Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 17


Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 17



Pendekar Bloon Karya dari S D Liong

   

   Ternyata bungkusan kertas lilin itu bukan berisi hiong som sebagaimana dikatakan dalam surat oleh orang yang menamakan dirinya Li ing ti atau Engkau-tahu-sendiri, melainkan sebutir kepala ...

   manusia ! Sesaat Cian-bin-long-kun tegak seperti patung.

   Wajahnya pucat silih berganti merah.

   Suasana ruang perjamuan itu hening lelap.

   "Batang kepala orang itu bukan lain adalah kepala Tanganseribu Buddha Kim Hok, si gemuk yang bersama Algojo berdarah-dingin Hun Tiong mo, telah diperintahkan untuk memendam peti harta karun dipulau karang. Itulah sebabnya maka Cian-bin-long-kun Buyung Kiong terkejut seperti disambar petir.

   "Panggil penjaga pintu "

   Sesaat menyadari bahwa dirinya telah menderita hinaan besar seorang yang tak diketahui segera Cian- bin-long- kun berseru memberi perintah.

   "Lihat isi bungkusan itu "

   Teriak Cian-bin long-kun setelah penjaga pintu datang. Penjaga pintu memandang ke meja dan seketika pucatlah wajahnya .

   "Hamba ... tak tahu kalau isinya ...

   "

   "Kerahkan kawan-kawanmu mencari orang itu segera seret kemari "

   Teriak Cian bin Iong-kun dengan bengis.

   Penjaga pintu itu pucat wajahnya.

   Orang yang menerimakan bungkusan itu sudah pergi, kemanakah ia harus mencarinya.

   Namun perintah Cian-bin long kun tak dapat dibantah.

   Terpaksa dengan gemetar ia mengiakan dan terus mengundurkan diri.

   Beberapa belas jago2 yang dipelihara Cian bin- Iong kun segera dikerahkan untuk mencari orang yang mengantarkan bingkisan itu.

   Walaupun tak mudah untuk mencari orang dalam kota yang begitu besar dan ramai, namun mereka tetap berusaha juga.

   Beberapa orang yang tingkah lakunya mencurigakan segera ditahan dan ditanyai.

   Tetapi terpaksa harus dilepas lagi karena tiada bukti.

   Saat itu penjaga pintupun sedang berjalan sepanjang jalan yang agak sepi.

   Tiba2 ia melihat tiga orang sedang berjalan mendatangi.

   Diperhatikannya ketiga orang itu dan seketika ia heran melihat salah seorang diantaranya, agak aneh.

   Seorang pemuda yang gundul tidak, berambut pun tidak.

   Walaupun gundul tetapi pada kepala bagian kanan tumbuh seikat rambut panjang yang mirip sebuah kuncir.

   Memang cakap juga wajah pemuda itu tetapi sikapnya seperti tolol.

   Tiba2 salah satu diantara ketiga orang menghampiri dan meregur.

   "Saudara, dimanakah kediaman Cian-bin-long-kun Buyung Kiong?"

   Penjaga pintu yang berkawan dua orang jago silat itu terkejut mendapat pertanyaan itu.

   "Siapa engkau ?"

   Tegur penjaga pintu.

   "Kami datang dari lain daerah hendak melihat-lihat keindahan kotaraja. Kudengar Cian-bin long-kun Buyung Kiong sedang mengadakan pesta ulangtahun"

   "Apa keperluanmu menanyakan kediaman Cian bin-longkun ?"

   Tanya si penjaga pula.

   "Ei. mengapa lagakmu begitu tengik ?"

   Tiba2 Blo'on menyelutak, Rupanya ia tak puas melihat lagak bicara si penjaga pintu yang angkuh.

   "Kurang ajar, engkau berani memaki aku?' teriak penjaga pintu.

   "Mengapa tak berani ?"

   "Kalau tak salah engkau ini mirip dengan orang yang mengantar bingkisan istimewa itu,"

   Tiba2 penjaga pintu berseru.

   "Apa maksudmu ?"

   Tegur pemuda itu.

   "Bukankah engkau yang mengantar bungkusan besar kepada tuan Buyung Kiong ?"

   Seru penjaga pintu.

   "Hah ?"

   Pemuda itu ternganga.

   "Ho. jangan menyangkal"

   Teriak penjaga pintu pula.

   "engkau harus ikut kami menghadap Buyung loya"

   "Mengapa ?"

   Tanya si pemuda tak mengerti.

   "Buyung loya hendak bertemu dengan engkau"

   Penjaga pintu tak mau menerangkan maksud undangannya itu. Kedua kawan pemuda itu terkejut. Tetapi belum tempat mereka menilai maksud orang, tiba2 Blo'on sudah berseru.

   "Bagus, aku memang hendak mencari Buyung Kiong"

   Katanya.

   "Ikut aku"

   Seru penjaga pintu seraya mendahului melangkah.

   "Saudara, tunggu sebentar"

   Kata salah satu dari ketiga orang itu.

   "Mengapa ?"

   Seru penjaga pintu.

   "Harap saudara jelaskan apa keperluan tuan Buyung Kiong hendak bertemu dengan kami"

   "Aku tak tahu"

   Sahut penjaga pintu.

   "nanti bila berhadapan dengan Buyung loya. engkau boleh tanya sendiri".

   "Paman, biarlah kita ikut saja"

   Kata si pemuda yang bukan lain adalah Blo'on.

   Blo'on bertiga sedang menuju ke tempat kediaman Buyung Kiong.

   Walaupun tinggal di kota raja tetapi tak pernah To Jinsik tahu letak kediaman Buyung Kiong.

   Maka ketika berpapasan dengan penjaga pintu dan kedua jago silat keluarga Buyung, To Jin sik bertanya.

   Jika tak bertanya mungkin takkan terjadi sesuatu, Tetapi karena bertanya itu maka timbul seketika pikiran penjaga pintu.

   Ia merasa bebas untuk mencari orang yang mengantar bingkisan istimewa tadi, tentu sukar sekali.

   Maka ia mempunyai rencana untuk menjadikan Bloon kambing hitamnya.

   Dan secara kebetulan pula ternyata Blo'on memang hendak mencari Buyung Kiong.

   Pencaharian orang yang mengantar bingkisan kepala orang tadi, cukup memakan waktu lama.

   Dan karena peristiwa itu maka hilanglah selera para tetamu.

   Beberapa waktu kemudian, para tamu itupun pulang.

   Juga Buyung Kiong sendiri seperti orang yang kehilangan semangat.

   la merasa menderita hinaan besar.

   Disamping itu iapun gelisah juga memikirkan peti2 harta karun yang disuruhnya menyembunyikan di pulau kosong.

   "Kemanakah Tangan seribu buddha Hun liong mo dan anakbuahnya itu?"

   Sambil mondar mandir di ruang perjamuan yang sudah kosong dari tetamu itu, ia memikirkan peristiwa itu.

   "Kalau Kam Hok dibunuh orang, tentu kemungkinan besar, orang2 yang kusuruh itu mengalami nasib yang malang, pikirnya lebih lanjut, ia kucurkan keringat dingin dikala memikirkan kemungkinan hilangnya peti berisi harta yang tak ternilai harganya itu.

   "Loya....."

   Tiba2 Buyung Kiong dikejutkan oleh suara dari luar yang memanggil dirinya. Ketika berpaIing tampak penjaga pintu dengan kedua jago silat sedang membawa tiga orang yang belum dikenalnya.

   "Inilah orang yang mengantar bungkusan itu,"

   Kata penjaga pintu seraya menunjuk Blo'on.

   Berapi-apilah mata Buyung Kiong memandang Blo'on.

   Tetapi ketika memperhatikan wajah dan gerak-gerik pemuda itu, api pembunuhan yang memancar pada mata Buyung Kiong agak reda.

   Sebagai seorang tokoh yang licin dan kaya pengalaman, cepat ia dapat menilai bahwa Blo'on ini seorang pemuda yang tak normal dan tak mengerti ilmusilat.

   "Siapa engkau ?"

   Tegurnya.

   "Aneh?"

   Sahut Blo'on balas tuan rumah. Cian-bin-long-kun Buyung Kiong terbeliak "Mengapa aneh ?"

   Serunya.

   "Mengapa tidak aneh ?"

   Balas Blo'on.

   "Apanya yang aneh ?"

   "Engkau !"

   Seru Blo'on.

   "Aku ?"

   Cian-bin long-kun Buyung Kiong nyalangkan mata lebar2.

   "mengapa?" 'Engkau mengundang aku datang, mengapa tak tahu siapa diriku?"

   Kata Blo'on.

   "Siapa yang mengundang engkau ?"

   Buyung Kiong makin heran.

   "aku tak kenal padamu. Aku perintahkan orangku untuk mencari orang yang mengantar bingkisan aneh kepadaku. Apakah kau yang mengantar ?"

   Kini makin jelas bagi Buyung Kiong bahwa dia sedang berhadapan dengan seorang pemuda tak normal. Maka cepat ia membentaknya.

   "Jangan banyak mulut! Engkau yang menghantar bungkusan itu atau bukan ? "Kalau ya ?"

   "Engkau harus mati !"

   "Kalau tidak?"

   "Lekas enyah, aku muak melihatmu !"

   "Aku sebenarnya hendak mencarimu maka baiklah kukatakan, aku yang mengantar bungkusan .... eh, nanti dulu, apakah isinya ?"

   "Kepala manusia!"

   Seru Buyung Kiong.

   Bloon, To Jin sik dan Sian li terkejut sekali.

   Kini barulah To Jin-sik dan Siau li mengerti mengapa Buyung Kiong perintahkan orang untuk mencari orang yang mengantar, bungkusan istimewa itu.

   Dan saat itu pula To Jin sik serta Sian-li menginsafi bahwa urusan memang amat gawat sekali.

   Salah bicara, Blo'on tentu akan terlibat perrkara besar.

   Tetapi sebelum kedua orang itu sempat membuka mulut, Bloon pun sudah mendahului.

   "Kepata manusia ? Kepala siapa?'* tanya Bloon seperti tak menyadari bara kemarahan tuan rumah yang sewaktu waktu akan meletuskan pemenuhan.

   "Jawab dulu, engkau yang mengantarkan bukan !' bentak Cian-bin-lo-kun.

   "Ya"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
To Jin- tik dan Sian li seperti dipagut ular kejutnya.

   "Bukan Buyung loya,"

   Seru To Jin-sik.

   "bukan kami yang mengantar. Kami sarna sekali tidak tahu menahu tentang bungkusan itu."

   Cian-bin long-kun cepat memandang Bloon.

   "Ya, memang aku yang mengantar,"

   Sahut Blo'on "tetapi bolehkah aku melihat apa isinya?"

   "Dengar tidak, engkau !"

   Buyung Kiong beralih memandang To Jin-sik.

   "kawanmu sudi mengaku. Dia lebih jujur dari engkau. Hukumannya lebih ringan."

   "Tetapi memang kami tak mengantar bungkusan itu. Dia mengaku sekenanya saja,"

   Seru Jin-sik.

   "Clan-bin-long-kun, mana kepala manusia itu ?"

   Seru Blo'on. Buyung Kiong terkejut karena pemuda berani menjebut dirinya dengan perkataan Cian bin-long kun saja. Buyung Kiong segera suruh orangnya bawa keluar bungkusan tadi.

   "Ha ....!"

   Blo'on berteriak kaget melihat kepala manusia itu.

   "Mengapa ?' tanya Buyung Kiong. 'Itu kan kepala dari si babi gemuk berada di pulau kosong !"

   Tanpa disadari Bloon berseru. Buyung Kiong melonjak kaget. * Engkau kenal dia ?"

   "Dia si babi gemuk yang bersama beberapa kawannya membawa peti harta ke pulau kosong."

   "Hm, benar"

   Geram Buyung Kiong. Kini ia makin menaruh perhatian kepada pemuda itu, Walaupun semula ia ingin mengusir pergi tetapi setelah mendengar kata2 pemuda itu, ini ia akan menahannya.

   "Bukankah peti harta itu milikmu ?"

   Tanya Blo'on pula.

   "Nanti dulu"

   Seru Buyung Kiong.

   "bagaimana engkau dapat bertemu dengan orang2 itu ?"

   "Itu aku tak begitu ingat"

   Kata Bloon "hanya tahu2 aku merasa berada di sebuah pulau kosong lalu datanglah rombongan orang yang membawa peti besar".

   "Dimana peti itu sekarang 7"

   Tanya Buyung Kiong gopoh.

   "Carilah sendiri"

   Seru Bloon.

   "aku tak sudi mengambil barang yang bukan milikku".

   "Bagus"

   Buyung Kiong berseru girang.

   "jika demikian peti itu tentu masih berada dipulau itu"

   "Itu bukan urusanku.."' dengus Blo'on "yang penting aku hendak bertanya kepadamu. Benarkah itu milikmu ? "

   Buyung K;ong mengiakan.

   "Mengapa engkau taruh di pulau kosong ?"

   "Itu urusanku sendiri, tak perlu engkau ikut campur."

   Blo'on menyeringai .

   "Darimana engkau memperoleh harta kekayaan sebanyak itu ?"

   "Hukan urusanmu I"

   "Tetapi aku berhak mengurus !"

   Seru Blo'on Buyung Kiong nyalangkan mata .

   "Eh. siapah engkau ini ? Hak apa engkau berani mengurusi harta bendaku ?"

   "Jika harta itu engkau peroleh dengan cara halal, aku memang tak berhak mengurus. Tetapi kalau dengan cara tidak halal, aku berhak mengurus"

   Kata Blo'on.

   "Uh jangan bicara seenakmu. Tahukah engkau, siapa aku ini ?"

   "Cian bin long-kun Manusia-berwajah-seribu", sahut Blo on "kukira engkau benar2 berwajah-seribu tetapi ternyata tidak". Bukan main marah Buyung Kiong saat itu. Tetapi karena perlu untuk menyelidiki lebih lanjut terpaksa ia menahan kesabaran.

   "Coba ceritakan pengalamanmu di pulau kosong itu."

   Katanya dengan tenang.

   "Sebenarnya aku tak peduli si gemuk ini membawa peti. Tetapi ternyata dia dan kawannya manusia2 yang kejam. Coba pikirlah begitu selesai menyimpan peti, si gemuk terus hendak membunuh orang yang disuruhnya menggotong peti itu."

   "Oh", desuh Cian bin-long-kun.

   "Satelah disuruh menanam peti, mereka terus kendak dibunuh. Bukankah kejam sekali si babi gemuk dan kawankawannya itu ?"

   "Lalu ?"

   "Kami bertiga membantu orang2 yang tak bersalah dan bertempur melawan si gemuk dan kawan-kawannya. Mereka menggeletak semua kecuali babi gemuk yang masih hidup dan kami ikat pada pohon. Aneh, mengapa tahu2 kepalanya pulang sendiri ?"

   "O, engkau tak tahu siapa yang membunuh orang gemuk ini ?"

   Tanya Buyung Kiong.

   "Tidak."

   Sahut Blo'on.

   "Tetapi mengatakan tadi engkau mengaku membunuhnya ?"

   "Supaya aku bisa masuk dan bertemu dengan engkau disini "

   "Apa keperluanmu?' "Dia menanyaimu tentang harta itu. Hayo bilang dari mana engkau memperolehnya?"

   "Tikus buduk, engkau berani bertingkah liar disini!"

   Teriak Buyung Kiong lalu berpaling dan memberi perintah kepada orang orangnya ?"

   Tangkap budak gila ini !"

   Seorang lelaki setengah tua segera tampil. Tetapi secepat itu pula seorang lelaki pendek, loncat ke depan.

   "Sun toako, potong ayam mengapa memakai alat pemotong kerbau? Silahkan mundur dan biarlah aku yang meringkus budak liar itu !"

   Kini Blo'on berhadapan dengan seorang lelaki pendek yang bermata segitiga.

   Sepintas pandang menyerupai seekor kunyuk.

   Dia bernama Kau Hwat-siang gelar Monyet sakti, seorang jago silat yang termasyhur dengan ilmu silat Kau-kun atau ilmusilat kera.

