Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 20


Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 20



nama."
Benar, kiongcu," sahut Ceng Giok, bagaimana kalau diberi
nama Jiu Sian saja?"
Jiu Sian? Apa artinya nama itu?" tanya Ing Ing kiongcu.
Jiu artinya musim rontok. Sian artinya bidadari. Jiu Sian
berarti ' bidadari di musim rontok'."
Bagus, nama yang bagus sekali!" seru Ing Ing kiongcu
sembari tepuk2 tangan dan tertawa kasih tahu kepadanya."
Ceng Giok menghampiri ke muka Blo'on dan berseru : Atas
kemurahan hati kiongcu nionio mulai
hari ini engkau dikurniai nama baru
Jit Sian."
Tertawalah para dayang
mendengar nama itu. Salah seorang
diantaranya menyelutuk: Sesuai
sekali dengan rambutnya yang
rontok maka dia diberi nama
Bidadari musim rontok ....... "
Blo'on menyengir, hendak marah
tetapi tak dapat. Merasa malu, pun

   tak ada tempat. Dia memang paling tak berkutik apabila
dikeroyok gadis2 cantik.
Jiu Sian, menghadaplah kepada Ing Ing kiongcu untuk
menghaturkan terima kasih atas karunia kiongcu kepadamu,"
perintah Ceng Giok.
Beberapa dayang segera mendorong dan menyeret Blo'on
ke hadapan Ing Ing kiongcu.
Seperti kerbau tercocok hidung, Blo'on menurut saja apa
yang diperintah oleh dayang2 cantik itu.
Hamba Jiu Sian menghadap kehadapan kiongcu nionio
untuk menghaturkan terima kasihl kata Blo'on.
,.Hai, engkau Jiu Sian dayang yang baru tetapi mengapa
suaramu besar seperti orang lelaki Ceng Giok, gantilah
lehernya!"
Ceng Giok melongo. Demikianpun Blo'on.
Ganti lehernya, kiongcu?" Ceng Giok menegas.,
Juga Blo'on tercengang-cengang. Tetapi se-konyong2 dia
berteriak girang:
Bagus, bagus! Apakah engkau dapat mengganti leher ?"
Ceng Giok benar2 sebal mendengar olok2 itu. Tetapi
sebelum ia sempat mendamprat, Blo'on sudah berteriak pula:
Kalau dapat mengganti leher, tolong engkau ganti sekali
kepalaku ini .... "
Hi, hi, hi," Ing Ing kiongcu tertawa geli, benar, benar,
ganti sekali kepalanya ....... "
Ceng Giok makin pucat. Walaupun ia tahu bahwa saat im
puteri Ing Ing sedang angot penyakitnya sehingga pikirannya

   tak sadar tetapi apa yang diperintahkan puteri itu tentu harus
diturut. Kalau tidak, puteri Ing Ing akan menjerit-jerit atau
menangis-nangis. Tetapi bagaimana mungkin ia dapat
mengganti kepala dan leher Bloon?
Tengah ia gelisah, tampillah si Teratai, dayang tangkas
bicara, ke hadapan puteri :
Kiongcu, dia dititahkan bansweya untuk mengobati Hiongcu.
Kalau kita ganti kepalanya, nanti dia tentu bodoh tak dapat
memberi obat."
Ing Ing kiongcu berdiam diri. Tiba2 wajah puteri itu
mengerut gelap dan pada lain saat tiba2 ia membentak
marah:
Hai. Jiu-sian, mengapa engkau minta ganti kepala ?
Kurang ajar, engkau hendak menipu aku!"
Tidak, kiongcu! Hamba tidak menipu, memang hamba
ingin berganti kepala!" seru Blo'on.
Gila! Mengapa? "
Karena otak hamba hilang."
O, kasihan," seru Ing Ing kiongcu yang mendadak
sikapnya berobah tenang dan ramah, Ceng Giok, bawalah dia
naik ke pembaringan. Kasihlah obat supaya dia sembuh! "
Ceng Giok dan para dayang melongo. Tetapi mereka tak
berani membantah perintah puteri. Beramai-ramai Blo'on
digotong ke atas peraduan Ing Ing kiongcu.
Bloon benar2 kelabakan tetapi diapun benar2 seperti
bermimpi. Tidur di peraduan seorang puteri, rasanya seperti
berada di nirwana. Baunya harum, kasurnya empuk, spreinya
halus, bantal dan gulingnya dari kain sutera yang di sulam
dengan gambar bunga.

   Kipasi!" perintah Ing Ing kiongcu. Seorang dayang segera
mengipasi Blo'on. Sesaat kemudian Ing Ing kiongcu kembali
memberi perintah, pijati kakinya! "
Blo'on benar2 merana melek ketika dikipasi dan dipijati oleh
dayang2 yang cantik.
Apakah aku bermimpi?" serunya dalam hati.
Ambilkan arak wangi nomor satu dan buah segar,"
kembali Ing Ing kiongcu memberi perintah. Walaupun geleng2
kepala, tetapi Ceng Giok melakukan juga.
Pertunjukkan nyanyian dan tari-tarian," perintah Ing Ing
kiongcu pula.
Tak berapa lama siaplah dayang2 itu dengan alat tetabuhan
khim lalu salah seorang dayangpun menyanyi. Di tengah
nyanyian yang mengalun merdu itu, beberapa dayang segera
mulai melenggang-lenggok menari.
Aduh mak, begini senangnya menjadi puteri raja. Tiap hari
makan minum yang lezat, kalau lelah dipijati, kalau tidur
dikipasi dan kalau bersantai, dihibur dengan nyanyian dan
tarian," kata Blo'on dalam hati. Dan iapun menikmati
kesenangan itu dengan mata meram melek.
Beberapa waktu kemudian, selagi pikiran Blo'on melayanglayang
di nirwana, tiba2 Ing Ing kiongcu menjerit: Hai, setan
..."
Puteri raja itu melonjak dan lari menjerit-jerit. Ceng Giok
terkejut dan buru2 menolong: Kiongcu, mengapa kiongcu
berteriak-teriak?"
Apa engkau tak melihati" tanya Ing Ing kiongcu.
Melihat apa, kiongcu'"

   Itu," Ing Ing kiongcu menunjuk ke arah peraduannya,
setan gundul tidur di tempat peraduanku, huh, usirlah dia .....
aku takut!"
Mimpipun tidak bahwa kalau dalam beberapa kejap yang
lalu dipijati dan dikipasi seperti seorang raja, tiba2 saat itu
Blo'on diseret dari tempat tidur, bluk ....
Aduh....." Blo'on gelagapan ketika tubuhnya dibanting
jatuh di lantai, bagaimana ini?
Setan gundul, engkau harus dihajar!" teriak beberapa
dayang. Mereka mengkal karena tadi harus mengipasi dan
mijiti Blo'on. Maka mereka segera menumpahkan kemarahan.
Ada yang mengambil sapu, ada yang mengambil tebah
(pembersih pembaringan), ada yang mengambil kemocing
(sulak ). Terus saja mereka menghajar Blo'on.
Aduh, aduh, gila ..... gila!" Blo'on melindungi tubuh dan
muka dengan tangannya. Tetap beberapa dayang malah
mengeroyoknya lagi. Ada yang mencubit, ada yang menampar
dan ada yang menjiwir telinganya. Blo'on benar2 kewalahan.
Tolongngng ..... !" akhirnya karena sebal Blo'on berteriak
keras2.
Entah bagaimana ketika mendengar teriak Blo'on yang
keras itu, seketika puteri Ing Ing seperti sadar.
Hai, siapa yang kalian hajar itu? Berhentilah !" segera ia
berseru memberi perintah.
Para dayang itupun hentikan hajarannya.
Siapa itu ?" tanya Ing Ing kiongcu seperti orang yang baru
terjaga dari tidur.
Dia setan yang kiongcu perintahkan hamba mengusirnya."

   Ing Ing kiongcu deliki mata: Siapa suruh mengusirnya? Dia
bukan setan tetapi manusia."
Benar, kiongcu," terpaksa Ceng Giok mengikuti ke mana
sang angin meniup. Ia tahu bahwa memang pada saat
penyakit puteri itu kambuh, bicaranya sering ngalor ngidul
alias tak keruan, dia memang orang yang dititahkan
bansweya untuk mengobati penyakit kiongcu."
O, apakah aku sakit?" seru Ing Ing kiongcu ya, ya, sering
kepalaku pening sekali dan sering lupa apa yang kukatakan
pada waktu aku menjerit2."
Bansweya sangat menaruh perhatian sekali akan penyakit
kiongcu maka dia mengirim orang ini kemari," kata Ceng Giok
pula.
O, jika begitu, suruhlah dia lekas mengobati," kata Ing Ing
kiongcu seraya suruh dayang itu memanggil Blo'on ke
hadapannya.
Eh, aneh," puteri Ing Ing mendesis heran ketika melihat
Blo'on menghadap, engkau lelaki atau perempuan ?"
Bloon menyeringai. Ketawa bukan ketawa, meringis bukan
meringis. Lebih tepat menyerupai monyet makan terasi.
Beberapa dayang tertawa geli. Mereka tahu bahwa puteri
itu tentu lupa apa yang diperintahkan tadi. Karena yang
menitahkan supaya Bloon dimake-up menjadi perempuan juga
puteri itu sendiri.
Eh, mengapa diam saja?" tegur Ing Ing kiongcu pula
sehingga Blo'on gelagapan dan menyahut sekenanya: Hamba
sendiri juga bingung memikirkan diri hamba ini laki atau
perempuan."
Lalu bagaimana pendapatmu ?"

   Hamba tak merisaukan hal itu. Laki atau perempuan,
biarlah. Yang pokok, hamba ini seorang manusia."
Ing Ing kiongcu tertawa. Para dayangpun mengikik geli
mendengar jawaban itu.
Jika begitu, lebih baik menjadi banci saja,' seru puteri pula.
Blo'on kerutkan alis: Yah, apa boleh buat kalau begini ini
disebut banci, hambapun terima saja."
Siapa namamu?"
Nama aseli atau nama pemberian orang ?'
lng Ing kongcu terbeliak : Sudah tentu nama aseli. Eh,
apakah engkau mempunyai nama pemberian orang"
Benar, kiongcu," sahut Blo'on, jika kiongcu menanyakan
nama aseli hamba, hamba tidak tahu. Tetapi kalau orang
memberi nama hamba sebagai Bloon."
Serentak Ing Ing kiongcu tertawa geli. Para dayang itupun
mengikik berkepanjangan. Sejak dua tahun menderita
penyakit, baru saja itu untuk yang pertama kali Ing Ing
kiongcu tertawa dengan gembira sekali.
Takut kalau dikata tidak menghormat terhadap puteri raja
maka Blo'onpun ikut tertawa. Seketika ruang peraduan Ing Ing
kiongcu bergemuruh dengan, suara ketawa. Melihat Blo'on
ikut tertawa dayang2 cantik itu makin tertawa terpingkalpingkal.
Apalagi nada tawa Blo'on seperti orang yang
menderita sakit demam.
Puas tertawa maka Ing Ing kiongcu lalu berkata: Ya, tak
apalah, kalau engkau memang menerima nama begitu.
Sekarang mulai sajalah engkau memeriksa penyakitku dan
memberi obat."

   Tetapi hamba tak dapat mengobati penyakit, kiongcu,"
Blo'on melengking.
Sudahlah, karena hu-ong yang menitahkan tentulah huong
tahu bahwa engkau dapat menyembuhkan penyakitku."
Hamba sungguh2 tak dapat mengobati penyakit, kiongcu!"
teriak Blo'on.
Periksalah denyut nadi tanganku!" Ing Ing kiongcu terus
menyodorkan tangan kirinya ke muka Blo'on, Hayo,
peganglah!"
Blo'on terpaksa memegang telapak tangan kiongcu itu. Ia
tak tahu bagaimana memeriksa pergelangan tangan orang
tetapi ia takut kalau ia melanggar perintah puteri. Rasa tegang
yang besar, tanpa disadari Blo'on, telah memancarkan tenaga
sakti Ji-ih-cin-kang. Tenaga itu melalui telapak tangannya
menyalur ke telapak tangan puteri Ing Ing. Puteri itu merasa
tubuh dan perasaannya nyaman sekali.
Pintar benar engkau," seru puteri sesaat kemudian,
sekarang berilah obatnya."
Hamba tak dapat, kiongcu ....... "
Ah, jangan main2. Atau engkau memang tak mau
menyembuhkan penyakitku .... "
Tidak, kiongcu, hamba ingin sekali mengobati kiongcu
tetapi hamba tak mampu ....... "
Karena dibujuk halus tidak mempan, diancam pun kebal,
akhirnya Ing Ing kiongcu murka.
Dayang2, bukalah pakaian sinse Blo'on ini dan hajarlah dia
sampai nanti mau memberi obat, teriak Ing Ing kiongcu.

   Seperti lebah dionggok dari sarangnya, kedua belas
dayang2, cantik itu segera berhamburan menyerbu Blo'on.
Mereka beramai-ramai meringkus Bloon dan melucuti
pakaiannya........
oodwoo
Jilid 29
Kabur
Malu Blo'on bukan kepalang ketika pakaian hendak dibuka
oleh dayang2 yang cantik dan muda. Jika ia marah, tenaga
sakti Ji -ih cin kang dalam tubuhnya tentu akan memancar.
Jangankan hanya selusin dayang2 cantik, sekalipun selusin siwi
atau prajurit bhayangkara istana, tentu akan terpental.
Tetapi anehnya Blo'on tak dapat marah. Ia memang malu.
Maka untuk sekedar membebaskan diri dari serbuan selusin
dayang2 cantik itu, Blo'on hanya bergeliatan kian kemari. Ia
tak sampai hati untuk menampar atau memukul seorang anak
perempuan walaupun hanya dayang.
Tetapi keduabelas dayang cantik itu tak peduli. Makin Blo'on
bergeliat, makin kencang mereka menarik pakaiannya
sehingga tak berapa lama, pakaian Blo'on rompal dan
compang camping. Untunglah pakaian itu pakaian dayang.
Karena Blo'on tetap bergeliatan, ada beberapa dayang yang
karena gemas, terus menarik pakaiannya sekuatnya. Braattt....
Blo'on memakai pakaian rangkap. Yang dalam, pakaiannya
sendiri. Yang luar pakaian seragam prajurit bhayangkara.
Karena pakaian seragam prajurit sudah hancur, maka yang
robek itu adalah bajunya sendiri yang disebelah dalam.
Begitu baju robek, sebuah kantong kecil jatuh ke lantai.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Hai, apa itu ?* teriak salah seorang dayang seraya
memungut kantong, "kantong kulit !"
"Apa isinya?" seru kawannya. "Berikan kepadaku," tiba2
Blo'on mengulurkan-tangannya meminta kembali kantong itu.
"Apa isinya ?" tanya dayang itu.
"Entahlah, nanti akan saya buka."
"Tidak," sahut dayang yang rupanya agak genit, "kalau tak
mau memberitahu isinya, kantong ini takkan kuberikan
kepadamu."
B!oon tertegun, ia sendiri sesungguhnya memang agak
lupa apa isinya,
Tiba2 dayang genit itu hendak membuka kantong, tetapi
kawannya berseru :
"Hai, jangan sembarang membuka kantong itu. Siapa tahu
isinya ular \
"Ya, ya, benar isinya memang ular kecil," seru Blo'on
menirukan saja.
Mendengar itu pucatlah dayang genit. Cepat ia lemparkan
kantong itu kearah Blo'on. Blo'on-pun menyambutinya.
Bergegas ia membuka kantong itu untuk melihat isinya. Ia
heran karena isinya butir2 merah sebesar kedele. Ia agak lupa
apakah benda itu.
Belum sempat ia berpikir, tiba2 puteri Ing berteriak.: "Copot
semua pakaiannya dan lemparkan dia kedalam kandang Keraanjing!"
Beberapa dayang segera maju mengampiri Blo'on lagi.
Tetapi Blo'on cepat mengangkat tangan, berseru :

   "Tunggu dulu, apakah Kera-anjing itu ?" tanyanya.
"Anjing besar yang kepalanya menyerupai kera."
"Suka makan orang ?" tanya Blo'on, "Kalau kiongcu yang
memerintah, anjing itu tentu makan juga,"
" O, sungguh kebetulan sekali," tiba2 Blo'on berseru girang.'
Para dayang itu tercengang. Salah seorang segera
menegur: "Ih, mengapa engkau gembira ?"
"Karena aku suka makan anjing," seru Blo'on. "sekali gus
aku dapat menikmati dua. Kera dan anjing."
Dayang2 itu tercengang. Ceng Giok segera memberi
laporan kepada Ing Ing kiongcu.
"Setan," seru puteri itu, "kalau begitu lempar saja ke
kandang harimau."
Ceng Giok segera menyamparkan titah puteri kepada para
dayang : "Hayo, kita lemparkan dia ke kandang macan."
"Tunggu dulu," seru Blo'on, "mengapa kalian berlaku begitu
kejam kepadaku ?"
"Itu titah tuan puteri, bung !"
"Mengapa puteri benci kepadaku ?"
"Karena engkau tak mau mengobati penyakit kiongcu."
"O," dengus Blo'on, "baik, daripada dilempar ke kandang
macan, lebih baik kuobati saja penyakit puteri,"
Ia memutuskan hendak memberi puteri Ing Ing minum biji2
marah dalam kantong itu. Ia tak begitu ingat lagi, apakah
benda itu. Hanya ia masih dapat mengingat bahwa kantong itu
pemberian Sian-li.

