Ceritasilat Novel Online

Harpa Iblis Jari Sakti 22


Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Bagian 22



Harpa Iblis Jari Sakti Karya dari Chin Yung

   

   Liok Ci Khim Mo menatap putranya sejenak, kemudian manggut-manggut.

   "Baiklah! Cepat kurung mereka bertiga ke dalam penjara!"

   Beberapa orang muncul membawa mereka bertiga ke dalam penjara.

   Ketika siuman, mereka bertiga sudah diikat pada pilar besar yang dalam penjara, Mereka bertiga tahu sudah terluka parah di bawah Pat Liong Thian Im.

   Namun mereka heran apa sebabnya Liok Ci Khim Mo memenjarakan mereka.

   Ketiganya berusaha menghimpun hawa murni, namun luka mereka begitu parah, tidak mungkin pulih seketika.

   Malam harinya, pintu penjara itu terbuka, Tam Ek Hui dan Han Giok Shia diantar orang ke dalam.

   Ternyata mereka pun tertangkap oleh Liok Ci Khim Mo.

   Kini di dalam penjara jadi lima orang.

   Setahu mereka Lu Leng telah mengalami luka sangat parah saat berhasil meloloskan diri, Maka sekarang mereka terkejut melihat Lu Leng diantarkan masuk ke penjara itu, Semua telah mengira kalau Lu Leng pasti telah tertangkap dan akan dipenjarakan pula bersama mereka, Namun begitu mendengar Lu Leng 1784 memanggil Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, barulah mereka terheran-heran.

   Lu Leng ternyata tidak tertangkap, Mereka merasa bergembira sekali mengetahui hal itu.

   Orang yang mengantarkan Lu Leng ke kamar penjara itu tampak berusaha melarikan diri Namun mana mungkin, sebab Lu Leng telah menyerangnya dengan Kim Kong Sin Ci lewat jurus Cap Bin Li Cing (Menggali Sepuluh Arah).

   Orang itu masih berusaha menangkis, namun justru membuat dirinya terpental seketika nyawanya putus tanpa sempat menjerit lagi, Lu Leng segera mendekati Tong Hong Pek.

   "Guru, kita harus cepat pergi!"

   Wajah Tong Hong Pek berubah lalu membentak dengan sengit "Anak Leng! Siapa suruh kau kemari? Cepat pergi!"

   Lu Leng terkejut, dia mengira telinganya salah dengar "Guru bilang apa?"

   Tong Hong Pek membentak lagi.

   "Aku suruh kalian cepat enyah!"

   Toan Bok Ang yang berada di sini jadi tertegun ketika Tong Hong Pek membentak-bentak Lu Leng.

   "Tong Hong Cianpwee, kalian..."

   Ujar Toan Bok Ang terputus, Sebelum Toan Bok Ang usai berkata, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sudah meludah.

   "Phui! jangan banyak omong, cepat enyah!"

   Lu Leng sama sekali tidak mengerti Tong Hong Pek dalam bahaya, tapi kenapa melihat kedatangan dirinya bukannya merasa gembira, Toan Bok Ang yang tak mampu menahan rasa herannya segera berkata.

   "Tong Hong Cianpwee, aku sudah mengerti maksudmu."

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menatap tajam gadis itu.

   "

   Kalau sudah mengerti, kenapa tetap diam, pergi kataku!"

   Lu Leng segera bertanya kepada Toan Bok Ang.

   "Kakak Ang, apa maksud guruku?"

   Toan Bok Ang menghela nafas sebelum menyahut "Adik Leng, maksud gurumu, kau dapat menerjang ke dalam sudah luar biasa sekali, Namun bisa meloloskan diri atau tidak, itu masih jadi masalah Kini mereka telah terluka parah, apabila membawa mereka serta, tentu tiada harapan untuk meloloskan diri, maka beliau suruh kau cepat pergi!"

   Mendengar penjelasan Toan Bok Ang, Lu Leng jadi tertegun "Guru, tidak gampang murid menerjang ke mari, apakah kalian...."

   Berkata sampai di situ, air matanya sudah bercucuran, sehingga tak mampu melanjutkan. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menghela nafas panjang 1786

   "Anak Leng, gurumu benar, Kalian berdua cepatlah pergi! Kalau kalian tidak segera meninggalkan tempat ini, berarti akan hilang dua orang yang berani menentang Liok Ci Khim Mo!"

   Lu Leng menghapus air matanya, kemudian menegaskan "Tidak! Kalau mau, mari kita pergi bersama!"

   Seh Cing Hua langsung membentak.

   "Bocah! Kau berani membangkang perintah gurumu?"

   "Tidak, Tapi dalam keadaan ini, aku tidak bisa menuruti perkataannya!"

   Usai berkata, Lu Leng segera memutuskan rantai-rantai yang membelenggu mereka berlima dengan golok pusaka Su Yang To, lalu menoleh pada Oey Sim Tit.

   "Saudara Oey, kau pergi lihat-lihatlah keadaan di luar!"

   Oey Sim Tit mengangguk Dia segera pergi ke pintu penjara dan melongok keluar.

   "Di luar tidak ada orang!"

   "Guru, paman dan Bibi Tam, mari kita pergi! Kalau bisa menerjang kemari, harus juga bisa menerjang keluar!"

   Tong Hong Pek, Tam Sen, dan Seh Cing Hua saling memandang.

   "Anak Leng, berusahalah keluar! Namun untuk bisa lolos dari tangan Liok Ci Khim Mo atau tidak belumlah tentu, Kalau membawa kami berlima yang sudah terluka parah, itu hanya akan jadi beban yang amat berat baginm Mengapa kau tetap berkeras?"

   Lu Leng menyahut dengan air mata berlinang-linang.

   "Guru jangan banyak bicara lagi, anak Leng sudah sampai di sini. Kalau kalian tidak mau ikut dan anggaplah aku dapat meloloskan diri, apakah aku masih bisa jadi orang?"

   Lu Leng berkata sambil melangkah ke pintu lalu berkata kepada Oey Sim Tit.

   "Saudara Oey, harap kau sudi menunjukkan jalan!"

   Seusai berkata, Lu Leng memberi isyarat ke belakang.

   "Cepat ikut aku!"

   Tong Hong Pek dan lainnya semua tokoh tua rimba persilatan sedangkan Lu Leng adalah muridnya.

   Namun saat ini, Lu Leng justru telah menunjukkan kegagahannya, Ketika dia memberi isyarat mereka bertiga segera bangkit berdiri, mengikutinya dari belakang, sementara Toan Bok Ang memapah Han Giok Shia.

   Namun Han Giok Shia menolaknya.

   Oey Sim Tit memimpin di depan.

   Kedelapan orang itu mulai meninggalkan penjara setelah menutup kembali pintunya.

   "lblis kecil, kau ke mari!"

   Seh Cing Hua tiba-tiba memanggil Oey Sim Tit. Ketika Seh Cing Hua memanggilnya demikian, Oey Sim Tit jadi tertawa geli.

   "Cianpwee ada pesan apa?"

   Kau memang baik, Kalau kali ini kau dapat menyelamatkan kami, tentunya kami tidak akan melupakanmu, Tapi saat ini, kalau bertemu ayahmu, aku kira kau tidak bisa apa-apa.

   ilmu Ginkangmu amat tinggi, lebih baik kau selidiki di depan, Kalau bertemu orang, arahkan mereka ke tempat lain.

   Dengan begitu kami lebih punya harapan untuk meloloskan diri."

   Oey Sim Tit berkata dengan girang.

   "Terima kasih atas petunjuk Cianpwee!"

   Oey Sim Tit melesat cepat,"

   Bagaikan segulung asap, sementara Lu Leng terus jalan di depan, Toan Bok Ang di belakang melindungi kelima orang itu.

   Tak henti-hentinya Oey Sim Tit bo!ak-balik untuk melapor tentang keadaan di depan, Tanpa menemui hambatan apa pun kedelapan orang itu berhasil keluar dari istana Ci Cun Kiong, Tak seorang pun penjaga yang melihat mereka, Dan ini semua tak lepas dari bantuan Oey, Sim Tit Kini mereka telah menempuh satu mil perjalanan meninggalkan istana itu.

   "Saudara Oey, bawa kami ke pintu gapura!"

   Pinta Lu Leng kepada Oey Sim Tit Oey Sim Tit menundukkan kepala sambil berpikir kemudian menyahut "Keluar dari pintu gapura, itu mungkin tidak aman!"

   Seh Cing Hua segera berkata.

   "Kalau ada jalan lain, itu lebih baik lagi!"

   Oey Sim Tit terus berpikir, setelah itu menghela nafas panjang dan berkata dengan wajah murung.

   "Cianpwee-cianpwee yang terhormat, aku tahu ayahku amat jahat Aku tahu dia pasti memperoleh ganjaran atas semua tindakannya, Namun, biar bagaimana juga dia tetap ayahku, Apakah Cianpwee sudi memandang mukaku, agar kelak jangan membuat ayahku terlampau menderita?"

   Apa yang diucapkan Oey Sim Tit, membuat semua orang tertegun.

   Ternyata Oey Sim Tit begitu baik dan berpandangan jauh, sedangkan Liok Ci Khim Mo begitu jahat.

   Hal itu membuat mereka sulit menjawabnya.

   Setelah tertegun sejenak, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata.

   "Kau terlampau khawatir Ayahmu itu memiliki Pat Liong Thian Im yang amat hebat Siapa yang mampu membasminya? cepatlah bawa saja kami meninggalkan tempat ini!"

   Oey Sim Tit menghela nafas panjang.

   "Tam Cianpwee, aku tahu kalian tidak sudi mengabulkan ini membuat hatiku tidak tenang, Kalau sampai ayahku terluka di tangan kalian, bukankah secara tidak langsung aku yang mencelakainya? sebab aku telah berkhianat padanya dengan menolong kalian."

   Wajah Tong Hong Pek langsung berubah.

   "Kalau begitu, kau tidak perlu membawa kami pergi!"

   Oey Sim Tit menggeleng-gelengkan kepala dengan wajah diliputi perasaan bingung dan serba salah.

   "Namun nuraniku tidak menghendakiku berbuat demikian!"

   Oey Sim Tit menghela nafas panjang lagi, kemudian melanjutkan.

   "Baik, cepat ikut aku!"

   Semua orang saling memandang, Dalam hati masing-masing tahu, Oey Sim Tit berhati bajik, Mereka semua tidak banyak bicara lagi, segera mengikuti Oey Sim Tit dari belakang.

   Oey Sim Tit menuju ke arah barat.

   Tak lama mereka sampai di sebuah lembah yang amat sempit yang hanya dapat dilalui satu persatu orang, Tampak bebatuan terjal yang cukup membuat langkah mereka lamban.

   Oey Sim Tit berjalan di depan, yang lain mengikutinya dari belakang.

   sembari berjalan, Lu Leng menuturkan kejadian yang telah dialami dengan Toan Bok Ang.

   Barulah semua orang tahu, apa sebabnya lengan Toan Bok Ang buntung.

   Seusai Lu Leng menutur, Tong Hong Pek segera mendekati Lu Leng dan berbisik "Anak Leng! Kalau begitu, bagaimana kau terhadap Goat Hua?"

   Lu Leng menyahut dengan rasa sedih sekali.

   "Guru, aku... aku tidak tahu!"

   "Bagaimana tidak tahu? Goat Hua boleh dikatakan sudah milikmu, apakah kau tidak akan mempedulikannya?"

   Tanya Tong Hong Pek. Hati Lu Leng seperti tersayat "Guru, aku amat mencintai Goat Hua dalam hati!"

   Tong Hong Pek berkata lagi.

   "Kalau begitu, bagaimana kau terhadap Toan Bok Ang?"

   Kening Lu Leng tampak berkerut-kerut, tidak tahu harus menjawab apa.

   "Aaah! Anak Leng, kau harus baik-baik jadi orang!"

   Ujar Tong Hong Pek lagi, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berada di belakang mereka. Apa yang dibicarakan dengan suara rendah, masuk ke dalam teiinganya.

   "Tentang urusan itu dibicarakan nanti saja!"

   Katanya kepada Tong Hong Pek, Tong Hong Pek menghela nafas panjang lagi, kemudian membungkam, Mereka terus berjalan, sehingga tak seberapa lama sudah tiba di sebuah lembah lain, Oey Sim Tit menghentikan langkahnya. Yang lain pun mengikuti.

   "Sete!ah melewati lembah ini kurasa tak ada urusan lagi bagi kaitan semua,"

   Ujarnya memberitahukan.

   "Saudara Oey, kau boleh pulang,"

   Kata Lu Leng kepada anak Liok Ci Khim Mo itu. Oey Sim Tit menyahut "Tidak! Aku harus mengantar kalian sampai di ujung mulut lembah."

   Mereka pun melanjutkan perjalanan.

   Tak lama sudah sampai di mulut lembah.

   sementara hari sudah mulai gelap, sehingga tidak tampak jelas keadaan di sekitar tempat itu.

   Hanya Oey Sim Tit seorang yang dapat melihat dengan jelas, sebab sejak kecil dia minum Sari Air Batu, Dia tetap terus jadi penunjuk jalan bagi mereka.

   Namun ketika sampai di mulut lembah itu tiba-tiba badannya dirasakan bergetar Lu Leng yang langsung mengetahui adanya sesuatu yang aneh, bertanya.

   "Ada apa?"

   Namun belum sempat dijawab oleh Oey Sim Tit mendadak saja di luar mulut lembah terdengarlah suara tawa bergelak keras.

   "Ha ha ha! Bersamaan itu, tampak pula puluhan obor, sehingga di depan sana jadi terang benderang. Ternyata di depan adalah sebidang tanah kosong. Puluhan orang telah berdiri dengan berbagai macam senjata tajam di tangan, Terlihat Liok Ci Khim Mo berdiri paling depan membawa harpa kuno Pat Liong Khim jari tangannya sudah menyentuh tali senar harpa kuno itu! Betapa terkejutnya semua orang, itu sungguh diluar dugaan, menyaksikan itu, Lu Leng ingin menerjang, namun Seh Cing Hua mencegahnya.

   "jangan bergerak dulu!"

   Bentak Liok Ci Khim Mo menatap tajam ke arah delapan orang itu, Lu Leng terkejut bukan main mendengar itu, Liok Ci Khim Mo tampak menatapi anaknya yang berada bersama Lu Leng dan kawan-kawannya.

   "Binatang! Aku sudah duga kau akan bawa mereka pergi dan pasti melewati jalan ini, maka aku tunggu di sini!"

   Sekujur badan Oey Sim Tit bergemetar seperti menggigil kedinginan "Ayah, aku... aku,.,."

   Oey Sim Tit tak mampu melanjutkan kata-katanya, Seh Cing Hua segera maju satu langkah dan langsung menyambar golok pusaka Su Yang To di tangan Lu Leng, Kemudian dia berbisik pada Oey Sim Tit "Iblis kecil, menolong orang jangan kepalang tanggung! Biar aku membekukmu!"

   Oey Sim Tit tidak mengerti maksud Seh Cing Hua.

   Namun wanita tua itu sudah mencengkeram lehernya.

   Golok pusaka Su Yang To pun menempel di lehernya.

   Sesungguhnya kepandaian Oey Sim Tit tidak dapat dibandingkan dengan Seh Cing Hua.

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tapi saat ini, Seh Cing Hua telah terluka parah, sehingga cengkeramannya tak bertenaga sama sekali.

   Kalau Oey Sim Tit ingin meronta, pasti dapat melepaskan diri, Menyaksikan itu, Liok Ci Khim Mo terkejut bukan main.

   Padahal dia sudah hampir memetik tali senar harpa Pat Liong Khim.

   Seh Cing Hua mendorong Oey Sim Tit ke depan.

   "Penjahat Liok Ci, kau cuma punya anak satu-satunya ini, kan? Kalau kau berani membunyikan Pat Liong Khim, aku pasti membuatmu putus turunan!"

   Wajah Liok Ci Khim Mo berubah hebat, dia tampak tertegun, tapi setelah itu malah tertawa gelak.

