Pendekar Bloon 28
Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 28
Pendekar Bloon Karya dari S D Liong
Binatang itu meraung sekuat-kuatnya dan dengan kalap terus menerkam Sian Li.
Sebenarnya Sian Li dapat membunuhnya tetapi bagaimanapun dia seorang anak perempuan.
Melihat muka orangutan yang marah dan menyeringai dengan gigi2 taringnya yang tajam.
Sian li ngeri.
Ia menyurut mundur dan orangutan itupun makin membuas.
Rasa ngeri telah membuyarkan konsentrasi Sian Li dan saat itu orangutan itu sudah melayangkan tangannya untuk menerkam.
Melihat itu Blo'on memberingas.
Sekali loncat, ia melambung sampai tiga meter tingginya, melayang di dada orangutan itu.
"Duk....."
Orangutan yang tingginya sama dengan dua orang itu terhuyung huyung ke belakang dan terus rubuh tertelentang tak berkutik lagi.
Ternyata kedua kaki Blo'on yang mendarat di dada binatang itu tepat mengenai jantungnya.
Ji-ih-sin kang atau tenaga dalam sakti yang dapat digerakkan menurut senendak hati, memang luar biasa aneh dan hebatnya.
Kedua kaki Blo'on sama dengan dua buah tiang besi yang dihantamkan keras2.
Seketika berhentilah jantung binatang itu.
"Suko ....."
Seru Sian Li seraya lari menghampiri. la kuatir sukonya menderita luka.
"Kenapa? Apakah engkau terluka? "
Blo'on balas bertanya.
"Tidak. suko. Aku hanya ngeri melihat wajah binatang itu hingga tak ingat untuk membabatnya."
Tiba2 Blo'on melihat sebuah pintu batu pada dinding guha yang dijaga kedua orangutan itu. la segera menghampiri.
"Tunggu suko,"
Seru Sian Li.
"akan kuhantamnya dengan pedang ini."
Dara itu terus gunakan pedang Pek liong-kiam untuk menghantam. Memang pintu batu itu mulai menghamburkan keping2 hancuran, tetapi ternyata tebal sekali. Melihat itu Blo'on tak sabar, serunya.
"Berhenti! Akan kudorongnya saja!"
Ia terus mendorong pintu itu dengan kedua tangannya. Bermula tak bergeming tetapi karena Blo'on makin ngotot dan bernafsu, tak berapa lama pintu batu itupun mulai bergoyang dan bergoyang kemudian mulai terdorong kedalam.
"Krak, krak, bum ...."
Pintu batu yang tebalnya tak kurang dari setengah meter itupun terbuka dan segeralah tampak sebuah lorong. Blo'on terus menerobos masuk. Demikian pula Sian Li.
"Hai!"
Serentak Blo'on berteriak kaget ketika menyaksikan pemandangan ditempat itu.
Dua belas bocah laki2 yang menjadi barisan depan di panggung tadi serta berpuluh gadis2 cantik yang berpakaian Hijau dan Kuning, rubuh malang melintang didalam sebuah ruangan.
Sian Li juga terkejut dan cepat menghampiri.
la memeriksa denyut pergelangan tangan salah seorang bocah dan seorang gadis, ternyata masih bekerja.
"Suko, bocah2 dan gadis2 ini tentu dipaksa minum racun,"
Seru Sian Li.
"Mereka belum mati? "
Tanya Blo'on.
"Belum.."
"Bagus!"
Tiba2 terdengar suara orang bertepuk girang dan pada lain kejab sesosok tubuh lelaki pendek terus menerobos datang, langsung mendekati seorang gadis yang tak sadarkan diri itu.
"Kakek Lo Kun!"
Teriak Sian Li.
"mau engkau apakan dia? "
"Jangan kuatir,"
Seru kakek Lo Kun.
"dia akan kuangkut keluar dan akan kusembuhkan."
"Dia keracunan, kakek."
Kata Sian Li.
"dengan apa hendak engkau sembuhkan? "
"Jangan kuatir."
Seru kakek Lo Kun pula.
"bukankah engkau mempunyai batu kumala hijau burung Hong itu? Juga batu kumala merah itupun mempunyai khasiat untuk menolak segala macam racun "
"Mengapa harus engkau bawa keluar? Bukankah kita dapat menolongnya disini? "
Tanya Sian Li.
"Setelah sembuh akan kubawa pulang,"
Jawab kakek Lo Kun.
"Bawa pulang? Untuk apa? "
"Eh, budak perempuan,"
Kakek Lo Kun mengeram.
"mengapa engkau tanya begitu melilit? Kalau seorang pria membawa pulang seorang gadis itu, tentulah engkau harus mengerti artinya."
"Jangan gila-gilaan, kakek,"
Seru Blo'on.
"Siapa yang gila? Aku tidak gila,"
Teriak kakek Lo Kun.
"apakah aku tak boleh membawa pulang seorang gadis? Kalau engkau sukai dan bawa pulang."
"KakeK Lo,"
Seru Sian Li.
"dimanakah rumahmu? "
"Sudah tentu di guha Hek-hou-tong!"
"Dimana guha Hek-hou tong itu letaknya?! desak Sian Li.
"Di.... di .... eh, mengapa aku lupa? Di mana ya? "
Kakek itu garuk2 gundulnya. Sian Li tertawa.
"Begini sajalah, kakek Lo,"
Katanya.
"engkau boleh membawa gadis itu setelah engkau ingat dimana letak guha tempat kediamanmu. Kasihan, kalau gadis secantik itu harus, engkau ajak kemana-mana."
"Hm,"
Pikir kakek Lo Kun.
"benar juga"
Demikian setelah diberi minum air perendam kemala hijau burung Hong, kawanan bocah2 laki dan gadis2 cantik itu dapat sadar dan tertolong jiwanya.
"Sayang Thian tong kau telah hancur dan ketuanya sudah mati,"
Kata Blo'on.
"kalian boleh pulang ke rumah kalian masing2. Tetapi ingat, jangan melakukan perbuatan yang jahat lagi atau ikut perkumpulan hitam semacam Thian tong kau."
Rombongan gadis2 cantik itu mengatakan bahwa sebenarnya mereka juga tak suka tetapi dipaksa oleh orang Thian tong kau.
Demikian keakhiran dari partai Thian tong kau yang hendak menguasai dunia persilatan.
Suatu bencana benar bagi dunia persilatan telah tertumpas walaupun harus terjadi pengorbanan besar dari tokoh2 persilatan yang mati.
Walaupun sukar untuk mengenali wajahnya yang asli tetapi Sian Li dan Blo'on yakin.
Setelah beristirahat memulangkan pernapasan Hoa Sin ketua Kay pang, Ceng Sian suthay ketua Kun lun-pay dan Hong Hong tojin ketua Go-bi-pay serta Hong Ing murid Hoa san pay, walaupun belum sembuh sama sekali, namun sudah dapat berjalan dan bergerak seperti biasa.
Ketiga ketua partai persilatan, terutama Hong Ing, terkejut sekali mendengar Pang To Tik ikut binasa dalam markas Thian-tong-kau ketika markas itu meledak.
"Akan kubawa mayat supeh ke gunung Hoa-san,"
Kata Hong Ing. Mendengar itu Hoa Sin berkata .
"Dari Thay-san ke gunung Hoa-san, jaraknya jauh sekali. Dikuatirkan jenasah Pang tayhiap itu tak dapat bertahan sampai sekian lama. Menurut pendapatku, kita bakar saja jenazahnya dan abunya boleh nona bawa pulang ke gunung. Atau masukkan dulu dalam peti dan sementara kubur di sini. Kelak apabila urusan ramai2 dalam dunia persilatan ini sudah selesai, kita tentu akan beramai-ramai datang kemari untuk memindahkan peti mati Pang tayhiap ke Hoa-san."
Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin dan Sian Li mendukung usul itu.
Mereka menyatakan, kelak akan mengundang seluruh kaum persilatan untuk mengadakan upacara sembahyang guna menghaturkan terima kasih kepada arwah Pang To Tik yang telah mengorbankan jiwa demi keselamatan dunia persilatan.
Rupanya Hong Ing dapat menerima dan menyetujui usul itu.
Sehari itu mereka tinggal dimarkas Thian-tong kau untuk membuat peti mati dan menggali liang.
Dengan upacara yang sangat sederhana tetapi khidmat, jenasah Pang To Tik dikubur di bawah sebatang pohon pik.
Selesai itu rombongan ketiga partai persilatan dan Blo'on.
segera turun gunung.
Dalam perjalanan itu merekapun tak henti-hentinya membicarakan soal diri kakek baju putih atau Pek I lojin.
"Dimanakah gerangan kakek baju putih itu? "
Kata Sian Li,"
Dia seorang kakek yang baik budi."
"Ternyata lojin itu seorang tokoh yang berilmu tinggi,"
Kata Hoa Sin pula.
"kemungkinan dia tentu selamat."
Ceng Sian pun ikut memberi tanggapan .
"Memang biasanya tokoh sakti yang aneh itu selalu aneh pula sepak terjangnya. Dia tak mau disanjung puji. Tentulah karena merasa peristiwa di markas Thian tong-kau sudah selesai, maka diapun diam2 meninggalkan kita."
"Cianpwe, siapakah sesungguhnya Pek I lojin itu? "
Kata Sian Li,"
Secara tiba2 saja dia muncul di panggung. Karena masih sibuk menghadapi pertempuran kita tak sempat bertanya tentang dirinya. Tetapi belum lagi kita sempat bertanya dia telah menghilang. Ah benar2 seorang tokoh misterius."
Dari Thaysan mereka hendak melanjutkan perjalanan ke gunung Hongsan.
Digunung Hong-sanpun muncul sebuah partai baru yang memakai nama Seng han kau dan dipimpin oleh orang yang menamakan dirinya sebagai Kim Thian Cong.
Tujuh partai persilatan besar telah membagi tugas.
Empat partai persilatan ke Thaysan yakni Hong Hong tojin ketua Go bi pay, Ceng Sian suthay ketua Kun lun-pay, Hoa Sin ketua Kay pang dan Pang To Tik wakil Hoasan.
Yang tiga partai yakni Hui Gong taysu dari Siau-lim pay.
Ang Bin tojin dari Bu tong-pay dan Sugong ln dari Kong-tongpay menuju ke Hong-san.
Ketua Hoa-san pay, Kam Sian Hong telah mati dibunuh orang.
Diduga keras yang membunuhnya adalah Blo'on.
Karena hanya pemuda itu yang berada disamping jenasah Kam Sian Hong ketika ketua Hoa san pay itu sedang menyepi untuk berlatih ilmu semedhi.
Tapi menilik Blo'on seorang pemuda yang Bloon dan ternyata tak mengerti ilmu silat, kecurigaan itupun mencurigakan.
Mereka belum berani menentukan secara positif bahwa Blo'on itu pembunuh ketua Hoa san-pay.
Sebelum diadakan pemilihan ketua baru, timbullah huruhara dalam dunia persilatan dengan beberapa peristiwa yang aneh.
Mayat Kim Thian Cong hilang, ketua Hoa san pay Kam Siang Hong dibunuh orang, digunung Thaysan dan Hongsan muncui dua orang yang bernama Kim Thian Cong, masing2 mendirikan partai Thian-tong kau dan Seng-lian-kau, mengirim surat undangan pada tokoh2 di seluruh dunia persilatan, supaya menghadiri upacara peresmian mereka dan akan dipaksa masuk menjadi anggauta.
Demikian kisah pergolakan yang terjadi dalam dunia persilatan saat itu.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pada saat kaum persilatan dan terutama para ketua partai persilatan hampir kehilangan arah dan kepercayaan diri, muncullah si Blo'on putera dari Kim Thian Cong yang telah menghilang minggat dari rumah sejak baberapa tahun yang lalu.
Kemunculan pemuda berkuncir dua yang nyentrik dan bernama Blo'on itu, merupakan titik sinar dalam kemelut awan gelap yang akan menimbulkan hujan darah dalam dunia persilatan.
Blo'on hampir dipandang sebagai seorang super star, seorang anak ajaib.
Dia tak mengerti ilmusilat tetapi dapat mengalahkan jago2 silat yang tak dapat dikalahkan olen para ketua partai persilatan.
Dia tak mengerti dan tak pernah berlatih ilmu khi-kang, tetapi tubuhnya mengandung ilmu tenaga-dalam.
Ji-ih-sin-kang yang tiada tandingannya.
Hancurnya Kim Thian Cong palsu yang hendak mendirikan partai Thian tong-kau di gunung Thay-san cepat tersiar luas dalam dunia persilatan.
Rombongan dari partai2 ataupun perorangan yang menghadiri rapat Thian tong-kau digunung Thian san cepat membawa pulang berita itu ke-masing2 daerahnya sehingga dalam waktu singkat nama Blo`on sudah terkenal.
Kini rombongan Blo`on dan ketiga ketua partai persilatan, menuju ke Hongsan.
Mereka tak tahu bagaimana keadaan ketiga partai persilatan yang telah menuju ke Hongsan.
Memang tokoh2 seperti ketua Siau-lim si Hui Gong taysu, ketua Bu tong-pay Ang Bin tojin dan ketua Kong-tong-pay Sugong In, adalah tokoh2 yang berkepandaian tinggi.
Tetapi dikuatirkan mereka akan menghadapi keadaan seperti yang terjadi di gunung Thay-san.
Dengan berani mengaku sebagai Kim Thian Cong dan mendirikan sebuah partai persilatan baru, mengundang semua tokoh2 partai persilatan dan jago2 silat dalam dunia persilatan yang terkenal, jelas Seng-lian-kau atau partai Teratai Suci di gunung Hongsan itu sudah memiliki persiapan2 yang hebat.
"Sumoay, tiba2 Blo'on berkata.
"sebenarnya aku ingin ke kotaraja dulu."
"Mengapa, suka? "
Sian Li trkejut.
"Aku hendak menghadap baginda raja. Pernyataan Blo`on itu menyebabkan Sian Li dan para ketua partai persilatan terbeliak.
"Mau apa, suko '? "
Tanya Sian LI.
"Masih ada beberapa urusan yang belum kuselesaikan."
Kata Blo'on.
"Urusan apa? ' tanya Sian Li.
"Pertama, akan kuselesaikan tentang persoalan hu-ma (menantu raja) itu. Aku tidak cinta pada putri itu. Akan kuserahkan lagi kepada raja supaya dinikahkan kepada orang lain."
"Aku ikut, Blo`on!"
Serentak kakek Lo Kun berteriak.
"dihadapan raja, bilang saja kalau aku bersedia menjadi wakilmu untuk menerima puteri itu."
Sian Li tertawa mengikik dan para ketua partai persilatan juga ikut tertawa.
Sian Li pernah nendengar cerita kakek Lo Kun tentang riwayat hidupnya.
Ia kasihan terhadap kakek itu yang selalu gagal dalam setiap kali hendak beristeri.
Sehingga sampai setua itu, kakek itu sama sekali tak menyadari dirinya.
Setiap kali membicarakan atau berhadapan dengan wanita, terutama nona2 cantik, ia tentu bertingkah seperti anakmuda.
Blo`on kerutkan dahi.
"Ah, jangan kakek Lo,"
Serunya,"
Puteri raja akulah, yang mengobati penyakitnya hingga sembuh. Maka bagindapun segera memberikan puteri kepadaku. Tetapi engkau .....
"
"Suruh puteri itu sakit lagi, nanti aku yang mengobati. Masakan aku kalah pandai dengan engkau dalam soal obat mengobati,"
Seru kakek Lo Kun. Kembali Sian Li dan sekalian ketua partai persilatan tertawa. Jika orang sakit disembuhkan itu sudah wajar, Tetapi kalau orang waras, disuruh sakit, itu tidak umum. Tetapi semua orang tahu siapa dan bagaimana pikiran kakek Lo Kun.
"Suruh puteri raja itu sakit lagi? "
Ulang Bloon.
"memang bisa, asal engkau bersedia untuk di rangket baginda."
"Mengapa? "
Kakek Lo Kun terbeliak.
