Ceritasilat Novel Online

Pedang Bunga Bwee 6


Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID Bagian 6



Pedang Bunga Bwee Karya dari Tjan I D

   

   "Bagus sekali ! kalau memang kau tidur semalaman disini tentu tahu bukan kemana perginya-tiga orang yang mendatangi kuil ini tadi pagi-pagi buta ?".

   "Haaa... haaa... haaa... selama ini aku sipengemis tertidur pulas, sama sekali tidak nampak separuh sosok bayangan setanpun, namun aku memang sudah dibangunkan oleh tiga ekor anjing kurang ajar !"

   "Dimana ada anjing ?"

   Sela Soen Tong sambil celingukan.

   "Kenapa aku tidak lihat anjing yang kau maksudkan itu ?r".

   "Haaa... haataa... haaa... tqentu sudah kau rlihat anjinganjing itu, sebab anjing itu yang satu kehilangan tangan sebelah, yang kedua adalah anjing cilik sedang anjing ketiga adalah seekor anjing betina...". Mendengar dirinya secara tidak langsung di maki Liauw Boe Hwie naik pitam, bentaknya gusar.

   "Manusia kurangajar, pengemis terkutuk ! kami bertanya secara baik-baik, mengapa kau memaki orang seenaknya ?". Soen Tong yang masih belum paham segera menyela dari samping.

   "Suhu, yang dia maksudkan tiga ekor anjing bukanlah ia tidak memaki dirimu ?".

   "Tolol, Blo'on ! anjing betina itu adalah kau sendiri "

   Maki Kian Hoo jengkel.

   "Kurangajar, kurangajar, kau berani maki aku !"

   Jerit Soen Tong, Kepalannya langsung diayun kedepan menghantam dada pengemis tersebut.

   Dengan sebat pengemis tadi mengigos kesamping, tongkat bambunya segera disapu kearah ke kakinya dengan suatu jurus serangan yang sangat aneh, Soen Tong tak sempat berkelit, seketika kakinya kena dihajar.

   Namun ia memiliki tenaga pental yang melindungi tubuhnya, bukan saja tidak terluka bahkan malahan memental balikkan tongkat bambu itu sehingga terpental dan balik menyapu kearah kaki pengemis itu sediri.

   Air muka pengemis itu berubah hebat, buru-buru ia getarkan tongkatnya kesamping untuk memunahkan datangnya ancaman.

   Soen Tong melangkah setindak kemuka, telapaknya yang lebar langsung dihantamkan keatas batok kepala pengemis itu.

   Merasakan datangnya ancaman, pengemis itu mendengus gusar, tongkatnya diputar balas menotok dadanya.

   Soen Tong terlalu mengandalkan tenaga daya pentalnya, ia tidak menggubris datangnya serangan, dengan gerakan yang tetap ia lanjutkan cengkeramannya kemuka.

   "Kraaaak...!"

   Tongkat bambu itu patah jadi dua bagian, sedang Soen Tong pun kesakitan sampai mulutnya tak dapat merapat, sepasang telapaknya langsung menjambret dadanya lalu diangkat ketengah udara.

   Setelah itu lawannya dibanting keatas tanah sanbil menekan dirinya keatas tanah, teriaknya penuh kegusaran.

   "Kau maki aku sebagai anjing, sekarang aku akan suruh kau merasakan jadi anjing yang menjilat air kencing !"

   Permukaan tanah tempat itu penuh dengan debu dan pasir, tenaga Soen Tong pun sangat besar, setelah pengemis itu kena ditekan keatas tanah badannya tak berkutik lagi, keadaannya mengenaskan sekali.

   Liem Kian Hoo yang menyaksikan kejadian itu takut ia menindih mati pengemis tersebut, buru-buru bentaknya.

   "A-Tong. ayoh cepat lepaskan dirinya, aku masih ada pertanyaan hendak diajukan kepadanya !.."

   Kena ditegur Soen Tong baru lepaskan pengemis itu, namun kakinya yang besarpun dengan cepat menginjak dada pengemis tadi, serunya.

   "Tidak bisa kulepaskan dirinya begitu saja ia harus menirukan gonggongan anjing sebanyak tiga kali, setelah itu aku baru bisa lepaskan dia pergi !". Dengan sinar mata gusar pengemis itu melototi wajah Soen Tong, mulutnya bungkam dalam seribu bahasa, Menyaksikan pengemis itu membungkam, Soen Tong menginjak dadanya semakin berat, ancamnya.

   "Kalau kau tidak mau berteriak lagi, sekali injak kugencet dirimu sampai mati !". Saking sakitnya pengemis itu sampai gertak gigi, namun ia bersikeras tidak buka suara, mulut nya terkancing rapat-rapat. Kian Hoo takut ia benar-benar mati diinjak perempuan tolol itu, kembali cegahnya.

   "A-Tong, kenapa sih kau tidak bmenuruti perkatdaanku ?". Kali aini Soen Tong tbak berani membangkang, ia tarik kembali kakinya yang gede sambil mengomel.

   "Hmmm ! kalau bukan saudara cilikku mintakan ampun buat dirimu, akan kuinjak dirimu sampai hancur". Pengemis itu meloncat bangun, dengan gemas ia meludah keatas tanah lalu bangkit berdiri dan lari keluar dari ruang kuil.

   "Pengemis sialan, kau masih berani ngeloyor pergi ?"

   Bentak Liuw Boe Hwie gusar.

   Ia enjotkan badan segera ikut meluncur kedepan, lengan tunggalnya langsung menotok punggungnya.

   Dalam pada itu pengemis tadi baru saja lari keluar dari pintu, tahu serangan jari Liuw Boe Hwie telah meluncur tiba, kelihatan ia bakal roboh terjengkang.

   Mendadak serentetan cahaya putih meluncur datang dari balik pintu dan langsung menghajar urat nadi Linw Boe Hwie.

   Untuk menyelamatkan diri terpaksa si rasul seruling harus lepaskan mangsanya untuk menolong diri lebih dahulu, tangannya berputar menyambut datangnya cahaya putih itu, ternyata sebuah mangkuk gumpil.

   Alisnya langsung berkerut, ia bermaksud buang mangkuk itu keatas tanah, namun ketika itulah dari luar pintu telah berkumandang datang suara gelak tertawa seseorang.

   "Haaaa... haaaaa... haaaaa... tua bangka she-Liuw, jangan, jangan kau buang itulah yang diandalkan aku sipengemis tua untuk cari sesuap nasi !". Bersamaan dengan gelak tertawa itu dari luar kuil melayang masuk seorang pengemis berusia lanjut, rambutnya awut-awutan dan memakai baju compang-camping, sambil mencekal sebuah tongkat bambu warua hijau selangkah demi selakangkah ia berjalan masuk kedalam. Ketika mengetahui siapakah pengemis tua itu Liuw Boe Hwie pun lantas tertawa.

   "Eeeeei... peminta minta tua apakah manusia kurangajar tadi adalah anak buahmu ?"

   Selangkah demi selangkah pengemis tua itu berjalan masuk diikuti pengemis muda tadi dengan wajah kesal, kecut dan kusut pengemis tua itu tidak langsung menjawab pertanyaan si Rasul Seruling, matanya melirik sekejap kearah Liem Kian Hoo serta Soen Tong, setelah itu barulah ujarnya.

   "Tua bangka she-Liuw, dalam sobal apakah-muriddku telah menyalaahi kalian sehibngga menimbulkan kegusaran kamu semua ?"

   "Tanyakan saja kepadanya !"

   Pengemis tua itu melotot sekejap kearah pengemis itu, hal ini membuat pengemis tadi dengan badan gemetar segera menjawab.

   "Tecu tidak tahu Loo sianseng ini adalah sahabat karib dari Pangcu".

   "Gentong nasi ! masa terhadap si Rasul Seruling Liuw Thayhiap pun kau tidak kenal ? buat apa kau kerkelana didalam dunia kangouw ?".

   "Liuw Thay-hiap adalah seorang pendekar sejati yang gagah perkasa, tecu tidak tahu kalau dia orang tua cuma punya tangan sebelah..."

   "Apa ?"

   Pengemis tua itu berseru tertahan "Eeeeei tua bangka she-Liuw, mengapa dengan tanganmu ?".

   "Aaaaa ... ! susah susah untuk dikatakan kedua orang itu adalah...". Sekarang Liem Kian Hoo baru tahu kalau pengemis tua itu bukan lain adalah Pangcu dari perkumpulan Kay-pang yang bergelar To-Si-Sin-Kay atau sipengemis sakti dari dunia jagad Tong Thian Gwat adanya. Buru-buru ia maju memberi hormat seraya berkata.

   "Siauw-tit adalah Liem Kian Hoo, sedang dia adalah murid suhu yang paling akhir Soen Tong adanya !"

   Tong Thian Gwat mengawasi kedua orang itu beberapa saat lamanya, lalu dengan nada tercengang serunya.

   "Liuw Loo-jie, sejak kapan kau telah menerima dua orang murid yang begitu bagus ? kalau dibandingkan mereka berdua, murid binatang ku ini boleh dikata bagaikan kotoran manusia dibandingkan dengan pualam !". Sekilas rasa malu berkelebat diatas wajah pengemis itu, dengan sikap sangat hormat ia maju menjura kepada Liuw Boe Hwie, katanya.

   "Liuw thay-hiap, boanpwee Chi Siang datang mohon maaf kepada kau orang tua, boanpwee benar-benar tidak tahu kalau kau orang tua adalah seorang pendekar sejati, maka tadi banyak menyinggung perasaanmu, untung muridmu telah cukup menghajar diriku, orang budiman tidak akan pikirkan kesalahan orang kecil, harap kau suka ampuni kesalahanku itu.."

   Melihat tampangrnya yang patut tdikasihani Liuwq Boe Hwee tidakr tega, sambil tertawa ia lantas berkata.

   "

   Sudah sudahlah, mungkin kau memang cocok untuk jadi ahli waris dari pengemis tua itu, mulutmu tak pernah mengucapkan separuh kata baikpun !"

   "Sebenarnya boanpwee juga tidak berani sembarangan menyinggung perasaan orang."

   Ujar Chi Siang lagi dengan wajah kerut.

   "Tapi disebabkan kalian bertiga menanyakan tiga orang lainnya, boanpwee kira kalian adalah segolongan dengan mereka maka aku lantas bertindak kurangajar."

   "Apa hubunganmu dengan mereka bertiga ?"

   Buru-buru Liuw Boe Hwie bertanya. Tong Thian Gwat kelihatan rada tercengang.

   "Liuw Loo-jie, apakah kau sama sekali tidak tahu akan kejadian yang telah berlangsung dalam dunia persilatan ?"

   Tegurnya.

   "Aku tidak tahu, dalam dunia kangouw telah terjadi peristiwa apa ?".

   "Aaaaai ! walaupun dewasa ini belum disiarkan secara resmi dalam dunia kangouw, namun secara diam diam dunia kangouw kita sudah berada dalam keadaan yang sangat kritis, membuat hati orang tidak tenang, kami kaum pengemis yang punya pendengaran serta penglihatan yang jauh lebih tajam telah mengetahui akan hal ini lebih dahulu, maka kamipun siap untuk maju duluan.".

   "Kamipun tahu kalau anak buahmu tersebar luas baik diutara maupun diselatan, kabar berita kalian paling tajam, ayoh cepat katakan sebenarnya apa yang telah terjadi ?".

   "Kemarin dalam kuil ini telah berkumpul beberapa orang gembong iblis yang maha lihay, pernah kalian dengar akan nama Tiga Belas Sahabat ?".

   "Pernah ! Heng Thian Siang Li yang muncul ditempat ini kemarin malam bukanlah dua di antaranya ?".

   "Eeeeeei, darimana kau bisa tahu ?"

   "

   Aku sih tidak apa apa, aku hanya kenal mereka lagipula karena satu persoalan sedang mencari mereka, coba katakan peristiwa apa yang telah terjadi ?". Tong Thian Gwat termenung setengah harian, lalu baru menjawab.

   "Tempo dulu Tiga belas Sahabat ada maksud mencelakai Bu-lim, kemudian entah apa sebabnya jejak mereka tiba-tiba lenyap tak berbekas, beberapa waktu mendekat ini aku dengar mereka muncul kembali didaratan Tionggoan dan siap mendirikan kembali suatu persekutuan dimana secara terbuka mereka hendak tantang kita orang-orang dari kalangan lurus untuk berduel !".

   "Tok Chiu Suseng Kauw Heng Hu tentu berada diantaranya bukan ?"

   Sela Kian Hoo tidak tahan.

   "

   Sauw-hiap, walaupun kau belum pernah terjun kedunia persilatan agaknya persoalan dalam dunia kangouw tidak asing lagi bagimu !"

   Tegur Tong Gwat sambil melirik sekejap kearahnya. Liem Kian Hoo tersenyum.

   "Siauw tit mendengar cerita ini dari orang lain belaka, silahkan pangcu lanjutkan perkataanmu!"

   Katanya.

   "Diantara tiga Belas Sababat tidak salah lagi memang Tok Chiu Suseng Kauw Heng Hu bertindak sebagai pimpinan, pada waktu waktu mendekat ini ia sedang kumpulkan sahabat lamanya untuk membentuk persekutuan, bahkan telah memilih kota Wie-Im sebagai markas besarnya."

   "Menurut apa yang siauw-tit ketahui, diantara tiga belas sahabat ada beberapa orang telah mengundurkan diri dan ada pula yang sudah mati mungkin jumlahnya tidak mencapai tiga belas orang lagi !".

   "Tidak salah ! "

   Kembali Tong Thian Gwat membenarkan ia lirik sekejap kearah pemuda itu dengan pandangan dalam.

   "Diantara tiga belas sahabat hanya sepuluh orang adalah orang lama sedang tiga orang lainnya adalah tiga orang perempuan".

   "Tiga orang perempuan ? macam apakah mereka itu ?".

   "

   Usia dari bocah bocah perempuan itu tidak terlalu besar, paras mukanya cantik jelita dan ilmu silatnya sangat lihay sekali, sudah banyak anak murid perkumpulanku yang mati binasa ditangan mereka, kamipun tidak tahu ketiga orang bocah perempuan itu berasal dari mana !".

   Liem Kian Hoo termenung beberabpa saat lamanyad, menurut dugaaan hatinya ketigba hatinya ketiga orang gadis itu kemungkinan besar adalah Sani serta Lie Hong Hwie, lalu siapakah gadis ketiga?.

   Terdengar TongThjan Gwat berkata kembali.

   "Kemarin aku mendapat kabar lagi dan tahu kalau mereka hendak berkumpul ditempat ini, maka aku serta muridku Chi Siang lantas datang kemari untuk cari kabar, hasilnya penjagaan mereka ketat sekali, walaupun sudah putar akal gagal juga bagi kami untuk menyusup masuk. Setengah harian lamanya kami berdiam dise kitar sini, akhirnya sembilan orang diantara mereka membubarkan diri dan tersisa Heng Thian Siang Li suami istri menunggu disini, lewat beberapa saat kemudian seorang gadis yang menyaru diri jadi priapun tiba disana, mereka bertiga lantas berlalu, Loo lap buru buru menguntit mereka dari belakang, akhirnya aku lihat mereka masuk kedalam sebuah bangunan besar, sedangkan Chi Siang yang tetap berdiam disini entah bagaimana kemudian bi sa berjumpa dengan kalian bertiga ! ".