   "Ha ha ha! Kau boleh turun tangan terhadapnya! Aku kira kau tidak berani!"

   Seh Cing Hua tergegun, Liok Ci Khim Mo berkata lagi.

   "Binatang kecil itu yang membawa kalian pergi, kalau kalian membunuh nya, nama kalian pasti busuk selama-lamanya "

   Seh Cing Hua tertawa aneh dan menyahut "Mati ya sudah mati, bagaimana masih pedulikan ? nama harum atau busuk?"

   Usai menyahut Seh Cing Hua menekan golok pusaka Su Yang To.

   seketika juga leher Oey Sim Tit tergores dan berdarah, perbuatan itu, bukan cuma membuat wajah Liok Ci Khim Mo berubah, bahkan Lu Leng dan lainnya juga terkejut sekali Lu Leng segera berkata tersendat-sendat.

   "Bibi! Kau... kau...."

   Seh Cing Hua langsung membentak.

   "Kau jangan banyak omong! Liok Ci Khim Mo, cepat minggir!"

   Liok Ci Khim Mo tidak bergeming. Namun puluhan orang yang berdiri di belakangnya segera berpencar 1795 Wajah Liok Ci Khim Mo tampak gusar bukan main. Namun kemudian tersenyum dingin sambil membunyikan Pat Liong Khim.

   "Binatang kecil itu berniat membantu musuh, mati juga tidak apa-apa!"

   Begitu Pat Liong Khim Mo berbunyi, golok pusaka Su Yang To di tangan Seh Cing Hua nyaris terlepas, Lu Leng amat kebingungan dan gusar, Tapi ketika akan menerjang Liok Ci Khim Mo, mendadak Oey Sim Tit berseru.

   "Ayah...!"

   Suara seruan Oey Sim Tit, penuh mengandung cinta kasih terhadap orang tua. sehingga membuat jari tangan Liok Ci Khim Mo tergetar dan suara harpa itu pun berhenti. Oey Sim Tit segera berkata.

   "Ayah, ananda telah bersalah! Tapi apakah Ayah tega melihat ananda mati di bawah golok ini?"

   Sesungguhnya Seh Cing Hua tiada maksud membunuh Oey Sim Tit, Dia hanya ingin mengancam Liok Ci Khim Mo.

   seandainya Liok Ci Khim Mo tidak berhnti, untuk turun tangan terhadap Oey Sim Tit pun hanya akan sia-sia.

   Sebab, Pat Liong Thian Im jika mempengaruhi jiwanya maka tiada kesempatan baginya untuk turun tangan terhadap Oey Sim Tit, Akan tetapi, suara seruan Oey Sim Tit tadi amat menyentuh hati Liok Ci Khim Mo, sehingga langsung menghentikan petikan tali senar harpa Pat Liong Khim, Liok Ci Khim Mo memang amat jahat, tapi Oey Sim Tit tetaplah darah dagingnya, Meski Oey Sim Tit telah melepaskan semua orang, tapi suara seruannya tadi benar-benar membuat Liok Ci Khim Mo tak tega melihatnya, Tentunya Liok Ci Khim Mo tahu, kalau dia terus membunyikan Pat Liong Thian Im, Seh Cing Hua pasti tidak dapat turun tangan jahat terhadap Oey Sim Tit, Namun hatinya amat tergetar oleh suara seruan anaknya, maka tanpa sadar langsung berhenti Begitu suara harpa berhenti, suasana di tempat itu jadi hening, Tiba-tiba Seh Cing Hua berkata.

   "Liok Ci Khim Mo, kalau kau minggir, kami akan melepaskan anakmu ini!"

   Sepasang matanya berubah garang, menatap semua orang, sementara itu tampak Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa.

   "Liok Ci Khim Mo, legakanlah hatimu!"

   Oey Sim Tit segera menyambung, memanfaatkan kesempatan itu.

   "Ayah berlega hati saja! Aku tidak akan terjadi apa-apa, kalau terjadi sesuatu, bukankah Ayah masih bisa membalas dendamku?"

   Liok Ci Khim Mo menyahut dengan dingin, 1797

   "Binatang kecil, kau bermaksud baik menolong orang, tapi orang malah berbuat tega terhadapmu maka kau harus mengerti!"

   Ketika Liok Ci Khim Mo berhenti membunyikan harpa Pat Liong Khim, Oey Sim Tit amat berterima kasih.

   Kini Liok Ci Khim Mo bersedia melepaskan mereka semua, pertanda dirinya amat penting bagi Liok Ci Khim Mo.

   Tentu saja Oey Sim Tit terharu sekali Dengan menitikkan air mata dia berkata.

   "Ayah, aku tahu!"

   Liok Ci Khim Mo diam, lalu minggir ke samping beberapa langkah.

   Betapa gembiranya Tong Hong Pek dan lainnya, Mereka semua segera berjalan pergL sementara Seh Clng Hua tetap mengancam Oey Sim Tit dengan golok pusaka Su Yang To.

   Namun baru beberapa langkah saja mereka berjalan, mendadak Liok Ci Khim Mo membentak "Berhenti!"

   Bukan main terkejutnya semua orang, Lu Leng langsung membalikkan badannya.

   "Ada urusan apa?"

   Sepasang mata Liok Ci Khim Mo menyorot bengis, kemudian menyahut sepatah demi sepatah.

   "Kalian semua, tak terkecuali harus tunduk kepadaku! Kalau tidak pasti kalian mati di tanganku. Namun kalau berani melukai Oey Sim Tit, kalian akan kusiksa hingga mati!"

   Lu Leng dengan geram menjawab.

   "Asal kau tidak mengejar kami, tentu kami tidak akan melukai saudara Oey! Mengenai tunduk pad-mu, janganlah bermimpi di siang hari bolong! Kematian siapa yang berani memastikannya!"

   Liok Ci Khim Mo menatapnya tajam lalu bertanya dengan suara parau.

   "Kapan kalian akan melepaskannya?"

   "Asal kau tidak bergerak dari tempat ini, seratus mil kemudian, kami pasti melepaskannya!"

   Sahut u Leng, tegas, Liok Ci Khim Mo tertawa dingin, Dia mengibaskan tangannya maka puluhan orang yang berdiri di belakangnya langsung mundur setelah itu Liok Ci Khim Mo segera mencelat mundur Menyaksikan Liok Ci Khim Mo melompat mundur, semua orang tahu kepandaiannya sudah maju pesat Ternyata selama ini, Liok Ci Khim Mo amat giat berlatih.

   Maka kedelapan orang itu segera melanjutkan perjalanan.

   Enam atau tujuh mil setelah meninggalkan lembah dan rombongan Liok Ci Khim Mo, mereka berhenti untuk beristirahat sejenak "Berjalan dengan cara demikian terlalu membuang banyak waktu,"

   Ujar Lu Leng.

   "Aku akan berusaha mencari beberapa ekor kuda, agar kita bisa lebih cepat melakukan perjalanan "

   Tong Hong Pek menganggukkan kepala menyetujuinya, 1799

   "Betul, tapi kau tidak boleh menimbulkan masalah lagi!"

   Ujarnya memperingatkan. Lu Leng mengangguk "Adik Leng, aku ikut kau!"

   Pinta Toan Bok Ang yang mendengar Lu Leng akan pergi mencari kuda, Lu Leng mengerutkan kening.

   "Kakak Ang, guru dan lainnya terluka parah. Tak mungkin kita pergi bersama-sama."

   Toan Bok Ang terdiam. Betul juga apa yang dikatakan Lu Leng.

   "Baiklah, cepat pergi dan segera pulang!"

   Lu Leng segera melesat meninggalkan mereka yang saat itu sebenarnya sudah melewati gunung Tiong Tiau San. setelah Lu Leng pergi Toan Bok Ang berkata.

   "Kita cari suatu tempat untuk bersembunyi dulu!"

   Seh Cing Hua sudah tidak mencengkeram leher Oey Sim Tit lagi Mereka memasuki sebuah rimba, lalu duduk beristirahat. Tiba-tiba Tong Hong Pek memanggil Oey Sim Tit "Sim Tit, kali ini kau menyelamatkan kami lagi."

   Ujar Tong Hong Pek. Oey Sim Tit cuma menundukkan kepala, kelihatan dalam hatinya terganjel banyak urusan, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen pun ikut berkata.

   "Sim Tit, ketika berada di Cing Yun Ling Go Bi San, kau merebut harpa Pat Liong Khim dari tangan ayahmu, Semua kaum rimba persilatan amat berterima kasih padamu!"

   Perlahan-lahan Oey Sim Tit mendongakkan kepala, tampak air matanya bercucuran, membuat semua orang heran. Ketika Tong Hong Pek baru mau bertanya, mendadak Oey Sim Tit berlutut di hadapan semua orang.

   "Cianpwee sekalian, aku punya satu permohonan,"

   Ujarnya dengan sungguh-sungguh, Tong Hong Pek maju selangkah, memapahnya bangun seraya berkata.

   "Kau punya permohonan apa, beritahukanlah!"

   "Aku mohon pada kalian semua, selanjutnya jangan bermusuhan dengan ayahku lagi!"

   Semua orang diam, hanya saling memandang dengan perasaan bingung, Oey Sim Tit memandang mereka dengan gugup, lalu bertanya.

   "Apakah kalian tidak sudi mengabulkannya?"

   Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menghela nafas panjang 1801

   "Sim Tit, permohonanmu ini amat menyulitkan kami, Ayahmu adalah musuh kaum rimba persilatan. Walau kami tahu tak dapat melawannya, tapi harus tetap menentangnya."

   Air mata Oey Sim Tit semakin deras bercucuran.

   "Kalian bermusuhan dengan ayahku, sedangkan aku menyelamatkan kalian beberapa kali, Hal ini tentu sangat mengecewakan hati ayahku, Dia,., dia begitu mencintaiku bagaimana mungkin aku jadi anak durhaka?"

   Tong Hong Pek dan lainnya diam.

   Wajar Oey Sim Tit menyayangi Liok Ci Khim Mo, sedangkan Liok Ci Khim Mo adalah ayahnya, Lagi pula Oey Sim Tit berhati bajik dan gagah, Walau tahu perbuatan ayahnya tidak baik, dia tidak berani menentang, sehingga membuat hatinya berduka sekali.

   seandainya dia berani melawan ayahnya, sudah pasti dianggap sebagai anak durhaka, * * * * Bab 84 Cukup lama mereka semua terdiam, hanyut dalam pikiran masing- masing.

   Cit Sat Sin Kun-Tam Sen yang mendahului angkat bicara.

   "Sim Tit, aku mengerti bagaimana perasaanmu."

   "Kalau begitu, kalian semua tidak akan memusuhi ayahku lagi? Aku akan segera pulang memberitahukan pada ayahku, dia pasti gembira mendengarnya.. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menggeleng-gelengkan kepala.

   "Tidak!"

   Wajah Oey Sim Tit langsung berubah, mulutnya ternganga lebar, tak tahu harus berkata apa.

   Kemudian Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata dengan agak lembut "Sim Tit, kami semua tahu perasaanmu Tapi kami tidak bisa tidak memusuhi ayahmu, sebab ini menyangkut seluruh rimba persilatan "

   Tong Hong Pek, Seh Cing Hua, dan lainnya manggut-manggut sedangkan wajah Oey Sim Tit menyiratkan penderitaan batinnya "Sim Tit, kau dengarkan dulu! Kau memang sering menolong kami.

   Dalam hati, kami amat berterima kasih padamu.

   seandainya lain kali kami terjatuh lagi ke tangan ayahmu, kau memejamkan mata membiarkan kami mati, kami pun tidak akan menyalahkanmu!"

   Usai Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata, airmata Oey Sim Tit bercucuran lagi.

   "Tapi nuraniku tidak mengizinkanku tidak menolong kalian."

   Semua orang terharu mendengar itu. Seh Cing Hua tertawa seraya berkata.

   "Setan iblis kecil, nuranimu harus tenang, sebab kau telah menyelamatkan kami."

   Oey Sim Tit menundukkan kepala, kemudian melangkah pergi, Dia duduk di bawah pohon.

   Semua orang tahu, batin Oey Sim Tit amat menderita Kalau orang yang tidak paham akan perasaannya, tentunya akan tertawa, Karena ayahnya kini adalah Bu Lim Ci Cun, seharusnya dia bisa bertindak sewenang-wenang, Apabila Oey Sim Tit berhati gagah, dia pun boleh menentang Liok Ci Khim Mo.

   Namun Oey Sim Tit bukan orang semacam itu, Dia memang berhati bajik, namun juga mencintai ayahnya.

   itu memang sudah nasib, sebab dia putra Liok Ci Khim Mo.

   Semua orang memandangnya, tiada seorang pun yang bersuara.

   Maka suasana menjadi hening, Berselang beberapa saat, barulah Tong Hong Pek bertanya kepada Toan Bok Ang, bagaimana gadis itu bisa bertemu Lu Leng.

   Toan Bok Ang menceritakan secara singkat tapi jelas, sementara itu hatinya mencemaskan Lu Leng yang belum kembali.

   Karena sudah begitu lama mereka menunggu dan Lu Leng belum juga kembali, akhirnya bukan hanya Toan Bok Ang yang tidak tenang, Bahkan Tong Hong Pek, Tam Sen, Seh Cing Hua, dan lainnya pun mulai cemas, perasaan semua orang tercekam, hanya Tong Hong Pek yang masih tertawa meskipun tampak dipaksakan juga, Toan Bok Ang mulai tak sabaran.

   Gadis itu membanting-banting kaki seraya bergumam.

   "Adik Leng kok belum kembali?"

   Oey Sim Tit menghampiri mereka seraya berkata.

   "Aku akan pergi mencarinya."

   "Kau tidak boleh pergi!"

   Sahut Seh Cing Hua, melarang. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen lalu menjelaskan "Sim Tit, kami bukan takut kau tidak kembali, Tetapi kalau kau pergi, mendadak Liok Ci Khim Mo ke mari, kami pasti mati."

   Oey Sim Tit membungkam, sedangkan Toan Bok Ang tampak gugup dan panik sekali.

   "Kita tidak bisa terus menerus duduk menunggu di sini, alangkah baiknya kita berjalan mencari Lu Leng."

   "Benar."

   Sahut Tong Hong Pek.

   Mereka semua bangkit berdiri, lalu berjalan meninggalkan rimba itu, ke arah Lu Leng melesat pergi tadi, Tujuh delapan mil kemudian, mendadak terdengar suara ringkikan kuda, Giranglah hati Toan Bok Ang, Dia segera melesat ke depan, tetapi, gadis itu jadi tertegun Ternyata di depan tampak tujuh ekor kuda, sedang memakan rumput, namun tidak tampak seorang pun di sana, 1805 Setelah Toan Bok Ang tertegun sejenak, Tong Hong Pek dan lainnya juga sudah tiba di tempat itu.

   Ketika melihat kuda-kuda tersebut, mereka pun tertegun Toan Bok Ang menengok ke sana ke mari, lalu bertertak-teriak memanggil Lu Leng.

   "Adik Lcng! Adik Leng!"

   Suara teriakan gadis itu bergema ke mana-mana, namun tiada sahutan, Toan Bok Ang merasa hatinya tenggelam entah ke mana, seperti tenggelam ke dalam lobang yang amat dalam.

   Mendadak dia membalikkan badannya lalu menatap tajam Oey Sim Tit.

   Oey Sim Tit menggeleng-gelengkan kepala.

   "Nona Toan, ayahku khawatir aku akan celaka, sudah pasti tidak akan mencelakai Lu Siauhiap."

   Ujamya, Tak tertahan lagi Toan Bok Ang langsung menangis.

   "Kalau begitu, Adik Leng ke mana?"

   Katanya dengan terisak-isak. Siapa yang dapat menjawab? Yang mendengar pertanyaan tersebut hanya saling memandang, Toan Bok Ang memandang Oey Sim Tit.

   "Saudara Oey, aku mohon bantuanmu!"

   Ujarnya dengan air mata bercucuran "Apa yang dapat kubantu? Katakanlah Nona Toan!"

   Tanya Oey Sim Tit.

