Harpa Iblis Jari Sakti 9
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Bagian 9
Harpa Iblis Jari Sakti Karya dari Chin Yung
Tam Goat Hua tercengang, sebab si Nabi Setan-Seng Ling tahu marganya, lagi pula nada suaranya tidak begitu bengis.
Apakah dia masih punya harapan hidup? Tanyanya dalam hati, Di saat Tam Goat Hua ingin bertanya, si Nabi Setan-Seng Ling justru berpesan kepada si Hakim Kanan.
"Hakim Kanan, Nona Tam bersusah payah ke mari, bawalah dia pergi beristirahat!"
Tam Goat Hua sungguh tidak mengerti maksud si Nabi Setan-Seng Ling, maka ketika melihat si Hakim Kanan mendekatinya, dia bersiap untuk menyerang. Akan tetapi si Nabi Setan-Seng Ling berkata.
"Kini Nona Tam sudah tiba di istana Setan, tentunya tidak boleh pergi begitu saja, Ya, kan?"
Tam Goat Hua mendengus dingin "Hmm!"
Kemudian dia bertanya, Nabi Setan, Budak Setan berada di mana sekarang?"
Wajah si Nabi Setan menyiratkan hawa membunuh, walau hanya sekejap tapi membuat orang merinding menyaksikannya.
"Cepat atau lambat dia pasti akan jatuh ke tanganku!"
Sahutnya dingin.
"Nona tidak usah mencemaskannya!"
Tam Goat Hua tahu bahwa si Budak Setan berhasil meloloskan diri, maka dia berlega hati dan segera bertanya, 677
"Mau kau apakan diriku?"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa aneh, lalu menyahut sambil menatapnya.
"Bagi orang lain yang memasuki istana Setan, sudah pasti mati, Namun Nona Tam justru lain, setelah aku berhadapan dengan ayahmu, barulah mengambil keputusan."
Dalam hati, Tam Goat Hua merasa heran.
"Ternyata kau kenal ayahku?"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa gelak.
"Ha ha ha! Nama besar Hwe Ciau Tocu, Cit Sat Sin Kun dalam rimba persilatan, siapa tidak mengenal nya?"
Bagian 13 Sudah dua kali Tam Goat Hua mendengar orang menyebut ayahnya Cit Sat Sin Kun, itu membuatnya terheran-heran, bagaimana ayahnya memperoleh julukan itu? Namun saat ini, dia tidak punya waktu untuk memikirkan itu.
"Kalau begitu, kau pasti akan mengurungku, bukan?"
Tanyanya dingin. Sebelum si Nabi Setan-Seng Ling menyahut. Kou Hun Su Seng Cai sudah membentak dengan sengit sekali.
"Sudah bagus cuma mengurungmu, kenapa kau masih banyak bacot?"
Walau kini Tam Goat Hua sudah jatuh ke tangan orang, namun sifatnya yang keras membuatnya tidak mau mengalah, Dia langsung menyahut dengan dingin.
"Kalian berdua berderajat bicara dengan aku?"
Nada suaranya amat menghina Seng Cai dan Seng Bou.
Karena ketika mereka berdua baru tiba di Bu Yi San, sudah dipermainkan oleh gadis tersebut maka Tam Goat Hua menerobos ke dalam istana Setan, sebetulnya kedua putra si Nabi Setan-Seng Ling itu ingin membunuhnya.
Akan tetapi, begitu melihat sikap si Nabi Setan-Seng Ling, mereka berdua tidak berani mencelakainya.
Namun saat ini nada suara Tam Goat Hua begitu menghina mereka, maka wajah mereka langsung berubah dan mereka maju serentak untuk menyerang gadis itu.
Di saat bersamaan, si Nabi Setan-Seng Ling maju ke hadapan mereka, sekaligus menahan agar mereka tidak bertindak sembarangan "Ayah, gadis liar itu...."
Sebelum Seng Cai usai berkata, air muka si Nabi Setan-Seng Ling sudah berubah.
"Aku punya ide, kalian berdua tidak usah banyak bicara!"
Walau amat gusar dalam hati, tapi Seng Cai dan Seng Bou tidak berani me!ampiaskannya. Si Setan-Seng Ling berkata lagi.
"Aku tidak mau membunuhnya, juga demi kalian berdua! Apakah kalian berdua masih tidak mengerti?"
Wajah Seng Cai dan Seng Bou yang semula tampak kesal, kini langsung berubah menjadi berseri setelah mendengar perkataan si Nabi Setan-Seng Ling, kemudian mereka bertanya hampir serentak.
"Ayah, apakah demi aku?"
Usai bertanya mereka berdua saling melotot Si Nabi Setan-Seng Ling menyahut.
"Demi siapa, kini aku masih belum mengambil keputusan Kalian berdua tidak perlu berdebat!"
Seng Cai segera berkata.
"Ayah, aku adalah anak sulung, tentunya harus demi aku."
Seng Bou melototi kakaknya, kemudian berkata.
"Ayah akan mengambil keputusan, kau tidak perlu banyak omong!"
Kakak beradik itu mulai ribut mulut, membuat si Nabi Setan-Seng Ling mengerutkan kening, lalu membentak.
"Kalian ribut apa? Hakim Kanan, cepat bawa gadis itu pergi!"
Mereka bertiga ayah dan anak bertanya jawab, tentunya Tam Goat Hua mendengar dengan jelas sekali Akan tetapi, gadis itu justru tidak mengerti maksud mereka bertiga, maka menjadi terheran-heran, Setelah si Nabi Setan-Seng Ling berkata begitu, si Hakim Kanan mendekati Tam Goat Hua dan berkata.
"Nona Tam, silakan!"
Tam Goat Hua tahu bahwa kini dirinya tidak boleh bertindak ceroboh, harus menurut Kalau tidak, dirinya pasti celaka.
"Hm!"
Dengus gadis itu, lalu ikut di belakang si Hakim Kanan, Sampai di ujung terowongan, mendadak sebuah pintu rahasia terbuka sendiri Keluar dari pintu rahasia itu, mereka memasuki terowongan pula, Si Hakim Kanan terus berjalan ke depan, sedangkan Tam Goat Hua mengikutinya dari belakang, Mendadak gadis itu melihat sebuah pintu di sebelah kiri, Tanpa banyak berpikir lagi dia langsung melesat ke arah pintu tersebut.
Setelah masuk ke dalam pintu itu, dia tidak bisa melihat apa-apa, karena amat gelap di dalamnya, Barulah Tam Goat Hua tahu adanya gelagat tidak beres.
Namun dia tidak tahu di mana ketidak beresan itu, Dia langsung berhenti, sekaligus melancarkan sebuah pukulan ke depan.
Blam! pukulannya menghantam sebuah lempengan besi.
Di saat bersamaan, dia merasa telapak tangannya tersengat sesuatu, sehingga merasa sakit sekali.
Bukan main terkejutnya Tam Goat Hua, seketika juga dia teringat akan pesan orang aneh berkedok di Bu Yi San, bahwa harus berhati-hati setelah masuk di istana Setan, sebab banyak bahaya dan di setiap tempat pasti diolesi racun, Kalau kurang berhati-hati, pasti akan terkena racun.
Teringat akan pesan itu, Tam Goat Hua semakin terkejut, maka dia segera mundur.
Setelah mundur ke tempat yang agak terang, Tam Goat Hua cepat-cepat memeriksa telapak tangannya, tapi tidak terdapat tanda apa pun.
Walau begitu, perasaan Tam Goat Hua tetap tidak tenang.
Dia segera menghimpun hawa murninya.
Kemudian disalurkan ke telapak tangannya, Setelah itu, barulah dia melangkah maju, Ternyata di hadapannya terdapat sebuah pintu besi, dan di sisi pintu besi itu terdapat sebuah gelang besi yang cukup besar.
Tam Goat Hua menarik gelang besi itu, akan tetapi, pintu besi itu sama sekali tidak bergerak Gadis itu mengerutkan kening, kemudian menarik gelang besi itu lagi dengan sekuat tenaga.
Kreeek! Pintu besi itu bergerak ke atas kira-kira dua depa, Bukan main girangnya Tam Goat Hua.
Namun dia tidak berani 682 berlaku ceroboh lagi seperti tadi, dia segera mengayunkan rantai besinya ke dalam, Setelah tiada reaksi apa pun, barulah dia masuk ke dalam.
Begitu masuk ke dalam, dia menarik pintu itu agar tertutup kembali seperti semula.
Ketika pintu besi itu terangkat ke atas, sayup-sayup dia masih mendengar suara bentakan-bentakan si Nabi Setan-Seng Ling, Tetapi setelah pintu besi itu tertutup kembali, suara bentakan-bentakan itu pun tidak terdengar lagi.
Hening sekali suasana di tempat itu, sampai detak jantung Tam Goat Hua pun terdengar jelas, Gadis itu tahu, bahwa setelah memasuki pintu besi tersebut, dirinya betul-betul berada di dalam istana Setan.
Dia menarik nafas dalam-dalam agar hatinya bertambah tenang, lalu memandang ke depan.
Keadaan di tempat itu remang-remang menimbulkan suatu perasaan aneh.
Ternyata tempat itu berupa sebuah goa, tidak ada jalan sama sekali, Di tengah-tengah goa itu, terdapat sebuah lobang yang menembus ke dalam tanah, Tam Goat Hua mendekati lobang itu, lalu berjongkok untuk memandang ke dalam, Terdapat suara percakapan di dalam lobang itu, suara lelaki dan wanita.
"Begitu mendengar Lu Cong Piau Tau datang, Kauwcu langsung pergi menyambut. Heran sekali! Lu Cong Piau Tau itu entah orang lihay dari mana?"
Suara lelaki.
"Tentu adalah ayah bocah itu."
Suara wanita. Mendengar sampai di situ, hati Tam Goat Hua tergerak, kemudian mendengar lagi dengan penuh perhatian.
"Kau tidak menyinggung bocah itu ya tidak apa-apa. Begitu kau menyinggungnya, justru menimbulkan kegusaranku."
Suara lelaki yang mengandung kebencian Wanita itu tertawa cekikikan Suara tawanya amat menyeramkan dan membuat bulu roma berdiri.
"Hik! Hik! Hik! Maksudmu kejadian itu?"
"Ya."
"Ceritakanlah tentang kejadian itu! "Atas perintah Kauwcu, Hakim Kanan membawa pergi menangkap bocah itu, tidak sulit kan? Begitu kami turun tangan, langsung berhasil merebut bocah itu. Menutur sampai di situ, mendadak berhenti, kemudian lelaki itu berkata dengan heran.
"Eh? Kok tiada suara?"
Wanita itu meludah sambil tertawa.
"Phui! Tempat ini disebut Tempat Tiada Suara, bagaimana ada suara sih?"
Terdengar suara lelaki itu menyahut "Kalau tiada suara berarti gelagat tidak beres. Di mana Seh Lo Sam dan saudara Ting Cit?"
Suara wanita itu kedengaran tidak sabaran.
"Peduli amat dengan mereka, cepat lanjutkan penuturanmu!"
Sementara Tam Goat Hua terus mendengarkan dengan penuh perhatian, bahkan menahan nafasnya agar tidak terdengar oleh mereka.
"Setelah berhasil merebut bocah itu.,."
Lanjut lelaki itu.
"Kami pun memasukkannya ke dalam karung kain, Sesuai dengan perintah Kauwcu, kami segera pulang ke istana Setan. Sampai di dalam istana Setan, begitu karung kain itu dibuka, di dalamnya berisi seekor bangkai babi, Entah kapan kain karung itu ditukar orang, Betapa gusarnya Kauwcu!"
Wanita itu amat tertarik mendengar penuturan tersebut, kemudian berkata sambil tertawa.
"Kalau begitu, kalian dan Hakim Kanan itu sama sekali tidak tahu kapan karung itu ditukar orang?"
Lelaki itu menyahut sengit.
"Jangankan kami, bocah itu pun tak tahu bahwa dirinya sudah berpindah ke tangan orang lain, Karena itu, Kauwcu yang turun tangan sendiri dan berhasil menangkap kembali bocah itu. Kalau tidak, kami beberapa orang pasti celaka."
Tam Goat Hua terheran-heran mendengar penuturan tersebut, seandainya Lu Leng mendengarnya pasti juga merasa heran.
Anak itu sudah tahu, bahwa dirinya akan dibawa ke istana Setan, namun kemudian dia justru berada di dalam goa itu, dan mengalami berbagai macam kejadian aneh, Ternyata goa itu bukan istana Setan, justru amat membingungkan, bagaimana karung itu bisa ditukar orang dengan karung kain lain yang berisi bangkai babi? Karena saking tertariknya akan penuturan itu, Tam Goat Hua menggeserkan badannya untuk memandang ke dalam, Walau hal itu dilakukannya dengan hati-hati sekali, tapi tidak terlepas dari pendengaran orang yang di bawah itu, maka seketika terdengar suara bentakan.
"Siapa?"
Karena sudah diketahui oleh orang yang di bawah, maka daripada mereka ke atas, lebih baik dia turun ke bawah.
"Aku!"
Sahut Tam Goat Hua sambil meloncat ke bawah. Begitu meloncat ke bawah, terdengar pula suara "Ser Ser Ser"
Tampak tiga titik cahaya mengarahnya, itu adalah senjata rahasia.
Ketika meloncat ke bawah, Tam Goat Hua sudah siap, Maka di saat ketiga senjata rahasia itu meluncur ke arah nya, dia langsung mengayunkan rantai besinya untuk menangkis semua senjata rahasia itu.
Tring! Tring! Tring!"
Ketiga senjata rahasia itu terpukul hingga jatuh, Di saat bersamaan, kaki Tam Goat Hua sudah menginjak dasar lobang itu.
Setelah itu, Tam Goat Hua mendongakkan kepalanya.
Dia tampak terkejut dan tertegun.
Ternyata Tam Goat Hua berdiri di atas sebuah batu besar Di sisi batu besar itu terdapat jembatan batu yang amat indah menakjubkan.
-ooo0ooo- Bab 32 Pemandangan di tempat itu sungguh indah, bahkan di depan terdapat sebuah istana, Tempat tersebut ibarat tempat tinggal para dewa dewi, namun justru istana Setan.
Di saat Tam Goat Hua tertegun, terdengarlah suara bentakan wanita.
"Bocah perempuan, siapa kau?"
Tam Goat Hua segera memandang ke depan.
Dilihatnya seorang lelaki dan seorang wanita sedang duduk di atas sebuah batu.
Kelihatannya mereka berdua sama sekali tidak memandang sebelah mata pun kepada gadis itu.
Tam Goat Hua mengamati mereka, dan seketika juga merasa muak dalam hati.
Ternyata wanita itu bermuka lonjong, rambut awut-awutan dan bermata segi tiga, Tampangnya amat menyebalkan, begitu pula lelaki itu.
Badannya gemuk tapi mukanya kecil dan pipi sebelah kirinya somplak tidak ada dagingnya sama sekali.
Sungguh menyeramkan wajah lelaki itu.
Akan tetapi sepasang matanya justru menyorot sinar yang amat tajam, pertanda dia memiliki Lweekang yang amat tinggi.
Di saat mereka bertiga saling tatap menatap, mendadak terdengar suara lonceng, kemudian muncul delapan orang 687 berpakaian hitam di depan pintu istana itu, Mereka membawa senjata tombak yang ujungnya bercagak tiga, Tam Goat Hua tahu, bahwa jejaknya sudah ketahuan Gadis itu tidak merasa takut, tapi sebaliknya malah tampak tenang, Dia tertawa hambar seraya bertanya.
"Bolehkah aku tahu siapa kalian berdua?"
"Hm!"
Dengus wanita itu. Di saat bersamaan, muncullah si Hakim Kanan. Dia memandang Tam Goat Hua sambil tertawa dingin.