   "Pangcu, tolong tanya bangunan itu terletak dimana ?"

   Buru-buru Kian Hoo bertanya.

   "Tidak jauh letaknya dari sini, penjagaan di tempat itu sangat ketat sekali, aku rasa disitulah tiga belas sahabat beristirahat".

   "

   Pangcu, tahukah kau bahwa disamping Kauw Heng Hu simonyet tua itupun membawa dua orang gadis, apakah mereka juga ada disitu ?".

   "Tentang soal ini loohu kurang jelas, jejak Tiga BeIas Sahabat sangat rahasia sekali, sekalipun loohu telah kerahkan segenap tenaga anak buahku pun berita yang kuketahui cuma begini sedikit, sedangkan mengenai bangunan besar itupun belum lama berselang baru berhasil loohu temukan !".

   "

   Eeei pengemis tua, apa rencanamu selanjutnya ?"

   Sela Liuw Boe Hwie.

   "Aaaaai, aku sendiripun tidak tahu, diantara tiga belas orang itu rata-rata merupakan jago-jago ampuh, sekalipun aku berhasil mengetahui rencana busuk mereka, satu-satunya jalan yang bisa aku lakukan adalah kabarkan berita ini kepada partai besar agar mereka bisa sama-sama bertindak.".

   "Kalau bertindak demikian maka usaha kita akan terlambat menanti kekuatan mereka sudah terbentuk, sekalipun seluruh jago dikolong langit bersatu padupun belum tentu bisa hadapi mereka dengan gampang, kalau mbau gempur merekda seharusmya kiata lakukan sekabrang juga."

   "sekarang bukan Loohu melenyapkan semangat juang diri kita, sekalipun kita beberapa orang bersatu padupun percuma saja, mungkin kita malah akan menghantar kematian dengan percuma".

   "Kalau tidak masuk gua macan, mana bisa mendapatkan anak harimau ?...".

   "

   Aaaai Sauw-hiap gagah perkasa dan berhati jantan, tidak malu jadi murid si RasuI seruling, hanya emosimu terlalu berkobar."

   Liuw Boe Hwie tersenyum.

   "Eeeei pemgemis tua, muridku ini cuma mewariskan gelar si Rasul Serulingku belaka, sedang mengenai ilmu silatnya ia jauh lebih ampuh dari pada kepandaianku sekalipun murid dogol yang baru kuterima inipun jauh lebih ampuh berkali lipat daripada diriku sendiri, kalau tidak percuma boleh kau tanyakan kepada muridmu !". Dengan wajah kikuk Chi Sian tunduk kepala dan membungkam. Sedangkan Tong Thian Gwat dengan wajah tercengang lantas berseru.

   "Liuw Loo-jie, puluhan tahun tidak berjumpa, sebenarnya kau sudah main setan apa saja ?".

   "Dewasa ini tiada waktu untuk menerangkan persoalan ini kepadamu, kalau memang kau tahu markas besar dari Tiga Belas sahabat maka urusan tak boleh terlambat lagi, kami siap meluruk dan menghancurkan mereka, mau ikut atau tidak terserah pendapatmu sendiri."

   Tong Thian Gwat tertegun beberapa saat lamanya, kemudian ia baru berkata.

   "Liuw Loo-jie, manusia macam kaupun telah tampil kedepan untuk menghadapi persoalan ini, aku sipengemis tua sebagai seorang pangcu mana boleh mengkeret macam kuku kura-kura, mau terjun keair, terjun keapi, aku sipengemis tua akan ikuti kemauan kalian.".

   "

   Haaaaa... haaaa... haaaa... bagus, bagus sekali perkataan macam inilah baru mirip ucapan seorang pengemis tua seperti kau, ayoh berangkat !"

   "Suhu, lebih baik kau berpikir tiga kali sebelum bertindak !"

   Sela Chi Siang ragu-ragu.

   "Kentut !"

   Maki pengemis tua ini dengan mata melotot.

   "Coba lihat bagaimana gagahnya anak murid orang lain, kau benar benar memalukan diriku, kalau kau berani bicara lagi aku sipengemis tua segera usir kau dari perguruan !". Chi siang jadi ketakutan, ia lantas bungkam dalam seribu bahasa. Sementara itu srambil menggetartkan tongkat bamqbu ditangannya,r Tong Thian Gwan berkata.

   "Ayoh jalan ! ayoh jalan ! ini hari sekalipun nyawa aku sipengemis tua harus lenyap ditangan orangpun harus kuterjang daerah terlarang dari Tiga Belas Sahabat, sekalipun mati aku mati dengan bangga !"

   Liuw Boe Hwie melirik sekejap kearah Liem Kian Hoo lalu ikut dibelakang pengemis itu dan berlalu, sedangkan Soen Tong dengan riang gembira berseru.

   "Saudara cilik, apakah kita mau pergi berkelahi ? sampai waktunya kau jangan halangi diriku loo, aku hendak bergebrak sampai puas dan sampai lelah !".

   "A-Tong, nanti kalau benar-benar sampai berkelahi aku tidak akan menghalangi kemauanmu tapi kaupun harus berhati, orang orang itu bukan manusia sembarangan, jangan sampai kena dipukul orang sebelum kau sempat menghajar orang lain !".

   "

   Haaaa...

   
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
haaaaa...

   haaaa...

   aku tidak takut, ayah telah mewariskan ilmu tahan pukulan kepadaku, sekalipun sekalipun dijotos tidak akan mengapa, tapi kalau kubalas dengan jotosan ku, akan kusuruh mereka rasakan bogem mentah yang luar biasa !".

   Tong Thian Gwat serta Chi Siang saling bertukar pandangan, mereka tidak tahu manusia aneh macam apakah kedua orang murid dari Liuw Boe ini.

   Dengan gerakan tubuh beberapa orang itu dalam sekejap mata mereka sudah tiba ditempat tujuan.

   Tempat itu merupakan sebuah bangunan yang sangat besar dengan tembok pekarangan yang tinggi, didepan pintu berdiri sepasang singa batu yang amat besar, sepasang pintu yang besar dan berwarna merah tertutup rapat.

   Sambil menuding pintu besar itu ujar Tong Thian Gwat.

   "Ditempat inilah, kita hendak terjang masuk secara terang terangan atau diam diam ?"

   Liem Kian Hoo tersenyum.

   "Kita datang dengan membawa maksud cari keonaran, tentu saja jauh lebih baik menerjang secara terang terangan, A-Tong, coba kau hancurkan dahulu singa-singa batu itu !". Dengan gembira Soen Tong terima perintang ia maju kedepan dengan langkah lebar, sepasang lengannya dipentangkan memeluk singa batu itu keras-keras lalu digoyangkan beberapa kali, setelah itu mendadak ia angkat singa batu tadi kete-ngah udara dan dilemparkan ke atas singa batu ke dua. Tubuh singa batu itu ada beberapa tombak dengan berat ribuan kati, seluruh tubuh terbuat dari batu hijau yang keras, namun berada ditangan Soen Tong, arca seberat ribuan kati itu enteng bagaikan barang mainan belaka.

   "Bluuuummm!"

   Diiringi bentokan dahsyat, percikan bunga api muncrat keempat penjuru sepasang singa batu yang amat besar itu kontan hancur berkeping-keping.

   Tong Thian Gwat adalah seorang jago tua dengan tenaga Iweekang yang amat sempurna, namun setelah menyaksikan kejadian ini hatinya bergidik juga.

   "Saudara cilik, apa yang harus aku lakukan kemudian ?"

   Teriak Soen Tong kegirangan.

   "Tunggu sebentar, kita lihat dulu bagaimana reaksi dari dalam ruangan tersebut.". Dengan tingkah laku bodoh Soen Tong ber henti dan awasi pintu tajam tajam, namun aneh sekali walaupun diluar gedung terjadi peristiwa yang menggemparkan, dari balik gedung suasana tetap sunyi senyap tak kelihatan sesosok bayangan manusiapun seolah olah gedung tersebut adalah sebuah gedung kosong.

   "Eeeei pengemis tua mungkin matamu sudah lamur."

   Ujar Liuw Boe Hwie sambil tertawa dan melirik sekejap kearah pengemis tua itu.

   "Jangan jangan kau sudah bawa kami kedepan sebuah bangunan kosong !". Merah jengah selembar wajah Tong Thian-Gwat, buru-buru katanya.

   "Liuw Loo-jie kalau tidak ingat bahwasanya kau adalah sahabat karibku, cukup mendengar beberapa patah katamu ini aku si pengemis tua akan ajak kau untuk berduel sejak umur dua puluh tiga tahun terjun kedalam dunia kangouw aku sipengemis tua percaya belum pernah salah lihat". Melihat gurunya disindir, Chi Siang pun lantas berkata "Biarlah kujebolkan pintu gedung ini, kemudian kita periksa apakah didalam bangunan ini benar orang atau tidak."

   Seraya berkata ia maju kedepan kemudian pasang kudakuda dan melemparkan sebuah pukulan dahsyat keatas pintu tersebut.

   "Braaaaak!"

   Pintu tersebut bukan saja tidak jebol bahkan gemilang sedikitpun tidak, bahkan dari dalam bangunan suasana tetap sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.

   Merah padam selembar wajah Chi Siang saking malunya, Kian Hoo takut Tong Thian Gwat guru dan murid mendapat malu, buru buru ia-maju kedepan sambil berkata.

   "Harap Chi suka mundur selangkah, terhadap benda mati macam begini buat apa harus a-du otot ? biarlah siauw-te gunakan sedikit akal untuk mendobraknya !". Sembari berkata sepasang telapaknya lantas ditempelkan diatas pintu kemudian dengan cepat badannya meloncat mundur kebelakang. pintu yang tebal dan berat itu bergoyang keras di ikuti ambruk kedalam diiringi suara yang amat keras. Air muka Tong Thian Gwat kontan berubah hebat, kepada Liuw Boe Hwie ia menghela napas sambil berkata .

   "Liuw Loo jie, aku benar benar takluk kepadamu, dengan tenaga lweekang yang dimiliki muridmu, aku pengemis tua mengakui bahwa aku masih terpaut jauh sekali."

   Liuw Boe Hwie tersenyum.

   "Eeeeei pengemis tua, aku nasehati dirimu lebih baik jangan banyak berpikir yang bukan-bukan."

   Katanya.

   "Bukankah aku pernah berkata kepadamu, muridku ini jauh lihay dari pada mu, muridku ini jauh lebih lihay daripada diriku sendiri, sejak kini aku lihat dunia kangouw lebih baik diserahkan buat kaum muda saja !". Tong Thian Gwat menghela napas dan membungkam. Sementara itu Soen Tong yang punya sepasang ma ta tajam, tiba-tiba menemukan sesosok bayangan manusia berkelebat lewat didalam gedung, buru-buru serunya.

   "Coba lihat, si mayat hidup..."

   Sembari berseru ia terjang masuk kedalam gedung.

   Liem Kian Hoo pun dapat melihat bayangan punggung orang itu, ia kenal orang tersebut bukan lain adalah si dukun tua dari suku Leher Panjang yang pernah ditemuinya, atau kata lain antek dari Kauw Heng Hu, hatinya tergolak, ia sadar Kauw Heng Hu pasti berdiam disini.

   Namun ia merasa takut Soen Tong yang menemui bahaya seorang diri mendapatkan kerugian besar, buru-buru cegahnya.

   "

   A-tong ! tunggu sebentar..."

   Belum habis ia berteriak, tubuh Soen Tong yang gede bagaikan kerbau sudah dilempar orang dari dalam pintu ...

   Plaaak ! pantatnya mencium tanah keras keras hingga menimbulkan suara nyaring.

   Untung ia punya kulit badan yang atos dan kuat, lagi pula dilindungi oleh Sin-kang daya pental yang maha sakti, sekalipun terbanting keras di atas tanah namun sama sekali tidak terluka.

   Dengan cepat perempuan goblok itu meloncat bangun dari atas tanah, sepasang matanya melotot bulat-bulat.

   Dalam pada itu gelak tertawa nyaring berkumandang keluar dari balik pintu disusul teguran seseorang dengan suara lantang.

   "Kawanan tikus darimana berani bikin onar ditempat ini !". Bersamaan dengan teguran tadi dari balik pintu muncul enam orang laki perempuan bercampur baur. Usia keenam orang itu rata-rata sudah mencapai setengah baya, kecuali Heng-Thian-Siang-Li sepasang Kekasih Pendendam Takdir, boleh dikata tak seorangpun yang dikenal oleh Kian Hoo, hal ini membuat ia tertegun sebab orang yang ingin dicari seperti Kauw Heng Hu, Sani, Lie Hong Hwio sekalian tak ditemuinya.

   "Tiang-Ching-Siancu"

   Mong-Yong Wan tertawa dingin tiada hentinya setelah berada diluar pintu.

   "Aku kira siapa yang sudah datang, kiranya sikeparat cilik yang nyaris lolos dari wilayah Biauw."

   Jengeknya sinis.

   "Bangsat cilik, kau harus berhati-hati, ini hari tak ada Toan Kiem Hoa yang bakal membantu dirimu lagi !". Liem Kian Hoo sama sekali tidak menggubris atas ejekan Mong-Yong Wan itu, sinar mata nya dialihkan kearah empat orang lainnya yang tak dikenal dan mengawasi tajam-tajam. Orang-orang itu bisa menimbulkan diri bersamaan dengan Heng-Thin-Siang-Li, lagipula sikapnya angkuh dan perkasa, kemungkinan besar ke-empat orang ini bukan lain adalah empat diantara Tiga Belas Sahabat yang tersohor tempo dulu. Ayahnya Liem Koei Lin, bukan lain adalah jago berkerudung maha sakti yang berhasil membubarkan persekutuan Tiga Belas sahabat tempo dulu, ketika orang tua itu membongkar rahasianya serta menyerahkan tanggung jawab masalah itu kepadanya, ia pernah menyerahkan sebuah daftar nama beserta ciri-ciri khas dari masing-masing orang seperti Heng- Thian-Siangli yang punya ciri-ciri aneh tentu saja gampang dikenali, tetapi lain hal nya dengan keempat orang itu. Maka terpaksa ia harus menduga duga menurut analisa sendiri. Orang pertama yang sangat menusuk penglihatannya adalah dua orang lelaki setengah baya yang memiliki raut muka macam tomat kecuali perawakan badan yang berbeda, mereka mempunyai paras muka yang mirip satu sama lainnya. Ia merasa yakin bahwa mereka berdua pastilah sepasang saudara diantara Tiga Belas Sahabat yang disebut "

   Jt-Tin- Ching-Hong"

   Atau segulung angin sejuk Kong Toa Hauw serta "

   Pan-Loe-Wi In "

   Atau segumpal awan hitam Kong Toa Kiat, Angin dan awan merupakan benda yang paling sulit ditangkap, mereka pakai gelar gelar macam itu dus berarti menunjukkan pula bahwa ilmu meringankan tubuh yang dimiliki dua bersaudara ini amat sakti dan luar biasa sekali.

   Sedangkan dua orang sisanya ia tidak kenal meski sudah putar otak beberapa saat lamanya.

   Si pengemis Sakti Tong Gwat lantas berjalan menghampiri sisi tubuhnya, kemudian dengan suara lirih ia bertanya.

