Ceritasilat Novel Online

Harpa Iblis Jari Sakti 23


Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Bagian 23



Harpa Iblis Jari Sakti Karya dari Chin Yung

   

   Lu Leng tahu tidak dapat meloloskan diri. Usai berkata begitu, hawa murninya bergejolak, Setelah itu sekujur badannya pun mengeluarkan suara bergemeretekan. Air muka Hek Sin Kun langsung berubah menyaksikan Lu Leng itu.

   "Bocah busuk! Begitu pukulan Hek Sah Ciang-kun dilancarkan kau pasti terluka parah! itu hanya akan mengurangi sedikit khasiat darahmu itu, tapi setelah itu, kau pasti mampus!"

   Wajah Lu Leng tampak memerah ketika hawa murninya bergejolak.

   "Kalaupun terpaksa harus mati, huh, apa yang kutakutkan?!"

   Ujar Lu Leng menatap Hek Sin Kun. Hek Sin Kun segera mengangkat sebelah tangannya. Tampak telapak tangannya hitam mengkilap, tapi kemudian diturunkan seraya membentak "Bocah busuk, kau dengarkan dulu!"

   "Apa yang ingin kau katakan, katakanlah! Untuk apa berteriak-teriak seperti setan iblis!"

   Hek Sin Kun menatapnya dengan bengis.

   "Kalau kau tidak membuat hawa murnimu bergejo!ak, aku jamin kau dapat meloloskan diri!"

   Mendengar itu Lu Leng jadi tertegun diam.

   Dia mulai menenangkan hati agar hawa murninya tidak bergejo!ak, Hek Sin Kun memang sudah menguasainya tapi sudah pasti dia tidak akan melukainya, Sebab orang ini sangat membutuhkan darahnya, Menyadari hal itu Lu Leng pun tertawa.

   "Kau berani menjamin aku dapat meloloskan diri dari istana Ci Cun Kiong ini?"

   Tanyanya kemudian, seakan tidak percaya ucapan Hek Sin Kun tadi.

   "Tidak salah! Meskipun kau akan kehilangan sebagian besar Lweekangmu, tapi nyawamu pasti selamat!"

   Sahut Hek Sin Kun meyakinkan.

   "

   Lu Leng langsung me1udah.

   "Phui! Kau adalah binatang, bicaramu seperti kentut! Bagaimana aku mempercayaimu?"

   Wajah Hek Sin Kun langsung memerah mendengar cacian Lu Leng.

   "Bocah busuk, betulkah kau ingin cari mati?"

   "Kau menghendakiku percaya, itu tidak sulit, asal ada seseorang jadi saksi saja!"

   "

   Siapa yang harus jadi saksi?"

   Lu Leng memberitahukan.

   "Kau boleh pergi mencari putra Liok Ci Khim Mo untuk menjadi saksi!"

   Lu Leng menghendaki Oey Sim Tit jadi saksL Dia berharap Hek Sin Kun tidak tahu akan hubungannya dengan Oey Sim Tit itu.

   Asal Oey Sim Tit sampai di situ, pasti melarang Hek Sin Kun turun tangan jahat terhadapnya.

   Lu Leng baru usai berkata, Hek Sin Kun sudah tertawa gelak dan berkata.

   "Kau jangan bermimpi, aku bukan anak kecil!"

   Mendengar kata-kata Hek Sin Kun itu, Lu Leng menyadari kalau rencananya telah gagal "Bocah busuk, kini jalan satu-satunya bagimu, hanya mempercayaiku!"

   Bentak Hek Sin Kun. sementara itu tiba-tiba Lu Leng teringat akan sesuatu.

   "Hek Sin Kun, tidak sulit membuatku agar mempercayaimu tapi kau harus mempercayaiku juga!"

   Ujar Lu Leng memancing. Hek Sin Kun mengernyitkan kening tajam, menatap Lu Leng. Lalu bertanya.

   "Harus mempercayaimu apa?"

   Sembari berkata, telapak tangan Hek Sin Kun terus menggosok-gosok punggung Lu Leng dengan arak wangi.

   "Kalau kau membebaskan totokanku, aku berjanji, jika dapat lolos dari sini aku akan mengambil sesuatu yang sebanding dengan Cit Sek Ling Che untukmu!"

   Hek Sin Kun tertawa dingin "Cara ini cukup baik, tapi setelah kau mengambil yang kuinginkan itu, mungkin aku sudah mati di bawah Kim Kong Si Cimu itu!"

   "Hek Sin Kun, pernahkah kau dengar Empat Puluh sembilan Lorong Rahasia?"

   Hek Sin Kun tertegun, sehingga telapak tangannya yang bergerak itu langsung berhenti Matanya menyorot tajam menatap Lu Leng.

   "Kau tahu jalan rahasia yang dapat menembus lorong rahasia itu?"

   Sesungguhnya Lu Leng cuma tahu Lorong Rahasia itu, Dia tak yakin dapat menemukan cara memasukinya, Tapi setelah berpikir sejenak, dia mengangguk "Tidak salah, ayahmu telah memberitahukan padaku, Kalau kau bersedia melepaskan ku, aku akan pergi ke Lorong Rahasia guna mengambil suatu pusaka untukmu!"

   Mata Hek Sin Kun menyorot bengis, terus menatap Lu Leng tanpa bersuara, sementara hati Lu Leng berdebar-debar tegang, menunggu jawabannya.

   "Bocah busuk, pernahkah kau pergi ke gudang penyimpan benda pusaka itu?"

   Tanya Hek Sin Kun kemudian. Begitu mendengar itu, Lu Leng menarik nafas lega.

   "Tidak salah!"

   Jawabnya meyakinkan Hek Sin Kun tertawa aneh.

   "Bocah busuk, kau ingin macam-macam di hadapanku ? jangan coba-coba!"

   "Kalau aku membohongimu, biar aku mati tanpa kuburan!"

   Ujar Lu Leng bersungguh sungguh.

   "Kini kau sudah hampir mati tanpa kuburan, masih bersumpah apa?"

   Lu Leng tahu, Hek Sin Kun tidak percaya akan apa yang dikatakannya, Namun dari perubahan nada suaranya saja Lu Leng bisa memahami kalau Hek Sin Kun mulai bimbang.

   "Hek Sin Kun, di antara kita berdua memang terdapat dendam yang amat dalam. Namun kalau hari ini kau bersedia membantu meloloskan diri, aku tidak akan melupakanmu, Aku akan menempuh bahaya memasuki Empat Puluh sembilan Lorong Rahasia untuk mengambil suatu pusaka untukmu."

   Hek Sin Kun bangkit berdiri Dia berjalan mondar-mandir di dalam kamar itu, kemudian dengan suara dalam dia berkata pelan.

   "Kalau begitu, coba katakan! Di dalam gudang ayahku itu terdapat benda apa?"

   Lu Leng berpikir sejenak, setelah itu menyahut "Berjumlah tujuh macam pusaka!"

   Mata Hek Sin Kun berbinar-binar aneh mendengar itu.

   "Sebutkan satu-persatu!"

   "Pusaka yang pertama adalah Jala Hitam...."

   Ketika Lu Leng menyebut pusaka tersebut, Hek Sin Kun bersorak kegirangan Namun Lu Leng langsung melontarkan pertanyaan "Jala Hitam itu sebetulnya untuk apa?"

   Hek Sin Kun melotot sambil menyahut "Sebutkan benda pusaka lainnya!"

   "Di sisi jala Hitam terdapat sebuah lempengan besi.,."

   Lu Leng berkata sambil memperhatikan mimik Hek Sin Kun.

   Tersirat keserakahan pada wajahnya.

   Lu Leng tahu Hek Sin Kun berpengetahuan luas, maka tahu kegunaan benda-benda pusaka tersebut.

   Kalau tidak, wajahnya tidak akan berubah begitu.

   Ketika Lu Leng cuma berhenti sejenak, Hek Sin Kun sudah mendesaknya untuk melanjutkan keterangannya, 1873

   "Cepat katakan! Cepat katakan!"

   "Masih terdapat sebilah belati berwarna agak kehijauhijauan...."

   Mendengar sampai di situ, Hek Sin Kun tak tertahan langsung bertanya tak sabaran.

   "Belati itu... apakah bergaris-garis?"

   Lu Leng mengangguk.

   "Betul!"

   Hek Sin Kun mendesak lagi.

   "Cepat beritahukan empat pusaka lainnya!"

   "Masih terdapat sebuah kotak giok, tapi tidak tahu apa isinya, Ada sebilah pedang yang memancarkan cahaya, sebuah gelang dan sebuah keranjang warna biru, berisi buah yang masih memiliki dua lembar daun!"

   Setiap mendengar Lu Leng menyebut benda-benda pusaka itu, wajah Hek Sin Kun bertambah berseri, Berbinar penuh nafsu, tak sabar seperti ingin segera memilikinya.

   "Masih ada benda pusaka lain?"

   Padahal masih ada sebuah kotak kayu kosong yang sebetulnya berisi tujuh batang Panah Bulu Api. Namun kotak kayu itu telah kosong, maka Lu Leng tidak menyebutkannya.

   "Tidak ada lagi!"

   Hek Sin Kun berjalan mondar-mandir lagi di dalam kamar itu, Sesaat kemudian dia berkata.

   "Bocah busuk, tidakkah ayahku menunjuk jalan, di dalam lorong itu terdapat empat puluh sembilan jebakan, setiap jebakan pasti mematikan orang yang memasukinya, kau yakin dapat masuk ke dalam?"

   Lu Leng berpikir sejenak, sebelum akhirnya menyahut "Aku telah menyanggupimu, tentunya harus menempuh bahaya demi kau!"

   Hek Sin Kun menatap Lu Leng tajam sekali, seolah hatinya masih meragukan ucapan Lu Leng.

   "Bagaimana aku mempercayaimu?"

   Mendengar itu, Lu Leng bergirang dalam hati.

   "Kau boleh berlega hati, entah kau menghendaki benda pusaka yang mana? Asal kau beritahukan, dalam waktu satu tahun, aku pasti memperolehnya untukmu !"

   Hek Sin Kun mendengus, kemudian tertawa.

   "Bocah busuk, kau harus ingat satu hal, kini nyawamu berada di tanganku!"

   "Tentunya aku tahu, Kalau tidak, bagaimana mungkin aku akan menempuh bahaya itu?"

   Sahut Lu Leng yang terus berupaya meyakinkan Hek Sin Kun. Hek Sin Kun tertawa dingin.

   "Bagus kalau begitu, Kau dengar baik-baik! Aku menghendaki ke tujuh macam benda pusaka itu, kau harus mengambil semua itu untukku!"

   Lu Leng tertegun. Dia tak menyangka Hek Sin Kun berhati amat serakah seperti itu, Hek Sin Kun berkata dengan dingin.

   "Bocah busuk, kau tidak mengabulkan?"

   Lu Leng menghela nafas panjang.

   "Hek Sin Kun, ayahmu telah mengatakan, siapa yang dapat melewati Empat Puluh sembilan Lorong Rahasia itu, hanya boleh mengambil satu macam benda pusaka saja, Tidak boleh mengambil semuanya!"

   Hek Sin Kun tertawa licik, Kalau tetap tak mau mengabulkan, terserah kau saja!"

   Ujarnya bernada mengancam.

   Seketika Lu Leng berpikir, kalau dia tidak mengabuIkannya, kemungkinan besar Hek Sin Kun akan membunuhnya, Lu Leng merasa tak berharga sama sekali mati di tangan Hek Sin Kun.

   Mo Liong Seh Sih telah menyatakan, siapa yang dapat memasuki Lorong Rahasia itu, hanya boleh mengambil satu macam benda pusaka, itu bukan pernyataan kosong, pasti ada jebakan lain di situ.

   Jebakan tersebut sudah pasti menghadapi orang yang berhati serakah.

   Siapa yang berhati serakah, pasti akan mati 1876 di dalam gudang itu, itu berarti apabila Lu Leng mengabulkannya, tidak akan mati di istana Ci Cun Kiong, melainkan di dalam gudang rahasia itu, Lu Leng bukan pemuda yang berakal licik, mengabulkannya dulu lalu tidak pergi menempuh bahaya itu, Tapi kalau Hek Sin Kun tidak tahu jelas sifat Lu Leng, sudah pasti tidak akan mempercayai-nya.

   Setelah berpikir sejenak, akhirnya Lu Leng berkata.

   "Hek Sin Kun, kalau kau menghendakiku mengambil semua benda pusaka itu, mungkin akan mencelakai orang dan mencelakai dirimu sendiri!"

   Hek Sin Kun menyahut dengan dingin.

   "Bagaimana akan mencelakai orang dan mencelakai diriku sendiri?"

   "Seh Locianpwee sudah membuat peraturan, siapa yang memasuki gudang rahasia itu, hanya boleh mengambil satu macam pusaka! Kalau lebih, jebakan pasti bergerak, aku akan mati di dalam gudang rahasia itu, sedangkan kau tidak akan memperoleh apa pun!"

   Apa yang dikatakan Lu Leng memang masuk akal, dan berdasarkan kenyataan Akan tetapi, dalam hati Hek Sin Kun telah timbul keserakahan, bagaimana mungkin dia mau mendengar itu? "ltu bukan urusanmu!"

   Bentak Hek Sin Kun dengan mata tajam menatap dingin ke arah Lu Leng.

   "Kalau kau masih ingin hidup, turuti saja apa perintahku!"

   Mengetahui Hek Sin Kun tidak mau mendengar, Lu Leng diam-diam berpikir lagi, Baginya mati di dalam gudang rahasia dan mati di dalam istana Ci Cun Kiong, bedanya setahun! Dalam waktu setahun masih bisa pergi mencari Panah Bulu Api untuk membasmi Liok Ci Khim Mo, maka dendam kedua orangtuanya terbalas.

   Setelah itu baginya mati pun tidak akan penasaran.

   Oleh karena itu, dia berkata setelah berpikir sejenak.

   "Baik, aku mengabu!kan, cepatlah kau membebaskan totokan ilu!"

   Dengan wajah berseri Hek Sin Kun segera menjulurkan tangannya untuk membebaskan totokan itu, tapi mendadak berhenti.

   "Bocah busuk, bagaimana kalau kau ingkar janji"

   Lu Leng tersenyum getir "Hek Sin Kun, kau boleh berlega hati Kalau aku berniat ingkar janji, untuk apa aku harus mempertimbangkannya begitu lama? Hanya saja aku masih ingin menyadarkanmu, Kalau kau menghendaki semua benda pusaka itu, aku mati tidak apa-apa, namun kau tidak akan memperoleh apa pun!"

   Hek Sin Kun tertawa dingin.

   "Walau aku tidak akan memperoleh apa pun, tapi dapat melenyapkanmu dengan jebakan ayahku itu, hatiku merasa puas!"

   Lu Leng menarik nafas berat Hatinya dongkol mendengar ucapan Hek Sin Kun barusan, Namun dia terlanjur sudah mengabulkannya, kini tak mungkin menjilat kembali ludatmya.

   "

   Cepatlah kau bebaskan totokan ini!"

   Ujarnya kemudian setelah berpikir sejenak.

   Tapak tangan Hek Sin Kun menepuk punggung Lu Leng, seketika badan Lu Leng jadi ringan, maka langsung mencelat ke atas, Begitu Lu Leng mencelat ke atas, Hek Sin Kun segera mundur, sikapnya seperti sedang menghadapi musuh besar.

   Menyaksikan itu, Lu Leng jadi tertawa geli.

   "Hek Sin Kun, legakanlah hatimu! Kau telah membebaskan totokan bagaimana aku akan mencelakaimu?"

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Wajah Hek Sin Kun langsung memerah, sedangkan Lu Leng langsung membalikkan badan nya, lalu melesat ke arah jendela, Perlahan-lahan dia mendorong daun jendela, dan langsung saja melompat keluar, Namun mendadak saja terdengar suara Hek Sin Kun yang terkejut "Siapa.,.?"

