Tangan Berbisa 4
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id Bagian 4
"Benarkah? Dapat menyambut berapa pukulan? "
"It-hu Sianseng berhasil menyambut sembilan pukulan sedang Swat Popo hanya berhasil menyambar pukulan, mereka masing-masing sudah dipenjarakan dalam kamar penjara Liang nomor tujuh dan delapan"
Menjawab lakilaki berewokan sambil tertawa terbahak-bahak. Hati Cin Hong merasa seperti diiris-iris. dengan hati pilu ia bertanya pula.
"MaSih ada lagi? "
"Hanya itu Saja, masih ada apa lagi? "
Berkata lelaki berewokan itu. Cin Hong tiba-tiba membalikan badannya lari keluar, dalam waktu singkat sudah kembali kerumah penginapan, begitu tiba lantas lari masuk kamar In-jie seraya berseru memanggil.
"In-jie In-jie "
In-jie yang sedang menulis surat melihat sikap tergesagesa Cin Hong, Sampai terkejut, katanya dengan suara mengomel.
"Setan ada urusan apa demikian tergesa-gesa? "
Cin Hong meletakan alat-alat tulisnya di-atas meja, kemudian ia duduk diatas kursi dengan sikap lunglai, Setelah itu ia baru berkata sambil menghela napas.
"Habislah, suhu kita berdua benar-benar sudah dipenjarakan didalam rimba persilatan"
In-jie juga merasa sedih ketika mendengar keterangan itu, air matanya mengalir keluar, lalu bertanya.
"Benarkah? Bagaimana kau tahu? "
Cin Hong lalu menceritakan pertemuannya dengan anak buah pemimpin rumah penjara rimba persilatan, yang datang kekota untuk mencari seorang pelukis, pada akhirnya ia berkata sambil menghela napas-"Selama itu aku sedang berpikir, dalam perjalanan kita yang tidak berhasil mencandak suhu, mungkin sudah kesalahan jalan atau mendahului mereka, tetapi sekarang pikiran itu ternyata keliru"^ In Jie sementara itu masih menangiS, seketika mendengar ucapan itu berkata sambil menyeka air matanya.
"Aku sudah lama menduga akan terjadinya hal seperti ini, masih untung semua sudah sanggup menyambut pukulan dari batas yang ditetapkan ialah tiga pukulan mautnya, bahkan lebih dari itu... ."
Cin Hong bangkit dari tempat duduknya, terkata dengan suara guSar.
"Dapat menyambut pukulan mautnya tiga kali keataS mau apa lagi? Bahkan serupa Saja masih tetap masuk kedalam penjara? "
In jie menundukkan kepala dan menghela napaS, kemudian berkata .
"Setidak-tidaknya tidak perlu diborgol kaki tangannya, juga tidak perlu bekerja berat tidak perlu pula makan nasi kasar dan Sayur kering..."
Cin Hong kembali duduk dikursinya, Sepasang matanya memandang kelangit-langit, lama berada dalam keadaan demikian, tiba-tiba lompat bangun dan berkata.
"Sudahlah. Mari kulukis gambarmu"
In-jie seolah-olah takut Cin Hong mendekati dirinya, buru-buru mengulurkan tangannya dan mendorong padanya, sedang mulutnya berkata.
"Tunggu sebentar, tunggu aku habis menulis surat baru melukis"
Cin Hong baru sadar, lalu berkata .
"Kiranya kau tadi tidak mau keluar bersama-sama, perlunya hanya hendak menulis surat, apakah kau tulis untuk suhumu? "
In-jie mengangguk-anggukkan kepala, dengan kedua tangannya ia menutupi surat yang terletak diatas meja, wajahnya menunjukkan perasaan malu dan takut. Cin Hong berjalan mendekati selangkah. menundukkan kepala untuk melihat surat seraya bertanya.
"Tulis surat saja mengapa takut dilihat orang demikian rupa? "
In-jie Cemas, dengan kakinya ia menendang kaki Cin Hong seraya berkata.
"Pergi Kau ini bagaimana Sih...." --ooo OOOOO ooo-- Hari kedua pagi-pagi, mereka dengan ter-gesa2 meninggalkan rumah penginapan dan keluar kota sambil menunggang kuda. can Sa Jie lebih dahulu sudah menunggU diluar pintu kota. tangan Kiri pemuda pengemis itu memondong setengah guci arak besar, seding tangan kanan membawa dua buah paha rusa yang sudah dimasak matang dengan dibungkus oleh kertas, seolah-olah hendak pergi keluar pesiar diluar kota dengan makanannya itu. Cin Hong terheran-heran, tanyanya.
"Saudara can Sa Jie, kau membawa barang-barang itu apa perlunya? "
"Tidak apa-apa, hanya minta tolong padamu supaya kau bawa dan berikan kepada suhuku yang doyan makan itu"
Menjawab can Sa Jie sambil tertawa. Cin Hong berpaling dan bertanya kepada In-jie.
"Apakah orang yang menengok kerumah penjara itu boleh membawa barang-barang masuk kedalam? "
"Boleh, kau lihat aku sampai lupa membeli sedikit barang untuk suhuku"
Berkata In-jie Sambil menganggukkan kepala.
"Kalau memang boleh membawa barang kita boleh kembali kekota untuk membeli sedikit"
Berkata Cin Hong girang.
"Suhu kalian berdua masih belum pasti sudah berada didalam rumah penjara itu belum sebaiknya lain kali saja kau baru bawa,"
Menyelak can Sa Jie. Mata In-jie menjadi merah, katanya dengan suara sedih.
"Mengapa tidak. dua hari berselang sudah masuk penjara"
Can Sa Jie yang mendengar ucapan itu terkaget, Cin Hong lalu menceritakan semua apa yang terjadi tadi malam, dan can Sa Jie yang mendengar itu merasa terkejut tetapi juga girang, katanya.
"Bagus sekali Dengan demikian maka suhu juga sudah mendapat kawan untuk diajak beromong-omong"
In-jie sangat marah, ia menghampiri dan menyerang can Sa Jie sambil memaki.
"Anak busuk. kau rupanya tidak mengerti artinya sedih"
Can Sa Jie lompat mundur, katanya sambil tertawa Cekikikan.
"Habis kau suruh aku bagaimana? Biar bagaimana hal itu toh sudah tidak dapat dihindarkan lagi"
Biji matanya berputaran mengaWaSi Cin Hong kemudian berkata pula Sambil tertawa.
"Sebetulnya kau juga tak perlu sedih, mereka bertiga yang merupakan tiga manusia gaib setiap orang masih ada kesempatan tiga kali untuk menantang pertandingan, aku perCaya mereka Cepat atau lambat toh sanggup menyambut sampai sepuluh pukulan, sekalipun tidak bisa, didalam rimba persilatan juga masih ada kita tiga manusia kecil gaib, bukankah kau masih ingat pepatah berkata anak meneruskan usaha ayahnya, murid meneruskan cita-cita gurunya ... ."
In-jie tidak menghiraukan kepadanya, ia berpaling dan berkata kepada cin Honng.
"Bagaimana, apakah kita masih perlu kembali kekota untuk membeli barang-barang? "
Cin Hong tiba-tiba ingat bahwa uang dalam sakunya tinggal tidak seberapa, setelah berpikir sejenak lalu berkata.
"Aku pikir Suhu kita berdua Baru saja masuk penjara, barangkali juga tidak tergesa-gesa memerlukan barang makanan, lain kali kalau pergi menengok lagi baru kita bawa juga tidak halangan ...,."
"Lain kali? Tahukah kau bahwa rumah penjara itu dalam waktu Satu tahun baru boleh menengok satu kali? "
Berkata In-jie dengan suara nyaring. Cin Hong merasa sedikit bingung, katanya sambil tertawa keciL.
"Kuberitahukan kepadamu juga tidak halangan, aku baru saja ingat, dalam Sakuku hanya tinggal uang reCeh yang jumlahnya tidak Cukup tujuh tail perak. bagaimana bisa membeli barang-barang? "
"oh, can Sa Jie, bolehkah kau pinjamkan beberapa tail Saja? "
Berkata in-jie Sambil mengulurkan tangannya kepada can Sa Jie. can Sa Jie nampak gelagapan katanya.
"Jangan mainmain, aku pengemis miskin bagaimana ada uang? Barangbarang yang kubawa Semua adalah Saudara-Saudara golongan pengemis Cabang kota ini yang mengumpulkan seCara gotong-royong"
In-jie terpakia menghela napaS, lebih dahulu mengeprak kudanya dilarikan kebarat, Cin Hong kemudian juga meniru, sedangkan can-sa jie sambil memandang poci arak dibungkusan paha rusa lari mengikuti dibelakang mereka, mulutnya berteriak-teriak.
"Hai, bantu aku bawa serupa barang.. .."
Menjelang tengah hari, tiga orang itu sudah mulai masuk daerah pegunungan Tay Pa San-Diatas jalan pegunungan yang berliku-liku itu mereka jalan tidak berapa lama, akhirnya menikung sebuah gunung yang sangat tinggi.
dari situ sudah tampak diantara gunung-gunung yang menjulang tinggi itu, berdiri sebuah bangunan dinding tembok dan rumah-rumah berloteng yang luas dan tinggi sekali.
Bangunan itu dilihat darijauh, merupakan sebuah bangunan dan megah tetapi juga misteri yang seram.
Diatas pintu loteng terdapat sebuah papan yang ditulis oleh huruf emas.
Huruf-huruf itu berbunyi.
"Bagian Pertama Rumah Penjara Rimba Persilatan-"
Dikedua sisi pintu, diatas dua tiang batu juga dipasang sepasang papan yang ditulis dengan huruf-huruf yang mengandung arti sangat baik. Huruf-hurup itu berbunyi.
"orang-orang Qaib dan orang-orang Pandai Seluruh Dunia Persilatan semua Menjadi Tamu Dalam Rumah Penjara, jago-jago dan Ksatria-Satria Rimba Persilatan Menjadi Tawanan untuk Selama-lamanya .
"
Huruf-huruf emas itu dibaWah Sinar matahari memancarkan sinarnya yang berkilauan, kalau dipandang dari jauh seperti sedang terbakar.
orang yang membacanya dengan sendirinya timbul perasaan tegang.
Tiga orang itu.
tiba dibawah pintu benteng dikedua samping jalanan menampak pula dua potong papan merk.
dibagian depan papan merk itu ditulis dengan kata-kata.
"Pemberitahuan Kepada orang-orang Yang Hendak Menantang." -Dipapan bagian Delakang tertulis dengan kata-kata. Pemberitahuan Bagi orang-orang Yang ingin Menengok Keluarga"
Pengumuman dalam papan pertama itu berbunyi demikian.
-SATU.
Penguasa rumah penjara rimba Persilatan ini setiap waktu menerima segala tantangan pertandingan, barang siapa yang yakin mempunyai kepandaian cukup, baik pria mau pun wanita, tua atau muda, semua boleh mendaftarkan nama, dan setelah itu nanti diadakan pertandingan di atas tujuh senar yang terpancang diatas lembah kunci besi.
-DUA.
Barang siapa yang dapat mengimbangi atau berakhir seri dalam pertandingan itu dengan penguasa rumah penjara ini, akan mendapat kesempatan untuk mengajukan segala permintaan apa yang dikehendaki olehnya.
-TIGA Barang siapa yang sanggup menerima tiga kali puKulan maut penguasa rumah penjara boleh melanjutkan pertandingannya, barang siapa yang dapat melanjutkan pertandingan hingga sanggup bertahan sepuluh jurus keatas tidak usah masuk penjara, disamping itu juga akan mendapat hadiah uang mas sebanyak Seribu tail atau boleh menolong keluar lima orang dari dalam penjara menurut pilihannya sendiri, tapi dalam pertandingan selanjutnya harus sanggup bertahan sampai lima belas jurus, jikalau tidak, masih tetap harus masuk kedalam penjara, dan kehilangan haknya untuk menantang lagi.
-EMPAT.
Barang siapa yang Sanggup bertahan tiga jurus keatas Sepuluh jurus kebawah, masih diharuskan masuk kedalam penjara untuk ditawan, hanya dalam rumah penjara boleh tak usah memakai borgol dan bekerja berat, makan setiap harinya juga lebih baik dari tawanan biasa, bahkan masih mendapat kesempatan untuk menantang lagi tiga kali.
-LIMA.
Barang siapa yang tidak sanggup menyambut tiga pakulan maut penguasa rumah penjara ini, diharuskan masuk penjara, menjadi pelayan, juga harus mengenakan borgol dan bekerja berat, setiap hari hanya diberi makan yang berupa beraS kasar dan Sayur kering, juga hanya diberikan kesempatan satu kali saja untuk menantang lagi, apabila sanggnp menyambut tiga kali pukulan keatas, boleh dipindahkan kekamar penjara yang disebut kamar penjara Liong.
-ENAM.
Ketentuan-ketentuan di atas harus ditaati oleh penantang dan semua tawanan, jiKa tidak.
penguasa rumah penjara ini tidak akan menjamin keselamatan jiwanya.
Sedang di atas papan yang kedua berisi pengumaman seperti di bawah ini.
Mengingat tradisi kekeluargaan yang kuat dari bangsa kita, penguasa rumah penjara ini memberi kesempatan bagi keluarga orang yang dipenjarakan untuk datang menengok, denga nperaturan-peraturan seperti dibawah ini.
-SATU.
Tahun pertama bagi keluarga orang yang dipenjarakan-hanya anak-anaknya atau anak keluarganya yang berusia tiga belas tahun yang boleh datang Derkunjung atau menengok yang lainnya tak dapat diterima.
-DUA.
