Ceritasilat Novel Online

Harpa Iblis Jari Sakti 25


Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Bagian 25



Harpa Iblis Jari Sakti Karya dari Chin Yung

   

   Salah seorang buta menambahkan sambil mengeluarkan Busur Api ilu, kemudian menarik dan melepaskan, sehingga menimbulkan suara "Pheng"

   "Usia kami sudah berkepala tujuh, namun harapan kami itu tidak pernah sirna, Kami tetap berharap mata kami bisa melihat Kami mempercayai perkataanmu memang sulit untuk mencari Panah Bulu Api itu. Kini... kami menuruti perkataanmu, namun kau tidak boleh ingkar janji!"

   Orang buta itu lalu menyerahkan Busur Api kepada Lu Leng. Betapa girangnya Lu Leng menerima Busur Api tersebut "Aku pasti tidak akan ingkar janji!"

   Ujarnya meyakinkan.

   Bersamaan dengan itu dari gemuruh air terjun mendadak terdengar menggelegar keras dan menggetarkan Meskipun suara itu tampaknya berasal dari tempat jauh, Lu Leng terlonjak bangun karena begitu terkejutnya, Hal itu ternyata justru membuat keempat orang buta terlongo bengong.

   "Kenapa kau?"

   Tanya mereka yang bingung dan tak mengerti. Luleng menyahut "Cepat menyingkir! Liok Ci Khim Mo datang!"

   Ujar Lu Leng memberitahukan. Kelihatannya keempat orang buta itu tidak tahu akan kehebatan Liok Ci Khim Mo.

   "Siapa Liok Ci Khim Mo itu?"

   Tanyanya dengan kening mengkerut Lu Leng buru-buru memberitahukan.

   "Liok Ci Khim Mo memiliki ilmu Pat Liong Thian Im, tiada seorang pun dapat melawannya Bagaimana kalian tidak mengetahuinya?"

   Keempat orang buta berkata dengan dingin.

   "Kami memang tidak pernah dengar, justru ingin tahu seberapa kehebatan Liok Ci Khim Mo itu!"

   Mendengar itu, Lu Leng jadi gugup.

   "Kalau dia sampai di sini, akan sulit bagi kita meloloskan diri!"

   Keempat orang buta itu berkata.

   "Kalau kau takut, pergilah menyingkir! sekalipun Beng Tu Lo Jin yang ke mari, kami tidak akan menyingkir!"

   Karena kesal Lu Leng membanting kaki. Tampaknya keempat orang buta itu sama sekali tidak tahu akan kehebatan Pat Liong Thian Im. Di saat Lu Leng dicekam rasa gugup, terdengarlah suara Ting Ting Ting tiga kail Suara itu sudah semakin dekat.

   "Lweekang orang itu cukup lumayan, dapat membunyikan harpa hingga suaranya menembus ke mari!"

   Ujar para orang buta memuji Liok Ci Khim Mo..Lu Leng justru menarik nafas dingin.

   "Cianpwee berempat sudi menyerahkan Busur Api padaku. Walau binatang piaraan Cianpwee telah membuat orang yang paling kucintai terjatuh ke jurang. Aku tidak akan menyalahkan Cianpwee berempat Liok Ci Khim Mo sebentar lagi akan tiba di sini, kalian harus cepat menyingkir jangan sampai terlambat!"

   Wajah keempat orang buta itu berubah, lalu membentak serentak.

   "Jangan banyak bicara! Kau mau pergi, kami persilakan!"

   Melihat keempat orang buta itu sulit dinasihati, hati Lu Leng semakin panik.

   Namun apa mau dikata, dia tidak bisa memaksa mereka.

   Kalau tidak dalam keadaan terluka dia tentu akan turun tangan menotok jalan darah mereka, lalu dibawa pergi, Namun saat ini lukanya belum sembuh.

   Dia tidak bisa berbuat apa-apa! seketika Lu Leng menghela nafas panjang, kemudian berjalan keluar Sarapai di luar dia melihat bayangan-bayangan orang berkelebat menuju ke arah puncak Lian Hoa Hoang ini.

   Lu Leng tahu kalau dirinya tidak segera pergi, pasti akan celaka, Tapi dia masih berseru mengingatkan keempat orang.

   buta itu.

   "Kalau Cianpwee berempat mulai merasa tidak tahan terhadap Pat Liong Thian Im, harus segera kabur! Apa yang telah kujanjikan pada Cianpwee berempat, pasti kulaksanakan!"

   Usai berseru, dia melihat empat orang sudah sampai di pelataran batu, Betapa gugupnya Lu Leng.

   Dia menengok ke sana-ke mari, tak menemukan tempat untuk bersembunyi sebaiknya memang harus cepat kabur, tetapi saat ini dia tak punya tenaga, Lu Leng semakin panik, Kebetulan dia melihat air terjun terletak tak jauh dari situ.

   Segeralah dia melesat ke sana, Dia menerjang ke arah air terjun yang mencurah deras dari atas, Dia berdiri bersandar pada dinding batu, Suara gemuruh air terjun amat memekakkan telinganya, Dengan paksa dia membuka matanya, Melihat ada suatu tempat yang cekung ke dalam, dia segera ke sana, Di sekelilingnya adalah air terjun.

   Meskipun harus basah dan kedinginan serta menahan suara gemuruh menggetarkan, dia dapat merasa lega berada di tempat ini.

   Lu Leng menyeka mukanya yang penuh air, kemudian menyimpan Busur Api baik-baik, Kini dalam hatinya amat mencemaskan keempat orang buta itu.

   Dia membelalakkan matanya memandang ke depan, samar-samar terlihat belasan orang berdiri di atas pelataran batu, Siapa mereka itu, Lu Leng tidak dapat melihat dengan jelas karena terhalang oleh air terjun, Tapi dia melihat salah seorang yang berbadan tinggi besar Orang itu adalah Liok Ci Khim Mo yang berdiri di sisinya pasti Oey Sim Tit Lu Leng tidak merasa heran, bagaimana Liok Ci Khim Mo bisa sampai di puncak Lian Hoa Hong mencari keempat orang buta itu.

   Sebab saat ini telah banyak kaum rimba persilatan yang bergabung dengan Liok Ci Khim MQ.

   baik dari golongan putih maupun dari golongan hitam.

   Di antara mereka pasti tahu tentang keempat orang buta itu, maka tidak sulit mengetahui tempat tinggal mereka.

   Namun yang tak terduga, begitu cepat Liok Ci Khim Mo sampai di puncak Lian Hoa Hong.

   Kedatangan Liok Ci Khim Mo ini pasti karena Busur Api, sedangkan Busur Api itu sudah berada padanya, Asal Liok Ci Khim Mo tidak menemukan dirinya, maka pasti aman.

   Walau Pat Liong Thian Im amat dahsyat, kemungkinan besar suara gemuruh air terjun dapat menghalau suaranya sehingga Lu Leng lolos dari bahaya.

   Tetapi bagaimana dengan keempat orang buta itu? Lu Leng tidak berani memikirkan itu, sebab keempat orang buta itu pasti akan sulit untuk meloloskan diri sebenarnya mereka bukan orang jahat, Mereka merebut Busur Api hanya karena ingin memanah burung langka di pantai Lam Hai, agar mata mereka bisa melihat seperti mata orang biasa, Sembari berpikir Lu Leng terus memandang ke depan, Tampak dua sosok bayangan hitam menyerang ke arah Liok Ci Khim Mo dan lainnya, Mereka adalah sepasang kepiting raksasa, Terlihat empat orang segera berpencar mengepung kedua kepiting raksasa, sedangkan yang lain menuju ke rumah batu.

   Bersamaan dengan itu terdengar pula suara TingTing Ting"

   Yang tak berhenti.

   Saat ini, Lu Leng berada di balik air terjun, Kalau orang biasa, selaput telinga pasti sudah pecah oleh suara gemuruh air terjun, bahkan akan pingsan pula! Walau mendengar suara harpa, Lu Leng tidak terpengaruh karena tertekan oleh suara gemuruh air terjun, Lu Leng terus memandang ke depan dengan penuh perhatian Keempat orang yang mengepung kedua ekor kepiting raksasa tampak sudah mulai bertarung.

   Lu Leng yakin keempat orang itu adalah pesilat tangguh dari golongan hitam.

   Lu Leng memandang ke arah rumah batu, tampak empat sosok bayangan berdiri di depan rumah.

   Tidak salah mereka tentu keempat orang buta itu, Kedua pihak pasti sedang berbicara, tentunya Lu Leng tidak dapat mendengar pembicaraan mereka, Selain itu tempat ini sangat jauh, Lu Leng terus membelalakkan matanya, Walau air terjun muncrat ke matanya, dia sama sekali tidak peduli, Matanya terasa pedih sekali maka terpaksa dipejamkan sejenak Ketika membuka kembali matanya, hatinya kaget Keempat orang yang bertarung dengan kepiting raksasa, sudah berhasil membunuh satu kepiting.

   sedangkan keempat orang buta sudah duduk berhadapan dengan Liok Ci Khim Mo.

   Suara harpanya terus terdengar berdentingan Lu Leng bukan kaget karena itu, melainkan karena melihat Oey Sim Tit membopong seseorang, Meskipun samar-samar, tapi Lu Leng yakin yang dibopong Oey Sim Tit adalah seorang wanita, Lu Leng yakin bahwa Oey Sim Tit bukan pemuda hidung belang, suka main perempuan Tapi dari mana dia membopong seorang wanita? Lu Leng tidak habis berpikir, kemudian bertanya dalam hati.

   "Siapa wanita itu?"

   Sementara Oey Sim Tit tampak membopong wanita itu mendekati air terjun. seketika juga Lu Leng berseru kaget.

   "Haaah!"

   Benda panjang yang menjuntai dari tangan wanita dalam pondongan Oey Sim Tit ternyata sepasang rantai besi.

   Lu Leng yakin wanita itu adalah Tam Goat Hua.

   Dia teringat akan ucapan keempat orang buta, bahwa mereka tidak menemukan mayat Tam Goat Hua.

   Berarti Tam Goat Hua tidak binasa di dasar jurang.

   Jurang itu amat dalam, kalau tidak binasa karena jatuh ke dasamya, ini sangat tak masuk akal, Namun Lu Leng sudah 2043 yakin gadis itu tidak binasa, Apalagi kini melihat Oey Sim Tit membopong seorang gadis, Lu Leng berani memastikan wanita itu adalah Tam Goat Hua.

   Namun dilihat dari keadaannya, sudah jelas gadis itu terluka parah, sehingga Oey Sim Tit harus membopongnya.

   * * * * Bab 96 Begitu melihat Tam Goat Hua, hati Lu Leng tergetar perlahan dia berjalan menerobos air terjun.

   Saat itu Oey Sim Tit sudah sampai di pinggir air terjun.

   Berendap-endap Lu Leng mendekati mereka, Oey Sim Tit dan Tam Goat Hua sama sekali tidak tahu di belakang terdapat seseorang, Lu Leng sudah mendekat sekali, hanya setengah depa di belakang mereka, pikirannya langsung berputar mencari akal, Kalau saat ini turun tangan menotok jalan darah Oey Sim Tit, tentunya dapat membawa Tam Goat Hua ke balik air terjun itu, tiada seorang pun akan mengetahuinya.

   Setelah mengambil keputusan Lu Leng segera menjulurkan tangannya menotok jalan darah Tay Pai Hiat di pinggang Oey Sim Tit, seketika tubuh Oey Sim Tit tak dapat bergerak sama sekali.

   Lu Leng cepat-cepat membopong Tam Goat Hua ke balik air terjun, Gadis itu meronta, tapi ketika melihat Lu Leng, seketika juga diam.

   Tam Goat Hua membuka mulut ingin bicara, tapi tak dapat mengeluarkan suara, karena mulutnya sudah penuh air Lu Leng segera memberi isyarat agar Tam Goat Hua diam saja, Mereka berdua sudah berada di balik air terjun, lalu duduk di tempat yang cekung ke dalam itu.

   Bibir Tam Goat Hua bergerak-gerak, kelihatannya sedang berbicara, tapi tak terdengar sama sekali, Sama halnya dengan Lu Leng, dia berteriak sekeras-kerasnya, tetap tidak terdengar suaranya, Mereka berdua tahu, itu karena suara gemuruh air terjun.

   Maka walau pun mereka berdua duduk begitu dekat, tapi tetap tak terdengar suara pembicaraan mereka.

   Tam Goat Hua segera menunjuk Oey Sim Tit yang ada di dekat air terjun, kemudian menunjuk Lu Leng dan sekaligus memberi kode tangan, Lu Leng mengerti apa yang dimaksudkan gadis itu, Oey Sim Tit yang tertotok jalan darahnya, pasti akan ditemukan Liok Ci Khim Mo dan tentunya Liok Ci Khim Mo tidak akan melepaskan mereka, sama juga tidak bisa bersembunyi di tempat itu, Sesungguhnya Lu Leng pun sudah memikirkan hal itu, maka cepat-cepat menarik Tam Goat Hua menerjang keluar.

   Arah yang mereka tuju justru berlawanan dengan tempat Oey Sim Tit berada, setelah itu mereka menerjang lagi ke balik 2045 air terjun lain, lalu ke yang lainnya lagi, yang tak jauh dari situ, Akan tetapi, sebelum mereka mencapai air terjun itu, suara Pat Ltong Thian Im yang amat dahsyat itu sudah menerobos ke dalam telinga mereka, Hati mereka tergoncang keras, seakan mau meloncat keluar, tapi mereka berusaha tenang, Untung air terjun itu tidak seberapa jauh, maka mereka masih dapat mencapai ke balik air terjun itu, Setelah berada di balik air terjun itu, suara Pat Liong Thian Im menjadi agak rendah, Mereka menarik nafas dalam-dalam, lalu memandang dinding batu di balik air terjun itu, dan ternyata di sana terdapat sebuah goa, Goa tersebut cukup besar Mereka segera melesat ke dalam, lalu duduk dan menarik nafas lega, Saat itu mereka sudah tidak melihat pertarungan antara keempat orang buta dengan Liok Ci Khim Mo.

   Tam Goat Hua dan Lu Leng tahu bahwa bersembunyi di situ belum tentu aman, namun selain di tempat itu, mereka tidak bisa bersembunyi di tempat lain.

   Banyak yang akan dikatakan Lu Leng, tapi suara gemuruh air terjun membuatnya tidak bisa membuka mulut untuk berbicara, Setelah duduk, Lu Leng mengeluarkan Busur Api untuk diperlihatkan kepada Tam Goat Hua.

   Tam Goat Hua mengambil Busur Api itu lalu di wajahnya tampak tersirat kegembiraan padahal gadis itu ingin bertanya kepada Lu Leng cara memperoleh Busur Api itu tapi tidak bisa karena terganggu oleh suara gemuruh air terjun Lu Leng melihat wajah Tam Goat Hua menyulitkan kegembiraan Dia lalu menggeserkan badannya dan menjulurkan tangannya untuk memegang tangan gadis itu.

   Akan tetapi, wajah Tam Goat Hua berubah.

   Dia mengibaskan tangannya sambil menaruh Busur Api ke bawah lalu bangkit berdiri dan langsung menerjang keluar.

   Bukan main terkejutnya Lu Leng, Dia segera memegang rantai besi yang di lengan Tam Goat Hua, tapi gadis itu meronta-ronta.

   Berselang sesaat, barulah Tam Goat Hua duduk kembali, tapi sama sekali tidak memandang Lu Leng.

   Lu Leng menghela nafas, kemudian memungut Busur Api dan dimasukkan dalam bajunya, Setelah itu dia memandang Tam Goat Hua dengan hati pilu dan air matanya mulai meleleh.

   Saat itu Tam Goat Hua mengucurkan air mata, Lu Leng tertegun kemudian menyentuhnya agar gadis itu duduk mengobati lukanya.

   Tam Goat Hua manggut-manggut, lalu mereka berdua duduk bersila sambil menghimpun hawa murni.

