Ceritasilat Novel Online

Harpa Iblis Jari Sakti 17


Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Bagian 17



Harpa Iblis Jari Sakti Karya dari Chin Yung

   

   Batu besar yang jatuh tadi justru berada di bawah kakinya, seketika timbul suatu ide dalam hatinya.

   Dia segera menginjak batu besar itu, lalu meloncat ke atas, akhirnya sampai juga di atas batu yang menonjol dari dinding tebing itu dan nyawanya pun selamat.

   Lu Leng melihat ke bawah, Batu besar yang diinjaknya tadi terus meluncur ke bawah dan sekejap sudah tidak kelihatan lagi.

   Lu Leng menarik nafas dalam-dalam.

   Ternyata hatinya masih berdebar-debar tegang, Kemudian dia mendongakkan kepala memandang ke atas, Dilihat-nya sosok bayangan hitam berkelebat ke atas, sungguh cepat gerakannya! Lu Leng segera berteriak sekeras-kerasnya.

   "Sobat! Apakah kau sudah kehabisan akal untuk mencelakai ku?"

   Perlu diketahui, orang yang di atas itu juga berdiri di sebuah batu yang menonjol dari dinding tebing, Maka tidak gampang baginya mendorong batu besar untuk menindih Lu Leng yang berada di bawah.

   Kini mungkin sudah tidak ada batu besar di sekitarnya maka dia langsung pergi, Itu sungguh menguntungkan Lu Leng, Kalau di sekitar orang itu masih terdapat batu besar, lalu didorongnya lagi ke arah Lu Leng ketika meloncat ke atas, sudah pasti Lu Leng tidak bisa selamat.

   Ketika Lu Leng berteriak, orang itu sama sekali tidak menoleh, hanya mengeluarkan tawa dingin terus melesat ke atas, yaitu ke tempat burung-burung elang berkumpul, lalu menghilang dari pandangan Lu Leng.

   Lu Leng melihat orang itu menghilang di tempat tersebut, hatinya jadi gugup.

   Dia segera menghimpun hawa mumi, lalu melesat ke atas yakni ke batu yang menonjol itu, setelah itu, dia menarik nafas dalam-dalam lalu melesat ke atas lagi, dan tak lama sudah sampai di tempat orang tadi menghilang.

   Sarang burung-burung elang itu hanya berjarak lima enam depa dari tempat tersebut, Tempatnya amat licin, lagi pula hanya terdapat beberapa buah batu yang menonjol keluar.

   Kalau tidak ada musuh berada di situ, memang tidak begitu sulit bagi Lu Leng untuk mencapai tempat sarang burung elang itu.

   Akan tetapi, kini orang itu justru berada di atas.

   Kalau orang itu menyerang sekarang, Lu Leng masih dapat bertahan.

   Tapi kalau dia naik ke atas dan diserang di saat itu, Lu Leng pasti celaka.

   Oleh karena itu, Lu Leng tetap diam di situ, tidak berani mencoba naik ke atas, sebab amat membahayakan dirinya.

   Lu Leng mendengar suara pekikan burung elang dua kali, setelah itu, tampak dua sosok bayangan melayang ke arahnya, Dia langsung mengayunkan Su Yang To, sekaligus mengeluarkan jurus Nuh Hou Eng Cit (Harimau Marah Meloncat), seketika kepala dan mukanya terkena percikan darah, ternyata dua sosok bayangan itu adalah dua ekor burung elang, sudah terbunuh oleh Lu Leng.

   Dalam hati Lu Leng amat gusar, tapi juga merasa geli, karena orang itu sungguh iseng, menangkap burung elang dan di lempar ke arahnya.

   Ketika Lu Leng baru mau mentertawakan orang itu, sungguh wajahnya berubah pucat, karena teringat akan sesuatu.

   Ternyata orang itu punya pikiran yang sama seperti Lu Leng.

   Lu Leng segera bersandar pada dinding tebing, kemudian mengerahkan tenaga Kim Kong Sin Ci pada jari telunjuknya.

   Di saat dia telah mengerahkan tenaga itu, mendadak tampak dua sosok bayangan lagi meluncur ke arahnya, Dua sosok bayangan itu ternyata dua ekor burung elang yang terbang menyambarnya dengan kuku yang amat tajam.

   Lu Leng langsung menyerang dengan Kim Kong Sin Ci mengeluarkan jurus It Ci Keng Thian (Satu jari Mengejutkan Langit), Plak! Salah seekor terpental namun yang seekor lagi masih tetap menyambarnya.

   Lu Leng cepat-cepat menggerakkan golok Su Yang To, dengan jurus Nuh Hou Eng Cit (Harimau Marah Meloncat), Go Hou Phu Yo (Harimau Lapar Menerkam Domba) dan jurus Wa Hou Seh Seng (Harimau Mendekam).

   Terdengar burung itu memekik lalu jatuh.

   Ternyata sayapnya telah terbacok golok Lu Leng, sedangkan burung elang yang terpental itu, terkena serangan Kim Kong Sin Ci, masih berusaha terbang ke arah Lu Leng.

   Padahal Lu Leng menggunakan delapan bagian tenaganya, namun burung elang itu tidak mati, sungguh mengejutkan Lu Leng.

   Akan tetapi, mendadak burung elang itu terbang ke sarangnya, maka Lu Leng menarik nafas lega.

   Namun dia pun tahu, bahwa itu merupakan siasat orang tersebut, agar Lu Leng melukai burung elang tersebut, maka burung-burung elang itu akan membalas.

   Kini burung elang yang terluka itu sudah terbang kembali ke sarangnya, Dia pasti akan memberitahu kawan-kawan nya, kemudian menyerang Lu Leng lagi.

   Dugaan Lu Leng tidak meleset, sebab tak seberapa lama terdengar suara pekikan burung elang, lalu tampak segerombolan burung elang terbang keluar dari sarang.

   Burung-burung elang itu terbang di udara, Lu Leng menghitung, burung-burung elang itu berjumlah tujuh ekor lebih.

   Saat ini, perasaan Lu Leng amat tegang, lebih tegang dari tempo hari ketika bersembunyi di dalam lobang pohon, ingin membokong Liok Ci Khim Mo, Karena saat ini, kalau dia celaka, berarti tidak bisa membalas dendam, bahkan akan mati dengan tulang hancur di bawah tebing, Mata Lu Leng terus menatap ketujuh ekor burung elang itu, Mendadak burung-burung elang itu terbang berpencar, yang di tengah satu ekor, kiri dan kanan tiga ekor, meluncur ke bawah menyerang Lu Leng.

   Lu Leng sudah tidak bisa berpikir panjang lagi, Ketika burung-burung elang itu sudah dekat dengan dirinya, dia langsung menyerang dengan ilmu Kim Kong Sin Ci, mengeluarkan jurus Cap Bin Li Cipg (Menggali Sepuluh Arah), jurus tersebut membuat burung-burung elang itu terpental akan tetapi, kemudian mulai menyerang lagi.

   Lu Leng yakin bahwa dalam tiga puluh jurus belum tentu dapat melukai burung-burung elang itu.

   Sebaliknya dirinya pasti sudah lelah sekali.

   Seandainya dia dapat melukai ketujuh ekor burung elang itu, apakah tiada burung elang lain terbang keluar dari sarang lagi? Misalnya sudah tidak ada, tapi dia pun 1372 telah kehilangan banyak tenaga, bagaimana mungkin mampu melawan orang itu? Di saat bersamaan, ketujuh ekor burung elang itu sudah mendekat, namun sayap mereka saling membentur, sehingga membuat gerakan mereka menjadi lamban.

   Lu Leng segera mengayunkan golok Su Yang To ke arah salah seekor yang paling depan, Ujung golok pusaka itu berhasil menyabet leher burung elang itu, kemudian Lu Leng mengayunkan golok pusaka itu ke arah kakinya.

   Sret! Sepasang kaki burung itu putus, lalu burung itu jatuh menimpa Lu Leng sehingga badan Lu Leng tertutup semua, itu amat menguntungkan Lu Leng, sebab burung-burung elang lain kehilangan sasaran.

   Sementara itu burung-burung elang lainnya masih terus menyerang Lu Leng, Mendadak Lu Leng mengangkat burung elang yang menimpanya, langsung disambitkan ke salah seekor dari mereka yang paling dekat sambitan yang disertai Lweekang itu tepat mengenai burung itu sehingga sebelah sayapnya patah, kemudian kedua burung itu jatuh ke dasar tebing.

   Setelah berhasil melukai kedua ekor burung elang itu, semangat Lu Leng terbangun.

   Tampak dua ekor elang menyerangnya lagi, Lu Leng menangkis dengan golok Su Yang To, mengeluarkan jurus San Hou Pah Bwee (Harimau Gunung Mengibaskan Ekor).

   Golok Su Yang To berkelebatan mengarah kedua ekor burung elang itu, lalu terdengar suara pekikan, Ternyata 1373 sayap kedua ekor burung elang itu sudah tersabet putus, dan kedua burung itu langsung jatuh ke dasar tebing, Kini hanya tersisa tiga ekor semangat Lu Leng pun bertambah.

   Mendadak tampak dua ekor burung elang menyerangnya, Ketika Lu Leng baru mau menyerang mendadak seekor burung elang yang paling besar memekik keras, kemudian kedua ekor burung elang yang menyerang itu langsung terbang ke atas, sedangkan burung elang yang paling besar itu menukik ke bawah.

   Lu Leng terbelalak karena melihat tujuh delapan helai bulu sayapnya bagaikan perak, Bergemerlapan tertimpa sinar matahari.

   Bahkan burung elang itu tampak galak sekali.

   Beberapa helai bulu sayapnya berwarna perak, pertanda burung elang itu paling tua, juga merupakan raja di antara burung-burung elang tersebut Oleh karena itu, Lu Leng pun berhati-hati menghadapi raja burung elang itu.

   sementara raja burung elang yang sudah menukik itu mendadak berhenti, lalu berputar-putar di atas kepala Lu Leng, makin lama makin cepat Sedangkan Lu Leng terus menatap raja burung elang itu dengan mata tak berkedip dan lebih berhati-hati.

   Raja burung elang itu terus berputar, membuat orang pusing melihatnya Hati Lu Leng tersentak sekali, sekonyong-konyong raja burung elang itu meluncur ke arahnya bagaikan meteor.

   Lu Leng langsung mengayunkan golok Su Yang To.

   Akan tetapi, raja burung elang itu meluncur begitu cepat, dan berhasil mencengkeram bahu kanan Lu Leng.

   Begitu bahu kanannya tercengkeram, tenaga ayunan Lu Leng jadi berkurang, dan salah arah pula.

   Sret! Golok Su Yang To hanya berhasil merontokkan beberapa helai bulu sayap nya burung elang itu.

   Ketika Lu Leng mau menyerang lagi, raja burung elang itu sudah terbang ke atas, Lu Leng tertegun, karena badannya ikut terbawa ke atas, Kalau dia menyerang membuat raja burung elang itu terluka, otomatis dia pun akan ikut jatuh ke bawah, dan sudah pasti akan mati bersama raja burung elang itu.

   Karena itu, Lu Leng tidak berani melancarkan serangan.

   Tapi bahu kanannya terasa sakit sekali.

   Tanpa berpikir panjang lagi, Lu Leng langsung menusuk ke atas, sehingga badan raja burung elang itu berlobang, dan darahnya mengucur membasahi kepala Lu Leng, sedangkan raja burung elang itu langsung merosot ke bawah.

   Berselang sesaat, raja burung elang itu terbang ke atas lagi, justru ke arah sarangnya.

   Lu Leng bergirang dalam hati, sebab kalau sampai di sarang raja burung elang itu, dirinya pasti selamat.

   Tak lama raja burung elang itu sudah mendekati sarangnya dan langsung menerobos ke dalam, itu tidak di luar dugaan Lu Leng, maka Lu Leng amat girang, Akan tetapi, di saat bersamaan mendadak terdengar suara "Ser Serr"

   Dari dalam sarang itu meluncur dua batang ranting pohon yang ujungnya telah diruncingkan.

   Dilihat dari luncurannya, jelas kedua ranting itu disambitkan oleh orang yang memiliki Lweekang tinggi.

   Saat ini, Lu Leng berada di bawah perut raja burung elang, sedangkan kedua batang ranting pohon itu mengarah badan raja burung elang itu, Lu Leng tidak bisa berbuat apa-apa.

   Kalau raja burung elang itu tertembus oleh kedua batang ranting pohon tersebut Lu Leng pun tidak akan selamat.

   Itu membuat Lu Leng mengucurkan keringat dingin, Perlu di ketahui, raja burung elang itu sudah berusia seratus tahun lebih, maka amat kuat dan cerdik pula, Kalau tidak, bagaimana mungkin raja burung elang itu dapat mencengkeram bahu Lu Leng? Di saat kedua ranting pohon itu sudah mendekap mendadak raja burung elang itu mengembangkan sayapnya terbang ke atas.

   Kedua batang ranting pohon itu melewati sisi Lu Leng.

   Di saat raja burung elang itu terbang ke atas, Lu Leng memandang ke dalam sarang itu.

   Sarang itu amat besar Luasnya hampir dua depa, Di dalamnya terdapat banyak ranting pohon, bahkan tampak seseorang.

   Tangan orang itu memegang beberapa ranting, namun tidak dapat terlihat jelas wajahnya.

   Saat ini Lu Leng amat membenci orang itu sampai ke tulang sumsum, Orang itu pasti telah mencuri dengar pembicaraan wanita buruk rupa dengan lelaki berkaki satu, maka tahu rahasia Panah Bulu Api tersebut.

   Orang itu ingin mendapatkan Panah Bulu Api, tentunya akan memanah Liok Ci Khim Mo, maka boleh dikatakan dia bermusuhan Liok Ci Khim Mo.

   Akan tetapi, berdasarkan gerak-gerik dan tindakannya Lu Leng berkesimpulan bahwa orang itu memang menginginkan Panah Bulu Api, dia mau memanah Liok Ci Khim Mo, bukan demi keselamatan rimba persilatan melainkan ingin memperoleh Pat Liong Khim, lalu menggantikan kedudukan Liok Ci Khim Mo untuk menimbulkan petaka dalam rimba persilatan lagi.

   Orang yang berhati begitu, memang pantas dibunuh.

   Oleh karena itu, Lu Leng segera berteriak sekeras-kerasnya.

   "Bangsat! Lihat kau atau aku yang lebih lihay !"

   Orang itu tetap tidak menyahut hanya tertawa dingin saja.

   Sementara raja burung elang mulai meluncur lagi ke sarangnya, namun orang itu menyambit lagi dengan ranting pohon, sehingga membuat raja burung elang itu harus terbang ke atas menghindar.

   Terakhir kali, sebatang ranting berhasil menembus sayap raja burung elang itu.

   Setelah sayap terluka, raja burung elang itu merosot ke bawah.

   Lu Leng segera mencabut ranting pohon itu agar raja burung elang dapat terbang ke atas lagi.

   Saat ini Lu Leng tahu bahwa orang berpakaian hitam itu pasti berpikir sama seperti apa yang dipikirkannya, Ketujuh batang Panah Bulu Api, pasti dibawa oleh burung elang untuk membuat sarangnya.

   Karena itu, orang berpakaian hitam tersebut mendahuluinya ke sarang burung elang untuk mencari ketujuh batang Panah Bulu Api itu.

   Berdasarkan itu, dapat diketahui betapa liciknya orang berpakaian hitam itu, lagi pula dia pun berkepandaian amat tinggi.