   Walau air mata Toan Bok Ang terus mengucur, namun wajahnya tampak serius sekali "Saudara Oey, ketika Adik Leng mau pergi, dia menyuruhku menjaga mereka, Kini sudah ada kuda tapi tiada orangnya, sudah pasti terjadi sesuatu atas dirinya, Aku harus pergi mencarinya, bersediakah kau melindungi mereka meninggalkan tempat ini?"

   Oey Sim Tit mengangguk "Aku bersedia."

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tersenyum getir "Gadis kecil, bagaimana kau tahu telah terjadi sesuatu atas diri anak Leng.

   Tahukah kau dia berada di mana? Lebih baik kau pergi bersama kami, setelah luka kami sembuh, barulah kita bersama-sama mencari nya."

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Toan Bok Ang berkeras.

   "Tidak! Tidak peduli dia berada di mana dan terjadi apa, pokoknya aku harus pergi mencarinya! "Cianpwee bertiga, silakan berangkat duluan!"

   Tong Hong Pek, Tam Sen dan Seh Cing Hua saling memandang, kemudian mendadak tertawa gelak.

   Begitu melihat mereka bertiga tertawa gelak, Toan Bok Ang terheran-heran, Ketika dia baru mau bertanya, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen justru sudah mendahului berkata.

   "Kami bertiga sudah puluhan tahun belajar ilmu silat, maka memperoleh sedikit nama. Tapi kini malah menjadi orang tak berguna, Memang tidak salah, ombak belakang mendorong ombak depan, Nona Toan. Kami tidak bisa menghalangimu hati-hati saja!"

   "Cianpwee bertiga cuma terluka parah, Mengenai ilmu silat, ingin belajar setengahnya dari Cianpwee, entah berhasil atau tidak dalam hidupku ini."

   "Masa depanmu amat cenierlang, jangan sia-siakan dirimu sendiri!"

   Ujar Seh Cing Hua sungguh-sungguh, Toan Bok Ang menengok lengan kanannya, lalu tampak tercenung, Tong Hong Pek tahu maksud hatinya, maka segera berkata.

   "Gadis kecil, sebelah lenganmu buntung, itu tidak jadi masalah, Dulu dalam rimba persilatan, muncul seorang pengemis aneh, Tok Ciu Kay (Si pengemis Lengan Tunggal) Sioh Si, berkepandaian amat tinggi, siapa yang mampu menandingi kepandaiannya?"

   Toan Bok Ang tersenyum getir "Terima kasih atas kebaikan Cianpwee telah menghiburku, harap Cianpwee jangan membuang waktu lagi, cepatlah pergi!"

   Seh Cing Hua maju dua langkah, menepuk bahu gadis itu seraya berkata.

   "Kau mau pergi mencari anak Leng, entah akan menghadapi apa, kami justru tidak dapat membantumu Aku punya suatu mainan kecil, di saat genting dapat di pergunakan untuk meloloskan diri. Boleh dikatakan amat bermanfaat bagimu, maka kuhadiahkan kepadamu."

   Sembari berkata, Seh Cing Hua mengeluarkan suatu benda sebesar telor ayam, warnanya putih bergemerlapan lalu diberikan kepada Toan Bok Ang. Gadis itu segera menerimanya. Dirasanya cukup berat tapi tidak tahu benda apa itu.

   "Benda itu hanya dapat dipergunakan sekali. Kalau tidak dalam keadaan genting, jangan dipergunakan! Cara mempergunakannya amat gampang, cukup dibanting ke atas tanah, pasti ada gunanya!"

   Ujar Seh Cing Hua.

   Toan Bok Ang tahu dirinya akan pergi mencari Lu Leng, sudah pasti akan menghadapi berbagai macam bahaya, Kalau tidak, bagaimana mungkin Seh Cing Hua menghadiahkan benda itu kepadanya, Karena itu, dengan hati-hati sekali Toan Bok Ang menyimpan benda itu ke dalam bajunya, Tong Hong Pek dan lainnya naik ke punggung kuda, Oey Sim Tit sebagai penunjuk jalan, maka memacukan kudanya di paling depan.

   Semua kuda itu berjumlah tujuh ekor, kini tersisa seekor Toan Bok Ang menengok ke sana ke mari, jalanan tampak tidak rata, Di sekitar tempat itupun banyak batu curam.

   percuma naik kuda, pikir gadis itu, jalan kecil itu dari arah selatan ke arah utara, tentunya Lu Leng tidak mungkin menuju ke arah utara, Kalau dia menuju ke arah utara, pasti akan bertemu Toan Bok Ang di dalam rimba.

   Lu Leng juga tidak mungkin menuju ke arah selatan, sebab akan kembali ke istana Ci Cun Kiong.

   Toan Bok Ang terus berpikir.

   Maka teringat pula ketika Lu Leng mau pergi, Tong Hong Pek telah berpesan padanya, jangan menimbulkan masalah lagi, sementara dirinya sendiri juga berpesan padanya "Cepat pergi segera pulang".

   kalau tiada suatu halangan atau kejadian untuk meninggalkan tempat itu, sudah pasti Lu Leng tidak akan pergi, Padahal mesti Lu Leng tahu, Kalau dirinya terlalu lama, Toan Bok Ang pasti akan menyusu)nya.

   Toan Bok Ang berharap Lu Leng berada di sekitar tempat itu.

   ia terus berusaha mencari dengan teliti dan hati-hati.

   Ke sana ke mari disusun tempat itu, namun tak juga menemukan Lu Leng.

   Rasa putus asa mulai menyelimuti hatinya.

   sementara itu matahari telah berada di atas kepala, Padahal semalaman Toan Bok Ang tidak makan dan minum, sehingga merasa lapar dan haus, Tapi kecemasan hatinya melebihi rasa lapar dan hausnya, Gadis itu berhenti Menghadap ke arah timur, memandang ke kejauhan, suasana sepi tiada sesuatu pun yang mencurigakan.

   Toan Bok Ang tahu, kalau dia menuju ke arah yang salah, mungkin selamanya tidak akan bertemu Lu Leng lagi, Oleh karena itu, dia mengambil arah ke barat Namun tetap tak ada tanda-tanda jejak Lu Leng, Dengan sisa semangatnya ia terus melangkah, hingga akhirnya melihat sebuah pohon.

   Di sini hatinya mulai curiga, Ditatapnya pohon itu, Ranting dan cabangnya tampak patah, Melihat itu, hatinya pun tergerak Dia segera melesat ke arah pohon itu, Sampai di dekat pohon itu dia baru melihat jelas bahwa usia pohon itu sudah tua dan amat keras pula, 1810 Toan Bok Ang memperhatikan bekas-bekas dahan pohon yang patah itu.

   Maka mendadak bergembira, Hatinya yakin patahnya dahan-dahan pohon itu disebabkan Kim Kong Sin Ci yang dilancarkan Lu Leng, Mengapa Lu Leng mematahkan dahan-dahan pohon itu? Apakah telah terjadi suatu sehingga dia meninggalkan tanda di situ? Toan Bok Ang tanpa berpikir lama, langsung mengambil keputusan menempuh jalan ke arah barat untuk mengejar Lu Leng, Gadis itu mengerahkan ilmu Ginkang hingga tak lama sudah menempuh hampir dua puluh mil, Ternyata dia sampai di tengah-tengah gunung, sepanjang jalan sepi-sepi saja, tidak tampak apa pun.

   Hal itu membuat hati Toan Bok Ang semakin gugup.

   Apakah dirinya telah salah arah? Ketika dia baru mau kembali ke tempat semula, mendadak mendengar suara bergemeretakan di pingggir jalan, Toan Bok Ang langsung melesat ke jalan kecil itu.

   Dilihatnya seseorang memikul dua buah tong kayu berisi air, sedang berjalan, Begitu melihat ada orang, Toan Bok Ang segera menyapanya, Setelah dekat, baru melihat jelas orang itu, Sungguh besar kedua tong kayu yang dipikulnya dan beratnya mungkin mencapai empat lima ratus kali, Kedua tong kayu itu berwarna merah mengkilap.

   Setelah melihat Toan Bok Ang jadi tertegun, sebab orang itu ternyata biarawati! Wajahnya penuh keriput, menunjukkan usianya yang sudah tua.

   "Suthay! Apakah Suthay melihat seorang pemuda melewati jalan ini?"

   Biarawati tua cuma memandang Toan Bok Ang sejenak, pertanyaan itu seakan tidak didengarnya lalu melangkah pergi.

   "Suthay harap berhenti!"

   Seru Toan Bok Ang setelah tertegun sebentar.

   Sembari berseru Toan Bok Ang melesat mendahului biarawati tua itu.

   Namun, sebelum Toan Bok Ang berdiri tegak, biarawati tua itu sudah menggeserkan badannya kemudian mencelat ke depan beberapa depa, Begitu gesit dan cepat gerakannya padahal memikul dua tong air yang amat berat Tidak gampang Toan Bok Ang menemukan orang di tempat itu.

   sehingga tak ingin ia melepaskan begitu saja meskipun mengetahui kalau orang itu adalah biarawati, Ketika biarawati tua itu mencelat ke depan, Toan Bok Ang juga melesat ke depan seraya berkata.

   "Orang yang telah menyucikan diri berhati bajik, kenapa tidak menjawab pertanyaanku ?"

   Biarawati tua berhenti, kemudian membuka mulut mengeluarkan suara "Ah Ah Uh Uh"

   Begitu mendengar suara itu, barulah Toan Bok Ang tahu, ternyata biarawati tua itu gagu dan tuli, kelihatannya tidak tahu apa yang ditanyakan Toan Boak Ang, Namun meskipun tak mampu menjawab pertanyaannya, Toan Bok Ang tahu tempat tinggal biarawati tua ini pasti tidak jauh, seorang biarawati tua gagu dan tuli seperti ini saja memiliki kepandaian begitu tinggi, apalagi pemimpinnya, Kemungkinan besar berkaitan dengan hilangnya Lu Leng yang mendadak itu, Setelah berpikir begitu, Toan Bok Ang mengambil keputusan Dia langsung mendekati biarawati tua yang sudah melangkah pergi.

   Toan Bok Ang mengikutinya dari belakang, Langkah biarawati tua itu makin lama makin cepat, sehingga Toan Bok Ang pun harus mempercepat !angkahnya.

   Tak seberapa lama biarawati tua itu sudah membelok, Toan Bok Ang terus mengikuti nya.

   Namun ketika Toan Bok Ang hendak membelok, mendadak terdengar suara ledakan menggelegar.

   Dan mendadak pula di bawah cahaya matahari yang sudah mulai condong tampak cahaya merah panjang bagaikan seekor naga meluncur ke arah Toan Bok Ang.

   Gadis itu terkejut bukan main.

   Dia tidak melihat jelas apa itu, yang diketahuinya ada orang menyerangnya entah dengan benda apa.

   Untung Toan Bok Ang memiliki Ginkang tinggi, Tubuhnya langsung mencelat ke samping menghindari serangan itu.

   Maka cahaya merah itu melewati sisinya.

   Dan sekejap kemudian terdengar pula ledakan keras menggelegar seperti yang pertama tadi.

   Toan Bok Ang yang sudah mendarat sempurna tersentak kaget dengan mata membelalak.

   Betapa tidak! serangan yang barusan mengancamnya ternyata hanya berupa air yang berasal dari puncak sebuah batu.

   Toan Bok Ang mendongakkan kepala, tampak biarawati tua itu berdiri di atas batu sedang menatapnya dengan tajam sekali, Tangan biarawati tua itu memegang sebuah tong air, namun isinya telah kosong.

   Dapat diduga, sudah pasti biarawati tua itu tadi menyerang Toan Bok Ang dengan siraman air.

   Dari tadi Toan Bok Ang sudah tahu, biarawati tua itu berkepandaian tinggi.

   Namun sekarang baru jelas bahwa dia 1813 juga memiliki Lweckang sangat tinggi, Biarawati tua itu menuding Toan Bok Ang, kemudian menunjuk tong air yang lain.

   Setelah itu menggerak-gerakkan sepasang tangannya pula seakan memberi kode.

   Toan Bok Ang tahu maksudnya, kode itu menyatakan apabila Toan Bok Ang masih mengikutinya, maka akan diserangnya dengan siraman air.

   Hilangnya Lu Leng yang amat mendadak apakah berkaitan dengan biarawati tua inl? Toan Bok Ang tidak bisa memastikannya! Akan tetapi, tingkah laku biarawati tua ini justru menimbulkan kecurigaannya! Toan Bok Ang memandang ke depan.

   Tampak tembok warna kuning memanjang.

   Dia yakin biarawati tua itu tinggal di kuil tersebut Kalau terus mengikutinya bisa berbahaya dan sia-sia.

   Karena itu, Toan Bok Ang segera melesat pergi, kemudian bersembunyi di belakang sebuah batu besar, untuk mengintai biarawati itu.

   Ternyata biarawati tua itu berjalan menuju ke kuil tersebut Toan Bok Ang menunggu sejenak, setelah biarawati tua itu memasuki rimba yang jauh dari tempat itu, Toan Bok Ang pun melangkah ke sana, Tak laraa sudah sampai di hadapan tembok kuning.

   Tembok itu tampak sudah tua, begitu pula pintunya.

   Setelah mengamati sejenak, Toan Bok Ang mencelat ke atas, Tangan kanannya meraih pinggiran tembok, lalu menekan sehingga badannya terangkat sedikit untuk mengintip ke dalam.

   Di dalam tembok terlihat rerumputan liar, seakan tempat itu tiada penghuninya.

   Kalau tadi tidak bertemu biarawati tua, tentu Toan Bok Ang tidak akan membuang waktu memeriksa tempat ini.

   Karena rasa penasaran ingin mengetahui lebih jelas, gadis itu menekankan lagi tangannya, Dan mendadak dia melayang ke dalam.

   Tanpa membuang waktu Toan Bok Ang mengeluarkan senjata Sian Tian Sin So untuk berjaga-jaga, Hari sudah mulai senja, Toan Bok Ang berendap-endap menuju ke pintu kuil, Suasana sepi, tak terdengar suara apapun, Dengan hati-hati Toan Bok Ang menjulurkan tangan, mendorong pintu yang tertutup rapat Setelah pintu itu terbuka gadis itu melongok ke dalam Sunyi dan sepi, Matanya dapat melihat sebuah patung Dewi Kwan Im di ruang depan, tiga batang hio menyala mengepulkan asap, Tampak seorang biarawati tua duduk bersila di situ, Matanya terpejam dengan tangan memegang tasbeh sambil membaca doa, seakan tidak tahu akan keberadaan Toan Bok Ang di pintu.

   Toan Bok Ang mendorong pintu itu agar terbuka lebar, lalu berjalan ke dalam satu langkah.

   Biarawati tua itu tetap tak bergeming dari duduknya, selangkah demi selangkah Toan Bok Ang mendekati nya.

   Sampai di sisi biarawati itu Toan Bok Ang ingin menepuk bahunya, tapi segera diurungkan karena terdengar suara orang dalam penderitaan "Jangan tidak mempedu!ikan aku!"

   Begitu mendengar suara tersebut sekujur badan Toan Bok Ang tergetar Sebab pemilik suara itu ternyata Lu Leng.

   Toan Bok Ang tertegun Walau suara itu penuh mengandung penderitaan, namun dia tak bisa memahami maksud teriakan tadi, Akhirnya karena tidak sabaran, Toan Bok Ang berseru memanggil "Adik Leng!"

   Suara seruannya amat keras, menggetarkan seluruh ruangan Akan tetapi, biarawati tua itu kelihatan tidak mendengarnya sama sekali, Karena tiada sahutan, Toan Bok Ang tanpa menghiraukan biarawati tua itu, langsung melesat ke arah pintu samping.

   Keluar dari pintu samping, ternyata bertemu sebuah koridor yang amat panjang menembus ke ruang dalam, Toan Bok Ang memasuki ruang dalam itu, menengok ke sana-ke mari, tapi tidak melihat seorang pun berada di situ.