   Luka dalam Lu Leng tidak begitu parah, maka cepat pu1ih.

   Lu Leng memandang Tam Goat Hua, wajah gadis itu sudah mulai kemerah-merahan.

   Dia tidak memanggilnya melainkan mendongakkan kepala memandang keluar.

   Saat itu hari sudah mulai terang, Mereka berdua berada di dalam goa di balik air terjun, sepertinya berada di dalam istana kristal.

   Ketika Lu Leng memandang keluar, melihat sosok bayangan di luar air terjun, kemudian tampak sosok bayangan lain, Kelihatannya kedua sosok bayangan itu ingin menerjang ke balik air terjun, maka betapa terkejutnya hati Lu Leng, Dia tahu Liok Ci Khim Mo sudah mencelakai keempat orang buta itu, juga tahu Oey Sim Tit dibokong orang dan Tam Goat Hua kehilangan jejak, maka menyuruh orang-orangnya mencari gadis itu, Tentunya Liok Ci Khim Mo juga tahu bahwa di puncak Lian Hoa Hong terdapat musuh lain, maka sudah barang tentu akan segera mencari jejak musuh tersebut, Lu Leng segera menepuk bahu Tam Goat Hua dan gadis itu membuka matanya, Semula Tam Goat Hua mengira Lu Leng ingin mendekatinya, maka tidak heran kalau wajahnya tampak gusar, Tapi Lu Leng menunjuk ke depan Tam Goat Hua pun langsung memandang ke sana dan seketika hatinya tersentak.

   Mereka berdua saling memandang, lalu dengan serentak menggeserkan badan ke dalam goa.

   Kedua sosok bayangan itu mengeluarkan senjata masing-masing, lalu menerjang ke balik air terjun dan berdiri tak jauh dari goa tempat Tam Goat Hua dan Lu Leng berada.

   Lweekang Lu Leng telah pulih, maka kalau dia turun tangan, kedua orang itu pasti terluka parah.

   Akan tetapi, dia justru bersabar tidak turun tangan, Karena apabila dia turun tangan terhadap kedua orang itu, Liok Ci Khim Mo pasti akan mengetahui nya.

   Walau Pat Liong Thian Im tidak akan mencelakai mereka, sebab tertekan oleh suara gemuruh air terjun, namun kalau Liok Ci Khim Mo menjaga di situ belasan hari, sudah pasti Tam Goat Hua dan Lu Leng akan mati kelaparan di dalam goa.

   Karena itu, mereka berdua diam saja, sama sekali tidak berani bergerak sedikit pun.

   Kedua orang itu mendekati mulut goa, kemudian menggerak-gerakkan senjata masing-masing ke dalam.

   Setelah itu, mereka membalikkan badan, kelihatannya sudah mau pergi.

   Tam Goat Hua dan Lu Leng baru mau menarik nafas lega, namun salah seorang dari kedua orang itu membalikkan badan nya, lalu menusukkan senjatanya ke dalam goa, Kalau kedua orang itu tidak memasuki goa, tentunya tidak akan menemukan Tam Goat Hua dan Lu Leng, Namun kedua orang itu sudah tahu bahwa di situ ada sebuah goa, maka bagaimana mungkin tidak masuk untuk memeriksa? Setelah menusukkan senjatanya, orang itu menjulurkan lehernya melongok ke dalam.

   Ketika melihat Tam Goat Hua dan Lu Leng, dia tertawa dan kelihatan mau mundur.

   Kini orang itu sudah menemukan jejak Tam Goat Hua dan Lu Leng, maka sudah pasti Lu Leng tidak akan melepaskan orang tersebut Ketika orang itu baru mau mundur, Lu Leng segera menggerakkan jari telunjuknya, ke arah jalan darah di kening orang itu, Betapa dahsyatnya tenaga Kim Kong Sin Ci, lagi pula orang itu tidak dapat berkelit.

   serangan Lu Leng tepat mengenai kening orang itu sehingga melesak dan orang itu roboh seketika di mulut goa, Orang yang satu lagi terkejut ketika menyaksikan kejadian itu, Dia memandang ke arah temannya yang ternyata sudah tak bernyawa lagi, Orang itu tidak berani memasuki goa, melainkan hanya menusukkan senjatanya dari luar, Tam Goat Hua dan Lu Leng menggeserkan badan ke samping lalu Tam Goat Hua pun mengayunkan rantai besinya dan berhasil menjerat leher orang itu, Lu Leng tidak tinggal diam.

   Dia segera menggerakkan jari telunjuknya ke arah dada orang itu dan tepat mengenai sasarannya, sehingga orang itu binasa seketika.

   Lu Leng berdiri di depan goa, dengan kedua tangannya menjinjing mayat-mayat itu.

   Tak seberapa lama kemudian tampak dua orang menerjang ke balik air terjun, Lu Leng segera melemparkan kedua mayat yang dijinjingnya.

   Mayat-mayat itu menerjang dua orang tersebut sehingga membuat mereka jatuh ke belakang, Barulah Lu Leng kembali ke dalam goa kemudian saling memandang dengan Tam Goat Hua.

   Gadis itu menulis di dinding batu.

   "Mereka sudah menemukan kita."

   Lu Leng juga menulis di dinding batu sebagai jawaban.

   "Suara gemuruh air terjun di sini amat dahsyat, kita tidak usah takut terhadap Pat Liong Thian Im."

   Tam Goat Hua tertawa getir Lu Leng menghela nafas panjang, kemudian mereka berdua memandang keluar Tampak sosok bayangan tinggi besar berdiri di hadapan air terjun, tidak lain adalah Liok Ci Khim Mo, Di saat bersamaan, terdengarlah suara harpa yang bernada tinggi, Thian Liong Pat Im memang hebat, namun masih tertekan oleh suara gemuruh air terjun, maka Tam Goat Hua dan Lu Leng masih dapat bertahan Berselang beberapa saat, barulah suara harpa itu berhenti, namun Tam Goat Hua dan Lu Leng tidak terluka, Mereka berdua tahu, Liok Ci Khim Mo tidak bisa berbuat apa-apa, kalau mereka berdua tidak keluar sebaliknya apabila Liok Ci Khim Mo berani menerjang ke balik air terjun, justru dia yang akan celaka.

   Begitu suara harpa berhenti, tampak dua orang menerjang ke balik air terjun, Tam Goat Hua dan Lu Leng terus menunggu.

   Lu Leng menggunakan jurus It Ci Keng Thian (Satu jari Mengejutkan Langit), sedangkan Tam Goat Hua menggunakan Cit Sat Sin Ciang, jurus Thian Peng Te Liak (Langit Runtuh Bumi Retak), Kedua orang ku tidak dapat menangkis, Maka pukulan yang dilancarkan Tam Goat Hua dan Lu Leng tepat mengenai sasaran, sehingga kedua orang itu terpental lalu roboh dan tak bernyawa lagi.

   Begitu kedua orang itu roboh binasa, terdengar lagi suara harpa, Lu Leng berusaha bertahan sambil memandang keluar Tampak Liok Ci Khim Mo berdiri belasan depa di dekat air terjun, Kalau Lu Leng menggunakan Kim Kong Sin Ci menyerangnya sulit tercapai, karena jaraknya begitu jauh.

   seandainya menerjang keluar menyerangnya, kemungkinan akan berhasil, namun sebelum dia turun tangan, dirinya pasti sudah celaka di bawah Pat Liong Thian Im.

   Lu Leng berpikir sejenak, mendadak muncul suatu ide dalam hatinya dan segera mengeluarkan Busur Api.

   Tam Goat Hua sudah tahu akan maksudnya, maka cepat-cepat mengambil dua buah batu kecil lalu diberikan kepada Lu Leng.

   Lu Leng mengambil batu-batu kecil itu, mengarahkan Busur Api pada Liok Ci Khim Mo.

   Tak laraa tampak dua buah batu kecil meluncur laksana kilat ke arah Liok Ci Khim Mo.

   Tam Goat Hua dan Lu Leng melihat dengan jelas, kedua buah batu kecil itu mengenai perut Liok Ci Khim Mo bagian yang amat penting, tetapi semuanya terpental Menyaksikan itu, Tam Goat Hua dan Lu Leng menjadi tertegun.

   Betapa dahsyatnya Busur Api, mereka berdua sudah tahu, seharusnya Liok Ci Khim Mo terluka parah.

   Namun justru sungguh di luar dugaan, kedua buah batu itu malah terpental 2052 Setelah tertegun beberapa saat, Tam Goat Hua menulis di dinding goa.

   "Dia pasti memakai semacam baju pusaka melindungi dirinya."

   Lu Leng tahu, pada hari peresmian istana Ci Cun Kiong, Liok Ci Khim Mo menerima entah berapa banyak kado yang merupakan benda pusaka, maka seandainya menerima kado berupa baju pusaka pelindung badan, memang tidak mengherankan Lu Leng penasaran sekali, dan segera mengeluarkan golok pusakanya, Ternyata dia ingin memanah Liok Ci Khim Mo dengan golok pusaka itu.

   Golok pusaka Su Yang To amat tajam dan dapat memotong segala macam besi Maka, kalaupun Liok Ci Khim Mo memakai semacam baju pelindung badan, juga akan tertembus oleh golok pusaka itu, Akan tetapi ketika Lu Leng mengeluarkan golok pusakanya, tiba-tiba suara harpa itu berhenti dan Liok Ci Khim Mo sudah tidak kelihatan lagi Lu Leng tercengang, tapi tetap bersiap-siap, Walau sudah lewat beberapa saat, namun di luar goa tetap sunyi, tiada suara maupun gerakan apa pun.

   Lu Leng dan Tam Goat Hua saling memandang, Kalaupun Liok Ci Khim Mo pergi, mereka berdua masih tidak berani keluar.

   Berselang beberapa saat kemudian, tampak seseorang menerjang ke balik air terjun itu.

   Lu Leng segera mengarahkan Busur Api ke arah orang itu, siap memanah dengan golok pusakanya, Akan tetapi orang itu bukan Liok Ci Khim Mo, maka Lu Leng tidak jadi memanahnya.

   Orang itu membawa sebuah papan bertulisan "jangan turun tangan, aku mau berbicara."

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tam Goat Hua dan Lu Leng tidak menyerangnya meskipun orang itu sudah sampai di mulut goa.

   Mereka berdua memandangnya, Orang itu gesit, berbadan agak pendek dan sepasang matanya menyorot tajam, pertanda dia berkepandaian tinggi dan berpengetahuan luas, Orang itu masuk ke goa lalu duduk, Papan yang dibawanya ditaruh di atas pangkuannya, kemudian dia mengeluarkan sepotong arang untuk menulis di atas papan itu.

   "Aku bernama Sien Put Pah. Aku datang ke sini tidak berniat jahat, hanya ingin memberi sedikit nasihat saja!"

   Lu Leng menatapnya, lalu mengambil arang itu dan menulis juga di papan tersebut "Mau mengatakan apa, cepat katakan!"

   Sien Put Pah menulis lagi.

   "Orang gagah pasti tahu situasi, kenapa kalian berdua tidak menggunakan akal sehat?"

   Membaca tulisan Sien Put Pah itu, air muka Tam Goat Hua dan Lu Leng langsung berubah, gadis itu segera mengayunkan 2054 tangannya melancarkan sebuah pukulan, Sien Put Pah mengangkat tangannya untuk menangkis.

   Plak! Terdengar suara benturan dan tampak badan masing-masing tergetar Tam Goat Hua terkejut, karena orang itu memiliki Lweekang yang amat tinggi Begitu melihat mereka sudah bergebrak, Lu Leng pun menjulurkan tangannya siap menyerang Sien Put Pah dengan Kim Kong Sin Ci.

   Sien Put Pah tertawa, kemudian menulis.

   "Kalian berdua berada di dalam goa. Walau kalian tidak gentar terhadap Pat Liong Thian Im, tapi tetap tidak bisa bertahan lama!"

   Lu Leng dan Tam Goat Hua saling memandangi kemudian Lu Leng menulis.

   "Apa maksud Anda?"

   Sien Put Pah menulis dengan cepat Asal kalian berdua bersedia menyerahkan Busur Api, dengan nyawa aku berani menjamin kalian berdua meninggalkan tempat ini tanpa ada gangguan apa pun."

   Tam Goat Hua segera mengambil arang itu, lalu menulis.

   "Kau suruh Liok Ci Khim Mo, biar Sim Tit yang ke mari!"

   Sien Put Pah tersenyum lalu menulis lagi.

   "Kalau tuan muda ke mari, bukankah kalian akan menggunakan cara yang sama seperti ketika meloloskan diri dari istana Ci Cun Kiong?"

   Tam Goat Hua memang bermaksud demikian, tapi ditebak dengan jitu oleh Sien Put Pah, sehingga wajahnya tampak agak kemerah-merahan. Lu Leng mengambil arang itu dan menulis.

   "Sien Tayhiap, apa hubunganmu dengan Sien Thian Lok Tayhiap?"

   Sien Put Pah menulis memberitahukan.

   "Dia adalah kakakku."

   Seketika wajah Lu Leng berubah sinis, kemudian dia menulis.

   "Aku mewakili Sien Thian Lok Tayhiap merasa malu."

   Sien Put Pah malah tertawa gelak, lalu menunjuk tulisannya tadi, yang menyuruh Lu Leng menyerahkan Busur Api, Tanpa pertimbangan lagi Lu Leng segera menulis.

   "Tidak bisa."

   Bahu Sien Put Pah terangkat sedikit dan kemudian menulis.

   "Dalam waktu tiga hari, apabila kalian berdua bersedia, boleh berikan isyarat Tiga hari kemudian, Busur Api tetap akan menjadi milik Liok Ci Khim Mo!"

   Usai menulis, sebelah tangannya langsung menekan tanah dan seketika juga badannya melesat keluar dalam posisi duduk.

   Tam Goat Hua segera mengayunkan rantai besinya menyerang Sien Put Pah, namun orang itu sungguh gesit sekali Dia berkelit sambil mencelat pergi dan dalam sekejap sudah tidak kelihatan bayangannya, Akan tetapi dia meninggalkan papan itu di dalam goa.

   Lu Leng memandang semua tulisan itu, kemudian mengambil arang dan menulis.

   "Kakak Goat, kita harus bagaimana?"

   Tam Goat Hua mengerutkan kening, lalu mendadak membalikkan badannya dan meraba ke sana ke mari Lu Leng tahu bahwa Tam Goat Hua ingin mencari apakah di dalam goa itu terdapat jalan lain.

   Namun goa itu kecil, maka tidak mungkin ada jalan lain, Tak seberapa lama, Tam Goat Hua membalikkan badannya, wajahnya tampak kecewa, lalu dia menuIis, Aku tidak percaya omongan orang itu, biar kita menunggu saja.

   Dalam tiga hari, Liok Ci Khim Mo pasti akan tidur!"

   Lu Leng manggut-manggut, sebab mereka hanya takut terhadap Liok Ci Khim Mo, tidak takut terhadap yang lain.

   Apabila Liok Ci Khim Mo terus menjaga di luar sana, tidak mungkin selama tiga hari dia tidak akan tidur Tam Goat Hua menulis lagi "Bukan hanya memanfaatkan kesempatan ketika Liok Ci Khim Mo tidur, bahkan...."

   Menulis sampai di situ, Tam Goat Hua menunjuk ke atas, setelah itu menulis lagi.

   "Kita pun boleh merayap ke atas melalui dinding batu."

   Lu Leng mengangguk dengan wajah berseri, sebab apa yang dikatakan gadis itu merupakan jalan terbaik bagi mereka agar dapat meloloskan diri. Lu Leng menulis.

   "Aku akan ke depan melihat-lihat. Kalau kita bisa merayap ke atas, harus cepat, jangan membuang waktu!"

   Tam Goat Hua manggut-manggut, Lu Leng segera berjalan keluar Ketika sampai di mulut goa dia memandang ke atas dan melihat sebuah batu menonjol keluar dari dinding tebing, Dia segera mencelat ke atas, Biasanya dia bisa meloncat ke atas sampai kira-kira dua depa, Akan tetapi, saat ini hanya bisa mencapai satu depa, Hal itu disebabkan oleh curah air terjun yang amat deras.