   "Hek Sin Kun, ya? Tuan muda sudah siuman, dia berpesan tidak boleh mencelakai Lu siauhiap! Tuan muda akan segera ke mari menengok Lu Siauhiap!"

   Ujar seseorang memberitahukan.

   Begitu mendengar sahutan itu, dalam hati Lu Leng menyesal sekali dan merasa berduka! Seharusnya dia menduga, setelah siuman Oey Sim Tit pasti akan merasa heran bagaimana dirinya berada di dalam istana Ci Cun Kiong, Dan pelayannya pasti memberitahukan setelah mengetahuinya tentu Oey Sim Tit akan segera melarang Hek Sin Kun mencelakai Lu Leng, Namun sayang, Orang yang disuruh Oey Sim Tit itu datang terlambat Lu Leng telah menyanggupi permintaan Hek Sin Kun.

   Terdengar suara sahutan Hek Sin Kun.

   "Harap lapor kepada tuan muda,"

   Terlambat selangkah, Lu Leng sudah mati ini adalah perintah dari Liok Ci Khim Mo, jangan mempersalahkanku!"

   Orang itu menyahut, lalu melangkah pergi.

   Lu Leng tahu Oey Sim Tit pasti berduka sekali.

   Namun saat ini, Lu Leng tidak dapat memperlihatkan diri, Walau Oey Sim Tit akan melindunginya, tapi Liok Ci Khim Mo tetap menghendaki kematiannya.

   Karena itu, Lu Leng harus segera meninggalkan istana Ci Cun Kiong, Dia cepat-cepat mengerahkan Ginkang, melesat pergi dengan hati-hati sekali- Beberapa kali dia harus menyelinap bersembunyi menghindari mata para penjaga.

   Tak seberapa lama kemudian, dia sudah keluar melalui pintu gapura, terus melesat pergi.

   * * * * Bab 88 Lu Leng merasa dapat lolos dari mulut harimau, Dia bersyukur dalam hati, meskipun harus mengumbar janji, dia akhirnya bisa lepas dari ancaman maut Hek Sin Kun.

   Dia terus berlari, menjauh dari tempat istana Ci Cun Kiong, Hingga akhirnya dia sampai di sebuah goa, Di dalam goa inilah dia teringat akan gurunya, Lu Leng teringat ketika bertemu Oey Sim Tit dalam keadaan terluka parah, hatinya sudah merasa heran, ilmu Ginkangnya begitu tinggi, bagaimana bisa dilukai orang dengan menancap belati di punggungnya? Tapi pada waktu itu, dia hanya berpikir bagaimana cara menolong Oey Sim Tit, tidak memikirkan yang lain, Maka dia langsung membawa Oey Sim Tit ke istana Ci Cun Kiong, sehingga mengalami kejadian itu dan tiada waktu untuk berpikir urusan lain, Kini begitu teringat pada Tong Hong Pek, Tam Sen suami istri, dan lainnya, barulah dia merasa urusan tidak beres, Karena Oey Sim Tit bertugas melindungi mereka, namun dia justru terluka parah.

   Lalu bagaimana dengan Tong Hong Pek dan lainnya? Memang Tong Hong Pek dan lainnya berkepandaian tinggi, tapi luka yang diderita mereka belum sembuh.

   Kalau bertemu musuh tangguh, sudah pasti sulit mereka menghadapinya.

   Oey Sim Tit terluka parah, pertanda keadaan Tong Hong Pek dan lainnya pasti dalam bahaya, Putra Liok Ci Khim Mo itu memiliki ilmu Ginkang yang amat tinggi, bertemu musuh tangguh yang manapun, dia pasti dapat meloloskan diri.

   Tentu, luka parah yang dideritanya itu akibat dia tidak mau pergi begitu saja.

   Kalau dikatakan Oey Sim Tit demi melindungi kelima orang itu, sehingga tidak mau kabur, maka terluka parah, itu memang mungkin, Lu Leng terus berpikir, sebetulnya Tong Hong Pek, Tam Sen suami istri dan lainnya bertemu musuh tangguh yang bagaimana.

   Hal itu membingungkan Lu Leng, Yang jelas Tong Hong Pek dan lainnya dalam bahaya, Oleh karena itu, Lu Leng amat menyesal dalam hati, karena demi menolong Oey Sim Tit, waktunya habis tersita, seandainya Tong Hong Pek dan lainnya menghadapi bahaya, itu akan membuat Lu Leng menyesal seumur hidup.

   Berpikir Mnpaji di situ, dia tidak membuang waktu lagi, badannya bergerak melesat pergi, Tak seberapa lama sudah sampai di tempat dia bertemu Oey Sim Tit Lalu dia melanjutkan perjalanan ke arah Oey Sim Tit muncul Sekejap mata sudah menempuh empat-lima miI.

   Namun tetap sunyi sepi, Oey Sim TU terluka begitu parah, tentunya tidak dapat bertahan lama.

   Namun setelah cukup jauh dia berjalan ternyata tetap tak menemukan jejak apa pun.

   Berselang beberapa saat, dia sudah menempuh beberapa mil lagi, barulah melihat ada beberapa rumah di depan.

   Lu Leng segera melesat ke sana.

   Setelah dekat matanya melihat jeias, ternyata sebuah kuil tua.

   Semula Lu Leng mengira rumah, berharap ada penghuninya agar dapat memperoleh sedikit keterangan Melihat keberadaan kuil yang sudah sangat tua serta rerumputan liar tumbuh memenuhi pekarangannya, dia yakin kuil itu tanpa penghuni.

   Ketika membalikkan badannya, Lu Leng melihat seseorang, yang sepasang kakinya tidak menyentuh tanah, Melihat keberadaan orang itu Lu Leng merasa ngeri.

   Sekujur tubuhnya bergetar merinding.

   Tanpa sadar dia mundur dua langkah, kemudian memandang orang itu dengan tegas.

   Ternyata orang itu bukan berdiri di udara, melainkan menggantung diri, Setelah melihat jelas, Lu Leng memungut sebuah batu kecil, lalu dilemparkan ke arah tali yang mengikat leher orang itu.

   Serrt! Batu kecil itu meluncur ke arah tali, Lu Leng pun melesat ke dalam, Talli itu putus tersambar batu kecil, maka orang yang menggantung diri merosot ke bawah, Di saat bersamaan, Lu Leng sudah melesat sampai ke situ.

   Dengan cepat menyambut orang itu.

   Setelah berhasil menyambut orang itu, Lu Leng tersentak kaget bukan main, Badan orang itu agak ringan.

   Dia baru tahu kalau orang itu wanita, Lengan baju kirinya kosong, 1883 Lu Leng cepat-cepat memandangnya.

   Wajah wanita itu pucat pias menyiratkan penderitaannya.

   Siapa wanita muda itu? Dia adalah Toan Bok Ang! Dengan perasaan kalut Lu Leng memeluk Toan Bok Ang.

   Namun dia tidak tahu harus berbuat apa.

   Hanya air matanya yang terus mengucur! Dia amat mengerti Toan Bok.Ang mengambil jalan pendek di dalam kuil tua justru karena dirinya! Dugaan Lu Leng memang tidak meleset, Toan Bok Ang menempuh jalan pendek, betul-betul karena dirinya! Dia teringat, setelah menampar dengan penuh rasa kebencian, Toan Bok Ang meninggalkannya.

   Dengan hati dipenuhi rasa sedih dan merana juga perasaan sakit dan kecewa gadis itu terus berlari tanpa tujuan, Tak dapat dibayangkan betapa sedih dan kecewanya hati Toan Bok Ang.

   Orang yang sangat dicintainya ternyata tidak pernah mencintai diri nya.

   Ia menganggap orang yang sangat dicintainya hanyalah selalu berkata manis, Namun hatinya tak punya cinta untuknya, perasaan hancur di hatinya itulah yang terus membawanya pergi.

   Hingga akhirnya tanpa sadar dia sampai di kuil tua.

   Dengan langkah tersaruk-saruk dia menuju kuil itu, Mungkin karena hancur luluhnya perasaan.

   Beberapa kali ia telah terjatuh selama berlari Aneh memang, Seorang yang berkepandaian cukup tinggi macam dirinya, mengalami beberapa kali terjatuh Tak seberapa lama, dia sudah sampai di depan kuil tua.

   Ketika dia mendorong pintu gerbang kuil tua itu, terdengar 1884 suara deritnya yang menyakitkan telinga, Hatinya merasa suara deritan pintu itu seakan menertawakan nasib dirinya.

   Dia menutup telinganya sambil maju beberapa langkah.

   Sekali lagi tubuhnya yang dirasakan lemas, terjatuh.

   Ketika kepalanya mendongak, dia melihat sebuah patung Buddha Bie Lek Hud (Buddha Ter-tawa) yang berperut gendut Wajah patung Bie Lek Hud tertawa lembut dan welas asih.

   Namun dalam penglihatan Toan Bok Ang, patung Buddha Bie Lek Hud itu justru sedang mentertawakan dirinya, Hal itu membuat hatinya semakin sedih dan putus asa.

   Akhirnya dia mengambil keputusan untuk menggantung diri! Kebetulan di dalam kuil tua itu terdapat seutas tali, dia memandang tali itu seraya bergumam.

   "Tak disangka aku harus mengakhiri hidup di dalam kuil tua ini!"

   Seusai bergumam dia pun merasa dirinya makin jauh dengan dunia, Segera diambilnya tali itu, kemudian dilempar ke atas sebuah tiang yang melintang di atas kepalanya, setelah itu, dia mengambil sebuah kursi, naik ke atas kursi itu dan mengikat lehernya dengan tali, Kakinya menendang kursi sehingga dirinya bergantung di situ.

   Semula sepasang kakinya masih bergerak-gerak, tapi kemudian diam dan tenang, Apapun mulai terasa jauh, termasuk cinta dan kebencian Semua itu semakin jauh seiring dengan lenyapnya kesadaran dirinya.

   Kini tubuhnya berada dalam pondongan Lu Leng.

   Dengan hati kalut pemuda itu terus membawanya ke tempat yang cukup lega, Kemudian Toan Bok Ang diletakkan di lantai, 1885 kemudian segera dia menyalurkan hawa murni ke dalam tubuh nya.

   Kening Lu Leng mengucurkan keringat Hatinya merasa tegang, Kalau Toan Bok Ang sampai mati karena dirinya, tentu Lu Leng akan sangat berduka selama-lamanya.

   Namun tiba-tiba saja Lu Leng tersentak girang ketika dari tenggorokan Toan Bok Ang terdengar suara seperti nafas yang tertahan.

   Merasa lega hati Lu Leng mengetahui hal itu, Maka dia teruskan untuk menyalurkan hawa murninya ke tubuh gadis itu.

   Berselang beberapa saat kemudian mulai terdengar helaan nafas Toan Bok Ang.

   "Kakak Ang! Kakak Ang!"

   Dengan rasa tak sabar Lu Leng memanggil-manggil gadis itu, Air matanya bercucuran Rasa haru menyelimuti hatinya, Saat itu Toan Bok Ang masih dalam keadaan tak sadar Telinganya samar-samar mendengar orang yang memanggilnya, setelah itu ia juga merasakan ada tetesan hangat jatuh ke pipinya, Air mata Lu Leng yang bercucuran Dan ketika ia membuka mata tampak Lu Leng setengah berlutut di hadapannya, Toan Bok Ang segera memejamkan matanya.

   Dirinya tak bisa menyaksikan pemuda itu ada di hadapannya, ia sama sekali tidak tahu kalau Lu Leng telah menyelamatkan dirinya dari kematian.

   Lu Leng tertegun memandangi Toan Bok Ang yang memejamkan mata tidak ingin memandangnya.

   "Kakak Ang, aku...."

   Lu Leng tak mampu melanjutkan kata-katanya.

   sementara itu Toan Bok Ang sudah mulai sadar, ia mulai tahu Lu Leng yang menyelamatkannya.

   Dia ingin berteriak-teriak menyuruh Lu Leng pergi, tapi tak mampu mengeluarkan suara.

   Akhirnya ia berkata dengan suara lemah.

   "Kau... mau apa kau menolongku?"

   Air matanya pun mulai bercucuran Perasaan haru dan iba menyelimuti hati Lu Leng, Digenggamnya tangan Toan Bok Ang erat-erat.."Kakak Ang, kenapa kau...."

   Toan Bok Ang membuka matanya, memandang Lu Leng sejenak, tapi kemudian berpaling ke tempat lain.

   "Bagaimana kau tahu isi hatiku?"

   Sesungguhnya Lu Leng memahami keadaan Toan Bok Ang, Namun dia tak tahu harus bagaimana menghiburnya, Dia ingin mengatakan bahwa dirinya akan mencintai Toan Bok Ang dengan sungguh-sungguh.

   Namun Lu Leng justru tak dapat men-cetuskannya, Sebab, yang dicintainya bukan Toan Bok Ang, melainkan adalah Tam Goat Hua.

   Tak mungkin ia mampu memaksakan diri untuk mencintai gadis ini.

   Rasa cinta sejati tidak akan pernah tumbuh dengan dipaksakan Akhirnya Lu Leng pun tak mampu mengucapkan kata-kata itu.

   Dia hanya menghela nafas.

   "Pergilah kau! Jangan... jangan berada di sisiku!"

   Ujar Toan Bok Ang dengan hati pedih sekali Lu Leng diam saja, badannya tak bergerak sama sekali.

   "Kakak Ang,"

   Ujar Lu Leng kemudian dengan suara rendah.

   "Bisakah kau membantu aku?"

   Toan Bok Ang tersenyum getir "Aku masih bisa membantumu apa?"

   "Kakak Ang, kemungkinan guruku, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen suami istri dan lainnya dalam bahaya, Mungkin kau bisa membantuku. Kita bersama pergi mencari mereka."

   Toan Bok Ang bangun dan duduk, Kemudian ia menggeleng-gelengkan kepala.

   "Tidak! Aku tidak ingin melakukan apapun lagi, kau pergi seorang diri saja!"

   Lu Leng memegang bahu nya. Ditatapnya wajah Toan Bok Ang.

   "Kakak Ang, kenapa dengan cara demikian kau menghancurkan dirimu sendiri?"

   Mendadak Toan Bok Ang tertawa terkekeh-kekeh.

   "He he he! Apakah aku ingin menghancurkan diriku sendiri?"

   Mendengar itu, Lu Leng merasa dadanya seperti terhantam palu, Dia sadar, dirinyalah sebenarnya yang telah menyebabkan Toan Bok Ang berbuat sekeji itu, 1888

   "Tidak salah, Kakang Ang, Memang aku yang telah mencelakaimu."

   "Kau sama sekali keliru, aku tidak bermaksud demikian. Adik Leng, biar bagaimana pun aku tetap mencintaimu, aku tidak akan membencimu"

   Apa yang dikatakan Toan Bok Ang, membuat hati Lu Leng jadi pilu.

   "Kakak Ang kau harus tahu. Hatiku sungguh menghendakmu gembira, Tidak ingin kau menderita. Aku ingin setiap hari wajahmu berseri tidak bermuram durja!"

   Toan Bok Ang menghela nafas.

   "Aaah! Adik Leng, aku tahu itu, Tapi aku juga tahu kau tak dapat melaksanakan nya sebab kau tidak mencintaiku"

   Lu Leng tersenyum getir mendengar ucapan Toan Bok Ang itu.

   "Kakak Ang, justru karena ini, kau sudah tidak mau jadi orang lagi?"

   "Adik Leng, memang benar katamu!"

   Ujar Toan Bok Ang sambil menghembuskan nafasnya.

   Lu Leng bangkit berdiri, dia merasa dirinya sudah tiada kemampuan lagi, Ketika melihat Lu Leng bangkit berdiri, Toan Bok Ang segera berkata dengan lembut "Adik Leng, kau pergilah! jangan mempedulikanku! Asal selanjutnya kau selalu ingat padaku, aku sudah merasa gembira sekali."

   Tidak, aku tidak akan meninggalkannya Toan Bok Ang tertawa sedih.

   "Kau tidak meninggalkanku lalu apa yang kau inginkan?"

