjeng tjindjin. Kau ada kauwtjoe, tahukah kau bahwa kau telah melanggar undangi langit?"

   Biauw Hoat dengar, suara datang dari atas, tetapi sewaktu ia hendak mengangkat kepala, tiba2 ia merasai kebutan tangan badju tjin-koen. Disusul dengan bentakannja.

   "Djangan angkat kepala!"

   Kuatir djuga Biauw Hoat, hingga ia mendekam terus.

   "tjin-koen, apakah perlanggaran teetjoe? Teetjoe minta supaja diberi pendjelasan..."

   Kata dia, jang kaget dan heran.

   "Biauw Hoat, kau masih ber-pura2 bodoh?"

   Bentak tjin- Koen.

   "Kau telab membudjuki nona-nona baik2 dan kau mengadjik pelesiran didalam kamar rahasiamu! Itulah perbuatan busuk. Kau pun telah menggunai Ilmumu menutup kuil Atas hingga Pek Lian tjouwsoe tak dapat masuk! Malaikat Geledek bakal hukum padamu, tapi kau rupanja masih tidur njenjak dan mimpi!"

   Imam ini mengeluarkan keringat dingin.

   "Ja, teetjoe bersalah,"

   Ia mengaku.

   "Teetjoe mohon tjinkoen menolongnja."

   "Biauw Hoat, aku pun tak dapat menolong kau. Terserah kepada tjouwsoemu sendiri! Sekarang tutup matamu, nanti aku bawa kau kepmggung Lian-hoa-tay, untuk mendengarkan putusan!" (Lian-hoa-tay = panggung Bunga Teratai) Pelita lantas sadja padam, pendopo djadi gelap-petang. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Biauw Hoat, djaogan kau buku matamu!"

   Tjin-koen berkata pula "Nanti kau djatuh dari atas langit, tubuhmu akan hanijur-lebur!"

   Lantas Biauw Hoat merasakan tepukan pelahan pada embun-embunannja Ia djuga mendengar suara angin berkesiuran keras. Ia merasa seperti lagi terbang didalam mega Tidak berani ta membuka matanja, sampai ia merasakan telah mengindjak bumi pula.

   "Apakab benar rohku keluar dari tubuh Kasarku?"

   Ia men-duga2. Selagi ia berpir, ia dapat dengar dua orang sedang berbitjara. Satu diantaranja suara Giok tjeng tjin-koen tadi "Apakah tjouwsoeya ada? tolong stantong berdua mengabarkan kedatanganku"

   "tjouwsoeya ada didalam. Silakan sian-ong turut kami,"

   Djawab salah satu tongtjoe. kaljung dewa. Biauw Hoat lantas mendengar suara kampret, suara mendjangan, suara air mengeritjik, suara daun-daun bambu tertiup angin. Lalu dari kedjauhan terdengar suara seorang tua.

   "Sahabat Kok tjeng, apakah kau membawa Biauw Hoat?"

   "Ja. sian-ong, aku telah membawanja,"

   Tjin-koen mendjawab "Silakan sian-ong berikan putusanmu."

   Bagaikan orang terkena Ilmu sihir, Biauw Hoat tjuma bisa mendengarkan. Tetap ia tidak berani membuka mata. Ia seperti diantara sadar dan tak sadar. Ia lantas mendengar pula suara si orang tua. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Karena kau memohonkannja ampun, sahabat Giok tjeng. Pergilah kau bawa ia kembali kedunia. Tapi kau mesti terlebih dahulu menjuruh dia memunahkan ilmunja menutup kuil. Supaja dia sadar dan mengubah kelakuannja. Dengan tjara itu baharulah ia dapat bebas benar2 dari dosanja!"

   Segera Biauw Hoat mendengar suara angin seperti tadi sewaktu ia dibawa pergi.

   "Nah, Biauw Hoat, kau telah kembali kadunia "

   Tjin-koen berkata.

   "Apakah kau masih ingat pembitjaraan jang kau dengar barusan?"

   Biauw Hoat berbangkit seraja terus membuka matanja.

   Ia dapatkan dirinja masih berdiri dlmuka pendopo ia lantas memanggil orangnja untuk menjalakan pelita.

   Maka muntjullah katjungnjg dan Tiang Hoat tjindjin beramai.

   Diantara terangnja api, ia tampak pendopo seperti biasa.

   Disitu tidak ada orang lain.

   Achirnja imam ini berkata kepada semua pengikutnja jang masih berkumpul didepan pintu.

   "Semua toosoe, barusan tjin-koen telah memperlihatkan diri tjin-koen telah memberi tahu bahwa Ang Teng Kau akan madju dan makmur. Semua pengikutnja didunia akan diberkahi. Sekarang kamu boleh pulang, bersudjutlah kamu memohon berkah, selamat!"

   Semua pengikutnja selelah menerima amanat Itu, lantas bubar. Biauw Hoat pun naik kedjolinja, balik kembali ke Slang Koan. kuil Atas. Didalum kamarnja, ia menuturkan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dengan djelas pada Tiang Hoat dan Lan Bin tentang pengalamannja jang barusan itu.

   "Kamu berdiam diluar, apa lang kamu dapat lihat?"

   Dia bertanja.

   "Kita berdiri djauh, kita tak dapat melihat tegas,"

   Tiang Hoat mendjawab "Kita tjuma melihat soehoe berlutut tak lama, api lantas padam, lalu didaiom pendopo seperti ada orang berbitjara. Kita tjuma pertjaja, soehoe sedang berbitjara dengan tjin-koen."

   Biauw Hoat tetap bersangsi, ia mendjadi bingung.

   Malam itu ia tidak berani pergi ke kamar istirabatnja dibahagian belakang, untuk pelesiran dengan nona nona manisnja.

   Seantero malam ia berpikir terus dan meragukan kedjadian itu.

   Achirnjo ia ambil kantong surat djimatnja, ia membakar dua lembar hoe, untuk menjingkirkan thian-io toe-bong, ia kuatlr benar2 Pek Lian tjouwsoe tidak berani turun kedunia.

   Tapi malaikat2 Liok+Teng Liok-Kah ia tidak bubarkan, malah sebaliknja.

   Diluar kamarnja, ia menjuruh katjung2nja membuat pendjagaan.

   Kamar istirahat Biauw Hoat dipakai untuk menjimpan nona-nona manisnja.

   Dlkamar ini ia mengatur pelbagai alat rahasia, jang orang luar pasti sukar mengetahuinja.

   Diantara nona-nona manisnja, jang disebut siankouw atau dewi, ada dua jang ia paling tjintai, ialah Teng In dan Hang Goat.

   Ketjantikan mereka ini melebihkan jang lain.

   Terutama Teng In, jang sangat menggairahkan.

   Hatinja si imam tak tenang bila ia satu hari sadja tak melihat sl manis ini.

   Karenanja lama memisahkan diri, Biauw Hoat mendjadi semakin tidak tenteram.

   Dia Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
menguatirkan suasana, dia pun sulit melupakan kedua nona itu.

   Dua hari lewat dengan selamat, maka dimalam ketiga, Biauw Hoat tak dapat berdiam lebih lama lagi, ia menjuruh Tiang Hoat mewakilkan ia mengepalai upatjara sembahjang malam.

   Ia sendiri lantas salin pakaian dan terus pergi kebelakang.

   "Apakah ada orang masuk kemari?"

   Dia tanja dua katjungnja, jang mendjaga pintu diluar kebun bunga.

   "Tidak, soekong. tjuma tadi sampai dua kali Teng In Siankouw menjuruh kami pergi undang soekong. Kami tidak dapat melakukan itu, karena kami tidak berani meninggalkan tempat ini."

   Biauw Hoat manggut, terus ia bertindak masuk kedalam sorganja - Hong Lay Sian-keng.

   Selagi bertindak, Ia sudah mulai mendengar suara tetabuhan.

   Dimuka kamar, ia mengintai ddantara tirai, ia tampak beberapa dewinja sedang melatih diri dalam tarian Thian-mo-boe (Iblis Langit).

   Pakaian mereka tjuma sematjam ampok2, paha mereka terlihat njata, konde mereka tergelung tinggi.

   Tarian Itu diiringi dengan tetabuhan.

   Semangatnja Imam ini bergelora.

   Tapi ia tak dapat melihat Teng In diantara si manis itu.

