Ceritasilat Novel Online

Pedang Bunga Bwee 5


Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID Bagian 5



Pedang Bunga Bwee Karya dari Tjan I D

   

   "Batok kepala ayahmu disimpan dimana ? mari ajak aku kesitu !".

   "saudara cilik, kau bukan bermaksud untuk mengembalikan batok kepala itu kedalam liang kubur bukan ?".

   "Siapa bilang aku hendak berbuat demikian ? ayahmu telah berpesan agar kau berbuat demikian, tentu saja ia punya maksud yang mendalam, Dia adalah ayahmu berarti pula angkatan tua ku, sudah sepantasnya kalau aku pergi menyambanginya ". Pertayaan ini melegakan hati Tong Kauw, ia lantas berkata dengan hati gembira.

   "Asal kau tidak suruh aku menghantar pulang batok kepala itu kedalam liang kubur, kau ingin berbuat apa lakukanlah sekehendak hatimu, bahkan akupun akan berikan kepadamu dengan senang hati apabila kau inginkan, hanya benda inilah satu-satunya barang peringatan yang ditinggal kan ayah kepadaku !"

   Liem Kian Hoo tidak sempat banyak cing-cong lagi dengan dirinya, ia lantas suruh gadis itu membawa jalan. Tong Kauw menyulup api obor, lalu ujarnya.

   "Aku sudah hapal sekali dengan liku liku gua ini, sekalipun tidak membawa obor pun bisa sampai kesitu dengan gampang, tapi lain halnya dengan dirimu.". Liem Kian Hoo tidak gubris ocehan tersebut ia berjalan keluar dari gua itu mengikuti di-belakang Tong Kauw. Setelah berbelok beberapa tikungan sampailah mereka disebuah ruang gua yang jauh lebih kecil dari gua pertama, disitu banyak terletak batu batuan serta mainan dari emas serta kumala, mungkin disinilah tempat tinggal Tong Kauw selama ini. Diatas dinding tembok terdapat sebuah lekukan yang berupa sebuah gua kecil, dalam gua tadi terletak sebutir batok kepala, kulit, serta dagingnya sudah mengering, sepasang matanya cekung ke dalam, gigi menongol keluar dan kelihatan sangat menyeramkan. Tong Kauw segera pungut batok kepala itu untuk diletakkan diatas tangan, setelah itu ujarnya.

   "Sewaktu ayah masih hidup, wajahnya tidak sejelek dan seseram ini, ia selalu memaki aku berwajah jelek, padahal sekarang ia jauh lebih jelek daripada aku sendiri !". Liem Kian Hoo terima bacok kepala tersebut terdapat sebuah retakan panjang buru buru ia bertanya.

   "Tong Kauw, kenapa bagian sini retak-retak ?". Tong Kauw periksa sebentar batok kepala ayahnya, lalu menjawab.

   "Mula-mula ditempat ini tak ada retakan, mungkin retakan itu terjadi sewaktu terjatuh tadi. Biarkah batok kepala ini tadi menggelinding dan jatuh retak dengan sendirinya ?".

   "Tidak salah ! seandainya batok kepala ini bukan batok kepala dari ayahku sendiri, mungkin aku sudah lari pontang panting saking takut dan ngerinya.". Sianak muda itupun bungkam dalam seribu bahasa sementara otaknya berputar kencang, sambil menyungging tenkorak itu diam2 ia berdoa.

   "Cianpwee, bukan saja caramu berpikir sangat luar biasa bahkan setelah matipun masih dapat menunjukkan tandatanda, dalam hati boanpwe merasa sangat kagum, seandainya dugaan boanpwee meleset dan tidak tepat, segala sesuatu perbuatanku yang kasar serta ceroboh harap cianpwee suka maafkan ! perduli bagaimanapun juga, boan pwee pasti akan melaksanakan pesan cianpwee untuk baik-baik memperlakukan Tong Kauw, dan sepanjang masa akan kuanggap darinya sebagai saudara sendiri."

   Tong Kauw yang selama ini berdiri disisi si anak muda itu. ketika menyaksikan mulut Kian-Hoo kemak kemik ia tercengang.

   "Saudara cilik, apa yang kau katakan kepada ayahku "

   Segera tegurnya. Liem Kian Hoo tidak menjawab, menanti doanya telah selesai ia baru berkata kepada diri Tong Kauw.

   "Tong Kauw, tadi kau mengatakan rela hadiahkan batok kepala ini kepadaku, benar benarkah ucapanku itu ?".

   "Tentu saja sungguh-sungguh, tapi apa gunanya kau minta batok kepala itu ?".

   "Hendak kuhacurkan !".

   "Hendak kau hancurkan ? kenapa ?"

   Teriak siperempuan goblok itu terperanjat.

   Liem Kian Hoo tahu meskipun alasannya di terangkan kepadanya belum tentu gadis bodoh ini mengerti, lagi pula iapun tidak punya keyakinan penuh, maka terpaksa ia gunakan cara lain untuk menjawab pertanyaan tersebut.

   Dengan wajah kaku membesi segera tegurnya.

   "Tong Kauw ! setelah kau dianggap diriku sebagai saudara sendiri, semestinya kau dengarkan perkataanku, kau tak boleh memikirkan ayahmu lagi, lagi pula mulai sekarang tugas menjaga dan merawat dirimu telah terjatuh ketanganku, apa gunanya kau simpan batok kepala ini lagi."

   Setengah harian lamanya Tong Kauw berdiri menjublak, akhirnya dengan menahan isak tangis katanya.

   "Saudara cilik, aku adalah seorang perempuan goblok, terserah kau hendak melakukan apa saja...". Dengan wajah serius dan keren Liam Kian Hoo angkat tengkorak itu keatas, lalu dengan telapak lain menabok batok kepala tadi, tulang tengkorak seketika hancur berkepingkeping dan rontok keatas tanah, didalam tulang tidak nampak sesuatu benda apapun, kosong melompong tak ada isinya, hal ini membuat sianak muda itu tercengang dan berdiri menjublak. Tong Kauw tak kuasa menahan diri setelah menyaksikan tulang tengkorak ayahnya hancur berkeping-keping, ia lari maju kedepan merampas beberapa potong kepingan tulang itu, memeluk dan menagis tersedu-sedu.

   "Ooouw ayah...! demi saudara cilik, aku tak dapat merawat dirimu lagi, mulai detik ini akupun tak dapat berjumpa lagi dengan dirimu.". Dalam pada itu Liem Kian Hoo merasa sangat menyesal dengan perbuatannya, buru ia maju menghibur.

   "Tong Kauw, sudahlah, jangan menangis, kesemuanya ini anggap saja kesalahanku, anggap saja aku sok pinter sehingga me lakukan suatu perbuatan yang sama sekali salah besar !".

   "Perbuatan apa yang salah besar ?"

   Tanya Tong Kauw dengan mata terbelalak titik air mata jatuh berlinang dengan derasnya, Liem Kian Hoo menghela napas panjang.

   "Aaaai...! sekarang dikatakan percuma lebih baik tak usah kita pikirkan lagi, Tulang tengkorak dari Soen cianpwee telah hancur berkeping-keping oleh perbuatannya yang tak di sengaja lebih baik kita kembalikan saja sisa tulangnya ketempat semula ! ".

   "

   Terang-terangan kau sengaja menghancurkan tulang tengkorak ayahku kenapa kau mengatakan tidak sengaja ?"

   Liem Kian Hoo tak dapat menjawab pertanyaan itu, terpaksa dengan menahan diri dan pura pura marah tegurnya.

   "Tong Kauw, sebenarnya kau suka mendengarkan perkataanku atau tidak ?...". Mungkin Tong Kauw takut sianak muda itu benar-benar naik pitam, buru ia kumpulkan sisa tulang teagkorak ayahnya yang berserakan diatas tanah itu lalu disimpan diatas dinding gua. ketika air matanya jatuh membasahi kulit kering diatas tengkorak tadi tiba tiba suatu peristiwa aneh telah terjadi. Terkena air mata dari perempuan goblok itu lapisan kulit kering diatas tengkorak tadi mendadak mengepulkan segulung asap putih yang sangat tebal diikuti suara gemeresak yang nyaring. Dalam sekejap mata seluruh kulit serta daging kering tadi lenyap tak berbekas, tinggal sisa setumpukan tulang putih yang memancarkan cahaya tajam. Berada dibawah sorotan cahaya obor, tampaklah diatas tulang tulang putih itu muncul pelbagai tulisannya sangat lembut sehingga untuk sesaat tak dapat terlihat jelas tulisan apayang tertera disitu, Menyaksikan hasil penemuannya itu, Liem Kian Hoo bersorak kegirangan.

   "Hoooree... akhirnya berhasil kutemukan juga, mula mula aku masih mengira benda itu di sembunyikan didalam tulang kepala, siapa tahu kiranya disembunyikan disini !". Agaknya Tong Kauw sendiripun dibikin tertegun oleh perubahan aneh dihadapan mukanya, buru-buru ia bertanya.

   "Saudara cilik, apa yang telah kau temukan ?"

   Pemuda itu menggosok tulisan tadi agar jauh lebih jelas, sianak muda itu menyahut.

   "Aku telah menemukan barang yang dititipkan ayahmu kepadamu, Caranya berpikir betul luar biasa sekali, seandainya tadi kau tidak menangis, niscaya benda tersebut tidak bakal ditemukan dan sungguh tak nyana kalau benda tersebut sebenarnya disembunyikan didalam kulitnya !". Tong Kauw masih tidak mengerti. namun karena menyaksikan Liem Kian Hoo sedang pusatkan seluruh perhatiannya untuk membaca tulisan itu, maka ia tidak berani mengganggu keasyikan orang. Liem Kian Hoo mencari sebentar diantara tulang itu, akhirnya ia temukan permulaan dari tulisan tulisan tersebut, dan tidak salah lagi gaya tulisan itu memang tulisan itu memang tulisan dari Soen Tong Hay. Terbaca ia menulis.

   "Aku sadar bahwa Kauw Heng Hu adalah seorang manusia yang licik dan keji, sedangkan Tong-jie goblok dan tak tahu urusan, aku takut tulisan diatas dinding gua akhirnya diketahui juga olehnya aku menemukan cara ini untuk tinggalkan seluruh catatan tersebut disini.

   "Seandainya, Kalau tidak mengijinkan Tong jie hidup sebatang kara, tentu ada seseorang dapat memecahkan rahasia ini dan menemukan tulisan-tulisan yang kutinggalkan. Kalau tidak maka aku akan menyesal selamanya dan penasaran sepanjang masa.".

   "inti sari dari kitap pusaka Koei-Hua-Pit-Kip adalah sebagai berikut...". Diatas tulang tulang pulih itu tampak ada lukisan pun ada tuIisan, bukan saja memuat inti sari dari ilmu silat yang maha dahsyat bahkan tercatat pula cara berlatih tenaga dalam yang amat sakti, perubahan perubahan barisan beserta bagaimana cara orang suku Biauw melatih ilmu racun keji serta bagaimana caranya jadi seorang dukun. Liem Kian Hoo hanya sempat menikmati garis besarnya saja, ia benar-benar terpesona dan seluruh perhatiannya terhisap oleh isi catatan tadi sehingga Tong Kauw yang tertidur disisinya pun sama sekali tak terasa. Setengah harian lamanya ia baru mendusin kembali, menyaksikan Tong Kauw tertidur pulas dengan bersandar ditepi dinding tembok, sianak muda itu segera dorong dorong tubuhnya sambil menegur.

   "Tong Kauw, kenapa kau tertidur ?".

   "Hmmm...! aku panggil dirimu sampai beberapa kali, namun kau tidak menggubris diriku terpaksa aku tidur saja karena mangkel !"

   Jawab Si Gadis Bligo sambil cibirkan bibirnya.

   "Aaaaah, maaf, maaf Tong Kauw b! barang yang dditinggalkan ayaahmu betul-betulb luar biasa saktinya membuat aku yang membaca jadi lupa bersantap ?"

   "Ada ! ada ! "

   Jawab Tong Kauw dengan kegirangan "

   Ayah sering ajak aku untuk berdiam sampai dua tiga hari ditempat ini, maka sering pula membawa persediaan daging kering serta arak dalam jumlah besar, mungkin sekarang masih ada persediaan yang tersisa disana, aku segera pergi ambil, perutku pun sejak tadi sudah lapar dan gemerutukan cuma sebelum kau bersantap aku jadi malu untuk makan sendiri."

   "Budak bodoh, kalau perut sudah lapar harus cepat-cepat diisi, kenapa musti malu-malu sama aku ?"

   Tong Kauw bangun berdiri untuk persiapkan makanan, Liem Kian Hoo kembali berpesan.

   "Lebih baik ambillah lebih banyak bahan-bahan makanan itu, mungkin kita harus berdiam agak lama ditempat ini".

   "Mau apa ? kau tidak pergi mencari si Monyet tua itu ?".

   "Dengan kemampuan yang kita miliki sekarang, meskipun berhasil temukan Kauw Heng Hu juga percuma, maka aku ingin mempelajari lebih dahulu satu dua macam kepandaian yang ditinggalkan ayahmu, dengan demikian sekalipun kita bertemu dengan monyet tersebut, kitapun tak usah takut dan jeri kepadanya lagi !".

   "Baiklah !"

   Sahut Tong Kauw setelah berpikir sejenak.

   "Bagaimanapun aku harus dengarkan perkataanmu !". Ia lantas putar badan dan keluar dari gua, sedangkan Liem Kian Hoo dengan meminjam cahaya api dengan hati-hati sekali mengumpulkan kepingan kepingan tulang kepala itu dan pusatkan seluruh perhatiannya untuk menyelidiki serta mempelajarinya. Kurang lebih sepuluh hari kemudian Liem Kian Hoo sudah berhasil menguasahi dua tiga macam kepandaian yang tertera disitu, meskipun kepandaian sakti yang termuat diatas tulang kepala itu sangat banyak, namun untuk mempelajari keseluhan ilmu tadi membuang waktu terlalu banyak maka sianak muda itupun memilih kepadaian-kepandaian yang sesuai dan berguna bagi dirinya saja. yang dipelajari lebih dahulu. Ia berlatih terus dengan rajinbnya hingga diradsakan sudah cukaup mampu untuk bmerobohkan Kauw Heng Hu, setelah itu barulah ia beritahu kepada Tong Kauw untuk diajak keluar dari gua. Selama ini Tong Kauw pun ikut mempelajari beberapa macam kepandaian, dalam waktu Liem Kian Hoo temukan bahwa gadis ini sebenarnya tidak terlalu bodoh, mungkin pada masa silam Soen Tong Hay terlalu cepat dan terlalu banyak mencekoki kepandaian kepadanya dimana ia berharap putrinya cepat-cepat lihay maka bukannya berhasil malahan semakin runyam. Keadaan tersebut tidak berbeda dengan seseorang yang diberi makanan banyak agar gemuk, namun makanan itu sekaligus diberikan secara berlebihan maka bukannya jadi gemuk, orang itu malahan jadi mual dan muntah-muntah. BegituIah sekeluarnya dari gua, persoalan paling utama yang akan dikerjakan kedua orang itu adalah menuju ke tebing Srigala langit untuk mencari Kauw Heng Hu. Tetapi ketika mereka tiba disitu, tebing Srigala Langit yang amat luas hanya tinggal sebuah kuil kosong melompong belaka, sesosok bayangan manusiapun tidak nampak. Liem Kian Hop jadi amat gelisah, buru-buru ia suruh Tong Kauw untuk menghantar dirinya menuju gua Angin Hitam, sebab dari mulut lelaki bangsa Han yang berusia lanjut itu, ia dengar Toan Kiem Hoa serta Watinah disekap ditempat itu. Jelas Kauw Heng Hu sudah tinggalkan tempat itu, tapi bagaimanakah keadaan gadis itu ? sudah dibunuh ? ataukah dibawa pergi ? Sementara itu Tong Kauw kelihatan sangsi dan ragu, ia tidak menjawab juga tidak menyanggupi. Menanti si anak muda itu mendesak berulang kali, dengan hati kebat-kebit ia baru menjawab.