"Nona Tam! Kau jangan coba-coba kabur, itu akan membahayakan dirimu!"
Tam Goat Hua diam saja. Si Hakim Kanan berkata lagi."
"Nona Tam, lebih baik kau ikut aku!"
Apa boleh buat, Tam Goat Hua terpaksa mengangguk lalu mengikuti si Hakim Kanan ke dalam istana. Dia diajak memasuki sebuah terowongan. Sampai di ujung terowongan, si Hakim Kanan berhenti. Ternyata di depannya terdapat sebuah lobang.
"Nona Tam, silakan masuk!"
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kata si Hakim Kanan dingin. Tam Goat Hua memandang ke dalam, Dilihatnya undakan batu menuju bawah, Maka dia segera bertanya.
"Tempat apa ini?"
Si Hakim Kanan menyahut.
"Dari sini ke bawah adalah Neraka Delapan Belas Lapis. Nona Tam belum tahu ya?"
Kaum rimba persilatan semuanya tahu Neraka Delapan Belas Lapis yang di dalam istana Setan, Namun bagaimana bentuk dan keadaannya, tiada seorang pun yang tahu.
Tam Goat Hua melangkah ke bawah melalui undakan batu, Sungguh mengherankan ternyata di situ terdapat tempat yang bertingkat-tingkat ke bawah, setiap tingkat terdapat sebuah pintu batu.
Gadis itu terus melangkah ke bawah.
Dia telah melewati tujuh belas tingkat, namun si Hakim Kanan tidak menyuruhnya berhenti.
Tam Goat Hua tahu bahwa dirinya akan dikurung di tingkat ke delapan belas.
Bagaimana keadaan di tempat itu, dia sama sekali tidak mengetahuinya.
Di samping merasa cemas, dia pun merasa girang karena akan berjumpa Lu Leng yang dikurung di tingkat kedelapan belas itu.
Si Setan-Seng Ling tidak tahu tujuannya ke istana Setan, Kalau dia tahu mungkin gadis itu tidak akan dikurung di tempat itu bersama Lu Leng.
Tam Goat Hua sudah sampai di tingkat ke delapan belas, Si Hakim Kanan berhenti di situ, kemudian menarik sebuah alat Kreeeek! Pintu batu di tempat itu terbuka, Si Hakim Kanan tertawa terkekeh-kekeh dan berkata.
"Nona Tam, silakan masuk!"
Tam Goat Hua mendengus.
"Hmm!"
Lalu berjalan ke dalam.
Namun dia tidak melihat Lu Leng.
Mungkin anak muda itu dikurung di tempat lain.
Di ruangan itu terdapat sebuah kursi, meja dan tempat tidur, yang semuanya dari batu tidak terdapat barang lain, Setelah Tam Goat Hua masuk ke dalam, barulah si Hakim Kanan menyalakan sebuah pelita yang bergantung di dinding, kemudian berkata dengan dingin.
"Nona Tam, ketika kau melangkah ke bawah, jangan kira tiada halangan sama sekali. itu dikarenakan aku bersamamu, kalau kau ingin naik ke atas, berarti kau akan mengantar nyawa."
Tam Goat Hua tidak menghiraukannya, dia langsung duduk.
Si Hakim Kanan tertawa dingin beberapa kali, lalu menutup pintu batu tersebut Bum! Setelah pintu batu tertutup kembali, si Hakim Kanan meninggalkan tempat itu.
Tam Goat Hua bangkit berdiri, dan mulai pasang kuping mendengarkan dengan penuh perhatian 690 Suara langkah si Hakim Kanan semakin men-jauh, barulah Tam Goat Hua menarik nafas lega.
Dia segera mendekati pintu batu itu.
Lama sekali dia memperhatikan pintu batu tersebut, kemudian menggeleng-gelengkan kepala, Ternyata pintu batu itu tidak dapat dibuka dari dalam, harus dibuka dari luar.
Memang bisa dibuka dari dalam, namun harus orang yang telah berhasil menguasai ilmu Kim Kong Ci Lat (Tenaga Jari Sakti)! Namun kalau orang sudah berhasil menguasai ilmu tersebut, bagaimana mungkin tertangkap si Nabi Setan-Seng Ling dan dikurung di dalam ruang batu itu? Tam Goat Hua menjadi kesal, Dia terus menghantam pintu batu itu dengan rantai yang melekat di lengannya.
Prak! Braaak...! Lweekang gadis itu sudah cukup tinggi Maka ketika mengayunkan rantai menghantam pintu batu itu, menimbulkan suara menderu-deru.
Akan tetapi, pintu batu tidak rusak sama sekali.
Akhirnya Tam Goat Hua kelelahan Dia menjatuhkan diri ke kursi batu, lalu termenung.
Kini dirinya sudah terkurung di dalam ruang batu, tidak mungkin bisa keluar, lalu untuk apa dia berpikir? Setelah termenung sejenak, Tam Goat Hua mulai menghimpun hawa murninya.
Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara "Plak, Plak"
Di dinding sebelah timur 691 Tersentak hati Tam Goat Hua, Dia tidak tahu suara apa itu.
Dia segera bangkit berdiri dan mendengarkan dengan penuh perhatian Tak lama suara itu terdengar lagi.
Tam Goat Hua tercengang, kemudian mengetuk dinding itu beberapa kali, Berselang sesaat, terdengar suara orang yang amat lirih.
"Siapa kau?"
Tam Goat Hua yakin bahwa orang itu pasti kaum rimba persilatan yang dikurung juga di situ, Karena dinding itu amat tebal, maka suaranya kedengaran amat lirih.
"Aku sudah mendengar suaramu, siapa kau?"
Suasana hening sejenak, Orang itu sepertinya sedang menghela nafas panjang, lalu terdengar suaranya.
"Aku bermarga Lu...."
Betapa girangnya Tam Goat Hua. Dia segera bertanya.
"Kau Lu Leng?"
Tiada sahutan, Tam Goat Hua bertanya berulang kali, namun tetap tiada sahutan, Kemudian diketuk-nya lagi dinding itu, tapi tetap tidak terdengar suara apa pun, Gadis itu tidak tahu apa yang terjadi di ruang sebelah.
Dia kembali duduk di kursi batu, Ketika dia duduk terdengar suara "Krek Krek"
Tam Goat Hua tersentak Lalu secepat kilat melesat ke sisi pintu batu, Tak lama pintu batu itu terbuka, dan tampak seorang berpakaian hitam membawa sebuah nampan 692 melangkah ke dalam, Begitu melihat tidak ada orang di dalam, orang berpakaian hitam tertegun.
Di saat orang itu tertegun, Tam Goat Hua bergerak cepat menotok jalan darah Tay Pai Hiat orang itu, Begitu jalan darahnya itu tertotok, orang berpakaian hitam itu roboh dan nampan yang dibawanya terlepas dari tangannya.
Tam Goat Hua cepat-cepat menjulurkan tangannya untuk menyambut nampan itu, agar tidak jatuh lalu menimbulkan suara.
Ternyata nampan itu berisi berbagai macam makanan.
Gadis itu menengok keluar, tapi tiada seorang pun berada di sana, Padahal Tam Goat Hua sudah lapar sekali, namun tiada waktu baginya untuk bersantap, Dia segera melepaskan pakaian orang itu, berikut kain hitam pengikat kepalanya.
Tam Goat Hua memakai pakaian dan kain pengikat kepala orang itu, setelah semua makanan yang ada di nampan diturunkannya ke bawah, dia membawa nampan itu meninggalkan ruang batu tersebut, sekaligus menutup pintunya.
Saat ini, hati Tam Goat Hua berkebit-kebit tidak karuan, Walau dia sudah meninggalkan ruang batu itu, tapi belum tentu dia dapat meloloskan diri dari istana Setan.
Dia berdiri termangu-mangu, kemudian mengambil keputusan untuk pergi ke ruang sebelah, sebab dia ingin tahu apakah orang yang di ruang sebelah itu Lu Leng? Setelah mengambil keputusan itu, Tam Goat Hua segera melesat ke pintu ruangan sebelah.
Tam Goat Hua mengerahkan Lweekang, kemudian menarik sebuah alat yang terdapat di sisi pintu itu.
Kreeek! Pintu itu terbuka, Tam Goat Hua melongok ke dalam, tampak seorang anak berusia empat lima belas duduk di kursi batu.
Wajah anak itu kelihatan gelisah, namun sepasang matanya amat terang bercahaya.
Begitu melihat wajah anak itu, Tam Goat Hua terbayang akan Lu Sin Kong, Dalam hati dia sudah tahu, anak itu pasti Lu Leng.
Betapa girangnya Tam Goat Hua, sebab dia berjumpa anak itu.
Tujuannya pergi ke istana Setan memang ingin menolong anak tersebut.
Akan tetapi, dia malah tertangkap dan di kurung di ruang batu, sungguh di luar dugaan, kini dia malah berjumpa Lu Leng di tempat itu.
"Kau Lu Leng?"
Tanya Tam Goat Hua dengan suara rendah. Anak itu bangkit berdiri, lalu menyahut dengan suara rendah pula.
"Siapa kau?"
Tam Goat Hua tersenyum.
"Aku adalah orang yang di ruang sebelah, margaku Tam."
Gadis itu masuk ke dalam. Ketika mendengar gadis itu mengaku bermarga Tam, wajah anak itu tampak tercengang.
"Kau bermarga Tam? Apakah kau Tam Goat Hua putri Paman Tam?"
Gadis itu melongo, karena anak tersebut tahu namanya. Kalau tidak dikarenakan ulah Han Giok Shia yang menyamar sebagai Tam Goat Hua, mereka berdua pasti sudah berjumpa di Su Cou. Gadis itu menyahut.
"Tidak salah, aku Tam Goat Hua. Aku ke mari demi kau. Sudah berapa lama kau berada di sini?"
Lu Leng menghela nafas panjang.
"Aku tidak tahu, sebab di dalam ruang batu ini tidak tahu siang atau malam, maka aku tidak bisa menghitung hari."
Mendadak Tam Goat Hua berbisik.
"Kau ingin meloloskan diri dari sini?"
Tam Goat Hua bertanya demikian, karena menduga Lu Leng tidak punya nyali untuk kabur. Siapa tahu dia justru girang sekali, sehingga sepasang matanya berbinar-binar.
"Tentu, Kakak Tam?"
Jawaban Lu Leng sungguh cocok dengan sifat Tam Goat Hua, Gadis itu pun kelihatan girang sekali.
"Mari kita kabur bersama!"
Lu Leng mengangguk dan segera melesat ke arah pintu, Walau usianya lebih muda dua tahun dari Tam Goat Hua, tapi badannya sudah setinggi badan gadis itu.
Mereka berdua menengok keluar Karena tiada seorang pun berada di luar, maka mereka berdua lalu melesat ke tangga batu.
Mereka memandang ke atas.
Sungguh tinggi undakan-undakan tangga batu itu.
Tiba-tiba Tam Goat Hua teringat akan perkataan si Hakim Kanan, maka dia segera berbisik.
Di sini amat berbahaya, kau harus hati-hati!"
Lu Leng mengangguk.
"Ya."
Di saat Lu Leng menyahut "Ya", disaat itu pula mendadak terdengar lonceng terus berbunyi itu membuat mereka berdua tertegun, kemudian saling memandang dengan penuh rasa heran.
Ketika mereka saling memandang, sekonyong-konyong dua buah kapak menyambar ke arah kepala mereka.
Kedua kapak itu muncul dari tikungan undakan batu, Betapa terkejutnya Tam Goat Hua dan Lu Leng, Tam Goat Hua langsung menarik Lu Leng, lalu secepat kilat meloncat ke bawah.
Akan tetapi, sebelum kakinya menginjak lantai bawah, mendadak terdengar Lu Leng berseru kaget "Kakak Tam, lihatlah lantai itu!"
Tam Goat Hua segera memandang ke bawah, seketika juga wajahnya berubah hebat, Ternyata di lantai itu telah muncul besi-besi runcing, agak kehijau-hijauan, jelas sudah diolesi racun.
Kalau tergores oleh besi runcing itu, mereka berdua pasti terkena racun.
Kini Tam Goat Hua baru percaya akan perkataan si Hakim Kanan, bahwa kalau mau naik ke atas, itu berarti mengantar nyawa.
Dalam keadaan bahaya, Tam Goat Hua justru hanya memikirkan Lu Leng, Dia langsung menyentakkan Lu Leng jauh ke depan beberapa depa, Maka Lu Leng jatuh di tempat yang tiada besi-besi runcing-nya.
Namun Tam Goat Hua sendiri malah merosot ke besi-besi runcing itu.
Lu Leng amat terkejut menyaksikannya, maka berteriak.
"Kakak Tam, kau...!"
Di saat yang amat bahaya itu, mendadak berkelebat tiga sosok bayangan sesosok bayangan melesat ke arah Tam Goat Hua, dua sosok lainnya ke arah Lu Leng, Tanpa banyak pikir, Lu Leng langsung melancarkan sebuah pukulan Akan tetapi, kedua orang itu sudah menjulurkan tangannya menotok jalan darah di lengan Lu Leng, maka lengan anak itu terkulai.
Lu Leng masih sempat menengok ke arah Tam Goat Hua.
Tampak sosok bayangan itu mengibaskan lengannya, sehingga membuat gadis itu terdorong beberapa depa, Sosok bayangan itu lalu berdiri di atas salah sebuah besi runcing.
Lu Leng terkejut dan kagum, sebab orang itu memiliki Ginkang yang amat tinggi Setelah melihat jelas orang itu, Lu Leng menarik nafas dingin, karena orang itu adalah si Nabi Setan-Seng Ling, Tam Goat Hua jatuh di tempat yang aman, Dia melihat Seng Cai dan Seng Bou berdiri di sisi Lu Leng, maka diam-diam dia menghela nafas panjang, Belum meninggalkan tempat itu, sudah tertangkap lagi, pertanda mereka berdua tidak akan bisa meloloskan diri dari istana Setan, Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa.
"Nona Tam, apakah si Hakim Kanan tidak memberitahukan bahwa di dalam istana Setan banyak jebakan dan amat berbahaya?"
Tam Goat Hua diam, tak menyahut Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa lagi.
"Ha ha! Kalau tidak kebetulan kami bertiga ke mari ingin menengok Nona, mungkin saat ini Nona sudah terkena racun."
Tam Goat Hua tahu, memang benar apa yang dikatakan si Setan-Seng Ling. Namun si Nabi Setan-Seng Ling adalah musuhnya, tentunya dia tidak mau mengucapkan terimakasih, bahkan malah berkata dengan dingin.
"Belum tentu."
Sungguh mcngherankan, walau Tam Goat Hua berkata dingin, namun si Nabi Setan-Seng Ling tak tersinggung, Mendadak dia bersiul, tak lama kemudian lantai itu terbalik, sudah seperti semula, Ternyata lantai itu dilengkapi dengan jebakan, sedangkan sepasang kapak yang di atas pun sudah tidak kelihatan.
Di saat lantai itu mulai bergerak, si Setan-Seng Ling segera mencelat ke samping, lalu berkata kepada kedua putranya.
"Bebaskan totokan Lu Leng!"
Seng Cai dan Seng Bou mengangguk, lalu segera membebaskan totokan pada jalan darah Lu Leng. Si Nabi Setan-Seng Ling berkata dengan dingin.
"Lu Leng, sejak kau berada di sini, aku cukup baik terhadapmu Kenapa kau malah ingin kabur?"
Lu Leng memandang Tam Goat Hua sejenak, kemudian menyahut dengan sengit.
"Omong kosong! Kenapa kau mengurungku di ruang batu itu?"
Air muka si Nabi Setan-Seng Ling berubah. Dalam hati Tam Goat Hua amat kagum akan keberanian Lu Leng, namun dia pun khawatir Lu Leng akan disiksa si Nabi Setan-Seng Ling, Maka dia cepat-cepat memberi isyarat kepada anak itu seraya berkata.
