Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 24


Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 24



Pendekar Bloon Karya dari S D Liong

   

   "Ho, ternyata engkau masih hidup, Blo'on !"

   Serunya sambil memandang Sian-li tajam2. Sian-li saat itu masih berdandan sebagai seorang pemuda dan rambutnya sudah terlanjur dipapas habis dan disisakan dua ikat kuncir, memang sepintas pandang mirip dengan Bloon.

   "Ih, siapa engkau !"

   Teriak Sian-li dengan heran.

   "Setan, engkau lupa padaku? Hayo, coba pandang aku sampai engkau ingat siapa aku ini !"

   Seru Hong Ing. Sian-li ter-longong2 heran. Ia benar2 tak kenal siapa nona itu.

   "Bukankah engkau si Bloon yang tenggelam dalam telaga dahulu itu ?"

   Tanya Hong Ing yang berusaha untuk membangkitkan ingatan orang. Tetapi Sian-li kerutkan dahi makin dalam.

   "Siapa yang kecebur dalam telaga ? Ih, jangan engkau bicara sembarangan !"

   Serunya.

   "Kurang ajar, engkau tak ingat lagi ...

   "

   Tiba2 ia hentikan kata2 karena serentak ia teringat bahwa Blo'on itu memang agak sinting, tak dapat mengingat peristiwa yang lalu.

   "Nona, harap bicara yang jelas, siapakah engkau ini ?"

   Seru Sian-li.

   "Aku Walet kuning Ui Hong Ing murid Hoa sanpay. Guruku, Kam Sian-hong. terbunuh dalam guha dan engkaulah satu2nya orang yang berada dalam guha itu. Engkau harus ikut aku, kubawa pulang ke markas Hoa-san-pay untuk diadili. Sian-li men-decak2 .

   "Cet, cet, apa yang engkau katakan itu aku tak mengerti semua. Aku tak pernah ke guha, tak pernah melihat mayat gurumu mengapa engkau menuduh aku seenakmu sendiri saja?"

   "Blo'on."

   Teriak Hong Ing karena tahu bahwa pemuda itu memang linglung.

   "bukankah otakmu masih kosong ?"

   "Ih, mengapa bicara tentang otak segala,"

   Desuh Sian-li.

   "mengapa otakku ?"

   "Otakmu kosong maka engkau tak dapat mengingat apa2 lagi. Bukankah aku pernah menganjurkan supaya engkau mencari otak naga?"

   "Otak naga ?"

   Sian-li makin bingung.

   "Ya, hanya dengan otak naga barulah otakmu yang hilang itu akan pulih kembali dan engkau tentu dapat mengingat semua perkara."

   "Nona"

   Kata Sian-li dengan nada sungguh2

   "aku tak pernah bertemu engkau, mengapa engkau ngoceh tak keruan ?"

   Namun Hong Ing tak marah. Ia bahkan malah tertawa karena menurut pikirannya, Blo'on itu memang beradat aneh dan linglurg. Masih dicobanya lagi untuk membangkitkan ingatan pemuda itu.

   "Siapa yang memberi nama Blo'on kepadamu? tanyanya.

   "Ih, mana aku tahu ?"

   Desis Sian-li.

   "Bukankah engkau bernama Blo'on ?"

   "Tidak".

   "Lalu siapa namamu ?"

   "Perlu apa engkau tanya namaku ?"

   Balas Sian-li.

   "Apa engkau keberatan ?"

   "Aku bertanya. apa keperluanmu ?"

   "Setelah engkau mengaku bernama Blo'on. engkau akan kubawa ke gunung Hoa-san untuk menerima peradilan para cianpwe Hoa-san-pay."

   Ya. boleh saja sahut Sian-li tenang2.

   "kalau aku memang bersalah".

   "Engkau harus memberi keterangan mengapa suhu rebah tak bernyawa dalam guha itu ?"

   Sian-li sebenarnya seorang nona yang halus budi. Tetapi karena terus menerus didesak pertanyaan dan tuduhan yang tak dimengerti, habis juga kesabarannya.

   "Jangan tanya kepadaku "

   Serunya.

   "Uh, kalau tidak kepada engkau lalu bertanya kepada siapa?"* seru Hong Ing.

   "Pada suhumu itu"

   Sian-li makin ketus.

   "Kurang ajar, engkau berani mempermainkan aku,"

   Teriak Hong Ing. Ia hendak menghantam tetapi tiba2 tak jadi. Ia bersuit dan memekik .

   "Hai Halilintar dan Hitam, serang pemuda sinting ini!"

   Tetapi sampai beberapa saat, tak tampak kedua binatang itu muncul.

   Aneh.

   pikirnya.

   Dan ia berpaling mengeliarkan pandang ke sekeliling mencari kedua binatang itu.

   Hai ...

   kejutnya bukan kepalang ketika dilihatnya burung rajawali dan kera hitam hinggap pada bahu pemuda gundul.

   Setelah terkejut iapun marah.

   Cepat ia lari menghampiri ke hadapan pemuda gundul itu.

   "Hai, gundul, mengapa engkau menangkap binatang pemeliharaanku ?"

   Bentak Hong Ing.

   "Huh, siapa yang mencuri binatang ini ?"

   Sahut pemuda gundul itu tenang2.

   "Kembalikan burung dan kera itu, lekas !"

   Teriak Hong Ing.

   "Boleh"

   Sahut pemuda gundul seraya mendekap kera, dan melontarkan kearah Hong Ing, lain memegang rajawali dan dilontarkan juga kepada nona itu.

   "Hai, Hitam, Halilintar, kemari !"

   Seru Hong Ing pula.

   Kera dan rajawali, segera lari menghampiri.

   Monyet hitam mencium kaki Hong Ing lalu lari kembali kepada pemuda gundul.

   Begitu pula burung rajawali, setelah sejenak hinggap dibahu Hong ing, terus terbang kembali kepada pemuda gundul.

   Hong Ing penasaran, Ia menghampiri si Hitam terus hendak disambarnya tetapi kera hitam itu loncat turun.

   Menyambar burung rajawali, burung itupun terbang keatas.

   Karena berulang kali gagal menangkap, Hong Ing marah dan kerahkan tenaga-dalam untuk menghantam.

   Tetapi cepat pula kera hitam bersembunyi di belakang pemuda gundul sehingga pemuda gundul itu yang termakan pukulan, duk .....

   "Ih ...

   "

   Hong Ing menjerit kerena ia seperti ditolak oleh tenaga sebesar yang dilancarkannya sehingga harus menyurut mundur dua langkah.

   Kedua kali ia melancarkan pukulan, tetap ia menderita hal yang seaneh itu.

   Karena malu dan geram, ia segera mencabut pedang pemberian orangtua rambut putih dalam guha.

   Tetapi sebelum melakukan serangan, tiba2 meteka terkejut karena mendengar teriakan Sian-li.

   Ternyata nona itu telah menderita luka parah ketika secara tiba2 seorang pengawal Baju Putih maju dan menghantamnya.

   Sian-li berkelit lalu balas memukul tetapi Pengawal Baju Putih itu menangkis dan menjeritlah Sian-li.

   Nona itu terhuyung2 kebelakang mendekap dadanya.

   "Hai. anak perempuan mengapa engkau?"

   Kakek Lo Kun cepat loncat menyanggapi tubuh Sian-li.

   Sian-li pejamkan mata, wajahnya pucat lesi la tak menyahut pertanyaan kakek Lo Kun.

   melainkan mengambil bungkusan obat dari bajunya.

   Ia menelan tiga butir benda sebesar buah kelengkeng.

   setelah itu duduk mengambil pernapasan.

   "Hai, anak perempuan, aku harus menolongnya dulu. Nanti kita selesaikan perhitungan lagi seru pemuda gundul seraya menghampiri Sian-li. Sejenak merenung, ia lalu lekatkan telapak tangannya ke ubun2 kepala Sian-li.

   "Mengapa itu ?"

   Tegur kakek Lo Kun "Menyembuhkannya"

   Sahut pemuda gundul. Kakek itu hendak bertanya lagi tetapi tiba2 pemuda gundul berseru .

   "Awas, ada orang menyerang dari belakangmu !"

   Seorang pengawal Baju Pntih yang bertubuh gemuk, tengah ayunkan tangan hendak memukul Lo Kun.

   Karena tak sempat menghindar, Lo Ku pun balas memukul, plak, duk ...

   terdengar sebuah bunyi keras.

   Lo Kun ber-putar2 tiga lingkaran, pengawal Baju Putihpun ter-huyung2 sampai tiga langkah.

   Ternyata Lo Kun telah memberikan kepalanya untuk menyambut pukulan orang.

   Sedang dia pun balas memukul dada.

   Pengawal Baju Putih itu tertegun ketika melihat kakek Lo Kun berdiri tak kurang suatu apa.

   Ia rasakan pukulannya tadi telah mengenai gunduk batu yang keras sekali.

   Kakek Lo Kun mengibas-kibaskan kepala, lalu merentang dan deliki mata kearah Pengawal Ba ju putih itu.

   "Siapa engkau "

   Teriak Lo Kun dengan marah.

   "tidak hujan tidak angin, mengapa engkau menyerang aku ?"

   Pengawal Baju Putih itu tak menyahut. Hanya dari sinar matanya yang berkilat memancar api, jelas dia marah juga.

   "Siapa engkau "

   Hentak kakek Lo Kun pula.

   Namun orang itu tetap tak menjawab, la bahkan malah maju dan mengangkat tangan hendak memukul lagi.

   Kali ini Lo Kun sudah siap.

   Begitu menghindar ke samping, iapun balas memukul.

   Pertempuran berjalan seru.

   Ternyata kakek Lo Kun, walaupun sudah tua renta, tetapi masih memiliki gerakan yang lincah.

   Beberapa saat kemudian, Lo Kun mendapat akal.

   Setelah berhasil menyiak kedua tangan orang, tiba2 Lo Kun loncat menumbukkan kepalanya ke perut orang, duk .....

   Orang itu ter huyung2 dan rubuh ke lantai.

   Cepat ia bangun lagi.

   Kali ini ia mencabut pedangnya.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Ho, engkau mengajak main pedang."

   Teriak Lo Kun.

   "bagus, aku sanggup melayani juga."

   Kakek itu tak punya senjata. Tetapi ia menarik ular Thiat-bicoa yang melilit di pinggangnya. Setelah itu berseru menantang .

   "Hayo, majulah..."

   Pengawal Baju Putih itu tak berkata sepatah pun juga. Pedang diputar, angin men-deru2 dan berobahlah pedang itu menjadi segulung sinar putih yang segera menyambar Lo Kun.

   "Hebat !"

   Seru Lo Kun seraya memutar ular nya.

   Ular Thiatbi- coa memang seekor ular yang sakti.

   Selain kebal dengan tabasan senjata tajam pun tahu juga bagaimana harus menghindari serangan.

   Segera terlibat suatu pertempuran yang aneh dan mengagumkan.

   Sepintas pandang yang tampak hanya seekor ular warna kelabu tengah bergeliatan diantara sambaran pedang.

   Berulang kali tubuh ular itu tertabas, tetapi tetap tak apa2.

   Tiba2 terdengar raung keras dari mulut pengawal Baju Pulih itu, pedang melenting jatuh dan orangnya menyurut mundur.

   Ternyata ular besi berhasil menggigit tangan orang itu sehingga karena tak tahan sakit, orang itupun lepaskan pedangnya.

   Melihat itu kakek Lo Kun tertawa mengekeh dan menarik pulang ular Thiat-bi-coa.

   Tetapi tiba2 seorang pengawal Baju Putih lain, segera maju menyerang kakek Lo Kun.

   Lo Kun terpaksa melayani.

   Namun pengawal Baju Putih yang ini tidaklah sama dengan yang tadi.

   Jika pengawal Baju Putih yang tadi kuat sekali dalam ilmu hantaman dan tenaga gwakang adalah yang ini terasa sekali kesaktiannya dalam ilmu lenaga-dalam.

   Apabila Lo Kun bukan seorang kakek yang bertubuh keras dan memiliki tenaga-dalam yang hebat, tentu sejak tadi, dia sudah rubuh.

   Tekanan pengawal Baju Putih itu makin lama makin keras sehingga Lo Kun rasakan sekeliling tubuhnya seperti dilingkungi oleh suatu sangkar yang makin lama makin menyempit dan makin menjepit tubuhnya.

   Tiba2 terdengar suara raung yang sedahsyat harimau dan kedua orang itu sama terpelanting jatuh ke belakang.

   Pengawal Baju Putih itu terdampar, berjumpalitan beberapa langkah.

   Sedang Lo-Kun pun terlempar jatuh ke belakang.

   "Eh. mengapa engkau kakek ?"

   Cepat Sian-li lari menghampiri.

   Melihat wajah Lo Kun pucat dan napasnya lemah, tahulah Sian-li kalau kakek itu sedang menderita lukadalam yang berat.

   Segera ia mengeluarkan tiga biji pil warna merah sebesar buah kelengkeng terus dimasukkan ke mulut si kakek.

   Dengan pil itulah ia mengobati ketiga ketua persilatan yalah Hoa Sin,Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin.

   Pil itu ternyata buah Hay-te-cian-Iian-som atau buah som didasar laut yang berumur seribu tahun.

   Yalah buah som yang diperolehnya ketika ia bersarna Blo'on tenggelam di sungai lalu tersesat masuk ke keraton dibawah laut dulu.

   "Apakah engkau benar Sian-li ?"

   Tiba2 terdengar pemuda gundul menghampiri dan menegur. Sian-li mengangkat muka dan tersenyum . 'Su ko, masakan engkau lupa kepadaku ?"

   "Tetapi mengapa engkau berpakaian seperti seorang pemuda yang tak genah begitu ?"

   Sian-li lepaskan tangannya yang menunjang bahu kakek Lo Kun. Kakek Lo Kun saat itu sudah dapat duduk sendiri. Sian-ii berbangkit, memandang lekat2 pada pemuda gundul .

   "Ceritanya panjang sekali, suko. Aku telah dicelakai oleh seorang paderi Thian-tiok, Paden itu hendak mencari engkau".

   "Mencari aku? Mengapa?"

   Tanya pemuda gundul.

   "Dia tahu kalau engkau putera Kim suhu. Ia pernah dikalahkan suhu dan hendak menuntut balas. Karena suhu sudah meninggal maka ia hendak mencari puteranya, engkau, untuk menerima pembalasannya".

   "Setan,"

   Teriak pemuda gundul.

   "dimana dia sekarang ?"

   "Aih ...

   "

   Tiba2 terdengar Hong Ing berteriak kaget.

   "apa katamu ? Seorang paderi Thian tiok ?"

   Sian-li berpaling dan mendapatkan bahwa yang bertanya itu Hong Ing, nona yang hampir saja bertempur dengan dia. Ia masih mengkal terhadap nona itu.

   "Bukan urusanmu !"

   Sahutnya.

   "Ih, engkau memang Blo'on yang gila. Aku bertanya kepadamu justeru karena akupun dulu pernah ditangkap oleh paderi Thian tiok itu. Aku ingin mendengar keteranganmu, apakah paderi itu sama dengan paderi yang dulu mencelakai diriku itu."

   Hong Ing menahan sabar.

   "Dia minta keterangan, baiklah engkau memberi tahu kepadanya. Mungkin saja, nanti kalian lebih jelas."

   Pemuda gundul membujuk Sian-li.

   "Ya, memang seorang paderi Thian-tiok yang mengenakan jubah patkwa dan suka duduk membaca mantra.

   "Itulah !"

   Teriak Hong Ing.

   "tak salah, tentulah dia, paderi yang pernah menangkap aku dulu"

   "Dimana dia sekarang ?"

   Pemuda gundul berseru.

   "Sudah lari, jadi orang minta2"

   "Jadi pengemis ?"

   Sian li kali ini heran dan balas bertanya.

   "jangan berolok2. Aku sudah memberi keterangan yang sebenarnya, engkau malah hendak bergurau"

   "Siapa yang bergurau ?"