   Segera ia bertindak masuk.

   Segera djuga ia dikerubungi nona-nona itu, jang menanja ia ini dan itu.

   Tapi ia tjuma menarik Hang Goat kepadanja.

   "Mana Teng In Siankouw?"

   Tanjanja. Hang Goat lantas sadja mendjebi. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Kau kangen kepadanja, mengapa kau tidak pergi langsung kekamarnja?"

   Ia mendjawab.

   "Rase tjilik itu ber- pura2 sakit, dia tak muntjul!..."

   Biauw Hoat meng-usap2 muka Hong Goat jang halus dan manis.

   "Diantara kamu, siapa jang aku tak membuat kangen?"

   Katanja sambil tertawa.

   "Asal kamu semua setiap hari berada dihadapanku, pasti aku merasa senang". Selelah itu, ia bertindak keluar, buat pergi kekamar si dewi pudjaannja. Untuk ini, ia mesti melalui djalan jang ber- liku2. Didepan kamar Teng In, dengan pelahan ia menolak daun pintu dan bertindak masuk dengan hati2. Kamar itu indah dan terawat rapih.

   "Teng In Siankouw!"

   Ia memanggil "Teng In Slankouw!"

   Dari dalam pembaringan terdengar dja waban pelahan.

   "Siapa?"

   Hatinja Biauw Hoat gontjang.

   Ia menghampirkan pembaringan.

   Didalam mana antara kelambu, ia tampak satu bajangan tabuh lagi rebah.

   Dimuka pembaringan ada sepasang sepatu.

   Bau wangi keluar dari pembaringan itu.

   Biauw Hoat tak tahan lagi, karena gontjangan hatinja.

   Ia segera mengulur kedua tanganja, untuk menjingkap kelambu, dengan niat segera merangkul si nona Berbareng dengan tersingkapnja kelambu kekiri dan kanan, dari dalam pembaringan muntjul sebilah tangan jang menjekal saputangan.

   Saputangan mana terus dibekapkon kehidung imam ini.

   Biauw Hrat terperandjat.

   Selagi ia mendjerit, hidungnja pun menjedot napas, hingga sekedjab sadju, ia tak Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
menjadarkan diri.

   Tubuhnja rubuh diatas permadani dimuka pembaringan.

   Seorang muda umur dua-puluh lebih lantas muntjul.

   Romannja gagah.

   Dia masih menggunakan saputangannja, akan membekap terus hidung si imam.

   Menjusul itu, dari bawah pembaringan merajap keluar dua orang.

   Mereka mengawasi tubuh si imam, lantas mereka menggerakkan tangan mereka.

   Sesudah manajang satu terus mengangkat tubuh Biauw Hoat, untuk dipanggul, buat dibawa pergi dari kamar itu.

   Kawannja, begitupun si anak muda, turut berlalu.

   Dengan tjepat mereka keluar dari kamar sorganja Biauw Hoat itu.

   Mereka mengambil djalan diantara pohon2 bambu d samping gunung2an hingga mereka keluar dari kebun.

   Dimuka kebun, kedua katjung masih tetap melakukan tugasnja membuat pendjagaan.

   Mereka ber-tjakap2 dengan pedung menggoblok dibebokong masing2.

   Karena mereka membelakangi tembok, mereka tidak melihat muntjulnja satu bajangan tubuh tingigi-besar ditembok itu.

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Ketika kemudian mereka menoleh dan melihat bajangan itu, sudah kasep.

   Batang pedang sudah ditempelkan dipundak mereka.

   "Ampun!"

   Mereka memohon dengan ketakutan.

   "Kamu dapat ampun asal kamu suka melakukan sesuatu untukku,"

   Kata bajangan itu.

   "Baik, orang gagah. Bilang sadja, nanti kita lakukan..."

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Bajangan Itu lantas mengeluarkan satu kantong kain. Melihat mana, kedua katjung itu mengenali kantong hoe dari tjouwsoe mereka. Tadinja mereka hendak buka mulut. tapi orang itu telah mendahului mereka, seraja mengantjam dengan pedangnja.

   "Lekas tundjukkan hoe ini, jang mana harus dibakar setiap kamu memasuki pendjara besi."

   Djikalau kamu ngatjo-belo dan hoe tidak mustadjab, awas aku nanti bunuh kamu!"

   Kedua katjung itu ketakutan sebab berbareng pundak mereka merasai tekanan barang dingin, jaitu udjung pedang. Maka mereka tundjuki hoe jang diminta itu. Setelah itu, tangan mereka dibelenggu, mulut mereka disumpal.

   "Jikalau aku gagal, sebentar aku akan balik mengambil djiwamu!"

   Kata bajangan itu, jang lantas sadja mengikat mereka diudjung tembok.

   Hingga mereka dapat lihat dia menepuk tangan per lahan2, lalu muntjul seorang jang datangnja dari luar.

   Orang jang belakangan ini.

   badannja tinggi-besar dan bermuka merah.

   Dibebokongnja menggendong Biauw Hoat tjindjin.

   jang tubuhnja diam bagaikan orang lagi tidur njenjak.

   Maka tahulah mereka bahwa tjouwsoe itu sudah kena orang tawan.

   Bajangan itu menjalakan api tekesan.

   Dengan itu, dia membakar hoe jang ditundjuk kedua katjung tadi, lantas dia memburu kedepan pendjara besi.

   Kepada orang jang baharu datang, ia mengadjak.

   "Mari!"

   Dan kawan itu mengikutinja. Dengan satu sampokan, bajangan itu membuka pintu. Lalu berdua, mereka masuk kedalam pendjara besi. Tidak ada rintangan untuk mereka, hingga mereka ketemui Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
satu nona, jang terus dipondong oleh sibajangan.

   Dia menjingkirkan hoe dirambut nona itu.

   Sesudah mana, bersama kawannja, dia keluar pula dari pendjara besi itu.

   Tapi, terlebih dahulu, kawan itu telah meletaki tubuhnja Biauw Hoat tjindjin, dikonde siapa ditaruhkan hoe dari rambutnja sinona tadi.

   Sebentar sadja, pintu sudah dikuntji pula, mereka pun pergi menjingkir.

   Itulah Tjong Beng dan Boe tjioe jang datang menolongi Siam In.

   Mereka datang bersama Pheng Siang dan Tjoen Beng Pheng Siang adalah orang jang mulutnja liehay itu, selagi dia mengundjukkan kepandaiannja, Tjoen Beng mendjaga diluar.

   Mereka ini datang dengan bertindak menuruti rentjananja Beng Siang.

   Ternjata mereka berhasil.

   Pheng Siang mendekam diwuwungan, disitu ia perdengarkan suara, jang bisa berlainan.

   Dialah jang memainkan peranan akan mengabui It tjoan dan jang lainnja.

   jang bitjara disinkham adalah Tjong Beng, jang mengumpetkan diri.

   jang menjamar sebagai Giok tjeng tjin-koen adalah Boe tjioe.

   Didalam gelap, mereka bisa bekerdja dengan baik.

   Adalah Tjong Beng jang menggeser patung tjin-koen selama saat Boe tjioe menggantikannja.

   Biauw Hoat pandai ilmu gaib dan litjik, tapi ia takut pada Pek Lian tjouwsoe, ia pun djeri kepada Giok tjeng tjin-koen Hingga ia tidak merasa, bahwa ia lagi dipermainkan.

   Waktu itu, pikirannja sudah katjau.

   Karena sudah kegilaan Teng In.

   Dia terpedaja oleh Tjong Beng, ialah orang jang menggunai saputangan jang dipakaikan obat pulas, kepunjaan Beng Siang.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Sementara itu diluar Hong Lay Sian keng masih ada dua katjung lain.

   Mereka ini melihat masuknja Biauw Hoat, setelah itu ada satu bajangan jang berkelebat.

   Mereka mendjadi tjuriga, mereka lantas mengisiki Lan Bin, siapapun merasa tjuriga.

   Dia ini lantas mentjari Tiang Hoat, untuk diadjak pergi ke Hong Lay Siankeng.

   iMaka lekas sekali, mereka melihat lontjeng besar sudah berkisar.

   Lan Bin adalah jang berada disebelah depan.

   Tiba2 ia diserang seorang jang lontjat dari podjok tembok.