   "Aku... aku ....takut. ... dii... disitu ada setannya ! "

   "Omong kosong."

   Tukas Kian Hoo dengan wajah keren.

   "Ditengah siang hari bolong mana mungkin ada setan ! sepanjang hari kau cekali batok kepala ayahmupun tidak takut, mengapa kau malah takut dengan bangsa setan ?"

   "Aku tidak membohongi dirimu, disitu benar-benar ada setannya, mayat-mayat suku Leher Panjang kebanyakan dikubur disitu, sering kali mayat mereka bangkit kembali dan mencari mangsa ... hiii...".

   "Kalau kau berarni ngaco belo ttidak karuan lagqi aku tidak akarn menggubris dirimu "

   Ancam Kian Hoo dengan nada gusar "Kalau kau tidak berani naik keatas, beritahu saja arahnya, aku akan menuju kesitu seorang diri!!..".

   Tong Kauw paling takut kalau didiamkam oleh sianak muda itu, mendengar ancaman tadi terpaksa dengan besarkan nyali ia bawa Liem Kian Hoo mengintari kuil menuju bukit sebelah belakang.

   Jalan gunung tersebut benar benar kelihatan menyeramkan meski ditengah siang bolong namun membawa perasaan aneh bagi orang yang lewat, bau busuk serta desiran angin dingin mendirikan bulu roma.

   Baru saja melewati sebuah tikungan, Tong Kauw yang berjalan dipaling depan mendadak putar badan dan melarikan diri terbirit-birit, saking takutnya sambil lari ia terkencing kencing.

   "Waaduuuh... waaaduuuh... celaka... celaka ... setannya sudah datang... hhhiiiii...". Sebagai seorang lelaki tentu saja Liem Kian Hoo tidak percaya dengan ocehan gadis Bligo tersebut ia biarkan Tang Kauw lewat dari sisinya sementara ia sendiri maju kedepan, membelok pada tikungan tadi dan ia segera temukan adanya sesosok bayangan hitam yang tinggi besar berdiri menghadang di hadapannya. Sianak muda itu tidak berputar langsung membabat kedepan.

   "Brraaak ... ! ". diiringi suara bentrokan nyaring, bayangan hitam itu roboh keatas tanah, secara lapat-lapat terlihat bahwa bayangan itu mirip dengan potongan badan manusia. Tentu saja Liem Kian Hoo tidak akan percaya kalau bayangan hitam itu adalah setan, ia maju semakin dekat dan segera ditemuinya bahwa bayangan hitam tadi bukan lain adalah mayat seorang suku Leher Panjang, ditinjau dari tulang tulangnya yang sudah kering jelas menunjukkan bahwa orang itu sudah mati lama sekali. Dibelakang punggung mayat tadi terikat sebuah tonggak yang diikat jadi satu dengan mayat tadi, patahan tongkat dibagian kakinya masih kelihatan jelas, Sianak muda itu lantas angkat kepala periksa keadaan sekeliling tempat itu, ia lihat sepanjang jalan masih berdiri berpuluh puluh sosok majat, setiap dua tiga tombak berdirilah sesosok mayat ditunjang oleh sebuah tonggak kayu. Menyaksikan hal itu Liem Kian Hoo lantas tertawa tergelak, seraya menggape Tong Kauw ujarnya.

   "Coba lihat, mana ada setan ? yang ada cuma sesosok mayat yang berdiri karena disanggah oleh sebatang tonggak kayu, terang ada orang sengaja mengatur permainan ini untuk menakut-nakuti orang.". Dengan langkah hati-hati serta sangsi Tong Kauw maju mendekat, ia melirik sekejap kearah mayat-mayat itu, lalu dengan suara gemetar katanya kembali.

   "Saudara cilik, aku masih takut, tadi... tadi aku lihat dia masih bisa bergerak !".

   "Omong kosong !"

   Tegur sianak muda itu gusar "

   Orang yang sudah mati lama sekali mana bisa bergerak ? tentu matamu sudah melamur karena hatimu ketakutan."

   "Tidak, aku tidak menipu dirimu, ketika langkah pertama aku injak tempat ini, tiba-tiba ia buka matanya lebar lebar melototi aku, kemudian sepasang tangannya dipentangkan siap mencengkeram aku !". Menyaksikan si perempuan Blogo yang punya potongan seperti Bligo ini ketakutan setengah mati bahkan sampai terkencing-kencing, Liem Kian Hoo jadi geli, katanya.

   "Aaaaah, mungkin mayat itu tertiup angin maka bergerakgerak, pertama karena kau dibuat takut dahulu oleh bayanganmu sendiri maka hembusan angin tersebut kau anggap sebagai mayat hidup yang menggerakan anggota badannya, pada hal seseorang yang telah mati sukmanya sudah lepas dari badan kasar, dikolong langit sama sekali tak ada setan."

   Tong Kauw berpikir sejenak, lalu ia bertanya.

   "Beberapa hari berselang, kenapa batok kepala ayahku secara tiba-tiba bisa menggelinding sendiri dari atas tembok ?". Liem Kian Hoo terdesak, ia takb sanggup memberdi jawaban atas apertanyaan itu bmaka dengan gunakan cara lama ia berkata.

   "Tong Kauw, kalau kau merasa takut tunggu sajalah disini aku akan maju seorang diri".

   "Jangan ! jangan !"

   Buru buru Tong Kauw goyangkan tangannya berulang kali.

   "Saudara cilik, aku mau ikut dirimu, jangan sekali-kali kau tinggalkan aku seorang diri di tempat ini, mungkin setan-setan itu takut kepadamu maka mereka tak berani berkutik, kalau kau sudah berlalu, mereka pasti akan mencari aku."

   "Nah, kalau begitu cepatlah ikut aku maju kedepan, jangan berdiri melulu disini sambil takut pada bayangan sendiri."

   Tong Kauw tidak berani terlalu jauh meninggalkan si anak muda itu, ia cekal pakaian Kian Hoo erat-erat dan menguntil terus dengan kencangnya.

   "Tong Kauw "

   Ujar Liem Kian Hoo sambil tertawa.

   "Sungguh tak nyana badanmu yang tinggi besar sebetulnya punya nyali yang kecil se-upil, masa sama setan pun takut ? sekalipun dikolong langit benar-benar ada setan atau sukma yang gentayangan itupun berbentuk roh yang tak dapat dilihat dengan mata manusia, asal kita tidak berbuat jahat, maka hawa setan dapat kita buyarkan dan kitapun tidak terpengaruh oleh mereka".

   "Aku tidak mengerti dengan penjelasanmu itu, aku tidak paham, aku cuma tahu dan takut."

   Liem Kian Hoo menghela napas panjang, dengan perasaan apa boleh buat ia geleng kepala, demikianlah iapun berjalan lebih dahulu dimuka disusul oleh Tong Kauw dibelakangnya yang menguntil terus dengan kencang, seolah-olah ia takut sianak muda itu mendadak tinggalkan dirinya seorang diri disitu.

   Mayat-mayat yang berdiri disepanjang jalan walaupun selama ini tidak menunjukkan gerak-gerik apapun, namun raut wajah serta bentuknya sangat menakutkan, mayat-mayat itu semuanya berasal dari suku Leher Panjang, bahkan ditinjau dari pakaian yang dikenakan mungkin mereka adalah kepalakepala suku turun temurun, sebab leher mereka luar biasa panjangnya.

   Ditambah pula dengan batok kepala yang besar dan menyeringai bagaikan kepala ular sendok itu terkulai lemas kebawah, setiap kali terhembus angin, batok kepala itu bergoyang tiada hentinya, sekalipun sianak muda itu tidak takut setan tak urung hatinya merasa tidak tenteram pula.

   Dengan aman tenteram dan tidakb mengalami gangdguan apapun meraeka berhasil meblewati puluhan sosok mayat mayat itu, nyali Tong Kauwpun semakin besar, kini ia berani melepaskan pakaian Kian Hoo dan berjalan sendiri dibelakang.

   Sekonyong-konyong...

   Sesosok mayat yang ada disamping mereka perdengarkan suara suitan nyaring yang mengerikan sekali.

   "Kukkk... kuuuukkk... kuuuukk... kiiiiikkkk..."

   Suitan tersebut amat menusuk pendengaran, Tong Kauw ketakutan setengah mati, serasa sukma terlepas dari raganya ia lari kedepan menubruk tubuh Kian Hoo dan memeluknya erat-erat.

   "Saudara cilik... aduuuh... tolong... tolong... aduuh mak, benar-benar ada setan..."

   Teriaknya kalang kabut.

   Liem Kian Hoo sendiripun dibikin tergetar hatinya oleh suitan nyaring itu, buru-buru ia angkat kepala memandang.

   Tampaklah mayat itu punya potongan yang aneh sekali, seluruh badannya kering kerontang bagaikan sebongkok kayu kering, panjang lehernya mencapai dua meter, rambut panjang menutupi batok kepalanya, jelas mayat itu adalah mayat seorang gadis.

   -oo0O0ow- Pakaian yang menempel dibadannya sudah hancur oleh hembusan angin, sepasang tetek diatas dadanya tergantung kebawah bagaikan dua lembar sayur busuk, pinggangnya kering dan menyusut sedangkan perutnya buncit dan menonjol besar sekali bagaikan seorang perempuan sedang bunting kulitnya warna hitam pekat dan tinggal kulit pembukus tulang belaka.

   Wajahnya benar-benar mengerikan sekali, potongan badannya serta keadaannya yang telanjang bulat itu membuat orang jadi muak dan ingin muntah.

   Dengan sinar tajam Sianak muda itu awasi terus mayat gadis ini tajam-tajam, namun mayat tersebut sama sekali tidak menunjukan perubahan apa pun.

   Tetapi suara suitan nyaring tadi jelas muncul dari mulut mayat gadis bunting itu, hal ini membuat Kian Hoo tercengang dan berdiri menjublak.

   Lama...

   lama sekali, namun mayat gadis bunting itu tidak menunjukan suatu gerakan apa-pun, akhirnya Kian Hroo tak dapat metnahan diri lagiq, sambil mondorrong tubuh Tong Kauw katanya.

   "Aaaah, mungkin jeritan tadi berasal dari sejenis burung yang bersembunyi disekitar sini, coba Iihat, bukankah mayat itu sama sekali tidak berkutik.."

   "Tapi... tapi... punggungnya sama sekali tidak ditunjang tongkat kayu, mana mungkin jeritan tadi suara burung ? apalagi jeritan tersebut dahulu pernah kudengar, menurut si Monyet tua katanya beginilah jeritan setan penasaran..!"

   Seru Tong Kauw dengan wajah ngeri.

   "Baik, baiklah, anggap itu memang jeritan setan !"

   Kata Kian Hoo dalam keadaan apa boleh buat.

   "Tetapi kecuali dia bisa menjerit jerit belaka sama sekali tak bisa berbuat lain, ia tidak makan orang, tindak mencakar orang, apa gunanya kita merasa takut". Saking takutnya hampir-hampir saja Tong Kauw menangis, dengan suara gemetar ujarnya kembali.

   "Saudara cilik, aku benar benar sangat takut, begitu takut hatiku sampai sukar dilukiskan dengan kata kata, seandainya ia benar benar bisa menggigit dan mendahar diriku, aku sih tidak ambil perduli, tetapi kalau ia cuma menjerit-jerit terus macam begini, aku jadi tidak tahan, kalau ia menjerit lagi, aku... aku... mungkin aku bisa mati ketakutan."

   Dalam keadaan seperti ini Liem Kian Hoo tidak habis mengerti harus menggunakan cara apa untuk melenyapkan rasa takut yang sudah menempel dalam hati Tong Kauw, terpaksa dengan keraskan hati ia berkata.

   "Tong Kauw, mengikuti tata kesopanan apa bila seseorang telah mati, maka tidak pantas kalau kita ganggu atau kita rusak jenasahnya, tetapi melihat wajahmu yang pucat pias dan hatimu yang ketakutan setengah mati, aku tak dapat berbuat lain kecuali menghajar jenasah ini, lagi pula aku-pun ingin membuktikan sebenarnya jeritan tadi berasal dari mulut mayat ini ataukah bukan. Nah menyingkir lah lebih dahulu, akan kuhajar mayat ini !".

   "Saudara cilik, kau tak boleh menghajar tubuh mayat itu, bagaimana kalau seandainya di tubuhnya mengandung racun ?"

   Cegah Tong Kauw dengan wajah tegang.

   "Ayah pernah berkata kepadaku setiap orang suku Biauw yang telah mati badannya tentu dilapisi oleh semacam obat racun agar tubuhnya jangan sampai membusuk dan hancur.".

   "Kau boleh legakan hati, tentu saja aku tidak sebodoh itu dengan menghantam mayat tadi menggunakan tangan". Seraya berkata sianak muda itu lantas bongkokkan badan memungut sebutir batu, kemudian dengan diarahkan keatas perut mayat gadis yang bunting itu ia melancarkan sebuah serangan dahsyat. Didalam serangan tersebut, ia tidak menggunakan tenaga terlalu besar, meski demikian akibat nya luar biasa sekali.

   "Bruuuk....!"

   Batu tadi amblas kedalam lambung gadis tadi sehingga berlubang dan muncratlah sejumlah air warna hitam yang menyiarkan bau amis serta busuk sekali, begitu busuk air hitam yang mengalir keluar dari kandungan mayat gadis tadi sehingga membuat kepala Kian Hoo dan Tong Kauw jadi pening tujuh keliling dan perut terasa sangat mual.

   Buru-buru Liem Kian Hoo tarik tangan Tong Kauw dan meloncat mundur dua langkah kebelakang.

   Bersamamaan dengan terjadinya penyerangan itu, suatu peristiwa mengerikan yang tak disangka sangkapun telah berlangsung.

   -oo0dw0oo-

   Jilid 8 SETELAH mayat gadis bunting itu kena hajar perutnya yang menggembung, lehernya yang panjang dengan batok kepala yang besar mendadak menggeleng beberapa kali, setelah itu kepalanya mendongak keatas sementara anggota badannya pun mulai bergoyang goyang dengan kerasnya.