"Sakit saja, baginda sudah setengah mati mencarikan obat, mengundang seluruh tabib2 pandai di segenap penjuru negeri, masakan setelah sembuh hendak engkau suruh sakit lagi? "
Sian Li tak mau campur bicara. Ia hendak mengetahui sampai dimanakah kesadaran otak suhengnya sekarang ini. Sejak pertempuran terakhir di panggung Thian tong-kau, ia memperhatikan pikiran Blo'on sudah menunjukkan gejala2 sehat.
"Ya, kalau hal itu tidak disetujui,"
Sahut kakek Lo Kun,"
Terserah baginda hendak menitahkan cara apa saja, pokoknya, jangan sampai puteri itu jatuh ke tangan orang lain. Kalau engkau tak mau Blo'on, boleh serahkan saja kepadaku."
"Kakek limbung,"
Seru Blo'on.
"boleh serahkan seperti barang hadiah saja, kalau aku tak suka terus boleh diberikan kepadamu. Puteri itu kan manusia yang punya pikiran....."
"Belum tentu!"
Teriak kakek Lo Kun seketika "engkau sendiri. Blo'on, juga seorang manusia yang tanpa pikiran. Bukankah otakmu hilang? Bukankah engkau masih dapat berpikir dan bergerak? "
Tiba2 Blo'on teringat dan merabah kepalanya.
"Oh, ya, benar. Otakku hilang mengapa sekarang aku dapat berpikir? Apakah otakku sudah kembali? "
Sian Li hentikan tawanya dan berseru .
"Suko, siapa yang bilang otakmu hilang? * "Nona itu......"
Blo'on menunjuk pada Hong Ing.
"Tidak, suko."
Sahut Sian LI.
"otakmu tidak hilang. Manusia tak dapat hidup tanpa otak. Kalau otakmu hilang, engkau sudah mati."
"Lalu mengapa dulu pikiranku kosong melompong dan tak ingat apa2 lagi? ' tanya Blo'on.
"Kalau aku tak salah menduga,"
Kata Sian Li.
"adalah paderi dan Thian.-tiok (India) itu yang menjadi sebabnya. Engkau tentu dikuasainya sehingga pikiranmu limbung tak keruan. Buktinya, setelah dia melarikan diri dengan terluka parah, pikiranmupun mulai berangsur-angsur pulih seperti biasa lagi."
Sekalian ketua partai persilatan terkejut mendengar kata2 Sian Li. Bahkan Hong Ingpun segera menyelutuk .
"Benar, setelah kuhancurkan kedua matanya, padeii itu terus melarikan diri dan buta matanya. Karena kehilangan arah penglihatannya dia tak dapat mengikuti engkau dan tak dapat melancarkan ilmu sihirnya,"
"O, Jadi paderi Thian tiok itu yang mencelakai diriku selama ini? "
Tanya Blo'on,"
Tetapi mengapa engkau mengatakan bahwa otakku hilang dan baru dapat disembuhkan kalau makan otak naga? ". Hong Ing hanya tersenyum, ujarnya.
"Saat itu aku memang bingung melihat keadaanmu yang begitu bloon. Kalau kuanggap engkau ini gila, tetapi ternyata tidak gila. Kalau sinting, juga tidak sinting. Tetapi kalau waras mengapa begitu blo'on sekali. Karena mengkal dan kasihan melihat keadaanmu, sembarangan saja kukatakan engkau harus makan otak naga kalau mau sembuh. Tahukah engkau apa yang disebut naga itu? "
"Binatang macam ular besar yang bertanduk."
Sahut Blo'on.
"Apakah angkau sudah pernah melihat sendiri? "
"Belum,"
Jawab Blo'on,"
Hanya dengar dari cerita orang."
"Ular yang besar dan panjang hingga seperti batang pohon kelapa, memang ada. Tetapi liong atau naga, rasanya tiada seorangpun yang pernah, melihatnya. Liong atau naga adalah lambang dari makhluk yang amat berkuasa sekali, raja dari segala binatang kaisar atau raja. Jika engkau benar2 hendak mencari otak naga, sampai matipun belum tentu engkau dapat bertemu. Tetapi kalau engkau hendak mencari raja, tentu ada kemungkinan dapat bertemu."
"Bagus, bagus!"
Seru Blo'on.
"kalau begitu ada sebuah lagi yang harus kukatakan kepada baginda."
"Apa? ? "
Seru Hong Ing.
"Kesatu, akan kukembalikan puteri raja itu. Aku minta berhenti jadi huma. Kedua, akan kuminta raja supaya menangkap Gui thaykam karena orang itu telah mencuri harta permata kerajaan dan disembunyikan di pulau kosong."
"Benar!"
Teriak Lo Kun seketika,"
Antara lain sepasang mustika kumala burung Hong dan Naga merah itu, tentulah juga berasal dari kumpulan harta pusaka kerajaan.
"Ketiga, jika yang engkau maksudkan dengan naga itu ternyata raja, maka terpaksa akan kuminta juga otak raja itu sebagai obat,"
Kata Blo'on. Hong Ing terkejut.
"Jangan gila, engkau Blo'on."
Teriak kakek Lo Kun.
"Jika raja engkau ambil otaknya, dia tentu mati dan engkau tentu ditangkap dan dijatuhi hukuman mati "
"Ya, jangan diteruskan maksudmu begitu, su-ko."
Sian Li ikut bicara.
"lebih baik engkau cari otak naga yang sesungguhnya."
"Dimana? ' "Eh, suko,"
Seru Sian Li.
"apakah saat ini engkau masih merasa sakit? Bukankah engkau sudah dapat mengingat dengan baik? Itu tandanya engkau sudah sembuh "
"Betul,"
Seru Hong Ing pula.
"karena tak mengerti bagaimana harus menyembuhkan penyakitnya maka untuk cari mudahnya, kukatakan saja supaya engkau mencari otak naga."
"Oh, jadi itu hanya buatanmu sendiri? "
Tanya Blo'on.
"Ya, karena aku ingat, bahwa ada tanaman istimewa yang disebut Liong-si-jo (Kumis naga) tentulah ada juga otak naga,"
Kata Hong lng.
"Liong-si jo? "
Ulang Blo'on.
"Benar,"
Kata Hong Ing.
"itulah tanaman istimewa yang engkau ambil di guha tempat suhuku terbunuh."
"Tetapi aku tak merasa membunuh orang"
Kata Blo'on.
"Ya, tetapi bukti mengatakan bahwa didalam guha, hanya terdapat engkau seorang dan guru telah menggeletak tak bernyawa lagi. Maka engkau patut diduga yang membunuhnya."
"Apakah engkau hendak menangkap aku? "
Tanya Blo'on. Teringat akan peristiwa itu, Hong Ing yang bergelar Waletkuning, pendekar wanita dari partai Hoa-san pay menghela napas panjang.
"Tak nyana bahwa karena peristiwa suhu terbunuh itu aku harus mengalami perjalanan hidup yang tak keruan sampai saat ini,"
Kata nona itu.
"Siapa suruh engkau turun gunung? "
Tanya Blo'on. Hong Ing deliki mata .
"Siapa lagi kalau bukan engkau yang telah membawa aku sebagai sandera. Karena turun dari gunung, akhirnya aku harus bertemu dengan seorang pederi Thian tiok dan sejak itu aku diperbudaknya. Untung akhirnya aku bertemu dan ditolong oleh kakek baju putih hingga pikiranku terang kembali dan akhirnya aku mempunyai ingatan mencari engkau ke gunung Thay-san."
"O. mengapa engkau hendak mencari aku? "
Tanya Blo'on.
"Persoalan dari terbunuhnya suhu masih belum diungkapkan,"
Kata Hong lng.
"dan engkau sebagai tertuduh belum menerima keputusan dari para tianglo Hoa-san-pay. Aku sebagai murid Hoa-san pay akan menunaikan kewajibanku untuk membawamu ke gunung Hoa-san "
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"O, apakah para tianglo Hoa-san-pay itu tetap ngotot menuduh aku sebagai pembunuh dari suhumu? "
Blo'on menegas.
"Soal itu,"
Tiba2 Hoa Sin ketua Kay-pang, itu berkata "akupun pernah terlibat dan hampir bentrok dengan Pui Kian tianglo dari Hoa san-pay ketika aku hendak menolong Kim kongcu yang akan dibunuh Pui Kian tianglo."
"Tidak mungkin!"
Tiba2 pula Lo Kun memekik.
"Tak mungkin bagaimana kakek Lo? "
Tegur Sian Li herau.
"Blo'on memang blo'on tetapi dia tetap seorang anakmuda yang baik hati. Tak mungkin dia membunuh Kam Sian Hong ketua Hoa-san-pay,"
Kata Lo Kun.
Hampir sekalian orang, termasuk Hong Ing sendiri juga sependapat dengan Lo Kun.
Tetapi betapapun karena yang berada di sisi mayat Kam Sian Hong dalam guha itu hanya Blo'on seorang, maka sudah layak kalau dia yang dituduh sebagai pembunuh.
"Anak perempuan, bagaimana maksudmu? "
Tegur Lo Kun kepada Hong Ing.
"Aku terpaksa harus memenuhi kewajiban sebagai seorang murid untuk membawa Blo'on ke gunung Hoa-san. Soal dia bersalah atau tidak, biarlah nanti para tianglo yang memutuskan."
"Begini sajalah,"
Kata Lo Kun.
"asal aku tidak dikatakan orang tua yang hanya mau enak sendiri saja, maka akulah yang akan mewakili cucuku Blo'on menghadap tiangdo Hoasan- pay. Akan kuterangkan dan kujamin bahwa Blo'on itu seorang pemuda yang baik walaupun Blo'on. Tak mungkin dia membunuh ketua Hoa san-pay "
"Bagaimana kalau para tianglo Hoa-san-pay tak percaya? "
Tanya Sian Li.
"Terserah bagaimana mereka hendak menyelesaikan. Kalau mengajak berkelahi, akupun terpaksa harus melayani juga."
Jawab kakek Lo Kun.
"Tetapi kakek Lo, mereka berjumlah besar dan para tianglo itu tentu memiliki kepandaian yang sakti, bagaimana mungkin engkau dapat menghadapi mereka? "
Sian Li cemas.
"Jangan kuatir, anak perempuan,"
Jawab Lo Kun.
"dulu akupun pernah menghadapi barisan paderi gundul dan gereja Siau-lim-si. Aku dikepung tetapi ternyata dapat lolos juga. Kukira, nanti aku pun tentu dapat lolos dari kepungan tianglo2 Hoa-san-pay itu."
"Persoalan Kim kongcu ini,"
Tiba2 Ceng Sian suthay membuka suara.
"aku mempunyai pendapat begini. Saat ini kita sedang menghadapi bahaya besar yang akan mengancam keselamatan dunia persilatan. Gerombolan Thay san telah berhasil dihancurkan dan inipun berkat tenaga Kim kongcu. Sekarang kita sedang menuju ke Hongsan untuk menghadapi sebuah gerombolan lain yang tak kalah hebatnya dengan gerombolan Thay-san. Jika urusan dendam peribadi, yalah tuduhan bahwa Kim kongcu itu tetah membunuh Kam Sian Hong kaucu, itu harus didahulukan maka dapat dipastikan kita. partai2 persilatan khususnya dan dunia persilatan umumnya, bakal tertimpa oleh bahaya besar."
Ketua Kun-lun-pay itu berhenti sejenak, lalu melanjutkan pula.
"Mengingat bahwa tuduhan itu baru merupakan persangkaan dan belum tentu nyata, menilik bahwa kita sedang menghadapi bencana besar dan persoalan yang jauh lebih gawat dari soal pembunuhan itu, maka lebih baik soal Kim kongcu menghadap tianglo di Hoa-san itu supaya dipertangguh kan dulu hingga gerombolan di Hongsan sudah terbasmi. Akulah yang akan ikut menyertai Kim kongcu ke Hoasan."
"Setuju!"
Teriak Hoa Sin.
"rasanya tak mungkin Kim kongcu akan melakukan pembunuhan yang sekeji itu terhadap Kam pangcu. Kita harus memberi penjelasan kepada para tianglo Hoa san-pay!". Baru pembicaraan itu sedang dilakukan, mereka dikejutkan oleh beberapa sosok bayangan manusia yang menghadang di tengah jalan. Saat itu mereka telah memasuki wilayah Siamsay. Rombongan ketua partai persilatan dan Bloon terkejut ketika mengetahui bahwa yang menghadang itu adalah rombongan murid2 Hoa-san-pal yang dipimpin oleh tianglo pertama yalah Naga besi Pui Kian beserta empat orang murid angkatan pertama dari Hoa-san-pay yakni Ang Hiu Liong. Ko Seng Tik. Tian Hui Beng dan Ong Gwan atau yang terkenal dengan gelar Rajawali-mata biru.
"Suheng? ......!"
Melihat rombongan suhengnya, Hong Ingpun segera berseru dan lari menghampiri.
"Sumoay!"
Teriak keempat pemuda murid angkatan pertama dari Hoa-san-pay dengan kejut girang. Terutama si Rajawalimata- biru yang paling erat hubungannya dengan Hong Ing.
"Sumoay, kemana sajakah engkau selama ini. Apakah engkau tak kurang suatu apa? "
Tanya Rajawali-mata-biru Ong Gwan dengan penuh perhatian.
"Ceritanya amat panjang suko,"
Kata Hong li "yang penting aku tak kurang suatu apa."
Tiba2 Hong Ing teringat akan tianglo pertama dari Hoa-sanpay, buru2 ia menghadap dan menghaturkan hormat.
Atas permintaan Naga-besi Pui Kian, Hong Ing lalu menutuikan pengalamanya selama ini.
Dia mengatakan bahwa yang menjadi gara2 dari hilangnya kesadaran pikiran Blo'on, kemungkinan besar adalah paderi Thian tiok yang bernama Panda.
"Bagaimana engkau dapat menarik kesimpulan seperti itu? "
Tanya Pui Kian, tianglo pertama dari Hoasan-pay. Dia adalah paman guru dari Kam Sian Hong yang telah dibunuh orang itu dan paman kakek guru dari Hong lng dan keempat suhengnya.
"Aku sendiripun telah dipaksa menjadi budaknya selama beberapa waktu,"
Kata Hong Ing "dan terakhir ketika paderi itu berhasil dapat kubikin buta matanya, ternyata Blo'on yang sedang menghadapi tokoh2 diri Thian-tong-kau dapat bergerak dengan leluasa. Bahkan sampai saat ini pikirannya pun tidak bloon seperti dulu lagi "
"Dimana Pang To Tik? "
Tanya tianglo dari Hoa San pay itu.
Mendengar pertanyaan itu bercucuranlah air-mata Hong Ing.
Dengan suara tersendat-sendat penuh haru kesedihan ia segera menuturkan gugurnya paman guru itu didalam guha markas Thian-tong-kau yang telah diledakkan.
Sejenak merenung, berkata pula tianglo dari Hoa san-pay itu.
"Bahwa paderi Thian-tiok itu yang menyebabkan anakmuda liar itu sampai kehilangan kesadaran pikirannya. Tetapi itu belum tentu baru dugaanmu sendiri. Tetapi belum ada buktinya yang menentukan."
"Kecuali menangkap paderi Thian-tiok itu memang sukar untuk membuktikan,"
Bantah Hong Ing. Tetapi paderi itu sudah kabur entah kemana sukar untuk mencarinya lagi."
"Taruh kata engkau benar,"
Kata tianglo itu pula.
"tetapi tidaklah mengurangkan kesalahan pemuda itu bahwa dia telah membunuh Kam sutit, mendiang guru yang engkau cintai itu, bukan? "
Kali ini Hong Ing tak dapat menjawab.
"Dengan demikian, aku sebagai tianglo dari Hoa-san-pay, tak dapat melepaskan pemuda itu dari tanggung jawab yang harus diterimanya."
"O, apakah susiokcou (paman kakek guru) tetap hendak menangkapnya? "
Hong Ing terkejut.
"Bukankah sebagai seorang murid Hoa-san-pay tentu harus sudah tahu akan peraturan partai kita? "
Balas Pui Kian.
"Tetapi susiok-cou,"
Masih nona itu membantah.