   Di ruang dalam itu juga terdapat sebuah patung Dewi Kwan Im, beberapa batang hio menyala mengepulkan asap, Namun yang membuat heran Toan Bok Ang, di mana sebenarnya adanya Lu Leng, Tadi telinganya mendengar suara Lu Leng dari dalam.

   Toan Bok Ang berani memastikan kalau yang berteriak tadi bukanlah orang lain, Namun di ruang dalam itu dia tak bertemu seorang pun.

   Toan Bok Ang segera mundur Namun baru mundur selangkah, dia dikejutkan lagi suara orang di belakangnya Ketika dia membalikkan badan dilihatnya biarawati tua yang gagu dan tuli, dan masih membawa sebuah tong air.

   Dia menatap Toan Bok Ang dengan penuh kemarahan.

   Setelah 1816 Toan Bok Ang membalikkan badannya, biarawati tua itupun mengeluarkan suara yang penuh kegusaran Karena biarawati tua itu gagu, maka Toan Bok Ang tidak mengerti apa yang diucapkannya Toan Bok Ang berani memastikan tadi Lu Leng berada di ruang dalam ini, Tapi Lu Leng menghilang lagi, tentunya para biarawati yang menyembunyikannya.

   Karena, tak masuk akal kalau malah pergi begitu mendengar Toan Bok Ang memanggilnya.

   Betapa gusarnya Toan Bok Ang terhadap biarawati tua gagu itu.

   Sambil melangkah lebar mendekatinya dia membentak "Kalian apakan Lu Siauhiap?"

   Ketika melihat Toan Bok Ang mendekat, biarawati tua gagu berteriak aneh sambil mundur dua langkah, Kemudian dia melepaskan pengikat jubahnya, diikat pada sebelah lengan nya.

   Menyaksikan itu, sadarlah Toan Bok Ang bahwa biarawati tua gagu itu memang ingin bertarung dengannya, Karena melihat Toan Bok Ang cuma ada sebelah lengan, maka dia pun mengikat sebelah lengannya agar sama, itu adalah perbuatan orang gagah, tapi justru membuat hati Toan Bok Ang jadi sedih, merasa seperti tersayat Kini dia telah menjadi gadis cacat, hanya punya sebelah lengan saja.

   Tapi lengan kirinya itu, justru diputuskan oleh orang yang amat dicintainya.

   sehingga meskipun dalam keadaan cacat hatinya tetap terhibur, karena sekarang telah memperoleh cinta dari Lu Leng.

   Ketika bersama Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan lainnya, mereka cuma memandang lengannya yang telah hilang itu, namun sama sekali tidak menyinggungnya, Mereka bersikap demikian, tidak lain hanya 1817 agar tidak menyinggung perasaannya dan tidak menimbulkan kesedihan dalam hatinya, Akan tetapi, kini biarawati tua gagu itu mengikat lengan kirinya sendiri, membuat perasaan Toan Bok Ang jadi tersinggung, sehingga sekujur badannya bergemetar, Sementara biarawati tua gagu itu terus menatapnya dengan kening mengucurkan keringat Dia mengangkat sebelah tangannya untuk menyeka keringat di kening.

   Sedangkan Toan Bok Ang sudah tidak dapat bersabar lagi, Dia maju selangkah sambil mengayunkan senjata Sian Tian Sin So, menyerang dengan jurus Tian Kong Ciau Ciau (Cahaya Kilat Bergemerlapan) Bagian 41 Setelah menyerang dengan jurus tersebut, Toan Bok Ang sendiri tidak mengerti mengapa dia begitu sadis terhadap biarawati tua gagu itu.

   senjata Sian Tian Sin So memancarkan cahaya putih melesat ke arah biarawati tua gagu, Biarawati tua gagu menggeram, lalu mengangkat pikulan air untuk menangkis.

   Maka terdengar suara yang menderu-deru disusul kemudian dengan benturan yang menimbulkan suara berdentang nyaring.

   Sian Tian Sin So yang merupakan senjata andalan Mo liong Seh Sih, ternyata tidak dapat mematahkan pikulan air itu.

   Biarawati tua gagu mundur dua langkah, kemudian melihat pikulan airnya, Terdapat bekas cekung.

   Biarawati tua gagu itu menggeram lagi lalu segera memutar-mutar pikulan airnya menyerang Toan Bok Ang dengan sengit 1818 Begitu melihat serangan itu, Toan Bok Ang tidak menangkis, melainkan berkelit ke arah koridor.

   Akan tetapi, biarawati tua gagu segera mencelat ke hadapan Toan Bok Ang sambil menyerangnya.

   Karena tak sempat untuk mengelak Toan Bok Ang menangkis serangan itu.

   Tang! Pikulan air itu tertangkis hingga miring.

   Toan Bok Ang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, cepat menyerang dengan jurus Lui Tian Kauw Cak (Kilat Dan Geledek Menggelcgar), jurus tersebut mengancam jalan darah Leng Thai Hiat di punggung biarawati tua gagu itu, Leng Thay Hiat yang di punggung, merupakan jalan darah amat penting, Dapat dibayangkan betapa hebatnya jurus yang dilancarkan Toan Bok Ang.

   Mendadak badan biarawati tua gagu berputar, sehingga ujung senjata Toan Bok Ang jadi mengarah pada jalan darah Hwa Kay Hiat yang di bagian dada biarawati tua gagu itu.

   Ketika ujung senjata Sian Tian Sin So hampir mengenai jalan darah tersebut, Toan Bok Ang tersadar bahwa serangannya terlampau membahayakan Namun sudah terlambat Toan Bok Ang terpaksa memejamkan mata untuk tidak melihat kematian yang mengenaskan biarawati gagu itu, Di saat Toan Bok Ang memejamkan matanya, mendadak badan biarawati tua gagu itu doyong ke belakang, sehingga senjata Sian Tian Sin So melewati bagian dadanya, Semula Toan Bok Ang mengira biarawati tua gagu itu tidak dapat menghindar.

   Maka perubahan itu membuat Toan Bok Ang tertegun Di saat bersamaan pikulan air menyapu ke arah pinggang Toan Bok Ang.

   Dengan rasa kaget gadis itu langsung menarik nafas dalam-dalam, kemudian badannya mencelat ke atas menghindar dari serangan Tanpa diduga biarawati itu pun mencelat ke atas sambil mengayunkan pikulan air ke arah kepala Toan Bok Ang.

   * * * * Bab 85 Kali ini Toan Bok Ang tidak dapat berkelit, terpaksa mengayunkan senjata Sian Tian Sin So untuk menangkis serangan itu, Tang! Terdengar suara benturan keras senjata Sian Tian Sin So terpental, sedangkan pikulan air itu terus meluncur ke arah kepala Toan Bok Ang.

   Toan Bok Ang jadi gugup, namun masih sempat miringkan kepalanya sambil meloncat ke belakang, Namun sebelum Toan Bok Ang berdiri tegak, pikulan air telah berkelebat ke arah kepalanya lagi, Kali ini Toan Bok Ang betul-betul tidak dapat menangkis maupun berkelit Gadis itu kelihatan pasrah sambil menghela nafas panjang, Namun mendadak saja sesosok bayangan berkelebat ke tempat pertarungan seuntai tasbeh tahu-tahu menangkis dan melilit pikulan air, hingga tertahan.

   Toan Bok Ang tidak melihat jelas siapa yang muncul.

   Dia cepat-cepat mencelat ke samping, kemudian melihat ke arah sosok bayangan Orang itu ternyata biarawati tua yang berdoa di ruang depan, Biarawati gagu tersentak kaget melihat kedatangan biarawati tua itu.

   Biarawati tua menatapnya tajam, kemudian mengibaskan tangannya maka biarawati tua gagu tidak berani bersuara lagi dan segera mundur Toan Bok Ang menarik nafas lega, Mendadak biarawati tua menggerakkan tangannya dan tahu-tahu untai tasbeh itu telah melayang kembali ke tangannya, Biarawati tua membalikkan badannya sambil merangkapkan sepasang tangannya.

   "Kau ke mari ada petunjuk apa?"

   Semula Toan Bok Ang mengira biarawati tua itu juga gagu dan tuli, tapi setelah mendengar pertanyaannya dia segera menyahut.

   "Aku sedang mencari orang."

   "Biarawati gagu memberi tahu kan, bahwa kau terus mengikutinya pasti tidak berniat baik. Temyata kau sedang mencari orang?"

   Toan Bok Ang melihat wajah biarawati tua itu penuh welas asih, jelas merupakan biarawati yang berilmu tinggi Hal itu membuat Toan Bok Ang harus menghormati nya.

   "Ya!"

   Toan Bok Ang menganggukkan kepala.

   "Kau mencari siapa?"

   Begitu mendengar pertanyaan itu, Toan Bok Ang jadi gusar Tadi dia mendengar Lu Leng dari ruang dalam, bagaimana mungkin biarawati tua itu tidak tahu? sekarang malah berpura-pura tidak mengetahuinya, Toan Bok Ang tersenyum dingin sebelum menjawab pertanyaan biarawati tua itu.

   "Cari siapa? Cari Lu Leng Lu Siauhiap!"

   Biarawati tua itu memuji kebesaran Sang Buddha.

   "Omitohud! Kau pasti keliru, di dalam kuilku ini tidak ada Lu Siauhiap!"

   Tadi aku mendengar suaranya, bagaimana kau katakan tidak ada? Ketika aku mendengar suaranya, aku berada di sisimu, apakah kau tidak mendengarnya?"

   Biarawati tua itu menyahut "Tadi aku dalam keadaan bersamedi, sama sekali tidak mendengar suara apa pun."

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Toan Bok Ang tertawa dingin.

   "Terus terang saja! Lu siauhiap disembunyikan di mana?"

   Biarawati tua itu menggeleng-geleng kepala.

   "Kau bilang ada orang di sini, kenapa tidak mencarinya? Aku sudah bicara sejujurnya tapi kau tidak percayai 1822 Toan Bok Ang menatap biarawati tua itu. Air mukanya tidak tampak sedang berdusta. Dia berpikir sejenak kemudian bertanya.

   "Sebetulnya siapa kau?"

   Biarawati tua itu tertawa hambar "Aku hidup mengasingkan diri di tempat ini, sudah lama melupakan nama sendiri Kalau kau tidak berhasil mencari orang itu, lebih baik meninggalkan kuil ini!"

   Badan Toan Bok Ang langsung berkelebat melesat ke arah ruang dalam, Tadi dia mendengar dengan jelas, suara Lu Leng berasal dari ruang dalam itu, Barusan biarawati itu menyuruhnya mencari, mungkin ada suatu rahasia, Karena itu, Toan Bok Ang segera mencari dengan teliti sekali Akan tetapi hingga hari mulai malam, Toan Bok Ang tidak menemukan apapun.

   Padahal kuil itu tidak begitu besar, hanya terdiri dari beberapa kamar.

   Toan Bok Ang mencari sampai ke ruang dapur, tapi tetap tak menemukan Lu Leng, Dengan rasa heran dan bingung Toan Bok Ang kembali ke ruang depan, Tampak biarawati tua itu duduk di situ, Ketika Toan Bok Ang memasuki ruang depan, biarawati tua cuma memandangnya sejenak Toan Bok Ang amat penasaran karena tidak menemukan Lu Leng, dia mendekati biarawati tua itu seraya membentak "Kenapa kalian macam-macam, cepat beritahukan!"

   Biarawati tua itu tersenyum.

   "Kau jangan mengacau di ruang sembahyang ini!"

   Toan Bok Ang meludah.

   "Phui! Kalau kau tidak beritahukan aku akan segera turun tangan!"

   Biarawati tua itu memandangnya kemudian ber kata dengan hambar.

   "Kau minggir selangkah!"

   Toan Bok Ang tidak tahu apa sebabnya biarawati tua itu menyuruhnya minggir selangkah, namun dia menurut Biarawati tua menunjuk ke lantai yang terbuat dari balu, Dan mendadak diayunkan tasbehnya ke arah lantai batu itu, Serrrt! Tasbeh itu menghantam lantai batu lalu dengan cepat biarawati tua kembali menariknya.

   Toan Bok Ang memandang ke arah lantai balu, seketika itu juga hatinya berdebar-debar.

   Terayata lantai batu itu terdapat bekas-bekas tasbeh, Hal itu membuat Toan Bok Ang terkejut sekali, Dapat dibayangkan betapa tingginya Lweekang biarawati tua itu, Biarawati tua itu tersenyum dan berkata dengan lembut "Di sini tidak ada orang yang kau cari itu, aku mau bersemadi, kau boleh pergi sekarang."

   Toan Bok Ang tertegun Kalau bertanding dengan biarawati tua itu, sudah tentu gadis itu bukan lawannya.

   Kalau begitu, betulkah Lu Leng tidak berada di dalam kuil ini? Atau tadi dia salah dengar? Toan Bok Ang mengingat kembali akan apa yang didengarnya tadi, kemudian hatinya tergetar.

   Teringat akan teriakan Lu Leng tadi, pasti ditujukan kepada seseorang, tidak mungkin dia berteriak seorang diri, Kini di dalam kuil itu hanya terdapat dua biarawati tua, lalu ke mana orang itu? Walau tahu dirinya bukan lawan biarawati tua itu, namun Toan Bok Ang tetap bertanya.

   "Ada berapa orang di dalam kuil ini?"

   "Tiga orang,"

   Sahut salah seorang biarawati tua.

   "Aku menggeledah ke sana ke mari, mengapa hanya kalian berdua saja?"

   Kata Toan Bok Ang. Biarawati tua itu mengeluarkan suara "Oh"

   Dan berkata.

   "Gadis muda itu tidak ada?"

   Toan Bok Ang tertegun.

   "Gadis muda yang bagaimana?"

   "Beberapa hari yang lalu, ada seorang gadis muncul di sini Dia terus memandangku setelah itu mendadak menangis sambil bertutut, bermohon kepadaku agar dia diterima 1825 menjadi biarawati, Aku melihat dia masih muda, maka menasihatinya jangan menggunting rambutnya "

   Tutur biarawati tua itu.

   "Bagaimana rupa gadis itu?"

   Tanya Toan Bok Ang.

   "Dia memohon kepadaku agar jangan menceritakan tentang dirinya kepada siapa pun. Aku mengabulkannya maka aku tidak dapat menceritakannya,"

   Sahut biarawati tua itu. Toan Bok Ang menghempaskan kaki seraya berkata.

   "Urusan ini menyangkut orang yang amat kucintai, kau tidak mau menceritakannya?"

   Biarawati tua menggeleng-gelengkan kepala.

   "Tidak bisa kuceritakan. Gadis itu tidak tahan, akhirnya pergi, Kalau kau mau menemuinya, lebih baik pergi mencarinya, mungkin dia belum pergi jauh, Kau jangan mengganggu aku lagi."

   Katanya, Usai berkata, biarawati tua itu memejamkan matanya, lalu mulai membaca doa.

   Toan Bok Ang amat cemas dan gugup, Dia ingin bergebrak tapi bukan lawannya akhirnya dia meninggalkan kuil itu, Walau belum berhasil mencari Lu Leng, namun juga tidak sia-sia.

   Sebab dia tahu Lu Leng pernah datang di kuil itu.

   Lu Leng menghilang mendadak kelihatannya bukan terjadi sesuatu, melainkan dikarenakan seorang gadis, Dari suara teriakan itu jelas gadis tersebut tidak menggubrisnya.

   Lalu siapa gadis itu? Mengapa gadis itu tidak menggubrisnya dan mengapa Lu Leng begitu menderita? Berpikir sampai di situ, hati Toan Bok Ang tidak bisa tenang, Namun dia tetap menghibur diri sendiri bahwa Lu Leng hanya mencintainya, sebab Lu Leng sendiri yang menyatakannya, Akan tetapi, Toan Bok Ang mulai merasa bahwa di antara dirinya dengan Lu Leng ada yang tidak beres.

   Walau dia tidak dapat mengetahui urusan apa itu, namun dapat merasakannya dalam hati.

   Di luar kuil sudah gelap, Toan Bok Ang terus berjalan dengan kepala tertunduk tanpa tujuan.

