Ceritasilat Novel Online

Selir Yang Dihadiahkan 2


Selir Yang Dihadiahkan Karya Widi Widayat Bagian 2



"Oh! Datang lagi?"

   Seru Ragapadmi terkejut.

   "Ada apa?"

   "Ia datang terus minta suguhan kapur sirih. Segera kuambilkan tapi... tampak kekecewaan terbayang pada mukanya, mengapa aku sendiri yang mengambilkan. Aku tahu maksudnya yang benar, ingin menikmati wajahmu tapi kau tak di rumah...."

   "Oh!"

   Seru Ragapadmi lagi.

   Lalu Ragapadmi menjembunyikan mukanya dalam dada Bangsacara dan terisak-isak, Bangsacara menghela napas seraya membelai-belai rambut Ragapadmi yang ikal.

   Bangsacara tak tahu apa sebab istrinya tiba-tiba menangis.

   Karena itu dibiarkan memuaskan hatinya.

   Tapi setelah agak lama tangis itu masih belum reda, tanya Bangsacara.

   "Manis, mengapa kau menangis?"

   "Kau cemburu..."

   Jawab Ragapadmi setengeh menjerit ditengah isaknya.

   "Oh, kau salah terima manis, bukan begitu maksudku,"

   Kata Bangsacara sedih.61

   "Tak cemburu? Mengapa..."

   Jerit lirih Ragapadmi "Diamlah Dstriku, jangan kau menangis. Kuterangkan hal lebenarnya. Aku tak cemburu, belahlah dadaku pabila kau tak percaya. Tak ada kata- kata cemburu dalam hatiku,"

   Hibur Bangsacara seraya mengangkat kepala istrinya, lalu disapunya airmata yang membasahi pipi, dan kemudian dikeringkan dengan hidungnya. Ragapadmi masih terisak, dan Bangsacara menghela napas.

   "Aku benci padanya. Dan cinta padamu,"

   Menegaskan Ragapadmi seraya terisak.

   "Tak rela mata liar itu menyusuri tubuhku...."

   "Aku tahu manis, aku tahu..."

   "Tapi... mengapa kau cemburu?"

   Tukas Ragapadmi. Bangsacara mencoba tersenyum, lalu mengusap-usap dagu istrinya dan katanya .

   "Wong ayu, maksudku amat membanggakan kecantikanmu. Bukan aku cemburu,"

   Hibur Bangsacara untuk menjelaskan.

   "Aku amat beruntung memilikimu, dan ternyata patih Bangsapati gandrung padamu. Padmi, aku sedia membela dengan darah jika ada seorang berani mengganggumu."62 Tangis Ragapadmi agak reda, lalu menyembunyikan kepalanya ke dada Bangsacara lagi. Tapi cuma sebentar, ia menatap muka suaminya lalu bisiknya.

   "Kakang, tak seorangpun berhak menjamah diriku kecuali kau."

   Sangat tertusuk hati Bangsacara, lalu bibir Ragapadmi yang komat-kamit itu dikecupnya penuh kasih.

   Setelah itu Ragapadmi menyandarkan kepalanya ke bahu Bangsacara dan matanya kini menyusuri gelap malam diluar.

   Ceplok dan Cantuk menyalak dipelataran, agaknya mereka terkejut oleh suara sesuatu yang bergerak ditempat pembuangan sampah.

   Angin malam menghembus lembut, mengusap- usap sepasang merpati yang sedang berkasih.

   Terasa agak dingin, lalu tangan Ragapadmi yang halus itu dibimbing Bangsacara, masuk rumah.

   Dan sesudah menutup pintu dan mengancingnya, mereka duduk diatas balai-balai dalam rumah muka itu.

   Ditatapnya wajah Ragapadmi yang disinari oleh lampu minyak agak suram itu.

   Tampak cantik sekali, matanya bening dan mulut yang dihiasi oleh bibir agak merah begitu mungil.

   Dan pipi Ragapadmi memerah jambu, tersipu63 oleh pandangan mata Bangsacara seperti manusia kehausan.

   Menyaksikan kecantikan Ragapadmi ini, hatinya sangat rusuh.

   Juga timbul rasa bimbang.

   Haruskah istri yang ayu ini direlakan? Dilepaskan? Ditinggalkan? Tidak! Hati Bangsacara tidak rela.

   Ia sedia mati untuk mempertahankan istri secantik ini, yang molek dan setia ini.

   Ia sedia berkorban demi untuk cinta, untuk kebahagiaannya.

   Tapi...

   Raja melarang berkawan.

   Tugas itu harus dilakukan sendirian.

   Perintah Raja tak dapat dibantah.

   Perintah Raja merupakan hukum yang berlaku.

   Barang siapa berani melanggar, tiang gantungan telah menanti.

   Raja dapat menghitam putihkan negara dan rakyat.

   Raja dapat bertindak menurut kehendak sendiri.

   Apabila tak rela berpisah dengan Ragapadmi selama menjalankan tugas, berarti bersalah lagi.

   Bangsacara menghela napas dan mengeluh.

   Ragapadmi menyusuri wajah suaminya penuh perhatian.

   Oleh sinar lampu itu tampak kemuraman wajah suaminya.

   Tampak kesedihan yang sedang mengamuk dalam dada.

   Ragapadmi heran, bingung, mengapa suaminya berbeda dengan malam-malam yang biasa.64 Lalu dagu suaminya dipegangnya, dibawa mendekat kemudian diciuminya, dan sapa Ragapadmi.

   "Kakang. mengapa kau seperti orang bingung? Ada apa kakang, katakan."

   Bangsacara mencoba tersenyum, lalu jawabnya sedih .

   "Padmi, benar katamu. Aku sedang memikirkan tugas yang harus kulaksanakan."

   "Tugas?"

   Ulang Ragapadmi. Lalu tanyanya .

   "Tugas apa itu? Bangsapatikah yang membawa perintah?"

   "Ya! Ia yang telah menjampaikan perintah tadi siang. Aku tahu Padmi, bahwa tugas ini dibebankan akibat aku lama tak kembali ke kraton. Jadi, terang tugas itu sebenarnya hukuman yang harus kuterima,"

   Bangsacara menghela napas lalu katanya.

   "Menurut perintah Raja yang telah kuterima dari patih Bangsapati, seminggu lagi Raja bermaksud akan menyelenggarakan pesta. Karena itu aku diperintah- kan untuk mempersiapkan daging untuk pesta itu. Aku diperintahkan berburu rusa dihutan pulau Mandangin, dan harus siap 300 ekor rusa dalam sehari..."

   "Oh! Tak mungkin! Tugas gila! Hukuman gila!"

   Seru Ragapadmi memprotes.

   "Dan sanggup jugakah kau menerima perintah gila itu?"65

   "Ya, aku sanggupi!"

   Jawab Bangsacara tegas.

   "Sebab kau tahu, perintah Raja tak dapat ditolak. Perintah Raja tak dapat dibantah. Perintahnya merupakan hukum yang berlaku. Dan manisku, akupun menginsyafi telah berbuat salah. Siapa salah mesti menerima hukuman."

   "Tapi gila!"

   Jerit lirih Ragapadmi.

   "Kesalahanmu, lama tak kembali ke kraton. Kesalahan begitu saja harus mendapat hukuman seberat itu? Gila! Raja yang tamak! Toh Raja sendiri yang memerintahkan kau memperisterikan aku. Butakah Raja terhadap kasih cinta yang sedang, dijalin pengantin baru? Tidak! Kau harus menolak perintah ini. Mungkin, mungkin semua ini atas hasutan Bangsapati. Patih yang tamak itu iri atas kebahagiaanmu. Patih tamak itu iri bahwa aku kau peristerikan tentunya. Ia tak mau tahu, ia buta, bahwa aku kau terima sudah bukan manusia lagi. Jasa- jasa ibu yang telah menyembuhkanku. Mengapa? Mengapa kebahagiaanku diganggu?"

   Ragapadmi mulai menitikkan airmata.

   Bangsacara terkejut, cepat airmata yang menitik itu disapunya penuh kasih.

   Tapi Ragapadmi lalu menelungkupkan mukanya ke pangkuan suaminya.

   Ia menangis sedih.

   Bangsacara mengusap rambut66 istrinya dengan hati yang menggelonjak.

   Hatinya hancur! "Manis, dengarlah,"

   Bujuk Bangsacara perlahan.