   Tangannya meraih batu yang menonjol itu, namun tidak bisa bertahan lama, maka badannya kembali merosot ke bawah, Lu Leng segera menghimpun hawa murni, lalu mencelat ke atas lagi, Kali ini dia menggunakan tenaga sepenuhnya, dan berhasil mencapai batu yang menonjol itu, Betapa gembiranya hati Lu Leng, Setelah sepasang kakinya menginjak batu itu, dia lalu mendongakkan kepala ke atas, Akan tetapi, ketika dia mendongakkan kepala, mukanya terkena curahan air terjun, Akhirnya dia merosot ke bawah dan kemudian kembali ke dalam goa.

   Tam Goat Kua segera menyeka air di muka Lu Leng, setelah itu Lu Leng menulis.

   "Bukan tidak bisa, tapi amat sulit."

   Tam Goat Hua membaca tulisan Lu Leng itu, lalu menulis.

   "Biar bagaimanapun kita harus mencobanya."

   Lu Leng manggut-manggut, kemudian bersama Tam Goat Hua berjalan keluar, Sampai di mulut goa, mereka menengok ke sana ke mari, tapi tidak melihat seorang pun.

   Mungkin karena tadi Lu Leng memanah Liok Ci Khim Mo dengan batu kecil, maka walau tidak melukai Liok Ci Khim Mo, namun cukup membuat mereka tidak berani mendekati air terjun itu lagi, Tam Goat Hua dan Lu Leng terus berjalan, Sampai di bawah air terjun, Lu Leng segera menghimpun hawa murninya untuk meloncat ke batu yang menonjol tadi, Dia berhasil mencapai batu itu, kemudian meloncat lagi ke batu yang lain dan berhasil pula, Lu Leng memandang ke bawah, Dilihatnya Tam Goat Hua sudah meloncat ke atas batu yang menonjol.

   Lu Leng segera menghimpun hawa murninya untuk meloncat ke batu di atasnya, Tangannya berhasil meraih pinggiran batu itu, lalu dia merayap ke atas.

   Dia memandang ke bawah, melihat Tam Goat Hua mengikutinya, Dengan cara demikian mereka terus menaiki tebing itu, Berselang beberapa saat, mereka baru mencapai ketinggian enam depa, Bagian 47 Semakin ke atas, curahan air terjun itu semakin deras, sehingga membuat mereka merasa susah bernafas.

   Namun mereka tahu, hanya itu jalan satu-satunya meloloskan diri, maka mereka terus merayap ke atas dengan hati-hati sekali! Tak seberapa lama, Lu Leng merasa telinganya mau pecah, bahkan pandangannya pun mulai gelap, Betapa derasnya curahan air terjun itu pada dirinya, sehingga membuat Lu Leng menjadi susah bernafas.

   sedangkan Tam 2060 Goat Hua tidak begitu parah, sebab dia berada di bawah Lu Leng, Entah sudah berapa kali Lu Leng nyaris jatuh, tapi dia masih bisa bertahan, sekaligus mengingatkan diri sendiri.

   Tidak boleh jatuh! Tidak boleh jatuh!"

   Apabila dia jatuh, kandaslah niatnya menuntut balas terhadap Liok Ci Khim Mo.

   Dia pun teringat akan kematian para Bhiksu Go Bi Pai, para murid Hui Yan Bun dan lain-lainnya.

   Semua itu memberi kekuatan kepadanya, sehingga membuat dirinya masih mampu merayap ke atas, Entah berapa lama kemudian, tangan Lu Leng sudah tidak meraih pinggiran batu lagi, Hati Lu Leng girang bukan main, Sebab dia tahu sebentar lagi akan sampai di atas, Apalagi ketika dia memandang ke bawah, tampak bayangan gadis itu berada di bawah-nya.

   Lu Leng berlaku hati-hati sekali, Dia menghimpun hawa murninya, lalu mencelat ke atas, Akan tetapi, begitu sampai di atas, dirinya terdorong arus air yang mengalir ke bawah, Betapa terkejutnya Lu Leng, karena dia nyaris jatuh ke bawah karena terdorong arus air itu.

   Lu Leng segera menengok ke sana ke mari, Ternyata di situ terdapat sebuah pilar batu, maka Lu Leng cepat-cepat memeluk pilar itu.

   Ketika dia berhasil memeluk pilar batu itu, sepasang kakinya terasa dipegang Tam Goat Hua, Lu Leng segera menjulurkan tangannya ke bawah meraih tangan gadis itu, sekaligus menariknya ke atas.

   Tam Goat Hua pun cepat-cepat memeluk pilar batu itu.

   Lu Leng mulai memanjat ke atas, begitu pula Tam Goat Hua, Ketika sampai di atas Lu Leng menengok ke sekitar, ternyata ada sebidang tanah di sebelah kanan, yang jaraknya hanya tiga depaan.

   Lu Leng segera menghimpun hawa murni, kemudian melesat ke arah tanah kosong itu, dan berhasil mencapai tempat tersebut Ketika dia baru mau menoleh, Tam Goat Hua sudah jatuh di sisinya, Mereka berdua saling memandang dan sama-sama menarik nafas lega.

   "Kakak Gout, kita sudah berhasil meloloskan diri,"

   Kata Lu Leng. Walau Lu Leng berkata dengan suara keras, namun terdengar lirih sekali oleh Tam Goat Hua, karena masih terdengar suara gemuruh air terjun.

   "Kita tidak boleh lama-lama di sini, harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini!"

   Sahut Tam Goat Hua dengan suara keras pula. Lu Leng mengangguk "Ya!"

   Mereka berdua berjalan lalu memandang ke bawah, Tampak Liok Ci Khim Mo sedang duduk bersila di dekat air terjun memangku harpa Pat Liong Khim.

   Terlihat pula beberapa orang berjalan mondar-mandir di dekat air terjun, tapi tidak tampak Oey Sim Tit.

   Kemudian Lu Leng mengalihkan pandangannya ke arah rumah batu, Tampak keempat orang buta tergeletak di depan rumah batu itu.

   Setelah memandang sejenak, Lu Leng mengeluarkan Busur Api dan golok pusakanya.

   "Kau mau berbuat apa?"

   Tanya Tam Goat Hua.

   "lngin memanah Liok Ci Khim Mo dengan Su Yang To ini."

   Sahut Lu Leng.

   "Kau yakin dapat mengenainya?"

   Lu Leng tertegun lalu menggeleng-gelengkan kepala, Walau Busur Api itu amat hebat tenaganya, tapi golok pusaka Su Yang To bukan sejenis panah, lagi pula jaraknya begitu jauh, Maka tidak dapat dipastikan Lu Leng dapat memanahnya.

   Oleh karena itu, Tam Goat Hua berkata.

   "Kalau tidak yakin, lebih baik jangan melakukannya, sebab malah akan mengejutkannya. Kita harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini."

   Lu Leng manggut-manggut, Mereka berdua membalikkan badan lalu segera meninggalkan tempat itu, Berselang beberapa saat, mereka sudah berada di bawah puncak Lian Hoa Hong, * * * * Bab 97 Begitu sampai di bawah puncak Lian Hoa Hong, tanpa memandang Lu Leng lagi, Tam Goat Hua langsung melesat pergi.

   Betapa gugupnya Lu Leng melihat sikap gadis itu.

   "Kakak Goat, kau mau ke mana?"

   "Kau tidak usah mempedulikanku. Ketika kita mau ke mari, bukankah aku sudah berkata sejelas-jelasnya? setelah urusan di sini beres, kau jangan berpikir menemuiku lagi! Kini kau telah memperoleh Busur Api, masih mau apa?"

   Sahutnya sambil lari, Lu Leng terus mengejarnya.

   Ketika mendengar kata-kata Tam Goat Hua tadi, hatinya merasa berduka sekali Kini dia merasa lebih baik tetap berada di dalam goa itu, sebab akan terus berdampingan dengan Tam Goat Hua, dari pada dapat meloloskan diri tapi harus berpisah dengan gadis itu.

   Air mata Lu Leng langsung meleleh.

   "Kakak Goat, aku memang tak dapat menahan kepergianmu namun masih ada satu hal yang perlu kutanyakan kepadamu."

   Katanya terisak-isak, Tam Goat Hua berhenti seraya bertanya.

   "Tentang apa?"

   Lu Leng juga berhenti dan segera menjawab "Kakak Goat, bagaimana kau bisa terjatuh ke tangan Liok Ci Khim Mo?"

   "Ketika aku jatuh, sepasang rantai yang melekat di lenganku menyangkut sebuah pohon, maka aku tidak mati Aku kembali ke mari, tapi di tengah jalan bertemu mereka, Hanya begitu saja."

   Tutur Tam Goat Hua.

   sebetulnya Lu Leng berharap Tam Goat Hua mau menutur jauh lebih panjang, jadi bisa lebih lama bersamanya Akan tetapi, Tam Goat Hua justru menutur secara singkat, maka membuat Lu Leng tertegun "Kakak Goat, setelah kau bertemu mereka, lalu bagaimana?"

   Tanyanya kemudian.

   "Tentunya aku terluka, Oey Sim Tit memohon kepada ayahnya, agar aku ditolong, Nah, cuma begitu."

   Sahut Tam Goat Hua lalu melesat pergi.

   "Kakak Goat! Kakak Goat...!"

   Panggil Lu Leng.

   "Masih ada urusan apa?"

   Tanya Tam Goat Hua dingin.

   "Kakak Goat, kau tidak mau bertanya kepadaku bagaimana aku memperoleh Busur Api?"

   Sahut Lu Leng, Tam Goat Hua tersenyum getir.

   "Busur Api, Liok Ci Khim Mo dan urusan lain sudah tiada hubungan dengan diriku, mengapa aku harus bertanya 2065 kepadamu tentang itti?"

   Katanya dengan nada sedih dan di wajahnya tersirat penderitaan hatinya. Lu Leng menghela nafas panjang. Dia tidak tahu apa yang harus diucapkannya untuk menahan Tam Goat Hua.

   "Kakak Goat, kau.., sungguh tidak mau bertemu denganku lagi?"

   Tanyanya dengan melelehkan air mata, Tam Goat Hua berusaha mengendalikan diri.

   "Tentunya aku mau pergi."

   Tegasnya lalu melesat pergi, Sejak tadi Tam Goat Hua sama sekali tidak mau beradu pandang dengan Lu Leng.

   Seusai berkata, dia langsung melesat pergi.

   Maka, Lu Leng tahu tiada gunanya mengejar gadis itu.

   Dia hanya mendongakkan kepala memandang punggungnya Namun mendadak, Lu Leng terbelalak seakan tak percaya akan penglihatannya.

   Ternyata dia melihat Tam Goat Hua membalikkan badannya melesat ke arah Lu Leng, Tentunya membuat Lu Leng tertegun dan gembira lalu langsung menyapanya dengan hati berdebar-debar.

   "Kakak Goat, apakah kau...."

   "Tidak! Hanya ada beberapa patah kata yang harus kusampaikan kepadamu!"

   Potong Tam Goat Hoa. Lu Leng menarik nafas dingin.

   "Kakak Goat mau menyampaikan kata-kata apa kepadaku ?"

   Tam Goat Hua berpikir sejenak "Aku sama sekali tidak menyalahkanmu karena bukan kau yang bersalah Tapi kalau membuat Toan Bok Ang menderita seumur hidup, itu adalah kesalahanmu.

   Apa yang akan kukatakan sudah kukatakan kau harus ingat selalu, tidak boleh lupa!"

   Katanya kemudian "Kakak Goat, aku...."

   Ketika Lu Leng berkata sampai di situ, mendadak Tam Goat Hua melesat pergi.

   Lu Leng mengejar beberapa langkah lalu berhenti Dia tahu, kali ini Tam Goat Hua betul-betul pergi.selanjutnya bisa berjumpa lagi atau tidak, tidak dapat dipastikan seandainya bisa berjumpa, lalu mau apa? Siapa yang dapat mengobati luka-luka di hati Tam Goat Hua? Lu Leng terus berpikir dengan air mata berderai-derai.

   sedangkan bayangan gadis itu semakin jauh, akhirnya lenyap dari pandangan Lu Leng, Entah berapa puluh kali Lu Leng berteriak-teriak memanggilnya, namun bagaimana mungkin gadis itu mendengarnya? Teringat akan kata-kata Tam Goat Hua, itu membuatnya teringat pula pada Toan Bok Ang.

   Apa yang dikatakan Tam Goat Hua memang benar, apabila dia membuat Toan Bok Ang menderita, itu adalah kesalahannya, Nada perkataan Tam Goat Hua, menyuruhnya pergi menebus kesalahannya itu.

   Kedengarannya amat gampang, 2067 asal Lu Leng bersedia mencintai Toan Bok Ang, maka Toan Bok Ang akan hidup bahagia, Akan tetapi, untuk melaksanakannya, sungguh sulit dan tidak memungkinkan Kalau cinta bisa dipaksa atau bisa dialihkan tentunya Tam Goat Hua tidak akan begitu terluka hatinya, Lu Leng berdiri mematung di tempat, kemudian tersenyum getir Berselang beberapa saat, barulah dia berjalan Kini dia telah memiliki Busur Api.

   Asalkan bisa memperoleh panah Bulu Api, sudah pasti dapat membasmi Liok Ci Khim Mo.

   Lu Leng terus berjalan sambil berpikir dengan kepala tertunduk Kira-kira tiga empat mil, mendadak terdengar suara seruan dari arah depan.

   "Saudara Lu! saudara Lu!"

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Bukan main terkejutnya Lu Leng, Dia langsung berhenti lalu mendongakkan kepala, Tampak seseorang berdiri tak seberapa jauh di depannya, ternyata Oey Sim Tit.

   Lu Leng terkejut lalu menengok ke sana ke mari, sesungguhnya dia tidak takut kepadanya melainkan khawatir kalau-kalau Liok Ci Khim Mo juga berada di sekitar tempat tersebut Oey Sim Tit segera berkata dengan suara rendah, 2068

   "Saudara Lu, hanya aku seorang berada di sini."

   Lu Leng tahu Oey Sim Tit tidak berdusta, maka dia menarik nafas 1ega.

   "Sedang apa kau di sini?"

   Tanyanya.

   "Ayahku tidak mengizinkanku tinggal di puncak Lian Hoa Hong dan aku diusir ke bawah, maka aku jalan-jalan ke sana ke mari!"

   "Ng!"

   Lu Leng manggut-manggut.

   "Masih ada urusan yang harus kuselesaikan, sampai jumpa!"

   "Saudara Lu, aku... aku ingin bicara!"

   Kata Oey Sim Tit Lu Leng menggoyang-goyangkan sepasang tangannya.

   "Lain kali saja, tidak perlu dibicarakan sekarang!"

   Lu Leng ingin cepat-cepat menghindari Oey Sim Tit, karena Busur Api berada padanya maka ingin cepat-cepat menjauhinya. Wajah Oey Sim Tit tampak gugup.

   "Saudara Lu, kau boleh melanjutkan perjalanan sambil mendengarkan pembicaraanku"

   Lu Leng tertegun mendengar ucapan itu. Dia tahu Oey Sim Tit memiliki Ginkang yang amat tinggi, Kalau dia mau mengikuti Lu Lcng, tentunya Lu Leng tak dapat menghindar Karena itu, Lu Leng lalu duduk di atas sebuah batu.

   "Kau mau bicara apa, bicaralah!"

   Katanya sambil memandang Oey Sim Tit.

   Oey Sim Tit menundukkan kepala sambil berpikir "Saudara Lu, aku sudah menduga, yang menotok jalan darahku dan membawa nona Tam pergi adalah kau.

   Tapi aku pikir kalian berdua tidak dapat meloloskan diri, itu amat mencemaskanku."