"Saudara Lu, si Nabi Setan-Seng Ling adalah orang tingkatan tua dalam rimba persilatan Kau masih kecil tidak boleh kurang ajar!"
Lu Leng tahu bahwa Tam Goat Hua berkata begitu adalah demi kebaikannya, maka dia diam saja dan amat berterima kasih dalam hati. Kemudian dia memandang si Nabi Setan-Seng Ling sambil mendengus.
"Hmm!"
Si Nabi Setan-Seng Ling mengerutkan kening, dan dia menatap Lu Leng seraya berkata.
"Lu Leng, beberapa hari lagi ayahmu pasti ke mari, Asal ayahmu mau mengabulkan permintaanku kau boleh segera pergi, Tapi kalau ayahmu tidak mengabulkan aku pun sulit mengatakannya."
Sesungguhnya Lu Leng sama sekali tidak tahu, apa sebabnya si Nabi Setan-Seng Ling menangkap-nya.
Namun saat ini mendengar si Nabi Setan-Seng Ling mengatakan begitu, maka dia sudah tahu bahwa dirinya akan ditukar dengan sebuah barang dari ayahnya.
Sementara si Nabi Setan-Seng Ling memberi isyarat kepada kedua putranya, agar mereka membawa Lu Leng ke dalam ruang batu.
Seng Cai dan Seng Bou segera mendorong Lu Leng ke ruang batu itu.
Tam Goat Hua terus memandang Lu Leng, tapi tidak dapat berbuat apa-apa.
Setelah menutup kembali pintu ruang batu itu, Seng Cai dan Seng Bou membalikkan badan untuk memandang Tam Goat Hua sambil tertawa.
Tam Goat Hua tidak mengerti, kenapa kedua orang itu memandangnya sambil tertawa? Perlu diketahui kedua orang itu berdandan amat aneh, dan tampang mereka agak aneh pula.
Maka ketika mereka tertawa, wajah mereka menjadi seram sekali, Gadis itu menjadi muak dan langsung berpaling ke arah lain, tapi justru menghadap si Nabi Setan-Seng Ling.
Wajah si Nabi Setan-Seng Ling juga kelihatan tertawa seperti kedua putranya, itu membuat Tam Goat Hua tertegun, kenapa mereka bertiga ayah dan anak tertawa seperti itu terhadapnya? Di saat Tam Goat Hua sedang berpikir, terdengarlah suara si Nabi Setan-Seng Ling.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nona Tam, aku ada sedikit urusan ingin berunding denganmu, Di ruang tengah istana Setan, para jago telah menunggu, harap Nona sudi memberi muka kepadaku, sebab perjamuan itu khusus kami adakan untuk Nona!"
Tam Goat Hua tertegun, sehingga sepasang matanya terbelalak, ketika mendengar ucapan si Nabi Setan itu.
"Kau bilang apa?"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa, Namun ketika dia baru mau menyahut, kedua putranya sudah mendahuluinya.
"Kami ke mari khusus mengundang Nona ke perjamuan itu, harap Nona sudi memberi muka kepada kami!"
Kini Tam Goat Hua tahu bahwa dirinya tidak salah mendengar Namun dia merasa heran dan tidak habis pikir, kenapa si Nabi Setan-Seng Ling berlaku begitu sungkan kepadanya? Padahal kedudukan si Nabi Setan-Seng Ling amat tinggi dalam rimba persilatan, begitu pula kepandaiannya, Tapi kini malah mengundangnya untuk menghadiri perjamuan itu dengan sikap ramah sekali, Oleh karena itu, Tam Goat Hua yakin bahwa pasti ada sesuatu di balik itu, Apa salahnya dia hadir? Lagipula saat ini dirinya telah berada di tangan musuh, tidak menurut pun tidak bisa, Setelah berpikir sejenak, Tam Goat Hua tersenyum seraya berkata.
"Kenapa si Nabi Setan begitu sungkan terhadapku?"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa gelak.
"Ha ha ha! Dulu aku bersama ayahmu malang melintang dalam rimba persilatan, Hubungan kami baik sekali, Tapi kemudian terjadi sedikit salah paham, maka kami mengambil jalan masing-masing. Kalau dipikirkan kembali, itu sungguh menggelikan sebab ketika itu kami sama-sama muda. Namun kini aku yakin ayahmu pun berpendapat demikian."
Sebetulnya Tam Goat Hua sudah mau ikut mereka ke ruang tengah istana Setan, Tapi ketika mendengar si Nabi Setan-Seng Ling berkata begitu, justru kegusarannya malah timbul, lantaran si Nabi Setan-Seng Ling mengatakan punya hubungan baik dengan ayahnya, sehingga dia menganggap si Nabi Setan-Seng Ling cuma omong sembarangan 702 Wajah gadis itu berubah, Dia memandang si Nabi Setan-Seng Ling seraya berkata.
"Nabi Setan! Ayahku tidak berambisi, bagaimana mungkin bisa bersamamu?"
Mendengar sahutan itu, si Setan-Seng Ling sudah tahu apa yang dipikirkan gadis itu, maka dia tertawa gelak.
"Ha ha ha! Nona Tam! padahal sesungguhnya, sebelum kalian kakak beradik lahir, aku dan ayahmu bersama berkecimpung dalam rimba persilatan, maka kami dijuluki Thian Te Siang Sat. Tentang itu, tentunya kau tidak tahu."
Tam Goat Hua semakin gusar Dia menganggap si Nabi Setan-Seng Ling sedang omong kosong, Namun dia diam saja, hanya wajahnya berubah tak sedap dipandang, Sedangkan si Nabi Setan-Seng Ling, malah terus tertawa.
"Nona Tam, silakan!"
Tam Goat Hua segera melepaskan pakaian hitam dan kain hitam pengikat kepala, setelah itu, dia tampak cantik sekali.
Seng Cai dan Seng Bou terus memandangnya dengan mata tak berkedip, Tam Goat Hua mendengus lalu melangkah ke atas undakan batu, Keluar dari tempat itu, kemudian berjalan ke dalam melalui sebuah pintu dan di depannya tampak terang benderang.
Ternyata dia sudah di sebuah ruangan yang amat besar, sesungguhnya ruang besar itu berupa sebuah goa.
Namun 703 dindingnya bergemerlapan tertimpa cahaya lampu, maka bukan main indahnya! Tampak delapan buah meja panjang di situ, seratus orang lebih sudah duduk menunggu, dan di tengah-tengah terlihat empat buah kursi kosong, Begitu si Nabi Setan-Seng Ling muncul, semua orang segera bangkit berdiri Tam Goat Hua memandang mereka, Dandanan mereka sungguh aneh, persis seperti dandanan setan iblis dalam neraka, Tam Goat Hua terkejut menyaksikan itu, sebab si Nabi Setan-Seng Ling mengumpulkan begitu banyak kaum golongan hitam yang berkepandaian tinggi, tentunya mempunyai suatu tujuan.
Wajah si Nabi Setan-Seng Ling tampak berseri-seri, Dia memandang semua orang seraya berkata.
"Silakan duduk!"
Kemudian menunjuk Tam Goat Hua sambil melanjutkan "Mungkin di antara kalian sudah ada yang mengenai Nona ini! Hwe Ciau Tocu, Cit Sat Sit Kun adalah...."
Di saat si Nabi Setan-Seng Ling sedang berbicara, masih terdengar sedikit suara, Namun ketika dia menyebut "Hwe Ciau Tocu, Cit Sat Sin Kun"
Suasana berubah menjadi hening dan wajah semua orang tampak terkejut. Berselang sesaat, barulah si Nabi Setan-Seng Ling melanjutkan "... adalah ayahnya! Hari ini berkunjung ke mari, ini sungguh menggembirakanku!"
Semua orang langsung memandang Tam Goat Hua, dan itu membuat gadis tersebut menjadi terheran-heran Padahal dia menerjang ke dalam istana Setan, bahkan berusaha menolong Lu Leng, itu sudah melanggar peraturan di istana Setan, dan merupakan suatu kesalahan yang tidak dapat diampuni Akan tetapi, si Nabi Setan-Seng Ling malah bersikap begitu sungkan terhadapnya, Apakah benar ayahnya kawan baik si Setan-Seng Ling? Berpikir sampai di situ, Tam Goat Hua pun langsung duduk, sedangkan Seng Cai dan Seng Bou terus memandangnya dengan wajah berseri-seri, Tam Goat Hua yakin, tidak mungkin si Setan-Seng Ling akan menaruh racun dalam hidangan-hidangan yang disajikan itu.
Oleh karena itu, begitu si Nabi Setan-Seng Ling mempersilakannya makan, gadis itu langsung makan dengan lahapnya.
Dua jam kemudian, semua orang berpamit.
Di ruang itu hanya tinggal si Nabi Setan-Seng Ling, kedua putranya dan Tam Goat Hua.
Si Nabi Setan-Seng Ling mengajak Tam Goat Hua ke ruang lain.
Ruang tersebut mirip sebuah kamar baca.
Kursi meja yang di ruangan itu juga dibikin dari batu.
Diruangan itu juga terdapat bermacam-macam barang antik dan buku.
sedangkan Seng Cai dan Seng Bou terus mengikutinya dari belakang.
Tam Goat Hua sama sekali tidak tahu akan maksud tujuan mereka, Dia ikut si Setan-Seng Ling masuk ke dalam, Setelah duduk, si Nabi Setan-Seng Ling tertawa gelak, 705
"Ha ha ha! Putri kawan lama sedemikian cantik, sungguh menggembirakan!"
Tam Goat Hua melihat dia cuma mengatakan yang bernada sungkan-sungkan saja, maka gadis itu pun menimpali dengan kata-kata yang sungkan-sungkan. Setelah itu, mendadak si Setan-Seng Ling mengalihkan pembicaraannya.
"Nona Tam, kedua putraku yang tak berguna ini, kalau dinilai dari ilmu silat, tentunya tidak dapat dibandingkan dengan kalian kakak beradik, Namun mereka berdua sudah cukup terkenal dalam rimba persilatan Menurut Nona Tam, siapa di antara mereka berdua yang agak berguna? Harap Nona Tam sudi berkata terus terang saja!"
Ketika si Nabi Setan-Seng Ling usai berkata begitu, Seng Cai dan Seng Bou tampak tegang sekali, bahkan kemudian mereka berdua membusungkan dada agar kelihatan gagah, demi menarik perhatian gadis itu.
Meskipun usia Tam Goat Hua masih muda, namun cinta terhadap lain jenis, sudah pasti mulai bersemi Akan tetapi, gadis itu sama sekali tidak tahu akan maksud tujuan perkataan si Nabi Setan-Seng Ling, maka hanya merasa geli dalam hati.
Sebab kedua putra Seng Ling itu, boleh dikatakan tidak menyerupai manusia.
Oleh karena itu, dia menahan tawa seraya menjawab.
"Kedua putra Nabi Setan, sama-sama berguna."
Si Nabi Setan-Seng Ling tersenyum.
"Nona Tam tidak usah sungkan-sungkan! Hari ini aku berjumpa dengan putri kawan lama, tentunya segalanya boleh berterus terang, Dalam hati Nona Tam, entah menyukai yang mana?"
Kalaupun Tam Goat Hua adalah gadis tolol, juga harus mengerti apa yang dikatakan si Nabi Setan-Seng Ling.
seketika wajahnya berubah kemerah-merahan, bahkan dalam hatinya mencaci, sehingga wajah yang semula kemerah-merahan itu tampak tak sedap dipandang.
"Maaf! Aku tidak mengerti akan ucapan Nabi Setan!"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha! Nona Tam tidak usah merasa malu-malu. Berdasarkan hubunganku dengan ayahmu, seandainya kami menjadi besan, ayahmu pasti setuju."
Hati Tam Goat Hua semakin panas mendengar ucapan itu, Rasanya ingin sekali menerjang ke arah si Nabi Setan-Seng Ling untuk menamparnya beberapa kali, Namun tiba-tiba gadis itu berpikir, dia memang tidak bisa membawa Lu Leng meninggalkan istana Setan.
Tapi mungkin dikarenakan urusan ini, justru akan menimbulkan harapan untuk meraih kesuksesan.
Oleh karena itu, dia berusaha menekan hawa kegusarannya yang bergolak dalam rongga hatinya dan berkata.
"Oooh!"
Tam Goat Hua manggut-manggut "Ternyata Nabi Setan bermaksud demikian!"
Si Nabi Setan-Seng Ling tersenyum-senyum.
"Nona Tam harus paham, aku tidak berniat memaksa."
Dalam hati Tam Goat Hua sudah mencaci "Setan tua sialan", namun wajahnya malah tersenyum "Kata Nabi Setan tidak berniat memaksa, tapi kalau orang luar dengar, justru ada nada memaksa."
Si Nabi Setan-Seng Ling sudah pasti tahu, bahwa Tam Goat Hua menegurnya karena memaksa, Akan tetapi, apabila urusan ini berhasil, amat berarti bagi si Nabi Setan, seandainya ayah Tam Goat Hua tahu akan urusan tersebut, juga nasi sudah menjadi bubur, karena kemauan putrinya sendiri -ooo0ooo- Bab 33 Si Nabi Setan-Seng Ling tersenyum dingin, kemudian ujarnya bernada cukup keras.
"Orang luar bilang apa, itu tidak perlu dipedulikan. Bukankah begitu, Nona Tam?"
Tam Goat Hua sudah mempunyai rencana dalam hati, Ternyata dia ingin memperalat Seng Cai dan Seng Bou, maka dia tetap bersabar "Tentunya . Setan sudah punya suatu keputusan Ya, kan?"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa gelak.
"Ha ha ha! Begitu aku menyinggung tentang urusan ini, mereka berdua tidak mau saling mengalah Nona Tam, urusan anak-anak, kami orang tua tidak bisa terlampau mencampuri Ya, kan?"
Tam Goat Hua memandang Seng Cai dan Seng Bou, Kedua orang itu justru sedang menatapnya dengan mata tak berkedip, Ketika menyaksikan sikap mereka, gadis itu merasa marah tapi juga merasa geli, Kemudian dia tersenyum kepada mereka berdua, senyuman itu, membuat Seng Cai dan Seng Bou seakan terbetot keluar sukmanya.
Itu tidak terlepas dari mata Tam Goat Hua.
Gadis itu tahu bahwa rencananya boleh dilaksanakan, kemudian berkata kepada si Nabi Setan-Seng Ling.
"Nabi Setan, aku baru kenal mereka berdua...."
Berkata sampai di situ, wajah Tam Goat Hua tampak memerah, tapi dia segera menundukkan wajahnya dalam-dalam.
Menyaksikan sikap Tam Goat Hua, si Setan-Seng Ling bergirang dalam hati, sebab urusan itu punya harapan Dia segera menyahut perlahan "Beralasan apa yang Nona Tam katakan, lebih baik Nona Tam tinggal di sini beberapa hari, setelah itu barulah mengambil keputusan sekarang waktu sudah tidak pagi lagi, silakan Nona Tam pergi beristirahat!"
Begitu si Nabi Setan-Seng Ling usai berkata, Seng Cai dan Seng Bou segera bangkit berdiri serentak seraya berkata, 709
"Nona Tam, aku akan menemanimu."
Sudah tak tertahan lagi Tam Goat Hua, dia tertawa geli seketika, kemudian menyahut.
"Salah seorang di antara kalian sudah cukup, tidak perlu sungkan-sungkan!"
Seng Cai dan Seng Bou saling memandang, lalu saling melotot pula, Bukan main senangnya Tam Goat Hua, maka dia segera berkata.
"Waktu masih panjang, biar Seng Cai yang mengantarku."