   "Aku tak mau menuduh seseorang, baik Raja dihasut oleh patih Bangsapati dan baik tidak. Pada kenyataannya sekarang, aku mendapat perintah untuk berburu. Lain tidak! Perintah itu harus kujalankan. Sebab, kau juga telah menginsyafi tentunya, bahasa Raja banyak memberikan kasih padaku. Aku merasa banyak berhutang kepada Raja, jangan lagi Raja menyuruh berburu, menghadapi mautpun akan tak gentar."

   Ragapadmi seperti disengat lebah dadanya, bangkit dan duduk menatap suamfnya, dengan matanya yang masih basah. Lalu protesnya.

   "Akan kau lakukan? Kau bodoh! Gila! Tidak! Kita lari keluar negara ini. Lari, untuk menyelamatkan diri. Kau tak boleh melakukan tugas ini."

   Ragapadmi tersedu-sedu, dadanya bergerak- gerak, dan kedua belah telapak tangan menutup muka. Bangsacara amat sedih, mengeluh! Lalu katanya perlahan.

   "Padmi, tak ada keinginanku melarikan diri. Aku tak sudi menjadi pengecut! Manisku, dengarlah. Raja telah banyak67 memberikan budi kebaikan padaku. Bagaimanapun aku harus membalasnya. Aku tak mau dituduh sebagai manusia pengecut, yang tak tahu budi orang. Karena itu manisku, aku akan melakukan juga tugas ini sekalipun berat. Aku tahu, dengan bantuan Ceplok dan Cantuk akan berhasil menyelesaikan tugas ini dengan baik."

   "Tidak! Tidak... kau harus lari!"

   Jerit lirih Ragapadmi.

   Lalu tersedu-sedu lagi.

   Sayang benar, bahwa nyai Jagahastana yang telah tua itu tak mendengar suara tangis Ragapadmi.

   Kiranya ia kelelahan siang tadi, sehingga tidur begitu nikmat.

   Dan Bangsacara menghela napas serta mengeluh.

   Dibiarkannya Ragapadmi menangis sedih.

   Cuma suara isak Ragapadmi yang memenuhi rumah muka itu.

   Sedang kadangkala Cantuk dan Ceplok menyalak dipelataran.

   Tapi kemudian Ragapadmi melepaskan tangan- nya dari mukanya, ditatapnya suami yang dicintai itu dengan mata yang masih basah, dan katanya pasti.

   "Baik kakang kita lakukan tugas ini. Aku akan menyertaimu berburu. Aku akan membantumu."68 Bangsacara menggelengkan kepalanya, menghela napas lalu jawabnya sedih.

   "Tak mungkin Padmi, perintah Raja tak seorangpun boleh membantuku dalam berburut ini.

   "Gila!"

   Jerit Ragapadmi tertahan.

   "Aku harus ikut! Larangan itu tak berlaku bagi istri."

   "Ya, aku sangat bangga atas kesetiaanmu. Manis, terimakasih atas pembelaanmu,"

   Bujuk Bangsacara sedih.

   "Tapi, perjalanan amat jauh, amat sukar, tak mungkin kau dapat menyertaiku."

   "Tidak. Kau menghina aku?"

   Tantang Ragapadmi seraya menatap suaminya.

   "Aku tak gentar meng- hadapi hutan lebat, tak gentar menghadapi perjalanan sukar. Aku menyertaimu. Harus membantumu!"

   Terbayang dalam pikiran Bangsacara, bahwa perjalanan yang harus ditempuh dari desanya menuju pulau Mandangin tak cukup dua hari, dengan jalan kaki.

   Itupun harus melalui jalan-jalan yang sukar dan berbahaya.

   Ngeri, tak mungkin istrinya dapat menyertai perjalanan yang amat sulit ini.

   Bagaimanapun kuat Ragapadmi menempuh perjalanan ini, tapi ia tentu akan menderita dalam perjalanan.

   Harus menginap di jalan.

   Membawa69 Ragapadmi yang jelilta itu amat berbahaya.

   Tentu banyak laki-laki yang mengincar.

   Disamping harus menempuh perjalanan yang amat sulit, masih juga dipersulit lagi dengan terbentangnya laut yang membatasi Madura dan Mandangin.

   Yah, harus menyeberangi laut itu.

   Tahankah istrinya menyaksikan air laut yang bergelombang itu? Dan lagi dalam hutan Mandangin nanti, mungkin juga Ragapadmi akan ngeri menyaksi- kan darah segar rusa yang disembelihnya.

   Tidak! Istrinya harus tinggal dirumah.

   Bangsacara sanggup menjelesaikan tugas itu sendiri.

   "Kakang, katakan! Katakan sekarang, bolehkah aku menyertaimu?"

   Desak Ragapadmi. Bangsacara gelagapan, tapi kemudian jawabnya pasti.

   "Baik! Kau menyertaiku manis, aku tak tega meninggalkanmu,"

   Wajah berseri tersembul dari tengah isak Ragapadmi, mendengar putusan suaminya itu.

   Sebagai pernyataan terima kasihnya, lalu membenam kan mukanya kedada Bangsacara.

   Tapi Ragapadmi tak menyadari bahwa kesanggupan suaminya itu di bibir saja.

   Sebenarnya70 Ragapadmi tak akan dapat menyertai perjalanannya.

   Selir Yang Dihadiahkan Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sebelum fajar menyingsing besok dan Ragapadmi masih dibuai mimpi, ia akan pergi secara diam-diam.

   Dalam hati penuh kepercayaan, bahwa perpisahan- nya dengan istrinya tak akan berlangsung lama, selesai tugas nanti akan dapat kembali bersanding dan dapat mengecap kebahagiaan hidupnya.

   Lalu dipimpinnya Ragapadmi, melangkah perlahan menuju kamar.

   Tapi kali ini istrinya memiliki firasat, ia selalu gelisah dan tak segera tidur.

   Tapi Bangsacara tak kurang akal, digungrumlah istrinya, dicumbui Ragapadmi yang jelita itu sehingga akhirnya tertidur pulas.

   Bangsacara mengecup bibir istrinya, menyapu pipi dan dagu dengan hidungnya.

   Lalu duduk gelisah, menghela napas seraya mengeluh.

   Lalu perlahan ia turun dari pembaringan, disururinya tubuh dan wajah ayu istrinya dengan pandangan mata yang amat sedih, tak berani ia mengusik takut kalau istrinya bangun.

   Dipandangi lama-lama istrinya itu hingga puas sekali, baru melangkahkan kakinya perlahan keluar kamar.

   Pintu kamar itu ditutup perlahan, lalu mengambil sebuah golok dan terus keluar.

   Cantuk dan Ceplok71 menyambut tuannya dipintu seraya menciumi kaki dan ekornya dikibas-kibaskan.

   Diusapnya kedua ekor anjing itu, lalu melangkah pergi dan anjing yang setia ini mengikuti kepergian tuannya.

   Dan ketika pagi datang, Ragapadmi kebingungan tidak menemukan suaminya.

   Ia menangis sedih, menubruk ibunya seraya menjerit.

   Dan nyai Jagahastana menjerit pula setelah mengetahui duduk perkara yang sebenarnya...

   IV.

   BUAH HASIL KEJAHATAN AH kasian budak yang sangat setia kepada junjungannya ini, hingga ia menyediakan diri untuk melakukan tugas yang seberat itu.

   Menyediakan diri untuk melakukan tugas yang tak sepadan dengan kesalahannya.

   Harus menyediakan 300 ekor rusa liar dalam sehari, berarti tiap sejam harus dapat menghasilkan 25 ekor.

   Kalau pun ia berhasil, ia akan lumpuh kelelahan, akan kehabisan tenaga, bekerja sehari penuh tanpa mengaso.

   Ah kasian benar...72 Dan Bangsacara tak menyadari apa yang telah terjadi sebelum hukuman itu diputuskan oleh Raja.

   Apa latar belakang yang sebenarnya? Yah, Bangsacara budak yang amat setia ini terus melangkahkan kakinya menuju Mandangin diikuti oleh dua ekor anjingnya yang setia.

   Perjalanan yang jauh itu dilakukan dengan tabah hati, dengan kesetiaannya kepada Raja.

   Ia tak mengeluh.

   Akhirnya ia berhasil mencapai tepi laut Madura bagian utara.

   Untuk mencapai pulau Mandangin tempat perburuan yang telah ditetapkan, harus menyeberangi laut.