   Lu Leng berpikir lama sekali.

   Dia tak bisa mengatakan sesuatu.

   Namun biar bagaimanapun dia tidak akan membiarkan Toan Bok Ang berada di kuil tua itu seorang diri, Ketika dia baru menjulurkan tangannya, ingin memapah Toan Bok Ang, mendadak terdengar suara seseorang mencegahnya.

   "jangan sentuh dia!"

   Begitu mendengar suara itu, hati Lu Leng tertegun.

   Dia segera meno!eh.

   Dilihatnya ada sosok bayangan di luar, Orang itu ternyata si Walet Hijau-Yok Kun Sih ketua Hui Yan Bun.

   Tentu saja Lu Leng tersentak kaget melihat iceberadaan wanita tua itu, Yok Kun Sih melangkah ke dalam mendekati Toan Bok Ang.

   "Anak Ang, kau tidak apa-apa?"

   Tanyanya dengan menatap sang murid, Begitu melihat Yok Kun Sih, Toan Bok Ang langsung menangis.

   Dia langsung memeluk guru itu, Padahal Toan Bok Ang sudah berjanji dalam hati, tidak mau menangis lagi, Tapi begitu melihat gurunya, rasa dukanya memuncak, Tak tertahan lagi tangispun meledak, 1890 Si Walet Hijau-Yok Kun Sih menepuk bahu gadis itu.

   "Anak Ang, guru pernah bilang apa padamu?"

   Toan Bok Ang terisak-isak.

   "Guru, jangan,., jangan menyalahkannya!"

   Yok Kun Sih menghela nafas panjang.

   "Anak bodoh! Kau masih belum sadar?"

   "Guru, aku sangat mencintainya.,."

   Ujar Toan Bok Ang dengan terisak-isak dipelukan gurunya, Yok Kun Sih membelai-belai Toan Bok Ang, kemudian menoleh menatap Lu Leng, Namun tatapan mata Yok Kun Sih walau terlihat serius tidak sebengis beberapa waktu lalu.

   "Anak Ang sedemikian baik terhadapmu apakah hatimu tidak tersentuh?"

   Tanya perempuan tua ketua Hui Yan Bun itu. Dengan suara rendah dan menundukkan kepala Lu Leng menjawab pertanyaan Yok Kun Sih.

   "Aku amat berduka dalam hati, sulit diuraikan dengan kata-kata!"

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Yok Kun Sih berkata sepatah demi sepatah.

   "Sesungguhnya Anak Ang sudah melanggar peraturan Hui Yan Bun!"

   Berkata sampai di situ, Yok Kun Sih berhenti Dia menatap lekat pemuda itu.

   "Tapi cintanya itu amat mengharukan. Sebagai wanita aku pun merasa terharu. Kalau hatimu juga tergerak, aku pasti merestui kalian berdua!"

   Ujar Yok Kun Sih seakan merasa iba terhadap muridnya itu. Mendengar itu, Lu Leng cuma tersenyum getir Dia tak bisa berkata apa-apa ketika Yok Kun Sih memapah Toan Bok Ang.

   "Anak Ang, mari kita pergi!"

   Mereka berdua berjalan pergi, tapi kemudian Yok Kun Sih berpaling ke belakang menatap kembali ke arah Lu Leng.

   "Gurumu dan lainnya berada di sana, tak jauh dari sini! Keadaan mereka amat berbahaya, Apa kau tak ingin pergi melihat mereka?"

   Tersentak kaget bukan main hati Lu Leng mendengar pemberitahuan Yok Kun Sih itu.

   "Cianpwee, bagaimana keadaan mereka berlima?"

   Tanyanya karena tak sabaran ingin segera tahu nasib guru dan kawan-kawannya semua, Akan tetapi si Walet Hijau-Yok Kun Sih dan Toan Bok Ang sudah melesat pergi sebelum selesai pertanyaan Lu Leng.

   Keduanya dalam sekejap saja telah berada jauh meninggalkan pemuda itu.

   Lu Leng masih melihat Toan Bok Ang berpaling ke belakang memandangnya membuat hati Lu Leng tambah berduka, Karena telah mendengar kabar mengenai guru dan kawan-kawannya, maka tanpa membuang-buang waktu lagi Lu Leng pun melesat meninggalkannya.

   Dia terus berlari ke arah yang ditunjukkan oleh si Walet Hijau-Yok Kun Sih.

   Namun belum sampai di tempat yang akan dituju, mendadak terdengar suara tawa bergelak mengejutkannya.

   "Ha ha ha! Kalian masih tidak mau keluar?"

   Lu Leng terkejut karena mengetahui kalau pemilik suara itu adalah Liat Hwe Cousu, ketua Hwa San Pai.

   Berdasarkan penuturan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, ketika mereka datang dari Lam Hai, pernah melihat Liat Hwe Cousu menuju ke sana, Tapi bagaimana dia begitu cepat kembali ke Tiong-goan? Apakah dia yang mencelakai Oey Sim Tit? Sambil terus berpikir Lu Leng terus melesat ke tempat itu, Tak lama dia sudah melihat Liat Hwe Cousu yang tinggi besar itu, berdiri di depan sebuah goa.

   Di hadapannya tampak terdengar setumpuk ranting kering, Dan sesaat kemudian orang tua itu kembali berkata lagi.

   "Kalau kalian tidak mau keluar, aku akan membakar kayu ranting kering ini. Asap akan mengepul ke dalam membuat kalian mati kehabisan nafas!"

   Terdengar suara sahutan seseorang dari dalam goa. Lu Leng tahu, itu suara Seh Cing Hua.

   "Liat Hwe Cousu, kau sungguh tak tahu malu!"

   Liat Hwe Cousu tertawa ge!ak.

   "Ha ha! Siapa pun boleh membuka mulut, hanya kau yang tak kuperbolehkan!"

   Ketika Liat Hwe Cousu menyahut, Lu Leng sudah mendekatinya.

   "Liat Hwe Cousu, masih kan kau mengenalku?!"

   Tiba-tiba saja Lu Leng berseru.

   Liat Hwe Cousu segera membalikkan badannya.

   Begitu melihat Lu Leng seketika dia jadi terkejut bukan main.

   Sebab menurut dugaannya Lu Leng pasti sudah binasa di dalam makam Nyonya Mo Liong Seh Sih.

   Dan kini pemuda itu muncul di hadapannya, Betapa pun dirinya adalah seorang yang berkepandaian tinggi, tetap tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, Di saat dia tertegun, Lu Leng telah mengerahkan Lweekang, Badannya melesat cepat ke arahnya dengan mengeluarkan jurus Bwee Hoa Go Cut (Bunga Bwee Memekar Lima Kali), Lu Leng tahu Liat Hwe Cousu berkepandaian amat tinggi sekali, tidak dibawah gurunya maupun Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.

   sehingga tidak bisa gegabah untuk bisa mengalah kannya, Namun dia yakin asal dapat mengulur sedikit waktu, Tong Hong Pek dan iainnya pasti bisa kabur Oleh karena itu, Lu Leng menyerangnya dengan sepenuh tenaga, agar Liat Hwe Cousu tak dapat balas menyerang.

   Karena saat itu dirinya masih diliputi rasa heran atas munculnya Lu Leng, maka kurang menyadari kalau pemuda itu menyerangnya, Mendadak dia merasa ada serangkum 1894 tenaga meluncur cepat ke arahnya yang diiringi suara menderu keras dan menggetarkan Melihat serangan Lu Leng yang begitu dahsyat, tentunya dia tahu betapa hebatnya ilmu Kim Kong Sin Ci.

   Walau Lweekangnya sendiri amat tinggi, namun tidak dapat dibandingkan dengan Kim Kong Sin Ci.

   Oleh karena itu, kalau Liat Hwe Cousu khawatir, jika menggunakan tenaga keras justru akan mencelakakan dirinya, itu membuatnya berpikir dua kali untuk mengatasi serangan Lu Leng, Tiba-tiba saja badannya berputar, jubahnya ikut mengembung.

   Dan tahu-tahu dirinya sudah mencelat mundur beberapa depa.

   Lu Leng sudah menduga serangannya tidak gampang menyentuh badan Liait Hwe Cousu, Ketika melihat Liat Hwe Cousu mencelat mundur, dia pun cepat melesat memburunya.

   Di saat melesat ke depan, jurus Thian Te Kun Tun (Langit Bumi Kacau Balau) dikeluarkan untuk melancarkan serangan lebih lanjut serangan itu menimbulkan suara menderu-deru.

   Bagaikan sebuah jala meluncur ke arah kepala Liat Hwe Cousu, Liat Hwe Cousu belum sempat berdiri tegak ketika serangan kedua sudah menyusul Hal itu membuat Liat Hwe Cousu menggeram.

   Lalu mendadak dia mengibaskan kedua lengan jubahnya ke depan, Liat Hwe Cousu tergolong jago kelas satu dalam rimba persilatan sedangkan Lu Leng masih terlalu muda jika dibandingkan dirinya, Namun pemuda ini memang berbakat dan pandai sehingga digolongkan tingkat atas tokoh persilatan 1895 Lu Leng melihat jurusnya hampir berhasil mengenai badan Liat Hwe Cousu.

   Dia hampir tak percaya hal itu, karena tahu tidak terlalu gampang melawan Liat Hwe Cousu, Namun Liat Hwe Cousu mengibaskan kedua lengan jubahnya ke depan, Hal ini membuat Lu Leng merasakan ada tenaga amat dahsyat menerjang ke arahnya, sehingga badannya condong ke belakang, Namun sebelum kembali tegak, telunjuk kanannya sudah menjulur ke depan, menyerang Liat Hwe Cousu dengan jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit).

   Karena Liat Hwe Cousu mengibaskan lengan jubahnya dengan delapan bagian tenaga, sedangkan Lu Leng menyerang sepenuh tenaga, maka tenaga Liat Hwe Cousu terhalau, Hal ini sungguh di luar dugaan, Ketika Liat Hwe Cousu merasakan itu, tenaga telunjuk Lu Leng sudah menerjang ke arahnya, ingin dia berkelit tapi sudah terlambat.

   Tenaga telunjuk itu telah menghantam telak perutnya, Namun orang tua itu memiliki hawa murni yang amat kuat, melindungi seluruh badannya.

   sehingga begitu ada tenaga serangan dari luar, otomatis hawa murninya akan melawan.

   Kemungkinan besar akan menggoncangkan lawan bahkan mampu membuat luka dalam, Akan tetapi Lu Leng menggunakan tenaga sepenuhnya dapat dibayangkan betapa dahsyatnya serangannya itu.

   Liat Hwe Cousu merasa perutnya sakit, seperti terhantam palu yang ribuan kati beratnya, sehingga badannya terdorong mundur tiga langkah.

   Namun secepat itu juga dalam keadaan 1896 masih terdorong ke belakang, dia sempat melancarkan serangan ke arah Lu Leng, Lu Leng hanya merasa ada serangkum tenaga yang amat kuat menerjang ke arahnya, membuat badannya berputarputar, Dia ingin menarik diri tapi sudah terlambat Bukan main terkejutnya Lu Leng, Dia segera menekuk sepasang kakinya, kemudian mencelat ke atas, Namun badannya masih berputarputar di udara, Beberapa saat kemudian meluncur turun.

   Tampaknya Liat Hwe Cousu yang sudah geram sekali tak ingin memberi kesempatan lawannya, Maka dia melangkah sambil melancarkan serangan susulan, Lu Leng sudah mengambil keputusan dalam hati dia harus mengadu pukulan Maka segera saja dia mengerahkan Lweekang, siap untuk menangkis serangan Liat Hwe Cousu.

   Akan tetapi, mendadak terdengar suara orang berseru.

   "Tahan!"

   Lu Leng dan Liat Hwe Cousu menoleh serentak Tampak Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, Tam Sen, Seh Cing Hua, Tam Ek Hui, dan Han Giok Shia sudah berdiri di dekat tempat pertarungan Wajah Liat Hwe Cousu kelihatan gusar sekali melihat mereka telah keluar dari goa.

   "Tunggu aku menghajar binatang kecil ini dulu, baru membuat perhitungan dengan kalian!"

   Seh Cing Hua tertawa dingin sambil memperhatikan Liat Hwe Cousu.

   "Sungguh tak tahu malu, berdasarkan apa kau ingin menghajar siapa? Dirimu ketua partai besar, namun tiga jurus telah dipecundang oleh seorang bocah! Kalau pun kau menebalkan muka dan bertarung terus, seluruh kaum rimba persilatan pasti akan mentertawakanmu!"

   Perkataan Seh Cing Hua amat tajam, membuat wajah Liat Hwe Cousu langsung memerah. Dan belum sempat Liat Hwe Cousu membuka mulut, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sudah menyelak dengan mengeluarkan suara tawa panjang.

   "Ha ha haaa! Tok Ciu Lo Sat, kau terlampau memandang rendah diri Liat Hwe tua! Bagaimana mungkin dia dipecundang bocah itu dalam tiga jurus ? sesungguhnya dia cuma mengalah saja!"

   Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera menyambung. Bagian 43

   "Tidak salah! Apa yang dikatakan saudara Tong Hong memang benar!"

   Ketika Lu Leng mendengar perkataan Tong Hong Pek, dia ingin berdebat Tapi setelah mendengar Tam Sen berkata begitu, dalam hati sudah mengerti bahwa Tong Hong Pek dan Tam Sen mengetahui keadaan seandainya masih bertarung dengan Liat Hwe Cousu, sudah pasti pihaknya yang bakal celaka.

   Liat Hwe Cousu bersifat angkuh, tapi apabila disanjung dengan beberapa patah kata, agar dia tidak kehilangan muka, pasti akan berhenti.

   Oleh karena itu, begitu Tam Sen usai berkata, Lu Leng segera menyambungnya.

   "Liat Hwe Cousu, terima kasih atas kemurahan hatimu yang telah mengalah tadi!"

   Keempat orang ku berkata dengan nada menyanjung.

   Dalam hati Liat Hwe Cousu sudah mengerti namun justru tidak mampu mencetuskan apapun.

   Kalau dia banyak bicara, tentunya akan kehilangan muka, karena tadi dia memang terkena serangan Lu Leng.

   Liat Hwe Cousu tertegun, kemudian tertawa dingin.

   "Sayang! Sungguh sayang sekali ! Giok Bin Sin Kun juga tertawa.

   "Liat Hwe tua, apa yang disayangkan?"

   "Sayang sekali, dalam rimba persilatan orang yang bersifat gagah justru sedikit sekali !H ujar Liat Hwe Cousu, Mendengar itu, wajah Seh Cing Hua langsung berubah.

   "Tua bangka, kau sedang kentut apa?"

   Liat Hwe Cousu menyahut dengan dingin "Pat liong Thian Im muncul, Liok Ci Khim Mo menjagoi rimba persilatan Kalian bertiga malah bertekuk lutut di hadapan Liok Ci Khim Mo itu!"

   Tong Hong Pek dan lainnya mendengar itu langsung tertawa gelak, Lalu terdengar Seh Cing Hua tertawa sambil mencaci "Tua bangka, kelihatannya kau begitu terburu-buru melakukan perjalanan Apakah kau pergi bergabung dengan Liok Ci Khim Mo?"

   Wajah Liat Hwe Cousu membesi "Aku ingin mendengar penjelasan!"

   "Penjelasan apa?"

   Tanya Tong Hong Pek.

   "Kalau kalian tidak bertekuk lutut di hadapan Liok Ci Khim 1899 Mo, bagaimana putra Liok Ci Khim Mo ada bersama kalian?"

   Sahut Liat Hwe Cousu.

   "Kau masih berani omong begitu, Ketika bertemu saja, tanpa bertanya lagi langsung melukai Oey Sim Tit! Hutang itu, cepat atau lambat pasti membuat perhitungan denganmu!"

   Dengus Tong Hong Pek menatap Liat Hwe Cousu, Liat Hwe Cousu tertawa dingin.

   "Nah, itu! Kalian tidak dapat membersihkan diri lagi!"