   Orang berpakaian hitam itu memang licik sekali.

   Entah sudah berapa kali Lu Leng ingin melihat wajahnya, namun dia selalu menunduk.

   Bagian 30 Kali ini raja burung elang itu terbang ke atas, justru tidak menuju sarangnya lagi, melainkan terus terbang ke atas.

   Betapa terkejutnya Lu Leng, Mungkin dikarenakan tidak berhasil kembali ke sarangnya, maka raja burung elang itu akan terbang ke tempat lain mungkin akan terbang sejauh ribuan mil.

   Apabila saat ini Lu Leng melepaskan diri dari cakar 1377 raja burung elang itu, dia pasti mati, sebab akan jatuh ke bawah.

   Raja burung elang itu terus terbang ke atas, dan tak lama sudah berada di atas tebing itu.

   Lu Leng memandang ke bawah.

   seketika wajahnya berseri dan hatinya girang bukan main.

   Ternyata di atas tebing itu, terdapat sebuah telaga alami, Airnya tampak kehijau-hijauan, pertanda telaga itu amat dalam, sementara raja burung elang itu terus terbang ke atas, Tanpa banyak pikir lagi, Lu Leng langsung melepaskan tangannya yang memegang kaki raja burung elang itu, maka badannya merosot ke bawah dan jatuh ke dalam telaga tersebut.

   Berselang sesaat, barulah Lu Leng timbul di permukaan telaga, Dia menarik nafas dalam-dalam, hatinya girang sekali.

   Dia segera berenang ke tepi, lalu naik ke atas, Setelah itu, dia memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak, Dia yakin orang berpakaian hitam itu, tidak tahu bahwa di atas tebing terdapat sebuah telaga, yang membuat dirinya selamat dan dapat melepaskan diri dari raja burung elang itu.

   Kini Lu Leng justru berada di atas orang berpakaian hitam itu, Selama dua tiga hari itu, dirinya selalu berada di tempat terang, sedangkan orang berpakaian hitam berada di tempat gelap, Tapi kali ini malah terbalik! Setelah beristirahat sejenak, semangat Lu Leng sudah pulih.

   Lalu berjalan ke tepi tebing dan melongok ke bawah, Dia melihat sarang burung elang, yang jaraknya kira-kira tiga empat puluh depa, Tam-pak orang berpakaian hitam masih berada di dalam sarang burung elang, sedang membongkar-bongkar semua ranting yang masih berada di dalam sarang itu, kelihatannya sedang mencari sesuatu, Kadang-kadang 1378 terdengar suara tawanya.

   Setelah melongok sejenak, Lu Leng mulai turun ke bawah.

   Tak seberapa lama kemudian, dia sudah semakin dekat dengan orang berpakaian hitam itu, Dengan hati-hati dia melesat ke sebatang pohon besar.

   Setelah itu dia masuk ke dalam sebuah sarang.

   Namun sampai sejauh itu orang berpakaian hitam tidak mengetahui keberadaannya.

   Lu Leng beristirahat sejenak di dalam sarang burung elang itu, Mendadak tercium bau yang amat busuk.

   Lu Leng cepat-cepat menahan nafas lalu menengok ke sana ke mari.

   Dia terbelalak, ternyata melihat mayat wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu, yang keduanya sudah mulai membusuk.

   Lu Leng yakin, bahwa tidak lama lagi orang berpakaian hitam itu pasti ke sarang tersebut, sebelum membasmi nya, percuma mencari Panah Bulu Api.

   Lu Leng membatin.

   Orang berpakaian hitam itu berkepandaian amat tinggi, sedangkan bahunya sudah terluka, entah dapat melawannya atau tidak? Kalau begitu, harus melancarkan serangan gelap terhadapnya, Bukankah orang berpakaian hitam itu juga telah membokongnya dengan senjata rahasia dan lain sebagainya? Apa salahnya kini balas menyerangnya dengan cara yang sama? Setelah mendapat pikiran demikian, Lu Leng segera mengangkat mayat wanita buruk rupa itu, kemudian disandarkannya pada dinding sarang, lalu dia bersembunyi di belakang mayat itu.

   Kalau orang berpakaian hitam muncul di sarang tersebut Lu Leng akan segera mendorong mayat itu ke arahnya.

   Begitu melihat mayat wanita buruk rupa menyerangnya, sudah pasti 1379 orang berpakaian hitam akan ketakutan setengah mati Berpikir sampai di situ, hati Lu Leng menjadi amat gembira sekali.

   Dia terus menunggu di belakang mayat itu.

   Walau mayat itu amat bau, namun Lu Leng telah menutup pernafasannya.

   Berselang beberapa saat terdengar suara langkah di luar Dugaan Lu Leng tidak meleset orang berpakaian hitam sudah mendatangi sarang tersebut.

   Terdengar pula suara orang berpakaian hitam itu bergumam.

   "Kalau di tempat ini aku tidak berhasil menemukan Panah Bulu Api, berarti selamanya panah Bulu Api tidak akan muncul dalam rimba persilatan."

   Lu Leng tertawa dalam hati, Masih ingin mencari Panah Bulu Api? sebentar lagi kau akan tahu rasa!. Tak lama kemudian, terdengar orang berpakaian hitam tertawa lalu berkata.

   "Ternyata kalian berdua juga berada di sini! Kalian berdua binasa karena terkena senjata rahasiaku yang beracun, namun bisa sampai di tempat ini, maka kalian berdua harus berterima kasih kepadaku !"

   Usai berkata begitu, dia meloncat ke dalam sarang tersebut.Saat ini, pandangan Lu Leng justru tertutup oleh mayat itu, maka dia tetap tidak melihat wajah orang berpakaian hitam itu.

   Akan tetapi, Lu Leng merasa kenal akan suara-nya, namun lupa di mana pernah mendengar suara orang itu.

   Seusai orang itu berkata, Lu Leng mengangkat kedua belah tangan mayat itu ke atas, setelah itu, dia menirukan suara bentakan wanita buruk rupa.

   "Bangsat kau!"

   Orang berpakaian hitam itu pun membentak "Siapa?"

   Orang berpakaian hitam membalikkan badannya, Di saat bersamaan, Lu Leng justru mendorong mayat itu ke depan mengarah orang berpakaian hitam. Bersamaan itu, Lu Leng pun berteriak aneh mengeluarkan suara seram.

   "Aku!"

   Sekaligus menyerang dengan Kim Kong Ci, mengeluarkan jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit).

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kejadian yang mendadak itu membuat orang berpakaian hitam tertegun Namun dia masih sempat mundur sambil mengibaskan tangannya.

   Ternyata dia menyerang dengan senjata rahasia.

   Ketika menyaksikan senjata rahasia itu, hati Lu Leng tergerak, namun saat ini dia harus memusatkan perhatiannya untuk melawan orang berpakaian hitam itu.

   Lagi pula dia pun tidak ingat asal-usul senjata rahasia tersebut Sert Sert Sert! Ketiga batang senjata rahasia itu menembus mayat wanita buruk rupa itu, kemudian mayat itu roboh.

   Di saat bersamaan, angin jari telunjuk Lu Leng sampai di dada orang berpakaian hitam itu.

   Orang berpakaian hitam itu tahu adanya ketidak beresan, namun sudah terlambat berkelit.

   Dia hanya bisa memiringkan badannya sedikit, maka bahunya terkena serangan itu.

   Badannya bergoyang-goyang nyaris tak kuat berdiri, namun cepat-cepat dia mencelat ke belakang.

   Lu Leng bersiul panjang.

   "Bangsat, tak terduga kan?"

   Katanya.

   Dia segera menyerang lagi.

   Kali ini dia menggunakan jurus Sam Hoan Toh Goat (Tiga Lingkaran Mengelilingi Bulan).

   Orang berpakaian hitam itu sungguh gesit Mendadak badannya melambung ke atas, kemudian berjungkir balik keluar dari sarang burung elang itu, Bum! Sarang burung elang itu langsung berlobang.

   Walau sudah diserang dua kali, namun orang berpakaian hitam masih dapat meloloskan diri, bahkan siapa dia, Lu Leng masih belum melihat jelas wajahnya.

   Seketika Lu Leng bersiul panjang lagi, sambil melesat ke luar.

   Sampai diluar sarang itu, dia tampak tertegun.

   Ternyata dia melihat orang berpakaian hitam itu melesat pergi bagaikan terbang di atas batang-batang pohon, Kalau kurang berhati-hati, dia pasti jatuh dan nyawanya tidak akan selamat Lu Leng amat membencinya, Walau tahu itu bahaya, masih tetap ditempuhnya.

   Sebab tidak mau melepaskan orang berpakaian hitam itu, dia segera menghimpun hawa murni, lalu melesat ke depan melalui batang-batang pohon mengejarnya.

   Kira-kira beberapa depa, mendadak orang berpakaian hitam itu berhenti Lu Leng pun ikut berhenti, jarak mereka satu depa lebih, Ketika Lu Leng baru mau melancarkan 1382 serangan, tiba-tiba orang berpakaian hitam itu membalikkan badannya.

   Baru kali ini Lu Leng berkesempatan berhadapan dengannya.

   Maka dia batal menyerang, karena ingin melihat jelas wajahnya.

   Setelah melihat jelas wajah orang itu, Lu Leng terbelalak Ternyata orang berpakaian hitam itu Hek Sin Kun.

   Kini Lu Leng sudah tahu siapa orang berpakaian hitam itu, maka lebih tidak berani melancarkan serangan.

   Ternyata Lu Leng sudah mendengar dari orang, bahwa Hek Sin Kim dan Kim Kut Lau adalah ipar Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, saudara kandung Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua.

   Mereka semua adalah anak Mo Liong Seh Sih.

   Walau Lu Leng bernyali besar dan berkepandaian tinggi, namun Lweekangnya masih belum begitu tinggi, maka kini berhadapan dengan Hek Sin Kun yang amat terkenal itu, dia menjadi termangu-mangu.

   Setelah termangu-mangu sejenak, barulah Lu Leng melihat bahwa mereka berdua berdiri di atas sebatang pohon, depan belakang diganjel oleh batang pohon lain, sehingga di tengah-tengah justru kosong.

   Mereka berdua saling menatap, kemudian Hek Sin Kun tertawa dingin, dan berkata.

   "Bocah, ternyata kau tidak mampus!"

   Mendengar ucapan itu gusarlah Lu Leng dan maju selangkah Karena gusar, maka tanpa sadar menggunakan tenaga ketika melangkah, sehingga membuat batang pohon itu bergerak-gerak, otomatis badan Lu Leng dan Hek Sin Kun juga bergoyang-goyang, nyaris sama-sama terjatuh.

   Lu Leng tertawa dingin, Dia menatap Hek Sin Kun dengan mata tak berkedip.

   "Membokong orang, apakah itu berguna sekali?"

   Katanya. Hek Sin Kun tertawa aneh.

   "Bocah! Kini kita sudah berhadapan silakan melancarkan serangan!"

   Tantangnya, Usai berkata, dia lalu mengangkat sebelah tangannya.

   Lu Leng memperhatikan telapak tangan Hek Sin Kun, hitam mengkilap.

   Lu Leng sudah tahu, bahwa Hek Sin Kun memiliki ilmu pukulan Hek Sah Ciang yang amat lihay dan dahsyat.

   Oleh karena itu, Lu Leng berpikir dalam hati, harus melancarkan serangan duluan, justru mendadak Hek Sin Kun tertawa dingin.

   "Kau serang duluan, akan cepat sampai di alam baka menemui keponakan perempuanku itu!"

   Kata-nya.

   Suara Hek Sin Kun tidak keras, namun ketika mendengarnya, Lu Leng justru seperti mendengar geledek di siang hari bolong.

   Karena keponakan perempuan Hek Sin Kun, tentunya Tam Goat Hua, bahkan telah mati pula.

   * * * * Bab 64 Ketika rambut Tam Goat Hua awut-awutan, terus berteriak dengan hati hancur dan menyerahkan Soat Hun Cu untuk dikembalikan kepada Tong Hong Pek, lalu melesat pergi, sejak itu Lu Leng tidak pernah bertemunya lagi, Mengenai kejadian Lu Leng dengan Tam Goat Hua, walau bukan kesalahan Lu Leng, karena terpengaruh oleh Pat Liong Thian Im, namun dalam hati Lu Leng selalu merasa bersalah.

   Ketika di gunung Go Bi San, Lu Leng melihat tulisan Tong Hong Pek di atas batu, bahwa hatinya telah beku, sedangkan hati Tam Goat Hua hancur lebur, mungkin akan bunuh diri atau hidup menyendiri di suatu tempat.

   Namun biar bagaimanapun dalam hati Lu Leng masih terdapat sedikit harapan, berharap Tam Goat Hua adalah gadis yang berhati tabah dan berpikiran panjang, punya keberanian untuk melanjutkan hidupnya.

   Selama Lu Leng mencari Panah Bulu Api, dia tetap merindukan Tam Goat Hua setiap saat.

   Akan tetapi, kini dari mulut Hek Sin Kun, justru memperoleh kabar berita yang amat menakutkan.

   Sekujur badan Lu Leng bergemetar, kemudian bertanya terputus-putus.

   "Kau bilang . Kakak Goat...."

   Sebelum Lu Leng usai bertanya, mendadak Hek Sin Kun tertawa panjang, lalu berkata.

   "Kau boleh ke alam baka mencarinya!"

   Di saat bersamaan, Hek Sin Kun melancarkan serangan terhadap Lu Leng.

   Tadi Hek Sin Kun menyuruh Lu Leng melancarkan serangan duluan, namun kini justru dia yang menyerang duluan, bahkan di saat Lu Leng mengalami pukulan batin.

   Lagipula pukulan itu menggunakan delapan bagian tenaga, maka dapat dibayangkan betapa dahsyatnya pukulan tersebut Perlu diketahui, ilmu Hek Sah Ciang yang dilatih Hek Sin Kun telah mencapai tingkat ke delapan, Kini dia menyerang Lu Leng dengan delapan bagian tenaganya sudah pasti amat dahsyat sekali.

   Lu Leng merasa serangkum angin yang amat 1385 dingin menyerang ke arahnya, itu membuatnya tersentak sadar, bahwa Hek Sin Kun berdusta.

   Hek Sin Kun mengatakan begitu, tidak lain hanya ingin memecahkan perhatian Lu Leng, lalu menyerangnya secara mendadak.

   Walau Lu Leng telah sadar akan hal itu, tapi sudah terlambat Meskipun demikian, hawa murni yang di dalam tubuhnya otomatis melakukan perlawanan Terdengar suara "Bum", seandainya Lu Leng memiliki Lweekang tinggi, sudah pasti pukulan Hek Sah Ciang itu tak berarti baginya.

   Akan tetapi, Lweekang Lu Leng masih belum mencapai ke tingkat itu, maka badannya masih tidak kuat menahan pukulan tersebut.

   Kalau di tanah datar, Lu Leng masih bisa mundur Tapi kini dia justru berdiri di atas batang pohon, sehingga badannya menjadi sempoyongan dan akhirnya jatuh ke bawah.

   Di saat itu, Lu Leng masih sempat meraih batang pohon itu, tapi bagaimana mungkin Hek Sin Kun membiarkannya? Dia langsung mengayunkan tangannya, sebatang jarum hitam meluncur seketika laksana kilat ke arah tangan Lu Leng yang memegang pinggiran batang pohon tersebut.