   Katanya kemudian Apa yang dikatakan Oey Sim Tit, berdasarkan suara hatinya, membuat Lu Leng terharu sekali mendengarnya. Namun dia tahu, apa yang akan dikatakan Oey Sim Tit bukan hanya itu saja.

   "Sim Tit, kau masih mau mengatakan apa, katakanlah"

   Oey Sim Tit terus memandang Lu Leng dengan wajah penuh duka.

   "Cepat katakan!"

   Desak Lu Leng. Oey Sim Tit tetap diam, kemudian mendadak menjatuhkan diri berlutut di hadapan Lu Leng. Lu Leng sama sekali tidak menyangka Oey Sim Tit akan melakukan itu.

   "Sim Tit, cepat bangun! Apa maksudmu ini?"

   Katanya.

   "Kau telah menyelamatkan nyawaku..."

   Sahut Oey Sim Tit.

   "Kalau dihitung, kau lebih banyak menyelamatkan nyawaku."

   Kata Lu Leng, Oey Sim Tit tetap berlutut, sehingga Lu Leng menjadi gugup dan berlutut pula di hadapannya Wajah Oey Sim Tit tampak berubah.

   "Saudara Lu, jangan begini!"

   Lu Leng tersenyum getir "Sim Tit, kenapa kau selalu menganggap dirimu sebagai orang rendah? Kau berlutut di hadapanku kenapa aku tidak boleh?"

   Wajah Oey Sim Tit kelihatan gugup.

   "Bagaimana maju bisa dibandingkan dengan Saudara Lu? Saudara Lu masih muda dan amat tampan, sedangkan aku... terhitung apa?"

   "Baik! Baik! Tidak usah banyak bicara lagi, kita sudah saling berlutut! Bagaimana?"

   Sahut Lu Leng. Dia bangkit berdiri lalu membangunkan Oey Sim Tit. Oey Sim Tit memandangnya seraya berkata.

   "Saudara Lu, aku harus bermohon kepadamu,"

   Lu Leng terkejut mendengar ucapan itu.

   "Bermohon padaku ? Memangnya ada urusan apa?"

   "Sesungguhnya... tidak seharusnya aku mengajukan permohonan, tapi.,.,"

   Lu Leng menghela nafas panjang, sebelum Oey Sim Tit usai berkata, dia menatapnya.

   "Sim Tit, cepat katakan! jangan berbelil-belit!"

   Oey Sim Tit mendongakkan kepala memandang Lu Leng lalu mendadak menjatuhkan diri berlutut lagi di hadapan Lu Leng. Lu Leng tahu, kalau Oey Sim Tit tidak berlutut, tentu sulit baginya untuk berbicara, maka membiarkan nya berlutut.

   "Saudara Lu, aku tahu kau telah memperoleh Busur Api,"

   Kata Oey Sim Tit. Lu Leng terkejut sekali mendengar ucapan itu.

   "Bagaimana?"

   Tanyanya "Saudara Lu, aku mohon kau mau mengembalikan Busur Api itu kepadaku!"

   Sahut Oey Sim Tit dengan air mata me!e1eh. Lu Leng menggelengkan kepala.

   "Sim Tit, hanya ini yang tak dapat kukabulkan"

   Oey Sim Tit gugup.

   "Saudara Lu, kalau aku tidak memiliki Busur Api, setiap saat pasti mencemaskan ayahku, Aku amat mencintainya, tidak bisa menyiarkannya dibokong orang."

   Lu Leng menghela nafas panjang, Dia tahu Oey Sim Tit berhati lemah, maka harus diberi ketegasan "Sim Tit! Aku bersusah payah dan mempertaruhkan nyawaku demi memperoleh Busur Api, justru untuk menghadapi Liok Ci Khim Mo, ayahmu! Berdasarkan hubungan kita, apa pun permintaanmu, aku harus mengabulkan! Namun tentang ini, aku tidak bisa!"

   Usai menegaskan, Lu Leng membalikkan badannya kemudian melesat pergi.

   Akan tetapi, setelah melesat beberapa depa jauhnya, dia menoleh ke belakang dan seketika juga menarik nafas dingin.

   Ternyata Oey Sim Tit berada di belakangnya dan ketika Lu Leng menoleh ke belakang, dia langsung memanggil "Saudara Lu...."

   Lu Leng tidak menyahut, melainkan segera menghimpun hawa murninya kemudian melesat pergi dengan mengerahkan Ginkang, Kira-kira tiga mil kemudian barulah dia berhenti.

   Akan tetapi, baru saja dia berhenti, mendadak terdengar suara Oey Sim Tit yang amat lirih.

   Dia segera menoleh ke belakang, tampak Oey Sim Tit berdiri di belakangnya Lu Leng berpikir berdasarkan Ginkangnya pasti tidak dapat menghindari Oey Sim Tit Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala.

   "Sim Tit, sebetulnya kau mau apa?"

   Tanyanya "Saudara Lu, aku mobon... sudilah kiranya kau kembalikan Busur Api itu kepadaku!"

   Sahut Oey Sim "Sudah kukatakan tidak bisa kusanggupi kau Lu Leng."

   "Kalau begitu, aku akan terus mengikutimu, hingga kau mau mengembalikan Busur Api itu pada-ku."

   Kau Oey Sim Tit Lu Leng tertegun lama sekali baru membuka mulut "Sim Tit, kau ingin menyulitkanku?"

   "Saudara Lu, aku,., aku demi ayahku, kau... harus memaafkanku!"

   Sahut Oey sim Tit "Ayahmu adalah seorang penjahat yang harus dibasmi!"

   Teriak Lu Leng saking gusarnya.

   "ltu pandanganmu dan juga pandangan orang lain, namun menurut pandanganku dia tetap ayahku!"

   Kau Oey Sim Tit Lu Leng berpikir, Oey Sim Tit amat mencintai ayahnya, maka percuma banyak bicara dengannya.

   Kalau dia terus-menerus mengikutinya, Lu Leng memang kewalahan Bukankah lebih baik menotok jalan darahnya, agar dia tidak bisa mengikutinya lagi."

   "Sim Tit, kalau kau masih mengikutiku, aku tidak akan berlaku sungkan kepadamu!"

   Ancamnya kemudian 2074

   "Saudara Lu, aku memang bukan tandinganmu. Tapi sebelum memperoleh Busur Api, aku tidak akan pergi,"

   Sahut Oey Sim Tit dengan wajah muram.

   Lu Leng mendengus dingin, kemudian mendadak menjulurkan tangannya menotok jalan darah di bahu Oey Sim Tit.

   Akan tetapi, Oey Sim Tit berkelit, lalu melesat pergi.

   Tubuhnya berkelebat bagaikan segulung asap sehingga dalam sekejap sudah hilang dari pandangan Lu Leng, Setelah totokannya membentur tempat kosong, Lu Leng segera membalikkan badannya lalu melesat pergi Begitu melesat pergi, Lu Leng merasa Oey Sim Tit mengikuti di belakangnya, Namun Lu Leng tidak mempedulikannya dan terus melesat pergi, Kira-kira setengah mil kemudian mendadak Lu Leng menjulurkan tangannya ke belakang menotok jalan darah Oey Sim Tit.

   Tapi Oey Sim Tit yang sudah siap sebelumnya segera menghindar sehingga totokan Lu Leng mengenai tempat kosong, Lu Leng betul-betul kehabisan akal maka terpaksa dia terus melesat hingga matahari tenggelam di ufuk barat, Dia menoleh ke belakang, tampak Oey Sim Tit masih terus mengikutinya, Lu Leng tahu sebelum memperoleh Busur Api, Oey Sim Tit pasti tidak akan meninggalkannya.

   Apa boleh buat, Lu Leng terpaksa membiarkannya.

   Ketika Lu Leng meninggalkan puncak Lian Hoa Hong, dia sudah mengambil keputusan mencari gurunya, maka dia 2075 menempuh jalan yang ke arah barat Dalam perjalanan ini, Oey Sim Tit terus mengikutinya, Lu Leng tidur, dia pun tidur Lu Leng berangkat dia pun segera mengikutinya.

   Entah sudah berapa kali Lu Leng turun tangan menotok jalan darahnya, namun Oey Sim Tit tetap dapat menghindar menggunakan Ginkang, pernah sekali ketika Oey Sim Tit tidur, Lu Leng segera melesat pergi, tapi Oey Sim Tit tetap dapat mengcjar-nya, Empat hari berturut-turut, Oey Sim Tit boleh dikatakan merupakan bayangannya.

   Lu Leng betul-betuI kewalahan.

   Hari itu ketika berada di sekitar gunung salju, mereka berdua memasuki sebuah kota keciL Lu Leng langsung masuk ke sebuah rumah makan, lalu duduk.

   Oey Sim Tit mengikutinya, kemudian duduk di hadapan Lu Leng, Lu Leng menatapnya sambil tersenyum "Sim Tit, kau mau makan apa?"

   Tanyanya "Apa saja, Aku hanya menghendaki Busur Api,"

   Sahut Oey Sim Tit. Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala, kemudian memesan sepiring daging kambing, Ketika dia mulai bersantap, Oey Sim Tit juga ikut makan sedikit "Saudara Lu, aku..."

   Katanya. Lu Leng langsung menggoyang-goyangkan tangannya, memutuskan ucapan Oey Sim Tit.

   "Jangan katakan lagi. Kau menghendaki Busur Api, tapi aku tidak bisa memberikan Terserah kalau kau mau terus mengikutiku Aku memang berhutang budi kepadamu, tapi aku sama sekali tidak bisa memberikan barang itu kepadamu."

   Oey Sim Tit menghela nafas panjang, Dia tidak berkata apa-apa lagi, hanya menundukkan kepala sambil bersantap, Berselang beberapa saat, mendadak tampak dua lelaki berpakaian ringkas melongok ke dalam rumah makan, setelah itu, kedua lelaki itu langsung masuk dan menghampiri Oey Sim Tit sambil berseru.

   "Tuan muda, setengah mati kami mencari, ternyata Tuan muda berada di sini!"

   Oey Sim Tit memandang kedua lelaki itu seraya bertanya.

   "Apakah ayahku yang menyuruh kalian mencariku?"

   Tidak salah, Setelah tidak melihat Tuan muda, Ci Cun menyuruh entah berapa orang mencari Tuan muda, maka Tuan muda harus ikut kami pulang !H sahut salah seorang dari dua lelaki itu, Oey Sim Tit menggeleng-gelengkan kepala.

   "Aku masih ada urusan, kalian pulanglah, beritahukan kepada ayahku, bahwa sementara ini aku tidak bisa pulang ke istana Ci Cun Kiong!"

   "Tuan muda, serahkan saja urusan itu kepada kami!"

   Kata dua laki-laki itu hampir serentak. Oey Sim Tit menggelengkan kepala lagi.

   "Kalian tidak bisa membereskan urusanku itu, lebih baik pergilah!"

   Kedua lelaki itu tertegun lalu barulah memandang Lu Leng yang kebetulan juga sedang memandang mereka.

   Lu Leng merasa kenal, mungkin pernah bertemu mereka di dalam istana Ci Cun Kiong.

   setelah memandang Lu Leng, kedua lelaki itu terkejut "Kami sudah tahu!"

   Katanya serentak lalu pergi. Akan tetapi, Lu Leng segera bangkit berdiri seraya membentak "jangan pergi!"

   Kedua lelaki itu tidak menghiraukan nya dan terus melesat pergi, Lu Leng melesat ke arah mereka dan melancarkan serangan dengan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang Puncak Menembus Awan), Namun Lu Leng terlambat turun tangan, karena kedua orang itu telah meloncat ke punggung kuda, Lu Leng segera mencelat dan langsung melancarkan serangan dengan jurus Si Siang Pit Seng (Empat penjuru Pasti Tumbuh).

   "Aaaakh.,.!"

   Kedua lelaki itu menjerit.

   Mulut mereka menyembur darah segar, jelas mereka berdua telah terluka parah.

   Namun di saat bersamaan, kuda tunggangan mereka meluncur bagaikan terbang meninggalkan tempat itu.

   Lu Leng tahu, kedua lelaki itu pasti pergi melapor sedangkan jejaknya sudah ketahuan, maka kalau tidak segera pergi, pasti akan menemui kerepotan.

   Dia membalikkan badan, justru melihat Oey Sim Tit berdiri di belakangnya.

   "Kau masih belum mau pergi?"

   Bentaknya, 2078

   "Saudara Lu, aku tidak menyuruh mereka melakukan apa pun bukan?"

   Sahut Oey Sim Tit Lu Leng menghela nafas panjang, kemudian melesat pergi, namun Oey Sim Tit tetap mengikutinya.

   Setelah menempuh tujuh delapan mil, mendadak terdengar suara derap kaki kuda yang amat ramah.

   Ternyata dari depan dan belakang muncul puluhan ekor kuda, Terdengar pula suara siulan panjang, kemudian tampak dua puluh orang lebih meloncat turun dan langsung mengepungnya, Lu Leng terpaksa berhenti sambil memandang mereka, Ternyata mereka para jago tangguh dari golongan hitam, Salah seorang berbadan pendek yang berdiri di paling depan segera menjura pada Lu Leng seraya berkata.

   "Saudara Lu, kita berjumpa di sini!"

   Lu Leng memperhatikan orang itu, ternyata Sien Put Pah.

   Seketika Lu Leng menoleh dengan wajah dingin ke arah Oey Sim Tit, wajahnya kelihatan gugup.

   Dia tahu, mereka semua rata-rata berkepandaian tinggi, maka tidak mungkin dapat dihadapinya seorang diri.

   Oleh karena itu, mendadak dia bergerak, ternyata ingin mencengkeram Oey Sim Tit.

   Maksudnya ingin menangkap Oey Sim Tit agar yang lain tidak berani turun tangan apabila dia meninggalkan tempat itu, Akan tetapi, ketika Lu Leng baru bergerak, Oey Sim Tit mencelat ke belakang sehingga cengkeraman Lu Leng mengenai tempat kosong.

   Di saat bersamaan terdengar seruan Sien Put Pah.

   "Hai Sim Si Lo (Empat Orang Tua Hai Sim), silakan maju selangkah!"

   Terdengar suara sahutan lalu muncul empat orang tua berjubah abu-abu.

   Di leher masing-masing bergantung sebuah gelang emas yang bergemerlapan Lu Leng memandang keempat orang tua itu dan seketika tersentak hatinya, sungguh di luar dugaannya di antara mereka terdapat orang yang berkepandaian tinggi, Ketika Lu Leng masih kecil, pernah mendengar penuturan dari beberapa Piausu, bahwa di tengah-tengah laut Cing Hai terdapat sebuah pulau, yang dihuni kaum rimba persilatan Mereka rata-rata berkepandaian amat tinggi, namun jarang berkecimpung dalam rimba persilatan Tionggoan Kini keempat orang tua berada di depan matanya, bahkan Sien Put Pah pun memanggil mereka berempat Hai Sim Si Lo.

   Apakah mereka berempat berasal dari Hai Sim Pai (Partai Hai Sim)? Berpikir sampai di situ, Lu Leng tidak berani bertindak gegabah, Dia menarik nafas dalam-dalam siap menghadapi pertarungan Sien Put Pah tertawa gelak.

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Ha ha ha! Lu Siauhiap, kau dapat meloloskan diri dari puncak Lian Hoa Hong, secara pribadi aku amat kagum kepadamu!"

   Lu Leng hanya mendengus, namun dalam hati sedang mencari akal bagaimana cara meloloskan diri Sien Put Pah tertawa lagi.

   "Ha ha! saudara Lu, kali ini kau tidak mungkin dapat meloloskan diri seperti di puncak Lian Hoa Hong!"

   Lu Leng juga ikut tertawa.

   "jangan banyak omong kosong! Aku dapat meloloskan diri atau tidak, sebentar lagi kau akan tahu! Tidak perlu banyak omong!"

   Sien Put Pah tertawa panjang.

   "Ha ha haa! Saudara Lu, kau memang gagah! Hai Sim Si Lo, jangan sampai rusak nama partai kalian!"

