Ceritasilat Novel Online

Pedang Bunga Bwee 8


Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID Bagian 8



Pedang Bunga Bwee Karya dari Tjan I D

   

   "Liem heng, berhati hatilah sedikit, jangan gegabah, bajingan tua itu licik dan punya banyak akal, hati-hati jangan sampai dipecundangi olehnya !". Selesai memberi nasehat kepada sianak muda itu, kembali Bwee Chi beserta lantang kearah pintu luar.

   "Aku tidak pengin ngerti akan permainan setanmu itu, dengan meninjau dari mayat hidup yang berhasil kau ciptakan itu, aku berani memastikan bahwa kau adalah seorang manusia laknat yang berhati keji, telengas dan buas !". Suara tertawa dingin berkumandang keluar dari balik pintu, kemudian disusul dengan suara helaan napas rendah. Suara helaan napas ini membuat Liem Kian Hoo tertegun, kepada Ong Bwee Chi ia segera ber bisik.

   "Nona Ong, setelah bajingan tua itu kau maki agaknya ia merasa rada menyesal, aku lihat ia masih punya liang sim dan tidak kejam sama sekali."

   Ong Bwee Chi hanya menggeleng dengan hati berat, bersama sama dengan Liem Kian Hoo mereka berjalan kedepan lambat dan masuk kedalam sebuah ruang batu, tempat itu merupakan ruang batu yang kesepuluh.

   Dalam ruang tersebut terlentang sebuah peti mati terbuat dari tembaga, penutup peti mati itu terbuat dari kaca yang bening dan bersih sehingga isi dari peti mati tersebut dapat terlihat jelas.

   Tampaklah dasar peti mati dilapisi oleh kain sutera yang halus dan didalamnya berisi seorang gadis muda tidur terlentang didalam peti mati itu.

   Gadis tersebut mempunyai paras muka yang amat cantik, membuat setiap orang yang memandang segera timbul perasaan sayang dan simpatik hanya saja kulit tubuh serta air mukanya pucat pias bagaikan mayat, begitu putih seolah-olah sebuah patung yang terbuat dari pualam putih.

   Suasana dalam ruang batu ini jauh berbeda dengan ruangruang batu lainnya, mutiara sebesar telur itik tersebar diempat penjuru dan memancarkan cahaya yang berkilauan, membuat sinar mutiara yang ada ditangan Kian Hoo kelihatan jadi redup dan samar-samar.

   Empat penjuru sekeliling peti mati tembaga itu bertaburan intan permata dan mutiara yang mahal harganya, namun benda-benda berharga itu tak ada yang bisa menangkan harga dari batu kumala putih yang tergantung dbidepan dada gaddis-tersebut.

   Baatu kumala tersebbut berbentuk bagaikan bunga bwee, ukirannya nyata dan indah terutama sekali cahaya putih bersih yang memancar keluar dari batu kumala tersebut, membuat pakaian warna putih yang dikenakan gadis tersebut serta kulit tubuhnya yang bersih kelihatan semakin cemerlang dan semakin menawan.

   Sejak Liem Kian Hoo serta Ong Bwee Chi melangkah masuk kedalam ruang batu itu dan menyaksikan senyuman manis yang tersungging di bibir gadis dalam peti mati itu, entah apa sebabnya tiba-tiba mereka berdua merasakan hatinya amat tenteram, napsu membunuh yang semula menyelimuti mereka berdua kini tersapu lenyap tak berbekas.

   Ong Bwee Chi lah mula-mula yang menjerit kaget lebih dahulu, terdengar ia berseru.

   "Tidak aneh kalau ilmu pertabiban yangdi miliki tua bangka itu sangat lihay dan luar biasa ternyata ia berhasil mendapatkan kumala mustika yang bisa menyoroti tubuh manusia serta memberikan penglihatan yang jelas atas perubahan dalam isi tubuh manusia. Agaknya Liem Kian Hoo sudah dibikin terpesona oleh kecantikan wajah gadis yang ada di dalam peti mati itu, ia berdiri termangu-mangu dan bungkam dalam seribu bahasa.

   "Eeeei Liem heng, kenapa kau ?"

   Ong Bwee Chi segera menegur sambil menjawil tangannya. Liem Kian Hoo tersentak kaget dan segera sadar dari lamunannya, ia menghela napas panjang.

   "Aaaai...! sepanjang hidup entah sudah berapa banyak gadis cantik yang berhasil cayhe jumpai, namun kalau dibandingkan dengan gadis yang ada didalam peti mati ini boleh dikata bagaikan langit dan bumi! kecantikan wajah macam ini benar-benar luar biasa sekali sehingga sukar bagiku untuk melukiskan dengan kata-kata...". Meskipun Ong Bwee Chi sendiripun mengakui bahwa kecantikan wajah gadis dalam peti mati itu luar biasa, namun sehabis mendengar ucapan dari sianak muda itu tak urung timbul juga rasa cemburu yang sukar dilukiskan dengan kata kata dalam hati kecilnya. Lama sekali ia termenung kemudian baru tertawa hambar.

   "Cantiknya sih cantik, sayang hanya sesosok mayat yang cantik, bagaimanapun juga sesuatu yang tak bernyawa merupakan hal yang tidak cantik..."

   Liem Kian Hoo bungkam seribu bahasa. Mendadak dari luar ruangan berbkumandang datandg gelak tertawaa dingin seseorabng, disusul suara jengekan yang amat parau.

   "Kalian benar-benar punya mata tak berbiji hanya membedakan mana yang hidup dan mana yang matipun tak bisa !". Sepasang muda mudi itu tertegun mereka segera memeriksa lebih saksama lagi, sedikitpun ti dak salah gadis cantik itu benar-benar belum mati, dibawah sorotan cahaya kumala berwarna putih tampaklah jantungnya yang berwarna biru mu da itu masih berdenyut dengan lirihnya. Liem Kian Hoo jadi sangat terperanjat segera teriaknya.

   "Apabila ia benar-benar belum mati, mengapa kau kubur dia hidup-hidup didalam peti mati itu ?". Walaupun si kakek tua itu tidak hadir didalam ruangan, namun jelas ucapan ini ditujukan kepadanya. Terdengar dari balik kegelapan berkumandang keluar suara helaan napas lirih, begitu lirih suaranya sehingga sukar ditangkap dengan jelas.

   "Apabila tidak melihat, aku tak mau tahu tapi kini setelah melihat aku tidak akan berpeluk tangan belaka."

   Teriak Liem Kian Hoo penuh kegusaran.

   "Bagaimanapun juga aku tidak akan membiarkan kau menyiksa seorang gadis yang begitu cantik didalam peti mati tersebut, sekarang juga aku hendak menolong dirinya keluar !"

   "Jangan...!"

   Jeritan kaget berkumandang keluar dari luar pintu ruangan.

   Namun teriakan itu terlambat setindak, telapak sianak muda itu sudah berhasil menghancurkan batu-batu permata yang memenuhi sekeliling penutup peti mati itu sehingga muncul sebuah celah.

   Liem Kian Hoo tidak berani berayal lagi, ia segera kerja keras membuka penutup peti mati itu.

   Sesosok bayangan berwarna abu abu melayang masuk kedalam ruangan, sebuah serangan segera dilepaskan menghajar Liem Kian Hoo.

   Ong Bwee Chi yang ada disisi sianak muda itu segera bekerja cepat, pisau belati yang berada dalam genggamannya segera dibabat mengancam jari jari tangan bayangan berwarua abu abu itu.

   Gerak gerik tigra orang itu diltakukan dengan kqecepatan laksanra kilat, bahkan boleh dikatakan dalam waktu yang bersrmaan, kilatan cahaya tajam dari pisau belati Ong Bwee Chi bergerak lebih duluan, dengan telak ia berhasil membabat jari tangan orang itu.

   "Traaaang !"

   Terdengar suara bentrokan nyaring, ternyata jari tangan orang itu keras bagaikan baja, bukan saja tidak berhasil disampok sampai terpental kebelakang.

   Namun dengan adanya hadangan ini maka serangan yang dilancarkan orang itupun jadi rada terlambat.

   Liem Kian Hoo kerahkan tenaganya mengangkat penutup peti mati yang terbuat dari kaca itu lalu mendorongnya kesamping.

   Menyaksikan peti mati itu sudah terbuka, kakek berbaju abu-abu itu depak depakkan kakinya keatas tanah dan menghela napas panjang.

   "Habis ! habislah sudah jerih payah loohu selama banyak tahun telah hancur berantakan dalam sedetik oleh kalian dua orang angkatan muda yang tahu diri !". Pada Kesempatan itulah Liem Kian Hoo serta Ong Bwee Chi baru sempat melihat jelas wajah kakek tua itu mereka saksikan kakek tua yang berdiri dihadapan mereka saat ini berwajah penuh welas kasih, perduli ditinjau dari sudut manapun ia tidak mirip dengan seorang manusia keji yang berhati telengas dan suka berbuat ganas. Sepasang mata kakek berbaju abu abu itu mengawasi gadis cantik yang ada didalam peti mati itu dengan sinar mendelong, lama sekali tiba-tiba ia mengucurkan air mata dan bergumam seorang diri.

   "Aku sama sekali tidak menyangka kalau tenaga dalam yang dimiliki kedua orang bocah cilik itu demikian sempurna, sungguh tak kuduga kalau mereka bisa menghancurkan peti mati kaca yang kubuat dengan susah payah dan membuang banyak waktu dan tenaga, Aaaaai ! kesemuanya adalah salahku mengapa terlalu memandang rendah kekuatan mereka !". Liem Kian Hoo tidak mengerti apa sebabnya sitakek tua itu bisa begitu bersedih hati, namun ketika ia teringat akan perbuatan perbuatan terkutuknya yang mengerikan serta mendirikan bulu roma itu, hawa gusarnya segera berkobar kembali.

   "Ciiisss ! hey, bajingan tua, apakah kau she-Ban !"

   Hardiknya keras-keras.

   "Loohu Ban Sioe Sim !"

   Jawab kakek berbaju abu abu itu dengan nada gusar pula.

   "pelbagai tokoh sakti kenamaan dari dunia persilatan akan bersikap menghormat apabila berjumpa dengan loohu, kau keparat cilik berani benar bersikap kurangajar kepadaku !". Tiba-tiba Liem Kian Hoo tertawa.

   "Ditinjau dari perbuatan-perbuatanmu yang terkutuk, mengapa aku harus bersikap sungkan kepada kau bajingan tua ?"

   Jengeknya.

   "Keparat cilik yang tak tahu diri ! apabila mengikuti tabiat loohu diwaktu lampau, apabila tidak kuhancur lumatkan tubuhmu. aku bersumpah tidak akan jadi manusia !"

   Teriak Ban Sioe Sim semakin gusar. Liem Kian Hoo pun tertawa dingin semakin sinis.

   "Bajingan tua !"

   Teriaknya.

   "Dengan perbuatanmu yang begitu keji dan telengas pada saat ini, aku rasa tidak jauh lebih bagus dari pada perbuatanmu pada masa silam !".

   "Keparat cilik kau menuduh aku berhati kejam dan berbuat telengas, dengan dasar bukti apakah kau menuduh aku yang bukan bukan ?".

   "Apa gunanya kuterangkan kembali ? sejak aku masuk kedalam ruang batu ini, apa yang kulihat, apa yang kujumpai semuanya merupakan peristiwa berdarah yang sangat mengerikan sehingga mendirikan bulu roma..."

   "Hmmm ! kau maksudkan tentang Tan Loo toa beserta putrinya ?".

   "Mereka cuma salah satu bagian belaka, di dalam gentong gentong besar itu kau simpan potongan tangan serta potongan kaki dalam jumlah banyak, entah sudah berapa puluh orang yang telah kau bunuh ? sudah berapa banyak manusia yang kau celakai ?".

   "Hmmm ! Hmmm ! keparat cilik, apa yang kau pahami ? kentut busuk !"

   Maki Ban Sioe Sim sambil menahan hawa gusarnya.

   "Berhubung Tan Loo toa berhasibl menolong aku duntuk menangkapakan seekor ularb raksasa berusia seratus tahun, maka akupun ingin membalas kebaikan mereka dengan memperpanjang usia mereka berdua, Darah A-Kim sudah mengandung racun ular, maka sengaja aku membiarkan darah kotornya dihisap oleh kelelawar putih itu sehingga ia bebas dari kematian, sedangkan Tan-Loo-toa menderita sakit jantung lain yang lebih sempurna.".

   "Omong kosong."

   Teriak Kian Hoo keras-keras.

   "Dengan kemampuan yang loohu miliki, apakah berbuat begitupun tidak mampu ?"

   Maki Ban Sioe Sim dengan mata melotot. Liem Kian Hoo tertegun. setelah ragu-ragu sesaat ia baru berkata.

   "Walaupun secara dipaksakan kau bisa menghindarkan diri dari tuduhan dua kejahatan tersebut, lalu bagaimana pula alasanmu tentang anggota-anggota badan yang ada didalam gentong ?"

   "Hmmm ! mau percaya atau tidak terserah pada dirimu sendiri, anggota anggota badan itu aku potong dari tubuh mayat-mayat yang sudah tak bernyawa, Loohu berusaha untuk menjaga keutuhan serta kesegaran benda tadi agar bisa digunakan untuk menolong orang bilamana diperlukan !". Dalam hati Liem Kian Hoo tidak pcrcaya, namun ia tidak berhasil menemukan alasan yang tepat untuk membantah ucapannya itu, sebab ia pernah menyaksikan keadaan dari Loo Sian Khek maka terhadap kemampuan dari siorang tua itu ia tak berani menyangsikan. Setelah berpikir sebentar, ia berkata kembali.

   "Lalu mayat hidup yang barusan kau utus untuk menyerang kami, sedikit banyak tentu merupakan korban yang barusan kau bunuh bukan ?". Dengan menggeleng cepat Ban Sioe Sim menggeleng.

   "Selama dua puluh tahun Loohu belum pernah membinasakan seorang manusia hiduppun, batok kepala itu aku dapatkan sebagai hadiah dari seorang sahabat yang memberikan kepadaku !"

   "Siapakah sahabatmu itu ?"

   Tanya sang anak muda dengan hati rada bergerak.

   "Keparat cilik, kau suka benar mencampuri urusan orang lain, apakah nama sahabatku itupun harus kuberitahukan kepadamu ?".

   "Asalkan kau suka mengatakan sbiapakah sahabatdmu itu, dan apaa sebabnya ia mebmbunuh Loo Sian Lhek maka aku akan segera dapat memastikan apakah kau seorang manusia lurus atau kah seorang manusia sesat !".

   "Sepanjang hidup loohu berbuat dan bekerja yang kucari hanyalah ketenteraman hati, aku tidak akan memperdulikan orang menilai aku seorang manusia lurus atau seorang manusia sesat!".

   "Apabila dalam hatimu tiada setan, mengapa tidak berani kau utarakan semua perbuatan-perbuatanmu kepada orang lain !".