   "Sauw-hiap, apakah kau kenal dengan beberapa orang itu".

   "Tentang Heng-Thian- Siang-Li serta dua bersaudara she- Kong rasanya dugaan siauw-tit tak bakal salah lagi, namun terhadap dua orang kakek tua lainnya siauw-tit jadi bingung, siapakah sebenarnya mereka berdua ?"

   "Sikakek yang memakai baju abu abu adalah "Thiat-Hok- Sian"

   Si Dewa Bangau Baja Cia Tiong Beng, sedang kakek berjubah kuning adalah Koei-Lim-Ciauw-Cu "

   Atau Penebang Kayu dari Kota Koei-Lim Yu Yat adanya, menurut apa yang lohu ketahui, diantara Tiga Belas Sahabat orang inilah paling sulit dihadapi...".

   "Siauw-tit mengerti, tempo dulu memang mereka berdua paling kosen diantara tiga belas rekan lainnya."

   Kata Kian Hoo seraya mengangguk.

   "Tapi dewasa ini boleh dikata kepandaian "

   Tok-Chiu- Suseng "

   Si Mahasiswa bertangan keji Kauw Heng Hu lah yang paling lihay, asal Kauw Heng Hu tak ada disini, tidak terlalu sulit bagi kita untuk menghadapi kecnam orang ini !".

   Mendengar ucapan tersebut diutarakan dengan penuh keyakinan, mau tak mau TongThian Gwat dibikin setengah percaya setengah tidak, dalam pada itu Liem Kian Hoo telah tampil kedepan, sambil mengawasi keenam orang itu satu persatu ujarnya lambat-lambat.

   "Kauw Heng Hu ada dimana ? suruh dia keluar untuk menjumpai diriku !".

   "Keparat busuk, apa maksudmu mencari Kauw toaku ?"

   Jerit Mong-Yong Wan sambil tertawa tergeIak.

   "Aku dengar kalian Tiga Belas Sahabat kem bali berkumpul disini dan angkat monyet she-Kauw itu sebagai pemimpin dengan maksud membangun kembali peesekutuan Tiga Belas sahabat yang telah bubar, maka sengaja aku datang kemari untuk kasi peringatan kepada kalian, disamping itu akupun hampir suruh Kauw Heng Hu lepaskan kembali dua orang gadis yang ditangkapnya sewaktu ada diwilayah Biauw."

   "Keparat cilik, pandai benar kau bermimpi disiang hari bolong, kau anggap Tiga Belas Sahabat lemah dan gampang dianiaya macam tempo dulu ? kali ini kita tiga belas sahabat telah bersatu padu kembali, tujuan kami bukan lain ingin cari orang berkerudung itu untuk bikin perhitungan, sayang terlalu cepat ia bersembunyi maka kami ingin menggunakan dirimu untuk paksa dia munculkan diri.".

   "

   Kalian takb usah buang tendaga dengan percauma."

   Tukas Kiabn Hoo dengan cepat.

   "Orang itu sudah tahu jejak kalian, mungkin ia sudah pernah datang kemari untuk mencari kalian semua !"

   Air muka keenam orang itu berubah hebat, mereka saling bertukar pandangan sekejap. Kong Toa Kiat tampil kedepan, ujarnya.

   "Cuwi sekalian ! coba lihat bukankah ucapan siauw-te tepat sekali ? kecuali orang itu, siapakah yang memiliki kesaktian begitu hebat sehingga dapat selamatkan Toan Kiem Hoa tanpa menimbulkan suara maupun tanda-tanda apapun."

   Ucapan ini membuat jantung Kian Hoo berdebar keras, buru-buru tanyanya.

   "Orang itu sudah datang kemari ? ".

   "Tidak salah ! "

   Jawab Mong-Yong Wan sambil tertawa dingin.

   "Seandainya apa yang kau katakan tidak bohong, maka orang itu memang sudah pernah datang kemari, tetapi kecuali ia selamatkan Toan Kiem Hoa tanpa menimbulkan kegaduhan, ia tidak menunjukkan gerak gerik apapun, ditinjau dari hal ini bisa ditarik kesimpulan bahwa kekuatannya cuma begitu begitu saja, agaknya persiapan kami yang terlalu serius kepadanya hanya merupakan suatu perbuatan yang rada berlebihan belaka ! "

   "Omong kosong!"

   Bentak sianak muda itu amat gusar.

   "Orang itu bisa menolong orang tanpa menimbuIkan sedikit suarapun, hal ini sudah cukup menunjukkan kalau kepandaiannya jauh lebih lihay dari kalian semua, seandainya ia ingin memenggal batok kepala kalian semua, pekerjaan ini akan di lakukan dengan gampang sekali."

   "Kalau ia betul betul hebat, kenapa tidak berbuat demikian ?"

   Kian Hoo terbungkam oleh pertanyaan tadi ia jadi kelabaan dan tak tahu apa yang harus diutarakan. Mong- Yong Wan terbahak-babak, ujarnya kembali.

   "Toan Kiem Hoa dikurung dalam sekamar dengan gadis suku Biauw itu, kemampuannya untuk menolong seorang lebih banyakpun tidak mampu, apalagi ingin berhadapan muka dengan kami ?"

   "Mungkin dia hendak menjajal kbemampuan ku, madka tugas ini iaa serahkan kepadbaku untuk menyelesaikannya !"

   Mong-Yong-Wan tertawa dingin tiada hentinya. Kong Toa Hauw yang ada di sisi perempuan itu tak dapat menahan sabar lagi, ia loncat kedepan dan berseru.

   "Tiang-Ching-Siancu, buat apa banyak bicara yang tak berguna dengan dirinya, kalau memang keparat cilik ini adalah ahli warisnya, mari sekali gablok kita bunuh dirinya, kemudian coba kita lihat apakah bangsat itu masih bisa bersembunyi lagi atau tidak !". Mong-Yong-Wan tersenyum dan mengundurkan diri .

   "Tenaga sin-kang Kong-heng amat dahsyat baiklah, keparat cilik ini akan kuserahkan kepada mu untuk dijajal !"

   Katanya.

   Sepasang bau Kong Toa Hauw sedikit ber-goyang, laksana kilat ia sudah terjang kedepan, pergelangannya langsung membabat bahu kanan sianak muda itu dengan gerakan yang aneh tapi ampuh, tidak malu ia bergelar segulung angin sejuk.

   Liem Kian Hoo pusatkan tenaga membalik pergelangan kemudian melancarkan pula sebuah serangan menyambut datangnya ancaman itu.

   "Plaaaaak!"

   Diiringi bentrokan nyaring tubuh Kong Toa Hauw terdesak mundur dua langkah kebelakang, ia berdiri tertegun dan hampir-hampir saja tidak percaya dengan penglihatan sendiri.

   "Tiang-Ching-siancu ! "

   Serunya.

   "Agaknya keparat cilik ini tidak bodoh dan macam gentong nasi seperti apa yang kau katakan !".

   "Mungkin dalam beberapa waktu berselang ia mendapat kemajuan pesat lagi dalam ilmu silatnya !"

   Jawab Mong-Yong- Wan sambil tertawa kikuk.

   Walaupun Liem Kian Hoo sendiri berhasil duduk di atas angin, tak urung iapun terperanjat, sebab sejak ia mendapat ilmu sakti dari hioloo Ci Liong-Teng kemudian mendapat pula pelajaran sakti dari Soen Tong Hay, ilmu silatnya boleh dikata peroleh kemajuan amat pesat, dalam serangan tadipun ia sudah memakai tenaga sebesar sembilan bagian, siapa sangka hasilnya cuma berhasil memaksa Kong Toa Hauw mundur dua langkah ke belakang belaka, ditinjau dari hal ini bisa ditarik kesimpurlan bahwa selamta sepuluh tahunq kepandaian silrat yang dimiliki gembong iblis ini telah peroleh kemajuan pesat.

   Seorang saja sudah begini lihay.

   apalagi enam orang turun tangan berbareng, kelihaiannya tentu luar biasa sekali.

   Sementara ia masih mengeluh didalam hati, memdadak dilihatnya air muka Kong Toa Hauw menunjukkan suatu perubahan, sebagai seorang yang cerdik dengan cepat ia dapat memahami sebab-sebab sebenarnya bahkan mendapatkan pula suatu cara untuk mengatasi kesulitan itu.

   Ditinjau dari potongan wajah beberapa orang itu, Kong Toa Hauw berdua termasuk rada jujur dan polos, sedang Heng- Thian-Siang-Li licik dan keji, Cia Tiong Beng latah dan Yu Yat angkuh, dengan watak watak yang berbeda, gampang sekali baginya untuk menggunakan mereka.

   Dalam pada itu Kong Toa Hauw telah siap-siap melancarkan serangannya kembali, wajahnya amat keren dan serius.

   Liem Kian Hoo pun tidak banyak bicara, tenaga lweekangnya disalurkan hingga mencapai sepuluh bagian, ia siap sedia menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi.

   Tiba-tiba terdengar Kong Toa Hauw membentak keras, telapaknya sekali lagi dilancarkan menghantam dada Iawan.

   Sejak tadi sianak muda itu sudah bikin persiapan, tangannya segera menempel diatas telapak lawan, pinjam tenaga pukulan itu tubuhnya mencelat ke-depan dan melayang kearah Kong Toa Kiat, bentaknya.

   "Eeeei... sahabat, jangan menganggur!". sembari berseru iapun mengirim sebuah pukulan kedepan. Dalam keadaan tidak siap menghadapi serangan musuh, tentu saja kekuatan Kong Toa Kiat mengalami kerugian besar, terkena hantaman ini tubuhnya terdesak mundur sampai puluhan langkah jauhnya baru bisa berdiri tegak. Setelah berhasil dalam serangannya, Kian Hoo lantas berpaling dan serunya kepada Soen Tong.

   "A-tong, kedua orang kakek tua inipun bukan orang baik, bukankah kau kepingin berkelahi ? kenapa masih berpeluk tangan belaka ?". Sejak badannya terlempar keluar dari pintu tanpa mengetahui siapa yang melakukan perbuatan itu, hati Soen Tong sudah panas sekali, namun ia tak berani turun tangan secara gegabah sebelum ada petunjuk dari sianak muda itu. Kini mendapat tawaran dari Kian Hoo, tanpa banyak cincong lagi kepalannya langsung disodok kearah perut sidewa Bangau Baja Cia Tiong Beng. Angin pukulan berdesir tajam, jurus serangan ini dilancarkan dengan kecepatan sukar dilukiskan dengan kata-kata, melihat datangnya ancaman Cia Tiong Beng segera lintangkan tangannya menangkis.

   "Plaaak....!"

   Dalam bentrokan ini tulang pergelangannya terasa amat sakit, bahkan totokan balasan yang dilancarkan pun mengenai sasaran kosong, dalam bentrokan kali ini memiliki sinkang tenaga pental yang maha sakti, seandainya ia tidak cepat-cepat tarik tangannya hampir-hampir saja tulang jari sendiri tergetar patah oleh tenaga balikan tersebut.

   "

   A-Tong, masih ada seorang kakek tua lagi jangan lepaskan dia pergi !"

   Kembali si anak muda itu berteriak. Makin bertarung Soen Tong semakin kegirangan, ia putar badan kirim pula sebuah jotosan kearah Yu Yat. Dari pengalaman Cia Tiang Beng barusan.

   "Yu Yat"

   Tidak berani menerima datangnya serangan dengan keras, bahunya buru-buru di rendahkan dan menghindar kesamping. Menyasikan kejadian itu, sengaja Liem Kian Hoo tertawa terbahak-bahak dan menjengek.

   "Kalian tua-tua bangka sudah bersembunyi selama sepuluh tahun dari keramaian Bu-Iim, kenapa masih begitu tidak becus ? agaknya diantara Tiga Belas sahabat kecuali beberapa orang yang terbatas kemajuannya, lainnya cuma manusia manusia bernama kosong belaka !". Mendengar ejekan itu air muka keempat orang itu berubah hebat, terutama sekali Kong Toa Hauw, wajahnya berubah jadi hijau membesi, teriaknya keras-keras.

   "Bocah keparat, diantara Tiga belas sahabat sudah berapa banyak yang kau temui ?"

   "Kecuali kalian berenam aku teblah berjumpa dedngan "Tok-Chiu-aSuseng "

   Kauw Hbeng Hu, ilmu silatnya tak usah dibicarakan lagi, disamping itu masih ada "

   Sian-Kian Tan-San "

   Atau si Sepasang bahu menyungging bukit Lie Put Peng serta "Soat-Su"

   Atau si kakek salju Kok Han, kedua orang ini sudah cuci tangan dari persoalan Bu-lim dan mengundurkan diri dari pelbagai masalah dunia persilatan, tak usah berbicara tentang tiga orang itu, cukup membicarakan dari situasi dewasa ini, aku rasa kecuali Heng-Thian-Siang-Li yang cukup berhak untuk disebut jago kelas wahid, lainnya sama sekali tidak becus.

   Ooh yaa, setelah kalian berkumpul kembali, apakah kamu semua pernah saling jajal kepandaian ?".

   Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Melihat semua orang membungkam, Kian Hoo tersenyum dan berkata kembali.

   "Sewaktu pertama kali aku berjumpa dengan Heng-Thian- Siang-Li diwilayah Biauw tempo dulu, tidak sampai sepuluh gebrakan aku telah dipaksa sampai kalang kabut tidak karuan, seandainya Toan Kiem Hoa cianpwee tidak menolong tepat pada waktunya, hampir hampir saja selembar jiwaku melayang. ini hari setelah berjumpa dengan kalian, aku rasa kehebatan mereka kalian berempat masih belum sepadan dengan kehebatan mereka suami istri berdua!...". Perkataan ini bukan saja diluar dugaan Heng Thian-Siang-Li bahkan Liuw Boe Hwie pun dibikin tertegun sebab menurut cerita sianak muda itu tempo dulu, keadaan yang sebenarnya bukan demikian, tetapi sebagai seorang kangouw kawakan hanya dipikir sebentar saja, ia lantas paham dengan maksud hati sianak muda itu. Air muka si Dewa awet muda Tonghong It Lip serta Tiang~Ching-siancu "

   Mong-Yong Wan berubah sangat hebat.

   Kiranya ketika Tiga Belas sahabat telah berkumpul kembali, demi gengsi dan nama baik sengaja mereka sembunyikan keadaan sebenarnya dari hasil pertarungan tempo dulu dan mengibul yang bukan-bukan, Kian Hoo sebagai seorang pemuda cerdik segera menangkap akan hal itu dari ucapan Kong Toa Hauw tadi, namun bukan saja rahasia itu tidak dibongkar, malahan ia mengaku terus terang, kejadian ini betul betul ada diluar dugaan sepasang suami istri itu.

   Dengan cepat Tonghong It Lip putar otak, sebentar saja ia dapat memahami maksud sianak muda itu, namun ia tak dapat berbuat sesuatu apapun, keadaannya bagaikan si bisu menelan empedu, walaupun pahit namun tbak dapat mengutdarakan kepahitaan tersebut.

   Disbamping itu Liem Kian Hoo pun tahu, bahwa orang yang melemparkan tubuh Soen Tong keluar dari pintu tadi bukan lain adalah Tonghong It Lip, kembali sambil tertawa ujarnya.