Sanak keluarga yang datang menengok harus meninggalkan senjata yang dibawa juga harus memberitahukan nama dan umurnya yang sebenarnya kepada petugas yang di namakan Thiat-u Siangsu untuk di cek.
apabila terdapat kebohongan, akan mendapat hukuman rangket sebagai peringatan- -TIGA.
Keluarga-keluarga yang datang menjenguk setiap tahun hanya di beri kesempatan satu Kali, Setiap kali Waktunya hanya satu jam.
-EMPAT.
Keluarga-keluarga yang datang menengok boleh membawa surat-surat dari keluarga atau Sedikit barang-barang makanan, tapi harus diperiksa lebih dahulu, isi urat apabila terdapat tulisan-tulisan yang tidak baik bagi rumah pejjara ini, dapat ditahan.
-LIMA.
Dalam pertemuan antara tawanan dengan keluarganya, tidak boleh ribut-ribut, atau menangis, barang siapa yang melanggar segera di usir keluar.
-ENAM.
Ketentuan-ketentuan diatas haruS di taati benar oleh yang berkepentingan, jika tidak akan segera di usir keluar dan akan dihukum menurut pelanggaran yang dilakukan- SehabiS membaca huruf pengumuman itu Cin Hong bertiga saling berpandangan, dalam hati masing-masing timbul perasaan tak enak.
Munculnya satu kelompok manusia yang membangun tempat bernama Rumah Penjara Rimba Persilatan ini, sudah merupakan suatu hal yang Sangat aneh dalam riwayat di rimba persilatan-dan Selagi peraturan dan katetapan yang diadakan olehnya juga demikian ganjil, benar-benar merupakan suatu kejadian ajaib dalam sejarah rimba periilatan-Selagi mereka dalam keadaan bingung, dalam pintu penjara tampak keluar seorang lelaki setengah umur kurus kering yang mengenakan jubah warna kuning.
Ia berdiri diatas tiang batu sambil mengawasi sikap tiga pemuda itu, di wajahnya tidak menunjukkan sikap apa-apa, tanyanya dengan nada suara dingini "Hee, kalian tiga bocah ini datang kesini ada keperluan apa? "
Cin Hong lompat turun dari atas kudanya, memberi hormat kepada orang itu seraya berkata.
"Kedatangan kita kemari, maksudnya ialah hendak menengok keluarga didalam penjara, apkah tuan yang menjabat pangkat sebagai Thiat-oeSiansu? "
Lelaki berjubah kuning itu menganggukkan kepala, ia kembali bertanya dengan nada suara dingin.
"Kalian bertiga akan menengok semuanya? "
Cin Hong berpaling mengawasi can Sa Jie dan In-jie sejenak kemudian berkata sambil menggelengkan kepala.
"Tidak. usia mereka tidak sesuai dengan peraturan kalian disini."
Thiat-oe Siansu mengeluarkan Suara hem, lalu memutar tubuhnya berjalan kedalam pintu sambil berkata.
"Baik, kau masuk dulu untuk mengurus soal pendaftaran lebah dahulu"
Begitu masuk kedalam pintu batu itu dibalik pintu itu tampak Sebuah meja, diatas meja tampak lengkap dengan kertas dan alat-alat tulisnya, kecuali itu ada sebuah Sangkar burung yang terbuat dari besi berbentuk bulat, didalam sangkar itu ada seekor burung abu-abu, burung itu ketika melihat Cin Hong datang, lantas terbang dalam Sangkarnya sambil mengeluarkan suaranya dan memiringkan kepalanya untuk mengamat-amati Cin Hong.
Thiat-oe Siansu duduk disebuah kursi dibelakang meja, kini mulai menggulung lengan bajunya, membuka-buka buku pendaftaran, lantas mengangkat pena atau alat tulis dari buku yang diletakkan diatas batu gosokannya, kemudian membuka sepasang matanya yang berCahaya, lalu bertanya lambat-lambat.
"Namamu? "
"Cin Hong."
Menjawab Cin Hong perlahan-Thiat-oe Siansu menganggukkan kepala, tetapi tidak mencatat nama pemuda itu, sebaliknya ia angkat muka dan bertanya lagi.
"Tanggal lahir? "
Cin Hong tercengang, jawabnya dengan Cemas.
"Hal ini bagaimana aku tahu? "
Thiat-oe Siangsu mengerutkan alisnya, tanyanya dengan suara keras.
"Goblok!! Apakah ayah bundamu tidak pernah memberitahukan kepadamu? "
"Ai, aku ini sejak masih keCil sekali sudah dipelihara oleh suhu hingga dewasa, sama sekaii tidak tahu siapakah ayah bundaku sendiri"
Menjawab Cin Hong gugup, Thiat-oe siangsu miringkan kepalanya yang kurus, matanya dikedip-kedipkan, katanya dengan perasaan heran.
"Kalau demikian halnya, bagaimana kau bisa tahu kalau kau sekarang berusia delapan belas tahun? "
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cin Hong saat itu teringat kepada riwayat diri sendiri yang hingga saat itu masih merupakan suatu teka-teki baginya, dalam hatinya merasa sedih, katanya sambil menundukan kepala.
"Menurut keterangan suhu itu, tahun usiaku seharusnya sudah delapan belas tahun, tidak bisa salah lagi."
Thiat-oe Siangsu meletakkan alat tulisnya, tubuh bagian atas menyender kekursi, sedang tangannya mengurut-urut kumis diatas bibirnja sambil berkata.
"Tidak ada tanggal lahirnya, bagaimana aku dapat menghitungnya? "
Cin Hong Cemas ia berkata sambil menjura.
"Tahun ini dengan sebenarnya usiaku delapan belas tahun, harap tuan suka perCaya keteranganku ini "
Thiat-oe Siangsu manggeleng-gelengkan kepala kemudian memejamkan matanya sebagai jawaban bahwa dengan tidak adanya tanggal kelahiran, sesungguhrya ia tidak dapat membantu.
Diluar dugaannya baru saja ia memejamkan mata, burung keCil yang berada didalam sangkar itu dengan tibatiba beterbangan dan berbunyi.
"GincU, GlncU ... ."
Yang berarti Uaang perak. uang perak. Cin Hong terperanjat dan mengeluarkan seruan dari mulutnya, ia buru-buru mengeluarkan uang reCehan dari dalam sakunya, dengan sikap sangat menghormat diberikan kepada Thiat-oe Siangsu seraya berkata.
"Siangsu, sedikit uang ini harap siangsu gunakan Untuk minum teh "
Thiat-oe siangsu membuka matanya dengan cepat dipejamkan kembali, katanya sambil tertawa dingin.
"Hm, apa kau kira aku ini belum pernah lihat uang receh ini? "
Muka Cin Hong menjadi merah, katanya dengan Suara gelagapan.
"Maaf, dalam Sakuku hanya ada beberapa keping uang recehan ini saja, harap tuan suka memaafkan."
Thiat-oe Siangsu menggeleng-gelengkan kepalanya, memejamkan matanya kembali dan tidak mau menghiraukan Ucapan Cin Hong.
Cin Hong lantas naik pitam, dalam keadaan marah, ia menyambar alat tulis yang ada diatas meja, alat itu dikeprakan sehingga menimbulkan suara nyaring, kemudian membentak sambil membusungkan dada.
"Pui? Kau berani main korupsi? "
Thiat-oe Siangsu yang tidak menduga dapat perlakuan demikian, sesaat menjadi kaget, sepasang matanya melotot. lalu bangKit dari tempat duduknya dan membentak sambil menuding dengan jari tangannja.
"Bocah, kau berani melawan aku, benar-benar kurang ajar"
Cin Hong memang mempunyai sifat yang suka marah2, ciri itu mungkin disebabkaa karena sejak kecil ia tidak mendapat cinta kasih dari ibunya, tetapi sesudah marah ia segera menyadari kesalahannya, maka ia setelah ditegor demikian ia buru-buru menjura untuk memberi hormat, dan berkata dengan sikap gugup.
"Maaf, maaf, aku tidak dapat mengendalikan emosiku sendiri. hal ini sesungguhnya tidak seharusnya."
Thian-oe siansu mengibaskan lengan bajunya, katanya dengan suara keras.
"Pergi Pergi, kau bocah ini tidak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh rumah penjara."
Cin Hong terkejut. ia menjura lagi seraya berkata.
"Tidak tidak^ harap Siansu jangan marah tunggu aku nanti akan berdamai dulu dengan dua kawanku, mungkin mereka ada membawa barang, yang agak berharga"
Sehabis berkata demikian, ia berpaling dan berjalan keluar dari pintu batu itu. can Sa Jie dan In-jie begitu melihat ia keluar kedua-duanya lantas menyongsong serta bertanya.
"Bagaimana kau ribut dengan dia? "
Dengan suara perlahan Cin Hong menceritakan sebabsebabnya, kemudian berkata dengan suara gemas^ "Anjing itu ternyata berani menggunakan kedudukannya untuk memeras, benar-benar kurang ajar, Sekarang kalian pikir bagaimana? "
Can-sa jie mengangkat tangannya dan menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal, katanya sambil tertawa kecut.
"Burung goak didunia benar-benar sama hitamnya, tidak diduga rumah penjara kedaannya juga sama dengan kantor pemerintahan, jikalau tidak ada uang tidak ada uang tidak bisa masuk"
Sementara itu In-jie juga berkata sambil mengerutkan alisnya.
"Habis bagaimana? Aku sesungguhnya membawa uang... ."
Can-sa-jie mengangguk kepalanya semakin keras, katanya.
"Aku juga dibadanku yang ada hanya kutu busuk saja"
Cin Hong mengeluarkan suara helaan panjang, kemudian berkaka.
"Aku juga tidak ada barang yang berharga."
Cin Hong dalam keadaan tak berdaya, tanpa disadari ketika tangannya meraba-raba kepada lehernya Sendiri, telah menyentuh kunci emas yang terikat dengan kunci huruf Liong yang terbuat dari emas murni, Sesaat ia merasa girang dan berkata sambil lompat-lompat.
"Ya, aku hampir lupa. barang ini kukira boleh diberikan kepadanya"
Setelah mengucap demikian, dengan cepat mengeluarkan rantai emasnya, dan membuka anak kunci yang berukiran huruf Liong itu, anak kunci itu dimasukkan kedalam sakunya, disimpan baik-baik.
can Sa Jie mengira kunci emas itu merupakan barang perhiasan semula ia terkejut, kemudian ia menggoda sambil tertawa.
"orang lakl-laki kok lehernya dikalungi rantai emas segala, apa tidak takut ditertawai kawan-kawan? "
In-jie mendelikan matanya memandang sebentar, lalu berkata.
"Mengapa orang laki-laki tidak boleh memakai rantai emas? Kalau ini benar-benar seperti anak dari gunung saja.. ."
Cin Hong yang tiada maksud untuk memberi keterangan juga tidak perlu menjelaskan kepada mereka, dengan membawa rantai dan anak kunci emas itu ia masuk kembali kedalam pintu. Thiat-oe Siangsu ketika melihat ia datang lagipura-pura menegornya.
"cis Perlu apa kau masuk lagi? "
Cin Hong buru-buru mengeluarkan kunci emasnya dengan kedua tangannya ia berikan pada laki-laki itu, katanya sambil membongkukkan badan-"Siangsu kau terlalu capai, Sedikit barang perhiasan ini tidak ada artinya apa-apa, harap Siangsu suka terima dengan senang hati "
Thiat-oe Siangsu menerima rantai emas, di-timang2nya sebentar kemudian berkata sambil tersenyum.
"Ingat. ini adalah kau sendiri yang memberikan kepadaku dengan suka rela, bukannya aku yang meminta kepadamu"
Cin Hong mengatakan ucapan ya, berulang-ulang maka Thiat-oe Siangsu itu lantas menerima pemberian itu, ia mengangkat lagi alat tulisnya dan menulis kan nama Cin Hong diataS buku pendaftaran berikut dengan usianya, kemudian bertanya^ "Kau hendak menengok siapa? "
"Hendak menengok Suhuku it-hu Siangseng dan Suhuku Thian-san Soat Popo, sekalian mengantarkan sedikit barang maka nan untuk can sa-sian, pemimpia golongan pengemis...."
Thiat-oe Siangsu membuka matanya lebar-lebar. kemudian bekata.
"Jadi sekaligus kau hendak menengok tiga orang? "
Cin Hong takut tidak diperbolehkan, maka buru-buru menjawab.
"Ya, dalam pengumuman itu toh tak ada ketetapan yang melarang orang dalam waktu bersamaan menengok lebih dari satu orang "
"Sudah tentu, tetapi ini hanya tidak baik bagi kau sendiri"
Berkata Thiat-oe Siansu sambil tertawa. Cin Hong berdiri bingung, sementara itu Thiat-oe Siangsu sudah memberi penjelasan sambil tertawa.
"Dalam pengumuman itu bukankah sudah ditulis dengan suatu ketentuan bahwa orang yang menengok keluarganya didalam penjara hanya diberi batas waktu satu jam saja. Banyak anak-anak yang menengok keluarga pada mengeluh. karena batas waktu itu terlalu singkat, dan sekarang kau dalam waktu yang singkat itu sekaligus hendak menengok tiga orang apakah itu bukan berarti Sangat singkat sekali waktumu untuK berkumpul dengan mereka? "
Cin Hong mendengar keterangan itu lalu memprotes.
"Aku hendak menengok tiga orang, seharusnya diberi waktu tiga jam itulah baru adil"
"Tidak, tentang ini aku sudah pernah pinta keterangan dari penguasa rumah penjara ini, tetapi tidak diperbolehkan."
Menjawab Thiat-oe Siangsu. Cin Hong tidak berdaya, terpaksa menganggukkan kepala dan berkata.
"Baiklah, satu jam juga boleh"
Thiat-oe Siangsu lalu menuliskan nama-nama orang yang hendak ditengok diatas buku pendaftaran, kemudian berkata.
