Ceritasilat Novel Online

Sepasang Cermin Naga 1


Sepasang Cermin Naga Karya Batara Bagian 1



Sepasang Cermin Naga Karya dari Batara

   
Koleksi
Kolektor E-Book
3 DISCLAIMER
Kolektor E-Book
adalah sebuah wadah nirlaba bagi para pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengalaman.

   Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan di pasaran dari kepunahan, dengan cara mengalih mediakan dalam bentuk digital.

   Proses pemilihan buku yang dijadikan objek alih media diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan, usia, maupun kondisi fisik.

   Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital sesua kebutuhan.

   Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.

   Salam pustaka! Team Kolektor Ebook4 SEPASANG CERMIN NAGA Karya BATARA CETAKAN PERTAMA C.

   V.

   GEMA SOLO 1986 Dipersembahkan bagi Para pembaca dimanapun Anda berada khususnya member Kolektor Ebook Buku diambil dari koleksi Awie Dermawan Edit OCR Iskandar Effendy Dipdfkan di Pulau Cemara5 Diambil dari.

   Kitab pusaka Bu-beng Sian-su) 1115 211086 Angkat kepala, busungkan dada acungkan tinju pekikkan kata terpeleset jua si manusia loba rusaklah sudah hancur semua tuntut sesuatu demi sesama Itulah pahlawan harapan kita! Air beriak di tengah telaga berguncang lembut membuai sukma jebak - menjebak membodohi kita pudarlah pahlawan harapan jiwa! Adil tak adil permainan belaka jujur seiring itulah surgaku6 SEPASANG CERMIN NAGA (Lanjutan "Pedang Tiga Dimensi") Karya Batara

   Jilid I * * * BERASAL dari keluarga miskin Kwee Han adalah pemuda yang tegar dan keras.

   Tubuhnya tinggi tegap, kulitnya sedikit kehitaman karena terbakar matahari.

   Dia hampir diknal di seluruh Ming-ciang, sebuah kota kecil di pinggiran Sungai Wu-han.

   Bukan sebagai tokoh berkepandaian tinggi melainkan semata karna kejujuran dan keberaniannya, juga sikap kepemimpinannya kepada teman-temannya, sesama nelayan di tepi sungai Wuhan itu.

   Dan karena pemuda ini cukup dikenal di antara juragan-juragan ikan yang menghidupi nelayan-nelayan kecil maka Kwee Han adalah pemuda yang disegani dan cukup dihargai masyarakat Ming-ciang.

   Dn itu semua berasal dari kejadian beberapa bulan yang lalu Kaum nelayan, sebagaimana kehidupan rakyat kecil lainnya adalah kaum yang lemah dan selalu tertekan.

   Banyak di antara mereka yang tak mempunyai perahu sendiri, hidup dngan menyewa perahu juragan- juragan kaya di mana alam kehidupan sehari-hari7 mreka it lalu bagi hasil.

   Artinya, ikan yang mereka dapatkan haruslah dibagi dengan sang juragan sebagai pembayaran sewa perahu.

   Tapi karena akhir akhir ini terjadi ketika mana para juragan menuntut terlalu banyak maka kaum nelayan menjadi gelisah dan tak tenteram.

   Dan itu dimulai dari datangnya juragan Cu Dua minggu yang lalu, sebelum kejadian beberapa bulan itu juragan Cu datang bersama keluarganya dari kota raja.

   Entah kenapa orang kaya ini pindah dari kota besar ke kota kecil, tak ada yang tahu.

   Mungkin karena kehidupan dikota besar sesak, atau mungkin ada hal lain yang.membuat juragan ini tak kerasan.

   Yang jelas, sejak dia pindah ke kota pelabuhan kota sungai,Juragan ini mampu membeli berpuluh perahu kecit dan hidup akrab dengan pejabat-pejabat kota, lurah sampai tokoh tokoh penting,, agaknya sudah dikenal dan beberapa perangkat kota tampak segan kepada hartawan baru ini.

   Maklum Cu-wangwe (juragan Cu) adalah laki-laki yang katanya memiliki hubungan dengan seorang menteri di istana, didesas desuskan sbagai keluarga dekat.

   Jadi, menebeng nama menteri ini Cu-wang we lalu disegani orang Ming-cieng, meskipun baru namun beberapa minggu kemudian pengaruhnya berkembang uas.

   Dan karena dialah satu satunya hartawan yang dapat membeli berpuluh puluh perahu untuk disewakn pada kaum nelayan maka sungai Wu-han, yang tiap hari isinya8 dikeruk dan diambil para nelayan tiba tiba seolah menjadi harta milik Cu wangwe ini.

   Mula-mula tradisi kaum nelayan tak berubah, artinya berjalan dari itu ke itu juga.

   Pmbagian ikan, sebagai bagi hasil masih ditularkan separh.

   Yakni separuh untuk si nelayan dan separuh lagi untuk juragan Cu.

   Tapi ketika sebulan kemudian juragan ini mengadakan "kebijaksanaan"

   Dengan merubah peraturan itu menjadi dua banding satu maka kehidupan nelayan tiba-tiba guncang.

   "Kutetapkan hari ini sepertiga untuk kalian dua-pertiga untukku. Siapa yang tak setuju boleh tak usah menyewa perahuku dan mencari perahu lain."

   Begitu pengumuman yang dicanangkan Cu-wangwe ini.

   Kaum nelayan ribut ,keadaan tiba--tiba menjadi gaduh dan gelisah.

   Banyak para nelayan menentang dan tak setuju, hartawan itu dianggap mau menangnya sendiri dan hidup nak-enakan.

   Kebiasaan yang sudah berjalan bertahun-tahun mendadak dikoyak begitu saja oleh sikap Cu-wangwe ini.

   Dan karen Cu-wangwe dianggap tak adil dan para nelayan tak setuju maka mereka berhenti dan mncar atu pindah ke juragan lain.

   Tapi persoalan baru menyusul, juragan-juragan ikan yang lain menyatakan tak sanggup menerima, perahu mereka sedikit dan sudah pas disewa nelayan lain.

   Jadi nelayan yang keluar dari hartawan she Cu itu menghadapi masalah.

   keluar dari sana tapi tak diterima di sini, pekerjaan tertutup9 untuk mereka dan tentu saja mereka bingung.

   Kalau keadaan ini berlarut - larut mereka bisa berpredikat penganggur, satu keadaan yang tidak enak serta mencemaskan.

   Dan ketika pintu di mana-mana tertutup dan juragan lain yang klah besar dengan juragan she Cu itu menyatakan tak sanggup menerima para nelayan bekas Cu wangwe ini maka kehidupan semakin guncang dan beberapa d antaranya terpaksa balik, kembali kepada Cu-wangwe.

   "Kami menerima, biarlah dua pertiga bagian untuk wangwe dan sepertiga untuk kami."

   "Hm, kalian datang setelah gagal? Kembali setelah ditolak pemilik perabu yang lain?"

   Cu-wangwe memelintir kumisnya, sombong.

   "Tidak bisa, hari ini peraturan terpaksa kurobah lagi, A-Liok. Kau dan teman- temanmu telah membangkang dan kembali karena terpaksa. Kalau juragan lain menerima tentu kalian tak akan datang ke mari. Tidak, peraturan itu tak berlaku lagi!. Sekarang pembagiannya adalah tiga banding satu. Aku tiga perempat bagian dan kalian seperempatnya. Kalau kalian menerima boleh bekerja tapi kalau tidak juga tak apa, boleh pergi!"

   "Wangwe...!"

   A-liok, nelayan yang mewakili teman - temannya itu terkejut. -Kenapa kau demikian kejam mempermainkan kami?"

   Dengan dua banding satu saja kami sudah berat, wangw, Apalagi tiga banding satu Kami mohon kebijaksanaan kau untuk menarik kembali!"10

   "Hm, siapa yang berkuasa di sini. A-liok? Kau ataukah aku? Kalau kalian tidak menjalankannya aku juga tidak memaksa, kalian boleh perg dan cari perahu lain!"

   Hartawan itu mendengus, memutar tubuh dan tidak menghiraukan nelayan itu lagi.

   Dia telah memberi keputusan dan tidak memperlunak Iagi Apa yang dilakukan tadi adalah untuk menghajar kaum nelayan ini, sudah pergi dan kini mau bekerja lagi.

   Tentu saja tak begitu gampang dan Cu- wangwe sengaja bersikap keras.

   Dia memang dapat hidup senang.

   Tidak seperti A - liok dan teman-temannya itu.

   Mau makan apa mereka ilu kalau tidak bekerja' Memangnya mau menghidupin orang kaya, tidak bekerja pun disuapi anak isteri dengan kerikit sungai?"

   Maki Cu-wangwe yang sudah mngelus dan mengusap pipa cangklong ya lalu melangkah pergi dan membiarkan A-liok beserta teman temannya tertegun menangis dan beberapa diantaranya pingsan.

   Bukan pingsan karena kaget melainkan pingsan karena sudah beberapa har ini mereka menahan lapar, tidak makan dan kini mengharap ikut juragan dulu lagi tapi justru Cu -- wangwe mencueki.

   merek Pembagian yang sudah tidak adil semakin tidak adil lagi, mereka merintih dan mengeluh.

   Dan ketika hartawan itu memasuki rumahnya dan A-liok serta teman - temannya termangu maka nelayan ini tak dapat berbuat apa-apa dan pucat serta gemetar.11

   "Apa yang akan kita lakukan, kawan-kawan?"

   Nelayan itu sayu memandang teman-temannya.

   "Maukah kalian menerima dan bekerja lagi."

   "Ah, habis bagaimana lagi, A-lok? Juragan lain tak dapat menerima kita, perahu merek sedikit dan sudah disewa teman-leman yang lain. Klau Cu-wangwe sudah mentnpkan begitu dan marah kepada kita barangkali terpaksa kita menerima. Terhadap ini ketidakadilan besar. Cu wangwe pemeras!"

   "Hm ..!!"

   Seorang tukang pukul tiba-tiba mucul, garang.

   "Cu-wangwe bukan pemeras, A-liok.!!! Dia tidak memaksa hati orang .Kalau kalian tidak suka bolh pergi , jangan menuduh kan kata kata tak enak yang dapat membuat kalian celaka. A-liok terkejut.

   "Siapa berani mengatakan Cu wangwe pemeras lagi? Hayo ! pukul. pukul ..pukul!!!!.

   "boleh kulian bicara lagi. tikus-tikus busuk. Dan akan kulaporkan pada Cu-wangwe."

   Ciutlah nyali nelayan.

   - nelayan itu .

   Mereka jadi semakin terkejut mendengar ancaman itu, takboleh bekerja lag.

   Satu ancaman yang jauh lebih dahsyat dibanding bekerja meskipun hasilnya.

   Tak memadai.

   Dan karena tukang pukul itu mau penjarakan mereka dan mau tak mau ancaman ini melupuhkan nyali mereka.

   akhirnya, dengan suara bulat namun tentu tidak puas mereka lalu menerima tawaran Cu wangwe itu, masuk bekerja namun pembagian sudah semakin12 pincang.

   Mereka mau pindah namun tak ada juragan lain yang dapat menerima.

   Ketika hari itu Cu-wangwe tertawa penuh kemenangan, nelayannya bekerja lagi maka hari demi hari dilewatkan pada nelayan itu dengan perasaan tertindih.

   Bagi hasil yang dilaksanakan Cu - wangwe ini tiba-tiba seperti penyakit menular.

   Juragan-juragan yang lain, para pemilik perahu entah kenapa ikut ikutan mengatur kebijaksanaan baru.

   Mereka mencontoh gerakan Cu-wangwe itu, dan ketika anak buahnya memprotes dan menentang maka jawaban pemilik perahu ini hampir sama.

   "Kami tak bisa berbuat banyak, kami kalah bisnis Cu-wangwe mampu menjual murah sementara kami tidak'"

   Begitulah, guncangan ekonomi telah dibuat Cu-wangwe memang dapat menjual hasil ikannya dengan lebih murah, maklum, tenaga yang diperoleh dia juga murah.

   Dan karena ini berarti ancaman bagi para pemilik perahu lain dan mereka bisa bangkrut kalau tidak segera mengimbangi Cu-wangwe itu maka apa boleh buat mereka pun ikut ikutan menetapkan bagi hasil baru dengan cara seperti Cu-wangwe agar dapat bersaing dalam menjual barang dagangannya, tentu saja dengan mengorbankan para nelayan itu dan akibatnya kum nelayan ini semakin terhimpit.

   Orang kecil mending biasanya begitu, mudah dipermainkan orang besar, orang kuat.

   Dan ketika dengan terpaksa para nelayan ini menerima dan alasan13 yang dikemukakan juragan diterima maka sebagaimana biasa, juragan juragan perahu ini tertawa di balik rumah mereka karna mereka sendiri dapat menyelamatkan keuntungan mereka dan tentu saja masa bodoh terhadap anak buah mereka itu, nelayan-nelayan bodoh.

   Tapi satu gebrakan lagi dilakukan hartawan she Cu itu.

   Dengan mengejutkan hartawan ini tiba-tiba membuat peraturan baru lagi, yakni bagi hasil drobah, bukan tiga banding satu melainkan empat banding satu.

   Alasannya? Ah, mudah.

   Harus bersaing harga dengan juragan-juragan lain,persaingan ketat yang tentu saja tidak sehat.

   Hartawan ini mengandalkan posisinya yang kuat menekan para buruhnya lagi.

   membuat peraturan empat banding sutu.

   Sipa yang tak suka boleh keluar, dia dapat mencari pengganti karena pasaran buruh lagi mbludak, hartawan ini mulai sewenang-wenang dengan kekayaannya.

   Dan ketika keputusannya itu membuat gempar dan gelisah para buruhnya maka lag-lagi A-liok memprotes.

   "Kami rasanya tak sanggup lagi bekerja, wangwe. Mana mungkin kami hanya menrima seperlimanya saja? Sedang menerima seperempat saja kami sudah mulai tertimbun hutang, apalagi seperlima!"

   "Hmmm,,, aku sudah bilang jika kalian tak suka boleh pergi. A-liok. Aku tidak memaksa atau menyuruh kalian. Juragan ini membanting harga ikannya, apakah ak harus ikut dengan menjual harga tinggi yang14 berakibat tidak laku? Tidak Aku terpksa melakukan ini, aku perlu menyelamatkan hart dan hidupku. Ini persaingan ketat, aku tak mau kalah!"

   "Tapi kami menjadi korban, kami seakan diperah!"

   "Siapa memerah kalian?. Kalau tak suka boleh pergi, A lik. Jangan macam- macam dan membantah!"

   Cu-wangwe malah melotot, mendelk pada nelayannya itu dan meninggalkannya pergi. Kata - kata itu membuat telinganya marah. Dan ketika hartawan itu masuk rumah, Ia menyumpah nelayan ini maka A-Liok termangu-mangu dan lagi-lagi tidak bisa bicara.

   "Kalan mau, kawan-kawan?"

   Tanyanya lirih.. Bsakah kita hidup dngan pembagian yang semakin menyolok itu?".' "Habis apa yang dapat kita lakukan? Kita buruh kecil selamanya susah, A-Liok. Kita terima saja dan serahkan nasib kepada Tuhan!"

