Ceritasilat Novel Online

Ibu Hantu 2


Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian Bagian 2



Ibu Hantu Karya dari Ang Yung Sian

   

   Anak-anak muda lainnya yang sudah datang terlebih dahulu, semuanya memandang ke arah Cie Kiat dengan pandangan mata mengiri, sebab mereka melihat wajah Cie Kiat sangat tampan sekali, sehingga mereka merasa kecil diri.

   Cie Kiat tidak melayani tatapan mata dari anak-anak muda itu, dia hanya mengawasi tenang kearah Lui-thay.

   Para tamu yang berdatangan masih terus juga mengalir tak hentinya.

   Semakin lama ruangan yang disediakan oleh Siang Wang-gwee semakin penuh sesak.

   Semua yang menjadi tamu dari Siang Wang-gwee terdiri dari jago-jago silat berbagai golongan.

   Mereka juga mempunyai muka yang berbeda-beda, ada yang bermuka simpatik, ada yang bermuka bengis dan bermacam-macam lagi.

   Sejak memasuki ruangan itu, Cie Kiat sudah menyapu dengan menggunakan matanya seluruh ruangan itu, mencari-cari gadis bergaun merah.

   Bagi para pendekar wanita yang ingin menyaksikan keramaian, disediakan tempat khusus untuk wanita, disebelah timur ruangan itu.

   Tetapi dikelompok wanita itu, Cie Kiat juga tidak melihat gadis bergaun merah itu lagi.

   Cie Kiat jadi tidak tenang, dia bergelisah sekali, ingin cepat-cepat dapat melihat dan menikmati wajah cantik yang dimiliki oleh gadis bergaun merah itu.

   Tak lama kemudian, setelah sebagian besar para tamu telah berdatangan, maka tampak Siang Wang-gwee naik keatas Lui-thay dia menjura keseluruh penjuru.

   "Hari ini adalah hari untuk mencari menantu dari aku si tua Siang Pay Kie, maka dengan rendah hati aku mempersilahkan anak-anak muda yang belum menikah untuk main-main puteriku didalam segi ilmu silat, kalau memang puteriku itu, Siang Kie Lan dapat dirubuhkan, maka orang itu akan menjadi menantuku! Tetapi ingat, sayembara memilih menantu ini hanya diperbolehkan bagi anak muda yang berusia
Kolektor E-Book
45 paling tinggi dua puluh delapan tahun atau setinggi-tingginya tiga puluh tahun, sedangkan para golongan tua, hanya dapat menyaksikan keramaian saja......!"

   Kata-kata Siang Wang-gwee itu disambut dengan suara tertawa dan sorak sorai yang ramai dari orang-orang yang memenuhi ruangan itu.

   Siang Wang-gwee menoleh kesamping, dia mengapei tangannya.

   Tampak sesosok bayangan melompat keatas panggung.

   Orang yang baru naik keatas panggung itu adalah seorang gadis yang memakai baju serba hijau, dia menghadap kedalam panggung, sehingga dia berdiri membelakangi orang-orang dibawah panggung.

   "Nah kawan-kawan.... semuanya bisa menjadi saksi dari hari pemilihan menantuku ini!"

   Kata Siang Wang-gwee lagi.

   "Dan kepada pemuda yang beruntung dapat mengalahkan ilmu silat puteriku ini, akan kuhadiahkan selembar peta harta yang tidak ternilai harganya!!"

   Kata-kata Siang Wang-gwee ini kembali disambut meriah oleh orang-orang yang ada dibelakang panggung.

   Lie Cie Kiat mengerutkan alisnya, dia serasa kenal dan pernah melihat puterinya Siang Wang-gwee ini, tetapi dia lupa, entah dimana, karena si gadis, Siang Kie Lan, berdiri agak miring kearah timur, sehingga tidak bisa melihat muka gadis itu.

   Kalau dilihat dari potongan tubuhnya yang indah gemulai itu, tentu puteri Siang Wang-gwee ini mempunyai wajah yang cantik sekali.

   Pada saat itu Siang Wang-gwee telah berkata lagi .

   "Sebetulnya aku malu untuk mengadakan sayembara pemilihan menantu ini, tetapi karena tabiat puteriku sangat buruk dan berhati sangat keras, terpaksa aku mengadakannya juga. Dia telah mengatakan kepadaku bahwa puteriku ini tidak akan mau tunduk kepada suami yang lebih rendah kepandaiannya! Maka dari itu, dengan jalan begini, Loo-hu, aku si tua, bisa memperoleh menantu yang berkepandaian lebih dari Lan-jie!!"

   Dan setelah berkata begitu. Siang Wang-gwee menoleh kepada puterinya.

   "Lan-jie, cepat kau memberi hormat kepada para Cian-pwee dan kawan- kawan!!"

   Kata Siang Wang-gwee.

   Siang Kie Lan, puteri Siang Wang-gwee memutar tubuhnya, dia memberi hormat dengan membungkukkan tubuhnya dalam-dalam, tampak sikapnya agak malu-malu.

   Cie Kiat hampir mengeluarkan seruan tertahan waktu dapat melihat muka Kie Lan dengan tegas.

   Ternyata puteri Siang Wang-gwee itu adalah gadis bergaun merah yang dicari- carinya sejak tadi.

   Hanya bedanya sekarang puteri Siang Wang-gwee memakai baju yang serba hijau, sehingga Cie Kiat tidak lantas dapat mengenalinya........!
Kolektor E-Book
46 TAMPAK SIANG KIE LAN tersenyum manis sekali, dia membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada orang banyak, yang disambut dengan riuh sekali oleh suara pujian-pujian akan kecantikan yang dimiliki oleh gadis ini.

   Tampaknya gadis tersebut bangga sekali, sedangkan Cie Kiat sendiri jadi seperti kesima menikmati kecantikan wajah Kie Lan.

   Dia tidak menduga sebelumnya bahwa puteri Siang Wang-gwee adalah gadis yang bergaun merah, yang telah dapat membetot semangatnya, dan perkataan si pengemis yang dijumpainya ditengah jalan memang benar, jangankan anak-anak muda yang berlomba-lomba untuk memperoleh gadis ini, sedangkan kakek-kakek akan berlomba untuk memiliki gadis tersebut.

   Matanya yang lentik dan indah itu, memancar bening, kedua alisnya yang melengkung seperti bulan sabit, hidungnya yang bangir seperti juga buah Tho, dan bibirnya yang merekah, rambutnya yang panjang tergelung hitam legam itu, menambah kecantikan yang dimiliki oleh gadis tersebut.

   Setelah sorak sorai agak rendah, tampak Siang Wang-gwee maju kedepan, tampaknya dia bangga sekali semua orang mengagumi kecantikan puterinya itu.

   "Nah kawan dan saudara-saudara sekalian kata Siang Wang-gwee dengan suara yang nyaring.

   "Loo-hu kira lebih baik Pie-bu ini kita mulai saja, dan akan dimulai diurut dari nama yang terdaftar, nanti pemenang tunggalnya baru akan berhadapan dengan puteriku, kalau memang orang itu berhasil menundukkan puteriku tersebut, berarti mereka akan terangkap jodoh....... dan akan menjadi menantu keluarga Siang!"

   Dan setelah berkata begitu Siang Wang-gwee menoleh kepada seorang lelaki yang berdiri tak jauh dari panggung itu, yang mungkin juga bujang keluarga Siang tersebut.

   "Kiam-jie, coba kau mulai bacakan nama orang yang akan maju Pie-bu untuk yang pertama!"

   Kata Siang Wang-gwee kepada bujangnya itu, yang dipanggil Kiam- jie. Kiam-jie mengangguk, dia maju ketengah panggung kemudian dengan suara yang lantang, disaat Siang Wang-gwee dan Kie Lan turun dari atas panggung. dia berkata .

   "Pie-bu akan segera dimulai dan orang yang memperoleh kehormatan untuk pembukaan Pie-bu ini adalah Oey Tiong Ho, berasal dari Hu-lam, dan berusia dua puluh empat tahun, melawan Sin Tiauw Jie, yang berasal dari Kwie-cu, berusia dua puluh dua tahun!! Silahkan maju!!"

   Setelah berkata begitu, Kiam-jie menyingkir kesamping, sedangkan dari bawah telah melompat dua sosok tubuh keatas panggung. Orang jadi bersorak ramai. Kedua orang itu ternyata dua anak muda bertubuh kurus dan berpakaian sebagai seorang ahli silat.
Kolektor E-Book
47 Wajah pemuda yang disebut Oey Tiong Ho, mempunyai muka yang keren, sedangkan pemuda yang seorangnya, yang dipanggil Sin Tiauw Jie, mempunyai muka biasa saja.

   Keduanya segera saling memberi hormat setelah mereka berhadapan kemudian mereka menjura berbareng kearah bawah panggung memberi hormat kepada hadirin.

   Kiam-jie telah berteriak lagi .

   "Pertandingan boleh dimulai, dan syarat yang harus diingat, pertandingan ini hanyalah untuk menguji kepandaian silat, maka kalau dapat jangan sampai terjadinya peristiwa berdarah. Oey Tiong Ho mambawa sikap yang tenang, sedangkan Sin Tiauw Jie tampak agak gugup. Tiong Ho mencabut sebatang pedang pendek, sedangkan Sin Tiauw Jie mencabut sebatang golok. Mereka masing-masing merangkapkan kedua tangan mereka saling memberi hormat dengan jurus silat pertama dari pintu perguruan mereka masing-masing, kemudian tanpa banyak bicara, keduanya saling gebrak. Pedang dan golok berkelebatan dengan cepat sekali, menyilaukan mata suara bentrokan senjata tajam itupun terdengar nyaring. Orang-orang yang menyaksikan jadi memandang penuh perhatian. Cie Kiat mengawasi sesaat pertandingan itu, tetapi dilihatnya kepandaian kedua orang yang sedang bertanding itu tidak begitu luar biasa, mungkin kalau dipakai untuk bertempur didalam kalangan Kang-ouw, anak-anak muda itu dengan cepat akan dipercundangkan lawannya!"

   Apa lagi Tiong Ho tampaknya banyak sekali menjual lagak, setiap gerakan tubuhnya dibuat-buat, sehingga membikin Cie Kiat jadi mendongkol, mungkin juga dia ingin memperlihatkan kepada Siang Kie Lan, betapa gagahnya dia! Suatu kali, dikala Sin Tiauw Jie menyerang dengan goloknya kearah dada Tiong Ho, maka anak muda she Oey itu telah mengeluarkan suara bentakan .

   "Lepas.........!"

   Disusul kemudian dengan suara trang yang keras, tampak golok Sin Tiauw Jie terlepas dari cekalannya, jatuh gedombrangan dilantai Lui-thay itu.

   Sin Tiauw Jie tampak berdiri kejang dengan muka yang pucat, rupanya dia kaget goloknya bisa dibikin terlepas oleh Tiong Ho.

   Kiam-jie telah maju ketengah, dan berkata dengan suara yang lantang .

   "Pertandingan yang pertama kali ini dimenangi oleh Oey Tiong Ho, berasal dari Hu- lam dan berusia dua puluh empat tahun!!"

   "Dan semua orang bersorak dengan ramainya, sedangkan Tiong Ho telah membungkukkan tubuhnya memberi hormat dengan sikapnya yang bangga. Sin Tiauw Jie telah melompat turun dari panggung setelah dia memungut goloknya kembali. Lesu sekali anak muda she Sin tersebut. Kiam-jie pada saat itu telah berkata lagi .

   "Setiap para pemenang harus melawan seorang lagi, dan kalau memang pertandingan yang nomor dua ini dimenangkan oleh
Kolektor E-Book
48 Oey Siauw-hiap, maka dia boleh beristirahat, untuk nanti maju lagi dikala pertempuran penentuan!!"

   Dan Kiam-jie menoleh kepada kertas yang ada ditangannya.

   "Kali ini yang akan menjadi lawan Oey Tiong Ho Siauw-hiap adalah Bu Tie dari Kang-say, berusia dua puluh enam tahun! Silahkan maju Bu Siauw-hiap!!"

   Belum lagi suara Kiam-jie lenyap, tampak sesosok bayangan telah melompat keatas panggung dengan gerakan yang gesit sekali. Ternyata anak muda yang disebut she Bu itu adalah seorang anak muda bertubuh kate, pendek sekali, sikapnya juga lucu.

   "Harap Oey-heng berlaku sedikit murah hati kepada Siauw-tee......!"

   Katanya dengan merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada Oey Tiong Ho.

   Tiong Ho juga cepat-cepat membalas hormat orang.

   Dia mengeluarkan kata-kata merendah juga.

   Setelah itu, keduanya mulai bersiap-siap akan bertempur.

   Senjata Bu Tie adalah sepasang pedang, dia memutar-mutar kedua pedangnya sedemikian rupa, sehingga menyerupai kitiran.

   Lalu dengan mengeluarkan suara bentakan tampak Bu Tie menyerang dengan hebat kepada Tiong Ho.

   Tiong Ho terkejut melihat cara menyerang orang, tetapi dia tidak takut, karena memang anak muda she Oey ini sangat berani sekali.

   Maka dari itu dia juga mulai mengeluarkan jurus-jurus ilmu silatnya.

   Diluar mereka tampaknya saling menghormati, tetapi ternyata mereka sedang berlomba-lomba dengan sengit ingin merebut kemenangan, karena dengan memperoleh kemenangan, mereka bisa menjadi menantu Siang Wang-gwee, yang berarti memperoleh seorang isteri yang cantik sekali seperti Kie Lan.

   Cie Kiat memandang kearah jalannya pertempuran, sekali pandang saja Cie Kiat telah mengetahui bahwa Tiong Ho akan kalah ditangan Bu Tie, karena kepandaian Bu Tie satu tingkat lebih tinggi dari Tiong Ho.

   Dan memang sebenarnya, tak lama kemudian, dengan mengeluarkan bentakan yang mengguntur, Bu Tie melancarkan serangan yang berangkai kearah lawannya, sehingga Tiong Ho jadi gelagapan dan gugup sekali.

   Tetapi itu tidak lama, karena sesaat kemudian terdengar suara jeritan Aduh!! dari Tiong Ho, tampak tubuhnya terhuyung-huyung dan wajahnya sangat pucat sekali.

   Rupanya pundaknya telah kena dilukai oleh Bu Tie.

   Tiong Ho jadi gusar, dia memandang Bu Tie dengan pancaran mata mengandung hawa pembunuhan.

   Baru saja dia mau menyerang dengan kalap kepada Bu Tie.

   Kiam-jie telah maju berteriak dengan suaranya yang lantang .
Kolektor E-Book
49

   "Pertandingan yang kedua ini dimenangkan oleh Bu Tie, berasal dari Kang-say, berusia dua puluh enam tahun...... pemenang pertama Oey Tiong Ho Siauw-hiap kena disingkirkannya.........!"