"Sekarang barang yang hendak dibawa masuk itu berikan kepadaku dahulu untuk diperiksa kecuali uang, barang makanan dan surat-surat. dibadanmu tidak boleh membawa barang apa lagi, kalau di ketemukan bisa dibeslah"
Cin Hong terima baik, ia keluar lagi, untuk memberikan anak kunci emas itu kepada In-jie agar disimpannya, kemudian dari tangan Can Sa-jie menerima arak dan paha binatang rusa yang hendak diberikan kepada suhunya.
selagi hendak masuk kedalam lagi, tiba-tiba berhenti dan berpaling serta berkata kepada in-jie^ "In-jie, surat tadi malam yang kau hendak berikan kepadaku itu akan diperiksa dahulu, apakah tidak menjadi halangan? "
Sepasang pipi In-jie tampak merah, ia sangsi sejenak. tiba-tiba. berkata sambii tertawa.
"ia boleh lihat, tetapi kau tidak"
Cin Hong terima baik, dengan membawa barang hidangan dan surat tadi masuk lagi kedalam pintu, diletakkan di meja Thiat-oe Siangsu lalu mengeluarkan kembali surat In-jie yang akan disampaikan kepada suhunya, kemudian berkata^ "Barang-barang semua ada disini, periksa dahulu"
Thiat-oe Siansu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Cin Hong untuk menggeledah badannya, kemudian memeriksa barang-barang dan pada akhirnya barulah membuka surat In-jie akan di bacanya, mungkin karena membaca di bagian yang di anggapnya lucu dengan tiba-tiba ia dongakkan kepala dan tertawa terbahak-bahak Cin Hong tak tahu apa yang ditulis oleh In-jie dalam Suratnya, ia merasa heran, maka lalu bertanya dengan suara perlahan.
"Numpang tanya pada Siansu apakah yang tulis olehnya dalam surat itu? "
Thiat-oe Siangsu sementara itu sudah melipat kembali surat dan dimasukkan kedalam amplopnya, surat itu diberikan kepada Cin Hong, dan menjawab sambil tertawa.
"Apa yang dikatakan olehnya itu memang benar....aku boleh lihat, tetapi kau tidak boleh baca"
Cin Hong merasa seperti juga oleh In-jie, ia menghela napas dan berkata sambil tertawa kecut.
"Kalau begitu, Semua sudah boleh kubawa? "
Thiat-oe Siansu menganggukkan kepala sambil tersenyum, kemudian mengulurkan tangan menunjuk orang yang berada dibelakang dirinya seraya berkata.
"Semua selesai, Sekarang orang ini akan bawa kau pergi menengok kedalam penjara"
Cin Hong berpaling, kiranya entah sejak kapan di belakang dirinya sudah berdiri seorang lelaki berpakaian ringkas warna hijau, dengan wajah dan sikap dingin, orang itu mengajak Cin Hong jalan, Dengan tetap hormat Cin Hong mengangukkan kepala kepadanya sambil tertawa, kemudian membawa guci arak dan bungkusan paha rusa, setelah itu ia berpaling dan berkata dengan Suara nyaring kepada dua kawannya diluar tembok.
"Saudara can Sa, In-jie kalian harus tunggu aku"
"Baik, kalau sudah tiba waktunya kau belum keluar, kita nanti akan menyerbu."
Jawab In-jie dengan suara nyaring juga , Cin Hong yang Sebetulnya sudah mengikuti penjaga penjara tadi berjalan, mendengar ucapan In-jie buru-buru berhenti dan berpaling sambil berseru.
"Tidak akan terjadi hal seperti itu, kau jangan bertindak lancang"
"Anak tolol, maksudku ialah memberi peringatan kepada mereka lebih dahulu... ."
Menjawab in-jie juga dengan suara nyaring.
Cin Hong mengikuti Sipir penjara berjalan keluar dari pintu batu, dengan mengikuti jalan yang agak rata berjalan menuju ke gunung.
Berjalan kira-kira Setengah pal, jalan itu mulai menyempit, kedua sisi jalan terdapat gunung-gunung menjulang tinggi, disamping itu juga terdapat sungai dengan airnya yang jernih mengalir turun, diatas gunung penuh dengan pohon cemara dan daunnya yang rindang, di beberapa bagian ditepi jalan terdapat banyak tanaman bunga, pohon-pohon yang indah, juga air mancur, Suatu pemandangan alam yang sangat indah.
Cin Hong meskipun dalam hatinya seperti sedih oleh berbagai perasaan, tetapi dengan beradanya ditempat yang mempunyai pemandangan alam sangat indah itu, ia juga seperti terbenam dalam keindahan itu, sehingga tanpa disadari, mulutnya Sudah melagukan sajak-sajak.
Sipir penjara yang berjalan mengira Cin Hong itu mempunyai penyakit gila, ia merandek dan berkata sambil mengerutkan alisnya.
"Hei, jikalau kau mempunyai penyakit tidak boleh masuk"
Cin Hong terkejut, buru-buru menyahut sambil tertawa.
"Tuan, aku tidak pernah mempunyai penyakit gila "
"Jikalau tidak, mengapa kau berteriak-teriak bernyanyi nyanyi seperti orang gila? "
"Aku sedang nyanyikan sajak indah, bagaimana kau kata seperti orang gila? "
Sipir penjara itu mengeluarkan ludah mulutnya, lantas berjalan lagi sambil berkata.
"Setiap anak-anak anggauta keluarga yang datang menengok keluarganya, kebanyakan pada bermuka sedih dan ada juga yang menangis, tetapi kau sebaliknya tampak gembira bahkan bisa nyanyi segala, bukankah itu berarti gila? "
Cin Hong yang tetap mengikuti dibelakangnya, menjawab sambil tersenyum.
"Tuan tidak tahu, ada orang yang Sedih mengeluarkan air matanya, membasahi pipinya. ada juga yang air matanya mengalir kedalam perut. Inilah orang yang dina makan berduka mempunyai cara sendirisendiri"
Sipir penjara itu barang kali tidak sudi berdebat dengan anak sekolah itu, maka ia tidak menjawab lagi.
ia mempercepat langkah kakinya.
setelah melalui jembatan yang melintang ditengah jalan, tak lama kemudian tibalah disuatu tempat dibawah kaki gunung yang menjulang tinggi kelangit.
Ditempat itu tidak terdapat banyak tumbuhan hijau, seluruh gunung terdiri dari batu-batu cadas yang tajamtajam, sedang dibagian perut gunung tampak sebuah batu yang licin sekali.
diatas batu yang sangat besar itu diukir dengan huruf-huruf penjara Rimba Persilatan, setiap huruf sebesar setombak persegi, sehingga setiap orang yang melihatnya timbul pertanyaan dalam hati masing-masing, diatas gunung dipermukaan batu yang sangat besar itu bagaimana orang dapat mengukirkan huruf diatasnya? ini benar2 merupakan suatu kepandaian yang tidak dapat dipikir.
Dibagian bawah, terdapat anak tangga yang juga terbuat dari batu, disana terdapat dua buah pintu besi, pintu besi sebelah kanan diatas terdapat ukiran dengan buruf LIONG atau NAGA dan kepala NAGA, diatas pintu sebelah kiri diukir dengan sebuah kepala Ular, tidak perlu dijelaskan lagi, orang sudah tahu bahwa inilah kamar penjara naga dan ular.
Rumah Penjara yang menggetarkan rimba persilatan itu, dibangun diperut gunung yang menjulang tinggi, asal membuka dua pintu yang keadaannya menyeramkan itu, dengan dirinya orang bisa terus masuk kedalam lembah yang dinamakan lembah Kunci besi itu, juga boleh menyusuri setiap kamar penjara yang terdapat disepanjang dinding lembah itu, didalam kamar-kamar ltulah kini disekap tokoh-tokoh rimba persilatan baik dari golongan putih maupun dari golongan hitam yang ratusan jumlahya, bahkan diwaktu belakangan ini muncul penghuni kamarkamar penjara itu terdapat orang-orang yang namanya pernah menggemparkan dunia rimba persilatan, mereka itu ialah tiga dari golongan yang dinamakan cui atau pemabokan, Sian atau dewa dan Po atau nenek.
Tetapi puncak gunung itu tinggi sekali, orang-orang yang datang menantang entah dengan Cara bagaimana baru bisa mendaki dan tiba ditempat yang penting dengan tujuh senar itu? Cin Hong selagi masih terbenam dalam pertanyaannya sendiri, sementara kakinya sudah mengikuti sipir penjara itu mendaki tangga batu, berjalan tiba didepan pintu besi kamar penjara Naga.
disitulah ia melihat disamping kanan pintu besi ada dipasang sebuah papan pengumuman yang terdapat tulisan yang berbunyi.
"Setiap orang Yang Datang Menantang Boleh Naik Kepuncak Melalui Pintu Ini"
Ketika ia menengok keatas mengikuti tempat yang ditunjuk dengan tanda ujung panah, disitu terdapat jalan kecil yang beriiku-liku.
Jika naik kepuncak gunung, jalan itu tidak terdapat tikungan, oleh karena didekat situ ada batu yang melintang, maka harus mendekati tempat itu baru dapat melihat dengan tegas.
Dibawah pintu besi kamar naga itu, waktu itu dikanan kirinya masing-masing berdiri seorang laki-laki berpakaian ringkaS yang masing-masing membawa senjata tombak panjang, ketika mereka melihat sipir penjara datang dengan membawa Cin Hong, dengan tiba-tiba merintangkan tombak ditangan masing-masing, untuk merintangi perjalanan mereka, sedang mulutnya.
"Keluarkan dahulu tanda untuk menengok kedalam penjara "
Cin Hong terkejut, ia berpaling dan bertanya kepada sipir penjara yang mengajak masuk.
"Tuan, apakah yang dinamakan tanda untuk datang menengok ini? "
Sipir penjara itu tersenyum simpul dan menjawab.
"Tadi apakah Thiat-oe Siangsu tidak memberikan kau selembar kartu untuk tanda menengok? Harus ada kartu itu untuk diserahkan kepada Tuan ini baru boleh masuk melalui pintu besi ini "
Cin Hong Cemas, ia berseru.
"Siansu tadi tidak memberikan atau apa-apa Aku belum pernah lihat kartu yang kau maksudkan itu "
"Habis sekarang bagaimana? Tidak mempunyai kartu bagaimana bisa masuk? "
Berkata sipir penjara Sambil tertawa dingin. Cin Hong merasa tidak senang, ia berkata dengan sesalannya.
"Kalau begitu mengapa kau tadi tak memperingatkan aku untuk membawa kartu itu? "
"Hal ini bagaimana kau bisa salahkan aku, ku kira dia sudah memberikan kepadamu^"
Menjawab sipir penjara itu marah.
"sekarang bagaimana? Bolehkah kiranya kalian memberi kelonggaran Satu kali saja? "
"Aku lihat Sebaiknya balik lagi untuk minta kepada Thiat-oe Siangsu"
Betkata sipir penjara sambil menyipitkan matanya dan tertawa yang mengandung materi.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cin Hong meletakkan barang-barang yang dibawanya ditangga batu, lalu memutar tubuh hendak keluar balik lagi, baru saja melangka kaki tiba-tiba terdengar ucapan sipir penjara itu tadi.
"Masih ada satu hal, kau boleh minta pelajaran lagi kepada barung dalam sangkar itu"
Cin Hong lantas sadar.
buru-buru meraba lagi, tangannya dimasukan kedalam saku, harta benda apa yang terdiri dari uang recehan yang Tidak cukup Satu tahil dikeluarkan semua, dengan Kedua tangan ia serahkan kepada dua laki-laki yang menjaga pintu, lalu berkata Sambil menundukkan badan dan tertawa.
"Tuan tentunya sudah terlalu lelah. sedikit uang ini bukan berarti apa, boleh kah sekedar untuk minum teh saja, dilain hari kalau aku datang lagi tentu ku-akan ucapkan banyak-banyak terima kasih, tuan pikir bagaimana? "
Dua penjaga pintu itu, sepasang matanya mengawasi uang perak ditangannya, tetapi tidak berani menerima, Cin Hong mengira mereka anggap terlalu sedikit jumlahnya, maka ia berkata dengan perasaan khawatir.
"TUan-tuan haraf dimaafkan saja, kedatanganku tadi karena tergesa-gesa, juga tidak mengetahui aturan disini, maka tidak membawa uang lebih banyak...
"
Sipir penjara yang dibelakang dirinya lalu berkata sambil tertawa.
"Jangan banyak bicara lagi bagi saja uang menjadi dua"
Cin Hong mengeluarkan suara buru-buru membagi dua uang recehan didalam tangannya, setelah ditimbangtimbangnya rata, katanya sambil tertawa.
"Maaf. maaf, Sesungguhnya terlalu tergesa-gesa"
Dua penjaga tadi menerima baik pemberian itu, orang yang berdiri disebelah kiri, tampaknya agak tegang.
dengan mata terbuka lebar ia memandang Cin Hong, kemudian berkata dengan ucapannya yang mengandung ancaman "Uang perak ini kita terima, akan tetapi jikalau kau berani mengadu kita yang minta, nanti kalau kau keluar aku akan ambil jiwamu"
Cin Hong buru-buru menjawab.
"Ya, ya, aku mengerti. Tuan-tuan tak usah khawatir."
Dua penjaga itu lalu menanyakan nama siapa keluarganya yang hendak ditengoki.
satu diantaranya lantas berjalan mendekati pintu tangannya diulurkan untuk menarik pintu tersebut.
pintu itu memperdengarkan suara nyaring, selanjutnya dari atas pintu, tampak Sepasang mata dari kepala naga itu berputaran dua kali, Sebentar kemudian dengan mengelak seperti dikorek oleh orang dari dalam, telah menghilang lalu diganti dengan sepasang mata manusia, setelah itu terdengar suara pertanyaan yang nyaring.