   Diujung lehernya yang panjang bagaikan ular sendok tersungging sebutir batok kepala yang aneh dengan rambut yang panjang terurai kebawah, mimik wajah mayat gadis bunting itu sangat mengerikan sekali, apalagi dalam keadaan begini mayat itu mulai menyeringai dan tertawa seram.

   
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Panca indranya mengerikan sekali hidungnya sudah hilang dan tinggal lubang yang besar sehingga hampir boleh dikata rata dengan pipinya gigi taring yang panjang mencuat keluar bagaikan pisau belati, terutamba sekali sepasadng matanya yanga berwarna biru bpada saat ini memancarkan cahaya biru yang tajam dan menyilaukan mata, pokoknya keadaan dari mayat gadis bunting ini sangat menyeramkan sekali.

   "Kiiikkk... kiiiiikk... kkkiiiikkk... kembali mayat gadis bunting itu perdengarkan jeritan tajam yang menyeramkan hati, gigi taringnya mulai membentang lebar, dan jari tangan dengan kuku yang panjang pun bergerak siap melancarkan tubrukan kearah dua insan manusia yang berdiri disisinya. Kali ini bukan saja jeritan ngeri itu terdengar amat jelas bahkan terlihat jelas oleh Liem Kian Hoo sekalian bahwa suara tadi betul betul berasal dari mayat gadis bunting tersebut. Liem Kian Hoo seorang pemuda pemberani memiliki ilmu silat yang amat lihay, namun menghadapi keadaan serta peristiwa macam ini tak urung ia dibikin bergidik juga sehingga bulu roma pada bangun berdiri, buru buru ia mundur kebelakang berulang kali. Sedangkan Tong Kauw sudah tak dapat menguasai diri lagi, saking takutnya ia jatuh terduduk diatas tanah, sepasang tangannya menutupi mata sendiri rapat, keberanian untuk memandang ke arah mayat gadis bunting itupun lenyap tak berbekas, ia betul betul ketakutan setengah mati.

   "Kiiiikkk... kkkiiiikkk.... kiiiikkkk... Kuuuuukkk... kuuuukkk... kuuuukkkk..."

   Jeritan menyeramkan kembali berkumandang dari mulut mayat gadis bunting itu, bukan saja dari mayat gadis tadi, bahkan dari empat penjuru mulai berkumandang suara sahutan yang seketika membuat seluruh bukit jadi ramai dengan suitan-suitan serta jeritan jeritan aneh, batok batok kepala mayat suku Leher Panjang yang semula terkulai lemas itupun satu persatu bangkit kembali, sepasang mata mereka terbentang lebar dan mulai memancarkan cahaya biru yang mengerikan.

   Tidak selang beberapa saat kemudian, empat penjuru sekeliling mereka sudah dipenuhi oleh mayat-mayat suku Leher Panjang yang telah membusuk dan mengering itu, begitu rapat mayat mayat tadi mengurung Liem Kian Hoo berdua sehingga keadaan tersebut bagaikan sebuah pagar kayu, begitu rapat kepungan tadi sedikitpun tidak ada ruangan kosong, bau busuk sangat menusuk penciuman membuat perut jadi mual dan ingin muntah rasanya.

   Yang aneh lagi, ternyata mayat hidup itu mempunyai potongan serta mimik yang hampir sama sama lainnya.

   Kulit yang telahb mengering, matda yang berwarnaa biru tajam serbta gigi taring yang menyeringai seram, satu satunya hal yang aneh adalah ketika itu mayat-mayat hidup tersebut bukannya berbuat gaduh malahan berdiri tenang sekali, mereka tidak perdengarkan jeritan-jeritan mengerikan lagi bahkan setelah membuat lingkaran kurang lebih satu tombak dihadapan Liem Kian Hoo berdua, mereka tidak mendesak ke depan lebih jauh.

   Tong Kauw ketakutan setengah mati, selama ini ia duduk mendeprok diatas tanah, sepasang matanya terbelalak lebar sedang mulutnya melongo, kesadarannya boleh dikata sudah punah sama sekali.

   Keadaan berlangsung lama sekali, kedua belah pihak sama sama bungkam dan tidak menunjukkan reaksi apapun.

   Namun, bagaimanapun jugi Liem Kian Hoo adalah seorang anak sekolahan yang sudah banyak membaca kitab pengetahuan, dalam hati ia tidak percaya dengan segala macam bentuk setan.

   Walaupun pada saat ini ia bikin kaget dan terperanjat oleh peristiwa yang terbentang didepan mata, namun hanya sebentar ia tertegun untuk kemudian tenang kembali.

   Dengan sikap yang tenang dan sama sekali tidak gugup bentaknya terhadap diri Tong Kauw.

   "Tong Kauw ! ayoh bangun !". Tong Kauw terkesiap dan segera mendusin kembali dari lamunannya, dengan suara tertahan jeritnya.

   "Saudara cilik, jangan sekali kali kau ajak mereka untuk berkelahi, seandainya kau sampai kena ditangkap oleh mereka akan aku tidak berani menolong dirimu, kalau sampai terjadi begitu apa yang harus aku lakukan..".

   "Tidak mengapa."

   Sahut Liem Kian Hoo sambil tersenyum.

   "Mereka tidak berani menangkap aku, lagipula mayat mayat hidup ini hanya merupakan hasil penyaruan dari manusia hidup belaka, sekalipun akhirnya kita harus mati paling banter kitapun akan berubah jadi setan. Tentu saja setan tidak akan takut pada bangsa setan sendiri, sampai waktunya kita baik baik kasi pelajaran kepada mereka !". Pelajaran yang sangat sederhada sekali ini ternyata berhasil menggerakkan hati Tong Kauw yang goblok dan tahur urusan nyalinyta bertambah besqar, ia segera mrerangkak bangun dari atas tanah dan berteriak.

   "Sedikitpun tidak salah! saudara cilik, setelah mendengar ucapanmu ini akupun tidak usah merasa takut lagi". Seraya berkata ia berjalan mendekati sianak muda itu. Namun dengan cepat Liem Kian Hoo menyingkir satu langkah kebelakang seraya berteriak.

   "Tong kauw, kau jangan kemari. Hmm... baunya luar biasa, coba lihat badanmu begitu kotor."

   Kiranya takutnya menghadapi mayat mayat hidup tadi, Tong Hauw telah terkencing kencing hingga seluruh celana basah kuyup, pada saat ini dari tempat maha menyiarkan bau busuk yang sangat menusuk hidung.

   Dengan cepat Tong Kauw dapat merasakan akan hal itu, ia jadi jengah dan ujarnya dengan nada malu-malu.

   "Aku benar-benar tidak berguna, mungkin tadi pagi aku terlalu banyak makan sehingga kini emas busuk itu tak terbendung lagi dan melorot keluar dengan sendirinya."

   Liem Kian Hoo dibikin mendongkol bercampur geli oleh tingkah lakunya, sambil memencet hi dung menahan bau ujarnya kembali.

   "Nah, kalau begitu berdiri lah disitu tak berkutik, lihat saja bagaimana caraku untuk mengusir pergi mayat mayat hidup ini !"

   Tong Kauw benar-benar sangat penurut, ia lantas berdiri ditempat semula tanpa berkutik, sepasang matanya terbelalak lebar-lebar dan mengawasi sianak muda itu bagaimana caranya mengusir mayat-mayat hidup tersebut.

   Tampak sianak muda itu termenung beberapa saat lamanya, sebentar kemudian ia sudah mendapatkan cara yang tepat.

   Kiranya ketika mula pertama ia bertemu dengan mayatmayat hidup itu, hatinya dibikin gugup dan tidak tenang, namun setelah dipikir dengan lebih seksama ia merasa tidak mungkin dikolong langit benar-benar ada setan atau sukma yang gentayangan, yang ada hanyalah ilmu dukun yang dapat menguasahi mayat-mayat itu untuk bergerak seperti apa yang tercantum dalam surat wasiat Soen Tong Hay, yaitu sebagian kepandaian sakti yang termuat dalam kitab pusaka Koei-Hua- Pit-Kip.

   Kitap pusaka Koei-Kua-Pit-Kip telah terjatuh ketangan Kauw Heng Hu, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa mayatmayat hidup ini mungkin sekali adalah hasil permainan setannya untuk menakut-nakuti orang.

   Dengan didapatkannya penjelasan ini maka sianak muda itu tak perlu merasa takut lagi, namun iapun mengalami kesulian didalam memecahkan teka-teki.

   Menurut penilaiannya, mayat-mayat hidup ini dapat bergerak karena mereka mendapat hawa panas dari manusia hidup, tapi ada satu hal yang patut disesalkan, yaitu selama ini ia tidak mempelajari kepandaian bagaimana caranya mengendalikan mayat-mayat itu dari catatan Soen Tong Hay sebab ia merasa hanya buang waktu percuma, maka saat inipun ia tak tahu bagaimana caranya mengusir mayat-mayat tadi.

   Disamping itu iapun merasa tidak habis mengerti apa sebabnya mayat-mayat hidup itu tidak meneruskan penyerbuannya kedepan dan berhenti di sekelilingnya belaka ?.

   Otaknya diperas...

   lama...

   lama sekali namun sianak muda ini gagal menemukan jawabannya, terpaksa sang telapak segera disiapkan dan badan pun mendesak satu langkah kedepan.

   Ternyata mayat mayat hidup itu sangat jeri kepadanya, ketika menyaksikan sianak muda itu maju selangkah kedepan buru-buru mereka meloncat mundar selangkah kebelakang, meski demikian posisinya masih tetap seperti sedia kala.

   Agaknya Liem Kian Hoo tidak begitu percaya, kembali ia maju tiga langkah ke muka.

   Peristiwa semula terulang kembali, bersamaan dengan majunya tubuh sianak muda itu, demikian jarak mereka dengan Tbong Kauw pun sedmakin dekat, beaberapa sosok mabyat hidup diantaranya segera pontang cakar buka mulut siap menubruk kearah gadis tolol itu.

   "Saudara cilik... celaka... celaka... setan itu mau menangkap diriku."

   Jerit Tong Kauw ketakutan. Terpaksa Liem Kian Hoo mundur kembali kebelakang, dan mayat mayat hidup tadipun mundur dan berdiri seperti sedia kala.

   "Saudara cilik, coba lihat mereka hanya takut kepadamu dan tidak jeri kepadaku, janganlah kau tinggalkan diriku lagi !"

   Keluh si gadis Bligo dengan nada memohon. Ucapan ini menggerakkan akal cerdik sianak muda itu, segera ia berpikir.

   "Aaaaah, sedikitpun tidak salah, kita berdua sama-sama adalah manusia, mengapa mayat-mayat hidup itu cuma takut kepadaku seorang dan tidak takut kepada si gadis Blo'on itu ? apa bedanya antara aku dengan dirinya ?". Pikiran ini mendatangkan suatu ingatan dalam hatinya, membuat pikirannya jadi terang dan segera menyadari akan sesuatu. Ia merasa dari antara dadanya muncul suatu hawa panas yang istimewa sekali, tanda-tanda yang mencurigakan ini hanya terdapat pada tubuhnya dan tak ada dalam tubuh Tong Kauw, maka mayat mayat hidup tersebut hanya jeri kepadanya seorang. Tanpa sadar Liem Kian Hoo lantas meraba kea-rah dadanya, dimana segera memancar keluar segulung cahaya keperak perakan yang sangat menyilaukan mata. Ketika tangannya muncul kembali dari saku maka diantara telapaknya telah bertambah dengan sebutir mutiara yang memancarkan cahaya tajam. Mutiara tersebut bukan lain adalah mutiara yang mula-mula terletak diujung hioloo Ci- Liong-Teng kemudian Toan Kiem Hoa mengembalikan kepadanya, dengan andalkan cahaya mutiara yang aneh dan tajam inilah ia berhasil mempelajari ilmu silat yang tercatat didalam hioloo tersebut. Oleh sebab itu setelah ia selesai berlatih, untuk menjaga segala hal diluar dugaan maka dari dalam ruang semedi Toan Kiem Hoa ia ambil sebutir mutiara yang kurang lebih besarnya sesuai dengan mutiara aslinya dan diletakkan diatas hioloo tersebut, sedangkan mutiara yang asli ia sembunyikan didalam dada. Ia tahu banyak jago kangouw mebngetahui rahasida yang menyangkaut hioloo Ci-Libong-Teng tersebut, maka dari itu apabila mutiaranya disembunyikan maka ia akan terhindar dari banyak kesulitan yang tidak diinginkan, contohnya saja keadaan pada saat ini, meski Hioloo itu kena dirampas Kauw Heng Hu namun si monyet tua itu gagal untuk mendapatkan ilmu silat yang tercantum disana. Sungguh tak nyana bukan saja mutiara itu punya keistimewaan tersebut, benda itupun punya kasiat untuk memusnahkan segala bentuk ilmu hitam serta pengaruh setan. Demikianlah ketika mutiara itu diambil keluar dari dalam saku, mayat-mayat hidup itu jadi kacau balau tidak karuan, mereka sama-sama mundur kebelakang dan pontang-panting cari tempat persembunyian sementara sinar yang terpancar ke luar dari mutiara itupun semakin tajam dan semakin cemerlang sehingga sangat menyilaukan mata. Menyaksikan dirinya berhasil menemukan cara untuk mengusir mayat-mayat hidup itu, Liem Kian Hoo kegirangan setengah mati, sambil mencekal mutiara tadi ia mendesak kedepan lebih jauh. Rombongan Mayat mayat hidup tadi semakin kalut dan mereka sama-sama lari terbirit-birit.

   "Saudara cilik."

   Jerit Tong Kauw dengan suara gembira.

   "Mustikamu betul-betul luar biasa sekali, bagaimana kalau hadiahkan kepadaku ?". Liem Kian Hoo tidak menggubris ocehan gadis Blo'on itu, ia putar badan dan lanjutkan pengejarannya kearah mayatmayat hidup tersebut, membuat mayat-mayat tadi lari tunggang langgang keempat penjuru dan bersembunyi ditempat kegelapan, dalam sekejap mata tak sesosok mayatpun berani menekati tubuhnya terlalu dekat. Meski demikian Liem Kian Hoo pun tidak berani mengejar lebih jauh, sebab masih ada Tong Kauw disitu, ia takut budak goblok ini dilukai oleh mayat mayat hidup itu, Mendadak ....dari tengah udara kembali berkumandang suara jeritan setan yang sangat menyeramkan. Jeritan setan ini muncul dari mayat gadis bunting itu, begitu keras dan tajam suaranya membuat telinga seperti ditusuk-tusuk dengan jarum, agaknya jeritan ini bermaksud untuk menenteramkan mayat-mayat lainnya. Terbukti setelah suitan tajam itu diperdengarkan, maka mayat mayat hidup lainnya segera jadi tenang kembali rbahkan mereka mtulai membentuk qsuatu barisan pranjang. Agaknya mayat gadis bunting itu merupakan pemimpin diantara mayat-mayat hidup lainnya, ia berdiri dibarisan belakang dan dari mana perdengarkan jeritan jeritan aneh yang mengerikan.