   Memang Cian bin-long-kun Buyung Kiong memelihara banyak sekali jago2 silat.

   Mereka dijadikan tukang pukul apabila Buyung Kiong mengalami kesulitan dalam usahanya membuka rumah madat.

   Tanpa banyak bicara Kau Hwat-siang loncat menerkam.

   Sekali gerak, berhasillah ia cengkeram leher baju Bloon lalu ditariknya kuat2.

   Karena tak dapat bernapas.

   Blo'on kerahkan tenaga untuk meronta.

   Saat itu Kau Hwat-siang pun sudah menyusuli dengan hantaman tangan kiri ke dada Bloon.

   Dak ....

   Tangan Kau Hwat-sian tepat sekali bersarang di dada Bloon, tetapi seketika itu ia menjerit dan lepaskan cengkeramannya seraya mundur empat lima langkah.

   Karena mengerahkan tenaga, tanpa disadari tenaga dalam Jih cin kang dalam tubuh Bloon memancar keluar.

   Pukulan Kau Hwat siang seperti membentur keping baja yang luar biasa kerasnya, sehingga ia menjerit kaget.

   Ia terhuyunghuyung ke belakang menahan kesakitan.

   Cian bin-long-kun Buyung Kiong dan beberapa tukang pukulnya terkejut.

   Jelas dilihatnya anak itu tak balas memukul, mengapa Kau Hwat siang kesakitan sendiri.

   Bong Sit seorang jago dari aliran Hitam yang bergelar Tangan-besi, segera meju dan terus memukul Blo'on.

   Duk Blo'on tergetar selangkah ke belakang tetapi Bong Sit terpental sampai tiga langkah.

   Wajahnya meringis karena menahan sakit.

   Rupanya Kam Leng, adik dari si gemuk Kam Hok yang mati, tidak percaya kalau Blioon dapat mengalahkan Kau Hwatsiang dan Bong-sit.

   Ia maju dan menyerang dengan jurus Hek-hou-ciau-sim atau Macan hitam menerkam uluhati.

   Apabila menghindar, hendak ia susuli dengan sebuah Lianloan- tui atau tendangan berantai.

   Tetapi ternyata B'o'on diam saja.

   Ia terkejut ketika tahu2 tinju orang sudah tiba di dadanya.

   Dan begitu menyentuh dada, tangan Kam Leng terus ditebarkan berobah menjadi sebuah tutukan ke ulu hati.

   Crek ....

   Blo'on menjerit kaget dan tersurut selangkah kebelakang.

   Tatapi Kim Leng menjerit kesakitan karena tulang jarinya patah.

   Peristiwa itu benar2 mengejutkan sekalian jago2 termasuk Cian-bin-long-kun sendiri.

   Seorang jago silat lain yang bernama Giam Beng-sin cepat mencabut pedang dan loncat ke muka Bloon, Rubuhnya tiga orang kawannya memberi kesan kepadanya bahwa anakmuda itu tentui memiliki Thiat poh-san atau ilmu kebal.

   Ia hendak mengujinya dengan pedang.

   Tetapi belum lagi ia tegak berdiri, Blo'on yang menderita pukulan dari tiga orang, mulai marah.

   "Kurang ajar, mengapa engkau menyerang aku"

   Serentak iapun maju menyongsong pendatang itu dengan sebuah pukulan.

   Giam Beng sin terkejut.

   Cepat ia loncat mundur lagi.

   Tetapi alangkah kejutnya ketika tubuhnya tak mampu dikendalikannya lagi.

   Rencananya hanya loncat mundur selangkah lalu hendak maju lagi tetapi angin pukulan Bloon telah mendorongnya sampai lima enam langkah ke belakang.

   Melihat itu Sian-li tak mau memberi kesempatan pada Giam Beng sin.

   Sekali ayun tubuhnya sudah berada di samping orang dan sebuah gerakan tutukan pada punggung telah menyebabkan Giam Beng-sin lepaskan pedangnya dan tegak tak dapat berkutik.

   Tak kurang dari sepuluh jago2 tukang pukul yang mendampingi Cian bin-long-kun.

   Empat orang telah menderita kekalahan dan kini hanya tinggal enam orang.

   Serempak keenam jago itu mencabut senjata masing2.

   Melihat itu Sian-lipun segera mencabut Pek-liong-kiam atau pedang Naga-putih pemberian si orangtua penunggu istana di bawah laut tempo hari.

   Melihat itu To Jin-sik terkejut.

   Ia menyadari bahwa keadaan sangat berbahaya.

   Jika fihaknya kalah, tentu akan dibunuh.

   Tetapi kalau menang, tentu akan menimbulkan akibat yang luas sekali.

   Cian-bin-long-kun mempunyai pengaruh yang besar di kotaraja.

   Kematian tokoh Itu tentu akan menimbulkan kegemparan besar.

   Kemungkinan partai Kay pang cabang kotaraja tentu akan dibasmi oleh kerajaan.

   "Berhenti !"

   Teriaknya dengan nyaring. Kemudian ia berpaling kearah Cian-bin-long-kun.

   "Buyung loya; kesalahan apakah yang telah kami lakukan ?"

   Serunya.

   "Kalian telah membunuh orangku yang kutugaskan ke pulau karang!"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sahut Cian-bin-long-kun dengan marah.

   "Dapatkah loya memberikan bukti bahwa pembunuhan itu kami yang melakukan ?"

   "Bukti sudah jelas "

   Kata Cian-bin-long-kun, anak itu telah mengaku dia yang mengirim bungkusan berisi kepala Kam Hok kemari. Apakah engkau masih menyangkal ?"

   To Jin-sik tertawa.

   "Buyung loya,"

   Katanya.

   "memang demikian lah perangi sahabatku itu. Karena didesak, ia terus mengakui saja apa yang bukan dilakukannya. Jelas, bukan kami yang mengirim bungkusan kepala manusia itu ....."

   "Jangan putar lidah tak keruan!"

   Betak Cian-bin-long kun.

   "kawanmu sudah mengaku dengan jelas, engkau masih berani mati menyangkal! "

   "Ah, Buyung loya harus percaya kepada perkataanku. Memang sahabatku itu mempunyai perangai yang aneh dan agak linglung......"

   "Tidak!"

   Teriak Blo'on.

   "aku tidak linglung,"

   Aku memang perlu menanyai Cian bin kun, dari mana dia memperoleh harta kekayaan itu."

   "Jahanam!. Jangan bertingkah liar,"

   Dirumahku teriak Cian bin long-kun.

   "engkau tak berhak mengurus kekayaanku."

   "Dengan begitu hartamu itu akan hilang selama-lamanya,"

   Seru Blo'on.

   "Belum tentu,"

   Dengus Cian-bin-long.

   "Siapa yang akan memberitahu tempat simpanannya kepadamu ? Bukankah anak-buahmu sudah mati semua ?"

   "Engkau!"

   "Aku?", teriak Bloon.

   "tidak mau."

   "Mau atau tidak mau engkau harus memberitahu, kalau tidak, jangan harap engkau dapat keluar dari rumah ini dengan masih bernyawa."

   "Siapa bilang!"

   Teriak Bloon.

   "sebelum pergi, jawablah lebih dahulu pertanyaanku tadi. Dari mana engkau memperoleh harta kekayaan itu?".

   "Aku seorang pedagang besar, sudah tentu hasil keuntungan yang kuperoleh dalam perdagangan itu cukup banyak."

   "Bohong!"

   Seru Bloon.

   "tak mungkin engkau memperoleh keuntungan sebesar itu. Apa yang engkau perdagangkan?"

   "Loya, lebih baik selesaikan manusia2 ini, daripada loya harus mengadu lidah, tiba2 berkata seorang jago silat yang bertubuh tinggi besar, dan bersenjata sepasang gembolan berduri. Orang itu bernama Ki Hen-tik bergelar Duplikat Thio Hwa. Thio Hwa adalah seorang tokoh dalam Samkok yang bertenaga besar.Dan memang wajah Ki Hun-tik itu penuh ditumbuhi brewok lebat.

   "Ya."

   Cian bin long kun mengangguk.

   "Silahkan loya beristirahat di dalam. Sebentar nanti tentu kubawa ketiga manusia liar itu ke hadapan loya,"

   Kata Ki Huntik pula.

   "Hai, hendak kemana engkau!"

   Teriak Bloon ketika Cian bin long kun masuk ke dalam.

   Habis berseru ia terus loncat hendak mengejar tetapi Ki Hian-tik cepat ayunkan gembolan besinya untut menghantam.

   Melihat itu Sian-li pun cepat loncat menusuk punggung Ki Hian-tik.

   Apabila Blo'on harus menderita pukulan gembol besi.

   Ki Hian-tikpun tentu tembus punggungnya dengan ujung pedang.

   Ternyata Ki Hian-tik masih sayang punggungnya.

   Cepat ia menarik gembolan besinya seraya menghindar kesamping, lalu secepat kilat menghantam Sian-li.

   Sepasang gembolan besi yang berduri itu beratnya tak kurang dari limapuluh kati.

   Selain beratpun masih dihias dengan duri2 baja yang tajam.

   Jangan lagi tubuh manusia, bahkan batupun tentu hancur lebur apabila terkena hantaman senjata itu.

   Dengan sepasang gembolan berduri itu Ki Hun tik telah menjagoi sepanjang daerah Kanglam sebagai seorang penyamun yang paling ditakuti oleh kantor2 pengangkutan atau piau-kiok.

   Oleh Cian-bin-long-kun, dia ditarik ke kotaraja menjadi pengawalnya.

   Oleh karena dibebaskan dari tuntutan hukum selama menjadi begal itu, Hua-tik mau menerima jabatan itu.

   Cian-bin-long-kun mempunyai dua belas pengawal pribadi yang tinggi ilmu silatnya.

   Kebanyakan mereka itu adalah jago2 dari golongan Hitam.

   Disamping itu entah berapa puluh anak buah lagi yang dipeliharanya sebagai tukang pukul.

   Sian-lipun keluarkan ilmu pedang Giok-li-ki-im untuk menghadapi sepasang gembolan dari Ki Hun tik.

   "Mampus !"

   Teriak Ki Hun-tik seraya menghunjamkan gembolan besi di tangan kanannya kearah kepala Sian-li.

   Dalam menghadapi jago yang bertenaga besar itu, sebenarnya Sian-li menggunakan ilmu gin-kang, berlincahan menghindar kian kemari sambil mencuri peluang untuk balas menusuk.

   Tetapi saat ia benar2 terdesak oleh gembolan besi di tangan kiri lawan yang membayangi dari samping.

   Dalam keadaan yang berbahaya, Sian-li songsongkan pedang Pek-liong-kiam menangkis.

   Tetapi ia mengarah untuk membabat tangkai gembolan lawan.

   "Tringngng , . ,"

   Terdengar dering yang amat nyaring sehingga pekakkan telinga, dan alangkah kejut Ki Hun-tik ketika gembolannya itu terpapai kutung. Secara tak diduga-duga, gembolan besi berduri itu melayang tepat jatuh keatas kepala Cian-bin-long kun.

   "Loya, awas gembolan.....!"

   Teriak Ki Hun tik.

   Karena kejutnya itu ia sampai tertegun dan hentikan gerakannya.

   Tahu ujung pedang Sian li sudah menyentuh dadanya.

   Dalam gugupnya ia masih berusaha untuk mengempiskan dada lalu menelentangkan tubuhnya ke belakang.

   Ia hendak gunakan jurus Thiat-pian ki atau Jembatan besi, tubuh melengkung ke belakang, sehingga mencapai tanah, bentuknya menyerupai sebuah jembatan.

   Tetapi jarak dengan lawannya, keliwat dekat sekali.

   Sebuah tendangan yang dituju ke perut dari kaki Sian-li, membuat Ki Hun-tik tak berkutik lagi.

   Kelima jago silat yang menyaksikan peristiwa itu serempak berseru hendak menolong Ki Hun-tik.

   Mereka berhamburan menyerang Sian li.

   Tetapi dara itu dengan gagah memutar pedang untuk menghalau mereka.

   "Berhenti atau majikanmu akan kubenturkan tembok !"

   Tiba2 terdengar suara mengancam.

   Sekalian jago itu berhenti dan berpaling.

   Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat Blo'on sedang menyikap tubuh Cian-bing long kun sedemikian rupa sehingga Cian-binglon- kun tak berkutik sama sekali.

   Kiranya sewaktu Ki Hun-tik berteriak memberi peringatan kepada Cian-bin-long-kun tadi, diapun memang sudah mendengar sambaran benda dari udara.

   Cepat dia menyurut mundur dua tiga langkah.

   Tetapi alangkah kejutnya ketika tiba2 tubuhnya dipeluk orang sedemikian keras sehingga ia hampir tak dapat bernapas, Cian bin-long-kun Buyung Kiong sesungguhnya memiliki ilmu silat yang tinggi juga.

   Dia bekas murid dari Kun-lun-pay yang kemudian minggat lalu mendapat guru seorang paderi lhama dari Tibet.

   Dalam ilmu Iwekang atau tenaga-dalam, ia telah mencapai tataran yang tinggi.

   Tetapi karena terlalu mengumbar nafsu dalam minum arak dan wanita, ilmu lwekangnyapun merosot.

   "Engkau mau mengaku atau tidak !"

   Bentak suara yang dikenalnya sebagai suara Blo'on sipemuda tak normal tadi.

   Rasa penasaran segera meluap dalam pikirannya.

   Masakan dia tak mampu melepaskan diri dari dekapan pemuda itu.

   Dengan kerahkan tenaga-dalam.

   Cian-bin-long kun segera meronta keras.

   Ia rentangkan kedua tangannya untuk membuka lipatan tangan Blo'on yang mendekapnya.

   Tetapi alangkah kejutnya ketika ia merasakan suatu gelombang tenaga dalam yang dahsyat memancar dari lengan pemuda itu.

   Sedemikian kuatnya lengan pemuda itu sehingga menyerupai baja menjepit keras.

   Masih Cian-bin-iong-kun penasaran sekali.

   Ia meronta-ronta sekuat tenaganya.

   Dan berhasilah ia membawa Blo'on berputar-putar kian kemari tetapi pelukan anak itu tetap meringkus tubuhnya.

   Bahkan makin mengencang.

   Cian-bin-long-kun benar2 heran dan tak bisa mengerti.

   Mengapa anakmuda yang tampaknya tolol dan tak mengerti llmusilat, ternyata miliki tenaga yang amat aneh.

   Semakin ia meronta, semakin pula tenaga-dalam dari anak itu memancar keras.

   Sebagai seorang yang pengalaman, cepat dapat menduga bahwa anak itu tentu seorang anak ajaib.

   Atau tentu telah mendapat suatu rejeki yang luar biasa, memakan suatu buah atau binatang yang ajaib.

   Maka ia tak mau meronta lagi dan membiarkan dirinya dipeluk, la akan menanti suatu kesempatan yang memungkinkan untuk melepas diri.

   Terkejutlah kelima jago silat yang sedang menyerang Sianlt itu demi mendengar teriakan Blo'on.

   Dan lebih terkejut pula ketika melihat Cian- bin-long kun telah diringkus Blo'on.

   Diam2 mereka gentar nyalinya.

   Mereka tahu bahwa Cianbin- long-kun itu memiliki ilmu yang tinggi.

   Kepandaiannya dapat digolongkan sebagai jago silat kelas satu.

   Apabila Blo'on mampu membuatnya tak berkutik, Jelas pemuda itu tentu sakti.

   "Paman,"

   Seru Blo'on kepada To Jin sik.

   "rampaslah senjata mereka!"

   To Jin-sik meragu karena dilihatnya kelima jago silat itu mengambil sikap menentang.

   "Hai, dengarkan!"

   Teriak Blo'on.

   "kalau kalian membangkang perintahku supaya menyerahkan senjata, Cian-bin-long-kun ini tentu akan kubenturkan kepalanya pada dinding."

   Kelima jago silat itu tercengang. Sesaat mereka tak dapat mengambil keputusan. menyerahkan senjata atau menolak. Apabila menyerahkan senjata, kemungkinan Blo'on akan menyuruh kawannya untuk membunuh.

   "Aku mau menyerahkan senjata tetapi dengan syarat !"