Ketika mendengar Tam Goat Hua berkata begitu, wajah Seng Bou langsung berubah dan matanya melotot sedangkan wajah Seng Cai tampak berseri-seri. Si Nabi Setan-Seng Ling menyaksikan itu, keningnya tampak berkerut seraya berkata.
"Nona Tam sudah mengatakan begitu, kalian berdua mau ribut apa lagi?"
Seng Bou diam saja, tak menyahut Seng Cai sudah melangkah ke pintu, lalu berkata dengan lembut sekali.
"Nona Tam, mari ikut aku!"
Tam Goat Hua mengayunkan kakinya, Ketika sampai di pintu, dia justru menolehkan kepala untuk memandang Seng Bou sambil tersenyum, Senyuman itu membuat Seng Bou tertegun hatinya berdebar-debar tidak karuan, dan tidak mengerti makna senyuman itu, Sesungguhnya Kou Hun Su Seng Cai dan Sou Mia Su Seng Bou berhati amat licik, Akan tetapi, Tam Goat Hua berpura-pura genit, membuat mereka berdua seakan kehilangan sukma.
Walau si Nabi Setan-Seng Ling bernama cemerlang dalam rimba persilatan, dan merupakan tokoh tingkatan tua dalam golongan hitam, namun biar bagaimana pun, dia tetap berasal dari golongan hitam.
Oleh karena itu, kaum rimba persilatan dari golongan putih tidak mau bergaul dengannya.
Namun banyak juga kaum wanita dari golongan hitam yang berharap dapat menjadi menantunya.
Akan tetapi, mereka bertiga ayah dan anak justru berpandangan amat tinggi, sama sekali tidak mau memilih kaum wanita tersebut.
Dalam pandangan mereka, tidak menganggap mereka berasal dari golongan hitam, hanya menganggap mereka berkepandaian amat tinggi, Maka kalau mau punya isteri, pihak si gadis harus berderajat seperti mereka.
Karena itu, si Nabi Setan-Seng Ling memilih Tam Goat Hua.
Sebab ayah Tam Goat Hua amat terkenal dua puluh tahun yang lampau.
Hwe Ciau Tocu, Cit Sat Sin Kun, bahkan pernah berhubungan baik beberapa tahun dengan si Nabi Setan-Seng Ling, Hanya saja kemudian, karena suatu urusan, mendadak Cit Sat Sin Kun bertobat, kembali ke jalan yang benar dan tidak 711 pernah muncul lagi dalam rimba persilatan Dua puluh tahun kemudian, barulah dia mulai bergerak dalam rimba persilatan, namun tidak menggunakan julukannya itu, putra dan putrinya pun tidak tahu bahwa dulu dia merupakan seorang iblis besar, Walau tidak lama Cit Sat Sin Kun kembali ke dalam rimba persilatan, namun sudah tersiar berita tersebut Ketika melihat Tam Goat Hua seorang diri menerjang ke dalam istana Setan, itu amat cocok dengan apa yang diharapkannya dalam hati.
sedangkan Seng Cai dan Seng Bou, begitu melihat gadis itu, langsung tergila-gila padanya, Kalau dapat memperistri Tam Goat Hua, berarti menjadi mantu Cit Sat Sin Kun.
Coba bayangkan, apabila Cit San Sin Kun menjadi besan si Nabi Setan-Seng Ling, Bukankah si Nabi Setan bagaikan harimau tumbuh sayap? Sementara Seng Cai yang mengantar Tam Goat Hua, sudah melewati beberapa tikungan, Tak henti-hentinya Seng Cai menyerocos, namun Tam Goat Hua tidak meladeninya, Tak seberapa lama, tampak beberapa orang membawa lentera menyambut mereka.
Seng Cai mengajak Tam Goat Hua ke sebuah ruang batu yang amat indah.
Setelah berada di dalam, Seng Cai terus berdiri tidak mau keluar Tam Goat Hua menatapnya, lalu tersenyum seraya berkata dengan suara yang merdu.
"Saudara Seng, kenapa adikmu tadi kelihatan tidak senang?"
"Hm!"
Dengus Seng Cai.
"Peduli amat dengan dia! Dia tidak mau berpikir dirinya tuh apa, berani mendekati Nona Tam!"
Tam Goat Hua pura-pura menghela nafas panjang, lalu duduk dan berkata.
"Saudara Seng, aku ingin mengatakan sesuatu berdasarkan suara hati, namun entah harus ditujukan kepada siapa?"
Ketika mendengar ucapan itu, pikiran Seng Cai langsung menerawang, seketika wajahnya berubah seperti babi merah, dan tak tahu harus mengatakan apa.
Tam Goat Hua tertawa dalam hati, lalu sengaja menundukkan kepala, sedangkan Seng Cai termangu-mangu, lama sekali barulah membuka muluk "Nona Tam, bolehkah kau mengatakan kepada-ku?"
Tam Goat Hua mengerlingnya, kemudian menyahut dengan suara nyaring bagaikan kicauan burung murai.
"Aku memang ingin mengatakan kepadamu, tapi entah kau akan membocorkannya apa tidak?"
Seng Cai segera menyahut.
"Legakanlah hatimu, Nona Tam!"
"Percuma hanya omong di mulut saja,"
Kata Tam Goat Hua sambil tersenyum, tapi wajah tampak serius sekali. Itu membuat Seng Cai segera menunjuk ke atas dan ke bawah, kemudian mencetuskan sumpah.
"Kalau aku berani membocorkannya, aku pasti mati terkena senjata rahasia beracun!"
Tam Goat Hua tertawa merdu.
"Kenapa Saudara Seng bersumpah begitu? itu tidak perlu!"
Seng Cai tertawa.
"Kalau aku tidak bersumpah, bagaimana mungkin Nona Tam akan mempercayaiku? Nona Tam mau mengatakan apa, katakanlah!"
Tam Goat Hua menghela nafas panjang.
"Urusan itu... menyangkut nyawa dan nama baikku, Hanya saja entah Saudara Seng sudi membantuku atau tidak ?"
Begitu mendengar Tam Goat Hua ingin minta bantuannya Seng Cai girang bukan main, sebab itu merupakan kesempatan baginya, maka dia segera berkata.
"Kalaupun Nona Tam menyuruhku menerjang lautan api, aku pasti melaksanakannya! Harap Nona Tam mempercayaiku!"
Wajah Tam Goat Hua tampak berseri-seri. Dia menatap Seng Cai dalam-dalam seraya berkata.
"Saudara Seng, tahukah kau apa sebabnya aku menerjang ke dalam istana Setan ini?"
Seng Cai berpikir sejenak, baru kemudian bertanya.
"Apakah dikarenakan demi Lu Leng?"
Tam Goat Hua manggut-manggut, lalu menyahut dengan terus terang.
"Aku sudah berjanji kepada seseorang, harus menolong Lu Leng, Entah Saudara Seng sudi membantuku atau tidak?"
Mendengar ucapan itu, Kou Hun Su Seng Cai tertegun.
Untuk apa ayahnya menangkap Lu Leng, tentang itu Seng Cai tahu semua, karena ayahnya ingin menukar suatu benda pusaka dari Lu Sin Kong.
Ketika itu, Lu Leng sudah tertangkap, namun di tengah jalan direbut orang, itu membuat si Nabi Setan-Seng Ling marah besar Tentunya Kou Hun Su Seng Cai masih belum melupakan masalah itu.
Dapat diketahui begitu pentingnya diri Lu Leng, kini Tam Goat Hua mengajukan permintaan ini, sehingga membuat Seng Cai termangu-mangu, dan terus memandang Tam Goat Hua dengan mulut membungkam.
Menyaksikan sikap Seng Cai, Tam Goat Hua tahu bahwa Seng Cai merasa serba salah, maka gadis itu sengaja berkata dengan dingin sekali.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau kau tidak mau membantu ya sudahlah! Aku akan minta bantuan kepada orang lain."
Begitu mendengar ucapan Tam Goat Hua, Seng Cai tampak gugup dan segera bertanya.
"Kau mau pergi minta bantuan kepada siapa?"
Tam Goat Hua tidak menyahut, hanya tertawa. Seng Cai mendengus, lalu berkata.
"Cari adikku! Dia berani?"
Tam Goat Hua tertawa lagi.
"Saudara Seng, aku akan mengucapkan beberapa patah kata, harap kau jangan gusar!"
Seng Cai melotot seraya bertanya.
"Perkataan apa?"
Tam Goat Hua menyahut dingin.
"Konon dalam rimba persilatan bahwa di dalam istana Setan terdapat dua anak si Nabi Setan-Seng Ling, yang sulung adalah anjing, yang bungsu adalah naga!"
Sesungguhnya dalam rimba persilatan tiada ucapan tersebut, melainkan Tam Goat Hua yang mengucapkannya. Begitu mendengar ucapan itu, Seng Cai mencak-mencak dan berteriak-teriak saking penasaran.
"Omong kosong! Kalau kau tidak percaya, panggil Seng Bou ke mari dan tanya dia berani tidak melakukan hal itu!"
Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara "Krek", pintu ruang itu terbuka.
Lalu tampak sosok bayangan berkelabat ke dalam, Tam Goat Hua dan Seng Cai tertegun.
setelah melihat jelas orang yang berkelebat ke dalam itu, ternyata Seng Bou, Wajah Seng Bou berseri aneh, Senjata aneh di tangannya dilintangkan dekat dadanya, kemudian dia bertanya dengan dingin.
"Bagaimana Kakak tahu aku tidak berani membantu Nona Tam?"
Begitu melihat kemunculan Seng Bou, kegusaran Seng Cai langsung memuncak "Mau apa kau ke mari?"
Seng Bou tertawa dingin.
"Terus terang, aku mengikutimu di belakang, Nona Tam minta bantuanmu, tapi kau tolak, Aku merasa tak sampai hati...."
Seng Cai tertawa dingin beberapa kali, dan menatapnya dingin sekali.
"Kau berani? Aku akan beritahukan kepada ayah!"
Seng Bou menyahut dingin.
"Mungkin kau sudah tidak bisa!"
Kou Hun Su Seng Cai terkejut bukan main ketika mendengar ucapan itu.
Dia memandang Seng Bou, di wajahnya tersirat hawa membunuh yang amat berat itu 717 membuat Seng Cai bertambah terkejut, dan tanpa sadar lermundur selangkah Sesungguhnya kepandaian Seng Cai lebih tinggi dari Seng Bou, namun ketika mengantar Tam Goat Hua ke ruang batu itu, dia lupa membawa senjatanya, perlu diketahui, senjata aneh mereka berdua telah diolesi racun.
Kini melihat di wajah Seng Bou tersirat hawa membunuh, bagaimana hati Seng Cai tidak merasa terkejut? Ketika Seng Cai mundur selangkah, Seng Bou maju selangkah pula, Tam Goat Hua yang menyaksikan keadaan itu, bukan main girangnya dalam hati, namun dia justru pura-pura berkata.
"Kalian berdua, kenapa harus ribut gara-gara urusanku ?"
Seng Bou segera menyahut "Nona Tam, kau tidak usah pedulikan! Dia menganggap dirinya anak sulung, maka selalu menekan ku. Aku tidak akan melepaskannya!"
Wajah Seng Cai langsung berubah hebat, dan dia membentak sengit "Kau tidak takut ayah ke mari?"
Mendadak Seng Bou mengayunkan senjatanya dan terdengar suara "Seer"! Namun serangan itu tidak ditujukan kepada Seng Cai, melainkan ke arah pintu batu dan terdengar suara "Kreeek", pintu batu itu sudah tertutup kembali.
Setelah pintu batu itu tertutup, Seng Bou tertawa dingin beberapa kali, dan menatap Seng Cai dengan tajam seraya berkata.
"Urusan sudah menjadi begini, kau mau bilang apa lagi?"
Seng Cai mundur beberapa langkah, sekaligus menyambar sebuah pot bunga yang ada di atas meja, Pot bunga itu terbuat dari batu, bentuknya lonjong panjang, itu memang boleh dijadikan senjata.
Tapi tetap tidak bisa dibandingkan dengan senjata yang di tangan Seng Bou, lagi pula senjata itu beracun.
Oleh karena itu, Seng Cai tetap tidak mau bertarung.
Kemudian dengan wajahnya kehijau-hijauan dia berkata.
"Adik, seandainya kau berhasil membunuhku, bagaimana kau melapor kepada ayah?"
Seng Bou tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha! Kau tidak perlu memusingkan itu, aku sudah mengaturnya!"
Usai berkata. Seng Bou merogoh ke dalam bajunya mengeluarkan suatu benda berbentuk bulat, panjangnya hampir setengah meter dan warnanya hitam rnengki!ap, Kemudian Seng Bou tertawa dingin seraya berkata.
"Kau kenal benda ini?"
Begitu melihat benda itu, Kou Hun Su Seng Cai tertegun, bahkan tampak terkejut sekali.
"Ini... ini adalah Hek Mang So (Tabung Hitam Maut) kepunyaan Taysan-Hek Sin Kun. Kau... kau dapat dari mana?"
Seng Cai tahu akan kelihayan benda itu, maka wajahnya berubah hijau pucat tak menentu, dan suaranya pun menjadi bergemetar. Seng Bou tertawa dingin.
"Kau tidak perlu tahu, Sebentar lagi mayatmu akan berada di luar istana Setan, punggungmu justru tertancap benda ini! Ha ha ha! Ayah bisa bilang apa?"
Kou Hun Su Seng Cai tahu bahwa adiknya berhati amat kejam, apa yang dikatakannya pasti dilaksanakan, Maka dari pada mati konyol lebih baik menyerang duluan.
"Adikku yang baik.,.!"
Bagian 14 Mendadak Seng Cai membentak keras, sekaligus menyerang kepala Seng Bou dengan poi bunga batu, Karena menyerang secara mendadak dan terburu-buru, jadi entah jurus apa yang dikeluarkan nya, hanya terdengar suara yang menderu-deru.
Seng Bou segera berkelit dan batas menyerang dengan sengit Tam Goat Hua melihat mereka berdua sudah bergebrak, dia justru khawatir Seng Bou bukan lawan Seng Cai, maka cepat-cepat beda nya.
"Saudara Seng Bou, kau sudi membantuku?"
Seng Bou mencelat ke belakang, lalu menyahut "Tentu, Nona Tarh juga boleh membantuku."
Ketika mendengar ucapan Seng Bou, 720 Seng Cai ketakutan bukan main dan langsung berteriak.
"Nona Tam, aku juga bersedia...!"
Dia ingin mengatakan "Aku juga bersedia membantumu!", namun sebelum dicetuskan, senjata Seng Bou sudah mengarah dadanya.
Di saat bersamaan, tanpa mengeluarkan suara Tam Goat Hua juga melancarkan sebuah pukulan ke arah punggung Seng Cai.
Kou Hun Su Seng Cai tidak dapat berkelit dari serangan Tam Goat Hua, Maka punggungnya terhajar pukulan itu, dan seketika juga dia muntah darah.
j sedangkan senjata Seng Bou berhasil menotok jalan darah Hua Kay Hiat di bagian dada Seng Cai.
"Aaaaakh...!"
Jerit Seng Cai menyayat hati, lalu roboh dan nyawanya melayang seketika. Begitu melihat kematian Seng Cai, Seng Bou kelihatan puas sekali, dan kemudian menancapkan Hek Mang So di punggung Seng Cai.
"Nona Tam, asal mayat ini kita bawa keluar istana Setan, tentu tiada seorang pun mengetahuinya. Tam Goat Hua mengerlingnya seraya berkata.
"Saudara Seng Bou, apakah kau sudah lupa, tadi kau sudah mengabulkan permintaanku?"
Seng Bou segera menyahut.
"Tentu ingat, Harus bawa Lu Leng keluar juga, Aku sudah punya ide Kau tunggu di sini sebentar!"