   Bangsacara dan kedua ekor anjingnya melepas lelah diatas pasir, menunggu perahu nelayan yang lewat, dan akan dimintai pertolongan untuk menyeberangkan ke Mandangin.

   Tapi celaka, matahari telah masuk peraduannya tak sebuah perahupun tampak dan dapat menolong.

   Bangsacara amat gelisah, hari esok merupakan ketentuan harus berburu.

   Sekarang masih belum berhasil menyeberangi laut itu.

   Hatinya masygul, sedih, halangan laut ini menyebabkan gagalnya tugas, tak akan dapat dilaksanakan.

   Dua ekor anjing itu, menjilat-jilat kaki tuannya.

   Seakan tak menghiraukan kesedihan yang sedang73 menyesak dada.

   Bangsacara menghela napas, seraya memandangi lautan yang luas itu, diterangi oleh bulan setengah bundaran diangkasa.

   Sedang bintang- bintang pun ikut memberi penerangan, seakan bermaksud memberi bantuan agar Bangsacara yang duduk gelisah ditepi pantai ini dapat menikmati keindahan laut yang airnya biru itu.

   Bangsacara menggeleng-gelengkan kepala, masygul hatinya mengapa harus terhalang oleh laut itu.

   Sejak keberangkatannya, untuk menyeberangi laut ini ia memastikan dapat minta pertolongan perahu-perahu nelayan.

   Tapi ternyata sehari suntuk menunggu tak sebuahpun perahu nelayan, yang biasanya banyak itu, menampakkan diri.

   Dipandanginya Cantuk dan Ceplok lama-lama.

   Tapi kemudian mata Bangsacara bersinar, wajahnya berseri-seri.

   Ia telah berhasil mematahkan rintangan ini dengan pertolongan dua ekor anjingnya.

   Ia akan berpegangan pada pangkal ekor anjing itu, dan dua ekor anjing itu disuruhnya berenang sekuat tenaga mencapai Mandangin.

   Cuma jalan itu saja yang dapat menolong, lain tidak! Setelah bulat, dicoba dan dilaksanakan pula rancangan itu.

   Kalau saja anjing-anjing itu tak kuat74 dalam usaha menyeberangi selat itu, berarti akan kelelap bersama ditelan laut.

   Ia lebih suka begitu daripada harus dituduh sebagai pengecut.

   Dituduh sebagai laki-laki yang tak berani menghadapi persoalan yang amat sulit.

   Semula agak kesukaran juga Bangsacara dalam memerintahkan kedua ekor anjing itu, mereka selalu berusaha lari dari air yang dingin itu.

   Tapi setelah dengan sabar memberi pelajaran kepada Cantuk dan Ceplok itu, pada akhirnya mau juga anjing itu berenang dibebani tubuhnya menyeberangi laut itu.

   Sangat susah kedua ekor anjing itu harus berenang dan menyelamatkan tuannya dari bahaya kelelap, tapi dengan sekuat tenaga tercapai juga pulau Mandangin.

   Kedua ekor anjing itu terbaring kelelahan diatas pasir.

   Sedang Bangsacara dengan amat kasih berusaha untuk mengeringkan bulu binatang yang basah kuyup itu.

   Lalu ia cepat mengumpulkan ranting-ranting kayu kering, kemudian disulutnya dan menyalalah kayu itu memberikan kehangatan kepada ketiga sahabat itu.

   Bekal makanan yang dibawa sudah basah, tapi terpaksa dimakan juga dengan kedua temannya yang75 setia ini.

   Malam itu mereka melepaskan lelah di pantai Mandangin, dan besok harus memulai tugas.

   Ah kasian benar budak Raja yang setia ini, hingga tak menyadari bahaya-bahaya yang mengancam setiap waktu.

   Ia tidak menyadari bahwa semenjak kedatangan Patih Bangsapati yang pertama, dan menyaksikan keayuan wajah Ragapadmi, patih ini menjadi gila! Ia tak mengira bahwa wanita bekas selir Raja yang mengerikan ijtu, setelah sembuh dari sakitnya mempunyai bentuk tubuh yang menggiurkan, kulit kuning halus yang menyedapkan dan paras wajah yang menggairahkan.

   Patih Bangsapati pulang dengan hati yang rusuh.

   Ia gandrung, ia ingin memiliki.

   Ia merasa iri, mengapa budak itu memiliki istri yang jauh diatas kecantikan istrinya.

   Ia merasa iri, mengapa budak itu mendapat hadiah Raja yang begitu besar.

   Mengapa, bukan ia sebagai patih praja Pucangan dan tangan kanan Raja yang mendapat hadiah bekas selir yang ayu itu? Timbul kemudian kerakusannya untuk merebut jelita itu dari Bangsacara.

   Tapi kalau Bangsacara harus dibunuh mati, ia takut bisa ketangkap.

   Ia berpikir keras untuk dapat merebut Ragapadmi yang molek itu76 dengan jalan lain.

   Kemudian timbul suatu akal licik dan keji, ia menghasut Raja agar Ragapadmi ditarik kembali dari tangan Bangsacara.

   Maksudnya, dengan meminjam tangan Raja akan dapat tercapai.

   Setelah Raja mencabut hak itu, lalu akan meminta kepada Raja agar Ragapadmi diberikan kepadanya.

   Patih yang pintar menghasut itu mengatakan kepada Raja antara lain.

   "Gusti, menurut penyelidikan hamba, Bangsacara tak juga kembali, disebabkan rasa sayang untuk meninggalkan istrinya yang cantik. Gusti, ternyata Ragapadmi sekarang telah sembuh dan merupakan wanita ayu tanpa tandingan."

   Raja Bidarbo ketawa, lalu jawabnya gembira .

   "Syukur sekali apabila demikian. Aku sangat gembira paman, Ragapadmi dapat tertolong. Yah, biarlah Bangsacara sekarang menikmati kebahagiaan disamping Ragapadmi. Itu sebagai upah usaha penyembuhan yang telah dilakukannya."

   "Sabda paduka semuanya benar. Tapi pantaskah gusti, seorang budak seperti Bangsacara itu harus beristerikan seorang wanita yang melebihi kecantikan garwa1 paduka? Gusti, menurut pendapat hamba, paduka harus melebihi segala-galanya dalam 1 istri77 praja Pucangan ini. Hamba khawatir, apa kata para kawula menyaksikan keanehan ini?"

   "Paman, kewibawaan Raja tergantung pada bijaksanaan dan keadilan dalam menyelenggarakan keamanan dan kemakmuran rakyat. Bukan tergantung kepada kecantikan wanita yang diperisterikan. Paman, ketahui pulalah bahwa sebenarnya Raja yang harus diatas segala-galanya itu merupakan Raja yang loba, tamak dan sewenang-wenang. Bukan Raja yang patut dihormati dan dipercaya rakyat. Dan Raja yang demikian tak akan dapat menyelenggarakan kebahagiaan dan ketenteraman Rakyat. Paman, kau tak salah apabila menilai Ragapadmi seorang wanita ayu tanpa tandingan. Ia salah seorang istri yang kucinta dan kukasihi dari pada yang lain."

   "Sabda paduka tak ada yang salah. Tapi gusti, disamping itu timbul pula kekhawatiran hamba untuk keselamatan Pucangan. Sebab apabila ditinjau dari jasa-jasa yang telah diberikan oleh Bangsacara terhadap negara Pucangan, takkan dapat menandingi jasa para Bupati dan Senapati yang berhasil menghalau tiap serangan musuh. Hamba takut akan timbulnya rasa iri dari para abdi paduka yang lain."78

   "Katamu benar paman,"

   Jawab Raja seraya ketawa.

   "Tapi kalau orang mau menengok kebelakang, aku kira tak seorangpun mau menerima hadiahku dalam keadaan Ragapadmi yang hampir mati itu, yang berbau busuk dan mengerikan! Apabila sekarang Ragapadmi dapat mempertahankan hidupnya, semua itu atas pengorbanan Bangsacara. dan tak dapat diganggu gugat."

   "Hamba pun dapat membenarkan. Tapi gusti mungkinkah orang mau tahu terhadap permulaan itu?"

   Desak Patih seraya menatap Raja.