   "Kiiikkk... kiiikkk... kiiikkk..."

   Mayat hidup yang berdiri dipaling depan segera menubruk kedepan mengikuti komando tersebut, sepasang jari tangannya yang kering dan tajam segera dipentangkan lebar lebar menubruk ke arah mutiara ditangan Liem Kian Hoo.

   Sianak muda itu rada tertegun dan terjelos hatinya menyaksikan mayat hidup itu secara mendadak tidak jeri pada cahaya mutiara lagi bahkan melakukan perampasan, buruburu sepasang telapaknya didorong kedepan secara serentak melancarkan sebuah serangan, cahaya mutiara menyambar kedepan dan angin pukulan mengulung lewat dari telapak yang lain.

   Baru saja mayat hidup itu menubruk sejauh setengah depa, gerakannya segera terbendung oleh angin pukulan sianak muda itu.

   "Bruuuuk !"

   Ditengah bentrokan dahsyat, mayat hidup itu kena dihantam telak, badannya segera hancur dan tulang belulang rontok serta tersebar diatas tanah, seketika itu juga ia musnah dan berantakan.

   "Kiiiikkk... kiiiikkkk.... kikkk....!". Jeritan ngeri berkumandang tiada hentinya, sesosok demi sesosok mayat mayat hidup itu seca ra teratur melancarkan tubrukan dahsyat kemuka. Liem Kian Hoo pun menggunakan cara yang sama, satu persatu menghadapi mayat-mayat hidup itu dan memusnahkannya. Dalam sekejap mata seluruh permukaan tanah sudah dipenuhi dengan tulang tengkorak putih yang berserakan dimana-mana, sedang mayat-mayat hidup itupun tetap menerjang maju kedepan, bagaikan kunang-kunang menubruk api, satu persatu dimusnahkan dengan gampangnya. Walaupun selama ini Liem Kian Hoo tidak terluka oleh serangan lawan, namun menyaksikan mayat-mayat yang dipergunakan orang ini ia merasa tidak tega, bahkan hatinya mulai tidak benar. Berhubung mayat-mayat hidup itu bergerak karena mendapat perintah dari mayat gadis bunting itu lewat jeritannya. timbullah suatu ingatan dalam benak sianak muda ini untuk menangkap penyamun tangkap rajanya lebih dahulu. Ia membentak, sambil mencekal mutiara sakti itu badannya meleset ketengah udara kemudian langsung menubruk kearah mayat gadis bunting tadi. Menyaksikan sianak muda itu berlalu, Tong Kauw jadi sangat cemas, buru buru teriaknya.

   "Saudara cilik, jangan tinggalkan aku seorang diri, tunggu aku sejenak...". Iapun segera enjotkan badan dan ikut melesat kedepan. Agaknya mayat gadis bunting itu punya perasaan yang tajam, ketika menyaksikan Liem Kian Hoo menubruk datang, iapun bersuit nyaring lalu mengigos kesamping.

   "Setan bunting, kau hendak lari kemana"?"

   Bentak Liem Kian Hoo penuh kegusaran.

   Ia enjotkan badannya dan mengejar kemuka dengan kecepatan laksana sambaran kilat.

   Namun gerak-gerik mayat gadis bunting itu pun tidak kalah hebatnya, dengan lincah dan gesit ia melarikan diri lewat jalan-jalan gunung ditempat itu.

   Liem Kian Hoo tak mau lepaskan mayat tadi begitu saja, dengan kencang ia mengejar terus dibelakangnya disusul Tong Kauw dibelakang si anak muda itu, demikianlah kejar mengejar antara dua orang manusia dengan sesosok mayat hiduppun segera berlangsung dengan serunya.

   Beberapa saat lamanya mereka saling berkejar kejaran, akhirnya tibalah mereka didepan sebuah gua yang sangat besar, mayat gadis bunting tadi langsung menerobosi gua itu dan masuk kedalam.

   Liem Kian Hoo tidak berani gegabah, ia segera berhenti didepan pintu gua dan putar otak dengan alis berkerut, ia takut didalam gua telah tersedia pelbagai permainan busuk.

   Sebaliknya Tong Kauw yang berada disisinya telah tertahan sambil menuding kearah gua itu.

   "Saudara cilik, inilah -gua- Angin Hitam !". Mendengar gua tersebut adalah gua Angin Hitam, Liem Kian Hoo tersentak kaget, ia segera teringat akan nasib Watinah serta Ton Kiem Hoa. Tanpa pikir panjang lagi tubuhnya segera berkelebat masuk kedalam gua, suasana ditempat itu memancarkan cahaya tajam sehingga mereka dapat melanjutkan pengejarannya kedalam gua dengan leluasa. Kembali mereka saling berkejaran beberapa saat lamanya, akhirnya sampailah mereka diujung gua, agaknya mayat gadis bunting itu merasa tiada jalan lagi untuk melarikan diri, ia menempel keatas dinding gua, sepasang matanya memancarkan cahaya biru tua, sebaris giginya yang tajam menyeringai seram, keadaan mayat itu jauh lebih mengerikan lagi. Liem Kian Hoo mendengus dingin, telapaknya disiapkan kemudian dengan diarahkan kearah mayat gadis bunting itu ia melancarkan sebuah serangan. Mendadak Sebelum ia sempat melancarkan serangan, dari balik kegelapan kembali terdengar suara me-ngikik yang amat mengerikan, sesosok bayangan hitam menubruk datang dengan hebatnya. Liem Kian Hoo mengira kembali ada sesosok mayat hidup yang bersembunyi didalam gua itu melancarkan serangan bokongan, dengan cepat ia dorong cahaya mutiaranya kearah depan, Siapa sangka, mayat hidup yang muncul kali ini sama sekali tidak jeri dengan cahaya mutiara, gerakan tubrukannya sama sekali tidak terhalang bahkan jauh lebih dahsyat. Liem Kian Hoo didesak hebat, mau tak mau terpaksa ia alihkan telapaknya yang penuh dengan hawa murni itu menghantam bayangan hitam tersebut.

   "Bluuuuk !"

   Termakan oleh angin pukulan yang amat dahsyat itu, bayangan hitam tadi menjerit keras, diikuti suara desiran tajam meluncur dari tubuhnya mengancam empat penjuru.

   "Sreeet ! Sreeet ! Sreeet !"

   Berpuluh-puluh gulung desiran angin dingin menyambar kemuka menembusi angin pukulannya dan langsung menghantam tubuh Kian Hoo.

   Berada dalam keadaan seperti ini, tidak sempat bagi sianak muda itu untuk mengigos, ia terancam bahaya dan tidak tahu bagaimana harus menghadapi situasi yang sangat kritis ini.

   Ontunglah pada saat yang sangat berbahaya ini Tong Kauw yang berada dibelakangnya telah tiba disana, gadis tolol itu segera lintangkan badannya didepan tubuh Kian Hoo.

   "Duuuk... duuuk... duuuk...!"

   Berpuluh-puluh gulung desiran angin dingin tadi diiringi suara bentrokan keras bersarang di tubuhnya semua.

   Diikuti kemudian suara dentingan nyaring menggema memecahkan kesunyian Dan terakhir terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati menghalau seluruh irama dentingan tadi.

   Setelah itu suasana pulih dalam keheningan, sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.

   Liem Kian Hoo tertegun beberapa saat lamanya, tiba-tiba ia teringat akan keselamatan Tong Kauw, buru-buru cahaya mutiaranya dialihkan ke sisi tubuh gadis tolol itu.

   Tampak si Gadis Blo'on tadi sedang pentang mulutnya lebar lebar dan menyengir kuda, sedikitpun tidak menunjukkan tanda tanda teriuka, ia jadi lega hati.

   "Tong Kauw."

   Katanya dengan nada penuh rasa kuatir.

   "Bagaimana perasaanmu saat ini ?"

   "Aku sama sekali tidak merasakan apa-apa. aku tidak tahu setanpun bisa melepaskan senjata rahasia, untung badanku memiliki tenaga sinkang daya pental yang maha hebat, bukan aku yang kerluka malahan dia yang terluka malahan dia yang terbinasakan !"

   Liem Kian Hoo tertegun lalu perlahan-lahan menggeserkan mutiara itu keatas tubuh bayangan hitam tadi, sekarang ia baru temukan kalau bayangan hitam tersebut ternyata bukan lain adalah Hasan kepala suku Leher panjang yang pernah ditemuinya tempat dulu.

   Saat ini badannya sudah hancur lebur termakan oleh gelang leher sendiri, kematiannya benar benar mengerikan sekali.

   Setelah mengalami kekalahan total sewaktu berduel melawan Liem Kian Hoo dibawah gunung tempo dulu, sebenarnya ia harus tebus kekalahan itu dengan kematian, namun ia takut mati dan melarikan diri sehingga timbulkan amarah rakyatnya, sungguh tak nyana meski ia sudah bersembunyi di tempat ini namum gagal untuk lolos dari kematian.

   Sementara si anak muda itu masih berdiri termangumangu, mendadak terdengar pula suara bantingan keras menggema datang, seolah-olah ada suatu benda berat yang roboh keatas tanah.

   Buru-buru ia alihkan cahaya mutiaranya, tampaklah mayat gadis bunting yaug melarikan diri kedalam gua tadi, mendadak secara otomatis roboh sendiri keatas tanah.

   Tong Kauw jadi kebingungan dan tidak habis me ngerti, serunya.

   "Eeeeei ! coba lihat, kenapa setan perempuan ini tiba-tiba bisa mati sendiri ?"

   Tong Kauw tidak paham namun Liem Kian Hoo mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi.

   Hadangan-hadangan mayat hidup yang ditemuinya tadi bukan lain adalah hasil permainan setan dari Hasan secara diam-diam, maka dari itu setelah Hasan mati dan hawa panasnya buyar maka mayatmayat hidup itupun kehilangan tenaga yang mengendalikan mereka, termakan pula oleh cahaya mutiara maka sirnalah kekuatan tersebut.

   Namun ia malas untuk menjelaskan duduknya perkara ini kepada Tong Kauw, maka seraya menendang mayat Hasan kesamping gua katanya.

   "Sudah selesai, kini mayat mayat hidup itu sudah sirna dan hancur, ayoh cepat kau bawa aku ketempat penjara yang biasa digunakan oleh Tong Kauw Hu !". Tong Kauw kurang percaya, ia periksa dulu keadaan mayat gadis bunting itu, setelah yakin bahwa mayat tadi telah tak berkutik lagi dengan hati gembira ia berseru.

   "Saudara cilik, kau benar-benar punya kepandaian, setansetan ini telah berhasil kau hancurkan semua, lain kali akupun tak takut dengan setan lagi, penjara dari si Monyet tua itu terletak didepan sana !"

   Sambil busungkan dada gadis tolol ini segera maju kedepan, jelas hatinya merasa amat gcmbira.

   Setelah berjalan beberap saat lamanya, sampailah mereka ditempat yang dituju, tempat itu merupakan sebuah ruang batu yang tinggi besar, secara lapat-lapat terdengar suara angin menderu-deru dari empat belah dinding hawa dingin merembes masuk tiada hentinya membuat badan jadi sakit dan tulang jadi linu.

   "Ditempat inilah si Monyet tua itu biasa menyekap orang."

   Kata Tong Kauw sambil menuding ruang batu tersebut.

   "Angin yang berhembus dalam ruangan ini berasal dari bawah tanah, menurut ayahku katanya selama sebulan angin itu berhembus terus tiada hentinya, seseorang yang kena terhembus tubuhnya dapat hancur bagaikan bubuk.". Liem Kian Hoo tidak menggubris ocehannya, ia awasi keadaan ruangan itu dengan harapan bisa menemukan jejak dari Toan Kiem Hoa serta Watinah. Namun ia dibikin kecewa, ternyata ruang batu itu kosong melompong, tak sesosok bayangan manusiapun yang nampak ada disana. Kedua orang gadis yang dicari tiada dalam ruangan tersebut, mati hidupnya susah diduga, meskipun mereka meninggalkan suatu tanda atau jejak. tidak mungin jejak itu masih tertinggal disana, tentu benda-benda tadi sudah terhembus lenyap oleh deruan angin tajam. Dalam pada itu ketika Tong Kau menyaksikan sianak muda itu sedang melakukan pencarian diempat penjuru, meski tidak tahu apa yang sedang dicari namun dengan senang hati iapun ikut bantu melakukan pencarian. Beberapa saat kemudian tiba tiba gadis tolol itu berseru.

   "Coba lihat, benda apakah ini ?". Buru-buru Liem Kian Hoo lari menghampirinya, tampak gadis tolol itu sedang ambil keluar sebuah selendang sutera dari balik celah celah tembok, tak kuasa lagi jantungnya berdebar keras. Kain sutera yang ditemukan Tong Kauw barusan bukan lain adalah barang miliknya, ketika berada didusun orang Biauw dimana tempat itu sedang melangsungkan pesta Bulan Purnama, kain sutera tersebut telah ia hadiahkan buat Watinah sebagai balasan atas pemberian kain sutera oleh gadis itu, maka sekilas pandang saja Kian Hoo kenali barang miliknya ini. Dan selama ini Watinah selalu menyimpan kain sutera itu baik-baik, kini ia temukan kain ta di berada disini, hal ini sama halnya membuktikan bahwa- gadis ini jauh lebih banyak bahaya dari pada beruntung. Buru-buru ia buka kain sutera tersebut, tampaklah diatas kain tadi tertera beberapa patah kata yang ditulis dengan darah segar. TuIisan itu kira kira berbunyi demikian.

   "Siauw-moay serta suhu telah ditawan oleh musuh tangguh, walaupun kesadaran untuk sementara punah namun keselamatan tidak terancam.

   "Musuh terlalu ampuh, mau tak mau terpaksa siauw-moay harus gunakan kesucian badanku untuk turuti napsu binatangnyab, untuk sementadra waktu siauw-amoay serta suhub aman."

   "Bajingan itu tidak berhasil menemukan jejak kongcu disekitar tempat ini dan mengira ilmu silatnya sudah tiada tandingan, kini ia sudah tinggalkan wilayah Biauw untuk terjun kembali kedaratan Tionggoan guna angkat nama dan bikin onar, untuk menjaga keselamatan suhu siauw-moay akan selalu menyertai bajingan namun hati tetap milik kongcu, semoga Thian mengasihani diriku dan suatu saat kita dapat berjumpa kembali...."

   Walaupun tiada tangan, namun ditinjau dari nada tulisan tersebut jelas merupakan surat yang dibuat oleh Sani. Selesai membaca surat itu, dalam hati Liern Kian Hoo berpikir.

   "ia takut aku kehilangan jejak setelah mengejar sampai disini, maka dibuatnya secarik surat agar aku tahu kemanakah mereka pergi, demi Watinah dan Toan Kiem Hoa, pengorbanannya benar benar sangat besar."

   Disatu pihak ia merasa kuatir buat keselamatan Watinah serta Toan Kiem Hoa, dipihak lain ia terharu oleh pengorbanan dari Sani, mencekal kain sutera itu untuk beberapa saat lamanya.