   "Hmmm ! orang itu tidak lebih hanyalah seorang sahabat karibku yang sudah terjalin puluhan tahun lamanya, kedua belah pihak ada niat untuk bersahabat namun tidak membicarakan soal nama, Orang itu mendatangi ketempat tinggal loohu bersama seorang perempuan disamping mohonkan pengobatan buat perempuan itu diapun membawa serta batok kepala ini, katanya dia adalah seorang penghianat yang tidak setia dan tidak jujur.".

   "Aaaaah ! Kalau begitu ayahku benar-benar sudah datang kemari, sekarang ia berada di mana ?"

   Seru Kian Hoo tak kuasa lagi.

   "Siapakah ayahmu ? kau maksudkan Giok-Bin-Lang-Koan ?"

   Tanya Ban Sioe Sim dengan wajah berubah. Liem Kian Hoo berdiri tertegun.

   "Ayahku adalah Liem Koei Lin, beliau membawa Toan Kiem Hoa Toan loocianpwee dari wilayah Biauw sengaja datang kemari untuk mengobati racun Hua Kut Sang yang bersarang ditubuhnya, aku tidak tahu kalau dia orang tua punya gelar Giok Bin Lang Koen !". Dengan seksama Ban Sioe Sim mengawasi si anak muda itu dari atas hingga kebawah, kemudian baru berteriak dengan nada tercengang.

   "Kalau dipandang dari potongan wajahmu, ada beberapa bagian kau memang mirip dengan sahabat karibku itu, hanya saja sewaktu aku bersahabat dengan Giok Bin Lang Koen tempo dulu, aku sama sekali tidak tahu kalau ia bernama Liem Koei Lin !".

   "Seandainya perempuan yang kau obati adalah Toan cianpwec, maka orang yang bernama Giok Bin Lang Koen pastilah ayahku !".

   "

   Hmm ! Giok Bin Lang Koen bisa mempunyai seorang putra yang demikian baik seperti kau.

   kejadian ini bernarbenar meruptakan suatu periqstiwa yang paturt dibanggakan !".

   Dari perubahan air muka siorang tua itu, Kian Hoo sadar bahwa Ban Sioe Sim masih menaruh amarah terhadap dirinya, buru-buru dengan sikap menghormat ia berkata.

   "Siauw-tit tidak tahu kalau empek Ban andalan sahabat karib ayahku, harap empek suka memaafkan semua perbuatan perbuatan siauw-tit yang lancang dan kurang hormat itu !".

   "Hmm! kau masih mencurigai aku adalah seorang manusia yang berhati keji serta seorang manusia yang suka berbuat pekerjaan telengas, sadis dan buas ?".

   "Dengan perbuatan Loo-pek selama ini, bilamana tidak diberi penjelasan yang seksama, dalam hati Siauw-tit benarbenar masih kebingungan dan tidak habis mengerti !". Air muka Ban Siu Sim berubah hebat, setengah harian kemudian ia baru menghela napas panjang.

   "

   Aaaaai...

   sudah, sudahlah ! dengan ayahmu kau memang sepasang manusia yang punya watak sama, Tempo dulu sewaktu ia bertemu dengan aku untuk pertama kalinya, iapun pernah menaruh salah paham terhadap tingkah laku serta perbuatanku bahkan ada maksud untuk membinasakan diriku dari muka bumi, Namun setelah kuberi penjelasan yang panjang lebar akhirnya ia bisa mengerti juga akan tabiatku yang sebenarnya.

   Sungguh tak disangka puluhan tahun kemudian putranya kembali mencari gara-gara kepadaku dengan alasan yang sama ! bocah keparat, kau ingin aku berbuat bagaimana sehingga kau bisa percaya kalau aku bukan seorang manusia yang gemar membunuh manusia?".

   Liem Kian Hoo dibikin serba salah oleh pertanyaan itu, untung Ong Bwee Chi yang beradu di sisinya segera memperingatkan.

   "Liem-heng ! buat apa kau bingung-bingung putar otak ? asal kau bertemu dengan ayahmu, bukankah semua persoalan bisa dibikin jelas ?"

   Mendengar ucapan itu Liem Kian Hoo buka mulut hendak bicara, namun Ban Sioe Siem telah keburu menghela napas.

   "

   Aaaaai... apabila kalian ingin berbuat demikian baru percaya, maka loohu akan penasaran terus..."

   Keluhnya.

   "Bagamana ? apakah ayahku telah pergi ? kemana ia pergi ?".

   "Ditempat tinggal loohu sini banyak tersedia pelbagai macam bahan obat-obatan, namun bahan-bahan obat tersebut tak sebuahpun yang bisa digunakan untuk memunahkan racun Hua Kut Sang tersebut, maka untuk mengumpulkan bahan obat itu Giok-Bin-Lang-Koen harus berangkat sendiri kepuncak gunung Kun Lun untuk mencari teratai salju Peng San Soat Lian".

   "Bagaimana dengan Toan cianpwee ?"

   Tanya sianak muda terperanjat. Ban Sioe Sim tertawa.

   "Toan Kiem Hoa kurang leluasa dalam gerak geriknya, maka untuk sementara waktu ia berdiam ditempatku ini, entah kesulitan yang sedang ia hadapi apakah sudah mendapatkan penyelesaian sebagaimana mestinya ?". Liem Kian Hoo jadi tersipu-sipu.

   "Hubungan Toan cianpwee dengan Siauw-tit bukan hubungan sembarangan, lagi pula siauw tit merasa amat kuatir akan jejak ayahku, maka Siauw tit berharap bisa bertemu dengan dirinya agar Siauw tit bisa menanyakan sendiri keadaan dari ayahku...".

   "Haaa... haaa... haaa.... bicara pulang pergi, agaknya kau masih belum mempercayai loohu seratus persen, namun pada saat ini Toan Kiem Hoa sedang beristirahat apabila kau ingin bertemu dengan dirinya maka tunggulah empat jam lagi, seandainya kau masih bdum mempercayai juga akan ucapan loohu ini, maka terpaksa loohu akan biarkan kalian mengorek keluar hatiku untuk diperiksa apakah aku bohong atau tidak."

   Rasa permusuhan yang menyelimuti dalam hati Kian Hoo terhadap Ban Sioe Sim, saat itu sudah lenyap sama sekali, buru-buru dengan wajah menyesal ia berkata.

   "

   Apabila empek sahabat karib dari ayahku tentu saja Siauw tit tiada alasan sama sekali untuk mencurigai tindak tanduk empek.".

   "

   Loo Ya-cu punya ilmu pertabiban yang sangat lihay "

   Sambung Ong Bwee Chi dari samping sambil tertawa.

   "Meskipun hatimu benar-benar dikorek keluar, peristiwa inipun bukan suatu hal yang tak mungkin terjadi.". Ban Sioe Sim mendongak dan segera tertawa terbahak bahak, seluruh rasa tidak senang hati dan permusuhan tersapu lenyap tak berbekas dalam waktu singkat. Dalam pada itu gadis cantik yang berbaring dalam peti mati itu tiba-tiba mendengarkan suara rintihan, suara itu segera mengejutkan semua orang dan sama sama berpaIing. Tampaklah wajah yang semula pucat pasi perlahan-lahan telah berubah jadi memerah, bulu mata yang panjang dan hitampun mulai berkedip, napasnya berjalan semakin lancar. Menyaksikan perubahan tersebut air muka Ban Sioe Sim berubah hebat, buru-buru ia melancarkan sebuah totokan kearah tiga gadis cantik itu serangan ini dilancarkan dengan kekuatan besar. Liem Kian Hoo jadi amat terperanjat buru-buru ia dorong telapaknya menangkis serangan tersebut.

   "Empek tua ! "

   Teriaknya keras-keras.

   "Apa yang hendak kau lakukan terhadap gadis cantik itu ?"

   Ujung jari Ban Sioe Sim tajam bagaikan ja rum, dalam bentrokan yang kemudian terjadi lengan Kian Hoo tertusuk dan segera terluka, titik-titik darah segera mengucur keluar membasahi dada gadis cantik dalam peti mati itu.

   Namun dengan gerakan ini, serangan yang di lancarkan Ban Sioe Sim pun segera terbendung.

   Tiba tiba gadis cantik itu bangun duduk, sepasang matanya yang jeli dipentangkan lebar-lebar, dari matanya yang jeli dan indah terpancar cahaya yang mempesonakan hati manusia.

   Ban Sioe Sim tarik tangannya ke belakang, sementara ia hendak melancarkan serangan kembali tiba-tiba sinar matanya terbentur dengan sinar mata gadis cantik itu, oleh bentrokan ini ia berdiri tertegun dan tak sanggup meneruskan serangannya lagi.

   Mendadak gadis cantik itu tertawa ringan, suaranya merdu bagaikan kicauan burung nuri, begitu nyaring dan merdu hingga sangat menusuk pendengaran, diikuti sepasang lengannya dipentangkan bagaikan seekor burung merpati putih ia sudah meleset ketengah udara.

   Ketika rambutnya yang hitam dan indah menawan itu terbentur dengan atap ruang batu yang keras, segera muncullah suatu tenaga kekuatan yang maha dahsyat.

   "Buummmm!"

   Dalam bentrokan tadi muncullah sebuah lubang besar diatas langit langit ruang batu tadi, diikuti gadis cantik itu berkelebat lewat, bayangan tubuhnya seketika lenyap tak berbekas.

   Peristiwa ini berlangsung dengan cepatnya dan didalam waktu singkat, baik Liem Kian Hoo ma upun Ong Bwee Chi tak bisa berbuat apa-apa kecuali memandang dengan mata mendelong.

   "

   Aduh celaka... celaka..."

   Keluh Ban Sioe Sim sambil menghela napas berulang kali.

   
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Keparat cilik, kau sudah terbitkan bencana besar".

   "Loo-pek. kapan siauw-tit telah menerbitkan bencana besar ? ".

   "Kau telah melepaskan seekor naga berbisa bagi umat manusia dikolong langit.". Liem Kian Hoo belum mengerti akan perkataan yang dimaksudkan, ia hendak bertanya lebih jauh, namun dengan wajah gelisah Ban Sioe Sim telah berseru kembali.

   "Mari cepat cepat kita keluar dan periksa keadaan diluar, semoga saja Hwie Thian Mo-li tersebut belum pergi terlalu jauh, dengan pertaruh kan selembar jiwa tuaku, aku harus berusaha untuk menangkapnya kembali agar jangan sampai mendatangkan bencana bagi umat manusia..."

   Selesai berkata ia segera loncat keluar dari gua di atas langit langit itu dan meleset kedepan.

   Liem Kian Hoo serta Ong Bwee rhi saling bertukar pandangan sekejap, mereka masih belum tahu apa sebenarnya yang telah terjadi, tetapi pada saat itulah dari luar gua mereka dengar suara teriakan teriakan serta bentakan bentakan keras berkumandang datang tiada hentinya, seakanakan ditempat luar sedang berlangsung suatu pertarungan yang maha sengit.

   "Mari, cepat kita keluar, coba kita lihat apa yang telah terjadi !"

   Seru Ong Bwee Chi cepat-cepat.

   Ia enjotkan badan keluar lewat lubang gua itu, Liem Kian Hoo pun segera menyusul dari belakang.

   Tampaklah ditengah kebun bunga yang datar dan luas, suasana diliputi kegelapan, ditengah kegelapan mana tampaklah cahaya putih berkelebat tiada hentinya kesana kemari.

   Cahaya putih itu berasal dari Giok-Bei bunga bwee yang tergantung didepan dada cantik itu buru-buru mereka maju menghampiri terlihatlah gadis cantik itu sedang melangsungkan pertempuran yang amat seru dengan tiga sosok bayangan manusia.

   Gerakan tubuhnya amat ringan dan indah menawan, seakan-akan bidadari yang turun dari kayangan, ia menari dan berputar dengan manisnya ditengah sorotan cahaya tajam, membuat wajahnya kelihatan makin mempesonakan dan makin menggiurkan.

   Musuh yang sedang dihadapi gadis cantik itu bukan lain adalah Ban Sioe Sim, seluruh rambut orang tua itu berdiri dan menari tiada henti-nya, jari tangan berkelebat kesana kemari berusaha mencari peluang untuk menusuk tubuh gadis itu, seakan akan siorang tua itu hendak menghan curkan tubuhnya yang indah menawan itu.

   Dua orang yang membantu siorang tua she-Ban itu adalah Loo Sian Khek yang berkepala pria berbadan wanita serta seorang lelaki setengah baya berbaju hijau, gerak gerik mereka kaku dan kasar, setiap tubrukan yang dilancarkan seakap akan hendak mencekik gadis cantik itu hingga mati.

   Perlahan tahan Liem Kian Hoo maju menghampiri kalangan pertempuran tersebut, perhatian nya mulai tertarik oleh pertarungan itu dan berdiri termangu-mangu.

   "Hey keparat cilik !"

   Bentak Ban Sioe Sim dengan suara keras.

   "Ayoh cepat maju membantu kami, mungkin hanya kau seorang yang bisa menguasahi dirinya !". Liem Kian Hoo merasa sangsi dan ragu untuk turun tangan atau tidak. Ia perhatikan gadis cantik itu putar lengannya sedemikian rupa sehingga ujung bajunya beterbangan bagaikan kupu kupu, Loo Sian Khek yang menerjang kemuka dengan kalap seketika terhajar telak oleh serangannya sehingga tubuhnya yang ke ras bagaikan baya itu hancur berantakan ke atas tanah, disusul lelaki setengah baya berbaju hijen itupun mengalami nasib yang sama seperti rekannya. Dalam pada itu gadis cantik tadi meneruskan serangannya mengancam dada Ban Sioe Sim oleh bentrokan sinar mata gadis itu sang tabib berdiri tertegun, begitu tertegunnya sampai ia lupa untuk menangkis datangnya ancaman tersebut. Liem Kian Hoo tak berani berayal lagi menghadapi situasi macam ini, ia membentak keras, sepasang telapaknya didorong kemuka melancarkan sebuah serangan dahsyat. Agaknya gadis cantik itu merasa amat jeri terhadap serangannya, tanpa memperdulikan lagi diri Ban Sioe Sim ia putar badan dan melarikan diri. Ditengah kegelapan yang mencekam seluruh jagad, tampaklah cahaya putih yang memancar ke luar dari Giok-Bie tersebut berkelebat ditengah angkasa laksana bintang kejora, dinding bukit yang keras dan tegak berdiri menjulang dihadapunnya diterjang begitu saja sampai hancur, dalam sekejap mata ia sudah lenyap tak berbekas. Air muka Ban Sioe Sim berubah jadi pucat pias bagaikan mayat memandang lubang besar yang muncul diatas dinding bukit dihadapannyaia berdiri termangu-mangu. -oo0dw0oo-

   Jilid 13 LAMA SEKALI akhirnya ia depakkan kakinya keatas tanah dan menghela napas panjang.

   "

   Aaaai.....

   ! celaka ! celaka ! sepanjang hidup aku mengabdikan diri kepada masyarakat selamanya aku berusaha untuk menolong orang sebanyak-banyaknya, sungguh tak nyana ketika aku menjelang tua, aku telah meninggalkan bibit bencana buat umat manusia, keparat cilik, kau telan mencelakai diriku, kaulah yang mengakibatkan kesemuanya ini !".