   Kata Hong Ing.

   "memang paderi Thian-tiok itu sekarang sudah kujadikan seorang pengemis buta". Sian-li makin merasa kalau Hong Ing memang hendak berolok2, segera ia membentaknya .

   "Eng kau memang seorang gadis yang lancung mulut !"

   Habis berkata ia terus maju hendak menampar tetapi pemuda gundul cepat mencegahnya.

   "Bicara harus hanya pakai mulut, jangan pakai tangan "

   Katanya. Kemudian ia berpaling ke arah Hong Ing.

   "engkaupun harus bicara yang genah jangan menimbulkan kemarahan orang."

   "Huh, peduli dia akan marah atau tidak. Itu urusannya. Tetapi aku memang bicara dengan sebenarnya, sahut Hong Ing tak puas.

   "Bagaimana caramu menjadikan paderi Thian tiok itu pengemis buta ?"

   Tanya pemuda gundul.

   "Waktu aku tiba di gunung ini, kulihat seorang paderi tengah duduk bersembunyi di celah2 batu karang. Ternyata seorang paderi Thian-tiok dan ternyata paderi yang pernah menangkap dan menyiksa diriku dulu. Maka aku bersama kera hitam dan burung rajawali terus melancarkan serangan, eh ... kemana anjing kuning ?"

   Tiba2 nona itu teringat akan anjing yang tak ikut muncul.

   "Anjing ? Bulu Kuning ?"

   Teriak pemuda gundul.

   "Ya*. 'Itulah si Kuning !"

   Hong Ing terkejut .

   "Engkau tahu akan anjing itu?' Pemuda gundul tertawa "Bukan cuma tahu tetapi anjing itu memang milikku."

   Hong Ing terbelalak .

   "Milikmu ?. Dari mana engkau dapat memiliki mereka ?"

   "Aku sendiri juga tak ingat,"

   Sahut pemuda gundul.

   "hanya tahu2 aku sudah mempunyai tiga ekor binatang, kera, anjing dan rajawali."

   "Ngaco"

   Bentak Hong Ing terus hendak menyerang tetapi ia segera menjerit ketika pengawal Baju Putih telah tiba dan menghantamnya.

   Pemuda gundul terkejut.

   Cepat ia menyambar tangan Hong Ing dan ditariknya, sedang ia memberikan tubuhnya untuk menerima pukulan pengawal Baju Putih itu.

   Pemuda gundul terpental sampai satu tombak jauhnya tetapi secepat itu ia sudah meloncat bangun dan menghampiri pengawal Baju Putih itu.

   Pengawal Baju Putih itu tertegun.

   Rupanya ia terkejut melihat pemuda gundul itu tak kurang suatu apa dan bahkan maju menghampri.

   Tetapi anehnya, pengawal Baju Putih itu tak mengucap sepatah katapun juga.

   Ia mengangkat kedua tangannya keatas, Tangan kiri lurus menebar ke muka dada untuk membuat suatu imbangan dan gerakan tangan kanan yang mulai diayunkan ke arah pemuda gundul.

   Tetapi tiba2 pemuda gundul itupun menirukan gerakannya.

   Tangan kiri juga diluruskan ke muka dada dan tangan kanan diangkat ke atas kepala lalu diayunkan ke muka.

   Blum .....

   Suatu peristiwa aneh terjadi.

   Pengawal Baju Putih itu menggerung dan tubuhnya melayang sampai setombak ke belakang.

   Sejenak ia berdiam diri seperti memulangkan napas.

   Beberapa saat kemudian ia terus lari menghampiri pemuda gundul dan menyerangnya.

   Kali ini tidak hanya dengan pukulan tetapi dengan jurus serangan yang dahsyat.

   Angin men-deru2 menimbulkan getaran yang menggoncangkan panggung.

   Tetapi pemuda gundul itupun melayani dengan suatu gerakan yang aneh.

   Disebut aneh karena ia selalu menirukan segala gerakan lawan.

   Ke mana pukulan lawan melayang, iapun melayangkan tangannya, kemana tubuh lawan bergerak, iapun ikut bergerak.

   Seolah dia seperti bayangan dari pengawal Baju Putih itu.

   Itupun masih tak mengapa.

   Celakanya setiap kali pukulan mereka beradu, pengawal Baju Putih itu tentu cepat menarik pulang tangannya.

   Setelah mencapai limapuluh jurus, tiba2 pengawal Baju Putih itu meraung dan dengan kalap menerkam.

   Tetapi lagi2 pemuda gundul itupun menirukan gerakannya.

   Lawan menerkam, diapun menerkam sehingga terjadilah terkam menerkam macam orang gulat.

   Pengawal Baju Putih berusaha untuk mencengkeram pinggang lawan lalu hendak mengangkatnya.

   Tetapi pemuda gundul itupun berbuat begitu juga.

   Kesudahannya tubuh pengawal Baju Putih lah yang terangkat ke atas.

   di-putar2 lalu dilontarkan kebawah panggung.

   Terdengar suara orang berteriak gemuruh di bawah panggung tetapi pemuda gundul itu tak menghiraukan.

   "Eh, apakah engkau masih akan melanjutkan pertanyaanmu kepadaku ?* tanya pemuda gundul setelah melemparkan Pengawal Baju Putih. Hong Ing terkejut menyaksikan kesaktian pemuda gundul itu. la bingung memikirkan ilmu apakah yang dimiliki pemuda gundul itu. Oleh orang tua berambut putih dalam guha. ia telah diberi pelaiaran ilmu silat yang aneh. la sudah merasa aneh karena dengan ilmusilat itu ia dapat berloncatan secepat gerak bayangan. Tetapi melihat kepandaian pemuda gundul itu. ia merasa masih kalah aneh.

   "Ilmu apakah yang engkau gunakan itu ?"

   Tanya Hong Ing.

   "Lho, menanyakan ilmu silat segala"

   Pemuda gundul bersungut2.

   "apakah engkau sudah mengakui kalau ketiga binatang itu memang benar milikku ?"

   "Siapa bilang mengakui ?"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Lengking Hong Ing "aku belum saja mengurus soal itu tetapi hendak bertanya lebih dulu tentang kepandaianmu yang aneh tadi."

   "Aneh ? Apanya yang aneh ? Mengapa aku sendiri tak merasa aneh ?"

   Seru pemuda gundul.

   "Bukankah tadi engkau selalu menirukan semua gerakan orang Baju Putih itu ? Hebat benar engkau dapat menirukan persis semua gerakan tangan, kaki dan tubuh lawanmu tadi. Ilmu apakah itu ?"

   "Entah apa namanya, aku sendiri juga takmengerti,"

   Keluh pemuda gundul.

   "Engkau tak mengerti ? Habis darimana engkau mendapat pelajaran ilmu itu ? Siapakah guru mu ?"

   Hong Ing makin heran.

   "Aku tak punya guru "

   Sahut pemuda gundul.

   "soal ilmu kepandaian itu, aku sendiri juga tak tahu dari mana. Yang kuingat, aku mendapat sebuah kitab kecil tetapi tak ada tulisannya apa2. Sudah tentu aku marah. Tetapi ketika aku terbenam dalam air sampai beberapa hari, aku sendiri juga heran mengapa tak mati. Tahu2 aku berada di sebuah hutan ...

   "

   "Sudah jangan ngoceh tak keruan !"

   Bentak Hong Ing.

   "ringkas saja engkau sebutkan asal dari ilmu kepandaianmu itu".

   "Kalau engkau tak mau mendengarkan ceritanya. bagaimana aku dapat mengatakan darimana sumber kepandaianku itu?"

   Bantah pemuda gundul dengan uring2an. Hong Ing terpaksa mengurut dada dan suruh pemuda gundul itu melanjutkan ceritanya.

   "Ketika aku bangun dan memperbaiki pakaianku yang lusuh, tanganku terasa menyentuh benda kecil, ternyata kitab yang hendak kubuang itu masih berada dalam kantong bajuku. Kulemparkan kitab itu ketanah lalu aku hendak berbangkit. Tetapi celaka, mataku terasa ber-kunang2 dan aku jatuh Iagi. Aku lalu mengambil obat, untung masih berada dalam kantong bajuku. Kutelan tiga butir biji merah ...

   "

   "Biji apa itu ?"

   Seru Hong Ing.

   "Kakek penunggu keraton didasar laut mengatakan kalau biji2 merah itu adalah Cian-lian-hay-te-som ...

   "Apa ? Buah som dari dasar laut yang berumur seribu tahun ?'"

   Teriak Hong Ing terkejut. Bermula ia anggap pemuda gundul itu sinting otaknya tetapi waktu pemuda gundul itu dapat menyebut nama Cian-lian-hay-te-som, ia terkejut juga.

   "Ya,"

   Sahut pemuda gundul.

   "memang cian-lian-hay-te-som, hidangan untuk putera mahkota kerajaan Lam Song yang tinggal di keraton dasar laut."

   Mendengar itu kembali timbul penilaian Hong Ing bahwa pemuda gundul itu hanya mengoceh semaunya sendiri.

   "Teruskan ceritamu"

   Bentaknya.

   "Tidak lama badanku merasa segar dan kuat lagi tetapi tiba2 kulihat kitab kecil yang kubuang tadi terbentang di hadapanku. Dan aneh benar. Kitab yang semula kosong melompong dan putih bersih, ternyata berobah menjadi hitam warnanya dan pada tiap lembar dari kitab kecil yang berisi delapan lembar itu terdapat tulisannya ...

   "

   "Apa bunyinya ?"

   Seru Hong Ing.

   "Tiap lembar hanya berisi satu huruf."

   "Lalu apa bunyinya ?"

   Ulang Hong Ing.

   "Bunyinya ... hai, minggir ! tiba2 pemuda gundul berteriak dan mendorong tubuh Hong Ing ke samping, sedang ia sendiripun loncat menghindar. Ternyata belum ia menjawab pertanyaan Hong Ing. tiba2 seorang pengawal Baju Putih telah loncat dan melepaskan hantaman. Untung pemuda gundul itu tahu dan cepat dapat menolong Hong Ing. Ternyata .pengawal Baju Putih yang menyerang itu bertubuh tinggi kurus, kurus sekali sehingga menyerupai sebatang bambu yang dikerudungi kain putih. Seperti kedua Pengawal Baju Putih yang tadi pengawal Baju Putih kurus itu tak berkata apa2 terus menyerang. Dan ketika pukulannya luput ia ber-suit2 seperti orang bersiul dan menjerit. Hong Ing marah melihat pengawal Baju Putih itu. Serentak nona itu mencabut pedang dan membentak .

   "Hai, engkau manusia atau setan ? Mengapa engkau tak dapat bicara dan tahu2 terus menyerang dari belakang !"

   Pengawal Baju Putih kurus itu ber-kilat2 memandang Hong Ing. Tetapi tetap membisu.

   "Siapa engkau !"

   Bentak Hong Ing pula.

   Namun pengawal Baju Putih tak mau menjawab.

   Bahkan mulutnya bercuit lalu maju merangsang dengan kedua tangannya.

   Karena tanganmu kurus, kesepuluh jarinyapun panjang dan runcing, mirip dengan cakar burung garuda.

   Tnng ...

   Hong Ing menyapu dengan pedang tetapi suatu gerakan yang aneh, pengawal Baju Putih itu menggeliatkan tangan lalu menampar batang pedang Hong Ing terkejut.

   Pedang tergetar dan tangannya terasa sakit, hampir saja pedangnya terlepas jatuh.

   Diam2 ia mengagumi tenaga-dalam lawan yang begitu hebat.

   Oleh karena termasuk seorang pendekar wanita angkatan muda, apalagi belum pernah terjun ke dunia persilatan, maka pengetahuan dan pengalaman Hong, Ing masih kurang, la heran tetapi tak tahu siapakah pengawal Baju Putih itu.

   Dan sebagaimana adat orang muda, ia cepat naik pitam.

   "Bagus, mari kita bertempur lagi", serunya seraya berputarputar tubuh mengelilingi lawan, seraya membolang-balingkan pedangnya. Seketika tubuh pengawal Baju Putih itu dilingkupi segulung sinar putih yang kemilau. Entah bagaimana perobahan airmuka pengawal Baju Putih tak dapat terlihat karena mukanya terbungkus oleh kain cadar putih. Tetapi dari sinar matanya jelas ia membelalak terkejut. Terpaksa ia harus mengikuti gerak perputaran si nona yang mengeliiingi dirinya. Untuk menjaga diri, iapun menggerakkan kedua tangannya yang kurus seperti orang me-nari2. Rupanya pengawal Baju Putih itu hendak melihat bagaimana sesungguhnya ilmu permainan lawan. Setelah itu baru ia akan melancarkan serangan balasan. Tetapi sampai berpuluh jurus, gerakan si nona makin cepat dan makin seru. Hampir ia tak dapat membedakan berada dimanakah sesungguhnya diri si nona itu. Karena dalam lingkaran bayangan yang mengepungnya, serasa tubuh nona itu seperti terpecah jadi beberapa orang yang tengah bergerak2 mengelilinginya. Akhirnya ia berhenti, diam. Jika terus menerus mengikuti gerak perputaran lawan, jelas tenaganya tentu habis dam napasnya ter-engah2. Dan ia membayangkan apabila dirinya sudah kehabisan napas. tentulah nona itu akan turun tangan untuk membunuhnya. Tetapi perhitungannyapun melesat. Ketika dia berhenti tiba2 punggungnya terasa disambar angin dingin. Ia tahu tentu ujung pedang si nona. Cepat ia berputar untuk menerkam lawan tetapi nona itu lenyap lagi dan sudah berada di belakangnya. Pengawal Baju Putih itu marah. Dengan bercuit2 aneh, ia segera bergerak dengan cepat, sepasang tangannya menerkam kemuka dan menghantam ke belakang. Pikirnya, kali itu ia tentu berhasil mengenyah lawan. Tetapi untuk yang kedua kalinya ia harus menjerit marah lagi. Terkamannya ke muka hanya menerkam bayangan kosong, sedang hantamannya kebelakang disambut dengan papasan pedang. Untung ia cukup waspada dan sakti. Cepat ia menggenggamkan jarinya sehingga terhindar dari tabasan Sekalipun begitu kelima jari kukunya yang panjang macam cakar telah terpapas kutung oleh pedang Hong Ing. Pengawal Baju Putih bertubuh kurus itu memekik keras. Ia marah sekali. Tiba2 sepasang tangannya dihamburkan keras dan bagaikan seekor burung garuda menebarkan sayap. tubuhnya segera melambung ke udara sampai tiga tombak tingginya. Berjumpalitan lalu ayunkan tangannya menaburkan cairan warna hitam kearah Hong Ing. Hong Ing terkejut, la tak menduga kalau akan ditabur dengan air hitam. Jika senjata rahasia ia tentu masih dapat menghindar, tetapi karena taburan air yang dapat memercik ke-mana2 sukarlah ia menghindari diri. Dalam gugup Hong Ing memutar pedangnya sederas hujan tetapi seketika itu ia rasakan tangan dan mukanya seperti terhambur percikan air panas. Sakit tetapi pada lain kejab hilang lagi. Hong Ing marah sekali kepada pengawal Baju Putih yang ganas itu. Dua kali ia menderita serangan. Yang pertama, diserang dari belakang dan sekarang diserang dengan hamburan air hitam.

   "Manusia begini tak layak diberi hidup !"

   Pikirnya seraya masih memutar pedangnya deras2.

   Ti ba2 ia melihat tubuh pengawal Baju Putih itu meluncur turun sambil tertawa seram.

   Rupanya pengawal itu percaya bahwa lawannya pasti mati.

   Air hitam itu bukan sembarang air tetapi racun yang luar biasa dahsyatnya.

   Racun dari sejenis binatang kelabang atau kaki seribu yang terdapat didaerah gurun pasir.