"Siapa yang datang berkunjung?"
Dua penjaga pintu semuanya berlutut diatas anak tangga, dan memberi laporan dengan suara ketakutan.
"Hunjuk beritahu pada Tay Giam ong, disini ada seorang pemuda bernama Cin Hong yang datang hendak menengoK tiga tawanan cui, Sian dan Po "
Cin Hong yang mendengar mereka menyambut orang itu Tay Giam-ong, segera teringat pada In-jie yang penah mengatakan bahwa penguaSa dari penjara itu ada mempunyai sepuluh anak buah yang disebut sebagai Sepuluh Giam Lo ong yang ditugaskan untuk memeriksa setiap orang yang datang berkunjung.
Kalau itu benar, pemeriksaan itu bukanlah suatu hal yang ruwet, tapi bagaimanapun ruwetnya juga tidak apa, Sebab didalam badannya sudah tidak memiliki apa2 lagi, jikalau mereka hendak minta uang semir, ia juga tidak tahu bagaimana nanti harus bertindak? Selama berpikir, pintu itu tiba-tiba terbuka yang agak aneh pintu itu bukan terpisah kedua tetapi menjeblak dengan sendirinya, dari situ kelihatan jelas tampak sebuah goa yang luas tapi gelap.
di dalamnya tampak Sebuah tangga yang menanjak keatas, kemudian membelok kekanan bagian perut gunung, keadaannya seolah-olah di dalam neraka yang menyeramkan.
orang yang dipanggil Tay-giam-ong tadi saat itu juga berdiri didepan pintu dengan sikapnya yang galak Sekali.
Dia adalah seorang tua bermuka hitam alisnya tebal matanya besar, kepalanya memakai topi yang pinggirnya ada benang emas, pakaiannya jubah berwarna merah, pinggangnya diikat dengan ikat pinggang yang lebar, sepatunya tinggi, dandanannya itu mirip raja akherat seperti apa yang sering dilukiskan didalam gambar, sayang dia bukanlah Giam-lo-ong atau raja akherat yang benar, makin dipandangnya sangat lucu Cin Hong yang masih sangat muda, tidak kenal selatan, melihat dandanannya yang sangat lucu itu lantas tertawa geli.
orang yang disebut Tay-giam ong itu dengan tiba-tiba marah, sepasang matanya terbuka lebar, mulutnya mengeluarkan suara bentakan keras.
"Bocah kau berani tertawa?"
Cin Bong terkejut, buru-buru menjura dan berkata.
"Maaf, aku tertawa tanpa disadari, harap Tay-giam-ong suka memaafkan-"
Tay-giam-ong mengeluarkan suara dari hidung, hawa amarahnya masih belum reda, maka berkata dengan nada marah-marah.
"Banyak anak- anak yang datang menengok dipenjara, kalau melihat aku semuanya pada gemetaran, hanya kau bocah ini yang berani tertawa, kalau kau masih tertawa lagi, aku nanti akan sekap kau disini?"
Berulang-ulang Cin Hong minta maaf, kemudian mengambil guci arak dan bungkusanpa rusanya yang diletakkan ditangga, ia berjalan menghampiri dan berkata sambil memberi hormat.
"Tay-giam-ong, bolehkah kiranya sekarang aku masuk?"
Tay-giam ong hanya menyahut 'hem', begitu saja lantas memutar tubuhnya yang beSar, mendaki tangga batu, dengan diikuti oleh Cin Hong.
Tangga batu itu dalam langkah dua-puluh langkah telah membelok.
semakin lama semakin masuk semakin tinggi, dua sisi dari tangga batu itu Semuanya terdapat obor api yang menyala, tetapi di tempat yang gelap gulita itu tampaknya seperti api setan, hingga orang yang masuk seolah-olah sedang masuk neraka.
Cin Hong tidak tahu berapa banyak tangga yang sudah dilalui, dengan tiba-tiba dihadapannya tampak terang, kiranya ia sudah berada di sebuah kamar batu yang luas dan terang.
Kamar batu itu dilengkapi dengan semua jendela bundar, sinar matahari masuk melalui lubang jendela itu hingga dapat melihat dengan tegas semua keadaan di dalam kamar, tampa empat dinding kamar itu semuanya, terbuat dari batu, lubang- lubang dari sela batu sangat kecil jelas pembuatan kamar batu ini pasti- melalui suatu rencana yang sangat rapi.
Tay Giam-ong memerintahkan Cin Hong berdiri menghadap jendela, Cin Hong menurut tetapi mulutnya bertanya.
"Untuk apa ^"
"Ini adalah suatu keharusan yang terakhir penguasa kita hendak memeriksa sendiri setiap anak yang datang menengok kepenjara,jikalau penguasa kita tidak suka kau, lantas bisa diusir keluar "
Mendengar ucapannya ia akan melihat penguasa rumah penjara itu, dalam hati Cin Hong terkejut tetapi juga girang, ia pikir iblis rimba persilatan yang sangat misteri itu, berkepandaian sangat tinggi sekali sudah tidak usah dikata lagi, tetapi banyak orang masih belum tahu benar ia itu pria ataukah wanita, ini benar-benar sulit akan diperCaya, maka saat itu ia Sudah mengambil keputusan hendak pasang mata benar-benar.
Saat itu, dengan tiba-tiba penerangan dalam kamar batu itu telah menjadi gelap.
diluar jendela sudah tampak kepala orang.
Itu adalah kepala seorang yang wajahnya tertutup oleh kain Sutera warna hitam keCuali lubang dibagian matanya yang tertampak sepasang matanya yang cekung dan bersinar, sama sekali tidak dapat orang mengetahui dia itu kepala dari seorang pria ataukah wanita, juga sukar untuk ketahui berapa usianja, apa yang lebih aneh dan mengherankan ialah orang yang wajahnya tertutup dengan kain sutera hitam itu, ketika sinar matanya terjatuh kewajah Cin Hong, sikapnya seolah-olah dikejutkan oleh apa yang dilihatnya untuk sesaat sepasang matanya memancarkan sinarnya yang tajam berkilauan, bahkan penuh perasaan terkejut dan terheran-heran, sinar mata itu menatap Cin Hong tanpa berkedip.
Tay Giam ong agaknya juga merasa bahwa hal itu agak ganjil, sejenak ia tampak terkejut kemudian menghadap kepada kepala itu ia memberi hormat seraya berkata.
"Laucu, pemuda ini bernama Cin Hong, hendak menengok Tok Lok cian dan can Sa Sian Sie Koan yang dua hari berselang baru dimasukkan dalam penjara...."
Penguasa rumah penjara rimba persilatan yang mengenakan kerudung muka jubah hitam dimukanya ketika mendengar Keterangan itu, mulutnya mengeluarkan suara terkejutnya.
"Hee"
Kepalanya melongok keluar kemudian berkata dengan suaranya yang penuh emosi.
"Apa ia bernama Kim Hong?"
Sikap demikian itu seolah-olah sedang menengok wajah yang sudah lama ia dinanti-nantikan Cin Hong sebetulnya ingin dapat membedakan dari suara orang itu, tetapi bukan saja tidak berhasil untuk membedakan suara itu dari pria ataukah Wanita, bahkan ketika melihat sikapnya demikian, sesaat ia merasa bingung, sehingga berdiri terpaku ditempatnya.
Sepasang mata penguasa rumah penjara rimba persilatan terus menatap Cin Hong tanpa berkedip.
kembali mengeluarkan suaranya dan kali ini agak gemetar^ "Kim Hong..
Kim Hong...
Bagaimana kau juga bernama Kim Hoag?"
Cin Hong terkejut mendengar pertanyaan itu, ia segera menjawab sambil memberi hormat.
"Bukan, namaku Cin Hong huruf, cin raja cin Sie Ong, dan Hong dari perkataan ong atau perahu layar yang terdapat ruang gambar"
Penguasa rumah penjara itu agaknya merasa keCewa mulutnya, mengeluarkan suara 'ouw' setelah itu menundukkan kepala dan menghela nafas panjang, kepala itu perlahan-lahan beralih kea rah jendela sesaat kemudian telah menghilang Cin Hong berdiri termangu-mangu didekat jendela, dalam hatinya masih merasa terkejut dan terheran-heran, ia pikir penguasa rumah penjara ini sungguh aneh, pertama kali melihat bagaimana demikian terkejut? Apa Sebabnya pula namaku Cin Hong salah didengar menjadi Kim Hong? Dan ketika ia mendengar keteranganku bahwa namaku bukan Kim Hong, mengapa pula ia lantas berlalu dengan perasaan masgul? Siapakah sebenarnya orang yang bernama Kim Hong itu? Dan ada hubungan apa denganku? Sementara itu Tay Giam-ong yang melihat penguasa penjara itu sudah pergi, geser kakinya berjalan menuju keluar kamar sebelah kamar sebelah kanan, katanya dengan suara nyaring.
"Jalan Sekarang kau boleh pergi menengok"
Cin Hong buru-buru mengikut ia keluar dari kamar, setelah melalui beberapa tikungan lagi, pada akhirnya keluarlah dari jalan tangga.
setelah melalui pintu besi berbentuk bundar, tibalah disuatu jalan kecil yang menuju kebukit.
Tempat itu merupakan suatu lembah yang berbentuk bundar, atas sempit dibawah luas, sekitar lembah ada jalan kecil yang mengitari keempat keliling terus naik keatas, bagai tangga.
Diatas jalan kecil bagai tangga itu setiap sejarak satu tombak dibuka satu jendela persegi, seluruh lembah atas dan bawah terdapat sekitar seratus jendela, setiap lobang jendela, hanya buat untuk melongok satu kepala orang saja.
Tempat berdiri Cin Hong pada saat itu tepat ditengahtengah lembah, dari situ mendongak keatas kira-kira seratus tombak lebih, Sama2 tampaK diatas lembah itu terpancang tujuh Senar beli hitam keadaannya mirip dengan alat musik bersenar tujuh, kalau ia melongok kebawah didalam lembah, juga kira-kira seratus tombak dalamnya dan ditempat ia berdiri kebawah kira-kira sepuluh tombak.
dipasang sebuah jaring besi yang luas sekali, dibawah jaring besi terdapat banyak kepala orang, dari atas pemandangan itu seperti melihat semut kecil, orang-orang itu merupakan orang-orang tawanan didalam kamar penjara yang dinamakan kamar Ular.
Mereka itu harus melakukan pekerjaan berat setiap hari.
Pada waktu itu, karena kedatangan Cin Hong, lubanglubang jendela dimana dilalui Cin Hong dengan serentak muncul beberapa puluh kepala manusia, mereka semua keadaannya sangat mesum, rambutnya sudah panjang, seperti juga tawanan-tawanan yang ditawan didalam penjara yang tidak teratur.
orang-orang itu ribut ia berkaokkaok.
diantaranya pada memanggil- manggil.
"Hei Anak muda, aku adalah Tao Kay San situkang kayu dari bukit Lamsan, apakah datang hendak menengok aku?"
"Hei Tengoklah aku kemari, aku adalah nelayan dari lautan utara Loo-tie apakah kau datang hendak menengok aku?"
"Anak muda.. Berikanlah aku sedikit arak, Aku nanti akan menurunkan kau semacam pelajaran ilmu silat yang ampuh, kujamin kau nanti dapat mengalahkan pengusaha rumah penjara"
"Anak muda Berikanlah sedikit, aku nanti menurunkan kau ilmu pedang yang sangat ampuh"
"Anak mudu Aku adalah ketua generasi ketiga belas dari partay Lam- hay, tolong kau beritahukan kepadaku cucu perempuanku itu Sudah menikah atau belum?"
"Hei Tengok aku kemari, aku adalah Ngo-cu San Lim Kie Ang-li-cu...."
"Siaohiap Harap kau berjalan kemari, aku hendak minta pertolonganmu. ..."
"Anak muda... ."
"Siaohiap. ..."
"Hei... ."
Demikianlah suara yang menyambut kedatangan Cin Hong demikian gemuruh, Satu sama lain saling berebut hendak minta ditengok, Cin Hong yang baru pertama kali muncul didunia Kang-ouw sudah tentu belum pernah mendapat pengalaman semacam ini, maka sesaat itu malah semakin terkejut dan ketakutanSebaliknya dengan Tay-giam-ong ia seolah-olah tidak melihat dan perhatikan tawanan-tawanan itu bahkan berkata sambil tersenyum.
"orang-orang ini semuanya adalah tawanan dalam penjara ular, kamar penjara naga masih dibagian atas, mari kau ikut aku"
Cin Hong mengikuti Tay giam-ong jalan naik melalui jalan kecil, Setelah mengitar dua kali, barulah mulai menginjak tanah dari kamar penjara Naga.
satu-satunya perbedaan dikamar penjara Naga dengan kamar penjara Ular, ialah setiap lobang jendela tidak terdapat terali besi, jumlahnya juga hanya lima puluh saja, lubang- lubang jendela itu seolah-olah tersusun dari bawah keatas dengan nomor urutan lima-puluh, empat sembilan, empat-delapan, empat-tujuh....Tay giam-ong ajak Cin Hong teruS berjalan kedepan kamar nomor sebelas lantas berhenti, ia berpaling dan berkata sambil tertawa.