   "Yang lain tak usah dikatakan cukup ditinjau kemampuannya untuk melemparkan tubuh rekanku dari pintu, aku rasa kalian berempat belum tentu bisa berbuat yang sama seperti dia."

   Haruslah diketahui, meskipun tiga belas sahabat telah berkumpul jadi satu, namun sebagai orang yang berwatak tinggi hati, diluar mereka rukun padahal dalam hati siapapun tak mau tunduk kepada siapa.

   Karena hal inilah sewaktu Kauw Heng Hu mengumpulkan mereka kembali sengaja ia tunjukkan beberapa macam kepandaian sakti yang memaksa semua orang tak bisa bicara, diluar mereka tunduk belum tentu dalam hati merasa puas.

   Dan kini Liem Kian Hoo menyanjung-nyanjung Heng-Thian- Siang Li, kebetulan sekali perbuatannya ini justru mengena pada titik kelemahan mereka.

   Kong Toa Hauw langsung tertawa dingin, sambil melirik sekejap kearah Mong Yong Wan jengeknya.

   "Kiong-hie, kiong-hie... setelah sepuluh tahun bersembunyi diwilayah Biauw, kiranya kalian berdua telah berhasil melatih diri hingga begitu lihay, agaknya kami masih bukan tandingan kalian !".

   "Kong toa-heng, harap jangan salah paham."

   Buru-buru Mong-yang Wan menyela.

   "Keparat cilik ini sengaja hendak mengadu domba kita, agar kita tidak bisa akur dan bekerja sama !".

   "Hmmm ! kenapa ucapannya justru tiada berbeda banyak dengan apa yang pernah kalian berdua ucapkan ?".

   "Kong Toa-heng !"

   Tonghong It Lip segera angkat bicara pula.

   "persoalan yang tak usah kita bicarakan pada saat ini, sekarang lebih baik kita bereskan keparat cilik ini lebih dahulu !". Kong Toa Hauw semakin naik pitam, teriaknya.

   "Dengan kemampuan kalian berdua rasanya tidak terlalu sulit untuk merobohkan keparat cilik ini, mengapa kalian ingin kami tunjuk kejelekan didepan orang ? apakah kalian berdua baru merasa puas apabila kami benar benar mendapat malu besar ?". Selesai berkatar ia peluk tangatn dan mengundurqkan diri kalangran, sedangankan Kong Toa Kiat, Cia Tiong Beng serta Yu Yat pun menunjukkan sikap kurang puas, pertarungan tak mungkin bisa dilangsungkan lagi. Keadaan memaksa Tonghong It Lip tak bisa berbuat lain, terpaksa sambil keraskan kepala ujarnya kepada Mong-Yong Wan.

   "Nio-cu ! mari kita bekerja sama untuk meringkus si budak jelek itu lebih dahulu !"

   Mereka tahu sampai dimanakah keampuhan Liem Kian Hoo, lagipula mereka sudah terlanjur mengibul, maka terpaksa mereka cari lawan yang agak lunak lebih dahulu, menurut perhitungan mereka, Soen Tong dapat dibanting keluar dengan gampang rasanya perempuan ini paling enteng untuk dihadapi...

   Mong-Yong Wan pun tak dapat turun dari keadaan, terpaksa ia manggut-2.

   "Baiklah, aku dengar dari Kauw toako yang mengatakan budak jelek ini adalah putri dari Soen Tong Hay, tak nyana ia berani cari gara-gara dengan kita orang, sebagai angkatan yang lebih tua sudah sepantasnya kalau kita kasi sedikit pelajaran kepadanya !". Dalam pada itu Soen Tong pun sudah tahu kalau tadi ia dibanting oleh Tonghong It Lip, dengan mata melotot bulatbulat makinya penuh kegusaran.

   "Bagus, bagus sekali, kiranya kau sinenek tua yang gendut dan katelah yang banting aku, kalau aku tidak balas membanting dirimu, aku bukan manusia !". Ia tidak tahu kalau Heng-Thian-Siang-Li adalah pria menyaru wanita dan perempuan menyaru pria, ia mengira Tonghong lt Lip pun seorang perempuan maka ia maki dirinya sebagai sinenek tua yang gendut lagi kate. Walaupun Tonghong It Lip merasa benci sebab tidak dilahirkan sebagai perempuan sehingga akhirnya ia berdandan sebagai seorang wanita, namun kena dimaki Soan Tong dengan ejekan tersebut iapun dibikin naik pitam.

   "Budak jelek, kau cari mati."

   Bentaknya dengan air muka berubah sangat hebat.

   Ditengah bentakan nyaring, tubuhnya meluruk kedepan, telapak disilang sejajar dada dan disodok kemuka.

   Berhubung tubuhnya sangat pendek, maka serangannya tersebut hanya mencapai pinggang Soen Tong, jarinya laksana kaitan mencukil seasang biji matanya.

   Tempat paling lemah yang tak tercapai oleh tenaga daya pental gadis itu hanya sepasang matanya belaka, buru-buru ia putar tangan mencengkeram urat nadi musuh.

   Soen Tong meskipun kasar dan badan, namun dalam pertarungan gerak-geriknya lincah dan gesit, serangan Mong Yong Wan amat cepat namun cengkeramannya jauh lebih cepat, sekali sambar urat nadi Mong Yong Wan sudah kena dicengkeram.

   Namun pada saat itulah jotosan Tonghong It Lip telah tiba, tidak ampun lagi serangan tersebut bersarang telak diatas lambungnya.

   Suami istri pembenci Takdir dapat mencantumkan diri sebagai salah satu diantara Tiga Belas Sahabat, tentu saja tenaga lweekangnya luar biasa sekali, Soen Tong segera merasakan perutnya amat sakit hingga merasuk ketulang sumsum, lengannya tak sanggup diangkat kembali, persendiannya telah lepas dan patah.

   Yang paling celaka adalah Mong Yong Wan urat nadinya kena dicengkeram oleh Soen Tong erat-erat, ketika perempuan tolol itu tergetar mundur kebelakang, iapun ikut terseret, ketika Soen Tong jatuh terjengkang iapun ikut roboh sehingga bergumul jadi satu.

   Ketika Soen Tong merasa kesakitan tadi, tanpa sadar cekalannya pada urat nadi lawanpun diperkeras, tidak ampun lagi tulang pergelangan Mong-yong Wan seketika tergencet hancur berantakan seandainya ia tidak memiliki tenaga lweekang yang sempurna, niscaya ia sudah roboh binasa.

   Karena kesakitan itulah tubuhnya meronta keras-keras, ditengah bentakan keras sepasang kakinya melancarkan tendangan kilat keatas dada Soen Tong membuat perempuan tolol itu kesakitan dan tanpa sadar lepaskan cekalannya.

   Ambil kesempatan itulah Mong Yong Wan loncat bangun dari atas tanah dan loloskan diri, dengan demikian sepasang suamib istri inipun tdak dapat bergebarak lebih jauh bsebab tulang tangan mereka tak berani utarakan rasa sakit itu diatas wajahnya.

   Liem Kian Hoo pun merasa kuatir bagi keselamatan Soen Tong, meski ia tahu gadis goblok itu dilindungi tenaga sinkang namun ia tidak lega hati, sambil maju menghampiri dirinya ia menegur.

   "A-Tong, bagaimana keadaanmu ?".

   "Saudara cilik !"

   Sahutnya sambil menekan perutnya.

   "Nenek tua itu luar biasa lihaynya, perut ku terasa sakit sekali.".

   "Bukankah kau terluka ?".

   "Tidak ! aku tidak bakal terluka, ayah pernah berkata kepadaku, kalau aku terluka maka dari tujuh lubang indranya bakal mengucur darah segar, dan jiwaku tak bakal ketolongan lagi, tapi aku tidak sampai begitu, cuma perutku sakit sekali, Nenek tua itu galak bener, saudara cillk, kau harus balaskan dendam bagiku !"

   Melihat keadaan gadis itu mirip seseorang yang terluka, Kian Hoo pun berlega hati, ia lantas berpaling kearah Heng- Thian-Siang-li dan tersenyum ujarnya.

   "ilmu silat yang kalian berdua miliki benar-benar lihay sekali, apakah kalian masih ada kegembiraan untuk kasi petunjuk satu dua jurus lagi kepadaku ?".

   "Keparat busuk ! "

   Teriak Mong-Yong-Wan sambil gertak gigi.

   "Kau jangan mengejek terus, suatu hari aku akan suruh kau merasakan bagaimana kelihayan kami ! badanmu akan kuhancur lumatkan hingga berkeping keping !".

   "Suatu hari ? kenapa tidak ini hari juga ?"

   Kembali Kian Hoo mengejek.

   "Kalian berdua suka membiarkan aku hidup beberapa hari lagi, budi kebaikan sebesar ini entah bagaimana caranya harus kubalas !". Mong-Yong Wan menjerit keras, ia muntah darah segar dan jatuh tidak sadarkan diri saking khekinya. Tonghong It Lip amat mencintai istrinya, buru-buru ia peluk tubuh perempuan itu sambil serunya kepada Cia Tiong Beng.

   "Cia-heng, hawa darah istrikv telah menyerang kejantung, tolong kau suka membantu aku lancarkan peredaran darahnya !b". Sementara itdu Cia Tiong Benag pun sudah menbemukan keadaan yang kurang beres, namun berhubung Mong-Yong- Wan adalah seorang perempuan ia merasa kurang leluasa untuk mengurut tubuhnya maka dengan alis berkerut segera sahutnya.

   "Tentang soal ini siauw-te tidak berani melakukannya aku lihat lebih baik Tonghon-heng lakukan sendiri."

   "Bicara terus terang, persendian lengan sauw te telah copot dari tempat semula, siauw-te sudah tak dapat salurkan tenaga lagi!"

   Kata Tonghong lt Lip sambil tertawa getir.

   Cia Tiong Beng dapat melihat bahwa orang itu bukan sedang berbohong, ia lantas terima tubuh Mong-Yong Wan dan menguruti tubuhnya agar aliran darah dapat berjalan kembali dengan lancar, sedangkan Yu Yat meloncat kehadapan Tong hong It Lip, mencekal lengannya dan sekali sodok ia sambung kembali persendiannya yang copot itu, katanya.

   "Tonghong-heng, mengapa tidak kau katakan sejak tadi ?". Saking sakitnya keringat dingin menguncur keluar tiada hentinya membasahi seluruh tubuh Tonghong It Lip, ia menghela napas panjang.

   "Aaaaai...! keparat cilik itu benar-benar sudah peroleh seluruh kepandaian silat dari manusia berkerudung itu "

   Katanya.

   "

   Sewaktu masih berada diwilayah Biauw tempo dulu, hampir-hampir saja kami dua orang menderita kerugian besar, semuanya ini tidak lain karena nama, berhubung ingin menjaga gengsi maka sengaja kami mengibul aaaai ! inilah yang dikatakan pepatah kuno sebagai .

   ingin jaga gengsi harus merasakan siksasaan hidup."

   Pada saat inilah Kong Toa Hauw baru tahu kalau ia sudah tertipu oleh hasutan Kian Hoo, kontan orang itu naik pitam, hardiknya.

   "Keparat cilik, memandang usiamu masih begitu muda, tak nyana licikmu luar biasa !".

   "Bukankah mereka bicara tidak jujur lebih dulu ? apa salahnya kalau aku bantu bohongan mereka agar kedengaran jauh lebih sempurna ?".

   "Keparat cilik sialan, dengan perbuatanmu yang rendah dan licik semacam ini, kau tak bisa diampuni lagi !". -oo0dw0oo-

   Jilid 10 DI TENGAH bentakan keras ia mengirim sebuah babatan kedepan, kali ini hawa gusarnya telah meluap, meski arngin pukulan matsih berada seteqngah tombak darri sasaran namun kehebatannya sudah terasa.

   Liem Kian Hoo tak berani bertindak gegabah, iapun kirim sebuah pukulan dengan tenaga sebesar sepuluh bagian, dalam suatu bentrokan dahsyat, masing-masing pihak mundur selangkah kebelakang.

   Menyaksikan kejadian itu Kong Toa Kiat ada maksud maju membantu, namun Kong Toa Hauw.

   "Titi, tunggu sebentar, aku ingin tahu sampai dimanakah kehebatan serta kemampuannya!". Kong Toa Kiat mengiakan dan segera berhenti. Soen Tong yang ada disisinya lantas maju menyongsong sambil tertawa, ejeknya.

   "Eeeeei monyet berwajah merah, kau pengen berkelahi ? ayoh majulah, akan kulayani kemauanmu ! ". Kong Toa Kiat sangat gusar, telapaknya di putar langsung menubruk kedepan, namun kali ini ia sudah punya pengalaman dan tidak berani bertarung jarak dekat lagi dengan gadis tolol ini. Pukulan-pukulan udara kosong segera dilepaskan dari suatu jarak tertentu namun Soen Tong tidak ambil perduli, dengan andalkan tenaga sinkang pelindung badannya ia selalu cari kesempatan untuk mencengkeram bahu atau lengan musuh. Dalam pada itu Kong Toa Hauw pun sudah bertarung sengit melawan Liem Kian Hoo, empat orang terbagi jadi dua kelompok masing-masing melakukan pertarungan yang sengit sekali. Sepuluh gebrakan kemudian Liem Kian Hoo berhasil rebut diatas angin, tenaga dalamnya sebanding dengan tenaga Iweekang Kong Toa Hauw namun jurus serangannya lebih sempurna, ia lebih banyak menyerang dari pada bertahan memaksa Kong Toa Hauw selalu terjerumus dalam keadaan berbahaya, untung ilmu meringankan tubuhnya amat sempurna, setiap kali keadaan mencapai kritis ia selalu berhasil meloloskan diri. Dipihak lain keadaan Soen Tong jauh lebih rugi, walaupun pukulan udara kosong dari Kong Toa Kiat tidak berhasil melukai dirinya namun dapat membendung gerakannya, setiap kali ia menerjang kedepan selalu terhadang jalan perginya ditengah jalan. Agaknya Kong Toa Kiat pun dapat menyadari bahwa sepasang matanya merupakan titik kelemahan gadis tolol itu, setiap kali ada kesempatan jari tangannya segera diputar mencukil sepasang matanya, untung gerak-gerik Soen Tong gesit sekali, setiap kali iapun dapat meloloskan diri. Dua tiga puluh gebrakan kembali sudah berlangsung, situasi dalam pertarunganpun berubah, berhubung usia yang masih muda dan kesempurnaan tenaga dalam yang kurang matang, lama kelamaan Liem Kian Hoo mulai terdesak dan setiap kali Kong Toa Hauw lah yang pegang peranan. Sebaliknya Soen Tong yang punya tenaga a-iam tidak takut lelah, sekarang ia malah berhasil menguasahi seluruh kalangan, hal ini membuat hatinya kegirangan "Saudara cilik !"

   Teriaknya.

   "Bajingan tua ini sudah hampir tidak mam pu lagi, tunggulah sebentar kugulingkan dahulu si tua bangka ini kemudian baru membantu diri mu !". Liem Kian Hoo tidak menggubris teriakan itu, ia sudah tidak sabaran lagi, suatu saat ia teledor sehingga kena diserang oleh Kong Toa Hauw walaupun reaksinya kemudian cukup keras dan serangan tadi kena ditangkis. namun tak urung lengannya jadi linu juga dibuatnya. Liuw Boe Hwie yang menyaksikan peristiwa itu dari sisi kalangan jadi terperanjat, namun ia pun merasa kurang leluasa untuk maju membantu terpaksa sambil pura pura iseng ujarnya kepada Tong Thian Gwat.