   Kelabang itu gemar makan bangkai binatang atau mayat manusia yang sudah membusuk di tengah gurun pasir dan karena itu mengandung sejenis racun yang ganas sekali, percikan air hitam itu akan cepat menyurutkan tulang, mencairkan daging dan kulit dan dalam beberapa kejab saja, korban tentu segera berobah menjadi segumpal cairan hitam.

   Dengan memiliki racun yang sedemikian ganas, orang persilatan menggelari orang itu dengan julukan Racun-pencairmayat Ki Thian-coat.

   Sudah belasan tahun orang persilatan tak mendengar berita tentang tokoh ganas itu.

   Orang persilatan mengira kalau tokoh hitam itu tentu sudah mati.

   Ternyata ia masih hidup dan menjadi anakbuah dari barisan engawal Baju Putih partai Thian-tong-kau.

   Sebagai seorang angkatan muda dan tak pernah mengembara keluar, sudah tentu tak kenal siapa Racunpencair- mayat Ki Thian-coat itu.

   Bagi Hong Ing.

   pengawal Baju Putih yang bertubuh itu seorang manusia ganas dan harus dilenyapkan.

   Rupanya setelah menaburkan cairan air hitam Ki Thian-coat yakin nona itu sebentar lagi pasti akan menjadi cairan air hitam dan saat itu daya perlawanannya tentu sudah hilang.

   Maka dengan santai dan tertawa iblis ia meluncur turun ke pang gung.

   Tetapi diluar dugaan se-konyong2 Hong Ing loncat dan menaburkan pedang pusakanya ke tubuh orang itu.

   Ki Thiancoat tak menduga sama sekali sehingga ia tak ber-siap2.

   Dalam keadaan dirinya meluncur turun ia tak dapat menghindar atau melambung keudara.

   Pedang meluncur lebih cepat dari tangan Ki Thian-coat yang hendak menyambar..

   Namun ia masih sempat untuk menggeliatkan tubuh kesamping.

   Memang dengan gerakkan itu selamatlah perutnya tertembus pedang tetapi samping pinggangnya telah terserempet ujung pedang.

   Pedang terus meluncur ke muka.

   Tiba2 sesosok tubuh loncat menyambar pedang itu.

   Hong Ing terkejut karena lontaran pedangnya tak berhasil mengenai tubuh lawan dengan tepat, la cepat bersiap untuk menghadapi lawan yang sudah menginjak lantai panggung.

   Tetapi sebelum ia bergerak hendak menyerang Suatu peristiwa aneh telah teijadi.

   Pengawal Baju Putih.

   Ki Thian coat mengaum ngeri dan terus ngelumpruk rubuh di lantai.

   Makin lama tubuhnya, makin menyurut kecil dan kecil.

   Pada lain kejab hilang lah tubuh pengawal Baju Putih itu.

   Yang tampak hanya seperangkat pakaian seragam jubah warna putih dan cadar muka warna putih, ngelumpruk diatas kubangan cairan hitam.

   "Hai, tubuhnya telah menjadi cairan hitam"

   Hong Ing menjerit ngeri karena teringat bahwa dirinya seharusnya juga akan berobah begitu.

   Ia ngeri tetapi serentak heran.

   Mengapa ia masih hidup? Pada hal jelas muka dan tangannya terasa panas karena didera oleh percikan cairan hitam yang ditaburkan Ki Thian coat.

   Memang benarlah kalau ia merasa heran karena hal itu terjadi diluar pengetahuan dan kesadarannya.

   Kumala merah berbentuk seekor naga terbang merupakan kumala mustika yang jarang terdapat di dunia.

   Merupakan peninggalan dari Han Bu Te, kaisar pendiri ahala Han yang menurut dongeng; diterimanya dari seorang dewa.

   Khasiatnya dapat menyirnakan dan menolak segala macam racun yang bagaimanapun ganasnya.

   Pasangan dari kumala merah muda itu adalah kumala warna hijau yang berbentuk sebagai burung Hong (cendrawasih).

   Tetapi khasiatnya berlawanan.

   Jika kumala merah berkhasiat melenyapkan racun, adalah kumala hijau itu justru dapat memancarkan daya racun yang hebat.

   Karena Hong Ing merebut kumala merah dari tangan Lo Kun yang sedianya akan diberikan ke pada Blo'on asli, maka tanpa sengaja dia telah selamat dari malapetaka yang hebat.

   Cairan racun hitam yang ditaburkan Ki Thian-coat itu musnah daya keganasannya.

   Jangankan Hong Ing, bahkan kakek Lo Kun sendiri juga tak tahu kalau kumala merah itu mempunyai daya kesaktian yang sedemikian hebatnya.

   Demikian keakhiran dari seorang tokoh yang dalam perjalanan hidupnya selalu membunuh orang secara keji, akhirnya harus menemui kematian secara mengenaskan.

   Ki Thian-coat, tak mengira kulau bakal mati di tangan seorang dara yang tak dikenal.

   "Bagus, engkau telah membunuh seorang tokoh jahat,"

   Seru pemuda gundul memuji.

   "Tidak."

   Bantah Hong Ing.

   "aku tak merasa membunuhnya. Pedangku jelas tak mengenai sasarannya"

   "Goblok"

   Lengking Sian-li."

   Pedang memang tak mengenai tepat tetapi telah menyerempet pinggang bajunya. Tentulah dalam baju dia menyimpan racun itu dan racun pecah melumuri tubuhnya karena terserempet pedang."

   Hong Ing agak merah mukanya. Ia hendak membantah tetapi pemuda gundul cepat berkata .

   "Eh, engkau masih ingin mendengar ceritaku tentang kitab pusaka itu atau tidak ?"

   Hong Ing tertegun.

   Dalam panggung yang penuh dengan anakbuah Thian-tong kau terutama barisan pengawal Baju Putih yang berjumlah duapuluh orang dan pengawal Baju Merah yang juga berjumlah duapuluh orang, mengapa pemuda gundul itu begitu santai? Menilik dua orang Pengawal yang telah dirubuhkan tadi memiliki kepandaian yang begitu hebat, apakah kawanan keempatpuluh Pengawal Baju Putih dan Merah itu bukan terdiri dari tokoh2 yang sakti semua ? "Ingin, tetapi ...

   "

   "Baik, aku akan melanjutkan lagi,"

   Cepat pemuda gundul itu menukas kata2 Hong Ing.

   "itu waktu aku merasa heran mengapa duabelas halaman dari kitab kecil yang semula kosong melompong, tiba2 berisi huruf. Tiap lembar satu huruf dan bunyinyu aneh".

   "Aneh bagaimana ?"

   Akhirnya Hong Ing tertawa juga.

   "Kedua belas huruf itu berbunyi begini . ln Kok Seng Keng Yu seng Wu, Wu seng Yu bakar minum. aneh sekali bukan ?"

   Tanya pemuda gundul "Ya, aneh"

   Kata Hong Ing, apa engkau juga meminumnya ?"

   "Nanti dulu"

   Kata pemuda gundul aku tak tahu apa artinya huruf2 itu. Tahukah engkau?' Hong Ing mengulang sekali lalu berkata.

   "Kalau tak salah artinya kira2 begini. ln kok seng keng artinya Kitab-dewasebab dan akibat. Yu seng wu artinya . Ada melahirkan Tiada. Wu seng Yu artinya . Tiada melahirkan Ada. Bakar minum artinya disuruh membakar kitab itu dan minum airnya. Maka kutanya, apakah engkau meminumnya"

   "Siapa sudi menurut bunyi kitab itu ? Masakan orang disuruh minum abu kertas,"

   Sungut pemuda gundul.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Lalu bagaimana kelanjutan ceritamu?"

   Tanya Hong Ing.

   "Sebenarnya tak kuacuhkan kitab itu. Tetapi ketika hendak pergi, tiba2 kusambar juga kitab itu dan kumasukkan dalam kantong."

   "Engkau memang aneh,"

   Kata Hong Ing.

   "kalau tidak suka, buat apa engkau mengantonginya?"

   "Pikirku, kitab itu pemberian dari paderi penunggu Kuil Kuning di istana. Tentu ada maksudnya dia memberi kitab seaneh itu."

   "Salah,"

   Bantah Hong Ing.

   "kalau dia tahu, tak mungkin dia memberikan kitab itu kepadamu". Pemuda gundul terbelalak. O^^odwo^^O

   Jilid 36. Pemuda gundu! itu terbeliak, serunya .

   "Masakan dia tak tahu isi kitab itu ?"

   Hong Ing geleng2 kepala .

   "Ya. memang dia tak tahu. Bukankah engkau mengatakan bahwa kitab itu hanya lembaran kertas kosong belaka? Dia tentu mengira begitu dan andaikata dia menduga lembaran kosong itu tentu berisi apa2 tetapi ia tak tahu bagaimana cara untuk mengetahui apa yang termaktub pada lembaran kertas kosong itu. Bukankah setelah engkau terbenam dalam air selama beberapa hari baru kertas2 kosong itu timbul hurufnya ? Dari situ aku berani mengatakan paderi itu tentu tak tahu dan mengira kitab itu hanya sebuah kitab Bu ji-keng atau kitab kosong tanpa tulisan."

   "Tidak mungkin,"

   Bantah pemuda gundul.

   "Bagaimana tidak mungkin 7"

   Hong Ing terbelalak.

   "Dia seorang paderi sakti,,masakan dia tak pernah mencoba untuk merendam kitab itu dalam air. Kemungkinan besar dia tentu sudah mengadakan beberapa macam percobaan untuk mendapatkan rahasia kitab itu. Tetapi gagal". Hong ing tertegun. Memang ucapan pemuda gundu! itu benar. Tak heran mengapa pemuda gundul itu dapat menemukan rahasia kitab itu? Adakah dia memang berjodoh dengan kitab itu ataukah memang mempunyai rejeki yang besar? Jika Hong Ing tak tahu, memang dapat dimengerti. Bahkan pemuda gundul itu atau yang sesungguhnya Bloon aseli pun tak mengerti sendiri bahwa karena ia membawa beberapa benda mustika antara lain buah cian-lian hay-te-som atau buah som berumur seribu tahun dari dasar laut dan kotoran kelelawar raksasa dalam terowongan didasar laut, maka timbullah suatu khasiat yang tak ter-duga2 sehingga kertas2 kosong pada kitab itu dapat timbul hurufnya. Tanpa disertai dengan benda-pusaka itu tak mungkin lembaran kertas kosong itu akan memantulkan huruf walaupun direndam sampai beberapa bulan.

   "Bagaimana kelanjutannya ? "

   Akhirnya Hong Ing bertanya "Apanya?", Bloon balas bertanja.

   "Soal kitab itu"

   Kata Hong Ing.

   "apakah engkau membakar dan meminumnya ?"

   "Siapa sudi minum abu kertas?'* teriak Blo'on "Lalu dimana engkau simpan kitab itu ?"

   "Dalam perut."

   Hong Ing terbeliak "Dalam perut ? Engkau telan kitab itu ?"

   Hong In deliki mata.

   "Eh, jangan omong seenakmu sendiri. Masakan orang mau menelan kitab".

   "Habis", Hong Ing kerutkan dahi.

   "mengapa berada dalam perutmu ,?"

   "Sudah jadi abu dan terminum ....."

   Baru Blo'on berkata sampai disitu, seorang pengawai Baju Pulih yang bertubuh gemuk kekar, berjalan menghampiri dan terus menerkam Blo'on.

   Blo'on terkejut.

   Sebelum ia sempat berbuat sesuatu tiba2 Sian-Ii sudah mencabut pedang dan menerjang pengawas Baju Putih itu.

   Dari jumlah duapuluh orang, sudah ada tiga empat orang Pengawal Baju Putih yang rubuh.

   Kini maju pula seorang.

   Rupanya pengawal Baju Putih itu gentar juga melihat sinar pedang yang dimainkar Sian-Li.

   Pedang Sian-Li itu tak lain adalah pedang Pek-liong-kiam atau Naga-putih pemberian dari kakek penjaga istana di bawah laut yang lalu.

   Menurut cerita kakek itu, pedang Pek-liong kiam milik peninggalan dari Tio Kong Ing pendiri kerajaan Beng.

   Tajamnva bukan buatan, mempunyai pasangan pedang Hek hong-kiam atau Nagahitam.

   Tetapi pedang itu masih belum diketemukan.

   Anehnya ketika disambar oleh pedang Pek liong-kiam, tubuh Pengawal Putih yang bermula gemuk mendadak kempes.

   Ternyata pengawal itu menggunakan ilmu tenagadalam sakti yang membuat tubuhnya menggelembung besar.

   Ilmu tenaga-dalam yanq dimilikinya disebut Ha-rna-kang atau tenaga dalam Katak.

   Persiapan dengan menggelembungkan tubuh itu biasanya tentu segera disusul dengan gemboran mulut yang keras.

   Dan pengawal Baju Putih telah melatih ilmu Ha~ma-kang sedemikian rupa, sehingga gemboran mulutnya akan menyemburkan hawa beracun yang melumpuhkan musuh.

   Barang siapa terkena semburan mulutnya tentu akan terasa seperti terbakar.

   Tetapi sebelum ia sempat menyemburkan hawa beracun.

   Sian-Li secara tak ter-duga2 telah menyerang dengan pedang Pek-liong-kiam.

   Sedemikian perbawa pedang Pek-liong-kiam itu hingga lenyaplah persiapan2 dari pengawal Baju Putih itu.

   Dia marah sekali.

   Kali ini badannya tampak menggelembung makin besar sehingga hampir satu setengah kali dari tubuh aselinya.

   Dan ketika Sian-Li menyerang dengan Pek-liong-kiam lagi, tiba2 pengawal Baju Putih itu menggembor keras.

   Terkejut sekali sekalian orang mendengar sua ta gemboran itu.

   Nadanya mirip dengan katak mendengkung kertas dan seram.

   Sian-Li sendiri juga kaget sehingga terhenti.

   Lebih terkejut pula ketika ia melihat segumpal asap merah meluncur dari mulut orang itu dan melanda kepada dirinya.

   Jarak sedemikian dekat sehingga tak mungkin ia dapat menghindar, Dalam gugup, ia putar pedang Pek- liong-kiam dengan gencar.

   Sebagian besar kabut merah itu memang dapat dilenyapkan tetapi sebagaian tetap dapat menghampiri tubuhnya.

   Sian-Li merasakan dadanya panas tetapi hanya seketika saja dan pada lain saat dengan gemas ia terus loncat menusuk orang itu.

   Bukan kepalang kejut pengawal Baju Putih ketika menerima serangan nona itu.

   Mengapa nona itu tak kurang suatu apa ? Pada hal jelas racun yang disemburkan itu tak pernah gagal untuk merubuhkan setiap lawan.

   Ia sudah melatih ilmu Hama- kang dengan tekun sampai berpuluh-puluh tahun.

   Belasan tahun berselang didunia persilatan wilayah Sujwan telah muncul seorang tokoh silat yang menggegerkan dunia persilatan.

   Tokoh itu bernama Ha Bong Ki, termasyhur dengan tenaga-dalam ilmu Ha-ma-kang yang istimewa.

   Entah sudah berupa banyak tokoh2 silat yang rubuh karena disembur oleh hawa beracun dari ilmu Hama-kang itu.

   Setelah mencapai tataran tinggi dalan Ha ma-kang, Ha Bong Kim masih mematangkan lagi dengan melatih semburan yang dapat mengeluarkan hawa panas dan beracun.

   "Kungngng .,"

   Terdengar Ha Bong Kim mendengkung keras dan tahu2 tubuhnya melambung ke udara, melampaui kepala Sian-Li dan melayang turun di belakangnya.

   Tetapi alangkah kejutnya ketika masih melayang diudara, sekonyong-konyong kepalanya disambar oleh seekor burung rajawali.

   Pengawal Baju Putih itu gugup sekali.

   Cepat ia berusaha menampar burung yang mencengkeram kepalanya.

   Tetapi pada saat kedua tangannya menampar keatas, Sian-Li-pun loncat menusuk dadanya.

   Setelah makan buah cian-lian-hay-te-som ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Sian-Li, bukan olah2 hebatnya.

