Ceritasilat Novel Online

Harpa Iblis Jari Sakti 26


Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Bagian 26



Harpa Iblis Jari Sakti Karya dari Chin Yung

   

   Hanya mereka yang punya Lweekang pada taraf sempurna mampu menggunakan ilmu tersebut Karena itu Kiong Bu Hong semakin tidak berani maju, Dia berdiri di tempat Lu Leng berseru sekeras-kerasnya.

   "Kalian para penjahat, dengarkan baik-baik! Busur Api berada di hadapan kami. Siapa di antara kalian yang punya nyali, boleh ke mari mengambilnya! Guruku dan Liat Hwe Cousu tidak akan bergerak Siapa yang punya nyali silakan ambil Busur Api itu!"

   Setelah Lu Leng berkata begitu, semua orang mulai berkasak-kusuk mendiskusikan itu.

   Walau Liat Hwe Cousu dan Tong Hong Pek berkepandaian amat tinggi, namun pasti sutit membunuh orang tanpa bergerak sama sekali Mereka berdua adalah tokoh pesilat tangguh yang amat terkenal tentunya tidak akan ingkar janji Apabila berhasil memperoleh Busur Api itu, mereka akan dapat imbalan dari Liok Ci Khim Mo, kedudukan pun akan dinaikkan Maka seketika ada beberapa orang yang tergerak hatinya, Sesungguhnya Kiong Bu Hong juga ingin turun tangan sendiri.

   Namun dia berhati licik, sudah pasti tidak akan pergi menempuh bahaya, Karena itu dia berkata dengan suara dalam.

   "Saudara-saudara! Siapa di antara kalian yang ingin ke sana mengambil Busur Api itu?"

   Seketika juga salah seorang menyahut.

   "Aku!"

   Orang itu maju beberapa langkah, tapi berhenti tak bergerak lagi Orang itu agak kurus berusia tiga puluhan, Di saat melangkah maju dia tampak gagah.

   Setelah mendekati Liat Hwe Cousu dan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, teringat akan kepandaian mereka berdua yang amat tinggi, membuat nyalinya jadi ciut Bahkan sekujur badannya bergemetaran.

   Kiong Bu Hong segera berseru.

   "Saudara, kenapa kau tidak maju lagi? Apakah ingin mundur kembali?"

   Lu Leng juga berseru.

   "Hei! Kau ingin jadi orang gagah, ayo! Cepat ke mari!"

   Orang itu salah tingkah, akhirnya nekat melangkah maju lagi dengan hati deg-degan.

   Ketika berada di hadapan Busur Api, kira-kira lima langkah, gigi orang itu terus berbunyi gemertukan.

   sepasang kakinya terasa lemas, sulit baginya untuk maju lagi, sejenak kemudian melangkah lagi, Semua orang yang berdiri sekitar dua puluh langkah tampak tegang sekali, Bahkan bernafas pun tidak berani.

   Begitu pula Liat Hwe Cousu, Tong Hong Pek, dan Lu Leng, Mereka tegang.

   Liat Hwe Cousu sudah siap dari tadi, sepasang matanya terus menyorot aneh.

   Namun orang itu justru terus menundukkan kepala, tidak berani menatap kedua tokoh tua di depannya.

   itu membuat Tong Hong Pek dan Liat Hwe Cousu jadi gugup.

   Sebab, ilmu Hian Sin Hoat bisa digunakan dengan cara beradu pandang pada mata lawan, Orang yang maju itu ternyata bernyali kecil, sehingga tidak berani mendongakkan kepala, Maka Liat Hwe Cousu tidak dapat menggunakan ilmunya itu.

   Apakah orang itu akan berhasil mengambil Busur Api tersebut? Sepasang kaki orang itu bergemetar, namun akhirnya berhasil juga maju selangkah.

   sehingga kini dia sudah berada di hadapan Busur ApL Asal membungkukkan badan, dia pasti berhasil mengambil Busur Api itu.

   Tapi dia tetap menundukkan kepala, tidak berani memandang mereka, Betapa paniknya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek melihat orang itu mulai membungkukkan badannya, siap mengambil Busur Api.

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengeluarkan suara batuk dan berkata.

   "Kau...!"

   Sebetulnya dia ingin menyuruh orang itu mendongakkan kepala, agar Liat Hwe Cousu dapat menggunakan ilmu Hian Sin Hoat Akan tetapi, setelah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengeluarkan suara batuk dan sepatah kata, orang itu langsung berteriak-teriak aneh.

   "Tong Hong Tayhiap, ampuniku!"

   Orang itu membalikkan badan, dan langsung berlari pergi.

   Baru sekitar tiga langkah dia terjatuh.

   Dari mulutnya tampak mengalir cairan berwarna hijau, celananya basah dan sepasang matanya mendelik Saking ketakutan, nyali orang itu pecah dan nyawanya melayang seketika, Kejadian itu, justru sungguh diluar dugaan Tong Hong Pek dan Liat Hwe Cousu, Mereka berdua menahan tawa dan saling memandang, sedangkan Lu Leng tertawa terbahak-bahak.

   "Ha! Ha! Ha! Baru kali ini aku menyaksikan orang mati ketakutan, siapa mau ke mari lagi?"

   Namun orang yang mati karena mendengar batuk Tong Hong Pek, dalam rimba persilatan memperoleh sedikit nama, ilmu silatnya cukup lumayan, namun nyalinya amat kecil, Ketika Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengeluarkan suara batuk, orang itu mengira Tong Hong Pek turun tangan terhadapnya.

   sehingga karena begitu takut nyalinya sampai pecah.

   Bahkan nyawanya melayang seketika, 2126 Setelah orang itu binasa yang lain segera mundur, termasuk Kiong Bu Hong.

   Mereka saling pandang-memandang dengan air muka berubah tak menentu.

   Lama sekali tiada seorang pun yang berani maju mengambil Busur Api itu.

   "Tiada yang berani ke mari lagi? Liat Hwe Cousu dan guruku berbelas kasihan terhadap kalian, masih belum mau enyah dari sini?"

   Seru Lu Leng yang bergembira.

   Tampak beberapa orang melangkah mundur lagi, Namun tidak begitu jauh, hanya berdiri di sisi Sien Put Pah.

   Kiong Bu Hong menarik nafas dalam-dalam, kemudian mengerutkan kening seraya membatin jelas orang itu binasa karena saking ketakutan.

   Berdasarkan nama besar Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, masuk akal kalau orang mati ketakutan, Kini keadaan Tong Hong Pek dan Liat Hwe Cousu, memang sulit diraba, seandainya Kiong Bu Hong mengajak semua orang pergi, kemungkinan besar Liok Ci Khim Mo akan menyalahkannya, bahkan kedudukannya akan dicopot, Lagi pula kalau urusan ini tersiar keluar, betapa malunya terhadap orang-orang persilatan Akan disembunyikan ke mana mukanya yang dicap sebagai pengecut besar Walau Kiong Bu Hong berpikir demikian, tapi dia amat licik, sama sekali tidak berani maju untuk mengambil Busur Api itu.

   Setelah berpikir lama sekali, akhirnya dia tertawa gelak membangkitkan semangatnya.

   "Ha! Ha! Ha! Tong Hong Tayhiap memang hebat, tanpa bergerak sudah membuat orang mati ketakutan!"

   Lu Leng segera menyahut "Guruku telah bilang, beliau sama sekali tidak akan turun tangan! Busur Api berada di depan, silakan ambil!"

   "Tentunya kami percaya bahwa Tong Hong Tayhiap dan Liat Hwe Cousu tidak akan turun tangan, sebab kalian berdua hanya ingin mencoba nyali seseorang di antara kami! Ya, kan?"

   Kiong Bu Hong memang licik, Saat ini dirinya sendiri tidak akan turun tangan mengambil Busur Api itu.

   Sedang kalau menyuruh bawahannya, sudah pasti tiada seorang pun yang mau, Karena itu, dia berkata begitu agar Liat Hwe Cousu dan Giok Bin Sin Kun tidak akan turun tangan, Secara tidak langsung, dia juga memberitahukan pada semua orang, bahwa siapa pun boleh untuk mengambil Busur Api itu, Orang yang binasa tadi, hanya karena begitu ketakutan sehingga nyalinya pecah menyebabkan kematiannya.

   Begitu Kiong Bu Hong usai berbicara, suasana mulai berubah.

   Para anak buahnya berbisik-bisik merundingkan sesuatu.

   Mereka tahu, siapa yang dapat mengambil Busur Api itu, tentunya berjasa besar bagi Liok Ci Khim Mo.

   Namun semua orang termasuk Sien Put Pah, sama sekali tidak tahu Kiong Bu Hong punya suatu rencana lain dalam hati, Berselang beberapa saat kemudian, terdengar seseorang berseru lantang.

   "Biar aku yang coba!"

   Semua orang langsung menoleh padanya.

   seseorang berbadan cukup tinggi besar dan brewokan melangkah ke depan, Kalau dilihat dari bentuk tubuhnya dapat diketahui dia memiliki tenaga yang amat besar jelas seorang ahli Gwakang (Tenaga Luar)! Tadi Tong Hong Pek melihat semua orang sudah mundur Tapi gara-gara perkataan Kiong Bu Hong barusan, semua.

   orang terpengaruh kembali Kini muncul lagi seseorang untuk maju mengambil Busur Api.

   Hati Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek jadi gugup, Dia menoleh memandang Liat Hwe Cousu.

   Tampak wajah ketua Hwa San Pai itu berseri sambil manggut-manggut pada Tong Hong Pek.

   itu membuat Tong Hong Pek tertegun Sudah ada orang maju lagi kenapa Liat Hwe Cousu tampak begitu tenang? Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek akhirnya mengerti juga, Ternyata Liat Hwe Cousu begitu tenang, karena orang yang maju itu ahli tenaga luar sedangkan saat ini, Liat Hwe Cousu sudah banyak kehilangan hawa murni, Apabila yang maju itu memiliki Lweekang tinggi maka orang tersebut tidak akan terpengaruh oleh ilmunya, Di saat Tong Hong Pek dan Liat Hwe Cousu saling memandangi orang itu sudah berjalan lebar mendekati Busur Api.

   Dia tidak sama dengan orang yang binasa tadi, Orang ini berjalan sambil menatap Liat Hwe Cousu dan Tong Hong Pek, setelah dekat mendadak sekujur badannya mulai merinding, 2129 Agar dapat membangkitkan keberanian nya, maka dia berteriak "Aku tidak takut pada kalian! Tidak takut!"

   Liat Hwe Cousu menyahut sambil tersenyum senyum.

   "Siapa yang suruh kau takut pada kami?"

   Suara Liat Hwe Cousu amat rendah, yang jauh tentu tidak akan mendengarnya, Orang itu sudah berada di hadapan Busur Api.

   Begitu mendengar ucapan Liat Hwe Cousu, dia menoleh ke arahnya, Maka matanya saling beradu tatap dengan mata Liat Hwe Cousu, sehingga Liat Hwe Cousu punya kesempatan untuk mengerahkan ilmu Hian Sin Hoat, Melihat mata Liat Hwe Cousu menyorot aneh, orang itu tertegun Kalau saja, orang itu berlaku tenang dan mengambil Busur Api, tentu Liat Hwe Cousu dan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tidak bisa berbuat apa-apa.

   Tetapi nampaknya orang ini kurang pandai mengamati Ketika melihat sepasang mata Liat Hwe Cousu bersinar aneh, dia seperti tergetar dan berpikir, mainan apa itu? Karena pikirannya terganggu dan terus menatap Liat Hwe Cousu hingga akhirnya orang itu mulai terpengaruh oleh ilmu Hian Sin Hoat, suatu ilmu rahasia dari Hwa San Pai.

   Akibat dari merasuknya pengaruh itu, dia harus menuruti perintah Liat Hwe Cousu, Pihak orang-orang Ci Cun Kiong tegang bukan main, sedangkan Kiong Bu Hong terus memperhatikan dengan mata tak berkedip.

   Dari tempat yang agak jauh dia hanya melihat bibir Liat Hwe Cousu bergerak-gerak, Karena tidak tahu apa yang dikatakannya justru membuatnya resah.

   Semua melihat orang itu telah berada di hadapan Busur Api.

   Hanya dengan membungkukkan badan sudah bisa mengambil Busur Api itu, Namun dia tidak melakukan hal itu, melainkan hanya berdiri termangu-mangu.

   Menyaksikan kejadian itu semua orang jadi heran dan tidak paham sebenarnya yang telah terjadi Sementara itu Liat Hwe Cousu yakin kalau ilmunya telah berhasil mempengaruhi orang itu.

   Dengan perasaan gembira dia berbisik pada Lu Leng.

   "Lu Leng, sekarang tanyakan padanya siapa namanya, kemudian kau suruh dia mencaci maki Liok Ci Khim Mo! setelah itu, suruh bunuh diri! ini akan membuat mereka semua kabur ketakutan!"

   Selama ini Lu Leng belum pernah menyaksikan ilmu Hian Sin Hoat, Maka mendengar perintah dari Liat Hwe Cousu, tampaknya dia belum percaya. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berbisik "Anak Leng, turuti saja apa yang dikatakan Liat Hwe tua!"

   Lu Leng mengangguk, lalu berseru "Katakan siapa namamu?!"

   "Namaku Oey Pah!"

   Sahut orang itu dengan suara lantang, Namun sedikit pun dia tidak bergerak, bahkan matanya terus mendelik suaranya yang lantang itu didengar semua orang, membuat mereka terperangah.

   * * * * Bab 100 Lu Leng memandang ke arah orang mengaku bernama Oey Pah itu.

   "Oey Pah! Kau harus mencaci maki Liok Ci Khim Mo!"

   Ujarnya memerintah kan. Oey Pah manggut-manggut, lalu mencaci maki sekeras-kerasnya.

   "Liok Ci Khim Mo adalah penjahat besar, bangsat jahanam! Dia tak ubahnya binatang! Aku tidak akan mengakuinya lagi sebagai Bu Lim Ci Cun!"

   Ketika Oey Pah mencetuskan cacian itu, air muka Kiong Bu Hong langsung berubah. Dia cukup berpengetahuan, hingga tahu kalau Oey Pah telah kehilangan kedasarannya, Dia yakin Oey Pah telah terpengaruh ilmu Hian Sin Hoat yang dikerahkan Liat Hwe Cousu.

   "Oey Pah, cepat kembali!"

   Bentak Kiong Bu Hong tampak geram sekali. Akan tetapi, Lu Leng juga cepat berteriak lebih keras dari suara Kiong Bu Hong.

   "Oey Pah! Kau adalah manusia busuk, percuma kau hidup di dunia, lebih baik bunuh diri saja!"

   "Ya!"

   Tanpa ragu Oey Pah langsung menyahut seperti itu.

   Segera diangkat tangan kanannya menghantam ubun-ubun sendiri.

   Tanpa mengeluh dia menghancurkan ubun-ubun-nya sendiri.

   Darah berceceran membasahi sekujur tubuhnya.

   Oey Pah ambruk dan langsung tewas.

   Menyaksikan itu, Kiong Bu Hong menyurut mundur beberapa langkah, Semua orang pun ikut mundur sehingga jadi kacau balau.

   Sien Put Pah berseru.

   "Aku bilang apa?"

   Dia langsung meloncat ke atas punggung kuda, Dan tanpa menoleh lagi langsung menghentak kudanya, melesat meninggalkan tempat itu.

   Yang lain pun berebutan meloncat ke punggung kuda, Terdengar ringkikan kuda yang amat ramai, semua kabur dengan ketakutan, termasuk Kiong Bu Hong, Setelah mereka pergi jauh, Liat Hwe Cousu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan Lu Leng tertawa terbahak-bahak Liat Hwe Cousu berkata.

   "Tuan Tong Hong, kau memang hebat! Hanya dengan suara batuk saja sudah dapat membuat orang mati ketakutan!"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa.

   "Liat Hwe tua, janganlah kau menggunakan ilmu Hian Sin Hoat terhadap ku, sebab aku belum mau bunuh diri, Iho!"