   "Eeeeei pengemis tua, aku dengar ilmu Liong Henc Pat Sin mu sangat dahsyat sekali, ini hari kenapa kau cuma nonton belaka sambil berpeluk tangan ? ayoh demontrasikan beberapa jurus kepandaianmu itu"

   Tong Thian Gwat menghela napas panjang.

   "Liuw Loo~jie, apa gunanya kau ajak aku bergurau ?"

   Serunya.

   "Beberapa macam kepandaianku bukannya kau tidak paham. seandainya ini hari tiada kedua orang muridmu sebagai tulang punggung, meski nyaliku lebih besarpun aku tidak akan berani menggunakan selembar jiwaku sebagai bahan permainan."

   "Haaaa... haaaaa... haaaa... pengemis tua, kalau bicara janganlah macam orang patah semangat, sedikit banyak kaupun seorang bketua dari suatdu perkumpulan, aapakah kau relab melihat seorang bocah cilik jual nyawa bagi dirimu ? seandainya sebuah lenganku belum kutung, niscaya aku akan suruh mereka rasakan kelihayan dari seruling emasku."

   Didengar dari nada ucapan mu seakan akan gembong iblis tersebut begitu lihay, aku tidak percaya kalau mereka sanggup mempertahankan diri dari irama Pembetot sukmaku..."

   Ucapan ini menggetarkan hati Kian Hoo, diam-diam ia memaki atas kegoblokannya dimana telah melupakan kemampuannya yang asli sebaliknya malah ajak orang lain berduel.

   Kiranya yang dimaksudkan dengan ucapan Liuw Boe Hwie bukanlah suruh sianak muda itu bertarung menggunakan irama seruling, melainkan ia sedang memberi peringatan kepadanya agar menggunakan jurus tadi dengan rahasia irama serulingnya.

   Semangat Liem Kian Hoo seketika berkobar kembali, hawa murninya langsung disalurkan ke seluruh telapak untuk paksa mundur Kong Toa Hauw setelah itu sepasang telapaknya disilangkan didepan dada dan mempersiapkan jurus "Giok- Sak-Ci-Hun "

   Nya yang ampuh. Tonghong It Lip pernah merasakan pahit getirnya ditangan sianak muda itu, buru buru ia memperingatkan.

   "Kong toa-heng, hati hati, keparat cilik ini akan unjukkan kepandaian ampuhnya !".

   "Hmmm ! sekalipun lebih lihaypun belum tentu bisa membuat hatiku jeri!"

   Sahut Kong Toa Hauw kurang percaya. Liem Kian Hoo tersenyum, ia mendongak dan bersenandung lantang.

   "Seruling ada disanubari suara ada dimulut awan ada digunung rembulan ada dilangit !". Selesai bersenandung sepasang telapaknya di ayun kemuka, segulung angin pukulan yang maha dahsyat laksana gulungan ombak ditengah samudra segera menyapu keluar dengan hebatnya. Termakan oleh dorongan angin pukulan itu tubuh Kong Toa Hauw terdorong mundur kebelakang dengan sempoyongan...

   "Braaak !"

   Punggungnya mencium dinding tembok sehingga ambrol dan muncullah sebuah lubang yang sangat besar.

   Dalam pada itu Kong Toa Kiat yang sejak tadi terkurung oleh serangan-serangan Soen Tong jadi cemas bercampur gusar ketika menyaksikan saudaranya terluka dan menderita kalah, iba meraung kerasd, tubuhnya bergaerak hendak membayang bangun saudaranya.

   Siapa sangka Soen Tong sama sekali tidak memberi kesempatan baginya untuk berbuat demikian, laksana kilat sepasang lengannya dijulurkan ke muka menyambar pinggangnya kemudian mengangkat seluruh tubuhnya ketengah angkasa.

   Air muka Kong Toa Hauw yang merah telah berubah jadi keemas-emasan, berada diantara reruntuhan dinding tembok ia meronta bangun, lalu dengan nada cemas teriaknya.

   "Cepat lepaskan saudaraku !".

   "Seandainya kalian menyanggupi untuk mengundurkan diri dari persekutuan Tiga Belas sahabat dan berjanji tidak akan membantu Kauw Heng Hu melakukan kejahatan lagi, aku segera lepaskan saudaramu ! "

   Kata Liem Kian Hoo dengan wajah serius. Air muka Kong Toa Hauw berubah semakin hebat, akhirnya ia menghela napas sedih.

   "Aaaaaai..! kekalahan kami pada dua puluh tahun berselang ditangan manusia berkerudung masih mendingan, sungguh tak nyana setelah berlatih giat selama dua puluh tahun kepandaian kami masih belum memadahi seorang bocah cilik-pun, sekalipun kulit wajah kami lebih tebalpun kami berdua-tidak minat untuk tetap berada diantara Tiga Belas Sahabat lainnya !".

   "Ehmmm...! A-Tong, lepaskan dirinya!"

   Soen Tong tidak membantah, ia lantas melemparkan tubuh Kong Toa Kiat keatas tanah.

   "Monyet berwajah merah ! "

   Serunya.

   "memandang diatas wajah saudara cilikku, uniuk kati ini kuampuni selembar jiwamu ! ". Begitu terlempar keatas tanah, Kong Toa Kiat segera memijit dan buru-buru memayang tubuh saudaranya, kemudian dengan suara mendendam teriaknya.

   "Keparat ciIik. mulai detik ini nama kami berdua tercoret dari persekutuan Tiga Belas Sahabat, namun kau jangan mengira kalau urusan diantara kita sudah lelesai begitu saja !"

   "Itu terserah pada kalian sendiri, asalkan satu hati aku orang she-Liem belum mati, kalian boleh saja mencari diriku !"

   Kong Toa Kiat tidak banyak bicara lagi, ia pondong tubuh Kong Toa Hauw dan berlalu dari situ, dalam sekejap mata mereka sudah lenyap dari pandangan.

   Cia Tiong Beng rserta Yu Yat satling bertukar pqandangan sekejarp kemudian laksana kilat mengundurkan diri kedalam bangunan dan melenyapkan diri.

   Tonghong It Lip pun buru-buru memayang tubuh Mongyong Wan yang sudah lama mendusin, mereka berdiri tertegun beberapa saat lama-nya, jelas kedua orang suami istri ini merasa heran dan tidak habis mengerti apa sebabnya tenaga dalam waktu singkat.

   Namun mereka sadar bahwa kekuatan merasa mereka berdua bukan tandingan dari sianak muda itu.

   "Apa rencana kalian selanjutnya ?"

   Tegur Kian Hoo sambil mengawasi sepasang suami istri itu dengan sinar mata tajam. Tonghong It Lip bungkam beberapa waktu, setelah itu baru sahutnya.

   "Persekutuan Tiga Belas sahabat didirikan kembali oleh Kauw toako, kalau kau punya kepan daian tiada halangan membicarakan soal ini langsung dengan orangnya !".

   "Haaaaa... haaaa... haaaaa... kalian jangan anggap setelah menyebut nama Kauw Heng Hu lantas hatiku jadi gentar justru kedatanganku kemari adalah bermaksud mencari dirinya."

   "Hmm ! kalau begitu tunggu sajalah disi-ni, kami segera cari Kauw toako untuk diajak ke luar menemui dirimu !".

   "Ehmmm, demikianpun boleh juga tetap akupun hendak peringatkan kalian lebih baik kurangi segala permainan busuk, kami sudah bikin onar setengah harian lamanya disini, seumpama Kauw Heng Hu benar-benar ada didalam, sejak dia sudah munculkan diri, apa gunanya harus sampai datangnya undangan dari kalian ?". Air muka Tonghong It Lip berubah hebat.

   "Tadi Kauw toako memang tak ada disini, tetapi aku tahu ia segera akan kembali asal kau tunggu sebentar lagi di sini niscaya ia akan munculkan diri !". Liem Kian Hoo berpikir sebentar, kemudian tertawa.

   "Aku tahu bahwa ucapanmu tak boleh di-percaya, namun akan ku coba untuk mempercayai dirimu !". Mendengar sianak muda itu sudah setuju, karena takut ia berubah pikiran buru buru Tong hong It Lip memayang Mongyong Wan dan segera mengundurkan diri. Dalam pada itu sikap Tong Thian Gwat terhadap Kian Hoo sudah berubah seratus delapan puluh derajat bahkan dalam benaknya sudah diliputi oleh pelbagai kecurigaan, namun ia merasa tidak leluasa untuk tanyakan persoalan itu, maka segera ujarnya.

   "Sauw-hiap, apakah kau benar benar hendak menanti beberapa waktu ditempat ini ?"

   "Benar !"

   Sianak muda itu mengangguk "Mereka boleh saja mengingkari janji, namun kita tak boleh melakukan kesalahan, untung saja seperempat jam segera akan berlalu dan mereka tidak akan terlalu jauh melarikan diri, aku punya keyakinan untuk menyusul mereka !"

   "Sauw-hiap, kau tidak pantas untuk melepaskan dua bersaudara Kong meninggalkan tempat ini, mereka berlalu dengan membawa rasa malu, dikemudian hari tentu akan mendatangkan banyak kerepotan."

   "Diantara Tiga Belas Sahabat, hanya mereka berdua yang boleh dianggap rada jujur dan polos, aku tidak ingin melakukan pembunuhan yang tak berguna. seandainya aku ada maksud demikian, asal kutambahi satu bagian tenaga lagi dalam serangannya tadi niscaya jiwanya telah melayang. Dua puluh tahun berselang simanusia berkerudung itu dapat lepaskan mereka, kenapa dua puluh tahun kemudian aku harus membinasakan mereka ?". Tong Thian Gwat ada maksud menanyakan soal simanusia berkerudung, namun ketika dilihatnya sianak muda itu sedang kerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan satu masalah yang sulit, diapun lantas batalkan maksudnya.

   "Eceei pengemis tua !"

   Liuw Boe Hwie segera menarik tangannya.

   "Untuk sementara waktu lebih baik kita bungkam saja, sebab beberapa waktu yang amat singkat ini justru menyangkut mati hidup kita !". Dengan wajah melengak Tong Thian Gwat menengok, ia lihat Liem Kian Hoo sedang duduk bersila diatas tanah, mulutnya kemak-kemik seperti mengucapkan sesuatu namun tidak kedengaran apa yang sedang diucapkan, sementara sepasang lengannya menunjukkan gerak-gerik yang susah dimengerti. Dalam pada itu dengan sinar mata tegang Liuw Boe Hwie mengawasi terus sepasang pintu yang terbentang lebar dihadapannya, air muka si orang tua ini kelihatan tidak tenteram. Tong Thian Gwan serta muridnya Chi Siang berdiri dalam keadaan kebingungan, beberapa kali mereka ingin bertanya namun setiap kali Liuw Boe Hwie goyangkan tangannya mencegah. Sedangkan Soe Tong merasa nganggur, ia ber jalan kehadapan kepingan singa kumala itu dan menyambung kembali kepingan kepingan tadi, Hanya Liem Kian Hoo seorang tetap duduk bersila diatas tanah sambil kemak kemik, sementara tangannya selalu memperlihatkan beberapa gerakan yang tidak dimengerti. Setengah harian kemudian mendadak tampak sepasang telapaknya didorong kearah dinding tembok, gerakan yang digunakan tetap merupakan jurus Giok-Sak-Ci-Hun namun dalam serangannya kali ini sama sekali tidak kedengaran sedikit suarapun. Sesaat setelah ia melepaskan pukulan tadi, dari atas tembok mulai nampak bubuk serta pasir berguguran keatas tanah dan akhirnya hampir seluruh dinding tadi rontok dan hancur berantakan, muncullah sebuah gua pintu seluas beberapa tombak diatas dinding tadi, bekas-bekas pukulan rata dan halus seolah-olah dibabat oleh senjata yang tajam.

   
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Hoo-jie!"

   Teriak Liuw Boe Hwie kegirangan.

   "Kali ini kau tak usah gentar terhadap diri Kauw Heng Hu lagi !".

   "Soal ini sulit untuk dikatakan, aku cuma punya keyakinan untuk tidak kalah, kalau ingin menangkan dirinya mungkin masih harus memiliki kepandaian tambahan lainnya ?". Sedang Tong Thian Gwat menjulurkan lidahnya, ia mendekati reruntuhan itu dan mengawasinya beberapa saat, ditemuinya bekas hancuran tembok tadi remuk bagaikan bubuk, tak kuasa lagi sipengemis tua ini menjerit tertahan.

   "Kepandaian apakah ini ? aku sipengemis tua hidup sampai hari bukan saja belum pernah melihat kehebatan semacam ini, mendengarpun belum pernah !"

   "Jurus ni bernama Giok-Sak-Ci~Hun."

   Liuw Boe Hwie menerangkan sambil tersenyum.

   "Dan merupakan suatu kepandaian yang maha dahsyat, namun sekarang nama kepandaian itu harus disebut sebagai ilmu Boe Siang sinkang !"

   "Suhu, keberhasilanku ini justru berkat petunjuk yang sangat berharga dari kau orang tua."

   Bisik Liem Kian Hoo dengan rasa terharu. Liuw Boe Hwie tersenyum dan menggeleng.

   "

   Sudahlah, tak usah kau tumpuk pujian itu ketubuhku, aku cuma memberi kisikan yang tak berarti belaka, bisa berhasil dengan sukses pun sebagian besar berkat bakat serta kecerdikanmu yang luar biasa, siapa yang bisa mencapai taraf sedemikian hebatnya ?".

   Liem Kian Hoo termenung sejenak, seakan-akan hendak mengucapkan sesuatu namun akhirnya ia bertanya.

   "Sekarang sudah berapa lama ?"

   "Satu jam lebih."

   Jawab Chi Siang cepat.

   "

   Dari balik gedung tidak nampak sesosok bayangan setanpun yang muncul, aku masih mengira Sauw-hiap telah lupa akan hal ini.".

   "Apa ? sudah satu jam lebih ? aduuuh celaka, kalau mereka berhasil loloskan diri sih bu-kan urusan, jangan-jangan Watinah pun kena diculik kembali oleh mereka !".

   "Sauw-hiap, akupun pernah dengar bahwa ada seorang gadis terkurung disini, apakah benar bahwa gadis itu adalah..."

   "Tidak salah, gadis itu adalah bakal istri siauw-tit, dia adalah seorang kepala suku Biauw, beberapa bulan berselang ia kena diculik oleh Kauw Heng Hu dan dibawanya datang kemari...".

   "Waaah, kalau begitu keadaan kurang menguntungkan."

   Seru Tong Thian Gwat kaget.

   "Terhadap gembong gembong iblis macam mereka, tidak seharusnya kita bicarakan soal kepercayaan, Siauw-hiap, kau terlalu mempercayai orang-orang itu, seandainya nona itu sampai mengalami sesuatu..."

   "Kalau memang terjadi hal itu, apa dayaku ?"

   Tukas Kian Hoo sambil tertawa getir.

   "Tadi, seandainya aku tidak lepaskan Heng Thian-Siang Li dan langsung menerjang kedalam seandainya Kauw Heng Hu benar benar ada didalam, bukankah tindakan ini malah akan mencelakai kalian semua ?".