   Tiang Hoat, jang djalan belakangan, melihat serangan itu, dengan pedangnja, ia talangi menangkis.

   Tapi, dalam satu bentrokan Itu, pedangnja telah terbabat kutung.

   Lan Bin pon telah lontjat ke-depan, ia berbalik sambil mengeluarkan katja wasiatnja, Toat-pek-khia.

   Dengan apa ia mengatjai penjerangnja, hingga lawannja Ini mendjadi kesilauan.

   Berbarengan dengan itu, Tiang Hoat madju menjerang musuhnja dengan pedang buntungnla.

   Tapi dia lantas dipegat oleh satu bajangan lain, jang lontjat turun dari pajon.

   "Siluman, djangan turun tangan!"

   Bentak bajangan itu, iang terus menjerang dengan tongkat pandjangnja, Hong- liongthung.

   Lan Bin lantas lihat, bajangan itu ada satu niekouw.

   Ia segera mengangkat katjanja, untuk mengatjai si niekouw.

   Tapi ia terlambat.

   Ketika si niekouw kibaskan tangan badjunja, jang gerombongan.

   beberapa titik hitam meniambar katjanja jang mendjadi petjah seketika itu djuga.

   "Oh. thaysoe, kau telah datang!"

   Kata bajangan jang pertama. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Ja, engko tjoen!"

   Sahut si niekouw, selagi ia desak Tiang Hoat. sambil ia menoleh.

   "Apakah Tjong Beng beramai telah berhasil?"

   "Mereka sudah masuk kedaiam kamar rahasia. Djangan thaysoe kasi ampun kedua Iman ini!"

   Sahut orang itu, ialah Tjoen Beng.

   Lan Bin segera menginsafi bahaja.

   Ia mundur, untuk menjingkir.

   Tapi Tjoen Beng mendahului memapaki ia dengan lontjeng besar Sedang dipihak lain, pedang buntung dari Tiang Hoat kena disampok terlepas oleh lawannja Dalam blngungnja, ia kena disambar untuk terus dibanting, hingga mukanja mengenai tanah giginja pada tjopot.

   Tjoen Beng lontjat menubruk, untuk lantas diringkus.

   Tjong Beng dan Boe tjioe muntjul djusteru Tiang Hoat kena dibanting, pemuda itu girang, hingga ia menteriaki si niekouw, siapa sebaliknja girang tak kepalang melibat Siam In ketolongan.

   Ia lontjat menghampirkan, akan meng- usap2 muka sinona, jang tubuhnja pun segera diuruti.

   Tak lama kemudian, nona itupun telah sadar.

   Dia membuka kedua matanja.

   Kapan dia mendapatkan tubunnja dipeluk Tjong Beng, mukanja mendjadi merah, ia segera lontjat bangun.

   Tjeng In merangkul murid itu.

   "Muridku, pergi kau turut Tjong Beng pulang beristirahat dikuil"

   Kata dia.

   "Kuda putihku masih ada diluar."

   "Aku ingin turut soehoe "

   Kata sinona. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Aku masih mempunjal urusan penting anak. Biar mereka bersaudara mengantar kau."

   Niekouw ini lantas membisiki Tjong Beng, jang manggut2.

   Terus dia sambar tangannja Siam In, untuk diadjak melontjat kegenteng.

   Tjoen Beng turut mengikuti mereka berdua.

   Sesampamja mereka diluar, benar disana ada kudanja si niekouw.

   Menjusuli penjerbuan kepada kuil In Hong Koan itu, bebareng dengan itu terdjadi dua kedjadian didua tempat.

   Biasanja Hoei In Nia djalanan jang aman-tenteram, tetapi sedjak bersarangnja rombongan Ang Teng Kauw itu, keamanan lalu-lintas mendjadi sangat ter.

   ganggu.

   Ketjuali pembegalan, tak peduli pada keluarga pembesar negeri, djuga pentjulikan kepada orang perempuan terutama wanita muda Maka itu, pembesar setempat telah mentjurahkan perhatiannja.

   Didalam kantor tiehoe di Lay tjioe terdapat seorang polisi jang bernama Yap Ngo.

   Dialah jang bertugas mentjarl siorang djahat.

   Sudah beberapa tahun ia menjelldikl, tapi tidak pernah ia memperoleh basil.

   Maka sebagai kesudahan, ialah jang sering merasakan rangketan.

   Bukannja Yap Ngo tidak menjangka, kedjahatan ada perbuatan pihak Ang Teng Kauw, ia hanja tidak berani saterukan kawanan itu, jang besar sekali pengaruhnja.

   Pada malam itu, Yap Ngo dan kawana2 nja berkumpul disebuah rumah makan di mana mereka bersantap sambil meminum arak.

   Kepala polisi itu menghela napas bila ia Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
teringat, temponja tinggal lagi satu bulan, atau ia akan dirangket pula lima-puluh rotan.

   "Engko Ngo, bukankah kau jang bilang kedjahatau diperbuat oleh pihak Ang Teng Kauw?"

   Kata satu kawannja.

   "Kenapa kau tidak mau langsung pergi ke In Hong Koan?"

   "Memang begitu, tapi apamau dikata karena mereka berpengaruh sekali!"

   Sahutnja kepada polisi itu.

   "Laginja, pernah aku membuat penjelidikan. tetapi selalu gagal. Mereka djuga sangat tjerdik."

   Kawanan ilu berdiam. jang lainnjapun turut berduka.

   "Djangan bergerak!"

   Tiba2 terdengar satu bentakan, lalu didepan kamar mereka, muntjul seorang dengan pakaian malam dan muka bertopeng.

   Yap Ngo melihat orang tidak bersendjata, dimana dia lontjat sambil menghunus goloknja, untuk membatjok.

   Akan tetapi ketika siorang bertopeng mengangkat tangan, dia merasai tangannja terbentur.

   Rasanja sakit seperit tertikam, hingga goloknja terlepas, dan golok itu kena disambar oleh orang jang tidak dikenal Itu, jang berbareng djuga meneruskan menjambar tubuhnja, untuk ditengteng masuk kedalam kamar.

   "Kamu semua djangan takut!"

   Kata orang bertopeng itu kepada orangs polisi lain nja.

   "Aku datang djusteru untuk memberi endusan kepada kamu."

   Semua orang polisi itu berdiam. Merekapun telah menjakslkan Yap Ngo kena dibikin tak bergerak dalam segebrakan sadja. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Nah, o batilah lukamu!"

   Kata orang bertopeng itu, jang menurunkan tubuhnja Yap Ngo.

   Semua orang melihat lukanja pemimpin itu tidak hebat tapi tak diketahui disebabkan sendjata apa.

   Orang bertopeng itu meutjekal golok, nja Yap Ngo dengan satu tangan, tangannja jang lain dipakai mengisikan arak kedalam sebuah tjangkir.

   Diapun bordjongkok.

   Dia mengangkat tjawannja setelah mana dia berkata.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Aku kasi selamat kepada kamu. tuan2!"

   Katanja.

   "Besok kamu akan berhasil! Sebab perkara sulit ber-tahun2, besok akan dapat dipetjahkan dan diselesaikan!"

   Semua orang heran.

   "Orang gagah, kalau benar kau hendak membantu kita, silakan kau memberikan pendjelasanmu,"

   Minta Yap Ngo.

   "Kami ada orang2 terhormat, tidak nanti kami melupakan budimu."

   "Yap Ngo, bukankah kau ingin memetjahkan perkara pentjulikan nona2?"

   Kata si orang bertopeng.

   "Nah, besok pergilah kau ke In Hong Koam, disana kau bertjampur sama orang banjak, nanti kau melihat bukti-kenjataannja."

   Dia mengirup araknja, diapun kembalikan goloknja siorang polisi.

   "Aku hendak pergi! Djangan lupa besok!"

   Dan ia bertindak pergi. Yap Ngo memburu sampai dipintu. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Oramg gagah, tolong tinggalkan namamu, supaja kelak kami dapat membalas budimu!"

   Dia minta. Siorang bertopeng memberi hormat.

   "Pergi kamu menikmati hasil djasamu, aku sendiri tidak mengharap pembalasan budi,"

   Katanja, jang terus berlontjat pergi, lenjap ditempat gelap.

   Yap Ngo melengak.

   Sementara itu kedjadian jang kedua terdjadi dikuil Bawah.