   "Bagus, bagus," teriak Ing Ing kiongcu, "Ceng Giok,
ambikan pakaian bagus untuknya."
Ceng Giok mengiakan. Tak berapa lama ia datang dengan
membawa seperangkat pakaian yang bagus. Pakaian itu
adalah pakaian seorang thayswe-ya atau putera raja, salah
seorang kakak dari Ing Ing kiongcu sendiri.
"Pakaikan !" titah puteri itu pula.
Blo'on segera dipaksa memakai pakaian seorang pangeran.
"Aduh, cakap juga mak," seru salah seorang dayang ketika
melihat Blo'on dalam dandanan sebagai seorang thayswe atau
pangeran.
"Sayang rambutnya hanya tumbuh dua ikat, kalau tumbuh
semua, dia tentu benar2 seperti seorang thayswe-ya," seru
dayang yang lain.
Blo'on jengah mendengar kata2 dayang2 itu. Segera ia
berkata : "Sudahlah, mengapa kalian sebagai anak perempuan
tak malu untuk menggoda seorang anak lelaki ?"
"Huh, siapa yang menggoda ?" dayang yang genit
melengking pula, "aku hanya melakukan perintah kiongcu
saja: Kalau tidak, uh, masa kami sudi memasangkan pakaian
kepadamu."
"Ah, sudahlah," seru Blo'on, "engkau memang genit. Lekas
sediakan secawan air putih untuk meminumkan obat ini."
Permintaan Blo'on itu segera dilakukan. Dan Blo'onpun
mengambil tiga butir benda sebesar kedele itu, dihaturkan
kepada Ing Ing kiong cu.
"Harap kiongcu minum obat mujijat ini." katanya, tentu
penyakit kiongcu akan sembuh.

    Sungguh ?" puteri itu menegas.
"Hamba jamin dengan jiwa hamba. Kalau sampai tak
sembuh, hamba bersedia mengganti dengan jiwa hamba."
Sebenarnya Blo'on lupa2 ingat apakah benda merah
sebesar kacang itu. Ia hanya ingat kantong itu Sian-li yang
menitipkan kepadanya tetapi ia lupa apakah gunanya benda2
dalam kantong itu.
Tetapi karena didesak oleh puteri dan dikerubut oleh selusin
dayang, akhirnya ia terpaksa nekad memberikan benda2
dalam kantong itu sebagai obat untuk puteri.
Setelah meminum benda itu, beberapa saat kemudian
puteripun tidur. Dan Blo'onpun berkata; "Biarkan puteri tidur.
Besok apabila bangun, tentu sudah sembuh."
Ternyata benda2 merah sebesar kacang itu adalah Cianlian-
hay-te-som atau buah som dari dasar laut jang berumur
seribu tahun. Buah itu diperolehnya ketika ia bersama Sian-li
terbenam dalam sungai dan kesasar masuk kedasar laut, lalu
bertemu dengan kakek tua penjaga keraton Hay-te-kiong
dahulu.
"Lalu bagaimana aku sekarang ?" tanya Blo' on kepada para
dayang itu."
"Engkau ?" kata Ceng Ciok, "engkau harus kembali
menemui Sun thaykam. Tetapi ingat besok pagi engkau harus
menghadap kemari lagi. Kalau ternyata kiongcu belum
sembuh, engkau harus menerima hukuman. Tetapi kalau
kiongcu bisa sembuh, engkau tentu akan diberi ganjaran
besar." Blo'on mengiakan lalu melangkah keluar.
Saat itu sudah malam. Istana sunyi senyap. Dan Blo'on tak
kenal seluk beluk istana. Dimana tempat kediaman Sui

   thaykam, iapun tak tahu. Ah. asal mencarinya ke gedung yang
besar dan mewah, tentu ketemu, pikirnya.
Dengan pelahan-lahan dan sebentar memandang kian
kemari, Blo'on berjalan menyusur jalan yang terbuat dari batu
graniet putih.
"Ah, betapakah indah dan luasnya istana raja ini," pikirnya,"
enak juga, jadi raja itu. Dihormati seluruh rakyat, tinggal
dalam istana, memelihara banyak ponggawa dan prajurit, tiap
hari makan yang lezat, tidur pulas dan dilayani oleh dayang2
yang cantik."
Tiba2 pula pikiran Blo'on membantah sendiri. "Ah, tetapi
jadi raja itu harus tiap hari berpakaian baik, menerima mentri2
yang menghadap, memikir urusan negara. Dan yang tidak
enak, raja tak leluasa keluyuran kemana-mana. Tidak bebas
mau jalan2 melihat-lihat kota dan jajan di warung .... Ah, tidak
enak juga. Tidak seperti diriku. Aku bebas pergi barang
kemana pun yang senangi, aku makan apa saja yang kusukai,
aku berpakaian bebas menurut yang aku suka dan punya. Aku
bergaul dengan segala orang. Aku dapat tidur pada
sembarang waktu dan sembarang tempat. Aku dapat
menikmati pemandangan alam yang indah, mendengar
burung2 berkicau, melihat pak tani bernyanyi sambil meluku
sawahnya, aku tak takut dibunuh orang karena aku tak punya
musuh. Dan kawanan orang jahatpun tak mau mengganggu
diriku karena aku tak punya harta ......."
Karena melamun, tak terasa Blo'on telah tiba di tembok
Kota Terlarang atau istana tempat kediaman baginda. Ia
segera mencari pintu gapura.
Gapura dijaga oleh dua orang prajurit bersenjata. Demi
melihat kedatangan Blo'on, kedua penjaga itu serta merta
membungkukkan tubuh memberi hormat.

   "Hamba berdua menghaturkan hormat kepada Ngothaysweya,"
seru kedua penjaga itu. Ngo-thayswe berarti
pangeran yang nomor lima. Rupanya kedua penjaga itu
menganggap bahwa Blo'on itu putera baginda yang kelima.
Blo'on terkesiap.
Apakah ngo-thayswe itu?" serunya.
"Pangeran kelima putera sri baginda," sahut kedua penjaga
itu,
"O. tetapi aku bukan thayswe," Blo'on membantah.
Kedua penjaga itu termasuk prajurit dalam istana, sudah
tentu mereka mendengar juga tentang keadaan putera2
baginda. Ngo-thayswe itu jarang sekali keluar dari istana.
Menurut kabar, ngo-thayswe itu memang berwatak aneh,
seperti orang yang menderita kurang beres ingatannya.
Maklum akan hal itu maka kedua penjaga itu tak
menghiraukan pengakuan Blo'on.
"Thayswe-ya," kata mereka dengan mengunjuk hormat
pula, "hendak kemanakah thayswe pada malam hari begini ?"
Karena diberi keterangan, penjaga itu tetap
menganggapnya sebagai putera raja, Blo'on pun dongkol.
Lebih baik ia mengaku saja memang Ngo-thayswe, beres.....
"Aku hendak jalan2 mencari angin dan lihat2 pemandangan
yang indah," katanya.
"Oh, apakah thaysvve-ya hendak mengunjungi taman
Rumah Rahasia Hati ?" tanya penjaga itu.
"Rumah apa itu?"
Diam2 kedua penjaga itu terkejut. Mengapa ngo-thayswe
begitu pelupa sekali. Masakan rumah2 bangunan indah seperti

   Anglung-layar-jauh, Ang-lung-sambutan-harum dan Rumahrahasia-
hati yang terletak diluar tembok Kota Terlarang,
pangeran itu sudah lupa. Bukankah rumah2 itu merupakan
bangunan indah yang sengaja dicipta untuk menghibur
baginda dikala hendak bercengkeraman ?
"Ah, mungkin karena penyakitnya maka Ngo-thayswe
menjadi pelupa." pikir kedua penjaga itu.
"Rumah Rahasia Hati itu sebuah bangunan yang indah di
tepi kolam. Biasanya banswe-ya juga berkenan berkunjung ke
situ," kata kedua penjaga.
"'O, baiklah, aku juga ingin melihat-lihat tempat itu," kata
Blo'on.
"Baiklah, thayswe ya," sambut kedua penjaga pintu,
"silahkan thayswe mengunjungi taman indah. Karena kami
masih ditugaskan untuk menjaga disini, kami mohon maaf tak
dapat mengantar thay-swe-ya."
"Hm, engkau lebih berat menjaga pintu atau mengantar aku
?" dengus Blo'on yang saat itu makin garang karena
menganggap dirinya benar2 Ngo thayswe atau putera kelima
dari baginda.
Kedua penjaga itu gemetar.
"Sudah tentu hamba akan mengutamakan menjaga
thayswe ya. Tetapi apabila Hong ciangkun kebetulan meronda
dan tak melihat hamba berada di pos ini, tentu hamba berdua
akan dijatuhi hukuman berat."
"Ho, jangan takut. Nanti aku yang menghadapi Hong
ciangkun," kata Blo'on, "hayo lekas antar aku ke sana."
Karena ketakutan kedua penjaga itupun terpaksa
mengiringkan Blo'on masuk ke taman.

   Pemandangan dalam taman itu memang indah sekali. Lebih
indah dari di dalam istana. Tiba2 Blo'on mendengar suara
musik dan seruling mengalunkan lagu yang merdu.
"Hai, apakah itu ?" tanyanya kepada kedua penjaga.
"Itulah wanita2 cantik yang bertugas menghibur baginda,
apabila baginda berkenan mengunjungi taman ini, thayswe
ya."
"Kita ke sana," kata Blo'on. Terpaksa kedua penjaga itupun
menginginkan. Blo'on memasuki sebuah bangunan yang
indah. Lantainya terbuat dari batu pualam, tiang2 berukir
lukisan dewa2. Empat penjuru diterangi, oleh mutiara yang
memancarkan cahaya kilau kemilau. Ditengah ruang disiapkan
suatu tempat duduk yang beralas permadani yang indah.
Sebuah pembaringan dan meja dan kayu cendana yang selalu
memancarkan bau harum.
Blo'onpun menghampiri tempat itu dan duduk. Memandang
keluar, ia melihat sebuah kolam yang permai. Airnya
dipancarkan dari sebuah patung Bidadari, bunga2 teratai
merah dan putih bertaburan di permukaan air. Airnya bening
dan sejuk.
Berada dalam ruang ritu, Blo'on merasa seperti berada
dalam dunia lain. Indah, tenang, sejuk dan nyaman.
Membawa perasaannya terbang melayang,
"Apakah tahyswe-ya hendak menikmati hiburan musik ?"
tanya kedua penjaga itu.
Bloon mengangguk.
Kedua penjaga itupun segera masuk kedalam. Tak lama
kemudian, dua belas gadis2 cantik dalam pakaian yang indah,
berbondong-bondong keluar dan menghadap Blo'on.

   "Thayswe-ya, hamba hendak mempersembahkan nyanyian
dan tari-tarian yang jelek, mohon thay-swe-ya sudi memberi
ampun," seru mereka.
Blo'on hanya mengangguk.
Serentak kedua belas gadis2 cantik itupun mengeluarkan
alat tetabuhan, khim, seruling dan genderang kecil. Dan pada
lain saat mengalunlah suatu irama tetabuhan yang merdu,
mengiring sebuah nyanyian yang memikat hati. Nyanyian dari
lagu2 percintaan yang membuai.
Setelah dua buah lagu dinyanyikan, maka bermunculan
pula selusin gadis2 ayu menari-nari dihadapan Blo'on. Lemah
gemulai bagaikan tak bertulang tubuh dara2 ayu itu meliukliuk
dalam gaya tarian yang mempesonakan.
Makin lama lagupun makin melengking tinggi dan gencar
dan tiba2 pula dara2 ayu itupun mulai melepaskan
pakaiannya. Mereka ternyata mengenakan pakaian berlapislapis.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Setelah lapis demi lapis pakaian ditanggalkan sehingga
sampai tujuh lapis, terakhir mereka hanya mengenakan
pakaian yang sangat minim. Hanya bagian buah dada dan
anggauta terlarang yang ditutupi dengan sehelai kain tipis.
Selama melihat gerak gerik kedua belas dara ayu
menanggalkan pakaian itu, mata Blo'on menyalang dan makin
menyalang lebar. Mulut melongo dan keringat bercucuran,
jantung- mendebur keras.
Setiap kali menanggalkan pakaian, dara2 penari itu tentu
melemparkan pakaiannya ke udara. Pakaian berhamburan
melayang-layang. Seketika ruang itu semerbak dengan bau
yang harum dan wangi sekali.
Ada suatu perasaan aneh yang menghinggapi benak Blo'on.
Pada waktu mencium bau harum itu, pikiranyapun bergerakTiraikasih
website http://kangzusi.com.
gerak, kepalanya berdenyut-denyut keras. Darahnyapun
bergolak-golak merangsang hebat. Belum pernah selama
hidupnya, ia menderita suatu perasaan yang sedemikian.
Hampir ia sukar untuk mengendalikan diri. Matanya mulai
merah karena melihat tubuh2 dara ayu yang hampir tak
berpakaian itu.
Tiba2 muncul dua orang gadis cantik jelita dengan
membawa penampan hidangan arak. Begitu tiba dihadapan
Blo'on, salah seorang yang bertubuh lebih langsing segera
mengambil botol arak dan menuangkan pada sebuah cawan.
"Thayswe-ya, mohon thayswe-ya suka menerima
persembahan hamba ini. Arak dari perasan buah som yang
berumur ratusan tahun. Arak ini bingkisan persembahan raja
Ko-li-kok."
Dayang itu segera menyodorkan cawan arak kehadapan
Blo'on. Blo'on masih terpesona melihat dara2 yang tengah
melepaskan pakaiannya itu. Ia terkejut ketika mencium bau
arak yang harum sekali. Tanpa banyak pikir, ia terus
menyambut cawan itu dan meneguknya.
Gadis cantik itu mengisi lagi dan mempersembahkan lagi.
Pun Blo'on tanpa melihat terus menyambuti dan meneguknya.
Berturut-turut Blo'on sudah menghabiskan sepuluh cawan.
Memang rasanya nikmat dan baunya harum sekali.
Tiba2 Blo'on rasakan kepalanya berputar-putar. Seluruh
benda dalam ruang itu, bahkan dara2 penari yang sedang
hendak melepaskan kain yang membungkus buah dadanya,
terasa berputar-putar. Dalam pandang matanya, dara2 cantik
yang sudah telanjang itu mirip dengan mahluk2 yang
menyeramkan. Bukan lagi dara yang bertubuh putih mulus
tetapi penuh dengan bulu2 panjang dan lebat macam kera.