   Dia terus bertanya dalam hati, siapa gadis itu? Sesungguhnya sudah ada jawaban dalam hatinya, bahwa gadis itu pasti Tam Goat Hua.

   Saat itu air mata Toan Bok Ang telah membasahi pipinya, tapi dia sendiri tidak tahu dari kapan air matanya mulai meleleh.

   Hingga air matanya mengalir ke pipi, dia baru sadar bahwa air matanya telah bercucuran Dia tidak menyeka air matanya, hanya terus berjalan dengan kepala tertunduk Namun entah berapa lama kemudian, mendadak dia berhenti.

   Ternyata telinganya mendengar suara seseorang, yang penuh penderitaan.

   Dia segera melesat ke arah datangnya suara, sebab suara itu adalah suara Lu Leng, Namun keadaan di tempat itu amat gelap, sehingga dia tidak dapat melihat Lu Leng berada di mana, Maka, dia berhenti lalu berdiri tak bergerak untuk memperhatikan keadaan di sekitarnya.

   Tak seberapa lama, dia mendengar lagi seorang wanita menghela nafas panjang dan berkata.

   "Adik Leng, kau sudah punya kekasih, tapi kenapa masih tidak mau pergi? Mau apa kau di sini?"

   Begitu mendengar suara itu, sekujur badan Toan Bok Ang tergetar keras, karena dia mengenali suara itu yang tidak lain suara Tam Goat Hua, Kemudian terdengar suara Lu Leng yang penuh kegembiraan.

   "Kakak Goat, akhirnya kau berbicara juga! Kau... kau sudah mulai mempedulikan diriku!"

   "Pergilah kau! Aku membuka mulut justru menghendaki kau pergi, selanjutnya jangan datang menemuiku lagi!"

   Sahut Tam Goat Hua hambar "Tidak! Aku tidak mau pergi!"

   Kata Lu Leng, Mendengar pembicaraan itu, Toan Bok Ang nyaris pingsan seketika.

   Badannya langsung sempoyongan, hampir membuatnya terjatuh.

   Untung di sisinya terdapat sebuah batu besar, maka dia segera bersandar di situ, Saat ini, dia merasa sepasang kakinya lemas sekali, hampir tak kuat berdiri.

   "Mau apa kau di sini sedangkan orang yang amat kau cintai sedang menunggumu?"

   Tanya Tam Goat Hua hambar "Kakak Goat, kau telah salah paham, Orang yang amat kucintai adalah kau,"

   Sahut Lu Leng, Mendengar apa yang diucapkan Lu Leng, sepasang kaki Toan Bok Ang bertambah lemas sehingga kalau tangannya tidak memegang batu besar itu, dia pasti jatuh.

   Bahwa Lu Leng mencintai Tam Goat Hua, Toan Bok Ang memang sudah mengetahuinya Namun dia tidak menduga 1828 kalau pemuda yang sudah menyatakan cinta kepadanya itu akan mengatakan begitu terhadap Tam Goat Hua, Toan Bok Ang merasa dirinya bagaikan segumpal awan, melayang-layang di udara.

   Terdengar lagi Tam Goat Hua berkata.

   "Aku tidak akan salah paham. Aku pernah dengar bagaimana Toan Bok Ang mencintaimu, juga mendengar dari mulutmu, betapa dalamnya cintamu kepadanya Adik Leng, anggaplah di dunia ini tiada diriku! pergilah!"

   "Kakak Goat, kau tetap salah paham. Aku berkata begitu kepadanya hanya dikarenakan aku tanpa sengaja telah mengutungkan sebelah lengannya."

   Kau Lu Leng sambil menangis, Hati Toan Bok Ang makin berduka dan air matanya pun bercucuran dengan deras, Dia menggigit bibirnya sendiri, hingga nyaris mengeluarkan darah, Di saat bersamaan, awan yang menutupi bulan melayang lewat, sehingga tempat itu berubah menjadi agak terang.

   Toan Bok Ang memandang ke depan, Dilihatnya Tam Goat Hua duduk di atas tanah dan Lu Leng berdiri di hadapannya sambil menatapnya dengan penuh cinta kasih.

   Belum pernah Lu Leng menatapnya seperti itu, maka seketika rongga dadanya seperti terbakar.

   Kalau dia tidak dapat menekan api yang membara itu, dia sendiri pun tidak tahu, entah apa yang akan terjadi, Mendadak Toan Bok Ang berdiri tegak, lalu melangkah maju seraya membentak dengan suara mengguntur.

   "Aku tidak mau kau menaruh kasihan kepadaku!"

   Betapa terkejutnya Lu Leng dan Tam Goat Hua. Mereka berdua segera membalikkan badan, kemudian Lu Leng bertanya.

   "Kakak Ang, bagaimana kau bisa sampai di sini?"

   Toan Bok Ang sama sekali tidak mendengar pertanyaan Lu Leng, Dengan air mata berderai-derai dia terus berteriakteriak.

   "Aku tidak mau kau menaruh kasihan padaku! jangan karena sebuah lenganku telah buntung, maka kau menganggap diriku sebagai seekor anjing yang putus kakinya, sehingga menaruh kasihan padaku!"

   "Nona Toan, dengarkan dulu.,."

   Kata Tam Goat Hua.

   "Tidak mau dengar! Aku tidak mau dengar! perkataan apa pun aku tidak mau dengar!"

   Potong Toan Bok Ang, Saking gusarnya nafas Toan Bok Ang menjadi memburu, bahkan kemudian terbatuk-batuk.

   "Perkataan apa pun aku tidak mau dengar! Di dunia ini apakah masih ada perkataan yang benar?"

   Lanjutnya, Berkata sampai di situ, mendadak dadanya terasa sakit sekali, kemudian mengeluarkan suara "Uaaak", ternyata mulutnya menyemburkan darah segar.

   Kebetulan Lu Leng sedang mendekatinya, maka darah dari mulut Toan Bok Ang menyembur ke mukanya.

   Lu Leng tertegun, lalu berseru dengan penuh penderitaan "Kakak Ang!"

   Saat ini, Lu Leng memang tiada perkataan lagi, Yang dia cintai dalam hati selama ini adalah Tam Goat Hua, Dia menyatakan cinta kepada Toan Bok Ang, sama sekali bukan merupakan rayuan gombal melainkan karena dia mengutungkan sebelah lengan gadis itu, maka membuatnya amat menyesal, lalu mengambil keputusan agar menggembirakan sekaligus membahagiakannya.

   Namun ketika itu hatinya amat menderita sekali, Apa yang diucapkannya kepada Tam Goat Hua itu berdasarkan suara hatinya, justru tidak boleh terdengar oleh Toan Bok Ang, Akan tetapi, tidak disangka Toan Bok Ang berada di tempat itu, mendengar semua perkataan Lu Leng.

   Lu Leng tertegun ketika mukanya tersembur darah dari mulut Toan Bok Ang.

   "Kakak Ang, aku.,.!"

   Serunya sambil maju selangkah. Berkata sampai di situ, Toan Bok Ang sudah mengayunkan tangannya menampar Lu Leng, Plak! Tamparan itu telak mendarat di pipi Lu Leng, Setelah itu Toan Bok Ang membalikkan badannya dan langsung melesat pergi.

   "Nona Toan, jangan pergi! Kau harus tahu hati Adik Leng,..!"

   Seru Tam Goat Hua. Tam Goat Hua berhenti berseru, sebab dilanjutkan juga percuma sebab Toan Bok Ang sudah tidak kelihatan lagi, Lu Leng berdiri termangu-mangu di tempat sambil mengusap pipinya yang ditampar Toan Bok Ang.

   "Adik Leng, kau harus tahu bahwa kau telah mencelakainya!"

   Kata Tam Goat Hua sambil menatapnya.

   Usai berkata, Tam Goat Hua melangkah pergi dan tak lama sudah tidak tampak lagi bayangannya, Kini hanya tinggal Lu Leng seorang, Dia terus berdiri mematung, Keadaan di tempat itu berubah menjadi sunyi sepi dan hati Lu Leng pun terasa hampa, Toan Bok Ang pergi, Tam Goat Hua pun sudah pergi.

   Namun dia kelihatan seperti tidak mengetahuinya, Walau tamparan itu amat keras, namun Lu Leng sama sekali tidak merasa sakit Dia terus berdiri mematung di situ dengan sebelah tangannya terus memegang pipinya yang ditampar Toan Bok Ang.

   Entah berapa Uma kemudian, barulah dia menurunkan tangannya itu dengan perlahan-lahan.

   Telapak tangannya ternoda darah Toan Bok Ang.

   Ditatapnya telapak tangannya itu sampai lama sekali.

   Dia tak bergerak, tapi tangannya itu bergemetar.

   Mendadak dia meraba pinggangnya, Akan tetapi, tidak meraba apa pun di pinggangnya.

   sebetulnya dia ingin mengambil golok pusaka Su Yang To untuk membacok lengan kirinya, namun golok pusaka Su Yang To itu entah hilang di mana.

   Saking tersiksanya dia menghempaskan dirinya ke tanah, namun kemudian bangkit berdiri lagi 1832 Setelah bangkit berdiri, dia ingin berteriak memanggil Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang, namun kedua gadis itu telah pergi.

   Apakah Lu Leng merupakan pemuda yang tipis perasaan? Tidak! justru sebaliknya dia adalah pemuda yang penuh perasaan, bahkan juga memandang amat penting tentang cinta, Tapi nasib telah mempermainkan dirinya, sehingga dia harus terjerat oleh cinta, Dia maju beberapa langkah menghampiri batu besar itu, lalu dipeluknya erat-erat sepertinya ingin memeluknya sampai hancur Lu Leng mengerahkan tenaganya tapi mendadak teringat akan kejadiannya ketika bertemu Tam Goat Hua.

   Ketika meninggalkan Tong Hong Pek dan lainnya, dia melesat pergi belasan mil tiba di sebuah kota kecil.

   Di kota itu dia membeli tujuh ekor kuda lalu segera kembali...

   Dia tahu bahwa Tong Hong Pek dan lainnya berada di suatu tempat yang tak jauh dari istana Ci Cun Kiong.

   Sudah barang tentu tempat itu sangat membahayakan mereka semua, maka dia segera kembali Akan tetapi, apa yang akan terjadi memang di luar dugaannya, Kira-kira beberapa mil lagi sampai di tempat Tong Hong Pek, mendadak dia menghentikan kudanya, Ternyata dia melihat sosok yang ramping sedang berjalan membelakanginya.

   Orang itu berjalan tidak begitu cepat Walau mendengar suara ringkikan kuda, tapi dia tetap tidak menoleh.

   Ketika Lu Leng melihat bayangan belakang orang tersebut, justru tertegun.

   Pada saat itu, Lu Leng tidak berpikir lain kecuali mengejarnya.

   Sebab kalau tidak, mungkin tidak akan bertemu 1833 orang itu lagi.

   Ternyata ketika melihat bayangan belakang orang itu, Lu Leng sudah mengenalmya, yang tidak lain Tam Goat Hua.

   Walau rambutnya terurai dan gadis itu mengenakan pakaian kasar, namun Lu Leng tetap mengenali nya.

   Lu Leng tidak menghiraukan apa pun, langsung mengejarnya Tapi belasan depa kemudian, mendadak dia teringat akan Tong Hong Pek dan lainnya, Kalau dia tidak kembali, mereka semua pasti cemas dan gugup memikirkannya, Oleh karena itu, dia segera mematahkan dahan pohon menggunakan jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit), sebagai tanda bahwa dia pergi melalui tempat itu, sedangkan Tam Goat Hua terus berjalan Namun dalam sekejap Lu Leng sudah berhasil menyusulnya.

   "Kakak Goat!"

   Teriaknya.

   Begitu Lu Leng berteriak sekujur badan Tam Goat Hua tergetar lalu dia menoleh kan kepalanya ke belakang.

   Kini Lu Leng sudah berada di belakangnya, Dia tertegun ketika melihat wajah gadis itu, Ternyata wajah gadis itu pucat pias bagaikan kertas, tiada warna darah sama sekali.

   Yang mengejutkan Lu Leng bukan karena wajahnya pucat pias, melainkan karena tatapan nya yang amat dingin.

   Belum pernah Lu Leng menyaksikan wajah Tam Goat Hua seperti itu, Lu Leng mundur beberapa langkah, setelah itu barulah berseru.

   "Kakak Goat, kenapa kau?"

   Tam Goat Hua tidak menyahut malah segera melesat pergi laksana kilat.

   Lu Leng sudah menduga bahwa Tam Goat Hua tidak akan mau bertemu dengan dirinya lagi, Namun tidak menduga kalau gadis itu akan menatapnya dengan begitu dingin, seakan terhadap orang yang tak dikenalnya, Ketika Lu Leng dan Tam Goat Hua tanpa sengaja bertemu di gunung Tang Ku Sat, gadis itu segera lari, namun wajahnya tidak begitu dingin, hanya diliputi penderitaan Tapi kini, wajahnya justru begitu dingin Sudah barang tentu membuat Lu Leng menjadi tertegun.

   Ketika dia baru mau mengejarnya, gadis itu sudah berada di kejauhan belasan depa, Walau Lu Leng tahu Tam Goat Hua tidak mau menemuinya, tapi dia tetap mengejarnya.

   Sembari mengejar Lu Leng berteriak-teriak memanggilnya, namun Tam Goat Hua sama sekali tidak menghiraukannya, Oleh karena itu, Lu Leng terus mengejarnya mati-matian.

   Tak seberapa lama kemudian, mereka berdua sampai di sebuah kuil Tam Goat Hua segera memasuki kuil itu dengan meloncat tembok.

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Lu Leng tertegun, namun kemudian mengejar ke dalam juga dengan meloncat tembok.

   Sarapai di dalam, dia melihat Tam Goat Hua memasuki ruang dalam kemudian langsung mengejarnya, Tam Goat Hua duduk bersila di ruang dalam menghadap patung Dewi Kwan Im dan tiga batang hio menyala mengepulkan asap, Lu Leng tertegun, lalu menghampirinya seraya berseru.

   "Kakak Goat, kenapa kau menyusahkan diri sendiri?"

   Tam Goat Hua tetap duduk bersila tak bergerak, namun wajahnya sudah tidak begitu dingin lagi. Lu Leng sudah berada di hadapannya.

   "Kakak Goat, kalaupun kau tidak menghiraukanku. Paman Tam berada di tempat yang tak jauh dari sini Apakah kau juga tidak mau pergi menemui mereka?"

   Katanya sambil menatap, Tam Goat Hua mengerutkan kening, tapi sama sekali tidak mengeluarkan suara, Mata Lu Leng mulai mengucurkan air mata.

   "Kakak Goat, kenapa kau tidak mau bicara? jangan diam saja!"

   Katanya sambil menjulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Tam Goat Hua. Namun gadis itu tak bergerak dan tangannya amat dingin sekali, Maka Lu Leng terpaksa merenggangkan tangannya.

   "Kakak Goat, aku tahu hatimu amat berduka, Kau mau menjadi biarawati, itu adalah urusanmu, tapi tentunya kau tahu, betapa berdukanya hatiku!"

   Katanya. Tam Goat Hua duduk bersila bagaikan sebuah patung, sama sekali tidak bergerak. Lu Leng termangu-mangu menatapnya dan air mata terus berlinang-linang tak henti-hentinya.

   "Kakak Goat, Liok Ci Khim Mo membangun istana Ci Cun Kiong di gunung Tiong Tiau San, kau pasti tahu, Guru, Paman 1836 dan Bibi Tam semuanya terluka parah, Kakak Goat, apakah kau tega membiarkannya?"

   Katanya. Tam Goat Hua tetap tak bergerak, bahkan matanya pun sudah dipejamkan dan wajahnya berubah dingin sekali. Lu Leng tertegun, kemudian menjatuhkan diri berlutut di hadapan Tam Goat Hua.

   "Jangan tidak mempedulikan aku!"

   Katanya dengan penuh penderitaan Kebetulan di saat itu Toan Bok Ang berada di ruang depan, maka dia mendengarkan suara Lu Leng.