"ketika di Thaysan membasmi gerombolan Thian-tong-kau yang membahayakan dunia persilatan jelas pemuda itu sangat berjasa sekali. Adakah susiokcou tak dapat mempertimbangkan lebih lanjut tentang jasanya dengan kesalahannya? Apalagi kesalahannya itu masih meragukan."
"Soal dia salah atau tidak, itu nanti menunggu hasil keputusan para tianglo Hoa-san-pay. Yang penting karena kita sudah menemukannya maka dia akan kubawa pulang ke Hoasan."
"Kentut!"
Tiba2 kakek Lo Kun memekik.
"jangan omong seenakmu sendiri, kakek tua. Engkau kira Hoa-san-pay itu sudah yang paling berkuasa sendiri hendak mengadili cucuku si Blo'on? "
Naga-besi Pui Kian terkejut dan berpaling memandang kakek itu. Kemudian berkata kepada Hong lng..
"Siapakah kakek itu? Apakah dia sinting? "
"Dia tidak sinting, hanya sedikit limbung,"
Jawab Hong lng,"
Dia adalah kakek dari Blo'on. Siapa yang berani mengganggu Blo'on tentu akan berhadapan dengan kakek itu."
"Aku Pui Kian si Naga-besi, tianglo dari Hoa-san-pay, tidak berbuat sewenang-wenang terhadap cucu saudara. Tetapi karena ketua Hoa-san-pay telah mati terbunuh dalam guha sedang yang berada dalam guha hanya anak itu, terpaksa kami hendak membawanya untuk dimintai pertanggungan jawab. Kalau benar dia dapat membuktikan kalau bukan pembunuhnya, tentu akan kami lepaskan."
"Aku tak peduli engkau ini Naga-besi atau Naga-tanah. Pokok, kukatakan kepadamu. Tak mungkin cucuku si Blo'on itu akan membunuh ketua Hoa-san-pay ....."
"Tetapi dia berada di samping mayatnya "
"Hm, seharusnya engkau bertanya saja kepada ketua itu, siapakah yang membunuhnya? Begitukan sudah beres, mengapa harus ngotot mencari kian kemari hendak menangkap Blo'on? "
Seru Lo Kun. Sudah tentu Poi Kian dan murid2 Hoa-san pay tak puas mendengar kata2 kakek Lo Kun.
"Kakek."
Seru Pui Kian,"
Ini urusan Hoa-san pay dengan pemuda itu. Engkau jangan campur tangan."
"Hoa-san-nay, Hong-san-pay dan lain2 pay aku tak peduli. Pokok siapa yang berani mengganggu Blo'on tentu harus berhadapan dengan aku dulu."
Suasana tampak tegang. Hoa Sin ketua Kay-pang membuka suara.
"Menilik keterangan dari nona Hong Ing tadi jelas Kim kongcu tentu diberi obat penghilang pikiran oleh padri Thian tiok itu. Benar, jika Pu tianglo menghendaki paderi Thian-tok itu, kami akan berusaha untuk memperolehnya dan membawanya ke Hoa-san. Tetapi kuminta hal itu baru dapat kami lakukan setelah urusan Hong-san selesai.' Pat Kiau tianglo kesatu dan Hoa-san pay tertawa dingin.
"Hoa san-pay mempunyai peraturan sendiri. Mungkin peraturannya lebih keras dan beda dengai partai Kay pang. Sebagai sesama partai persilatan hendaknya kita dapat saling menghormati hal masing2. Pendirian Hoa-san-pay sudah jelas dan tak mungkin dirobah lagi."
"Jika begitu, hayo kita berkelahi!"
Seru kakek Lo Kun seraya terus mengambil sikap.
"Hong Hong totiang,"
Tiba2 Hoa Sin berseru kepada ketua Go-bi-pay,"
Bagaimana pendapat totiang? Ketua Go bi-pay itu menjawab.
"Aku sependapat dengan Hoa pangcu. Persoalan besar yang mengancam dunia persilatan, diselesaikan dulu baru urusan perorangan."
"Nah, sekarang engkau boleh dengarkan,"
Seru Hoa Sin.
"bahwa tiga dan tujuh partai persilatan telah menyatakan pendapatnya. Kuharap tianglo suka menerima dengan penuh kebijaksanaan."
Wajah Pui Kian tampak merah padam. Jelas dia sangat marah karena ketiga partai persilatan telah menyatakan hendak melindungi Blo'on. Tetapi belum sempat ia membuka suara, tiba2 terdengar suara orang tertawa seram.
"Hm, rupanya Kun-lun-pay, Go-bi-pay dan Kay-pang hendak mengandalkan jumlah banyak untuk menindas Hoa-san-pay? "
Sekalian orang terkejut mendengar suara tertawa yang seram itu. Tetapi ketika memandang ke empat penjuru, mereka tak melihat suatu apa.
"Hai, kojiu dari manakah yang berkata-kata ini, harap suka unjuk diri!"
Seru Hoa Sin.
Serempak dari puncak sebatang pohon yang tinggi, meluncur sesosok tubuh yang melayang ke bawah.
Orang itu mengenakan pakaian hitam dan sebuah mantel atau pakaian luar hitam.
Dia terbang kebawah sambil rentangkan kedua ujung baju luarnya sehingga sepintas pandang menyerupai seekor kelelawar besar.
Pada lain kejab di muka rombongan para tua partai persilatan tegak seorang aneh.
Dikata aneh karena kecuali mengenakan jubah warna hitam pun muka orang itu diselubungi oleh kain hitam sehingga tak dapat diketahui potongan mukanya.
Tetapi yang jelas kedua matanya yang tampak dari dua buah lubang kain hitam itu.
memancarkan sinar yang berkilat-kilat tajam sekali.
"Siapakah engkau? "
Tegur Hoa Sin.
"Soal itu tidak penting,"
Sahut orang itu.
"kelak engkau pasti tahu sendiri. Yang penting aku adalah kawan dan Hoa san-pay yang akan rnendukung penuh tuntutan tianglo tadi agar anak yang bernama Blo'on dan pembunuh dari ketua Hoa-san-pay, diserahkan kepada tianglo Hoa san pay.."
"Jangan berlagak, bung "
Seru Lo Kun.
"siapa engkau? Manusia atau setan! Kalau manusia engkau harus tunjukkan mukamu, jangan dibungkus seperti setan begitu!"
Orang itu tertawa mencemooh.
"Ho, engkau kakek pendek. Rupanya engkau sudah jemu hidup sehingga ingin melihat wajahku. Ketahuilah, tiada seorang manusia di dunia ini bahkan aku sendiri juga, yang dapat melihat bagaimana wajahku!"
"Gila! "
Teraik Lo Kun.
"Karena siapa yang melihat wajahku dia tentu mati seketika!"
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kata orang itu pula.
"Jika demikian engkau ini tentu bangsa kentut busuk!"
Pekik kakek Lo Kun.
"Kurang ajar, mengapa engkau berani mengatakan aku bangsa kentut busuk? "
Teriak orang itu marah.
"Mengapa tidak? "
Jawab Lo Kun pula.
"kentut busuk itu tak dapat dilihat rupanya tetapi baunya yang busuk akan menyengat hidung."
"Ha, ha, ha.....,"
Diluar dugaan orang aneh itu tertawa gelak2.
"Berhenti!"
Bentak kakek Lo Kun.
"mengapa engkau tertawa geli? "
"Karena melihat kata-katamu seperti orang sinting itu."
"Sinting? "
Ulang kakek Lo Kun.
"tidak, aku tidak sinting. Jangan engkau ikut campur urusan ini. Ini bukan urusanmu!"
"Siapa bilang bukan urusanku? "
Seru orang aneh ini. Hoa san pay adalah kawanku karena Hoa san-pay sudah masuk menjadi anggauta Seng lian kau. Aku wajib melindungi setiap anggauta yang diganggu orang."
Mendengar itu sekalian ketua partai persilatan terkejut sekali.
"Adakah engkau orang Seng Iian-kau? "
Hoa Sin menegas.
"Mengapa engkau tak dapat menangkap arti kata-kataku tadi? "
Balas orang aneh itu.
"Susiok cou!"
Teriak Hong Ing seketika kepada Naga-besi Pui Kian.
"benarkah... benarkah Hoa-san pay sudah masuk menjadi anggota Seng-lian-kau? "
"Anak perempuan, jangan mencampuri urusan pimpinan Hoa-san-pay!"
Hardik orang aneh itu. Hong Ing marah, serunya .
"Siapa engkau Aku adalah murid Hoa-san-pay. Sudah tentu aku berhak untuk mengetahui urusan partai Hoa-san pay. Dan aku meminta keterangan pada susiok-cou bukan kepadamu!"
Kemudian gadis itu berpaling kearah Naga besi Pui Kian dan mengulang pertanyaan lagi. Wajah tianglo dari Hoa-san pay itu pucat seketika. Tanpa menjawab pertanyaan Hong Ing, ia langsung menegur orang aneh itu.
"Siapakah anda ini? mengapa anda gegabah berani mengatakan kalau Hoa-san pay sudah masuk menjadi anggauta Seng lian kau? "
"Hm, engkau seorang angkatan tua yang menjabat tianglo dari Hoa san-pay. tetapi ternyata tak mengerti apa2 tentang urusan Hoa-san-pay,"
Orang aneh itu mendamprat.
"Hai, kuperingatkan kepadamu, jangan engkau berkata seliar itu,"
Kata Naga-besi Pul Kian,"
Katakan siapa dirimu!"
"Kenalkah engkau akan benda ini? "
Tiba orang aneh itu mengangkat tangan kanannya keatas. Ketika Naga-besi Pui Kian memandang tangan orang itu, serentak ia berteriak kaget.
"Hoa-san-seng-leng-pay!"
"Hayo. Kalian berlutut memberi hormat!"
Seru orang aneh itu pula. Melihat itu kakek Lo Kun serentak maju menegur .
"Hai, engkau setan atau manusia? "
Orang itu terkesiap. Sesaat kemudian tertawa nyaring .
"Aneh, ternyata di dunia terdapat seorang manusia semacam engkau!"
"Bilang!"' bentak kakek Lo Kun.
"engkau manusia atau setan!"
"Hm, rupanya kakek sinting engkau, menyisihlah."
Seru orang aneh itu seraya menyiak. Lo Kun hampir menjerit ketika tubuhnya serasa terdorong oleh segulung angin yang kuat.
"Uh, uh. kurang ajar engkau!"
Teriak kakek Itu seraya berjumpalitan lalu melayang dan tegak berdiri pula di tanah.
Rupanya orang aneh itu terkejut juga menyaksikan kelincahan kakek Lo Kun memang ia telah menyalurkan tenaga untuk menyiak tetapi ternyata kakek itu tak kurang suatu apa.
"Lo Tiangke, jangan menyerang dulu. Kita harus menanyainya sebelum kita mengambil tindakan,"
Seru Hoa Sin kepada Lo Kun. Si kakek mengiakan dan mundur.
"Siapakah anda ini? "
Hoa Sin mengulang pertanyaannya.
"Yang penting, aku datang untuk membantu Hoa san-pay,"
Kata orang aneh itu."
"Dalam hubungan apa anda akan bertindak begitu? "
Tanya Hoa Sin.
"Hoa-san pay sudah menyatakan masuk kedalam perkumpulan kami. Kami melindungi setiap anggauta yang terancam musuh."
"Apakah Hoa-san-pay sudah masuk kedalam perkumpulan anda? "
Tanya Hoa Sin pula.
"Tidak hanya Hoa-san pay."
Sahut orang itu.
"pun beberapa partai persilatan yang lain."
"Apakah nama partai anda itu? "
Tanya Hoa Sin.
"Seng-lian-kau!"
Mendengar itu terkejutlah sekalian orang.
Seng lian-kau atau perkumpulan Teratai Suci, adalah partai baru yang baru didirikan di gunung Hongsan.
Kesanalah Blo'on dan lombongan ketua partai persilatan itu hendak menuju.
Beberapa mata serentak mencurah kepada Pui Kian, ketua tianglo Hoa-san-pay.
"Gila!"
Tiba2 Naga-besi Pui Kian berteriak,! "Siapa mengatakan Hoa san-pay sudah menjadi anggauta Seng-lian kau? * "Apakah engkau tak melihat lencana kekuasaan Hoa san pay tadi? "
Balas orang aneh itu.
"Siapa yang menyerahkan Iencana itu kalau bukan ketua kalian? "
"Siapa? "
Pat Kian tetkejut sekali.
"Kam Siau Hong, ketua Hoa-san pay, masakan kalian sebagai orang Hoa-san-pay tak kenal akan ketua kalian? "
"Tidak mungkin l"
Bentak Pui Kian.
"Kam sutit telah dibunuh orang di guha Hoa san."
"Engkau kakek gila!"
Orang aneh itu balas membentak.
"jika sudah mati tak mungkin dapat menyerahkan lencana Hoa-sanleng- pay ini!"
Teganglah suasana saat itu. Mata para ketua partai persilatan mencurah kearah Pui Kian. Rupanya tianglo dari Hoa-san-pay itu tahu kalau dirinya dituntut oleh suatu pertanggungan jawab yang berat.
"Walaupun ketua Hoa-san-pay mempunyai kekuasaan besar dan lencana Kuci Hoa-san-pay itu merupakan lambang kekuasaan tertinggi dari kaum Hoa-san-pay, tetapi peristiwa itu ganjil sekali. Kam sutit, ketua Hoa-san-pay, jelas kami ketemukan mati dalam guha. Bahkan jenasahnyapun telah kami kubur. Mengapa tahu2 muncul pula seorang Kam Sian Hong yang menyerahkan lencana Hoa-san-pay sebagai tanda menyerahkan diri kepada Seng-lian-kau."
"Seribu kata kalah dengan kenyataan,"
Seru orang aneh itu."
"Benar,"
Sahut Pui Kian.
"tetapi ada kalanya kenyataan itu bukan kenyataan yang wajar. Ada kenyataan yang dibuat."
"Apa maksudmu? "
Tegur orang aneh itu pula.
"Hoa-san-pay tetap tunduk pada kekuasaan lencana Hoasao- leng-pay. Tetapi sebelum menentukan langkah lebih lanjut, kami harus bertemu muka dulu dengan ketua kami Kam Sian Hong sutit itu "
"Lalu bagaimana tindakanmu sekarang? ' tanya orang aneh itu, Pui Kian tak dapat segera menjawab. Peristiwa telah berobah sedemikian tak terduga dan luar biasa. Ia benar2 tak yakin kalau Kam San Hong dapat hidup lagi. Namun lencana Hoa-san pay itu, pun merupakan suatu bukti yang sukar dibantah.
"Pui susiok-cou, apakah susiok-cou masih tetap hendak menangkap pemuda Blo'on itu? * tiba2 Hong Ing si Waletkuning bertanya. Sejenak merenung Naga-besi Pui Kian menyahut .
"Untuk sementara ini, dapat kutangguhkan. Kalau Kam Sian Hong gurumu itu benar2 masih hidup di Hong san, sudah tentu kita tak perlu menangkap pemuda itu. Tetapi kelak kalau ternyata gurumu itu palsu jelas dia tentu benar sudah terbunuh di gunung, maka saat itu kita akan tetap menangkap pemuda itu."
"Pui tianglo sungguh bijaksana,"
Hoa Sin memuji.
"Hm, jika begitu,"
Kata orang aneh itu.
"kalian segera saja datang ke Hongsan. Bukankah kalian itu para ketua dari beberapa partai persilatan? "
"Benar,"
Sahut Hoa Sin.
"kami memang hendak beramairamai ke Hongsan."
"Bagus,"
Seru orang aneh itu.
"Seng-lian-kau pasti akan menyambut kedatangan kalian dengan gembira."
"Nanti dulu,"
Tiba2 Blo'on yang sejak tadi diam saja, saat ini mulai buka suara.
"jangan engkau buru2 girang dulu kalau kami datang ke sarangmu."
"Sudah tentu girang, kita kan bakal tambah anakbuah. Makin besar kekuatan kita, makin jayalah Seng lian-kaii!"