Seng Bou membuka pintu ruang batu ini, lalu melesat pergi, Saat itu dalam hati Tam Goat Hua girang bukan main, sebab dia tahu bahwa Seng Bou pasti pergi membebaskan Lu Leng yang dikurung di Neraka Delapan Belas Lapis untuk diserahkan kepadanya, kemudian dirinya dan Lu Leng bisa secepatnya meninggalkan istana Setan.
Asal sudah meninggalkan istana Setan, ada sepuluh Seng Bou pun Tam Goat Hua tidak akan merasa takut Setelah itu berhasil, dia akan segera kembali ke Bu Yi San menemui orang aneh berkedok, Di saat Tam Goat Hua sedang berpikir, terdengar suara langkah di luar Dia yakin Seng Bou sudah kembali, maka segera memandang ke arah pintu seraya berseru.
"Saudara Seng...!"
Seruan Tam Goat Hua berhenti mendadak, sebab bayangan yang muncul itu tinggi besar, bukan Seng Bou.
Lagipula orang yang tinggi besar itu kelihatan berkepandaian amat tinggi sekali.
Setelah melihat jelas siapa yang datang itu, seketika juga dia terkejut bukan main, sebab yang datang itu ternyata si Nabi Setan-Seng Ling, Tam Goat Hua sama sekali tidak menyangka, dalam keadaan seperti itu si Nabi Setan-Seng Ling justru muncul menengoknya, Apabila dia tahu semua kejadian itu, Tam Goat Hua dan Lu Leng pasti tidak bisa meninggalkan istana Setan selama-lamanya.
Di saat gadis itu tidak tahu harus berbuat apa, sudah terdengar suara si Nabi Setan-Seng Ling.
"Nona Tam belum menutup pintu, apakah belum tidur?"
Tam Goat Hua tahu bahwa saat itu dirinya tidak boleh gugup dan panik, maka dia berusaha menyahut dengan tenang.
"Ya! Yang datang apakah Nabi Setan?"
Sembari menyahut Tam Goat Hua melangkah mundur, kemudian menendang mayat Seng Cai agar bergeser ke kolong ranjang. Si Nabi Setan-Seng Ling berkata.
"Kalau Nona Tam belum mau tidur, aku masih ada beberapa patah kata yang harus dibicarakan dengan Nona Tam!"
Tam Goat Hua menyahut.
"Bagaimana kalau esok saja?"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa.
"Aku teringat mendadak, kalau tidak bertanya sekarang, hatiku terasa terganjel sesuatu!"
Tam Goat Hua melirik ke kolong ranjang batu.
Kalau tidak memperhatikan dengan seksama, orang tidak akan melihat mayat Seng Cai di kolong ranjang batu, Tapi apabila si Nabi Setan-Seng Ling tidak segera pergi, sedangkan Seng Bou membawa Lu Leng ke mari, habislah semua itu.
Gadis itu tidak bisa menolak, maka terpaksa membuka pintu itu.
Si Setan melangkah ke dalam seraya bertanya.
"Nona sedang berlatih Lweekang?"
Tam Goat Hua mengangguk "Ya."
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa, kemudian melangkah ke arah ranjang batu, seketika hati Tam Goat Hua berdebar-debar tidak karuan, kemudian dia sengaja bertanya dengan suara keras.
"Cianpwee ke mari entah ada petunjuk apa?"
Ketika melangkah ke dalam, si Nabi Setan-Seng Ling tidak menutup pintu, sedangkan Tam Goat Hua bertanya dengan suara keras, itu agar Seng Bou mendengarnya, apabila dia membawa Lu Leng ke sana. Terdengar si Nabi Setan-Seng Ling menyahut.
"Nona Tam, tadi aku menyinggung tentang ayahmu Tapi entah bagaimana ibumu, akan baik-baik saja?"
Tam Goat Hua tertegun dan langsung bertanya.
"lbuku?"
Si Nabi Setan-Seng Ling mengangguk "Ya. Ketika itu aku pun pernah bertemu ibumu beberapa kali. Kepandaian ibumu amat tinggi."
Diam-diam Tam Goat Hua menghela nafas panjang, Si Nabi Setan-Seng Ling kenal ibunya, namun gadis itu sendiri malah tidak kenal sama sekali Tam Goat Hua masih ingat, ketika mereka kakak beradik bertanya kepada ayahnya mengenai ibu, ayahnya hanya menjawab ngawur, belum pernah memberi jawaban yang jelas, Hingga saat ini, siapa ibunya justru tidak tahu sama sekali, Tam Goat Hua dan kakaknya tahu, ayahnya tidak mau memberitahukan tentang ibu, sudah pasti punya kesulitan, maka mereka berdua berunding, kalau sudah besar, mereka tidak akan mengungkit tentang ibu, karena itu dia pun menjawab sekenanya saja.
"lbuku baik-baik saja."
Si Nabi Setan-Seng Ling menghela nafas panjang.
"Tak disangka kalian berdua sudah sedemikian besar, padahal teringat akan urusan masa lalu, terasa seperti di depan mata."
Hati Tam Goat Hua semakin tegang dan cemas, Si Nabi Setan-Seng Ling ke ruang batu itu hanya mengatakan itu saja.
Bahkan kelihatan masih belum mau pergi, membuat Tam Goat Hua sering melirik ke arah pintu, Berselang sesaat, barulah si Nabi Setan-Seng Ling meninggalkan ruang batu itu.
Tam Goat Hua menarik nafas lega, Walau tidak begitu lama si Nabi Setan berada di dalam ruang batu itu, namun gadis itu merasa lama sekali.
Tak seberapa lama setelah si Nabi Setan-Seng Ling pergi, Seng Bou kembali ke situ dengan membawa Lu Leng.
Begitu memasuki ruang batu itu, Lu Leng segera mendekati Tam Goat Hua, lalu berdiri di sisinya.
Tam Goat Hua girang bukan main, kemudian berbisik.
"Lu Leng, kau tidak boleh bersuara! Saudara Seng Bou bersedia mengantar kita keluar."
Wajah Lu Leng tampak serius sekali. Dia menatap Tam Goat Hua seraya berkata.
"Kakak Tam, aku ingin bertanya sesuatu."
"Sesuatu apa? Tanyalah!"
Sahut Tam Goat Hua. Lu Leng langsung bertanya.
"Kakak Tam, kenapa dia bersedia menolong kita? padahal dia berasal dari golongan sesat, sedangkan golongan sesat dan lurus tidak bisa membaur menjadi satu kan?"
Pertanyaan tersebut membuat Tam Goat Hua tertegun dan membungkam.
Gadis itu tidak menyangka, usia Lu Leng masih begitu muda, namun menghadapi segala sesuatu tidak ceroboh.
sedangkan apa yang dilakukan Tam Goat Hua, justru demi menye!amatkannya.
Akan tetapi, apakah benar caranya itu? Seketika juga Tam Goat Hua teringat akan dirinya.
seandainya dia menjadi Seng Bou, sudah pasti akan menolak permintaan tersebut Gadis itu terus berpikir, akhirnya tersenyum seraya berkata.
"Lu Leng, setelah kita meninggalkan istana Setan, barulah kukatakan kepadamu!"
Lu Leng mengangguk dan tidak banyak bicara lagi. Tam Goat Hua memandang Seng Bou, kemudian bertanya dengan suara rendah.
"Saudara Seng Bou, bagaimana cara kita keluar?"
Seng Bou tertawa, lalu mengeluarkan dua buah karung hitam seraya berkata kepada Lu Leng.
"Sahabat kecil, kau terpaksa harus masuk ke dalam karung ini, jangan merasa tersinggung!"
Lu Leng tidak mau menurut, namun Tam Goat Hua cepat-cepat memberi isyarat kepadanya, barulah Lu Leng mau masuk ke dalam karung tersebut.
Tam Goat Hua menyeret keluar mayat Seng Cai, lalu memasukkannya ke dalam karung lain.
Seng Bou mengapit kedua buah karung itu di bawah ketiak, lalu membawanya keluar.
Betapa gembiranya Tam Goat Hua.
Ketika dia baru mau mengikuti Seng Bou melangkah keluar, mendadak Seng Bou menoleh ke belakang seraya berkata.
"Nona Tam, kau tidak usah ikut keluar!"
Tam Goat Hua tertegun.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa maksudmu? Aku tidak boleh keluar?"
Seng Bou tertawa licik.
"Aku akan mengantar Lu Leng sampai ke tangan ayahnya, Nona Tam tidak usah melelahkan diri pergi jauh-jauh!"
Dalam hati Tam Goat Hua gusar sekali, Mereka kakak beradik sangat licik dan kejam, bahkan banyak akal busuk pula. Air muka gadis itu langsung berubah, kemudian dia berkata dengan dingin.
"Kau ingkar janji?"
Seng Bou menyahut.
"Nona Tam, aku hanya berjanji membantumu membawa Lu Leng keluar."
Tam Goat Hua berpikir sejenak, lalu tersenyum dingin.
"Saudara Seng Bou, kalau kau tidak mengajakku sekalian, aku pasti menyebarkan berita tentang kematian Seng Cai!"
Begitu mendengar ucapan Tam Goat Hua, air muka Seng Bou langsung berubah.
"Nona Tam, kau pun turut mengambil bagian!"
Tam Goat Hua mengangguk.
"Tidak salah! Maka biar kita sama-sama menerima hukuman!"
Seng Bou termangu-mangu, lama sekali barulah menghela nafas panjang seraya berkata.
"Nona Tam, bukan aku tidak mau membawamu keluar, melainkan sungguh tiada jalan!"
Melihat sikapnya, Seng Bou kelihatan tidak berdusta, Namun gadis itu tetap tertawa dingin.
"Kau adalah majikan muda istana Setan, bagaimana mungkin tidak bisa membawa orang keluar?"
Seng Bou serba salah, lama sekali barulah dia membuka mulut.
"Nona Tam, kau tidak tahu satu hal. Aku sendiri pun, tanpa memegang tanda dari ayahku tidak akan dapat meninggalkan istana Setan," -ooo0ooo- Bab 34 Ketika mendengar apa yang dikatakan Seng Bou, Tam Goat Hua menjadi gugup dan gusar, akhirnya meludah.
"Huh! Kalau begitu, kenapa kau tidak bilang dari tadi? sebaliknya malah pura-pura menjadi orang baik?"
Wajah Seng Bou memerah dengan mata terbelalak tak dapat mengucapkan apa-apa. Berselang beberapa saat kemudian barulah dia berkata.
"Kukira hanya asal membawa Lu Leng keluar aku sudah berjasa padamu."
Tam Goat Hua menyahut sengit "Hm! Setelah Lu Leng keluar dari sini, masih harus ku antar sampai ke tangan keluarganya, Kalau kau tidak bisa mengajakku pergi bersama, aku pasti akan menyiarkan tentang kematian kakakmu! Lihat siapa yang akan dihukum lebih berat, pikirkanlah baik-baik!"
Kening Seng Bou mulai mengucurkan keringat dingin, Dia berjalan mondar-mandir, tapi tetap tidak menemukan suatu ide.
Seng Bou tampak gugup dan panik, Begitu pula Tam Goat Hua, malah lebih gugup dan panik dari Seng Bou.
seandainya dia tidak ikut meninggalkan istana Setan, pasti harus menikah dengan Seng Bou, Suasana di dalam ruangan batu itu menjadi hening, Berselang beberapa saat kemudian, mendadak terdengar suara dari dalam karung.
"Kakak Tam, aku punya akal."
Tam Goat Hua segera bertanya.
"Akal apa? Cepat bilang!"
Lu Leng menyahut dengan suara rendah.
"Kau masuk juga di dalam karung ini, suruh dia membawa kita keluar! Nah, beres kan?"
Tam Goat Hua manggut-manggut, Dia merasa akal tersebut cukup tepat, maka memandang Seng Bou seraya bertanya.
"Saudara Seng Bou, bagaimana menurutmu?"
Seng Bou menghela nafas panjang, lalu berkata perlahan "Memang bisa dilaksanakan cara itu, hanya saja setelah meninggalkan istana Setan ini, kau pun pasti meninggalkanku pula..."
Tam Goat Hua tertawa merdu.
"Saudara Seng Bou, kau boleh berlega hati, Tiga bulan kemudian aku pasti ke mari menengokmu."
Ketika mengatakan begitu, rasanya Tam Goat Hua ingin mencaci nya habis-habisan. Begitu melihat Tam Goat Hua tertawa merdu, pikiran Seng Bou menerawang lagi, dan setelah itu barulah dia berkata.
"Baik! Baik! Hanya saja tiga bulan terlalu lama, aku akan gila memikirkanmu."
Dalam hati Tam Goat Hua merasa gusar, tapi juga merasa geli, kemudian ujarnya.
"Kalau begitu, aku akan secepatnya ke mari menengokmu."
Wajah Seng Bou langsung berseri.
Dia menaruh karung yang berisi Lu Leng lalu membukanya, Kemudian sesuai 731 dengan apa yang telah mereka rencanakan Tam Goat Hua segera masuk ke dalam karung itu.
Karena karung tersebut tidak begitu besar, maka setelah masuk ke dalam karung itu Tam Goat Hua berhimpitan dengan Lu Leng.
Dalam hati gadis itu, mendadak timbul suatu perasaan aneh, Walau usia Lu Leng lebih kecil namun badannya sudah setinggi Tam Goat Hua, itu membuat jantung Tam Goat Hua berdetak lebih cepat.
Begitu pula Lu Leng, dalam hatinya pun timbul suatu perasaan aneh.
Sebetulnya Lu Leng ingin bertanya kepada Tam Goat Hua, kenapa jantungnya berdetak begitu cepat.
Akan tetapi, di saat bersamaan, dia pun merasa jantungnya sendiri berdetak cepat sekali, dan perasaan anehnya terus bergolak dalam hatinya.
Perasaan aneh itu justru membuat mereka merasa nyaman, sehingga mereka merasa ingin lebih lama berada di dalam karung.
Cinta kasih di antara remaja, memang cepat sekali bersemi.
Saat itu Tam Goat Hua merasa dekat sekali dengan Lu Leng, Begitu pula perasaan Lu Leng, sehingga membuat mereka saling menggenggam tangan erat-erat.
Sementara itu, Seng Bou sudah mengangkat karung itu untuk dibawa keluar Terdengar suara tegur sapa kepada Seng Bou, namun tiada seorang pun menghalanginya.
Tak seberapa lama kemudian, Tam Goat Hua dan Lu Leng merasa agak terang di depan mata.
Mereka berdua tahu sudah sampai di ruang pertama istana Setan, karena ruang tersebut dilengkapi dengan kaca, Mendadak terdengar suara seorang wanita.
"Mau keluar?"
Seng Bou segera menyahut "Tidak salah, harap bukakan pintu!"
Wanita itu berkata dengan dingin sekali.
"Tugasku menjaga pintu ini amat berat. Harap maaf, apakah kau membawa tanda dari Kauwcu?"
"Tentu ada."
Sahut Seng Bou. Hening sejenak, kemudian terdengar lagi suara wanita itu.
"Harap Kou Hun Su Seng Bou memaafkan aku, karena tugas adalah tugas, Entah kedua karung ini berisi apa?"
Mendengar pertanyaan itu, Tam Goat Hua dan Lu Leng menjadi tegang, Mereka berdua saling menggenggam tangan erat-erat. Seng Bou tertawa.
"Aku menerima perintah dari Kauwcu untuk pergi mengurusi sesuatu, mengenai isi kedua karung ini, aku tidak bisa memberitahukan. Kalau kau merasa tidak tenang, silahkan bertanya kepada Kauwcu!"
Wanita itu tertawa kering, lalu berkata.
"Sou Mia Su tidak perlu berkata demikian, Berhubung ada perintah dari Kauwcu, tentu aku harus membuka pintu."