   Tengah malam itu It tjoam dan Peng tjoan sedang tidur tiba2 mereka terdjaga karena berkelebatnja tjahaja api, ketika mereka melibat keluar, mereka lihat Giok tjeng tjin- koen sedang berdiri.

   Lekas2 mereka tekuk lutut dan manggut2.

   "It tjoan, Peng tjoan, segera aku akan kembali kekuil Atas,"

   Demikian suaranja tjin-koen.

   "Besok pagi kamu mesti mengumumkan kepada semua pengUrut Ang Teng Kauw agar mereka berkumpul diatas gunung, aku hendak memaklumkan sesuatu jang penting kepada mereka."

   Belum sempat kedua iman itu memberi djawaban atau mereka telah melihat tubuh tjinkoen melontjat naik.

   Djubah emasnja berkilauan, lalu lenjap ditengah udara.

   Dengan ter-gesa2 dua kawan ini berbangkit, dan dengan membawa pelita mereka pergi kependopo.

   Untuk keheranan mereka, mereka tak dapatkan patung tjin-koen pada tempatnja lagi.

   Karena ini, mereka tidak berani tidur lagi.

   Begitu fadjar menjingsing, mereka lari turun gunung.

   Mereka memberi tahukan siapa sadja jang mereka Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
ketemukan, agar semua orang lantas berkumpul dikuil Atas.

   Seperti biasa, kabar aneh mudah tersiar.

   Djuga kali ini, belum sampai setengah-hari, penduduk Laytjioe seperti telah pindah ke In Hong Koan.

   Didalam kuil benar telah terdjadi satu hal jang aneh.

   Ketika pagi2 beberapa imam pergi kependopo, mereka heran bukan main, sebab disebelah Pek Lian tjouwsoe telah bertambah patungnja Giok tjeng tjin-koen.

   Dandanannja patung sutji ini sama seperti jang kemarin mereka menjaksikan dikuil Bawah.

   Mereka heran, lalu mereka lari mentjari Tiang Hoat tjindjln.

   Tetapi murid Biauw Hoat ini, begitupun Lan Bin tjindjin tidak ada.

   Malah segera ternjata, kedua katjungnja djuga turut lenjap.

   Mereka mendjadi bertambah heran.

   "Hal ini mesti diberitahukan kepada tjouwsoe"

   Kata beberapa orang.

   Akan tetapi tiada seorang jang berani pergi memasuki Hong Lay Sian-keng.

   Karena untuk itu mereka membutuhkan perkenan dari tjouwsoe mereka, Biauw Hoat tjindjin.

   Ketika itu, banjak pengikut2 Ang Teng Kauw telah memasuki kuil.

   Apabila mereka menjaksikan patung Giok tjeng tjin-koen ada disebelah patung Pek Lian tjouwsoe, mereka memberi hormat sambil berlutut.

   Didalam kalangan Ang Teng Kauw ketjuali Tiang Hoat dan Lan Bin, ada belasan iman sebawahannja jang membantu pegang pimpinan.

   Mereka inilah jang mendjadi sangat bingung.

   Sebab mereka tidak berani memberikan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
keterangan, ketika banjak pengikut2 jang menanjakan tjouwsoe mereka.

   Dalam saat jang menggelisahkan itu, tiba2 disamping pendopo terdengar suara mendjeblak.

   lalu pintu rahasia lantas torbuka, diimana Tiang Hoat tjindjin muntjul dengan rambut riap2an dan sebelah tangannja mengangkat pedang.

   Tanpa merasa, semua pengikut bersorak kegirangan.

   Tiang Hoat berdiri diambang pintu tanpa bergerak.

   Wadjahnja suram.

   Dia mengangkat kedua tangannja menundjuk pada pelita merah jang tergantung sambil dia berseru.

   "Ang Teng Kho Hie!" (Lampu merah menjorot tinggi). Semua pengikut mengangkat tangan mereka seraja turut menjerukan serupa. Gemuruh sebentar, lantas sirap pula. Dalam kesunjian itu, terdengar suaranja Tiang Hoat.

   "Saudara2, hari ini Pek Lian tjouwsoe dan Giok tjeng tjin- koen turun kebumi, kamu dengarlah amanat beliau ! - Nah, berlututlah kamu semua menjambut tjouwsoeyo dan tjin-koen!"

   Semua orang lantas berlutut dan tunduk. Semua tidak berani mengangkat kepala meski samar2 melihat bajangan djuba putih. Orang tidak usah menanti lama, segera terdengar suara Giok tjeng tjin-kopn. Katanja.

   "Semua pengikut Ang Teng Kauw, dengarlah kamu ! Hari ini aku datang kesini untuk mengumumkan kepada kamu perbuatannja Biauw Hoat tjindjin, jang sudah menjalahi kesutjian agama. Jaitu dia sudah menjembunjikan banjak wanita, jang dia adjak Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
plesiran! Sudah begitu, dia djuga lantjang menitah malaikat Ngo Loei dan Liok-Teng Liok-Kah! Maka aku telah mengurung dia didalam pendjara dalam tanah.

   Tiang Hoat dan Lan Bin djuga turut berbuat djahat.

   Mereka telah membikin pelbagai pesawat rahasia didalam kuil ini dan sudah menganiaja botjah2 untuk diambil anggauta- rahasianja, maka mereka djuga mesti turut dihukum.

   Lan Bin sudah dikurung didalam iontjeng besar.

   Tiang Hoat mesti memegang pimplnan disini.

   Dosanja djuga kurangan, dia sekarang berada disini, untuk membeberkan kedjahatannja.

   Kamu semua boleh mengangkat kepala kamu!"

   Semua orang heran dan ragu*. Tetapi mereka lantas mengangkat kepala, hingga mereka tampak Tiang Hoat lagi berlutut disamping sin-kham mukanja bermandikan keringat Disitu tidak ada lain orang lagi. Segera mereka mendengar suara Tiang Hoat.

   "Saudara2, tegurannja tjin-koen barusan, semuanja benar. Maka sekarang terserah kepada saudara2 untuk menghukumnja!"

   Sebab heran, semua pengikut itu saling tanja menanja satu pada lain.

   "Sekarang kamu boleh menjaksikan!"

   Tiba2 terdengar pula suara dari dalam sinkham.

   Disamping pendopo terdengar suara melesaknja sebuah batu tjiopay, hingga bekasnja, merupakan satu lobang.

   Darimana menghembus bau jang harum, disusul dengan muntjulnja sebarisan imam wanita Mereka semua masih berusia sangat muda dan tjantik.

   Pada konde mereka diselipkan bunga2, pakaian mereka Indah2 dan Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
dandanannja sangat mentereng. Karena kaget dan heran, semua pengikut berseru riuh.

   "Saudara2, lekas mendekam!"

   Tiba2 terdengar seruannja Tiang Hoat sambil ia mengangkat pedangnja.

   "tjindjln hendak pulang ke Giok tjeng Kiong!"

   Semua orang lantas me-manggut2 pula sambil mendekam terus. Suara siorang sutji.

   "Kamu semua dengar! Bukankah kau masih ingat tjeng lu Taysoe, isteri dari bekas Hoe- tauwnia Yan Ie Lam? Dia bakal datang kemari, kamu mesti menjambut padanja. Dialah jang akan memberi putusan disini!"

   Setelah itu sepintas lalu sadja.

   terdengar suara seperti tetabuan, lalu sirap Waktu itu Yap Ngo dan orang"nja sudah bertjampuran diantara orang banjak itu.

   Mereka mendengar dan melihat semua.

   maka setelah suara sirap, kepala polisi itu terus bertindak.

   Dia menjuruh semua orang berdiam Dia menitahkan orang2nja mendjagai semua imam wanita itu Lalu dia perintahkan membuat penggeledahan didalam teuil.

   Karena ini, segera ketahuan adanja pelbagai pesawat rahasia didalam kuil itu.

   Begitupun Hong Lay Sian keng dibelakang kuil.

   Dari dalam mana dapat disita beberapa peles jang berisikan anggauta2 rahasia botja laki2 dan kandungan wanita.

   Kapan Yap Ngo sudab menerima pelbagai laporan, ia terus menitahkan menahan djuga semua imam.

   Maka semua imam itu lantas dibelenggu.

   Tetapi djusteru itu, tubuh Tiang Hoat mendadakan rubuh sendirinja.

