Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 21


Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 21



Pendekar Bloon Karya dari S D Liong

   

   "Oh,"

   Diam2 ia terkejut ketika melihat seorang lelaki tua dan seorang pemuda tengah tidur diatas sebuah bangku dengan nyenyak sekali.

   Hoa Sin menggoyang-goyangkan tetapi orang itu tetap diam.

   Segera ketua Kay-pang itu menyadari kalau si tukang perahu dan anak itu terlutuk jalandarahnya.

   Tetapi anehnya walaupun sudah diurut-urut, tetapi kedua orang itupun belum sadar.

   Hoa Sin kerutkan dahi.

   Ia heran mengapa tak dapat membuka jalandarah si tukang perahu yang tertutuk.

   Tiba2 tukang perahu itu bergeliatan tubuhnya dan mengerang .

   "Uh ...

   "

   Menyusul si pemuda-pun menggeliatan bangun. Demi melihat Hoa Sin, tukang perahu itu terus memaki ;

   "Bangsat, hayo bayar dulu sewa perahunya. Habis berkata orang itu terus loncat menerkam baju Hoa Sin. Hoa Sin tenang2 saja .

   "Siapa yang engkau maki sebagai bangsat !"

   "Eng ..... eh, engkau bukan padri jorok itu?"

   Seru tukang perahu demi melihat Hoa Sia bukan paderi yang menyewa perahunya.

   "kemana paderi itu ? Dengan tenang Hoa Sin menuturkan kedatang annya di perahu itu. Tukang perahu berteriak kalap.

   "Oh. Paderi bangsat itu tentu sudah kabur tanpa membayar sewa perahu!"

   Atas pertanyaan Hoa Sin, tukang perahu menceritakan bahwa paderi itu datang bersama seorang gadis.

   "Seorang gadis ?"

   Hoa Sin terkejut.

   "Ya,"

   Sahut si tukang perahu.

   "seorang gadis cantik. Katanya gadis itu muridnya. Ketika berada di tengah sungai, dia suruh aku dan anakku tidur. Sudah tentu aku heran dan menolak. Tetapi entah bagaimana, tiba2 ia menuding dan memandang Kami berdua seraya suruh kami menurut perintahnya. Entah bagaimana, kamipun menurut saja. Kami tidur dan tahu2 engkau bangunkan tadi."

   "Siapakah paderi itu ?"

   "Entahlah,"

   Sahut tukang perahu.

   "tatapi jelas dia paderi dari lain negeri. Mengapa engkau mencarinya ? Apakah engkau kenal ?"

   "Tidak,"

   Sahut Hoa Sin lalu menuturkan tentang peristiwa aneh yang dideritanya selama menyeberang bengawan tadi.

   "O,"

   Seni tukang perahu.

   "kalau begitu dia tentu paderi sakti. Tetapi setan, mengapa dia tak membayar sewa prahuku?"

   Hoa Sin tak mau meladeni orang itu. Segera ia kembali mendapatkan ketiga kawannya yang menunggu di pangkalan.

   "O, paderi itu memang mencurigakan,"

   Kata Hong Hong tojin ketua Go-bi-pay.

   "terutama mengapa dia pergi bersama seorang gadis cantik."

   "Ingat, toheng,"

   Seru Ceng Sian suthay.

   "kita masih menghadapi tugas yang berat. Sedapat mungkin harus menghindari hal2 yang menambah beban kita."

   Terpaksa ketua dari partai Go-bi-pay itu menahan diri.

   Mereka melanjutkan pula perjalanan.

   Gunung Thaysan terletak disebelah utara dari karesidenan Thay-an-koan propinsi Shoatang.

   Mencakup tapal batas dari tiga propinsi Sanse, Hopak dan Shoatang.

   Hari itu mereka tiba di Lokyang dan setelah beristirahat untuk makan mereka melanjutkan perjalanan pula dan harus menyeberangi bengawan Hongho.

   Pada waktu tiba dipangkalan penyeberangan seorang tukang perahu sudah menyambutnya.

   "Bukankah tuan2 hendak menuju kegunung Thaysan? tegur tukang perahu yang berumur lebih kurang 40-an tahun. Hoa Sin, Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin dan Pang To Tik terkejut.

   "Bagaimana engkau tahu ?"

   Tanya Hong Hong tojin terkejut."

   "Kemarin seorang tuan telah memesan perahu kami supaya mengantarkan empat orang kawannya yang hari ini pasti tiba disini. Kawannya itu berdiri dari seorang tojin, seorang rahib, seorang pengemis dan seorang jago silat,"

   Kata tukang perahu sembari memandang bergantian kepada keempat tokoh silat itu. Ia kernyitkan dahi, katanya.

   "yang tiga orang sudah benar, tetapi mana yang pengemisnya ?"

   "Aku,"

   Sahut Hoa Sin.

   "apa engkau tak tahu?"

   "O,"

   Seru tukang perahu.

   "mengapa pengemis tidak seperti pengemis lazimnya yang berpakaian compang camping, kotor dan mesum ?"

   "Jangan banyak mulut! bentak Hoa Sin, *apa kata orang yang memesan perahumu kemarin ?"

   "Tidak mengatakan apa2 kecuali hanya suruh mempersilahkan tuan2 naik ke perahu kami. Uang sewanya sudah dibayar lunas oleh tuan itu,"

   Kata tukang perahu.

   "wah, untung benar aku hari ini.

   "Mengapa ?"

   Tanya Hoa Sin.

   "Karena tuan itu kemarin telah membayar dua kali lipat dari harga biasa. Tetapi kalau tuan berempat tak datang, aku harus mengembalikan lagi uang itu kepadanya."

   Dengan tertawa gembira tukang perahu itu mempersilahkan keempat ketua partai persilatan naik kedalam perahunya.

   Keempat ketua partai persilatan sejenak bertukar pandang.

   Mereka saling memberi anggukan kepala.

   Hoa Sin segera melangkah masuk kedalam perahu.

   Ada suatu kecurigaan dalam hati keempat tokoh itu bahwa kemungkinan tukang perahu itu tak boleh dipercaya.

   Bahkan kemungkinan bangsa perompak, atau anakbuah perompak.

   Memang di perairan sungai Hongho, masih banyak kaum perompak atau bajak yang mengganggu rakyat dan pedagang2 yang menyeberang sungai.

   Tetapi ternyata perjalanan itu telah tiba di pangkalan sebelah utara tanpa terjadi suatu apa.

   "Tuan2,"

   Kata tukang perahu ketika keempat penumpangnya itu hendak turun ke daratan.

   "tetamu kemarinpun pesan supaya tuan2 berhati hati dalam mendaki gunung Thay-san."

   "O."

   Desuh Hong Hong tojin.

   "siapakah nama orang itu ? Tukang perahu gelengkan kepala .

   "Dia mengatakan tak punya nama dan tak perlu nama. Yang penting tuan2 harus dapat mengenali barang, jangan hanya mementingkan nama." * Bagaimana potongan muka dan tubuh orang itu ?"

   Tanya Hong Hong tojin pula.

   "Seperti manusia biasa, berumur lebih kurang 50-an tahun, barwajah terang dan ramah,"

   Tukang perahu menerangkan.

   "Ini tentu bukan paderi aneh tadi,"

   Kata Hoa Sin pada waktu melanjutkan perjalanan.

   "tentu orang tokoh lain. Kemungkinan anak-buah partai Thian-tong-pay dari gunung Thay-san yang sengaja diperintah untuk menjemput kita."

   Ketika, tiba di kaki gunung Thay-san, kembali mereka mengalam suatu peristiwa yang mengejutkan.

   Saat itu menjelang petang ketika mereka menemui sesosok tubuh duduk bersandar pada sebatang pohon, Hoa Sin menghampiri untuk bertanya jalan kepada orang itu.

   Orang itu rupanya sedang tidur.

   Wajahnya ditutup dengan saputangan sehingga tak tampak bagaimana potongannya.

   "Hai, tolong tanya saudara,"

   Seru Hoa Sin.

   "apakah jalan ini dapat mencapai puncak gunung"

   Tetapi orang itu diam saja.

   "Saudara, bangunlah, hari sudah petang,"

   Kata Hoa Sin.

   Tetapi karena orang itu tetap diam saja, Hoa Sinpun mengguncang-guncang dengan tangannya.

   Tetapi serentak ia terkejut ketika mendapatkan kaki orang itu sudah dingin.

   Dan ketika diperhatikan, ternyata napas orang itupun sudah berhenti.

   Karena ingin tahu siapa orang itu maka Hoa Sin segera membuka kain penutup mukanya.

   "Ah ...

   ", ketua Kay-pang itu mendesuh kejut ketika muka orang itu tertutup lagi dengan sehelai kertas putih yang bertuliskan beberapa huruf berbunyi . Jangan percaya pada mulut orang.

   "Ah, rupanya si penulis itu sengaja menujukan tulisannya kepada rombonganku,"

   Kata Hoa Sin.

   "tetapi mengapa dia membunuh orang ini ? Siapakah orang ini ?"

   Ketiga tokoh kawannya juga terkejut ketika mendengar keterangan Hoa Sin tentang mayat orang itu.

   "Sudah tiga kali selama dalam perjalanan kita menghadapi peristiwa yang aneh,"

   Kata Ceng Sian suthay.

   "dan kalau menilik keadaannya, rupanya ketiga peristiwa itu dilakukan oleh tiga orang yang tak sama satu dengan lain."

   Dengan hati2 mereka berempat melanjutkan mendaki ke atas. Ketika tiba di sebuah hutan mereka melihat sesosok bayangan manusia lari menyusup masuk ke dalam hutan.

   "Hai, siapa itu !"

   Hong Hong tojin cepat mengejar tetapi orang itu sudah lenyap seperti bayangan setan.

   "Totiang, harap segera kembali,"

   Teriak Hoa Sin. Hong Hong tojinpun menurut.

   "Awas, totiang, jangan mudah terperangkap oleh siasat musuh. Mungkin mereka hendak mengacau perhatian kita, mungkin hendak menggunakan siasat memancing harimau tinggalkan gunung, agar kita tercerai berai,"

   Ketua Kay-pang memberi peringatan.

   Kemudian keempat tokoh itupun melanjutkan perjalanan pula.

   Mereka makin meningkatkan kewaspadaan.

   Saat itu sudah malam dan langitpun mendung.

   Rencana mereka supaya pagi2 sudah dapat mencapai puncak.

   Tetapi karena kuatir kehujanan, terpaksa mereka berusaha untuk mencari tempat meneduh.

   Di sepanjang lereng pegunungan Thay-san yang luas itu, jarang ditemui perumahan orang.

   Untunglah tak berapa lama mereka berhasil menemukan sebuah kuil gunung yang sudah tak terawat dan rusak.

   Merekapun menghampiri ke kuil tua itu.

   Kuil itu memang sudah rusak dan tak terurus lagi.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Di ruang depan penuh dengan debu dan galagasi, Ketika masuk keruang muka, mereka terkejut menyaksikan suatu pemandangan yang tak wajar.

   Di atas meja sembahyangan, tampak dua batang lilin yang sedang menyala.

   "Hai, mengapa terdapat lilin yang menyala? Jelas tentu dipasang orang,"

   Seru Ceng Sian suthay.

   Sebenarnya mereka segan untuk masuk kedalam ruang belakang yang kotor dan gelap.

   Tetapi keadaan yang mencurigakan itu, terpaksa menarik perhatian mereka.

   Keempat tokoh itu segera menghampiri meja sembahyangan.

   Mereka terkejut pula.

   Ada dua hal yang luar biasa.

   Pertama, diatas meja itu terdapat dua buah piring yang berisi bakpau dan buah-buahan segar.

   Kemudian pada ujung meja, pada lubang tempat arca.

   Tampak sebuah arca sebesar manusia.

   Arca berbentuk seperti Bi-lek-hud.

   Bertubuh gemuk, kepala gundul dan wajah berseri-seri seperti tersenyum.

   Patung itu tampak hidup seperti orang.

   "Aneh ."

   Seru Hoa Sin pula,"

   Mengapa dalam kuil bobrok ini terdapat sebuah patung Bi lek-hud yang sedemikian indahnya....."

   "Dan siapakah yang menyediakan bakpau serta buahbuahan ini ?"

   Tukas Hong Hong tojin.

   Belum pertanyaan itu terjawab, tiba2 sedesir angin meniup ke dalam ruangan dan padamlah sepasang lilin.

   Seketika ruangpun gelap genta.

   Pang To Tik cepat loncat keluar disusul pula oleh Ceng Sian suthay.

   Sebagai tokoh2 persilatan yang berilmu tinggi, mereka dapat mengetahui bahwa kesiur angin itu bukanlah angin biasa melainkan tiupan dari seorang jago silat yang berilmu tinggi.

   Hoa Sin dan Hong Hong tojinpun ikut menyusul.

   "Aneh,"

   Kata Pang To Tik dan Ceng Sian suthay ketika kembali ke kuil. Ternyata kedua tokoh itu telah berpencar mencari orang itu tetapi tak berhasil menemukan suatu apa.

   "Empat penjuru telah kita buru tetapi tak tampak barang sesosok bayanganpun juga."

   Kata Ceng Sian suthay dan Pang To Tik.

   "Hm, mungkin memang angin biasa,"

   Kata Hoa Sin segera mengajak mereka masuk kedalam lagi. Ketua Kay-pang itu angot pula penyakitnya. Ia menghampiri meja dan terus hendak mengambil piring bakpau.

   "Hoa pangcu, mau apa engkau?"

   Tegur Hong Hong tojin.

   "Bakpau ini berjumlah empat, satu orang satu,"

   Seru ketua Kay-Pang?.

   "Apakah eugkau tak takut.... hai!"

   Tiba* ketua Go-bi-pay memekik kaget seraya menuding kearah lubang tempat arca? lihatlah!"

   Hoa Sin dan Beng Sian suthay serta Pang To Tikpun serentak memandang ke lubang tempat patung dan merekapun melonjak kaget.

   "Kemana patung Bi-lek-hud itu ?"

   Teriak Hoa Sin.

   Tengah yang sedianya hendak menyambar piring bakpaupun ditarik kembali.

   Ketua Kay-pang itu cepat loncat ke atas meja dan menghampiri ke lubang tempat patung untuk memeriksa.

   Tempat bekas patung Bi-lek-hud terdapat secarik kertas yang terus dipungut oleh Hoa Siu.

   Kertas itu bertuliskan beberapa huruf yang berbunyi .

   Bakpau untuk yang lapar Buah untuk yang haus.

   Bi-lek-hud.

   "Apakah dalam kuil ini terdapat setan ?"

   Seru Hong Hong tojin,"

   Jelas yang kita lihat tadi sebuah patung, mengapa sekarang tiba2 hilang?"

   "Bukan patung terapi tentu manusia,"

   Tukas Hoa Sm,"

   Dialah yang meniup padam lilin sehingga kita berlari keluar mencari dan memberi kesempatan kepadanya uutuk menghilang dari tempat ini."

   "Soai ini bukan olok2 lagi,"

   Kata Ceng Sian suthay.

   "kita benar2 sedang berhadapan dengan seorang tokoh yang sakti dan aneh. Entah dia itu kawan atau lawan."

   Keempat tokoh itu menghela napas.

   "Rupanya besok di gunung Thay-san pasti akan terjadi suatu peristiwa yang menggemparkan. Walaupun belum pasti tetapi diantara orang2 aneh yang kita jumpai selama dalam perjalanan ini, tentu ada pula yang berfihak kepada kita. Tetapi ada juga yang menjadi lawan,"

   Kata Ceng Sian suthay.

   Mereka memutuskan untuk tetap beristirahat di kuil itu.

   Besok pagi baru melanjutkan perjalanan lagi.