   Walau Tong Hong Pek tidak secara langsung memuji Liat Hwe Cousu, itu jelas dari ucapannya yang terakhir.

   Tentu saja Liat Hwe Cousu merasa bangga dan senang, sebab yang memuji dirinya bukan tokoh sembarangan Maka orang tua ini tertawa, tak bisa menyembunyikan rasa gembiranya.

   "Tuan Tong Hong, kalau dari tadi kau sudi berkata demikian, kita berdua tidak perlu bertarung hingga kehilangan banyak hawa murni!"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tersenyum.

   "Liat Hwe tua, kau pun kenapa tadi tidak mau berkata seperti barusan ?"

   Mereka berdua saling memandangi lalu tertawa terbahak-bahak.

   Dengan tawa itu, maka lenyaplah unek-unek dalam hati masing-masing.

   Perlahan-lahan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek bangkit berdiri.

   Dia hendak segera mengambil Busur Api di depannya.

   Namun ketika hendak membungkukkan badan, mendadak terdengar suara tawa dari atas pohon, Bersamaan dengan itu berkelebat sosok bayangan ke arahnya, Tong Hong Pek, Liat Hwe Cousu dan Lu Leng terkejut sekali.

   Dalam sekejap sosok bayangan tersebut sudah berada di hadapan Tong Hong Pek, dan secepat itu pula Busur Api tahu-tahu saja telah disambarnya, Bukan main terkejutnya Tong Hong Pek, mendapat Busur Api sudah berpindah ke tangan orang itu, Begitu menyadari hal itu dia langsung melancarkan pukulan keras ke arah orang tak dikenal itu, sebenarnya pukulan yang dilancarkan Tong Hong Pek sangat hebat sebuah kekuatan yang mampu menghancurkan batu besar Namun aneh, saat itu pukulannya seakan tak mengandung tenaga ketika mendarat pada sasarannya.

   Plak! Pukulan Tong Hong Pek mendarat di punggung orang itu, Namun orang tak dikenal itu malah tertawa gelak sambil mencelat ke samping, Liat Hwe Cousu dan Lu Leng segera maju, Namun orang itu langsung melancarkan dua buah pukulan, sehingga membuat keduanya terdesak mundur Melihat Lu Leng dan Liat Hwe Cousu terdesak, orang itu menghentikan serangan dan mencelat ke tempat yang agak jauh, Dia mengenakan jubah berwarna keperakan dan bersulam gambar tengkorak, Usianya sekitar empat puluhan, tapi masih tampak gagah.

   Orang itu tertawa bergelak.

   "Tuan Tong Hong, Liat Hwe Cousu! Hari ini aku terpaksa bertindak kasar terhadap kalian, karena terlampau berani merebut Busur Api ini, Harap kalian jangan menyalahkanku! Ha ha haaa.,.!"

   Air muka Tong Hong Pek, Liat Hwe Cousu dan Lu Leng terkejut begitu tahu orang itu.

   Mereka memang sangat terkejut dengan kejadian yang sungguh di luar dugaan ini, Bersusah payah menghalau Kiong Bu Hong dan lainnya, tetapi tak disangka tiba-tiba muncul Kim Kut Lau merebut Busur Api tersebut Kalau mereka bertiga tidak terluka parah, cukup Lu Leng seorang diri sudah dapat mengalahkannya Namun keadaan saat ini Kim Kut Lau yang berada di atas angin, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa mendengar ucapan lelaki separuh baya itu.

   "Kami tidak menyalahkanmu! Tapi untuk apa kau merebut Busur Api itu?"

   Kim Kut Lau pun ikut tertawa.

   "Tentunya untuk dibawa ke istana Ci Cun Kiong, Akan kuserahkan busur ini kepada Liok Ci Khim Mo, maka aku berhak menerima kedudukan tinggi!"

   "Tidak salah!"

   Ujar Tong Hong Pek dengan tatapan mata dingin.

   "ltu memang cara terbaik untuk bergabung dengan istana Ci Cun Kiong!"

   Kim Kut Lau tertawa lagi.

   "Ha! Ha! perkataanmu memang benar, tapi kedengarannya kau menyindirku!"

   Tong Hong Pek tersenyum dingin.

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Oh, ya?"

   Kim Kut Lau terus tertawa, kemudian membusungkan dada angkuh.

   "Aku bersembunyi di atas pohon, Bagaimana keadaan kalian bertiga, aku sudah tahu dengan jelas. sekarang kalian masih berani mencetuskan perkataan yang menyindir?"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek terdiam begitu mendengar ucapan Kim Kut Lau.

   Kenyataannya dirinya dan Lu Leng serta Liat Hwe Cousu memang sedang mengalami luka dalam.

   sementara itu Lu Leng yang begitu gusar langsung membentak "Kau berani merebut Busur Api dan berlaku kasar pada guruku?"

   Kim Kut Lau menyimpan Busur Api ke dalam bajunya sambil tertawa-tawa.

   "Bocah busuk, ajalmu telah tiba!"

   Dengus Kim Kut Lau.

   "Tampaknya kau belum juga menyadarinya!"

   Ketika mendengar Kim Kut Lau berkata begitu, terkejutlah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.

   Dia dapat melihat jelas sepasang mata Kim Kut Lau memang memancarkan hawa membunuh Walau pihaknya berjumlah tiga orang, namun mereka telah terluka parah.

   Lagi pula Kim Kut Lau berkepandaian tinggi.

   Kalau dia berniat membunuh, kemungkinan besar mereka bertiga akan mati di tangannya, Karena itu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek segera menoleh ke arah Lu Leng.

   "Anak Leng, jangan banyak bicara, biar dia pergi!"

   Tong Hong Pek terpaksa mengucapkan hal itu demi keselamatan mereka bertiga, Dia inginkan Kim Kut Lau segera pergi, meskipun telah kehilangan Busur Api.

   Lain waktu masih bisa berusaha merebut kembali busur itu, Akan tetapi, Kim Kut Lau amat licik.

   Diam-diam dia sudah mengambil keputusan untuk menghabisi ketiga orang itu.

   Karena itu, dia menyahut sambil tersenyum sinis.

   "Tuan Tong Hong, urusan tidak segampang itu!"

   Tong Hong Pek tertawa.

   "Ha! Ha! Baik, baik! Oh ya, Liat Hwe Cousu, kau mau bicara apa?"

   Wajah Liat Hwe Cousu kehijau-hijauan, Dia sama sekali tidak bersuara.

   sementara itu Lu Leng tahu saat ini dirinya bukan tandingan Kim Kut Lau.

   Namun kekerasan hatinya mendorong niatnya untuk mengadu nyawa dengan Kim Kut Lau, Maka tiba-tiba saja dia mengayunkan golok pusaka Su Yang To, merangsek ke arah Kim Kut Lau, Kim Kut Lau tertawa panjang sambil mencelat menghindarkan serangan Lu Leng.

   Sambil bergerak tangannya mengibas ke arah pinggang Lu Leng.

   Plak! Lu Leng terpental jatuh.

   Karena melihat Lu Leng terpental oleh serangannya.

   "Kim Kut Lau, beranikah kau memandangku?"

   Bentak Liat Hwe Cousu yang berang sekali. Kim Kut Lau maju beberapa langkah, kemudian menendang Lu Leng, Golok pusaka Su Yang To terpental. Sambil tertawa Kim Kut Lau membalikkan badannya ke arah Liat Hwe Cousu.

   "Liat Hwe tua, saat ini ilmu Hian Sin Hoat hanya dapat mempengaruhi orang semacam Oey Pah! Takkan mungkin dapat mempengaruhi diriku?"

   Melihat kesombongan Kim Kut Lau, Liat Hwe Cousu geram bukan main, Maka dia segera, mengerahkan Hian Sin Hoatnya, Namun Kim Kut Lau memiliki Lweekang tinggi, maka Liat Hwe Cousu tak dapat mempengaruhinya dengan ilmu itu.

   "Ha! Ha! Ha! Liat Hwe tua, Tuan Tong Hong! Tems terang saja, kalau hanya mengantar Busur Api ke istana Ci Cun Kiong, mungkin kedudukanku tidak bisa di atas Empat Pelindung, tapi kalau aku membawa serta kepala kalian...."

   Meskipun kalimat terakhir itu tidak dilanjutkan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek langsung tercengang dengan wajah berubah hebat Begitu juga yang terjadi pada Liat Hwe Cousu, Keduanya memahami maksud Kim Kut Lau yang menghendaki kematian mereka bertiga, Namun anehnya, belum sempat Liat Hwe Cousu menyahut mereka melihat wajah Kim Kut Lau berubah.

   Tong Hong Pek, Liat Hwe Cousu dan Lu Leng terheran-heran.

   Ketiganya yakin, bahwa Kim Kut Lau melihat sesuatu di belakang mereka, sehingga air mukanya berubatr begitu.

   Karena itu, mereka langsung menoleh dengan serentak Ketika mereka menoleh, tampak sosok bayangan melesat ke arah merekai Sesosok bayangan tampak berkelebat cepat bagaikan segulung asap, Namun begitu melihat mereka segera tahu siapa orangnya, Siapa lagi kalau bukan Oey Sim Tit, sebab selain dia tak seorang pun memiliki Ginkang setinggi itu, Kemunculan Oey Sim Tit di tempat ini, tentunya karena berjumpa dengan Kiong Bu Hong dan lainnya sehingga tahu mereka bertiga berada di situ! Sekejap Oey Sim Tit sudah berdiri di hadapan Tong Hong Pek, Kedatangan Oey Sim Tit membuat ketiga orang itu merasa girang, namun juga berduka, Mereka tahu, Hek Sin Kun saudaranya Kim Kut Lau telah bergabung dengan istana Ci Cun Kiong, Tentunya mereka tidak berani berbuat seenaknya terhadap Oey Sim Tit Namun sebaliknya Oey Sim Tit pun pasti tidak akan membiarkan Kim Kut Lau mencelakai mereka bertiga, inilah yang membuat mereka bergirang dalam hati Selain dari itu, mereka bertiga juga tahu, kedatangan Oey Sim Tit akan merebut kembali Busur Api yang sudah susah payah dibawa Lu Leng, Meskipun Panah Api sekarang masih entah di mana adanya, namun memperoleh Busur Api saja berarti masih punya harapan, Tapi kini Busur Api pun harus lepas kembali selanjutnya akan sulit merebutnya kembali inilah yang menyebabkan hati mereka jadi berduka, Ketika melihat Oey Sim Tit berdiri di hadapan, mereka bertiga diam saja.

   sebaliknya Oey Sim Tit malah segera memberi hormat "Tuan Tong Hong, aku mohon Busur Api itu dikembalikan padaku!"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tersenyum getir "Sim Tit, Busur Api sudah tidak berada padaku!"

   "Di mana?"

   Tanya Oey Sim Tit tak sabaran, wajahnya menyiratkan kecewa yang dalam. Lu Leng menunjuk Kim Kut Lau.

   "Berada padanya!"

   Oey Sim Tit tahu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan Lu Leng tidak akan bohong, Maka segera dia tatap Kim Kut Lau.

   Namun ternyata dia sama sekali tidak mengenalnya, Sejak diusir Cit Sat Sin Kun-Tam Sen di Cing Yun Ling di Go Bi San, Kim Kut Lau berpisah dengan Hek Sin Kun.

   Selama ini dirinya bersembunyi di suatu tempat yang terpencil persembunyian itu justru berada di sekitar tempat sekarang dirinya bertemu orang-orang ini.

   Tadi dia sedang mengejar seekor rusa yang berlari ke tempat itu.

   Ketika mendapati Tong Hong Pek sedang bertarung dengan Liat Hwe Cousu, dia segera meloncat ke atas pohon untuk menyaksikan mereka dari tempat tersembunyi Kini Hek Sin Kun saudaranya sudah bergabung dengan istana Ci Cun Kiong, kedudukannya sebagai kepala pemimpin wilayah timur, barat, utara dan selatan, Tentunya Kim Kut Lau pun ingin pergi ke sana, Namun dia amat cerdik, kalau pergi dengan tangan kosong, sudah pasti hanya memperoleh kedudukan rendahan.

   Ketika melihat Tong Hong Pek dan Liat Hwe Cousu bertarung, timbullah suatu rencana dalam hatinya, Kebetulan muncul Sien Put Pah dan Hai Sim Si Lo, kemudian Kiong Bu Hong dan lainnya.

   Setelah mereka pergi, dia pun langsung turun tangan merebut Busur Api itu, Bahkan dia bermaksud memenggal kepala ketiga orang itu untuk dipersembahkan kepada Liok Ci Khim Mo.

   Karena itu kedatangan Oey Sim Tit yang tak dikenalnya membuat hatinya gusar Oey Sim Tit tampak masih menatap orang di depannya! "Tuan, bolehkah aku meminta busur itu kembali.,.?"

   Oey Sim Tit meminta dengan penuh harap.

   "Siapa kau?"

   Dengus Kim Kut Lau menatap penuh selidik pada Oey Sim Tit, Lu Leng tertawa lalu menye!ak, Bagian 49

   "Mungkin kau harus memberi hormat kepadanya, karena dia adalah putra Bu Lim Ci Cun-Liok Ci KhinrMo!"

   Mendengar itu, diam-diam Kim Kut Lau terkejut dalam hati, Walau dia tidak pernah berjumpa dengan Oey Sim Tit, pernah didengarnya nama itu, Dia bahkan juga tahu Liok Ci Khim Mo punya seorang putra yang berwajah buruk dan memiliki Ginkang yang amat tinggi, Maka begitu melihat Oey Sim Tit, Kim Kut Lau mempercayai omongan Lu Leng.

   "Oh,., kau ternyata Tuan Muda Oey Sim Tit, terimalah hormatku!"

   Ujar Kim Kut Lau kemudian memberi hormat "Apakah Busur Api berada padamu?"

   Tanya Sim Tit. Kim Kut Lau manggut-manggut.

   "Tidak salah!"

   Oey Sim Tit seketika merasa gembira sekali.

   "Cepat berikan padaku! Cepat! Cepat!"

   Kim Kut Lau tampak ragu.

   Susah payah merebut Busur Api maksudnya ingin diserahkan kepada Liok Ci Khim Mo, agar mendapat kedudukan tinggi dalam istana Ci Cun Kiong, Tapi setelah berpikir sejenak, diserahkan kepada Oey Sim Tit juga sama saja, Tuan muda, aku menempuh bahaya untuk memperoleh Busur Api ini.

   Aku memang ingin bergabung dengan ayahmu, agar mendapat kedudukanku Kim Kut Lau tak melanjutkan kata-katanya.

   Namun rupanya Oey Sim Tit segera dapat memaklumi kata-kata orang itu.

   "Oh, aku mengerti maksudmu Kau ingin mendapat kedudukan tinggi, ayahku pasti menghargaimu, Aku pun amat berterima kasih padamu."

   Wajah Kim Kut Lau langsung berubah.

   Girang sekali hatinya mendapat sambutan dari putra Liok Ci Khim Mo itu, Tuan muda, lebih baik kujaga Busur Api ini sebelum tiba di istana Ci Cun Kiong, Aku jamin lebih aman di tanganku ! Oey Sim Tit cepat menggelengkan kepala.

   "Tidak! Tidak! cepatlah kau serahkan padaku! Aku tidak menghendaki Busur Api itu jatuh ke tangan orang lain lagi!"

   Kim Kut Lau jadi berpikir dan berpikir lagi, Dia ragu kembali "Kalau begitu, Tuan muda jangan melupakanku!"

   Ujarnya kemudian penuh harap, Oey Sim Tit mengangguk "Tentu!"

   Kim Kut Lau memandang Tong Hong Pek bertiga lalu be"rkata pada Oey Sim Tit Tuan muda, mari kita ke sana! Aku akan serahkan Busur Api padamu!"

   Usai berkata, Kim Kut Lau melesat pergi.

   Kira-kira lima puluh depa dari tempat itu dia berhenti Oey Sim Tit segera mengikutinya, Tong Hong Pek bertiga melihat Kim Kut Lau mengeluarkan Busur Api, diserahkan kepada Oey Sim Tit.