   "Gusti, menurut pengalaman seseorang yang terpengaruh oleh sesuatu keinginan yang amat mendesak lupa kepada hal-hal yang sebenarnya. Hamba khawatiir, sementara abdi paduka dalam hati menganggap tindakan paduka tidak adil setelah mengetahui anugerah paduka terhadap Bangsacara. Hal-hal yang demikian, hamba khawatirkan dapat menimbulkan kerusuhan-kerusuhan dan mempengaruhi kejayaan negeri Pucangan. Karena itu gusti, hamba mohon agar paduka berkenan menarik kembali istri Bangsacara itu kedalam Kraton."

   Hasutan-hasutan patih Bangsapati ini memperingatkan Raja Bidarbo untuk menyusuri waktu-waktu yang telah silam.

   Menyusuri jalan-jalan79 hidup ketika Ragapadmi masih jelita sebagai bunga dalam Kraton Pucangan.

   Raja teringat akan kebahagiaannya memiliki Ragapadmi.

   Raja teringat senyum manis Ragapadmi yang menyungging bibirnya yang merah.

   Raja teringat akan kemungilan mulut Ragapadmi.

   Raja teringat akan kerlingan mata Ragapadmi yang menusuk hati.

   Raja juga teringat akan keindahan tubuh Ragapadmi yang menggairahkan.

   Raja teringat pula akan kecantikan Ragapadmi diatas selirnya.

   Gairah Raja terhadap Ragapadmi tumbuh kembali Gelora asmara dalam dada menyala kembali.

   Dan Raja juga lalu teringat bahwa kepergian Ragapadmi merupakan kehilangan yang sukar dicari gantinya.

   Hingga kini belum dapat menemukan ganti Ragapadmi, hingga kini juga belum dapat mengisi hatinya dan kamar Ragapadmi yang kosong itu.

   Sekarang terdapat sebuah jalan yang amat lebar dan lapang, cabut kembali hak Bangsacara atau Ragapadmi.

   Tapi rasanya segan kalau melakukan kekerasan, takut tuduhan rakyat Raja bertindak sewenang-wenang.

   Karena itu, Raja Bidarbo lalu menyetujui pendapat patih Bangsapati.

   Penyelenggaraan untuk ini keseluruhannya diserahkan kepadanya untuk dapat berjalan dengan tertib.80 Itulah, itulah sebenarnya latar belakang perintah patih Bangsapati agar Bangsacara pergi berburu kepulau Mandangin.

   Dan patih Bangsapati yang tergila-gila terhadap keayuan wajah Ragapadmi yang menjadi otak segala-galanya.

   Perintah yang mengharuskan dilaksanakan Bangsacara tanpa bantuan seseorang, untuk mencegah Ragapadmi mengikuti suaminya.

   Dan perintah harus menyediakan rusa 300 ekor sehari, maksudnya agar Bangsacara tak menyanggupkan diri.

   Tapi ternyata Bangsacara menyanggupkan diri pula melaksanakan hal ini.

   Karena hal ini gagallah rancangan untuk menangkap sekaligus Bangsacara.

   Terpaksa, untuk dapat menggagalkan usaha Bangsacara mencapai Mandangin, memaklumkan kepada sekalian nelayan bahwa selama sebulan dilarang memasuki perairan yang membatasi Mandangin dan Madura.

   Itulah sebabnya Bangsacara tak dapat menemukan sebuah perahu nelayan pun yang dapat membawanya ke Mandangin.

   Hanya berkat kemauannya, dengan bantuan dua ekor anjingnya dapat menyeberangi laut yang memisahkan pulau Madura dan pulau Mandangin itu.

   Oh, kasian benar Bangsacara yang setia kepada Rajanya ini sehingga tak menjadari telah berbuat81 kesalahan.

   Kalau ia mau menurut kata-kata isterinya, melarikan diri ke lain negara, tak perlu bersusah payah melaksanakan tugas yang amat mustahil itu.

   Sebab sekalipun Bangsacara secara ksatria dapat memenuhi tugas itu, ia juga tak akan dapat lolos dari malapetaka yang telah direncanakan patih Bangsapati.

   Ia akan menemui ajalnya pula dipulau Mandangin yang hanya berpenghuni binatang liar itu.

   Yah, nasib Bangsacara amatlah jeleknya.

   Sehari itu dengan bantuan dua ekor anjing yang amat setia, dengan mudah dapat menangkap rusa-rusa liar itu.

   Rusa-rusa liar itu dibawa oleh Ceplok dan Cantuk.

   Mereka yang dapat disergap dilukai oleh giginya hingga tak dapat berkutik.

   Sedang tugas Bangsacara tinggallah menyembelih dengan goloknya.

   Dengan cara itu akhirnya menjelang senja telah terkumpul rusa yang telah disembelih sebanyak 300 ekor.

   *** Tapi ketika patih Bangsapati dengan diiringi para punggawa Pucangan datang, patih itu tidak menanyakan tentang jumlah rusa yang diperoleh, hanya menanyakan cara bagaimana ia hendak mati.

   Jalan digantungkah, disembelih atau ditusuk dengan pedang.82 Sudah tentu pertanyaan patih Bangsapati ini amat mengejutkan dan mengherankan hatinya.

   Lalu ia sadar bahwa ia telah ditipu, telah masuk perangkap yang dipasang oleh patih Bangsapati.

   Baru saja ia mau memberi jawaban, patih Bangsapati telah mendahului berkata dan menyindir.

   "Bangsacara, taklah perlu kau memikirkan Ragapadmi di rumah. Ia tak akan terlantar, ia tak akan menjadi janda. Tapi sepeninggal- mu akan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Ia akan hidup, lebih bahagia, dan ia akan menjadi milikku."

   Ia amat marah mendengar sindiran itu, dadanya seakan meledak.

   Dalam pada itu kalau Bangsacara tak dapat mengendalikan diri, tentu ia sudah mau mengamuk.

   Tapi patih yang keji ini juga licik.

   Ia dikerumuni oleh pasukan bersenjata, kalau ia mengamuk, para pengawal tak berdosa itu yang akan menjadi korban, dan patih itu akan menyeringai, selamat.

   Tak berguna menghabiskan tenaga.

   Dengan golok ditangan kanan yang masih berlepotan darah rusa, sedang tangan kiri menuding maka katanya lantang .

   "Wahai sekalian prajurit, kamu telah menyaksikan bahwa aku telah menyelesaikan tugas berburu rusa 300 ekor sehari. Tapi ternyata sekarang, bangsat patih Bangsapati bukannya83 menghitung jumlah rusa malah minta kematianku. Baik, aku tak akan berusaha menyelamatkan diri, aku sedia mati oleh tusukanku sendiri dengan golok ini. Tapi sebelum ajalku sampai, ketahuilah kamu sekalian, bahwa kematianku ini oleh akal keji bangsat patih Bangsapati."84 Sinar mata Bangsacara menyala, menatap tajam patih Bangsapati yang tamak.

   "Kau adalah bangsat! Kau sengaja menodai nama Raja, sengaja menghasut dan menggunakan nama Raja untuk maksudmu yang terkutuk. Untuk dapat mencapai maksudmu memiliki Ragapadmi. Yah, Ragapadmi memang cantik, wanita yang kucintai. Aku relakan Ragapadmi kau rebut! Aku relakan sekarang Ragapadmi dimiliki orang lain. Tapi awas, kau akan terima pembalasan."

   
Selir Yang Dihadiahkan Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Bangsacara memandang sekeliling.

   Tangannya memberi isyarat kepada dua ekor anjing setia itu untuk lari menyelamatkan diri.

   Anjing itu seakan tahu bahaya mengancam.

   Mereka lari masuk hutan.

   Lalu pandang Bangsacara berganti-ganti kepada tiap wajah dimukanya.

   Lalu seperti berkata kepada dirinya sendiri, ia mengucapkan kata-kata perlahan.

   "Padmi, kekasihku! Ketahuilah manisku, aku telah pergi jauh. Selamat tinggal, bikinlah pembalasan terhadap kematianku ini. Patih Bangsapati merupakan otak pembunuhan."

   Dan...

   sekalian pengawal dan patih Bangsapati sendiri menjerit ketika menyaksikan penyemburan darah segar dari dada Bangsacara yang ditusuk dengan goloknya sendiri.

   Bangsacara terkapar mandi85 darah diatas tanah berumput itu.

   Patih Bangsapati perlahan melangkah mendekati, ketika mengetahui bahwa Bangsacara telah mati, ia menyeringai dan lalu ketawa nyaring.

   Disepaknya mayat Bangsacara itu, lalu katanya mengejek.