   Teriak Kiam-jie dengan lantang.

   Wajah Tiong Ho jadi pucat dan tubuhnya gemetar lesu.

   Dengan wajah yang masih pucat Tiong Ho melompat turun panggung.

   Sebelum pergi, dia menoleh kepada Bu Tie dengan tatapan mata mengandung permusuhan, rupanya dia kecewa kena dirubuhkan orang sehingga kesempatan untuk menjadi menantu Siang Wang-gwee terlepas lagi dari tangannya.

   Kiam-jie telah berteriak lagi .

   "Jago nomor empat yang akan turun bertempur adalah.....

   "

   Dan seterusnya Kiam-jie menyebutkan nama-nama dari jago-jago muda yang akan turut Pie-bu.

   Pertandingan demi pertandingan dilalui.

   Dan biasanya selalu saja pertandingan itu dimenangkan sekali orang seseorang, kemudian pemenang itu akan dirubuhkan kembali oleh orang selanjutnya.

   Begitulah seterusnya, dan orang-orang menyaksikan keramaian tersebut dengan tertarik.

   Tetapi bagi Cie Kiat pertandingan itu tidak ada artinya dan tidak menarik hatinya, sebab jago-jago yang turut Pie-bu rata-rata mempunyai kepandaian biasa saja.

   Lie Cie Kiat lebih banyak memandang kearah ujung sebelah Timur, dimana tampak Siang Kie Lan sedang duduk disitu dengan tenang dan memandangi jalannya pertempuran dengan penuh perhatian.

   Sikap si gadis agung sekali, dia duduk bagaikan seorang dewi, cantik sekali, wajahnya pun berseri-seri.

   Hati Cie Kiat jadi berdebar keras, dia merasakan hatinya itu tergoncang memandangi kecantikan gadis she Siang yang menjadi puterinya Siang Wang-gwee itu.

   Pertandingan masih berjalan terus, dan jalannya pertempuran yang silih berganti jagonya itu, benar-benar tidak menarik perhatian Cie Kiat sedikitpun.

   Selama berlangsungnya pertempuran itu, semangat Cie Kiat jadi seperti melayang-layang tak keruan, dan dia seperti juga berada dilambungi oleh alunan irama asmara, dimana dia dibenamkan kedalam khayalan yang indah-indah......

   membayangkan kecantikan gadis she Siang itu.....! * * * SUATU KALI perhatian Cie Kiat jadi tertarik kepanggung juga, sebab semakin lama jago-jago yang turun bertempur diatas panggung itu semakin liehay, kepandaian mereka mulai luar biasa.
Kolektor E-Book
50 Apalagi waktu pertempuran yang terakhir itu dimenangkan oleh Ma Cin tampak sesosok bayangan tinggi besar melompat keatas panggung.

   "Aku juga jadi gatal telapak tanganku, aku ikut untuk main-main sebentar denganmu, orang she Ma!"

   Terdengar orang tinggi besar itu berkata dengan suara yang nyaring.

   Kiam-jie terkejut, karena Pie-bu ini telah disusun menurut nama yang telah tercantum.

   Dia menghampiri orang yang mempunyai tubuh tinggi besar dan mempunyai wajah agak menyeramkan.

   Ma Cin sendiri waktu melihat orang itu, dia jadi tergoncang hatinya.

   Karena ketika itu juga dia mengenali bahwa orang tersebut adalah Song Kie Pa, musuhnya beberapa tahun yang lalu, dan pertikaian diantara mereka disebabkan oleh karena memperebutkan wanita, yang akhirnya diakhiri dengan kematian wanita yang direbuti oleh mereka, karena gadis itu saking ketakutan telah membunuh diri.

   Dan dulu, Ma Cin telah berhasil mengalahkan Kie Pa, itu terjadi beberapa tahun yang lalu.

   Sekarang Kie Pa telah menemuinya disini, tentu orang she Song tersebut tidak mengandung maksud baik.

   Lagi pula, tentunya Kie Pa juga telah mempunyai kepandaian yang tinggi.

   "Siauw-hiap..... ini... ini...."

   Kiam-jie gugup sekali. Kie Pa menoleh kepadanya, dia tersenyum dengan tawar.

   "Aku hanya ingin main-main sebentar dengan Ma Tay-hiap ini!"

   Katanya dengan suara mengejek.

   "Hmmm.... jadi gatal telapak tanganku ini dan ingin bermain-main sebentar diatas panggung ini! Aku tidak bermaksud untuk memperebutkan Siang Sio-cia, jadi tegasnya aku hanya ingin main-main dengan Ma Tay-hiap diluar garis dari semestinya."

   Kiam-jie jadi gugup.

   "Tetapi.... ini.... nanti bagaimana...."

   Dan dia benar-benar gugup sekali. Kie Pa tertawa.

   "Aku hanya mengganggu sebentar saja dan lagi pula kalian akan menyaksikan suatu keramaian toh?"

   Tanya Kie Pa dengan cepat.

   Kiam-jie tidak bisa mengambil keputusan.

   Dia cepat-cepat turun dari panggung menghampiri Siang Wang-gwee.

   Dia memberitahukan kepada hartawan she Siang itu.

   Dan, Siang Wang-gwee ternyata senang menyaksikan keramaian, dia mengijinkan.

   Maka dari itu, Kiam-jie kembali keatas panggung dan meneriaki dengan suara yang lantang .
Kolektor E-Book
51

   "Karena sesuatu hal, maka Pie-bu yang berlangsung akan diseling dulu oleh pertandingan antara Ma Siauw-hiap dengan tuan ini!! Dan, kita akan menyaksikan suatu keramaian!!"

   
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Mendengar itu Ma Cin mendongkol sekali, dia tidak bisa mengatakan tidak mau, sebab kalau terjadi hal itu, mukanya mau ditaruh dimana? Maka dari itu terpaksa dia menghadapi Song Kie Pa juga.

   Pada saat itu Kie Pa telah tertawa dingin, menyeramkan sekali wajahnya.

   "Orang she Ma.... hayo kita mulai!"

   Tantangnya.

   Ma Cin terpaksa bersiap-siap.

   Cie Kiat yang menyaksikan gerakan dan gerak-gerik dari Kie Pa, dia bisa memperoleh kesan bahwa orang she Song ini tidak bermaksud baik.

   Dia mengawasi terus, dengan penuh perhatian.

   Dilihatnya Song Kie Pa tanpa sungkan-sungkan lagi, dengan mengeluarkan bentakan yang keras, dia telah merangsek menyerang menggunakan Poan-koan- pitnya.

   Ma Cin cepat-cepat mengelakkan, kena ujung Poan-koan-pit dari Song Kie Pa mengincer dada dan pundaknya.

   Pedangnya juga diputar untuk melindungi dirinya, sedangkan kakinya digeser kesamping menjauhi Kie Pa.

   Didalam waktu yang sangat singkat sekali, mereka telah bertempur dengan seru.

   Tetapi biar bagaimana orang telah melihat dengan jelas bahwa Ma Cin berada dibawah angin.

   Lagi pula, Ma Cin tampaknya sangat terdesak sekali oleh setiap serangan Kie Pa.

   Malah, waktu Kie Pa melancarkan serangan berangkai, butir-butir keringat dingin membanjiri muka Ma Cin.

   Dia agak gugup, menangkis serangan setiap orang she Song itu.

   Gerakannya juga sering gugup, yang menyebabkan suatu keuntungan yang tidak kecil bagi Kie Pa.

   Ternyata, setelah terjadinya pertempuran yang dulu, antara Ma Cin dan Kie Pa, orang she Song itu telah mencari seorang guru dan belajar kembali dengan tekun, sehingga sekarang dia muncul dengan kepandaiannya yang khusus, yaitu Poan-koan- pit yang liehay dan berbahaya.

   Ma Cin juga merasakan bahwa dia semakin lama semakin terdesak dibawah angin.

   Biar bagaimana dia mau mempertahankan diri jangan sampai rubuh ditangan Kie Pa.
Kolektor E-Book
52 Tetapi setiap serangan Kie Pa selalu mematikan, dan juga sangat berbahaya.

   Hal itu membikin Ma Cin jadi terdesak hebat.

   Malah pedang Ma Cin jadi sering menyerang tempat kosong, dia kalah gesit kalau dibandingkan dengan diri Song Kie Pa.

   Suatu kali, dengan mengeluarkan seruan panjang, Kie Pa melompat tinggi.

   Poan-koan-pitnya menotok kearah batok kepala Ma Cin.

   Ma Cin melihat ancaman bahaya itu, kalau memang dia kena diserang, niscaya jiwanya bisa melayang ditangan orang she Song ini.

   Maka dari itu, cepat-cepat dia menggeser kakinya, dengan cepat dia melompat kesamping untuk menghindarkan diri dari serangan Song Kie Pa.

   Namun, tangan Kie Pa ternyata liehay sekali, dia mementangkan tangannya lebar-lebar sehingga waktu Ma Cin melompat kesamping, tetap saja Poan-koan-pit Kie Pa mengikuti sasarannya itu terus.

   Ma Cin kaget sekali, hatinya mencelos, dia sampai mengeluarkan seruan tertahan, rupanya dia kaget sekali.

   Kalau memang kepalanya itu berhasil ditotok oleh ujung Poan-koan-pit Kie Pa, maka jiwanya akan melayang dengan penasaran.

   Dan didalam keadaan terdesak begitu Ma Cin cepat-cepat melemparkan dirinya bergulingan dilantai Lui-thay, dia sudah tidak memperdulikan rasa malu lagi dan harga diri, yang penting dia mau menyelamatkan dirinya.

   Kie Pa telah meluncur turun, dan belum sampai Ma Cin berdiri tetap, Kie Pa telah melancarkan serangan yang berangkai kembali.

   Ma Cin jadi terperanjat, semangatnya terbang, karena waktu dia berdiri tahu- tahu ujung Poan-koan-pit lawan telah berada di dekat dadanya.

   Dia berusaha membuang diri lagi kebelakang, dan Poan-koan-pit itu dapat dielakkan, hanya topinya yang masih sempat terkait oleh ujung Poan-koan-pit Song Kie Pa.

   Ma Cin jadi mengeluarkan keringat dingin dan hatinya tergoncang hebat, sedangkan orang-orang yang menyaksikan pertempuran yang seru ini jadi bersorak dengan gembira......! Cie Kiat juga melihat, bahwa tak lama lagi Ma Cin pasti akan rubuh ditangan Kie Pa.......!
Kolektor E-Book
53 SIANG KIE LAN mengikuti jalan pertempuran itu dengan penuh perhatian, rupanya dia tertarik sekali.

   Cie Kiat juga melihat, berulang kali gadis she Siang ini mengeluarkan seruan kaget waktu Ma Cin terdesak dan terancam jiwanya.

   Sedangkan Song Kie Pa masih terus melancarkan serangan-serangan yang mematikan.

   Akhirnya dengan mengeluarkan bentakan yang keras, kembali dia melancarkan serangannya.

   Ma Cin yang telah terdesak hebat, dan juga terancam bahaya mati atau bercelaka, dia jadi nekad.

   Waktu melihat Poan-koan-pit lawan meluncur menyerang dirinya lagi, dia memutar kakinya setengah lingkaran, tahu-tahu dia mendekam, dan pedangnya berkelebat! Itulah suatu jurus ilmu silat yang akan mengadu jiwa! Hal itu bisa menyebabkan lawan dan dirinya akan mati bersama-sama.

   Orang-orang dibawah panggung yang melihat kenekatan Ma Cin, jadi mengeluarkan seruan tertahan.

   Sedikitpun orang-orang itu tidak menyangka bahwa Ma Cin akan bisa berlaku senekad begitu.

   Tampak Kie Pa tidak menarik pulang serangannya, dia meneruskannya.

   Tampak pedang dan Poan-koan-pit berkelebat dengan cepatnya, terdengar suara jeritan yang menyayatkan hati! Tampak Kie Pa terhuyung-huyung dengan bahu yang terluka mengeluarkan darah, dan Ma Cin masih rebah dilantai Lui-thay dengan tidak bernyawa lagi, karena dadanya telah kena ditoblos oleh Poan-koan-pit Kie Pa, yang nembus sampai kebelakang, kejantungnya, sehingga seketika itu juga orang she Ma direnggut nyawanya oleh utusan Giam-lo-ong, si raja akherat.

   Semua orang yang menyaksikan hal itu jadi seperti kesima, mereka mengawasi terpaku, sampai akhirnya orang-orang dibawah panggung tersadar dengan cepat dan mengeluarkan suara seruan-seruan yang berisik.

   Kiam-jie sendiri kaget melihat ada korban yang jatuh didalam pertandingan itu.

   Lebih-lebih Siang Wang-gwee.

   Dia melompat keatas panggung dengan muka yang guram, memperlihatkan ketidaksenangan hatinya.

   "Siapakah Heng-thay, mengapa kau membunuh saudara Ma yang sedang melakukan Pie-bu didalam perlombaan ini?"

   Tanya Siang Wang-gwee dengan tak senang, suara si hartawan she Siang juga tawar sekali. Kie Pa masih memegangi bahunya yang terluka, dia tersenyum.
Kolektor E-Book
54

   "Maaf Siang Wang-gwee, hal itu tak sengaja kulakukan!"

   Kata Kie Pa dengan cepat.

   "Dan harap Siang Wang-gwee mau mengerti, setiap pertempuran tentu ada yang kalah ada yang menang, ada yang terluka ada yang mati! Maka dari itu, kebinasan saudara Ma itu adalah biasa didalam suatu pertempuran."

   Mendengar perkataan Kie Pa, Siang Wang-gwee jadi tambah mendongkol. Tetapi belum lagi dia sempat berkata, telah melompat keatas panggung sesosok tubuh. Belum lagi kakinya menginjak lantai Lui-thay, sosok tubuh itu telah berkata .

   "Benar! Didalam pertempuran memang ada yang mati dan ada yang terluka! Itu memang wajar! Dan aku Ong Kim Hok ingin sekali berkenalan dan main-main sebentar dengan saudara!!"

   Tampak orang yang berteriak itu seorang anak muda bertubuh tegap, walaupun tidak begitu tinggi.

   Anak muda yang mengaku bernama Ong Kim Hok itu mempunyai muka yang tampan dengan rambut yang tersisir rapih, dia memakai baju ringkas berwarna kuning gading.

   Sikapnya gagah sekali.

   Kie Pa menoleh kepada orang itu, dia mengerutkan alisnya.

   Sedangkan anak muda she Ong itu telah menoleh kepada Siang Wang-gwee.

   "Siang Wang-gwee, biarkanlah aku main-main sebentar dengan saudara ini!!"