   Keesokan harinya ketika melanjutkan mendaki, mereka bertemu pula dengan rombongan jago2 persilatan, baik yang merupakan perguruan, pang (perhimpunan) maupun perseorangan, Pun mereka kebanyakan berasal dari daerah utara timur, antara lain dari wilayah Hopak, Shoatang dan Hulam bahkan jauh ke utara sampai ke propinsi Hek-liongkiang.

   Diam2 keempat tokoh itu terkejut atas kewibawaan dari Kim Thian-cong yang bersemayam di gunung Thay-san.

   Mereka menduga tentu masih banyak lagi yang akan menghadiri undangan.

   Setelah melalui perjalanan mendaki yang cukup memeras tenaga, akhirnya mereka tiba disebuah lapangan di puncak gunung.

   Lapangan itu cukup luas.

   Sekeliling lapangan merupakan dinding karang yang menjulang tinggi.

   Sepintas pandang lapangan itu menyerupai sebuah lembah kosong.

   Pada ujung lapangan, dibangun sebuah bangsal yang besar dan dihias mewah.

   Rupanya upacara peresmian penerimaan menjadi anggauta perkumpulan Thian-tong-pay akan dilakukan di lapangan itu.

   Lapanganpun telah penuh dengan orang2 persilatan dari berbagai daerah dan tempat.

   Mereka telah diatur dengan rapi sekali.

   Dimuka bangsal agung itu merupakan sebuah panggung luas.

   Di tengah panggung diletakkan sebuah kim-ting atau bejana berkaki tiga yang terbuat daripada emas.

   Rombongan Hoa Sin, Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin dan Pang To Tik diberi tempat pada deretan muka.

   Keempat tokoh itu tak mengerti apa maksud daripada persiapan2 yang dihadapinya itu.

   Mereka menunggu dengan penuh kewaspadaan.

   Saat itu jatuh pada bulan delapan tanggal empat belas.

   Bulan bersinar terang benderang dan malam purnama raya.

   Sekalian jago2 silat yang berada di lapangan itu tak merasa kalau sedang berada di puncak gunung Thay-san yang tinggi.

   Mereka merasa seperti berada disebuah upacara yang meriah, megah dan agung.

   Setelah lampu2 teng warna warni dan lilin besar dinyalakan maka mulailah terdengar genderang berbunyi.

   Tak lama kemudian muncullah seorang lelaki berpakaian indah di atas panggung, diiring dengan puluhan barisan musik, Begitu tiba di tengah panggung maka rombongan musik yang mengiringnya itu segera berpencar tegak berjajar pada kedua belah samping.

   "Para hohan sekalian, tetamu2 dan saudara2 yang terhormat,"

   Tiba2 orang itu mulai angkat bicara.

   "Atas nama perkumpulan Thian tong pay dan ketua Kim Thian-cong kaucu peribadi, aku menghaturkan selamat dalang kepada saudara2 sekalian. Demikian pula atas nama perkumpulan Thian tong pay, mengucapkan terima kasih atas kehadiran saudara2 pada malam peresmian berdirinya perkumpulan Thian-tong-pay dan penerimaan anggauta."

   Orang itu berhenti sejenak. Ternyata dia merupakan juru bicara dari perkumpulan Thian-tong-pay.

   "Sebentar lagi Kim kaucu akan hadir, harap saudara2 sekalian suka berdiri selaku memberi hormat kepada kaucu kita"

   Kata jurubicara itu pula. Terdengar suara berisik dari beratus-ratus, hadirin. Suara itu jelas bernada desuh yang geram karena mendengar kata2 yang congkak dari jurubicara itu.

   "Bagaimana acara2 selanjutnya, nanti Kim kaucu yang akan mengumumkan,"

   Jurubicara menutup kata-katanya.

   Penutup pidato itu segera dimeriahkan oleh genderang dan terompet yang bergema riuh.

   Para jago silat yang berada dalam lapangan saling kasakkusuk dengan kawan-kawannya.

   Dari nada pembicaraan mereka, jelas kalau mereka tak puas dengan kesombongan orang Thian-tong-pay.

   Tetapi mereka tak mau berbuat sesuatu dan ingin melihat bagaimana perkembangan selanjutnya.

   "Kim kaucu yang mulia dan gagah perkasa akan tiba, harap sekalian saudara berdiri memberi hormat !"

   Tiba2 pengacara tadi berseru pula dengan nyaring.

   Dan serempak terompetpun mengalun tinggi diiring dengan genderang yang riuh.

   Yang pertama muncul adalah serombongan anak laki2 berpakaian merah, membawa penampan berisi buah-buahan.

   Kemudian rombongan gadis2 cantik berpakaian indah dengan membawa penampan berisi bunga.

   Rombongan ketiga terdiri dari duapuluh lelaki berpakaian merah dan rombongan keempat juga lelaki yang berpakaian putih.

   Setelah rombongan demi rombongan muncul akhirnya sebuah tandu bercat merah dan bersalut warna kuning emas, dipanggul oleh duabelas lelaki bertubuh kekar, muncul ketengah bangsal.

   "Kim kaucu, banswe !"

   Teriak si pengacara yang terus diikuti oleh rombongan2 pengawal tadi Tandu emas diturunkan dan seorang pengawal segera membukakan pintu.

   Beratus-ratus pasang mata dari hadirin segera tertumpah ruah kepada tandu.

   Mereka hendak melihat bagaimanakah wujut dari orang yang mengaku sebagai Kim Thian-cong dan mendirikan perkumpulan Thian tong-pay atau perkumpulan Nirwana itu.

   Apa yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga.

   Seorang lelaki berumur Iebih kurang limapuluh tahun keluar dari pintu tandu.

   Seluruh barisan pengawal dan rombongan2 tadi serta merta membungkukkan tubuh memberi hormat.

   Tandupun segera diangkut ke samping oleh keduabelas pengawal yang tak mengenakan baju.

   Orang yang menamakan diri sebagai Kim Thian-cong itu dengan tenang segera melangkah menuju ke kursi kebesaran yang sudah disediakan di tengah bangsal.

   Setelah duduk, iapun menghadap ke arah hadirin yang berada di bawah bangsal.

   Walaupun jaraknya tak kurang dari tiga empatpuluh tombak namun para hadirin yang terdiri dari jago2 silat itu dapat melihat juga raut wajah Kim Thian-cong.

   Seorang lelaki yang berwajah putih bersih, beralis tebal dan mata tajam, memelihara kumis tipis dan jenggot pendek.

   Mengenakan kopiah seorang sasterawan.

   Bajunya berwarna kuning, bagian dada disulam dengan lukisan bunga terate merah.

   Dalam pakaian seperti itu, makin menonjollah kewibawaannya.

   Sepintas pandang Kim Thian-cong itu menyerupai dengan kaisar.

   Dua orang gadis cantik segera menghampiri dan berdiri di belakang Kim Thian-cong, memekarkan kipas dari bulu merak dan mulai mengipasi ketua Thian-tong pay itu.

   Sekalian yang hadir baru tahu jelas susunan di atas bangsal.

   Kim Thian-cong duduk di atas kursi kebesaran yang beralas bulu harimau.

   Di bawah kakinya terdapat dua ekor harimau yang mendekam disebelah kanan dan kiri kaki kursi.

   Di samping kanan kiri, dua orang gadis cantik tengah menggoyang-goyang kipas bulu merak untuk mengipasi Kim Thian-cong.

   Beberapa meter dari kursi kebesaran, pada samping kanan dan kiri, berjajar dua kelompok gadis2 cantik.

   Kelompok di sebelah kanan, terdiri dari duabelas gadis cantik berpakaian kuning.

   Kelompok sebelah kiri juga terdiri dari duabelas gadis cantik berpakaian hijau.

   Kemudian lapisan kedua, tampak berjajar dua buah barisan yang tegak di kanan dan kiri.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Baris di kanan terdiri dari duapuluh lelaki berpakaian merah.

   Sebelah kiri juga duapuluh orang berpakaian putih.

   Tetapi wajah mereka tertutup oleh kain cadar sehingga tak dapat tampak bagaimana raut mukanya.

   Lapisan yang paling terdepan terdiri dari dua belas anak lelaki berpakaian biru.

   Masing2 dibagi menjadi dua.

   Sebelah kanan enam anak, sebelah kiri enam anak.

   Dari tempat kursi kebesaran sampai kemuka panggung merupakan sebuah jalan yang direntang dengan permadani merah.

   Pengarah acara atau juru bicara tadi tegak di depan panggung.

   Di atas panggung terpampang kain yang bertulis huruf2 besar.

   Thian-tong-kau gui mo seng tian le.

   Artinya, Upacara peresmian besar dari perkumpulan Thiantong- kau.

   Berbagai tanggapan dalam hati para tokoh yang memenuhi lapangan.

   Ada yang diam2 terkejut karena menyaksikan persiapan yang begitu mewah dan megah dari Thian-tongkau.

   Ada pula yang tersenyum sinis dalam hati dan menganggap hal itu hanya suatu gertakan kosong untuk memamerkan kekuatan Thian-tong-kau.

   "Thian-tong-kau kaucu yang mulia, sudilah kaucu menurunkan perintah kepada hamba agar hamba dapat memberitakan kepada para hadirin,"

   Seru pengacara itu. Kim Thian-cong mengangkat tangan kanan, memberi isyarat supaya seluruh hadirin tenang, Ke mudian dengan suara yang lantang ia berseru .

   "Beritahukan kepada para hadirin bahwa menjelang bulan purmana di tengah langit, akan diadakan upacara sembahyangan untuk meresmikan berdirinya perkumpulan Thian-tong-kau !"

   Serunya "Hamba segera akan melaksanakan titah kaucu,"

   Seru pengacara itu yang terus berputar tubuh menghadap ke panggung.

   "Para hohan dan tetamu2 sekalian, Thian-tong-kau kaucu telah menurunkan titah bahwa nanti pada tengah malam dikala bulan purnama berada di tengah langit, akan diadakan sembahyangan suci untuk meresmikan berdirinya perkumpulan Thian-tong-kau". Berhenti sejenak pengara itu berseru pula.

   "Berdirinya Thian-tong-kau akan merupakan berkah bagi kaum persilatan khususnya dan umat manuasia umumnya. Karena Thian-tong-kau akan mengayomi keselamatan dan kesejahteraan lahir dan batin, akan membahagiakan kehidupan didunia dan Thian-tong (Nirwana). Thian-tong-kau tak mempunyai tujuan lain kecuali akan mempersatukan kaum persilatan yang sepanjang abad tak pernah mengeyam ketenangan dan kebahagiaan. Di bawah panji Thian-tong-kau, dunia persilatan akan membuka lembaran sejarah baru. Semua kaum persiltan tanpa membedakan aliran, daerah, perguruan dan tujuan, akan dilebur dalam satu wadah Thian tong-kau."

   Kembali pengarah itu berhenti sejenak untuk mencari tahu sampai dimanakah tanggapan para hadirin atas pidatonya itu. Memang terdengar suara berisik dari para hadirin. Suara itu terdengar merata tetapi pelahan sehingga sukar didengar.

   "Agar upacara sembahyangan itu berlangsung dengan khidmat dan benar2 dapat dihayati oleh para hadirin maka kepada para hadirin, sebelumnya akan diminta untuk memberi pernyataan masuk menjadi anggauta Thian-tong- kau". Kembali terdengar suara berisik dari para hadirin. Bahkan kali ini agak keras. Kebanyakan bernada geram dan bersungut-sungut penasaran. Setelah membiarkan suara itu bergemuruh beberapa waktu, pengacarapun berseru pula ;

   "Sekarang untuk tata tertib rapat besar ini, akan kami sebutkan nama dari tokoh2 yang kami undang. Diminta agar namanya yang disebut supaya berdiri agar para saudara2 yang lain dapat mengenal". Kemudian pengacara itu mengeluarkan sebuah buku panjang berisi nama2 dari tokoh yang diberi undangan. Lalu dia mulai membaca . Kepala perguruan gereja Siau-Iim-si dari gunung Siong-san yang termasyhur. Hui Gong taysu ... , Pengacara berhenti dan memandang ke bawah panggung. Tetapi sampai beberapa jenak tak tampak orang berdiri, la kerutkan dahi.

   "Ataupun wakilnya !"

   Serunya mengulang. Tetapi juga tak mendapat sambutan. Ia mendengus dan memberi tanda pada bukunya.

   "Ketua partai Bu-tong-pay. Ang Bin tojin,"

   Seru pengacara pula. Tetapi seperti yang pertama tadi. Juga panggilan yang kedua itu tak mendapat sambutan. Tak seorangpun tampak berdiri untuk menyambut panggilan itu.

   "Atau wakilnya !"

   Masih pengacara itu mengulang.

   Namun sia2.

   Kembali untuk yang kedua kalinya ia mendengus dan memberi tanda dalam bukunya.

   Siau-lim-si dan Bu-tong-pay merupakan dua partai persilatan besar yang termasyhur.

   Dengan tidak hadirnya ketua atau wakil dari kedua partai persilatan itu, hadirin gempar.

   "Ketiga"

   Kata pengacara pula.

   "adalah ketua dari partai persilatan Kun-lun-pay, Ceng Sian suthay ...

   "

   Gemuruh pula segenap hadirin ketika melihat seorang rahib berdiri diantara tokoh2 yang duduk di deretan muka.

   "Ya,"

   Seru Ceng Sian suthay.

   "Terima kasih, silahkan duduk,"

   Seru pengacara dengan wajah gembira.

   "Yang keempat, ketua partai Go-bi-pay, Hong Hong tojin ...

   "

   Seorang imam serentak berdiri sambil mengiakan.

   "Yang kelima ketua dari Kong-tong-pay"

   Namun tiada yang berdiri.

   "Ataupun wakilnya "

   Seru pengacara. Serentak Pang To Tikpun berdiri dan mengangkat tangannya .

   "Ya, aku wakil Hoa-san-pay".

   "Yang keenam, ketua dari partai Kong tong pay,"

   Seru pengacara. Tak ada yang berdiri.

   "Ataupun wakilnya,"

   Pengacara mengulang. Tetap tak ada yang berdiri. Setelah menunggu beberapa saat, pengacara mendengus dan menulis pada bukunya.

   "Yang ketujuh, ketua dari partai Kay-pang."

   Seru pengacara. Tak ada yang berdiri.

   "Ataupun wakilnya !"

   Juga tetap tak ada orang berdiri. Pengarah kerutkan alis dalam2, wajahnya tampak suram.

   "Adakah disini tak ada anggauta Kay-pang? Tiba2 Hoa Sin berdiri, sahutnya.

   "Ada. Akulah!"

   "Siapakah tuan dan apakah jabatan tuan dalam Kay-pang ?"

   Seru pengacara.

   "Aku ketua dari perhimpunan Kay-pang !"

   Sabut Hoa Sin. Pengacara terkesiap, serunya .

   "Mengapa kau cu tak berdiri waktu kusebut nama kaucu ?"

   "Engkau menyebut apa tadi ?"

   "Ketua dari partai-Kay pang."

   "Itulah sebabnya aku tak mau berdiri karena Kay-pang itu sebuah perhimpunan bukan partai persilatan. Adakah tuan tak dapat membedakan?"

   Seru Hoa Sin mendamprat halus. Pengacara itu merah mukanya. Namun cepat ia menenangkan diri dan berseru.

   "Yang kedelapan, ketua Hong-hoa-pang dari Pakkhia, Go Kwi Lok pangcu."

   Seorang lelaki berumur 40-an tahun, tubuh tinggi gagah, berdiri dan mengiakan.

   Sekalian hadirin agak terkesiap.

   Hong-hoa-pang merupakan sebuah perkumpulan rahasia dari kota raja.

   Anggautanya terdiri dari pejuang2 yang menentang pemerintah kerajaan Goan saat itu.

   Mengapa Hong-hoa-pang juga datang ke rapat besar digunung Thay-san ? Demikian orang bertanya-tanya dalam hati.