   Kian Hoo tidak tahu apa yang harus dilakukan.

   Lama sekali ia berdiri termenung, akhirnya sianak muda ini menghela napas panjang dan bergumam seorang diri.

   "Aaaaai !, agaknya aku harus kembaki kedaratan Tionggoan untuk mengejar mereka !"

   "Saudara cilik, apakah kau membawa pula diriku ?"

   Sela Tong Kauw dengan cepat. Menjumpai keadaan gadis tolol itu patut dikasihani, Liem Kian Hoo tidak tega meninggalkan dia seorang diri ditempat itu, terpaksa sahutnya.

   "Bisa saja aku bawa serta dirimu, tetapi kau harus berjanji untuk mendengarkan perkataanku dan dandananmu pun tak boleh macam sekarang ini, daerah Tionggoan berbeda dengan tempat ini, pertama tama kau harus mengenakan pakaian lebih dahulu.". Mengetahui sianak muda itu suka membawa serta dirinya, Tong Kauw kegirangan setengah mati sambil meloncat-loncat seperti anak kecil, soraknya.

   "Baik, baik, tentu akan kuturubti semua perkatdaanmu, kau suruah aku jilat-jilbat air kencing mu pun aku mau."

   Liem Kian Hoo menghela napas panjang, dengan hati murung ia tinggalkan ruang batu itu dan keluar dari gua.

   oOo Seorang lelaki kekar berwajah hitam dan seorang pemuda ganteng dengan menunggang dua ekor kuda jempolan perlahan lahan muncul dari balik tikungan.

   Dua orang ini bukan lain adalah Liem Kian Hoo serta Tong Kauw, berhubung gadis tolol itu memiliki perawakan tubuh yang tebal maka sengaja Liem Kian Hao mendadani dirinya sebagai seorang pria disamping memberi pula nama samaran baginya yaitu Soen Tong.

   Soen adalah she dari ayahnya Leng-Yan-Khek serta Tong adalah nama aslinya, maka ia cuma lenyapkan kata Kauw saja.

   Dengan demikian Tang Kauw pun dengan wajah yang baru, nama yang baru menuju ke penghidupan serta dunia yang baru pula baginya.

   Sekalipun ia sudah berdandan sebagai seorang pria, namun wajahnya yang luar biasa dan mengerikan itu sepanjang perjalanan telah banyak mendatangkan kerepotan bagi Liem Kian Hoo, tetapi untuk mewujudkan pesan terakhir dari Seon Tong Hay maka selama ini sianak muda itu hanya bersabar belaka.

   Diiringi suara derapan kaki kuda yang nyaring, mereka berdua telah memasuki sebuah jalan yang menghubungan jalan gunung dengan sebuah dusun.

   Pada saat itulah tak kuasa lagi Liem Kian Hoo berpesan.

   "Tong Kauw, mulai saat ini aku hendak sebut dirimu dengan nama A-Tong, sedang kaupun harus selalu ingat bahwa pada saat ini kau memakai baju seorang pria, maka dalam tingkah laku maupun gerak-gerik harus mirip seorang pria !"

   Tong Kauw atau sekarang bernama Soen Tong mengangguk dan tertawa bodoh.

   "Aku tahu, akan kuingat selalu pesanmu itu "

   Katanya.

   "Apabila aku berjumpa dengan seorang nona cilik yang berwajah lumayan, aku tidak akan sembarangan menarik narik tangannya lagi..."

   "Ehmmm! disamping itu kaupun harus ingat bahwa sekarang kita sedang pergi menengok guruku, dia orarng tua sedang mterawat lukanya qditempat ini marka ketika berjumpa dengan beliau nanti kau harus bersikap hormat dan tahu sopan santun, jangan bertindak liar dan kasar macam orang hutan belaka !"

   "Aku tahu, aku tahu, akan ku anggap dia sebagai ayahku sendiri !".

   "Nah, begitulah baru betul !". Berbicara sampai disitu, Kian Hoo pun lantas ceplak kudanya melanjutkan perjalanannya kedepan diikuti Soen Tong dari belakang. Beberapa saat kemudian sampailah mereka didepan sebuah jembatan tersebut untuk masuk kedalam dusun. Haruslah diketahui pada saat itu musim dingin telah tiba, air sungai telah membeku jadi salju yang tebal, banyak sekali bocah bocah cilik sedang bermain ski diatas permukaan salju tersebut suasana riang gembira dan ramai sekali. Ketika Liem Hoo tiba diujung jembatan, tiba-tiba dengan wajah serius ia loncat turun dari kuda dan meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki Soen Tong yang menyaksikan perbuatan sianak muda itu jadi tercengang, dengan suara yang serak dan keras teriaknya.

   "Saudara cilik, jembatan ini kokoh dan kuat sekali, sekalipun kita lewat dengan menunggang kudapun jembatan ini tidak bakal bobol !". Liem Kian Hoo berpaling memandang gadis tolol itu sekejap, lalu dengan wajah serius jawabnya.

   Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Orang dungu, apa yang kau ketahui ? suhuku berdiam didalam dusun ini, dan aku melanjutkan perjatana dengan berjalan kaki ini berarti suatu penghormatan besar bagi dia orang tua, beginilah cara kita orang-orang dari angkatan muda menghormati cianpweenya!".

   "Huuuu... sungguh merepotkan."

   Keluh Soen Tong dengan bibir dicibirkan.

   "Saudara cilik! macam apa sih gurumu itu ? dia galak atau tidak ?..."

   Sianak muda itu berpikir sebentar, untuk menghindari segala kerepotan sengaja ia menakut-nakuti gadis tolol itu.

   "Ooooouw... suhuku adalah seorang jago yang lihaynya luar biasa, semua kepandaian silat yang kumiliki adalah hasil ajarannya semua, nanti kalau berjumpa dengan dia orang tua, kau harus berhati-hati, jangan sampai menimbulkan hawa amarahnya !". Soen Tong jadi mengkeret ketakutan.

   "Kalau begitu aku tidak ikut masuk saja bagaimana kalau aku tunggu disini saja?"

   "Bagaimana kalau aku berada disana lama sekali, apakah kau akan menunggu terus disini ?".

   "Tidak mengapa, aku boleh saja ikut main ski es dengan bocah bocah cilik itu, coba lihat mereka bermain kesana kemari, oooouw... sungguh menyenangkan sekali !". Sinar matanya yang memancarkan cahaya aneh segera ditujukan kearah bocah bocah cilik yang sedang bermain itu. Liem Kian Hoo tahu bahwa sifat kekanak-kanakannya masih belum lenyap, maka sambil tertawa ia menggeleng.

   "Sudahlah, jangan ngaco belo terus-terusan, kau sudah segede ini masa kepingin bermain dengan bocah-bocah cilik ?". Soen Tong tak bisa berbuat lain, terpaksa sambil tundukkan kepala sedih ia melanjutkan perjalanannya kedepan. Tiba-tiba... dari tengah permukaan salju itu berkumandang suara jeritan kaget, ternyata seorang bocah cilik yang sedang bermain diatas permukaan salju itu kurang hati-hati dan menginjak permukaan saIju yang tipis, tidak ampun lagi badannya segera tercebur kedalam air sungai didalam nya.

   "alaupun air didalam sungai itu tidak terlalu dingin, namun dalam sekali, setelah bocah cilik tadi terjerumus kedalam sungai badannya seketika lenyap tak berbekas. Liem Kian Hoo jadi gugup, buru-baru ia lari ketempat kejadian, tampaklah bocah tadi sudah terbawa arus sungai dan lenyap didasar air. Meskipun Sianak muda itu punya kepandaian yang sangat lihay diatas daratan, namun ia sama sekali tidak mengerti akan ilmu berenang, menyaksikan peristiwa ini ia jadi kehabisan akal dan tak berkutik. Soen Tong pun ikut lari keten pat kejadian, tanpa mengucapkan sepatah katapun ia bongkokkan pinggang dan segera terjun kedbalam sungai lewdat lubang es taadi. Liem Kian Hboo jadi kaget.

   "Tong Kauw !"

   Serunya.

   "Apakah kau bisa ilmu berenang ?". Namun Soen Tong tidak sempat menjawab pertanyaan lagi, badannya yang besar dan kasar telah terjun kedalam sungai dan lenyap dari permukaan. Sianak muda itu jadi kehabisan akal, terpaku dengan hati gelisah dan cemas menanti diluar gua salju tadi. Dalam pada itu bocah-bocah lainnya sudah menangis tersedu-sedu karena ketakutan. Dalam sekejap mata peristiwa ini sudah tersiar keseluruh dusun, semua penduduk dusun, semua penduduk dusun itu jadi gempar dan sama-sama lari menuju ketempat kejadian, pelbagai ocehan dan pendapat berkumandang diangkasa, suasana amat ramai dan ribut sekali. Kembali beberapa saat sudah lewat, tiba tiba dari atas permukaan air bergema suara getaran yang sangat keras, orang orang dusun takut mereka pun ikut tercembur kedalam sungai, mereka pada lari keatas daratan sehingga suasana semakin gaduh. Liem Kian Hoo merasa kuatir buat keselamatan Soen Tong serta bocah itu, ia tetap berdiri disamping gua salju tadi, ketika hatinya semakin gelisah itulah mendadak lima enam tombak dari tempat kejadian itu terjadi bentrokan keras diikuti munculnya sebuah lubang yang sangat besar, Soen Tong dengan badan basah kuyup sambil mengepit tubuh bocah malang itu tahu-tahu sudah muncul diatas permukaan. Liem Kian Hoo sangat kegirangan, buru-buru ia tarik tubuhnya naik kedaratan, setelah itu serahkan bocah tadi kepada orang tuanya yang segera menerima dengan isak tangis, ucapan terima kasih segera mengalir dari empat penjuru ditujukan buat gadis tolol tadi. Wajah Soen Tong yang hitam pekat saat in telah berubah jadi kehijau-hijauan, setelah merangkak keluar dari air dan menyemburkan banyak air dari perutnya ia baru gelengkan kepalanya berulang kali.

   "Oooouw! sungguh lihay, sungguh lihay, hampir hampir saja aku mati karena kehabisan napas, sungguh tidak enak berdiam lama di-dasar air sungai ini."

   "Tong Kauw.... eeei... A-Tong, kira-kiranya kaupun pandai ilmu berenang ?"

   Seru Kian Hoo tercengang. Namun dengan cepatb Soen Tong mengdgeleng.

   "Aku tiadak bisa, coba bbayangan ditempat kediamanku sana sama sekali tak ada sungai ataupun kali, dari mana aku bisa belajar ilmu berenang ?"

   Katanya.

   "Lalu bagaimana mungkin kau bisa turun kedalam air dan menolong bocah itu ?".

   "Aku sendiripun tidak tahu."

   Sahut Soen Tong dengan mata terbelalak besar "Dahulu aku pernah lihat si monyet tau memelihara ikan emas, aku mengira berenang sangat gampang, sungguhi tak nyana dugaanku sama sekali tidak benar, tadi aku cuma berpikir bagaimana caranya untuk menolong bocah itu maka tanpa pikir panjang aku langsung terjun kedalam air, setelah berada diba-wah air aku lihat bocah itu sedang bergerak didepan, akupun tak tahu bagaimana caranya mencengkeram tubuhnya, semakin tak kuketahui bagai mana pula caranya aku berhasil keluar dari air !"

   Jawaban ini membuat Liem Kian Hoo tertegun, ia percaya gadis tolol ini tidak habis mengerti. Ketika itulah tiba-tiba terdengar seorang kakek tua berseru sambil menghela napas panjang.

   "Berkorban untuk menolang orang, tidak pikirkan keselamatan sendiri menempuh bahaya, beginilah baru perbuatan seorang pendekar sejati !"

   Liem Kian Hoo berpaling memandang ke arah orang yang berbicara barusan, ia segera kenali orang itu bukan lain adalah suhunya si Rasul seruling Liuw Boe Hwie adanya, kelihatan wajah nya kusut dan sebuah lengan bajunya kosong melompong dan berkibar tertiup angin, tak kuasa lagi sambil menjerit tertahan suaranya.

   "Suhu ! kau telah keluar selama beberapa waktu apakah kau berada dalam keadaan sehat walafiat ?". Liuw Boe Hwie tersenyum.

   "Yaaaah, boleh dikata untung belum mati tak bisa dikatakan terlalu baik, aku selalu menantikan kehadiranmu kembali, kepergianmu kali ini sungguh lama sekali !". Liem Kian Hoo sangat terharu, beribu-ribu masalah ingin ia utarakan keluar namun tak tahu dari mana ia harus bicara. Menyaksikan keadaan muridnya, Liuw Boe Hwie lantas tertawa.

   "Perlahan-lahan, jangan terburu napsu, bimbinglah dahulu sahabatmu itu kedalam ruangan, pada jaman seperrti ini jarang tsekali bisa ditqemui orang yangr berjiwa besar macam dia !". Sebaliknya Soen Tong yang ada diatas tanah tiba-tiba berteriak.

   "Saudara cilik, aku amat beredih hati, adakah sikakek tua ini adalah suhumu ? mengapa ia cuma punya sebuah tangan belaka ?".

   "A-Tong. jangan ngaco belo ! "

   Hardik Si anak muda itu gusar.

   "jangan bersikap kurang-ajar terhadap guruku !". Buru-buru kepada Liuw Boe Hwie sambungnya.

   "Suhu, harap kau jangan marah, dia adalah seorang dungu !".

   "Sekalipun tidak kau katakan akupun tahu, hanya manusia polos dan sederhana macam dialah baru punya kebesaran jiwa yang murni dan sejati, aku hanya menghormati dan kagum pada dirinya, tak mungkin bisa marah oleh perkataan itu !"

   Dalam pada itu bocah yang tercebur kedalam sungai tadi telah mendusin, ia beserta orang orang tuanya segera datang mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas pertolongan itu, Liem Kian Hoo takut urusan semakin merepotkan buru-buru ia tarik tangan Soen Tong untuk mengikuti dibelakang Liau Boe Hwie menuju kedalam sebuah bangunan rumah.

   MuIa-mula ia suruh Soen Tong ganti pakaian dahulu, kemudian memberi semangkok wedang jae untuknya diminum, setelah itu baru paksa ia naik kepembaringan untuk tidur.

   Menanti Soen Tong telah diatur, barulah si anak muda itu menceritakan kisah perjalanannya menuju keselatan selama ini, tentu saja banyak bagian yang serasa tidak sesuai untuk dibicarakan ia rahasiakan didalam hati...

   Dengan tenang Liuw Boe Hwie mendengarkan si-anak muda itu bercerita, menanti ia telah menyelesaikan kisahnya sambil menghela napas panjang katanya.

   "Hao-jie ! sejak dulu kalau aku tahu bahwa ayahmu adalah seorang jago lihay, akapun tidak usah bersusah payah untuk wariskan kepandaian silatku kepadamu !".