"Siapa yang jaya? "
Teriak Blo'on.
"Seng lian kau."
"Jangan ngimpi dulu."
Seru Blo'on.
"dan dengarkanlah baik2. Apabila kami tiba di Hongsan, berarti Seng lian-kau akan lenyap dari muka bumi."
"Ha, ha, ha,"
Orang aneh itu tertawa gelak2.
"kalau lihat lagak dan langgammu, engkau ini seperti seorang pendekar yang tiada tandingnya di dunia. Tetapi kalau lihat potongan muka dan gundulmu, engkau tak lebih dari seorang anak gembala sapi, ha, ha, ha!"
"Ho, ho, ho,"
Blo'onpun balas tertawa.
"kaIau lihai wujutmu engkau ini seperti seorang malaikat maut yang menyeramkan tetapi sebenarnya dikau ini.....,"
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba2 Blo'on berpaling kearah kakek Lo Kun dan berseru.
"kakek Lo, coba engkau terka, bagaimana bentuk rupa orang ini? "
"Seperti setan"
Seru kakek Lo Kun.
"
Tidak, kakek Lo."
Sahut Blo'on.
"dia bukan seperti setan."
"Ha? Bukan seperti setan? "
Lo Kun terbeliak.
"Ya, memang bukan seperti setan."
"Lalu apa seperti engkau? "
"Ah, terlalu bagus"
"Seperti aku? "
"Terialu ganteng."
"Habis seperti apa? Hayo, coba engkau bilang"
Kakek Lo Kun penasaran.
"Begini, kakek Lo "
Kata Blo'on.
"apakah engkau berani bertaruh dengan aku? "
"Maksudmu? "
"Jika aku sudah mengatakan bentuk wajahnya, engkau boleh minta apa saja kepadaku".
"Minta istermu, puteri raja yang hendak engkau kembalikan itu "
Boleh sahut Bloon, ''tetapi bagaimana kalau aku dapat mengatakan bentuk wajah dengan tepat."
"Engkaupun boleh minta apa saja kepada kakekmu ini."
"Baik,"
Kata Bloon.
Sejak berlangsung percakapan antara Blooni dengan kakek Lo Kun semua orang terlongong.
Bahkan orang yang dijadikan bahan pertaruhan itu tertegun.
Diam2 ia terpikat juga perhatiannya untuk mengetahui apakah Bloon benar2 mampu menebak bentuk mukanya.
"Hay, sekarang engkau boleh mengatakan,"
Seru kakek Lo Kun.
"Nanti dulu kakek,"
Kata Bloon.
"kita harus minta izin dulu kepada yang punya muka. Kalau dia setuju, baru kita jadikan pertaruhan ini."
"O, benar,"
Kata kakek Lo Kun lalu berseru kepada orang aneh itu.
"Hai, engkau, apakah engkau mengizinkan mukamu untuk diterka? "
"Bagaimana caranya? "
Tanya orang aneh itu. Di luar dugaan ternyata dia tak marah. Lo Kun berpaling kearah Blo`on .
"Engkaulah yang harus, menjawab pertanyaannya itu."
"Caranya, harus dicocokkan. Misalnya, kukatakan mukamu seperti raja, nah engkau harus membuka kerudung mukamu, benar atau tidak mukamu seperti raja. Kalau tidak bagaimana kita dapat mengetahui benar tidaknya terkaanku itu."
Orang aneh itu berpikir sejenak.
"Dunia persilatan telah mengenal peraturan yang kuberikan. Barangsiapa yang melihat wajahku, ia harus mati. Jika engkau ingin mukaku, akupun tak keberatan asal engkau harus mentaati syaratku itu.
"Tetapi bagaimana tahu benar atau salah, kalau tidak dicocokkan dengan mukamu? "
Tanya Bloon.
"Hm, soal itu aku dapat mengatakan dan memberi keputusan kepada kalian,"
Kata orang aneh. Bloon kerutkan dahi.
"Bagaimana Blo'on, jadi atau tidak taruhan ini? "
Desak kakek Lo Kun. ,, ya, bagaimana lagi, kalau sudah berludah, tentu tak dapat dijilat kembali."
Kata Bloon. 'Jangan memaksakan dirimu Blo'on."
Seru kakek Lo Kun.
"kalau engkau merasa tak leluasa, batalkan saja, kan kita hanya bermain-main. Jangan terlalu bersungguh-sungguh."
"Tidak, kakek,"
Kata Blo'on.
"aku sudah terlanjur mengatakan, harus kulaksanakan. Biar bagaimana, pertaruhan ini kita jadikan."
"Baik,"
Kata kakek Lo Kun.
"nah, sekarang engkau boleh mengatakannya."
"Sekalian saudara yang hadir ditempat ini dengarkanlah, aku hendak menerka bagaimana bentuk wajah orang yang memakai kerudung hitam itu,"
Kata Blo'on.
"Dia seorang manusia tetapi bukan manusia, binatang tetapi bukan binatang. Alisnya yang sebelah kanan putih tetapi yang sebelah kiri hitam. Matanya juga berlainan. Yang kiri bagian hitamnya besar dan bundar, seperti mata tikus. Kalau siang, matanya yang besar itu yang digunakan melihat. Tetapi kalau malam dia menggunakan mata yang sekecil mata tikus. Hidungnya juga tak sama. Lubangnya yang sebelah kanan berbentuk segitiga Yang kiri berlubang seperti sarang tawon ......"
"Huh, seram!* teriak kakek Lo Kun.
"Mulutnya seperti celeng (babi hutan), giginya juga bencaling. Lidahnya juga istimewa dapat dijulurkan sampai ke tanah tapi dapat disurutkan sangat kecil. Telinga kanannya seperti telinga gajah tetapi telinga kiri seperti telinga kuda. Kalau orang melihatnya paling sedikit tentu "pingsan tujuh kali "
"Huh! teriak kakek Lo Kun.
"manusia macam apakah itu? "
"Masih belum lengkap lagi,"
Blo'on menyusuli keterangannya.
"dia suka makan daging manusia. Karena wajahnya yang sedemikian luar biasa buruk, dia malu sekali. Kemana-mana, bahkan tidur pun dia selalu mengenakan kain kerudung muka. Dan itulah sebabnya mengapa, siapa yang melihat wajahnya, tentu dibunuh dan dimakannya."
"Bohong!"
Teriak orang aneh itu tiba2.
"jangan engkau ngaco belo tak keruan!"
"Eh, mengapa engkau marah? '' tegur kakek Blo'on.
"benarkah rupamu seperti yang dikata cucuku Blo'on itu? Kalau benar mengapa engkau marah? "
"Tidak benar!"
Teriak orang aneh itu.
"aku seorang manusia biasa seperti engkau."
"Tidak sudi!"
Bentak kakek Lo Kun.
"rupamu begitu jelek dan mengerikan mengapa engkau pengatakan seperti wajahku."
Orang itu terkesiap.
"Sudahlah, jangan ribut2,"
Kata Blo'on.
"pokoknya terkaanku itu benar atau salah? "
"Salah!"
Seru orang aneh itu.
"Bagaimana engkau dapat mengatakan salah? Apa buktinya? "
Seru Blo'on pula. Orang aneh itu mendesuh geram.
"Ha, aku dapat membuktikan, tetapi engkau harus menetapi syaratku. Setelah melihat wajah engkau harus mati.
"
"
Siapa yang membuat aku mati? "Akan kucekik lehermu dan kutarik lidah supaya kelak engkau jadi setan tanpa lidah,"
Orang aneh itu makin geram.
"Kakek.
"
Seru Blo on.
"tuh dengarkanl Dia gemar membunuh karena makanannya daging manusia. Bagaimana pendapatmu? Apa engkau masih tak percaya pada keteranganku tadi atau harus kubuktikan? "
Kakek Lo Kun merenung sejenak.
"Ya, ya, aku percaya. Memang muka orang itu seperti yang engkau katakan tadi.
"
Kata sesaat kemudian.
"Kakek bangsat! "
Maki orang aneh itu.
"jangan engkau ikut latah seperti budak keparat itu. Aku seorang manusia biasa, bukan seperti yang dikatakan bocah itu."
"Kentut! "
Seru Lo Kun.
"
Cucuku Bloon tak pernah bohong. Dia seorang anak yang baik. Aku lebih percaya omongannya daripada omonganmu."
Selama terjadi percakapan yang meningkat menjadi perbantahan itu, para ketua partai persilatan, Sian Li dan Hong Ing diam saja.
Mereka hanya siap untuk membantu Blo'on apabila anak sampai terancam jiwanya.
Juga Naga-besi Pui Kian dan rombongan anak murid Hoasan- pay tertegun diam.
"Tidak sudi percaya! "
Teriak Lo Kun.
"engkau tentu bukan manusia tetapi seorang makhluk aneh yang mirip siluman pemakan daging manusia!"
Bukan main marah orang aneh itu.
Sebenarnya kedatangan ke tempat itu hanyalah secara kebetulan saja.
Ketika ia sedang lewat, ia melihat orang ramai2 bertengkar dan setelah tahu peristiwanya, ia segera unjukkandiri membantu Hoa-san pay.
Bermula iapun menganggap Blo'on dan kakek Lo Kun itu manusia2 sinting.
Tetapi lama kelamaan ia terhanyut sendiri dalam geram kemarahan karena dikatakan sebagai manusia siluman.
Memang ada kalanya seorang tokoh yang berilmu tinggi itu, lupa diri dan terhanyut dalam suasana yang dihadapinya.
Demikian pula dengan orang aneh itu.
Jelas ia berilmu tinggi karena ketika bersembunyi di atas dahan pohon tadi, tiada seorang pun yang tahu.
Demikian pula ketika melayang turun, tanpa mengeluarkan sedikit suarapun, tahu2 ia sudah tegak di bumi.
Seketika timbul keangkuhannya serunya .
"Baik, kali ini aku akan mengganti peraturan yang kutetapkan selama berpuluh tahun. Asal kalian sanggup menerima tiga buah pukulan-ku, tentu akan kuperlihatkan mukaku kepadamu dan kubebaskan kalian dari kematian."
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Setuju! "
Serentak kakek Lo Kun berseru menerima.
Hoa Sin terkejut.
Rasanya ia pernah mendengar tentang seorang tokoh aneh yang selalu berkerudung muka.
Barangsiapa melihat mukanya tentu mati.
Tokoh itu sakti sekali.
Maka buru2 ia gunakan ilmu Menyusup-suara untuk, meminta Blo'on yang maju dan jangan Lo Kun.
"Kakek,"
Blo'on segera menarik lengan baju Lo Kun.
"menyisihlah. Biar aku saja yang menerima pukulannya."
"Ho. engkau yang mau menerima,"
Orang aneh itu tertawa seloroh.
"baik, inilah pukulan yang pertama!"
Habis berkata ia terus ayunkan tangannya menghantam dada Blo'on. Bum........
Jilid 42 Menuju Hongsan Blo'on mencelat dan terlempar ke udara sampai dua tombak..
Tetapi ia dapat meluncur turun dan berdiri tegak tak kurang suatu apa.
Liok ci sin-kay atau Pengemis-sakti-berjari-enam Hoa Sin dan rombongannya terkejut dan mengikuti gerak tubuh Blo'on yang melayang di udara itu.
Mereka menghela napas longgar melihat anakmuda itu tak kurang suatu apa.
Kemudian mereka berpaling kearah orang aneh tadi, ternyata orang itu terhuyung-huyung dua tiga langkah sebelum dapat berdiri tegak.
Kini dia tegak seperti patung.
Sekalian tokoh terkejut.
Mereka tahu apa yang terjadi.
Blo'on terpental ke udara tetapi tak kurang suatu apa.
Orang itu terhuyung ke belakang wajahnya pucat lesi seperti menderita luka-dalam.
Sesaat kemudian, wajahnya mulai tenang kembali dan membuka suara .
"
Hai, siapakah engkau? "
"Dia bernama Blo'on, cucuku! "
Sebelum Blo'on menyahut, kakek Lo Kun sudah mendahului! Orang itu terkejut heran.
"Bloon? "
Ia mengulang seraya kerutkan dahi. Rupanya ia sedang menggali ingatan untuk mengingat-ingat siapakah Blo'on itu.
"Bu Ban lojin, sudahlah. Tak perlu engkau bersusah payah menggali ingatanmu. Dia memang seorang pemuda yang tak terkenal dalam dunia persilatan,"
Tiba2 ketua Kay-pang, Hon Sin, bersuara.
Terkejut sekalian orang, terutama ketua2 partai persilatan dan tianglo dari Hoa-san pay ketika mendengar kata2 ketua Kay-pang itu.
Sebagai ketua partai persilatan, mereka sudah berusia hampir setengah abad, terutama tiang-lo dari Hoa-san, umurnya sudah hampir tujuhpuluh tahun.
Mereka pernah mendengar juga tentang tokoh yang bernama Bu Bin lojin atau orangtua Tanpa Wajah.
Sepanjang pengalaman mereka, dahulu di dunia persilatan pernah muncul tiga serangkai tokoh aneh, Bu Bin atau Tanpawajah, Bu Jia atau Tanpa tangan dan Bu Kak atau Tanpa-kaki.
Mereka tiga saudara seperguruan dan termasyhur sebagai Sam-bu Koay-mo atau Tiga iblis aneh yang cacad.
Bu Bin yang terbesar, lalu kedua Bu Jiu dan ketiga Bu Kak.
Bu Bin, memang tak punya wajah.
Wajahnya bagaimana, tiada seorangpun yang tahu.
Dan setiap orang yang melihat wajahnya tentu dibunuhnya.
Bu Jiu, tak punya tangan tetapi kedua kakinya dapat bergerak luar biasa.
Banyak jago2 silat kelas satu yang rubuh di bawah tendangannya.
Bu Kak, walaupun tak punya kaki tetapi dapat berjalan seperti biasa bahkan dapat berlari lebih cepat dari orang biasa.
Dia menggunakan tiang besi untuk menyanggah tubuhnya.
Bu Bin terkejut mendengar pertanyaan Hoa Sin, segera ia balas menegur .
"Siapa engkau? "
"Aku Hoa Sin ketua Kay-pang!"
"Kau Hoa Sin? Ketua Kay-ping? Ngaco! "
Bentak orang aneh itu. Hoi Sin terkejut, serunya..Mengapa? "
"Yang kukenal ketua Kay-pang itu adalah Han-jiat-sin git Suma Kian. Mana ada Hoa Sin!"
Seru orang aneh itu.
"Oh, Han jiat sin git Suma Kian adalah ketua Kay-pang yang terdahulu .......
"
"Mana dia sekarang? "
Hoa Sin menghela napas.
"Entah. Seluruh anak buah Kaypang telah dikerahkan untuk mencarinya tetapi sampai saat belum juga berhasil menemukan jejak beradanya."
"Kepada dia aku sih masih sungkan karena pernah menerima budi pertolongannya. Tetapi dengan engkau apa2!"
Belum Hoa Sin menjawab, Lo Kun sudah menyeletuk.
"Tidak apa2, terserah. Walaupun kumpulan pengemis, tetapi Kay-pang tentu tak sudi mengemis kepadamu."
"Sudahlah, jangan mengurusi yang lain2", tiba2 Blo'on berseru.
"bagaimana urusan kita hendak diselesaikan? "
"Rupanya engkau murid dari seorang tokoh sakti. Siapakah nama gurumu? Dan dari aliran partai manakah engkau ini? "
Tanya Bu Bin lojin.
"Aku bukan murid siapa2, aku tak punya guru dan tak tergolong aliran partai apapun,"
Sahut Blo'on.
"Tetapi apa yang engkau gunakan menyambut pukulanku tadi? "
"Entah, aku sendiri tak tahu karena aku tak mengerti ilmu silat,"
Jawab Blo'on.
"Hm, jangan mentang2 engkau mampu menyambut pukulanku tadi,"
Seru orang itu dengan marah karena mengira Blo'on berolok-olok.
"mari kita lanjutkan lagi. Kalau engkau mampu terlepas dari tiga buah seranganku, aku akan pergi dan takkan mengganggumu lagi."