   "Yang kesembilan, Shoatang Sam hiap. Saudara Tan Hwa, Tan Hong, Tan Hui!"

   Tiga orang lelaki bertubuh kekar serempak berdiri dan berseru mengiakan. Mereka adalah Shoatang Sam-hiap atau Tiga jago dari propinsi Shoatang yang termasyhur dengan ilmu golok berantai.

   "Yang kesepuluh, ketua Ou-tiap-pang dari Poting, Mo Gay Ti pangcu,"

   Seru pengacara pula.

   Seorang lelaki bertubuh kurus, wajah putih dan berdandan sebagai seorang sasterawan, segera berdiri dan mengiakan.

   Kembali para hadirin terkesiap On-tiap-pang atau perkumpulan Kupu kupu, sangat berpengaruh di Po-ting, ibukota propinsi Hopak.

   Ou-tiap-pang terkenal dengan ilmu silat Ou-tiap-kun, sebuah ilmusilat yang meniru gerak kupu2.

   Lain sekali ilmu silat Ou tiup-kun itu dengan ilmu silat yang tersiar di dunia persilatan.

   Ilmu silat Ou-tiap-kun mengutamakan kelincahan dan kelemasan gerak.

   Memerlukan suatu penguasaan ilmu gin-kang yang tinggi.

   "Yang kesebelas, ketua dari Kim coa pang, gunung Lu-liangsan, Pui Tik pangcu !"

   Kembali pengacara berseru. Seorang lelaki berpakaian baju kembang macam warna ular serentak berdiri dan memberi hormat.

   "Kim-coa-pang ?"

   Seru para hadirin dengan tertahan.

   Kimcoa- pang atau perkumpulan Ular Emas, memang sangat terkenal.

   Markasnya di gunung Lu-liang-san.

   Keistimewaan dari Kim-coa-pang, anggauta2nya menggunakan pedang kecil berbentuk seperti ular emas.

   Demikian juga dengan senjata rahasia yang mereka pakai, bentuknya macam ular emas yang kecil tetapi beracun.

   Ketua Kim-coa-pang mahir sekali dalam menggunakan senjata rahasia yang disebut Kim-coa-ciam atau jarum Ular Emas.

   "Yang keduabelas,"

   Seru pengacara pula.

   "Thay-goan-itkiam Leng Sian In."

   Seorang lelaki bertubuh agak gemuk dan berdandan seperti pedagang serentak berdiri memberi hormat.

   Thay-goan-it-kiam atau pedang-tunggal dari Thay-goan cukup dimalui dalam dunia persilatan.

   Kehadiran tokoh pedang dari Thay-goan itu juga menarik perhatian para hadirin.

   "Yang ketigabelas Liau taysu, kepala biara Leng-hun-kwan digunung Ngo-tay-San,"

   Seru pengara pula. Seorang paderi tua berbangkit dengan serentak. Setelah menganggukkan kepala, iapun duduk pula.

   "Yang keempat belas, Siam-say-song-kiam saudara Gwat To dan Gwat Ling,"

   Seru pengacara. Baik Liau Liau taysu maupun Siam-say-song kiam atau sepasang pedang dari Siam-say. Cukup menegangkan perhatian para hadirin. Mereka mempunyai nama yang tenar di dunia persilatan terutama didaerah utara.

   "Yang kelima belas, Ho-lam-ji-koay Utti Siang dan Utti Ho !"

   Seru pengacara.

   Dua orang lelaki berumur 40-an tahun, yang satu bertubuh kurus yang satu kekar, serempak berdiri.

   Mereka adalah Holam- ji-koay atau sepasang manusia aneh dari Holam.

   Dalam kalangan Hek-to atau golongan Hitam, kedua orang itu terkenal sangat ganas dan aneh sekali sepak terjangnya.

   "Keenam belas, Hek-liong-pang kaucu Ko Beng Hwat dari wilayah Hek-liong-kiang !"

   Seru pengacara.

   Seorang lelaki bertubuh tinggi berpakaian serba hitam, serentak berbangkit dan mengiakan panggilan itu.

   Dia adalah Ko Beng Hwat, bergelar Tok-gan-hek-liong si Naga-hitam mata satu ketua perkumpulan Naga Hitam atau Hek liong pang yang menguasai wilayah Hek-liong-kiang.

   Sekalian hadiran terkesiap.

   Mereka tahu bahwa Hek-liongpang atau Naga Hitam itu mempunyai banyak anggauta dan pengaruh besar sekali di daerah Hek-liong-kiang.

   "Ketujuhbelas, Hong-ho-tiau-soh In Tiong-sik"

   Seru pengacara.

   Seorang tua berpakaian seperti nelayan segera berdiri dan menganggukkan kepala.

   Hong-ho-tiau-soh atau Pengail dari bengawan Hong-ho, jarang muncul di dunia persilatan tetapi di perairan sungai Kuning (Hong-ho) tiada seorang pun yang pernah berani mengganggu.

   Bahwa kawanan perompak, sangat mengindahkan kepadanya Para nelayan sering meminta perlindungan kepadanya apabila mendapat gangguan dari kawanan bajak.

   "Kedelapan belas, Auyang Kun kaucu, ketua partai persilatan Tiang-pek-pay !"

   Seorang lelaki setengah tua dengan tenang segera berdiri dan mengiakan.

   Tiang-pek pay sebuah partai persilatan yang cukup terkenal di daerah utara.

   Walaupun dunia persilatan hanya menganggap Siau-lim pay, Bu tong-pay, Go-bi-pay, Kun-lunpay, Hoa-san-pay, Kong-tong-pay dan Kay-pang sebagai tujuh partai persilatan besar Tetapi Tiang-pek-pay-pun juga cukup disegani dalam dunia persilatan.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Terutama ilmupedang dari partai persilatan gunung Tiang-pek-san itu, terkenal dengan permainan yang tangkas dan tak terduga-duga.

   "Yang kesembilan belas adalah saudara Suma Yong yang terkenal dengan julukan Liau-tang-sin-kun !"

   Seru pengacara lebih lanjut. Seorang lelaki setengah tua, berwajah putih bersih, serentak berbangkit dan mengiakan, ia adalah Liau-tang-sinkun atau Jago-sakti dari wilayah Liau-tang.

   "Yang keduapuluh, Song Ik-siu kaucu, ketua Thiat-panghwe dari Thian-cin !"

   Seru pengacara.

   Seorang lelaki berkaki satu dengan mencekal sebatang tongkat besi serentak berbangkit.

   Thiat-pang-hwe atau perkumpulan Tongkat-besi, sangat terkenal sekali di wilayah Thian-cin.

   Ada suatu ke istimewaan dari perkumpulan itu.

   Setiap anggautanya harus hilang sebuah anggauta badannya, entah sebelah kaki entah sebelah tangannya.

   Dan Song Ik-riu si kaki-besi, telah menyerahkan sebelah kakinya.

   "Yang keduapuluh satu, saudara Sui-wan-sin kiam Geng Yang-sin dari daerah Sui-wan !"

   Seru pengacara. Sui-wan-sin-kiam atau Pedang sakti dari daerah Sui Wan, seorang lelaki berwajah seram tetapi sangat dimalui orang karena ilmu pedang yang luar biasa. Orang persilatan cenderung untuk menggolongkan dia sebagai tokoh aliran hitam.

   "San-se Ngo-kiat saudara2 Un Gi, Un Siong, Un Beng. Un Tiong dan Un Tat."

   Seru pengacara menyebut urutan yang ke duapuluh dua.

   Lima lelaki bertubuh pendek serempak berdiri.

   Mereka adalah San-se Ngo-kiat atau Lima jago dari wilayah San-se.

   Mereka berlima dikenal orang karena ilmu golok Angin-Iesus atau Suan hong-to yang terkenal.

   San-se Ngo-kiat dikenal sebagai tokoh yang suka mengganggu rakyat, menyamun dan merampok.

   Dalam kalangan Liok-lim atau dunia begal di daerah San-se, mereka menguasai daerah itu.

   "Yang keduapuluh tiga, saudara Tokulo, kepala suku dari Mongol,"

   Seru pengacara dengan suara lantang.

   Seorang lelaki yang mengenakan jubah kuning, segera berdiri.

   Dia memelihara kumis panjang dan membawa sebatang tongkat dari batu bintang.

   Berdiri sejenak ia segera duduk kembali.

   Kehadiran tokoh dari Mongolia dalam itu, mengejutkan sekalian hadiran.

   Sedemikian besar pengaruh perkumpulan Thian-tong-kau sehingga kepala dari salah sebuah suku di Mongol juga memerlukan datang.

   "Keduapuluh empat Im Yang cinjin dari lembah lm-yangkoh digunung Hek-li-san", seru pengacara. Seorang lelaki bertubuh sedang, berparas putih, bibir merah seperti seorang banci, serentak berdiri mengiakan. Im Yang cinjin atau pertama Banci, kepala dari lembah Imyang- koh memang lagak lagunya seperti orang banci. Parasnya berbedak, bibir merah dan gayanya seperti wanita. Tetapi setiap kaum persilatan tentu mengetahui bahwa tokoh aneh itu memiliki ilmu lwekang yang luar biasa. Tangan kanannya mengeluarkan tenaga-dalam Yang dan tangan kiri memancarkan tenaga-dalam Im. Seaneh dengan penghuninya, lembah Im-yang koh itu memang aneh juga. Didalam lembah mempunyai dua buah sumber mata air yang memancarkan dua macam air. Yang satu air panas, yang satu air dingin. Itulah sebabnya maka lembah itu di sebut Im-yang-koh atau lembah Banci. Kehadiran tokoh aneh itu, cukup menarik perhatian para hadirin juga.

   "Yang keduapuluh lima, saudara Hek-bin long Kui Hok !"

   Seru pengacara. Seorang lelaki berkulit hitam serentak berdiri dan tertawa. Dia adalah Hek-bin-long atau Serigala-muka-hitam Kui Hok. Seorang tokoh aliran Hitam yang sangat dimalui. Bermarkas di gunung Hek-long-san.

   "Yang keduapuluh enam, Siau-bin Su-seng, Li Seng Pun, seorang pengembara yang tiada menentu tempat tinggalnya. Dia terkenal sebagai tukang petik bunga atau tukang merusak kehormatan wanita yang ganas. Seorang lelaki berumur tigapuluh lima, berparas cakap dan mengenakan dandanan sebagai seorang siucay (sasterawan) tampil berdiri dan mengangguk dengan senyum simpul. Pengacara terus menerus menyebut nama dari tokoh2 yang diundang. Tetapi kebanyakan kecuali keduapuluh tujuh tokoh tadi. Yang lainnya hanya tokoh2 yang tak begitu terkenal atau hanya tokoh2 kelas dua. Setelah seratus kali menyebut nama orang yang diundang, barulah pengacara menyudahi kewajibannya.

   "Demikianlah saudara2,"

   Serunya.

   "kecuali hanya beberapa gelintir orang yang tak memenuhi undangan kami. Sebagian besar dari sahabat persilatan telah datang menghadiri upacara berdirinya perkumpulan kami Thian-tong-kau. Mungkin masih banyak sekali sahabat2 persilatan yang kelewatan kami undang dan karena memandang muka kami, telah sudi memerlukan datang. Kepada mereka dengan ini kami Thiantong- pay menyatakan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya"

   Demikian pengacara itu mengakhiri tugasnya mengabsen nama2 tokoh yang diundang maupun yang kelewatan tak diundang.

   Dalam kesempatan itu para hadirinpun ber-bincang2 di antara kawan atau rombongannya.

   Karena ternyata tokoh2 itu ada yang datang dengan membawa rombongan anakbuahnya.

   Pembicaraan mereka bernada suatu pernyataan heran, kaget dan kagum atas pengaruh dari Thian-tong-pay yang ternyata telah tersebar sedemikian luasnya.

   Juga rombongan Hoa Sin dan kawan2nya membicarakan apa yang mereka saksikan di markas Thian-tong-kau situ.

   "Kim Thian cong yang duduk didalam bangsal itu sepintas pandang memang hampir menyerupai Kim tayhiap dahulu"

   Kata Hong Hong tojin ketua Go-bi-pay,"

   Tetapi jaraknya cukup jauh dari sini sehingga kita tak dapat melihat jelas"

   "Tetapi kalau ditilik dari nada suaranya, berlainan dengan Kim tayhiap,"

   Kata Hoa Sin sambil kerutkan dahi.

   "Dandanannya dan potongan wajahnya memang mirip sekali,"

   Kata Ceng Sian suthay.

   "Ah,"

   Tiba2 Pang To Tik menyela.

   "dunia persilatan memang penuh dengan tokoh2 yang beraneka ragam kepandaiannya. Ada beberapa tokoh yang memiliki ilmu Pian-yong sut (ilmu merobah wajah). Di antaranya Cian-bin long kun. Jit cap ji pian-hoa (manusia-yang dapat merobah mukanya sampai tujuhpuluh dua macam) Ko Hui liang yang termasyhur. Dan lain-lainnya. Mereka tak seberapa sakti ilmusilatnya tetapi mereka benar2 hebat dalam ilmu merobah paras muka."

   Hoa Sin mengangguk.

   "Ya, benar. Memang dahulu pernah terjadi kehebohan besar dalam Kay-pang ketika diadakan pemilihan ketua. Seorang tokoh telah menyaru menjadi salah seorang calon ketua dan akhirnya terpilih. Tetapi dia melakukan langkah2 dan perbuatan2 yang aneh, bersifat hendak menghancurkan Kay-pang. Untunglah peristiwa itu cepat terbongkar ketika ketua kami yang sesungguhnya dapat diketemukan lagi. Tokoh pemalsu itu mencium bau dan cepat2 melarikan diri.

   "Jika demikian,"

   Kata Hong Hong tojin.

   "yang penting kita harus berusaha untuk berada lebih dekat pada Kim Thian-cong ketua Thian-tong kau itu agar kita mempunyai kesempatan untuk menyelidikinya."

   "Tetapi bagaimana caranya dapat mendekati dia ?"

   Tanya Pang To Tik.

   "Mudah,"

   Sahut Hoa Sin.

   "nanti pada saat kita akan melaporkan tentang sebab ketidak hadirnya Hui Gong taysu, Ang Bin tojin dan Suma In kaucu kita minta menghadap sendiri kepada Kim Thian-cong kaucu Thian-tong-kau itu." . Ketiga kawannya mengangguk setuju.

   "Mudah-mudahan hal itu dapat mereka setujui sehingga kita mendapat kesempatan untuk menyelidikinya"

   Kata Hong Hong tojin.

   ? "Tetapi bagaimana andaikata mereka hanya mengizinkan salah seorang dari kita yang menghadap ?* tiba2 Pang To Tik bertanya.

   Ketiga ketua partai persilatan terkesiap.

   Mereka tak pernah menduga akan kemungkinan hal seperti itu.

   Tetapi kemungkinan itu memang dapat terjadi.

   "Kurasa baiklah Ceng Sian suthay saja.

   "kata Hoa Sin.

   "Ah, terima kasih Hoa pangcu,"

   Kata rahib itu.

   "tetapi aku seorang wanita, mungkin kurang leluasa untuk mengamati dia."

   Ketiga rekannya dapat menerima alasan itu.

   "Baiklah, Hong Hong tojin saja,"

   Kata Hoa Sin pula. , Tetapi ketua Go-bi-pay itupun menolak.

   "Jangan Hoa pangcu"

   Katanya.

   "pertama, aku memang tak begitu meneliti semua ciri2 dari mendiang Kim kaucu dahulu. Dan kedua kalinya, penglihatanku memang kurang tajam. Sebaiknya Hoa pangcu yang menghadap saja."

   Ketiga ketua partai persilatan yang lain menyetujui.

   Terpaksa Hoa Sin menerima juga.