   Berpaling kearah gadis2 yang sedang memetik khim dan
alat2 tetabuhan, juga wajah mereka tampak mengerikan.
Bunyi musik yang melengking-lengking dalam nada tinggi itu,
bagaikan rintihan iblis yang menyayat-nyayat hati.
Saat itu dara2 penari sudah melepaskan kain penutup buah
dada dan setelah meliuk-liuk dalam gerak yang menonjolkan
keindahan tubuhnya, mulailah mereka membuka cawat yang
terakhir. Cawat yang menutup anggauta rahasianya.
Begitu cawat2 itu dilempar ke udara, Blo'on memekik
sekeras-keras lalu loncat dan tempat duduk dan terus lari
keluar.
Bum....
Rasanya Blo'on ingin Iari dan lari. Supaya terlepas dari
hantu2 yang menyeramkan itu. Pandang matanyapun terasa
gelap. Ia tak dapat membedakan mana jalan, mana tembok. la
terus lari ke muka dan akhirnya tercebur kedalam kolam.
Kolam itu ternyata bukan kolam biasa. Baginda menitahkan
ahli bangunan yang ternama untuk, membangun taman
hiburan itu. Ahli bangunan memang lihay. Ia membuat
terowongan dibawah tanah yang menggunakan alat penyedot
dan alat pembuang air.
Sebenarnya air kolam itu hanya berasal dari sebuah sumber
yang terdapat disebelah luar kota raja. Dengan pandai sekali,
ahli bangunan itu telah mengalirkan air sumber ke taman
istana Kota Terlarang, Dan air itupun lalu dibuat melalui
saluran terowongan yang mengalir ke sebuah sungai di tepi
kotaraja.
Begitu Blo'on kecemplung, tubuhnya terus tenggelam dan
masuk kedalam terowongan. la tak ingat apa2 lagi.

   Kedua penjaga pintu terkejut sekali menyaksikan peristiwa
itu. Mereka memburu keluar untuk n enyusul pemuda yang
mengira kira Ngo-thayswe. Dan alangkah kejut mereka ketika
melihat Blo'on tercebur kedalam kolam. Cepat mereka
memburu untuk memberi pertolongan. Tetapi tubuh Blo'on
sudah tenggelam ke bawah.
Kedua penjaga itu makin sibuk. Mereka mencari kian kemari
tetapi tubuh Bioon tetap tak dapat diketemukan.
"Celaka," seru salah seorang penjaga itu, "kalau berita ini
terdengar sri baginda, kita pasti di hukum.
Kawannya gemetar.
"Engkau mau menurut aku atau mau berjalan sendiri sendiri
?" tanya penjaga pertama.
"Ya, aku menurut saja."
"Peristiwa ini bukan kepalang besarnya. Ngo- thayswe mati
tenggelam dalam kolam tentu akan menimbulkan kegemparan
besar. Baginda tentu murka. Lebih baik kita lolos saja dari
istana dan, melarikan diri ke suatu gunung yang sunyi.
Setuju?"
Karena tiada lain jalan lagi, akhirnya penjaga yang seorang
itupun terpaksa menurut.
Demikian kedua penjaga itu segera minggat dari istana dan
melarikan diri ke hutan.
Keesokan hari, puteri Ing Ing terjaga dari tidurnya. Ia
merasa matanya terang, pikirannya tajam.
"Ceng Giok, mengapa hari setinggi ini engkau tak
menjagakan aku ?" teriaknya.

   Ceng Giok, kepala dayang yang melayani puteri Ing Ing
tergopoh menghampiri. Demi melihat wajah puteri berseri-seri
terang, iapun girang sekali. Ia duga puteri itu tentu sudah
sembuh dari penyakitnya yang aneh. Namun ia belum berani
memastikan sebelum melihat perkembangannya lebih lanjut.
Tetapi tanda2 semakin membuktikan bahwa puteri Ing Ing
memang sudah sembuh, Bicaranya sudah teratur dan genah.
Semangatnyapun segar.
Ketika Sui thaykam datang untuk menghadap dan
menjenguk keadaan puteri, ia terkejut melihat puteri berseriseri
wajahnya.
"Rupanya kiongcu sembuh," Ceng Giok menyambut
thaykam itu dengan menerangkan keadaan puteri.
Sui thaykam mengangguk dan menghadap puteri.
"Sui lopek, mengapa sepagi ini datang kemari? Apakah ada
keperluan?" tegur Ing Ing kiongcu.
"Hamba diutus banswe-ya untuk menjenguk kiongcu.
Banswe-ya sangat memperhatikan sekali akan sakit kiongcu."
"Aneh." kata Ing Ing kiongcu, "siapa bilang aku sakit'!
Sampaikan kepada hu-ong bahwa aku sehat walafiat tak
kurang suatu apa."
Sui thaykam terkesiap. Diam2 ia mengakui bahwa puteri
memang sudah sembuh.
"Maafkan hamba apabila hamba hendak menghaturkan
keterangan kehadapan kiongcu," kata Sui thaykam pula."
sesungguhnya kiongcu dalam beberapa waktu yang lalu telah
menderita suatu penyakit aneh. Baginda telah menitahkan
berpuluh tabib dan orang pandai untuk mengobati, tetapi tak
berhasil. Sampai pada suatu hari baginda berziarah ke makan

   Ong kuihui dan malamnya bermimpi bahwa yang dapat
mengobati penyakit kiongcu itu seorang pemuda yang aneh."
"O," desuh Ing Ing kiongcu, "lalu ?"
"Berkat restu Thian Yang Maha Kuasa, akhirnya pemuda
itupun telah diketemukan dan dititahkan untuk mengobati
penyakit kiongcu."
"Tetapi Sui thaykam," tiba2 Ceng Giok menyela "mengapa
pemuda aneh yang pertama datang mengobati itu malah
membuat kiongcu sakit prajurit gi lim-kun yang dipaksa oleh
pemuda itu untuk menyaru jadi dirinya."
"Mengapa dia memaksa prajurit gi-lim-kun itu?" tanya
puteri.
"Karena pemuda itu memang agak limbung pikirannya. Dia
melarikan diri tetapi akhirnya dapat ditangkap dan dibawa ke
istana lagi. Bukankah dia telah dapat menyembuhkan tuan
puteri ?' kata Sui thaykam.
"Entah bagaimana yang telah terjadi. Tetapi sekarang
kurasakan tubuh dan pikiranku sudah sehat. Dimanakah
pemuda itu sekarang?" tanya kiongcu.
Sui thaykam terkejut. Ia kira pemuda itu masih berada di
istana Ing jun-kiong situ. Ia menerangkan bahwa pemuda itu
tak berada di istana dalam.
"Sui lopek." kata Ing ing kiongcu, "aku ingin bertemu
dengan orang itu untuk menghaturkan terima kasih. Akan
kuberinya ganjaran. Dan kedua kalinya, harap disampaikan
kepada hu-ong bahwa aku kepingin berziarah ke makam
ibundaku."

   Sui thaykam segera mengundurkan diri. Ternyata ia tak
berhasil menemukan Blo'on. Juga di markas Gi-lim-kun, juga
di tempat kediaman-para thaykam.
Pasukan Gi-lim-kiln segera dikerahkan untuk mencari.
Akhirnya mereka mendapat keterangan dari para gadis2
penjaga rumah hiburan Rahasia Hati ditaman Kota Terlarang,
yang mengatakan tentang kunjungan Ngo-thayswe. Tetapi
entah bagaimana Ngo-thayswe telah lari dan mencebur
kedalam kolam.
Sudah tentu berita itu mengejutkan sekali. Bergegas
pasukan Gi-lim-kun memberi laporan kepada Hong ciangkun
dan Hong ciangkunpun terus menghadap baginda. Baginda
segera menitahkan untuk memanggil Ngo-thayswe. Tetapi
ternyata putera yang nomor lima itu masih segar bugar tak
kurang suatu apa.
Gi-lim-kun dititahkan untuk memanggil gadis2 penghibur
Rumah Rahasia Hati itu. Mereka menerangkan tentang wajah
dan pakaian pemuda yang dianggapnya sebagai Ngo-thayswe.
Setelah mendengar laporan mereka, barulah baginda
menarik kesimpulan bahwa pemuda yang berpakaian Ngothayswe
itu tentulah pemuda yang dititahkannya untuk
mengobati Ing Ing kiongcu. Segera baginda menitahkan untuk
mencari pemuda itu.
"Cari pemuda itu sampai ketemu. Dia akan kuangkat
sebagai hu-ma (menantu raja) dan akan kunikahkan dengan
Ing Ing kiongcu, sesuai dengan janjiku," titah baginda.
Hong ciangkun segera menyebar anakbuahnya untuk
mencari kesegenap peloksok kotaraja. Tetapi tak berhasil
menemukan Blo'on.

   "Mungkin dia mati tenggelam dalam kolam," pikir kepala Gilim-
kun itu. Ia segera memerintahkan untuk mencari ke dalam
kolam. Tetapi juga tak dapat diketemukan apa2.
Kemudian Hong ciangkun menyebar surat sebaran yang
mengatakan bahwa barang siapa yang melihat seorang
pemuda aneh berpakaian seperti thayswe, supaya ditangkap
dan dihadapkan ke istana. Ciri2 pemuda itupun diterangkan
dengan jelas.
Seketika gemparlah kota raja karena berita dalam surat
sebaran itu. Seorang anggauta Kay-pangpun segera
melaporkan surat sebaran itu kepada ketua Kay-pang cabang
kota raja yalah Ong Cun.
Sudah tentu Ong Cun terkejut sekali. Segera ia
menyampaikan berita itu kepada Ceng Sian suthay dan Liok
Sian-li.
Sudah tentu Sian-li bingung tak keruan. Belum usaha
mereka untuk membebaskan Blo'on dari penjara di istana
berhasil, kini ternyata Blo'on sudah lolos dan melarikan diri, Ia
duga sukonya itu tentu membuat huru hara dalam istana.
Ceng Sian suthaypun terkejut. Setelah mendapat
keterangan dari Sian-li, ia makin yakin bahwa pemuda itulah
yang hendak dicarinya, yalah putera dari Kim Thian-cong yang
telah menghilang sejak bertahun-tahu itu.
"Suthay." kata Sian-li, "bagaimana kita akan bertindak ?"
Ceng Sian suthay juga sibuk namun ia menghibur nona itu.
"Marilah lebih dulu kita menguraikan apa sebab sukomu
sampai hendak ditangkap oleh kerajaan. Setelah menemukan
alasan salahnya, walaupun hanya bersifat dugaan saja,

   barulah kita dapat menentukan langkah kemana kita harus
bertindak.
Sian li mengangguk, katanya :
"Menurut suthay, kemungkinan apakah yang paling
mungkin terjadi pada suko?
"Aku sendiri belum berani memastikan karena belum
pernah bertemu muka dan belum tahu bagaimana perangai
suko-mu. Tetapi menilik peristiwa menabuh genderang
pertandaan waktu itu, dapatlah kutarik kesimpulan bahwa
suko-mu itu memang seorang anakmuda yang nakal dan
bengal."
"Benar, suthay," tiba2 Ong Cun ikut bicara "setiap kali Kim
kongcu tentu menerbitkan onar. Sejak di kotaraja, ia sudah
mengaduk dipesta ulangtahun Cian-bin-long-kun, lalu
memukul genderang raksasa, ditangkap ke istana, melarikan
diri dan sekarang menjadi buronan kerajaan."
"Ya, memang suko sering mengalami peristiwa2 yang aneh,
'Sian-li menerangkan." tetapi sesungguhnya dia seorang
pemuda yang baik hati, jujur dan sederhana. Sering menderita
hinaan dari orang karena bicara dan tingkah lakunya yang tak
wajar. Pada hal menurut pengakuannya, dia menderita
semacam penyakit lupa ingatan ....... , hai ..'! tiba2 Sian-li
berteriak seorang diri.
"Mengapa ?" tanya Ceng Sian suthay heran. Ya. sekarang
aku ingat. Dia tentu hendak mencari otak naga," seru Sian-li
pula.
"Otak naga ?" serempak Ceng Sian suthay dan Ong Cun
berseru," apakah itu ?"

   Sian-li lalu menuturkan apa yang telah terjadi. Karena terus

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
mengeluh hilang ingatan, seorang nona mengatakan kepada
sukonya bahwa sukonya itu tentu hilang otaknya. Obatnya tak
lain hanya otak naga.
"Pada hal ia hanya berolok olok saja karena jengkel melihat
keblo'onannya. Ah. siapa tahu, dia telah menganggap hal itu
sungguh2.
Dia benar2 hendak mencari otak naga itu," kata. Sian-li.
Ceng Sian suthay kerutkan kening.
"Soal ini-memang repot," kata Ceng Sian suthay," disatu
fihak untuk mencari dan membawa Kim kongcu memang
sebuah tugas yang harus dilaksanakan. Tetapi di lain fihak.
aku harus kembali ke puncak Bidadari digunung Lo-hu-san
sesuai seperti yang kita putuskan dengan para ketua tujuh
partai persilatan. Sekarang sudah tanggal lima bulan delapan,
jadi masih kurang tujuh hari lagi aku harus tiba di Wisma
Perdamaian itu. Dan rasanya waktu sudah amat mendesak
sekali. Jika terlambat, mereka pasti akan gelisah."
"Baiklah, suthay," cepat Sian-li menanggapi, "karena
hilangnya suko itu sangat aneh, maka, biarlah aku tetap
berada di kotaraja sini. Bersama Ong thancu aku akan
menyelidiki peristiwa itu. Sedang suthay silahkan kembati ke
Lo-hu-san. Apabila aku berhasil menemukan suko, tentu
segera akan kuajak kegunung Thay-san. Bukan suthay dan
sekalian cianpwe akan memenuhi undangan dari tokoh yang
menyebut dirinya sebagai Kim Thian-cong dan bermukim
digunung Thay - san itu ?"
Ceng Sian suthay mengiakan. "Tetapi baiklah li-sicu
bertindak begini." katanya, "berhasil menemukan Kim kongcu
atau tidak, baik li-sicu menunggu dikaki gunung Thay-san.