   Kemudian dia menunjuk mereka bertiga sambil berbisik-bisik Tampak Oey Sim Tit menggeleng-gelengkan kepala, Meskipun tidak tahu apa yang dibisikkan Kim Kut Lau pada Oey Sim Tit, mereka dapat menduga, pasti Kim Kut Lau ingin membunuh mereka bertiga dan Oey Sim Tit justru melarangnya, Tampak mereka berdua bercakap-cakap sejenak Tak lama kemudian Oey Sim Tit memberi hormat kepada Tong Hong Pek, lalu melesat pergi bersama Kim Kut Lau.

   Sekejap mereka berdua sudah tidak kelihatan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa getir sambil menggeleng-gelengkan kepala.

   "Ke sana ke mari, akhirnya Busur Api itu tetap kembali pada Liok Ci Khim Mo!"

   Gumamnya kepada Lu Leng dan Liat Hwe Cousu.

   "Guru, asal Liok Ci Khim Mo tidak memusnahkan Busur Api itu, kita pasti punya kesempatan merebut kembali!"

   Ujar Lu Leng meyakinkan Tong Hong Pek menghela nafas panjang.

   "Yaaah! Kini kita hanya berpikir begitu saja, Kita harus segera menyingkir sebab Kim Kut Lau amat licik. Kemungkinan besar dia akan balik ke mari lagi mencelakai kita."

   Liat Hwe Cousu berkata dengan sengit "Kalau mereka jatuh ke tanganku, aku akan menyiksa mereka habis-habisan!"

   Tong Hong Pek cuma tersenyum getir Lu Leng memungut golok pusaka Su Yang To.

   sementara Liat Hwe Cousu dan Tong Hong Pek mengambil kayu, lalu keduanya melangkah meninggalkan tempat itu.

   Kedua orang itu berjalan dengan bantuan dahan kayu sebagai tongkat Ketiganya terus berjalan meskipun mengidap luka dalam cukup parah.

   Akhirnya sampailah mereka di suatu tempat yang terjal dan berbatu-batu, Tak jauh dari tempat itu mereka menemukan sebuah lobang yang bisa dijadikan tempat beristirahat Selama delapan hari mereka sama sekali tidak saling berbicara, hanya duduk bersila menghimpun hawa murni, Di antara mereka bertiga, Lu Leng yang mengalami luka paling ringan.

   Malam itu dia sudah mulai membaik.

   Maka selama beberapa hari ini dialah yang mencari air, buah-buahan dan kelinci untuk makan, Hingga ketika hari kesepuluh, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan Liat Hwe Cousu sudah pulih hampir sembilan bagian.

   Barulah hari itu mereka menikmati sinar matahari "Bocah, beberapa hari ini kami telah menyusahkanmu!"

   Ujar Liat Hwe Cousu sambil memegang bahu Lu Leng, Lu Leng tahu, ucapan Liat Hwe Cousu barusan berdasarkan ketulusan hatinya, juga pertanda adanya kesan baik bagi dirinya.

   "ltu memang harus kulakukan!"

   Liat Hwe Cousu mendongakkan kepala sambil tertawa gelak.

   "Saudara Tong Hong, setelah Liok Ci Khim Mo dibasmi, partaimu punya seorang generasi penerus ini, masih pantas dimeriahkan. Bagi Hwa San Pai untuk mencari pewaris sungguh sulit sekali!"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tahu akan maksud Liat Hwe Cousu.

   "Bagaimana? Apakah ingin berebutan murid denganku?"

   Tanyanya sambil menoleh. Liat Hwe Cousu memandang Lu Leng lalu menghela nafas.

   "Memang aku bermaksud demikian!"

   Sahutnya kemudian Mendengar pembicaraan mereka, Lu Leng merasa terkejut Apakah setelah pulih dari luka mereka akan bertarung demi memperebutkan dirinya? Begitu pikir Lu Leng.

   Akan tetapi, wajah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sama sekali tidak memperlihatkan kegusaran Lu Leng sempat memperhatikan keduanya, Ketika mau membuka mulut, Tong Hong Pek telah mendahuluinya "Anak ini memang amat berbakat dan bertulang bagus.

   Liat Hwe tua.

   Bukan aku ingin melecehkan, Hwa San Pai terlalu ceroboh dalam memilih murid.

   Lihat sekarang banyak murid Hwa San Pai yang telah bergabung dengan Liok Ci Khim Mo, partai lain boleh dikatakan sudah tiada!"

   Liat Hwe Cousu tertawa.

   "Ha! Ha! Kau mengatakan demikian ketika aku merasa tidak akan punya murid lagi!"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tersenyum.

   "Liat Hwe tua, apabila kamu berminat, aku bersedia menyuruhnya berguru padamu!"

   Liat Hwe Cousu terbelalak "Sungguh?"

   Lu Leng segera berseru "Guru, ini...."

   Tong Hong Pek memutuskan perkataannya.

   "Anak Leng, kau jangan memandang rendah Hwa San Pai dan memandang rendah Liat Hwe Cousu, Dia memiliki beberapa macam kepandaian yang amat hebat!"

   "Guru, aku tetap orang Go Bi Pai!"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa.

   "Kalau begitu, apa salahnya kau mempelajari ilmu silat Hwa San Pai?"

   Liat Hwe Cousu tahu akan maksud tujuan Tong Hong Pek, yakni menghendaki Lu Leng berguru padanya, agar jadi murid Hwa San Pai juga.

   Kelak dia akan menjabat sebagai ketua Go Bi Pai dan Hwa San Pai.

   ini memang belum pernah terjadi dalam rimba persilatan, hanya saja harus orang yang berbakat 2148 dan bertulang bagus untuk bisa menjadi seorang ketua partai macam itu.

   Dan tampaknya baik Liat Hwe Cousu maupun Tong Hong Pek, sama-sama mengetahui ketinggian bakat dan kemampuan anak muda ini.

   Maka belum sempat Lu Leng mengungkapkan perasaannya Liat Hwe Cousu telah mendahuIuinya.

   "Aku setuju!"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek memandang Lu Leng sambil tersenyum.

   Maka Lu Leng tahu gurunya ternyata memang punya maksud begitu, Berdebarlah hati Lu Leng jadinya, sesungguhnya dalam rimba persilatan, semua partai besar amat ketat.

   Tentang hal seperti itu jarang terjadi jadi sebenarnya suatu kesempatan istimewa bagi Lu Leng.

   Apalagi dia tahu gurunya sendiri yang menghendakinya Maka Lu Leng tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini, Rasa gembira itu membuat Lu Leng tertegun.

   Liat Hwe Cousu yang berdiri di sisinya tidak tahu apa yang dipikirkannya, Dia masih mengira Lu Leng tidak setuju, TimbuI sedikit rasa gusar dalam hati hingga dia mengeluarkan suara dengusan "Hm!"

   Lalu berkata.

   "Benarkah kau memandang rendah ilmu silat Hwa San Pai? Benarkah begitu ? Lu Leng agak terkejut mendengar ucapan Liat Hwe Cousu.

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Aku tidak bermaksud demikian,"

   Sahutnya sambil menoleh ke orang tua di sampingnya itu. Liat Hwe Cousu tertawa gelak.

   "Ha! Ha! Ha! Kalau begitu, apakah kau tidak tahu maksud gurumu?"

   Lu Leng memandang Tong Hong Pek. Gurunya itu manggut-manggut sambil tersenyum. Maka serta merta pemuda itu bangkit dan bergerak ke depan Liat Hwe Cousu, Dia langsung bersujud tiga kali di hadapan orang nomor satu bagi Hwa San Pai itu.

   "Teecu mengerti!"

   Ucapnya sambil terus memberi penghormatan. Liat Hwe Cousu berdiri tegak di tempat, menerima penghormatan Setelah itu, maju selangkah untuk membangunkan Lu Leng, wajahnya tampak berseri-seri diwarnai senyum gembira.

   "Anak Leng. Kalau ketua Hwa San Pai menerima murid, sesungguhnya merupakan urusan besar Mestinya mengundang kaum rimba persilatan untuk menyaksikan serta melaksanakan peresmian dengan upacara pula, Tapi, kini Liok Ci Khim Mo berkuasa dalam rimba persilatan, maka terimalah dengan cara sederhana ini aku menerima jadi muridku!"

   Tong Hong Pek tertawa mendengar kata-kata Liat Hwe Cousu.

   "Liat Hwe tua, kau sungguh banyak tata tertib! Padahal hanya menerima seorang murid saja!"

   Wajah Liat Hwe Cousu terdiam. wajahnya tetap serius.

   "Anak Leng, kau pasti berpikir, guru berkepandaian amat tinggi, namun terhadap orang selalu berlaku sewenang-wenang, Ya, kan?"

   Mendengar kata-kata Liat Hwe Cousu, Lu Leng tersentak Dia memang teringat akan perbuatan Liat Hwe Cousu di gunung Tang Ku Sat.

   Naraun niat berguru pada Uat Hwe Cousu ini memang karena Liat Hwe Cousu berkepandaian amat tinggi, Dan ternyata guru barunya ini seperti dapat membaca pikirannya.

   Lu Leng segera berkata.

   "Guru, teecu tidak berani!"

   "Perbuatanku terhadapmu di gunung Tang Ku Sat, itu memang keterlaluan Namun kini kita sudah jadi guru dan murid, semua itu tidak perlu diungkit lagi, Ya, kan?"

   Dari ungkapan kata-katanya yang tulus itu jelas kalau Liat Hwe Cousu mengaku salah terhadapnya Dan ini merupakan hal yang luar biasa, mengingat kedudukan ketua Hwa San Pai ini di rimba persilatan Tanpa sungkan-sungkan dia menyatakan hal itu kepada Lu Leng.

   "Teecu terima perintah Suhu!"

   Berkata Lu Leng dengan penuh rasa hormat Liat Hwe Cousu tersenyum memandang Lu Leng.

   "Baik! Kau memang anak yang baik!"

   Lu Leng cuma tersenyum, tidak bicara apa-apa.

   Gtok Bin Sin Kun-Tong Hbng Pek lalu bertanya kepada Lu Leng, tentang bagaimana dia memperoleh Busur Api itu.

   Lu Leng segera menceritakannya.

   Tentang pengejarannya terhadap empat orang buta bersama Tam Goat Hua, sampai datangnya Liok Ci Khim Mo dan para anak buahnya.

   "Kini Busur Api itu lepas lagi dari tanganmu Tapi kurasa tidak terlalu sulit untuk merebut kembali, meskipun kurasa Liok Ci Khim Mo akan terus berada dalam istananya."

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa.

   "Liat Hwe tua, Liok Ci Khim Mo telah kehilangan Busur Api itu satu kali, kini pasti berhati-hati sekali, Bagaimana kau katakan tidak begitu sulit?"

   Liat Hwe Cousu tersenyum.

   "Busur Api merupakan benda pusaka dalam rimba persilatan Tentunya Liok Ci Khim Mo tidak akan memusnahkannya, Karena itu, kita punya kesempatan untuk mengambimya. Yang paling sulit justru mencari panah Bulu Api."

   "Guru tahu panah Bulu Api itu berada di mana?"

   Tanya Lu Leng kepada Liat Hwe Cousu, Liat Hwe Cousu menyahut "Saudara Tong Hong, kau tahu tentang Mo Liong Seb Sih yang bunuh diri?"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek manggut-manggut "Walau Mo Liong Seh Sih mati sia-sia, tapi justru membuat panah Bulu Api itu ada jejaknya,"

   Cetus Liat Hwe Cousu. Betapa girangnya Tong Hong Pek dan Lu Leng mendengar keterangan Liat Hwe Cousu itu.

   "Jejak panah Bulu Api? Di mana?"

   Tanya Lu Leng dan Tong Hong Pek tak sabaran.

   Sesungguhnya mengenai hal itu, Liat Hwe Cousu tidak akan memberitahukan kepada siapa pun, Namun kini boleh dikatakan dia telah bekerjasama dengan Tong Hong Pek.

   Lagi pula telah menerima Lu Leng sebagai murid, Maka dia harus memberitahukan tentang rahasia jejak panah Bulu Api itu.

   "Anak Leng, apakah kau masih ingat akan sepotong ujung lengan baju yang terjepit di lempengan besi penutup makam Nyonya Mo Liong Seh Sih?"

   Lu Leng mengangguk "lngat!"

   "Jejak panah Bulu Api berkaitan dengan ujung lengan baju itu."

   Ujar Liat Hwe Cousu memberitahukan. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata sambil tertawa.

   "Liat Hwe tua, janganlah kau jual mahal!"

   Liat Hwe Cousu tersenyum.

   "Siapa yang jual mahal? Hanya saja semua itu harus dibicarakan secara jelas."

   Tong Hong Pek manggut-manggut "Baik! Baik! Kau boleh ceritakan perlahan-lahan saja."

   Liat Hwe Cousu mengangguk. Tentu! Ketika melihat ujung lengan baju itu, aku tahu pasti ada orang memasuki makam Nyonya Mo Liong Seh Sih 2153 mencuri panah Bulu Api. Tapi untuk mengetahui siapa orang itu...."

   "Tidak salah. Kalau hanya berdasarkan ujung lengan baju, bukankah sulit sekali untuk mengenali orang itu?"

   Liat Hwe Cousu tertawa.

   "Saudara Tong Hong, kau dicap sebagai orang cerdik dan pintar! Kini aku harus pertimbangkan itu!"

   Usai berkata, Liat Hwe Cousu mengeluarkan sepotong ujung lengan baju yang telah hancur Ke-mudian diberikan kepada Tong Hong Pek.

   "Lihatlah ujung lengan baju ini, apakah kau dapat menerka siapa yang telah memasuki makam Nyonya Mo Liong Seh Sih di masa la!u?"

   Tong Hong Pek melototi Liat Hwe Cousu, lalu menjulurkan tangannya mengambil ujung lengan baju yang sudah hancur itu, Diperhatikannya dengan sek-sama, Lama sekali barulah dia mendongakkan kepala seraya berkata.

   "Liat Hwe tua, pantas kau ke Lam Hai!"

   Ucapan itu membuat Lu Leng terheran-heran. Sebaliknya, Liat Hwe Cousu malah tertawa gelak.

   "Ha! Ha! Ha! Salut! Salut!"

   Lu Leng segera bertanya.

   "Guru berdua, sebetulnya Guru berdua sedang berteka-teki apa sih?"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengibaskan tangannya, maka ujung lengan baju itu beterbangan.

   "Ujung lengan baju itu dibikin dari sabuk kelapa, Liat Hwe tua! Apakah yang mencuri Panah Bulu Api itu adalah salah seorang Thian Ho Si Lo, Tiat Yeh Tocu-Tiat Sin Ong?" * * * * Bab 101 Liat Hwe Cousu manggut-manggut mendengar pertanyaan itu.

   "Tidak salah, aku pun dengar Lu Leng mengatakan bahwa di dalam peti mati terdapat secarik kertas. Tiat Sin Ong memang selalu bertindak misterius, maka kuduga pasti dia yang melakukannya!"

   Tong Hong Pek tampak gembira.

   "Kalau begitu, kepergianmu ke Lam Hai pasti sudah memperoleh hasilnya kan?"

   Liat Hwe Cousu menghela nafas panjang.

   "Ketika aku menduga Tiat Sin Ong yang melakukannya, aku pun segera berangkat ke pulau Tiat Yeh To. Namun ternyata amat mengecewakan"

   "Apakah Tiat Sin Ong masih hidup, maka dia tidak sudi memberikanmu Panah Bulu Api itu? Ataukah... kau tak sanggup melawannya?"

   Sentak Tong Hong Pek penasaran Sesungguhnya Tiat Sin Ong memang masih hidup, Bahkan Tam Goat Hua pernah bertemu beliau, hanya gadis itu tidak pernah menceritakan kepada siapa pun.

   sehingga sampai kini tak seorang pun yang tahu tentang itu.

   Liat Hwe Cousu menghela nafas lagi.

   "Seandainya Tiat Sin Ong masih hidup, urusan ini pasti akan beres!"