   Katanya dengan cepat.

   "Dan, kalau memang aku harus rubuh dan terbinasa ditangan saudara itu aku rela.......!"

   "Tetapi ini...... ini........"

   Siang Wang-gwee jadi serba salah.

   "Didalam suatu pertempuran memang harus ada yang terluka dan menang. Itu wajar..... maka biarlah Siauw-tee ingin main-main sebentar dengan saudara itu, untuk menambah pengalaman!!"

   Dan setelah berkata begitu, Ong Kim Hok menoleh kepada Kie Pa, dia tersenyum tenang sekali, katanya .

   "Saudara, siapakah she dan nama saudara!"

   Tegurnya.

   "Aku she Song dan bernama Kie Pa....... dan kukira antara kau dengan diriku tidak ada sangkutan apa-apa, kita seumpama air sumur dan air kali, yang tidak saling bertemu dan tidak saling mengganggu, mengapa kau ingin mencampuri urusan ini?"

   Ong Kim Hok tertawa tenang.

   "Aku sebetulnya datang kemari hanyalah untuk menyaksikan keramaian, tetapi tadi kulihat perbuatanmu kurang jujur, sebelum kau bunuh saudara Ma Cin, kau telah melemparkan segenggam jarum, sehingga dia jadi gugup dan menggunakan kesempatan itu kau telah menusuk dadanya sehingga dia binasa! Coba kalau tidak, mungkin kau yang akan terbinasa!"

   Ditegur begitu, wajah Kie Pa jadi berubah pucat, bibirnya gemetar.

   "Kau...... kau seenakmu menuduhku!"

   Bentak Kie Pa dengan gugup. Ong Kim Hok tertawa tawar, sikapnya tenang sekali.
Kolektor E-Book
55

   "Hmmm....... apakah kau anggap para Loo-cianpwee yang duduk dibawah panggung itu tidak mempunyai mata dan buta semuanya?"

   Balik tanya Kim Hok dengan suara yang keras.

   "Apakah kau anggap para Loo-cianpwee itu semuanya orang tolol yang tidak bisa melihat perbuatan busukmu?!"

   Hmmm...... coba kau dengar!"

   Dan Kim Hok menoleh kebawah panggung.

   "Para Loo-cianpwee dan saudara-saudara lainnya, apakah diantara saudara- saudara ada yang melihat perbuatan busuk orang she Song ini?"

   Tanya Kim Hok dengan suara yang nyaring.

   "Benar! Benar! Orang she Song itu sangat busuk sekali, dia menggunakan jarum Bwee-hoa-ciam uatuk merubuhkan Ma Cin!!"

   Terdengar beberapa suara yang membenarkan perkataan Kim Hok. Kim Hok tertawa tawar, dia menoleh lagi kepada Song Kie Pa.

   "Bagaimana orang she Song? Apakah kau masih mau mungkir lagi bahwa kau telah melakukan suatu perbuatan busuk sehingga menyebabkan jatuhnya korban jiwa?!"

   Dibongkar tipu busuknya itu, Kie Pa jadi murka sekali, tubuhnya sampai gemetaran.

   Dia memang dendam kepada Ma Cin, dan sudah mengambil keputusan untuk membunuh orang she Ma itu....

   dan ternyata niatnya itu terkabul.

   Tetapi dia memang telah menggunakan jarum-jarum Bwee-hoa-ciam, yang ditimpakkan kepada muka Ma Cin, yang membuat orang she Ma itu jadi gugup.

   Jarum-jarum Bwee-hoa-ciam yang dilemparkan oleh Song Kie Pa sangat halus sekali.

   Kalau memang bukan seorang ahli yang sudah sempurna ilmu silatnya, tentu tidak akan mengetahui permainan busuk dari orang she Song itu.

   "Aku...... aku tidak akan serendah begitu untuk melakukan perbuatan busuk yang kau katakan itu!"

   Bentak Song Kie Pa dengan gusar. Kembali Kim Hok tertawa tawar, dia membawa sikap yang mengejek.

   "Apakah kau ingin bukti?"

   Tanyanya. Kie Pa bimbang sesaat, tetapi kemudian dia membentak .

   "Coba kau buktikan.... kalau memang kau tidak bisa membuktikan perkataanmu itu, hmmmm, akan kubunuh lumat padamu!!"

   Kim Hok tidak melayani orang she Song itu lagi, dia menghampiri kearah mayat Ma Cin.

   Dia berjongkok disitu untuk mencabut beberapa jarum Bwee-hoa-ciam yang menancap dikening dan dimata Ma Cin.

   Tetapi waktu Kim Hok sedang berjongkok untuk mengambil jarum-jarum itu, tampak Song Kie Pa sangat gelisah sekali.
Kolektor E-Book
56 Dilihat olehnya bahwa Kim Hok berjongkok membelakanginya, sehingga tampak punggungnya terbuka untuk diserang.

   Karena saking gugupnya, takut kalau tipu busuknya yang digunakan untuk membunuh Ma Cin terbongkar, Kie Pa dengan nekad telah menusukkan Poan-koan- pitnya menyerang jalan darah Tay pie-hiatnya si anak muda she Ong.

   Kim Hok sedang berjongkok, tetapi dia liehay sekali, dia dapat mendengar angin serangan yang datang menyerang dirinya.

   Juga Kim Hok mendengar beberapa orang mengeluarkan seruan tertahan, termasuk Siang Wang-gwee sendiri.

   Sengaja Kim Hok tidak membalikkan tubuhnya, dia membiarkan serangan sampai datang dekat benar.

   Disaat ujung Poan-koan-pit dari Song Kie Pa hampir berhasil menotok jalan darah Tay pie-hiatnya, dengan tidak terduga tubuh Kim Hok agak doyong kemuka, dan tahu-tahu dia berputar dalam posisi tetap berjongkok, dan kakinya melayang kearah perut Kie Pa, sedangkan tangannya berhasil merampas senjata orang.

   Kie Pa sendiri terkejut.

   Tahu-tahu dia merasakan pitnya kena dirampas oleh Kim Hok dan perutnya dirasakan sakit sekali, karena kaki anak muda she Ong itu telah bersarang diperutnya.

   Tubuh Kie Pa terhuyung-huyung dan ambruk dilantai Lui-thay.

   Kim Hok pada saat itu telah berdiri.

   Dia menatap Kie Pa dengan tatapan mata yang mengejek dan dia juga tersenyum dingin.

   "Hmmm..... rupanya kau benar-benar seorang Siauw-cut yang tidak tahu malu!"

   Kata Kim Hok dengan mendongkol. Siauw-cut berarti penjahat kecil.

   "Untuk apa kau menyerang orang secara membokong begitu?"

   Wajah Kie Pa pucat sekali, dia tahu bahwa anak muda she Ong ini kosen sekali ilmu silatnya, berada disebelah atas dirinya.

   Kim Hok menimang-nimang kedua Poan-koan-pit Song Kie Pa yang direbutnya.

   Dipandanginya sesaat sambil tertawa dingin, kemudian dia melemparkannya kesamping.

   Senjata yang tidak ada harganya! kata Kim Hok dengan suara tawar.

   "Percuma kau menggunakan senjata kalau kau bertempur selalu menggunakan akal licikmu......! Hmmm, kematian dari Ma Cin harus kau tebus dengan jiwamu juga!!"

   Dan waktu berkata begitu, wajah Kim Hok jadi bengis, tampak hawa pembunuhan rupanya dia mendongkol tadi menyaksikan Kie Pa berbuat suatu kecurangan, melakukan sesuatu yang tidak jujur didalam pertempurannya dengan Ma Cin, yang menyebabkan kematian orang she Ma itu.
Kolektor E-Book
57 Lebih-lebih tadi waktu Kim Hok berjongkok orang she Song itu telah menyerangnya secara membokong maka hal itu menambah kegusaran anak muda she Ong tersebut.

   Orang-orang dibawah panggungpun sangat gusar sekali kepada Song Kie Pa, mereka semuanya memaki dengan makian yang menyakitkan anak telinganya.

   Kie Pa telah merangkak berdiri, wajahnya pucat sekali, dan tubuhnya agak menggigil.

   Dilihatnya oleh Kie Pa bahwa Kim Hok telah maju selangkah demi selangkah kearahnya.

   Dan Song Kie Pa menyadari bahwa dirinya bukan menjadi tandingan Kim Hok.

   Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Lagi pula dia tahu, kalau sampai dia kena dibekuk hidup-hidup oleh anak muda she Ong, pasti akan disiksa oleh orang banyak yang kala itu sedang bergusar kepadanya.

   Dengan mempunyai pikiran begitu, dan lagi pula dia sedang ketakutan, tahu- tahu dihatinya timbul suatu kenekadan.

   Diawasinya Kim Hok yang sedang menghampiri dirinya selangkah demi selangkah.

   Waktu dilihatnya anak muda she Ong itu telah berada dekat sekali dengan dirinya dengan tidak terduga Song Kie Pa menerjang menyerudukkan kepalanya kearah perut Kim Hok! Dia ingin mengadu jiwa dengan Kim Hok! Orang-orang yang berada dibawah panggung jadi mengeluarkan seruan tertahan, semuanya kaget dan menguatirkan keselamatan diri anak muda she Ong itu.

   Kim Hok sendiri juga menyadari bahwa orang she Song itu sangat licik sekali.

   Dan, dia melihat orang menyeruduk kearahnya dengan cepat, Kim Hok tidak jadi gugup, dia cepat-cepat mengulurkan tangannya akan menempeleng kepala orang she Song itu, dan kalau tempelengannya itu berhasil mengenai kepala Song Kie Pa, maka dengan sendirinya kepala orang she Song tersebut akan pecah hancur terpukul tangan Kim Hok.

   Tetapi belum lagi tangan Kim Hok berhasil memukul kepala Song Kie Pa, tahu- tahu meluncur dekat sekali beberapa titik-titik halus kemukanya.

   Kim Hok terperanjat, segera juga dia menyadari bahwa titik-titik yang menyerang dirinya itu adalah jarum-jarum Bwee-hoa-ciam yang dilepas oleh Song Kie Pa! Terpaksa Kim Hok menarik pulang tangannya, dan untuk melindungi dirinya dari serangan jarum-jarum yang halus-halus itu, dia membuang diri kesamping, bergulingan dilantai Lui-thay.......!
Kolektor E-Book
58

   Jilid 2 NAMUN Song Kie Pa tidak mau melepaskan anak muda she Ong itu terlolos dari jarum-jarumnya itu, dengan cepat dia telah menggerakkan tangannya lagi akan menyerang dengan jarum-jarumnya itu.

   Ong Kim Hok jadi kelabakan sekali dia gugup bukan main.

   Kalau memang tubuhnya itu terserang oleh jarum-jarum Bwee-hoa-ciam yang halus dan mungkin mengandung racun itu, dirinya tentu akan terbinasa, arwahnya akan terbang kedunia Barat, akan pulang ke neraka untuk menjumpai Giam-lo-ong! Maka dari itu dengan sekuat dirinya dia bergulingan dilantai panggung Lui-thay tersebut.

   Jarum-jarum menyambar terus, sedangkan orang-orang dibawah panggung jadi sengit dan gusar kepada orang she Song itu, mereka memaki-maki Kie Pa.

   Tetapi Kie Pa telah nekad dan kalap, dia sudah tidak memperdulikan segala makian-makian dari orang-orang dibawah panggung.

   Malah Siang Kie Lan dan Siang Wang-gwee sendiri jadi mendongkol serta murka kepada orang she Song itu, mereka menguatirkan keselamatan Ong Kim Hok.

   Siang Kie Lan sendiri sudah bangkit dagi duduknya, dia mau melompat naik ke atas panggung untuk memberikan pertolongan kepada Kim Hok.

   Tetapi tangan Kie Lan telah dicekal oleh Siang Wang-gwee.

   "Ayah...!"

   Si gadis menoleh kepada ayahnya dan menatap Siang Wang-gwee dengan pandangan tidak mengerti.

   "Jiwa... jiwa orang she Ong itu sedang terancam bahaya kematian....!"

   Siang Wang-gwee mengangguk, dia dapat membawa sikap yang tenang walaupun dia bergusar sekali kepada Song Kie Pa yang selalu berbuat curang dilalam pertempuran Pie-bu itu! "Duduklah dulu!"

   Kata Siang Wang-gwee. Orang she Ong itu tidak celaka, dia pasti akan ada yang tolong! Jago-jago dibawah panggung Lui-thay tentu tidak akan memandangi saja kematian anak muda she Ong itu dengan berpeluk tangan!"

   Si gadis she Siang itu duduk kembali, tetapi sikapnya gelisah sekali.

   Tampak dia masih menguatirkan sekali akan keselamatan jiwa Kim Hok.

   Sedangkan Kim Hok jadi gelagapan menghindarkan dari serangan-serangan jarum-jarum halus yang dilontarkan oleh Song Kie Pa.

   Disamping repot bergulingan, Kim Hok juga jadi murka sekali.

   Sebetulnya anak muda she Ong ini ingin menerjang jarum-jarum halus itu, dan sedang menerjang begitu dia akan membarengi dengan menyerang orang she Song tersebut.

   Tetapi akhirnya Ong Kim Hok tidak mengambil jalan nekad begitu, karena dia pikir untuk mengadu jiwa dengan orang she Song tersebut tak ada gunanya.

   Song Kie Pa sendiri jadi semakin kalap melihat serangan jarum-jarumnya tidak mengenai sasarannya.
Kolektor E-Book
59 Dia semakin menyerang dengan timpukan berangkai dari berbagai jurusan.

   Ong Kim Hok jadi mencelos hatinya melihat jarum-jarum itu meluncur dari berbagai jurusan, kearah kaki, perut, dan dada serta kepalanya, sehingga sulit baginya untuk mengelakkan serangan jarum-jarum itu, sebah kalau memang dia bergulingan menghindarkan kearah lain, tentu jarum-jarum berikutnya akan menyusul ditimpukkan oleh orang she Song itu.

   Kim Hok sampai mengeluarkan seruan tertahan.

   Jiwa anak muda she Ong ini benar-benar terancam bahaya kematian, sekali saja dia kena terserang oleh salah satu jarum-jarum itu, pasti dia akan terbinasa.

   Jago-jago dibawah panggung sampai melompat berdiri dari duduk mereka.

   Ada beberapa jago yang ingin melompat keatas panggung untuk menolongi Kim Hok dan menghajar Song Kie Pa.

   Tetapi, belum lagi salah seorang diantara mereka melompat, tampak sesosok bayangan telah melompat dengan cepat sekali, gesit luar biasa gerakannya.