   Sudah tentu pengawal Baju Putih itu gugup sekali dan tanpa banyak pikir turunkan tangan dan menyembur hawa beracun.

   Tetapi pada saat itu juga ia menjerit dan menukik jatuh kebawah.

   Ternyata pada saat pengawal Baju Putih itu menyembur hawa beracun, burung rajawalipun memperkeras cengkeramannya ke kepala orang itu.

   Kuku2 yang tajam dari burung rajawali telah masuk ke kulit kepala dan serempak dengan itu, burung rajawali pun masih mematuk hidung orang.

   Tak ampun lagi orang itu rubuh di lantai dengan kepala berlumuran darah dan hidung hancur.

   Tiba2 Hong Ing maju dan mengirim sebuah tendangan, prak ....

   seketika hancurlah kepala pengawal Baju Putih itu, nyawanya melayang.

   "Engkau kejam !,"

   Teriak Sian-Li.

   "Engkau lebih kejam!"

   Balas Hong Ing.

   "Aku? Sudah tentu aku terpaksa bertindak menyerangnya karena dia hendak menyerang suko sahut Sian-Li.

   "Aku bertindak begitu karena hendak menolong orang itu,"

   Balas Hong Ing. Sejak bertemu memang kedua nona itu bersikap tak akur. Melihat mereka bertengkar. Bloon segera melerai.

   "Ai, mengapa kalian ribut2?"

   "Dia menuduh aku kejam pada hal dia sendiri yang kejam,"

   Hong Ing memberi keterangan.

   "Ya. memang engkau kejam,,"

   Sahut Sian-Li, masakan orang yang sudah meregang nyawanya engkau tendang sampai hancur kepalanya."

   "Uh, jika aku tak berbuat begitu, dia tentu menderita kesakitan hebat. Dia sudah tiada harapan hidup lagi mengapa tak lekas dikirim ke akhirat daripada harus menderita terlalu lama. Apakah aku kejam ? kata Hong lng. Blo'on mengangguk .

   "Ya, engkau benar."

   "Aku pun tidak kejam karena dia hendak membunuh engkau, suko, maka akupun menyerangnya. Dia menyembur hawa beracun, untung aku tak kena apa2. Kalau aku tak membunuhnya dia tentu membunuhku. Kejamkah aku ini, suko?" '"Tidak sumoay"

   Kata Blo'on.

   "menghadapi musuh terutama orang jahat, memang hanya ada satu pilihan. Membunuh atau dibunuh. Engkau tidak kejam dan nona itupun tidak kejam karena hendak menolong penderitaan orang itu. Nah, puaskah kalian ?"

   "Belum."

   Sahut Hong Ing. Bloon terbeliak, Sian-Li pun terkesiap. Hong Ing melanjutkan.

   "Aku masih belum puas karena engkau belum memberi keterangan yang lengkap tentang kitab Bu-ji-keng itu."

   Bloon tertawa .

   "Sudah tentu akan memberi keterangan. Dari kotaraja aku tak mau kembali ke markas besar Kay pang tetapi aku langsung menuju ke gunung Thay san....."

   "O, makanya sampai beberapa lama kita menunggu dan mencarimu diseluruh peloksok kota-raja, engkau tetap tak ketemu."

   Sian-Li menggerutu.

   "Tiba disebuah kota, karena letih berjalan aku berhenti dipingir jalan. Entah bagaimana aku tertidur. Kurang ajar sekali tukang copet itu,"

   Tiba2 Blo'on memaki.

   "waktu aku tidur, seorang tukang copet datang dan menggerayangi bajuku. Ternyata dia tak menemukan uang melainkan kitab itu. Dia gemas dan karena melihat aku masih tidur mendengkur, dia sengaja hendak mempermainkan aku supaya bangun kemudian baru aku akan dipaksa untuk menyerahkan bekalku yang berharga". Blo'on berhenti sebentar lalu melanjutkan .

   "Karena marah kitab itu dibakarnya dan kalian tahu apa yang dilakukannya ?"

   Baik Hong Ing maupun Sian-Li hanya gelengkan kepala.

   "Abu dari kitab itu terus dimasukkan ke dalam air dan dituangkan kedalam mulutku. Sudah tentu aku gelagapan sekali "

   Mendengar sampai disitu kedua nona itu tertawa mengikik. Juga kakek Lo Kun yang sudah berbangkit ikut tertawa mengekeh.

   "Tetapi pencopet itu terkejut sekali ketika, lihat aku tertawa gembira ...

   "

   "Engkau tertawa ?"

   Teriak Sian-Li.

   "Ya, karena rasanya abu kitab itu enak sekali, manis2 harum. Pencopet itu sebenarnya seorang pengemis gelandangan. Karena melihat aku tertawa dia bertanya dan setelah mendapat keteranganku ia melongo. Aku menyambar kantong air bekalnya dan terus kuteguk, ternyata isinya arak. Karena tak biasa minum, aku merasa pusing dan mabuk. Kutempeleng pengemis itu hinggai pingsan. Aku terkejut. Sebenarnya aku hanya ingin menaboknya tetapi entah bagaimana ia begitu terkena jariku, dia terus menjerit pingsan seketika.

   "Beberapa penduduk yang mengetahui kejadian itu segera ber-bondong2 datang dengan membawa senjata dan pentung. Karena dianggap telah menganiaya seorang pengemis, mereka marah dan terus menghajar diriku ...

   "

   "Ai, celaka", seru Sian-Li.

   "lalu suko terpaksa menghajar mereka, bukan ?"

   "Tidak,"

   Bloon gelengkan kepala.

   "setelah minum abu kitab, badanku terasa lemas sekali, tenagaku hilang. Aku hanya dapat menjerit dan mengaduh saja ketika digebuki oleh beberapa penduduk itu. Dan akhirnya aku tak ingat apa2 lagi, aku pingsan."

   "Lalu bagaimana ? Apakah engkau terus pingsan sampai beberapa hari ?'' rupanya kakek Lo Kun juga terlarik mendengar cerita Blo'on.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Ya, rupanya mereka ketakutan karena mengira aku sudah mati,"

   Kata Blo'on.

   "lalu mereka ramai2 mengubur aku kesebuah lembah. Aku ditanam dalam sebuah lubang"

   "Celaka !"

   Teriak kakek Lo Kun.

   "kalau gitu engkau sudah pernah mati ?"

   "'Mungkin juga,"

   Sahut Bloon.

   "tetapi ketika aku membuka mata, aku berhadapan dengan seorang lelaki tua. Dia mengatakan bahwa aku sungguh beruntung karena dikubur dalam sebuah lubang yang kebetulan di bawahnya terdapat binatang peliharaannya."

   "Binatang apa?"

   Seru Sian-Li.

   "Orang itu mengaku bernama Hoa Liong, keturunan dari Hoa To seorang tabib yang sakti pada jaman Sam Kok. Hoa Liong mengatakan bahwa dia juga menuntut penghidupan sebagai seorang tabib. Pada suatu hari ketika mengembara kepuncak Himalaya ia telah menemukan katak-salju yang mengandung khasiat untuk menyembuhkan orang mati. Tetapi sukar untuk membawa katak itu pula ke Tiong-goan. Hawa yang tidak cocok tentu membuat katak itu mati. Akhirnya ia mendapat pikiran. la membawa beberapa ekor katak-salju itu pulang lalu membuatkan sebuah liang di bawah tanah. Kataksalju itu diberi tempat dalam sebuah wadah yang diisi dengan salju lalu ditanam dalam lubang tanah itu. Dengan demikian salju tak lekas lumer dan katak itupun dapat hidup."

   "Pintar sekali,"

   Seru kakek Lo Kun.

   "mana dia sekarang?"

   Bloon tak mau menjawab melainkan melanjutkan ceritanya .

   "Dia mengatakan kepadaku sebelum dia mejanjutkan kata2nya, seorang pengawal Baju putih loncat maju kehadapan Bloon. Dalam jarak hanya satu meter, pengawal Baju Putih terus mengirim sebuah tendangan. Sudah tentu Blo'on terkejut dan menghindar tetapi pengawal Baju Putih itu mengirim pula kaki kiri kemudian kaki kanan, kaki kiri lagi.

   "Lian hoan tui !"' teriak Sian-Li terkejut. Lian-hoan-tui atau ilmu Tendangan-berantai adalah ilmu tendangan yang susul menyusul seperti kilat menyambar. Sebenarnya Sian-Li sudah pernah menyaksikan ilmu tendangan tersebut. Tetapi yang dimainkan oleh pengawai Baja Putih itu memang mengejutkan sekali. Hampir kedua kaki orang itu seperti tak menginjak tanah dan derasnya seperti kilat menyambar. Tak memberi kesempatan orang untuk berhenti menghindar. Plak .. terdengar suara tubuh termakan kaki, disusul dengan tubuh Bioon yang mencelat ke udara. Sebuah tendangan dari pengawal Baju Putih itu dengan tepat telah mengenai pantat Blo'on. Sian-Li dan kakek Lo Kun terkejut. Tetapi sebelum mereka sempat bertindak, dilihatnya Blo'on berjumpalitan di udara lalu melayang turun. Pengawal Baju Putih itu cepat memburu dan lepaskan tendangan lagi tetapi saat itu Blo'onpun juga balas menendang. Lebih kurang duapuluh tahun yang lalu dunia persilatan, digemparkan dengan munculnya seorang jago silat yang mahir dalam ilmu tendangan. Bukan saja ilmu tendangannya itu aneh, pun dahsyatnya bukan kepalang. Setiap lawan yang terkena tentu remuk tulangnya. Kakinya sekeras besi, jarang yang mampu melawannya. Dia bernama Sin-song kak atau Sepasang-kaki sakti Tek Kiu Siang. Tetapi sudah beberapa tahun lamanya tokoh itu tak terdengar beritanya lagi. Tahu2 sekarang muncul di pangung Thian-tong-kau sebagai salah seorang pengawal. Suatu pertempuran aneh telah terjadi diatas panggung itu. Blo'on dan Tek Kui Siang saling beradu tendangan. Dan anehnya gerakan keduanya sama. Tek Kiu Siang menendang dengan kaki kanan. Kalau Tek Kiu Siang dengan kaki kiri, Blo'on pun juga dengan kaki kiri. Gerakan dan gaja tendangannya sama. Seolah Blo'on itu hanya merupakan refleksi atau pantulan dan semua gerak yang dilakukan Tek Kiu Siang. Berulang kali terdengar suara tulang kaki beradu. Cepatnya juga sama sehingga tak jarang apabila tendangan itu mengenai pantat, maka keduanyapun sama2 meringis.

   "Hai, goblok, jangan menirukan lagu orang saja!", teriak Hong Ing yang memperhatikan gerakan Blo'on, pakai gaya sendiri untuk menjatuhkannya."

   "Siapa yang menirukan?"

   Balas Blo'on.

   "Engkau !", bentak Hong Ing yang mengkal "Apa iya.?"

   Seru Blo'on "tetapi aku tak sengaja. Entah bagaimana kakinya selalu bergerak menurut gerakannya!"

   Bermula Hong Ing menggerem dan hendak mendampratnya tetapi pada lain saat ia teringat akan penuturan Blo'on tentang kitab Bu ji-ket.

   Adakah demikian khasiat dari abu kitab yang telah diminumnya itu? Pikirnya.

   Beberapa saat kemudian, karena masih saja dilihatnyva Bloon bergaya begitu, tiba2 timbullah pikiran Hong Ing.

   Tanpa bilang apa2, ia terus menghantam Bloon.

   Sudah tentu Blo'on terkejut dan sebagai refleks, ia pun ayunkan tangannya menghantam.

   Hong Ing sengaja memilih tempat yang agak di belakang pengawal Baju Putih.

   Karena itu pukulan Blo'on pun mengarah kepada si pengawal itu, duk"

   Seketika pengawal Baju Putih itu mencelat.

   Melihat itu kakek Lo-Kun terus menginjaknya tetapi pengawal itu ternyata memang lihay.

   Baru kaki si kakek diangkat, ia sudah mengirim pula tendangan sambil masih telentang di lantai.

   Prak....

   kakek Lo Kun terhuyung-huyung karena betisnya termakan tendangan.

   Bloon geram sekali.

   Cepat ia maju dan menerkam kaki orang itu, diangkat naik lalu dilontarkan kebawah panggung ......

   Kecepatan gerak dari Blo'on itu benar2 mengejutkan sekali.

   Andaikata dari tadi dia mau bergerak begitu, tentulah orang itu sudah rubuh.

   Tetapi dia sendiri mengatakan bahwa karena melihat tendangan lawan, tanpa disadari kakinyapun segera ikut menendang.

   Adalah karena marah, baru timbul kesadaran pikirannya dan menerkam kaki lawan.

   "Hai, mengapa engkau membantu musuh !"

   Tegur Bloon setelah menyelesaikan lawannya. Hong Ing deliki mata.

   "Siapa membantu musuh. Kalau tak dipukul, engkau tentu tak bergerak memukul. Cara tendang menendang seperti yang engkau lakukan tadi, kapan bisa selesai ?"

   "Jadi engkau memang sengaja hendak memancing supaya aku bergerak memukul ?"

   Seru Bloon.

   "Apa lagi kalau tidak begitu.

   "kata Hong Ing "eh, engkau ini memang aneh, kadang seperti orang waras, kadang masih seperti dulu."

   "Dulu yang mana ?"

   Tanya Blo'on.

   "Ketika pertama kali kuketemukan engkau berada dalam guha dan suhuku menggeletak tak bernyawa. Engkau benar2 seorang pemuda totol saat itu."

   "Apakah engkau anggap aku sekarang sudah waras ?"

   Balas Bloon.

   "Ya, kadang2 waras kadang2 masih linglung."

   "Sekarang aku mau melanjutkan bercerita lagi,"

   Tiba2 Blo'on berkata.

   "orang tua yang mengaku bernama tabib Hoa Liong itu mengatakan bahwa, secara kebetulan, sekali aku dikubur dalam liang yang dibawahnya terdapat peti tempat simpanan katak salju. Hawa dingin dari katak-salju itu telah mengawetkan tubuhmu dari pembusukan. Tetapi aneh juga, mengapa nyawamu masih ? Dia lantas bertanya kepadaku sudah berapa lama aku dikubur. Aku menjawab tak ingat. Malam itu aku pingsan karena digebuki penduduk. Dia bertanya apakah aku dapat mengingat malam itu bagaimana? Aku tak ingat dan hanya mengatakan bahwa malam itu menurut kata orang akan terjadi gerhana bulan. Dia menjerit dan mengatakan gerhana bulan itu terjadi pada tujuh hari yang lalu. Jika demikian aku sudah dikubur selama tujuh hari....."' .

   "Hola,"

   Teriak kakek Lo Kun.

   "engkau sudah pernah mati tujuh hari ? Bagaimana rasanya orang mati itu ? Apakah engkau bertemu dengan raja Akhirat ? Apakah di Akhirat itu sama dengan di dunia ini ? Apakah disana juga ada gadis......."

   "Sudahlah, sudahlah!"

   Teriak Blo'on yang merasa bisring dihujani pertanyaan bertubi-tubi oleh kakek Lo Kun,"

   Engkau tanya begitu melilit, apakah engkau hendak pergi ke akhirat?"

   "Kalau boleh kembali lagi ke dunia, aku ingin juga meninjau ke sana,"

   Sahut Lo Kun.