   Keempat orang tua itu menyahut serentak Dari tadi baru kali ini mereka mengeluarkan suara.

   Begitu nyaring dan tajam suara mereka, sehingga membuat hati semua orang yang mendengarnya menjadi tergetar keras.

   Saat ini Lweekang Lu Leng sudah tergolong tingkat tinggi, namun ketika mendengar suara me-reka, hatinya pun berdebar-debar.

   Dia segera menatap keempat orang tua itu, jarak antara mereka dengan Lu Leng hanya setengah depa.

   Wajah mereka tampak dingin.

   Kelihatannya mereka tidak akan turun tangan duluan, Apabila Lu Leng menerjang, barulah mereka menyerang, 2081 Lu Leng terus menatap mereka, Ketika dia baru mau menyerang, mendadak terdengar suara seruan.

   Tunggu!"

   Tampak sosok bayangan berkelebat, tahu-tahu sudah berada di hadapan Sien Put Pah. Lu Leng memandang ke sana, ternyata orang itu Oey Sim Tit. Sien Put Pah segera memberi hormat "Ada petunjuk apa, Tuan muda?"

   Tanyanya, Oey Sim Tit menoleh memandang Lu Leng, lalu tersenyum getir "Tuan Sien, kau jangan menyulitkan Saudara Lu, biar dia pergi!"

   Katanya kepada Sien Put Pah.

   Apa yang dikatakan Oey Sim Tit, membuat semua orang tertegun, termasuk Sien Put Pah.

   Hanya satu orang tidak merasa di luar dugaan, yaitu Lu Leng, Dia sudah menduga bahwa Oey Sim Tit tidak akan menyiarkannya jatuh ke tangan orang-orang itu, Lu Leng pun yakin bahwa Sien Put Pah pasti tidak berani membangkang, maka dia tidak mulai menyerang, Wajah Sien Put Pah tampak berubah.

   "Tuan muda, kami tidak bisa menurut,"

   Katanya sungguh-sungguh sambil menggeleng-gelengkan ke-pala, Oey Sim Tit tertegun mendengar ucapan itu, Dia tidak tahu harus berbuat apa.

   "Tuan Sien, kau tidak mau mendengar perkataanku?"

   Tanyanya kemudian Lu Leng yang terkepung di tengah-tengah juga tidak menduga Sien Put Pah akan berkata seperti itu. seketika dia mengerahkan tenaga Kim Kong Sin Ci pada jari telunjuk kanannya.

   "

   Sebetulnya aku tidak berani membangkang perintah Tuan muda, Tapi Ci Cun telah menurunkan perintah, harus menangkap orang itu dan mengambil Busur Api. Harap Tuan muda maklum!M kata Sien Put Pah.

   "Oh! Ternyata begitu!"

   Kata Oey Sim Tit, Kemudian dia membalikkan badannya ke arah Lu Leng.

   "Saudara Lu, lebih baik kau kembalikan saja Busur Api itu kepadaku! sedemikian banyak orang mengepungmu, apakah kau dapat menerjang keluar?"

   Katanya pula.

   "Sim Tit, kau tidak usah mempedulikanku!"

   Sahut Lu Leng, Oey Sim Tit menghela nafas panjang.

   "Kalian tiada yang mau mendengarkan perkataanku?"

   "Perintah dari Ci Cun, siapa berani membangkang!"

   Jawab Sien Put Pah. Lu Leng langsung meludah.

   "Phui! Kecuali aku sudah jadi mayat, kalau tidak, kalian jangan harap akan memperoleh Busur Api!"

   Hai Sim Si Lo menyahut serentak dengan dingin sekali.

   "Sungguh bermulut besar!"

   Sahut Hai Sim Si Lo serentak dengan dingin, Keempat orang tua itu maju selangkah Lu Leng memang sudah siap dari tadi, Ketika melihat mereka berempat maju, dia langsung membentak sambil menyerang dengan jurus Si Siang Pit Seng (Empat Penjuru Pasti Tumbuh), Tampak bayangannya berkelebatan dan terdengar suara menderu-deru mengarah pada dada Hai Sim Si Lo.

   Lu Leng tahu bahwa Hai Sim Si Lo berkepandaian amat tinggi, maka begitu turun tangan, dia menggunakan tenaga sepenuhnya, Keempat orang tua itu tidak berkelit, maka tak lama terdengarlah suara "Blam Blam Blam Blam!"

   Badan keempat orang tua itu bergoyang-goyang, lalu roboh, Kejadian itu di luar dugaan Lu Leng, karena Sien Put Pah menyuruh mereka berempat mengepung Lu Leng, tentunya keempat orang tua itu berkepandaian paling tinggi di antara mereka.

   Akan tetapi hanya dalam satu jurus, Lu Leng telah berhasil merobohkan mereka berempat Karena itu, Lu Leng menjadi tertegun.

   sejenak kemudian ketika Lu Leng hendak menerjang keluar, mendadak terdengar suara tertawa dingin, Ternyata Hai Sim Si Lo yang roboh itu sudah bangkit berdiri sambil tertawa dingin.

   Dari tawa dingin itu, dapat diketahui bahwa mereka berempat sama sekali tidak terluka, itu membuat Lu Leng tertegun lagi.

   Namun kemudian dia sadar, bahwa Hai Sim Si Lo hanya pura-pura roboh.

   Lu Leng segera membalikkan badannya hendak menyerang.

   Namun Hai Sim Si Lo sudah lebih dulu menggerakkan tangan dan terdengar suara "Ser Ser!"

   Tampak empat buah cambuk meliuk-liuk bagaikan ular aneh ke arah sepasang kaki Lu Leng, Betapa terkejutnya Lu Leng, Dia langsung mencelat ke atas, sehingga keempat cambuk itu melewati kakinya, Di saat badannya merosot ke bawah, Lu Leng menyerang dua orang di antara mereka dengan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang Puncak Menembus Awan).

   Kedua orang itu segera menjatuhkan diri lalu berguling untuk menghindari serangan tersebut, sehingga tenaga kedua jari Lu Leng menghantam tanah dan membuat tanah itu ber1obang.

   Sambil berguling, kedua orang tua itu menggerakkan cambuk masing-masing ke atas, Yang lain pun menggerakkan cambuk masing-masing ke atas, sehingga menimbulkan suara "Tar Tar Tar Tar"

   Empat kali! Keempat cambuk itu membentuk huruf X dan bagaikan sebuah jala menekan ke arah kepala Lu Leng, Begitu menyaksikan itu, hati Lu Leng tersentak.

   Sejak dia berkecimpung dalam rimba persilatan entah sudah berapa banyak jago tangguh yang dijumpai nya, namun tidak pernah menghadapi ilmu silat yang seaneh itu, Keempat cambuk itu menekan ke bawah dengan cepat sekali, maka tiada waktu bagi Lu Leng untuk berpikir Dia 2085 langsung mengeluarkan golok pusaka-nya lalu diayunkan ke atas.

   * * * * Bab 98 Ternyata Lu Leng mengeluarkan jurus Go Hou Phu Yo (Harimau Lapar Menerkam Domba).

   Betapa cepat dan dahsyatnya serangan tersebut namun Hai Sim Si Lo bergerak lebih cepat Mendadak keempat cambuk itu berpencar, masing-masing mengarah jalan darah Tay Pai Hiat, Khi Hai Hiat, Sien Lung Hiat dan Leng Tay Hiat di tubuh Lu Leng, Golok pusaka Lu Leng ternyata menyerang tempat kosong.

   Di saat bersamaan terdengar suara menderu-deru mengarah dirinya.

   Bukan main terkejutnya Lu Leng.

   Kini dia baru tahu bahwa dirinya sedang menghadapi musuh yang amat tangguh.

   Kelihatannya Hai Sim Si Lo berkepandaian lebih tinggi dibandingkan dengan keempat orang buta yang di puncak Lian Hoa Hong, Dalam keadaan terjepit, Lu Leng terpaksa mengayunkan golok pusakanya dan menyentilkan jari telunjuk kirinya, Golok pusakanya berhasil menangkis dua cambuk dan sentilan jari telunjuknya, berhasil membuat cambuk lain terpental Walau Lu Leng sudah lolos dari bahaya, namun sekujur badan masih mengucurkan keringat dingin, Dia segera melesat keluar, akan tetapi Hai Sim Si Lo telah mendahuluinya menggerakkan cambuk masing-masing.

   Terdengar suara menderu-deru, ternyata keempat cambuk itu menyerang Lu Leng dari empat penjuru.

   Lu Leng tahu, kalau tidak membunuh Hai Sim Si Lo, dirinya sudah pasti sukar meloloskan diri dari kepungan mereka.

   Oleh karena itu, mendadak dia berdiri tegak, lalu memutar-mutarkan golok pusakanya untuk melindungi diri Sedangkan Hai Sim Si Lo terus menyerangnya dengan cambuk.

   Kian lama serangan mereka bertambah gencar dan tampak bayangan cambuk berkelebatan mengurung Lu Leng.

   Tak terasa mereka bertarung sudah melewati dua puluh jurus.

   Hai Sim Si Lo terus mendesak Lu Leng dengan serangan-serangan gencar Lu Leng sudah merasa, makin lama tenaga tekanan cambuk-cambuk itu makin dahsyat Walau ilmu goloknya tidak terdapat kelemahan, tapi membuatnya amat memeras tenaga, karena golok pusakanya yang di tangannya terasa semakin berat Lu Leng mulai gugup dan panik, karena akan kehilangan Busur Api, bahkan kemungkinan besar nyawanya pun akan melayang, Hai Sim Si Lo ketika baru maju jelas-jelas telah terkena serangan yang dilancarkan Lu Leng dengan jurus Si Siang Pit Seng (Empat penjuru Pasti Tum-buh), Tetapi kenapa mereka sama sekali tidak ter-luka? Di saat Lu Leng sedang berpikir, tenaga tekanan keempat cambuk itu pun semakin dahsyat Dia tahu kalau terus begini, 2087 pasti celaka.

   Dari pada hanya bertahan, bukankah lebih baik balas menyerang juga? Lu Leng segera mengambil suatu keputusan untuk tetap memutarkan golok pusaka Su Yang To guna melindungi diri.

   Saat itulah, tiba-tiba dia membentak keras sambil menggerakkan lengan kirinya, mengeluarkan jurus Hong Mong Coh Khai (Turun Hujan Gerimis) dan jurus Thian Te Kun Tun (Langit Bumi Kacau Balau), Keduanya merupakan jurus kesebelas dan jurus kedua belas dari ilmu Kim Kong Sin Ci, Selain itu keduanya adalah jurus yang paling hebat dan dahsyat Tak tanggung-tanggung lagi Lu Leng pun mengerahkan seluruh tenaga dalamnya ke dalam kedua jurus itu.

   Akibatnya keempat cambuk itu terpental Menyaksikan keberhasilan itu, Lu Leng langsung bersiul panjang.

   Diayunkan cepat sekali goloknya sambil melesat menerjang keluar Kecepatan gerakan yang dilakukannya membuat golok di tangannya seakan lenyap, tinggal kelebatan-kelebatan bayang keperakan, Meskipun sebenarnya Sien Put Pah berkepandaian sangat tinggi, melihat terjangan Lu Leng yang begitu cepat dan menggiriskan, membuatnya tak berani menangkis.

   Cepat-cepat dia menyingkir.

   Beberapa orang yang di belakangnya yang melihatnya menyingkir langsung saja berlompatan mundur Lu Leng hampir berhasil menerjang keluar dari kepungan ketika mendadak salah seorang Hai Sim Si Lo mencelat ke atas, Begitu cepatnya orang itu mengayunkan cambuknya ke arah punggung Lu Leng, Meskipun orang itu tak mengeluarkan suara bentakan, Lu Leng yang sedang melesat itu sempat mendengar desir angin keras di belakangnya, Namun sayang, dia terlambat melihatnya, hingga....

   Taar! Lu Leng terpekik kesakitan ketika dirasakan punggungnya terhantam cambuk itu, Lecutan cambuk itu ternyata begitu dahsyat Bahkan seketika itu juga Lu Leng merasakan matanya jadi berkunang-kunang, Setelah terhuyung-huyung beberapa langkah akhirnya dia jatuh ke tanah.

   Lu Leng tahu dirinya telah terluka.

   Namun ketika roboh, tangan kirinya segera menekan tanah.

   Dengan meminjam tenaga ini Lu Leng berhasil melesat ke depan beberapa depa jauhnya, Hal itu sungguh di luar dugaan Hai Sim Si Lo.

   Dia heran melihat Lu Leng tidak binasa terhantam cambuknya, sebaliknya malah masih dapat melesat pergi, Tentu saja orang-orang heran melihat kejadian itu.

   Semua terbelalak menyaksikan kemampuan Lu Leng menahan hantaman cambuk itu, Kini Lu Leng sudah berada di luar kepungan lawan, Namun karena baru saja mengerahkan tenaga dalam, sehingga lukanya bertambah parah.

   "Uaaakh!"

   Mulut Lu Leng menyemburkan darah segar, lalu terkulai tak dapat bangun lagi, Betapa girangnya Hai Sim Si Lo melihat Lu Leng terkulai tak bangun lagi, Mereka serentak menghampirinya.

   Akan tetapi, mendadak saja terdengar suara bentakan bagaikan geledek membelah bumi, Semua orang tersentak Ada yang menjerit karena telinga mereka jadi pekak dan kesakitan Bahkan seakan menjadi tuli seketika, Bersamaan dengan bentakan keras dan menggetarkan itu, tampak sesosok bayangan berkelebat begitu cepat menuju tempat Lu Leng.

   Maka karena begitu gusamya, Sien Put Pah membentak "Kurang ajar kau...!"

   Hampir bersamaan dengan bentakannya orang bertubuh tinggi besar yang baru datang itu melancarkan sebuah pukulan.

   Bukan main dahsyatnya pukulan itu, menimbulkan angin yang menderu-deru.

   Menyaksikan itu, Hai Sim Si Lo segera menyadari adanya bahaya.

   Mereka berempat segera menggerakkan cambuk masing-masing ke arah orang itu, Namun secepat kilat tubuh orang itu berputar Secepat itu pula tangan kirinya menyambar Lu Leng seraya mengibaskan ujung lengan jubah kanannya ke arah Hai Sim Si Lo.

   Tampak keempat orang tua itu saling terdorong mundur tiga langkah.

   Maka melihat keempat lawan terdorong mundur Orang berjubah itu tak membuang-buang waktu, langsung melesat pergi, Kemunculan orang itu tanpa menimbulkan suara, hanya memperdengarkan suara bentakan yang menggelegar Melancarkan pukulan dan lain sebagainya dengan cepat sekali.

   Bahkan hanya dengan kibasan ujung lengan jubah dia dapat 2090 memundurkan Hai Sim Si Lo dan Sien Put Pah, lalu menjinjing Lu Leng melesat pergi, Betapa hebatnya orang itu, membuat semua orang jadi tertegun dan terkesima, Mendadak Oey Sim Tit mengeluarkan seruan dan langsung melesat pergi mengejar Melihat Oey Sim Tit pergi mengejar, Hai Sim Si Lo berseru.

   "Naik kuda! Kejar!"

   Seketika semua orang meloncat ke punggung kuda, Terdengarlah derap kaki kuda yang amat ramai sekali berpacu memburu ke arah larinya Oey Sim Tit Semua kejadian yang berlangsung begitu singkat itu tak diketahui dengan jelas oleh Lu Leng.

   Dia hanya sempat mendengar suara bentakan yang mengguntur, lalu merasa dirinya dibawa pergi.

   Dia tak dapat membayangkan seberapa tingginya kepandaian orang yang meno1ongnya.

   Namun Lu Leng justru tidak tahu, siapa sebenarnya orang yang bertindak sebagai dewa penolong ini.