   "Kalau begitu,"

   Sahut Tong Hong Pek.

   "Apakah para muridnya tidak bersedia menyerahkan Panah Bulu Api itu kepadamu?"

   Liat Hwe Cousu menggeleng kepala.

   "Juga bukan!"

   Lu Leng kelihatan tidak sabaran maka segera berkata.

   "Guru, cepat beritahukan!"

   "Setelah Beng Tu Lojin meninggal, Tiat Sin Ong pun pergi dari pulau Tiat Yeh To untuk melawat. Para penghuni pulau itu yang berkepandaian tinggi sudah tidak begitu banyak."

   Tong Hong Pek dan Lu Leng diam saja, Mereka berdua hanya mendengar tidak ingin menyela.

   "Aku duga, peristiwa pencurian panah Bulu Api itu setelah dia melawat, Hanya yang membuatku heran, sekarang sudah hampir dua puluh tahun tak pernah terdengar jejaknya, Entahlah dia menghilang ke mana?"

   Uat Hwe Cousu menggeleng-gelengkan kepala, Kemudian Tong Hong Pek pun berkata.

   "Tiat Sin Ong, Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po pernah berjumpa di Cing Yun Ling Go Bi San. setelah itu mereka bertiga tak pernah meninggalkan jejak, Aku tahu dari Lu Leng, bahwa Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po meninggal di pulau Hek Ciok To. Tapi mengenai Tiat Sin Ong sama sekali tiada kabar beritanya. Berada di mana, sudah mati, atau masih hidup, masih merupakan sebuah teka-teki!"

   Setelah terdiam sesaat, Liat Hwe Cousu kembali berkata.

   "Benar, Aliran ilmu silat pulau Tiat Yeh To tentunya tidak akan lenyap begitu saja. Berhubung Tiat Sin Ong tidak kembali ke pulau itu. Maka para muridnya berangkat ke Tionggoan mencari nya. Ke-mungkinan besar para muridnya telah meninggal di Tionggoan. Aaaah! Kini harus ke mana mencari Tiat Sin Ong? Lagi pula sudah sekian lama, mungkin dia telah meninggal!"

   Seusai Liat Hwe Cousu berkata begitu, mereka lalu diara, Ketiganya seakan dilanda rasa bingung.

   Kini mengenai Panah Bulu Api memang ditemukan jejaknya, Namun kembali buntu, karena Tiat Sin Ong tiada kabar beritanya bahkan tiada jejaknya, Berselang beberapa saat Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek membuka mulut.

   "Biar bagaimanapun kita harus berupaya!"

   Liat Hwe Cousu tersenyum getir "Tentunya hanya begitu saja!"

   Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berpikir dengan kening berkerut-kerut Kemudian dia menoleh kepada muridnya.

   "Anak Leng, Thian Sun Sianjin, Pian Liong Sian Po dan Tiat Sin Ong, setelah berjumpa di Cing Yun Ling Go Bi San, mereka bertiga lalu menghilang, Mungkin mereka ada kaitannya satu sama lain, Di pulau Hek Ciok To, apakah kau menemukan suatu jejak sebagai petunjuk ke mana perginya Tiat Sin Ong?"

   Lu Leng menggeleng.

   "Tidak ada!"

   Tong Hong Pek menghela nafas panjang.

   "Manusia memang harus berupaya, maka kini kita tidak boleh putus asa!"

   Usai berkata begitu, Tong Hong Pek berjalan mondar-mandir beberapa langkah, lalu berkata lagi.

   "Anak Leng, kita bertiga tidak perlu bersama-sama, Kau ikut Liat Hwe tua mempelajari ilmu kepandaiannya, sedangkan aku akan pergi mencari Tiat Sin Ong, Dengan cara ini mungkin ada harapan!"

   Walau Lu Leng tidak mau berpisah dengan gurunya itu, namun Tong Hong Pek sudah berkata begitu, maka harus menurut "Guru, kalau begitu, kita akan berjumpa kembali di persimpangan jalan itu!"

   Tong Hong Pek manggut-manggut "Baik!"

   Menjawab begitu tahu-tahu Tong Hong Pek telah melesat Sekejap saja orang itu telah jauh, Lu Leng memandang punggungnya, Hatinya merasa berat sekali berpisah dengan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.

   Liat Hwe Cousu tersenyum lembut "Anak Leng, saudara Tong Hong menghendaki agar kau bersama denganku.

   Maksudnya agar kau belajar sedikit ilmu silat Hwa San Pai.

   Kuharap kau memahaminya."

   "Teecu paham!"

   Kata Lu Leng sambil mengangguk "Kita tidak perlu mengikuti arah yang ditempuh saudara Tong Hong, juga tidak perlu ada tujuan, Yang penting harus berhasil mencari Tiat Sin Ong, bagaimana menurutmu?"

   Lu Leng tidak segera menjawab, melainkan berpikir sejenak.

   "Guru, menurutku lebih baik kita pergi ke istana Ci Cun Kiong!"

   Ujar Lu Leng kemudian. Liat Hwe Cousu terbelalak "Mau apa ke istana Ci Cun Kiong?"

   "Cepat atau lambat kita harus pergi ke sana untuk merebut Busur Api itu, sekarang kita pergi. Liok Ci Khim Mo pasti tidak berjaga-jaga, Kalau bisa bertemu Oey Sim Tit dan Kim Kut Lau di tengah jalan, bukankah kita dapat membekuk mereka, sekaligus merebut Busur Api itu?"

   Apa yang dikatakan Lu Leng memang masuk akal. Liat Hwe Cousu manggut-manggut.

   "Baik! Tapi dalam perjalanan, kita jangan menimbulkan urusan! Aku akan mewariskan ilmu silat Hwa San Pai padamu dalam waktu sesingkat-singkatnya."

   Wajah Lu Leng berseri.

   "Terima kasih, Guru!"

   Mereka berdua mengambil arah timur, menuju ke istana Ci Cun Kiong....

   Kini mari kita mengikuti perjalanan Tam Goat Hua, Setelah berpisah dengan Lu Leng di bawah puncak Lian Hoa Hong, hatinya mulai terasa hampa lagi, Dia seorang diri terus berjalan tanpa tujuan, sepanjang jalan dia selalu teringat pada Tong Hong Pek dan Lu Leng, Di antara mereka bertiga, terjalin hubungan yang kacau dan kusut.

   Tanpa sadar, air matanya pun meleleh.

   Setelah menempuh kira-kira dua puluh mil, Tam Goat Hua beristirahat di bawah pohon.

   ia termenung Matanya menatap lurus ke depan.

   Kosong, Ada gambaran kekacauan hatinya.

   Saat seperti inilah dirinya merasakan betapa sempitnya dunia ini Dia ingin mencari suatu tempat yang sepi dan terpencil hidup mengasingkan diri untuk selama-lamanya tidak bertemu dengan siapa pun.

   Tapi harus ke mana mencari tempat yang diinginkannya itu? Dia bukan tidak pernah mencoba, kuil biarawati yang sudah tua itu, sebenarnya sudah berada di tempat yang sepi dan terpencil.

   Namun ternyata tidak sampai satu bulan, muncul Lu Leng dan Tong Hong Pek.

   Rasanya semakin besar keinginan untuk menyingkir tapi justru semakin sulit melakukan nya.

   Setelah termenung beberapa saat, dia menyeka air matanya, kemudian bangkit berdiri dan berjalan, Dia tidak 2160 berjalan keluar dari rimba itu, sebaliknya malah berjalan makin ke dalam, perlahan sekali sambil pikirannya melayang-layang, kaki Tam Goat Hua terus melangkah Hatinya ingin menghindarkan diri dari kehidupan nyata ini.

   Tak seberapa lama, hari sudah mulai gelap, Tam Goat Hua mencari sebuah goa untuk berlindung dan beristirahat Akhirnya tak lama kemudian dia menemukan tempat beristirahat Tidurlah gadis itu dengan pulas di dalam sebuah goa, Apa yang diimpikannya hanya kejadian di Cing Yun Ling Go Bi San, sembahyang langit dan bumi bersama Tong Hong Pek.

   Akhirnya dia tidak melihat apa-apa, rasanya gelap dan dirinya terus tenggelam, sepertinya tenggelam ke dalam sebuah lobang.

   Dia ingin meraih sesuatu agar bisa naik ke atas, tapi tiada berdaya, Ternyata seperti lenyap, dan tubuhnya terus tenggelam makin dalam, Gelap gulita di dalam lobang itu hingga tak tampak apa pun.

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
suasana begitu sunyi dan sepi Terasa sangat mencekam, ingin Tam Goat Hua berteriak tapi tak mampu mengeluarkan suara.

   Akhirnya Tam Goat Hua terjaga, Sekujur badannya penuh keringat Dia membelalakkan mata dalam suasana gelap tak terlihat apa pun.

   Gelapnya seperti di dalam lobang di mimpi nya tadi.

   Walau sudah terjaga, tapi dia tetap seperti berada di dalam lobang yang gelap gulita itu, Tam Goat Hua berusaha tenang, kemudian bangun duduk.

   Teringat dia mengalah seorang diri di tempat asing dan sunyi ini Dia memang ingin menyendiri dari khalayak ramai tak mau bertemu siapa pun, selamanya hanya seorang diri Dalam hati timbullah rasa sedih, tak tertahan hingga akhirnya sesenggukan menangis, Ingin rasanya membunuh diri di dalam goa itu, namun ucapan Tiat Sin Ong terus terngiang-ngiang di dalam telinganya, 2161

   "Kau harus tahu, yang hidup di dunia bukan cuma kau seorang, Walau nyawa adalah milikmu, tapi kau tidak berhak menghabiskannya."

   Teringat akan ucapan Tiat Sin Ong, hatinya pun terasa gugup, Dia terus memikirkan ucapan Tiat Sin Ong, Cukup lama gadis itu duduk termenung di kegelapan goa, Hingga akhirnya tiba-tiba terdengar suara seseorang dari luar.

   Dia tahu itu suara wanita meskipun sangat rendah.

   Tentu saja Tam Goat Hua terkejut Di tempat yang sedemikian sunyi, ternyata ada juga suara orang, sepertinya suara itu bertanya padanya.

   "Kau ingin mencari jalan mati?"

   Tam Goat Hua nyaris menyahut "Ya"

   Namun di saat bersamaan, terdengar helaan nafas seorang gadis. Terdengar lagi suara wanita tua.

   "Bunuh diri itu merupakan tindakan yang tak berguna!"

   Sesaat kemudian yang seorang gadis menyahut "Guru, dia... dia sama sekali tidak mencintaiku Kalau aku tidak mati lalu apa gunanya hidup di dunia?"

   Suasana di dalam rimba amat sunyi, maka percakapan mereka dapat terdengar jelas, Tapi siapa mereka, Tam Goat Hua tidak tahu.

   "Ternyata orang yang bernasib malang di kolong langit, tidak cuma aku seorang!"

   Gumam Tam Goat Hua dalam hati, Dia bangkit berdiri lalu perlahan-lahan berjalan keluar, sementara itu terdengar wanita tua berkata lagi, 2162

   "Dia tidak mencintaimu kau harus sadari itu! Kau tahu sesungguhnya kau telah melanggar peraturan perguruan Tapi aku tidak menghukummu. Aku hanya berharap, mulai sekarang kau dapat menenangkan hati, dan berharap dapat membasmi Liok Ci Khim Mo, agar dapat mengembangkan perguruan kita lagi, itu merupakan tugasmu,"

   Saat itu Tam Goat Hua sudah berjalan keluar dari goa beberapa depa. Ketika mendengar perkataan wanita tua itu, tergetarlah hatinya.

   "Hah? Ternyata mereka!"

   Katanya.

   Dari percakapan mereka, Tam Goat Hua tahu bahwa mereka adalah si Walet Hijau-Yok Kun Sih ketua Hui Yan Bun dan Toan Bok Ang.

   Tentunya gadis itu pun tahu, mengapa Toan Bok Ang bersedih hati, karena yang dicintai Lu Leng justru dirinya, bukan Toan Bok Ang.

   Setelah mengetahui siapa mereka, Tam Goat Hua tidak melanjutkan langkahnya lalu bersandar di sebuah batu, Terdengar Toan Bok Ang menghela nafas panjang.

   "Aaaah!"

   Kemudian berkata.

   "Guru, aku khawatir sudah tidak bisa."

   Begitu Toan Bok Ang usai berkata, Yok Kun Sih langsung membentak gusar dan dingin.

   "Omong kosong!"

   "Dia,., dia sama sekali tidak mencintaiku..."

   Kata Toan Bok Ang sambil terisak-isak.

   "Dia tidak mencintaimu lalu gara-gara gagal dalam bercinta, kau tidak ingin hidup lagi? ini sungguh merupakan tindakan yang amat memalukan! perguruan Hui Yan Bun hanya menerima murid wanita, dan melarang para muridnya menikah itu disebabkan dulu pendiri perguruan Hui Yan Bun mengalamai kegagalan dalam hal bercinta, Kalau pendiri Hui Yan Bun putus asa, bagaimana masih ada Hui Yan Bun?"

   Apa yang dikatakan Yok Kun Sih, semuanya masuk ke telinga Tam Goat Hua, sehingga membuatnya tersentak sadar "Benar, Orang hidup di dunia, tidak terlepas dari masalah,"

   Katanya dalam hati, Di saat Tam Goat Hua sedang berpikir, terdengar lagi Yok Kun Sih berkata dengan suara dalam.

   "Apabila pikiranmu tidak terbuka, ingin sekali mati, lalu mengapa harus bunuh diri?"

   "Kalau begitu harus bagaimana?"

   Tanya Toan Bok Ang dengan suara hambar Yok Kun Sih tertawa dingin.

   "Selama ini kubawa kau menyingkir ke sana ke mari, tidak lain karena Hui Yan Bun hanya tersisa aku dan kau berdua, tidak boleh ada yang mati, Namun kalau kau tak sadar, tetap tidak mau menjadi orang, apa boleh buat! Aku pun terpaksa harus menganggap kehilangan seorang murid...."

   Berkata sampai di sini, nada suara Yok Kun Sih berubah menjadi penuh kedukaan, Terdengar Toan Bok Ang berkata.

   "Guru, aku yang tidak baik, namun aku sudah tiada akal lagi."

   "Urusan sudah jadi begini, percuma kau sesali! Kalau memang kau ingin mati, haruslah mati secara berguna!"

   "Guru, bagaimana mati secara berguna?"

   Tanya Toan Bok Ang dengan sedih.

   "Kulihat kau memang sudah bertekad untuk mati, kenapa tidak pergi bertempur melawan Liok Ci Khim Mo? Bukankah kalau tak sanggup melawannya kau akan mati? itulah yang disebut mati secara berguna."

   Sahut Yok Kun Sih sambil menatapnya, Mendengar kata-kata Yok Kun Sih itu, Tam Goat Hua lalu berkata dalam hati.

   "Tidak salah. Kalaupun ingin mati, haruslah mati secara berguna...."

   Terdengar Toan Bok Ang berkata.

   "Guru, aku,., aku pasti menuruti perkataan Guru."

   Usai berkata, dia lalu menangis terisak-isak, Tam Goat Hua maju beberapa langkah, Dilihatnya Yok Kun Sih dan Toan Bok Ang saling memeluk dengan air mata bercucuran. Berselang sesaat, terdengar Yok Kun Sih menghela nafas panjang, kemudian berkata.

   "Anak Ang, sejak kecil kau tidak mempunyai orang tua. Walau kita adalah guru dan murid, namun sesungguhnya hubungan kita bagaikan ibu dan anak, Kalau kau ingin pergi untuk mati, apakah kau sama sekali tidak memikirkan diriku, dan bagaimana dukaku nanti?"

   Dulu Tam Goat Hua menganggap Yok Kun Sih sebagai wanita tua yang tak berperasaan Akan tetapi, kini setelah mendengar apa yang dikatakan wanita tua itu, barulah dia tahu bahwa sesungguhnya Yok Kun Sih merupakan wanita tua yang amat berperasaan .