   Seru Poa Ngo, salah seorang dari lima jago silat itu. Poa Ngo murid dari Bu-tong-pay tetapi dialah tersesat kedalam golongan kaum Hitam.

   "Apa syaratnya ?"

   Seru Blo'on.

   "Asal Buyung loya, engkau lepaskan!"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Baik,"

   Sahut Blo'on.

   "akupun mempunyai syarat juga."

   "Katakan!"

   Seru Poa Ngo yang bergelar Pedang pengejarnyawa.

   "Buyung Kiong harus memberitahu dengan jujur darimana dia memperoleh harta kekayaan. Kalau tidak, takkan kulepaskan selama-lamanya. Buyung Kiong tenang2 saja. Diam2 ia tertawa mendengar kata2 pemuda yang kurang sehat pikirannya itu.

   "Buyung loya sudah memberitahu tentang asal usul kekayaannya itu. Dia mengusahakan berbagai-bagai perdagangan,"

   Seru Poa Ngo.

   "Tidak percaya !"

   Seru Bloon.

   "kalau harta kekayaannya itu diperoleh secara halal, mengapa menyuruh orang untuk menyembunyikan di pulau kosong ? Apa maksudnya ?"

   Poa Ngo mengerling pandang ke arah Buyung Kiong. Buyung Kiong pejamkan mata dan Poa Ngopun dapat menangkap isyarat itu.

   "Suasana negara mulai tak aman. Sejak baginda Ing Lok gering sudah tampak tanda2 timbul kekeruhan. Maka lebih dahulu loya menyangkut hartanya ke suatu pulau yang ini sudah wajar. Dalam suasana kacau, setiap orang tentu berusaha untuk menyelamatkan kekayaannya"

   Kata Poa Ngo.

   Poa Ngo dan keempat kawannya memang berdaya menghadapi ancaman Blo'on.

   Pada saat itu Sian-li sudah berada di samping Blo'on.

   Ia lekatkan ujung pedang ke leher Cian-bin iong-kun.

   Apabila kelima jago silat itu berani menyerang, Cian bin-long kun tentu akan dibunuh.

   Satu-satunya jalan bagi Poa Ngo dan kawan kawannya hanyalah mengulur waktu.

   Mudah-mudahan akan terjadi suatu perobahan yang menolong jiwa Buyung Kiong.

   "Cara menyelamatkan harta benda, bukanlah seperti yang dilakukan majikanmu ini"

   Seru Bloon "itu menandakan bahwa harta kekayaannya itu tentu diperoleh secara tak halal."

   "Lalu dengan cara bagaimana ?"

   "Bagi-bagikan kepada kaum miskin dan usaha2 yang bekerja untuk kesejahteraan rakyat. Apa majikanmu seorang dermawan, rakyat tentu akan berterima kasih. Walaupun dalam keadaan kacau mereka tentu tak mau mengganggu majikanmu. Bahkan mereka tentu akan melindungi seorang yang telah berjasa kepada rakyat"

   Sian-li terkesiap mendengar uraian Blo'on. Tak pernah disangkanya bahwa sukonya yang tampak Blo'on itu ternyata mempunyai pandangan hidup yang mulia.

   "Percaya atau tidak, itu terserah kepadamu, tapi loya telah memberi keterangan sejujurnya, seharusnya engkau harus pegang janjimu melepaskannya"

   Seru Poa Ngo. Bloon merenung.

   "Baiklah,"

   Katanya kemudian.

   "akan kulepas tuanmu ini tetapi dengan syarat lagi".

   "Apa ?"

   "Akan kuselidiki lebih lanjut. Apabila kudapatkan bukti bahwa harta itu tidak halal, jangan harap Cian-bin long kun mendapkan harta yang disimpannya itu."

   "Kalau harta halal ?* "Akan kutunjukkan tempat penyimpanan peti harta itu,"

   Seru Blo'on. Poa Ngo tak berani mengambil keputusan. Ia melirik pula ke arah Cian bin long kun. Kembali Cian bin long kun memberi isyarat dengan pejamkan mata.

   "Baik, kami setuju,"

   Sahul Poa Ngo.

   Sian-li hendak mencegah.

   Ia hendak menambah syarat lain, agar Cian bin-loag kun jangan mengganggu apabila mereka tinggalkan tempat itu.

   Tetapi terlambat.

   Blo'on sudah melepaskan Cin-bin-Iong kun, lalu mengajak kedua temannya pergi.

   Ketika melangkah keluar pintu, ternyata didepan pintu telah berjajar beberapa orang berwajah bengis.

   To Jin sik terkejut.

   Ia berpaling ke belakang hendak bertanya kepada Cian-bin tong kun, tapi alangkah kejutnya ketika di dalam rumah telah berjajar kelima jago silat tadi bersama beberapa orang lagi.

   "Hai, apakah artinya ini ?"

   Seru Bloon.

   "Kita dikepung,"

   Sahut To Jin sik. Bloon terbeliak. Ia masuk kembali dan menegur Poa Ngo.

   "Ha, mengapa engkau mengganggu kami?"

   Poa Ngo tertawa mengejek.

   "Siapa yang mengganggu?"

   "Bukankah kawan-kawanmu hendak menghadang jalan?"

   "Apakah tadi aku berjanji takkan menghadang?"

   Poa Ngo balas bertanya.

   "Huh ?" 'Silahkan pergi, kalian bebas keluar dari rumah ini,"

   Poa Ngo tertawa.

   "Manusia licik,"

   Damprat Blo'on.

   "hm, apalah engkau kira aku tak mampu keluar dari rumah ini?"

   "Silahkan saja."

   Sepuluh jago silat telah menghadang di luar pintu dengan menghunus senjata masing2.

   Sedang didalam ruang juga telah bersiap Poa Ngo berlima ditambah beberapa orang lagi.

   To Jin-sik mengeluh.

   Ia tahu bahwa jago2 silat yang bekerja pada Cian-bin-long-kun itu terdiri dari tokoh2 berbagai persilatan.

   Walaupun mereka tergolong murid2 yang tak menurut peraturan partainya, tetapi yang jelas mereka memang lihay ilmusilatnya.

   Rupanya waktu Cian-bin-liong-kun diringkus Blo'on, jago2 sebawahannya cepat mengetahui.

   Tetapi mereka tak berani bergerak karena kuatir akan keselamatan jiwa Cian-bin-longkun.

   Begitu Cian-bin long kun dilepas, merekapun segera menghadang Bloon.

   Blo'on marah dan terus hendak melangkah keluar tetapi cepat dicegah Sian-li.

   "Suko, jangan bertindak gegabah. Kita hanya bertiga dan mereka berpuluh-puluh jumlahnya. Dan mereka bukan jago2 sembarangan,"

   Kata gadis yang sedang menyamar sebagai seorang pria itu.

   "Apakah kita menyerah ?"

   Tanya Blo'on.

   "Jangan terburu nafsu"

   Kata Sian-li.

   "kita cari akal untuk meloloskan diri".

   "Hm, baiklah"

   Kata Blo'on.

   "tetapi kurasa tiada jalan lagi kecuali harus menerjang kepungan mereka"

   Beberapa saat kemudian tetap Sian-li dan To Jin-sik tak berhasil mencari daya untuk meloloskan diri.

   Dalam pada itu, jago2 yang mengepung diluar pintu itupun mulai bergerak menghampiri tempat Bloon.

   Demikian pula rombongan yang berada dalam ruang.

   Makin lama makin dekat.

   "Bagaimana, sumoay"

   Tanya Blo'on.

   "apakah sudah mendapat daya?"

   Sian-li gelengkan kepala .

   "Belum, Apa boleh buat, kita terpaksa harus bertempur membela diri"

   "Wah, aku tak punya senjata....."

   Kata Bloon sambil merabah-rabah pakaianya.

   "hai, ada ". Ia cepat mengambil bungkusan kain yang terselip pada pinggangnya dan ketika dibuka ternyata sebilah pedang.

   "Aneh,"

   Blo'on berseru heran.

   "dari mana pedang ini ?"

   Sian-li dan To Jin-sik terbeliak.

   Kalau Blo'on sendiri tak tahu, bagaimana lain orang dapat mengetahui.

   Sebenarnya pedang itu adalah pusaka Ceng-liong-kiam milik ketua Kay-pang yang lama yalah Han-jiat-sin-kay.

   Pedang itu pernah menjadi rebutan ketika diadakan panggung pemilihan ketua utara Kay-pang cabang selatan dengan Kay-pang cabang utara yang kemudian berganti nama degan Jiong pang.

   Tetapi Blo'on lupa sama sekali.

   "Paman To, engkau memakai senjata apa ?"

   Tanya Sian-li."

   "Aku tak membawa apa2."

   "Kalau begitu pakalah pedangku ini."

   Kata Blo'on."

   "Tak usah,"

   Kata Pengemis-wajah-riang To-jin -sik seraya membuka baju.

   "aku akan menggunakan baju ini saja."

   Sian li dan Blo'on heran dan hendak bertanya tetapi saat itu jago2 silat yang berada dimuka sudah tiba di hadapan mereka dan terus langsung menyerang.

   Liok Sian li adalah murid dari Kim Thian song, jago nomor satu dalam dunia persilatan pada masa hidupnya.

   Sudah tentu dara itu memiliki kepandaian yang tinggi.

   Kim Thian-cong tahu bahwa dalam hal tenaga, murid perempuannya itu kalah dengan para suhengnya.

   Oleh karena itu, ia memberi pelajaran khusus dalam ilmu pedang kepada Sian li.

   Ciok li kiam atau ilmu pedang Bidadari, diciptakan oleh Kim Thian cong setelah ia tinggal di puncak Giok li nia digunung Lou hu san.

   Ilmu pedang itu khusus diciptakan agar sesuai bagi seorang anak perempuan.

   Diambilkan dari jurus2 istimewa segala macam ilmu pedang, digabung dalam suatu gerak permainan pedang yang gayanya lemah gemulai seperti seorang bidadari Dan Kim Thian cong menilik dengan keras setiap muridnya berlatih.

   Maka dalam ilmupedang, Sian li mempunyai sebuah pegangan yang istimewa.

   Jago2 yang bekerja pada Cian bin-long kun telah dipilih dengan teliti dan telah diuji kepandaiannya.

   Mereka terdiri dari jago2 aliran hitam yang terkenal.

   "Hai. apakah kalian tak malu hendak mengerubut "

   Teriak Bloon.

   Tetapi jago2 silat itu tak ambil pusing.

   Mereka tahu Blo'on itu seorang pemuda yang tak waras pikirannja.

   Serempak mereka menyerang dengan ganas.

   Segera terjadilah pertempuran yang seru Sian-li mainkan pedang Pek-liong-kiam dalam ilmu pedang Giok li-kiam.

   Segulung sinar putih berhamburan mengiringkan gerak tubuhnya yang menari-nari bagai seekor kupu2 diderai hujan.

   "Tring, tring ....."

   Terdengar dering yang amat nyaring diiring teriakan kaget dari dua orang jago silat ketika pedang mereka terbabat kutung oleh pedang Pek-liong-kiam.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sekalian jago silat itu terkesiap.

   Saat itu baru mereka mengetahui bahwa pedang pemuda cakap itu sebatang pedang pusaka yang amat tajam.

   Mereka merobah gaya serangannya.

   Tak berani mereka mengadu pedang dengan pemuda itu melainkan melancarkan serangan yang cepat mengarah bagian2 yang berbahaya dari tubuh pemuda cakap itu, Kini sebagian besar, mereka tumpahkan serangan pada To Jin-sik karena pengemis itu hanya bersenjata baju.

   Tetapi merekapun kecele.

   Walaupun hanya dengan sepotong baju, To Jin tik mampu memberi perlawanan yang hebat.

   Setiap tamparan bajunya, menimbulkan angin tenaga yang hebat sehingga mampu menahan libasan senjata lawan.

   To Jin sik, pengemis Berwajah-riang, ternyata seorang jago silat yang tinggi ilmu Iwekangnya.

   Untuk sementara, baik Sian-li maupun To-Jin-sik masih mampu untuk menjaga diri.

   Yang repot adalah Blo'on.

   Dia terpaksa tak dapat ikut menghadapi jago2 silat yang menyerang dari luar pintu karena saat itu Pan Ngo dan kawankawannya sudah maju menyerang.

   Blo'on bingung.

   la membolang-balingkan pedarg Cengliong- kiam sedemikian rupa.

   Walau pun tidak menurut garis2 permainan ilmu pedang tetapi entah bagaimana, ia dapat memutar pedangnya sedemikian hebat hingga dirinya seperti dibungkus segulung sinar hijau.

   Poa Ngo dan kawan-lawannya bingung mereka tak mengerti ilmupedang apakah yang sedang dimainkan Blo'on itu.

   Belum pernah mereka Iihat ilmupedang semacam itu.

   "Tring....."

   Seorang kawan Poa Ngo nekad menyusupkan pedangnya untuk menusuk.

   Ia ingin merubuh pemuda itu agar memperoleh pujian dari Cian-bin-long kun.

   Tatapi alangkah kejutnya ketika pedangnya terbabat kutung.....

   Sebenarnya seorang yang tak mengerti ilmu silat, tak mungkin mampu menghadapi serangan beberapa jago silat yang lihay.

   Betapapun hendak memainkan pedangnya akhirnya tentu akan letih dan kehabisan tenaga.

   Tetapi tidak demikian dengan Blo'on.

   Makin memainkan pedang, tenagadalam Ji-ih cin-kang makin memancar, sehingga walau-pun gerakannya tak menyerupai tata ilmupedang, tapi kecepatan dan kedahsyatan pedang yang dimainkan itu memang menyerupai gerakan seorang jago pedang yang sakti.

   Dan yang istimewa, tenaga sakti Ji-ih cia-kang itu makin lama makin dahsyat tak kenal berhenti .....

   Poa Njo yang terkenal sebagai jago yang bergelar Pedangpenyambar- nyawa.

   mau tak mau heran juga.

   Ia tahu bahwa gerakan Bloon memainkan pedang itu, jelas tak menurut ilmu pedang dari partai persilatan yang manapun juga.

   Tetapi mengapa anakmuda itu dapat memainkan pedangnya sederas hujan mencurah.

   Memang tak mengherankan kalau Poa Ngo merasa aneh karena ia tak tahu bahwa Blo'on telah mengalami peristiwa aneh dan mendapat rejeki yang luar biasa.

   Karena makan hati ular naga, buah som laut yang berumur seribu tahun, juga jalan darah Seng si-hian-kwan dalam tubuhnya telah terbuka dan ia memiliki tenagadalam yang disebut Ji-ih cin-kang atau tenaga-sakti yarg dapat disalurkan keseluruh tubuh menurut sekehendak hati.

   Bloon telah memiliki tenaga-dalam yang hanya dicapai oleh beberapa tokoh sakti dalam dunia peralatan.

   Tetapi pemuda itu tak menyadari dan tak tahu bagaimana harus menggunakan.

   Hanya setiap kali ia menderita pukulan orang ataupun kalau sedang marah, ia dapat memancarkan tenagasakti itu.

   Demikian halnya pada saat itu.

   Karena hendak dikeroyok oleh beberapa jago kelas satu dari gedung Cian bin-long kun, ia mainkan pedangnya.

   Walaupun asal menggerakkan saja, tetapi ternyata ia mampu memutar pedang itu sehingga berobah menjadi lingkaran sinar hijau yang menyelubungi tubuhnya.

   Mengetahui pedang yang dipakai Blo'on itu juga sebuah pusaka yang luar biasa tajamnya, Poa Ngo dan kawankawannya tak berani gegabah adu senjata.

   Mereka tetap mengepung Blo'on dengan lingkaran senjata, begitu anak itu sudah lelah, tentu mudah untuk membunuh.

   Tetapi apa yang diharap itu tak kunjung tiba.

   Makin lama Blo'on malah makin bersemangat.

   'Uh tiba2 terdengar suara jerit melengking ketika salah seorang jago silat tertampar mukanya oleh baju To Jin-sik.

   Tetapi pengemis itu juga menderita sebuah tusukan pedang pada bahunya.