   Sebab ketika terkulai posisinya tengkurap, sedangkan orang itu menyambar baju bagian punggungnya, Maka muka Lu Leng tetap menghadap ke bawah, tidak dapat melihat wajah orang tersebut Selain itu, entah sengaja atau tidak, jempol tangan orang itu terus menekan jalan darah Leng Tay Hiat di punggung Lu Leng, Hal itu membuatnya tidak dapat menghimpun hawa murni guna mengobati Iukanya, bahkan juga tidak dapat memalingkan kepala untuk melihat orang itu, Lu Leng hanya merasa Ginkang orang itu amat tinggi, Apakah orang ini Yok Kun Sih ketua Hui Yan Bun? Tanya Lu Leng dalam hati, 2091 Teringat akan Yok Kun Sih, Lu Leng merasa tidak mau diselamatkannya.

   Sebab jika Yok Kun Sih muncul, Toan Bok Ang pasti bersamanya, Dia tak tahu harus bagaimana jika bertemu gadis itu, Namun kemudian Lu Leng melepaskan dugaan tersebut, karena bentakan mengguntur tadi jelas bukan suara bentakan wanita, Mendadak orang itu melesat ke samping.

   Lu Leng merasa orang itu membungkukkan badannya memungut seraup batu kecil, lalu dilempar ke depan hingga menimbulkan suara menderu-deru.

   Bukan main tingginya Lweekang orang itu, Batu-batu kerikil yang dilemparkan meluncur laksana kilat Saat itu terlihat olehnya seperti ada orang berlari kencang ke arahnya.

   Orang tersebut cepat membungkukkan badan dan bersembunyi di dalam rerumputan.

   Lu Leng tahu apa sebabnya orang itu berbuat begitu, tidak lain untuk mengalihkan perhatian orang-orang yang mengejarnya, Memang benar, tampak Oey Sim Tit terus mengejar orang itu, Ketika melihat Oey Sim Tit tertipu sehingga terus mengejar Lu Leng jadi terperangah, Oey Sim Tit memiliki Ginkang yang amat tinggi hal itu tidak perlu diragukan lagi, Namun kenapa Oey Sim Tit tak mampu juga menyusulnya? Dari kenyataan inilah Lu Leng tahu kalau orang yang membawanya pergi ini memiliki Ginkang yang tak alang kepalang tingginya.

   Lu Leng menarik nafas dalam-dalam.

   Ketika berniat ingin bersuara, mendadak terdengar suara derap kaki kuda, Tak lama terlihat lebih dari dua puluh ekor kuda melewati mereka, Orang itu menjinjing Lu Leng lagi, kemudian melesat pergi, Dia tidak melalui jalan besar, melainkan melewati sisi jalan yang penuh batu.

   Setelah menempuh kira-kira sekitar delapan mil barulah berhenti.

   Lu Leng segera mengungkapkan perasaan yang sejak tadi ditahannya dalam hati.

   "Terima kasih atas pertolongan Cianpwee!"

   Orang itu tidak bersuara, Dia masih menjinjing Lu Leng.

   Namun kemudian menaruh Lu Leng di bawah sebuah pohon, Karena ingin tahu siapa orang itu, maka begitu diturunkan ke tanah Lu Leng segera membalikkan badan.

   Orang itu berdiri di hadapannya.

   Kini Lu Leng yang tergeletak di tanah, dapat melihat dengan jelas.

   Orang itu berbadan tinggi besar, mengenakan jubah abu-abu.

   wajahnya mengandung wibawa dengan sepasang mata menyorot tajam.

   Siapa orang itu? Dia tidak lain Liat Hwe Cousu, ketua Hwa San Pai.

   Seketika hati Lu Leng langsung berubah dingin, Dia terdiam.

   seharusnya dari tadi aku sudah menduganya Begitu pikir Lu Leng yang seakan menyesali dirinya, Sebab, selain gurunya dan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, siapa lagi orangnya yang punya kepandaian setinggi itu.

   Lu Leng mestinya merasa gembira, karena dirinya telah diselamatkan Tapi setelah tahu siapa yang menyelamatkannya, rasa girang itu pupus, Sebab bagaimana sifat Liat Hwe Cousu di rimba persilatan, Lu Leng sudah pernah menerima pelajaran nya.

   Boleh dikatakan terlepas dari mulut harimau justru masuk ke mulut serigala.

   Liat Hwe Cousu menatapnya dengan dingin lama sekali "Bocah, sudah lama kita tidak berjumpa!"

   Ujarnya kemudian dengan suara rendah, Lu Leng memaksa diri untuk menghimpun hawa murni, lalu duduk.

   "Terima kasih atas pertolongan Cianpwee."

   Liat Hwe Cousu berkata dengan dingin.

   "ltu tidak terhitung apa-apa! Hanya karena kau tidak banyak mulut !"

   Lu Leng tahu apa yang dimaksudkan Liat Hwe Cousu, Sebab dia tidak menceritakan tentang kejadian di gunung Tang Ku Sat. Dia pun terpaksa menyunggingkan senyum.

   "ltu juga tidak terhitung apa-apa."

   Ujarnya pula. Liat Hwe Cousu tertawa aneh.

   "Kau tahu sebenarnya tak hanya suatu kebetulan aku melewati tempat itu?"

   Lu Leng menggeleng-geleng kepala, Liat Hwe Cousu tertawa aneh lagi.

   "Terus terang, sudah tiga empat hari aku mencari mu. jadi pertemuan ini bukan merupakan suatu kebetulan!"

   Tersentak hati Lu Leng ketika mendengar itu. Namun dia berusaha tenang.

   "Ada urusan apa Cousu mencariku?"

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tanyanya kemudian Liat Hwe Cousu mendengus.

   "Hra! Kau pandai berpura-pura, Mana Busur Api itu, cepat berikan padaku!"

   Lu Leng tersentak mendengar ucapan orang tua itu.

   "Busur Api itu tidak berada padaku, telah kusembunyikan di suatu tempat."

   Liat Hwe Cousu tertawa gelak.

   "Ha! Ha! Ha! Bocah, kau ingin mempermainkan ku ? itu masih jauh!"

   Sembari berkata, Liat Hwe Cousu pun kembali menjinjing Lu Leng dan diangkat tinggi-tinggi Karena tengah terluka parah Lu Leng sama sekali tidak bisa melawan Setelah menjinjing Lu Leng ke atas Liat Hwe Cousu merogoh ke dalam baju nya.

   Maka Busur Api itu berpindah ke tangannya, Liat Hwe Cousu tertawa dingin sambil menjatuhkan tubuh Lu Leng ke tanah, Melihat Liat Hwe Cousu mengambil Busur Api itu, guguplah Lu Leng.

   Dia tahu Liat Hwe Cousu berhati culas, Walau menghendaki Busur Api untuk menghadapi Liok Ci Khim Mo, namun bisa jadi dia bertujuan lain, Tidak seperti tujuan Lu Leng, Tong Hong Pek dan lainnya yang ingin menyelamatkan rimba persilatan Liat Hwe Cousu biasa mementingkan diri sendiri ini sudah banyak diketahui orang.

   Lu Leng segera membentak "Kalau kau tidak mengembalikan Busur Api itu, aku akan menyiarkan kebusukanmu kepada kaum persilatan!"

   Wajah Liat Hwe Cousu langsung berubah. sepasang matanya menyorot aneh menatap Lu Leng, Lu Leng tahu Liat Hwe Cousu sedang mengerahkan ilmu Hian Sin Hoat, maka dia tidak berani beradu pandang dengan mata ketua Hwa San Pai itu.

   "Bocah, kau yang mencari mati sendiri!"

   Dengus Liat Hwe Cousu, lalu tertawa dingin Mendengar Liat Hwe Cousu berkata begitu, tergoncanglah hati Lu Leng, Liat Hwe Cousu terus tertawa dingin Lalu tiba-tiba mengangkat sebelah tangannya siap memukul ubun-ubun Lu Leng, Lu Leng tahu, saat ini Liat Hwe Cousu ber-sungguh-sungguh ingin membunuhnya, Sadar kalau tidak mungkin meloloskan diri, maka Lu Leng memejamkan mata, merasa tegang, Belum sampai hal itu terjadi, mendadak dari atas sebuah pohon melayang turun seseorang tanpa mengeluarkan suara, Namun agaknya Liat Hwe Cousu sudah merasakan itu, Dia cepat membalikkan badan Orang yang melayang turun dari pohon langsung saja meluncurkan serangan sebelum sempat memuakkan kakinya di tanah, Lu Leng sudah melihat jelas orang itu yang ternyata Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek, gurunya, Liat Hwe Cousu yang tak sempat melihat jelas orang itu cepat menggerakkan tangannya untuk menangkis, Sebab dia dapat menduga orang itu pasti menyerangnya, Maka tak terelakkan terjadilah benturan hebat hingga memperdengarkan suara keras, Baik Liat Hwe Cousu maupun Tong Hong Pek sama-sama terdorong mundur beberapa langkah.

   Walau Liat Hwe Cousu bergerak cepat, tapi kemunculan Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek amat mendadak.

   Lagi pula ketika melancarkan serangan, Tong Hong Pek menggunakan sepasang tangannya, Sebab maksudnya ingin merebut Busur Api dari tangan Liat Hwe Cousu.

   Ketika Liat Hwe Cousu merasa ada yang tidak beres, Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek sudah mencelat mundur, bahkan telah berhasil merebut Busur Api itu, Liat Hwe Cousu berkepandaian amat tinggi, tapi ternyata dengan mudah bagi Tong Hong Pek merebut Busur Api dari tangannya.

   Mungkin hal itu karena keadaan Liat Hwe Cousu yang kurang siap.

   Mendapati Busur Api berpindah tangan, hati Liat Hwe Cousu amat terkejut dan gusar.

   Dia bersiul aneh sambil memutarkan badannya, Namun sejauh itu pun Liat Hwe Cousu belum dapat melihat jelas siapa yang merebut Busur Api itu, Sebab begitu cepat orang itu melancarkan tiga kali pukulan dan tendangan "Ha! Ha! Ha! Liat Hwe tua, kenapa kau menyerang hingga begitu sengit?"

   Barulah Liat Hwe Cousu tahu siapa yang merebut Busur Api itu, begitu Tong Hong Pek berhasil menghindari serangan dan berhenti sejenak Pada dasarnya Liat Hwe Cousu memang agak segan terhadap Tong Hong Pek, namun saat ini justru bertemu orang itu.

   "Kembalikan Busur Apiku!"

   Bentak Liat Hwe Cousu dengan wajah kemerahan karena geram. Tong Hong Pek menjura sambil tersenyum "Maaf! Maaf! Temyata Busur Api ini milikmu!"

   Ujarnya berseloroh.

   Liat Hwe Cousu tahu, kalaupun terus menyerang Tong Hong Pek dia tetap tidak dapat memenang-kannya, Maka mendengar Tong Hong Pek berkata begitu, mendadak dia membalikkan badannya dan langsung melesat ke arah Lu Leng yang tergeletak di tanah.

   Maksud Liat Hwe Cousu ingin menangkap Lu Leng, Apabila Lu Leng sudah berada di tangannya, tentu Tong Hong Pek akan menyerahkan Busur Api kepadanya.

   Akan tetapi Tong Hong Pek sudah menduga itu, Ketika Liat Hwe Cousu melesat ke arah Lu Leng, dia pun melesat 2098 bagaikan kilat mengikuti Liat Hwe Cousu.

   sekejap Liat Hwe Cousu sudah berada di sisi Lu Leng, namun sebelum menjulurkan tangannya mencengkeram Lu Leng, Tong Hong Pek sudah menyerang punggungnya, Liat Hwe Cousu mengurungkan niatnya menyambar tubuh Lu Leng, Dia bergerak cepat mengelak dari serangan Tong Hong Pek.

   Namun mendadak saja terdengar suara "Krek".

   Ternyata lengan Tong Hong Pek bertambah panjang, sehingga berhasil memukul pantat Liat Hwe Cousu, Plak! Bukan main nyaringnya meskipun tidak mengandung tenaga, Tong Hong Pek tertawa gelak.

   "Ha! Ha! Ha! sebagai ketua suatu partai besar kau tidak tahu malu! Maka kau harus dipukul!"

   Setelah berkelit beberapa depa jauh, barulah Liat Hwe Cousu membalikkan badannya, Berkecimpung dalam rimba persilatan sudah puluhan tahun, entah sudah berapa banyak jago tangguh yang dihadapinya, Sebelum Liok Ci Khim Mo muncul, Thian Ho Si Lo, Tong Hong Pek, dan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tak pernah ditemuinya, Kini Liat Hwe Cousu boleh dikatakan jago nomor wahid dalam rimba persilatan.

   Semua orang tahu sifatnya yang angkuh.

   Kaum rimba persilatan, kalau bertemu dia pasti memberi hormat Kapan dia pernah menerima penghinaan seperti ini? itu membuatnya nyaris pingsan seketika, Tong Hong Pek melihat wajah Liat Hwe Cousu menghijau, sepasang matanya mendelik dan sekujur badan terus bergetar.

   Dalam hati dia tahu gurauannya tadi agak kelewat 2099 batas, Meskipun punya sifat angkuh, Liat Hwe Cousu merupakan pesilat tangguh, amat berguna untuk menghadapi Liok Ci Khim Mo.

   "Liat Hwe tua, kenapa kau menganggap ini sungguhan.,.?"

   Ujar Tong Hong Pek sambil tersenyum, Liat Hwe Cousu menggeram.

   Mendadak sepasang telapak tangannya didorong ke depan disertai pengerahan tenaga dalam tinggi.

   Mengetahui adanya bahaya yang mengancam, Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek cepat-cepat mundur selangkah, Dia segera mengibaskan lengan baju kirinya ke arah Lu Leng, membuat tubuh pemuda itu terpental beberapa depa.

   sedangkan Liat Hwe Cousu segera maju selangkah, Tenaga di telapak tangannya terus menekan Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek, sesungguhnya Tong Hong Pek ingin menghindar tak ingin berniat mengadu tenaga dengan ketua Hwa San Pai itu, Sebab dalam keadaan demikian, , apabila beradu tenaga, tentunya akan sama-sama terluka, Namun Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek telah terlambat selangkah, Karena, tenaga tekanan itu semakin dahsyat.

   sehingga tak mungkin lagi baginya untuk menghindarkannya, Apa boleh buat! Tong Hong Pek bergerak cepat menyimpan Busur Api ke dalam bajunya, lalu menangkis dengan sepasang telapak tangannya, Sungguh dahsyat tenaga telapak tangan mereka.

   Batu-batu di sekitar tempat itu tampak berpentalan jauh terkena sasaran kedua tenaga sakti itu.

   Ledakan-ledakan keras dan menggetarkan pun terdengar memekakkan telinga, Tak terelakkan lagi, benturan-benturan hebat terjadi ketika 2100 kedua tokoh tua ini sama-sama tak mampu menahan diri Mereka saling mengadu tenaga masing-masing.

   Begitu beradu mereka tidak bisa mundur lagi.

   Karena pihak mana pun yang mundur, tentu akan tertekan oleh tenaga lawan, Dan jelas pasti akan celaka bagi yang mundur, Karena itu mereka maju selangkah sehingga terdengar suara benturan lagi yang amat dahsyat pakaian kedua orang tua itu yang berupa jubah-jubah longgar seperti jadi melekat pada tubuh masing-masing.

   Begitu juga dengan rambut mereka yang jadi awut-awutan tidak karuan.

   Bagian 48 Mereka berdua adalah tokoh-tokoh tangguh rimba persilatan pukulan mereka mengandung tenaga ratusan kati, Ketika maju selangkah, wajah masing-masing berubah merah padam.

   sedangkan saat ini jarak keduanya hanya sekitar dua depa.