"Jangan banyak mulut, hayo seranglah!"
Seru Blo'on seraya maju menghampiri.
Karena sudah merasakan betapa keras pukulan orang itu maka Blo'onpun mau juga bersiap-siap.
Ia tak tahu bagaimana cara mengerahkan tenaga-dalam maka ia hanya mengencangkan urat2 tubuhnya saja.
Tetapi tanpa disadari, karena tenaga-dalam yang dimilikinya itu disebut Ji ih sin-kang atau tenaga-dalam sakti yang dapat digerakkan menurut kehendak hatinya.
"Jurus pertama ini disebut Gunung-rubuh-laut-terbalik!"
Seru Bu Bi lojin.
"Baik,"
Seru Blo'on. Timbul seketika untuk mengimbangi kecongkakan orang, serunya.
"dan jurus yang hendak kugunakan untuk menyambut seranganmu itu disebut Kakapgoreng- masuk-perut!"
Bu Bin lojin terkesiap.
"Gila,"
Serunya.
"itu bukan nama jurus ilmu silat tetapi nama masakan."
"Peduli apa,"
Teriak Bio'on.
"yang penting bukan nama tetapi kehebatannya. Aku memang suka dengan jurus yang mudah namanya dan enak didengar.
"Hm,"
Dengus Bu Bin lojin lalu mengerahkan tenagadalamnya.
"baik, terimalah!"
Sepasang tangan orang tanpa wajah itu segera berayun.
Lebih dulu tangan kanan menghantam lalu disusul dengan tangan kiri.
karena cepatnya, gerakan kedua tangan itu hampir bersamaan waktunya.
Blo'on tak mengerti bagaimana harus memulai dengan pembukaan dari jurus yang dinamakan Kakap-goreng-masukperut itu.
Ia hanya julurkan kedua telapak tangannya ke muka dada seperti hendak mengaling diri.
Dar, dar.....
Terdengar suara tamparan yang keras sekali.
Blo'on terpental tiga langkah ke belakang tetapi Bu Bin lojin mencelat sampai setombak jauhnya.
"Aneh, aneh gumamnya pelahan, mengapa dia dapat memancarkan sepenuh dengan tenaga-dalam yang kusalurkan dalam pukulanku. Tetapi ketika melihat bagaimana potongan wajah Blo'on dan sikapnya yang ketolol-tololan, penasaranlah hati Bu Bin lojin. Ia hendak mencoba sekali lagi.
"Jurus kedua ini disebut Matahari-rembulan-merangkapsatu, awas!"
Serunya segera bersiap.
"Bagus,"
Sahut Blo'on.
"akan kusambut dengan jurus Babipanggang bertemu-ayam-panggang dalam satu piring atau Ko-Io-bak.
"
"
Gila! "
Teriak Bu Bin lojin.
"mengapa semua jurusmu menggunakan nama masakan? "
"Biar engkau makan dengan lezat.
"
Sahut Blo'on. Tiba2 Bu Bin lojin memutar sepasang tangannya makin lama makin deras sehingga menimbulkan kisaran angin hebat yang melanda Blo'on.
"Kurang ajar, dia main kitiran angin,"
Kata Blo'on.
Seketika timbul keinginannya untuk menirukan gerak lawan.
Dan timbulnya keinginan itu segera memancarkan ilmu aneh dari kitab Bu ji-cin-kang.
Ilmu dalam kitab itu, dapat membuatnya menirukan semua gerakan lawan, baik dari jurus aliran persilatan manapun juga.
Dari yang sederhana sampai yang luar biasa.
Seketika berputarlah tangan Bloon menirukan gerak tangan Bu Bin lojin.
Blam ....
tiba2 Bu Bin lojin hantamkan kedua tangannya ke arah kepala Blo'on.
Tetapi saat itu Blo'onpun bergerak sama.
Terjadi benturan keras.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Blo'on terpental sampai tiga langkah tetapi Bu Bin lojin mencelat sampai dua tombak.
Huak.....
Bu Bin lojin muntah darah lalu berputar tubuh dan terus melarikan diri.
"Hai, tunggu! "
Teriak kakek Lo Kun.
"engkau belum memperlihatkan mukamu! "
Tetapi Hoa Sin mencegah kakek itu.
"Tak usah diburu, paman Lo Kun. Dia sudah menderita luka parah.
"
"Tetapi aku ingin melihat bagaimana tampang mukanya,"
Kakek Lo Kun bersungut-sungut.
"
Dia tak punya tampang muka, mengapa engkau hendak melihatnya? "
"Huh, tak mungkin. Masakan manusia tak punya tampang,"
Bantah Lo Kun.
"Punya tapi sudah merata datar.
"
"Oh, aneh. Mengapa begitu? "
Tanya Lo Kun.
"Menurut cerita, mereka terdiri dari tiga saudara seperguruan. Kabarnya guru mereka amat sakti tetapi aneh sekali. Orang sakti itu mau menerima mereka sebagai murid asal mereka bersedia untuk merusak anggauta tubuhnya. Akhirnya Bu Bin merusak tampang mukanya, Bu Jiu mengutungi kedua tangan dan Bu Kak memotong kedua kakinya."
"Ah, mengapa orang tergila gila sekali akan ilmusilat sehingga rela merusak tubuhnya? "
Blo'on menyeletuk.
"dan kalau sudah memperoleh ilmusilat tinggi, hasilnya hanya mempunyai banyak musuh saja."
Menyaksikan ilmu kepandaian Blo'on waktu berhadapan dengan Bu Bin lojin, Pui Kian tianglo dari Hoa-san-pay diam2 leletkan lidah karena ini rasa ngeri.
Ternyata pemuda yang Blo'on itu memiliki ilmu kepandaian yang begitu luar biasa hebatnya.
Timbul dua buah kesan dalam hati Pui Kian.
Pertama, dengan kesaktian itu, jelas Blo'on tentu mampu membunuh Kam Sun Hong.
Dengan demikian, tuduhan pemuda itu sebagai pembunuhnya makin berat.
Kemudian yang kedua, menghadapi pemuda Blo'on yang begitu sakti, ia kuatir tak mampu untuk menangkapnya, kecuali pemuda itu rela menyerahkan diri.
"Bagaimana sekarang langkah kita, Hoa pangcu? "
Seru Sian Li.
"Lanjutkan perjalanan ke Hongsan untuk membereskan Seng-lian-kau dan menolong keempat pangcu,"
Kata Hoa Sin.
Hari kedua ketika memasuki wilayah Kangse, mereka tiba di gunung Tay-keng san.
Mereka terkejut ketika melihat orang bertempur.
Lebih terkejut pula ketika didapatinya bahwa yang bertempur itu rombongan paderi Siau lim.
Sedang lawannya seorang manusia aneh, manusia yang buntung kedua tangannya.
Walaupun hanya seorang dan bertubuh cacad tetapi rombongan paderi Siau-lim yang berjumlah pilihan orang itu, kewalahan juga.
Beberapa paderi telah rubuh.
Hoa Sin cepat mengenali bahwa salah seorang paderi jubah kuning yang memimpin pertempuran itu adalah Goan Hong taysu.
"Berhenti! "
Teriak Hoa Sin kepada orang2 itu. Melihat munculnya serombongan orang2 persilatan lalu salah seorang berseru menghentikan pertempuran itu, rombongan paderi Siau-lim menurut juga. Mereka segera hentikan serangan.
"Goan Hong siansu."
Kata Hoa Sin serasa maju memberi hormat.
"maaf, tentulah taysu tak lupa kepadaku."
Paderi Siau lim itu sejenak menatap Hoa Sin lalu berseru.
"
Omitohud, bukankah sicu ini Hoa pangcu dari Kay-pang? "
"Benar.
"
Sahut Hoa Sin.
"lalu hendak kemanakah taysu sekarang? "
Goan Hong taysu menghela napas.
"Pin-ni sekalian hendak menyusul Hui Gong supeh ke Hongsan."
Katanya. Dengan menyebut supeh, Goan Hong itu tingkatannya lebih rendah setingkat dengan Hui Gong siansu, ketua Siau-lim-si yang sekarang.
"Adakah sesuatu yang terjadi pada Hui Gong siansu? "
Hoa Sin terkejut.
"Bukan,"
Kembali Goan Hong menghela napas.
"melainkan vihara Siau-lim yang mengalami peristiwa yang tak diharapkan.
"O, peristiwa apakah? "
"Vihara Siau-lim telah diobrak-abrik oleh kaki tangan pemerintah Goan yang dipimpin oleh seorang tokoh muda tetapi sakti sekali kepandaiannya.
"
Hoa Sin dan rombongannya terkejut.
"Siapakah tokoh muda itu? "
"Siapa namanya yang benar, dia tak mau bilang tetapi hanya menyebutkan gelarannya sebagai Bu-lim thayswe."
"
Bu-lim thayswe? "
Hoa Sin mengulang.
"Ya, Bu-lim thayswe yang maksudnya Pangeran-duniapersilatan,"
Kata Goan Hong.
"Para paderi vihara Siau-lim benar2 tak berdaya menghadapi serbuan mereka dan terpaksa melarikan diri. Ada yang ke utara ke timur dan pin-ni bersama rombongan menuju ke barat hendak menyusul Hui Gong hongtiang.
"
Goan Hong melanjutkan.
"Hai, pengemis tua. jangan engkau mengganggu kesenanganku! "
Tiba2 lelaki tangan buntung yang menjadi lawan rombongan paderi Siau-lim itu berteriak marah.
"Apakah berkelahi dengan paderi itu merupakan kesenanganmu? "
Seru Hoa Sin.
"tidakkah kita wajib menghormat kaum vihara? "
"Kurang ajar, engkau berani memberi pelajaran kepadaku? "
Teriak si Tangan buntung itu.
"siapa engkau? "
"Aku pengemis tua Hoa Sin. Kuminta perkelahian ini diselesaikan saja secara baik. Siapa yang salah wajib meminta maaf dan setelah itu kita saling bersahabat."
"Sudah menjadi peraturan di gunung Tay-lang-sau sini,"
Kata Tangan-buntung.
"paderi dan imam maupun pertapa, tak boleh lewat di sini."
"Eh sahabat, rupanya engkau membenci kaum paderi? "
"Mereka pembohong, penipu!"
Teriak orang itu.
"Dalam hal apa sicu dapat menuduh begitu? "
Tanya Goan Hong taysu.
"Jika benar2 suci, paderi2 Siau-lim itu harus hanya mengutamakan ajaran-ajaran suci. Tetapi apa nyatanya? Paderi-paderi di vihara Siau-lim dan imam-imarn di kuil-kuil itu, ngotot belajar ilmu silat dan ngotot pula hendak menjagoi dunia persilatan. Tidakkah ganjil apabila kaum paderi dan imam itu ikut berlumuran darah, bunuh membunuh dalam dunia persilatan. Itulah sebabnya aku benci terhadap manusia2 yang berpura-pura suci tetapi sebenarnya nafsunya besar untuk mengurus dunia persilatan. Jelas? "
"Engkau salah, sicu,"
Seru Goan Hong taysu.
"Tat Mo cousu, cikal bakal pendiri vihara Siau-lim si memang mengajarkan ilmusilat kepada para paderi vihara Siau lim karena melihat tubuh mereka lemah dan tak bersemangat. Ilmusiiat itu diajarkan untuk memperkuat tubuh, menambah semangat. Karena kesehatan raga itu mempunyai akibat tali temali dengan pikiran dan jiwa. Juga ilmusilat itu dimaksud untuk bela diri saja."
"Mengapa harus bela diri kalau tak merasa bersalah atau punya musuh? "
"Buktinya pada waktu pemerintah Goan berdiri mereka berusaha untuk menghancurkan vihara Siau-lim dan lain2 biara yang menjadi sumber llmu silat. Jika para pideri atau imam tak memiliki ilmusilat, bukankah sudah sejak lama vihara Siau lim itu terhapus dari muka bumi? "
"Pertanyaanmu itu sudah engkau jawab sendiri,"
Seru orang buntung itu,"
Jika vihara Siau-lim dan lain2 biara tak mengajarka ilmusilat kepada anakmuridnya dan hanya melulu mengajarkan kitab suci, tentulah pemerintah Goan takkan mengutik-ngutik mereka.
Sudah tentu pemerintah Goan mempunyai alasan untuk membasmi kaum gereja yang membahayakan keamanan pemeriatah mereka."
"Perkembangan hidup telah membawa keadaan baru dalam pandangan vihara Siau-lim. Agama hanya dapat berkembang di dalam negara yang aman dan sejahtera. Di alam keadilan dan kebenaran bertahta di mahkotanya. Di alam di mana manusia telah menyadari akan harkat dan nilai2 kemanusiawiannya. Selama negara kacau, kehidupan tak aman dan manusia2 diburu oleh kekotoran nafsu keduniawian maka kejahatan dan kelalimanpun merajalela. Kesucian diinjak-injak, agama dijadikan bulan2 tertawaan,"
Seru Goan Hong taysu dengan berapi-api.
"Oleh karena itu, pandangan vihara Siau lim pun juga ikut serta memikirkan kepentingan negara dan kesejahteraan hidup. Dan bekal ilmusilat itulah yang dijadikan alat untuk menegakkan keamanan, keadilan, kesejahteraan negara dan bangsa, melindungi yang lemah dari tindasan yang kuat. membela yang salah dari ancaman yang jahat,"
Seru Goan Hong pula.
"Keledai gundul, di sini adalah daerahku, bukan di vihara atau biara. Tidak perlu engkau berkotbah terlalu panjang lebar begitu!"
Hardik tangan buntung itu.
"pokoknya, engkau dan rombonganmu harus kembali. Tidak boleh melintasi gunung ini."
"Eh, buntung,"
Tiba2 kakek Lo Kun yang sejak tadi diam saja, tak kuat menahan kemarahannya.
"apa engkau kira gunung ini milikmu? Awas kedua tanganmu sudah buntung, kalau kakimu juga kukutungi. bukankah engkau akan menjadi manusia gembung saja? * Marah orang buntung itu bukan kepalang. la paling pantang kalau orang mengatakan dia si orang buntung.
"Kakek bangsat!"
Tiba2 orang buntung itu menendang dengan kaki kanan kearah kakek Lo Kun.
Kakek Lo Kun terpisah setombak dari orang buntung itu.
Maka Lo Kunpun diam saja ketika melihat kaki orang buntung itu masih jauh jaraknya.
Tetapi apa yang terjadi benar2 mengejutkan hatinya.
Wut "Bangsat buntung! Aduh.....,"
Kakek Lo Kun menjerit dan terus berjongkok memegang betis kakinya.
Ternyata dari kaki orang buntung itu telah meluncur sebatang pisau kecil.
Lo Kun terkejut dan hendak menghindar tetapi daging betisnya telah keserempet ujung pisau hingga berlumur darah.
Blo'on dan Sian Li terkejut.
Buru2 dua anak muda itu loncat menghampiri Lo Kun.
"Bagaimana kakek? Apakah engkau terluka? "
Seru keduanya.
"Untung hanya sekelumit daging betisku yang hilang,"
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kakek Lo Kun bersungut-sungut.
"kalau kakiku sampai buntung, wah, celaka, akupun jadi orang buntung seperti dia."
Blo'on tak mau mengurus kakek itu lagi. Setelah mengetahui kakek itu tak kurang suatu apa, ia segera menghampiri orang bertangan buntung itu.
"Hai, manusia buntung,"
Tegurnya marah.
"kalau melihat tingkah lakunya yang begitu kejam, pantaslah kiranya kalau engkau diganjar buntung kedua tanganmu!"
"Bangsat tengik engkau!"
Orang buntung itu marah.
"mengapa engkau hendak ikut campur dalam urusan ini? Aku hanya berurusan dengan kawanan kepala gundul dari Siaulim? Eh, menilik kepalamu juga gundul, apakah engkau juga paderi Siau lim? "
"Kepalaku gundul adalah milikku sendiri. Peduli apa engkau? Aku seorang paderi atau bukan, itupun bukan urusanmu! Tetapi tingkah lakumu melarang orang jalan di pegunungan sini, benar2 seperti seorang raja. Apa gunung ini milikmu? "
Sebelum orang buntung itu sempat menjawab tiba2 dua sosok bayangan manusia berlari-lari dari puncak gunung.