   Kalau Lu Leng tidak melepaskan tangannya itu, pasti terserang oleh senjata rahasia tersebut.

   Tapi seandainya melepaskan tangannya itu, sudah pasti Lu Leng akan jatuh ke bawah, dan akan mati dengan tulang hancur.

   Di saat bersamaan Lu Leng mendengar suara tawa Hek Sin Kun, justru bersamaan itu, Lu Leng telah mengambil suatu keputusan.

   Lu Leng membiarkan tangannya tetap memegang pinggiran batang pohon tersebut Terdengar suara "Plak", senjata rahasia itu menembus permukaan telapak tangannya, Betapa sakitnya, bahkan darah segar pun mengucur seketika.

   Lu Leng tahu, kemungkinan besar senjata rahasia itu telah melukai urat di permukaan telapak tangannya, sehingga akan menyebabkan kecacatan di tangannya.

   Namun dengan tangan kiri itu menyelamatkan nyawanya berikut kesempatan membalas dendam, itu amat berharga sekali.

   Karena tangannya itu tertancap oleh senjata rahasia, maka badannya tidak akan terjatuh ke bawah.

   Di saat itu sudah tiada waktu bagi Lu Leng untuk melihat luka di tangannya tersebut, sebab dia sudah melancarkan serangan, mengeluarkan jurus Bwe Hua Ngo Cut (Bunga Bwe Memekar Lima Kali), jurus kelima dari ilmu Kim Kong Sin Ci, bahkan menggunakan tenaga sepenuhnya.

   Sementara Hek Sin Kun amat girang, karena senjata rahasianya berhasil melukai tangan Lu Leng, dia justru tidak menyangka, Lu Leng akan balas menyerangnya secara mendadak, ilmu Kim Kong Sin Ci merupakan ilmu yang amat keras, Tempo hari di Cing Yun Ling gunung Go Bi San, si Nabi Setan-Seng Ling masih terluka oleh ilmu tersebut.

   Saat ini, Lu Leng menyerangnya dengan sepenuh tenaga.

   Terasa serangkum tenaga yang amat dahsyat mengarah dadanya.

   Ketika Hek Sin Kun baru mau menangkis, dadanya sudah terkena serangan itu.

   Hek Sin Kun menjerit dan terhuyung-huyung ke belakang dua tiga langkah.

   Mulutnya mengeluarkan darah, pertanda dia telah terluka dalam.

   Namun Hek Sin Kun sudah berpengalaman Di saat terhuyung-huyung dia tidak gugup, maka masih tetap berdiri di atas batang pohon itu.

   Lu Leng melihat jurus serangannya berhasil melukai lawan, tapi tidak berhasil menjatuhkannya, Ketika dia masih mau melancarkan serangan, Hek Sin Kun sudah meloncat ke batang pohon lain.

   Lu Leng menahan sakit pada telapak tangannya, Mendadak dia mengangkat tangan kirinya, Dapat dibayangkan betapa sakitnya, sehingga membuatnya nyaris pingsan.

   Namun dia masih dapat bertahan, kemudian naik ke atas, Di saat bersamaan, terdengar Hek Sin Kun yang tertawa terkekeh-kekeh.

   "He he he! Bangsat kecil! Kau masih berani bertingkah!"

   Tiba-tiba dia menendang batang pohon yang mengganjel batang pohon lain, tempat Lu Leng berdiri di atasnya, Maka batang pohon itu miring ke bawah, Lu Leng segera memegang batang pohon itu dengan tangan kanannya, tapi dia tetap jatuh ke bawah, Lu Leng segera memegang batang pohon itu dengan tangan kanannya, tapi dia tetap jatuh ke bawah bersama batang pohon tersebut.

   Terdengar suara angin menderu-deru lewat telinganya, kemudian terdengar pula suara tawa Hek Sin Kun yang terkekeh-kekeh, sekejap badannya sudah merosot tiga empat puluh depa.

   Akan tetapi, memang nyawa Lu Leng masih panjang, Mendadak terdengar suara "Bum", ternyata batang pohon itu menyangkut di sebuah batu yang menonjol di dinding tebing.

   Lu Leng cepat-cepat meloncat ke batu itu, dan berhasil Begitu kakinya menginjak batu, legalah hatinya, sedangkan batang pohon itu berguling, lalu meluncur ke bawah lagi, Di saat bersamaan, Lu Leng mengeluarkan ilmu pemberat tubuh agar tidak terjatuh.

   Lu Leng berdiri di situ seperti kehilangan sukma, Sayup-sayup terdengar suara tawa Hek Sin Kun.

   Lu Leng mendongakkan kepala, Dilihatnya Hek Sin Kun berdiri di atas 1388 batang pohon lain, sedang mendongakkan kepala sambil tertawa gelak.

   Namun sepertinya dia tidak tahu akan kejadian di bawah.

   Lu Leng memandang ke bawah, di sana gelap tak terlihat apa pun, Batang pohon yang jatuh tadi juga tidak tampak sama sekali.

   Berada di batu itu, Lu Leng tahu, bahwa dirinya naik tidak bisa turun pun sangat sulit, namun dia tidak bisa terus berdiam diri di situ.

   Lu Leng menyobek ujung bajunya, kemudian dibalutkan pada tangannya yang terluka itu, lalu dia duduk beristirahat.

   Tak seberapa lama, suara tawa Hek Sin Kun sudah tidak terdengar lagi, Ternyata dia naik ke atas tebing dan tak lama sudah tidak kelihatan.

   Lu Leng tahu bahwa sementara ini dirinya memang tiada bahaya maka dia menghela nafas panjang, Di saat dia ingin bangkit berdiri mendadak terdengar suara Hek Sin Kun di atas tebing.

   Dari jarak sejauh itu Lu Leng bisa mendengar suara Hek Sin Kun, bukankah aneh sekali? sesungguhnya tidak aneh, sebab suara Hek Sin Kun terbawa oleh angin, sedangkan pendengaran Lu Leng amat tajam, maka dapat mendengarnya.

   Suara Hek Sin Kun membuat Lu Leng tertegun, karena Hek Sin Kun seperti sedang berbicara dengan seseorang, Dia mengatakan bahwa Panah Bulu Api tidak berada di tempat ini, sebab tidak menemukan.

   Setelah itu, dia menasihati orang itu agar pulang menemui ibunya, Mendengar sampai di situ, Lu Leng bertambah bingung, kemudian mendengarkan dengan penuh perhatian.

   "Kakakmu... Kitab iblis itu seharusnya diberikan kepada kami. Ayah dan ibumu melihatmu... pasti mau menyerahkan...."

   Orang lain yang mendengar pembicaraan itu, sudah pasti akan tercengang dan bingung, begitu pula Lu Leng, Namun hatinya tergetar keras, maka segera bertanya pada diri sendiri, sebelumnya Hek Sin Kun sedang berbicara dengan siapa? Tak seberapa lama, dalam hatinya sudah terdapat sebuah jawaban, namun jawaban itu membuat dirinya sendiri tidak berani percaya.

   Walau itu merupakan hal yang tidak mungkin, tapi setelah Lu Leng berpikir secara teliti, justru merasa tidak akan keliru dugaannya, Saat ini, suara Hek Sin Kun sudah tidak terdengar lagi, juga tidak terdengar suara orang kedua itu, kini hanya terdengar suara angin gunung.

   Lu Leng berpikir lagi, tetap menemukan jawaban yang sama seperti tadi, yaitu Hek Sin Kun berbicara dengan Tam Goat Hua atau Tam Ek Hui, kemungkinan besar dengan Tam Goat Hua.

   Sebab Hek Sin Kun menyinggung tentang "Kitab iblis"

   Dan "Kakek", sedangkan kepandaian Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua berasal dari Kitab iblis peninggalan Mo Liong Seh Sih, lagipula Seh Cing Hua memang putrinya.

   Lu Leng yakin Hek Sin Kun berbicara dengan Goat Hua, bukan dengan Tam Ek Hui, itu berdasarkan nada pembicaraan Hek Sin Kun.

   Hek Sin Kun bilang kalau Seh Cing Hua melihat, pasti akan menyerahkan Kitab iblis itu, tentunya setelah melihat, Seh Cing Hua pasti girang bukan main baru mau menyerahkan Kitab iblis tersebut.

   Hanya Tam Goat Hua yang akan membuat Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua girang bukan main, tidak mungkin Tam Ek Hui.

   Setelah berpikir bolak-balik, hati Lu Leng berdebar-debar tidak karuan.

   Tanpa menghiraukan Hek Sin Kun mendengar atau tidak, dia langsung berteriak-teriak sekeras-kerasnya.

   "Kakak Goat! Kakak Goat!"

   Akan tetapi, tiada sahutan dari atas, Lu Leng tidak putus asa.

   Dia terus berteriak, namun tetap tiada sahutan.

   Dia masih terus-menerus berteriak hingga hari mulai gelap, barulah dia berhenti berteriak dan merasa putus asa, kemudian menghela nafas panjang.

   Namun dia telah mengambil keputusan untuk naik ke atas, guna melihat keadaan di atas, Akan tetapi, tebing itu amat licin, bagaimana mungkin dia naik ke atas? itu merupakan hal yang tak mungkin sama sekali.

   Lagipula kini sudah gelap, kalau kurang berhati hati pasti akan jatuh ke bawah dengan tulang hancur Berselang beberapa saat, barulah tampak bulan bergantung di langit, menerangi tempat itu, sedangkan Lu Leng sudah bertekad untuk menempuh bahaya naik ke atas, akan tetapi telapak tangan kirinya terasa sakit sekali ketika baru mengeluarkan tenaga memegang ujung batu.

   Kalau ingin mengandal pada tangan kanannya itu tidak mungkin sama sekali.

   Lu Leng tertegun, akhirnya duduk untuk beristirahat tapi justru malah tertidur karena saking lelah nya.

   Ketika dia terjaga dari tidurnya, hari sudah terang.

   Dia mulai memperhatikan tempat di sekitarnya, Meskipun naik ke atas tidak mungkin, namun turun ke bawah, asal berhati-hati dengan sebelah tangan pun masih bisa.

   Kalau menempuh bahaya naik ke atas, belum tentu Hek Sin Kun masih berada di sana, maka akhirnya dia mengambil keputusan untuk turun ke bawah.

   Lu Leng mulai merayap ke bawah dengan hati-hati sekali.

   Hingga tengah hari, dia sudah merosot ke bawah seratus depa lebih, Di saat itulah dia mendengar suara seperti air mendidih Dia tercengang, dan segera memandang ke bawah, namun tidak tampak apa pun, Dia mulai merosot ke bawah lagi, Berselang beberapa saat, suara itu terdengar makin jelas, Kebetulan Lu Leng berada di atas sebuah batu yang menonjol keluar dari tebing, Dia memandang ke bawah dan seketika juga terbelalak dan amat terkejut sekali.

   Ternyata di bawah sana terdapat sebuah telaga.

   Di dalam telaga itu bukan air, melainkan semacam lumpur yang amat panas, mengepulkan asap dan menimbulkan gelembung-gelembung seperti air mendidih.

   Jarak Lu Leng dengan telaga itu hanya belasan depa, maka suara gelembung itu terdengar jelas dan amat menggetarkan jantung.

   Menyaksikan itu, Lu Leng jadi tertegun, Dia sudah menempuh bahaya turun ke bawah, tapi kini justru terhalang oleh telaga itu.

   Kalau telaga air, dia masih bisa meloncat ke dalamnya, Namun itu merupakan telaga lumpur yang mendidih seandainya terjatuh ke dalam, apakah masih bisa hidup? sungguh membuat Lu Leng pun jadi gugup dan panik.

   Di saat dia termangu-mangu, justru muncul lagi kejadian aneh.

   Ternyata dia mendengar suara tawa seorang gadis di tempat jauh, tapi makin lama makin dekat.

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Lu Leng tertegun, 1392 Dia sama sekali tidak menduga, bahwa di tempat itu masih ada suara orang.

   Lu Leng segera memandang ke arah suara tawa itu.

   Di sekeliling telaga itu terdapat tebing yang amat tinggi, namun di dinding tebing terdapat beberapa buah goa yang cukup besar Suara tawa anak gadis berasal dari sebuah goa di sebelah timur Lu Leng terheran-heran.

   Dia tak berani bergerak namun terus mengintip.

   Tak seberapa lama kemudian, terdengar suara "Phak Phak", kemudian terlihat sebuah sampan aneh muncul dari goa itu.

   Bentuk sampan itu empat persegi panjang, kira-kira hampir dua depa panjangnya, meluncur perlahan di permukaan telaga lumpur itu.

   Lu Leng membelalakkan matanya, agar dapat melihat lebih jelas, Tampak dua anak gadis berdiri di dalam sampan, masing-masing memegang sebuah pengayuh yang amat panjang, Lu Leng tidak dapat melihat wajah mereka, namun pakaian mereka amat aneh, warna warni entah dibikin dari bahan apa.

   Tak lama sampan aneh itu sudah berada di tengah-tengah telaga lumpur Kedua gadis itu berhenti mengayuh, kemudian mengeluarkan sebuah pancingan yang amat panjang, Tali pancingan itu sebesar ibu jari dan kailnya pun amat besar sekali.

   Semakin lama, Lu Leng semakin merasa heran, sehingga mulutnya ternganga lebar.

   Tampak kedua gadis itu mengambil umpan.

   Temyata umpan itu sepotong daging sapi yang amat besar, lalu dikaitkan pada kail pancingan itu, sekaligus ditempar ke telaga lumpur dan langsung tenggelam.

   Kedua gadis itu duduk, kemudian yang lebih muda berkata.

   "Kakak, beberapa hari ini ada orang terus-menerus ke mari, Bukankah aneh sekali?"

   "Biar saja mereka ke mari Tapi di antara mereka tiada seorang pun dapat memecahkan formasi peninggalan majikan kita, Apakah masih kurang banyak tengkorak-tengkorak yang ada di dalam formasi itu?"

   Gadis yang lebih muda menggeleng-gelengkan kepala.

   "Kakak, menurutku itu tidak mungkin. Kemarin orang berpakaian hitam dan gadis itu memasuki formasi. Kelihatannya mereka mengerti tentang formasi itu lho!"

   Katanya.

   Mendengar sampai di situ, hati Lu Leng berdebar-debar keras.

   Kemudian terdengar gadis yang lebih tua menyahut "Itu tidak mungkin, Kalau mereka mengerti tentang formasi itu, sudah pasti mereka berdua menerobos keluar Bagaimana mungkin masih terkurung di dalam formasi itu?"

   Dia berhenti sejenak, kemudian melanjutkan "Kelihatannya orang berpakaian hitam mengerti sedikit, tapi gadis itu tidak mengerti sama sekali."

   "Kakak, yang paling kasihan adalah gadis itu, Tiga hari lalu dia memasuki formasi itu."

   Lu Leng tercengang, sebab pembicaraan mereka menyangkut dua anak gadis, pertama kali dia mendengar "orang berpakaian hitam dan gadis itu", sekarang malah muncul gadis lain dalam pembicaraan kedua gadis itu, Siapa 1394 gadis tersebut? Karena tidak kenal kedua gadis itu, maka Lu Leng tidak berani sembarangan bergerak.

   Gadis yang lebih tua menghela nafas panjang, lalu berkata lagi.

   "

   Aku kasihan padanya dan merasa cocok dengannya. Sudah lama hanya kita berdua, alangkah baiknya dia menemani kita!"

   "Kakak, bagaimana kalau kita memasuki formasi itu menolongnya keluar?"