   Dan harap jangan sekali-kali bergerak sendiri sebelum kami
beramai-ramai datang."
Kemudian kepada Ong Cun, ketua Kay-pang cabang
kotaraja, Ceng Sian suthay berkata :
"Kim kongcu telah menjadi tujuan yang diputuskan ketujuh
partai persilatan, harus diketemukan. Maka kuharap Ong sicu
suka membantu Liok sicu mencarinya. Sesungguhnya, akupun
merasa berat hati untuk meninggalkan kota ini. Tetapi
pertama, karena sekarang sudah jelas bahwa jejak Kim
kongcu sudah dapat diketemukan, walaupun saat ini dia
sedang menghilang. Kedua kalinya, akupun terpaksa harus
hadir dalam pertemuan dengan para ketua tujuh partai
persilatan di gunung Lo-hu-san."
"Harap suthay legahkan pikiran," kata Ong Cun," aku tentu
akan membantu sekuat tenaga kepada nona Liok,"
"Pertemuan dari ketujuh partai persilatan mungkin
merupakan yang terakhir dan yang paling penting sendiri.
Karena kita akan memutuskan untuk menerima atau menolak
undangan tokoh yang menamakan diri Kim Thian cong. Yang
satu menetap di gunung Hong-san, yang seorang bermarkas
di gunung Thay-san."
Demikian Ceng Sian suthay sagera minta diri.
Ahliwaiis
Kembali Wisna Perdamaian di puncak Giok-li-nia gunung Lohu-
san menyambut kunjungan dari ketujuh ketua partai
persilatan. Mereka yalah Hui Gong taysu ketua Siau-lim-si, Ang
Bin tojin ketua Bu-tong-pay, Hong Hong totiang ketua Go-bipay,
Ceng Sian suthay, ketua Kun-lun-pay,

   Pengemis-sakti Hoa Sin ketua Kay-pang dan Pang To-tik
wakil partai Hoa-san-pay, belum datang. Kedua tokoh itu
ditugaskan untuk menyelidiki ke gunung Thay-san.
"Ah, mengapa Hoa sicu belum datang," kata Hui Gong
taysu, "adakah sesuatu yang terjadi dengan kedua sicu itu ?"
"Rasanya kedua orang itu tentu akan datang juga. Hanya
mungkin terlambat," kata Ang Bin tojin yang kenal baik
kepada kedua tokoh itu.
Untuk mengisi waktu, maka merekapun berbincang-bincang
tentang keadaan gunung Hong-san
"Kim Thian-cong di gunung Hongsan itu jelas, bukan Kim
Thian-cong tayhiap yang aseli," kata Ang Bin tojin.
"Toheng," sambut Hong Hong tojin ketua Go-bi-pay, "hal itu
masih sukar kita pastikan. Bukankah kita kenal bahwa di dunia
persilatan terdapat semacam ilmu merobah paras muka."
"O, adakah toheng. memastikan dia benar2 Kim tayhiap
yang aseli ?" balas Ang Bin tojin.
"Soal itu sukar diselidiki karena kepergian kita ke Hong-san
tak berhasil bertemu dengan tokoh itu. Tetapi yang jelas, dia
hendak mengembangkan agama Seng-lian-kau."
"Apabila hanya mengembangkan agama, itu sih dapat
dimaklumi," sambut Sugong In ketua Kong-tong-pay, "tetapi
mengapa dengan kekerasan hendak memaksa orang harus
masuk ? Bukankah jelas dia mempunyai tujuan tertentu ?"
'"Benar." sahut Hong Hong tojin, "tujuannya tak lain
hanyalah hendak menguasai dunia persilatan."
Ang Bin tojin menghela napas.

   "Rupanya Seng-lian-kau sudah cepat sekali berkembang.
Didaerah selatan, tokoh2 persilatan sudah tunduk dan masuk
menjadi anggautanya. Walaupun kita belum tahu bagaimana
tujuan pendirian Seng-lian-kau itu, tetapi dengan cara-caranya
yang menggunakan kekerasan, jelas partai agama baru itu
tentu hanya ingin mencari kekuasaan dan menguasai dunia
persilatan. Setiap tokoh silai atau perkumpulan maupunpartai
persilatan yang bertujuan demikian, tentulah tidak suci. Tentu
akan membawa keiusakan pada dunia persilatan."
"Ya." sambut Hong Hong tojin pula, rasanya Kim Thiam
cong dari gunung Thay-san itupun sama juga. Dia juga ingin
mengembangkan agama Thian-tong-kau (agama Nirwana).
Ang Bin tojin menghela napas.
"Banyak nian peristiwa2 yang silih berganti muncul dalam
dunia persilatan. Tetapi seperti yang kiia alami dewasa ini.
rasanya sejak beratus tahun sampai sekarang, baru kali ini
terjadi. Mayat seorang pemimpin dunia persilatan seperti Kim
tay-hiap, telah hilang. Ketua partai Hoa-san-pay Kam Sianhong
sicu, dibunuh orang. Kemudian pada waktu yang
serempak, muncul dua orang yang mengaku bernama Kim
Thian-cong. Satu di gunung Hongsan dan yang satu di gunung
Thaysan. Kedua-duanya menghendaki supaya tokoh2 dan
partai2 persilatan tunduk kepada mereka."
Tiba2 terdengar derap langkah orang berjalan di halaman.
Dan pada lain saat muncullah Hoa Sin ketua partai Pengemis.
Kelima ketua partai persilatan serempak berbangkit dan
mengucapkan salam.
"Hoa sicu," seru Hui Gong taysu setelah ketua partai
Pengemis duduk, mengapa sicu seorang diri ? Dimanakah
Pang To Tik sicu ?"

   "Itulah yang menjadi pertanyaan bagiku," jawab ketua Kaypang,
selama dalam perjalanan kami selalu berdua. Tetapi
setelah tiba di kaki gunung Thay-san dan mendaki, barulah
kami merancang rencana. Agar tidak menimbulkan kecurigaan
dan agar penyelidikan itu dapat diiakukan dari dua jurusan,
maka kami berpisah. Aku mengambil jalan dari timur dan Pang
kiamhiap dari barat. Dua hari kemudian, hasil atau tidak, kami
berjanji akan bertemu dengan di kedai kaki gunung. Apabila
tak ada, supaya menuju ke kota Thay-san-koan, di rumah
makan Heng-lok."
"Tetapi setelah tiba pada waktu yang kami janjikan, aku tak
dapat menemukan Pang kiamhiap baik di kaki gunung Thaysan
maupun di kota Thay-san-koan yang terletak di sebelah
selatan gunung itu. Aku mulai gelisah, jangan2 Pang kiamhiap
mendapat kesulitan di markas Thian-tong-kau. Malam itu aku
kembali melakukan penyelidikan ke gunung Thay-san tetapi
tak berhasil menemukan dia.
"Aku masih tak putus asa, Dengan jarih payah, dapatlah
kutawan seorang peronda dari markas Thian-tong-kau.
Walaupun kuancam dan dipukul, tetapi peronda itu tetap
mengatakan bahwa dalam markas Thian-tong-kau tak terjadi
suatu peristiwa apa2. Tak ada orang tawanan baru yang
ditangkap selama dua hari itu."
"Terpaksa aku pergi," kata Hoa Sin, "dalam perjalanan
pulang, mengingat waktunya masih cukup, akupun singgah di
kotaraja untuk meninjau keadaan cabang Kay-pang disitu .
,...
"Nanti dulu, Hoa pangcu." tiba2 Ceng Sian suthay menyela,
"rencana untuk menyelidiki secara terpisah itu berasal dari
Hoa pangcu ataukah dari Pang sicu ?"

   "Pang tayhiap," kata Hoa Sin, "mengapa suthay
mungajukan pertanyaan demikian ?"
Ceng Sian suthay menghela napas.
"Berprasangka adalah tidak baik. Tetapi menjaga suatu
kemungkinan yang tak diinginkan, sama halnya dengan
bertindak hati2."
"Maksud suthay ? Hoa Sin menegas, "adakah terdapat
sesuatu kecurigaan pada Pang tayhiap?"
Ceng Sian suthay mengemasi sikap.
Dalam rangka bersikap dan bertindak hati2 itulah maka
aku terpaksa harus meneliti setiap peristiwa dan setiap orang,"
kata rahib ketua partai Kun-lun-pay itu. marilah kita kembali
kepada saat2 kita berunding untuk mengurus jenazah Kim
tayhiap yang lalu. Siapakah yang mengusulkan supaya jenazah
Kim tayhiap disembunyikan dalam tempat rahasia?''
"Pang tayhiap ?" sahut Hoa Sin.
''Sebelum Pang sicu datang ke Lo hu san, bukankah dalam
partai Hoa-san-pay telah timbul peristiwa yang
menggemparkan ?"
"Ya, Kam Sian-hong pangcu telah terbunuh! oleh seorang
pemuda tak dikenal," sahut Hoa Sin pula.
"Ah, mungkinkah seorang tokoh sesakti Kam pangcu dapat
terbunuh oleh seorang pemuda yang kabarnya agak sinting ?'
Hoa Sin terkesiap.
"Memang hal itu sukar dipercaya," katanya sesaat
kemudian, "lalu apakah hubungan pembunuhan itu dengan
Pang tayhiap?"

   "Hoa pangcu,,, sahut Ceng Sian suthay, "telah kukatakan
bahwa tak baik untuk mencurigai orang. Tetapi dalam rangka
berhati-hati untuk menjaga hal2 yang tak diinginkan, kitapun
harus waspada dan meneliti. Aku tak mengatakan bahwa Pang
tayhiap tersangkut dalam pembunuhan itu. Tetapi akupun tak
memastikan bahwa ia bebas dari peristiwa itu."
"Ah," Hoa Sin mendesah, "sesungguhnya Pang tayhiap itu
sudah lama mengundurkan diri dan menyerahkan pimpinan
partai Hoa-san-pay kepada Kam pangcu yang menjadi
sutenya."
Ceng Sian suthay menghela napas.
"Dunia penuh debu kotoran, dunia pesilatan penuh akal
siasat," ujarnya. "Hoa pangcu,! bagaimana menurut
wawasanmu selama pangcu menempuh perjalanan bersama
Pang tayhiap?
"Selama itu dia mengunjuk sikap yang baik dan
bersahabat," kata Hoa Sin.
"Apakah selama itu Hoa pangcu tak menemukan sesuatu
yang aneh, misalnya dalam hal2 yang kecil mengenai gerak
gerik Pang tayhiap.
"Tidak, suthay," kata Hoa Sin tetapi sesaat kemudian ia
tampak kerutkan dahi seperti berpikir. Beberapa saat
kemudian ia berkata pula, "hanya pernah aku melihat suatu
peristiwa kecil yang agak mengherankan, Tetapi kuanggap hal
itu tak penting."
"Apakah itu ?" Ceng Sian suthay mendesak.
"Pada hari itu kami tiba di Khay-hong, sebuah kota yang
ramai. Karena hari amat panas, kami singgah disebuah rumah
makan. Tengah menikmati hidangan, tiba2 datanglah

   sekelompok opas kerumah makan itu. Kami terkejut ketika
mereka menghampiri ketempat kami lalu mempersilakan kami
ikut menghadap pada Te-koan (kepala kota). Kukira kami
ditangkap ternyata Te-koan itu memang hendak mengundang
Pang tayhiap."
"Untuk apa ?"
"Dahulu sewaktu mengadakan perjalanan ke kota raja, Tekoan
itu telah dihadang oleh kawanan penjahat. Untunglah
Pang tayhiap muncul dan dapat membasmi penjahat2 itu.
Maka sekarang Te-koan hendak membalas budi kepada Pang
tayhiap dengan menjamunya dan memberi hadiah2 berharga.
Tetapi Pang tayhiap menolak pemberian itu."
"Itu sudah jamak bagi seorang pendekar yang luhur," kata
Ceng Sian suthay, "apakah yang Hoa pangcu rasakan aneh
dalam peristiwa itu ?"
"Tak lain karena kuperhatikan Pang tayhiap tampak
gelagapan ketika menghadapi pertanyaan dari Te-koan. Pang
tayhiap seperti tak kenal dengan Te-koan itu walaupun Tekoan
sudah menceritakan peristiwa yang dialaminya dahulu.
Akhirnya Pang tayhiap mengatakan bahwa ia tak ingat lagi."
"Berapa lamakah peristiwa itu terjadi ?" tanya Ceng Sian
suthay.
"Menurut keterangan Te-koan, peristiwa itu terjadi pada
sepuluh tahun yang lalu."
Ceng Sian suthay kerutkan dahi.
"Sepuluh tahun yang lalu, tak mungkin orang dapat
melupakan, hm, memang aneh," kata rahib dari Kun-lun-pay
itu, "pada hal Pang tayhiap belum terlalu tua untuk mengingat
kejadian sepuluh tahun yang lalu."

   Setelah itu maka Hoa Sinpun melanjutkan penuturannya
ketika berada di kotaraja.
"Aku bertemu dengan Ong Cun kepala Kay-panu cabang
kotaraja dan juga nona Liok Sian-li, murid dari Kim tayhiap."
Agak heran Hoa Sin ketika melihat para ketua partai
persilatan tak memberikan reaksi kejut atas keterangannya itu.
Bahkan Ceng Sian suthay tampak mengangguk-anggukan
kepala.
Juga menurut keterangan dari Ong thancu, putera dari Kim
tayhiap yang hilang itu, berada di kotaraja,"' kata Hoa Sin
pula.
Eh, para ketua partai persilatan itu tak terkejut.
"Putera Kim tayhiap itu menamakan dirinya dengan nama
Blo'on," kata Hoa Sin.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Para ketua itupun tenang2 saja.
"Ditangkap di istana !" akhirnya Hoa Sin berseru agak keras
untuk mengejutkan mereka. Tetapi merekapun tetap tenang2
saja.
"Eh, mengapa kalian tak terkejut ?" akhirnya Hoa Sui sendiri
yang tak kuasa menahan keheranannya.
"Mengapa harus terkejut, Hoa pangcu ?" Ceng Sian suthay
tersenyum," aku sudah menceritakan hal itu kepada para
pangcu disini."
"Oh," Hoa Sin mendesuh, "apakah suthay juga ke kotaraja
?"
Ceng Sian mengiakan.
Tetapi bukankah suthay ikut dalam rombongan yang ke
Hong-san ?"

   "Kurasa empat orang sudah cukup dan atas persetujuan
para pangcu, aku mengundurkan diri karena hendak mencari
jejak putera Kim tay hiap yang hilang itu, Akhirnya akupun
mengunjungi juga kotaraja."
"Selama dalam perjalanan itu, apa sajakah yang suthay
ketemukan ?" tanya Kim Sin.
"Tidak ada yang penting kecuali bertemu dengan Hiang
Hiang niocu."
"Hiang Hiang niocu?" seru Hui Gong taysu serentak,"
Omitohud ! bagaimanakah dengan keadaan niocu ?"
"Hiang Hiang niocu juga mendengar tentang kemunculan
dua orang yang mengaku sebagai Kimtayhiap. Dia ketarik juga
perhatiannya. Ia hendak membantu kita secara diam2 untuk
menghadapi kedua Kim Thian cong itu."
"Omitohud !" seru ketua Siau-lim-si itu pula," apibila Hiang
Hiang niocu mau membantu, kekuatan kita tentu lebih besar.'"
"Dan selama dalam perjalanan itu, kudengar juga tentang
pembicaraan yang ramai dalam dunia persilatan tentang
kemunculan beberapa tokoh yang aneh. Antara lain, Bu Ing
lojin, Bu Beng lojin, Hong-sat koayceng dan lagi pula seorang
paderi Thian-tiok (India) yang sakti.
"Paderi Thian-tiok ? kata Hoa Sin, "bagaimanakah gerak
gerik paderi itu.
Dia tak melakukan tindakan apa2, kecuali hanya berkelana
dari daerah kelain daerah. Tetapi anehnya, setiap kali paderi
Thian Tiok itu datang disebuah desa atau kota, tentulah orang
gempar karena kehilangan anak gadisnya."
Beberapa ketua partai persilatan itu terkejut.