   "'Sudahlah, teruskan saja ceritamu.' kata Hoa Ing. Tiba2 seorang pengawal Baju Putih kemuka Blo'on. Tanpa berkata apa2 ; terus menusuk mata Blo'on dengan dua buah jari tangannya. Bloon terkejut, mengisar kesamping dan balas menusuk mata orang itu. Juga dengan dua buah jari tangan. Orang itu mendengus geram. Berkisar kenamping, jari kirinya menusuk dada Bloon. Blo'on juga mengisar dan jari kirinya lalu menusuk dada lawan. Orang itu menggeram makin keras. Sepasang tangannya segera menari-nari, dua buah jari kanan dan dua buah jari kiri berhamburan menusuk muka, dada dan sekujur badan. Blo'on pada bagian jalandarah yang berbahaya. Tetapi diluar dugaan, gerakan Blo'on juga, persis lawannya. Dia juga gunakan kedua jari tangan untuk menusuk. Barang kemana lawan bergerak ia tentu juga bergerak sehingga tak jarang beberapa kali harus terjadi adu jari. Pengawal Baju Putih itu membelalak. Karena mukanya ditutup dengan kain cadar putih maka tak tampak bagaimana perubahan airmukanya. Tetapi menilik mulutnya berulang kali ia mendengus dan mendesuh, jelas dia tentu menderita kejut yang besar.

   "Dunia persilatan pernah mengenal tentang seorang tokoh dari kaum agama yang mahir sekali dalam soal menusuk jalandarah. Menilik ilmu silatnya, dia berasal dari aliran Kunlun- pay. Tetapi dia menyangkal. Dia menyepikan diri disebuah pegunungan, menjadi seorang pertapa. Ilmu menggunakan dua buah jari begitu terkenal sekali ketika disuatu hari, tokoh aliran hitam yang menjagoi didunia persilatan Holam telah dijatuhkan oleh orang itu. Orang mengenalnya sebagai Liau Gong taysu tetapi bagaimana asal usulnya, tiada seorangpun yang tahu. Kini tahu2 Liau Gong taysu telah muncul sebagai salah seorang pengawal Baju Patih dalam barisan anakhuah Thian-tong-kau. Tetapi karena mukanya berkerudung cadar putih maka tiada seorangpun yang tahu bagaimana raut wajahnya yang sebenarnya. Rupanya saat itu karena beberapa kali tak berhasil, pengawal Baju Putih agak penasaran. Ia segera lancarkan serangannya makin deras dan dahsyat. Cret ..... Blo'on memang merupakan manusia yang paling aneh. Dalam tubuhnya telah terkandung suatu gerak-reflek yang aneh dan luar biasa, Makin diserang gentar, makin diapun menyerang gencar. Dan andaikata dia mau menggunakan pikiran, dengan mudah ia dapat menggerakkan tenaganya karena dia juga memiliki tenaga-dalam yang disebut Ji-ih-sinkang atau tenaga-sakti yang dapat digerakkan menurut sekehendak hatinya. Begitu pengawal Baju Putih menusukkan dua buah jarinya dengan sekuat kuatnya, jari Blo'onpun menyongsong. Ketika dua buah jari saling berbentur, pengawal Baju Putih itu menjerit. Ujung jarinya telah disaluri dengan tenaga dalam yang hebat tetapi dari ujung jari Blo'on juga memantulkan balik tenaga dari pengawal Baju Putih itu. Akibatnya ujung jari orang itu seperti terkena stroom listrik arus tinggi. Dia menjerit dan loncat mundur. Pengawal Buju Pulih tegak termangu. Sepasang matanya berkilat kilat memancarkan sinar tajam. Rupanya dia tengah menyalurkan seluruh tenaga-dalam dan pada lain saat ia segera menjulurkan kedua jari tangan kanan kemuka. Terdengar suara angin mendesis tajam kearah Blo'on. Saat itu Blo'on juga tegak berdiri jaraknya dua rombak dari lawan, ia heran mengapa pengawal Baju Putih itu menudingkan dua buah jari tetapi tidak menyerang maju. Maka diapun diam saja.

   "Suko, awas, dia menyerangmu,"

   Tenak Sian-Li yang dapat menangkap desis angin tajam.

   Blo'on terbeliak namun terlambat.

   Dadanya segera tersambar oleh aliran tenaga yang kuat sekali.

   Sedemikian kuat sehingga tubuhnya sampai mencondong ke belakang tetapi kaki masih tegak berdiri ditempat semula.

   Blo'on terkejut sekali.

   Rasa kejut telah membangkit tenaga dalam Ji ih-sin-kang, seketika ia meliuk ke muka dan desir angin itupun terdampar balik kembali kearah pengawal Baju Putih.

   Huak.....pengawal itu menguak dan muntah darah terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang dari jatuh terduduk di lantai.

   Dia telah terhantam oleh tenaga-dalamnya sendiri yang dipantulkan balik oleh Bio'on.

   Melihat itu Hong Ing cepat loncat hendak menyelesai pengawal Baju Putih dengan sebuah hantaman.

   Tetapi tiba2 terdengar orang berseru mencegahnya ;

   "Jangan ....,"

   Menyusul segelombang angin melandang punggung si nona. Hong Ing terkejut dan cepat loncat ke samping. Ketika berpaling ia melihat seorang lelaki setengah tua, pakaian penuh tambalan tetapi bersih, tegak dihadapannya.

   "Siapa engkau !'* bentak Hong Ing yang cepat dapat menduga bahwa yang menyerang punggungnya tadi tentulah lelaki itu.

   "Aku Hoa Sin dari partai Kay-pang,"

   Kata laki2 itu.

   "maaf, karena terpaksa harus menyerang nona tetapi maksudku hanya mencegah nona jangan sampai membunuh orang itu."

   "Apakah engkau kawan dari orang itu ?"

   Seru Hong Ing pula. Melihat sikap Hong Ing begitu ketus, Sian-Li melengking .

   "

   Eh, jangan engkau bersikap tidak sopan kepada Hoa pangcu dari Kay-pang."

   Hong Ing terkejut, ia memang belum kenal siapa Hoa Sin. Ia tak sangka kalau lelaki berdandan seperti pengemis itu ternyata ketua Kay-pang.

   "Oh, maafkan ..... Hoa pangcu."

   Katanya.

   "Ah, jangan berlaku sungkan, nona,"

   Kata Hoa Sin.

   "orang baju putih itu aku tak kenal karena mukanya mengenakan kain cadar. Tetapi menilik ilmu silatnya dia seperti dari aliran Kunlun pay. Bukankah begitu Ceng Sian suthay."

   Ternyata setelah mendapat obat, Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong taysu harus beristirahat dulu beberapa saat sebelum tenaganya pulih kembali.

   Setelah itu barulah mereka bertiga berhamburan loncat ke atas panggung.

   Tepat pada saat itu mereka melihat pengawal Baju Putih ter-huyung2, muntah darah dan jatuh terduduk.

   Mereka hanya sempat menyaksikan beberapa jurus adegan dari pertempuran antara Blo'on dengan pengawal Baju Putih itu.

   Namun Hoa Sin sebagai seorang ketua partai persilatan yang banyak pengalaman dengan cepat dapat melihat bahwa gerak gerik orang itu, seperti dari aliran partai Kun-lun-pay.

   Maka ia mencegah Hong Ing hendak memukulnya.

   "Kim kongcu"

   Kata Hoa Sin kepada Blo'on.

   "kemungkinan orang yang engkau kalahkan itu adalah seorang tokoh dari Kun-lun-pay yang sudah lama menghilang. Menilik "

   "Siapa yang engkau panggil Kim kongcu ?"

   Tegur Blo'on menukas.

   "Sudah tentu engkau,"

   Sahut Hoa Sin.

   "kami berkesimpulan bahwa engkau adalah putera dari Kim Thian Cong tayhiap yang menghilang itu".

   "Ya, benar, Hoa pangcu, dia adalah sukoku yang sejak bertahun2 telah pergi dari gunung,"

   Kata Sian-Li. Him Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin segera menghampiri dan memperkenalkan diri.

   "Kami berjerih payah mencari Kongcu.Tak terduga di tempat ini kami dapat bertemu"

   Kata ketiga Ketua partai persilatan.

   "Eh, jangan kalian bergirang dulu."

   Tiba2 Hong Ing berseru.

   "aku masih mempunyai perhitungan dengan dia."

   "Siapakah li-sicu ?"

   Tegur Ceng Sian suthay agak kurang senang melihat ucapan Hong Ing.

   "Suthay,"

   Sahut Sian-Li.

   "dia mengaku murid dari Hoa-sanpay. Suko dituduh telah membunuh suhunya, Kam Sian Hong pangcu."* "Benarkah begitu, li-sicu ?"

   Seru Ceng suthay pula.

   "Jika disebuah guha terdapat sesosok mayat dan di dalam guha itu hanya terdapat seorang muda yang membawa senjata dari korban itu, salah kah kalau orang menganggap pemuda itu yang jadi pembunuh?"

   "Tidak salah"

   Kata Hoa Sin.

   "tetapi aku percaya Kim kongcu tentu tak membunuh !"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Bagaimana Hoa pangcu yakin akan hal itu?", balas Hong Ing.

   "Karena ... karena pikiran Kim kongcu ."

   "Aku tidak gila !"

   Teriak Blo'on.

   "aku hanya lumpuh otak, tak dapat mengingat apa2 lagi."

   Dengan rubuhnya Liau Gong taysu maka pengawal Baju Putih kini hanya tinggal empat orang. Salah seorang lagi segera maju.

   "Kongcu, biarlah kali ini aku yang melayaninya,"

   Seru Hoa- Sin segera menyongsong ke muka orang itu.

   Tiba2 orang itu menggerung dan terus menerkam Hoa Sin.

   Hoa Sin terkejut, cepat ia menghindar ke samping sampai beberapa langkah dan secepat itu ia tahu bahwa gerakan pengawal Baju Putih itu adalah ilmu Eng-jiau-kang atau ilmu Cakar-garuda.

   Ia tak sempat menimang2 dan mengingat tokoh2 persilatan yang memiliki ilmu silat Eng-jiau-kang lihay.

   Memang banyak juga tokoh2 yang memiliki ilmu silat semacam itu, tetapi hanya sedikit sekali yang terkenal.

   Siapakah gerangan tokoh itu.

   Karena ia yakin orang2 yang dijadikan pengawal dalam partai Thian tong-kau tentu bekas tokoh2 silat ternama yang telah menghilang secara misterius dari dunia persilatan.

   Namun ia tak sempat berpikir karena saat itu, pengawal Baju Putih itu dengan sebuah gerak yang dahsyat telah menerkam pula tubuh Hoa Sin.

   Bermula memang tiada yang memperhatikan, tetapi setelah melakukan gerak Eng-jiau-kang, barulah orang tahu bahwa pengawal Baju Putih itu memiliki kuku2 panjang dan runcing seperti cakar burung garuda.

   Dan yang lebih hebat, kuku jarinya itu tampak tegak lurus seperti batang pit.

   Hoa Sin seperti diancam sepuluh batang pit yang hendak menerkam mukanya.

   Hoa Sin juga seorang ketua partai persilatan, sudah tentu ia memiliki kepandaian yang tinggi.

   Dan setelah mengenal ilmu silat lawan, iapun segera dapat mengatur cara perlawanannya.

   Dan karena lawan menggunakan tangan kosong, Hoa Sin pun tak mau memakai tongkat penggebuk anjing atau Bakkau- pangnya yang terkenal.

   Jurus Noh-eng-tham-cu atau Garuda-marah- menerkammutiara yang dilancarkan pengawal Baju Putih itu bertujuan untuk menerkam kedua biji mata Hoa Sin.

   Ketua Kay-pang itu tahu bagaimana keganasan dari jurus yang dimainkan lawan.

   Cepat ia lontarkan hantaman seraya loncat mundur.

   Pukulan yang dilontarkan Hoa Sin itu menggunakan enamtujuh bagian tenaganya tetapi betapakah kejutnya ketika dilihatnya pengawal Baju Putih itu tetap menerjang maju dengan ulurkan kedua tangannya ke muka.

   Hoa Sin terpaksa menghindar ke samping.

   Dengan sebuah gerak yang cepat ia gunakan jurus Thui-jong-ong-gwat atau mendorong-jendela-memandang-rembulan.

   Kedua tangannya didorong serempak kearah lambung lawan.

   Tetapi pengawal Baju Putih itu tiba2 berputar tubuh.

   Dengan indah sekali, kedua tangan Hoa Sin dapat dihindari dan tak kurang cepatnya segera ia balas menerkam tangan Hoa Sin dengan jurus Hui-eng sian-ke atau Garuda-terbangmenggondol- ayam.

   Menghadapi gerak perobahan dari lawan, Hoa Sin gunakan jurus Yap-mi-hun jong atau Kuda-liar membagi bulu suri.

   Kedua tangan direntang.

   setelah cengkeraman pengawal Baju Putih masuk segera ia mengatupkan tangannya untuk menerkam.

   Tetapi alangkah kejut Hoa Sin ketika gerakannya yang dilakukan dengan kecepatan tinggi itu tetap menerkam angin karena lawan dengan mudah telah mengendapkan kedua cakarnya dan tangan ditusukkan ke perut Hoa Sin.

   Jarak amat dekat sekali.

   Jalan satu-satunya bagi ketua Kaypang hanyalah miringkan tubuhnya kemudian, dengan sebelah tangan ia menghantam dada lawan.

   Plak ....

   pengawal Baju Putih itu tergetar mundur tetapi kedua kakinya tetap berdiri ditempatnya.

   Sedang Hoa Sin terpaksa harus loncat menyingkir.

   Ketika memeriksa bajunya ternyata terdapat lima buah lubang kecil bekas tusukan kuku jari lawan.

   "Siapakah gerangan tokoh Eng jiau-kiau ini ? masih Hoa Sin melanjutkan pertanyaannya dalam hati. Walaupun pukulannya tadi hanya menggunakan lima bagian tenaganya, tetapi tidaklah sembarang jago silat mampu menerimanya. Pengawal Baju Putih itu hanya tergetar ke belakag tetapi tetap tak berkisar dari tempatnya. Sesaat berobahlah airmuka ketua Kay-pang ketika teringat akan seorang tokoh dalam dunia persilatan yang sudah lama menghilang tiada beritanya. Dunia persilatan pernah mengenal seorang tokoh dari gurun Gobi yang pernah pada beberapuluh tahun menggemparkan dunia persilatan Tiong-goan. Dia memiliki ilmusilat Eng-jiaukang tetapi ilmu itu sedikit berbeda dengan ilmu Eng-jiau-kang yang terdapat di dunia persilatan Tiong goan. Tokoh itu bernama Hong tian-sin-eng atau Garuda sakti-gila. Kuku2 kesepuluh jarinya panjang tetapi dapat dijulurkan lurus keras, dilipat dan disurutkan menurut sekehendak hatinya. Dan yang lebih ganjil pula. kuku2 jarinya itu mengandung racun, Jangankan tercengkeram, bahkan tergurat sedikit saja oleh kukunya, bagian anggauta badan lawan yang terkena guratan itu tentu akan kaku tak dapat digerakkan lagi. Hoa Sin untung masih sempat menghindar, sehingga perutnya tak sampai rusak. Namun lubang pada bajunya itu cukup membuat ketua Kay-pang malu dan naik pitam. Ia hendak maju menyerang! "Hoa, pangcu, aku saja yang menghadapi,"

   Tiba2 Blo'on berseru terus mendahului melangkah kehadapan Hong -tiansin- eng.

   Pengawal Baju Patih itupun tak mau banyak bicara.

   Siapa saja yang maju, ia tak peduli.

   Pokoknya akan diserangnya sampai hancur.

   Melihat seorang pemuda gundul, ia terus saja loncat menerkam, sepuluh kuku jarinya menekuk macam kuku garuda hendak mencengkeram korban.

   Sekali buka serangan ia gunakan jurus Sin-eng-can-jiau atau Garuda sakti menebarcakar.

   Sedemikian hebat dan ketat gerakan kesepuluh jari Hong-tian-sin-eng sehingga Blo'on seolah dikelilingi oleh pagar kuku runcing.

   Blo'on terkejut dan ngeri melihat jari2 yang menyeramkan itu.

   Rasa kaget, telah mendebar semangatnya sehingga darahnya bergejolak keras.

   Dan seketika mengembanglah tenaga-dalam Ji ih-sin-kang yang istimewa.