   "Balaslah kematianmu. Aku tak takut. Yang terang, Ragapadmi sekarang milikku. Ragapadmi menghuni Kepatihan, dan aku dapat mempersunting wanita ayu Ragapadmi."

   Ia meninggalkan mayat Bangsacara seraya katanya kepada para pengawal.

   "Biarkan bangkai celaka itu, tak perlu kita kubur. Biar bangkai itu menjadi mangsa binatang buas..."

   Sekalian pengawal tak dapat berkata apa-apa.

   Hati mereka tertusuk oleh kekejian patih Bangsapati itu, tapi tak berani berbuat apa-apa, takut akan akibatnya.

   Dalam hati ingin menguburkan mayat yang terkapar itu, tapi perintah meninggalkan tempat itu harus dipatuhi.

   Kasihan benar budak Raja yang setia ini, harus menemui ajalnya di pulau Mandangin yang tak berpenghuni manusia.

   Kasihan jenazahnya terkapar di atas tanah tiada orang memperdulikan.

   *** Dua ekor anjing Bangsacara yang melarikan diri telah kembali.

   Binatang ini tampaknya terkejut86 tuannya telah menggeletak mandi darah.

   Dijilatilah muka tuannya dan seakan lalu tahu tuannya telah mati.

   Mereka meraung amat menyedihkan, menangis seperti manusia.

   Lalu setelah beberapa kali mengitari mayat tuannya, kedua ekor anjing itu menceburkan diri ke laut dan berenang meninggalkan pulau Mandangin.

   Mereka akan pulang memberi kabar tentang kemalangan tuannya.

   Sementara itu Patih Bangsapati pulang dari pulau Mandangin dengan membusungkan dada.

   Nyata segala tipu muslihatnya telah berhasil! Ia meninggalkan pulau Mandangin dan membiarkan jenazah Bangsacara tak diurus dengan sorak kemenangan.

   Dalam perjalanan itu terbayang paras wajah Ragapadmi yang jelita itu, yang segera dapat diboyongnya.

   Bukannya langsung akan diserahkan kepada Raja setelah Bangsacara mati, tapi akan dibawanya pulang ke rumah, Ragapadmi adalah miliknya.

   Patih Bangsapati tersenyum puas, Ragapadmi yang cantik jelita itu bukan jadi impian lagi, tapi akan menjadi hak-nya yang tak dapat diganggu gugat orang.

   Ia akan memaksa dengan segala dalih terhadap Raja, bahwa Ragapadmi harus menjadi miliknya.

   Akan dikemukakan dalih bahwa adalah sangat memalukan87 apabila Raja mengambil kembali istrinya yang diserahkan orang, maka sebaiknya Patih yang memperisterikan Ragapadmi.

   Karena gelora hati yang mendidih dibakar oleh api asmara itu, maka Patih Bangsapati tak akan menghadap Raja lebih dahulu, tapi akan langsung membojong Ragapadmi.

   Bagaimanapun pula, Ragapadmi akan dipaksa kalau berani menolak perintahnya.

   Tenaga seorang perempuan tak akan dapat menandingi tenaganya, dan tetangga Bangsacara tentu tak akan berani berkutik.

   Atas nama Raja ia akan memaksa Ragapadmi turut ke Pucangan.

   Patih yang tamak ini, tak mau memperhatikan hati para pengawalnya yang amat jijik dan benci menyaksikan tindakannya yang sewenang-wenang tadi.

   Dalam hati mereka timbul pertanyaan, mengapa justru Bangsacara yang telah mati itu tak boleh dirawat jenazahnya seperti manusia yang lain? Pencuri besar, dan penghianat negara pun tak menerima nasib semalang Bangsacara.

   Mayatnya masih dikubur seperti manusia yang lain.

   Mengapa Bangsacara ini harus menerima nasib yang begitu buruk?88 Pengawal-pengawal itu amat masygul dan amat kecewa pula mempunyai tuan yang demikian tamak.

   Perjalanan menuju desa Bangsacara dimulai, setelah pulang lebih dahulu ke Pucangan untuk mempersiapkan kendaraan yang akan membawa Ragapadmi.

   Kalau tak mempersiapkan kendaraan itu, apa yang akan dipergunakan untuk membawa Ragapadmi? Gelora asmara yang membakar dadanya itu, menjebabkan ia tak merasa letih, baru pulang dari Mandangin telah melakukan perjalanan lagi kedesa Bangsacara.

   Dan perjalanan itu dipercepat untuk segera dapat sampai kedesa Bangsacara.

   Tapi apa yang terjadi kemudian setelah sampai disana? Rumah Bangsacara itu tertutup rapat.

   Pintu diketuknya berulang-ulang, namun tak juga ada orang membuka- nya.

   Patih Bangsapati merasa sangat tersinggung.

   Ia, seorang patih, datang dirumah orang tak segera mendapat pelayanan sebaik-baiknya.

   Dua orang pengawal diperintahkan merusak pintu.

   Patih Bangsapati menganggap bahwa penghuninya menyembunyikan diri.

   Cepat ia melangkah masuk dan dengan pandangan mata yang liar ia menyusuri seluruh89 ruangan rumah muka dan belakang.

   Tapi masih belum diketemukan orang yang dicari.

   Patih Bangsapati me- manggil-manggil dengan lantang, tapi tak juga ada jawaban.

   Ia jadi sangat marah, didobraknya pintu kamar, tapi ternyata tak juga diketemukan orang yang dicari.

   Mengerti rumah telah kosong, Patih Bangsapati lebih marah lagi.

   Nyata bahwa Ragapadmi telah melarikan diri.

   Sambil menggerutu dan menghentak- kan kakinya, ia marah-marah, sedang para pengawal tak seorang pun membuka mulut.

   Mata patih Bangsapati merah bersinar, gigi gemeretak dan tangannya mengepal seperti orang mau adu tinju.

   Ia duduk diatas balai-balai rumah muka itu, dengan dada turun naik.

   Keringat yang membasahi muka dihapus dengan sapu tangan, lalu menghela napas.

   Kemana harus dicari si jelita yang telah melarikan diri itu? Lalu timbul rasa masygul, mengapa bunga cantik yang tinggal dipetik sekarang hilang? Mengapa rencana yang telah diatur itu kini gagal? Lalu mata Patih Bangsapati ini terbelalak kaget, setelah salah seorang pengawal memberi laporan, bahwa menurut keterangan seorang tetangga90 Bangsacara, Ragapadmi seperti orang gila lari-lari mengikuti kepergian dua ekor anjing dengan me- lolong-lolong menyedihkan.

   Tetangga itu tak dapat memberi keterangan kemana Ragapadmi telah pergi.

   Sedang nyai Jagahastana juga meninggalkan rumah itu kemudian, setelah mengerti bahwa Ragapadmi melarikan diri dari rumah.

   Usaha tetangga untuk mencegah kepergian ibu tua itu tak berhasil, nyai Jagahastana telah bertekad untuk mencari kedua orang anaknya itu bagaimanapun yang akan terjadi.

   "Gila! Gila! Mengapa terjadi! begini?"

   Seru Patih Bangsapati dengan menghentakkan kakinya ke lantai.

   "Kemana Ragapadmi?"

   "Mereka tak dapat memberitahukan kemana,"

   Jawab pengawal itu setengah takut.

   "Yang terang Ragapadmi pergi dari rumah seperti orang gila mengikuti kedua ekor anjingnya."

   "Hah! Anjing itu?"

   Keluh Bangsapati seraya terbelalak matanya.

   "Bodoh! Gila! Mengapa kamu tak membunuh anjing itu? Hah, mengapa anjing-anjing itu kau biarkan hidup?"

   Para pengawal itu tak memberi jawaban apapun.

   Mereka kebingungan, mengapa tuannya ini marah-marah karena anjing tak dibunuh.

   Padahal91 ketika di Mandangin tuannya tak pernah memerintah- kan itu.

   Tapi pengawal itu tak berani memprotes, mereka sekalian saling pandang tak mengerti apa yang harus dilakukan.

   "Hai! Tulikah kamu semua ini?!"

   Bentak Patih Bangsapati seraya menatap sekalian pengawalnya itu satu-persatu.

   "Gila! Tuli! Kamu bisu semuanya! Kamu bodoh, mengapa anjing-anjing itu kau biarkan hidup?!"

   Bangsapati menghentakkan kaki lagi kelantai. Lalu menggebrak balai-balai bambu itu dan bentaknya keras.