Cepat sekali kedua orang itu udah tiba di tempat situ.
Blo'on dan rombongannya terkejut.
Ternyata yang datang itu, yang seorang mukanya bertutup kain kerudung, dan yang seorang bertubuh pendek mengenakan jubah pendek dan berjalan dengan menggunakan dua tonggak besi.
"Hola, engkau datang lagi, Bu Bin lojin!"
Teriak kakek Lo Kun serta melihat orang berkerudung muka itu.
"sungguh kebenaran sekali, karena aku kepingin melihat bagaimana sesungguhnya wajahmu itu."
Habis berkata kakek Lo Kun terus hendak maju menghampiri tetapi dicegah Hoa Sin.
"Jangan totiang, dia membawa saudaranya, Bu Kak lojin,"
"O, Bu Kak manusia tak berkaki, maksudmu? "
Tanya kakek Lo Kun.
"Ya,"
Jawab Hoa Sin.
"dan yang tak bertangan itu tentulah Bu Jiu lojin."
"Lo-ji.
"
Seru orang berkerudung muka selekas tiba.
"hatihatilah, pemuda gundul itu hebat sekali."
Memang ketiga orang itu adalah Bu-li sai koat atau Tigatokoh- cacad dalam dunia persilatan yang termasyhur.
"O, apakah lo-toa sudah pernah berhadapan dengan dia? "
Tanya Bu Jiu yang disebut lo-ji atau saudara nomor dua.
"Ya,"
Sahut lo-toa atau saudara paling besar, Bu Bin lojin.
"dia bertaruh dengan kawan-kawannya tentang wajahku."
"Hm, memang bangsat semua, pemuda gundul dan rombongannya itu. Mereka juga menghina aku sebagai manusia buntung."
"Kita bertiga maju serempak untuk menghajar pamuda gila itu,"
Seru Bu Bin lojin.
"Ah, tak perlu.
"
Sahut Bu Jiu.
"biar aku menghadapinya sendiri saja."
Kemudian tokoh tanpa tangan itu berseru ke pada Blo'on .
"Setan gundul, makanya engkau begitu sombong kepadaku, kiranya engkau pernah bertempur dengan lo-toa."
"Engkau sudah diganjar cacad, masih suka memutar balikkan keadaan. Yang congkak itu engkau, mengapa mengatakan aku congkak! "
"Blo'on.
"
Tiba2 kakek Lo Kun melangkah maju ke muka Bu Jiu.
"manusia buntung ini serahkan saja kepadaku. Dia tadi mencelakai aku, sekarang aku hendak membalasnya."
Bu Jiu tertawa gelak2 .
"Siapapun mau maju dulu, boleh saja. Karena itu hanya soal waktu saja. Akhirnya kalian satu demi satu tentu akan mati juga."
"Setan buntung, kakimu akan kupotong sekali,"
Teriak kakek Lo Kun seraya menerjang.
Tetapi dengan suatu gerakan menendang, tubuh Bu Jiu sudah mencelat ke samping lalu tanpa berhenti kakinya menendang pula pantat Lo Ku plak, plak.....
Dua buah tendangan kaki kanan dan kiri Bu-jiu dengan tepat mengenai pantat Lo Kun.
Kakek itu mencelat dan menjerit kaget dan kesakitan, ia terdampar jatuh sampai dua tombak jauhnya.
Bu Jiu hendak mengejar tetapi Sian Li cepat putar pedangnya menerjang.
"Ho, bagus budak perempuan,"
Seru Bu Jiu "kiranya engkau juga jagoan wanita? "
Menghindar ke samping, kedua kaki Bu jiu pun sekaligus menendang. Gerak tendangannya itu menyerupai ilmu menendang Lian-hoan-thui yang Iihay.
"Ih .....
"
Sian Li manjerit kaget ketika siku lengannya terkena tendangan.
Lengannya terasa kesemutan dan pedang Pek-liong-kiam yang dicekalnyapun terlempar jatuh.
Melihat itu Hong Ingpun cepat loncat hendak memungut pedang Pek-liong kiam tetapi dia dihalangi dua buah tendangan oleh Bu Jiu.
Bahkan tendangan yang ketiga dan keempat kalinya memaksa nona itu harus loncat mundur sampai setombak jauhnya.
Tendangan Bu Jiu memang luar biasa.
Selain keras sekali, pun cepatnya bukan kepalang.
Dia dapat melepaskan tendangan berturut-turut sampai delapanbelas kali.
Ilmu tendangan itu disebut Sip-pat-lian-hoan-thui.
Jarang lawan yang mampu terhindar dari ilmu tendangan luar biasa itu.
Saat itu kakek Lo Kun pun maju, demikian pula Sian Li.
Baru kedua orang itu maju menerjang, Hong Ing pun juga memburu.
Dengan demikian Bu Jiu lojin diserang dari tiga jurusan.
"Bagus, kalian boleh serempak maju bertiga atau berempat dengan pemuda gundul itu sekali. Agar dapat menghemat waktuku,"
Seru Bu Jiu dengan tertawa congkak.
Sebenarnya ketiga orang itu tak sengaja saling mengajak.
Tetapi karena sudah terlanjur mereka maju bertiga apalagi diejek oleh Bu Jiu, merekapun tak mau mundur lagi.
Diserangnya orang tanpa tangan itu dengan hebat.
Bu Jiu lojin pun segera mengembangkan ilmu tendangan Sip-pat-lian-boan-thui yang lihay.
Sambil berjumpalitan, kedua kakinya melancarkan tendangan2 yang berbahaya.
Setiap kali berputar dan berbalik tubuh, ia tentu melepaskan tendangan berganda.
"Krakk....."
Karena selalu terancam oleh tendangan yang mengarah perut dan paha, kakek Lo Kun sangat marah.
Ia menangkis dengan gerak menebaskan tangannya ke arah kaki lawan.
Benturanpun terjadi.
Kakek Lo Kun terkejut ketika tangannya serasa membentur kaki yang sekeras besi.
Selain itupun mengandung tenaga yang kuat sekali sehingga Lo Kun terpaksa meringis kesakitan dan menjurut mundur.
Kini setelah tinggal berhadapan dengan Sian Li dan Hong Ing, gerak serangan Bu Jiupun makin gencar sehingga dalam waktu yang singkat saja, kedua nona itu sudah kewalahan.
"Jangan menggila! "
Teriak Lo Kun yang kini sudah mencekal ular thiat-bi-coa di tangannya.
Kakek itu segera menyerang.
Tetapi menghadapi tendangan yang luar biasa dari Bu Jiu, ular thiat-bi-coa tak dapat berbuat banyak.
Sekali terkena, siku lengan Lo Kun termakan ujung kaki Bu Jiu sehingga kakek itu harus terhuyung-huyung mundur beberapa langkah.
Lengannya kesemutan sehingga tak dapat memainkan ular thiat-bi-coa lagi.
Hoa Sin dan kawan-kawannya, demikian pun Pui Kian tianglo dari Hoa-san-pay, terkejut menyaksikan kesaktian orang buntung itu.
Walaupun tak mempunyai tangan tetapi Bu Jiu tetap sakti.
"Ih ....
"
Tiba2 Sian Li menjerit ketika kakinya terserempet tendangan.
Nona itu terhuyung-huyung.
Dan serempak pada saat itu, Hong in pun mencelat karena termakan tendangan.
Memperoleh hasil, Bu Jiu terus hendak menyelesaikan kedua nona itu tetapi secepat itu pun Blo'on sudah menghadangnya.
"Setan engkau!"
Bu Jiu terus lepaskan dua buah tendangan berantai mengarah ke perut Blo'on.
"Uh .
"
Karena tak mengira tendangan Bu Jiu sedemikian cepat, tubuh Blo'on mencelat ke udara.
Secara kebetulan tubuhnya melayang kearah Bu Kak.
Prak......
Bu Kak segera menendangkan ujung kakibesinya ke tubuh Blo'on.
Memang hebat sekali tiga serangkai manusia cacad itu.
Bu Kak lojin walaupun kakinya disambung dengan tongkat besi tetapi dia mampu menendang, berjalan dan bahkan dapat pula lari secepat angin.
Dengan sepasang kaki-besinya itu dia dapat melambung ke udara sampai lima tombak, kemudian meluncur turun untuk mengarahkan ujung kaki-besinya kepada musuh.
Blo'on mencelat dan secara kebetulan melayang kearah tempat Bu Bin lojin.
Bu Bin gemas sekali terhadap Blo'on yang mengalahkannya.
Maka kali ini mendapat kesempatan yang bagus, dia terus menghantam, duk.....
Tubuh Blo'on melayang pula ke tempat Bu Jiu.
Bu Jiu menyambutnya dengan tendangan lagi.
Demikian tubuh Blo'on seperti dibuat bal-balan kian kemari.
Dari Bu Jin ditendang ke tempat Bu Kak.
Bu Kak menampar dengan kaki tongkat besi ke tempat Bu Bin dan Bu Bin menghantamnya ke tempat Bu Jiu lagi.
Hoa Sin dan sekalian rombongannya terkejut sekali melihat keadaan Bloon.
Bahkan Sian Li menjerit dan terus hendak menerjang tetapi kakek Lo Kun mencegahnya.
"Jangan,"
Kata kakek ini.
"
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Biarlah sukomu digembleng kulitnya. Biar tulangnya keras. Kalau, tidak dia tentu tetap blo'on saja."
Sian Li terlongong memandang kakek itu.
Ia heran mengapa mendadak kakek Lo Kun berkata begitu.
Pada hal biasanya kakek itu paling marah lebih dulu apabila melihat Blo`on manderita dicelakai orang.
Memandang kepada Hoa tampak ketua Kay Pang itupun tenang2 saja, maka terpaksa Sian Li pun bersabar menunggu perkembangan selanjutnya.
Memang benar.
Walanpun dijadikan bola oleh ketiga tokoh cacat tetapi Bloon tak merintih kesakitan ataupun merontaronta.
Dia tetap tenang2 saja.
Setelah tiga kali berputaran, tampak ketiga tokoh cacat itu makin lemah gerakannya.
Satelah meningkat berputaran yang ketujuh tiba2 Bu Jiu terpelanting seperti dibanting ke tanah.
Dia menggeliat bangun lalu duduk pejamkan mata.
Rupanya dia tengah menyalurkan pernapasan.
Kemudian tokoh yang ketiga atau Bu Kak lojinpun terpelanting jatuh dari kaki tongkat besinya yang setinggi dua meter.
Dia pun duduk berdiam diri seperti menyalurkan tenaga-dalam.
Sementara Bo Bin atau si manusia tanpa wajah mencelat sampai setombak jauhnya.
Dia tertahan oleh sebatang pohon sehingga terduduk bersandar batang pohon itu.
Bloon masih berlari berputar-putar seperti orang main udak.
Satelah tiga kali berputar-putar barulah dia dapat berdiri tegak.
"Gila,"
Serunya seraya masih terhuyung-huyung kian kemari. Melihat itu kakek Lo Kun cepat loncat menyambar tubuhnya.
"Blo'on, mengapa engkau? "
"Aku terseret angin yang dahsyat sekali,"
Kata Bloon.
Ternyata ketika ketiga tokoh cacat itu membuat bal-balan tubuh Blo'on, diam2 mareka terkejut ketika tubuh pemuda gundul itu dapat memancarkan tenaga-tolak yang hebat.
Tenaga, baik tendangan maupun pukulan dan gerakan kaki besi, tertolak balik kepada pengirim masing2.
Bermula mereka penasaran sekali.
Tetapi makin menambah tenaga dalam, mereka makin menderita.
Barapa besar tenaga-dalam yang mereka gunakan, sebesar itu pula yang mereka terima.
Akhirnya mereka tak kuat lagi menahan lebih lama.
Ketiga tokoh cacad itu memiliki tenaga-dalam yang hebat sekali.
Itulah sebabnya walaupun berkat memiliki keadaan tubuh yang luar biasa.
Bloon mampu memancarkan tenagatolak tetapi dia pun terbawa juga oleh kisaran tenaga-dalam yang dipancarkan ketiga tokoh cacad itu.
Akibatnya dia seperti gangsingan yang berputar-putar kencang.
"Jangan kakek!"
Teriak Blo'on serta melihat Lo Kun hendak menghampiri Bu Jiu. Rupanya kakek itu hendak menghajarnya. Lo Kun paling taat kepada Blo'on. Blo'on melarang, lapun menurut.
"Mengapa engkau melarang aku menghajar mereka? "
Seru kakek itu.
"Biar mereka mengisi tenaga dalamnya dulu, baru kita tantang berkelahi lagi,"
Kata Blo'on. Beberapa saat kemudian, Bu Jiupun sudah membuka mata, disusul Bu Kak lalu Bu Bin. Mereka memandang Blo'on dengan heran2 kejut.
"Gila rupanya anak gundul itu."
Pikir mereka "mengapa tubuhnya dapat memancarkan tenaga-tolak yang begitu hebat? "
Mereka benar2 merasa aneh mengapa seorang pemuda gundul yang blo'on, memiliki tenaga-tolak yang begitu sakti.
Pada hal tenaga-tolak semacam itu, hanya dapat dipancarkan oleh orang yang sudah sempurna tenaga-dalamnya.
Namun kenyataan itu, tertindih oleh rasa heran.
Dan rasa heranpun menimbulkan rasa penasaran.
Mereka tak percaya bahwa pemuda semacam Blo'on memiliki tenaga-dalam tataran tinggi.
Bu-Jiu bangun, memandang Blo'on.
"Eh, apakah engkau masih mau melanjutkan pertempuran lagi? "
Tegur Blo'on.
"Ya.
"
Sahut Bu Jiu.
"Baik.
"
Kata Blo'on.
"tetapi aku hendak bertanya kepadamu. Sebenarnya antara kita, tiada dendam permusuhan apa2. Mengapa engkau ngotot hendak memusuhi kami? "Karena daerah ini adalah milik kami.
"
Sahut Bu Jiu.
"tiada seorangpun dibenarkan melalui tempat ini. Jika kalian mau mengundurkan diri, kamipun takkan menarik panjang urusan ini."
"Aneh,"
Gumam Blo'on.
"mengapa engkau membuat peraturan begitu? Bukankah gunung ini milik negara dan rakyat? "
"Benar,"
Jawab Bu Jiu.
"tetapi kami telah mendapat perintah dari suhu supaya melarang setiap orang yang lalu di tempat ini."
"
Siapa suhumu? Di mana dia sekarang? "
Teriak Blo'on.
"Suhuku adalah To bi jin, saat ini sedang bertapa di puncak Tay-keng San ini.
"
"Apa itu To bi jin? "
"Manusia-kulit-perut."
"Apa Manusia kulit-perut itu? "
Blo'on meminta penjelasan lagi.
"Tentulah manusia yang hanya terdiri dari perut saja! "
Tiba2 kakek Lo Kun menyelutuk.
"Bagaimana kakek tahu? "
Blo'on berpaling.
"Bukankah ketiga muridnya itu juga manusia2 cacad semua? Kalau gurunya tidak lebih cacad muridnya tentu tak mau.
"
Kata kakek Lo Kun. Ternyata dalam kelimbungannya, kakek itu telah menebak dengan tepat. Bu Jiu hanya mendengus saja.
"Mengapa gurumu bertapa? "
Tanya Blo'on.
"Suhu sedang meyakinkan ilmu Ceng gi-sin-kang yang dapat membuatnya melayang-layang di udara."
"Aku ingin melihatnya! "
Teriak kakek Lo Kun serentak.
"akupun ingin juga menjadi manusia terbang."
"Mudah saja,"
Kata Bu Jiu.
"asal engkau mau menerima syaratnya."
"Bagaimana syaratnya? "
Seru kakek Lo Kun.
"Kedua kaki dan tanganmu harus dikuturg semua, hanya tinggal gembung badan saja!"
"Gila! "
Teriak kakek Lo Kun.
"Tanpa menerima syarat itu tak mungkin terima sebagai murid suhu."