   Omongan ini menghentikan pergunjingan.

   Memang itu seakan hiburan akhir bagi mereka, menyerahkan nasib kepada Tuhan.

   Biarlah Tuhan mngatur hidup mereka dan mereka bekerja lagi.

   Dan karena para nelayan ini menerima dan Cu wangwe menekan harga ikannya lagi maka di pihak, para pemilik perahu yang lain terbelalak merasa dipukul.

   "Cu wangwe melakukan bagi hasil macam itu? Wah, kita celaka, teman-teman. Bisa bangkrut dan gulung tikar kita nanti. Apa bleh buat, tentu kita pun15 harus dibuat mengerti dan kita mengikuti tindakan Cu- wangwe itu!"

   Buruh nelayan di Iain tempat ganti dihantam.

   Mereka diberi tahu perobahan itu, bahwa masing- masing majikan mereka terpaksa mengimbangi jejak Cu-wangwe, ikut-ikutan membuat bagi hasil empat banding satu.

   Tntu saja ini mengejutkan dan membuat nelayan tersirap.

   Jerat di leher mereka kian ke atas, sedikit ke atas lagi mereka bisa menggelepar.

   Ah, orang kecil memang susah.

   Dan ketika mereka terpaksa menerima dan banting-membanting harga terjadi di pasaran ikan maka Cu-wangwe dan saingan dagangnya pukul-memukul di balik tabir, sementara kaum nelayan akan tercekik dan putus asa, dihantam lagi gelombang permainan para majikan yang turun-menurunkan harga, semuanya selalu dimulai Cu wangwe.

   Agaknya hartawan itu tak puas-puasnya bermain curang dn menindas nelayannya dengan bagi hasil yang lebih rendah lagi, lima banding satu dan akhirnya enam banding satu.

   Dalam waktu begitu cepat hartawan ini pukul-memukul harga, tentu saja kaum nelayanlah yang menjadi korban.

   Dan ketika perbandingan menjadi satu banding -sepuluh dan para nelayan tak kuat lagi, Ketika itulah muncul Kwee Han itu.

   seorang nelayan muda yang gagah berani.

   "Kita hentikan permainan curang kaum majikan ini. Semua mogok bekerja dan jangan mmenangkap ikan!"16 kaum nelayan ribut. Itu berarti fatal bagi mereka, periuk di rumah tak akan mngebul dan alamat anak isteri mati kelaparan. Mereka bersuara gaduh, tentu saja ada yang setuju dan tidak setuju. Dan ketika yang tidak setuju menentang pendapat Kwie Han dan seorang laki - laki tua maju ke depan maka Pwe lopek, kakek itu, mengacungkan tangan. Kwee Han, enak saja kau menyuruh berhenti bekerja. Makan apa anak isteri kami nanti? Minum apa mereka kalau berteriak haus?"

   Kau mau mengajak kami menjadi perampok?"

   "Kalian semua pindah pekerjaan, lopek. Banting stir dan tdak menangkap ikan lag!"

   "Bagus, kau mau mengajak kmi merampok?"

   Tempat itu geger.

   Debat yang dilancarkan Pwee-lopek ini benar, mereka mengangguk dan setuj.

   Keahlian mereka memang menangkap ikan, bertahun-tahun hidup sebagai nelayan, tak ada keterampilan.

   lain.

   Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tapi Kwee Han yang gagah berdiri diantara kerumunan teman-temannya menggeram.

   merasa dipojokkan.

   "Lopek, kenapa hanya pikiran perut melulu yang ada di benakmu? Apakah aku menyuruh kalian merampok. Siapa bilang kita harus bekerja Sebagai penyamun? Tidak, kita tetap mengerjakan pekerjaan yang halal, lopek. Dan jangan kalian kira aku akan menyesatkan kalian!"

   "Tapi pekerjaan sekarang susah, di mana-mana kaum majikan selalu menolak!'"17

   "Itu karena kebanyakan tenaga. Kita semua hanya memiliki keterampilan yang itu itu saja, kita berbakat menjadi buruh! Siapa tidak tahu bahwa hal ini pun disebabkan kesalahan kita, sistem masyarakat kita yang ingin hidup melulu ketergantungan diri kepada majikan? Tidak. kita harus merobah keadaan ini, teman teman. Dan itu semua diawali dengan pemogokan kerja!"

   Para nelayan kembali ribut.

   Waktu itu belum ada larangan mogok.

   masalah ini masih belum meluas dan bersifat intern saja, baru terjadi di Ming-ciang itu.

   pemerintahan di kota raja atau daerah belum ikut campur.

   Jadi apa yang diusulkan Kwek Han masih baru, baru kali itu didengar kaum nelayan.

   Dan detik, mereka menuntut apa yang dimaui Kwee Han sesungguhnya kalau bukan mrampok atau menyamun maka pemuda berkulit kehitaman ini berkata berapi-api "kalian semua tahu bahwa ini semua gara-gara Cu-wangwe.

   Dia semena-mena dengan kekayaannya, ia mentang-mentang dan menindas kita.

   Dan karena kita sudah dicekik dan juragan perahu yang lain hanya membeo dan menumpang sepak terjang hartawan itu maka kalian kuajak mogok dan melakukan tindakan balasan.

   Tunjukkan pada semua juragan itu bahwa kita dapat hidup tanpa mereka, bahwa kita bukan tkus yang mudah diinjak dan dipermainkan.

   Bagaimana kalau kita bertan? Bagaimana kalau kita merubah haluan dan nasb kita sendiri?"18

   "Bertani?"

   Seorang nelayan tertawa, mengejek.

   "Kau mimpi, Kwee Han. Tak ada di antara kita yang memilki tanah dan dapat bercocok tanam. Kau mengkhayal dan membual. Atau barangkali kau memiliki tanah ratusan hektar dan kini secara cuma - cuma hendak membgikannya kepada kami, ha-ha!"

   "Benar!"

   Kwee Han tiba-tiba berteriak, mengacungkan tinju.

   "Kalian semua akan mendapatkan tanah itu, kawan-kawan, Dan satu yang dituntut dari kalian ialah kerja keras, Maukah kalian bekerja keras? Maukah kalian membabat hutan dan membuka lahan? Nah, di depan itu tanah harapan kita, teman teman. Kita dapat bertani dan mencukup makan minum kita tanpa menggantungkan diri kepada majikan!"

   "Membabat hutan?"

   Kaum nelayan terkejut.

   "Kau gila, Kwee Han.? Kau mabok?"

   "Tidak, hutan itu adalah milik kita, teman- teman. Tanah dan seisinya ini adalah milk kita,rakyat! kita dapat bertani dan membuka lahan itu"

   Kaum nelayan geger. Mereka tiba-tiba gaduh dan melihat kesempatan baru itu, kebnaran itu Dan ketika mereka ribut dan saling bicara sendiri maka Kwee Han mengangkat tangannya lagi, tinggi -tinggi.

   "Kawan kawan, bagaimana sekarang pendapat kalian? Salahkah bila kukatakan bahwa kita dapat merubah nasib dan hidup kita dengan cara seperti yang kusebutkan tadi? Kita sudah berbulan bulan ditindas juragan perahu, kawan-kawan. Dan kita harus berontak19 dan beranii meninggalkan mereka. Hidup tidak melulu dengan menangkap ikan saja, banyak jalan menuju keberhasilan asal kita mau bekerja keras! Ayo, siapa mau ikut aku? siapa mau membabat htan dan banting stir menjadi petani?"

   "Aku..."

   "Aku.."

   "Aku juga!'"

   Dan ketika susul-menyusul teriakan para nelayan itu gembira menyambut ajakan Kwee Han maka yang lain-lain, yang tadi merasa ragu dan mengejek pemuda itu tiba -tiba tergerak dan ikut ikutan mengacungkan tangan.

   Mereka dapat melihat itu dan sebuah kehidupan baru menantang mereka, mereka akan bekerja keras dan membabat hutan.

   Dikerjakan secara beramai ramai tentu asyik dan menyenangkan.

   Dan ketika hari itu Kwee Han berhasil mempengaruhi teman teman-temannya dan seluruh nelayan mogok bekerja maka para juragan perahu menjadi ribut dan gempar.

   "Kami siap meninggalkan kalian daripada ditindas seperti anjing. Birlah kami memulai hidup baru dan bekerja dengan lebih terhormat, toh kami adalah manusia yang layak hidup pantas dan bukan binatang!"

   Begitu rata-rata jawaban mereka.

   Para pemilik perahu tertgun, mula - mula tak peraya namun akhirnya melibat kesungguhan itu.

   Kebulatan tekad dan mata yang bersinar-sinar dari20 buruh nelayan yang berhasil dibangkitkan semangatnya oleh Kwee Han itu mmang tak main-main.

   Mereka siap meninggalkan pekerjaan lama berganti dengan pekerjaan baru.

   Membabat hutan, bercocok tanam dan Kwee Han berjanji akan membantu mereka dalam masalah ini, pemuda itu mempunyai teman yang dapat menuntun mereka sebagai petani mahir.

   Kwee Han memang dikenal sebagai pemuda yang banyak bergerak, aktip dan beberapa di antaranya adalah petani yang tinggal di luar Ming ciang.

   Jadi petani sahabat-sahabat Kwee Han itulah yang akan membantu, Kwe Han orang keci! memang sahabatnya terdiri dari orang-orang kecil pula.

   Dan ketika seminggu para nelayan itu mogok dan entah darimana Kwee Han mampu menyumbang temannya makan minum sebelum mendapat penghasilan maka pemilik perahu, dan juga Cu-wangwe, mencak-mencak.

   "Keparat, siapa Kwee Han itu? Orang macam apa dia?"

   "Dia nelayan sderhana, wangwe. Memiliki sebuah perahu sendiri namun butut."

   "Hah, dan sekarang mengacau dengan pemogokan massal?"

   Kami tak berdaya, mereka telah pergi dan terpengaruh pemuda itu."

   "Keparat, siapkan kereta. biar aku menghadap Lie-taijin (pembesar Lie)!"

   Cu wangwe marah marah, brang dan minta disiapkan sebuah kereta di mana21 kemudian dia buru - buru menghadap Lie-taijin, kepala atau pemimpin daerah itu, Walikota Ming - ciang.

   Dan ketika hartawan itu melaporkan tindakan Kwee Han dan betapa seluruh kehidupan nelayan berhenti total.maka pemilik perahu yang lain, yang diajak hartawan itu untuk membumbui dan memanaskan keadaan disambut kerut dalam oleh pembesar ini, menyuruh panggil pemuda she Kwee itu "Panggil di, biar kuminta penjelasanny."

   Kwee Han menghadap.

   Dengan tnang dan sedikit pun tidak takut pemuda itu dihadapkan dengan Lie-taijin dan pihak "oposisi", rata rata semua mata melott memandangnya dengan gusar.

   Cu-wangwe apalagi.

   Dan ketika pemuda itu ditanya dan ganti berganti mendapatkan serangan gencar maka pemuda ini, yang juga mengajak beberapa temannya untuk mendatangi harlawan-hartawan itu lalu berkata.

   "Taijin, kami semua dengan juraganjuragan perahu tak ada ikatan resmi. Boleh kau tanya mereka itu. Sekarang kalau kami meninggalkan mereka bukankah tak perlu mereka marah marah, Lihat dan tanya mereka, taijin, apa jawab mereka kalau kami menuntut imbalan yang pentas Tentu akan dijawab boleh kami pergi kalau kami tak suk Nah, sekarang kami pergi, kenapa marah? Bukankah kami tak bersalah?"

   "Tapi mereka meninggalkan hutang, bocah she Kwee. Puluhan buruh nelayanku membawa hutang!"

   Cu-wangw membentak,22

   "ltu dapat diatur,"

   Kwee Han tenang-tenang saja.

   "Kam bukan sebangsa manusia yang tidak bertanggung jawab, wangwe. Kalau kami berhasil dengan membuka lahan itu tentu kami akan membayar dan melunasinya.

   "Tapi hutang mereka brbunga! Kapan akan dibayar?"

   "Kami akan membayar sesuai kemampuan kami. wangwe Dan masalah bunga juga dapat diatur."

   "Keparat kau pandai bicara dan main aturanmu sendiri. Kau pngacau, kau patut ditangkap!"

   Dan Cu-wangwe yang marah berseru pada Lie - taijin lalu menyuruh tangkap pemuda itu, memberi tanda dan juragan - juragan yang lain mengangguk.

   Mereka tent saja setuju kalau Kwee Han ditangkap.

   Tapi Kwee Han yang mengedikkan kepala berseru lantang tiba - tiba membentak "Cu-wangwe, jangan kau sombong.

   Sebenarnya kalau bukan karena kau tak mungkin semuanya ini akan terjadi! Lihat, siapa yang mulai membuat gara gara? Siapa yang menurunkan tarip seenaknya? Kaulah, wangwe.

   Kau memeras dan menindas buruh-buruhmu.

   Kau menimba keuntungan besar dari keringat buruhmu dan terus menekan mereka.

   Bagi hasil kauatur seenak perutmu, kau tak menghiraukan mereka dan berkali-kali menantang mereka untuk keluar kalau tak setuju dengan tindakanmu.

   Sekarang mereka keluar.

   Sekarang mereka23 tak mau menangkap ikan lagi dan akan memulai hidup baru, bertani.

   Kenapa kalian sewot dan gusar? Lie taijin bleh saja menangkap aku, wangwe,Tapi seluruh temanku akan berontak dan membuat kekacauan lebih besar.

   Ya, mereka akan melawan dan tak mau lag diperas dan dihina!"

   Dan Kwee Han yang memaki habis habisan hartawan itu dan berkobar meneriakkan kata katanya lalu disambut suara hiruk pikuk di luar dan para nelayan yang mengikuti pemuda ini ternyata bersorak, mndengar dan menytakan setuju dan Cu-wangwe serta lain-lainnya tentu saja puat.

   Mereka tiba-tiba seolah-olah ditantang oleh buruh mereka.

   Bukan main! Dan ketika Cu-wangwe melott dan Le tajin bergerak menyuruh pengawalnya mengamankan pemuda itu maka Ming-ciang gager ketika para nelayan minta agar Kwee Han dibebaskan.

   Mereka tak mau pemuda itu' ditangkap..

   Selama seminggu ini kaum nelayan merasa berhutang budi besar kepada Kwee Han.

   Pemuda itulah yang menghidupi mreka selama ini, memberi makan minum.

   Juga anak isteri mereka! Dan ketika nelayan ribut-ribut dan Cu- wangwe serta pemilik perahu yang lain terbelalak memandang Lie-taijin maka buruh nlayan tiba-tiba memasuki gedung dan minta agar Kwee Han dibebaskan.

   "Bebaskan Kwee Han, atau gedung ini kami bakar!"24

   "Ya, bebaskan Kwee Han, taijin. Atau gedung orang-orang kaya akan kami bakar semuanya!"