   "Suhu ! harap kau jangan berkata begini, walaupun ayahku pandai bersilat tetapi ia sangat menghormati diri suhu, lagi pula sejak dua puluh tahun berselang ia sudah tak pernah membicarakan soal dunia persilatan lagi, maka dari itu beliau lantas suruh tecu angkat suhu sebagai guru, menanti suhu mengalami celaka dan lengannya kutung, Beliau baru menceritakan rahasia tersebut, disamping itu berhubung tecupun harus melaksanakan tugas berat yang dibebankan si Bunga Mawar Putih cianpwee kepadaku, mau tak mau ia wariskan beberapa kepandaian kepadaku, dengan pesan agar tecu temukan kembali mutiara diatas hioloo Ci-Liong-Teng dan mempelajari isi-nya, kemudian menggunakan tenaga sin kang diatas hioloo tadi bantu suhu serta Pek cianpwee pulihkan kembali tenaga dalamnya."

   "Aaaaai... walaupun kau mendapat bantuan dari sahabat karib ayahmu tempo dulu sehingga mutiara itu bisa didapat kembali, namun hioloo Ci-Liong-Teng kembali kena dirampas orang, agaknya harapan untuk pulihkan kembali tenaga lweekangku hanya sia sia belaka....".

   "

   Tidak ! suhu, tecu telah menghapalkan seluruh pelajaran rahasia tenaga sin-kang itu hingga hapal diluar kepala."

   Buruburu sianak muda itu menanggapi "Lagi pula kunci utama untuk mengembalikan tenaga Iweekang suhu terletak pada mutiara tersebut dan bukan hioloo nya, maka sungguh beruntung mutiara sakti ini tidak lenyap, harapan suhu untuk pulihkan kembali ilmu silat yang telah punah pun masih sangat besar."

   "Sungguh ?"

   Seru Liau Boe Hwie dengan sinar mata terharu.

   "Sungguh tak nyana pada suatu hari aku orang she- Liauw berhasil juga memenuhi harapan tersebut.". Suaranya diiringi sesenggukan, sehingga hampir-hampir saja tidak kedengaran apa yang sedang di ucapkan.

   "Suhu, sepanjang hidup kau orang tua berjuang, belum pernah melakukan perbuatan yang merugikan umat manusia, Thian akan selalu melindungi orang budiman. Thian tidak akan suruh kau orang tua menderita terus sepanjang masa !"

   Liuw Boe Hwie termenung sejenak, mendadak ia berkata.

   "Harapan untuk memulihkan kembbali tenaga lweedkangku mungkin amasih ada, tetabpi bagaimana dengan sinenek tua she-Pek...."

   "Menanti tenaga Iweekang suhu telah pulih kembali seperti sedia kala, tecu akan segera berangkat untuk menolong Pek loocianpwee !".

   "Kau masih banyak tugas yang belum diselesaikan disamping harus mengejar Kauw Heng Hu, kaupun harus menolong Ku-Sin-Poo serta dua orang murid perempuannya, Toan Kiem Hoa punya hubungan istimewa dengan ayahmu, terutama sekali gadis yang bernama Watinah, dia adalah bakal istrimu, mana boleh kau biarkan mereka terjatuh ditangan kaum bajingan ? persoalan ini tak dapat dibiarkan berlarutlarut, mana kau ada waktu sebanyak itu untuk mengurusi segala persoalan tetek bengek ?". Liem Kian Hoo menghela napas panjang.

   "Jagad begini luas, aku harus pergi kemana untuk menemukan mereka ?"

   Keluhnya.

   "lagi pula mencari manusia bukanlah urusan yang gampang, maka terpaksa tecu akan bertindak sesuai dengan keadaan, bertemu dengan pesoalan apapun akan kukerjakan lebih dahulu."

   "Mungkinkah ayahmu bakal terjun kembali kedunia persilatan...".

   "Tidak mungkin ayahku mencampuri persoalan ini lagi, kalau tidak, ia tak akan serahkan tecu untuk angkat suhu sebagai guru, Tecu bocorkan rahasia ini dihadapan suhupun sudah melanggar pesan-pesannya, maka dari itu tecu harap suhu suka melupakan saja persoalan ini !". Kembali Liuw Boe Hwie termenung beberapa saat lamanya, lalu ia berkata.

   "Ayahmu bisa tahu gelagat dan segera mengundurkan diri dari percaturan Bu-Iim, tindakan ini merupakan suatu tindakan yang tepat dan cerdik, tapi apa sebabnya ia malah menyeret dirimu untuk terperosok kedalam masalah dunia kangouw ?"

   "Tentang soal ini tecu sendiripun kurang jelas, tetapi tecu rasa dia punya suatu tujuan serta maksud tertentu... Suhu, sekarang akan kuserahkan mutiara ini kepadamu, disamping itu akan kuberikan pula rahasia pelajaran sin-kang tersebut, waktu tidak banyak lagi, kami akan berangkat..."

   Begitulah, dalam rumah gubuk yang jelek segera terpancarlah serentetan cahaya tajam yang menyilaukan mata.

   Sang surya muncul ditengah awabn.

   cahaya keemadsemasan menyoraoti seluruh jagbad mengusir hawa dingin yang mencekam permukaan bumi.

   Ketika salju telah meleleh dan hawa jadi hangat maka daun daun hijaupun mulai tumbuh disetiap dahan pepohonan.

   Ditengah sebuah hutan bunga Bwee diluar dusun kecil yang ada ditengah bukit, berdirilah seorang kakek tua berlengan tunggal sedang mengawasi bunga bwee itu dengan termangumangu.

   Ketika kakek tua itu mendongak, terlihatlah titik titik air mata jatuh berlinang, Apa yang sedang ia sedihkan ? Dari tempat kejauhan tiba tiba muncul seorang pemuda yang berwajah sangat tampan, sambil berlari mendekat serunya dengan nada terharu.

   "Suhu, kiong-hie. kiong-hie, bukan saja tenaga Iweekangpun telah pulih seperti sedia kala, bahkan kesehatan serta kesegaranmu berlipat ganda, ilmu pukulan "

   Han-Hian- Ci-Kut "

   Atau Bau Harum Merasuk tulang yang barusan kau gunakan benar-benar luar biasa sekali, bukan saja tidak menimbulkan suara bahkan tidak tampak tanda apapun, hal ini membuktikan bahwa tidak sia-sia kau orang tua menderita selama banyak tahun !"

   Kakek tua itu menyeka air mata yang membasahi pipinya, lalu tertawa getir. Dibelakang pemuda ganteng itu berdiri seorang lelaki kekar yang tinggi besar dan berwarna hitam, terdengar ia tertawa dengan suara serak.

   "Suhu, mengapa kau menangis ? sekalipun bunga berguguran, tidak pantas kalau kau tangisi begitu sedih !".

   "A-Tong, kembali kau ngaco belo."

   Tegur sianak muda itu sambil berpaling.

   "Suhu meneteskan air mata kegirangan sebab tenaga dalamnya telah pulih kembali."

   "Kalau gembira mestinya tertawa, mengapa ia malah menangis ?"

   Bantah lelaki hitam itu kurang percaya. Sepasang alis pemuda itu berkerut kencang ia ada maksud memaki lelaki hitam tadi dengan beberapa patah kata pedas, namun keburu dicegah oleh kakek tua itu dengan goyangan tangan ramah.

   "Hoo-jie, jangan kau tegur diri A-Tong lagi.

   "

   Katanya.

   "

   Ia tidak tahu urusan, lagipula apa yang ia ucapkan tadi memang tepat sekali, tetesan air mataku tadi memang muncul karena sedih atas gugurnya bunga rbunga bwee ini t!"

   Mendengar diqrinya dibelai srikakek tua itu, lelaki berwajah hitam tadi jadi bangga, tampak ia tertawa senang, sebaliknya sianak muda itu jadi melengak.

   "Suhu, persoalan apa yang membuat hatimu sedih ? ".

   "

   Aaaaai... perasaan seperti ini tak bakal kau pahami, kecuali kalau kau sudah berusia seperti aku sekarang."

   Sianak muda itu bungkam dalam seribu bahasa, suasana didalam hutan itupun pulih kembali dalam keheningan.

   Beberapa saat kemudian Liem Kian Hoo baru ambil keluar sebatang seruling pendek dari sakunya kemudian dengan sangat hormat dipersembahkan kepada kakek tua itu.

   "Suhu !"

   Ujarnya.

   "Kini tenaga lweekang mu telah pulih seperti sedi kala, sudah sepantasnya kalau seruling kumala ini kau terima kembali !". Air muka Liuw Boe Hwie berubah hebat.

   "Hoo-jie, apakah kau sudah tidak sudi me ngakui aku sebagai gurumu lagi ?...".

   "Tecu tidak berani punya pikiran demikian ! tecu berhasil jadi orang berkat didikan suhu, budi kebaikanmu berat bagaikan bukit thay-sandan dalam bagaikan samudra...".

   "Aaaai, sudahlah, jangan kau berkata begitu walaupun aku pernah wariskan ilmu silatku kepadamu tetapi sekarang kalau dibandingkan dengan dirimu aku bukan apa-apanya, maka aku rasa seruling ini tidak berguna bagiku tapi sangat bermanfaat buat dirimu, apabila kau kembalikan seruling ini kepadaku sekalipun kulit mukaku lebih tebal-pun aku tidak berani anggap diriku sebagai gurumu lagi".

   "

   Suhu, tecu sama sekali tak ada maksud demikian, sehari jadi guru maka selama hidup tetap adalah guru, rasa hormat tecu kepada suhu tidak pernah padam sepanjang masa, hanya saja berhubung suhu angkat nama karena seruling maka tecu ada maksud mengembalikan seruling yang merdu merayu dapat berkumandang kembali dikolong langit.".

   Liuw Boe Hwie tertawa getir, sambil angkat lengannya yang kutung ia mengeluh.

   "Dengan sebuah lengan belaka, dapatkah aku bermain seruling ?". Liem Kian Hoo melengak, akhirnya dengan tersipu-sipu ia menunduk.

   "Tecu patut mati...". Dengan sedih Liuw Boe Hwie goyangkan tangannya.

   "Hoo-jie, aku tahu hatimu jujur dan polos, tidak mungkin bisa timbul rasa kurang hormat dalam hatimu, tetapi aku sang guru yang tak berguna cuma bisa menghadiahkan barang itu kepadamu, suatu nama kosong belaka yang dapat kuberikan buat kau."

   "Suhu, apakah gelar kebesaran mupun hendak kau serahkan kepada tecu ?...".

   "Tidak salah, setelah berkelana hampir separuh hidupku aku baru berhasil mendapatkan tadi, tahukah kau bagaimana aku bisa dapatkan nama tersebut ?"

   "Tecu tahu, pada empat puluh tahun berselang ketika digunung Huangsan diadakan pertemuan besar kaum Bu-lim, suhu telah menggunakan seruling emas ini untuk menundukan jago jago lihay dari suluruh jagad, maka untuk mengagumi kehebatan suhu, semua jago menghadiahkan gelar tersebut kepada kau orang tua !". Mengungkap masa yang silam, Liuw Boe Hwie jadi bersemangat kembali, ujarnya lagi sambil menghela napas.

   "Justru karena nama ini aku dapatkan dengan susah payah, maka sengaja kuhadiahkan kepadamu, walaupun sang peniup seruling belum mati namun sang peniup seruling itu telah cacad. di kolong langit jangan sampai lenyap seorang Nabi Seruling, maka dari itu nama besar ini terpaksa harus kuserahkan kepadamu". Dengan wajah serius Liem Kian Hoo jatuhkan diri berlutut diatas tanah. ujarnya dengan penuh rasa hormat.

   "Tecu mengucapkan terima kasih atas hadiah yang suhu berikan kepada diri tecu, tecu berjanji tidak akan menyianyiakan harapan suhu sehingga irama seruling dapat selalu berkumandang diseluruh jagad !".

   "Sudahlah, jangan terlalu sungkan."

   Tukas Liuw Boe Hwie sambil membimbing bangun muridnya.

   "Kalau dibicarakan sepantasnyab akulah yang medngucapkan terimaa kasih kepadambu, dengan kemampuan yang kau miliki saat ini mungkin tidak terbatas sampai disitu saja, Nabi Seruling dua patah kata ini mungkin malah merendahkan derajatmu. tetapi aku berbuat demikian berhubung ingin mewujudkan suatu keinginan pribadiku, atau boleh dikata suatu permohonan ".

   "Suhu, katakanlah apa kemauanmu, tecu pasti akan melaksanakannya dengan seksama !".

   "Irama seruling adalah suatu kepandaian bunyi-bunyian yang digunakan melumpuhkan syaraf musuh, namum kau harus tahu dikolong langit bukan cuma aku seorang yang menguasahi kepandaian tersebut".

   "Tecu tahu, tujuh senar alat pie-pa dari Pek loocianpwee pun merupakan suatu kepadaian silat lewat irama yang sangat ampuh.". Dengan cepat Liuw Boe Hwie menggeleng.

   "Walaupun irama Pie-pa dari nenek Pek merupakan kepandaian yang luar biasa, namun kepandaian tersebut belum dapat menaklukan hatiku meski pada sepuluh tahun berselang kami sama-sama terluka setelah melangsungkan suatu duel sengit namun aku dapat membuktikan kalau kelihayannya belum seberapa, sebab namanya tidak terkenal karena kepandaian itu, disamping itu aku pun masih memiliki sebuah irama lagu yang belum sampai kugunakan, sebab aku sadar seandainya irama itu kugunakan niscaya ia tak bakal kuat menahan diri, dalam hati kecilku sekarang cuma ada dua orang yang boleh dikata sangat ampuh.". Dengan hati terperanjat Liem Kian Hoo membelalakkan matanya lebar-lebar, menyaksikan keadaan muridnya Liuw Boe Hwio berkata kembali.

   "Harapanku yang paling besar selama hidup ku kali ini adalah mengunakan irama pembetot sukma itu untuk beradu dengan mereka berdua, siapa sangka selama ini aku tidak mendapatkan kesempatan tersebut, dan kini aku sudah jadi cacad maka harapanku terpaksa harus kuserahkan kepadamu untuk melaksanakannya !".

   "Siapakah kedua orang itu ?".

   "Si Dewa seruling Im It serta si raja Tambur Loei Thian Coen !".

   "Belum pernah tecu dengar nama besar dari kedua orang ini dalam dunia persilatan".

   "Tidak salah, kedua orang ini bjauh lebih tahud bagaimana caraa menyembunyikanb diri daripada aku, jarang sekali mereka munculkan diri dalam dunia kangouw maka jarang sekali orang mengetahui harapan ini !".

   "Suhu, belum pernah kau ceritakan persoalan ini kepada tecu ! ".

   "Irama pembetot sukma adalah suatu sinkang irama tingkat tinggi, dahulu belum mencapai puncak kesempurnaan maka percuma kalau kuwariskan kepandaian tersebut kepadamu, bukan kemajuan yang akan didapat sebaliknya malah akan mengalutkan pikiranmu, Iain halnya dengan saat ini, tenaga dalammu sudah mencapai puncak kesempurnaan tentu saja irama sakti ini boleh kau pelajari "

   Seraya berkata perlahan-lahan dari sakunya ia ambil keluar sebuah gulungan kertas warna kuning dan diserahkan kepada sianak muda itu sambil berpesan.