   "Sau-hiap, bukankah tenaga Iweekangmu telah mencapai puncak kesempurnaan, apakah kau masih bukan tandingan dari Kauw Heng Hu ?"

   "Aaaaah pangcu, kau tidak tahu, meskipun beberapa waktu belakangan ini ilmu silat siauw tit mendapat kemajuan pesat dan memahami pula intisari dari beberapa macam kepandaian sakti,namun ilmu tersebut belum pernah kugunakan, maka dari itu ketika berhadapan dengan Kong Toa Hauw pun hampir hampir saja jatuh kecudang di tangannya, untung suhuku cepat memberi petunjuk sehingga aku sadar dan berhasil mengundurkan pihak lawan, pada waktu itulah sebenarnya kesempatan yang paling baik buat kita untuk membasmi kawanan iblis, siapa tahu ketika itu pula siauw tit telah merasakan sesuatu yang aneh, maka aku pun lantas menyanggupi Tonghong It Lip untuk menanti beberapa saat, tujuanku tidak lain ingin menggunakan waktu yang amat singkat ini untuk perdalam ilmu silatku, siapa sangka aku telah membuang waktu begitu lama."

   "Sauw-hiap, dalam waktu satu jam yang singkat ternyata kepandaianmu kembali peroleh kemajuan pesat, seandainya aku sipengemis tua tidak melihat dengan mata kepala sendiri, sekalipun ada orang beritahu kepadaku pun aku tidak akan percaya !". Liuw Boe Hwie tersenyum.

   "Eeeei pengemis tua, kembali kau bicara yang tak berguna, bukankah tadi sudah kukatakan, kemajuan pesat yang didapatkan Hoo-jie bukanlah hasil latihan seharian belaka, ia sudah memiliki dasar tenaga dalam tubuhnya, sekarang ia berhasil pula menemukan intisari dari kepandaian itu maka kemajuannya jadi semakin pesat, seandainya dikatakan penemuan yang secara tiba-tiba bisa menghasilkan kemajuan yang begitu pesat, bukankah hal ini sama artinya mengatakan bahwa hasil latihan kita selama puluhan tahun hanya sia sia belaka ?".

   "Aaaaai ! meskipun demikian, namun penemuan yang secara tak terduga ini benar-benar sukar dipercaya, ada sebagian orang yang berlatih seumur hidup namun tiada hasil, sebaliknya Liem Sauw hiap hanya membutuhkan waktu selama satu jam saja tenaga dalamnya sudah peroleh kemajuan yang demikian pesat, bukankah kejadian ini benarbenar mencengangkan hati ?".

   "Haaaaa... haaaa... haaaaa... disinilah letak pentingnya bakat serta kecerdikan seseorang, bukannya aku sengaja mengibul, bakat yang dimiliki muridku ini boleh dikata jarang sekali di jumpai diantara laksaan orang, oleh karena itu kitapun tak usah ber silat lidah karena masalah ini, sekarang urusan yang paling penting adalah masuk kedalam gedung dan melakukan pemeriksaan, menurut dugaanku didalam ruangan pasti tak nampak sesosok manusiapun tetapi urusan sukar dikatakan, gelar Kauw-Heng Hu adalah Tok Chiu Suseng sisastrawan bcr tangan keji. mungkin ia sudah atur jebakanjebakan keji didalam sana, lebih baik kita berhati-hati dalam setiap tindakan.". Liem Kian Hoo tahu bahwa ucapan tersebut ditujukan kepadanya, buru-buru ia menjawab.

   "Ucapan suhu tepat sekali, sewaktu berjalan masuk kedalam gedung nanti lebih baik kita bersatu padu agar satu sama lain bisa saling membantu !". Selesai berkata ia berjalan masuk lebih dahulu disusul oleh Soen Tong, Tong Thian Gwat, Chi Siang dan ditutup oleh Liuw Boe Hwie, lima orang membentuk barisan yang panjang melakukan pencarian dan pemeriksaan yang seksama ke dalam gedung itu. Setelah menembusi halaman yang amat luas dihadapan mereka muncul sebuah bangunan besar suasana sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun. Ruangan itu diatur amat rapi dan bersih, di tengah ruangan teratur sebuah meja perjamuan di atas meja terdapat sayur serta arak yang masih mengepul panas, jelas orang-orang yang ada dalam gedung itu belum lama berlalu dari situ. Bukan begitu saja bahkan dalam gedung tadi penuh dengan barang antik yang indah dan mempersonakan. Dasar sifat pengemis, melihat hidangan yang begitu lezat Tong Thian Gawt serta Chi Siang tanpa banyak bicara langsung menyerbu kemeja perjamuan, sang pengemis tua menyambar ayam panggang yang ada di meja sedangkan muridnya menyambar guci arak. Melihat tingkah laku kedua orang itu, buru-buru Liuw Boe Hwie mencegah.

   "Eeei pengemis tua, jangan rakus macam orang yang tidak pernah makan kau harus periksa dahulu dalam hidangan itu ada racun atau tidak !"

   "Sebagai pengemis yang cari makan dimana-mana. sepanjang tahun belum tentu merasakan perut yang kenyang "

   Kata Tongb Thian Gwat samd bil menelan aiar Iudah.

   "Mumpubng disini telah siap hidangan lezat sekalipun makanan makanan ini dicampuri dengan racunpun aku sipengemis tua harus mencicipinya !".

   "Aku sama sekali tidak melarang kalian bersantap, namun kan jauh lebih baik kalau dicoba lebih dahulu !". Tong Thian Gwat dipaksa apa boleh buat, terpaksa ia cari sebatang jarum perak lantas ditusukkan kedalam daging ayam panggang tadi, keti ka dicabut kembali ternyata ujung jarum perak itu masih tetap bercahaya kilat, dengan rasa gembira pengemis inipun tertawa terbahak-bahak.

   "Arak dan sayur yang lezat, mana mungkin ada racunnya ?". Ia masukkan daging ayam itu kedalam mulut dan dikunyah dengan lezatnya, dalam sekejap mata seluruh daging ayam tadi sudah berpindah kedalam perut. Soen Tong yang menyaksikan kejadian itu tak kuat menahan air liurnya, beberapa kali matanya melirik kearah Liem Kian Hoo. Dalam pada itu sianak muda itu sedang pusatkan seluruh perhatiannya untuk memeriksa gedung tersebut, ia tidak melihat akan sikap gadis tolol itu, sebaliknya Liuw Boe Hwie melihat akan hal ini, sambil tertawa lantas ujarnya.

   "A-Tong, apakah kau ingin makan ? untung disini sudah tersedia makanan lezat, nah bersantaplah sekehendak hatimu !". Soen Tong jadi kegirangan, ia sambar ikan yang ada diatas meja kemudian bersama durinya sekaligus dimasukkan kedalam mulut, sambil mengunyah serunya.

   "Oooow nikmat, lezat sekali. saudara cilik, apakah kau ingin mencicipi ?"

   Liem Kian Hoo tiada kegembiraan sama sekali, ia geleng kepala berulang kali.

   Perbuatan beberapa orang ini menimbulkan rasa lapar pula bagi Liuw Boe Hwie, ketika menjumpai ada buah anggur diatas sebuah tempayan ia lantas memetik beberapa butir seraya berkata.

   "Bajingan-bajingan itu pandai benar menikmati kebahagian hidup, sekarang baru musim semi, darimana mereka dapatkan buah anggur sebesar ini ?". Sembari berkata ia masukkan, buah anggur itu kedalam mulut, tapi pada saat itulah mendadak dari samping ruangan berkelebabt datang serentdetan cahaya putaih yang menyilabukan mata tepat menembusi buah anggur tersebut. Kejadian ini membuat Liuw Boe Hwie terperanjat ia tidak tahu darimana munculnya cahaya putih tersebut, ketika buah anggur tadi diperiksa maka ditemuinya cahaya putih tadi ternyata adalah sebatang tusuk gigi dimana tepat menembusi buah anggur tadi. Menyaksikan peristiwa itu, Liem Kian Hoo pun lantas berseru.

   "Dalam ruangan ada orang..."

   Tubuhnya langsung meluncur keluar pintu dan memeriksa empat penjuru, namun tidak nampak sesosok manusiapun ada disitu, menanti ia masuk kembali kedalam ruangan tampaklah Soen Tong, Tong Thian Gwat serta Chi Siang telah menggeletak diatas tanah, sedangkan Liuw Boe Hwie tetap berdiri ditempat semula sambil mengawasi buah anggur itu dengan termangu-mangu.

   Sianak muda ini jadi amat terperanjat buru-buru tanyanya.

   "Suhu, apa yang sudah terjadi ? ".

   "Aku sendiripun tidak tahu, pokoknya penyakit ini timbul dari hidangan yang mereka santap !"

   Jawab Liuw Boe Hwie sambil tertawa getir. Liem Kian Hoo sangat terperanjat ia segera berjongkok dan memeriksa beberapa orang itu merah padam dan segar sekali, sedikitpun tidak menunjukkan tanda tanda keracunan, namun mereka tertidur pulas.

   "Tak usah diperiksa lagi."

   Kata Liuw Boe Hwie sambil menghela napas panjang.

   "Mereka sudah terkena obat pemabok yang membuat orang tertidur pulas, jiwanya tidak bakal terancam, asal sudah tidur beberapa saat mereka akan bangun kembali dalam keadaan segar, justru akulah yang hampir-hampir jadi sukma gentayangan !".

   "Suhu ! darimana kau bisa tahu ?"

   Liuw Boe Hwie tertawa getir, ia angkat buah anggur tersebut lalu sambil menuding tusuk gigi yang menembusi buah itu katanya.

   "Asal kau lihat benda ini tentu akan jadi paham sendiri, tusuk gigi ini terbuat dari kayu Boe-Kouw-Bok yang merupakan sejenis kayu paling cepat menunjukkan reaksinya bila terkena racun yang bisa lolos dari periksaan jarum perak, namun jangan harap bisa lolos dari pemeriksaan kayu Boe- Kouw-Bok ini !". Liem Kian Hoo awasi tusuk gigi diatas buah anggur itu dengan hati terkesiap, ia temukan tusuk gigi itu terbuart-rapi dan haluts sekali, diataqs tusuk gigi tardi terukir lukisanlukisan relief yang indah, bagian yang menonjol keluar dari buah anggur itu kurang lebih satu coen dan berwarna biru tua, tanpa terasa dengan hati tercengang tanyanya.

   "Suhu, dari mana kau bisa tahu kalau tusuk gigi ini terbuat dari kayu Boe-Kouw-Bok ?".

   "Aaaai...! racun yang dapat dicampurkan kedalam bahan makanan ada dua jenis, jenis pertama adalah racun-racun yang dapat dicampurkan kedalam sayur serta arak, racun macam ini biasa sekali sehingga dapat dijajal dengan jarum perak, sedang jenis kedua adalah racun yang dicampurkan didalam buah buahan, racun macam ini jauh lebih ampuh, mula-mula buah-buahan itu direndam dalam air racun sehingga sari racun meresap kedalam buah-buahan itu kemudian buah tadi didiamkan beberapa saat maka racun itu akan terserap kedalam buah tadi dan tak berwujud sama sekali, namun daya kerja racunnya sangat lihay. pihak istana mempunyai cara untuk mengatasi kesukaran ini yaitu menggunakan kayu Boe-Kouw-Bok yang dihasilkan diwilayah Barat, kendati racun macam apapun pasti dapat diperiksa. Ketika aku masih muda tempo dulu, kayu macam ini pernah kujumpai satu kali, maka sekilas pandang aku segera kenalinya kembali !".

   "Kalau begitu orang yang melepaskan kayu tersebut dari balik kegelapan telah menyelamatkan jiwa suhu ?"

   "Mungkin benar dugaanmu, pokoknya ia tidak bermaksud jahat !". Liem K.ian Hoo melirik sekejap kearah Soen Tong sekalian, lalu tanyanya kembali.

   "Suhu, darimana kau tahu kalau mereka bukan keracunan ?".

   "Orang yang menolong aku secara diam-diam itu tidak ingin mereka keracunan pula bukan ? namun ia tidak menghalangi niat mereka untuk bersantap, hal ini menujukkan bahwa makanan itu tidak ada halangan untuk disantap..."

   Liem Kian Hoo semakin terperanjat lagi.

   "Orang itu hapal sekali dengan keadaan tempat ini, ia pasti ada hubungan yang erat dengan Tiga Belas Sahabat !"

   Serunya. Liuw Boe Hwie manggut tanda setuju dengan pendapat itu namun iapun tidak tahu siapakah orang tersebut. Beberapa saat kemudian, sianak muda itu berkata kembali.

   "Orang inipun aneh sekali, setelah ia lepaskan tusuk gigi tadi aku segera melakukan pencarian, namun hasilnya tetap nihil, aku rasa lebih baik kita cepat tinggalkan tempat ini".

   "Bagaimana dengan mereka ?"

   Tanya Liuw Boe Hwie seraya menuding tiga orang yang menggeletak di atas tanah.

   "Mereka tertidur pulas sekali, jelas sudah terkena obat pemabok atau sebangsanya, kita guyur saja dengan air dingin, niscaya mereka akan mendusin !"

   Namun Liuw Boe Hwie segera menggeleng.

   "Tong Thian Gwat adalah ciangbunjien partai Kay-pang, obat pemabok biasa tidak akan berhasil mengelabui dirinya, namun ia sudah terkena obat pemabok yang sangat lihay, menurut dugaanku paling sedikit dua belas jam kemudian mereka baru mendusin !".

   "Hal ini bukankah berarti kami harus menanti seharian ?".

   "Orang itu justru ada maksud menghalangi perjalanan kita agar mereka ada kesempatan untuk mengundurkan diri, lagipula orang yang berada dalam kegelapan itupun membiarkan mereka terjebak, hal ini menunjukkan kalau ia pun ada maksud yang sama !"

   Liem Kian Hoo menghela napas panjang dan membungkam.

   "Gelisahpun percuma."

   Hibur Liuw Boe Hwie kembali.

   "Untung ayahmu selamat dan tidak kekurangan sesuatu apapun, bahkan berhasil menolong seseorang, hal ini menunjukkan kalau ia sudah mulai mengawasi gerak-gerik kaum penjahat itu, cepat atau lambat kita pasti akan mendapatkan kabar beritanya !". Dengan perasaan apa boleh buat Liem Kian Hoo mengangguk, ia lantas menarik tubuh Tong Thian Gwat, Chi Siang serta Soen Tong untuk di dudukan keatas kursi, kemudian iapun ikut duduk sambil berkeluh kesah.

   "Hoo-jie !"

   Kata Liuw Boe Hwieb lagi sambil tedrtawa.

   "Ditempaat ini kita bakabl menunggu beberapa waktu lagi, bagaimanapun juga kita harus cari makanan untuk menangsal perut kau jagalah keselamatan mereka, aku hendak keluar un tuk cari makanan."

   "Hal ini mana boleh jadi ? kalau ada tugas biarlah tecu yang laksanakan saja !".

   "Bukannya aku ada maksud memperlihatkan sikap seorang guru terhadap muridnya, namun aku ingin carikan pekerjaan bagimu agar kau jangan tetap duduk termenung belaka macam orang kehilangan semangat !"

   Merah padam wajah sianak muda itu, ia merasa sangat berterima kasih buat kebaikan guru-nya, maka ia bangun berdiri dan menuju keruang belakang.