   Ia tak menyadari akan tenaga dalam aneh yang dimilikinya itu.

   Hanya karena suatu gerak reflek hendak diterkam, ia segera merontak, menjejakkan kaki ke tanah dan tahu2 tubuhnya meluncur seperti anakpanah dilepas ke udara.

   Pengawal Baja Putih itu terkejut sekali karena terkamannya yang hampir mengenai itu tiba2 hanya menerkam angin.

   Sedangkan Blo'on ketika diudara baru gelagapan sendiri.

   Ia tak nyana kalau dirinya mampu melambung sampai dua tombak ke udara.

   Memandang ke bawah dilihatnya pengawal Baju Putih itu sedang mencengkeram ke tempatnya yang sudah kosong tadi.

   Seketika timbul kemarahan Blo'on, ia hendak meluncur turun menginjak kepala orang itu.

   Tetapi ia tak tahu bagaimana caranya supaya dapat meluncur cepat.

   Ji-ih-sin-kang memang aneh luar biasa.

   Apalagi jalandarah Seng-si-hian-kwan dalam tubuh Blo'on sudah tertembus.

   Tak perlu bergerak, cukup pikirannya menghendaki saja, tahu2 tubuhnya sudah meluncur seperti yang dikehendaki.

   Ji ih sin-kang yang dimiliki Blo'on memang cukup digerakkan dengan angan2 atau pikiran saja.

   Keanehan itu mungkin hanya dapat terjadi pada diri Blo'on yang penuh dengan beberapa tenaga dalam yang aneh, buah cian- hanhay- te-som dan lain2 hal yang tak mungkin dialami orang lain.

   Demikianlah setelah meluncur kebawah dalam kecepatan yang tinggi, kaki Blo'on hinggap diatas kepala Hong-tiang-sineng.

   Pengawal Baju Putih itu terkejut sekali.

   Cepat ia menarik kedua tangannya untuk mencengkeram kaki dialas kepalanya.

   Tetapi ah, hanya angin yang diterkam.

   Dan ketika baru saja ia menarik kedua tangannya turun, kepalanya sudah diinjak Blo'on lagi.

   Bahkan kali ini Blo'on menginjak keras hingga tubuh pengawai Baju Putih itu mengendap kebawah, krak....

   Blo'on loncat turun.

   Sekalian orang terkejut menyaksikan apa yang terjadi.

   Pengawal Baja Putih itu kepalanya lunglai rebah keatas bahunya seperti orang tengeng.

   Ternyata pijakan Blo'on telah meremukkan tulang lehernya.

   Jika bukan dia yang mempunyai daya-tahan hebat, tentulah sudah mati.

   Tetapi Hon-tian sin eng memang hebat.

   Tadipun pukulan ketua Kay pang hanya mampu merebahkan tubuhnya ke belakang Dan sekarang walaupun tulang lehernya sudah remuk dia masih dapat bertahan walaupun kepalanya terkulai kesamping pada bahunya.

   Pengawal Baju Putih memang gila benar.

   Walaupun sudah menderita luka begitu rupa, namun ia masih kuat melanjutkan serangannya.

   Bahkan karena marah, serangannyapun makin ganas dan kalap.

   Blo'on kesima.

   Pertama, ia merasa kasihan juga melihat leher orang itu.

   Dan kedua, iapun terlongong karena orang itu masih dapat melancarkan serangannya.

   Hanya sedetik ia terlongong tapi cukup sudah bagi seorang tokoh macam Hoantian- sin-eng untuk menerkam dada Blo'on.

   "Hukkk ..."

   Blo'on mengukuk kaget.

   Lebih kaget lagi ketika ia rasakan dadanya seperti ditusuk pisau runcing.

   Telah dikatakan berulang kali, ji-ih-sin-kang yang dimiliki Blo'on itu memang aneh sekali.

   Apalagi kalau dia marah atau terkejut, seketika tenaga-dalam aneh itu terus memancar keluar menurut ke hendak hati Blo'on.

   Rasa sakit pada dada, telah membuat Blo'on marah dan ingin membalas rasa sakit itu.

   Dan Ji-ih-sin-kangpun memancar .....

   Krek, krek .....

   terdengar bunyi bergemeretukan ketika kesepuluh jari pengawal Baju Putih yang menancap pada dada Blo on itu pecah dan patah, semua.

   Dan lebih gila lagi, Ji ihsin- kang itu masih melanjutkan menembus, jari2 pengawal Baju Putih, mengalir ke lengan lalu terakhir menggempur jantung.

   Pengawal Baju Putih itu menjerit ngeri ketika tubuhnya terpelanting rubuh ke belakang.

   Mulut mengalirkan darah, mata meram nyawa amblas.

   "Suko !"

   Teriak Sian-Li seraya lari menghampiri dengan cemas "apakah suko terluka ? Mengapa dada bajumu berlumuran darah hitam ?"

   Bloon menunduk memandang dadanya. Ah memang benar dada bajunya telah berlumuran darah warna hitam.

   "Apakah engkau terluka. suko?"

   Ulang Sian-Li. Blo'on gelengkan kepala .

   "Tidak. Tadi memang terasa sakit karena dadanya dicengkeram kuku orang itu yang runcing. Tetapi pada saat rasa sakit itupun sudah hilang."

   "Ah, masakan "

   Kata Sian-Li.

   "cobalah engkau periksa dadamu, suko"

   Blo'on menurut. Ternyata pada dadanya terdapat beberapa bekas lubang. Darah hitam itu mengalir dari lubang2 itu yang saat itu sudah kering. Hoa Sin yang menghampiri dan melihat luka itu serentak berobah airmukanya .

   "Kim kongcu engkau terkena kuku beracun. Tentulah kuku2 dari pengawal Baju Putih itu mengandung racun.

   "Bagai manakah rasa tubuhmu ?"

   "Tidak apa2"

   Jawab Blo'on.

   "Cobalah engkau bernapas,"

   Pinta Hoa Sin. Dan Blo'onpun melakukannya.

   "Tak apa2"

   Katanya tersenyum.

   Hoa Sin terlongong, jelas diketahuinya bahwa lubang2 kecil pada dada Bloon itu bekas cengkeraman kuku dan karena warnanya hitam, tentulah kuku itu beracun.

   Menilik kepandaian pengawal Baju Putih itu tentulah racun yang digunakannya itu ganas sekali.

   Tetapi mengapa Blo'on tak apa.

   Jika ketua Kay-pang itu heran memang tak mengherankan karena ia tak tahu bahwa Blo'on telah makan buah ajaib cian- Iiau-hay-te-som dan memiliki tenaga-dalam aneh Ji-ih-sinkang.

   Karena merasa sakit ia ingin menghapusnya dan memancarlah tenaga-dalam Ji-jh-sin-kang, mematahkan kuku2 jari pengawal Baju Putih dan menghalau keluar racun yang hendak menyusup kedalam dadanya.

   "Mengapa Hoa pangeu ?"

   Tegur Bloon.

   "Baru pertama kali ini aku melihat seorang yang tak mempan racun seperti kongcu. Apakah engkau mempunyai ilmu untuk menolak racun?"

   Tanya Hoa Sin. Blo'on gelengkan kepala.

   "Wah, aku tak kira kalau Kim kongcu memiliki ilmu kepandaian yang luar biasa saktinya. Pengawal Baju Putih itu ganas dan sakti, jika tak ada kongcu. sukar untuk mengatasi orang itu,"

   Hoa Sin memuji.

   "Ah, janganlah Hoa pangcu memuji"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Kata Blo'on "Memang benar, kongcu."

   Kata Hoa Sin dengan nada bersungguh.

   "ilmu meringankan tubuh yang kongcu tunjukkan tadi. benar2 luar biasa. Mungkin belum tentu jago kelas satu mampu menandingi kepandaianmu. Darimanakah engkau memperoleh kepandaian sakti itu ?"

   Blo'on gelengkan kepala ;

   "Aku tidak mempunyai guru."

   "Ha, ha,"

   Hoa Sin tertawa.

   "tak apalah, mungkin suhumu melarang engkau jangan mengatakan namanya kepada orang."

   "Sama sekali tidak,"' seru Blo'on.

   "suhuku itu bernama tetapi entah apa namanya. Setiap orang tentu mempunyai". Ketua Kav-pang tahu bahwa putera dari Kim Thian Cong itu memang berwatak aneh dan pikirannya aneh. Tetapi apa yang dilihatnya saat itu, menimbulkan kesan lain. Dalam sikapnya yang Bloon, ia melihat suatu cahaya kewibawaan. Dalam kebodohannya, ia melihat suatu kejujuran yang polos. Tak bisa ilmusilat tetapi sakti. Tak punya guru tetapi memiliki ilmu silat tinggi. Dalam hal wajah, sesungguhnya Bloon memiliki ketampanan yang mempunyai sifat menarik. Tak kalah dengan ayahnya, Kim Thian Cong.

   "Siapakah nama suhumu itu ?"

   Tanyanya.

   "Pengalaman dan kehidupan,"

   Sahut Blo'on. ia garuk2 kepala.

   "sesungguhnya aku jemu dengan kehidupan. Aku melarikan diri. Tetapi aku selalu dikejar-kejar hidup. Berulang kali aku sebenarnya harus mati, tetapi tetap diharuskan hidup. Aku pernah dikepung gembong2 Hoa san-pay, aku pernah dikeroyok paderi2 Siau-lim-si, aku pernah dicium harimau, aku pernah jadi menantu raja, pernah dikubur dan lain2. Aku tak senang hidup tetapi selalu diharuskan hidup. Dan hidup itu membawakan aku kepada pengalaman yang aneh2. Pengalaman2 itu banyak memberi pelajaran. Aku tak mau belajar tetapi dipaksa untuk menelan pelajaran. Pernah aku mendapat sebuah kitab aneh aku tak mau dan tak ingin mempelajari kitab itu tetapi seorang pengemis telah mengambil, membakar dan abunya diminumkan kemulutku dikala aku tidur nyenyak, bukankah hal itu aneh ?"

   Ketua Kay-pang mengangguk.

   "Benar, benar memang aneh sekali penghidupan itu. Yang mengharap dan menginginkan, malah tak mendapat. Yang tak mengharap dan menginginkan, malah mendapat."

   "Tepat,"

   Seru Blo'on pula.

   "seperti dengan ketua Thian tong kau disini. Dia mendirikan perkumpulan, mencari anggauta dengan paksa karena hendak mencari nama, hendak menjagoi dunia. Tetapi beginilah jadinya....."

   Belum selesai ia bicara tiba2 seorang pengawal Baju Putih yang lain, melaugkah maju setindak, berhenti lalu dorongkan sebelah tangan | Se-konyong2 Hoa Sin menjerit dan tersurut mundur selangkah.

   Demikian pula dengan Blo'on juga ter-huyung2.

   Sian-Li dan Hong Ing yang dekat dengan Blo'on juga menderita.

   Kedua nona terlempar sampai beberapa langkah.

   Untung keduanya tangkas.

   Begitu merasa terlanda oleh angin pukulan yang tak kelihatan, keduanya segera loncat.

   Maka walaupun terlempar mereka tak sampai menderita luka.

   "Bu-ing-sin-kang !"

   Teriak Hoa Sin ketika menyadari apa yang telah terjadi. Bu-ing-sin-kang artinya tenaga-sakti-tanpa-bayangan. Suatu ilmu tenaga-dalam yang tak kelihatan tetapi tahu2 telah melanda orang.

   "Apa itu Bu-ing-sin-kang?"

   Tanya Blo'on. Hoa Sin pun segera menerangkan.

   "O, jika begitu kalian harus ber-jaga2. Biar aku yang menghadapi orang itu"

   Kata Blo'on. Hoa Sin terkejut, Ceng Sian suthay dan Hoa Hong tojin juga menghampiri dan berseru.

   "Kongcu dia sangat lihay sekali ...

   "

   Tetapi Blo'on tak mengacuhkan, dia terus ayunkan langkah maju ke hadapan pengawal Baju Putih itu.

   "Hai. engkau pengecut"

   Serunya.

   "kalau menyerang harus bilang, dong!"

   Tetapi pengawal Baju Putih itu tak menjawab melainkan mendesuh aneh.

   Tiba2 ia dorongkan tangannya kemuka.

   Tetapi Blo'on sudah tahu.

   lapun segera mendorongkan tangannya ke muka.

   Tiada goncangan, tiada suara apa2, tahu2 pengawal Baju Putih itu tergetar tubuhnya.

   Rupanya dia tak puas.

   Kembali ia dorongkan tangan kanannya kemuka.

   Blo'onpun tak terima, ia menirukan juga gerak orang itu, Dan akibatnya, pengawal Baju Putih itu bukan saja tergetarpun kakinya tersurut setengah langkah.

   Pengawal Baju Putih itu mengeluarkan suara aneh, bercuitcuit seperti babi hendak disembelih.

   Setelah berdiri tegak, ia lalu dorongkan kedua tangannya.

   Gerakannya seperti orang ber-main2 karena sama sekali tak mengeluarkan angin maupun suara.

   Blo'on juga dorongkan kedua tangannya ke muka.

   Kali ini pengawal Baju Putih itu terhuyung selangkah kebelakang.

   Sekalian orang yarg menyaksikan adu pukulan tak bersuara itu terkejut heran.

   Ilmu apakah yang dimiliki Blo'on sehingga mampu mengalahkan seorang pengawal Thian-tong-kau yang memiliki ilmu pukulan sakti Bu-ing-sin-kang? Jika tokoh2 ketua partai persilatan itu heran tidaklah demikian dengan pengawal Baju putih itu.

   Karena pukulan dengan kedua tangannya gagal, ia makin penasaran.

   Dengan meraung keras ia terus lari menyerbu Blo'on, seraya menghamburkan pukulan tangan kanan dan kiri.

   Blo'on terkejut.

   lapun lari menyongsong seraya taburkan kedua tangannya menurut gerak pengawal Baju Putih itu.

   "Suthay, ilmu pukulan apakah yang dimainkan Kim kongcu itu?"

   Tanya Hong Hong tojin pada Ceng Sian suthay. Rahib ketua Kun-lun-pay itu gelengkan kepala .

   "Entahlah, memang aneh sekali anak itu. Selama ini aku belum tahu orang yang memiliki ilmu seaneh itu. Tetapi jelas dia dapat menirukan apapun gerakan lawannya."

   "Ya, dari kecil sampai setua ini, baru pertama kali ini aku melihat sebuah ilmu aneh seperti yang dimiliki kongcu itu.

   "

   Hoa Sin menghela napas.

   "dia memang aneh, lebih aneh dari ayahnya. Dia memang sakti, lebih sakti dari bapaknya."

   Dalam pada bicara itu, pertempuran telah langsung seru dan tak berapa lama terjadilah suatu pemandangan yang mengejutkan.

   Pengawal Baju Putih jumpalitan jungkir balik seperti terkena pukulan yang bertubi-tubi.

   Huak ....

   pada akhirnya dia muntah darah dan terus rubuh mencium lantai.

   Gemparlah sekalian orang menyaksikan kesudahan itu.

   Mereka benar2 tak menyangka bahwa Blo'on akan mengakhiri pertempuran itu dengan suatu kemenangan yang mengesankan.

   Beberapa ketua persilatan itu segera menghampiri.

   "Kongcu. bagaimana engkau ?"

   Tegur Ceng Sian suthay yang agak mulai menaruh perhatian kepada anak muda itu.

   "Terima kasih, suthay, aku tak apa2."

   Seru Bloon.

   "Apakah ilmu yang kongcu gunakan untuk menghadapi orang itu tadi ?"

   Tanya Hoa Sin.

   "Entah, apa namanya,"

   Jawab Blo'on.

   "tetapi memang aneh juga, apabila melihat orang bergerak akupun ingin bergerak menurut dia dan tahu2 tangan dan kakiku menirukan gerak orang itu, ilmu apakah itu ?"

   Ketiga ketua persilatan itu tercengang. Mereka saling bertukar pandang tetapi tak dapat memberi jawaban. Tiba2 Hoa Sin teringat sesuatu .