   Darah membasahi lengan baju dan tubuh pengemis itu agak gemetar.

   Melihat itu Sian-li marah.

   Dengan sebuah jurus Giok-lt-te-hoa atau bidadari memetik-bunga, tubuh dara itu meluncur dan menyabat pedang jago yang melukai To Jin-sik.

   Tring ....

   Orang itu belum sempat menarik pulang pedang, tahu2 pedangnya telah terbabat kutung.

   Cepat ia enjot tubuhnya melayang mundur tetapi sekalipun sudah loncat membayangi dan belum sempat ia berdiri tegak, pedang Pek-liong-kiam pun sudah melayang kearah kepalanya.

   "Tring...."

   Dalam detik2 maut hendak merenggut orang tiba2 Siano-li mendesuh kaget ketika batang pedangnya tertimpah sebuah benda kecil tetapi mengandung tenaga yang luar biasa kuatnya, seketika pedang tersiuk ke samping.

   Sian-li rasakan tangannya kesemutan, hampir saja pedang Pek-liong Kiam terlepas dari tangannya.

   Untung dia meloncat mundur.

   "Ho, masakan seorang budak perempuan selihay itu,"

   Tiba2 terdengar suara parau tetapi mengumandang kuat sehingga jantung Sian li sampai mendebar keras.

   Nona itu tahu bahwa seorang sakti yang memiliki tenaga dalam sempurna, telah muncul di tempat itu.

   Dan ketika berpaling, memang ia melihat seorang paderi berpakaian aneh telah tegak berdiri di depan pintu.

   Paderi itu bertubuh kurus, memelihara jenggot panjang, mengenakan jubah warna kuning.

   Yang luar biasa adalah matanya.

   Tampaknya bersinar tajam seperti memancarkan api.

   "Anak perempuan, tak baik engkau berkelahi apalagi membunuh orang"

   Seru paderi tua itu. Habis berkata iapun berseru ke dalam ruang.

   "Hai berhentilah kamu bertempur !."

   Suara paderi tua itu memang luar biasa kuatnya.

   Mengandung suatu pengaruh yang mengharuskan orang tunduk pada perintahnya.

   Maka kalian jago2 silat gedung Cian-bin long-kun berhenti.

   To jin-sik juga tak mau lanjutkan serangannya.

   Tetapi Blo'on tetap bergerak memutar pedangnya terus menerus.

   Padahal Poa Ngo dan kawankawannya sudah loncat mundur dan hentikan serangannya.

   "Hai siapa yang tak mau mendengar perkataanku itu ?"

   Seru paderi tua pula. Tetapi Blo'on tak peduli dan tetap mainkan pedangnya..

   "Ho, apakah engkau benar2 tak mau nurut perintahku ?"

   Paderi tua mulai tak sabar.

   Ia melayang ke muka Blo'on dan hendak memaki.

   Tetapi alangkah kejutnya ketika putaran pedang Blo'on itu menghamburkan angin dingin yang menusuk tulang2.

   Jelas pedang anak itu tentu sebuah pusaka.

   la segera mengeluarkan tongkatnya, Mirip dengan sebatang bambu kuning.

   "Karena engkau keras kepala, jangan sesalkan aku akan bertindak "

   Serunya seraya tusukkan tongkatnya kepada Blo'on.

   Dia mainkan tongkatnya dalam gerak yang aneh.

   Seperti gerak ular memagut korbannya.

   Berulang kali terdengar gaung gemerincing ketika ujung tongkat beradu dengan pedang.

   Tetapi ujung tongkat hanya tergetar tak sampai putus.

   "Rubuh ...

   "

   Sekonyong-konyong paderi itu gunakan tangan kiri menghantam. Dan seketika tubuh Blo'on pun terhuyunghuyung kebelakang rubuh.

   "Suko ...

   "

   Sian li menjerit kaget seraya Ioncat hendak menolong tetapi paderi itupun ayunkan tangan kirinya lagi.

   Sian-li menjerit rubuh.

   To Jin-sik terkejut ia hendak menolong kedua anak muda itu tetapi beberapa jago silat gedung Cian-bin long-kun sudah menyerangnya.

   "Mana Buyung Kiong !"

   Seru paderi tua itu pada Poa Ngo. Poa Ngo terkejut. Ia tak kenal siapa paderi itu.

   "Mohon tanya siapakah gelaran yang mulia dari lo-siansu ini ?"

   Tanyanya.

   "Panggil saja majikanmu keluar, nanti tentu tahu"

   Sahut paderi aneh itu. Poa Ngo tak puas atas sikap orang tetapi menyaksikan sendiri betapa kesaktian paderi itu tadi. Terpaksa ia suruh salah seorang kawannya masuk mengundang Cian-bin-longkun.

   "Hm, dunia berobah, manusiapun berobah", gumam paderi tua itu "masakan hendak bertemu dengan si Buyung Kiong saja sukarnya seperti hendak menghadap raja. Akan kuberinya teguran".

   "Suhu ", tiba2 terdengar suara berseru dan muncullah Buyung Kiong berlarian gopoh terus berlutut di hadapan paderi tua itu.

   "maafkan murid tak lekas menyambut kedatangan suhu". Buyung Kiong mendapat laporan tentang muculnya seorang paderi-jubah kuning yang dapat rubuhkan Blo'on dan Sian-li. Ia terkejut dan gopoh lari keluar. Apa yang diduganya memang benar. Paderi tua itu adalah gurunya. Hong koayceng. paderi lhama dari Mongolia.

   "Wah, enak benar engkau menikmati kehidupan yang mewah seperti raja"

   Sahut paderi tua itu.

   "Ah, tidak suhu, murid takkan melupakan budi kebaikan suhu"

   Kata Cian-bin long kun.

   Kemudian ia mempersilahkan paderi lhama itu masuk kedalam.

   Sebelumnya ia memberi perintah supaya Bloon, Sian li dan To Jin-sik dimasukkan dulu kedalam kamar tahanan.

   Ternyata To Jin sik juga telah dirubuhkan oleh jago2 silat sebawahannya.

   Atas pertanyaan Cian-bin long kun.

   Hong sat koay ceng menerangkan bahwa ia sedang berlelana dan kebetulan tiba di kota raja.

   "Apakah tujuan suhu hanya berkelana melihat2 pemandangan yang indah ataukah mempunyai lain tujuan ?"

   Tanya Cian-bin-long-kun.

   "Sekali tepuk dua lalat"

   Sahut paderi lhama Hong Sat koay ceng.

   "sebenarnya aku hendak menghadiri penguburan Kim Thian-cong digunung Kok li-nia. Tetapi kudengar dalam penguburan telah terjadi kehebohan besar"

   "O. peristiwa apakah itu, suhu ?"

   Tanya Cian-bin-long-kun pula.

   "Beberaoa tokoh sakti telah memerlukan datang untuk membalas dendam kepada Kim Thian cong."

   "Tetapi bukankah Kim Thian-cong sudah meninggal?"

   "Ya, memang begitulah naluri yang dianut kaum persilatan. Walaupun musuh itu sudah mati tetapi mereka tetap hendak membalas dendam kepada mayatnya. Kalau tak mungkin kepada anaknya"

   "Tentu terjadi pertempuran ramai antara musuh2 Kim Thian cong dengan partai2 persilat, yang melindunginya"

   Kata Cian bin-long-kun.

   "Ya"

   Kata Hong Sat koay-ceng "tetapi akhirnya pertempuran itu dapat selesai dan mayat Kim Thian-cong selamat. Tetapi andaikata tokoh2 itu menang pun mereka hanya menghantam sebuah peti mati kosong".

   "Hai,"

   Teriak Cian-bin-long kun terkejut.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"kemanakah mayat Kim Thian cong"

   "Para ketua partai persilatan itu menyadari bahwa Kim Thian-cong mempunyai musuh2. Sebelumnya mereka telah menyembunyikan mayat Kim Thian-cong dan yang ditempatkan di rumah sembahyangan itu peti mati kosong"

   "O, pintar juga ketua2 partai persilatan itu,"

   Seru Cian-bin- Iong-kun.

   "Terlalu pintar sehingga mereka keblinger", sahut Hong Sat koay-ceng. Buyung Kiong terkesiap lalu memandang suhunya.

   "Murid sungguh tak mengerti apa yang suhu maksudkan"

   "Para ketua partai persilatan itu mengelabuhi para tetamu tetapi akhirnya mereka juga dikelabuhi orang sendiri"

   "Bagaimanakah peristiwa itu suhu ?"

   "Mayat Kim Thian cong hilang sungguh2 dari tempat persembunyiannya."

   "Oh,"

   Teriak Cian-bin-long-kun terkejut "benarkah mayat itu telah hilang"

   "Ya"

   "Siapakah yang mencurinya ?"

   "Soal itu sampai sekarang masih menjadi teka-teki"

   Tak henti-hentinya mulut Cian-bin long kun mendecakdecak keheranan.

   "Benar2 suatu peristiwa yang luar biasa. Masakan sesosok mayat dapat hilang"

   Katanya.

   "Dunia ini memang aneh dan dunia persilat itu penuh dengan segala keanehan. Adalagi suatu peristiwa yang mengherankan"

   "Apakah itu suhu ?"

   "Di gunung Thay san saat ini telah muncul Kim Thian cong yang memimpin sebuah perkumpulan agama baru Thian-tongpay atau Nirwana"

   "Oh !"

   Teriak Cian-bin-long-kun.

   "Dan di daerah selatan di gunung Hong-san muncul seorang Kim Thian-cong yang mendirikan perkumpulan Seng lian-kau atau Teratai Suci."

   "Hebat l"

   Teriak Cian bin-tong kun makin terkejut. Hong Sat koay ceng tertawa hina.

   "Dunia persilatan sedang bingung dan kacau tetapi engkau enak2 mendekam di kotaraja menikmati kehidupan yang mewah. wah. wah ...

   "

   "Tidak suhu"

   Serta merta Cian-bin long-kun menerangkan "sedetikpun murid tak pernah lupa akan pesan suhu"

   "Hm."

   Dengus Hong Sat koay-ceng "apakah yang engkau lakukan selama ini ?"

   "Murid telah bersekutu dengan thaykam (orang kebiri) Gui Wi hian. Baginda Ing Lok sat ini sedang gering. Setiap saat raja itu wafat. Gui thaykam segera akan bertindak menurut rencana yang murid berikan kepadanya. Persoalan Ihama di Tibet tentu akan selesai. Tidak lagi Ma cheo Lhama yang berkuasa tetapi tentu golongan Dalai Lhama. Dan muridpun menghendaki nanti kepala urusan agama kerajaan. dipimpin oleh Suhu ...

   "

   "Ah, jangan terlalu jauh rencanamu itu. Aku tak begitu menginginkan kedudukan sebagai mentri urusan agama melainkan sudah cukup apabila golongan Dalai Lhama diberi kekuasaan lagi di daerah Tibet dan Mongolia"

   "Tetapi suhu"

   Kata Cian bin-long kun.

   "hendaknya jangan kita kepalang tanggung. Kalau dapat menduduki jabatan itu bukankan kita dapat lebih memperluas pengaruh golongan Dilai Lhama?".

   "Kuta pikirkan saja nanti bagaimana perkembangannya. Selain itu apakah usahamu lain selama ini ?"

   "Tecu telah menyelidiki tempat perpustakaan kerajaan tetapi sampai saat ini belum juga berhasil menemukan kitab pusaka dari kerajaan Song itu"

   "Dimanakah kitab2 itu disimpan f"

   "Di dalam Istana Terlarang"

   "Dapatkah aku kesana ?"

   Cian-bin long kun merenung sejenak lalu berkata .

   "Aku harus menghubungi Gui thaykam agar memberi surat keterangan. Dengan surat ini suhu dapat masuk kedalam Istana Terlarang dengan leluasa"

   Hong Sat koay-ceng mengangguk.

   "Adakah kunjungan suhu ke kotaraja ini sekedar hendak menilik keadaan murid dan mencari kitab pusaka kerajaan Song itu ?"

   Tanya Cian-bin sin kun.

   "Sekalian aku hendak ke gunung Thay-san untuk mengetahui siapakah sesungguhnya tokoh yang menamakan dirinya sebagai Kim Thian cong itu?". Cian bin-long-kun minta agar suhunya suka beristirahat barang beberapa hari di rumahnya.

   "Baiklah"

   Kata Hong Sat koayceng.

   "memang aku telah juga mengadakan perjalanan. Apakah engkau menyediakan obat penawar lelah ?"

   Cian bin long-kua tertawa.

   "Jangan kuatir suhu"

   Katanya.

   "tadi anakbuahku telah membawa seorang gadis yang cantik sekali. Akan kupersembahkan gadis itu untuk mengobati kelelahan suhu"

   "Hm. tahu benar engkau akan kegemaranku, Buyung Kiong"

   "Ah, sudah tentu murid tahu"

   "Tentulah dia masih perawan, bukan ?"

   "Sudah tentu, suhu."

   "Bagus, aku hanya mau yang perawan saja, karena hal itu diperlukan untuk menambah khasiat dari hawa kuning dalam tenaga-dalam yang kuyakinkan. Baru suhu dan murid itu berbincang bincang dengan asyik, tiba2 di luar halaman terdengar suara orang ribut lalu jerit teriakan kesakitan beberapa penjaga. Cian bin-long-kun bergegas menuju keluar, tapi seketika itu ia berteriak mengeluh .

   "Uh "

   Ternyata di ambang pintu telah muncul 4 orang rehib tua yang berpakaian warna putih tangannya memegang sebatang hud-tim atau kebutan pertapaan. 'Omitohud!"

   Seru rahib tua itu.

   "kiranya engkau Beng Sam hok yang menjadi pemilik gedung ini".

   "Su thay"

   Cian bin long kun menggigil dan tak dapat mengucap kata2.

   "Belasan tahun aku mencarimu, baru hari ini beruntung dapat menemukan", seru rahib itu pula.

   "Suthay ... engkau keliru. Aku Buyung Kiong bukan Beng Sam-hok."

   Akhirnya dapat juga Cian-bin-long-kun membuka suara.

   "Buyung Kiong bergelar Cian bin-long-kun atau Manusiaseribu- muka. Tetapi walaupun engkau berganti wajah sampai seribu macam, aku tetap dapat mengenalimu'' "Ah, suthay, keliru. Bagaimana suthay dapat mengatakan diriku Beng Sam hok. Siapakah Beng Sam hok itu ?"

   "Bsng Sam hok adalah kacung dari perguruan Kun-lun-pay. Karena dia berbakat maka dia diberi pelajaran ilmusilat oleh ketua Kun-lun pay yang lama. Tetapi ternyata dia tak tahu membalas budi. Diam2 dia telah mencuri kiiab pelajaran ilmupedang dari perguruan Kun-lun-pay lalu melarikan diri.

   "Tetapi aku bukan Beng Sam-hok. Suthay sudah lihat"

   Seru Cian bin long-kun.

   "Tidak, aku takkan salah lihat. Walaupun wajahmu menyerupai seorang hartawan tetapi tahi lalat pada daun telingamu yang kiri itu tak mungkin kulupakan. Dan engkau tentu tak mengira bahwa tanda itu merupakan ciri utama dari dirimu"

   Cian-bin-long-kun terkejut. Memang pada daun telinga kirinya terdapat sebuah tahi lalat.

   "Soal tahi lalat pada daun telinga, bukan hanya terdapat pada Beng Sam-bok seorang tetapi lain orangpun punya juga"

   "Benar"

   Sahut rahib itu.

   "tetapi tidaklah sampai jajar tiga seperti pada daun telingamu itu"

   Cian bin long-kun terkesiap Tetapi pada lain kejab, timbullah nyalinya pula.

   Ia tahu bahwa suhunya Hong Sat koay-ceng seorang padeti yang sakti.

   Apalagi di gedung kediamannya ia memelihara berpuluh puluh jago silat kelas satu.

   Masakan ia lakut terhadap seorang rahib saja.

   "Suthay. apakah maksud kedatangan suthay kemari ?"

   Serunya.