   Terdengar Toan Bok Ang menyahut dengan tersendat-sendat "Guru, aku...

   aku sudah...

   memikirkan itu."

   "Anak Ang, aku tahu kau bukan gadis yang tak berperasaan, Kau sudah memikirkan itu, tapi tetap ingin mati, tentunya aku tidak akan menasihatimu lagi, kau pergilah!"

   Kata wanita tua itu lalu membalikkan badannya sekaligus melesat pergi. Toan Bok Ang berseru dengan air mata berderai-derai.

   "Guru! Guru...."

   Tampak Yok Kun Sih berhenti, tapi tidak menoleh.

   "Kecuali kau membatalkan niatmu untuk mati, kalau tidak, untuk apa kau memanggilku lagi? Apakah kau masih merasa tidak cukup membuat hatiku berduka?"

   Toan Bok Ang tertegun, kemudian menjatuhkan diri berlutut ke arah Yok Kun Sih.

   "Guru, begitu aku tahu dia tidak mencintaiku aku sudah tiada gairah hidup lagi, Akupun tahu akan membuat hati Guru berduka, namun aku sungguh tak sanggup hidup terus dengan penuh derita!"

   Yok Kun Sih menghela nafas panjang.

   "Anak Ang, aku tidak menyalahkanmu! Hanya berharap setelah kau mati, tidak akan menderita lagi! Aku... aku sudah merasa girang!"

   Katanya lalu melesat pergi lagi, Toan Bok Ang masih berlutut setelah bayangan Yok Kun Sih tidak kelihatan barulah gadis itu bangkit berdiri perlahanlahan, sedangkan Tam Goat Hua tak henti-hentinya menghela nafas, Dia tidak menyangka Toan Bok Ang akan bernasib malang sepertinya, Berdasarkan apa yang disaksikannya itu, sudah jelas Toan Bok Ang akan pergi bertarung dengan Liok Ci Khim Mo.

   Namun apabila hal itu benar-benar terjadi, Toan Bok Ang pasti akan celaka, Mendadak Tam Goat Hua teringat akan apa yang dikatakan Yok Kun Sih, yakni dari pada mati sia-sia, bukankah lebih baik pergi bertarung dengan Liok Ci Khim Mo? Kemudian dia berjalan menghampiri Toan Bok Ang.

   "Nona Toan! Nona Toan!"

   Serunya. Toan Bok Ang segera membalikkan badannya, Mereka berdua saling memandangi kemudian gadis itu bertanya dengan dingin.

   "Mau apa kau ke mari?"

   Pertanyaan tersebut membuat hati Tam Goat Hua terasa pilu dan matanya langsung bersimbah air.

   "Nona Toan, nasibku lebih malang darimu. Kau hanya menghendaki orang yang amat kau cintai itu...."

   Toan Bok Ang membentak memutuskan ucapan Tam Goat Hua.

   "Diam! jangan banyak bicara!"

   Tam Goat Hua tersenyum getir "Nona Toan, kita berdua sama-sama bernasib malang, mengapa kau bersikap demikian terhadapku "Kau punya kekasih yang mencintaimu bagaimana kau bernasib malang?"

   Sahut Toan Bok Ang dingin.

   "Nona Toan, apabila orang yang amat kau cintai itu mencintaimu tentunya kau akan hidup bahagia. Namun aku.,, tidak bisa berkumpul dengan orang yang kucintai, Bukankah nasibku lebih malang darimu ?"

   Toan Bok Ang tertegun mendengar itu.

   "Benar katamu. Ada urusan apa kau ke mari menemuiku?"

   Tanyanya kemudian. Tam Goat Hua maju ke hadapan Toan Bok Ang, lalu menggenggam tangan gadis erat-erat "Kini kita berdua sudah tiada gairah hidup, memang lebih baik mati saja, Bukankah kita tidak akan menderita lagi?"

   Toan Bok Ang manggut-manggut.

   "Tadi aku sudah mendengar percakapanmu dengan gurumu, Adik Toan, alangkah baiknya kita pergi ke istana Ci Cun Kiong."

   "Baiklah,"

   Sahut Toan Bok Ang sambil tersenyum getir 2168 Tam Goat Hua malah tertawa.

   "Adik Toan, seandainya kita berhasil membasmi Liok Ci Khim Mo, tentunya kita tidak akan mati sia-sia, Tapi kalau tidak berhasil, niat kita itu tercapai, jadi tidak usah bunuh diri. Ya, kan?"

   Toan Bok Ang manggut-manggut "Tentu, Kakak Tam, entah sudah berapa kali aku ingin bunuh diri, hingga guruku pun sudah putus asa terhadapku, maka tekadku untuk mati sudah tidak dapat dibatalkan lagi."

   Tam Goat Hua menghela nafas, kemudian mendadak bertanya.

   "Apakah Lu Leng tahu kalau hatimu amat berduka ?"

   Toan Bok Ang manggut-manggut "Dia memang tahu. Ketika pertama kali aku mau bunuh diri, justru dia yang menyelamatkanku."

   "Apa katanya pada waktu itu?"

   Tanya Tam Goat Hua. Toan Bok Ang tertawa.

   "Ha! Ha! Dia bilang apa boleh buat, karena dia tidak mencintaiku"

   Kemudian usai berkata, Toan Bok Ang tertawa lagi dan memandang Tam Goat Hua seraya me lanjut kan.

   "Kakak Tam, aku bilang kau amat bodoh. Dia begitu mencintaimu, mengapa kau harus menolak cintanya?"

   Tam Goat Hua tersenyum getir "Nona Toan, apabila kini ada seorang pemuda lain mencintaimu, sedangkan kau sudah punya kekasih, apakah kau akan menerima cinta dari pemuda itu?"

   "Tentu tidak,"

   Sahut Toan Bok Ang.

   "Nah! Begitu pula aku. Karena dalam hatiku sudah terdapat orang lain...."

   Toan Bok Ang manggut-manggut, Mereka berdua saling memandang, lalu meninggalkan tempat itu, sepanjang jalan, mereka tidak bercakap-cakap lagi.

   Kctika hari mulai terang, mereka berdua sudah sampai di sebuah jalan, Mendadak jauh di depan tampak debu mengepul.

   Mereka berdua cepat-cepat bersembunyi di pinggir jalan, Tampak puluhan orang menunggang kuda memacu ke depan, semuanya adalah kaum rimba persilatan.

   Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang mengenali orang-orang itu, semuanya adalah orang-orang dari istana Ci Cun Kiong, Hanya saja mereka berdua tidak tahu bahwa orang-orang itu diutus Liok Ci Khim Mo untuk mencari Oey Sim Tit dan Busur Api, setelah semua orang itu lewat, barulah Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang melanjutkan perjalanan menuju istana Ci Cun Kiong.

   Keesokan harinya, mereka berdua sudah sampai di kaki gunung Tiong Tiau San.

   "Adik Toan, walau kita ke mari dengan niat mati, tapi tidak perlu menerjang ke dalam mencari mati bukan?"

   Kata Tam Goat Hua. Toan Bok Ang manggut-manggut.

   "Kita harus bersabar hingga malam, barulah ke istana Ci Cun Kiong."

   Kata Tam Goat Hua lagi, Toan Bok Ang menyahut "Padahal sama saja. Menunggu satu hari akan menderita satu hari lagi,"

   Tam Goat Hua tahu, penderitaan Toan Bok Ang melebihi penderitaannya, namun gadis itu sama sekali tidak pernah menyalahkan Lu Leng.

   Mereka berdua beristirahat di tengah gunung satu hari lamanya, setelah hari mulai gelap, barulah menuju istana Ci Cun Kiong, Berselang beberapa saat, mereka sampai di pintu gapura istana, Tampak dua orang penjaga di sana, maka mereka berdua memperlambat langkahnya, Mereka berdua melewati sisi jalan yang dipenuhi rumput-rumput tinggi dan tak lama sudah sampai di depan pintu gapura, Akan tetapi dua penjaga itu tidak tahu akan keberadaan mereka berdua, Toan Bok Ang dan Tam Goat Hua tercengang, karena pintu gapura itu merupakan jalan utama menuju istana Ci Cun Kiong, Tentunya penjaga di situ juga berkepandaian tinggi Akan tetapi, mereka berdua sudah begitu dekat, bagaimana kedua penjaga itu tidak mengetahuinya? Tam Goat Hua khawatir kedua penjaga itu sudah tahu tapi berpura-pura tidak tahu, Oleh karena itu, dia memberi isyarat kepada Toan Bok Ang dengan gerakan tangan, lalu berhenti Tampak salah seorang penjaga itu bersin beberapa kali, kemudian berkata kepada temannya.

   "Siapa masih berani ke mari cari gara-gara, tiada artinya kita menjaga di sini."

   "Tidak salah, lebih baik kita duduk saja,"

   Sahut temannya, Kedua penjaga itu duduk, lalu bercakap-cakap sejenak.

   Di saat itulah Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang maju beberapa langkah sehingga bertambah dekat dengan kedua penjaga itu.

   Kini mereka berdua melihat jelas kedua penjaga tersebut Berdasarkan sorot mata kedua penjaga, dapat diketahui mereka berkepandaian rendah.

   Akan tetapi, Tam Goat Hua masih bercuriga, tidak mungkin kedua penjaga itu berkepandaian rendah.

   Jangan-jangan kedua penjaga itu memiliki Lwee-kang yang amat tinggi, sehingga tidak terlihat dari sorotan mata mereka, Namun pembicaraan mereka tadi, membuktikan mereka merupakan penjahat rendahan.

   Toan Bok Ang dan Tam Goat Hua memperhatikan sejenak, kemudian Toan Bok Ang berkata dengan suara rendah.

   "Kakak Tam, bagaimana kepandaian kedua penjaga itu?"

   Aku justru merasa heran, Kalau dikatakan mereka berkepandaian tinggi, sungguh tidak mirip! Namun para anak buah Liok Ci Khim Mo, rata-rata memiliki kepandaian tinggi, maka tidak masuk akal dia menyuruh kedua orang itu untuk menjaga di sini!"

   Sahut Tam Goat Hua dengan berbisik.

   "Kita tidak memunculkan diri, juga tidak bisa, Biar aku munculkan diri dulu melihat-lihat!"

   Kata Toan Bok Ang, Tam Goat Hua manggut-manggut "Baik, Aku akan menjagamu."

   Toan Bok Ang bangkit berdiri, tapi kedua penjaga itu masih tidak tahu, Gadis itu maju beberapa Iangkah, kemudian berseru.

   "Hei! Siapa kalian berdua?"

   Kedua penjaga itu langsung meloncat bangun yang seorang saking terburu-buru, sehingga nyaris terjatuh itu membuat Toan Bok Ang tertawa geli, lalu bertanya dalam hati, Para jago tangguh istana Ci Cun Kiong, sedang pergi ke mana? Setelah berdiri, kedua penjaga itu memperhatikan Toan Bok Ang, barulah membusungkan dada seraya balik bertanya.

   "Siapa kau?"

   Toan Bok Ang maju dua langkah lalu menyahut.

   "Aku bertanya kepada kalian, sebetulnya siapa kalian berdua?"

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Aku bernama Mo Yong, dia bernama Ciu Hou!"

   Jawab penjaga yang bernama Mo Yong sambil menepuk dada, Toan Bok Ang tertawa.

   "Apa kedudukan kalian berdua dalam istana Ci Cun Kiong, Tancu atau Pelindung?"

   Ciu Hou tampak terkejut ketika mendengar pertanyaan gadis itu.

   "Bagaimana kami berkedudukan begitu tinggi?"

   Saat ini, Toan Bok Ang sudah yakin, bahwa kedua penjaga itu hanya merupakan penjahat kecil.

   Mendadak Toan Bok Ang 2173 bergerak menerjang ke arah kedua penjaga itu.

   Betapa terkejutnya mereka berdua, ingin berkelit tapi sudah terlambat Sebab Toan Bok Ang bergerak cepat sekali, tangannya yang tinggal sebelah itu menghantam ubun-ubun mereka, Plak! Plak! Mata, hidung, telinga dan mulut mereka berdua mengeluarkan darah, kemudian menjerit mereka berdua sudah binasa, Di saat itu lah, Tam Goat Hua memunculkan diri.

   "Kakak Tam, apakah kedua orang itu sudah binasa?"

   Tanyanya, Tam Goat Hua memandang kedua penjaga yang tergeletak di tanah itu, kemudian menyahut "

   Sudah pasti binasa,"

   "Apakah di dalam istana Ci Cun Kiong telah terjadi sesuatu?"

   Kata Toan Bok Ang dengan heran.

   "Mari kita masuk ke sana melihat-lihat dulu!"

   Sahut Tam Goat Hua dengan heran pula, Toan Bok Ang mengangguk.

   Mereka berdua menendang kedua mayat itu ke arah rerumputan kemudian melesat ke istana, Akan tetapi di sepanjang jalan mereka tidak bertemu siapa pun.

   Semula mereka berdua melesat sambil bersembunyi namun kemudian tidak bersembunyi lagi dan terus melesat.

   Berselang beberapa saat, istana Ci Cun Kiong sudah berada di depan mata mereka, Tiada seorang penjaga pun berada di depan pintu istana, Di sana kelihatan sepi-sepi saja dan pintu itu tertutup rapat Tam Goat Hua tertegun "Apakah Liok Ci Khim Mo masih belum kembali?"

   Katanya kemudian. * * * * Bab 102 Toan Bok Ang sudah mendengar penuturan Tam Goat Hua tentang dirinya berada di puncak Lian Hoa Hong dan di tempat itu bertemu Liok Ci Khim Mo.

   "Kalaupun Liok Ci Khim Mo belum pulang, juga tidak harus sedemikian sepi dan tiada suara orang."

   "Lebih baik tiada orang, jadi kita bisa memusnahkan sarang ini, untuk mengurangi keangkuhan Liok Ci Khim Mo."

   Kata Tam Goat Hua.

   Mereka berdua berunding sejenak, lalu mendekati pintu itu dan menjulurkan tangan untuk men-dorongnya, Namun pintu itu tidak terbuka karena dikunci dari dalam, Mereka berdua mundur beberapa langkah, kemudian meloncat ke dalam melalui tembok.

   Sampai di dalam, mereka melihat semua pintu tertutup rapat, kelihatannya seperti tidak ada orang, Mereka berdua berjalan berputar ke sana ke mari, tapi tidak bertemu seorang pun.

   Tak lama mereka sampai di sebuah ruangan besar Ruangan itu tampak agak gelap karena semua jendela tertutup rapat Ketika mereka baru mau mengambil obor yang menyala untuk membakar tempat itu, 2175 mendadak terdengar suara yang amat dingin di atas panggung batu.

   "Sungguh berani kalian berdua!"

   Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang terkejut bukan main dan langsung mundur beberapa depa dan mendongakkan kepala memandang ke atas, Tampak seorang lelaki dan seorang wanita berdiri di atas panggung batu, Wajah mereka amat menakutkan Tam Goat Hua mengenali mereka, sebab pernah bertemu mereka di dalam istana Setan, ketika dia ke istana Setan menyelamatkan Lu Leng, Lelaki itu adalah Kui Bin Thay Swee Liu Tok dan wanita itu adalah Mo Thai Po.

   Mereka berdua berasal dari golongan sesat yang berkepandaian amat tinggi.

   Ketika memasuki istana Ci Cun Kiong, Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang tidak bertemu seorang pun, maka mengira Liok Ci Khim Mo belum pulang, Oleh karena itu, nyali mereka menjadi besar Mereka yakin tidak akan bertemu seorang musuh pun di dalam itu, Kini mendadak muncul Kui Bin Thay Swee dan Mo Thay Po, tentunya membuat Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang terkejut sekali, dan mengira Liok Ci Khim Mo mengatur semua itu untuk menjebak mereka berdua, Karena itu, Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang mundur lagi beberapa langkah sambil menengok ke sana ke mari, namun tidak tampak orang lain berada di tempat itu, Hanya terdengar Mo Thay Po tertawa dingin.

   "Apakah kalian berdua ke mari untuk mampus?"