   "Apa katamu? Kau berani tidak mendengar pesan dari majikan?"

   Gadis yang lebih muda tampak terkejut.

   seketika dia diam tak berani bersuara lagi, Berselang sesaat, barulah dia membuka mulut "Kakak, gadis itu datang bersama seseorang yang rupanya mirip setan.

   Ketika baru datang, gadis itu kelihatan dikuasai oleh orang itu, namun hari pertama setelah memasuki formasi itu, orang itu justru mati di tangan gadis tersebut.

   Kakak, menurutmu mereka berdua punya hubungan apa?"

   "Entahlah!.... Cepat! Cepat! Tali pancingan sudah bergerak-gerak!". Kedua gadis itu segera mengangkat pancingan tersebut Di kail pancingan itu telah bertambah suatu benda yang penuh lumpur, lalu jatuh ke dalam sampan, Namun tidak terlihat jelas oleh Lu Leng benda apa itu. Salah satu gadis itu segera mengayunkan tangan-nya, kemudian terdengar suara "Plak"

   Ternyata sebuah paku besar yang panjangnya hampir setengah depa, memaku benda itu pada dasar sampan. Barulah kedua gadis itu menarik nafas lega, kemudian saling memandang dan lalu tertawa.

   "Kakak, apakah kau melihat gadis yang datang bersama orang berpakaian hitam itu, kelihatannya agak aneh?"

   "Jangan omong kosong lagi!"

   "Aku tidak omong kosong, sepasang mata gadis itu agak mirip nyonya majikan. sedangkan orang berpakaian hitam itu, begitu memasuki formasi langsung berjalan ke kanan tujuh langkah, ke kiri tujuh langkah, Kalau dia tidak mengerti formasi peninggalan majikan, aku tidak percaya sama sekali."

   Saat ini, walau Lu Leng tidak tahu asal-usul kedua gadis itu, namun berdasarkan pembicaraan mereka, dapat diketahui bahwa mereka berdua adalah pelayan seorang tokoh tua rimba persilatan, sedangkan tokoh tua tersebut sudah tiada di dunia.

   Tempat tinggal tokoh tua itu dilengkapi dengan semacam formasi, agar orang lain tidak bisa memasuki tempat tinggalnya, itu hanya merupakan dugaan Lu Leng, setelah itu dia mengintip lagi, Tampak yang lebih tua tertegun, lama sekali baru berkata.

   "Benar juga katamu, Dulu majikan pernah bilang, yang dapat memecahkan formasinya, sudah pasti seorang wanita, Tapi, bagaimana orang berpakaian hitam itu mengerti formasi peninggalan majikan kita?"

   Gadis yang lebih muda tertawa.

   "Kau tanya aku, akupun tidak tahu, Gadis itu terkurung di dalam formasi sudah beberapa hari, aku khawatir dia akan mati kelaparan, maka bagaimana kita.... Gadis yang lebih tua langsung membentak.

   "Majikan telah berpesan ketika masih hidup, kita tidak boleh melanggar pesan itu. Sudahlah! Kau jangan omong kosong lagi!"

   Dia berhenti sejenak kemudian menghela nafas panjang dan melanjutkan "Gadis itu sungguh kasihan Lagipula kadang-kadang bergumam sendiri, memanggil "Lu siauhiap", kedengarannya Lu siauhiap itu adalah jantung hatinya, Kalau dia mati, Lu siauhiap itu pasti berduka sekali."

   Lu Leng yang sedang mendengar itu, semula tidak begitu memperhatikan gadis yang terkurung di dalam formasi itu, hanya mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai orang berpakaian hitam dan gadis yang bersamanya itu, Akan tetapi.

   kini mendengar gadis yang terkurung .

   di dalam formasi bergumam memanggil Lu Siauhiap, itu membuat Lu Leng menjadi tertegun.

   Apakah gadis tersebut adalah Tam Goat Hua? Oleh karena itu, tanpa sadar Lu Leng berseru sekeras-kerasnya.

   "Hei! Siapa kalian berdua?"

   Suara seruan Lu Leng amat mengejutkan kedua gadis itu, maka mereka berdua segera mendongakkan kepala, Di saat bersamaan, Lu Leng meloncat turun ke arah sampan itu.

   Kedua gadis itu bertambah terkejut, dan langsung mengayunkan pancingan ke arah Lu Leng, Badan Lu Leng masih berada di udara, lagipula tangan kirinya telah terluka.

   sesungguhnya tidak sulit baginya mengelak, Tapi sasarannya adalah sampan itu, kalau dia mengelak, otomatis badannya akan jatuh ke dalam telaga lumpur.

   Karena itu, tanpa banyak pikir lagi, dia langsung menjulurkan tangan kanannya untuk menepuk kail pancingan yang mengarahnya, Plak! Kail pancingan itu terpental justru melingkar galah pancingan tersebut, sedangkan badan Lu Leng terus merosot ke bawah ke arah sampan itu, Akan tetapi, mendadak kedua gadis itu membentak sambil menyentakkan galah pancingan, sehingga talinya melilit badan Lu Leng.

   Bukan main terkejutnya Lu Leng, Dia cepat-cepat menjulurkan tangannya untuk memutuskan tali pancingan, namun tali pancingan itu amat kuat, tidak dapat diputuskan Maka badan Lu Leng merosot lagi ke bawah, justru ke arah telaga lumpur itu! * * * * Bab 65 Di saat dirinya hampir jatuh ke telaga lumpur, mendadak Lu Leng memegang tali pancingan itu, lalu menyentakkannya sekuat-kuatnya, Maka badannya melayang ke arah sampan dan jatuh di dalamnya.

   Dia menarik nafas lega, namun kedua gadis itu langsung melilitnya dengan tali pancingan, sehingga badan Lu Leng tak dapat bergerak sama sekali.

   Kedua gadis itu tertawa cekikikan, sedangkan Lu Leng amat gusar Tapi dia tahu bahwa kedua gadis itu tidak pernah bertemu orang luar, maka bersikap demikian terhadapnya.

   Setelah berpikir demikian, kegusaran Lu Leng menjadi reda.

   "Aku tidak berniat jahat."

   Katanya, Ketika berkata, Lu Leng mengerahkan Lweekang, maksudnya untuk memutuskan tali pancingan, Tapi tali pancingan itu tidak putus, sebaliknya malah tangannya terasa sakit sekali, karena tali pancingan masuk ke dalam dagingnya, Kini Lu Leng baru tahu, bahwa itu bukan tali sembarangan, maka dia mendongakkan kepala seraya berkata.

   "Aku sama sekali tidak berniat jahat, tolong lepaskan diriku!"

   Kedua gadis itu saling memandang.

   "Di tempat ini tidak pernah ada orang lain, kau siapa? Kami tidak mengenalmu, bagaimana bisa tahu kau orang baik atau jahat? sekarang kau sudah tertangkap, akan kami bawa pulang dulu."

   Kata gadis yang lebih tua. Melihat mereka berdua amat tak tahu aturan, gusarlah Lu Leng.

   "Sesungguhnya aku tidak takut pada kalian berdua, hanya ingin tahu tentang seseorang dari kalian! Kalau kalian tidak mau melepaskan diriku, aku pun tidak akan bertindak sungkan lagi!"

   Bentaknya.

   Usai membentak, Lu Leng menggerak-gerakkan kedua belah tangannya yang terlilit tali pancingan, maka dia tidak bisa melancarkan serangan.

   Akan tetapi, galah pancingan yang ikut melekat pada badannya, mendadak bergerak cepat menyerang kedua gadis itu.

   Kedua gadis itu tampak tertegun.

   justru di saat bersamaan, galah pancingan itu telah menghantam mereka.

   "Aduuh!"

   Jerit kedua gadis itu.

   Mereka segera menangkap galah pancingan itu, kemudian yang satu meloncat ke depan, yang lain meloncat ke belakang, sedangkan Lu Leng jadi di tengah-tengah.

   Lu Leng tahu bahwa gerakan mereka amat cepat, tapi ilmu silat mereka masih di bawahnya, Namun karena badannya terlilit oleh tali pancingan, maka tidak bisa berbuat apa-apa.

   Saat ini, dia tidak tahu bahwa kedua gadis itu mau berbuat apa, namun dia tetap membentak.

   "Kalian masih tidak mau melepaskan diriku? Kalau aku berniat jahat, tadi kalian berdua pasti sudah terpental ke telaga lumpur!"

   Kedua gadis itu meludah.

   "Phui! jangan sok! Lihatlah kelihayan kami!"

   Gadis yang lebih muda berkata lagi.

   "Kakak, biar dia lihat dulu permainan kita, agar hatinya terkejut!"

   Gadis yang tua manggut-manggut.

   "Betul!"

   Lu Leng sudah tahu akan adanya ketidak beresan, jelas kedua gadis itu akan menenggelamkannya ke dalam telaga lumpur.

   Oleh karena itu, dia segera mengerahkan Lwee-kang.

   Namun membuat sekujur badannya terasa sakit sekali Guguplah Lu Leng dan merasa menyesal sekali, seharusnya tadi ketika dia di atas batu bicara jelas dulu dengan mereka, jangan langsung meloncat ke sampan itu.

   Mendadak kedua gadis itu memandangnya, kemudian tertawa cekikikan Mereka berwajah agak buruk, namun kelihatan tidak jahat Mereka berdua tertawa cekikikan hanya dikarenakan ingin mengadakan suatu permainan yang menggelikan hati, karena itu, hati Lu Leng agak lega.

   Kedua gadis itu menggeserkan badan sedikit, kemudian mengambil sebuah tong air.

   Setelah itu, mereka menyiram ke depan, namun bukan ke arah Lu Leng, melainkan ke arah makhluk yang terpantek di dasar sampan yang penuh lumpur itu, Begitu tersiram air, makhluk itu menjadi bersih, Lu Leng memandang ke sana, tampak makhluk itu bercahaya dan seketika juga sekujur badan Lu Leng menjadi dingin.

   Ternyata yang terpantek di dasar sampan itu merupakan makhluk aneh, Sisik-sisik di punggungnya memancarkan cahaya, kelihatan indah sekali, Menyaksikan makhluk aneh itu, Lu Leng segera bertanya.

   "Itu makhluk apa?"

   Gadis yang agak muda tertawa, kemudian menyahut.

   "Makhluk itu hanya terdapat di telaga lumpur ini, kami pun tidak tahu makhluk apa itu, Tapi tahu dagingnya amat enak dan harum, kalau dimakan bisa menambah tenaga, Kami makan dia, dan dia pun sering makan orang, Banyak sekali makhluk itu di dalam telaga lumpur ini."

   Nada suara gadis itu, kedengarannya akan menjadikan dirinya sebagai umpan, maka betapa terkejutnya Lu Leng.

   "Kalian mau apa?"

   Tanyanya, Gadis yang muda menyahut "Bukankah tadi kau bilang mau menjatuhkan kami ke dalam telaga lumpur ? Nah! Kini kami yang akan menenggelamkan kau ke telaga lumpur!"

   Lu Leng mengerutkan kening.

   "Aku tidak kenal kalian, kenapa kalian tega berbuat demikian?"

   Kedua gadis itu tertawa, kemudian mendadak mengangkat galah pancingan.

   Tapi Lu Leng memang sudah siap sebelumnya, Dia langsung mengerahkan ilmu pemberat badan, sehingga kedua gadis itu tidak kuat mengangkat galah pancingan itu.

   Gadis yang lebih tua mengeluarkan suara "lh"

   Lalu berkata.

   "Tak disangka, kau memiliki kepandaian juga!"

   Kedua gadis itu mundur selangkah.

   justru membuat lilitan itu bertambah kencang membuat Lu Leng kesakitan, maka tidak dapat mengerahkan ilmu pemberat badan lagi, Mendadak Lu Leng merasa badannya terangkat ke atas.

   Setelah itu, perlahan-lahan tergeser ke pinggir sampan mengarah telaga lumpur itu, lalu turun per-lahan-lahan.

   Betapa terkejutnya Lu Leng, dia amat gugup dan gusar sehingga berteriak-teriak.

   "Kalian berbuat kejahatan apakah tidak takut disambar petir?"

   Kedua gadis itu menyahut serentak sambil tertawa.

   "Tidak takut!"

   Mereka berdua menurunkan lagi galah pancingan hingga badan Lu Leng hampir menyentuh lumpur telaga.

   Tiba-tiba dari lumpur itu muncul seekor makhluk aneh.

   sepasang japitnya menyambar Lu Leng.

   Saat ini, Lu Leng sudah tidak bisa mengadakan perlawanan Dia hanya pasrah sambil memejamkan mata dan membatin tidak mati di tangan Hek Sin Kun, kini malah akan mati di tangan kedua gadis itu.

   Akan tetapi, mendadak badannya terangkat ke atas, Lu Leng segera membuka mata.

   Tampak kedua gadis itu tertawa geli.

   Ternyata mereka hanya ingin menakutinya, maka hati Lu Leng menjadi lega.

   Dia memandang kedua gadis itu, kebetulan kedua gadis itu pun sedang memandangnya, salah satu gadis itu berkata.

   "Bagaimana? Apakah kau masih berani omong sok di depan kami?"

   Kata gadis yang tua.

   Lu Leng diam saja, justru amat mengherankan ternyata usia kedua gadis itu sudah empat puluhan tapi suara maupun gerak-gerik mereka persis seperti anak gadis, itu membuat Lu Leng merasa gusar tapi juga merasa geli.

   Majikan mereka pasti berpesan kepada mereka, tidak boleh mencelakai orang lain, maka mereka berdua hanya menakuti saja, Oleh karena itu, timbul suatu akal dalam hati Lu Leng.

   Seketika juga Lu Leng berkata sungguh-sungguh, bahkan dengan suara dalam pula.

   "Kalian berdua jangan bergurau lagi, cepat tarik aku ke atas! Apakah kalian berdua tidak takut melanggar pesan majikan kalian itu?"

   Begitu mendengar ucapan Lu Leng, kedua wanita itu tampak terkejut, kemudian saling memandang dengan mulut membungkam. Lu Leng bergirang hati karena ucapannya amat jitu terhadap kedua wanita itu.

   "Terus terang, kepandaianku jauh lebih tinggi dari kalian berdua, hanya saja aku kurang hati-hati, maka terjerat oleh tali pancingan Kalian tidak berniat mencelakaiku Kalau sebentar lagi aku terlepas dari tali pancingan, aku betul-betul akan melempar kalian ke dalam telaga lumpur ini, biar dimangsa oleh makhluk aneh itu."

   Lu Leng sudah tahu bahwa kedua wanita itu agak tolol, maka harus menggunakan kata-kata yang bernada mengancam. Tidak salah. Wajah kedua wanita itu langsung berubah ketakutan.

   "Kalau kami melepaskanmu, kau tidak akan menyalahkan kami kan?"

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tanya wanita yang lebih muda.

   "Tentu tidak,"

   Sahut Lu Leng.

   Kedua wanita itu menarik nafas lega, lalu menarik Lu Leng ke atas, sekaligus ditaruh ke dalam sampan.

   Ketika Lu Leng baru berdiri, tampak dua sosok bayangan berkelebat dan tak lama tali pancingan itu sudah terlepas.

   Lu Leng segera merentangkan kedua tangannya agar rasa kakunya hilang, justru di saat itulah dia melihat kedua wanita itu sedang berbicara.

   "Dia tidak memasuki formasi itu harus kita apakan dia?"

   Tanya wanita yang lebih muda.

   "Majikan tidak berpesan kita harus bagaimana?"