   Dan ketika ribut dan gaduh itu semakin memuncak dan Lie taijin ternganga melihat perlawanan kaum buruh tiba-tiba seseorang sudah menyulut api dan mau membakar gedung pembesar itu! "Hei, jangan. Tunggu !"

   Orang itu disergap.

   Pengawal Lie-taijin sudah bergerak cepat dengan menghantam orang ini, orang itu roboh dan mengaduh.

   Tapi ketika nelayan yang lain marah dan berteriak melihat temannya dipukul tiba tiba kaum buruh ini meluruk dan sudah menyerang si pengawal.

   Kekacauan terjadi.

   Kaum nelayan bagai api disiram minyak, selama ini mereka sudah memendam bibit kebencian.

   Teman mereka yang dipukul dan disergap tadi membuat mereka naik pitam.

   Maka begitu si pengawal merobohkan dan menghajar teman mereka mendadak ratusan buruh menerjang dan menubruk maju.

   "Bunuh..hajar pengawal ltu .!"

   Kekalutan terjadi , Kemarahan kaum nlayan meledak dalam bentuk kasar.

   mereka sudah menangkap dan menghajar pengawal itu, dpukul beramai ramai, tentu saja pengawal yang lain tak terima dan mereka itu mmbela teman mereka.

   pengawal yang melawan dan meronta-ronta di tengah kerumunan kaum nelayan, babak belur dan sebentar kemudian bentrokan.

   fisik tak dapat dihindari.

   Kaum nelayan berkelahi melawan para pengawal.

   Cu wangwe dan teman temannya buru buru25 menyingkir dari amukan buruhnya itu.

   Keadaan memang berbahaya.

   Amukan kaum nelayan dapat menjadi ajang pembunuhan, tentu saja Cu wangwe pucat.

   Dan ketika para pengawal justeru dihajar dan dikeroyok kaum nelayan yang Jumlahnya lebih banyak dari mereka maka Lie-Taijin berteriak teriak agar kerusuhan diakhiri "Hei...

   kalian berhenti.

   Jangan ribut!' Namun, suara pembesar ini tidak digubris kaum nelayan justeru semakin kelap.

   mereka mengamuk dan memukuli pa saja Kebencian kemarahan selama ini tiba-tiba seolah pelampiasan, para pengawal yang lain buru-buru menyelamatkan diri dan lari.

   Mereka benar - benar dapat dibunuh, keberingasan kaum nelayan itu tak lagi terbendung.

   Dan ketika Lie-taijin coba melerai , kaum nelayan melihat pembesar itu mendadak mereka lari dan malah menghambur kearah Lie taijin.

   "Lie-taijn antek Cu-wangwe! Bunuh dia...!"

   Lie-taijin pucat.

   Kaum nelayan yang maju menuju dirinya dan kini mau menyerang tiba-tiba tanpa sadar dia terkencing kencing dan tentu saja memutar tubuh, siap menyelamatkan diri.

   Tapi sebuah tangan kuat yang mencengkeramnya mendadak membuat pembesar ini tertegun.

   "Kau masih mau menangkap aku, taijin? Kau ingin kekacauan lebih besar lagi? Teman-temanku hanya26 aku yang dapat meredakan, terserah kau mau menuruti nasibatku atau tidak!"

   "Ah. Ya..ya.. Kau bebas, aku tak jadi menangkapmu! Tolong redakan kemarahan teman temanmu itu dan suruh mereka berhenti!"

   Kwee Han, yang mencengkeram pembesar itu tak bergerak .

   Tali ikatan tubuhnya sudah buru-buru dilepaskan Lie- Tai-jin, kini pembesar itu berlindung di punggung pemuda ini.

   Lucu melihatnya.

   Dan ketika Kwee Han membalikkan dan mengangkat tangan nya tinggi tinggi .

   menunjukkan diri nya bebas , tiba tiba pemuda ini berseru kuat dan nyaring , ."

   Kawan kawan , berhenti. Lihat . Lie taijin telah membebaskan aku dan jangan berkelahi lagi. Berhenti, jangan menyerang... !"

   Kaum "demonstran"

   Berhenti. Mereka telah mendengar seruan Kwee Han itu, melihat pemuda itu bebas. Tapi belasan nelayan yang telah membiru dan mau menyerang Lie-taijin tiba-tiba berteriak.

   "Kami boleh berhenti, Kwee Han. Tapi serahkan Cu-wangwe!"

   Lie-tijin itu, dia sahabat dan pelindung. Lie- taijin gemetar.

   "Kau tolonglah aku, Kwee Han. Jangan teman temanmu menangkap aku!"

   Kwee Han mengangguk.

   "Tunggu.. .. !"

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Serunya.

   "Kalian dengarkan aku, kawan kawan. Lie taijin mmang sahabat Cu-wangwe tapi bukan dia musuh kita. Dia aparat pemrintah, kita27 harus menghargainya dan dengarkan kata-kataku. Sekarang Cu wangwe telah melarikan diri. sku tak jadi ditangkap dan jangan kalian ribut. Apa yang sudah terjadi biar dibuat pelajaran dan kita minta Lie-taijin bertindak adil!"

   Lalu memandang pembesar itu Kwee Han bertanya.

   "Taijin. kau tentunya tahu bahwa selama ini Cu- wangwe dan juragan-juragan lain selalu memeras kami, para nelayan. Tentu sudah kauketahu, bahwa Cu- wangwe mencekik buruhnya dengan upah yang kecil, kenapa kau diam saja dan tidak menolong?"

   "Ah-ah, aku tak tahu..... aku tak tahu...!"

   Pembesar itu buru-buru menjawab.

   "Aku tak mendapatkan laporan atau berita mengenai ini. Kwe Han. Baru sekarang kudengar dan tahu-tahu kalian sudah membuat onar....."

   Kami tidak membuat onar, Cu-wangwe itulah biang keladinya!"

   "Ya ya, aku keliru. Cu-wangwe biang keladinya".

   "Dan tindakan apa yang sekarang akan kau lakukan"

   "Apa yang kalian minta?"

   "Cu wangwe diseret ke sini, taijin, Suruh dia meminta maaf dan merubah perbuatannya yang menindas!"

   "Ah, tapi..."

   "Tapi apa!"28

   "

   Dia keluarga dekat menteri Khek ...aku "

   "Kau takut?"

   Kwee Han tertawa mengejek.

   "Kalau begitu teman temanku yang akan menyeretnya ke sini, taijin. Dan kami dapat menyuruh dia mengobah sepak terjangnya di depanmu!"

   "Tidak, jangan... aku, a.."

   Lie-taijin bingung, teringat bayangan menteri Khek dan dia ketakutan.

   Tentu saja takut karena itu akan mengancam kedudukannya, Keributan bisa terjadi lagi dan dia dipaksa memilih Dan karena Ci-wang we selama ini banyak memberikan kebaikan dan dia berhutang budi maka pembesar itu di persimpangan jalan dan bingung untuk menetapkan sesuatu ,memenuhi kehendak Kwee Han atau kah membiarkan saja pemuda itu bersama kawannya menangkap Cu-wengwe Ini berarti lembaran baru.

   Dia .sebagai pemimpin di situ dianggap tak becus oleh atasan, salah salah dia bisa didepak.

   Dan karena saat itu dia bingung dan susah mengambil keputusan akhirnya pembesar itu berkata, gemetar.

   ".. .. baik, baiklah.... aku menemui Cu-wangwe itu dan minta ke sini Kwee Han. Sekarang tolong kawan - kawanmu dia pergi dulu"

   "Mana bisa?"

   Kwee Han mengejek Justru mereka ingin melihat kau membuktikan omonganmu taijin Dan juga sumpah jabatanmu bahwa kau di sini membantu rakyat, bukan sebaliknya!"

   Pembesar ini jadi serba salah.

   "Jadi bagai mana?"29

   "Kau panggil hartawan itu, atau, kita bersama dan beramai-ramai mengambilnya!"

   "Ah, tidak, jangan begitu Hartawan itu akan tersinggung"

   Lie-taijin pucat.

   "Biar aku memanggilnya, Kwee Han, biar kusuruh orang kesana .."

   Dan Li-taijin yang menyuruh pmbantunya memanggil Cu wangw lalu menunggu dan gemetar di tengah kerumunan kaum nelayan yang tak sabar.

   Beberapa diantaranya bahkan siap mengetok kepala pembesar itu, Lie taijin dianggap antek dan sahabat Cu-wangwe.

   Dan ketika utusan kembali dan menyatakan Cu wangwe tak ada di rumahnya maka pembesar ini lega sekaligus khawatir .

   "Nah. aku telah berusaha. Kwee Han. bagaimana kalau besok kita ulangi? Aku berjanji memanggl hartawan itu, kalian akan kutemukan dan mendengar maafnya."

   "Kalau tidak?"

   "Aku yang akan minta maaf pada kalian!"

   "Hm, enaknya Kwee Hin mendengus.

   "Tadi kau mau menangkap dan sewenang- kepadaku, taijin. Kalau tak ada teman temanku ini tentu kau akan memukulku dan entah apa lagi".

   "Baiklah, karna kau sudah berjanj besok biar lah Kita bertemu ligi. Kuharap hartawan itu mau meminta maaf atau kami akan meluruk kerumah nya, menghajarnya"

   "Tidak, jangan, Kwee Han. Ini wilayahku,ini daerahku. Aku bertanggung jawab atas keselamatan30 Dan keamanan setiap wargaku. Aku berjanji akan bertemu kalian besok bersama Cu-wangwe". Kwee Han membubarkan teman-temannya Kemarahan kaum nelayan dapat diatasi. Kwee Han memang pemimpinnya dan para nelayan patuh. Janji Lie-taijin dipegang. Dan ketika Kwee Han pergi dan Lie - taijin bingung oleh masalah yang gawat ini maka buru-buru dia mencari hartawan dan ketemu, tentu saja tahu kira-kira hartawan itu bersembunyi. Mereka bersahabat dan tahu sama tahu, utusannya tadii berpura-pura dan tentu saja Lie-taijin harus menyelamatkan hartawan itu. Secara cerdik dan licik dia melindungi hartawan ini. Dan ketika mereka bertemu dan Lie-taljin meminta pendapat wajah Cu-wangwe menyemprot nya !! "Taijin, kau kurang berwibawa. Kalau aku melaporkan ini pada kakak misanku menteri Khek tentu kau dipecat! Mana itu bantuanmu kepadaku? Mana itu kekuasaanmu yang tak berdaya menghadapi nelayan- nelayan hina? Apakah kau minta aku melapor ke saudaraku di istana , agar kau di ganti"

   "Ah-ah, sabar dulu...., nanti dulu!"

   Pembesar ini gugup.

   "Aku telah menyelamatkanmu. wangwe. Aku telah melindungimu! Siapa bilang aku tak memberi bantuan padamu.Kalau utusanku benar-benar menemuimu tentu kau sudah dihadapkan nelayan- nelayan itu, wangwe, dan kita berdua tentu celaka!"31

   "Hmm, sekarang apa maumu? Kenapa kau ke sini?"

   Mata hartawan itu bersinar-Sinar, marah.

   "Aku datang untuk meminta pendapat mu ....wangwe. Bagaimana sebaiknya menghadapi Kwee Han dan kawan kawan nya itu.itu"

   "

   Aku benci mereka "Aku juga. Aku minta agar bocah she Kwee itu disingkirkan. Bunuh atau tangkap dia!"

   "Tapi teman-temannya melindungi, urusan ini terlanjur menjadi urusan terbuka. Mana mungkin aku melakukan itu? Tidak, ini berbahaya wangwe. Mereka tentu tahu kalau Kwee Han ditangkap atau dibunuh. Mereka bisa mengamuk dan kita semua mnjadi sasaran!"

   "Lalu apakah aku harus dihadapkan mereka, Kau menghendaki tikus-tikus busuk itu merajam dan menghukum aku?"

   "Tidak, tidak... bukan begitu. Tapi aku ingin agar semuanya berjalan baik dan aku mau pun kau selamat. Mereka memang menghendaki kau ke sana, wangwe, meminta maaf dan merobah caramu selama ini. Bocah she Kwee itu menekan aku agar dapat membawamu besok pagi!"

   "Lalu apa jawabmu?"

   "Aku mengiyakan, aku....berjanji untuk membawaku ke sana?"

   "Kau berani bicara bodoh! Kau pembesar tengik, taijin. Kalau aku melapor ini pada kakak misanku32 tentu kedudukanmu sudah dicopot! Ku mengiyakan mereka perlu di depan mereka? Jahanam, kau sahabat tak tahu budi, Lie-taijin. Lihat dan ingat atas jasa siapa selama ini kau hidup mulia! Siapa yang membuatmu semakin kaya dan berperut gendut...brakk!"

   Dan Cu- wangwe yang marah menggeprak-gebrak meja tiba tiba sudah memotong pembicaraan pembesar ilu dan berani memakinya tengik segala, kata-kala yang lain mungkn meluncur begitu saja kalau memang tak ada "apa apa"

   Di antara pembesar ini dengan hartawan itu.

   Saling menunjang dan untung-menguntungkan kedua pihak.

   Dengan, tentu saja, pinak Cu wangwe lah yang Iebih untung, lebih berkuasa.

   Hartawan itu sering menyogok dan memberi banyak hadiah pada pembesar ini agar Lie-taijn diam, tak banyak memberi aksi atas semua sepak terjangnya selama ini.

   Tindasannya terhadap kaum buruh.

   tindakan tak terpuji yang tentu saja menciptakan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin.

   Lie-taiin sesungguhnya tahu itu semua tapi sengaja bungkam.

   "dibungkam"

   Oleh hartawan itu dengan hadiah dan macam-macam ksenangn lain lagi.

   ltulah sebabnya kenapa hartawan ini berani membentak.bentak segala pembesar itu, bahkan memakinya sebagai pembesar tengik.

   satu sikap dan kata kata yang tdak menghargai aparatur negara.

   Lie- tai lebih kehilangan kewibawaan dan harga diri.

   Dia tertegun dan Cu-wangwe terus melototinya "di beli"

   Hartawan itu. Dan ketika Cu33 wangwe me-makinya akhirnya pembesar ini dengan gemetar mengeluarkan suara.

   "Wangwe, sabar dulu, Aku tahu bahwa kau kerabat menteri Khek, bahwa kau dapat melepaskan kedudukan dari tempat yang sekarang ini. Tapi betapapun aku juga perlu menyelamatkan diri, wangwe. Kalau aku tidak berjanji begitu tentu tikus tikus hina itu akan menggantungku dan mungkin membunuhku. ..."

   "Aku tak perduli! Lebih baik begitu daripada kau ke sini melapor kentut busuk!"

   "Ah...!"

   Lie-taijin terbelalak, harkt dan kewibawaannya sebagai pembesar benar-benar terinjak-injak.

   "Kau dengarkan kata kataku dulu wangwe. Aku menipu dan sengaja mnjebak mereka. Aku sebenarnya bohong kalau menyatakan akan membawamu ke sana!' "Hm, apa ini? Apa maksudmu?"

   "Begini, wangwe."

   Pembesar itu berkeringat "Aku sesungguhnya tak bermaksud membawamu ke sana dalam arti yang benar.

   Aku membohongi mereka, aku menipu mereka.