"Kita berjalan beberapa ruang lagi sudah ada tawanan, suhumu berada didalam kamar nomor tujuh Suhumu no. delapan dan can-Sa Sian no. enam, sekarang pergilah kau sendiri yang tengok mereka tetapi ada satu hal kau perhatikan, kalau kau mendengar suara terompet berbunyi, itu berarti suatu pemberitahuan kepadamu bahwa waktu menengok tawanan sudah habis, maka kau harus lekas kembali.Jikalau suara terompet kedua kalinya berbunyi, kau masih belum kembali ketempat bagian masuk tadi, maka lain tahun akan kehilangan hakmu untuk menengok lagi"
Cin Hong menerima baik pesan itu, kemudian berjalan menurut petunjuk Tay-giam-ong tadi.
Ketika ia tiba dikamar no.
delapan, di lobang jendela sudah tampak kepala seorag yang melongoK keluar, itu adalah Tnian-san Soat Popo sie Siang In Dengan wajah penuh keheranan Thian-san Soat Popo berkata.
"Bocah^ bagaimana demikian Cepat kau Sudah datang?"
Cin Hong sangat girang, ia menjawab sambil memberi hormat.
"Subo, apakah Subo baik-baik saja?"^ "Baik apa? Kau apa Sedang mengejek?"
Balas menegor Soat Popo dengan perasaan tidak senang. Cin Hong terCengang baru saja hendak minta maaf dari lubang jendela kamar tujuh tampak menongol kepala Suhunya sendiri, sesaat itu ia merasa girang tetapi juga sedih. segera memanggilnya.
"Suhu"
Kemudian berjalan menghampiri.
"Jangan pergi dulu"
Demikian soat Popo membentak dengan suara bengis. Cin Hong terkejut, buru-buru menghentikan kakinya dan berkata sambil memberi hormat.
"Subo maaf. ..."
Soat Popo barangkali juga dapat merasakan bahwa bentaknya sendiri tadi agak keterlaluan, maka sesaat itu lenyaplah hawa amarahnya dan berkata sambil tersenyumsenyum^ "Tidak apa, apakah muridku baik-baik saja?"
Cin Hong kini baru teringat dengan surat dan lukisan yang dititipKan oleh In-jie, maka ia lalu meletakkan guci arak dan bungkusan Paha rusa diatas tanah, mengeluarkan Surat dan lukisan dan gambar dari sakunya diberikan kepada Soat Popo dengan sikap sangat menghormat ia berkata.
"Nona Yo selama ini baik-baik saja, sekarang ini sedang menunggu aku dibawah gunung, ini adalah suratnya yang ia minta aku sampaikan kepada subo."
Soat Po-po yang menyambut surat dari tang an Cin Hong, tidak lantas dibuka, sebaliknya matanya ditujukan Kepada guci arak dan bertanya.
"Apakah itu arak?"
Cin Hong tahu bahwa nenek itu paling benci kepada arak. maka dalam hati diam-diam terkejut dan ketakutan, namun ia tidak berani dusta, maka mulutnya menjawab dengan suara perlahan^ "
Ya iya... ."
Wajah Soat Popo dengan tiba-tiba tampak girang, dari lubang jendela ia mengeluarkan sebuah mangkuk yang sudah terdapat peCahan ujungnya, katanya sambil tertawa.
"Berikan aku satu mangkuk saja"
Untuk sesaat Cin Hong merasa heran, dengan perasaan agak berat ia berkata.
"Maaf subo, ini adalah murid can-sasian yang minta tecu bawa kemari untuk Suhunya. ..."
Soat Popo berpaling kepada suaminya yang menongol kepala dilubang jendela kamar tujuh, kemudian berpaling lagi dan berkata kepada Cin Hong^ "Aku tidak perduli, lekas kau tuangkan semangkok untuk aku, sekarang aku perlu minum arak"
Cin Hong karena mengingat hubungan tiga manusia gaib, cui, Sian, dan Po itu sangat erat maka pikirnya semangkuk dahulu untuknya barang kali tidak menjadi halangan, maka ia lalu menyambut mangkuknya, kemudian membuka guci araknya, dan dituang penuh semangkuk diberikan kepadanya, setelah itu ia angkat lagi bersama bungkusan paha rusanya dan berjalan kekamar nomor tujuh.
It-hu Sianseng menyambut padanya dari lubang jendela dengan wajah berseri-seri tanpa mengeluarkan sepatah katapun juga, dari lubang jendela itu ia mengeluarkan sebuah mangkok.
Cin Hong mengerti, ia meletakkan lagi guci arak dan bungkusan paha rusa, menyambut mangkok suhunya, lalu berkata dengan suara perlahan.
"Suhu, apakah can Sa sian Sie Pangcu tidak akan marah?"
It-hu Sianseng tersenyum, juga berkata dengan suara perlahan^ "Perduli apa dengannya, selagi ia pulas tidur, minum saja dulu setengah guci baru bicara lagi."
Belum habis ucapannya, dari kamar nomor enam terdengar suara terbahak-bahak, kemudian disusul oleh munculnya Satu kepala yang mesum dan rambutnya awutawutan.
Dia bukan lain daripada pemimpin golongan pengemis can Sa sian Sie K^oan.
Baru saja menongol kepalanya dari lubang jendela, tampak dibawah jendela kamar nomor tujuh ada barang hidangan, sesaat matanya lantas melotot wajahnya yang tadi tampak berseri-seri berubah menjadi merah, dengan mata melotot ia membentak kepada Cin Hong.
"Hei Aku kira kalian sedang bersenda gurau, kiranya benar-benar, barang- barang lekas bawa kemari"
Waktu itu keadaan Cin Hong seperti pencuri kecil yang sedang mencuri dan mendadak telah tertangkap.
maka saat itu wajahnya menjadi merah dan berdiri terpaku di tempatnya.
It-hu Sianseng dengan Sikap tenang-tenang saja mengawasi can sa Sian katanya Sambil tertawa.
"Lo-Sie jangan begitu pelit,jikalau bukan muridku yang bawa masuk kau juga tidak dapat arak dan barang hidangan ini"
Can-sa sian menggeram berulang-ulang, dari mulutnya mengeluarkan suara ribut-ribut.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak bisa. aku pengemis tua hendak makan dan minum perlahan-lahan semua hidang itu, bawa kemari Bawa kemari"
It-hu Sianseng tak mengiraukan sikap can sa sian, sambil menyipitkan matanya yang mengawasi padanya, kemudian berkata kepada Cin Hong sambil tertawa.
"Anak, waktu sudah tidak banyak lagi, lekas tuangkan aku lagi semangkok saja"
Cin Hong pikir memang benar, maka ia tidak memperdulikan sikap dan keadaan can-sa Sian buru-buru menuangkan semangkok lagi, kemudian mengangkat guci dan bungkusan paha rusanya ke jendela nomor, enam.
Lebih dahulu ia memberikan bungkusan paha rusa itu kepada can-sa sian, katanya sambil minta maaf.
"Maaf. Pangcu, dilain tahun kalau boanpwee datang lagi pasti akan mengganti kepada pangcu satu guci arak besar"
Can Sa-sian tidak menjawab, dengan kedua tangannya ia mengambil bungkusan paha rusa, kemudian mengulapkan tangannya lagi seraya berkata^ "Arak Arak. ..."
Cin Hong menutup guci araknya barulah diangkat dan diserahkan melalui lobang jendela tak disangka guci arak itu ternyata lebih besar dari pada lobang jendelanya, sehingga tidak bisa masuk kedalam, can sa-sian yang menyaksikan keadaan demikian sangat gemas sekali mulutnya memaki-maki.
"Kurang ajar, mengapa tidak mau beli yang lebih kecil? apakah hendak mempermainkan aku ?"
It-hu Sian-seng minum habis semangkok araknya, menongolkan kepalanya lagi, menampak guci arak tidak bisa dimasukkan, lantas tertawa terbahak-bahak. kemudian berkata.
"Lo sie, inilah yang dinamakan sebutir nasi setetes air sudah ditakdirkan, sebaiknya kita minum bersama-sama saja"
Can sa-sian marah katanya^ "Tidak Aku sendiri toh bisa minum sampai kering""
It-hu Sian seng berpaling dan berkata kepada Cin Hong.
"Anak. waktu satu jam itu sebentar akan sampai sudah Waktunya kau harus beromong-omong ?"
Cin Hong terpaksa melepaskan guci araknya, membiarkan can sa-sian berkutet diri dengan araknya dilubang jendela, katanya Sambil memberi hormat.
"Sie pangcu, sekarang boanpwe juga tidak percaya dengan suhu... ."
Can sa-sian Cemas, mulutnya berseru.
"Tidak bisa aku tidak boleh terus begini saja"
Cin Hong juga merasa cemas, tetapi ia juga tidak berdaya, dan berdiri begitu saja tidak ada gunanya, maka ia terpaksa menggerakan kakinya berjalan menghampiri Suhunya.
Baru tiba dibawah jendela kamar tujuh Soat Popo dari lubang jendela kamar delapan sudah menongolkan kepalanya dengan wajah yang marah ia berkata.
"Anak. mari, sini sebentar"
Cin Hong tidak berani mengelak. ia menyahut dan berjalan menghampiri, kemudian berkata sambil memberi hormat.
"Subo, ada keperiuan apa ?"
Soat Popo Jelas tidak tahan oleh pengaruh air kata-kata tadi, ia berkata sambil tertawa.
"Anak baik, dengan ucapan manis apa kau telah berhasil menipu muridku ?"
Cin Hong terkejut jawabnya gugup.
"Tidak? Subo siapa kata tecu menipu dia?"
Soat Po Po sikapnya menunjukan kebalikannya dari ke biasaan, katanya dengan Wajah berseri-seri.
"Aku tidak perCaya, kalau kau tidak menggunakan katakata manis menipu dia, bagaimana dalam suratnya itu sekali- kali mengatakan kau bukanlah seorang pemuda yang licin?"
Cin Hong tahu bahwa dalam surat In-jie itupasti menulis kata-kata yang manis terhadap dirinya, maka wajahnya seketika itu menjadi merah sedang hatinya berdebaran, katanya serba salah.
Sikap Soat Popo waktu itu mirip dengan bakal mertua yang bertemu dengan bakal mantunya, sambil terseayum ia memandang kepada Cin Hong, kemudian bertanya dengan suara lemah lembut.
"Anak. apakah kau suka minum arak?"
Cin Hong merasa berat untuk menjawab, sebab kalau ia mengatakan tidak suka arak, agatnya seperti menipu diri sendiri dan juga seolah-olah membohong pada Subonya, tetapi kalau ia kata suka arak juga tidak sesuai dengan keadaanya, benar-benar ia merasa serba salah, tidak tahu bagaimana harus menjawab.
Selagi dalam keadaan demikian, dari kamar tujuh tibatiba terdengar suara suhunya yang berkata.
"Tidak suka arak. Hanya jikalau pada waktu perlu, kadang-kadang juga minum sedikit"
Soat Popo marah katanya dengan suara keras^ "Siapa suruh kau banyak- banyak bacot? Tutup mulutmu."
It-hu Sianseng tidak menghiraukan padanya, ia berkata pada Cin Hong sambil menggapai dan tertawa.
"Anak. urusan yang menyangkut persoalan istri, tidak boleh gegabah, kau kemari, suhumu hendak bertanya kepadamu."
Cin Hong menyahut dan berjalan menghampiri, Soat Popo semakin marah dan katanya dengan suara nyaring.
"Anak. kau balik, kau harus tahu, didalam dunia ini urusan yang terpenting tidak lebih pada soal isteri,..."
Cin Hong berpaling dan tersenyum padanya, untuk menyatakan bahwa saat itu bukan waktunya untuk berbicara soal istrinya, kemudian ia berjalan kebawah jendela kamar nomor-tujuh.
Dua tangan It-hu Sianseng diletakan didepan jendela, ia berkata sambil menghela napas.
"Anak. suhumu Sesungguhnya merasa malu dalam pertandingan itu hanya dapat menyambut sembilan jurus saja, penjelasannya sekarang ini tidak ada waktu untuk menceritakan, hanya ada satu haL suhumu berada disini baru tiga hari tetapi aku merasa seperti sudah tiga tahun lamanya. Tahukah kau apa sebabnya?"
"Jikalau suhu datang agak lambat beberap waktu lamanya, pasti dapat menyambut sampai sepuluh jurus."
Menjawab Cin Hong sambii menundukkan kepala. It-hu Sianseng menggelengkan kepala dan tersenyum masam, katanya.
"Mungkin ia benar tetapi suhumu tidak menyesal akan tindakan kali ini, yang ada hanya khawatir, sebab suhumu kini telah melihat tanda-tanda bahwa dalam rimba persilatan sedang terancam bahaya."
Cin Hong mendadak angkat kepala dan bertanya dengan perasaan terkejut.
"Apakah suhu sudah tahu?"
"Kalau kau bertanya demikian, tentunya kau sendiri sudah mengetahui hal itu."
Berkata It-hu Sianseng dengan Sikap sungguh-sungguh.
Cin Hong lalu menceritakan prihal munculnya partay baru yang menamakan golongan dirimba persilatan, dan apa yang dialami dalam perjalanannya kali ini.
Ketika It-hu Sianseng mendengar penuturan bahwa tokoh terkuat yang menamakan diri Ho ong kini telah muncul lagi dirimba persilatan, wajahnya berubah seketika, ia segera berpaling dan berkata kepada can sa-sian dikamar enam.
"Lo sie, kau dengar atau tidak? Ho ong sudah muncul lagi"
Can-sa sian, yang masih bergutetan dengan guci araknya dilubang jendela, mendengar pertanyaan itu lantaS menjawab sambii tertawa.
"Bagus Sekali Sebulan berselang ada seorang yang menamakan diri orang berjubah emas datang kemari menantang pertandingan, dia merupakan orang pertama selama sepuluh tahun yang sanggup menyambut serangan penguasa rumah penjara sampai sepuluh jurus keatas, waktu itu aku pengemis tua ini sudah dapat menduga bahwa orang itu mungkin dia ....."