   "Tindakannya itu mirip juga dsngan Hong Sat koayceng.
Bukankah suthay pernah menghadapi Hong Sat koay-ceng
dirumah Cian-bin-long-kun dalam kotaraja ?" kata Hoa Sin.
"Ya," kata Ceng Sian suthay yang lalu menuturkan peristiwa
yang terjadi rumah kediaman Cian-bin-long-kun. Adalah
karena Kim kongcu membuat gara2 maka pesta ulang tahun
dari Cian-bin-long-kun sampai kacau."
"Dan tahukah suthay peristiwa putera Kim tahiap itu
ditangkap kedalam istana ?" tanya Hoa Sin pula.
"Ya, aku dan nona Liok bersama Ong than-cu berusaha
untuk masuk kedalam istana, tetapi penjagaan terlalu ketat
sekali, sehingga kami gagal menolong Kim kongcu. Tetapi Kim
kongcu memang bengal, pun juga lihay sekali. Dia telah
berhasil lolos dari istana. Pihak isiana lalu menebar
pengumuman untuk menangkap Kim kongcu."
"Ha, ha, ha," tiba2 Hoa Sin tertawa gelak2, "tahukah suthay
mengapa fihak istana hendak menangkap Kim kongcu ?"
"Dia lolos dari tahanan di istana." sahut Ceng Sian suthay.
"Benar," seru Hoa Sin, "memang Kim kongcu itu lihay
sekali. Sayang aku belum pernah berjumpa dengan dia.
Kurasa adatnya cocok sekali dengan aku. Tetapi suthay,
tahukah mengapa istana hendak menangkap Kim kongcu?'
"Sudah tentu akan dihukum!"
"Salah !" sambut Hoa Sin, "bukan dihukum tetapi akan
mendapat ganjaran besar."
"Ganjaran besar ?" Ceng Sian suthay terbeliak, "Hoa
pangcu. harap jangan berolok-olok Kim kongcu penting bagi
kita karena sebagai penghormatan dan balas budi kepada Kim

   tayhiap kita harus mengurus puteranya. Oleh karena itu kita
harus mencarinya sampai ketemu."
Hoa Sin tertawa riang.
"Suthay, siapa yang berolok-olok? Masakan Hoa Sin berani
berolok-olok kepada suthay. Memang Kim kongcu akan diberi
ganjaran besar oleh bagmda raja karena telah berhasil
menyembuhkan penyakit dari Ing Ing kiongcu."
"Oh," serentak lima ketua partai persilatan mendesuh kejut,
benarkah itu, Hoa pangcu ? Dan apakah kiranya ganjaran
yang akan diberikan kepada Kim kongcu ?"
Sungguh mati," seru Hoa Lin dengan nada bersungguh,
memang raja memberinya ganjaran, yang luar biasa yang
belum peruah diterima orang lain."
Kelima ketua partai persilatan itu makin ingin tahu.
"Harap. Hoa pangcu segera memberitahu ganjaran apakah
yang akan diberikan kepada Kim kongcu," akhirnya seorang
kepala gereja Siau-Iim-si yang sabar seperti Hui Gong taysu
tak dapat menahan hatinya.
"Hoa pangcu, jangan menggoda hati kita lekaslah engkau
katakan," seru Hong Hong tojin.
"Ya, ya," seru Hoa Sih, "akan kukatakan kepada para
pangcu. Ganjaran dari raja itu tak lain, Kim kongcu akan
dipungut sebagai menantu raja....."
"Hu-ma ?" seru kelima ketua partai persilatan itu serempak.
"Benar, puteri Ing Ing yang disembuhkan oleh Kim kongcu
itu akan diberikan kepada Kim kongcu."
"Omitohud !" segera Hui Gong taysu berseru memanjatkan
doa, 'besar sekali nian rejeki Kim kongcu itu."

   "Hoa pangcu," tiba2 Ceng Sian suthay berseru, "ketika aku
masih di kotaraja, memang kubaca juga pengumuman dari
istana. Tetapi pengumuman untuk menangkap Kim kongcu,
bukan pengumuman untuk menjadikan dia huma.'
"Ya, memang begitu. Tetapi aku telah menyelidiki kedalam
istana dan memperoleh berita itu. Sayang dulu2 aku tak
bertemu dengan Kim kongcu."
"Kalau bertemu lalu Hoa pangcu hendak mengapa ?" tukas
Ceng Sian suthay.
"Aku cocok sekali dengan perangai dan tingkah lakunya.
Coba pangcu sekalian bayangkan, siapakah yang telah
membikin geger seluruh penduduk kotaraja karena harus
bangun pada jam 3 pagi ? Ha, ha, ha. Kim kongcu telah
membangunkan seluruh penduduk kotaraja dengan memukul
genderang-waktu beberapa jam lebih pagi. Dan siapakah yang
mampu mengobati penyakit aneh dari Ing Ing kiongcu kalau
tidak Kim kongcu. Pada hal raja sudah memanggil seluruh
tabib pandai diseluruh kerajaan. Wah, wah, aku Hoa Sit orang
mengatakan seorang pengemis yang bertingkah aneh. Tetapi
kalau mendengar cerita nona Liok tentang pengalaman2 yang
dialami Kim kongcu selama berkelana ini, orang sungguh tak
mungkin mau percaya. Coba bayangkan saja, kalau Kim
kongcu pernah masuk kedasar laut dan bertemu dengan kakek
penunggu istana Hay-te-kiong, bertempur dengan ular naga
dan beberapa binatang aneh. Seumur hidup, baru pertama kali
ini aku mendengar kissah perjalanan hidup yang begitu aneh
dan luar biasa."
Dan Hoa pangcu mau apa dengan Kim kongcu ?" seru
Hong Hong tojin.
''Karena adatnya sama, aku ingin mengangkat Kim kongcu
sebagai anak-angkat ..... ,"

   "Omitohud," seru Hui Gong, "mudah-mudahan maksud Hoa
pangcu yang baik itu akan terlaksana dengan baik."
"Aku tak setuju," tiba2 Ceng Sian suthay menyelutijk,
"kabarnya Kim kongcu itu agak limbung dan aneh tingkah
lakunya Seharusnya ia mendapat pimpinan ayah yang keras
dan disiplin seperti Kim tayhiap, Kalau mendapat ayah angkat
yang kukway seperti Hoa pangcu, apa nanti jadinya ? Ayah
dan anak sama-sama.....?'
Ceng Sian tuhay tak selanjutkan kata-katanya, Ia teitawa
geli.
"Justeru begitu baru serasi," seru Hoa Sin menanggapi
olok2 Ceng Sian sutthay, "bukankah suthay kenal akan sebuah
pepatah yang berbunyi ; "Guru kencing berdiri, murid kencing
berlari. Ha, ha, ha....."?
Demikian kelakar sekedarnya dari tokoh2 yang menjadi
ketua partai2 persilatan. Ada kalanya tokoh2 semacam itu juga
suka berkelakar sekedar pelepas waktu.
"Tetapi apakah Kim kongcu sudah dapat di-ketemukan,
tiba2 Ceng Sian suthay bertanya dengan nada bersungguh.
Wajah riang dari Hoa Sin suram seketika, "Justeru itu yang
menjadi pemikiranku. Ketika berada di kotaraja, Kim kongcu
masih belum dapat diketemukan jejaknya. Kabarnya ia telah
menjadi Ngo-thayswe dan menceburkan diri ke dalam kolam
taman hiburan dalam istana. Sampai sekarang dia menghilang
tak dapat diketemukan."
Mendengar itu semua ketua partai persilatan terkejut dan
gelisah. Kalau putera Kim Thian-cong itu benar2 mati
tenggelam daiam kolam, sia2 -lah jerih payah mereka untuk
membalas budi Kim Thian cong,

   Soal Kim kongcu sudah kuserahkan kepada Ong Cun
kepala partai Kay-pang cabang kotaraja yang telah sanggup
membantu nona Liok untuk mencari Kim kongcu sampai
ketemu," kata Hoa Sin lebih lanjut, "yang jadi persoalan
sekarang yalah bagaimana kita harus mengambil keputusan
terhadap kedua Kim thian-cong palsu itu."
Kelima ketua partai persilatan yang lain seperti disadarkan.
Akhirnya Hui Gong taysu membuka suara.
"Para kaucu kalian," katanya membuka pembicaraan,"
menurut pendapat pinto, kita harus menjalankan siasat seperti
yang.pernah kita bicarakan dahulu. Yakni mengadu domba
antara kedua Kim Thian-cong itu. Mengingat bahwa kedua Kim
Thian-cong itu entah mana yang lebih ganas dan sakti, maka
kitapun terpaksa harus memecah kekuatan kita menjadi dua.
Sebagian menuju ke Hong san dan sebagian menuju ke Thay
san.
Kepada Kim Thian-cong di Hong-san kita mengatakan
bahwa terpaksa sebagian dari ketujuh partai harus memenuhi
undangan Kim Thian-cong di Thay-san karena takut akan
kekuatanya. Demikian kita katakan juga seperti kepada Kim
Thay-cong di Hong-san .....:"
"Bagaimana andaikata Kim Thian-cong di Hong-san maupun
Kim Thian-cong di Thay-san tidak mempan terhadap siasat
kita itu dan keduanya menerima begitu saja menurut
keadaannya. Bukankah berarti dunia persilatan akan dikuasai
oleh dua orang Kim Thian-cong ?" selutuk Hong Hong tojin.
"Toheng benar," sahut Hwat Gong taysu, tetapi pinto lebih
cenderung untuk memastikan bahwa kedua Kim Thian-cong
itu tentu marah dan saling gempur sendiri. Karena biasanya,
setiap tokoh persilatan yang sudah memiliki kepandaian sakti
dan berani melaksanakan cita2 untuk menjagoi dunia

   persilatan, tentu tak kan membiarkan timbulnya fihak kedua
yang akan menyainginya."
Dan andaikata apa yang dikuatirkan Hong Hong toheng itu
menjadi kenyatakan," kata Hwat Gong taysu lebih lanjut
"kitapun masih mempunyai daya lain. Kita harus menggeragoti
kekuatan mereka dari dalam. Setiap ada kesempatan terbuka,
harus kita gunakan sebaik-baiknya untuk menghancurkan
kekuatan mereka."
"Bagaimana kalau kesempatan itu tak ada? tanya Hong
Hong tojin pula.
"Kita adakan," sahut Hui Gong taysu dengan nada yakin.
Tiba2 terdengar Ang Bin tojin ketua Bu-tong-pay menghela
napas.
"Apa yang diucapkan Hui Cong taysu memang merupakan
kemungkinan yang paling dapat kita laksanakan," kata ketua
Bu-tong-pay itu, "tetapi kitapun harus menjaga kemungkinan
yang paling buruk diantara kemungkinan2 itu."
Kelima ketua partai persilatan yang lain tampak kerutkan
wajah.
"Bagaimana maksud toheng ?" akhirnya Hwat Gong taysu
mengajukan pertanyaan.
"Yang pinceng maksudkan," kata Ang Bin tojin, "yalah
kemungkinan apabila semua siasat kita gagal. Bukankah dunia
persilatan akan menderita masa2 yang menyedihkan karena
harus dikuasai oleh tokoh2 yang jahat ? '
Kelima ketua partai persilatan mengangguk-angguk dan
kerutkan kening. Rupanya merekapun dapat membayangkan
apa yang dikuatirkan ketua Bu-tong-pay itu.

   "Ya, kemungkinan itu memang ada," akhirnya Hui Gong
mengakui.
"Oleh karena itu, wajiblah kita memikirkan juga persiapan2
untuk menghadapi kemungkinan seperti itu."
"Lalu menurut toheng, bagaimana kita harus mengadakan
persiapan menghadapi kemungkinan buruk itu?' tanya Hui
Gong pula.
"Siau-lim-pay sudah berdiri beratus-ratus tahun, Bu-tongpay.
Kong-tong-pay, Kun-lun-pay, Go-bi-pay, Hon-san-pay dan
Kay-pangpun mempunyai sejarah yang lama dalam dunia
persilatan. Ilmu silat dari ketujuh partai persilatan itu,
merupakan sumber ilmu silat dari dunia persilatan Tiong-goan.
Bukankah sayang sekali kalau sampai ilmu silat warisan dari
para leluhur kita itu lenyap?" kata' Ang Bin tojin."
"Maksud toheng, kemungkinan kita akan menghadapi
kehancuran dibawah tindasan dari kedua Kim Thian-coug
palsu itu?'* tanya Hui Gong.
"Benar, taysu," jawab, Ang Bin tojin, "penyerahan kita
kepada mereka tentu disertai dengan anakmurid dari partai
persilatan masing2. Kalau sampai tokoh2 yarig tergolong kojiu
(jago sakti) dari masing2 partai persilatan dibunuh oleh kedua
atau salah satu dari Kim Thian-cong itu, bukan kah ilmu silat
dari masing2 partai persilatan akan ludas ?"
Terdengar desis tertahan dari mulut kelima ketua persilatan
demi mendengar hal yang dibayangkan Ang Bin tojin itu. Mau
tak mau mereka harus membayangkan kemungkinan itu juga.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Ya, apa yang toheng kemukakan itu memang tepat sekali:
Kemungkinan begitu memang dapat juga terjadi," akhirnya
Hwat Gong taysu mengakui, "oleh karena itu harap toheng

   suka mengemukakan pendapat yang tepat untuk mengatasi
hal2 itu."
"Ah, harap taysu jangan keliwat memuji diri pinceng," buru2
ketua Bu-tong-pay itu merendah diri, "pertama-tama, ingin
pinceng menanam kesadaran bahwa sejak berada dibawah
pimpinan Kim tayhiap, kita ketujuh partai persilatan ini sudah
seperti tergabung dalam satu kesatuan. Setiap salah satu dari
ketujuh partai persilatan itu menderita, yang lain2 pun untuk
satu."
Berhenti sejenak ketua Bu-tong-pay itu melanjutkan pula.
"Menurut bendapat pinceng yang picik, agar jangan sampai
ilmu silat dari ketujuh partai persilatan itu hilang musnah di
tangan musuh, maka kita harus memberikannya kepada
seorang murid yang benar2 kita anggap dan telah tahu akan
peribadi, bakat dan kejujurannya. Kita berenam memberikan
seluruh kepandaian kita kepada orang itu dan suruh dia
melarikan diri bersembunyi. Kelak apabila keadaan sudah
mengizinkan. dia harus membangun lagi ketujuh partai
persilatan itu. Artinya, dia harus mencari sisa2 murid setiap
partai persilatan itu, memilih yang baik sifat peribadi dan
bakatnya dan memberikan ilmu pelajaran silat dari partai
perguruannya kepada murid itu. Misalnya, kepada anakmurid
Bu-tong-pay dia harus memberikan seluruh ilmu silat yang
telah kuberikan kepada murid Bu-tong-pay itu. Demikian
seterusnya terhadap keenam partai persilatan yang lain.'
"Suatu pendapat yang bagus sekali." Tiba2 Ceng Sian
suthay berseru, "tetapi sukar pelaksana annya. Karena untuk
mencari tokoh yang sesuai seperti yang kita inginkan, tentu
sukar''
Ang Bin tojin mengangguk.

   "Apa yang su-thay katakan memang tepat sekali" kata
ketua Bu-tong-pay itu. "andai kita memilih salah seorang
murid yang paling menonjol di antara ketujuh partai
persilatan, tentu yang lain akan keberatan. Maka untuk jalan
tengah kita harus mencari pemuda berbakat yang diluar dan
ketujuh partai persilatan."
"O," seru Ceng Sian suthay "bagus sekali pendapat toheng
itu. Tetapi mungkin toheng sudah mempunyai bayangan
tentang calon itu".
"Benar," jawab Ang Bin tojin, "dan andaikata calon yang
pinceng ajukan itu tidak sesuai, harap jiwi sekalian suka
menyanggah".
Setelah kelima ketua partai persilatan memberi
kesanggupan maka Ang Bin tojin pun mengemu-kan calon
pilihannya.
"Menurut hemat pinceng, kita wajib membalas budi kepada
Kim tayhiap. Sebenarnya kita akan berusaha untuk menolong
putera Kim tay-hiap yang hilang itu dan mendidiknya supaya
menjadi seorang pendekar yang berguna. Tetapi berita,
terakhir yang dibawa Hoa pangcu tadi benar2 mencemaskan
sekali. Bagaimana andaikata Kim kongcu benar2 telah
meninggal terbenam dalam kolam. Bukankah usaha kita akan
sia2 ? Nah, dengan cara yang hendak pinceng ajukan ini,
kemungkinan kita akan mencapai dua tujuan dalam satu kali
bertindak. Pertama, demi melanjutkan cita2 untuk membalas
budi kepada Kim tayhiap. Kedua, karena kita tahu bahwa
pilihan Kim tayhiap itu tentu memberi jaminan yang cukup
meyakinkan kepada kita. Jelasnya, pinceng hendak
mengusulkan supaya salah seorang murid dari Kim tayhiap itu
yang kita angkat jadi calon ahliwaris dari ketujuh partai

   persilatan. Soal peribadi dan bakat, pinceng percaya Kim
tayhiap tentu sudah pernah mengujinya".
Kelima ketua partai persilatan terkesiap lalu mengangguk.
"Aku setuju dengan usul Ang pangcu, tiba2 Hoa Sin
berseru, "tetapi sayang, calon yang hendak kuajukan itu,
masih menjadi pertanyaan apakah masih hidup atau sudah
meninggal."
"Putera Kim tayhiap?" seru Ceng Sian suthay.
"Benar, suthay" sahut Hoa Sin, kurasa dia lah satu-satunya
pemuda yang tepat menjadi ahli waris kita berenam. Sayang
dia sudah tak ada. Ataupun kalau masih hidup, sukar
diketemukan"
"Dan sayang pula," Ceng Sian suthay menambahkan,
"bahwa kehendak Hoa pangcu yang baik itu tentu ditolak oleh
Kim kongcu. Karena menurut pengakuan nona Liok, putera
Kim tayhiap itu menolak untuk belajar silat. Jangankan kita
yang akan memberi pelajaran, bahkan ayahnya sendiri,
mendiang Kim tayhiappun ditolaknya. Memang putera Kim
tayhiap itu aneh sekali wataknya. Ayahnya seorang pemimpin
dunia persilatan tetapi puteranya tak mau belajar silat".
"Oleh karena itu," kata Sugong In ketua Kong-tong-pay,
"kita hanya mempunyai dua pandangan yang dapat kita
jadikan calon. Murid pertama dari Kim tayhiap atau murid
perempuannya."
Kurasa murid pertama dari Kim tayhiap yang bernama Tio
Goan-pa itu lebih sesuai," kata Ang Bin tojin. "karena dengan
menjadi murid pertama atau calon ahliwaris, sudah tentu Kim
tay hiap telah menguji peribadi maupun bakat dari pemuda
itu".