   Tapi karena aku telah berjanji dan tentu saja harus menyelamatkan diriku pula maka kita atur bagaimana baiknya agar mereka tak memburu- buru lagi dan kau pun selamat.

   Aku ingin minta pendapatmu bagaimana sebaiknya urusan ini diselesaikan.

   Bagaimana supaya mereka reda dan kita semua aman"34

   "Kalau aku sbaiknya pemuda she Kwee itu ditangkap dan diburu dengan alasan memberontak dan membalas."

   "Berbahaya, wangwe. Buruh nelayan tentu Jadi bagaimana maumu?"

   Hartawan ini mengerutkan kening.

   "Bukankah kau minta pendapatku?"

   "Benar, tapi yang kuminta adalah kedua pihak sama-sama tak dirugikan, wangwe. Karena kalau caramu itu dilaksanakan tentu Ming-ciang akan menjadi gempar dan nelayan nelayan itu mengamuk. Aku kurang sependapat. Bagaimana kalau, hm... maaf, kau pergi saja dari sini, wang we, pindah dan berusaha di lain tempat?"

   "Kau mengusirku?"

   "Maaf, bukan begitu, wangwe. Tapi demi semata keselamatan kita bersama."

   "Tidak, aku tak sudi! Itu sama dengan memenangkan nelayan-nelayan busuk itu.heh, kau mulai melantur tak keruan, taijin. Kalau kau tak dapat membereskan ini biarlah aku meminta bantuan saudaraku dan kau saja yang pindah!"

   Lie-taijin pucat.

   Pmbesar ini memang berada di persimpangan jalan yang rumit, Cu-wangwe lalu mengata-ngatainya dengan kata2 tak pantas lagi.

   Bahwa dia tak mau pergi dan justeru pembesar itulah yang pergi.

   Cu wangwe telah merasa sebagai raja di situ.

   Dan karena tak ada kesepakatan di antara mereka35 sementara Cu wangwe bersikap mau menangnya sendiri saja akhirnya waktu pun habis dan hari itu Lie-taijin cuma-cuma mengeluarkan omongan, tak dapat membujuk dan bahkan didamprat.

   Kini hartawan itu terang terangan menyatakan akan "memecat"

   Pembesar itu melalui saudaranya yang berpengaruh, menteri khek. Dan karena hartawan ini memang mempunyai "backing"

   Dan backing itu juga tidak main- main akhirnya dengan gemetar dan bingung serta tak keruan pembesar ini bangkit berdri.

   "Wangwe,"

   Begitu katanya memelas.

   "Aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan, tapi aku tlah berusaha sekuat tenagaku. Kalau kau berkeras dengan tekadmu dan tak mau pergi maka besok Kwee Han dan teman-temannya itu akan datang ke sini dan menyeretmu dengan paksa Aku tak berdaya, terserah kau mau bikin apa"

   Cu-wangwe terkejut.

   "Bukankah kau memiliki pengawal?"

   "Ya, dan kau juga memiliki tukang pukul wangwe. Tapi apa artinya dibanding ratusan buruh nelayan yang ada di sini? Bukankah Ming ciang dipenuhi buruh-buruh nelayan? Kau telah menetapkan keputusan.mu, wanggwe, dan aku tak dapat berbuat apa-apa. Maaf .."

   Pembesar itu pergi, lunglai dan cemas karena besok pagi nelayan tentu menuntut.

   Benar saja, keesokannya,36 Kwee Han dan tman temannya itu datang.

   Jumlahnya semakin banyak karena anak isteri mereka pun kut.

   Bukan main.

   Ini benar benar gerakan massal dari rakyat kecil yang ingin menyatakan ketidakpuasannya.

   Dan ketika pembesar itu menyatakan kegagalannya dan minta maaf atas nma pribadi maka teriakan marah dan riuh terdengar di sana sini.

   "Tentu dia telah melindungi hartawan itu,agar percaya dan mengelabuhi kami!"

   "pembesar ini Bohong, Lie - taijin berkomplot. Semalam".

   "Benar, kau dusta, taijin. Kau tak dapat dipercaya."

   "Seret saja hartawan it, bekuk bersama"

   Dan ketika teriakan dan suara ramai mencaci dan tak mempercayai pembesar itu maka Lie taijin beringsut dan minta pengawalnya melindungi, melihat kaum nelayan bergerak dan mau menyerangnya.

   Ini berbahaya.

   Tapi Kwee Han yang mengangkat tangannya dan cept berseru tiba-tiba mengeluarkan suara lantang.

   "Kawan-kawan, tenang. Kemarin kita telah berjanji untuk tidak mengganggu Lie-taijin. Dia bukanlah musuh kita, musuh kita adalah Cu-wanggwe. Dan karena hartawan itu tak mau datang dan kita harus menghajarnya maka marilah ke sana dan tangkap serta tmui si penindas itu dan ikat hartawan itu!"37

   "Betul, kita ke sana, Kwee Hun. Tangkap "

   "Ya, dan bakar pula gedungnya kalau tak ada di rumah. Jangan - jangan dia bersembunyi dan sudah melarikan dri!"

   Begitulah, Kwee Han mengangguk.

   Gerakan ini terlanjur menjadi "perang terbuka".

   Da sendiri telah merasakan kesewenang-wenangan hartawan itu dengan coba mempengaruhi Lie tajin untuk menangkap dan mungkin membunuhnya.

   Hartawan itu patut dihajar dan diberi pelajaran, kesombongan dan kesewnangan hartawan itu perlu disambut keras.

   Dan karena Lie taijin gagal membawa hartawan itu dan Kwee Han minta teman-temannya untuk mendatangi dan menangkap hartawan itu sendiri akhirnya jadilah gerakan kaum buruh ini menjadi gerakan ganas yang siap membekuk hartawan itu.

   Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sakit hati dan kebencian yang sudah lama dipendam-pendam bangkit "demonstran"

   Ini ada sebabnya kau pejuang.

   Begitu semangat dan penuh keberanian mereka.

   Kwee Han telah membangkitkan semangat mereka.

   Dan ketika mereka bergerak dan meninggalkan gedung itu menuju ke tempat hartawan she Cu,maka di tengah jalan, sambil bersorak dan mengeluarkan teriakan gaduh mereka berhasil menarik orang - orang yang simpatik terhadap gerakan ini, nimbrung dan jumlah mereka semakin banyak.

   Hal ini menggegerkan Ming-ciang.mereka bergerak ke rumah Cu-wangwe.38 Tapi ketika mereka tiba d sana dan Cu wangwe siap diseret ternyata puluhan tukang pukul menyambut, menghalang-halangi.

   Tak ayal, kerusuhan terjadi lagi.

   Gerakan massa yang sudah emosi ini langsung meluruk.

   Ratusan buruh nelayan menghambur dan melempar tukang tukang pukul itu.

   menyerbu.

   Datang pengawal kot yang coba memadamkan kerusuhan itu.

   disambut dan bahkan dicaci-maki kaum nelayan.

   Terjad perkelahian dan terjadilah semacam perang kecil Dan karena jumlah mereka kalah banyak dan kaum nelayan menjadi beringas dan bersorak menyerbu maka perkelahian tak imbang terjadi .

   Lie taijin diam diam menyuruh orang-orangnya bergrak, tak mampu akhirnya kalah.

   Dan begitu kaum nelayan menyerang dan tukang tukang pukul Cu-wangwe pun mawut diserbu orang-orang kecil akhirnya bendungan mereka jadi jebol dan rumah Cu-wangwe dimasuki.

   Dengan pekik dan sorak seakan perajurit menang perang mereka mencari hartawan itu, mengobrak- abrik rumahnya, rusak dan hancur oleh kemarahan buruh nelayan ini Dan ketika Cu wangwe tak diketemukan dan hartawan itu rupanya sudah melarikan diri maka rumah atau tempat tinggal hartawan itu dibakar.

   "Bakar rumahnya! Hancurkan segala isinya"

   Kekejaman kasar dampak di sini.

   Buruh nelayan itu tak dapat dicegah lagi menumpahkan segala kemarahannya kepada rumah Cu wwangw.

   Apa yang39 tampak disambar dan dibakar, meja kursi dibanting Dan ketika tak lama kemudian api telah berkobar di tempat itu maka jago merah mengamuk dan ganti melaksanakan tugasnya menggantikan amukan buruh nelayan itu.

   Kwee Han bersinar sinar.

   Dia sengaja membiarkan teman-temannya bertindak brutal, emosi dan hawa amarah memang perlu disalurkan.

   saat itu.

   Juga untuk nemberi pelajaran bagi juragan-juragan kaya yang lain agar mereka tak sewenang wenang.

   Dan ketika hari itu rumah Cu wangwe dibakar dan segala isinya dirusak binasakan maka Ming-ciang yang biasanya tenang dan aman mendadak menjadi kota rusuh yang tidak bersahabat.

   Nama Kwee Han mencuat tinggi.

   Pemuda itu adalah pemimpin kerusuhan.

   Kaum nelayan benar- benar mendukung dan berdiri di belakang pemuda ini.

   Dan ketika seminggu kmudian rumah Cu-wangwe rata dengan tanah dan hartawan itu ternyata melarikan .diri ke kota raja maka sepasukan baju hitam datang ke kota sungai itu, menghadap Lie taijin dan entah ana yang dibicarakan.

   Orang tak tahu karena pembicaraan berlangsung dalam pintu tertutup.

   mungkin percakapan rahasia di sana.

   Dan ketika seminggu Ini berjalan dengan tegang dan Kwee Han tetap di tengah-tengah kerumunan temen - temennya maka orang mendengar Lie taijin dicambuk dan ke kedudukan lie taijin didepak,40 orang tak tahu beritanya diganti orang lain, pembesar Liem.

   Entah kenaoa pembesar itu diganti Namun setelah suasana agak tenang tiba -tiba Kwee Han di-panggil disuruh menghadap pembesar baru ini "Kami ingin meminta pertanggung jawaban pemuda itu.

   Suruh dia ke mari."

   Kwee Han dicari, dilindungi teman-temannya dan tentu saja pemuda itu tak dibiarkan sendiri menghadap si pembesar baru.

   Di sana Kwee Han dicecar, istilah halusnya diarabkan.

   Dan ketika Liem taijin, pembesar baru itu meminta pertanggungjawaban Kwee Han maka pemuda ini membalas.

   "Pertanggungjawaban aoa, taijin? Yang memulai semua ini bukanlah aku, melainkan hartawan she Cu itu. Kalau kan mau meminta pertanggungjawaban maka hartawan itulah yang kau tuntut, bukan aku!"

   "Tapi kau telah membuat onar, teman- temanmu membakar dan merusakhinasakan rumah hartawan itu,"

   "Benar, karena hartawan ini telah menyakiti kami, taijin. Kalau tak ada kebencian atau kemarahan di hati kami tentu kami semua lak akan melakukannya."

   "Jadi kau mau lepas tanggung jawab?'"

   "Taijin."

   Kwee Han menjadi marah.

   "Kau bukanlah hakim di sini. kau hanya kepala daerah. Kalau kau ingin menghakim dan memrksa aku maka hartawan she Cu itu juga harus kau ajukan dan41 tuntut di sini. Aku mau diadili asal Cu wangwe itupun kauadili, boleh kau mengadu kami dan lihat siapa yang benar siapa yang salah."

   "Tapi kau dan teman temanmu main hakim sendiri.!"

   "Siapa bilang? Kwee Hai memotong.

   "Yang main hakim adalah Cu wangwe dan teman-temannya itu, taijin. Dia mencekik dan membuat kelaparan seluruh nelayan di sini. Kalau dia mau datang baik-baik dan menemui kami tentu semuanya itu tak bakal terjadi. Cu- wangwe mengandalkan kekayaannya. Dia sewenang- wenang dan semena - mena terhadap rakyat kecil tentu rakyat pun tak akan mengganggunya dan kami dapat hidup dengan pantas!. Liem-tajin, pembesar baru itu melotot. Sebagai orang yang baru ditugaskan atasan dn duduk di situ tentu saja dia ingin membuat sesuatu Artinya, ingin berbuat sesuatu agar konduitenya naik, dengan begtu dia mendapat nama dan penghargaan. Tapi melihat ketegaran Kwee Han dan kawan kawannya yang ada di belakang tampak melindungi dan siap bergerak kalau dia mengganggu pemuda itu akhirnya pembesar ini, yang tentu saja telah mendengar semua masalah dan coba menyudutkan Kwee Han tiba-tiba membelokkan percakapan.

   "Baik, kami akan menuntut Cu-wangwe pula, Kwee Han. Tapi sekarang coba sebutkan kenapa kau membabat hutan dan menyuruh teman temanmu memiliki tanab itu. Kau melanggar undang undang, hutan dan seisinya itu adalab milik42 kaisar. Kau dan teman temanmu dapat dijatuhi tuduban merampok.

   "Hm."

   Kwee Han terkejut.

   "Kami melakukan itu semua demi menyelamatkan diri sendri, taijin. Kalau kami tidak membabat hutan dan bertani tentu kami kelaparan karena kami tk dihi- dupi lagi oleh Cu wangwe sebagai nelayan"

   "Tapi lau tak meminta ijin. Kau membabat hutan seenak perutmu sendiri !"

   "baiklah, kalau begitu taijin dapat memberi pengganti!"

   Pemtesar ini melengak.

   "Pengganti apa? "Berikan kehidupan yang lain pada teman temanku ini, taijin. Dan hutan itu akan kami kembalikan!"

   "Keparat!"

   Pembesar ini marah marah.

   "Kehidupan kalian adalah masalah kalian sendiri Kwee Han. Aku tak ada sangkut pautnya dengan itu!"

   "Kalau begitu apa hubungannya taijin d sini? Bukankah kau kepala daerah yang ingin memimpin dan mengurus rakyatmu? Kalau kau bilang itu urusan kami sendiri maka kedudukan dan keberadaan di sini percuma, taijin. Kau bukan kepala daerah yang baik karena membiarkan dan acuh saja terhadap masalah kehidupan rakyatmu!"

   Pembesar ini terbelalak. Kwee han lalu menyerangnya dengan kata-kata gencar lagi, bahwa sebagai "bapak"

   Yang baik tak seharusnya pembesar itu43 bicara seperti itu.

   Nasib atau kehidupan rakyat di situ haruslah menjadi pikirannya, meskipun tak sepenuhnya Tak bisa pembesar itu mengacuhkan penduduk Ming- ciang dalam kedudukannya sebagai kepala daerah.

   Kwee Han memberi contoh dirnya sendri, lihat dia itu, betapa ia berusaha dan berjuang memberi makan minum teman temannya.

   Pembesar ini tersudut dan tak dapat menjawab.

   Dan ketika Kwee Han membuat pembesar itu marah dan naik pita tiba tiba Liem-taijin mengusir pemuda ini dan mengancam hukuman berkut, bahwa bagaimanapun Kwee Han tak dapat lepas dari tanggung jawab.

   Semua keggeran dan kekacauan di kota itu itu Kwee Hanlah biang keladiny.