   "Pertama. aku hendak minta kembali seorang gadis yang dirampas oleh anakbuahmu di kelenteng sore tadi. Dan setelah mengetahui bahwa engkau ternyata Beng Sam-hok, akupun hendak menjalankan hukuman perguruan kepadamu"

   "Ah. janganlah suthay terlalu mendesak padaku"

   Seru Cian bin long kun.

   "anak buah tak pernah merampas seorang gadis yang sedang bersembahyang di kelenteng" *Hm. engkau memang berani mati. Bahkan siapa dirimu. engkaupun berani juga untuk menyangkal. Banyak orang menyaksikan peristiwa perampasan gadis itu. Bahkan orangtua gadis itu telah minta tolong kepadaku supaya menolong puterinya. Mereka sudah tua dan hanya mempunyai seorang anak perempuan itu. Kembalikanlah agar mengurangi dosamu"

   "Telah kukatakan bahwa orang -orangku tak pernah merampas gadis. Mengapa suthay masih kukuh menuduh saja ?"

   Rahib tua itu tertawa hambar.

   "Bolehkah aku menggeledah didalam gedung ini? "Omitohud ...

   "

   Tiba2 terdengar suara orang melantangkan doa mantra. Menyusul muncullah seorang paderi lhama dari dalam ruang.

   "Buyung Kiong, mengapa ribut ?"

   Serunya. Buyung Kiong segera menuturkan apa yang terjadi saat itu. 'Oh. maafkan, lo-suthay."

   Hong Sat koay-memberi hormat.

   "lo suthay salah faham. Muridku ini tak berbuat seperti yang suthay tuduhkan." 'O, toyu ini suhu Bong Sam-hok ?"

   Seru rahib tua.

   "Siapa Beng Sam-hok?"' Hong Sat koay-ceng bertanya.

   "Beng Sam-hok adalah dia"

   Rahib tua menunjuk pada Cian bin-long-kun "seorang murid Kun lun-pay yang mencuri kitab pelajaran dari perguruan itu dan melarikan diri"

   Tiba2 Hong Sat koayceng tertawa keras.

   "Engkau salah sangka, suthay"

   Serunya, bukan Beng San, hok tetapi Buyung Kiong, muridku yang setya"

   "Siapakah nama toyu ?"

   Tegur rahib tua.

   "Aku paderi lhama Hong Sat koayceng dari Mongolia" . 'O Hong Sat koayceng yang termasyhur dengan pukulan sakti Pasir Kuning itu ?"

   Rahib terkejut.

   "Dan siapakah nama lo suthay?"

   "Ceng Sian sin-ni"

   Tiba2 paderi lhama itu tertawa nyaring panjang . , ., -ooo0dw0ooo

   Jilid 25 Serentak berhenti tertawa, Hong Sat koay-ceng segera berseru .

   "O, kiranya rahib ketua Kun-lun-pay yang termasyhur dengan ilmu pedang Suan-hong kiam dan ilmu pukulan Coh kut kin-ci ing. Maaf, maaf, aku telah berlaku kurang menghormat. Terimalah hormat paderi lhama yang tua Ini". Habis berkata lhama itu segera membungkukkan tubuh memberi hormat.

   "Ah. toheng terlalu menyanjung diriku. Mana aku berani menerima hormat toheng.

   "Ceng Siau suthay terpaksa rangkapkan kedua tangannya balas memberi hormat. Tampak wajah kedua tokoh itu saling mengerut. Hanya lekukan kerut pada dahi Ceng Sian suthay lebih dalam dan wajahnya agak pucat. Memang sepintas pandang keduanya tampak saling memberi hormat. Tetapi sesungguhnya mereka telah melangsungkan adu tenaga dalam. Cian bin long-kun Buyung Kiong tahu juga akan hal itu. Ia tersenyum simpul karena tahu bahwa dalam tenaga dalam ternyata Hong Sat koay ceng masih lebih unggul.

   "Totiang", seru Ceng Sian suthay setelah Saling memberi hormat yang diselipi dengan adu tenaga-dalam itu selesai.

   "Beng Sam hok yang kini menjelma menjadi Buyung Kiong itu memang benar adalah murid dari Kun-lun pay. Soal kemudian dia melarikan diri dan masuk menjadi murid totiang, itu akupun tak berhak menghalangi".

   "Ah, kiranya suthay seorang ketua perguruan yang menyadari akan tata peraturan sebuah perguruan dalam dunia persilatan,"

   Seru Hong Sat koay-ceng. Ceng Sian suthay tak mau menghiraukan pujian itu.

   "Tetapi aku tetap akan menyelesaikan dua buah hal kepadanya."

   Kata Ceng Sian suthay.

   "O."

   Desuh Hong Sat koay-ceng.

   "silahkan suthay mengatakan. Kalau memang benar, sudah tentu dia harus mentaati."

   "Pertama, dia harus mengembalikan kitab pelajaran ilmu pedang Kun-lun-pay yang dicurinya itu."

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Ya, itu memang nalar,"

   Kata Hong Sat koayceng lalu berpaling kepada Cian-bin-long kun "benarkah engkau mengambil kitab pelajaran dari Kun lun pay?"

   Cian-bin-long kun Buyung Kiong terkesiap, tadi ia menyangkal kalau dirinya Beng Sam hok, apakah sekarang ia harus menarik penyangkalannya itu dan mengaku benar Beng Sam hok.

   "Bagaimana ?"

   Tegur Hong Sat koayceng pula karena Cianbin- long kun diam saja.

   "Aku tak tahu menahu soal kitab itu."

   Akhirnya Cian-binlong kun menjawab.

   "Benar ?"

   Hong Sat koay-ceng menegas.

   "Adakah suhu menyaksikan diriku ini Buyung Kiong ?"

   Cian bin long-kun balas bertanya.

   "Baiklah"

   Kata Hong Sat koay-ceng lalu berpaling kearah Ceng Sian suthay.

   "suthay, muridku Buyung Kiong itu bukan Beng Sam-hok. Dia tak tahu menahu tentang kitab pusaka dari Kun-lun-pay.

   "Totiang percaya akan omongannya ?"

   Tanya Ceng Sian suthay.

   "Aku suhunya, masakan dia berani bohong daku !"

   "Baiklah", kata Ceng Sian suthay dengan menekan kegeramannya.

   "apabila pada suatu kesempatan aku dapat membuktikan bahwa ia memang Beng Sam hok, apa kata totiang ?"

   "Bagaimana kehendakmu ?"

   Tanya Hong Sat Koayceng.

   "Kalau dia benar Beng Sam-hok, berarti dia masih murid Kun-lun pay. Aku akan menjatuhkan hukuman perguruan kepadanya". Hong Sat koayceng terkesiap.

   "Dalam hal itu, totiang harap jangan ikut campur tangan."

   Kata Ceng Sian suthay pula. Hong Sat koayceng tetap diam.

   "Sekarang, apakah yang hendak engkau urus lagi ?"

   Sesaat kemudian baru lhama dari Tibet itu buka suara.

   "Masih ada", kata Ceng Sian suthay.

   "yakni tentang anak gadis yang ditawan dalam gedung ini. Jika Cian-bin-long-kun mengembalikan, urusan ini takkan kutarik lebih panjang. Tetapi kalau tidak. Hm, akupun terpaksa harus bertindak".

   "Suthay", tiba2 Cian-bin-long-kun berseru dengan nada garang. Rupanya ia sudah mendapat kembali nyalinya.

   "harap tahu bahwa gedung kediaman Cian-bin-long-kun Buyung Kiong itu adalah tempat yang menjadi kunjungan orang2 terhormat, mentri2 Kerajaan dan orang2 ternama. Janganlah suthay menghambur fitnah yang melecehkan namaku."

   "Bagus, rupanya sekarang engkau pandai benar berputar lidah."

   Seru Ceng Sian suthay. Perampasan gadis oleh kaki tanganmu itu disaksikan beratus orang. Masakan engkau masih berani nyangkal".

   "Suthay"

   Balas Cian-bin long-kun, tak kalah garang.

   "kami menghormat suthay sebagai orang rahib suci, seorang ketua perguruan silat yang termasyhur dan pula sebagai seorang tetamu tak banyak yang kami mohon kecuali mengharap suthay suka menaruh perhatian atas kedudukanku sebagai tuan rumah".

   "Maksudmu engkau hendak mengatakan bahwa aku supaya jangan campur urusan ini ?"

   Rahib itu menegas.

   "Hendaknya demikian", kata Cian-bin-long-kun, agar kunjungan suthay itu jangan sampai mengecewakan suthay karena penyambutan2 yang bersifat kekerasan. Kiranya suthay tentu maklum bahwa gedung Cian bin-long-kun di kotaraja ini mempunyai penjagaan yang kuat."

   "Hm, kekerasan itu menunjukkan kelemahan dan kesalahan", kata Ceng Sian suthay.

   "dan kekerasan itu takkan melindungi kebenaran".

   "Masih ada lagi suthay". buru2 Cian-bin-Iong-kun berseru.

   "kekerasan dapat juga digunakan untuk menjaga tindakan yang merugikan dan mengancam."

   "Merugikan dan ancaman itu, banyak tafsirnya. Karena tindakanku hendak mengusut peristiwa itu engkau merasa dirugikan dan terancam karena tak dapat menyampaikan maksudmu. Bukankah begitu ?"

   "Suthay."

   Tiba2 Hong Sat koayceng menyeletuk.

   "Seorang rahib, hanya dibiara suci tempatnya. Hidupnyapun dialam kesucian, bukan mengurusi urusan duniawi. Berbicara tentang kerugian apakah suthay menderita kerugian apabila tak mencampuri urusan ini ?"

   Ceng Sian suthay tertawa datar.

   "Harap toheng jangan mencampur adukkan dengan soal rahib dan biara. Karena hal itu akan melibat dirimu sendiri. Jika aku seorang rahib bukankah toheng sendiri juga seorang Ihama yang pantasnya tinggal di kuil ? Jika toheng menasehati aku, mengapa toheng melakukan hal itu sendiri ?".

   "Aku hendak mengurusi muridku sendiri!", jawab Hong Sat koayceng.

   "lalu apa kedudukan suthay dalam peristiwa ini ?"

   "Menyebut nama Ceng Sian, tentu takkan terlepas dari nama perguruan Kun-lun-pay. Bicara soal perguruan silat, tentu tak lepas dari dunia persilatan. Dan memperbincangkan dunia silatan berarti memperbincangkan urusan dunia. Salahkah kalau aku mengurus soal duniawi ?"

   "Berhakkah orang persilatan mencampur urusan lain orang ?"

   "Setiap orang persilatan atau orang yang mengaku dirinya sebagai seorang persilatan sejati baik dia termasuk anggauta perguruan silat atau perseorangan, berhak untuk mengurus ataupun mencampuri urusan lain orang atau perguruan silat, apabila urusan itu menyalahi Kebenaran"

   "Jadi suthay tetap hendak mencampuri urusan ini ?"

   "Sebaiknya urusan ini dapat diselesaikan dengan jalan damai".

   "Maksud suthay ?"

   "Serahkan gadis itu supaya dapat kukembalikan kepada orangtuanya".

   "Jika tidak ?"

   "Toheng tentu sudah maklum sendiri".

   "Jika demikian kehendak suthay, akupun takdapat berbuat apa2 kecuali mempersilahkan suthay"

   Sahut Hong Sat koayceng.

   Selama bicara tadi, diam2 Ceng Sian suthay sudah menyelinapkan perhatian.

   Ia mengetahui bahwa empat penjuru gedung itu telah disiapkan berpuluh2 jago silat yang dipelihara Cian-bin-long kun.

   Ceng Sian suthay merenung.

   Sudah terlanjur naik punggung harimau, susahlah ia hendak turun lagi.

   Ia tak tahu bahwa Hong Sat koay-ceng berada di gedung itu.

   Begitu pula ternyata gedung itu penuh dengan jago2 silat.

   Dan dia hanya seorang diri.

   Jika dia sampai terluka atau kalah, tentulah nama perguruan Kun-lun-pay akan ditertawakan orang.

   Namun kalau mundur, Hong Sat koay-ceng dan Cian-bin long-kun tentu akan mencemohkan juga.

   "Kudengar Kun-lun-pay merupakan sumber ilmu pedang yang sakti. Ingin benar pinceng mendapat pengalaman dan pelajaran."

   Tiba Hong Sat koayceng berseru.

   "harap suthay jangan pelit memberi pelajaran". Walaupun diucapkan dengan nada ramah bahkan disertai senyum simpul, tetapi jelas lhama itu menantang supaya Ceng Sian suthay menggunakan pedang. Sudah tentu Ceng Sian Suthay tahu. Diam2 iapun menimbang. Hong Sat koayceng termasyhur dengan ilmu pukulan Hongsat-ciang atau Pasir Kuning. Lebih leluasa bertanding dengan ilmu pedang daripada dengan pukulan, Justeru lhama itu menantang sendiri. Maka ketua Kun-lun-pay itu pun segera memutuskan untuk bertanding ilmu pedang.

   "Baiklah, jika toheng menghendaki demikian si!ahkan toheng dan anakbuah gedung ini bersiap maju."

   Serunya.

   "Ha, ha."

   Hong Sat koayceng tertawa.

   "Suthay jangan salah tafsir. Yang akan minta pelajaran ilmu pedang adalah aku. Bukan mereka. Sudah tentu suthay tak bermaksud menghina diriku hendak main keroyokan, bukan?"

   "Ah, mana aku berani menghina toheng,"

   Sahut ketua Kunlun- pay.

   "siapakah yang tak tahu akan Hong Sat koayceng yang sakti itu".

   "Sudahlah, suthay"

   Cepat Ihama dari Tibet itu menukas.

   "mari kita mulai. Sekali lagi harap suthay jangan pelit untuk memberi pelajaran ilmu pedang kepadaku". Karena lambat atau cepat akan bertempur Ceng Sian suthaypun segera mencabut pedangnya.

   "Toheng, aku segera memulai, harap toheng mengeluarkan senjata toheng,"

   Seru Ceng Sian. Ceng Sian sutnay adalah seorang rahib yang tinggi kedudukannya. Baik sebagai pemuka agama maupun sebagai ketua partai persilatan. Dia dapat mengekang diri dalam sikap yang sabar dan ramah.

   "Baik, suthay"

   Sahut Hong Sat koayceng. silahkan memulai". Ceng Sian suthay lekas memperhatikan bahwa paderi Ihama itu tidak mengeluarkan senjata.

   "Adakah dia hendak melawan dengan tangan kosong ?"

   Ceng Sian suthay mulai meragu.

   "Adakah toheng tak memakai senjata ?"

   Ia bertanya.

   "Akan kulayani dahulu dengan tangan kosong. Apabila tak kuat, aku tentu memakai senjata juga", jawab Hong Sat. Ceng Sian suthay menggeram dalam hati, ia merasa diremehkan. Tetapi pada lain kilas, timbul suatu dugaan kemungkinan paderi Ihama itu mempunyai ilmu pukulan yang sakti.

   "Mari kita mulai, suthay". tiba2 Hong Sat koayceng mulai membuka serangan, Sin-wan-te-koh atau Lutung-saktimemetik- buah adalah jurus pertama yang dilancarkannya. Tangan kanannya mengulur maju untuk menerkam. Ceng Sian suthay tenang2 saja melihat gerakan tangan orang. Pada setelah tangan paderi itu hampir tiba, rahib itu menyurut mundur setengah langkah, Sret ... secepat kilat pedangnya membabat. Hong Sat koayceng terkejut. Cepat ia menekuk tangannya ke atas untuk menghindari. Hanya kurang serambut jaraknya, lengan paderi lhama tua itu terpapas pedang. Habis menghindar, tangan Hong Sat koay- ceng akan menjulur maju pula. Tetapi pedang Ceng Sian suthay sudah berkelebat memapas. Dan ketika Hong Sat menarik tangannya ke belakang, pedangpun menyambar bahunya Hong Sat terpaksa menyurut mundur setengah langkah tetapi pedang ketua Kun-lun pay itupun sudah membabat pinggangnya. Hong Sat terkejut dan cepat2 mengendapkan tubuh ke bawah. Tetapi sudah disongsong lagi dengan kilat pedang yang membabat kaki.