   "Kejar! Cari sampai ketemu dimana Ragapadmi! Kepalamu akan kupenggal apabila tak dapat menemu- kan Ragapadmi. Raja akan murka kepada kamu sekalian! Ajo kejar kemana Ragapadmi."

   Pengawal itu berserabutan tak tahu apa yang harus dilakukan, mencemplak kuda masing-masing terus dilarikan.

   Tapi kemudian patih itu seperti tersentak dari impiannya ketika mengetahui bahwa ia tinggal seorang diri, lalu lari dan dicemplaklah kudanya dan terus mengejar para pengawal itu seraya berkaok- kaok.

   Pengawal-pengawal itu satu persatu berhenti dan turun dari kuda.

   Diluar desa para pengawal itu92 berkumpul kembali, dengan hati kebingungan.

   Dan Patih Bangsapati yang masih duduk diatas kuda itu, dengan mata berapi-api menatap tajam sekalian pengawal itu.

   "Kamu sekalian ini gila benar!"

   Bentak Patih Bangsapati itu marah-marah.

   "Mengapa kau bubar dan pergi semaumu sendiri? Kamu semua ini tak berguna! Apa yang akan kamu lakukan?"

   Tak seorang pun pengawal-pengawal itu membuka mulut. Mereka berdiri tegak, dengan tangan kiri menggenggam tali kuda. Ditatapnya pengawal-pengawal itu dengan sinar matanya yang berapi-api.

   "Kamu sekalian harus mengikuti aku ke Mandangin. Aku curiga, anjing- anjing itu telah membawa Ragapadmi ke sana. Ayo, ikut ke Mandangin."

   Patih Bangsapati itu sama sekali tak menyadari bahwa kedua ekor anjing Bangsacara yang pintar dan setia itu, terus lari cepat menuju rumah.

   Dimuka Ragapadmi meraung-raung sedih, lalu menggigit kainnya menggeretnya keluar.

   Ragapadmi bingung dan marah, tak mengerti maksud Centuk dan Ceplok.

   Tapi melihat kedatangan tanpa suaminya, dan tingkah laku anjing itu sangat aneh, timbul rasa curiga.93 Mungkin tuannya telah mendapat bahaya dalam melakukan tugasnya.

   Ragapadmi lari mengikuti anjing itu.

   Oleh rambutnya yang tak teratur dan tingkah Ragapadmi yang aneh itu, para tetangga mengira bahwa ia telah gila tiba-tiba.

   Isteri setia itu terjatuh dan pingsan kehabisan tenaga dalam sebuah hutan.

   Kedua ekor anjingnya kebingungan, menolong dengan menjilat- jilat tangan dan kaki Ragapadmi.

   Kemudian Ragapadmi siuman kembali, matanya terbelalak heran berada ditengah hutan.

   Anjing-anjingnya berada di dekatnya dengan lidah terjulur.

   Ragapadmi sadar, telah lari mengikuti kepergian Ceplok dan Cantuk.

   Teringat lagi akan keselamatan suaminya, ia tersedu-sedu.

   Lalu memulai perjalanan lagi, mengikuti jejak Ceplok dan Cantuk.

   Ragapadmi telah tak ubahnya seorang gila lagi dalam perjalanan ini, rambutnya kusut tak teratur, dan pakaiannjapun kotor, dan paras yang jelita itu kini berpeluh-peluh.

   Orang yang berpapasan ketakutan, cepat-cepat menyingkir.

   Akhirnya mereka sampai ke tepi laut yang memisahkan Madura dan pulau Mandangin.

   Ragapadmi menangis sedih, dikiranya suaminya telah94 mati ditelan laut, ketika menyaksikan tingkah Ceplok dan Cantuk yang turun ke air, kembali ke darat, ekornya berkibas, matanya menatap Ragapadmi dengan sorot yang sedih.

   Berkali-kali Cantuk dan Ceplok itu berusaha menjelaskan kepada Ragapadmi, agar meniru apa yang pernah dilakukan oleh Bangsacara menyeberangi laut itu.

   Dengan menarik-narik kain yang telah cabik- cabik itu, dan juga menarik tangan Ragapadmi agar berpegangan pada ekor mereka untuk dibawa berenang.

   Tapi Ragapadmi masih dalam kebingungan menghadapi laut dimukanya.

   Anggapannya suaminya telah mati tenggelam dilaut, lain tidak! Maka ia menangis sediih di pesisir ini, seraya meratap memanggil-manggil Bangsacara.

   Dan karena kesetiaan Ragapadmi terhadap suaminya itu, ia tak memperdulikan keadaan raganya lagi dalam perjalanan.

   Badannya yang kotor dan pakaiannya yang koyak-koyak dibiarkan saja, tak ubahnya dengan seorang wanita gila yang menjijikkan.

   Tapi setelah lama Ragapadmi meratapi nasib dipesisir ini, dan usaha Cantuk dan Ceplok untuk bisa dimengerti pada akhirnya seperti ada dorongan gaib95 yang menguasai dadanya, agar berpegangan pada ekor kedua binatang itu.

   Ragapadmi lalu menutup matanya karena ngeri dibawa turun kelaut oleh Cantuk dan Ceplok, kemudian merasa telah kuyup seluruh tubuhnya.

   Ketika ia membuka matanya, ia telah berada di tengah air laut yang bergelombang kecil itu.

   Ia ngeri menyaksikan kesemuanya itu, maka ditutup lagi matanya, sedang tangannya terus berpegangan erat pada buntut anjing-anjingnya itu.

   Ketika terasa oleh Ragapadmi telah sampai kedarat, ia membuka mata dan melepaskan pegangannya, lalu merangkak-rangkak diikuti oleh Cantuk dan Ceplok yang tampak lelah sekali.

   Sebenarnya isteri setia itu lemah sekali, tapi karena dorongan hati yang sangat ingin untuk mengetahui apa yang telah terjadi, maka seraya merangkak- rangkak ia terus mengikuti langkah Cantuk dan Ceplok.

   Kemudaan matanya terbelalak ketika menyaksi- kan kedua anjing itu telah lari cepat dan kemudian mengitari mayat seseorang yang menggeletak ditanah berumput.

   Jerit Ragapadmi terdengar nyaring, dengan sisa kekuatannya ia lari dan menubruk suaminya yang telah tak bernyawa.

   Ragapadmi pingsan di dekat jenazah Bangsacara.

   Kedua anjing yang setia itu duduk dengan menjulurkan lidahnya, terengah-engah.96 Kala Ragapadmi siuman kembali oleh hembusan angin lembut dalam hutan itu, ia lalu memeluk raga suaminya yang tergolek tak bernyawa itu dengan jerit yang amat memilukan.

   Ia menangis sejadi-jadinya, menemukan suaminya telah mati tertembus oleh golok pada dadanya.

   Selir Yang Dihadiahkan Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Lama sekali Ragapadmi melolong-lolong seperti manusia gila.

   Setelah agak reda dengan tengkurap diatas raga Bangsacara ia berkata.

   "Kakang, kakang... mengapa kau mati? Siapa... sapa yang te... lah membunuhmu?... Kakang... tunggulah adikmu... tunggulah Ragapadmi... kakang, Ragapadmi... ikut mati... ka... kang ... tunggu... tunggu di... sana..."

   Golok yang menancap pada dada Bangsacara itu dicabut sekuat tenaga yang masih ada padanya, kemudian...

   darah merah menyembur dari dada Ragapadmi.

   Ia terkapar disamping suaminya.

   Ragapadmi, istri yang setia ini menyusul kepergian suaminya, tak sudi manusia tamak menjamahnya.

   Dan dua ekor anjing setia itu kemudian tampak kebingungan menyaksikan tuannya telah mati.

   Tapi aneh tingkah laku kedua ekor anjing ini, mereka tak segera mau lari dan meninggalkan tuannya yang telah mati itu, lalu mengitari beberapa kali, dan kemudian97 melukai tubuh mereka itu dengan mata golok yang menancap di dada Ragapadmi.

   Kedua binatang yang setia ini kemudian menderita luka parah, dan akhirnya terkapar kedua-duanya tak jauh dari Bangsacara dan Ragapadmi.98 Ah, sangat memilukan sekali.

   Mengharukan benar bahwa dua ekor anjing itu tak mau ditinggalkan, mengikuti jejak Ragapadmi membunuh diri.

   Ah, sangat menyedihkan sepasang merpati yang tengah menjalin cinta kasih sebagai suami isteri ini, berakhir menemui kematian di tengah hutan yang tak berpenghuni manusia.