   Wanita yang lebih tua balik bertanya.

   Mendengar percakapan itu, Lu Leng tertawa dalam hati, Majikan mereka pasti tahu kedua wanita itu agak tolol, sehingga apa-apa harus berpesan.

   Walau mereka berdua agak tolol, tapi berhati baik, tidak mau sembarangan mencelakai orang lain.

   Lu Leng tidak ingin mempermainkan mereka, melainkan bertanya sungguh-sungguh.

   "Bolehkah aku tahu nama besar majikan kalian?"

   Kedua wanita itu menggelengkan kepala, kemudian wanita yang lebih tua berkata.

   "Majikan kami berpesan, tidak boleh memberitahukan kepada siapa pun."

   "Di mana majikan kalian sekarang?"

   "Dia meninggalkan tempat ini sudah sembilan belas tahun,"

   Sahut wanita yang lebih muda.

   "Bukan sembilan belas tahun, tapi delapan belas tahun,"

   Sambung wanita yang lebih tua.

   "Aku bilang sembilan belas tahun!"

   Bentak wanita yang lebih muda. Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala dan berkata.

   "Sudahlah! jangan ribut! Kalian bawa aku ke tempat tinggal kalian, aku ingin melihat siapa yang terkurung di dalam formasi itu, apakah dia yang kucari itu!"

   Kedua wanita itu tertegun "Ini...."

   "Kalian berdua boleh berlega hati, Majikan kalian tidak berpesan, harus diapakan kalau ada orang datang dari dinding tebing. Ya, kan?"

   Kata Lu Leng.

   "Betul!"

   Sahut mereka serentak "Nah! itu tidak salah! cepatlah bawa aku ke sana, jangan membuang waktu di sini!"

   Kata Lu Leng. Ucapan Lu Leng barusan memang agak membingungkan, sehingga membuat kedua wanita itu menjadi tertegun, akhirnya mereka berdua manggut-manggut.

   "Betul, untung kau menyadarkan kami."

   Lu Leng tertawa dalam hati.

   sedangkan kedua wanita itu sudah mulai mengayuh sampan menuju goa.

   Tak seberapa lama, sampan itu sudah memasuki goa tersebut dan jalannya mulai laju.

   Lu Leng menundukkan kepala untuk melihat.

   Ternyata di bawah adalah air yang amat jernih.

   itu sungguh mengherankan Lu Leng, memang merupakan keajaiban alam, kemudian dia mendongakkan kepala, Tampak batu-batu di langit-langit goa bergemerlapan, bahkan amat aneh pula bentuknya.

   Dari batu-batu itu air menetes turun bagaikan hujan rintik-rintik.

   Sungguh merupakan tempat yang amat mengesankan! Berselang beberapa saat, sampan itu sudah meluncur keluar dari goa.

   Ketika memandang ke depan, terbelalaklah Lu Leng, Ternyata di depan matanya terbentang sebuah telaga yang amat luas, dikelilingi tebing yang amat tinggi permukaan telaga itu bagaikan cermin.

   sungguh indah pemandangan di tempat itu.

   Setelah sampan berada di telaga tersebut, kedua gadis itu bertambah cepat mengayuhnya, Berselang beberapa saat, sampan ku sudah menepi.

   Lu Leng memperhatikan tempat itu, dan seketika tertegun, Ternyata dia melihat sebuah bangunan yang amat indah, Bangunan itu mirip sebuah istana, semuanya terdiri dari batu warna merah muda, maka tampak tegar dan megah sekali.

   Lu Leng tahu, majikan istana itu pasti seorang tokoh aneh yang sudah tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi, sayang sekali tidak tahu namanya.

   Setelah sampan itu menepi, kedua wanita tersebut meloncat ke darat Lu Leng mengikuti mereka dari belakang.

   Tak seberapa lama, mereka sudah sampai di undakan tangga batu, Kedua wanita itu berjalan ke atas.

   Lu Leng tetap mengikuti dari belakang sambil memperhatikan tempat tersebut, namun tidak melihat formasi yang dikatakan kedua wanita itu.

   Dia ingin tahu, gadis yang disebut itu apakah Tam Goat Hua? Berselang sesaat mereka sudah sampai di depan istana, Kedua wanita itu berhenti, kemudian yang lebih muda membalikkan badan seraya berkata.

   "Sudah sampai!"

   Lu Leng tertegun "Sudah sampai? Di mana formasi itu? Cepat bawa aku ke sana!"

   Kedua gadis itu menyahut "Tidak bisa! Majikan pernah berpesan begitu."

   Sebetulnya Lu Leng mau turun tangan membengkuk mereka, Namun setelah berpikir sejenak, dibatalkannya niat itu.

   Dia menyadari bahwa sebelah tangannya telah terluka, maka kecil kemungkinannya untuk bisa membekuk mereka.

   Oleh karena itu, Lu Leng tetap bersabar, kemudian mengalihkan pembicaraan.

   "Wah! Sungguh indah istana ini! Bolehkah kalian membawaku ke dalam melihat-lihat?"

   Kedua wanita itu mengangguk.

   "Baik, tapi kau tidak boleh keluyuran sembarangan !"

   Lu Leng segera manggut-manggut.

   Kedua wanita itu segera mendorong daun pintu istana, lalu berjalan ke dalam dan diikuti Lu Leng dari belakang.

   Di situ terdapat sebuah ruang yang amat besar.

   Dekorasi ruangan itu amat indah menakjubkan, Di mana-mana bergemerlapan batu permata, sehingga menyilaukan mata, Barang-barang yang ada di dalamnya sangat berharga.

   Ayah Lu Leng, semasa hidupnya juga amat suka mengumpulkan barang-barang berharga.

   Semua barang-barang berharga miliknya disimpan di dalam gudang batu.

   Pada waktu itu, Lu Leng masih kecil, namun pernah menyaksikannya, Namun kalau dibandingkan dengan barang-barang yang ada di ruang besar itu belum seberapanya.

   Maka tidak mengherankan kalau Lu Leng tertegun ketika melihat barang-barang itu.

   Tiba-tiba wanita yang lebih tua berkata.

   "Heran! Barang-barang itu cuma memancarkan cahaya, tapi siapa pun menyaksikannya pasti merasa suka sih?"

   "Memang mengherankan! Hari itu kita mengambil beberapa buah barang yang di sini, kita berikan kepada seseorang, orang itu justru menyembah-nyembah kita dan mengucapkan terimakasih!"

   Sambung wanita yang lebih muda.

   "Kau masih berani omong? Kalau majikan pulang dan tahu, kita pasti dihukum!"

   Mendengar percakapan kedua wanita itu hati Lu Leng tertarik.

   "Kalian memberikan apa kepada orang itu?"

   Tanyanya. Kedua wanita itu berpikir sejenak, lalu menjawab.

   "Sebuah batu hijau dan sebuah batu merah berbentuk seperti singa, serta seekor naga kuning dan... sebuah barang berbentuk bulat yang memancarkan cahaya."

   Ke empat macam barang itu amat berharga, tapi di mulut mereka berdua justru merupakan barang yang tak berharga sama sekali.

   Ketika mendengar itu, di rongga dada Lu Leng langsung menyala api kegusarannya, dan wajahnya tampak berubah.

   Lu Leng masih ingat, tiga tahun lalu seseorang mengaku bernama Ki Hok menitip sebuah kotak kayu kepada ayahnya, sebagai imbalannya adalah keempat barang berharga itu.

   Karena menerima keempat barang berharga itu, akhirnya keluarga Thian Hou Lu Sin Kong menjadi hancur berantakan, bahkan kemudian muncul pula Uok Ci Khim Mo menimbulkan petaka dalam rimba persilatan.

   Teringat akan semua itu, Lu Leng langsung membentak "Bagaimana rupa orang itu?"

   Suara bentakan Lu Leng membuat kedua wanita itu tertegun dan kemudian juga balas membentak.

   "Jangan sok, siapa takut bentakan mu ?"

   Lu Leng segera maju selangkah, tangan kanannya diangkat siap melancarkan serangan. Kedua wanita itu berteriak-teriak aneh.

   "Bocah ini bukan orang baik!"

   Mereka berdua lalu mencelat mundur Lu Leng menatap mereka.

   Mendadak dia teringat bahwa kedua wanita itu tiada sangkut pautnya dengan urusan itu, Kemungkinan besar setelah Liok Ci Khim Mo memperoleh Pat Liong Thian Im, kebetulan lewat di tempat ini dan bertemu dengan kedua wanita tersebut, maka kedua wanita itu memberinya keempat macam barang berharga itu.

   Kedua wanita itu sering bermain di luar, jangan-jangan ke tujuh batang Panah Bulu Api telah diambil mereka.

   Pikir Lu Leng, Kemudian Lu Leng mau membuka mulut ingin bertanya, namun wanita yang lebih muda sudah berseru.

   "Kurung dia di ruang besar ini! Tapi kita jangan membunuhnya jadi tidak melanggar pesan majikan!"

   Yang lebih tua segera menyahut.

   "Betul!"

   Lu Leng tertegun.

   Di saat bersamaan terdengar suara "Ser Ser", ternyata kedua wanita itu telah menyerangnya dengan tali pancingan.

   Tadi Lu Leng pernah merasakan keliyahan tali pancingan itu.

   Tentunya dia tahu bahwa kedua wanita itu bertenaga amat besar, tapi ilmu silat mereka tidak begitu tinggi.

   Akan tetapi, tali pancingan itu amat lihay dan sulit ditangkis, sepasang kail sudah menyambar ke arah Lu Leng.

   Lu Leng cepat-cepat mencelat ke belakang sehingga serangan itu mengenai tempat kosong.

   Kedua wanita itu berteriak aneh dan menyerang lagi.

   Di saat bersamaan mendadak Lu Leng membentak.

   "Berhenti!"

   "Kami tidak akan membunuhmu, hanya akan mengurungmu biar kau mati sendiri !"

   Sahut kedua wanita itu. Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala.

   "Kalian berdua bukan tandinganku, jangan bermimpi!"

   Kedua wanita itu mendengus dingin talu mulai menyerang Lu Leng lagi, Apa boleh buat Lu Leng terpaksa berkelit ke sana ke mari.

   Tak terasa pertarungan mereka telah melewati enam belas jurus, namun kedua wanita itu masih terus-menerus menyerangnya dengan sengit Melihat mereka berdua tidak mau berhenti, Lu Leng menjadi gusar, dan seketika membentak bagaikan suara geledek.

   "Hanya karena memandang muka majikan kalian, maka aku tidak mau turun tangan! Tapi kalau kalian masih tidak mau berhenti, jangan menyalahkan diriku!"

   Tangan kanan Lu Leng langsung bergerak, ternyata dia telah mengeluarkan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang Puncak Menembus Awan) ke arah kedua wanita itu, dan seketika terdengar suara menderu-deru.

   Kedua wanita itu kelihatan seperti tidak tahu akan kelihayan serangan Lu Leng ketika melihat Lu Leng menggerakkan kedua jari tangannya, mereka berdua tertawa geli dan berhenti.

   Itu adalah ilmu Kim Kong Sin Ci yang amat lihay dan cepat, Di saat mereka berdua tertawa geli, angin serangan itu sudah sampai di bahu mereka.

   Lu Leng masih berbelas kasihan pada mereka, Maka ketika menyerang, dia hanya menggunakan empat bagian tenaganya, dan serangannya hanya di arahkan ke bahu mereka.

   "Hah?"

   Kedua wanita itu menjerit kaget, kemudian terpental dan jatuh terlentang, Lu Leng segera melesat ke sana dan langsung mengikat mereka dengan tali pancingan.

   Wajah kedua wanita itu tampak tercengang, seakan merasa heran kenapa mereka berdua bisa jatuh mendadak! Lu Leng tertawa seraya bertanya.

   "Kalian berdua tunduk padaku?"

   Kedua wanita itu terperangah.

   "Kau bisa ilmu siluman?"

   Lu Leng langsung membentak "Jangan omong yang bukan-bukan!"

   "Kalau kau tidak bisa ilmu siluman, bagaimana mungkin kedua jari tanganmu dapat merobohkan kami?"

   "ltu adalah ilmu tingkat tinggi, tentunya kalian berdua tidak tahu dan tidak mengerti!"

   Kata Lu Leng sambil mengerutkan kening.

   Usai berkata begitu, Lu Leng langsung menunjuk sebuah teko yang berada di situ.

   Terdengar suara "Bum", teko itu hancur berantakan "Kalian berdua sudah lihat, kalau aku tadi berniat jahat terhadap kalian, nyawa kalian pasti sudah melayang!"

   Kedua wanita itu terkejut, sehingga tidak bisa mengucapkan apa-apa.

   "Kalian sudah tahu akan kelihayanku, tapi masih tidak mau membawaku pergi melihat gadis yang terkurung di dalam formasi itu?"

   Kedua wanita itu saling memandangi lalu mendadak menangis gerung-gerungan. Lu Leng terbelalak menyaksikannya.

   "Kenapa kalian menangis?"

   Tanyanya, Kedua wanita itu menyahut dengan air mata bercucuran. Bagian 31

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Kami tidak kuat melawanmu tapi juga tidak berani melanggar pesan majikan."

   Lu Leng melihat kedua wanita itu berhati jujur dan amat setia kepada sang majikan, akhirnya dia menghela nafas panjang.

   "Kalau begitu, kalian berdua tidak usah mempedulikanku, biar aku pergi mencari sendiri, maka kalian berdua tidak melanggar pesan majikan kalian. Bukankah itu baik sekali?"

   Mendengar kata-kata Lu Leng itu, mereka langsung berhenti menangis, lalu tertawa seraya berkata.

   "Baik! Baik sekali! Hei! Maukah kau makan daging makhluk itu?"

   Begitu teringat akan bentuk makhluk aneh itu, seketika perut Lu Leng merasa mual.

   "Tidak mau, tidak mau! Tapi perutku sudah lapar, tolong ambilkan makanan lain untukku!"

   Kedua wanita itu mengangguk, lalu segera berjalan pergi setelah Lu Leng membuka tali pancingan yang mengikat mereka.

   Tak seberapa lama kemudian, mereka berdua sudah kembali dengan membawa berbagai macam buah-buahan, dua ekor ikan besar dan semangkok nasi yang masih mengepulkan asap.

   Tanpa sungkan-sungkan lagi, Lu Leng langsung bersantap dengan lahapnya hingga kenyang.

   Kedua wanita itu berdiri di hadapan Lu Leng dengan sikap hormat Seusai Lu Leng makan, mereka berdua cepat-cepat membereskan semua itu.

   Setelah kenyang, Lu Leng justru merasa telapak tangannya sakit sekali, dan lima jari tangannya tidak bisa bergerak, seketika dia berpikir, majikan istana ini bukan orang biasa, pasti menyimpan berbagai macam obat, maka dia segera berkata.

   "Tanganku terluka, apakah kalian berdua punya obat?"

   Kedua wanita itu saling memandang sejenak.

   "Ada, Luka di tanganmu amat parah? Coba kami lihat!"

   Kata wanita yang lebih tua.

   Lu Leng membuka pembalut telapak tangannya Dia menahan rasa sakit sambil memperlihatkan lukanya kepada kedua wanita itu, Saat ini Lu Leng merasa heran karena luka di telapak tangannya masih begitu sakit, Padahal sudah lewat sekian lama, seharusnya sudah tidak terasa sakit lagi.

   Akan tetapi, kini rasa sakitnya bukannya berkurang, malahan bertambah.