   Kini Liem-taijin menitik beratkan persoalan pada masalah pembabatan hutan, licik pembesar itu, dengan begini Cu-wangwe jadi tak disebut sebut dan Kwee Han dipojokkan dan nama kaisar dibawa-bawa dan Kwee Han tentu saja repot.

   Dia lupa bahwa pada masa itu negara dan seisinya adalah milik kaisar.

   Tanpa kaisar rakyat menjadi tak berguna, ituah kealpaan Kwee Han.

   Dan ketika Kwee Han dipojokkan dan masalah Cu- wangwe digeser menjadi masalah "perampokan"

   Htan maka Kwee Han akhirnya ditangkap dan berurusan dengan pemerintahan pusat, kota raja, beberapa hari kemudian! "Kami skarang bkan bicara masalah Cu Wangwe.

   Masalah itu akan diselesaikan di lain kesempatan.

   Kami datang untuk membicarakan44 masalah hutan; bahwa Kwee Han telah mengajak teman-temannya merampok milik kaisar dan biar kepada kaisar pemuda itu kami hadapkan.

   Kalian kaum nelayan tunggu di sini dan jangan melawan!"

   Buruh kecil itu tertegun.

   Disebut sebutnya nama kaisar membuat mereka gentar, pengaruh dan kewibawaan kaisar memang hebat.

   Rakyat kecil akan dianggap pemberontak kalau berani melawan kaisar.

   Terpaksa, mereka membiarkan Kwee Han dibawa ke kota raja karena Kwee Han dituduh merampok hutan.

   Ini tuduhan berat, hutan dan seisinya adalah milik kaisar.

   Dan ketika Kwee Han coba bertanya bagaimana nasib teman-temannya kalau hutan yang sudah dibabat itu tak boleh dikerjakan lagi maka Liem-taijin menjawab.

   "Aku memenuhi tuntutanmu, aku memikirkan nasib mereka. Mereka akan kupekerjakan seperti dulu dan menangkap ikan lagi".

   "Tapi tak ada Cu-wangwe.. .."

   "Pemilik perahu yang lain telah kuajak bicara, Kwee Han. Mereka sanggup dan mau menampung teman-temanmu ini. Mereka akan menambah perahu dan teman temanmu dapat bekerja lagi!"

   "Dengan bagi hasil macam apa?'"

   "Separuh?"

   "Separuh, kwee Han, Sesuai kembali seperti dulu!"

   Kwee Han tertgun.

   Liem taijin telah berseru pada nelayan nelayan yang ada di situ bahwa mereka45 dapat bekerja lagi, bahwa mulai detik itu para pemilik perahu akan menampung dan mempekerjakan mereka.

   Pembagian kembali adil, satu banding satu.

   Para nelayan tentu saja bersorak dan gembira.

   Itu Rejeki mereka! Kwee Han tiba-tiba saja terlupa dan kegembiraan meluap membuat para nelayan ini lupa diri.

   Pemilik perahu berkata bahwa biang keladi kini tak ada, Cu-wang we telah pergi dan kini juragan perahu itu tak perlu lagi bersaing harga seperti dulu, ketika Cu - Wangwe ada.

   Dan karena janji serta ajakan itu memang manis memikat dan kaum buruh, yang sebagian besar berpikiran sederhana dan mendekat bodoh itu menerima maka Kwee Han dibawa ke kota raja dan hanya satu dua saja, yang mengkhawatirkan nasib pemuda itu.

   "Sudahlah, kalian sudah mendapatkan perbaikan nasib. Aku gembira dan ikut senang. Tak perlu kalian cemas dan biar aku mempertanggung Jawabkan perbuatanku di muka kaisar "

   Kwee Han berangkat. Liem taijin cerdik dan licin, dia rupanya memang lebih "siluman"

   Ketimbang pendahulunya.

   Perigikut Kwee Han berhasil direbut simpatinya 'dengan janji dan kata-kata manis.

   Sementara itu memang pemil!k perahu menerima ratusan nelayan ini dengan pekerjaan baru, pembagian dibual satu bagi satu, jadi Seperti dulu.

   Mula-mula memang berjalan lancar dan menggembirakan, Tapi ketika Kwee han tak kmbali dan46 para pemilik perahu diam-diam mengadakan kasak kusuk maka beberapa bulan kemudian, di saat iblis dan siluman menyatakan ketidakpuasannya maka ganti pemilik perahu yang bekoar.

   "sialan, keuntunganku menipis,Dulu waktu satu dibanding sepuluh aku bisa bersenang senang dengan sebelas selir' Tapi setlah sekarang perbandingan menjadi sam dan kebutuhan selirku tak dapat kupenuhi semuanya tiba-tiba empat di antara mereka minggat dan lari entah ke mana"

   "Benar, aku juga begitu, Cit-wangwe, Dulu aku mampu setiap minggu pulang balk ke kota raja menikmati hiburan-hiburan mahal. Sekarang sebulan sekali belum tentu dan cukup dengan hiburan biasa di rumah Ang-hwa!"

   Ang-hwa, sebuah rumah pelacuran menjadi pembicaraan.

   Juragan - juragan perahu yang hari itu berkumpul mulai membicarakan penghasilan mereka yang mersot tajam, tentu saja begitu karena diukur atau dibandingkan dengan pembagian seperti dulu, waktu satu banding sepuluh.

   Lupa merka itu bahwa perbandingan yang menyolok itu justeru membuat buruh nelayan mogok dan akhirnya terjadi geger dan sebulan dua bulan mereka tak bekerja, perahu perahu menjadi nganggur dan juragan juragan ini gigit jari.

   Mereka tak memikirkan itu dan kini membicarakan kesenangannya sendiri dan enaknya sendiri.

   Dan ketika yang lain-lain juga menyokong dan mendukung pendapatnya itu bahwa pendapatan47 mereka jatun merosot dan banyak dantaranya yang kehilangan selir atau kesenangan-kesenangan lain yang sifatnya amat individualistis maka beberpa hari kemudian, setelah Kwee Han tak ada di situ bagi hasil pun mulai "diprmainkan", ulah dari setan atau iblis yang tamak akan harta.

   "Kami tak dapat bekerja lagi. Keuntungan merosot tajam,bagaimana kalau bagi hasil satu banding dua"

   "Ah, kam tak dapat menerima, wangwe. Anak istri kami tak dapat makan dan tentu kelaparan"

   "Tapi dulu satu banding sepuluh kalian mampu,masa sekarang satu banding dua tak bisa!"

   "jadi bagaimana maksud wangwe?"

   "Aku ingin mengembangkan usahaku, anak anak yang baik. Dan bagi hasil harus dirobah atau aku tak menyewakan perahuku lagi dan biar aku , berhenti bekerja"

   Buruh nelayan terkejut. Kalau juragan sudah mengancam begitu tentu saja mereka kalah. Sekarang suasananya lain, Kwee Han tak ada disitu lagi dan mereka tak dapat membabat hutan. Kalau juragan menghentikan sewa perahunya dan "mogok"

   Tak menerima mereka tentu mereka kelabakan. Buruh tak akan menang kalau "diadu"

   Dengan juragan. Juragan bisa hidup beberapa bulan atau tahun dengan sisa kekayaannya sementara mereka pasti mati "tercekik"

   Saat itu juga.

   itulah kelemahan mereka.

   Dan karena48 kaum juragan ini sudah kompak dan juragan sini maupun juragan disana juga sama-sama meminta bagi hasil berubah akhirnya, apa boleh buat, para nelayan,Mereka orang kecil.

   Bagi hasil satu banding dua masih tak merugikan mereka, bahkan dulu satu banding sepuluh juga mereka masih dapat hidup, meskipun hidup dengan mawut, tentu saja.

   Dan karena ancaman mogok majikan ini dan terjadi di serentak dan sungguh langka melihat kejadian macam ini maka sebagaimana biasa pihak yang lemah terpaksa mengalah dan mau menerima, bekerja dengan bagi hasil yang mulai berubah dan "keadilan"

   Dulu itu ternyata hangat-hangat tahi ayam.

   Apa yang dijanjikan Liem-taijin sang kepala daerah baru tak berjalan lama, mereka tak thu bahwa itu sebenarnya memang,sudah diatur jauh hari sebelumnya, yakni siasat yang disebut "mendinginkan ular memanaskan kepiting".

   Mendinginkan dulu kaum nelayan itu baru kemudian "menggebuk"

   Lagi stelah kuat.

   orang kecil tentu saja tak tahu permainan orang orang pintar ini.

   Dan ketika ular yang dulu mengamuk itu sudah berhasil dijinakkan dan kini kepiting dipanaskan untuk menjpit atau menggigit mereka secara perlahan-lahan maka, tak lama kemudian.

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
ketidakadilan seperti dulu muncul.

   Kwee Han, si kuat, telah tak ada.

   Para juragan mulai main gila lagi.

   Mereka merubah lagi siasat bagi hasil Satu banding tiga......

   satu banding empat dan akhirnya satu banding tujuh.

   Di sini keributan mulai terjadi.

   Para nelayan mau49 berontak tapi Liem-taijin buru-buru menengahi.

   Dengan sigap pembesar itu mengumpulkan pemilik-pemilik perahu ini, dan ketika mereka bertemu dan langsung diadakan "rapat"

   Maka pembesar ini berkata.

   "Kita tak boleh menimbulkan kekacauan seperti dulu. Betapapun bagi hasil sekarang ini lebih dari cukup bagi kita. Karena itu agar ketenteraman dan keamanan, kota tetap berjalan baik biarlah bagi hasil berhenti di sini dan jangan ditambah. Mereka toh akan tetap miskin, kita tetap dapat menguasai mereka dan tak prlu menciptakan kerusuhan baru. Lebih baik begini daripada satu banding sepuluh tapi mereka berhenti bekerja!"

   Begitulah, pembesar ini berhasil membri pengarahan.

   Ketamakan kaum majikan direm, semuanya sadar.

   Dan karena apa yang dikatakan pembesar itu benar dan mereka sudah jauh dari pada cukup menikmati harta dan kesenangan maka sampai di sini bagi hasil tak dirobah lagi.

   Kaum nelayan lega Keputusan yang diambil pembesar itu dianggap sbagai kebijaksanaan atau pertolongan besar, tentu saja Liem taijin mendapat pujian.

   Kepala daerah itu mendapat simpatik.

   Tak ada yang tabu bahwa sebenarnya, d balik "pertolongan"

   Itu, Lim-taijin sebenarnya menyelamatkan diri sendiri, bukan buruh-buruh kecil itu.

   Karena di balik layar, tanpa diketahui orang banyak, diam-diam pembesar ini juga memiliki seratus perahu yang diatas namakan juragan lain.

   Begitulah.

   Alhasil50 pembesar ini menyelamatkan harta benda dan kedudukannya hingga atasan di kota raja pun dikelabuhi.

   Licin! Bagaimana dengan Kwee Han? Ada kejutan.

   Waktu itu, ktka Kwee Han dibawa pemuda ini langsung dihadapkan kaisar, begitu katanya.

   Tapi ketika pemuda itu tiba di kota raja dan para pengawal menurunkannya dari atas kuda ternyata Kwee Han dibawa ke menteri Khek dan di situ menteri itu sudah menunggu, berikut Cu wangwe! "Nh, inilah, Jin-ko.

   Kwee Han yang kuceitakan itu.

   Si pengacau!"

   Cu wangwe menyambut, mendahului, marah dan turun dari undak-undakan batu dan Kwee Han terkejut.

   Dia memandang si pengawal yang sudah mundur, berhadapan dengan Cu wangwe dan seorang laki-laki lain yang berpakaian gemerlapan, angkuh dan tidak bersahabat dan Kwee Han sudah melihat senyum yang dingin itu.

   Perjumpaan yang tidak disangka.

   Dan ketika Cu-wangwe marah-marah dan laki-laki berpakaian gemerlapan itu sinis memandang Kwee Han maka Kwee Han bertanya di mna sesungguhnya dia berada, terbelalak melihat adanya Cu-wangwe yang ada di situ, yang rumah serta segala isinya sudah dibkar.

   "Kau brada di gedung menteri Khek, ayo cepat beri hormat dan berlutut! Cu-wangwe membentak, memukul pemuda itu namun Kwee Han menangkis. Dengan marah tak mau ia dihina, pengawal maju dan kini pemuda itu ditodorg tombak, Kwee Han dipaksa51 berlutut. Dan ketika Khek taijin, menteri itu, turun dari anak tangga dan mendengus melihat Kwee Han keluarlah kata-katanya yang tidak ramah.

   "Jadi kau yang bernama Kwee Han? Kau yang membakar dan merusak rumah saudaraku di Ming- ciang?"

   "Benar, tapi bukan aku yang melakukannya, taijin. Melainkan teman-temanku yang tidak puas atas sepak terjang hartawan ini."

   "Tutup mulutmu, kita selesaikan di dalam!"

   Khek-taijin yang marah membentak pemuda itu lalu memberi tanda dan lima pengawal menyeret Kwee Han masuk, naik dan akhirnya lenyap di gedung indah itu.

   Kwee Han tergetar namun tidak takut, hebat pemuda ini.

   Dan ketika dia di dalam dan lima pengawal siap "mempermaknya"

   Sesuai kehendak majukan maka di sini Khek-taijin menyuruh ikat pemuda itu.

   "Tidak, aku tak bersalah. Ak tak mau diikat!"

   Kwee Han memberontak, gagah dan tegak d depan pembesar itu dan Khek taijin tertegun.

   Dia sebenarnya heran melihat betapa sedikit pun pemuda ini tak takut sejak bertemu pertama kalinya, dia terbelalak.

   Tapi karena lima pengawal ada di situ dan Kwee Han tak mungkin lari akhirnya menteri ini memulai pembicaraannya, sebuah tuntutan dingin.

   "Bocah she Kwee, kau mengetahui kesalahanmu tidak Kau siap mengaku dosa atau tidak?"52

   "Apa yang kulakukan?"

   Kwee Han menantang.

   "Aku tak mengganggumu atau merugikanm, taijin. Bahkan baru ini kita bertemu!"

   "Benar, tapi kau menghancurkan hidup Cu wangwe, kau mengobrak abrik rumahnya dan membakar isinya. Apa yang mau kau katakan tentang ini?"

   "Hm,"

   Kwee Han membusungkan dada.

   "Ada akibat tentu ada sebab, taijin. Sebaiknya kau tanya dulu saudaramu itu kenapa semuanya itu terjadi. Dia sewenang-wenang terhadap buruhnya, menindas dan membuat mereka kelaparan. Dan karena tindakannya sudah di luar batas dan kami tak tahan maka dia menerima hukuman dan rumahnya dibakar. Mungkin, kalau dia tidak melarikan diri tentu tubuhnya yang dibakar, direbus hidup hidup!"

   "Lancang!"

   Menteri itu marah.

   "Kau orang kecil tak tahu adat, bocah she Kwee. Sudah memasuki mulut harimau masih juga pentang bacot, Tahukah kau dengan siapa ksu brhadapan? Tahukah kau hukuman apa yang bakal kauterima?"

   "Orang tak bersalah tak mungkin dihukum, Taijin. Aku tahu dengan siapa berhadapan tapi aku tidak takut!"