Krek! Kreeek! Terdengar suara pintu batu itu berbuka, kemudian Tam Goat Hua dan Lu Leng merasa dibawa pergi lagi. Tam Goat Hua tahu mereka sudah berada di luar istana Setan, dan itu membuatnya meluap-luap kegirangannya dan kemudian berseru lantang.
"Hei! Sudah boleh keluarkan kami!"
Seng Bou segera menaruh karung itu. Tam Goat Hua dan Lu Leng langsung keluar dari karung tersebut Kemudian Tam Goat Hua menarik tangan Lu Leng seraya berkata.
"Lu Leng, mari kita pergi!"
Badannya bergerak, dia sudah melesat pergi hampir tiga depa, Sou Mia Su Seng Bou tidak mengejar, hanya berseru-seru di belakang mereka.
"Nona Tam, dalam waktu tiga bulan kita berjumpa di sini, jangan ingkar janji!"
Tam Goat Hua tertawa nyaring dan menyahut.
"Tentu! Kau tunggu saja!"
Usai menyahut, Tam Goat Hua menarik Lu Leng melesat pergi. Gadis itu masih tertawa, karena teringat pada Seng Bou 734 yang ingin memperisterinya. itu membuat Lu Leng terheran-heran, dan kemudian bertanya.
"Kakak Tam, kenapa dari tadi kau terus tertawa sih?"
Tam Goat Hua menyahut dan masih tertawa.
"Saudara kecil, si Nabi Setan-Seng Ling menyuruhku menikah dengan Seng Cai atau Seng Bou, bukankah itu menggelikan?"
Begitu mendengar ucapan itu, Lu Leng langsung merasa tegang.
"Kau mengabulkannya?" ,Ketika menyaksikan di wajah Lu Leng tersirat ketegangan, hati Tam Goat Hua tergerak dan sengaja berkata.
"Tentu aku sudah mengabulkannya, kalau tidak, bagaimana mungkin aku bisa menolongmu keluar?"
Seketika wajah Lu Leng berubah memerah, kemudian dia berkata dengan suara keras.
"Kakak Tam demi menolongku baru mengabulkan! Kalau begitu lebih baik aku kembali ke istana Setan saja!"
Lu Leng membalikkan badannya, lalu berlari ke arah istana Setan. Bukan main terkejutnya Tam Goat Hua dan seketika dia berseru-seru.
"Goblok! Cepat kembali, aku cuma membohongimu!"
Lu Leng langsung berhenti Karena berhentinya terlalu mendadak, sehingga membuatnya terjatuh.
Buuk! Tam Goat Hua segera melesat ke arahnya, lalu membangunkannya.
Gadis itu merasa geli dalam hati.
Lu Leng membersihkan pakaiannya, kemudian memandang Tam Goat Hua seraya bertanya.
"Kakak Tam, sungguhkah kau membohongiku?"
Tam Goat Hua tertawa sambil menyahut.
"Tentu, Bagaimana mungkin aku akan menikah dengan mereka?"
Wajah Lu Leng tampak berseri, namun kemudian dia mendadak bertanya.
"Kalau begitu, Kakak Tam akan menikah dengan siapa?"
Pertanyaan tersebut membuat wajah Tam Goat Hua memerah, dan gadis itu berpaling ke tempat lain.
"Phui! Aku tidak mau bicara lagi denganmu!"
Barulah Lu Leng sadar, bahwa pertanyaannya tadi memang keterlaluan seketika wajahnya memerah, lama sekali dia membungkam.
Perlahan-lahan Tam Goat Hua menolehkan kepala untuk memandang Lu Leng, yang kebetulan juga sedang memandangnya, maka pandangan mereka beradu dan kemudian mereka tersenyum.
Tam Goat Hua berkata dengan suara rendah.
"Saudara kecil, selanjutnya kau tidak boleh berkata begitu lagi!"
Wajah Lu Leng masih kemerah-merahan.
"Kakak Tam, aku... aku harap kau jangan menikah!"
Tam Goat Hua terbelalak. Dia menatap Lu Leng dengan penuh rasa heran.
"Mengapa?"
Wajah Lu Leng bertambah merah.
"Jadi... aku boleh selalu bersamamu!"
Begitu mendengar sahutan Lu Leng, Tam Goat Hua tampak malu-malu, namun hatinya justru berbunga-bunga. Mereka diam sejenak. Dalam hati masing-masing telah bersemi cinta kasih, Lama sekali barulah Tam Goat Hua berkata.
"Mari kita cepat melakukan perjalanan!"
Lu Leng segera bertanya.
"Kita mau ke mana?"
Tam Goat Hua menyahut "Pokoknya ikutilah aku!"
Mereka bergandengan tangan berjalan ke depan. Tiba di sebuah jalan, barulah Tam Goat Hua menutur tentang kejadian di Bu Yi San dan lain sebagainya. Betapa terharunya Lu Leng setelah mendengar penuturan itu. Dia memandang Tam Goat Hua seraya berkata.
"Kakak Tam, kita bukan sanak famili, kenapa kau mau menempuh bahaya demi diriku? Aku sungguh menyesal tidak bisa lebih awal mengenalmu!"
Tam Goat Hua tertawa.
"Kau mau kenal aku lebih awal pun tidak bisa."
Lu Leng tercengang.
"Kenapa?"
Tam Goat Hua menyahut serius.
"Sebab belum waktunya."
Lu Leng manggut-manggut, Kemudian dia pun menutur, ketika dia di Hou Yok, menganggap Han Giok Shia sebagai Tam Goat Hua, akhirnya dia nyaris mati di tangan gadis itu. Setelah menutur, dia berkata sengit.
"Kakak Tam, ibuku mati di tangan ayahnya! Dia pun telah menyiksa dan ingin membunuhku! pokoknya aku tidak akan melepaskannya!"
Walau belum lama Tam Goat Hua mengenal Lu Leng, namun gadis itu tahu hati anak itu amat keras, apa yang dikatakan pasti dilaksanakannya, sedangkan Tam Goat Hua pun nyaris mati oleh pecut emas kepunyaan Han Giok Shia, Maka dendam mereka menjadi dalam sekali.
Akan tetapi, Tam Goat Hua teringat akan hubungan kakaknya dengan Han Giok Shia, maka, diam-diam dia menghela nafas panjang, karena di antara mereka terdapat suatu dendam yang amat dalam.
Karena melihat Tam Goat Hua diam saja, maka Lu Leng lalu bertanya.
"Kakak Tam sedang memikirkan apa?"
Tam Goat Hua tertawa.
"Tidak, ayahmu di Sian Jin Hong berharap kita segera ke sana, Kemungkinan besar mereka masih belum bubar."
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lu Leng manggut-manggut.
"Kalau begitu, alangkah baiknya kita segera melanjutkan perjalanan"
Karena mereka saling menuturkan pengalaman masing-masing, maka saat ini haripun sudah terang benderang, Tak seberapa lama kemudian, mereka sudah sampai di sebuah kota.
"Kita tidak bisa melanjutkan perjalanan dengan perut kosong, lebih baik kita makan dulu, lalu membeli dua ekor kuda. Bagaimana?"
Tanya Tam Goat Hua sambil tertawa. Lu Leng mengangguk.
"Bagus! Tapi... kau punya uang perak?"
Ketika mendengar pertanyaan itu. Tam Goat Hua langsung menarik kembali kakinya yang telah melangkah ke dalam pintu rumah makan.
"Celaka! Tidak punya uang perak, bagaimana mungkin kita bisa mengisi perut?"
Di saat mereka berdua kebingungan mendadak dari dalam rumah makan berjalan keluar beberapa orang berpakaian mentereng, Salah seorang dari mereka berkata sambil tertawa.
"Kemarin aku membeli seekor burung beo, Sudah bisa bicara, harganya delapan puluh tael perak!"
Mendengar kata-kata itu Tam Goat Hua segera berbisik kepada Lu Leng dengan wajah serius.
"Sudah ada!"
Usai berkata begitu, Tam Goat Hua menerobos ke arah orang-orang tersebut seraya berseru-seru.
"Permisi! permisi!"
Mereka adalah orang-orang yang selalu bertindak sewenang-wenang di kota itu, Ketika melihat ada orang menerobos, mereka melotot dan mau mencaci, namun begitu melihat yang menerobos itu seorang gadis cantik jelita, wajah mereka berubah menjadi berseri dan ingin menggodanya.
Akan tetapi, Tam Goat Hua bergerak cepat sekali, maka sebelum mereka menggodanya, gadis itu telah menerobos melewati mereka memasuki rumah makan itu, sekaligus melambai-lambaikan tangannya ke arah Lu Leng, Anak itu segera masuk ke dalam kemudian mereka berdua naik ke loteng.
Begitu sampai di loteng, Tam Goat Hua menjulurkan tangannya seraya berkata kepada Lu Leng.
"Saudara kecil, lihat apa ini?"
Lu Leng melihat, ternyata di tangan Tam Goat Hua terdapat sebuah kantong uang, gadis itu mencopet dari orang itu.
Mereka berdua tertawa, lalu duduk di tempat dekat jendela, Pelayan rumah makan segera menghampiri mereka, Tam Goat Hua memesan beberapa macam hidangan, Setelah itu, dia memandang ke bawah melalui jendela, Terlihat beberapa orang itu membelok ke sebuah tikungan Kelihatannya orang itu sama sekali tidak tahu telah kehilangan kantong uangnya.
Tam Goat Hua tertawa.
"Mereka adalah orang-orang kaya yang tak pernah berbuat kebaikan Dicopet sedikit uang perak mereka, juga tidak apa-apa."
Tam Goat Hua membuka kantong uang itu, Ternyata berisi delapan tael uang emas. Selain uang emas itu, masih terdapat sebuah benda lain. Begitu melihat benda tersebut, Lu Leng tercengang dan bertanya.
"Eh? Benda apa itu?"
Dia menjulurkan tangannya mengambil benda tersebut, ternyata dibikin dari emas, bentuknya seperti tengkorak.
Ketika melihat benda itu, air muka Tam Goat Hua langsung berubah.
Ternyata dia teringat akan seseorang.
Lu Leng mendongakkan kepala, Dia ingin bertanya kenapa orang itu menyimpan benda tersebut, namun dia justru melihat air muka Tam Goat Hua berubah hebat.
"Kakak Tam...."
Lu Leng terheran-heran.
"Kau kenapa?"
Tam Goat Hua menyahut dengan suara rendah.
"Cepat simpan benda itu!"
Lu Leng tidak tahu apa yang terjadi, Dia segera menyimpan benda itu ke dalam bajunya. Di saat bersamaan, gadis itu melanjutkan ucapannya.
"Ada seorang tak punya nama dan marga, dia dipanggil Kim Kut Lau (Si Tengkorak Emas), kau tahu itu?"
Walau Lu Leng belum pernah berkecimpung dalam rimba persilatan, namun sering mendengar dari ayahnya mengenai tokoh-tokoh rimba persilatan, maka dia langsung menjawab.
"
Pernah dengar"
"Orang tersebut..."
Tam Goat Hua memberitahukan.
"
Pernah bertikai denganku Tengkorak emas itu adalah tanda pengenalnya, Tapi sungguh mengherankan, bagaimana Tengkorak Emas itu bisa berada di dalam kantong uang orang tersebut? Saudara kecil, kau harus memperhatikan mulut tangga itu.
Kalau dia muncul, kita harus berhati-hati, sebab aku tak dapat melawannya!"
Lu Leng manggut-manggut Tak seberapa lama kemudian, semua hidangan pesanan Tam Goat Hua sudah disajikan Mereka berdua segera bersantap dengan lahap sekali Di saat bersamaan, terdengar suara langkah yang hiruk-pikuk di tangga loteng, sehingga loteng itu guncang tak henti-hentinya.
Tam Goat Hua dan Lu Leng mendongakkan kepala, Tampak seorang berbadan amat gemuk membawa sebuah pikulan batu.
Di belakangnya ikut pula dua orang, mereka sedang menuju loteng, Ketika melihat orang berbadan amat gemuk itu, Lu Leng cepat-cepat menundukkan kepala seraya berkata dengan suara rendah.
"Kakak Tam, si Gemuk itu adalah Yu Lao Pun, ketua Tay Chi Bun. Dia bukan orang baik, Kalau bukan karena dia, aku tidak akan dikurung di istana Setan."
Tam Goat Hua manggut-manggut "Aku sudah tahu dan pernah bertemu mereka di Sian Jin Hong. Entah mau apa mereka ke mari? jangan sampai mereka tahu kita berada di sini!"
Lu Leng mengangguk dan berkata.
"Si Gemuk itu menganggap dirinya dari golongan lurus, namun perbuatannya justru amat rendah sekali Rasanya aku ingin mempermainkannya!"
Tam Goat Hua tertawa cekikikan "Hi hi hi! Kau tenang saja! Aku sudah punya ide!"
Sampai di loteng, si Gemuk Yu Lao Pun menaruh pikulan batunya ke bawah.
para tamu yang ada di loteng saling memandang, tapi semuanya diam saja, Melihat pikulan batu itu beratnya paling sedikit empat ratus kati, pertanda si Gemuk bukan orang biasa! Yu Lao Pun duduk, kemudian berteriak-teriak minta arak dan makanan, Pelayan rumah makan itu .
segera menghampirinya.
Maka, Yu Lao Pun mengeluarkan setael uang perak lalu diberikan kepada-nya.
Begitu tahu si Gemuk amat royal, pelayan itu langsung memanggilnya Tuan besar dan "Tuan besar lagi! Tak lama pelayan itu mulai menyajikan arak dan makanan pesanan si Gemuk itu, Menyaksikan situasi itu, Tam Goat Hua tertawa kecil seraya berkata dengan suara rendah.
"Sudah saatnya!"
Tam Goat Hua mematah ujung sebatang sumpit, kemudian disentilkannya ke arah jalan darah Siau Yau Hiat di pinggang pelayan.
Sementara pelayan itu sedang membungkukkan badannya menaruh semangkok masakan kuah ke atas meja dengan sikap hormat sekali Siapa sangka di saat bersamaan justru ada seseorang berkepandaian tinggi berbuat usil terhadapnya, Patahan ujung sumpit itu meluncur cepat bagaikan kilat, dan dalam waktu sekejap sudah mengenai jalan darah Siau Yau Hiat pelayan itu..Pelayan itu merasa pinggangnya dikilik-kilik, membuatnya merasa geli dan ingin tertawa, Dia tahu bahwa saat ini tidak boleh tertawa, namun jalan darah Siau Yau Hiat telah diterjang patahan ujung sumpit, bagaimana mungkin dia dapat menahan tawanya? "Ha hal Hi hi...!"
Pelayan itu tertawa gelak.
Itu membuat tangannya yang memegang semangkok masakan kuah menjadi bergoyang-goyang, akhirnya kuah itu menyiram Yu Lao Pun.
Yu Lao Pun tergolong tokoh tua yang berkepandaian amat tinggi, Kalau dia bersiap, tentunya tidak mungkin masakan kuah itu akan dapat menyiram badannya, Namun saat ini, dia justru sedang bersantap dengan lahapnya, sama sekali tidak menduga akan terjadi hal seperti itu.
Ketika merasa ada kuah panas mengarah dirinya, tangan Yu Lao Pun cepat-cepat menekan meja, lalu meloncat ke belakang selangkah.
Braak! Mangkok itu jatuh di lantai dan pecah berkeping keping, sedangkan masakan kuah yang di dalamnya justru menyiram badannya, Bahkan muka Yu Lao Pun juga tersiram kuah itu, sehingga terasa panas dan pedih.
Betapa gusarnya Yu Lao Pun.
Dia langsung melancarkan sebuah pukulan ke arah pelayan yang masih terus tertawa itu.
Meskipun pukulan itu dilancarkannya tidak dengan sepenuh tenaga, namun bagaimana mungkin pelayan yang tak pandai silat itu dapat menahannya? Buk! Muka pelayan itu terpukul sehingga langsung membengkak bahkan tubuhnya terpental ke arah mulut tangga loteng.