   Padahal sesungguhnya Tong Hong Pek dan lainnya sama sekali tidak tahu apa sebabnya Liat Hwe Cousu bersikap demikian terhadap mereka, Liat Hwe Cousu tak punya dendam dengan mereka, lagi pula pada dasarnya Liat Hwe Cousu bukan orang jahat Kini mereka baru mengerti ternyata Liat Hwe Cousu mengira mereka telah bergabung dengan Liok Ci Khim Mo.

   * * * * Bab 89 Mereka berlima melanjutkan perjalanan.

   Oey Sim Tit di depan menunjuk jalan.

   Sampai di tempat itu mereka melihat Liat Hwe Cousu muncul dari arah yang berlawanan, Dari jauh Tong Hong Pek sudah melihatnya, Dia merasa heran karena Liat Hwe Cousu mendadak muncul di situ, Dan tahu-tahu saja sudah menghampiri Oey Sim Tit.

   "Liat Hwe tua, kau mau ke mana?"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek langsung bertanya.

   Seusai Tong Hong Pek berkata, mendadak Liat Hwe Cousu menggeram sambil menjulurkan tangannya mencengkeram Oey Sim Tit.

   Betapa terkejutnya Oey Sim Tit yang duduk di punggung kuda.

   sebelah tangannya menekan punggung kuda, lalu mencelat ke atas sambil berjungkir balik mengerahkan Ginkang, Dengan ringan dia mendarat di tanah.

   Sesungguhnya begitu kakinya menginjak tanah, dia masih dapat mengerahkan Ginkang untuk melarikan diri.

   Akan tetapi sepasang lengan Liat Hwe Cousu justru diarahkan pada Tong Hong Pek dan Tam Sen.

   Luka kedua orang itu belum pulih, tentunya akan sangat berbahaya menghadapi Liat Hwe Cousu.

   Maka Tong Hong Pek, Tam Sen dan Seh Cing Hua segera meloncat turun dari kuda.

   Mereka bertiga bekerja sama menangkis pukulan yang dilancarkan Liat Hwe Cousu, namun badan mereka tetap terhuyung-huyung ke belakang, Menyaksikan itu, tanpa berpikir panjang lagi Oey Sim Tit langsung mengeluarkan sebilah belati, menerjang ke arah Liat Hwe Cousu sambil mengerahkan Ginkang, Di saat bersamaan Liat Hwe Cousu justru sudah siap bertarung dengan Tong Hong Pek dan lainnya, Begitu melihat Oey Sim Tit menerjang ke arahnya, dia tertawa gelak.

   "Kunang-kunang kecil berani membentur api?"

   Berdasarkan kepandaian Oey Sim Tit, tidak terlalu merendahkan kalau Liat Hwe Cousu berkata begitu, Oey Sim Tit menyerang dada Liat Hwe Cousu, tapi mendadak ketua Hwa San Pai itu berkelit Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek segera berseru.

   "Sim Tit! jangan pedulikan kami, cepat pergi!"

   Oey Sim Tit amat gugup karena serangannya gagal Dia segera menyerang lagi, Akan tetapi kali ini Liat Hwe Cousu justru menjulurkan tangannya mencengkeram lengan Oey Sim Tit.

   Dengan cepat direbutnya belati yang di tangan Oey Sim Tit, kemudian ditusukkan ke punggungnya, Liat Hwe Cousu bergerak begitu cepat sehingga Tong Hong Pek dan lainnya hanya melihat Oey Sim Tit terluka, tanpa dapat berbuat apa-apa.

   Setelah menghujamkan belati ke punggung Oey Sim Tit, Liat Hwe Cousu mengibaskan tangannya membuat Oey Sim Tit terpental beberapa depa, Oey Sim Tit sudah terluka parah, hanya saja luka itu belum mengucurkan darah.

   Ketika terpental dia masih bisa berdiri.

   Tong Hong Pek dan Tam Sen yang tampak gugup dan panik saling berteriak.

   "Sim Tit! Cepat pulang! Biar bagaimana kau harus sampai di istana Ci Cun Kiong! Kalau tidak, nyawamu pasti melayang!"

   Oey Sim Tit tertegun, lalu membalikkan badannya dan segera melesat pergi, Di tengah jalan ternyata dia bertemu dengan Lu Leng, sementara setelah Oey Sim Tit kabur, Liat Hwe Cousu melancarkan sebuah pukulan ke arah Tong Hong Pek dan lainnya, Mereka bertiga tetap bekerja sama menangkis pukulan yang dilancarkan tokoh Ketua Hwa San Pai itu, Kalau ketiganya tidak dalam keadaan terluka parah, tentunya tangkisan mereka akan melukai Liat Hwe Cousu, Tiga empat jurus kemudian, mereka bertiga sudah terdesak sampai di sisi sebuah batu besar sehingga tak dapat 1902 mundur lagi, sementara itu pula Han Giok Shia melihat sebuah goa di belakang.

   Maka dia segera menarik Tam Ek Hui ke dalam.

   "Desak dia mundur beberapa langkah, lalu masuk ke dalam goa ini!"

   Tam Ek Hui menyarankan dengan suara keras ke arah mereka, Tong Hong Pek, Tam Sen, dan Seh Cing Hua menoleh ke belakang.

   setelah itu, mereka melancarkan pukulan, membuat Liat Hwe Cousu termundur beberapa langkah, Maka ketiganya memperoleh kesempatan untuk dapat masuk ke goa itu, Buru-buru mereka memasuki goa.

   Liat Hwe Cousu tertawa aneh tak henti-hentinya di luar goa.

   "Bagus! Apakah kalian akan terus bersembunyi tidak mau keluar lagi?"

   "Tua bangkai Kau boleh coba kemari!"

   Seru Seh Cing Hua sambil tertawa, Liat Hwe Cousu memang sudah melihat ketiga lawannya terluka parah, maka berani bertarung melawan mereka.

   Namun kini kelima lawannya bersembunyi di dalam goa.

   Bagaimana mungkin untuk berani menerjang ke dalam, Dia tahu jelas Seh Cing Hua telah menguasai semua ilmu yang tercantum di dalam Kitab iblis peninggalan Mo Liong Seh Sih.

   Karena itu tidak mudah menghadapinya, Apalagi kalau Seh Cing Hua menggunakan racun, Oleh karena itu, Liat Hwe Cousu cuma berdiri di depan goa, Kemudian mendadak dia melancarkan sebuah pukulan ke dalam goa itu.

   Namun pada saat yang bersamaan dari dalam goa pun meluncur keluar suatu benda berwarna kehijau-hijauan.

   Benda itu menerobos tenaga pukulan Liat Hwe Cousu, Liat Hwe Cousu cepat-cepat menarik tenaga pukulannya sambil meloncat mundur Ketika jatuh di hadapannya benda itu mengeluarkan suara ledakan kecil dan mengepulkan asap, Tak lama kemudian rerumputan di sekitar tempat itu berubah kuning layu.

   Bukan main terkejutnya Liat Hwe Cousu mendapati serangan itu, wajahnya pucat pias.

   "Tua bangkai Kalau kau masih berani macam-macam di luar goa, kau pasti akan merasakan beberapa macam mainan yang amat menarik lagi!"

   Seru Seh Cing Hua dari dalam goa, Liat Hwe Cousu tahu Seh Cing Hua tidak omong kosong, maka dia tidak berani mendekati mulut goa itu.

   Dia hanya bisa mencaci-maki karena geram bukan main, Pada waktu bersamaan, kebetulan si Walet Hijau-Yok Kun Sih melewati tempat itu.

   Kalau bukan karena urusan Toan Bok Ang dengan Lu Leng, dia pasti memunculkan diri.

   Si Walet Hijau-Yok Kun Sih memang berhati sempit, lantaran membenci Lu Leng, dia membenci Tong Hong Pek dan lainnya.

   Maka ketika menyaksikan kejadian itu, dia malah pergi.

   setelah bertemu Toan Bok Ang di dalam kuil tua, akhirnya hatinya tergerak Ketika membawa Toan Bok Ang pergi, dia memberitahukan tentang keadaan Tong Hong Pek 1904 dan lainnya.

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Lu Leng segera ke tempat itu, bertemu Liat Hwe Cousu yang akan membakar ranting kering di depan goa, Di saat Lu Leng bertarung dengan Liat Hwe Cousu, Tong Hong Pek dan lainnya berjalan keluar dari dalam goa, Karena itu, mereka berlima menyaksikan pertarungan tersebut Kini mereka berlima baru tahu, ternyata Liat Hwe Cousu telah salah paham, mengira mereka telah bergabung dengan Liok Ci Khim Mo.

   Hal itu membuat mereka gusar tapi juga merasa geli.

   Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menggeleng-gelengkan kepala seraya berkata.

   "Liat Hwe tua, kalau kami tidak terluka oleh kekuatan Pat Liong Thian Im, cukup salah seorang di antara kami, kau pasti sudah kelabakan Bagaimana kalau kami bertiga melawanmu?"

   "Lalu bagaimana putra Liok Ci Khim Mo bisa bersama kalian ?"

   Tanya Liat Hwe Cousu.

   Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek mendengus, kemudian menyahut "Liat Hwe tua, apakah kau sudah lupa tentang kejadian di Cing Yun Ling Go Bi San.

   Oey Sim Tit merebut harpa Pat Liong Khim dari tangan ayahnya? Kalau waktu itu dia tidak berbuat begitu, mungkin kita semua hanya tinggal tutang-belulang saja!"

   Liat Hwe Cousu tertegun mendengar itu. Dia terbungkam.

   "Seandainya Oey Sim Tit tidak sampai di istana Ci Cun Kiong, aku tidak akan menyudahi urusan ini!"

   Lanjut Tong Hong Pek. Liat Hwe Cousu tertawa dingin.

   "Kau kira aku takut padamu ?"

   Lu Leng segera berkata.

   "Oey Sim Tit sudah tidak apa-apa!"

   Semua tercengang mendengar teriakan Lu Leng.

   "Dari mana kau tahu?"

   Tanya Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.

   Lu Leng cepat-cepat menjelaskan tentang dirinya yang bertemu Oey Sim Tit, juga tentang bagaimana dia menempuh bahaya maut membawa anak Liok Ci Khim Mo itu ke istana Ci Cun Kiong, Mendengar itu Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa gelak "Saudara Tam, Liat Hwe tua! Kalian lihat bagaimana muridku ini?"

   Liat Hwe Cousu mendengus dingin.

   "Hm! sungguh bodoh sekali!"

   "Tidak melupakan budi, itu adalah solider! Berani meloloskan diri, itu gagah! Liat Hwe tua, kau bilang dia bodoh, bukankah keterlaluan?"

   Tukas Tam Sen. Apa yang dikatakan Tam Sen membuat wajah Lu Leng berubah kemerahan "Paman Tam, jangan berkata begitu!"

   Ujarnya merasa tak enak hati. Liat Hwe Cousu jadi membisu mendengar penjelasan Lu Leng sementara Han Giok Shia melangkah menghampiri Lu Leng.

   "Adik Leng, apa yang dikatakan Paman Tam memang benar. Oh ya, di mana Nona Toan?"

   Begitu Han Giok Shia menyinggung Toan Bok Ang, Lu Leng langsung menghela nafas panjang. Han Giok Shia melihat perubahan wajah Lu Leng itu.

   "Bagaimana dia?"

   Tanyanya dengan rasa penasaran Lu Leng berpikir sejenafc, akhirnya dia menceritakannya. Dengan sedih dia menuturkan pertemuannya dengan Toan Bok Ang dan Yok Kun Sih di kuil tua.

   "Dia dan Yok Cianpwee pergi!"

   Ujarnya mengakhiri penuturannya, Semua orang tidak menduga, dalam waktu sehari Lu Leng mengalami begitu banyak kejadian Karena itu mereka diam Akan tetapi, mendadak Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek bertanya.

   "Anak Leng, kenapa kau hilang mendadak?"

   Lu Leng diam, kemudian menyahut dengan suara pe!an. Tong Hong Pek mau bertanya lagi, tapi Liat Hwe Cousu menyela.

   "Apa maksud kalian mengganggu Liok Ci Khim Mo, bolehlah dijelaskan?"

   Sesungguhnya Liat Hwe Cousu amat berkha-watir, Lu Leng akan menceritakan perbuatannya di gunung Tang Ku Sat.

   Kalau kejadian itu tersiar keluar, namanya pasti hancur dalam rimba persilatan Lu Leng berhati bajik dan berjiwa lapang, Dia tidak akan mengungkap tentang kejadian itu.

   Mengetahui kalau Lu Leng tidak akan mempermalukan dirinya di hadapan semua orang, Liat Hwe Cousu berlega hati.

   "Dia adalah musuh kita semua, tentunya aku boleh menjelaskan!"

   Ujar Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menjawab pertanyaan Liat Hwe Cousu.

   Mereka semua duduk di sebuah batu besar.

   Tong Hong Pek lalu menuturkan tentang kejadian itu, Seusai Tong Hong Pek bercerita, hari sudah mulai terang.

   Setelah mendengar penuturan tersebut, Liat Hwe Cousu jadi tertegun "Kalau begitu, aku tidak usah ke istana Ci Cun Kiong lagi!"

   Ujar Liat Hwe Cousu setelah terdiam cukup lama, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tertawa.

   "Liat Hwe tua! Kalau kami menaruh dendam padamu karena kejadian tadi, kami pasti memanasi hatimu agar kau ke sana."

   Liat Hwe Cousu jadi gusar mendengar itu, 1908

   "Pergi ya pergi! Siapa yang takut?"

   Seh Cing Hua tertawa.

   "Liat Hwe tua! Kita semua sama saja. Tidak perlu gagah-gagahan!"

   Liat Hwe Cousu diam, namun nafasnya memburu menahan kegusarannya, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata.

   "Liat Hwe tua, kami pernah melihatmu di pinggir laut Kelihatannya kau ingin menyeberang laut, kenapa mendadak kembali ke Tionggoan?"

   Tidak salah, aku justru ingin bertanya satu hal padamu!"

   Sahut Liat Hwe Cousu.

   "Tentang hal apa?"

   Tanya Tong Hong Pek. Liat Hwe Cousu menyahut.

   "Dulu kematian Beng Tu Lo Jin gurumu...."

   Baru berkata sampai di situ, Tong Hong Pek yang mendengar langsung berubah wajahnya "Liat Hwe tua, jangan kau teruskan lagi!"

   Beng Tu Lo Jin adalah guru Tong Hong Pek.

   Kematiannya justru disebabkan oleh perbuatan Tong Hong Pek yang ugal-ugalan, Hingga akhirnya Tong Hong Pek diusir dari perguruan Kalau teringat akan itu, hatinya amat berduka sekali 1909 Oleh karena itu temannya yang tahu bahwa hati Tong Hong Pek amat menyesal tidak pernah menyinggung tentang itu, Tapi saat ini, Liat Hwe Cousu justru menyinggungnya, Ketika Tong Hong Pek memutuskan perkataan Liat Hwe Cousu, ketua Hwa San Pai itu menjadi tertegun.

   "Aku hanya ingin mengetahui jejak seseorang,"

   Katanya.

   "Siapa?"

   Tanya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.

   "

   Ketika itu, Lam Hai Tiat Yeh Tocu-Tiat Sin Ong juga pergi ke gunung Go Bi San untuk melawat Namun setelah itu, bersama Pian Liong Sian Po dan Thian Sun Sianjin menghilang entah ke mana. Kau tahu Tiat Sin Ong pergi ke mana?"

   Tong Hong Pek tercengang. Mereka bertiga kehilangan jejak sudah dua puluh tahun, Kenapa Liat Hwe Cousu menanyakan jejak Tiat Sin Ong? Pikir-nya.

   "Pada waktu itu aku tidak berada di gunung Go Bi San, bagaimana tahu tentang jejak Tiat Sin Ong?"

   Sahutnya "

   Liat Hwe Cousu menghela nafas panjang.