   "Ban Loo-pek, sebenarnya apa yang telah terjadi ?"

   Tanya Kian Hoo masih belum mengerti juga. Ban Sioe Sim menghela napas panjang tiada hentinya, ia bergumam terus.

   "Celaka.... celaka...".

   "Ban Loo-pek, apakah siauw tit telah melakukan suatu kesalahan besar ?". Mendadak Ban Sioe Sim naik pitam, maki-nya dengan penuh kegusaran.

   "Kesalahan yang kau lakukan terlalu besar keparat cilik yang tak tahu diri, sebelum bertindak kau tak mau bertanya jelas lebih dahulu, kau cuma tahu pura-pura berbuat bajik dan berbuat baik, tapi kali ini perbuatanmu merupakan suatu kesalahan yang amat besar karena perbuatan ini maka beratus lembar jika bakal melayang, bahkan cara untuk menolong keadaan inipun tak ada !"

   Liem Kian Hoo jadi sangat tberperanjat begidtu takutnya siaanak muda ini sabmpai tak ada ke beranian untuk buka suara.

   "Ban Loo-pek "

   Akhirnya Ong Bwee Chi lah yang berseru. Dapatkah kau terangkan dahulu duduknya perkara ?". Ban Sioe Sim menghela napas panjang, kemudian perlahan lahan baru berkata.

   "Dibicarakan pada saat inipun percuma sa ja, Hwee Thian Mo~!i telah berhasil menyempurnakan ilmunya. Bukankah kalian sudah lihat sendiri betapa lihaynya iblis perempuan itu ? tentu saja dalam peristiwa ini aku tak dapat melepaskan sebagian dari pertanggungan jawab ini, tetapi siapa yang bisa menduga kalau kalian bisa berbuat begitu ceroboh dan gegabah ?".

   "Loo-pek, gadis cantik dalam peti mati itu..."

   Seru Liem Kian Hoo setengah terperanjat, setengah menyesal. Sambil menggeleng Ban Sioe Sim menggeleng tiada hentinya, lama sekali ia baru berkata.

   "Perbuatan ini merupakan suatu percobaan yang paling berbahaya selama hidupku, aaaai..,! sebenarnya percobaanku ini sudah hampir berhasil, sungguh tak nyana semua jerih payahku harus berantakan dalam waktu sedetik, mungkin inilah yang dinamakan takdir, kau anggap dia adalah gadis biasa ?".

   "Kecantikan wajah gadis itu luar biasa sekali..."

   Sela Liem Kian Hou sambil berdiri termangu-mangu.

   "Hmmm ! bukan saja kecantikan wajahnya luar biasa sekali, bahkan seluruh bagian tubuhnya mempunyai keistimewaan yang tiada duanya dikolong langit, seandainya ia tidak berjumpa dengan aku maka gadis itu tak akan bisa hidup sampai ini hari, Aaaai...".

   "Ban Loo-pek, lebih baik terangkan dahulu duduknya perkara sebenarnya apa yang telah terjadi ?". Ban Sioe Sim termenung sejenak, akhirnya ia menceritakan juga kisah yang mengejutkan dan mendebarkan hati itu. Lima belas tahun berselang, sewaktu ia mencari bahan obat sembari mengobati orang orang yang sakit, sampailah Ban Sioeb Sim disebuah ddusun yang terpeancil dan miskinb, ia diundang oleh seorang hartawan dalam dusun itu untuk mengobati seorang bocah perempuan yang mengindap penyakit aneh. Bocah perempuan itu baru berusia lima tahun dan mempunyai paras muka yang cantik menarik serta amat mempersonakan setiap orang, tetapi iapun mempunyai suatu kejanggalan. Pada hari-hari biasa badannya lemah dan sakit-sakitan tetapi suatu ketika apabila sakit kalapnya kambuh maka badan yang lemah itu tiba-tiba berubah jadi kuat dan bertenaga besar, berpuluh-puluh orang lelaki kekarpun tak sanggup menahan tubuhnya, menanti penyakit itu lenyap dengan sendirinya, tenaga ajaib dari tubuhnyapun lenyap dengan sendirinya. Sewaktu Ban Sioe Sim diundang untuk mengobati penyakit aneh tadi, kebetulan penyakit gila dari bocah perempuan itu sedang kambuh, orang tuanya merantai tubuh bocah tadi dengan sebuah rantai besi yang besar lagi kasar, dalam rontaan tersebut beberapa buah rantai sebesar jari jempol itu berhasil dipatahkan. Tibanya Ban Sioe Sim disitu dengan cepat keadaan berhasil dikuasai, mula-mula ia totok dahulu jalan darahnya agar gerak gerik bocah perempuan tadi tak bisa berkutik, setelah itu ia periksa denyutan nadinya. Didalam pemeriksaan tersebut, ia temukan bocah perempuan itu mempunyai bakat yang luar biasa sekali dan lebih kuat dan tiada keduanya dikolong langit, denyutan jantungnya lebih keras lima enam kali lipat dari pada manusia biasa bahkan mempunyai pula suatu ciri khas yang istimewa, yaitu sewaktu penyakitnya sedang kambuh, peredaran darahnya ternyata berlawanan daripada peredaran darah manusia biasa. Keanehan yang muncul ditubuh gadis cilik ini hampir boleh dikata sudah memeras hampir seluruh kepandaian pertabiban yang ia kuasai, hal ini menimbulkan rasa gembira dan tertariknya untuk menyelidiki gejala aneh itu lebih jauh. Maka diberilah obat penenang buat mententeramkan bocah perempuan tadi, menanti malam hari sudah tiba, diam-diam ia menyusup masuk ke rumah hartawan itu dan menculik bocah tersebut untuk rdibawa kabur. Ptelbagai tempat qsudah ia kunjunrgi, berbagai macam bahan obat sudah ia coba namun usahanya untuk menyembuhkan bocah itu tidak berhasil juga, akhirnya ia mencari suatu tempat yang terpencil dan pusatkan seluruh perhatiannya untuk menyelidiki gejala aneh tersebut. Untuk mengetahui perubahan didalam badannya, tabib inipun berusaha keras untuk menemukan sebuah batu pualam berusia selaksa tahun, batu pualam tadi dapat menyoroti isi perut manusia sehingga tertampak jelas dan luas. Begitulah, dengan meminjam keistimewaan dari batu pualam tadi, perlahan-lahan ia mulai menyelidiki perubahan dalam tubuh gadis itu, sewaktu penyakitnya kambuh ia dapat menyaksikan bahwa tenaga besar yang dihasilkan dari tubuhnya berasal dari peredaran darah yang terbalik, disamping itu iapun dapat menyaksikan pula denyutan jantung yang jauh lebih kuat daripada manusia biasa. Apabila gadis itu berada dalam keadaan normal, niscaya ia akan jadi sekuntum bunga mawar didalam dunia persilatan, sungguh sayang justru ia mengidap penyakit kalap ini tak bisa disembuhkan dengan cara apapun, maka beberapa kali si tabib ini ada maksud membinasakan dirinya sehingga tidak mendatangkan bencana bagi umat manusia di kemudian hari. Tetapi dia sebagai seorang tabib sakti mempunyai pandangan yang berlainan dengan manusia biasa, tujuan seorang tabib adalah menolong manusia bukan membunuh manusia, maka ia tidak tega untuk turun tangan membinasakan gadis itu, bahkan bulatkan tekat untuk memerengi penyakit gilanya itu dengan berusaha menyembuhkan penyakit aneh itu. Maka ia segera kerahkan segenap pikiran maupun tenaganya untuk menyelidiki asal mula penyakit tersebut, bersamaan itu pula ia berusaha mengunakan pengetahuan yang dimiliki untuk mencegah penyakit tadi jangan sampai kambuh kembali. Berada didalam perawatan dan pengawasan nya yang seksama itulah perlahan-lahan gadis itu tumbuh jadi dewasa, sebab ia selalu menggunakan obat mustajab untuk memelihara dan mempertumbuhnya, walaupun ia berhasil memelihara gadis tadi hingga dewasa, sayang penyakit gilanya itu gagal untuk dilenyapkan. Meskipun selama ini penyakit aneh tadi tak pernah kambuh lagi, tetapi bibit penyakit tersebut selalu mengeram ditubuhnya dan tak sanggup dibasmi seakar-akarnya. Ketika gadis itu menginjak usia delapan belas tahun, bukan saja paras mukanya kelihatan bertambah cantik jelita, bahkan dibawah didikannva yang ketat baik ilmu silat maupun pengetahuannya memperoleh kemajuan yang sangat pesat, namun bibit penyakit yang bersarang ditubuhnya pun makin hari berakar semakin subur. Berhubung pergaulannya selama puluhan tahun inilah menjalinkan hubungan yang akrab di-antara mereka berdua, meskipun ia sadar bahwa gadis tersebut adalah manusia yang paling berbahaya dikolong langit, namun ia tidak tega untuk turun tangan memusnahkannya. Suatu ketika sewaktu ia sedang memberi pelajaran ilmu silat kepadanya, tiba-tiba penyakit kalapnya kambuh, berada dalam keadaan seperti itu ia seolah-olah berubah jadi manusia lain, kesadarannya sama sekali punah dan muncullah suatu sifat buas yang sukar dibendung dengan daya apa-pun. setiap benda, setiap makhuk yang dijumpai segera dimusnakan tanpa ampun. Meskipun ilmu silat yang dimiliki gadis itu adalah hasil didikan Ban Sioe Sim sendiri, namun siorang tua itu bukan tandingannya, ia selalu dikejar-kejar sampai ngacir dan menyembunyikan diri, beberapa kali jiwanya hampir-hampir saja melayang ditangan gadis itu. Namun untungnya setiap kali ia berhasil meloloskan diri, sebab secara tiba-tiba seekor ular berbisa munculkan diri dan memagut gadis tersebut. Ular itu sangat beracun, siapa sangka bukan saja racun ular itu tidak berhasil meracuni dirinya, bahkan ular tadi malah berhasil digigit dan dihirup darahnya, namun sehabis ia menghirup darah ular tadi mendadak penyakitnya lenyap dan gadis itupun sadar kembali. Peristiwa yang mengerikan ini seketika menggembirakan hati Ban Sioe Sim sebab walaupun hampir hampir saja jiwanya melbayang namun iapdun berhasil menaemukan obat yanbg paling mujarab untuk menyembuhkan penyakit aneh itu, tetapi ular raksasa sukar dicari maka ia segera menidurkan gadis tadi dengan obat pemabok disamping mulai berusaha untuk mencari ular raksasa tersebut. Untuk mencegah segala hal yang tidak diinginkan sebelum ular raksasa itu ditemukan, ia membuat sebuah peti mati tembaga dan masukan tumbuh gadis tersebut kedalam peti mati tadi kemudian menutup peti tersebut dengan penutup yang terbuat dari kaca. Usaha untuk mencari ular dilakukan semakin giat, setelah bersusah payah beberapa lama akhirnya ia temukan seekor ular raksasa berdiam diatas gunung itu. Namun pada saat itulah Liem Koei Lin telah tiba, bukan saja membawa Toan Kiem Hoa yang terluka bahkan iapun memberitahukan bahwa tiga belas sahabat telah munculkan diri kembali. Untuk mengindarkan diri dari perjumpaannya dengan Tiga Belas sahabat, terpaksa sitabib ini menyembunyikan diri terus menerus diatas gunung disamping melarang para penduduk disekitar sana untuk membocorkan jejaknya, penduduk sekitar sana pernah mendapat budinya, tentu saja mereka menurut. Tetapi dengan adanya peristiwa ini maka usahanya untuk menangkap ularpun terbengkalai, padahal ular tersebut sangat dibutuhkan sekali mengingat bahwa gadis cantik itu sudah dua tahun berdiam didalam peti dan tenaga dalamnya pun kian hari kian meningkat, bahkan kelihatan sekali bahwa gejala penyakit anehnya berbangkit makin hebat. Dalam keadaan serba salah itulah ia lantas serahkan tugas untuk menangkap ular tadi kepada Tan Loo-toa sedang ia sendiri setiap saat selalu berjaga-jaga disisi peti mati. Sungguh tak nyana kehadiran Tan Loo-toa disana telah memancing kehadiran Liem Kian Hoo serta Ong Bwee Chi. Berhubung kedua orang ini tidak mirip dengan orang-orang dari Tiga Belas Sahabat, maka ia tidak menaruh rasa permusuhan dengan mereka, menanti ia mengetahui kalau Kian Hoo adalah putra dari Giok-Bian-Lang-Koen, kewaspadaannya pun semakin mengendor. Namun, mimpipun tak pernah disangka justru karena keteledorannya ini telah menimbulkan suatu kesalahan besar. Kisah tbersebut dengan dcepat membuat saepasang muda mubdi itu berdiri termangu-mangu, lama sekali Liem Kian Hoo baru menghembuskan napas panjang.

   "Siauw-tit cuma membuka penutup peti mati itu belaka..."

   Ban Sioe Sim segera melototkan sepasang matanya bulatbuIat.

   "Sebenarnya aku hanya akan mengandalkan sedikit hawa untuk mempertahankan kehidupannya."

   Ia berseru.

   "Siapa sangka kau telah membuka penutup peti mati tadi sehingga lebih banyak hawa yang masuk dan semakin memperbesar kesempatannya untuk hidup, dalam keadaan seperti itu penyakit kalapnya langsung kumat. Kini ia sudah lolos, untuk menaklukannya kembali aku rasa bukan suatu pekerjaan gampang !"

   Liem Kian Hoo merasa amat menyesal dengan perbuatannya, ia termangu-mangu lama sekali disana, kemudian baru berkata.

   "Loo-pek, bukankan kau mengatakan bahwa darah ular raksasa bisa menyembuhkan penyakit gilanya ? entah....".

   "Hmm ! kali ini penyakit edannya kumat sangat lihay, bahkan aku sendiripun tidak tahu apakah darah itu masih manjur atau tidak, Hmm!untuk mendekati tubuhnyapun kau belum sanggup, kau hendak menggunakan cara apa untuk paksa ia minum darah ular itu ?"

   Ucapan ini membuat sianak muda itu tertegun dan membungkam. Tiba-tiba Ong Bwee Chi bertanya.

   "Tenaga dalam yang dimiliki iblis wanita itu tiada tandingannya dikolong langit, tapi apa sebabnya seakan-akan ia menaruh rasa jeri terhadap Liem-heng ?....".

   "Aaaiii....! sebenarnya kejadian itupun berlangsung karena kebetulan, ketika aku hendak menghalangi niatnya untuk membuka penutup peti mati tadi, secara tidak sengaja telah kulukai telapaknya sehingga darah segarnya menetes membasahi tubuh iblis wanita itu, tetesan darah tadi menimbulkan suatu reaksi aneh ditubuhnya, sekarang wanita iblis itu akan membunuh siapapun yang ditemuinya, hanya terhadap dia seorang perbuatan ini tak bakal dilakukan maka sewaktu terjadi pertarungan tadi aku minta ia suka turun tangan membantu, siapa sangka keparat cilik irni masih juga ttidak mau turun qtangan dengan srekuat tenaga, karena kesalahan inilah mengakibatkan suatu bencana besar bagi umat dunia !".