   "plak!"

   Cu - wangwe menampar "kau ku-rang ajar, bocah she kwee.

   Kau tak tahu adat dan minta dihunuh.

   Baiklah, biar Khek Taijin meminta pengawal menguliti tubuhmu! dan marah memandang53 saudaranya hartawan ini berkata.

   ndanya tinggi, Jin-ko, pemuda macam ini tak perlu diajak bicara lagi.

   Ambil, pisau dan sayat tubuhnya.

   Hukum picis dia!"

   "Hmm.. ! Kwee Han bangkit berdiri. terhuyung menerima tamparan itu.

   "Siapa berani, mengganggu diriku? Kau dan pengawal? Lihat, aku ingin tahu seberapa jauh kalian akan menggangguku, wangwe. Lihat apa yang kubawa dan siapa yang berani kurang ajar....klap !"

   Secercah sinar memancar, muncul dari tangan Kwee Han dan Cu-wangwe serta pengawal tertegun.

   Mereka melhat sebuah cincin gemerlapan di tangan pemuda itu, cincin emas dengan mata berlian, mencorong dan berkilauan bagai bintang kejora.

   Hebat benda itu, sekali lihat orang pasti akan tahu bahwa cincin, ini bukanlah benda sembarang benda, jelas mahal dan merupakan mustika dunia.

   Cu-wangwe terbelalak dan melotot, kaget dan heran, melihat benda itu hanya sebagai benda tapi Khek-taijin tiba tiba berseru tertahan, mundur dan tba-tiba menjatuhkan diri berlutut.

   Dan ketika Cu-wangwe dan lima pengawal tak mengerti apa yang dihawa pemuda itu maka Khek taijin sudah gemetar dan berkata terbata-bata.

   "Kami tak tahu kau membawa benda ini. Hormat dan selamat datang untuk sahabat sri baginda...!"

   Dan, membentak menyuruh pengawalnya dan Cu-wangwe berlutut menteri itu berseru.

   "Cu Pa, mohon ampun kepada Kwee-kongcu!"54 Cu-wangwe terkejut. la kaget melihat perobahan dratis,itu, mendengar bentakan saudaranya dan kedipan penuh rahasia, tentu saja tersentak dan tak mengerti. Tapi karena kakaknya bersungguh-sungguh dengan muka yang pucat serta tubuh yang menggigil itu jelas tidak main- main akhirnya dengan gugup dan bingung hartawan ini meminta ampun, tanpa mengerti ampunan untuk apa.

   "Kwee Han, ampunkan aku. Maaf.....!"

   "Ah, bodoh. Sebut Kwee-kongcu, Pa-te (adik Pa). Dia, adalah tamu agung dan mulia di sini. Uiangi sebutanmu dan kembali meminta ampun yang benar!"

   Hartawan she Cu itu jadi semakin mengkeret.

   Melihat ketakutan kakaknya itu tiba-tiba dia juga menjadi cemas, takut.

   Dia kini mengulang perkataannya dengan betul, menyebut Kwee Han dengan Kwee- kongcu (tuan muda Kwee ), satu sikap yang berbalik seratus delapanpuluh derajat dibanding tadi.

   Dan ketika lima pengawal Juga dibentak agar berlutut dan terheran heran serta tidak mngerti atas segala sikap Khek - taijin itu maka mereka diminta keluar dan menyuruh pelayan menyiapkan makan minum, jamuan besar-besaran.

   Lalu, bangkit dan menjura berulang-ulang dengan sikap luar biasa manisnya menteri ini menarik sebuah kursi, buru-buru mempersilahkan pemuda itu duduk, melayani sendiri pemuda ini seperti pesuruh.55

   "Kwee-kongcu, mari. silahkan duduk, kami tak tahu kau sahabat sri baginda. Maafkan dan ampuni semua kesalahan kami !"

   "Hm!"

   Kwee Han mengejek.

   "Kau berbalik sikap setelah melihat cincin ini, taijin? Mana itu kegarangan dan kesombonganm tadi?"

   "Kong u. Aku patut dimaki dan boleh kau tampar!"

   "Tidak, aku ingin membalas saudaramu ini. Coba kau tampar dia empat kali dan bersihkan bajuku!"

   Khek Taijin menghampiri saudaranya dan cpat melaksanakan perintah itu tiba tiba menampar adiknya empat kal pulang balik, membuat Cu wangwe terpelanting dan itu pun masih ditambah dengan maki- makian lagi.

   Menteri Khek memaki-maki saudaranya sebagai orang yang tak tahu diri, dan juga menghadiahi satu tendangan lagi dan baru menteri itu berhenti, Dan ketika Cu-wangwe melott dan mengeluh kesakitan maka menteri ini menghampiri Kwee Han dan....

   mengebut-ngebut membersihkan baju pmuda itu.

   "Maaf. sudah puas, kongcu? Apa masih perlu ditambah lagi?"

   Kwee Han tersenyum, tiba-tiba tertawa.

   "Aku sebenarnya ingin menghajarmu pula, taijin. Tapi karena kau belum membuat kesalahan berarti biarlah ku ampuni dirimu tapi suruh adikmu itu mencium kakiku!"

   Khek-taijin terkejut. Tapi mengangguk dan buru-buru menghampiri adiknya, Cu - wangwe, menteri56 ini berkata.

   "Pa-te, Kwee-kongcu masih ingin menghukummu. Ayo berlutut dan cium kakinya!"

   Cu-wangwe, hartawan yang tak mengerti dan penasaran itu pucat.

   Dibentak dan dihardik seperti ini tiba tiba dia tak berkutik, beringsut dan mendekati Kwee Han.

   Dan ketika dia berlutut dan menggigil mencium kaki pemuda it maka Kwee Han menendang hartawan ini, tepat mngenai mukanya.

   "Enyahlah, aku muak melihat mukamu, wangwe Pergi dan jangan temui aku lagi...dukk!"

   Dagu hartawan itu terangkat, Cu-wangwe terlempar dan Kwee Han telah membalas hinaannya.

   Kwee Han tiba- tiba mnjadi orang yang amat ditakuti di situ.

   Dan ketika pemuda ini menyuruh pergi dan hartawan itu beringsut bagai anjing melipat buntut maka Khek taijin tertawa dan sudah membawa pelayan yang berdatangan satu per satu.

   membawa makanan dan minuman dan segera meja besar di situ penuh dengan anka masakan lezat.

   Arak dan anggur tak lupa ketinggalan.

   inilah jamuan besar-besaran bagi Kwee Han Tapi ketika pelayan berseliweran dengan harum semerbak silih berganti meletakkan makanan dan minuman ternyata Kwee Han menolak, bangkit berdiri "Taijin, aku tak mau semuanya ini.

   Biarlah kau masukkan lagi dan aku pulang "

   "Eh-ah...."

   Pembesar it gugup. Aku ingin menghargaimu kongcu,juga ingin meminta maaf,kenapa engkau buru-buru?"57

   "Tidak, aku ingin kembali, taiji. Aku tak merasa lapar ataupun haus".

   "Tapi pelayan pelayanku sudah menyiapkan semua,"

   Pembesar it terbata.

   "Apakah kongcu tak kasihan pada mereka dan membiarkan segala hidangan ini tak tersentuh? Ah, jangan. kongcu. Demi mereka dan ucapan maafku biarlah kongcu duduk dulu dan cicipi ini. Aku akan melayani."

   "Tidak, aku tak suka, taijin. Aku ingin kembali dan jangan dihalangi". Terpaksa, pembesar ini kelabakan. Dia memberi isyarat kepada seorang pelayan yang cantik. Siong hi, cepat pelayan itu mengerti dan tersenyum menghampiri Kwee Han. Lenggangnya yang manis dan senymnya yang menawan sudah cukup menggetarkan hati pemuda itu. Dan ketika Kwee Han berskeras dan gadis ini sudah membungkuk maka Siong -hi. pelayan yang disuruh majikannya itu berkata, halus dan , merdu.

   "Kong cu, kalau kongcu ingin pulang baiklah, barangkali masakan kami kurang enak bagi kongcu. Tak apa, taijin akan memberikan kereta dan mari kongcu kuantar!"

   Kwee Han terkejut. Ganti pemuda ini gugup menghadapi pelayan cantik itu, Kwee Han tak biasa dan jarang dia bergaul dengan wanita apalagi secantik dan selembut Siong-hi ini gadis yang sebenarnya menjadi pelayan "luar dalam"

   Bagi menteri Khek, gadis yang matang dan penuh pengalaman. Dan ketika Kwee Han gugup dan tampak kebingungan maka Khek-taijin yang58 tahu gelagat dan diam-diam gembira cepat-cepat keluar.

   "Benar, kusiapkan kereta, kongcu. Klau kau ingin kembali biarlah kuambil kereta dan kusuruh kusir mengantarmu!"

   Kwee Han tinggal berdua.

   Dalam waktu begitu cepat tiba tiba pelayan yang lain pergi, kini pemuda itu tinggal bersama Siong-hi, si pelayan cantik.

   Dan ketika Kwee Han mendelong dan gugup harus biara bagaimana maka tangan yang lembut dari pelayan cantik ini telah mencegat tangannya.

   ***

   Jilid II Koleksi Kolektor EBook "KONGCU, mari. Bukankah kau ingin pulang? Kota raja ke Ming-ciang tak berapa jauh, aku akan ikut dan mengantarmu."

   Kwee Han sadar, buru buru melepaskan tangan - tangan yang lembut itu, yang membuat tengkuknya meremang! "Tidak... jangan, biarkan aku sendiri, nona. Aku dapat pulang sendiri dan tak perlu dihantar!"59

   "Aku Siong-hi, panggil namaku Siong - hi,kongcu. Aku tak berani membiarkanmu sendiri dan marilah, dengar kereta sudah datang!"

   Benar saja, di luar terdengar suara ketepak kaki kuda. Khek-taijin muncul dan seorang kusir menjatuhkan diri berlutut, Khek-taijin sendiri melipat punggung. Dan ketika Kwee Han tertegun dan terbelalak mmandang mereka Khek taijin sudah berseru.

   "Kngcu,kereta sudah kami siapkan. Kalau kongcu ingin pergi silahkan. Sais ini dan Siong-hi akan mengantar!"

   "Ah, tak usah repot,"

   Kwee Han mau menolak.

   "Aku dapat pulang sendiri, taijin, dan juga tak perlu diantar!"

   "Tidak. aku tak berani ,kongcu Kalau sribaginda mendengar tentu aku mendapat hukuman. Biarlah kongcu naik kereta dan beberapa pengawalku juga akan menjaga di perjalanan."

   Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Lalu memberi isyarat agar kusir mendekatkan keretanya menteri ini menghampiri Kwee Han, mempersilahkan dan menggandeng lengannya lembut, disisi yang lain Siong Hi juga merangkul lengan pemuda itu, jadilah Kwee Han diapit dan dituntun.

   Dan ketika Kwee Han tak dapat menjawab dan gugup serta merah mukanya maka Khek-taijin sudah membawa pemuda itu ke dalam kereta, yang ternyata di dalamnya sudah penuh dengan barang-barang hadiah, emas dan uang serta kain sutera.

   "Kongcu, sayang kau bersikeras tak mau disini. Tak sudahlah, hormat dan pujiku untukmu. Sedikit60 barang-barang ini barangkali dapat membuat kongcu senang, jangan ditolak dan slamat jalan!"

   Pembesar itu menjra, hormat dan manis dan Siong hi pun sudah mendahului naik ke dalam kereta.

   Di situ gadis ini duduk dan mngulurkan lengannya, menyuruh Kwee Han naik pula.

   Dan ketika Kwee Han duduk dan langsung dipepet maka jantung pemuda ini berdebur kencang disambut tubuh hangat dan senyum yang tak pernah meninggalkan mulut manis itu.

   "Taijin, kami barangkali akan jalan - jalan dulu, keliling kota raja. Kalau Kwee-kongcu tak keberatan aku akan mengajaknya ke tempat-tempat indah agar tahu bagaimana isi kota raja sebenarnya."

   "Ah, baik, tentu boleh! Benar, Siong-hi, tunjukkan tempat-tempat indah pada Kwe-kongcu kalau dia suka!"

   Khek - taijin tertawa, kali ini mendapat kerling rahasia dari pelayannya itu dn tirai pun ditutup.

   Kini Kwee Han berada di dalam kereta berdua dengan pelayan cantik itu, pemuda ini hampir tak berani bergerak saking tegangnya dipepet seperti itu.

   Maklum, Siong-hi selalu menggeser tubuhnya seolah tak sengaja dan memberikan lengan dan pundaknya yang halus di tubuh pemuda itu, tentu saja membuat aliran darah di tubuh pemuda ini semakin gencar.

   Dan ketika kereta dihentak dan beberapa pengawal melompat di atas pnggung kudanya maka kereta pun bergerak dan tiga pengawal mengikuti di belakang.61 Suara kaki kuda meluncur di jalanan yang halus itu.

   Kwee Han sudah dibawa, pengawal mengiring dan Siong-hi mulai mengajak bercakap-akap.

   Lincah dan memikat gadis ini mengajak tamunya bicara, mula-mula persoalan ringan dan lucu.

   Menceritakan kehidupan di kota raja dengan penduduknya yang beraneka ragam, keberhasilan kaum hartawan dan juga pemerintahan yang baik dari kaisar dan para pmbantunya.

   Nama Khek taijin tak disebut - sebut, begitu juga Cu-wangwe.

   Gadis ini mengajak biara soal lain, tak ada hubungannya dengan dua orang itu.

   Dan ketika perjalanan mulai kencang dan ksir mencambuk kuda berulang-ulang mendadak gadis ini membuka tirai kereta dan berseru.

   "Paman Sam, jangan cepat cepat. Kami tak ingin buru-buru!"

   Kereta mulai perlahan kembali.

   Kini gonjangan tak sekeras tadi, kereta berjalan perlahan Siong-hi pun melanjutkan pembicaraannya.

   Dan ketika gadis itu brcerita tentang beberapa tempat wisata yang ada di sekitar kota raja dan indah indah maka mulailah ia membujuk.

   "Ada Telaga Tiga Naga. kongc. Sudahkah kau dengar nama ini dan melihatnya?"

   "Belum."

   "Aih, sayang. Kau prlu melihatnya. Telaga ini indah, kongcu, juga romntis. Airnya tiga warna hijau- kuning dan merah "62

   "Masa?"

   Kwee Han mulai tertarik "Ada telaga begitu rupa, Siong-hi?"

   "Ya, dan banyak pelancong serta bangsawan menikmati telaga ini, kongcu. Bahkan berhari-hari mereka tinggal dan menginap di situ. Konon siapa dapat berendam satu jam saja di air telaga itu maka keberuntungan pun bertambah!"

   "Ah, ada-ada saja,"

   Kwee Han tertawa. itu omong kosong belaka, siong-hi. Aku tak percaya."

   "Kongcu tak percaya? Mau bertaruh?"

   "Eh!"

   Kwee Han trkejut.Bertaruh bagaimana? Aku tak punya apa-apa, Siong-hi, aku nelayan miskin!"