   "Kini tingkatan tua Go Bi Pai hanya tinggal kau seorang, kelihatannya tiada seorang pun tahu jejak Tiat Sin Ong,"

   Semua orang diam, sedangkan Lu Leng teringat akan ayahnya, maka seketika timbul rasa duka dalam hatinya.

   "Kenapa kau menanyakan jejak Tiat Sin Ong?"

   Tanya Cit Sat Sin Kun-Tam Sen sesaat kemudian. Liat Hwe Cousu tidak segera menyahut, melainkan menatap Lu Leng dengan sinar mata aneh. Lu Leng tidak tahu apa sebabnya Liat Hwe Cousu menatapnya seperti itu.

   "Tidak ada apa-apa, hanya sekedar bertanya saja."

   Jawab Liat Hwe Cousu, Semua orang tahu bahwa Liat Hwe Cousu tidak mau berterus terang.

   Namun mereka sama sekali tidak menduga, bahwa urusan yang disimpan dalam hati Liat Hwe Cousu justru berkaitan dengan mereka.

   Liat Hwe Cousu bangkit berdiri, kemudian mengusapkan tangannya ke arah Lu Leng.

   "Bocah, kau ke marilah, aku ingin bicara sejenak denganmu!"

   Liat Hwe Cousu melesat tiga empat depa, sedangkan Lu Leng menjadi ragu untuk mengikutinya atau tidak.

   "Anak Leng, kenapa kau tidak ke sana? Apakah masih takut terhadap Liat Hwe Cousu itu? Jangan khawatir, dia bukan orang semacam itu!"

   Lu Leng berpikir lama sekali, akhirnya melesat ke hadapan Liat Hwe Cousu, Dia yakin, di hadapan begitu banyak orang, Liat Hwe Cousu pasti tidak berani mencelakainya, Setelah Lu Leng berada di hadapannya ketua Hwa San Pai itu berkata dengan suara rendah.

   "Bocah, tentang jejak Panah Bulu Api, apakah kau sudah tahu?"

   Lu Leng menggelengkan kepala.

   "Tidak. Setelah Cousu pergi, aku dan Toan Bok Ang menemukan ruang batu lain. Di ruang itu juga terdapat sebuah peti mati tembaga, tapi hanya berisi mayat Nyonya Mo Liong Seh Sih."

   "Di dalam peti mati tembaga itu tidak terdapat Panah Bulu Api?"

   Lu Leng menggeleng kepala lagi.

   "Tidak. Panah Bulu Api itu memang telah dicuri orang dan di sana hanya terdapat secarik kertas saja."

   Saat itu Liat Hwe Cousu sedang merendahkan suaranya, namun begitu mendengar perkataan Lu Leng, tanpa sadar suaranya menjadi tinggi.

   "Kertas itu...."

   Buru-buru Liat Hwe Cousu merendahkan suaranya lagi.

   "Di mana kertas itu, cepat perlihatkan kepadaku!"

   Ketika sedang berbicara dengan Lu Leng, Tong Hong Pek dan lainnya tidak dapat mendengar Namun begitu Liat Hwe Cousu berseru tentang kertas tadi terdengar jelas, membuat mereka berlima saling memandang dengan penuh keheranan "Kertas tersebut telah hancur,"

   Sahut Lu Leng.

   "Kalau begitu, apa yang tercantum di dalam kertas itu?"

   Lu Leng memberitahukan. Setelah mendengar, wajah Liat Hwe Cousu tampak berseri, dan itu membuat Lu Leng tercengang.

   "Berdasarkan itu, apakah Cousu tahu siapa pencurinya?"

   "Omong kosong!"

   Bentak Liat Hwe Cousu.

   "Bocah, ada satu hal, kau... kau...."

   Ucapannya terhenti, kelihatannya seperti tidak tahu harus mengatakan apa.

   "Tentang kejadian di gunung Tang Ku Sat, kau pernah memberitahukan kepada orang lain?"

   Lanjutnya setelah berpikir sejenak Lu Leng tertawa geli, Ternyata Liat Hwe Cousu memanggilnya hanya karena urusan itu.

   "Pernah kuceritakan tapi tidak menyangkut Cousu.

   "

   Liat Hwe Cousu menarik nafas lega.

   "Bocah, kau harus ingat! Kejadian di gunung Tang Ku Sat, tidak boleh kau beritahukan kepada siapa pun, termasuk gurumu! Kalau kau kabulkan, sudah pasti bermanfaat bagi dirimu!"

   Pesan nya.

   Lu Leng berpikir perbuatan Liat Hwe Cousu yang amat rendah di gunung Tang Ku Sat, seharusnya dibeberkan Tapi Lu Leng berhati bajik.

   Liat Hwe Cousu yang amat angkuh itu masih mau bermohon ke-padanya.

   Kalau dia bersedia menutup mulut, Liat Hwe Cousu pasti berterima kasih sekali kepadanya dan siapa tahu selanjutnya ketua Hwa San Pai itu menjaganya.

   "Aku menuruti perkataan Cousu,"

   Sahutnya, Liat Hwe Cousu menjulurkan tangannya menepuk bahu Lu Leng.

   "Bagus, Aku pasti tidak akan melupakan kebaikan mu,"

   Katanya.

   Usai berkata begitu, dia melambaikan tangannya ke arah Tong Hong Pek dan lainnya, kemudian melesat pergi.

   Lu Leng kembali ke tempatnya Dia memberitahukan tentang pembicaraannya dengan Liat Hwe Cousu, tapi banyak yang dirahasiakannya, Setelah itu, mereka semua melanjutkan perjalanan.

   Hari itu, setelah mereka menempuh tujuh delapan mil, hari pun sudah malam.

   Mereka dapat tidur dan beristirahat Hari berikutnya, Tong Hong Pek dan lainnya sudah mulai sembuh dari sebagian luka dalam yang mereka derita, Kira-kira tujuh delapan hari lagi, mereka pasti akan pulih, Sementara itu hati Lu Leng amat berduka karena urusan Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang.

   Namun hati semua orang sedang dilanda urusan masing-masing.

   Mereka tidak tahu akan kedukaan Lu Leng saat itu, Di antara mereka hanya Han Giok Shia yang paling peka, Dia melihat Lu Leng seperti kehilangan sukma.

   Han Giok Shia tahu itu bukan disebabkan urusan Liok Ci Khim Mo, melainkan risau karena urusan lain.

   Malam harinya, mereka bermalam di sebuah desa.

   Han Giok Shia mengajak Lu Leng jalan-jalan sejenak "

   Adik Leng, hari itu kau hilang secara mendadak, apakah bertemu Kakak Tam?"

   Han Giok Shia bertanya secara tiba-tiba, membuat Lu Leng tidak bisa mengelak lagi.

   "Nona Han, bagaimana kau bisa tahu?"

   Tanya Lu Leng sambil menghembuskan nafasnya. Han Giok Shia tersenyum.

   "Bagaimana sifatmu, apakah aku tidak mengetahuinya? Kalau tidak bertemu Kakak Tam, tentunya tidak mungkin kau membiarkan kami di tempat itu."

   Lu Leng menghela nafas panjang lagi "Aku sendiri pun tidak tahu, begitu melihatnya, aku terus mengikutinya!"

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Ujar Lu Leng dengan suara rendah.

   "Kini tiada seorang pun menyalahkanmu. Oh ya, bagaimana keadaan Nona Tam?"

   "Dia berada di dalam sebuah kuil, ingin jadi biarawati, setelah bermohon padanya hampir seharian, barulah dia mau membuka mulut berbicara denganku."

   Lu Leng lalu menutur sejelas-jelasnya tentang kejadian Hu.

   setelah mendengar, Han Giok Shia merasa ikut berduka, Dia sebagai orang ketiga, tentunya amat sulit menghibur Lu Leng.

   Han Giok Shia menjadi bimbang, Ketika mau membuka muIut, mendadak terdengar suara seruan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.

   "Hati-hati! Ada orang ke mari! Anak Leng, cepat kembali!"

   Lu Leng dan Han Giok Shia segera kembali. Mereka berenam berkumpuI. Telinga mereka mendengar suara Tak Tak Tak"

   Di tempat jauh.

   Dalam kegelapan, tampak bayangan-bayangan orang, jaraknya kira-kira dua tiga puluh depa, Bayangan-bayangan orang itu, datangnya amat lamban, Namun semua orang, tidak mungkin orang biasa melakukan perjalanan malam! Karenanya setelah melihat bayangan-bayangan orang itu, mereka semua segera bersembunyi di belakang pohon.

   Terdengar suara "Tak Tak Tak"

   Semakin dekat Tak lama kemudian sudah berada di depan, sekarang mereka melihat jelas, yang datang itu berjumlah empat orang, Keempat orang itu berjalan lamban, namun air muka mereka tampak aneh sekali.

   Sikap mereka dalam berjalan pun aneh, seperti orang berbaris, kecuali orang yang berjalan di depan.

   Orang kedua memegang bahu orang pertama, orang ketiga memegang bahu orang kedua, begitu pula orang yang keempat Tangan mereka memegang sebuah tongkat bambu cukup panjang tapi amat kecil, hanya sebesar ibu jari, Keempat tongkat bambu itu memancarkan cahaya kehijau-hijauan.

   Suara Tak Tak Tak"

   Ditimbulkan tongkat bambu tersebut Dilihat dari air muka dan cara mereka berjalan, dapat diketahui bahwa keempat orang ini adalah orang-orang buta! Begitu tahu keempat orang itu buta, semua orang menarik nafas lega, Orang buta tidak dapat membedakan siang dan matam.

   Melakukan perjalanan malam tentunya tidak mengherankan Han Giok Shia tidak sabaran, ingin buru-buru 1916 melesat keluar.

   Namun Tong Hong Pek cepat-cepat menahan nya.

   Keempat orang itu semakin dekat Kini jelaslah kalau mereka semua mengenakan jubah abu-abu.

   Masing-masing berwajah pucat dengan mata yang hanya kelihatan putihnya, Wajah mereka memang kelihatan aneh, Namun karena keempatnya orang buta, sama sekali tidak mencurigakan Han Giok Shia yang tertahan oleh Tong Hong Pek, merasa keheranan kenapa Tong Hong Pek begitu tegang, Han Giok Shia menoleh.

   Gadis itu melihat wajah Tong Hong Pek tampak serius sekali sepasang mata Tong Hong Pek menatap lekat-lekat pada keempat orang buta itu, hampir tak berkedip sama sekali Han Giok Shia bertambah heran dan bingung, Kemudian segera ia memandang Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan lainnya, Mereka pun sedang memandang ke arah Tong Hong Pek.

   Kelihatannya mereka juga tidak tahu asal-usul keempat orang buta itu, namun Tong Hong Pek segera memberi isyarat, agar semua jangan mengeluarkan suara, Tak seberapa lama, keempat orang buta sudah berada di hadapan mereka, hanya berjarak beberapa depa.

   Tiba-tiba keempat orang berjubah abu-abu itu menjulurkan tongkat masing-masing, lalu menotok ke sana ke mari, sehingga nyaris menotok badan orang-orang itu.

   Wajah Tong Hong Pek tampak tegang, maka yang lain pun segera menahan nafas dan tak bergerak sama sekali setelah melakukan hal aneh itu keempatnya langsung duduk.

   Melihat keempat orang buta itu duduk, Lu Leng tampak heran.

   Mereka berempat duduk di situ, entah kapan akan bangun Apakah semua orang harus menahan nafas menunggu keempat orang buta itu bangun? Membatin sampai di situ, Lu Leng menjulurkan tangannya ingin menyentuh Tong Hong Pek, maksudnya minta penjelasan.

   Akan tetapi gerakan itu justru menimbulkan suara dari lengan bajunya, Salah seorang buta yang duduk itu, langsung bergerak laksana kilat sungguh tidak dapat dipercaya sebab semua tahu, tadi mereka berempat berjalan begitu lamban.

   Begitu badannya bergerak, terdengar pula suara berdesir Ternyata tongkat bambunya juga ikut menusuk ke depan, Saking cepatnya gerakan itu, membuat Lu Leng tidak dapat melihat dengan jelas, Entah bagaimana gerakan orang buta itu, tahu-tahu ujung tongkat bambunya telah menembus sebuah pohon di belakang Lu Leng.

   Lu Leng tercengang, Namun saat dia mau bergerak, dilihatnya Tong Hong Pek memberi isyarat kepadanya Lu Leng terpaksa bersabar Orang buta itu kelihatan tertegun, memasang pendengarannya dengan seksama, Dan sesaat kemudian ditarik kembali tongkat bambunya, di saat bersamaan, Lu Leng menurunkan tangannya, Setelah kejadian itu, barulah mereka sadar kenapa wajah Tong Hong Pek begitu serius, Ternyata keempat orang buta berkepandaian amat tinggi Tadi Lu Leng cuma mengeluarkan suara lirih.

   Namun ternyata tak terlepas dari telinga orang buta itu, bahkan langsung menyerang pula, sehingga tongkat bambunya menembus sebuah pohon di belakang Lu Leng.

   Tentang asal-usul keempat orang buta itu, tak satu pun yang mengetahui.

   Namun agaknya mereka dapat menduga dalam hati, hanya Tong Hong Pek seorang yang mengetahui asal-usul keempat orang buta itu, Orang buta itu duduk kembali, kemudian masing-masing mengeluarkan makanan kering.

   Mereka berempat menyantap perlahan-Iahan, tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

   Tam Ek Hui, Han Giok Shia dan Lu Leng sudah tidak sabaran, namun mereka tidak berani bergerak, Beberapa saat kemudian ketika mereka sedang tegang, mendadak terdengar suara yang mencurigakan di atas sebuah pohon.

   Srraks! Orang buta itu langsung mencelat sambil menusukkan tongkatnya, seketika terdengar suara "Kuuk", Orang buta itu kembali ke tempat dan duduk, Terlihat seekor bajing jatuh ke tanah mati oleh tongkat bambu.

   Menyaksikan itu, hati semua orang jadi semakin tegang, Bajing dapat meloncat dengan cepat sekali di dahan pohon.

   Dapat dibayangkan betapa tinggi ilmu dan kepandaian orang buta itu, Dan tentu ketiga kawannya juga berkepandaian tidak rendah.

   Setelah menyaksikan itu lagi, barulah Tam Ek Hui, Han Giok Shia dan Lu Leng tidak berani bergerak sembarangan, mereka menunggu dengan sabar Setelah selesai bersantap, keempat orang buta itu bangkit berdiri lalu melanjutkan perjalanan seperti ketika datang.

   Setelah keempat orang buta itu pergi, barulah Tam Ek Hui dan Han Giok Shia menarik nafas lega, Karena menahan nafas, mereka jadi tersiksa, Hal itu karena sebenarnya mereka masih menderita luka dalam, itulah sebabnya kepergian keempat orang buta membuat mereka merasa lega, Bab 90 Mereka pikir tidak mungkin keempat orang buta itu akan mendengar suara nafas mereka.

   Tetapi belum juga keduanya selesai menghela nafas yang pertama, mendadak keempat orang buta membalikkan badan.

   Lu Leng yang berada di sisi Han Giok Shia segera menyadari adanya sesuatu yang tak beres, Karena itu, dia nekad maju selangkah ke hadapan mereka, Maka saat itulah tiba-tiba terdengar suara angin mendesir keras meluncur ke arah Lu Leng, Tampak!ah sesosok bayangan berkelebat menyusul pula dua batang tongkat bambu menusuk ke arah dadanya! Kali ini Lu Leng sudah siap, Maka begitu melihat kedua batang tongkat bambu mengarah dadanya, tangannya bergerak mengeluarkan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang puncak Menembus Awan), menangkis kedua batang tongkat bambu itu, Prak! Prak! Seketika terdengar suara benturan keras, Ternyata tenaga yang meluncur dari jari tangan Lu Leng berhasil memapak dan menghalau kedua tongkat itu.

   Namun badan pemuda itu terguncang dan sempat terdorong ke belakang, sebenarnya Lu Leng telah menggunakan tujuh delapan bagian tenaganya tapi tenaga dari kedua batang tongkat bambu itu, ternyata mampu mendorong badannya hingga bergoyang-goyang.