   Tiba2 pengacara menghampiri ke hadapan Kim Thian-cong ketua Thian-tong-kau Entah apa yang dibicarakan.

   Hanya tampak pengacara itu kembali ke muka panggung dan berseru .

   "Atas perkenan Kim kaucu, maka sambil menanti upacara sembahyangan agung, para tetamu akan dihibur dengan beberapa pertunjukan dari anak2 murid Thian-tong-pay. Mudah-mudahan saudara suka menikmatinya."

   Segera terdengar genderang berbunyi riuh, mengumandangkan suara yang bernada perang Penuh semangat, keberanian dan kepahlawanan.

   Kedua belas anak lelaki yang terbagi menjadi kelompok barisan baju Ungu dan baju Biru segera berjalan menuju ke panggung.

   Mereka berjajar dalam dua barisan.

   Tiba2 salah seorang dari bocah baju Ungu bersuit keras, disusul pula dengan seorang bocah baju Biru.

   Belum suara suitan sirap, terdengarlah aum kedua ekor harimau yang duduk dibawah kaki Kim Thian-cong.

   Setelah memperdengarkan aumnya yang dahsyat, kedua ekor harimau itupun segera loncat menuju ke panggung.

   Harimau itu tergolong harimau gembong.

   Keduanya harimau jantan yang perkasa dan buas.

   Begitu tiba di panggung, yang seekor segera menyerang barisan bocah baju ungu Yang seekor menerjang barisan bocah baju Biru.

   Barisan bocah baju ungu segera menyiak kesamping membuka sebuah jalan.

   Selekas harimau menerjang masuk, merekapun segera bergerak mengatup, mengepung harimau di lengah lingkaran.

   Demikian pula dengan barisan bocah baju Biru.

   Kedua harimau mengaum dahsyat karena terjangannya luput.

   Serentak mereka pun menerjang anak2 itu.

   Tetapi setiap kali, dengan gerak yang serempak, rapi dan cepat, barisan itu tentu dapat menyingkir dan secepat itu pula terus mengepungnya lagi.

   Harimau makin marah.

   Terjangannyapun makin dahsyat dan ganas.

   Tetapi betapapun halnya, tetap binatang itu tak mau menerkam salah seorang dari barisan bocah itu.

   Sekalian hadirin terkejut menyaksikan pertunjukan yang hebat itu.

   Tokoh2 kelas satu segera mengenali bahwa kawanan bocah baju Ungu itu sedang mengembangkan ilmu barisan Pat-kwa tin.

   Sedang barisan bocah baju Biru sedang memainkan barisan Kiu-kiong-tin.

   Sekalipun tahu gerak barisan yang dimainkan tetapi tokoh2 itupun tetap kagum dan heran atas kecepatan dan kerapian dari gerak barisan bocah itu.

   Bahkan ada yang beranggapan bahwa barisan Pat-kwa-tin dan Kiu-kiong-tin yang dimainkan kedua barisan bocah itu, jauh lebih hebat dari kaum paderi Siau-lim-si sendiri.

   Pada hal kedua barisan itu termasuk barisan yang diandalkan partai Siau-lim-si.

   Pertempuran berlangsung makin seru.

   Kedua barisan bocah itu tak memakai senjata melainkan hanya dengan tangan kosong.

   Makin lama tampak harimau itu makin terengahengah.

   Rupanya binatang itu sudah hampir kehabisan tenaga.

   Tiba2 harimau itu berhenti di tengah lingkaran dan mendekam, Dia tak mau menyerang lagi.

   Rupanya binatang itu menyadari bahwa jika terus menerus menyerang, dia tentu kehabisan tenaga.

   Sekarang dia berganti menunggu serangan.

   "It-hou, rupanya engkau suruh kami balas menyerang, bukan ?"

   Teriak salah seorang bocah baju Ungu. It-hou berarti Harimau Pertama. Dan harimau yang menyerang barisan bocah baju Biru disebut Ji-hou atau harimau kedua. It-hou meraung keras. Rupanya ia hendak menjawab seruan bocah baju Ungu itu.

   "Baiklah,"

   Seru bocah itu.

   "sekarang kami akan melancarkan serangan, hati-hatilah!"

   Kini barisan bocah baju Ungu itu mulai mengambil sikap.

   Dan pada lain, salah seorang segera loncat menghantam.

   Tetapi harimau itu hanya beringsut ke samping dan hantaman si bocahpun mengenai angin, Bocah itupun menyerang lagi, tetapi baik pukulan, tebasan maupun tendangan, selalu dapat dikelit dengan tenang oleh It-hou.

   Apa yang berlangsung dalam barisan bocah baju Ungu, pun terjdi juga dalam barisan bocah baja Biru.

   Ji hou si harimau yang kedua pun menyediakan diri untuk diserang kawanan bocah baju Biru.

   Tetapi kawanan bocah baju Biru itupun tak berhasil menghantam Ji-hou.

   Tiba2 seorang bocah baju Ungu bersuit keras.

   Demikian pula dengan seorang bocah barisan baju Biru.

   Rupanya kedua bocah itu menjadi pemimpin barisan masing2.

   Serentak kedua belas bocah itu melolos ikat pinggangnya.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Ikat pinggang terbuat dari kain, tetapi ketika dimainkan, kain itu berobah keras mirip dengan cambuk.

   Keenam bocah baju Ungu dan keenam bocah baju biru serempak menyerbu kedua harimau.

   It-hou dan Ji-hou seperti dihujani cambuk.

   Kedua harimau itupun berloncatan untuk menghindar.

   Betapa gencar dan cepac sabuk menghajar tetapi harimau itu selalu dapat berkelit dan menghindar.

   Setelah beberapa waktu lamanya, terdengar harimau itu mengaum keras dan pada lain saat tubuhnya mencelat ke udara sampai tiga tumbak, berjumpalitan dan melayang melampaui kepala barisan bocah, meluncur turun ke bangsal dan terus mendekam pula dibawah kursi Kim Thiau cong.

   Sekalian hadirin terpesona menyaksikan pertunjukan itu.

   Bukan saja mereka kagum akan tangguhnya barisan bocah dari Thian-tong-kau, pun mereka terkejut akan kelihayan dari kedua harimau yang jelas dapat bertempur, menyerang dan menghindar menurut tata gerak ilmu silat.

   Berlanjut pula renungan para hadirin itu.

   Jika kawanan anakmurid yang masih bocah dan binatang harimau peliharaan saja sudah sedemikian hebatnya, bagaimanakah ilmu kepandaian dari ketua Thian-tong kau itu. "Masih ada waktu,"

   Teriak pengacara setelah kawanan bocah itu kembali ke tempat masing2.

   "akan kami hibur saudara2 sekalian dengan pertunjukan yang kedua."

   Kemudian ia berpaling dan memberi perintah kepada kedua belas gadis baju kuning.

   "Tunjukkan tarian tali"

   Serunya.

   Keduabelas gadis cantik baju kuning itupun segera maju kemuka panggung.

   Mereka merentang enam utas tali panjang, diikat pada tiang di kedua samping panggung.

   Tali itu terbuat dari kawat yang hanya sebesar jari tangan.

   Keduabelas dara cantik itu segera ayun tubuhnya melayang keatas tali kawat.

   Yang enam menghadap ketimur, yang enam menghadap ke barat.

   Mereka saling berhadapan dalam dua kelompok.

   Mereka berdiri dengan kaki satu diatas kawat.

   Setelah siap merekapun mulai bergerak, berloncatan pada keenam tali kawat itu, kemudian lari dalam bentuk lingkaran.

   Makin lama makin cepat sehingga, merupakan sebuah lingkaran sinar kuning.

   Setelah beberapa saat, merekapun berhenti dan berdiri di tempat semula, terbagi dalam dua kelompok yang saling berhadapan.

   Kemudian mereka mencabut pedang.

   Terkejut sekalian hadirin menyaksikan adegan itu.

   Apakah mereka akan bertempur dengan pedang di atas tali kawat yang sekecil itu ? Pertanyaan itu cepat terjawab ketika mereka menyaksikan keduabelas gadis itu bertempur.

   Setiap tali digunakan oleh dua orang dara.

   Mereka bertempur dengan pedang.

   Makin lama makin cepat dan dahsyat, Adakalanya, apabila menghindar babatan kaki, dara itu melambung ke udara dan melayang pula hinggap di atas tali kawat.

   "Hebat"

   Seru Hoa Sin ketika melihat pertunjukkan yang mempesonakan itu.

   Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin dan Pang To Tik pun kesima.

   Lebih2 para tokoh2 yang hadir.

   Mereka sama leletkan lidah karena kagum.

   Keduabelas gadis baju kuning memiliki ilmu gin-kang yang luar biasa hebatnya.

   Diam2 mereka heran dari manakah keduabelas dara itu ? Mengapa dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai ilmu ginkang yang begitu sakti ? Bahkan tokoh2 kelas satu dalam dunia persilatan belum tentu dapat menyamai ilmu gin-kang mereka.

   "Hm, Thian-tong-kau hendak jual kegarangan untuk mengecilkan nyali sekalian orang,"

   Desuh Ceng Sian suthay.

   "Tetapi suthay,"

   Kata Hong Hong tojin.

   "kenyataan mereka memang mempunyai anakmurid yang begitu hebat".

   "Dalam hal ini"

   Ceng Sian suthay berhenti sejenak.

   "memang mengherankan. Tetapi dalam hati kecilku seolah mengatakan bahwa tentu ada sesuatu dibalik kepandaian kawanan gadis itu."

   "Maksud suthay ?"

   Tanya Hong Hong tojin, adakah suthay menyangsikan kepandaian mereka?"

   "Hm"

   Desuh rahib ketua partai Kun-lun-pay itu.

   "aku tak dapat memastikan hal itu. Mudah-mudahan segalanya akan berjalan seperti yang kuduga."

   "Dapatkah suthay memberitahukan apa yang menjadi dugaan suthay itu ?"

   Hong Hong tojin mendesak. Ceng Sian suthay tertawa kecil.

   "Maaf, toheng,"

   Katanya.

   "saat ini aku belum dapat mengatakan apa2. Apabila dugaanku itu benar, nanti tentu akan kuberitahukan toheng"

   Dalam pada berbicara itu, ternyata pertunjukan bermain pedang diatas tali kawat pun sudah selesai.

   Keduabelas gadis itu segera loncat turun dan menyimpan tali kawat itu pula.

   Para tokoh2 yang hadir mau tak mau bertepuk tangan memberi pujian.

   Sekedar untuk menghormat kepada fihak Thian-tong-kau dan sekalian tamu memang merasa kagum juga.

   Terdengar suitan keras dan rombongan keduabelas dara baju hijau, segera tampil ke muka panggung.

   Mereka masing2 mencabut golok lalu menancapkan tangkainya ke panggung.

   Dalam sekejap mata duapuluh empat batang golok telah tertancap dalam bentuk seperti sekuntum bunga bwe.

   Sekalian tokoh2 yang hadir segera mengetahui bahwa barisan gadis cantik baju hijau itu sedang memasang Bwe-hwa-to atau barisan golok berbentuk bunga bwe.

   Setelah siap maka keduabelas gadis baju hijau itupun segera loncat keatas ujung golok dan bergerak-gerak melingkar-lingkar.

   Makin lama gerakannya makin cepat sehingga seperti orang kejar kejaran.

   Berdiri diatas ujung golok yang tajam dan berlari-lari saling berkejaran.

   Benar2 suatu ilmu kepandaian yang menyebabkan para hadirin tertegun.

   Hanya jago2 silat yang menguasai ilmu gin-kang hebat, dapat melakukan permainan semacam itu.

   Setelah beberapa saat berlarian, keduabelas gadis baju hijau itupun berhenti, memecah diri dalam dua kelompok yang saling berhadapan.

   Tiap kelompok terdiri dari enam gadis.

   Seperti barisan gadis baju kuning tadi, barisan gadis baju hijau itupun segera bertempur.

   Tetapi bukan dengan menggunakan pedang melainkan dengan menggunakan semacam senjata rahasia bola besi.

   Mereka saling lontar melontar bola besi.

   Bermula kelompok sebelah barat menghujani lawan Setelah tiap gadis melontar sepuluh bola besi.

   Lalu kelompok sebelah timur yang melontar dan kelompok sebelah barat yang harus menghindar.

   .Jika menghadapi hujan senjata rahasia di tanah datar, itu masih mudah.

   Tetapi jika harus menghindari lontaran bola besi diatas ujung golok, barulah orang merasakan betapa sukar dan berbahayanya.

   Sekalian hadirin terlongong-longong.

   Diam2 ada yang runtuh nyalinya, Jika disuruh melakukan hal itu, jelas mereka tak sanggup.

   Hanya sedikit jumlahnya dari tokoh2 yang hadir itu masih tampak mengangguk dalam hati sebagai pertanyaan bahwa merekapun sanggup juga melakukan hal itu.

   "Suthay,"

   Tiba2 Hong Hong tojin berkata dengan pelahap "bagaimana pendapat suthay tentang permainan mereka kali ini ?"

   Ceng Sian suthay kerutkan dahi.

   "Memang apa yang kita lihat, harus kita akui kehebatannya,"

   Jawab ketua Kun-lun-pay itu, tetapi entah bagaimana naluriku mengatakan bahwa ada sesuatu yang tersembunyi dalam permainan mereka ttu.

   Hanya karena belum dapat membuktikan maka akupun lebih baik tak mengatakannya sekarang. Hoa Sin dan Pang To Tik tak memberi tanggapan apa2.

   Hanya menilik dahi Pengemis-sakti Hoa Sm yang mengerut, jelas dia sedang memikirkan sesuatu.

   Pertunjukkan bertempur diatas ujung golok atau barisan Bwe-hoa-to hampir selesai.

   Tiba2 kedua belas gadis baju hijau itu lalu melenting ke udara, dan meluncur turun ke panggung.

   Serempak dengan berhamburan keduabelas gadis baju hijau itu dua puluh empat batang golok yang tertancap di papan panggung pun serempak hilang.

   Ternyata saat membungkuk tadi, gadis2 baju hijau itu tangannya mencabut sebatang golok, sedang kakinyapun menjepit sebatang golok lagi.

   Dalam melenting ke udara tangan dan kaki gadis2 itu telah membawa dua batang golok sehingga barisan Bwe-hoa-topun bersih seketika.

   Pertunjukan itu mendapat sambutan yang bergemuruh dari para hadirin.

   Sekarang mereka menumpahkan perhatian kepada barisan Pengawal baju Putih dan Pengawal baju Merah.

   Mereka menduga barisan pengawal itu tentu juga akan mempertunjukkan kepandaian dan tentu akan jauh lebih hebat dari barisan bocah dan barisan gadis itu.

   Tetapi ternyata harapan mereka tak terlaksana karena saat itu pengacarapun berseru .

   "Berhubung waktunya sudah hampir mendekat waktu upacara sembahyangan maka hidangan pertunjukanpun hanya sampai disini. Harap para hadirin suka memaafkan. Dan sekarang akan dimulai upacara sembahyang suci untuk meresmikan berdirinya perkumpulan Thian-tong-kau."

   Pengacara itu memberi isyarat kepada kawanan bocah baju ungu dan baju biru.

   Mereka segera masuk panggung.

   Demikian pula dengan barisan keduapuluh empat dara2 cantik itu.

   Tak berapa lama mereka membawa sebuah hiolou (tempat sembahyangan) yang besar, terbuat daripada emas.

   Hiolou diletakkan di atas sebuah meja.

   Di kanan kiri meja dipasang lilin besar yang terang sekali apinya.

   Di muka meja diletakkan sebuah mangkok besar dari tembikar yang indah.

   Dan disisi mangkuk tembikar itu terdapat dua batang pisau yang tajam.