   Namun ketika ia tiba di dapur sianak muda ini jadi tertegun, tadi sewaktu ia melakukan pemeriksaan, dapur itu sunyi senyap, namun sekarang api mengepul dibawan tungku dan tampak sebuah kukusan dengan daging babi yang harum semerbak muncul disana.

   "Siapa lagi yang main setan ditempat ini ?"

   Pikirnya.

   "Delapan bagian pasti hasil permainan setan dari orang yang melepaskan tusuk gigi tersebut sebenarnya apa maksudnya berbuat demikian ?".

   "Sahabat ? atau musuh ?".

   "Ia bermaksud baik ? atau bermaksud jahat ?"

   "Kalau bermaksud baik berarti sahabat, tidak pantas kalau ia biarkan Soen Tong sekalian terjebak, kalau musuh berarti mengandung maksud jahat, tapi mengapa ia tolong suhu."

   Liem Kian Koo merasa pikirannya sangat kalut, ia tak dapat ambil keputusan mengenai daging babi itu.

   Mendadak dari belakang punggungnya berkumandang suara desiian ringan, buru-buru ia berpaling tampaklah diatas pintu telah tercancap secarik kertas.

   ia tidak sempat menerima isi surat itu lagi, buru-buru badannya mengejar keluar namun disana tak nampak sesosok bayangan manusiapun.

   Dalam sekejap mata orang itu bisa menyembunyikan diri tak berbekas, kecepatan geraknya benar-benar sukar dilukiskan dengan kata-kata...

   Dengan membawa perasaan murung ia balik kembali kedapur, dibacanya surat itu yang kira-kira berbunyi.

   "Dalam guci ada arak, diatas tbungku ada dagindg babi, minum daan santaplah debngan hati lega, rombongan berjalan kearah Barat, tidak selang beberapa hari tentu akan ditemui, besok sewaktu melanjutkan perjalanan jangan membawa orang banyak, berjumpa dengan bukit bertanah lumpur hatihati dengan api beracun !". Membaca tulisan itu Liem Kian Hoo jadi tertegun, gaya tulisan itu meminjukan tulisan seorang gadis, siapakah orang itu ? seandainya gadis itu (seumpama dugaannya tidak salah) benar-benar bermaksuk baik dan selalu memberi petunjuk kepadanya, ini berarti kalau ia bukan ke pihak musuh, namun apa sebabnya tingkah laku orang itu penuh terselubung misterius ? Sembari berkata ia masukkan surat tadi ke-dalam saku, kemudian menambahi kayu bakar ke dalam tungku, tidak selang beberapa saat kemudian daging babi diatas kukusan itu sudah matang, bau harum segera tersiar keempat penjuru. Didalam dapur ia menemukan pula seguci arak, kemudian bersama daging babi tadi dihidangkan ketengah ruangan dan santap bersama sama Liuw Boe Hwie, sedangkan peristiwa yang baru di alami tadi sama sekali dirahasiakan didalam hati. Dalam hati kecilnya ia sudah punya perhitungan, dalam persekutuan Tiga Belas sahabat telah bertambah dengan tiga orang gadis, satu adalah Sani, yang lain adalah Lie Hong Hwie dan kemungkinan besar gadis ketiga adalah orang yang meninggalkan surat peringatan kepadanya itu, bahkan kemungkinan besar orang itu masih mengawasi geriknya secara diam-diam.

   "Perduli bagaimanapun juga, aku harus temukan orang itu... Demikianlah, sambil bersantap otaknya berputar terus, selesai bersantap iapun berbaring diatas kursi dengan hati tenang, ujarnya kepada Liuw Boe Hwie sambil tersenyum.

   "Suhu, dewasa ini kita berada disarang musuh, disamping itu harus menjaga pula keselamatan tiga orang yang jauh tidak sadarkan diri, maka kita harus ada salah satu yang tetap berada dalam keadaan segar kini aku mau tidur lebih dahulu. nanti malam kita gantian berjaga-jaga !". Diam-diam Liuw Boe Hwie keheranan atas perubahan sikap sianak muda itu sekembali dari dapur, meski ia tahu tentu sudah terjadi suatu perubahan namun ia tidak banyak bertanya, dengan hati gembira permintaan itupun dikabulkan. Menanti sianak muda itu mendusin dari tidurnya, bintang telah bertaburan diangkasa, kembali ia cari makanan dalam dapur untuk menangsal perut setelah itu persilahkan Liuw Boe Hwie untuk beristirahat. Mrenanti siorang ttua itu sudah pqulas, Liem-Kianr Hoo keluar dari ruangan dan berjalan bolak balik dengan tenaganya dalam halaman. Rembulan bersinar dengan terangnya memenuhi seluruh jagat, bintang bertaburan diangkasa menambah keindahan dimalam itu, angin malam berhembus sepoi sepoi membawa bau harum bunga yang semerbak, suasana bening dan sunyi... Liem Kian Hoo pun lantas mendongak dan bersenandung. suaranya lantang dan penuh semangat sehingga kedengaran amat mempesonakan hati. Ketika sianak muda itu menyelesaikan senandungnya, tiba dari balik kegelapan berkumandang suara pujian.

   "Indah, bagus...". Liem Kian Hoo tertawa dingin.

   "Akhirnya ketahui juga tempat persembunyianmu !"

   Serunya.

   Ia segera enjotkan badan menubruk kearah mana berasalnya suara itu, tampak dari balik kegelapan melayang keluar sesosok bayangan manusia dimana laksana kilat orang itu menyusup ke-dalam gedung.

   Liem Kian Hoo tak mau lepas tangan begitu saja, ilmu meringankan tubuhnya segera dikerahkan mengejar bayangan tadi dengan kencang-nya.

   Dibawah sorotan sinar rembulan nampaklah bayangan manusia itu punya potongan badan yang ramping dan kecil dengan memakai baju warna merah, tidak salah lagi orang itu adalah seorang gadis.

   Ilmu meringankan tubuhnya benar benar amat sempurna, berada diatas atap ia lari dan loncat dengan lincahnya seakanakan sedang berlarian diatas tanah lapang belaka, meskipun sianak muda itu sudah salurkan segenap tenaganya bukan saja berhasil menyusul bahkan jaraknya makin lama tertinggal semakin jauh.

   Setelah melewati atap rumah yang panjang, mereka berlarian disebuah tanah lapang disusul ma suk kedalam hutan maka sulitlah baginya untuk menyusul dalam keadaan buru-buru segera teriaknya.

   "Eeei, kalau kau tidak berhenti juga, jangan salahkan kalau aku hendak melepaskan senjata rahasia !". Ancaman itu sama sekali tidak diguris oleh gadis tadi, kakinya sama sekali tidak mengendor bahkan jauh lebih cepat menyusup kedalam hutan itu. Liem Kian Hoo semakin gelisah, ia merogoh kedalam saku dan melemparkan benda yang sempat disautnya itu kearah depan. Sambitan ini disertai tenaga yang amat dahsyat, tampak serentetan cahaya meluncur kearah punggung orang itu diiringi desiran angin tajam, dalam sekejap mata serangan telah mengancam tiba. Bayangan manusia itu terdesak, terpaksa ia berhenti sambil putar badan menyambut datangnya ancaman. Dalam pada itu Liem Kian Hoo telah menyusul sampai dibelakang orang itu, tangannya langsung berkelebat menyambar lengannya dan dicekal kencang-kencang. Dibawah sorotan sinar rembulan, tampaklah olehnya bahwa orang yang berhasil dicekal barusan bukan lain adalah seorang gadis bahkan seorang gadis yang cantik sekali, wajahnya bulat telur dengan sepasang biji mata yang jeli dan bening ketika itu sedang mengawasi dirinya dengan sinar mata gusar. Merah padam, selembar wajah Liem Kian Hoo buru-buru ia lepaskan cekalannya dan berdiri dengan sikap kikuk, tak tahu apa yang harus di ucapkan dalam keadaan seperti ini. Terdengar gadis itu mendengus lalu tertawa dingin.

   "Aku dengar orang berkata bahwa kau adalah seorang kongcu paling ramah dan paling sopan dikota Wie-Yang, tak disangka kau cuma seorang lelaki hidung belang yang rendah perbuatannya."

   Ia menyindir. Liem Kian Hoo jadi malu sekali, seandainya disitu ada gua tentu ia akan menerobos masuk ke dalam untuk bersembunyi. Setengah harian lamanya ia berdiri termangu-mangu, akhirnya sianak muda itupun berkata.

   "Nona ! maaf, maaf, berhubung bgelisah maka cadyhe telah melakaukan kesalahan,b ada satu hal ingin cahye ucapkan keluar... mutiara tersebut. Kiranya dalam keadaan cemas, Kian Hoo telah menggunakan mutiara diatas hioloo Ci-liong Teng sebagai senjata rahasia, Tampak gadis itu memandang sekejap kearah mutiara dalam genggamannya, lalu tertawa dingin tiada hentinya.

   "Kenapa dengan mutiara ini ?"

   Serunya dingin.

   "Apakah kau takut aku rampas mutiara ini kau pernah berkunjung kerumahku, coba lihat saja bukankah barang yang ada disana jauh lebih berharga daripada mutiaramu ini ?". Seraya berkata sepasang telapaknya dirapatkan seolah-olah hendak menghancur lumatkan mutiara tersebut. Liem Kian Hoo jadi amat cemas, buru-buru teriaknya.

   "Nona, jangan, jangan kau lakukan !".

   "Kenapa tidak boleh ? kau anggap aku tidak mampu mengganti sebutir mutiara tersebut sebagai senjata rahasia untuk menghajar diriku, apakah kau anggap benda ini aku dapatkan karena mencuri ?".

   "Cayhe sama sekali tidak bermaksud demikian tetapi kau harus tahu bahwa mutiara ini ada lah barang keturunan kami...". Mendengar ucapan itu sang gadispun lantai buka telapaknya kembali sambil memperhatikan dengan seksama, tampaklah cahaya mutiara itu tajam sekali bahkan berwarna kehijau hijauan, gadis itu jadi percaya. Namun ketika menyaksikan sikap Kian Hoo yang kikuk sambil tertawa ringan segera ujarnya.

   "Kalau benar benda ini adalah pusaka keturunanmu, mengapa kau gunakan sebagai senjata rahasia ?". Merah padam selembar wajah sianak muda itu.

   "Cayhe belum pernah menggunakan senjata rahasia, berhubung tadi dipaksa oleh keadaan dan takut nona keburu masuk kedalam hutan maka aku gunakan benda ini untuk mengejar dirimu, harap nona jangan marah dan suka mengembalikan kepadaku".

   "Mengapa kau kejar diriku ? ". Liem Kian Hoo tertegun, kemudian dengan rada sangsi katanya.

   "Sambitan tusuk gigi dalam ruabng tengah sertad meninggalkan saurat peringatanb didapur apakah hasil karya nona ?".

   "Menurut dirimu ?".

   "Cayhe rasa kecuali nona tak mungkin perbuatan itu adalah hasil karya orang lain !". Mendadak senyuman yang menghiasi bibir dara itu lenyap tak berbekas, ia mendengus dingin.

   "Kalau kau sudah tahu bahwa perbuatan itu adalah hasil karyaku, mengapa kau tega bertindak keji kepadaku ? apakah aku pernah melakukan hal hal yang merugikan kalian ?". Ucapan ini membuat Liem Kian Hoo merasa serba salah, tapi berhubung kesalahan terletak pada dirinya, terpaksa dengan suara lirih katanya.

   "Terhadap perhatian serta cinta kasih nona terhadap kami, cayhe merasa amat berterima-kasih !".

   "Sungguh istimewa caramu menyatakan rasa terima kasih kepadaku."

   Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Seru dara itu kembali sambil tertawa dingin.

   "Tanpa mengucapkan sepatah katapun melepaskan senjata rahasia, bahkan serangan dilancarkan dengan kekuatan dahsyat, seandainya kepandaianku rada cetek bukankah punggungku sejak tadi sudah berlubang ditembusi senjata rahasiamu ?". Terpaksa Liem Kian Hoo tertawa jengah.

   "Walaupun serangan yang cayhe lancarkan terlalu kasar, namun aku percaya nona tidak bakal terluka "

   Katanya.

   "Sebab ditinjau dari gerakan tubuh nona yang amat sebat, hal ini menunjukkan kalau ilmu silat yang nona miliki luar biasa sekali.". Dara itu tertawa dingin.

   "Hmm, pandai benar kau mengucapkan kata-kata yang manis."

   Serunya.

   "Aku ingin bertanya kepadamu, sewaktu kau hendak melepaskan mutiara itu, apakah kau sempat memikirkan persoalan-persoalan itu ?"

   Sianak muda itu jadi tertegun, bicara sejujurnya sesaat melepaskan senjata rahasia tersebut ia memang tidak sempat memikirkan soal itu, yang terpikirkan olehnya ketika itu hanyalah bagaimana caranya untuk menghalangi pihak lawan masuk kedalam hutan.

   Menyaksikan siarnak muda itu titdak sanggup menqjawab pertanyaarnnya, gadis ini marah sekali, ujarnya dengan nada dingin.

   "Terhadap kalian aku sudah bersikap sungkan, siapa sangka sebagai balasan kau bersikap begini kasar kepadaku, hmmm, hitung-hitung sepasang mataku telah salah melihat orang. Cisss, kau masih bisa-bisanya minta kembali mutiara itu dari tanganku !"

   Liem Kian Hoo semakin kikuk sampai-sampai tak sanggup bicara, gadis itu semakin tak mau kendorkan sindirannya, ia berkata kembali.

   "Mutiara ini aku dapatkan dengan andalkan kepandaianku kalau kau ingin mendapatkannya kembali, tiada halangan kaupun merampas dengan andalkan kepandaianmu pula !". Liem Kian Hoo malu sekali, merah padam wajahnya seraya menjura dalam dalam kearah gadis itu katanya.

   "Nona pernah melepaskan budi pertolongan kepada guruku, bagaimanapun juga cayhe tidak berani menyalahi diri nona, seandainya nona tidak ingin mengembalikan mutiara itu, cayhepun tidak berani memaksa, hanya tolong nona suka menjawab secara jujur, apakah nona telah menggabung kan diri dengan Tiga Belas Sahabat ?".

   "Apa sangkut pautnya urusan ini dengan di rimu ?"

   "Sebagian besar orang yang ikut serta dalam, perserikatan Tiga Belas sahabat merupakan manusia-manusia rendah dari Kangouw, seandainya nona turut serta dalam perserikatan itu cayhe nasehati diri nona lebih baik cepat-cepat mengundurkan diri, sebab cayhe sudah bersumpah tidak akan berdiri berdampingan dengan Tiga Belas Sahabat, kemungkinan besar dikemudian hari aku akan membalas budi nona dengan perbuatan diluar dugaan !"

   "Aku sih tidak termasuk diantara Tiga Belas Sahabat, cuma aku punya sedikit hubungan dengan, mereka."

   "Kalau begitu bagus sekali, diantara Tiga-Belas Sahabat tak seorangpun termasuk manusia budiman, seandainya nona memang tidak tergabung dengan mereka, hal ini merupakan suatu keberuntungan yang sangat besar, anggap, saja mutiara itu sebagai hadiahku kepada diri nona suka menyanggupi satu permintaanku ! ".