   Mengharukan benar, bahwa kebahagiaan yang dicita-citakan mereka itu gagal di tengah jalan, belum lagi setahun mengecap ke bahagiaan hidup sebagai suami isteri telah dirusakkan oleh muslihat keji manusia tamak.

   Mungkinkah? Peristiwa yang sangat menyedih- kan ini hasil sumpah Bangsacara yang pernah di ucapkannya? Mungkinkah sumpah itu harus benar ditebus dengan kematiannya ini? Yah, dalam hutan Mandangin sekarang ini terkapar 4 raga yang tak bernyawa lagi, tanpa ada orang mempedulikan dan mengurusnya.

   Dan...

   baik patih Bangsapati maupun para pengawal yang kemudian tiba di Mandangin, terbelalak keheranan dan rasa ngeri menyesak dada menyaksikan pandangan itu.

   Dan manusia tamak ini kemudian menjerit setelah mengenal wanita yang terkapar didekat99 Bangsacara.

   Hancur harapannya sekarang, wanita ayu yang diimpikan itu ternyata amat setia kepada suaminya.

   Lalu tiba-tiba seperti orang gila patih Bangsapati ini.

   Berjingkrak-jingkrak seraya menangis.

   Para pengawal kebingungan untuk mencegah dan menjadarkannya.

   Beberapa lama patih Bangsapati yang tamak ini menangis tersedu-sedu sedih sekali terhadap kematian Ragapadmi.

   Kepergian patih Bangsapati dan para pengawal dari hutan ini, dicekam suasana mengharukan.

   Para pengawal itu hatinya terpengaruh oleh peristiwa mengerikan dalam hutan Mandangin.

   Dalam pada itu juga rasa iba menguasai dada, mengapa jenazah suami isteri dan semua binatang yang telah tak bernyawa itu dibiarkan dan tak boleh dikubur.

   *** Patih Bangsapati tak segera memberi laporan kepada Raja tentang hasil usahanya.

   Malahan dengan kelesuan dan wajah yang amat muram terus mengungkung diri dalam kamar.

   Sendi-sendi patih Bangsapati terasa lumpuh sekarang, hasil usaha yang telah direncanakan itu tak dapat diipetik.

   Wanita ayu Ragapadmi diketemukan telah tak bernyawa lagi.100 Istri patih Bangsapati keheranan menyaksikan tingkah laku suaminya yang baru kembali melaksana- kan perintah Raja, terus mengeram dalam kamar dengan wajah muram dan lesu.

   Ia berusaha untuk dapat menghibur keresahan hati suaminya itu, dengan kata-kata dan tingkah yang menarik.

   Hiburan istrinya itu cuma dapat mengurangi kesedihan yang menguasai dirinya.

   Ia bisa juga tersenyum, tapi senyum hambar yang penuh kemasygulan.

   Dan patih Bangsapati tak hendak menyawab pertanyaan-pertanyaan isterinya, apa yang sedang meresahkan hatinya.

   Jawabannya cuma menyatakan kecapaian dan kelelahan dalam menunaikan tugas yang diperintahkan Raja.

   Sementara itu, Raja Bidarbo pun telah teringat kembali akan cinta kasih terhadap Ragapadmi.

   Dalam beberapa hari ini asmara terus menggelora dalam hatinya.

   Ia sangat berharap akan hasil usaha patih Bangsapati, hingga kemudian Ragapadmi segera kembali kekraton.

   Ia selalu gelisah sepanjang hari.

   Dan Raja sangat terkejut mendengar laporan seorang punggawa, bahwa usaha patih menemui kegagalan.

   Benar Bangsacara dapat mati dipulau101 Mandangin, tapi Ragapadmi yang setia itu dapat mencapai Mandangin dan membunuh diri pula.

   Laporan punggawa ini menyebabkan Raja menderita dan masygul.

   Asmara yang telah mendidih kembali dalam dadanya menggelonjak, sangat tertusuk, tergagap-gagap dan gemetar seluruh ruibuhnya.

   Raja tak dapat berkata-kata, seperti orang kebingungan.

   Raja mengeluh, menghela napas seakan berusaha menghilangkan rasa sesak yang menguasai dadanya.

   Beberapa lama kemudian, Raja seperti tersentak dari tidurnya.

   Matanya berapi-api.

   Lalu diperintahkan punggawa yang berkewajiban, untuk mengundangkan maklumat Raja bahwa esok hari diselenggarakan sidang kerajaan Pucangan yang lengkap.

   Raja akan memaklumatkan sesuatu yang amat penting.

   Pada malam itu Raja begitu rusuh.

   Tak segera masuk keperaduannya, tapi hilir mudik dan ketegangan pada dahinya menunjukkan bahwa ia sedang berpikir keras.

   Kedua tangannya didukungkan- nya dibelakang, tanpa mengucapkan sesuatu.

   Sekarang setelah Bangsacara dan Ragapadmi mati kesemuanya, Raja sadar dan sangat menyesal.102 Kemenyesalan Raja itu lebih-lebih lagi setelah teringat pula peristiwa-peristiwa silam waktu menyerahkan Ragapadmi yang hampir mati itu kepada Bangsacara.

   Dan sekarang Raja merasa berdosa telah merusak kebahagiaan Bangsacara dan Ragapadmi yang tengah memupuk cinta kasih.

   Menyesal pula mengapa sebagai Raja dan junjungan rakyat Pucangan telah melakukan tindakan yang sangat terkutuk, yang tak harus dilakukan oleh Raja yang bijaksana.

   Merupakan tipu muslihat yang amat keji dan bertindak sewenang- wenang.

   Inilah sebenarnya yang merusuhkan hati Raja, hingga selalu hilir mudik dan berpikir keras.

   Kala pagi mendatang, seluruh sendi-sendi Pucangan bergerak kembali.

   Dan hari ini Raja menyelenggarakan persidangan karenanya sejak pagi sendi-sendi kerajaan Pucangan ini tampak sibuk.

   Para Bupati, para Nayaka, para Hulubalang, prajurit, bangsawan dengan hati yang berdebar mulai datang membanjiri pagelaran dan sitihinggil2.

   Sekalian punggawa kerajaan Pucangan saling pandang dan 2 Sitihinggil dari bahasa jawa, siti .

   tanah, area; hinggil .

   tinggi.

   Merupakan kawasan utama dari sebuah keraton.103 saling tanya, apa yang akan terjadi maka dimaklumkan persidangan mendadak itu? Ada orang berpendapat Raja akan meng- anugerahkan sesuatu kepada punggawa yang berjasa, ada orang berpendapat kerajaan Pucangan terancam bahaya, dan bermacam ragam pendapat lain yang memenuhi pagelaran dan sitihinggil tempat persidangan itu.

   Dan suasana yang tak pernah tenang oleh pemblcaraan mereka semua itu, tiba-tiba seperti tercekik dan sekalian punggawa duduk membatu setelah terdengar tanda kehadiran Raja dalam persidangan itu.

   Seperti yang diakukan pada tiap persidangan, Raja memasuki sitihinggil diiringi senyum pada wajah yang berseri-seri, seraya melayangkan pandangan kepada sekalian yang hadir.

   Kali ini persidangan itu tanpa melalui upacara- upacara, secara langsung Raja memaklumatkan sesuatu dengan suara amat nyaring .

   "Wahai rakyatku sekalian, ketahuilah bahwa dalam praja Pucangan telah terjadi peristiwa yang sangat mengenaskan. Lurah Punakawan Bangsacara telah menemui ajalnya di pulau Mandangin bersama istrinya. Biang keladi peristiwa yang sangat menyedihkan ini adalah patih104 Bangsapati yang telah menghasut kami untuk melakukan perbuatan ternoda."

   Raja memandangi semua wajah-wajah yang memenuhi tempat persidangan itu dengan mata beramar, dan kala pandangannya tepat pada patih Bangsapati yang duduk terpaku dengan kepala tunduk itu, tiba-tiba matanya berapi-api, lalu perintahnya nyaring .

   "Tamtama, tangkaplah paman patih Bangsapati!"

   Sekalian yang hadir dalam persidangan ini sangat terkejut mendengar keputusan Raja itu. Saling berbisik dan saling pandang, mengapa patih Bangsapati harus ditangkap.

   "Wahai rakyatku,"

   Kata Raja nyaring.