   Ternjata dia sudah membunuh diri.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Semua pengiring lantas mentjatji bekas pemimpin ini tetapi sedjumlah orang jang pernah bekerdja sama dengan Tiang Hoat diam2 ngelojor pergi.

   Hampir berbarengan dengan itu sedjumlah pengikut jang berdiri dlluar pendopo telah memperdengarkan seman kegirangan mereka.

   Mereka tampak datangnja satu pendeta wanita, jang dikenali oleh pengikut jang usianja agak landjut sebagai isteri dari bekas pemimpin muda mereka.

   Mereka ini menjambut si niekouw jang terus dladjak kedalam.

   "Omietoohoed!"

   Tjeng In memudji, sesampainja ia didalam.

   "Saudara2, sudah lama kita tidak bertemu. Sebenarnja. tiga agama adalah berpokok satu, maka djuga ketika barusan tjin-koen memperlihatkan diri, dia telah meminta aku mewakilkan Pek Lian tjouwsoe mengurus pengikut2nja, supaja diangkat satu pemimpin jang baru.."

   "Taysoe sudah datang, baiklah taysoe sadja jang mendjadi kauwtjoe kami!"

   Berteriak orang banjak. Tjeng In merangkap kedua tangannja.

   "Tak dapat aku melakukan itu karena aku sudah lama mengundurkan diri dari penghidupan dunia."

   Niekouw tua itu menampik "Aku datang kesini hanja untuk menolongi muridku, jang telah ditjulik Biauw Hoat tjindjin.

   Terima kasih untuk kebaikan kamu.

   Sekarang ini kamu harus memilih lima orang untuk dijadikan tjalon ketua dan pembantu2nja Supaja kamu tetap bisa menghormati Giok tjeng tjin-koen Tentang Kedosaannja Biauw Hoat dan kawan2nja baiklah diserahkan sadja oada pembesar negeri"

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Mendengar itu, semua orang berdiam.

   Kemudian baharu mereka mengadakan pemilihan lima ketua baru.

   Sedangkan Yap Ngo lantas menggiring Biauw Hoat dan Lnn Bin berikut sedjumlah imam Iainnja, jang tadinja mengekor kepada ketua mereka itu.

   Demikian, berhasillah usahanja Boe tjloe beramal merubuhkan Biauw Hoat tjindjin.

   Semua mi adalah buah rentjana Nona Beng Slang iang tjerdik Tluma sajang, Tiang Hoat dapat kesempatan untuk membunuh diri sehingga dia tidak usah menerima hukuman lagi dari pembesar negeri.

   XIX Tjeng In pulang kekuil, untuk berkumpul bersama Boe tjioe, dua saudara Ong dan Siam In seria Pheng Slang.

   Esok harinja.

   Tjeng In menjatakan niatnja buat kembali ke Kwan-gwa ia memberikan beberapa potong emas pada Pheng Siang, dan mempersilakan ia pulang ke Kim-tjhioe kampung halamannja.

   Kapan ia melihat tjinta Kasihnja Tjong Beng dengan Siam In ia teringat pada masa mudanja ketika ia hidup bersama Ie Lam.

   Lalu ia berkata pada pasangan itu.

   "Kamu berdua tentu sangat kangen satu pada lain Sekarang kita perlu lekas kembali pada Beng-sie Sam Eng untuk merundingkan soal mengundang Thian Tie Koay-Hiap. Kami akan berangkat lebih dahulu dan kamu berdua boleh menjusul belakangan. Aku tahu si Siam sangat letih, dia perlu beristirahat karena itu, Ong Kongtjoe pergilah kau mengadjak dia pesiar kepelbagai gunung dan tempat indah lainnja baharu kamu menjusul kami. tjuma Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
satu hal harus di ingat kamu djangen mengambil tempo terlalu banjak sebab selang satu bulan kita sudah harus berkumpul dirumah keluarga Beng."

   Boe tjioe kegirangan sekali melihat niekouw ini mengerti hati anak muda. Tetapi Siam In djengah dan mukanja mendjedi merah. Tjoen Beng tertawa, ia kata.

   "Adikku, aku akan berangkat lebih dahulu bersama tjinkee dan soe-thay. Kau boleh adjak Nona Wan pergi persiar asaj kamu ingat djangan sekali kamu menerbitkan onar terutama ingatlah pesan soethay untuk kita nanti berkumpul di Hek San."

   Tjong Beng mengucapkan terima kasih dan memberikan djandjinja.

   Siam In djuga mengumankan berterima- kasihnja.

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Siangnja Tieng In lantas mengadjak Boe tjioe dan Tjoen Beng berangkat.

   Tjong Beng mengadjak Siam In pindah keruman penginapan dimana mereka minta dua kamar, baharu besoknja mereka membeli dua ekor kuda dan mereka mulailah berangkat pesiar.

   Guna mentjegah sesuatu jang tak diingin mereka mengaku sebagai engko dan adik.

   Siam In sangat gembira disepandjung djalan ia berbltjara dengan leluasa, dan se-bentar2 tertawa.

   Keruwetan dalam hatinja telah tersapu semua, ia terutama merasa sangat puas atas perlakuan Tjong Beng.

   Mereka sudah berdjalan lima hari dan telah melalui tjiang-ip, Ek-touw dan Lioehoo.

   Tanpa merasa, mereka telah sampai di Tiang-pek.

   maka itu Tjong Beng kata kepada kekasihnja.

   "Lagi selintasan, kita sudah akan dapat Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
tampak Tong Gak (Gunung Timur), gunung jang sangat kesohor itu. Adakah adikku mempunjai kegembiraan mendaki gunung itu?"

   "Apakah koko maksudkan gunung Tay San?"

   Tanja sinona sambil tersenjum.

   "Memang sudah lama aku ingin kesana! Baik, nanti kita mampir."

   Mereka bitjara sambil berdjalan sampai tiba2 mereka tampak debu mengepul disebelah depan dimana beberapa penunggang kuda berlari mendatangi.

   Segera mereka dapat kenjataan, mereka itu hamba2 negeri, kuda dan perlengkapannja indah dan dibebokong mereka masing2 bergendolan bungkusan kuning.

   Mereka kabur kearah selatan.

   Karena lewatnja rombongan Itu, Tjong Beng dan Siam In tidak dapat djalan berendeng lagi.

   Tetapi setelah itu, anak muda mendekati pula kekasihnja.

   "Adikku, selama beberapa hari ini, aku lihat mukamu merah dan segar sekali"

   Kata si pemuda "Aku dengar orang omong, satu kali satu nona menikah, dia bakal berubah mendjadi putih melotak dan montok "

   "Hai, kau djail, koko!"

   Kata si nona, sambil dengan tjambuknja mengeprak belakang kudanja anak muda itu.

   "Kau tidak tahu bagaimana orang menderita di Kimleng karena memikirkan kau.... Djalanlah lekas!"

   Kudanja Tjong Beng lontjat karena tepukan itu, dia berlari keras. Melihat itu, Siam In menjesal djuga, terpaksa ia pun mentjambuk kudanja, untuk menjusul. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Waktu itu, kembali tertampak naiknja debu disebelah depan.

   Kembali serombongan penunggang kuda melewati sepa.

   sang anak muda ini.

   Mereka berdandan dan berbekalan seperti rombongan jang pertama.

   Djumlah mereka ada belasan.

   Tjong Beng tahan kudanja, menunggui kekasihnja.

   "Engko Tjong, apakah jang mereka hendak perbuat?"

   Siam In tanja.

   "Rupanja mereka hamba2 negeri jang lagi bertugas"

   Sahut Tjong Beng, jang merendengi kudanja dengan kuda si nona.

   Siam In tidak menanja lebih djauh, mereka hanja djalan terus, sampai disebuah dusun ketjil.

   Ketika itu hari sudah mulai magrib.

   Tjong Beng dapat kenjataan semua rumah penginapan, besar dan ketjil, telah penuh dengan tetamu, ialah orang2 tani, jang dandan sebagai hamba2 negara.

   Mereka itu, ada jang lagi minum arak, ada jang merapikan pelana mereka dan lain sebagainja.

   Karena terpaksa, Tjong Beng mengadjak Siam In bermalam dirumahnja satu penduduk, seorang guru sekolah jang I suka menerima mereka.