"Lalu setelah dapat terbang, mau kemana suhumu itu? "
Tegur Blo'on.
"Suhu akan mendirikan Jan-hwi-pang atau partai orang cacad. Hendak menguasai dunia persilatan dan menjadikan semua orang persilatan manusia-manusia cacad! "
"Gila! "
Teriak Blo'on. Tiba2 Hoa Sin maju selangkah menghampiri dan berkata .
"Tetapi mampukah suhu lojin melawan kekuatan Seng-lian kau di gunung Hongsan itu? "
"Jangankan hanya Seng-lian-kau, seluruh partai persilatan akan dikuasainya,"
Sahut Bu Jiu lojin.
"Memang tujuan lain dengan kenyataan,"
Kata Hoa Sin.
"rasanya Jan-hwi-pang tak mungkin mengalahkan Seng-lian kau."
"Tutup mulutmu! "
Bentak Bu Jiu marah.
"apa itu Seng liankau gunung Hongsan? Jangan lagi hanya suhu, sedang aku dan kedua saudaraku itu saja, sudah cukup untuk menumpasnya."
"Sombong!"
Teriak kakek Lo Kun.
"hayo, coba saja engkau ke Hongsan, tentu nyawamu amblas! "
Bu Jiu makin marah tetapi sebelum ia membuka suara, Bloon sudah mendahului .
"Kita bertaruh, beranikah engkau? "
Bu Jiu mengerut dahi .
"Bertaruh? "
"Ya, bertaruh begini,"
Kata Bloon.
"kita sama-sama menuju ke Hongsan. Nanti siapa yang dapat mengalahkan Seng-liankau, dialah yang menang."
Bu Jiu termenung. Saat itu Bu Bin dan Bu Kak pun menghampiri. Bu Jiu marundingkan hal itu kepada mereka berdua. Rupanya mereka mencapai persepakatan.
"Baiklah,"
Kata Bu Bin.
"tetapi apa taruhannya? "
"Kalau rombonganku yang kalah, kami ikut menjadi anggauta Jan hwi-pang. Tetapi kalau kalian bertiga yang kalah, kalian harus ikut pada fihakku,"
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba2 kakek Lo Kun menyelutuk.
"Ah, mana mereka berani, lopeh,"
Seru Hoa-Sin tertawa sinis. Mendengar itu serentak ketiga manusia cacat itupun menjawab .
"Baik, kami menerima pertaruhan itu."
"Jika demikian, harap suka memberi jalan kepada kami,"
Kata Hoa Sin pula.
"Tidak bisa! "
Teriak Bu Jiu.
"pertaruhan tetap pertaruhan tetapi peraturanpun tetap peraturan. Kalau mau ke Hongsan, ambillah jalan lain jangan meliwati gunung itu."
"Apa yang engkau minta supaya kami dapat lewat di sini,"
Teriak Lo Kun.
"Kalau salah seorang yang memimpin rombonganmu itu mampu menerima tiga jurus tendanganku, tiga jurus tusukan kaki besi suteku dan tiga jurus pukulan dari suhengku, kalian boleh liwat, takkan kami ganggu lagi."
"Blo'on, apa engkau tak sanggup menerima tantangannya itu. Dia kurang ajar sekali, hayo tunjukkanlah bahwa dirimu benar2 cucu dari Lo Kun yang tersohor itu,"
Seru kakek Lo Kun.
"Hamba menurut titah paduka, baginda,"
Sahut Blo'on.
"Eh, engkau hendak ingkar janji? "
Teriak kakek Lo Kun dengan deliki mata. Sudah tentu Blo' on pun terbeliak .
"Ingkar janji apa? "
"Engkau mengatakan hendak meletakkan jabatanmu sebagai menantu raja dan hendak mengembalikan puteri. Engkaupun sudah setuju kalau aku yang mewakili kedudukanmu. Mengapa sekarang engkau berlatih tata bahasa keraton? Bukankah engkau bermaksud hendak mengingkari janjimu? "
Rupanya Bu Jiu tak sabar lagi mendengar ocehan kakek Lo Kun yang tak dimengerti artinya. Apa itu berhenti sebagai menantu raja dan mengembalikan puteri? "Sudahlah, hai, engkau orang tua,"
Teriaknya.
"kalian sanggup menerima syaratku atau tidak? Kalau tidak berani, lekaslah kalian enyah dari sini! "
"Baik, mulailah.
"
Kata Bloon seraya memberi isyarat agar Lo Kun menyingkir ke samping.
Bu Binpun tak mau banyak bicara lagi.
Serentak ia lepaskan tendangan dalam jurus pertama dari Sip-pat-lian-hoan-ihui.
Plak, plak...
sedemikian cepat tokoh tangan buntung itu menggerakkan kedua kakinya sehingga Blo'on tak sempat berbuat apa2.
Tubuhnya terlempar ke udara sampai dua tombak tingginya.
Digetar oleh rasa kejut yang besar dan tendangan yang mengenai pantat, mereganglah tubuh Blo'on.
Seketika darahnya bergolak keras dan tenaga-dalam Ji-ih sin-kangpun berkembang memancar.
Ia ingin berjumpalitan seperti roda dan menukik turun.
Dan keinginan itupun segera menggerakkan tenaga-dalam sakti Jiih- sin-kang.
Dia benar2 dapat berjumpalitan seperti roda.
Bu Bin segera menyongsong dengan ilmu tendangan berantai pula.
Cepat dan dahsyatnya bukan kepalang.
Plak, plak.....
Seketika sekalian orang berseru tertahan ketika menyaksikan apa yang terjadi pada saat itu.
Tubuh Blo'on memang melambung lagi keatas tetapi ia dapat menangkap kaki Bu Bin lalu ditariknya ikut serta ke udara.
Kemudian ketika ia berjumpalitan seperti roda meluncur turun, Bu Binpun ikut dibawa berjumpalitan.
Memang sama sekali tak terduga oleh Bu Bin bahwa tendangan Lian-hoan thui yang tiada tandingannya selama berpuluh tahun ia malang melintang dalam dunia persilatan, ternyata saat itu dapat disambar Blo'on.
Alangkah kejutnya ketika kakinya ditarik keatas.
Ia hendak meronta tetapi karena kedua kakinya ditangkap tangan Blo'on dan diseret ke udara, ia tak mampu berbuat apa2.
Lebih celaka lagi ketika dalam usahanya untuk menyalurkan tenaga dalam kearah kaki, ternyata makin meronta keras, kakinya makin tertarik keras.
Bu Bin, tokoh tak bertangan yang termasyhur sebagai salah seorang Bu-lim Sam-coat, harus menyerah ketika tubuhnya dibawa berjumpalitan dan berputar-putar seperti roda.
Pada saat hampir tiba di tanah, timbullah rasa kasihan dalam hati Blo'on.
Betapapun, dia seorang pemuda dan Bu Jiu seorang manusia cacat yang sudah tua.
Ia malu kalau dikata menghina seorang tua cacat.
Maka ia meluncur dan tiba Iebih dulu ditanah, kemudian melemparkan tubuh Bu Jiu ke udara.
Setelah bebas dari cekalan tangan Blo'on, Bu Jiupun dapat mengerahkan tenaga-dalam untuk berjumpalitan dan meluncur turus ke tanah.
Ia hanya mengalami terhuyung selangkah dan setelah itu dapat berdiri tegak.
Bu Jiu termenung diam.
Rupanya ia tengah menyalurkan bernapasan dan tenaga dalam.
"Bagaimana, apa masih hendak melanjutkan? "
Tegur Blo'on. Bu Jiu mendengus dan gelengkan kepala. Melihat itu Bloon pun segera memberi isyarat kepada rombongannya untuk melanjutkan perjalanan lagi. Tetapi secepat itu Bu Kakpun menghadang "Eh, mau apa engkau? "
Tegur Blo'on.
"Engkaupun harus memenuhi syaratku,"
Sahut tokoh tanpa kaki itu.
"Syarat apa? "
"Seperti Bu Jiu suheng tadi.
"
"Eh, bukankah suhengmu sudah memberi ijin kepada rombonganku untuk melanjutkan perjalanan. Mengapa engkau masih hendak mengganggu lagi."
"Yang memberi ijin adalah suhengku. Silahkan kalian jalan tetapi akupun berhak untuk menghadang karena aku belum memberi ijin! "
"Kurang ajar! "
Teriak Lo Kun.
"
Engkau hendak mempermainkan rombonganku! "
Kakek itu terus hendak maju tetapi dicegah Blo'on .
"Biar aku yang melayanimu."' "Baik, aku akan memenuhi syaratmu!"
Kata Bloon.
Wut, tiba2 tokoh tanpa kaki itu mencelat udara sampai dua tombak, kemudian menukik turun seraya menggerakkan sepasang kaki besinya ke arah Blo'on.
Gerakan sepasang kaki besi dari tokoh itu berubah seperti serangan sepasang tongkat besi yang gencar.
Masih dia menambah lagi dengan menghantamkan kedua tangannya.
Bio'on cepat loncat menghindar.
Selekas lawan tiba di tanah, dia berbalik loncat ke udara dan berjumpalitan.
Letak kesaktian dari Bu Kak adalah pada sepasang kaki yang terbuat dari tongkat besi setinggi dua meter.
Kini karena Blo'on melambung ke udara, Bu Kakpun mati langkah.
Dia tak dapat menggerakkan kaki besinya.
Terpaksa dia loncat ke samping, setelah itu hendak melambung ke udara.
Tetapi alangkah kejutnya ketika Blo'on sudah bergeliatan melayang ke arahnya.
Tanpa turun ke tanah, Blo'on dapat bergeliat sehingga tubuhnya seperti mencelat di atas kepala lawan.
Dengan demikian tak mampulah Bu Kak untuk melonjak ke udara lagi.
Wut.....
Karena marah Bu Kak tak mau menghindar melainkan dorong sepasang tangannya ke atas.
Tetapi alangkah kejutnya ketika ia tertolak oleh tenaga yang amat kuat sekali sehingga ia terdorong ke belakang hampir rubuh.
Sementara Blo'onpun mencelat lagi ke udara.
Ternyata dorongan kedua tangan Bu Kok itu tertolak oleh tenaga-dalam sakti Ji-ih sin-kang, sehingga Bloon terlempar makin tinggi tetapi dia sendiripun dilanda oleh badai yang dahsyat sehingga terjungkir balik.
Blo'on meluncur ke tanah dan berdiri tegak Ia menunggu setelah Bu Kak berdiri jejak, baru menegur.
"Bagaimana? Apa masih dilanjutkan? "
Ternyata Bu Kak lebih lunak dan lebih kenal gelagat daripada Bu Jiu.
Ia tahu bahwa selama Blo'on menguasainya dari udara tadi andaikan anakmuda itu mau menghantam, tentu dia sudah celaka.
Hal itu dapat dibuktikan dengan tenaga-dalam yang luar biasa dari anak itu.
"Hm, baiklah,"
Kata Bu Kak.
"mengingat kita masih ada janji pertaruhan, maka untuk sementara ini engkau boleh lanjutkan perjalanan ke Hong san."
"'Hm, baiklah,"
Kata Blo'on.
"Tetapi ingat, kalau engkau kalah bertaruh di Hongsan, engkau harus membayar apa yang engkau lakukan hari ini,"
Untuk menutupi gengsinya Bu Kak menyusuli kata2 pula.
"Huh, jangan mengancam dulu, bung,"
Seru Lo Kun.
"siapa yang akan menang dan kalah dalam pertaruhan itu belum ketahuan. Masih terlalu pagi engkau berkokok!"
Pada saat Blo'on bertempur dengan Bu Kak, Bu Bin masih tampak ikut menyaksikan.
Tetapi setelah pertempuran selesai, ternyata Bu Bin sudah tak berada di situ lagi.
Rupanya tokoh pertama dari Bu-Iim-sam-coat itu sudah ngacir pergi.
Dia tak mau kehilangan muka lagi dengan Blo'on.
Demikian Blo'on dan para ketua partai persilatan dan rombongan paderi Siau-lim segera melanjutkan perjalanan ke Hongsan.
Memasuki wilayah Hopak, mereka bertemu pula dengan rombongan murid Bu-tong-pay yang dipimpin oleb Ang Hwat tojin, sute dari Ang Bin tojing ketua Bu-tong pay.
Menurut keterangan Ang Hwat tojin, Bu-tong-sanpun diobrak-abrik oleh pasukan Beng yang dikepalai seorang jago muda yang menyebut dirinya sebagai Bu-lim Thay-swe (Pangeran Dunia persilatan), dibantu oleh beberapa paderi baju kuning dari Tibet.
Ilmu kepandaian dari Bu-lim Thay-swe itu hebat sekali sehingga pertahanan Bu tong-san berantakan dan dihancurkan.
Demi mengingat keselamatan sisa anakmund Butong- pay maka Ang Hwat tojin segera memimpin mereka untuk melarikan diri.
Merekapun hendak menuju ke Hongsan guna menemui ketua mereka, Ang bin tojin.
"Bu-lim Thay-swe? "
Kata Hoa Sin seorang diri kemudian berpaling dan bertanya kepada Hong Hong tojin ketua Go bi pay dan Ceng Siau suthay ketua Kun-lun pay.
"Hong Hong totiang dan Ceng Sian suthay adakah pernah mendengar tentang tokoh Bu-lim Thay-swe itu? "
Kedua ketua partai persilatan itu gelengkan kepala .
"
Rasanya tokoh itu baru saja muncul dewasa ini. Kecuali kita berhadapan muka barulah kita dapat menentukan ciri2 orang dan perguruannya.
"
"Ya, benar ", kata Hoa Sin.
"rupanya pemerintah Beng mulai giat lagi melakukan pemberantasan terhadap orang persilatan.
"
"Hal itu aneh rasanya "
Kata Ceng Sian Suthay.
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"sebenarnya kaisar Beng yang sekarang sudah hampir tak mengurus soal pemerintahan. Selama aku berada di kotaraja untuk mencari jejak Kim kongcu tempo hari, dapatlah kukumpulkan berita2 tentang keadaan keraton. Yang berkuasa dalam keraton boleh dikata adalah Gui thaykam. Dia mempunyai pengaruh besar sekali .......
".
"
O, orang kebiri itu? "
Tiba2 Blo'on menyelutuk.
"pernah kuhajar dia ketika di keraton."
"Ya, ya, thaykam itu mempunyai hubungan rapat dengan Cian bin-long-kun di kotaraja. Kabarnya harta pusaka yang ditanam Ciau-bin-long kun di pulau kosong itu, berasal dan keraton. Gui thaykam mencuri dari gudang simpanan harta benda istana, lalu bersekongkol dengan Ciau-bin long kun untuk menyingkirkan harta karun ke suatu tempat yang aman."
"Ya, memang aneh,"
Kata Hoa Sin.
"sepanjang yang kuketahui kaisar Ing Lok sudah lemah dan kabarnya menderita sakit. Kekuasaan boleh dikata berada dalam tangan Gui thaykam yang bersekutu dengan seorang dayang pengasuh dari putra mahkota yang masih kecil. Rasanya tokoh yang menyebut dirinya sebagai Bu lim Thay-swe itu tak mungkin bekerja dengan pasukan Beng."
"Hoa pangcu benar,"
Kota Hong Hong totiang.
"memang sebelum terlibat dalam peristiwa meninggalnya Kim Thian Cong tayhiap, kudengar di daerah Sanse telah muncul seorang gagah bernama Li Hong Cang. Dia mengumpulkan banyak pemuda2 dan membentuk suatu gerombolan besar. Kabarnya dia tak puas melihat kekacauan dalam pemerintah Beng yang jelas dikuasai orang2 kasim ( kebiri ) . Mungkinkah tokoh Bulim Thay-swe itu kawan dari Li Hong Ciang? "
"Hm, mungkin juga,"
Kata Hoa Sin.
"tetapi mengapa Bu-lim Thay-swe itu mengobrak-abrik vihara Siau-lim, markas Butong- pay dan beberapa markas partai-persilatan? "
Hong Hong totiang tak dapat menjawab. Memang aneh.