   "Aaaaai... siauw-tit merasa amat menyesal sekali atas segala peristiwa yang telah terjadi namun pada saat itu siauwtit belum mengetahui duduk perkara yang sebenarnya maka harap Loo-pek suka maafkan kelancanganku itu, kini apa yang harus kulakukan ? dapatkah Loo pek kasi petunjuk kepadaku ? cobalah pikirkanlah apakah masih ada cara lain untuk mengatasi masalah ini ?"

   "Tiada cara lain, tiada cara lain..."

   Ban Sioe Sim gelengkan kepalanya berulang kali.

   "Dia adalah seorang manusia gila, maka satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini adalah membinasakan dirinya, tetapi siapakah yang mempunyai kekuatan sebesar itu untuk melaksanakan tugas ini ? Beberapa saat telah kita buang, mungkin berpuluh puluh lembar jiwa telah melayang ditangannya !"

   Air muka Liem Kian Koo berubah hebat, mendadak dengan nada serius dan wajah bersungguh-sungguh ia berkata.

   "Bencana ini timbul karena perbuatan siauwtit, maka sudah menjadi kewajiban siauw-tit untuk mengatasi kesulitan ini, perduli ia lari keujung langit dan kepalaku harus kutung, akan kucari juga perempuan iblis itu dan kemudian memusnahkannya."

   Ban Sioe Sim melirik sekejap kearahnya lalu menghela napas panjang.

   "Walaupun bencana ini timbul gara gara perbuatanmu, namun bibit bencana akulah yang tanam, maka apabila dibicarakan akupun punya tanggung jawab didalam masalah ini, tetapi mungkin aku tak bisa membantu dirimu sebab reaksi dari tetesan darah tersebut sedang kepada diriku ia akan turun tangan tanpa pikir panjang, maka aku rasa seluruh tanggung jawab ini harus kau selesaikan seorang diri !".

   "Akan siauw-tit laksanakan seluruh tugas ini dan akan siauw-tit pikul semua tanggung jawab ini, sekarang juga aku hendak berangkat turun gunung untuk mengejar perempuan iblis tersebut."

   "Tepat sekali, semakin cepat kau berhasil menemukan orang itu berarti semakin sedikit manusia yang menemui ajalnya ditangan perempuan iblis itu, aku masih harus menantikan kembalinya ayahmu disamping itu Tan Loo-toa ayah dan anak pun harus segera dibedah untuk diobati penyakit nya maka aku tak bisa menemani kalian lebih jauh, menanti segala persoalan disini telah selesai aku akan berusaha secepatnya menemukan dirimu. Sehari Mo-li ini tidak dibasmi maka hatiku akan selalu tidak tenteram.".

   "Kalau demikian adanya, maka siauw-tit segera mohon diri !"

   Kata Kian Hoo sambil men jura dalam-dalam.

   "Baiklah, persoalan ini harus diselesaikan secepat mungkin, aku tak akan menahan kalian lebih lama lagi."

   "Liem-heng, siauw-moy pun akan mengiringi dirimu serta membantu usahamu itu "

   Cepat cepat Ong Bwee Chi menyambung. Air muka Liem Kian Hoo menunjukan tandatanda keberatan tetapi dengan cepat Ban Sioe Sim telah berkata.

   "Tidak mengapa ! dengan kecerdikan nona Ong, mungkin ia akan memberi bantuan yang sangat berharga bagimu, asalkan ia tidak meninggalkan dirimu terlalu jauh, sekalipun berjumpa dengan Mo-Ii itupun tidak akan ada bahaya yang mengancam dirinya."

   Tentu saja Liem Kian Hoo tak berani mengungkapkan usul apapun, sebab bagaimanapun juga ia tak bisa memaksa Ong Bwee Chi untuk tetap tinggal diatas gunung, lagipula disebabkan ia membantu dirinya, kini gadis tersebut sudah mengikat tali permusuhan dengan Tiga belas sahabat maka tak mungkin ia kembali kerumahnya lagi.

   Kecuali mengikuti sianak muda itu tak ada tempat lagi yang bisa dituju gadis she Ong ini.

   DemikianIah setelah berpamitan dengan Ban Sioe Sim, buru-buru mereka berdua lari keujung selat, dari mana Ban Sioe Sim menghantar kedua orang itu turun kebawah tebing dengan keranjangnya, setelah itu ia tarik kembali bambu tadi ke atas.

   Setelah tiba dibawah tebing Liem Kian Hoo baru teringat bahwa ia belum sempat bertemu dengan Toan Kiem Hoa serta menanyakan hal ikh-wal mengenai ayahnya, namun waktu sangat mendesak, tiada kesempatan lagbi baginya untukd mendaki bukit aitu kembali.

   Sebtelah berada diatas bukit, sianak muda itu baru mulai mempercayai akan kata-kata dari Ban Sioe Sim bahwasanya masalah yang mereka hadapi saat ini amat serius sekali.

   Sepanjang perjalanan mereka temukan banyak mayat bergelimpangan dalam keadaan mengerikan, anggota badan mereka hancur dan putus-putus, rumah pendudukpun banyak yang roboh dan hancur, jelas kesemuanya itu merupakan hasil karya dari Mo-li edan itu.

   Pemandangan yang sangat mengerikan ini semakin merisaukan hati Kian Hoo, belum lama ia terjun kedalam dunia persilatan sudah banyak ma alah yang ia hadapi, namun persoalan yang ia hadapi saat ini benar-benar luar biasa sehingga mendatangkan rasa bimbang dalam hati kecilnya, Si rasul seruling Liuw Boe Hwie serta Soen Tong dan Tong Thian Gwat sekalian entah sudah tiba disana atau belum ? bagaimanakah nasib Watinah yang terjatuh ke tangan Kauw Heng Hu dan bagaimanakah keadaan ayahnya yang berangkat kegunung Kun-lun untuk memberi obat.

   Beberapa persoalan itu beIum sempat teratasi kini bertambah pula dengan satu persoalan yang memusingkan kepala yaitu perbuatan ganas dari Hwie-Thian-Mo-li.

   Diantara beberapa persoalan itu ia merasa masalah Hwie- Thian-Mo-Ii lah yang merupakan persoalan yang harus cepatcepat diselesaikan sebab ditinjau dari pembunuhan serta penjagalan massal yang dilakukan perempuan gila itu, apabila perbuatannya tidak cepat-cepat dicegah, maka keadaan akan bertambah runyam, apalagi bencana ini muncul gara-gara perbuatannya.

   Pembunuhan berdarah yang dilakukan Hwie Thian Mo-li berlangsung terus kearah Timur, sepanjang perjalanan ia banyak mendengar kisah-kisah pembunuhan mengerikan, rumah yang hancur, mayat yang hancur bergelimpangan di mana-2, saking banyaknya sampai lama kelamaan terasa tidak asing lagi pandangan sianak muda itu.

   Banyak orang menganggap bahwa ditempat itu sudah muncul siluman ganas, sebab banyak korban yang mati dalam keadaan mengerikan sebelum mereka sempat melihat bagaimanakah raut muka dari Hwie-Thian Moli.

   Belasan hari kemudian, Liem Kian Hoo serta Ong Bwee Chi telah mengejar sampai kekota Lok-yang, suatu peristiwa aneh telbah terjadi.

   Terdnyata disepanjaang tempat itu tbiada pembunuhan berdarah lagi yang terjadi.

   Namun, meski demikian sepasang muda-mudi itu sudah kecapaian dan kehabisan tenaga, mereka segera mencari rumah penginapan untuk beristirahat.

   Setelah bersantap malam, berhubung waktu masih terlalu pagi maka Ong Bwee Chi menyarankan untuk berdiam dahulu dalam kamar sambil bercakap-cakap, sudah tentu pokok pembicaraan mereka berkisar pada perbuatan-perbuatan dari Hwie Thian Moli.

   Ketika melakukan perjalanan, sepanjang perjalanan Liem Kian Hoo mencatat semua pembunuhan yang ia temukan, ternyata selama beberapa hari itu sudah ada seratus sembilan puluh jiwa melayang ditangan iblis wanita itu, jumlah tadi belum termasuk korban-korban yang tak sempat dijumpai oleh mereka, hal ini membuat si anak muda itu amat sedih sekali.

   "Aaaaaai... kesemuanya ini akulah yang jadi gara-gara, akulah yang menimbulkan bencana tersebut."

   Keluhnya dengan alis berkerut.

   "Hal ini tak bisa salahkan Liem-heng seorang diri."

   Hibur Ong Bwee Chi dengan suara halus.

   "Kalau mau dikatakan maka otak dari bencana ini adalah Ban Loocianpwee, sebab tidak pantas baginya untuk menciptakan bibit bencana tersebut. Sewaktu Liem-heng menghancurkan peti mati tersebut hal ini kau lakukan terdorong oleh rasa pendekar dan kegagahanmu siapa suruh ia tidak terangkan lebih dahulu".

   "Ban Loo-pek adalah seorang tabib sakti, telah ia bertemu dengan suatu penyakit aneh tentu saja ia tak ingin melepaskan kesempatan untuk melakukan penyelidikan ini dengan sia-sia, apabila ia benar-benar berhasil menyembuhkan penyakit edan dari gadis itu, bukankah penemuannya ini akan sangat berharga bagi umat manusia ? apabila penyakit yang bersarang ditubuh gadis itu berhasil dipunahkan sehingga kesadarannya pulih, dengan kekuatan serta kepandaian yang ia miliki, aku rasa Kauw Heng Hu sekalian manusia laknat tidak akan berani berbuat kejahatan lagi.".

   "Liem-heng, kalau kau berkata demikian maka pandanganmu itu salah besar, kau tidak mengerti tentang ilmu perrtabiban. Harustlah kau ketahuiq gadis itu bisar lihay dan punya kekuatan luar biasa berhubung ia mengindap penyakit aneh, andaikata penyakit tadi berhasil disembuhkan, maka belum tentu ilmu silat yang dimiliki gadis itu akan selihay saat ini."

   "Apa maksud ucapanmu itu ?".

   "Bagi orang-orang biasa, dikala ia menemui suatu keadaan yang kritis maka kadangkala kekuatan badannya akan bertambah lipat ganda, tahukah kau apa sebabnya bisa demikian, hal ini dikarenakan denyutan nadinya kena daya rangsang sehingga berdenyut lebih keras daripada keadaan biasa, darah yang mengalir dalam tubuhnyapun akan bergerak semakin cepat, sehingga banyak pembuluh darah yang kecil dan halus dimana biasanya jarang dilewati aliran darah, dalam keadaan seperti ini timbullah suatu kekuatan yang luar biasa. Keadaan dari Hwie Thian Mo-Ii pun sama dengan keadaan tersebut Berhubung ia gila maka darah yang mengalir dalam tubuhnya bergerak cepat sehingga seluruh pembuluh darahnya penuh dialiri darah, timbullah suatu kekuatan yang maha luar biasa dari balik tubuhnya. Andaikata penyakit gila ini sembuh maka keadaannya akan sama seperti manusia biasa dan tak mungkin akan memiliki kekuatan yang luar biasa seperti sekarang lagi, maka aku rasa sudah sepantasnya kalau Ban cianpwee melenyapkan gadis edan ini sejak dahulu.". Lama sekali Liem Kian Hoo termenung, akhirnya ia menghela napas panjang.

   "Sekarang bukan waktunya bagi kita untuk saling melemparkan tanggung jawab."

   Ujarnya.

   "Yang paling penting adalah cepat-cepat temukan gadis edan itu, tetapi jejaknya tak menentu, kitapun hanya bisa meraba secara membabi buta belaka. Aaaaai.... entah sampai kapan ia berhasil kita temukan".

   "Seandainya kita benar-benar berhasil temukan gadis itu, bisakah Liem-heng turun tangan untuk memusnakan gadis itu ?"

   Mendadak Ong Bwee Chi tanya dengan wajah serius.

   "Terhadap iblis edan yang suka membunuh manusia macam dia, kenapa aku tidak tega untuk turun tangan ?".

   "Tentang soal ini aku rasa sukar untuk dikatakan."

   Seru Ong Bwee Chi sambil tertawa riang.

   "

   Aku rasa paras muka dari gadis itu benar-benar amat cantik sehingga sukar dilukiskan dengan kata-kata, aku berani memastikan bahwa setiap pria tak akan tega turun tangan kepadanya, coba bayangkan saja Ban Loo cianpee yang begitu lihay, ia punya banyak kesempatan untuk berbuat demikian, namun setiap kali ia selalu tidak tega.".

   "

   Nona Ong, ucapanmu barusan apakah tidak keterlaluan seolah-olah kau anggap setiap orang lelaki tentu tak tak tahan melawan godaan !"

   Seru Kian Hoo agak kurang senang hati. Ong Bwee Chi tersenyum.

   "Semoga saja Liem-heng bisa berbuat dan bertindak sesuai dengan apa yang kau ucapkan, sampai waktunya kau bisa perlihatkan tingkah laku serta perbuatan seorang lelaki sehat!"

   Katanya. Hawa amarah menyelimuti wajah sianak muda itu, Ong Bwee Chi sendiripun merasa apa yang diucapkan rada keterlaluan maka sambil tertawa ujarnya kembali.

   "Hwie Thian Mo-li tidak melakukan pembunuhan lagi ditempat ini, mungkin penyakit edan nya sudah rada sembuh...". Baru saja Liem Kian Hoo akan buka suara mendadak jauh di ujung langit mereka saksikan serentetan cahaya keperakperakan muncul ditengah kegelapan yang menyelimuti seluruh angkasa, cahaya tadi berkelebat cepat laksana bintang kejora di tengah awang-awang. Sepasang muda mudi itu merasa sangat hapal dengan cahaya keperak-perakan itu, sebab cahaya tadi bakan lain adalah cahaya tajam yang terpancar keluar dari batu kumala yang tergantung diatas dada gadis tersebut. Air muka mereka berdua kontan berubah hebat, tanpa sadar serentak mereka loncat keluar dari jendela. Namun tatkala mereka sudah tiba diluar, cahaya keperak perakan tadi telah lenyap dari pandangan mata. Liem Kian Hoo jadi gegetun, sambil depakkan kakinya keatas tanah ia menghela napas panjang.

   "Celaka ! celaka ! kembali ia bmembunuh orang.d". Cahaya keperaak-perakan yangb memancar keluar dari batu kumalanya bisa tertangkap jelas sekali, kendati seseorang berada ditempat yang jauhpun, tiada halangan kita mencari suatu tempat yang lebih tinggi untuk melakukan peneropongan, mungkin saja jejaknya segera ketahuan !"

   Seru Ong Bwee Chi mengajukan usul.