   "Seluruh kepandaian yang kumiliki dewasa ini ialah irama pembetot sukma paling dahsyat nah, terimalah kepandaian ini dan baik-baiklah menggunakan". Dengan penuh keseriusan Liem Kian Hoo jatuhkan diri berlutut diatas tanah kemudian menerima pemberian tadi dan dibaca sementara, sekilas rasa kaget dan girang melintas diatas wajahnya. Menyaksikan perubahan air muka muridnya dengan hati riang Liauw Boe Hwie menegur.

   "Hoo-jie, apakah dibalik kepandaian tersebut ada bagian yang bermanfaat bagimu ?".

   "Terlalu bagus, terlalu bagus bagiku, dengan demikian masalah pelik yang sedang kuhadapi pun bisa diatasi, tidak aneh kalau jurus "

   Giok Sak Ci Hun yang kugunakan selalu tak dapat mencapai puncak kehebatan, kiranya kepandaianku belum mencapai tujuan.".

   "Jurus Giok Sak Ci Hun bukankah merupakan kepandaian silat ajaran orang tuamu ? apa sangkut pautnya dengan irama pembetot sukma ?".

   "Jurus ini punya hubungan yang erat sekali dengan irama tersebut, sebelum melancarkan ju rus tersebut terdapat beberapa bait syair yang belum pernah kuselidiki dengan seksama, sedang sedang sewaktu ayahku wariskan kepandaian itu kepadaku pun aku belum pernah tahu akan maknanya, tapi sekarang aku sudah paham, ternyata irama seruling ini mempunyai pengetahuan yang sama dengan jurus ampuh tersebut". Liauw Boe Hwie rmengulangi pulat empat bait syaqir yang diucapkran sianak muda itu, mendadak dengan terharu ia cekal tubuh Kian Hoo sambil berseru.

   "Hoo jie, apakah kau benar benar sudah paham ?".

   
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Tecu telah paham, semua kepandaian dasarnya adalah hati naluri sendiri, segala tindakan segala gerakanpun didasari oleh hati naluri sendiri, apabila irama seruling tidak muncul karena naluri, dan jurus tidak dilancarkan mengikuti naluri maka keampuhan akan punah tak berbekas."

   Dengan termangu-mangu Liauw Boe Hwie lepaskan tubuh sianak muda itu lalu menghela napas.

   "Aaaai ! ayahmu betul betul seorang pendekar aneh yang selama banyak tahun aku berada dalam alam impian, seandainya sejak dulu aku mendapat petunjuk, niscaya aku tidak akan jadi macam begini...".

   "Tidak mungkin, aku rasa ayahkupun belum pernah berpikir sampai kesana, ilmu silat di kolong langit asalnya adalah satu, seandainya ayahku bisa saling berunding dan bekerja sama dengan suhu mungkin kedua belah pihak akan sama-sama mendapat kemajuan, hanya dia orang tua sudah tidak pernah memikirkan soal dunia persilatan lagi, sekalipun kita beritahukan kepadanya saat inipun percuma !". Liauw Boe Hwie menghela napas dan menggeleng, akhirnya ia alihkan pokok pembicaraan ke soal lain.

   "Untung ayahmu maupun aku ada maksud untuk wariskan kepandaian ini kepadamu, dikemudian hari kau tentu akan cemerlang dan tersohor dikolong langit, keberhasilanmu pasti berada diatas ayahmu, lebih lebih aku tak usah dikatakan lagi !". Ditengah kegembiraan iapun membawa perasaan sedih, buru-buru sianak muda itu berkata.

   "Tecu masih banyak membutuhkan petunjuk serta nasehat suhu !".

   "Haaaa... haaaaa... haaaaa... sudah... sudahlah, aku mengakui kepandaianku terlalu cetek, tetapi dengan adanya ahli waris buat gelar Nabi Serulingku ini maka akupun tak usah kecewa, ayoh jalan, kita pulang kerumah untuk membereskan barang-barang keperluan, demi aku pribadi kau telah banyak membuang waktu."

   "Apakah suhu mengijinkan tecu selalu mendampingi diri suhu ? ".

   "Haaaaa... haaaa... Hoo-jie, kau tak perlu terlalu sungkan, sekarang aku tidak lebih hanya seorang manusia cacad, tidak banyak yang bisa kuberikan kepadaku, namun bagaimanapun juga aku tak mau tunggu saat ajalku sambil ongkangongkang, maka aku putuskan untuk ikut dirimu pergi lemaskan otot !". Soen Tong yang selama ini bungkam terus disamping lama kelamaan tak kuat menahan diri, apalagi setelah mengetahui bahwa mereka hendak berangkai sambil tertawa lebar selanya.

   "Aku segera siapkan kuda !". Tanpa banyak cincong lagi ia lari kemuka untuk siapkan kuda-kuda tunggangan. Memandang bayangan punggungnya yang menjauh, Liem Kian Hoo tertawa dan berkata.

   "Sudah berapa hari lamanya budak ini kita kurung dalam kamar, mungkin ia sudah jemu dan tidak tahan, namun apa boleh buat, seandainya kita lepaskan dia keluar, mungkin banyak kerepotan bakal ia tinggalkan buat kita !".

   "Perempuan ini belum hilang sifat kekanak-kanakannya, dan ia merupakan sekeping kumala yang belum diasah, aku sih amat suka kepadanya !"

   "Kalau begitu harap suhu suka menerima dirinya sebagai muridmu. ayahnya banyak meninggalkan kepandaian yang maha sakti, apabila suhu tidak jemu harap kau orang tua suka bantu menurunkan ilmu tadi kepadanya".

   "Eeeeei... bocah, kembali kau main licik dihadapanku, terang terangan kau suruh aku ikut mempelajari kepandaian dalam kitab pusaka Koei Hu-Pit-Kip, kenapa sok cari alasan macam2 ?". Liem Kian Hoo menggeleng dan tertawa.

   "Tecu tidak berani punya pikiran demikian, kepandaian yang ditinggalkan Leng-Yan-Khek di-atas tulangnya terlalu banyak dan dalam, artinya tecu pun hanya mengerti separuh belaka, Suhu jauh lebih pandai dan banyak pengetahuan, asal diselidiki tidak sulit untuk memecahkannya, justru tecu yang ingin nunut cari keuntungan !".

   "Tidak salah, sungguh tak nyata setelah jadi tua dan punya dua orang murid, semuanya malah gantian memberi pelajaran kepadaku, ayoh jalan, kitab pusaka Koei-Hua-Pit-Kip pasti mengandung ilmu yang mendalam, sembari melakukan perjalanan kita selidiki perlahan-lahan kalau kita harus berdiam beberapa hari lagi disini, mungkin gubukku pun akan dibongkar oleh budak busuk ini". Sambil tertawa guru dan murid dua orang segera bergerak menuju kedusun !... Tiga ekor kuda jempolan berlarian diatas permukaan salju untuk mulai suatu perjalanan jarak jauh. Berhubung tiada tujuan maka merekapun berjalan sekenanya, mereka hanya melakukan pencarian sekenanya belaka. Lie Hong Hwie entah membawa si Bunga mawar Putih bersembunyi dimana ? Kawanan penjahat dibawah pimpinan Kauw Heng Hu pun entah membawa Toan Kiem Hoa, Watinah serta Sani bersembunyi dimana. Dalam sekejap mata musim dingin telah berlalu dan musim semi pun menjelang tiba, kalau dihitung-hitung sejak pertempuran ditelaga So-Si-Auw satu tahun telah lewat, selama setahun ini banyak perubahan yang telah terjadi. Liem Kian Hoo yang mengembara kesana kemari tanpa tujuan mulai rindu akan kampung halamannya, secara lapat lapat ia merasa rindu akan orang tuanya, rumahnya... Ketika maksud hatinya ia sampaikan kepada sang guru, Liuw Boe Hwie termenung sejenak lalu sambil bertepuk tangan ia berseru.

   "Sepantasnya sejak dulu kita harus pergi ke kota Yang- Chiu, sekarang aku rasa rada terlambat!"

   "Suhu, apa maksud ucapanmu ini ?"

   Tanya Kian Hoo dengan hati terperanjat.

   "Sejak ayahmu secara diam diam menghancurkan persekutuan tiga belas sahabat, ketiga belas orang itu tentu selalu mencari jejak ayahmu, Kauw Heng Hu sebagai salah satu diantara tiga belas sahabat, apakah tidak mungkin pergi mencari jejak ayahmu pula ?".

   "Aaaaah, tidak mungkin, dahulu ayahku muncul sebagai manusia berkerudung, mereka sama sekali tidak kenal raut wajah ayahku, lagipula tecu pun belum pernah membocorkan rahasia ini".

   "Aaaaai...! Loo Sian Khek sendiripun mungkin tidak tahu, tetapi setelah ia ceritakan keadaanmu kepada Kauw Heng Hu, maka dari tubuhmu ia akan peroleh tanda tangan yang mencurigakan, sejak kau tinggalkan kota Yang-Chiu mendadak tenaga dalammu peroleh kemajuan pesat sedang kaupun tidak berjumpa dengan orang yang licik dan keji didalam, ramah diluar, orang she-Loo itu tentu akan mencurigai akan diri ayah mu."

   Keterangan ini membuat Kian Hoo jadi sangat gelisah, dengan hati terperanjat serunya.

   "Belum pernah tecu berpikir sampai kesitu kalau begitu mari kita berangkat pulang ! ".

   "Aaaaa..! sekalipun kita berangkat saat ini juga, kedatangan kitapun sudah terlambat satu dua bulan lamanya, Untung ilmu silat ayahmu luar biasa, ia tentu punya kemampuan untuk berjaga diri !".

   "Tentang soal ini sukar untuk dikatakan, tenaga dalam Kauw Heng Hu belum tentu bisa menangkan ayahku, tetapi seandainya mereka membokong dan mencelakai secara diamdiam, maka keadaan yaahu jadi berbahaya sekali. Liauw Boe Hwie berpikir sejenak, lantas berkata.

   "Ayahmu sebagai seorang pembesar Kerajaan, aku rasa tentu sikap dan cermat dalam setiap tindakan, aku rasa ia tidak akan tertipu mentah-mentah, lagi pula Kauw Heng Hu sebagai seorang kangouw belum tentu punya keberanian sebesar ini untuk cari gara-gara dengan pihak pemerintah meski demikian memang jauh lebih baik kalau kita segera berangkat kesitu, lagi pula ditinjau dari penuturanmu jelas hubungan Ku Sin Poo dengan ayahmu bukan hubungan sahabat biasa, setelah perempuan itu kena ditawan sudah sepantasnya kalau kita kabarkan berita ini kepadanya". Selesai berunding Liem Kian Hoo merasa makin cemas, ia kepingin sekali punya sayap hingga dapat terbang kembali kekota Yang chiu. -oo0dw0oo

   Jilid PERJALANAN yang amat jauh tak mungkin bisa ditempuh dalam sekejap mata, terpaksa sianak muda itu harus menahan sabar, sepanjang jalan mereka ganti kuda sampai beberapa kali, setengah bulan kemudian sampailah mereka dikota Yang- Chiu.

   Da!am situasi seperti ini tak seorangpun punya minat untuk menikmati keindahan alam, mereka langsung kembali kegedung Tihu,setibanya didipan pintu, sianak muda itu langsung mencengkeram seorang pengawal dan bertanya.

   "Thayjin ada didalam atau tidak ?". Tindakan secara mendadak ini membuat pengawal tersebut tertegun dan tidak habis mengerti, menanti ia temui kalau orang itu adalah Liem sauw ya, barulah ia buru-buru berlutut memberi hormat.

   "Cepat katakan apakah thayjien ada di rumah ?"

   Kembali sianak muda itu menegur.

   "Tidak ada, dua bulan berselang thayjin telah minta cuti dan pergi dari gedung !".

   "Aduh celaka..."

   Teriak Kian Hoo terjelos, badannya bagaikan diguyur dengan segentong air dingin. Liauw Boe jauh lebih tenang, buru buru ia bertanya kepada pengawal itu.

   "Mengapa thay-jien minta cuti ?".

   "Tentang soal ini hamba kurang jelas, ham ba cuma tahu dikarenakan suatu urusan pribadi Thay-jien telah minta cuti beberapa waktu, setelah urusan gedung pemerintah diserahkan Ong Thay-jien untuk mewakilinya, Liem Thay jien lantas berlalu !". Saking cemasnya air matapun jatuh bercucuran membasahi wajah Kian Hoo, ia depakkan kakinya berulang kali dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Menyaksikan perbuatan muridnya, Liauw Boe Hwie lantas menghibur.

   "Hoojie, jangan gugup, Thay-jien dapat berlalu setelah menyerahkan tugasnya kepada orang lain, hal ini menunjukkan kalau beliau tidak menjumpai hal-hal diluar dugaan, lebih baik pulanglah lebih dahulu dan tanyakan duduknya perkara hingga jadi jelas !". Perlahan-lahan Liem Kian Hoo dapat tenangkan hatinya, gedung keluarga Liem terletak dibelakang gedung Pemerintahan, isi gedungpun sederhana sekali, sejak Liem Hujien meninggal kecuali ayah dan anak berdua cuma ada dayang serta mak inang saja yang mengurusi rumah tangga. Ketika Mak inang itu melihat Kian Hoo telah pulang, ia kelihatan gembira namun iapun tak tahu kemana perginya Liem Koei Lin, katanya setelah Liem thay-jien minta cuti lantas ganti pakaian preman dan berlalu. Liem Kian Hoo menanyakan pula gerak-gerik ayahnya sesaat berangkat namun tidak mendapatkan tanda tanda yang mencurigakan, meski demikian hatinya jadi agak lega, sebab ditinjau dari penuturan Mak Inang tadi, tingkah laku Liem Koei Lin tenang sekali, sedikitpun tidak perlihatkan tanda tanda gelisah atau gugup, bahkan berangkat diiringi seorang kacung pula. Namun ada satu hal yang patut dicurigai, dikota Wie-Im, ayahnya sama sekali tak ada sahabat karib, dengan watak Liem Koei Lin tidak mungkin ia seenaknya meletakan jabatan hanya untuk menyambangi seorang sahabat belaka. Setelah termenung beberapa saat lamanya, tiba-tiba bagaikan mendusin dari impian buru-buru ia lari masuk kedalam kamar baca ayahnya, kemudian menggulung sebuah lukisan diatas dinding dan munculkan sebuah pintu rahasia. Pintu tadi didorong dan dibalik dinding muncullah sebuah ruang rahasia yang luas dan mempunyai perabot yang rumit tetapi sangat rapi. Liuw Boe Hwie yang menjumpai kejadian ini jadi melengak dan tercengang.

   "Sudah delapan sembilan tahun lamanya aku berada disini, sungguh tak pernah kuduga kalau dalam ruang baca masih ada sebuah ruang rahasia"

   Gumannya.