   Misalnya saja di tengah-tengah mereka terdapat batu besar, tak ayal lagi, pasti akan hancur lebur oleh Lweekang mereka yang begitu tinggi dan dahsyat itu.

   sebenarnya bagi Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek ini merupakan hal yang terpaksa, Dia harus mengadu Lweekang dengan Liat Hwe Cousu, Dia menyadari pertarungan ini tak akan berhenti tanpa masing-masing mengalami luka parah, Namun jika Lweekangnya dapat memenangkan pihak lawan, maka tidak akan mengalami luka parah, Karena itu, dia tadi maju selangkah, Liat Hwe Cousu juga tidak bodoh, Apa yang dipikirkan Tong Hong Pek, sudah dia pikirkan Maka ketika lawannya itu 2101 maju selangkah, dia segera melakukan hal yang sama untuk mendesaknya pula, Karena mereka maju selangkah lagi maka Lweekang masing-masing menyebar keempat penjuru.

   Lu Leng yang berada beberapa depa dari situ merasakan sulit untuk bernafas, Maka dia berguling-gulingan menjauhi tempat pertarungan itu, Tak lama kemudian Lu Leng mendengar suara benturan yang amat dahsyat, bagaikan gunung berapi meletus, Dia segera menengok ke arah mereka.

   sekujur badan keduanya mengepulkan uap putih, pertanda mereka mengerahkan Lweekang masing-masing sampai pada puncaknya, Kini sepasang telapak tangan mereka sudah saling menempel, sulit dipisahkan lagi, Namun hal itu hanya berlangsung sebentar Tampak keduanya lalu sama-sama terdorong mundur Liat Hwe Cousu jatuh duduk lalu bersila di tanah, sedangkan badan Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek doyong ke belakang, Ketika nyaris roboh mendadak bersiul panjang, sehingga badannya berdiri tegak kembali, lalu duduk bersila di tanah! Setelah uap putih yang keluar sekujur badan mereka berdua sirna, wajah keduanya pucat pias bagaikan kertas, seperti tak teraliri setetes darah pun.

   Begitu menyaksikan wajah Liat Hwe Cousu dan Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek, hati Lu Leng jadi kebat kebit Dia tahu kedua jago tangguh itu telah terluka dalam, sebab banyak 2102 kehilangan hawa murni.

   Mungkin membutuhkan waktu belasan hari untuk memu1ihkannya.

   Mereka duduk bersila sambil memejamkan mata, sama sekali tidak mengeluarkan suara, Beberapa saat kemudian, Tong Hong Pek membuka matanya dan berkata dengan suara rendah.

   "Liat Hwe tua, sungguh hebat tenaga pukulanmu."

   Liat Hwe Cousu mendengus, lalu membuka matanya.

   "Tenaga pukulanmu pun amat hebat."

   Dalam pertarungan tadi, masing-masing ingin menjatuhkan lawan dengan pukulan yang dilancarkan.

   Keduanya saling memuji.

   pemandangan yang lucu bagi Lu Leng, Mereka seperti dua orang bocah saja.

   Mereka sama-sama pesilat tangguh yang belum bertemu lawan setimpal Baru kini mereka dapat saling mengadu, kemampuan Lweekang masing-ma-sing.

   Keduanya seakan sadar, harus kagum dan mengakui ketangguhan satu sama lain.

   "Liat Hwe tua, pukulanmu akan menyebabkan diriku sulit memulihkannya kembali luka dalam ini. Mungkin tak cukup dalam tujuh atau delapan hari saja...."

   Liat Hwe Cousu tertawa getir "Sama-sama!"

   Tong Hong Pek lalu menoleh ke arah Lu Leng.

   "Anak Leng, bagaimana lukamu, apakah bisa jalan?"

   Lu Leng menyahut dengan wajah murung.

   "Tidak bisa!"

   "Baik, kau ke mari! Kita bertiga sama-sama tak bisa bergerak, Duduk bersama di sini agar mudah bila menghadapi binatang buas!"

   Lu Leng menatap Liat Hwe Cousu, kemudian berkata.

   "Dia...?" * * * * Bab 99 Sebelum Lu Leng usai berkata, mendadak Tong Hong Pek memutuskannya.

   "Aku lupa mengatakan padamu, Liat Hwe tua pernah melakukan kesalahan apa saja terhadapmu, kau tidak boleh menceritakan pada siapa pun."

   Begitu Tong Hong Pek mengatakan hal itu, Lu Leng dan Liat Hwe Cousu berdua jadi tertegun "Guru, kenapa begitu ?"

   Tanya Lu Leng yang tampak keheranan Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa.

   "Ha! Ha! Tidak ada apa-apa! Maksudku hanya agar dia tidak meninggalkan nama busuk di kalangan rimba persilatan."

   Lu Leng menganggukkan kepala, Dia paham, ucapan gurunya itu merupakan cetusan dari sikap orang gagah yang tak berniat menjatuhkan nama lawan.

   "Murid terima perintah!"

   Ucap Lu Leng kepada Tong Hong Pek.

   Diam-diam Liat Hwe Cousu pun sangat kagum pada Tong Hong Pek.

   Namun tetap saja dia tak mengungkapkan rasa kagum itu.

   Bahkan kemudian dia membalikkan tubuh agar membelakangi kedua orang guru dan murid itu.

   Meskipun begitu, Liat Hwe Cousu harus mengakui dengan cara itu mereka dapat bersama-sama jika ada ancaman dari binatang buas, sehingga bisa memulai menghimpun hawa murni untuk memulihkan lukanya, Setelah duduk bersila dengan cara begitu, mereka bertiga mulai menghimpun hawa murni Masing-masing hanyut dalam usahanya untuk memulihkan kembali luka dalam mereka yang sangat parah itu.

   jadi tak satu pun yang berbicara.

   Sama-sama membisu Cukup lama hal itu mereka lakukan, sehingga Sedikit demi sedikit luka mereka berkurang, Akan tetapi belum juga luka itu dapat pulih, mendadak mereka dikejutkan oleh suara derap kaki kuda yang terdengar di kejauhan Suara itu semakin lama semakin mendekat Me-nyadari hal itu, ketiganya mau tak mau terganggu oleh kedatangan kuda-kuda itu, Mereka makin terperanjat ketika rombongan kuda berhenti tak jauh dari tempat itu, Apalagi ketika terdengar suara orang berseru.

   "Di sana ada orang!"

   Selanjutnya, terdengar lagi suara derap kaki kuda, Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek tahu, bahwa jejak mereka telah diketahui orang.

   "Liat Hwe tua, kau punya suatu akal?"

   "Ilmu Hian Sian Hoatku masih bisa digunakan,"

   Sahut Liat Hwe Cousu dengan tenang. Tong Hong Pek manggut-manggut "Bagus! Asalkan saja yang datang itu bukan Liok Ci Khim Mo, kita pura-pura tidak ada urusan, Berdasarkan nama kita berdua, mungkin tiada seorang pun berani turun tangan terhadap kita!"

   Liat Hwe Cousu tertawa.

   "Tong Hong Pek, tak disangka kita berdua masih harus dengan siasat kota kosong."

   "Selain siasat ini, sudah tiada akal lain. sekarang mari kita duduk bersandar pada pohon!"

   Ketiganya bangkit berdiri, kemudian duduk bersandar pada pohon yang besarnya tiga pelukan orang.

   Mata mereka mengawasi dengan hati-hati ke sekitar tempat itu.

   Dan karena khawatir kalau-kalau ada musuh yang membokong, maka ketiganya menghadap ketiga penjuru.

   Sementara suara derap kaki kuda sudah dekat sekali.

   Tak lama kemudian terdengar orang-orang itu mulai berlompatan turun dari punggung kuda, Hali Lu Leng mulai berdebar-debar ketika matanya melihat lima orang sudah berdiri tak jauh dari mereka bertiga, Ternyata kelimanya adalah Sien Put Pah dan Hai Sim Si Lo.

   Lu Leng segera berbisik.

   "

   Yang muda bernama Sien Put Pah, dan keempat orang tua itu adalah Hai Sim Si Lo!"

   Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek menyahut dengan suara rendah.

   "Sien Put Pah adalah adik Sien Thian Lok, itu gampang diurus, Kita jangan pedulikan mereka!"

   Melihat Liok Ci KhimMo tidak bersama mereka, Liat Hwe Cousu segera melepaskan jubah abu-abunya, Di dalam ternyata dia mengenakan jubah merah bagaikan api menyala.

   Setelah meloncat dari punggung kuda, Sien Put Pah dan Hai Sim Si Lo sebenarnya ingin langsung menerjang ke tempat ketiga orang itu.

   Namun begitu melihat jubah merah menyala itu air muka Sien Put Pah langsung berubah.

   Buru-buru dia memberi isyarat agar Hai Sim Si Lo berhenti.

   Sien Put Pah memandang Liat Hwe Cousu lama sekali Kemudian maju selangkah sambil memberi hormat "Kalau tidak salah, Cianpwee pasti adalah Liat Hwe Cousu ketua Hwa San yang amat kesohor itu?"

   Liat Hwe Cousu tertawa dingin sambil menatap Sien Put Pah dengan sorotan aneh, Ternyata dia telah mengerahkan ilmu Hian Sin Hoat.

   Sien Put Pah dan Hai Sim Si Lo merasa sukmanya seperti terbetot Mereka terkejut bukan main sehingga langsung mundur beberapa langkah.

   sesungguhnya siapa pun yang terkena ilmu Hian Sin Hoat sulit untuk melepaskan diri.

   Namun saat ini Liat Hwe Cousu dalam keadaan terluka parah, maka Sien Put Pah dan Hai Sim Si Lo bisa mundur setelah mundur, barulah mereka merasa agak tenang, Padahal, dalam keadaan seperti sekarang ini, cukup Sien Put Pah saja yang turun tangan maka Tong Hong Pek bertiga tak akan mampu menghadapi nya.

   Namun nama Liat Hwe Cousu memang sangat kesohor di kalangan rimba persilatan Meskipun Hwa San Pai sudah kocar-kacir dikejar Liok Ci Khim Mo dan banyak anggotanya yang mati, namun kebesaran nama sang ketua masih disegani orang, Liat Hwe Cousu tertawa dingin seraya menatap orang di depannya.

   "Bangsat kecil juga tahu nama Cousu!"

   Ujarnya dengan suara mendengus, Mendengar itu, Sien Put Pah tahu dugaannya tidak meleset Maka ketiganya bertambah terkejut dan mundur lagi, Liat Hwe Cousu sedikit merasa lega karena mereka mundur lagi, Kalau saat ini menambah nama Tong Heng Pek, kemungkinan besar mereka berlima akan pergi karena ketakutan Karena itu, Liat Hwe Cousu segera memberitahukannya 2108

   "Bangsat kecil, kau memang beruntung hari ini. Kalian tidak hanya bisa bertemu Cousu, melainkan juga bisa bertemu seorang pesilat tangguh lain."

   Walau Liat Hwe Cousu terus memanggil Sien Put Pah sebagai "Bangsat Kecil". Tapi orang itu sama sekali tidak berani marah, sebaliknya malah menarik nafas dingin.

   "Cousu bilang masih ada seorang pesilat tangguh lain, siapa yang Cousu maksudkan itu?"

   "Ha! Ha! Ha!"

   Liat Hwe Cousu lalu menunjuk Tong Hong Pek.

   "Yang ini adalah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, bagaimana kau tidak mengenalnya?"

   Mendengar nama tersebut, wajah Sien Put Pah langsung berubah kelabu, Dia dan kawan- kawannya terperanjat Kemudian cepat-cepat mundur beberapa langkah, Sien Put Pah kelihatan terkejut sekali.

   Lelaki berwajah tampan dan kelihatan baru berusia tiga puluhan itu, ketika baru melihat memang merasa kenal, tapi tidak berpikir kalau orang itu adalah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.

   Dalam benak Sien Put Pah terbayang kembali, dua puluh lima tahun lalu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek pergi ke Cing Cou seorang diri membunuh Go Pak Liok Hiong, Go Lam Sam Pang, dan membunuh Go Lam Sam Pang pangcu.

   Karena Tong Hong Pek membunuh mereka semua, maka Sien Thian Lok kakaknya tidak binasa di tangan mereka.

   Secara tidak langsung Tong Hong Pek telah menyelamatkan kakaknya.

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa dingin.

   "Sudah lama tidak berjumpa, bagaimana kabarnya kakakmu itu?"

   Keringat dingin tampak mengucur di sekujur badan Sien Put Pah. Dia memberi hormat sebelum menyahut "Baik! Baik! Terima kasih Tong Hong Tayhiap!"

   Tong Hong Pek tertawa dingin lagi.

   "

   Jangan sungkan-sungkan, kini kalian kakak beradik sudah tumbuh sayap, apakah ingin menyulitkanku?"

   Wajah Sien Put Pah tampak gugup.

   "Tidak! Aku... tidak berani!"

   Tong Hong Pek berkata dengan sikap dingin.

   "Kau tidak berani? Kalau begitu mengapa kau melukai muridku?"

   Sien Put Pah menjawab dengan suara bergemetar.

   "Aku memang harus mampus! Aku memang harus mampus! perintah dari atasan sulit dibangkang, mohon Tong Hong Tayhiap maklum!"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa.

   "Busur Api berada padaku, kau masih ingin memperolehnya?"

   "Aku tidak berani!"

   Sahut Sien Put Pah dengan wajah semakin gugup.

   "Meskinya kau tahu diri sekarang untuk apa kalau tak segera pergi?"

   Sien Put Pah menarik nafas lega.

   "Ya! Ya!"

   Melihat Sien Put Pah langsung membalikkan badannya, Hai Sim Si Lo bertanya serentak dengan penuh keheranan "Tuan Sien, siapa kedua orang itu?"

   "Cepat pergi, jangan tanya!"

   Bentak Sien Put Pah gusar terhadap para anak buahnya itu.

   Orang-orang Hai Sim Pai, jarang berkelana dalam rimba persilatan maka Hai Sim Si Lo tidak kenal Liat Hwe Cousu dan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.

   Mungkin kalau tanpa Sien Put Pah bisa jadi mereka langsung turun tangan dari tadi, Naraun keempat orang itu tahu, kedudukan Sien Put Pah amat tinggi dalam istana Ci Cun Kiong, Kini melihatnya begitu ketakutan, mereka tahu kedua orang itu pasti berkepandaian amat tinggi Akan tetapi mendengar jawaban Sien Put Pah, mereka berempat tampak tidak puas.

   "Tuan Sien, apakah kepandaian mereka berdua begitu hebat? perintah dari Ci Cun, haruslah kita sudahi begitu saja?"

   Sien Put Pah masih berdiri membelakangi Liat Hwe Cousu dan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.

   Dia merasa ada duri di punggungnya rasanya ingin sekali segera meninggalkan tempat itu, Maka mendengar pertanyaan Hai Sim Si Lo, hatinya jadi gusar sekali "Kalau Tong Hong Tayhiap tak pernah ada hubungan dengan saudaraku, saat ini kita berlima pasti sudah jadi mayat,"

   Ujar Sien Put Pah menjelaskan "Apa kalian masih ingin melawan mereka?"

   Walau kedudukan Hai Sim Si Lo cukup tinggi dalam istana Ci Cun Kiong, namun masih dibawah Sien Put Pah, Maka mendengar perkataannya bernada gusar, mereka berempat tidak berani banyak bicara lagi, Mereka meloncat ke punggung kuda dan segera meninggalkan tempat itu, Mereka melarikan kuda dengan kencang, hingga sebentar kemudian sudah jauh sekali Menyaksikan itu, Lu Leng merasa lega dan gembira.

   "Guru, hanya karena nama kalian berdua, sudah membuat mereka kabur ketakutan, Sungguh menggelikan!"

   Akan tetapi, wajah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan Liat Hwe Cousu tidak tampak berseri. Lu Leng tercengang memandang kedua orang tua itu.

   "Guru, apa masih ada yang tak beres ?"

   Tong Hong Pek diam saja, Liat Hwe Cousu yang menyahut "Kemungkinan besar mereka akan datang ke mari lagi."

   "Mereka kabur ketakutan, bagaimana mungkin balik ke mari lagi?"

   Tanya Lu Leng heran, Liat Hwe Cousu mendengus.

   "Hm! Bocah, kau tahu apa? Cepat tutup mulutmu!"