   "Praja Pucangan tidak memperbedakan bulu dalam menegakkan keadilan. Barang siapa bersalah harus mendapat hukuman setimpal dengan perbuatannya. Dan mereka yang bersalah harus mempertanggung- jawabkan perbuatannya. Ketahuilah wahai rakyatku sekalian, paman patih Bangsapati merupakan seorang orang yang dipercaya, tapi ternyata seorang yang tamak, dengki, jahat dan mulutnya berbisa. Kami telah dihasutnya, hingga menyebabkan terjadi peristiwa mengenaskan. Bangsacara dan istrinya mati bersama.105 Seseorang seperti paman patih Bangsapati ini ber- kedudukan tinggi pula sangat membahayakan negara. Hukuman yang setimpal, harus dibunuh mati!"

   Jerit tertahan terdengar dalam persidangan ini.

   Suasana yang semula tenang seperti tercekik itu agak gaduh.

   Sedang patih Bangsapati yang telah diborgol itu tampak pucat.

   Dalam hati tak pernah mimpi akan mendapat hukuman mati.

   Dalam hati tak pernah mengharapkan, mempunyai kedudukan sebagai patih praja Pucangan akan menerima hukuman Raja sedemikian.

   "Mengapa ia harus dihukum mati rakyatku sekalian?"

   Kata Raja selanjutnya.

   "Untuk memberi contoh kepada sekalian punggawa praja Pucangan, bahwa dalam menegakkan keadilan, Raja tak pilih kasih dan tak pandang bulu. Barang siapa salah harus dihukum. Dan paman patih Bangsapati harus dihukum mati, karena telah bertindak hingga menyebabkan suami isteri mati mengenaskan. Jadikan contoh, bertindaklah secara jujur untuk kesejahteraan rakyat Pucangan."

   Pelaksanaan hukuman mati bagi patih Bangsapati ini dilakukan oleh para algojo Pucangan, dan khusus untuk patih yang tamak ini hukuman yang106 diperintahkan Raja, bukannya digantung atau dipenggal lehernya.

   Tapi patih Bangsapati harus menemui ajalnya secara mengenaskan, badannya hancur tertusuk tombak dan irisan pedang.

   Yah, patih tamak ini mati dicincang.

   Kematian patih Bangsapati ini sangat menggemparkan sekalian rakyat praja Pucangan tetapi mereka membenarkan keputusan Raja yang tidak membedakan bulu dalam usaha menegakkan keadilan.

   *** Sebagai penutup kisah sedih diatas ini, jenazah Bangsacara dan Ragapadmi yang terkapar di dalam hutan Mandangin yang tak berpenghuni manusia itu, diketemukan oleh anak buah kapal dagang yang akan menuju Palembang, yang merupakan pusat dan ibukota KeRajaan Sriwijaya.

   Kala itu, kapal dagang yang lewat didekat Mandangin membutuhkan air tawar.

   Nakoda kapal itu melihat itu beterbangan sangat banyak burung gagak.

   Dikiranya di bawah kelompok burung gagak yang beterbangan berputar itu terdapat sumber air tawar.

   Maka lima orang ana buah diperintahkan mendarat untuk mengambil air tawar itu.

   Sangat terkejut anak107 buah kapal itu demi yang diketemukan bukannya sumber air tawar, tapi jenazah Bangsacara dan Ragapadmi dan didekatnya terdapat mayat anjing Cantuk dan Ceplok, yang keadaannya sudah rusak dan mengerikan.

   Salah seorang di antara anak buah itu merasa iba terhadap jenazah yang tak terawat itu, lalu mengajak teman-temannya untuk merawat dan menguburnya.

   Jadilah dengan menahan rasa haru anak buah kapal dagang itu menguburkan jenazah Bangsacara dan Ragapadmi berjajar, dan satu lubang kubur yang lain diperuntukkan kedua anjing yang setia itu.

   Lima anak buah kapal dagang, itu melaporkan kepada Nakoda kapal apa yang telah terjadi di darat.

   Dalam perjalanan, mereka ramai membicarakan peristiwa itu.

   Lalu Nakoda kapal dagang ini sangat heran mengapa dagangan yang dibawa itu dalam waktu tiga hari telah habis terjual, sedang biasanya membutuhkan waktu paling cepat tiga bulan.

   Peristiwa ini lalu dihubungkan dengan diketemukan nya jenazah Bangsacara dan Ragapadmi yang dirawat semestinya oleh anak buah kapalnya.

   Dan kala kapal dagang, itu kembali dan mampir ke Madura, dilaporkannya peristiwa di Mandangin itu.108 Raja Bidarbo sangat terkejut, tak pernah mengira bisa terjadi demikian.

   Patih Bangsapati yang telah dihukum mati itu melakukan kekejaman luar biasa pula.

   Maka oleh Raja makam suami isteri itu dimuliakan, dibuatkan nisan dan perumahan yang bagus.

   ? Tamat ?109 DISEWA UNTUK MEMBUNUH SAHABAT Dua manusia hampir bertarung untuk menentukan siapa yang lebih jagoan.

   Tetapi kemudian keduanya menjadi sahabat, karena mereka mempunyai tabiat yang sama...

   Lalu mereka berpisah dan masing- membawa nasibnya.

   Beberapa tahun kemudian mereka bertemu, tetapi dalam suasana baru, meskipun tidak ada suatu perkara pun diantara mereka.

   yang seorang telah disewa oleh bajingan untuk membunuh...

   dan belakangan diketahuinya bahwa, yang akan dibunuh itu tak lain, daripada satu-nya orang yang pernah disukainya didalam hidupnya.

   Tetapi ia tidak juga undur, ia tetap hendak melaksanakan tugasnya sebagai pembunuh-bayaran...

   Satu diantara dua sahabat yang sebenarnya saling menyayangi dan menghargai itu harus mati.

   Siapa yang harus mati? yang disewa atau yang akan dibunuh.

   Ketegangan, keharuan kejengkelan silih berganti, halaman demi halaman.

   Segenap perhatian Anda akan dikuasai oleh kisah yang luar biasa ini.110 Dan diperlengkapi dengan gambar yang pasti akan menambah kesenangan Anda.

   Harga ...

   Rp.

   180.? Ongkos kirim bebas.

   "ANALISA"

   C.v.

   ? Jakarta (11/12).111 PERHITUNGAN DI ARIZONA la masih begitu muda.

   Masih dibawah umur.

   Tidak punya daya untuk melawan.

   Tetapi hatinya menyala dan kian menyala, tak akan padam, sebelum, dendam berbalas.

   Bagaimana tidak! Kakaknya, seorang gadis remaja telah tewas oleh kebuasan dan kejahatan manusia yang rendah budi.

   Maka ia menjadi manusia yang mempunyai sebuah daftar hitam di dalam tangannya.

   Satu persatu nama itu harus dicoret dari daftar itu.

   Tiap pencoretan hanya dapat dilakukan setelah menyelesaikan suatu pembalasan, suatu pembunuhan tanpa kenal ampun.

   Anda dapat mengikuti cerita ini, yang tersusun dalam bahasa yang baik, bahasa yang lazim dipakai oleh buku- penerbitan "Analisa."

   
Selir Yang Dihadiahkan Karya Widi Widayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Ditamatkan dalam DUA

   Jilid yang amat mengasyikkan. PERHITUNGAN DI ARIZONA merupakan buku murah di zaman kini dengan memberi imbangan yang melebihi kemurahan harganya.

   Jilid I ... Rp. 170.?

   Jilid II..., 170.?112

   "ANALISA"

   C.v.

   ? Jakarta (11/12).

   Percetakan Dharma N.V.

   Wo.

   No.

   4061.113 PERNYATAAN File ini adalah sebuah usaha untuk melestarikan buku- buku novel Indonesia yang sudah sulit didapatkan di pasaran dari kemusnahan, dengan cara mengalih mediakan menjadi file digital.

   Tidak ada usaha untuk meraih keuntungan finansial dari karya-karya yang coba dilestarikan ini.

   File ini dihasilkan dari konversi file gambar JPG, kemudian melalui proses OCR untuk mendapatkan file teks.

   File tersebut di edit, disesuaikan ejaannya lalu dikompilasi menjadi file TextPDF.

   Credit untuk .

   ? Aditya Indrajaja ? Awie Dermawan ?
Kolektor E-Book
s D.A.S114

   

   

   


Gembong Kartasura Karya Sri Hadijojo Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long

Cari Blog Ini