   "Tetapi bagaimana untuk mencari pemuda itu?" tanya Hong
Hong tojin ketua Go-bi-pay.
"Yang penting, apakah kita sudah setuju akan rencana yang
pinceng kemukakan ini," kata Ang Bin tojin, "dan kalau sudah,
apakah juga sudah setuju akan calon pilihan pinceng itu.
Apabila kedua-duanya sudah disetujui maka kita segera dapat
mengatur langkah untuk bertindak".
Kelima ketua partai persilatan yang lain tampak diam
merenung. Rupanya mereka merenungkan persoalan itu
dengan serius. Mereka menyadari bahwa saat itu keadaan
sudah sangat mendesak dan bahaya sudah mengancam di
depan mata. Ibarat bahaya kebakaran, harus lekas2 soal itu
diatasi.
Akhirnya karena tiada lain jalan, kelima ketua partai
persilatan itu memberi persetujuannya.
"Nah, jika begitu, pinceng serahkan kembali persoalan ini
kepiada Hui Gong taysu untuk memutuskan langkah2 yang
perlu." kata Ang Bin.
Hui Gong taysu segera bicara.
"Tio Goan-pa sicu, murid pertama dari Kim tayhiap saat ini
sedang berkeliling untuk menghubungi partai2 persilatan yang
lain dan tokoh2 persilatan yang tak menggabungkan diri pada
suatu partai persilatan. Apabila kita mencarinya, jelas akan
memakan waktu. Paling tidak, tentu akan lewat dari waktu kita
harus menghadiri undangan kedua Kim Thian-cong itu. Dan
andaipun ketemu, tentu juga makan waktu yang cukup lama
bagai Tio sicu untuk menerima ilmu pelajaran dari kita
bertujuh partai persilatan."
Berhenti sejenak, ketua Siau-lim si itu melanjutkan pula :

   "Pada hakekatnya, kita setuju keputusan untuk memberikan
ilmu kepandaian ketujuh partai persilatan kepadanya. Tetapi
karena hal itu terhalang oleh keadaan dan waktu, maka kita
harus mencari jalan lain. Dua hari lagi kita segera berangkat
ke Hongsan dan ke Thaysan. Dalam waktu yang singkat itu,
lebih baik kita memilih murid dari partai perguruan kita
masing2 dan memberikan ilmu pelajaran kepadanya. Setelah
itu kita suruh dia menyembunyikan diri ke gunung yang sepi
untuk berlatih hingga dapat memahami pelajaran itu."
"Waktu dua hari terlalu singkat untuk menyerap semua ilmu
pelajaran dari setiap partai persilatan," sambut Ang Bin tojin,
"misalnya ilmu siat dari perguruan Siau-lim si yang memiliki 72
buah pelajaran silat yang sakti. Jangankan dalam waktu dua
hari, bahkan berpuluh tahun, bahkan pula seumur hidup tak
mungkin selama ini terdapat tokoh Siau-lim-si yang mampu
menguasai seluruh ilmu pelajaran itu."
Hui Gong taysu menghela napas,
"Apa yang toheng kataknn memang benar " katanya," lalu
bagaimana menurut pendapat toheng untuk mengatasi
persoalan ini !"
"Menurut hemat pinto," kata Ang Bin tojin, "yang terutama
yalah harus menyelamatkan kitab2 pusaka ilmu pelajaran dari
masing2 partai persilatan. Yang kedua, kita masing2
menggunakan waktu dua hari yang amat singkat ini untuk
menulis, semua ilmu pelajaran yang kita miliki. Kitab itu kita
berikan kepada salah seorang murid kita yang kita anggap
paling berbakat dan baik kelakuannya, untuk bersembunyi di
gunung dan mempelari ilmu itu sampai sempurna."
Pandangan ketua Bu tong-pay itu ternyata disetujui.
Keenam partai persilatan itupun segera berkemas-kemas

   untuk menuliskan ilmu kepandaiannya dalam sebuah kitab.
Dan sehari itu merekapun mulai menulis.
Tiba2 pada hari kedua, Tio Goan Pa muncul. Sudah tentu
keenam ketua partai pesilatan itu terkejut, Sesaat mereka
tertegun karena harus menghadapi persoalan lagi. Apakah
tetap akan memberikan ilmu silat mereka kepada Goan Pa
ataukah tetap melanjutkan tulisan mereka pada kitab yang
akan diberikan kepada murid mereka.
Tio Goan Pa pun melaporkan tentang usahanya untuk
menghubungi partai ataupun perguruan persilatan, tokoh2
ternama.
"Mereka menyatakan akan berdiri dibelakang kita, dalam
menghadapi ancaman kedua manusia yang menamakan
dirinya Kim Thian-cong itu," katanya mengakhiri laporan.
Hui Gong taysu memberi pujian kepada pemuda itu.
"Kalau tak.salah, besok kita harus sudah berangkat untuk
memenuhi panggilan mereka," kala Goan Pa pula.
Hui Gong taysu mengiakan.
"Benar, Tio sicu, "katanya, justeru itulah yang
menggelisahkan kita."
Kemudian ketua Siau-lam-si itu menceritakan hasil
keputusan dari para partai persilatan yang berada dalam
Wisma Damai disitu.
"Keputusan ciapwe sekalian memang tepat sekali, "kata
Goan Pa," walaupun wanpwe seorang pemuda yang tak
berguna, tetapi demi menyelamatkan kelangsungan hidup dari
ketujuh persilatan, wanpwe bersedia untuk melakukan tugas
itu.

   Dalam membawakan cerita tentang hasil keputusan keenam
ketua partai persilatan, Hui Gong taysu baru tiba tentang
keputusan untuk menyerahkan warisan ilmu silat dari ketujuh
partai persilatan itu kepada Goan Pa. Belum lagi ketua Siaulim-
si itu melanjutkan ceritanya mengenai perubahan
keputusan itu, Goan Pa sudah mendahului dengan
menyatakan kesanggupannya menerima beban kewajiban dari
ketujuh partai persilatan itu:
"Tetapi Tio sicu," kata Hui Gong taysu, karena tertumbuk
akan waktu undangan dari kedua Kini Thian-cong dengan
waktu untuk mencari sicu, demikian pula dengan
pertimbangan bahwa tak mungkin sicu akan dapat
menampung ilmu pelajaran ketujuh partai peisilatan dalam
waktu hanya dua hari maka kamipun merobah keputusan itu.
Akan menulis ilmu yang kami miliki masing2 dalam sebuah
kitab ......"
"Ketepusan yang tepat sekali," cepat Goan Pa menyambut,
"memang apa yang cianpwe katakan itu benar. Tak mungkin
wanpwe dapat menampung sekian banyak ilmu pelajaran
dalam waktu dua hari saja. Dengan ditulisnya ilmu itu dalam
kitab, wanpwe akan mendapat waktu yang cukup untuk
mempelajari dan berlatih. Wanpwe berjanji akan berlatih
sungguh2 untuk memenuhi harapan sekalian cianpwe."
Kembali keenam ketua partai persilatan itu terkesiap. Untuk
beberapa saat mereka tak dapat mengucap apa2"
"Tio sicu," akhirnya Hui Gong taysu yang membuka
pembicaraan, "dalam hal keputusan itu, setelah terdapat
perobahan tentang cara, pun juga perobahan tentang
orangnya. Bermula kami memang memilih seorang yang diiuar
dari ketujuh partai persilatan sebagai ahlivvaris penyambung
ilmu pelajaran ketujuh partai persilatan. Tetapi akhirnya kami

   putuskan, akan menyerahkan kitab itu kepada murid masing2
yang kami anggap paling berbakat dan paling baik".
"Ah," Goan Pa mendesah, "soal itu wanpwe tak menyesal
karena hal itu merupakan hak dari para cianpwe disini. Hanya
saja ..."
"Hanya saja bagaimana, harap sicu katakan."
"Wanpwe ikut perihatin akan nama baik dari para cianpwe
dan ketujuh partai persilatan. Apa bila peristiwa ini sampai
terdengar oleh orang persilatan, bukankah mereka akan
melontarkan cemoohan kepada para cianpwe sekalian karena
dianggap telah menarik kembali kata2 yang sudah diucapkan?
Hui Gong taysu terkesiap. Demikian pula dengan kelima
ketua partai persilatan yang lain.
"Soal gengsi atau nama, pada saat ini tak perlu kita
hiraukan". tiba- Hoa Sin menyeletuk, "yang penting kita harus
menyelamatkan ilmu pelaran warisan masing2 partai
persilatan. Memberikan ilmu warisan kepada murid sendiri,
bukanlah suatu hal yang layak dicemohkan. Itu sudah wajar"
"Kalau para cianpwe disini belum melatahkan keputusan
yang pertama, memang tak ada orang yang akan
mencemohkan. Tetapi ternyata cianpwe sekalian sudah
menyetujui pernyataan untuk memilih orang yang diluar dari
ketujuh partai persilatan itu", cepat Goan Po menukas.
"Dalam hal ini, bukan wanpwe hendak mendesak dan
menonjolkan diri supaya diberi ilmu pelajaran dari ketujuh
partai cianpwe sekalian. Tetapi wanpwe hanya hendak
menjaga nama baik cianpwe sekalian dan ketujuh partai
persilatan yang dia junjung tinggi oleh seluruh kaum
persilatan".

   Keenam ketua partai persilatan itu terdiam. Mereka
memang mengakui bahwa apa yang dinyatakan Goan Pa
memang beralasan.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Akhirnya, Ang Bin tojin ketua Kong-tong-pay memecahkan
kemacetan itu.
"Begini sajalah " katanya, "mengingat waktu sudah amat
mendesak dan kita sudah terlanjur menuliskan ilmu
kepandaian kita kedalam kitab, maka pemecahannya adalah
begini. Kita tetap lanjutkan penulisan itu, kemudian kita
tentukan siapa murid kita yang berhak menerima kitab itu.
Dan untuk menyerahkan kitab tulisan kita itu, kami akan minta
bantuan Tio sicu yang menyerahkannya. Dengan begitu tak
mengurangi arti dari keputusan kita. Jadi Tio sicu tak perlu
berjerih payah untuk mempelajari ilmu kepandaian kita
berenam, tetapi tetap dapat, melaksanakan tugas yang kami
harapkan".
Pernyataan Ang Bin tojin kembali mendapat persetujuan
kelima ketua partai persilatan yang lain.
Demikian mereka melanjutkan lagi pekerjaannya. Besok
mereka harus sudah berangkat.
Tio Goan Pa mewajibkan diri sebagai tuan rumah. Ia
mewakili mendiang gurunya, untuk menyediakan hidangan
bagi keenam ketua persilatan itu dan menyiapkan pula tempat
penginapan bagi mereka.
Saat itu sudah malam. Keadaan di puncak Giok-li-nia sunyi
senyap sekali. Tetapi di kamar masing2 keenam ketua
persilatan itu masih sibuk menulis ilmu kepandaian mereka
dalam sebuah kitab.
Waktu dua hari memang terlalu sempit. Maka merekapun
tak dapat menuliskan seluruh kepandaian mereka. Mereka

   hanya menulis saja ilmu kepandaian silat yang penting dan
sakti.
Tengah malam telah lewat. Suasana makin lelap.
Sedemikian sunyinya sehingga daun kering yang gugur ke
tanah, pun dapat terdengar.
Tiba2 Hui Gong taysu dikejutkan oleh suara yang aneh.
Seperti langkah kaki orang yang berjalan menghampiri ke
tempat penginapan. Begitu halus dan hampir tak bersuara
langkah kaki orang.
Diam2 Hui Gong taysu terkejut. Jelas pendatang itu
memiliki ilmu ginkang atau meringankan tubuh yang hebat
sekali.
"Siapa ?" tanya Hui Gong taysu dalam hatil "hanya ada dua
kemungkinan. Jika bukan Goan Pa tentu Pang To Tik. Tetapi
kalau Goan Pa tentu tak sedemikian sempurna ilmu ginkangnya.
Apakah Pang To Tik ? Ah, mungkin jago dari Hoa
san-pay itulah yang datang."
Hui Gong hentikan pekerjaannya. Ia kerahkan semangat
untuk mendengarkan suara pendatang itu.
Saat itu dia sudah tiba di Wisma Damai. Makin keras
dugaan Hui Gong taysu bahwa pendatang itu tentu Pang To
Tik. Segera dia berkemas hendak menyambut keluar.
Tetapi pada lain saat ia batalkan rencananya Orang itu
tengah memasuki Wisma Damai lalu, menghampiri ke
belakang dimana tempat penginapan keenam ketua partai
persilatan itu berada.
"Ah, tentu Pang tayhiap," akhirnya Hui Gong mengambil
kesimpulan. Dia terus terbangkit hendak keluar. T'etapi tibaTiraikasih
website http://kangzusi.com.
tiba langkah kaki terhenti di halaman lalu terdengar desir
angin pelahan di udara.
Hui Gong taysu terkejut. Jelas orang itu tentu melayang
keatas wuwungan rumah. Seketika timbul kecurigaan dalam
hatinya. Jika Pang To Tik, tak mungkin akan berbuat begitu
Tentu akan mengetuk pintu, Hui Gong taysu segera kerahkan
seluruh perhatiannya untuk mengikuti gerak gerik pendatang
itu.
Beberapa saat tak terdengar suara apa2. Tentu orang itu
sedang menunggu suatu perobahan dalam rumah penginapan.
Karena sunyi2 saja, ia segera bergerak.
Hui Gong taysu mendengar suara atap dibuka dengan
pelahan-lahan. Kini semakin jelas bahwa pendatang itu tentu
termaksud buruk.
Tengah Hui Gong taysu menunggu perkembangan lebih
lanjut, tiba2 terdengar suara Ang Bin tojin membentak:
"Hai, besar sekali nyalimu, berani mengintai ke sarang
naga!"
Dan pada lain saat terdengar Ang Bin mendesis kejut. Hui
Gong tak dapat berpeluk tangan lebih lanjut. Serentak ia
membuka jendela lalu melayang keluar.
Tetapi belum kakinya menginjak tanah, setiup angin tajam
telah menyambarnya. Cepat ketua Siau-Iim-si itu kebutkan
lengan jubahnya. Tring, tring, terdengar suara benda
tertampar jatuh ketanah.
"Ha, ha, ha," orang itu tertawa," hayo, kejarlah aku kalau
mampu, kalian berenam !"
Orang itu mengenakan kain cadar hitam, sehingga tak
dapat diketahui raut wajahnya. Sedangkan saat itu ternyata

   keenam ketua partai persilatanpun sudah keluar dan
mengepung.
Hui Gong taysu ketua Siau-lim-si, Ang Bin tojin ketua Butong-
pay, Hong Hong tojin ketua Go-bi-pay, Ceng Sian suthay
ketua Kun lun pay Sugong In ketua Kong-tong-pay dan Hoa
Sin ketua Kay-pang, adalah tokoh2 persilatan yang
termasyhur. Mereka merupakan tokoh2 silat yang menentukan
kehidupan dunia persilatan Tiong-goan. Sudah tentu ilmu
kepandaian mereka amat tinggi.
Tetapi walaupun dikepung oleh keenam tokoh yang begitu
sakti, orang tak dikenal itu tetap ganda tertawa.
""Siapa engkau !" bentak Sugong In. Orang itu tertawa
hina.
"Tiada guna engkau mengetahui namaku. Yang penting
kedatanganku kemari ini hendak menguji ilmu kepandaian silat
dari tokoh2 di Tiong-goan. Apakah benar2 sehebat yang dipuji
orang ?
Keenam ketua partai persilatan itu terkejut. Diam2 mereka
dapat membedakan bahwa logat bahasa yang digunakan
orang itu, berlainan dengan logat orang Tiong goan.
"Jika tak mau mengaku jangan menyesal kalau akan
kutindak dengan kekerasan, seru Sugong In pula.
Memang itulah yang kuharapkan. Silahkan kalian bertujuh
.maju !" tanjang orang itu.
"Baik," secepat berkata, secepat itu pula Sugong Inpun
sudah melayang kemuka dan melepaskan sebuah pukulan
dahsyat.