   Disadarkan oleh ucapan itu Liem Kian Hoo tidak ambil perduli akan suasana disekelilingnya lagi, ia enjotkan badan melayang naik keatas wuwungan rumah dan menengok kearah empat penjuru Ong Bwec Chi pun segera mengejar dari be akang dan ikut melayang keatas wuwungan rumah.

   Suasana dibawah loteng jadi sangat gempar, para rakyat yang secara kebetulan menyaksikan kejadian ini jadi kalut dan ribut sekali, beberapa orang diantaranya sambil menahan rasa takut yang mencekap hatinya berteriak teriak lantang.

   "Ada pencuri terbang ! ada pencuri terbang.".

   "Traang... traang... traang... suara gembrengan dibunyikan dan petugas keamanan di siapkan untuk membekuk pencuripencuri yang di maksudkan. Liem Kian Hoo serta Ong Bwee Chi tiada kesempatan untuk mengurusi persoalan tetek bengek macam itu, mereka berdiri diatas wuwungan rumah dan memandang keempat penjuru, Tidak salah lagi mereka saksikan cahaya keperak perakan tadi sedang bergerak menuju kearah Barat-Iaut dengan kecepatan laksana sambaran kilat Buru buru Licm Kian Hoo melayang turun dari atas wuwungan rumah dan melakukan pengejaran, gerakan tubuh Ong Bwee Chi jauh lebih cepat daripada dirinya, meski ia bergerak lebih lambat namun akhirnya gadis itu malahan jauh berada didepan pemuda tersebut. Cahaya keperak-perakan laksana seekor naga sakti berputar dan bergerak dengan cepatnya diujung langit. Menyaksikan gerakan tubuh Ong Bwee Chi makin cepat, Liem Kian Hoo jadi amat cemas, segera teriaknya keras-keras.

   "Nona Ong, tunggu aku sebentar, kalau knu pergi kesana seorang diri maka kau bakal mendapatkan kerugian besar !"

   Ong Bwee Chi tetap melanjutkan gerakannya meluncur kearah asalnya cahaya keperak perakan tadi, terhadap seruan sianak mbuda itu ia tidadk ambil gubris adan berlagak piblon.

   Liem Kian Hoo jadi kehabisan akal, terpaksa ia harus mengejar dengan kerahkan setiap tenaga yang dimilikinya.

   Cahaya keperak-perakan makin lama kelihatan semakin dekat, bahkan boleh dikata secara lapat-lapat mereka dapat menangkap sesosok tubuh manusia yang terbungkus oleh kain warna putih.

   Ong Bwee Chi menubruk kemuka, pisau belati yang tahu2 sudah digenggam dalam tangannya segera ditusukkan kearah gadis cantik yang berada dihadapannya, cahaya tajam segera berkilauan dan memancar keempat penjuru.

   Dalam pada itu Liem Kian Hoo sudah menyusul tiba, buruburu teriaknya kembali.

   "Nona Ong, jangan bertindak gegabah !". Namun teriakan itu diutarakan terlambat selangkah, terhadap datangnya ancaman pisau belati gadis cantik itu sama sekali tidak ambil gubris, ketika ujung pisau sudah hampir menyentuh diatas tubuhnya ia baru putar tangan dan menyentil dengan jari tangannya.

   "Criiiing...!"

   Pisau belati yang tajamnya luar biasa itu segera tcrsentil hingga patah jadi dua bagian.

   Badan Ong Bwee Chi terdorong maju ke muka, sementara gadis cantik itu hendak melancarkan serangan mematikan Liem Kian Hoo keburu sudah tiba disana, ia membentak keras, telapaknya segera didorong kedepan melancarkan sebuah serangan dahsyat kearah gadis itu.

   Gadis cantik ku mendesis lirih, telapaknya disentilkan perlahan sekali, diatas telapaknya kemudian dengan membawa serentetan cahaya keperak-perakan ia meluncur masuk kedalam sesosok bayangan hitam yang tinggi besar.

   Liem Kian Hoo tidak raengejar dirinya lebih jauh, buru-buru ia melayang keatas tanah dan menghampiri Ong Bwee Chi sambil menegur.

   "Nona Ong, bagaimana keadaanmu ?"

   "Aku tidak apa-apa."

   Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Jawab Ong Bwee Chi sambil gertak gigi dan mencekal kutungan pisau belatinya.

   "ia sudah melarikan diri kedalam pagoda tersebut, cepat pergilah mengejar iblis perempuan itu !r"

   Setelah mengettahui bahwasannqya Ong Bwee Chir tidak terluka, Liem Kian Hoo baru berlega hati, karena takut gadis cantik itu keburu melarikan diri terlalu jauh maka cepat-cepat ia enjotkan badan dan melayang kearah sebuah pagoda yang berdiri dihadapannya.

   Ternyata tempat itu merupakan sebuah kuil yang bangunannya berbentuk sebuah pagoda tinggi tatkala Kian Hoo menyaksikan gadis itu melayang naik ketingkat empat iapun buru-buru meloncat masuk kedalam, siapa sangka disana tak nampak sesosok bayangan manusiapun, didalam pagoda hanya terdapat sebuah patung Buddha serta sekilas cahaya lampu yang redup sekali.

   Ruangan tingkat ketima kosong melompong tiada isi apapun, ia mengejar naik ketingkat ke-enam, sekilas cahaya putih terlihat berkelebat naik keatas tingkat ketujuh.

   Menanti Kian Hoo mengejar pula keatas ruangan tingkat ketujuh, ia berdiri tertegun dan untuk beberapa saat lamanya tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

   Dalam ruang tingkat ketujuh, ia temukan se orang hweesio tua sedang duduk bersila sambil Liam-keng, dihadapan hweesio tua itu adalah sebuah meja sembayangan, diatas meja terdapat sebuah lampu minyak yang amat redup sinarnya, patung arca yang dipuja adalah Dewi Kwan-lm Pouw-sat.

   Ruangan tingkat ketujuh merupakan ruangan yang berada paling puncak dari pagoda tersebut, tetapi bayangan gadis cantik tadi lenyap tak berbekas, Kian Hoo segera melakukan pemeriksaan sekejap keseluruh ruangan serta melongok keluar jendela namun tak nampak ada cahaya keperakperakan yang terpancar keluar dari tempat itu.

   Karena kehabisan akal akhirnya bertanyalah pemuda itu kepada sang hweesio tua yang ada dalam ruangan tersebut.

   "Thaysu, tolong tanya apakah barusan ada seorang gadis datang kemari ?...".

   "Omintohud ! harap sicu jangan bicara sembarangan, didalam kuil mana ada gadis yang masuk kedalam ruangan ?"

   Sahut hweesio tua itu sambil angkat kepala.

   "Tapi terang-terangan cahye lihat ia naik keatas dan masuk kedalam ruangan ini ! "

   Seru Kian Hoo tercengang.

   "

   Ia memakai baju warna putih dan didepan dadanya tergantung sebuah Giok Bei yang memancarkan cahaya tajam."

   "Oooouw ! kalau begitu sicu tentulah sudah berjumpa dengan roh suci dari Pouw-sat, kau harus tahu bahwa dewi Kwan-Im Pouw-sat yang dipuja dalam kuil kami paling suci dan paling suka menampakan diri. Tentunya sicu ada jodoh dengan agama Buddha maka Pouw-sat sengaja menampakkan diri untuk menyambut kedatanganmu ". Tanpa terasa Liem Kian Hoo berpaling memandang sekejap patung Kwan-Im yang ada diatas meja pemujaan, tiba-tiba hatinya rada bergerak sebab patung Buddha yang berada ditengah meja punya tinggi badan seperti manusia, sedang disisi patung tadi terdapat pula sebuah patung Liong li yang sedang menyembah patung Kwan-Im itu sendiri benar-benar terbuat dari batu pualam, tetapi patung Liong-Li tersebut mempunyai potongan badan rada mirip dengan gadis yang barusan dikejar-kejar olehnya itu hanya saja cahaya perak yang ada didepan dadanya tidak nampak lagi dan wajah sebenarnya tidak terlihat maka ia tidak berani memastikannya, ia segera maju beberapa langkah kedepan, maksudnya hendak melihat jelas paras muka yang sebenarnya dari Liong li tersebut tetapi hweesio tua keburu sudah mencegah sambil berseru.

   "Sicu, apabila kau ingin bersembahyang di depan patung Pouw-sat, harap lakukan ditempat itu saja jangan terlalu dekati patung Pouw-sat sebab hal ini punya arti seperti menghina Dewi !"

   Kena dihalangi jdlan perginya, terpaksa sianak muda itu berkata.

   "Barusan cayhe benar benar melihat seorang gadis lari masuk kedalam ruangan ini, bahwa raut wajahnya mirip sekali dengan patung Liong li itu."

   "O-min-to-hud ! dosa, dosa, sicu, tidak pantas kau ucapkan kata kata yang menodai kesucian para dewi dan malaikat."

   Buru-buru hweesio tua itu rangkap tangannya berseru.

   "Seandainya pandangan mata sicu belum melamur, maka pastilah gadis Liong-li telah mendapat ti-tah dari dewi Kwan- Im untuk menyambut kedatangan sicu ". Liem Kian Hoo tak mau mempercayai ocehannya itu, ia melangkah maju beberapa tindak ke depan dan memandangnya lebih saksama, dengan cepat sianak muda ini berdiri tertegun. Tidak salah lagi, patung Liong ii itu mempunyai paras muka yang tiada berbeda dengan wajah gadis cantik itu, Sejak berjumpa di gunung Thay Heng-San tempo dulu, ia mempunyai pandangan yang mendalam terhadap gadis ini maka sianak muda itu tak bakal melupakan bagaimanakah raut wajahnya. Meskipun demikian, iapun tidak berani meyakinkan seratus persen. Sebab walaupun patung Liong-li ini memakai paras muka yang persis dengan paras muka gadis cantik, namun wajahnya pada saat ini kelihatan amat keren dan penuh wibawa, sepasang matanya terpejam rapat, senyuman tersungging diujung bibirnya dan sepasang telapak dirangkap sejajar dada, sedangkan kakinya yang putih bersih itupun menginjak diatas ikan Lee-he besar yang terbuat dari batu pualam putih, badannya sama sekali tak berkutik, maka ia tidak berani memastikan apakah patung Liong li itu adalah benar patung ataukah cuma patung tetiron belaka. Disamping itu pada dada patung Liong-li i-tu tidak tergantung batu pualam berbentuk bunga Bwee, maki meski mirip ia tak berani bertindak gegabah. Lama sekali ia termenung sianak muda ini merasa bahwa dikolong langit tak mungkin bisa terjadi peristiwa yang demikian kebetulannya, dengan suara keras segera bentaknya.

   "Kau tak usah berlagak pilon lagi, aku kenali dirimu adalah Hwie Thian Mo-li !"

   Liong-Li tetap tap tak berkutik. Sebaliknya sihweesio tua itu sambil menghela napas panjang telah berkata lirih.

   "Sicu, kalau kau tidak percaya apabila roh suci dewi Kwan Im bisa munculkan diri dihadapanmu yaa sudahlah, apa gunanya kau mengutarakan kata-kata makian untuk mencaci maki malaikat suci !".

   "Cayhe makin tidak salah mencaci orang, dia adalah Hwie Thian Mo-li yang cayhe kejar selama ini, ia sudah membunuh banyak orang...".

   "Sicu, mengapa kau belum juga sadar dari kesalahanmu ?"

   Tegur sang padri tua itu kurang senang.

   "

   Meskipun Liong-Li adalah seorang dari dewi Kwan-Im namun diapun termasuk malaikat suci.

   Sicu, apabila kau tak mau mendengarkan nasehat pinceng sehingga menggusarkan Pouw sat dan melimpahkan hukuman berat kepadamu, pinceng tak mau ikut memikul resiko ini loo."

   "Hey hweesio gede, kaupun tak usah berlagak pilon lagi."

   Jengek Liem Kian Hoo sambil tertawa dingin.

   "jangan-jangan kau telah bersekongkol dengan iblis wanita itu !". Dengan wajah tidak senang hati padri tua itu bangkit berdiri.

   "O-min-ta-hud ! sicu, bukan saja kau sudah mencaci maki Pouw-sat bahkan mengacaukan pula ketenangan loolap dalam bersemedi Loolap adalah seorang padri dan aku tidak ingin mencari gara-gara dengan diri sicu lebih jauh ! tempat suci dari kaum Buddha, kami tidak akan melayani tamu buas macam diri sicu, harap sicu suka memaafkan apabila loolap terpaksa harus mengusir dirimu dari sini !."

   Mendengar ia hendak diusir oleh padri tua itu, Liem Kian Hoo naik pitam, ia pun tertawa dingin tiada hentinya.

   "Hmmm ! sungguh tak nyana seorang pendeta macam kaupun suka bersekongkel dengan iblis wanita itu ! iblis wanita yang telah banyak melakukan kejahatan."

   Serunya keraskeras.

   "Cahye bertindak demi menyelamatkan jiwa umat manusia dikolong langit, aku lebih suka menderita tuduhan telah mengacau ke tengah kuil anda dari pada harus membiarkan iblis wanita itu bikin keonaran lebih jauh !"

   Sembari berkata tangannya bergerak cepat mencengkeram tubuh patung Liong-li itu.

   Liong-li tetap tak berkutik, walaupun begitu serangan Kian Hoo yang dilancarkan dengan hebatnya itu sewaktu tersentuh diatas tubuhnya, seluruh tenaga pukulan tiba-tiba lenyap tak berbekas, ia hanya meraba segumpal daging badan yang halus, empuk dan lunak, hatinya jadi tertegun.

   Menanti ia menarik kembali tangannya, secarik kain putih telah disambarnya hingga terobek, seketika itu juga tampaklah sebuah bahu yang putih halus serta separuh dari dada yang montok dan padat berisi muncul didepan mata, meskipun berada dibawah sorotan lampu minyak yang redup namun sangat mempesonakan hati orang, membuat Kian Hoo pun jadi sedikit kesemsem.

   Namun dengan cepat sianak muda itu berhasil menguasi diri, dengan penemuannya ini semakin meyakinkan bahwa Liong-li itu bukan lain hasil penyaruan dari gadis cantik itu, meski pada saat ini ia tak berkutik barang sedikitpun jua namun kulit badannya yang putih halus itu sudah jelas membuktikan kalau ia bukan terbuat dari batu porselin yang tidak akan memberikan perasaan semacam itu.

   "Perempuan siluman !"

   Segera hardiknya penuh kegusaran.

   "Ambil kesempatan ini cepat-cepatlah menyerahkan diri untuk dibelenggu !"

   Hawa murninya disalurkan keseluruh telapak dan siap melancarkan sebuah pukulan mematikan, Mendadak terasa desiran angin tajam menyambar datang dari belakang punggungnya, tahu tahu padri tua itu sudah menubruk datang sambil melancarkan serangan.

   Liem Kian Hoo terdesak, terpaksa tenaga pukulan yang telah dipersiapkan untuk menghajar Liong-li diputar kebelakang dan menyambut datangnya serangan dari padri tua itu.

   "Bluuuummm!"