   Ketika membuka pembalut itu, Lu Leng amat berhati-hati sekali.

   Begitu pembalut itu terbuka, langsung tercium bau busuk.

   "Haaah!"

   Seru kedua wanita itu lalu memandang telapak tangan Lu Leng. Lu Leng pun terbelalak bahkan tampak terkejut sekali Ternyata telapak tangannya sudah berlobang, Daging di pinggiran lobang itu sudah mulai membusuk dan mengeluarkan darah berwarna ungu.

   "Aneh! Luka itu seperti terkena racun Siau Goan San!"

   Kata wanita yang lebih muda.

   "Betul, Telapak tangannya terluka oleh senjata rahasia berupa jarum beracun."

   Sahut wanita yang lebih tua.

   Ketika mendengar perkataan kedua wanita itu, Lu Leng tertegun dan membungkam seketika.

   Karena kedua wanita itu kelihatannya tidak pernah berkecimpung dalam rimba persilatan Lagipula tutur bahasa maupun gerak-gerik mereka berdua, tampak agak ketolol-tololan, jelas bukan wanita pintar Akan tetapi, ketika melihat luka di telapak tangan Lu Leng, mereka berdua justru tahu 1418 senjata apa yang melukai telapak tangannya dan tahu pula racun apa itu! Setelah tertegun hatinya menduga bahwa mereka berdua adalah komplotan Hek Sin Kun, hanya berpura tolol untuk menipunya.

   Karena menduga begitu, wajah Lu Leng langsung berubah, Dia mendadak bangkit berdiri seraya membentak "Bagaimana kalian bisa tahu itu?"

   Wajah kedua wanita itu tampak biasa, Kemudian yang lebih tua menyahut.

   "Jarum beracun itu adalah senjata peninggalan majikan kami yang kami gunakan untuk membunuh sapi hutan, Maka ketika melihat luka di tanganmu, tentunya kami tahu. Kalau bukan terkena racun Siau Goan San, apakah terkena racun lain?"

   Sementara Lu Leng terus memperhatikan mereka berdua, namun tidak tampak sikap yang dibuat-buat.

   Mereka berdua kelihatan wajar-wajar saja.

   Namun kecurigaan Lu Leng tidak sirna begitu saja, karena kaum rimba persilatan tahu bahwa jarum beracun itu merupakan senjata rahasia andalan Hek Sin Kun dan tidak pernah terdengar tokoh lain menggunakan senjata rahasia tersebut.

   Oleh karena itu, Lu Leng segera bertanya.

   "La!u siapa majikan kalian? Cepat bilang!" * * * * Bab 66 Kedua wanita itu saling memandangi lama sekali barulah yang lebih muda menyahut.

   "Tidak bisa bilang, Majikan kami pernah berpesan setelah dia pergi, kalau ada orang ke mari, pasti adalah majikan muda atau nona. Kau ke mari melalui tebing belakang, sudah bagus kami mau mengajakmu ke mari Kenapa kau masih mendesak kami untuk memberitahukan tentang majikan kami?"

   Lu Leng menghela nafas panjang, kemudian menaruh tangannya di atas meja batu.

   "Kalian tahu tentang racun ini, tentunya punya"

   Obat penawarnya kan?"

   Tanyanya, Kedua wanita itu tertawa.

   "Tentu punya, Kau tunggu sebentar."

   Sahut wanita yang lebih muda.

   Kedua wanita itu berlari ke dalam sambil tertawa-tawa.

   sedangkan Lu Leng tidak habis pikir dan terheran-heran, kenapa kedua wanita itu kelihatan tidak berniat jahat terhadap dirinya, malah sebaliknya tampak gembira sekali Lu Leng menengok ke sana ke mari, Dia ingin menemukan sesuatu untuk dapat mengetahui identitas sang majikan, tetapi sama sekali tidak melihat sesuatu yang diinginkannya.

   Lu Leng terus menunggu, tapi kedua wanita itu belum muncul juga, Tiba-tiba dia teringat akan mutiara Soat Hun Cu, kenapa tidak dikeluarkan untuk dicoba? Di saat dia baru mau mengeluarkan Soat Hun Cu, terdengarlah suara tawa kedua wanita itu.

   Ternyata mereka berdua sudah kembali dan wanita yang lebih muda tampak membawa sebuah kotak giok.

   Sampai di hadapan Lu Leng, wanita tersebut segera menaruh kotak giok itu ke atas meja batu.

   "Majikan bilang, barang yang di dalam kotak ini, dapat memunahkan segala macam racun cobalah kau buka, entah barang itu dapat dimakan tidak?"

   Katanya.

   Yang dapat memunahkan segala macam racun, hanya Ginseng salju yang ribuan tahun dan Cit Sek Ling Che, bagaimana mungkin mereka memilikinya? Lu Leng tidak menyangka, kalau kedua wanita itu pandai membual pula, Sembari berpikir Lu Leng membuka kotak giok itu, Ketika baru terbuka sedikit, sudah tercium aroma yang amat wangi.

   Begitu mencium aroma tersebut semangat Lu Leng langsung bertambah sehingga membuatnya mengeluarkan suara "lh"

   Sambil membuka kotak giok itu, Setelah kotak giok itu terbuka, seketika juga Lu Leng tertegun.

   Ternyata kotak giok itu berisi Ling Che tujuh warna dan itu sungguh di luar dugaan Lu Leng, sebab Ling Che tersebut merupakan rumput dewa yang diimpi-impikan setiap kaum rimba persilatan.

   Apabila Ling Che tersebut jatuh ke dalam rimba persilatan sudah pasti akan menimbulkan banjir darah.

   Setiap kaum 1421 rimba persilatan akan saling membunuh karena memperebutkan Cit Sek Ling Che tersebut.

   Akan tetapi kedua wanita itu justru menantinya begitu saja, bahkan diberikan kepada Lu Leng seakan merupakan obat biasa.

   Padahai Ling Che tujuh warna itu, selain dapat memunahkan segala macam racun, juga dapat menambah Lweekang di atas sepuluh tahun latihan.

   Maka tidak mengherankan kalau Lu Leng tertegun seketika sehingga mulutnya ternganga lebar Dia tidak berhati tamak, Kalau orang lain pasti sudah menjulurkan tangannya untuk mengambilnya.

   Namun Lu Leng berhati jujur dan gagah, tidak tergiur oleh barang tersebut.

   Setelah berpikir sejenak, dia menutup kembali kotak giok itu, Kedua wanita itu tampak kecewa sekali "Bagaimana? Tiada gunanya?"

   Tanya wanita yang lebih tua. Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala lalu balik bertanya.

   "Tahukah kalian berdua, rumput apa itu?"

   Kedua wanita itu saling memandang, kemudian menggeleng kepala.

   "Entahlah! Paling juga akar rumput!"

   Sahut wanita yang lebih tua. Lu Leng tertawa.

   "Rumput ini disebut Cit Sek Ling Che, yakni semacam rumput dewa yang sulit diketemukan Siapa yang makan rumput Cit Sek Ling Che, Lweekangnya pasti bertambah. Kenapa kalian berdua sembarangan memberikan kepada orang?"

   Kedua wanita itu tertegun "Sesungguhnya kami sudah melupakan rumput ini.

   padahal majikan kami sudah berpesan, siapa yang lebih dulu ke mari, itulah yang harus diberi Majikan kami juga menjelaskan tentang rumput itu, tapi kami sudah lupa, Kalau kau bisa membaca majikan kami meninggalkan tulisan di dalam kotak itu, kau boleh membacanya."

   Mendengar itu, Lu Leng tertarik. Dibukanya lagi kotak giok tersebut kemudian diangkatnya rumput Ling Che tujuh warna itu, di dasar kotak giok memang terdapat tulisan yang amat kecil, Lii Leng segera membacanya.

   "Setelah aku berusia diatas tujuh puluh, kepandaianku sudah hampir mencapai kesempurnaan dengan ilmu iblis, tergolong ilmu silat antara sesat dan lurus, maka kuciptakan ilmu lain...."

   Membaca sampai di sini, tanpa sadar Lu Leng berseru.

   "Sungguh bermulut besar!"

   Usai berseru, Lu Leng membaca lagi.

   "Tanpa sengaja kuperoleh Cit Sek Ling Che, yakni semacam rumput dewa."

   Kalau aku memakannya Lweekangku pasti akan bertambah Namun kupikir hampir semalam, dalam hal ilmu silat tiada batasnya, lagipula usia manusia amat terbatas, percuma aku makan Cit Sek Ling Che tersebut"

   Membaca sampai di sini, Lu Leng manggut, kemudian melanjutkan membaca, Cit Sek Ling Che kusimpan di dalam 1423 kotak giok, itu agar tidak rusak.

   Kedua putraku yang tak berbakti, setelah meninggalkan istana ini, tidak pernah pulang.

   Siapa di antara mereka berdua pulang lebih dulu, akan memperoleh Cit Sek Ling Che ini.

   Kalau putriku juga tidak juga datang, maka Cit Sek Ling Che akan kuberikan kepada orang yang datang duluan, Setelah makan Ling Che ini, Lweekang pasti maju, jangan mencelakai kedua putraku!"

   Di bawah tulisan itu tidak terdapat tanda tangan, kecuali terukir gambar seekor naga kecil.

   Lu Leng segera menutup kembali kotak giok itu, kemudian langsung berlutut Melihat apa yang dikerjakan Lu Leng kedua wanita itu terkejut keheranan "Hei! Apa yang kau perbuat?!"

   Tanya mereka dengan kening berkerut Lu Leng tidak menghiraukan mereka. Dia malah mengangkat kotak giok itu, lalu menyembah tiga kali.

   "Terimakasih atas pemberian Locianpwee. Aku...."

   Berkata sampai di situ, Lu Leng tertegun karena kalimat yang terakhirnya ingin menyatakan bahwa Lweekangnya pasti maju setelah makan Cit Sek Ling Che itu.

   sehingga kedua putranya saja tidak dapat melawan.

   Maka kalau bertemu kedua putranya tidak akan menjatuhkan tangan jahat terhadap mereka, Karena Lu Leng menerima pemberian Cit Sek Ling Che itu, tentunya dia harus mendengar perkataannya.

   Tetapi siapa kedua putra tokoh tua rimba persilatan itu? Beliau menyebut mereka sebagai anak yang tak berbakti, berarti kedua putranya sering melakukan kejahatan Berpikir sampai di sini, Lu Leng jadi ragu menerima pemberian Cit Sek Ling Che itu.

   Namun tokoh tua rimba persilatan itu berniat memberikannya Jadi tidak salah menerimanya.

   Bukankah ini merupakan kesempatan baginya, Kedua putranya yang tak berbakti itu, kini kemungkinan besar sudah tiada.

   Kalau pun masih hidup, belum tentu dia akan bertemu keduanya, Kenapa harus banyak berpikir? Setelah berpikir demikian, hati Lu Leng kembali tenang.

   "Aku berjanji, apabila bertemu kedua putra Cian-pwee, tidak akan sembarangan menurunkan tangan kejam terhadap mereka,"

   Ujar Lu Leng kemudian Berjanji di depan kotak itu.

   Usai berkata begitu, Lu Leng bangkit berdiri, lalu makan Cit Sek Ling Che itu.

   Kedua wanita di dekatnya tampak tertawa, merasa geli melihat yang diperbuat pemuda itu, Namun Lu Leng tidak menggubris mereka.

   Setelah makan Cit Sek Ling Che dia segera duduk sambil memejamkan mata.

   Lama sekali Lu Leng tidak bergerak Tentu saja ini mengejutkan kedua wanita tersebut.

   "Eh? Apakah itu rumput beracun? Kok setelah memakannya dia tak bergerak sama sekali seperti mati?"

   Gumam salah seorang mereka dengan mata menatap Lu Leng yang sedang memusatkan diri.

   "Jangan omong yang bukan-bukan! Bagaimana mungkin majikan berdusta? Lagipula majikan juga sering duduk tak bergerak, kau lupa, ya?"

   Sahut yang lain memperingatkan kawannya.

   Saat ini, Lu Leng sudah dalam keadaan kosong, Apabila ada musuh datang menyerang, sudah pasti dia tidak dapat melawan, Karena saat ini dia sedang menghimpun hawa murni agar menyatu dengan Cit Sek Ling Che yang dimakannya, Karena tidak mengetahui hal yang sebenarnya, kedua wanita itu tertawa-tawa, merasa lucu, Bahkan mereka anggap tindak-tanduk Lu Leng sebagai permainan anak-anak.

   Salah seorang wanita itu mencolok pipinya, yang satu menjewer telinganya.

   Lu Leng tetap diam saja, Akhirnya kedua wanita itu bosan juga.

   "Kakak bagaimana kalau kita pergi melihat gadis yang terkurung di dalam formasi itu?"

   "Baik, tapi kau tidak boleh menolongnya!"

   Wanita yang lebih muda itu manggut-manggut Kemudian keduanya segera beranjak dari ruang besar tersebut Mereka menuju ke sebuah goa, sampai di goa itu terdapat sebuah lembah, yang hanya ditumbuhi rerumputan menghampar hijau, Tampak di tengah-tengah lembah terdapat sebidang tanah.

   Dan di tengah tanah itu ada jala besar.

   Keempat penjuru dipagari dengan terali besi.

   Setelah keluar dari goa kedua wanita itu saling memberi isyarat agar tidak mengeluarkan suara.

   Di dalam jala besar itu terdapat semacam formasi, yang menghalangi mulut lembah.

   Siapa pun yang memasuki mulut lembah itu, pasti terperangkap ke dalam formasi tersebut Di dalamnya terdapat batu-batu berbentuk aneh, golok-golok tajam berdiri tegak di atas tanah dan berbagai senjata, Bahkan tampak ada pula banyak tengkorak dan tulang belulang yang berserak tak karuan, Saat itu di dalam formasi itu tampak tiga sosok bayangan, Sesosok bayangan berada di dekat mulut lembah, berlari ke sana ke mari seperti sedang mencari-cari sesuatu, sedangkan dua sosok bayangan lain, sudah berada di tengah-tengah formasi tersebut, memindah-mindahkan batu-batu berbentuk aneh itu.

   Menyaksikan itu, kedua wanita tersebut tertegun Wanita yang lebih muda berkata dengan suara rendah.

   "Kakak, tadi aku bilang kau tidak percayai sekarang lihatlah sendiri, orang berpakaian hitam dan gadis itu sudah menerobos setengah formasi Tentu dua hari lagi mereka memasuki tempat ini!"

   "Majikan pernah bilang, dia membuat formasi ini dengan susah-payah, Kecuali tuan muda dan nona, siapa pun tidak akan mengerti tentang formasi itu. Apakah orang berpakaian hitam itu adalah tuan muda?"

   Wanita yang lebih muda berpikir, setelah itu berkata.

   "Tidak mungkin! Kalau dia tuan muda, pasti sudah menerobos keluar dari kemarin. Gadis itu... matanya amat mirip nyonya majikan, jangan-jangan dia adalah nona!"

   "Jangan asal berbicara! Ketika nyonya majikan meninggal, kita masih kecil, bagaimana mungkin nona masih begitu muda?"

   Wanita yang lebih muda itu diam, memandang lagi ke arah gadis yang berada di mulut lembah. Setelah berlari-lari sejenak, gadis itu berhenti dengan wajah lesu, Nafasnya tampak terengah-engah.

   "Aaaah! Lu Siauhiap, tak kusangka kita tidak akan berjumpa lagi! sungguh aku akan mati penasaran jika harus mati di tempat ini!"