Cin Hong terperanjat dan bertanya.
"Suhu, siapa kah tokoh yang menamakan diri Ho ong itu? Apakah ada itu orang yang datang kemari menantang pertandingan dan kemudian membebaskan Lam-kek sin kun Im Liat Hong?"
It-hu Sianseng menganggukkan kepala katanya.
"Mengenai asal usul Ho ong itu. hari sudah tidak ada waktu untuk menceritakan kepadamu, empek Ie-oe mengetahui lebih banyak dari pada suhu tentang diri orang itu, ia... ."
Berkata sampai disitu, ia berdiam ragu-ragu sejenak. kemudian berkata lagi sambil tersenyum.
"Dia pernah mendapat kesulitan besar dari Hoong, mungkin ia merasa malu untuk menceritakan, tetapi kau boleh berkata kepadanya bahwa suhumu, kata kalau hendak mengetahui prihal Ho ong,- sebaiknya minta empek Ie-oe yang menceritakan, lebih tepat kalau kau berkata demikian kepadanya mungkin ia tidak berani tidak menceritakan kepadamu"
Can Sa-sian dari kamar nomor enam lantas menyelak sambil tertawa.
"Phui Kau To-lok Thian memang paling pandai main sandiwara, justeru kaulah yang merasa malu membuka mulut, sebetulnya urusan seperti itu diberitahukan kepada anak- anak, ada apanya yang harus dibuat malu?"
"Memang sebetulnya tidak apa- apa, baik kau saja yang menceritakan kepada muridku bagaimana?"
Berkata It-hu Sianseng Sambil tertaWa. can sa-sian bungkam Sekian lama, kemudian berkata Sambil tertawa.
"He he he, ini toh tidak ada hubungan dengan urusanku Sipengemis tua"
Soat Popo dari kamar nomor delapan lantas berseru^ "Benar, urusan itu tidak boleh diberitahukan kepada anak- anak yang masih usia terlalu muda ibarat barang muda dipengaruhi oleh keadaan seperti sebuah benda kalau dekat dengan barang yang merah, bila berdekatan menjadi merah, berdekatan dengan warna hitam bisa menjadi hitam."
Cin Hong takut membuang waktu, buru-buru bertanya kepada suhunya.
"Suhu, pangcu dari golongan Kalong itu meminjam nama penguasa rumah penjara rimba persilatan telah mengirim surat undangan menipu Suhu berdua datang menantang mengadakan pertandingan, dan disamping itu juga mengutus dua perempuan-perempuan cantik yang dinamakan dua belas putri untuk memikat kaum muda dari dua belas partay, apakah maksud dan tujuannya perbuatan itu?"
Sepasang mata It-hu Sianseng memancarkan Sinar tajam, kemudian berkata.
"Mengenai soal meminjam nama mengirin surat undangan ini mudah sekali, itu adalah karena ia takut Suhumu akan mengetahui ia muncul lagi di rimba persilatan, dan ia khawatir bila suhumu akan minta tokoh-tokoh berbagai partay untuk mengepung dirinya, tentang tindak mengutus dua belas putri untuk memikat kaum muda dari dua belas partay deWasa ini masih belum diketahui dimana letak maksud tujuannya yang sebenarnya, hanya apa bila ia sedang menyusun rencana keji untuk merampas dua belas kunci emas, dengan tindakannya itu merupakan suatu cara yang sangat baik."
Terkejut hati Cin Hong mendengar ucapan itu, maka ia berkata^ "Suhu, tentang kunciku yang sebuah itu."
Wajah It-hu Sianseng mendadak berubah. tidak memberiKan kesempatan Cin Hong bicara lagi, sudah membentak dengan suara keras.
"Kurang ajar"
Cin Hong terperanjat, tanyanya dengan ketakutan.
"Suhu, mengapa suhu... ."
Soat Po-po dari kamar delapan juga terkejut oleh perubahan yang mendadak itu, tanyanya.
"Hei, tua bangka, ada apa kau berteriak-teriak seperti orang gila ?"
Can sa-sian dari kamar enam turut juga bicara.
"Muridnya mengatakan kunciku yang sebuah itu, dia sudah berteriak-teriak ha. .ha. sebetulnya ada rahasia apa yang tidak boleh diketahui oleh orang luar?"
It-hu Sianseng berkata dengan suaranya yang sangat marah- marah.
"Dia telah menghilangkan benda yang berikan kepadanya, coba Kalian pikir, aku harus marah atau tidak?"
"Kau sendiri yang gila, ia toh belum mengatakan apaapa, kau sudah anggap ia menghilangkan barangmu?"
Berkata cau Sa-Sian sambil tertawa besar.
It-hu Sianseng tidak menghiraukan kepadanya sepasang matanya menatap wajah Cin Hong ia berkata kepadanya dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara kedalam telinga yang hanya dapat didengar olehnya sendiri "Anak, kamar kesatu hingga kamar kelima didiami oleh iblis kutub utara Him su-kie dan empat orang Cerdik dari timur dan barat.
Bagaimana pun kecil suaramu kalau kau menyebutkan kunci Liong, sebaiknya menggunakan katakata yang samar-samar saja"
Cin Hong baru sadar, ia bertanya dengan suara perlahan.
"Ho ong itu telah datang kemari menantang mengadakan pertandingan, apakah hanya membebaskan Lam kek Sinkun seorang Saja?"
"Sebetulnya ia masih hendak membebaskan pada iblis kutub utara Him su-kie dan naga bermata satu Hu In Hui, dua bersaudara sikuya leher panjang, tetapi tiga orang itu meskipun juga tergolong orang-orang jahat yang banyak melakukan kejahatan, tetapi masih mempunyai perasaan sedikit harga diri, mereka menolak maksud baik Ho ong, katanya mereka hendak berusaha sendiri"
Dalam hati Cin Hong diam-diam mengakui sifat ksatna tiga penjahat itu, ia pikir hendak menghampiri kekamar penjara mereka antuk mengenali wajah mereka, tetapi kalau mengingat Waktunya tidak banyak, lantas membatalkan maksudnya itu, Ia alihkan pembicaraannya dan bertanya kepada suhunya.
"Suhu, dalam surat suhu ada kata ingin menceritakan asal usul diri tecu apakah sekarang Suhu sudah bersedia menceritakan?"
It-hu Sianseng menganggukkan kepala, lalu menghela napas perlahan, dan berkata dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara dalam telinga^ "Ya, tetapi sebaiknya kau jangan terlalu girang dahulu, sebab suhumu dahulu pernah kata bahwa kau telah kupungut dari tepi sungai, sebetulnya itu tidak salah terlalu banyak.
dan apa yang Suhumu tahu yang dapat memberitahukan kepadamu, juga lebih jauh banyak dari itu.,...
Kejadian itu adalah pada hari waktu petang pada delapan belas tahun berselang, suhu baru pulang menengok Sahabatnya di Lam- hay, waktu itu kunaik perahu dan selagi melalui sungai ciang tang-kang.
waktu itu angin meniup kencang, air ombak menggulung tinggi, perahu yang kutumpangi itu dikemudikan oleh seorang tua, didalam perahu itu seluruhnya ada tujuh penumpang, termasuk seorang nyonya muda berusia kira-kira delapan belas tahun oroknya, ialah kau sendiri -Nyonya muda itu parasnya cantik sekali, tapi sikapnya seperti dipengaruhi oleh kedukaan, diatasnya memakai ikat kepala kain Sutera warna hijau, badannya mengenakan pakaian tipis warna hijau muda, didepan dadanya bagian kiri disulam dengan setangkai bunga, dari gerik-geriknya, suhumu dapat lihat bahwa dia adalah seorang nyonya yang memiliki kepandaian ilmu silat.
Malam itu udara dingin, angin meniup kencang, kau yang berada dalam gendongan terus menangis tidak berhentinya, sehingga menarik semua perhatian penumpang didalam perahu itu ia nampaknya sangat malu, mungkin baru pertama kali ia menjadi ibu.
kecuali mendekap kau erat-erat, terhadap kau yang menangis itu rupa-rupanya tidak berdaya sama sekali juga menarik simpatik banyak orang -Waktu itu.
dalam hati Suhumu lantas timbul perasaan curiga sebab dari suara tangisanmu dapat diduga bahwa waktu itu usiamu belum cukup satu bulan, seorang ibu yang masih begitu muda belia, dengan menggendong anak oroknya yang belum cukup satu bulan melakukan perjalanan diluar dengan menempuh hawa dingin dan angin kencang, Untuk apakah sebenarnya?...Pertanyaan ini, kalau hanya berdasarkan duga-dugaan saja Sesungguhnya tidak dapat jawaban yang betul, tetapi waktu itu, suhumu yang sedang menghadapi persoalan itu hanya merasa tertarik dan timbul pertanyaan itu saja, tidak terpikir terlalu jauh, dengan sebetulnya, itu bukanlah suatu urusan yang perlu menggunakan banyak pikiran.
Ketika perjalanan perahu itu menempuh jarak dua pertiga, terjadilah suatu hal yang tidak terduga-duga Waktu itu suhumu duduk dibagian kiri dalam perahu itu menghadap kebelakang, sedang memikirkan perjalanan suhu dari Lam-hay dengan tiba-tiba tempat dibelakang Suhumu terjadilah goncangan hebat, seolah-olah mengalami kejadian apa-apa, kemudian disusul oleh suara nyaring, dan perahu itu sesaat lantas terbalik ke kanan, sesaat kemudian suara jeritan minta tolong terdengar dimana-mana -Sewaktu perahu itu terbalik suhumu sudah menggunakan kesempatan untuk lompat ke tengah udara, ketika melayang turun kembali perahu itu sudah terbaliK.
hingga pantatnya yang berada di atas.
Sedangkan tukang perahu bersama enam penumpangnya sudah terdampar oleh air ombak sejaUh tiga empat tombak, diantaranya terdapat ibumu yang masih menggendong kau, pernah sekali lompat kepermukaan air, sayang mungkin ia baru melahirkan belum lama sehingga keadaannya masih lemah, atau kepandaian ilmu silatnya belum mencapai setarap suhumu lompat keluar beberapa kaki dari permukaan sungai, kemudian terjatuh lagi dan tenggelam ...
Suhu segera melayang ketempatnya, sesaat suhumu masih berhasil menyambar dirimu dari tangannya, lalu melayang kembali keperahu yang sudah terbalik, Suhumu masih mendengar ucapan ibumu yang mengatakan.
"Dia adalah Cin Hong......" - kemudian orangnya tenggelam dan tidak muncul kembali Kemudian, Suhumu telah memondong kau berdiri diatas perahu yang sudah terbalik, dengan mengikuti arah mengalirnya perahu itu terus menepi, barulah suhumu lompat dari atas perahu. Malam itu juga dengan menggendong, suhumu menuju kembali kekota Hang ciu dimana Suhumu berdiam, ketika suhumu memandikan kau, telah terdapat dilehermu ada tergantung rantai emas dengan sebuah kunci emaS yang berukiran huruf Liong dan ini. ..."
Cin Hong yang mendengar sampai disitu mengangkat mukanya yang sudah penuh dengan air mata, kemudian berkata.
"TUnggu sebentar, suhu, dengan Cara bagaimana perahu itu bisa terbalik?"
"ouw Itu disebabkan oleh benturan dari sebatang pohon besar yang terdorong oleh ombak waktu itu karena CuaCa sangat gelap. sedang suhumu juga menghadap kebelakang, Sehingga semua tidak ada yang melihat......."
Berkata It-hu SianSeng.
"Mengapa dengan tiba-tiba biSa terbentur dengan sebatang pohon besar?"
"Siapa tahu, tetapi kau juga tidak perlu Curiga itu adalah perbuatan orang yang disengaja sebab waktu itu keadaan dekat situ tidak terdapat perahu lain, sungai itu cukup luaS, tidak mungkin ada orang yang sengaja menghanyutkan pohon itu untuk mencelakakan orang"
"Kemudian bagaimana dengan nasib ibuku."
"Hari kedua pagi-pagi sekali, suhumu kembali lagi kesungai untuk mencari dan mencari keterangan, tetapi tidak mendapat berita apa- apa? bahkan jikalau bukan suhumu yang menceritakan penduduk disekitar itu masih belum tahu jikalau tadi malam ditengah Sungai terjadi peristiwa terbaliknya perahu itu"
"Apakah suhu anggap bahwa ibu sudah tenggelam dan binasa didasar sungai?"
"Didalam keadaan demikian, apa bila masih bisa tertolong, benar-benar merupakan suatu kejadian gaib."
Air mata Cin Hong mengalir semakin deras, katanya.
"Suhu ceritakanlah selanjutnya"
It-hu sianseng berdiam sekian lama, kemudian menghela napas panjang, dan kembali dengan menggunakan ilmunya menyampaikan Suara kedalam telinga dan melanjutkan penuturannya.