   Dibarengi dengan berkelebatnya sosok bayangan putih tersebut keatas Lui-thay, terdengar suara tring-trang-tring berapa kali secara beruntun, tampak jarum-jarum yang disambitkan oleh Kie Pa kearah Ong Kim Hok runtuh sendirinya, dan diatas panggung tampak telah tambah satu orang lagi! Song Kie Pa yang melihat Ong Kim Hok dapat meloloskan diri dari serangan jarum-jarumnya itu disebabkan tertolongnya oleh orang yang baru melompat naik keatas panggung, maka dia jadi murka sekali.

   Dengan mementang mata lebar-lebar dia mengawasi kearah orang yang baru melompat naik itu.

   Didepannya berdiri dengan tenang seorang Siu-chay, pelajar, yang mengenakan pakaian pelajar yang serba putih dan berusia masih muda sekali.

   Wajah Siu-chay ini, pelajar tersebut, sangat cakap sekali, mempunyai hidung yang bangir dan bibir yang tipis, dan bibirnya itu tampak selalu tersenyum manis.

   Ong Kim Hok telab melompat berdiri, dia dapat bernapas dengan lega.

   Jiwanya seperti juga baru terlolos dari lobang tanduk, lobang jarum, dan dia menghapus keringat yang membanjiri wajahnya.

   Song Kie Pa telah meluap darahnya, dia murka sekali melihat mangsanya yang hampir dapat dibunuhnya telah tertolong oleh Siu-chay yang berpakaian serba putih ini.

   "Maafkan! Maafkan!!"

   Kata si Siu-chay sambil tersenyum.

   "Sebetulnya Hak- seng tidak ingin mencampuri urusan Pie-bu ini, namun karena tadi Hak-seng melihat bahwa pertempuran saudara-saudara sudah diluar garis Pie-bu dan bisa menyebabkan jatuhnya korban jiwa, mau tak mau Hak-seng jadi memberanikan diri untuk memisahkan kalian........!"

   Lemah lembut sekali suara si Siu-chay ini, dia berkata dengan suara yang tenang dan sikap yang sangat wajar sekali.
Kolektor E-Book
60 Song Kie Pa sedang gusar, apa lagi dia mendengar jago-jago dibawah panggung bertepuk tangan dan memaki-maki dirinya dengan cacian yang bisa membikin telinganya jadi copot terlepas saking merah matang.

   Dengan mata yang memancar bengis dia mendelik kepada si Siu-chay.

   "Siapa kau, Siu-chay bau?"

   Bentaknya dengan suara yang bengis."

   Mengapa kau begini tidak mengenal aturan? Didalam Pie-bu memang akan jatuh korban disalah satu pihak, mengapa kau seperti tidak mengenal aturan... mencampuri urusan kami?"

   Si Siu-chay tertawa lagi, sabar dan tenang sekali, manis sekali senyumnya itu. Juga pelajar berpakaian serba putih ini telah merangkapkan kedua tangannya menjura kepada Song Kie Pa.

   "Memang....!"

   Katanya sabar.

   "Hak-seng memang mengakui telah melanggar peraturan Pie-bu!"

   Ksta si pelajar berbaju putih itu."

   Tetapi bukankah tadi Hak-seng telah mengatakan bahwa Pie-bu kali ini, diantara saudara-saudara berdua, adalah diluar dari garis dari Pie-bu yang diadakan oleh Siang Wang-gwee? Maka dari itu, melihat akan ada korban jiwa diantara kalian, mau tak mau Hak-seng harus mencegahnya, biar bagaimana kita harus menghormati Siang Wang-gwee dari mengindahkannya.

   Kalau sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, bukankah Siang Wang-gwee akan jadi tidak enak hati?"

   Pelajar itu membawa sikap yang sabar dan ramah sekali, malah dia membahasakan dirinya dengan sebutan Hak-sang, yang berarti aku si murid, suatu perkataan yang sangat merendahkan diri dan berlaku sopan sekali.

   Tetapi Song Kie Pa adalah seorang bersifat kasar dan wataknya sangat keras.

   Dia sedang mendongkol dan bergusar sekali, maka dari itu, mendengar perkataan si pelajar berbaju putih tersebut wajahnya jadi merah padam.

   "Kalau memang kau merasa ingin memperoleh nama dan mau merasakan enaknya tangan serta jarum-jarumku ini, majulah! Biarlah kau menggantikan orang she Ong itu untuk bartempur dengan diriku. Hmmmm....... sebelum kau pergi menghadap Giam-lo-ong, sebutkanlah dulu namamu agar kau mampus dengan tak penasaran!!"

   Kata Song Kie Pa dengan suara yang bengis sekali. Kembali pelajar berbaju putih itu merangkapkan tangannya menjura kepada Song Kie Pa dengan ramah dan sabar.

   "Sebetulnya nama Hak-seng tak perlu dikenal oleh orang, karena tak ada harganya, tetapi tak apalah, karena Heng-thay, saudara, ingin mengetahui juga nama Hak-seng, maka memang lebih baik Hak-seng menyebutkanya!"

   Kata si pelajar dengan suara yang sabar.

   "Hak-seng she Lie dan bernama Cie Kiat!!"

   "Hmmmm.... Lie Cie Kiat!!"

   Kata Song Kie Pa begitu dia mendengar nama orang.

   "Nah jago-jago dibawah panggung telah mendengar namamu, sebentar lagi mereka hanya akan mengingat nama itu, karena kau akan ke neraka.....!"

   Dan tahu- tahu membarengi dengan perkataannya begitu, tangan Song Kie Pa bergerak dengan cepat sekali, dia telah melontarkan beberapa batang jarum Bwee-hoa-ciam kearah si pelajar, yang ternyata Lie Cie Kiat.
Kolektor E-Book
61 Orang dibawah panggung jadi mengeluarkan seruan tertahan, begitu juga Sing Kie Lan dan Siang Wang-gwee jadi mengeluarkan jeritan tertahan.

   Orang she Song itu ternyata licik dan jahat sekali, dengan menyerang secara begitu, sama saja dengan dia menyerang secara membokong.

   Lie Cie Kiat sendiri tenang sekali.

   Dia tidak terkejut melihat orang menyerang dirinya secara membokong begitu, karena sebelumnya dia memang telah menduga bahka Song Kie Pa akan melakukan hal tersebut.

   Maka dari itu, dikala dia melihat beberapa batang jarum melayang menerjang, dia cepat-cepat mengibaskan lengan jubah pelajanya yang lebar itu, dan dengan mengeluarkan suara breeeettt lengan jubah itu telah menggulung jarum-jarum yang menyerang dirinya.

   Sikap Cie Kiat sangat tenang sekali, dia menggerakkan tangannya untuk menggulung jarum-jarum itu dengan lengan jubahnya juga tanpa tubuhnya bergerak sedikitpun.

   Setelah jarum itu telah tergulung dilengan jubahnya, dengan perlahan-lahan dia menurunkan tangannya, sehingga jarum-jarum itu berjatuhan dilantai panggung dengan mengeluarkan suara tak-tak-tak-tak yang nyaring sekali, karena jarum- jarum itu telah amblas kelantai panggung dan lenyap kebawah! Wajah semua orang jadi berobah, dan mereka memandang seperti kesima.

   Begitu juga Song Kie Pa sendiri, wajahnya jadi pucat pasi.

   Seketika itu juga dia menyadari bahwa dia berhadapan dengan seorang yang berkepandaian tinggi sekali walaupun usia Cie Kiat baru belasan tahun! Orang-orang dibawah panggung termasuk Siang Wang-gwee dan Siang Kie Lan semuanya tersadar untuk lantas bersorak.

   Mereka memuji keliehayan anak muda she Lie itu.

   Juga Ong Kim Hok memuji keliehayan dari anak muda she Lie tersebut, dia kagum sekali melihat kekosenan Cie Kiat.

   Lagi pula Kim Hok merasa berterima kasih atas pertolongan Cie Kiat tadi terhadap dirinya.

   Sedangkan Song Kie Pa juga jadi berdiri seperti kesima.

   Matanya yang mendelik itu menatap kearah lantai Lui-thay yang telah berlobang kecil-kecil disebabkan diterobos oleh jarum-jarum Bwee-hoa-ciamnya yang telah dilemparkan Lie Cie Kiat kesitu.

   Hanya yang membuat Song Kie Pa jadi terkejut adalah tenaga dalam dari anak muda she Lie itu.

   Jarum Bwee-hoa-ciamnya yang halus seperti dua lembar rambut manusia itu ternyata telah dapat menembusi lantai Lui-thay yang keras sekali! Sedangkan Cie Kiat telah tersenyum dengan ramah.

   "Maaf.......... jarum-jarum itu beracun dan kalau sampai terpijak oleh kaki jarum- jarum itu akan membahayakan, maka Hak-seng telan mambuangnya!"

   Berkata si anak muda she Lie ini dengan sabar.

   "Dan perlu kuterangkan disini kepada Heng-thay, lain
Kolektor E-Book
62 kali janganlah sembarangan menggunakan jarum beracunmu itu karena semua itu tidak akan membawa kebaikan bagi dirimu!!"

   Mata Song Kie Pa mencilak bengis, dia tersadar dari terpakunya dengan murka. Kau.... kau...... kau pelajar setan!"

   Katanya dengan gusar.

   Dia mau menerjang lagi.

   Tetapi Cie Kiat sangat sabar sekali, dia tersenyum melihat lagak orang.

   Tahu-tahu kakinya itu terangkat, kemudian turun kembali perlahan-lahan, tetapi waktu mengenai lantai Lui-thay, Lui-thay tersebut jadi tergoncang perlahan, dan suatu pemandangan yang luar biasa tampak dihadapan orang banyak!! Kenapa? Ternyata jarum-jarum yang tadi digunakan oleh Song Kie Pa untuk manyerang Kim Hok yang banyak berserakan dilantai Lui-thay, telah berterbangan dan menancap ditiang penglarian dari Lui-thay tersebut.

   Inilah benar-benar suatu kejadian yang jarang sekali terjadi dan menakjubkan sekali! Semua orang yang melihat hal itu disamping kaget, juga sangat kagum sekali kepada ilmu tenaga dalam anak muda she Lie itu.

   Semuanya bersorak dengan suara yang gegap riuh.

   Song Kie Pa melihat hal itu juga jadi melongo dan hatinya tergoncang.

   Siang Kie Lan dan Siang Wang-gwee gembira sekali, mereka sampai bersorak- sorak tanpa mereka sadari.

   "Kau... kau gunakan ilmu siluman apa ini?"

   Tanya Song Kie Pa dengan gusar sekali.

   Cie Kiat tetap membawa lagaknya yang ramah dan sabar, dia tetap menghadapi orang she Song itu dengan tenang.

   Tadi dia memang sengaja memperlihatkan sedikit Lwee-kangnya, dan hal itu telah menggempur semangat dari orang she Song ini.

   "Hak-seng tidak menggunakan ilmu siluman, kalau memang Heng-thay masih penasaran, boleh maju kita main-main bebarapa jurus dulu!"

   Kata Cie Kiat.

   Song Kie Pa memang telah tergoncang hatinya, dia jadi jeri menghadapi anak muda she Lie ini, tetapi untuk mundur terang sudah tak bisa, dia akan menderita malu dan mukanya mau ditaruh dimana? Maka dari itu, dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras, dia menerjang kearah Cie Kiat.

   Semua orang yang melihat itu jadi menguatirkan keselamatan anak muda she Lie itu.

   Jago-jago dibawah panggung menguatirkan keselamatan Cie Kiat karena dia mengetahui tadi orang she Song ini selalu berlaku licik dan curang sekali, sering main membokong dan menyerang secara menggelap.
Kolektor E-Book
63 Tetapi Cie Kiat sendiri sangat tenang sekali.

   Dia melihat Song Kie Pa menyerang dirinya dengan kedua tangan terpentang dari tangan seperti cakar garuda seakan juga ingin mencengkeram.

   Maka dari itu, dengan tertawa manis dan bersikap sabar, Cie Kiat tidak menggeser kedua kakinya, hanya tangan kirinya yang terangkat, kemudian dia memiringkan tubuh kekanan sedikit, sehingga dengan mudah dia telah dapat mengelakkan serangan dari Kie Pa.

   Tetapi Cie Kiat tidak berhenti sampai disitu saja, disaat Kie Pa sedang nyelonong disampingnya, dikala orang she Song itu sedang kehilangan keseimbangan badannya, maka Cie Kiat mengeluarkan tangan kanannya dan plakkkk! punggung orang she Song itu telah kena dihajarnya sampai Kie Pa terjerunuk kedepan tanpa dapat mengendalikan keseimbangan badannya, lalu ambruk jatuh kebawah Lui-thay dengan muka yang terlebih dahulu mencium tanah, mukanya seketika itu juga jadi bengap dan dari hidungnya mancur darah merah yang segar! Waktu orang she Song itu merangkak bangun dan mengangkat mukanya dengan pancaran matanya yang bengis mengandung hawa pembunuhan, maka tampak darah merah itu telah memenuhi mukanya! Jago-jago dibawah panggung semuanya jadi kesima waktu melihat dengan mudah Cie Kiat dapat merubuhkan Kie Pa hanya dalam satu gebrakan saja! Dan waktu mereka melihat keadaan Kie Pa, mereka tersadar dengan cepat.

   Seketika itu juga mereka bersorak dengan suara yang riuh rendah, mereka memaki-maki dan mencaci orang she Song itu.

   Begitu juga Kie Lan dan Siang Wang-gwee, jadi bersorak dengan penuh kegirangan.

   Malah Siang Kie Lan tidak bisa mengendalikan dirinya, saking gembiranya dia sampai bersorak bertepuk tangan dengan berjingkrak......! * * * CIE KIAT telah melangkah kedekat tepian Lui-thay itu, dia menjura memberi hormat kearah Song Kie Pa.

   Maafkan! Dengan menyesal dan tanpa sengaja Hak-seng telah membikin Heng- thay jadi celaka!!"

   Kata Cie Kiat sambil tersenyum.

   "Dan, kukira luka itu cukup menyakitkan bukan? Nah, lain kali kalau memang bisa Heng-thay jangan suka mencelakakan orang pula, karena dipersakiti oleh orang bukanlah enak.....!!"

   Maka Kie Pa jadi merah padam, dia menganggap bahwa perkataan Cie Kiat itu sebagai penghinan baginya. Dengan mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur dia menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat melompat keatas panggung Lui-thay.

   "Akan..... akan kubunuh kau!!"

   Bentaknya dengan suara yang menggeledek.
Kolektor E-Book
64 Tetapi Cie Kiat tetap tenang, dia bersikap sabar sekali kepada orang she Song ini.

   "Apakah Heng-thay masih penasaran dan mau merasakan perasaan sakit yang lebih lagi?!"

   Tanya Cie Kiat degan suara mengejek.