   Suara gadis itu menyedihkan membuat kedua wanita tua ikut bersedih mendengarnya.

   "Dia amat rindu pada Lu Siauhiap, Kenapa setan kecil itu tidak datang bersamanya?"

   "Urusan orang, kenapa kau turut campur?"

   Walau berkata begitu, tapi air matanya terus meleleh.

   Hal itu membuktikan mereka berdua berhati baik dan berperasaan halus, Gadis yang terkurung di mulut lembah mendongakkan kepala, kemudian menghela nafas beberapa kali.

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Setelah itu berlari lagi, Namun karena tempat itu cukup luas tampak dia seperti hanya berputar-putar di sana, Tidak lama dia jatuh terduduk dan menangis sedih.

   Kedua wanita itu tidak tega menyaksikannya, lalu masuk kembali ke goa.

   Hari mulai gelap, pertanda malam hampir turun meningkup bumi.

   Namun gadis itu terus menangis.

   "Dasar cengeng! Yang terkurung di dalam jebakan ini bukan kau seorang, untuk apa kau terus menerus menangis? Gurumu amat terkenal, kalau begitu kau telah mempermalukan gurumu!"

   Seru seorang yang dikurung di dalam formasi perangkap dengan suara membentak keras, Gadis itu langsung berhenti dari tangisnya, Dan tak lama kemudian terdengar pula suara gadis lain.

   "Kau jangan mencacinya, kasihan dia!"

   Suara yang parau itu terdengar lagi.

   "Kasihan apa? Dia selalu menyebut Lu Siauhiap, Kalau terdengar oleh gurunya, pasti mampus dipukul !"

   Terdengar suara helaan nafas gadis itu, Yang lain diam, Sesaat suasana jadi hening, Hanya terdengar bunyi-bunyi jangkrik yang menyambut datangnya hawa malam.

   * * * * Keesokan paginya kedua orang wanita tua keluar lagi dari dalam goa.

   Mata mereka tampak membengkak, sepertinya menangis semalaman.

   Mereka berdiri di atas sebuah batu sambil memandang ke depan, Tampak dua orang sedang berlari, di lembah sana, sedangkan gadis yang di mulut lembah, masih duduk juga di tanah.

   Dia berusaha bangkit berdiri tapi terkulai lagi.

   Kedua wanita itu saling memandang, Yang muda memberi isyarat, kemudian mereka masuk ke goa langsung menuju ke istana.

   Di ruang besar itu, tampak Lu Leng masih duduk bersila, wajahnya segar dan luka di tangannya sudah sembuh.

   Kelima jari tangannya sudah bisa bergerak seperti biasa.

   Sampai di ruang besar itu, kedua wanita memandang Lu Leng sejenak, kemudian yang muda membanting kaki seraya berkata.

   "Kakak, gadis itu sudah terkurung empat hari, kelihatannya dia sudah hampir mati, Meski pun majikan mempersalahkan, aku harus tetap menolongnya keluar dari perangkap itu!"

   "Kau ingin cari mati?"

   Tukas kawannya dengan kening berkernyit heran.

   "Kakak, menolong orang adalah perbuatan baik, Kenapa malah mau cari mati?"

   "Aku tidak peduli, Majikan berpesan begitu, tidak boleh melepaskan siapa pun yang di dalam jebakan, Kalau yang masuk itu orang jahat, bagaimana?"

   Wanita yang lebih muda tertawa.

   "Ha ha! Kalau gadis itu orang jahat, kau penggal kepalaku!"

   Wanita yang lebih tua itu mengernyitkan kening, menatap kawannya yang ngotot ingin menolong orang dalam perangkap di lembah sana.

   "Kau bilang gadis itu bukan orang jahat?"

   Tanyanya setengah mendengus. Wanita yang lebih muda langsung mengangguk "Tentu!"

   "Kalau begitu, kenapa kau tidak pergi menolongnya?"

   Wanita yang lebih muda terperangah, seakan tak percaya jawaban temannya.

   "Boleh aku menolongnya?"

   "Kita harus pergi menolongnya!"

   Sahut yang satu sambil mengangguk Kedua wanita itu tertawa, lalu berlari pergi menuju ke lembah.

   Sementara itu Lu Leng yang masih dalam keadaan duduk bersila, sama sekali tidak mendengar atau melihat gerak-gerik kedua wanita itu, Sebab kini hawa murninya sedang berjalan di bagian Jin Tok, jalan darah yang sangat berbahaya, Kalau sampai terganggu bisa-bisa tersesat! Kedua wanita itu sudah sampai di mulut lembah, serentak mereka berseru dengan suara keras.

   "Nona jangan takut! Asalkan kau orang baik, kami akan menolongmu keluar!"

   Kedua wanita itu langsung berusaha masuk ke dalam perangkap. Namun mendadak terdengar suara bentakan parau di dalam formasi gerakan itu.

   "Toa Sah, Ji Sah! Betulkah itu kalian berdua?"

   Betapa kagetnya kedua wanita itu ketika mendengar suara bentakan. Wajah mereka langsung berubah dan mendadak pula keduanya langsung berlutut Mereka menyembah tiga kali dengan wajah seperti ketakutan.

   "Siapa kau? Bagaimana bisa mengenal kami?"

   Tanya mereka dengan menggeragap. Terdengar suara tawa amat keras yang disusul kemudian oleh bentakan sengit "Masih tidak mau menuntun aku keluar dari jebakan ini?"

   Kedua wanita itu terkejut lalu berkata dengan tersendat-sendat "Kau... kau adalah..."

   "Bagaimana bisa mengenal kalian kalau bukan majikan kalian? Kenapa kalian berdua masih diam saja? Mau digebuk, ya?"

   Bentak orang bersuara parau itu. Toa Sah dan Ji Sah saling memandang, Kemudian bangkit berdiri dan langsung melesat ke dalam Mereka urungkan niat semula untuk menolong gadis itu. Suara parau itu terdengar lagi.

   "Cukup menuntun aku seorang keluar, yang lain biarkan saja!"

   Gadis yang bersama orang itu tertawa panjang menyedihkan setelah itu berkata.

   "Paman, legakanlah hatimu! Hatiku telah mati. Kau mau berbuat baik atau jahat terhadap diriku, itu terserah. Aku tidak akan meninggalkan tempat ini!"

   Terdengar suara tawa dingin, Tampak tiga sosok bayangan melesat keluar dari dalam formasi itu.

   Kemudian tampak pula seorang berpakaian hitam mengikuti di belakang Toa Sah dan Ji Sah.

   Orang berpakaian hitam melesat lebih cepat ke hadapan kedua wanita itu, lalu mengayunkan tangannya.

   Ternyata dia menampar pipi kedua wanita itu, Plak! Plak! Keduanya langsung terpekik kaget dan terpental jatuh ke tanah, Pipi mereka berwarna merah dan membengkak Orang berpakaian hitam berdiri tegak.

   Kini baru terlihat jelas wajahnya, kurus tak berwarna darah sedikit pun.

   sepasang matanya menyorot tajam, sehingga tampak menakutkan.

   Orang berpakaian hitam itu tidak lain adalah Hek Sin Kun! Toa Sah dan Ji Sah ketika berusia tujuh tahun, diselamatkan sang majikan.

   Sejak itu tidak pernah bermain di tempat yang jauh, maupun bergaul dengan orang lain, Maka mereka tidak pernah tahu orang berpakaian hitam yang berdiri di hadapan itu, Mereka berdua masih ingat, ketika sang majikan mau meninggalkan istananya pernah berpesan, bahwa siapa pun yang mengenal Toa Sah dan Sah adalah juga majikan mereka.

   Karena itu, walau tadi sudah ditampar begitu keras oleh Hek Sin Kun, kedua wanita tidak berani menjerit marah, sedikit pun kecuali hanya suara kaget.

   "Dasar tolol! Melihat aku terkurung di dalam perangkap sehari semalam, kalian tidak mau menuntun keluar. Apa kalian berdua mau berontak?"

   Kedua wanita merangkak bangun dengan kepala tertunduk lalu menyahut dengan suara rendah.

   "Kami tidak tahu siapa Tuan sebenarnya!"

   Hek Sin Kun membentak lagi.

   "Kini kalian berdua, sudah tahu siapa aku?"

   Toa Sah dan Ji Sah saling memandang.

   "Tuanku majikan kecil?"

   Tanya Ji Sah.

   "Entahlah! Mengapa engkau tidak mengerti cara memecahkan formasi itu?"

   Hek Sin Kun membentak sengit.

   "Aku adalah majikan kecil sesungguhnya aku bisa memecahkan formasi itu, hanya saja sudah lupa!"

   Toa Sah dan Ji Sah berdua memberi hormat, kemudian berdiri dengan kepala tertunduk sementara Hek Sin Kun menengok ke sana ke mari, lalu bertanya kepada keduanya.

   "Di mana istana ayahku?"

   Kedua wanita itu menunjuk ke arah goa.

   "Melalui goa itu akan sampai di istana!"

   Sahut Toa Sah memberitahukan. Hek Sin Kun tertawa dingin.

   "Cepat kalian tunjukkan jalan!"

   Kedua wanita itu mengangguk Lalu melangkah menuju goa, Namun Toa Sah membalikkan bagian dan berkata.

   "Majikan kecil, kami punya sebuah permintaan!"

   "Permintaan apa!"

   Ji Sah segera menjawab.

   "Gadis yang di mulut lembah sudah terkurung empat hari empat malam, kami ingin...."

   Hek Sin Kun langsung membentak "Tidak boleh!"

   Kedua wanita itu mengucurkan air mata, Kemudian segera melesat pergi ke dalam goa.

   Perlu dijelaskan di sini, istana tempat Lu Leng sedang duduk bersila adalah milik tokoh aneh rimba persilatan bernama Mo Liong Seh Sih! Kepandaian yang dimilikinya di luar aliran lurus dan sesat.

   Dia memiliki ilmu kepandaian yang amat aneh, maka perilakunya pun amat aneh.

   Ketika berusia empat puluhan, dia bertekad terus berlatih ilmu silat Karena itu, mereka suami istri terus berlatih di dalam istana tersebut bahkan mulai menulis kitab iblis.

   Pada waktu itu, kedua putranya sudah berkecimpung di dalam rimba persilatan Nama mereka berdua cukup terkenal yaitu Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau.

   Seh Cing Hua, putrinya, juga amat terkenal dalam rimba persilatan.

   Mo Liong Seh Sih pernah menyuruh anak-anaknya hidup menyepi, Namun mereka semua tidak mau, sehingga amat menggusarkan Mo Liong Seh Sih.

   Akhirnya membangun sebuah istana di tempat itu, Kebetulan mereka menyelamatkan dua anak gadis, yang dibawa ke istana dijadikan pelayan, Kedua anak gadis itu adalah Toa Sah dan Ji Sah.

   Mo Liong Seh Sih yang menamai mereka demikian.

   Beberapa tahun kemudian, Nyonya Mo Liong Seh Sih meninggal maka Mo Liong Seh Sih seorang diri melanjutkan menulis Kitab iblis tersebut.

   Kitab iblis rampung.

   Ternyata penulisan kitab tersebut menyita waktu hidupnya selama dua puluh tahun.

   Mo Liong Seh Sih meninggalkan istana dengan membawa Kitab Iblis, Dia mulai berusaha mencari tahu kabar tentang kedua putranya.

   Namun nama kedua putranya amat buruk dalam rimba persilatan.

   sedangkan putrinya sudah menikah, bermukim di pulau Hwe Ciau To.

   Mo Liong Seh Sih berangkat ke pulau tersebut Kitab iblis diberikan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua putrinya.

   Padahal Mo Liong Seh Sih bermaksud baik, tidak tahunya justru membuat rumah tangga putrinya jadi pecah berantakan.

   Setelah meninggalkan pulau Hwe Ciau To, Mo Liong Seh Sih berangkat ke gunung Thay San menemui kedua putranya, Kedua putranya mengusulkan agar Mo Liong Seh Sih mendirikan sebuah partai baru, supaya dapat bersaing dengan partai lain, sekaligus mengibarkan nama mereka di tengah rimba persilatan.

   Akan tetapi, setelah Mo Liong Seh Sih terus-menerus menyelami ilmu silat.

   Semakin tua semakin matang, Namun bersamaan dengan itu timbul kesadaran dalam hatinya, bahwa ilmu silat ternyata tak ada batasnya.

   Semakin digali, semakin dalam untuk menemukan ilmu-ilmu yang lebih hebat.

   Maka ketika kedua putranya mengusulkan begitu, dia hanya tertawa, Dalam pembicaraan, kedua putranya tahu tentang Kitab iblis tersebut yang telah diberikan kepada Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua.

   Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau tahu, apabila mereka berdua bisa memperoleh Kitab iblis tersebut, maka dapat menjagoi rimba persilatan Namun keduanya juga tahu, tidak gampang mendekati Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, walau adik mereka sendiri sedangkan kepandaian Cit Sat Sin Kun-Tam Sen jauh di atas mereka.

   Maka Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau tidak berani pergi ke pulau Hwe Ciau To.

   Setelah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen bersama anak-anaknya menetap di Hou Yok, tanpa sengaja Tam Goat Hua bertemu 1437 Kim Kut Lau.

   Karena gadis itu amat mirip Seh Cing Hua ibunya, Kim Kut Lau bisa menduga asa!-usulnya.

   Karena itu, Kim Kut Lau menangkapnya, dibawa ke Sai Thian Bok dan dirantai di sana.

   Maksud Kim Kut Lau akan menukarkan Tam Goat Hua dengan Kitab Iblis, Gadis itu berada di tangannya, tentu Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Tok Ciu Lo Sat pasti akan menyerahkan Kitab iblis kepadanya.

   Tapi Kim Kut Lau ternyata tidak tahu, Cit Sat Sin Kun dan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua telah berpisah gara-gara Kitab iblis tersebut.

   Lagipula, ketika Tam Goat Hua dirantai di gunung Sai Thian Bok, kebetulan muncul Lu Sin Kong dan Sebun It Nio.

   Mereka melepaskan Tam Goat Hua.

   (Semua itu telah diceritakan di atas) Ketika itu, Mo Liong Seh Sih sama sekali tidak menghiraukan usul kedua putranya, Hanya dikatakan bahwa kepandaian mereka sudah cukup untuk menjaga diri, Tapi kalau tidak tahu diri dan mau bersaing dalam rimba persilatan, sudah pasti ada yang lebih tangguh.

   Siapa yang berani menyatakan dirinya nomor wahid di kolong langit? Sedangkan Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau, kalau tidak tahu tentang itu, kelak nama mereka berdua pasti hancur Namun Mo Liong Seh Sih juga menjelaskan.

   Kelak jika keduanya mengalami nasib kekalahan yang hingga mereka harus mendapatkan pertolongan masih ada tempat bagi mereka untuk berteduh dan berlindung, Tempat itu tak seorang tokoh sehebat dan setinggi apa pun ilmunya, yang bisa mencapai ke sana, Kecuali mampu mengatasi rangkaian perintang yang telah dibuat untuk menutup tempat itu, Tempat tersebut berada di lembah gunung Tong Ku Sat.

   Bahkan dengan sejelas-jelasnya Mo Liong Seh Sih menerangkan bagaimana memecahkan rangkaian formasi perangkap penghalang tempat itu.

   Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau cuma mendengar, namun tidak begitu memperhatikan penjelasan-penjelasan tentang formasi tersebut.