   Timbul rasa gusar dalam hati Lu Leng, dia memandang Tong Hong Pek seraya bertanya.

   "Guru, betulkah mereka akan kembali ke sini?"

   Tong Hong Pek berpikir sejenak, sebelum akhirnya menjawab "Sulit dikatakan!"

   "Kalau begitu, mengapa kita tidak pergi saja?"

   "Kalau pun dapat pergi, kita tidak bisa pergi jauh. sebaliknya malah akan memperlihatkan kelemahan kita, Maka lebih baik kita tetap di sini, berusaha agar bisa pulih dua tiga bagian."

   Lu Leng terkejut dalam hati.

   "Semua ini gara-gara Liat Hwe Cousu. Kalau tidak menyerang guruku tak akan mengalami luka parah seperti ini!"

   Wajah Liat Hwe Cousu langsung berubah.

   "Omong kosong!"

   Dengusnya, Tong Hong Pek segera menatap Lu Leng.

   "Anak Leng, jangan bicara sembarangan! Guru yang keterlaluan sehingga membuat Liat Hwe tua jadi marah besar."

   Mereka lalu diam, Semua memejamkan mata lagi, mulai menghimpun hawa mumi.

   Mereka harus berupaya, untuk segera memulihkan luka dalam masing-masing.

   Namun apa yang diduga Liat Hwe Cousu rupanya benar, Tidak lama mereka bisa menghimpun hawa murni, Sebab kemudian telinga mereka kembali menangkap suara derap kaki kuda.

   "Liat Hwe tua, bagaimana kau tadi yakin mereka akan balik ke mari lagi?"

   Bertanya Tong Hong Pek yang juga tampak cemas begitu mendengar suara derap kaki kuda.

   "Mereka berjumlah dua puluh orang lebih, Aku melihat mereka. Salah seorang di antaranya Lam Thian It Ho Kiong Bu Hong. Orang itu amat terkenal karena cukup aneh. Kecerdasannya melebihi orang lain, maka aku tahu tidak dapat mengelabuinya!"

   Tong Hong Pek mengeluarkan suara menggumam tak jelas.

   "Aku duga memang mereka balik ke mari. Melihat kita belum juga pergi, mungkin mereka tidak berani sembarangan turun tangan."

   Liat Hwe Cousu tertawa gelak.

   "Ha! Ha! Ha! Kalau begitu, mudah-mudahan Beng Tu Lo Jin yang di alam baka akan melindungimu!"

   Wajah Tong Hong Pek berubah serius.

   "Liat Hwe tua, kini bukan waktunya bergurau, kita harus menggunakan siasat tadi!"

   Liat Hwe Cousu cuma mengangguk, tidak berkata apalagi.

   sementara suara derap kaki kuda pun makin dekat Tak lama kemudian tampak dua puluh ekor kuda berhenti tak jauh dari tempat mereka bertiga, Namun Sien Put Pah berada jauh di belakang, Tampaknya dia tidak berani mendekati mereka bertiga, Ternyata ketika berada di puncak Lian Hoa Hong, Liok Ci Khim Mo murka bukan main, Sebab Lu Leng dan Tam Goat Hua lolos, sementara putranya tak diketahui berada di mana, Maka dengan membawa kegusaran dia langsung pulang ke istana Ci Cun Kiong, Dia lalu mengerahkan seratus orang berkepandaian tinggi.

   Mereka dibagi empat kelompok berpencar mencari Oey Sim Tit dan mengejar Lu Leng serta Tam Goat Hua untuk merebut Busur Api.

   Setiap kelompok terdapat dua orang yang memiliki ilmu Ginkang tinggi, agar dapat segera kembali ke istana Ci Cun Kiong untuk melapor Kebetulan yang menuju ke barat adalah kelompok dibawah pimpinan Tancu Sien Put Pah.

   setelah mendirikan istana Ci Cun Kiong, Liok Ci Khim Mo memang memberi jabatan kepada para pengikut setia, Empat pelindung dan Empat Tancu, pelindung Timur, pelindung Barat, pelindung Utara, dan pelindung Selatan, Kali ini Liok Ci Khim Mo juga mengutus keempat pelindung tersebut untuk mengejar Lu Leng dan Tam Goat Hua.

   pelindung Timur adalah Hek Sin Kun.

   Bersama seorang Tancu, dia berangkat ke arah timur, sedangkan pelindung Barat adalah Lam Thian It Ho-Kiong Bu Hong yang amat cerdik itu.

   Bersama Tancu Sien Put Pah dia berangkat ke barat Yang mengikuti mereka adalah Hai Sim Si Lo.

   Mereka terus mengejar ke arah barat, hingga menemukan 2115 Lu Leng, Namun ketika Lu Leng terluka muncul seseorang menyelamatkannya, Karena itu, mereka semua terus mengejar Lu Leng, Walau sudah begitu jauh, mereka terus mengejar Mereka tidak menemukan jejak Lu Leng, bahkan Oey Sim Tit pun tak ketahuan jejaknya, Hai itu membuat Lam Thian It Ho-Kiong Bu Hong jadi curiga, Maka dia berunding dengan Sien Put Pah.

   Akhirnya Sien Put Pah membawa Hai Sim Si Lo kembali ke tempat semula, Ternyata Sien Put Pah ketakutan ketika bertemu Liat Hwe Cousu dan Tong Hong Pek, sehingga langsung kabur bersama Hai Sim Si Lo.

   Setelah berkumpul kembali dengan Lam Thian It Ho-Kiong Bu Hong, barulah menarik nafas lega, Kiong Bu Hong sudah berusia enam puluh lebih, wajahnya kemerah-merahan dan tampak gagah, persis seperti seorang tingkatan tua dalam rimba persilatan Hanya dia berhati amat jahat Kalau membunuh orang tak pernah meninggalkan jejak, bahkan diperhitungkan dengan matang sekali.

   Dia memang cerdik, tapi juga licik.

   Melihat ada ketidak beresan pada diri Sien Put Pah, Kiong Bu Hong pun merasa curiga.

   "Sien Tancu, apakah sudah menemukan jejak musuh?"

   Walau sudah berada di tempat yang begitu jauh, Sien Put Pah tetap masih merasa takut terhadap Tong Hong Pek dan Liat Hwe Cousu.

   "Jangan dikatakan lagi!"

   Kedudukan mereka boleh dikatakan setingkat tapi di antara keduanya saling bertentangan dalam hati, Apabila Sien Put Pah tidak menceritakan hal yang sebenarnya, dia khawatir Kiong Bu Hong akan melapor kepada Liok Ci Khim Mo.

   Karena itu dia segera memberitahu kannya.

   "Bocah Lu itu memang ada, tapi ada dua orang yang mendampinginya."

   Kiong Bu Hong tertawa dingin.

   "Siapa kedua orang itu? Kenapa Sien Tancu kembali dengan tangan kosong?"

   Pertanyaan tersebut membuat air muka Sien Put Pah berubah.

   "Pelindung Kiong, kedua orang itu merupakan orang luar biasa, Yaitu Liat Hwe Cousu dan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek!"

   Tadi sikap Kiong Bu Hong amat angkuh, Namun mendengar nama kedua orang tersebut air mukanya langsung berubah. Yang lain pun terkejut mendengar keterangan Sien Put Pah.

   "Pelindung Kiong, Sien Tancu! Lebih baik kita cepat-cepat pergi melapor pada Ci Cun!"

   Usul salah seorang anak buah. Kiong Bu Hong berpikir sejenak, kemudian mendadak mengangkat sebelah tangannya.

   "Kalian jangan ketakutan dulu!"

   Seketika semua orang jadi diam Kiong Bu Hong bertanya kepada Sien Put Pah.

   "Sien Tancu, kalian bertarung dengan mereka?"

   Sien Put Pah menyahut dengan dingin.

   "Kalau bertarung, mana mungkin kami masih bisa kembali ke sini?"

   Kiong Bu Hong mengerutkan kening.

   "lni sungguh mengherankan! Sien Tancu, ceritakanlah keadaan itu!"

   Sien Put Pah segera menceritakan keadaan Liat Hwe Cousu dan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek. setelah mendengar itu, sepasang biji mata Kiong Bu Hong berputarputar.

   "Heran! Setahuku, Liat Hwe Cousu dan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek pernah bertikai, mereka berdua tidak akan saling mengalah. Lagi pula mereka berdua bersifat keras, Bagaimana mereka membiarkan kalian berlima kembali dalam keadaan selamat?"

   Sien Put Pah gusar dalam hati.

   "Menurutmu, kami berlima harus jadi mayat di tempat itu?"

   Kiong Bu Hong tertawa terkekeh.

   "He! He! He! Sien Tancu jangan menganggapku banyak urusan! Kita semua harus berbuat jasa terhadap Ci Cun."

   Karena Kiong Bu Hong menyebut Bu Lim Ci Cun-Liok Ci Khim Mo, maka Sien Put Pah tidak berani banyak bicara lagi.

   "Menurutmu harus bagaimana?"

   Tanyanya kemudian . Kiong Bu Hong menyahut "Menurutku, kita semua harus ke sana lagi melihat-lihat!"

   Ketika mendengar itu, wajah semua orang langsung berubah.

   "

   Perintah dari Ci Cun, harus merebut kembali Busur Api. Kalian pasti memperoleh imbalan, mengapa kalian jadi takut mati?"

   Setelah Kiong Bu Hong membentak, semua orang tidak berani bersuara Iagi.

   Mereka saling memandang, Masing-masing telah mengambil ke-putusan, apabila Kiong Bu Hong memaksa mereka ke sana, maka mereka akan bubar Pergi menghadapi Liat Hwe Cousu dan Giok Bi Sin Kun-Tong Hong Pek, sama juga pergi mencari mati Dari pada mati sia-sia, maka lebih baik kabur Terdengar Kiong Bu Hong berkata lagi.

   "Tadi Sien Tancu dan Hai Sim Si Lo bisa kembali dengan selamat, itu pasti ada sebabnya, Tidak apa-apa kita pergi ke sana. Kalau mereka sudah pergi, tentu ada jejaknya, Kita boleh menguntit mereka!"

   "Seandainya mereka masih berada di tempat itu, belum pergi? Lalu kita harus bagaimana?"

   Tanya Sien Put Pah. Kiong Bu Hong tertawa dingin.

   "Bagi yang takut mati, boleh berdiri agak jauh! Biar aku yang menghadapinya!"

   Mendengar Kiong Bu Hong berkata begitu, legalah hati mereka.

   Siapa yang tidak takut mati? Kalau tidak takut mati, mengapa harus bergabung dengan istana Ci Cun Kiong, bersedia diperintah orang? Kini Kiong Bu Hong mau tampiL Kalau sampai terjadi sesuatu bisa melarikan diri Karena itu semua orang mengiyakan, Mereka segera memacukan kuda masing-masing ke tempat yang dituju, Akhirnya rombongan tiba di tempat itu, Dari jauh mereka melihat tiga orang itu masih tetap duduk di bawah pohon.

   Sien Put Pah paling cepat berhenti Begitu melihat Liat Hwe Cousu dan Giok Bi Sin Kun-Tpng Hong Pek, hati Kiong Bu Hong kebat-kebit Dalam jarak sekitar dua puluh langkah dia menghentikan kudanya, Maka lainnya ikut berhenti Liat Hwe Cousu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan Lu Leng melihat kedatangan rombongan itu, Mereka terkejut bukan main, karena menyadari kali ini tak mungkin mengelabui mereka, Namun wajah ketiganya sama sekali tidak berubah Tong Hong Pek dan Liat Hwe Cousu menatap mereka dengan sikap dingin dan tenang sekali Kiong Bu Hong memberanikan diri, perlahan-lahan turun dari punggung kuda, Setelah itu dia menatap Liat Hwe Cousu dan Tong Hong Pek.

   Mereka berdua tahu Kiong Bu Hong amat cerdik dan licik, jarak begitu jauh seperti itu harus menghimpun hawa murni untuk berbicara, Kalau begitu, asal membuka mulut, Kiong Bu Hong akan segera tahu bahwa mereka berdua telah banyak kehilangan tenaga, Karena itu, perlahan-lahan Tong Hong Pek menyentuh Lu Leng, kemudian berbisik "Anak Leng, kau bertanya kepada mereka, mau apa mereka ke mari?"

   Lu Leng mengangguk lalu berseru sekeras-keras-nya.

   "Kalian para penjahat, kalian mau cari mampus?"

   Kiong Bu Hong masih terdiam sambil menatap Lu Leng, Namun akhirnya membuka mulut.

   "Maaf! Karena tahu Giok Bi Sin Kun dan Liat Hwe Cousu berada di sini, maka kami datang untuk memberi salam!"

   Ketika berkata begitu Kiong Bu Hong mengerahkan hawa murni, agar Tong Hong Pek dan Liat Hwe Cousu membuka mulut, Dia sudah menduga, kalau ada suatu sebab sehingga mereka tidak bisa turun tangan, asal mereka membuka mulut, dia sudah dapat memastikannya, Tong Hong Pek dan Liat Hwe Cousu sudah tahu akan maksudnya, Maka dalam hati keduanya mencaci maki.

   Tiba-tiba timbul suatu ide dalam benak Tong Hong Pek.

   Dia merogoh ke dalam bajunya, mengeluarkan Busur Api.

   Ditaruhnya benda itu dua langkah di depannya, lalu memberi isyarat pada Lu Leng dengan tatapan mata.

   Lu Leng mengerti akan maksud gurunya, maka langsung saja dia tertawa.

   "Ha! Ha! penjahat tua jangan berbasa-basi, kalian datang dengan menempuh bahaya, tentunya demi Busur Api ini. Kini sudah berada di tanah, yang punya nyali boleh ke mari mengambilnya!"

   Kiong Bu Hong melihat Tong Hong Pek dan Liat Hwe Cousu tetap tidak membuka mulut, Hatinya kian merasa curiga, Namun biar bagaimana pun curiganya, dia tetap tidak berani maju mengambil Busur Api itu.

   "Ha! Ha! Apa yang dikatakan Lu siauhiap memang benar, Kami datang hanya demi Busur Api!"

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Lu Leng menghimpun hawa murni, lalu tertawa gelak.

   "Ha! Ha! Ha! Kalau begitu, kenapa tidak mengambil Busur Api itu?"

   Ketika Lu Leng menghimpun hawa murni untuk tertawa gelak, hati Kiong Bu Hong tergerak Dia tahu luka yang diderita Lu Leng belum sembuh, Apakah Liat Hwe Cousu dan Tong Hong Pek tidak bisa menyembuhkannya? Kalau begitu, sudah pasti ada sebabnya, Setelah berpikir demikian, nyalinya jadi besar.

   Dia maju dua langkah.

   Begitu melihat Kiong Bu Hong maju, Lu Leng terkejut sekali Namun dia tetap berlaku tenang.

   "Guru, ada orang ke mari cari mati!"

   Ujarnya pada Tong Hong Pek.

   Mendengar kata-kata Lu Leng, Kiong Bu Hong langsung berhenti, tidak berani maju lagi.

   sementara itu Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tetap menatapnya lekat-lekat "Anak Leng, kau berseru sekeras-kerasnya bahwa kami tidak akan bergerak, Suruh mereka ke mari mengambil Busur Api, Biar Liat Hwe tua nanti menghadapinya dengan Hian Sin Hoat!"

   Suara Tong Hong Pek amat lirih, hanya dapat didengar oleh Lu Leng dan Liat Hwe Cousu, sesungguhnya Kiong Bu Hong juga ingin dengar, tapi tidak dapat karena masih terlalu jauh, Dia cuma melihat bibir Tong Hong Pek bergerak-gerak, sepertinya sedang berbicara pada Liat Hwe Cousu dengan ilmu Coan ini Jip Pit (llmu Menyam-paikan Suara), itu merupakan ilmu yang amat tinggi.

   


Rahasia Iblis Cantik -- Gu Long Pedang Kayu Cendana Karya Gan KH Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung

Cari Blog Ini