   
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Hmmm..... sabarlah Heng-thay, janganlah suka dikuasai oleh nafsu amarahmu, karena kau juga yang akan celaka! Seperti tadi kalau memang aku ingin mencelakai dirimu, sama mudahnya seperti membalik telapak tanganku sendiri..... dengan kutotok jalan darah Tay-yang-hiatmu, pasti tadi kau telah terbang ke neraka menghadap ke Giam-lo-ong!!"

   Tetapi Song Kie Pa telah nekad benar dia sedang dikuasai oleh hawa amarah yang sangat.

   Maka dari itu, perkataan Cie Kiat tidak diperdulikannya, dia telah menubruk lagi dengan cepat, dan kedua tangannya terulurkan yang kiri mengincer perut Cie Kiat, sedangkan yang tangan kanannya akan mencengkeram batok kepala anak muda she Lie itu.

   Tetapi Cie Kiat telah sempurna ilmu silatnya, orang macam Song Kie Pa ini tidak dipandang sebelah mata olehnya, karena kepandaian orang she Song ini berbeda jauh sekali, seperti langit dan bumi.

   Maka dari itu, dikala ia melihat orang menyerang lagi dengan dua serangan sekaligus, dengan cepat Cie Kiat menarik napas dalam-dalam, dia berdiam terus ditempatnya menantikan serangan lawan sampai padanya.

   Dikala kedua tangan dan serangan dari Song Kie Pa hampir mengenai dirinya, dengan mengeluarkan bentakan yang keras, Cie Kiat telah mengangkat tangannya, dan gerakan yang cepat sekali sehingga tidak bisa diikuti oleh manusia biasa, tangan Cie Kiat bergerak menangkap kedua tangan Kie Pa kemudian dengan mengerahkan empat bagian tenaga Lwee-kangnya Cie Kiat telah menggentak tangan Kie Pa.

   Bagaikan dihembus angin topan yang keras, tubuh Kie Pa terlambung tinggi sekali keluar dari lingkungan Lui-thay kemudian ambruk ditanah dengan keras! Waktu tubuhnya terlambung keatas begitu, semangat Kie Pa seperti ikut terbang juga.

   Dan tubuhnya ketika terbanting keras ditanah, dia jadi mengeluarkan suara jeritan yang menyayatkan, karena tangan kirinya seketika itu juga telah patah! Dengan merangkak menahan perasaan sakit dan darah dari hidungnya memenuhi bajunya, maka Kie Pa bangkit berdiri.

   Bersamaan dengan itu, tampak sesosok tubuh melompat kedekat Kie Pa.

   "Kau tidak apa-apa, Song-jie!"

   Terdengar orang yang baru datang itu menanya dengan suara yang parau, mengandung hawa amarah. Kie Pa menoleh, dia melihat seorang lelaki tua yang telah berjanggot dan rambutnya telah berobah putih seluruhnya dan mengenakan jubah panjang.

   "Su-hu......!"

   Panggilnya dengan suara yang parau, kemudian tubuhnya menggigil, roboh terguling jatuh pingsan!!
Kolektor E-Book
65 Cepat-cepat lelaki tua berambut putih itu, yang dipanggil suhu yang artinya guru, oleh Kie Pa, telah berjongkok dan mengangkat tubuh Kie Pa, diletakkan kemudian dibawah Lui-thay.

   Kemudian dengan cepat dia menjejakkan kakinya melompat keatas panggung, matanya memancar bengis sekali, wajahnya menyeramkan.

   Cie Kiat tetap berdiri tenang, dia memang sedang mengawasi lelaki tua yang dipanggil sebagai gurunya Kie Pa.

   Mulut anak muda she Lie ini juga memperlihatkan senyumnya yang manis, sikapnya sabar sekali.

   "Bocah busuk!"

   Bentak lelaki tua itu dengan suara yang keras sekali.

   "Kalau memang hari ini aku Sam-cie Sam-kun Oey Tat tidak bisa membunuh dan mencincang tubuhmu, maka untuk seterusnya aku tidak akan berkelana didalam dunia Kang-ouw lagi, aku akan mencuci tangan!!"

   Mendengar orang mengakui dirinya sebagai Sam-cie Sam-kun, tiga pukulan tiga jari itu maka orang-orang di bawah panggung jadi ribut gegar.

   Karena Sam-cie Sam-kun adalah seorang jago yang menjagoi wilayah Sam-say, dia jarang sekali menemui tandingan.

   dan Oey Tat memang terkenal akan ketelengasannya, maka tak heran kalau memang Kie Pa bengis karena dia ternyata murid Oey Tat.

   Tetapi yang membuat orang-orang heran, mengapa jago tua tersebut, jang boleh dikatakan hampir tak pernah menemui tandingannya tersebut bisa ikut mencampuri persoalan anak-anak muda? Dan dengan sendirinya jago-jago di bawah panggung, Siang Wang-gwee dan Siang Kie Lan, serta Ong Kim Hok jadi mengkhawatirkan keselamatan diri Cie Kiat.

   Tetapi Cie Kiat selalu membawa sikapnya yang tenang dan selalu memperlihatkan senyumnya yang manis dan sabar sekali.

   Dia merangkapkan tangannya menjura kepada Oey Tat.

   "Maaf...... sebetulnya didalam persoalan ini tak ada diantara kami yang saling menyimpan ganjalan, tetapi ini hanyalah kami sedang Pie-bu dan didalam Pie-bu selalu saja disalah satu pihak harus mengalami kekalahan...... maka dari itu, kalah memang orang she Song itu adalah murid Loo-cianpwee, mengapa Loo-cianpwee tidak mendidiknya agar dia mempunyai kepandaian yang lumayan agar dia tidak sampai kena dirubuhkan orang?"

   Mendengar perkataan Cie Kiat, yang mirip dengan sindiran dan ejekan, Oey Tat jadi tambah murka. Wajahnya jadi berobah merah padam dan sangat menyeramkan sekali.

   "Bocah busuk!!"

   Bentak Oey Tat kemudian dengan suara gemetar.

   "Kepandaian muridku itu memang bukan tandinganmu, tetapi kau turun tangan tadi terlalu keras sekali! Sebetulnya cukup kalau kau hanya merubuhkannya diatas lantai Lui-thay ini, tetapi mengapa kau malah melemparkan dirinya dalam jarak yang bagitu tinggi?! Hmm...... kalau sampai muridku itu binasa dan mengalami cidera atau bercacad,
Kolektor E-Book
66 apakah kau kira Sam-cie Sam-kun Oey Tat mau sudah sampai disitu saja?! Mengenai kepandaian mungkin kau mempunyai sedikit kepandaian sehingga kau jadi berkepala maka dari itu mari kita main-main untuk membuktikan apakah kau memang mempunyai kepandaian ilmu silat yang bisa kau andalkan!"

   Cie Kiat tersenyum mendengar perkataan Sam-cie Sam-kun Oey Tat. Dia merangkapkan tangannya lagi menjura kepada jago tua itu.

   "Boanpwee Lie Cie Kiat tidak berani kalau harus membentur Loo-cianpwee!"

   Kata Cie Kiat merendah. Sam-cie Sam-kun mendengus mengejek, wajahnya tetap tidak enak dilihat.

   "Aku bukannya si tua ingin menghina si muda, tetapi aku ingin melihat sampai dimana kepandaian yang kau miliki!!"

   Katanya dengan tawar.

   Jago-jago dibawah panggung jadi berdebar hati mereka, dirasakan suasana disekitar itu sangat tegang sekali.

   Siang Kie Lan juga sampai memegangi tangan ayahnya, mencekal terus tangan Siang Wang-gwee, karena dia sangat menguatirkan keselamatan diri Cie Kiat.

   Sam-cie Sam-kun Oey Tat bukanlah seorang manusia yang mudah untuk dipermainkan.

   Dia selalu bersikap bengis kepada lawannya dan juga selalu menurunkan tangan telengas.

   Maka dari itu, kalau memang sampai Cie Kiat mengalami sesuatu, tentu Siang Wang-gwee yang paling merasa tak enak hati.

   Pada saat itu Cie Kiat telah menjura lagi.

   "Kalau memang Loo-cianpwee mendesak juga, baiklah Boanpwee menemani Loo-cianpwee main-main beberapa jurus, tetapi Boanpwee harap Loo-cianpwee merasa belas kasihan kepadaku dan bermurah hati!!"

   Kata Cie Kiat merendah. Kembali Sam-cie Sam-kun mendengus.

   "Sudah jangan banyak cakap lagi, cepat kau mulai membuka serangan!"

   Bentaknya.

   Cie Kiat tidak lantas menyerang, dia mengawasi kakek tua yang telah berubah rambutnya menjadi putih semuanya itu, dia berpikir untuk menyerang dengan jurus apa dan apakah dia perlu turun tangan keras pada kakek tua itu? Sedangkan hati si anak muda she Lie ini juga ragu, kalau memang dia sampai merubuhkan Sam-cie Sam-kun ini, tentu si orang tua berambut putih ini akan merasa malu, dan hilang muka, maka dengan sendirinya Sam-cie Sam-kun akan merasa dendam padanya.

   Dengan begitu Cie Kiat telah menanam permusuhan dengan jago tua Sam-cie Sam- kun ini.

   Itulah yang tidak diinginkan oleh Cie Kiat, dia tidak mau sampai menanam permusuhan dengan siapa saja.

   Sebisanya dia ingin memperoleh jalan keluar yang baik diantara pertikaian itu.
Kolektor E-Book
67 Sebelum menyerang, Cie Kiat telah menjura sekali lagi kepada Sam-cie Sam- kun.

   Setelah itu, dengan jurus Ya-ma-hun-cong, kuda tua mengibaskan surinya, dia telah membuka serangan.

   Melihat serangan Cie Kiat adalah jurus biasa saja, tidak luar biasa, maka Sam- cie Sam-kun mendengus mengejek.

   Didalam hatinya dia membatin .

   "Apakah dia benar-benar hanya mempunyai kepandaian sebegini saja?"

   Dan dengan cepat kedua kaki Sam-cie Sam-kun telah bergeser kesamping, dia bermaksud dengan mengelakkan kesamping itunya akan membarengi dengan menyerang kearah Cie Kiat.

   Tetapi kesudahannya luar biasa sekali.

   Tangan Cie Kiat yang terlonjor lurus itu lewat diatas Sam-cie Sam-kun, dia memukul tempat kosong, tetapi tidak seperti biasanya, yang seharusnya Cie Kiat cepat-cepat menarik pulang tangannya malah sekarang Cie Kiat telah membalikkan telapak tangannya, tahu-tahu dia merobah arah, menyambar kearah tulang iga Sam- cie Sam-kun! Pukulan kali ini, kuat dan bertenaga sekali.

   Ternyata tadi Cie Kiat hanya menggunakan serangan-serangan tipu belaka, sekarang dia baru benar-benar menyerang.

   Sam-cie Sam-kun sendiri sampai terkesiap hatinya dia terkejut bukan main.

   Untung saja dia liehay, sehingga dia tidak sampai kena diselemoti begitu saja.

   Dengan cepat dia telah dapat menjejakkan kakinya, tubuhnya mencelat dengan cepat.

   Dan dikala tubuhnya sedang melambung begitu, maka kedua kakinya telah menendang secara berantai, tendangan yang datangnya silih berganti dan mengincer tempat bagian tubuh Cie Kiat yang berbahaya.

   Mendapatkan serangannya gagal mengenai sasarannya, dengan cepat Cie Kiat telah menarik pulang tangannya itu.

   Pada saat itu kedua kaki Sam-cie Sam-kun telah menyerang kearah dirinya dengan serangan yang berangkai, yang mengincer tempat berbahaya dibagian tubuhnya, maka dengan cepat Cie Kiat harus menyelamatkan diri.

   Tetapi sebagai seorang jago kosen, Cie Kiat tidak saja mengelakkan serangan Sam-cie Sam-kun, sambil mengelakkan tendangan-tendangan dari Sam-cie Sam-kun dengan memiringkan tubuhnya doyong kebelakang, maka dengan cepat tangan Cie Kiat menyapu setengah lingkaran, tubuhnya ikut berputar, tahu-tahu tangan Cie Kiat telah mengincer akan mencengkeram jalan darah An-tiong-hiatnya Sam-cie Sam-kun.

   Hati Sam-cie Sam-kun jadi mencelos, dia kaget luar biasa.

   Saking kagetnya dia sampai mengeluarkan seruan tertahan.

   Tetapi sebagai jago tua yang kawakan Sam-cie Sam-kun tidak menjadi gugup.
Kolektor E-Book
68 Dia mengetahui kalau memang jalan darah An-tiong-hiatnya kena dicengkeram oleh anak muda she Lie itu berarti seketika itu juga dirinya akan lumpuh, dan dengan dirubuhkannya begitu mukanya mau ditaruh dimana? Namanya yang harum dipupuk puluhan tahun tentu akan runtuh seketika itu juga.

   Dengan mengeluarkan seruan Ihhhhhh, tubuh jago tua berambut putih ini telah menggerakkan tubuhnya ditengah udara, tahu-tahu dia telah berpoksay.

   Dengan begitu cengkeraman tangan Lie Cie Kiat jatuh ditempat kosong lagi.

   Cie Kiat juga kagum melihat gerakan Sam-cie Sam-kun Oey Tat begitu sebat dan cepat sekali.

   Dia mengeluarkan seruan pujian, tetapi bukan hanya mulutnya yang bergerak memuji, melainkan tangannya juga telah bergerak lagi dengan kecepatan yang luar biasa, Cie Kiat tidak mau memberikan kesempatan kepada Oey Tat.

   Disaat tubuh kakek tua berambut putih itu sedang berpoksay ditengah udara, maka dengan cepat kedua tangan Cie Kiat telah menyerang lagi.

   Kali ini dia menyerang dari dua jurusan, tangan kirinya mengincer jalan darah Tie-tiang-hiatnya Oey Tat dibagian dada, sedangkan tangan kanannya mengincer batok kepala Sam-cie Sam-kun.

   Kalau memang salah satu kedua serangan itu mengenai sasarannya, berarti Oey Tat akan mengalami cidera dan terbinasa.

   Oey Tat sendiri terkesiap, dia tidak menyangka tadinya bahwa Cie Kiat ternyata dapat bergerak begitu cepat dan gesit sekali.

   Malah yang membuatnya jadi bingung, serangan-serangan yang dilancarkan oleh Cie Kiat sebetulnya adalah jurus-jurus ilmu silat biasa saja, dari perguruan Thian-san-pay, toh gerakan-gerakan si anak muda luar biasa sekali, sehingga serangan-serangan dan jurus yang biasa itu berobah jadi berbahaya dan dapat mengancam jiwa si kakek ini.