   "Huh,"

   Sambil mendesuh, paderi lhama itu sudah melambung sampai tiga tombak. Di udara ia ayunkan tangan kanannya menghantam ke bawah.

   "Bum . ..."

   Lantai berhamburan pecah, tetapi Ceng Sian telah loncat ke samping, Maka ketika Hong Sat melayang turun, pedang rahib itu sudah membabat kakinya.

   Hong Sat terkejut sekali.

   Saat itu baru ia mengetahui bahwa Ceng Sian suthay hebat sekali gin-kangnya.

   Namun paderi lhama itu tak mau menyerah begitu saja.

   Dia sudah menepuk dada akan melayani lawan dengan tangan kosong.

   Cian-bin-long-kun dan berpuluh-puluh jago silat menyaksikan tempuran itu.

   Apabila dalam waktu yang begitu singkat, dia sudah kalah, bukankah malu akan dideritanya ? Cepat paderi lhama itu menginjakkan telapak kaki kanannya ke atas kaki kiri.

   Dengan meminjam tenaga pijakan itu, tibatiba tubuhnya bergeliatan melambung ke udara lagi.

   Selagi masih di udara, dia segera melontarkan pukulan.

   Bahkan sekali gus dia gerakkan tangan kanan dan kiri menghantam.

   Dengan dilindungi oleh pukulan yang menyerupai geledek itu, ia meluncur turun ke lantai.

   Terdengar debum lantai hancur berantakan, kepingkepingnya muncrat ke empat penjuru.

   Jago2 silat yang bekerja pada Cian-bin-long kun meleletkan lidah karena kagum atas pukulan dari paderi lhama itu.

   Tetapi mereka lebih kaget pula ketika paderi lhama itu mendesuh kejut dan ayunkan tubuh sampai dua tombak ke belakang.

   Dan sebagai pengganti di tempat padri lhama itu, tampaklah bayangan Ceng Sian suthay sambil memegang pedangnya.

   Adegan itu berlangsung teramat cepat sekali, sehingga mereka tak sempat menyaksikan apa yang terjadi.

   Tetapi mereka dapat menduga tentulah Ceng Sian suthay sudah menyerang lagi dan memaksa paderi itu harus loncat mundur.

   Kini terbukalah mata sekalian jago2 itu betapa tingkat kepandaian dari rahib Kun-lun-pay.

   Diam2 mereka tergetar dalam hati.

   Untunglah yang menjadi lawan Hong Sat koay.

   Andaikata mereka yang harus melayani, tentu mereka sudah menggelepar di lantai.

   Diam-diam mereka berharap mudahmudahan Hong Sat koay-ceng dapat mengalahkan rahib dari Kun-lun-pay.

   Dengan demikian mereka bebas dari keharusan menempur rahib itu.

   "Ilmu pedang suthay bukan kepalang hebatnya"

   Seru Hong Sat koayceng memuji.

   "Ah, janganlah toheng mengolok", sahut Ceng Sian suthay sambil tegak acungkan ujung pedang lurus kemuka. Pandang matanya melekat pada ujung mata. Hong Sat koayceng makin terbeliak. Sikap yang dilakukan Ceng Sian suthay itu merupakan sikap dari ajaran ilmu pedang yang sakti. Diam untuk menindas gerakan. Demikian inti dari ilmu pedang yang sakti. Mau tak mau Hong Sat koay-ceng harus menempur. Dan setelah merenung beberapa jenak, ia telah menentukan keputusan. Serangan pedang yang dibuka Ceng Sian telah disambut dengan mengangkat tangan kanan dari paderi Ihama itu. Semula Ceng Sian memperhatikan bahwa cahaya wajah paderi Ihama itu kian berobah kuning. Bahkan sampai biji matanya pun terlihat berwarna kuning. Pada saat Ceng Sian suthay menyerang maju tiba2 paderi Ihama itu ayunkan tangannya menampar. Ceng Sian suthay terkejut. Ia duga paderi lhama itu tentu mengeluarkan ilmu pukulan Kong-sat-ciang atau Pukulan Pasir-kuning yang sakti. Dalam kitab pusaka yang diketemukan dalam sebuah biara kuno, ia banyak menemukan sumber2 ilmu kesaktian yang hebat diantaranya sebuah ilmu pukulan yang disebut Hongsat- ciang atau pukulan Pasir Kuning. Dengan pukulan itu, lawan akan menderita kehilangan tenaga, tubuhnya berwarna kuning semua. Mirip dengan seorang penderita penyakit kuning. Pada puncak tataran tertinggi dari ilmu Pukulan Pasir Kuning itu, penderita pukulan akan berangsur-angsur mengalami suatu kematian yang mengerikan. Bermula kaki dan tangannya akan meleleh, mengeluarkan cairan kuning, kemudian seluruh tubuhnya akan berhamburan menjadi cairan kuning semua. Bahkan walaupun tidak ikut leleh tetapi tulang belulangpun ikut berwarna kuning. Hong Sat koayceng belum mencapai tingkat yang sedemikian. Ia tengah berusaha untuk capai tingkat itu. Sebagai kelengkapan dan syarat2 yang diperlukan, dia harus mencari seribu buah selaput perawan. Gila ! Tetapi Hong Sat koayceng tetap jalankan juga. Entah berapa ratus gadis yang diculik untuk diambl selaput keperawanannya. Namun masih jauh dari mencukupi keperluan yang dibutuhkannya. Dan terpaksalah ia berusaha mencarl terus. Dalam menghadapi Ceng Sian suthay, ia tak mengira kalau rahib ketua Kun lun-pay itu memiliki ilmu pedang yang sedemikian hebat. Dalam gerak pertama, la telah menderita kesibukan yang hampir membawanya ke arah kekalahan. Ceng Sian suthay telah memainkan ilmu pedang Ngo heng kiam. Disebut Ngo-heng atau Lima Unsur, karena ilmu pedang itu terdiri dari lima bagian. Setiap bagian dibagi lagi menjadi lima jurus. Yang dimainkan oleh rahib itu tadi ialah. Ngo.heng-kiam bagian Tho-te kiam atau Unsur tanah. Tho-te-kiam dibagi menjadi lima jurus yakni. Kian gun, Liok-te, San-tho, Ni-ciang dan San-sik atau Bumi, tanah, gunung, lumpur dan cadas. Pertama gebrak, Ceng Sian gunakan Ngo-kian-gun-kiam. Sikapnya tenang dan damai, kemudian dilanjutkan Ngo-heng tho-te-kiam. Tanah menebar luas di dunia. Dimana manusia berada, tentu selalu ada tanah. Itulah sebabnya makai Hong Sat koayceng pontang panting karena selalu dibayangi oleh serangan pedang ketua Kung lun pay itu. Dan kini, rahib dari Kun-lun-pay itu mengeluarkan jurus Ngo-heng-san-kiam. Gunung itu bersikap tinggi perkasa, kokoh bagai sebuah paku di bumi. Pedang Ceng Sian suthay mengerat- erat naik turun untuk membelah kepala dan tubuh lawan. Dia hendak menjaga jangan sampai paderi lhama itu dapat melambung ke udara. Dalam beberapa waktu, masih dapatlah paderi lhama itu menghadapi. Bahkan dapat balas menyerang dengan jari2 maut. Jari yang telah disaluri dengan tenaga-dalam Hong satcin- kang. Tersentuh sedikit oleh jari itu, orang tentu sudah lunglai. Apalagi sampai kena tercengkeram. Rupanya Ceng Sian menyadari akan keampuhan jari lawan. Ia mengurung diri dengan sinar pedangnya sedemikian ketat sehingga air hujan pun tak mampu mencurah ke tubuhnya. Cian-bin-long-kun dan sekalian jago2 yang menyaksikan pertempuran itu, kesima sekali. Memang pertempuran antara tokoh setingkat Cian Sian dan Hong Sat, jarang terjadi dalam dunia persilatan. Karena pertempuran semacam itu manghidangkan permaianan yang bermutu tinggi. Pertempuran antara tokoh kelas satu, berlangsung amat cepat. Setiap detik peluang yang bagaimanapun kecilnya, sudah cukup untuk merobah kedudukan, menentukan kalah menangnya. Demikian terjadi pula dalam pertempuran dahsyat antara Ceng Sian lawan Hong Sat koayceng. Kedua tokoh itu seolah merapat dan sukar diketahui mana Ceng Sian mana Hong Sat koay-ceng. Beberapa jenak kemudian tiba2 terdengar pekikan tertahan dan serentak keduanya saling Ioncat mundur. Ceng Sian suthay tampak tegak mengemasi rambutnya yang terurai. Tenang2 saja sikap ketua Kun-lun-pay itu. Sedang Hong Sat koaycengpun tegak dengan wajah berwarna kuning, mata dipejamkan. Tampaknya dia tak kena suatu apa kecuali menderita keletihan napas. Cian-bin-long-kun hendak menarik napas longgar karena melihat suhunya tak kurang suatu apa, walau tiba2 ia menjerit tertahan ketika pandang matanya tertumbuk sesuatu pada diri Hong Sat koayceng. Jubah paderi lhama bagian dadanya ternyata pecah sepanjang beberapa inci. Jelas tentu akibat dari guratan ujung pedang lawan.

   "Suhu, apakah engkau terluka ?"

   Serentak ia berseru cemas. Tetapi paderi Ihama itu tak menjawab. Secepat membuka ia segera berseru kepada Ceng Sian Suthay.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Ilmu pedang Kun-Lun-pay benar2 tak bernama kosong. Aku harus mengucap syukur, karena suthay telah berlaku murah hati kepadaku. Mari kita lanjutkan lagi. Harap suthay memberi pelajaran yang lebih tinggi lagi."

   Habis berkata paderi lhama itu segera melepas kalung tasbih.

   Berbeda dengan tasbih kaum paderi yang biasanya terbuat dari biji2 bundar yang berlubang tengahnya.

   Kalung tasbih Hong Sat koayceng itu merupakan seuntai kalung dari benda2 keras berbentuk tengkorak kecil.

   Sedang tengah2 untaian kalung itu merupakan sebuah tengkorak besar, sebesar genggam tangan orang.

   "Omitohud!"

   Seru Ceng Sian suthay.

   "bagaimana tasbih sebagai kalung suci dari kaum agama, engkau ganti bentuknya sedemikian rupa?". Hong Sat koayceng tertawa.

   "Setiap orang apabila melihat tengkorak tentu jeri dan menganggap benda itu amat keramat", seru paderi lhama itu.

   "padahal kita semua manusia kelak tentu akan menjadi tengkorak seperti ini"

   "Adakah kaum lhama memang bertasbih seperti itu?"

   "Tidak"

   Sahut Hong Sat koayceng.

   "mereka juga bersikap suci seperti kaum paderi di tanah Tiong-goan sini. Tetapi aku menganut faham lain, Kita harus berani melihat kenyataan. Bahwa manusia itu tentu akan mati. Bahwa setelah mati, yang cantik, yang bagus, yang jelek, yang kaya, yang miskin, yang jahat, yang suci, yang murtad, sama saja. Tiada beda, semua akan menjadi tengkorak. Oleh karena itu maka kalung itu berlambangkan tengkorak agar kita selalu ingat akan hidup dan keakhiran manusia itu".

   "Bagus !"

   Seru Ceng Sian suthay.

   "apabila toheng mempunyai pandangan seperti itu. Tetapi kenyataan berbicara kudengar untuk kepentingan melatih ilmu Hong-sat ciang sampai sempurna, diperlukan benda2 yang mengakibatkan hiIangnya jiwa beratus-ratus gadis suci. Benarkah itu?"

   "Benar, benar"

   Diluar dugaan Hong Sat koayceng menjawab dengan jujur.

   "tetapi apa artinya beratus jiwa gadis dengan hasil yang kudapat dari ilmu sakti itu? Tidak berarti sama sekali seperti sejemput pasir dilontarkan ke dalam lautan belaka."

   Ceng Sian suthay kerutkan dahi.

   "Bagaimana toheng dapat mengatakan begitu?"

   Tanyanya.

   "Dengan memiliki kesaktian semacam itu aku akan menaklukkan dunia persilatan. Kurobah wajah dunia persilatan, dari suatu medan perebusan nama dan pertumpahan darah, menjadi sebuah dunia yang damai dimana tokoh2 persilatan akan hidup dibawah perintah suatu faham hidup yang baru".

   "Jika demikian tujuan toheng, akulah orang pertama yang akan menentang"

   Seru Ceng Sian suthay.

   "Memang seharusnya begitu. Karena setiap penaklukan yang kulakukan tentu berdasar kemenangan yang sungguh2 sehingga orang akan tunduk dan patuh benar2 kepadaku. Nah, marilah kita mulai". Kini paderi lhama yang eksentrik itu memegang sebuah kalung tasbih tengkorak. Sedangkan Ceng Sian suthay tetap dalam sikap semula. Pedang lurus disongsongkan ke muka, kedua matanya memandang ke arah ujung pedang. Bagi seorang ahli pedang, tentulah dapat mengetahui bahwa sikap yang dilakukan ketua Kun-lun-pay merupakan pembukaan dari ilmu pedang yang sakti. Hong Sat koayceng pun mulai mengayunkan kalung tasbihnya. Dari pelahan makin cepat dan makin cepat sampai akhirnya kalung tasbih itu berrobah menjadi lingkaran sinar kuning yang bergulung-gulung membungkus diri paderi lhama. Lalu pelahan-lahan mulai maju mendekati lawan. Ceng Sian suthay bersikap hati2. Ia belum tahu betapa hebatnya senjata kalung tasbih itu, namun karena yang menggunakan seorang tokoh macam Hong Sat koayceng, tentulah tasbih itu hebat sekali. Ngo-heng-ni-ciang-kiam atau ilmu pedang Unsur-lumpur, segera dimainkan oleh rahib itu. Sebagaimana dengan sifat lumpur yang lunak tapi membenam segala benda yang membenturnya maka ilmu pedang yang dimainkan Ceng Sian suthay itupun demikian juga. Lunak dalam gerakan tetapi membenam dalam perbawanya. Mambenam sinar kalung yang menerjangnya. Sinai kalung tasbih seolah-olah terbenam dalam lingkaran sinar pedang. Walaupun sukar dilihat mana sinar kalung mana sinar pedang, namun dari warnanya yang kuning dengan putih, orang dapat membedakannya. Kali ini Hong Sat koayceng menyerang dengan sepenuh tenaga. Ia malu kalau sampai menderita kekalahan lagi. Cong Sian suthay tetap berlaku hati2 untuk melayani. Ilmu pedang yang berintikan sifat lumpur memang bukan jurus untuk menyerang melainkan untuk membenam gerakan lawan. Demikian kedua tokoh sakti itu mulai terlibat lagi dalam sebuah pertempuran yang seru dan dahsyat. Ternyata pada saat Ceng Sian suthay sedang melakukan pertempuran dengan Hong Sat koay ceng dan Cian-bin-longkun serta segenap jago2 silat yang bekerja padanya menyaksikan pertempuran itu, di dalam gedung Cian-bin-longkun telah terjadi suatu pertstiwa yang tak diduga-duga. Pengemis-riang To Jin-sik selalu meninggalkan pertandaan di sepanjang jalan yang dilaluinya. Hal ini memang sudah menjadi suatu kebiasaan dari setiap anakbuah Kay-pang yang sedang melakukan tugas. Bahkan pada waktu berangkat mengantar Blo'on dan Sianli. Ong Cun kedua Kay-pang cabang kota Pakkhia, mengingatkan To Jin-sik agar jangan lupa meninggalkan pertandaan. Hal itu perlu untuk menjaga kemungkinan yang tak diharapkan mengingat bahwa kota raja itu pengaruh Jiong-pang (Partai Jembel) amat besar. Seorang anakbuah Kay pang telah melihat pertandaan yang ditinggalkan To Jin-sik. Dia tahu kalau To Jin-sik menuju ke gedung Ciang bin long kun. Diam2 anakbuah Kay-pang itu segera mencari jejak To Jin-sik. Dari beberapa orang, dapatlah anakbuah Kay-pang itu mengetahui bahwa To Jin-sik berada di gedung Cian-bin-longkun. Tetapi sampai malam, pesta sudah bubar, belum juga To Jin-sik dan kedua pemuda yang diantarnya itu keluar. Anakbuah Kay-pang itu menunggu. Betapalah kejutnya ketika melihat To Jin sik, Sian-li dan Blo'on bertempur dengan.jago2 gedung Cian-bin-long-kun. Bargegas-gegaslah melapor kepada Ong Can, thancu Kay-pang cabang Pakkhia. Ketua Kay-pang cabang kotaraja itu, terkejut.