   Dua tenaga pukulan yang maha dasyat, tenaga dalam yang dimiliki Liem Kian Hoo jauh lebih sempurna, ia berhasil memaksa sipadri tua itu terdesak mundur lima enam langkah kebelakang dengan sempoyongan.

   Setelah terdesak mundur oleh angin pukulan sianak muda itu, sang padri tua tadi semakin naik pitam, bentaknya keraskeras.

   "Bajingan laknat yang tak tahu diri! dengan andalkan sedikit kepandaian silatku kau berani bikin keonaran didalam kuil Buddha kami ini ! Hmmm ! kau anggap kuil ing Tah-Tie akan membiarkan setiap orang bikin kegaduhan ditempat ?"

   Liem Kian Hoo pun naik pitam, dengan penuh kegusaran teriaknya keras-keras.

   "Telur busuk ! kau h'dup sebagai pendeta ternyata perbuatanmu terkutuk, kau telah melindungi iblis wanita yang sudah banyak melakukan kejahatan, akupun tidak akan membiarkan kau hidup dikolong langit dengan penuh kedamaian !"

   Air muka padri tua itu berubah membesi, perlahan-lahan ia ambil keluar tasbeh yang tergantung dilehernya lalu menghardik.

   "Bajingan buas ! lihat serangan..."

   "Sreeect ! Sreeet !"

   Ditengah desiran angin tajam, tiga titik cahaya hitam meluncur kemuka mengancam tubuh Liem Kian Hoo.

   Merasakan datangnya desiran angin tajam yang mengancam tubuh, sianak muda itu sadar bahwa tiga titik cahaya hitam itu pastilah suatu serangan yang maha dahsyat, baru-buru ia tarik lehernya menghindarkan diri dari dua ancaman yang, datang lebih duluan, kemudian salurkan hawa murninya kejari tangan dan menjepit butiran tasbeh ketiga.

   Meskipun biji tasbeh tadi berhasil ditangkap namun jari tangannya terasa linu dan sakit, hal ini membuat hatinya terperanjat bercampur gusar ia terperanjat karena tenaga sambitan dari padri tua itu sangat kuat, gusar karena hweesio tua ini kelihatannya sebagai seorang padri suci namun dalam perbuatannya ia malah melindungi yang jahat, Maka dengan penuh kegusaran kembali teriaknya.

   Keledai gundul tua, kukembalikan biji tasbehmu ini !".

   Sepasang jarinya menyentil kemuka, biji tasbeh yang berhasil ditangkap senjata rahasia yang dilepaskan dengan keras lawan keras, iapun kelihatan rada terperanjat kini melihat pula ia menyambut balik biji tasbeh tersebut hweesio tua itu semakin tak berani menerimanya dengan kekerasan.

   Sisa biji-biji tasbeh yang ada ditangan segera disambit keluar, mula-mula ia melepaskan sebiji tasbeh lebih dahulu untuk menyambut datangnya sambitan Kian Hoo ditengah udara, dalam bentrokan keras serta percikan bunga bunga api, biji tasbeh itu hancur berantakan, Setelah itu dengan ilmu Man-Thian-Hoa-Yu atau seluruh Angkasa penuh dengan bunga air hujan, ia sebarkan biji-biji tasbeh yang sisanya mengurung tubuh lawan.

   Kejadian ini membuat Liem Kian Hoo jadi gugup, ia tahu biji biji tasbeh itu meluncur datang dengan kekuatan yang maha dahsyat untuk menerima satu dua biji diantaranya dengan kekerasan ia masih sanggup namun kalau ia diharuskan menerima seluruh serangan tersebut, terutama sekali semua jalan darah ditubuhnya terancam dalam kurungan senjata lawan, sianak muda ini jadi kewalahan dan kerepotan sendiri.

   Dalam keadaan terdesak ia taribk napas panjangd hawa murninya adisalurkan kesebluruh badan dan kemudian memaksanya keluar lewat lubang pori pori dan menggembungkan pakaian yang dikenakan jadi bola hawa.

   Pletak...

   pleetak...

   biji-biji tasbeh tersebut sama-sama bersarang telak diatas pakaiannya.

   Termakan oleh timpukan biji biji tasbeh itu, muncullah beberapa puluh lubang kecil diatas pakaiannya itu, namun dengan adanya hadangan ini maka daya serangan dari biji-biji tasbeh itupun berkurang.

   Sekalipun badan terasa amat sakit oleh timpukan senjata lawan, namun sianak muda itu sama sekali tidak terluka.

   Menyaksikan betapa sempurnanya tenaga Iweekang yang dimiliki sianak muda itu, air muka padri tua itu tersebut berubah hebat, teriaknya dengan keras-keras.

   "Bangsat ganas ! kiranya kau andalkan ilmu silatmu yang lihay hendak bikin keonaran ditempat ini, Loolap akan adu jiwa dengan dirimu !"

   Sembari berkata ia membuka jubah Kaa-See nya kemudian ambil keluar sebuah ikat pinggang berwarna kuning emas, setelah digetarkan dalam genggamannya segera dihantamkan keatas kepala Liem Kian Hoo.

   Liem Kian Hoo sadar bahwa permainan ikat pinggang berwarna kuning emas dari padri tua itu pasti jauh lebih susah dilayani daripada timpukan biji tasbeh, ia tak berani berayal lagi.

   Laksana kilat pedangnya diloloskan dari sarung dan kemudian membabat keluar.

   Pleeetaaaak ! ikat pinggang itu mendadak menggulung diatas tubuh pedang tersebut dan menariknya keras-keras, sebilah pedang baja yang amat keras seketika itu juga patah jadi beberapa bagian.

   Dengan demikian maka Liem Kian Hoo jadi bertangan kosong belaka, sementara itu ikat pinggang tersebut bagaikan seekor ular berbisa kembali menggulung datang.

   Dengan senjata ditanganpun Kian Hoo merasa kewalahan apalagi sekarang harus menghadapi serangan lawan tangan kosong ia makin keteter, dan saking terdesaknya ia cuma bisa berkelit dan menghindar kesana kemari sebisanya.

   Tetapi ikat pinggang itu seolah-olah mempunyai sepasang mata, kemana saja tubuhnya hendak bergerak, ujung ikat pinggang tadi segera mengejar datang dan mengancam bahunya.

   Liem kian Hoo gertak gigi menybambut datangnyad serangan dengaan keras lawan kberas.

   "Breet!"

   Pakaian beserta kulit bahunya kena disambar hingga robek, darah segar segera mengucur keluar dengan derasnya.

   Melihat serangannya berhasil mengenai sasaran, padri tua itu tak mau lepas tangan begitu saja, bahkan seolah-olah ia mempunyai maksud untuk membinasakan sianak muda itu makin cepat makin baik.

   Tampak ikat pinggangnya digetarkan kemuka menghajar dada sianak muda itu, keadaan jadi amat kritis bagi keselamatan Liem Kian Hoo dan tak mungkin lagi baginya untuk berkelit, maka terpaksa ia harus melakukan perlawanan sebisanya.

   Hawa murninya disalurkan keujung jari kemudian disentil kedepan menghajar ujung ikat pinggang tersebut, inilah ilmu jari It Goan Ci kang yang berhasil ia pelajari dari kitab pusaka Koei-Hua Pit Kip yang ditinggalkan almarhum Soen-Tong Hay.

   Sebenarnya ilmu tersebut ia pelajari guna menghadapi Kauw Heng Hu, maka sejak selesai berlatih belum pernah ia gunakan kepandaian tersebut, kini karena keadaan amat kritis dan jiwanya terancam, terpaksa ia harus keluarkan kepandaian itu untuk menolong jiwanya.

   Hasil yang diperlihatkan serangan jari ini sungguh luar biasa sekali, walaupun ujung jarinya terasa amat sakit tatkala terbentur dengan ikat pinggang lawan, namun senjata tersebut berhasil ia sentil balik, sehingga senjata makan tuan dan balik mengancam kening padri tua itu sendiri.

   Agaknya hweesio tua itu mimpipun tidak menyangka kalau ia mempunyai kepandaian selihay itu, tidak sempat lagi baginya untuk menghindarkan diri dari ancaman ikat pinggang sendiri, terpaksa hawa murninya disalurkan keujung telapak kemudian melemparkan ikat pinggang tadi keluar.

   Hasilnya meskipun tenaga pentalan berhasil dipunahkan, namun ikat pinggangnya pun melayang keluar dari pintu pagoda.

   Pada saat itulah sesosok bayangan nunusia berkelebat lewat diluar pagoda dan kebetulan menyambut datangnya ikat pinggang tersebut.

   Tatkala Kian Hoo melihat orang itu adalah Ong Bwee Chi segera teriaknya keras-keras.

   "Nona Ong. cepat datang kemari, keledai gundul tua bangka ini sungguh buas dan jahat."

   Ketika Ong Bweer Chi melayang mtasuk ke-dalam rquangan tadi, airr mukanya kelihatan amat serius.

   Bersamaan itu pula dari belakang tubuhnya kembali muncul lima enam sosok bayangan manusia secara beruntun, ada tiga diantaranya adalah hwesio hwesio tua, sedang dua orang sisanya adalah seorane kakek tua serta seorang pemuda.

   Ketika melihat hadirnya orang-orang itu, padri tua yang barusan melangsungkan pertarungan melawan Liem Kian Hoo itu segera berteriak keras.

   "Sungguh kebetulan sekali kedatangan suheng bertiga ! bajingan cilik ini lihay sekali !". Sikakek tua serta sianak muda itu segera meloloskan senjata dan mengurung Kian Hoo serta Ong Bwee Chi rapatrapat, terutama sekali pemuda tersebut tampak terburu napsu dan tak bisa menahan emosi.

   "Thian Sim Thaysu !"

   Terdengar ia berteriak dengan wajah penuh kegusaran.

   "Apakah bajingan terkutuk ini yang hendak mencelakai Bwee siocia...?". Padri tua itu mengangguk sedangkan Liem Kian Hoo berdiri melengak. Sianak muda itu dapat melihat tatkala pemuda itu berbicara, sepasang matanya tiada hentinya memandang ke arah gadis cantik yang menyaru sebagai patung Liong Li itu, sebab pada saat ini ia sudah meninggalkan tempat semula dan menyembunyikan diri disudut ruangan, wayahnya kelihatan mengenaskan sekali. Terutama bajunya yang tipis dan robek itu membuat sebagian tubuhnya kelihatan nyata didepan mata, keadaannya seakan-akan patut dikasihani, sadarlah Liem Kian Hoo setelah melihat sikap para padri tua serta sikakek dan pemuda itu, buru-buru teriaknya keras.

   "Saudara-saudara sekalian harap jangan ke buru turun tangan lebih dahulu! kemungkinan besar diantara kita sudah terjalin sedikit salah paham, kenalkah kalian dengan nona ini ?". Sembari berkata jari tangannya segera menuding kearah gadis cantik itu, tampak tubuhnya gemetar keras dan menyembunyikan diri semakin ke sudut ruangan, sinar matanya memancarkan cahaya ketakutan, sikap maupun tingkah lakunya cukup menarik simpatik dan rasa iba bagi setiap lelaki untuk memberi bantuan kepadanya.

   "Sedikitpun tidak salah."

   Dengan suara gusar pemuda itu telah berteriak kembali.

   "Tentu saja kami Venal dengan nona Bwee, bahkan mengetahui pula kalau kau hendak merampas batu pualam berbentuk bunga bwee yang tergantung didepan dadanya, semakin tahu pula kalau kau mengandung maksud jahat terhadap diriku "

   "Aku mengandung maksud jahat apa terhadap dirinya ?"

   Teriak Kian Hoo melengak bercampur terkejut. Pemuda itu tertawa dingin.

   "Tentang soal ini harus ditanyakan kepada dirimu sendiri."

   Sahutnya.

   "Kau anggap apakah ilmu silat yang kau miliki sangat lihay?maka terhadap seorang perempuan lemah kau akan melakukan perbuatan perbuatan terkutuk yang merendahkan derajatmu Hmmm ! kau benar-benar sudah menyia nyiakan bakatmu yang bagus.". Sambil menahan rasa mendongkol dalam hatinya Liem Kian Hoo melirik sekejap kearah gadis cantik itu, tampaklah ia masih bersembunyi disudut ruangan dengan wajah patut dikasihani apabila sianak muda itu tidak melihat dengan mata kepala sendiri betapa keji dan kejamnya perbuatan gadis itu, mungkin ia sendiripun tidak akan percaya kaku gadis cantik yang lemah lembut dan patut dikasihani ini adalah seorang iblis wanita tak berperikemanusiaan."

   Dan sekarang kenyataan membuktikan bukan saja ia berwatak jahat dan kejam bahkan pandai memfitnah orang dengan akal yang licik.

   Sikakek tua, sianak muda serta empat padri tua yang hadir dihadapannya saat ini meski tiada nama dalam dunia persilatan, namun dapat dilihat bahwasanya ilmu silat yang mereka miliki tidak lemah, entah secara bagaimana gadis itu bisa menemukan mereka dan menghasut mereka agar bentrok dengan dirinya.

   Setelah berpikir pulang pergi, akhirnya Liem Kian Hoo merasa bahwa ia harus bikin terang lebih dahulu duduknya perkara, maka dengan menekan hawa gusar yang berkobar dalam dadanya ia bertanya.

   "Sejak kapan cuwi sebkalian bertemu ddengan dirinya a?...".

   "Kemarinb dulu ! "

   Sahut hweesio tua itu dingin.

   "Kemarin dulu nona Bwee datang kekuil kami karena ia melihat bahwasanya loolap sekalian berempat saudara memi!iki ilmu silat, maka ia mohon bantuan kami. Kebetulan sekali pada hari itu Peng sicu ayah dan anak berada dalam kuil pula, selesai mendengar menuturannya kami semua jadi agak gusar dan ambil keputusan untuk turun tangan membelai dirinya, kami sudah bulat-kan tekat untuk menghajar mampus bajingan tengik macam kau !". Mendengar ucapan itu diam-diam Liem Kian Hoo menghembuskan napas dingin, ia bersama Ong Bwee Chi telah melakukan pengejaran siang malam tanpa berhenti, siapa sangka kedatangan mereka berdua masih lebih lambat dua hari daripada dirinya, bukan begitu saja dengan licik dan pintarnya gadis cantik itu berhasil pula memancing kemunculan jago-jago lihay itu untuk memusuhi dirinya. Apabila ditinjau dari pelbagai kejadian itu, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa kemunculannya ini hari justru sengaja hendak memancing mereka berdua agar masuk jebakan. Iblis wanita ini bukan saja memiliki ilmu silat yang sangat lihay tiada taranya, bahkan hatinyapun Iicik dan punya banyak akal busuk. Sadarlah Kian Hoo, kendati ia memberi penjelasan macam apapun kepada beberapa orang itu pada saat ini, mereka pasti tak akan percaya dengan ucapannya, oleh karena itu dengan wajah serius segera teriaknya.