   "Upacara sembahyangan segera dimulai. Sebelumnya akan kami minta setiap tamu yang kami sebut namanya supaya tampil keatas panggung. Tusuklah sedikit jari saudara dengan pisau dan kucurkan darahnya kedalam mangkuk. Itu berarti saudara telah resmi menjadi anggauta dari perkumpulan Thian-tong-kau !"

   Gemparlah sekalian hadirin. oodwoo

   Jilid 31 Pengumuman pengacara yang berpakaian indah tentang akan dimulainya upacara sembahyang tetapi dengan terlebih dahulu para hadirin diminta untuk menusuk jarinya sampai mengucurkan darah selaku tanda masuk menjadi anggauta perkumpulan Thian-tong-kau, telah menimbulkan kegemparan besar.

   Beratus-ratus jago2 silat yang berkumpul di bawah panggung hiruk memberi tanggapan.

   "Para hohan yang terhormat!"

   Kembali pengacara itu berseru untuk menindas kehingaran suasana.

   "Thian-tong-kau bertujuan luhur hendak mengangkat derajat kaum persilatan kearah kedamaian dan ketenangan serta persatuan. Sudah, berpuluh bahkan beratus tahun, tak pernah dunia persilatan reda dari pertempuran dan pertumpahan darah. Adakah demikian tujuan kita untuk mempela jari ilmu silat ?"

   "Tidak, saudara2,"

   Seru pengacara itu pula,"

   Thian-tong-kau menolak anggapan begitu.

   Dunia persilatan harus diselamatkan dari bencana yang sudah melatah beratus-ratus tahun.

   Kuncinya, terletak pada kita semua.

   Mengapa kita harus saling berbunuh-bunuhan ? Mengapa kita tak mau bersatu dan hidup rukun ? Untuk mencapai cita2 itulah maka Thian-tong-kau berdiri dengan tugas yang suci"

   Tiada sambutan apa2 dari para hadirin.

   "Oh", teriak pengacara itu pula.

   "adakah sau dara2 masih kukuh pada gengsi ? atau apakah saudara2 merasa bahwa saudara memiliki kepandaian silat yang paling sakti sehingga segan untuk bernaung dibawah panji Thian-tong-kau ? Ah, mungkin demikian. Jika begitu, Thian-tong-kaupun takkan memaksa kepada saudara. Tetapi demi untuk menyelamatkan muka Thian-tong-kau, maka setiap saudara, dari golongan ataupun partai persilatan atau perseorangan, yang memiliki perasaan demikian akan diberi kebebasan pulang bahkan akan diantar dengari penuh kehormatan oleh barisan pengawal Thian-tong-kau. Syaratnya hanya mudah saja. Saudara diminta untuk bertanding dengan anak murid Thian-tong-kau. Jika menang, saudara kami persilahkan pulang dengan penuh kehormatan Jika kalah, secara jujur saudara harus rela masuk menjadi anggauta Thian-tong-kau. Bukankah syarat itu sudah lebih dari pantas bagi kaum,persilatan -Nah, kami persilahkan saudara menentukan pilihan Jangan takut, jangan ragu. Thiantong- kau tak mengadakan paksaan .."

   Belum sirap gema suara pengacara itu mengalun di udara seorang lelaki bertubuh tinggi besar telah loncat melayang ke atas panggung. Gerakannya amat gesit sekali. Di antara pekik teriak para hadirin yang terkejut, orang itu segera mengenalkan diri.

   "Aku yang rendah Ko Beng Hwat, seorang kasar dan bodoh dari wilayah Hek-liong-kiang."

   "Oh, ketua perkumpulan Hek-liong-pang ?"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Seru pengacara.

   "Ya,"

   Sahut orang itu.

   "Apa maksud Ko pangcu naik ke panggung ? Apakah Ko pangcu hendak mempelopori bersembahyang atau .."

   "Maafkan"

   Kata Ko Beng Hwat.

   "aku telah menerima undangan dari Thian-tong-kau kaucu dan dengan segenap tenaga, aku berusaha untuk memenuhi datang. Sebelumnya kami tak tahu akan maksud undangan tersebut kecuali disebutkan bahwa kami diminta untuk menghadiri upacara peresmian berdirinya partai Thian-tong-kau ?"

   "Hm,"

   Pengacara mendesuh.

   "kemudian setelah pangcu mengetahui maksud tujuan Thian-tong kau mengundang para hohan sekalian ?"

   "Hek-liong-kiang sebuah wilayah yang masih terbelakang. Tetapi justeru karena keadaannya yang terbelakang itu, wilayah Hek-liong-kiang selama ini aman tenteram. Hek-Iiongpang berdiri untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan rakyat Hek liong-kiang dari gangguan kaum persilatan dari mana pun juga Hek-Iiong-pang tak mengandung cita2 lain kecuali hanya untuk menjaga ketenteram dan kesejahteraan wilayah Hek-liong-kiang."

   "Harap pangcu suka menjelaskan bagaimana pendirian partai kaucu terhadap ajakan Thian-tong kau"

   Seru pengacara.

   "agar dapat kami sampaikan kehadapan kaucu kami"

   "Hek-liong pang berpendapat bahwa selama ini wilayah Hek liong-kiang selalu aman Pendirian kami, kami menghormati partai persilatan lain tetapi kamipun meminta supaya partai lain menghormati wilayah kami. Kami bersedia bersahabat dengan partai persilatan ataupun dengan tokoh silat yang manapun, atas dasar jangan mengganggu ketentraman wilayah Hek-liong-kiang".

   "Harap ditegaskan, adakah Hek-Iiong-pang ber sedia masuk menjadi anggauta Thian-tong-kau atau. tidak"

   Setu pengacara.

   "Telah kami terangkan, bahwa kami ingin bersahabat tetapi ingin kebebasan. Karena dengan mengikatkan diri pada suatu partai persilatan berarti bahwa wilayah Hek-liong-kiang itu, akan kemasukan partai persilatan dari luar daerah. Itu-pun masih mempunyai akibat, bahwa partai sahabat itu tentu akan mengikat permusuhan dengan lain partai persilatan. Dengan begitu Hek-liong-pang tentu akan terseret dalam kancah permusuhan dengan lain partai persilatan. Dan sekali mengikat permusuhan, maka tak mungkin wilayah Heng-li-ong-kiang akan mengenyam Ketenangan dan ketenteraman lagi".

   "Hm,"

   Desuh pengacara itu"

   Pandangan Ko pangcu memang tepat.

   Tetapi Ko pangcu hanya memandang pada umumnya atau apa yang telah berlangsung dalam dunia persilatan, dan belum tahu bagaimana kekuatan Thian-tong kau.

   Apabila pangcu sudah memiliki pengetahuan itu.

   rasanya akan berobahlah pangdangan pangcu "

   "Apa maksud saudara ?"

   Ko Beng Hwat menegas.

   "Thian-tong-kau adalah sebuah wadah dari semua partai persilatan. Thian-tong-kaulah yang akan mempersatukan, memimpin dan bertanggungjawab atas setiap tindakan anggautanya. Sudah tentu pula Thian tong-kau akan menjaga kerukunan dan keselamatan setiap anggautanya. Dengan demikian kiranya kekuatiran pangcu itu tak perlu diresahkan lagi.""

   K o Beng Hwat tertawa.

   "Tetapi memang sudah menjadi pendirian Hek liong pang sejak beberapa puluh tahun yang lalu bahwa Hek-liong-pang akan tetap bersahabat dengan partai persilatan yang manapun dan dengan tokoh silat dari aliran manapun, atas dasar saling menghargai".

   "Maksud pangcu ?"

   "Hek-liong-pang suka bersahabat tetapi tak ingin bersekutu,"

   Sahut jago tinggi besar yang menjadi ketua dari Hek-liong-pang atau perkumpulan Naga Hitam.

   "Thian-tong-kau hendak meningkatkan persahabatan menjadi persekutuan yang lebih erat"

   Seru pengacara.

   "Jika demikian, maafkan kami"

   Sahut Ko Beng Hwat. Pengacara tertawa kecil.

   "Harap pangcu jangan meminta maaf. Karena kami Thiantong- kau sudah mempunyai peraturan. Bukan maaf yang dapat kami terima tetapi hanya syarat peraturan itu yang kami minta pangcu penuhi."

   Dengan kata2 itu jelas pengacara maksudkan bahwa Ko Beng Hwat boleh mempertahankan pendiriannya asal bersedia diadu dengan salah seorang anakbuah Thian-tong-kau.

   "Baiklah, walaupun cara itu berbau paksaan, tetapi karena tak dapat ditawar lagi, akupun terpaksa harus mentaati juga", seru ketua Hek-liong-pang.

   "Seorang ksatrya harus menghormat ksatrya. Seru pengacara ini.

   "sekarang silahkan pangcu memilih sendiri siapa yang pangcu kehendaki menjadi lawan pangcu."

   Merah muka jago dari Hek-liong-kiang itu.

   Kata2 pengacara itu dapat diartikan sebagai memandang rendah kepadanya.

   Jelasnya, murid Thian tong-kau yang manapun tentu dapat menghadapi Ko Beng Hwat.

   Namun sebagai seorang tetamu, ia tak mau unjuk sikap kasar.

   "Aku seorang tetamu, sudah tentu akan menyerahkan persoalan itu kepada tuan rumah, siapa2 yang akan mengalahkan aku."

   "Jika demikian"

   Kata pengacara itu.

   "akan kutanya kepada mereka, siapakah yang bersedia me layani pangcu ber-main2". Habis berkata pengacara itu terus berpaling ke arah rombongan anakmurid Thian-tong-kau, serunya .

   "Hai, kalian, siapa yang bersedia melayani Ko pangcu"

   Seorang bocah lelaki kecil lari menghampiri dan, tegak berdiri di depan pengacara .

   "Hamba, Siau Lim senang untuk melayani pangcu". Bocah itu tak lain adalah salah seorang dari rombongan kelompok baju Ungu.

   "Eh, Siau Lim, engkau berani ?"

   Tegur pengacara setengah bergurau.

   "apakah engkau tak takut kepalamu pecah nanti ?"

   "Mengapa ?"

   Tanya bocah baju Ungu itu.

   "Engkau tahu, ketua Hek-liong-pang itu ada Uh Ko pangcu yang bergelar Tok-gan-hong !""

   "Ih."

   Pe-kik si bocah.

   "Naga mata satu? Yang kanan atau yang kiri ?"

   "Jangan kurang ajar, Siau Lim,"

   Seru pengacara itu.

   "mengapa engkau bertanyakan soal mata. Sekalipun hanya memiliki sebuah mata tetapi Ko pangcu mempunyai sepasang senjata cakar naga yang hebat sekali". Bocah itu tertawa .

   "O, sungguh menyenangkan sekali dapat melayani Ko pangcu agar aku bisa bertambah pengalaman "

   Pertama melihat bahwa yang tampil untuk menghadapi dirinya itu hanya seorang bocah lelaki, Ko Beng Hwat sudah mendongkol.

   la merasa diremehkan sekali.

   Dan kemudian setelah mendengar dirinya dijadikan bulan2 percakapan, marahnya tak dapat ditahan lagi.

   "Bocah, engkau terlalu sombong !"

   Serunya, seraya maju menghampiri.

   "Harap Ko pangcu suka berlaku murah mengingat dia hanya seorang bocah"

   Kata pengacara.

   "Hm,"

   Dengus Ko Beng Hwat.

   "jika demikian lebih baik suruh yang lain saja maju".

   "Tidak, Ko pangcu"

   Tiba2 bocah baju Ungu itu berteriak.

   "biarlah, tak perlu Ko pangcu memberi kemurahan. Bahkan kuminta Ko pangcu jangan pelit mengeluarkan kepandaian agar aku dapat menerima pelajaran. Tak apa, aku takkan menyesal andai kepalaku sampai hancur. Itu bukan salah Ko pangcu tetapi salahku sendiri"

   Ko Beng Hwa mendengus.

   "Ko pangcu", bocah yang disebut dengan nama Siau Lim atau Lim kecil itu, berseru.

   "pangcu hendak ber-main2 dengan pakai apa ? Tangan kosong atau pakai senjata ?"

   Untuk yang ketiga kalinya, Ko Beng Hwat mengkal sekali mendengar tingkah laku bocah itu. Jika tak diberi hajaran, dia tentu belum tahu rasa dan orang2 Thian tong-kau tentu semakin congkak Demikian pikirnya.

   "Pakai tangan kosong saja karena kalau senjata itu berbahaya. Senjata tak bermata, salah sedikit tentu hilang nyawa kita,"

   Sahut Ko Beng Hwat "Baiklah, Ko pangcu, aku hanya menurut perintah pangcu saja,"

   Seru bocah itu terus mengambil di hadapan Ko Beng Hwat.

   "Silahkan Ko pangcu mulai !"

   Serunya.

   "Tidak bisa."

   Sahut Ko Beng Hwat.

   "pertama aku seorang tetamu. Kedua, aku lebih tua bagaimana aku yang menyerang lebih dulu ? Bukankah aku akan ditertawai orang ?"

   "Baiklah, jika begitu.

   "tanpa banyak sungkan lagi bocah itupun segera memasang kuda2 lalu meluncur maju menyerang. Ko Beng Hwat hanya mendengus dingin. Ia melihat bocah itu menggunakan jurus Thui-jong-eng-gwat atau Mendorongjendela- melihat-rembu-l.in, sebuah ilmusilat yang sederhana dan dilancarkan dengan gerak yang bersahaja sekali. Pikir ketua Hek-liong-pangitu, ia hendak memper-main2kan bocah itu sampai napasnya habis baru nanti ia tempeleng kepalanya. Ko Beng Hwat loncat menghindar. Tetapi tiba2 anak itu menarik pulang dorongannya setengah jalan terus secepat kilat ia gunakan jurusan Hok-hou-cau-sim atau Macan-hitammenerkam- hati. Dengan sebuah gerak yang amat cepat, bocah itupun loncat kebelakang Ko Beng Hwat dan menerkam punggungnya. Ko Beng Hwat terkejut. Ia loncat maju tetapi seperti bayangan bocah itupun tetap berada di belakangnya. Setelah berloncatan empat lima kali tetap tak dapat menghindari si bocah, Ko Beng Hwat mulai heran.

   "Setan, mengapa dia selalu membayangi dibelakangku ?"

   Gumamnya dalam hati.

   Akhirnya ia memutuskan untuk menghalau bocah itu.

   Secepat loncat ke muka ia terus melenting ke udara dan berjumpalitan lalu melayang turun ke tanah.

   Kini ia berhadapan dengan bocah itu.

   Tetapi alangkah kejutnya ketika ia tak melihat bocah itu berada di depannya.

   Kemanakah dia ? Belum sempat ia menemukan jawaban tiba2 punggungnya terasa disambar oleh angin.

   Segera ia tahu bahwa bocah itu sudah berada di belakang dan tengah menerkamnya lagi.

   Diam2 ketua dari Hek-liong-pang itu terkejut.

   Setitikpun ia tak pernah menyangka bahwa bocah yang sekecil itu memiliki ilmu gin-kang atau meringankan-tubuh yang sedemikian lihaynya.

   Rasa memandang rendah, seketika hapus dari pikiran Ko Beng Hwat.

   Setelah merenungkan cara untuk memecahkan serangan bocah itu, akhirnya ia menjejakkan kaki dan dengan sebuah gerak yang menyerupai naga, ia ayunkan tubuh ke udara, berjungkir balik dan melayang turun.

   Bocah itu terkejut juga menyaksikan ketangkasan lawan.

   Serangannya menemui tempat kosong agar jangan sampai diserang musuh ia loncat kemuka baru berputar tubuh.

   Ternyata Ko Beng Hwat masih tetap berdiri di tempat, tak mau mengejarnya.

   "Ko pangcu, terima kasih atas ilmu pelajaran ilmu gin-kang yang begitu hebat"

   Seru si bocah. Ko Beng Hwat merah mukanya, Jika tak menggunakan siasat jungkir balik ke belakang, tentu ia masih dibayangi dari belakang oleh bocah itu.