   "Tidak, bukan bertaruh uang, kongcu, melainkan taruhan lain. Misalnya, hi-hik....main gendongan atau apa. Siapa kalah dia menggendong dan siapa menang dia digendong. Aku juga pelayan dan tak punya uang!"

   Kwee Han terkesiap.

   Apa yang diucapkan gadis ini membuat mukanya tiba-tiba merah, jantungnya seketika berdetak dan dia pun menelan ludah.

   Gadis itu berani.

   Tapi karena Siong-hi menunjukkan kewajarannya dan kata - kata itu pun bernada kekanak - kanakan akhirnya Kwee Han tertawa dan menenangkan degupan jantungnya tadi,dan berkata.

   "Siong-hi, kau lucu. Kenapa main taruhan seprti anak-anak? Kalau aku menang tentu ku pun tak sanggup menggendong aku. Ha-ha, tak mungkin!63

   "Siapa bilang?"

   Gadis itu tiba - tiba menantang.

   "Tubuhmu paling - paling enampuluh kilo, kongcu. Dan aku sudah biasa mengangkat air enampuluh atau tujuh puluh kilo!"

   Kwee Han tertegun.

   "Untuk apa?"

   "Mengisi bak mandi!"

   Dan Siong - hi yang tertawa dengan suara lepas tiba-tiba terguncang ketika roda kereta terantuk batu, terpekik dan entah sengaja atau tidak mendadak tubuhnya terguling, tepat sekali di pangkuan Kwe Han.

   Dan mencengkeram paha pemuda ini dan Kwee Han berjengit.

   Miliknya yang paling berharga hampir tersentuh! Dan ketika Siong-hi mengeluh dan tampak kaget maka dengan tersipu - sipu dan muka merah gadis itu meminta maaf.

   "Tak apa,"

   Kwee Han menggigil, panas dingin.

   "Jalanan rupanya berbatu, Siong-hi. Sudahlah, jangan salahkan kereta dan tenanglah,"

   Kwee Han teringat pelukannya, tadi memeluk gadis itu dan kini melepas Siong-hi.

   Rambut yang harum dan tubuh yang lunak hngat lebih dirasakannya lagi, apalagi dia tadi hampr "kesetroom".

   Meremang Kwee Han.

   Dan ketika kereta kembali barjlan dan ketepak kaki kuda berirama rata dn datar tiba tiba Kwee Han yang tertarik akan Telaga Tiga Naga itu minta ke sana, sekedar melihat-lihat.

   "Jadi Kongcu mau ke sana?"

   Siong - hi girang.

   "Mau berendam dan mencoba keberuntungan?"64

   "Ah sekedar melihat keindahannya saja, Siong- hi. Dan lagi rupanya kau ingin menunjukkan benar keindahan telaga itu."

   Siong-hi berseru keluar kereta, membuka tirainya.

   "Belokkan kereta ke Telaga Tiga Naga, paman Sam. Kwee-kongcu ingin melihat dan mau ke sana"

   "Apa?"

   "kwee-kongcu ingin melihat keindahan telaga, paman Sam. Arahkan kereta ke sana dan jangan buru- buru!"

   "Baik,"

   Dan kereta yang berderap lembut dan tampak diputar tiba - tiba dilecut dan mencongklang lagi, menuju ke timur dan Siong-hi tertawa-tawa.

   Ada kegembiraan dan kesenangan besar di hati gadis ini.

   Tamunya berhasil dibujuk, Kwee Han terpengaruh.

   Dan ketika Siong-hi kembali mengajak bercakap cakap dan kali ini pembicaraan tertumpu pada Telaga Tiga Naga maka Siong-hi mulai lebih berani daripada tadi dan bertambah berkesan manja.

   Kwee Han menanya dari mana gadis itu sebenarnya berasal, ternyata ayah gadis ini adalah bkas seorang nelayan pula, sudah meninggal dan kini ibunya tinggal di desa,hidup dari sebidang tanah yang dimiliki keluarganya, Dan ketika Kwee Han terharu karna Siong hi ternyata juga berasal dari keluarga miskin tiba-tiba mereka menjadi akrab dan tanpa terasa pemuda ini terseret oleh daya pikat Siong-hi.

   Kwee Han balas memgang lengan orang dan tanpa terasa rasa haru menjad rasa suka.

   Dan ketika rasa suka itu65 berkembang menjadi rasa cinta dan entah kenapa Kwee Han jatuh sayang pada gadis ini, mendadak di saat kereta sdah mendekati Telaga Tiga Naga sekonyong- konyong gadis itu berani mrebahkan dirinya di dada Kwee Han dan menangis.

   "Aku gadis tak beruntung. kongcu Sungguh bahagia kalau kau menaruh perhatian begini besar kepadaku"

   "Hm .."

   Kwee Han mengusap rambut kepala itu.

   "Jangan bersedih, Siong-hi. Aku juga tahu rasanya miskin dan kekurangan. Sudahlah, bangunlah dan hapus air matamu, nanti orang bertanya-tnya, tak enak nanti."

   Tapi setelah ini kita berpisah, kongcu tentu tak ingat aku lagi dan tak akan mengenal Siong hi !"

   "Siapa bilang ?Aku tetap mengenangmu, Siong hi. Kau gadis baik dan...."

   Kereta berhenti, sang kusir berteriak dan Kwee Han menghentikan percakapan.

   Lelaki tua itu mmberi tahu bahwa mereka sudah tiba di telaga tujuan, Siong hi menyingkap tirainya dan Kwee Han tertegun.

   Sebuah telaga terpampang di depan jendela kereta, luas gemerlapan dengan airnya yang berwarna - warni, hijau kuning dan merah.

   Dan ketika Kwee Han bengong dan Siong-hi tersenyum lebar tiba-tiba air mata itu sudah dihapus dan gadis ini melompat turun, menyeret Kwee Han sadar.

   Diseret dan disambar tangan-tangan yang halus itu dia tergugah, Telaga Tiga Naga ternyata telaga yang66 indah, air di tepinya beriak, pohon - pohon banyak di sekeliling tempat itu dan beberapa rumah pun dibangun di sana-sini.

   Sungguh asri.

   Dan ketika Siong-hi tertawa dan tiga pengawal berkuda mendekat dan meloncat turun maka Kwee Han tersipu dan tiba-tiba merasa terganggu.

   "Kongcu, silahkan perintah kami dengan apa saja. Butuh perahu atau ingin memancing?"

   Kwee Han mngerutkan kening.

   "Bisakah mereka pergi?"

   Bisiknya pada Siong hi.

   "Aku risih dengan kehadiran mereka, Siong - hi. Tempat ini indah dan aku tak ingin banyak orang!"

   "Tentu,"

   Siong-hi tersenyum, mengangguk. Lalu menghadapi tiga, pengawal itu dia memberi kedipan.

   "Lui-toako, tolong jangan ganggu kami Kongcu minta kalian pulang dan pergilah!"

   Tiga pengawal terkejut.

   "Bagaimana kata Khek taijin nanti ?"

   "Aku yang bertanggung jawab, katakan Kwee kongcu tak nenghndaki kalian dan merasa aman disini".

   "Baiklah, begitukah, kngcu?"

   Lalu ketika Kwee Han mengangguk dan sedkit memerah melihat pengawal itu senyum penuh arti tiba-tiba para pengawal itu membungkuk, memberi hormat dan akhirnya meloncat di atas punggung kudanya masing - masing.

   Dan begitu sang pemimpin menggeprak dan memutar kudanya akhirny tiga pengawal itu pergi dan Siong-hi tertawa.67

   "Mengganggu saja,"

   Ujarnya.

   "Bukankah sekarang kita dapat lebih bebas, kongco? Kau mau apa? Memancing atau berperahu?"

   "Aku ingin melihat-lihat mungkin juga berperahu." .

   "Atau mancing?"

   "Di Ming-ciang aku sering menangkap ikan, Siong-hi. Rasanya tak suka itu dan biar aku berjalan-jalan dulu".

   "baik ..,"

   Dan Siong-hi yang mengikuti serta melempar kerling pada sang kusir berkata.

   "Lopek (paman), tolong kau tunggu kami di sini. Awas barang barang di kereta, jangan sampai hilang!"

   Dan ketika sang kusir-mengangguk dan Siong hi berjalan bersama Kwee Han akhirnya tanpa malu-malu atau likat - likat lagi gadis ini sudah menyambar lengan, pemuda itu, memeluk dan menggandengnya dan segera Kwee Han tidak menolak. Setelah "warming-up"

   Di dalam kereta tadi Kwee Han sudah mulai biasa,gerak dan daya pikat si pelayan cantik ini telah menembus hatinya.

   Dan ketika mereka mulai berjalan berdua dan kemesraan mulai tampak dibalas pemuda itu maka Siong-hi bersikap genit dan mengeluarkan tehnik pergaulannya, lincah dan ceria dan tak lama kemudian gadis ini mengajak ke tempat-tempat rimbun.

   Di situ memng banyak pepohonan besar- besar.

   Kalau berduaan dan jalan bersentuhan tubuh tntu tak banyak mata melihat, tempat itu memang romantis.

   Dan ketika Kwee Han68 mnjadi gembira dan percakapan demi percakapan membuat pemda itu merasa cocok dan seakan mabok didampingi si cantik maka tak lama kemudian pemuda ini jatuh dalam cinta pertamanya, balas memeluk dan merangkul dan tak lama kemudian mereka pun mulai berciuman.

   Mula-mula Kwee Han menggigil.

   mencium satu kali nyaris luput.

   Lucu! Tapi ketika Siong-bi "membetulkan"

   Dan keduanya sama terkekeh akhirnya siang itu Kwee Han tak meneruskan perjalanan, memenuhi permintaan Siong-hi agar tinggal dulu beberapa hari di situ. Menginap di sebuah losmen dan Kwee Han gembira. Disini terjadi "malem pertama"

   Bagi Kwee Han, mabok pemuda itu dan karena Siong-hi pandai memikat dan Kwee Han jatuh cinta akhirnya pemuda ini malah tak mau kembali ke Ming-ciang! "Khek-taijin dapat mengatur teman temanmu di sana.

   Percayalah, setelah taijin tahu siapa kau tentu tak berani dia main gila dan nasib teman-temanmu pasti diperhatikan.

   Kudengar Cu-wangwe diusir pergi, hartawan itu memang buruk dan tamak!"

   "Ya, sku tahu. Tapi aku harus kembali, Siong-hi. Teman-temanku tentu menunggu berita-ku dan ingin tahu keselamatanku."

   "Ah, dapat kukirim kabar, Kwee-koko. Aku akan membantumu dan tak perlu kau khawatr,"

   Siong-hi kini menyebut Kwee-koko (kanda Kwee), sebutan romantis yang membuat Kwee Han mendekap dan memeluk gadis.

   itu.

   Dan ketika Siong hi69 berkata bahwa tak perlu dia kembali dan biar nasib teman-temannya diatur Khek taijin melalui pembantu- pembantunya maka Kwe Han mengangguk dan mencium kekshnya ini, mesra.

   
Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Baiklah, tapi masa kita akan terus di sini, Siong-hi? Bukankah aku perlu tempt tinggal?"

   "Aih, ini pun tak perlu repot-repot, koko. Hadiah dan uang dari Khek-teijin dapat dipergunakan sebaik mungkin. Kau dapat membeli rumah di kota raja, membuka toko dan berdagang, Dan aku akan setia membantumu!"

   "Membuka toko? Berdagang?"

   "Ya, habis apalagi? Kain dan segala macam hadiah itu dapat dijual, koko. Dan aku akan mendampingimu. Kalau ada perlu apa-apa tentu Khek- taijin dapat menolong lagi, apa pun yang kau minta pasti kau dapat. Aku yakin!"

   Kwee Han mengangguk angguk.

   Dia gembira.

   percaya itu.

   Cincin yang dikenakan itu membuat menteri Khek jerih, tersenyumlah dia dan teringat lah dia akan si pemberi incin itu, tertawa.

   Dan ketika dia setuju dan Siong-hi sang kekasih menjamin kehidupan teman - temannya di Ming-ciang lewat Khek - taijin akhirnya pmuda ini ternina - bobokan dan mabok dalam pelukan Siong-hi, seminggu berada di Telaga tiga Naga dan akhirnya tak jadi kembali ke Ming - ciang.

   Dia tak tahu apa yang terjadi di kota kecilnya itu, membel rumah di kota raja dan membuka toko, berdagang.

   Khek taijin70 lagi-lagi membantu dan memberi banyak hadiah lagi, nyaris isi toko pemuda ini pemberian .menteri itu.

   Dan ketika beberapa bulan kemudian Kwee han mempererat cintanya dengan siong-hi dan akhirnya menkah, maka nelayan muda yang kini kaya-raya itu hidup enak dan tnggelam dalam kebahagiaan bersama Siong-hi, juwitanya.

   *** Seruan itu terdengar d tempat indah di sebuah lembah.

   Seorang wanita cantik, cantik manis, membangunkan sesorang yang sedang bersila, duduk sejak malam dan pagi itu wajahnya disiram embun, membuka mata dan menyorotlah sepasang cahaya lembut dari pria ini, pria tampan dengan rambut keemasan.

   Dan ketika wanita itu tertawa dan mengguncang pundaknya maka pria gagah ini melompat bangun.

   "Kau mengganggu orang bersamadhi?"

   "Hi-hik, kau tidak bersamadhi, suheng. Kau melamun dan tersenyum-senyum. Jangan bohong. kau sadar sejak tadi. Hayo, apa yang kau pikir?"

   Wanita itu, si cantik, menggelandot manja, dipeluk dan akhirnya menerima sebuah iuman, mendarat di bibirnya dan wanita ini mengeluh.

   Senyum dan sinar kebatinan jelas benar terlihat di wajahnya itu.71 Dan ketika si pria menarik napas dan melihat daging panggang diatas api unggun tiba-tiba ia tertegun "Kau membakar daging kelinci?"

   "Ya, kusambar di hutan,suheng..Aku pingin dan ingin mengajakmu sarapan!"

   "Tapi kularang kau membunuh binatang lucu itu. Kelinci di sini tinggal sedkit. sumoi. Jangan lakukan lagi dan biar kita makan daging yang lainnya saja! Ah, kau aneh, sumoy. Selamanya suka membantah dan bandl. Sudahlah, jangan menangkap binatang itu lagi dan penuhi permintaanku ini!"

   Aneh sekali, wanita itu tiba - tiba terisak "Suheng, kau tak sayang padaku?"

   Sang suheng, pria tampan ini terkejut.

   "Apa?"

   Tanyanya heran.

   "Tak sayang lagi? Ha-ha, ada-ada saja kau ini, sumoi. Kalau tak sayang tentu tak menikah. Aku tetap sayang dan kasih padamu, lihatlah !"

   Pria ini menyambar pinggang yang ramping itu, mengangkatkannya dan mulut tahu-tahu menempl di bbir yang sedang cemberut itu.

   kecup lembut terdengar di sini dan si wanita itupun mengeluh.

   Tapi ketika bibir itu hendak dicium lagi dan pria ini terengah, mendadak wanita menolak.

   "Sudah..tidak mau!!"