   Tentu saja hatinya merasa terkejut mendapati hal itu, Kini Lu Leng semakin percaya keempat orang buta itu berkepandaian amat tinggi, Maka sebelum kedua orang buta itu melancarkan serangan, Lu Leng segera mundur selangkah, kemudian menyerang dengan jurus Si Siang Pik Sen (Empat penjuru Pasti Muncul), Kali ini, kedua orang buta itu memutar-mutarkan tongkat bambu, sehingga menimbulkan suara menderu-deru, Tongkat mereka membentuk lingkaran besar, hingga mampu membuat tenaga Kim Kong Sin Ci tergempur balik.

   Lu Leng kaget bukan main, Dia khawatir serangan yang membalik itu justru akan mengenai Tam Ek Hui dan Han Giok Shia yang berdiri di belakangnya, Maka dengan cepat dia mengibaskan tangan kirinya ke belakang, mendorong kedua kawannya itu mundur beberapa langkah, sementara kedua orang buta itu sedang memutar-mutarkan tongkat bambu masing-atasjng, tentunya tidak akan begitu cepat melancarkan serangan, itulah sebabnya Lu Leng buru-buru berusaha mendorong Tam Ek Hui dan Han Giok Shia, agar mereka berdua terhindar dari bahaya !"

   Akan tetapi, kedua orang buta itu ternyata bergerak dengan cepat, ketika Lu Leng mengibaskan tangan kirinya ke belakang, mendadak saja kedua batang tongkat bambu sudah melesat ke arah dadanya.

   Lu Leng betul-betul tak punya kesempatan untuk menangkis, Dalam keadaan terjepit, dia mencelat ke atas, lalu bersalto dua kali menghindari serangan-serangan itu.

   Akan tetapi, ketika badannya berada di udara, keadaan di bawah telah berubah.

   Semula hanya dua orang buta yang menyerangnya sedangkan yang lain hanya berdiam diri dengan wajah tanpa perasaan, Kini kedua orang buta yang lain mendadak bergerak laksana kilat Begitu pula tongkat bambu yang di tangan mereka, bergerak-gerak cepat memburu ke arah Lu Leng, Keadaan Lu Leng benar-benar dalam bahaya, Tubuhnya yang masih melayang di udara tentu sangat sulit untuk mengelakkan serangan itu.

   Kecuali jika dirinya bisa melambung lagi lebih tinggi.

   Namun mana mungkin itu dilakukan jika mengandalkan ilmu yang belum mencapai taraf tertinggi.

   Mendadak saja Lu Leng menarik nafas dalam-dalam sambil menghimpun hawa murni, sehingga badannya melambung ke atas setengah depa.

   Di saat bersamaan Lu Leng pun melihat jelas posisi keempat orang buta itu.

   Kelihatannya apabila musuh tidak bergerak, mereka berempat pun diam.

   Oleh karena itu, Lu Leng segera mengeluarkan golok pusaka Su Yang To.

   Namun bersamaan itu, terdengar Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, Tam Sen dan Seh Cing Hua tertawa dingin seraya berkata.

   "Di sini masih ada orang!"

   Belum selesai mereka berkata, dua orang buta sudah melesat sambil menusuk dengan tongkat bambu.

   Sambil meluncur turun, Lu Leng secepat kilat langsung melancarkan serangan beruntun dengan mengerahkan tiga jurus.

   Wah Hou Seh Seng (Hari-mau Mendekam), Go Hou Phu Yo (Harimau Lapar Menerkam Domba) dan Nuh Hou Eng Cit (Harimau Marah Meloncat), Tampak cahaya golok pusaka Su Yang To berkelebat-kelebat, Ketiga jurus itu bersifat menyerang dan bertahan, maka sekujur badan Lu Leng terlindungi oleh cahaya golok tersebut Saat itu, kedua orang buta yang menyerang Tong Hong Pek bertiga, ternyata juga mendapat tangkisan Kini Lweekang mereka bertiga sudah pulih tiga empat bagian, maka tangkisan yang dilakukan jauh lebih dahsyat dibandingkan ketika melawan Liat Hwe Cousu.

   Sementara Lu Leng yang mengerahkan tiga macam jurus, membuat kedua orang buta terpaksa mundur selangkah Bahkan golok pusaka Su Yang To telah berhasil membabat kedua batang tongkat bambu.

   Su Yang To merupakan golok pusaka yang dapat memotong besi dan lainnya, Dalam perkiraan Lu Leng, golok pusakanya itu pasti mampu mematahkan kedua batang tongkat bambu, Ternyata tidak.

   Walau golok pusaka Su Yang To telah berhasil membabat, tapi kedua tongkat bambu itu cacat pun tidak, Dengan rasa terkejut Lu Leng segera bergerak mundur, sedangkan kedua orang buta itu telah maju, Ujung-ujung 1923 tongkat mereka berkelebat, menusuk ke arah pinggang Lu Leng, Apa boleh buat, Lu Leng terpaksa mundur lagi sambil mengayunkan goloknya untuk melindungi diri, Sesaat dia pun melirik ke arah Tong Hong Pek bertiga, Ternyata ketiganya hanya bertahan tak mampu batas menyerang, sedangkan Tam Ek Hui dan Han Giok Shia hanya menyaksikan pertarungan dengan cemas, Keduanya sebenarnya ingin membantu, tapi Lweekang mereka belum pulih, Kedua pihak berjumlah delapan orang, berpencar jadi dua kelompok bertarung secara sengit sekali.

   Tak seberapa lama, awan yang menutupi bulan sudah buyar, sehingga tempat itu jadi terang.

   Tampak empat batang tongkat bambu bergerak-gerak bagaikan empat ekor naga yang sedang berenang di laut.

   Sedangkan golok pusaka Su Yang To terus berkelebat memancarkan cahaya, Memang sebuah pertarungan sengit yang menegangkan.

   Hanya dalam waktu tidak terlalu lama, pertarungan telah berjalan tak kurang dari tiga puluh jurus.

   Sementara Tong Hong Pek bertiga terus terdesak mundur...

   Namun masih terlihat sesekali Seh Cing Hua melancarkan serangan balasan dengan berbagai macam senjata rahasia aneh, membuat mereka bertiga masih dia dapat bertahan.

   Lu Leng yang menghadapi dua lawan tampak mulai terdesak pula.

   Dia hanya mampu bertahan, sama sekali tatiak punya kesempatan untuk balas menyerang.

   Kedua orang buta itu menyerangnya dengan sengit, sehingga tongkat mereka terus mengeluarkan suara menderuderu.

   Mendadak salah satu tongkat bambu itu menyerang Lu Leng.

   Lu Leng yang bersandar pada sebuah pohon, cepat-cepat menundukkan kepala, Tongkat bambu itu melewat kepalanya, tapi sambaran angin tongkat bambu itu membuat muka Lu Leng terasa pedih sekali.

   Ces.ces! Tongkat bambu itu menembus pohon di belakangmg Lu Leng.

   Melihat itu, Lu Leng tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, langsung mengayunkan golok pusaka Su Yang To membabat tongkat bambu, Dan bersamaan n dengan itu pula tangan kirinya bergerak.

   Dengan jurus It Ci Keng Thian (Satu jari Me-ngejutkan Langit) ke arah dada orang buta yang lain, Ketika mengeluarkan jurus tersebut Lu Leng mengeluarkan sembilan bagian tenaganya.

   Mendadak angin tenaga yang keluar dari telunjuknya laksana halilintar.

   Orang buta itu mendadak menarik tongkat bambunya.

   Dan entah bagaimana, badannya berputar cepat sekali ke belakang tiga depa, kemudian memutar-mutarkan tongkat bambunya menangkis angin telunjuk Lu Leng, sehingga terjadi benturan hebat Angin serangan Lu Leng pun buyar seketika.

   Orang buta yang satu, ketika merasa ada sambaran angin ke arah tongkat bambunya yang menembus pohon, mendadak dia melengkungkan tongkat bambunya ke bawah, lalu memantul ke atas menangkis golok pusaka Su Yang To.

   Lalu secepat itu pula dicabutnya tongkat bambu dan dia langsung meloncat mundur! Orang buta yang mundur duluan, langsung menyerang Lu Leng lagi dengan tongkatnya, Selain berkepandaian amat tinggi, keempat orang buta itu juga dapat bekerja sama dengan baik seka!L Ketika salah seorang lawan menyerang ke bawah, yang lain segera menyerang ke atas, Hal itu membuat Lu Leng terpaksa harus berkelit ke samping.

   Namun tongkat bambu terus mengikutinya, bahkan mengarah jalan darah Thian Tu Hiat di kening Lu Leng, Bukan main terkejutnya Lu Leng.

   Dalam keadaan terdesak, dia segera menghimpun hawa murni, sambil tangannya menekan batang pohon sekaligus mengeluarkan jurus Piak Hou Yu Cioh (Harimau Merayap Tembok).

   Wuss! Tubuh Lu Leng melesat ke atas.

   Di saat bersamaan, terdengar pula suara, Ces! Ces! Kedua tongkat bambu itu menembus pohon, Kalau badan Lu Leng tidak meluncur ke atas, niscaya tenggorokkannya akan tertembus kedua tongkat bambu itu! Walau sudah terhindar dari bahaya, namun sekujur badan Lu Leng masih mengucurkan keringat dingin, Dia tahu, tidak bisa lama punggungnya menempel di pohon itu, Maka dia segera melancarkan serangan ke bawah dengan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang Puncak Menembus Awan), ke arah ubun-ubun kedua orang buta, Kedua orang buta itu berlompatan mundur mengelak dari serangan Lu Leng.

   Melihat kedua orang buta itu mundur, Lu Leng cepat-cepat melayang turun, Namun mendadak badan Lu Leng justru naik ke atas, ternyata ketika baru mau turun, Lu Leng teringat akan satu hal Apabila turun kedua orang buta itu pasti menyerangnya, maka segera menghimpun hawa murni, sehingga badannya melayang ke atas dan kembali berdiri pada sebatang dahan di pohon besar itu.

   Kedua orang buta itu jadi tertegun Kemudian tiba-tiba mereka mencelat ke arah Tong Hong Pek bertiga Sesungguhnya Tong Hong Pek bertiga masih mampu menghadapi kedua orang buta lawan mereka, Namun kini dengan datangnya kedua orang buta yang lain, tentu membahayakan mereka bertiga, Lu Leng segera meloncat turun.

   Namun tiba-tiba saja terdengar suara "Pheng Pheng Pheng Pheng itu pasti suara busur yang melepas anak panah, Maka empat batang panah kecil meluncur bagaikan kilat ke arah keempat orang buta itu.

   Terlihat pula sosok bayangan berkelebat cepat menuju tempat itu.

   "Paman Tam, saudara Lu.,.!"

   Terdengar suara berseru memanggil-manggil.

   Seruan yang bernada sedih itu mereka kenal, ternyata suara Oey Sim Tit.

   Dialah yang telah melepaskan anak-anak panah dengan busur yang ada di tangannya.

   Walau keempat batang panah kecil meluncur bagaikan kilat, tapi keempat orang buta bergerak jauh lebih cepat Mereka mengibaskan tangan menangkap keempat batang panah kecil itu.

   Namun agaknya tenaga luncuran panah itu 1927 amat kuat, sehingga lolos dari tangan mereka dan terus meluncur Meskipun tidak melihat, keempat orang buta itu sepertinya tersentak kaget mengetahui anak-anak panah yang meluncur mengancam mereka.

   "Busur Api!"

   Mereka berteriak serentak, Baru kini terdengar suara keempatnya.

   sementara itu Lu Leng yang masih di atas pohon sudah dapat menduga kedatangan Oey Sim Tit pasti untuk mengabarkan kematian Lu Leng, Sebab Oey Sim Tit pasti mempercayai omongan Hek Sin Kun yang mengatakan bahwa Lu Leng sudah mati.

   "Saudara Oey, aku berada di sini, belum mati!"

   Teriak Lu Leng tak sabaran, Oey Sim Tit ke tempat itu, memang ingin menyampaikan kabar duka, setelah makan obat mujarab, Oey Sim Tit siuman dan memperoleh kabar bahwa Lu Leng telah mati, Betapa sedih hatinya, sebab Lu Lenglah yang membawanya ke istana Ci Cun Kiong demi menyelamatkannya.

   Setelah lukanya sembuh, maka Oey Sim Tit meninggalkan istana Ci Cun Kiong, maksudnya ingin menyampaikan kabar duka itu kepada Tong Hong Pek dan lainnya.

   Tentu saja Oey Sim Tit terkejut bukan main mendengar suara orang yang berseru memanggilnya, seketika dia tertegun seperti tak percaya dengan pendengaran nya, keempat orang buta itu pun berseru tak tertahan.

   Melihat 1928 keempat orang buta itu tertegun, Tong Hong Pek bertiga langsung melancarkan pukulan ke arah mereka, Akan tetapi orang-orang buta itu dengan cepat melompat mundur sambil menggerakkan tongkat bambu masing-masing ke arah Oey Sim Tit.

   Keempat orang buta mampu bergerak amat cepat Lu Leng saja kewalahan menghadapi mereka, apalagi Oey Sim Tit! Meskipun sempat terkejut Oey Sim Tit segera meloncat ke belakang.

   Namun salah satu tongkat bambu berhasil menusuk paha kirinya.

   Dan satu batang lagi tampak berkelebat mengancam mukanya, Apa boleh buat! Dalam keadaan terjepit, dia terpaksa menangkis dengan Busur Api.

   Tapi ujung tongkat bambu itu malah menggaet Busur Api.

   Oey Sim Tit merasa tenaga ujung tongkat bambu itu amat kuat, sehingga jari tangannya jadi renggang, Busur Api pun terbang ke udara, Urusan jadi kacau.

   sekarang semua orang tahu keempat orang buta itu ingin merebut Busur Api.

   Busur Api itu menyangkut urusan besar, seperti halnya dengan Panah Bulu Api, karena dapat menundukkan Pat Liong Thian Im.

   Banyak orang menghendaki Busur Api itu.

   sedangkan Oey Sim Tit tidak ingin kehilangan benda tersebut Karena itu ketika Busur Api terbang ke udara, dia tidak menghiraukan apa pun, langsung mencelat ke atas ingin mengejarnya.

   Akan tetapi ketika badannya mencelat ke atas, mendadak terdengar suara berdesir ke atas.

   sebatang tongkat bambu 1929 sudah meluncur ke arah dadanya, Oey Sim Tit harus berjungkir balik menghindar Lu Leng yang berada di atas pohon ketika melihat Busur Api terbang ke udara, segera melesat ke arah benda itu.

   Walau Lu Leng bergerak cepat, namun masih ada orang bergerak lebih cepat darinya, yakni orang buta yang menerbangkan Busur Api ke udara, Orang itu melesat ke atas sambil meluruskan tongkat bambunya ke arah Busur Api, Lu Leng yang meluncur dari atas pohon hanya terlambat beberapa kejap saja, Orang buta itu telah berhasil menyambar Busur Api, Menyaksikan itu, guguplah hati Lu Leng, Maka tanpa banyak pikir lagi langsung menyerang orang buta dengan jurus Go Hou Phu Yo (Harimau Lapar Menerkam Domba), cahaya berkelebat dari golok Su Yang To melesat ke arah orang buta itu.

   Begitu berhasil menyambar Busur Api, orang buta itu langsung meluncur ke bawah, Lu Leng pun terus memhurunya.

   Dan tiba-tiba....

   Crass! Ujung golok pusaka Su Yang To berhasil menyabet bahu orang buta itu.

   Darah segar pun mengucur Kalau golok pusaka Su Yang To itu maju sedikit lagi, bahu orang buta itu pasti kutung.

   Akibat dari serangan itu Busur Api yang ada di tangan orang buta terlepas, Lu Leng segera maju kemudian sebelah kakinya menginjak Busur Api itu, Akan tetapi, orang buta itu cepat mengebutkan tongkat bambunya ke arah kaki Lu Leng.