   "Cuwi sekalian sudah tertipu oleh siasatnya gadis ini adalah seorang iblis wanita yang sudah kehilangan daya ingatnya, didalam belasan hari yang amat singkat ia telah membinasakan hampir dua ratus lembar jiwa manusia. Tiga hari berselang peristiwa berdarah yang terjadi disebuah kota kecil tujuh puluh li diluar kota Lok-yang pun merupakan hasil karyanya...".

   "Kentut mak mu ! "

   Tukas pemuda she Peng itu sambil tertawa dingin.

   "Gadis suci macam nona Bwee mana mungkin merupakan seorang iblis wanita yang suka membunuh orang ? Hmm ! justru kaulah yang mirip dengan seorang manusia laknat yang pura-pura berbuat bajik."

   "Meskipun cayhe tidak berani mengatakan bahwa aku adalah seorang pendekar sejati yang suka melakukan perbuatan bajik, namun kedatanganku dari tempat sejauh ribuan li bukan lain adalah sedang mengejar iblis wanita ini, ia benar-benar seorang iblis yang akan membawa bibit bencana bagi umat manusia dikolong lanbgit.".

   "

   Hmmm.

   d.

   ..

   
Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
! Hmmm...!a mengapa tidak bkau katakan bahwa aku mengejar dirinya sejak dari ribuan li adalah disebabkan karena kesemsem dengan batu kumala mustika serta kecantikan wajahnya.".

   Dari sikap sang pemuda she Peng yang begitu emosi dan meluap-luap mara amarahnya sehingga melebihi beberapa orang tua lainnya, Liem Kian Hoo segera mengerti bahwa pemuda ini pastilah sudah tertarik oleh kecantikan wajah gadis itu, tak kuasa lagi ia menghela napas ringan.

   "Aaaai...! Heng thay, janganlah dikarenakan ia mempunyai paras muka amat cantik maka kau mempercayai ucapannya begitu saja, haruslah kau ketahui dibalik kecantikan wajahnya tersembunyilah suatu kebuasan dan kekejaman yang tiada taranya...".

   "Kentut busuk !"

   Teriak pemuda she-Peng itu semakin gusar.

   "Aku cuma tahu bahwa dibalik wajahmu yang ganteng dan halus, tersembunyi perbuatan-perbuatan hina yang rendah dan terkutuk !". Liem Kian Hoo menghela napas panjang, ia tahu bahwa sianak muda itu sudah terlalu dalam terjerumus dalam jebakan gadis itu, meski diterangkan lebih jauhpun percuma, maka ia berpaling dan bentaknya penuh kegusaran terhadap gadis cantik itu.

   "Siluman perempuan ! apabila kau benar-benar punya keberanian, ayoh jelaskan kepada mereka duduk perkara yang sebenarnya, kaupun boleh melakukan pertarungan secara terang-terangan melawan diriku, kau bisa tantang diriku untuk berduel Hmm ! sebenarnya apa maksudmu menghasut mereka yang sama sekali tiada sangkut pautnya dengan persoalan ini untuk memusuhi diriku ?".

   "Kau sudah mendesak aku begitu rupa, apa sebabnya mengucapkan pula kata-kata macam itu untuk merusak namaku ?"

   Keluh sang gadis dengan suara yang patut dikasihani, seluruh tubuhnya gemetar keras.

   "Aku rela menyerahkan batu kumala itu untukmu dan mohon agar kau suka melepaskan diriku....". Sembari berkata ia merogo kedalam sakunya dan ambil keluar batu kumala berbentuk bunga bwee itu dengan tangan gemetar, air mata bercucuran membasahi seluruh wajahnya, keadaan gadis itu boleh dikata patut dikasihani.

   "Nona Bwee !"

   Teriak pemuda she Peng amat gusar "janganlah kau menyerah kalah begitu saja terhadap bajingran tengik tersetbut, kami pastiq akan membantu rdirimu untuk membinasakan dirinya !"

   "Jangan ! jangan kau lakukan hal itu."

   Seru sang gadis dengan wajah mengenaskan.

   "Kepandaian silat yang ia miliki sangat lihay, kalian tak bakal bisa menangkan dirinya, tidak sepantasnya kalau aku mohon bantuan kalian semua sebab hal ini sebaliknya malah akan mencelakai kalian sendiri, lebih baik giok Bei ini kuberikan saja kepadanya, Aku cuma ingin menjaga kesucian badanku belaka, seandainya ia tak mau lepaskan diriku lagi, terpaksa aku akan bunuh diri di hadapan matanya agar ia bisa padamkan niatnya itu...". Ucapan ini sangat menggusarkan hati Kian-Hoo, begitu memuncak hawa marahnya sampai-sampai ia tak kuat mengendalikan diri.

   "Siluman perempuan !"

   Bentaknya.

   "Jangan kau anggap dengan bertindak licik macam itu kau lantas dapat cuci tangan dari pertanggungan jawab atas dua ratus lembar jiwa manusia, Hmmmm ! siapa yang kesudian menerima batu pualam Giok Bei mu itu...".

   "Liem heng, jangan terburu napsu dan mengikuti emosi."

   Ong Bwee Chi segera memperingatkan dengan suara lirih.

   "

   Kalau kau bertindak demikian sebaliknya malah lebih gampang memancing datangnya reaksi dari orang lain, makin emosi dirimu makin sulit bagimu untuk merebut kepercayaan orang yang ada didepan mata kita dewasa ini merupakan jago-jago tangguh semua, akupun kena dipaksa naik keatas oleh gencetan mereka...".

   Liem Kian Hoo tertawa getir.

   "Persoalan yang terjadi ini hari perduli bagaimanapun juga sukar untuk dibikin terang."

   Katanya.

   "siluman perempuan itu sungguh lihay, walaupun aku adalah orang yang bersangkutan dalam perisiiwa ini, namun hampir-hampir saja aku percaya kalau dia adalah seorang gadis lemah yang patut dikasihani..."

   "Nona Bwee tentu saja seorang gadis lemah yang patut dikasihani."

   Padri tua yang disebut Thian Siin thaysu itu segera berseru.

   "ini hari dengan mata kepala sendiri aku saksikan secara bagaimana kau sudah menghina dan mempermainkan dirinya !".

   "Siapa mempermainkan dirinya!"

   Teriak Kian Hoo sangat mendongkoI.

   "

   Dalam cengkeramanku tadi, aku hendak mencabut selembar jiwanya !"

   "Kau hendak mencabut jiwanya ? "

   Jengek Thian Sim thaysu sambil tertawa dingin.

   "Dengan tenaga dalam yang kau miliki, masa dalam seranganinu tadi hanya pakaiannya belaka yang berhasil kau sambar robek."

   Liem Kian Hoo sadar iblis wanita ini terlalu menyembunyikan keadaan sendiri, hanya andalkan penjelasan lewat mulut belaka tak mungkin bisa membuat mereka percaya, bahkan sekalipun Ban Sioe Sim datang dendiri dan menceriterakan kisah aneh itupun belum tentu mereka suka percaya.

   Kecuali kalau beberapa orang ini bisa menyaksikan sendiri betapa lihaynya tenaga dalam yang dimiliki gadis itu serta betapa keji perbuat-anya tenaga dalam yang dimiliki gadis itu serta betapa keji perbuatannya maka mungkin mereka baru mau percaya.

   Tetapi dewasa ini usahanya selalu dihalangi oleh beberapa orang itu, tak mungkin ia bisa paksa gadis itu untuk perlihatkan kelihayannya.

   Satu-satunya jalan yang ia tempuh adalah mengalahkan lebih dahulu beberapa orang ini, dan lebih baik lagi kalau menotok jalan darah mereka baru kemudian paksa iblis tersebut untuk turun tangan agar beberapa orang itu melek matanya dan tahu duduk perkara sebenarnya.

   Kalau dibicarakan memang gampang, namun sanggupkah ia melakukan kesemuanya ini ? menghadapi Thian Sim thaysu seorangpun ia harus ke luarkan banyak tenaga apalagi ditambah dengan tiga orang suhengnya serta ayah anak she Peng itu.

   Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa ia berpaling kearah gadis itu dan tertawa dingin tiada hentinya.

   "Aku sungguh tak paham dengan sikapmu sekarang."

   Serunya.

   "Dengan tenaga dalam yang kau miliki saat ini, jelas jauh melebihi diriku, mengapa tidak kau hadapi sendiri diriku, sebaliknya malah suruh orang lain mencari gara-gara terhadap diriku ?".

   "Ampunilah diriku... ampunilahb diriku..."

   Rendgek sang gadis asambil mengucurbkan air mata.

   Suaranya mengenaskan cukup melelehkan hati manusia yang keras bagaikan bajapun, kecuali Liem Kian Hoo seorang yang masih melotot dengan penuh kegusaran boleh dikata lelaki-lelaki lain dibikin beriba hati semua.

   Lama kelamaan pemuda she Peng itu tak dapat menahan sabar lagi, makinya dengan penuh kegusaran.

   "Bajingan tengik ! kau betul-betul bukan manusia, nona Bwee sudah merengek-rengek macam begini terhadap dirimu, mengapa kau masih begitu tega untuk memaksa dirinya terus menerus!". Sambil berkata pedangnya dikebaskan ke tengah udara siap mengadu jiwa dengan Liem Kian Hoo, sementara empat hweesio tua serta kakek tua itupun sudah mempersiapkan diri untuk turun tangan.

   "Suatu hari kalian akan merasa menyesal karena perbuatan kalian yang gegabah dan tidak pikir panjang ini !"

   Teriak Kian Hoo marah.

   "Apabila ini hari aku tidak berhasil membinasakan kau bajingan tengik, barulah kami akan menyesal sepanjang hidup !"

   Balas sang pemuda tak mau kalah. -oo0dw0oo-

   Jilid 14 DI TENGAH bentakan keras, ujung pedangnya membentuk sekilas cahaya tajam langsung menusuk ulu hati Kian Hoo tiada bersenjata, melihat datangnya ancaman yang begitu hebat ia cuma bisa berkelit kesamping belaka.

   Namun pemuda she Peng itu tak mau lepas tangan begitu saja, ia lanjutkan pengejarannya ke depan, serangan pedang dilancarkannya semakin gencar hingga membuat Liem Kiun Hoo jadi kalang kabut.

   Ong Bwee Chi yang menyaksikan keadaan sahabatnya jadi gelisah, buru-buru ia melemparkan ikat pinggang warna kuning yang berhasil ia rampas tadi kearah Kian Hoo sambil berseru.

   "Liem-heng, tangkap senjata ini gunakan-untuk menghadapi serangan kunyuk dogol itu !". Tatkala Liem Kian Hoo menyambut datangnya ikat pinggang tersebut, segera ia getarkan ikat pinggang tersebut keluar. Tidak ampun lagi pedang tawan bkena dibelenggud kencang-kencanag dan tak bisa bterlepas lagi, agaknya pedang pemuda tadi adalah senjatu mustika, terbukti setelah terbelenggu tidak seperti pedang Kian Hoo tadi segera tergencet patah jadi beberapa bagian, pedang itu terbelenggu oleh ikat pinggang itu dan melekat erat-erat sedang kedua belah pihak berusaha untuk menariknya kearah belakang.

   "Adduh celaka ! "

   Salah seorang padri tua itu menjerit kaget.

   "Ruyung Merak emas dari sute telah terjatuh ketangan bajingan jahat itu, hal ini sama halnya dengan memberi sayap buat harimau ganas.". Kakek tua she-Peng itu menguatirkan keselamatan putranya, buru-buru ia kebas pedangnya maju membantu. Dalam keadaan gemas sekuat tenaga Liem Kian Hoo betot ikat pinggangnya, dan begitu hebat tenaga betotan tadi sampai-sampai pemuda itu beserta pedangnya tertarik kemuka, Cahaya pedang dari sikakek tua itu dengan cepat mengurung seluruh tubuh Kian Hoo sehingga memaksa sianak muda itu harus menunjukan kelihayannya, tangannya diangkat keatas lalu digetarkan keras-keras, tenaga sang pemuda she- Peng tidak memadahi Kian Hoo sehingga ia tak kuasa menahan diri, pedangnya segera terlepas dari genggamannya. Pada saat yang bersamaan pula serangan dari sikakek tua itu telah tiba, ia segera putar senjata dan menangkis ancaman tersebut. ikat pinggang berwarna kuning itu masih te tap membelenggu pedang panjang pada ujungnya maka terpaksa Kian Hoo harus putar senjata untuk menghadapi seranganserangan gencar dari kakek tua itu. Walaupun ia tidak lancar menggunakan senjata tadi, namun dengan andalkan ilmu silatnya yang beraneka ragam serta tenaga dalam yang amat sempurna untuk sementara waktu ia berhasil membendung seluruh serangan gencar dari orang tua itu. Sementara itu setelah pemuda she-Peng kehilangan pedang, ia mundur kesisi kalangan dengan wajah murung dan sedih, sekarang ia baru tahu kalau musuhnya itu memiliki ilmu silat yang sangat lihay. Perlahan-lahan gadis cantik itu maju menghampiri kesisi tubuhnya, kemudian dengan suara lembut ujarnya.

   "Bukankah sejakr tadi aku sudaht berkata bahwa qdia sangat lihary sekali, sudah kunasehati dirimu jangan berkelahi dengan dirinya karena kau musti kalah, siapa suruh kau tidak mau menurut."

   Ucapan ini sangat menyinggung perasaan pemuda she- Peng tersebut, hawa amarahnya kembali barkobar dalam dadanya, ia meraung keras, kemudian dengan tangan kosong menubruk kearah punggung Kian Hoo.

   Ketika itu Liem Kian Hoo sedang pusatkan seluruh perhatiannya untuk menghadapi serangan serangan gencar dari sikakek tua itu, ia sama sekali tidak memperhatikan keadaan belakang, dengan begitu punggungnya jadi terbuka dan gampang terserang.

   Tampaklah tubrukan itu segera akan mengena sasaran, tiba-tiba disaat yang amat kritis itulah dari sisi kalangan berkelebat lewat sesosok bayangan manusia disusul dua buah serangan yang dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaram kilat.

   Serangan pertama telah menghalangi tubrukan dari pemuda she-Peng itu, sedangkan serangan kedua bersarang telak diatas dada pemuda tadi sehingga badannya mencelat kebelakang dan muntah darah segar.

   Mendengar suara gaduh dibelskang tubuhnya Liem KianHoo berpaling, ia temukan orang yang barusan membantu dirinya bukan lain adalah Ong Bwee Chi, dengan sinar mata penuh rasa berterima kasih ia melirik sekejap kearahnya.

   Dalam pada itu dengan badan gemetar gadis cantik tadi kembali menyembunyikan diri disudut ruangan.

   Sikakek tua she-Peng itu jadi terperanjat tat kala menyaksikan putranya terluka, ia segera menghentikan serangannya dan lari menghampiri tubuh pemuda tersebut, ketika ditemukan bahwasannya lelaki itu muntah darah dan jatuh tidak sadarkan diri, ia jadi amat sedih bercampur gusar.

   "Bajingan ! "

   Teriaknya.