   Karena itu, Mo Liong Seh Sih menambahkan apabila mereka berdua terkurung dan tidak dapat memecahkan formasi maka harus berseru memanggil Toa Sah dan Ji Sah.

   Kedua wanita itu akan menuntun mereka keluar Namun kalau kedua wanita itu sudah mati, mereka berdua akan mati di dalam formasi.

   Setelah meninggalkan gunung Thay San, sejak itu Mo Liong Seh Sih entah menghilang ke mana, tiada jejaknya sama sekali Sedangkan Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau sama sekali tidak menaruh hati apa yang dikatakan ayah mereka itu.

   Mereka berdua hanya menaruh perhatian terhadap Kitab Iblis, Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau tidak tahu, di dalam istana Mo Liong Seh Sih, terdapat rumput Cit Sek Ling Che yang jauh berharga ketimbang Kitab Iblis.

   * * * * Bab 67 Waktu berputar Kehidupan rimba persilatan semakin gempar dengan munculnya tokoh sesat Liok Ci Khim Mo, Para tokoh persilatan menyembunyikan diri, Pada saat itulah Hek Sin Kun baru teringat akan pesan ayahnya, Maka dari berangkat ke gunung Tang Ku Sat.

   Seperti Lu Leng, dia pun mendengar pembicaraan wanita buruk rupa dengan Huang Yen mengenai Panah Bulu Api yang dapat melawan Pat Liong Thian Im.

   Hal itu pula yang dapat membuatnya bertarung melawan Lu Leng.

   Orang berpakaian hitam itu adalah Hek Sin Kun.

   Gadis yang bersamanya mengeluarkan tawa panjang yang menyedihkan ternyata Tam Goat Hua.

   Setelah menerjang keluar dari ruang itu, waktu itu, dia telah kehilangan jejak, lalu bagaimana bisa bersama Hek Sin Kun? Ternyata telah terjadi hal-hal yang berliku-liku.

   Ketika itu, hati Tam Goat Hua telah hampa, tidak tahu baiknya harus memikirkan apa.

   Pikirannya kacau balau, tak mampu memikirkan nasib malang yang telah menimpa diri nya.

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   padahal sesungguhnya, seorang gadis mencintai seorang lelaki yang layak menjadi ayahnya memang kelihatan tidak masuk akal.

   Namun benarkah tidak masuk akal, sebab cinta merupakan sesuatu yang tidak masuk akal, Cinta memang aneh, Suatu yang kadang sulit dipikir dengan akal sehat.

   Tam Goat Hua mencintai Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.

   Ketika pertama kali mencurahkan perasaan hatinya itu, Tong 1440 Hong Pek menganggapnya masih berpikiran seperti anak-anak, maka dia cuma tertawa.

   Namun tidak lama, Tong Hong Pek tahu Tam Goat Hua tidak main-main, melainkan sungguh-sungguh mencintainya Tentu saja Tong Hong Pek tidak kuasa menolak cintanya itu.

   Dalam keadaan begitu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tahu jelas, apabila dia memperistri Tam Goat Hua, tentu tidak akan terluput dari pergunjingan kaum rimba persilatan.

   Namun dia tidak menghiraukan itu, Tak ada salahnya memperistri Tam Goat Hua! Kaum rimba persilatan memang tak menduga hal itu.

   Namun mereka hanya berani mempergunjingkannya secara diam-diam, dan ketika menjelang pernikahan, Tong Hong Pek dengan Tam Goat Hua gembira sekali.

   Akan tetapi mendadak saja terjadi hal yang tak diduga-duga, Saat itu Tam Goat Hua dan Lu Leng terpengaruh oleh Pat Liong Thian Im, sehingga menyebabkan mereka berdua melakukan hubungan intim seperti suami istri.

   Tam Goat Hua merasa sangat malu, pedih dan merasa bersalah terhadap Tong Hong Pek.

   Dia tahu, kejadian itu bukan kesalahan Lu Leng! Namun anehnya dia benar-benar jadi sangat benci terhadap Lu Leng, dan bahkan membenci semua orang, Ketika Pat Liong Thian Im berhenti, dia langsung menampar Lu Leng dua kali dengan sengit sekali.

   Padahal di saat itu, hati Lu Leng pun sangat berduka dan penuh penyesalan.

   Walau dia amat mencintainya tapi ketika tahu Tam Goat Hua mencintai Tong Hong Pek, Lu Leng menahan rasa sakit dalam hati, mengundurkan diri.

   Setelah itu, Tam Goat Hua pun meninggalkan ruang besar, dia terus melesat pergi bagaikan panah terlepas dari busur Ketika hari mulai terang, dia terkulai jatuh di tanah.

   Dia masih ingin bangkit berdiri, namun sudah tiada tenaga sama sekali, tak kuat berdiri lagi.

   Tam Goat Hua tergeletak di tanah dengan nafas terengah-engah, Dia menangis.

   Ternyata dia berada di tengah-tengah gunung Go Bi San.

   Tak seorang pun dijumpai di sana, yang ada hanya monyet yang tak terhitung banyaknya, Monyet-monyet itu mengelilinginya seperti amat bersimpati padanya.

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menemukan pakaian Tam Goat Hua yang berwarna merah itu.

   Ternyata ketika Tam Goat Hua terus berlari, pakaiannya menyangkut di dahan pohon, sehingga terlepas, Akhirnya tertiup angin jatuh dekat jurang.

   Maka Tong Hong Pek mengira Tam Goat Hua telah bunuh diri ke dalam jurang.

   Ketika itu, Tam Goat Hua menangis entah berapa lama, akhirnya yang mengucur sudah bukan air mata, melainkan darah.

   Dia tertawa gelak, kemudian berhenti menangis karena sudah mengambil keputusan untuk mati di tempat itu.

   Beberapa tahun kemudian, kalau ada orang menemukan nya, dia pasti sudah menjadi sosok tengkorak, Siapa akan 1442 tahu, sosok tengkorak itu adalah Tam Goat Hua, yang pernah menikmati percintaan tapi juga hancur oleh percintaan pula? Ketika berpikir untuk mati, hati Tam Goat Hua justru merasa tenang, Tangisnya berhenti periahan-lahan.

   Saat itu sudah tengah hari, sinar matahari menyorot wajahnya, Tercermin kedukaannya yang amat dalam.

   Dia ingin bangkit berdiri, namun tiada berdaya.

   Terpaksa diam.

   Hatinya terus bermohon agar ajal lekas tiba, ingin dia mengakhiri hidupnya dalam usia muda.

   Tak seberapa lama, mendadak mendengar suara monyet-monyet itu berbunyi terus menerus, sehingga jadi berisik sekali.

   Tam Goat Hua menoleh, seketika juga monyet-monyet itu diam, tak berani berbunyi lagi.

   Saat itu dia merasa heran, semua monyet itu menjatuhkan diri berlutut ke arah Tam Goat Hua.

   Gadis itu menghela nafas panjang dan bertanya dalam hati, apakah monyet-monyet itu tahu aku sudah mau mati, maka dengan cara berlutut mengantarnya? Tam Goat Hua tersenyum getir, kemudian menyebut nama Tong Hong Pek dalam hati.

   Ketika mau memejamkan mata, tiba-tiba di hadapannya bertambah dua sosok bayangan.

   Tertegun Tam Goat Hua, kenapa di saat mau mati masih tidak bisa tenang, harus mengalami suatu gangguan lagi? Karena sudah berkeputusan untuk mati, Tam Goat Hua malas mendongakkan kepala melihat siapa kedua orang itu.

   Dia hanya memandang kedua sosok bayangan tergambar di tanah.

   Begitu memandang hatinya amat terkejut, karena sepasang lengan mereka amat panjang, hampir menyentuh tanah.

   Tam Goat Hua memandang dengan penuh perhatian, sepertinya itu bukan manusia.

   Akhirnya Tam Goat Hua pun mendongakkan kepala, Ternyata dua ekor monyet tua berdiri di sisinya.

   Kedua monyet tua berbulu keperak-perakan itu entah sudah berapa lama hidup di dalam rimba ini.

   Kedua ekor monyet tua memandang Tam Goat Hua, Ketika gadis itu mendongakkan kepala, langsung mengeluarkan suara, seakan mengatakan sesuatu Tapi bagaimana mungkin Tam Goat Hua mengerti? Setelah mengeluarkan suara, kedua ekor monyet tua itu melesat pergi bagaikan kilat.

   Tam Goat Hua tersenyum getir, Dia merasa makin lama makin lemah, sepertinya ajal sudah mendekat.

   Dipejamkan matanya menunggu ajal datang menjemput.

   Akan tetapi, saat dia merasa sukmanya mulai melayang, mendadak terdengar suara parau seperti keluar dari mulut orangtua.

   "Gadis kecil, jangan mati! Cepat buka matamu melihat cahaya mentari!"

   Suara itu kedengaran lamban dan lirih.

   Namun setelah mendengar suara itu, dia sama sekali tidak berani membangkang.

   Karena itu, Tam Goat Hua membuka matanya.

   Cahaya mentari menyorot kan ke arah matanya.

   Terasa perih sekali, namun juga membuatnya merasa masih hidup di dunia! Tam Goat Hua melihat kedua ekor monyet tua berdiri di hadapannya.

   Tampak pula seorang yang sudah tua sekali berdiri di tengah-tengah kedua ekor monyet tua itu.

   Sekujur badan orangtua itu berwarna seperti besi, memancarkan cahaya bergemerlapan.

   Kerutan di keningnya tidak begitu banyak, sulit mengetahui usianya.

   Namun Tam Goat Hua sama sekali tidak ingin tahu siapa orangtua tersebut.

   Dia hanya tersenyum getir ke arah orangtua itu, kemudian berkata dengan suara yang amat lemah.

   "Kakek Tua, kau hidup begitu lama, tentu sudah mengalami banyak sekali penderitaan Aku,., sudah tidak akan mengalami penderitaan apa pun lagi!"

   Wajah orangtua itu tampak berubah, namun sepasang matanya menyorot tajam memancarkan cahaya, Cahaya matanya membuat hati Tam Goat Hua tergetar. seketika itu pula terdengar suara bentakan si orangtua bagaikan geledek.

   "Omong kosong! Manusia hidup selalu tidak terlepas dari penderitaan Tetapi apakah tiada kebahagiaan sama sekali? Tidak bisa sembarangan menginginkan mati!"

   Mendengar perkataan orangtua itu, Tam Goat Hua tertawa.

   "Bahagia? Aku... aku memang pernah merasakan kebahagiaan Tapi... mulai sekarang sudah tidak ada lagi!"

   Orangtua itu tertawa gelak.

   "Gadis kecil, jangan omong kosong lagi! Kau ingin mati. Tapi jangan harap aku memperbolehkan kau mati!"

   Gadis itu tercenung, Harus kah aku memperpanjang masa penderitaan yang menyakitkan itu? Fikir Tam Goat Hua.

   Kemudian dengan tatapan mata kosong dia memandang orangtua itu.

   sepertinya bermohon padanya jangan mempedulikannya, agar dia bisa mati dengan tenang tanpa gangguan.

   Orangtua itu mundur selangkah, kemudian mengibas-ngibaskan tangannya ke arah kedua ekor monyet tua di sampingnya.

   Kedua ekor monyet tua itu mengeluarkan siulan panjang, Mendadak saja mereka menerjang ke arah Tam Goat Hua.

   Yang satu memegang kepala, yang lain memegang kaki, Tahu-tahu gadis itu sudah diangkat.

   Orangtua itu mengayunkan kakinya, kelihatan lamban tapi cepat bagaikan kilat.

   Kedua ekor monyet tua yang mengangkat Tam Goat Hua juga melesat pergi membawanya, Terdengar suara yang menderu-deru melewati telinga gadis itu, pepohonan yang berada di sana tampak bergerak ke belakang dengan cepat sekali.

   Walau kedua ekor monyet tua melesat begitu cepat, tapi tetap tidak bisa menyusul orangtua itu, Kini Tam Goat Hua baru tahu, orangtua itu pasti tokoh tua rimba persilatan yang hidup menyendiri di tempat itu, Namun tidak tahu siapa dia.

   Tak seberapa lama kemudian, orangtua dan kedua ekor monyet tua yang membawa Tam Goat Hua memasuki sebuah lembah.

   Tam Goat Hua memandang lembah itu.

   Tidak begitu luas, tapi di tengah-tengah terdapat dua buah gubuk, Ada tiga buah batu besar teronggok di samping gubuk-gubuk itu.

   Seperti batu biasa, namun ketika Tam Goat Hua memandangnya dengan penuh perhatian.

   Dia terkejut menyaksikan cekungan pada ketiga batu itu, sebab cekungan itu ternyata bekas punggung orang! Ya, bekas punggung manusia, Tiga orang manusia yang berbeda telah pernah bersandar di batu itu.

   Sejak bersama Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, pengetahuan Tam Goat Hua bertambah luas, Ketika melihat bekas-bekas punggung di batu-batu itu, terkejutlah dia, Apakah benar ketiga orang duduk bersandar di situ hingga meninggalkan bekas punggungnya? Kalau benar, dapat dibayangkan betapa tingginya Lweekang mereka bertiga.

   Tam Goat Hua cuma memandang sejenak, sebab kemudian sudah dibawa ke dalam gubuk.

   Orangtua itu memberi isyarat pada kedua ekor monyet tua.

   Segera kedua ekor monyet tua menaruh Tam Goat Hua ke atas ranjang bambu.

   Setelah itu, orangtua tersebut menghampiri ranjang bambu sambil memandang Tam Goat Hua sambil menggeleng-gelengkan kepala.

   "Gadis kecil, kau memandang hambar terhadap urusan, jangan terlampau dipikirkan!"

   Tam Goat Hua tertegun mendengar ucapan si kakek tua.

   "Kau... kau tahu urusanku?"

   Tanyanya dengan suara menggeragap. Orangtua itu menggeleng-geleng kepala.

   "Aku tidak tahu urusan mu, tapi tahu kau punya urusan, Batinmu terpukul berat sehingga nyaris membuat hawa murnimu bubar. Kalau aku terlambat selangkah, nyawamu sudah melayang."

   Tam Goat Hua tertawa getir.

   "Bukankah lebih baik mati?"

   Orangtua itu membentak.

   "Omong kosong!"

   Tam Goat Hua menggeleng-gelengkan kepala.

   "Aku tidak omong kosong!"

   Tangan orangtua itu merogoh ke dalam bajunya, Ketika dikeluarkan lagi, langsung menyentil hingga menimbulkan 1448 suara berdesir Tampak sebuah benda kecil meluncur ke arah mulut Tam Goat Hua, Gadis itu ingin merapatkan mulutnya, namun sudah terlambat Benda kecil itu sudah masuk ke mulutnya, Begitu kena ludah, benda itu langsung mencair dan mengalir ke dalam tenggorokannya.

   Tak lama kemudian, Tam Goat Hua merasa nyaman sekali, Dia tahu benda kecil itu pasti semacam obat mujarab.

   "Kakek Tua, kenapa harus menyia-nyiakan obat mujarab ini?"

   Orangtua tercengang, Ditatapnya wajah gadis cantik itu.

   "Gadis kecil, kau punya orangtua? Punya saudara? Punya kekasih ? Punya orang yang mencintai-mu?"

   Tam Goat Hua manggut-manggut "Semua punya!"

   


Sukma Pedang -- Gu Long Rahasia 180 Patung Mas Karya Gan Kl Kilas Balik Merah Salju -- Gu Long

Cari Blog Ini