   "Adik Leng!"

   Teriaknya, Seharusnya Lu Leng mendengar suara teriakan Toan Bok Ang, Namun karena di saat itu perhatiannya sedang tercurah kepada Tam Goat Hua maka dia tidak mendengamya.

   Akan tetapi Tam Goat Hua justru mendengar teriakan itu dengan jelas, begitu pula apa yang diucapkan Lu Leng, Maka, hatinya menjadi seperti tersayat Lu Leng memang menderita sekali, tapi Tam Goat Hua jauh lebih menderita dibandingkan dengan Lu Leng.

   * * * * Bab 86 Tam Goat Hua meninggalkan Tam Ek Hut dan Han Giok Shia, setelah luka mereka sembuh, Dia juga mendengar tentang Liok Ci Khim Mo membangun sebuah istana di gunung Tiong Tiau San dan menyebut dirinya sebagai Bu Lim Ci Cun.

   Oleh karena itu, dia pun berangkat ke gunung tersebut.

   Sebelum tiba di istana Ci Cun Kiong, dia justru kebetulan tiba di kuil tersebut.

   Sejak mengalami perubahan di Cing Yun Ling Go Bi San, menggagalkan perjodohannya dengan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, membuat perasaannya menjadi kacau balau, Entah sudah berapa kali dia ingin membunuh diri, namun dibatalkannya, Maka ketika melihat kuil itu, dia langsung masuk, Dilihatnya seorang biarawati tua duduk bersila menghadap patung Dewi Kwan Im sambil membaca doa dan Tam Goat Hua termangu-mangu di situ, Maka, akhirnya dia mengambil suatu keputusan dan langsung menjatuhkan diri berlutut di hadapan biarawati tua itu, Biarawati tua itu tetap membaca doa, sama sekali tidak menghiraukan Tam Goat Hua.

   Lama sekali gadis itu berlutut, kemudian mendongakkan kepala seraya berkata.

   "Guru, teecu mohon diterima sebagai biarawati!"

   Perlahan-lahan biarawati tua itu membuka matanya lalu menatap Tam Goat Hua dengan lembut sekali. Tatapan itu membuat hati Tam Goat Hua terasa sejuk, sehingga menjadi agak tenang.

   "cepatlah bangun, jangan terus berlutut!"

   Katanya dengan tersenyum.

   "Guru, teecu mohon diterima menjadi biarawati!"

   Sahut Tam Goat Hua. Biarawati tua ku tertawa.

   "Pintu Buddha memang luas sekali, tapi tidak gampang memasukinya."

   Tam Goat Hua tertegun ketika mendengar ucapan itu.

   "Guru, Teecu sudah bertekad mau menjadi biarawati,"

   Katanya. Biarawati tua itu menjulurkan tangannya kemudian menepuk bahu Tam Goat Hua seraya berkata.

   "Kau masih muda harus tabah menghadapi segala macam cobaan, Pergilah, karena belum waktunya kau menghadap Sang Buddha!"

   Ketika Tam Goat Hua baru masuk, menganggap biarawati tua itu sebagai biarawati biasa, Namun kini ketika melihat sorotan matanya, barulah dia tahu bahwa biarawati tua itu bukan biarawati biasa.

   "Guru, luka dalam hati teecu hanya dapat diobati dengan cara teecu menjadi biarawati di kuil ini,"

   Katanya setelah lama sekali dia tertegun Biarawati tua itu menggeleng-gelengkan kepala.

   "Sulit! Lebih baik kau pergi saja!"

   Bagaimana mungkin Tam Goat Hua mau pergi? Dia terus berlutut di situ.

   "Guru, teecu bermohon dengan bersungguh-sungguh!"

   Biarawati tua itu menatapnya dalam-dalam, kemudian mengibaskan lengan jubahnya mengangkat bangun Tam Goat Hua.

   "Rambutmu tidak usah dipotong, kau boleh mencoba menenangkan hati di kuil ini,"

   Katanya. Tam Goat Hua mengangguk, lalu berjalan keluar. Di saat itulah dia mendengar biarawati tua itu bergumam.

   "Kalau hati resah, tidak gampang memasuki pintu Buddha, Aaah., puluhan tahun, hati tidak akan bisa tenang!"

   Tam Goat Hua tertegun mendengar ucapan itu.

   "Guru, hati Teecu sudah bulat,"

   Katanya dengan suara rendah. Biarawati tua itu manggut-manggut.

   "Mudah-mudahan demikian!"

   Itu kejadian tiga hari yang lalu, Kini Tam Goat Hua mulai bersemadi di dalam kuil itu.

   Hari pertama dia mengosongkan pikirannya, tidak memikirkan apapun.

   Hari kedua, muncullah berbagai macam pikiran, tapi dia berusaha menekan semua pikiran itu sehingga dapat tenang kembali.

   Hari ketiga, pikirannya mulai kacau balau, sehingga membuatnya pergi keluar.

   Padahal dia hanya ingin jalan-jalan sejenak, tapi tak disangka-sangka justru malah bertemu Lu Leng.

   Setelah duduk di ruang dalam, Lu Leng terus berkata, Mendengar apa yang dikatakan Lu Leng, dia merasa ingin 1840 berteriak dan menerjang keluar.

   Akan tetapi dia dapat menekan perasaannya itu, maka dia tetap tak bergfcrak.

   Namun meskipun demikian, hatinya semakin kacau, Hingga ketika mendengar suara teriakan Toan Bok Ang, hatinya sudah tidak bisa tenang sama sekali, akhirnya dia melesat keluar melalui jendela, Begitu melihat Tam Goat Hua melesat keluar, Lu Leng segera mengejarnya, dan dalam sekejap mereka berdua sudah meninggalkan kuil itu, Maka, Toan Bok Ang tidak menemukan Lu Leng di ruang dalam itu, sementara Tam Goat Hua dan Lu Leng terus melesat pergi.

   Tujuh delapan mil kemudian, barulah Tam Goat Hua berhenti.

   "Mengapa kau tidak mempedulikan aku? Mengapa kau tidak mempedulikan aku? Mengapa?"

   Tanya Lu Leng. Wajah Tam Goat Hua menyiratkan penderitaannya, namun hanya sekilas, kemudian berubah dingin.

   "Kakak Goat, kau sedang memikirkan apa? Lebih baik kau curahkan, jangan disimpan dalam hati, sebab itu tiada gunanya."

   Kata Lu Leng sambil menatapnya, Tam Goat Hua berteriak-teriak dalam hati.

   "Jangan mengeluarkan suara! jangan mengeluarkan suara!"

   Akhirnya dia duduk dan tetap mengingatkan dirinya sendiri agar tidak mengeluarkan suara, Akan tetapi, dia tidak dapat bertahan dan akhirnya membuka mulut Saat itu, hari sudah gelap, kebetulan Toan Bok Ang datang di tempat itu dan mendengar percakapan mereka, Sementara Lu Leng masih memeluk batu besar, sesaat kemudian barulah berteriak-teriak dengan penuh penderitaan.

   "Kakak Goat, kau tidak boleh menjadi biarawati!"

   Dia diam sejenak, setelah itu berkata lagi.

   "Kakak Goat, aku bersalah padamu! Aku telah mencelakai kalian berdua!"

   Dia terus bergumam.

   Berselang beberapa saat, barulah dia melesat pergi, Ternyata dia kembali ke kuil itu.

   Blam! Dia menghantam pintu kuil, lalu menerjang ke dalam.

   Tampak biarawati tua sedang duduk bersila membaca doa di ruang depan, tapi Lu Leng tidak menghiraukannya, langsung menuju ruang dalam.

   Akan tetapi, tiada seorang pun berada di sana, Maka, Lu Leng segera kembali ke ruang depan untuk menghadapi biarawati tua.

   "Nona Tam ke mana?"

   Teriaknya. Biarawati tua itu membuka matanya.

   "Ketika dia ke mari, aku sudah tahu bahwa dia tidak berjodoh dengan pintu Buddha, Kini aku tidak tahu ke mana dia pergi,"

   Sahutnya, Mendengar itu, Lu Leng merasa berduka, tapi juga gembira, Berduka karena berpisah dengan Tam Goat Hua, entah kapan akan bertemu lagi.

   Gembira karena Tam Goat Hua tidak kembali ke kuil itu, jelas dia batal menjadi biarawati, Dia tidak membuang waktu, maka langsung melesat pergi, dan tak Jama sudah sampai di jalan besar, Keadaan di jalan besar itu sunyi sepi, tidak tampak seorang pun kecuali Lu Leng, Dia berusaha menenangkan hatinya, Tam Goat Hua sudah pergi, entah ke mana, tapi Lu Leng akan berusaha mencarinya, Namun Toan Bok Ang mengalami pukulan batin yang begitu hebat, sehingga menyebabkannya muntah darah segar.

   Entah bagaimana lukanya dan ke mana gadis itu pergi, Lu Leng pun tidak mengetahuinya.

   Namun biar bagaimanapun dia harus mencarinya juga.

   Kalaupun setelah bertemu gadis itu akan memukul nya, itu tidak apa-apa.

   Yang penting Lu Leng tidak mau membiarkannya berkelana seorang diri, karena kini gadis itu hanya mempunyai sebelah lengan.

   Lu Leng terus berpikir, lalu kembali ke tempat di mana guru dan lainnya berada, Namun tidak tampak seorang pun di tempat itu, bahkan kuda-kuda mereka pun tidak kelihatan Legalah hati Lu Leng, sebab dia yakin bahwa Toan Bok Ang pasti menyusul mereka, Karena itu, dia langsung melesat meninggalkan tempat itu, Tiga empat mil kemudian, dilihatnya sosok bayangan berkelebat ke arahnya dari arah depan, Sungguh cepat 1843 gerakan bayangan itu! Dia bagaikan segulung asap, dalam sekejap sudah berada di dekatnya, Akan tetapi, bayangan itu sempoyongan seperti orang mabuk berat.

   Lu Leng segera berhenti setelah orang itu berada di hadapannya.

   Lu Leng sudah menduga orang itu pasti Oey Sim Tit, sebab kelihatan dari Ginkangnya, yang amat tinggi.

   "

   Saudara Oey!"

   Serunya.

   Orang itu langsung berhenti, tapi badannya masih bergoyang-goyang, Lu Leng memandangnya.

   Tidak salah, orang itu memang Oey Sim Tit, Oey Sim Tit mendongakkan kepala, Tampak wajahnya pucat pias dan tersirat rasa ketakutan "Saudara Lu, kau,., kau bertemu musuh tang-guh?"

   Tanyanya gugup, Lu Leng tahu kenapa Oey Sim Tit bertanya demikian, karena wajahnya masih bernoda darah, Tapi Lu Leng juga terkejut, karena Oey Sim Tit bertanya dengan gugup, mungkin dia bertemu musuh tangguh.

   "Di mana guruku dan lainnya?"

   Tanyanya tanpa menjawab lebih dulu pertanyaan Oey Sim Tit, Mata Oey Sim Tit terbeliak lebar "Mereka... mereka...."

   Hanya itu yang diucapkannya lalu mendadak tangannya meraih ke belakang, Kelihatannya dia seperti ingin meraih sesuatu, namun tidak teraih, dan wajahnya tampak menderita. Bukan main terkejutnya Lu Leng.

   "Saudara Oey, bagaimana kau?"

   Tanyanya.

   "Aku.,, aku.,."

   Sahutnya terputus-putus.

   Mendadak badannya condong ke depan.

   Lu Leng cepat-cepat menahannya agar tidak jatuh, sedangkan sebelah tangan Oey Sim Tit masih meraih ke belakang, Lu Leng melihat punggungnya dan seketika juga dia terbelalak Ternyata di punggung Oey Sim Tit menancap sebuah belati.

   Lu Leng memperhatikan belati itu.

   Barulah dia tahu mengapa Oey Sim Tit tidak mati, ternyata belati itu menancap di samping jalan darah Leng Tay Hiat, lagi pula lukanya tidak mengucurkan darah, Walau tidak mati, tapi Oey Sim Tit sudah terluka parah, Belati itu tidak boleh dicabut.

   Sebab kalau dicabut darah pasti mengucur, mungkin akan membuatnya binasa kehabisan darah, Lu Leng tahu kepandaian Oey Sim Tit masih rendah, tapi ilmu Ginkangnya amat tinggi.

   Kalau bertemu musuh tangguh, kecuali dia tidak mau kabur, sudah pasti dapat meloloskan diri.

   Kini Lu Leng tidak sempat memikirkan itu, Cepat-cepat dia menaruh Oey Sim Tit ke bawah, lalu menotok jalan darah Sin Tong Hiat dan jalan darah lainnya yang di punggung Oey Sim Tit dengan Kim Kong Sin Ci.

   Perlahan-lahan Oey Sim Tit membuka matanya sambil mengeluarkan suara rintihan.

   "Saudara Oey, kau telah terluka parah, jangan sembarangan bergerak!"

   Kau Lu Leng. Oey Sim Tit manggut-manggut.

   "Aku tahu, saudara Lu, hidupku sudah tidak lama lagi"

   Lu Leng berduka sekali mendengar itu, Oey Sim Tit adalah putra Liok Ci Khim Mo, namun entah sudah berapa kali dia menyelamatkan Lu Leng, Lagi pula Lu Leng tahu bahwa hatinya amat baik, Kini melihat nyawanya sulit diselamatkan bagaimana dia tidak berduka? Air mau Lu Leng sudah mengucur.

   "Jangan omong sembarangan!"

   Katanya. Oey Sim Tit tersenyum getir.

   "Saudara Lu.,, aku membawa Tong Hong Tay-hiap dan lainnya melanjutkan perjalanan tak diduga... bertemu musuh tangguh... bertarung mati-matian, aku tak sanggup melawan... mereka... mereka...."

   "Saudara Oey, legakanlah hatimu! Tiada seorang pun menyalahkanmu Siapa musuh tangguh itu?"

   Oey Sim Tit membuka mulutnya ingin menyahut, namun cuma bibir yang bergerak Dia tak mampu mengeluarkan suara, Wajah pucat pias, ternyata dia telah pingsan, Lu Leng tertegun Dia tahu apabila Oey Sim Tit siuman lagi, nyawanya pasti akan melayang, Lu Leng memperhatikan punggungnya, ternyata sudah mulai mengucurkan darah.

   Menyaksikan Oey Sim Tit sudah sekarat tapi tidak dapat berbuat apa pun, itu membuatnya berduka sekali.

   Mendadak Lu Leng bangkit berdiri, lalu bertanya pada dirinya sendiri Betulkah tidak dapat berbuat sesuatu? Berdasarkan hati nurani, betulkah tidak mampu berbuat apa pun? Kalau ingin menolong Oey Sim Tit, bukan tiada cara sama sekali.

   Amat gampang sekali.

   Sebab jarak dari tempat itu ke istana Ci Cun Kiong hanya dua tiga puluh mil.

   Dia dapat menggunakan ilmu Ginkang membawa Oey Sim Tit ke sana, sudah barang tentu nyawa Oey Sim Tit dapat diselamatkan Sebab Liok Ci Khim Mo menyimpan begitu banyak obat mujarab, tentunya dapat mengobatinya, Tapi kalau dia membawa Oey Sim Tit ke istana Ci Cun Kiong, sudah pasti harus menghadapi Liok Ci Khim Mo yang amat jahat itu, Dalam hati Lu Leng mulai muncul pertentangan yakni antara pergi ke istana Ci Cun Kiong atau tidak, Dia berpikir sejenak, kemudian bergumam "Lu Leng, kalau kau takut menghadapi bahaya, janganlah menolongnya! Tapi.,, apakah kau adalah manusia?"

   Usai bergumam, Lu Leng membopong Oey Sim Tit dengan hati-hati sekali, lalu melesat pergi mengerahkan Ginkangnya.

   Ketika berada di pintu gapura, hati Lu Leng pun berdebar-debar tegang.

   Kalau kini dia meninggalkan Oey Sim Tit, itu masih keburu.