   Tetapi sebelum tangan sempat diayun, tiba2 orang itu
sudah mendahulu taburkan serangkum benda kecil kearah
Sugong In.
Sugong In terkejut. Untuk menghindar sudah tak sempat
lagi, Terpaksa ia tamparkan lengan jubahnya.
Tetapi alangkah kejut ketua Kong tong pay itu ketika
benda2 kecil yang tertampar itu berubah berhamburan
menjadi asap. Dan seketika pula ia rasakan kepalanya pening,
mata berkunang kunang.
Melihat itu beberapa ketua persilatan yang lain serentak
menerjang maju. Tetapi orang itu pun menyambutnya pula
dengan taburan benda putih.
"Jangan ditangkis !" teriak Hui Gung taysu seraya loncat ke
samping.
Tetapi orang itu memang ganas sekali. Ia tak memberi
kesempatan lagi kepada para ketua partai persilatan itu.
Setelah mencecer dengan empat lima kali taburan benda kecil,
yang terakhir, orang itu melontar peluru. Bum, bum, peluru
menghantam tanah dan asap tebalpun segera menyelubungi
tempat itu.
"Mundur dan tutup pernapasan !" seru Hui Gong taysu pula.
Keenam ketua paitai persilatan berhamburan loncat ke
belakang. Mereka bersiap2 hendak menerjang. Tetapi setelah
asap menipis, ternyata orang itupun sudah lenyap.
Pengejaran dan pencarian segera dilakukan jauh sampai ke
kaki bukit tetapi tak berhasil menemukan jejak orang itu.
Terpaksa mereka kembali ke Wisma Damai.

   Hui Gong taysupun kembali kedalam rumah penginapannya.
Ketika membuka pintu maka menjeritlah ia dengan nada yang
amat kaget :
"Hai, kemana kitab yang kutulis tadi .....!"
odwo
Jilid 30
Memancing harimau tinggalkan sarang
Bahwa Hui Gong taysu seperti orang yang menderita kejut
disambar halilintar, memang dapat dimaklumi. Kitab itu telah
diisi dengan tulisan mengenai seluruh ilmu kepandaian yang
dimilikinya.
Walaupun tidak semua ilmu pusaka Siau-Iim-si yang terdiri
dari tujuhpuluh dua macam ilmu sakti itu dapat dipelajarinya
semua, tetapi hampir lebih dari separoh ia telah dapat
menguasai. Suatu hal yang tak mengherankan mengingat
kedudukannya sebagai seorang ketua.
Setelah kitab itu benar2 tak diketemukan dalam kamarnya,
segera ia lari keluar menuju ke kamar lain2 ketua persilatan.
Ah ... , ia berseru dalam hati ketika melihat kelima ketua
partai persilatanpun muncul dari kamar masing2.
Merekapun terkejut melihat Hui Gong taysu.
Taysu ... serentak kelima ketua persilatan itu bergegas
menyongsong.
Hui Gong taysu cepat dapat mencium bau bahwa dari kerut
wajah mereka, tentulah mereka juga mengalami peristiwa
sama seperti yang dideritanya.

   Omitohud ! seru paderi ketua Siau-lim-si itu dengan wajah
tenang, bukankah toheng dan ciangbunjin sekalian
kehilangan kitab tulisan toheng?
Apakah taysu juga kehilangan kitab itu ? seru Hong Hong
tojin ketua Go-bi-pay. Hui Gong taysu mengangguk tenang.
Rupanya kita telah tertipu siasat musuh. Orang itu
menggunakan siasat Tiau-hou-li-san (memancing harimau
tinggalkan gunung), kata Hui Gong taysu penuh toleransi.
Ini tak dapat kita biarkan ! seru Sugong In ketua Kongtong-
pay, jika kitab yang ditulis itu jatuh ketangan orang,
berarti mereka tentu dapat menguasai ilmu kepandaian
ketujuh partai persilatan ..
Tidak semua, cepat Ceng Sian suthay menukas, karena
ilmu kepandaian partai Hoa-san-pay tetap tak terganggu.
Oh ... teriak Sngong In, maksud suthay ... apakah ...
Omitohud ! cepat Hui Ceng taysu menyela kutahu apa
yang toheng maksudkan. Tetapi hendaknya janganlah kita
menaruh prasangka buruk kepada kawan sendiri.
Tetapi taysu, bantah Ceng Sian suthay. bukti sudah
mengatakan kepada kita, adakah kita harus menutup mata
akan kenyataan.
. Omitohud berseru pula ketua Siau-lim-si yang penuh
toleransi, dalam saat2 dimana keselamatan dunia persilatan
dan kepentingan partai2 serta kaum persilatan terancam,
wajiblah kita memelihara persatuan dan kesatuan. Karena
hanya dengan persatuan itu kita akan dapat menghadapi
bahaya2 yang sedang mengancam kita.
Tepat, taysu, sambut Ceng Sian suthay pula. tetapi
justeru dalam menghadapi saat2 segenting ini, kita harus

   mawas diri. Persatuan yang sungguh2 keluar dari hati bersih
dan kesatuan yang benar2 bersih dari penghianat. Justeru
dalam menghadapi bahaya besar seperti saat ini kita harus
membersihkan tubuh persatuan kita. Dengan demikian kita
dapat mencurahkan segenap tenaga dan pikiran untuk
menghadapi musuh dari luar, Jika tidak, beratlah beban kita.
Dari luar menghadapi ancaman musuh berbahaya dari dalam
harus menderita digerogoti musuh dalam selimut.
Beberapa ketua partai persilatan itu tertegun Apa yang
diucapkan Ceng Sian suthay ketua Kun lun-pay memang tepat.
Merekapun tahu siapa yang dicurigai suthay itu. Tentulah tak
lain diri wakil partai Hoa-san-pay Pang To Tik.
Memang kecurigaan Ceng Sian suthay sudah dimulai jauh
sejak hilangnya jenasah Kim Thian- cong dulu. Tetapi hal itu
masih belum dapat menemukan bukti yang meyakinkan.
Kemudian hilangnya Pang To Tik yang bersama Hoa Sin
menuju ke gunung Thaysan. Yang kedua yalah peristiwa yang
terjadi pada saat itu. Tidak mungkinkah peristiwa tadi Pang To
Tik yang melakukan ?
Jelas apabila dalam soal adu kepandaian. Pang To Tik tentu
tak dapat memenangkan kelima ketua partai persilatan yang
berkumpul di situ. Itulah sebabnya maka dia menggunakan
bahan peledak atau peluru asap untuk melarikan diri.
Demikian dugaan2 yang dikemukakan oleh Ceng Sian
suthay dan beberapa ketua partai persilatan iain. Dan mereka
hampir cenderung untuk menyetujui dugaan itu apabila Hoa
Sin tidak bertanya.
Benar. Serunya, memang dugaan itu hampir mendekati
kebenaran. Tetapi mengapa dan bagaimana dia tahu kalau
kita mengambil keputusan untuk menulis semua kepandaian

   kita dalam sebuah kitab dan kita wajibkan Tio Goan Pa untuk
kelak memberikan kepada murid-murid kita.
Omitohud ! tiba2 Hui Gong berseru kejut dan terus
melangkah pergi menuju ke ruang belakang.
Taysu , . Sugong In hendak berseru memanggil untuk
meminta keterangan mengapa ketua Siau-lim-si tiba2
melangkah pergi.
Sugong ciangbunjin, Hui Gong taysu tentu akan
menjenguk Tio Gan Pa, cepat Hoa Sin menukas, kita tunggu
saja disini
Ah, tidak sahut Sugong lu. lebih baik kita ikuti taysu ke
belakang.
Silahkan, kata Hoa Sin tenang2. Dan dia tetap menunggu
di situ walaupun keempat ketua partai persilatan telah
menyusul Hui Gong.
Beberapa saat kemudian muncullah Hui Gong taysu
bersama para ketua partai persilatan. Wajah mereka tampak
berobah tegang.
Hoa pangcu. Kata Hui Gong taysu agak gopoh, ah,
peristiwa ini makin hebat Tio Goan Pa sicu telah h:lang ...

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Hoa Sin mengangguk : Ya, memang, telah kuketahui hal
itu.
Hoa pangcu sudah tahu ? Hui Gong taysu terkejut.
Sewaktu kembali ke dalam kamar dan tak mendapat kitab
yang kutulis, pertama-tama aku segera lari menuju ke kamar
Tio Goan Pa. Ternyata dia sudah hilang.
Hoa pangcu tiba2 Ceng Sian suthay menyela, mengapa
Hoa pangcu terus langsung menjenguk kamar Tio sicu ?

   Hoa Sin menghela napas.
Memang apa yang Hui Gong taysu katakan bahwa kita tak
boleh retak sendiri dan harus membentuk persatuan, itu
benar. Tetapi kata2 suthay bahwa justeru untuk membentuk
persatuan yang kokoh, kita harus membersihkan tubuh kita.
Itupun tepat ...
Hoa pangcu, seru Sugong In cepat2, kumohon pangcu
suka berkata langsung pada persoalannya. Waktu sangat
berharga sekali bagi kita. Kita harus lekas2 bertindak.
Ya, Sugong pangcu memang benar, sahut Hoa Sin. terus
terang sejak hilangnya jenasah Kim tayhiap dan terbunuhnya
Kwik Ing, aku sudah menaruh kecurigaan kepada Tio Goan Pa.
O, maksud Hoa pangcu Tio sicu terlibat dalam peristiwa ini
? tanya Hui Gong taysu.
Soal itu aku masih belum berani memastikan.
Sebagaimana Ceng Sian suthay mencurigai Pang To Tik
tayhiap, sebaliknya kecurigaan jatuh pada diri Tio Goan Pa.
Apakah Hoa pangcu sudah mempunyai landasan2 untuk
mempertahankan kecurigaan pangcu terhadap Tio sicu ?
tanya Hui Gong taysu.
Taysu jawab Hoa Sin pula. ada satu hal yang meminta
jawahan kita. Mengapa keputusan kta untuk menulis ilmu
kepandaian kita masing2 dalam sebuah kitab, dapat diketahui
orang luar ?
Beberapa ketua partai persilatan terkesiap. Mereka
mengakui kata2 ketua Kay-pang itu memang beralasan. Hanya
Ceng Sian suthay yang membantah.
Hoa pangcu katanya, apa guna Tio sicu harus melakukan
pencurian itu ? Katakan dia bersekongkol dengan orang luar

   untuk membawa lari kitab2 itu, tapi perlu apa dia harus
berbuat begitu. Bukankah telah menjadi keputusan kita.
Bahwa setelah kitab2 itu selesai, akan kita serahkan kepada
Tio sicu ? Bukankah lebih baik ia menunggu saja?
Ya, memang begitulah, kata Hoa Sin. aku sendiri juga
belum dapat memecahkan persoalan itu, tetapi kita harus
menyadari betapa julig dan licin orang2 persilatan itu
menggunakan siasat sehingga orang sukar untuk menduga.
Misalnya, kalau kita katakan saja, dengan terjadinya peristiwa
sekarang ini, Tio Goan Pa dapat lepas dari tanggung jawab.
Mungkin kelak dia akan mengatakan kalau ditawan oleh
penjahat yang mengambil kitab itu dan dilempar ke jurang.
Beda apabila dia menerima penyerahan kitab itu dari kita.
Kelak kita dapat menuntutnya apabila kitab2 itu tak diberikan
kepada yang berhak kata Hoa Sin pula, maka ada juga
bedanya, dia mengambil kitab itu sekarang dengan dia harus
menunggu penyerahan dari kita.
Ah, itu hanya suatu reka dugaan dari pangcu sendiri, kata
Ceng Sian suthay, tetapi betapapun, Tio sicu itu adalah murid
dari Kim tayhiap. Tentulah orang sukar percaya ia mempunyai
peribadi sedemikian rendahnya
Mudah-mudahan demikian, sambut Hoa Sin sebagaimana
halnya mudah-mudahan Pang To Tik tayhiap juga tak seperti
yang Ceng Sian suthay duga. Tetapi sebagaimana pula suthay
pasti akan tetap melakukan penyelidikan untuk membuktikan
kecurigaan suthay, demikianpun aku terhadap Tio Goan Pa.
Hai tiba2 Ceng Sian suthay berseru, mungkin kita dapat
bekerja dalam satu arah, pangcu!
Hoa Sin terkesiap.
Maksud suthay ? tanyanya.