Tak ampun lagi pelayan itu terguling-guling ke bawah.
Kebetulan di tangga itu ada seseorang sedang naik.
Orang itu menjulurkan tangannya untuk menangkap pelayan tersebut Sementara Yu Lao Pun sibuk membersihkan pakaiannya, maka tidak memperhatikan ada orang menahan pelayan yang jatuh terguling itu, Sedangkan Tam Goat Hua dan Lu Leng menahan tawanya, Ketika melihat kemunculan orang itu, air muka Tam Goat Hua berubah dan dia langsung menundukkan kepala.
Itu tidak terlepas dari mata Lu Leng, Dia segera memandang ke mulut tangga itu.
Dilihatnya seorang lelaki berusia empat puluhan sedang menaiki tangga.
Lelaki itu memakai jubah panjang, yang di bagian dadanya terdapat sulaman Tengkorak Emas, Ketika melihat sulaman itu, Lu Leng sudah menduga orang itu pasti Kim Kut Lau.
Maka dia menjadi tegang dan keningnya berkerut-kerut.
Kim Kut lau tertawa panjang, dan kemudian berkata.
"llmu pukulan yang luar biasa! Sungguh luar biasa!"
Padahal Yu Lao Pun masih dalam keadaan gusar, Tapi begitu mendengar suara tawa itu, tersentaklah hatinya dan dia segera mendongakkan kepala.
Terlihat Kim Kut Lau, musuh beratnya berdiri di situ, membuatnya terkejut bukan kepalang.
Kim Kut Lau menatapnya seraya berkata.
"Kalau bukan musuh berat, tentunya tidak akan berjumpa, Ya, kan?"
Saat itu pakaian Yu Lao Pun masih basah karena tersiram kuah, Tapi begitu melihat Kim Kut Lau, dia tidak memperdulikan pakaiannya lagi, melainkan langsung maju selangkah sambil mengangkat pikulan batunya.
"Tidak salah!"
Sahutnya dingin.
"Tak disangka kita berjumpa di sini!"
Kim Kut Lau tertawa sambil duduk, lalu berkata.
"Yu Lao Pun harap tenang, di sini bukan tempat bertarung! Kita ke mari hanya demi Lu Leng. Sampai waktunya barulah kita bergebrak, itu tidak akan terlambat sekarang aku harap kau kembalikan Tengkorak Emas itu!"
Begitu mendengar perkataan Kim Kut Lau, Tam Goat Hua dan Lu Leng tertegun dan saling memandang. sedangkan Yu Lao Pun segera menyahut dengan gusar sekali, 747
"Tengkorak Emas apa? Kau mempermainkan diriku, apakah aku sedemikian gampang melepaskannya Ternyata Yu Lao Pun mengira bahwa kejadian tadi adalah perbuatan Kim Kut Lau, sebab memang sungguh kebetulan ketika peristiwa itu terjadi Kim Kut Lau tengah menaiki tangga. Sesungguhnya semua itu adalah perbuatan Tam Goat Hua, namun mereka berdua justru saling menuduh, sehingga membuat gadis itu nyaris tertawa geli, Kim Kut Lau tertawa dingin.
"Aku punya seorang kawan di masa kecil, tapi kini dia sudah menjadi hartawan di kota ini. Aku khawatir kaum rimba persilatan akan mengganggunya, maka kuhadiahkan sebuah Tengkorak Emas kepadanya. Namun hari ini barang itu hilang mendadak di sekitar tempat ini. Selain kau, tentu tiada orang lain akan turun tangan terhadapnya. Tak disangka sama sekali, ketua Tay Chi Bun justru menjadi seorang pencopet!"
Yu Lao Pun masih dalam keadaan gusar Kini dia dituduh oleh Kim Kut Lau mencopet Tengkorak Emas, Maka sudah barang tentu kegusarannya semakin memuncak, dan dia langsung membentak "Kentut!"
Setelah itu, dia pun mengayunkan pikulan batunya, Saking cepatnya ayunan itu, timbullah angin yang menderu-deru. Wajah Kim Kut Lau berubah, kemudian dia bertanya dengan dingin.
"Mau bertarung?"
Yu Lao Pun maju selangkah seraya menyahut "Memang mau bertarung, bagaimana?"
Yu Lao Pun tahu jelas bahwa dirinya tidak akan mampu mengalahkan Kim Kut Lau.
Entah sudah berapa kali mereka bertarung di gunung Tian Bok San timur dan barat, tapi Yu Lao Pun selalu kalah Kini kegusarannya sudah memuncak, maka dia tidak berpikir panjang lagi, Ketika Yu Lao Pun baru mau menyerang, mendadak terdengar suara yang amat tak sedap didengar, membuat orang menjadi muak mendengarnya.
"Sungguh besar sekali kemarahan tuh!"
Yu Lao Pun sudah amat berpengalaman Begitu mendengar suara itu, dia sudah tahu bahwa pendatang itu memiliki Lweekang yang tinggi sekali, maka dapat mengeluarkan suara seperti itu, Oleh karena itu, dia segera mundur selangkah sambil menolehkan kepalanya, Dilihatnya sosok bayangan hitam berkelebat kemudian seseorang sudah berdiri di samping Kim Kut Lau.
Orang itu mengenakan pakaian serba hitam.
Badannya kurus kering dan sepasang matanya cekung, Begitu melihat orang itu, Yu Lao Pun sudah mengenalinya, yang tidak lain adalah Thaysan Hek Sin Kun.
Di puncak Sian Jin Hong guru Su Yi San, Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau berdua tiba di dahan pohon, Semua orang yang berada tempat itu menyaksikannya.
padahal mengenai asal-usul Kim Kut Lau, tiada seorang pun tahu, Namun dalam 749 pertemuan itu, semua orang justru sudah tahu bahwa Kim Kut Lau mempunyai hubungan dengan Hek Sin Kun.
Oleh karena itu, Yu Lao Pun terkejut bukan kepalang, Sebab Hek Sin Kun lebih sulit dihadapi daripada Kim Kut Lau.
Lagipula Hek Sah Ciang (llmu pukulan Pasir Hitam) yang dilatihnya telah mencapai tingkat ke sembilan, Siapa yang terkena ilmu pukulan tersebut, pasti terluka berat, Kecuali orang yang telah memiliki Lweekang yang amat tinggi, mencapai tingkat Kim Kong Put Huai (Badan Yang Kebal Terhadap Racun, Senjata Tajam Dan Pukulan), barulah dapat menahan ilmu pukulan itu, Dalam keadaan seperti itu, Yu Lao Pun tahu bahwa dirinya bukan lawan mereka.
itu membuatnya menjadi gugup, sehingga tak dapat mengucapkan sepatah kata pun.
Kim Kut Lau berkata dengan dingin sekali.
"Yu Lao Pun, sudah kukatakan dari tadi, di sini bukan tempat untuk bertarung! Lagipula kalau mau bertarung, kau masih tidak setimpal Lebih baik kau cepat-cepat mengembalikan barang yang kau copet itu!"
Saat itu, para tamu sedang bersantap, Begitu melihat tokoh rimba persilatan mau bertarung di loteng segera saja mereka langsung berubah pucat pias, di antara mereka tiada seorang pun berani turun ke bawah lewat di dekat Yu Lao Pun.
Mereka mundur ke sudut.
sesungguhnya Tam Goat Hua dan Lu Leng tidak merasa takut, tapi khawatir menarik perhatian orang, Mereka berdua membaur dengan para tamu, menjulurkan kepala memandang keluar.
Meskipun dituduh melakukan perbuatan serendah itu oleh Kim Kut Lau, namun Yu Lao Pun sama sekali tidak berani 750 melampiaskan kegusarannya, hanya wajahnya tampak kehijau-hijauan dan lama sekali baru membuka mulut.
"Aku sungguh tidak melihat Tengkorak Emas itu."
Kim Kut Lau mengerutkan kening. Wajahnya kelihatan tercengang seraya bertanya.
"Kau sungguh tidak melihat?"
Yu Lao Pun menyahut seakan bersumpah.
"Siapa yang mencuri barangmu, pasti mampus disambar geledek!"
Mendengar ucapan itu, kening Tam Goat Hua langsung berkerut Apa yang diucapkan Yu Lao Pun, justru mengenai dirinya.
Sedangkan Kim Kut Lau tahu bahwa Yu Lao Pun adalah ketua Tay Chi Bun.
Yu Lao Pun berani bersumpah, berarti bukan dia yang mencuri barangnya.
Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun saling memandang, Kelihatannya mereka akan meninggalkan rumah makan itu, Tam Goat Hua merasa bersyukur karena mereka tidak melihatnya.
Akan tetapi, mendadak ada sebuah tangan menekan bahunya, Semula Tam Goat Hua mengira tangan Lu Leng, Dia tidak begitu memperhatikannya, namun tetap menoleh.
Gadis itu sungguh gugup dan panik.
Sebelum menolong Lu Leng keluar dari istana Setan, dia tidak begitu menaruh perhatian kepadanya, Namun setelah berhasil menolongnya keluar dari istana Setan dan sama-sama berada di dalam karung dia mulai menaruh perhatian besar terhadap Lu Leng, Ketika menoleh, dia tertegun karena Lu Leng tidak berada di sisinya, entah pergi ke mana, Betapa terkejutnya gadis itu.
Dia langsung menggeserkan bahunya, sekaligus menerjang ke belakang, Tam Goat Hua bergerak begitu cepat, tapi orang yang menekan bahunya sudah tidak kelihatan sebaliknya malah terdengar jeritan seorang lelaki yang berdiri di belakangnya, Ternyata terjangannya tadi mengenai perut lelaki tersebut Lelaki itu tidak pandai ilmu silat, maka dia mendekap perutnya sambil merintih-rintih kesakitan sedangkan Tam Goat Hua bergerak cepat berputar di situ, namun tetap tidak melihat Lu Leng, Ketika lelaki itu menjerit kesakitan, Kim Kut Lau sudah mengarah ke sana, kemudian berseru.
"Saudara Hek, jangan kau lepaskan gadis itu, aku sedang mencarinya!"
Suara seruan Kim Kut Lau amat nyaring, akan tetapi, Tam Goat Hua sama sekali tidak mendengar-nya, sebab dia sedang kebingungan karena kehilangan Lu Leng, Dia berdiri di dekat jendela memandang keluar Dilihatnya di tikungan jalan sepertinya ada bayangan berkelebat Tam Goat Hua segera melesat keluar melalui jendela itu.
Ketika sepasang kakinya menginjak tanah, terdengar suara "Ser Ser"
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dari jendela, Tampak dua orang melesat keluar mengikutinya, Kedua orang itu adalah Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun.
Namun Tam Goat Hua tidak tahu ada orang mengikutinya, karena pikirannya hanya ingin mengejar orang yang menculik Lu Leng, Gadis itu sudah menikung di jalan itu, lalu melesat ke depan.
Dalam waktu sekejap dia sudah meninggalkan kota itu, 752 -ooo0ooo- Bab 35 Tam Goat Hua sama sekali tidak tahu, sosok bayangan yang dilihatnya di tikungan jalan tadi menuju ke mana, Dia berhenti sejenak, kemudian melesat lagi.
setelah beberapa mil kemudian barulah dia merasa ada orang mengejarnya.
Begitu merasa ada orang mengejarnya Tam Goat Hua langsung tahu, kalau bukan Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau, pasti Yu Lao Pun.
Seketika juga dia mengayunkan sepasang rantai yang melekat di lengannya, mengarah pada dua buah batu, setelah itu disentaknya ke belakang, Kedua buah batu itu melayang ke belakang, maksud Tam Goat Hua untuk menahan orang yang mengejarnya di belakang.
Mendadak dia mendengar suara "Bum Bum"
Di belakang, Tam Goat Hua terkejut dan langsung menoleh ke belakang, Ternyata kedua buah batu itu telah hancur Dia mendongakkan kepala.
Dilihatnya Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun telah berdiri beberapa depa di depannya.
Betapa benci dan gusarnya dalam hati Tam Goat Hua.
Hari itu tiada sebab apa-apa dia ditangkap Kim Kut Lau, lalu dikurung di rumah batu di bagian barat gunung Thian Bok San.
Kalau tidak ditolong oleh Lu Sin Kong dan isteri nya mungkin hingga saat ini dia masih terkurung di rumah batu tersebut Kini dia sedang mencari Lu Leng, justru muncul Kim Kut Lau mencari gara-gara dengannya, Maka, saking gusar dia langsung mencaci "Kim Kut Lau, mau apalagi kau ke mari?"
Kim Kut Lau menyahut "Kembalikan dulu Tengkorak Emas itu, baru kita bicara!"
"Phui!"
Tam Goat Hua meludah, sekaligus mengayunkan rantai besinya ke arah Kim Kut Lau.
Kim Kut Lau menjulurkan tangannya ingin menangkap rantai besi itu, tapi di saat bersamaan, Tam Goat Hua justru menariknya kembali Kemudian mendadak mencelat ke belakang dan cepat-cepat melesat pergi.
Belasan depa kemudian, Tam Goat Hua mendengar suara tawa di belakangnya, ternyata Hek Sin Kun yang tertawa.
"He he he! Kalau kau bisa kabur, apakah kami masih punya muka bertemu orang?"
Tampak sosok bayangan hitam melesat lewat di sisi Tam Goat Hua.
Orang itu ternyata Hek Sin Kun, yang kemudian berdiri di depan gadis itu.
Tam Goat Hua tersentak dan langsung menghentikan langkahnya, padahal gadis itu memiliki ilmu Ginkang yang amat tinggi, namun Hek Sin Kun dapat mengejarnya, pertanda ilmu Ginkang Hek Sin Kun jauh lebih tinggi, Tam Goat Hua tahu bahwa dirinya tidak akan dapat meloloskan diri.
Dia menoleh ke belakang, Kim Kut Lau juga sudah berdiri di belakangnya, Gadis itu tertawa seraya berkata.
"Memang tidak sulit kalian berdua ingin mengejarku !"
Kim Kut Lau tertawa dan menyahut "Tidak salah!"
Kim Kut Lau maju sekaligus menjulurkan tangannya mengarah bahu Tam Goat Hua.
Kim Kut Lau pernah mengurung Tam Goat Hua di rumah batu, Gadis itu sama sekali tidak tahu, Kim Kut Lau ingin memperoleh apa dari dirinya, Saat ini, dia tetap tidak tahu mengapa Kim Kut Lau masih mencari gara-gara dengannya, Ketika melihat Kim Kut Lau menjulurkan tangannya, Tam Goat Hua tidak tinggal diam, langsung mengayunkan rantai besinya.
Kim Kut Lau tertawa dingin.
"Tak kusangka hari itu aku membelenggumu dengan sepasang rantai besi, kini justru kau jadikan suatu senjata aneh."
Di saat Kim Kut Lau berkata begitu, kebetulan Tam Goat Hua melihat sebuah rimba di pinggir jaian, maka tergeraklah hatinya, Tam Goat Hua tertawa.
"Kalau begitu, aku harus berterimakasih kepadamu?"
Usai berkata begitu, mendadak Tam Goat Hua melesat ke arah rimba itu, akan tetapi, sebelum kakinya menginjak tanah, sudah terdengar orang tertawa dingin di belakangnya, ternyata Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun berada di depan dan di belakangnya, jadi gadis itu terkurung di tengah-tengah, Menyaksikan itu, Tam Goat Hua tersenyum getir "Kim Kut Lau, sebetulnya kau mau apa?"
Kim Kut Lau tertawa.
"Tetap ucapan itu, ayahmu hutang suatu barang kepadaku, maka aku harus mencari dari badanmu!"
Tam Goat Hua langsung mencaci "Kentut! Bagaimana mungkin ayahku punya hutang suatu barang kepadamu? Omong kosong!"