   Sebab ia dapati pemuda dan pemudi ini beroman sebagai orang baik2.

   Setelah bersantap, Siam In mendengar suara berisik didalam kota, in tanja tuan rumah, sudah terdjadi perkara apa.

   "Mereka Itu adalah orang dari istana kaisar"

   Kata tuan rumah seraja dia menggojang2kan tangannja.

   "Katanja Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
kaisar bakal datang ke Tay San untuk bersembahjang, maka itu lebih dahulu telah di kirim sedjumlah hamba Istana dan pahlawan2, untuk membuat persiapan dan pendjagaan.

   tjelaka adalah pembesar setempat, jang mesti memenuhkan segala matjam permintaan mereka..."

   Mendengar itu, tahulah Tjong Beng jang Kaisar Kong Hie hendak melakukan sembahjang digunung Tay San. Itulah kebiasaannja radja.

   "Kita mau mendekati Tay San, mari kita besok pergi pagi!,"

   Siam In menjaR rankan pada Tjong Beng.

   "Tak boleh kita ketinggalan oleh radja tua-bangka itu. Nanti segala apa keburu dibikin kotor". Tjong Beng setudju, maka besok pagi2 nja, ia memperlukan tanja tuan ruinah tentang perdjalanan mendaki gunung. Lau lu setelah merawat kuda mereka, mereka segera berangkat. Magribnja mereka telah ! sampai didusun Boen-tjouw-tin. Dari sana gunung Tay San jang sutji telah mulai tertampak tegas.

   "Katanja, mendaki gunung Tay San memandangi matahari terbit adalah satu pemandangan jang luar biasa indah"kata Siam In.

   "kalau kita bermalam disini, mungkin besok kita tak keburu melihat matahari muntjul itu. Aku pikir, baiklah sekarang djuga kita pergi kekaki gunung, disana kita nanti mentjari pondokan didat lam kuil. Bagaimana pikiranmu, koko ?"

   Melihat orang demikian gembira. Tjong Beng manggut.

   "Akur"

   Katanja. Lantas mereka mentjari ruraab makan, untuk bersantap dan sekalian menjuruh djongos kasi makan kuda mereka. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Apakah tuan hendak mendaki gunung malam ini djuga ?"

   Tanja tuan rumah.

   "Djalanan disini sukar, tak seaman djalan dikota Lakshia sana. Baik tuan menunggu sampai besok, akan djalan bersamaa dengan rombongan lainnja."

   "Terima kasih,"

   Tjong Beng mengutjap.

   "Kita mengerti sedikit ilmu silat, kita djuga tidak punja banjak uang, umpama kita ketemu begal, mungkin mereka tidak taruh hati kepada kita."

   Melihat orang bekal sendjata dan dandanannja pun sebagai boesoe, tuan rumah tidak mentjegah lebih djauh. Akan tetapi dia toch menanja.

   "Tuan biasa merantau, sampai sekarang tuan singgah disini, apakah tuan tahu tentang Kioe-bwee-ho Hoa Gouw Nio? Wilajah kita ini adalah daerah dimana dia suka muntjulkan diri Kalau orang lelaki bertemu dia, tidak apa, akan tetapi kalau orang perempuan, itulah..."

   Dia tidak meneruskan, dia tjuma mengawasi Siam In.

   Memang Tjong Beng pernah mendengar nama Kioe- bwee-ho Hoa Gouw Nio si Rase Ekor Sembilan.

   Satu nona gagah berbareng dikenal sebagai perempuan tjabul kaum Rimba Hidjau.

   Tjong Beng mengerti maksudnja tuan rumah itu, tetapi terhadap kekasihnja, ia tidak bilang suatu apa.

   Sebaliknja, Siam In merasa tidak puas.

   "Aku ingin menjaksikan dia, apa benar dia berkepala tiga dan bertangan enam!"

   Katanja dengan sengit sambil ia merabah gagang pedangnja. Masih Tjong Beng diam sadja, ia hanja memikir untuk waspada. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Tidak tunggu lagi sampai tjuatja mendjadi gelap, pasangan Ini mulai dengan perdjalanannja.

   Belum lama berdjalan mereka sudah melihat semakin tegas djedjak gunung Tay San jang puntjaknja seperti menjundul awan.

   Dlaepandjang djalan terdapat banjak pohon tjemara, jang sudah tua, mendjadlkan pandangan agak seram.

   Mereka djalan terus tanpa pedulikan djalanan jang sukar.

   Tidak lama lagi, Siam In tampak tjahaja api di-sebelah depan.

   "Disana ada rumah, mungkin kuil!"

   Katanja gembira.

   Ia lantas melarikan kudanja.

   Tjong Beng mengikuti.

   Kapan mereka sudah sampai ditempai jang ditudju, mereka tampak satu kuli tua, jang pintu gerbangnja sudah runtuh, hingga namanja kuil itu tak ada lagi.

   Pendoponja ada dua dan sinar api keluar dari lauwteng belakang.

   Tjong Beng mengetok pintu, jang gelang-gelangannja terbuat dari kuningan.

   Sebentar sadja, disitu muntjul satu pendeta tua, sebelah tangannja membawa lilin dengan apa ia menjuiuhi kedua tetamunja.

   Agaknja ia terkedjut kapan ia melihat satu diantaranja seorang wanita.

   Tjong Beng lantas menuturkan maksud kedatangannja.

   "Sie-tjoe, kita biasa kedatangan orang lelaki, untuk orang perempuan, inilah sulit,"

   Katanja ragu2.

   "Inilah adikku,"

   Tjong Beng bilang.

   "Kita djuga menumpang untuk setengah malam sadja, sebentar sebelum ajam berkokok, kita sudah Dergi pula."

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Pendeta itu berdiam.

   "Kami orang sutji, memang kami harus menolong sesamanja,"

   Katanja kemudian.

   "Keadaan disini tapinja istimewa. Kalau tuan bersedia menurut peraturan disini, baharu aku suka menerima kamu."

   Pertjaja orang mempunjai kesukaran. Tjong Beng manggut.

   "Baik, soehoe,"

   Katanja.

   "Silakan, sietjoe !"

   Tjong Beng dan Siam In masuk kedalam pendopo, jang sudah tak keruan rupanja. Mereka dibawa kesamping, dimana ada sebuah pekarangan tersia-sia. Disitu ada dua buah kamar bobrok, jang penuh dengan rumput dan lainnja tetek bengek.

   "Omletoohoed!"

   Memudji pendeta itu menghadapi Tjong Beng.

   "Harap sietjoe maafkan aku, aku minta sinona suka mengambil kamar ini "

   Ia tidak tinggalkan lilinnja, terus ia tarik tangannja sipemuda untuk keluar dari kamar itu, jang pintunja ia tutup dari luar.

   "Taysoe, baik aku berdiam disini sadja,"

   Tjong Beng minta.

   "Dengan berdiam disini, adikku tidak akan kegelapan dan takut...."

   Pendeta itu agaknja kuatir, ia menggelengkan kepalanja.

   "Sietjoe tidak tahu, aku mengatur begini djuga untuk keselamatannja sinona,"

   Kata dia.

   "Sietjoe seorang laki, tidak apa, tapi kalau kau djuga sembunji, kapan kedua kudamu dapat dia lihat, itulah tak baik I"

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
(Dengan "dia"

   Diartikan orang perempuan).

   "Siapakah dia itu, taysoe?"

   Tanja Tjong Beng, suaranja keras, matanja tadjam mengawasi siorang alim.

   "Harap djangan banjak tanja, sietjoe", sahut sipendeta dengan perlahan sekail "Asal malam ini dia tidak datang, itu tandanja sang Buddha telah melindungi kita."

   Mereka bitjara didepan pintu, Siam In mendengarkan dari dalam.

   "Koko, pergi kau ikut taysoe,"

   Kata dia.

   "tjuma untuk beberapa djam, tidak apa aku berdiam disini."

   Lalu terdengar sinona memasang palangan pintu.

   Tjong Beng berlega hati.

   Ia tidak menjangka Siam In dapat dikasi mengerti.

   Pendeta itu mengadjak tamunja ini kelauwteng belakang, dimana disebelah bawahnja terdapat sebuah kamar jang bersih.

   Kemudian pendeta ini pergi untuk menjiapkan air teh.

   Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tjong Beng lihat diluar kamar ada sebuah tangga untuk naik kelauwteng.

   Ia tertarik, ia menalklnja.

   Segera ia berdiri tertjengang.

   Ia mendapatkan sebuah kamar bersih dan mewah sekali, kelambunja indah, djuga seperei dan bantalnja bersarung sulaman.

   Terang itu mesti kamarnja satu nona hartawan.

   Tapi kamar itu keadaannja sunji.

   Karena segera ia mendengar tindakan kaki sipendeta, lekas? ia turun masuk kedalam kamarnja.

   "Baik sietjoe beristirahat siang2,"

   Kata sipendeta setelah meletaki tehkoan. Ia memesan.

   "Sebentar, apa djuga jang sietjoe dengar, harap sietjoe djangan pedulikan."

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Djusteru itu, terdengar ketokan pada pintu luar.

   Lantas sadja muka pendeta ini berubah.

   Ia segera mengambil lilinnja, untuk dibawa pergi.

   Tapi ia belum sempat berlalu dari kamar, atau berbareng dengan siuran angin, satu tubuh mae nusia lontjat kehadapannja.

   Dia itu satu wanita tjantik, sebatang pedang menggemblok dibebokongnja, kondenja ditantjapi sekuntum bunga merah.

   Dia memakai mantel putih, tapi dandanannja sangat mentereng.

   Dipandang seumumnja.

   ia sa ngat menarik hati bagaikan bidadari turun dari kahjangan.

   Apalagi kedua matanja jang djeli, jang dipakai mengawasi pemuda kita.

   "Taysoe, pantas kau tidak menjambul ketokan pintu, kiranja ada tamu mulia!"

   Katanja, suaranja perlahan tapi njaring, terdengarnja merdu. Ia pun memperlihatkan senjumnja.

   "Maaf, nona Gouw,"

   Kata si imam, jang merangkap kedua tangannja.

   "Tamu ini Ong Kongtjoe dari Ngo-tay. Dia hendak mendaki Tay San, karena sudah malam dia mohon singgah dislni. Aku tidak tahu nona bakal pulang malam ini, maka tadi aku telah menerima Ong Kongtjoe menum pang dislni"

   Nona Itu madju dua tindak, ia mendjura kepada Tjong Beng.

   "Ong Kongtjoe, aku girang dapat bertemu dengan kau,"

   Katanja.

   "Thay-Kek tjioe In Tiong Kiam itu, kongtjoe pernah apa ?"

   Tjong Beng terpesona oleh ketjantikan orang, sekian lama ia diam sadja, baharu setelah ditanja, ia nampaknja terkedjut. Lekas2 ia membalas hormat. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Itulah ajahku almarhum,"

   Ia mendjawab.

   "Maafkan aku. aku tak tahu bagaimana aku harus memanggil kau."

   Nona itu tertawa, hingga kelihatan dua baris giginja jang putih.

   "Kongtjoe berasal dari keluarga persilatan, mustahil kongtjoe belum pernah mendengar Tay San Kioe-Bwee-Ho ?' dia tanja. Tay San Kioe-Bwee-Ho atau Kloe Bwee Ho dari gunung Tay San. Nama ini mengagetkan si anak muda, ia tidak menjangka, si nona adalah si Rase Ekor Sembilan Hoa Gouw Nio. Djadi mendengar nama kalah dengan melihat orangnja ia tidak menduga, si Rase ada begini elok dan menggairahkan, ia tidak djatuh hati, tetapi seperti umumnja prija, ia mengagumi. Tetapi kapan ia teringat Siam In, ia dapat melupakan ketjantikan orang. Segera Kioe Bwee Ho mengundang tamu ini naik kelauwtengnja dimana ia melajani dengan manis. Tjong Beng menerima undangan itu, karena ia melihat pendeta mengedlpi mata, supaja ia djangan menampik. Njata sekali pendeta itu kualir si Rase mengetahui adanja seorang perempuan didalam kuli itu. Kioe Bwee Ho berbisik pada si pendeta, dia ini mengundurkan diri. Sebagai gantinja muntjul dua katjung pendeta jang menjadjikan barang Hidangan dan arak.

   "Silakan, kongtjoe,"

   Kioe Bwee Ho mengundang, ia mmta pemuda itu dahar dan minum Tjong Beng mendjadl likat, sebab ia ingat Siam la. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Ong Kongtjoe"

   Kata si nona kemudian.

   "kaum kang ouw sebut aku yauwhoe, wanita siluman, entah kau sendiri, malam ini kita bertemu, apa kesanmu terhadap aku?"

   "Aku seorang kasar, seumurku djarang sekali aku bergaul dengan orang2 perempuan,"

   Kata Tjong Beng.

   "karena itu. pertemuan kita jang pertama Ini, aku tjuma bisa bilang, aku berada disuatu malam terang bulan jang indah-perraai, jang membikin orang merasa segar dan njaman."

   Kioe Bwee Mo merasa puas karena pemuda itu memudji dia.

   "Mari Minum!"

   Ia mengadjak seraja ia angkat tjawannja.

   Tjong Beng mengeringkan tjawannja djuga.

   Tidaklah heran kalau Iloa Gouw Nlo segera tertarik dengan pemuda dihadapannja itu, karena Tjong Beng masih muda, tjakap dan gagah dan sifatnja pun halus.

   Dengan disengadja, ia lantas mendjatuhkan sebatang sumpitnja.

   Tjong Beng melihat itu ia berdongko seraja mengulur tangannja untuk menjumput sump.t itu.

   Tapi djusteru itu, si nona menggeraki kaklnja jang bersepatu sulam indah untuk mengindjak tangansi onak muda.

   "Ah, yauwhoe ini hendak main gila"

   Pikir Tjong Beng.

   "Aku bukannja satu laki2 pemogor, aku mesti memberi sedikit adjaran padanja..."

   Baharu Tjong Beng hendak mengangkat kaki orang, atau tahu-tahu Hoa Gouw Nio sudah mengerahkan tenaganja, kakinja dipaku mengindjak dengan kuat. Tjong Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Beng tidak keburu menggunai tenaganja, hingga tangannja keindjak terus, ia tidak mau berlaku kasar, ia memikir kan lain akal Demikian dengan tangannja jang lain, ia menarik sumpit dari galing gadjah itu, terus ia pakai menggurat di.

   sepandjang betis dari ugai-ugalan kaki sampai didengkul bawal, si nona.

   Itulah urat geli, Kioe Bwee Ho merasa seperti dikitik, ia tertawa diluar kehendaknja.

   Djusteru ia tertawa, pengerahan tenaganja lenjap, indjakannja mendjadi kendor sendirinja.

   hingga dilain saat, sumpit kena terdjepit dengkulnja.

   Tjong Beng menggunai ketikanja, ia berbangkit berdiri, tangannja masih memegangi sumpit jang ia mengangkat naik.

   Sumpit itu tidak terlepas dan djepitan, ketika kaki si nona kena diangkat, djuga tidak patah, tjuma sedikit bengkok.

   Ini adalah suatu kepandaian jang biasa terdapat dalam kalangan tukang dangsu.

   Maka tidak heran kalau sumpit itu tidak patah.

   Mendadak si nona menggeraki tubuhnja dan berlontjat, hingga ia djadl berdiri diatas sumpit itu.

   "Hai, Ong Kongtjoe, kau hendak mengangkat aku kemana?"

   Tanjanja. Dua orang ini telah mengadu kepandaian mereka, tapi si nona agaknja djengah. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
Selagi mereka sedang adu kepandaian itu, tiba2 ada bajangan berkelebat didjendela, melesat kedalam kamar, sinar pedang pun berbareng berkelebat menjambar.

   Segera Tjong Beng dapat mengenali jang Siam In adanja, ia terkedjut.

   Ia hendak mentjegah kekasihnja itu, tetapi sudah kasep, pedangnja Siam In sudah menikam.

   Selagi udjung pedangnja mentjari saaarannja, Hoa Gouw Nio mengapungkan diri dan lontjat djumpalitan diudara.

   Berbareng dengan itu Tjong Beng djuga menggentak naik sumpitnja, buat membantu tenaga pada si nona Maka kesradahannja, udjung pedang lewat dibawakan kaki si Rase Ekor Sembilan.