   Hal itu membuat Lu Leng harus menggeserkan kakinya, Namun seketika itu pula tongkat bambu berubah arah melesat ke perutnya, Apa boleh buat, Lu Leng terpaksa mundur Saat itulah ujung tongkat bambu menggaet Busur Api.

   Dan secepat kilat orang buta itu melesat pergi sambil bersiul panjang.

   Begitu mendengar suara siulan, tiga orang buta yang sedang bertarung dengan Tong Hong Pek bertiga segera melesat menyusulnya.

   "Kembalikan Busur Apiku!"

   Teriak Oey Sim Tit.

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Kembalikan busur itu...!"

   Dia hendak mengejarnya, tetapi mendadak sebatang tongkat bambu menyerang dadanya, Oey Sim Tit terpaksa berkelit Tong Hong Pek tahu, Busur Api sudah berada di tangan salah seorang buta itu.

   Dilihat dari tingkat kepandaiannya, Oey Sim Tit tentu tidak mungkin bisa merebut kembali.

   Maka segera dia memperingatkan Oey Sim Tit.

   "Sim Tit, jangan pergi! Kau hanya akan mengantar kematian!"

   Oey Sim Tit telah kehilangan Busur Api. Bagaimana mungkin dia akan"

   Mendengar perkataan Tong Hong Pek, Dia langsung melesat pergi mengejar keempat orang buta itu.

   Lu Leng yang khawatir Oey Sim Tit akan celaka di tangan mereka, segera melesat mengejar Namun belum berapa jauh 1931 meninggalkan tempat pertarungan.

   Lu Leng melihat Oey Sim Tit tergeletak di tanah.

   Kelihatannya sedang berusaha bangkit namun tiada tenaga sama sekali, Ternyata kaki yang tertusuk tongkat bambu terluka cukup parah.

   Akhirnya dia terkulai karena merasa sakit sekali.

   Lu Leng memapah Oey Sim Tit bangun, Tong Hong Pek dan lainnya juga sudah sampai di tempat itu.

   "

   Busur Api! Mereka merebut Busur Apiku! Busur Api!"

   Oey Sim Tit terus berteriak-teriak. Rupanya dia tetap menyesalkan Busur Apinya yang direbut orang lain.

   "Saudara Oey, Busur Api telah direbut mereka, percuma kau berteriak-teriak!"

   Ujar Lu Leng yang memapah Oey Sim Tit. Busur Api itu menyangkut nyawa Liok Ci Khim Mo ayahnya. Wajar kalau Oey Sim Tit jadi kalut "Aku tahu, Busur Apiku telah direbut orang, Kalian pasti merasa gembira!"

   Ujar Oey Sim Tit sambil menangis. Lu Leng tertegun mendengar kata-kata Oey Sim Tit itu. Lalu dia menoleh menatapnya.

   "Saudara Oey, kau omong apa itu?"

   Oey Sim Tit berhenti menangis, Mulutnya ternganga lebar dengan wajah tampak panik sekali, Keiihatannya dia sendiri pun tidak mengerti, kenapa tadi mengatakan begitu, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen maju menghampiri Oey Sim Tit, 1932

   "Sim Tit, terus terang saja! Demi membasmi Liok Ci Khim Mo, meskipun Busur Api itu berada padamu, kami pasti akan berusaha merebutnya, Tapi kini telah direbut keempat orang buta itu. Tapi jangan kau kira kami juga merasa gembira."

   Oey Sim Tit berkata dengan terisak-isak.

   "Paman Tam, tadi... tadi aku salah bicara."

   Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tersenyum getir "Sim Tit, bagaimana pun perasaanmu, kami mengerti. Kau orang baik di kolong langit Biar bagaimana berubahnya urusan kelak, kami tak akan pernah menyusahkanmu!"

   Oey Sim Tit menghela nafas panjang.

   "Paman Tam, bagaimana asal-usul keempat orang buta itu? Aku harus merebut kembali Busur Api itu. Lebih baik kumusnahkan saja, Aku rela tidak memiliki nya."

   Semua orang tahu Oey Sim Tit bersifat lemah.

   Akan tetapi, saat ini ucapannya justru memperlihatkan kebulatan hatinya, Semua juga tahu, apabila Busur Api itu berada di tangan orang lain, nyawa ayahnya akan terancam.

   Oey Sim Tit boleh dikatakan selalu bekerja sama dengan semua orang, Hanya bila menyangkut Liok Ci Khim Mo, sikapnya agak lain, Apabila Liok Ci Khim Mo tahu Busur Api telah direbut orang, sudah pasti akan berusaha merebutnya kembali Dan jika Liok Ci Khim Mo berhasil merebut kembali, tentunya akan memusnahkan Busur Api tersebut.

   jangankan untuk mencari Panah Bulu Api.

   Kini Busur Api saja sudah menimbulkan persoalan besar, entah harus mengalami berapa kali pertarungan sengit Lagi pula tidak hanya harus menghadapi keempat orang buta, melainkan juga Liok Ci Khim Mo yang jelas terus berusaha mencari Panah dan Busur Api itu.

   Seketika, semua orang jadi membungkam, sehingga suasana berubah hening sekali.

   "Paman Tam, Tong Hong Tayhiap! Mengenai asal usul keempat orang buta itu, kalian pasti tahu! Tolong beritahukan padaku!"

   Oey Sim Tit penuh harap meminta kepada kedua orang tua itu. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen memandang Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.

   "Sim Tit, kau harus percaya bahwa aku tidak berdusta, Asal-usul keempat orang buta itu, aku sama sekali tidak tahu,"

   Sahut Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek setelah berpikir sejenak, Semua orang mendengar ucapan itu dan mereka tercengang karena ketika keempat orang buta itu muncul, wajah Tong Hong Pek tampak tegang, bahkan juga memberi isyarat agar mereka jangan mengeluarkan suara, Berdasarkan itu, tentunya Tong Hong Pek tahu asal-usul keempat orang buta tersebut Namun kini dia malah bilang tidak tahu, maka orang-orang itu menjadi heran.

   Lu Leng yang berhati jujur, langsung berseru.

   "Guru...."

   Dia berseru demi kian, karena merasa tidak puas akan jawaban Tong Hong Pek, gurunya. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tersenyum.

   "Anak Leng, aku mengerti maksudmu."

   Wajah Lu Leng kemerah-merahan.

   "Guru, aku kira...."

   Sebelum Lu Leng usai berkata, Tong Hong Pek sudah mengibaskan tangannya.

   "Tidak perlu kau jelaskan aku pun sudah tahu, Maksudmu, seharusnya aku menceritakan asal-usul keempat orang buta itu bukan? Walau Liok Ci Khim Mo akan pergi mengejar keempat orang buta, kita tetap berharap kita yang memperoleh Busur Api itu. Apabila Liok Ci Khim Mo turut campur, tentunya akan mempersulit kita, tapi tidak seharusnya kita mengelabui Sim Tit. Begitu kan maksudmu?"

   Lu Leng mengangguk Tong Hong Pek tertawa seraya berkata.

   "Anak Leng, kau terlampau mencurigaiku, Bagaimana mungkin dikarenakan itu, hingga aku harus merahasiakan hal yang sebenarnya? sesungguhnya asal-usul keempat orang buta itu, aku tidak tahu,"

   Semua orang mendengar ucapan itu, maka mereka tidak bercuriga !agi, begitu pula Lu Leng.

   "Dalam hati kalian pasti merasa heran. Padahal aku tidak tahu asal-usul keempat orang buta itu, kenapa begitu melihat mereka berempat muncul, air mukaku langsung tegang, Ya, kan?"

   Kata Tong Hong Pek lagi.

   "Ya."

   Sahut Han Giok Shia dan Lu Leng hampir serentak "ltu dikarenakan dulu aku pernah bertemu mereka berempat."

   Kata Tong Hong Pek, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen merasa heran mendengar perkataan itu.

   "Saudara Tong Hong, dulu kau sering bersamaku tapi kenapa aku tidak pernah bertemu keempat orang buta itu?"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa.

   "Panjang sekali kalau diceritakan sesungguhnya pada waktu itu aku belum berkenalan denganmu. Ketika itu usiamu baru sekitar delapan belas, Keempat orang buta itu pernah ke Cing Yun Ling Go Bi San mencari guruku."

   Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tercengang mendengarnya.

   "Oh? Kalau begitu, kepandaian keempat orang buta itu pasti tinggi sekali."

   Tong Hong Pek manggut-manggut.

   "Tidak salah, Mereka berempat menemui guruku, justru merasa tidak tunduk terhadap Thian Ho Si Lo, maka menghendaki Thian Ho Si Lo bertanding dengan mereka berempat. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tertawa.

   "Mereka sungguh tak tahu diri! Tentunya Beng Tu Lo Jin memukul mundur mereka bukan?"

   Tong Hong Pek mengangguk "Dugaanmu tidak meleset.

   Namun guruku tidak bertanding dengan mereka, hanya memperlihatkan ilmu Khek Ciok Seng Hun (Menghancur Batu Jadi Tepung), Setelah itu, guruku bilang, bahwa kepandaiannya paling rendah di antara Thian Ho Si Lo.

   Keempat orang buta itu segera meninggalkan Go Bi San."

   "Lalu kenapa selanjutnya tiada kabar berita lagi mengenai keempat orang buta itu?"

   Tanya Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengerutkan kening.

   "Ada satu urusan yang sudah lama kulupakan, namun kini aku teringat kembali, dan membuatku merasa heran sekali."

   Kini Busur Api telah terjatuh ke tangan keempat orang buta itu, maka semua orang amat menaruh perhatian terhadap asal-usul mereka berempat "Urusan apa yang membuatmu merasa heran?"

   Tanya Tam Sen.

   "Ketika itu, setelah keempat orang buta itu pergi, air muka guruku tampak resah sekali. Dia pernah menyuruh suhengku turun gunung mencari jejak keempat orang buta itu, Pada waktu itu, kuanggap guruku terlampau membesarkan urusan tersebut tapi guruku bilang kepadaku, bahwa kepandaian keempat orang buta itu amat aneh, kelihatannya berasal dari satu orang, Tapi guruku tidak mau menceritakan hal lain kepadaku."

   "Kalau begitu, tidak perlu diherankan,"

   Kata Tam Sen.

   "Justru mengherankan sebab suhengku itu tidak pernah kembali Guruku pun tidak pernah mengutus orang pergi mencarinya, sepertinya tiada urusan sama sekali suhengku itu lebih awal berguru dari padaku, sudah pasti punya suatu hubungan istimewa dengan guruku, Setelah aku berkecimpung dalam dunia persilatan aku pun melupakan urusan itu."

   Bagian 44 Oey Sim Tit bertanya mendadak.

   "Selanjutnya Tong Hong Tayhiap tidak pernah bertemu mereka berempat lagi?"

   "Memang tidak pernah bertemu mereka berempat lagi, Tadi ketika mereka berempat muncul, aku nyaris tak ingat Sim Tit, aku tidak melarangmu pergi mencari mereka, tapi harus kubentahukan, dulu guruku agak segan terhadap mereka, sebab kepandaian mereka amat tinggi sekali, kau harus hati-hati!"

   Oey Sim Tit manggut-manggut.

   "Sudah pasti aku akan pergi bersama ayahku."

   Mendengar ucapan Oey Sim Tit itu semua orang menjadi diam.

   * * * * Bab 91 Walau Liok Ci Khim Mo menyebut dirinya Bu Lim Ci Cun, dalam rimba persilatan tentu tidak akan terluput dari berbagai macam urusan, Namun kalau dia tidak keluar dari istana Ci Cun Kiong, itu memang lebih baik, Kini telah terjadi itu, apabila Liok Ci Khim Mo bergerak lagi dalam rimba persilatan kaum persilatan golongan lurus yang masih bersembunyi pasti akan diketahui olehnya dan tentunya akan terjadi mala-petaka lagi bagi kaum rimba persilatan golongan lurus, Kali ini, Oey Sim Tit dapat melihat perasaan semua orang.

   "Kalau tidak bersama ayahku aku pasti tidak akan berhasil merebut kembali Busur Api itu."

   Katanya dengan kepala tertunduk Tong Hong Pek menepuk bahunya.

   "Legakanlah hatimu, Sim Tit! Kami tidak akan menyalahkanmu"

   Oey Sim Tit tersenyum getir "Sayang sekali ayahku tidak mau mendengar perkataanku Kalau ayahku mau dengar perkataanku aku bisa terus bersama kalian dan amat gembira, Kini... aku harus pergi."

   Kemudian dia melesat pergi dan semua orang melambaikan tangan ke arahnya, Setelah Oey Sim Tit pergi, orang-orang itu mulai 1939 memperbincangkan asal-usul keempat orang buta itu, Namun perbincangan mereka tidak menghasilkan apa-apa sebab seorang pun tak ada yang tahu mengenai keempat orang buta tersebut.

   Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan lagi.

   Ketika tengah hari, mereka tiba di persimpangan jalan dan segera bertanya kepada pemilik kedai teh di pinggir jalan.

   Setelah mereka baru tahu bahwa kalau terus ke depan akan sampai di gurun pasir, ke arah barat akan sampai di gunung Liok Pan San dan ke arah timur akan sampai di Kang Lam.

   Mereka semua berunding di dalam kedai teh itu.

   "Keempat orang buta itu pasti melewati jalan-jalan di sini maka kita harus berpencar menjadi tiga kelompok mencari jejak mereka, jangan sampai Liok Ci Khim Mo mendahului kita."

   Kata Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Giok Bjn Sin Kun-Tong Hong Pek manggut-manggut.

   "Betul Tapi mungkin juga kita mengejar sampai sejauh laksaan mil tiada hasilnya."

   Tam Sen menghela nafas.

   "Kini Busur Api dan Panah Bulu Api sudah kehilangan jejak dan kita pun harus menghindari Liok Ci Khim Mo. Maka, kalau kali ini tiada hasilnya, setahun kemudian kita bertemu di sini!"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menambahkan .

   "Kalau pun tahu jejak Busur Api dan Panah Bulu Api tapi kalau tidak yakin dapat merebutnya, jangan turun tangan, Kita berkumpul kembali di sini, lalu berunding bersama."

   Tam Sen manggut-manggut.

   "BetuL Ek Hui, aku bersamamu ibumu bersama Giok Shia, sedangkan saudara Tong Hong bersama Lu Leng."

   Tam Ek Hui dan Han Giok Shia akan berpisah dan paling sedikit harus setahun baru bisa berkumpul kembali Dalam hati mereka merasa berat, namun karena Tam Sen sudah memutuskan begitu, mereka berdua tidak berani membangkang.

   Keduanya hanya saling memandang sambil rnerabatin, dalam waktu setahun, mereka berdua pasti akan saling merindukan Ketika Lu Leng mendengar akan bersama Tong Hong Pek, hatinya menjadi tidak tenang, sebetulnya dia tidak membenci gurunya, melainkan dikarenakan urusannya dengan Tam Goat Hua.

   Walau bukan kesalahannya tapi tetap dikarenakannya sehingga membuat Tam Goat Hua mengambil keputusan menjadi biarawati.

   Kalau masih bersama semua orang, Lu Leng masih tidak merasa apa-apa.

   Namun seandainya bersama Tong Hong Pek, dia pasti merasa ada duri di punggungnya.

   Tapi sebelum Lu Leng membuka mulut, Tong Hong Pek sudah bangkit berdiri menepuk bahu Lu Leng.

   "Anak Leng, mari kita pergi."

   Ajaknya, Lu Leng terpaksa berdiri juga.

   "Dulu aku pernah ke gunung salju, maka sudah faham jalan yang menuju ke barat Kita menuju ke barat saja."

   Kata Tong Hong Pek lagi Itu memang kemauan Lu Leng, sebab dia masih punya urusan dengan Hek Sin Kun, harus ke gudang rahasia 1941 mengambil benda-benda pusaka itu dan gunung Tang Ku Sat justru berada di bagian barat Seh Cing Hua pun bangkit berdiri, kemudian menarik tangan Han Giok Shia.