   Dengan cepat dikala kedua tangan Cie Kiat dikala hampir mengenai sasarannya, dikala tubuh Sam-cie Sam-kun sedang meluncur turun begitu, maka Oey Tat telah menangkis dengan menggunakan kedua tangannya, sehingga kedua tangan mereka jadi saling bentur dengan keras.

   Dikala terbentur begitulah maka Oey Tat meminjam tenaga tempur untuk mencelat lagi dan berpoksay dua kali diudara kemudian turun dilantai Lui-thay dengan selamat!! Tetapi biarpun begitu, dengan sendirinya hati si jago tua yang kawakan itu jadi tergoncang hebat, keringat dinginnya membasahi wajahnya.

   Sedikitpun dia tidak menduga bahwa Cie Kiat begitu liehay.

   Dan dengan adanya pengalaman begitu, maka Sam-cie Sam-kun tidak berani memandang rendah lagi kepada anak muda she Lie tersebut.

   Pada saat itu Cie Kiat telah tertawa, manis sekali tertawa anak muda she Lie ini.
Kolektor E-Book
69

   "Loo-cianpwee......!"

   Katanya dengan ramah.

   "Ternyata kepandaian Loo- cianpwee sangat sempurna dan liehay sekali, kalau tadi Boanpwee terlambat sedikit saja, tentu Boanpwee akan kena dirubuhkan oleh Loo-cianpwee!!"

   Sam-cie Sam-kun mengerutkan alisnya, dia mengetahui bahwa Cie Kait berkata begitu, anak muda tersebut ingin melindungi muka si jago tua ini, maka dengan sendirinya dia harus berterima kasih.

   Tetapi karena dia sebagai seorang jago yang kosen dan jarang sekali menemui tandingan, bukannya dia berterima kasih malah Sam-cie Sam-kun menganggap perkataan si anak muda she Lie itu adalah suatu penghinaan baginya.

   Dia mendengus dengan dingin.

   Wajah Oey Tat juga sangat menyeramkan sekali, matanya memancarkan cahaya pembunuhan.

   "Bocah, sebutkan nama gurumu!"

   Bentak Sam-cie Sam-kun dengan suara yang parau.

   Lie Cie Kiat tertawa, tetap ramah sikap pelajar berbaju putih she Lie ini.

   Antara Loo-cianpwee dengan Boanpwee tidak saling kenal mengenal pertamanya, juga hubungan kita seperti juga antara air sumur dengan air sungai yang tidak saling mengganggu, maka dari itu kita tidak perlu terlalu mengetahui soal pribadi masing-masing....

   dan mengenai nama In-su Boanpwee, kurasa itu sulit untuk diterangkan olehku dimuka orang ramai ini...!"

   Kata Cie Kiat dengan suara yang tenang. Cie Kiat membahasakan gurunya dengan sebutan In-su, guru yang berbudi. Wajah Sam-cie Sam-kun berobah merah padam.

   "Bocah setan!"

   Bentaknya memaki lagi dengan suara yang bengis.

   "Apakah aku ini tak berharga menurut anggapanmu untuk mendengar nama gurumu yang harum dan besar itu?"

   Ejeknya dengan mata mencilak bengis. Tetapi Cie Kiat tetap tertawa sabar.

   "Jangan salah mengerti Loo-cianpwee!"

   Kata Cie Kiat sabar.

   "Sudah Boanpwee katakan tak leluasa bagi Boanpwee untuk menyebutkan nama In-su dimuka orang ramai ini.....!!"

   "Baiklah! Sekarang kita boleh main-main beberapa jurus lagi..... dan kalau memang kau mengalami cidera ditanganku, maka janganlah nanti kau menyebut- nyebut nama gurumu untuk memohon belas kasihanku!"

   Kata Sam-cie Sam-kun dengan mendongkol. Cie Kiat hanya tersenyum. Baru saja anak muda she Lie ini mau menyahuti perkataan Sam-cie Sam-kun, tahu-tahu Oey Tat telah berteriak dengan suara mengguntur dan dia menyerang dengan hebat kepada Cie Kiat.
Kolektor E-Book
70 Kalau dilihat dari cara menyerang Oey Tat, maka jago-jago dibawah panggung mengetahui bahwa jago tua itu ingin membinasakan Cie Kiat, sehingga mereka jadi menguatirkan sangat keselamatan jiwa si pemuda she Lie ini.

   Hebat sekali serangan-serangan Oey Tat, tetapi bagi Cie Kiat tak berarti apa- apa.

   Anak muda she Lie ini tersenyum, tahu-tahu tubuhnya berkelebat-kelebat dengan gesit dan cepat.

   Setiap tangan Oey Tat bergerak dengan disertai oleh serangan mautnya, maka setiap kali pula tubuh Cie Kiat melejit-lejit bergerak dengan penuh kelincahan.

   Rupanya hal ini semakin membangkitkan kemurkaan dari Sam-cie Sam-kun dia sampai berteriak-teriak dengan murka dan berjingkrak-jingkrak disusul oleh serangan-serangannya yang mematikan....

   dia mendongkol dan murka sekali, tetapi menghadapi Cie Kiat ini Oey Tat murka dan bergusar tanpa daya, karena anak muda she Lie ini selain kosen pun liehay sekali ilmu silatnya......! CIE KIAT selalu memperdengarkan suara tertawanya, sambil bertempur dia selalu berkata .

   "Sabar Loo-cianpwee, tak baik orang cepat marah, karena bisa jadi cepat tua!!!"

   Hal ini menambah kemendongkolan Sam-cie Sam-kun, dia memperhebat setiap serangannya, tetapi selalu saja dapat dielakkan dan diegoskan oleh Cie Kiat.

   Suatu ketika, dikala Sam-cie Sam-kun sedang menyerang dengan dupakan kaki kirinya kearah kemaluan Cie Kiat, maka dengan suara yang nyaring Cie Kiat berkata sambil melompat menghindarkan serangan itu .

   "Sekarang telah cukup Boanpwee mengalah!!"

   Katanya dengan tertawa.

   "Nah, hati-hatiah Loo-cianpwee.... aku si angkatan muda akan berlaku kurang ajar!!"

   Dan benar-benar Cie Kiat telah mulai merangsek dengan pukulan berantai.

   Hal ini membikin Sam-cie Sam-kun jadi gelagapan juga, karena dengan cepat dia telah terdesak hebat.

   Cie Kiat sekarang sudah tidak berlaku sungkan-sungkan lagi, dengan cepat dan gencar dia melancarkan serangan-serangan yang berangkai kepada Sam-cie Sam-kun Oey Tat.

   Malah dikala Oey Tat sedang repot melompat mundur beberapa langkah kebelakang untuk menghindarkan serangan anak muda she Lie ini, Cie Kiat telah mengeluarkan suara siulannya yang panjang, tahu-tahu tubuhnya telah melompat
Kolektor E-Book
71 tinggi sekali, tangannya bergerak cepat, dan dia berseru dengan suara yang tinggi .

   "Kena!!"

   Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tangannya itu meluncur mengincer jalan darah Pie-ma-hiatnya Sam-cie Sam- kun Oey Tat yang terletak dibagian dada sebelah kiri.

   Orang-orang yang menyaksikan semuanya terpaku kesima, mereka duga serangan Cie Kiat pasti berhasil dengan baik dan mengenai sasarannya.

   Tetapi Oey Tat juga bukan jago sembarangan, dia memang sudah kenyang makan asam garam didalam dunia persilatan, sudah beratus kali dia bertempur dengan jago liehay.

   Walaupun kini dia dalam keadaan terdesak begitu dan serangan jari tangan si anak muda she Lie itu sudah berada dekat sekali dengan dadanya dimana jalan darah Pie-ma-hiatnya mau dicengkeram oleh anak muda she Lie itu, maka dengan cepat membuang diri kebelakang, bergulingan di lantai panggung Lui-thay.

   Rasa malu dan harga diri sudah lenyap yang penting disaat itu dia dapat menghindarkan diri dari serangan Cie Kiat, karena kalau sampai jalan darah Pie-ma- hiatnya kena dicengkeram oleh Cie Kiat, pasti namanya akan lebih runtuh lagi...

   dia tentu benar-benar akan tak berdaya dan menderita malu yang tidak terhingga.

   Tetapi Cie Kiat mana mau melepaskan lawannya begitu saja! Dengan cepat anak muda she Lie ini telah melompat kearah Oey Tat, dikala orang sedang bergulingan begitu, kaki Cie Kiat bergerak akan menendang dengan kakinya, menotok jalan darah Pay-tie-hiatnya Oey Tat.

   Tetapi Oey Tat benar-benar kosen, benar-benar liehay, biarpun dirinya telah terancam begitu macam, toh dengan berani dia menggunakan tangan kirinya untuk mencengkeram kaki Cie Kiat, kemudian malah tahu-tahu dia telah mencelat berdiri dan membarengi sedang melompat berdiri begitu, tangannya juga bekerja akan menotok pada biji mata Cie Kiat.

   Hal ini memaksa Cie Kiat harus mengelakkan dan akhirnya melompat mundur kebelakang.

   Dengan melompat Cie Kiat menjauhkan diri darinya, maka Oey Tat jadi bisa bernapas sesaat lamanya.

   Hatinya masih tergoncang.

   Dengan mata mencilak dia mengawasi Cie Kiat, tetapi sikapnya tidak seangkuh tadi dan juga tidak sebengis waktu pertama kali dia menegur Cie Kiat.

   "Bocah! Ternyata kau memang mempunyai kepandaian yang lumayan!!"

   Katanya dengan suara yang tawar.

   "Tetapi aku sudah mengatakan, kalau aku tidak bisa membunuh dan menghirup darahmu, aku tentu tidak akan berkelana didalam kalangan Kang-ouw lagi! Nah, bersiap-siaplah kau untuk menerima kematianmu!!"

   Setelah berkata begitu, tahu-tahu tangan Oey Tat meraba pinggangnya.
Kolektor E-Book
72

   "Sreetttttt!"

   Dia telah menarik sebatang pecut yang lemas dan bergigi, nyata itu adalah tulang seekor ular yang panjang sekali, dan tulang ular itulah dipakai untuk senjata pecut tersebut. Dengan tawa dingin Oey Tat memutar-mutar senjatanya itu.

   "Hmmmmm......... bersiap-siaplah kau untuk dijadikan sate pada pecutku ini!!"

   Katanya.

   Dan setelah berkata begitu, tangannya terayun dengan cepat.

   Pecut meletar dan menyerang kearah leher Cie Kiat.

   Cie Kiat masih tetap berdiam diri ditempatnya dengan tenang.

   Tadi dia hanya melihati saja orang mencabut senjatanya itu, dan waktu pecut Sam-cie Sam-kun itu menyambar dirinya, dia juga masih berdiam diri saja.

   Orang-orang yang menyaksikan dibawah panggung Lui-thay tersebut jadi berkuatir sekali, malah banyak yang berseru tertahan saking tegangnya suasana.

   Mereka menguatirkan diri anak muda she Lie itu akan menjadi korban pecut berduri dari Sam-cie Sam-kun.

   Cie Kiat yang berdiri tenang ditempatnya sejak tadi memang telah bersiap-siap, dia mementangkan matanya lebar-lebar penuh kewaspadaan.

   Waktu pecut dari Oey Tat menyambar dengan cepat dan sudah berada dekat sekali dengan mengeluarkan siulan yang panjang sekali, tahu-tahu dia mengulurkan tangannya, dia telah menyambut pecut itu dengan dua jari tangan terpentang.

   Dengan suatu kecepatan yang luar biasa tahu-tahu pecut itu telah kena dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengahnya.

   Pecut tersebut jadi tak bisa bergerak.

   Sam-cie Sam-kun Oey Tat jadi terkejut, dia mencelos hatinya, karena dia kaget bukan main.

   Dengan cepat dia membetot cambuknya itu, tetapi jangankan tertarik, bergerak saja tidak! Wajah Sam-cie Sam-kun jadi merah padam, dia mengerahkan Lwee-kangnya dengan sekuat tenaganya, untuk menarik cambuknya tersebut.

   Tetapi jepitan jari tangan Cie Kiat sangat kuat sekali, sehingga cambuk itu tetap tidak bergerak.

   Cie Kiat tersenyum tawar waktu melihat Sam-cie Sam-kun wajahnya dipenuhi oleh butir-butir keringat.

   "Kukira permainan kita telah cukup!"

   Kata Cie Kiat dengan suara tawar. Dan membarengi dengan perkataannya itu, Cie Kiat mengerahkan lima bagian tenaga dalamnya, dia menggentak pecut itu.
Kolektor E-Book
73 Seketika itu juga Sam-cie Sam-kun merasakan dirinya seperti terbang, kakinya tidak menginjak lantai panggung Lui-thay, karena memang kenyataannya tubuhnya itu terlambung tinggi sekali tertarik kearah Cie Kiat.

   Anak muda she Lie itu menekuk kaki kirinya, sehingga tubuhnya agak merendah, disaat tubuh Sam-cie Sam-kun lewat diatas kepalanya, dia mengulurkan tangan kanannya menghajar telak dada Oey Tat.

   Terdengar suara ngeeeekkk dari mulut Oey Tat, dan tubuhnya tambah keras ambruk ditanah dibawah panggung.

   Dengan menderita kesakitan yang hebat, karera merasakan dadanya seperti mau remuk terhajar telak oleh tangan Cie Kiat, Sam-cie Sam-kun berdiri perlahan-lahan.

   Tetapi biarpun dia dalam keadaan kesakitan, toh cahaya matanya masih tajam dan mendelik kearah Cie Kiat dengan memancarkan bahwa dia sangat mendendam kepada diri pemuda she Lie tersebut.

   "Bocah, kali ini kau memang dapat merubuhkan diriku, tetapi ingatlah pada suatu hari nanti tiga tahun lagi, aku pasti akan mencarimu!!"

   Kata Oey Tat dengan suara mendendam dan sambil melibatkan pecutnya kepinggangnya kembali.