   Semasa didalam kamarnja diwaktu ia mendengar perkataannya si pendeta tua, Siam In sudah menduga kuil itu mesti sarangnja Kioe Bwee Ho.

   ia sengaaja menjanggupl berdiam sendirian didalam kamar buruk itu begitu lekas orang berlalu, diam2 ia keluar menguntit lu sembunji diluar lauwteng.

   Kebetulan sekali.

   Kloe Bwee Ho segera muntjul.

   maka nona Ini melihat segala apa, sampai saatnja si Rase melajani Tjong Beng setjara manis sekali.

   Siam In tidak beda dari kebanjakan wanita lain dalam hal tjemburu ia panas menjaksikan kelakuannja si Rase dan Tjong Beng melajani.

   Hingga ia tak mau bersabar lagi untuk mentjari tahu sikap sebenarnja dari pemuda itu.

   Djuga selagi Hoa Gouw Nio main gila dan Tjong Beng melajani adu kekuatan, ia tidak dapat mengatasi diri lagi, ia keluar dari tempat sembunjinja, ia lontjati djendela, akan menerdjang wanita tjentil itu.

   Begitu lekas ia telah mengindjak lantai, Hoa Gouw Nio menghunus sepasang peIdangnja.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Budak bau, kenapa kau lantjang masak kedalam kamarku?"

   Dia menegur.

   "Awas, djangan kau bikin kotor pedang nonamu!"

   Meski ia menegur demikian, si Rase madju menjerang dengan dua gerakannja berbareng, jaitu "Hong hong hoen hoei" - "Burung hong hong terbang berpentjar,"

   Dan "Pok ek hoen tiang" - "Kedua sajap dipentang."

   Udjung pedang jang kiri mentjaru tenggorokan. udjung pedang jang kanan menikam ke ketiak. Dengan sebatang pedangnja, Siam In melakukan penangkisan berbareng dengan Hoen hoa hoet lioe"

   Atau "Memisah bunga, mengebut yanglioe"

   Ia bergerak sambil memutar tubuhnja, ia pun berkelit.

   Baharu segebrakan Itu, Tjong Beng sudah lontjat madju untuk malang di-tengah2 dengan kedua tangan menjekal masing2 sebatang sumpit atau lebih benar dengan sumpitnja itu ia menangkis pedang jang sedang hendak saling sambar pula.

   "Tahan!"

   Dia berseru.

   "Kau tidak membantu aku, tidak apa, tapi apakah kau masih hendak melindungi siluman ini?"

   Tegur Siam In dengan mendongkol. Kioe Bwee Ho tertawa mengedjek.

   "Ha, kiranja kau jang membojong laki2"

   Kata dia "pantas ruangan ini djadi busuk suasananja!"

   Siam In mendjadi bertambah gusar, hingga ia mau menjerang pula. Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Tahan!"

   Tjong Beng tetap menjelak.

   "Djangan gusar, adikku, inilah rumah orang. Mari kita pergi!"

   Kioe Bwee Ho melihat ketikanja segera ia lontjat keluar djendela untuk menjingkir dengan tjepat. Dalam gusarnja, Siam In menggeraki tubuhnja untuk mengedjar, tapi Tjong Beng mentjegahnja dengan peluk tubuhnja.

   "Djangan sembrono, adikku!"

   Ia kata.

   "Lupakah kau kepada pesannja Tjeng In Soe-thay?"

   Siam In dapat lantas dibikin sadar, akan tetapi, tiba2 sadja ia menangis.

   "Sudahlah,"

   Tjong Beng membudjuk. Dan ia mesti membudjuk ber-ulang2, baharu kawan wanita itu dapat dibikin reda amarahnja. Tuan rumah sang pendeta, djuga datang kepada dua tamunja ini dan ia menasehati agar si nona djangan melajani Hoa Gouw Nio.

   "Malam ini dia mengalah."

   Kata si pendeta.

   "Biasanja, terhadap wanita, ia tidak pernah melewatkannja pula. Barusan dia telah pesan padaku untuk persilakan kongtjoe dan Wan Siotjia beristirahat dilauwtengnja ini seraja dia berdjandji tidak akan datang pula untuk membikin tjeiaka."

   Meski ada pesan itu, Tjonn Beng toh tidak tenteramhatinja.

   Malam Itu ber-sama2 Siam In, ia tidak tidur meski sebentarpun.

   Dengan pedang ditangan, mereka ber-djaga2 sampai tadjar menjingsing Matahari sudah naik tinggi sewaktu mereka keluar dari kuil.

   Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
"Kita terlambat, tak keburu kita menjakslkan terbitnja sang Batara Surya."

   Kata si anak muda. Masih si nona tak puas.

   "Kau dilibat siluman itu. mana kau ingat untuk menjakslkan matahari terbit"

   Katanja.

   "Djangan masih mendongkol sadja, adikku,"

   Tjong Beng membudjuk.

   "Kita berada dirumah orang, sudah selajaknja kita berlaku hormat dulu dan kemudian baharulah menggunai kekerasan. Dia pun tidak berbuat djahat."

   Si nona berpikir, ia diam sadja.

   Sampai dlsitu, keduanja mulai mendaki gunung jang tinggi dan sukar dinaikinja, maka sampai tengah-hari baharu mereka sampai dipuntjaknja.

   Segera mereka memandang kearah Lam-Thian-boen "Pintu Langit Selatan", mulut gunung dimana ada sebuah djaianaa berbulu dan disarapingnja terukir tiga huruf "Lam Thiao Boeu."

   
Pertentangan Kaum Persilatan Yoe hiap eng hiong 1 Karya OKT di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Disamping itu ada sebuah pohon tjemara tua jang besar dan usianja sudah seribu tahun lebih.

   Ditempat Siam In berdua itu, bagaikan dikurung puntjak mega tampak seperti lautan luas dan matahari memantjar Udjam.

   Dibawah, pohon2 tjemara dan siong merupakan rimba.

   Seluruh pemandangan alam disitu luar biasa.

   Waktu Itu terdengar rajuan loutjeng dan tambur geredja jang terbawa angin.

   Kapan kedua pemuda dan pemudi ini menoleh, mereka tampak sebuah rumah sutjl jang tadi tidak kelihatan sebab masih tertutup kabut.

   "Mari!"

   Mengadjak Siam In, seraja ia menarik tangan kawannja. Sekarang sudah lenjap antero kemendongkolannja. Ia menudju kegeredja itu dimana lontjeng tembaga terdapat diempai pendjuru dan masih Yoe Hiap Eng Hiong seri I -
Kolektor E-Book
sadja asjik memperdengarkan suaranja.

   "Pek In Soe"

   Adalah nama kuil jang bunjinja besar dan ditulis dengan air emas.

   Kalau genteng dari toa-thian, pendopo ulama bergemerlapan seperti emas adalah kedua pendopo samping bergenteng hitam-gelap mengkilap.

   Kapan sepasang anak muda ini bertindak memasuki kuil, mereka lantas disambut satu pendeta pelajan.

   Mereka lantas menuturkan maksud kedatangannja untuk pesiar sadja.

   Habis minum teh jang disuguhkan Tjong Beng mengadjak Siam In kependopo untuk melihat2 Patung jang terpudja ialah dari dewi Pek In Sian-tjoe.

   Didelapan pendjuru podjok terdapat masing2 sebuah lontjeng terbuat dari emas, sedang gentengnja seperti terlihat dekat diudjung pajon, njata berbahan emas tjampur perunggu.

   Genteng dikedua pendopo terbuat dari besi hitam.

   Setelah menuliskan dermaan sekedarnja Tjong Beng dan Siam In pergi kepuntjak hingga sinona bisa menjaksikan kebesaran dan keindahan alam disekltarnja.

   "Adikku"

   Kata Tjong Beng.

   "tadi di depan dewi kau berkemak-kemik apa jang kau katakan dalam hatimu?"

   "Tidak apa2"

   Sahut sinona, samnil menundukkan kepalanja.

   "aku hanja kuatirkan hatimu, engko..."

   Tjong Beng segera merangkul nona "Masihkah kau tak tahu hatiku, adik?"

   Tanjanja dengan suara lembut.

   "Menghadapi langit disini, b


Pendekar Aneh Karya Liang Ie Shen Golok Halilintar Karya Khu Lung Panasnya Bunga Mekar Karya SH Mintardja

Cari Blog Ini