   Kemudian terdengar suara dentangan, ternyata Mo Thay Po menekan tongkatnya ke lantai panggung batu, lalu meloncat turun.

   Pada saat bersamaan, Kui Bin Thay Swee pun 2176 mengambil sebatang kayu, kemudian memukul sebuah tambur yang bergantung di atas panggung batu, Tung! Tung! Tung.,.! Seusai memukul tambur, dia segera meloncat turun lalu berdiri di sisi Mo Thay Po.

   jarak mereka dengan Tam Goat Hua berdua hanya satu depa, Tam Goat Hua pernah bertemu mereka di dalam istana Setan, maka tidak merasa takut menyaksikan wajah mereka yang begitu menyeramkan.

   Lain halnya dengan Toan Bok Ang, begitu menyaksikan wajah mereka, sekujur badannya menjadi merinding, bahkan merasa seram dan ketakutan.

   sementara Kui Bin Thay Swee dan Mo Thay Po terus menatap mereka dengan sorot mata yang menakutkan.

   Setelah si Nabi Setan-Seng Ling binasa, Kui Bin Thay Swee dan Mo Thay Po mengangkat diri mereka sebagai majikan istana Setan, Belum lama ini, mereka berdua bergabung dengan Liok Ci Khim Mo.

   Saat ini, semua jago tangguh di dalam istana Ci Cun Kiong sedang pergi mencari Oey Sim Tit dan Busur Api.

   Kini hanya tinggal mereka berdua yang menjaga istana, tapi kepandaian mereka berdua amat tinggi, Ketika menyaksikan kedua orang yang amat menyeramkan itu, Toan Bok Ang bertanya kepada Tam Goat Hua dengan suara rendah.

   "Kakak Tam, siapa kedua orang itu?"

   "Cepat keluarkan senjata, kedua orang itu selalu menggunakan racun, kita harus berhati-hati!"

   Kata Tam Goat Hua tanpa menjawab pertanyaan Toan Bok Ang, 2177 Toan Bok Ang cepat-cepat mengeluarkan senjata Sian Tian Sin So, kelihatannya sudah siap untuk bertarung. Mo Thay Po tertawa dingin.

   "Cukup bagus senjatamu untuk dijadikan kado!"

   Toan Bok Ang amat gusar dan segera maju selangkah Namun ketika dia mau melancarkan serangan Tam Goat Hua segera menahannya.

   "jangan gegabah!"

   Katanya kemudian bertanya kepada kedua orang itu.

   "Apakah Liok Ci Khim Mo berada di dalam istana?"

   "Tentu ada!"

   Sahut Kui Bin Thay Swee dengan suara parau. Tam Goat Hua segera memberi isyarat kepada Toan Bok Ang, lalu memandang Kui Bin Thay Swee.

   "Kami ada urusan ingin menemuinya, cepat laporkan!"

   Katanya, Kui Bin Thay Swee tertawa gelak.

   "Ha! Ha! Ha!"

   Ketika tertawa, wajahnya bertambah menyeramkan "Kalian tidak begitu gampang menemui Bu Lim Ci Cun!"

   "

   Apa harus ada saratnya agar bisa menemuinya?"

   Tanya Tam Goat Hua sambil menahan rasa gusarnya, 2178

   "Letakkan senjata kalian, lalu kalian berjalan sambil menyembah sampai di tempat, barulah bisa menemui beliau!"

   Sahut Kui Bin Thay Swee, Toan Bok Ang sudah tidak sabar lagi dan langsung tertawa dingin.

   "Ketika kalian hendak menemuinya, apakah harus merangkak dari depan sampai di tempatnya seperti kura-kura?"

   Mata Mo Thay Po menyorot bengis ke arah Toan Bok Ang lalu dia mendadak tertawa melengking sambil menjulurkan tangannya untuk menyerang gadis itu.

   Tampak kukunya yang panjang-panjang dan kehijau-hijauan, yang mengandung racun.

   Ternyata Mo Thay Po mencengkeram bahu kiri Toan Bok Ang.

   Karena lengan kirinya telah buntung, maka gadis itu tidak dapat menangkis.

   Ketika mendatangi istana Ci Cun Kiong, Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang sudah tidak menghiraukan nyawanya.

   Namun ketika melihat Kui Bin Thay Swee dan Mo Thay Po, hati mereka tidak terluput dari rasa kaget.

   Namun setelah berselang beberapa saat, mereka sudah tidak merasa kaget maupun takut lagi, Maka, di saat Mo Thay Po menyerang, Toan Bok Ang sama sekali tidak mundur, sebaliknya malah maju selangkah sambil mengayunkan senjata Sian Tian Sin So, mengeluarkan jurus Tian Kong Ciau Ciau (Kilat Bergemerlapan) sehingga tampak cahaya putih meluncur ke arah Mo Thay Po.

   Jurus tersebut amat aneh, hebat dan lihay.

   Walau Toan Bok Ang tidak berkelit, jurus itu telah mematahkan serangan Mo Thay Po.

   Dari tadi Mo Thay Po sudah tahu bahwa senjata yang di tangan Toan Bok Ang bukan merupakan senjata sembarangan melainkan senjata pusaka.

   Kini ketika menyaksikan serangan yang dilancarkan gadis itu begitu dahsyat, dia sangat terkejut.

   Dia cepat-cepat mundur sekaligus mengayunkan toyanya, mengeluarkan dua jurus serangan Ciok Phua Keng Thian (Batu Pecah Mengejutkan Langit) dan jurus San Pang Hai Liak (Gunung Runtuh Laut Retak).

   Kedua jurus serangan itu menimbulkan angin yang menderu-deru, mengarah Toan Bok Ang, sehingga membuat badan gadis itu berputar dua kali.

   Betapa terkejutnya Tam Goat Hua menyaksikan itu, Namun ketika dia baru mau turun tangan membantu Toan Bok Ang, mendadak merasa ada desiran angin di belakangnya, Tam Goat Hua tahu, Kui Bin Thay Swee sudah membokongnya.

   Tanpa membalikkan badan gadis itu langsung menggunakan ilmu Hian Bu Go Na (llmu Mencengkeram Hian Bu), mengeluarkan jurus Tok Liong Lu Jiau (Naga Beracun Menjulurkan Cakar), Di saat itulah ramai besi yang melekat di lengannya ikut menyerang ke arah Kui Bin Thay Swee Kui Bin Thay Swee segera membungkukkan badannya sekaligus berkelit ke samping, Di saat Kui Bin Thay Swee berkelit, Tam Goat Hua berpikir ingin mendekati Toan Bok Ang untuk membantu nya.

   Akan tetapi, mendadak terdengar suara "Ser, Ser"

   Dua kali di belakangnya Tam Goat Hua segera membalikkan badannya, Tampak dua benda meluncur mengarah matanya, ternyata dua buah senjata rahasia, Gadis itu mendengus sambil menggerakkan ta-ngannya, Maka rantai besi yang melekat di lengannya bergerak cepat menangkis kedua buah senjata rahasia itu hingga terpental 2180 Namun di saat bersamaan, Kui Bin Thay Swee pun melancarkan sebuah pukulan ke arah dada Tam Goat Hua, pukulan tersebut mengeluarkan suara aneh, membuat Tam Goat Hua menoleh.

   Dilihatnya sepasang tangan Kui Bin Thay Swee memakai semacam sarung tangan berduri yang amat aneh, Begitu menyaksikan sarung tangan itu, Tam Goat Hua yakin bahwa sarung tangan itu mengandung racun, maka tidak berani bertindak ceroboh.

   Cepat-cepat dia mundur sambil mengayunkan sepasang rantai besi yang melekat di lengannya sehingga rantai besi itu meliuk cepat menyerang Kui Bin Thay Swee, Kui Bin Thay Swee segera berkelit, kemudian balas menyerang, maka terjadilah pertarungan yang amat sengit sementara Toan Bok Ang yang berputar, mendadak melancarkan sebuah serangan dengan mengeluarkan jurus Lui Thian Kauw Cak (Kilat dan Ge-ledek MenggeIegar),setelah melancarkan serangan itu, Toan Bok Ang cepat-cepat meloncat ke belakang, maka senjata Sian Tian Sin So melewati muka Mo Thay Po dan membuat mata orang itu menjadi silau dan langsung terpejam.

   Betapa terkejutnya Mo Thay Po.

   Dia cepat-cepat mencelat ke belakang dan tidak berani menyerang lagi.

   Akan tetapi, dalam hatinya ingin sekali memiliki senjata Sian Tian Sin So itu, Toan Bok Ang berdiri beberapa depa di hadapan Mo Thay Po.

   Setelah berhasil meloloskan diri dari serangan orang itu barulah dia menarik nafas lega.

   Namun sepasang mata Mo Thay Po justru menyorot bengis, bahkan penuh diliputi hawa membunuh .

   Menyaksikan itu, tersentak juga hati Toan Bok Ang, Oleh karena itu, dia langsung melancarkan serangan, agar Mo Thay Po tiada kesempatan menyerang duluan, Toan Bok Ang mengeluarkan jurus Liu Sing Hua Khong (Meteor Menembus 2181 Angkasa) dan senjatanya memancarkan cahaya putih ke arah muka Mo Thay Po.

   Bagian 50 Di saat bersamaan, Mo Thay Po maju selangkah karena ingin melancarkan serangan, bahkan juga ingin merebut senjata gadis itu, maka toyanya diayunkan untuk menangkis Sian Tian Sin So, itu membuat Toan Bok Ang bergirang dalam hati, Mendadak dia menyentakkan senjatanya sehingga ujung senjata itu tersentak ke samping, kemudian berputar ke arah kepala Mo Thay Po.

   Betapa terkejutnya Mo Thay Po.

   Dia sama sekali tidak menyangka kalau Toan Bok Ang akan menyerangnya dengan jurus yang amat aneh itu, Untung dia berkepandaian tinggi.

   Maka walau panik dia masih dapat menundukkan kepala, sekaligus mencelat ke belakang sehingga ujung senjata Sian Tian Sin So melewati kepalanya, Namun Toan Bok Ang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

   Dia langsung maju sambil menyerang pula.

   Mendadak Mo Thay Po tertawa aneh, lalu membuka mulutnya meniup ke arah gadis itu.

   Toan Bok Ang tertegun dan merasa geli, dan kemudian mencium bau yang amat busuk, seketika Toan Bok Ang teringat akan apa yang dikatakan Tam Goat Hua, bahwa Mo Thay Po dan Kui Bin Thay Swee mahir menggunakan racun, Bukan main terkejutnya Toan Bok Ang, karena setelah mencium bau busuk, kepalanya menjadi terasa pusing, Gadis itu cepat-cepat mundur, namun Mo Thay Po segera maju sambil membuka mulut meniup lagi ke arah nya.

   Apa 2182 boleh buat, Toan Bok Ang terpaksa mengayunkan senjatanya untuk menyerang.

   Mo Thay Po tertawa aneh dan langsung mengayunkan toyanya untuk menangkis, sehingga senjata Sian Tian Sin So melingkar di toya itu.

   Toan Bok Ang menyentak, tapi toya itu tak bergerak sama sekali, sedangkan Mo Thay Po sudah membuka mulutnya meniup lagi.

   Betapa terkejutnya Toan Bok Ang, maka terpaksa melepaskan senjatanya dan cepat-cepat mencelat ke belakang.

   Gadis itu memang berhasil menyelamatkan diri, namun kehilangan senjatanya, Di saat dia mencelat ke belakang Mo Thay Po justru melesat ke arahnya, Kini Toan Bok Ang tidak bersenjata, bagaimana mungkin melawannya? Ketika Toan Bok Ang mencelat ke belakang, melewati Tam Goat Hua yang sedang bertarung dengan Kui Bin Thay Swee dan kebetulan Tam Goat Hua berhasil mengundurkan lawannya, Melihat Toan Bok Ang telah kehilangan senjatanya, bahkan Mo Thay Po melesat ke arah gadis itu, Tam Goat Hua terkejut dan langsung membalikkan badannya, sekaligus menerjang ke arah Mo Thay Po, sedangkan Kui Bin Thay Swee mendadak melesat ke arah Tam Goat Hua sambil melancarkan sebuah pukulan, Tam Goat Hua terkejut karena mendengar suara menderu ke arah punggungnya, Dia segera menundukkan kepala sekaligus balas menyerang ke belakang dengan jurus Hai Kou Ciok Lan (Laut Lapuk Batu Berlubang), jurus tersebut berhasil mendesak Kui Bin Thay Swee, namun Mo Thay Po sudah melesat ke hadapan Toan Bok Ang, sedangkan punggung gadis itu membentur tembok, jadi tidak bisa mundur lagi, Mo Thay Po mengayunkan toyanya, sehingga senjata Sian Tian Sin So yang melingkar di toyanya itu berputar-putar 2183 memancarkan cahaya putih ke arah Toan Bok Ang, Kelihatannya Toan Bok Ang sudah tidak bisa berkelit, Tam Goat Hua pun yakin bahwa gadis itu akan binasa tersambar toya dan senjata Sian Tian Sin So.

   Akan tetapi, mendadak terlihat Toan Bok Ang bergerak cepat merogohkan tangan ke dalam bajunya, Ternyata dia mengeluarkan suatu benda, sekaligus di sambitkannya ke arah lawannya, Mo Thay Po menggerakkan toyanya membentur benda itu.

   Toan Bok Ang menggunakan kesempatan itu untuk menyingkir ke samping beberapa depa, Setelah toya di tangan Mo Thay Po membentur benda itu, terdengarlah suara ledakan dahsyat Bum! Sungguh mengejutkan suara ledakan itu, bahkan memekakkan telinga, Kejadian tersebut di luar dugaan Toan Bok Ang.

   Ternyata ketika dirinya dalam bahaya, tiba-tiba dia teringat akan benda pemberian Seh Cing Hua.

   Apa-bila dalam keadaan bahaya, benda tersebut boleh digunakan untuk menghadapi musuh, padahal Toan Bok Ang sama sekali tidak tahu benda apa itu, Kini setelah digunakannya, benda sekecil itu justru memiliki kekuatan yang sangat dahsyat, itu sungguh di luar dugaannya! setelah terjadi ledakan, lalu tampak segulung cahaya yang amat menyilaukan mata, Berselang sesaat, sirnalah cahaya itu, sehingga membuat ruang itu menjadi gelap gulita, karena cahaya tadi amat menyilaukan mata.

   Tak seberapa lama, penglihatan Tam Goat Hua normal kembali duluan.

   Dia melihat Kui Bin Thay Swee berdiri di sampingnya, sepasang mata orang itu terbelalak lebar, namun tidak dapat melihat apa-apa.

   Ketika melihat kesempatan itu, Tam Goat Hua tidak menyia-nyiakannya, Dia 2184 segera maju selangkah sambil melancarkan sebuah pukulan ke arahnya, Di saat merasakan adanya sambaran angin, Kui Bin Swee ingin berkelit, tapi terlambat, karena telapak tangan Tam Goat Hua telah menghantam ubun-ubunnya.

   Kui Bin Thay Swee roboh dan nyawanya pun melayang seketika.

   Sebelum Kui Bin Thay Swee roboh, Tam Goat Hua sudah menendangnya terpental beberapa depa.

   Saat ini, penglihatan Toan Bok Ang sudah normal kembali.

   Mereka berdua memandang ke arah Mo Thay Po.

   Tampak toyanya menancap di lantai dan senjata Sian Tian Sin So masih melingkar di toya itu, sedangkan Mo Thay Po tampak mengerikan BoIeh dikatakan dia tidak menyerupai manusia karena daging di tubuhnya telah hancur berantakan.

   Betapa terkejutnya Tam Goat Hua menyaksikan itu.

   "Adik Toan, benda apa itu, kok begitu hebat?"

   Tanyanya.

   "Entahlah? Aku pun tidak tahu. Benda itu pemberian ibuku."

   Sahut Toan Bok Ang. Tam Goat Hua manggut-manggut, kemudian menengok ke sana ke mari "Suara ledakan tadi pasti mengejutkan Liok Ci Khim Mo, lebih baik kita menyingkir dulu!"