   Namun wajahnya memerah seketika, sebab dirasanya apa yang dipikirkan itu merupakan perbuatan 1847 rendah sekali, Lu Leng berharap akan bertemu penjaga gapura itu, jadi bisa menyerahkan Oey Sim Tit kepada mereka, Akan tetapi, ketika sampai di pintu gapura itu, justru tiada seorang pun berada di sana.

   Dia terpaksa melesat ke dalam seraya berteriak-teriak.

   "Ada orang? Cepat ke!uar!"

   Seusai Lu Leng berteriak, terdengar suara "Ser Ser Ser Ser"

   Dan tampak empat sosok bayangan berkelebat ke arahnya, Begitu melihat ada orang muncuI, bukan main girangnya Lu Leng! "Putra Liok Ci Khim Mo terluka parah, aku mengantarnya ke mari! Kalian harus hati-hati membopongnya jangan sampai terlambat!"

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Mendengar teriakan Lu Leng itu, keempat orang tersebut saling memandang, kemudian salah seorang dari mereka melangkah maju, tapi lalu mundur lagi.

   "Yang kau bopong itu memang tuan muda, tapi kau adalah Lu Leng, kami mengenalmu!"

   Katanya.

   "Tidak salah, aku memang Lu Leng, cepat bopong tuan muda kalian!"

   Sahut Lu Leng, Keempat orang itu tertawa gelak.

   "Ha ha ha! Kau anggap kami anak kecil?"

   Lu Leng gusar sekali.

   "Apa maksud ucapan kalian?"

   "Jelas kau yang melukai tuan muda, tapi kau justru menghendaki kami mendekatimu, lalu kau akan menyerang kami dengan Kim Kong Sin Ci! Ya, kan?"

   Sahut salah seorang dari mereka, Lu Leng menarik nafas dingin.

   Dia tidak menyangka kalau keempat orang itu tidak mempercayainya.

   Mungkin Liok Ci Khim Mo akan salah paham, mengira dia yang melukai Oey Sim Tit, seketika Lu Leng menjadi serba salah.

   Dia ingin menaruh Oey Sim Tit, namun hati nuraninya tidak mengizinkan, lagi pula punggung Oey Sim Tit terus mengucurkan darah.

   Kalau ditaruhnya ke bawah, nyawa Oey Sim Tit pasti melayang, Dia berkertak gigi seraya berkata dengan d ingin.

   "Omong kosong! Kalau aku ingin melukai kalian amat gampang sekali, tidak perlu menggunakan akal busuk!"

   Keempat orang itu saling memandang, kemudian bertanya serentak "

   Kalau kau berniat baik, apakah berani menemui Liok Ci Khim Mo?"

   "Kenapa tidak? Cepat tunjukkan jalan!"

   Sahut Lu Leng, Dua orang dari mereka langsung berkelebat menuju istana Ci Cun Kiong, namun Lu Leng berkata.

   "Salah seorang harus segera pergi melapor, lukanya amat parah! Kalau terlambat pasti celaka !"

   Salah seorang langsung melesat pergi, yang satu menunjuk jalan, Lu Leng mengikutinya dari belakang, Saat ini, Lu Leng tidak berani melesat cepat, karena khawatir menambah parah luka Oey Sim Tii.

   Sebelum dia sampai di istana Ci Cun Kiong, telinganya sudah mendengar suara 1onceng.

   Tang! Tang! Tang! Lu Leng menarik nafas dalam-dalam sambil terus berjalan Tak lama keraudian, dia sudah tiba di depan istana itu.

   Tampak begitu banyak obor, sehingga tempat itu menjadi terang benderang.

   Liok Ci Khim Mo berdiri di situ dengan membawa harpa kuno Pat Liohg Khim, wajahnya kelihatan gusar sekali.

   Di belakangnya berdiri puluhan orang berkepandaian tinggi.

   Lu Leng berusaha menenangkan hati, lalu berseru lantang.

   "Liok Ci Khim Mo, putramu terluka parah, cepat ambil obat mujarab untuk menolongnya!"

   Liok Ci Khim Mo tidak menyahut, melainkan mengibaskan tangannya, kemudian puluhan orang di belakangnya langsung mengepung Lu Leng, itu membuat Lu Leng gusar bukan main.

   "Liok Ci Khim Mo, putramu terluka parah begini, kau tidak mempedulikannya?"

   Bentaknya, Liok Ci Khim Mo tertawa aneh.

   "He he he! Kau yang melukainya masih ke mari berpura-pura menjadi orang baik? Cepat katakan sejujurnya!"

   Lu Leng tertegun Dia tidak menyangka kalau Liok Ci Khim Mo malah mencurigainya. setelah berpikir sejenak, Lu Leng tersenyum getir seraya berkata.

   "Liok Ci Khim Mo, harap tolong dia du!u!"

   Liok Ci Khim Mo melangkah maju sambil jari tangannya menyentuh tali senar harpa Pat Liong Khim.

   "Kalau kau masih mengulur waktu, pasti terlambat!"

   Kata Lu Leng, Liok Ci Khim Mo menatap Lu Leng dengan tajam.

   "Ling Hong Cu!"

   Serunya "Ya, hamba di sini!"

   Sahut sescorang, Tangan Liok Ci Khim Mo bergerak, lalu sebuah kotak kecil melayang ke arah orang itu.

   Ling Hong Cu menyambutnya dengan wajah tampak kebingungan "Kau majulah ke depan, pil yang ada di dalam kotak kecil itu masukkanlah ke mulut tuan muda!"

   Perintah Liok Ci Khim Mo.

   Ling Hong Cu tertegun, sebab bagaimana kepandaian Lu Leng, dia telah menyaksikannya, Kalau dia ke depan, lalu mendadak Lu Leng menyerangnya dengan Kim Kong Sin Ci, bukankah dia akan binasa seketika? Berpikir sampai di situ, Ling Hong Cu tahu bahwa Liok Ci Khim Mo sendiri tidak berani maju karena takut kepada Lu Leng.

   Ling Hong Cu memegang kotak kecil itu dengan keringat dingin mulai mengucur keluar dari keningnya.

   Betapa gusarnya Liok Ci Khim Mo menyaksikan itu.

   "Ling Hong Cu, kau berani membangkang perintahku?"

   Bentaknya mengguntur, sekujur badan Ling Hong Cu bergetar Menyaksikan itu Lu Leng amat gusar tapi juga merasa geli.

   "Sobat Ling, cepat ke mari! Aku tidak akan melukaimu!"

   Ling Hong Cu maju selangkah, kemudian bertanya.

   "Kau berani bersumpah?"

   Lu Leng tertawa.

   "Ha ha! Kalau aku melukaimu anggaplah aku binatang!"

   Barulah Ling Hong Cu berlega hati lalu melangkah lebar menghampiri Lu Leng yang membopong Oey Sim Tit.

   Ketika memasukkan obat ke mulut Oey Sim Tit, tangannya tampak gemetar.

   Ternyata dia masih takut kalau-kalau Lu Leng mendadak menyerangnya.

   Setelah memasukkan obat itu ke mulut Oey Sim Tit, dia cepat-cepat melejit ke belakang.

   Lu Leng terus memperhatikan Oey Sim Tit, sama sekali tidak menghiraukan Liok Ci Khim Mo dan puluhan orang itu.

   Berselang sesaat, wajah Oey Sim Tit yang pucat pias itu mulai beruban menjadi ke merah - merahan dan luka di punggungnya pun tidak mengucurkan darah lagi, Suasana di tempat itu hening sekali Tiada seorang pun berani mengeluarkan suara, Saat ini, barulah Lu Leng mulai memikirkan caranya meloloskan diri, maka dia mencuri pandang keadaan di sekitarnya, Diri nya terkurung, Maka, kalaupun Liok Ci Khim Mo tidak berada di situ, sulit juga baginya meloloskan diri Namun demikian, dia masih mempunyai harapan, Lu Leng memandang Oey Sim Tit lagi, Napasnya sudah tidak memburu seperti tadi, Kelihatannya dia dalam keadaan tidur nyenyak, tidak tahu keadaan di sekitarnya, Lu Leng tahu bahwa obat yang dimasukkan ke mulut Oey Sim Tit tadi merupakan obat mujarab, maka nyawanya sudah tertolong.

   Namun kini persoalannya, justru harus bagaimana cara meloloskan diri! Setelah berpikir sejenak, dia mendongakkan kepala seraya berkata dengan tenang sekali kepada Liok Ci Khim Mo.

   "Luka putramu sudah tidak menjadi masalah!"

   "Taruh dia ke bawah!"

   Sahut Liok Ci Khim Mo dengan dingin Lu Leng tertawa dingin "Setelah aku menaruh putramu ini ke bawah, lalu kau mau bagaimana?"

   Air muka Liok Ci Khim Mo langsung berubah dan jari tangannya mulai bergerak Lu Leng sudah menduga sebe1umnya. Maka sebelum Pat liong Khim berbunyi dia sudah menggenggam gagang belati itu, Liok Ci Khim Mo tertegun sedangkan Lu Leng tertawa panjang.

   "Ha ha haa! Liok Ci Khim Mo! Walau kau membunyikan Pat liong Khim itu, aku masih punya waktu menekan belati ini ke dalam!"

   Ketika jari tangan Liok Ci Khim Mo mulai bergerak puluhan orang yang mengepung Lu Leng mulai berbisik-bisik, Lalu mendadak terjadi perubahan itu, mereka pun diam seketika.

   "Aku mengantar putramu ini ke mari justru berniat baik! Kalau kau ingin mencelakaiku aku terpaksa mengadu nyawa! Bagaimana menurutmu?"

   Wajah Liok Ci Khim Mo membesi, sama sekali tidak mengeluarkan suara.

   "Cepat suruh mereka yang mengepung diriku mundur!"

   Liok Ci Khim Mo tertegun, sedangkan hati Lu Leng berdebar-debar tegang, Tak seberapa lama kemudian tampak Liok Ci Khim Mo mengibaskan tangannya dan seketika semua orang yang mengepung Lu Leng langsung mundur serentak Saat itii, Lu Leng mengambil keputusan, harus pergi dengan membawa Oey Sim Tit agar Liok Ci Khim Mo tidak membunyikan harpa Pat Liong Khim Akan tetapi, Liok Ci Khim Mo dan lainnya pasti mengejarnya.

   Saat itu, kalau tidak 1854 mencelakai Oey Sim Tit, sudah pasti sulit baginya untuk meloloskan diri Lu Leng juga berpikir, dia akan menyuruh Liok Ci Khim Mo maju untuk menyambut Oey Sim Tit, lalu menyerangnya dengan Kim Kong Sin Ci.

   Dengan cara itu, tentunya dia dapat merebut Pat Liong Khim.

   Tapi cara itu tidak bisa dilaksanakan sebab Liok Ci Khim Mo pasti berjaga-jaga, Walau dia menyayangi putranya, tapi pasti mementingkan dirinya juga, Lu Leng tidak tahu harus bagaimana, justru mendadak Liok Ci Khim Mo membentak keras.

   "Cepat taruh dia ke bawah!" * * * * Bab 87 Lu Leng segera menghimpun hawa murninya, kemudian disalurkan pada jari tangannya, Sebelum Liok Ci Khim Mo usai berkata, mendadak tangannya bergerak. Ternyata Lu Leng mencabut belati yang menancap di punggung Oey Sim tit, dan di saat bersamaan sebelah tangannya mendorong Oey Sim Tit dengan sepenuh tenaga, ke arah Liok Ci Khim Mo. setelah belati itu dicabut, punggung Oey Sim Tit mulai mengucurkan darah lagi. Menyaksikan itu, Liok Ci Khim Mo langsung menggeram.

   "Jahanam !"

   Ketika Liok Ci Khim Mo baru mau membunyikan harpa Pat Liong Khim, justru badan Oey Sim Tit jatuh di hadapannya.

   Dia tidak tahu bagaimana keadaan putranya, maka membungkukkan badannya untuk melihat Sesungguhnya itu yang diharapkan Lu Leng, Dia benar-benar menghendaki hal itu, Namun Lu Leng sama sekali tidak mengetahui kalau Liok Ci Khim Mo akan berbuat itu atau tidak, Sebab, setelah mendorong Oey Sim Tit ke depan, Lu Leng pun segera membalikkan badannya, dan secepat kilat melesat pergi.

   Ketika dia baru melesat pergi, sudah ada orang berkelebat menghadangnya, Lu Leng tidak berhenti, dia terus mengayunkan belati di tangannya menyerang ke depan.

   sehingga setiap orang yang menghadang, tanpa menjerit lagi langsung roboh.

   Tidak cukup hanya dengan senjatanya, Lu Leng juga melancarkan serangan dengan tangan kiri secara cepat sekali.

   Dia mengerahkan jurus Thian Te Kun Tun (Langit Bumi Kacau Balau) dan jurus Hong Mong Coh Khai (Turun Hujan Gerimis).

   Namun kemudian di hadapan Lu Leng bermunculan pula lima orang yang semuanya merupakan kaum golongan hitam berkepandaian tinggi.

   Maka tanpa membuang-buang waktu Lu Leng terus menyerang dengan Kim Kong Sin Ci.

   sejurus demi sejurus dilancarkannya, semakin lama justru semakin hebat dan dahsyat Angin telunjuk menyambar ke sana-ke mari mengeluarkan suara menderu-deru yang amat dahsyat.

   Dua orang di hadapan Lu Leng secepat kilat bergerak mengelak, Namun yang terlambat sekejap saja roboh seketika dan menjerit-jerit.

   Salah seorang terpental deras dan melayang, lalu roboh tak mampu bangkit lagi, Kejadian itu hanya berlangsung singkat sementara tanpa mempedulikan mereka Lu Leng terus saja menyerang sambil melesat pergi! Sementara Liok Ci Khim Mo masih membungkukkan badannya memeriksa Oey Sim Tit.

   Dia menarik nafas lega, Walau luka di punggung mengucurkan darah, tapi tidak membahayakan nyawa putranya, Ketika dia berdiri Lu Leng sudah melesat pergi sekitar dua puluh depa.

   Dengan gusar Liok Ci Khim Mo langsung memetik tali senar harpa Pat Liong Khim.

   Dia tahu Lu Leng sudah jauh, Namun sepertinya dia tidak peduli, tetap mengerahkan ilmunya memetik harpa itu, Maka begitu tali-tali senarnya bergetar terdengarlah suara bagai geledek di udara, Dahsyat dan seakan mampu menggetarkan muka bumi, Bagian 42 Semua orang tahu, kalau tidak memusuhi Liok Ci Khim Mo, tentu tidak akan terluka, Namun sudah terlambat.

   Hati mereka tergetar hebat oleh Pat Liong Thian Im.

   Mendengar suara harpa itu, Lu Leng langsung mempercepat langkahnya, Dia baru ingin mengerahkan Ginkangnya untuk melesat.

   Namun tanpa diduga, salah seorang yang roboh di hadapannya, mendadak melancarkan sebuah pukulan ke arahnya, itu sama sekali di luar dugaan Lu Leng, Ternyata orang itu berkepandaian amat tinggi, Tadi dia terpental jatuh, ternyata bukan karena terkena Kim Kong Sin Ci yang dilancarkan Lu Leng, melainkan mencelat mundur dan menjatuhkan diri, Lu Leng mengira orang itu telah terluka 1857 parah.

   Ternyata tidak.

   ketika melewati sisinya, orang itu mendadak melancarkan sebuah pukulan amat dahsyat dan sepenuh tenaga.

   Karena serangan itu datang begitu cepat dan secara tiba-tiba, Lu Leng tampak kewalahan juga, Namun kepandaian Lu Leng memang cukup bisa diandalkan Bersamaan dengan itu dia menyerang dengan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang Puncak Menembus Awan), Orang itu bergerak mundur tiga langkah dan Lu Leng terus merangseknya, meskipun terpaksa langkah nya untuk pergi jadi terhalang.

   Sementara itu, Liok Ci Khim Mo tampak telah maju mendekat.

   Nada Pat Liong Thian Im bertambah tinggi dan cepat, membuat jantung Lu Leng terpukul hebat Dirasakan darahnya bergolak yang membuatnya tak kuat berdiri.