   "Ah, bagaimanakah bentuk kitab tanpa tulisan itu ?"

   "Biasa saja, kecil dan dapat dikantongi,"

   Jawab Blo'on.

   "Eh, engkau belum melanjutkan ceritamu ketika engkau dikubur dalam tanah,"

   Tiba2 pula Hong Ing berseru.

   "Ya,"

   Kata Blo'on, tabib Hoa Liong itu juga merasa aneh mengapa saat itu aku masih, bernyawa.

   Aku menerangkan bahwa ketika sadarkan diri.

   aku seperti terbungkus dalam kegelapan dan tubuhku seperti terbungkus benda berat.

   Aku meronta sekuat-kuatku.

   Memang agak terasa longgar tindihan yang mencengkam tubuhku itu.

   Tetapi aku diserang oleh rasa kantuk yang sukar dilawan, sehingga aku tertidur lagi.

   Tabib itu menerang bahwa hawa yang dipancarkan oleh katak-salju memang dapat membuat orang ngamuk.

   Kemudian tabib itu mulai menggali lubang dan membuka keping besi penutup lubang tempat ia memelihara katak-salju.

   Diambilnya seekor katak-salju dan diberikan kepadaku.

   Dengan makan seekor katak-salju ini, engkau akan memperoleh khasiat yang besar sekali.

   Tubuhmu kuat menahan segala perobahan hawa dan sakit.

   Pun umurmu akan panjang, tenagamu berlipat ganda kuatnya"

   "Wahai, suko, engkau memang besar rejeki. Setiap kecelakaan yang engkau derita, selalu berakhir dengan keberuntungan yang tiada taranya"

   Seru Sian-Li.

   "Itulah yang kumaksudkan. Aku tak senang hidup tetapi dipaksa hidup. Aku tak mencari ilmu dipaksa mendapat ilmu. Aku sendiri heran."

   Kata Blo'on.

   "Benar, memang anak itu selalu mendapat rejeki besar,"

   Seru kakek Lo Kun.

   "jika begitu mulai saat ini aku tak ingin mencari wanita, biar diburu wanita "

   Hong Ing dan Sian-Li tertawa mengikik.

   "Siapakah kakek tua itu ?"

   Karena sejak tadi belum diperkenalkan maka Hoa Sin segera bertanya kepada Bloon.

   "Dia adalah kakekku bernama Lo Kun si Macan Hitam,"

   Kata Blo'on. Mendengar itu Hoa Sin segera menghampiri, memberi salam perkenalan.

   "Ih, siapa ini, masakan pengemis hendak bersalaman dengan aku ?"

   Lo Kun mendengus.

   "Dia adalah Hoa Sin pangcu, ketua dari partai Kay pang"

   Seru Blo'on.

   "Lopeh, aku yang rendah bernama Hoa Sin,"

   Kata Hoa Sin dengan merendah diri "harap lopeh jangan menolak berkenalan dengan aku.

   Walaupun pengemis, tetapi aku juga manusia".

   Senang hati Lo Kun karena Hoa Sin sangat hormat kepadanya.

   Kemudian kakek itu menuding Hong Hong tojin "dan siapakah orang itu?"

   Hong Hong tojin memberi hormat.

   "Aku yang rendah seorang tojin bergelar Hong Hong, mengepalai partai persilatan Go-bi-pay"

   "Uh, juga seorang ketua. Mengapa banyak sakali ketua yang berada disini ?"

   Tanya Lo Kun. Tetapi ia tak minta jawaban karena terus mengajukan pertanyaan lagi .

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Dan siapakah wanita yang berkerudung kepala itu ?. Apakah dia sakit kepala ?"

   Sebenarnya Ceng Sian suthay sudah hendak memperkenalkan diri tetapi demi mendengar kakek itu bicara tak keruan, ia tak mau bicara.

   Rupanya Sian-Li tahu kalau kata2 Lo Kun itu kasar dan menyinggung perasaan Ceng Sian suthay maka buru2 ia memberi keterangan.

   "Ah, kakek Lo-Kun, jangan bicara tak keruan. Dia adalah Ceng Sian suthay,"

   Rahib ketua Kun-lun pay. Dia tak sakit kepala, memang demikianlah dandanan seorang rahib."

   "Perlu apa pakai kerudung kepala ? Bukankah bagi wanita, harus menunjukkan rambut? Aku teringat orang mengatakan bahwa rambut merupakan mahkota bagi seorang wanita ...

   ". Ceng Sian suthay makin ter-sipu2 malu.

   "Kakek Lo Kun, jangan bicara begitu !"

   Seru Sian-Li makin keras. Kakek Lo Kun deliki mata .

   "Aku bicara apa ? Kukatakan kecantikan wanita itu karena ia miliki rambut yang indah. Seperti engkau ini. Karena rambutmu hilang dan hanya tinggal dua buah kuncir, wajahmu jadi lucu, hilang sifat kewanitaanmu."

   Sian-Li malu sekali.

   "Tetapi ini bukan keinginanku. Aku telah dijadikan begini rupa oleh padri Thian-tok itu !"

   Hoa Sin, Hong Hong tojin dan Ceng Sian suthay terkejut '"Siapa paderi Thian-tiok itu, nona?"

   "Namanya Rajendra Singh, pandai ilmu sihir yang jahat. Dia sebenarnya hendak mencari suko maka dia lalu memaksa aku menyaru jadi suko untuk memancing suko keluar dari tempat persembunyiannya"

   Kata Sian-Li. Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin saling bertukar pandang. Kata Hoa Sin .

   "Mengapa paderi Thian-tiok hendak mencari Kim kongcu."

   "Kemungkinan dia tentu hendak mencari balas kepada Kim tyahiap. Oleh karena Kim tayhiap sudah meninggal maka ia tumpahkan dendamnya kepada puteranya,"

   Kata Ceng Sian suthay.

   "Benar, suthay,"

   Seru Hong Ing, Ketiga ketua paitai persilatan itu berpaling dan bertanya .

   "Bagaimana nona tahu ?"

   "Bukan saja tahu tetapi dia sudah kujadikan seorang buta !"

   Seru Hong Ing. Ketiga ketua partai persilatan itu makin kaget. Lalu meminta keterangan. Hong ingpun segera menuturkan peristiwa yang terjadi dengan Rajendra Singh. Hoa Sin mendengar dengan penuh perhatian. Sesaat kemudian ia berkata agak kaget.

   "Jika demikian halnya, apakah bukan dia yang telah mencelakai Kim kongcu sehingga Kim kongcu seperti orang yang kehilangan ingatan ?"

   "Kemungkinan besar begitu", seru Sian-Li.

   "karena setelah paderi Thian-tiok itu kabur, pikiran kitapun terang. Dan tampaknya pikiran suko juga lebih genah dari yang sudah lalu."

   "Memangnya aku tidak gila!,"

   Bloon bersungut sungut.

   "tapi kadang pikiranku masih gelap dan lupa segala apa. Penyakit apakah itu?"

   "Hi, hi. hi"

   Hong Ing tertawa mengikik. Blo'on melongo lalu menegur.

   "Mengapa engkau tertawa ? Apa engkau anggap aku memang gila?"

   "Apakah engkau masih ingat ketika dalam perjalanan turun gunung Hoa-san dahulu?"

   Tanya Hong Ing.

   "Apa itu sih ? Masakan hal2 yang sudah lalu engkau suruh ingat. Kau lebih enak memikir yang sekarang?"

   Seru Blo'on.

   "Engkau tak ingin tahu hal itu ?"

   "Kalau engkau memberitahu, aku mau mendengarkan."

   Jawab Blo'on.

   "Itu waktu aku pernah mengatakan bahwa untuk obat penyakit otak hilang haruslah makan otak naga. Habis mendengar itu engkau terus menawan aku dan memaksa aku supaya menunjukkan tempat naga itu. Masih ingat ?"

   Tanya Hong "Ya, sekarang aku ingat,"

   Sahut Blo'on, tapi dimanakah letak tempat naga itu ?"

   "Aku sendiri tak tahu,"

   Sahut Hong Ing "Ha, ha, ha,"

   Hoa Sin tertawa.

   "masa otak naga mampu mengobati penyakit otak. Untuk mencari naga itu saja sukarnya bukan kepalang. apalagi hendak mencari otaknya. Ah, jangan engkau bergurau nona."

   "Tidak,"

   Bantah Blo'on.

   "dia memang bergurau, kupikir memang hanya otak naga dapat menyembuhkan penyakit ingatanku itu."

   Kembali Hoa Sin tertawa .

   "Ah, kongcu derita sakit hilang ingatan adalah karena dijahati oleh paderi Thian-tiok itu. Obatnya, kalau begitu hanyalah menangkap paderi Thian-tiok itu dan memaksanya supaya menyerahkan obat."

   "Tetapi paderi itu sudah dibunuh oleh nona ini ?* seru Blo'on.

   "Belum, dia masih hidup hanya kedua matanya yang buta,"

   Menerangkan Hong Ing.

   Tiba2 seorang pengawal Baju Putih maju pula dan terus melontarkan sebuah pukulan.

   Seketika Blo'on dan orang2 yang berada disekitarnya terlanda oleh angin pukulan yang dahsyat sekali.

   Cepat2 mereka kerahkan tenaga-dalam untuk bertahan Hong Ing dan Sian-Li tersurut mundur, Hoa Sin, Ceng suthay dan Hong Hong tojin bergetar keras sehingga pakaiannya sampai bertebaran.

   Sedang Blo'on mencelat beberapa meter.

   "Biat-gong-ciang !"

   Seru Hoa Sin seraya memandang pengawal Baju Putih yang bertubuh tinggi kurus. Ia hendak maju tetapi Ceng Sian suthay sudah mendahului.

   "Kali ini biarlah aku yang melayaninya."

   Pengawal Baju Putih itu tak menghiraukai siapa yang dthadapannya.

   Ia mengangkat tangan dan mengayunkan kemuka lagi.

   Melihat itu Ceng Sian suthaypun balas menghantam.

   Terdengar deru suara angin dan sesaat kemudian disusul oleh letupan keras.

   Pengawal Baju Putih itu hanya tergetar bahunya sedang Ceng Sian suthay tersurut setengah langkah ke belakang.

   Ceng Sian terkejut sekali.

   Ia menyadari bahwa pengawal Baju Putih itu telah melancarkan pukulan sakti Biat-gong-ciang atau pukulan-membelah-angkasa.

   Ia juga menyambut dengan ilmu pukulan itu.

   Tetapi ternyata tenaga-dalam lawan lebih kuat.

   "Siapakah dia ?"

   Ceng Sian suthay mulai bertanya dalam hati.

   Sejauh pengetahuannya, dalam masa itu hanya sedikit sekali tokoh persilatan yang menguasai ilmu pukulan Biatgong- ciang sedemikian sempurna.

   Tiba2 pikiran suthay itu teringat akan seorang tokoh dari partai Kun-lun-pay.

   Tokoh itu termasuk dua angkatan lebih dulu, seorang cianpwe Kun lun-pay, adik seperguruan ketiga dari ketua Kun lun pay saat itu.

   Tetapi orang itu sejak turun gunung sudah tak kedengaran beritanya dan tak pernah kembali ke Kun lun-san lagi.

   Memang ketika suhu dari Ceng Sian suthay pernah juga dikerahkan beberapa anakmurid Kun lun-pay untuk mencari jejak orang itu.

   Tetapi tak berhasil.

   Jika benar dia, mengapa tahu2 sekarang berada di gunung Thay-san menjadi pengawal Baju Putih dari Thian-tong-kau ? Namun tak sempat suthay itu berpikir lebih lanjut karena saat itu pengawal Baju Pulih sudah ayunkan tangannya pula dengan suatu gerak yang lebih keras dari tadi.

   Ceng Sian suthay terkejut.

   Kalau ia mengadu pukulan lagi, kemungkinan ia akan menderita.

   Namun jika ia mundur, tentulah akan kehilangan muka.

   Akhirnya ketua Kun-lun-pay itu mengambil putusan nekad hendak adu pukulan.

   Kalau mati, biarlah ia pecah sebagai ratna.

   Dengan segenap pengerahan tenaga-dalam, ia segera dorongkan kedua tangan kemuka.

   Ia sudah memutuskan mati.

   Tetapi ternyata tenaga pukulan pengawal Baju Putih itu tak berapa dahsyat sehingga dapatlah suthay itu bertahan.

   Ceng Sian suthay heran.

   Dia tak tahu mengapa tenaga pengawal Baju Putih itu tiba2 menurun.

   Demikian dengan lain2 orang, kecuali Hoa Sin ketua Kay-pang.

   Karena hanya dialah yang tahu apa yang telah dilakukannya untuk membantu Ceng Sian suthay.

   Setelah melihat dalam adu pukulan pertama tadi Ceng Sian suthay menderita, diam2 Hoa Sin mencari akal bagaimana dapat membantunya.

   Sebagai sesama ketua partai persilatan, ia tak mau secara terang membantu karena hal itu dapat dianggap menghina.

   Maka diam2 ia mengeluarkan sebuah gigi anjing dari kantongnya.

   Diluar perhatian, ia menjentikkan gigi anjing itu kearah pengawal Baju Putih.

   Sudah tentu disertai dengan tenaga-dalam yang kuat.

   Gigi anjing tepat mengenai jalan darah Kiok ti-ltiat pada persambungan lengan pengawal Baja Putih.

   Seketika pengawal itu rasakan tangannya lunglai sehingga tenaganyapun lemah.

   Memang ada2 saja yang dilakukan ketua Kay-pang itu.

   Dia mengumpulkan gigi anjing banyak gunanya, katanya.

   Tetapi apa kegunaannya dia sendiri yang tahu.

   Pengawal Baju Putih itu meraung sedahsyat harimau lapar.

   Melangkah maju setindak, ia lancarkan pukulan dengan kedua tangannya.

   Hoa Sin menjetikkan dua buah gigi anjing tetapi kali ini agak terlambat.

   Yang satu mengenai pergelangan tangan orang tetapi yang satu lagi tertampar angin pukulan Biatpong- ciang.

   Huk .....

   terdengar mulut Ceng Sian si mendengus tertahan ketika tubuhnya terdorong mundur dua langkah.

   Wajah suthav pucat lesi.

   "Suthay, engkau kenapa !"

   Seru Hoa Sin dengan cemas.

   "Ak ... huak ...

   ", belum sempat suthay mengucapkan kata, segumpal darah segar telah tumpah dari mulutnya. Melihat itu Sian-Li cepat loncat menghampiri dan segera memberinya sebutir biji Cian-lit hay-te-som, kemudian membawa suthay itu ke samping supaja beristirahat.

   "Suko, balaskan suthay !"

   Seru Sian-Li, 'Baik,"

   Sahut Blo'on lalu melangkah maju ke hadapan dengan pengawal Baju Putih itu.

   Tanpa banyak kata pengawal Baju Putih pun segera lepaskan lagi pukulan Biat-gong-ciang yang dahsyat.

   Blo'on marah karena Ceng Sian suthay terluka maka iapun balas memukul menurut gayanya sendiri.

   Ia tak tahu apakah pukulan itu benar atau tidak, sesuai dengan pukulan ilmu silat atau tidak.

   Pokok ia marah dan memukul pengawal Baju Putih itu.

   Auhhhh .....

   terdengar pengawal Baju Putih menjerit ngeri ketika tubuhnya terbanting kebelakang.

   Baru pertama kali itu Blo'on memukul atas kehendaknya sendiri.

   Yang sudah2 ia hanya memukul setelah dipukul.

   Tenaga-dalam yang terpancar dan gerakannya merupakan tenaga reflek atau pantulan balik.

   Tetapi karena saat itu ia memukul, lainlah halnya.

   Tenagadalam yang terpancar memang bukan olah2 hebatnya.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Biat-gong ciang yang dilepaskan pengawal Baju Putih iiu pecah berhamburan terlanda oleh tenaga pukulan Bloon yang sakti.