"Meskipun Suhumu tidak berhasil menemukan ibumu, tetapi oleh karena kunci emas ukiran huruf Liong yang tergantung dilehermu itu, maka saat itu aku dapat memastikan bahwa kau ada hubungannya besar dengan orang golongan oay San pay Tentang kunci emas berukiran huruf Liong itu kau barangkali sudah tahu bahwa kunci itu adalah salah Satu dari dua belas kunci emas yang digunakan untuk membuka kotak wasiat batu glok, malam itu sahumu sudah dengar bahwa nona Yo sudah menceritakan sedikit kepadamu, sekarang suhumu hendak beritahukan lebih dahulu kepadamu, kemudian akan Suhu centakan lagi hal-hal yang mengenai kepergian suhumu kegunung oey-san untuk mencari ayahmu. -Jauh pada seratus tahun lebih berselang didalam rimba persilatan ada seorang yang bernama Thiat Thian Bin yang bergelar Thay Pek Sian-ong, dia dengan berbekal kepandaian keturunan dari Tat-mo couwsu maSuk kedaerah Tionggoan, pada masa itu ia merupakan seorang jago terkuat tanpa tandingan, seorang diri ia memiliki dua belas macam kepandaian ampuh, ilmu-ilmu itu terdiri dari ilmu pedang, golok, senjata yang berbentuk alat tulis, kipas, tinju dari tangan, meringankan tubuh, kekuatan tenaga dalam, senjata rahasia, iimu menyedot hawa, ilmu bikin mabuk lawannya dengan tiupan seruling dan lain-lain, semuanya merupakan ilmu yang tidak ada taranya. - Tay-pek Sian-ong ini, dalam hidupnya boleh dikata tak ada apa- apa yang patut diceritakan, sebab kepandaian ilmu Silatnya terlalu tinggi, orang-orang rimba persilatan baik golongan hitam maupun gologan putih, semua takluk. sehingga tiada seorang yang berani menghadapinya. Dengan demikianlah ia telah melewati hidupnya dengan tenang sampai berusia seratus sembilan tahun ketika ia menutup mata hingga tahun ini baru tiga puluh dua tahun. Tetapi pada waktu ia hendak menutup mata, ia telah melakukan suatu pekerjaan yang menggemparkan rimba persilatan, urusan, menurut pandangan Suhumu, kecuali ada lain maksud jikalau tidak, sedikit banyak agak tidak masuk diakal - Entah ia mendapat ilham dari mana, pada waktu ia telah mengundang dalam waktu bersamaan kepada pemimpin-pemimpin atau ketua partay rimba persilatan, katanya hendak membuat orang tetap awet muda, setiap ketua atau pemimpin partay diwajibkan untuk mencari sejenis daun atau barang- barang yang sangat manjur untuk bahan obat, ia kata pelawet muda itu setelah berhasil diciptakan, barang siapa yang makan satu butir, bisa tetap awet muda. Tentang ini, ia harus menjadikan satu dua belas jenis barang-barang mustika itu didalam satu kwali, mungkin bisa menimbulkan khasiat yang tak diduga-duga, tetapi menurut dugaan suhumu ia berbuat demikian, maksud utama bukanlah pada pel awet muda itu, melainkan dengan suatu pengharapan Supaya bekerja sama mencari dua belas ketua atau pemimpin partai itu dapat dimanfaatkan, supaya mereka menghentikan usahanya untuk Saling berkuasa. sebab waktu itu dua belas partay itu sedang hebat bertengkar, hampir saja menimbulkan bencana besar didalam rimba persilatan - Diluar dugaannya, dua belas pemimpin atau ketua partay menerima baik permintaan, bahkan didalam waktu lima tahun mereka masing-masing telah menemukan barang-barang gaib, demikianlah Thay-pek Sian-ong bersama dua belas ketua partay itu telah menggodok dua belas jenis bahan obat2an mustika itu, kemudian ia membuatnya semacam kotak yang dinamakan kotak wasiat yang terbuat dari batu glok. digunakan untuk tempat pel tersebut, oleh karena ia kata bahwa pel itu harus direndam dalam dasar telaga sekian lama, dua belas tahun kemudian baru boleh diambil untuk digunakan. Hal ini mungkin benar, tetapi juga mungkin bohong, hendaknya maksud ia berbuat demikian, sebagian besar ialah hendak mengendalikan dua belas ketua partay itu jangan sampai bertengkar lagi, supaya mereka hidup damai selama dua belas tahun, Sudah tentu Untuk dapat mengendalikan seluruhnya para ketua partay itu dengan hanya satu benda yang berupa kotak wasiat, sesungguhnya tidak mudah, maka ia membuat itu demikian rupa, kotak itu diperlengkapi dengan dua belas lubang kunci dengan dua belas anak kuncinya, anak kunci itu harus dimasukkan dalam waktu bersamaan kepada lobang kuncinya baru bisa dibuka, jikalau tidak kotak itu biSa meledak. dan pel yang didalamnya juga menjadi hancur lebur - Pada waktu pembuatan dua belas pel awet muda itu selesai, ia memberikan kepada dua belas ketua partay itu masing2 satu anak kunci, kemudian ia bersama kotaknya itu tenggelam didasar telaga, dimana ia ada membuat satu kamar batu yang khusus untuk tempat tinggalnya, selama ini ia belum pernah keluar lagi. Kabarnya waktu itu ia sudah tahu bahwa batas umurnya sudah sampai maka ia telah mengubur dirinya didalam dasar telaga. Tetapi kemudian hari Lian-in Taysu dari Siao-lim-pay penah menceritakan kepada suhumu bahwa Thay-pek sian-ong berbuat demikian ini, ada maksud untuk menjadikan pel itu di dasarnya telaga. Urusan ini pada dua belaS tahun kemudian setelah pel itu selesai, hanya diketahui oleh dua belas ketua partay, dan ketika dua belas ketua partay itu berjanji hendak mengambil kotak wasiatnya pada waktu itu ketua partay oey-san, Suma San telah mati dengan mendadak, berita itu barulah tersiar dikalangan Kangouw. disebabkan lantaran pertengkaran antara dalam sendiri, keadaan yang sebenarnya tiada orang yang tahu, semua hanya tahu, kematiannya juga membawa hilangnya kunci emas berukiran Liong yang ada pada dirinya Oleh karena hilangnya anak kunci berukiran huruf Liong itu, dengan sendirinya kotak Wasiat itu tidak dapat dibuka, para tokoh kuat dari dua belas partay terpaksa menunggu ditengah telaga Thay-pek. disamping itu juga mengutus anak buah lainnya untuk mencari anak Thay-pek Sian ong yang bernama Kiat Hian yang mempunyai julukan orang gelandangan supaya pulang kembali untuk menyelesaikan urusan itu, katanya hanya dia yang dapat membuka kotak wasiat itu tanpa pertolongan dua belas anak kunci emas. -orang gelandangan itu dimasa muda sudah berhasil mendapat seluruh kepandaian ilmu silat ayahnya, tetapi ketika ia mengalami kegagalan dalam asmara telah membawa perobahan demikian pada jiwanya ia berubah demikian sedih, sehingga pergi mengembara, Sudah tiga puluh tahun lamanya tidak pernah muncul di rimba persilatan apabila ia sekarang masih hidup, barangkali juga Sudah merupakan seorang kakek yang usianya sudah sembilan puluh tahun. Itulah gambaran mengenai kotak wasiat dan dua belas anak kunci emas, Sekarang suhumu akan menceritakan tentang kepergiannya ke gunung oey-san untuk mencari ayahmu. Tahu bahwa anak kunci emas yang berukiran huruf Liong itu sebetulnya adalah yang dipegang oleh ketua partai oey-san Suma San, dua tahun setelah ia meninggal dunia, anak kunci itu dengan tiba-tiba terdapat dibadanmu, disini dapat diketahui bahwa ibumu dengan partay oey-san pasti ada hubungan erat, tidak peduli hUbUngan itu baik ataukah jahat.,.."
Cin Hong yang mendengar sampai disini lantas angkat muka dan menyela.
"Suhu dengan cara bagaimana suhu tahu bahwa anak kunci tecu itu adalah salah satu dari diantara anak kunci yang lain itu?"
It-hu Sianseng tersenyum, ia masih tetap dengan menggunakan ilmunya menyampaikan suara kedalam telinga untuk menjawab.
"Suhu dengan Lian-in Taysu dari Siao-lim ada hubungan baik, ia pernah memperlihatkan anak kuncinya yang berukiran huruf "How"
Atau macan, meskipun bentuknya berbeda, tapi besar kecilnya serupa, bahkan, belum pernah ia orang menggunakan anak kunci yang terbuat dari emas, apakah ini dapat dikatakan suatu hal yang kebetulan?"
Cin Hong dengan jari tangannya diatas dinding tembok rumah penjara itu memeCahkan tulisan yang berbunyi penguasa rumah penjara rimba persilaian, kemudian berkata dengan suara pelahan.
"Kabarnya dia juga mempunyai sebuah, bagaimana mengenai soal ini ?"
It-hu Sianseng tersenyum kemudian berkata^ "Itu pasti palsu"
Cin Hong menganggukan kepalanya dan berkata.
Tangan Berbisa Karya Khu Lung/Tjan Id di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Harap suhu Ceritakan lagi."
Selagi It-hu sianseng hendak melanjutkan Ceritanya, dari lembah bagian maSuk tiba-tiba terdengar suara terompet tiga kali, suatu tanda untuk memberitahukan bahwa waktunya sudah sampai bagi orang-orang yang datang menengok kedalam penjara.
Cin Hong terperanjat mendengar suara itu dan berkata dengan perasaan tegang.
"Suhu, waktunya sudah sampai, lalu bagaimana?"
It-hu Sianseng miringkan kepala memandang kebagian masuk itu, tiba-tiba alisnya berdiri dan berkata.
"Hem, ia datang ada keperluan apa ?"
Cin Hong berpaling, tampak Tay-giam-ong yang tadi membawa ia kekamar itu, Saat itu sedang lari mendatangi melalui jalanan kecil bagaikan anak tangga itu, katanya dengan suara nyaring.
"Cin Hong, loucu hendak bertemu denganmu, lekas kesana"
Cin Hong mendengar bahwa penguasa rumah penjara hendak bertemu dengan dirinya tidak dapat menduga apa sebabnya, dalam hati merasa terkejut dan bingung, maka lalu berpaling dan bertanya kepada suhunya.
"Suhu, ada urusan apa penguasa rumah penjara hendak bertemu dengan tecu."
It-hu Sianseng mengerutkan alis kemudian berkata dengan perasaan heran^ "Heh, ini benar-benar aneh ...."
Can-sa-sian yang saat itu masih belum berhasil memasukkan guci araknya dari mulut jendela, ketika mendengar bahwa penguasa rumah penjara hendak bertemu dengan Cin Hong, mendadak merasa girang sekali, katanya dengan suaranya yang nyaring.
"Bagus sekali Anak muda kau lekas pergi sekalian tolong kau sampaikan protesku, asal ia suka mengirim orang untuk memasukkan guci arakku ini kedalam kamar tawananku, aku pengemis tua rela untuk melepaskan hakku untuk menantang sekali lagi"
"Lo Sie, apakah setiap kali hendak menemui arak- anak yang datang menengok kedalam penjaranya?"
Bertanya It hu Sianseng.
"Tidak, ini adalah untuk yang pertama kalinya, mungkin ia menaksir kepada muridmu?"
Berkata can-sa-sian sambil menggeleng gelengkan kepala. Pada Waktu itu, orang yang disebut Tay-giam-ong itu sudah tiba dibawah jendela kamar nomor delapan, ia menggapai dan berkata kepada Cin Hong.
"Cin Hong, loucu bendak bertemu denganmu, lekas ikut aku "
Cin Hong masih berdiri ditempatnya, tanyanya dengan nada suara dingini "Ada urusan apa loucu kalian hendak bertemu denganku ?"
"Hal ini bagaimana aku tahu, bagaimana-pun juga loucu tidak akan menyusahkan kau"
Berkata Tay-giam-ong sambil menggelengkan kepala. Cin Hong berpikir-pikir dahulu sejenak kemudian berkata, Sambil menganggukkan kepala.
"Baik, aku boleh pergi melihat dia, hanya aku masih ada banyak urusan hendak berbicara dengan suhu, kau harus memberikan lagi sedikit Waktu kepadaku ..."
Tay-giam ong saat itu memperlihatkan sikapnya yang tidak senang, berkata sambil menggeleng-gelengkan kepala^ "ini tidak boleh, aku situa bangka ini bertugas mengurus pekerjaan ini sudah ada sepuluh tahun lamanya, belum pernah memberi kelonggaran untuk memperpanjang waktu kepada anak-anak yang datang menengok, urusan ini tidak boleh ada pengecualian"
Cin Hong mengira bahwa dia hendak minta Uang sogok. maka lalu berkata dengan perasaan Cemas.
"Tolonglah bantu aku satu kali saja, dalam sakuku sebetulnya sudah tidak ada apa-apa, dilain kali kalau aku datang lagi kusekalian akan ku-berikan kepadamu"
Tay Giam ong sesaat tampak terCengang, mengedipngedipkan matanya dan bertanya dengan perasaan heran.
"Apa katamu?"
Dari sikap orang bermuka hitam itu, Cin Hong tahu bahwa orang ini agaknya belum tahu perbuatan nyeleweng Thiat-oe Sianseng dan penjaga-penjaga kamar tahanan yang melakukan pemerasan terhadap orang-orang yang datang menengok.
maka ia buru2 merobah bicaranya, katanya.
"Bukan apa-apa, asal kau memberikan sedikit waktu lagi kepadaku, aku pasti tidak akan melupakan bUdimU....."
"Tidak bisa, aku tak berhak sebagai orang yang berkUasa disini, kalaU maU, sebentar kau coba minta kepada Laouwcu sendiri."
Cin Hong pikir itu memang benar, maka lalu berpaling dan memberi hormat kepada Suhunya seraya berkata .
"Suhu, teeCu coba pergi minta kepada louwcu supaya diperpanjang waktunya, jikalau tidak diperbolehkan olehnya teecu juga tidak akan berbicara dengannya"
It-hu sianseng menganggukkan kepala sambil tersenyum, kemudian berkata.
"Baik, kau bicarakan boleh saja, tetapi tidak boleh minta "
Cin Hong menerima baik, lalu minta diri kepada Can Sa- Sian dan Subonya, can Sa-sian ber-ulang2 memesan supaya jangan lupa untuk menyampaikan protesnya, sedang Thian-san Soat Popo saat itu berubah demikian lemahlembut sikapnya, dengan wajah yang berseri-seri ia berkata^ "Anak.
jikalau kau tidak bisa kembali lagi, jangan lupa beritahukan kepada In-jie sepatah kata.