   "Dan, budi kebaikanmu pada hari ini akan kuhajar lipat dua nantinya!! Cie Kiat hanya tertawa saja mendengar perkataan orang, dia tidak bermaksud untuk melayaninya. Dengan teringsut-ingsut Sam-cie Sam-kun melangkah kearah Song Kie Pa yang masih rebah pingsan dibawah panggung Lui-thay. Dibawah sorotan mata orang-orang yang mengawasi mereka guru dan murid, Sam-cie Sam-kun melangkah perlahan-lahan meninggalkan tempat tersebut. Waktu dia akan berlalu, sekali lagi dia memandang kearah Cie Kiat dengan tatapan mata yang bengis. Dan, setelah itu barulah dia menjejakkan kakinya, melompat keatas dinding, lalu lenyap dari pandangan orang banyak. Cie Kiat sendiri telah melompat turun dari atas panggung. Dia menuju ketempatnya berduduk lagi. Dia duduk disitu. Semua jago-jago dibawah panggung memuji kekosenan anak muda berpakaian serba putih she Lie ini, karena jarang sekali ada orang yang bisa menandingi kepandaian dari Sam-cie Sam-kun Oey Tat itu! Dan sekarang Cie Kiat bisa merubuhkan jago tua itu, berarti kepandaian Cie Kiat luar biasa sekali! Siang Wang-gwee dan Siang Kie Lan telah mendatangi Cie Kiat, mereka memuji keliehayan dan kekosenan dari anak muda she Lie ini. Cie Kiat jadi likat, dia malu sendirinya, dan selain mengeluarkan perkataan merendah.
Kolektor E-Book
74 Waktu Ong Kim Hok menyatakan terima kasihnya, dia juga mengatakan bahwa pertolongannya yang diberikan kepala pemuda she Ong itu, sebetulnya tidak berarti apa-apa.

   Semua orang yang melihat sikap dan perangai dari pemuda she Lie tersebut, yang walaupun mempunyai kepandaian yang luar biasa, toh masih tetap membawa sifat merendah diri dan ramah tamah, tidak angkuh, mereka jadi kagum sekali.

   "Kalau memang Lie Siauw-hiap mau, lebih baik Lie Siauw-hiap menetap disini di gubukku untuk beberapa hari lamanya guna menyatakan kekaguman kami atas kekosenan dan keliehayan ilmu silat Lie Siauw-hiap!"

   Kata Siang Wang-gwee.

   Lie Cie Kiat telah menolaknya dengan rendah hati, dia mengemukakan alasan bahwa dia masih mempunyai urusan yang belum lagi diselesaikannya, maka dari itu terpaksa dia menolak tawaran dan kebaikan dari Siang Wang-gwee.

   Sesaat kemudian Pie-bu itu telah dimulai lagi.

   Ada dua jago silat muda yang naik keatas panggung untuk memperebutkan gelar juara, demi dapat mempersuntingkan nona manis seperti Siang Kie Lan.

   Tetapi hati nona Siang itu telah terpikat pada Cie Kiat.

   Entah kenapa gadis ini jadi sering melirik kearah tempat duduk Cie Kiat, dan kalau memang mereka bertemu pandang secara kebetulan, seketika itu juga si gadis menundukkan kepalanya dengan pipi yang berobah merah seperti tomat, dia juga melemparkan seulas senyum, yang selalu dibalas oleh Cie Kiat.

   Nona Siang ini juga entah kenapa dia jadi mengharapkan agar Cie Kiat juga ikut turun Pie-bu memperebutkan dirinya, karena dia percaya, pasti Cie Kiat yang akan merebut kemenangan, karena Siang Kie Lan yakin akan kepandaian dari anak muda she Lie ini yang mempunyai kepandaian luar biasa sekali.

   Kepandaian tinggi, wajah cakep, dan cara serta bicaranya menarik, maka hati siapa yang tak akan tertarik? Siang Kie Lan sendiri jadi berdoa, semoga Cie Kiat cepat-cepat naik kepanggung guna ikut memperebutkan dirinya, agar secepatnya nanti akan diumumkan bahwa Cie Kiat adalah tunangannya...........! Tetapi betapa kagetnya hati si nona Siang, karena dilihatnya pada suatu ketika Cie Kiat telah berdiri dari duduknya dan menuju kepintu luar.

   Si gadis jadi sibuk.

   Pada saat itu diatas panggung sedang terjadi suatu keributan diantara dua orang anak muda yang sedang Pie-bu, mereka masing-masing saling mempersalahkan, karena kedua senjata mereka masing-masing terlepas.

   Tetapi hal itu tidak menarik perhatian nona Siang ini, Kie Lan jadi repot menggoyang-goyangkan tangan ayahnya.

   "Thia.... dia.... dia mau pergi!!"

   Katanya dengan gugup. Siang Wang-gwee jadi heran, dia melihat gadisnya ini kebingungan sekali. Juga Siang Wang-gwee tidak mengetahui siapa yang dimaksud dia oleh Kie Lan.

   "Siapa maksudmu?"

   Tanya Siang Wang-gwee kemudian.
Kolektor E-Book
75

   "Itu.... Lie Siauw-hiap mau pergi!!"

   Kata Siang Kie Lan dengan wajah yang berobah merah, dan dia cepat-cepat menundukkan kepalanya.

   Siang Wang-gwee menoleh kearah tempat duduk Cie Kiat, dilihatnya memang benar anak muda she Lie itu sedang melangkah akan menuju kepintu keluar.

   Siang Wang-gwee jadi sibuk juga.

   Kericuhan diatas panggung tidak menjadi perhatiannya lagi.

   Cepat-cepat dia mengejar Cie Kiat.

   "Lie Siauw-hiap.....! Lie Siauw-hiap!!"

   Panggilnya dengan tergopoh.

   Cie Kiat mendengar dirinya dipanggil orang, dia menoleh.

   Tadi dia memang bermaksud untuk maninggalkan tempat ini.

   Dilihatnya Siang Wang-gwee dan nona Siang sedang mendatangi dengan cepat- cepat.

   Tampaknya mereka sibuk sekali.

   "Lie Siauw-hiap, kau mau kemana?"

   Tegur Siang Wang-gwee begitu dia sampai di depan Cie Kiat. Cie Kiat tersenyum tenang.

   "Hak-seng rasa sudah cukup lama Hak-seng berdiam disini, maka Hak-seng bermaksud akan melanjutkan perjalanan Hak-seng pula....!!"

   Dia menyahuti.

   "Apakah.... apakah tak lebih baik kalau memang Lie Siauw-hiap bermalam satu atau dua malam digubuk kami?"

   Kata nona Siang dengan gugup.

   Pada saat seperti itu lenyap rasa canggung dan malunya, dia merasa berat ditinggalkan oleh pria yang telah dapat menggedor pintu hatinya.

   Entah kenapa, biarpun dia bertemu dengan Cie Kiat belum lama, toh dia telah menyukainya.

   Cie Kiat tersenyum mendengar perkataan gadis itu.

   "Terima kasih, Siang Kouw-nio...!"

   Kata Cie Kiat kemudian.

   "Lain hari Hak- seng pasti akan mampir pula kemari! Dan Cie Kiat merangkapkan kedua tangannya, dia menjura memberi hormat kepada Siang Wang-gwee dan Siang Kie Lan. Melihat orang berkeras juga ingin berangkat maka Siang Wang-gwee jadi tidak bisa memaksa terus. Dia terpaksa membalas pemberian hormat orang, dan Kie Lan juga membalas pemberian hormat Cie Kiat dengan berat sekali. Seperti juga telah mengetahui apa yang dirasakan oleh puterinya, sebetulnya Siang Wang-gwee juga setuju benar kalau Cie Kiat menjadi menantunya. Tetapi setelah memberi hormat kepada Siang Wang-gwee dan nona Siang itu, Cie Kiat telah memutar tubuhnya, melangkah meninggalkan tempat itu tanpa menoleh lagi.
Kolektor E-Book
76 Wajah Siang Kie Lan jadi berduka, guram sekali.

   Berat sekali hatinya ditinggal oleh pemuda yang telah dapat menarik hatinya.

   Mereka mengantarkan kepergian Cie Kiat sampai dimuka pintu.

   Akhirnya bayangan anak muda she Lie itu lenyap dari pintu.

   Siang Wang-gwee yang mengetahui kesusahan hati puterinya, cepat-cepat dia menghiburnya.

   Mereka kembali ketempat duduk mereka untuk menyaksikan yang Pie-bu.....

   pada saat itu di Lui-thay telah diganti oleh dua orang lainnya yang sedang bertempur seru.......

   ingin memperebutkan kemenangan.

   Tetapi semua itu tidak menarik perhatian Siang Kie Lan, dia kemudian masuk kedalam rumah dengan wajah yang berduka.

   Tak ada selera lagi baginya untuk menyaksikan keramaian itu, dan seandainya di antara yang Pie-bu itu ada yang memperoleh kemenangan, Siang Kie Lan sudah bertekad akan menolaknya....

   karena dia akan menunggu Lie Cie Kiat atau juga menyusul mencari pemuda she Lie itu, karena Cie Kiat benar-benar telah dapat menggedor pintu hati si gadis.....

   * * * MARI KITA IKUTI perjalanan Cie Kiat.

   Dia telah kembali kepenginapannya, dan cepat-cepat dia membungkus kembali Pauw-hoknya, buntalannya.

   Dia bermaksud untuk berangkat meninggalkan kampung Liong-gak-chung pada saat itu juga.

   Perintah gurunya untuk membunuh penjahat besar yang bernama Liang Ban Cen telah dapat diselesaikan dan dilaksanakan, maka dari itu, masih ada beberapa perintah gurunya yang masih belum diselesaikannya.

   Waktu pemuda she Lie ini sedang membereskan pakaiannya yang diikat kedalam Pauw-hoknya, buntalannya, tiba-tiba dia jadi teringat pada nona Siang Kie Lan.

   Wajah gadis she Siang itu jadi membayang bermain didepan matanya.

   Tetapi sesaat kemudian, Cie Kiat telah menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

   "Ah aku benar-benar tidak tahu malu!!"

   Pikirnya.

   "Sudah jelas aku masih belum dapat menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan oleh In-su keatas pundakku, kheneh, sekarang telah memikirkan wanita! Hai Cie Kiat, kau benar-benar tidak tahu diri!! Sudahlah! Soal wanita dapat dipikirkan nanti dua atau tiga tahun lagi, dikala semua tugas yang diberikan oleh In-su telah selesai!!"
Kolektor E-Book
77 Dan Cie Kiat jadi tertawa lagi, kemudian dia meneruskan mengikat Pauw- hoknya.

   Setelah membereskan segalanya, Cie Kiat keluar dari kamarnya.

   Dia memerintahkan kepada seorang pelayan untuk mempersiapkan kudanya.

   Tetapi dikala dia sedang menunggu pelayan itu, tiba-tiba datang seorang lelaki yang bertubuh tinggi besar dan mukanya berewokan.

   Wajahnya bengis sekali, matanya memancar tajam, menandakan bahwa lelaki bertubuh tinggi besar ini mengerti ilmu silat.

   "Lie Sian-seng!"

   Panggil lelaki berewok itu.

   Cie Kiat menoleh dengan terkejut.

   Dia merasa tidak mengenal lelaki bertubuh tinggi besar ini, tetapi mengapa orang ini mengetahui bahwa dia adalah orang she Lie? Siapakah lelaki bertubuh tinggi besar dan mukanya berewokan begitu? "Lie Sian-seng.......

   ternyata kau telah berada disini.

   Ayo ikut padaku, ada sedikit persoalan yang ingin kami bicarakan denganmu!"

   Kata lelaki bertubuh tinggi besar itu lagi. Cie Kiat jadi bingung.

   "Tuan.... mungkin tuan salah mengenali orang!"

   Kata Cie Kiat dengan cepat.

   "Hak-seng tidak kenal dengan tuan dan mungkin tuan salah mata!"

   Orang itu tertawa, tidak sedap sekali tertawa orang itu.

   
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Salah mengenali orang? Salah mata? tanyanya sambil tetap tertawa.

   "Oh tidak mungkin! Bukankah kau bernama Lie Cie Kiat?"

   Kembali Cie Kiat jadi terkesiap hatinya, dia bingung bercampur heran melihat orang mengetahui nama dan shenya begitu jelas.

   "Siapakah tuan..... mengapa tuan mengetahui nama dan sheku?"

   Tanya Cie Kiat dengan heran. Lelaki berewok itu kembali tertawa.

   "Jangan heran.......!"

   Kata si berewok dengan suara aseran.

   "Kalau memang Lie Sian-seng mau mengetahui siapa kami sebenarnya, maka ikutlah aku sebentar."

   Cie Kiat bersangsi sebentar. Dia duga dibelakang orang ini tentu ada peristiwa yang cukup hebat.

   "Bagaimana? Kau mau ikut atau tidak?"

   Tanya orang yang mukanya berewok tersebut waktu dia melihat orang bersangsi. Akhirnya Cie Kiat mengangguk juga.

   "Baiklah! Jauhkah tempat yang harus kita tuju?"

   Tanyanya.
Kolektor E-Book
78 Orang itu menggelengkan kepalanya.

   "Hanya beberapa lie saja!!"

   Dia menyahuti. Pada saat itu pelayan yang membawa kuda Cie Kiat sudah sampai. Cie Kiat memberikan persen kepada pelayan itu, terus dia tuntun kudanya itu.

   "Kau membawa kuda?"

   Tanya Cie Kiat kepada orang berewok tersebut. Orang berewok itu mengangguk cepat-cepat.

   "Kutambatkan dimuka rumah penginapan ini!"

   Dia menyahutinya.

   "Persoalannya sangat panjang kalau diceritakan, maka dari itu lebih baik Lie Sian- seng melihatnya dengan kepala mata sendiri". Cie Kiat mengangguk.

   "Ya..... begitupun boleh!"

   Kata anak muda she Lie ini.

   "Hanya yang membuatku jadi bingung dari mana kau mengetahui nama dan sheku?"

   Orang itu tersenyum.

   "Sudah kukatakan, nanti Lie Sian-seng akan mengetahui dengan sendirinya!"

   Menyahuti orang itu.

   Cie Kiat tersenyum sambil mengangkat pundaknya, kemudian dia menuntun kudanya keluar rumah penginapan, setelah itu dia melihat lelaki berewok tersebut menuju ke seekor kuda berbulu merah yang tertambat dibawah pohon.

   Dengan gerakan yang gesit, menandakan Gin-kang orang tersebut tidak lemah, lelaki itu melompat naik keatas kudanya.

   Cie Kiat juga menaiki kuda putihnya.

   "Ayo kita berangkat!"

   Kata Cie Kiat sambil tersenyum, tak tampak sedikitpun perasaan jeri diwajah anak muda she Lie ini walaupun dia harus mengikuti orang berewokan yang belum dikenalnya itu.

   Orang berewok tersebut mengedut tali kekang kudanya dan dengan cepat kuda tunggangannya itu mencongklang berlari dengan cepat.

   Cie Kiat hanya mengikuti saja dibelakangnya.

   Orang berewok tersebut melarikan kuda tunggangannya yang berbulu merah tersebut menuju keluar kampung Liong-gak-chung.

   Dalam waktu yang sangat singkat mereka telah berada diluar kampung Liong- gak-chung.

   Tetapi lelaki berewok tersebut masih terus juga melarikan kuda tunggangannya itu kearah selatan.

   Cie Kiat hanya mengikuti dari belakangnya saja.