   "Apa permintaanmu itu ?".

   "Meskipun mutiara ini adalah mustika keturunanku, namun mempunyai hubungan yang sang at erat dengan Hioloo Ci- Liong Teng, hioloo pusaka itu telah berhasil dirampas oleh Kauw Heng Hu dengan akalnya, namun sebelum memperoleh mutiara ini ia tak akan berhasil mendapatkan ranasia ilmu silat yang tertera diatas dinding hioloo tadi, maka dari itu cayhe hanya berharap agar mutiara ini jangan sampai terjatuh ketangan Kauw-Heng Hu daripada memberi sayap bagi harimau ganas dan menerbitkan banyak bencana di kemudian hari". Selesai berkata ia menjura dalam-dalam kemudian putar badan dan berlalu, hal ini membuat gadis itu jadi tertegun. Baru puluhan tombak si anak muda itu berlalu mendadak dari arah belakang berkumandang datang jeritan kaget, buruburu ia berpaling, tampaklah di sisi dara itu telah bertambah dengan seorang perempuan berbaju hitam, tangannya mencengkeram diatas urat nadi dara itu dengan maksud merampas mutiara dalam genggamannya sedangkan gadis itu sedang meronta dengan sekuat tenaga. Menyaksikan kejadian itu. Liem Kian Hoo jadi sangat terperanjat buru-buru ia maju menghampiri sambil membentak keras.

   "Siapa kau ? apa maksud tujuanmu ? ayoh cepat lepaskan cengkeramanmu."

   Perempuan berbaju hitam itu berpaling dan memandang sekejap kearahnya dengan pandangan dingin, lalu mendengus.

   "Keparat cilik, ayoh enyah dari sini, lebih baik jangan mencampuri urusan orang lain !". Perempuan berbaju hitam itu berusia kurang lebih tiga puluh tahunan, paras mukanya agak mirip dengan dara tersebut, hanya diantara alisnya terselip kerutan yang menunjukkan kebengisan jiwanya. Dalam pada dara manis tadi telah terjatuh, ketangan perempuan itu, namun ia bersikeras mem pertahankan dirj, mutiara tersebut dicekal erat-erat dan bagaimanapun juga tak mau lepas tangan meskipun ia tak tahu apa hubungan mereka berdua, namun sianak muda ini tidak ingin menyaksikan mutiaranya terjatuh ketangan orang lain, segera tubuhnya maju kedepan dan membabat tubuh perempuan berbaju hitam itu. Gerak gerik perempuan berbaju bhitam itu gesitd sekali, kakinyaa sedikit bergebser tahu-tahu ia sudah berkelit bersama-sama dara itu, laksana kilat pula tangannya balas melancarkan sebuah totokan kearah iga Liem Kian Hoo. Angin serangan belum mengenai tubuhnya namun desiran angin tajam yang menyambar lewat sudah terasa amat memusuk badan, buru-buru si anak muda itu berkelit kesamping, tanpa terasa sepasang tangannya pun perlihatkan jurus "

   Giok-Sak-Ci Hun "

   Yang ampuh itu.

   Agaknya siperempuan berbaju hitam itu tahu kelihayannya, buru-buru ia tarik tubuh dara manis itu untuk dilintangkan didepan badannya.

   Dara itu memandang sekejap kearah Kian-Hoo, sinar matanya penuh diliputi kemurungan, hal ini membuat sianak muda itu tidak tega dan gagal melancarkan serangan, sebab apabila ia melepaskan pukulan juga niscaya gadis itu akan terluka lebih dahulu.

   Terdengar perempuan berbaju hitam itu tertawa dingin kembali, kepada gadis itu bentaknya.

   "Bwce Cie ! kalau kau tidak mau lepas tangan, jangan salahkan kalau aku tidak akan bertindak sungkan lagi kepadamu !.."

   Gadis itu menggertak gigi bungkam dalam seribu bahasa.

   Melihat gadis itu tidak memberikan reaksi-nya, perempuan berbaju hitam itu jadi sangat marah, telapaknya langsung membabat kearah pergelangannya keras-keras, jelas ia ada maksud menghancurkan tangan itu.

   Liem Kian Hoo jadi sangat kaget, buru-buru ia maju kedepan siap menangkis datangnya babatan tersebut.

   Siapa sangka gadis itu tiba-tiba gertak gigi sambil membalik telapaknya melancarkan sebuah serangan menghantam Liem Kian Hoo yang sedang maju menjongsong, angin pukulan yang keras itu seketika memaksa tubuh sang anak muda tergetar mundur beberapa langkah kebelakang.

   "Braaaaaak.... !"

   Pada saat yang bersamaan telapak siperempuan berbaju hitam itupun sudah bersarang telak diatas pergelangannya.

   Liem Kian Hoo sangat terperanjat ia tidak habis mengerti apa sebabnya gadis itu menghalangi niatnya untuk membantu, bahkan rela membiarkan pergelangannya terhajar.

   Siapa sangka kejadian ternyatab berlangsung didluar dugaan, baacokan perempuanb berbaju hitam itu bukan saja tidak melukai tubuh gadis itu, sebaliknya ia malah berhasil meloloskan diri dari cengkeramannya bahkan perempuan berbaju itu malah mundur kebelakang sambil memegang telapak sendiri, agaknya ia menderita luka parah pada telapaknya itu.

   "Bibi ! "

   Ujar gadis itu dengan wajah adem..."

   "Sejak ayah meninggal dunia, keluarga Ong kita tinggal dua orang perempuan belaka, selama ini aku selalu anggap dirimu sebagai seorang angkatan yang lebih tua dan mendengarkan semua perkataanmu bahkan terhadap perbuatanmu yang bersahabat dan bersekongkel dengan manusia jahatpun aku paksakan diri untuk tidak ikut campur selama ini aku selalu mengalah kepadamu, hal ini bukan berarti aku jeri kepadamu.". Perempuan berbaju hitam itu melengak beberapa saat lamanya, kemudian baru berseru dengan penuh kebencian.

   "Lonte cilik, ! tidak aneh kalau beberapa saat belakangan ini kau tidak sehormat dan sepatuh seperti tempo dulu, kiranya secara diam-diam kau telah mempelajari ilmu memindahkan jalan darah dari keluarga Ong kita. Hmm ! setan tua itu pandai benar membohongi diriku, katanya kitab pusaka tersebut telah dibakar habis oleh ibumu, kiranya secara diam diam ia telah wariskan kepandaian tersebut kepadamu.".

   "Kitab pusaka tersebut benar-benar telah dibakar oleh ibuku, Ayahpun tidak berhasil mendapatkan keseluruhan, ia cuma mewariskan garis besarnya belaka.".

   "Sekalipun cuma garis besarnyapun sudah cukup, aku adalah adik kandungannya namun ia tidak ambil perduli, sejak ibumu dibawa pulang kerumah, ia tak pernah anggap aku sebagai saudara kandungnya, Hmm, sampai matipun ia masih tinggalkan serangkaian ilmu silat agar angkatan yang lebih rendah dapat menganiaya diriku.".

   "Omong kosong ! "

   Bentak gadis itu gusar.

   "Ayah selalu menperhatikan dirimu, ia selalu menyayangi dirimu, kecuali ilmu silat, belum pernah ia tidak turuti kemauanmu ".

   "Hmmm ! semuanya itu cuma palsu belaka ia ada maksud mengangkangi ilmu silat keturunan keluarga Ong kita, ia tidak bermaksud untuk wariskan kepandaian itu kepadaku, dan ia ada maksud serakah r!".

   "Ayah sama tsekali tiada maqksud serakah darn ingin monpoli ilmu silat tersebut bagi dirinya sendiri, ia sudah merasakan akan watak keji dan telengasmu, ia takut setelah kau berilmu silat lihay lantas memakai kepandaian untuk mencelakai orang, maka sebelum ajalnya beliau ajarkan sebagian dari ilmu silat tersebut harus kuwariskan kepadamu !".

   "Tahun dulu aku sudah menikah, kenapa kau masih rahasiakan kepandaian tersebut ?"

   Teriak perempuan berbaju hitam itu dengan nada gusar.

   "Harus aku lihat dahulu kau kawin dengan siapa, hmmm ! manusia macam itupun pantas jadi suamimu"

   Teriak gadis itu pula dengan nada gusar.

   "Sejak bangsat itu tiba dirumah belum pernah ia lakukan perbuatan baik, apalagi beberapa waktu belakangan ia sudah membawa datang sekelompok kaum gembong iblis serta sampah masyarakat kerumah kita. Sebuah keluarga yang baik telah ia jadikan tidak karuan."

   "Kurangajar, kau berani mencampuri urusanku...".

   "Bibi ! inilah terakhir kalinya aku sebut dirimu dengan sebutan tersebut, tadi kau telah putuskan hubungan kita dengan babatan telapakmu, dus berarti hubungan kitapun habis sampai disini seandainya kau berani melakukan perbuatan jahat lagi, jangan salahkan kalau aku hendak memusuhi dirimu !". Dengan penuh kegemasan perempuan berbaju hitam itu melirik sekejap kearahnya lalu melirik pula kearah mutiara tersebut dengan sinar mata ke semsem.

   "Lonte cilik ! dewasa ini anggap saja kau lebih lihay, namun kalau kau ingin musuhi diriku masih terlalu pagi untuk dibicarakan Kauw Heng Hu terus menerus ingin dapatkan rahasia dalam hioloo Ci-Liong~Teng, seandainya mutiara itu ma sih ada ditanganmu, cepat atau lambat kau bakal merasakan kelihayannya !". Selesai bicara ia jejak kakinya dan lenyap dibalik hutan. Dari pembicaraan kedua orang itu Liem Kian Hoo pun dapat meraba hubungan antara kedua terang itu, namun ia tidak ingin menyela pembicaraan mereka berdua, menanti siperempuan berbaju hitam itu sudah berlalu ia baru berjalan menghampiri Ong Bwee Chi sidara manis itu. Dalam pada Ong Bwee Chi sedang mengucurkan air mata, melihat ia maju mendekat segera serunya.

   "Nih, ku kembalikan mustikaku !". Liem Kian Hoo melengak, namun segera ujarnya sambil tertawa.

   "Nona Ong ! aku datang tidak dengan maksud minta kembali mutiara itu !...".

   "Aku tahu, tapi benda ini punya sangkut pa ut yang amat besar dengan situasi dunia persilatan, aku tidak ingin mewakili dirimu menanggung resiko ini lagi !"

   Setelah mendengar perkataan ini, mau tak mau Liem Kien Hoo terpaksa harus menerima kembali mutiara itu, setelah menyimpan benda itu kedalam sakunya ia berkata dengan penuh rasa menyesal.

   "Demi mutiara ini, memaksa nona harus bentrok dengan bibi sendiri, cayhe merasa sangat menyesal dengan kejadian ini.". Tiba-tiba Ong Bwee Chi menyeka air mata dan tertawa.

   "Soal ini tak bisa menyalahkan dirimu"

   Katanya.

   "

   Kesemua ini akulah yang tidak benar, Sebenarnya kalau mengikuti pesan ayahku, setelah aku bersalah melatih kepandaian tersebut maka aku diwajibkan membinasakan dirinya dengan cara apapun, namun aku tidak tega turun tangan, maka timbullah banyak kesulitan bagi diriku sendiri !".

   Ucapan ini sangat mengejutkan Liem Kian Hoo, sebelum ia sempat bertanya, sambil tertawa getir Ong Bwee Chi telah berkata kembali.

   "Kau tentu punya firasat bahwa ayahku adalah seorang yang kejam dan telengas bukan, sehingga saudara kandung sendiripun hendak dibunuh.".

   "Sebelum cayhe mengerti duduknya perkara, tidak berani aku mengambil segala macam perbandingan bagi ayahmu !".

   "Aaaaai ! padahal dalam soal ini tak dapat salahkan ayah, sejak semula ia sudah ada maksud berbuat demikian namun selama itu pula ia harus korbankan jiwa sendiri, maka sewaktu tugas ini ia serahkan kepadaku, wajahnya menunjukkan perasaan sedih yang tiada taranya...".

   "Dapatkah nona jelaskan duduknya perkara yang sebenarnya ?"

   Seru Liem Kian Hoo dengan hati kaget dan tercengang.

   "Aaaai ....! kalau dibicarakan kejadian ini merupakan peristiwa jelek dari keluarga Ong kami, mendiang ayahku bernama Ong Beng Siang, walaupun sejak kecil belajar silat namun selalu memegang teguh peraturan nenek moyang kami, belum pernah beliau tampil didalam dunia persilatan maka namanya tidak dikenal oleh siapapun.".

   "Ditinjau dari kepandaian yang nona miliki, ayahmu pasti seorang jago yang maha sakti tukas sianak muda itu tak tahan.

   "Seandainya ia suka berkelana dalam dunia persilatan, tidak sulit untuk angkat nama jadi seorang pendekar yang tersohor !".

   "Sudahlah, jangan kau berkata demikian, jusrtu karena hal inilah mengakibatkan orang tuaku mengalami celaka... baiklah, akan kuceritakan peristiwa ini sejak kakekku meninggal maka tinggallah ayahku serta seorang adik perempuan yang berusia sangat muda, dia bukan lain adalah Bibi Giok Yong yang barusan kau jumpai, karena ayahku tak ada saudara lain maka terhadap adik perempuannya ini ia selalu manja dan sayang luar biasa, sejak kecil ia sudah diberi dasar ilmu silat yang kokoh, namun bibi Giok Yong tidak sependapat dengan cara ayahku mengasingkan diri, ketika berusia lima belas tahun diam-diam ia sudah ngeloyor pergi dan berbuat sewenang-wenang ditempat luaran dengan andalkan kepandaian keluarga sehingga ia dikenal orang sebagai Hek-Swie Sian atau bunga Swie-Sian hitam !".

   "

   Aaaah, kiranya Hek Swie-Sian adalah dirinya, aku dengar perbuatannya keji sekali, ia pernah membinasakan banyak jago sakti, dan malang melintang selama lima enam tahun dalam dunia persilatan, bahkan namanya sejajar dengan si bunga mawar putih, kemudian entah apa sebab namanya lenyap dari dunia persilatan".

   Ong Bwee Chi mengangguk.

   "

   Aku sendiripun tidak tahu duduk perkara yang sebenarnya, aku cuma tahu kalau ditempat luaran ia telah bertemu dengan seorang lawan tangguh dimana ia dipaksa untuk menyembunyikan diri, setelah pulang kerumah ia ribut dan recoki ayahku untuk memberi pelajaran ilmu silat yang lebih dalam, ayah tidak tega menolak permintaannya lagipula tidak ingin ia terjun kembali kedalam dunia persilatan, maka sengaja ia beri pelayaran beberapa ilmu silat yang sukar dilatih dan mengurungnya dirumah, pada waktu itu ibuku belum lama kawin dengan ayah, diam-diam ibu dapat melihat kekejian diatas raut wajahnya, dikemudian hari ia pasti akan banyak melakukan kejahatan, maka demi kebaikannya diamdiam ia kasi peringatan kepada ayahku agar jangan wariskan ilmu pemindahan jalan darah yang paling lihay kepadanya."

   


Rahasia Kampung Setan -- Khu Lung/Tjan Id Naga Kemala Putih -- Gu Long Pisau Kekasih Karya Gu Long

Cari Blog Ini