   Katanya, Toan Bok Ang mengangguk lalu cepat-cepat mengambil senjatanya yang masih melilit di toya Kui Bin Thay Swee, Namun ketika mereka berdua mau meninggalkan tempat itu, mendadak terdengar suara dentingan di atas panggung batu.

   Ternyata suara itu suara harpa, Suara itu tidak begitu nyaring, namun begitu mendengar suara harpa itu, hati mereka berdua lalu tergoncang, bahkan mereka tak kuat mengayunkan kaki untuk meninggalkan tempat itu, Mereka berdua memaksakan diri untuk menoleh ke arah datangnya suara, tampak Liok Ci Khim Mo duduk di atas panggung batu.

   Harpa Pat Liong Khim terlihat di atas pangkuannya dan jari tangannya bergerak memetik tali senar harpa tersebut.

   Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang merasa tak kuat berdiri dan kemudian keduanya jatuh di atas lantai Liok Ci Khim Mo tertawa gelak.

   "Ha! Ha! Ha! Nona Tam, ternyata kau!"

   Tam Goat Hua merasa darahnya bergolak, kemudian memaksakan diri untuk membentak "jangan banyak omong!"

   Ketika gadis itu membentak, nada suara harpa itu meninggi, sehingga membuat dada Tam Goat Hua terasa sakit, akhirnya dia memuntahkan darah segan Begitu pula Toan Bok Ang, gadis itu condong ke kiri menindih Tam Goat Hua.

   Liok Ci Khim Mo tertawa gelak lagi.

   "Ha! Ha! Ha! Nona Tam, kau tahu anakku berada di mana?"

   Tam Goat Hua menarik nafas dalam-dalam.

   "Orang semacam kau, harus putus turunan!"

   Liok Ci Khim Mo tertawa panjang.

   "Ha! Ha! Haaa! Bukan cuma tidak akan putus turunan, bahkan darimu akan memperoleh cucu!"

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tam Goat Hua tersentak mendengar ucapan itu, Apa maksud ucapannya itu? Apakah Liok Ci Khim Mo akan berlaku tidak senonoh terhadap dirinya? Pikir Tam Goat Hua dengan hati berdebar-debar.Kalau benar demikian, saat ini ingin bunuh diri pun sudah tiada tenaga untuk melakukannya.

   Terdengar lagi suara tawa Liok Ci Khim Mo, kemudian mendadak dia menghilang di atas panggung batu itu, Tam Goat Hua terkejut karena Liok Ci Khim Mo tidak membunuhnya dengan suara Pat Liong Thian Im.

   Berselang sesaat, Toan Bok Ang bertanya.

   "Kakak Tam, Liok Ci Khim Mo akan berbuat apa pada diri kita?"

   Tam Goat Hua menghela nafas panjang.

   "Kini aku pun tidak tahu, tapi... yang jelas sudah pasti tiada urusan yang baik."

   Toan Bok Ang menghela nafas panjang seraya berkata.

   "Aaaah! Kakak Tam. Nyawa kita sudah sampai pada batasnya!"

   Tam Goat Hua memejamkan mata, tidak menyahut sama sekali.

   Tak seberapa lama kemudian, terdengar suara langkah mendekati mereka berdua, Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang segera menoleh, tampak dua gadis berpakaian pelayan sedang menghampiri mereka, Semula mereka berdua mengira yang muncul itu adalah Liok Ci Khim Mo, namun ternyata bukan, melainkan dua pelayan, sehingga membuat hati mereka menjadi terheran-heran.

   Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang saling memandangi sedangkan kedua pelayan itu tertawa-tawa sambil memberi hormat "Nona berdua sudah bisa berjalan sendiri?"

   "Kalian berdua mau apa kalau kami sudah bisa berjalan sendiri ?"

   Tam Goat Hua balik bertanya.

   "Harap Nona berdua ikut kami!"

   Kata kedua pelayan itu.

   "Ke mana?"

   Tanya Toan Bok Ang. Kedua pelayan itu tertawa cekikikan.

   "Pokoknya Nona berdua ikut kami saja!"

   Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang masih tak bertenaga, namun sudah bisa bangkit berdiri, Akan tetapi, kedua pelayan itu tidak mau memberitahukan kepada mereka mau diajak ke mana, maka mereka berdua tidak mau berdiri "Apa yang akan Liok Ci Khim Mo lakukan terhadap kami?"

   Tanya Tam Goat Hua.

   "Kami tidak tahu, hanya saja Ci Cun berpesan kepada kami, harus membawa Nona berdua ke kamar mewah, dan harus baik-baik melayani Nona berdua pula!"

   Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang saling memandang dengan penuh keheranan.

   Mendadak Tam Goat Hua teringat akan ucapan Liok Ci Khim Mo tadi, apakah Liok Ci Khim Mo berniat yang bukan-bukan terhadap diri mereka? Ketika Tam Goat Hua baru mau membuka muiut, kedua pelayan itu justru berkata.

   "Kalau Nona berdua tidak bisa berjalan, biar kami yang memapah kalian."

   Kedua pelayan itu mendekati Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang.

   Langkah mereka ringan sekali, pertanda mereka berkepandaian cukup tinggi.

   Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang tidak bisa berbuat apa-apa, sebab masih tak bertenaga, Kedua pelayan itu memapah mereka dan langsung membawa mereka pergi.

   Mereka berdua tahu kali ini pasti celaka, namun justru tiada tenaga untuk melepaskan diri.

   Tak seberapa lama, kedua pelayan itu sudah memapah mereka berdua ke dalam sebuah kamar yang amat indah dan mewah, lalu membaringkan mereka ke atas sebuah ranjang.

   Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang diam saja, sedangkan kedua pelayan itu tertawa-tawa, kemudian mengundurkan diri dari kamar tersebut Tam Goat Hua menarik nafas dalam-dalam.

   "Adik Toan, cepat menghimpun hawa murni dan obati lukamu! Kalau nanti Liok Ci Khim Mo ke mari, kita masih bisa mengadu nyawa dengannya."

   Toan Bok Ang mengerutkan kening.

   "Kakak Tam, apa yang akan dilakukannya terhadap diri kita?"

   Tam Goat Hua tersenyum getir "Entahlah! Kita sudah berniat mati, masih takut apa?"

   Toan Bok Ang manggut-manggut.

   Mereka berdua memejamkan mata, mulai menghimpun hawa murni untuk mengobati luka.

   Berselang beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu terbuka, Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang segera membuka mata lalu saling memandang dan berseru dalam hati.

   "Sudah datang!"

   Namun yang masuk itu bukan Liok Ci Khim Mo, melainkan kedua pelayan tadi.

   Kedua pelayan itu membawa keranjang.

   Mereka tertawa-tawa sambil melangkah ke dalam, lalu mengeluarkan apa yang ada di dalam keranjang, yang ternyata beberapa mangkok hidangan dan dua mangkok nasi putih, Setelah menaruh mangkok-mangkok itu di atas meja, kedua pelayan tersebut berkata.

   "Nona berdua, silakan makan!"

   Padahal Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang merupakan gadis yang cerdas, namun saat ini, mereka berdua justru menjadi bodoh, karena tidak tahu Liok Ci Khim Mo sedang mengadakan permainan apa.

   Mereka berdua berpikir kini sudah terjatuh ke tangan Liok Ci Khim Mo, tidak makan pun pasti mati, lebih baik makan saja agar bertenaga untuk mengadu nyawa dengan Liok Ci Khim Mo.

   Oleh karena itu, mereka berdua segera bersantap, tak lama semua hidangan itu sudah disantap habis.

   * * * * Bab 103 Kedua pelayan itu cepat-cepat memberesi semua mangkok kosong, Toan Bok Ang memandang mereka seraya bertanya.

   "Hei! iblis tua itu punya rencana apa?"

   Ketika mendengar gadis itu menyebut Liok Ci Khim Mo sebagai iblis tua, wajah kedua pelayan itu langsung berubah, Tam Goat Hua tertawa dengan terpaksa lalu berkata.

   "Katakanlah! Majikan kalian punya rencana apa?"

   Kedua pelayan itu menyahut sambil tertawa.

   "Nona berdua, tak lama kalian pasti akan mengetahui nya."

   Tam Goat Hua mendengus, Kalau luka mereka berdua sudah sembuh, pasti dapat memaksa kedua pelayan itu membuka mulut.

   Ketika dia sedang berpikir demikian, mendadak merasa matanya berat sekali serasa ingin tidur Tam Goat Hua tertegun, lalu mendongakkan kepala memandang Toan Bok Ang.

   Gadis itu pun kelihatan seperti dirinya, sulit membuka mata.

   "Adik Toan!"

   Serunya. Bibir Toan Bok Ang bergerak.

   "Kakak Tam, kita... kita sudah terkena... racun."

   Usai menyahut, gadis itu lalu roboh di lantai, Tam Goat Hua ingin membangunkannya namun merasa mengantuk sekali, akhirnya roboh juga di sisi Toan Bok Ang, kemudian tertidur pulas.

   Entah berapa tama kemudian, barulah mereka berdua mendusin.

   Ketika membuka mata, mereka merasa amat tertusuk oleh cahaya matahari Tam Goat Hua terkejut dan cepat-cepat bangun duduk, Tampak Toan Bok Ang di sisinya masih dalam keadaan pulas, 2191 Tam Goat Hua tidak segera menghimpun hawa murni, melainkan cepat-cepat menggoyang-goyangkan bahu Toan Bok Ang.

   "Adik Toan, cepat bangun!"

   Berselang sesaat barulah Toan Bok Ang membuka matanya, sekaligus bangun duduk.

   "Eh! Kakak Tam, bukankah kita sudah terkena racun setelah bersantap? Apakah kita sudah mati?"

   "Bodoh kau! Kalau kita sudah mati, bagaimana mungkin melihat cahaya matahari?"

   Sahut Tam Goat Hua. Toan Bok Ang manggut-manggut, kemudian bangkit berdiri dan berjalan beberapa langkah.

   "Kakak Tam, kepandaianku telah musnah,"

   Katanya dengan air mata berlinang, Bukan main terkejutnya Tam Goat Hua.

   Dia segera bangkit berdiri dan mencoba menghimpun hawa murni, namun hawa murninya telah buyar, tak dapat disatukan, sehingga membuatnya tak bertenaga sama sekali.

   Mereka berdua tahu, pasti telah terjadi sesuatu atas diri mereka, tapi tidak menduga ketika mendusin, kepandaian mereka justru akan musnah.

   Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang berdiri termangu-mangu, kemudian menjatuhkan diri duduk di kursi.

   Sudah jelas bahwa semuanya itu adalah perbuatan Liok Ci Khim Mo, kini bagaimana mungkin mereka dapat meloloskan diri? Liok Ci Khim Mo memusnahkan kepandaian mereka, tapi tidak membunuh.

   Lalu apa yang dikehendakinya? Mereka tertegun dan muncul pula banyak urusan dalam benak masing-masing, akhirnya air mata mereka berderai-derai.

   Berselang beberapa saat, Tam Goat Hua menyeka air matanya.

   "Adik Toan, walau kita telah kehilangan kepandaian tapi ingin mati masih gampang, Dari pada dihina, bukankah lebih baik kita mati saja?"

   Wajah Toan Bok Ang pucat pias.

   "Kakak Tam, benar juga perkataanmu!"

   Sahutnya, Toan Bok Ang bangkit berdiri, kemudian mengeluarkan senjatanya dan diangkatnya ujung senjata itu sehingga mengarah tenggorokannya.

   Asal dia menusuk, ujung senjata itu pasti menembus tenggorokannya.

   Akan tetapi, di saat bersamaan terdengar pintu kamar itu terbuka, Tampak kedua pelayan menerobos ke dalam dan langsung merebut senjata yang di tangan Toan Bok Ang.

   "Walau kehilangan senjata, tapi aku masih bisa bunuh diri!"

   Bentak Toan Bok Ang, Kedua pelayan itu tertawa.

   "Mulai saat mi, kami berdua akan tetap menjaga di sini."

   Tam Goat Hua mendengus dan berkata.

   "Aku justru tidak percaya kalian bisa memaksa kami makan!"

   Kedua pelayan itu tertawa.

   "Tahukah kalian, bahwa kalian tidur sudah tiga hari tiga malam. Apakah perut kalian tidak lapar? Apabila kalian tidak 2193 mau makan, juga tidak apa-apa. Kami akan segera tidak punya tugas lagi."

   Tam Goat Hua terkejut mendengar ucapan pelayan itu.

   "Apa maksud kalian itu?"

   Kedua pelayan itu tidak menyahut maka Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang terpaksa duduk kembali.

   Kedua pelayan itu segera berdiri di sisi mereka dengan tak bergerak sama sekali, Berselang beberapa saat, terdengar suara langkah berat dari luar Tam Goat Hua langsung bangkit berdiri lalu mau berjalan ke arah pintu.

   Namun salah seorang dari kedua pelayan itu telah menekan bahunya.

   Padahal sesungguhnya berdasarkan kepandaian Tam Goat Hua, jangankan hanya seorang pelayan ditambah sepuluh lagi juga tidak akan mampu menekan Tam Goat Hua duduk kembali.

   Akan tetapi, saat ini dia telah kehilangan kepandaiannya.

   Ketika pelayan itu menjulurkan tangan menekan bahunya, Tam Goat Hua segera menyerang dengan jurus Ciok Phua Keng Thian (Batu pecah Mengejutkan Langit), Namun pelayan itu cepat-cepat menangkap tangannya, sekaligus menyentakkannya, sehingga Tam Goat Hua terpaksa duduk kembali.

   Gadis itu menarik nafas dalam-dalam.

   Percuma melawan karena tak bertenaga sama sekali, maka dia duduk diam saja, Tak seberapa lama, terdengar suara Liok Ci Khim Mo di luar.

   "Kenapa kau tidak berjalan lagi?"

   Di saat bersamaan, terdengar pula suara seseorang yang amat rendah, entah siapa orang itu. Terdengar Liok Ci Khim Mo tertawa gelak.

   "Ha! Ha! Ha! Kau sungguh bodoh! Bukankah kau pernah bilang kepadaku, walau banyak sekali anak gadis di kolong langit, namun kau cuma mencintainya kan? Kini dia masih berada di dalam kamar, kenapa kau tidak mau masuk menengoknya? Kepandaiannya telah musnah, apa yang kau takutkan lagi?"

   Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang tidak dapat menerka Liok Ci Khim Mo sedang berbicara dengan siapa, namun mereka berdua tahu, yang dimaksudkan "Dia"

   Adalah salah seorang di antara mereka, itu membuat hati mereka menjadi tegang karena meskipun mereka berdua sudah berniat mati, namun dilihat dari keadaan se karang, mereka berdua pasti akan diperlakukan yang bukan-bukan, Mulut mereka tertutup rapat-rapat, sama sekali tidak mengeluarkan suara sedikit pun.

   Terdengar lagi seseorang berbicara dengan suara rendah, kemudian terdengar sahutan Liok Ci Khim Mo bernada gusar "Kau sungguh tak berguna, hanya membuatku gusar saja!"

   Hening sejenak, setelah itu terdengar seseorang berbicara setengah berbisik, lalu terdengar suara sahutan Liok Ci Khim Mo bernada agak lembut Baiklah."

   Setelah itu, terdengar suara langkah menjauh, itu mencengangkan Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang.

   Mereka berdua sama sekali tidak tahu siapa yang berbicara dengan Liok Ci Khim Mo.

   Berselang beberapa saat kemudian, terdengar suara langkah yang tergesa-gesa.

   Berdasarkan suara langkah itu, dapat diketahui pendatang itu memiliki ilmu Ginkang tinggi, 2195 Kemudian pintu kamar itu terbuka, Tam Goat Hua dan Toan Bok Ang langsung memandang ke sana dan seketika mereka berdua tertegun.

   Tampak seseorang berdiri dekat pintu, yang wajahnya berseri-seri.

   Siapa orang itu? Tidak lain adalah Kim Kut Lau Seh Ciang.