   "Tecu sendiripun baru tahu akan rahasia ini menjelang kepergian tecu tempo dulu, dalam ruang rahasia inilah ayah mewariskan Sim-hoat ilmu silat kepada diri tecu, maka dari itu tecu pikir kemungkinan besar ditempat ini dapat ditemukan suatu tanda yang mencurigakan ". Sembari berkata ia melakukan pencarian yang seksama diseluruh ruang rahasia tersebut, akhirnya ia temukan diatas dinding telah berkurang sebilah pedang kuno yang biasanya tergantung disana, disamping itu diatas meja tulis tertinggal secarik kertas dimana berisikan tulisan dari ayahnya.

   "Ditunjukkan putraku Kian Hoo. Dalam melaksanakan tugas kau bertindak kurang hati-hati, akibatnya pihak penjahat telah mengejar datang kemari. Untung aku selalu waspada dan segera mengetahui akan mara bahaya yang datang mengancam. Mengingbat urusan amat dserius dan pentaing, maka terpabksa akupun berangkat kekota Wie-Im untuk membuntuti jejak bajingan itu, apabila kau telah kembali dan membaca surat ini, cepat-cepatlah datang membantu aku !". Ketika sianak muda itu membaca surat tersebut ia jadi tertegun, sebab Liem Koei Lin ayahnya sudah dua bulan lamanya meninggalkan rumah, namun surat tadi baru ditulis setengah bulan berselang. Liauw Boe Hwie yang berdiri dibe!akang si-anak muda itupun dapat membaca isi surat tadi, nampak diapun termenung sambil putar otak, akhirnya seorang tua ini berkata.

   "Tentu ayahmu berhasil mengetahui keadaan dirimu dari mulut kawanan bajingan ini dan tahu kalau kau dalam beberapa waktu mendatang bakal pulang kerumah, maka buru-buru ia balik lagi untuk meninggalkan surat tersebut..."

   "Mungkin memang demikian duduknya perkara."

   Sahut Kian Hoo setelah termenung sebentar.

   "Suhu, agaknya kita harus segera berangkat menuju kekota Wie Im !".

   "Tentu saja harus demikian, setelah ayahmu seorang mungkin masih belum sanggup untuk menyelesaikan persoalan ini, maka ia butuhkan bantuanmu."

   Demikianlah mereka bertiga pun kembali melakukan perjalanan cepat menuju kekota Wie-lm untung perjalanan tidak terlalu jauh, hanya dua hari kemudian sampailah mereka ditempat tujuan.

   Kota Wie lm adalah kampung halaman dari Han Sim seorang panglima tersohor pada ahala Si Han, berhubung itulah kota tersebut sangat ramai sekali.

   Setibanya didalam kota, mereka bertiga mengitari seluruh kota satu kali namun tidak menemukan sesuatu jejak apapun.

   Menanti malam telah menjelang tiba, mereka bertigapun beristirahat dalam sebuah rumah penginapan, malam itu Kian Hoo tak dapat tertidur karena pikirannya sangat kalut, sedangkan Soen Tong yang ada dikamar tetangga telah mendengkur sejak tadi, begitu keras suara dengkurannya sampai dinding tembok pun bergetar.

   Semakin kalut pikirannya sianak muda itu semakin tak dapat pulas, dengan susah payah akhir nya semalaman sudah hampir lewat, sementara rasa ngantuk mulai menyerang benaknya, tiba-tiba Terdengar suara gaduh berbkumandang dari ddalam kamar Soean Tong yang terbletak disebelah ka-marnya, diikuti gadis tolol itu berkaok-kaok keras.

   "Keparat cilik, kau berani pukul aku akan kucabut jiwamu."

   Liem Kian Hoo tidak tahu ditengah malam buta begitu si gadis tolol itu sedang ribut dengan siapa, buru-buru ia mengenakan pakaian dan lari ke kamar sebelah.

   Tampaklah Soen Tong sedang duduk diatas pembaringan dalam keadaan telanjang bulat sambil berkaok kaok gusar, didepan pembaringan menggeletak sebilah kutungan pedang.

   Menyaksikan keadaan tersebut, pemuda kita buru-buru tutup pintu rapat-rapat sebab ia tidak ingin mengejutkan tamu tamu dikamar lain, lagi pula keadaan Soen Tong saat ini tidak patut dilihat orang.

   setelah itu dengan suara lirih tegurnya.

   "

   A-Tong, jangan ribut, apa yang telah terjadi?". Hawa amarah berkobar dalam hati Soen Tong, dengan jengkel jawabnya.

   "Ketika aku sedang tidur tiba-tiba badanku terasa amat sakit. aku lantas bangun maka kutemui ada seorang keparat cilik sedang menusuk tubuhku dengan senjata, namun pedangnya seketika kena digetar patah oleh tenaga sim-kang daya pental, aku mendusin lagipula tidak terluka buru buru melarikan diri lewat jendela !". Liem Kian Hoo berpaling, tidak salah lagi jendela dalam keadaan terpentang lebar lebar, ia jadi amat terperanjat.

   "Macam apakah orang itu ? "

   Kembali ia bertanya.

   "Aku sendiripun tidak tahu sebab tidak nampak terlalu jelas, agaknya seorang pemuda yang berwajah tampan, ilmu silatnya pun tidak jelek, tusukan pedangnya terasa amat sakit sekali bahkan selagi melarikan diri gerakan tubuhnya pun amat cepat !"

   "Lalu mengapa tidak kau kejar orang itu ?"

   Dengan tersipu sipu Soen Tong menyahut.

   "Sebelum meninggalkn tempat ini, keparat cilik itu sudah membawa lari semua pakaianku, bukankah kau pernah beritahu kepadaku kalau tidak berpakaian dilarang lari-lari ditempat luaran ? maka aku tidak berani mengejar !".

   "Saudara cilik "

   Keluh Soen Tong dengan wajah kecut "

   Aku benar-benar tidak biasa memakai baju, seandainyra kau bacok akut beberapa kali qdengan sebilah rgolok mungkin aku tidak ambil perduli, namun kalau kau suruh aku mengena kan benda yang halus dan lunak itu, seluruh tubuhku jadi gatal sekali, mau tidurpun rasanya tidak bisa, Untung ditengah malam buta tak terlihat orang maka aku telanjangi diriku sendiri dan tidur."

   Liem Kian Hoo dibikin berabe oleh tingkah laku gadis tolol ini, sementara otaknya berputar dan menduga duga siapakah sang pembokong tersebut, seandainya orang itu diutus oleh Kauw Heng Hu, mengapa yang diarah adalah Soen Tong si gadis Blo'on yang gobloknya sudah tidak ketolong an lagi itu ? Mungkin karena harta ? jelas dalam sakunya tidak membawa intan atau permata bahkan sepotong uang perakpun tak ada, tidak mungkin orang itu ada maksud mencuri barang-barangnya, lagi pula berdasarkan kepandaian yang dimiliki orang itu, jelas dia bukan seorang pencuri biasa.

   Mungkin karena dia adalah seorang gadis ? hal ini semakin tidak mungkin lagi, siapa yang sudi main cinta dengan seorang gadis jelek yang berwajah mengerikan bagaikan wewe ? setengah harian lamanya ia putar otak namun tidak berhasil mendapatkan jawaban, terpaksa ia bertanya.

   "A-Tong, barang apa yang kau simpan dalam tubuhmu ?"

   "

   Tidak ada! "

   Sahut Soen Tong seraya menggeleng, namun sejenak kemudian tiba-tiba ia menjerit.

   "Aduh celaka, batok kepala ayahku telah dj curi orang itu !"

   "Apa ? bukankah batok kepala ayahmu disimpan dalam gua Kioe~Chi-Tong ?...".

   "Tidak, aku benar benar merasa berat hati untuk tinggalkan ayah seorang diri, maka diam diam kusimpan tulang kepalanya didalam saku, karena takut kau tahu maka selama ini aku membungkam.".

   "

   Kau....

   kau benar benar goblok, tolol!".

   Soen Tong Hay telah mengukir seluruh inti sari kitab pusaka Koei-Hua-Pit-Kip diatas tulang kepalanya, demi menghormati jenasah dari seorang jago sakti, Kian Hoo tidak berani berbuat kurang ajar dengan segala menggembol batok kepalanya, maka sengaja ia salin catatan itu diatas sebuah kitab dan tinggalkan tulang kepala tadi didalam gua.

   Siapa sangka diam-diam budak jelek yang tololnya tidak ketolongan ini sudah membawanya keluar, walaupun catatan intisari kitab pusaka Koei Hua Pit-Kjp sudah ada salinannya, namun apabila membiarkan benda itu terjatuh ketangan orang lain, kemungkinan besar dapat menimbulkan bencana, terutama kalau sampai terjatuh ketangan Kauw Heng Hu, keadaan bakal semakin runyam.

   Ketika Kauw Heng Hu serahkan kitab tadi ketangan Soen Tong Hay, isinya sudah tidak lengkap, sedangkan Soen Tong Hay sendiri selagi menyelidiki kitab itupun diam diam menyembunyikan pula beberapa bagian, maka apa yang didapat mereka berdua sama-sama tidak lengkap, tapi lain halnya kalau orang itu adalah utusan dari Kauw Heng Hu, dengan didapatkannya catatan tersebut berarti ia sudah mendapatkan kitab yang lengkap.

   Soen Tong yang kehilangan tulang kepala ayahnya merasa amat sedih sekali, ia menangis tersedu sedu, melihat kesedihan orang Liem Kian Hoo jadi tidak tega untuk memaki lebih jauh, terpaksa ia berdiri dengan keadaan serba salah.

   Pada saat itulah dari luar jendela mendadak berkelebat lewat sesosok bayangan manusia disusul Liuw Boe Hwie pun muncul dalam ruangan.

   "Suhu, telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri ATong."

   Ujar Sianak muda itu cepat.

   "Aku tahu, ketika mendengar suara yang mencurigakan aku segera keluar dari kamar dan melakukan pengejaran, ternyata orang itu langsung, lari menuju kekuil Han-Ong-Sie, disana ia disambut oleh dua orang siluman tua, karena aku merasa bukan tandingan dari kedua orang siluman tua itu maka terpaksa aku balik kemari !".

   "Siapakah kedua orang siluman tua itu ?"

   "sebetulnya aku tidak kenal dengan kedua orang itu, namun setelah mendengar penuturanmu aku berani memastikan kalau mereka berdua ada lah Heng-Thian-Siang-li, bahkan keparat cilik yang melakukan pembokongan itubpun bukan orangd sembarangan, kaalau pandangan bmataku tidak salah lihat jelas dia adalah Lie Hong Hwie anak murid sinenek she-Pek.".

   "Apa ?"

   Kian Hoo tertegun, saking kaget dan tercengangnya ia tak sanggup menutup mulutnya kembali.

   oO0Oo.

   Kuil Han-Ong-Sia terletak diluar kota Wie-Im, bangunannya sudah rusak dan hancur, tem-boknya banyak yang rontok dan berlubang, patung arca Han Ong yang ada dimeja sembahyanganpun tinggal separuh potong, keadaan kuil itu menyedihkan sekali.

   Lama kelamaan sianak muda itu jadi jengkel hawa amarahnya segera disalurkan keatas patung arca tersebut.

   Sreeet ! sebuah pukulan dahsyat menghancurkan sisa patung Han-Ong yang berdiri ditengah ruangan.

   "Hoo-jie, mengapa kau salurkan hawa amarahmu keatas patung arca tersebut...?"

   Tegur Liuw Boe Hwie.

   "Hmmm ! teringat Han Sim pun tidak lebih hanya seorang manusia tak berpedidikan, hanya karena gagah saja lantas sombongnya tidak karuan, bagaimana akhirnya ? iapun tidak mendapat akhir yang baik, manusia macam begini tidak berhak untuk mendapat penghormatan dari generasi yang akan datang !"

   Liuw Boe Hwie bungkam dalam seribu baha sa, sedangkan Soen Tong jadi tertarik, iapun menirukan cara sianak muda itu dengan melancarkan sebuah pukulan menghajar sebuah patung Han-Sim.

   Siapa sangka ketika angin pukulan itu menghajar telak diatas patung arca tadi, bukannya hancur berantakan sebaliknya patung tadi secara otomatis telah bergeser sendiri kesamping.

   "Eeeei saudara cilik, coba lihat patung arca ini bisa bergerak sendiri..."

   Jerit Soen Tong dengan nada kaget. Belum habis ia menjerit dari balik patung tadi muncul seorang pengemis yang berpakaian kumal dan berambut awut-awutan, sambil tertawa terbahak-bahak ia berseru.

   "

   Han-Ong tidak becus dan memalukan kami kaum pengemis, kalian mau hancurkan patungnya perduli amat dengan kami, tetapi Loo Thay Thay (Nyonya Tua) ini adalah orang baik, kami kaum pengemis pun justru mencari sedekah berkat kebaikan hatinya, kami tak boleh biarkan iapun ikut hancur karena Han Sim."

   Kbeterangan ini mdenyadarkan Soena Tong bahwasanyba patung itu bisa bergeser sendiri bukan lain lantaran permainan setan dari sipengemis tersebut, ia hendak maju untuk menghantam dirinya namun kena dicegah Kian Hoo.

   "Siapakah anda ?"

   Tegur sianak muda itu setelah mengawasi pengemis tersebut beberapa saat kemudian ia baru berkata lagi.

   "Dengan kepandaian yang anda miliki, aku rasa kau pasti bukan pengemis sembarangan !"

   "Kaum pengemis tiada tempat tinggal tetap, untuk mencari sedekah harus berkeliaran keempat penjuru, siapa bilang ada perbedaan antara pengemis biasa dan pengemis luar biasa ? ucapan dari engkoh cilik ini sungguh aneh sekali, aku ingin tahu pengemis macam apakah baru bisa dikatakan pengemis biasa ?". Sekali lagi sianak muda itu dibikin bungkam dalam seribu bahasa, Liauw Boe Hwie yang ada disisinya segera menyambung sambil tertawa.

   "Dengan kepandaian lihay yang kau miliki namun justru berada dalam barisan pengemis, itu lah baru dinamakan istimewa !".

   "Meskipun aku si pengemis bisa bermain beberapa jurus gerakan kembangan, kepandaian inipun kami siapkan untuk menghadapi anjing-anjing galak, nasibku memang sudah ditakdirkan jelek, lagi pula harus menuruti peraturan nenek moyang-ku, dilarang mencuri dilarang merampas, maka untuk melanjutkan hidup terpaksa aku harus mengemis, apanya yang istimewa ?"

   "Hrnmm ! sudah berapa lama kau berada disini ?".

   "

   Kemarin aku sipengemis berhasil mendapatkan sedikit sisa sayur serta beberapa renceh uang kecil yang habis kubelikan arak setengah kati, setelah minum sampai mabuk aku telah tidur semalaman disini !".

   


Duri Bunga Ju -- Gu Long Pendekar Pengejar Nyawa -- Khu Lung Elang Terbang Di Dataran Luas -- Tjan Id

Cari Blog Ini