"SoaI itu tentu sukar kita ketahui sebelum kita berhadapan dengan Bu-lim Triay-swe dan gerombolannya,"
Kata Ceng Sian suthay.
"tetapi merurut dugaan, kemungkinan merekapun hendak berberbuat seperti gerombolan gunung Thay san dan gunung Hongsan, yang memalsukan diri Kim tayhiap, mendirikan perkumpulan agama baru, menekan pada partai dan tokoh2 persilatan supaya mau masuk menjadi anggauta. Barang siapa menolak akan dihancurkan.
"
Hoa Sin mengangguk.
"Ya, kemungkinan itu memang besar,"
Katanya.
"di mana keadaan negara kacau maka di sana sini timbul pemberontak2 yang hendak memancing di air keruh."
"Tetapi mereka mempunyai dalih kuat juga,"
Sambung Hong Hong totiang ketua Kong tong-pay "mereka tak puas dengan kaum kebiri yang menguasai istana dan menjalankan pemerintahan.
Mereka hendak menyelamatkan rakyat dari tindasan yang dilakukan oleh pemerintah orang kebiri itu.
Dengan begitu mereka dapat memperoleh banyak pengikut.
"Memang kenyataan juga begitu,"
Kata Ceng Sian suthay.
"juga di kalangan pangeran2 istana tampaknya sudah mulai bersiap-siap menyusun kekuatan menghadapi saat2 kaisar Ing Lok sakit. Apabila kaisar mangkat, tentu akan terjadi perebutan kedudukan."
"Tetapi bukankah kaisar sudah menetapkan puteranya yang diangkat sebagai putera mahkota? tanya Hoa Sin.
"Benar,"
Kata Ceng Sian suthay.
"tetapi kaisar mempunyai banyak putera2. Tentu tak terhindar dari peristiwa berebut tahta."
Demikian setelah menempuh perjalanan beberapa hari akhirnya mereka tiba di kaki gunung Hongsan.
Apa yang mereka bayangkan bahwa di gunung yang dijadikan pusat markas partai Seng-lia-kau itu tentu tampak kesibukan2 yang ketat, ternyata tak benar.
Ketika tiba di kaki gunung, mereka melihat suasana gunung itu sepi2 saja.
Di kaki gunung situ terdapat sebuah rumah penginapan.
Kebiasaan pada waktu Itu, rumah makan sering pula menjadi rumah penginapan.
Rombongan Blo'on segera singgah di rumah makan itu.
Rombongan paderi Siau lim dan anak murid Bu-tong pay tak ikut masuk.
Saat itu menjelang sore.
Beberapa tetamu tampak sedang makan di situ.
Makin malam makin ramai dengan pengunjung2 yang ingin mengisi perut.
Karena rombongannya berjumlah besar, Hoa Sin memecah rombongannya dalam dua meja.
Hoa Sin, Ceng Sian suthay, Lo Kun, Blo'on dan Sian Li satu meja.
Sedang pada lain meja duduk Pui Kian, tianglo Hoa-san-pay, Hong Ing dan beberapa murid Hoa-san-pay.
Mereka pesan hidangan dan minuman dan suruh pelayan segera menyediakan.
Blo'on dan kakek Lo Kun lapar sekali.
"Lekas, jangan lama2, kalau perutku kempes susah mengembalikan. Jangan lupa pesananku tadi! "
Teriak Lo Kun. Jongos terkesiap.
"Hidangan apakah yang loya pesan? "
Tanyanya "Tolol! "
Bentak Lo Kun.
"mengapa engkau masih bertanya lagi? "
Bentak Lo Kun. Jongos itu makin melongo.
"Tetapi loya, aku benar2 lupa. Kalau tak salah loya tadi belum pesan apa2."
"Kurang ajar! "
Teriak Lo Kun.
"bukankah aku sudah memesan masakan yang paling enak sendiri di rumah makan ini? "
"Oh.
"
Jongos itu mendesuh.
"tetapi rumah makan kami mempunyai persediaan banyak sekali hidangan yang enak. Harap loya katakan namanya agar tidak keliru."
"O, apakah aku tadi belum mengatakan nama hidangan yang kupesan? "
Lo Kun kerutkan dahi.
"Belum.
"
"Tolol! "
Bentak Lo Kun.
"
Mengapa engkau tak mengatakan itu sedari tadi? Masa perut sudah merintih-rintih, engkau tak menanyakan apa hidangan yang kupesan! "
"Jangan lupa, buatkan juga Liong-gan theng tiba2 empat orang tetamu yang duduk tak jauh dari tempat Lo Kun, memberi pesanan pada jongos lain.
"
Hai, jongos! "
Tiba2 Lo Kun memanggil jongos yang menerima pesanan tetamu itu.
"apa itu Liong gan-theng? Apa bukan buah Mata-naga? "
Rupanya jongos yang melayani meja kakek Lo Kun tak puas mengapa kakek itu bertanya pada lain jongos yang melayani lain meja. Segera ia menyahut.
"Benar, Liong gan memang mata naga. Rumah makan kami menyediakan beberapa masakan mata. Mata sapi, mata naga, mata babi, mata ayam.
"Bagus!"
Teriak Blo'on tiba2.
"kalau dapat menyediakan mata naga berarti di sini mempunyai persediaan naga. Hayo, buatkan aku otak naga! "
Sebenarnya jongos tadi hendak menumpahkan kemengkalan hatinya karena tak ditanya oleh kakek Lo Kun maka dia hendak unjuk kebolehannya. Tak disangkanya, pemuda gundul itu telah memintanya pesanan otak naga.
"Celaka.
"
Jongos itu menggerutu.
"mengapa dia tak tahu apa yang disebut liong-gan? "
"Lekas!"
Bentak kakek Lo Kun karena jongos itu terlongonglongong.
"sediakan pesanan cucuku itu. Catatlah, otak-naga! "
Entah bagaimana karena melihat kakek itu juga tak mengerti apa yang disebut liong gan, jongos itu tertawa.
"Setan! "
Bentak kakek Lo Kun.
"mengapa tertawa? Apa engkau anggap aku ini orang gila? "
Jongos terkejut dan berhenti tertawa, serunya.
"Bukan loya. Kami tidak menganggap loya gila. Bukankah loya memang tidak gila? "
"Keparat,"
Tiba2 Lo Kun menampar mulut jongos itu sehingga jongos mengaduh kesakitan! Mulutnya mengucurkan darah. Agak ribut suasana pada saat itu. Saorang lelaki setengah tua segera menghampiri dan menanyakan urusannya. Dia adalah pemilik rumah makan itu "
"Jongos itu menertawakan aku sebagai orang gila."
Lo Kun bersungut-sungut.
"Tidak. ciangkui."
Kata jongos itu kepada majikannya.
"aku tertawa karena tuan yang gundul kepalanya itu memesan hidangan otak-naga."
"O,"
Pumilik rumah makan itu terkesiap dan memandang kearah Blo'on.
"Dia mengatakan punya persediaan liong-gat maka akupun minta otak naga. Bukankah liong-gan itu berarti mata naga? "
Kata Blo'on.
"Benar,"
Seru Lo Kun pula.
"jongos ini tadi mengatakan kalau punya beberapa persediaan hidangan mata sapi, mata naga, mata babi dan mata ayam. Apa salah kami kalau pesan otak naga? "
Pemilik rumah makan itu tahu duduk persoalannya. Ia memberi penjelasan .
"Lo tiangke, yang disebut liong-gan thong itu bukan kuah matanaga, tetapi kuah buah kelengkeng. Liong-gan adalah kelengkeng."
"Tidak bisa!"
Bantah Lo Kun.
"siapa yang kasih nama lionggan itu untuk buah kelengkeng? "
"Ha, ha, ha."
Tiba2 ketiga tamu di meja lain tertawa gelak2.
"Ha, ha, ha,"
Tiba2 kakek Lo Kun tertawa juga sehingga ketiga tetamu itu berhenti tertawa.
"Hai, kakek tua, mengapa engkau tertawa? "
Seru salah seorang yang bermuka brewok, dada penuh bulu. Dia bertubuh perkasa sekali, sekujur badannya penuh ditumbuhi bulu lebat.
"Mengapa engkau juga tertawa? "
Balas kakek Lo Kun. 'Karena mendengar orang setua tak tahu apa yang disebut liong gan itu. Mata-naga, ha, ha, itu hanya bentuk dan besarnya buah kelengkeng itu menyerupai mata naga."
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sekarang akupun hendak menjawab pertanyaanmu tadi, mengapa aku tertawa,"
Kata kakek Lo Kun.
"aku tertawa karena melihat seekor kera bisa tertawa. ha, ha....."
Kedua kawan lelaki brewok itu terbeliak dan pucat wajahnya. Tetapi diluar dugaan lelaki brewok itu malah tertawa.
"Jangan heran, kakek,"
Serunya.
"memang manusia itu menyerupai kera. Coba engkau lihat wajahmu di cermin, tentu juga seperti monyet, ha, ha"
"Tidak!"
Bantah kakek Lo Kun.
"monyet binatang yang berbulu. Aku tak berbulu, beda dengan engkau, ha, ha....."
"Kalau begitu engkau monyet gundul ha, ha, ha ..."
Lelaki brewok itu tertawa keras.
"Hai, bung, kasih tahu kepadaku, di mana tempat naga itu? "
Tiba2 B!o'on berseru.
"Naga? "
Lelaki brewok itu terbeliak.
"siapa bilang aku tahu tempat naga? "
"Eh, bukankah engkau tadi dapat mengatakan bahwa kelengkeng itu bentuk dan besarnya seperti mata naga. Kalau engkau dapat mengatakan begitu, tentu engkau sudah pernah melihat naga,"
Kata Blo'on. Orang bermuka brewok itu terkesiap.
"Hai, mengapa terlongong seperti monyet berak? "
Seru Blo'on.
"Monyet berak? Ha, ha, ha. benar, benar, cucuku, dia memang seperti monyet ..... eh, apakah engkau sudah pernah melihat monyet berak? "
Tiba2 kakek Lo Kun bertanya.
"Sudah, aku kan punya monyet peliharaan yang beranak si Hitam itu? "
"O, benar, benar. Kalau begitu dia memang seperti monyet berak, ha ....
"
"Tunggu! "
Tiba2 Blo'on berteriak sehingga mulut Lo Kun yang tengah tertawa itu, menganga.
"aku sekarang ingat kepada si Hitam, di manakah monyet dan burung Rajawali kita itu? "
Tiba2 serombongan tetamu yang terdiri dari empat orang masuk ke dalam rumah makan itu.
Yang satu, setengah tua, memelihara jenggot kambing.
Yang satu berhidung bengkok seperti paruh burung kakaktua.
Yang seorang bertubuh pendek kecil mirip kera.
Dan yang satu, tubuhnya kurus mukanya putih seperti memakai bedak, lagak lagunya seperti seorang banci.
"Ho, dunia penuh aneka warna. Setan, katak kucing, monyet, tikus berkumpul jadi satu,"
Seru si Hidung-kakaktua.
Matanya yang juling celingukan memandang kian kemari mencari meja yang kosong.
Pemilik rumah makanpun segera menyambut mereka dan tinggalkan Lo Kun.
Ia mempersilahkan rombongan baru itu duduk di meja yang kosong, letaknya di belakang dari lelaki yang bermuka brewok tadi.
Lo Kun terlongong-Iongong memandang keempat tetamu itu.
Sesaat kemudian ia garuk2 kepalanya yang gundul.
"Aneh, aneh .......
"
Melihat itu Blo'onpun bertanya.
"Apa yang aneh, kakek Lo? "
"Walaupun hidungnya bengkok tetapi dia tepat sekali bicaranya.
"
"Siapa? "
"Tetamu yang masuk tadi.
"
Kata Lo Kun.
"dia mengatakan dunia ini penuh aneka warna. Memang tepat.
"
"Hai, mana pelayan? "
Tiba2 si hidung bengkok tadi berteriak.
"Lekas bawakan dulu arak panas! "
Teriaknya.
"eh, dengan sepiring daging ayam gepuk tulang, daging babi gepuk gajih, en, apa sedia daging anak anjing? "
Jongos tertegun .
"Mungkin masih. Kemarin kami mendapat empat ekor anak anjing. Mudah-mudahan belum laku semua."
"Bagus,"
Seru si hidung bengkok.
"kalau masih, kasih seekor anak anjing gepuk tulang."
Dalam pada itu jongos telah membawakan hidangan ke meja kakek Lo Kun.
"Bagus, jongos,"
Seru kakek Lo Kun berseri.
"kalau hidanganmu enak, tentu akan kuberi persen juga."
Jongos itu menghaturkan terima kasih.
"Rupanya rumah makan ini lengkap sekali, ya? "
Kata Lo Kun.
"Benar, loya.
"
Kata jongos itu dengan tertawa.
"memang rumah makan kami penuh dengan dikunjungi tetamu. Ada sebuah masakan yang menjadi keistimewaan rumah makan kami. Mungkin di seluruh kota manapun juga, tak ada hidangan semacam itu.
"Kurang ajar, mengapa engkau tak bilang? "
Kata Lo Kun.
"apakah namanya? "
"Sian-jim-som-ya.
"
"O, apakah istimewa sekali? "
"Tanggung jawab, loya,"
Seru jongos itu.
"sekali mencicipi masakan itu tentu takkan lupa rasanya seumur hidup."
"Bawa kemari! "
Teriak Lo Kun.
Sesaat jongos berlalu, masuklah seorang tetamu.
Seorang lelaki berwajah putih bersih dan berdandan seperti seorang sasterawan.
Melangkah masuk sambil mencekal kipas.
Ketika dia lewat di sisi kakek Lo Kun dan Bloon, dia berkipas-kipas seperti orang yang kepanasan.
Entah bagaimana saat itu Lo Kun sedang melahap sebutir bakso, tiba2 ia berbangkis sekeras-kerasnya, ajngngng'....
ajingng ....
Blo'on-pun demikian.
Disusul Sian Li.
Sian Li untung sedang mengantar supitnya yang berisi sekerat daging ayam ke mulut, sebelum mencapai mulut dia sudah berbangkis.
Hanya air hidung yang menyembur ke arah kakek Lo Kun yang duduk berhadapan.
Tetapi Blo'on dan Lo Kun lebih tidak beruntung Ia sedang menyuap nasi, karena berbangkis, nasipun muncrat ke muka, tepat menghambur ke arah tetamu muka brewok dan kedua kawannya.
Demikian pula kakek Lo Kun.
Dia sedang menyosor sebutir bakso ke mulut.
Karena berbangkis, bakso itu meluncur ke arah kawan si brewok, yakni si lelaki yang bermata satu.
"Aduh .... bangsat! "
Si brewok tertabur hamburan nasi dari mulut Blo' on.
Ia masih sempat miringkan kepala hingga sebagian dari hujan nasi itu terus meluncur ke belakang.
Meja di belakang yalah rombongan keempat orang.
Mereka adalah lelaki berjenggot kambing, lelaki berhidung bengkok, lelaki berwajah seperti kera dan lelaki yang betingkah seperti banci.
Karena si muka brewok menjerit kesakitan dan cepat2 miringkan kepala, maka hujan nasi itupun melanda tetamu berwajah kera.
"Aduh, bangsat brewok engkau! "
Karena mukanya tertabur nasi, si muka kera itu memaki.
Sedangkan bakso yang meluncur dari mulut Lo Kun, melayang menyambar mata lelaki bermata satu.
Untung orang itu dapat menghindar tetapi tak urung daun telinganya terlanggar juga.
Karena bakso masih panas, ia menjerit kesakitan.
"Bangsat mata satu", tiba2 dari arah belakang terdengar orang memaki dan mengaduh. Ternyata bakso itu terus melaju dan menghantam si hidung bengkok. Dia sebenarnya duduk membelakangi rombongan tetamu brewok. Tetapi karena mendengar tetamu mata-satu menjerit, ia berpaling ke belakang dan jadilah hidungnya yang bengko itu sasaran bakso. Suasana gaduh seketika.
Si Pisau Terbang Pulang -- Yang Yl Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Meteor Kupu Kupu Dan Pedang Karya Gu Long