   Ternyata Kim Kut Lau bernama Seh Ciang, Hek Sin Kun bernama Seh Cih, sedangkan Seh Cing Hua dipanggil Seh Giok, Meskipun Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun amat terkenal, namun tiada seorang pun mengetahui nama mereka.

   Ketika melihat yang muncul itu adalah Kim Kut Lau, Tam Goat Hua langsung membuang muka.

   Kim Kut Lau berjalan ke dalam dengan wajah tetap berseri-seri.

   "Goat Hua, setelah bertemu paman, kenapa kau tidak menyapa?"

   Katanya, Mendengar pertanyaan pamannya itu, Tam Goat Hua merasa muak, Kini Kim Kut Lau bisa bebas berkeliaran di dalam istana Ci Cun Kiong, dapat dibayangkan betapa tingginya kedudukan laki-laki itu.

   Tam Goat Hua justru merasa heran, bagaimana bisa punya paman seperti itu.

   "Kau sudah bergabung dengan Liok Ci Khim Mo, tapi masih punya muka ke mari menengok ku ?"

   Sahutnya, Perasaan Kim Kut Lau tidak tersinggung, tapi sebaliknya dia malah tertawa gelak.

   "Ha! Ha! Ha! Goat Hua, paman harus memberi selamat kepadamu!"

   Tam Goat Hua tertegun mendengar ucapan itu.

   "Kau omong apa?"

   Tanyanya kemudian "Nona Toan, keponakanku ini, memang cantik dan cerdas, hanya saja sifatnya agak kasar, kau jangan mentertawakannya!"

   Kata Kim Kut Lau kepada Toan Bok Ang, tanpa menyahut pertanyaan Tam Goat Hua. Toan Bok Ang cuma tertawa dingin, sama sekali tidak meladeninya, Kim Kut Lau berkata lagi.

   "Goat Hua, kau masih tidak tahu, dirimu akan menghadapi sesuatu yang amat menggembirakan"

   Tam Goat Hua hanya menatapnya dengan dingin, Kim Kut Lau tersenyum kemudian berkata.

   "Goat Hua, kali ini kau harus berterima kasih pada paman!"

   "Kau omong apa silakan, tidak usah berbelit-belit!"

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sahut Tam Goat Hua dengan dingin sekali. Kim Kut Lau maju dua langkah. Lalu memandang Tam Goat Hua seraya berkata.

   "Goat Hua, Liok Ci Khim Mo berniat mengangkatmu sebagai menantu. Bukankah itu merupakan hal yang amat menggembirakan?"

   Mendengar ucapan itu, Tam Goat Hua merasa dirinya disambar geledek, Kini dia baru sadar, tadi Liok Ci Khim Mo berbicara dengan seseorang, ternyata orang itu adalah Oey Sim Tit, Beberapa tahun lalu, ketika bertemu Oey Sim Tit yang masih berstatus sebagai Budak Setan, gadis itu sudah merasa tatapan mata Oey Sim Tit amat aneh terhadapnya, Pada waktu itu, Tam Goat Hua menganggap Oey Sim Tit merasa minder terhadap dirinya sendiri yang berwajah begitu buruk.

   Justru tidak menyangka, Oey Sim Tit amat mencintainya.

   Walau kini sudah terjatuh ke tangan Liok Ci Khim Mo, tapi Oey Sim Tit masih tidak berani ke kamar menemuinya, Tam Goat Hua tertegun lama sekali, setelah itu mendadak dia tertawa besar.

   Ketika melihat gadis itu tertawa besar, Kim Kut Lau pun ikut tertawa gembira sambil maju selangkah "Goat Hua, apakah hatimu amat gembira? Jangan lupa paman yang menjadi penghubung kalian lho!"

   Tam Goat Hua segera berhenti tertawa dan menyahut dengan nyaring.

   "Paman, julurkan kepalamu ke mari, aku ingin membisikkan sesuatu!"

   Kim Kut Lau mengira Tam Goat Hua sudah setuju, maka membuat hatinya girang bukan kepalang dan langsung menjulurkan kepalanya ke arah gadis itu.

   justru sungguh di luar dugaan, mendadak Tam Goat Hua mengayunkan tangannya, Plak! Muka Kim Kut Lau terkena tamparan keras, membuat pipinya membengkak seketika, Dia sama sekali tidak menyangka kalau Tam Goat Hua akan menamparnya, maka 2198 dia mundur dengan gusar sekali.

   Akan tetapi, walau amat gusar, dia tidak berani melampiaskannya, karena Liok Ci Khim Mo menghendaki Tam Goat Hua menjadi menantunya.

   Kim Kut Lau tertawa dengan terpaksa, lalu berkata.

   "Goat Hua, sungguh bagus tamparanmu!"

   Tam Goat Hua juga tertawa.

   "Ha! Ha! Ayo, ke mari lagi, aku akan menamparmu lebih keras!"

   Nafas Kim Kut Lau memburu karena menahan kegusarannya.

   "Baik! Kau sungguh tak tahu kebaikan orang!"

   Tam Goat Hua tertawa dingin.

   "Kau sungguh tak tahu malu, merendahkan diri menjadi budak Liok Ci Khim Mo! Apakah kau masih berderajat berbicara denganku?"

   Wajah Kim Kut Lau berubah kehijau-hijauan, Dia membalikkan badannya dan langsung berjalan lagi, Blam! Dia menghempas daun pintu kamar "Kakak Tam, cacianmu sungguh jitu!"

   Kata Toan Bok Ang. Tam Goat Hua menghela nafas panjang.

   "Aku punya paman yang sungguh memalukan!"

   "Kakak Tam, kalau kau tidak setuju, kemungkinan besar Liok Ci Khim Mo akan marah besar."

   Tam Goat Hua mengerutkan kening sambil berpikir "Tidak apa-apa. Asal aku bertemu Oey Sim Tit, pasti ada akal."

   Sahutnya lalu menoleh ke arah salah seorang pelayan.

   "Tolong undang tuan muda kemari!"

   Pelayan itu tampak ragu.

   "Cepat pergi!"

   Bentak Tam Goat Hua, pelayan itu tersentak, lalu segera mengangguk "Ya!"

   Katanya lalu cepat-cepat pergi, Tam Goat Hua menghela nafas panjang.

   "Aaaah! Adik Toan, sebentar lagi kau akan tahu, Oey Sim Tit merupakan orang yang amat baik. Diam-diam dia mencintaiku, tapi aku baru tahu sekarang, Selama ini dia sama sekali tidak berani mengutarakannya kepadaku."

   "Kakak Tam, urusan kali ini bukan dia yang mengusulkan?"

   Tanya Toan Bok Ang sambil menatapnya.

   "Tentu bukan. Hanya saja dia pernah memberitahukan kepada Liok Ci Khim Mo, bahwa dia mencintai ku, maka Liok Ci Khim Mo ingin menjodohkan kami, aku yakin itu."

   Sahut Tam Goat Hua, Toan Bok Ang mengerutkan kening.

   "Kalau begitu, akan tinggal aku seorang diri, lalu aku harus bagaimana?"

   Tam Goat Hua tertawa getir "Siapa tahu, mungkin... kau akan dijadikan sebagai pendamping mempelai wanita."

   Toan Bok Ang menghela nafas panjang lalu diam tak berbicara lagi.

   Mengenai urusan ini, Oey Sim Tit memang tidak tahu, Dia kembali ke istana Ci Cun Kiong bersama Kim Kut Lau.

   Begitu bertemu Liok Ci Khim Mo, dia langsung menutur tentang Busur Api yang telah direbut kembali oleh Kim Kut Lau.

   Liok Ci Khim Mo tertawa gembira, kemudian memberitahukan bahwa Tam Goat Hua berada di dalam istana, dan menghendakinya menikah dengan Oey Sim Tit.

   Mendengar itu, hati Oey Sim Tit berdebar-debar tidak karuan, ketika pertama kali bertemu gadis itu, Oey Sim Tit memang telah jatuh cinta kepadanya, Akan tetapi, dia merasa dirinya sendiri amat buruk, maka tidak berani mencurahkan isi hatinya itu, Namun terhadap Liok Ci Khim Mo, dia justru mencurahkan sehingga ayahnya itu tahu bahwa Oey Sim Tit cuma mencintai Tam Goat Hua, sedangkan gadis tersebut sama sekali tidak mengetahuinya, Dalam mata Oey Sim Tit, Tam Goat Hua merupakan seorang bidadari yang tidak boleh didekati.

   Namun kini Tam Goat Hua sudah berada di dalam istana dalam keadaan tak berdaya, karena kepandaiannya telah musnah.

   Kalau Liok Ci Khim Mo memaksanya harus menikah dengan Oey Sim Tit, gadis itu pun tidak dapat melawan Berpikir sampai di situ, hati Oey Sim Tit menjadi kebat-kebit tidak karuan, Dapat memperistri Tam Goat Hua, apa 2201 yang lebih berharga dari itu? Tentu tidak ada.

   Kemudian Oey Sim Tit berpikir lagi, tidak mungkin Tam Goat Hua mencintainya, Apabila gadis itu memaksakan diri untuk menikah dengannya, sudah pasti akan merana seumur hidup, seandainya Oey Sim Tit mencintainya dengan sungguh-sungguh, ia tidak boleh memperisterinya, karena hal itu akan mencelakakan Tam Goat Hua.

   Oleh karena itu, setelah berpikir sejenak timbul berbagai macam pertentangan di dalam hatinya, sehingga dia tidak mampu mengucapkan sepatah katapun Liok Ci Khim Mo tertawa gelak melihat sikapnya, kemudian berkata.

   "Anak bodoh! Lelaki dan wanita kalau sudah besar memang harus menikah, mengapa kau diam saja?"

   Oey Sim Tit memandangnya dengan ragu-ragu serta menyahut dengan tergagap-gagap.

   "Ayah, aku... aku... aku tidak mau menikah!"

   Mendengar itu wajah Liok Ci Khim Mo langsung berubah, membentak dengan gusar "Omong kosong! Aku cuma punya seorang anak, kalau kau tidak mau menikah kita akan putus turunan!"

   Oey Sim Tit menghela nafas panjang, berkata terputus-putus.

   "Aku... aku...."

   Liok Ci Khim Mo segera berkata.

   "Sudahlah! jangan banyak omong! Aku akan ajak kau pergi menemui nona Tam!"

   Usai berkata, Liok Ci Khim Mo langsung menarik Oey Sim Tit ke kamar Tam Goat Hua.

   Akan tetapi, ketika hampir sampai di pintu kamar itu, Oey Sim Tit sudah tidak berani untuk maju, Liok Ci Khim Mo terus mendesak, akhirnya Oey Sim Tit mengusulkan pada ayahnya agar Kim Kut Lau bicara dengan Tam Goat Hua dulu, Mereka berdua lalu kembali ke aula besar untuk memberitahukan urusan tersebut, bukan main girangnya Kim Kut Lau mendengar itu.

   Apabila Tam Goat Hua menikah dengan Oey Sim Tit, otomatis kedudukan Kim Kut Lau menjadi tinggi sekali Dia segera ke kamar Tam Goat Hua, untuk membujuknya Sayang sekali ini dia kena batunya! Ketika Kim Kut Lau ke kamar Tam Goat Hua, Oey Sim Tit masih berada di aula besar itu menunggu dengan gelisah, duduk dan berdiri tak bisa tenang, bagaikan semut berada di dalam kuali panas! Berselang beberapa saat, Kim Kut Lau kembali kesana dengan wajah kehijau-hijauan.

   Liok Ci Khim Mo segera bertanya.

   "Bagaimana?"

   Kim Kut Lau menghela nafas sambil menggeleng-gelengkan kepala seraya menyahut "Budak itu memang tidak tahu diri, sungguh tak tahu diri!"

   Dari semula Oey Sim Tit sudah menduga Tam Goat Hua tidak akan mau, dan bila kekhawatirannya terbukti maka selanjutnya mungkin tiada kesempatan untuk bertemu 2203 dengannya.

   Ketika mendengar perkataan Kim Kut Lau, Liok Ci Khim Mo jadi gusar sekali "Dia tidak mengabulkannya?"

   Tanyanya dengan kening berkerut-kerut Kim Kut Lau manggut-manggut, Liok Ci Khim Mo mendengus dingin, kemudian berkata pada anaknya.

   "Sim Tit, kau jangan putus harapan! Biar ayah memainkan sebuah musik Pat Liong Thian Im, agar dia kehitangan kesadarannya, lihat dia masih bisa menolak tidak?"

   Betapa terkejutnya Oey Sim Tit mendengar itu, buru-buru dia berkata.

   "Ayah! jangan berbuat begitu!"

   Liok Ci Khim Mo menyahut "Kalau begitu, biar ayah membunuhnya, Kau cari gadis lain saja!"

   Oey Sim Tit menundukkan kepala seraya berkata perlahan-lahan.

   "Ayah, ananda hanya... hanya mencintainya seorang!"

   Liok Ci Khim Mo memandangnya seraya bertanya .

   "Kalau begitu, mengapa kau tidak setuju ayah memainkan Pat Liong Thian Im?"

   Kim kut Lau menye!ak.

   "Mungkin Tuan Muda menghendakinya secara rela dan iklas?"

   Oey Sim Tit cuma menghela nafas, tidak bersuara sama sekali. Di saat bersamaan, muncul seorang pelayan memberitahukan.

   "Tuan muda, Nona Tam mengundang Tuan Muda untuk datang!"

   Oey Sim Tit terkejut "Apa?!"

   Serunya Pelayan itu menegaskan sekali lagi, namun Oey Sim Tit menggelengkan kepala.

   "Aku... aku tidak mau kesana!"

   Liok Ci Khim Mo membentak gusar "Dasar bodoh! Kau takut apa?"

   Oey Sim Tit tergagap-gagap.

   "Aku.,., Aku...."

   Sifat Oey Sim Tit amat lemah lembut, kalau orang lain yang menjadi anak Liok Ci Khim Mo pasti sudah berlaku se wenang- wenang! Namun dia tidak begitu, tetap seperti ketika masih menjadi budak setan.

   Begitu mendengar Tam Goat Hua menyuruh pelayan mengundang Oey Sim Tit timbullah harapan dalam hati Kim kut Lau, segera ia berkata.

   "Sebaiknya Tuan Muda segera datang. Kalau Tuan Muda tidak kesana, orang lain pasti pusing memikirkan perjodohan ini!"

   Oey Sim Tit tahu kalau Tam Goat Hua tidak akan mengabulkan perjodohan tersebut Namun di-bawah desakan Kim kut Lau dan Liok Ci Khim Mo, akhirnya dia memberanikan diri mendatangi kamar Tam Goat Hua.

   Tak berapa lama, dia sudah sampai di depan pintu kamar itu.

   Ketika pelayan membuka pintu karaar, Oey Sim Tit hampir saja membalikkan badannya pergi dari situ! Di saat bersamaan, pintu kamar sudah terbuka dan terdengar suara Tam Goat Hua.

   "Sim Tit, kemarilah!"

   Sambil menundukkan kepalanya karena tidak berani memandang Tam Goat Hoa, Oey Sim Tit memasuki kamar itu, Kedua pelayan yang ada hanya tertawa kecil sambil meninggalkan kamar dan sekaligus menutup pintunya, Tam Goat Hua tertawa sambil bertanya.

   "Sim Tit, kau ingin memperisteriku?"

   Wajah Oey 5im Tit yang buruk itu tampak memerah, menyahut tergagap-gagap.

   "Aku... aku... aku...."

   Oey Sim Tit tak mampu melanjutkan Tam Goat Hua berkata dengan dingin.

   "Saat ini aku akan mati duluan ditanganmu, kau boleh terus mendesakku untuk menikah denganmu, kenapa kau malah diam saja?"

   Mendengar itu kening Oey Sim Tit langsung mengucurkan keringat dingin, ia berkata terputus-putus.

   "Nona Tam, aku... aku tidak bermaksud demikian !"

   


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung/Tjan Id Pendekar Panji Sakti Karya Khu Lung Golok Halilintar Karya Khu Lung

Cari Blog Ini