   Dia ingin melancarkan serangan, tapi.

   dirasakan sudah tak bertenaga.

   Di saat Lu Leng hampir kehilangan kesadarannya, matanya sempat melihat jelas orang yang membokongnya, Wajah orang itu kurus, menatap Lu Leng sambil tersenyum licik, Siapa orang itu? Dia ternyata Hek Sin Kun! Walau dapat mengenali siapa orang itu, mata Lu Leng sudah berkunang-kunang, Bahkan kemudian roboh di tanah.

   Sesaat kemudian tampak Oey Sim Tit siuman, Melihat dirinya berada di depan istana Ci Cun Kiong, hatinya terheran-heran.

   Mendongakkan kepala, terlihat bayangan punggung Liok Ci Khim Mo.

   "Ayah!"

   Serunya, memanggil Liok Ci Khim Mo.

   Mendengar suara panggilan Oey Sim Tit, Liok Ci Khim Mo langsung membalikkan badannya.

   Maka dia pun menghentikan 1858 petikan tali senar harpa Pat Liong Khim, sementara Hek Sin Kun maju beberapa langkah, lalu menjulurkan tangannya menotok jalan darah Tay Pai Hiat dan Cih HaiHiat di tubuh Lu Leng.

   Setelah itu diayunkan cepat menendang, tubuh Lu Leng hingga terpental hampir dua depa.

   Liok Ci Khim Mo mendekati putranya yang masih tergeletak "Kau tidak apa-apa?"

   Matanya menatap wajah Oey Sim Tit Darah di punggung Oey Sim Tit sudah berhenti mengucur perlahan dia bangun, duduk membelakangi Lu Leng yang tergeletak di tanah. Oey Sim Tit bertanya dengan penuh keheranan.

   "Ayah, bagaimana aku berada di sini?"

   Liok Ci Khim Mo menyahut dengan wajah berubah.

   "Jangan banyak bicara, kau perlu istirahat!"

   Tangannya dikibaskan memberi isyarat para anak buah, Maka bermunculan empat orang lalu menggotong Oey Sim Tit ke dalam istana Cin Cun Kiong, Liok Ci Khim Mo membalikkan badannya sambil tertawa pada Hek Sin Kun.

   "Hek Sin Kun, kalau kau tidak membokong bocah itu, mungkin dia sudah kabur! Aku dapat mengundangmu ke mari, sungguh ini merupakan keberuntungan bagiku!"

   Walau di dalam istana Ci Cun Kiong terdapat banyak kaum golongan hitam, namun tiada seorang pun yang dapat disejajarkan kepandaian mereka dengan Hek Sin Kun, Oleh 1859 karena itu, Liok Ci Khim Mo mengucapkan beberapa patah kata untuk menyanjungnya, Hek Sin Kun tertawa, merasa bangga atas pujian Liok Ci Khim Mo.

   "Ha ha! Ci Cun, jangan terlampau menyanjung diriku, kalau bukan karena Pat Liong Thian Im yang maha hebat, bagaimana mungkin aku mampu menangkap bocah itu?"

   Betapa puasnya hati Liok Ci Khim Mo mendengar itu maka tertawa bangga.

   "Hek Sin Kun, kini rimba persilatan selain diriku, tentunya adalah kau yang nomor wahid! Kau baru tiba kemarin, aku belum berunding denganmu bagaimana menghadapi musuh tangguh. Bagaimana kalau malam ini kita berunding bersama?"

   Semua orang melihat Liok Ci Khim Mo begitu menghargai Hek Sin Kun. Mereka pun amat kagum pada orang itu.

   "Ci Cun, bocah itu sebenarnya juga sedang bertikaL Bagaimana kalau setelah aku menghukumnya, baru diserahkan kepada Ci Cun?"

   Liok Ci Khim Mo manggut-manggut.

   "Baik! Baik! Besok sore undang semua orang, kita akan berunding di ruang besar!"

   Seketika semua orang bertepuk-sorak, Liok Ci Khim Mo memandang ke sana ke mari dengan dada terangkat, wajahnya yang buruk itu tampak berseri seri, 1860 Setelah agak reda suara tepuk-sorak itu, Liok Ci Khim Mo mengibaskan tangan nya.

   Maka semua orang bergerak mengelilingnya, lalu semua mengiringinya masuk istana Ci Cun Kiong, Hek Sin Kun mendekati Lu Leng, memandang sambil tertawa panjang.

   "Ha ha haaa! Bocah, hari ini kau mau bilang apa lagi?"

   Saat ini, Lu Leng sudah siuman, Karena Liok Ci Khim Mo hanya memetik tali senar harpa Pat Liong Khim dalam waktu sebentar, maka tadi Lu Leng tidak terlalu parah menderita luka dalamnya Namun jalan darah Tay Pai Hiat dan Cih Hai Hiatnya telah terbelenggu Ketika siuman, diapun mengerahkan hawa murninya untuk membuka totokan itu, tapi tidak berhasil Ketika Hek Sin Kun bercakap-cakap dengan Liok Ci Khim Mo, Lu Leng pun mendengarnya.

   Maka dia teringat pada Mo Liong Seh Sih.

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Dia tidak mengerti dan merasa heran, ternyata Mo Liong Seh Sih, tokoh yang berjiwa gagah itu, mempunyai anak yang berlaku jahat seperti Hek Sin Kun ini, Namun, teringat pada Oey Sim Tit dan Liok Ci Khim Mo, Lu Leng tidak merasa heran lagi, Di saat Hek Sin Kun berbicara padanya, dia tidak bersuara, hanya menatap Hek Sin Kun dengan mata berapi-api.

   Kali ini dirinya merasa telah gagah kegagalan yang justru karena munculnya Hek Sin Kun.

   Hek Sin Kun tertawa gelak, kemudian menjinjing Lu Leng menuju ke dalam istana Ci Cun Kiong, Karena Liok Ci Khim Mo menyambut dengan istimewa terhadap Hek Sin Kun, maka semua orang pun amat menghormati nya.

   Hek Sin Kun menjinjing Lu Leng ke dalam kamarnya, lalu menaruhnya ke bawah, Lu Leng tidak tahu Hek Sin Kun akan menghukumnya dengan cara apa.

   Lu Leng telah pasrah apa pun yang akan dihadapinya dari anak Mo Liong Seh Sih ini, Setelah menaruh Lu Leng di lantai, Hek Sin Kun segera menyobek bajunya bagian punggung.

   Lu Leng tidak tahu Hek Sin Kun mau berbuat apa, maka diam saja.

   Tampak Hek Sin Kun mengeluarkan sebuah Holou (Semacam kendi berbentuk seperti angka de-lapan), Holou itu berwarna merah dan tampak indah sekali.

   Lu Leng tidak tahu Holou itu berisi apa, Hek Sin Kun tertawa-tawa sambil membuka tutup Holou itu, seketika Lu Leng mencium aroma yang amat harum.

   Dia tahu itu bau arak.

   Aroma arak itu amat keras, sekejap sudah menyebar ke seluruh kamar, Lu Leng tercengang dalam hati, karena Holou itu begitu kecil, tapi menyebarkan aroma arak yang begitu keras, Dia menduga tentu itu arak istimewa, Akan tetapi, untuk apa Hek Sin Kun mengeluarkan Holou itu, Apakah Hek Sin Kun akan mengambil jantung hatinya untuk disantap dengan arak wangi itu? Benar juga! Hek Sin Kun mendadak mengeluarkan sebilah belati yang amat tajam.

   Melihat itu, keringat dingin mengucur membasahi sekujur badan Lu Leng, Dia tidak menyangka, akhirnya dirinya akan binasa di dalam istana Ci Cun Kiong, bahkan binasa di tangan Hek Sin Kun.

   Ketika mengambil keputusan untuk mengantar Oey Sim Tit ke istana Ci Cun Kiong, dia memang telah membayangkan kejadian buruk akan menimpa dirinya, Namun tak pernah 1862 hatinya menduga akan menghadapi malapetaka di tangan Hek Sin Kun, bukan oleh Pat Liong Thian Im milik Liok Ci Khim Mo.

   Lu Leng terus menatap Hek Sin Kun dengan mata tak berkedip, sementara Hek Sin Kun mulai menghampirinya Namun entah kenapa meskipun belati tajam digenggamnya, Hek Sin Kun tidak segera menusuk Lu Leng, Dia menaruh belati itu ke atas meja, tapi kemudian diambilnya lagi, Lalu dengan ibu jarinya, dia mencoba ketajaman belati itu.

   Dan tiba-tiba secepat kilat dia memutar badannya sambil mengayun-ayunkan belati itu ke arah Lu Leng.

   Meskipun hatinya merasa tegang, Lu Leng tampak terdiam, Dan ternyata Hek Sin Kun tidak segera menusuknya, Dia tertawa, bergelak mengejek Lu Leng, Tiba-tiba dengan cepat dia meletakkan pisau belati nya ke atas kepala Lu Leng.

   Dan...

   Sretts! Tahu-tahu saja Hek Sin Kun menggerakkan belati nya.

   seketika itu juga rambut di kepala Lu Leng telah terpangkas hampir separuhnya! Kini Lu Leng baru tahu, Hek Sin Kun tidak akan segera turun tangan, melainkan cuma ingin mencoba ketajaman belatinya.

   Lu Leng menarik nafas dalam-dalam, tidak mempedulikan Hek Sin Kun.

   Dia harus menggenggam kesempatan sebaik-baiknya, Sebelum Hek Sin Kun sempat turun tangan dia harus dapat membebaskan totokan yang membelenggu jalan darahnya.

   Akan tetapi, walau telah berusaha mencoba beberapa kali, Lu Leng tetap tidak mampu membuka totokan itu, Tampaknya Hek Sin Kun pun telah menduga akan hal tersebut Maka ketika menotok jalan darah Lu Leng, tadi dia menggunakan sepenuh tenaga, setelah membabat rambut Lu Leng, Hek Sin Kun kembali menaruh belati ke atas meja, Dia mengambil HoIou kemudian menuang beberapa tetes arak yang kekuning-kuningan di telapak tangannya, Lu Leng sejauh itu belum juga tahu apa sebenarnya yang akan diperbuat Hek Sin Kun terhadap dirinya saat itu.

   Hek Sin Kun duduk di kursi.

   Mendadak menggerakkan telapak tangannya ke arah Lu Leng, tepatnya pada jalan darah Leng Thay Hiat, Lu Leng merasa ada serangkum tenaga yang amat kuat menekan jalan darahnya itu, seketika pemuda itu tergerak, untuk mengerahkan hawa murninya.

   Bukan untuk melawan tekanan lawan, melainkan bermaksud menerima tenaga tersebut untuk kemudian akan disalurkan ke jalan darahnya yang tertotok Benar, Lu Leng berhasil Dia bisa merasakan kedua jalan darahnya yang tertotok mulai sedikit merenggang, Meskipun masih dalam keadaan tertotok dia sudah dapat membuka suara dari mulutnya.

   "Hek Sin Kun, kau ingin berbuat apa?"

   Bentakan Lu Leng yang keras dan secara tiba-tiba ternyata sungguh mengejutkan Hek Sin Kun.

   Tampak badannya tergoncang, nyaris jatuh bersama kursi yang didudukinya.

   Namun ketika melihat Lu Leng hanya dapat bersuara, tidak bisa bergerak, legalah hatinya, Dia tertawa dingin seraya menyahut "Sebentar lagi kau akan mengetahuinya!"

   Lu Leng merasa telapak tangan Hek Sin Kun bergerak-gerak di punggungnya, ditujukan pada jalan darah yang di situ, Dia tetap belum tahu apa yang akan diperbuat orang itu. Maka karena rasa penasarannya dia berkata.

   "Hek Sin Kun, kau ingin menyiksa diriku, itu hanya mimpi! Kim"

   Aku ingin membunuh diri. Tak sulit bagiku melakukannya...,"

   Mendengar itu, air muka Hek Sin Kun berubah.

   Walau cuma sekilas, Lu Leng dapat melihatnya dengan jelas.

   Tentu saja Lu Leng heran.

   Dia ingin membunuh diri, kenapa Hek Sin Kun malah jadi gugup? Apakah Hek Sin Kun tidak menghendakinya mati? Saat Lu Leng sedang berpikir Hek Sin Kun berkata dengan dingin.

   "Bocah busuk, kalau kau mau bunuh diri, itu urusanmu sendiri!"

   Lu Leng tertegun, sebab nada perkataan Hek Sin Kun sepertinya memang tidak menghendaki Lu Leng mati, Maka anak muda itu terus berpikir, karena sungguh menjadi amat penasaran dengan sikap Hek Sin Kun.

   "Hm! Memang harus mati, Lebih baik mati bunuh diri dari pada mati di tanganmu!"

   Dengusnya dengan dingin dan menatap Hek Sin Kun. Karena merasa gusar sekali, Hek Sin Kun mengayunkan tangan kirinya menampar Lu Leng, Plak! Warna merah telapak tangan membekas di pipi Lu Leng, Namun karena berang dan marah, Lu Leng mencaci-maki.

   "Binatang! padahal ayahmu amat gagah!"

   Hek Sin Kun tertawa dingin.

   "Kau mencaci lagi, itu berarti cari penyakit!"

   Lu Leng menarik nafas dalam-dalam.

   "Kau mau apakan diriku, cepat katakan!"

   Hek Sin Kun tertawa licik sambil memandang-nya.

   "Aku menghendakimu membayar sesuatu padaku!"

   Lu Leng tercengang, Kelihatannya Hek Sin Kun memang tidak bergurau dengan kata-katanya itu.

   "Aku harus membayar apa padamu?"

   Hek Sin Kun menyahut sepatah demi sepatah.

   "Cit Sek Ling Che!"

   Mendengar hal itu Lu Leng tercengang kaget, Namun kemudian tertawa.

   "Ha ha ha! Ling Che tujuh warna telah kumakan, bagaimana caramu agar aku mengembalikan padamu?"

   Hek Sin Kun menyahut dengan dingin.

   "Ketika aku meninggalkan gunung Tang Ku Sat, aku bertemu seorang kawan lama, ketika menyinggung tentang Cit Sek Ling Che, dia terus mengatakan "Sayang sekali", tapi mengajariku semacam cara, agar kau dapat mengembalikan Cit Sek Ling Che itu padaku! Bocah busuk, kalau kau ingin hidup, jangan coba macam-macam!"

   Lu Leng tertawa dingin.

   "Hek Sin Kun, tidakkah kau sedang bermimpi di siang hari bolong?"

   "Ha ha haa! Tidak. Aku tidak sedang bermimpi, bocah busuk! sekarang aku menggunakan arak yang sudah berusia dua ratus tahun. Jika kuoleskan pada jalan darahmu yang di bagian Jin Tok, kemudian aku akan menekan dengan Lweekang, maka darahmu mengalir terbalik! Setelah itu..."

   Hek Sin Kun menjulurkan tangannya mengambil belati di meja lalu melanjutkan sambil tertawa-tawa.

   "Dengan belati tajam ini, aku akan menusuk urat nadimu untuk mengeluarkan darahmu yang di bagian Jin Tok! Aku akan menghisap darahmu. Meskipun tidak dapat dibandingkan dengan Cit Sek Ling Che, tapi aku tahu akan sangat bermanfaat bagiku!"

   Mendengar itu, bukan main terkejutnya Lu Leng. wajahnya jadi kian memucat "Kau bilang aku tidak akan mati, bukankah kau berbohong?"

   Hek Sin Kun tertawa dingin.

   "Untuk apa aku membohongimu? Memang kau tak akan mati, tapi Lweekangmu akan lenyap musnah !"

   Lu Leng tertawa aneh.

   "Bagus sekali perkataanmu, Lweekangku lenyap, padahal berada di dalam istana Ci Cun Kiong, Kau kira aku bisa terbang ke langit? Kau jangan bermimpi, kini aku mati, usahamu pasti sia-sia!"

   


Bahagia Pendekar Binal Karya Khu Lung Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung Misteri Kapal Layar Pancawarna -- Gu Long

Cari Blog Ini