   "Ah, tentulah pemuda itu yang cari gara2. Kalau To Jun-sik ditangkap, tentu akan menimbulkan heboh. Ia merenung cara untuk menolong Jin-sik dan kedua anakmuda itu. Jika kerahkan seluruh anakbuah Kay-pang, tentu akan menimbulkan akibat yang meluas. Can-bin-longkun tentu akan berusaha untuk membasmi Kay-pang.

   "Hm, aku harus bertindak secara tersembuyi."

   Akhirnya ketua Kay-pang cabang Pak-khia menetapkan langkah.

   Akhirnya ia memilih lima orang anakbuah Kay-pang.

   Kepada mereka diperintahkan supaya menyamar dalam pakaian serba hitam, mukapun harus ditutup dengan kain hitam agar jangan nampak kalau mereka anakbuah Kay-pang.

   Ong Cun dipilih sebagai ketua cabang Kay-pang karena cerdik dan berkepandaian tinggi.

   Orang persilatan menggelarinya sebagai Sam-thau-liok-pi atau Tiga-kepalaenam- lengan.

   Dia pandai berpikir dan pandai bertindak.

   "Kita menyusup dari belakang", kata Ong Cun kepada lima orang anakbuahnya. Dengan hati2 mereka melompati pagar tembok dan terus menyelundup masuk.

   "Aneh. mengapa rumah ini sepi2 saja ?", diam2 ia berkata kepada dirinya sendiri. Padahal diketahui bahwa gedung Cianbin- long-kun itu pelihara berpuluh-puluh penjaga yang terdiri dari jago2 silat yang berkepandaian tinggi.

   "Kalian tunggu disini, aku hendak menyelidiki ke dalam", ia memberi perintah lalu dengan sebuah gerak yang menimbulkan kekaguman orang ia sudah menyelundup tanpa kedengaran suara apa2. Waktu itu malam makin sunyi. Tiba2 ia dengar suara orang menangis terisak-isak dari sebuah ruangan. Cepat ia menyelinap ke tempat itu. Dengan gunakan ilmu gin-kang, iapun melambung ke atas atap. Setelah menunggu sampai beberapa saat nada suatu gerak maupun suara yang mencurigakan, barulah ia berjongkok dan membuka genting. Kemudian ia susupkan kepalanya masuk. Kaki mengait pada tiang-rusuk, lalu bergelantung memandang ke bawah. Segera ia melihat seorang nona tengah menangis diatas ranjang. Sedang seorang wanita tua tengah membujuknya.

   "Sudahlah nona, jangan menangis,"

   Kata perempuan tua itu.

   "Buyung loya tentu akan memberi apa saja yang engkau minta. Dia kaya raya dan berpengaruh. Engkau harus merasa beruntung karena dia berminat kepadamu". Namun nona itu tetap tak menghiraukan.

   "Ah". perempuan tua itu menghela napas seperti ikut bersedih atas nasib si nona.

   "Memang semula akupun ikut bersedih ketika pertama kali loya menitahkan aku supaya menghibur seorang gadis yang dibawanya ke gedung ini, Tetapi apa akhirnya ?"

   Perempuan Itu sengaja melontar cerita untuk memancing perhatian si nona agar mau bertanya, tetapi ternyata gadis itu tetap tak mengacuhkan.

   "Beberapa hari kemudian ketika bertemu padaku, dia tampak tersenyum-senyum gembira sekali. Dan tahu2 dia memberi persen dua tail perak kepadaku, Ih ..

   "

   Tetapi gadis itu diam saja.

   "Bukan hanya seorang dua orang, tetapi berpuluh gadis yang dibawa kemari tentu seperti itu. Pertama menangis sedih memikirkan nasibnya. Dia merasa nasibnya paling celaka di dunia. Tetapi setelah tidur dengan loya, uh, dia mengatakan dirinya seorang wanita yang paling bahagia. Loya telah memenuhi segala kebutuhannya."

   Ong Cun cepat dapat menduga bahwa perempuan tua itu tentulah bujang yang disuruh Cian bin-long-kun untuk membujuk korbannya, Ong Cu muak melihat perempuan tua itu. Tiba2 ia lepaskan kaitan kakinya lalu meluncur turun.

   "Hai "

   Baru perempuan itu membuka mulut karena kaget, Ong Cun sudah loncat mendekap mulutnya.

   "Kau mau hidup atau mati ?"

   Bentak Ong Cun setengah berbisik. Ia lepaskan tangannya. Bermula perempuan tua itu mengira yang datang dengan muka berselubung kain hitam itu bangsa setan. Tetapi setelah mendengar suara orang, perempuan tua itupun hanya menggigil ketakutan.

   "Lekas bilang !"

   Ong Can lekatkan pedang ke leher perempuan tua itu.

   "Ampun, loya., aku ingin hidup "Hm sudah setua itu engkau masih temaha hidup, ya ?"

   "Ampun loya. aku hanya bujang dari gedung ini yang dititahkan oleh majikanku untuk menemani nona ini"

   "Dari mana nona ini?"

   "Aku tak tahu karena hanya diperintah loya untuk menemaninya saja"

   "

   Bukankah majikanmu menculik nona ini untuk dijadikan gundik?"

   "

   Be nar ...

   "

   Perempuan tua makin gemetar.

   Ketika mendengar suara yang aneh, gadis itu mengangkat muka dan ketika melihat munculnya seorang berpakaian serba hitam berselubung mukanya, gadis itu hendak menjerit.

   Untunglah ia cepat dapat mendengar pembicaraan orang itu dengan perempuan tua.

   Maka ia menduga orang itu tentu hendak menolongnya.

   "

   Siapakah nama nona?"

   Ong Cun beralih kepada gadis itu "jangan takut, aku akan monolongmu."

   Nona itu mulai timbul barapannya.

   Ia mengatakan bahwa dirinya bernama Bok Kui-hoa, anak seorang pedagang kecil yang tinggal di ujung kotaraja.

   Malam itu iapun hendak bersembahyang ke kelenteng sebagaimana dilakukan oleh para gadis2 pada tiap hari Pek-gwe-cap-go atau bulan delapan tanggal limabelas.

   "Waktu hendak pulang, aku telah dihadang oleh beberapa lelaki lalu dipaksa naik tandu dan dibawa ke dalam gedung ini,"

   Kata gadis itu.

   "tuan, tolonglah aku. Kedua orangtuaku sudah tua dan berpenyakitan. Anaknya pun hanya aku seorang "

   "Jangan menangis, nona. Aku pasti akan menolongmu". Ong Cun menghiburnya. Kemudian berkata pula kepada bujang perempuan tua tadi.

   "Bukankah engkau masih ingin hidup ?' "Ya."

   "Kalau begitu, engkau harus menjawab pertanyaanku dengan jujur. Sepatah saja engkau berani bohong, lehermu tentu akan putus, mengerti..!"

   Dengan gemetar bujang perempuan tua itu mengiakan.

   "Dimana majikanmu ?"

   Ong Cun mulai bertanya.

   "Mungkin berada di ruang depan ...

   "

   "Mungkin? Hm, engkau hendak main gila."

   "Tidak. loya. Aku hanya ditugaskan untuk menemani nona ini disini. Dimana saat ini majikanku, aku kurang jelas. Biasanya tengah malam dia tentu tiba di kamar ini"

   Karena beralasan maka Ong Cun tak mendesak melainkan bertanya lagi .

   "Mengapa gedung ini sepi2 saja ? Kemanakan bujang2 yang lainnya ? "Ah, masakan mereka tak ada, Buyung memelihara banyak sekali orang gajihan, baik jago2 silat maupun bujang2 lelaki,"

   Ong Cun berpikir, kemungkinan memang bujang perempuan tua itu tak tahu2 apa karena hanya mendekam dalam kamar menemani gadis Bok"

   "Apakah engkau tahu bahwa ada tiga orang yang ditawan dalam gedung ini ?"

   "Tidak tahu"

   "Hm."

   Dengus Ong Cun.

   "mengapa engkau tak tahu apa2. Sekarang engkau harus tahu. Kalau tak tahu jelas engkau tentu hendak main gila".

   "Sungguh mati, loya, Aku memang tak bohong".

   "Dimana letak tempat tinggal para jago silat yang bekerja pada tuanmu itu ?"

   "Ya, aku tahu loya"

   Sahut bujang perempuan-tua itu.

   "mereka ditempatkan di sebuah gedung lamping sebelah barat."

   "Benar ?"

   "Sungguh mati !"

   "Baik", kata Ong Cun.

   "sekarang engkau harus menurut perintahku. Tukarkan pakaianmu dengan pakaian nona itu. Engkau memakai pakaiannya dan nona itu memakai pakaianmu,"

   "Mengapa .

   "

   "Jangan banyak mulut, lekas kerjakan !"

   Ong Cun lintangkan pedangnya ke leher bujang.

   "Nona, harap lakukan perintahku itu."

   Kemudian ia berpaling ke belakang untuk memberi kesempatan kepada kedua orang itu saling tukar pakaian. Setelah selesai, barulah Ong Cun berbalik tubuh lagi dan memberi perintah kepada si bujang tua supaya tidur di atas pembaringan.

   "

   Ah, Buyung loya tentu akan membunuh aku ...

   ". belum selesai ia berkata, tiba2 Ong Cun sudah menutuk jalan darahnya sehingga dia rubuh pingsan. Setelah dibaringkan di atas pembaringan Ong Cun segera mengajak Bok Kui Hoa keluar. Untuk mempercepat langkah, ia mengangkat tubuh nona itu dan dibawa lari ke tempat anakbuah Kaypang. Kelima anakbuah Kaypang itu terkejut. Tetapi setelah diberi keterangan oleh Ong Cun, barulah mereka lega.

   "

   Nona Bok, engkau harus bersembunyi di belakang pohon itu,"

   Ong Cun menunjuk kesebuah pohon besar yang terletak diluar halaman gedung.

   "

   Setelah urusan kami selesai, tentu akan kami antarkan nona pulang"

   Bok Kui-hoa melakukan perintah.

   "

   Sekarang mari kita mencari tempat kediaman para jago2 silat itu,"

   Kata Ong Cun. Karena gedung sebelah dalam sunyi senyap maka tanpa banyak mengalami kesukaran, Ong Cun dan anak buahnya tiba di tempat itu.

   "Bangunan itu merupakan, sebuah asrama besar dan indah. Memiliki berpuluh ruangan. Tetapi anehnya, saat itu juga tampak sepi2 saja.

   "Kemanakah gerangan mereka?"

   Bisik Ong Cun. Tiba2 ia melihat seorang lelaki sedang berjalan keluar dari asrama itu. Cepat Ong Cun bersembunyi di tempat gelap. Sesaat orang itu tiba di dekat mereka, dengan sigap sekali, Ong Cun sudah menyergapnya.

   "Jangan berteriak kalau ingin hidup!"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Benlaknya. Orang itu menggigil keras ketika berhadapan dengan lima orang berpakaian dan berkerudung kain hitam.

   "Dimana sekalian jago2 silat di sini?"

   "Sedang berada di luar .......

   "

   "Mengapa ! "

   "Di ruangan depan sedang terjadi pertempuran antara seorang rahib dengan paderi yang menjadi suhu dari Buyung loya."

   "Oh.

   "

   Gumam Ong Cun.

   "dimana ketiga tawanan malam ini ditempatkan? "

   Orang itu bersangsi.

   "Lekas bi!ang, atau kepalamu kupisahkan dari tubuhmu,"

   Ong Cun lekatkan pedarg ke leher orang itu.

   "

   Ya, ya ..... aku bilang ..."

   Kata orang itu.

   "Tidak usah beri keterangan, antarkan kami ke sana."

   "Tetapi tempat itu dijaga oleh dua jago silat yang lihay! "

   "

   Siapa ? "

   "Kipas besi Ti Kak dan Lengan-baja Tek Kui .."

   "Tidak apa, lekas bawa kami ke sana."

   "Mereka tentu akan membunuh aku!"

   "

   Jangan kuatir, aku berada di belakangmu. Akan kulindungi jiwamu apabila mereka hendak mengganas ! "

   Karena dipaksa, orang itupun mau juga membawa kelima tokoh2 Kay-pang ke sebuah tempat yang terletak di bagian belakang gedung.

   "Disana! "

   Seru orang itu sambil menunjuk ke depan. Ong Cun memandang ke muka. la kerutkan dahi.

   "Jangan main gila, masakan sebuah ruang kosong engkau katakan tempat penahanan tawanan !"

   "Memang tampaknya kosong tetapi apabila orang melangkah ke situ maka lantai akan bergetar-getar dan terdengarlah sebuah kelinting berbunyi."

   "O, ruang itu dipasangi alat rahasia?". Orang itu mengangguk. Begitu kelinting berbunyi maka kedua penjaga segera muncul dan menangkap penjahat yang masuk ke situ."

   Sejenak merenung, Ong Cun segera menghampiri seorang anakbuahnya dan membisiki.

   Anakbuah Kay-pang itupun segera melepas jubah luarnya dan suruh bujang itu memakainya.

   Begitu juga kain kerudung muka.

   Orang itu bendak membantah tetapi Ong Cun menyahut dengan lintangkan pedang pada Iehernya.

   "Jangan kuatir, aku tentu akan melindungi dirimu.

   "

   Katanya. Ong Cun lalu suruh bujang yang sudah berubah menjadi orang berjubah dan berkerudung muka kain hitam itu menuju ke tengah ruang rahasia.

   "

   Awas, jangan main gila, kalau engkau berteriak minta tolong kepada mereka, sebelum mereka sempat datang, liuyap- to (golok kecil setipis daun ) ini tentu sadah bersarang di tubuhmu,"

   Ong Cun mengancam. Bujang itu terpaksa melakukan perintah. Perlahan ia melangkah ke dalam ruangan. Tiba ditengah ruang, lantaipun berputar-putar dan seketika terdengar suara kelinting berbunyi.

   "Ti loya, Tek loya. aku bujang gedung .

   "

   Serentak bujang itupun berteriak ketika sesosok tubuh melesat dari samping kanan. Cepat2 pula ia membuka kain kerudung penutup mukanya.

   "Engkau !"

   Hardik Kipas-besi Ti Kak yang mengenakan pakaian putih mirip dengan seorang sasterawan. Tinju yang sudah diangkat hendak dihantamkan, dihentikan pula.

   "Mengapa engkau kemari !"

   Hardik Lengan-baja Tek Kui yang bertubuh tinggi.

   "Mereka menyelundup ke gedung ini!"

   Teriak bujang itu seraya menuju ke arah tempat Ong Cun berenam sembunyi. Berhamburan kedua penjaga itu lari ke luar tetapi mereka tak mendapatkan suatu apa.

   "Ha, ha, ha ....

   "

   "Ha, ha, ha ....

   "

   Tiba2 dari arah timur dan barat terdengar orang tertawa mengejek.

   "Tek hiante, engkau kejar ke timur, aku yang ke barat,"

   Seru Kipas besi Ti Kak, lalu ayunkan tubuh meluncur ke barat.

   Tek Kui pun segera loncat menuju ke timur.

   Secepat kedua penjaga itu lenyap dalam kegelapan maka dari balik sebatang pohon yang tumbuh di halaman asrama itu, bermunculan empat orang.

   Ong Cun dan ketiga anakbuahnya.

   Memang dengan cerdik Ong Cun telah mengatur siasat.

   la tahu bahwa bujang itu akan berteriak minta tolong kepada Ti Kak dan Teng Kui.

   Namun demikian sengaja ia melepas dia ke dalam ruangan.

   Telah diperhitungkannya pula bahwa Ti Kak dan Tek Kui tentu akan mencari keluar.