   Tidakkah mungkin Pang To Tik itu bersekongkol dengan
Tio Goan Pa ? seru Ceng Sian.
Hoa Sin mengangguk-angguk : Mudah-mudahan tidak,
mudah-mudahan ya
Setelah hening sejenak maka Ang Bin tojin berkala :
Taysu, bagaimana langkah kita sekarang ?
Hui Gong taysu tertegun. Beberapa saat dia tak dapat
bicara. Belum soal yang satu selesai, kini muncul pula lain
soal. Hilangnya sekali gus tujuh buah kitab berisi pelajaran
telah hilang, benar2 suatu peristiwa yang mengguncangkan
dunia persilatan.
Bagaimanapun juga, penjahat itu harus diburu. Demikian
pula dengan jejak Tio sicu, kata ketua partai Siau-lim-si
akhirnya, kita benar2 menghadapi kesulitan tetapi baiklah kita
membagi tugas. Untuk menghadap kedua Kim Thian-cong,
kita sendiri beserta beberapa murid yang akan datang. Untuk
mecari jejak si penjahat dan Tio sicu, kita utus saja ko-jiu
(jago sakti) dari masing2 perguruan kita. Kiranya waktu sudah
amat mendesak .....
Dan tak mungkin kita dapat melaksanakan hal itu,
mengingat jarak gunung Kun-lun, gunung Go-bi, gunung
Kong-tong, gunung Ko-san tak mungkin dapat ditempuh
dalam satu hari. Pada hal kita besok harus sudah berangkat,
seru Hoa Sin.
Pinto rasa tiba2 Ang Bin tojin ketua Bu-tong-pay berkata,
kita serahkan hal itu kepada salah seorang murid untuk
menyampaikan surat ke markas kita masing2
Demikian telah disepakati cara untuk mengatasi peristiwa
itu. Karena jika mereka mengejar di kuatirkan akan memakan

   waktu yang lama sehingga melampaui batas waktu rapat di
gunung Hong-san maupun Thaysan.
Telah diputuskan bahwa yang akan ke gunung Hong-san
adalah Ang Bin tojin, Sugong In dan Hui Gong taysu. Sedang
Hong Hong tojin, Ceng Sian suthay dan Hoa Sin menuju ke
gunung Thay san. Keputusan itu dilakukan mengingat letak
markas mereka masing2 Siau-lim-si, Bu-tong-pay dan Kon
tong-pay termasuk di daerah selatan. Pengaruh mereka di
wilayah selatan cukup besar. Sebenarnya Ceng Sian suthay
lebih tepat kalau ikut ke Hong-san karena pegunungan Kunlun
itu juga terletak di barat daya. Tetapi ketua Kun-lun-pay
itu lebih suka menuju ke Thay-san. Bagi Hoa Sin memang
mempunyai anakmurid yang tersebar luas di daerah utara
terutama kotaraja. Demikian pula dengan Hong Hong tojin
ketua Go-bi-pay.
Tepat mereka hendak berangkat tiba2 dari lereng gunung
tampak berlarian sesosok tubuh manusia. Menilik larinya yang
begitu pesat walaupun harus mendaki ke atas, jelas
pendatang itu tentu seorang tokoh persilatan yang sakti.
Keenam ketua partai persilatanpun berjaga-jaga.
Pang tayhiap ! teriak Hoa Sin ketika pendatang itu muncul
dari gunduk batu yang jaraknya masih tigapuluhan tombak.
Omitohud ! seru Hui Gong taysu, memang benar Pang
sicu ...
Cepat sekali pendatang itu sudah tiba di halaman Wisma
Damai. Dan memang Pang To Tik. Sedang tentu
kedatangannya mengejutkan para ketua partai persilatan yang
berada disitu

   Ketika Pang To Tik tiba dan memberi salam, ia agak
terkejut ketika menyaksikan betapa kikuk sambutan keenam
ketua partai persilatan itu. Diam2 ia heran.
Maaf, Hoa pangcu, karena menemui sedikit halangan,
terpaksa aku tak dapat memenuhi janji. Ketika tiba dikaki
gunung, Hoa pangcu sudah tak ada.
Kesulitan apakah yang telah Pang tayhiap alami ? tanya
Hoa Sin.
Karena tak faham jalan, aku telah tersesat masuk ke
daerah terlarang mereka dan disergap oleh beberapa ko-jiu
gunung Thay-san. Mereka berjumlah banyak dan berilmu
sakti. Akhirnya aku terdesak, menderita luka-dalam. Namun
aku tetap bertahan. Untunglah pada saat keadaan sangat
membahayakan jiwaku, muncul seorang kakek tua berwajah
segar. Dialah yang dapat menghalau anakbuah gunung Thaysan
dan menolong aku. Aku dibawa ke sebuah guha dan diberi
obat. Ketika sadar dari pingsan ternyata orangtua itu sudah
lenyap, disisiku terdapat lima butir pil warna merah. Di tanah
dia meninggalkan guratan tulisan yang mengatakan bahwa
jika mau beristirahat disitu barang lima hari dan tiap hari
minum sebutir pil merah, aku tentu akan sembuh dan tak
sampai menderita kelumpuhan. Terpaksa aku menurut. Maka
itulah sebabnya mengapa aku sampai terlambat ...
Ceng Sian suthay tertawa sinis. Tetapi sebelum ia bicara,
Hoa Sin sudah mendahului berseru:
Baiklah, Pang tayhiap, kata ketua Kay-pang itu, dapatkah
tayhiap memberi sedikit keterangan tentang jago2 dari
gunung Thay-san itu ? Dan siapakah orang tua yang menolong
tayhiap ?

   Sukar untuk mengenali siapakah jago? Thay san yang
bertempur dengan aku itu. Tetapi menilik ilmu kepandaian
mereka, tentulah mereka itu tokoh2 yang sakti ...
Maksud tayhiap tak dapat mengenali wajah mereka karena
. ,
Mereka mengenakan kain cadar muka. Dari kepala sampai
muka tertutup kain cadar hitam, ke pandaian merekapun
terdiri dari beberapa aliran. Hal itu terbukti dari serangan2
mereka. Ada yang menggunakan jurus pukulan Siau-lim-pay,
Bu-tong pay, Go-bi-pay dan lain2. Tentang orang tua yang
menolong aku itu, hanya beberapa kejab dapat kulihat karena
setelah itu akupun pingsan. Wajahnya bersih, berumur lebih
kurang tujuhpuluhan tahun, perawakan sedang dan
mengenakan pakaian serba putih.
Omitohud ! seru Hui Gong taysu, dari manakah tayhiap
dapat mengenal kalau salah satu dari mereka itu anakmurid
Siau lim?
Aku telah menderita pukulan Bu-siang-sin-kang, taysu,
kata Pang To Tik.
Bu-siang-sin-kang ? Hui Gong taysu berseru kejut,
benarkah irtu ?
Pang To Tik menjawab dengan sikap dan nada serius :
Karena pukulan itulah aku menderita kekalahan sehingga
rubuh. Taysu, Pang To Tik memang seorang yang tak ternama
dan tak memiliki kepandaian yang berarti. Tetapi berkat
pengalaman2 selama berkelana didunia persilatan, kiranya aku
kenal juga akan ilmu pukulan Bu-siang-sin-kang. Warisan
perguruan Siau-lim-si yang termasyhur itu
Wajah Hui Gong makin tegang sekali.

   Dalam gereja Siau-Iim-si dewasa ini, tiada seorangpun
tokoh, bahkan aku sendiri, yang mampu menguasai ilmu Busiang-
sin-kang tersebut kecuali Goan Hong susiok. Tetapi
beliau sudah amat lanjut usianya dan sudah menutup diri
dalam sanggar Pemujaan, tak mau keluar bertemu orang, tak
mau mencampuri urusan gereja lagi. Beliau hendak
menyelesaikan persemedhiannya hingga mencapai moksha.
Sekalian ketua partai persilatan tertegun.
Adakah selama ini terdapat murid Siau-lim si yang keluar
dari perguruan ? tanya Hoa Sin.
Memang ada kata Hui Gong taysu, mereka adalah murid2
yang tak tahan akan peraturan gereja Siau-lim-si yang keras.
Gereja kami mempunyai sepuluh pantangan yang tak boleh
dilanggar. Sudah tentu diantara sekian ratus murid, ada juga
seorang dua orang yang tak tahan. Tetapi pada umumnya
mereka hanya murid2 kelas tiga, paling2 murid kelas dua.
Lalu kalau menurut pandangan taysu, siapakah kiranya
tokoh itu ? tanya Hoa Sin pula.
Hui Gong menghela napas.
Sekarang masih sukar untuk menentukan siapakah tokoh
itu. Mengingat waktunya sudah amat mendesak, akupun tak
mungkin dapat menyelidiki hal itu lagi. Nanti apabila
berhadapan dengan orangnya, barulah dapat kuketahui.
Bagaimana Pang sicu tahu bahwa di antara anakbuah
Thay-san itu terdapat murid dari Bu-tong-pay ? tanya Arig Bin
tojin pula.
Ada seorang yang dapat kudesak tetapi dia dapat juga
mengundurkan seranganku dengan melepaskan pukulan

   Hoan-thian-to-hay-ciang. Bukankah ilmu pukulan itu dari aliian
perguruan totiang ? kata Pang To Tik.
Hoan-thian-to-hay ciang atau ilmu pukulan Menjungkirkanlangit-
membalikkan-Iaut. Memang merupakan ilmu pukulan
istimewa dari perguruan bu-tong-pay. Sudah tentu ketua Butong-
pay, Ang Bin tojin, terkejut sekali.
Ah, ia menghela napas, adakah dia ... ?
Siapa ? Hoa Sin ikut terbawa kejut.
Ah, Ang Bin tojin menghela napas. Ada suatu peristiwa
yang menghitamkan sejarah perguruan Bu-tong-pay. Maaf,
apabila memang dia barulah kelak kuberitahukan kepada para
saudara sekalian.
Hoa Sin dan lain2 ketua partai tak mau mendesak lebih
lanjut. Mereka tahu itu rahasia paryai Bu-tong-pay.
Sekarang karena segala persiapan sudah selesai, marilah
kita segera berangkat. Kata Hui Gong taysu.
Berat sekali rasanya hati ketujuh ketua partai persilatan kali
ini ketika turun dari gunung Lou hu-san. Mereka harus
berpisah dan berpencar. Rombongan Hui Gong taysu terdiri
dari Ang Bin ketua Bu-tong-pay dan Sugong In, ketua Kongtong-
pay. Sedang yang menuju ke gunung Thay san terdiri
dari Hoa Sin, Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin ketua Go-bipay.
Pang To Tik wakil dari Hoa-san-pay atas permintaan Hoa
Sin tian, Ceng Sian suthay, diikutkan dalam rombongan yang
menuju ke Thay-san.
Oleh karena tak dapat menceritakan sekaligus kissah
perjalanan kedua rombongan itu, maka lebih dulu baiklah kita
ikuti rombongan Hoa Sin berempat yang menuju ke gunung
Thaysan.

   Hari itu ketika menyeberangi bengawan Ti-ang-kang,
mereka melihat sebuah perahu yang agak menarik perhatian.
Tampak seorang paderi yang aneh pakaiannya sedang tegak

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
di haluan perahu. Sepasang tangannya dirangkap ke muka
dada, kepala menengadah ke langit. Wajah paderi itu penuh
brewok yang lebat sehingga mulutnya hampir tertutup kumis
dan jenggot yang memanjang ke bawah.
Dalam perahu itu tak tampak barang seorang penumpang
lain. Tukang perahu hanya duduk kesima melihat paderi aneh
itu. Tetapi yang mengherankan perahu dapat meluncur pesat
ke muka.
Bermula hanya merasa aneh, tetapi lama kelamaan ada
suatu keanehan yang dirasakan oleh keempat tokoh silat itu.
Dilihatnya tukang perahu dengan dibantu oleh dua orang anak
perahu mendayung dengan sekuat-kuatnya. Tetapi bukan
perahu makin cepat, kebalikannya malah makin jauh
ketinggalan dengan perahu yang dinaiki pendeta aneh tadi.
Aneh teriak salah seorang anak perahu, mengapa perahu
tak mau jalan ?
Ya sahut kawannya apakah tak mungkin bocor ?
Jangan banyak bicara, terus dayung sekuat tenagamu
bentak tukang perahu yang terus ngotot mendayung sekuatkuatnya.
Tetapi perahu tetap berjalan lambat. Rupanya Hoa Sin
dapat memperhatikan hal itu. Segera ia meminta kepada salah
seorang anak perahu supaya memberikan dayung. Selelah itu
mulailah ia mendayung.
Sebagai seorang ketua partai Kay pang sudah tentu Hoa Sm
memiliki ilmu kepandaian yang hebat. Dia bergelar Liok-ci-sinkay
atau Pengemis sakti-jari-enam. Memang ia mempunyai

   kelebihan sebuah jari pada tangan kirinya. Sekali dayung, ia
percaya tentu dapat meluncurkan perahu sampai dua tiga
tombak ke muka.
Uh ... , tiba2 ia berseru tertahan ketika kayuh bergerak ke
belakang tetapi perahu hanya bergerak maju setombak
jauhnya. Untuk yang kedua kalinya ia mendayung pula,
bahkan kali ini lebih keras. Tetapi hasilnya tetap sama. Perahu
hanya meluncur maju setombak.
Setelah empat lima kali mendayung, segera Hoa Sin
menyadari sesuatu yang tak beres. Dilihatnya perahu yang
dinaiki paderi brewok tadi makin jauh di sebelah muka. Ia
tertegun, hentikan kayuh dan memandang perahu itu.
Hai, tiba2 ia berseru kaget sehingga anak perahu
terhenyak ikut kaget.
Mengapa tuan ? tanya salah seorang anak perahu.
Lihat, bukankah perahu yang dinaiki paderi itu juga diam
saja ? seru Hoa Sin.
Setelah memandang ke arah perahu itu. Anak perahu
mengiakan : Benar, perahu itu juga tidak bergerak !*
Hoa Sin tak memberi sambutan apa2 melainkan
menyambar kayuh dan mendayung lagi.
Hai, perahu itu meluncur lagi ! seru anak perahu pula.
Hoa Sin letakkan kayuhnya : Bagaimana sekarang ?
Berhenti sahut anak perahu.
Cukup kata Hoa Sin seraya melonjak bangun dan
menghampiri kawan-kawannya, kita dipermainkan paderi
dalam perahu sebelah muka itu
Mengapa ? tanya Hong Hong tojin.

   Hoa Sin segera menceritakan tentang apa yang
dilakukannya tadi. Jelas paderi itu tentu meminjam tenagaku
untuk mendayung perahunya, kata ketua Kay-pang itu.
Hong Hong tojin, Ceng Sian suthay dan Pang To Tik
terkejut.
Sungguh hebat seru Hong Hong tojin, paderi itu tentu
bukan tokoh sembarangan.
Tampaknya dia bukan paderi dari Tiong-goan kata Hoa
Sin.
Memang ada sebuah ilmu meminjam tenaga orang. Tetapi
ilmu itu termasuk ilmu lwekang yang tinggi, kata Ceng Sian
suthay, dan biasanya dilakukan dalam waktu bertempur.
Tidak seperti yang dilakukan paderi itu dari jarak yang
sedemikian jauh
Hoa Sin, Hong Hong tojin dan Pang To Tik pun diam2
terkejut. Apa yang dikatakan Ceng Sian suthay itu memang
benar.
Lalu bagaimanakah kita harus bertindak?, tanya Hong
Hong tojin, ketua Go-bi pay.
Ah, lebih baik kita tak perlu cari perkara, kata Ceng Sian.
Tetapi perahu kita kan tak dapat bergerak maju ? seru
Hong Hong tojin.
Biarlah kita secara bergilir mendayung. Setelah perahu
paderi itu mencapai tepi, tentulah perahu kita akan bergerak
lagi.
Karena tiada lain jalan akhirnya mereka melakukan seperti
yang diusulkan Ceng Sian suthay. Bergiliran keempat tokoh itu
harus membantu tukang perahu mendayung. Tak berapa lama
perahu yang dinaiki paderi aneh itu mencapai tepi pantai Dan

   saat itu barulah perahu yang dinaiki Hoa Sin berempat dapat
melaju.
Saat itu hari sudah sore. Tiba di tepi daratan, Hoa Sin
mencari tukang perahu yang dinaiki paderi aneh tadi. Diam2
ketua Kay-pang itu masih mendongkol kepada paderi aneh.
Beruntung juga Hoa Sin masih dapat menemukan perahu
itu dan bertanya kepada tukang perahu tentang paderi yang
menyewa perahunya tadi.
Akhirnya ia mendapatkan perahu itu di tengah2 puluhan
perahu yang tertambat dipangkalan.
Tetapi tukang perahu tak tampak dan perahu itupun sunyi
senyap. Pada hal lain2 perahu sudah sama memasang lentera.
Hoa Sin heran dan terus melangkah ke dalam perahu itu.
Mana tukang perahu ? serunya. Namun tiada jawaban. Ia
mulai curiga dan masuk ke dalam ruang geladak. Karena gelap
ia menyalakan korek api.
Oh, diam2 ia terkejut ketika melihat seorang lelaki tua
dan seorang pemuda tengah tidur diatas sebuah bangku
dengan nyenyak sekali.
Hoa Sin menggoyang-goyangkan tetapi orang itu tetap
diam. Segera ketua Kay-pang itu menyadari kalau si tukang
perahu dan anak itu terlutuk jalandarahnya. Tetapi anehnya
walaupun sudah diurut-urut, tetapi kedua orang itupun belum
sadar.

Kait Perpisahan -- Gu Long Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Pisau Kekasih Karya Gu Long

Cari Blog Ini