   "Bocah kecil"

   Seru Ko Beng Hwat.

   "ginkang mu lihay sekali, aku mengaku kalah, Lalu apa kepandaianmu lagi selain itu ?"

   "Silahkan Ko pangcu menyebutkan !"

   "Imu pukulan ?"' seru Ko Beng Hwat. '"Ih, dapat juga walaupun tak sehebat Ko pangcu."

   Sahut si bocah.

   Ko Beng Hwat menawarkan suatu pertandingan adu pukulan dan bocah itupun menerimanya.

   Kini keduanya mulai melancarkan pukulan, makin lama makin seru dan gencar.

   Bocah itu memang tangkas dan lincah sekali.

   Serangan KoPeng Hwat yang segencar hujan mencurah sedahsyat badai mendampar ternyata dapat dihindari semua.

   Tiba2 bocah itu loncat ke samping gelanggang dan menghadap pengacara.

   "Mengapa ?"

   Tegur si pengacara heran.

   "Sudah selesai"

   Sahutnya.

   "Sudah selesai ?"

   Seru pengacara lalu berpaling ke arah Ko Beng Hwat yang tampak tegak terlongong.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "benarkah sudah selesai Ko pangcu?"

   Ko Beng Hwat gelengkan kepala.

   "Jika anak itu sudah lelah, biarlah dia mengasoh dan silahkan memanggil lagi yang lain", se runya. Pengacara itu kerutkan dahi.

   "Dalam peraturan kami, setiap orang hanya dibenarkan untuk bertempur melawan seorang anak murid kami. Apabila anak murid Thian-tong-kau kalah maka orang itupun boleh berlalu. Demikian pula dengan Ko pangcu, apabila Ko pangcu merasa sudah dapat mengatasi bocah laki itu, silahkan Ko pangcu pulang."

   "Ya, kurasa aku berhak untuk pulang."

   Seru ketua Hekliong- pang seraya hendak ayunkan langkah turun dari panggung.

   "Tunggu pangcu"

   Tiba2 bocah itu berseru seraya maju menghampiri.

   "maaf, aku telah menjambret sebuah kancing baju pangcu". Bocah itu segera menghaturkan sebuah kancing baju. Seketika gemparlah seluruh tokoh2 yang berada di bawah panggung. Dengan perkataan lain bocah itu berhasil merubuhkan lawan tanpa membikinnya sakit. Andaikata mau menggunakan kekerasan, tentulah dada Ko Beng Hwat sudah terluka.

   "Siau Lim, engkau benar2 kurang ajar !"

   Seru pengacara dengan nada cerah.

   "hayo. lekas haturkan maaf kepada Ko pangcu"

   Sementara itvi Ko Beng Hwat masih ter-longong2 seperti patung, la benar? tak mengira bahwa bocah itu berhasil mencopot sebuah kancing bajunya tanpa ia merasa apa2. Dan ia tahu apa artinya itu.

   "Baiklah,"

   Serunya dengan lantang.

   "aku Ko Ikng Hwat, hari ini telah mengalami hari naas ka rena kalah dengan seorang anak murid kecil dari Ihian-tong-kau. Ko Beng Hwat seorang lelaki, karena kalah akupun harus menyerah. Tetapi akupun tetap hendak memegang pendirianku sebagai pimpinan Hek iiong-pang. Hek-liong-kiang tak boleh dikotori oleh partai persilatan yang manapun. Maka Thian-tong-kau kaucu, terimalah penyerahan Ko Beng Hwat ini ..prak .."

   Sebelum tahu apa vang terjadi, tiba Ko Beng Hwat menghantam ubun2 kepalanya sendiri.

   Seiring dengan letupan batok kepala pecah, darahpun berhamburan dan rubuhlah Ko Beng Hwat.

   Gemparlah sekalian tokoh2 dibawah panggung, Bahwa bocah baju Ungu itupun menjerit dan terus menyambar tubuh Ko Beng Hwat ."Ko pangcu mengapa engkau senekad ini .

   ,"

   Ko Beng Hwat seorang jantan yang berhati jujur dan keras.

   Ia tak sudi tunduk pada Thian-tong-kau tetapi iapun tak mau ingkar janji.

   Maka ia menempuh jalan mati.

   Mati sebagai seorang ksatrya ! Tiba2 dua orang lelaki loncat melayang ke atas panggung.

   Keduanya mengenakan pakaian warna hitam dan mencekal tongkat berkepala naga.

   "Hai, bocah berikan jenasah Ko pargcu kami atau kami akan mengobrak abrik pertemuan ini !"

   Seru salah seorang. Sebelum si bocah menjawab, pengacara sudah mendahului .

   "Siapakah kalian ini ?"

   "Kami berdua pengawal peribadi Ko pangcu "O, orang Hek-liong-pang ?"

   Seru pengacara "apa kedudukanmu '?"

   "Pengawal pangcu !"

   "Apakah engkau hendak menyerah masuk menjadi anggauta Thian-tong-kau ?"

   "Aku tak mengatakan begitu, aku hanya minta jenasah pangcu supaya diserahkan akan kubawa pulang ke Hek-liongkiang"

   "Boleh"

   Seru si pengacara.

   "tetapi ada syaratnya"

   "Katakan !' "Engkau harus mengajak anakmurid dan ang gauta2 Hekliong- pang masuk kedalam Thian-tong-kau"

   "Itu soal mereka. Aku hanya menyampaikan saja, terserah keputusan mereka"

   "Siau Lim, berikan jenasah Ko pangcu kepada mereka"

   Seru pengacara.

   Dan bocah baju Ungu itupun segera melakukan perintah.

   Kedua pengawal baju hitam itu segera membawa jenasah pangcu mereka loncat turun ke bawah panggung.

   Beberapa saat kemudian setelah hiruk pikuk suara para tokoh mempercakapkan peristiwa Ko Beng Hwat.

   maka pengacarapun berseru pula .

   "Saudara2 sekalian, Ko Beng Hwat pangcu memang seorang gagah yang perwira Sekalipun ia khilaf menilai pendirian Thian-tong-kau, tetapi kami dapat menghargai sikapnya.' Berhenti sejenak pengacara itu melanjutkan lagi .

   "Sekarang apabila masih ada saudara yang mempunyai pendapat lain silahkan naik ke panggung. Apabila tidak maka akupun akan mengundang saudara supaya naik ke panggung untuk mengadakan upacara masuk menjadi anggauta Thianlong- kau."

   Ucapan itu segera disambut dengan loncatnya lima sosok tubuh ke atas panggung.

   "Oh, San-se Ngo-kiat"

   Sambut pengacara dengan nada datar.

   "adakah saudara berlima mempunyai lain pendapat ?"

   San-se Ngo kiat atau Lima-jago-gagah dari propinsi San-se terdiri dari lima saudara, Un Gi Un Siang, Un Beng, Un Tiong dan Un Tat, Kelima saudara itu dikenal sebagai pendekar yang suka menolong orang miskin dan benci pada kejahatan.

   Karena melihat peristiwa Ko Beng Hwat bunuh diri di atas panggung, kelima saudara itu tak dapat menahan hatinya lagi, Seremcak mereka berhamburan loncat ke atas panggung.

   "Benar"

   Sahut Un Gi, Ngo-kiat yang tertua.

   "peristiwa Ko pangcu dari Hek-liong-pang tadi telah memberi kesimpulan kepada kami. bahwa Jhi-an-tong-kau akan menekan partai2 dan tokoh2 persilatan supaya masuk menjadi anggautanya. Benar kah kesimpulan kami itu ?"

   "Ko pangcu telah bunuh diri sendiri karena dia hendak menepati janji kepada Thian-tong-kau. Telah kusebutkan tadi, bahwa Thian tong-kau tak mau memaksa orang tetapi barangsiapa hendak tinggalkan gunung ini. asal lebih dulu bertanding dan memenangkan salah seorang murid Thiantong kau, dia boleh bebas pergi. Ini sudah menjadi peraturan Thian-tong-kau. Barangsiapa melanggar, pasti akan menderita sendiri".

   "Jika kami tetap hendak tinggalkan gunung ini ?"

   Un Gi menegas. Pengacara tertawa hambar .

   "Untuk datang menghadiri rapat di gunung Thay-san memang jalan terbuka lebar. Tetapi untuk turun gunung tanpa perkenan kami, lebih mudah naik tangga ke langit daripada melakukan hal itu"

   "Maksudmu ?"

   Un Si n berseru. Seluruh jalan2 turun gunung, telah dijaga ketat oleh anakbuah Thian-tong-kau. Jangankan manusia, lalatpun tak mungkin lolos dari penjagaan itu"

   "Hm, aku tetap hendak mencobanya !"

   "Berhenti"

   Teriak pengacara ketika kelima Ngo-kiat itu berputar tubuh hendak loncat turun panggung. Kemudian pengacara itupun bertepuk tangan dan lima orang dara baju biru serentak berhamburan menghampiri.

   "Tahanlah kelima hohan itu supaya jangan pergi "

   Seru pengacara pula. Lalu berseru kepada San-se Ngo-kiat.

   "jika kalian berlima mampu lepas dari rintangan kelima dara itu silahkan kalian tinggalkan gunung ini!"

   Kelima saudara dari San-se menggeram. Di wilayah San-se, mereka berlima sangat disegani dan dihormati baik oleh tokoh2 aliran putih maupun hitam. Bahwa di panggung itu mereka seperti diperlakukan macam anak kecil, meluaplah kemarahan mereka.

   "Jika kami berlima tak mampu mengundurkan kelima anak perempuan itu. kami rela bunuh diri ...."

   "Tidak !"

   Teriak pengacara.

   "bukan bunuh diri yang kami inginkan tetapi kalian harus bersedia masuk menjadi anggauta Thian-tong-kau. Tujuan Thian-tong-kau bukan hendak membasmi para jago2 persilatan tetapi kebalikannya hendak menghimpun mereka dalam sebuah wadah persatuan ! Un Gi tak menghiraukan. Ia terus berpaling kepada kelima dara baju biru itu dan berseru .

   "Hai, kalian berlima apakah kalian hendak menghadang kami ?"

   "Kami diperintahkan begitu".

   "Majulah !"

   Seru Un Gi "Baik"

   Seru kelima dara itu seraya terus berhamburan menyerang, Setiap dara menyerang seorang Ngo-kiat, Pertempuran itu berlangsung seru dan cepat sekali.

   Tetapi beberapa saat kemudian San-se Ngo-kiat tampak lenyap ditelan bayangan warna biru.

   Kelima jago dari San-se itu telah dikuasai oleh ke lima lawannya.

   Memang dalam ilmu pukulan, kelima saudara Un tak begitu sakti.

   Mereka menumpahkan latihannya pada ilmu pedang.

   "Berhenti !"

   Tiba2 pengacara berseru memberi perintah dan kelima dara itupun serentak loncat mundur melepaskan lawan yang sudah terkurung.

   "San-se Ngo kiat, kudengar saudara berlima yang hebat. Silahkan saudara memberi ilmu pedang kepada mereka !"

   "Hai, kalian dara2 baju biru, layani kelima saudara Un itu bermain pedang !"

   Seru pengacara kepada kelima dara itu.

   "Baik, loya"

   Sahut kelima dara itu.

   Un Gi sudah terlanjur naik panggung.

   Dan iapun tahu bahwa anakmurid Thian-tongkau memang tak boleh dibuat main2.

   Buktinya, seorang ketua Hek Iiong-pan pun harus jatuh ditangan seorang bocah murid Thian-tong-kau.

   Demikian dalam adu ilmu pukulan tadi kelima saudara Un itu menyadari bahwa kelima dara itu memiliki ketangkasan dan kecepatan gerak yang luar biasa.

   "Hm, berhadapan kawanan kurcaci Thian-tong-kau, tak perlu harus banyak sungkan"

   Pikir Un Gi demikian pula keempat saudaranya.

   "Silahkan, nona2,"

   Seru Un Gi yang sementara itu telah membisikkan beberapa patah kata dengan ilmu Menyusupsuara.

   "bentuk barisan Ngo-lieng-tin"

   Kelima dara itu terkejut ketika melihat susunan posisi kelima San-se Ngo-kiat. Tetapi sesaat kemudian wajah mereka tampak tenang pula.

   "Sumoay, mari kita terjang barisan Ngo-heng tin"

   Seru seorang dara yang bertubuh langsing dan mempunyai sebuah tahi lalat disisi hidungnya.

   Rupanya dia adalah pemimpin dari kelompok kelima dara itu.

   Shan-se Ngo-kiat telah siap dengan pedang di tangan.

   Begitu melihat kelima dara itu mulai bergerak maka San-se Ngo-kiatpun mulai bergerak-gerak, berputar-putar.

   Ngo-heng-tin atau barisan Lima Unsur alam terdiri dari Kim, Bok, Cui, Hwe dan Thoa atau Emas (logam), kayu, air, api dan tanah.

   Ngo-heng tin diciptakan oleh Cukat Bu-hou alias Khong Beng seorang penasehat militer yang cemerlang dijaman Sam Kok atau Tiga Negeri.

   Tetapi alangkah kejut sekalian tokoh silat! yang menyaksikan bagaimana dengan gerak yang lemah gemulai dan langkah yang sedap, kelima dara itu mampu menerjang masuk kedalam barisan pertama.

   Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata kelima dara itu hanya bergeliatan menghadapi gerak putaran pedang San-se Ngo-kiat.

   Sepintas pandang menyerupai kupu2 yang beterbangan dibawah curahan hujan.

   Kelima saudara dari San-se itu benar2 terkejut sekali.

   Mereka telah menaburkan pedang sederas hujan dan telah menduduki posisi barisan yang tepat, tetapi ternyata kelima dara itu mampu menghindari dan mampu menerobos masuk.

   Pada hal mereka tak menggunakan pedang sama sekali.

   Hampir terganggu ketenangan kelima saudara itu.

   Terutama Un Tat yang paling bungsu.

   Dia berangasan dan keras.

   Melihat kelima dara itu berhasil dapat melewati pintu pertama.

   Dengan meraung keras.

   Un Tat terus hendak tinggalkan posisinya untuk menerjang kelima gadis itu.

   Tetapi cepat2 Un Gi mencegahnya dengan ilmu Menyusup-suara .

   "Ngo-te. jangan terangsang kemarahan. Tetap tenang dan jalankan barisan seperti biasa"

   Dengan kelincahan yang luar biasa, kelima dara itupun berhasil melewati lagi pintu yang kedua.

   San-se Ngo-kiat benar2 tergetar hatinya, Bertahun2 mereka mengangkat nama di wilayah San-se, belum pernah mereka menderita pengalaman seperti saat itu.

   Betapapun mereka menyerang dan menusuk, menahas dan membabat, tetap kelima dara itu dapat menghindar.

   Demikian pintu ketiga dan keempat, telah di lalui kelima dara.

   Sampai pada saat itu serentak timbullah gagasan dalam pikiran Un Siong, saudara nomor dua dari San-se Ngo-kiat.

   Menilik gerak ulang kelima dara itu, jelas mereka tentu sudah faham akan barisan itu.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Jika dilanjutkan tentu akan sia2 belaka.

   * "Toako, bubarkan barisan Ngo-heng-tin dan terjang saja mereka"

   Serunya dengan ilmu Menyu-sup-suara.

   Sebenarnya saudara2nya juga mempunyai pikiran begitu.

   Tetapi sebelum Un Gi memberi komando, Un Siong dan Un Tat sudah tak dapat menahan nafsu terus loncat menerjang keiima dara itu.

   Menjeritlah kelima dara itu karena kejut.

   Mereka tak menyangka akan menderita serangan yang begitu mendadak dan cepat.

   Mereka sedang bersiap2 hendak melalui pintu kelima atau yang terakhir.