   Bahkan setelah saling berbentur dan tenaga pukulan Biat gong ciang berhamburan, tenaga pukulan Blo on masih terus melanda dan menghantam tubuh pengawal Baju Putih.

   Dalam tubuh Blo'on berisi tenaga-dalam dari Kakek Lo Kun dari kakek Kerbau Putih, terisi buah cian-han-hay-te som yang dapat menembus jalan darah seng-si-hian-kwannya, menelan darah-ular-naga kemudian menelan abu kitab tak berhuruf, minum katak salju.

   Entah apa nama sekian macam tenagadalam apabila berkumpul jadi satu dalam tubuh seorang manusia.

   Dan buktinya, pukulan Bloon itu cukup satu kali saja sudah dapat merubuhkan seorang Pengawai Baju Putih dari partai Thian-tong-kau.

   Hoa Sin, Hong Hong tojin ter-longong2.

   Sebagai ketua partai persilatan yang ternama dalam dunia persilatan mereka tahu sampai dimana kedahsyatan dari pukulan Biat-gong-ciang yang dilancarkan dengan tenaga-dalam.

   Bahwa seorang ketua partai seperti Ceng Sian suthay tak mampu bertahan menerima pukulan Biat-gong-ciang dari pengawal Baju Putih itu, jelas, menunjukkan betapa hebat tenaga-dalam yang dimiliki oleh pengawal itu.

   Tetapi mengapa dalam sebuah pukulan saja, Bloon mampu menghancurkan seorang tokoh yang sedemikian lihaynya? "Kongcu, engkau sungguh hebat,"

   Seru Hoa Sin memuji tak henti2nya.

   "bahkan lebih hebat dari ayah kongcu Kim tayhiap dulu".

   "Ah, jangan mengolok"

   Seru Blo'on "kata orang ayahku itu jago sakti yang diangkat sebagai pemimpin dunia persilatan.

   Sedang aku.

   uh, tak senang belajar silat.

   Sampai saat ini akupun tak mengerti barang sejurus ilmusilatpun.

   Bagaimana mungkin aku lebih sakti dari ayah ?'' Hoa Sin menghela napas;

   "Aneh tapi nyata tak dapat ilmu silat tapi lebih sakti dari tokoh persilatan sakti."

   "Ah, harap Hoa pangcu jangan menyesalkan hal itu. Mungkin di dunia ini tiada manusia yang rejekinva sebesar Kim kongcu. Bahkan orang yang tekun berlatih silat sampai berpuluh2 tahun belum tentu menyamai apa yang diperoleh Kim kongcu"

   Kata Hong Hong tojin. Hoa Sin mengangguk.

   "Aku sih tak mengiri "

   Katanya.

   "hanya heran menyaksikan kejadian yang ajaib ini. Rasanya dalam dunia persilatan belum pernah terjadi peristiwa semacam ini. Dan ilmu kepandaian Kim kongcu itupun terbatas pada diri Kim kongcu sendiri, tak dapat diajarkan kepada lain orang."

   Tiba2 Hong Hong tojin bertanya ."Hoa pangcu kemanakah perginya Pang To Tik tayhiap? Mengapa sampai saat ini dia belum tampak ?"

   Hoa Sin pun seperti diingatkan, Sejak berada dibawah panggung, Pang To Tik telah pamit hendak mengacau di panggung tetapi ternyata sampai saat itu malah belum tampak.

   "Adakah dia tertangkap?"

   Akhirnya ketua Kay pang itu bertanya.

   "Kemungkinan memang dapat ditangkap orang Thian-tongkau tetapi kemungkinan juga tidak."

   Jawab Hong Hong tojin. Hoa Sin terkejut .

   "Bagaimana yang tojin artikan kemungkinan dia tidak tertangkap itu ?" 'Aku memang mempunyai rasa begitu tetapi sukar untuk memecahkan persoalannya , ... Belum Hong Hong tojin menghabiskan kata katanya, tiba2 seorang pengawal Baju Pulih mendekati maju menghampiri. Berbeda dengan yang lain, pengawal Baju Putih ini agak bungkuk, namun gerak langkahnja amat gesit sekali. Begitu tiba, dia terus menyerang Blo'on. Blo'on dan sekalian tokoh2 terkejut. Bukan karena diserang melainkan karena heran atas gaya serangan yang dilakukan pengawal bungkuk itu. Dia tidak memukul melainkan membuang tubuh dan berguling-guling di lantai, menuju ke tempat Blo'on. Karena bingung, Blo'on loncat menghindar. Tetapi orang bungkuk itu tetap berguling-guling mengejarnya. Akhirnya Blo'on coba2 menendang. Tetapi begitu kaki diayun, tiba2 orang bungku itu mendengkung keras dan tubuhnya mencelat ke udara sampai dua tombak, berguling-guling diudara dan meluncur kearah Blo'on. Begitu Blo'on menghindar orang itupun terus bergulingguling lagi ditanah untuk mengejarnya.! Hoa Sin dan Hong Hong tojin terkejut. Pernah mereka mendengar tentang seorang tokoh yang aneh dalam dunia persilatan. Tokoh itu kali bertempur tentu berguling - guling ketanah. Tetapi setiap kali hendak dihantam, ditendang atau dibacok, tentu melambung ke udara. Entah sudah berapa banyak jago2 silat yang kalah oleh tokoh aneh itu karena bingung menghadapi limusilatnya yang luar biasa itu. Tokoh itu dahulu diberi gelaran sebagi Tho-liong-cu atau si Naga bungkuk. Entah bagaimana tokoh yang sudah berpuluh tahun tak kedengaran beritanya, tahu2 menjadi anggauta pengawal Baju Putih dari Thian-tong-kau.

   "Kim kongcu, awas, kalau tak keliru pengawal Baju Putih ini bernama Tho-hong-cu atau si Naga bungkuk,"

   Hoa Sin memberi peringatan.

   "Naga bungkuk?* teriak Blo'on.

   "bagus, bagus, kalau begitu akan kuambilnya otaknya untuk obat.' Hoa Sin hendak membantah tetapi saat itu pengawal Baju Pulih sudah berguling guling melanda cepat sekali. Ternyata gerak berguling-guling itu ada tujuannya juga yalah hendak menyambar kaki orang. Blo'on memang masih memiliki sifat kanak2. Melihat pengawai Baju Pulih itu terus menerus berguling-guling di lantai akhirnya Blo'onpun ikut latah, iapun terus lemparkan tubuh berguling-guling ke lantai. Dua sosok tubuh yang berguling-guling itu melaju pada arah yang berlawanan atau menyongsong satu sama lain. Duk .... terdengar bunyi mendebuk ketika tubuh keduanya saling berbentur. Dua-duanya berhenti. Secara kebetulan mereka saling beradu punggung. Seketika Blo'on rasakan punggungnya seperti mendarat disebuah gumpal daging yang lunak tetapi melekat, kemudian tahu2 daging itu memancarkan tenaga-dorong yang dahsyat sekali. Blo'on ter guling2 beberapa langkah tetapi lawanpun terlempar sampai beberapa meter. Gumpal daging pada bungkuk Tho-liong-cu itu mengandung tenaga dalam yang hebat sekali. Seperti yang terjadi pada kakek Kerbau Putih. Tetapi kali ini dia ketemu batunya. Ketika daging punggungnya melekat pada punggung Bloon lalu memancarkan tenaga dalam, memang Blo'on dapat terpencal tetapi tubuh anak itupun memantulkan tenaga membal yang hebat sehingga tenaga-dalam dari Tho-liong-cu itu menghantam dirinya sendiri. Tho-liong-cu mencelat sampai beberapa meter, isi dadanya hancur. Hoa Sin menghela napas .

   "Ah, tak nyana seorang jago tua yang pernah menggetarkan dunia persilatan, harus mati secara begitu mengenaskan sekali".

   "Jika demikian halnya, kita harus berusaha untuk menyelamatkan pengawal2 yang masih itu. Jika mereka berhantam dengan Kim kongcu, tentulah mereka akan binasa semua."

   Kata Hong Hong tojin.

   "Tetapi sukar, totiang "

   Kata Hoa Sin.

   "pertama kita tak tahu siapa yang mengenakan pakaian pengawal Baju Putih itu. Kedua, mereka tak dapat diajak bicara. Begitu maju terus menyerang dengan ilmu yang hebat, terpaksa Kim kongcu maju dan akibatnya lawan tentu menderita."

   Tetapi sekalipun mulut berkata begitu namun Hoa Sin juga gelisah karena memikirkan nasib barisan pengawal Thiantong- kau.

   Jelas mereka adalah tokoh2 ternama dalam dunia persilatan yang telah menghilang.

   Jika dapat, mereka harus diselamatkan dari kebinasaan.

   Hoa Sin menghampiri Blo'on dan berkata dengan pelahan .

   '"Kongcu, aku hendak bicara kepadamu.

   Pengawal2 Buju Putih itu jelas adalah tokoh2 tua yang terkenal.

   Karena muka mereka tertutup kain cadar, maka sukar untuk mengenali.

   Memang ada tokoh2 dari aliran Hitam, tetapi ada juga yang dari aliran Putih."

   "Lalu bagaimana cara menghindarkan mereka dari kebinasaan ?"

   Tanya Blo'on.

   "Inilah yaug harus kita pikirkan,*' kata Hoa Sin.

   "tetapi yang jelas, mereka telah dicelakai oleh ketua Thian tong-kau sehingga ingatan mereka hilang. Jika kita dapat menolong mereka, berarti suatu berkah bagi dunia persilatan."

   Tiba2 Ceng Sian suthay berseru.

   "Apakah kongcu mengerti ilmu tutuk jalandarah?"

   Blo'on gelengkan kepala .

   "Jangankan ilmu tutuk darah, ilmu silatpun aku tak mengerti."

   Ceng Sian suthay menghela napas.

   "Jika begitu, mengapa tidak menangkapnya saja?"

   Sekonyong-konyong Hong Ing beseru.

   Para ketua partai persilatan itu terkesiap, memang hanya dengan jalan itu, dapatlah para pengawal itu diselamatkan dari kebinasaan.

   Ho Sin lam ber-bisik2 kepada Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin.

   Tampak kedua ketua partai persilatan itu mengangguk-angguk.

   Kemudian Hoa Sin berkata kepada Blo'on ;

   "Kongcu kami akan berusaha untuk menangkap ketua Thian tong-kau. Dalam menghadapi barisan pengawal baju Putih itu harap kongcu suka ber-hati2. Sedapat mungkin selamatkanlah jiwa mereka."

   Blo'on mengiakan namun ia tak tahu bagai mana caranya.

   Tetapi sebelum ketiga ketua partai persilatan itu pergi, seorang pengawal Baju Putih sudah menerjang.

   Bahkan kali ini yang maju bukan hanya satu, melainkan dua orang pengawal Baju Putih.

   Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin terkejut ketika mereka dihadang dan terus diserang oleh dua-pengawal Baju Putih.

   Lebih terkejut pula, ketika melihat cara kedua pengawal menyerang.

   Kalau yang satu menyerang dan kanan yang kiri tentu bergerak dari kanan.

   Kalau yang satu menyerang dari muka, yang lain tentu menyergap dan menyerang dari belakang.

   Kalau yang satu menyerang ke bawah, yang lain menyerang bagian atas.

   Jika yang satu berguling2 di tanah, yang lain melambung ke udara.

   Ketiga ketua partai persilatan itu benar2 bingung menghadapi kedua pengawal Baju Putih itu.

   Bukan saja gaya dan cara serangannya yang aneh, tetapipun mereka memiliki tenaga-dalam yang hebat sekali.

   Yang satu tenaga-dalam bersifat lunak dan yang satu bersifat keras.

   Dalam beberapa saat saja, ketiga ketua partai persilatan itu kelabakan setengah mati.

   Mereka bertiga tetapi tak mampu menghadapi serangan dua orang musuh.

   Belasan tahun yang lalu, dunia persilatan pernah mengenal sepasang tokoh saudara kembar yang bernama Song Li dan Song Kian.

   Kedua saudara kembar itu bertemu dengan seorang sakti ia mendapat pelajaran ilmusilat yang aneh.

   Yang satu yalah Song Li diberi ajaran tenaga-dalam keras dan yang satu yakni Song Kian, diberi ajaran tenaga-dalam lunak.

   Seorang musuh yang diserang oleh dua macam tenaga-dalam yang berlawanan itu tentu akan bingung dan akhirnya tak berkutik.

   Karena tertarik akan kepandaian yang istimewa dari kedua saudara kembar Song itu, maka conglok atau gubernur Holam.

   telah memakai mereka sebagai pengawal gedung gubernuran Setelah gubernur itu mati, kedua saudara kembar itupun pergi entah kemana, tiada beritanya lagi.

   Akhirnya ketiga ketua partai persilatan itu terdesak, hanya mampu bertahan tak dapat menyerang.

   "Suko, harap membantu ketiga pangcu itu", seru Sian-Li. Blo'on maju dan berseru mempersilahkan Hoa Sin, Ceng Sian dan Hong Hong tojin minggir supaya dia yang mengganti. Tiba2 Song Li meraung keras dan Song Ki melengking nyaring, yang satu suaranya besar dahsyat, yang lainnya tinggi melengking. Setelah itu mereka lalu menyerang Bloon. Bloon yang tak mengerti kepandaian kedua saudara kembar itu bermula terkejut sekali ia rasakan dadanya sesak hampir tak dapat bernapas. Tiba2 iapun memekik nyaring. Sedemikian nyaring sehingga kedua saudara kembar itu tertegun dan sekalian orangpun terlongong. Ternyata pekikan Blo'on itu telah menghamburkan suatu tenaga dalam yang dahsyat sekali. Hoa Sin terkesiap dan makin yakin bahwa putera dari Kim Thian Cong itu memang memiliki tenaga dalam yang hebat sekali. Sebenarnya kedua saudara kembar itu tertegun bukan karena kaget saja, pun karena saat itu mereka merasa bahwa tenaga-pukulan yang dilontarkan berbalik melanda mereka sendiri. Sesaat kemudian Song Li dan Song Kian berhamburan lagi menerjang Blo'on. Song Li langsung menghantam kepala Blo'on. Song Kian menyelinap ke belakang Blo'on dan menubruk kakinya. Mereka bergerak cepat sekali sehingga Bloon tak sempat menghindar. Ia hanya dapat rnengisarkan kepala kesamping sehingga selamat dari pukulan, tetapi bahunya terlanggar juga. Dan lebih celaka lagi ketika kakinya telah diterkam oleh Song Kian. Rasa kejut dan sakit telah menyebabkan Blo'on meronta. la loncat ke udara. Seketika tampaklah suatu peristiwa yang aneh dan menggelikan. Begitu melambung, Song Kianpun ikut terseret ke atas. Song Kian berusaha untuk menariknya turun. Ia gunakan ilmu Cian-kin-tui atau Tindihan-seribu-kati untuk mengganduli kaki Blo'on. Dalam pada itu karena pukulannya luput. Song Li pun menggeram marah. Ia menghantam lagi, Cepat pada saat itu tubuh Blo'on meluncur turun. Melihat dirinya hendak dipukul, dengan sekuat tenaga Blo'on bergeliatan melambung keatas lagi. Duk..... pukulan Song Li tepat mengenai tubuh Song Kian. Song Kian lepaskan cekatannya dan jatuh ke tanah Saat itu pula tubuh Blo'onpun meluncur turun tepat jatuh didada Seng Kian. Hek... Song Kian menguak tertahan dan berhenti napasnya. Song Li tak peduli bagaimana dengan nasib saudaranya, ia tetap menyerang Blo'on. Karena Blo'on membungkuk melihat keadaan Song Kian yang dipijaknya, Song Li loncat menerkam kepala Blo'on. Kedua tangannya serempak direntang untuk menghantam batok kepala Blo'on.

   


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen Bakti Pendekar Binal Karya Khu Lung Pisau Kekasih Karya Gu Long

Cari Blog Ini