   Maka ia perintahkan dua orang anak buahnya untuk memancing dan memencarkan kedua penjaga itu.

   "Bawalah mereka sampai keluar gedung ini"

   Demikian Ong Cun melengkapi perintahnya. Dan setelah berhasil, maka bersama tiga orang anakbuah, Ong Cun muncul dari tempat persembunyian dan langsung menuju ke ruang rahasia itu.

   "Oh. ampun tuan ..

   "

   Serentak bujang itu gemetar dan menumprah di lantai.

   "Engkau telah menghianati perintahku, seharusnya kupotong lehermu ..."

   "Ampun, tuan ..

   "

   "Dapat kuberi ampun apabila engkau mau mengerjakan perintahku ini. Bukalah lantai rahasia ini. Bukankah dibawahnya terdapat ruang rahasia di bawah tanah ?"

   "Be ... nar ..."

   "Lekas"

   Bentak Ong Cun. Dan bujang itu pun menghampiri ke sudut ruang. Ketika menginjak lantai maka lantai diruang tengah segera bergerak-gerak dan terbukalah sebuah lubang.

   "Hayo, antar kami turun ke bawah". Seru Ong Cun pula ketika melihat sebuah titian batu menurun ke bawah. Orang itu terpaksa menurut. Ruang di bawah gelap sekali. Ong Cun menyulut korek untuk menyuluhi lorong yang ditempuhnya. Tak berapa lama mereka tiba disebuah ruang yang lebar dan tenang. Ong Cun segera melihat beberapa kamar berderet- deret di ruang itu. Setiap kamar mempunyai sebuah jendela berterali besi. Ong Cun menghampiri salah sebuah kamar itu dan melihat Jin-sik sedang duduk bersila memejamkan mata. Rupanya dia tengah menyalurkan tenaga dalam.

   "Jin-sik , ...

   "

   Seru Ong Cun.

   "Ong, thancu!"

   To Jin-sik berteriak kaget dan gembira sekali ketika melihat siapa yang datang.

   "Engkau dijebloskan di ruang ini?"

   Tanya Ong Cun.

   "Ya,"

   Kata To Jin-sik.

   "kedua kongcu itu juga dimasukkan dalam samping kamarku."

   "Apakah kita tak dapat menghancurkan pintu atau jendela ini?"

   Tanya Ong Cun. To Jin-sik gelengkan kepala.

   "Telah kucoba tetapi gagal. Pintu itu terbuat dari baja yang sangat tebal. Demikian pula dengan terali jendala. Kecuali dengan pedang pusaka, sukarlah untuk membongkarnya."

   "

   Baiklah, aku hendak menjenguk kedua kongcu itu dulu,"

   Kata Ong Cun terus menghampiri ke kamar sebelah. Di situ tampak sesosok tubuh seorang pemuda tengah berbaring membujur di lantai.

   "

   Nona Liok' seru Ong Cun memanggil. Tetapi orang yang rebah itu tetap tak bergerak.

   "ah, dia tentu terluka atau tertutuk jalan darahnya hingga tak dapat bergerak."

   Ong Cun memutuskan untuk mencoba mendobrak pintu...Tetapi tak berhasil.

   Kemudian ia mencoba kerahkan seluruh tenaganya untuk menarik terali besi jendela.

   Tetapi juga gagal.

   Terali besi yang sebesar lengan bayi itu terlalu kokoh.

   Ia mengungkit sekeping baru dinding lalu dilontarkan ke arah nona itu.

   Rupanya lontaran tepat mengenai punggung Liok Sian-li sehingga ia sadar dari pingsan.

   "

   Nona Liok, aku Ong Cun yang datang,"

   Ketua Kay pang dari Pakkhia itu segera berseru. Setelah sadar Sian-li hendak bergerak tetapi tak dapat. Jalan darahnya memang ditutuk sehingga ia tak dapat berkutik.

   "

   Maaf, Ong thancu, aku tak dapat berkutik,"

   Seru "dimanakah aku ini?"

   "Nona telah dijebloskan dalam sebuah kamar di bawah tanah."

   "Hancurkan pintunya, thancu!"

   "

   Tidak dapat, nona. Pintu amat kokoh sekali, begitu pula terali jendela. Kecuali kalau kita mempunyai pedang pusaka, baru dapat membukanya."

   "Ah,"

   Tiba2 Sian li menghela napas kecewa "aku membekal sebatang pedang pusaka tetapi aku tak berdaya mengambilnya". Ong Cun mengeluh tapi ia tak mendapat akal untuk menolong nona itu ataupun mengambit pedang pusaka yang terselip dipinggangnya.

   "Jika demikian, aku hendak menjenguk ketempat kongcu", katanya kemudian seraya hendak angkat kaki.

   "Tunggu dulu, thancu "

   Tiba2 Sian-li berseru. Setelah Ong Cun berhenti maka nona itu berkata lebih lanjut.

   "sukoku memiliki tenaga dalam yang luar biasa hebatnya. Aku menyaksikan sendiri hal itu. Tetapi anehnya dia tak mengerti silat maka sukar untuk menyuruhnya menggerakkan tenaga-dalam. Kita harus cari akal bagaimana supaya dia mau mengeluarkan tenaga dalamnya".

   "Untuk apa ?"

   Tanya Ong Cun.

   "Dengan tenaga dalam yang hebat itu dia tentu mampu menjebol terali jerdela. Soalnya hanya bagaimana kita dapat menyuruh dia mengeluarkan tenaga-dalam saja"

   "Akan kuberitahu dan kuajarkan cara2 mengerahkan tenaga-dalam itu kepadanya,"

   Kata Ong Cun. Sian li menghela napas.

   "Ah, suko itu aneh sekali perangainya. Mungkin sukar untuk membujuknya". Ong Cun terdiam. Dia memang tahu juga akaun tingkah laku yang aneh dari Blo'on.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Ada!"

   Tiba2 Sian-li berseru sehingga Ong Cun buru2 menanyakan.

   "Ya; aku mendapat akal. Hanya dengan cara itu kemungkinan besar kita dapat menyuruhnya mengerahkan tenaga-dalam."

   "Cobalah nona katakan."

   "Thancu harus membikin marah padanya. Buatlah supaya dia marah sekali sehingga dia terus mengeluarkan tenagadalam untuk menjebol terali jendela."

   Ong Cun terkesiap lalu garuk2 kepala. Ia maklum mempunyai gambaran cara bagaimana dapat menimbulkan kemarahan pemuda blo'on itu.

   "Begini thancu,"

   Kata Sian-li pula.

   "makilah dia sepuas-puas thancu lalu tantanglah dia berkelahi. Suruh dia keluar. Ajak dia bertaruh. Kalau ia mampu menjebolkan terali jendela dan keluar, Pangcu mengaku kalah tetapi kalau tidak mampu, dia yang kalah. Dia tentu panas hatinya dan melakukan hal itu." ,,Baiklah, akan kucoba melakukan rencana nona."

   Tiba di kamar tempat Blo`on ditahan, dilihatnya pemuda itu deliki mata kepadanya.

   "Setan .......

   "

   Seru Blo'on.

   "Ya, aku memang setan yang hendak mencabut nyawamu!"

   Ong Cun sengaja membuat nada suaranya seram.

   "Huh" , Bloon mengeluh.

   "jangan, aku tak mau! "

   "Ho, mau tak mau, nyawamu tentu kucabut. Apakah engkau mampu melawan aku!."

   "Siapa yang suruh engkau mencabut nyawaku?"

   Teriak Blo'on.

   "Giam-lo-ong si raja akherat !"

   "Huh, suruh Giam-lo-ong datang kemari. Biar kuhajar dia. Masakan nyawa orang hendak dicabut seperti rumput saja."

   Diam2 Ong Cun geli tetapi terpaksa ia menahan tertawanya.

   "Ho, masakan Giam-lo-ong sudi datang ke sini. Engkau yang harus menghadap kepadanya."

   "Dimana tempatnya?"

   "Di akherat".

   "

   Akherat? Tempat apa itu? "

   "Akherat tempat nyawa dan roh manusia yang sudah mati. Kebanyakan yang di situ manusia yang sewaktu hidupnya berbuat jahat."

   "

   Apa aku jahat? "

   Tanya Bloon.

   "Terserah saja nanti bagaimana. Giam lo-ong yang memutuskan."

   "Aku hendak menghadap Giam-lo-ong. Kalau dia berani memutuskan aku seorang jahat, tentu akan kuhajar ....

   "

   "Jangan bermulut besar, budak! Kalau berhadapan muka dengan Giam-lo-ong, belum2 engkau tentu sudah pingsan."

   "

   Mengapa?"

   "

   Huh, wajahnya jauh lebih menyeramkan dari aku. Sudahlah, tak perlu berkeras kepala. Serahkan nyawamu dengan baik2 atau nanti terpaka kucabut dengan paksa."

   "Coba saja kalau engkau berani "

   "

   Apakah engkau berani melawan aku? "

   "Apa yang aku takuti? Jangankan engkau, Giam lo-ong sekalipun aku tak takut,"

   Blo'on mulai panas.

   "Ho, apakah engkau benar2 hendak menghadap Giam-lo ong? "

   "

   Ya."

   "

   Kalau begitu engkau harus keluar dari kamar ini dan ikut aku menghadap Giam-lo-ong."

   "Huh, jangan omong seenakmu sendiri, setan"

   Gumam Blo'on.

   "bagaimana aku mampu menjebol pintu atau daun jendela yang berterali sekokoh itu?"

   Ong Can tertawa mngejek.

   "Kalau terali besi saja tak mampu menjebol, bagaimana engkau berani menentang Giam-lo-ong. Ketahuilah, Giam-loong itu adalah dewa Pencabut Nyawa yang amat sakti. Tiada seorangpun yang mampu mengalahkannya."

   Blo'on malu dan mulailah ia naik pitam.

   "Engkau kira aku tak mampu menjebol terali jendela itu?"

   "Coba saja kalau memang mampu! "

   Diam2 Ong Cun gembira dalam hati.

   "Dan kalau memang mampu menjebol terali jendela ini, kubebaskan engkau dari kematian Engkau boleh hidup dan berkumpul lagi dengan sumoaymu."

   "

   Bailk.

   "

   Blo'on terus menghampiri terali jendela, merabanya dan leletkan lidah.

   Ia mengeluh karena putus asa.

   Bagaimana mungkin dapat menjebolkan terali besi itu? Namun karena sudah berjanji, terpaksa Bloonpun melakukan juga.

   Dipegangnya terali besi lalu ditariknya.

   "

   Huh.

   "

   Ia mendesuh ketika terali besi sedikitpun tak bergetar.

   "Kerahkan seluruh tenagamu, Engkau pasti dapat! "

   Seru Ong Cun. Tetapi anakmuda itu mengeluh.

   "Sudah tapi tetap tak berhasil. Rupanya terali besi ini luar biasa kokohnya."

   "Cobalah engkau julurkan kedua tanganmu di antara sela terali itu". Blo'on menuruL Tiba2 Ong Cun mendekap kedua tangan pemuda itu lalu ditariknya sekuat tenaga.

   "

   Huh, engkau hendak mencelakai diriku", Blo'on berteriak geram.

   "Sudahlah, jangan banyak mulut. Kalau engkau mampu menjebol terali jendela ini engkau akan dtbebaskan dari kematian oleh Raja Akherat"

   "Engkau harus pegang janji "

   Teriak Blo'on, lalu singsingkan lengan baju, menghampiri terali jendela dan menghantam. bum ...

   "Aduh .. Mak !"

   Ia menjerit kesakitan seraya mendekap tangan kanannya.

   "Banci, engkau Bloon !"

   Teriak Ong Cun membikin panas hati pemuda itu.

   "sakit begitu saja sudah berteriak menyebut emakmu.

   "Bum ... aduh, m ...

   ", untuk kedua kalinya ia menghantam lagi tetapi kembali ia menjerit kesakitan. Untung ketika hendak mengatakan 'mak' ia teringat olok2 orang berbaju hitam itu. Maka buru2 hentikan teriakannya. Karena dua pukulan itu, rasa sakit telah menimbulkan suatu reaksi dalam tubuhnya. Darah bergolak keras dan panas. semangatnyapun bergelora yang penting kemauan hatinyapun serempak bangkit. Ya. ia harus dapat menjebolkan terali besi itu. Serentak ia maju lagi. Tetapi kali ini dia mengadu tinju dengan terali besi melainkan memegang kisi2 terali itu dengan kedua tangannya lalu dengan sekuat tenaga ditariknya ! Rangsang kemarahan telah memancarkan tenaga-dalam Ji ih cin kang yang sakti. Krak , krek. krek ... terdengarlah seketika terali besi itu berderak-derak dan ber-guncang2. Bukan kisi besi yang kalah tetapi bingkainya yang bergerakgerak meluncur kedalam. Makin lama makin menjulur, dan brakkkk ... akhirnya bobollah dindingnya karena bingkai terali jendela itu telah menggelincir keluar dalam pegangan Blo'on.

   "Bagus, marl kubantu engkau keluar!", seru Ong Cun seraya cepat mengulurkan tangan ke dalam lubang dinding. Maksudnya hendak menarik Blo'on keluar. Plak ....

   "TIdak perlu engkau bantu, aku dapat meluncur keluar sendiri"

   Teriak. Bloon seraya menampar tangan Ong Cun. Rupanya anak itu sudah naik darah.

   "Aduh ..

   "

   Ong Cun menjerit dalam hati.

   Ia malu untuk mengeluarkan suara.

   Tamparan Blo'on kerasnya seperti tangan besi.

   Blo'on heran mengapa ia memiliki tenaga yang scdemikian hebatnya, Bahkan iapun tak tahu apakah ia mampu lompat melintasi lubang dlnding itu atau tidak.

   Tetapi ia hanya mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia ingin loncat menerobos dinding itu dan harus bisa.

   Setelah lepaskan bingkai terali besi, ia segera enjot kakinya, kedua tangan diluruskan ke muka mengarah lubang itu.

   "Wut uh... bluk "

   Ia terkejut ketika tubuhnya melayang keatas dan menerobos lubang dinding itu, Karena meluncur cepat sekali, ia tak keburu memikir bagaimana kalau jatuh ke lantai, Tahu2 mukanya sudah hampir membentur lantai.

   Untung ia masih dapat menekankan kedua tangannya.

   Tetapi walaupun mukanya selamat, tubuhnya tetap terbanting ke Iantai.

   Ong Cun tercengang menyaksikan kesaktian anakmuda itu, Belum sempat ia bertindak untuk menolong, tahu2 Blo`on sudah melenting bangun dan terus mencekik leher Ong Cun.

   "Uh ...

   "

   Ong Cun terkejut. Karena tak dapat menghindar maka ia menggeliat mengendap ke bawah. Ia selamat dari cekikan. Blo`on lepaskan kain kerudung kepala dan mukanya tergenggam di tangan anak itu.

   "Setan , . hai, engkau,"

   Teriak Blo`on ketika lihat wajah setan yang dicekiknya.

   "Maaf kongcu, aku memang Ong Cun"

   Kata thancu Kaypang itu tersenyum.

   "marl kita lekas menolong nona Liok".

   "Hai, dimana dia ?"

   Seru Blo`on terkejut.

   "Itu, dia juga dimasukkan dalam kamar tahanan"

   Kata Ong Cun seraya menghampiri ke kamar tempat Liok Sian-lt.

   "Suko, engkau sudah keluar !", seru Sian-Ii gembira.

   "Apa-apaan engkau menggeletak dilantai itu? Hayo, bangun dan keluarlah "

   Teriak Blo`on.

   "Nona Liok tertutuk jalan-darahnya, dia tak dapat bergerak, kongcu,"

   Ong Cun memberi keterangan.

   "Siapa yang menutuknya ?"

   "Tentulah Cian-bin-long-kun atau orang2nya".

   "Kurang ajar ...!"

   "Hai. hendak kemana engkau kongcu ?"

   


Si Pisau Terbang Pulang -- Yang Yl Bara Naga Karya Yin Yong Pedang Tetesan Air Mata -- Khu Lung

Cari Blog Ini