   Merekapun masih terkepung di tengah2 barisan.

   Un Siong dan Un Tat seperti harimau menerkam mangsa.

   Keduanya menikam dan membabat tubuh kelima gadis itu.

   Yang menggunakan jurus Heng-soh-cin-kun atau membabatseribu- lasykar.

   Yang satu menggunakan jurus Jun-hong-Iokyap atau Angin-musim-semi-merontok-daun.

   Yang satu membabat kaki, yang satu menaburkan sinar pedang menabas kepala.

   Kelima dara itu benar2 terkejut sekali.

   Untuk menghindar jelas tak mungkin karena di sebelah kanan, kiri dan belakang dijaga oleh Un Gi, Un Beng dan Un Tiong.

   Sekalian tokoh di bawah panggung pun berteriak gempar.

   Mereka percaya dan mengharap kelima dara itu pasti akan tercincang.

   Tetapi suatu peristiwa yang luar biasa telah terjadi.

   Seiring dengan jerit lengking yang memekakkan telinga, berhamburan kelima dara itu melambung ke udara sampai dua tombak tingginya.

   Mereka saling berpegangan tangan dan merupakan sekuntum kelopak bunga yang timbul keatas kemudian dengan saling mendorong, tubuh mereka berhamburan tersebar ke lima penjuru, berjumpalitan di udara dan melayang turun di belakang kelima saudara Un.

   Waktu menyaksikan kelima dara itu berhamburan loncat ke udara, San-se Ngo-kiat terlongong kesima.

   Mereka baru terkejut setelah kelima dara itu berhamburan meluncur turun di belakang mereka.

   Cepat mereka berpaling tetapi terlambat.

   Kini merekalah yang dikepung oleh kelima dara itu.

   Dari yang mengepung kini mereka dikepung.

   "Silahkan tuan2 keluar dari kepungan ini !", seru sidara bertahi lalat. Di bawah panggung terdengar teriakan gempar dari sekalian tokoh. Mereka benar2 kesima menyaksikan ilmu ginkang yang luar biasa dari kelima dara itu. Mereka masih dara remaja, mengapa sudah memiliki ilmu kepandaian yang sedemikian tingginya ?.

   "Kepungan ini disebut barisan Kim-ong-hang thian atau Jaring-emas-mencurah-dari-iangit"

   Seru dara bertahi lalat pula.

   San-se Ngo-kiat merah mukanya.

   Diam2 mereka terkejut juga mendengar nama barisan yang seaneh itu.

   Sepengetahuan mereka, tak ada barisan yang bernama seperti itu.

   Namun karena sudah maju di gelanggang, mereka pantang mundur.

   Apalagi lawan hanya sekelompok dara2 remaja.

   Sungguh malu kalau sampai kalah.

   Terutama Un Siong dan Un Tat yang sama2 berwatak berangasan itu, hampir meledak dadanya mendengar ucapan gadis itu.

   Serentak tanpa komando tokaonya lagi, kedua saudara itu terus lari menerjang.

   Dua dara yang hendak ditabas pedang menyiak ke samping tetapi serempak dengan itu Un Siong dan Un Tat rasakan tengkuk kepalanya tersambar angin keras.

   Cepat keduanya berputar tubuh seraya menabas.

   Tring ...

   Kedua saudara itu terkejut ketika dua buah benda yang selincah ular hendak menyambar mukanya.

   Mereka menabas sekuatnya.

   Terdengar bunyi pedang mendering karena tertampar.

   Un Siong dan Un Tat menyurut mundur setengah langkah untuk memeriksa pedangnya.

   Ketika mengangkat muka lagi, mereka terkejut karena melihat dara2 itu tengah menarik pulang kain ikat pinggangnya Dengan demikian jelas, tadi kedua saudara itu diserang dengan ikat pinggang dan yang berbentur dengan batang pedang tadi juga ikat pinggang mereka.

   Sebenarnya pada waktu kedua dara menamparkan ikat pinggang ke tengkuk kepala Un Siong dan Un Tat, ketiga saudara Un yang lain terkejut dan cepat2 menyerang kedua dara itu.

   Tetapi yang diserang menyiak ke samping, yang menyerangpun menderita tamparan angin tajam pada tengkuk kepalanya.

   Un Gi,Un Beng dan Un Tiong cepat berpaling dan sambil berputar tubuh, berputar pula pedang mereka menabas ikat pinggang tiga orang dara.

   Tring, tring, tring .

   , walaupun hanya kain ikat pinggang dari sutera tetapi ketika berbenturan dengan batang pedang, telah mengeluarkan dering suara yang menggemerincing seperti kepingan baja.

   Ketiga saudara Un itu terkejut.

   Hampir mereka tak percaya bahwa dara2 yang masih begitu muda belia ternyata memiliki ilmu lwekang yang sedemikian tinggi, ikat pinggang dari kain yang lemas ditangan mereka telah menjadi senjata yang keras.

   Ketika San-se Ngo-kiat itu terpaksa harus menghentikan longongnya ketika kelima dara itu segera menyerang dengan gencar.

   Mereka menggunakan kain Ikat pinggang untuk menampar dan melibat senjata lawan.

   Sekalian tokoh2 dibawah panggung yang mengikuti pertandingan itu, ter-heran2 juga.

   Yang pertama seorang kacung atau bocah, kini lima orang dara.

   Pada hal mereka tentu anak murid yang rendah tingkatannya dalam Thian tongkau.

   Belum lagi barisan pengawal itu.

   Dan ketua Thian-tong kau sendiri.

   Entah berapa tinggikah ilmu kesaktiannya nanti.

   Perasaan cemas, gentar, gelisah dan gemetar segera mencengkam hati sekalian jago2 silat.

   Termasuk pula Hoa Sin ketua Kay-pang.

   Hong Hong tojin ketua Go-bi-pay, Ceng Sian suthay ketua Kun j lun-pay dan Pang To Tik dari Hoa-san-pay.

   Sekonyong-konyong diatas panggung telah terjadi suatu peristiwa yang mengejutkan dan mengherankan.

   Tiba2 kelima dara itu berhamburan loncat mundur.

   Anehnya kelima saudara Un itu hanya berdiri tegak di tempatnya, tak mau mengejar.

   Sebelum sekalian orang tahu apa yang terjal di tiba2 salah seorang dara berseru lantang .

   "Mengapa kalian masih tegak seperti patung? Hayo, lekas, tusuk tanganmu dengan pisau, kemudian beri hormat kepada kaucu"

   Entah bagaimana dengan serta merta kelima saudara Un itu segera menghampiri kemuka meja sembahyangan, mengambil pisau lalu menusuk sedikit tangannya dan mengucurkan darah ke dalam panci besar.

   Setelah itu merekapun berjalan menghampiri ke muka kaucu Thian-tong-kau dan memberi hormat.

   "Apakah kalian sudah bersedia masuk menjadi anggauta Thian-tong-kau ?"

   Seru Kiam Thian cong kaucu dari Thiantong- kau itu. Mereka serempak mengiakan.

   "Bagus, saudara2 telah mendapat kesadaran untuk menuju ke jalan yang terang. Thian-tong kau akan menjadi penyelamat dunia persilatan dan umat manusia"

   Seru kaucu Thian-tong-kau pula.

   Kembali kelima saudara Un itu memberi hormat dan terus dipersilahkan berdiri di samping.

   Sudah tentu peristiwa itu menggemparkan seluruh jago2 silat yang hadir, Timbul berbagai pertanyaan dalam hati mereka.

   Adakah kelima San-se Ngo-kiat itu terluka ? Ataukah terkena tutukan kelima dara itu ? Jika melihat keadaannya, mereka masih dapat berjalan dan bicara.

   Jelas tak menderita luka ataupun tutukan.

   Tetapi mengapa mereka tiba2 berobah sikapnya begitu patuh pada perintah kelima dara itu ? Apakah yang telah terjadi pada mereka.

   Keheranan para jago2 silat itu tak pernah terjawab.

   Mereka benar2 bingung dan tak mengerti apa yang telah terjadi.

   Bahkan para ketua dari empat partai besar itupun ter-heran2.

   "Kenapakah mereka itu ?"

   Bisik Hong Hong tojin.

   "Ada sesuatu yang telah terjadi pada mereka tetapi kita masih belum tahu"

   Sahut Hoa Sin. Ceng Sian suthay mengernyit alis "Kemungkinan dara itu mempunyai ilmu tutuk yang luar biasa sehingga lawan tak berdaya, menurut apa saja yang diperintahkan"

   Kata Pang ['o Tik.

   "Bagaimana pendapatmu suthay ?"

   Tegur liong Hong tojin, Ceng Sian suthay berkata .

   "Kemungkinan seperti yang dikatakan Pang tayhiap memang dapat juga terjadi, Tetapi .."

   "Tetapi bagaimana ?"

   Desak Hong Hong to-jin ketika Ceng Sian hentikan kata2nya.

   "Kemungkinan lain mereka menggunakan semacam ilmu sihir aiiran Hitam untuk menundukkan pikiran orang"

   Kata ketua Kun-lun-pay itu.

   "O"

   Desuh Hong Hong tojln.

   "benar, benar. Memang ada suatu ilmu yang disebnt Sip-hun-tol beng (ilmu Perangkapnyawa- perenggut-jiwa). llmu itu dapat disalurkan melalui pukulan atau tutukan ataupun doa mantra. Sejenis Ilmu hitam yang sakti. Ceng Siansuthay dapat membenarkan. Demikian pula Pang To Tik Tetapi Hoa Sin diam saja. Ketua partai Pengemis itu bahkan pejamkan mata.

   "Hoa pangcu, apakah yang sedang engkau pikirkan ?"

   Tegur Hong Hong tojin.

   "Ada sesuatu, totiang"

   Sahut Hoa Sin.

   "aku sedang membayangkan pertempuran mereka tadi Bukankah kelima dara itu menggnnakan kain ikat pinggang ?"

   Hong Hong tojin mengiakan.

   "Adakah totiang memperhatikan kain ikat pinggang mereka ?"

   Hong Hong tojin terkesiap. Sesaat kemudia ia menjawab .

   "Rasanya ikat pinggang merekapun biasa seperti ikat pinggang kaum wanita yang umum dipakai"

   "Tidak, totiang"

   Bantah Hoa Sin.

   "setelah merenung dan membayangkan lagi, jelas kain ikat pinggang mereka, ujungnya berpatam (plisir) segombyok benda putih macam serabut perak. Tentu serabut perak itu yang mengandung sesuatu".

   "Apakah pangcu hendak mengatakan bahwa untaian serabut perak itu suatu atat rahasia ?", tanya Hong Hong tojin.

   "Memang patut diduga demikian", sahut Hoa Sin.

   "bila ada kesempatan, akan kuselidiki hal itu". Tiba2 pula Ceng Sian suthay berkata ;

   "Apa yang Hoa pangcu duga memang benar. Menilik perobahan yang mendadak dan mengherankan dari sikap San-se Ngo-kiat itu, tentulah mereka telah terkena suatu pengaruh yang berada diluar kehendak mereka. Jika tidak ilmu sihir tentulah semacam bubuk bius yang menghilangkan kesadaran pikiran orang."

   Selagi keempat tokoh dari partai persilatan besar itu berbincang-bincang maka terdengarlah hadirin berteriak ketika seorang lelaki bertubuh ramping, melayang ke atas panggung dengan gaya mirip seekor kupu2 terbang.

   Ringan sekali orang itu melayang turun di panggung sehingga hampir tak menimbulkan suara.

   "Oh, kiranya Mo pangcu dari Ou-tiap-pang!"

   Seru pengacara, Orang itu tertawa mengiakan "Ah, janganlah tuan menyanjung diriku setinggi itu. Aku yang rendah memang Mo Gay Ti. kepala dari Ou-tiap-pang di Poting wilayah Hopak".

   "Ah, sudah lama mendengar nama Mo pang cu yang termayhur. Baru hari ini kami dapat berhadapan muka. Atas nama Thian-tong-pay, kami ucapkan banyak terima kasih atas perhatian pang cu yang telah memerlukan datang dari tempat begitu jauh untuk menghadiri upacara peresmian Thian-tongkau".

   "Ah, sudah tentu kuperlukan datang memenuhi undangan perkumpulan Thian-tong-kau"

   Kata Mo Gay Ti dengan nada merendah.

   "Lalu apakah maksud Mo pangcu naik keatas panggung ? Adakah Mo pangcu hendak menerima tawaran Thian-tong-kau membangun sebuah dunia persilatan yang aman dan damai ? Ataukah Mo pangcu mempunyai lain pandangan ?"

   Seru pengacara itu. Mo Gay Ti tertawa.

   "Sesungguhnya tujuan Thian-tong-kau itu memang mulia. Hanya sayang cara2nya masih bersifat setengah memaksa kebebasan orang"

   Kata M Gay Ti. Pengacara itu tak sedikitpun mengunjukkan rasa kejut atas pernyataan ketua ;Ou-tiap-pang tau partai Kupu-kupu itu. Bahkan dia malah te tawa datar.

   "Mo pangcu"

   Serunya.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "memang sudah jaman bahwa setiap pendirian itu tentu akan disambut oleh dua macam tanggapan. Yang setuju dan yang tidak setuju. Betapapun baiknya pendirian itu tetapi tentu masih ada yang menentang."

   Mo Gay Ti balas tertawa.

   "Baik itu menurut anggapan masing2. Tetapi yang sesungguhnya baik, tentu akan diterima oleh orang banyak, Tanpa dipaksa, tanpa dianjurkan, orang tentu akan menuju dan mencari yang baik itu"

   "Aha"

   Pengacara tertawa.

   "tak kira kalau Mo pangcu memiliki kata2 yang selincah gaya silat Kupu-kupu yang pangcu yakinkan itu, Sekarang kumohon pangcu suka memberi petunjuk, dalam hal apakah Thian-tong-kau itu dianggap tidak baik?"

   "Penuh dengan selubung rahasia!"

   Seru ketua Ou-tiap-pang dengan tegas.

   "Selubung rahasia ?"

   Kali ini nada sipengacara benar2 berobah kaget.

   "apakah rahasia yang menyelubungi partai kami ?"

   Mo Gay ti tertawa.

   "Ah, adakah saudara tak merasakan hal itu"

   "Tidak", sahut pengacara.

   "Thian-tong-kau sebuah perkumpulan yang terang. Tak ada rahasia apa2. Silahkan pangcu memberi petunjuk !"

   "Baiklah"

   Kata Mo Gay Ti.

   "tulung tanya, siapakah ketua dan Thian-tong-kau itu?".

   "Ah, sudah tentu Kim Thian Cong kaucu. Bukankah hal itu sudah jelas tertera pada undangan kami ?*' "Justeru itulah yang menimbulkan pertanyaan", sahut Mo Gay Ti.

   "diri Kim Thian Cong kaucu itulah yang penuh rahasia bagi seluruh kaum persilatan. Bukankah Kim Thian Cong tayhiap itu sudah meninggal dunia di gunung Lo-hou-san beberapa tahun yang lalu ? Mengapa sekarang Kim tayhiap muncul di gunung Thay-san sebagai kaucu dari Thian-tongkau ?"

   Pertanyaan itu telah menimbulkan reaksi gempar pada seluruh tokoh2 persilatan yang hadir. Bahkan keempat ketua dari partai persilatan besar tampak tergugah semangatnya.

   "Bagus, ketua Ou-tiap-pang telah mewakili kita untuk mengungkap rahasia itu"

   Kata Hong Hong tojin.

   "Memang menarik sekali pertanyaan itu dan jawabannya nanti' kata Hoa Sin ketua Kaypang. Pengacara tidaklah gugup atau bingung menerima pertanyaan dari ketua Ou-tiap-pang. la malah tertawa.

   "Mo pangcu"

   Serunya "orang yang mati memang tak mungkin hidup lagi.