Kim Kut Lau menyahut "Ayahmu memang punya banyak hutang kepadaku.
Namun karena kita masih famili, maka hutang yang lain tidak kutagih, hanya yang satu ini harus kuperoleh kembali! Karena itu, kau harus kusandera agar dapat kuperoleh kembali barang itu!"
Mendengar itu, Tam Goat Hua betul-betul penasaran dan merasa geli, sebab si Nabi Setan-Seng Ling mengaku sebagai kawan baik ayahnya, sedangkan Kim Kut Lau mengaku sebagai famili, Tam Goat Hua tertawa.
"Kau dengan kami punya hubungan famili apa? Harap dijelaskan!"
Kim Kut Lau tertawa gelak.
"Ha ha ha! Sudah lama aku menunggu pertanyaanmu ini! sesungguhnya kita famili dekat, aku pamanmu, kakak ibumu!"
Tam Goat Hua tertegun dan membungkam.
Kim Kut Lau adalah kakak ibunya? sementara Kim Kut Lau melanjutkan "Ayahmu yang belum mampus itu tidak mau mengaku diriku sebagai iparnya, tapi aku tidak peduIi! Kau mau memanggilku paman atau tidak, aku pun tidak peduli! Hari ini kau jangan harap bisa lolos dari tanganku!"
Tam Goat Hua menahan kegusarannya, Apa yang dikatakan Kim Kut Lau, membuatnya tidak habis pikir Dia percaya tapi juga bercuriga, Sebab tidak mungkin Kim Kut Lau mau mengaku itu, kalau tidak benar Gadis itu tertawa paksa.
"Kalau benar kau pamanku, apakah boleh dengan cara demikian terhadap diri ku?"
Kim Kut Lau tertawa.
"lni sulit dikatakan!"
Sembari berkata, Kim Kut Lau melancarkan sebuah pukulan ke arah pinggang Tam Goat Hua.
Jurus itu amat aneh, sebab, kelihatannya Kim Kut Lau ingin memeluk Tam Goat Hua.
Bukan main terkejutnya gadis itu, Karena dia sama sekali tidak bisa berkelip akhirnya dia menghimpun hawa murninya.
Mendadak badannya melambung ke atas, maka serangan Kim Kut Lau mengenai tempat kosong.
Akan tetapi, ketika badannya melambung ke atas, Tam Goat Hua merasakan adanya tenaga yang amat kuat menekan bahu nya.
Gadis itu segera menoleh.
Dilihatnya Hek Sin Kun berada di belakangnya sedang mencelat ke atas pula dan sebelah tangannya menekan bahu gadis itu.
Tam Goat Hua pun melihat telapak tangan Hek Sin Kun hitam sekali, itu dikarenakan Hek Sin Kun telah berhasil menguasai ilmu pukulan Hek Sah Ciang.
Oleh karena itu, Tam Goat Hua tidak berani melawan, Meskipun merasa gusar dan penasaran, namun gadis itu tetap melayang turun, Hek Sin Kun berkata sungguh-sungguh.
"Asal kau tidak mengeluarkan akal busuk, aku tidak akan melukaimu. Legakanlah hatimu!"
Tam Goat Hua menyahut dengan rasa kesal.
"Terimakasih atas kebaikanmu Kau sedemikian baik terhadapku, apakah juga familiku?"
Ucapan itu berupa sindiran, namun sungguh di luar dugaan, Hek Sin Kun justru manggut-manggut.
"Tidak salah, aku paman tuamu."
Tam Goat Hua melongo, Dia memandang Hek Sin Kun. Tampak wajah Hek Sin Kun begitu serius, tidak mirip sedang bergurau.
"Jadi kalian berdua kakak beradik?"
Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau menyahut hampir serentak.
"Betul!"
Mengenai ibunya, Tam Goat Hua sama sekali tidak tahu, Kini muncul kedua paman itu, betul-betul di luar dugaannya. Tam Goat Hua tertawa dingin.
"
Kalian berdua, mau kalian apakan keponakan kalian ini?"
Kim Kut Lau berkata sambil tertawa.
"Keponakan yang baik, itu tergantung padamu. Kau bersedia mengembalikan barang kami atau tidak?"
"
Kalau begitu, kenapa kalian berdua mengurungku di sini? Apakah kalian takut aku akan kabur?"
Sahut Tam Goat Hua dingin, Kim Kut Lau tertawa lagi.
"Kau takut kami mengurungmu? Baiklah kami tidak akan turun tangan terhadapmu"
Usai berkata begitu, Kim Kut Lau justru menyerang mata Tam Goat Hua dengan jurus Siang Liong Cioh Cu (Sepasang Naga Merebut Mutiara)! Baru saja gadis itu mendengar bahwa Kim Kut Lau tidak akan turun tangan terhadapnya, namun malah menyerang sepasang matanya.
itu membuatnya gusar sekali, dan langsung mengayunkan rantai besi yang melekat di pergelangan tangannya, Akan tetapi, Kim Kut Lau segera menarik kembali serangannya, kemudian mendadak meraih rantai besi itu, lalu tertawa.
"Ha ha! Dengan cara demikian, maka aku tidak khawatir kau akan kabur lagi!"
Setelah rantai besi itu tergenggam oleh Kim Kut Lau, barulah Tam Goat Hua tahu bahwa dirinya terjebak.
Dia tersenyum getir "Untung baru sekarang aku berkenalan dengan paman berdua, Kalau beberapa tahun lebih awal, mungkin aku sudah tak bernyawa lagi!"
Hek Sin Kun tertawa gelak.
"Ha ha ha! Keponakan yang baik, kau tidak usah kesal! Setelah urusan kami dengan ayahmu beres, belum tentu kami mau kau panggil paman, lho!"
Usai berkata begitu, Hek Sin Kun memandang Kim Kut Lau seraya berkata sungguh-sungguh.
"Adik Kim, kita harus segera melakukan perjalanan sebab kalau terlambat akan menelantarkan semua urusan."
Kim Kut Lau mengangguk.
"Betul."
Kim Kut Lau melesat pergi sambil menarik rantai besi itu. Sudah barang tentu Tam Goat Hua harus mengikutinya, Hek Sin Kun mengikuti mereka dari belakang, Mendadak dia membentak keras.
"Siapa?"
Usai membentak, dia melancarkan dua buah pukulan ke belakang. Kedua pukulannya menghantam sebuah pohon yang ada di belakangnya, Kraaak! Pohon itu roboh seketika, Kim Kut Lau terperanjat "Kakak Hek, ada apa?"
Hek Sin Kun mengerutkan kening.
"Heran! Tadi sepertinya ada orang membokongku."
Kim Kut Lau juga tercengang, Kebetulan Hek Sin Kun membelakangi mereka berdua.
Begitu melihat punggung Hek Sin Kun, seketika juga Tam Goat Hua tertawa geli, sedangkan wajah Kim Kut Lau tampak jengah.
Dia ingin marah tapi juga merasa geli, akhirnya juga ikut tertawa.
Hek Sin Kun membalikkan badannya, Dia memandang mereka dengan penuh rasa heran.
"Kenapa kalian tertawa?"
Tam Goat Hua masih terus tertawa, Kim Kut Lau memberitahukan.
"Kakak Hek, punggungmu...."
Hek Sin Kun tertegun Dia segera meraba punggungnya, ternyata ada sesuatu menempel Diambilnya barang itu dan kemudian dilihatnya, seketika dia terbelalak, ternyata selembar kertas bergambar seekor kura-kura.
Pasti orang tadi yang menempelkan kertas itu di punggung Hek Sin Kun.
sebetulnya itu merupakan suatu permainan anak-anak, tidak perlu mereka merasa heran, Akan tetapi, ada orang berani berbuat begitu terhadap Hek Sin Kun, itu sungguh merupakan hal yang amat luar biasa! Betapa gusarnya Hek Sin Kun dalam hati, namun tidak diperlihatkan pada wajah nya.
Dia tertawa dingin seraya berkata.
"Sobat dari mana berani bergurau denganku? Kenapa sobat tidak mau memperlihatkan diri"?"
Walau dia bertanya berulang kali, tetap tiada sahutan, rimba itu sepi-sepi saja, Hek Sin Kun seorang tokoh yang amat terkenal dari golongan hitam Tapi kini dia dipermainkan , Kalau hal itu sampai tersiar keluar mukanya mau di taruh di mana? Rupanya orang yang bergurau dengannya telah menanamkan dendam yang amat dalam, Karena tiada sahutan, Kim Kut Lau tertawa dingin "Kakak Hek, kurcaci itu tidak berani memperlihatkan diri, Maka kau tidak usah mempedulikannya! Lebih baik kita segera melanjutkan perjalanan?"
Hek Sin Kun mengangguk lalu merobek-robek kertas itu seraya berseru.
"Aku tinggal di gunung Thay San! Kalau Anda ingin memberi petunjuk, harap datang di gunung Thay San!"
Bagian 15 Usai Hek Sin Kun berseru, mereka beranjak dari tempat itu dan terus melanjutkan perjalanan.
Setelah menemui kejadian itu, Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun selalu bersiaga, Tak seberapa lama kemudian, mendadak Kim Kut Lau bersiul panjang sambil menggerakkan tangannya menyambar ke belakang, Hek Sin Kun cepat-cepat menoleh.
Dilihatnya segulung bayangan hitam berkelebat pergi laksana kilat, dan dalam sekejap sudah hilang dari pandangannya, sedangkan di punggung Kim Kut Lau sudah menempel selembar kertas bergambar seekor kura-kura .
Ketika melihat bayangan itu, Hek Sin Kun segera mengejar Kim Kut Lau merobek-robek kertas itu, kemudian mendengus dingin dengan wajah merah padam saking gusarnya, Tadi Tam Goat Hua juga melihat bayangan itu, Dia mengenalinya, yang tidak lain, si Budak Setan! Si Budak Setan mempermainkan Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun, tentunya Tam Goat Hua merasa gembira sekali.
Akan tetapi, gadis itu pun mencemaskannya.
Karena agar Tam Goat Hua bisa memasuki istana Setan, kini sudah jadi musuh besar si Nabi Setan-Seng Ling.
Kini demi dirinya, dia pun menanam permusuhan dengan Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun.
Ginkangnya memang tinggi sekali, namun ilmu silatnya terbalas.
Suatu hari nanti, dia pasti akan jatuh ke tangan mereka, Di saat Tam Goat Hua sedang berpikir, terdengarlah suara "Bum Bum"
Di dalam rimba, Ternyata Hek Sin Kun mengamuk di sana, Karena dia tidak menemukan siapa pun, pohon-pohon yang menjadi sasaran amukannya! Di saat bersamaan, terdengar pula suara "Ser Ser", dua batang panah meluncur secepat kilat ke arah bahu Kim Kut Lau.
Karena sebelah tangan Kim Kut Lau menggenggam rantai besi, maka sulit baginya menangkis kedua batang panah itu dengan sebelah tangan.
Karena itu, dia terpaksa melepaskan rantai besi itu untuk menyambut kedua batang panah tersebut Tam Goat Hua tahu bahwa si Budak Setan menempuh bahaya itu, bertujuan ingin menolongnya, Maka ketika Kim Kut Lau melepaskan rantai itu, Tam Goat Hua segera melesat pergi.
Karena tidak tahu siapa musuh itu, maka Kim Kut Lau hanya menganggap orang yang memanah itu berkepandaian amat tinggi Dia memutar badannya sekaligus melancarkan empat buah pukulan dahsyat sehingga tidak memperhatikan Tam Goat Hua.
Di saat bersamaan, dia pun berseru.
"Kakak Hek, cepat ke mari!"
Hek Sin Kun cepat-cepat melesat ke arah nya. sedangkan Tam Goat Hua telah melesat ke rumput alang-alang yang lebat dan tinggi Ketika dia baru berhenti terdengar suara "Seeer"
Tam Goat Hua menoleh, tampak si Budak Setan berdiri di dekatnya sambil tersenyum-senyum, Gadis itu segera menegurnya dengan suara rendah .
"Budak Setan, kau sungguh berani!"
Si Budak Setan menyahut dengan suara rendah.
"Nona Tam, tak kusangka kau dapat keluar dari istana Setan! Siang malam aku bermohon kepada "Thian" (Tuhan) melindungimu, akhirnya terkabul juga permohonanku!"
Walau ucapan si Budak Setan agak ke bodoh-bodohan, namun nadanya amat memperhatikan Tam Goat Hua.
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Gadis itu segera memberi isyarat, agar si Budak Setan diam, Setelah itu, barulah dia mengintip ke arah Kim Kut Lau.
Tampak Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun berdiri dengan punggung menghadap punggung, sikap mereka seakan 765 sedang menghadapi kemunculan musuh tangguh Mata mereka menyorot tajam menengok ke sana ke mari.
Bukan main tegangnya Tam Goat Hua.
Dia berharap dirinya bisa segera meloloskan diri.
Akan tetapi, mendadak terdengar Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun mengeluarkan suara siulan aneh.
Suara siulan itu membuat hati Tam Goat Hua tergetar keras, Gadis itu memandang si Budak Setan, Dilihatnya wajah si Budak Setan sudah berubah pucat pias, Tam Goat Hua terkejut Namun ketika dia baru mau membuka mulut untuk bertanya, mendadak suara siulan itu berhenti Di saat bersamaan, tampak Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun melesat ke arah rumput alang-alang, tempat Tam Goat Hua dan si Budak Setan bersembunyi "
Mereka berdua melesat ke sana, namun gerakan mereka berbeda, Badan Hek Sin Kun bergerak ke atas, sedangkan badan Kim Kut Lau bergerak ke bawah.
Mereka pun melancarkan beberapa pukulan ke arah rumput alang-alang itu, sehingga rumput alang-alang itu roboh semua, dan terlihat Tam Goat Hua serta si Budak Setan berdiri di situ, Bukan main terkejutnya Tam Goat Hua, dan segera berseru.
"Aku tidak apa-apa, cepatlah kau kabur!"
Badan si Budak Setan segera bergerak Akan tetapi Hek Sin Kun yang berada di udara, langsung menggerakkan sepasang telapak tangannya ke arah si Budak Setan, 766 Walau si Budak Setan memiliki Ginkang yang amat tinggi, namun tak mampu bergerak karena merasa ada tenaga yang amat dahsyat menekan dari atas, Di saat bersamaan, badan Hek Sin Kun mulai merosot ke bawah, Si Budak Setan merasa tekanan tenaga itu semakin kuat dan dahsyat sedangkan Kim Kut Lau sudah berada di belakangnya, dan itu membuat si Budak Setan sama sekali tidak mampu mengerahkan Ginkangnya, Tam Goat Hua amat gugup dan panik.
Tanpa berpikir panjang lagi dia langsung menerjang ke depan.
Tapi badan Kim Kut Lau bergerak, tahu-tahu dia sudah menghadang di depan gadis itu, Tam Goat Hua mendongakkan kepala.
Dilihatnya Hek Sin Kun sudah berdiri di belakang si Budak Setan, Sebelah telapak tangannya mengarah kepala, dan yang sebelah lagi mengarah jalan darah Leng Tay Hiat di punggung si Budak Setan! Wajah si Budak Setan sudah pucat pias, Menyaksikan itu, Tam Goat Hua tahu bahwa Hek Sin Kun belum mengerahkan Lweekangnya, Namun kedua tangannya telah mengarah ke jalan darah Pek Hwe Hiat dan Leng Tay Hiat si Budak Setan, jangankan si Budak Setan, kalaupun si Nabi Setan-Seng Ling, juga akan binasa apabila Hek Sin Kun mengerahkan Lweekangnya, Karena itu, Tam Goat Hua segera berseru.
Si Pisau Terbang Pulang -- Yang Yl Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Rahasia Kampung Setan -- Khu Lung/Tjan Id