   "Kenapa?"

   "Aku masih ingin mnangkap kelinci beberapa ekor lagi, suheng. Dan kau tentu marah!"72

   "Hm."

   Pria ini tiba tiba tak senang "Kelinci di sini jangan dihabiskan, sumoi. Aku melarang karena ingin agar mereka berkembang- biak. kenapa ngott dan ingin menangkapi lagi? Bukankah ada makanan lain selain itu? Ayam hutan umpamanya, atau harimau!"

   "Aku tak suka, aku sedang ingin yang ini!"

   "Dan menghabiskan mereka semua?"

   "Tidak. tapi. ah. kau tak mengerti, suheng , Kau tak mengerti.... !"

   Dan wanita itu yang menangis memutar tubuhnya tiba - tiba meloncat pergi dan marah - marah.

   Pria ini tertegun, memanggil tapi tak di hiraukan dan pertengkaran tib tiba mulai terjadi.

   Dia tak suka isterinya itu, wanita cantik itu, menangkapi dan membunuh - bunuhi kelinci di situ.

   Beberapa bulan ini isterinya menurut tapi pagi itu tiba-tiba berobah.

   Setelah sekian lama jinak kini mendadak melanggar, tentu saja dia marah.

   Dan ketika dia tertegun mengerutkan kening dan terganggu oleh masalah kecil ini tiba - tiba seorang wanita setengah baya muncul .

   "Kau tak tahu Taihiap. isterimu sedang Ngidam. Janganlah marah dan bersikaplah yang lembut."

   "Apa?"

   Pria ini terkejut.

   "Ngidam, uwak Chi? Dia ..."

   "Ya. dia hamil muda, taihiap. Tadi pgi memberi tahu padaku dan biarkanlah dia melakukan sesukanya,"

   Wanita setengah baya itu memotong.

   "karena itu Janganlah marahi dia dan bersikaplah sabar"73

   "Ohh...! dan begit pria ini sadar tiba-tiba dia berkelebat tertawa lebar.

   "sumoi. tunggu. Aku mengerti!"

   Dan lenyap dari depan wanita tua itu.

   Pria tampan ini mengejar isterinya , melihat istrinya menangis di balik sebatang pohon, daging panggang di sana terlupa dan cepat dia menyambar islerinya itu.

   Dan ketika isterinya terbelalak dan menepis meronta tiba- tiba laki laki itu sudah mendaratkan ciuman bertubi- tubi.

   "Ha-ha, kenapa tidak bilang, sumoi? Siapa tahu kau akan mnjadi calon ibu? Wah, jangankan berapa ekor, biar semua kelinc kauhabiskan di sini ak tak marah lagi, isteriku sayang. Ayo kembali dan nikmati kelinci panggang itu.....!"

   Pria ini memutar-mutar tubuh isterinya, diangkat dan digoda dan sang isteri tiba-tiba cemberut . Dia malu namun girang. Dan ketika dia bertanya dari mana suami nya tahu, maka di jawab dengan tertawa bergelak .

   "Uwak Chi, dialah yang memberi tahu dan aku kini mengerti mengapa sikapmu demikian aneh ..."

   Dan ketka pria itu menurunkan isterinya itu sang isteri malu - malu mencium suaminva maka pria ini terbahak membawa isterinya ke tempat semula. dalam satu lompatan yang mengagumkan.

   "Sumoi, kamu seharusnya memberi tahu ni langsung, kenapa uwak Chi dulu? Ah, kau harus dihukum. Ayo habiskan paha dan daging nikmat ini ..!"

   Dan si suami yang menjejali mulut isterinya dengan paha kelinci dan daging yang montok akhirnya disambut ketawa geli wanita cantik ini,74 menolak dan justeru memberkan daging itu kepada suaminya.

   ditolak tapi akhirnya dikembalikan lagi.

   Dan ketika masing-masing coba memberikan agar yang lain makan dulu maka wanita ini berkata.

   "Suheng, kalau kau sayang padaku tak boleh kau menolak lagi. Ini permintaan terakhir. dari si jabang bayi. Kaugigit dulu dan baru setelah itu aku!"

   "Ha-ha. begitu? Baik. sumoi, nama si jabang bayi membuat aku kalah!"

   Dan si pria yang menggigit paha kelinci dan ganti menyerahkan sisanya pada si wanita lalu tertawa bergelak dan mendaratkan kembali dua ciuman sayang, begitu bahagia dan gembira dan kali ini mereka sama-sama tertawa mnikmati kelinci panggang itu.

   Si pria merangkul dan memeluk isterinya sementara tangan menggoda mengusap nakal perut isterinya itu.

   Perut itu telah berisi keturunan mereka.

   Buah kasih mereka, alangkah senangnya.

   Dan ketika pagi itu masing -masing menikmati daging panggang dengan tersenyum serta tertawa bahagia maka uwak Chi, wanita setengah baya yang melihat semuanya itu dari kejauhan mengusap dua titik air matanya tanda haru dan turut bahagia.

   Siapakah mereka ini? Sudah kita kenal, bukan lain Kim-mou eng dan isterinya, Salima.

   Dulu dalam kisah "Pedang Tiga Dimensi"

   Telah kita ketahui bahwa mereka akhirnya menikah.

   Kim-mou eng atau Pendekar Rambut Emas itu pulang ke tengah-tengah suku bangsanya, bangsa Tar-tar.

   Tapi karena kehidupan di75 tengah - tengah suku bangsa itu terlalu ramai dan hiruk maka Kim mou eng mengajak isterinya mencari tempat sendiri, di lembah itu di mana sebuah sungai mengalir tenang dengan airnya yang jernih, tak begitu jauh dengan pusat suku bangsanya, betapapun Kim-mou eng adalah pemimpin bangsa itu setelah mendiang suhengnya yang gagah tewas, Gurba si raksasa tinggi besar.

   Dan karena mereka telah menjadi suami isteri dan Salima ata si Dewi Bertangan Besi ini membantu suaminya maka tak ada bangsa-bangsa.

   lain yang berani mngganggu bangsa Tar-tar itu.

   Siapa berani mengganggu? siapa berani coba-coba main api dengan Kim-mou-eng dan suku bangsanya? Tak ada.

   Hal itu sama dengan coba-coba memelintir kumis singa! Kim-mou-eng atau Pendekar Rambut Emas adalah seorang tokoh yang disegani, begitu juga sumoinya, wanita yang telah menjadi isterinya itu.

   Dan karena mereka merupakan orang-orang hebat dengan kepandaian tinggi maka selama ini bangsa Tar-tar hidup aman dan damai, apalagi setelah Kim-mou-eng tak meninggalkan suku bangsanya lagi, ngemong dan memimpin bangsanya dengan bijak, sering mengarahkan dan mengendalikan suku bangsanya yang suka berperang ini, pernah hancur ketika menyerang kota raja.

   nyaris menjadi bangsa yang punah kalau tidak diselamatkan Kim-mou-eng.

   Peperangan demi peperangan menjadikan bangsa ini keras dan tegar, juga cenderung kasar.

   Tapi setelah Kim -mou-eng tinggal di76 situ dan pendekar ini diknal sebagai pendekar yang lembut dan berhati lunak maka bangsa Tar-tar seakan harimau jinak yang patuh dan tunduk di bawh Pendekar Rambut Emas itu.

   Tidak seperti misalnya ketika dipimpn Gurba, mendiang suheng Kim-mou- eng yang tewas akibat perbuatan sendiri.

   Semuanya itu sudah diceritakan dalam kisah-kisah yang lalu.

   Dan ketika pagi itu Kim-mou-eng mendengar isterinya hamil muda tentu saja pendekar ini girang dan senang.

   Beberapa bulan ini, sejak pernikahan mereka yang sederhana namun 'dihadiri kaisar, stu khormatan bagi Kim-mou-eng dan suku bangsa-nya.

   Kim-mou-eng memang mendambakan hadirnya seorang anak.

   Dan dia agak gelisah.

   Tujuh bulan ini isterinya tak menunjukkan tanda-tanda kehamilan.

   Kim-mou-eng sering mengerutkan alis.

   Dia mendambakan seorang anak laki- laki, keturunan yang gagah dan yang tentu saja dicita- citakannya untuk menggantikan dirinya memimpin bangsa Tar-tar.

   Maka ketika bebrapa bulan isterinya masih saja biasa dan bru pada pagi itu dia mendapat berita mendadak pendekar ini seakan kejatuhan ndaru dan senang bukan kepalang.

   "Aku ingin anak laki-laki,"

   Begitu katanya berulang ulang.

   "Kita didik dan gembleng anak kita agar menjadi patriot dan pemimpin bangsa!"

   "Hm, kalau perempuan kenapa sih? Me- mangnya tak dapat melakukan hal - hal seperti yang biasa dilakkan lelaki? Kalau aku laki-perempuan sama77 saja, suheng. Asal sehat dan selamat serta panjang umur!"

   "Ah, kau tahu apa? Gerak wanita tak sebebas laki-laki, sumoi. Aku ingin laki-laki karena leluasa dan bebas ke mana dia suka. Dan untuk pemimpin tentu saja aku lbih senang laki laki daripada perempuan!"

   "Huh, kalian laki-laki memang selalu mengunggulkan kaum sendiri. Kalau tak ada perempuan tentu laki laki juga tak ada!"

   "Ha-ha, jangan marah, sumoi. Aku hanya menyatakan pendapat semata demi kelangsungan hidup bangsa kita. Perempan memang perlu. Tapi kasihan kalau harus memimpin dan melakukan tugas berat. Sudahlah, tak perlu kita cekcok dan nantikan saja apa kelak bayi kita, laki-laki ataukah prempuan!"

   Begitulah, Kim-mou-eng telah menyatakan pendapatnya. Memang pendekar ini menginginkan anak laki-laki. Dan ketika pagi itu didengarnya Istrinya hamil maka kegirangan pendekar ini tak dapat dikata lagi.

   "Wah, apa kira-kira kelamin bayi kita ini?"

   Pendekar itu teringat cekcoknya dulu.

   "Laki laki ataukah perempuan?"

   "Mana aku tahu? Laki-perempuan bagiku sama saja. suheng. Pokoknya sehat dan montok!"

   Isterinya menjawab.

   "Ya. tap aku ingin tahu, sumoi. Barangkali uwak Chi dapat menolong.. .hheeii!"

   Kim-mou eng menggapai.

   "Ke sini sebentar, uwak Chi. Ada pertanyaan untukmu!"78

   "Ada apa?"

   Wanita itu mendekat.

   "Apa yang dapat kubantu?"

   "Aku ingin tahu kelamin bayiku, wak. Dapatkah kau menolong?"

   "Hm."

   Wanita ini tersenyum.

   "Aku pribadi tak dapat Taihiap. tapi dukun Cani tentu bisa. Bagaimana kalau diperiksakan dia?"

   "Dukun bayi itu?"

   "Ah, benar. Mari ke sana!"

   Dan Kim- mou-eng yang melompat tertawa tiba-tiba menyambar isterinya .

   "Heii... !"

   Sang isteri terkejut.

   "Nanti dulu.suheng. Jangan buru-buru!"

   "Ha-ha, aku terlampau girang, sumoi. Ayo cepat dan jangan buang waktu!"

   "Tapi uwak Chi harus ikut, aku ingin dia bersama kita "Wah, baiklah. Ayo, uwak Chi...!"

   Dan Kim mou- eng yang tertawa menyambar uwak itu pula akhirnya terbang dan meluncur ke timur lembah.

   sepanjang jalan begitu gembira dan uwak ini berkali-kali mengeluh kaget.

   Sepasang Cermin Naga Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Dia disendal dan dibawa lari cepat, kaki sendiri tak menginjak tanah dan mengambang mirip peri, begitu juga dua majikannya yang tertawa-tawa di kiri kanan tubuhnya.

   Tapi ketika mereka tiba di tempat dukun Cani dan di saat Kim mou eng melepas wanita itu maka uwak Chi menggigil mengusap keringat dingin .

   "Taihiap. terbangmu seperti iblis!"79

   "Ha-ha, jangan takut uwak. Aku bukan iblis meskipun terbangku sepert iblis. Sudahlah, kita temui dan cari bibi Cani!"

   Pendekar Rambut emas masuk ke rumah sederhana itu, disambut wanita tua yang rambutnya riap - riapan, pipi dan dahi berkeriput tapi cepat - cepat wanita tua itu memberi hormat ketika tahu siapa yang datang.

   Dan ketika Salima menyusul dan wanita itu tampak tertegun memandang perut Salima tiba-tiba dukun bayi yang rupanya awas dan tajam perasaannya ini berseru.

   "Ah, lihiap berbadan dua. Bangsa kita akan mendapat tamu baru!"

   Salima terkejut.

   "Kau tahu,bibi? Dari mana?"

   "Ah, wajahmu mengeluarkan sinar, lihiap. Dan bentuk pinggul serta buah dadamu berubah. Kau tampak lebih montok dan menggairahkan! Aih, apa maksud kalian ke mari? Ada apa?"

   Salima tersipu, semburat.

   "Hm...."

   Suaminya yang menjawab, berseri-seri.

   "Kami datang memang untuk itu, bibi Cani. Minta tolong padamu agar menentukan jenis kelamin bay!"

   "Heh heh. ingin tahu sebelum lahir?"

   "Ya, suhengku tak sabar, bibi. Aku dipaksa dan dibawa ke mari!"

   Wanita tua itu terkekeh Dia adalah dukun bayi yang trkenal di situ, hampiir semua suku Tar tar ke sini.

   Dan ketika Salima cemberut memandang suaminya80 sementara Kim mou eng tersenyum menyeringai maka wanita ini menyuruh Salima duduk di atas balai-balai.

   "Duduklah, mari kuperiksa...!"

   Salima duduk.

   la agak berdebar ketika dukun itu mengusap perutnya, dengan ibu jari tangan kanan menekan dan mengusap seperti bola, dipijit dan akhirnya berhenti di perut sebelah kir,Wanita itu tertawa.

   Dan ketika dia membungkuk dan memijit ibu jari kaki Salima akhirnya, dia bangkit berdiri dan berseru.

   "Laki laki, bayi yang akan dilahirkan adalah seperti ayahnya, berjenis klamin laki laki!"

   "Ha ha!"

   Kim-mou eng melonjak.

   "Laki-laki; bibi? Kau ykin?"

   "Ya,"

   Dukun ini tersenyum.

   "Lali-laki. taihiap, tak salah. Aku berani potong kepala Bahwa yang akan dilahirkan isterimu ini adalah laki laki"

   "ah, terima kasih...."

   Dan Kim mou-eng yang menyambar serta mengangkat istrinya tiba-tiba tertawa bergelak.

   "Sumoi, laki-laki. Anak kita pertama laki- laki....!"

   Dan Kim-mou eng yang melempar serta menangkap kembali isterinya itu lalu terbang keluar rumah.

   "Hei, ke man?"

   Salima berteriak, terkejt tapi juga tak dapat menymbunyikan kegembiraannya.

   


Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian Kuda Putih Karya Sd Liong Golok Halilintar Karya Khu Lung

Cari Blog Ini