   "Giok Shia, kita menuju utara!"

   Han Giok Shia mengangguk namun sepasang matanya memandang Tam Ek Hui lekat-lekat Tam Ek Hui pun memandangnya, sedangkan Lu Leng dan Tong Hong Pek sudah membalikkan badan, Tam Sen suami istri tersenyum, kemudian Seh Cing Hua menatap Han Giok Shia.

   "Giok Shia, waktu masih panjang sekali. Hanya berpisah satu tahun, jangan merasa berat"

   Katanya, Wajah Han Giok Shia tampak kemerah-merahan.

   "Bibi Tam...."

   Seh Cing Hua tertawa.

   "Ek Hui, kau bersama ayahmu ke selatan, kita berpisah di sini."

   Dia lalu menarik Han Giok Shia menuju ke utara, Walau sudah jauh, tapi Han Giok Shia masih menoleh ke belakang, Tong Hong Pek menjura kepada Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.

   "Saudara Tam, sampai jumpa setahun kemudian!"

   Katanya.

   Kemudian bernama Lu Leng berangkat ke barat, sedangkan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Tam Ek Hui berangkat ke selatan, sementara Tong Hong Pek dan Lu Leng terus melakukan perjalanan ke barat, siapa pun tidak membuka mulut duluan, Belasan mil kemudian, barulah Tong Hong Pek membuka mulut "Anak Leng, ketika kau membawa kuda sampai di tengah jalan, kenapa mendadak menghilang? Apakah bertemu Goat Hua?"

   Lu Leng takut Tong Hong Pek akan menyinggung itu, tapi Tong Hong Pek justru malah menyinggungnya. Lu Leng menghela nafas panjang.

   "Ya."

   Sahutnya.

   "Bagaimana dia? Apakah hatinya sudah mulai gembira?"

   Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala.

   "Tidak, dia berada di dalam kuil tua. Kalau biarawati tua itu memotong rambutnya, dia pasti sudah menjadi biarawati."

   Tong Hong Pek tertegun.

   "Kini dia masih berada di dalam kuil tua itu?"

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Aku pernah ke kuil tua itu mencarinya, tapi dia sudah tidak berada di sana."

   Tong Hong Pek segera menghentikan langkahnya.

   "Anak Leng, sementara ini dia pasti menghindarimu, Mari kita ke sana mencoba mencarinya!"

   Lu Leng sama sekali tidak menduga kalau Tong Hong Pek akan berkata begitu, sehingga membuatnya tertegun.

   "Guru, untuk apa kita mencarinya?"

   "Aku harus bicara beberapa patah kata kepadanya di hadapanmu."

   Mendengar ucapan gurunya itu, Lu Leng menghela nafas panjang.

   "Guru tidak perlu berbuat begitu, Yang Kakak Goat cintai justru Guru, percuma Guru bicara kepadanya di hadapanku."

   "Kau tidak usah pedulikan aku. Asal kau mau pergi bersamaku, sudah tiada urusan lagi bagimu."

   Lu Leng tidak berani membangkang lagi, hanya manggu t-manggut Mereka berdua lalu ke gunung Tiong Tiau San untuk menemui Tam Goat Hua.

   "Guru, di dalam kuil tua itu terdapat dua biarawati tua, mereka amat aneh."

   Kata Lu Leng ketika mereka telah berjalan beberapa mil.

   "Oh?"

   Tong Hong Pek mengerutkan kening.

   "Bagaimana anehnya?"

   "Kedua biarawati tua itu berkepandaian amat tinggi, tapi tidak tahu asal-usul mereka, Salah seorang dari mereka gagu dan tuli."

   Tong Hong Pek tampak tertegun "Gagu dan tuli? Apakah di antara mereka ada yang di lengannya terdapat tujuh titik merah ?"

   "Aku tidak melihat tanda itu di lengan mereka,"

   Sahut Lu Leng.

   "Mungkin dugaanku tidak meleset Bagaimana dia yang begitu jahat bisa menjadi biarawati?"

   "Maksud Guru siapa?"

   Tanya Lu Leng.

   "Dulu dalam rimba persilatan terdapat seorang perampok wanita yang amat jahat dan kejam. julukannya adalah Cit Seng Li (Wanita Tujuh Bintang). Karena ada tanda tujuh titik merah di lengannya Kemudian mendadak dia menghilang entah ke mana, Dia mempunyai seorang pelayan wanita, yang tenaganya amat kuat."

   Lu Leng terperangah mendengar paparan gurunya itu.

   "Kalau begitu, sudah pasti dia,"

   Tukasnya.

   "Kalau benar dia, sampai di sana kita pura-pura tidak tahu,"

   Pesan Tong Hong Pek, Mereka berdua tidak berbicara lagi, terus melanjutkan perjalanan.

   Hari berikutnya mereka sudah tiba di gunung Tiong Tiau San, Saat ini, luka dalam yang diderita Tong Hong Pek sudah sembuh tujuh delapan bagian.

   Ketika hari mulai gelap, mereka berdua sudah tiba di depan kuil tua tersebut "Kalau kita masuk dari pintu depan, mungkin Goat Hua tidak sudi menemui kita, dan pasti kabur,"

   Kata Tong Hong Pek.

   "Guru ingin menemuinya, lebih baik aku menghindar saja,"

   Sahut Lu Leng, Tong Hong Pek tersenyum.

   "Jangan bodoh. Kita datang bersama, masuk pun harus bersama pula, Kita masuk melalui tembok."

   Lu Leng masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Tong Hong Pek sudah menariknya lalu mengerahkan Ginkang meloncat ke dalam kuil tua itu melewati tembok, Mereka berendap-endap menuju ruang dalam.

   Sampai di jendela, Tong Hong Pek mengintip ke dalam.

   Dugaan Tong Hong Pek tidak meleset Tam Goat Hua sedang duduk bersila di ruangan itu, Tampak tiga batang hio menyala mengepulkan asap di hadapan Tam Goat Hua dan sepasang lampu minyak di atas meja sembahyang, Air muka Tam Goat Hua tampak amat menderita, sepasang matanya terpejam, tapi di kelopak matanya justru melekat butiran air mata yang belum menetes.

   Tong Hong Pek dan Lu Leng mengintip ke dalam.

   Ketika Lu Leng menyaksikan keadaan Tam Goat Hua, hatinya terasa pilu sekali dan matanya pun mulai bersimbah air.

   Tong Hong Pek menarik nafas dalam-dalam lalu tangannya mendorong daun jendela hingga terbuka.

   Sebelum Tam Goat Hua membuka raalanya, Tong Hong Pek sudah berkelebat ke dalam bagaikan segulung asap lalu berdiri di sisi gadis itu, Tam Goat Hua mendongakkan kepala dan begitu melihat Tong Hong Pek, matanya menjadi terbelalak dan dia tampak tertegun.

   Gadis itu mengeluh, kemudian mendadak mendekap di dada Tong Hong Pek.

   Itu sungguh di luar dugaan Tong Hong Pek.

   Begitu melihat kemunculannya, Tam Goat Hua tidak kabur, sebaliknya malah mendekap di dadanya, seketika Tong Hong Pek pun memeluknya, Wajah Tam Goat Hua tampak berseri.

   "Kanda! Kanda! Apakah aku berada dalam mimpi?"

   Bisiknya Sebetulnya maksud tujuan Tong Hong Pek ke tempat itu, ingin menasihatinya agar bersama Lu Leng, Dia sendiri rela menderita demi mereka berdua.

   Namun begitu melihatnya gadis itu langsung mendekap di dadanya.

   Oleh karena itu, apa yang ingin dikatakannya menjadi tak dapat dicetuskan.

   Sedangkan Lu Leng pun tahu maksud tujuan Tong Hong Pek ke kuil tua bersamanya Saat ini, dia melihat mereka berdua dan menyaksikan wajah Tam Goat Hua berseri-seri ketika bertemu Tong Hong Pek, dalam hatinya sama sekali tidak merasa cemburu maupun membenci, tapi sebaliknya malah berharap agar mereka berdua akan saling mencinta lagi, Hanya saja dia menarik nafas panjang lalu tanpa mengeluarkan suara meninggalkan tempat itu, 1947 Sementara Tong Hong Pek masih memeluk Tam Goat Hua.

   Berselang sesaat barulah dia menyadari bahwa kedatangan itu demi Lu Leng dan Tam Goat Hua.

   Teringat akan hal itu dia segera mendorong Tam Goat Hua perlahan-lahan, lalu menolehkan kepalanya ke arah jendela, Saat itu Lu Leng sudah pergi, bagaimana mungkin masih ada bayangannya di sana? Tong Hong Pek tertegun, kemudian berseru-seru.

   "Anak Leng! Anak Leng!"

   Tapi tiada sahutan, Tam Goat Hua pun kelihatan tersentak sadar dan segera mencelat ke belakang dengan mulut ternganga lebar "Goat Hua, kau.,."

   Panggil Tong Hong Pek. Air mata Tam Goat Hua sudah meleleh membasahi kedua pipinya yang putih mulus.

   "Bukan mimpi! ini bukan mimpi! gumamnya.

   "Goat Hua, kenapa kau? Dengarlah perkataanku !"

   Kata Tong Hong Pek.

   "Jangan pedulikanku! Aku tidak mau bertemu kau lagi, cepat pergi! Cepat pergi!"

   Teriak Tam Goat Hua. Tong Hong Pek maju selangkah.

   "Goat Hua.,,."

   Ucapannya terputus karena tiba-tiba Tam Goat Hua membalikkan badannya dan langsung pergi, Ketika Tong Hong Pek ingin mengejarnya, mendadak terdengar suara pujian kepada Sang Buddha dan tampak sosok bayangan berkelebat menghadang di hadapan Tam Goat Hua.

   Tong Hong Pek mendongakkan kepala, Dilihat-nya seorang biarawati tua menghadang di hadapan Tam Goat Hua.

   Dulu Tong Hong Pek pernah bertemu beberapa kali dengan Cit Seng Li-tim Sok Hua.

   Ketika itu dia masih muda dan amat cantik.

   Tapi kini biarawati itu sudah begitu tua dan tidak terdapat bekas-bekas kecantikannya.

   Begitu biarawati tua itu muncul, Tam Goat Hua segera bersembunyi di belakangnya.

   "Guru, cepat usir dia! Aku... aku tidak mau menemuinya,"

   Katanya. Biarawati tua itu menatap Tong Hong Pek seraya berkata.

   "Kau sudah mendengar itu?"

   "Suthay, ada beberapa patah kata yang harus kukatakan kepadanya, menyangkut kebahagiaannya seumur hidup."

   "Guru, aku sudah tidak punya kebahagiaan lagi, cepat usir dia!"

   Teriak Tam Goat Hua.

   "Hati gadis ini sudah ditujukan kepada Sang Buddha, lebih baik kau pergi saja,"

   Kata biarawati tua.

   "Omong kosong! pikirannya hanya belum terbuka, siapa bilang hatinya sudah ditujukan kepada Sang Buddha?"

   Kata Tong Hong Pek dengan gusar Biarawati tua itu menyahut perlahan-lahan.

   "Dia sendiri yang berkata begitu, orang lain mana bisa memaksanya?"

   Sahut biarawati tua itu dengan perlahan-lahan.

   "Minggir kau!"

   Bentak Tong Hong Pek.

   Sembari membentak, dia menjulurkan tangannya mencengkeram lengan biarawati tua itu.

   Biarawati tua itu berkelit lalu tangannya bergerak sehingga tasbeh yang di tangannya ikut bergerak ke arah lengan kiri Tong Hong Pek.

   Di saat biarawati itu menggerakkan tangannya, ujung jubahnya tersingkap dan terlihat tanda tujuh titik merah di lengannya.

   Tong Hong Pek tertawa gelak.

   "Ha ha ha! Lim Sok Hua, tak sangka kau bisa menjadi biarawati! Sungguh menggelikan!"

   Biarawati tua itu mundur selangkah, lalu berkata dengan hambar.

   "Kau keliru! pintu Buddha amat luas dan siapa pun boleh memasukinya. Lagipula Lim Sok Hua sudah lama mati!"

   Tong Hong Pek mendengus.

   "Hm! Aku tidak peduli Lim Sok Hua sudah mati atau belum, hanya ingin bicara beberapa patah kata dengan Tam Goat Hua! Kau masih tidak mau minggir "

   Biarawati tua itu menggeleng-gelengkan kepala.

   "Sudahlah! Kau jangan mengacau di sini, cepatlah pergi!"

   Tong Hong Pek melihat biarawati tua itu tidak menyiarkannya berbicara dengan Tam Goat Hua, sedangkan Lu Leng entah ke mana, sehingga membuat hatinya gusar sekali.

   Maka dia membentak keras sambil menjulurkan tangannya, menotok jalan darah Hwa Kim Hiat di bagian dada biarawati tua itu.

   Biarawati tua itu mundur, sekaligus menggerakkan tasbehnya menyerang tangan Tong Hong Pek.

   Ternyata Tong Hong Pek mengeluarkan jurus tipuan, Ketika tasbeh itu mengarah tangannya mendadak dia menarik kembali tangannya, lalu dikibas-kannya ke depan, Kibasan itu penuh mengandung tenaga, Walau badan biarawati itu tidak bergeming, tapi pintu di belakangnya roboh terterjang tenaga kibasan Tong Hong Pek.

   Di saat bersamaan, Tam Goat Hua yang bersembunyi di belakang biarawati tua itu, terhuyung-huyung ke belakang empat langkah, Maksud Tong Hong Pek memang agar Tam Goat Hua menjauhi biarawati tua itu, Maka begitu melihat gadis itu terhuyung-huyung beberapa langkah, dia lalu bersiul panjang, Tampak badannya mencelat ke atas, lalu melesat ke depan 1951 melewati biarawati tua itu.

   Dia turun di belakang Tam Goat Hua lalu menjulurkan tangannya memegang bahu gadis itu.

   Akan tetapi, bersamaan itu dia pun merasakan adanya serangkum tenaga yang amat kuat menerjang ke arah nya.

   Dia segera menangkis dengan tangan kirinya, Terdengar suara "Blam"

   Disusul suara jeritan yang menyayat hati, Biarawati tua itu terpental keluar lalu jatuh tersungkur Perlahan-lahan dia bangkit berdiri, tapi tidak berani menyerang lagi, Ternyata biarawati itu bukan biarawati tua yang tadi, melainkan biarawati tua yang gagu dan tuU.

   Dia membokong Tong Hong Pek, namun tertangkis olehnya sehingga badannya terpental keluar Tong Hong Pek yang berhasil memegang bahu Tam Goat Hua segera berkata.

   "Goat Hua, ayo ikut aku, aku ingin bicara sebentar denganmu!"

   Dia hendak menariknya pergi, tapi mendadak tangan kiri Tam Goat Hua bergerak, tahu-tahu sudah menggenggam sebilah belati tajam dan langsung menusuk ke tenggorokannya sendiri.

   Saat itu Tong Hong Pek berada di belakangnya, Dia hendak merebut belati itu tapi ter!ambat, maka tidak berani menariknya pergi, Menyaksikan adegan itu, biarawati tua tersebut segera merangkapkan kedua tangannya di dada.

   "Siancay! Siancay! Kau masih tidak mau meninggalkan tempat ini?"

   Tong Hong Pek menarik nafas dalam-dalam.

   "Lim Sok Hua, kau jangan banyak omong!"

   Mendadak Tam Goat Hua menyela.

   "Kalau kau tidak mau pergi, aku akan bunuh diri di hadapanmu!"

   "Baik, aku segera pergi dan selamanya tidak akan ke mari menemuimu lagi! Tapi ada seseorang, kau harus menemuinya!"

   Sahut Tong Hong Pek, Tam Goat Hua menggelengkan kepala.

   "Tidak! Aku tidak mau menemuinya!"

   


Tusuk Kondai Pusaka Karya SD Liong Rahasia Benteng Kuno Karya Chin Yung Rahasia Kampung Setan -- Khu Lung/Tjan Id

Cari Blog Ini