   Anak muda she Lie sangat penasaran sekali, dia ingin sekali mengetahui apa maksudnya lelaki berewokan ini mengajak dirinya mengikuti dirinya.
Kolektor E-Book
79 Maka dari itu, sebagai seorang jago yang mempunyai kepandaian sempurna, Cie Kiat tidak jeri nanti menghadapi sesuatu, karena dia percaya akan kesanggupan dirinya untuk menghadapi orang berewok itu kalau memang dia bermaksud jelek pada dirinya.

   Jauh juga orang berewok tersebut yang bertubuh tinggi besar melarikan kudanya, sampai akhirnya ketika mereka sampai dimuka sebuah rumah yang terpencil sendiri rumah batu yang bentuknya sangat aneh, barulah orang berewok itu berhenti dimuka rumah itu.

   Cie Kiat juga menarik les kekang kudanya, dia tidak lantas turun dari kuda tunggangannya, melainkan mengawasi rumah yang bentuknya sangat aneh itu.

   Rumah itu dibangun dari batu kuat dan kokoh sekali tampaknya, namun bentuk rumah batu tersebut lucu sekali, hanya segi empat menyerupai kotak, tanpa wuwungan genteng, tertutup seluruhnya oleh batu, dan juga tampaknya tidak mempunyai jendela.

   Dengan bentuknya yang aneh itu, rumah tersebut jadi luar biasa sekali.

   Cie Kiat melihat lelaki berewok itu telah melompat turun dari kuda tunggangannya.

   Dengan langkah lebar lelaki berewokan tersebut menghampiri rumah batu itu lebih dekat.

   Kemudian tampak lelaki bertubuh tinggi besar ini menekuk kedua kakinya berlutut memberi hormat kearah rumah batu itu.

   "Tee-cu Cong Teng San dengan ini memberitahukan bahwa undangan Bunga Teratai telah dipenuhi oleh orang she Lie dan bernama Cie Kiat itu!!"

   Dan lelaki berewok yang mengaku bernama Cong Teng San tersebut mengangguk-anggukkan kepalanya tiga kali, kemudian baru bangkit berdiri.

   Diantara kesunyian suasana disekitar tempat itu, terdengar suara tertawa yang menyeramkan dari dalam rumah persegi empat menyerupai kotak itu .

   "Kikikikkkkkikikikik! Suruh masuk! Suruh masuk tamu kita yang kedelapan belas itu! Kikikkkkkikikkkkkikikikkkkkikikik!"

   Mendengar suara tertawa orang yang di dalam rumah persegi empat yang terbuat dari batu itu bulu tengkuk Cie Kiat jadi meremang berdiri, suara tertawa orang didalam rumah batu itu sangat menyeramkan sekali, seperti juga suara tertawanya setan penasaran.

   Cie Kiat jadi memandang kearah lelaki berewok itu, Cong Teng San, dengan sepasang alis mengkerut.

   Cong Teng San telah memutar tubuhnya menghadap kearah Cie Kiat.

   "Lie Sian-seng, mari kita masuk!"

   Ajaknya waktu dia melihat si pelajar berbaju putih ini masih bercokol terus diatas kuda putihnya. Cie Kiat mengangguk.
Kolektor E-Book
80

   "Baik!"

   Dia menyahuti.

   "Tetapi bolehkah Hak-seng mengetahui terlebih dahulu, siapakah orang didalam rumah itu?"

   Teng San tersenyum, tetapi Cie Kiat yakin dan pasti dibalik dari senyum orang she Cong tersebut mempunyai suatu tabir rahasia.

   "Nanti Lie Sian-seng akan mengetahui dengan sendirinya!"

   Katanya cepat.

   Cie Kiat tidak bertanya lagi, melainkan dia melompat turun dari kuda putihnya.

   Dia membiarkan kuda tunggangannya itu memakan rerumputan yang banyak bertumbuhan disekitar tempat tersebut.

   Dengan langkah lebar dan tanpa bersangsi sedikitpun Cie Kiat mengikuti Teng San.

   Hanya yang membuat Cie Kiat bingung adalah dimana pintu rumah itu, karena rumah tersebut dibangun dalam bentuk empat persegi, dan tak tampak pintunya.

   Cong Teng San melangkah kearah samping kiri rumah itu, disitu ada sebuah sumur yang ditepian sumur itu telah ditumbuhi oleh pohon alang-alang.

   Teng San menghampiri sumur itu.

   Cie Kiat hanya mengikuti dibelakangnya saja.

   Waktu sampai didekat orang she Cong itu, Teng San menengok kepada Cie Kiat.

   "Kita masuk melalui sumur ini!!"

   Katanya sambil tersenyum.

   Cie Kiat jadi mengerutkan alisnya lagi.

   Dia bertambah heran.

   Adakah orang yang masuk kedalam rumah melalui sebuah sumur? Apakah orang-orang didalam rumah yang bentuknyapun aneh itu adalah orang-orang yang sinting? Cie Kiat melongok kedalam sumur itu, dilihatnya sumur itu adalah sebuah sumur kering, yang dalamnya antara lima tombak lebih.

   Belum sempat Cie Kiat untuk berpikir terlebih jauh lagi.

   Cong Teng San telah melompat masuk kedalam sumur itu.

   Cie Kiat melongok kedalam sumur itu, tampak olehnya Teng San sampai didasar sumur itu dengan selamat, seperti juga dia telah biasa melompat masuk keluar disumur itu.

   "Hayo lompat Lie Sian-seng!!"

   Terdengar suara Teng San berteriak dari dalam sumur.

   Cie Kiat masih ragu-ragu sejenak, dia bimbang sesaat, karena biar bagaimana dia belum mengenal orang she Cong yang selalu merahasiakan mengenai dirinya.

   Lagi pula siapa yang ada didalam rumah batu persegi empat itu juga Cie Kiat tak mengetahuinya dengan jelas.

   Tetapi Cie Kiat adalah seorang pemuda yang berani sekali walaupun dia melihat keadaan sangat misterius dan penuh diselimuti oleh tabir rahasia, toh dia akhirnya
Kolektor E-Book
81 melompat juga kedalam sumur itu.........

   tubuhnya melayang kedalam sumur yang dalamnya kurang lebih diantara lima tombak.

    BEGITU KAKI Cie Kiat menginjak tanah dasar sumur tersebut, pandangan Cie Kiat agak gelap, karena suasana didalam sumur itu tak ada penerangannya.

   Dengan mengandalkan Gin-kangnya, maka Cie Kiat tidak mengalami kesukaran melompati sumur yang cukup dalam itu.

   Teng San telah maju kearah terowongan yang terbentang dihadapan mereka.

   Cie Kiat hanya mengikuti dari belakang orang she Cong itu.

   Seketika itu juga barulah Cie Kiat mengetahui bahwa sumur tersebut adalah merupakan jalan rahasia untuk menuju kedalam rumah berbentuk empat persegi tanpa pintu tanpa jendela itu.

   Jadi sumur yang telah kering itu dijadikan sebagai pintu keluar masuk dari orang-orang yang memasuki rumah persegi empat tersebut.

   Ketika mereka keluar dari lorong sumur itu, mereka sampai disebuah ruangan.

   Begitu melihat seisi ruangan itu, hati Cie Kiat jadi tergoncang juga.

   Dilihatnya didalam sebuah ruangan tampak sebuah meja panjang, disitu dikursi masing-masing duduk delapan belas orang.

   Wajah orang-orang itu bermacam-macam bentuknya, ada Too-jin, ada Hwee-shio ada yang berpakaian pengemis yang dipunggungnya menggemblok beberapa lembar karung dan juga terdapat orang yang berdandan petani.

   Dan yang luar biasa, yang membikin hati Cie Kiat jadi tergoncang adalah wajah kedelapan belas orang yang duduk mengelilingi meja itu semuanya rata-rata jelek- jelek dan menyeramkan, pecat-pecot mengerikan, seperti juga muka setan.

   Disamping dari meja panjang itu, di sebuah kursi yang besar dan beralaskan kulit macan, tampak duduk seorang berpakaian sangat aneh sekali.

   Dia memakai kun, gaun, wanita yang berwarna-warni, juga rambutnya terurai panjang sekali.

   Wajahnya pun luar biasa sekali, mungkin dibandingkan dengan kedelapan belas orang yang duduk dimeja panjang didekatnya itu, wajah orang inilah yang paling jelek dan buruk.

   Disamping orang tersebut berdiri seorang pengemis yang sedang menundukkan kepala saja.
Kolektor E-Book
82 Ketika melihat pengemis tersebut, seketika itu juga Cie Kiat teringat bahwa pengemis itu adalah pengemis yang pernah dia jumpai diperut gunung Fung-san, dan Cie Kiat pernah bertanya kepada pengemis ini mengenai letak kampung dari Liong- gak-chung.

   Waktu Cie Kiat menegaskan lagi, ternyata wajah orang yang duduk dikursi macan itu selain menyeramkan, pun tampak bengis sekali.

   Orang yang duduk dikursi macan itu juga mengawasi kearah Cie Kiat dan Cong Teng San.

   Wajahnya tak sedap untuk dilihat.

   Dan dia tertawa terkekeh lagi dengan wajah yang bengis sekali.

   "Selamat datang ditempat kami yang buruk ini!"

   Kata orang bermuka bengis itu.

   "Dan kedatangan kalian memang sedang kami tunggu!"

   Cie Kiat maju beberapa langkah, sedangkan Cong Teng San telah menghampiri lebih dulu kearah orang yang duduk dibangku beralaskan kulit macan itu. Dia menekuk kedua kakinya dan berlutut dihadapan orang tersebut.

   "Tee-cu telah kembali dan membawa orang she Lie ini menurut perintah Kauw- cu!"

   Kata Cong Teng San. Orang yang duduk dikursi beralaskan kulit macan itu mengangguk.

   "Ya, kau telah melakukan tugas dengan baik sekali!"

   Katanya dengan suara yang perlahan sekali.

   Sikapnya acuh tak acuh, malah kemudian dia mengibaskan tangannya memerintahkan Cong Teng San untuk bangkit berdiri.

   Cong Teng San bangun setelah mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali lagi.

   Dia menyingkir ketepian.

   Orang bermuka jelek ini telah melambaikan tangannya kearah Cie Kiat.

   "Kemari kau.... mendekat."

   Panggilnya dengan suara yang agak parau. Walaupun dirinya sedang diliputi oleh kesangsian yang sangat, toh Cie Kiat datang menghampiri.

   "Engkaulah yang bernama Lie Cie Kiat?"

   Tanya orang bermuka jelek itu setelah Lie Cie Kiat datang menghampiri lebih dekat. Cie Kiat mengangguk.

   "Ya!"

   Dia menyahuti dengan suara tegas.

   "Memang aku orang yang kau maksudkan itu!!"

   Orang yang duduk dikursi beralaskan kulit macan itu tertawa. Tidak sedap sekali suara tertawa orang itu. Agak menyeramkan.

   Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Bagus! Kau adalah orang yang kedelapan belas yang menanyakan letak dari perkampungan Liong-gak-chung kepada orangku ini!"

   Kata orang yang duduk dikursi
Kolektor E-Book
83 beralaskan kulit macan itu sambil menunjuk kearah pengemis yang sedang berdiri tegak disampingnya.

   Cie Kiat menuruti tunjukan dari orang itu, dia melihat kearah pengemis itu.

   Tampak si pengemis tersenyum kearah Cie Kiat dan menganggukkan kepalanya.

   Cie Kiat membalas senyuman si pengemis, diapun mengangguk.

   Didalam hati Cie Kiat jadi membatin.

   "Hmmmm.......... pantas mereka mengetahui, si pengemis inilah yang telah bertemu denganku diperut gunung...... dan padanya telah kuberitahukan she dan namaku!"

   Sedangkan orang yang duduk dikursi beralaskan kulit macan itu menoleh kearah ketujuh belas orang duduk dimeja panjang.

   "Saudara-saudara!! Inilah Lie Sian-seng, Lie Siu-chay, yang tadi telah kuceritakan! Lie Siu-chay akan termasuk salah seorang pengikut dari perlombaan yang akan kita adakan!!"

   Katanya dengan suara yang parau.

   Ketujuh belas orang yang sedang duduk dimeja panjang itu semuanya berdiri.

   Mereka merangkapkan tangannya menjura kepada Cie Kiat.

   Cie Kiat juga membalas penghormatan orang-orang itu, dia jadi repot sekali.

   Sedangkan orang yang duduk dikursi beralaskan kulit macan itu telah menunjuk kesebuah kursi yang masih kosong dibelakang meja panjang tersebut, yang terletak paling sudut dari urutan ketujuh belas orang lainnya.

   "Itulah tempatmu Lie Siu-chay!!"

   Kata orang itu.

   "Aku Pek-lek-ciu Oen Lay Tat meminta dengan sangat agar kau menuruti setiap perintah dari kami dan syarat dari kami, karena kalau memang kau tidak menuruti perintah kami, maka mungkin kau akan mengalami suatu rintangan dan juga akan menemui kesulitan..... kami tentu akan merasa tidak enak sekali padamu, karena biar bagaimana kau adalah tamu kehormatanku!!"

   Cie Kiat sedang kebingungan yang sangat, dia tidak mengerti apa maksud dari orang bermuka jelek itu. Dan juga dihati anak muda she Lie ini sedang dipenuhi oleh tanda tanya akan peristiwa selanjutnya yang akan dihadapi olehnya.

   "Ini.... ini......"

   Katanya tergugu, dia ingin meminta penjelasan. Tetapi orang bermuka jelek, dimana diwajahnya terdapat banyak sekali cacad bekas bacokan senjata tajam itu, yang mengaku bernama Oen Lay Tat, telah tertawa lagi dengan suara parau manyeramkan.

   "Duduklah!!"

   Katanya tegas sekali sambil mengibaskan tangannya. Cie Kiat jadi ragu-ragu sesaat, dia baru menanyakan lagi, Oen Lay Tat telah mengibaskan tangannya lagi.

   "Duduklah!!"

   Katanya lagi dengan suara yang lebih tegas.
Kolektor E-Book
84 Karena ingin mengetahui kelanjutan dari peristiwa ini, maka akhirnya Cie Kiat tidak banyak bertanya lagi.

   Dan menghampiri kearah kursi yang ditunjuk dan diperuntukkan bagi dirinya.

   Cie Kiat duduk disitu.

   Sedangkan Oen Lay Tat telah menoleh kearah ketujuh belas orang lainnya.

   Dia tersenyum, tetapi tetap saja senyumnya itu tak enak dipandang.

   Kemudian dia juga menoleh kepada si pengemis yang berdiri disampingnya.

   


Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Pendekar Panji Sakti Karya Khu Lung Hancurnya Sebuah Kerajaan Karya Siao Shen Sien

Cari Blog Ini