'Katakan bahwa aku tidak menentang, hanya segala-galanya baru berjaga hatihati'"
Cin Hong yang sebetulnya sudah mengikuti Tay Giam ong berjalan, mendengar ucapan itu terCengang, ia berhenti dan berpaling, kemudian bertanya dengan perasaan heran.
"Subo, apa kata subo tadi?"
Soat Po-po memperlihatkan senyumnya yang misteri, katanya.
"Hanya Sepatah kata itu saja, kau Sampaikan kepadanya begitu Saja Sudah cukup"
Cin Hong menyahut oh, karena takut akan apa, ia lantaS mengulangi ucapan Soat Po-po sekali lagi, kemudian bertanya^ "Begitukah bunyinya?"
Soat Po-po tertawa terbahak-bahak. ia menganggukkan kepala berulang-ulang seraya berkata.
"Benar Benar hanya itu Saja"
Cin Hong tidak tahu diantara In-jie dan suhunya itu sedang main sandiwara apa, tetapi ia tidak berani banyaktanya, terpaksa menerima baik pesan Subonya, kemudian berdiri dan berjalan mengikuti Tay Giam ong dengan perasaan terheran-heran.
Tay Giam-ong membawa ia kembali kebawah pintu besi bagian masuk lembah itu, memerintahkan tukang jaga pintu supaya membuka pintu besinya, ia menaiki tangga jalan, tangga batu itu setiap dua langkah membelok satu kali terus naik keatas, jalanan itu ditaksir kira2 ada lima-puluh potong tikungan, barulah memasuki kesebuah ruangan tamu yang luas dan memasuki kesebuah ruangan tamu yang mewah.
Ruangan tamu itu seluruhnya terdiri dari dinding tembok batu pua lam hingga memancarkan sinarnya yang berkilauan, diatasnya dipancang sebuah pelita besar, perabot rumah tangga yang terdapat diruangan tamu ini seluruhnya terbuat dari bahan kayu kelas satu, disamping itu juga terdapat banyak sekali barang-barang antik tidak ketinggalan lukisan-lukisan dari pelukis ternama.
Dibagian seberang ruangan tamu dibuka sebuah lobang jendela berbentuk hati, diluar jendela mengghadap kelembah, tujuh senar besi besar terpanjang itu tampak dilain seberang, bentuknya mirip sekali dengan senar dari alat musik.
Pada saat itu disamping sebuah meja persegi dalam ruangan tamu, duduk seorang muda berpakaian pelajar, ketika melihat Tay Giam-ong bersama Cin Hong berjalan masuk, diwajahnya dengan tiba-tiba menunjukkan sikap terkejut, kemudian bangkit dan berseru kepada Cin Hong.
"Aaa Kau bukankah sipelukis tangan dewa cin cay-cu."
Dalam hati Cin Hong tampak terkejut ia angkat kepala dan mengamat-amati pemuda itu sejenak.
ia merasa bahWa Wajah pemuda itu seperti pernah dikenalnya, tetapi ia sudah tidak ingat lagi, saat itu ia lalu menjura kepadanya dan berkata.
^ "Maaf, aku lupa, Saudara ini....."
Pemuda itu buru-buru membalas memberi hormat Sera yaberkata.
"Namaku yang rendah Lie siao ceng dari cieyang, dua tahun berselang pernah pergi ke kota Hang ciu untuk menjumpai Ko Tayjin. dalam perjamuan itu telah pernah melihat saudara cin apakah saudara cin sedikitpun sudah tidak ingat lagi?"
Cin Hong kini baru ingat memang ada kejadian itu, maka ia lalu memberi hormat lagi seraya berkata^ "oh, kiranya adalah Saudara Lie, maafkan Siao-te yang terlupa, tetapi entah dengan bagaimana saudara Lie, hari ini juga berada disini?"
Muka Lie Siao ceng sedikit merah, ia berkata sambil tersenyum.
"Saudara cin belum tahu, bahwa tuan rumah disini minta melukiskan sebuah gambar orang, ayah telah menerima baik, tetapi siao-te tidat berdaya, terpaksa datang untuk mencoba, kini dengan adanya saudara cin disini, maka siao-te juga tidak berani lancang lagi"
Cin Hong buru-buru memberi hormat seraya berkata^ "Bagaimana Saudara Lie berkata demikian, kiranya ruangan lukisan Siang kow-hian, adalah ayah saudara yang membangun, Siao-te tadi malam masih datang ketokomu untuk membeli kertas dan sedikit alat tulis"
Lie Siao ceng baru hendak minta maaf, pintu samping ruangan tamu tampak berkelebat sesosok bayangan orang yang mengenakan kerudung muka sutera hitam, perlahanlahan berjalan keluar.
orang yang menggunakan kerudung muka sutera hitam itu, adalah orang yang juga menjadi penguasa rumah penjara rimba persilatan yang tadi pernah unjuk muka dilobang jendela dikamar batu.
Cin Hong mengawasi padanya sambil menahan napas, dalam hati merasa terkejut, heran dan dan bingung, ia tadi baru melihat bagian kepalanya saja, sudah tentu tidak dapat membedakan kelakuannya, tetapi sekarang setelah berdiri berhadapan, juga masih belum dapat tahu benar ia itu pria atau wanita, hanya dalam perasaannya menduga- duga ia seperti orang pertengahan umur, sikapnya seperti seorang lelaki, tetapi sepasang mata yang bening jeli yang tertampak dari dua lobang kain keradungnya, kelihatannya mirip seperti Wanita, seperti Wanita yang dulu pernah unjuk diri dirumah makan kota Teng ciu sehingga meminbulkan perasaan orang seperti seorang banci.
Apa yang berlainan, ialah perempuan yang dahulu unjuk muka dirumah makan, sepasang matanya yang genit, sedang sepasang mata orang dihadapannya itu sedikitpun tidak mengandung sipat genit, bahkan penuh kesedihan seolah -olah dalam hatinya sedang dirundung oleh kedukaan.
Ia berjalan kehadapan Cin Hong, memandangnya sejenak.
kemudian berpaling dan bertanya kepada Lie Siao ceng.
"Tadi apa kau kata, pelukis tangan dewa cin cay-cu?"
Lie siao ceng dikejutkan oleh kerudung muka orang itu, dengan sikap gugup ia memberi hormat dan menjawab^ "Ya, ilmu surat dan kepandaian melukis cin cay-cu sangat terkenal didaerah Kang-lam, bunga seruni, sangat terkenal sebagai lukisan yang sangat berbahaya...."
Penguasa rumah penjara itu hanya menyahut hem, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu, ia menganggukkan kepalanya, kemudian bertanya lagi^ "Apakah hanya pandai melukis bunga seruni Saja?"
Lie Siao ceng nampak ragu2 sejenak kemudian menjawab^ "Tidak memandang alam atau gambar orang atau binatang semuanya pandai, hanya yang paling mahir ialah melukis bunga seruni itu, maka semua orang memberikan julukan padanya pelukis seruni tangan dewa"
Penguasa rumah penjara itu berdiam berpikir lama, perlahan-lahan baru membuka matanya dan bertanya.
"Jikalau ia melukis wajah orang bagaimana jika dibandingkan dengan kau sendiri?"
Wajah Lie Siao ceng menunjukan perasaan yang tidak enak.jawabnya sambil tertawa.
"Ilmu kepandaian melukis cin Tayhiap tidak ada orang yang dapat menandingi, bagaimana aku yang tidak berguna ini dapat dibandingkan dengan dia ...."
Penguasa rumah penjara menganggukkan kepala dan berdiam lagi sejenak. kemudian berpaling kearah Tay-giam ong yang berdiri disamping, dan bertanya sambil menunjuk Lie Siao ceng.
"Tadi dari Gu Khay kata harus diberikan upah berapa kepadanya?"
"Sudah dibicarakan matang akan diberi upah tiga ratus tail uang perak, jikalau lukisannya bagus sudah tentu boleh ditambah lagi sedikit,"
Kata Tay Giam ong dengan sikap yang sangat menghormat sambil melukiskan kedua tangannya.
"Kalau begitu Sekarang kau pergi ambil tiga ratus tail uang perak. dan berikan padanya, lantas utus Gu Koay antar dia pulang lagi"
Berkata penguasa rumah penjara sambil mengulapkan kedua tangannya.
Cin Hong setelah mendengar ucapan Lie Siao ceng bahwa luKisannya sendiri jauh lebih baik dari padanya, penguasa rumah penjara lantas tidak mau minta Lie Siao ceng untuk melukis meskipun upahnya diberi penuh, tapi tindakan itu bagaimana pun juga tidak enak bagi Lie Siao ceng, maka saat itu Tay Giam-ong pergi membawa Lie Siao ceng, ia buru-buru membuka mulut dan berkata.
"Tunggu dulu, aku belum menerima permintaanmu untuk melukis gambar kau jangan suruh saudara Lie pulang dahulu"
PenguaSa rumah penjara lambat sambil berpaling dan memandang padanya, lalu berkata.
"Kau bisa, hal itu aku tahu "
Cin Hong mendengar ucapan Penguasa rumah penjara yang penuh keyakinan, saat ini merasa seperti harga dirinya terhina, maka dalam hati timbul hawa marah, katanya sambil tertawa dingin.
"Tidak. meskipun aku bisa, tapi aku tidak akan melukis untukmu "
Penguasa rumah penjara itu tidak menjadi gusar olehnya ucapan kasar Cin Hong, sebaliknya malah berkata dengan Suara yang Sabar sekali.
"Mengapa? Kita toh tidak ada permusuhan apa- apa, apa lagi aku juga bisa memberikan upah padamu atas jeri payahmu, atau kalau kau menghendaki, dengan syaratsyarat kau juga boleh ditukar untuk melukiskan gambar, betul tidak?"
"Hem Kau telah menawan suhuku dalam penjara, apakah ini bukan merupakan suatu tindakan yang mengandung permusuhan?"
Berkata Cin Hong yang masih marah.
"Hal itu bagaimana bisa dihitung permusuhan- Dalam rumah penjara ini sekarang ada tawanan seluruhnya berjumlah seratus empat orang tidak ada satu pun yang pernah kupaksa untuk datang menantang padaku, siapa yang suka datang kemari menantang pertandingan, ia harus menurut peraturan yang ditetapkan, jikalau tak perlu ia datang dan bertanding,"
Berkata Penguasa rumah penjara sambil tertawa geli^ Cin Hong pikir ucapan itu memang benar maka saat itu ia sendiri bahkan yang tidak dapat membantah, tapi ia masih tidak mau menyerah begitu saja, katanya.
"Siapa suruh kau mengadakan peraturan yang tidak baik ini?...."
Penguasa rumah penjara itu seolah-olah mendengar ucapan yang keluar dari mulut anak2 maka sesaat itu lantas mendongakkan kepala dan tertawa terbahak-bahak.
Suara tertawa nyaitu nyaring dan merdu kedengarannya, memiliki, sipat-sipat lelaki, juga mengandung Sifat sUara Wanita, Sehingga menambah misterinya orang itu.
Cin Hong sendiri juga merasa bahwa ucapannya tadi sesungguhnya seperti sikap anak-anak maka sesaat itu wajahnya menjadi merah, karena merasa malu, akhirnya menjadi menjerah, katanya dengan suara keras.
"Mengapa tertawa? Kau ini sebetulnya laki-laki atau perempuan?"
Penguasa rumah penjara memerintahkan Tay-giam-ong baWa pergi Lie Siao ceng, setelah mereka berlalu, barulah menjawab sambii tertawa.
"Kalau kau ingin tahu aku ini Siapa, hanya satu Cara, itu adalah menantang bertanding kepadaku, siapa yang dapat menandingi kepandaianku dengan berakhir seri atau dapat mengalahkan diriku, aku bisa menerima segala permintaannya dan apa yang ingin diketahuinya, apakah kau sanggup?"
Cin Hong menggigit bibir, dengan suara tegas ia menjawab.
"Bisa Satu hari kelak aku pasti dapat mengalahkan kau"
Penguasa rumah penjara itu agaknya mengakui keberanian pemuda itu, ia mengangguk-anggukkan kepala dan berkata sambil tertawa.
"Itu bagus, hanya ini ada soal belakangan- Sekarang kita bicara dulu urusan kita yang sekarang, apabila aku minta kau melukis kan sebuah gambar orang, kau menghendaki syarat apa?"
Cin Hong sebetulnya juga masih ingin berdiam beberapa waktu lamanya di dalam rumah penjara ini, supaya bisa minta keterangan kepada suhunya tentang riwayat diri sendiri, tadi kalau ia tidak menerima baik permintaan Penguasa rumah penjara, disebabkan karena tidak suka merebut pekerjaan Lie siao ceng.
Dan sekarang Lie siao ceng sudah di pulangkan, lagi pula Penguasa rumah penjara memberikan kesempatan baginya untuk mengajukan syarat sebagai imbalan lukisannya, ini justeru yang dikehendaki olehnya.
Maka ia lantas menjawab sambil tertawa.
"Baik, Pertama. ^Aku masih hendak berbicara dengan Suhuku...,"
Tidak menunggu habis ucapan Cin Hong, Penguasa rumah penjara sudah memotong ucapannya sambil menganggukkan kepala^ "Tidak menjadi soal, dipagi bari boleh kau melukis, disiang bari kau boleh berjalan sesukamu di dalam penjira, ada apa lagi?"
Cin Hong sungguh tidak menduga bahwa Penguasa rumah penjara itu menerima baik permintaan
Pendekar Cacad Karya Gu Long Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Pendekar Aneh Karya Liang Ie Shen