   "Berani benar kau turun tangan keji terhadap putraku."

   "Hmmm ! siapa suruh ia melancarkan serangan bokongan dari belakang punggung orang ? terhadap manusia pengecut macam dia sudah sepantasnya kalau dijatuhi hukuman yang setimpal!"

   Dengus Ong Bwee Chi sinis.

   "Lonte busuk ! "

   Teriak kakek itu semakin gusar, sambil mencekal pedang ia segera loncat kedepan.

   "Ini hari jangan harap kau bisa loloskan diri dari ujung pedang loohu....". Liem Kian Hoo segera melepaskan pedang yang terbelenggu diujung ikat pinggang itu dan dilemparkannya kearah Ong Bwee Chi sambil berseru.

   "Nona Ong, sambut pedang tersebut ! dan apabila tidak terpaksa janganlah melukai orang !"

   Setelah menyambut datangnya pedang itu belum sempat Ong Bwee Chi buka suara, cahaya pedang sikakek itu sudah menggulung tiba, terpaksa ia mengepos tenaga untuk menyambut datangnya serangan lawan.

   Tenaga serangannya tidak sekuat tenaga Kian Hoo, tetapi gerakan tubuhnya jauh lebih ringan dan lincah, ditengah serangan-serangan gencar yang dilancarkan sikakek tua itu meski ia rada keteter namun dengan andalkan kelincahan badannya setiap kali ia berhasil loloskan diri dari ancaman bahaya.

   Sementara itu Thian Sim thaysu telah berpaling memandang sekejap kearah tiga orang padri tua itu lalu berkata.

   "Suheng sekalian ruyung merak emas milik siauw-te telah lenyap, harap suheng sekalian suka bantu siaute untuk meranipasnya kembali...". Air muka tiga orang padri tua itu berubah keren dan membesi, tanpa mengucapkan sepatah katapun dari pinggang masing-masing mengambil keluar sebuah ruyung lemas yang berbentuk seperti ikat pinggang, warna ruyung itu adalah keperak-perakan, hijau membesi serta merah membara. Bentuk maupun ukurannya persis seperti ruyung yang berada ditangan Kian Hoo. Da!am waktu singkat ketiga orang padri tua itu sudah menyebarkan diri membentuk posisi segi tiga dan mengurung Liem kian Hoo ditengah kalangan.

   "Thaysu bertiga adalah padri agung "

   Seru Liem Kian Hoo dengan wajah serius.

   "Apakah kalianpun hendak mengerubuti diriku secara massal ?". Merah padam selembar wajah padbri tua yang berd warna keperak aperakan itu, sebgera jawabnya.

   "Untuk menghadapi seorang bajingan tengik macam dirimu, buat apa kami harus menuruti peraturan Bu-lim dengan satu lawan satu ! Hmmm ! justru kami hendak membinasakan dirimu lebih cepat berarti lebih baik !".

   "Kalian semua keledai-keledai gundul yang bermata tak berbiji, mulut kamu semua tidak bersih dan memaki diriku dengan bajingan tengik Hmmm ! padahal kalianlah yang sebenarnya pantas disebut manusia goblok yang tidak punya otak !"

   Tiga orang padri tua itu jadi amat gusar mendengar seruan tersebut, tiga buah ruyung lemas bagaikan hembusan angin puyuh segera menggulung keluar.

   Liem Kian Hoo menanti dengan hati tenang, hawa murninya disalurkan keseluruh badan, Menanti serangan lawan telah tiba ia baru putar senjata ruyungnya dan terjadilah suatu pertempuran yang amat seru ditengah kalangan itu.

   Mula-mula hwesio tua yang bernama Thian Sim Thaysu itu cuma menonton jalannya pertarungan dari sisi kalangan, tetapi lama kelamaan ia jadi kaget juga setelah menyaksikan keampuhan Liem Kian Hoo, ia termenung sejenak akhirnya dari belakang meja sembahyangan ia mengambil keluar sebuah toya Poothung dan terjunkan diri pula kedalam kalangan.

   Dengan demikian keadaan Liem Kian Hoo semakin runyam, senjata yang biasa ia gunakan adalah sebilah pedang, kini harus mengunakan ruyung lemas, bukan saja merasa tidak biasa, bahkan menghadapi pula serangan-serangan gencar yang semuanya ditujukan untuk mencabut selembar jiwanya, ia makin kelabakan, seluruh tenaga dalam yang harus dikerahkan untuk mempertahankan diri.

   Tenaga dalam yang dimiliki tiga orang padri tua itu jauh diatas tenaga dalam dari Thian-Sim Thaysu, jurus serangan dalam permainan ruyungpun jauh lebih sempurna.

   Untuk menghadapi mereka bertiga sudah cukup kerepotan apalagi sekarang bertambah dengan ancaman toya besi dari Thian Sim Thaysu, maka tidak sampai belasan gebrakan ia sudah kecapaian setengah mati, keringat mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, lengan yang digunakan untuk mainkan ruyungpun terasa linu dan sakit.

   Ketika suatu saat ia punya kesempatan untuk berpaling, tampaklah olehnya Ong Bwee Chi pun kena terdesak hebat oleh seranbgan-serangan gedncar kakek tua aitu, ia jauh lebbih banyak bertahan daripada menyerang dan keadaannya kritis sekali, berarti keadaan mereka semakin bahaya.

   Agaknya sikakek tua she-Peng itu sangat mendendam terhadap kedua orang muda-mudi ini, terutama sekali setelah putranya terluka, terdengar ia berteriak keras-keras.

   "Thaysu seka!ian, perketat serangan ! kita harus cepatcepat binasakan sepasang anjing laki perempuan ini !". Sambil berseru permainan pedangnya pun semakin dipergencar, membuat Ong Bwee Chi tak sanggup mengerahkan tenaga untuk menghindarkan diri lagi, terpaksa gadis itu harus gertak gigi menerima semua serangan dengan keras lawan keras hingga keadaannya makin berbahaya. Liem Kian Hoo sendiripun makin bertarung makin lelah, ia sadar keadaan sangat tidak menguntungkan dirinya, dengan hati sedih bercampur gusar segera teriaknya.

   "Sungguh tak nyana aku bakal mati ditangan kalian manusia-manusia goblok yang tidak punya otak, dikemudian hari apabila dunia persilatan dilanda bencana pembunuhan masal, maka kalianlah yang harus bertanggung jawab atas kejadian itu". Thian Sim thaysu tertawa dingin.

   "Asal kami berhasil membinasakan kau bajingan tengik yang terkutuk berarti dalam dunia persilatan telah kehilangan seorang bibit bencana !"

   Serunya.

   Menyaksikan orang orang itu belum juga sadar dari keadaan yang sebenarnya, Liem Kian Hoo mendongkol bercampur gusar, hawa amarah berkobar dalam dadanya, dengan kerahkan seluruh sisa tenaga yang dimilikinya ia ayunkan ruyung-nya kedepan.

   Plaaaaak...! ruyung tadi dengan telak menghajar diatas tongkat besi tersebut, diiringi suara bentrokan nyaring, tongkat tersebut seketika patah jadi dua bagian.

   Namun pada saat itulah tiga buah ruyung dari hweesio hweesio tua itu sudah menyapu datang dari tiga arah yang berlawanan sianak muda itu dipaksa harus enjotkan badan untuk menghindarkan diri, ambil kesempatan itulah Thian Sim thaysu menyodorkan kutungan toyanya ke arah depan.

   Dengan demikian keadaan dari Liem Kian Hoo jadi amat berbahaya sekali.

   Berada ditengah udara sianak muda itu segera sambit ruyungpun ke arah gadis cantik itu sambit berteriak gusarr.

   "Siluman peretmpuan! kali iniq apa yang kau hrarapkan segera akan terwujud !". Ruyung itu meluncur kedepan dengan kecepatan luar biasa, agaknya Thian Sim thaysu takut gadis itu tak kuasa menahan diri, maka pada saat yang bersamaan ia tarik kembali serangannya dan membabat kearah ruyung tersebut dengan sekuat tenaga ia berhasil menangkap senjata tadi. Thian Sim thaycu terperanjat mimpipun ia tidak menyangka kalau gadis cantik yang kelihatan lemah lembut itu memiliki tenaga dalan yang begitu sempurna, ia lupa menarik serangannya sehingga tongkat tadi segera menghantam kearah tubuh gadis tersebut. Gadis cantik itu tertawa dingin, ruyungnya digetarkan mendatar kemuka, mengikuti datangnya serangan toya tadi senjata tersebut meluncur kedepan. Tampaklah cahaya berkelebat lewat batok kepala Thian Sim thaysu yang gundul tahu tahu sudah berpisah dari tubuhnya dan terjatuh keatas tanah, darah segar muncrat keluar keempat penjuru. Menyaksikan peristiwa ini tiga orang padri tua lainnya jadi amat terperanjat dengan wajah melengak, buru-buru mereka tarik kembali ruyungnya dan berdiri menjublak. Gadis cantik itu sama sekali tidak pilih kasih, ruyungpun dibabat kemuka lebih jauh, laksa na bayangan setan badannya menubruk kemuka dengan dahsyatnya.

   "Brrruuk... bruukkk... bruuuk!"

   Darah segera kembali muncrat keempat penjuru membasahi lantai, kembali tiga sosok mayat menggeletak diatas tanah tanpa kepala.

   "Aduuuh celaka ! teriak Kian Hoo keras-keras "penyakit edan dari iblis wanita ini kumat lagi, ayoh cepat kita...".

   "Nona Bwee, kau..."

   Terdengar kakek tua she-Peng itupun berseru kaget sambil berdiri menjublak.

   Sinar mata yang amat tajam berkelebat lewat dari ujung mata gadis itu, ruyungnya digetarkan kemuka menyapu ulu hati kakek tua tersebut.

   Melihat datangnya ancaman sikakek tua she-Peng itu jadi terperanjat buru-buru pedangnya diputar kedepan hendak menangkis, namun belum sempat ia bergerak tahu tahu ujung ruyung lawan sudah bersarang diatas dadanya.

   Kakek tua itu menjerit ngeri, dadanya berlobang dan darah segar muncrat keluar membasahi seluruh lantai, tidak sempat berkutik lagi tubuhnya roboh binasa keatas tanah.

   Perbuatan keji gadis cantik itu tidak sampai disana saja, ruyung lemasnya dibuang keatas tanah dan ia sambar pedang panjang dari mayat kakek tua itu kemudian ditusukkan kearah tubuh Ong Bwee Chi.

   Sejak gadis cantik itu melakukan pembunuhan massal Ong Bwee Chi sudah bikin persiapan melihat datangnya ancaman ia segera putar pedangnya menyambut, sementara badannya cepat-cepat mundur kebelakang.

   Pedang itu tergetar oleh tenaga serangan sang gadis yang amat kuat itu sehingga terbang ke angkasa, untung Ong Bwee Chi sempat menghindarkan diri.

   Gadis cantik itu ada maksud mengejar lebih jauh, namun pada saat itulah Liem Kian Hoo telah turun tangan, telapaknya berkelebat melancarkan serangan sedangkan tubuhnya menubruk ke-muka, dengan telapak tangan ia tabok ujung pedang lawan.

   Agaknya gadis itu benar-benar jeri terhadap Liem Kian Hoo, sebelum pedangnya sempat melukai Ong Bwee Chi ia sudah geserkan senjata itu kesamping kiri.

   "Perempuan siluman ! kau benar benar sudah edan !"

   Teriak Kian Hoo keras-keras.

   Badannya bergerak kedepan dan sekali lagi melancarkan sebuah serangan menghantam dadanya, Gadis itu tidak menghindar maupun berkelit, ia biarkan telapak sianak muda itu menghajar dada-nya, diiringi bentrokan dahsyat gadis itu mengeluh lirih.

   Perasaan yang timbul dalam hantaman ini ternyata jauh berbeda sewaktu Kian Hoo melancarkan cengkeraman tempo dulu, ia merasa tangan nya menyentuh sesuatu yang lunak dan halus, ia tak mengerti mengapa serangannya tadi tak berhasil melukai dirinya.

   Sinar mata buas yang memancar keluar dari sepasang mata gadis itu mendadak lenyap tak berbekas, sebagai gantinya muncullah suatu cahaya aneh dan sukar dilukiskan dengan kata-kata diatas mukanya, kemudian sang tubuhpun segera meleset mundur kebelakang.

   Liem Kian Hoo mengira gadis itu akan melancarkan serangan kembali kearahnya, buru-buru ia putar sepasang telapak mencengkeram urat nadi gadis cantik itu.

   Suatu senyuman manis mendadak tersungging diujung bibir gadis itu, kena senyuman manis iniKian Hoo tergiur, sepasang tangannya yang semula mencengkeram urat nadi gadis itu erat-eratpun segera jadi kendor, sebab ia merasa bahwa senyuman ini laksana sang surya muncul diufuk timur, bagaikan bunga mawar yang sedang berkembang, indah menawan dan mempesonakan hati.

   Cantik, wajahnya benar benar cantik hingga sukar dilukiskan dengan kata kata.

   Pedang Bunga Bwee Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Misterius, tingkah lakunya benar benar misterius sehingga sukar untuk dipecahkan dengan akal.

   Kecantikan macam ini serta kemisteriusan macam ini membuat ia jadi tergiur, terpesona tatkala ia genggam tangannya, begitu tergiur sampai ia tak tahu apa yang harus dilakukan.

   Dan waktupun seolah olah berhenti, waktu sesingkat itu terasa amat lama bagaikan beratus-ratus tahun lamanya.

   Beberapa saat kemudian ia baru mendusin dari lamunan, ia teringat kembali bahwa gadis cantik ini bukan lain adalah Hwe Thian Mo-li yang dengan susah payah dicari, dikejar dan ditangkap untuk dibinasakan tenaga dalamnya segera disalurkan keseluruh tubuh, sianak muda itu bermaksud menghancurkan tulang tulang tubuhnya.

   Tetapi secara tiba-tiba gadis itu menarik tangannya hingga terlepas dari genggaman sianak muda itu kemudian meraba dadanya dan berbisik dengan suara lirih.

   "Bwee Hoa dengan penuh rasa hormat menanti kedatanganmu didepan sana !"

   Habis berkata badannya melayang kedepan, bagaikan seekor kupu-kupu ia melayang keluar lewat pintu pagoda dan lenyap dibalik kegelapan.

   Dengan termangu-mangu Liem-Kian-Hoo berdiri ditempat sambil mengawasi bayangan punggungnya berlalu dari sana, lama sekali ia berdiri tertegun disana kendati bayangan tubuhnya sudah lenyap.

   Mendadak terdengar suara helaan napas ringan berkumandang datang dari belakang tubuh-nya, buru buru ia berpaling, tampaklah orang yang barusan menghela napas bukan lain adalah Ong-Bwe-Chi, ia jadi kebingungan dan tidak habis mengerti melihat sikap gadis itu.

   


Pendekar Pengejar Nyawa -- Khu Lung Telapak Emas Beracun -- Gu Long Setan Harpa -- Khu Lung/Tjan Id

Cari Blog Ini