   Tetapi sebagai seorang tokoh persilatan apalagi seorang ketua dari sebuah perkumpulan silat seperti Ou-tian-pang.

   masakan pangcu tak tahu akan sebuah ilmu menutup pernapasan dalam ilmu ginkang yang disebut Pit kang? Ah, kasihan jika Mo pangcu tak tahu ilmu itu."

   Merah muka Mo Gay Ti menerima sentilan dari pengacara. Tetapi cepat ia menindas kemarahannya dan berkata .

   "Apakah saudara hendak maksudkan bahwa Kim Thian Cong pangcu yang sekarang mengepalai Thian-tong-kau, sama dengan Kim Thian Cong tayhiap yang diangkat sebagai pemimpin dunia persilatan oleh partai2 persilatan yang lalu.?".

   "Pit-gi-kang artinya ilmu Menutup-pernapasan. Dengan ilmu itu orang dapat menghentikan pernapasannya sampai beberapa hari. Belumkah Mo pangcu dapat menangkap arti dari kata2ku itu?"

   "'Katakan yang jelas !"

   Seru Mo Gay Ti mulai keras.

   "Ah,"

   Pengacara itu mendesah.

   "nama memang bisa kembar. Mungkin didunia ini terdapat bukan satu, dua atau tiga tetapi bahkan ber-puluh2 nama Kim Thian Cong. Tetapi adakah didunia ini terdapat orang yang serupa nama dan serupa pula ilmu kepandaiannya seperti Kim Thian Cong tayhiap dengan Kim Thian kaucu ?"

   "Maksudmu, Kim kaucu dari Thian-tong-kau ini adalah Kim tayhiap yang sudah meninggal itu? seru Mo Gay Ti.

   "Jangan seperti anak kecil yang me-rengek2 minta didongengi, Mo pangcu "

   "Apa buktinya !"

   Teriak Mo Gay Ti.

   "Bukti ?"

   Ulang pengacara.

   "mengapa perlu dibuktikan dan buat apa harus dibuktikan?"

   "Kim Thian Cong tayhiap dulu, adalah seorang pendekar besar yang budiman. Seorang peribadi yang diindahkan oleh seluruh kaum persilatan sehingga tanpa diminta dia telah diangkat oleh kaum persilatan sebagai pemimpin dunia persilatan. Tetapi .."

   "Tetapi Kim kaucu dari Thian-tong-kau ini tidak budiman, bukankah begitu maksudmu, Mo pangcu?"

   Cepat pengacara itu menukas.

   "hm, dalam hal apa Kim kaucu kurang budiman. Beliau telah mendirikan perkumpulan Thian-tong-kau demi untuk menyelamatkan dunia persilatan dari bencana pertumpahan darah. Tidakkah hal itu sama dengan tindakan Kim tayhiap dulu ?"

   "Serupa tetapi tak sama"

   Sahut Mo Gay Ti.

   "memang sepintas pandang keduanya sama dalam pendirian, tetapi nyatanya tak sama dalam tindakan Jika Kim tayhiap tanpa menggunakan kekerasan, tanpa meminta telah diangkat oleh dunia persilatan sebagai pemimpin, adalah Kim kaucu yang sekarang ini harus membentuk partai baru dani memaksa orang untuk masuk menjadi anggautanya."

   "Mo pangcu"

   Sahut pengacara.

   "hidup itu tak kekal, demikian pula dengan manusia. Pikiran dan pendiriannya tak mungkin kekal. Sering mengalami perobahan. Demikian pula dengan diri Kim Thian Cong. Beliau melihat bahwa dunia persilatan masih belum bebas dari pertikaian dan pertumpahan darah. Oleh karena itu maka beliau memutuskan untuk membentuk sebuah wadah baru guna mengamankan dunia persilatan"

   "Baik,"

   Seru Mo Gay Ti "dengan begitu, kesimpulannya Kim kaucu yang sekarang ini tak lain adalah Kim tayhiap yang dahulu. Jika demikian aku. Mo Gay Ti dan segenap anakbuah partai Ou tiap-pang, dengan sepenuh hati akan masuk menjadi anggauta Thian-tong-kau".

   "Bagus !"

   Seru pengacara dengan gembira.

   "Mo pangcu benar2 seorang tangkas bicara tangkas bertindak. Thian-tong kau menghaturkan selamat datang kepada Mo pangcu. Dan siiahkan Mo pangcu begera melakukan upacara masuk anggauta". Mo Gay Ti tertawa datar.

   "Tetapi kami dari partai Ou-tiap-pang menghendaki sebuah syarat !"

   Serunya.

   "Syarat apa ?"

   "Aku mohon untuk berhadapan muka dengan Kim kaucu dan mengajukan sebuah pertanyaan kepadanya."

   "Oh,"

   Pengacara terbeliak. Sampai beberapa jenak ia tak melanjutkan kata2nya.

   "Soal itu .."Eh, apakah saudara ini mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Thian-tong-kau sehingga saudaralah yang seolah berhak mempertimbangkan pemintaanku itu ?".

   "Kim kaucu telah menyerahkan kepercayaan penuh kepadaku untuk melaksanakan upacara ini dan mewakilinya menerima pemasukan anggauta".

   "Tetapi tentu tidak untuk memutuskan permintaan semacam yang kuajukan itu bukan?"

   Sahut Mo GapTi.

   "Hmm, baiklah"

   Kata pengacara kemudian.

   "a-kan kuhaturkan permintaan Mo pangcu kehadapan kaucu kami"

   Ia terus berjalan menuju kehadapan Kim Thian Cong.

   memberi hormat lalu mengucapkan kata2 yang tak dapat terdengar oleh sekalian orang yang berada di bawah panggung.

   Mo Gay Ti sendiripun tak dapat menangkap pembicaraan mereka.

   Sesaat kemudian pengacara itu balik kembali ketempatnya lagi dan berkata .

   "Kim kaucu mengatakan bahwa permintaan Mo pangcu itu dapat diluluskan setelah nanti upacara peresmian berdirinya Thian-tong-kau dan penerimaan anggauta sudah selesai"

   "Mengapa ?"

   Seru Mo Gay Ti.

   "Saat ini hanya dipersilahkan memilih. Mo pangcu bersedia masuk menjadi anggauta Thian- tong-kau tahu tidak"

   "Aku mau masuk setelah berhadapan empat mata dengan Kim pangcu".

   "Tidak ada pengecualian bagai semua orang termasuk Mo pangcu. Kim kaucu akan merasa tersinggung kehormatannya apabila Mo pangcu berkeras hendak melaksanakan permintaanmu tadi".

   "Ah, inilah yang kukatakan sebagai selubung rahasia tadi"

   Seru Mo Gay Ti, 'Jika memang bersih dan suci, mengapa takut berhadapan dengan orang, Habis berkata ia terus ayunkan langkah menghampiri ke tempat Kim Thian Cong.

   Kedua belas bocah baju biru dan merah segera hendak menghadang tetapi pengacara melambaikan tangan dan merekapun menyingkir ke samping memberi jalan.

   Demikian juga dengan rombongan dara baju kuning dan hijau.

   Merekapun serempak berjajar-jajar menghadang.

   Tetapi setelah pengacara memberi isyarat tangan, merekapun menyingkir.

   Anehnya, rombongan pengawal baju putih dan merah, masih tetap berdiri diam di tempatnya.

   Mereka seperti patung atau manusia yang tak bernyawa.

   Maka dengan lenggang dapatlah Mo Gay Ti melanjutkan langkah kemnuka.

   Lebih kurang tujuh delapan langkah dari tempat Kim Thian Cong, sekonyong-konyong pengaca ia bersuit nyaring dan serempak dengan itu kedua ekor harimau gembong segera mengaum dahsyat dan terus loncat menerkam Mo Gay Ti.

   Ketua Ou-tiap-pang terkejut bukan kepalang.

   Dua ekor harimau yang besar dan mengerikan sedang menerjang dengan gaya yang menyeramkan.

   Yang satu dari kanan dan yang satu dari kiri.

   Tetapi Mo Gay Ti juga seorang ketua partai persilatan.

   Ilmu ginkangnya telah mencapai tataran yang amat tinggi.

   Serentak ia menjejak tanah dan tubuhnya segera melambung sampai dua tiga tombak di udara.

   Sambil berjumpalitan ia menukik ke bawah seraya taburkan kedua tangannya kearah kedua ekor harimau gembong itu.

   Senjata rahasia yang disambitkan Mo Gay Ti itu adalah Outiap- piau atau piau Kupu2.

   Tetapi kedua ekor harimau itu ternyata hebat sekali.

   Mereka cepat melihat ou-tiap-piau itu dan serentak kedua binatang itupun loncat mundur.

   Dua buah peristiwa telah terjadi di panggung dan kedua peristiwa itu memang mengejutkan sekalian orang.

   Dua ekor harimau dapat menghindari timpukan piau dan yang kedua ou-tiap-piau it.

   Begitu luput mengenai sasarannya, kedua batang ou-tiap-piau itupun seperti kupu2 hidup, segera terbang ke udara dan kembali kepada tuannya lagi.

   Selekas Mo Gay Ti melayang turun kepanggung, kedua ekor harimau itupun segera menyerang lagi dari muka dan belakang.

   Mo Gay Ti terkejut melihat gaya serangan mereka.

   Bukan hanya menerkam sembarang menerkam tetapi terkaman mereka bergaya ilmu silat dan mirip dengan jurus, Hok-hou-ciau-sim atau harimau-mendekam-menerkam-uluhati.

   Kedua kaki depan binatang itu menjulur ke muka, menerkam dada.

   sedang harimau di belakang menerkam kaki.

   Untuk menghindar terkaman maut itu, kembali Mo Gay Ti mengeluarkan ilmu ginkangnya, melambung ke udara, Tapi kali ini walaupun berjumpalitan dia tak mau menaburkan senjata rahasia lagi, melainkan terus luncur turun dibelakang salah seekor harimau.

   Sebelum kaki tiba di lantai panggung, iapun sudah lepaskan sebuah hantaman ke pantat harimau.

   Harimau yang dihantam itu memang hendak berputar tubuh tetapi karena tak sempat, ia terus loncat keudara berjumpalitan dan menukik kebawah menerkam kepala Mo Gay Ti.

   Sedang harimau yang satunya pun cepat loncat menerkam lagi.

   Jika tadi Mo Gay Ti diserang dari muka dan belakang, sekarang dia diserang dari atas dan bawah.

   Ketua Ou-tiappang itu cepat2 membuang diri ke samping.

   Sesungguhnya saat itu ia dapat menggunakan senjata rahasia ou-tiap-piau untuk menghajar kedua harimau itu, Tetapi ia tak mau.

   Ia hendak pegang gengsi sebagai seorang ketua partai persilatan sekalipun tak setenar partai Siau-lim si dan partai2 lainnya.

   Apalagi dia merasa telah berani naik kepanggung untuk menentang Thian-tong-kau dan membuka kedok Kim Thian Cong.

   Betapa malu apabila hanya berhadapan dengan dua ekor harimau saja ia harus menderita kekalahan.

   Juga timbul lain pemikiran dalam hati Mo Gay Ti, bahwa saat itu hampir seluruh tokoh2 dan partai2 persilatan berkumpul di gunung Thav-san.

   Apabila dapat mengobrakabrik Thian-tong-kau, nama Ou-tiap-pang pasti akan menggemparkan dunia persilatan.

   Mo Gay Ti segera mengeluarkan senjatanya sepasang khik atau trisula yang bentuknya mirip dengan sepasang kupu2, mempunyai sayap baja dan bagian mulutnya runcing.

   Dengan sepasang Ou-tia khik atau trisula kupu2 itu ia segera maju menyerang.

   Kedua ekor harimau itu segera beringsut memencar diri ke samping Mo Gay Ti.

   Dengan demikian sukarlah Mo Gay Ti hendak menyerang.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Jika menyerang yang di samping kanan, harimau disamping kiri tentu akan menerkam.

   Demikian pula jika ia menyerang harimau yang disamping kiri.

   "Setan, mereka dapat berpikir juga,"

   Diam2 Mo Gay Ti mengutuk.

   Namun ia sudah membulatkan tekad, tak gentar menghadapi kedua lavvannya itu.

   Pikirnya, sebuas-buasnya harimau tentu masih kalah berbahaya dengan jago silat sakti yang pernah dihadapinya selama ini.

   Serentak berpaling ke kiri, iapun terus menerjang.

   Memang apa yang diduganya itu tepat.

   Harimau di sebelah kanan, segera bergerak menerkamnya Mo Gay Ti sudah siap menghadapi ancaman itu.

   Dan memang ia sedang menggunakan siasat serangan pada harimau di sebelah kiri itu hanya pura2 saja.

   Yang ia tunggu adalah serangan harimau sebelah kanan.

   Ketika menyerang ke kiri, harimau beringsut mundur.

   Menggunakan kesempatan itu, Mo Gay Ti pun cepat berputar tubuh menyambut terkaman harimau dari belakang dengan sebuah jurus Heng-soh-cian-kun atau Menyapu-seribu-lasykar.

   Sambil bergeliat kesamping untuk menghindari terkaman, ia segera membabat perut harimau itu.

   Tetapi alangkah kejutnya ketika harimau itu tiba2 dapat meluncur turun kebawah lalu berputar , menerkam kaki Mo Gay Ti.

   Mo Gay Ti memekik kaget, la tak menyangka sama sekali bahwa harimau itu dapat melakukan gerak seperti ilmu silat.

   Untuk menghindari, terpaksa ia melambung ke udara lagi.

   Maksudnya hendak menggunakan ilmu tian-kin-tui atau Tindihan-seribu kati, meluncurkan tubuh kebawah untuk menginjak kepala harimau itu.

   Tetapi kembali ia terkejut lagi ketika harimau yang satunya, tiba2 mengaum dan loncat ke udara menerjangnya.

   Dalam keadaan yang gawat itu, terpaksa Mo Gay Ti meginjakkan kaki kanan ke kaki kiri, dengan meminjam tenaga pijakan itu tubuhnya melambung lagi setombak tingginya.

   Dengan cara itu pullah ia menghindari terkaman harimau.

   Diudara ia berjumpalitan lalu hendak meluncur turun.

   Tetapi alangkah kejutnya ketika kedua harimau gembong itu sudah siap menunggu dibawah.

   Calaka, sebelum menginjak lantai, ia tentu sudah menyambar kedua binatang itu, pikirnya.

   Mo Gay Ti pun cepat mengempos semangat.

   Ia berjumralftan lagi lalu dengan kepala dibawah dan kaki diatas, ia menukik turun seraya julurkan sepasang senjatanya untuk menusuk kedua lawannya.

   Kedua harimau itu memang lihay sekali.

   Melihat lawan mengancamkan senjata, kedua binatang itupun menyurut mundur dua langkah tetapi tetap bersiap-siap.

   Mo Gay Ti dapat memperhatian gerak gerik kedua binatang itu.

   Diam2 ia mengeluh.

   Seharusnya apabila hampir tiba di lantai, ia harus berjumpalitan, menggeliatkan tubuh agar kakinya terbalik kebawah lagi dan kepala diatas.

   Tetapi karena kedua binatang itu masih menunggu, apabila ia melakukan gerakan itu, tentu mereka akan menerkamnya.

   Namun apabila tidak melakukan gerai bergeliatan itu, dia harus turun dengan kedua tangannya mendarat di lantai.

   Itupun sangat berbahaya sekali.

   Karena kedua harimau itu dapat loncat menerkam kedua kakinya yang masih menjulang diatas.

   Dalam keadaan begitu, sukarlah bagi dia untuk membela diri.

   


Pedang Tetesan Air Mata -- Khu Lung Bunga Pedang Embun Hujan Kanglam -- Khu Lung Pendekar Gelandangan Karya Khu Lung

Cari Blog Ini